tbb besi non konvensional
DESCRIPTION
teknologi besi dan bajaTRANSCRIPT
4.2.1 Proses Reduksi Tidak Langsung (Indirect Reduction)
Pada proses ini menggunakan tungku tanur tinggi (blast furnace) dengan porsi 80%
diproduksi dunia. Besi kasar dihasilkan dalam tanur tinggi. Diameter tanur tinggi sekitar 8m
dan tingginya mencapai 60 m. Bahan baku yang terdiri dari campuran bijih, kokas, dan batu
kapur, dinaikkan ke puncak tanur dengan pemuat otomatis, kemudian dimasukkan ke dalam
hopper. Hematit akan dimasukkan ke dalam blast furnace, disertai denganbeberapa bahan
lainnya seperti kokas (coke), batu kapur(limestone), dan udara panas. Bahan baku yang
terdiri dari campuran biji besi, kokas, dan batu kapur, dinaikkan ke puncakblast furnace.
Bahan baku tersebut disusun secara berlapis-lapis.
Setelah bahan-bahan dimasukkan ke dalam blast furnace, lalu udara panas dialirkan
dari dasar tungku dan menyebabkan kokas terbakar sehingga nantinya akan membentuk
karbon monoksida (CO). Reaksi reduksi pun terjadi, yaitu sebagai berikut :
Fe2O3 + 3CO → 2Fe + 3CO2
Dengan digunakannya udara panas, dapat dihemat penggunaan kokas sebesar 30%
lebih. Udara dipanaskan dalam pemanas mula yang berbentuk menara silindris, sampai
sekitar 500ºC. Kalor yang diperlukan berasal dari reaksi pembakaran gas karbon monoksida
yang keluar dari tanur. Udara panas tersebut memasuki tanur melalui tuyer yang terletak tepat
di atas pusat pengumpulan besi cair.
Maka didapatlah besi (Fe) yang kita inginkan. Namun besi tersebut masih
mengandung karbon yang cukup banyak yaitu 3% – 4,5%, padahal besi yang paling banyak
digunakan saat ini adalah yang berkadar karbon kurang dari 1% saja. Besi yang mengandung
karbon dengan kadar >4% biasa disebut pig iron.
Batu kapur digunakan sebagai fluks yang mengikat kotoran-kotoran yang terdapat
dalam bijih-bijih besi dan membentuk terak cair. Terak cair ini lebih ringan dari besi cair dan
terapung diatasnya dan secara berkala akan disadap. Besi cair yang telah bebas dari kotoran-
kotoran dialirkan kedalam cetakan setiap 5 – 6 jam.
Terak dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (campuran beton) atau sebagai
bahan isolasi panas. Gas panas dibersihkan dan digunakan untuk pemanas mula udara, untuk
membangkitkan energi atau sebagai media pembakar dapur-dapur lainnya.
Perlu diperhatikan bahwa bijih besi yang akan dimasukkan ke dalam blast
furnaceharuslah digumpalkan terlebih dahulu. Hal tersebut berguna agar aliran udara panas
bisa dengan mudah bergerak melewati celan-celah biji besi dan tentunya akan mempercepat
proses reduksi. Komposisi besi kasar dapat dikendalikan melalui pengaturan kondisi operasi
dan pemilihan susunan campuran bahan baku.
4.2.2 Proses Reduksi Langsung (Direct Reduction)
Proses ini biasanya digunakan untuk merubah pellet menjadi besi spons (sponge iron). Juga
disebut besi spons dihasilkan dari reduksi langsung dari bijih besi (dalam bentuk gumpalan,
pelet atau denda) dengan mengurangi gas yang dihasilkan dari gas alam atau batubara. Gas
pereduksi adalah mayoritas campuran hidrogen (H2) dan karbon monoksida (CO) yang
bertindak sebagai pereduksi. Proses langsung mengurangi bijih besi dalam bentuk padat
dengan mengurangi gas disebut reduksi langsung.
Proses reduksi langsung dianggap lebih efisien daripada tanur tiup . Karena beroperasi pada
suhu yang lebih rendah, dan ada beberapa faktor lain yang membuatnya ekonomis. Berikut
adalah contoh proses reduksi langsung antara lain :
4.2.3 HYL proces
HYL Direct Reduction Proses (reduksi langsung) adalah hasil usaha riset yang dimulai oleh
Hojalata y L.Mina, S.A., pada permulaan tahun 1950-an. Usaha ini muncul dari tekanan
kebutuhan yang semakin meningkat dan harus memperoleh bahan baku yang cukup mutu dan
pada harga yang stabil untuk produksi lembaran baja(sheet steel).
Dalam proses ini digunakan gas reduktor dari LNG (Liquid Natural Gas), gas alam cair ini
direaksikan dengan uap air panas (H2O).
4.2.4 Midrex Proces
Proses ini didasarkan pada tekanan rendah, udara bergerak berlawanan arus ke bijih oksida
besi pelet padat. Di dalam proses reduksi langsung ini, bijih besi direaksikan dengan gas alam
sehingga terbentuklah butiran besi yang dinamakan besi spons. Besi spons kemudian diolah
lebih lanjut di dalam sebuah tungku yang bernama dapur listrik (Electric Arc Furnace). Di
sini besi spons akan dicampur dengan besi tua (scrap), dan paduan fero untuk diubah menjadi
batangan baja, biasa disebut billet. Proses ini sangat efektif untuk mereduksi oksida-oksida
dan belerang sehingga dapat dimanfaatkan bijih besi berkadar rendah.
Proses reduksi langsung ini salah satunya dipakai oleh P.T. Karakatau Steel. Fungsi dari gas
alam itu sendiri sebenarnya adakalah sebagai gas reduktor, dimana gas alam mengandung CO
dan H2, yang dapat bereaksi dengan bijih menghasilkan besi murni (Fe) berkualitas tinggi.
Keuntungan dari proses reduksi langsung ketimbang blast furnace adalah :
a. Besi spons memiliki kandungan besi lebih tinggi ketimbang pig iron, hasil blast furnace.
b. Zat reduktor menggunakan gas (CO atau H2) yang terkandung dalam gas alam, sehingga
tidak diperlukan kokas yang harganya cukup mahal.
Perbedaan proses reduksi langsung dan reduksi tidak langsung
1. Reaksinya berbeda,pada reduksi tidak langsung Fe diperoleh dari beberapa tahap
reaksi, pada reduksi langsung dengan1 tahap reaksi sudah dapat diperoleh Fe murni.
2. Hasil akhirnya berbeda, Output dari reduksi tidak langsung adalah berupa Fe dalam
keadaan cair (pig iron) , sedangkan output dari reduksi langsung adalah Fe dalam
keadaan padat (sponge iron)
3. Sumber gas reduktornya berbeda, indirect reduction menggunakan kokas untuk
menghasilkan gas reduktor CO, sedangkan direct reduction menggunakan CH4
4. Kualitasnya berbeda, reduksi langsung menghasilkan besi dengan kualitas yang lebih
baik daripada reduksi tidak langsung. Karena reduksi tidak langsung menggunakan
kokas untuk menghasilkan gas reduktor. Kokas berasal dari batubara yang
mengadung sulfur, dimana S tersebut dapat ikut masuk kedalam besi hasil reduksi,
yang mengakibatkan besi mengalami retak panas (hot shortness).
Rotary kiln, atau reaktor tungku putar terbuat dari baja yang berbentuk selinder horisontal dan pada bagian dalamnya dilapisi oleh bata tahan api (refractory brick). Kemiringan tungku
dijaga pada sudut antara 3 – 4 persen yang ditentukan dari sisi tempat masuk umpan (feed end) sampai sisi keluaran produk (discharge).
Di bagian sisi keluaran produk dipasang burner yang befungsi sebagai sumber panas awal proses. Pulverized coal atau injection coal, atau bahan bakar minyak ditambahkan pada burner yang beroperasi dengan kondisi kekurangan oksigen. Penambahan batubara atau bahan bakar ini untuk menjaga atmosfir tungku selalu dalam kondisi reduksi.
Proses reduksi bijih besi menjadi sponge besi dimulai dengan proses pengumpanan bijih besi, batubara dan batu kapur ke unit pencampuran (mixing). Campuran homogen dari ketiga bahan ini kemudian diumpan secara kontinyu ke dalam rotary kiln dari sisi feed end. Akibar putaran dan kemiringan tanur, semua material padatan bergerak ke arah discharge end.
Semua umpan bergerak melalui dareah pre-heating. Material dipanaskan sampai temperatur sekitar 900 Celcius. Pada daerah ini, batubara akan tervolatilisasi, fluks terkalsinasi dan bahan lainnya terpanas juga, sehingga material akan mencapai temperatur proses reduksi. Panjang daerah pre-heating adalah 40 – 50 persen dari panjang kiln.
Selanjutnya semua material masuk dalam daerah reduksi yang bertemperatur antara 1000 sampai 1100 Celcius. Ketika bijih besi mencapai temperatur lebih dari 900 Celcius, maka biji besi mulai terreduksi menjadi sponge besi. Bijih besi terreduksi mengikuti reaksi berikut:
Fe2O3 + C = 2 FeO + CO
3 Fe2O3 + CO = 2 Fe3O4 + CO2
Fe3O4 + CO = 3 FeO + CO2
FeO + CO = Fe + CO2
CO2 + C = 2 CO
Dari arah yang berlawanan, batubara halus diinjeksikan ke dalam kiln secara pnematik. Injeksi batubara ini bertujuan untuk mempertahankan reduktor yang dibutuhkan dalam kiln dan pemanfaatan volatile mater untuk pemanasan disekitar discharge end.
Sponge besi beserta kapur bakar dan arang atau sisa batubara keluar dari sisi satunya, yaitu discharge end tempat keluarnya produk rotary kiln. Produk ini bertemperatur antara 1020 – 1040 Celcius. Produk kemudian masuk ke dalam rotary cooler untuk didinginkan sampai temperatur antara 80 – 100 Celcius. Pada temperatur ini sponge sudah aman untuk dipindahkan dan simpan.
Produk yang sudah dingin ini kemudian diumpan dalam unit magnetic separator agar sponge iron dapat dipisah dari char dan kapur bakar. Char sisa dapat digunakan lagi sebagai bahan reduktor tambahan yang diumpankan bersama dengan batubara pada feed end.