tax planning

18
MANAJEMEN PAJAK DALAM PENENTUAN HARGA TRANSFER - 2 PENGARUH TRANSFER PRICING DAN TAX HAVEN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK A. PENDAHULUAN Transfer pricing dan tax haven tidak diragukan lagi berpengaruh dalam mengurangi penerimaan pajak suatu negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Cobham menunjukkan bahwa penerimaan pajak bisa mengalami kebocoran pada berbagai sisi: Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa penerimaan pajak dapat mengalami kebocoran pada beberapa titik: 1. Tidak semua penghasilan yang diperoleh dari kegiatan perekonomian yang berlangsung di suatu negara dilaporkan. 2. Ada penghasilan yang diperoleh dari aset yang disimpan di daerah off – shore sehingga tidak kena pajak. Daerah off – Shadow econom y Gross Domestic Product (GDP) Penghasilan K ena Pajak Penerim aan Pajak K ebocoran 1 K ebocoran 1 K ebocoran 1 K ebocoran 1 K ebocoran 1 Penghasilan yg disimpan di daerah Penghasilan dr shadow economy Penghasilan yg dipindahkan ke negara lain Kebocoran akibat tax competition Pajak terutang tetapi tidak dibayar Perekonom ian N egara

Upload: elisadian

Post on 03-Jan-2016

240 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pengaruh tansfer pricing dan tax heaven dalam penerimaan pajak

TRANSCRIPT

Page 1: tax planning

MANAJEMEN PAJAK DALAM PENENTUAN HARGA TRANSFER - 2

PENGARUH TRANSFER PRICING DAN TAX HAVEN TERHADAP

PENERIMAAN PAJAK

A. PENDAHULUAN

Transfer pricing dan tax haven tidak diragukan lagi berpengaruh dalam mengurangi

penerimaan pajak suatu negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Cobham

menunjukkan bahwa penerimaan pajak bisa mengalami kebocoran pada berbagai sisi:

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa penerimaan pajak dapat mengalami kebocoran

pada beberapa titik:

1. Tidak semua penghasilan yang diperoleh dari kegiatan perekonomian yang berlangsung

di suatu negara dilaporkan.

2. Ada penghasilan yang diperoleh dari aset yang disimpan di daerah off – shore sehingga

tidak kena pajak. Daerah off – shore dalam kaitannya dengan pajak berarti daerah yang

tidak mengenakan pajak atau pajaknya sangat rendah.

3. Perusahaan multinasional kerap dikenal kemampuannya untuk memperoleh perlakuan

perpajakan istimewa dari negara – negara berkembang, namun kemudian mengalihkan

penghasilan yang seharusnya kena pajak di sana ke negara lain (bisa jadi tax haven).

4. Persaingan dengan negara lain untuk menarik investasi asing, tekanan internasonal,

liberalisasi perdagangan, serta lobi – lobi dari orang – orang kaya, perusahaan

Shadow economy Gross Domestic

Product (GDP)

Penghasilan Kena Pajak

Penerimaan Pajak

Kebocoran 1

Kebocoran 1 Kebocoran 1

Kebocoran 1

Kebocoran 1 Penghasilan yg disimpan di daerah

Penghasilan dr shadow economy

Penghasilan yg dipindahkan ke

negara lain

Kebocoran akibat tax

competition

Pajak terutang tetapi tidak dibayar

Perekonomian Negara

Page 2: tax planning

multinasional, dan importir bisa menyebabkan turunnya tarif pajak yang harus mereka

tanggung ini mengakibatkan turunnya penerimaan pajak.

5. Kebocoran terakhir terjadi bila ada pajak yang sudah terutang namun karena berbagai

alasan tidak dibayar.

B. TAX AVOIDANCE

OECD hanya memberikan gambaran bahwa tax avoidance biasanya dipergunakan

untuk menjelaskan usaha – usaha Wajib Pajak untuk mengurangi beban pajaknya. Prebble

dan Prebble misalnya mencoba menjelaskan makna tax avoidance dengan menenpatkannya

dalam konteks tax evision dan tax mitigation. Kedua penulis ini menyatakan bahwa tax

avoidance terletak di antara tax evasion dan tax mitigation. Kalau tax evasion berarti

memberikan pernyataan yang tidak benar atas kondisi peghasilan Wajib Pajak dan karenanya

ilegal. Tax mitigation di sisi lain adalah mengatur sedemikian rupa agar pajak yang harus

dibayar serendah mungkin.

Tax avoidance sendiri sebenarnya mempunyai beberapa karakteristik di antaranya:

1. Transaksi seringkali semu

2. Transaksi yang dilaksanakan tidak mempunyai makna secara ekonomis yang berarti

3. Tidak terdaapat unsur risiko

4. Adanya usaha – usaha untuk mengeksploitasi celah – celah dalam peraturan

perpajakan.

Dalam aktivitas – aktivitas tax aviodance, seringkali Wajib Pajak mengeksploitasi

peraturan yang sebenarnya ditujukan untuk mengurangi unsur – unsur ketidakadilan di dalam

aturan perpajakan. Bisa juga Wajib Pajak menggunakan berbagai struktur legal untuk

“melindungi” transaksi yang sebenarnya dilaksanakan. Dalam konteks internasional, tax

avoidance terjadi misalnya pada:

1. Wajib Pajak yang megubah status residence – nya ke wilayah lain yang pajaknya lebih

rendah.

2. Wajib Pajak dapat mengalihkan penghasilannya ke entitas lain, misalnya perusahaan

atau mungkin trust yang didirikan di tax haven.

3. Wajib Pajak dapat mendirikan anak perusahaan di negara lain yang di desain untuk

menerima adanya tax penghasilan dari luar negeri atau untuk menerima pembagian

dividen dari perusahaan – perusahaan lain yang dimiliki di negara lainnya.

Page 3: tax planning

4. Wajib Pajak dapat mengukur pembayaran dividen yang diterimanya dari negara lain

melalui satu lembaga yang didirikan di suatu negara yang mempunyai tax treaty dengan

negara asal pembayar dividen. Karena dalam tax treaty biasanya tarif withholding tax

diturunkan, maka dengan treaty Wajib Pajak dapat mengurangi beban pajakknya.

Peraturan – peraturan anti avoidance sifatnya bisa special anti avoidance atau general

anti avoidance. Aturan – aturan yang termasuk ke dalam special anti avoidance hanya berlaku

dalm satu konteks tertentu saja. Ketentuan anti avoidance ini biasanya kemudian disertai

dengan pemberian wewenang kepada otoritas pajak untuk merekonstruksi transaksi itu sesuai

dengan kondisi pasar dan menghitung pajak terutang berdasarkan transaksi rekonstruksi ini.

C. PRINSIP PAJAK INTERNASIONAL

Pada dasarnya, penghasilan yang mengalir dari satu negara ke negara yang lain harus

dikenakan pajak. Negara yang mengenakan pajak ini bisa negara tempat penghasilan itu

diterima (residence country). Apabila negara sumber penghasilan dan negara residence

keduanya mengenakan pajak atas penghasilan dan negara residence keduanya mengenakan

pajak atas penghasilan yang sama, maka terjadi pemajakan berganda. Biasanya dalam

ketentuan perpajakan suatu negara terdapat aturan – aturan yang fungsinya adalah untuk

menghindari pajak berganda seperti ini. Mekanismenya bisa dengan memberikan kredit atas

pajak yang telah dibayar di luar negeri atau dengan mengecualikan penghasilan yang

diperoleh dari luar negeri dari pengenaan pajak. Selain dalam ketentuan – ketentuan

perpajakan, negara sumber penghasilan dan negara residence bisa berunding untuk

merumuskan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B).

Ada dua model yang sering digunakan sebagai landasan dalam penyusunan P3B, yaitu

model yang berdasarkn OECD dan PBB. Model dari PBB cenderung lebih menguntungkan

negara sumebr penghasilan bukan negara – negara residence, yang umumnya adalah negara –

negara maju (anggota OECD). Dalam model OECD, laba usaha hanya bisa dikenakan pajak

di negara sumber penghasilan itu bisa diterima oleh permanent establishment (Bentuk Usaha

Tetap/BUT). Namun demikian kalau penghasilan yang diterima itu berupa bunga. Dividen,

atau royalti, maka yang berhak mengenakan pajak adalah negara sumber penghasil melalui

mekanisme withholding tax. Kemudian kalau penghasilan itu berupa laba usaha, maka

selanjutnya harus dilihat apakah penghasilan itu diperoleh oleh BUT.

Page 4: tax planning

Kalau ada perusahaan multinasional yang mempunyai usaha di beberapa negara

sekaligus yang mempunyai tarif pajak yang berbeda – beda maka bisa jadi penghasilan ynag

berasal dari negara yang mempunyai tarif pajak tinggi dialihkan ke negara lain yang tarif

pajaknya lebih rendah. Kemudian bagaimana transfer pricing dapat menimbulkan

“kerusakan” pada sistem perpajakan internasional yang telah didiskusikan. Efeknya akan

lebih parah apabila tax haven juga ikut dipergunakan. Negara - negara berkembang

cenderung lebih khawatir atas erosi penerimaan pajak dari penghasilan perusahaan –

perusahaan global yang diperoleh dari kegiatan usaha yang dilaksanakan di negara – negara

berkembang sedangkan negara maju lebih memperhatikan masalah pengenaan pajak atas

perusahaan – perusahaan yang asalnya dari sana.

D. APA YANG SALAH???

Bagaimana kaitan antara tax avoidance dengan perpajakan internasional? Ternyata

sistem perpajakan internasional yang diberakukan saat ini masih mempunyai kekurangan.

Dari berbagai tindakan tax avoidance yang ada, survey yang yang dilaksanakan Earnst and

Young menunjukkan bahwa aktivitas yang relative penting adalah transfer pricing.

Perusahaan – perusahaan yang beroperasi secara global mempunyai banyak cabang di

berbagai negara. Ketika anak – anak perusahaan ini mengadakan transaksi satu dengan yang

lain, maka harus ditetapkan satu harga (transfer price) untuk memberikan nilai pada transaksi

itu. Kalau misal ada anak perusahaan yang terletak di negara yang tariff pajaknya rendah,

maka bisa jadi ada insentif untuk memindahkan sebanyak mungkin penghasilan ke negara itu.

Jadi secara umum, negara yang mempunyai tarif pajak tinggi lebih rawan dibandingkan

dengan negara lain yang tarif pajaknya lebih rendah.

E. TAX HAVEN

Definisi pastinya sendiri relatif cukup sulit dirumuskan. Menurut OECD, salah satu

indicator apakah suatu negara termasuk tax haven adalah dengan melihat apakah negara itu

sudah dikenal luas sebagai tax haven atau tidak. Inilah yang disebut dengan reputation test.

Namun demikian, lembaga ini mengidentifikasi beberapa factor yang dapat dipergunakan

untuk mengidentifikasi tax haven, yaitu:

1. Tidak ada pajak atau kalau ada, tarifnya sangat kecil.

2. Minimnya ketersediaan mekanisme pertukaran informasi

3. Kurang transparan.

Page 5: tax planning

4. Tidak ada kegiatan usaha yang signifikan.

Perusahaan yang didirikan di tax haven biasanya tidak diizinkan untuk melakukan

kegiatan usaha di negara itu, dengan asumsi bahwa kegiatan bisnisnya akan dilakukan di

negara lain. Namun demikian, nominee name diperbolehkan. Nominee name adalah orang

yang dibayar untuk mengaku bahwa dirinya adalah pengurus suatu perusahaan (di tax haven)

meskipun sebenarnya dia sama sekali tidak ada kaitan dengan perusahaan itu.

Bentuk usaha seperti ini menyulitkan aparat berwewenang untuk mengetahui

transaksi yang sebenarnya untuk mengetahui transaksi yang sebenarnya terjadi dan siapa –

siapa yang terlibat. Di sisi lain, para pihak yang melaksanakan transaksi dapat menyatakan

bahwa transaksi itu tidak silaksanakan di negara tempat mereka berasal. Inilah yang membuat

tax haven ideal untuk menyembunyikan berbagai aktivitas, di antaranya tax avoidance dan

tax evasion.

PASSIVE INVESTMENT

Tax haven bisa dipergunakan untuk menerima penghasilan yang diperoleh dari

passive investment (misalnya dividen, bunga, dan royalti). Untuk keperluan ini, biasanya

didirikan satu anak perusahaan atau trust di tax haven untuk melakukan passive investment.

Sebagai akibatnya, pembayaran pajak atas hasil investasi yang seharusnya dibayar oleh

perusahaan induk dapat ditunda. Negara asal perusahaan induk baru bisa mengenakan pajak

ketika penghasilan itu dibayarkan oleh anak perusahaan atau trust. Dengan demikian

pengenaan pajaknya bisa ditunda. Hal seperti ini bisa ditunda. Hal – hal seperti inilah yang

dikenal dengan tax deferral.

Karena sifatnya yang menunda, maka sebenarnya cepat atau lambat, uang yang

terkumpul di tax haven akan direpatriasi ke negara asal, sehingga pajak dapat dikenakan.

Selain itu, dengan membiarkan tax deferral berlangsung sama saja dengan memberikan

pinjaman tanpa bunga dan tanpa jangka waktu pelunasan. Bisa pula penghasilan berupa

dividen yang diperoleh dari passive investment diubah menjadi capital gain dengan cara

menjual saham di anak perusahaan yang didirikan di tax haven.

F. SITUASI NEGARA BERKEMBANG

Di negara – negara maju, teknik – teknik transfer pricing dengan menggunakan tax

haven relative sudah jarang dipergunakan. Di Australi misalnya sudah terdapat aturan –

Page 6: tax planning

aturan untuk menangkal tax deferral. Kalau wajib pajak menggunakan perusahaan yang

didirikan di luar negeri, maka mereka akan “tertangkap” oleh aturan controlled foreign

company.selain itu mereka juga menggunakna aturan – aturan foreign investment fund.

Seandainya WP lolos dari keduanya, masih ada General Anti Avoidance Provisions.

Bagaimana negara berkembang jauh berbeda kondisinya, identifikasi permasalahannya yang

dihadapi negara-negara berkembang yaitu:

1. Kurangnya aturan yang dapt dipergunakan sebagai landasan hokum untuk mengatasi

masalah transfer pricing

2. Negara-negara berkembang seringkali tidak mempunyai tenaga terlatih dalam hal

transfer pricing

3. Data-data yang diperlukan untuk menentukan arm’s length price seringkali sulit

diperoleh

4. Kalaupun ada kasus transfer pricing yang teridentifikasi, proses penyelesainnya sering

membutuhkan waktu yang lama.

Kemudian, negara-negara maju sendiri juga sering berlaku tidak adil. Aturan-aturan

hukum mereka dan guideline-guideline yang disusun OECD didesain sedemikian rupa kalau

diikuti hanya sebagian kecil saja penghasilan perusahaan multinasional yang bisa dikenakan

pajak di negara –negara berkembang.

ABUSE OF TRANSFER PRICING MELALUI TAX HAVEN COUNTRIES

A. PENDAHULUAN

Penghindaran pajak secara internasionaln sering dilakuakn dengan berbagai skema,

adapun skema yang sering dilakukan : transfer pricing, treaty shoppinh, thin capitalization,

dan controlled foreign company. Para peneliti di bidang perpajakan internasional pada

umumnya membagi tax haven countries yaitu:

1. Classical tax haven, negara yang tidak mengenakan pajak penghasilan sama sekali

atau menerapkan tariff paajk penghasilan yang rendah

2. Tax haven, negara yang menerapkan pembebasan pajak atas sumber penghasilan yang

diterima dari luar negeri

3. Special tax regime, negara yang memberikan fasilitas pajak khususn bagi daerah-

daerah tertentu di wilayah negaranya

Page 7: tax planning

4. Treaty tax haven, negara yang mempunyai treaty network yang sangat baik serta

menerapkan tarif pajak yang rendah untuk withholding tax dan passive income.

B. DEFINISI TAX HAVEN COUNTRIES

OECD menyatakan bahwa tax haven countries tidak dapat untuk didefinisikan secara

tegas karena tax haven countries ini sifatnya sangat relative, yaitu tergantung kepada

ketentuan masing-masing negara dalam mendefinisikannya. Oleh karena itu, suatu negara

akan diklasifikasikan sebagai suatu tax haven country atau tidak oleh negara lain tergantung

dengan definisi tax haven countries yang diberikan oleh negara lainnya tersebut. Dalam

Internasional Tax Glossary, tax haven country diartikan sebagai negara yang mengenakan

pajak dengan tarif rendah atau tidak mengenakan pajak sama sekali, serta sangat menjaga

kerahasian informasi perpajakan dan WP yang berdomisili di negaranya.

C. KETENTUAN PERPAJAKAN INDONESIA ATAS TAX HAVEN COUNTRIES

Terdapat beberapa ketentuan perpajakan di Indonesia yang terkait dengan tax haven

countries yaitu KM-650/KMK.04/1994 yang membuat daftar negara-negara yang

dikategorikan sebagai tax haven countries. Selain itu ada juga SE-04/PJ.34/2005 tentang

petunjuk penetapan criteria “beneficial owner” sebagimana tercantum dalam P3B

( Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda). Di samping kedua ketentuan tersebut terdapat

lagi ketentuanlaian yang terkait dengan tax haven countries yaitu SE-04/PJ.7/1993 tentang

Petunjuk Penanganan Kasus Transfer Pricing

D. KETENTUAN PERPAJAKN NEGARA LAIN ATAS TRANSFER PRICING

a. Malaysia

Otorisasi pajak Malaysia memberikan perhatian yang besar atas transaksi hubunagn

istimewa yang melibatkan negra Singapura dan Hongkong, karena dua negara tersebut

mendaoat status “quasi tax haven countries”

b. Taiwan

Salah satu criteria yang digunakan oleh Taiwan Tax Revenue Board unruk melakuakn

pemeriksaan atas transaksi transfer pricing adalah jiak terdapat saalh satu grup dari WP

didirikan di tax haven countries.

Page 8: tax planning

c. Korea Selatan

Korea Selatan mentapkan negara yang masuk dlam daftar negara tax haven adalh

Irlandia, Belgia, Belanda, serta offshare financial centers seperti Labunana Malaysia

d. Jepang

Berdasarkan ketentuan anti-tax haven rule Jepang, Singapura dikategorikan sebagai

negara tax haven pada saat Singapura merubah tariff pajak penghasialn perusahaan menjadi

lebih kecil dari 25% di akhir tahun 1998.

e. Perancis

Otoritas pajak Perancis menetapkan dua sumsi negative terhadap perlakuakn

perpajakan atas yang melakuakn transaksi melalui tax haven countries, yaitu bukan

merupakan transaksi komersial dan jika bukan merupakan transaksi komersial maka harga

langsung dianggap tidak berdasarkan harga pasar wajar.

f. Italia

Di Italia untuk memastiakn bahwa perusahaan di luar negeri yang berlokasi di tax

haven countries benar-benar melakuakn aktiviats usaha komersial, mak otoritas pajak di Iytali

mewajibakan adanya ketentuan mengenaai dokumen-dokumen yang ahrus diberikan untuk

dilakuakn pengujain secar kuantitatif dan kualitatif.

g. Brasil

Berdasrkan daftar negar yang dikategoriukan sebagi tax haven counties (sebanyak 50

negara), ternyata Brasil memasukkan Singapura ke daalm daftar tersebut sebagai slah satu

negara tax haven

CONTOLLED FOREIGN CORPORATION (CFC) DAN TRANSFER PRICING

A. Pendahuluan

Meningkatnya transaksi internasional mendukung pula peningkatan cara-cara

penghindaran pajak internasional yang dilakukan perusahaan-perusahaan multinasional, salah

satunya menggunakan tax haven country sebagai tempat persinggahan pajak yang

menmapung dana yang mudah dipindahtangankan. Untuk memperoleh fasilitas dari negara

tax haven country perusahaan multinasional mendirikan anak perusahaan di negara tax haven

country tersebut, dengan tujuan agar dapat menggeser labanya dari negara yang tarif

Page 9: tax planning

pajaknya tinggi ke negara tax haven melalui anak perusahaanya sebagai perantara. Salah satu

cara yang dilakukan WPDN antara lain menerapkan transfer pricing barang dan jasa serta

pengalihan penghasilan dari intangible property keluar negeri melalui anak perusahaannya

yang dikendaliakn atau disebut dengan Controlled Foreign Corporation (CFC).

B. Tax Avoidence melalui CFC

Sebenarnya WPDN dapat melakukan kegiatan usaha atau investasi ke luar negeri

melalui berbagai cara misalnya direct export, license arrangements, branch of domestic,

partnership, and subsidiary. Di mana masing-masing memiliki konsekuensi berbeda

khususnya dalm bidang perpajakan. Salah satu yang membedakan subsidiary dengan yang

lainnya adaalh adanya prinsip separate tax entities, pemegang saham dari suatu perusahaan di

luar negeri umumnya tidak akn dikenakan pajak atas bagian dari pendapatan perusahaan

tersebut kecuali memperoleh deviden dari perusahaan. Entitas yang didirikan di luar negeri di

mana WPDN memiliki pengendalian biasanya dikenal sebagai Controlled Foreign

Corporation atau Controlled Foreign Companies (CFC).

Keberadaan CFC ada yang didirikan tidak untuk tujuan bisnis melainkan dalam

rangka penghindaran pajak. Daalm hal ini perusahaan tidak memiliki aktiviats bisnis pada

umumnya. Rekayasa penghindaran biasanya dilakukan atas passive income (bunga, deviden,

dan royalti), hal tersebut dapt mengurangi penerimaan pajak domestik karena penghasilannya

ditransfer ke negara di mana CFC didirikan. Kriteria penentuan suatu negara sebagai low tax

country atau tax haven country berbeda-beda, umumnya istilah ini digunakan untuk

menggambarkan suatu negara yang secara nyata tidak mengenakan pajak, pengecualian

penghasilan yang bersumber dari luar negeri. OECD menyebutkan beberapa ciri negara

antara lain: (1) lack of effective exchange of information, (2) lack of transparency, dan (3) no

requirement for substansial activities

Ada beberapa cara untuk melakukan tax avoidance berhubungan dengan penggunaan

CFC, antara lain sebagai berikut:

1. WP dapt mengalihkan pendapatan yang bersumber dari dalam negeri ke entitas di

luar negeri yang dikuasainya dan didirikan di negara tax haven country

2. WP dapat mendirikan anak perusahaan di negara tax haven country untuk

memperoleh sumber pendapatan di luar negeri dan untuk menerima deviden dari

anak perusahaan di luar negeri tersebut

Page 10: tax planning

C. Pengalihan Penghasilan melalui Transfer Pricing of Goods and Services

Transaksi dengan menggunkan transfer pricing termasuk dalam base company

income di mana perusahaan di luar negeri tersebut memperoleh keuntungan dari transaksi

penjualan dan pembelian kepada perusahaan afiliasi termasuk pemberian jasa. Hal tersebut

dipicu dengan adnya perbedaan perlakuan perpajakan antara ketentuan domestik dengan

negara tempat CFC didirikan. Perbedaan pajak tersebut mendorong perusahaan untuk

mengalihkan keuntungannya ke negara yang termasuk tax haven country.

Adanya hubunagn istimewa antara induk denagn anak perusahaannya tersebut

mendorong kedua pihak untuk menggunkan harga transfer yang berbeda apabila dilakukan

dengan pihak lain. Adanya perbedaan harga tersebut menyalahi konsep arm’s length

principle di mana harga antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa seharusnya

mencerminkan realitas ekonomi sebagimana bila transaksi tersebut dilakukan dengan pihak

yang tidak memilki hubungan istimewa. Tidak jarang CFC yang didirikan merupakan

perusahaan maya yang tidak memilki usaha aktif namun digunakan sebagai mediasi untuk

menutupi transaksi yang sebenarnya.

D. Pengalihan Penghasilan melalui Transfer of Intangible Property

Salah satu cara yang dilakukan suatu perusahaan dalam mengurangi pengenaan pajak

di dalam negerinya adalah mengalihkan penghasilan yang bersumber dari intangible property

kepada perusahaan anaknya yang berada di luar negara yang berbeda. Metode pengalihan

penghasilan baik untuk barang dan jasa maupun intangible property dapat dilakukan dengan

menggunakn transfer pricing

Perusahaan induk sebagai pemegang lisensi atau royalty seharusnya memperoleh

pembayaran dari pihak pemakai baik dari dalam maupun luar negeri. Pembayaran tersebut

akan menjadi penghasilan yang akan dikenakan pajak di negara domisili. Namun perusahaan

dapat memanfaatkan keberedaan CFC di tax haven countries sebagai penampung penghasilan

yang diperoleh terutaam dari negara lain. Potensi kerugian terjadi apabila antara induk

perusahaan dan CFC melakukan praktek transfer pricing untuk menggeser labanya dan

mengalihkan penghasilan atas intangible porperty yang seharusnya diterima melalui CFC.

Hal yang seharusnya diperhatikan dalam membuktikan adanya tax avoidance adalah adanya

perbedaan perlakuan pajak antara negara domisili dengan negara lain yang menjadi alasan

untuk WPDN untuk menunda atau mengalihkan penghasilannya.

Page 11: tax planning

E. Anti Tax Avoidance dengan CFC Rules

Perusahaan induk akan memperoleh keuntungan fiskal jika perusahaanya dikenakan

pajak yang lebih rendah di luar negeri atau bahkan tidak dikenakan pajak sama sekali

daripada jika perusahaan tersebut dikenakan di dalam negeri. Laba yang diperoleh

perusahaan CFC akan dikenakan pajak di negara tempat pemegang saham berdomisili ketika

perusahaan tersebut telah melakukan pembayaran devidennya. Tidak adanya atau tertundanya

deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham membuat negara tempat pemegang

saham berdomisili tidak mempunyai hak memungut pajak atas deviden yang seharusnya

dibayar tersebut tanpa adanay ketentuan atau legislasi khusus sebagai bentuk anti avoidance

rule.

Salah satu upaya untuk mencegah WPDN melakukan penghindaran pajak adalah

dengan menerapkan CFC Legislation atau CFC Rules, ini dirancang untuk mencegah

perusahaan-perusahaan di luar negeri yang dikuasi oleh WPDN dari penghindaran pengenaan

pajak dengan tidak mendistribusikan laba usahanya di negara-negara tax haven. Selain itu

CFC Rules dapat digunakan sebagai pelengkap bahkan dapat digunakan senjata yang lebih

ampuh untuk mencegah pemegang saham mereloksi penghasilannya ke anak perusahaah di

laur negeri (CFC) melalui transfer pricing.

F. Mekanisme CFC Rules

Dengan adanya CFC Rules maka kerugian yang dialami negara tempat pemegang

saham akibat ditundanya atau tidak dibayarkannya deviden dari pengalihan penghasilan ke

luar negeri dapat diperkecil. Mengingat deviden merupakan penghasilan pasif atau kapital

yang pemajakan per basis penerimaan maka dengan adanya ketentuan CFC Rules

memberlakukan ketentuan “accrual taxation” walaupun belum ada realisasi pembayaran.

Ketentuan CFC Rules diaplikasikan berbeda-beda sesuai dengan ketentuan domestik

masing-masing negara, ada beberapa poin penting diperoleh dari perbandingan konsep

diberbagai negara antara lain:

1. Entitas di luar negeri tersebut dalam ketentuan perpajakannya diperlakukan secara

terpisah dari pemegang saham domestiknya

2. Adanya unsur pengendalian dari pemegang saham domestiknya yang dapat

diketahui dengan control test baik dengan de jure atau de facto.

3. Sebagian negara penganut CFC Rules memberikan batasan minimum bagi para

pemegang sahamnya dalam bentuk minimum kepemilikan jumlah saham CFC

atau jumlah pemegang saham dalam negerinya.

Page 12: tax planning

4. Semua negara yang menerapkan CFC Rules menggunakan pengendalian atau

memiliki pengaruh yang substansial baik secara langsung dan tidak langsung

5. Ada dua pendekatan untuk menggolongkan suatu attributable income yang

diperoleh CFC yang akan dikenakan pajak pada tingkat pemegang saham yaitu:

- Entity approach, metode ini biasanya memfokuskan pada negara tempat CFC

didirikan

- Transaction approach, metode ini hanya memfokuskan pada jenis penghasilan

pasif terutama dari passive investment income dan base company income yang

diperoleh CFC di manapun berada

6. Umumnya mekanisme perhitungan pengahsilan kena pajak mengunakan

ketentuan domestik mengingat banyaknya fasilitas yang diberikan negara tax

haven

7. Beberapa negara mempunyai pengecualian terhadap CFC Relus misalnya tidak

diterapakn atas active income, distribution exemption, dan saham yang dijual di

bursa namun dengan jumlah minimum.