repository.unja.ac.id tanaman... · web viewbudidaya tanaman kedelai (glycine max (l.) merill)....

18
RESPON TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) MERILL) TERHADAP PEMBERIAN BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK HAYATI Nerty Soverda, Tiur Hermawati dan Bobby Herianto ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon tanaman kedelai yang terbaik dari pemberian berbagai konsentrasi pupuk hayati. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, dari tanggal 14 Mei 2010 sampai 19 Agustus 2010 di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi Desa Mendalo Kecamatan Mendalo Darat Kabupaten Muaro Jambi. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian tempat 35 m dpl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan mengunakan 5 perlakuan yaitu : tanpa pupuk hayati, 2.5 ml.L -1 pupuk organik cair formulasi Golden Harvest, 5 ml.L -l pupuk organik cair formulasi Golden Harvest, 7.5 ml.L -l pupuk organik cair formulasi Golden Harvest, 10 ml.L -1 pupuk organik cair formulasi Golden Harvest. Setiap perlakuan dalam percobaan ini diulang 5 kali dengan demikian jumlah unit percobaan adalah 25 unit satuan percobaan. Untuk setiap satuan percobaan digunakan 1 petakan dengan ukuran 200 cm x 300 cm danjarak tanam 20 x 40 cm dengan 6 tanaman sampel, sehingga terdapat 75 tanaman pada petak percobaan dengan jumlah tanaman sampel 150 tanaman. Variabel yang diamati terdiri dari tinggi tanaman, umur berbunga, bobot kering pupus tanaman, bobot kering akar, bobot 100 biji dan hasil. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukan pemberian beberapa konsentrasi pupuk cair Golden Harvest pada taraf 2.5 ml memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, bobot kering pupus tanaman, bobot 100 biji sedangkan pemberian 7.5 berpengaruh nyata pada hasil serta tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering akar dan umur berbunga. Kata Kunci: Kedelai, Pupuk Hayati 1

Upload: others

Post on 19-Mar-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.unja.ac.id Tanaman... · Web viewBudidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor Arinong R, Kaharuddin, dan Sumang

RESPON TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) MERILL)TERHADAP PEMBERIAN BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK HAYATI

Nerty Soverda, Tiur Hermawati dan Bobby Herianto

ABSTRAK 

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon tanaman kedelai yang terbaik dari pemberian berbagai konsentrasi pupuk hayati. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, dari tanggal 14 Mei 2010 sampai 19 Agustus 2010 di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi Desa Mendalo Kecamatan Mendalo Darat Kabupaten Muaro Jambi. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian tempat 35 m dpl.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan mengunakan 5 perlakuan yaitu : tanpa pupuk hayati, 2.5 ml.L-1 pupuk organik cair formulasi Golden Harvest, 5 ml.L-l pupuk organik cair formulasi Golden Harvest, 7.5 ml.L-l pupuk organik cair formulasi Golden Harvest, 10 ml.L-1 pupuk organik cair formulasi Golden Harvest. Setiap perlakuan dalam percobaan ini diulang 5 kali dengan demikian jumlah unit percobaan adalah 25 unit satuan percobaan. Untuk setiap satuan percobaan digunakan 1 petakan dengan ukuran 200 cm x 300 cm danjarak tanam 20 x 40 cm dengan 6 tanaman sampel, sehingga terdapat 75 tanaman pada petak percobaan dengan jumlah tanaman sampel 150 tanaman. Variabel yang diamati terdiri dari tinggi tanaman, umur berbunga, bobot kering pupus tanaman, bobot kering akar, bobot 100 biji dan hasil. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukan pemberian beberapa konsentrasi pupuk cair Golden Harvest pada taraf 2.5 ml memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, bobot kering pupus tanaman, bobot 100 biji sedangkan pemberian 7.5 berpengaruh nyata pada hasil serta tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering akar dan umur berbunga.  Kata Kunci: Kedelai, Pupuk Hayati   

PENDAHULUAN 

Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan di Indonesia, karena dapat dikonsumsi dalam berbagai produk makanan olahan seperti tahu, tempe, susu, dan masih banyak lagi produk olahan yang lainnya. Selain untuk pakan ternak, kedelai juga digunakan sebagai bahan baku industri maupun bahan penyegar. Kandungan gizi kedelai cukup tinggi antara lain 35 g protein, 53 g karbohirat 18 g lemak dan 8 g air dalam 100 g bahan makanan, bahkan untuk varietas unggul tertentu, kandungan proteinnya 40-43 g (Suprapto, 2004). Selain itu kedelai juga mengandung mineral - mineral seperti Ca, P, dan Fe serta kandungan vitamin A dan B (Rukmana dan Yuniarsih, 2001). Kedelai juga merupakan tumbuhan serbaguna, karena akarnya memiliki bintil pengikat nitrogen bebas (Wieta, 2008).

Produksi kedelai Nasional pada tahun 2009 yaitu 974512 ton dengan luas panen 722 791 ha, berarti produktivitas 1,348 ton ha-1 sedangkan produksi kedelai Provinsi Jambi pada tahun yang sama adalah 9.132 ton dengan luas panen 7238 ha dan produktivitasnya 1,262 ton ha-1

(Badan Pusat Statistik, 2009). Hal ini menunjukan bahwa produktivitas kedelai Nasional dan

1

Page 2: repository.unja.ac.id Tanaman... · Web viewBudidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor Arinong R, Kaharuddin, dan Sumang

provinsi Jambi masih rendah bila dibandingkan dengan potensi hasil kedelai yang bisa mencapai 2,0 - 2,5 ton ha-1 apabila dipelihara secara intensif (Rukmana dan Yuniarsih, 2001).

Rendahnya produksi kedelai di Jambi, faktor yang menyebabkannya adalah penggunaan benih yang tidak uggul, pemupukan tidak teratur dan sebagian besar lahan yang digunakan untuk pertanaman didominasi oleh ultisol. Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan (2003) provinsi Jambi mempunyai potensi tanah masam yang didominasi oleh ultisol dengan luas 2.272.725 ha. Lahan ultisol ini umumnya mempunyai banyak masalah antara lain: pH rendah (kemasaman tinggi), kandungan unsur hara N, P, K, Ca, dan Mg rendah, Al dan Fe tinggi serta aerasi dan draenase tanah kurang baik (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).

Untuk mendapatkan hasil yang tinggi pada tanah kurang subur seperti tanah ultisol maka diperlukan tindakan budidaya yang tepat, salah satunya adalah dengan cara pemupukan. Pemupukan adalah penambahan bahan - bahan kepada kompleks tanah - tanaman untuk memperlengkapi keadaan unsur hara dalam tanah yang tidak cukup terkandung di dalamnya (Mulyani dan Kartasapoetra, 987).

Salah satu pupuk yang dapat digunakan adalah pupuk hayati. Pupuk hayati merupakan pupuk yang kandungan utamanya adalah mahluk hidup (mikroorganisme) yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme tersebut dapat meningkatkan aktivitas mikroba indogenous, juga keberagaman mikroorganisme. Selain itu dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman seperti pembentukan tunas, pembungaan dan pembuahan serta proses pematangan buah (PT. Singa Langit, 2007).

Pupuk hayati juga dikenal dengan nama biofertilizer atau pupuk bio, yang bisa diartikan sebagai pupuk yang hidup. Sebenarnya nama pupuk kurang cocok untuk biofertilizer, karena pupuk hayati tidak mengandung hara mineral. Kandungan pupuk hayati adalah mikroorganisme yang memiliki peranan positif bagi tanaman. Kelompok mikroba yang sering digunakan adalah mikroba-mikroba yang menambat N dari udara, mikroba Yang melarutkan hara (terutama P dan K),mikroba-mikroba yang merangsang pertumbuhan tanaman (Taniwiryono dan Isroi, 2008).

Mikrobia seperti rhizobium, mikoba pelarut fosfat, dan mikoriza dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki ketersediaan hara N dan P, sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik yang harganya semakin mahal. Penelitian sampai tahun 2007, berhasil mendapatkan multi-isolat rhizobium ILeTRIsoy yang toleran terhadap kemasaman hingga pH 4 dan kadar Fe tinggi. Aplikasi multi-isolat ILeTRIsoy dalam bentuk pelet mampu meningkatkan pembentukan bintil akar tanpa menurunkan viabilitas benih kedelai (BALITKABI, 2008).

Pupuk hayati Golden Harvest adalah suatu teknologi penyubur tanah dan tanaman, dengan menggunakan pupuk hayati yang dibuat dengan teknologi Agricultural Growth Promoting Inoculant (AGPI), suatu inokulum campuran yang berbentuk cair, mengandung hormon tumbuh indole acetic acid serta mikroba indigenous (mikroba tanah setempat) asli Indonesia, yang sangat dibutuhkan dalam proses penyuburan tanah secara biologi antara lain Azospirillum sp., Azotobacter sp., dan mikroba pendegrasi selulosa. Mikroba dan enzim tersebut dapat bekerja secara maksimal dan dapat mengubah unsur hara yang tadinya sulit untuk diserap tanaman menjadi unsur hara yang mudah diserap oleh tanaman sehingga penggunaan pupuk menjadi efisien.

Kandungan unsur hara dalam Golden Harvest yaitu: Azotobacter sp (2,0 x 107 - 105

sel/ml), mikroba pelarut fosfat (3,0 x 107 - 105 sel/ml), Azospirillium sp (2,3 x 108 – 105 sel/ml), mikroba pendegradasi selulose (3,5 x 107 - 104 sel/ml), Lactobacillus sp (1,5 x 104 – 103 sel/ml), Pseudomonas sp (1,7 x 106 - 104 sel/ml), P (34,70 ppm), K (1700 ppm), C organik (0,92%), N

2

Page 3: repository.unja.ac.id Tanaman... · Web viewBudidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor Arinong R, Kaharuddin, dan Sumang

(0,04 0/0), Fe (443 ppm), Mn (0,23 ppm), Cu (0,85 ppm), Zn (3,7 ppm) (PT. Singa Langit, 2007).

Kesuburan lahan tidak hanya ditunjang oleh salah satu sifat saja seperti kimia, fisika maupun biologi tanah, tetapi merupakan kombinasi ke-3 sifat tersebut. Menggunakan Golden Harvest pada lahan pertanian akan memperbaiki sifat kimia, fisika, dan biologi tanah sehingga struktur dan tekstur tanah menjadi serasi dan sehat sehingga tanaman akan dapat tumbuh subur ditanah yang sehat (PT. Singa Langit, 2007).

Salah satu unsur penting yang menentukan efektivitas dan efisiensi pemupukan adalah ketepatan waktu pemupukan, walaupun selama ini hanya berlaku pada pupuk anorganik, tetapi dengan pertimbangan status dan keseimbangan hara dalam tanah sangat dinamis, maka hal ini dapat juga diberlakukan pada pupuk organik (Arinong, Kaharuddin, dan Sumang, 2005).   

METODE PENELITIAN 

Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi kampus Mendalo Darat, dengan lokasi penelitian berada pada ketinggian 35 m dpl dan jenis tanah ultisol. Penelitian ini akan dilaksanakan selama tiga bulan yang dimulai dari Mei dan berakhir pada Agustus 2010

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih kedelai varietas Anjasmoro, pupuk kotoran ayam, Golden Harvest, Decis 2,5 EC, Dithane, pupuk anorganik seperti: Urea, TSP, KCI (setengah dosis anjuran) dan peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi peralatan lapangan dan alat-alat tulis.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yaitu dengan perlakuan berbagai konsentrasi pupuk organik cair Golden Harvest dengan lima taraf perlakuan dan lima ulangan. Adapun perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:

P0 : Tanpa pupuk Golden Harvest

P1 : 2,5 ml Golden Harvest / L air

P2 : 5 ml Golden Harvest / L air

P3 : 7,5 ml Golden Harvest / L air

P4 : 10 ml Golden Harvest / L air

Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga terdapat 25 unit percobaan. Ukuran petakan percobaan 3 m x 2 m, jarak antar petakan dalam kelompok 50 cm dan jarak antar ulangan 75 cm, dengan jarak tanam 40 x 20 cm. Sehinga terdapat 70 tanaman. Banyak tanaman sampel yang diamati tiap petak percobaan adalah 6 tanaman dan 4 tanaman destruktif secara acak. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, bobot kering pupus tanaman, bobot kering akar tanaman, umur berbunga, bobot 100 biji dan hasil.   

3

Page 4: repository.unja.ac.id Tanaman... · Web viewBudidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor Arinong R, Kaharuddin, dan Sumang

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman

Hasil analisis ragam terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 28 HST menunjukkan bahwa pemberian beberapa konsentrasi pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Nilai rata-rata pengamatan tinggi tanaman kedelai umur 28 HST pada pemberian beberapä konsentrasi pupuk hayati disajikan pada Tabel 1.  Tabel 1. Tinggi tanaman kedelai pada pemberian beberapa konsentrasi pupuk hayati Golden

Harvest Konsentrasi Pupuk Hayati (ml) Tinggi Tanaman (cm)

7.52.51050

49.50 a48.85 a46.95 b46.72 b44.23 c

Keterangan: Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α 5% Uji BNT

 Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian beberapa konsentrasi pupuk hayati berpengaruh

nyata terhadap tinggi tanaman. Untuk melihat graflk pertumbuhan tinggi tanaman kedelai dari umur 14 - 28 hari setelah tanam (HST) pada perlakuan pemberian berbagai konsentrasi pupuk hayati dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kedelai Pada Perlakuan Pemberian Beberapa Konsentrasi Pupuk Hayati

 Pada Gambar 1 terlihat bahwa pertumbuhan tanaman pada umur 14 - 28 HST meningkat

dan peningkatan bervariasi antar perlakuan. Pemberian pupuk hayati dengan konsentrasi 7.5 ml manunjukkan pertumbuhan tertinggi pada tanaman kedelai dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk hayati. Peningkatan konsentrasi pupuk hayati sebesar 10 ml menurunkan pertambahan tinggi tanaman bila dibandingkan dengan pemberian 7.5 ml pupuk hayati. Hal ini

4

Page 5: repository.unja.ac.id Tanaman... · Web viewBudidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor Arinong R, Kaharuddin, dan Sumang

dapat dijelaskan bahwa pada saat tanaman masih muda kebutuhan akan unsur hara sedikit, tetapi pada saat tanaman telah besar kebutuhan haranya akan semakin banyak.  Bobot Kering Pupus Tanaman

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian beberapa konsentrasi pupuk hayati memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering pupus tanaman. Nilai rata - rata pengamatan bobot kering pupus tanaman disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Bobot kering pupus tanaman pada pemberian beberapa konsentrasi pupuk hayati Golden Harvest pada umur 28 HST

Konsentrasi Pupuk Hayati (ml) Bobot Kering Pupus Tanaman (gr)5

7.52.5100

54.26 a42.81 ab42.67 ab40.76 b35.00 b

Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf a 5% Uji BNT

Pada Tabel 2 terlihat jelas bahwa pemberian beberapa konsentrasi pupuk hayati menghasilkan bobot kering pupus tanaman yang berbeda dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberikan perlakuan pupuk hayati, yang memiliki bobot kering pupus tanaman terendah sebesar 35.00 gr. Peningkatan konsentrasi sebesar 2.5, 5, 7.5, dan 10 ml menunjukkan bobot kering pupus tanaman yang meningkat bila dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk hayati. Pada pemberian konsentrasi 5 ml pupuk hayati menghasilkan berat kering pupus tanaman tertinggi sebesar 54.26 gr. Bobot kering pupus tanaman antar perlakuan yang diberikan pupuk hayati memberikan respon yang berbeda.  Bobot Kering Akar Tanaman

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dan uji Lanjut BNT pada taraf 5% menunjukkan bahwa pemberian beberapa konsentrasi pupuk hayati respon yang berbeda terhadap bobot kering akar tidak memberikan respon yang berbeda. Nilai rata - rata pengamatan bobot kering akar disajikan pada Tabel 3.  Tabel 3. Bobot kering akar tanaman pada pemberian beberapa konsentrasi pupuk hayati Golden

Harvest pada umur 28 HST Konsentrasi Pupuk Hayati (ml) Bobot Kering Akar (gr)

5102.57.50

5.14 a4.90 a4.75 a4.67 a4.30 a

Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Taraf α 5% Uji BNT

 

5

Page 6: repository.unja.ac.id Tanaman... · Web viewBudidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor Arinong R, Kaharuddin, dan Sumang

Pada Tabel 3 terlihat perbedaan antara bobot kering akar yang diberi perlakuan dengan yang tidak diberi perlakuan pupuk hayati. Perbedaan konsentrasi pupuk hayati antara 2.5, 5, 7.5, dan 10 ml menunjukkan bobot kering akar tanaman yang meningkat bila dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk hayati. Pada pemberian konsentrasi 5 ml pupuk hayati menghasilkan bobot kering akar tertinggi yaitu sebesar 5.14 gr. Dari setiap perlakuan tersebut tidak memberikan perbedaan yang nyata pada variabel bobot kering akar.

Umur Berbunga Hasil analisis Sidik ragam dan uji Lanjut BNT pada taraf 5% terhadap umur berbunga

pada tanaman kedelai menujukkan bahwa pemberian beberapa konsentrasi pupuk hayati tidak memberikan respon yang nyata. Nilai rata - rata pengamatan umur berbunga tanaman kedelai disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Umur Berbunga pada pemberian beberapa konsentrasi pupuk hayati Golden Harvest Konsentrasi Pupuk Hayati (ml) Umur Berbunga (HST)

50107.55

33.97 a33.90 a33.87 a33.77 a33.73 a

Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α 5% Uji BNT  

Tabel 4 memperlihatkan bahwa pemberian beberapa konsentrasi pupuk hayati tidak memberikan respon yang nyata terhadap umur berbunga, tetapi pemberian pupuk hayati cenderung mempercepat pembungaan pada tanaman kedelai.  Bobot 100 Biji

Hasil analisis sidik ragam dan uji Lanjut BNT pada taraf 5% terhadap bobot 100 biji kedelai pada akhir penelitian menujukkan bahwa pemberian beberapa konsentrasi pupuk hayati memberikan respon yang berbeda. Nilai rata-rata pengamatan bobot 100 biji disajikan peda Tabel 5.

Tabel 5. Bobot 100 biji pada pemberian beberapa konsentrasi pupuk hayati Golden Harvest Konsentrasi Pupuk Hayati (ml) Bobot 100 Biji (gr)

2.57.51050

19.86 a18.50 ab18.07 ab16.58 b15.98 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α 5% Uji BNT

Pada Tabel 5 terlihat bahwa pemberian beberapa konsentrasi pupuk hayati memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot 100 biji. Pada konsentrasi 2.5 ml menunjukkan pengaruh

6

Page 7: repository.unja.ac.id Tanaman... · Web viewBudidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor Arinong R, Kaharuddin, dan Sumang

yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan beberapa konsentrasi lainnya, begitu juga bila dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk hayati.  Hasil

Hasil analisis sidik ragam dan uji Lanjut BNT pada taraf 5% menunjukkan bahwa pemberian beberapa konsentrasi pupuk hayati memberikan respon yang nyata terhadap hasil. Nilai rata-rata disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil ton/ha pada pemberian beberapa konsentrasi pupuk hayati Golden Harvest

Konsentrasi Pupuk Hayati (ml) Hasil hasil ton/ha7.5105

2.50

1.91 a1.67 ab1.46 bc1.25 c1.07 c

Keterangan: Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α 5 % Uji BNT

Tabel 6 memperlihatkan bahwa pemberian beberapa konsentrasi pupuk hayati memberikan respon yang nyata terhadap hasil. Pada konsentrasi 7.5 ml terlihat bahwa hasil lebih tinggi bila dibandingkan dengan beberapa konsentrasi lainnya  Pembahasan

Pertumbuhan dan hasil tanaman dipengaruhi oleb faktor genetik dan faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nyakpa, et al (1998) yang menyatakan hasil dari suatu tanaman ditentukan oleh faktor genetik yang meliputi ketahanan terhadap hama dan patogen serta kekeringan dan sifat tanaman hibrid. Faktor lingkungan meliputi suhu, ketersediaan air, cahaya matahari, struktur dan komposisi tanah, reaksi tanah serta mikroorganisme.

Hasil analisis pH tanah awal sebelum diberi perlakuan pupuk organik sebesar 5,42, pH tersebut masih tergolong rendah dan belum sesuai untuk budidaya kedelai. Dimana pH yang sesuai untuk bertanam kedelai adalah sebesar 5,8 - 6,9. Untuk mengatasi kendala kekurangan unsur hara didalam tanah tersebut, dilakukan dengan penambahan bahan organik, pupuk dan memeperbaiki struktur tanah.

Pemberian pupuk hayati merupakan upaya memperbaiki kondisi lingkungan tanaman dalam hal penyediaan unsur hara, menetralkan pH tanah dan mengaktifkan zat renik maupun mikroorganisme dalam tanah, sehingga tanah menjadi gembur dan subur. Pupuk hayati mengandung unsur hara makro dan mikro sehingga mampu menyediakan dan meningkatkan nutrisi dan mineral yang sangat diperlukan oleh tanaman.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dan uji Lanjut BNT pada taraf 5% yang dilakukan diketahui bahwa pemberian pupuk hayati memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, bobot kering pupus tanaman, bobot 100 biji dan hasil. Sedangkan berat kering akar dan umur berbunga tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata, salah satu penyebabnya dipengaruhi oleh faktor genetik.

Hasil analisis sidik ragam dan uji Lanjut BNT pada taraf 5% terhadap pengamatan tinggi tanaman kedelai (Tabel 1), umur 28 hari setelah tanam tampak bahwa pemberian perlakuan konsentrasi 2.5 ml/L air, 5 ml/L air maupun 10 ml/L air memberikan pengaruh yang nyata. Menurut Nyakpa (1988) untuk pertambahan optimal tanaman jenis legum memerlukan Ca yang

7

Page 8: repository.unja.ac.id Tanaman... · Web viewBudidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor Arinong R, Kaharuddin, dan Sumang

lebih tinggi. Peran Ca dalam perpanjangan sel sangat menunjang bagi pertumbuhan jaringan meristematik tanaman.

Hasil analisis sidik ragam dan uji Lanjut BNT pada taraf 5%, terlihat perlakuan dengan konsentrasi 5 ml/L air merupakan konsentrasi pupuk hayati yang memberikan pertumbuhan kedelai terbaik meskipun pada konsentrasi 10 ml/L air merupakan konsentrasi pupuk hayati tertinggi. Bobot kering pupus tanaman merupakan petunjuk untuk menentukan pertumbuhan tanaman, apabila pertumbuhannya baik maka berat keringnya akan meningkat. Menurut Hardjowigeno (1995) Mg berperan dalam pembentukan karbohidrat, minyak dan lemak. Selain itu unsur Mg merupakan bahan pembentuk klorofil (Kuswandi, 2002). Dengan meningkatnya jumlah klorofil dan jumlah daun yang terbentuk maka proses fotosintesis berjalan dengan baik dan fotosintat yang dihasilkan akan lebih tinggi maka pertumbuhan pun semakin baik. Dengan demikian peningkatan laju pertumbuhan tanaman akan cenderung menghasilkan bobot kering pupus tanaman yang lebih banyak. Selanjutnya Gardner, et al (1991) menyatakan bahwa untuk memperoleh laju pertumbuhan tanaman yang maksimal harus terdapat cukup banyak daun dalam tajuk untuk menyerap sebagian besar radiasi matahari jatuh keatas tajuk tanaman yang digunakan untuk proses fotosintesis.

Hasil analisis sidik ragam dan uji Lanjut BNT pada taraf 5% terhadap bobot kering akar (Tabel 3) menunjukkan bahwa pengamatan variabel tersebut tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Namun pada konsentrasi 5 ml/L air menunjukkan bobot kering akar tertinggi yaitu 5.14 g bila dibandingkan dengan tanpa perlakuan pupuk hayati yang hanya sekitar 4.30 g. Menurut Sutedjo (1999) unsur Ca dan Mg merupakan unsur hara esensial. Penyediaan unsur Ca akan membantu pembentukan akar. Selanjutnya Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa selain unsur Ca, akar juga menyerap unsur Mg yang merupakan unsur penting dalam proses fotosintesis.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dan uji Lanjut BNT pada taraf 5% menunjukkan bahwa pemberian perlakuan pupuk hayati tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap umur berbunga. Namun, dari hasil pengamatan sebagian besar tanaman kedelai mulai berbunga ada umur 32 HST. Menurut Gardner, et al (1991) bahwa tanaman kedelai termasuk peka terhadap perbedaan panjang hari, khususnya pada saat pembentukan bunga. Proses pembentukan bunga dikendalikan oleh faktor lingkungan, terutama fotoperiode dan temperatur, maupun oleh faktor genetik atau internal, terutama pengatur pertumbuhan, hasil fotosintesis, dan pasokan nutrisi dan mineral (misalnya, nitrogen). Pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada tangkai ketiak daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga (Adisarwanto, 2006).

Bobot 100 biji kedelai berbeda nyata. Dimana dengan pemberian pupuk hayati pada konsentrasi 2.5 ml/L air memberikan hasil yang nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Ukuran biji yang besar memberikan total hasil biji kering yang tinggi. Menurut Goldworthy dan Fisher (1996) pengisian biji berasal dari fotosintat yang dihasilkan setelah pembungaan dan translokasi kembali fotosintat yang tersimpan. Selanjutnya menurut Gardner, et al (1991) sepanjang masa pertumbuhan reproduktif tanaman semusim yang menghasilkan biji menjadikan biji sebagai organ pemanfaatan (sebagai penyimpan cadangan makanan dan perkembangbiakan) yang dominan. Oleh karena itu, selama pengisian biji fotosintat yang baru terbentuk maupun yang tersimpan dapat digunakan untuk meningkatkan berat biji.

Analisis sidik ragam dan uji Lanjut BNT pada taraf 5% menunjukkan bahwa hasil ton.ha -

1 (Tabel 6) dengan konsentrasi 7.5 ml/ L air menunjukkan hasil yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan tanpa pemberian perlakuan pupuk hayati. Menurut Hakim (1985), hasil

8

Page 9: repository.unja.ac.id Tanaman... · Web viewBudidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor Arinong R, Kaharuddin, dan Sumang

tanaman yang baik dapat dicapai bila lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan berimbang dan menguntungkan. Bila satu faktor tersebut tidak seimbang dengan faktor yang lain, maka dapat menekan atau menghentikan pertumbuhan tanaman. Prinsip ini dapat disebut sebagai faktor pembatas, dimana tingkat hasil produksi tidak akan lebih tinggi dari apa yang dapat dicapai oleh tanaman yang tumbuh dalam keadaan dengan faktor faktor yang paling minimum. Konsep ini sangat penting dan selalu harus diperhitungkan dan dipertimbangkan, dimana tidak hanya penyediaan unsur hara saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, lingkungan juga dapat mempengmuhi pertumbuhan tanaman kedelai.

Adanya peningkatan pada variabel seperti bobot 100 biji, bobot kering pupus, dan tinggi tanaman akan mempengaruhi peningkatan hasil kedelai. Dimana dengan meningkatnya variabel dengan baik maka hasil pun akan baik. Ini berarti bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan perkembangbiakan suatu tanaman. Menurut Salisbury dan Ross (1995) pertumbuhan 'berarti pertambahan ukuran tanaman yang tidak dapat kembali. Pertambahan ini bukan hanya dalam volume tapi juga dalam bobot, jumlah sel dan banyaknya protoplasma.

9

Page 10: repository.unja.ac.id Tanaman... · Web viewBudidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor Arinong R, Kaharuddin, dan Sumang

KESIMPULAN DAN SARAN  Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemberian Golden Harvest pada taraf 2.5 ml memberikan pengaruh terbaik pada variabel

tinggi tanaman, bobot kering pupus tanaman, bobot 100 biji akan tetapi tidak pada variabel hasil

2. Pemberian Golden Harvest pada konsentrasi 7.5 ml mernberikan rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman, bobot kering pupus tanaman, bobol kering akar, umur berbunga, bobot 100 biji dan hasil yang lebib baik.

 Saran

Disarankan untuk penggunaan Golden Harvest yang lebih baik pada pemberian konsentrasi 7.5 ml/L air karena produksi kedelai yang didapat paling tinggi dengan variabel lebih banyak seperti jumlah polong dan jumlah polong berisi   

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2006. Kedelai: Budidaya Dengan Pemupukan Yang Efektif Dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakarta. 2009. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Jakarta

Aep Wawan Irwan. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor

Arinong R, Kaharuddin, dan Sumang. 2005. Aplikasi Berbagai Pupuk Organik Pada Tanaman Kedelai di Lahan Kering. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Gowa

Badan Pusat Statistik Jambi. 2009. Produksi Tanaman Kedelai Seluruh Provinsi. www.bps.co.id (Diakses 10 September 2010)

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2008. Multi Isolat Mikroba untuk Pupuk Hayati di Lahan Kering Masam. Malang

10

Page 11: repository.unja.ac.id Tanaman... · Web viewBudidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor Arinong R, Kaharuddin, dan Sumang

Gardner, FEP, and Fisher N.M. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Susilo, H. Universitas Indonesia. Jakarta

Goldworthy, P.R and Fisher N.M. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan Tohari. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademi Presindo. Jakarta

Isroi. 2007. Pengomposan limbah kakao Balai penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor 17 hal. Htt: //www.Isroi.org (Diakses 15 Maret, 2010).

Kuswandi. 2002. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisius. Yogyakarta

Lamina. 1989. Kedelai Dan Perkembangannyæ CV Simplek. Jakarta

Lisdiana, F. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Penebar Swadaya. Jakarta

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta

Nyakpa, M. Y, Lubis A.M, Pulung, M.A, Amrah, A.G, Munawar, A, Hong, G.B, Hakim, N.1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung

PT. Singa Langit. 2007. Tiens Golden Harvest: Pupuk Hayati Ramah Lingkungan. Golden Harvest Sharing Forum. Jakarta

Rukmana, R dan Yuniarsih, Y. 2001. Kedelai: Budidaya Dan Pasca Panen. Kanisius. Jakarta

Salisbury, F dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Rumbuhan. Terjemahan, D.R. dan Sumaryono. IT B. Bandung

Somaatmadja, S. 1993. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 1: Kacang kacangan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 43-50.

Suprapto. 2004. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta

Sutedjo, M.M. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta

Sutedjo, M, M. dan Kartasapoetra, A.G. 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta

Wieta, K. 2008. Prediksi Penawaran dan Permintaan Kedelai Dengan Analisis Deret Waktu. Informatika Pertanian Volume 17 No. 2

Yennita. 2003. Pengaruh Hormon Tanaman Terhadap Kedelai (Glycine max) Pada Fase Generatif. Jurusan Biologi MIPA Universitas Bengkulu. Bengkulu

11

Page 12: repository.unja.ac.id Tanaman... · Web viewBudidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor Arinong R, Kaharuddin, dan Sumang

Zurhalena. 2005. Pengaruh kompos dan emulsi lateks terhadap beberapa sifat kimia entisol dan hasil tanaman jagung (Zea mays L). Jurnal Agronomi Universitas Jambi vol 5 no l: Hal

67- 71.

12

Page 13: repository.unja.ac.id Tanaman... · Web viewBudidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor Arinong R, Kaharuddin, dan Sumang

13