pendidikan karakter tni dalam menghadapi tantangan ... · pendidikan karakter tni dalam menghadapi...

41
PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin Uksan NIM 31141200100003 SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 Promotor: Prof. Dr. Abuddin Nata, M.A. Prof. Dr. Bambang Pranowo, M.A.

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

19 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI

TANTANGAN GLOBALISASI

(Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI)

DISERTASI

Arifuddin Uksan

NIM 31141200100003

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2017

Promotor:

Prof. Dr. Abuddin Nata, M.A.

Prof. Dr. Bambang Pranowo, M.A.

Page 2: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin
Page 3: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

iii

ABSTRAK

Disertasi ini menyimpulkan bahwa konsep pendidikan karakter TNI

belum sepenuhnya siap menghadapi tantangan globalisasi. Kesimpulan ini

didasarkan pada kondisi mental TNI saat ini masih rendah yang dibuktikan oleh

tingginya pelanggaran prajurit. Selain itu, ditemukan pula adanya kelemahan

dalam pendidikan karakter TNI, yaitu pada aspek organisasi, sumber daya

manusia, kurikulum, metode, dan sarana-prasarananya. Kelemahan pendidikan

karakter pada beberapa aspek tersebut perlu dimodernisasikan, karena

pendidikan karakter TNI berpengaruh signifikan terhadap pembentukan pola

pikir, sikap dan perilaku prajurit, sehingga dengan pendidikan karakter prajurit

yang mantap akan menghasilkan sikap dan prilaku prajurit yang baik.

Penelitian ini membuktikan kelemahan pemikiran Thomas Lickona yang

memandang bahwa antara pendidikan karakter dan pendidikan agama

semestinya dipisahkan dan tidak dicampuradukkan. Menurutnya, agama

bukanlah urusan sekolah negeri (public school), dan pendidikan karakter tidak

ada urusan dengan ibadah dan do’a-do’a yang dilakukan di dalam lingkungan

sekolah. Selanjutnya Lickona mengatakan bahwa kehidupan religius seseorang

merupakan urusan antara individu dengan tuhannya (vertikal) dan pendidikan

karakter merupakan relasi antar individu di dalam masyarakat (horizontal) yang

akan menciptakan corak relasi antar pribadi yang semu, sebab individu yang

dihormati itu ternyata tidak termasuk keyakinan agamanya. Penelitian ini pula

sekaligus membuktikan kelemahan pemikiran Marvin W. Berkowitz dan

Melinda C. Bier yang mengemukakan pandangan bahwa sekolah seharusnya

fokus pada prestasi akademik (academic achievement) bukan untuk pendidikan

karakter.

Temuan penelitian ini mendukung pandangan Doni Koesoema,

Sumahamijaya, Kihadjar Dewantara, Soedirman, serta sejalan dengan pemikiran

Ibnu Miskawaih, Imam Al-Ghozali dan Fazlur Rahman, yang menyatakan

bahwa spiritualitas dan nilai-nilai agama tidak bisa dipisahkan dari pendidikan

karakter. Moral dan nilai-nilai spiritual sangat fundamental dalam membangun

kesejahteraan organisasi sosial manapun. Tanpa keduanya maka elemen vital

yang mengikat kehidupan masyarakat dapat dipastikan lenyap. Keberagamaan

masyarakat dapat menjadi pondasi yang kokoh bagi pelaksanaan pendidikan

karakter dan nilai-nilai moral, ketika nilai-nilai moral tersebut diyakini

bersumber dari perintah Tuhan. Kehidupan rohani yang matang akan semakin

membuat manusia menjadi manusiawi dan membuatnya semakin melengkapi

fitrahnya sebagai manusia, yaitu manusia yang senantiasa hidup bersama dengan

orang lain. Menghormati individu sesungguhnya juga merupakan kesediaan dan

keterbukaan hati untuk menghormati keyakinan iman dan ajaran kepercayaan

dari individu tersebut. Selanjutnya dapat dipahami bahwa sekolah diposisikan

sebagai media sosialisasi kedua setelah keluarga, yang berperan besar dalam

mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai dan norma-norma sosial dalam

pembentukan kepribadian peserta didik.

Penelitian ini mengkaji tentang pendidikan karakter TNI dalam

menghadapi tantangan globalisasi dengan menggunakan penelitian kualitatif,

Page 4: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

iv

yakni memberikan makna di balik data-data, fakta-fakta, fenomena secara

komprehensif dengan pendekatan historis, sosiologi, dan pendidikan Islam.

Pendekatan historis digunakan untuk mengungkap latar belakang munculnya

pendidikan karakter TNI. Pendekatan sosiologis digunakan untuk melihat

hubungan dan keterkaitan pendidikan karakter TNI dengan fenomena dan faktor-

faktor yang berpengaruh. Pendekatan pendidikan Islam digunakan untuk melihat

nilai-nilai Islami yang ditransformasikan dalam pendidikan karakter TNI.

Adapun sumber data utama (primer) dalam penelitian ini adalah data-data yang

diperoleh dari penelitian lapangan (field research) melalui wawancara, observasi

dan dokumentasi. Sumber data sekunder adalah buku-buku yang berkaitan

dengan pembahasan, artikel-artikel otoritatif yang ditulis oleh ahlinya.

Kata Kunci: Modernisasi, Globalisasi, Pendidikan karakter, Mental, TNI.

Page 5: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

v

Disertasi ini menyimpulkan bahwa konsep pendidikan karakter TNI belum

sepenuhnya siap menghadapi tantangan globalisasi. Kesimpulan ini didasarkan

pada kondisi mental TNI saat ini masih rendah yang dibuktikan oleh tingginya

pelanggaran prajurit. Selain itu, ditemukan pula adanya kelemahan dalam

pendidikan karakter TNI, yaitu pada aspek organisasi, sumber daya manusia,

kurikulum, metode, dan sarana-prasarananya. Kelemahan pendidikan karakter

pada beberapa aspek tersebut perlu dimodernisasikan, karena pendidikan karakter

TNI berpengaruh signifikan terhadap pembentukan pola pikir, sikap dan perilaku

prajurit, sehingga dengan pendidikan karakter prajurit yang mantap akan

menghasilkan sikap dan prilaku prajurit yang baik. Edit

ياتتحد لمواجهة تماما مستعدة غير الحرف تعليم الوطني المستثمر مفهوم أن إلى الدراسة هذه وتخلص

انتهاك الجنود من يتضح كما منخفضة اليوم النفسية الحالة الجيش على الاستنتاج هذا ويستند. بعد العولمة

لتنظيمية،ا الجوانب وهي العسكري، الطابع التعليم في الضعف نقاط وجدت كما ذلك، إلى وبالإضافة. عالية

هذه بعض في الحرف التعليم ضعف. التحتية البنية ووسائل وأساليب، الدراسية، والمناهج البشرية، والموارد

والمواقف قليةع تشكيل على المسلحة القوات كبير تأثير الطابع التعليم لأن التحديث، إلى يحتاج الجوانب

جيدا اجندي وسلوك موقف تنتج سوف ثابت طابع التعليم الجنود فإن وبالتالي الجنود، من والسلوك .

watukhallis hadhih alddirasat 'iilaa 'ann mafhum almustathmir alwatani taelim

alhirf ghyr mustaeiddat tamamaan limuajahat tahaddiat aleawlamat baed.

wayastanid hdha alaistintaj ealaa aljaysh alhalat alnnafsiat alyawm munkhafidatan

kama yattadih min aljunud aintihak ealiatin. wabial'iidafat 'iilaa dhalik, kama

wajadat niqat aldduef fi alttaelim altabe aleaskarii, wahi aljawanib alttanzimiatu,

walmawarid albashariatu, walmanahij alddirasiat, wa'asalib, wawasayil albinyat

alttahtiati. daef alttaelim alharf fi bed hadhih aljawanib yahtaj 'iilaa althdyth, li'ann

alttaelim altabe tathir kabir alquwwat almusallahat ealaa tashkil eaqliat

walmawaqif walssuluk min aljnwd, wabialttali fa'inn aljunud alttaelim tabie thabt

sawf tuntij mawqif wasuluk jundiaan jida.

Page 6: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

ABSTRACT

This dissertation concludes that the concept of character education TNI is

not yet fully prepared to face the challenges of globalization. This conclusion is

based on mental state military today is low as evidenced by the high violation

soldiers. In addition, also found weaknesses in the military character education,

namely the organizational aspects, human resources, curriculum, methods, and

means-infrastructure. Weakness of character education at some of these aspects

need to be modernized, because character education TNI significant influence on

the formation of mindset, attitudes and behavior of soldiers, so the soldiers steady

character education will produce the attitude and behavior of a good soldier.

This study proves the weakness of thought which holds that Thomas

Lickona between character education and religious education should be separated

and not mixed up. According to him, religion is not the affairs of public schools

(public school), and character education have nothing to do with worship and

prayer-prayer that is made in the school environment. Furthermore Lickona said

that the religious life of a person is a matter between the individual and his god

(vertical) and character education is the relation between individuals in society

(horizontal) which will create a pattern of relationships between private apparent,

because people respected that did not include his religious beliefs. This study also

proves the weakness also thought Marvin W. Berkowitz and Melinda C. Bier which

advocated the view that schools should focus on academic achievement (academic

achievement) not for character education.

The findings of this study support the view Doni Koesoema,

Sumahamijaya, Kihadjar Dewantara, Sudirman, and in line with the thinking of Ibn

Miskawayh, Imam Al-Ghozali and Fazlur Rahman, stating that spirituality and

religious values can not be separated from character education. Moral and spiritual

values is fundamental to building prosperity in any social organization. Without

them, the vital element that binds people's lives can be ascertained disappeared.

Religious communities can be a solid foundation for the implementation of

character education and moral values when moral values are believed to come from

the Lord's command. Mature spiritual life will increasingly make the human being

human and making it increasingly complementary nature as men, the man who

always live together with other people. Respect for the individual actually is also

the willingness and generosity to respect the beliefs and teachings of faith beliefs of

the individual. Furthermore, it is understood that the school is positioned as a

medium of socialization second after the family, which plays a major role in

introducing and instilling values and social norms in shaping the personality of the

learner.

Page 7: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

This study examines the modernization of the military character education

in facing the challenges of globalization by using qualitative research that gives

meaning behind the data, facts, the phenomenon in a comprehensive approach to

historical, sociological, and Islamic education. The historical approach is used to

reveal the background of military character education. The sociological approach is

used to view the relationships and linkages with the phenomenon of military

character education and the factors that influence. Islamic education approach used

to see Islamic values were transformed in character education TNI. The primary

source of data (primary) in this study are the data obtained from field research (field

research) through interviews, observation and documentation. Secondary data

sources are books related to the discussion, authoritative articles written by experts.

Keywords: Modernization, Globalization, character education, Mental, TNI.

Page 8: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

الملخص

وتخلص هذه الدراسة إلى أن مفهوم المستثمر الوطني تعليم الحرف غير

مستعدة تماما لمواجهة تحديات العولمة بعد. ويستند هذا الاستنتاج على

الجيش الحالة النفسية اليوم منخفضة كما يتضح من الجنود انتهاك عالية.

الطابع العسكري، وبالإضافة إلى ذلك، كما وجدت نقاط الضعف في التعليم

وهي الجوانب التنظيمية، والموارد البشرية، والمناهج الدراسية، وأساليب،

ووسائل البنية التحتية. ضعف التعليم الحرف في بعض هذه الجوانب يحتاج

إلى التحديث، لأن التعليم الطابع تأثير كبير القوات المسلحة على تشكيل

لتالي فإن الجنود التعليم طابع ثابت عقلية والمواقف والسلوك من الجنود، وبا

سوف تنتج موقف وسلوك جنديا جيدا.

هذه الدراسة تثبت ضعف الفكر توماس لى كونا الذين يعتقدون أن ما بين

ينبغي فصل التعليم الطابع والتعليم الديني وعدم الخلط. ووفقا له، الدين ليس

صية لها علاقة شؤون المدارس العامة )المدارس الحكومية(، والتعليم شخ

مع عبادة والصلاة، الصلاة التي يتم إجراؤها في البيئة المدرسية شيء.

وعلاوة على ذلك، قال لى كونا القول ان الحياة الدينية للشخص هي مسألة

بين الفرد وربه )العمودي( والتعليم الطابع والعلاقة بين الأفراد في المجتمع

قات بين الظاهر الخا،، لأن )الأفقي( والتي سوف تخلق نمطا من العلا

الناس تحترم التي لم تشتمل على معتقداته الدينية ، يثبت هذه الدراسة أيضا

ضعف أيضا يعتقد مارفن جورج بيركوفيتش وميليندا جيم بيير الذي دافع

عن الرأي القائل بأن المدارس يجب أن تركز على التحصيل الدراسي

رف.)التحصيل الدراسي( وليس للتعليم الح

نتائج هذه الدراسة تدعم وجهة النظر دوني كوسوما، سوما ها ميا، كي

حجار ديوانتارا، سوديرمان، وتمشيا مع تفكير ابن مسكويه، الإمام غزالي

وفضل الرحمن، مشيرا إلى أن القيم الروحية والدينية القيم لا يمكن فصلها

اء الازدهار في عن التعليم الطابع. القيم الأخلاقية والروحية أمر أساسي لبن

أي التنظيم الاجتماعي. بدونها، العنصر الحيوي الذي يربط حياة الناس

يمكن التأكد المختفي. يمكن للمجتمعات الدينية أن تشكل أساسا متينا لتنفيذ

التعليم الطابع والقيم الأخلاقية عندما يعتقد أن القيم الأخلاقية تأتي من أمر

ل متزايد إنسان البشرية وجعلها طبيعة الرب. والحياة الروحية ناضجة جع

تكميلية على نحو متزايد مع الرجال، الرجل الذي يعيش دائما جنبا إلى جنب

Page 9: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

مع أشخا، آخرين. احترام الفرد هو في الواقع أيضا رغبة والكرم احترام

المعتقدات والتعاليم المعتقدات إيمان الفرد. وعلاوة على ذلك، فإنه من

تم وضع وسيلة من التنشئة الاجتماعية الثانية بعد المفهوم أن المدرسة

الأسرة، والذي يلعب دورا كبيرا في التعريف وغرس القيم والمعايير

الاجتماعية في تشكيل شخصية المتعلم.

تبحث هذه الدراسة في تحديث التعليم طابع عسكري في مواجهة تحديات

نى وراء البيانات العولمة عن طريق استخدام البحث النوعي الذي يعطي مع

والوقائع، وهذه الظاهرة في اتباع نهج شامل لتعليم التاريخي والاجتماعي،

والإسلامي. يتم استخدام المنهج التاريخي للكشف عن الخلفية التعليم طابع

عسكري. يتم استخدام التوجه الاجتماعي لعرض العلاقات والروابط مع

تؤثر. تحولت نهج التربية ظاهرة التعليم طابع عسكري، والعوامل التي

الإسلامية وتستخدم لرؤية القيم الإسلامية في المستثمر الوطني تعليم

الحرف. المصدر الرئيسي للبيانات )الابتدائي( في هذه الدراسة هي البيانات

التي تم الحصول عليها من الأبحاث الميدانية )بحث ميداني( من خلال

در البيانات الثانوية هي الكتب المتعلقة المقابلات والملاحظة والتوثيق. مصا

المناقشة، مقالات عن حجية مكتوبة من قبل الخبراء.

كلمات البحث: التحديث والعولمة، وشخصيات التعليم، العقلية، المستثمر

الوطني.

Page 10: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

1

DAFTAR SINGKATAN

AAL : Akademi Angkatan Laut

AAU : Akademi Angkatan Udara

AD : Angkatan Darat

AKMIL : Akademi Militer

AL : Angkatan Laut

ALKI : Alur Laut Kepulauan Indonesia

ALUTSISTA : Alat Utama Sistem Persenjataan

AU : Angkatan Udara

BABINKUM : Badan Pembinaan Hukum

BALAKPUS : Badan Pelaksana Pusat

BALITBANG : Badan Penelitian dan Pengembangan

BB : Bukit Barisan

BINTAL : Pembinaan Mental

BINTALID : Pembinaan Mental Ideologi

BINTALPSI : Pembinaan Mental Psikologi

BINTALROH : Pembinaan Mental Rohani

BINTALTRAJUANG : Pembinaan Mental Tradisi Kejuangan

BKR : Badan Keamanan Rakyat

BRGJEN : Brigadir Jenderal

BRIGIF : Brigade Infanteri

BRW : Brawijaya

BTK : Bantuan Tembakan Kapal

BTP : Batalyon Tim Pertempuran

BUJUKBIN : Buku Petunjuk Pembinaan

BUJUKDAS : Buku Petunjuk Dasar

BUJUKIN : Buku Petunjuk Induk

BUJUKLAK : Buku Petunjuk Pelaksanaan

BUJUKLAP : Buku Petunjuk Lapangan

BUJUKMIN : Buku Petunjuk Administrasi

BUJUKNIS : Buku Petunjuk Teknis

BUJUKOPS : Buku Petunjuk Operasi

BUJUKPUR : Buku Petunjuk Tempur

BUJUKTIS : Buku Petunjuk Taktis

CBM : Confidence Building Measures

CEN : Cederawasi

CUK : Pucuk

DAN : Komandan

DENGULTOR : Detasemen Penanggulangan Teror

DENJAKA : Detasemen Jalamangkarya

DENMA : Detasemen Markas

DENNIK : Detasemen Teknik

DEPHAN : Departemen Pertahanan

DIP : Dipinegoro

Page 11: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

2

DIVIF : Divisi Infanteri

DP : Daerah Persiapan

DZ : Dropping Zone

GPL : Garis Perhubungan Laut

IHO : International Hydrographic Organization

IM : Iskandar Muda

IMO : International Maritime Organization

KAL : Kapal Angkatan Laut

KASAD : Kepala Staf Angkatan Darat

KASAL : Kepala Staf Angkatan Laut

KASAU : Kepala Staf Angkatan Udara

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

KEMHAN : Kementerian Pertahanan

MAKO : Markas Komando

KODAM : Komando Daerah Militer

KODIM : Komando Distrik Militer

KOOPS : Komando Operasi

KOPASKA : Komando Pasukan Katak

KOPASSUS : Komando Pasukan Khusus

KORAMIL : Komando Rayon Militer

KOREM : Komando Resor Militer

KOSTRAD : Komando Cadangan Strategi Angkatan Darat

KOTAMA : Komando Utama

KOTIS : Komando Taktis

KOWILHAN : Komando Kewilayahan Pertahanan

KRI : Kapal Republik Indonesia

LANAL : Pangkalan Angkatan Laut

LANTAMAL : Pangkalan Utama Angkatan Laut

LANUD : Pangkalan Udara

LATGAB : Latihan Gabungan

LATPOSKO : Latihan Pos Komando

LETJEN : Letenan Jenderal

LIMED : Lintas Medan

LINUD : Lintas Udara

LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

LPNK : Luar Pormasi Non Kementerian

LST : Landing Ship Tank

MABES : Markas Besar

MAGRUP : Markas Grup

MAKO : Markas Komando

MAYJEN : Mayor Jenderal

MEF : Minimum Essential Force

MLM : Mulawarman

MOOTW : Military Operations Other Then War

NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia

Page 12: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

3

OMP : Operasi Militer untuk Perang

OMSP : Operasi Militer Selain Perang

OPSGAB : Operasi Gabungan

OPSMIL : Operasi Militer

PAMA : Perwira Pertama

PAMEN : Perwira Menengah

PANG : Panglima

PARAKO : Para Komando

PATI : Perwira Tinggi

PHH : Pasukan Anti Huru Hara

POKKO : Kelompok Komando

POSKO : Pos Komando

PPRC : Pasukan Pemukul Reaksi Cepat

PRIN OPS : Perintah Operasi

PROTAP : Prosedur Tetap

PSOs : Peace Support Operations

PTM : Patimura

PU : Publikasi Umum

PUSBINTAL : Pusat Pembinaan Mental

PUSDIK : Pusat Pendidikan

PUSKES : Pusat Kesehatan

PUSPOM : Pusat Polisi Militer

RAHLAN : Daerah Pembekalan

RAHOPS : Daerah Operasi

RAKOR : Rapat Koordinasi

RAKORNIS : Rapat Koordinasi Teknis

RANDIS : Kendaraan Dinas

RANTIS : Kendaraan Taktis

RAPIM : Rapat Pimpinan

RAY : Baterai

RDTL : Republik Demokratis Timor Leste

RENOPS : Rencana Operasi

RENSTRA : Rencana Strategi

RENSTRA : Rencana Strategi

RMP : Recognized Maritime Picture

RoE : Rule of Engagemen

RPJMN : Rencana Program Jangka Menengah Nasional

SAR : Search And Rescue

SAS : Sasaran

SATBANMIN : Satuan Bantuan Administrasi

SATBANPUT : Satuan Bantuan Tempur

SATGAS : Satuan Tugas

SATKER : Satuan Kerja

SATPUR : Satuan Tempur

SECAPA : Sekolah Calon Perwira

Page 13: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

4

SERPAS : Pergeseran Pasukan

SESKOAD : Sekolah Staf dan Komando

SINTEL : Staf Intelijen

SLOC : Sea Lane Of Communication

SLOC : Sea Lane OF Oil Trade

SLOG : Staf Logistik

SMB : Senjata Mesin Berat

SMR : Senjata Mesin Ringan

SMS : Senjata Mesin Sedang

SOPS : Staf Operasi

SPERS : Staf Personel

SREN : Staf Perencanaan

SSAT : Sistem Senjata Armada Terpadu

STER : Staf Teritorial

SUAD : Staf Umum Angkatan Darat

SWJ : Sriwijaya

TKR : Tentara Keamanan Rakyat

TNI : Tentara Nasional Indonesia

TPR : Tanjung Pura

TRI : Tentara Republik Indonesi

UDY : Udayana

UNCLOS : United Nation Convention on the Law Of Sea

UO : Unit Organisasi

VVIP : Very Very Importen Person

WRB : Wirabuana

YONARHANUDRI : Batalyon Arteleri Pertahanan Udara Ringan

YONARMED : Batalyon Artelry Medan

YONBEKANG : Batalyon Pembekalan dan Angkutan

YONIF : Batalyon Infanteri

YONKES : Batalyon Kesehatan

YONZIPUR : Batalyon Zeni Tempur

ZEE : Zona Ekonomi Ekslusif

Page 14: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

xv

DAFTAR TABEL/GAMBAR

Tabel 1. Pelanggaran Prajurit TNI ............................................................. 9

Tabel 2. Konflik Antara TNI dengan POLRI ............................................ 10

Tabel 3. Dampak Positif Modernisasi ....................................................... 80

Tabel 4. Dampak Negatif Modernisasi ...................................................... 81

Tabel 5. Tugas Penyelesaian Masalah Berhubungan dengan Nilai........... 105

Tabel 6. Proses Pendekatan Klarifikasi Nilai ............................................107

Tabel 7. Data Pangkat Kepala Pembinaan Mental TNI Tahun 2016 ..... 212

Tabel 8. Matriks Kepangkatan dan Jabatan Pembinaan Mental TNI ..... 219

Tabel 9. Tabel Strata Organisasi Pendidikan Karakter ......................... . 202

Tabel 10. Data Kepala Pembinaan Mental TNI Tahun 2016 ................... . 205

Tabel 11. Matriks Kurikulum Kursus Tenaga Inti Bintal TNI .................. 222

Tabel 12. Pendidikan Karakter TNI yang Ideal ........................................ 252

Gambar 1. Tipologi Pendekatan Pendidikan Karakter ................................ 103

Gambar 2. Strategi Pembinaan Mental TNI ................................................ 169

Gambar 3. Kegiatan Peningkatan SDM Penataran BFK ............................ 203

Gambar 4. Kegiatan Penataran Bintal PAMA TNI .................................... 214

Gambar 5. Kegiatan Rapat Koordinasi Teknis Bintal TNI ........................ 218

Ambar 6. Kantor Pusbintal TNI G-3 Lt. 8 Mabes TNI ........................... 243

Page 15: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Globalisasi sebagai proses penyebaran unsur-unsur baru baik berupa

informasi, pemikiran, gaya hidup maupun teknologi secara mendunia,

membawa dampak bagi kehidupan semua orang, baik positif maupun negatif

terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 1 Dampak negatif yang

ditimbulkan dari globalisasi antara lain adalah menjadikan masyarakat

Indonesia melupakan karakter bangsanya. Dunia pendidikan telah memberikan

porsi yang sangat besar untuk pengetahuan kepada anak bangsa, tetapi

melupakan tujuan utama pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan, sikap

dan keterampilan secara seimbang dan simultan.

Selama ini pendidikan dihadapkan dengan sejumlah problem yang

bersifat makro dan mikro. Pada tataran makro, setidaknya ada dua permasalahan

mendasar, yaitu orientasi filosofis dan arah kebijakan. Secara tersurat, tujuan

pendidikan nasional sebenarnya sangat ideal karena menjangkau semua dimensi

kemanusiaan (religiusitas, etis, fisik, keilmuan dan life skill). Kenyataan di

lapangan tidak sesuai dengan harapan, terjadi gap antara cita-cita dengan upaya

dan instrumen untuk mencapai cita-cita tersebut. Implementasi pendidikan kita

sering lebih menciptakan manusia yang bertipe mekanistik dari pada humanistik.

Berbagai kebijakan juga sering mengebiri dan sengaja mengerdilkan

pendidikan, sebagai contoh; perhatian pengambil kebijakan dalam mengatasi

lemahnya pendidikan karakter di Indonesia sangat minim, sehingga belum

mampu memberikan pengaruh signifikan dalam membentuk mentalitas anak

didik. Dampak yang ditimbulkan adalah masih banyak ditemukan peserta didik

dan alumni dari suatu lembaga pendidikan yang kurang memiliki karakter luhur

bangsa; munculnya generasi yang tidak memiliki harga diri (kasus narkoba, seks

bebas, tawuran, pembunuhan, dan lain-lain), adanya generasi yang haus

kekuasaan dan jabatan sehingga tidak merasa malu melakukan korupsi,

munculnya generasi yang menonjolkan egosentrisme dan emosi yang meledak-

ledak hingga terjebak dalam tindakan kekerasan yang merugikan bangsa dan

negara. Demikian pula pada tataran mikro, kita dihadapkan pada kesenjangan

kualitas yang sangat jauh antar lembaga pendidikan dalam hal input siswa,

ketersediaan sarana, sumber daya manusia, lingkungan dan lain-lain.2

Terpuruknya bangsa Indonesia di mata dunia, tidak hanya disebabkan

oleh krisis ekonomi melainkan juga oleh krisis akhlak yang berakar dari

kurangnya penanaman pendidikan karakter, padahal pendidikan karakter adalah

1Cz. Harun, ”Manajemen Pendidikan Karakter”, dalam Jurnal Pendidikan

Karakter, 2015-journal.uny.ac.id, (diakses 5 April 2015). 2Suyatno, Pendidikan Karakter Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Mendikdasmen, 2010),

Seri Pendidikan Karakter, 34.

Page 16: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

2

suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini.3

Hatta Rajasa mengemukakan betapa pentingnya pendidikan karakter, sehingga

kita tentu sadar bahwa pendidikan merupakan mekanisme institusional yang

akan mengakselerasi pembinaan karakter bangsa dan juga berfungsi sebagai

arena dalam mencapai tiga hal prinsip dalam pembinaan karakter bangsa.4

Garin Nugroho dalam orasinya mengatakan bahwa sampai saat ini

kondisi pendidikan di Indonesia belum mendorong pembangunan karakter

bangsa. Hal ini disebabkan oleh ukuran-ukuran dalam pendidikan tidak

dikembalikan pada karakter peserta didik tetapi dikembalikan kepada pasar.

Pendidikan nasional belum mampu mencerahkan bangsa, karena pendidikan kita

kehilangan nilai-nilai luhur kemanusiaan, padahal pendidikan seharusnya

memberikan pencerahan nilai-nilai luhur. Pendidikan nasional kini telah

kehilangan rohnya lantaran tunduk terhadap pasar bukan pencerahan terhadap

peserta didik. Pasar tanpa karakter akan hancur dan akan menghilangkan aspek-

aspek manusia dan kemanusiaan karena kehilangan karakter itu sendiri.

Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan

untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Diakui atau

tidak diakui, saat ini terjadi krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam

masyarakat dengan melibatkan milik kita yang paling berharga yaitu anak-anak.

Kondisi krisis moral ini menandakan bahwa pengetahuan agama dan moral yang

didapatkannya di bangku sekolah ternyata tidak selalu berdampak pada

perubahan prilaku manusia Indonesia. Persoalan karakter atau moral memang

tidak sepenuhnya terabaikan oleh lembaga pendidikan. Akan tetapi dengan

fakta-fakta seputar kemerosotan karakter di sekitar kita menunjukkan bahwa

ada kegagalan pada institusi kita dalam hal menumbuhkan manusia Indonesia

3Zubaedi, “Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam

Lembaga Pendidikan”, (Jakarta: Kencana, 2011), 2. Dalam hal ini, diungkapkan bahwa

beragam tindakan kriminal banyak terjadi di belahan nusantara, mulai dari kasus prilaku seks

bebas, pemerkosaan, tawuran pelajar dan mahasiswa, pembunuhan biadab (mutilasi), kasus

bunuh diri, penyalahgunaan narkoba, korupsi berjamaah di beberapa lembaga negara baik di

lembaga eksekutif, legislatif maupun lembaga yudikatif, hingga maraknya kasus

perampokan bersenjata. 4Hatta Rajasa, “Prinsip dalam Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter

Bangsa”, 2007, jurnal Sekretaris Negara, dalam http://www.google.co.id/ upi.edu/4/s-pkn-

0901131chapter 1/pdf. (diakses pada tanggal 6April 2015), Disebutkan bahwa: 1)

Pendidikan merupakan arena reaktivasi karakter luhur bangsa. Secara historis bangsa

Indonesia adalah bangsa yang memiliki karakter kepahlawanan, nasionalisme, sifat heroik,

semangat kerja keras serta berani menghadapi tantangan. Kerajaan-kerajaan nusantara di

masa lampau adalah bukti keberhasilan pembangunan karakter yang mencetak tatanan

masyarakat maju, berbudaya dan berpengaruh; 2) Pendidikan sebagai sarana untuk

membangkitkan suatu karakter bangsa yang dapat mengakselerasi pembangunan sekaligus

memobilisasi potensi domestik untuk meningkatkan daya saing; 3) Pendidikan sebagai

sarana untuk menginternalisasi kedua aspek di atas yakni reaktivasi sukses budaya masa

lampau dan karakter inovatif serta kompetitif ke dalam segenap sendi-sendi kehidupan

bangsa dan program pemerintah. Internalisasi ini harus berupa suatu concerted efforts dari

seluruh masyarakat dan pemerintah.

Page 17: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

3

yang berkarakter atau beraklak mulia. 5 Urgensi pendidikan karakter

dikembangkan karena salah satu bidang pembangunan nasional yang sangat

penting dan menjadi pondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara adalah pembangunan karakter bangsa. Ada beberapa alasan mendasar

yang melatari pentingnya pembangunan karakter bangsa, baik secara filosofis,

ideologis, normatif, historis maupun sosiokultural.6

Berbagai pandangan dari para pakar dan ahli tentang pendidikan

menyatakan bahwa konsep pendidikan di Indonesia masih jauh dari penanaman

karakter peserta didiknya, karena masih banyak ditemukan peserta didik dan

alumni-alumni dari suatu lembaga pendidikan yang kurang memiliki karakter

luhur bangsa. H.E.Mulyasa mengatakan bahwa keberhasilan program

pendidikan karakter dapat diketahui dari perwujudan indikator Standar

Kompetensi Kelulusan (SKL) dalam pribadi peserta didik secara utuh, karena

hasil pendidikan sebagai output dari hasil pendidikan dari setiap satuan

pendidikan belum menunjukkan keutuhan tersebut, bahkan dapat dikatakan

bahwa lulusan-lulusan dari setiap satuan pendidikan tersebut baru menunjukkan

standar kompetensi lulusan pada permukaannya saja, atau hanya kulitnya saja.

Kondisi ini juga boleh jadi disebabkan karena alat ukur atau penilaian

keberhasilan peserta didik dari setiap satuan pendidikan hanya menilai

permukaannya saja, sehingga hasil penilaian tersebut belum menggambarkan

kondisi yang sebenarnya.7

Lunturnya pendidikan karakter akan berdampak terhadap bobroknya

mental bangsa di berbagai lapisan masyarakat, instansi pemerintah dan swasta

termasuk di dalamnya Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang dapat berakibat

pada kehancuran bangsa kita yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia

5 Zubaedi, “Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam

Lembaga Pendidikan”, (Jakarta, Kencana, 2011), 5. 6Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian

Pendidikan Nasional, “Pendidikan Karakter teori dan aplikasi”, (2010), 36. Dijelaskan

bahwa secara filosofis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah kebutuhan asasi

dalam proses berbangsa karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yang kuat

yang akan eksis. Secara ideologis, pembangunan karakter merupakan upaya

mengejawantahkan ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara

normatif, pembangunan karakter bangsa merupakan wujud nyata langka mencapai tujuan

negara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Secara historis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah dinamika inti proses

kebangsaan yang terjadi tanpa henti dalam kurun sejarah, baik pada zaman penjajahan

maupun pada zaman kemerdekaan. Secara sosio kultural, pembangunan karakter bangsa

merupakan suatu keharusan dari suatu bangsa yang multikultural. 7 H.E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2012), Ed.1.Cet.2, 9. Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam menyukseskan

pendidikan karakter di lembaga pendidikan adalah memahami hakikat pendidikan karakter

dengan baik. Hal ini penting karena pendidikan karakter bergerak dari kesadaran

(awareness), pemahaman (understending), kepedulian (concern), dan komitmen

(commitment), menuju tindakan (doing atau acting).

Page 18: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

4

(NKRI). Sejak bergulirnya reformasi, karakter prajurit TNI sebagai Tentara

Rakyat, Tentara Pejuang dan Tentara Nasional seakan tereliminasi, atau

dihapus. Prajurit TNI seakan hanya dituntut karakter profesionalitasnya semata.8

Akibatnya, prajurit TNI seakan hanyut pada pemahaman untuk meningkatkan

profesionalitasnya semata. Karakter kejuangan dan memelihara persatuan dan

kesatuan bangsanya seakan terlupakan dan dibuang. Akibatnya, tumbuh subur

etno nasionalisme atau nasionalisme sempit berdasar kesukuan, agama, ras dan

golongan atau nasionalisme berdasarkan SARA di berbagai komponen bangsa.

Prajurit TNI yang sejatinya memiliki karakter pejuang, nasionalistis dan militan

dengan kepeloporan yang pernah dijalankan, seakan hanya menjadi penonton di

tengah hiruk pikuk kebisingan demokrasi yang diwarnai dengan berbagai

konflik sosial. Kondisi seperti ini perlu disikapi dengan konsep kewaspadaan

nasional yang memadai agar disintegrasi sosial tidak berlanjut menjadi

disintegrasi nasional yang saat ini mewarnai kehidupan nasional di berbagai

negara di Tanduk Afrika dan Timur Tengah.

Dalam menghadapi perkembangan situasi yang bergerak sangat dinamis

seperti yang terjadi pada era globalisasi ini, menuntut setiap prajurit TNI untuk

selalu memahami dan menyadari akan nilai, karakter dan jati dirinya, sebagai

Tentara Rakyat, Tentara Pejuang, Tentara Nasional dan Tentara Profesional

yang menjunjung tinggi Saptamarga, Sumpah Prajurit dan Delapan Wajib TNI.

Jati diri TNI merupakan cerminan sifat dan karakter TNI yang merupakan

sumber kekuatan moral dan pengabdian TNI kapada bangsa dan negara.

Pendidikan karakter TNI saat ini memang perlu dimodernisasikan, 9 sejalan

dengan konsep reformasi TNI yang sudah bergulir sejak tahun 1998 yang

mengubah pola, profesionalitas dan refungsionalisasi militer dalam masyarakat.

Menghadapi tuntutan perkembangan Zaman, TNI mengambil sikap aspiratif dan

akomodatif dengan merumuskan paradigma baru perannya dan menata diri

dengan melaksanakan perubahan-perubahan internal antara lain dalam bidang

pendidikan yaitu modernisasi pendidikan karakter TNI, terutama dalam

menghadapi tantangan globalisasi.

Melihat kenyataan seperti itu, bagaimana eksistensi pendidikan di

Negara kita ke depan? Tentu masih ada sisi-sisi positif pendidikan yang

diharapkan. Sejumlah lembaga pendidikan alternatif semakin bermunculan,

siswa-siswa kita juga banyak berlaga di ajang internasional, banyak guru kita

juga yang merupakan manusia-manusia kreatif. Namun demikian, agar

pendidikan kita mampu berperan lebih besar dalam menggali, mengembangkan,

8Mabes TNI, “TNI Abad XXI, Redefenisi, Reposisi, dan Reaktualisasi Peran TNI

Dalam Kehidupan Bangsa”,( Jakarta; CV. Jasa Buma, 1999), 15. 9Modern dalam diskursus ini adalah upaya untuk mentransformasikan sesuatu yang

status quo menuju fase yang lebih dinamis dan elastis sesuai dengan gerak zaman, Harun

Nasution dalam Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, (Bandung:Mizan,1996),181.

menyebutkan bahwa modernisasi berarti pikiran, aliran gerakan dan usaha-usaha untuk

mengubah paham-paham, adat-istiadat agar sesuai dengan pendapat-pendapat dan keadaan

baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Page 19: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

5

menjaga dan mengawal karakter positif bangsa ini, perlu adanya desain

pendidikan karakter yang sistematis dan terarah. 10

Dalam gagasan pembangunan bangsa yang berkarakter11, pendidikan

memiliki fungsi sebagai pemersatu bangsa, penyamaan kesempatan dan

pengembangan potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan

bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi

kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam

pembangunan dan memungkinkan setiap warga negara untuk mengembangkan

potensi yang dimiliki secara optimal. 12 Pemerintah berkewajiban untuk

menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh warga negara sebagaimana yang

diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak

mendapat pendidikan”13

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 pada pasal 29 tentang Pendidikan Kedinasan, bahwa pendidikan TNI

sebagai pendidikan kedinasan yang diselenggarakan oleh Mabes TNI,

merupakan pendidikan profesi guna mendukung tugas kedinasan, sehingga

pendidikan TNI selalu terkait dengan penugasan atau proyeksi penugasan

10Oos M. Anwas, “Televisi Mendidik Karakter Bangsa: Harapan dan Tantangan”,

dalam jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balitbang Kemendiknas, Vol.16, Edisi

Khusus III, Oktober 2010), 258.

11 Kemendiknas. Nilai - Nilai dalam Pendidikan karakter Bangsa,

https//sites.google,com/site/pendidikan-karakter-bangsa, (diakses pada tanggal 5 April 2015),

ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai-nilai tersebut adalah : Nilai religius, jujur,

toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat

kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai,

gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.

12 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

13Terkait dengan amanat Undang-Undang Dasar tersebut maka disusun Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar

hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional sehingga, setiap warga

negara Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang terkait dengan pendidikan, sebagaimana

yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pasal 5. Adapun isi pasal tersebut, adalah: ayat (1) Setiap warga

negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; (2)Warga

negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,intelektual, dan/atau social berhak

memperoleh pendidikan khusus; (3) Warga Negara di dareah terpencil atau terbelakang serta

masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus; (4) Warga

negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh

pendidikan khusus; (5) Setiap warga Negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan

pendidikan sepanjang hayat.

Page 20: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

6

selanjutnya14. Dengan demikian, pendidikan harus dilaksanakan secara tepat

bagi mereka yang membutuhkan layanan pendidikan kedinasan, sehingga

mereka dapat memperoleh pendidikan secara baik, agar dapat hidup

bermasyarakat dan mengembangkan potensi diri secara optimal. 15 Dalam

kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan yang berkarakter bagi warga

negara yang membutuhkan layanan pendidikan kedinasan maka diperlukan

konsep pendidikan yang menekankan pembangunan manusia seutuhnya dan

memadukan keseimbangan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.16

Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno, telah menyatakan

perlunya Nation and Character building sebagai bagian integral dari

pembangunan bangsa. Beliau menyadari bahwa karakter suatu bangsa berperan

besar dalam mempertahankan eksistensi bangsa Indonesia, sebagaimana amanat

yang disampaikan di Bogor pada tanggal 15 Juli 1963.17 Cukup banyak contoh

14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 29 ayat (1) Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi

yang dilaksanakan oleh departemen atau lembaga pemerintahan nondepartemen; (2)

Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam

pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau

lembaga pemerintahan nondepartemen; (3) Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui

jalur pendidikan formal dan nonformal. 15 Kemendikbud dan TNI mempekuat kerja sama dalam memberikan layanan

pendidikan dengan melakukan sinergitas sumber daya antara TNI dengan Kemendikbud

mulai dari PAUD, pendidikan dasar, pendidikan menegah sampai perguruan tinggi.

Hubungan dan kerjasama di bidang pendidikan antara Mabes TNI dengan Depdikbud

dijelaskan dalam Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/108/V/1992 dan keputusan

Panglima TNI Nomor Kep/41/11/1992 tentang kerjasama pendidikan, penelitian, dan

pengembangan serta jasa-jasa lain di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. 16Direktorat jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian

Pendidikan Nasional, “Pendidikan Karakter teori dan aplikasi”, (Jakarta, 2010),37,

dijelaskan bahwa pembangunan pendidikan nasional didasarkan pada paradigma

membangun manusia seutuhnya, yang berfungsi sebagai subyek yang memiliki kapasitas

untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal. Dimensi

kemanusiaan itu mencakup tiga hal paling mendasar, yaitu: 1) afektif yang tercermin pada

kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian

unggul dan kompetensi estetis; 2) Kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya

intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai pengetahuan dan

teknologi; dan 3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan

keterampilan teknis, kecakapan praktis dan kompetensi kinestetis. 17Soekarno, “Amanat Pemimpin Besar Revolusi”, 1) Dalam amanat saja, Lahirnja

Pantjasila, saja telah mengemukakan fikiran-fikiran jang mendasari proses “Nation

Building”, jaitu adanya keinginan bersama untuk membangun djiwa Bangsa jang bersatu,

persatuan karakter karena persamaan nasib dan patriotisme; 2) Proses “Nation Building” itu

terus-menerus memerlukan aktivitas jang dinamis, pemupukan mental dan djiwa jang ingin

bersatu, persamaan watak atas dasar persamaan nasib, patriotisme, rasa setia-kawan dan rasa

loyal terhadap Tanah Air Indonesia. Siapa jang tidak berdiri diatas landasan “Nation

Building” tadi, sesungguhnja dihinggapi oleh penjakit “retak dalam djiwa”, karena mungkin

djiwanya dikuasai oleh loyalitas-kembar atau loyalitas-ganda; 3) Saja membenarkan usaha-

usaha djiwa muda dalam pembinaan kesatuan Bangsa ini, dengan menghilangkan sikap-

Page 21: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

7

empiris yang membuktikan bahwa karakter bangsa yang kuat berperan besar

dalam mencapai tingkat kemajuan dan keberhasilan suatu bangsa.

Tokoh pendidikan Barat seperti Klipatrick, Lickona, Brooks dan Goble

masih menganggap bahwa pemikiran Sokrates berkaitan dengan pendidikan

masih belum ada perubahan yakni membangun moral, akhlak atau karakter.

Begitu juga Marthin Luther menyetujui pemikiran tersebut dengan

mengatakan,”Intelligence plus character, that is the true aim of education”.18

Thomas Lickona memberikan penjelasan tentang Pendidikan karakter

adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat

memahami, memperhatikan dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. Karakter

berkaitan dengan konsep moral (moral knowing), sikap moral (moral feeling),

dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat

dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang

kebaikan, keinginan untuk berbuat baik dan melakukan perbuatan kebaikan.19

Menurut Wynne (1991), karakter berasal dari Bahasa Yunani yang

berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana

mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh

sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan

sebagai orang yang berkarakter jelek atau sebaliknya. Jadi istilah karakter erat

kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang, dimana seseorang bisa

disebut orang yang berkarakter (a person of character) jika tingkahlakunya

sesuai dengan kaidah moral.20

Ron Kurtus mengartikan karakter sebagai agregat penampilan dan

perilaku yang membentuk jiwa seseorang. Karakter berkaitan dengan nilai-nilai

moral atau etika. Karakter adalah tata nilai yang terbentuk dalam sistem daya

dorong (driving system) yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku

seseorang. Karakter pada hakikatnya adalah pribadi manusia yang menyadari

dan berpegang teguh pada nilai-nilai etika, moral dan kebajikan dalam

menyelami kehidupan. Karakter menyangkut nilai-nilai yang diyakini serta

melandasi berbagai sikap dan perilaku seseorang. Karakter seseorang dibentuk

dengan cara pandang dan visinya. Karakter relatif menetap, tetapi bisa berubah

karena adanya tekanan situasi yang relatif intens menggoyahkan dirinya.21

sikap dan sifat-sifat menjendiri (ekslusivisme), dengan djalan penjatuan, pembauran

(asimilasi) dalam tubuh Bangsa Indonesia; 4) Saja gandrung akan kesatuan dan persatuan

Bangsa Indonesia, saja tidak mau mengenal pembatasan “aseli” dan “tidak aseli”, persukuan,

serta pementjilan-pementjilan jang berupa apapun dalam kesatuan tubuh Bangsa Indonesia.

(Pusat Sejarah ABRI, Badan-Badan Perjuangan, Jakarta, 1983). 18Direktorat jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian

Pendidikan Nasional, “Model Pembinaan Pendidikan Karakter di Lingkungan Sekolah”

(Jakarta, 2010), 9. 19Thomas Lickona, Educating For Character, New York:Bantam Books,(1991) 51. 20 Wienne ,E.A. Character and Academics in the elementary School, In JS.

Beningna (ed).Moral Character; and Civic Education in the Elementary School. Teacher

College Press, New York, ( 1991),119. 21Ron Kurtus,Undertstanding Character ,www.school-for-champion.com (diakses 5

Juni 2015).

Page 22: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

8

Di dalam Islam, karakter dikenal dengan sebutan “akhlak”, perkataan

akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu jamak dari “khuluqun” yang berarti budi

pekerti, perangai, tingkah laku (tabiat) dan adat kebiasaan.22Akhlak merupakan

sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang, sehingga dari sifat

itulah terpancar sikap tingkah laku perbuatan seseorang.

Abdullah Salim menyebutkan bahwa akhlak Islami adalah perangkat tata

nilai bersifat samawi dan azali, yang mewarnai cara berfikir, bersikap dan

bertindak seseorang Muslim terhadap dirinya, terhadap Allah dan Rasul-Nya,

serta terhadap alam lingkungannya. Samawi berarti akhlak ini seluruhnya

bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits, sedangkan Azali berarti bahwa akhlak

Islam tersebut bersifat tetap, tidak berubah walaupun tata nilai atau norma-

norma dalam kehidupan masyarakat berubah sesuai dengan perubahan masa dan

keadaan23.

Dalam kehidupan masyarakat tempat kita berinteraksi, sering kita

menemukan istilah-istilah yang berkaitan dengan perilaku manusia yaitu;

Akhlak, moral, karakter, budi pekerti, adab, etik, mental. Dilihat dari fungsi dan

perannya, hubungan dari beberapa istilah ini adalah sama, yaitu menentukan

hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan

baik-buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya

keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tenteram sehingga

sejahtera bathiniah dan lahiriah. Adapun perbedaannya, adalah terletak pada

sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk serta terlihat

pula pada sifat dan kawasan pembahasannya.24

Di dalam TNI, karakter identik dengan “mental.” Mental adalah kondisi

jiwa yang terpantul dalam sikap dan prilaku seseorang terhadap berbagai situasi

yang dihadapi. Dengan demikian pembinaan mental TNI adalah segala usaha,

tindakan dan kegiatan untuk membentuk, memelihara serta meningkatkan dan

memantapkan kondisi jiwa anggota TNI berdasarkan Pancasila, Saptamarga,

Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, melalui pembinaan mental rohani,

pembinaan mental ideologi, pembinaan mental tradisi kejuangan dan Pembinaan

mental psikologi.25 Pembinaan mental ini diarahkan untuk menjadikan prajurit

sebagai insan hamba Tuhan yang bertakwa, sebagai warga Negara yang

nasionalis, sebagai prajurit Saptamargais yang militan dan sehat psikis.

Militer adalah angkatan bersenjata dari suatu negara dan segala sesuatu

yang berhubungan dengan angkatan bersenjata yang terdiri atas prajurit atau

serdadu yang memiliki karakter. Militer juga sebuah organisasi yang diberi

22M. Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang ,1982), 10. 23 Abdullah Salim, Akhlak Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakat,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1985), 11. Untuk pembahasan lebih jauh mengenai pengertian

akhlak, lihat Abuddin Nata, “Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia,” (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2015), 1-3. 24Lihat Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2015), Edisi Revisi, 81. 25Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/760/XI/2012 tanggal 1 November 2012

tentang Buku Petunjuk Induk Pembinaan Mental TNI “Pinaka Baladika”, sub Lampiran A,

Jakarta: Mabes TNI, 2012.

Page 23: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

9

otoritas oleh organisasi di atasnya (negara) untuk menggunakan kekuatan yang

mematikan untuk membela/mempertahankan negaranya dari ancaman aktual

ataupun hal-hal yang dianggap ancaman. Samuel P. Huntington menyebut

militer profesional, adalah gambaran militer yang memiliki spesifikasi keahlian

di bidang pertahanan, memiliki tanggung jawab sosial yaitu mengabdi kepada

negara atau dengan kata lain memperhatikan kepentingan nasional, dan

memiliki karakter korporasi sehingga melahirkan esprit de corps yang kuat.26

Menyoroti karakter TNI dikaitkan dengan pembinaan mental

(pembinaan karakter) yang selama ini dilakukan dalam setiap jenjang

pendidikan baik kepada Perwira, Bintara maupun Tamtama, sepertinya ada

sesuatu (karakter) yang hilang, berubah atau kurang proporsional dalam

penerapan pembinaan karakter pada institusi TNI terutama dalam menghadapi

perkembangan dan kemajuan zaman yang serba modern serta pengaruh

globalisasi dalam kehidupan setiap prajurit yang berdampak terhadap

munculnya berbagai kasus yang dilakukan oleh prajurit TNI pada setiap level

kepangkatan. Adapun pelanggaran “disiplin murni” maupun pelanggaran

“disiplin tidak murni” yang menonjol dilakukan prajurit TNI, sebagaimana hasil

evaluasi dari penegakkan hukum dan tata tertib terhadap personel TNI yang

dilakukan oleh Pusat Polisi Militer TNI (Puspom TNI) tahun 2014 - 2016,

adalah sebagai berikut: 27

Tabel 1. Pelanggaran Prajurit TNI

PERKARA TA 2014 TA 2015 TA 2016 KETERANGAN

Desersi 1.246 1.452 1.002 Turun

Asusila 159 234 259 Naik

Narkoba 179 350 366 Naik

Penganiayaan 149 171 101 Turun

Penipuan 67 62 79 Naik

Jumlah 1.800 2.269 1.807 Pelanggran Tinggi

26Samuel P. Huntington, The Soldier and the State: The Theory and Politics Civil-

military Relations, (Cambridge: Harvard University Press , 1957). 27Aspers Panglima TNI, Disampaikan pada Rakornis Bintal TNI, pada tanggal 20

Februari 2016, Cilangkap Mabes TNI.

Page 24: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

10

Kasus lain yang juga menonjol akhir-akhir ini yang berulang kali terjadi

adalah bentrokan bersenjata antara TNI versus POLRI yang pada masa sebelum

reformasi tidak pernah kita temukan.

Dalam delapan tahun terakhir, konflik TNI vs POLRI makin sering

terjadi, bahkan sudah amat meresahkan masyarakat. Menurut Haris Azhar,

koordinator badan pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak

Kekerasan (Kontras), sepanjang tahun 2005 – 2012, telah terjadi 26 kali bentrok

antara pasukan TNI dengan anggota POLRI, yang menewaskan 11 orang dan 47

luka-luka. 28 Pada tahun berikutnya tahun 2014, menunjukkan insiden yang

semakin meningkat yakni mencapai Tujuh kali peristiwa, yang mengakibatkan 3

orang tewas dan 9 luka-luka. 29 Korban materil juga tidak sedikit, banyak

amunisi tajam yang terbang percuma, senjata hilang, motor dan mobil rusak

hingga pos-pos dan markas terbakar. Pimpinan TNI-POLRI pun telah

meresponnya dengan tindakan tegas berupa pencopotan para pejabat yang

memang seharusnya bertanggungjawab, penghukuman dan pemecatan anggota

yang terlibat, dan terakhir ada wacana untuk menyatukan kembali pendidikan

basis selama 3-4 bulan seperti masa lalu.

Data di bawah ini adalah kasus perkelahian/konflik antara anggota TNI

versus POLRI yang sangat menonjol dalam kurun waktu satu tahun yakni pada

tahun 2014 (pada tahun sebelumnya konflik ini juga sering terjadi, namun yang

dapat diungkapkan adalah kejadian yang masih hangat), sebagai berikut: 30

Tabel 2. Konflik antara TNI dengan POLRI

28Harian Rakyat Merdeka, selasa, 12 Maret 2013. 29Tribun Nasional, Ind Police Watch (IPW), Minggu, 14 Desember 2014. 30Liputan6.com, Jakarta, Senin, 15 Desember 2014.

NO WAKTU SATUAN

TERLIBAT

TEMPAT

INSIDEN KETERANGAN

1. 7-8-2014 Yon Armed

Vs Brimob

Cipanas,

Cianjur

2 TNI luka

tembak,1 Brimob

luka tembak.

2. 21-9-2014 Agt TNI Vs POLRI Batam 4 TNI luka tembak

3. 29-9-2014 Agt TNI Vs POLRI Ambon 1 POLRI tewas

4. Okt 2014 Yonif 756/Wamena

Vs Brimob

Lanny Jaya,

Papua

1 TNI luka tembak

5. Nov 2014 Agt TNI Vs

Brimob Yogyakarta

1 POLRI luka-

luka

6. 19-11-2014 Yonif 134 Sakti Vs

Brimob

Kepri,

Batam. 1 TNI tewas

7. 20-11-2014 Agt TNI Vs

Brimob

Polda Sumut 1 Brimob tewas

Page 25: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

11

Berbagai kalangan telah memberikan pandangan tentang faktor-faktor

penyebab terjadinya bentrokan di lapangan diantaranya; aktivitas LSM,

cenderung menunjuk bahwa faktor ekonomi yang menjadi pemicu bentrokan,

dalam hal ini konflik internal kedua kelompok itu lebih dimotivasi oleh rebutan

lahan bisnis illegal seperti judi, prostitusi dan penebangan kayu.Menurut Kiki

Syahnakri, terjadinya bentrokan karena dipengaruhi oleh banyak hal yang akar

masalahnya sangat rumit karena menyentuh masalah psikologis-kultural,

masalah regulasi, faktor sosial-kemasyarakatan dan faktor teknis terutama

menyangkut kepemimpinan.31

Menurut Sanford C.Bernstein, konflik merupakan suatu pertentangan,

perbedaan yang tidak dapat dicegah yang mempunyai potensi yang memberi

pengaruh positif dan negatif. 32 Robert M.Z. Lawang, menyebutkan bahwa

konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, kekuasaan, dimana

31Diantaranya yang sangat penting adalah: pertama, faktor psikologis-kultural. Pada

umumnya anggota TNI (Khususnya TNI-AD) belum terlepas dari perasaan superioritas masa

lalu sebagai saudara tua ketika POLRI masih tergabung dalam ABRI. Sebaliknya, di

kalangan POLRI tumbuh sikap operacting, eufhoria kewenangan, arogansi, sebagai akses

pemisahan dari ABRI serta diberlakukannya Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang

Kepolisian yang memberikan kewenangan amat luas dalam fungsi keamanan dalam negeri.

Selain itu adanya sikap kebanggaan korps yang berlebihan sehingga satu sama lain merasa

lebih hebat, masalah kecemburuan akibat jomplangnya kesejahteraan karena kalangan

POLRI memiliki kesempatan lebih luas mencari penghasilan tambahan seiring dimilikinya

kewenangan yang amat luas demikian pula disiplin, penegakan hukum, disiplin serta

keteladanan pimpinan pada kedua institusi amat lemah.

Kedua, masalah Regulasi. TAP MPR No VI dan VII tahun 2000 yang lahir di

tengah euphoria reformasi telah memisahkan secara “Mutlak-diametral” fungsi pertahanan-

keamanan (hankam) mengakibatkan tidak terpadunya penanganan masalah itu. Fungsi

keamanan mutlak diemban POLRI, fungsi pertahanan jadi ranah TNI dengan penekanan

hanya untuk menghadapi ancaman militer dari luar.Padahal, kenyataannya kedua fungsi

bersifat overlapping, masalah keamanan dapat berkembang eskalatif, terkadang tak bisa

diprediksi, sehingga secara cepat memasuki ranah pertahanan karena telah mengancam

kedaulatan, keselamatan bangsa dan keamanan Negara.

Ketiga, Faktor sosial. Institusi TNI-POLRI tidak hidup di ruang hampa, tetapi

sangat dipengaruhi perkembangan masyarakat, seperti meningkatnya konsumtivisme,

transaksionisme, anarkisme, serta tawuran yang sering terjadi di kalangan pelajar,

mahasiswa dan kelompok masyarakat.

Keempat, Faktor teknis, terutama menyangkut kepemimpinan.Tuntutan

kepemimpinan di tubuh TNI-POLRI harus mampu berperan sebagai komandan sekaligus

guru/pelatih, bapak/orang tua dan rekan sejawat. Efektifitas kepemimpinannya sangat

dipengaruhi kemampuan memainkan peran-peran tersebut, untuk itu diperlukan

kebersamaan, komunikasi, kepedulian dan kepekaan tinggi terhadap kondisi bawahan serta

keluarganya. 32 Bernstein, Pengertian, Teori, Faktor dan Akibat Konflik (1965)

jeckprodeswijaya.bolgspot.com 2013/11 Nov 12 (diakses 15 Mei 2015).

Jumlah

3 Tewas, 9 luka.

Page 26: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

12

tujuan dari mereka yang berkonflik tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi

juga untuk menundukkan saingannya.33

TNI sebagai komponen utama pertahanan negara, sejak awal

kelahirannya telah memiliki sifat-sifat khas yang menjadi watak dan

karakternya. Perjuangan yang dilandasi semangat rela berkorban, tidak

mengenal menyerah dan tahan menderita serta keperwiraan telah membentuk

karakter prajurit yang memiliki jati diri sebagai Tentara Rakyat, Tentara

Pejuang, Tentara Nasional dan Tentara Profesional.34

Salah satu pendidikan karakter yang memiliki nilai-nilai kejuangan

yang patut diteladani dan diaktualisasikan oleh setiap prajurit TNI dalam

melaksanakan pengabdian kepada bangsa dan negara adalah nilai-nilai

kejuangan Panglima Besar Soedirman.35 Pada diri Panglima Besar Soedirman,

terpatri jiwa kejuangan dan nasionalisme yang tinggi. Ia telah menunjukkan

bukti keberanian, keteguhan dan kepercayaan yang tidak tergoyahkan kepada

tentara ( TNI), rakyat, bangsa dan negara. Ia adalah sosok prajurit yang taat dan

takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur dalam pikiran dan perbuatan,

mencintai dan dicintai oleh anak buah, patuh dan taat kepada sumpah dan

janjinya kepada APRI, tanah air, bangsa dan negara Republik Indonesia yang

diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Sebagai seorang Panglima Besar APRI, Panglima Besar Soedirman

telah memberikan contoh dan ketauladanan dalam sikap dan prilaku yang

senantiasa ingin dekat dengan anak buah. Dalam keadaan sakit parah, Pangsar

Soedirman tetap memimpin pertempuran, berada di tengah-tengah prajurit

dengan selalu mengobarkan semangat juang pantang menyerah. Pangsar

Soedirman berkata: “tempat saya yang terbaik adalah berada di tengah-tengah

anak buah. Saya akan meneruskan perjuangan met of zonder pemerintah TNI,

tentara akan berjuang terus, yang sakit adalah “Soedirman pribadi tetapi

Panglima Besar tidak pernah sakit”.36

Kutipan pesan tersebut menyiratkan bahwa tantangan yang dihadapi

TNI di masa akan datang lebih berat dan kompleks seiring dengan tuntutan

perkembangan zaman. TNI sebagai komponen utama pertahanan negara,37 tidak

terlepas dari dinamika situasi dan kondisi yang berkembang dewasa ini, baik

33 Robert M.Z. Lawang, Pengertian dan Teori Konflik Sosial,

bayuzamora.blokspot.com/2013/pengertian-konflik-dan-teori-sosial.html/ (diakses 15 Mei

2015). 34Undang-Undang RI nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia,

bab II, Jati Diri TNI, pasal 2. 35Dinas Sejarah Angkatan Darat, “PETA dan Perannya sebagai Salah Satu Cikal

Bakal TNI”, (Bandung: Disjarahad, 2009), 190. 36Mabes TNI, Kata-kata Mutiara Panglima Besar Jenderal Soedirman, (Jakarta:

Pusbintal ABRI, 1990), 254. Panglima Besar Soedirman dalam amanatnya (Yogyakarta, 1

Mei 1949), mengatakan: “Satu-satunya hak milik nasional Republik Indonesia yang masih

tetap utuh dan tidak berubah-ubah, meskipun harus menghadapi segala macam soal dan

perubahan adalah hanya APRI/TNI”. 37 Undang-Undang RI nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, Bab I,

Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 5.

Page 27: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

13

dalam kapasitasnya sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan

satuan.

Hakikat TNI adalah himpunan prajurit pejuang yang diperlengkapi

dengan alat persenjataan dan disiapkan untuk mengawaki alat utama sistem

persenjataan tersebut. Sistem persenjataan yang modern dan canggih memang

penting dan dibutuhkan untuk mengimbangi negara-negara adikuasa, tetapi

semua itu harus diimbangi dengan semakin mantapnya karakter prajurit TNI

yang memiliki jiwa (budi pekerti yang luhur), disiplin, dedikasi, loyalitas serta

semangat kejuangan (militansi) yang tinggi.38

Dalam situasi dan kondisi apapun militansi prajurit harus tetap lekat

terpatri dalam diri prajurit TNI, karena dengan militansi itulah maka tugas

seberat apapun akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Bagi Prajurit TNI

tugas adalah suatu kehormatan sehingga setiap prajurit dalam melaksanakan

tugas berjuang secara total, tidak kenal menyerah, relah berkorban, tahan

menderita serta berpegang teguh pada Saptamarga, Sumpah Prajurit dan

Delapan Wajib TNI.39

Undang-Undang Republik Indonesia No. 34 Tahun 2004 telah

mengamanatkan pada pasal-pasalnya tentang peran, fungsi dan tugas pokok

TNI, pada intinya; TNI sebagai komponen utama pertahanan negara,

mempunyai tugas pokok melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah

Indonesia dari segala bentuk ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa

dan negara.40 Untuk itu setiap prajurit TNI dituntut untuk memiliki karakter

yang kuat, terukur dan mampu menjungjung tinggi “Saptamarga”, memegang

teguh “Sumpah Prajurit” dan mengamalkan “Delapan Wajib TNI” dimanapun

berada dan bertugas.

Peningkatan peran, dalam pelaksanaan fungsi dan tugas pokok TNI

akan dapat dilakukan dengan baik apabila didukung dengan kemantapan

karakter41 setiap prajurit TNI sebagai insan Prajurit Saptamarga.42 Karakter

adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dari orang lain.43 Hal yang serupa dengan itu adalah

38Mabes TNI, Implementasi Paradigma Baru TNI dalam Berbagai Keadaan

Mutakhir , (Jakarta: Puspen TNI, 2001), 5. 39Dinas Sejarah Angkatan Darat, “PETA dan Perannya sebagai Salah Satu Cikal

Bakal TNI”, (Bandung: Disjarahad, 2009), 192.

40 Undang-Undang RI nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional

Indonesia, bab IV, Peran, Fungsi dan Tugas TNI, pasal 5,6 dan 7

41Gordon W. Allport menggambarkan karakter sebagai personality evaluated atau

kepribadian yang dinilai baik buruknya. Dengan kata lain, “prilaku seseorang menunjukkan

karakternya”. 42 Tentara Nasional Indonesia, Sapta Marga, www.tni.mil.id/pages-5-

saptamarga.html. Insan prajurit Saptamarga yaitu Prajurit yang senantiasa melaksanakan

pedoman hidup keprajuritan (Sebagai pembela ideologi negara, sebagai patriot,

Ksatria,berdisiplin, Bhayangkari negara dan menjunjung tinggi sendi-sendi kehormatan

prajurit. 43Doel Hamid, Jurnal Pendidikan Vokasi,Vol 3, Nomor 2, Juni 2013 (diakses

tanggal 6 April 2015).

Page 28: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

14

jati diri, meliputi; jiwa, identitas, ciri-ciri, keadaan khusus seseorang, jiwa,

semangat dan spiritualitas. Sejatinya, karakter prajurit TNI adalah jati diri

prajurit itu sendiri, sebagaimana jati diri prajurit TNI yang dijelaskan di dalam

Pasal 2 UU RI No 34 Tahun 2004.44

Dengan jati dirinya yang demikian, karakter prajurit TNI diharapkan

akan menjadi prajurit Saptamarga seperti yang dituangkan dalam ketujuh

marganya. Bila dicermati lebih mendalam, marga pertama sampai dengan marga

ketiga dalam Saptamarga, secara tegas menuntun prajurit TNI untuk menjadi

Tentara Rakyat, Tentara Pejuang dan Tentara Nasional. Marga ke empat sampai

ketujuh menuntun prajurit untuk menjadi Tentara Profesional.

Agar lebih jelas dalam pembahasan berikutnya, berkaitan dengan upaya

memantapkan karakter prajurit Saptamarga, sesuai dengan ancaman potensial

maupun manivest yang dihadapi, memahami kondisi karakter prajurit TNI saat

ini lebih difokuskan pada karakter Tentara Rakyat, Tentara Pejuang dan Tentara

Nasional. Walaupun juga diakui bahwa karakter prajurit Saptamarga saat ini

masih menyimpan berbagai kelemahan dan kekurangan pada karakter

profesionalitasnya, namun kelemahan dan kekurangannya pada karakter Tentara

Rakyat, Tentara Pejuang dan Tentara Nasional perlu mendapat sorotan yang

lebih tajam sehubungan dengan ancaman disintegrasi bangsa yang potensial

dihadapi bangsa Indonesia.

Panglima TNI dalam Rapat Pimpinan TNI tahun 2016 di Markas Besar

TNI Cilangkap, Jakarta, dengan tema “Meningkatkan Loyalitas, Moralitas dan

Integritas sebagai Landasan Mewujudkan TNI yang Kuat, Hebat, Profesional

dan Dicintai Rakyat”, menyampaikan arah kebijakannya yakni pada bidang

personel yang berkaitan dengan pendidikan karakter dilakukan dengan

“meningkatkan perawatan personel melalui pembinaan mental, pemenuhan hak-

hak prajurit sesuai strata kepangkatan, kesehatan, perumahan dan pendidikan”.45

Berdasarkan Kebijakan Panglima TNI di atas, maka pendidikan karakter

TNI perlu diadakan modernisasi, dengan demikian penulis merasa penting untuk

melakukan penelitian dan kajian lebih mendalam terhadap pendidikan karakter

TNI yang selama ini dilakukan, baik dari segi konsep maupun dari aspek

implementasinya di lapangan agar kondisi karakter Prajurit TNI tetap terpelihara

(tangguh), dengan demikian akan mengurangi pelanggaran prajurit TNI bahkan

44Markas Besar TNI, “Himpunan Peraturan Perundang - Undangan bagi Prajurit

TNI”, (Jakarta: Babinkum TNI, jilid IV, 2005), 441. Disebutkan tentang jati diri Prajurit

adalah: 1) Tentara Rakyat, yaitu tentara yang anggotanya berasal dari warga negara

Indonesia; 2) Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara Kesatuan

Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan menyelesaikan

tugasnya; 3) Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi

kepentingan negara di atas kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan agama; 4) Tentara

Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik

praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik

negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan

hukum nasional, dan hukum internasional yang telah diratifikasi. 45 Disampaikan Panglima TNI pada Rapat Pimpinan TNI pada tanggal 16

Desember 2015, di Gedung Gatot Soebroto Denma Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur.

Page 29: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

15

diharapkan tidak terjadi pelanggaran prajurit TNI, baik sebagai individu

(prajurit secara perorangan) maupun dalam bentuk kelompok (prajurit dalam

satuan).

B. Permasalahan.

1. Identifikasi Masalah.

Kajian yang berjudul “Pendidikan Karakter TNI dalam Menghadapi

Tantangan Globalisasi” (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI),

memunculkan berbagai kemungkinan perbedaan dalam mengidentifikasi

masalah disebabkan karena cara meninjaunya bervariatif. Dari perspektif

TNI misalnya bagaimana TNI memahami karakter dan bagaimana teori dan

teknik yang digunakan TNI dalam pendidikan karakter bagi Prajurit di

satuan-satuan tugasnya. Dengan demikian akan diketahui ciri khas

pendidikan karakter di dalam TNI dibandingkan dengan pendidikan karakter

pada umumnya. Dalam penulisan ini identifikasi masalah lebih cenderung

pada:

a. Karakter prajurit TNI saat ini mengalami penurunan, ditandai dengan

maraknya pelanggaran prajurit baik pelanggaran disiplin murni maupun

disiplin tidak murni.

b. Program pendidikan karakter prajurit TNI mengalami kesulitan

menghadapi perubahan zaman yang semakin cepat.

c. Implementasi Pendidikan karakter TNI belum terlaksana secara

Integratif dan komprehensif.

d. Menemukan akar masalah terjadinya pelanggaran prajurit di satuan

untuk penyelesaian secara obyektif.

2. Perumusan Masalah.

Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana konsep pendidikan karakter TNI dalam menghadapi

tantangan globalisasi? Merujuk pada rumusan masalah ini, maka dapat

dibuat beberapa pertanyaan untuk menggali permasalahan di atas, sebagai

berikut:

a. Bagaimana program dan implementasi pendidikan karakter TNI ?

b. Bagaimana pengaruh pendidikan karakter TNI terhadap perilaku

prajurit di satuan TNI.

c. Bagaimana problematika pendidikan karakter pada Pusat Pembinaan

Mental TNI?

3. Pembatasan Masalah.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka penulis

membatasi masalah agar tidak terlalu luas dan menyimpang dalam

pembahasannya. Yang menjadi batasan masalah penelitian ini adalah kajian

Pendidikan karakter pada Pusat Pembinaan Mental TNI, baik dari konsep

pendidikan karakternya maupun implementasi karakter prajurit di satuan

tugas setelah reformasi. Dalam diskursus ini, menggunakan teori

Page 30: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

16

modernisasi Harun Nasution dan globalisasi ditinjau dari aspek moral dan

budaya, dengan demikian dapat ditemukan akar permasalahannya

selanjutnya diselesaikan secara efektif dan obyektif.

C. Tujuan Penelitian.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam

tentang program pendidikan karakter TNI, dengan tujuan penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Menganalisis program pendidikan karakter pada Pusat Pembinaan Mental

TNI.

2. Menganalisis implementasi pendidikan karakter TNI.

3. Menganalisis problematika pendidikan karakter TNI dalam Menghadapi

Tantangan Globalisasi.

D. Signifikansi Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan semakin memperkuat argumentasi

tentang urgensi pendidikan karakter bagi prajurit TNI baik dalam

pelaksanaan tugas maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, yang dilakukan secara integratif pada pengelolah pendidikan

karakter TNI. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan teoritik

dalam mengembangkan pendidikan integratif pada pendidikan dan bidang-

bidang studi yang lain.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan pedoman yang rinci kepada

pengajar/pendidik dalam menyusun dan melaksanakan program

pendidikan/pembelajaran karakter pada lembaga pendidikan. Selain itu,

hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan program

pendidikan karakter dan kebijakan bagi pengambil keputusan.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan.

Kajian tentang pendidikan karakter telah banyak dilakukan oleh pakar

pendidikan. Dapat dikatakan bahwa mayoritas pembahasan tentang ilmu

pendidikan di dalamnya mencakup pembahasan tentang pendidikan karakter.

Hanya saja pembahasan yang dilakukan oleh para pakar pendidikan tersebut

masih bersifat umum, dan pembahasannya pun merupakan sub bab dalam

pembahasan ilmu pendidikan. Kajian yang komprehensif tentang pendidikan

karakter, khususnya pendidikan karakter bagi Prajurit TNI sangat minim

dilakukan oleh pakar pendidikan.

Beberapa penelitian atau kajian yang terdahulu yang masih relevan dan

dapat mendukung tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Mohamad Kemalsyah yang berjudul “Sikap Keberagamaan

Prajurit: Studi terhadap Prajurit Muslim TNI AU dalam Melaksanakan

Page 31: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

17

Sistem di Mabes TNI AU. 46 Penelitian ini mencoba mengungkapkan

pengamalan ajaran Islam dalam institusi Tentara Nasional Indonesia (TNI),

khususnya TNI-AU dan mengetahui pola keberagamaan Prajurit Muslim

TNI-AU secara lebih dekat. Penelitian ini tidak mengkaji karakter prajurit

secara umum dan masalah-masalah yang terjadi di satuan. Kemalsyah

menggunakan jenis penelitian kualitatif untuk menjelaskan sikap

keberagamaan Prajurit. Jenis penelitian yang digunakan, menurut penulis

sudah tepat, akan tetapi kelemahannya adalah pada pendekatan yang

digunakan. Peneliti tidak menyebutkan pendekatan apa yang digunakan.

Oleh karena itu, semestinya cukup banyak pendekatan yang bisa digunakan

oleh peneliti yang berkaitan dengan judul penelitian ini, misalnya :

Pendekatan sosiologi, historis, dan lain-lain. Pendekatan sosiologis dapat

digunakan oleh peneliti dalam menjelaskan fakta yang sesungguhnya terjadi

di lapangan mengenai sikap keberagamaan Prajurit TNI AU di hadapkan

dengan Sistem yang berlaku di Mabes TNI AU. Pendekatan Historis juga

bisa digunakan untuk mengkaji sejarah perkembangan satuan dan dinamika

perilaku (sikap) keberagamaan Prajurit TNI dihadapkan dengan

perkembangan sistem yang berlaku di Mabes TNI-AU.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ma’sum Amin dalam disertasinya berjudul

“Evaluasi Program Pendidikan Integratif Taruna Akademi TNI di

Magelang. 47 Dalam penelitiannya, Ma’sum Amin ingin mengetahui

seberapa jauh keefektifan pelaksanaan program dan hasil yang dicapai pada

pendidikan integratif Taruna Akademi TNI di Magelang. Dalam

penelitiannya diperoleh hasil bahwa pendidikan integrative manfaatnya

sangat besar untuk menjaga soliditas jangka panjang. Integrasi soliditas dan

kesatuan komando bagi TNI sangat vital dalam pelaksanaan tugas.

Pendidikan integrative merupakan pendidikan peralihan kultur kehidupan

karena para calon prajurit Taruna diarahkan untuk memasuki kultur

kehidupan baru yang berbeda dengan kehidupan yang dialami sebelumnya

yaitu dari kultur kehidupan sipil dan selanjutnya dibentuk dan diarahkan

pada karakter kehidupan militer. Dalam penelitiannya tidak mengkaji

tentang karakter militer namun hanya membahas tentang kurikulum

pendidikan bagi Taruna TNI. Jenis penelitian yang digunakan Ma’sum

Amin adalah penelitian evaluasi kualitatif,dengan metode CIPP(Contect,

Input, Process dan Product). 48 Pendekatan dan metode yang digunakan

dalam penelitian ini tidak tepat, karena menggunakan pendekatan “deskriftif

kualitatif” padahal pendekatan deskriptif kualitatif bukan suatu pendekatan

penelitian akan tetapi merupakan suatu metode dalam penelitian.

46Muhamad Kemalsyah, Sikap Keberagamaan Prajurit TNI : Studi terhadap Prajurit

Muslim TNI AU dalam Melaksanakan Sistem di Mabes TNI AU. Disertasi pada UIN

Jakarta, 2008. 47Ma’sum Amin, Evaluasi Program Pendidikan Integratif Taruna Akademi TNI di

Magelang. Disertasi pada UNJ Jakarta, 2015. 48Daniel L. Stufflebeam, Systematic Evaluation a Self Instructional guide to Theory

and Practice Illuwer, (USA: Highoff Publising, 1980),156.

Page 32: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

18

Sebaliknya, metode yang digunakan adalah metode CIPP, ini bukan

metode melainkan suatu evaluasi model.49

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Yani Basuki dalam disertasinya

(sudah dibukukan) berjudul “Reformasi TNI : Pola, Profesionalitas dan

Refungsionalisasi Militer dalam Masyarakat”. 50 Dalam penelitiannya,

Ahmad Yani ingin mengetahui bagaimana pandangan internal dan eksternal

TNI tentang paradigma baru dan implementasi reformasi internal TNI yang

telah berlangsung sejak tahun 1998 s/d 2007 serta bagaimana pola dan

profesionalitas reformasi TNI sebagai sebuah kasus mundurnya militer dari

politik .Ahmad Yani Basuki berpendapat bahwa reformasi TNI sebagai

sebuah proses mundurnya militer dari politik yang berlangsung di tengah

perubahan konfigurasi masyarakat global maupun nasional. Reformasi TNI

tidak berlangsung di ruang hampa (invacuum social system), tetapi

reformasi TNI bahkan berlangsung di tengah masyarakat yang sedang

dalam euporia reformasi. Peneliti tidak membahas tentang karakter TNI dan

tidak menyebutkan pendekatan apa yang digunakan, padahal beberapa

pemikiran filosofis disebutkan seperti Kant dan Weber.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Utami Iskanti (2013), dengan judul “Pengaruh

Karakter Kemiliteran Jepang terhadap Giyugun di Sumatra Tahun 1942-

1945 dan dampaknya terhadap Pembentukan BKR/TKR”, 51 dalam

penelitiannya Utami tidak menjelaskan tentang bagaimana pendidikan

karakter dibentuk oleh Tentara Jepang kepada TKR/BKR namun hanya

mengungkapkan bahwa selama ini banyak orang beranggapan bahwa ketika

masa penjajahan Jepang, Indonesia hanya mengalami kesengsaraan sebagai

Negara yang dijajah, padahal Jepang telah memberikan warisan karakter

kemiliteran yang dapat dimanfaatkan oleh militer Indonesia dan lahirnya

tentara kebangsaan yang kokoh pada masa kemerdekaan Indonesia.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Adi Nugroho tentang “Gambaran

Kekuatan Karakter pada Kadet Akademi Angkatan Laut”, 52 dalam

penelitiannya, Fajar mengemukakan bahwa doktrin militer sangat kental

dengan penumbuhan nilai-nilai, karakteristik dan kebajikan bagi

personelnya. Kekuatan karakter mempunyai sifat-sifat positif pada individu

yang direfleksikan dalam fikiran, perasaan dan prilaku yang dapat diarahkan

untu mencapai kesejahteraan pribadi dan berkontribusi terhadap tempat

kerja dan lingkungan sekitarnya. Penelitian ini belum mengungkapkan

bagaimana pola pendidikan karakter yang dilakukan di Akademi TNI

Angkatan Laut.

49Daniel L. Stufflebeam,Systematic Evaluation a Self Instructional guide to Theory

and Practice Illuwer, (USA: Highoff Publising, 1980),156.

50 Ahmad Yani Basuki, Reformasi TNI : Pola, Profesionalitas dan

Refungsionalisasi Militer dalam Masyarakat (Jakarta:PPSN, 2013),8. 51 Jurnal.upi.edu. S SEJ-0800959-ch…(diakses pada tanggal 5 Juli 2015) 52 http://jurnal.unair.ac.id, (diakses pada tanggal 9 Juli 2015)

Page 33: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

19

6. E. Dewi Yuliana dalam penelitiannya (2010), berjudul “Pentingnya

Pendidikan Karakter Bangsa guna Merevitalisasi Ketahanan Bangsa”, 53

Dewi berpendapat bahwa penataan kembali pendidikan karakter bangsa

diperlukan tidak hanya karena infrastruktur kebangsaan, kenegaraan, dan

kemasyarakatan yang rawan krisis, melainkan juga karena dinamika

perubahan tatanan dunia dengan semakin menguatnya arus globalisasi (arus

orang, modal, barang, jasa, informasi, gaya hidup, nilai-nilai, budaya, lintas

batas negara). Globalisasi, otonomi daerah, ketersediaan sumberdaya alam

secara terbatas, degradasi lingkungan, degradasi moral dan intelektual serta

potensi konflik antar kelompok (ras, suku, agama) telah menciptakan

berbagai krisis multi dimensi dalam konteks yang kompleks.Berbagai krisis

multi dimensi yang dihadapi bangsa Indonesia perlu dipandang sebagai

tantangan untuk melakukan tatanan kembali terhadap pendidikan karakter

bangsa menuju ke arah yang lebih baik, yaitu peradaban yang mampu

membawa kehidupan bangsa kearah yang semakin berkualitas dan

bermakna. Penelitian ini tidak mengupas secara mendalam tentang karakter

bagaimana pendidikan karakter karakter itu dilakukan.

7. Erma Pawitasari, dalam penelitiannya yang berjudul “Pendidikan Karakter

Bangsa dalam Perspektif Islam”: Studi Kritis terhadap Konsep Pendidikan

Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 54 Penelitian ini

menyampaikan sejumlah kejanggalan terhadap konsep pendidikan karakter.

Pendidikan di Indonesia, menurutnya tidak konsisten sejak dalam tataran

konsep. Sebagai contoh, penggunaan istilah “akhlak mulia” sebagai sebuah

konsep digunakan pada UUD 1945 dan UU Sisdiknas, akan tetapi dalam

tataran operasional tiba-tiba diganti menjadi istilah “karakter” yang tidak

jelas. Kebijakan pendidikan di Indonesia tidak jelas, padahal UUD sudah

menyebutkan konsep “akhlak mulia”. Seharusnya sejak dulu bangsa

Indonesia sudah mempunya rumusan baku tentang akhlak mulia dan

seharusnya pula bangsa ini sudah memiliki karakter “akhlak mulia”.

8. Jalaludin (2013), dalam penelitiannya berjudul “Membangun SDM Bangsa

Melalui Pendidikan Karakter” 55 mengatakan bahwa, Bangsa Indonesia

dewasa ini tengah mengalami semacam split personality, sejumlah pristiwa

yang mengarah pada dekadensi moral menunjukkan bahwa bangsa ini telah

hampir kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang dikenal beradab dan

bermartabat. Sementara tradisi pendidikan tampak belum matang untuk

memilih pendidikan karakter sebagai kinerja budaya dan religius dalam

kehidupan masyarakat. Di tengah kondisi tersebut, pendidikan holistik

berbasis karakter yang menekankan pada dimensi etis-religius menjadi

relevan diterapkan. Pendidikan holistik merupakan filosofi pendidikan yang

berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya pendidikan individu dapat

53 http://jurnal udayana mengabdi vol 9. No. 2 id.portal garuda.org (diakses pada

tanggal 9 Juli 2015. 54 Suara-islam.com>mobile>detail>… (diakses pada tanggal 10 juli 2015) 55 Jurnal.upi.edu.vol 13 no. 2 (diakses pada tanggal 10 Juli 2015).

Page 34: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

20

menemukan identitas, makna, dan nilai-nilai spiritual. Pendidikan moral ini

dapat membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter yang mengakar

pada budaya dan nilai-nilai religius bangsa, sebagaimana negeri Cina yang

mampu melahirkan generasi handal justru dengan mengedepankan karakter

dan tradisi bangsanya. Jalaludin menyoroti potret pendidikan saat ini yang

dianggap belum matang dengan menawarkan solusi alternative yaitu suatu

model pendidikan yang disebutnya pendidikan holistik berbasis karakter.

9. Endang Mulyatiningsih dalam penelitiannya berjudul “Analisis Model-

Model Pendidikan Karakter untuk Pembentukan Karakter pada usia anak-

anak, Usia Remaja dan Usia Dewasa”,56 dalam penelitian ini diungkapkan

bahwa model pendidikan kerakter antara anak-anak, remaja dan orang

dewasa berbeda penerapannya. Pada usia anak-anak, model yang dilakukan

antara lain melalui kegiatan bercerita, bermain peran dan kantin kejujuran.

Untuk pembentukan karakter pada usia remaja model pembentukan karakter

dengan mengintegrasikan dalam peraturan sekolah, pembelajaran dan

kegiatan ekstrakurikuler, sedangkan untuk pemantapan karakter pada usia

dewasa dilakukan dengan strategi penyadaran dan evaluasi diri melalui

forum seminar, menulis karya ilmiah dan diskusi. Disimpulkan bahwa

model pendidikan karakter yang efektif dibangun dari iklim sekolah yang

kondusif untuk berkembangnya karakter positif.

F. Metodologi Penelitian.

Konsentrasi penelitian ini adalah bidang pendidikan karakter yang

menggunakan metode kualitatif57 dengan studi kepustakaan (library research)

dan studi lapangan. Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh pemahaman

mendalam tentang indikator dari beberapa jawaban, khususnya yang berkaitan

dengan pendidikan karakter TNI, yang digali dari kasus-kasus induktif,

fokusnya adalah situasi atau personel tertentu, dan penekanannya pada makna

yang ditafsirkan berdasarkan ungkapan-ungkapan dari pemberi informasi. Studi

kepustakaan dilakukan dengan cara mengoleksi dan menganalisa data dari

sumber-sumber data primer dan sekunder.

1. Obyek Penelitian.

Yang menjadi obyek penelitian ini adalah Pusat Pembinaan Mental

Tentara Nasional Indonesia (Pusbintal TNI) sebagai salah satu unit

organisasi dari Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (Mabes TNI) yang

beralamat di Kelurahan Cilangkap Kecamatan Cipayung kota Jakarta

Timur.

Pusbintal TNI adalah suatu lembaga TNI yang bertugas membina

karakter (mental) prajurit TNI mencakup; TNI AD, TNI AL dan TNI AU

beserta keluarga besar TNI (KBT) dengan memberikan pelayanan berupa

56www.academia.edu/4173>-analisis-modemobile-friendly...(diakses pada tanggal

10 Juli 2015). 57 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung:

Alfabeta, 2011), cetakan 13, 205.

Page 35: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

21

pembinaan mental dan pelayanan keagamaan.58 Dengan demikian sasaran

penelitian ini (obyek) adalah pelaksanaan pembinaan karakter (mental) pada

Pusbintal TNI terhadap prajurit di satuan-satuan TNI, baik prajurit yang

berada di wilayah/daerah basis (daerah aman), daerah rawan kerusuhan

maupun prajurit yang berada di wilayah perbatasan secara integratif yaitu:

perwakilan TNI Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL) maupun

Angkatan Udara (AU).

2. Sumber Data.

Adapun sumber data utama (primer) dalam penelitian ini adalah

data-data yang diperoleh dari penelitian lapangan (field research) melalui

wawancara kepada para Perwira Menengah Pusbintal TNI, observasi prilaku

prajurit di satuan TNI, dokumen-dokumen penting (Saptamarga, Sumpah

Prajurit, Delapan Wajib TNI), nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa dan

nilai-nilai perjuangan TNI. Sedangkan data sekunder diperoleh dari bahan-

bahan pustaka yang relevan dengan pendidikan karakter yang tersebar di

banyak literatur, buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan, artikel-

artikel autoritatif yang ditulis oleh ahlinya, untuk memperkuat analisis

empiris dalam menjawab permasalahan penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam

terhadap situasi yang diteliti, maka teknik pengumpulan data yang

digunakan selain bersifat triangulasi, yaitu mengunakan berbagai teknik

pengumpulan data secara gabungan/simultan, juga data dikumpulkan

dengan melakukan penelusuran kepustakaan, dokumentasi, participant

observation, dan melakukan in depth interview atau wawancara mendalam.

Peneliti akan membuat pertanyaan-pertanyaan dan wawancara untuk

menggali data dan memperoleh informasi secara mendalam pada suatu

“social situation” yaitu situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu;

tempat (place), actors (pelaku) dan activity (aktivitas) yang berlaku secara

sinergis pada objek yang diteliti, dengan demikian istilah populasi dalam

penelitian ini disebut “situasi sosial”, dan sampel dalam penelitian ini

disebut sebagai “informan, partisipan”.59

Dalam penelitian ini, sebagai informan (sumber data) adalah para

Perwira Pembina Mental yang berpangkat Pamen (Perwira Menengah) yang

berada di Pusat Pembinaan Mental TNI (Pusbintal TNI) dan partisipan

adalah prajurit-prajurit yang berada di satuan TNI yang diharapkan mampu

memberikan informasi, keterangan-keterangan secara luas tentang data-data

mengenai program, pelaksanaan, dan hasil capaian dari pendidikan karakter

dalam TNI saat ini. Penentuan sumber data (informan) dilakukan mulai

memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung dengan cara peneliti

58Undang-Undang RI nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia,

bab VII, pasal 50, 23. 59 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2011), cet. 13, 215-216.

Page 36: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

22

memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data atau

informasi yang diperlukan (purposive), selanjutnya berdasarkan data atau

informasi yang diperoleh dari sumber data sebelumnya, peneliti dapat

menetapkan sumber data yang lain yang dipertimbangkan akan memberikan

data yang lebih lengkap sampai tidak ada lagi tambahan informasi/data yang

baru.

Dengan teknik ini, setiap keping informasi akan diperlakukan dan

dinilai sama untuk kemudian diklarifikasi, diuji dan diperbandingkan satu

sama lain. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada

natural setting (kondisi yang alamiah), data yang diperoleh lebih banyak

berupa deskriptif kualitatif, catatan-catatan lapangan, ucapan dan tindakan

informan, serta dokumen pribadi dengan menggunakan teknik pengumpulan

data yaitu; triangulasi, observasi berperan serta (participant observation),

wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. 60 Adapun

teknik dan prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut: Langkah pertama adalah melakukan pengumpulan data yang dilakukan

dengan teknik wawancara, pengamatan atau observasi, pengumpulan

dokumentasi, pengumpulan data sekunder, dan penelitian kepustakaan.

Langkah kedua, yaitu kategorisasi atau pengelompokan data yang dilakukan

bersamaan dengan reduksi data. Langkah ketiga, adalah melakukan analisis

data. Dalam penelitian kualitatif ada beberapa teknik yang dapat dirujuk,

beberapa alternatif teknik pengumpulan data penelitian kualitatif yang dipilih

disesuaikan dengan masalah yang akan diteliti.61

4. Teknik Analisa Data.

Teknik analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan

fakta-fakta yang ditemukan di lapangan yang kemudian dikonstruksikan

mejadi hipetesis atau teori. Reduksi data dilakukan dengan cara seleksi data,

meringkas data dan menggolangkannya dalam pola yang lebih luas.

Kegiatan analisis data dilakukan secara simultan sepanjang periode

penelitian. Langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam upaya untuk

memahami dan menginterpretasikan data yang diperoleh yang mencakup

kegiatan-kegiatan sebagai berikut:62

a. Analisis temuan secara terus menerus di lapangan, khususnya dalam

masalah yang diteliti dan juga dalam keseluruhan fenomena yang

berkaitan dengan pertanyaan penelitian, dengan tujuan untuk

mendapatkan tema-tema besar dan untuk mengembangkan konsep-

konsep.

60 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2009), 142. 61 Tohirin, Metode Pendidikan Kualitatif dalam pendekatan dan Bimbingan

Konseling, (Jakarta: RajaGrapindo, 2012), 19. 62 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosda

Karya, 2011), cet ketujuh, 99. Lihat pula Durri Andriani,dkk, Metode Penelitian, (Jakarta:

Universitas Terbuka, 2011), cet Kedua, 621.

Page 37: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

23

b. Pengelompokkan dan pengorganisasian data, sesegera mungkin setelah

data diperoleh sehingga dapat membantu peneliti dalam memahami pola

permasalahan dan tema fenomena yang diteliti.

c. Membuat catatan yang sistematis dan membaca literatur mengenai

penelitian-penelitian lain tentang masalah yang relevan untuk

memperoleh kerangka pemikiran yang sesuai dengan temuan-temuan di

lapangan.

d. Mengevaluasi setiap langkah-langkah yang dilakukan untuk

menghindari kesalahan atau menajamkan fokus penelitian yang sedang

dilakukan secara terus-menerus.

e. menganalisis data dengan menggunakan triangulasi data dari hasil

wawancara, angket dan observasi serta studi pustaka selanjutnya

dipertemukan, dihadap-hadapkan sehingga diperoleh informasi yang

lengkap, utuh dan valid.

5. Pendekatan.

Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan, yakni pendekatan

pendidikan Islam, historis, dan sosiologis.

Pendekatan pendidikan Islam dipilih, karena salah satu cara untuk

menerapkan karakter mulia kepada manusia (termasuk prajurit TNI) adalah

sangat berkaitan erat dengan pendidikan. Pendidikan sebagai suatu sistem

adalah karya manusia yang terdiri dari komponen-komponen yang

mmpunyai hubungan fungsional dalam rangka membantu terjadinya proses

transformasi atau perubahan tingkah laku manusia. Oleh karena itu,

melalui pendekatan kependidikan Islam misalnya, dapat digunakan untuk

melihat nilai-nilai Islami yang ditransformasikan ke dalam pendidikan

karakter TNI, ataupun dalam menerapkan Peraturan Disiplin yang berlaku

di lingkungan Militer.63 Pendekatan sosiologis dapat digunakan oleh penulis dalam

menjelaskan fakta yang sesungguhnya terjadi di lapangan mengenai

karakter TNI, ketika berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan

sekitarnya, untuk mengetahui apakah karakter TNI sangat mudah

dipengaruhi oleh masyarakat atau sebaliknya.

Pendekatan Historis digunakan karena melalui pendekatan ini

seseorang diajak menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris

dan mendunia.64 Pendekatan historis ini amat dibutuhkan dalam memahami

karakter TNI untuk mengkaji sejarah perkembangan suatu institusi,

perkembangan satuan dan dinamika karakter TNI dari masa ke masa, sikap

dan perilaku Prajurit TNI dihadapkan dengan perkembangan zaman sesuai

sosio-kultural masyarakat Indonesia, dengan demikian akan menimbulkan

pemahaman yang lebih komprehensif mengenai persoalan yang diteliti.

6. Alur Pikir.

63 Mabes TNI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan bagi Prajurit TNI,

(Jakarta: Sekretariat Umum, 2000),75. 64 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: RajaGrafindo, 2014, 47.

Page 38: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

24

Dalam penulisan disertasi ini, untuk memudahkan memahami

isinya, maka akan dituangkan langkah-langkah pembahasan secara

sistematis melalui kerangka berpikir sebagai berikut:

a. Globalisasi dan problematikanya.

Mengawali penulisan disertasi ini adalah dipandang penting

untuk mengungkapkan tentang globalisasi, karena di dalam hubungan

kehidupan manusia yakni antar manusia yang satu dengan lainnya

sebagai makhluk sosial, tidak terlepas dari adanya saling

ketergantungan. Seiring dengan perkembangan manusia baik sebagai

pribadi maupun sebagai makhluk sosial selalu mengarah kepada

pencapaian keinginan atau meraih cita-cita yang setiap saat mengalami

perubahan-perubahan sejalan dengan perkembangan zaman. Kondisi

inilah yang menyebabkan manusia pada umumnya dan TNI khususnya

tidak terlepas dari pengaruh globalisasi baik secara langsung maupun

tidak langsung.

b. Pengaruh globalisasi terhadap karakter TNI.

Setelah mengungkapkan tentang globalisasi dan

problematikanya, selanjutnya membahas tentang pengaruh globalisasi

terhadap karakter prajurit TNI. Pengaruh globalisasi terhadap karakter

TNI tentunya tidak semuanya membawa dampak negatif tetapi banyak

pula dampak positif yang ditimbulkan. Dengan demikian, dampak

positif hendaknya dijadikan peluang untuk dimanfaatkan dalam meraih

kemajuan yang gemilang sementara dampak negatif diminimalisir agar

tidak menjadi kendala dalam kemajuan peradaban manusia termasuk

pendidikan karakter TNI.

c. Pendidikan karakter di lingkungan TNI.

Pendidikan karakter di lingkungan TNI perlu dikemukakan

karena di dalam pendidikan karakter TNI yang selama ini dilakukan,

tentunya memiliki keistimewaan-keistimewaan yang menjadikan TNI

dikenal sebagai salah satu lembaga yang memiliki karakter disiplin

tinggi, loyalitas yang kuat serta semangat juang yang pantang

menyerah. Namun pada sisi lain, pendidikan karakter TNI juga

memiliki kelemahan-kelemahan yang berdampak pada rendahnya

karakter prajurit TNI saat ini.

d. Perlunya modernisasi pendidikan karakter TNI.

Hal-hal yang meyebabkan perlunya modernisasi pendidikan

karakter TNI adalah dengan adanya pelanggaran-pelanggaran prajurit

yang muncul di permukaan seperti terjadinya kasus perkelahian TNI vs

POLRI65 dan kasus lainnya66 sebagaimana telah diungkapkan pada awal

tulisan ini. Kejadian yang menonjol dan meresahkan masyarakat

tersebut disebabkan oleh pengaruh perkembangan zaman yang begitu

65Kasus pelanggaran prajurit TNI yang menonjol, oleh Pusat Polisi Militer TNI,

disampaikan pada Rakornis Bintal TNI, pada tanggal 20 Maret 2016, Cilangkap Mabes TNI. 66 Terjadinya kasus perkelahian TNI Vs POLRI yang marak terjadi hingga

meresahkan masyarakat. Lihat Harian Rakyat Merdeka, selasa, 12 Maret 2013.

Page 39: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

25

cepat dan kompleks (globalisasi), sementara system pendidikan karakter

TNI boleh jadi sudah ketinggalan zaman dan tidak mampu

mengantisipasi perkembangan peradaban manusia, sehingga pendidikan

karakter TNI perlu diadakan modernisasi.

e. Upaya-upaya yang dilakukan.

Upaya-upaya yang dilakukan terhadap pendidikan karakter TNI

adalah dengan memanfaatkan dampak positif dari globalisasi (peluang)

dan mengatasi tantangan globalisasi (negatif), selanjutnya melakukan

perubahan-perubahan (paradigma baru) pendidikan karakter TNI,

mencakup; konsep pendidikannya, kurikulumnya, SDMnya, system dan

metodenya, perangkat pendidikannya, serta sarana-prasarananya dan

lain-lain.

G. Sistematika Penulisan.

Disertasi ini disajikan dalam lima bab yang disusun secara sistematis

dan saling terkait. Bab pertama merupakan bagian pendahuluan yang berisi

tentang latar belakang masalah. Bagian ini menjelaskan bahwa globalisasi

sangat mempengaruhi pendidikan karakter bagi suatu bangsa baik dampak

positif maupun negatif. Pendidikan karakter sangat mutlak diperlukan dalam

membentuk peradaban bangsa yang bermartabat dan berperan besar dalam

mempertahankan eksistensi bangsa Indonesia. Pendidikan nasional kita belum

mampu mencerahkan bangsa karena pendidikan kita kehilangan nilai-nilai luhur

kemanusiaan lantaran tunduk kepada pasar bukan pencerahan kepada peserta

didiknya, padahal pendidikan seharusnya memberikan pencerahan nilai-nilai

luhur. Oleh karena itu urgensi pendidikan karakter dikembangkan karena salah

satu bidang pembangunan nasional yang menjadi pondasi kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu, bab ini juga menjelaskan

tujuan dan manfaat penelitian yang menjadi langkah awal sebelum melakukan

analisa lebih jauh terhadap permasalahan yang akan diteliti. Sedangkan

penelitian terdahulu yang relevan berguna untuk mengetahui apakah penelitian

ini sudah pernah dilakukan atau belum, disamping itu berguna untuk

membedakan antara peneliti saat ini dengan peneliti sebelumnya serta untuk

menghindari plagiasi. Adapun metode penelitian berguna untuk mengarahkan

sebuah penelitian agar lebih fokus, yaitu dengan menggunakan beberapa sumber

data, obyek penelitian, pendekatan yang dipilih dalam penelitian, teknik

pengumpulan data, sampai pada analisis data serta alur/kerangka berpikir untuk

memahami isi dari penelitian ini. Pada bagian akhir bab ini dibuat sistematika

penulisan untuk memberikan gambaran secara umum hubungan antara satu bab

dengan bab yang lain.

Pada bab dua penulis memaparkan kajian tentang globalisasi dan

modernisasi pendidikan karakter TNI, yang didalamnya membahas tentang

pengertian-pengertian mencakup pengertian modernisasi, globalisasi,

pendidikan, karakter, dan TNI. Selanjutnya membahas tantangan dan peluang

globalisasi dan modernisasi. Pada sub bab berikutnya membahas tentang

pendidikan karakter dalam pandangan Islam, kemudian modernisasi pendidikan

Page 40: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

26

karakter, meliputi jenis-jenis karakter, identifikasi nilai pembentuk karakter,

strategi pendidikan karakter, serta pendekatan pendidikan karakter.

Pada bab tiga, penulis akan memaparkan tentang Pendidikan karakter di

lingkungan TNI yang diawali dengan pengertian pendidikan karakter TNI, latar

belakang pendidikan karakter TNI, profil pendidikan karakter TNI, pokok-

pokok pembinaan mental TNI meliputi; tujuan pendidikan karakter, metode,

teknik pendidikan karakter TNI, komponen pendidikan karakter, pendekatan

yang dilakukan dalam pembinaan karakter. Pada sub bab berikutnya adalah

penyelenggaraan pembinaan mental TNI dan diakhiri problematika pendidikan

karakter TNI.

Bab Empat adalah modernisasi pendidikan karakter TNI, dalam bab ini

diawali dengan pentingnya pendidikan karakter TNI, analisis pendidikan

karakter TNI, perlunya modernisasi/peningkatan pendidikan karakter TNI yang

mencakup; modernisasi/peningkatan sumber daya manusia para pembina

karakter TNI (SDM Pabintal TNI), modernisasi organisasi Pusbintal TNI,

modernisasi kurikulum pendidikan karakter (bintal TNI), modernisasi metode

dan teknik pendidikan karakter serta sarana dan prasarana yang diperlukan

dalam rangka mendukung tercapainya hasil yang maksimal dari program

pendidikan karakter (pembinaan mental TNI).

Bab Lima adalah bagian akhir dari penelitian ini yaitu penutup yang

berisikan kesimpulan dan saran sebagai masukan dan rekomendasi yang

diharapakan mampu memberikan kontribusi kepada pihak yang membutuhkan.

Page 41: PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ... · PENDIDIKAN KARAKTER TNI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (Studi Kasus Pusat Pembinaan Mental TNI) DISERTASI Arifuddin

27