tantangan perawat (nightingale) indonesia

3
10 RADAR JOGJA Kamis Kliwon 12 Mei 2011 Anda juga bisa mengirim komentar di Suara Rakyat lewat SMS ke 0818461545 (tarif normal) NGEJAMAN SUDUT PANDANG RUANG PUBLIK Direktur: Ariyono Lestari. General Manager/Pemimpin Umum: Agung C Nugroho; Pemimpin Redaksi: Amin Surachmad; Redaktur Pelaksana: Abdi D Noor; Koordinator Liputan: Iwa Ikhwanudin; Redak- tur: Berchman Heroe, Joko Suhendro, Kalis Da’in N, Syukron AM; Sekretaris Redaksi: Venny Maya D; Staf Redaksi: Kusno S Utomo, Heru Setiyaka, Heri Susanto (Kota), Ahmad Riyadi (Bantul), Yogi Isti P (Sleman), Miftahudin, Reren Indranila (Ku- lonprogo), Gunawan (Gunungkidul), Frietqi Suryawan (Mage- lang), Hendri Utomo (Purworejo), Annisa Andriani; Fotografer: M. Syukron, Guntur Aga T Manager Iklan: Azam Sauki A; Asisten Manager Iklan: Sri Joko Supraptomo; Manager Pe- masaran: Agung C Nugroho; Keuangan/Iklan/Umum: Usman A, Dian S, Luluk, Joko Wibowo, Ari Rheno, Bambang Sugia- rto, Endik Widodo ; Gras: Jihad Rokhadi-Ji Ong Boy; Desain Iklan: Endah Iswanti Layout: Wahyu Heri Widodo, Muhammad Suprobo, Budhi Setiawan, Nanang Febriyanto, Tri Yulianto, Alaik Azizi; Kartunis: Herpri Yanto; Pemasaran: Nurkhamsi- yah, Suprihatin, Setyabudi, Warso, Nursalim, Angga Widias- tama; Divisi Off Print: Indriyo Adi Prasetyo; IT: Irsan Muham- mad Syari; Penerbit: PT Yogyakarta Intermedia Pers NPWP: 02.205.725.1-542.000, Percetakan: PT Nyata Graka Surakarta, Alamat: Jl. Ring-Road Utara No. 88 (Barat Mapolda DIJ), De- pok, Sleman, Jogja, Telp/Faks Redaksi: (0274) 4477785, Iklan: (0274) 4477780, Pemasaran: (0274) 4477783, Indikasi: (0274) 4477782, Fax/Iklan:Pemasaran: (0274) 4477781. Perwakilan Jakarta: Jl. Palmerah Barat No. 353 Komp. Widuri Blok A3 Jakarta 12210. Telp (021) 5333321, 5330976, 5327294, Fax. (021) 5322629, Iklan: Imam Taufan Nugroho (0817722387) e-mail redaksi: [email protected], dan redaksi@ra- darjogja.co.id e-mail iklan: [email protected], dan [email protected] website: www.radarjogja.co.id TARIF IKLAN: Display BW: Rp.18.000,-; Display FC: Rp. 30.000,-; Hal 1: Rp. 55.000,-; Hal 1. BW: Rp.35.000,-; adv BW: Rp.11.000,-; Adv FC: Rp.13.500,-; Kolom: Rp.12.500,-; Dukacita Rp. 7.000,-; Baris: Rp.10.000,- Wartawan Radar Jogja dilarang menerima uang maupun barang dari sumber berita. Wartawan Radar Jogja dibekali kartu pers selama bertugas. SETIAP tahun pada 12 Mei, bersamaan dengan hari kelahiran Florence Nighti- ngale, diperingati Hari Perawat Internasi- onal. Untuk tahun ini, tema yang diangkat adalah Closing the gap: increasing access and equity. Pesan ini diberikan kepada para perawat di mana pun berada agar meningkatkan cakupan dan memperbaiki mutu layanan kesehatan masyarakat di daerahnya. Tujuannya meningkatkan sta- tus kesehatan dan angka harapan hidup masyarakat sesuai dengan tujuan pem- bangunan milenium (MDGs) yang ting- gal tersisa empat tahun lagi. Hingga saat ini, kemajuan cakupan MDGs yang telah dicapai dirasakan masih belum merata, kesenjangannya masih tinggi, terutama antara daerah yang berpenghasilan tinggi, menegah, dan rendah. Juga antara laki- laki dan perempuan serta antara daerah pedesaan dan daerah perkotaan. Menurut laporan Commission on Social Determinants of Health WHO (2008), bayi perempuan yang saat ini dilahirkan di negara maju bisa berharap hidup sam- pai usia 80 tahun, sedangkan di banyak negara berkembang hanya akan bertahan hidup sampai usia 45 tahun. Angka ke- matian ibu melahirkan di Indonesia 3–4 kali lebih tinggi pada kaum miskin dari- pada kaum kaya. Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya angka kematian karena penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit pembuluh darah dan jantung, penyakit paru menahun, kanker, yang 80 persen di antaranya terjadi pada negara berpendapatan menengah dan rendah. Besarnya permasalahan ini menjadi tantangan bagi para perawat Indonesia, apalagi dengan semakin meningkatnya jumlah kaum usia lanjut yang rentan menderita penyakit kronis. Hal tersebut semakin berat ketika tenaga perawat kita semakin berkurang jumlahnya. Dalam laporannya, WHO (2006) me- ngidentifikasi kekurangan tenaga medis dan paramedis secara global. Sebanyak 57 negara membutuhkan 2,3 juta perawat, bidan, dan dokter atau penambahan sekitar 70 persen dari yang ada saat itu. Pada wilayah yang termasuk wilayah kerja WHO di Asia yang terdiri atas sebelas negara, enam negara yang didominasi oleh Bangladesh, India, dan Indonesia membutuhkan tambahan 50 persen dari yang ada saat itu. Hal lain yang perlu menjadi catatan tambahan adalah usia. Di Australia dan Amerika Serikat diperki- rakan sepertiga di antara perawatnya telah berusia di atas 50 tahun. Tantangan Bullying Apa makna peringatan ini bagi perawat di Indonesia? Sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, tenaga dan keah- lian perawat sangat dibutuhkan, mulai dari puskesmas sampai rumah sakit. Namun, penghargaan terhadap dedikasi mereka dirasakan tidak memadai. Dalam dunia kesehatan di negara kita, masih sulit mengangkat profesi perawat. Masih banyak kalangan medis dan nonmedis yang beranggapan dan memperlakukan perawat sebagai ”pembantu” dokter, tidak sebagai mitra kerja yang sejajar. Bahkan, tidak jarang para dokter menganggap dirinya lebih tinggi derajatnya dari pe- rawat sehingga bersanding pun dirasakan tidak pantas. Kondisi ini tidak lepas dari lebarnya kesenjangan pengetahuan an- tara dokter dan perawat serta kultur pada dunia kedokteran. Dunia perawat seperti halnya dunia dokter sangat memandang hierarki dan, karena itu, peranan senioritas sangat mengemuka. Kondisi demikian disebab- kan kompleksitas dunia kedokteran yang menuntut spesialisasi, yang juga mem- butuhkan perawat dengan kompetensi yang membutuhkan keterampilan lebih canggih dari sekadar perawat umum. Tidak heran bila kemudian kultur yang terdapat dalam dunia keperawatan di- dominasi oleh tradisi ”panutan” yang membawa kepada terjadinya pelecehan dan ”bullying” yang dilakukan oleh pe- rawat kepada sesama perawat (biasanya dari senior kepada yang lebih junior), dari dokter kepada perawat maupun dari pihak lain kepada perawat. Bahkan, tidak jarang mereka menjadi sasaran perlakuan kekerasan dari pihak pasien yang men- derita kemalangan. Semua itu diterima oleh perawat dalam ”diam” dan ”penuh ketidakberdayaan” karena posisi tawarnya masih rendah. Menuju Perawat Profesional Saat ini tenaga perawat kita sudah mu- lai didominasi oleh perawat lulusan S1 daripada lulusan akademi keperawatan maupun SPK. Kondisi ini, selain bisa me- ngurangi kesenjangan pengetahuan an- tara dokter dan perawat, juga bermanfaat untuk mengantisipasi permintaan dari mancanegara. Namun, banyak lulusan S1 tersebut yang kemudian tidak mampu bekerja ”sepenuh hati” dalam melayani pasien. Puskesmas atau RS hanya dijadi- kan ajang mencari pengalaman sebagai batu loncatan untuk menjadi staf penga- jar (dosen) yang memiliki prestise yang lebih tinggi. Faktor historis rendahnya kesejahteraan di puskesmas atau RSUD serta penjenjangan di dunia pendidikan yang lebih menjanjikan membuat banyak di antara mereka yang memiliki harapan untuk menapaki jenjang sebagai dosen. Di lain pihak, prasyarat bekerja di luar negeri juga tidak mudah. Selain perbedaan ba- hasa dan budaya, banyak RS –terutama di Australia– yang dituntut untuk memenuhi indikator kinerja full time equivalent yang kemudian mempekerjakan para perawat sebagai tenaga paro waktu saja melalui agen penyalur tenaga kerja setempat yang tentu memungut sebagian upah yang diterima perawat. Di lain pihak, terjadinya ”booming” in- dustri kesehatan di dalam negeri mengaki- batkan kekurangan tenaga perawat semakin parah. Hal ini selayaknya disikapi peme- rintah dan organisasi profesi keperawatan untuk mencetak tenaga perawat yang ber- mutu dan tidak harus semua sarjana. Untuk itu, pengelolaan Akper, Akbid, bahkan SPK harus dilakukan secara profesional. Bila perlu, ada kolaborasi dengan swasta agar dapat menghasilkan tenaga kerja mene- ngah terampil seperti lulusan Akper, Akbid, bahkan SPK yang bermutu. Hal penting lainnya adalah perlindu- ngan terhadap tenaga perawat. Peme- rintah melalui kementerian tenaga kerja dan transmigrasi sudah seharusnya mengimplementasikan gerakan ”zero to- lerance” , yaitu tidak ada toleransi terhadap perlakuan kasar secara lisan maupun fisik kepada pekerja dan dapat diproses sebagai suatu tindak pidana. ”Bullying” di segala bidang, terutama di dunia pendidikan dan kesehatan, diyakini dapat menimbulkan kerugian bagi organisasi karena menu- runkan produktivitas, meningkatkan angka absensi dan angka keluar-masuk, suasana kerja yang tidak menyenangkan dan tidak aman, sekaligus meningkatkan biaya antara lain untuk konseling sampai pada program perlindungan pekerja (em- ployee assistance program). Sebagai penutup, sudah sepatutnya dalam kesempatan yang berbahagia ini kita menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap para perawat yang telah mendarmabaktikan dirinya bagi masyarakat, mengikuti keteladanan Florence Nightingale yang selalu mem- berikan pelayanan dengan ”sepenuh hati” kepada masyarakat yang membu- tuhkannya. *) Stefanus Lawuyan Dokter, peraih Endeavour Executive Award 2009 Tantangan Perawat Indonesia O l e h STEFANUS LAWUYAN* Perbaiki Kinerja dan Citra KEPADA YTH. BPAK KAPOLDA DIY ! Ini sbuah kritik yg (brangkali) dianggp PEDAS & mngkin akan mnjadi alat memprbaiki KINERJA & CITRA ANGGOTA POLRI khususmya di DIY ! : poin 1: Sdah sringkali saya mlihat sndiri ada anggota POLRI naik spd motor sambil sms /telephon .=> kami harus bgmana? Menegur ? Apa nanti tdak marah ? Atau malah saya akan di KAMPLENG pak? Bolehkah andai saya ajak pembaca RADAR JOGJA utk mencatat no polisi & mlaporkan kpd bapak mulai hari ini pak ? = Poin 2: di Prapatan GDONG KUNING yg menuju kearah barat (bon bin) ada Tanda LARANGAN ma- suk ksana, TETAPI bnyak TRUK/BUS dari luar kota berhenti di dpan pos lantas, Lalu kenex/sopir turun dan memberikan “SESUATU” kpd ptugas jaga. Trus kmudian bisa jalan ke barat.. ?? Apakah sesuatu itu .. ? Suatu ktika saya tanya langsung kpd sopir(apa jawabnya.. ?) mudah2an sopir BERBOHONG kpd saya kalau itu UANG...! ini tugas PAK KAPOLDA Utk check &benahi..! +6281903773605 Butuh Bantuan Pengobatan Saya Madiyono dengan pekerjaan sebagai buruh tani. Saat ini, saya benar-benar membutuhkan ban- tuan dana kesehatan untuk putra saya (Krisna Taufik Muchlisin, 13 tahun) yang terkena penyakit infeksi testis (abses skrotum pro eksplorasi ektorum) dan sedang dirawat di RS.PKU Muhammadiyah Jogja. Pe- nyakit cukup parah dan membutuhkan banyak biaya. Padahal penghasilan saya sangat minim dan tidak dapat memenuhi total biaya pengobatan tersebut. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan bantuan dana untuk pengobatan anak saya. Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi saya di 087738260108 atau (0274) 4477785. Sebelum dan sesudahnya saya haturkan terima kasih. Madiyono Bebekan Rt 22 Rw XI Glagah Temon Kulonprogo Bumi Panas karena Motor Pabrik kendaraan bermotor saling berlomba untuk terus meningkatkan produksinya. Dan tentu saja juga berlomba untuk menjual produknya. Dan semakin banyak/besar produknya terjual maka semakin besar pula dampak polusi/pencemaran udara.jadine bumi ini semakin panas. Dan semoga segera terwujud kendaraan ramah lingkungan yg minim polusi. “Hijau bumi kita bersih udara kita” +628562552221 Hebatnya Lula Pimpin Brazil Q baca RAJA di RUANG PUBLIK dari BP IVAN A H.tentng lain LULA lain SBY kudukku lngsng merndng sklgus iri pada kbrhslan LULA yg mmpu mnsjhtrkan rkytnya pdhal bgtu sngktnya memmpn BRAZIL. snggh jd pmmpn panutn jg Idola bg bngsnya.bagmn p SBY ...blm telat msh da WAKTU tuk mnsjhtrkan RKYT INDO .taush mlu meniru dm KEBAIKAN N KSJHTRAAN rkyt. Q Tnggu AKSIMU. SMG BRHSIL sprti BRAZIL. +6287734172289 Stop SMS Sambil Berkendara Banyak korban sia2 dijalan raya gara2 ulah pengendara yg tidak tertib dlm berkendara. Misalnya, sms an/ telp sambil berkendara. To- long tindak tegas agar tidak semakin banyak korban jiwa sia2 dijalan. +6287838318483 Politisi dan Aktor Korupsi Survei Transparency International Indonesia (TII) menyebutkan tiga lembaga terkorup. Sur- vei dengan metode meminta persepsi publik itu menempatkan urutan tiga besar lembaga paling korup sebagai berikut: lembaga legislatif, institusi peradilan, dan partai politik. ’’Sebetulnya dalam beberapa tahun tera- khir tidak ada kejutan yang cukup berarti sebagaimana hasil survei yang dilakukan TII. Sebab, dari empat kali survei yang dilakukan setiap tahun, persepsi korupsi publik terhadap sejumlah institusi, partai politik, dan parlemen (DPR) hampir selalu berada di posisi atas,’’ kata Todung Mulya Lubis, ketua Dewan Pengurus TII, mengomentari survei 2009 tersebut. Apa arti survei itu? Survei tersebut menun- jukkan bahwa politisi kita sangat jauh dari perilaku memberantas korupsi. Mereka justru menjadi bagian atau menjadi aktor meraja- lelanya korupsi. Politisi (sebagian di antara mereka) menjadi korup baik saat memakai jaket partai politik maupun saat memaki pin yang disematkan di jasnya sebagai anggota dewan yang terhormat. Bahkan, justru saat memakai jubah wakil rakyat, mereka menempati urutan korup- tor paling ganas alias nomor wahid. Di sini, mereka menggunakan kekuasaan sebagai legislator (pembuat aturan), pengawas, dan memutuskan anggaran sebagai ruang bermain. Tiga fungsi itu bisa menjadi instrumen yang berpotensi melakukan berbagai modus serta objek korupsi. Saat ini jangan berharap para lembaga le- gislatif atau partai politik bisa berubah dari tabiat buruk itu. Sebab, masih ada (sebagian politikus) yang sudah mendarah daging sebagai koruptor. Hampir tiap hari ada berita dan data keterlibatan sejumlah politikus yang tersangkut berbagai kasus korupsi. Mulai proyek daerah hingga megaproyek level nasional. Pembangunan gedung DPR saja tak luput dari kemungkinan potensi markup. Megaproyek itu awalnya bernilai Rp 1,8 triliun. Setelah rakyat, tokoh masyarakat, serta LSM tidak henti- henti mengkritik dan berdemo, dana tersebut bisa ditekan hingga mencapai Rp 777 miliar. Hanya karena ’’kerewelan’’ publik itulah dana pembangunan Menara Senayan tersebut bisa dihemat sekitar Rp 1 triliun. Jumlah yang tak sedikit bila dikonversikan untuk pembangunan fasilitas pendidikan serta kesehatan. Nyaris tidak ada kasus yang tidak menye- rempet politisi. SEA Games yang kita harapkan menjadi proyek membanggakan ternyata juga dinodai koruptor. Pembangunan wisma atlet senilai Rp 200 miliar ternyata penuh konspi- rasi yang beraroma melibatkan politisi. Nama Bendahara Umum DPP Partai Demokrat M. Nazaruddin pun ikut tersudut. Publik berharap kasus itu bisa diusut secara transparan untuk mencari keadilan sejatinya. Sikap parpol (partai politik) sangat penting untuk menuntaskan kasus korupsi. Bila par- pol sebagai institusi yang sangat berpengaruh dalam putusan politik serta pembentukan opini hukum (bahkan memengaruhi proses hukum) bersikap melindungi kadernya yang korup, itu menjadi alamat buruk bagi penegakan hukum bangsa ini. Parpol harus bersikap terbuka dan memberikan akses penuh untuk setiap pengusutan korupsi. Marilah kita tinggalkan era kekuatan politik mengintervensi proses hukum. Aparat hukum juga tak perlu ragu-ragu dalam mengusut kader parpol yang terlibat korupsi. Tak perlu takut pada jaket politisi yang berwarna kuning, merah, hijau, putih, atau biru sekalipun. Reformasi telah memberikan amanat untuk memberantas korupsi. Bukankah SBY selalu menjadikan jargon pemberantasan korupsi sebagai label utama pemerintahannya? Jadi, kita takut apa lagi kepada koruptor? (*) Kalla: Pancasila lemah karena rakyat belum sejahtera. - Rakyat belum sejahtera karena pemerintah lemah... 2011, pemerintah butuh 806 ribu CPNS. - Artinya, peluang para makelar masih terbuka lebar...

Upload: stefanus-lawuyan

Post on 10-Mar-2016

227 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Article on Radar Jogja 12 May 2011 page 10 Ruang Publik and Jawa Pos 12 May 2011 page 4 Opini: Note on International Nurse Day 2011

TRANSCRIPT

Page 1: Tantangan Perawat (Nightingale) Indonesia

10 RADAR JOGJA Kamis Kliwon 12 Mei 2011

Anda juga bisa mengirim komentar di Suara Rakyat lewat SMS ke 0818461545 (tarif normal)

NGEJAMAN

SUDUT PANDANG

RUANG PUBLIK

Direktur: Ariyono Lestari.General Manager/Pemimpin Umum: Agung C Nugroho; Pemimpin Redaksi: Amin Surachmad; Redaktur Pelaksana: Abdi D Noor; Koordinator Liputan: Iwa Ikhwanudin; Redak-tur: Berchman Heroe, Joko Suhendro, Kalis Da’in N, Syukron AM; Sekretaris Redaksi: Venny Maya D; Staf Redaksi: Kusno S Utomo, Heru Setiyaka, Heri Susanto (Kota), Ahmad Riyadi (Bantul), Yogi Isti P (Sleman), Miftahudin, Reren Indranila (Ku-lonprogo), Gunawan (Gunungkidul), Frietqi Suryawan (Mage-lang), Hendri Utomo (Purworejo), Annisa Andriani; Fotografer: M. Syukron, Guntur Aga T Manager Iklan: Azam Sauki A; Asisten Manager Iklan: Sri Joko Supraptomo; Manager Pe-masaran: Agung C Nugroho; Keuangan/Iklan/Umum: Usman A, Dian S, Luluk, Joko Wibowo, Ari Rheno, Bambang Sugia-rto, Endik Widodo ; Grafi s: Jihad Rokhadi-Ji Ong Boy; Desain I klan: Endah Iswanti Layout: Wahyu Heri Widodo, Muhammad Suprobo, Budhi Se tiawan, Nanang Febriyanto, Tri Yulianto, Alaik Azizi; Kartunis: Herpri Yanto; Pemasaran: Nurkhamsi-yah, Suprihatin, Setyabudi, Warso, Nursalim, Angga Widias-tama; Divisi Off Print: Indriyo Adi Prasetyo; IT: Irsan Muham-mad Syafi ri; Penerbit: PT Yogyakarta Intermedia Pers NPWP: 02.205.725.1-542.000, Percetakan: PT Nyata Grafi ka Surakarta, Alamat: Jl. Ring-Road Utara No. 88 (Barat Mapolda DIJ), De-pok, Sleman, Jogja, Telp/Faks Redaksi: (0274) 4477785, Iklan: (0274) 4477780, Pemasaran: (0274) 4477783, Indikasi: (0274) 4477782, Fax/Iklan:Pemasaran: (0274) 4477781. Perwakilan Jakarta: Jl. Palmerah Barat No. 353 Komp. Widuri Blok A3 Jakarta 12210. Telp (021) 5333321, 5330976, 5327294, Fax. (021) 5322629, Iklan: Imam Taufan Nugroho (0817722387) e-mail redaksi: [email protected], dan [email protected] e-mail iklan: [email protected], dan [email protected] website: www.radarjogja.co.id

TARIF IKLAN: Display BW: Rp.18.000,-; Display FC: Rp. 30.000,-; Hal 1: Rp. 55.000,-; Hal 1. BW: Rp.35.000,-; adv BW: Rp.11.000,-; Adv FC: Rp.13.500,-; Kolom: Rp.12.500,-; Dukacita Rp. 7.000,-; Baris: Rp.10.000,-

Wartawan Radar Jogja dilarang menerima uang maupun barang dari sumber berita.Wartawan Radar Jogja dibekali kartu pers selama bertugas.

SETIAP tahun pada 12 Mei, bersamaan dengan hari kelahiran Florence Nighti-ngale, diperingati Hari Perawat Internasi-onal. Untuk tahun ini, tema yang diangkat adalah Closing the gap: increasing access and equity. Pesan ini diberikan kepada para perawat di mana pun berada agar meningkatkan cakupan dan memperbaiki mutu layanan kesehatan masyarakat di daerahnya. Tujuannya meningkatkan sta-tus kesehatan dan angka harapan hidup masyarakat sesuai dengan tujuan pem-bangunan milenium (MDGs) yang ting-gal tersisa empat tahun lagi. Hingga saat ini, kemajuan cakupan MDGs yang telah dicapai dirasakan masih belum merata, kesenjangannya masih tinggi, terutama antara daerah yang berpenghasilan tinggi, menegah, dan rendah. Juga antara laki-laki dan perempuan serta antara daerah pedesaan dan daerah perkotaan.

Menurut laporan Commission on Social Determinants of Health WHO (2008), bayi perempuan yang saat ini dilahirkan di negara maju bisa berharap hidup sam-pai usia 80 tahun, sedangkan di banyak negara berkembang hanya akan bertahan hidup sampai usia 45 tahun. Angka ke-matian ibu melahirkan di Indonesia 3–4 kali lebih tinggi pada kaum miskin dari-pada kaum kaya. Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya angka kematian karena penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit pembuluh darah dan jantung, penyakit paru menahun, kanker, yang 80 persen di antaranya terjadi pada negara berpendapatan menengah dan rendah. Besarnya permasalahan ini menjadi tantangan bagi para perawat Indonesia, apalagi dengan semakin meningkatnya jumlah kaum usia lanjut yang rentan menderita penyakit kronis. Hal tersebut semakin berat ketika tenaga perawat kita semakin berkurang jumlahnya.

Dalam laporannya, WHO (2006) me-ngidentifi kasi kekurangan tenaga medis dan paramedis secara global. Sebanyak

57 negara membutuhkan 2,3 juta perawat, bidan, dan dokter atau penambahan sekitar 70 persen dari yang ada saat itu. Pada wilayah yang termasuk wilayah kerja WHO di Asia yang terdiri atas sebelas negara, enam negara yang didominasi oleh Bangladesh, India, dan Indonesia membutuhkan tambahan 50 persen dari yang ada saat itu. Hal lain yang perlu menjadi catatan tambahan adalah usia. Di Australia dan Amerika Serikat diperki-rakan sepertiga di antara perawatnya telah berusia di atas 50 tahun.

Tantangan Bullying Apa makna peringatan ini bagi perawat

di Indonesia? Sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, tenaga dan keah-lian perawat sangat dibutuhkan, mulai dari puskesmas sampai rumah sakit. Namun, penghargaan terhadap dedikasi mereka dirasakan tidak memadai. Dalam dunia kesehatan di negara kita, masih sulit mengangkat profesi perawat. Masih banyak kalangan medis dan nonmedis yang beranggapan dan memperlakukan perawat sebagai ”pembantu” dokter, tidak sebagai mitra kerja yang sejajar. Bahkan, tidak jarang para dokter menganggap dirinya lebih tinggi derajatnya dari pe-rawat sehingga bersanding pun dirasakan tidak pantas. Kondisi ini tidak lepas dari lebarnya kesenjangan pengetahuan an-tara dokter dan perawat serta kultur pada dunia kedokteran.

Dunia perawat seperti halnya dunia dokter sangat memandang hierarki dan, karena itu, peranan senioritas sangat mengemuka. Kondisi demikian disebab-kan kompleksitas dunia kedokteran yang menuntut spesialisasi, yang juga mem-butuhkan perawat dengan kompetensi yang membutuhkan keterampilan lebih

canggih dari sekadar perawat umum. Tidak heran bila kemudian kultur yang terdapat dalam dunia keperawatan di-dominasi oleh tradisi ”panutan” yang membawa kepada terjadinya pelecehan dan ”bullying” yang dilakukan oleh pe-rawat kepada sesama perawat (biasanya dari senior kepada yang lebih junior), dari dokter kepada perawat maupun dari pihak lain kepada perawat. Bahkan, tidak jarang mereka menjadi sasaran perlakuan kekerasan dari pihak pasien yang men-derita kemalangan. Semua itu diterima oleh perawat dalam ”diam” dan ”penuh ketidakberdayaan” karena posisi tawarnya masih rendah.

Menuju Perawat ProfesionalSaat ini tenaga perawat kita sudah mu-

lai didominasi oleh perawat lulusan S1 daripada lulusan akademi keperawatan maupun SPK. Kondisi ini, selain bisa me-ngurangi kesenjangan pengetahuan an-tara dokter dan perawat, juga bermanfaat untuk mengantisipasi permintaan dari mancanegara. Namun, banyak lulusan S1 tersebut yang kemudian tidak mampu bekerja ”sepenuh hati” dalam melayani pasien. Puskesmas atau RS hanya dijadi-kan ajang mencari pengalaman sebagai batu loncatan untuk menjadi staf penga-jar (dosen) yang memiliki prestise yang lebih tinggi. Faktor historis rendahnya kesejahteraan di puskesmas atau RSUD serta penjenjangan di dunia pendidikan yang lebih menjanjikan membuat banyak di antara mereka yang memiliki harapan untuk menapaki jenjang sebagai dosen. Di lain pihak, prasyarat bekerja di luar negeri juga tidak mudah. Selain perbedaan ba-hasa dan budaya, banyak RS –terutama di Australia– yang dituntut untuk memenuhi indikator kinerja full time equivalent yang kemudian mempekerjakan para perawat sebagai tenaga paro waktu saja melalui agen penyalur tenaga kerja setempat yang tentu memungut sebagian upah yang

diterima perawat. Di lain pihak, terjadinya ”booming” in-

dustri kesehatan di dalam negeri mengaki-batkan kekurangan tenaga perawat semakin parah. Hal ini selayaknya disikapi peme-rintah dan organisasi profesi keperawatan untuk mencetak tenaga perawat yang ber-mutu dan tidak harus semua sarjana. Untuk itu, pengelolaan Akper, Akbid, bahkan SPK harus dilakukan secara profesional. Bila perlu, ada kolaborasi dengan swasta agar dapat menghasilkan tenaga kerja mene-ngah terampil seperti lulusan Akper, Akbid, bahkan SPK yang bermutu.

Hal penting lainnya adalah perlindu-ngan terhadap tenaga perawat. Peme-rintah melalui kementerian tenaga kerja dan transmigrasi sudah seharusnya mengimplementasikan gerakan ”zero to-lerance”, yaitu tidak ada toleransi terhadap perlakuan kasar secara lisan maupun fi sik kepada pekerja dan dapat diproses sebagai suatu tindak pidana. ”Bullying” di segala bidang, terutama di dunia pendidikan dan kesehatan, diyakini dapat menimbulkan kerugian bagi organisasi karena menu-runkan produktivitas, meningkatkan angka absensi dan angka keluar-masuk, suasana kerja yang tidak menyenangkan dan tidak aman, sekaligus meningkatkan biaya antara lain untuk konseling sampai pada program perlindungan pekerja (em-ployee assistance program).

Sebagai penutup, sudah sepatutnya dalam kesempatan yang berbahagia ini kita menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap para perawat yang telah mendarmabaktikan dirinya bagi masyarakat, mengikuti keteladanan Florence Nightingale yang selalu mem-berikan pelayanan dengan ”sepenuh hati” kepada masyarakat yang membu-tuhkannya.

*) Stefanus Lawuyan Dokter, peraih Endeavour

Executive Award 2009

Tantangan Perawat IndonesiaO l e h

STEFANUS LAWUYAN*

Perbaiki Kinerja dan CitraKEPADA YTH. BPAK KAPOLDA DIY ! Ini sbuah kritik

yg (brangkali) dianggp PEDAS & mngkin akan mnjadi alat memprbaiki KINERJA & CITRA ANGGOTA POLRI khususmya di DIY ! :

poin 1: Sdah sringkali saya mlihat sndiri ada anggota POLRI naik spd motor sambil sms /telephon .=> kami harus bgmana? Menegur ? Apa nanti tdak marah ? Atau malah saya akan di KAMPLENG pak? Bolehkah andai saya ajak pembaca RADAR JOGJA utk mencatat no polisi & mlaporkan kpd bapak mulai hari ini pak ? = Poin 2: di Prapatan GDONG KUNING yg menuju kearah barat (bon bin) ada Tanda LARANGAN ma-suk ksana, TETAPI bnyak TRUK/BUS dari luar kota berhenti di dpan pos lantas, Lalu kenex/sopir turun dan memberikan “SESUATU” kpd ptugas jaga. Trus kmudian bisa jalan ke barat.. ?? Apakah sesuatu itu .. ? Suatu ktika saya tanya langsung kpd sopir(apa jawabnya.. ?) mudah2an sopir BERBOHONG kpd saya kalau itu UANG...! ini tugas PAK KAPOLDA Utk check &benahi..! +6281903773605

Butuh Bantuan PengobatanSaya Madiyono dengan pekerjaan sebagai buruh

tani. Saat ini, saya benar-benar membutuhkan ban-tuan dana kesehatan untuk putra saya (Krisna Taufik Muchlisin, 13 tahun) yang terkena penyakit infeksi testis (abses skrotum pro eksplorasi ektorum) dan sedang dirawat di RS.PKU Muhammadiyah Jogja. Pe-nyakit cukup parah dan membutuhkan banyak biaya. Padahal penghasilan saya sangat minim dan tidak

dapat memenuhi total biaya pengobatan tersebut. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan bantuan dana untuk pengobatan anak saya. Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi saya di 087738260108 atau (0274) 4477785. Sebelum dan sesudahnya saya haturkan terima kasih.

MadiyonoBebekan Rt 22 Rw XI Glagah Temon Kulonprogo

Bumi Panas karena MotorPabrik kendaraan bermotor saling berlomba untuk

terus meningkatkan produksinya. Dan tentu saja juga berlomba untuk menjual produknya. Dan semakin banyak/besar produknya terjual maka semakin besar pula dampak polusi/pencemaran udara.jadine bumi ini semakin panas. Dan semoga segera terwujud kendaraan ramah lingkungan yg minim polusi. “Hijau bumi kita bersih udara kita” +628562552221

Hebatnya Lula Pimpin BrazilQ baca RAJA di RUANG PUBLIK dari BP IVAN A

H.tentng lain LULA lain SBY kudukku lngsng merndng sklgus iri pada kbrhslan LULA yg mmpu mnsjhtrkan rkytnya pdhal bgtu sngktnya memmpn BRAZIL.snggh jd pmmpn pa nutn jg Idola bg bngsnya.bagmn p SBY ...blm telat msh da WAKTU tuk mnsjhtrkan RKYT INDO .taush mlu meniru dm KEBAIKAN N KSJHTRAAN rkyt. Q Tnggu AKSIMU. SMG BRHSIL sprti BRAZIL. +6287734172289

Stop SMS Sambil BerkendaraBanyak korban sia2 dijalan raya gara2 ulah pengendara yg tidak tertib dlm berkendara. Misalnya, sms an/ telp sambil berkendara. To-long tindak tegas agar tidak semakin banyak korban jiwa sia2 dijalan. +6287838318483

Politisi dan Aktor Korupsi

Survei Transparency International Indonesia (TII) menyebutkan tiga lembaga terkorup. Sur-vei dengan metode meminta persepsi publik itu menempatkan urutan tiga besar lembaga paling korup sebagai berikut: lembaga legislatif, institusi peradilan, dan partai politik.

’’Sebetulnya dalam beberapa tahun tera-khir tidak ada kejutan yang cukup berarti sebagaimana hasil survei yang dilakukan TII. Sebab, dari empat kali survei yang dilakukan setiap tahun, persepsi korupsi publik terhadap sejumlah institusi, partai politik, dan parlemen (DPR) hampir selalu berada di posisi atas,’’ kata Todung Mulya Lubis, ketua Dewan Pengurus TII, mengomentari survei 2009 tersebut.

Apa arti survei itu? Survei tersebut menun-jukkan bahwa politisi kita sangat jauh dari perilaku memberantas korupsi. Mereka justru menjadi bagian atau menjadi aktor meraja-lelanya korupsi. Politisi (sebagian di antara mereka) menjadi korup baik saat memakai jaket partai politik maupun saat memaki pin yang disematkan di jasnya sebagai anggota dewan yang terhormat.

Bahkan, justru saat memakai jubah wakil rakyat, mereka menempati urutan korup-tor paling ganas alias nomor wahid. Di sini, mereka menggunakan kekuasaan sebagai legislator (pembuat aturan), pengawas, dan memutuskan anggaran sebagai ruang bermain. Tiga fungsi itu bisa menjadi instrumen yang berpotensi melakukan berbagai modus serta objek korupsi.

Saat ini jangan berharap para lembaga le-gislatif atau partai politik bisa berubah dari tabiat buruk itu. Sebab, masih ada (sebagian politikus) yang sudah mendarah daging sebagai koruptor. Hampir tiap hari ada berita dan data keterlibatan sejumlah politikus yang tersangkut berbagai kasus korupsi. Mulai proyek daerah hingga megaproyek level nasional.

Pembangunan gedung DPR saja tak luput dari kemungkinan potensi markup. Megaproyek itu awalnya bernilai Rp 1,8 triliun. Setelah rakyat, tokoh masyarakat, serta LSM tidak henti-henti mengkritik dan berdemo, dana tersebut bisa ditekan hingga mencapai Rp 777 miliar. Hanya karena ’’kerewelan’’ publik itulah dana pembangunan Menara Senayan tersebut bisa dihemat sekitar Rp 1 triliun. Jumlah yang tak sedikit bila dikonversikan untuk pembangunan fasilitas pendidikan serta kesehatan.

Nyaris tidak ada kasus yang tidak menye-rempet politisi. SEA Games yang kita harapkan menjadi proyek membanggakan ternyata juga dinodai koruptor. Pembangunan wisma atlet senilai Rp 200 miliar ternyata penuh konspi-rasi yang beraroma melibatkan politisi. Nama Bendahara Umum DPP Partai Demokrat M. Nazaruddin pun ikut tersudut. Publik berharap kasus itu bisa diusut secara transparan untuk mencari keadilan sejatinya.

Sikap parpol (partai politik) sangat penting untuk menuntaskan kasus korupsi. Bila par-pol sebagai institusi yang sangat berpengaruh dalam putusan politik serta pembentukan opini hukum (bahkan memengaruhi proses hukum) bersikap melindungi kadernya yang korup, itu menjadi alamat buruk bagi penegakan hukum bangsa ini. Parpol harus bersikap terbuka dan memberikan akses penuh untuk setiap pengusutan korupsi. Marilah kita tinggalkan era kekuatan politik mengintervensi proses hukum.

Aparat hukum juga tak perlu ragu-ragu dalam mengusut kader parpol yang terlibat korupsi. Tak perlu takut pada jaket politisi yang berwarna kuning, merah, hijau, putih, atau biru sekalipun. Reformasi telah memberikan amanat untuk memberantas korupsi. Bukankah SBY selalu menjadikan jargon pemberantasan korupsi sebagai label utama pemerintahannya? Jadi, kita takut apa lagi kepada koruptor? (*)

Kalla: Pancasila lemah karena rakyat belum sejahtera.- Rakyat belum sejahtera karena pemerintah lemah...

2011, pemerintah butuh 806 ribu CPNS.- Artinya, peluang para makelar masih terbuka lebar...

Page 2: Tantangan Perawat (Nightingale) Indonesia

email: [email protected], [email protected]/Faks Redaksi: 0274-4477785 www.radarjogja.co.id

KAMIS 12 MEI 2011 ECERAN Rp 3.000

Di Indonesia, mungkin hanya Pondok Pesantren Al-Zaytun di

Indramayu, Jawa Barat, yang pen-jagaannya sangat ketat. Apalagi, ketika pondok itu disebut-sebut

sebagai markas NII (Negara Islam Indonesia) Komandemen

Wilayah IX (KW IX). Kalaupun wartawan kemarin bisa masuk ke

pondok tersebut, itu karena ikut rombongan menteri agama.

HILMI SETIAWANAGUNG PUTU, Indramayu

KEMEGAHAN Ma’had Al-Zaytun ter-lihat sejak belasan kilometer menjelang kompleks pesantren. Kubah Masjid

Rahmatan Lil ’Alamin, masjid enam lantai yang mampu menampung 150 ribu jamaah itu, tampak menonjol di hamparan pesawahan. Ketika dilihat lebih dekat, rimbunnya pepohonan di balik pagar kompleks pesantren seluas

1.200 hektare tersebut menghalangi pandangan langsung ke bangunan-bangunan di areal pondok.

Tak sembarang orang bisa masuk kompleks pesantren

Mengunjungi Pesantren Al-Zaytun bersama Menag, ketika Gencar Dituduh Markas NII

Ada ”Paspor” untuk Keluar-Masuk

Suara RakyatHalaman 6

Nonton Jathilan MerapiMari wisata ke dusun-dusun lereng

Merapi. Selain dapat menikmati pa norama alam pasca erupsi, sesekali ada suguhan tontonan tar i Jathilan khas Merapi. +6285643284015

SMS WAE

Baca Ngebet... Hal 11

Baca Ada... Hal 11

04:23 11:37 14:58 17:31 18:43

JADWAL SALAT

JOGJA - Fakultas Biologi UGM akhirnya berhasil mengangkat kerangka Nyi Bodro, gajah milik Kera-ton Jogja, kemarin (11/5). Setelah diangkat dari kubur, tulang gajah yang mati pada 2000 itu akan dibersihkan, diawetkan, lalu direkonstruksi

SBY Tantang Usut Kader Demokrat

GUNTUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA

BANDUNG BARAT - Sejak 7 Mei lalu, pemain timnas PSSI U-23 proyeksi SEA Games XXVI digembleng di Pusdik Kopas-sus Batujajar, Bandung Barat. Di kawah

candradimuka pasukan elite TNI-AD tersebut, fi sik, mental, dan kedisiplinan seluruh pemain digembleng

Ngebet Punya Momongan

S E T E L A H melang-sungkan akad nikah awal tahun lalu, pa-sangan Ir wansyah dan Zaskia Sungkar sepakat menunda ke-

hamilan. Alasannya, masih banyak kontrak kerja yang harus dise-

lesaikan. Namun, setelah be-

berapa bulan menjalani hidup sebagai suami istri, Zaskia justru ingin segera menimang bayi

Evakuasi Korban Merpati Tuntas

KAIMANA - Upaya tim SAR gabungan untuk me-ngevakuasi jasad pilot Merpati Purwandi Wahyu, 56, dan kopilot Paul Nap, 37, membuahkan hasil. Dua jenazah itu berhasil diangkat dari dasar laut kemarin sekitar pukul 09.00 WIT.

Selanjutnya, jenazah Purwandi diterbangkan dengan Merpati jenis Twin Otter menuju Manokwari untuk dilanjutkan menuju Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Sementara itu, jenazah Paul diterbang-kan ke Nabire, kemudian ke Jayapura, dan selanjutnya menuju tanah kelahirannya di Wamena

BERDUKA: Karina, keponakan Purwandi, memegang foto korban. JPNN

Napak Tilas Sukses 1991

Putra Osama Ancam Tuntut Amerika

DEMI ILMU: Tim Fakultas Biologi UGM melakukan ekskavasi terhadap kerangka gajah milik Keraton Jogja, Nyi Bodro, kemarin (11/5).

NEW YORK - Kontroversi soal penyerga pan Osama bin Laden di Abbottabad, Pakistan, yang ber-ujung kematian pemimpin Al Qaeda itu belum berakhir. Lewat surat yang ditujukan kepada harian besar Amerika Serikat New York Times, putra keempat Osama, Omar bin

Laden, mengecam tindakan Negeri Paman Sam tersebut.

Atas nama keluarga Osama, Omar menganggap ditembaknya sang ayah hingga tewas padahal tak bersen-jata itu jelas-jelas telah melanggar hukum internasional. Pria yang kini tinggal di kawasan Teluk Persia

Kasus Dugaan Suap Sesmenpora

JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mengurai ka-sus penyuapan Sesmenpora Wafi d Muharam. Kemarin (11/5) lembaga antikorupsi itu memeriksa semua pi-

hak yang diduga terlibat dalam kasus tersebut. Bahkan, salah seorang ter-sangka, Mindo Rosalina Manulang, mengaku akan mengubah berita acara pemeriksaan (BAP) yang telah dibuatnya.

”Besok (hari ini, Red) saya akan mengubah semuanya,” ucap Rosa-lina sesudah menjalani pemeriksaan

di gedung KPK kemarin. Sekeluar dari gedung KPK, dia

langsung menampilkan mimik berang. ”Saya ingin ini live di tele-visi. Kalau tidak live, saya tidak mau memberikan pernyataan apa pun,” teriak Rosalina kepada para wartawan yang mencegatnya

Baca Gali... Hal 11

Zaskia Sungkar

Baca Evakuasi... Hal 11

Baca Napak... Hal 11

Baca SBY... Hal 11JPNN

JPNN

BURU EMAS: Pemain timnas PSSI U-23 berlatih di lapangan Pusdik Kopassus Batujajar, Bandung Barat, kemarin (11/5).

ISTIMEWA

SUPER MEGAH: Pintu Gerbang Ma’had Al Zaytun. Pondok Pesantren yang disebut-sebut terbesar se-Asia Tenggara.

Baca Putra... Hal 11Omar Bin Laden

itu pun meminta PBB menyelidiki peristiwa tersebut.

Pria 30 tahun itu membandingkan nasib sang ayah dengan dua diktator yang dianggap bernasib lebih baik, Saddam Hussein dan Slobodan Milosevic. Keduanya ditangkap hidup-hidup dan diadili. Meski oleh

AS, Saddam akhirnya divonis mati dengan cara dihukum gantung. Ada-pun Milosevic tewas di selnya saat masih menjalani proses pengadilan di Pengadilan Kriminal Internasi-onal, Den Haag, Belanda

Page 3: Tantangan Perawat (Nightingale) Indonesia

10 RADAR JOGJA Kamis Kliwon 12 Mei 2011

Anda juga bisa mengirim komentar di Suara Rakyat lewat SMS ke 0818461545 (tarif normal)

NGEJAMAN

SUDUT PANDANG

RUANG PUBLIK

Direktur: Ariyono Lestari.General Manager/Pemimpin Umum: Agung C Nugroho; Pemimpin Redaksi: Amin Surachmad; Redaktur Pelaksana: Abdi D Noor; Koordinator Liputan: Iwa Ikhwanudin; Redak-tur: Berchman Heroe, Joko Suhendro, Kalis Da’in N, Syukron AM; Sekretaris Redaksi: Venny Maya D; Staf Redaksi: Kusno S Utomo, Heru Setiyaka, Heri Susanto (Kota), Ahmad Riyadi (Bantul), Yogi Isti P (Sleman), Miftahudin, Reren Indranila (Ku-lonprogo), Gunawan (Gunungkidul), Frietqi Suryawan (Mage-lang), Hendri Utomo (Purworejo), Annisa Andriani; Fotografer: M. Syukron, Guntur Aga T Manager Iklan: Azam Sauki A; Asisten Manager Iklan: Sri Joko Supraptomo; Manager Pe-masaran: Agung C Nugroho; Keuangan/Iklan/Umum: Usman A, Dian S, Luluk, Joko Wibowo, Ari Rheno, Bambang Sugia-rto, Endik Widodo ; Grafi s: Jihad Rokhadi-Ji Ong Boy; Desain I klan: Endah Iswanti Layout: Wahyu Heri Widodo, Muhammad Suprobo, Budhi Se tiawan, Nanang Febriyanto, Tri Yulianto, Alaik Azizi; Kartunis: Herpri Yanto; Pemasaran: Nurkhamsi-yah, Suprihatin, Setyabudi, Warso, Nursalim, Angga Widias-tama; Divisi Off Print: Indriyo Adi Prasetyo; IT: Irsan Muham-mad Syafi ri; Penerbit: PT Yogyakarta Intermedia Pers NPWP: 02.205.725.1-542.000, Percetakan: PT Nyata Grafi ka Surakarta, Alamat: Jl. Ring-Road Utara No. 88 (Barat Mapolda DIJ), De-pok, Sleman, Jogja, Telp/Faks Redaksi: (0274) 4477785, Iklan: (0274) 4477780, Pemasaran: (0274) 4477783, Indikasi: (0274) 4477782, Fax/Iklan:Pemasaran: (0274) 4477781. Perwakilan Jakarta: Jl. Palmerah Barat No. 353 Komp. Widuri Blok A3 Jakarta 12210. Telp (021) 5333321, 5330976, 5327294, Fax. (021) 5322629, Iklan: Imam Taufan Nugroho (0817722387) e-mail redaksi: [email protected], dan [email protected] e-mail iklan: [email protected], dan [email protected] website: www.radarjogja.co.id

TARIF IKLAN: Display BW: Rp.18.000,-; Display FC: Rp. 30.000,-; Hal 1: Rp. 55.000,-; Hal 1. BW: Rp.35.000,-; adv BW: Rp.11.000,-; Adv FC: Rp.13.500,-; Kolom: Rp.12.500,-; Dukacita Rp. 7.000,-; Baris: Rp.10.000,-

Wartawan Radar Jogja dilarang menerima uang maupun barang dari sumber berita.Wartawan Radar Jogja dibekali kartu pers selama bertugas.

SETIAP tahun pada 12 Mei, bersamaan dengan hari kelahiran Florence Nighti-ngale, diperingati Hari Perawat Internasi-onal. Untuk tahun ini, tema yang diangkat adalah Closing the gap: increasing access and equity. Pesan ini diberikan kepada para perawat di mana pun berada agar meningkatkan cakupan dan memperbaiki mutu layanan kesehatan masyarakat di daerahnya. Tujuannya meningkatkan sta-tus kesehatan dan angka harapan hidup masyarakat sesuai dengan tujuan pem-bangunan milenium (MDGs) yang ting-gal tersisa empat tahun lagi. Hingga saat ini, kemajuan cakupan MDGs yang telah dicapai dirasakan masih belum merata, kesenjangannya masih tinggi, terutama antara daerah yang berpenghasilan tinggi, menegah, dan rendah. Juga antara laki-laki dan perempuan serta antara daerah pedesaan dan daerah perkotaan.

Menurut laporan Commission on Social Determinants of Health WHO (2008), bayi perempuan yang saat ini dilahirkan di negara maju bisa berharap hidup sam-pai usia 80 tahun, sedangkan di banyak negara berkembang hanya akan bertahan hidup sampai usia 45 tahun. Angka ke-matian ibu melahirkan di Indonesia 3–4 kali lebih tinggi pada kaum miskin dari-pada kaum kaya. Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya angka kematian karena penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit pembuluh darah dan jantung, penyakit paru menahun, kanker, yang 80 persen di antaranya terjadi pada negara berpendapatan menengah dan rendah. Besarnya permasalahan ini menjadi tantangan bagi para perawat Indonesia, apalagi dengan semakin meningkatnya jumlah kaum usia lanjut yang rentan menderita penyakit kronis. Hal tersebut semakin berat ketika tenaga perawat kita semakin berkurang jumlahnya.

Dalam laporannya, WHO (2006) me-ngidentifi kasi kekurangan tenaga medis dan paramedis secara global. Sebanyak

57 negara membutuhkan 2,3 juta perawat, bidan, dan dokter atau penambahan sekitar 70 persen dari yang ada saat itu. Pada wilayah yang termasuk wilayah kerja WHO di Asia yang terdiri atas sebelas negara, enam negara yang didominasi oleh Bangladesh, India, dan Indonesia membutuhkan tambahan 50 persen dari yang ada saat itu. Hal lain yang perlu menjadi catatan tambahan adalah usia. Di Australia dan Amerika Serikat diperki-rakan sepertiga di antara perawatnya telah berusia di atas 50 tahun.

Tantangan Bullying Apa makna peringatan ini bagi perawat

di Indonesia? Sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, tenaga dan keah-lian perawat sangat dibutuhkan, mulai dari puskesmas sampai rumah sakit. Namun, penghargaan terhadap dedikasi mereka dirasakan tidak memadai. Dalam dunia kesehatan di negara kita, masih sulit mengangkat profesi perawat. Masih banyak kalangan medis dan nonmedis yang beranggapan dan memperlakukan perawat sebagai ”pembantu” dokter, tidak sebagai mitra kerja yang sejajar. Bahkan, tidak jarang para dokter menganggap dirinya lebih tinggi derajatnya dari pe-rawat sehingga bersanding pun dirasakan tidak pantas. Kondisi ini tidak lepas dari lebarnya kesenjangan pengetahuan an-tara dokter dan perawat serta kultur pada dunia kedokteran.

Dunia perawat seperti halnya dunia dokter sangat memandang hierarki dan, karena itu, peranan senioritas sangat mengemuka. Kondisi demikian disebab-kan kompleksitas dunia kedokteran yang menuntut spesialisasi, yang juga mem-butuhkan perawat dengan kompetensi yang membutuhkan keterampilan lebih

canggih dari sekadar perawat umum. Tidak heran bila kemudian kultur yang terdapat dalam dunia keperawatan di-dominasi oleh tradisi ”panutan” yang membawa kepada terjadinya pelecehan dan ”bullying” yang dilakukan oleh pe-rawat kepada sesama perawat (biasanya dari senior kepada yang lebih junior), dari dokter kepada perawat maupun dari pihak lain kepada perawat. Bahkan, tidak jarang mereka menjadi sasaran perlakuan kekerasan dari pihak pasien yang men-derita kemalangan. Semua itu diterima oleh perawat dalam ”diam” dan ”penuh ketidakberdayaan” karena posisi tawarnya masih rendah.

Menuju Perawat ProfesionalSaat ini tenaga perawat kita sudah mu-

lai didominasi oleh perawat lulusan S1 daripada lulusan akademi keperawatan maupun SPK. Kondisi ini, selain bisa me-ngurangi kesenjangan pengetahuan an-tara dokter dan perawat, juga bermanfaat untuk mengantisipasi permintaan dari mancanegara. Namun, banyak lulusan S1 tersebut yang kemudian tidak mampu bekerja ”sepenuh hati” dalam melayani pasien. Puskesmas atau RS hanya dijadi-kan ajang mencari pengalaman sebagai batu loncatan untuk menjadi staf penga-jar (dosen) yang memiliki prestise yang lebih tinggi. Faktor historis rendahnya kesejahteraan di puskesmas atau RSUD serta penjenjangan di dunia pendidikan yang lebih menjanjikan membuat banyak di antara mereka yang memiliki harapan untuk menapaki jenjang sebagai dosen. Di lain pihak, prasyarat bekerja di luar negeri juga tidak mudah. Selain perbedaan ba-hasa dan budaya, banyak RS –terutama di Australia– yang dituntut untuk memenuhi indikator kinerja full time equivalent yang kemudian mempekerjakan para perawat sebagai tenaga paro waktu saja melalui agen penyalur tenaga kerja setempat yang tentu memungut sebagian upah yang

diterima perawat. Di lain pihak, terjadinya ”booming” in-

dustri kesehatan di dalam negeri mengaki-batkan kekurangan tenaga perawat semakin parah. Hal ini selayaknya disikapi peme-rintah dan organisasi profesi keperawatan untuk mencetak tenaga perawat yang ber-mutu dan tidak harus semua sarjana. Untuk itu, pengelolaan Akper, Akbid, bahkan SPK harus dilakukan secara profesional. Bila perlu, ada kolaborasi dengan swasta agar dapat menghasilkan tenaga kerja mene-ngah terampil seperti lulusan Akper, Akbid, bahkan SPK yang bermutu.

Hal penting lainnya adalah perlindu-ngan terhadap tenaga perawat. Peme-rintah melalui kementerian tenaga kerja dan transmigrasi sudah seharusnya mengimplementasikan gerakan ”zero to-lerance”, yaitu tidak ada toleransi terhadap perlakuan kasar secara lisan maupun fi sik kepada pekerja dan dapat diproses sebagai suatu tindak pidana. ”Bullying” di segala bidang, terutama di dunia pendidikan dan kesehatan, diyakini dapat menimbulkan kerugian bagi organisasi karena menu-runkan produktivitas, meningkatkan angka absensi dan angka keluar-masuk, suasana kerja yang tidak menyenangkan dan tidak aman, sekaligus meningkatkan biaya antara lain untuk konseling sampai pada program perlindungan pekerja (em-ployee assistance program).

Sebagai penutup, sudah sepatutnya dalam kesempatan yang berbahagia ini kita menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap para perawat yang telah mendarmabaktikan dirinya bagi masyarakat, mengikuti keteladanan Florence Nightingale yang selalu mem-berikan pelayanan dengan ”sepenuh hati” kepada masyarakat yang membu-tuhkannya.

*) Stefanus Lawuyan Dokter, peraih Endeavour

Executive Award 2009

Tantangan Perawat IndonesiaO l e h

STEFANUS LAWUYAN*

Perbaiki Kinerja dan CitraKEPADA YTH. BPAK KAPOLDA DIY ! Ini sbuah kritik

yg (brangkali) dianggp PEDAS & mngkin akan mnjadi alat memprbaiki KINERJA & CITRA ANGGOTA POLRI khususmya di DIY ! :

poin 1: Sdah sringkali saya mlihat sndiri ada anggota POLRI naik spd motor sambil sms /telephon .=> kami harus bgmana? Menegur ? Apa nanti tdak marah ? Atau malah saya akan di KAMPLENG pak? Bolehkah andai saya ajak pembaca RADAR JOGJA utk mencatat no polisi & mlaporkan kpd bapak mulai hari ini pak ? = Poin 2: di Prapatan GDONG KUNING yg menuju kearah barat (bon bin) ada Tanda LARANGAN ma-suk ksana, TETAPI bnyak TRUK/BUS dari luar kota berhenti di dpan pos lantas, Lalu kenex/sopir turun dan memberikan “SESUATU” kpd ptugas jaga. Trus kmudian bisa jalan ke barat.. ?? Apakah sesuatu itu .. ? Suatu ktika saya tanya langsung kpd sopir(apa jawabnya.. ?) mudah2an sopir BERBOHONG kpd saya kalau itu UANG...! ini tugas PAK KAPOLDA Utk check &benahi..! +6281903773605

Butuh Bantuan PengobatanSaya Madiyono dengan pekerjaan sebagai buruh

tani. Saat ini, saya benar-benar membutuhkan ban-tuan dana kesehatan untuk putra saya (Krisna Taufik Muchlisin, 13 tahun) yang terkena penyakit infeksi testis (abses skrotum pro eksplorasi ektorum) dan sedang dirawat di RS.PKU Muhammadiyah Jogja. Pe-nyakit cukup parah dan membutuhkan banyak biaya. Padahal penghasilan saya sangat minim dan tidak

dapat memenuhi total biaya pengobatan tersebut. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan bantuan dana untuk pengobatan anak saya. Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi saya di 087738260108 atau (0274) 4477785. Sebelum dan sesudahnya saya haturkan terima kasih.

MadiyonoBebekan Rt 22 Rw XI Glagah Temon Kulonprogo

Bumi Panas karena MotorPabrik kendaraan bermotor saling berlomba untuk

terus meningkatkan produksinya. Dan tentu saja juga berlomba untuk menjual produknya. Dan semakin banyak/besar produknya terjual maka semakin besar pula dampak polusi/pencemaran udara.jadine bumi ini semakin panas. Dan semoga segera terwujud kendaraan ramah lingkungan yg minim polusi. “Hijau bumi kita bersih udara kita” +628562552221

Hebatnya Lula Pimpin BrazilQ baca RAJA di RUANG PUBLIK dari BP IVAN A

H.tentng lain LULA lain SBY kudukku lngsng merndng sklgus iri pada kbrhslan LULA yg mmpu mnsjhtrkan rkytnya pdhal bgtu sngktnya memmpn BRAZIL.snggh jd pmmpn pa nutn jg Idola bg bngsnya.bagmn p SBY ...blm telat msh da WAKTU tuk mnsjhtrkan RKYT INDO .taush mlu meniru dm KEBAIKAN N KSJHTRAAN rkyt. Q Tnggu AKSIMU. SMG BRHSIL sprti BRAZIL. +6287734172289

Stop SMS Sambil BerkendaraBanyak korban sia2 dijalan raya gara2 ulah pengendara yg tidak tertib dlm berkendara. Misalnya, sms an/ telp sambil berkendara. To-long tindak tegas agar tidak semakin banyak korban jiwa sia2 dijalan. +6287838318483

Politisi dan Aktor Korupsi

Survei Transparency International Indonesia (TII) menyebutkan tiga lembaga terkorup. Sur-vei dengan metode meminta persepsi publik itu menempatkan urutan tiga besar lembaga paling korup sebagai berikut: lembaga legislatif, institusi peradilan, dan partai politik.

’’Sebetulnya dalam beberapa tahun tera-khir tidak ada kejutan yang cukup berarti sebagaimana hasil survei yang dilakukan TII. Sebab, dari empat kali survei yang dilakukan setiap tahun, persepsi korupsi publik terhadap sejumlah institusi, partai politik, dan parlemen (DPR) hampir selalu berada di posisi atas,’’ kata Todung Mulya Lubis, ketua Dewan Pengurus TII, mengomentari survei 2009 tersebut.

Apa arti survei itu? Survei tersebut menun-jukkan bahwa politisi kita sangat jauh dari perilaku memberantas korupsi. Mereka justru menjadi bagian atau menjadi aktor meraja-lelanya korupsi. Politisi (sebagian di antara mereka) menjadi korup baik saat memakai jaket partai politik maupun saat memaki pin yang disematkan di jasnya sebagai anggota dewan yang terhormat.

Bahkan, justru saat memakai jubah wakil rakyat, mereka menempati urutan korup-tor paling ganas alias nomor wahid. Di sini, mereka menggunakan kekuasaan sebagai legislator (pembuat aturan), pengawas, dan memutuskan anggaran sebagai ruang bermain. Tiga fungsi itu bisa menjadi instrumen yang berpotensi melakukan berbagai modus serta objek korupsi.

Saat ini jangan berharap para lembaga le-gislatif atau partai politik bisa berubah dari tabiat buruk itu. Sebab, masih ada (sebagian politikus) yang sudah mendarah daging sebagai koruptor. Hampir tiap hari ada berita dan data keterlibatan sejumlah politikus yang tersangkut berbagai kasus korupsi. Mulai proyek daerah hingga megaproyek level nasional.

Pembangunan gedung DPR saja tak luput dari kemungkinan potensi markup. Megaproyek itu awalnya bernilai Rp 1,8 triliun. Setelah rakyat, tokoh masyarakat, serta LSM tidak henti-henti mengkritik dan berdemo, dana tersebut bisa ditekan hingga mencapai Rp 777 miliar. Hanya karena ’’kerewelan’’ publik itulah dana pembangunan Menara Senayan tersebut bisa dihemat sekitar Rp 1 triliun. Jumlah yang tak sedikit bila dikonversikan untuk pembangunan fasilitas pendidikan serta kesehatan.

Nyaris tidak ada kasus yang tidak menye-rempet politisi. SEA Games yang kita harapkan menjadi proyek membanggakan ternyata juga dinodai koruptor. Pembangunan wisma atlet senilai Rp 200 miliar ternyata penuh konspi-rasi yang beraroma melibatkan politisi. Nama Bendahara Umum DPP Partai Demokrat M. Nazaruddin pun ikut tersudut. Publik berharap kasus itu bisa diusut secara transparan untuk mencari keadilan sejatinya.

Sikap parpol (partai politik) sangat penting untuk menuntaskan kasus korupsi. Bila par-pol sebagai institusi yang sangat berpengaruh dalam putusan politik serta pembentukan opini hukum (bahkan memengaruhi proses hukum) bersikap melindungi kadernya yang korup, itu menjadi alamat buruk bagi penegakan hukum bangsa ini. Parpol harus bersikap terbuka dan memberikan akses penuh untuk setiap pengusutan korupsi. Marilah kita tinggalkan era kekuatan politik mengintervensi proses hukum.

Aparat hukum juga tak perlu ragu-ragu dalam mengusut kader parpol yang terlibat korupsi. Tak perlu takut pada jaket politisi yang berwarna kuning, merah, hijau, putih, atau biru sekalipun. Reformasi telah memberikan amanat untuk memberantas korupsi. Bukankah SBY selalu menjadikan jargon pemberantasan korupsi sebagai label utama pemerintahannya? Jadi, kita takut apa lagi kepada koruptor? (*)

Kalla: Pancasila lemah karena rakyat belum sejahtera.- Rakyat belum sejahtera karena pemerintah lemah...

2011, pemerintah butuh 806 ribu CPNS.- Artinya, peluang para makelar masih terbuka lebar...