tantangan pendidikan

5
Tantangan pendidikan pada era globalisasi Era globalisasi adalah era di mana batas-batas suatu wilayah tidak lagi menjadi penghalang keluar masuknya berbagai informasi. Batas suatu wilayah makin tidak berarti bila ditinjau dari makin mudahnya suatu informasi merambah dan menyusup dari suatu tempat ke tempat yang lain. Informasi yang masuk ke dalam suatu Negara tidak lagi terhalang oleh batas Negara yang memiliki ragam budaya dan peradabannya. Tilaar menyatakan (2000), kehidupan umat manusia dalam millennium yang baru mempunyai dimensi bukan hanya domestik, tetapi juga global. Aktifitas sekarang demikian terbuka, dunia tanpa batas. Maka dari itu bukan hanya merupakan tantangan, tetapi juga membuka peluang dalam usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat dan bangsa Indonesia. Tantangan berat yang dihadapi oleh para pendidik era sekarang ini adalah masalah mempertahankan tata nilai yang dianggap baik untuk diteruskan kepada anak bangsa ini yang menjadi peserta didiknya. Dalam undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, pasal 40 ayat 1 dan 2 di atas.tidak terkecuali kepada siapapun, terutama bagi orang tua dan pendidik. Orang tua harus memperbaiki fungsi pembimbingannya pada anak-anaknya dalam lingkungan rumah tangganya dan pendidik harus semakin meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas dan perannya di lembaga pendidikan yang dikelolanya dalam rangka membentu sikap dan prilaku mereka. Guru yang berperan sebagai pengganti orang tua memiliki tugas utama dalam mendidik yang tersirat dalam Undang-

Upload: na-cha-rambe

Post on 30-Jul-2015

126 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tantangan pendidikan

Tantangan pendidikan pada era globalisasi

Era globalisasi adalah era di mana batas-batas suatu wilayah tidak lagi menjadi

penghalang keluar masuknya berbagai informasi. Batas suatu wilayah makin tidak berarti bila

ditinjau dari makin mudahnya suatu informasi merambah dan menyusup dari suatu tempat ke

tempat yang lain. Informasi yang masuk ke dalam suatu Negara tidak lagi terhalang oleh batas

Negara yang memiliki ragam budaya dan peradabannya. Tilaar menyatakan (2000), kehidupan

umat manusia dalam millennium yang baru mempunyai dimensi bukan hanya domestik, tetapi

juga global. Aktifitas sekarang demikian terbuka, dunia tanpa batas. Maka dari itu bukan hanya

merupakan tantangan, tetapi juga membuka peluang dalam usaha meningkatkan taraf hidup

masyarakat dan bangsa Indonesia.

Tantangan berat yang dihadapi oleh para pendidik era sekarang ini adalah masalah

mempertahankan tata nilai yang dianggap baik untuk diteruskan kepada anak bangsa ini yang

menjadi peserta didiknya. Dalam undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, pasal 40 ayat 1 dan 2 di

atas.tidak terkecuali kepada siapapun, terutama bagi orang tua dan pendidik. Orang tua harus

memperbaiki fungsi pembimbingannya pada anak-anaknya dalam lingkungan rumah tangganya

dan pendidik harus semakin meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas dan perannya di lembaga

pendidikan yang dikelolanya dalam rangka membentu sikap dan prilaku mereka. Guru yang

berperan sebagai pengganti orang tua memiliki tugas utama dalam mendidik yang tersirat dalam

Undang-undang yaitu mendidik, mengajar dan melatih peserta didik. Mendidik berarti

meneruskan dan mengembagkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan

keterampilan pada siswa. Dala hal inilah guru dituntut mampu menyelaraskan aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik dalam proses pembelajaran.

Tantangan utama yang harus diatasi oleh pendidik adalah pengaruh tata nilai baru yang

tidak mendukung tata nilai yang akan diteruskann kepada peserta didiknya. Yang menjadi

pemikiran adalah “mampukah para pendidik melakukan tindakan kependidikan mengatasi

tantangan tersebut?”. Hal ini sangat bergantung pada dukungan konsep dan aksi dari seluruh

komponen bangsa.

Page 2: Tantangan pendidikan

Guru adalah sosok penentu corak masa depan bangsa. Berkat jerih payah merekalah akan

terpola sumber daya manusia yang berkualitas. Pola sistem sosial yang akan terbbentuk ke depan

sangatlah bergantung pada pendidikan anak. Maka titik sentral pergerakan kebudayaan bermula

pada lembaga pendidkan. Sistem sosial hingga sekarang secara umum memandang bahwa sosok

guru sebagai sosok yang harus berdiri tegak dengan segala kemampuannyadan

mengaktualisasikan tugasnya mewariskan ilmu pengetahuan, nili-nilai luhur dan keterampilan

yang tahan uji terhadap tantangan system sosial bagi peserta didiknya. Maka atas dasar itu

dipundak mereka diletakkan tanggung jawab yang amat besar oleh para orang tua, masyarakat

bahkan Sadar maupun tidak.

Realitas sistem sosial yang sedang kita hadapi. Kebudayaan yang sedang kita alami saat

ini merupakan proses transformasi sosial yang kompleks dan cukup sulit untuk diprediksi.

Pertanyaannya adalah, benarkah ilmu dan teknologi berpengaruh atas perkembangan

kebudayaan? Sejauhmana ilmu dan teknologi itu berperan? Dimanakah posisi pendidikan akan

kita tempatkan? Apakah pendidikan masih dapat diandalkan untuk menjadi solusi atas

perubahan ini? ataukah justru pendidikan semakin menjadi bagian dari perubahan yang tengah

terjadi?

Pada era IPTEK imbasnya pada pentingnya seorang guru meningkatkan kinerja dan

kemampuan mereka sehingga terwujud keprofesionalan yang mantap. Seorang guru dituntut

untuk mampu menampilkan pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan menarik siswa untuk

beraktifitas secara aktif. Seperti pembelajaran yang dilakukan harus dapat memanfaatkan

teknologi yang sudah ada, agar siswa tidak tertinggal kemajuan teknologi yang telah berkembang

pesat. Pendidikan merupakan rekayasa untuk mengendalikan pembelajaran guna mencapai

tujuan yang direncanakan secara efektif dan efisien. Dalam pembelajaran peran ini sangatlah

penting karena merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mentransfer pengetahuan,

keterampilan dan nilai kepada siswa sehingga yang diteransfer memiliki makna bagi diri sendiri

dan masyarakat. (Jamil, 2013: 25).

Teknologi merupakan salah satu unsur dalam kebudayaan sebagaimana unsur-unsur

lainnya seperti metafisika, ilmu, filsafat, humaniora, ideologi, dan seni rupa (The Liang Gie,

1982: 88). Teknologi lebih berperan dalam membangun ”unsur material” kebudayaan manusia.

Page 3: Tantangan pendidikan

Bila pada milenium pertama manusia bergumul antara dua aktivitas yaitu merenung dan berpikir,

setelah itu manusia terlibat dalam pergulatan baru yaitu berpikir dan bertindak.

Teknologi memiliki suatu potensi merubah kesadaran intelektual dan moral dari individu

manusia. Teknologi berperan besar terhadap komponen kebudayaan lain maupun terhadap

manusia secara individu. Pada tingkat tertentu teknologi mengkondisikan ”kebudayaan baru”.

Contonya adalah teknologi komputer dengan jaringan internetnya telah mengkondisikan manusia

baik secara individu maupun sosial secara berbeda dengan manusia atau masyarakat tanpa

komputer.

Dari sudut pandang kebudayaan, teknologi dewasa ini merupakan anak kandung

”kebudayaan barat”, danini berarti bahwa penerimaan ataupun penolakan secara sistemik

terhadap teknologi harus dilihat dalamkerangka ”komunikasi antar sistem kebudayaan”.

Sehingga, bagi negara atau masyarakat pengembang teknologi, suatu penemuan teknologi baru

merupakan momentum proses eksternalisasi dalam rangka membangun ”dunia objektif” yang

baru; sedangkan bagi negara atau masyarakat yang menjadi ”konsumen teknologi” , suatu

konsumsi teknologi baru bermakna inkulturasi kebudayaan, akulturasi kebudayaan, bahkan

”invasi kebudayaan”.

Perubahan pada lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya,

termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perikelakuan antar kelompok dalam

masyarakat. Ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur material dan non material.

Yang ditekankan adalah pengaruh unsur kebudayaan material terhadap unsur non material.