talak atau perceraian
DESCRIPTION
TalakTRANSCRIPT
1
KATA PENGANTAR
Seraya memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena kami menyadari bahwa berkat rahmat dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Agama kelas XII. Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini, maka kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Qomaruddin selaku guru mata pelajaran Agama, kepada teman-teman, dan kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga karya tulis ini bermanfaat, khususnya bagi kami dan bagi pembaca pada umumnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu, kritik dan saran para pembaca akan kami terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini.
Malang, November 2011
Penulis
2
Daftar Isi
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Ruang Lingkup Materi 3
1.3 Rumusan Masalah 3
1.4 Tujuan 4
BAB II Pembahasan
Talak atau Perceraian
2.1 Pengertian Talak 5
2.2 Hukum Talak 5
2.3 Macam-Macam Talak 6
Iddah
2.4 Pengertian Iddah 6
2.5 Hak Perempuan Pada Masa Iddah 6
Rujuk
2.6 Pengertian Rujuk 8
2.7 Rukun Rujuk 8
2.8 Hukum Rujuk 8
2.9 Pembahasan tentang Fasakh, Khuli, Ila’, Lian, Zihar dan Syidaq 9
BAB III Penutup10
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANGTidak selamanya perkawinan yang dibangun oleh pasangan suami istri mewujudkan apa yang
dimaksudkan oleh undang-undang perkawinan. Bisa saja perkawianan putus dalam bilangan hari,bulan atau beberapa tahun disebabkan oleh beberapa faktor atau kondosi yang sulit untuk diselesaikan dalam keluarga (rumah tangga).
Perceraian merupakan suatu peristiwa yang sangat tidak disenangi oleh suami maupun istri, hal ini bagaikan pitu darurat di pesawat udara yang tidak perlu digunakan kecuali dalam keadaan darurat demi untuk mengatasi kerisis ketegangan dalam keluarga.
Perceraian juga merupakan perpisahan yang pahit antara pasangan suami istri yang bisa saja berakibat negative bagi setiap individu, keluarga ataupun masyarakat yang ada di sekelilingnya.
Filosofi Inggris mengatakan: sekiranya undang-undang mengharuskan suami istri untuk tidak bercerai seperti ada apa-apa, maka sudah barang tentu kekesalan makan hati keduanya, dan masing-masing ingin membalas dan berusaha menyelesaikan dengan cara apapun yang memungkinkan. Kadang-kadang yang salah satunya meremehkan yang lain dan mencari kesenagan hidup orang lain. Sekiranya salah satu suami istri memberi isyarat kepada yang lain saat perkawinan antara keduanya maka hal ini suatu hal yang tidak mungkin bertentangan dengan fitrah dan menympang hikmah. Kalau ini dapat terjadi antara dua anak muda yang saling mencintai berarti keduanya tertipu oleh perasaan anak-anak muda, sehingga mengira bahwa tiada perpisahan sesudah pertemuan dan tiada benci sesudah cinta (Ibrahim, 1991: 45).
Maraknya penomena penomena kawin cerai dan banyaknya hal yang ditimbulkan akibat terjadinya perceraian setelah membina rumah tangga menjadi topik yang sering diperbincangkan dalam masyarakat yang kemudian diperbincangkan dalam masyarakat yang kemudian menghasilkan persepsi dan opini yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya dalam masyarakat. Hal ini membuat penulis tertarik untuk meneliti bagaimana persepsi masyarakat terhadap kawin cerai.
1.2 RUANG LINGKUP MATERIDalam pembahasan makalah tentang perceraian ini, dijelaskan mengenai pengertian talak atau
perceraian, iddah dan rujuk.
1.3 RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang diatas, maka ada beberapa pertanyaan terkait konsep dalam
perceraian, yaitu:1. Bagaimanakah hukum perceraian dalam Islam?2. Apakah pengertian talak?3. Apa saja macam perceraian dalam Islam?4. Apakah pengertian iddah?5. Apa saja hak wanita yang telah diceraikan oleh suaminya?6. Apakah pengertian rujuk?7. Apa saja rukun rujuk?8. Apa saja hukum rujuk?
4
1.4 TUJUANTujuan daripada pembuatan makalah ini adalah:1. Menambah wawasan mengenai hukum-hukum Islam.2. Mengetahui pengertian talak.3. Mengetahui macam-macam perceraian dalam Islam.4. Mengetahui pengertian iddah.5. Mengetahui masa menunggu bagi seorang wanita yang telah diceraikan.6. Mengetahui hak-hak wanita pada masa iddah.7. Mengetahui pengertian rujuk.8. Mengetahui rukun rujuk.9. Mengetahui hukum rujuk.
5
BAB IIPEMBAHASAN
Talak atau Perceraian
2.1 Pengertian TalakTalak artinya melepaskan ikatan perkawinan, dengan mengucapkan secara sukarela dari pihak
suami kepada pihak istrinya. Hukum talak adalah makruh (suatu yang dibenci atau tidak
disenangi) sesuai dengan hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang menjelaskan
tentang pandangan dan hukum cerai dalam Islam; “Perbuatan halal yang paling dibenci Allah
adalah perceraian” (HR. Ibnu Majah)
Lafadz talak
Adapun lafadz antara lain:
- Yang menjatuhkan talak adalah suami, berakal dan berkehendak sendiri.
- Yang dijatuhi talak adalah istrinya.
- Ucapan talak baik dengan cara sharih atau terang-terangan maupun dengan cara kinayah atau
sindiran. Misalnya:
Sharih (Tegas) misalnya: Engkau saya cerai, Engkau saya talak, dsb.
Kinayah (Sindiran) misalnya: Pulanglah engkau kerumah Orang Tuamu !
- Bilangan talak, talak yang dijatuhkan suami itu maksimal 3 kali. Pada talak pertama dan
kedua suami masih dapat rujuk kembali kepada istrinya sebelum habis masa iddahnya,
sedangkan pada talak yang ketiga suami tidak boleh rujuk, kecuali jika mantan istrinya itu
telah menikah dengan orang lain secara sah dan sudah diceraikan oleh suaminya.
2.2 Hukum Talak1. Wajib
a. Jika perselisihan suami istri tidak dapat didamaikan lagi.
b. Dua orang perwakilan dari pihak suami dan istri gagal membuat kesepakatan untuk
perdamaian rumahtangga mereka.
c. Bila pihak kadi (seorang hakim yang membuat keputusan berdasarkan syariat Islam)
berpendapat bahwa talak adalah lebih baik.
d. Jika tidak diceraikan kondisi demikian, maka berdosalah suami.
2. Haram
a. Haram kalau seseorang itu meyakini jika dia menceraikan istrinya pasti dia akan terlibat
dengan perkara maksiat (zinah) karena ia sangat memerlukannya sedang dia sendiri tidak
mampu untuk berkawin lain.
b. Haram menceraikan istri semasa haid dan nifas ataupun sewaktu istri sedang suci dari
haid lalu disetubuhi oleh suaminya.
6
3. Makruh
Talak yang tanpa sebab apa-apa, padahal masih bisa jika pernikahan yang ada diteruskan.
4. Sunnah
Talak yang disebabkan karena si istri tidak memiliki sifat ‘afifah (menjaga kehormatan diri)
dan istri tidak lagi memperhatikan perkara-perkara yang wajib dalam agama (seperti tidak
memperhatikan shalat lima waktu), saat itu ia pun sulit diperingatkan.
5. Mubah (boleh)
Talak ketika butuh di saat istri berakhlaq dan bertingkah laku jelek dan mendapat efek
negatif jika terus dengannya tanpa bisa meraih tujuan dari menikah.
2.3 Macam-Macam Talak1. Talak Raj’i
Suami melafadzkan talak satu atau talak dua kepada istrinya. Suami boleh metujuk kembali
istrinya ketika masih dalam iddah. Jika tempo iddah telah selesai, maka suami tidak boleh
merujuk melainkan dengan akad nikah baru.
2. Talak Bain
Suami melafazkan talak tiga atau melafazkan talak yang ketiga kepada isterinya. Isterinya
tidak boleh dirujuk kembali. Si suami hanya boleh merujuk setelah isterinya menikah dengan
lelaki lain, suami barunya menggaulinya, setelah diceraikan suami barunya dan telah habis
idadh dengan suami barunya.
3. Talak Sunni
Suami melafazkan talak kepada isterinya yang masih suci dan tidak disetubuhi olehnya.
4. Talak Bid’i
Suami melafazkan talak kepada isterinya ketika dalam haid atau ketika dalam masa suci
disetubuhi.
Iddah
2.4 Pengertian Iddah
Iddah berarti masa menunggu bagi istri yang sudah diceraikannya, baik cerai mati maupun cerai
hidup.
1. Iddah bagi wanita hamil
Istri yang diceraikan keadaan hamil, masa iddahnya sehingga melahirkan anaknya. Firman
Allah SWT QS. Ath Thalaq ayat 4.
7
“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-
perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka
adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid dan
perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan
kandungannya dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya.”
2. Iddah talaq hidup (bagi istri yang sudah campur)
Jika seorang istri dicerai oleh suami sedangkan ia tidak hamil, masa iddahnya adalah:
Istri yang belum pernah haid atau sudah tidak haid karena pengaruh masa iddahnya adalah
tiga bulan (QS. Ath Thalaq ayat 4). Istri yang masih dalam keadaan haid secara teratur, masa
iddahnya tiga masa suci.
3. Iddah talak mati
Jika seorang istri cerai mati (ditinggal mati suaminya), masa iddahnya adalah:
Jika keadaan sedang hamil, iddahnya sampai melahirkan anakanya. Jika keadaan tidak hamil,
iddahnya selama empat bulan sepuluh hari (QS. Al Baqarah ayat 234)
“Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri
(hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (beri’ddah) empat bulan sepuluh hari.
Kemudian apabila telah habis ‘iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan
mereka berbuat terhadap diri mereka [berhias, atau bepergian, atau menerima pinangan]
menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.”
2.5 Hak perempuan pada masa iddah
Hak perempuan pada masa iddah adalah:
- Bagi wanita yang berada dalam iddah talak raji’ah berhak memperoleh makanan,
pakaian, dan tempat tinggal dari suami yang menceraikannya.
8
- Bagi wanita yang berada dalam iddah talak bain (kubra maupun sughra) hanya berhak
mendapat tempat tinggal saja
- Bagi wanita yang dalam keadaan hamil, berhak mendapat belanja, pakaian dan tempat
tinggal
- Bagi wanita yang ditinggal mati berhak mendapat warisan dari suaminya.
Rujuk
2.6 Pengertian Rujuk
Rujuk artinya kembali kepada ikatan nikah dari suami kepada istrinya selama istrinya masih
berada pada masa iddah talak raji’ah. (QS. Al-Baqarah ayat 228)
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. Tidak boleh
mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman
kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti
itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai
satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
2.7 Rukun rujuk
Jika akan rujuk kepada istrinya ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
- Istri sudah bercampur dengan suami dan berada dalam iddah raji’ah.
- Keinginan rujuk dari suami sendiri.
- Waktu rujuk harus ada dua orang saksi yang adil.
- Waktu rujuk harus ada awad atau ucapan rujuk.
-
2.8 Hukum rujuk
Hukum asal rujuk adalah mubah (boleh), tetapi dapat berubah menjadi:
9
- Sunah
Jika dengan rujuk akan membawa manfaat bagi keduanya (suami/istri).
- Wajib
Bagi suami yang mentalak istri, sedang sebelum mentalak itu belum menyempurnakan
pembagian waktunya.
- Makruh
Jika diteruskan perceraian akan lebih baik dan bermanfaat daripada rujuk.
- Haram
Jika rujuknya untuk menyakiti salah satu dan mendurhakai Allah SWT.
2.9 Pembahasan tentang Fasakh, Khuli, Ila’, Lian, Zihar dan Syidaq
- Fasakh
Pembatalan pernikahan antara suami istri dikarenakan sebab-sebab tertentu seperti setelah
pernikahan diketahui ternyata suami istri saudara sepersusuan, suami, atau istri keluar dari
Islam.
- Khuli
Talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya dengan tebusan dari pihak istri, baik dengan
cara kawin atau dengan harta yang sudah disetujui.
- Ila’
Sumpah suami yang menuduh istrinya berzina.
- Zihar
Ucapan suami yang menyerupakan istrinya sama dengan ibunya.
- Syiqaq
Perselisihan anatara suami istri yang sulit diselesaikan.
- Hadanah
Menjaga, memimpin, mengatur dan mendidik anak yang belum dapat menjaga dan mendidik
dirinya sendiri.
10
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.