tata kelola etis dan akuntabilitas-sesi4

6
TATA KELOLA ETIS DAN AKUNTABILITAS Sebagaimana kita tahu bahwa banyak sekali perusahaan-perusahaan yang sudah berkembang pesat tetapi tidak dapat mempertahankan keberadaan/operasinya. Hal tersebut diakibatkan oleh banyak factor, antara lain factor ekonomi dan industry, serta yang lebih penting lagi oleh system tata kelola perusahanan itu sendiri. Terminologi Good Governance (GG) dalarn bahasa dan pemahaman masyarakat termasuk disebagian elite politik, sering rancu. Setidaknya ada tiga terminologi yang sering rancu yaitu Good Governance (tata pemerintahan yang balk), Good Goverment (Pemerintahan yang balk), dan clean governance (pernerintahan yang bersih). Good Governance menurut Bank Dunia (World Bank) adalah cara kekuasaan digunakan dalam mengelola berbagai sumberdaya sosial dan ekonomi untuk pengembangan masyarakat (The way state power is used in managing economic and social resources for development of society). Latar belakang munculnya Good Corporate Governance Good Corporate Governance atau dikenal dengan nama Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (selanjutnya disebut “GCG”) muncul tidak semata- mata karena adanya kesadaran akan pentingnya konsep GCG namun dilatar belakangi oleh maraknya skandal perusahaan yang menimpa perusahaan-perusahaan besar. Joel Balkan (2002) mengatakan bahwa perusahaan (korporasi) saat ini telah

Upload: bayugiri

Post on 01-Jul-2015

566 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: TATA KELOLA ETIS DAN AKUNTABILITAS-sesi4

TATA KELOLA ETIS DAN AKUNTABILITAS

Sebagaimana kita tahu bahwa banyak sekali perusahaan-perusahaan yang sudah

berkembang pesat tetapi tidak dapat mempertahankan keberadaan/operasinya. Hal

tersebut diakibatkan oleh banyak factor, antara lain factor ekonomi dan industry, serta

yang lebih penting lagi oleh system tata kelola perusahanan itu sendiri.

Terminologi Good Governance (GG) dalarn bahasa dan pemahaman masyarakat

termasuk disebagian elite politik, sering rancu. Setidaknya ada tiga terminologi yang

sering rancu yaitu Good Governance (tata pemerintahan yang balk), Good Goverment

(Pemerintahan yang balk), dan clean governance (pernerintahan yang bersih).

Good Governance menurut Bank Dunia (World Bank) adalah cara kekuasaan

digunakan dalam mengelola berbagai sumberdaya sosial dan ekonomi untuk

pengembangan masyarakat (The way state power is used in managing economic and

social resources for development of society).

Latar belakang munculnya Good Corporate Governance Good Corporate

Governance atau dikenal dengan nama Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

(selanjutnya disebut “GCG”) muncul tidak semata- mata karena adanya kesadaran

akan pentingnya konsep GCG namun dilatar belakangi oleh maraknya skandal

perusahaan yang menimpa perusahaan-perusahaan besar. Joel Balkan (2002)

mengatakan bahwa perusahaan (korporasi) saat ini telah berkembang dari sesuatu

yang relatif tidak jelas menjadi institusi ekonomi dunia yang amat dominan.

Kekuatan tersebut terkadang mampu mendikte hingga ke dalam pemerintahan

suatu negara, sehingga mejadi tidak berdaya dalam menghadapi penyimpangan

perilaku yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh tersebut. Semua

itu terjadi karena perilaku tidak etis dan bahkan cenderung kriminal-yang dilakukan

oleh para pelaku bisnis yang memang dimungkinkan karena kekuatan mereka yang

sangat besar disatu sisi, dan ketidakberdayaan aparat pemerintah dalam

menegakkan hukum dan pengawasan atas perilaku para pelaku bisnis tersebut;

disamping berbagai praktik tata kelola perusahaan dan pemerintahan yang buruk.

Page 2: TATA KELOLA ETIS DAN AKUNTABILITAS-sesi4

Salah satu dampak signifikan yang terjadi adalah krisis ekonomi di suatu negara,

dan timbulnya praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Sebagai akibat adanya

tata kelola perusahaan yang buruk oleh perusahan- perusahaan besar yangmana

mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan para investor,

seperti yang terjadi di Amerika pada

awal tahun 2000 dan tahun 2008 yang mengakibatkan runtuhnya beberapa

perusahan besar dan ternama dunia; disamping juga menyebabkan krisis global

dibeberapa belahan negara dunia. Sebagai contoh, untuk mengatasi krisis tersebut,

pemerintah amerika mengeluarkan Sarbanes-Oxley Act tahun 2002; undang-

undang dimaksud berisikan penataan kembali akuntansi perusahaan publik, tata

kelola perusahaan dan perlindungan terhadap investor. Oleh karena itu, undang-

undang ini menjadi acuan awal dalam penjabaran dan penciptaan GCG di berbagai

negara. Konsep GCG belakangan ini makin mendapat perhatian masyarakat

dikarenakan GCG memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antar para

pemangku kepentingan di dalam suatu organisasi yang mencakup (a) hak-hak para

pemegang saham (shareholders) dan perlindungannya, (b) peran para karyawan

dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya, (c) pengungkapan

(disclosure) yang akurat dan tepat waktu, (d) transparansi terkait dengan struktur

danoperasi perusahaan, (e) tanggungjawab dewan komisaris dan direksi terhadp

perusahaan itu sendiri, kepada para pemegang saham dan pihak lain yang

berkrpentingan.

Pada awalnya, istilah “Corporate Governance” pertama kali dikenalkan oleh

Cadbury Committee di Inggris tahun 1922 yang menggunakan istilah dimaksud

dalam laporannya yang dikenal dengan adbury Report (dalam sukrisno Agoes,

2006). Berikut disajikan beberapa definisi “Corporate overnance” dari beberapa

sumber, diantaranya: Cadbury Committee of United Kingdom A set of rules that

define the relationship between shareholders, managers, creditors, the goverment,

employees, and other internal and external stakeholders in respect to their right and

responsibilities, or the system by which companies are directed and controlled.

Page 3: TATA KELOLA ETIS DAN AKUNTABILITAS-sesi4

Prinsip-prinsip dasar yang melandasi konsep GCG

Good Corporate Governance merupakan gabungan prinsip-prinsip dasar dalam

membangun suatu tatanan etika kerja dan kerjasama agar tercapai rasa

kebersamaan, keadilan, optimasi dan harmonisasi hubungan sehingga dapat

menuju kepada tingkat perkembangan yang penuh dalam suatu organisasi atau

badan usaha. Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :

1 Vision

Pengembangan suatu organisasi atau badan usaha harus didasarkan pada adanya

visi & strategi yang jelas dan didukung oleh adanya partisipasi dari seluruh anggota

dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan dan pengembangan supaya

semua pihak akan merasa memiliki dan tanggungjawab dalam kemajuan organisasi

atau usahanya.

2 Participation

Dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan hasil keputusan suatu

organisasi atau badan usaha sedapat-dapatnya melibatkan pihak-pihak terkait dan

relevan melalui sistem yang terbuka dan dengan jaminan adanya hak berasosiasi

dan penyampaian pendapat.

3 Equality

Suatu badan usaha atau organisasi yang baik selalu akan memberi dan

menyediakan peluang yang sama bagi semua anggota atau pihak terkait bagi

peningkatan kesejahteraan melalui usaha bersama di dalam etika usaha yang baik.

4 Professional

Dalam bahasa sehari-hari professional diartikan “One who engaged in a learned

vocation (Seseorang yang terikat dalam suatu lapangan pekerjaan)”. Dalam konteks

ini professional lebih dikaitkan dengan peningkatan kapasitas kompetensi dan juga

moral sehingga pelayanan dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan akurat.

5 Supervision

Meningkatkan usaha-usaha supervisi terhadap semua aktivitas usaha atau

organisasi sehingga tujuan bersama dapat dicapai secara optimal, efektif dan

Page 4: TATA KELOLA ETIS DAN AKUNTABILITAS-sesi4

efisien, serta untuk meminimalkan potensi kesalahan atau penyimpangan yang

mungkin timbul.

6 Effective & Efficient

Effective berarti “do the things right”, lebih berorientasi pada hasil, sedangkan

efficient berarti “do the right things”, lebih berorientasi pada proses. Apapun yang

direncanakan dan dijalankan oleh suatu organisasi atau badan usaha harus bersifat

efektif dan efisien.

7 Transparent

Dalam konteks good governance, transparency lebih diartikan membangun

kepercayaan yang saling menguntungkan antara pemerintah atau pengelola dengan

masyarakat atau anggotanya melalui ketersediaan informasi yang mudah diakses,

lengkap dan up to date.

8 Accountability/Accountable

Dalam konteks pembicaraan ini accountability lebih difokuskan dalam meningkatkan

tanggungjawab dari pembuat keputusan yang lebih diarahkan dalam menjawab

kepentingan publik atau anggota.

9 Fairness

Dalam konteks good governance maka fairness lebih diartikan sebagai aturan

hukum harus ditegakan secara adil dan tidak memihak bagi apapun, untuk siapapun

dan oleh pihak manapun.

1 0 Honest

Policy, strategi, program, aktivitas dan pelaporan suatu organisasi atau badan

usaha harus dapat dijalankan secara jujur. Segala jenis ketidak-jujuran pada

akhirnya akan selalu terbongkar dan merusak.