edwindigilib.unila.ac.id/60814/3/tesis tanpa bab pembahasan.pdf · 2020. 1. 22. · pot berjumlah...
TRANSCRIPT
ANALISIS KEBUTUHAN AIR PADA
BUDIDAYA TANAM PADI DALAM POT
(TESIS)
Oleh :
EDWIN
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ii
ANALISIS KEBUTUHAN AIR PADA
BUDIDAYA TANAM PADI DALAM POT
Oleh :
EDWIN
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
MAGISTER TEKNIK
Pada
Program Pascasarjana Magister Teknik
Fakutas Teknik Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
i
ANALISIS KEBUTUHAN AIR PADA BUDIDAYA
TANAM PADI DALAM POT
EDWIN
ABSTRAK
Beras merupakan komoditas pertanian utama di Indonesia yang
membutuhkan air saat pembudidayaannya. Pada saat ini, 70% dari air tawar
di Indonesia digunakan untuk kepentingan irigasi padi untuk memproduksi
beras, jumlah ini sangat berpotensi mempunyai konflik dengan kebutuhan
air yang lain, belum lagi ancaman akan adanya krisis air di masa yang akan
datang, oleh karena itu metode budidaya padi yang dapat menghemat air
untuk memproduksi padi harus sedini mungkin dilakukan. Penelitian ini
bertujuan untuk menemukan metode alternatif bertanam padi yang hemat air
serta tidak memerlukan lahan persawahan yang luas yaitu dengan
menggunakan pot sebagai tempat menanam padi, penelitian ini juga
bertujuan membahas seberapa banyak volume kebutuhan air yang dipakai
selama masa penanaman sampai dengan panen yang disajikan dalam bentuk
grafik dan persamaan. Metode penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan studi literatur serta mempelajari dan mencari referensi yang ada
melalui buku, website dan jurnal-jurnal yang ada dan dilanjutkan dengan
membuat rancangan penelitian menggunakan lahan eksperimen berukuran 2
x 2 m yang ditutupi oleh atap transparan dan dikelilingi jaring
serangga/waring. Bibit padi yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis
padi Hibrida F-1 merek MAPAN P-05. Media tanam yang dipakai adalah
pot berjumlah 10 buah yang diisi tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 60% tanah dan 40% pupuk kandang. Pemberian air untuk
tiap-tiap pot diperlakukan sama, tidak ada yang dibedakan, hal ini dilakukan
untuk melihat seberapa besar potensi keberhasilan pertumbuhan dan
produksi padi. Pertumbuhan tanaman padi diperiksa setiap satu minggu
sekali dengan melakukan pengukuran tinggi padi. Setelah masa penanaman
hingga panen selama 117 hari diperoleh hasil produksi tanaman padi rata-
rata untuk tiap pot sekitar 100 gram. Hal ini menunjukan bahwa bertanam
padi di dalam pot dapat dilakukan dengan perawatan dan pemberian air
yang cukup serta hasil lain menunjukan hubungan penggunaan air dengan
umur tanaman padi terlihat dari grafik yang memperlihatkan bahwa semakin
padi mendekati masa berbuah semakin banyak air yang dibutuhkan dan
semakin sedikit ketika mendekati masa panen.
Kata Kunci : Budidaya Padi, Air Irigasi, Tanam Padi Dalam Pot
ii
ANALYSIS OF WATER NEEDS IN CULTIVATION RICE IN POT
EDWIN
ABSTRACT
Rice is the main agricultural commodity in Indonesia that requires water
during cultivation. At present, 70% of fresh water in Indonesia is used for
rice irrigation purposes to produce rice, this amount has the potential to
have conflicts with other water needs, not to mention the threat of a water
crisis in the future, therefore cultivation methods rice that can save water to
produce rice must be done as early as possible. This study aims to find
alternative methods of planting rice that is water-efficient and does not
require extensive paddy fields by using a pot as a place to plant rice, this
study also aims to discuss how much the volume of water needs used during
the planting period until the harvest is presented in the form graphs and
equations. The research method was carried out by first conducting a
literature study and studying and searching for available references through
existing books, websites and journals and continued by making a research
design using a 2 x 2 m experimental land covered by a transparent roof and
surrounded by insect nets / waring. The rice seedlings used in this study
were MAPAN P-05 brand F-1 Hybrid rice. The planting media used were
10 pots filled with soil and manure with a ratio of 60% soil and 40%
manure. Provision of water for each pot treated equally, nothing is
distinguished, this is done to see how big the potential for success of growth
and production of rice. Rice plant growth is examined once a week by
measuring rice height. After planting to harvest for 117 days, the yield of
rice plants on average for each pot is around 100 grams. This shows that
planting rice in pots can be done with adequate care and water supply and
other results show the relationship of water use with the age of rice plants
can be seen from the graph that shows that the more rice approaches
fruiting the more water is needed and the less when it approaches harvest
time.
Keywords: Rice Cultivation, Irrigation Water, Rice Planting in Pot
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Tanah Abang Kecamatan Batanghari Leko,
Sekayu (Musi Banyuasin) Provinsi Sumatera Selatan, pada hari Selasa
tanggal 29 Februari 1972. Penulis merupakan anak keempat dari enam
bersaudara dari pasangan Bapak Hamzah (Almarhum) dan Ibu Junaidah
(Almarhumah).
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 119
Palembang pada tahun 1978 – 1984, dilanjutkan ke jenjang Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di SMP Bakti Ibu 4 Palembang pada tahun 1984
– 1987, kemudian lanjut ke Sekolah Teknik Menengah (STM) di STM
Negeri 2 Palembang Jurusan Survey dan Pemetaan pada tahun 1987 – 1990,
setelah tamat STM penulis tidak langsung melanjutkan kuliah melainkan
memilih bekerja di perusahaan swasta sampai tahun 1992, karena adanya
keinginan untuk melanjutkan pendidikan, penulis melanjutkan kuliah Strata
1 (S1) di Universitas Tridinanti Palembang Fakultas Teknik Sipil dan lulus
pada tahun 2001. Pada tahun 2017/2018 penulis terdaftar sebagai
mahasiswa pada Program Studi Magister Teknik Sipil di Universitas
Lampung.
vii
SANWACANA
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan begitu banyak rahmat, ridho dan karunia-Nya sehingga
penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis dengan judul “Analisis Kebutuhan Air Pada Budidaya Tanam Padi
Dalam Pot ” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister
Teknik di Universitas Lampung.
Tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan, bimbingan dan petunjuk dari
banyak pihak mulai dari proses perkuliahan sampai pada saat penulisan tesis
ini. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lampung;
2. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Pembimbing
Utama yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan
kesempatan untuk mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis
ini;
3. Bapak Ir. Ahmad Zakaria, M.T., Ph.D. selaku Pembimbing Kedua
yang telah memberikan arahan, saran dan bimbingan dalam proses
penyelesaian tesis ini;
viii
4. Bapak Dr. Endro P. Wahono, S.T., M.Sc. selaku Penguji Utama atas
segala kritik, saran dan masukan pada seminar proposal, seminar
hasil sampai ujian komprehensif yang lalu;
5. Ibu Dr. Dyah Indriana Kusumastuti, S.T.,M.Sc. selaku Penguji
Pendamping sekaligus Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Universitas Lampung yang dengan penuh kesabaran memberikan
saran dan masukan serta dukungan moral selama proses belajar
hingga penyelesaian tesis ini;
6. Bapak dan Ibu dosen pengajar pada Program Studi Magister Teknik
Sipil Universitas Lampung yang telah memberikan bekal ilmu,
bimbingan, arahan dan motivasi selama mengikuti perkuliahan;
7. Staf administrasi dan karyawan pada Program Studi Magister Teknik
Sipil Universitas Lampung yang telah membantu dalam hal
administrasi;
8. Isteriku tercinta Dwi Siswani, S.Pd serta kedua anakku tersayang
Naysila Putri Azzahra dan Najwa Aurelia yang selalu memberikan
semangat, motivasi dan kasih sayang selama ini;
9. Khusus kepada kedua orang tuaku tercinta Bapak Hamzah (Alm)
dan Ibu Junaidah (Almh), yang telah kembali menghadap-Nya,
semoga di tempatkan di surga nya Allah SWT dan diampuni segala
dosa semasa hidupnya;
10. Ibu dan Bapak mertua ku tercinta beserta seluruh keluarga besar
yang senantiasa memberikan dukungan, do’a restu dan sumbangsih
pikiran dalam penyelesaian tesis ini;
ix
11. Seluruh teman-teman pada Magister Teknik Sipil Universitas
Lampung yang telah banyak membantu memberikan kritik dan saran
dalam penyelesaian tesis ini;
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu yang telah
membantu memberikan kritik, saran dan masukan hingga tesis ini
dapat terselesaikan.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat dan dapat
memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat umum serta
bagi teman-teman mahasiswa jurusan Teknik Sipil pada khususnya.
Bandar Lampung, Desember 2019
Penulis
Edwin
NPM. 1725011004
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN........................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... vi
SANWACANA ........................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.3. Batasan Masalah .............................................................................. 5
1.4. Maksud Penelitian ........................................................................... 7
1.5. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
1.6. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9
2.1. Air Irigasi......................................................................................... 9
2.2. Sistem Pemberian Air Irigasi........................................................... 9
2.3. Evapotranspirasi potensial (ETo) .................................................. 13
2.4. Penyiapan lahan /pengolahan lahan ............................................... 14
2.5. Penggunaan konsumtif .................................................................. 16
2.6. Perkolasi (P) ................................................................................. 18
xi
2.7. Penggantian lapisan air (WLR) ..................................................... 19
2.8. Curah hujan efektif (“effective precipitation”) .............................. 19
2.9. Kebutuhan air di sawah ................................................................. 20
2.10. Aspek Budidaya Padi .................................................................... 21
2.11. Teknik Budidaya Padi Sebatang .................................................... 22
III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 26
3.1. Lokasi Penelitian ........................................................................... 26
3.2. Prosedur Penelitian ........................................................................ 26
3.3. Studi Literatur ................................................................................ 27
3.4. Rancangan Penelitian .................................................................... 32
3.5. Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 34
3.5.1. Penyiapan Bibit .................................................................. 34
3.5.2. Pengolahan Tanah .............................................................. 35
3.5.3. Penanaman dan Pemberian Air .......................................... 37
3.5.4. Pengamatan ........................................................................ 38
IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 39
4.1. Pertumbuhan Tanaman .................................................................. 39
4.2. Pemakaian Air ............................................................................... 46
4.2.1 Pemakaian Air Rata-Rata Harian....................................... 51
4.3. Hasil Produksi Tanaman Padi ....................................................... 55
V. DISKUSI ................................................................................................. 57
VI. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 60
6.1. Simpulan ........................................................................................ 60
6.2. Saran ............................................................................................ 611
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 62
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Koefisien tanaman (kc) ................................................................. 17
Tabel 2. Harga koefisien tanaman padi ....................................................... 18
Tabel 3. Hasil Analisis Sifat Fisik dan Sifat Kimia Media Tanam ............. 36
Tabel 4. Pertumbuhan Padi per minggu ...................................................... 44
Tabel 5 Jumlah Pemakaian Air Rata-Rata Harian ...................................... 51
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Produksi Tanaman Padi .................................. 55
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kemasan benih padi merek MAPAN P-05 ................................ 5
Gambar 2. Alat / pot yang di pakai .............................................................. 6
Gambar 3. Alat Thermometer yang di gunakan ........................................... 7
Gambar 4. Pemberian air irigasi dengan pengaliran terus menerus ........... 11
Gambar 5. Prosedur penelitian ................................................................... 27
Gambar 6. Ilustrasi tempat eksperimen ...................................................... 32
Gambar 7. Ilustrasi tata letak pot/Tampak atas .......................................... 32
Gambar 8. Lokasi eksperimen menggunakan ruang 2 x 2 m di tutup dengan
jaring serangga/waring................................................................................. 33
Gambar 9. Tata letak pot tanaman padi bahan eksperimen ....................... 33
Gambar 10. Kemasan bibit padi Hibrida MAPAN P-05............................ 35
Gambar 11. Proses pengolahan media tanam ............................................ 36
Gambar 12. Penanaman bibit dan pemberian air dengan alat takar ........... 37
Gambar 13. Grafik pertumbuhan tanaman padi pada pot 1 ....................... 39
Gambar 14. Grafik pertumbuhan tanaman padi pada pot 2 ....................... 40
Gambar 15. Grafik pertumbuhan tanaman padi pada pot 3 ....................... 40
Gambar 16. Grafik pertumbuhan tanaman padi pada pot 4 ....................... 41
Gambar 17.Grafik pertumbuhan tanaman padi pada pot 5 ........................ 41
Gambar 18. Grafik pertumbuhan tanaman padi pada pot 6 ....................... 42
Gambar 19. Grafik pertumbuhan tanaman padi pada pot 7 ....................... 42
xiv
Gambar 20. Grafik pertumbuhan tanaman padi pada pot 8 ....................... 43
Gambar 21. Grafik pertumbuhan tanaman padi pada pot 9 ....................... 43
Gambar 22. Grafik pertumbuhan tanaman padi pada pot 10 ..................... 44
Gambar 23 Grafik Pertumbuhan Padi Rata-Rata ....................................... 45
Gambar 24. Grafik volume air terhadap pertumbuhan padi pada pot 1 ..... 46
Gambar 25. Grafik volume air terhadap pertumbuhan padi pada pot 2 ..... 46
Gambar 26. Grafik volume air terhadap pertumbuhan padi pada pot 3 ..... 47
Gambar 27. Grafik volume air terhadap pertumbuhan padi pada pot 4 ..... 48
Gambar 28. Grafik volume air terhadap pertumbuhan padi pada pot 5 ..... 48
Gambar 29. Grafik volume air terhadap pertumbuhan padi pada pot 6 ..... 49
Gambar 30. Grafik volume air terhadap pertumbuhan padi pada pot 7 ..... 49
Gambar 31. Grafik volume air terhadap pertumbuhan padi pada pot 8 ..... 50
Gambar 32. Grafik volume air terhadap pertumbuhan padi pada pot 9 ..... 50
Gambar 33. Grafik volume air terhadap pertumbuhan padi pada pot 10 ... 51
Gambar 34 Grafik Batang Pemakaian Air Rata-Rata Harian .................... 52
Gambar 35. Grafik Regresi Polynomial Orde 2 Pemakaian Air Harian .... 53
Gambar 36 Grafik Regresi Polynomial Orde 3 Pemakaian Air Harian ..... 53
Gambar 37 Grafik Regresi Polynomial Orde 4 Pemakaian Air Harian ..... 53
Gambar 38 Grafik Regresi Polynomial Orde 5 Pemakaian Air Harian ..... 54
Gambar 39 Grafik Regresi Polynimial Orde 6 Pemakaian Air Harian ...... 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beras adalah makanan pokok bagi mayoritas orang Indonesia. Beras yang
berasal dari tanaman padi memegang peranan yang penting dalam hidup dan
budaya negara. Tanaman padi menghiasi hampir seluruh provinsi di
Indonesia. Beras disajikan sebagai nasi di sebagian besar makanan dan
menjadi lambang kemakmuran masyarakat Indonesia. Tanaman padi sangat
cocok ditanam di daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi. Hal ini
karena padi membutuhkan banyak pasokan air dan sinar matahari. Padi
merupakan komoditas pertanian utama di Indonesia yang membutuhkan air
dalam jumlah banyak saat pembudidayaannya.(Hasanah et al. 2015).
Prediksi yang akurat dari jumlah penggunaan air tanaman diperlukan untuk
sistem penggunaan air irigasi yang efisien. Biasanya padi tumbuh di daerah-
daerah di benua Asia. Pengelolaan air yang efisien perlu dilakukan di lahan
budidaya padi. Pengetahuan tentang besarnya evapotranspirasi yang terjadi
sangat penting untuk pengelolaan air tersebut (García Petillo and Castel,
2007).
Pada tahun 2014, Indonesia adalah penghasil beras nomor tiga di dunia
setelah China dan India dengan produksi beras sebesar 70,6 juta ton
(Indonesia Investment, 2017). Pada tahun 2016 produksi ini meningkat
menjadi 79,2 juta ton. Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan akan air dan
lahan yang terus meningkat, menjadikan potensi akan lahan dan kebutuhan
2
air untuk pertanian khususnya menjadi terancam (Puteriana S A., et al
2016). Walaupun Indonesia adalah negara penghasil beras terbesar ketiga di
dunia, Indonesia tetap harus mengimpor beras dari luar negeri untuk
menjaga ketersediaan beras dalam negeri. Hal ini terjadi karena besarnya
kebutuhan beras di Indonesia. Data menunjukkan bahwa Indonesia adalah
salah satu negara pengkonsumsi beras terbesar dunia setelah Myanmar,
Vietnam, dan Bangladesh dengan konsumsi per orang hampir mencapai 150
kilogram pertahunnya. Selain itu teknik pengolahan lahan yang tidak
optimal oleh para petani juga menjadi penyebab produksi beras Indonesia
menjadi tidak maksimal. Di Indonesia beras ditanam oleh para petani kecil
dengan luas sawah rata-rata kurang dari 0,80 hektar. Petani-petani kecil
inilah yang menyumbang sekitar 90% dari produksi beras nasional. Di
Indonesia, lahan sawah yang subur umumnya berada di pulau Jawa. (Kaleka
Nobertus, 2019)
Pada saat ini, 70% dari air tawar di Indonesia digunakan untuk kepentingan
irigasi padi untuk memproduksi beras. Jumlah ini tentu sangat banyak dan
berpotensi mempunyai konflik dengan kebutuhan air yang lain. Belum lagi
ancaman akan adanya krisis air dimasa yang akan datang. Oleh karena itu,
usaha-usaha untuk menghemat penggunaan air irigasi untuk produksi beras
harus sedini mungkin dilakukan. Penggunaan air irigasi yang hemat
sebenarnya telah lama dilakukan oleh masyarakat petani yang tidak
mendapatkan air irigasi dari pemerintah, baik pada non-irrigated area atau
non-irrigable area. Mengingat kecenderungan ketersediaan air khususnya
dari air permukaan (sungai) yang tetap sedangkan kebutuhan yang terus
3
meningkat, agar tidak terjadi kekurangan air maka harus segera dilakukan
upaya-upaya efisiensi pemakaian air (Sari, 2005). Penekanan hemat air juga
merupakan upaya mengantisipasi peningkatan kebutuhan air untuk air
minum, industri, sanitasi yang ber-akibat pada alokasi kebutuhan air irigasi
yang menjadi terbatas. (Huda, 2012).
Disadari bahwa belakangan ini kondisi sumberdaya air semakin terbatas,
beberapa alasan dikemukakan diantaranya adalah perubahan prilaku iklim,
terjadinya anomali iklim seperti peristiwa El Nino yaitu iklim kering yang
lebih kering dari normalnya (Boer, 2003), serta perubahan kondisi wilayah
tangkapan air. Dipihak lain, keberlanjutan program pembangunan, menuntut
adanya dukungan persediaan sumberdaya air yang semakin meningkat. Oleh
karena itu, semua pihak yaitu sektor-sektor pengguna air termasuk
masyarakat petani dihadapkan pada permasalahan ketersediaan sumberdaya
air yang semakin terbatas. Atas dasar permasalahan demikian, maka konsep
pengembangan pertanian ke depan tidak cukup lagi hanya menekankan pada
peningkatan produksi, tetapi juga sekaligus menyangkut upaya pengaturan
dan pemakaian air yang hemat.
Budidaya padi konvensional yang cara pemberian air irigasinya masih
mengandalkan genangan air di petakan sawah, belakangan ini mendapat
perhatian dan telah dilakukan berbagai kajian dalam rangka meningkatkan
produktivitas sumberdaya air. Asumsi bahwa praktek budidadaya padi yang
baik adalah dengan membuat kondisi lahan yang jenuh air dan bahkan
memberikan genangan air beberapa cm di atasnya mulai dikaji ulang (De
4
Datta, 1981 dalam Satyanarayana et al., 2006). Sorotan bahwa padi
merupakan tanaman air atau paling tidak berasosiasi dengan lingkungan air
mulai dipertanyakan.
Berdasarkan pada hal tersebut maka penelitian yang bertujuan untuk
menemukan metode dalam rangka penghematan air irigasi penting untuk
dilaksanakan dan juga metode penggunaan lahan bertanam padi selain di
sawah juga menjadi perhatian dalam penelitian ini karena saat ini seperti
kita ketahui terutama di pulau Jawa dimana alih fungsi lahan dari pertanian
sawah berganti menjadi lahan perumahan, kawasan industri, areal
pengembangan daerah, proyek pengadaan dan pelebaran jalan dan lain
sebagainya.
Penyusutan lahan pertanian yang terjadi akibat maraknya konversi lahan ini
mengisyaratkan perlunya metode bertanam padi dengan tidak membutuhkan
lahan persawahan yang luas misalnya di pekarangan rumah atau di atap
rumah yang terbuat dari dak beton. Namun demikian, hal yang menjadi
hambatan dalam pemanfaatan lahan pekarangan ini adalah adanya keraguan
dari masyarakat umumnya terutama masyarakat perkotaan yang berpendapat
bahwa bagaimana mungkin bisa bertanam padi yang menghasilkan dari
lahan pekarangan terbatas dan sempit.?
Penelitian ini adalah eksperimen budidaya padi dalam media tanah dalam
pot. Hal yang diselidiki dalam penelitian ini adalah kebutuhan air untuk
tanaman padi yang ditanam dalam pot dan produksi padi yang ditanam
dalam pot.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Dapatkah padi ditanam dalam pot?
2. Berapakah kebutuhan air untuk bertanam padi dalam pot?
3. Berapakah produksi padi yang dihasilkan pada budidaya dalam pot?
1.3. Batasan Masalah
Pada penelitian ini masalah yang akan dibahas dibatasi pada beberapa hal
yaitu :
1. Biaya penelitian dari awal sampai selesai/panen tidak dibahas.
2. Benih padi yang dipakai dalam penelitian ini adalah benih padi merek
MAPAN P-05 dengan bungkus plastik dominan warna kuning berat
perkantong plastik 1 kg ( seperti pada gambar 1 )
Gambar 1. Kemasan benih padi merek MAPAN P-05
6
3. Alat dan media tanam yang dipakai pada penelitian ini yaitu ember
plastik berjumlah 10 buah dengan diameter atas 26 cm, diameter bawah
21 cm, selanjutnya diisi tanah yang telah di campur pupuk kandang
untuk menanam padi lebih kurang setebal 21 cm.
Gambar 2. Alat / pot yang di pakai
4. Pola pemberian air dilakukan dengan mengamati kondisi media tanam
yang ada di dalam pot, sehingga tidak membahas tentang batas
kelembaban tanah maupun suhu tanah.
5. Pola pemberian pupuk kimia mengikuti pola yang dipakai di sawah
pada umumnya, hanya saja dosis pemberian pupuk disesuaikan dengan
luas media tanam dengan mengikuti petunjuk pada kemasan plastik
benih padi MAPAN P-05.
6. Penggunaan media Pot sebanyak 10 buah dengan perlakuan
penggunaan air yang sama dimaksudkan agar hasil penelitian lebih
akurat dan maksimal dengan menggunakan metode Trial and Error,
7
7. Untuk memperkirakan nilai evaporasi alat yang digunakan hanya
Termometer tanpa melakukan penghitungan. ( Gambar 3 )
Gambar 3. Alat Thermometer yang di gunakan
8. Semua pot diperlakukan sama, tidak ada yang dibedakan, mulai dari
benih padi hingga pemakaian air diperlakukan sama.
1.4. Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian adalah untuk mencari metode alternatif tanam padi
yang hemat air dengan tidak memerlukan lahan pertanian yang luas yaitu
dengan menggunakan pot sebagai tempat menanam padi.
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari volume kebutuhan air pada
budidaya padi yang ditanam dalam pot mulai dari tanam sampai dengan
panen, dalam hal ini jenis padi yang digunakan adalah jenis padi hibrida
merek MAPAN P-05. Tujuan lainnya adalah mengetahui hasil produksi
8
padi yang ditanam di dalam pot dengan aplikasi pemberian air irigasi yang
hemat.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan referensi bagi
para petani dan lembaga pemerintah terkait tentang kebutuhan air di sawah
dan metode-metode penghematan air irigasi.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Irigasi
Irigasi adalah sistem untuk mengirim air dari sumber-sumber air ke lahan
pertanian. Secara lebih formal irigasi didefinisikan sebagai usaha-usaha
untuk menyalurkan air yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman
diolah di lahan pertanian dengan distribusi yang sistematis (Takeda and
Sosrodarsono, n.d., 2002). Sumber-sumber air irigasi adalah sungai, danau,
waduk, air tanah atau air tawar yang dipengaruhi pasang surut air laut di
muara. Irigasi bertujuan untuk meningkatkan produksi padi dengan
menjamin kebutuhan air yang diperlukan oleh tanaman padi untuk tumbuh.
Kebutuhan air irigasi adalah volume air yang dibutuhkan oleh tanaman padi
untuk tetap tumbuh dan berproduksi. Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh
hujan, evaporasi, dan kehilangan-kehilangan air di lahan akibat faktor alam
atau faktor buatan manusia. Volume kebutuhan air irigasi adalah hal yang
penting untuk diketahui. Volume kebutuhan air irigasi tidak hanya harus
diketahui secara jumlah tetapi juga harus diketahui kapan air tersebut akan
diberikan. Kebutuhan air irigasi harus maju tidak mau harus terpenuhi untuk
menjamin kelangsungan hidup tanaman padi.
2.2. Sistem Pemberian Air Irigasi
Mengingat pentingnya fungsi air bagi penanaman padi di sawah, maka
pengaturan pemberian air perlu disesuaikan dengan kebutuhannya. Air yang
10
masuk ke petakan sawah akan merembes ke bawah (infiltrasi) dan
perembesan diteruskan ke lapisan tanah yang lebih bawah yang disebut
perkolasi.
Pemberian air untuk tanaman padi berbeda-beda, tergantung dengan iklim,
tanah, debit air, kebutuhan tanaman dan kebiasaan petani. Menurut cara
pemberiaannya, pemberian air untuk tanaman padi sebagai berikut
(Anonim,1977 :157):
a) Mengalir terus-menerus (continous flowing)
Air diberikan secara terus-menerus dari saluran ke petakan sawah atau
dari petakan sawah yang satu ke petakan sawah yang lain. Cara ini
merupakan cara yang terbanyak dipraktekkan di Indonesia. Cara ini
dinilai boros air serta pemakaian pupuk maupun pestisida tidak efisien
(hemat). Cara ini dipraktekkan dengan pertimbangan:
1. Air cukup banyak tersedia.
2. Menghilangkan kandungan H2S atau senyawa lain yang berbahaya
akibat drainase yang kurang baik sebelumnya.
3. Mempertahankan temperatur tanah dari keadaan yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah.
4. Menghemat tenaga untuk mengelola air.
5. Menekan tumbuhnya gulma
11
Gambar 4. Pemberian air irigasi dengan pengaliran terus menerus
Sumber : Modul Pelatihan Tata Guna Air
b) Penggenangan terus-menerus (continous submergence)
Tanaman diberi air dan dibiarkan tergenang mulai beberapa hari setelah
tanam hingga beberapa hari menjelang panen. Keadaan ini dapat
dilakukan apabila jumlah air yang tersedia dalam kondisi cukup.
Dengan ketinggian genangan kurang dari 5 cm, maka diperoleh
produksi yang tinggi dan air lebih efisien (hemat). Cara ini
dipraktekkan dengan pertimbangan:
1. Penggenangan terus-menerus dengan diselingi saat pemupukan
memberi respon yang baik.
2. Menekan atau mengurangi pertumbuhan gulma.
3. Menghemat tenaga untuk pengelolaan tanah.
c) Terputus-putus (intermittent)
Tanaman diberikan air sampai pada ketinggian tertentu, kemudian
diselingi dengan pengeringan, setelah beberapa hari baru diberi air lagi.
Pemberian air secara terputus-putus ini disebut juga pemberian air
12
dengan rotasi (rotational irrigation). Cara ini baik dipraktekkan pada
daerah-daerah yang kekurangan air. Faktor yang harus
dipertimbangkan dalam praktek ini ialah mengetahui periode-periode
kritis dari pertumbuhan tanaman. Keuntungan dan kerugian
menggunakan cara pemberian air terputus-putus ialah:
1. Menghemat air sehingga menjamin kestabilan penyediaan air.
2. Kelebihan air akibat penggunaan yang hemat dapat digunakan untuk
perluasan area atau penggunaan untuk industri
3. Memperbaiki aerasi (kandungan udara) tanah sehingga
menghindarkan tanaman dari keracunan.
4. Dapat memutus siklus perkembang biakan malaria.
5. Memerlukan tambahan modal investasi untuk penyempurnaan
fasilitas jaringan.
6. Mempercepat pertumbuhan gulma.
7. Memerlukan tenaga yang lebih banyak dan lebih trampil.
Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang
diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan
air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman
pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal.
Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi
(ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus
seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta kehilangan selama
pemakaian. Kebutuhan air disesuaikan dengan rencana tata tanam dan
13
beberapa hal yang mempengaruhi kebutuhan air irigasi adalah sebagai
berikut:
- Evapotranspirasi
- Penyiapan Lahan
- Pengolahan Lahan
- Penggunaan Konsumtif
- Perkolasi
- Penggantian lapisan air
- Curah hujan efektif
Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, maka untuk memperhitungkan
kebutuhan air tanaman netto di sawah (net farm requirement/ NFR) untuk
tanaman padi adalah:
Net Farm Requirement (NFR) = PL + ETc + P –
Reff…........................(1)
2.3. Evapotranspirasi potensial (ETo)
Penguapan adalah proses berubahnya bentuk zat cair (air) menjadi gas (uap
air) dan masuk ke atmosfer. Dalam hidrologi, penguapan dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu evaporasi dan transpirasi. Evaporasi (diberi
notasi E0) adalah penguapan yang terjadi dari permukaan air (seperti laut,
danau dan sungai), permukaan tanah (genangan di atas tanah dan penguapan
dari permukaan air tanah yang dekat dengan permukaan tanah), dan
permukaan tanaman (intersepsi). Transpirasi (Et) adalah penguapan melalui
14
tanaman, dimana air tanah diserap oleh akar tanaman yang kemudian
dialirkan melalui batang sampai ke permukaan daun dan menguap menuju
atmosfer.(Triatmodjo.,2009).
Besarnya nilai evaporasi dipengaruhi oleh iklim, sedangkan untuk
transpirasi dipengaruhi oleh iklim, varietas, jenis tanaman serta umur
tanaman. Perhitungan evapotranspirasi potensial (ETo) memperhitungkan
besarnya evapotranspirasi di daerah kajian yang tergantung dari faktor
klimatologi seperti: temperatur udara, kelembaban udara, penyinaran
matahari, dan kecepatan angin. Perhitungan evapotranspirasi potensial
dilakukan dengan menggunakan metode Penman (Allen et al. 1998) atau
metode Hargreaves (Kilonzo et al., 2011).
2.4. Penyiapan lahan /pengolahan lahan
Analisa untuk menentukan kebutuhan air pada saat penyiapan lahan (PL)
menggunakan rumus Van de Goor dan Zijlstra, yang didasarkan pada laju
air konstan (lt/det) selama penyediaan lahan. Faktor yang mempengaruhi
besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan tersebut adalah :
- Jangka waktu penyiapan lahan
- Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan
Sebelum tanah siap ditanami padi, perlu di lakukan pengolahan tanah,
dengan cara menjenuhkan tanah sedalam 1,5 m dan kemudian digenangi air
setinggi 50 mm pada saat ditanami. Pada tanah dengan tekstur yang halus
tanah retakan ( dengan porositas 40% ) perlu air setebal 250 mm untuk
15
menjenuhkan tanah sedalam 1,5 m. Berdasarkan hal tersebut di atas maka
pada studi ini diambil kebutuhan air untuk olah tanah setebal 250 mm,
dengan lama pengolahan 45 hari. Sesuai kriteria perencanaan perhitungan
pemberian air untuk olah tanah dihitung menggunakan persamaan Vande
Goor dan Ziljtra, sebagai berikut:
(
).....................................................................(2)
Dengan :
PL = kebutuhan pasokan air untuk olah tanah (mm/hari)
M = kebutuhan air untuk mengganti evaporasi dan perkolasi setelah
tanah jenuh (mm/hari )
= Eo + P
Eo = evaporasi untuk air terbuka (mm/hari)
= 1,1 ETo
P = perkolasi
k = MT/S
T = periode olah tanah ( hari )
S = kebutuhan air untuk penjenuhan tanah ditambah lapisan air 50
mm sehingga tebalnya menjadi 200 + 50 = 250 mm seperti
diuraikan di atas
Sedangkan untuk lahan yang telah dibiarkan beda selama jangka waktu yang
lama (2,5 bulan atau lebih), maka lapisan air yang diperlukan untuk
penyiapan lahan diambil 300 mm, termasuk yang 50 mm untuk
penggenangan setelah transplantasi.
16
2.5. Penggunaan konsumtif
Penggunaan air untuk kebutuhan tanaman (consumtive use) dapat didekati
dengan menghitung evapotranspirasi tanaman, yang besarnya dipengaruhi
oleh jenis tanaman, umur tanaman dan faktor klimatologi. Nilai
evapotranspirasi merupakan jumlah dari evaporasi dan transpirasi. Yang
dimaksud dengan evaporasi adalah proses perubahan molekul air di
permukaan menjadi molekul air di atmosfir (Triatmodjo, 2009). Sedangkan
transpirasi adalah proses fisiologis alamiah pada tanaman, dimana air yang
dihisap oleh akar diteruskan lewat tubuh tanaman dan diuapkan kembali
melalui pucuk daun. Untuk keperluan perhitungan kebutuhan air irigasi
dibutuhkan nilai evapotranspirasi potensial (Eto) yaitu evapotranspirasi
yang terjadi apabila tersedia cukup air. Kebutuhan air untuk tanaman adalah
nilai Eto dikalikan dengan suatu koefisien tanaman. Penggunaan konsumtif
dihitung dengan rumus berikut :
.............................................................................(3)
dimana :
ETc = evapotranspirasi tanaman, mm/hari
ET0 = evapotranspirasi potensial, mm/hari
kc = koefisien tanaman.
Kebutuhan air konsumtif ini dipengaruhi oleh jenis dan usia tanaman
(tingkat pertumbuhan tanaman). Pada saat tanaman mulai tumbuh, nilai
kebutuhan air konsumtif meningkat sesuai pertumbuhannya dan mencapai
maksimum pada saat pertumbuhan vegetasi maksimum. Setelah mencapai
17
maksimum dan berlangsung beberapa saat menurut jenis tanaman, nilai
kebutuhan air konsumtif akan menurun sejalan dengan pematangan biji.
Pengaruh watak tanaman terhadap kebutuhan tersebut dengan faktor
tanaman (kc). Koefisien tanaman untuk beberapa jenis tanaman diberikan
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Koefisien tanaman (kc)
tanaman kc tanaman kc
Apokat 0,66 – 0,75 Kentang 0,25 – 0,40
Pisang 0,90 – 1,05 Padi 0,45 – 0,65
Buncis 0,20 – 0,25 Serat 0,25 – 0,40
Coklat 0,95 – 1,10 Sorghum 0,30 – 0,45
Kopi 0,95 – 1,10 Kedelai 0,30 – 0,45
Kapas 0,50 – 0,65 Bit gula 0,50 – 0,65
Kurma 0,85 – 1,10 Tebu 1,05 – 1,20
Rami 0,55 – 0,70 Tembakau 0,30 – 0,35
Biji-bijian 0,25 – 0,30 Tomat 0,30 – 0,45
Jagung 0,30 – 0,45 Sayuran 0,15 – 0,30
Sumber : Hidrologi terapan, Bambang Triatmodjo, 2009
Nilai koefisien pertumbuhan tanaman ini tergantung jenis tanaman yang
ditanam. Untuk tanaman jenis yang sama juga berbeda menurut varietasnya.
Sebagai contoh padi dengan varietas unggul masa tumbuhnya lebih pendek
dari padi varietas biasa.
Pada Tabel 2 disajikan harga-harga koefisien tanaman padi dengan varietas
unggul dan varitas biasa menurut Nedeco/Prosida dan FAO. Untuk
menentukan penggunaan konsumtif cara yang di gunakan seperti pada
tanaman padi hanya koefisien tanaman yang berbeda. Nilai koefisien
18
beberapa jenis tanaman yang direkomendasikan oleh Kriteria Perencanaan
Irigasi seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Harga koefisien tanaman padi
Periode 15
hari ke
Nedeco/Prosida FAO
Varietas
Biasa
Varietas
Unggul
Varietas
Biasa
Varietas
Unggul
1 1,20 1,20 1,10 1,10
2 1,20 1,27 1,10 1,10
3 1,32 1,33 1,10 1,05
4 1,40 1,30 1,10 1,05
5 1,35 1,30 1,10 1,05
6 1,25 0 1,05 0,95
7 1,12 - 0,95 0
8 0 - 0 -
2.6. Perkolasi (P)
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai
perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah maka diperlukan
penyelidikan kelulusan tanah. Pada tanah lempung berat dengan
karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat
mencapai 1-5 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi
bisa lebih tinggi. Untuk menentukan laju perkolasi, perlu diperhitungkan
tinggi muka air tanahnya. Laju perkolasi lahan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain :
1. Tekstur tanah
Tanah dengan tekstur halus mempunyai angka perkolasi kecil, sedang
tekstur yang kasar mempunyai angka perkolasi yang besar.
2. Permeabilitas tanah
19
Permeabilitas tanah merupakan gaya untuk merembes lewat ruang antar
butir tanah. Permeabilitas tanah besar daya perkolasi besar, sedangkan
permeabilitas tanah kecil perkolasi tanah kecil.
3. Tebal lapisan tanah bagian atas
Semakin tipis lapisan tanah bagian atas, semakin kecil daya
perkolasinya.
4. Letak permukaan air tanah
Lindungan tumbuh-tumbuhan yang padat menyebabkan daya inflitrasi
semakin besar, yang berarti daya perkolasi juga besar.
Besar kehilangan air karena perkolasi tergantung pada sifat tanah dan
kedalaman permukaan air tanah. Pada perhitungan kebutuhan air irigasi
biasanya nilai P diambil 2 mm/hari.
2.7. Penggantian lapisan air (WLR)
Untuk menjaga mutu air pada petak sawah, maka perlu diadakan
penggantian lapisan air pada selang waktu tertentu. Penggantian lapisan air
sebanyak dua kali disarankan untuk dilakukan yakni pada waktu 1 (satu)
bulan dan 2 (dua) bulan masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/hari selama ½
bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.
2.8. Curah hujan efektif (“effective precipitation”)
Hujan efektif didefinisikankan sebagai hujan yang dapat ditahan oleh zona
akar tanaman sehingga dapat mengurangi kebutuhan air tanaman yang harus
20
disuplai dari saluran. Berdasarkan Kriteria Perencanaan Irigasi (KP) yang
dikeluarkan oleh Direktorat Irigasi-I, Direktorat Jenderal Pengairan,
Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 1986, Kriteria Perencanaan Irigasi
mengusulkan hitungan hujan efektif berdasarkan data pengukuran curah
hujan di stasiun terdekat, dengan panjang pengamatan selama 10 – 15
Tahun. Besarnya curah hujan efektif diambil sebesar 0.7 x curah hujan
dengan kemungkinan terpenuhi 80% atau 0.7 x R 80.
..........................................................(4)
dimana,
Reff = curah hujan effektif, mm/hari
R80 = curah hujan minimum tengah bulanan dengan kemungkinan
terpenuhi 80 %.
2.9. Kebutuhan air di sawah
Perhitungan kebutuhan air di sawah dengan menggunakan metode
perhitungan kebutuhan air irigasi KP-01, perhitungan kebutuhan air irigasi
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
NFR = Etc + P + WLR – Re…............................................(5)
dimana:
NFR = kebutuhan air di sawah (mm/hari)
Etc = penggunaan konsumtif air di lahan pertanian akibat evaporasi
(mm/hari)
P = perkolasi (mm/hari)
21
WLR = penggantian lapisan air (mm/hari)
Re = curah hujan efektif (mm/hari)
Kebutuhan air di bendung dalam l/dt/ha dihitung dengan rumus:
DR = NFR/(0,65 x 86.400)…...............................................(6)
dimana:
DR = kebutuhan air di bendung (l/dt/ha)
0,65 adalah efisiensi irigasi dan 86.400 adalah nilai konversi dari hari ke
detik. sedangkan kebutuhan air di intake dapat dihitung dengan rumus:
Q intake = DR x A…............................................................(7)
dimana:
Q intake = kebutuhan air di intake (m3/dt)
A = luas derah irigasi
2.10. Aspek Budidaya Padi
Teknik budidaya padi telah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang
lalu. Sejumlah sistem budidaya diterapkan untuk padi.
Budidaya padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai dari
daerah lembah Sungai Yangtse di Tiongkok.
Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada
budidaya padi sawah.
Budidaya padi lahan rawa, dilakukan dibeberapa tempat di
Pulau Kalimantan.
22
Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan modifikasi
dari budidaya lahan kering. Sistem ini sukses diterapkan di
Pulau Lombok, yang hanya memiliki musim hujan singkat.
Setiap sistem budidaya memerlukan kultivar yang adaptif untuk masing-
masing sistem. Kelompok kultivar padi yang cocok untuk lahan kering
dikenal dengan nama padi gogo.
Secara ringkas, bercocok tanam padi mencakup persemaian, pemindahan
atau penanaman, pemeliharaan (termasuk pengairan, penyiangan,
perlindungan tanaman, serta pemupukan), dan panen.
2.11. Teknik Budidaya Padi Sebatang
Untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat, lahan sawah
beririgasi tetap menjadi andalan bagi produksi padi nasional. Program
intensifikasi yang dicanangkan sejak sekitar tiga dekade lalu pada awalnya
mampu meningkatkan produksivitas dan produksi padi secara nyata. Tetapi
sejak dekade terakhir produksivitas padi cenderung melandai, bahkan ada
yang menurun dibeberapa lokasi. Intensifikasi budidaya padi harus terus
diupayakan. Salah satu metode yang diterapkan adalah SRI (The System Of
Rice Intensification) yang pertama kali dikembangkan oleh Henri De
Laulanie di Madagaskar pada tahun 1980.
SRI adalah sistem intensifikasi padi yang menyinergikan tiga faktor
pertumbuhan padi untuk mencapai produktivitas maksimal yaitu;
1) maksimalisasi jumlah anakan
23
2) pertumbuhan akar,
3) suplai hara, air, oksigen.
Cara tersebut menghemat air, karena padi tidak digenangi layaknya di
persawahan. Air hanya digunakan untuk menjaga kelembaban tanah agar
akar padi dapat tumbuh dengan baik karena pada dasarnya padi bukan
tanaman air. Hal ini dimaksudkan agar suplai oksigen ke akar cukup
sehingga padi menjadi sehat dan berkembang membentuk karakter-karakter
morfologi yang mendukung peningkatan produktivitas tanaman padi.
Dalam sistem SRI penggunaan pupuk organik merupakan salah satu faktor
pembeda dibandingkan dengan sistem non SRI. Disamping itu produk yang
dihasilkan dari budidaya atau peternakan yang menggunakan pupuk organik
lebih disukai masyarakat. Hasil metode SRI sangat memuaskan. Di
Madagaskar, pada beberapa tanah tak subur yang produksi normalnya 2
ton/ha, petani yang menggunakan SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8
ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 – 15 ton/ha, bahkan ada yang
mencapai 20 ton/ha. Sedangkan, di daerah lain selama 5 tahun, ratusan
petani
memanen 8-9 ton/ha. Metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali
lipat di bandingkan metode non SRI maupun metode lain yang biasa
diterapkan oleh petani.
Air sangat perlu bagi kehidupan tumbuhan. Kandungan air tumbuhan
bervariasi sesuai antar-spesies dan dalam berbagai struktur tumbuhan dan
juga bervariasi antar siang dan malam selama periode pertumbuhan.
24
Tumbuhan menggunakan air kurang dari 5 % air yang diserap. Sisanya
hilang ke atmosfer melalui transpirasi dari daun tumbuhan. Kebutuhan air
untuk pengolahan tanah sampai siap tanam (30 hari) mengkonsumsi air 20%
dari total kebutuhan air untuk padi sawah dan fase bunting sampai pengisian
bulir (15 hari) mengonsumsi air sebanyak 35 %. Berdasar data tersebut
sebetulnya sejak tanam sampai memasuki fase bunting tidak membutuhkan
air banyak, demikian pula setelah pengisian bulir. Pada tanaman padi untuk
menghasilkan 1 kg gabah diperlukan 3000 - 5000 liter air atau 3 m3 - 5 m
3
air (IRRI, 2002). Budidaya padi yang diterapkan dengan konsep
penghematan air yaitu penggenangan hanya dilakukan selama 25 hari yaitu
pada saat padi mengalami masa bunting (pengisian malai). Konsep hemat
air ini menjadi acuan pada SRI (budidaya padi sebatang), dan konsep ini
sangat mendukung keoptimalan pertumbuhan dan perkembangan padi
karena bibit umur muda tumbuh lebih baik dalam kondisi aerob / tidak
tergenang (berdasarkan riset jepang > 30 tahun). Kebutuhan air padi sawah
dengan sistem pemberian air konvensional di sawah lebih tinggi dengan
rata-rata yaitu 655 mm dibandingkan pada sawah SRI dengan kebutuhan air
rata-rata 467 mm dalam satu masa tanam (100 hari) (Fuadi N A et al., 2016)
Pengefisienan penggunaan air di petakan dapat dilakukan dengan mengairi
sawah dalam keadaan macak-macak. Setelah tanaman padi berumur 14 hari
sampai periode bunting tidak memerlukan air yang banyak. Kebiasaan
petani menggenangi sawahnya sampai 5 cm bahkan lebih karena petani
tidak membayar air yang digunakan tersebut, sehingga cenderung
bermewah-mewah dengan air. Meskipun padi merupakan tanaman yang
25
dapat beradaptasi pada kondisi tanah yang airnya berlebih, namun secara
umum tanaman padi akan mati jika seluruh bagian tanamannya terendam
selama seminggu atau lebih (Ito et al. 1999).
Berdasar hasil penelitian menggunakan air pada padi sawah menunjukkan
bahwa sawah yang digenangi setinggi 5 cm sejak tanam sampai bunting
tidak memberikan perbedaan hasil gabah dengan sawah yang diairi macak-
macak. Hanya biasanya sawah yang diairi macak-macak populasi gulma
lebih banyak terutama rumput-rumput berdaun sempit (Chairani Hanum,
2008). Selain bertujuan untuk meningkatkan produksi, penerapan metode
SRI ternyata mengandung konsep pertanian yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan. Metode SRI lebih sedikit menggunakan pupuk
kimia serta sangat dianjurkan menggunakan pupuk organik seperti pupuk
kandang, kompos, pupuk hijau serta biomassa (jerami).
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode dan peralatan yang
sederhana. Penelitian dilaksanakan di halaman belakang rumah yang
merupakan lahan kosong yang beralamat di desa Bumisari Kampung
Terbanggi Subing Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah.
Penanaman dimulai pada 25 September 2018, sedangkan pemanenan
dilakukan pada 22 Januari 2019
3.2. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan alir berikut:
27
Gambar 5. Prosedur penelitian
3.3. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mencari referensi dari studi-studi terdahulu
dan memberikan pengayaan wawasan dalam pelaksanaan penelitian. Studi
literatur dilakukan dengan melakukan pencarian terhadap berbagai sumber
tertulis, baik berupa buku-buku, arsip, majalah, artikel, dan jurnal, atau
dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.
Informasi yang didapat dari studi kepustakaan ini dijadikan rujukan untuk
memperkuat argumentasi-argumentasi yang ada. Studi literatur dilakukan
oleh peneliti setelah menentukan topik penelitian dan menetapkan rumusan
permasalahan, sebelum terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan.
Beberapa referensi yang dipakai pada penelitian ini diambil dari
Youtube.com, antara lain pada :
- Channel www.mangyono.com dengan judul “Cara Tanam Padi
TRISAKTI Dalam Pot Dan Sistim TABELA (Tanam Benih
Langsung)”
Pada video ini ditampilkan cara membuat media tanam untuk
budidaya padi dalam pot dengan sistem TABELA (tanam benih
langsung). Adapun bibit yang dipakai jenis bibit padi TRISAKTI yang
28
jumlah nya sebanyak antara 5 sampai 7 bibit dalam satu pot,
sedangkan untuk jumlah pemakaian air tidak ada ukuran, hanya
perkiraan saja.
- Maklampir Channel “SIAPA BILANG MENANAM PADI MUSTI
DI SAWAH!! Ini Dia Teknik Menanam Padi di Polibek Atau Di Pot”
Pada video ini ditampilkan cara dan petunjuk mengelola dan
menanam padi di polibag atau di pot, dijelaskan juga tentang langkah-
langkah pengolahan tanah dalam pot dan tata cara penyiraman atau
pengairan sampai dengan cara pemanenan.
- “Panen Raya Padi Organik Dalam Pot Ceper Di Lantai 2 Rumah Mr
Badri SMK Ds Sumberanum-Dander Bojonegoro”
Pada video ini ditampilkan proses panen padi yang ditanam di dalam
pot ceper dengan jenis bibit padi CIHERANG. Hasil yang didapatkan
dalam satu buah pot dengan satu biji benih padi menghasilkan lebih
kurang 400 gram gabah, sedangkan untuk penggunaan air tidak
dibahas.
Selain dari referensi dari Youtube.com , peneliti juga mencari dari berbagai
sumber jurnal, penelitian-penelitian terdahulu, makalah dan sumber
referensi lainnya yang disajikan dibawah ini :
1. Judul Penelitian “Irigasi Hemat Air Pada Padi Lokal Dengan
Variasi Ketebalan Tanah Olah Menggunakan Pola Tanam SRI
(System of Rice Intensification)” penulis Daniel P.M.Ludong, Nio
29
Song Ai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji
pengurangan volume air yang tersimpan pada lapisan tanah olah
terhadap pertumbuhan vegetatif 3 varietas padi lokal Sulawesi Utara
(Superwin, Temo dan Burungan) dalam upaya meningkatkan efisiensi
pemberian air dengan metode tanam SRI. Pengurangan volume air
dilakukan dengan mengurangi kedalaman lapisan tanah olah
(dilapisan atas) dengan menempatkan tanah liat yang dipadatkan
dilapisan bawah untuk meminimalkan. Hasil yang didapatkan dari
penelitian ini adalah besarnya kebutuhan air tanaman padi atau
evapotranspirasi dalam pot dihitung berdasarkan jumlah air yang
ditambahkan ke dalam pot tanpa ada air yang terbuang ataupun yang
mengalir keluar dari pot. Kebutuhan air ini dihitung dalam millimeter
(mm)/ hari atau total pemberian air dalam liter (L) selama periode
pengamatan yaitu 68 hari. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa budidaya padi dengan metode SRI dapat menghemat
penggunaan air irigasi sebanyak 40% dan kebutuhan air ini dapat lebih
dikurangi apabila dikombinasikan dengan pengurangan ketebalan
lapisan tanah olah, terutama untuk varietas Burungan. Penelitian ini
dipublikasikan di Jurnal Eugenia Vol.22 No.2 Juni 2016.
2. Judul penelitian “ Evaluasi Koefisien Tanaman Padi Pada Berbagai
Perlakuan Muka Air ” Penulis Nur Aini Iswati Hasanah, Budi Indra
Setiawan, Chusnul Arif, Slamet Widodo. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk memperkirakan Kc padi telah dilakukan di dalam pot
dengan berbagai perlakuan muka air. Muka air tersebut diatur
30
menggunakan tabung Mariot. Muka air ditetapkan pada -12 cm, -7
cm, -5 cm, -3cm, 0 cm, dan 2 cm dari permukaan tanah. Dalam
penelitian ini, Kc dihitung menggunakan persamaan neraca air
modifikasi dan Kalman Filter. Adapun hasil dari penelitian ini
diketahui bahwa perlakuan muka air pada budidaya padi memberikan
pengaruh pada fluktuasi nilai parameter fisik tanah, khususnya nilai θ
dan Tsoil. Kondisi fisik tanah yang berbeda akibat perlakuan muka air
tersebut mampu memberikan pengaruh pada pertumbuhan tanaman
yang terjadi dan peluang terjadinya evapotranspirasi, sehingga nilai
Kc pada setiap perlakuan muka air juga berbeda. Dipublikasikan di
Jurnal Irigasi Vol.10 No. 2 Oktober 2015Hal. 57 – 68
3. Judul Penelitian “Kajian Kebutuhan Air dan Produktivitas Air
Padi Sawah dengan Sistem Pemberian Air Secara SRI dan
Konvensional Menggunakan Irigasi Pipa” Penulis Najla Anwar
Fuadi, M.Yanuar J Purwanto, Suria Darma Tarigan. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menghitung air padi sawah dengan sistem pemberian
air secara konvensional dan SRI dengan menggunakan irigasi pipa,
menganalisis tingkat produktivitas air pada sistem irigasi pipa dengan
sistem konvensional dan SRI. Adapun hasil dan kesimpulan dari
penelitian ini didapatkan bahwa kebutuhan air padi sawah dengan
sistem pemberian konvensional di sawah lebih tinggi dengan rata-rata
yaitu 655 mm dibandingkan pada sawah SRI dengan kebutuhan air
rata-rata 467 mm dalam satu masa tanam (100 hari). Penelitian ini
menunjukan bahwa produktivitas air tinggi dengan adanya pemakaian
31
air yang efisien. Jurnal ini dipublikasikan pada Jurnal
irigasi_pusair.pu.go.id, Dipublikasikan pada 02 Nopember 2016
4. Judul Penelitian “Sistem SRI Pada Budidaya Padi Guna
Menghemat Air Irigasi” Penulis Anak Agung Gede Sugiarta
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Udayana Denpasar Tahun 2018.
Tujuan dari penelitian ini adalah :
- Memberi informasi mengenai jumlah air irigasi yang dapat
dihemat pada budidaya padi SRI;
- Memberi informasi mengenai peningkatan produksi pada
budidaya padi SRI;
- Memberi informasi tentang tumbuhnya kelompok-kelompok
tani yang mempraktekkan budidaya padi SRI.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
- Sistem SRI pada budidaya tanaman padi melalui pemberian air
macak-macak yang diselingi pengeringan dapat meningkatkan
efisiensi pemakaian air antara 10-40 %.
- Terdapat kelompok-kelompok tani yang mau menerapkan
budidaya padi SRI seperti di Jawa Barat.
- Produktivitas padi SRI dapat ditingkatkan sebesar 44,44 %, dari
5 menjadi 9 ton/ha, hal ini dapat dilihat dari nilai ekonomi, R/C
ratio dicapai sebesar 1,77 % dan pendapatan sebesar Rp. 9,25
juta.
3.4. Rancangan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan membuat lahan eksperimen berupa ruangan
seluas 2 x 2 m setinggi 2 m yang dilindungi oleh jaring serangga/waring di
sekeliling dan bagian atasnya dipasang atap transparan sehingga terlindung
dari serangga dan hewan dari luar serta terlindungi dari hujan. Ruangan di
dalamnya menampung 10 buah pot yang ditanam padi. Ilustrasi dari ruang
tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 6. Ilustrasi tempat eksperimen
Gambar 7. Ilustrasi tata letak pot/Tampak atas
Volume air untuk penyiraman akan ditakar dan disesuaikan dengan
ukuran pot dan umur tanaman.
Pintu
Tampak Depan Tampak Samping
2 m
2 m
2 m
2 m
1
2
3
4
5
6 7
8
9
10
32
33
Gambar 8. Lokasi eksperimen menggunakan ruang 2 x 2 m ditutup dengan
jaring serangga/waring
Gambar 9. Tata letak pot tanaman padi bahan eksperimen
34
3.5. Pelaksanaan Penelitian
3.5.1. Penyiapan Bibit
Bibit padi hibrida F-1 merek MAPAN P-05 dikeluarkan dari kemasannya
lalu dijemur diterik matahari selama kurang lebih 2 jam, setelah itu diangkat
kemudian dikeringanginkan selama kurang lebih 10 - 15 menit. Sebelum
ditanam dilakukan perendaman selama lebih kurang 1 malam (12 jam),
benih yang tenggelam diambil dan ditiriskan, benih yang mengapung
dipisahkan karena tidak dipakai. Bibit padi hibrida F-1 merek MAPAN P-05
dipilih pada penelitian ini dikarenakan berdasarkan deskripsi varietas nya
memiliki keunggulan dibandingkan bibit padi lainnya, antara lain :
- Umur tanam yang relatif pendek yaitu antara 100 – 115 hari,
sedangkan bibit padi pada umumnya bisa mencapai umur 120 hari
atau bahkan ada yang lebih lama lagi.
- Padi hibrida F-1 merek MAPAN P-05 sangat cocok digunakan pada
penelitian ini karena hanya butuh satu bibit untuk satu pot, sama
dengan metode System of Rice Intensification (SRI). Keunggulan
Metode SRI adalah hemat air, hemat biaya, hemat waktu, produksi
meningkat dan ramah lingkungan. Irigasi hemat air pada budidaya
padi dengan metode System of Rice Intensification (SRI) dilakukan
dengan memberikan air irigasi secara terputus (intermittent)
berdasarkan alternasi antara periode basah (genangan dangkal) dan
kering. Jika disertai dengan metode pengelolaan tanaman yang baik,
metode irigasi ini dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi
35
hingga 30-100% dibandingkan dengan metode irigasi konvensional
(tergenang kontinu) (Huda, et al., 2012).
- Tahan terhadap penyakit dan hama, terutama terhadap hama wereng
coklat.
- Rasa nasi yang pulen dan wangi sehingga masuk syarat untuk menjadi
beras kualitas premium.
Gambar 10. Kemasan bibit padi Hibrida MAPAN P-05
3.5.2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah ini bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar
lapisan yang semula keras menjadi gembur. Pada percobaan ini digunakan
tanah biasa dari kebun dan bukan tanah sawah yang dicampur mengunakan
takaran ember dengan perbandingan 60% tanah biasa dan 40% pupuk
kandang, diaduk agar bercampur merata. Penelitian ini menggunakan tanah
biasa/tanah kebun dengan tujuan agar dapat dijadikan referensi bagi
masyarakat umum, dengan menggunakan tanah biasa/tanah kebun ternyata
juga bisa ditanami padi dalam pot. Agar tidak ditumbuhi rumput liar, tanah
yang akan di gunakan dibersihkan dari sisa akar rumput yang masih tersisa.
Berikut adalah tabel sifat fisik dan sifat kimia dari media tanam yang
36
dipakai pada penelitian ini setelah dilakukan analisis percobaan di
laboratorium Polinela Lampung :
Tabel 3. Hasil Analisis Sifat Fisik dan Sifat Kimia Media Tanam
No Parameter Unit Hasil Metode
1 Nitrogen (N-total) % 0.089 Kjedahl-Spektro
2 P-tersedia ppm 167.29 Spektrophotometri
3 Kalium (K2O) Mg/100g 2.20 AAS
4 C-Organik % 1.14 Walkey-Black
5 pH - 6.58 Potensiometri
6 Tekstur
- Pasir
- Debu
- Liat
%
%
%
44.8
39.2
16.0
Hidrometri
Lempung
Gambar 11. Proses pengolahan media tanam
37
3.5.3. Penanaman dan Pemberian Air
Tahap penanaman dilakukan setelah proses pengolahan tanah tercampur dan
dimasukan ke dalam pot. Bibit padi yang telah disiapkan sebelumnya di
taruh di atas media tanam kemudian dipendam sedikit tidak terlalu dalam,
lebih kurang 1.0 cm saja dari permukaan media tanam. Dari 10 pot yang
dijadikan alat eksperimen semua diperlakukan sama. Selanjutnya diberi air
dengan menggunakan alat takar sederhana sebanyak 200 ml untuk masing-
masing pot. Pemberian air dilakukan saat kondisi media tanam terlihat mulai
kering, pengamatan visual secara langsung ini dilakukan dengan maksud
agar dapat dijadikan referensi bagi masyarakat umum yang ingin melakukan
penanaman padi dalam pot, tidak ada perlakuan khusus pada media tanam
pada masing-masing pot. Kebutuhan air tanaman padi atau evapotranspirasi
ditambahkan ke dalam pot tanpa ada air yang terbuang ataupun yang
mengalir keluar dari pot.
Gambar 12. Penanaman bibit dan pemberian air dengan alat takar
38
3.5.4. Pengamatan
Pencatatan suhu ruang di sekitar tempat eksperiment dilakukan tiap hari
yaitu pada pagi dan sore hari, sedangkan untuk pemberian air mengikuti
pola dan waktu pemberian air di sawah pada umumnya, dengan
menggunakan alat takar sederhana. Penggunaan alat takar sederhana ini
bertujuan agar semua orang secara umum dapat mengikuti prosedur dan
tatacara budi daya padi dalam pot ini. Pengamatan dan pengukuran tinggi
padi dilaksanakan tiap satu minggu sekali untuk mengetahui perkembangan
padi yang ditanam. Pengamatan juga akan menghitung volume air yang
telah terpakai dalam waktu satu minggu tersebut dan suhu di sekitar lokasi
eksperimen untuk memperkirakan besarnya evaporasi. Pengamatan terakhir
dilakukan untuk menghitung berat produksi padi untuk tiap-tiap pot.
BAB V
DISKUSI
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan metode penelitian
yang dipakai, ada beberapa hal dan permasalahan yang perlu didiskusikan,
yaitu :
1. Pada Pot nomor 1, gabah atau bulir beras tidak ada, sedangkan pada
Pot nomor 2 sampai dengan Pot nomor 10 diperoleh gabah atau bulir
beras dan hasilnya cukup baik dan berisi. Jika mengacu kepada cara
dan perlakuan terhadap padi yang ditanam, semua pot diperlakukan
sama. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya komposisi pupuk
kandang pada media tanam pada saat pengolahan tanah yang tidak
tercampur rata. Keberhasilan pertumbuhan suatu tanaman dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor
genetik dan faktor lingkungan saling terkait untuk meningkatkan
produktifitas padi. Setiap varietas tanaman memiliki kemampuan yang
berbeda dalam hal memanfaatkan sarana tumbuh dan kemampuan
untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan sekitar, sehingga
berpengaruh penting dalam menghasilkan potensi hasil tanaman.
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
dimana tanaman tersebut tumbuh (Gardner, et al 2001). Sebagaimana
kemungkinan lain adalah adanya serangan hama wereng yang
menyerang Pot nomor 1 tersebut, tapi hal ini kemungkinannya belum
58
bisa dipastikan karena pada umumnya semua pot tidak terserang
secara keseluruhan.
2. Kondisi hasil panen yang hanya mendapatkan rata-rata 100 gram
untuk satu Pot dianggap masih belum maksimal, karena jika mengacu
kepada cara tanam konvensional di sawah menurut beberapa sumber
dari petani setempat disekitar lokasi eksperimen bahwa untuk satu
bibit padi merek MAPAN P-05 didapatkan minimal lebih kurang
antara 135 sampai 150 gram. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya
luas media tanam yang dipakai, adapun luas dari Pot yang digunakan
berdiameter 23 cm dengan ketebalan tanah sekitar 17 – 18 cm.
Berdasarkan pada metode SRI (System of Rice Intensification), variasi
jarak tanam sebaiknya antara jarak 25 x 25 cm, 30 x 30 cm ataupun 35
x 35 cm. Faktor penyinaran matahari secara tidak langsung juga
memungkinkan menjadi penyebab kurangnya hasil panen tersebut,
karena jika ditinjau dari pola bertanam konvensional serta dari
referensi yang ada pada bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa
bertanam padi di dalam pot sebaiknya dilakukan di bawah sinar
matahari langsung tanpa ada atap.
3. Pada penelitan ini, pemupukan yang dilakukan mengikuti umur
tanaman padi yang biasa diterapkan oleh petani di sawah yaitu saat
padi berumur 4 minggu, 6 minggu dan 8 minggu dengan
menggunakan dosis yang disesuaikan dengan luas lahan/media tanam.
Pupuk kimia yang digunakan adalah jenis Urea, NPK dan Phonska
dengan dosis berat lebih kurang 0.80 gram yang dicampurkan dan
59
ditaburi di atas media tanam saat tanah dalam kondisi setengah basah
atau lembab. Selanjutnya dibiarkan selama 1 hari dan baru diberi air
dengan takaran yang sudah disiapkan.
60
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Bertanam padi jenis Hibrida merek MAPAN P-05 menggunakan
media pot dengan pemberian air yang teratur dapat dilakukan dan
berhasil tumbuh dengan menghasilkan bulir beras yang baik .
2. Setelah dilakukan penelitian selama 117 hari, mulai dari penyiapan
bibit, penanaman benih langsung sampai dengan panen diperoleh
angka kebutuhan air yang dipakai untuk satu buah pot adalah 58950
ml atau 58,95d liter dan jika dikonversi ke dalam satuan kubik didapat
0.05895 m3
dengan hasil padi rata-rata untuk tiap pot 100 gram , hal
ini mengisyaratkan bahwa metode tanam padi dalam pot lebih hemat
air jika dibandingkan dengan metode penanaman padi secara
konvensional di lahan persawahan yang membutuhkan air antara 3000
- 5000 liter untuk 1 kg padi atau 3.0 m3 – 5.0 m3 air untuk 1 Kg padi
(Sumber : IRRI, 2002)
3. Masa tanam padi yang tidak sama dengan masa tanam padi secara
konvensional menjadikan metode tanam padi dalam pot ini dapat
dilakukan kapan saja dan di mana saja, tidak berpengaruh terhadap
61
musim kemarau maupun musim hujan serta lahan yang digunakan
juga tidak terbatas pada lahan sawah saja.
6.2. Saran
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan beberapa bibit padi
Hibrida yang berbeda dengan jumlah minimal 3 jenis varietas yang
berbeda juga. Hal ini dimaksudkan agar di peroleh pembanding antara
jenis varietas padi dan kebutuhan air, karena setiap varietas padi
memiliki kelebihan dan kekurangan.
2. Pola pemberian air sebaiknya diperlakukan berbeda antara jenis
varietas untuk mengetahui varietas padi mana yang lebih baik dan
menghasilkan produksi yang baik pula. Bisa menggunakan sistem
penggenangan terus menerus atau sistem terputus (intermitten).
3. Faktor-faktor media tanam juga sebaiknya menggunakan tanah sawah
yang sudah mengandung unsur hara yang cukup, karena faktor media
tanam juga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi.
4. Penggunaan pupuk kimia yang sesuai dosis dan waktu pemberian
yang tepat juga mempengaruhi faktor pertumbuhan padi, untuk itu
sebaiknya menjadi hal yang harus diteliti dan diuraikan dengan detail.
62
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Richard G, Luis S Pereira, Dirk Raes, Martin Smith, 1998. “Crop
Evapotranspiration-Guidelines for Computing Reference Crop
Evapotranspiration,” FAO Irrigation and Drainage Paper 56 (1998)1-
15
Boer, R.2003. Fenomena Enso dan Hubungannya dengan Keragaman Hujan
di Indonesia. Materi Pelatihan Agroklimatologi.
García Petillo, M., J. R. Castel. Water Balance and Crop Coefficient
Estimation of a Citrus Orchard in Uruguay. Spanish Journal of
Agricultural Research. Vol. 5, No. 2 (2007) 232-243
Gardner, F.,R,B, Pearce and R.L.Mitchell. Fisiologi Tanaman Budidaya.UI
Press. Jakarta Pusat. (2001) Hal 129 -173
Hanum Chairani. 2008., Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2 Untuk Sekolah
Menengah Kejuruan , Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional 2008
Hasanah Nur Aini Iswati, Setiawan B.I., Arif Chusnul, Widodo S, 2015.
Evaluasi Koefisien Tanaman Padi Pada Berbagai Perlakuan Muka
Air., Jurnal Irigasi Vol. 10. No. 2 (2015) 57-68.
Huda, M. N., Harisuseno Donny, Priyantoro Dwi, 2012. Kajian Sistem
Pemberian Air Irigasi Sebagai Dasar Penyusunan Jadwal Rotasi pada
Daerah Irigasi Tumpang Kabupaten Malang.
http://jurnalpengairan.ub.ac.id. Vol.3, No. 2. (2012) 211-220
IRRI (International Rice Research Institute). Water-Wise Rice Production.
63
2002.
Ito, O., E. Ella, and N. Kawano. 1999. Physiological basis of submergence
tolerance in rainfed lowland rice ecosystem. Field Crops Res 64:75-90.
Kaleka Nobertus., 2019. Hidroponik Sistem NFT Skala Rumah Tangga.
Yogyakarta:Pustaka Baru
Puteriana S. A, Harisuseno D, Prayogo T B. 2016., Kajian Sistem
Pemberian Air Irigasi Metode Konvensional dan Metode SRI (System
Of Rice Intensification) Pada Daerah Irigasi Pakis Kecamatan Pakis
Kabupaten Malang. http://jurnalpengairan.ub.ac.id. Vol.7 No.2 (2016)
236-247
Sari, Indra Kusuma, Limantara Lily Montarcih, Priyantoro Dwi. 2011,
Analisa Ketersediaan dan Kebutuhan Air Pada DAS Sampean.
http://jurnalpengairan.ub.ac.id. Vol. 2, No. 1 (2011) 29-41
Satyanarayana, A., T.M. Thiyagarajan and N. Uphoff. 2006. Opportunities
For Water Saving With Higher Yield From the System of Rice
Intensification. Irrig. Sci.(2007) 25:99-119.
Mori, Kiyotoka. et al. 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Takeda, Kensaku,
Sosrodarsono, Suyono, editor. Jakarta (ID). PT Pradnya Paramita.
Triatmodjo, Bambang. 2009. Hidrologi Terapan. 2nd ed. Yogyakarta:Beta
Offset