tatalaksana
DESCRIPTION
tatalaksanaTRANSCRIPT
E. Pemeriksaan Penunjang
Foto polos kepala untuk ‘triage’ penderita cedera kepala, mendeteksi perubahan struktur
tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang. Foto servikal
untuk menilai apakah ada terdapat fraktur, dislokasi, sublikasi, atau pelebaran ruang di antara
processus spinosus. Indikasi pemeriksaan foto servikal yaitu jejas di leher, nyeri di leher, gejala
neurologis kelainan spinal dan pasien tidak sadar.11
CT scan untuk mengidentifikasi luasnya lesi perdarahan, determinan ventrikuler, dan
perubahan jaringan otak. Indikasi pemeriksaan CT scan yaitu pasien dengan koma setelah
resusitasi, GCS kurang dari 15 atau terdapat penurunan kesadaran, pasien cedera kepala yang
disertai dengan fraktur tengkorak, adanya tanda klinis fraktur basis crania, pasien disertai dangan
kejang, kebingungan dan adanya tanda neurologis fokal, sakit kepala berat yang menetap, mual
dan muntah1,10
F. Penatalaksanaan
Pengelolaan awal terhadap pasien trauma yaitu survei primer (ABCDE), resusitasi,
survei sekunder dan perawatan definitif. Tujuan dari survei primer adalah untuk segera
mencari cedera mengancam kehidupan pasien.8,10
Pemeriksaan jalan napas (airway), yaitu membersihkan jalan napas dengan
memperhatikan kontrol servikal. Pada setiap penderita multitrauma, bila ada penurunan
kesadaran atau jejas di atas dari klavikula, segera pasang cervical collar untuk immobilisasi
servikal. Bersihkan jalan napas dari segala sumbatan, benda asing, darah dari maksiofasial, gigi
yang patah. Lakukan intubasi jika pasien apnea, GCS kurang dari 8 atau ada bahaya aspirasi
akibat perdarahan fraktur maksilofasial. 9
Pemeriksaan pernafasan (breathing), tentukan apakah pasien bernapas spontan atau tidak.
Jika tidak, beri oksigen melalui masker oksigen. Jika pasien bernapas spontan, selidiki dan atasi
cedera dada berat. 9
Pemeriksaan sirkulasi (circulation) yaitu menilai sirkulasi. Hentikan semua perdarahan
dengan menekan arterinya. Ukur dan catat frekuensi denyut jantung dan tekanan darah, pasang
EKG bila tersedia. Pasang jalur inravena yang besar, ambil darah vena untuk pemeriksaan darah
perifer lengkap, ureum, elektrolit, glukosa, dan analisis gas darah arteri. Keadaan syok harus
segera diatasi, dengan pemberian cairan kristaloid melalui jalur intravena.
Survei sekunder atau pemeriksaan dari kepala sampai kaki pasien, tidak dimulai sampai tanda
vital pasien stabil kembali. 9
1. Prinsip-prinsip Umum Anestesi pada Manajemen Peningkatan ICP
Gejala dan tanda-tanda untuk mengidentifikasi pasien dengan peningkatan ICP sebelum
operasi: sakit kepala, muntah, kejang, neurologi fokal, papilledema, tekanan darah meningkat
dan bradikardi, agitasi, mengantuk, koma, pernapasan cheyne stokes, apnea, dilatasi pupil
ipsilateral. Investigasi dengan mengevaluasi CT scan menilai adanya edema, pergeseran garis
tengah, lokasi / ukuran hematoma1,12
Tujuan manajemen cedera kepala yaitu mencegah peningkatan ICP. Tindakan
manajemen seperti menghindari meningkatkan aliran darah serebral dengan mencegah
hiperkarbia, hipoksia, hipertensi, dan hipertermia; hindari peningkatan tekanan vena; hindari
batuk dan kecemasan, posisi kepala di bawah guna mencegah edema serebral bertambah berat.12
Walaupun cairan dibatasi, sangatlah penting untuk mempertahankan volume intravaskular dan
CPP. Kontrol tekanan darah dengan menggunakan cairan dan vasopressor bila perlu.
Pertahankan CPP lebih besar dari 70 mmHg, hindari substrat/obat anestesi yang meningkatkan
ICP. 14
2. Penatalaksanaan Pembedahan
Kriteria pasien rujukan ke Unit Bedah Saraf yaitu semua pasien dengan massa
intrakranial, cedera otak primer yang memerlukan ventilasi, fraktur depresi tulang tengkorak,
kebocoran CSF persisten, cedera tembus tengkorak, perburukan progresif dengan tanda-tanda
lesi massa intrakranial10
Untuk persiapan prabedah dilakukan: evaluasi status generalis, periksa darah rutin,
elektrolit dan cross match, pasang kateter dan pasang infus 2 jalur; usaha menurunkan ICP:
hiperventilasi (PaCO2 ± 30-35 mm Hg); atasi kejang: diazepam atau penthothal secara intravena;
terapi oksigen; koreksi segala keadaan patologis ekstrakranial yang mengancam; pemberian
antibiotik profilaksis sebelum operasi dimulai. 15,16
Pilihan obat anestesi yang digunakan yaitu thiopental atau propofol dikombinasikan
dengan remifentanil, fentanil atau sufentanil dosis disesuaikan. Pilihan obat pelumpuh otot non
depolarisasi adalah vekuronium atau atracurium.1,16
Pemantauan yang dilakukan selama anesthesia yaitu pemantauan respirasi meliputi
parameter volume tidal, frekuensi napas, dan tahanan jalan napas, PaCO2: 35 – 40 mmHg dan
PaO2 lebih besar dari 100 mmHg, kardiovaskular: EKG, tekanan darah, tekanan vena sentral,
fungsi ginjal: produksi urin ditampung dan diukur, keseimbangan elektrolit, suhu tubuh (secara
kontinyu), tekanan intrakranial (oleh dokter bedah saraf).16