tatalaksana

5
E. Pemeriksaan Penunjang Foto polos kepala untuk ‘triage’ penderita cedera kepala, mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang. Foto servikal untuk menilai apakah ada terdapat fraktur, dislokasi, sublikasi, atau pelebaran ruang di antara processus spinosus. Indikasi pemeriksaan foto servikal yaitu jejas di leher, nyeri di leher, gejala neurologis kelainan spinal dan pasien tidak sadar. 11 CT scan untuk mengidentifikasi luasnya lesi perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Indikasi pemeriksaan CT scan yaitu pasien dengan koma setelah resusitasi, GCS kurang dari 15 atau terdapat penurunan kesadaran, pasien cedera kepala yang disertai dengan fraktur tengkorak, adanya tanda klinis fraktur basis crania, pasien disertai dangan kejang, kebingungan dan adanya tanda neurologis fokal, sakit kepala berat yang menetap, mual dan muntah 1,10 F. Penatalaksanaan Pengelolaan awal terhadap pasien trauma yaitu survei primer (ABCDE), resusitasi, survei sekunder dan perawatan definitif.

Upload: chairunnisa-kusumawardhani

Post on 16-Jan-2016

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tatalaksana

TRANSCRIPT

Page 1: tatalaksana

E. Pemeriksaan Penunjang

Foto polos kepala untuk ‘triage’ penderita cedera kepala, mendeteksi perubahan struktur

tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang. Foto servikal

untuk menilai apakah ada terdapat fraktur, dislokasi, sublikasi, atau pelebaran ruang di antara

processus spinosus. Indikasi pemeriksaan foto servikal yaitu jejas di leher, nyeri di leher, gejala

neurologis kelainan spinal dan pasien tidak sadar.11

CT scan untuk mengidentifikasi luasnya lesi perdarahan, determinan ventrikuler, dan

perubahan jaringan otak. Indikasi pemeriksaan CT scan yaitu pasien dengan koma setelah

resusitasi, GCS kurang dari 15 atau terdapat penurunan kesadaran, pasien cedera kepala yang

disertai dengan fraktur tengkorak, adanya tanda klinis fraktur basis crania, pasien disertai dangan

kejang, kebingungan dan adanya tanda neurologis fokal, sakit kepala berat yang menetap, mual

dan muntah1,10

F. Penatalaksanaan

Pengelolaan awal terhadap pasien trauma yaitu survei primer  (ABCDE), resusitasi,

survei sekunder dan  perawatan definitif. Tujuan dari survei primer adalah untuk segera

mencari cedera mengancam kehidupan pasien.8,10

Pemeriksaan jalan napas (airway), yaitu membersihkan jalan napas dengan

memperhatikan kontrol servikal. Pada setiap penderita multitrauma, bila ada penurunan

kesadaran atau jejas di atas dari klavikula, segera pasang cervical collar untuk immobilisasi

servikal. Bersihkan jalan napas dari segala sumbatan, benda asing, darah dari maksiofasial, gigi

yang patah. Lakukan intubasi jika pasien apnea, GCS kurang dari 8 atau ada bahaya aspirasi

akibat perdarahan fraktur maksilofasial. 9

Page 2: tatalaksana

Pemeriksaan pernafasan (breathing), tentukan apakah pasien bernapas spontan atau tidak.

Jika tidak, beri oksigen melalui masker oksigen. Jika pasien bernapas spontan, selidiki dan atasi

cedera dada berat. 9

Pemeriksaan sirkulasi (circulation) yaitu menilai sirkulasi. Hentikan semua perdarahan

dengan menekan arterinya. Ukur dan catat frekuensi denyut jantung dan tekanan darah, pasang

EKG bila tersedia. Pasang jalur inravena yang besar, ambil darah vena untuk pemeriksaan darah

perifer lengkap, ureum, elektrolit, glukosa, dan analisis gas darah arteri. Keadaan syok harus

segera diatasi, dengan pemberian cairan kristaloid melalui jalur intravena.

Survei sekunder atau pemeriksaan dari kepala sampai kaki pasien, tidak dimulai sampai tanda

vital pasien stabil kembali. 9

1. Prinsip-prinsip Umum Anestesi pada Manajemen Peningkatan   ICP

Gejala dan tanda-tanda untuk mengidentifikasi pasien dengan peningkatan ICP sebelum

operasi: sakit kepala, muntah, kejang, neurologi fokal, papilledema, tekanan darah meningkat

dan bradikardi, agitasi, mengantuk, koma, pernapasan cheyne stokes, apnea, dilatasi pupil

ipsilateral. Investigasi dengan mengevaluasi CT scan menilai adanya edema, pergeseran garis

tengah, lokasi / ukuran hematoma1,12

Tujuan manajemen cedera kepala yaitu mencegah peningkatan ICP. Tindakan

manajemen seperti menghindari meningkatkan aliran darah serebral dengan mencegah

hiperkarbia, hipoksia, hipertensi, dan hipertermia; hindari peningkatan tekanan vena; hindari

batuk dan kecemasan, posisi kepala di bawah guna mencegah edema serebral bertambah berat.12

Walaupun cairan dibatasi, sangatlah penting untuk mempertahankan volume intravaskular dan

CPP.  Kontrol tekanan darah dengan menggunakan cairan dan vasopressor bila perlu.

Page 3: tatalaksana

Pertahankan CPP lebih besar dari 70 mmHg, hindari substrat/obat anestesi yang meningkatkan

ICP. 14

2. Penatalaksanaan Pembedahan

Kriteria pasien rujukan ke Unit Bedah Saraf yaitu semua pasien dengan massa

intrakranial, cedera otak primer yang memerlukan ventilasi, fraktur depresi tulang tengkorak,

kebocoran CSF persisten, cedera tembus tengkorak, perburukan progresif dengan tanda-tanda

lesi massa intrakranial10

Untuk persiapan prabedah dilakukan: evaluasi status generalis, periksa darah rutin,

elektrolit dan cross match, pasang kateter dan pasang infus 2 jalur; usaha menurunkan ICP:

hiperventilasi (PaCO2 ± 30-35 mm Hg); atasi kejang: diazepam atau penthothal secara intravena;

terapi oksigen; koreksi segala keadaan patologis ekstrakranial yang mengancam; pemberian

antibiotik profilaksis sebelum operasi dimulai. 15,16

Pilihan obat anestesi yang digunakan yaitu thiopental atau propofol dikombinasikan

dengan remifentanil, fentanil atau sufentanil dosis disesuaikan. Pilihan obat pelumpuh otot non

depolarisasi adalah vekuronium atau atracurium.1,16

Pemantauan yang dilakukan selama anesthesia yaitu pemantauan respirasi meliputi

parameter volume tidal, frekuensi napas, dan tahanan jalan napas, PaCO2: 35 – 40 mmHg dan

PaO2 lebih besar dari 100 mmHg, kardiovaskular: EKG, tekanan darah, tekanan vena sentral,

fungsi ginjal: produksi urin ditampung dan diukur, keseimbangan elektrolit, suhu tubuh (secara

kontinyu), tekanan intrakranial (oleh dokter bedah saraf).16