tanah merupakan suatu sistem kehidupan yang kompleks yang mengandung berbagai jenis organisme dengan...

17
Tanah merupakan suatu sistem kehidupan yang kompleks yang mengandung berbagai jenis organisme dengan beragam fungsi untuk menjalankan berbagai proses vital bagi kehidupan terestrial. Mikroba bersama-sama fauna tanah melaksanakan berbagai metabolisme yang secara umum disebut aktivitas biologi tanah. Perannya yang penting dalam perombakan bahan organik dan siklus hara menempatkan organisme tanah sebagai faktor sentral dalam memelihara kesuburan dan produktivitas tanah. Tanah memberikan dukungan fisik bagi tumbuhan karena merupakan tempat terbenamnya/ mencengkeramnya akar sejumlah tumbuhan. Selain itu tanah merupakan sumber nutrien bagi tumbuhan. Sebagai suatu sistem yang dinamis dan kompleks tanah untuk lahan pertanian sendiri terdiri dari banyak jenis dan karakteristik, di antara lain adalah : 1.Tanah Regosol : Menurut USDA, tanah regosol merupakan tanah yang termasuk ordo entisol. Secara umum, tanah entisol adalah tanah yang belum mengalami perkembangan yang sempurna, dan hanya memiliki horizon A yang marginal. Contoh yang tergolong entiso adalah tanah yang berada di

Upload: melky-bond

Post on 02-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

teknik

TRANSCRIPT

Tanah merupakan suatu sistem kehidupan yang kompleks yang mengandung berbagai jenis organisme dengan beragam fungsi untuk menjalankan berbagai proses vital bagi kehidupan terestrial. Mikroba bersama-sama fauna tanah melaksanakan berbagai metabolisme yang secara umum disebut aktivitas biologi tanah. Perannya yang penting dalam perombakan bahan organik dan siklus hara menempatkan organisme tanah sebagai faktor sentral dalam memelihara kesuburan dan produktivitas tanah. Tanah memberikan dukungan fisik bagi tumbuhan karena merupakan tempat terbenamnya/ mencengkeramnya akar sejumlah tumbuhan. Selain itu tanah merupakan sumber nutrien bagi tumbuhan. Sebagai suatu sistem yang dinamis dan kompleks tanah untuk lahan pertanian sendiri terdiri dari banyak jenis dan karakteristik, di antara lain adalah :1. Tanah Regosol : Menurut USDA, tanah regosol merupakan tanah yang termasuk ordo entisol. Secara umum, tanah entisol adalah tanah yang belum mengalami perkembangan yang sempurna, dan hanya memiliki horizon A yang marginal. Contoh yang tergolong entiso adalah tanah yang berada di sekitar aliran sungai, kumpulan debu vulkanik, dan pasir. Umur yang amsih muda menjadikan entisol masih miskin sampah organik sehingga keadaannya kurang menguntungkan bagi sebagian tumbuhan. Secara spesifik, ciri regosol adalah berbutir kasar, berwarna kelabu sampai kuning,,dan bahan organik rendah. Sifat tanah yang demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik. Dengan kandungan bahan organik yang sedikit dan kurang subur, regosol lebih banyak dimanfaatkan untuk tanaman palawija, tembakau, dan buah-buahan yang juga tidak terlalu banyak membutuhkan air. Tanah regosol banyak tersebar di jawa, Sumatra, dan nusa tenggara yang kesemuanya memiliki gunung berapi.

Gambar 1 : Tanah Regosol

2. Tanah Latosol : Dalam USDA tanah latosol masuk dalam golongan inseptisol. Inseptisol berkembang pada daerah yang lembab. Perkembangan horizon inseptisol berlangsung lambat samapi sedang. Perkembangan yang lambat terjadi karena tanah berada pada ligkungan yang lembab, dingin, dan mugkin genangan-genangan air. Secara spesifik, latosol merupakan tanah yang berwarna merah hingga coklat sehingga banyak yang menamainya sebagai tanah merah, memiliki profil tanah yang dalam, mudah menyerap air, mudah mneyerap air, memiliki kandungan bahan organik yang sedang, dan pH netral hingga asam. Kadar humus latosol mudah menurun, dan memiliki fosfat yang mudah bersenyawa dengan besi dan almunium. Latosol banyak dijumpai di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bali, Jawa, Minahasa, Papua, dan Sulawesi.

Saat ini, jenis tanah latosol banyak digunakan untuk pertanaman palawija, padi, kelapa, karet, dan kopi.

Gambar 2 : Tanah Latosol3. Tanah Organosol : Tanah Organosol merupakan jenis tanah yang terbentuk akibat adanya pelapukan-pelapukan bahan organik. Sebagai hasil pelapukan bahan organik, tanah jenis ini subur untuk hampir semua jenis tanaman. Organosol dibedakan menjadi dua yaitu tanah humus dan tanah gambut. Tanah humus adalah tanah hasil pelapukan dan pembusukan bahan organik khususnya dari tanaman yang sudah mati. Humus sangat subur untuk pertanian. Kandungan bahan organik yang tinggi membuat tanah humus berwarna kehitam-hitaman. Humus banyak dimanfaatka untuk media pertanaman kelapa, nanas, dan padi. Persebarannya banyak terdapat di pulau Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat, Kalimantan, dan Papua. Tanah gambut adalah tanah hasil pembusukan bahan-bahan organik. Akan tetapi, tanah gambut kurang subur untuk pertanian. Pembusukan pada tanah gambut berlangsung dalam keadaan tergenang air sehingga tanah menjadi anaerob dan terlalu masam. Bahan organik yang tidak lapuk sempurna juga menyebabkan tanah gambut tidak subur untuk tanaman. Gambut banyak terdapat di pantai timur Sumatra, Kalimantan barat, dan pantai selatan papua. Saat ini gambut baru dikembangkan untuk pertanian kelapa sawit.

Gambar 3 : Tanah Organosol

4. Tanah Alluvial : Menurut USDA, tanah alluvial tergolong dalam ordo inseptisol. Ciri umum sama dengan pada tanah latosol. Alluvial merupakan tanah muda hasil pengendapan material halus aliran sungai. Cirri utama tanah alluvial adalah berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit lepas-lepas. Kesuburan tanah alluvial sangat bergantung pada sumber bahan asal aliran sungai. Alluvial terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sungai-sungai besar seperti pada pulau jawa, Sumatra, Kalimantan, dan papua. Alluvial banyak dgunakan untuk tanaman padi, palawija, tebu, kelapa, tembakau, dan buah-buahan.

Gambar 4 : Tanah Alluvial5. Tanah Podzolik Merah Kuning : tanah jenis ini merupakan bagian dari tanah Ultisol. Menurut USDA, ultisol adalah tanah yang sudah mengalami pencucian pada iklim tropis dan sub tropis. Karakter utama tanah ultisol bersifat agak lembab dengan kadar lengas tertinggi pada ultisol yang berbentuk bongkah. Tanah podzolik merah kuning sendiri merupakan tanah yang terbentuk karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podzolik merah kuning berwarna merah sampai kuning dengan kesuburan yang relatif rendah karena pencucian-pencucian. Podzolik merah kuning banyak digunakan untuk tanaman kelapa, jambu mete, karet, dan kelapa sawit. Podzolik merah kuning banyak dijumpai di daerah pegunungan Sumatra, Jawa Barat, Sulawesi, Maliku, Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara.

Gambar 5 : Tanah Podzolik

6. Tanah Laterit : Tanah jenis Laterit hampir sama dengan podzolik merah kuning. Hanya saja jenis tanah ini terbentuk pada suhu yang lebih tinggi. Curah hujan yang tinggi menyebabkan tanah laterit memiliki kandungan hara yang rendah sehingga kurang cocok untuk berbagai jenis tanaman. Laterit banyak dijumpai pada pegunungan yang hutannya sudah gundul seperti pada Jawa Tengah, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tenggara. Laterit bayak digunakan untuk pertanaman jambu mete dan kelapa.

Gambar 6 : Tanah Laterit

7. Tanah Litosol : Dalam USDA, tanah litosol termasuk dalam ordo Entisol, sama dengan tanah regosol. Lebih spesifik, tanah litosol merupakan tanah muda yang berasal dari pelapukan batuan yang keras dan besar. Litosol belum mengalami perkembangan lebih lanjut sehingga hanya memiliki lapisan horizon yang dangkal. Sebagai tanah muda, latosol memiliki struktur yang besar-besar dan miskin akan unsure hara. Litosol banyak terdapat di Sumatra, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Maluku Selatan, dan Papua. Latosol baru bisa dimanfaatkan untuk palawija.

Gambar 7 : Tanah Litosol

8. Tanah Rendzia : Tanah jenis Rendzia merupakan tanah organik diatas bahan berkapur yang memiliki tekstur lempung seperti vertisol. Tanah rendzia memiliki kadar lempung yang tinggi, teksturnya halus dan daya permeabilitasnya rendah sehingga kemampuan menahan air dan mengikat air tinggi. Tanah rendzia berasal daripelapukan batuan kapur dengan curah hujan yang tinggi. Tanah memiliki kandungan Ca dan Mg yang cukup tinggi, bersifat basa, berwarna hitam, serta hanya mengandung sedikit unsur hara. Rendzia banyak terdapat di Maluku, papua, Aceh, Sulawesi Selatan, Lampung dan pegunungan kapur di selatan Pulau Jawa. Rendzina digunakan untuk budidaya tanaman keras semusim dan juga tanaman palawija.

Gambar 8 : Tanah Rendzia9. Tanah Merditeran : Dalam USDA, tanah mediteran merupakan tanah ordo alfisol. Alfisol berkembang pada iklim lembab dan sedikit lembab. Curah hujan rata-rata untuk pembentukan tanah alfisol adalah 500 sampai 1300 mm tiap tahunnya. Alfisol banyak terdapat di bawah tanaman hutan dengan karakteristik tanah: akumulasi lempung pada horizon Bt, horizon E yang tipis, mampu menyediakan dan menampung banyak air, dan bersifat asam. Alfisol mempuyai tekstur lempung dan bahan induknya terdiri atas kapur sehingga permeabilitasnya lambat. Tanah mediteran merupakan hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Warna tanah ini berkisar antara merah sampai kecoklatan. Tanah mediteran banyak terdapat pada dasar-dasar dolina dan merupakan tanah pertanian yang subur di daerah kpur daripada jenis tanah kapur yang lainnya. tanah mediteran banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Sumatra. Mediteran cocok untuk tanaman palawija, jati, tembakau, dan jambu mete.

Gambar 9 : Tanah Mediteran10. Tanah Grumosol : Dalam USDA, tanah grumosol tergolong dalam ordo vertisol. Vertisol merupakan tanah dengan kandungan lempung yang sangat tinggi. Vertisol sangat lekat ketika basah, dan menjadi pecah-pecah ketika kering. Vertisol memiliki keampuan menyerap air yang tinggi dan juga mampu menimpan hara yang dibutuhkan tanaman. Grumosol sendiri merupakan tanah dengan warna kelabu hingga hitam serta memiliki pH netral hingga alkalis. Di Indonesia, jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 m di atas permukaan laut dengan topografi agak bergelombang hingga berbukit, temperatur rata-rata 25oC, curah hujan