tarian daerah ntt
TRANSCRIPT
TARIAN TEA EKU
KUPANG- Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yang terdiri dari 21 kabupaten/kota telah dibagi menjadi
empat kawasan wisata. Salah seorang pejabat pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisara Propinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT), Eden Klakik, SE, M.Si, mengatakan hal tersebut terkait dengan permintaan Gubernur NTT
tentang perlunya dipikirkan sebuah kawasan wisata mulai dari ujung Pulau Flores sampai Lembata dan Pulau
Timor, Sumba, Alor dan Rote.
Klaster pertama terdiri atas Pulau Timor yang meliputi Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah
Utara (TTU) dan Belu, wilayah yang berbatasan dengan negara Timor Leste.
Klaster kedua meliputi Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada dan Nagekeo dan
klaster ketiga meliputi Ende, Sikka, Flores Timur dan Kabupaten Lembata. Klaster ke-empat meliputi
Kabupaten Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah dan Sumba Timur. “Jadi seluruh pulau Sumba
masuk dalam satu klaster atau kawasan wisata,” tuturnya.
Penetapan klaster tersebut dilakukan dengan berbagai pertimbangan termasuk icon daerah. Klaster dua yang
meliputi wilayah Manggarai secara keseluruhan termasuk Ngada dan Nagekeo, misalnya, iconnya adalah
Taman Nasional Komodo (TNK).
Klaster tiga yang meliputi Ende, Sikka, Flores Timur dan Lembata, dengan ikon Danau tiga warna Kelimuti,
di Flores Timur ada Prosesi Jumat Agung dan di Sikka ada Taman Lautnya serta Lembata dengan
penangkapan ikan Paus secara tradisional.
Ia mengatakan, untuk wilayah Sumba difokuskan pada wisata budaya, sedangkan di daratan Pulau Timor
dengan perkampungan adat di Boti, juga ekowisata di daerah pengunungan Mutis, Alor dengan Taman Laut
dan Rote dengan Nambrela.
Dengan demikian sudah ditetapkan kawasan pariwisata disertai dengan icon-iconnya. Ini semua untuk
menarik para wisatawan yang mengunjungi kawasan-kawasan wisata tersebut.
TARIAN CACI CACI
Adalah ritual Penti Manggarai. Upacara adat merayakan syukuran atas hasil panen yang satu ini
dirayakan bersama-sama oleh seluruh warga desa. Bahkan ajang prosesi serupa juga dijadikan
momentum reuni keluarga yang berasal dari suku Manggarai.
Ritus penti dimulai dengan acara berjalan kaki dari rumah adat menuju pusat kebun atau Lingko, yang
ditandai dengan sebuah kayu Teno. Di sini, akan dilakukan upacaraBarong Lodok, yaitu mengundang roh
penjaga kebun di pusat Lingko, supaya mau hadir mengikuti perayaan Penti. Lantas kepala adat mengawali
rangkaian ritual dengan melakukan Cepa atau makan sirih, pinang, dan kapur. Tahapan selanjutnya adalah
melakukan Pau Tuak alias menyiram minuman tuak yang disimpan dalam bambu ke tanah.
Urutan prosesi tiba pada acara menyembelih seekor babi untuk dipersembahkan kepada roh para leluhur.
Tujuannya, supaya mereka memberkahi tanah, memberikan penghasilan, dan menjauhkan dari malapetaka.
Para peserta pun mulai melantunkan lagu pujian yang diulangi sebanyak lima kali. Lagu itu disebut Sanda
Lima.
Usai itu, rombongan kembali ke rumah adat sambil menyanyikan lagu yang syairnya menceritakan
kegembiraan dan penghormatan terhadap padi yang telah memberikan kehidupan. Ritual Barong Lodok yang
pertama ini dilakukan keluarga besar yang berasal dari rumah adat Gendang. Upacara serupa juga dilakukan
keluarga besar dari rumah adat Tambor. Keduanya dipercaya sebagai cikal bakal suku Manggarai.
Sebenarnya, ritual Barong Lodok juga disimbolkan untuk membagi tanah ulayat kepada seluruh anggota
keluarga. Tanah yang bakal dibagikan itu mempunyai beragam perbedaan luas, tergantung status sosial.
Pembagiannya disimbolkan dengan Moso, yakni sektor dalam Lingko yang diukur dengan jari tangan. Tanah
tersebut dibagi berdasarkan garis yang mirip dengan jaring laba-laba.Tua Teno adalah satu-satunya orang
yang memiliki otoritas membagi tanah tersebut.
Pasola, Tragedi Asmara di Padang Savana
Membedah pulau Sumba terbersit pesan Sumba adalah pulaunya para arwah. Di setiap sudut kota dan
kampungnya tersimpan persembahan dan pujian para abdi. Nama Sumba atau Humba berasal dari nama ibu
model Rambu Humba, istri kekasih hati Umbu Mandoku, salah satu peletak landasan suku-suku atas kabisu-
kabisu Sumba.
Dua pertiga penduduknya adalah pemeluk yang khusuk berbakti kepada arwah para leluhurnya,
khususnya kepada bapak besar bersama, sang pengasal semua suku. Marapu menurut petunjuk dan
perhitungan para Rato, Pemimpin Suku dan Imam agung para Merapu. Altar megalik dan batu kuburan
keramat yang menghias setiap jantung kampung dan dusun (paraingu) adalah bukti pasti akan kepercayaan
animisme itu.
Sumba, pulau padang savana yang dipergagah kuda-kuda liar yang kuat yang tak kenal lelah
menjelajah lorong, lembah dan pulau berbatu warisan leluhur. Binatang unggulan tingkatan mondial itu
semakin merambah maraknya perang akbar pasola, perang melempar lembing kayu sambil memacu kuda,
untuk menyambut putri nyale, si putri cantik yang menjelma diri dalam ujud cacing laut yang nikmat gurih.
Tarian Tradisional DODAKADO
Ragam Tarian Tradisional NTT [ Nusa Tenggara Timur ], Banyak Terbentuk Dalam Pengaruh Suasana
Dan Kejadian Yang terjadi Di Daerah Asal Tarian Tersebut. Hal Inilah Yang Mengakibatkan Adanya Tarian
Perang, Tarian Dalam Prosesi Pengucapan Syukur Atau Dalam Prosesi Jelang Pernikahan. Selain Varian
Yang Tadi Sudah Disebutkan, Ada Juga Tarian Yang Menggambarkan Sebuah Kegembiraan, Yah Tarian
Muda-Mudi.
Di Kabupaten Alor, Dalam Ritual-Ritual Upacara Pesta Adat Dalam
Masyarakat Adat Setempat, Kerap Kita Jumpai Suasana Ceria Yang Tergambar Dalam Bentuk Permainan
Muda-Mudi Yang Begitu Riang Bercengkrama Dengan Lompatan-Lompatan Kecil Diantara Jepitan-Jepitan
Bilah Bambu Yang Senantiasa Digerakan.
Bonet dipercaya sebagai salah satu khazanah budaya sastra
lisan Suku Dawan, selain heta, tonis dan nu’u. Suku Dawan sendiri merupakan suku besar yang penduduknya
tersebar Pulau Timor bagian barat, terutama di wilayah administrasi Kabupaten Kupang, Timor Tengah
Selatan, dan Timor Tengah Utara. Seperti pada umumnya tarian daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur
semacam lego-lego di Alor atau Tari Gawi di Ende Pulau Flores, bonet juga ditarikan dengan membentuk
lingkaran, dimana satu dengan lainnya saling bergandengan tangan dan berputar sambil melantunkan pantun
dengan syair syair yang biasanya memiliki rima mengulang. Bentuk lingkaran dengan bergandengan tangan
dipercaya oleh masyarakat Suku Dawan melambangkan persatuan dan kesatuan antara sub-suku Dawan, yaitu
Amanatun, Amanuban, dan Mollo.
Tarian Tradisional LIKURAI
Ketika Kita Membuka Lembaran Sejarah Yang Tercatat Tentang Sebuah Kaum Atau Wilayah, Tidak Jarang
Yang Mendominasinya Adalah Warna Peperangan. Perang Sering Sekali Menjadi Sebuah Jalan Keluar
Penyelesaian Dari Sebuah Persoalan Atau Keinginan. Tidak Jarang Kita Mendapatkan Catatan Yang
Menceriterakan Riwayat Sebuah Perang Yang Disebabkan Gagalnya Sebuah Proses Perkawinan Atau Hanya
Sekedar Upaya Perluasan Wilayah.
TARIAN JA’I
Tarian daerah khas Bajawa dari Pulau Flores ini sudah sangat populer di kalangan masyarakat NTT diaspora,
baik di dalam maupun di luar negeri. Sekitar delapan ribu orang seakan terhipnotis larut dalam keseragaman
gerakan JA’I penuh energi asal kabupaten Ngada ini. Konon, tarian massal ini asal-usulnya dari India yang
pada abad pertengahan dibawa para eksodus India ke Flores, NTT. Tak heran kalau Ja’i khas Bajawa ini
mirip dan sebangun dengan satu jenis tarian populer di India bernama Ja’i Ho.
Tarian Tradisional POTO WOLO
Tari POTO WOLO Adalah Salah Satu Tarian Tradisional NTT [ Nusa Tenggara Timur ] Yang Juga
Berasal Dari Daratan Pulau Flores. Tari POTO WOLO Adalah Tarian Tradisional Dari Masyarakat
Kabupaten ENDE. Menambah Panjang Daftar Koleksi Tarian Tradisional Asal NTT [ Nusa Tenggara Timur ]
Di Kalangan Masyarakat Kabupaten ENDE, Ketika Terjadi Pengangkatan Tokoh Adat Atau Seorang Kepala
Suku Yang Dilakukan Juga Dengan Sebuah Seremonial Upacara Adat, Maka Pada Saat Inilah Kita Dapat
Menyaksikan Tarian POTO WOLO Ini Digelar. Ditarikannya Tarian POTO WOLO Ini Adalah Bagian
Dari Seremonial Uparacara Adat Pengangkatan Kepala Suku Yang Baru Tadi.
Tarian Tradisional MANEKAT
Tarian Tradisional Yang Dilakukan Didalam Ritual-Ritual Kebudayaan Sudah Bukan Hal Yang Baru Lagi.
Pulau Timor, Yang Didiami Oleh Suku Dawan, Yang Adalah Salah Satu Suku Asli Yang Menghuni Daratan
Timor, Hal Ini Pun Berlaku Juga Bagi Mereka. Bagi Masyarakat Dawan TTS [ Timor Tengah Selatan ],
Beberapa Varian Tarian Tradisional, Juga Turut Hadir Dalam Seremonial-Seremonial Adat Yang Terjadi
Di Tengah-Tengah Mereka.
Tarian Tradisional MANEKAT Atau Disebut Juga Tarian Tempat Sirih Ini, Adalah Salah Satu Tarian
Tradisional Rumpun Masyarakat Tradisional Suku Dawan TTS [ Timor Tengah Selatan ]. Dalam Hubungan
Kekerabatan Yang Ada Didalam Rumpun Masyarakat Dawan Pada Umumnya, Pemberian Tempat Sirih Yang
Berisi Lengkap Dengan Pinang, Sirih Dan Kapurnya, Adalah Sebuah Bentuk Penghormatan Terhadap
Seseorang Yang Diberi.
Seni Tari Ende Lio
Gbr : Tari Wonda Pau Sanggar Seni Tiga Dara Asri Ndona-Kec.Nodan-Ende-Flores-NTT
Seni tari yaitu mengekspresikan rasa lewat tatanan gerak dalam irama musikdan lagu. Dilihat dari tata gerak
dan bentukya, tarian Ende Lio dapat dibagikan beberapa jenis diantaranya yaitu :
Toja :
kelompok Penari menarikan sebuah tarian yang telah ditatar dalam bentuk ragam dan irama musik /
lagu untuk suatu penampilan yang resmi
Wanda :
Penari dengan gayanya masing-masing, menari mengikuti irama musik / lagu dalm suatu kelompok
atau perorangan.
Wedho :
Menari dengan gaya bebas dengan mengandalkan gerak kaki seakan -akan melompat .- Woge : Gerak
tari dengan mengandalkan kelincahan kaki dengan penuh energi dan dinamis , dilengkapi dengan
sarana mbaku dan sau atau perisai dan pedang /parang.
Gawi :
Gerak tari dengan menyentakkan kaki pada tanah.
Untuk istilah Toja dan Wanda sebenarnya sama arti yaitu menari, hanya cara dan fungsinya berbeda
dan kata wanda unuk suku Lio berari Toja.
TARIAN LEO-LEGO DARI KABUPATEN ALOR
Tarian ini dilakukan sekira 20 orang dengan bergandengan tangan dan bergerak melingkari mesbah (batu
bersusun) yang di atasnya disimpan moko. Tariannya diiringi tetabuhan gong dimana para penari lelaki akan
bersyair dan mengena
TARAIAN UPACARA ADAT REBA
Upacara Adat Reba diselenggarakan khususnya di beberapa daerah di Kabupaten Ngada, NTT. Reba
merupakan upacara adat yang bertujuan untuk melakukan penghormatan dan ucapan rasa terima kasih
terhadap jasa para leluhur. Upacara ini diadakan setiap tahun baru tepatnya di bulan Januari atau Februari
dengan hidangan utama berupa ubi. Bagi warga Ngada ubi diagungkan sebagai sumber makanan yang tidak
pernah habis disediakan oleh bumi.
TARI LIKURAI berasal dari Kabupaten Belu. Tarian Likurai dahulunya merupakan tarian perang, yaitu
tarian yang ditarikan ketika menyambut atau menyongsong para pahlawan yang pulang dari medan perang.
Konon ketika para pahlawan yang pulang dari medan perang dengan membawa kepala musuh yang telah
dipenggal (sebagai bukti keperkasaan). Maka para feto (wanita) cantik atau gadis-gadis cantik terutama
mereka yang berdarah bangsawan menjemput para Meo (pahlawan) dengan membawakan tarian Likurai dan
didampingi beberapa mane (laki-laki) sambil menari (haksoke) membawa pedang.
Likurai itu sendiri dari bahasa Tetun (suku yang ada di Belu) mempunyai arti menguasai bumi. Liku artinya
“menguasai” dan Rai artinya “tanah dan bumi”. Lambang tarian ini adalah wujud penghormatan kepada para
pahlawan yang telah menguasai atau menaklukan bumi, tanah air tercinta.
Tarian adat ini ditarikan oleh feto-feto kebas (wanita-wanita cantik) dengan menggunakan gendang-gendang
kecil yang berbentuk lonjong terbuka dan salah satu sisinya dan dijepit dibawah ketiak sambil pukul dengan
irama gembira dan berlenggak lenggok diikuti dengan derap kaki yang cepat sesuai irama pukulan.
Beberapa pria menari (haksoke) dengan membawa pedang yang berhiaskan perak sambil mengancungkan
pedang atau perang sebagai ekspresi kegembiraan dan kebanggaan sambil berteriak memberikan keberanian
menyambut para pahlawan yang pulang dari medan perang dengan membawa kepala musuh sebagai lambing
kemenangan. Kepala musuh yang dipenggal itu dibuang ditanah dan ditendang sebagai tanda penghinaan dan
kemudian diletakkan di atas altar persembahan terbuat dari susunan batu yang disebut Ksadan dengan upacara
adat (mantra).
Sekarang tarian Likurai digunakan untuk menjemput para pejabat/tamu atau acara-acara hiburan lainnya dan
menjadi tarian yang paling terkenal dari Kabupaten Belu.
TUGAS
SENIA BUDAYA
O
L
E
H
NAMA : SESILIA C. K. BULU
KELAS : VII E
SMP NEGERI 5 KUPANG