tanaman belum menghasilkan tbm
DESCRIPTION
karetTRANSCRIPT
Tanaman Belum Menghasilkan TBM
Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) merupakan serangkaian kegiatan
yang dilakukan pada masa tanaman karet belum siap untuk dilakukan penyadapan. Masa
TBM biasanya terjadi selama lima hingga enam tahun (TBM I – TBM V/TBM VI).
Parameter utama pertumbuhan TBM adalah lilit batang dan tebal kullit. Lilit batang, tebal
kulit yang tumbuh maksimal akan mempercepat tercapainya kriteria matang sadap,
sedangkan populasi tinggi akan menjamin produksi tinggi. Perlu dilakukan pengawasan
perkembanngan lilit batang sehingga bila terjadi penyimpangan segera diketahui dan segera
melaksanakan perbaikan secepatya. Sehingga ada beberapa kegiatan pemeliharaan TBM yang
meliputi penyulaman, pengukuran lilit batang, perhitungan statistik pengendalian gulma, dan
penanaman penutup tanah, pemupukan, pengendalian hama-penyakit, perangsang cabang,
penanganan drainase, penggemburan tanaman.
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman yang mati sehingga perlu
dilakukan penanaman tanaman baru sebagai penganti. Tanaman yang digunakan
sebagai sulaman adalah bibit corestump, yaitu bibit yang sudah berada di
pembibitan selama 2-3 tahun dengan ketinggian 250 – 275 cm. Untuk lokasi yang
dilakukan penyulaman diupayakan disiram secara intensif. Penanaman tanaman
karet sulaman tidak boleh dilakukan pada saat usia TBM III atau lebih dengan
kata lain penyulaman dilakukan pada TBM I dan TBM II. Kegiatan penyulaman
yang dilakukan pada TBM III akan kurang efektif karena akan sulit bersaing
dengan tanaman yang sudah ditanam sebelumnya pada lahan TBM dan apabila
dipaksakan akan membutuhkan biaya lebih dalam hal pemupukan tambahan yang
bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman.
2. Pengukuran Lilit Batang
Pengawasan TBM yang dilakukan secara rutin dalam memonitoring pertumbuhan
tanaman adalah pengukuran lilit batang untuk mengetahui tingkat pertumbuhan
tanaman, sehingga bila terjadi penyimpangan, segera diketahui dan segera dilakukan
perbaikan secepatnya. Pengukuran lilit batang yang dilakukan di Afd. Wonojati
dilakukan tiap 6 bulan sekali dengan cara sensus pada seluruh populasi.
Pengukuran sampel pohon
- Pengukuran dilakukan pada ketinggian 130 cm di atas kaki gajah dan diberi tanda
strip dengan cat, sihingga bisa diverifikasi.
- Pemberian nomor pohon dilakukan dengan kelipatan 5 dan diukur mulai dari
angka 1 sampai dengan 550 setiap hektarnya.
- Data lilit batang untuk setiap hektar dihimpun dalam satu lembar kertas, jika luas
TBM 50 ha maka ada 50 lembar kertas berisi data.
3. Perhitungan statistik hasil pengukuran lilit batang.
- Perhitungan statistik menampilkan parameter : rerata, standard deviasi, dan
koefisien variasi. Untuk mengetahui perkembangan lilit batang TBM, angka
rerata yang diperoleh dibandingkan dengan standard lilit batang yang telah
ditetapkan.
Tabel Standar Lilit batang
Tahun Triwulan Lilit Batang (cm) Kisaran (cm)
Ke 1 / TBM I IIIIIIIV
1.004.007.0010.00
0.5 – 1.01.1 – 4.04.1 – 7.07.1 – 10.0
Ke 2 / TBM II IIIIIIIV
12.6014.8017.3018.00
10.1 – 12.612.7 – 14.814.9 – 17.317.4 – 18.0
Ke 3 / TBM III IIIIIIIV
21.7025.2027.2030.00
18.1 – 21.721.8 – 25.225.3 – 27.227.3 – 30.0
Ke 4 / TBM IV IIIIIIIV
33.3036.0037.6040.00
30.1 – 33.333.4 – 36.036.1 – 37.637.7 - 40.0
Ke 5 / TBM V IIIIIIIV
42.6044.8046.1048.00
40.1 – 42.642.7 – 44.844.9 – 46.146.2 – 48.0
- Menjelang matang sadap (±5-6 tahun), seluruh pohon diukur lilit batangnya
karena hasil pengukuran dipakai sebagai dasar untuk menentukan layak/tidaknya
memasuki masa TM. Kriteria matang sadap yaitu ketebalan kulit 7mm dan lilit
batang 45 cm pada 60% dari populasi tanaman karet
4. Mulshing
Pada saat TBM I tanaman karet diberi penutup permukaan tanah ataun
mulshing yang berasal dari bagian sisa tanaman seperti batang jagung yang sudah
dipanen atau daun tebu yang sudah kering. Mulshing dilakukan pada saat terjadi
musim kemarau. Saat musim kemarau tanah mengalami banyak penguapan dan
terjadi pengurangan kadar air tanah. Hal ini berbanding lurus dengan kurangnya
pasokan air bagi tanaman. Penutupan permukaan tanah pada area yang ditanami dapat
menjaga kelembaban dan mengurangi laju penguapan air dari dalam tanah. Afdeling
Wonojati menggunakan bagian sisa tanaman jagung yang ditanam di lahan KSU
sebagai penutup tanah TBM karet.
5. Penyiangan
Keberadaan gulma di lahan TBM perlu diperhatikan karna dapat menghambat
pertumbuhan tanaman karet. Gulma yang sebagai kompetitor, bersaing dalam
penyerapan unsur hara dan air dengan tanaman karet. Ada dua macam cara yang dapat
dilakukan untuk mengendalikan gulma, yaitu secara mekanik dan kimiawai. Cara
pengendalian yang sering digunakan adalah pengendalian secara mekanik.
Pengendalian secara mekanik dilakukan oleh tenaga manusia yang dibantu oleh
peralatan pertanian seperti cangkul, garpu dan sebagainya.
6. Pewiwilan
Pewiwilan merupakan kegiatan membuang tunas supaya tanaman dalam satu
blok dapat tumbuh seragam dan mendapatkan bidang sadap yang baik yaitu berbentuk
bulat, lurus, dan tegak. Munculnya tunas tersebut dipicu oleh kekeringan, penyakit
daun dan defisiensi hara. Perwiwilan dilakukan terhadap tunas air yang tumbuh
dibawah ketinggian 2,5 meter dan dilaksanakan sedini mungkin. Diusahakan tunas
terpotong sampai bagian pangkal, menggunakan pisau wiwil
7. Induksi Percabangan
Induksi percabangan bertujuan mempercepat pertumbuhan lilit batang tanaman
sehingga waktu matang sadap bisa lebih cepat. Percabangan terendah diharapkan pada
ketinggian 2.5 meter dari tempat tumbuhnya tempat okulasi. Cabang yang terbentuk
diharapkan tunbuh secara alami, jika belum tumbuh cabang pada ketinggian tersebut,
maka perlu dilakukan tindakan induksi percabangan.
1. Penyanggulan (Leaf Folding)
- Dilakukan pada tanaman berumur 1-2 tahun pada ketinggian minimal 2,25 meter.
- Tanaman pada stadia pucuk dorman sampai muncul cabang baru dan daun
payung teratas sudah tua.
- Induksi dilakukan dengan cara menutup/membungkus tunas apical ujung batang
dengan lipatan 6 – 8 helai daun, kemudian diikat dengan karet gelang agar tunas
apical tidak memperoleh sinar matahari dan merangsang tumbuhnya tunas-tunas
lateral dibawahnya.
- Setelah tunas baru tumbuh ikatan segera dibuka dan tidak boleh terlambat agar
tidak terjadi pembengkokan tunas-tunas yang sudah tumbuh.
2. pemangkasan Tangkai Daun (Leaf Clipping)
- Metode ini dilaksanakan apabila metode pada point sebelumnya tidak berhasil.
- Dilakukan dengan cara memotong tangkai daun-daun tua pada payung teratas
pada ketinggian ± 2.5 meter.
- Jika payung teratas dalam keadaan flush/masih muda yang dipotong tangkai daun
pada payung dibawahnya.
3. Toping
- Dilaksanakan sebagai alternative terakhir jika 2 cara tersebut diatas belum
berhasil sampai ketinggian 2.75 meter belum juga bercabang.
- Dilaksanakan dengan memotong pada ketinggian antra 2.75 – 3.00 meter
(pemotongan dilakukan diatas rangkaian daun kedua dari atas).
- Seluruh tunas cabang yang tunbuh diatas ketinggian 2.25 meter tidak usah
diwiwil, dibiarkan mengalami seleksi alami (self pruning).
4. Manajemen tajuk untuk mengurangi kerusakan oleh angin. Obyek manajemen tajuk
adalah TBM III – TBM IV dengan criteria utama lilit batang > 35 cm, waktu
pelaksanaan pada akhir musim kemarau. Sasaran pemotongan adalah batang atau
cabang utama, dengan ketinggian 6 – 8 meter dari permukaan tanah. Apabila pada
TBM III atau IV belum dilakukan pangkas tajuk, pangksan berikutnya dapat
dilakukan pada TBM V, VI VII dan TM I/II di ketinggian 8-10 meter. Pangkas
tajuk ini dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 siklus TBM Karet. Selain itu, juga
dilakukan pengurangan cabang yang daunnya tidak terpapar sinar matahari
langsung. Berat-ringannya pangkasan relative, diperkirakan intensitas cahaya
mencapai 60%