takwim hijriyah tarekat syattariyah (studi filologi...

110
TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi Terhadap Naskah Takwim di Nagari Muaro Sijunjung) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: SEPTIAN DWITTES NIM: 1112044100011 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1438 H/2016 M.

Upload: lenhi

Post on 27-May-2019

237 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH

(Studi Filologi Terhadap Naskah Takwim di Nagari Muaro Sijunjung)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

SEPTIAN DWITTES

NIM: 1112044100011

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1438 H/2016 M.

Page 2: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi
Page 3: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi
Page 4: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi
Page 5: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

v

ABSTRAK

Septian Dwittes, NIM 1112044100011, TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT

SYATTARIYAH (Studi Filologi Terhadap Naskah Takwim di Nagari Muaro

Sijunjung), Strata Satu (S-1), Jurusan Ahwal Syakhshiyyah, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1437 H/2016 M, 94

Halaman.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui penentuan awal bulan hijriyah

yang digunakan oleh Tarekat Syattariyah di Surau Calau kecamatan Sijunjung.

Hal tersebut dilakukan dengan mengungkapkan landasan yang digunakan Tarekat

Syattariyah dalam menentukan awal bulan. Selanjutnya bagaimana cara

menentukan awal bulan hijriyah menurut manuskrip takwim Tarekat Syattariyah

yang terdapat di Surau Calau.

Adapun penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan melakukan

pendekatan filologi, yang menekankan penelitian terhadap manuskrip takwim

yang terdapat di Surau Calau. Selain itu penulis juga menggunakan pendekatan

kualitatif dengan mencari data baik dari dalam buku, jurnal, dan wawancara dari

penentuan awal bulan hijriyah Tarekat Syattariyah di Surau Calau. Pendekatan

filologi yang penulis gunakan dalam penelitian ini dengan jenis Edisi Diplomatik

yaitu hasil transkipsi setia dari sebuah naskah tunggal yang menggambarkan

sedekat mungkin wujud aslinya.

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan diketahui bahwa landasan yang

digunakan oleh Tarekat Syattariyah dalam menentukan awal bulan hijriyah adalah

dengan berpegangan kepada al-Quran dan Sunnah. Metode penentuan awal bulan

hijriyah di Surau Calau menggunakan Hisab takwim dengan berpatokan kepada

huruf tahun dan huruf bulan dengan cara menghitung dengan huruf tahun

kelahiran Nabi, huruf tahun hijrah Nabi serta huruf tahun wafatnya Nabi. Hisab

takwim digunakan untuk menetukan tanggal satu dari setiap awal bulan sebagai

patokan dalam menjalankan amalan Tarekat Syattariyah. Mengenai penentuan

awal Ramdhan dan Syawal, hisab takwim hanya digunakan sebagai patokan untuk

melihat hilal saja karena untuk menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawal

haruslah dengan terlihatnya hilal dengan mata telanjang tidak menggunakan alat

bantuan teknologi apapun, apabila hilal tidak terlihat maka akan dilakukan

istikmal.

Kata kunci :Metode, Hisab Rukyat, Surau Calau, Manuskrip,

Takwim Hijriyah Tarekat Syattariyah.

Pembimbing :Dra. Maskufa, MA.

Daftar Pustaka :1999 Sampai 2016.

Page 6: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

vi

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan

hidayah-Nya serta memberikan berkah, kasih sayang, dan karunianya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “TAKWIM HIJRIYAH

TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi Terhadap Naskah Takwim di

Nagari Muaro Sijunjung)”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW

yang telah mengantarkan umatnya dari kegelapan dunia ke zaman peradaban ilmu

pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Penulis sangat bahagia dan bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas

akhir dalam jenjang pendidikan Strata Satu (S1) yang penulis tempuh telah

selesai. Serta penulis tak lupa meminta maaf apabila didalam penulisan skripsi ini

ada yang kurang berkanan dihati para pembaca, karena penulis menyadari bahwa

penulis masih jauh dari kesempurnaan.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah mungkin dapat

tercapai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai

ungkapan rasa hormat yang amat mendalam, penulis mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

vii

3. Dr. H. Abdul Halim, M. Ag, dan Arip Purkon, MA, Ketua Program Studi

Hukum Keluarga dan Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga.

4. Pembimbing Akademik Dr. Hj. Azizah, MA, dan Seluruh Dosen Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dosen pembimbing Skripsi Dra. Maskufa, MA yang selalu memberi

pengarahan, pembelajaran yang baru bagi saya dengan penuh keikhlasan,

kesabaran, dan keistiqomahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Terkhusus kepada kedua orang tua yang sangat saya cintai dan sayangi.

Ayahanda tercinta Aripin K. dan ibunda tercinta Nurilis yang selalu

mendoakan dan memberikan semangat kepada ananda untuk menyelesaikan

skripsi ini, serta telah mengorbankan seluruh hidupnya untuk membahagiakan

dan membesarkan penulis sampai saat ini. Tidak akan pernah dan mustahil

penulis mampu membayar apa yang telah diberikan selama ini. Kedua orang

tua selalu menjadi sumber inspirasi penulis dalam menjalankan kehidupan

dan meyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada kakak-kakak tercinta Susanti Apriani, Bustomi Aripin, Syafril

Anwar, yang selalu memberi semangat dan mendoakan penulis dalam setiap

perjalanan studi penulis dan selalu menjadi kakak-kakak yang baik bagi

penulis.

8. Kepada karib kerabat yang di Guguk Dadok dan Ipuh Permai yang sangat

saya cintai dan banggakan. Terimakasih telah membantu penulis dalam studi

baik dalam bentuk materil maupun moril.

Page 8: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

viii

9. Kepada bapak Yusri Akhimuddin dan Ayang Ultriza Yaqin, Phd. yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan terimakasih banyak

atas saran-saran dan arahan yang diberikan kepada penulis.

10. Kepada teman-teman dan kakak-kakak dari jurusan Filologi Sekolah Pasca

Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bang Nof, Rahmi Wati, Zikra Fadilla

dan Mustaqim serta Ferki Ahmad Marlion dan Wardiantono. Terimakasih

telah membantu penulis dalam studi baik dalam bentuk materil maupun

moril.

11. Kepada Ikatan Keluarga Alumni MAN 2 Batusangkar dan Keluarga

Mahasiswa Minangkabau yang berada di Ciputat dan sekitarnya. Terimakasih

telah membantu penulis dalam studi baik dalam bentuk materil maupun

moril.

12. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Roni Zuli Putra, Ridwan Kusuma, Adlul

Alghofiqi, Anshar Arif Sofyan, Aprilia Farchataeni, Ara Dasopang, Nanik

Maulidah, Syarifah Dacosta Fidigal dan Fatimahwati yang telah menjadi

saksi dari perjuanganku. Terimakasih telah banyak membuat cerita dalam

hidup penulis baik berupa canda tawa, tangis, dan pergorbanan. Tetap selalu

menjadi sahabat yang terbaik bagi penulis.

13. Kepada teman-teman kosan Andrian Saputra, Arif Setiawan Onira, dan

Rahmad Hidayat yang selalu menghibur dan memberi semangat penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini. Selalu ada setiap penulis lagi malas, galau,

bosan, bahkan sampai larut menemani penulis dalam menyelasaikan skripsi

ini.

Page 9: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

ix

Semoga amal baik mereka semua dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT.

Sungguh hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka dengan

kebaikan yang berlipat ganda.

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat pada saat ini, masa yang akan

datang. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih amat jauh dari

kesempurnaan karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi

kesempurnaan skripsi selanjutnya.

Jakarta, 13 September 2016

Septian Dwittes

Page 10: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

x

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 5

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah .......................................... 5

D. Tujuan dan Manfaat ................................................................... 6

E. Metode Penelitian ...................................................................... 7

F. Review Studi Terdahulu ............................................................ 9

G. Sistematika Penulisan .............................................................. 13

BAB II METODE PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIYAH

A. Pengertian Hisab Rukyat ......................................................... 14

1. Pengertian Hisab ................................................................ 14

2. Pengertian Rukyat .............................................................. 19

B. Dasar Hukum Hisab Rukyat .................................................... 20

C. Pandangan Ulama Madzhab Terkait Penentuan Awal

Bulan Qamariyah ..................................................................... 27

BAB III PROFIL TAREKAT SYATTARIYAH

A. Sejarah Tarekat Syattariyah ................................................... 35

B. Perilaku Ibadah Tarekat Syattariyah ....................................... 43

BAB IV PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIYAH TAREKAT

SYATTARIYAH

A. Manuskrip Takwim ............................................................... 51

B. Metode Penentuan Awal Bulan Hijriyah ................................. 70

C. Analisis Penulis Terhadap Takwim Hijriyah .......................... 84

BAB V PENUTUP

Page 11: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

xi

A. Kesimpulan ............................................................................ 89

B. Saran-saran .............................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 91

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................

Page 12: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penentuan awal Ramadhan dan Syawal mendapat perhatian khusus dari

masyarakat Islam, sejak masa Rasulullah SAW hingga kini, karena keterkaitannya

dengan ibadah puasa, kegiatan ekonomi, sosial, dan politik. Bahkan ia dapat

mempengaruhi stabilitas, ketentraman dan keamanan masyarakat.1

Ibadah rukun Islam kaum Muslimin, kecuali membaca kalimat syahadat,

selalu berkaitan dengan waktu-waktu tertentu dalam prosesinya. Prosesi ibadah

puasa, zakat, dan haji perhitungannya berdasarkan perhitungan perjalanan revolusi

bulan terhadap bumi. Ini dinamakan Kalender Islam atau Kalender Qamariyah.

Hanya sholat yang menjadi kewajiban harian kaum muslimin yang

perhitungannya mengacu pada waktu bumi melakukan rotasi dan posisi relatifnya

terhadap matahari, sama sekali terbebas dari perhitungan qamariyah di atas,

bahkan independen dari perjalanan revolusi bumi itu sendiri terhadap matahari.2

Kalender Qamariyah (lunar system) membagi satu tahun menjadi 12 bulan.

Setiap bulan memiliki jumlah hari 29 atau 30. Total jumlah hari dalam setahun

sistem Qamariyah adalah 354 hari, jadi satu tahun Qamariyah kira-kira 11,256

hari lebih pendek dari kalender Syamsiyah. Perhitungan bulan dalam Islam

dimulai dengan terbitnya bulan sabit yang betul-betul kelihatan dalam suatu hari.

1 Dikjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama,

Selayang Pandang Hisab Rukyat (Jakarta: Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h.121. 2 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hilal (Jakarta: PT. Amythas Publica,

2007), h.42.

Page 13: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

2

Menurut madzhab Syafi‟i kenampakan bulan sabit ini menjadi persyaratan untuk

menentukan pemulaan sebuah bulan, meskipun sebetulnya kemunculan bulan

sabit setiap bulan dapat dihitung dengan akurat. Pendeknya, selain kewajiban

sholat lima waktu dan syahadat, hampir semua prosesi ibadah Islam dilakukan

berdasarkan perhitungan perjalanan bulan.3

Penetapan awal bulan khususnya pada bulan-bulan yang berkaitan dengan

pelaksanaan ibadah dapat dilakukan dengan rukyat juga hisab. Keduanya

merupakan hasil interpretasi dalam memahami nash-nash Al-Quran maupun

Hadits Nabi SAW Sebagai hasil ijtihad keduanya bisa benar dan bisa juga salah,

namun sesuai dengan jiwa ijtihad jika salah tetap berpahala apalagi benar maka

kedua cara ini dapat digunakan secara mandiri ataupun yang satu melengkapi

yang lain.4 Persoalan hisab rukyat dalam hal penentuan awal bulan Qamariyah

terutama bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah sering kali memunculkan

perbedaan, bahkan kadang menyulut permusuhan yang mengoyak jalinan

ukhuwah islamiyah.5

Perbedaan masyarakat muslim Indonesia tentang awal dan akhir Ramadhan

berulang kali terjadi, tidak terkecuali di Sumatera Barat. Perbedaan ini disebabkan

karena beragamnya cara dan metode yang digunakan untuk menentukan awal

bulan Qamariyah. Selain itu, juga karena banyaknya pihak yang memiliki otoritas

dalam penetapan awal dan akhir Ramadhan. Metode yang digunakan muslim

Indonesia dalam penentuan awal dan akhir Ramadhan antara lain metode hisab,

rukyat hilal, hisab dan rukyat, imkan al-rukyat, istikmal dan beberapa metode

3 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hilal, h.42.

4 Maskufa, “Hisab Hakiki Muhammadiyah”, Ahkam X, no.1 (Maret 2008): h.118.

5 Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyat (Jakarta: Erlangga, 2007), h.43.

Page 14: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

3

hisab tradisional seperti Aboge di Jawa Timur, hisab Sunda di Jawa Barat, serta

hisab Taqwim dan hisab Munjid di Sumatera Barat. Setiap pimpinan kelompok

memiliki otoritas menetapkan awal Ramadhan dan melaksanakan ibadah puasa

sesuai dengan metode dan keyakinan masing-masing.

Khususnya di Sumatera Barat, setidaknya ada empat kelompok Islam yang

berbeda dalam penetapan awal dan akhir Ramadhan, yaitu Pemerintah,

Muhammadiyah, Persatuan Tarbiyah Islamiyah dan kelompok Tarekat. Tarekat

Syaman dan Naqsabandiyah memiliki perhitungan kalendernya lebih awal dari

Pemerintah. Muhammadiyah dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah memiliki

perhitungan yang terkadang sama dan berbeda dengan Pemerintah. Tarekat

Syattariyah biasanya melaksanakan puasa terlambat satu sampai dua hari dari

Pemerintah. Setiap kelompok meyakini kebenaran sistem perhitungan yang

mereka gunakan. Salah satu informasi tentang penanggalan dan perbedaan awal

Ramadhan, dalam hal ini sistem yang digunakan kelompok Tarekat, masih ada

yang terekam dalam bentuk manuskrip. Misalnya manuskrip yang tersimpan di

Surau Calau, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.6

Surau Calau merupakan salah satu di antara puluhan surau Tarekat

Syatariah yang terdapat di Sumatera Barat. Surau ini terletak di Jorong Subarang

Sukam, Kenagarian Muaro Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung. Pendiri

surau ini adalah Syekh Abdul Wahab, pada kira-kira abad ke-18. Surau ini pada

masanya pernah menjadi pusat pengajaran keislaman yang maju, salah satu

buktinya dengan banyaknya peninggalan manuskrip di surau tersebut.

6 Yusri Akhimuddin, “[Asal Khilaf Bilangan Taqwim]: Relasi Ulama-Umara di

Minangkabau Abad ke-17 dalam Penetapan Awal Ramadan”, Mannasa II, no.1 (2012): h.80.

Page 15: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

4

Penting dikemukan disini bahwa selain menyelenggaran praktik-praktik

Syatariah, surau ini juga merupakan pusat penentuan awal Ramadhan untuk

daerah Sijunjung dan menjadi rujukan untuk daerah-daerah di sekitarnya. Di surau

ini dilakukan “mancaliak bulan” pada waktu tertentu dan dapat untuk

memutuskan masuknya Ramadhan dan Syawal.7

Secara tekstual diketahui bahwa teks takwim menjelaskan mengenai

panduan penentuan awal bulan hijriyah, pemahaman dalam penentuan awal

Ramadhan dan berhari raya serta landasannya pada zaman Nabi. Secara

kontekstual diketahui bahwa Surau Calau merupakan pusat penentuan awal

Ramadhan dan berhari Raya bagi penganut Tarekat Syatariah untuk daerah

Sijunjung dan Dharmasraya dari dahulu hingga sekarang. Pengamalan hisab

takwim di Surau Calau sudah berlangsung secara turun temurun dari Syekh Abdul

Wahab sampai hari ini dengan mengamalkan mazhab Imam Syafi‟i.8

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menelaah lebih jauh

mengenai cara menentukan awal bulan Qamariyah dan bagaimana proses takwim

dalam menentukan masuknya awal bulan serta apa landasan yang digunakan oleh

Tarekat Syattariyah untuk menentukan awal bulan Qamariyah, untuk itu penulis

ingin meneliti lebih jauh lagi kedalam bentuk penulisan skripsi dengan judul

“TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi Terhadap

Naskah Takwim di Nagari Muaro Sijunjung)”

7 Kadrianto, “Teks Takwim dalam Naskah-Naskah Koleksi Surau Calau: Teks dan

Konteks”, Hantaran FIB UNAND, (2013): h.2. 8 Kadrianto, “Teks Takwim dalam Naskah-Naskah Koleksi Surau Calau: Teks dan

Konteks”, Hantaran FIB UNAND, (2013): h.2.

Page 16: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

5

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana langkah-langkah menentukan awal bulan hijriyah ?

2. Apa saja metode yang digunakan untuk menentukan awal bulan hijriyah ?

3. Apakah penyebab terjadinya perbedaan dalam menentukan awal bulan

hijriyah khususnya di Indonesia ?

4. Bagaimana menyikapi perbedaan penetapan awal bulan hijriyah di

Indonesia khususnya yang berkaitan dengan ibadah umat Islam ?

5. Bagaimanakah perkembangan Tarekat Syattariyah di Minangkabau ?

6. Bagaimana ajaran dari aliran Tarekat Syattariyah di Minangkabau ?

7. Bagaimanakah cara menentukan awal bulan hijriyah menurut manuskrip

takwin Tarekat Syattariyah di Surau Calau?

8. Bagaimana proses penentuan awal bulan hijriyah menurut manuskrip

takwin di Surau Calau ?

9. Apakah landasan yang digunakan oleh Tarekat Syattariyah dalam

menentukan awal bulan hijriyah ?

10. Hambatan-hambatan apa yang timbul ketika jamaah Tarekat Syattariyah

melaksanakan ibadah haji ke Makkah yang notabene metode penghitungan

awal bulannya berbeda dengan pemerintah Arab Saudi ?

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, agar pembahasan tidak melebar jauh dari topik

yang dibahas, maka penulis mambatasi permasalahan pada metode penentuan

awal bulan yang digunakan oleh Tarekat Syattariyah di Surau Calau Sijunjung

dalam menentukan awal bulan hijriyah.

Page 17: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

6

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apakah landasan yang digunakan Tarekat Syattariyah dalam menentukan

awal bulan hijriyah ?

2. Bagaimana cara menentukan awal bulan hijriyah menurut manuskrip

takwim Tarekat Syattariyah di Surau Calau ?

D. Tujuan Dan Manfaat

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui landasan yang digunakan Tarekat Syattariyah dalam

menentukan awal bulan hijriyah.

2. Untuk mengetahui cara menentukan awal bulan hijriah menurut manuskrip

takwim Tarekat Syattariyah di Surau Calau.

Adapun manfaat yang didapat dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Manfaat yang didapat secara pribadi dari penulisan karya ilmiah ini adalah

sebagai dasar untuk malanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi

dan menjadikan takwim hijriyah Tarekat Syattariah di Surau Calau ini

sebagai konsentrasi yang akan penulis dalami.

2. Manfaat untuk sebuah institusi yaitu memperkaya pustaka Fakultas

Syariah dan Hukum dengan pembahasan tentang takwim hijriyah Tarekat

Syattariah di Surau Calau yang tidak hanya membahas seputar takwim

hijriah itu sendiri, melainkan diperkaya dengan kaitannya dengan

manuskrip Tarekat syattariah di Surau Calau.

Page 18: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

7

3. Memberikan sebuah pemahaman kepada masyarakat khusunya masyarakat

muslim dalam bidang takwim hijriyah menurut penganut Tarekat

Syattariyah di Surau Calau.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif

dengan pendekatan kajian filologi, yaitu metode penelitian yang memfokuskan

perhatian pada aspek bahasa dan sastra, terlebih yang termasuk dalam kategori

bahasa dan sastra klasik.9 Filologi pada dasarnya digunakan untuk meneliti objek

naskah, dan untuk melihat data tekstual dari naskah.10

Filologi adalah ilmu yang

berusaha mempelajari dan memahami seluk beluk tentang naskah (manuskrip).

Filologi merupakan sebuah disiplin ilmu yang diperlukan untuk suatu upaya yang

dilakukan terhadap peninggalan tulisan masa lampau dalam rangka menggali

nilai-nilai budaya masa lampau yang terkandung di dalam naskah.11

2. Sumber Data

a. Data Primer

Adapun data primer dalam penelitian ini adalah manuskrip, yaitu

dokumen yang ditulis tangan secara manual diatas sebuah media seperti

kertas, papirus, dan lontar, daluwang, kulit binatang, dan lainnya yang

berisi informasi menyangkut buah pikiran, perasaan, kepercayaan, adat

9 Oman Fathurahman, dkk, Filologi dan Islam Indonesia, cet. I, (Jakarta: Puslitbang

Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010), h.10. 10

Kadrianto, “Teks Takwim dalam Naskah-Naskah Koleksi Surau Calau: Teks dan

Konteks”, Hantaran FIB UNAND, (2013): h.4. 11

Kadrianto, “Teks Takwim dalam Naskah-Naskah Koleksi Surau Calau: Teks dan

Konteks”, Hantaran FIB UNAND, (2013): h.3.

Page 19: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

8

istiadat, kegiatan sehari-hari, ajaran, dan berbagai informasi lain yang

terkait dengan sebuah masyarakat tertentu pada masa lampau.12

b. Data Sekunder

Buku-buku, Journal, artikel dan sebagainya yang berkaitan dengan

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

3. Pengumpulan Data

a. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

b. Wawancara

Wawancara yaitu melakukan tanya jawab secara langsung kepada orang

yang ahli dalam bidang takwim hijriah dalam manuskrip Tarekat

Syattariyah di Surau Calau secara tatap muka antara penulis dengan

narasumber guna mendapatkan informasi-informasi yang berkenaan

dengan permasalah yang diangkat dalam penelitian ini.

c. Observasi

Melakukan pengamatan langsung di lapangan atau lokasi penelitian

yaitu di Surau Calau kecamatan Sijunjung untuk menggali lebih dalam

tentang materi yang akan dibahas dalam penelitian ini.

4. Pengolahan Data

Adapun tatacara pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan cara pendekatan filologi jenis Edisi Diplomatik (Diplomatic

12

Oman Fathurahman, dkk., Filologi dan Islam Indonesia, h.4.

Page 20: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

9

Edition). Edisi diplomatik disini sesungguhnya adalah teks hasil transkipsi setia

dari sebuah naskah tunggal yang menggambarkan sedekat mungkin wujud

aslinya. Dalam sebuah edisi diplomatik, sang pengkaji naskah tidak bertujuan

untuk menghadirkan teks yang memiliki bacaan terbaik (best readings),

melainkan menyajikan teks “apa adanya”.

Setidaknya, dalam edisi diplomatik ini pun ada tanda-tanda diakritik atau

tanda baca tertentu yang niscaya digunakan untuk menandai bagian teks yang

terpaksa harus dihilangkan atau ditambahkan.13

5. Analisis Data

Setelah semua data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul maka

tahap selanjutnya akan dilakukan analisis data dengan menggunakan penelitian

pendekatan filologi edisi diplomatik guna untuk mengetahui hasil dari sebuah

penelitian yang dilakukan.

6. Teknik penulisan

Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini mengacu kepada

“Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariáh dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.

F. Review Studi Terdahulu

Dari beberapa literatur skripsi yang ada di perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadikannya sebagai

perbandingan dengan skripsi yang akan ditulis, diantaranya:

Judul Skripsi Pembahasan Perbedaan

13

Oman Fathurahman, dkk., Filologi dan Islam Indonesia, h.21.

Page 21: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

10

1. Lutfi Kamali/2011.

Pemikiran KH.

Royadi Hanna

Dalam Penetapan

Puasa dan Hari

Raya Di Kampung

Rawa Lele

Kelurahan

Pegadungan Jakarta

Barat

Penulis mengkaji

bagaimana kiprah dan

konsep dari KH.

Royadi Hanna dalam

menentukan puasa

dan hari raya di

kampung Rawa Lele

Kelurahan

Pegadungan Jakarta

Barat, serta

bagaimana

aplikasinya dengan

konsep pemerintah

dalam penetapan awal

bulan Syawal 1428

H/2007 M.

Perbedaannya dengan

skripsi yang akan penulis

buat yaitu penulis akan

mengkaji bagaimana

metode yang digunakan

oleh aliran Tarekat

Syattariyah dalam

menentukan awal bulan

Hijriyah yang berpatokan

dari manuskrip takwim

yang terdapat di Surau

Calau Nagari Muaro

kecamatan Sijunjung.

2. Nahraji Zen/2011.

Sistem Penentuan

Awal Bulan

Qamariyah Di

Lajnah Falakiyah

Alhusiniyah

Cakung Barat,

Penulis mengkaji

sistem perhitungan

serta dasar hukum

yang digunakan oleh

Lajnah Falakiyah al-

Husiniyah dan

penulis juga

Manakalah perbedaanya

adalah penulis tidak

membahas tentang

penentuan awal bulan

Qamariyah menurut

Lajnah Falakiyah al-

Husiniyah melainkan

Page 22: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

11

Jakarta Timur. membahas bagaimana

praktek penetapan

awal bulan

Qamariyah serta

sebab-sebab

terjadinya perbedaan

dalam menentukan

awal bulan

Qamariyah dengan

pemerintah.

penulis hanya membahas

tentang penentuan awal

bulan Qamariyah

menurut aliran Tarekat

Syattariyah yang

berlokasi di Surau Calau

Nagari Muaro kecamatan

Sijunjung yang

berpatokan kepada teks

manuskrip takwim

hijriyah yang digunakan.

3. Nurbaiti/2012.

Penetapan Awal

Bulan Qamariyah

Perspektif Pondok

Pesantren Annida

Al- Islamy Bekasi.

Penulis

mengintrepretasikan

tentang penetapan

awal bulan

Qamariyah di Pondok

Pesantren Annida Al-

Islamy Bekasi serta

mengkaji metode

serta dasar hukum

yang digunakan

dalam menentukan

awal bulan

Perbedaannya penulis

membahas tentang

penentuan awal bulan

Qamariyah menurut

aliran Tarekat

Syattariyah yang

berlokasi di Surau Calau

Nagari Muaro kecamatan

Sijunjung yang

berpatokan kepada teks

manuskrip takwim

hijriyah yang digunakan

Page 23: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

12

Qamariyah serta

bagaimana sikap yang

dilakukan ketika

dalam menentukan

awal Bulan

Qamariyah ini

berbeda dengan yang

ditetapkan oleh

pemerintah.

4. Kadrianto/2003.

Teks Takwim

dalam Naskah-

Naskah Koleksi

Surau Calau: Teks

dan Konteks.

Penulis

mendeskripsikan

naskah manuskrip

tersebut serta dan

membahas cara

menghitung hisab

takwim. Penulis tidak

menjelaskan isi dari

manuskrip takwim

tersebut secara rinci.

Penulis akan

menjelaskan lebih jauh

tentang bagaimana

metode penentuan awal

bulan hijriyah yang

terdapat dalam

manuskrip takwim di

Surau Calau serta

meneliti apa landasan

hukum yang dipakai

dalam melakukan hisab

takwim ini.

Page 24: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

13

G. Sistematika Penulisan

Agar dalam penulisaan skripsi ini menjadi terarah dan tidak mengambang,

penulis membuat sistematika penulisan yang disusun per bab. Skripsi ini terdiri

dari lima bab, dan setiap bab memiliki sub bab yang menjadi penjelasan dari

masing-masing bab tersebut. Skripsi ini diakhiri dengan daftar pustaka yang

menjadi rujukan penulis dalam penulisan skripsi ini dan lampiran-lampiran.

Adapun sistematika penulisan tersebut ialah sebagai berikut:

BAB I tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat, metode penelitian, review studi terdahulu,

dan sistematika penulisan.

BAB II membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode serta tata

cara dalam menentukan awal bulah hijriyah serta dasar hukum penentuan awal

bulan dan menampilkan penentuan awal bulan menurut imam mazhab..

BAB III membahas mengenai sejarah, tokoh pengembang, jajaran serta

silsilah Tarekat Syattariyah dan perilaku ibadah dari Tarekat Syattariyah.

BAB IV Membahas tentang teks takwim hijriah dalam manuskrip Tarekat

Syattariyah di Suaru Calau, serta dalam bab ini juga akan dijelaskan tata cara

penentuan awal bulan yang dilaksanakan oleh penganut Tarekat Syattariyah di

Surau Calau Sijunjung.

BAB V terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 25: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

14

BAB II

METODE PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIYAH

A. Pengertian Hisab Rukyat

1. Pengertian Hisab

Ilmu hisab dalam bahasa Inggris disebut dengan Arithmatic1, “Hisab” itu

sendiri berarti hitung. Jadi Ilmu Hisab adalah ilmu hitung.2 Secara etimologis,

kata hisab dari bahasa Arab al-hisb yang berarti al-adad wa al-ihsha‟, bilangan

atau hitungan.3

Di kalangan umat Islam ilmu Falak dan ilmu Faraid dikenal pula sebagai

ilmu Hisab karena kegiatan yang paling banyak dilakukan dalam kedua ilmu

tersebut adalah perhitungan-perhitungan. Ilmu falak atau astronomi adalah suatu

ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda langit, tentang fisiknya,

geraknya, ukurannya dan segala yang berkaitan dengannya. Benda langit yang

dijadikan obyek kajian di kalangan umat Islam adalah matahari, bulan dan bumi

yang terbatas pada posisinya masing-masing. Hal ini disebabkan karena perintah

1 Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, cet. I (Yogyakarta: UIN-Malang Pers, 2008),

h.214. Lihat Lajnah Falakiah, Pedoman Rukyat Dan Hisab Nahdlatul Ulama, (Lajnah Falakiah

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2006), h. 4 – 5 dan h. 47. Aritmatik adalah tanggal yang dapat

dihitung hanya dengan cara aritmatika. Secara khusus, tidak perlu untuk membuat pengamatan

astronomi atau mengacu pada pengamatan astronomi, contoh dari perhitungan ini adalah kalender

masehi. Lihat Shofiyullah, Mengenal Kalender Lunisolar di Indonesia, (Malang : PP. Miftahul

Huda, 2006), h.04. 2 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Republik

Indonesia, Almanak Hisab Rukyat, cet.III. (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia,

2010), h.20. 3 Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, h.214.

Page 26: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

15

pelaksanaan ibadah baik waktu maupun caranya berkaitan langsung dengan posisi

benda langit tersebut.4

Sementara itu, menurut istilah Hisab adalah perhitungan benda-benda langit

untuk mengetahui kedudukannya pada suatu saat yang diinginkan. Dengan

demikian yang dimaksud dengan hisab disini adalah hisab yang berkaitan dengan

penentuan awal bulan Qamariyah. Penentuan awal bulan Qamariyah mempunyai

makna yang sangat penting karena berkaitan dengan penentuan hari-hari besar

Islam dan yang lebih penting lagi adalah berkaitan dengan penentuan masuknya

awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, karena ketiga bulan ini

berhubungan dengan masalah kewajiban umat islam yakni ibadah puasa, shalat Id,

zakat fitrah dan haji.5

Aliran-aliran hisab di Indonesia apabila ditinjau dari segi sistemnya dapatlah

dibagi menjadi dua kelompok besar:

a. Hisab Urfi

Hisab ini dinamakan dengan hisab urfi karena kegiatan perhitungannya

dilandaskan kepada kaidah-kaidah yang bersifat tradisional.6 Sistem hisab urfi ini

perhitungannya didasarkan pada peredaran rata-rata bulan mengelilingi bumi.

Lama hari antar bulan berselang seling antara 29 dan 30 hari yang bersifat tetap

kecuali bulan Dzulhijjah pada tahun kabisat berumur 30 hari.7

4 Maskufa, “Hisab Hakiki Muhammadiyah”, Ahkam X, no.1 (Maret 2008): h.119.

5 Maskufa, “Hisab Hakiki Muhammadiyah”, Ahkam X, no.1 (Maret 2008): h.120.

6 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Republik

Indonesia, Almanak Hisab Rukyat, h.95. 7 Maskufa, “Hisab Hakiki Muhammadiyah”, Ahkam X, no.1 (Maret 2008): h.128.

Page 27: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

16

Tahun panjang ditetapkan umurnya 355 hari sedangkan tahun pendek

ditetapkan 354 hari. Dalam 30 tahun terjadi 11 kali tahun kabisat yang terletak

pada deretan tahun ke 2, 5, 7, 10, 13, 16, 18, 21, 24, 26 dan 29.8

Para ulama di kalangan umat Islam sepakat bahwa hisab urfi ini tidak dapat

dipergunakan dalam menentukan awal bulan Qamariyah untuk pelaksanaan

ibadah kecuali untuk pembuatan kalender. 9 Karena dalam perhitungannya bersifat

tetap kecuali pada tahun kabisat pada bulan Dzulhijjah 30 hari dan hanya

menggunakan hisab tradisional.

b. Hisab Hakiki

Hisab hakiki adalah sistem penentuan awal bulan Qamariyah dengan

metode penentuan kedudukan Bulan pada saat Matahari terbenam.10

Hisab hakiki

ialah hitungan yang sebenarnya, yaitu hitungan berdasarkan peredaran matahari

atau bulan yang sebenarbenarnya dan setepat-tepatnya.11

Sistem ini dapat

digunakan dalam penentuan waktu-waktu ibadah karena dianggap lebih sesuai

dengan yang dimaksudkan syarak‟. Sebab, dalam prakteknya sistem ini

memperhitungkan wujudnya hilal. Dan sistem hisab inilah yang digunakan oleh

Muhammadiyah dalam menentukan awal Ramadhan dan awal Syawal.12

Sistem hisab hakiki dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu:

8 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Republik

Indonesia, Almanak Hisab Rukyat, h.96. 9 Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, h.224.

10 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Republik

Indonesia, Almanak Hisab Rukyat, h.96 11

Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, “Penggunaan Hisab dalam Penetapan Bulan Baru

Hijriyah/Qomariyah”, dalam Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama,

Puslitbang Kehidupan Beragama, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, Departemen

Agama , Hisab Rukyat dan Perbedaannya (Jakarta: Departemen Agama,2004). H.21. 12

Maskufa, “Hisab Hakiki Muhammadiyah”, Ahkam X, no.1 (Maret 2008): h.129.

Page 28: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

17

1) Hisab Hakiki Taqribi

Sistem hisab ini mempunyai data yang bersumber dari data yang telah

disusun oleh Ulugh Beik al-Samaraqandi. Pengamatan yang digunakan

bersumnber dari teori Ptolomius, yaitu dengan teori geosentrisnya yang

menyatakan Bumi sebagai pusat peredaran benda-benda langit. Ketinggian hilal

dihitung dari titik pusat bumi, bukan dari permukaan bumi dan berpedoman pada

gerak rata-rata bulan, yaitu setiap hari bulan bergerak kearah timur rata-rata 12

derajat.

Rumus ketinggian hilal adalah selisih waktu ijtima‟ dengan waktu terbenam

kemudian dibagi dua. Konsekwensinya ialah apabila ijtima‟ terjadi sebelum

matahari terbenam, pasti hilal sudah berada diatas ufuq. Hisab ini belum

memberikan informasi tentang azimut bulan dan matahari dan diperlukan bnyak

koreksi untuk menghasilkan perhitungan yang lebih akurat. Dengan demikian

metode ini tidak dapat dijadikan untuk pelaksanaan ru‟yah al-hilal.13

Sistem ini

mempunyai kelebihan, yaitu data dan tabel-tabelnya dapat digunakan terus

menerus tanpa harus dirubah.

2) Hisab Hakiki Tahqiqi

Hisab ini mendasarkan perhitungannya pada data astronomi yang telah

disusun oleh Syaikh Husein Zaid Alauddin Ibnu Syatir. Adapun pengamatannya

berdasarkan kepada teori Copernicus yaitu dengan teori heliocentris yang

meyakini matahari sebagai pusat peredaran benda-benda langit. Menurut sistem

ini, perhitungan dapat dilakukan dengan rumus-rumus spherical trogonometri

13

Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, h.228.

Page 29: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

18

dengan koreksi-koreksi data gerakan bulan maupun data gerakan matahari yang

dilakukan dengan teliti.

Sistem hisab ini menentukan ketinggian hilal dengan memperhatikan posisi

lintang dan bujur, deklinasi bulan, dan sudut waktu bulan dengan koreksi-koreksi

terhadap pengaruh refraksi, paralaks, Dip (keredahan ufuk), dan semi diameter

bulan. Oleh karena itu, hisab ini dapat memberikan informasi tentang

terbenamnya matahari setelah terjadinya ijtima‟, ketinggian hilal, azimut matahri

dan bulan untuk tempat observasi, serta dapat membantu pelaksanaan ru‟yah al-

hilal. Adapun yang dapat dikelompokkan dalam sistem ini adalah al-Khulashah

al-Wafiyah dan Hisab Haqiqi Nur Anwar.

3) Hisab Hakiki Tadqiqi

Sistem hisab ini menggunakan perhitungan yang didasarkan pada data-data

astronomi modern. Sistem hisab ini merupakan pengembangan dari sistem hisab

haqiqi tahqiqi yang disintesakan dengan ilmu astronomi modern. Hal ini

dilakukan dengan memperluas dan menambahkan koreksi-koreksi gerak bulan

dan matahari dengan rumus-rumus spherical trigonometri, sehingga didapat data

yang sangat teliti dan akurat. Penyelesaian perhitungan menggunakan alat-alat

elektronika modern, misalnya kalkulator, computer, dan alat pendeteksi koordinat

lintang dan bujur dengan standart internasional, yaitu Geo Positioning System

(GPS). Hisab ini dapat lebih akurat memperhitungkan posisi hilal sehingga

pelaksanaan rukyat dapat dilakukan dengan lebih teliti.14

Sistem hisab inilah yang

14

Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, h.228.

Page 30: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

19

biasa digunakan oleh Pemerintah dan NU dalam menentukan masuknya awal

bulan seperti Ramadhan dan Syawal.

2. Pengertian Rukyat

Secara etimologi istilah rukyat berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata al-

ra‟a yang berarti melihat dengan mata, maksudnya adalah melihat dengan mata

telanjang (langsung). Adapun istilah ru‟yah al-hilal dalam konteks penentuan

awal bulan Qamariyah adalah melihat hilal dengan mata telanjang atau dengan

menggunakan alat yang dilakukan setiap akhir bulan atau tanggal 29 bulan

Qamariyah pada saat matahari terbenam.15

Berhasil atau tidaknya rukyatul hilal tergantung pada kondisi ufuk sebelah

barat tempat peninjau, posisi hilal itu sendiri dan kejelian mata sipeninjau.16

Jika

hilal berhasil dirukyat, sejak malam itu sudah dihitung tanggal satu bulan baru.

Tetapi jika tidak berhasil dirukyat, maka malam itu dan keesokan harinya masih

merupakan bulan yang sedang berjalan, sehingga umur bulan tersebut

disempurnakan 30 hari yang terkenal dengan istilah istikmal.17

Rukyah hilal (melihat bulan baru) untuk mengetahui pergantian bulan dan

khususnya untuk mengetahui awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzhulhijjah

dalam rangka pelaksanaan ibadah puasa, hari raya, baik Idul Fitri maupun Idul

Adha.18

Rukyat biasanya digunakan untuk memastikan hasil perhitungan hisab

15

Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, h.214. 16

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Republik

Indonesia, Almanak Hisab Rukyat, h.21. 17

Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, h.216. 18

A. Jamil, Ilmu Falak (Teori dan Aplikasi): Arah Qiblat, Awal Waktu, dan Awal Tahun

(Hisab Kontemporer) cet. III. (Jakarta: Amzah, 2014), h.153.

Page 31: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

20

apakah pada waktu tersebut hilal bisa terlihat atau terhalang oleh sesuatu baik

berupa debu maupun awan mendung.

B. Dasar Hukum Hisab Rukyat

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan

sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan

bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya19

akan tetapi

kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-

rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu

beruntung.(QS. Al Baqarah, 2: 189)

adalah bentuk jamak dari hilaal. Adanya bentuk jamak untuk kata ini األيح

(walaupun benda yang dimaksud satu), dengan alasan hilal setiap bulan dan setiap

permulaan malam, ini berarti menunjukkan perbedaan waktu yang diungkapkan

dengan perbedaan dzat. Al-Hilaal adalah sebutan untuk sesuatu yang tampak di

awal dan di akhir bulan. Al Ashma‟i berkata, “(benda) itu tetap disebut hilaal

sampai tampak bulat.”20

katakanlah, “itu adalah [petunjuk] waktu bagi) قو قد ىياط اىؽط

manusia dan [ibadah] haji”) ayat ini menjelaskan tentang hikmah bertambah dan

berkurangnya hilal, dan hal itu juga menunjukkan waktu yang digunakan manusia

untuk menetapkan ibadah-ibadah dan mu‟amalah-mu‟amalah mereka, seperti

19

Pada masa Jahiliyah, orang-orang yang berilham di waktu haji, mereka memasuki

rumah dari belakang bukan dari depan. Hal ini ditanyakan pula oleh para sahabat kepada

Rasulullah SAW Maka diturunkanlah ayat ini. 20

Al Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy-Syaukani, Tafsir Fathul Qadir, jil. I,

Penerjemah Amir Hamzah Fachruddin, dkk. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h.734.

Page 32: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

21

puasa, buka puasa, haji, masa kehamilan, iddah, persewaan, perjanjian atas

sesuatu dan sebagainya.21

Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan

ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,

supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak

menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. dia menjelaskan tanda-

tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui. (QS. Yunus,10: 5)

Dalam ayat ini disebutkan قذس dengan hanya menyebutkan satu dhamir,

padahal sebelumnya disebutkan bulan dan matahari. Ada dua jawaban dari

masalah ini, yaitu: pertama: Dhamir huruf ha (nya) pada kata ini hanya kembali

kepada bulan, tidak kepada matahari, karena dengan terbitnya bulan sabitlah

(hilal) diketahuinya pergantian bulan dan tahun (Hijriyah), bukan dengan

matahari. Kedua: penyebutan kata ganti salah satu telah mencakupi keduanya.

Sedangkan firman Allah, ىرؼيا ػذد اىغ اىؽغاب “supaya kamu mengetahui

bilangan tahun dan perhitungan (waktu),” artinya adalah, Allah menetapkan

tempat-tempat bulan dan matahari itu agar kalian wahai orang-orang beriman tahu

jumlah tahun, baik permulaan maupun berakhirnya. Maksud dari perhitungannya

disini adalah perhitungan waktu, hari, jam, dan sebagainya.22

21

Al Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy-Syaukani, Tafsir Fathul Qadir, jil. I,

, h.735. 22

Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, jil. 13, Penerjemah

Anshari Taslim, dkk. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h.449.

Page 33: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

22

Artinya: Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu kami

hapuskan tanda malam dan kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu

mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-

tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu Telah kami terangkan dengan jelas.

(QS. Al Isra‟, 17: 12)

Maksud ayat ini adalah, Allah Ta‟ala berfirman, “Di antara nikmat Allah

kepada kalian adalah, membedakan antara tanda-tanda malam dan tanda-tanda

siang, dengan menggelapkan malam dan menerangkan siang, agar kalian berdiam

diri pada malam hari dan berusaha mencari rezeki Allah yang telah ditakdirkan-

Nya bagi kalian pada siang hari. Juga agar kalian mengetahui bilangan tahun,

berakhirnya tahun, permulaan masuknya tahun, dan perhitungan waktu siang dan

malam serta waktu-waktunya.”23

Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan,

dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi. (QS. At-

Taubah, 9: 36).

Firman Allah SWT, “Di waktu Dia

menciptakan langit dan bumi.” Penyebutan kalimat ini sebenarnya untuk

menjelaskan bahwa qadha dan qadar Allah ditetapkan sebelum penciptaan langit

dan bumi. Selain itu, Allah SWT menentapkan bulan-bulan ini dan menamakan

masing-masing bulan tersebut beserta dengan urutannya pada saat Allah

menciptakan langit dan bumi. Kemudian nama-nama bulan itu diberitahukan

kepada para nabi melalui Kitab Suci yang diturunkan Allah kepada masing-

masing mereka.

23

Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, jil. 16, Penerjemah

Misbah, dkk. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h.555.

Page 34: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

23

Inilah makna firman Allah SWT, “Sesungguhnya bilangan bulan disisi

Allah ialah dua belas bulan.” Hukumnya tetap ada seperti ketika diturunkan, dan

akan tetap kekal walaupun orang-orang musyrik berusaha mengacak urutannya

atau merubah nama-namanya.24

Ayat ini menunjukkan bahwa yang diwajibkan didalam menerapkan waktu

peribadatan atau lainnya hanya berlandaskan hitungan bulan atau tahun yang

dikenal oleh bangsa Arab, bukan hitungan bulan atau tahun yang dipakai oleh

orang asing, orang-orang Romawi, atau penanggalan orang-orang Mesir kuno,

karena hitungan hari atau bulan yang dimiliki oleh mereka tidak sama dengan

hitungan yang dimiliki oleh orang Islam.25

...

Artinya: (beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang

di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia

dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak

dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat

tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, ... (QS. Al

Baqarah, 2: 185)

karena itu, barang siapa di antara kamu, hadir [di negeri) ف شذ ن اىصش

tempat tinggalnya] di bulan itu), yakni sedang berada di tempat tinggalnya dan

tidak sedang bepergian, yakni sedang mukim. Kata اىصش pada posisi nashab

sebagai zharf (keterangan waktu), bukan sebagai maf‟ul bih (obyek penderita).

Segolongan salaf dan khalaf mengatakan, bahwa orang yang mendapati bulan

24

Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi; jil. 8, Penerjemah Budi Rosyadi, dkk.

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h.309. 25

Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, h.310.

Page 35: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

24

Ramadhan dalam keadaan sedang muqim, tidak sedang bepergian, maka ia wajib

berpuasa, baik setelah itu ia bepergian (safar) maupun tetap muqim.26

Artinya: Dan Telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga

(Setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk

tandan yang tua.27

(QS. Yasin, 36:39)

Manzilah-manzilah berjumlah dua puluh delapan manzilah, yang mana

bulan setiap malam menempati satu manzilah. Adapun nama dari manzilah-

manzilah itu adalah: Apabila bulan telah berada pada bentuk terakhirnya, maka ia

kembali ke bentuk awalnya. Jadi ia melampaui angkasa selama dua puluh delapan

malam. Ia kemudian mengecil seperti tanda kering yang melengkung dan

kemudian membesar menjadi bulan purnama.28

Penggunaan metode hisab dan rukyat selain didasarkan kepada nash Al-

Quran, juga didasarkan pada hadits-hadits Nabi Muhammad SAW, berikut:

شا ح ؼذ غي ت شا ػثذ للا ا ؼذ ػ للا ش سظ ػ ت ػثذ للا افغ ػ اىل ػ سعه أ

ل ذفطشا ؼ له ا اى ا ؼر ذش فقاه ل ذص عا رمش س عي ػي صي للا ر للا

ن ػي غ فئ 29فاقذسا ى ذش

26

Al Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy-Syaukani, Tafsir Fathul Qadir, jil. I,

Penerjemah Amir Hamzah Fachruddin, dkk. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h.709. 27

Maksudnya: bulan-bulan itu pada Awal bulan, kecil berbentuk sabit, Kemudian

sesudah menempati manzilah-manzilah, dia menjadi purnama, Kemudian pada manzilah terakhir

kelihatan seperti tandan kering yang melengkung. 28

Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, h.73. 29

Dalam penelitian ini peneliti juga mengambil rujukan dari software hadits berisi kitab 9

imam dalam bahasa Indonesia kepada bangsa Indonesia khususnya kaum Muslimin yang

dikeluarkan oleh Lidwa Pusaka. Keberadaan program software ini memiliki kelebihan-kelebihan

yang tidak dimiliki pada literatur kitab atau buku-buku. Disamping lebih ringkas bentuknya,

praktis, dan murah, sebuah program software juga tentu lebih bisa menjawab tututan efisiensi

waktu dalam mencari objek ilmu yang kita kehendaki. Karya dari Lidwa Pustaka ini diberi nama

Ensiklopedi Hadits (disingkat menjadi CDHAK9I) yang didalamnya telah dikumpulkan dan

disusun oleh sembilan ulama hadits kenamaan ummat, yang berjumlah 62.000 hadits. Dalam

program software ini hadits disusun berdasarkan nomor urut dalam kitab masing-masing, dan juga

dapat melihat keshahihan suatu hadits dengan menemukan dengan melihat perawinya, dan kita

dapat melihat kedudukan dari masing-masing perawi. Dalam pembuatan Software ini bekerja sama

dengan PT. Telkom Indonesia dan Pt Kreasi Riset Informatika Sistem Solusi ( Keriss ). Lidwa

Page 36: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

25

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah telah

menceritakan kepada kami Malik dari Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu

'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menceritakan tentang bulan

Ramadhan lalu Beliau bersabda: "Janganlah kalian berpuasa hingga kalian

melihat hilal dan jangan pula kalian berbuka hingga kalian melihatnya. Apabila

kalian terhalang oleh awan maka perkirakanlah jumlahnya (jumlah hari

disempurnakan) "(Bukhari - 1773).

ات ػ قه: ارا عي ه للا صي للا ػي ؼد سع ا قاه: ع للا ػ شسظ ػ

اى,, فاقذس ن ػي غ ا, فا فافطش ر ارا سا ا, ا فص ر رفق ػيسا :,, فا غي ى ػ اغ ج شلش ا اىؼذ ي ىيثخاس:,, فام ,, اى شلش فاقذس ن ,,ي

30

Artinya: Ibnu Umar berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila engkau sekalian melihatnya (bulan) berpuasalah, dan apabila engkau

sekalian melihatnya (bulan) berbukalah, dan jika awan menutupi kalian maka

perkirakanlah.” Muttafaq Alaihi.

Menurut riwayat Muslim:”Jika awan menutupi kalian maka perkirakanlah tiga

puluh hari.”

Menurut riwayat Bukhari:”Maka sempurnakanlah hitungan menjadi tiga puluh

hari.”

شلش ا ػذج شؼثا ي شج: فام س ات ش ى ف ؼذ ,,31

Artinya: Menurut riwayatnya dari hadits Abu Hurairah: “Maka Sempurnakanlah

hitungan bulan Sya‟ban 30 hari.”

Berdasarkan hadits-hadits tentang penetapan awal bulan Qamariyah

khususnya awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah adalah dengan jalan

rukyatul hilal yaitu melihat secara langsung hilal sesaat setelah matahari terbenam

Pustaka i-Software, Kitab Sembilan Imam, Shohih Bukhari No. 1773, lihat juga Imam Malik bin

Anas, Al Muwaththa‟ Imam Malik, Penerjemah Nur Alim, dkk. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006),

h.349, dan Al Bayan, Shahih Bukhari Muslim, cet. 10. Penerjemah Jabal, (Bandung: Jabal, 2013),

h.205. 30

Ibnu Hajar Atsqani, Buluughul Maraam Min Adilatil Ahkaam, Penerjemah Masdar

Helmy, (Bandung: Gema Risalah Press, 2012), h.256, lihat juga Al-Hafizh „Abdul „Azhim bin

„Abdul Qawi Zakiyuddin Al-Mundziri, Mukhtashar Shahih Muslim Penerjemah Achmad Zaidun,

(Jakarta: Pustaka Amani, 2003), h.325, dan Al-Imam Zainudin Ahmad bin Abd Al-Lathif Az-

Zabidi, At-Tajriid Ash-Shariih li Ahaadits Al-Jaami‟ Ash-Shahih, Penerjemah Achmad Zaidun,(

Jakarta: Pustaka Amani, 2002), h.424. 31

Ibnu Hajar Atsqani, Buluughul Maraam Min Adilatil Ahkaam, h.256, lihat juga

Kementerian Agama Republik Indonesia, Almanak Hisab Rukyat, , h.11

Page 37: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

26

pada hari ke 29 atau dengan jalan istikmal yakni menggenapkan bilangan bulan

itu menjadi 30 hari manakala rukyat yang dilakukan itu tidak berhasil.32

Kalimat “faqdurullah” dimaknai oleh kalangan penganut hisab sebagai kira-

kirakanlah yaitu dengan jalan hisab. Sementara bagi kalangan penganut rukyat

kalimat tersebut masih mujmal sedangkan hadits dengan teks”...fakmiluu „idata

Sya‟ban tsalaatsiina” adalah mufasar. Maka yang mujmal harus dibawa ke yang

mufasar. Jadi makna faqdurulah dalam hadits itu adalah istikmal. Yaitu bila

rukyat tidak berhasil maka genapkanlah bilangan bulan Sya‟ban itu 30 hari.33

Sementara itu, digunakannya metode hisab dalam menetapkan awal bulan

qamariyah yang digunakan sebagian umat Islam bukan didasarkan kepada

pengetahuan akal semata dengan melepaskan diri dari nash. Akan tetapi, mereka

juga menggunakan nash baik yang terdapat dalam Al-Quran seperti QS. Yunus

ayat 5 dan QS. Al-Isra ayat 12 seperti yang telah penulis cantumkan di atas.

Dalam kitab-kitab tafsir disebutkan bahwa ayat tersebut menerangkan

tentang susunan dan hukum yang berlaku di ruang angkasa yang juga

menunjukkan akan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT dalam mengatur alam

semesta dengan harmonis. Dengan ayat ini pula manusia dapat memahami

manfaat dari sinar matahari dan cahaya bulan, malam untuk beristirahat dan siang

hari untuk mencari penghidupan (bekerja) dan melakukan perjalanan. Juga

ditetapkan pada masing-masing benda langit itu garis edar masing-masing

sehingga memudahkan manusia dalam menghitung dan mengetahui bilangan

tahun, bulan, hari, dan seterusnya yang pada akhirnya manusia dapat membuat

32

Maskufa, Ilmu Falak, cet. I, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2009), h.152. 33

Maskufa, Ilmu Falak, h.155.

Page 38: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

27

perencanaan bagi diri, keluarga dan masyarakat dalam menjalani hidup dan

kehidupannya sebagai anggota masyarakat dan hamba Allah SWT.

Selanjutnya, dengan ayat ini manusia berdasarkan pada adanya peredaran

bulan dan matahari yang tetap dan harmonis dapat mengetahui perhitungan tahun,

bulan dan hari. Manusia juga dapat melakukan perhitungan terhadap waktu shalat,

waktu berpuasa, dan berhari raya dan waktu pelaksanaan haji sehingga kewajiban-

kewajiban agama itu dapat dilaksanakan tepat waktu.34

Karena begitu pentingnya

untuk menentukan waktu karena berkaitan dengan pelaksanaan ibadah umat

Islam.

C. Pandangan Ulama Madzhab Terkait Penentuan Bulan Qamariyah

Pendapat para fuqaha tentang cara memastikan kemunculan hilal Ramadhan

dan Syawwal berkisar di antara tiga kemungkinan, yaitu dengan terlihatnya hilal

oleh khalayak ramai, oleh dua orang Muslim yang adil (berperangai baik), dan

oleh satu pria adil.

1. Madzhab Hanafi

Jika langit cerah, untuk menentukan tibanya bulan Ramadhan dan hari Idul

Fitri, hilal harus terlihat oleh khalayak ramai. Pengukuran jumlah mereka

diserahkan kepada pemimpin negara (menurut pendapat paling shahih). Syarat

terlihatnya hilal oleh khalayak ramai adalah karena mathla‟ hanya satu ditempat

itu, sementara tidak ada penghalang (mendung, misalnya), mata semua orang

sehat, dan mereka semua berkeinginan untuk melihat hilal. Sehingga, dalam

kondisi seperti ini, jika hanya satu orang di antara khalayak yang melihat hilal, ini

34

Maskufa, Ilmu Falak, h.154..

Page 39: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

28

jelas menunjukkan kekeliruan penglihatannya. Pada waktu menyampaikan

kesaksian, masing-masing dari khalayak ini mesti mengucapkan “aku bersaksi”.35

Adapun jika langit tidak cerah karena mendung atau badai debu misalnya,

maka terlihatnya hilal cukup dipastikan dengan persaksian seorang Muslim yang

adil (berbudi luhur), berotak waras, dan balig atau persaksian seorang Muslim

yang tidak diketahui budi pekertinya (menurut pendapat yang shahih), baik laki-

laki maupun perempuan, merdeka maupun hamba sahaya, sebab ini adalah

perkara keagamaan, sehingga ia mirip dengan periwayatan hadits. Dalam kondisi

ini orang tersebut tidak disyaratkan orang tersebut mengucapkan “aku bersaksi”.

Dalam masalah ini seseorang boleh memberi kesaksian berdasarkan

persaksian orang lain. Jadi, dia boleh memberi kesaksian di depan hakim

berdasarkan kesaksian seseorang yang telah melihat hilal.

Barang siapa telah melihat hilal sendirian, dia harus berpuasa meskipun

penguasa tidak menerima kesaksiannya. Seandainya dia tidak berpuasa, dia wajib

mengqadha, tapi tidak wajib membayar kafarat.

Informasi yang diberikan oleh pakar hisab dan astrologi tidak boleh

dipegang, sebab ia bertentangan dengan syariat Nabi kita. Alasannya, meskipun

hasil perhitungan hisab itu benar, kita hanya diperintahkan oleh syariat untuk

berpuasa hanya berdasarkan rukyatul hilal dengan cara biasa.36

2. Madzhab Maliki

Hilal Ramadhan dipastikan kemunculannya melalui rukyat dengan tiga cara

berikut.

35

Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid. 3 Penerjemah Abdul Hayyie al-

Kattani, dkk (Jakarta: Gema Insani, 2011), h.50. 36

Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, , h.51.

Page 40: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

29

a. Hilal terlihat oleh khalayak ramai, meskipun mereka tidak berbudi

luhur. Khalayak ramai disini orang-orang dalam suatu jumlah yang

menurut kebiasaan tidak mungkin bersekongkol untuk berdusta.

Mereka tidak harus disyaratkan laki-laki, merdeka, atau berbudi luhur.

b. Hilal terlihat oleh dua orang atau lebih yang berbudi luhur. Persaksian

mereka memastikan tibanya hari puasa dan hari Idul Fitri, baik pada

waktu mendung maupun cuaca cerah. “Orang yang berbudi luhur”

adalah laki-laki merdeka, balig, dan berotak waras, yang tidak pernah

melakukan dosa besar dan tidak terus-menerus melakukan dosa kecil,

serta tidak melakukan perkara yang mengurangi kewibawaan. Dengan

demikian, tidak wajib puasa pada waktu cuaca mendung jika yang

melihat hilal hanya satu pria yang berbudi luhur, atau satu wanita, atau

dua wanita (menurut pendapat yang masyhur), tapi orang yang melihat

hilal itu wajib berpuasa. Boleh memberi kesaksian berdasarkan

kesaksian dua pria berbudi luhur, apabila berita kedua pria tersebut

dinukil oleh dua orang dari masing-masing mereka. Dalam pernyataan

yang disampaikan oleh dua pria berbudi luhur atau oleh orang yang

menukil pernyataan mereka, tidak harus dipakai ungkapan “aku

bersaksi”.37

c. Hilal terlihat oleh satu orang yang berbudi luhur. Jika demikian, hari

puasa dan Idul Fitri sudah pasti bagi orang ini. Dengan demikian,

penguasa tidak boleh menetapkan kemunculan hilal berdasarkan

37

Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h.51.

Page 41: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

30

penglihatan satu orang saja yang berbudi luhur. Orang ini tidak

diharuskan laki-laki dan tidak pula harus merdeka. Adapun jika yang

melihat hilal tersebut adalah si penguasa sendiri, maka wajib berpuasa

dan berhari raya Idul Fitri (bagi semua orang).

Adapun hilal Syawal dipastikan kemunculannya jika telah terlihat oleh

khalayak ramai yang tidak mungkin bersekongkol untuk berdusta dan informasi

mereka memberikan pengetahuan yang pasti, atau jika telah terlihat oleh dua

orang yang berbudi luhur, sebagaimana halnya dalam pemastian kemunculan hilal

Ramadhan.

Hilal tidak dapat dipastikan kemunculannya berdasarkan ucapan astrolog

(orang yang bisa memperkirakan masa depan berdasarkan posisi bintang), baik

bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain, sebab syariat mengaitkan puasa, Idul

Fitri, dan haji dengan “terlihatnya” hilal, bukan dengan “kemunculan” jika di

asumsikan bahwa ucapan astrolog tersebut benar. Jadi, kita tidak boleh dan tidak

diperintahkan untuk beramal dengan berpedoman kepada perhitungan ilmu falak,

meskipun hasil perhitungannya benar.38

3. Madzhab Syafi’i

Kemunculan hilal (untuk Ramadhan, Syawal, maupun bulan yang lain) bagi

masyarakat umum dipastikan dengan penglihatan satu orang yang berbudi luhur,39

meskipun orang ini tidak dikenal, baik langit cerah ataupun tidak, dengan syarat

bahwa orang yang melihat tersebut berbudi luhur, Muslim, balig, berakal,

merdeka, laki-laki, dan menggunakan kalimat “Aku bersaksi”. Dalil mereka:

38

Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h.52. 39

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, jil.2 Penerjemah Khairul Amru Harahap, dkk (Jakarta:

Cakrawala Publishing, 2012), h.221.

Page 42: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

31

Suatu ketika Ibnu Umar r.a. melihat hilal lalu dia melapor kepada Rasulullah

SAW, kemudian Rasulullah berpuasa dan memerintahkan orang-orang berpuasa.

Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan hadits tersebut:

فقو: إ سأد له سعا، فقو: أذشذ أ ل ظاء أػشات إى اىث صي للا ػي عي

إى إل للا ؟ قاه: ؼ، قاه: أذشذ أ ؽذا سعه للا ؟ قاه: ؼ، قاه: ا تله، أر ف

اىظ فيصا غذا40

Artinya: Seorang Arab Badui menghadap Rasulullah SAW lalu berkata, “saya

telah melihat hilal Ramadhan!” Beliau bertanya, “Apakah kau bersaksi bahwa

tiada tuhan selain Allah ?” orang itu menjawab, “Ya.” Beliau bertanya lagi,

“Apakah kau bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul Allah?” Dia menjawab,

“Ya.” Beliau lantas bersabda, “Hai Bilal, umumkan kepada semua orang agar

mereka berpuasa besok”.(Tirmidzi, Hadits No. 627).

Jika kita telah berpuasa berdasarkan informasi terlihatnya hilal oleh seorang

yang berbudi luhur, namun kita masih belum melihat hilal (Syawal) padahal sudah

tiga puluh hari kita puasa, maka kita harus menghentikan puasa (berhari raya Idul

Fitri) menurut pendapat yang paling shahih, meskipun langit cerah, sebab jumlah

hari dalam bulan itu sudah sempurna tiga puluh, sesuai dengan hujjah Syafi‟i.41

4. Madzhab Hambali

Untuk memastikan kemunculan hilal Ramadhan, dapat diterima perkataan

seseorang mukalaf yang berbudi luhur, secara zahir dan bathin, baik dia pria

maupun wanita, merdeka maupun budak, meskipun dia tidak mengucapkan “Aku

bersaksi bahwa aku sudah melihat hilal.” Jadi, tidak dapat diterima perkataan

seseorang mumayiz dan orang yang tidak diketahui perangainya. Sebab,

ucapannya tidak bisa diyakini kebenarannya, baik dalam cuaca mendung maupun

cerah, meskipun orang yang melihat itu berada di kerumunan orang banyak dan

40

Dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban dan Hakim. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu

Dawud dan At-Tirmidzi. Lihat juga Lidwa Pustaka i-Software, Kitab Sembilan Imam, Kitab

Tirmidzi No. 627. 41

Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h.53.

Page 43: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

32

hanya dia seorang yang melihatnya. Jika penguasa menetapkan suatu keputusan

berdasarkan kesaksian satu orang, keputusan itu wajib dilaksanakan masyarakat.

Jadi, siapapun mendengar dari mulut seseorang yang berbudi luhur, maka

dia harus berpuasa. Orang yang melihat hilal tidak wajib memberitahukannya

kepada orang-orang atau melapor kepada qadhi atau pergi ke masjid. Wajib puasa

atas orang yang tidak diterima kesaksiannya akibat kefasikan atau faktor lain,

berdasarkan hadits, ”Berpuasalah jika kalian melihat hilal Ramadhan.” Tapi, dia

tidak boleh mengakhiri puasa Ramadhan (berhari raya Idul Fitri) kecuali bersama

khalayak ramai. Sebab, tibanya hari Idul Fitri tidak bisa dipastikan kecuali dengan

kesaksian dua orang yang berbudi luhur. Jika dia melihat hilal Syawal sendirian,

dia tidak boleh berhari raya Idul Fitri. Selain itu, ada kemungkinan dia keliru, juga

dia bisa dicurigai ingin cepat-cepat mengakhiri puasa. Jadi, wajib ber-ikhtiyath.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, tidak wajib berpuasa dengan

berpedoman kepada perhitungan ilmu perbintangan, meskipun perhitungan ini

sering benarnya. Sebab, hal ini tidak mempunyai landasan dalil syar‟i.

Apabila orang-orang telah berpuasa berdasarkan kesaksian dua orang

selama tiga puluh hari kemudian mereka masih tidak melihat hilal (Syawal),

hendaklah mereka mengakhiri puasa (berhari raya Idul Fitri), baik cuaca mendung

maupun cerah. Namun, mereka tidak boleh mebghentikan puasa jika mereka telah

berpuasa selama tiga puluh hari berdasarkan kesaksian satu orang saja. Sebab, ini

adalah masalah penghentian puasa, maka tidak boleh didasarkan pada ucapan satu

orang.

Page 44: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

33

Jika mereka telah berpuasa selama 28 hari kemudian melihat hilal, meraka

hanya wajib mengqadha puasa satu hari. Jika mereka berpuasa karena cuaca

mendung, debu, atau asap misalnya, mereka tidak boleh menghentikan puasa.

Sebab, puasa tersebut tadinya dilakukan sebagai ihtiyath.42

Kesimpulannya: untuk memastikan kemunculan hilal Ramadhan dan

Syawal, madzhab Hanafi mensyaratkan terlihatnya hilal oleh khalayak ramai

apabila cuaca cerah, tapi cukup hanya terlihat oleh satu orang yang berbudi luhur

apabila cuaca mendung dan sejenisnya. Sedangkan madzhab Maliki,

mengharuskan terlihatnya hilal oleh dua orang atau lebih yang berbudi luhur.

Mereka berpendapat pula bahwa terlihatnya hilal oleh satu orang yang berbudi

luhur cukup bagi orang yang tidak berkepentingan dengan urusan kemunculan

hilal.

Terlihatnya hilal oleh satu orang yang berbudi luhur adalah cukup,

meskipun orang itu tidak diketahui perangainya menurut madzhab Syafi‟i, tapi

tidak cukup jika orang itu tidak diketahui perangainya menurut madzhab Hambali.

Disamping itu, menurut madzhab Hambali dan Maliki, untuk memastikan tibanya

Idul Fitri, hilal Syawal harus terlihat oleh dua orang yang berbudi luhur. Menurut

madzhab Hanafi dan Hambali, kesaksian wanita dapat diterima, tetapi menurut

madzhab Maliki dan Syafi‟i, kesaksiannya tidak dapat diterima.43

42

Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h.54. 43

Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h.56. Lihat juga Muhammad Jawad

Mughniyah, Al-Fiqh „ala a-Madzhab al-Khamsah Penerjemah Masykur A.B., dkk, (Jakarta:

Lentera, 1999). h.170-173.

Page 45: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

34

Praktek hisab dan rukyat di Indonesia pada umumnya berpedoman kepada

pendapat madzhab Syafi‟i karena mayoritsa dari penduduk Indonesia yang

beragama Islam menganut Madzhab Syafi‟i.

Page 46: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

35

BAB III

PROFIL TAREKAT SYATTARIYAH

A. Sejarah Tarekat Syattariyah

Tarekat Syattariyah sendiri adalah sebuah Tarekat yang dinisbatkan kepada

Syaikh Abdullah al-Syattar (w, 890 H/1485 M). Tarekat tersebut berakar kepada

Tarekat Isyqiyyah di Iran atau Bistamiyyah (asosiasi kepada Yazid al-Bisthami) di

Turki Usmani yang didirikan oleh Syihabuddin Abu Hafs al-Suhrawardi (w, 632

H/1234 M). Sebutan Syattariyah muncul ketika Abdullah al-Syattar

mengembangkannya di wilayah India. Penyebaran Syattariyah lebih lanjut

mendapatkan momentumnya pada diri Muhammad Ghauts, yang memasukkan

elemen-elemen yoga dalam formulasi dzikir Syattariyah dan menghasilkan

berbagai karya penting. Pengembangan Syattariyah keluar dari India dilakukan

oleh Sibghatullah bin Ruhillah Jamal al-Barwaji (w, 1015 H/1606 M).

Sibghatullah juga merupakan teman karib Fadlullah Burhanpuri (w, 1029 H/1620

M), penulis kitab Taufah al-Mursalah.1

Di tangan Sibghatullah, Tarekat Syattariyah berkembang ke Hijaz, yaitu

ketika ia memutuskan tinggal dan membangun ribat di Madinah. Dia dipandang

sebagai tokoh yang berhasil memperkenalkan kitab Jawahir al-Khamsah karya

Muhammad Ghauts di kalangan ulama Haramayn. Dua muridnya yang terkemuka

adalah Muhammad al-Syinawi dan Ahmad al-Qusyasyi. Melalui mereka berdua

1 Ahwan Fanani, “Ajaran Tarekat Syattariyah dalam Naskah Risalah Shattariyyah

Gresik”, Walisongo 20, no.2 (November 2012): h.358.

Page 47: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

36

terekat Syattariyah berkembang luas, dan melalui al-Qasyasyi, Tarekat tersebut

masuk ke Indonesia, melalui Abdurouf Singkel (1024-1105 H/ 1614-1690 M).2

Awal perkembangan Tarekat Syattariyah di wilayah Melayu-Indonesia tidak

dapat dipisahkan dari masa kembalinya Abdurrauf al-Sinkili dari Haramayn pada

awal paruh kedua abad 17 tepatnya pada tahun 1661 M setahun setelah guru

utamanya al-Qusyasyi wafat. Seperti dijelaskan dalam salah satu kitab

karangannya, „Umdat al-Muhtajin, al-Sinkili menghabiskan waktu sekitar 19

tahun di Haramayn untuk belajar tentang berbagai ilmu pengetahuan Islam,

seperti tafsir, hadis, fikih, tasawuf, kalam, dan lain-lain. Ia belajar berbagai

pengetahuan agama tersebut pada tidak kurang dari 15 orang guru, 27 ulama

terkenal, dan 15 tokoh mistik kenamaan di Jeddah, Makkah, Madinah, Mokha,

Bait al-Faqih, dan lain-lain. Masa kembalinya al-Sinkili dari Haramayn ini dapat

dianggap sebagai awal masuknya Tarekat Syattariyah ke dunia Melayu-Indonesia.

Sejauh ini tidak ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa Tarekat ini telah hadir

sebelumnya.3

Di antara murid-murid al-Sinkili, yang paling terkemuka di antaranya

adalah Syaikh Burhanuddin dari Ulakan, Pariaman, Sumatera Barat dan Syaikh

Abdul Muhyi dari Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa barat. Kedua murid al-Sinkili

ini berhasil melanjutkan dan mengembangkan silsilah Tarekat Syattariyah, dan

menjadi tokoh sentral, di wilayahnya masing-masing. Syaikh Burhanuddin

2 Ahwan Fanani, “Ajaran Tarekat Syattariyah dalam Naskah Risalah Shattariyyah

Gresik”, h.358. 3 Oman Fathurrahman, “Tarekat Syattariyah: Memperkuat Ajaran Neosufisme”, dalam

Sri Mukyati et.al., Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2006), h.162.

Page 48: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

37

menjadi khalifah utama bagi semua khalifah Tarekat Syattariyah di wilayah

Sumatera Barat periode berikutnya.4

Syaikh Burhanuddin Ulakan yang diperkirakan lahir sekitar tahun 1026 H

bernama Pono sewaktu kecilnya.5 Sedangkan menurut Dr. Oman Fathurrahman,

M. Hum dalam buku Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia menyebutkan

kalau Syaikh Burhanuddin dilahirkan sekitar tahun 1056 H/1646 M. Syaikh

Burhanuddin anak dari Pampak dan ibunya Sukuik yang dilahirkan di Pariangan

yang diyakini sebagai daerah asal Minangkabau, setelah itu pindah ke Sintuk,

Lubuk Alung, Pariaman. Sebelum belajar kepada Syaikh Abdurrauf al-Sinkili di

Aceh, diriwayatkan bahwa Pono muda berguru kepada Syaikh „Abdullah „Arif di

desa Tapakis, seorang pengembara Arab yang konon juga merupakan murid dari

Syaikh Ahmad al-Qusyasyi di Madinah, dan oleh karenanya dikenal dengan

sebutan Syaikh Madinah (Tuanku Madinah).6

Syaikh Madinah menyarankan agar Pono untuk lebih mendalami ajaran

agama Islam ke Aceh kepada Syaikh Abdurrauf al-Sinkili (Syaikh Kuala). Seruan

Syaikh Madinah dipenuhi oleh Pono. Pada sekitar tahun 1043 H Pono

meninggalkan Sintuk, Lubuk Alung berangkat ke Aceh selama kurang lebih 23

tahun. Pada tahun 1066 H Pono meninggalkan Aceh dan kembali ke Kubu

Tanjung Medan, Ulakan dengan diberi gelar oleh Syaikh Abdurrauf dengan

4 Oman Fathurrahman, “Tarekat Syattariyah: Memperkuat Ajaran Neosufisme”, dalam

Sri Mukyati et.al., Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, h.163. 5 Arsip Sejarah Ringkas Syekh Burhanuddin yang disahkan oleh Kepala Kantor

Departemen Agama Padang Pariaman tanggal 6 November 2004 di Pariaman. 6Oman Fathurrahman, “Tarekat Syattariyah: Memperkuat Ajaran Neosufisme”, h.167.

Page 49: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

38

sebutan Burhanuddin yang berarti Penyuluh agama.7 Setelah itu Syaikh

Burhanuddin menetap dan tinggal serta mengajar agama Islam di Tanjung Medan

Ulakan serta mendirikan pondok/pesantren disana. Selanjutnya Syaikh

Burhanuddin diangkat sebagai khalifah pertama di daerah Minangkabau

khususnya di pulau Sumatera Semenanjung Melayu pada umumnya. Beliau wafat

pada hari Rabu tanggal 10 Syafar tahun 1111 H dengan usia 85 tahun sehingga

sekarang sudah menjadi tradisi bagi jamaah Syattariyah setiap hari Rabu di atas

tanggal 10 Syafar setiap tahunnya ke Ulakan Pariaman untuk bersyafar.8

Dari wilayah Sumatera Barat sendiri, al-Sinkili juga diketahui memiliki

beberapa murid lain selain Syaikh Burhanuddin. Dalam naskah inilah sejarah

ringkas Auliyaullah al-Salihin Syaikh Burhanuddin Ulakan yang

Mengembangkan Agama Islam di Daerah Minangkabau hasil salinan Imam

Maulana Abdul Manaf Amin misalnya, disebutkan bahwa ketika datang ke Aceh,

Syaikh Burhanuddin ditemani oleh empat orang Minangkabau lainnya yang

bertemu di jalan dan hendak menuntut ilmu agama ke Aceh. Keempat orang itu

adalah Datuk Maruhun Panjang dari Padang Ganting Batusangkar, Syaikh

Tarapang dari Kubung Tiga Belas Solok, Syaikh Mutanasir dari Koto Tangah

Padang, dan Syaikh Buyung Muda dari Bayang Pulut-pulut Bandar Sepuluh.9

7Syaikh Burhanuddin sepanjang hayatnya tidak pernah berkeluarga sehingga dia tidak

mempunyai keturunan dan sepeninggalan beliau jabatan khalifahnya turun temurun kepada murid-

murid untuk menjaga peninggalan dan warisan beliau. 8 Sejarah Ringkas Syekh Burhanuddin yang disahkan oleh Kepala Kantor Departemen

Agama Padang Pariaman tanggal 6 November 2004 di Pariaman. Lihat juga Harry Iskandar,

“Surau Syech Gadang Burhanuddin dan Surau Tinggi Calau”, artikel diakses pada 25 Juli 2016

dari http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/2016/02/02/surau-syech-gadang-

burhanuddin-dan-surau-tinggi-calau/. 9Oman Fathurrahman, “Tarekat Syattariyah: Memperkuat Ajaran Neosufisme”, h.163.

Page 50: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

39

Perkembangan Tarekat Syattariyah di Sumatera Barat sendiri tampaknya

tidak dapat dipisahkan dari institusi surau, yang secara umum telah memainkan

peran penting dalam proses transmisi sebagai ilmu pengetahuan Islam. Dalam hal

ini, Syaikh Burhanuddin yang kemudian diikuti oleh para khalifah berikutnya bisa

dianggap berhasil dalam menyerap potensi lokal dengan memanfaatkan institusi

surau, yang dalam masyarakat Minangkabau sejak awal telah berfungsi sebagai

rumah tempat tinggal para pemuda setelah akil balig, terpisah dari rumah keluarga

yang menjadi tempat tinggal wanita dan anak-anak. Kendati sudah tidak berfungsi

lagi sebagai pusat keilmuan Islam seperti pada awal perkembangannya, hingga

kini, ribuan surau masih dapat dijumpai di Sumatera Barat. Khususnya di surau-

surau tua yang pernah menjadi basis Tarekat, biasanya dijumpai sejumlah kitab

keagamaan, baik yang masih ditulis tangan (manuscripts) maupun kitab cetakan.

Khalifah Tarekat Syattariyah setelah Syaikh Burhanuddin Ulakan sendiri

tampaknya berjumlah puluhan, sehingga tidak mengherankan jika silsilah Tarekat

yang berkembang hingga saat ini bisa melalui jalur yang berbeda-beda. Selain itu,

sumber lokal pun ternyata menyebutkan sejumlah nama khalifah yang urut-

urutannya agak berbeda satu dengan yang lain. Khalifah-khalifah Syaikh

Burhanuddin Ulakan tersebut, beberapa di antaranya seperti disebutkan dasalm

naskah Muballigul Islam (h. 216-218) melanjutkan kepemimpinan Syaikh

Burhanuddin di Surau Tanjung Medan, Ulakan. Mereka adalah:10

1. Syaikh Abdurrahman sebagai khalifah pertama, kemudian dilanjutkan

secara berturut-turut oleh

10

Oman Fathurrahman, Tarekat Syattariyah di Minangkabau (Jakarta: Prenada Media

Group, 2008), h.115.

Page 51: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

40

2. Syaikh Khairuddin;

3. Syaikh Jalaluddin;

4. Syaikh Idris, yang konon juga merupakan kawan dekat Syaikh

Burhanuddin sendiri ketika belajar dengan Syaikh Madinah di Air Sirah

Tapakis;

5. Syaikh Abdul Muhsin, yaitu Tuanku Tapi Pasang yang tinggal di surau

Tangah Padang;

6. Syaikh Habibullah. Pada masa ini, di Tanjung Medan Ulakan terdapat

tiga khalifah yang menjadi pemimpin di surau Tanjung Medan, yakni :

Syaikh Habibullah sendiri, Syaikh Khalidin, yang dikenal dengan

sebutan Tuanku nan Hitam, dan Tuanku Fakih Mansur. Ketiga ulama ini

merupakan murid langsung dari Syaikh Abdul Muhsin;

7. Syaikh Ahmad Qasim;

8. Tuanku Tibarau nan Tuo;

9. Syaikh Abdul Jalil, cucu dari Tuanku Tibarau nan Tuo.

Susunan dan urutan khalifah Syaikh Burhanuddin Ulakan di atas sedikit

berbeda dengan susunan yang disebutkan dalam sebuah kertas yang berjudul

Sejarah Ringkas Syekh Burhanuddin yang ditanda tangani oleh Kepala Kantor

Urusan Agama Kabupaten Padang Pariaman, tertanggal 6 November 2004 yang

sekarang dipegang oleh Heri Firmansyah TK. Kalifah. Untuk lebih jelasnya inilah

Page 52: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

41

susunan khalifah dari Syaikh Burhanuddin Ulakan sampai sekarang. Mereka

adalah:11

1. Syaikh Burhanuddin (1066 H – 1111 H )

2. Syaikh Idris (1111 H – 1126 H)

3. Syaikh Abdul Rahman (1126 H – 1137 H)

4. Syaikh Chairuddin (1137 H – 1146 H)

5. Syaikh Jalaluddin (1146 H – 1161 H)

6. Syaikh Abdul Muchsin (1161 H – 1180 H0

7. Syaikh Abdul Hasan (1180 H – 1194 H)

8. Syaikh Khaliluddin (1194 H – 1211 H)

9. Syaikh Habibullah (1211 H - 1231 H)

10. Syaikh Sultan Khusasi ( 1231 H – 1248 H)

11. Syaikh Djafarin (1248 H – 1280 H)

12. Syaikh Muhammad Sani (1280 H – 1311 H)

13. Syaikh Bosai (1311 H – 1366H)

14. Tuanku Barmawi (1366 H – 1424 H)

15. Tuanku Hery Firmansyah (1424 H – Sekarang)

Silsilah Tarekat Syattariyah melalui khalifah Syaikh Burhanuddin Ulakan

yang lain tidak kurang kompleksnya. Syaikh Abdurrahman Ulakan Misalnya,

memiliki dua orang khalifah, yakni Syaikh Abdul Muhsin Ulakan dan Syaikh

Sultan al-Kisai ibn Habibullah Ulakan. Belakangan, nama yang disebut terakhir

merupakan khalifah yang memainkan peran penting dalam penyebaran Tarekat

11

Sejarah Ringkas Syekh Burhanuddin yang disahkan oleh Kepala Kantor Departemen

Agama Padang Pariaman tanggal 6 November 2004 di Pariaman. Lihat juga Oman Fathurrahman,

Tarekat Syattariyah di Minangkabau, h.116.

Page 53: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

42

Syattariyah di Sumatera Barat, karena melalui dirinya lah muncul sejumlah murid

yang mengembangkan Tarekat Syattariyah di berbagai pelosok Minangkabau.

Dari catatan yang dijumpai, Syaikh Sultan al-Kisai ibn Habibullah Ulakan

setidaknya memiliki lima orang murid utama, seperti Syaikh Abdul Wahab Calau

Sijunjung yang dijadikan guru oleh Syaikh Supayang Solok. Selain murid dari

Syaikh Sultan al-Kasai ibn Habibullah Ulakan, ia juga pernah berguru langsung

kepada Syaikh Abdul Muhsin Ulakan, guru bagi Syaikh Sultan al-Kasai ibn

Habibullah Ulakan sendiri. Syaikh Abdul Wahab ditugaskan gurunya untuk

mengembangkan Tarekat Syattariyah di Desa Calau, Sijunjung, hingga ia dikenal

dengan sebutan Angku Syaikh Calau atau Inyiak Calau. 12

Syaikh Abdul Wahab

(w. 1869), seorang ulama yang berasal dari Tanjung Bonai Aur, kecamatan

Sumpur Kudus, kabupaten Sijunjung, yang merintis Surau Calau menjadi pusat

kecendikiaan ulama-ulama Tarekat Syattariyah pada awal abad ke-19. Syaikh

Abdul Wahab telah menjadi magnet bagi orang-orang dari penjuru negeri untuk

datang dan belajar berbagai ilmu keagamaan di Surau Calau.13

Syaikh Abdul

Wahab meninggal dan dikuburkan di Calau, Sijunjung. Hingga kini, pusaranya

banyak diziarahi orang, khususnya para penganut Tarekat Syattariyah dari

berbagai pelosok di Minangkabau.14

Surau Calau merupakan salah satu di antara puluhan surau Tarekat

Syattariyah yang terdapat di Sumatera Barat. Surau ini terletak di Jorong

Subarang Sukam, Kenagarian Muaro, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten

12

Oman Fathurrahman, Tarekat Syattariyah di Minangkabau, h. 118. 13

Konservasi Naskah Calau artikel diakses pada 29 Juli 2016

http://www.sumbarprov.go.id/details/news/7703 14

Oman Fathurrahman, Tarekat Syattariyah di Minangkabau, h. 118.

Page 54: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

43

Sijunjung. Surau ini pada masanya pernah menjadi pusat pengajaran keislaman

yang maju, Syaikh Abdul Wahab dalam konteks ini merupakan sosok yang sangat

penting, sangat dihormati di daerah Sijunjung dan juga oleh daerah lain di luar

Sijunjung. Hal ini bisa dibuktikan dalam proses ritual basafa. Bukti selanjutnya

yang memperkuat bahwa Syaikh Abdul Wahab merupakan tokoh yang penting,

disegani dan dihormati adalah dengan ditemukannya ratusan naskah kuno di

lokasi Surau Calau.15

Demikianlah sejarah Tarekat Syattariyah dari awal mula

munculnya hingga mengalami perkembangan yang sangat pesat di dunia Islam.

B. Perilaku Ibadah Tarekat Syattariyah

Sejak awal munculnya di wilayah India, Tarekat Syattariyah kemudian

mengalami reformulasi di Haramayn, dan akhirnya menyebar ke berbagai bagian

dunia Islam lain, termasuk di dunia Islam Melayu-Indonesia. Tarekat Syattariyah

telah mengalami dan menunjukkan perkembangan yang sangat dinamis dan

munculnya sifat dan kecenderungan yang beragam di masing-masing periodenya,

baik menyangkut ritual maupun doktrin ajarannya. Diantara doktrin dan ajaran

yang masih dilakukan oleh Tarekat Syattariyah di Surau Calau diantaranya:

1. Penegasan dan Aktualisasi Paham Ahlussunah Wal Jamaah

Menurut Angku Ali Umar menyebutkan dalam blog pribadinya, bahwa

ulama Syattariyah adalah penganut paham Ahlussunah Wal Jamaah dan

menjalankan hukum syariat Islam menurut madzhab Syafi‟i Rahimahullah, paham

yang diamalkan selain Ahlussunah Wal Jamaah adalah sesat.16

15

Kadrianto, “Teks Takwim dalam Naskah-Naskah Koleksi Surau Calau: Teks dan

Konteks”, Hantaran FIB UNAND, (2013): h.2. 16

Tk. Ali Umar, “Tesis Ali Umar Bab II”, artikel diakses pada 29 Juli 2016 dari

http://ungkuali.blogspot.co.id/2011/01/tesis-ali-umar-bab-ii_20.html?m=1

Page 55: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

44

Hal ini yang paling menonjol dalam ekspresi ajaran Tarekat Syattariyah di

Sumatera Barat termasuk Surau Calau di Sijunjung seperti tercermin dalam

naskah-naskahnya adalah penegasan bahwa ajaran teologis yang disampaikan oleh

Syaikh Burhanuddin Ulakan bercorak Ahlussunah Wal Jamaah. Hal ini, antara

lain, dikemukakan dalam naskah Kitab Menerangkan Agama Islam di

Minangkabau Semenjak Dahulu Dari Syaikh Burhanuddin Sampai Ke Zaman

Kita Sekarang.

“...Islam yang beliau kembangkan ialah agama Islam yang bermazhab Shafi‟i dan

beriktikad Ahlussunah Wal Jamaah...” (h.117).

Dalam literatur Islam, iktikad Ahlussunah Wal Jamaah adalah sebuah

faham teologis yang prinsip-prinsip ajarannya sering dihubungkan dengan ajaran-

ajaran teologisnya Abu Hasan al-Ash‟ari. Ahlussunah Wal Jamaah sendiri, secara

umum berarti “kelompok yang berpegang teguh pada sunnah dan jamaah”. Sesuai

dengan namanya, mereka yang menganut faham “sunnah”, atau hadits Nabi, dan

Ijma‟ sebagai pedoman dalam kehidupan beragama. Dengan demikian, kelompok

Muslim yang berfaham Ahlussunah Wal Jamaah setidaknya ada tiga pedoman

yang menjadi rujukan dalam beragama mereka: Quran, Hadits Nabi, dan Ijma‟.

Kendati “hanya” menempati urutan ketiga, dalam kenyataannya, ijma‟ seringkali

menjadi penentu dalam menjustifikasi sebuah persoalan hukum, terutama jika

tidak dikemukakan secara spesifik dalam al-Quran dan hadits Nabi.17

Corak keagamaan seperti inilah yang ditegaskan oleh para penganut Tarekat

Syattariyah di Sumatera Barat sebagai sifat ajaran Islam yang mereka terima dari

Syaikh Burhanuddin Ulakan. Lebih dari itu, secara lebih spesifik lagi, sifat dan

17

Oman Fathurrahman, Tarekat Syattariyah di Minangkabau, h. 126.

Page 56: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

45

kecenderungan keberagaman para penganut Tarekat Syattariyah di Sumatera

Barat ini ditambah dengan keharusan menggunakan hisab taqwim dalam

menghitung bulan, dan menggunakan metode ru‟yat al-hilal (melihat hilal) dalam

menentukan awal bulan Ramadan dan Idul Fitri.

Kecenderungan untuk menganut madzhab Syafi‟i juga patut digarisbawahi,

karena dalam kenyataannya, hanya mazhab Syafi‟ilah yang dipraktikkan oleh para

penganut terkat Syattariyah. Di antara sifat dan kecenderungan mazhab Syafi‟i

yang diakui sebagai satu-satunya mazhab anutan para penganut Tarekat

Syattariyah di Sumatera Barat adalah responnya yang relatif fleksibel dalam

menyikapi berbagai dinamika keberagamaan ummat, serta tradisi dan budaya

lokal.

Tidak heran kemudian, corak keberagamaan para penganut Tarekat

Syattariyah “didefinisikan” melalui berbagai ritual dan faham keagamaan sebagai

berikut:18

1) Melafazkan ushalli dalam niat salat;

2) Wajib membaca basmallah dalam surat al-Fatihah;

3) Membaca doa qunut seraya mengangkat tangan pada salat subuh;

4) Menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri melalui rukyat (melihat

hilal);

5) Melaksanakan salat tarawih sebanyak 20 rakaat dan witir 3 rakaat di

bulan Ramadhan;

6) Mentalkinkan mayat;

18

Oman Fathurrahman, Tarekat Syattariyah di Minangkabau, h. 127.

Page 57: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

46

7) Sunat menghadiahkan pahala bacaan bagi orang yang telah mati;

8) Ziarah kubur ke makam Nabi Muhammad SAW dan orang-orang saleh

adalah sunat;

9) Merayakan maulid Nabi Muhammad SAW pada bulan Rabiul Awwal

dengan, antara lain, membaca barjanzi;

10) Sunat berdiri saat membaca barjanzi (ashraqal);

11) Sunat menambah kata “wa bi hamdihi” setelah bacaan subhana rabi al-

azim ketika ruku‟ dan subhana rabi al-a‟la ketika sujud;

12) Sunat menambahkan kata “sayyidina” sebelum menyebut nama

Muhammad;

13) Memperingati kematian mayat (tahlil) hingga hari ketiga, ketujuh, dan

keseratus;

14) Allah memiliki sifat, dan mempelajari sifat Allah yang 20 hukumnya

wajib;

15) Wajib mengganti (qada‟) salat yang tertinggal, baik sengaja maupun

tidak sengaja;

16) Dianjurkan mempelajari tasawuf dan tarekat;

17) Sunat membaca zikir la ilaha illa Allah berjamaah setelah salat wajib;

18) Bertawasul ketika berdoa tidak termasuk perbuatan syirik;

19) Menyentuh al-Quran tanpa berwudhu hukumnya haram;

20) Wajib mencuci setiap barang yang disentuh anjing dengan tujuh kali

siraman air dan salah satunya dengan tanah;

Page 58: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

47

21) Bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan yang bukan mahram

membatalkan wudlu;

22) Orang yang sedang berhadas besar (junub) tidak sah mengerjakan salat

malam sebelum mandi;

23) Azan pertama sebelum sembahyang jumat hukumnya sunat;

24) Salat sunat sebelum salat jumat hukumnya sunat;

25) Menjatuhkan talak ketika istri sedang haid hukumnya sah;

26) Menulis ayat al-Quran dengan huruf latin hukumnya haram;

27) Surga dan neraka itu kekal keduanya;

28) Al-Quran itu bersifat qadim;

29) Alam bersifat baru (muhdath);

30) Talak yang dijatuhkan tiga kali sekaligus berarti jatuh talak tiga.

Dari butiran-butiran di atas, tampak jelas rumusan identitas keberagamaan

para penganut Tarekat Syattariyah di Sumatera Barat maupun yang di Surau

Calau ini sangat khas dengan bernuansa lokal, kendati beberapa ritual di antaranya

juga terdapat dalam tradisi beragama dalam komunitas Muslim lain, seperti dalam

tradisi masyarakat Nahdatul Ulama (NU) misalnya.

Menurut Tuanku Ali Umar menuliskan bahwa amalan yang selalu di pegang

oleh ulama Syattariyah secara berurutan adalah:19

a) Menetapkan awal Ramadhan dan Syawal dengan rukyat al-hilal;

b) Menetapkan rukyat al-hilal dengan hisab takwim khamsiyah;

c) Shalat tarawih 20 raka‟at dengan 10 kali salam;

19

Tk. Ali Umar, “Tesis Ali Umar Bab II”, artikel diakses pada 29 Juli 2016 dari

http://ungkuali.blogspot.co.id/2011/01/tesis-ali-umar-bab-ii_20.html?m=1.

Page 59: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

48

d) Shalat witir 3 raka‟at dengan 2 kali salam;

e) Melafadzkan niat sedikit sebelum takbir;

f) Membaca do‟a iftitah;

g) Membaca basmallah dalam al-Fatihah dan ayat ketika shalat;

h) Tasbih pada rukuk dan sujud 3 kali;

i) Qunut di raka‟at kedua shalat subuh setelah rukuk;

j) Tasbih dan dzikir setelah shalat fardhu;

k) Khutbah Jum‟at dan dua hari raya dengan bahasa Arab;

l) Dzikir, do‟a dan bacaan Qur‟an bermanfaat bagi orang mukin yang

mati;

m) Talqin;

n) Berharum-harum sebelum pembacaan do‟a arwah, do‟a qurban, dan

do‟a aqiqah dengan membakar kemenyan;

o) Ziarah kuburan Nabi SAW dan ulama;

p) Tawassul;

q) Menutup kepala bagi laki-laki waktu shalat;

r) Membesarkan maulid Nabi SAW dengan syair Syarafal Anam;

s) Madzhab Syafi‟i;

t) Bai‟ah.

2. Ritual Basapa

Basapa adalah sebuah ritual dalam bentuk ziarah secara serentak ke makan

Syaikh Burhanuddin Ulakan di Padang Sigalundi Ulakan. Kendati Syaikh

burhanuddin Ulakan adalah tokoh ulama Tarekat Syattariyah, tetapi dalam acara

Page 60: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

49

basapa ini, mereka yang hadir tidak dari penganut Tarekat Syattariyah saja,

melainkan juga masyarakat Muslim pada umumnya. Dapat dipastikan bahwa

ritual basapa ini dilakukan untuk menghormati Syaikh Burhanuddin Ulakan yang

dianggap telah berjasa dalam penyebaran Tarekat Syattariyah khususnya, dan

Islam pada umumnya. Ziarah bersama ini dilakukan pada hari Rabu setelah

tanggal 10 Safar,20

dan oleh karena jatuh pada bulan Safar inilah ritual tersebut

dinakaman basapa (bersafar). Penentuan acara basapa setelah tanggal 10 Safar

sendiri berkaitan dengan hari yang diyakini sebagai tanggal wafatnya Syaikh

Burhanuddin Ulakan, yaitu 10 Safar 1111 H/ 1691 M.21

Pelaksanaan ritual basapa umumnya diisi dengan tiga kegiatan utama, yaitu:

pertama, ziarah dan berdoa di makan Syaikh Burhanuddin Ulakan; kedua, salat,

baik salat wajib maupun sunnat; ketiga, zikir. Kendati dari awalnya dimaksudkan

untuk beribadah semata, akan tetapi, bagi sebagian kalangan, beberapa praktik

ritual yang dilakukan oleh para pengikut Tarekat Syattariyah ketika basapa ini

sudah dianggap berlebihan dan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Di antara ritual

yang banyak mengundang kritik tersebut adalah: sesajen yang ditaruh di atas

kuburan, salat di atas kuburan, menjadikan air yang sudah ditaruh di atas kuburan

sebagai obat yang dapat menyembuhkan, dan beberapa lainnya.22

Jamaah Tarekat Syattariyah yang berada di Surau Calau Sijunjung sampai

saat ini masih menjalankan dan mengamalkan beberapa praktik ajaran Tarekat

20

Kadrianto, “Teks Takwim dalam Naskah-Naskah Koleksi Surau Calau: Teks dan

Konteks”, Hantaran FIB UNAND, (2013): h.2. 21

Oman Fathurrahman, Tarekat Syattariyah di Minangkabau, h. 130. Lihat juga Arsip

Sejarah Ringkas Syekh Burhanuddin yang disahkan oleh Kepala Kantor Departemen Agama

Padang Pariaman tanggal 6 November 2004 di Pariaman. 22

Oman Fathurrahman, Tarekat Syattariyah di Minangkabau, h. 131.

Page 61: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

50

Syattariyah, seperti salat berjamaah yang dilakukan selama 40 hari tanpa terputus

sampai akhir bulan Ramadhan atau yang disebut dengan sebutan “salat 40 hari”,

peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, peringatan Israk Mi‟raj dan penentuan

awal bulan Arab dengan menggunakan hisab takwim. Surau Calau merupakan

pusat dari penentuan awal bulan Ramadhan untuk daerah Sijunjung dan menjadi

rujukan bagi daerah-daerah di sekitarnya. Di surau ini dilakukan “mancaliak

bulan” pada waktu tertentu dan dapat untuk memutuskan masuknya Ramadhan

dan Syawal.23

Surau Calau sampai saat ini masih menjadi pusat menjalankan kegiatan dan

amalan-amalan Tarekat Syattariyah bagi jamaah Tarekat Syattariyah yang

berdomisili di sekitar Muaro Sijunjung maupun dari luar Sijunjung seperti dalam

hal memutuskan masuknya tanggal satu di bulan Ramadhan dan Syawal.

23

Kadrianto, “Teks Takwim dalam Naskah-Naskah Koleksi Surau Calau: Teks dan

Konteks”, Hantaran FIB UNAND, (2013): h.2.

Page 62: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

51

BAB IV

PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH

A. Manuskrip Takwim

Gambar 1.

Page 63: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

52

اىثاب اىصا ف اظثاخ اىص عر اؼنا ػ ات ػش سظ للا ػا ا

رمش سعا فقاه ل ذصا ؼر ذشا اىله ل ذفطشا سعه للا صي للا ػي عي

ى اخشظ اىغرح ال اىرشز ف ساح اىثخاس فا غ ؼر ذش فا غ ػين فاقذسا

ش ىغي اىغاء ػ ات ششج سظ للا ػ فا غ ػين ػين فاميا اىؼذج شل

ء عؽاب ا غ غش في ظش ػ ش ا ا غ ػين ا غطاء شفصا شل

ؼضفح سظ للا ػ قاه سعه للا صي للا ػي عي ل ذقذا اىششؼر ذشا اىله

اذنيا اىؼذج ش صا ؼر ذشا اىله ا ذنيا اىؼذج اخشظ اتداد اىغاء. ػ

عي رؽفظ شؼثا ا ل ػائشح سظ للا ػا قاىد ما سعه للا صي للا ػي

ا ش صا اخشظ شلشرؽفظ غش ش ذصا ىشؤح سعا فا غ ػين ػذ

اتدد ػ ات ػثاط سظ للا ػا قاه ظاء اػشات اى اىث صي للا ػي عي

شذ ا ؽذ فقاه ا ساد اىله ؼ له سعا فقاه اذشذ ا ل اى ال للا قاه اذ

سعه للا قاه ؼ قاه ا تله ار ف اىاط ا صا غذا اخشظ اصؽاب اىغ ػ

ات ػش سظ للا ػا قاه ذشا ا اىاط اىله فاخثشخ سعه للا صي للا ػي ع

ا سار فصا اش اىاط تصا اخشظ اتداد.

ى اىعشج اىث صي للا ػي عي ا ارا اخريف اىاط ف اىؽه اسظؼا ا

اخريف ف اىعشج فشؼا ؼذس ذغش امصش اىؼياء فا اعر فاذثؼا ا فق ػي

ػاى تاىنرة اىؽذس قه اىث صي للا ػي عي )ػراد(

شلشا اتشؤح اىله. اض: ىيح شلشعة ص سعا تاماه شؼثا

.

Page 64: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

53

ىافق انحديثاىصا ىثاط واندنيماىص ػي ظشت اؼذا ىثاط اىرق

اىرق اىذىو ىثاط اىرق ى ل افق اىرق اىذىو ىثاط .اىرث اىؽذس.

اندنيم فمن شهد منكم انشهر فهيصمه.

انحديث: وهى من اول انطهىع انفجر اني غروب انشمس.

افطش اىشؤر فا غ ػين فامي اػذج شؼثا شلش اىؽذس ص اىشؤر

ا .اقاع.

اىشاد ىشؤح اىله مو تصش اىشس ششغ تصش قثو ػذد ذق

ا.

اه اىغشب اىشظ اى غيع اىفعش شخاىح.

Bab ke-2 tentang kewajiban berpuasa, sunnah-sunnahnya, serta hukum-

hukumnya. Dari ibn Umar ra, bahwa Rasulullah SAW mengingatkan tentang

Ramadhan seraya bersabda: “jangan kalian berpuasa hingga kalian melihat hilal,

dan janganlah berbuka (hari raya) hingga kalian melihatnya kembali. Jika kalian

ragu maka tetapkanlah oleh kalian akannya”. (dikeluarkan perawi yang eanam

kecuali Sunan Turmidzi)1. Dan pada riwayat Bukhari ra “ jika kamu ragu maka

sempurnakanlah olehmu jumlah 30” demikian juga terdapat dalam riwayat

Muslim dan Nasa‟i. Dan dari Abi Hurairah ra “ Dan jika kalian ragu maka

berpuasalah kalian 30 hari. “jika kalian ragu “ artinya tertutupi oleh sesuatu yaitu

awan dan ragu atau tidak tampak. Dari Huzaifah ra Rasulullah bersabda:”

janganlah kalian mendahului bulan hingga kalian melihat hilal dan

1 Diantara kitab hadits yang enam kecuali Sunan Tirmidzi adalah Sahih Bukhari, Shahih

Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Nasa‟i, Sunan Ibnu Majah, dan Musnad Ahmad.

Page 65: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

54

sempurnakanlah bilangan itu kemudian berpuasalah kalian hingga melihat hilal

lalu sempurnakanlah bilangan itu (dikeluarkan oleh Abu Daud dan Nasai). Dan

dari Aisyah r.a berkata: dulu Rasulullah SAW tidak menjaga bulan-bulan lain

sebagaimana ia menjaga Sya‟ban maka berpuasalah kalian apabila telah datang

Ramadhan. Apabila beliau ragu maka beliau menyempurnakan 30 hari lalu

berpuasa (H.R Abu Daud). Dari Ibn Abbas semoga Allah SWT meridhai

keduanya bahwa telah datang seorang Arab Badui kepada Rasulullah SAW dan

berkata : sesunggunya aku telah melihat hilal, yakni hilal Ramadhan, Rasulullah

SAW bersabda: “apakah kamu bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan

Muhammad adalah rasul utusan Allah”, ia berkata : ya : lalu beliau bersabda:”ya

Bilal, serukan kepada manusia agar mereka berpuasa esok hari” (HR Ashab

Sunan). Dari Ibnu Umar semoga Allah meridhoi keduanya :” aku mengabari

Rasulullah bahwa aku telah melihat hilal lalu beliau berpuasa dan memerintahkan

manusia berpuasa (HR. Abu Daud).

Apabila manusia berselisih dalam dialog (mengenai kedatangan Ramadhan),

kembalilah kalian kepada hijrahnya Nabi SAW dan jika berselisih pula pada pada

hijrah Nabi SAW maka ikutilah jumhur ulama, dan jika sama maka ikutilah siapa

yang sesuai dengan kitab dan hadis serta perkataan Nabi.

Wajib puasa Ramadhan apabila telah sempurna Sya‟ban 30 hari atau

tampaknya hilal pada malam ketiga puluh pertanda masuknya Ramadhan (

Manhaj).

Landasan puasa ada dua: Pertama, pedoman kalender, dalilnya firman Allah

SWT ( barang siapa yang menyaksikan (hilal) diantara kamu maka berpuasalah ).

Page 66: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

55

Kedua, landasan hadis sekalipun bersesuaian dengan kalender yakni * dari awal

terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari sebagaimana sabda Rasululullah

SAW :”berpuasalah kalian apabila melihat hilal dan berbukalah bila telah

melihatnya kembali, jika ragu maka genapkanlah 30 hari”(kitab iqna‟). Sementara

dalil yang berpedomankan kalender sekalipun tidak bersesuaian dengan kalender.

Melihat hilal adalah setiap penglihatan pada tiap-tiap bulan dan sarat

melihat hilal tersebut adalah sehari sebelum jumlah bilangan takwim mereka. Dan

penglihatan itu dimulai dari awal tenggelamnya matahari sampai munculnya fajar

syaikhak (fajar sodik).

Page 67: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

56

Gambar 2.

Page 68: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

57

قاه شخا اىؼاى ػلح اىصذا ل اتشا ات ؼغ اىنسا غشق ؼشفح

ؼشف اىغ ا ذطشغ عشج اىصطفح شؼائح ش شاح ش اؼذج اىثق قغ ػي

ؼشف اعض دتد فؽس ار ف ؼشف اىغح فع اى ؼشف اىشش ثذاء اىؼذد

اىخظ فؽس ار رىل غشج رىل اىشش قاه اعا ا ذطشغ اىعشج

اىصطفح شاح اىثاق قغ ػي ؼشف اعضدتد فؽس ار ف ؼشف اىغح فثذاء

اىؼذد استغ قاه اعا ا ذطشغ اىعشج اىصطفح شاح اىثاق قغ ػي

ر ف ؼشف اىغح فثذاء اىؼذد الؼذ فؼذد اىخظ ؼشف اعض دتد فؽس ا

ذاتغ الستغ ى اؼذ ف اىغشج.

ل عص ا ؽس اىغح اىؼرثشج ف اىششع ثح تاىشؤح اىله اى اىغح الا

ؼىا ف تذػح ا فاعذ ظاو ظاه ل شساىؼشب ؼرثشج تاىشؤح اليح ..

لتاىشؤح التاض ىقى ذؼاه ف شذ ن فيص ىقى اىث صي للا ػي عي

ا شلشصا ىشؤح اىله افطشا ىشؤر فا غ ػين فاميا ػذج شؼثا

ىقه اىث صاى للا ػي عي ػي فشدد ف اىاسظ اىذاغ ذخاىف ىقه للا

اىنفاس.

ما ىد اد ػي اىغل ف خاظ اا اىعؼح ف اىؽش ف اىغح اىثاء

ػي الصػ ف ػذد الؼذح قغ ف اخش اىغح الىف ؼط المثش ػذا ل ظؽ ف

ء اىشس. قو مراب اىراسخ. اىعؼح ػذ تؼط اىؼيا

عص اترذاء اىؼذد الؼذ الستؼا اىخظ اام الؼذ ظا الترذاء اىؼذد

فل ؼ الؼذ اؼذ ىقى صي للا ػي عي ػذد مصش ؤخز اىاؼذ ل

اترذاء اىخيق الؼذ اى اىعؼح قاه صاؼة اىؽن عذ اام الستؼا ظا

Page 69: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

58

للا عثؽا ذؼاى خيق اىسا س ثا ؽذ صي للا ػي عي ف الترذاء فل

الستؼا اام اىخظ ظا الترذاء اىؼذد فل للا عثؽا ذؼاى خيق داتا

ؼشا ظغ افا ف ا اىخظ اىعؼح خيق اد ف اىعؼح اخش

اػاخ اىعؼح . قو اىفرا.اىخيق ف اخشعاػح ع

عة ص سعا تاعرناه شؼثا شلش ا ا ماد اعاء طثقح تاىغ اسؤح

ػذس اؼذا له ىيح اىصلش. شنش ص تاعرناه شؼثا شلش ا ػذ اىغاء.

Syeikh Alamah Shamadani Mala Ibrahim ibn Hasan al-Kulani pernah

berkata: cara mengetahui “huruf sanah” atau angka tahunan, dengan menguragi

hijrah Al-Musthafawiyyah Sya‟maniyyah (Nabi Muhammad SAW) kemudian

ditambah dengan delapan hari selanjutnya dibagi dengan huruf ض ص د ب د ا

maka hasilnya adalah “huruf sanah”, huruf sanah tersebut mencakup huruf bulan

yang dimulai dengan menghitung dari hari Kamis sampai habis. Beliau juga

berpendapat bahwa dikurangi dari hijrahnya Al-Musthafawiyyah Sya‟maniyyah

(Nabi Muhammad SAW) dan membagi bulan-bulan ض ص د ب د ا sekira-kira

berakhir yaitu bulan dari bulan hijriyah, dengan bilangan yang dimulai dari hari

Rabu. Dan beliau juga berpendapat bahwa dikurangi dari hijrahnya Nabi SAW

dan membagi bulan-bulan ض ص د ب د ا sekira-kira berakhir yaitu bulan-bulan

dari bulan hijriyah dengan bilangan yang dimulai dari hari Minggu maka

menghitung hari Kamis mengikuti hari Rabu maupun Minggu.

Tidak boleh berselisih dan bersaing dalam syariat tentang rukyatul hilal

dalam menentukan hari... Hal itu adalah bid‟ah, kerusakan, kebodohan, dan

kesesatan karena bulan-bulan Arab yang benar adalah berdasarkan penglihatan

Page 70: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

59

hilal-hilal, sebagaimana firman Allah :” siapa yang melihat (hilal) diantara kamu

maka berpuasalah”. Sabda Nabi SAW : „‟ berpuasalah kalian dengan melihat hilal

dan berbukalah bila melihatnya kembali, jika kalian ragu genapkanlah jumlah

Sya‟ban 30 hari . barang siapa yang berselisih dari firman Allah dan sabda

baginda Nabi SAW sementara dia tau dan menolak, tempatnya neraka Jahannam

bersama orang kafir .

Nabi Adam as lahir pada hari kelima –Juma‟at pada bulan Muharram, pada

tahun (ba) dalam riwayat paling shahih dalam bilangan Uhud kejadian tersebut

terjadi pada akhir tahun 1000 haji besar yaitu Idul Adha yang terjadi pada hari

Jumat menurut sebagian ulama ini yang masyhur.

Boleh memulai bilangan dari hari Minggu, Rabu dan Kamis. Adapun

eksistensi Minggu (Ahad) kebolehan memulai bilangan darinya karena Ahad

adalah satu, sabda Nabi Muhammad SAW “ Jumlah yang banyak diambil untuk

perhitungan adalah Ahad dan karena penciptaan makhluk bermula dari hari Ahad

sampai hari Kamis “. Shabih Hakam dari tuannya berkata: adapun kebolehan

memulai hari Rabu karena Allah swt menciptakan segala cahaya (nur) Nabi

Muhammad saw pada hari Rabu. Adapun eksistensi bolehnya dimulai pada hari

Kamis karena Allah swt menciptakan hewan-hewan melata dan isi perutnya dan

seluruh yang ada padanya selama dua hari yaitu hari Kamis dan Jumat dan

menciptakan Adam pada hari Jumat, akhir makhluk yang diciptakanpun hari

Jumat.

Wajib berpuasa Ramadhan apabila telah menyempurnakan Sya‟ban 30 hari

sekalipun langit tidak terlihat dengan jelas atau tampak jelas saat hilal pertama

Page 71: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

60

dimalam ke-30 dan siapa yang ragu berpuasa saat telah sempurnanya sya‟ban 30

hari ketika muncul hilal dilangit, tidak boleh berpuasa berlandaskan telah melihat

hilal sebelum terbenamnya matahari.

Page 72: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

61

Gambar 3.

Page 73: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

62

Dalam naskah ini ditulis dengan menggunakan bahasa Arab dan Melayu

yang berisi tulisan yang menjelaskan tentang tahun Hijriyah yang di tulis disisi

kanan atas naskah sampai ke bagian bawah yang ditulis secara vertikal dengan

menggunakan bahasa Arab dan Melayu yang berbunyi:

“Adapun Hijriyah sekarang kini pada tahun dari hari seribu dua ratus

enam puluh satu tahun”.

Dalam naskah terdapat huruf tahun yang terdiri dari 9 kolom, kolom 3,5,7,

dan 9 ditulis dengan tinta yang berwarna merah yang ditulis secara terbalik.

Sedangkan kolom 2, 4, 6, dan 8 ditulis dengan tinta berwarna hitam.

ا

1

5

ض

3

ص

7

د

4

ب

2

6

د

4

Muharam

ص

Rabu Minggu Jum‟at Selasa Sabtu Kamis Senin Sabtu

Shafar

ب

Jum‟at Selasa Minggu Kamis Senin Sabtu Rabu Senin

Rabi‟awal

ض

Sabtu Rabu Senin Jum‟at Selasa Minggu Kamis Selasa

Rabi‟akhir

Senin Jum‟at Rabu Minggu Kamis Selasa Sabtu Kamis

Jmd awal

Selasa Sabtu Kamis Senin Jum‟at Rabu Minggu Jum‟at

Jmd akhir

ا

Kamis Senin Sabtu Rabu Minggu Jum‟at Selasa Minggu

Rajab

ب

Jum‟at Selasa Minggu Kamis Senin Sabtu Rabu Senin

Sya‟ban Minggu Kamis Selasa Sabtu Rabu Senin Jum‟‟at Rabu

Page 74: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

63

د

Ramadhan

Senin Jum‟at Rabu Minggu Kamis Selasa Sabtu Kamis

Syawal

ص

Rabu Minggu Jum‟at Selasa Sabtu Kamis Senin Sabtu

Zulkaedah

ا

Kamis Senin Sabtu Rabu Minggu Jum‟at Selasa Minggu

Zulhijah

ض

Sabtu Rabu Senin Jum‟at Selasa Minggu Kamis Selasa

Page 75: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

64

Gambar 4.

Page 76: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

65

Dalam naskah ini terdapat 9 kolom, kolom 2, 4, 6, 8 ditulis dengan tinta

berwarna hitam yang ditulis secara terbalik, sedangkan kolom 1, 3, 5, 7, dan 9

ditulis dengan menggunakan tinta berwarna merah. Naskah ini menjelaskan

tentang kalender hijriyah yang memulai perhitungan hari dengan hari Minggu

dengan menggunakan bahasa Arab.

ا

1

5

ض

3

ص

7

د

4

ب

2

6

د

4

Muharam

ص

Minggu Kamis Selasa Sabtu Rabu Senin Jum‟at Rabu

Shafar

ب

Selasa Sabtu Kamis Senin Jum‟at Rabu Minggu Jum‟at

Rabi‟awal

ض

Rabu Minggu Jum‟at Selasa Sabtu Kamis Senin Sabtu

Rabi‟akhir

Jum‟at Selasa Minggu Kamis Senin Sabtu Rabu Senin

Jmd awal

Sabtu Rabu Senin Jum‟at Selasa Minggu Kamis Selasa

Jmd akhir

ا

Senin Jum‟at Rabu Minggu Kamis Selasa Sabtu Kamis

Rajab

ب

Selasa Sabtu Kamis Senin Jum‟at Rabu Minggu Jum‟at

Sya‟ban

د

Kamis Senin Sabtu Rabu Minggu Jum‟at Selasa Minggu

Ramadhan

Jum‟at Selasa Minggu Kamis Senin Sabtu Rabu Senin

Syawal

ص

Minggu Kamis Selasa Sabtu Rabu Senin Jum‟at Rabu

Page 77: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

66

Zulkaedah

ا

Senin Jum‟at Rabu Minggu Kamis Selasa Sabtu Kamis

Zulhijah

ض

Rabu Minggu Jum‟at Selasa Sabtu Kamis Senin Sabtu

Page 78: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

67

Gambar 5.

Page 79: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

68

Naskah yang kelima ini ditulis dengan menggunakan bahasa Arab dan

Arab Melayu, didalamnya terdapat tulisan dari pojok kanan atas sampai pojok kiri

atas berisikan: “Adapun hijrah sekarang kini seribu dua ratus tiga puluh tujuh

salapan selapan puluh tahun sembilan ...”. Sedangkan tulisan yang terdapat di

sisi kiri naskah yang ditulis dari atas kebawah secara vertikal menjelaskan tentang

wafatnya tuanku di Sijunjung yang berbunyi: “Inilah wafatnya Tuanku di

Sijunjung pada bulan Rabiul Awal pada tiga hari bulan pada tahun bersampai

sepuluh tahun wafatnya Tuanku di Pingin pada bulan Rabiul Akhir lima belas

hari bulan pada tahun Wa, Alif, Ba.”

Dalam naskah ini juga terdapat kalender tahun Hijriyah dengan memulai

perhitungan hari dengan Hari Kamis yang terdiri dari 9 kolom, kolom 1, 3, 5, 7, 9

ditulis dengan tinta merah yang ditulis secara terbalik kecuali pada kolom 1,

sedangkan kolom 2, 4, 6, 8 ditulis dengan tinta berwarna hitam. Kalender ditulis

dengan menggunakan bahasa Arab.

ا

1

5

ض

3

ص

7

د

4

ب

2

6

د

4

Muharam

ص

Kamis Senin Sabtu Rabu Minggu Jum‟at Selasa Minggu

Shafar

ب

Sabtu Rabu Senin Jum‟at Selasa Minggu Kamis Selasa

Rabi‟awal

ض

Minggu Kamis Selasa Sabtu Rabu Senin Jum‟at Rabu

Rabi‟akhir

Selasa Sabtu Kamis Senin Jum‟at Rabu Minggu Jum‟at

Jmd awal Rabu Minggu Jum‟at Selasa Sabtu Kamis Senin Sabtu

Page 80: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

69

Jmd akhir

ا

Jum‟at Selasa Minggu Kamis Senin Sabtu Rabu Senin

Rajab

ب

Sabtu Rabu Senin Jum‟at Selasa Minggu Kamis Selasa

Sya‟ban

د

Senin Jum‟at Rabu Minggu Kamis Selasa Sabtu Kamis

Ramadhan

Selasa Sabtu Kamis Senin Jum‟at Rabu Minggu Jum‟at

Syawal

ص

Kamis Senin Sabtu Rabu Minggu Jum‟at Selasa Minggu

Zulkaedah

ا

Jum‟at Selasa Minggu Kamis Senin Sabtu Rabu Senin

Zulhijah

ض

Minggu Kamis Selasa Sabtu Rabu Senin Jum‟at Rabu

Naskah takwim yang terdapat di Surau Calau ini ditulis dengan

menggunakan bahasa Arab dan Arab Melayu. Adapun jenis kertas yang

digunakan adalah kertas Eropa dengan ukuran 24 x 18 cm, ukuran teks 14 x 8 cm.

Naskah ini bersampul kulit dengan kondisi sampul baik. Tinta yang digunakan

tinta berwarna hitam dan merah. Halaman ke-3, ke-4, dan ke-5 dari naskah

terdapat hitungan kalender Hijriyah yang ditulis dengan menggunakan hitam dan

merah yang terdiri dari sembilan kolom.2 Dalam kitab ini tidak semuanya yang

membahas tentang teks takwim sebagian besar naskah sudah rusak dengan

keadaan tinta yang mengembang.

2 Kadrianto, “Teks Takwim dalam Naskah-Naskah Koleksi Surau Calau: Teks dan

Konteks”, Hantaran FIB UNAND, (2013): h.5.

Page 81: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

70

B. Metode Penentuan Awal Bulan Hijriyah

Salah satu ciri amalan yang dilaksanakan oleh jamaah Tarekat Syattariyah

yang terdapat di Sumatera Barat adalah keharusan untuk melakukan hisab takwim

yang diajarkan oleh Syaikh Burhanuddin Ulakan (1646-1699) yang beliau

dapatkan selama berguru kepada Syaikh Abdurrauf bin Ali Pansuri (1615-1693)

yang silsilahnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW.3

Pengamalam hisab takwim dikalangan Tarekat Syattariyah Surau Calau

sudah berlangsung secara turun-temurun. Penganut Tarekat Syattariyah di Surau

Calau mengamalkan hisab takwim untuk menentukan tanggal satu bulan hijriyah,

dengan mempedomani hisab takwim untuk memulai praktik ajaran Tarekat

Syattariyah seperti: Sholat ampek puluah, puasa bulan Rajab, penentuan awal

Ramadhan atau Syawal dan lain sebagainya.4

Menurut Umar Sl. Tgk. Mudo alasan penganut Tarekat Syattariyah masih

menggunakan takwim dalam menentapkan awal bulan hijriyah adalah karena

mengikuti sunnah Nabi dan silsilahnya yang sampai kepada Nabi Muhammad

SAW. berikut ini adalah silsilah takwim Tarekat Syattariyah Surau Calau

Sijunjung:5

1. Nabi Muhammad SAW

2. Saidina Ali Karimallahu wajha

3. Hasan AlBasri

4. Syekh Abibul „Ajmi

3 Umar Sl. Tgk. Mudo, Risalah Nurul Amaliah, h. 12.

4 Kadrianto, “Teks Takwim dalam Naskah-Naskah Koleksi Surau Calau: Teks dan

Konteks”, Hantaran FIB UNAND, (2013): h.9. 5 Wawancara dengan Umar Sl. Tgk. Mudo 15 Februari 2016.

Page 82: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

71

5. Syekh Daud Tho-i

6. Syekh Abi Yazid Bustami

7. Syekh Ma‟aruf Alkarkhi

8. Syekh Abi Bakar‟Ali Raudul Bari

9. Syekh Abi„Ali Alkhatib

10.Syekh Usman Maghribi

11.Syekh Abi Qosim Alkarkani

12.Syekh Abi Ali Alpari Huda

13.Syekh Yusuf Hamdani

14.Syekh Abdul Khaliq Al‟Adawani

15.Syekh Abi Bakar Nasaji

16.Syekh Ghazari

17.Syekh Abi Annaju

18.Syekh Umar Ilyas

19.Syekh Najmudin Alkari

20.Syekh Majiduddin Albaghdadi

21.Syekh‟Ula Uddin

22.Syekh „Ulawatus Sumani

23.Syekh Syekh Syahul Qarahi

24.Syekh Saidi ali Hamdani

25.Syekh Ahmad Qusyasy Ahli syathari

26.Syekh Abdul Rauf bin Ali Panshuri

27.Syekh Burhanuddin ulakan

28.Syekh Abdul Muhib

29.Syekh Ahmad Shoghir Ahli Taqwim.

Page 83: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

72

Adapun dasar hukum dari hisab takwim yang digunakan oleh penganut

Tarekat Syattariyah Surau Calau adalah berdasarkan hadits Nabi Muhammad

SAW, diantaranya:6

ػ تخاس غي غش قاه اىث صي للا ػي عي ػو اىث صي للا ػي عي

اب اىؽغاب(شؤح اىله )ف اىنراب اصتؼرذ تاىرق ف ادساك اىغ ل

Artinya: dari Bukhari dan Muslim dan Tarmizi dan lainya: Berkata Nabi saw

“Amalan Nabi saw itu berpegang dengan takwim dalam memperdapat

(menghitung) setahun, tidak dengan melihat hilal.

اػي زا ذق او عح اىعؼح

Artinya: Ketahuilah Bahwa taqwim itu pakaian kaum Ahlul sunah wal jamaah.

قاه اىخيفاء اىغيفاءاىغح اىؼرثشج ذؤخز تاىرق

Artinya: Berkata ulama khalaf dan salaf : Tahun yang dimashurkan diambil dari

hisab taqwim (Mizan qurub /Syekh Abdul Khaliq).

Proses perhitungan awal bulan hijriyah dengan menggunakan hisab takwim

dilakukan dengan berdasarkan kepada huruf tahun dan huruf bulan. Berikut ini

tabel dari huruf tahun menurut hari bilangan para sahabat dan imam:

Tabel 1

ات

تنش

اؼذ

Minggu

ا ض ا د ص ب

ػش

اش

Senin

ص ب ص ض ا د

ػصا

شلز

Selasa

ا د ب ص ض

يل

استغ

Rabu

ص ض ا د ب

6 Umar Sl. Tgk. Mudo, Risalah Nurul Amaliah, h. 4.

Page 84: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

73

ػي

شافؼ

خظ

Kamis

د ب د ص ض ا

ؼف

ظؼح

Jum‟at

ض ا ض ب د ص

ؼثاى

عثد

Sabtu

ب د ص ب ا ض

Dari tujuh macam huruf tahun menurut masing-masing sahabat dan imam di

atas Surau Calau mengamalkan perhitungan huruf tahun yang digunakan oleh Ali

dan Syafi‟i dengan memulai huruf tahun dengan huruf Alif, Ha, Ja, Za, Da, Ba,

Wa, Da, dengan memulai perhitungan hari dari hari Kamis yaitu yang

berpedoman kepada ketetapan bahwa 1 Muharram tahun 1 Hijriyah jatuh pada

hari Kamis. Hal ini dapat dilihat pada tabel hisab takwim yang akan dipaparkan

dibawah ini. Berikut ini adalah kalender hijriyah yang digunakan oleh penganut

Tarekat Syattariyah di Surau Calau dalam melakukan hisab takwim:7

Tabel 2.

Nama

Bulan

Huruf

Bulan

ا

1

5

ض

3

ص

7

د

4

ب

2

6

د

4

ؽشا

Muharam

خظ ص7/

kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

صفش

Shafar

عثد ب2/

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

ستغ اله

Rabi‟awal

اؼذ ض3/

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

ستغ الخش

Rabi‟akhir

شلز 5/

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

kamis

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

ظاد اله

Jmd awal

استغ 6/

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

Kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

7 Umar Sl. Tgk. Mudo, Risalah Nurul Amaliah, h. 12. Lihat juga Nandi Pinto,

“Pemahaman Hadis Ru‟yat al-Hilal Menurut Ulama Syattariyah Ulakan Padang Pariaman”,

Mannasa Ulunnuha 3, no.2 (Oktober 2014): h.203.

Page 85: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

74

ظاد الخش

Jmd akhir

ظؼح ا1/

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

سظة

Rajab

عثد ب2/

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

شؼثا

Sya‟ban

اش د4/

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

Kamis

سعا

Ramadhan

شلز 5/

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

Kamis

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شاه

Syawal

خظ ص7/

Khamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

را اىقؼذج

Zulkaedah

ظؼح ا1/

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

را اىؽعح

Zulhijah

اؼذ ض3/

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

Tahap pertama yang harus dilaksanakan dalam hisab takwim adalah mencari

huruf tahun, yaitu dengan berpedoman kepada huruf tahun lahir Nabi, huruf tahun

Hijrah Nabi dan huruf tahun wafat Nabi Muhammad SAW Misalnya mencari

huruf tahun hijriyah berdasarkan hari lahir Nabi Muhammad SAW, caranya

adalah tahun hijriyah dibagi dengan delapan sebagaimana banyaknya jumlah dari

huruf tahun sampai habis dan tidak bisa dibagi lagi dengan angka 8, dan sisa dari

pembagian itu yang akan kita jadikan patokan dalam perhitungan mencari huruf

tahun tersebut, dan berapa sisanya tadi di hitung dari huruf tahun lahir Nabi

Muhammad SAW yaitu huruf ه.8

Berikut ini adalah cara mencari huruf tahun 1437 H dengan berpatokan

kepada huruf tahun lahir Nabi Muhammad SAW:9

8 Wawancara dengan Umar Sl. Tgk. Mudo 15 Februari 2016.

9 Wawancara dengan Umar Sl. Tgk. Mudo 15 Februari 2016. Lihat juga Nandi Pinto,

“Pemahaman Hadis Ru‟yat al-Hilal Menurut Ulama Syattariyah Ulakan Padang Pariaman”,

Mannasa Ulunnuha 3, no.2 (Oktober 2014): h.204. Lihat juga Kadrianto, “Teks Takwim dalam

Naskah-Naskah Koleksi Surau Calau: Teks dan Konteks”, Hantaran FIB UNAND, (2013): h.11.

Page 86: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

75

8 1437 = 179 8 63 56 77 72 5

د بد ص ض ا

Huruf Tahun

Ba (2)

(Jumlah Sisa pembagian

1437 H/8 dihitung dari

huruf Ha.)

+ Huruf Bulan

Ha (5)

(Ramadhan)

= Jumlah Total

7

Catatan: untuk menentukan hari

dihitung dari hari Kamis.

Tabel 3.

Nama

Bulan

Huruf

Bulan

ا

1

5

ض

3

ص

7

د

4

ب

2

6

د

4

ؽشا

Muharam

خظ ص7/

kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

صفش

Shafar

عثد ب2/

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

ستغ اله

Rabi‟awal

اؼذ ض3/

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

ستغ الخش

Rabi‟akhir

شلز 5/

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

kamis

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

ظاد اله

Jmd awal

استغ 6/

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

Kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

ظاد الخش

Jmd akhir

ظؼح ا1/

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

سظة

Rajab

عثد ب2/

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

شؼثا

Sya‟ban

اش د4/

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

Kamis

سعا

Ramadhan

شلز 5/

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

Kamis

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

Page 87: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

76

شاه

Syawal

خظ ص7/

Khamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

را اىقؼذج

Zulkaedah

ظؼح ا1/

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

را اىؽعح

Zulhijah

اؼذ ض3/

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

Jadi, untuk menentukan huruf tahun yang harus diperhatikan disini adalah

angka 5, caranya memulai hitungan dari huruf tahun lahirnya Nabi Muhammad

SAW yaitu huruf Ha, maka yang menjadi huruf tahunnya adalah Ba. Setelah

huruf tahun diketahui, langkah selanjutnya adalah mencari tanggal satu bulan

Ramadhan yaitu dengan cara menjumlahkan titik huruf tahun dengan titik huruf

bulan. Jumlah titik huruf ب adalah 2 titik dan jumlah titik Ramadhan (Ha) adalah

5, jadi 2 + 5 = 7.

Mencari huruf tahun dengan berpatokan kepada huruf tahun Hijrah Nabi

caranya adalah tahun hijriyah dikurang dengan lama hidup Nabi di Makkah yaitu

selama 53 tahun maka hasilnya dibagi dengan 8 dan sisa dari pembagian itu

dihitung dari dari huruf tahun Hijrah Nabi Muhammad SAW yaitu huruf و.10

1437-53

8 1384 = 17 8 58 56 24

د بد ص ض ا

10

Wawancara dengan Umar Sl. Tgk. Mudo 15 Februari 2016. Lihat juga Nandi Pinto,

“Pemahaman Hadis Ru‟yat al-Hilal Menurut Ulama Syattariyah Ulakan Padang Pariaman”,

Mannasa Ulunnuha 3, no.2 (Oktober 2014): h.204. Lihat juga Kadrianto, “Teks Takwim dalam

Naskah-Naskah Koleksi Surau Calau: Teks dan Konteks”, Hantaran FIB UNAND, (2013): h.11.

Page 88: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

77

Huruf Tahun

Ba (2)

(Jumlah Sisa pembagian

1384 H/8 dihitung dari

huruf Wa.)

+ Huruf Bulan

Ha (5)

(Ramadhan)

= Jumlah Total

7

Catatan: untuk menentukan hari

dihitung dari hari Kamis.

Tabel 4. Nama

Bulan

Huruf

Bulan

ا

1

5

ض

3

ص

7

د

4

ب

2

6

د

4

ؽشا

Muharam

خظ ص7/

kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

صفش

Shafar

عثد ب2/

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

ستغ اله

Rabi‟awal

اؼذ ض3/

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

ستغ الخش

Rabi‟akhir

شلز 5/

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

kamis

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

ظاد اله

Jmd awal

استغ 6/

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

Kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

ظاد الخش

Jmd akhir

ظؼح ا1/

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

سظة

Rajab

عثد ب2/

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

شؼثا

Sya‟ban

اش د4/

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

Kamis

سعا

Ramadhan

شلز 5/

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

Kamis

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شاه

Syawal

خظ ص7/

Khamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

را اىقؼذج

Zulkaedah

ظؼح ا1/

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

را اىؽعح

Zulhijah

اؼذ ض3/

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

Menentukah huruf tahun dengan patokan huruf hijrah Nabi sisa pembagian

24 dihitung dari huruf Wa maka yang menjadi huruf tahunnya adalah Ba .

Langkah selanjutnya adalah mencari tanggal satu bulan Ramadhan yaitu dengan

Page 89: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

78

cara menjumlahkan titik huruf tahun dengan titik huruf bulan. Jumlah titik huruf

Ba adalah 2 titik dan jumlah titik Ramadhan (Ha) adalah 5, jadi 2 + 5 = 7.

Mencari huruf tahun dengan huruf tahun wafat Nabi caranya sama dengan

mencari huruf tahun dengan menggunakan huruf Hijrah Nabi, hanya saja tahun

hijriyah dikurangi dengan umur Nabi Muhammad SAW yaitu 63 tahun, baru

dibagi 8 sampai habis dan sisanya dihitung dari huruf wafat Nabi Muhammad

SAW yaitu huruf ا.11

1437-63=1374

8 1374 = 171 8 57 56 14 8 6

د بد ص ض ا

Huruf Tahun

Ba (2)

(Jumlah Sisa pembagian

1437 H/8 dihitung dari

huruf Alif.)

+ Huruf Bulan

Ha (5)

(Ramadhan)

= Jumlah Total

7

Catatan: untuk menentukan hari

dihitung dari hari Kamis.

11

Wawancara dengan Umar Sl. Tgk. Mudo 15 Februari 2016. Lihat juga Nandi Pinto,

“Pemahaman Hadis Ru‟yat al-Hilal Menurut Ulama Syattariyah Ulakan Padang Pariaman”,

Mannasa Ulunnuha 3, no.2 (Oktober 2014): h.204. Lihat juga Kadrianto, “Teks Takwim dalam

Naskah-Naskah Koleksi Surau Calau: Teks dan Konteks”, Hantaran FIB UNAND, (2013): h.11.

Page 90: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

79

Tabel 5.

Nama

Bulan

Huruf

Bulan

ا

1

5

ض

3

ص

7

د

4

ب

2

6

د

4

ؽشا

Muharam

خظ ص7/

kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

صفش

Shafar

عثد ب2/

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

ستغ اله

Rabi‟awal

اؼذ ض3/

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

ستغ الخش

Rabi‟akhir

شلز 5/

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

kamis

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

الهظاد

Jmd awal

استغ 6/

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

Kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

ظاد الخش

Jmd akhir

ظؼح ا1/

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

سظة

Rajab

عثد ب2/

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

شؼثا

Sya‟ban

اش د4/

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

Kamis

سعا

Ramadhan

شلز 5/

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

Kamis

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شاه

Syawal

خظ ص7/

Khamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

را اىقؼذج

Zulkaedah

ظؼح ا1/

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

را اىؽعح

Zulhijah

اؼذ ض3/

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

Menentukan huruf tahun berdasarkan huruf wafat Nabi sisa pembagiannya

adalah 6 kemudian dihitung dari huruf Alif maka yang menjadi huruf tahunnya

adalah Ba. Mencari tanggal satu bulan Ramadhan yaitu dengan cara

menjumlahkan titik huruf tahun dengan titik huruf bulan. Jumlah titik huruf Ba

adalah 2 titik dan jumlah titik Ramadhan (Ha) adalah 5, jadi 2 + 5 = 7.

Page 91: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

80

Metode hisab takwim dengan berpatokan kepada tiga cara diatas maka hasil

dari perhitungannya adalah sama yaitu huruf tahun 1437 H adalah huruf Ba.

Sedangkan untuk menentukan harinya adalah huruf tahun ditambahkan huruf

bulan yaitu 2+5=7, lalu dihitung secara berurutan dari hari Kamis, maka satu

Ramadhan 1437 H menurut hisab takwim jatuh pada hari Rabu.

Setelah tanggal satu pada bulan Ramadhan ditemukan, proses selanjutnya

mancaliak bulan yang dilakukan pada hari Selasa malam Rabu untuk benar-benar

memastikan kalau malam itu hilal sudah terlihat. Mancaliak bulan atau ru‟yat al-

hilal adalah patokan bagi penganut Tarekat Syattariyah untuk memulai puasa atau

berhari raya bukan dengan hisab takwim karena berdasarkan beberapa dalil

diantaranya:12

فيصف شذ ن اىشش

Artinya: barang siapa yang memandang hilal (bulan) maka wajiblah baginya

berpuasa (Q.S. Al-Baqarah:185).

)سا اىثخاس غي( صا ىشؤر افطشا ىشؤر فا غ ػين فاميا ػذج شؼثا شلش ا

Artinya: Berpuasalah kamu karena melihat hilal(bulan)dan berbukalah kamu

karena melihat hilal(bulan), jika hilal ditutupi atasmu maka sempurnakanlah

olehmu akan bilangan sya‟ban tiga puluh hari(RH.Bukhari dan Muslim).

)سا ات داد اىغاء( قاه اىث ص لذقذا شش ؼر ذش اىله ا ذنو اىؼذج

Artinya:Jangan kamu dahului bulan itu hingga kamu melihat hilal atau

menyempurnakan bilangan.(HR.Abu Daud dan Nisa-i)

فصا شلش )سا غي قاه اىث ص ارا سأر اىله فصا ارا سأر فافطشا فا غ ػين

اؼذ(.

Artinya: Berkata nabi saw,Apabila telah melihat kamu akan hilal maka puasalah

kamu dan apabila telah melihat pula kamu akan dia hilal maka berbukalah kamu

(berhari raya) maka jika hilal itu ditutupi atasmu maka puasalah kamu akan tiga

puluh hari.(HR.Muslim dan Ahmad).

12 Wawancara dengan Umar Sl. Tgk. Mudo 15 Februari 2016.

Page 92: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

81

Proses mancaliak bulan biasanya dihadiri oleh penganut Tarekat Syattariyah

baik yang berasal dari Surau Calau maupun dari surau-surau di sekitarnya yang

mengirimkan masing-masing utusannya ke Surau Calau. Mancaliak bulan

dilakukan di Surau Calau atau tempat yang tinggi seperti di Bukik Gadang, dan

tempat yang tinggi lainya. Apabila hilal terlihat dengan jelas di Surau Calau maka

keesokan harinya sudah di tetapkan sebagai tanggal 1 Ramadhan begitu juga

dengan penetapan hari raya Idul Fitri dan bagi daerah-daerah yang jauh dari Surau

Calau akan dikabarkan dengan melalui surat yang ditandatangani serta di sahkan

oleh Angku Calau dan Niniak Mamak. Apabila hilal tidak terlihat di Surau Calau

namun terlihat di daerah lain maka akan dilaksanakan sidang untuk mengambil

sumpah atas kebenaran dari kesaksian orang yang melihat hilal tersebut.

Sebelum pengambilan sumpah orang yang menyaksikan hilal terlebih

dahulu disuruh untuk berwudhu. Sumpah dipimpin langsung oleh Umar SL

Tuanku Mudo13

dengan bertanya langsung kepada orang yang menyaksikan hilal

seperti kapan hilal terlihat, berapa lama, jarak hilal dari bukit serta kemanakah

arah telengnya hilal. Apabila berhasil dijawab dan bisa diterima oleh pengikut

sidang maka orang tersebut akan disumpah dengan menggunakan al-Quran di atas

kepalanya dengan mengucapkan kata-kata sumpah dan dia benar-benar telah

melihat akan hilal. Setelah pengambilan sumpah selesai maka Angku Umar SL

Tuanku Mudo selaku pembimbing sidang langsung mengeluarkan ketetapan

bahwa besoknya telah jatuh tanggal satu Ramadhan dengan di tanda-tangani oleh

pengurus yang lain beserta Niniak Mamak di daerah Muaro dan dilanjutkan

13

Umar SL Tuanku Mudo adalah Guru Tarekat Syattariyah di Surau Calau.

Page 93: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

82

dengan memukul tabuah dan bagi surau yang terletak jauh dari Surau Calau maka

akan dikirimkan pemberitahuan dengan melalui surat ketetapan.

Apabila hilal pada tanggal 29 Sya‟ban tidak terlihat baik di wilayah Surau

Calau maupun di daerah lain, maka bulan Sya‟ban akan digenapkan menjadi 30

hari, walaupun menurut hisab takwim kalau besoknya sudah jatuh tanggal 1

Ramadhan.14

Demikianlah metode yang digunakan oleh Tarekat Syattariyah

dalam menentukan awal bulan hijriyah terutama dalam menentukan satu

Ramadhan dan Syawal.

Hisab takwim yang digunakan oleh Tarekat Syattariyah ini berbeda dengan

hisab munjid tarekat Naqsabandiyah. Misalnya menetapkan awal Ramadhan 1437

H dengan menggunakan hisab munjid, caranya :

8 1437 = 179 8 63 56 77 72 5

د ب د ص ض ا

Huruf Tahun

Za (7)

(Jumlah Sisa pembagian

1437 H/8 dihitung dari

huruf Da yang ke-2.)

+ Huruf Bulan

Ha (5)

(Ramadhan)

= Jumlah Total

12

Catatan: untuk menentukan hari

dihitung dari hari Kamis.

14

Wawancara dengan Umar Sl. Tgk. Mudo 15 Februari 2016.

Page 94: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

83

Tabel 6.

Nama

Bulan

Huruf

Bulan

ا

1

5

ض

3

ص

7

د

4

ب

2

6

د

4

ؽشا

Muharam

خظ ص7/

kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

صفش

Shafar

عثد ب2/

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

ستغ اله

Rabi‟awal

اؼذ ض3/

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

ستغ الخش

Rabi‟akhir

شلز 5/

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

kamis

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

ظاد اله

Jmd awal

استغ 6/

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

Kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

ظاد الخش

Jmd akhir

ظؼح ا1/

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

سظة

Rajab

عثد ب2/

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

شؼثا

Sya‟ban

اش د4/

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

Kamis

سعا

Ramadhan

شلز 5/

Selasa

عثد

Sabtu

خظ

Kamis

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شاه

Syawal

خظ ص7/

Khamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اؼذ

Minggu

ظؼح

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

را اىقؼذج

Zulkaedah

ظؼح ا1/

Jum‟at

شلز

Selasa

اؼذ

Minggu

خظ

Kamis

اش

Senin

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

را اىؽعح

Zulhijah

اؼذ ض3/

Minggu

خظ

Kamis

شلز

Selasa

عثد

Sabtu

استغ

Rabu

اش

Senin

ظؼح

Jum‟at

استغ

Rabu

Jadi berdasarkan hisab munjid awal Ramadhan 1437 H jatuh pada hari Senin

sedangkan menurut hisab takwim 1 Ramadhan 1437 H jatuh pada hari Rabu.

Hisab munjid dan hisab takwim juga memiliki kesamaan yaitu menggunakan

kalender dan perhitungan hari yang sama, serta kedua metode hisab ini

digolongkan kedalam bentuk hisab “urfi. Namun yang menjadi perbedaannya

hanya terletak pada patokan huruf tahun dari perhitungannya, hisab takwim

Page 95: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

84

memulai hitungan dari huruf Ha sedangkan hisab munjid memulai hitungan

dengan huruf Da yang ke-2.15

C. Analisis Penulis terhadap Takwim Hijriyah

Penggunaan hisab takwim bagi penganut ajaran Tarekat Syattariyah

khususnya yang terdapat di Surau Calau, kecamatan Sijunjung telah terjadi sejak

lama dan diwariskan secara turun temurun mulai dari Syaikh Abdul Wahab

pertama kali mengembangkan ajaran Tarekat Syattariyah di Surau Calau hingga

sekarang.

Hisab takwim dilakukan untuk mengetahui awal bulan hijriyah sebagai

patokan untuk menjalankan ajaran-ajaran Tarekat Syattariyah seperti

memperingati maulid Nabi Muhammad SAW, shalat empat puluh hari, puasa

Ramadhan serta penentuan hari raya Idul Fitri dan lain sebagainya. Ada tiga cara

yang digunakan oleh jamaah Tarekat Syattariyah untuk menentukan waktu dalam

melaksanakan praktek ajarannya yaitu dengan menghitung tanggal satu dari awal

bulan dengan menggunakan huruf tahun dan huruf bulan yang dapat diperoleh

dari huruf lahir Nabi, huruf hijrah Nabi, dan huruf wafat Nabi.

Penggunaan hisab takwim bagi penganut Tarekat Syattariyah hanyalah

sebagai patokan untuk menentukan waktu kegiatan mancaliak bulan bukan

sebagai patokan penentuan awal Ramadhan dan Syawal. Hisab takwim yang

dilakukan oleh penganut Tarekat Syattariyah termasuk jenis metode hisab „Urfi

yang perhitungannya dilandaskan kepada kaidah-kaidah yang bersifat tradisional

15

Ashma Rimadany, “Comparative Study Between Naqsabandiyah and Syattariyah

Congregations In Determining the Beginning of Islamic Lunar Month in West Sumatera

Province,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Walisongo

Semarang, 2016), h. 70-73.

Page 96: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

85

dan tetap yang berdasarkan kepada huruf tahun dan huruf bulan,16

bukan dengan

menggunakan hisab Hakiki yang metode penentuannya dengan melihat

kedudukan bulan pada saat matahari terbenam,17

ijtima‟ bulan, posisi dan keadaan

hilal, mencari tinggi hakiki bulan, dan lain sebagainya.

Menentukan kapan jatuhnya awal Ramadhan dan Syawal penganut Tarekat

Syattariyah di Surau Calau harus menggunakan rukyatul hilal bukan

menggunakan hisab takwim, karena berdasarkan pemahaman mereka terhadap

ayat Al-Quran dan hadits Nabi Muhammad SAW yang terdapat di dalam

manuskrip takwim di Surau Calau, diantaranya:

ف شذ ن اىشش فيص

Artinya: barang siapa yang memandang hilal (bulan) maka wajiblah baginya

berpuasa. (Q.S. al-Baqarah :185)

صا ىشؤر افطشا ىشؤر فا غ ػين فاميا ػذج شؼثا شلش ا

Artinya:Berpuasalah kamu karena melihat hilal(bulan)dan berbukalah kamu karena melihat hilal(bulan), jika hilal ditutupi atasmu maka sempurnakanlah

olehmu akan bilangan sya‟ban tiga puluh hari(RH.Bukhari dan Muslim)

Kegiatan mancaliak bulan sendiri tidak boleh menggunakan bantuan

teknologi dan harus menggunakan mata telanjang. Apabila hilal tidak terlihat oleh

mata telanjang karena disebabkan oleh pengaruh cuaca mendung atau debu maka

penganut Tarekat Syattariyah khususnya di Surau Calau akan menggenapkan

bilangan Sya‟ban menjadi 30 hari. Apabila hilal terlihat dengan menggunakan

bantuan teknologi seperti teropong bintang sekalipun maka mereka tetap tidak

16

Maskufa, “Hisab Hakiki Muhammadiyah”, Ahkam X, no. 1 (Maret 2008): h. 119. 17

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Republik

Indonesia, Almanak Hisab Rukyat, cet. III. (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia,

2010), h. 96.

Page 97: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

86

akan menerima hasilnya karena makna rukyatul hilal bagi mereka adalah dengan

menggunakan mata telanjang bukan dengan bantuan alat-alat teknologi moderen

yang datangnya belakangan.

Berdasarkan uraian penulis dari bab-bab sebelumnya, diantara amalan yang

harus dilakukan oleh penganut Tarekat Syattariyah menyebutkan salah satunya

adalah keharusan mengikuti ajaran Islam sesuai dengan madzhab Syafi‟i. Dalam

menentukan awal bulan khususnya Ramadhan dan Syawal menurut Syafi‟i dari

beberapa buku diantaranya, Fiqh Islam wa Adillatuhu, Fiqih Sunnah, serta Fiqih

Lima Madzhab penulis tidak menemukan adanya pendapat dari madzhab Syafi‟i

yang menentang melihat hilal dengan menggunakan bantuan astronomi, ilmu

falak atau dengan menggunakan teknologi. Namun madzhab Hanafi, Hanbali, dan

Maliki mereka terang-terangan menentang penetapan Ramadhan dengan bantuan

astronomi walaupun sering benarnya, karena menurut mereka puasa Ramadhan

dan Syawal harus berdasarkan terlihatnya hilal bukan dengan kemunculan hilal

dan tidak sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.18

Jadi penulis menyimpulkan kalau penganut Tarekat Syattariyah di Surau

Calau tidak sepenuhnya mengikuti ajaran madzhab Syafi‟i dalam hal penentuan

awal bulan hijriyah tentang penetapan awal Ramadhan dan Syawal karena mereka

menentang menentukan awal Ramadhan dengan bantuan ilmu falak serta

peralatan moderen lainnya sedangkan madzhab Syafi‟i tidak memberikan

18

Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid. 3 Penerjemah Abdul Hayyie al-

Kattani, dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 50 - 56. Lihat juga Muhammad Jawad Mughniyah,

Al-Fiqh „ala a-Madzhab al-Khamsah, PenerjemahMasykur A.B., dkk, (Jakarta: Lentera, 1999).

h.170-173. Lihat juga Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, jil. 2, Penerjemah Khairul Amru Harahap, dkk,

(Jakarta: Cakrawala Publishing, 2012), h.221.

Page 98: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

87

komentar terkait penentuan awal bulan Ramadhan dengan bantuan astrolog, atau

dengan menggunakan teknologi.

Praktek rukyat yang dilakukan oleh jama‟ah Tarekat Syattariyah yang

terdapat di Surau Calau ini tidak seperti praktek rukyat yang dilakukan oleh

ormas-ormas Islam lainnya, seperti NU dan Pemerintah. Misalnya untuk kasus

Ramadhan 1437 H NU dan Pemerintah menetapkan tanggal 6 Juni 2016 sebagai 1

Ramadhan 1437 H, sedangkan Tarekat Syattariyah berdasarkan Takwim yang

mereka yakini kebenarannya menetapkan 1 Ramadhan 1437 H pada hari Rabu

tanggal 8 Juni 2016 yaitu ada selisih waktu selama dua hari.

Selisih waktu antara Tarekat Syattariyah dengan NU dan Pemerintah dalam

menentukan awal Ramdhan serta Syawal adalah karena perbedaan metode yang

mereka gunakan. Tarekat Syattariyah sendiri berpedoman kepada metode hisab

„urfi dengan perhitungan dengan menggunakan metode hisab tradisional yang

hasilnya bersifat tetap kecuali pada bulan Dzulhijjah pada tahun kabisat berumur

30 hari.19

Pemerintah dan NU menggunakan metode hisab hakiki tahqiqi dan

hisab hakiki tadqiqi yang berpedoman kepada koreksi data gerak bulan maupun

data gerakan matahari menggunakan rumus-rumus spherical trigonometri

sehingga didapat data yang sangat teliti dan akurat dengan bantuan perhitungan

alat-alat elektronika moderen.20

Jadi dapat disimpulkan bahwa sebab terjadinya

perbedaan dan selisih waktu dari penentuan awal bulan hijriyah baik Ramadhan

maupun Syawal antara Tarekat Syattariyah dengan Pemerintah dan NU adalah

19

Maskufa, “Hisab Hakiki Muhammadiyah”, Ahkam X, no. 1 (Maret 2008): h. 128. 20

Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, cet. 1 (Yogyakarta: UIN-Malang Pers, 2008), h.

228

Page 99: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

88

karena perbedaan metode dan jenis perhitungan dalam menentukan takwim

hijriyah itu sendiri.

Page 100: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

89

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian serta hasil penelitian yang penulis sajikan pada bab-bab

sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Pertama: Landasan

yang digunakan oleh penganut Tarekat Syattariyah di Surau Calau tentang

penentuan awal bulan hijriyah khususnya penentuan awal Ramadhan dan Syawal

berdasarkan kepada dalil-dalil yang kuat seperti Al-Quran dan Sunah Nabi

Muhammad SAW serta dari pemahaman yang mereka terima dari Syaikh-syaikh

terdahulu, salah satu buktinya adalah pengamalan mereka terhadap peninggalan

berupa manuskrip takwim yang terdapat di Surau Calau kecamatan Sijunjung.

Kedua: Metode penentuan awal bulan hijriyah yang digunakan oleh

penganut Tarekat Syattariyah di Surau Calau adalah dengan menggunakan hisab

takwim untuk menentukan tanggal satu bulan hijriyah yang perhitungannya

berdasarkan huruf tahun dan huruf bulan. Hisab takwim juga digunakan sebagai

patokan untuk malakukan kegiatan mancaliak bulan (melihat bulan) bukan

sebagai patokan untuk penentuan awal Ramadhan maupun Syawal. Sedangkan

untuk menentukan awal Ramadhan dan Syawal harus ditetapkan berdasarkan

ru‟yat al-hilal bukan dengan hisab takwim.

B. Saran-saran

1. Penganut Tarekat Syattariyah di Surau Calau hendaklah menerima

perkembangan teknologi untuk mendapat data yang lebih akurat dan

Page 101: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

90

bisa menggabungkannya dengan takwim hijriyah yang selama ini di

lakukan di Surau Calau tanpa harus menghilangkan tradisi sebelumnya

yang telah dilakukan secara turun-temurun.

2. Para Ilmuwan dan Ulama berkewajiban memberikan penjelasan

mengenai takwim hijriyah yang dilaksanakan di Surau Calau, karena

tidak semua masyarakat mengetahuinya, sehingga ada sebagian

masyarakat yang berpandangan kurang baik terhadap takwim hijriyah di

Surau Calau ini.

3. Bagi seluruh peneliti khususnya mahasiswa hendaklah lebih intens lagi

dalam melakukan penelitian dibidang filologi, untuk mencapai

pemahaman yang tersimpan dibalik manuskrip. Sehingga dapat

memahami dan menganalisa maksud dan tujuan dari manuskrip dan

manjadi sebuah pengetahuan yang bermanfaat dalam kehidupan.

Page 102: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

91

DAFTAR PUSTAKA

Akhimuddin, Yusri. “[Asal Khilaf Bilangan Takwim]: Relasi Ulama-Ulama di

Minangkabau Abad ke-17 dalam Penetapan Awal Ramadhan.” Manassa

Manuskripta II. No.1 (2012).

Al Bayan, Shahih Bukhari Muslim, cet. 10. Penerjemah Jabal. Bandung: Jabal,

2013.

Anas, Imam Malik bin. Al Muwaththa‟ Imam Malik. Penerjemah Nur Alim, dkk.

Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.

Arsip Sejarah Ringkas Syekh Burhanuddin yang disahkan oleh Kepala Kantor

Departemen Agama Padang Pariaman tanggal 6 November 2004 di

Pariaman.

Atsqani, Ibnu Hajar. Buluughul Maraam Min Adilatil Ahkaam. Penerjemah

Masdar Helmy. Bandung: Gema Risalah Press, 2012.

Azhari, Susiknan. “Penyatuan Kalender Islam: Mendialogkan Wujud Al-Hilal dan

Visibilitas Hilal.” Ahkam XIII. No.2 (Juli 2013): h. 157-166.

Dikjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan

Agama. Selayang Pandang Hisab Rukyat. Jakarta : Direktorat Pembinaan

Peradilan Agama, 2004.

Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Republik

Indonesia. Almanak Hisab Rukyat, cet. III. Jakarta: Direktorat Jendral

Bimbingan Masyarakat KEMENAG, 2010.

Fanani, Ahwan. “Ajaran Tarekat Syattariyyah dalam Naskah Risalah Shattariyyah

Gresik.” Walisongo 20. No. 2 (November 2012): h. 348-369.

Fathurahman, Oman, dkk. Filologi dan Islam Indonesia, cet. I. Jakarta: Puslitbang

Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI,

2010.

Fathurrahman, Oman. “Tarekat Syattariyyah: Memperkuat Ajaran Neosufisme.”

Dalam Sri Mukyati et.al., Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2006. h. 152

Fathurrahman, Oman. Tarekat Syattariyah di Minangkabau. Jakarta: Prenada

Media Group, 2008).

Page 103: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

92

Harry Iskandar, “Surau Syech Gadang Burhanuddin dan Surau Tinggi Calau”,

artikel diakses pada 25 Juli 2016 dari

http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/2016/02/02/surau-syech-

gadang-burhanuddin-dan-surau-tinggi-calau/.

Izzuddin, Ahmad. Fiqih Hisab Rukyat. Jakarta: Erlangga, 2007.

Jamil, A. Ilmu Falak (Teori dan Aplikasi): Arah Qiblat, Awal Waktu, dan Awal

Tahun (Hisab Kontemporer), cet. III. Jakarta: Amzah, 2014.

Jawad Mughniyah, Muhammad. Al-Fiqh „ala al-Madzahib al-Khamsah.

Penerjemah Masykur A.B., dkk. Cet. 4. Jakarta: Lentera, 1999.

Kadrianto. “Teks Takwim dalam Naskah-Naskah Koleksi Surau Calau: Teks dan

Konteks.” Hantaran FIB UNAND. (2013).

Kementerian Agama Republik Indonesia (KEMENAG). Almanak Hisab Rukyat,

cet. III. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

KEMENAG, 2010.

Konservasi Naskah Calau artikel diakses pada 29 Juli 2016

http://www.sumbarprov.go.id/details/news/7703.

Lajnah Falakiah. Pedoman Rukyat dan Hisab Nahdlatul Ulama. Jakarta: Lajnah

Falakiah Pengurus Besar NU, 2006.

Lidwa Pustaka. “Kitab Sembilan Imam.” i-Software.

Maskufa. “Hisab Hakiki Muhammadiyah.” Ahkam 10. No. 1 (Maret 2008): h.

118-134.

Maskufa. Ilmu Falak, cet. I. Ciputat: Gaung Persada Press, 2009.

Al-Mundziri, Al-Hafizh „Abdul „Azhim bin „Abdul Qawi Zakiyuddin.

Mukhtashar Shahih Muslim. Penerjemah Achmad Zaidun. Jakarta: Pustaka

Amani, 2003.

Murtadho, Mohammad. Ilmu Falak Praktis, cet I. Yogyakarta: UIN-Malang Pers,

2008.

Pinto, Nandi. “Pemahaman Hadis Ru‟yat al-Hilal Menurut Ulama Syattariyah

Ulakan Padang Pariaman.” Manassa Ulunnuha 3. No. 2 (Oktober

2014):197-207.

Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama, Puslitbang

Kehidupan Beragama, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan,

Page 104: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

93

Departemen Agama , Hisab Rukyat dan Perbedaannya. Jakarta:

Departemen Agama, 2004.

Al Qurthubi, Syaikh Imam. Tafsir Al Qurthubi, jilid. 15. Penerjemah Muhyiddin

Mas Rida, dkk. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Al Qurthubi, Syaikh Imam. Tafsir Al Qurthubi, jilid. 8. Penerjemah Budi Rosyadi,

dkk. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

Al-Quran surat Al-Baqarah :189, Yunus: 5, Al-Isra‟:12, At-Taubah: 36, Al-

Baqarah: 185, Yasin:39.

Rimadany, Ashma “Comparative Study Between Naqsabandiyah and Syattariyah

Congregations In Determining the Beginning of Islamic Lunar Month in

West Sumatera Province,” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2016).

Saksono, Tono. Mengkompromikan Rukyat dan Hilal. Jakarta: PT. Amythas

Publica, 2007.

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah 2. Penerjemah Khairul Amru Harahab, dkk. Cet. 3.

Jakarta: Cakrawala Publishing, 2012.

Sl. Tgk. Mudo, Umar. Risalah Nurul Amaliah. Muaro, 2010.

Shofiyullah. Mengenal Kalender Lunisolar di Indonesia. Malang : PP. Miftahul

Huda, 2006.

Asy-Syaukani, Al Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad. Tafsir Fathul

Qadir, jilid. I. Penerjemah Amir Hamzah Fachruddin, Asep Saefullah.

Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

Ath Thabari, Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir. Tafsir Ath-Thabari, jilid 13.

Penerjemah Anshari Taslim, dkk. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Ath Thabari, Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir. Tafsir Ath-Thabari, jilid 16.

Penerjemah Misbah, dkk. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Umar, Tk. Ali, “Tesis Ali Umar Bab II”, artikel diakses pada 29 Juli 2016 dari

http://ungkuali.blogspot.co.id/2011/01/tesis-ali-umar-bab-ii_20.html?m=1.

Wawancara dengan Umar Sl. Tgk. Mudo 15 Februari 2016.

Az-Zabidi, Al-Imam Zainudin Ahmad bin Abd Al-Lathif. At-Tajriid Ash-Shariih

li Ahaadits Al-Jaami‟ Ash-Shahih. Penerjemah Achmad Zaidun. Jakarta:

Pustaka Amani, 2002.

Page 105: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

94

Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Jilid 3. Penerjemah Abdul

Hayyie al-Kattani, dkk. Jakarta: Gema Insani, 2011.

Page 106: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

Lampiran 1

Page 107: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

Lampiran 2

Page 108: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

Pedoman Wawancara

Nama : Umar Sl. Tgk. Mudo

Alamat : Pasar Jumat, Nagari Muaro, Kec. Sijunjung

Jabatan : Guru Tarekat Syattariyah di Surau Calau

Pekerjaan : Pedagang

Tempat : Ruko milik Narasumber di Pasar Jumat, Nagari Muaro

Tanggal : 15 Februari 2016

1. Apakah landasan yang digunakan Tarekat Syattariyah dalam menentukan

awal bulan hijriyah?

Dalam menentukan awal bulan hijriyah kami berlandaskan kepada Al-

Quran dan Sunnah Nabi SAW seperti yang tertera di dalam manuskrip

takwim yang terdapat di Surau Calau dan juga bisa dilihat dalam buku

Risalah Nurul Amaliyah yang saya tulis ulang yang bersumber dari

manuskrip takwim peninggalan Syaikh Abdul Wahid yang terdapat di Surau

Calau ini.

2. Bagaimana metode penentuan awal bulan menurut Tarekat Syattariyah di

Surau Calau?

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menentukan awal bulan

hijriyah bagi jamaah Tarekat Syattariyah di Surau Calau terutama yang

berkaitan dengan penentuan awal Ramadhan dan Syawal yaitu melakukan

hisab takwim untuk menentukan huruf tahun dan huruf bulan, untuk

menentukannya dilakukan dengan tiga cara, diantaranya:

a) Berpedoman kepada huruf tahun lahir Nabi SAW yaitu huruf

Ha. Caranya huruf tahun dibagi dengan angka 8 (jumlah huruf

bulan) lalu angka sisa dari pembagian tersebut yang akan di

Page 109: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

jadikan patokan untuk menentukan huruf tahunnya. Misalnya

sisa pembagian 5 maka untuk menentukan huruf tahun dihitung

sebanyak lima kali dari huruf Ha maka itulah yang akan

menjadi huruf tahunnya.

b) Berpedoman kepada huruf tahun Hijrah Nabi SAW yaitu Wa

caranya sama tapi sebelum dibagi dengan 8 maka harus

dikurangi dulu dengan lama hidup Nabi SAW di Makkah yaitu

53 tahun.

c) Berpedoman dengan menggunakan huruf wafat Nabi SAW yaitu

Alif sebelum dibagi 8 harus dikurangi terlebih dahulu dengan

lama umur Nabi SAW yaitu 63 tahun.

Setelah huruf tahun ditemukan untuk menentukan harinya adalah huruf

tahun ditambah huruf bulan dan hasilnya dihitung dari hari Kamis.

Setelah tanggal satu dalam Ramadhan ataupun Syawal telah ditemukan

berdasarkan hisab takwim, maka tahap selanjutnya adalah melakukan

kegiatan mancaliak bulan yaitu dilakukan sehari sebelum tanggal satu dari

hisab takwim tadi untuk memastikan apakah malam itu hilal benar-benar

sudah terlihat. Misalnya dalam menentukan awal Ramadhan kalau malam

itu hilal tidak terlihat maka akan digenapkan Sya‟ban menjadi 30 hari

walaupun menurut hisab takwim besok sudah masuk tanggal 1 pada bulan

Ramadhan. Karena untuk mentukan awal Ramadhan dan Syawal harus

dengan terlihatnya hilal, dan hisab takwim disini sebagai alat bantu atau

Page 110: TAKWIM HIJRIYAH TAREKAT SYATTARIYAH (Studi Filologi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42562/1/SEPTIAN DWITTES-FSH.pdf · perhitungannya mengacu pada waktu bumi

pedoman untuk menentukan kapan kegiatan melihat hilal bukan sebagai

patokan untuk menentapkan awal Ramadhan.

3. Apakah bantuan alat teknologi di perbolehkan dalam proses rukyatul hilal

bagi Tarekat Syattariyah di Surau Calau?

Kegiatan mancaliak bulan harus dilakukan dengan menggunakan mata

telanjang tidak dengan menggunakan alat bantu seperti teropong bintang

dan lain-lainnya. Walaupun dalam proses melihat hilal dengan bantuan alat

moderen seperti teropong bintang dan lain sebagainya dapat terlihat kami

tetap tidak akan mempercayainya. Karena kami menetapkan awal

Ramadhan maupun Syawal harus dengan mata tidak dengan bantuan

teknologi, apabila salah satu dari kami melihat hilal maka kami akan

melakukan sumpah di Surau Calau apakah kesaksian orang ini dapat

dipercaya apa tidak yang dihadiri oleh jamaah Tarekat maupun niniak

mamak se-nagari Muaro.