tahun anggaran 2019-2023 - kabupaten probolinggo · 2019. 10. 3. · bupati probolinggo provinsi...
TRANSCRIPT
Halaman i
RENCANA STRATEGIS
TAHUN ANGGARAN 2019-2023
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO
DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN
Halaman II
Halaman iii
BUPATI PROBOLINGGO
PROVINSI JAWA TIMUR
PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO
NOMOR : 17 TAHUN 2019
TENTANG
RENCANA STRATEGIS PERANGKAT DAERAH KABUPATEN
PROBOLINGGO TAHUN 2018-2023
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PROBOLINGGO
Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 273 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015,
perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Rencana
Strategis Perangkat Daerah Kabupaten Probolinggo Tahun
2018-2023.
mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan
Propinsi Jawa Timur sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Rencana
Pembangunan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
Halaman IV
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017
tentang Tata Cara Perencanaan Pengendalian dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah serta Tata Cara Perubahan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah;
10. Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 08 Tahun
2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJP Daerah) Kabupaten Probolinggo Tahun 2005-2025;
11. Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 6 Tahun
2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJM Daerah) Kabupaten Probolinggo Tahun
2018-2023;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO
Dan
BUPATI PROBOLINGGO
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : PERATURAN BUPATI TENTANG RENCANA STRATEGIS
PERANGKAT DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO
TAHUN 2018-2023
Halaman v
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan
1. Daerah adalah Kabupaten Probolinggo
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Probolinggo
3. Bupati adalah Bupati Probolinggo
4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat
RPJM Daerah Daerah adalah dokumen Perencanaan daerah untuk periode 5
(lima) tahun.
5. Rencana Strategis Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Renstra PD adalah
dokumen perencanaan Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
6. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dalam penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah.
7. Kepala Bappeda adalah Kepala Bappeda Kabupaten Probolinggo.
BAB II
RENSTRA PD
Pasal 2
(1) Renstra PD disusun berdasarkan RPJM Daerah Tahun 2018-2023 dan
diselarakan dengan pencapaian sasaran program dan kegiatan pembangunan
yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian atau Lembaga Pemerintah
Non Kementerian serta Renstra PD Provinsi Jawa Timur
(2) Jangka waktu efektif pelaksanaan Renstra PD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terhitung sejak tahun 2019 sampai dengan tahun 2023.
Pasal 3
Renstra PD sebagaiman dimaksud dalam pasal 2 sebagai landasan penyusunan
Rencana Kerja Perangkat Daerah serta alat evaluasi kinerja Perangkat Daerah Tahun
2019 sampai dengan Tahun 2023.
BAB III
SISTEMATIKA RENSTRA PD
Pasal 4
(1) Sistematika Renstra PD disusun sebagai berikut :
Halaman VI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : GAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH
BAB III : ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN
FUNGSI
BAB IV : TUJUAN DAN SASARAN
BAB V : STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI : RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN
BAB VII : KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN
BAB VIII : PENUTUP
(2) Penjabaran Renstra PD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan peraturan Bupati
ini.
BAB IV
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 5
(1) Kepala Perangkat Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap
pelaksanaan Renstra PD.
(2) Kepala Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaporkan
hasil pengendalian dan evaluasi Renstra PD kepada Bupati melalui kepala
Bappeda.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 6
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini
dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Probolinggo.
Ditetapkan di Probolinggo
Pada Tanggal 27 Maret 2019
BUPATI PROBOLINGGO
Hj. P. TANTRIANA SARI, SE.
Halaman vii
Halaman i
SAMBUTAN BUPATI PROBOLINGGO
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmatNya sehingga Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten
Probolinggo menyelesaikan dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo.
Dalam konteks perencanaan dengan mengacu kepada perundangan yang
ada, bahwa setiap OPD harus mempunyai renstra, sehingga disusunlah
perencanaan jangka menengah (Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian)
yang selanjutnya akan menjadi pedoman bagi perencanaan tahunan (Renja)
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian.
Dengan tersusunnya Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo ini diharapkan mempercepat proses pembangunan
urusan pangan dan urusan pertanian di Kabupaten Probolinggo menuju
Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Probolinggo Berahklak Mulia yang
Sejahtera, Berkeadilan dan Berdaya Saing.
Akhirnya kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang turut serta
memberikan sumbangsih dalam penyusunan dokumen Rencana Strategis ini .
Probolinggo, 27 Maret 2019
BUPATI PROBOLINGGO
Hj. P. TANTRIANA SARI, SE.
Halaman II
Halaman iii
DAFTAR TABEL
Nomor
Nama Tabel Halaman
Tabel 2.1 Aspek dan Indikator Kinerja Menurut Bidang
Urusan Penyelenggaraan Tingkat Sasaran
(dampak/impact) Pemerintah Daerah.
8
Tabel 2.2 Pembagian Urusan Pemerintah Bidang
Pangan.
10
Tabel 2.3 Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang
Pertanian
10
Tabel 2.4 Komposisi Sumber daya Manusia Di DKPP
berdasarkan Jabatannya.
17
Tabel 2.5 Lokasi aset Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo.
19
Tabel 2.6 Neraca Keuangan Dinas Ketahanan Pangan
dan Pertanian - Per 31 Desember 2018
20
Tabel 2.7 Daftar dan nilai aset yang dimiliki oleh DKPP
Tahun 2017
21
Tabel 2.8 Keadaaan UPT Produksi Benih Tanaman
Pangan (1 unit)
22
Tabel 2.9 Keadaan UPT Produksi Tanaman
Hortikultura
23
Tabel 2.10 Perbandingan kebutuhan dan keberadaan
sarana di UPT Produksi Benih Tanaman
Hortikultura.
24
Tabel 2.11 Perkembangan Pembiayaan Unit
Pembenihan Kentang Desa Cepoko
Kecamatan Sumber Tahun 2008-2018
25
Tabel 2.12 Kondisi Unit pembenihan Hortikultura (1 unit) 25
Tabel 2.13 Penampilan Gudang Pangan desa Sukodadi
kec Paiton
26
Tabel 2.14 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten
Probolinggo tahun 2014-2018
28
Tabel 2.15 Anggaran dan Realisasi Pendanaan
Pelayanan DKPP Kabupaten Probolinggo
(2014-2023)
29
Tabel 2.16 Perbandingan Realisasi Kinerja dengan
Realisasi Nasional Tahun 2017.
30
Tabel 2.17 Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015-
2018
31
Halaman IV
Tabel 2.18 Luas Areal Panen Tanaman Pertanian di
Kabupaten Probolinggo
33
Tabel 2.19 Perkembangan Jumlah Alat Mesin Pertanian
Tahun 2013-2017
35
Tabel 2.20 Luas Daerah Berdasarkan Kemiringan Tanah
di Kabupaten Probolinggo (Ha)
38
Tabel 2.21 Sungai di Kabupaten Probolinggo 39
Tabel 2.22 Danau atau Ranu di Kabupaten Probolinggo 40
Tabel 2.23
Data Penggunaan Lahan Tahun 2018 di Kab.
Probolinggo (Ha)
42
Tabel 2.24
Penduduk berumur 15 tahun yang bekerja
menurut lapangan usaha dan jenis kelamin
tahun 2015
46
Tabel 2.25 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian
menurut Jenis Usaha Pertanian yang
dikerjakan
44
Tabel 2.26 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian
menurut Jenis Usaha Pertanian yang Utama
45
Tabel 3.1
Permasalahan Untuk Penentuan Prioritas
dan Sasaran Pembangunan Daerah
48
Tabel 3.2 Jumlah estimasi Ekspor dan Impor pangan
di Kab. Probolinggo Tahun 2017
50
Tabel 3.3 Kelompok Masyarakat yang pernah
mendapatkan bantuan sarana Lumbung
pangan
54
Tabel 3.4.
Peringkat Desa berdasarkan Indeks
Ketahanan dan Kerentanan Pangan
Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
57
Tabel 3.5 Data Tingkat ketahanan dan kerentanan
pangan di Kabupaten Probolinggo
59
Tabel 3.6 Data desa yang sangat rawan Kabupaten
Probolinggo
59
Tabel 3.7 Perbandingan Produksi dan Konsumsi Beras
(ton) per per bulan
60
Tabel 3.8 Desa yang diprioritaskan dalam penanganan
balita stunting
62
Tabel 3.9 Konsumsi Pangan Penduduk Kabupaten
Probolinggo Tahun 2017
63
Tabel 3.10
Perbandingan Produksi dan Konsumsi
Pangan di Kabupaten Probolinggo
berdasarkan komoditi pertanian Tahun 2017
64
Tabel 3.11
Jenis bencana alam, Kerugian, Mitigasi
Adaptasi bencana Sektor Pertanian di
Kabupaten Probolinggo
66
Tabel 3.12 Luas (Ha) serangan OPT tahun 2016-2018 70
Halaman v
Tabel 3.13 Perbandingan Penggunaan Lahan Sawah
untuk Padi Tahun 2010-2018 di Kabupaten
Probolinggo (dalam Ha)
71
Tabel 3.14 Kondisi alat mesin pertanian tahun 2017 72
Tabel 3.15 Perbandingan luas penggunaan lahan Tahun
2010-2017
74
Tabel 3.16 Rekap kelompok tani berdasarkan kelas
kelompok Provinsi Jawa Timur
75
Tabel 3.17 Data Kelas 1506 Kelompok Tani di
Kabupaten Probolinggo
76
Tabel 3.18 Jumlah Gapoktan dan Poktan berbadan
hokum
77
Tabel 3.19 Jumlah Tanaman Mangga yang dibongkar di
Kabupaten Probolinggo selama 5 tahun
terakhir
83
Tabel 3.20 Jumlah tanaman Alpokat yang dibongkar di
Kabupaten Probolinggo selama 5 tahun
terakhir
84
Tabel 3.21 Serangan Hama penyakit utama pada
bawang merah
88
Tabel 3.22 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kabupaten
Probolinggo Tahun 2018-20
93
Tabel 3.23 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kabupaten
Probolinggo Tahun 2019-2023 terkait DKPP
94
Tabel 3.24 Tujuan dan Indikator Tujuan Kabupaten
Probolinggo Tahun 2019-2023 terkait DKPP
95
Tabel 3.25 Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten
Probolinggo Tahun 2014 – 2018
98
Tabel 3.26 Perbandingan jumlah pengeluaran pangan 99
Tabel 3.27 Bobot indikator Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan Expert Judgement
101
Tabel 3.28 Data PDRB ADHK Lapangan Usaha
Pertanian,Kehutanan, dan Perikanan
Kabupaten Probolinggo, tahun 2014-2017
103
Tabel 3.29 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian 105
Tabel 3.30 Jumlah anggaran dari Kementerian
Pertanian melalui Tugas Pembantuan dan
DAK kepada Kabupaten Probolinggo.
109
Tabel 3.31 Luas (Ha) Potensi Pengembangan Kawasan
Padi di Probolinggo
110
Tabel 3.32 Rencana Pentahapan Pemanfaatan
STRUKTUR RUANG sesuai RTRW
Kabupaten Probolinggo
114
Halaman VI
Tabel 3.33 Rencana Pentahapan Pemanfaatan Pola
Ruang sesuai RTRW Kabupaten
Probolinggo periode 2010-2029
118
Tabel 3.34 Selama kurun waktu 2014-2018, terjadi
perubahan iklim setiap tahunnya
132
Tabel 3.35 Target dan Indikator SDG’s terkait dengan
Urusan Pangan dan Urusan Pertanian
134
Tabel 3.36 Luas Indikasi LP2B di Kabupaten
Probolinggo
137
Tabel 4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah
Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo
144
Tabel 5. 1 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan kebijakan
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo
147
Tabel 6.1 Rencana Program, Kegiatan, dan
Pendanaan Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo TA 2019 –
2023
180
Tabel 7.1 Indikator Kinerja Dinas Ketahanan Pangan
dan Pertanian yang mengacu pada Tujuan
dan Sasaran RPJMD
199
Tabel 7.2 Target skor PPH Konsumsi Pangan
Penduduk Tahun 2019 – 2023
200
Tabel 7.3 Target Konsumsi Pangan Penduduk Tahun
2019 – 2023
200
Tabel 7.4 Target Penyediaan Pangan Penduduk Tahun
2019 – 2023
202
Tabel 7.5 Target Produksi di Kawasan Tanaman
Pertanian Tahun 2019 – 2023
203
Halaman vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Nama Gambar
Halaman
Gambar 2.1 Struktur Organisasi DKPP 16
Gambar 2.2 Komposisi Pegawai di DKPP 17
Gambar 2.3 Komposisi tingkat pendidikan di DKPP 18
Gambar 2.4 Komposisi matapencaharian penduduk
Probolinggo berdasarkan sektor
46
Gambar 2.5 Perbandingan jumlah penduduk idle (terlatih &
tidak terlatih tahun 2013-2017)
47
Gambar 3.1 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan
Kabupaten Probolinggo
56
Gambar 3.2 Produksi Pertanian Tahun 2003-2017 65
Gambar 3.3 Tingkat permasalahan dirasakan petani 66
Gambar 3.4 Grafik Produktivitas tanaman buah
di Kabupaten Probolinggo tahun
2002-2017
69
Gambar 35 Perbandingan % kelas kelompok tani 77
Gambar 3.6 Komposisi Tanaman Jagung tahun 2018 79
Gambar 3.7 Perkembangan Luas Panen Kedelai
tahun 2002- 2018 di Kabupaten Probolinggo
80
Gambar 3.8 Sebaran Ubi Kayu Kabupaten Probolinggo 81
Gambar 3.9 Komposisi varietas mangga diusahakan 82
Gambar 3.10 Pola Tanam, Produksi, dan harga cabe rawit
per bulan tahun 2016 di Kabupate
85
Gambar 3.11 Peta serangan Kwangwung pada Kelapa 92
Gambar 3.12 Gambar Indeks Gini Kabupataen Probolinggo
Tahun 2014 – 2017
97
Halaman VIII
Gambar 3.12 Kerangka Konsep Ketahanan Pangan 101
Gambar 3.13 Laju Perkembangan PDRB per Kapita
Kabupaten ProbolinggoTh 2013-2017 (dalam
Rp)
103
Gambar 3.14. Kontribusi ekonomi per Komoditi Pertanian
Tahun 2018
104
Gambar 3.15 Kecenderungan Produksi Pangan Tahun
2002-2018 (Ton)
106
Gambar 3.16 Produksi Padi tahun 2002-2018 109
Gambar 3.17 Rencana Aksi Pengembangan Bawang
Merah Probolinggo 2016-2020
110
Gambar 4.1 Keselarasan RPJMD Kab. Probolinggo-
Renstra
140
Halaman ix
GLOSARIUM
Konsep dasar
Tujuan, adalah suatu kondisi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 5 (lima) Tahunan.
Sasaran, adalah rumusan kondisi yang menggambarkan tercapainya tujuan, berupa hasil pembangunan Daerah/ Perangkat daerah yang diperoleh dari pencapaian hasil (outcome) program Perangkat Daerah.
Program, penjabaran kebijakan perangkat daerah dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan tugas dan fungsi.
Kegiatan, adalah serangkaian aktivitas pembangunan yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah untuk menghasilkan keluaran (output) dalam rangka mencapai hasil (outcome) suatu program.
Kinerja, adalah capaian keluaran/ hasil/ dampak dari kegiatan/ program/ sasaran sehubungan dengan penggunaan sumber daya pembangunan.
Isu Strategis, adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya yang signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak, berjangka menengah/ panjang, dan menentukan pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintah daerah di masa yang akan datang.
Indikator kinerja diartikan sebagai ukuran kuantitatif/kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran/tujuan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja merupakan sesuatu yang dapat diukur sebagai dasar untuk menilai kinerja, baik dalam tahap perencanaan (ex-ante), tahap pelaksanaan (on-going), maupun tahap setelah kegiatan selesai (ex-post). Indikator kinerja juga digunakan untuk meyakinkan apakah kinerja organisasi menunjukkan kemajuan dalam rangka menuju tujuan/sasaran yang telah ditetapkan. Tanpa indikator kinerja, maka akan sulit menilai kinerja kebijaksanaan/ program/kegiatan yang pada akhirnya bermuara pada kinerja organisasi.
Sebagai tanda yang berfungsi sebagai alat ukur pencapaian kinerja suatu kegiatan, progam atau sasaran dan tujuan dalam bentuk keluaran (output), hasil (outcome), dan dampak (impact)
Indikator Masukan (input) adalah jumlah sumberdaya seperti dana, SDM, peralatan, material dan masukan lain ; yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan dalam program. Dengan meninjau distribusi sumberdaya yang dimiliki, akan diketahui apakah input telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Keluaran (output) adalah suatu bentuk akhir berupa barang atau jasa dari serangkaian proses atas sumber daya pembangunan agar hasil (outcome) dapat terwujud.
Hasil (outcome) adalah keadaan yang ingin dicapai atau dipertahankan pada penerima manfaat dalam periode waktu tertentu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari beberapa kegiatan dalam satu program.
Halaman X
Indikator Manfaat (benefit) adalah gambaran manfaat yang diperoleh secara langsung dari indikator hasil. Manfaat baru nampak setelah beberapa waktu kemudian, dan bisa dicapai bila keluaran dapat diselesaikan dan berfungsi dengan optimal (tepat lokasi, tepat, waktu, dan tepat sasaran)
Dampak (impact) adalah kondisi yang ingin diubah berupa hasil pembangunan/ layanan yang diperoleh dari pencapaian hasil (outcome) beberapa program.
SAKIP (Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah), adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintahan.
Sistem Pengendalian Intern (SPI), adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Dengan 5 unsur SPI, yaitu : [1] Lingkungan Pengendalian, [2] Penilaian resiko, [3] Kegiatan pengendalian, [4] Informasi dan Komunikasi, [5] Pemantauan Pengendalian Intern
Musrenbang, (Musyawarah Perencanaan Pembangunan), forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan Nasional dan rencana pembangunan Daerah.
PRA (Participatory Rural Apraisal), metodologi yang lebih efektif menangkap kompeksitas, dapat mengungkapkan ragam realitas (multiple reality), memprioritaskan pada realitas kemiskinan dan ketidakberuntungan, pemberdayaan masyarakat bawah, bernilai pembelajaran berkelanjutan dan berhubungan dengan semangat belajar untuk berbuat.
Peta proses Bisnis (tata laksana), adalah diagram yang menggambarkan hubungan kerja yang efektif dan efisien antar unit organisasi untuk menghasilkan kinerja sesuai dengan tujuan pendirian organisasi agar menghasilkan keluaran yang bernilai tambah bagi pemangku kepentingan.
Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.
Berdaya Saing, dicirikan antara lain berorientasi pasar, meningkatnya pangsa pasar khususnya pasar internasional dan mengandalkan produktivitas dan nilai tambah melalui pemanfaatan modal (Capital driven), pemanfaatan teknologi (innovation driven) serta kreativitas sumberdaya manusia terdidik (skill driven) dan bukan lagi mengandalkan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga kerja tak terdidik (factor driven)
Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian, adalah yang dialokasikan dalam APBN kepada daerah dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan pemenuhan sarana prasarana di bidang pertanian yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional di bidang pertanian.
Halaman xi
Pemangku kepentingan (stakeholder) adalah individu dan perwakilan kelompok masyarakat, institusi/lembaga yang mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD, yang meliputi unsur pemerintah, organisasi non pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha, dan masyarakat.
KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) adalah serangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa kaidah pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan atau program.
Pembangunan berkelanjutan adalah upaya untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan kualitas hidup manusia, dengan cara: (a) memanfaatkan sumber daya hayati yang tidak melebihi kemampuan regenerasinya, dan atau memanfaatkan sumber daya non hayati yang tidak melebihi laju inovasi substitusinya; (b) memanfaatkan sumber daya alam saat ini dengan tidak mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang; dan (c) memanfaatkan sumber daya yang belum diketahui dampaknya secara hati-hati dan didukung oleh penelitian ilmiah yang memadai.
Nilai Tukar Petani (NTP), merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk melihat perkembangan tingkat kesejahteraan petani (kemampuan daya beli) dari waktu ke waktu. Disini diukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang / jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan untuk keperluan dalam menghasilkan produk pertanian.
Kedaulatan Pangan, hal-hal yang bersifat back to basic atau back to nature dengan memprioritaskan produksi untuk pemenuhan dan keberlanjutan pangan lokal dan pasar lokal melalui pengadaan input-input produksi pertanian yang memanfaatkan kearifan setempat dan ramah lingkungan.
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), Total nilai tambah atas harga dasar barang dan jasa yang dihasilkan berbagai unit produksi di suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu biasanya dalam satu tahun ditambah pajak atas produk neto. Tahun 2015 kontribusi PDRB di Kabupaten Probolinggo untuk lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 38,21 %.
Agropolitan, Siasat dalam pengembangan pedesaan dengan memberikan pelayanan perkotaan di kawasan pedesaan. Pusat pelayanan diberikan baik dalam bentuk pelayanan teknik budidaya pertanian, kredit modal kerja, dan informasi pasar sehingga dapat menekan produksi dan biaya pemasaran.
.Agribisnis
Agribisnis, Seluruh kegiatan yang menyangkut manufaktur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan usahatani, serta penyimpanan, pengolahan dan distribusi dari produk pertanian dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produksi pertanian.
SOP / SPO, (Standart Operational Prosedure), merupakan prosedur yang disusun untuk diterapkan dalam budidaya pertanian tanaman pangan dan hortikultura dengan spesifik varietas dan lokasi (kawasan tertentu) dengan maksud untuk menghasilkan kualitas tertentu.
Halaman XII
GAP (Good Agriculture Practice), merupakan prosedur yang disusun untuk diterapkan dalam perlakuan pasca panen pada komoditi pertanian spesifik dan lokasi (kawasan tertentu) agar dihasilkan kualitas dan keamanan pangan.
SCM (supply chain management) adalah suatu jejaring organisasi yang saling tergantung dan bekerjasama secara menguntungkan melalui pengembangan sistem manajemen untuk perbaikan sistem penyaluran produk, informasi, pelayanan dan dana dari pemasok ke pengguna akhir (konsumen).
GHP (Good Handling Practice), merupakan prosedur yang disusun untuk diterapkan dalam perlakuan pengolahan hasil pada komoditi pertanian spesifik dan lokasi (kawasan tertentu) agar dihasilkan kualitas dan keamanan pangan.
Jaringan kerja (networking) Pembentukandan penguatan hubungan antara individu, kelompok, dan organisasi dengan kepentingan dan tujuan yang sama.
Kelembagaan Petani, adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk Petani guna memperkuat dan memperjuangkan kepentingan Petani (UU 19/2013).
Kelembagaan Ekonomi Petani, adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan Usaha Tani yang dibentuk oleh, dari, dan untuk Petani guna meningkatkan produktivitas.
Pemberdayaan Petani, adalah segala upaya untuk meningkatkan kemampuan Petani untuk melaksanakan Usaha Tani yang lebih baik melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil pertanian, kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, serta penguatan kelembagaan Petani (UU 19/2013).
Perlindungan Petani, adalah segala upaya untuk membantu Petani dalam menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh prasarana dan sarana produksi, kepastian usaha, resiko harga, kegagalan panen, praktik ekonomi biaya tinggi, dan peruabahan iklim (UU 19/2013)
Pertanian, adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan managemen untuk menghasilkan komoditas Pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan dalam suatu agroekosistem (UU 19/2013).
Petani, orang perseorangan dan/ atau / beserta kelurganya melakukan usaha tani di bidang tanaman pangan dan hortikultura
RC Ratio (Renewal of Cost Ratio), Merupakan angka indikator yang menunjukkan indikator kesejahteraan petani dalam budidaya tanaman pertanian. Dimana dalam rumusannya adalah Total Pendapatan dibandingkan dengan biaya tidak tetap dan biaya tetap dalam usaha tani. Jika angka perbandingan lebih dari 1 maka dapat dikatakan bahwa petani mengalami keuntungan dalam berusaha tani, demikian juga sebaliknya.
Usaha tani, adalah Kegiatan dalam bidang pertanian mulai dari sarana produksi, produksi / budidaya, penanganan pascapanen, pengolahan, pemasaran hasil, dan jasa penunjang (UU 19/2013).
Lembaga Pembiayaan, adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal untuk memfasilitasi serta membantu Petani dalam melakukan Usaha Tani (UU 19/2013).
Halaman xiii
Kelompok tani, adalah kumpulan Petani/ peternak/ pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial ekonomi, sumber daya; kesamaan komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota (UU 19/2013).
Gabungan Kelompok tani, adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha (UU 19/2013).
Asosiasi Komoditas Pertanian, adalah kumpulan dari petani, Kelompok Tani, dan / atau Gabungan Kelompok Tani untuk memperjuangkan kepentingan petani (UU 19/2013).
Pelaku Usaha, adalah Setiap orang yang melakukan usaha sarana produksi pertanian, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, serta jasa penunjang Pertanian yang berkedudukan di wilayah hukum Republik Indonesia (UU 19/2013).
Ketahanan Pangan
Indeks Ketahanan Pangan (IKP), adalah ukuran dari indikator yang digunakan untuk menghasilkan nilai komposit kondisi ketahanan pangan di suatu wilayah. Penilaian menggunakan IKP memiliki peran strategis untuk mengevaluasi capaian ketahanan pangan dan gizi (kabupaten/kota) dan memberikan gambaran peringkat (ranking) pencapaian ketahanan pangan wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. IKP juga menjadi salah satu alat dalam menentukan prioritas daerah dan intervensi program.
Desa, Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kawasan, Suatu wilayah yang teritorialnya didasarkan pada pengertian dan batasan fungsional tertentu.
Mandiri Pangan, Upaya pemenuhan pangan yang dapat dicukupi oleh kemampuan sumberdaya yang dimiliki, dilihat dari bekerjanya subsistem ketersediaan, subsistem distribusi dan subsistem konsumsi pangan.
Desa Mandiri Pangan, Desa/ kelurahan yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi pangan dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara berkelanjutan.
Kawasan Mandiri Pangan, Kawasan yang dibangun dengan melibatkan keterwakilan masyarakat yang berasal dari kampung-kampung terpilih (5 kampung/desa), untuk menegakkan masyarakat miskin/ rawan pangan menjadi kaum mandiri.
Cadangan Pangan, Cadangan Pangan Nasional adalah persediaan Pangan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk konsumsi manusia dan untuk menghadapi masalah kekurangan Pangan, gangguan pasokan dan harga, serta keadaan darurat.
Ketahanan Pangan, kondisi terpenuhinya pangan bagi bagi negara sampai dengan perorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau.
Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang mengganggu,
Halaman XIV
merugikan, dan membahayakan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
Ketersediaan Pangan, adalah kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan
Pangan segar, adalah pangan yang belum mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung dan/ atau yang dapat menjadi bahan baku pengolahan pangan
Kerawanan Pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat.
Desa Rawan Pangan, adalah kondisi suatu daerah yang tingkat ketersediaan, akses, dan/atau keamanan pangan sebagian masyarakat dan rumah tangganya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan atau desa dengan jumlah kepala keluarga miskin > 30% (tiga puluh persen).
Rumah Tangga Miskin (RTM), adalah rumah tangga sasaran yang ditetapkan melalui survei DDRT dengan 13 (tiga belas) indikator kemiskinan (tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan, konsumsi pangan, konsumsi non pangan, modal {lahan, tabungan, hewan ternak}, sarana transportasi, perabotan rumah tangga, luas tempat tinggal, kondisi tempat tinggal, sumber air minum, sumber penerangan, asupan gizi, dan porsi pangan antar anggota rumah tangga).
Konsumsi Pangan adalah jenis dan jumlah yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu
Penganekaragaman konsumsi pangan adalah upaya memantapkan atau membudayakan pola konsumsi pangan yang beranekaragam dan seimbang serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan gizi untuk mendukung hidup sehat, aktif, dan produktif
Pola Konsumsi pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi/ dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu.
Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama baik secara absolut maupun dari suatu pola ketersediaan atau konsumsi pangan.
SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) adalah suatu rangkaian kegiatan pengamatan situasi pangan dan gizi melalui penyediaan data/ informasi, pengolahan data dan analisis serta rencana intervensi untuk penanganan masalah gangguan pangan dan gizi.
SPM (Standar Pelayanan Minimal), adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal, yang kualitas pencapaiannya merupakan tolok ukur kinerja pelayanan ketahanan pangan yang diselenggarakan oleh daerah
Cadangan Beras Pemerintah Kabupaten/Kota (CBPK), adalah persediaan beras yang dikuasai dan dikelola oleh pemerintah Daerah Kabupaten / Kota dan pemerintah desa yang perwujudannya memerlukan inventarisasi cadangan pangan,
Halaman xv
memperkirakan kekurangan pangan dan keadaan darurat, sehingga penyelenggaraan pengadaan dan pengelolaan cadangan pangan dapat berhasil.
Lumbung Pangan Masyarakat, adalah lembaga yang dibentuk masyarakat desa/ kota yang bertujuan untuk pengembangan penyediaan cadangan pangan dengan sistem tunda jual, penyimpanan, pendistribusian, pengolahan dan perdagangan bahan pangan yang dikelola secara kelompok.
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Kawasan Pertanian Pangan berkelanjutan adalah wilayah budidaya pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan/atau hamparan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan pangan nasional.
Kelembagaan Pertanian adalah norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan.
PLP2B (Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) adalah sistem dan proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya secara berkelanjutan.
Lahan Sawah, Lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan / menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah tersebut.
Lahan Sawah Berpengairan (Irigasi), Lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dan jaringan-jaringannya diatur dan dikuasai Dinas PU Pengairan maupun dikelola sendiri oleh masyarakat
Lahan Sawah irigasi teknis, Lahan sawah yang mempunyai jaringan irigasi dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air ke dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur . Biasanya lahan sawah irigasi teknis mempunyai jaringan irigasi yang terdiri dari saluran primer dan sekunder serta bangunannya dibangun dan dipelihara oleh PU. (Ciri-ciri irigasi teknis ; Air dapat diatur sampai dengan saluran tersier serta bangunan permanennya)
Lahan Sawah Irigasi Setengah Teknis, Lahan sawah yang memperoleh irigasi dari irigasi setengah teknis, sama halnya dengan pengairan teknis, namun dalam hal ini PU hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan tidak dikuasai oleh PU
(Ciri-ciri irigasi setengah teknis : Air dapat diatur seluruh sistem, tetapi yang dapat diukur hanya sebagian [primer/sekunder]. Bangunan sebagian belum permanen [sekunder/tersier], primer sudah permanen).
Lahan sawah irigasi sederhana, Lahan sawah yang memperoleh pengairan dari irigasi sederhana yang sebagian jaringannya (bendungan) dibangun oleh PU. Ciri-ciri irigasi sederhana : Air dapat diatur, bangunan-bangunannya belum/ tidak permanen (mulai dari primer sampai tersier).
Halaman XVI
Lahan sawah irigasi desa / Non PU, Lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem pengairan yang dikelola sendiri oleh masyarakat atau irigasi desa.
Lahan bukan sawah, Lahan bukan sawah adalah semua lahan selain lahan sawah seperti lahan pekarangan, ladang, huma, tegalan / kebun, lahan perkebunan, kolam, tambak, danau, padang penggembalaan / rumput, lahan sementara tidak diusahkan, rawa yang tidak bisa ditanami padi dan lainnya. Lahan yang berdasarkan statusnya lahan sawah, tetapi sudah tidak berfungsi sebagai lahan sawah lagi, dimasukkan ke dalam lahan bukan sawah.
Pembenihan
Benih hibrida (hybrid seed), benih yang diproduksi dengan cara penyilangan genetika tanaman yang berbeda, yakni dari varietas atau spesies yang berbeda; hasilnya lebih unggul dari galur induknya namun tidak dapat dipertahankan untuk generasi berikutnya; oleh karenanya benih ini umumnya harus dibeli setiap tahun.
Irigasi
HIPPA / GHIPPA (Gabungan/Himpunan Petani Pemakai Air) atau P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) adalah wadah perkumpulan dari petani atau kelompok tani yang mengelola air irigasi dalam suatu petak tersier atau daerah irigasi pedesaan. Wadah ini bersifat kegotongroyongan.
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang usaha pertanian yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.
Irigasi Pompa adalah irigasi yang sumber airnya bersumber dari air tanah atau air permukaan yang dinaikan dengan menggunakan pompa beserta perlengkapannya dan tenaga penggerak.
Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu-kesatuan dan diperlukan untuk pengaturanair irigasi dimulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, dan penggunaanya.
Jaringan Tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air di dalam petak tersier yang terdiri dari saluran pembawa yang disebut saluran tersier, saluran pembagi yang disebut saluran kuarter dan saluran pembuang berikut seluruh bangunan turutan serta perlengkapannya termasuk jaringan irigasi pompa yang luas areal pelayanannya disamakan dengan area tersier.
Pertanian Organik
Pertanian organik (organic farming), suatu sistem pertanian yang mendorong kesehatan tanah dan tanaman melalui praktek seperti pendaurulangan unsur hara dari bahan-bahan organik (seperti kompos dan sampah tanaman), rotasi tanaman, pengolahan yang tepat dan menghindari pupuk sintetis serta pestisida (IASA, 1990).
Organik, senyawa kimiawi apapun yang mengandung karbon atau berasal dari organisme hidup.
Pertanian berkelanjutan (sustaniable agriculture), Pengelolaan sumber daya pertanian untuk memenuhi perubahan kebutuhan manusia sambil mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.
APPO (Alat Pembuat Pupuk Organik), terdiri dari chopper dan granulator
Halaman xvii
Pengendalian Hama Penyakit
Pengendalian hama terpadu (integrated pest management), Suatu strategi dalam konteks lingkungan pertanian dan dinamika populasi spesies hama yang memanfaatkan semua langkah yang cocok (biologi, genetik, mekanis, dan kimia) dengan cara yang paling sesuai untuk mempertahankan populasi hama hingga ke tingkatan yang tidak dapat menyebabkan kerugian ekonomis.
Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur pengendali hama penyakit
Outbreak, adalah ledakan serangan OPT yang harus segera dikendalikan agar tidak meluas secara masif.
Mikoriza (mycorrhiza), Gabungan simbiotik dari filamen seperti benang dari suatu jamur dengan akar tanaman yang lebih tinggi, yang dapat meningkatkan kemampuan tanaman menyerap unsur hara dari tanah.
Resurjensi, Peningkatan populasi suatu hama setelah terbebas dari pengendalian alamiah, umumnya setelah penerapan suatu pestisida yang menghancurkan musuh alaminya.
Sistem peringatan dini (Early warning sistem), suatu mekanisme untuk menghasilka atau diseminasikan informasi peringatan yang tepat waktu dan bermakna untuk memampukan orang, komunitas, dan organisasi yang terancam bahaya untuk bersiap-siap dan bertindak secara tepat dan dalam waktu yang cukup untuk mengurangi kemungkinan kerusakan atau kerugian
Adaptasi, penyesuaian dalam sistem alamiah atau sistem manusia, sebagai respon terhadap rangsangan atau dampak iklim yang aktual ataupun yang diperkirakan yang mengurangi kerusakan atau mengeksploitasi kesempatan yang menguntungkan.
Eradikasi adalah tindakan pemusnahan terhadap tanaman, organisme pengganggu tumbuhan, dan benda lain yang menyebabkan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan di lokasi tertentu.
Mitigasi adalah upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak bencana baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia maupun gabungan kedua dalam suatu negara atau masyarakat. Mitigasi berupa penyediaan informasi, sosialisasi, antisipasi, regulasi, dan penataan kawasan rawan bencana.
Produktivitas, hubungan antara jumlah barang atau jasa yang dihasilkan dan faktor-faktor yang dipakai untuk memproduksinya; produktivitas pertanian dapat diungkapkan sebagai output / keluaran per unit lahan, modal, waktu curahan tenaga kerja, energi, air, unsur hara, dan sebagainya.
Tanaman (crop), tanaman tahunan atau perenial yang dibudidayakan untuk memberikan hasil yang dikehendaki untuk konsumsi manusia atau untuk diproses, misalnya gabah, sayuran, umbi-umbian, bunga, buah-buahan, serat, dan bahan bakar.
Tujuan rumah tangga petani, berkenaan dengan proses dan hasil usaha tani merupakan pusat sekaligus obyek pengambilan keputusan. Tiap rumah tangga dan tiap individu di dalamnya memiliki kebutuhan dan keinginan khusus. Berbagai macam tujuan yang bisa digolongkan sebagai berikut : produktivitas, keamanan, kesinambungan, dan identitas.
Halaman XVIII
Intensifikasi, upaya meningkatkan produktivitas usahatani dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya dan penerapan komponen teknologi yang dianjurkan secara spesifik lokasi dan efisien, dengan tujuan peningkatan produksi, pendapatan petani, perluasan kesempatan kerja dan mempertahankan kelestarian lingkungan / sumberdaya alam.
Daya saing,merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi pengujiaan internasional, dan dalam saat bersamaan juga dapat memelihara tingkat pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal.
Penyuluhan
Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Programa Penyuluhan Pertanian Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota Adalah program penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Pemerintah, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang disusun secara sistematis dengan memperhatikan aspirasi pelaku utama dan pelaku usaha, serta pemangku kepentingan lainnya sebagai arah dan pengendali dalam pencapaian penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian.
Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan dan Desa/Kelurahan adalah perpaduan antara rencana kerja pemerintah dengan aspirasi pelaku utama dan Pelaku usaha, serta pemangku kepentingan lainnya yang disusun secara sistematis, sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan.
Potensi Usaha Tani adalah peluang usaha tani dari hulu sampai hilir yang prospektif untuk dikembangkan sesuai dengan peluang pasar, kondisi agrosistem setempat, sumber daya dan teknologi yang tersedia untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha.
Rencana Definitif Kelompok (RDK) adalah rencana kegiatan kelompoktani untuk satu tahun yang berisi rincian kegiatan dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani.
Pemberdayaan petani adalah segala upaya untuk mengubah pola pikir Petani dalam peningkatan usahatani, penumbuhan dan penguatan kelembagaan petani guna meningkatkan kesejahteraannya.
Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) adalah rencana kebutuhan kelompoktani untuk periode satu musim tanam yang disusun berdasarkan musyawarah anggota kelompok, meliputi: kebutuhan benih, pupuk, pestisida, rhizobium, kapur, alat dan mesin pertanian serta modal kerja untuk mendukung pelaksanaan usahatani.
Halaman xix
EXECUTIVE SUMMARY
Renstra ini menyajikan segala latar belakang, permasalahan, dan upaya
pencapaian pembangunan urusan pangan dan urusan pertanian dengan tujuan
menyusun program dan kegiatan bagi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
untuk tahun 2019-2023. Dimana dalam mencapai tujuan dipertimbangkan
beberapa hal yang mempengaruhi pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo antara lain Kewenangan yang diberikan,
Sumber daya manusia, Unit Pelaksanaan teknis, semua aset yang ada serta
beberapa tantangan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi.
Sedangkan identifikasi permasalahan dari perspektif tugas pokok fungsi
DKPP, Visi Misi Bupati, Renstra Kementerian Pertanian RI, Dinas terkait di
Provinsi Jawa Timur, RTRW, KLHS, isu-isu strategis merupakan hal-hal yang
diperhatikan dalam penyusunan program kegiatan. Terutama terhadap visi dan
misi bupati yang secara langsung mengarahkan langkah-langkah ke depan yang
harus dicapai. Terdapat 2 strategi yang diacu dalam RPJMD yaitu : (1)
Meningkatkan indeks ketahanan pangan melalui optimalisasi program
koordinatif Nawa Hati dan peningkatan produksi, aksesbilitas serta diversifikasi
pangan. (2) Peningkatan PDRD Sektor Strategis melalui optimalisasi program
koordinatif Nawa Hati dan peningkatan nilai tambah sektor pertanian.
Penentuan Strategi dan arah kebijakan urusan pangan menggunakan
pendekatan Standar Pelayanan Minimal Ketahanan Pangan sedangkan urusan
pertanian menggunakan pendekatan revitalisasi pertanian (lahan, benih,
kelembagaan, infrastruktur, sumber daya manusia, pembiayaan petani,
kelembagaan, teknologi dan industri hilir). Dimana dari strategi diperoleh arah
kebijakan yang harus dicapai selama 5 tahun kedepan. Beberapa arah kebijakan
antara lain : mengurangi jumlah desa rawan pangan, pemberdayaan KRPL,
Pengelolaan cadangan pangan, pengawasan dan sertifikasi hasil pertanian,
penyediaan informasi ketahanan pangan, peningkatan kelas kelompok tani,
Penyusunan SOP teknologi pertanian, Penerapan GAP teknologi pertanian,
Penyediaan teknologi, sarana, dan Prasarana Pertanian.
Tujuan dan Sasaran Indikator Kinerja Utama di tahun 2019, tahun 2020,
tahun 2021, tahun 2022, dan tahun 2023, di mana Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian menetapkan target sasaran antara sebagai berikut :
Tujuan Indikator Kinerja Utama (IKU) Target tahun 2023
Peningkatan Ketahanan Pangan
Ketersediaan energi dan protein perkapita 90%
Penguatan Cadangan pangan 100%
Ketersediaan informasi pasokan, harga, dan akses pangan per
desa
100%
Halaman XX
Stabilitas harga pangan dan pasokan pangan 100%
Pencapaian skor PPH 90%
Pengawasan dan Pembinaan keamanan pangan 80%
Penanganan Kerawanan Pangan 100%
Peningkatan PDRB
Tanaman bahan pangan 10%
Tanaman hortikultura 10%
Tanaman perkebunan 10%
Program-program yang dilaksanakan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo antara lain :
[1] Peningkatan Ketahanan Pangan (7 kegiatan)
[2] Pembinaan Lingkungan Sosial di Bidang Ketahanan Pangan (3 kegiatan)
[3] Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Komoditi Pertanian (9
kegiatan)
[4] Peningkatan Produksi Perkebunan (3 kegiatan)
[5] Penyediaan Sarana dan Prasarana Pertanian (3 kegiatan)
[6] Pembinaan Lingkungan Sosial di Bidang Pertanian (2 kegiatan)
[7] Peningkatan Kualitas Bahan Baku (5 kegiatan)
[8] Peningkatan Kesejahteraan Petani (3 kegiatan)
[9] Pelayanan Administrasi Perkantoran (4 kegiatan)
Dalam pelaksanaannya unit organisasi yang ada di Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian menyusun Proses Bisnis, SOP (Standar Operasional Prosedur)
dan SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan) yang didalamnya harus
menjadi perhatian yaitu output, unit organisasi serta unit organisasi mitranya.
Halaman xxi
Halaman 1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rencana Strategis Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten
Probolinggo Dibuat dengan berpedoman pada Permendagri no 86 tahun 2017. Dimana
dalam dokumen ini mencakup STRATEGI yang merupakan rangkaian tahapan atau
langkah-langkah yang berisikan grand design perencanaan pembangunan urusan
pangan dan urusan pertanian di Kabupaten Probolinggo yang diampu Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian dalam upaya untuk mewujudkan tujuan dan sasaran misi
pembangunan di Kabupaten Probolinggo yang telah ditetapkan.
RENSTRA Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian ini disusun secara paralel
dengan RPJMD tahun 2018-2023 Kabupaten Probolinggo, dengan maksud agar isi dari
RENSTRA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN ini sinkron dan mengacu
kepada RPJMD tahun 2018-2023 Kabupaten Probolinggo.
Proses penyusunan Rencana Strategis Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo 2019 – 2023 disusun melalui berbagai pendekatan
perencanaan, antara lain:
a) Perencanaan Teknokratik. Pendekatan perencanaan ini menggunakan
metode dan ilmu pangan, pertanian, sosial, dan lain-lainnya. Dimana ilmu-
ilmu tersebut dalam penerapannya dipandu dengan aturan teknis
perundangan yang berlaku seperti Undang-Undang, Peraturan Menteri
Pertanian, dan peraturan pemerintah lainnya.
b) Perencanaan Politik. Pendekatan perencanaan ini menggunakan Visi dan Misi
Bupati Probolinggo yang dalam hal ini adalah tercantum dalam RPJMD
Kabupaten Probolinggo tahun 2018-2019 Bab 5, serta menjabarkan program
Bupati Probolinggo NAWAHATI yang
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 17 TAHUN 2019 TANGGAL : 21 MARET 2019 XIV. DINAS KETAHANAN PANGAN
DAN PERTANIAN
Halaman 2
c) merupakan janji Bupati dan Wakil Bupati Probolinggo dalam kampanye
Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2018 ;
d) Perencanaan Partisipatif. Pendekatan perencanaan ini memperhatikan dan
mensinkronkan perencanaan dan kebijakan dari OPD lainnya, antara lain
Bappeda, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Perikanan,
Bappemas, Dinas PU dan Penataan Ruang, Dinas Lingkungan Hidup, dan
Lainnya. Selama proses penyusunan Renstra, Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian membentuk Tim Penyusun Renstra yang terdiri dari staf-staf dari
OPD lain;
e) Perencanaan Top down. Pendekatan perencanaan ini adalah mengacu kepada
kebijakan dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi, antara lain dari
Kementerian Pertanian RI, Kementerian Dalam Negeri RI, Bappenas,
Kementerian Keuangan RI, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, dan Dinas Perkebunan Provinsi
Jawa Timur;
f) Perencanaan Bottom Up. Pendekatan perencanaan ini adalah memperhatikan
aspirasi dan kepentingan dari masyarakat utamanya para petani atau
masyarakat yang berhubungan dan menunjang kinerja Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo.
Proses perencanaan tersebut diatas telah menghasilkan bahan-bahan dan
batasan yang digunakan untuk menentukan Rencana Strategis Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian. Dimana dari 5 Pendekatan Perencanaan diharapkan
memberikan andil keterpaduan dan keserasian Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian dengan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh Instansi lainnya.
Mengemukakan secara ringkas pengertian Renstra Dinas Ketahanan Pangan
dan Pertanian, fungsi Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian dalam
penyelenggaraan pembangunan daerah, proses penyusunan Renstra Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian, keterkaitan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
dengan RPJMD, Renstra K/L dan Renstra provinsi / kabupaten/kota, dan dengan Renja
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian.
Halaman 3
1.2. Landasan Hukum
Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun Anggaran 2019-2023 Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo disusun dengan memperhatikan :
1.2.1. Landasan Konstitusional :
a) Undang-Undang nomor 12 tahun 1992 tentang Budidaya
Tanaman;
b) Undang-undang nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
c) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
d) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
e) UU nomor 13 tahun 2010 tentang Hortikultura;
f) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
g) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan;
h) Peraturan Pemerintah nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan
Pangan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 142, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4254);
i) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran
Negara Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4585);
j) Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
Halaman 4
k) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
l) Peraturan Pemerintah Nomor 06 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
m) Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten /Kota
n) Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun 2011 tentang Penetapan
dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
o) Peraturan Pemerintah nomor 12 tahun 2012 tentang Insentif
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
p) Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2012 tentang Sistem
Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
q) Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun 2012 Pembiayaan
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
r) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia nomor 67
tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis Dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana
Pembangunan Daerah;
s) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 68 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan peraturan Daerah tentang
Rencana Pembangunan jangka Panjang Daerah dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara
Perubahan Rencana Pembangunan jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah;
Halaman 5
t) Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 10 Tahun 2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Probolinggo;
u) Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor : 08 tahun 2005
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten
Probolinggo Tahun 2005 – 2025;
v) Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor : 07 Tahun 2013
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Probolinggo Tahun 2013 – 2018;
w) Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo nomor 03 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo
Tahun 2010-2029;
x) Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 6 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.
y) Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 6 Tahun 2019
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Probolinggo Tahun 2018-2023.
z) Peraturan Bupati Probolinggo Nomor 66 Tahun 2018 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo.
1.2.2. Landasan Operasional :
a) Lampiran Peraturan menteri Dalam Negeri RI nomor 86 tahun 2017
tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan peraturan
Daerah tentang Rencana Pembangunan jangka Panjang Daerah dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara
Perubahan Rencana Pembangunan jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah;
Halaman 6
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan Renstra DKPP adalah menyajikan segala latar
belakang, permasalahan, dan pencapaian pembangunan urusan pangan dan pertanian
dengan tujuan menyusun program dan kegiatan bagi Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian untuk tahun 2019-2023.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan RENSTRA Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian TA
2019-2023 menyesuaikan dengan lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
86 Tahun 2017, sebagaimana berikut ini :
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Landasan Hukum
1.3. Maksud dan Tujuan
1.4. Sistematika Penulisan
BAB II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAN
PERTANIAN KABUPATEN PROBOLINGGO
2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo
2.2. Sumber Daya Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo
BAB III. PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DINAS KETAHANAN
PANGAN DAN PERTANIAN
Halaman 7
3.1. Identifikasi permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi
Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Bupati dan Wakil Bupati
Probolinggo periode 2019-2023
3.3. Telaahan Renstra Kementerian Pertanian RI dan Renstra
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa
Timur
3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis
3.5. Penentuan Isu-isu Strategis
BAB IV. TUJUAN DAN SASARAN
4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian
BAB V STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
4.2. Strategi dan Kebijakan
BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB VI. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN
BAB VII. KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN
BAB VIII. PENUTUP
Halaman 8
II. GAMBARAN PELAYANAN
DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN
KABUPATEN PROBOLINGGO
Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian mengacu kepada beberapa
indikator yaitu IKU dan IKK. Dimana IKU dan IKK merujuk kepada aturan perundangan
yang berlaku. Indikator kinerja kunci (IKK) penyelenggaraan pemerintahan daerah
meliputi ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT, ASPEK PELAYANAN UMUM dan ASPEK
DAYA SAING DAERAH, dalam pelaksanaannya Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo terkait dengan ketiga Aspek tersebut sebagaimana yang
tersebut dalam lampiran Permendagri 86 tahun 2017 sebagaimana terlihat dalam tabel
2.1. berikut ini .
Tabel 2.1. Aspek dan Indikator Kinerja Menurut Bidang Urusan Penyelenggaraan Tingkat Sasaran (dampak/impact) Pemerintah Daerah
NO BIDANG
URUSAN/INDIKATOR RUMUS
ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1. Pertumbuhan PDRB PDRB(t+1) − PDRB(t) PDRB(t) x 100%, dimana:
t+1 = tahun pengamatan PDRB t = tahun pengamatan PDRB sebelumnya
3. PDRB per kapita PDRB Penduduk Pertengahan tahun
4. Pencapaian skor Pola Pangan Harapan (PPH)
PPH = % Angka Kecukupan Gizi (AKG) x bobot masing-masing kelompok pangan
29. Penguatan cadangan pangan Jumlah cadangan pangan kabupaten 100 ton x 100%
30. Penanganan daerah rawan pangan
Menjumlahkan 3 indikator: 1. Pertanian:ketersediaan pangan
= ketersediaan : kebutuhan beras
31. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB
Jumlah Kontribusi PDRB dari sektor pertanian Jumlah PDRBx100%
33. Produksi sektor pertanian Jumlah produksi komoditas pertanian/ton
36. Kontribusi Produksi kelompok petani terhadap PDRB
Jumlah Produksi padi/bahan pangan utama lokal hasil kelompok petani (ton) Tahun n Jumlah produksi padi/bahan pangan utama di daerah (ton)Tahun nx100%
ASPEK DAYA SAING DAERAH 1.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita
Total Pengeluaran RTJumlah RT
2. Nilai tukar petani Indeks yang diterima petani (lt) Indeks yang dibayar petani (lb) x 100
ASPEK PELAYANAN UMUM
Layanan Urusan Wajib Non Dasar
3. Pangan 3.1.
Ketersediaan pangan utama Rata-rata jumlah ketersediaan pangan utama per Tahun (kg) Jumlah penduduk x 100%
Halaman 9
3.2.
Ketersediaan energi dan protein perkapita
Ketersediaan energi (kkal /kapita /hari): Ketersediaan pangan/kapita /hari X Kandungan Kalori X BDD100
Ketersediaan Protein (gram/kapita/hari): Ketersediaan pangan/ kapita/hari X Kandungan Protein X BDD100
3.3.
Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan
Jumlah sampel pangan yang aman dikonsumi di pedagang pengumpul di satu tempat sesuai standar yang berlaku dalam kurun waktu tertentu Jumlah total sampel pangan yang diPerdagangkan pengumpul di suatu wilayah menurut ukuran yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu x100%
Layanan Urusan Pilihan
2. Pertanian
2.1.
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB
Jumlah Kontribusi PDRB dari sektor pertanian Jumlah PDRB x100 %
2.4.
Kontribusi Produksi kelompok petani terhadap PDRB
Jumlah Produksi padi/bahan pangan utama lokal hasil kelompok petani (ton) Tahun n Jumlah produksi padi /bahan pangan utama di daerah (ton) Tahun n x 100 %
2.5.
Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar
Produksi tanaman padi/bahan pangan utama lokal lainnya (ton) Luas areal tanaman padi / bahan pangan utama lokal lainya (ha) x 100 %
2.6.
Cakupan bina kelompok petani
Jumlah kelompok petani yang mendapatkan bantuan pemda Tahun n jumlah kelompok tani x100 %
Sumber : Lampiran Permendagri No 86 tahun 2017.
Target dari aspek-aspek tersebut diatas akan berusaha dicapai dengan nilai
yang terbaik, beberapa aspek sudah ditetapkan siapa yang akan menjadi
pengampunya. Terdapat beberapa aspek yang akan ditangani oleh Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian sesuai dengan kewenangan dan perangkat yang telah diberikan
.
2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo sebagai salah
satu OPD yang khusus Urusan Pangan dan Urusan Pertanian yang merupakan
penjabaran UU no 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam
pelaksanaannya banyak berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
serta Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur maupun Kementerian Pertanian RI
terutama Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura, Ditjen Prasarana dan Sarana
Pertanian, Ditjen Perkebunan, Badan ketahanan Pangan, dan Badan Penyuluhan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian. Terkait Urusan Pangan dan Urusan
Pertanian
Halaman 10
Tabel 2.2. Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pangan
NO SUB URUSAN KABUPATEN/KOTA
1.
Penyelenggaraan Pangan Berdasarkan Kedaulatan Dan Kemandirian
Penyediaan infrastruktur dan seluruh pendukung kemandirian pangan pada berbagai sektor sesuai kewenangan Daerah kabupaten/kota.
2 Penyelenggaraan Ketahanan Pangan
a. Penyediaan dan penyaluran pangan pokok atau pangan lainnya sesuai kebutuhan Daerah kabupaten/kota dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga pangan.
b. Pengelolaan cadangan pangan kabupaten/kota. c. Penentuan harga minimum daerah untuk pangan lokal
yang tidak ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah provinsi.
d. Pelaksanaan pencapaian target konsumsi pangan perkapita/tahun sesuai dengan angka kecukupan gizi.
3. Penanganan Kerawanan Pangan
a. Penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan kecamatan. b. Penanganan kerawanan pangan kabupaten/kota. c. Pengadaan, pengelolaan dan penyaluran cadangan pangan pada kerawanan pangan yang mencakup dalam Daerah kabupaten/kota.
4. Keamanan Pangan Pelaksanaan pengawasan keamanan pangan segar.
Sumber : Lampiran UU no 23 tahun 2014 (2018) Tabel 2.3. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pertanian
NO SUB URUSAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
1. Sarana Pertanian a. Pengawasan penggunaan sarana pertanian. b. Pengelolaan SDG hewan dalam Daerah
kabupaten/kota. c. Pengawasan mutu dan peredaran benih/bibit ternak
dan tanaman pakan ternak serta pakan dalam Daerah kabupaten/kota.
d. Pengawasan obat hewan di tingkat pengecer. e. Pengendalian penyediaan dan peredaran benih/bibit
ternak, dan hijauan pakan ternak dalam Daerah kabupaten/kota.
f. Penyediaan benih/bibit ternak dan hijauan pakan ternak yang sumbernya dalam 1 (satu) Daerah provinsi lain.
2. Prasarana Pertanian
a. Pengembangan prasarana pertanian. b. Pengelolaan wilayah sumber bibit ternak dan
rumpun/galur ternak dalam Daerah kabupaten/kota. c. Pengembangan lahan penggembalaan umum.
3. Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
a. Penjaminan kesehatan hewan, penutupan dan pembukaan daerah wabah penyakit hewan menular dalam Daerah kabupaten/kota.
Halaman 11
b. Pengawasan pemasukan hewan dan produk hewan ke Daerah kabupaten/kota serta pengeluaran hewan dan produk hewan dari Daerah kabupaten/kota.
c. Pengelolaan pelayanan jasa laboratorium dan jasa medik veteriner dalam Daerah kabupaten/kota.
d. Penerapan dan pengawasan persyaratan teknis kesehatan masyarakat veteriner.
e. Penerapan dan pengawasan persyaratan teknis kesejahteraan hewan.
4. Pengendalian dan Penanggulangan bencana pertanian
a) Pengendalian dan penanggulangan bencana pertanian kabupaten/kota.
5. Perizinan Usaha Pertanian
a. Penerbitan izin usaha pertanian yang Penerbitan izin usaha pengecer (toko, retail, sub distributor) obat hewan. kegiatan usahanya dalam Daerah kabupaten/kota.
b. Penerbitan izin usaha produksi benih/bibit ternak dan pakan, fasilitas pemeliharaan hewan, rumah sakit hewan/pasar hewan, rumah potong hewan.
c.
6. Karantina Pertanian Pelaksanaan karantina hewan dan tumbuhan.
7. Varietas Tanaman Penyelenggaraan perlindungan varietas tanaman (PVT).
Sumber : Lampiran UU No 23 Tahun 2014.
Sesuai dengan Perda Nomor 6 tahun 2016 tentang PEMBENTUKAN DAN
SUSUNAN PERANGKAT DAERAH, yang merupakan penjabaran dari PP 23 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah ditetapkan uraian Tugas dan Fungsi Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo dengan Peraturan Bupati nomor 66
tahun 2018 tentang KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA
TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN KABUPATEN
PROBOLINGGO. Dimana tugas pokok, fungsi dan struktur Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian sebagaimana berikut ini:
a. Tugas dan Fungsi
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
i. Tugas membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan di bidang
Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perkebunan serta tugas pembantuan yang
diberikan kepada daerah;
Halaman 12
ii. Fungsi :
(1) Perumusan kebijakan dibidang Ketahanan Pangan, Pertanian dan
Perkebunan;
(2) Pelaksanaan kebijakan dibidang Ketahanan Pangan, Pertanian dan
Perkebunan;
(3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang Ketahanan Pangan,
Pertanian dan Perkebunan;
(4) Pelaksanaan administrasi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian;
(5) Pembinaan terhadap UPT dan Kelompok Jabatan Fungsional Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian ;
(6) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati.
Sekretariat
i. Tugas melaksanakan urusan dan memberikan pelayanan teknis dibidang
umum dan kepegawaian, keuangan serta perencanaan di lingkungan Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian;
ii. Fungsi :
(1) Pelaksanaan penyusunan rencana program, pembinaan organisasi dan
tatalaksana;
(2) Penyelenggaraan dan pengelolaan administrasi umum dan
kepegawaian, keuangan, perencanaan dan barang milik daerah;
(3) Pembinaan, pemberian dukungan dan pengawasan administrasi
umum dan kepegawaian, keuangan, perencanaan, kerumahtanggaan,
kearsipan dan barang milik daerah pada Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian serta UPT;
(4) Pengoordinasian dan pengumpulan data penyusunan rencana
program dan anggaran;
(5) Penyiapan bahan dalam rangka penyusunan anggaran dan
pertanggungjawaban keuangan;
(6) Penyusunan, pelaksanaan, pengorganisasian dan evaluasi Standar
Operationan Prosedur (SOP);
(7) Pengorganisasian penyusunan peraturan perundang-undangan;
(8) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Halaman 13
Bidang Ketahanan Pangan
i. Tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis program di bidang
Ketahanan Pangan.
ii. Fungsi :
(1) Pengkoordinasian Penyusunan dan Perumusan Program dan Kegiatan
di Bidang Ketahanan Pangan;
(2) Pelaksanaan verifikasi ketersediaan dan konsumsi pangan serta
pengelolaan cadangan pangan;
(3) Pengkoordinasian pengendalian dan perumusan kebijakan harga
komoditas pangan strategis;
(4) Pengkoordinasian Pembinaan Gerakan Peningkatan Mutu Konsumsi
Pangan dan Penganekaragaman Pangan;
(5) Penyusunan, Pengawasan, dan Pengendalian Sistem Kewaspadaan
Pangan, gizi serta norma dan standar bahan pangan;
(6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura
i. Tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis program di bidang
tanaman pangan dan hortikultura.;
ii. Fungsi:
(1) Pelaksanaan penyusunan kebijakan perbenihan, produksi,
perlindungan, di bidang tanaman pangan dan hortikultura;
(2) Perencanaan kebutuhan dan penyediaan benih di bidang tanaman
pangan dan hortikultura;
(3) Pembinaan teknik perbenihan di bidang tanaman pangan dan
hortikultura;
(4) Pemberian bimbingan penerapan peningkatan produksi, dan mutu dan
pasca panen di bidang tanaman pangan dan hortikultura;
(5) Pengendalian dan penanggulangan hama penyakit, penanggulangan
bencana alam, dan dampak perubahan iklim di bidang tanaman
pangan dan hortikultura;
(6) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Kepala Dinas.
Halaman 14
Bidang Perkebunan
i. Tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang perkebunan;
ii. Fungsi :
(1) Penyusunan kebijakan perbenihan, produksi dan perlindungan, di
bidang perkebunan;
(2) Perencanaan kebutuhan dan penyediaan benih di bidang perkebunan;
(3) Pengawasan peredaran dan sertifikasi benih di bidang perkebunan;
(4) Pemberian bimbingan penerapan peningkatan produksi di bidang
perkebunan;
(5) Pengendalian dan penanggulangan hama penyakit, penanggulangan
bencana alam, dan dampak perubahan iklim di bidang perkebunan;
(6) Pemberian bimbingan produksi, mutu ,dan pascapanen di bidang
perkebunan;
(7) Pemantauan dan evaluasi di bidang perkebunan;
(8) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Bidang Pelaksana Penyuluhan dan Bina Usaha Tani
i. Tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis program di bidang
pelaksana penyuluhan dan bina usaha tani ;
ii. Fungsi :
(1) Penyelenggaraan pengelolaan informasi penyuluhan pertanian;
(2) Pelaksanaan verifikasi kebijakan teknis, rencana dan program,
pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta informasi pelaksanaan
kegiatan penyuluhan;
(3) Pelaksanaan evaluasi pengembangan kelembagaan dan ketenagaan
penyuluhan;
(4) Pelaksanaan koordinasi dan evaluasi pemberdayaan dan
pengembangan kelembagaan petani dan bina usaha tani;
(5) Pelaksanaan koordinasi dan evaluasi bimbingan dan fasilitasi
pemasaran hasil di bidang tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan;
(6) Pelaksanaan koordinasi bimbingan pendampingan, fasilitasi, dan
supervisi pembiayaan dan investasi pertanian;
Halaman 15
(7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Bidang Sarana dan Prasarana Pertanian
i. Tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis program bidang
sarana dan prasarana pertanian;
ii. Fungsi :
(1) Penyusunan kebijakan di bidang prasarana, dan sarana pertanian;
(2) Penyediaan dukungan infrastruktur pertanian;
(3) Pengembangan potensi dan pengelolaan lahan dan irigasi
pertanian;
(4) Penyediaan dan pengawasan penyaluran pupuk, pestisida, serta alat
dan mesin pertanian;
(5) Pemantauan dan evaluasi di bidang prasarana, sarana dan pertanian;
dan;
(6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Halaman 16
b. Struktur Organisasi
Gambar 2.1. Struktur Organisasi DKPP
Halaman 17
2.2. Sumber Daya Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Sumber daya DKPP terdapat 3 jenis yaitu Sumber Daya Manusia, Aset/
Permodalan, dan Unit Usaha yang masih Operasional dimana ketiganya digunakan
untuk menunjang kinerja.
a. Sumber daya manusia
Di lingkungan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo
secara keseluruhan mempunyai karyawan sebanyak 111 orang PNS (Dengan komposisi
: Pejabat Tinggi Pratama, Administrator,
Supervisor, Fungsional Pelaksana,
Petugas UPT Produksi Benih Tanaman
Pangan, Petugas UPT Produksi Tanaman
Hortikultura, UPT Pengawasan dan
Sertifikasi Pangan, PPL, POPT tanaman
pangan, hortikultura, dan perkebunan,
UPT PSB).
Tabel 2.4. Komposisi Sumber daya Manusia berdasarkan Jabatannya
Eselon II 1 orang
Eselon III 6 orang
Eselon IV 21 orang
Petugas Penyuluh Pertanian (PNS) 56 orang
Staf (PNS) 27 orang
Staf (Non PNS) 28 orang
Penyuluh Pertanian Lapangan-Non PNS 83 orang
Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Tanaman
Pangan dan Hortikultura (ASN Provinsi Jatim) 12 orang
Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (ASN Balai Besar
Proteksi dan Perbenihan Tan. Perkebunan Jombang) 2 orang
Petugas Pembenihan tanaman pangan & hortikultura (ASN DPKP
Prov. Jatim) 2 orang
Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian DKPP (2018)
Gambar 2.2. Komposisi Pegawai di DKPP
Halaman 18
Tingkat pendidikan 111 orang
PNS di DKPP terdapat 4 tingkatan,
dimana tingkat pendidikan S1 dan S2
paling banyak keberadaannya. Untuk
Jenis pendidikan S1 hampir semuanya
adalah jurusan Pertanian atau jurusan
yang serumpun dengan pertanian
sehingga sangat berfungsi dalam
menunjang penanganan urusan pangan
dan pertanian. Beberapa personel sudah
menduduki jabatan yang sesuai dengan
kompetensi pendidikannya. Sehingga
memudahkan dalam pencapaian kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian.
Sumber daya manusia di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian saat ini
sangat tidak memadai, dimana dalam pelaksanaan tugas sangat memerlukan keahlian
yang sangat spesifik. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah Fungsional
Pelaksana seperti analisis komsumsi pangan, analisis ketersediaan pangan, ataupun
analisis ketahanan pangan. Namun SDM yang sudah diplot tersebut belum
mendapatkan pembekalan yang sesuai untuk menunjang kompetensinya dalam
berkinerja.
b. Aset / modal
Semua aset di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian digunakan sebagai
penunjang kinerja dimana aset ini berupa barang berwujud dan tidak berwujud.
Sebagian besar nilai aset adalah aset tetap yang dalam hal ini adalah tanah, gedung/
bangunan, jaringan jalan, dan jaringan irigasi. Selain aset tetap tersebut terdapat aset
yang berupa sarana perkantoran , software, tanaman hidup (pohon), pompa air,
handtraktor, dan peralatan alsintan lainnya.
Aset Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo terletak
di semua kecamatan, seperti misalnya bangunan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).
Gambar 2.3. Komposisi tingkat pendidikan di DKPP
Halaman 19
Tabel 2.5. Lokasi aset Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo
Jenis Aset Jumlah Lokasi
1) Tanah , gedung Perkantoran dan
Sarananya
1 unit Desa Pabean Kecamatan
Dringu
2) Tanah, gedung dan sarana Balai
Penyuluhan Pertanian
24 unit 24 kecamatan
3) Tanah (termasuk sawah). gedung,
bangunan dan sarana UPT Produksi
Benih Tanaman Pangan
1 unit Desa Sidodadi, Desa
Asembakor, Desa
Sumberlele
4) Tanah (termasuk lahan pertanian) ,
gedung,bangunan dan sarana UPT
Produksi Benih Hortikultura
1 unit Desa Cepoko dan Desa
Lumbankuning
5) Tanah dan gedung UPT Pengawasan
dan Sertfikasi Pangan
1 unit Desa Sumberlele jadi satu
dengan BPP Kraksaan
6) Gudang Pangan 1 unit Desa Sidodadi jadi satu
dengan BPP Paiton
Halaman 20
Tabel 2.6. Neraca Keuangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian - Per 31 Desember 2018
ASET TAHUN 2018 TAHUN 2017 KEWAJIBAN DAN
EKUITAS DANA TAHUN 2018 TAHUN 2017
ASET LANCAR KEWAJIBAN
JANGKA PENDEK
Persediaan 164.405.170,00 248.300.000,00
Jumlah aset lancar 164.405.170,00 248.300.000,00 Utang beban 27.663.709,00 23.594.620,00
Utang jangka
pendek lainnya 0,00 0,00
ASET TETAP
Tanah 1.891.074.275,67 5.543.633.941,67 Jumlah kewajiban
jangka pendek 27.663.709,00 23.594.620,00
Peralatan dan Mesin 16.706.711.758,84 16.943.404.058,84
Gedung dan Bangunan 23.529.989.550,00 23.529.989.550,00
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 5.644.134.000,00 5.644.134.000,00
Aset Tetap Lainnya 2.877.719.965,00 2.877.719.965,00
Konstruksi Dalam
Pengerjaan 0,00 0,00
Akumulasi Penyusutan (20.794.258.109,98) (18.652.229.834,69) EKUITAS 30.168.267.100,53 36.322.945.160,82
Jumlah aset tetap 29.855.371.439,53 35.886.651.680,82 Jumlah ekuitas 30.168.267.100,53 36.322.945.160,82
ASET LAINNYA
Aset Tidak Berwujud 59.177.800,00 94.611.700,00
Aset Lain-lain 116.976.400,00 116.976.400,00
Jumlah aset lainnya 176.154.200,00 211.588.100,00
JUMLAH ASET 30.195.930.809,53 36.346.539.780,82 JUMLAH KEWAJIBAN
DAN EKUITAS DANA 30.168.267.100,53 36.346.539.780,82
Sumber : Subbag Keuangan DKPP Kab Probolinggo (2018)
Halaman 21
Tabel 2.7. Daftar dan nilai aset yang dimiliki oleh DKPP Tahun 2017
ASET
Tanah 5.544.633.941,67
Tanah Sawah Satu Tahun Ditanami 4 lokasi
Tanah Ladang 2 lokasi
Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/Jasa 28 lokasi
Tanah Kosong
Peralatan dan Mesin
Alat-Alat Berat 210.740.000
Alat-Alat Angkutan Mobil
Motor 2
Motor Roda 3
Alat Bengkel dan Alat Ukur 385.771.000,00
Alat Pertanian 5.128.022.544,00
Alat-Alat Kantor dan Rumah Tangga 25 lokasi
Alat Studio dan Alat Komunikasi 25 lokasi
Alat Laboratorium 388.064.036,00
Alat Keamanan 12.950.000,00
Gedung dan Bangunan 23.694.419.550,00
Bangunan Gedung 28 lokasi
Jalan, Jaringan dan Instalasi 5.644.134.000,00
Jalan dan Jembatan 2.153.320.000,00
Bangunan Air (Irigasi) 3.319.364.000,00
Instalasi 97.450.000,00
Jaringan 74.000.000,00
Selain aset tetap terdapat aset yang berupa barang bergerak seperti
kendaraan bermotor (mobil, sepeda motor roda 2, dan kendaraan roda 3), laptop,
hand traktor, dan lainnya.
Selain aset yang dimiliki oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo juga terdapat aset yang dimiliki oleh Kementerian Pertanian
RI dan Provinsi Jawa Timur yang dimanfaatkan oleh para pegawai Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo, seperti misalnya sepeda motor yang
banyak dipakai oleh para PPL.
c. Unit usaha yang masih operasional.
Unit usaha Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian terdapat 2 jenis, yaitu UPT
dan aset yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Sedangkan UPT yang menjadi Unit usaha
saat ini adalah UPT Produksi Benih Tanaman Pangan dan UPT Produksi Benih Tanaman
Halaman 22
Hortikultura. Untuk non UPT berupa penyewaan peralatan alat mesin pertanian dan
Gudang Pangan sebagai cadangan pangan pemerintah daerah.
UPT Produksi benih Tanaman Pangan
UPT ini berpusat kegiatan di desa Sidodasi Kecamatan Paiton. Lokasi lahan
berada di Desa Sidodadi Kecamatan Kraksaan, desa Asembakor dan Desa Sumberlele
Kecamatan Kraksaan. Sedangkan proses kegiatan berupa budidaya benih padi, pasca
panen benih, dan pengolahan menjadi benih padi berlabel. Untuk saat ini prasarana
dan sarana di UPT Produksi Benih Tanaman Pangan cukup lengkap dalam menunjang
proses produksi, namun untuk pengembangan terkendala dengan keterbatasan lahan,
sehingga diperlukan upaya perluasan lahan pertanian untuk pengembangannya.
Tabel 2.8. Keadaaan UPT Produksi Benih Tanaman Pangan (1 unit)
PROFIL UMUM
Tahun pembangunan awal Tahun 2006
Jenis barang/jasa Utama
yang dihasilkan
Benih padi unggul berlabel; pada musim
kering berupa tanaman tembakau
Kapasitas Produksi
Produksi maksimal yang
pernah dicapai
Luas lahan
Jenih pelayanan Pengeringan, budidaya benih padi,
gudang
Pendapatan Asli daerah
Waktu operasional
PRASARANA
Lahan / sawah 4 ha Di Paiton dan Kraksaan
Gudang 4 unit Di Paiton, kapasitas .... ton
Lantai Jemur 3 unit Di Paiton, luas m2
Gedung Kantor 1 unit Di Paiton
Rumah Dinas 1 unit Di Paiton
Pagar 1 unit Di Paiton
SARANA IRIGASI
Halaman 23
Sumber Air / sumur bor 2 Titik Masih kurang 2 Titik lagi
Selang/Terpal lipat 100 m Masih kurang 300 m lagi
Saluran irigasi 400 m Masih kurang 200 m dan
kondisi saluran masih belum
diplengseng.
SARANA TRANSPORTASI
Sepeda motor roda 2 2 Unit
Sepeda motor roda 3 2 Unit
Mobil Pick Up 1 Unit
SARANA PROSSESING
Separator 1 unit
Blower 1 unit
Mesin Jahit 1 unit
Timbangan 1 unit
Pengukur kadar air 1 unit
UPT Produksi Benih Hortikultura
UPT Produksi Benih Hortikultura terletak di 2 lokasi yaitu Desa Cepoko
Kecamatan Sumber dan Desa Lumban Kuning Kecamatan Lumbang. Untuk Unit di
Desa Cepoko dikhususkan untuk produksi benih tanaman kentang dengan diselingi
tanaman kubis atau tanaman lain, hingga saat ini sudah menghasilkan produksi dan
Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan untuk unit di Desa Lumban Kuning digunakan
untuk produksi benih tanaman buah-buahan atau tanaman hortikultura lainnya namun
untuk saat ini masih belum berproduksi.
Tabel 2.9. Keadaan UPT Produksi Tanaman Hortikultura
Prasarana UP Kentang
Tahun pembangunan awal 2006
Jenis barang/jasa Utama yang dihasilkan Benih kentang Go,G1, G2
Kapasitas Produksi
Produksi maksimal yang pernah dicapai
Luas lahan 6 Ha
Jenis Pelayanan
JARINGAN IRIGASI / Pipanisasi
Paralon 2 dim 750 Buah
Halaman 24
SARANA TRANSPORTASI
Roda 4 1
Roda 3 2
Roda 2 5
BANGUNAN
Kantor 1 unit 80 m²
JUT 1 unit 360 m
Pagar 1 unit 1000 m²
Gudang 1 unit 80 m²
Rumah Dinas 1 unit 40 m²
Steamer / alat sterilisasi media tanam 1 unit 9 m2
Sumber : UPT Produksi Benih Tanaman Hortikultura
Tabel 2.10. Perbandingan kebutuhan dan keberadaan sarana di UPT Produksi Benih Tanaman Hortikultura
No Jenis Bahan dan
Peralatan Kebutuhan Keberadaan Kekurangan
1 Cultivator 2 Unit - 2 Unit
2 Pompa Air (jet Pump) 10 Unit 2 Unit 8 Unit
3 Cangkul 30 Buah - 30 Buah
4 Sprinkle (kabut) 4 Unit - 4 Unit
5 Tandon 7 Unit - 7 Unit
6 Screen Net 3 Ha - 3 Ha
7 Areal Lahan Budidaya 10 Ha 5 Ha 5 Ha
8 Power Sprayer 4 Unit 1 Unit (rusak)
4 Unit
9 Selang Sanchine 8 Roll 2 Roll (rusak)
8 Roll
10 Selang 3/4 dop 10 Roll - 10 Roll
11 Jalan Usaha Tani 1 Km - 1 Km
12 Krat Benih 500 Buah 100 Buah 400 Buah
13 Screen House 4 unit 2 Unit 2 Unit
14 Cold Storage 2 Unit - 2 Unit
15 Lab. Kultur Jaringan 1 Paket - 1 Paket
Sumber : UPT Produksi Benih Tanaman Hortikultura
Halaman 25
Tabel 2.11. Perkembangan Pembiayaan Unit Pembenihan Kentang Desa Cepoko Kecamatan Sumber Tahun 2008-2018
Tahun Biaya
Operasional (Rp)
Pendapatan (PAD) (Rp)
Produksi benih (kg)
Keterangan
2008 275.000.000 ---
2009 325.000.000 107.500.000 7.150 + stock benih 8,5 ton G4
2010 125.000.000 151.447.000 7.150 Target benih 12 ton
2011 350.000.000 228.050.000 16.200 Produksi G4
2012 350.000.000 Produksi G4
2013 350.000.000 240.000.000 16.000 Produksi G4
2014 230.000.000 240.000.000 16.000 Mulai tahun 2014 fokus
pada effisiensi Operasional
2015 230.000.000 240.000.000 16.000 Produksi G4
2016 350.000.000 345.000.000 Terjadi penambahan kapasitas produksi;
Produksi G0, G2
2017 370.000.000 396.000.000 Produksi stek, G0, G2
2018 370.000.000 411.950.000 Produksi stek, G0, G2
Sumber : Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (2018)
Tabel 2.12. Kondisi Unit pembenihan Hortikultura (1 unit)
Tahun pembangunan awal 2014
Alamat Desa Lumbankuning kecamatan Lumbang
Jenis barang/jasa utama yang dihasilkan
Benih buah unggulan lokal (alpokat, mangga)
Kapasitas Produksi ---
Jenis Pelayanan Penjualan benih tanaman hortikultura unggulan (buah-buahan) berlabel
Sarana dan Prasarana UPTD Alat Pembenihan Buah/ Hortikultura pada Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo, dengan lokasi di Kecamatan
Lumbang Desa Lumban kuning terdiri dari :
1) Luas lahan 20.000 Ha
2) Bangunan seluas 150 m2
3) Sarana Kantor : kursi, meja, almari.
4) Pagar 1.000 m
5) Sumur dalam 1 unit
Halaman 26
6) Screen house
7) Rak pembenihan
8) Pohon induk tanaman buah
i. Alpokat = 100 pohon
ii. Manggis = 10 pohon
iii. Mangga = 20 pohon
9) Pompa air
10) Cangkul
Gudang Pangan
Gudang pangan yang terletak di Desa Sidodadi Kecamatan Paiton ini berfungsi
sebagai gudang cadangan pangan milik pemerintah, dimana selama ini digunakan
untuk menyimpan beras yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Gudang ini dikelola
oleh Seksi Ketersediaan Pangan Bidang Ketahanan Pangan DKPP.
Untuk saat ini peralatan yang dimiliki oleh Gudang Pangan masih memadai,
dimana peralatan tersebut antara lain lantai jemur, mesin pengering, dan peralatan
penjemuran. Namun yang diperlukan lebih jauh adalah biaya pengelolaannya.
Tabel 2.13. Penampilan Gudang Pangan desa Sukodadi kec Paiton
Tahun pembangunan awal
Daya tampung yang pernah dilakukan 63 ton
Kapasitas tampung maksimal
Luas lahan
Jenih pelayanan Pengeringan, penyimpanan
bahan pangan, gudang
Pendapatan Asli daerah ---
Waktu operasional Sepanjang tahun
Halaman 27
2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo
Kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian kurun waktu 2014-2018 lebih
ditekankan kepada pencapaian ketahanan pangan dan peningkatan produksi tanaman
pertanian. Untuk urusan ketahanan pangan banyak yang harus dicapai, hal ini terjadi
karena dengan adanya ketentuan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang harus dicapai
dalam Ketahanan Pangan. Ketetapan tersebut dalam pencapaiannya ditentukan dalam
tahun 2015, hal ini juga mengacu kepada MDG’s, dalam pelaksanaan masih banyak
belum tercapai. Beberapa diantaranya adalah cadangan pangan yang belum optimal,
akses pangan belum optimal, dan masih banyak desa yang rawan pangan.
Sedang untuk urusan pertanian, produksi pertanian cenderung stagnan dan
mengalami fluktuasi yang sangat tinggi. Selama kurun waktu 2014-2018 banyak yang
terjadi dengan tingkat produksi tanaman pertanian, dimana faktor iklim yang tidak
menentu menjadi tingkat produksi tanaman pertanian mengalami pasang-surut.
Selain SPM Ketahanan Pangan yang digunakan sebagai pedoman maka beberapa
pedoman pencapaian kinerja yaitu Indikator Kinerja Utama (Tujuan dan Sasaran) dan
Indikator Kinerja Kunci.
Halaman 28
Tabel 2.14. Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo tahun 2014-2018 Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi Perangkat
Daerah1
Target
NSPK
Target Renstra Perangkat Daerah Tahun Realisasi Capaian Tahun Rasio Capaian padaTahun (%)
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018
Urusan Ketahanan Pangan (SPM)
Ketersediaan energi dan protein per kapita (%) 90% 100 90 90 90 100 90 90 90 100 100 100 100 100 100
Penguatan cadangan pangan (100 ton) 60% 100% 100% 100% 100% 5% 60% 23% 23% 0 48 63 23 22
Ketersediaan informasi pasokan harga dan
akses pangan didaerah
90% 100% 100% 100% 100% 84% 84% 84% 84% 84 84 84 84
Stabilitas harga dan pasokan pangan 90% 95% 95% 95% 95% 1x 1x 1x 1x
Pencapaian skor pola pangan harapan (PPH
konsumsi)
90% 74% 85% 85% 85% 62 69% 72% 72% 84 81 85 85
Pengawasan dan pembinaan keamanan
pangan
80% 50% 50% 5% 5% 5%
Penanganan kerawanan pangan 60% 5% 5% 5% 5% 0% 0% 0% 3% 3% 0 0 60 60 60
Regulasi ketahanan pangan ada ada ada ada ada 1 perbup 1 perbup
Ketersediaan pangan utama (ton) 124.688 124.688 124.688 124.688 124.688 191.825 196.145 198.796 203.316
Urusan Pertanian
Peningkatan produksi Tanaman (ton)
Padi 315.515 326.784 332.418 338.052 360.423 335.233 354.121 361.736 312.127 286.828 106 108 109 92 80
Jagung 331.387 338.150 344.913 351.676 360.921 251.004 247.317 255.791 256.237 189.566 76 73 74 73 53
Ubi Kayu 140.227 140.232 140.235 140.240 140.455 119.578 102.869 93.219 52.700 52.920 85 73 66 38 38
Alpokat 6.519 6.519 6.519 6.519 7.450 4.234 4.441 3.622 1.251 21.144 65 68 56 19 284
Mangga 21.434 25.074 22.911 15.720 26.118
Bawang merah 48.900 48.900 52.975 57.050 65.260 61.154 49.023 44.734 50.632 56.060 125 100 84 89 86
Kentang 61.165 70.575 75.280 79.985 74.574 40.090 41.054 32.949 49.054 25.266 66 58 44 61 34
Kobis 41.282 42.340 44.457 46.574 48.762 15.920 17.893 33.132 45.378 3.796 39 42 75 97 8
Tembakau 13.228 10.026 9.716 12.844 12.456
Tebu 251.744 171.364 171.364 155.260 125.812
Kopi
1 Tahun 2014-2016 pelaksanaan program kegiatan dikerjakan oleh Badan Ketahanan Pangan dan
Pelaksana Penyuluh Pertanian, Dinas Pertanian, dan Dinas Perkebunan dan Kehutanan
Halaman 29
Tabel 2.15. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan DKPP Kabupaten Probolinggo (2014-2023)
Sumber : LKPJ Bupati Probolinggo tahun 2014-2018 di olah.
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 Anggaran Realisasi
1 Pelayanan Administrasi
Perkantoran 1.658 2.070 2.952 1.714 1.692 1.557 1.903 2.760 1.159 1.590 94,0% 91,9% 93,5% 67,6% 94,0% 9 8
2 Peningkatan Sarana Dan
Prasarana Aparatur 413 470 901 219 417 410 422 814 213 392 99,3% 89,7% 90,4% 97,2% 94,0% 1 -4
3 Peningkatan Disiplin Aparatur 16 16 24 - - 16 16 23 - - 98,3% 100,0% 98,3% 0,0% 0,0% -4 -4
4 Peningkatan Kapasitas Sumber
Daya Aparatur 529 466 916 120 117 428 341 895 83 110 80,9% 73,2% 97,6% 69,4% 94,0% -103 -80
5
Peningkatan Pengembangan
Sistem Pelaporan Capaian Kinerja
dan Keuangan 336 385 580 119 141 303 358 532 116 133 90,1% 92,8% 91,7% 97,1% 94,0% -49 -43
6 Peningkatan Kesejahteraan Petani 602 805 1.781 585 781 1.721 97,1% 97,0% 96,6% -151 -146
7 Pemberdayaan Penyuluh
Pertanian 4.502 4.369 2.633 4.367 4.245 2.600 97,0% 97,1% 98,8% -1.126 -1.092
8 Peningkatan Sarana Prasarana
Pertanian 5.266 25.626 7.934 4.600 24.604 6.903 87,4% 96,0% 87,0% -1.317 -1.150
9
Peningkatan Produksi.
Produktivitas dan Mutu Komoditi
Pertanian 3.532 4.128 4.116 3.397 4.065 4.018 96,2% 98,5% 97,6% -883 -849
10 Pembinaan Lingkungan Sosial di
Kawasan Industri Hasil Tembakau 2.075 3.700 1.000 1.723 3.630 975 83,0% 98,1% 97,5% -519 -431
11 peningkatan pemasaran hasil
produksi pertanian/perkebunan 330 456
120 313 371 84 94,9% 81,4% 70,0% -83 -78
12 Peningkatan Ketahanan Pangan
Pertanian/ Perkebunan, 1.296 1.829 3.215 1.286 1.514 3.180 99,3% 82,8% 98,9% -324 -322
13 Peningkatan Penerapan Teknologi
Pertanian/Perkebunan - 883 - - 804 - 91,1% 0 0
14 Peningkatan Produksi Perkebunan 1.305 1.581 1.189 1.210 1.464 1.003 92,7% 92,6% 84,3% -326 -303
15 Peningkatan Sarana Prasarana
Perkebunan 464 400 497 452 374 372 97,5% 93,6% 74,9% -116 -113
16 Pembinaan Kelembagaan Petani
Perkebunan 150 937 485 149 885 460 99,0% 94,4% 94,9% -38 -37
17 Penerapan Teknologi Perkebunan 808 794 751 718 93,0% #DIV/0! 90,5% -202 -188
18 Peningkatan Ketrampilan SDM
Petani 329 100 149 324 100 148 98,5% 99,6% 99,2% -82 -81
19 Perlindungan Tanaman
Perkebunan
550 834 409 532 805 353 96,7% 96,6% 86,3% -138 -133
20 Peningkatan Kualitas Bahan Baku 3.500 1.500 3.270 1.410 93,4% 94,0% 375 353
21Peningkatan SDM dan
Kelembagaan Petani 611 730 598 686 97,8% 94,0% 183 172
22 Peningkatan Konsumsi Pangan137 425 135 400 98,2% 94,0% 106 100
23 Pengelolaan Cadangan Pangan 120 150 116 141 96,7% 94,0% 38 35
24Penyediaan Insfrastruktur
Kemandirian Pangan 102 260 102 244 99,8% 94,0% 65 61
25 Peningkatan ketahanan Pangan400 1.000 396 940 99,0% 94,0% 250 235
26 Peningkatan Sarana Pertanian613 1.046 580 983 94,6% 94,0% 262 246
27 Peningkatan Prasarana Pertanian5.520 2.834 5.485 2.663 99,4% 94,0% 708 666
28Pengendalian Penanggulangan
Bencana dan Perijinan Usaha1.349 1.866 1.326
1.754 98,3% 94,0% 466 438
24.162 49.056 29.694 14.523 12.178 22.403 46.682 27.558 13.579 11.447 92,7% 95,2% 92,8% 93,5% 94,0% -2.996 -2.739
No Uraian nama ProgramAnggaran Tahun (Rp juta) Realisasi Anggaran tahun (Rp juta) Rasio Realisasi dan Anggaran Rerata pertumbuhan
Halaman 30
Pembangunan pertanian tahun 2015 mendapatkan perhatian yang cukup
besar, dimana anggaran tahun 2015 mendapatkan alokasi pagu yang sangat besar
dari pemerintah pusat melalui DAK (Dana Alokasi Khusus), dimana anggaran tersebut
digunakan untuk pembangunan jaringan irigasi, pembangunan sumber air irigasi
pertanian, dan jalan usaha tani.
Dari kegiatan tersebut terjadi peningkatan luas tanam tanaman padi yang
cukup signifikan antara tahun 2015 dan tahun 2016, peningkatan luas tanam ini
berdampak kepada peningkatan produksi tanaman padi. Kondisi ini didukung oleh
iklim yang menunjang selama tahun 2015-2016 dimana terjadi kemarau basah.
Sehingga ketersediaan air tercukupi .
Mulai tahun 2017, 3 OPD bergabung menjadi satu yaitu Badan Ketahanan
Pangan dan PPP, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan dan Kehutanan. Namun
bergabungnya ketiga OPD tidak menjadikan anggaran menjadi lebih besar, malahan
anggaran menjadi lebih kecil secara signifikan, hal ini terjadi karena pemerintah
Kabupaten Probolinggo memprioritaskan pembangunan kepada infrastruktur yang
sangat memerlukan dana yang sangat besar. Infrastruktur ini adalah pembangunan
jalan di seluruh Kabupaten Probolinggo.
Dari Tabel 2.16 terlihat bahwa secara umum kinerja sektor pertanian
semakin sulit untuk dicapai. Produksi padi Kabupaten Probolinggo merupakan 0,3 %
dari produksi nasional dan produksi jagung Probolinggo merupakan 0,91% dari
produksi jagung nasional, sedangkan untuk bawang merah adalah 3,2 %. Dari data
Tabel 2.16. Perbandingan Realisasi Kinerja dengan Realisasi Nasional Tahun 2017
Sasaran
Strategis Indikator Kinerja
Realisasi
Nasional
Capaian Kabupaten Probolinggo
Target Realisasi Capaian
Peningkatan Produksi Tanaman Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan
Peningkatan Produksi Tanaman (ton)
1) Padi (GKG) 81.385.254 367.330 312.127 84,97 %
2) Jagung (pipil) 27.948.662 265.000 256.237 96,69 %
3) Ubi Kayu Tidak ada data 121.015 52.700 43,55 %
4) Bawang Merah 1.579.772 51.698 50.632 97,94 %
5) Kentang Tidak ada data 41.875 49.054 117,14 %
6) Cabe 2.196.657 4.076 6.037 103,93 %
7) Tebu 2.121.295 13.542 11.150 82,34 %
8) Tembakau Tidak ada data 12.000 9.716 80,97 %
9) Kopi 668.677 1.610 3.722 231,18 %
Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat
(ton) Ketersediaan dan Cadangan
--- 100 23 23 %
(%) Pola Pangan Harapan
85,24 85 77,2 90,82 %
Sumber : Renstra dan LkjIP DKPP diolah (2017)
Halaman 31
tersebut terlihat bahwa Kabupaten Probolinggo hanyalah merupakan salah satu
daerah yang menopang keberadaan komoditas nasional yang menjadi perhatian
pemerintah. Selama beberapa tahun terakhir pemerintah telah menetapkan target
peningkatan produksi tanaman pertanian yang tinggi, dimana dalam penentuan
target disertai dengan bantuan sarana dan teknologi pertaniian yang cukup masif,
namun dalam realisasinya sebagaimana terlihat pada tabel 2.16. sulit dicapai. Selama
beberapa tahun memang terlihat bahwa tanaman padi mengalami kenaikan produksi
secara berkelanjutan, namun terdapat titik-titik waktu tanaman padi mengalami
penurunan. sedangkan untuk tanaman lain terjadi kecenderungan yang penurunan
ataupun keberadaan tidak ada lagi (jumlah menurun sangat signifikan, misalnya
kedelai). Beberapa komoditi mendapatkan program seperti jagung, bawang merah,
kopi, cabe mengalami kenaikan pada 3-4 tahun terakhir, namun kenaikan sangat
kecil.
Sedangkan untuk tanaman lain yang tidak tercantum di data ini jumlahnya
sangat kecil, tanaman hias, tanaman biofarmaka, tanaman perkebunan mengalami
kenaikan dan penurunan setiap tahun dalam jumlah produksi.
Khusus untuk kinerja periode yang lalu (2015-2018) untuk urusan
pertanian mengalami puncak kinerja tapi juga mengalami penurunan yang signifkan.
Sedangkan untuk kinerja urusan pangan juga mengalami kenaikan puncak kinerja dan
juga penurunan kinerja. Namun untuk perhitungan urusan pangan baru dimulai pada
tahun 2015 hal tersebut terkait dengan SPM dan MDG’s.
Tabel 2.17. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015-2018
Sasaran
Strategis Indikator Kinerja Target
Realisasi
Tahun
2015
Tahun
2016
Tahun
2017
Tahun
2018
Peningkatan
Produksi
Tanaman
Pertanian
Tanaman
Pangan,
Hortikultura,
dan
Perkebunan
Jumlah
Peningkatan
Produksi tanaman
(ton)
1) Padi 367.330 354.121 365.659 312.127 286.828
2) Jagung 265.000 247.316 255.913 256.237 189.566
3) Ubi Kayu 121.015 102.870 93.913 52.700 52.920
4) Bawang
Merah 51.698 43.564 44.734 50.632 56.060
5) Kentang 41.875 40.294 32.949 49.054 25.266
6) Cabe Merah 1.885 1.582 1.412 1.959 1.291
7) Cabe Rawit 2.181 1.361 2.160 5.078 10.535
8) Tebu 13.542 25.746 13.532 11.150 3.993
9) Tembakau 12.000 14.721 9.652 9.716 13.228
10) Kopi 1.610 1.302 1.551 3.822 1.868 Peningkatan
Ketahanan
Pangan
Masyarakat
1) (Ton)
Ketersediaan
dan Cadangan 100 60 68 23 0
2) (%) Pola Pangan
Harapan
Konsumsi 85 77,2 77,2 77,2
Sumber : LKjIP Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian tahun 2017.
Halaman 32
Tabel 2.18. Luas Areal Panen Tanaman Pertanian di Kabupaten Probolinggo
No Uraian Satuan 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Padi Ha 51.811 52.521 53.963 60.227 57.089 60.969 60.114 64.623 66.571 61.058 56.109
2. Jagung Ha 63.071 67.340 73.679 70.235 71.198 69.319 59.498 57.899 59.859 58.149 43.019
3. Ubi Kayu Ha 18.028 8.287 9.422 7.849 8.048 7.704 6.206 6.559 4.446 2.154 2.163
4. Ubi Jalar Ha 114 79 92 26 37 28 121 12 0 0 0
5. Kedele Ha 2.404 3.092 2.217 733 420 258 184 494 91 25 1.006
6. Kacang Tanah Ha 3.277 3.586 3.695 3.079 2.274 3.660 1.969 2.067 1.973 1380 1.026
7. Kacang Hijau Ha 440 614 746 785 811 477 310 267 120 2064 194
8. Sorghum Ha 16 23 37 28 10 31 16 4 16 0 0
9 Bw. Merah Ha 6.354 5.201 5.049 3.428 3.921 5.459 6.850 5.552 5.529 7.416 7.234
10 Bw. Putih Ha 16 8 8 - 0 2 1 2 2 62
11 Bw. Daun Ha 950 1085 1466 1685 3096 2521 1616 2223 2719 1665 2.143
12 Kentang Ha 2539 3029 3148 1094 4013 4541 4158 3920 3906 3483 2.845
13 Kubis Ha 2509 2622 2831 1392 2490 1693 1051 1499 2803 2685 2230
14 Petsai/ Sawi Ha 40 37 42 20 47 8 113 124 222 211 174
15 Wortel Ha 204 182 194 200 675 339 223 158 265 209 288
16 Cabe Besar Ha 850 158 608 383 560 949 268 137 224 382 795
17 Cabe Rawit Ha 656 498 2.279 3.545 3.377 3.505 1.488 1.020 1.854 2.846 2.873
18 Tomat Ha 98 67 200 114 3377 300 104 52 113 75 34
19 Terung Ha 41 26 106 67 344 58 13 10 13 15 29
20 Timun Ha 26 26 17 32 69 7 3 5 7 8 12
21 Labu Siam Ha 32 28 274 265 289 293 36 12 63 68 63
22 Alpukad Pohon 80.085 99.001 84.703 74.740 96.678 90.384 9086 132.799 110.453 80.137 262.395
23 Blimbing Pohon 12.610 8.768 10.200 9.739 10.097 5.418 2 7.198 7.274 4.813 5.253
24 Duku Pohon 52 383 14 356 5502 704 0 556 1053 51 1.950
25 Durian Pohon 55.902 68553 71724 69236 75452 74345 1313 92929 86768 46782 180.336
26 Jambu Biji Pohon 31.310 46524 40106 19179 17962 14983 691 15291 12320 30732 36.796
27 Jambu Air Pohon 6505 4656 5609 9135 5076 5237 10 5024 5420 9350 5.147
28 Jeruk Keprok Pohon 12453 15973 12721 3970 7961 5888 550 12338 11851 5965 12.947
29 Jeruk Besar Pohon 2519 1045 701 689 951 802 600 890 754 769 586
Halaman 33
No Uraian Satuan 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
30 Mangga Pohon 987.164 1.035.768 788.669 970.640 1.066.664 431.078 1.439 645.932 689.813 626.488 596.622
31 Manggis Pohon 1223 1978 2153 2841 2637 6375 1010 10024 9323 1890 14.652
32 Nangka Pohon 37925 46090 49933 33086 37757 24110 282 44539 44247 35379 51.019
33 Nenas Pohon 422 604 372 140 148 296 120 2780 405 1057 3.244
34 Pepaya Pohon 55195 58439 62467 101.115 52296 32285 8446 73419 63253 39029 41.825
35 Pisang Pohon 989890 926226 908342 900182 836057 801023 20555 1181588 1270876 968.354 1.220.857
36 Rambutan Pohon 36318 20500 29153 27512 24222 1.1964 45 28.151 14.818 11.114 26241
37 Salak Pohon 14520 18306 20301 8888 15046 7509 0 11348 11624 198 18274
38 Sawo Pohon 9110 8656 6879 7417 5546 0 6837 8346 7819 7846
39 Sirsak Pohon 13564 13634 8341 8694 4855 25 9319 6121 14.344 12.928
40 Sukun Pohon 2286 2947 1881 3524 2302 500 3611 3781 3284 4.704
41 Anggur Pohon 7818 5027 5290 2078 1300 660 100 1464 548 188 1530
42 Semangka Ha 57 171 134 58 65 92 64 32 84 225 71
50 Tebu Ha 2013,7 1264,84 1388,66 1388,66 3058,45 3662,37 4212,14 2787,62 2787,62 2117,25 1.565
51 Tebkau Paiton vo Ha 13011 10481 11055,95 13058,8 13512,95 11107,95 11687,3 13000 8349 7784,6 9.205
52 Tembakau Kasturi Ha 0 0 0 0 0 0 115 0 5 5 14
53 Tembakau Jawa Ha 0 0 0 0 0 0 504 0 338 540 809
56 Aren Ha 293 186,36 7,81 186,5 186,6 183,7 183,7 239,96 247,06 121
57 Asam jawa Ha 6354 5049 117,74 117,37 89,49 101,014 94,573 193 264
58 Cengkeh Ha 717 394,5 114,95 454,15 392,45 486,85 392,45 654,15 691,4 435 329
59 Jambu Mete Ha 2,5 2,5 2,8 17,731 17,731 17,731 17,73 17,73 7,1 6
61 Jarak pagar Ha 24 10,06 12,72 17 19,1 24,096 19,4 19,87 18,97 65 1.354
63 Kapok Randu Ha 4078 1021,22 1001,26 987,445 1015,57 1.010,52 845,08 1137,39 491,869 315,092 677
66 Kelapa Ha 2448 1484,7 1254,95 1580,21 1695,96 1.433,89 1756,87 1697,85 2101,22 1488 1779
69 Kopi Arabika Ha 228,3 228 228 902 420
70 Kopi Robusta Ha 1.959 2.560 2.443 2.451 1.751 3.486 2.265 4.002 4.130 2852 2.159
71 Lada Ha 950 1466 1,43 1,43 1,43 0 0 0 2
76 Pinang Ha 255 14,1 40,47 183,18 194 272 189,8 288,7 110,75 634
78 Teh Ha 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23
Sumber : Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo (2018)
Halaman 34
Dalam pencapaian kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian mengalami
permasalahan Penerapan Teknologi Pertanian, Di Kabupaten Probolinggo penerapan
teknologi pertanian belum optimal sebagaimana penjelasan berikut ini :
1. Teknologi alat mesin pertanian,
Pada tahun 2015-2018 cukup banyak bantuan alat mesin pertanian yang
diberikan kepada kelompok tani dengan berbagai model, namun penggunaan
masih sangat kurang / belum optimal.
Tabel 2.19. Perkembangan Jumlah Alat Mesin Pertanian Tahun 2013-2017
No. Jenis Alat/Mesin dan Kelembagaan Pertanian Tahun 2013
Tahun 2018
Total Rusak
1. Pengolahan Lahan
a. Traktor Roda Dua 813 1244 60
b. Traktor Roda Empat 22 9 0
2. Penanaman a. Tanam padi (Transplanter) 1 52 0
b. Tanam biji-bijian (Seeder) 0 34 0
3. Pengendalian OPT
a. Penyemprot (Hand Sprayer dan Power Sprayer)
16.038 15.091 638
b. Pengabut pestisida (Swing - Fog) 1 11 7
c. Emposan Tikus 102 56 6
d. Pembersih Gulma 3.832 61 1
4. Pengairan Pompa air 1.743 2.008 69
5. Pemanenan
a. Sabit Bergerigi 64 1 1
b. Pemotong padi tipe gunting (Reaper)
0 1 0
c. Pemotong padi tipe gendong (Paddy Mower)
5 2 0
d. Combine Harvester 2 46 2
6. Perontokan / Pemipilan
a. Perontok Padi /Thresher 1.742 1646 30
b. Pemipil Jagung /Cornsheller 52 79 6
c. Perontok Kedelai /Thresher 5 6 0
d. Perontok Multiguna (Padi, Jagung, Kedelai)
6 8 8
7. Pembersihan Pembersih Gabah /Winower 4 15 0
8. Pengeringan
a. Pengering tipe datar /Flat Bed Dryer
0 0 0
b. Pengering tipe vertikal /Continuous Dryer
0 1 0
9. Penggilingan
a. Penggilingan Padi Kecil /Small Rice Mill
230 262 0
b. Penggilingan Padi Menengah /Medium Rice Mill
71 26 0
c. Penggilingan Padi Besar /Large Rice Mill
23 20 0
10. Penyimpanan Penyimpan hasil tanaman pangan (Silo)
0 6 0
11. Pembuatan Pupuk
Alat Pembuat Pupuk Organik (APPO)/Kompos
61 63 10
Sumber : Statistik Pertanian Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (2013-2018)
Halaman 35
Dari tabel di atas terdapat perubahan pola budidaya tanaman pertanian
dalam kurun waktu 5 tahun, beberapa peralatan yang tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman akan menurun jumlahnya ataupun hilang. Beberapa
peralatan yang meningkat jumlahnya secara signifikan adalah handtraktor,
rice transplanter, dan combine harvester. Dalam perkembangan para
Operator dari alat mesin pertanian ini terdapat kecenderungan menjadi
kelembagaan tersendiri sebagai penyedia jasa pertanian / jasa sewa menyewa
alsintan (wirausaha baru). Tahun 2013 terdapat UPJA sebanyak 77 unit
sedangkan tahun 2018 terdapat 119 unit.
Walaupun jumlah mesin pertanian yang canggih seperti Rice transplanter dan
combine harvester meningkat secara signifikan namun dalam praktek
pemanfaatannya masih sangat kurang. Hal ini karena terkendala dengan :
Ketidaksesuaian spesifikasi mesin dengan kondisi di lapangan.
Terjadinya kerusakan sparepart sehingga kelompok tani belum dapat
mengantikannya.
Masih adanya penolakan dari tenaga kerja tanam dan panen.
Belum tersedianya jalan usaha tani yang bisa digunakan untuk masuk ke
sawah, sedangkan di lahan sekitarnya masih banyak petani yang belum
waktunya panen.
Sering terjadi pencurian alat dan mesin pertanian, misalnya mesin
handtraktor, pompa air, jaring pengendali OPT, dan lainnya.
2. Teknologi perbenihan.
Teknologi perbenihan di Kabupaten Probolinggo telah ada namun masih belum
semaju teknologi yang dimiliki oleh swasta. Secara umum Penggunaan benih
bawang merah meningkat jumlahnya, namun produktivitas bawang merah
mengalami penurunan, sehingga memerlukan benih yang semakin lebih besar
dalam waktu 5 tahun terakhir. Selama kurun waktu 5 tahun terdapat
perubahan penggunaan benih kentang G4 menjadi G1 dan G2. Sehingga pada
tahun 2015 mengalami kesulitan dalam penyediaan benih.
3. Teknologi pasca panen, penyimpanan, dan pengolahan hasil pertanian.
Teknologi ini telah ada di Kabupaten Probolinggo namun tidak berkembang
Halaman 36
padahal Teknologi ini sebenarnya bisa membantu peningkatan pendapatan
para petani secara signifikan. Di Kabupaten Probolinggo semakin banyak yang
melakukan sistem Tebasan hasil panen pertanian, sehingga tidak memerlukan
sarana pasca panen dan pengolahan.
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo
Tantangan
Produksi, produktivitas, dan mutu komoditas pertanian cenderung
stagnan
Perundang-undangan tentang pangan dan pertanian belum diterapkan
secara optimal
Penerapan alat mesin pertanian belum optimal, beberapa tahun yang
lampau sudah ada alat mesin yang dibantukan oleh pemerintah namun
sebagian penggunaan belum optimal (malahan mangkrak) karena tidak
sesuai dengan kondisi di lapangan.
Topografi di Probolinggo mempunyai potensi dalam mengembangkan
pertanian, menurut keadaan fisik wilayah bentuk permukaan daratan di
Kabupaten Probolinggo diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:
1) Dataran rendah dan tanah pesisir dengan ketinggian 0 – 100 m diatas
permukaan laut. Daerah ini membentang di sepanjang pantai utara
mulai dari Barat ke Timur kemudian membujur ke Selatan
2) Daerah perbukitan dengan ketinggian 100 – 1.000 m diatas
permukaan laut. Daerah ini terletak di wilayah bagian Tengah
sepanjang Pegunungan Tengger serta pada bagian selatan sisi Timur
sekitar Gunung Lamongan
3) Daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 1.000 m dari
permukaan laut. Daerah ini terletak di sebelah Barat Daya yaitu
sekitar Pegunungan Tengger dan sebelah Tenggara yaitu di sekitar
Gunung Argopuro.
Apabila dilihat dari kondisi kemiringan tanah per kecamatan di
Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Halaman 37
Tabel 2.20. Luas Daerah Berdasarkan Kemiringan Tanah Kabupaten Probolinggo (Ha)
Kecamatan Kemiringan
0 – 2 % 2 – 15 % 15 – 40 % > 40 % Jumlah (Ha)
Sukapura 856,56 541,58 414,69 8.395,70 10.208,53
Sumber - 349,89 1.858,58 11.979,66 14.188,13
Kuripan 616,29 5.908,05 150,42 - 6.674,76
Bantaran 2.807,70 1.158,21 201,10 45,82 4.212,83
Leces 1.834,57 1.846,40 - - 3.680,97
Tegal Siwalan 2.790,49 1.348,00 35,07 - 4.173,56
Banyuanyar 1.716,98 2.816,67 8,88 27,10 4.569,63
Tiris 231,81 4.213,28 2.356,73 9.764,87 16.566,69
Krucil - 197,87 8.164,83 11.889,96 20.252,66
Gading 727,29 5.315,90 1.368,53 7.272,92 14.684,64
Pakuniran 1.784,29 1.463,37 1.949,72 6.187,62 11.385,00
Kotaanyar 1.491,58 1.267,20 650,69 848,53 4.258,00
Paiton 4.411,57 557,10 219,03 140,24 5.327,94
Besuk 2.579,23 924,40 - - 3.503,63
Kraksaan 3.779,75 - - - 3.779,75
Krejengan 3.328,61 114,23 - - 3.442,84
Pajarakan 2.134,35 - - - 2.134,35
Maron 3.567,63 1.493,06 78,58 - 5.139,27
Gending 3.001,48 660,00 - - 3.661,48
Dringu 3.034,96 78,58 - - 3.113,54
Wonomerto 2.317,50 1.942,50 222,00 84,84 4.566,84
Lumbang 2.317,50 2.256,87 2.690,67 2.185,95 9.271,00
Tongas - 7.163,20 599,00 33,00 7.795,20
Sumberasih 2.920,41 105,00 - - 3.025,41
Jumlah (Ha) 48.070,55 41.721,36 20.968,52 58.856,22 169.616,65
Prosentase (%) 28,34 24,60 12,36 34,69 100,00
Sumber: Kabupaten Probolinggo dalam Angka Tahun 2017
Jika dilihat dari kemiringan banyak lahan yang tidak sesuai budidaya
pertanian, namun kemiringan seperti tersebut bisa dimanfaatkan untuk
tanaman tahunan.
Peluang
Permintaan komoditi pertanian cenderung naik, dan tingkat harga
komoditi akan lebih tinggi lagi
Pembangunan di desa mulai diperhatikan dengan sektor pertanian
yang menjadi fokus
Sistem informasi sudah dapat diakses dimana saja dengan mudah
sehingga memudahkan semua pihak dalam berinteraksi
Halaman 38
Terdapat sarana air cukup banyak dimana 25 sungai mengalir dan
mengairi wilayah Kabupaten Probolinggo. Sungai terpanjang adalah
Rondoningo dengan panjang 95,2 km, sedangkan sungai terpendek
adalah Ranu Bujel dengan panjang 2 km. Hulu sungai-sungai tersebut
kebanyakan berada di bagian tengah maupun selatan wilayah
Kabupaten Probolinggo yang bermuara di Selat Madura. Sungai-sungai
yang terdapat di Kabupaten Probolinggo sebagian besar digunakan
irigasi disamping untuk industri, air minum dan mandi cuci. Sungai-
sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Probolinggo tersebut
sangat dipengaruhi oleh iklim yang berlangsung tiap tahun. Pada saat
musim kemarau, sebagian besar sungai yang mengalir mengalami
kekeringan kecuali sungai-sungai besar yang masih tergenang
sepanjang tahun.
Tabel 2.21. Sungai di Kabupaten Probolinggo
No. Nama Sungai Panjang Lebar
Debit Air (Minimum)
Baku Lahan
(Km) (M) (M3/detik) (Ha)
1 K. Rondoningo 95,20 26,00 ± 200 3.36
2 K. Pandan Laras 43,50 26,00 ± 1.300 2.85
3 K. Kertosono 39,70 25,00 ± 100 570.00
4 K. Kandang Jati 8,00 8,00 ± 100 507.00
5 K. Besuk 13,20 8,00 ± 100-200 173.00
6 K. Jabung 20,50 8,00 ± 300 465.00
7 K. Pancarlagas 85,70 50,00 ± 200 3.30
8 K. Paiton 18,00 20,00 ± 100 454.00
9 K. Kresek 24,50 25,00 ± 100 786.00
10 K. Taman 24,10 12,00 ± 5-10 240.00
11 K. Curah Manjangan 5,00 9,00 ± 50 34.00
12 K. Klumprit 12,50 12,00 ± 50 53.00
13 K. Lumbang/Bayeman 17,50 13,00 ± 75 125.00
14 K. Blabo 10,00 10,00 ± 50 213.00
15 K. Besi 15,50 15,00 ± 5-10 183.00
16 K. Patalan 22,50 18,00 ± 50 72.00
17 K. Kedung Galeng 38,00 35,00 ± 100 564.00
18 K. Banyubiru 11,00 18,00 ± 300 697.00
19 K. Gending 20,00 20,00 ± 300 149.00
20 K. Klaseman 11,00 15,00 ± 100-200 128.00
21 K. Pekalen 35,10 35,00 ± 3.300 6.98
22 K. Lawean 16,70 25,00 ± 200 369.00
Sumber: Dinas PUPR Kabupaten Probolinggo Tahun 2017
Halaman 39
Selain sungai di Kabupaten Probolinggo juga terdapat danau/ranu
yaitu Ranu Segaran, Ranu Agung, Ranu Segaran Duwas dan Ranu Gedang yang
belum didayagunakan sebagaimana mestinya.
Tabel 2.22. Danau atau Ranu di Kabupaten Probolinggo
No Nama Danau Luas (Ha)
Lokasi
1. Ranu Segaran 30.00 Desa Segaran, Kec. Tiris
2. Ranu Agung Segaran Agung
20.81 Desa Ranuagung, Kec. Tiris
3. Ranu Segaran Duwas
23.00 Desa Tlogoargo, Kec. Tiris
4. Ranu Merah 18.00 Desa Andungsari, Kec. Tiris
5. Ranu Gedang 18.00 Desa Andung Sari, Kec. Tiris
6. Ranu Betok 18.00 Kecamatan Tiris
7. Ranu Wurung 25.00 Kecamatan Gading
8. Danau Ronggojalu 2.50 Kecamatan Tegalsiwalan
Sumber :Dinas PU dan Penataan Ruang Kabupaten Probolinggo Tahun 2017
Selain itu tercatat pula sumur yang umumnya berupa sumur gali dan
beberapa sumur bor. Kedalaman dari sumur-sumur gali berkisar 3 - 30 m.
Kedalaman ini berarti air tanah dangkal sampai sedang dan sangat
dipengaruhi oleh keadaan iklim, sedangkan kedalaman sumur bor yang
merupakan air tanah dalam berkisar 40-200 m. Sumur bor yang sudah ada
mempunyai debit yang cukup besar, sebagian untuk kebutuhan air minum
dan sebagian besar lainnya diperuntukkan irigasi, hal ini mengingat pada saat
musim kemarau sebagian besar daerah mengalami kekeringan. Ditinjau dari
sisi kedalaman air tanah, 62,56 % dari luas wilayah Kabupaten Probolinggo
memiliki kedalaman > 90 m; seluas 11,17 % kedalaman air tanahnya antara 60
– 90 m; dan selebihnya 26,27 % mempunyai kedalaman air tanah < 60 m.
Penggunaan sungai-sungai di Kabupaten Probolinggo sangat vital bagi
kelangsungan pertanian, beberapa sungai pada waktu kemarau tidak bisa lagi
memberikan air irigasi menyebabkan kelompok-kelompok tani berupaya
untuk menambah air irigasi dengan menggunakan membangun sumur irigasi
air dangkal, menengah, dan dalam. Pembangunan lebih banyak sebagai
upaya untuk meningkatkan Indeks Penanaman (IP). Selain itu terhadap
sungai-sungai kecil juga dibangunkan beberapa dam parit, sehingga dapat
Halaman 40
menaikkan air irigasi ke lahan-lahan pertanian. Pembangunan embung juga
diupayakan dengan memanfaatkan sumber-sumber air agar tidak hilang
begitu, diharapkan dengan penampungan air hujan atau mata air yang kecil-
kecil bisa digunakan untuk mengairi lahan pertanian yang ada.
Sedangkan untuk pemanfaatan keberadaan ranu-ranu yang ada bisa
digunakan sistem pipanisasi. Dengan cara menaikkan air ranu dengan
menaikkan dan menyalurkan air ranu kepada lahan-lahan pertanian.
Struktur geografis Kabupaten Probolinggo terdiri dari dataran rendah
pada bagian utara, lereng-lereng gunung pada bagian tengah dan dataran
tinggi pada bagian selatan, dengan tingkat kesuburan dan pola penggunaan
tanah yang berbeda. Kabupaten Probolinggo terletak pada ketinggian 0-2500
m di atas permukaan laut. Hal ini menyebabkan tanahnya berupa tanah
vulkanis yang banyak mengandung mineral yang berasal dari ledakan gunung
berapi yang berupa pasir dan batu, lumpur bercampur dengan tanah liat yang
berwarna kelabu kekuning-kuningan. Sifat tanah semacam ini mempunyai
tingkat kesuburan tinggi dan sangat cocok untuk jenis tanaman sayursayuran
seperti di sekitar pegunungan Tengger yang mempunyai ketinggian antara
750-2500 m di atas permukaan laut. Tanah yang membujur dari Barat ke
Timur di bagian Selatan yang berada di kaki pegunungan Argopuro dan
berketinggian antara 150-750 m di atas permukaan laut sangat cocok untuk
tanaman kopi, buah-buahan seperti durian, alpukat dan buah-buahan lainnya.
Wilayah kecamatan yang sangat tepat untuk tanaman buah-buahan ini adalah
Kecamatan Krucil dan Tiris.
Lokasi Kabupaten Probolinggo yang berada di sekitar garis katulistiwa
menyebabkan daerah ini mengalami perubahan iklim dua jenis setiap tahun,
yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau berkisar pada
bulan April hingga Oktober, sedangkan musim penghujan dari bulan Oktober
hingga April. Di antara dua musim tersebut terdapat musim pancaroba, di
mana biasanya ditandai dengan tiupan angin kering yang cukup kencang yang
biasa disebut Angin Gending.
Halaman 41
Sedangkan suhu udara beragam rata-rata antara 27°C hingga 32°C
pada bagian Utara. Di wilayah pegunungan Argopuro dan Tengger, yaitu di
Kecamatan Tiris, Krucil, Sumber dan Sukapura suhu udaranya berkisar antara
5°C hingga 15°C.
Selama beberapa tahun terakhir di Kabupaten Probolinggo terjadi
perubahan iklim yang untuk setiap tahunnya
Tabel 2.23. Data Penggunaan Lahan Tahun 2018 di Kab. Probolinggo (Ha)
Penggunaan Lahan Realisasi Dalam Satu Tahun Jumlah
Luas
LAHAN PERTANIAN
Lahan Sawah
Ditanami Padi Tidak ditanami padi
Satu kali
Dua kali
≥ Tiga kali
Ditanami tanaman lainnya
Tidak ditanami apapun*)
a. Irigasi 18.196 8.411 6.902 1.026 - 34.534
b. Tadah hujan 2.320 - - 191 - 2.511
c. Rawa pasang surut - 10 - - - 10
d. Rawa lebak - - - - - -
Jumlah Lahan Sawah 20.516 8.421 6.902 1.217 - 37.055
Lahan Pertanian Bukan Sawah
a. Tegal/kebun 45.849
b. Ladang/huma 6.344
c. Perkebunan 1.138
d. Ditanami pohon/hutan rakyat 3.627
e. Padang penggembalaan/padang rumput 7
f. Hutan negara 44.284
g. Sementara tidak diusahakan *) 4
h. Lainnya (tambak, kolam, empang, hutan negara dll) 2.649
Jumlah Lahan Pertanian Bukan Sawah 103.902
LAHAN BUKAN PERTANIAN (jalan, pemukiman, perkantoran, sungai dll) 20.471
Total = Jumlah Lahan Sawah + Jumlah Lahan Pertanian Bukan Sawah + Jumlah Lahan Bukan Pertanian
161.4282
Sumber data : Statistik DKP2 Kab Probolinggo (2018)
Pembangunan di desa mulai diperhatikan dengan sektor pertanian
yang menjadi fokus. Hal ini ditunjang oleh jumlah penduduk yang
banyak.
2 Catatan Data DKP2 lebih kecil dari pada data BPN karena belum dimasukkannya daerah hutan
(penggunungan).
Halaman 42
Tabel 2.25. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian menurut Jenis Usaha Pertanian yang dikerjakan
Kecamatan
Jenis Usaha Rumah Tangga Pertanian
Tanaman Padi
Tanaman Palawija
Tanaman Hortikultura
Tanaman Perkebunan
Peternakan Budidaya
Ikan Penang-
kapan Ikan
Budidaya Tanaman
Kehutanan
Menangkar Satwa/
Tumbuhan Liar
Memungut Hasil Hutan dan
menangkap
Jasa Pertanian
Sukapura 285 2.845 4.203 1.361 2.764 1 0 1.877 0 83 205 Sumber 220 3.089 5.093 897 4.083 1 0 950 0 3 173
Kuripan 4.860 6.154 4.849 1.969 6.195 6 0 3.663 0 77 200
Bantaran 4.776 6.682 5.641 453 8.123 4 8 3.069 0 37 670
Leces 3.901 4.745 4.575 792 5.755 37 9 1.785 0 0 438
Tegalsiwalan 3.348 4.137 4.952 1.974 5.457 12 18 2.479 1 3 218 Banyuanyar 5.433 6.188 3.475 2.400 5.692 21 18 2.197 3 2 377
Tiris 5.747 9.472 12.666 10.873 11.992 10 5 12.043 0 40 554
Krucil 4.857 10.000 8.744 7.544 11.003 14 0 8.753 0 17 464
Gading 6.991 1.560 3.371 2.824 7.214 17 9 2.864 4 68 372
Pakuniran 4.373 1.351 1.648 4.217 6.602 8 5 2.179 2 25 260 Kotaanyar 5.239 1.768 724 5.919 5.714 5 1 543 0 22 322
Paiton 3.763 2.706 854 5.663 6.678 67 337 270 1 8 369
Besuk 2.647 559 1.527 3.848 3.980 0 7 557 0 8 403
Kraksaan 1.806 247 470 1.800 1.606 62 226 143 0 1 212
Krejengan 3.870 27 633 4.796 2.898 18 9 276 1 10 324 Pajarakan 1.627 293 641 786 1.083 83 327 165 1 0 110
Maron 5.408 2.658 2.627 2.275 5.408 40 5 1.201 3 20 359
Gending 1.900 677 1.341 211 1.464 226 227 268 0 30 248
Dringu 2.032 1.315 2.476 24 2.471 74 331 194 0 2 141
Wonomerto 7.331 7.394 4.211 1.739 7.293 0 0 1.874 0 4 370 Lumbang 5.927 6.459 5.669 2.767 6.473 6 1 4.998 1 11 170
Tongas 9.071 9.085 2.735 1.810 10.557 61 555 3.020 8 7 409
Sumberasih 5.529 4.788 485 38 5.781 25 653 303 0 1 406
Total 100.941 94.199 83.610 66.980 136.286 798 2.751 55.671 25 479 7.774
Sumber : Sensus Pertanian – BPS Kabupaten Probolinggo (2003)
Halaman 43
Tabel 2.26. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian menurut Jenis Usaha Pertanian yang Utama
Kecamatan
Jenis Usaha Rumah Tangga Pertanian
Tanaman Padi
Tanaman Palawija
Tanaman Horti-
kultura
Tanaman Perke-bunan
Peternakan Budidaya
Ikan Penangkapa
n Ikan
Budidaya Tanaman
Kehutanan
Menangkar Satwa/
Tumbuhan Liar
Memungut Hasil Hutan
Menangkap Satwa Liar
Jasa Pertanian
Sukapura 150 474 3.079 565 263 0 0 188 0 1 0 0 Sumber 190 1.595 4.288 81 666 0 0 13 0 0 0 0
Kuripan 3.301 2.315 153 31 1.023 3 0 103 0 3 0 0
Bantaran 1.772 2.824 1.255 24 2.786 1 2 55 0 0 0 10
Leces 1.321 2.152 1.144 283 2.367 23 7 80 0 0 0 2
Tegalsiwalan 922 1.623 1.954 630 1.802 3 11 110 0 0 0 1 Banyuanyar 3.018 2.635 563 126 2.205 6 13 297 1 0 0 5
Tiris 2.597 3.858 1.440 3.593 3.194 1 0 1.121 0 1 0 0
Krucil 3.646 4.907 925 737 2.448 0 0 321 0 1 0 1
Gading 6.362 355 207 526 2.371 6 5 327 2 1 0 34
Pakuniran 2.960 409 180 2.631 2.651 2 1 307 0 1 1 9 Kotaanyar 1.477 458 53 4.225 1.450 3 0 25 0 3 2 2
Paiton 1.155 18 122 4.696 3.362 32 250 45 0 4 2 5
Besuk 1.350 17 157 2.595 2.010 0 4 60 0 2 0 17
Kraksaan 1.444 10 39 949 805 40 206 16 0 0 0 2
Krejengan 2.486 6 82 2.662 915 3 5 27 1 1 0 13 Pajarakan 1.422 7 112 174 585 58 290 23 0 0 0 6
Maron 4.584 218 377 436 2.537 10 4 283 1 7 0 12
Gending 1.503 133 762 39 907 160 156 62 0 1 0 13
Dringu 471 306 2.148 7 1.383 43 305 34 0 0 1 1
Wonomerto 3.699 3.361 509 119 1.020 0 0 18 0 0 0 4 Lumbang 5.319 792 789 47 605 3 0 247 0 0 0 2
Tongas 6.866 3.334 100 30 2.090 20 396 69 0 1 0 4
Sumberasih 1.827 3.436 143 9 2.728 21 633 30 0 1 0 11
Total 59.842 35.243 20.581 25.215 42.173 438 2.288 3.861 5 28 6 154
Sumber : Sensus Pertanian – BPS Kabupaten Probolinggo (2003)
Halaman 44
Kelemahan
Kepemilikan lahan pertanian kecil/ gurem
Kelembagaan petani masih belum mendukung kinerja petani secara
optimal
Belum ada kesiapan yang memadai menghadapi kecepatan
perubahan akibat mudahnya akses informasi dan mobilitas komoditas
antar daerah
Ketergantungan terhadap air hujan dalam budidaya masih sangat
tinggi bagi mayoritas petani, sehingga pilihan dan penerapan
program menjadi terbatas.
Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap beberapa
indikator yang dapat menggambarkan kondisi eksisting kesejahteraan sosial di
Kabupaten Probolinggo.
Tabel 2.24. Penduduk berumur 15 tahun yang bekerja menurut lapangan usaha dan jenis kelamin tahun 2015
No Lapangan usaha Jumlah penduduk (jiwa)
% Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 193.088 139.750 332.838 56,74
2 Pertambangan dan Penggilingan 3.369 621 3.990 0,68
3 Industri Pengolahan 30.892 17.721 48.613 8,29
4 Listrik, gas, dan air 1.993 NA 1.993 0,34
5 Bangunan 36.408 254 36.662 6,25
6 Perdagangan, rumah makan, dan hotel 42.738 53.943 96.681 16,48
7 Angkutan 15.970 1.002 16.972 2,89
8 Keuangan, asuransi, persewaan, dan jasa 3.093 529 3.622 0,62
9 Jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan 25.767 19.417 45.184 7,70
Jumlah 353.318 233.237 586.555 100
Sumber : Profil Kabupaten Probolinggo 2017
Halaman 45
50 % lebih penduduk usia produktif di Kabupaten Probolinggo bermata
pencaharian di bidang pertanian, hal ini menandakan bahwa bidang pertanian
masih menjadi tumpuan hidup yang paling utama di Kabupaten Probolinggo.
Tentunya
hal
tersebut
menjadi sektor
pertanian menjadi
tidak efisien.
Persoalannya
adalah banyak
tenaga kerja
dibidang
pertanian
adalah
penduduk
yang idle ( tidak terlatih), hanya
terdapat
23% Sumber : Aplikasi SEPAKAT Bappenas RI (2018)
Gambar 2.5. Perbandingan jumlah penduduk idle (terlatih & tidak
terlatih tahun 2013-2017)
Gambar 2.4. Komposisi matapencaharian penduduk Probolinggo
berdasarkan sektor
Halaman 46
tenaga kerja yang ada merupakan tenaga kerja yang terlatih. Hanya bidang
pertanianlah yang dapat menampung 77 % penduduk yang idle ini. Akibatnya
kinerja bidang pertanian di Kabupaten Probolinggo tidak begitu memuaskan
karena harus menanggung beban yang begitu besar.
Ancaman
Prasarana dan Sarana semakin terbatas bagi peningkatan produksi.
Utamanya masalah air dimana sektor lainnya juga meningkat
kebutuhannya, kualitas lahan pertanian mengalami penurunan (walaupun
penggunaan pupuk organik sudah diterapkan kepada para petani namun
kandungan tanah juga diperlukan dan perlu ada informasi yang lebih detail
dan akurat lagi bagi petani).
Kondisi iklim / alam yang sulit untuk diprediksi
Belum ada logistik yang mendukung hasil pertanian yang sepadan untuk
mengatasi dampak jalan tol
Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, walaupun sudah sudah ada
arahan luas untuk PLP2B namun ancaman penurunan jumlah produksi
akan terus terjadi karena ada lahan-lahan di luar PLP2B yang akan
dikonversi menjadi lahan non pertanian
Halaman 47
III. PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS
DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN
3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo Identifikasi permasalahan dalam pencapaian kinerja urusan pangan dan urusan
pertanian dengan menggunakan beberapa metode dan beberapa sumber data, salah
satunya adalah menggunakan metode SWOT. Metode SWOT ini dibuat dengan
menggunakan 2 perspektif, yaitu terhadap kinerja organisasi DKPP (Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian) dan kinerja pembangunan urusan pangan dan urusan
pertanian.
Selain itu identifikasi permasalahan urusan pangan dan urusan pertanian
diambil dari kajian-kajian, diantaranya adalah survey indeks kepuasan publik bidang
pertanian, kajian konsumsi pangan, data-data pencapaian Dinas Ketahanan Pangan
dan Pertanian. Pendekatan lain yang digunakan adalah NSPK yang berasal dari
kementerian serta hasil koordinasi dengan instansi vertikal bidang pangan dan
pertanian.
Tabel 3.1. Permasalahan Untuk Penentuan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah
Sumber : Hasil rapat intern DKPP (2018)
1 produksi a produktivitas 1 SDM fungsional tertentu dan fungsional pelaksana yang belum optimal
2 SDM petani yang belum optimal
3 pengendalian OPT yang belum optimal
4 kesuburan tanah yang cenderung menurun
5 berkurangnya ketersediaan air pertanian
6 ketersediaan sarana dan prasarana pertanian belum optimal
7 pemanfaatan dan penerapan aplikasi teknologi yang belum optimal
8 kelembagaan bidang pertanian belum terlaksana secara optimal
9 anomali iklim yang kadang tidak bisa diprediksi
b luas tanam 1 meningkatnya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian
2 berkurangnya ketersediaan air pertanian
3 ketersediaan sarana dan prasarana pertanian belum optimal
4 Terjadinya endemi serangan OPT
5 meningkatnya alih komoditas pertanian ke non pertanian
2 harga a 1 musim panen yang bersamaan
2 mutu produksi yang belum optimal
3 penanganan pasca panen yang belum optimal
4 penganekaragaman pangan yang belum optimal
5 kemitraan pertanian yang belum optimal
6 kelembagaan bidang pertanian belum terlaksana secara optimal
7 pengembangan kawasan pertanian yang belum optimal
8 pengaturan pola tanam yang belum optimal
9 ketersediaan informasi harga pasar belum optimal
10 akses distribusi komoditi pertanian belum optimal
MASALAH UTAMAPENYEBAB
MASALAHAKAR MASALAH
kepastian
pasar
Halaman 48
3.3.1. Permasalahan Urusan Pangan (Wajib non pelayanan dasar)
Berdasarkan tupoksi Bidang Ketahanan Pangan terdapat tiga aspek yang
ditangani yaitu [1] Ketersediaan Pangan dan Cadangan Pangan, [2] Konsumsi Pangan,
dan [3] Distribusi dan Akses Pangan, yang melalui ketiga aspek ini diharapkan bisa
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat secara layak. Di Kabupaten Probolinggo
indeks Ketahanan Pangan pada tataran sedang (indeks ketahanan pangan = 69,75),
sehingga dapat disimpulkan masih terdapat permasalahan yang perlu diselesaikan.
Berikut ini disampaikan permasalahan urusan Pangan di Kabupaten
Probolinggo melalui pendekatan 3 Pilar Ketahanan Pangan yaitu Ketersediaan Pangan,
Akses Pangan, dan Pemanfaatan Pangan sehingga dapat diidentifikasikan beberapa
hal yang perlu ditangani.
i. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan Pangan dapat diuraikan menjadi Ketersediaan Pangan dan
Cadangan Pangan, dimana kedua hal tersebut pada intinya adalah mengukur
keberadaan pangan bagi masyarakat di Kabupaten Probolinggo. Sedangn pangan yang
dihitung terdiri pangan nabati dan hewati. Kondisi ketersediaan pangan yang ada di
Kabupaten Probolinggo dapat diuraikan sebagaimana berikut ini :
(1) Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan di Kabupaten Probolinggo tergantung kepada tingkat
produksi, pangan yang masuk, pangan yang keluar, stok pangan yang ada di pemerintah
dan stock pangan dimasyarakat. Beberapa komoditi pangan didapatkan dapat
diperoleh secara mandiri dari dalam daerah Kabupaten Probolinggo sendiri seperti
misalnya padi, jagung, ubi kayu, kentang, ikan, dan lainnya. Sedang produksi seperti
susu, daging unggas, dan pangan lainnya masih harus mendatangkan daerah lainnya.
Untuk daging ruminansia walaupun populasi sangat melimpah namun sapi-sapi
tersebut kebanyakan dikirim keluar daerah dalam keadaan hidup-hidup, dan
pemotongan sapi di Kabupaten Probolinggo relatif sedikit dibanding populasi yang ada.
Sehingga tidak bisa diklaim sebagai produksi daging sapi.
Ketersediaan komoditi pangan di tiap-tiap daerah berbeda-beda, di daerah
dataran tinggi ketersediaan ikan lebih sedikit dibanding di daerah rendah (dekat
pantai),
Halaman 49
Tabel 3.2 Jumlah estimasi Ekspor dan Impor pangan di Kab. Probolinggo Tahun 2017
Jenis Pangan
Jumlah Estimasi
Impor (ton)
Jumlah Estimasi Ekspor (ton)
Jenis Pangan
Jumlah Estimasi
Impor (ton)
Jumlah Estimasi Ekspor (ton)
Beras 49.917 Susu 18.609 -
Jagung 246.263,5 Minyak Kelapa sawit
10.973,6 -
Terigu 41.723,5
- Kelapa 696 -
Ubi Kayu 35.839 Kacang tanah - 756,2
Ubi Jalar 1.131,6 - Kacang kedelai 13.533 -
Kentang - 49.054 Gula pasir 4.111,3 -
Ikan - 868,5 Gula merah 283,3 -
Daging Ruminansia
74,2 - Sayuran - 47.167,7
Daging Unggas
3.370,8 - Buah-buahan 27.228,1 -
Telur 4.183,3 -
Sumber : Laporan Akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
(2) Cadangan pangan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, pada
pasal 23 menyatakan bahwa dalam mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian
pangan dan ketahanan pangan, pemerintah menetapkan cadangan pangan nasional.
Cadangan pangan nasional terdiri dari atas cadangan pangan pemerintah, cadangan
pangan pemerintah daerah dan cadangan pangan masyarakat. Pengembangan
cadangan pangan nasional dimaksudkan untuk mengantisipasi kekurangan
ketersediaan pangan, kelebihan ketersediaan pangan, gejolak harga pangan dan atau
keadaan darurat.
Cadangan Beras Nasional (CBN) sebesar 20% dari total kebutuhan beras
nasional. Cadangan tersebut terbagi atas 11,5% di masyarakat, 8% dikuasai oleh
pemerintah pusat, dan 0,5 % di pemerintah daerah. Sedangkan Kebutuhan konsumsi
beras nasional 33,47 juta ton. Survei BPS (2015) beras tersebar di rumah tangga
(47,57%), Bulog (19,30%) pedagang (18,32%), penggilingan (8,22%), dan Horeka
(6,59%).
Tentang lumbung pangan yang ada di Kabupaten Probolinggo sebagaimana
berikut ini :
Halaman 50
Lumbung Pangan Pemerintah Daerah
Lumbung Pangan Pemerintah Daerah di Kabupaten Probolinggo terletak di
Desa Sukodadi Paiton Kabupaten Probolinggo. Dimana pengelolaan lumbung tersebut
sesuai dengan UU 23/2014 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pangan,
pemerintah daerah baik provinsi, maupun kabupaten/kota bertanggungjawab untuk
melaksanakan pengembangan cadangan pangan pemerintah. Pemerintah dan
masyarakat bertanggung jawab terhadap pengelolaan Cadangan Pangan Nasional,
penguatan cadangan pangan sebagai antisipasi terhadap dampak anomali iklim yang
semakin sulit diprediksi, seperti terjadinya pergeseran masa tanam, masa pemanenan
yang tidak merata sepanjang tahun, dan meningkatnya bencana yang tidak terduga
(banjir, longsor, kekeringan, gempa) sehingga memerlukan sistem cadangan pangan
yang kuat.
Kondisi Lumbung Pangan Pemerintah Kabupaten Probolinggo hingga akhir
tahun 2018 adalah 0 ton beras, sebelumnya akhir tahun 2016 Lumbung Pangan
Pemerintah Kabupaten Probolinggo adalah 63 ton beras, kemudian selama tahun 2017
hingga tahun 2018 beras tersebut digunakan untuk bantuan kepada masyarakat miskin
(tahun 2017) dan masyarakat yang terkena bencana banjir (Tiris- tahun 2018). Selama
tahun 2017-tahun 2018 tidak dilakukan pengadaan beras dimana hal ini disebabkan
oleh keterbatasan anggaran, sedangkan anggaran untuk cadangan pangan pemerintah
Hitungan CBPK (Permentan no 11/Permentan/KN.130/4/2018 Tentang Jumlah
Cadangan Beras Pemerintah Daerah)
= 80% x (Cadangan beras total provinsi Jawa Timur x (rasio jumlah penduduk
Kabupaten Probolinggo / jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur)
= 80 % x ((0,5% x jumlah penduduk provinsi x konsumsi beras per kapita per
tahun di provinsi)/1000)) x (rasio jumlah penduduk Kabupaten
Probolinggo / jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur)
= 80 % x ((0,5% x 39.292.972 x 88,6)/1000) x (1.103.442/39.292.972)
= 80% x 17406,79 x 0,0280824 = ton
Jadi berdasarkan perhitungan di atas maka seharusnya Cadangan Beras
Pemerintah Kabupaten Probolinggo adalah ton dimana posisi beras tersebut
berada di gudang pangan milik pemerintah Kabupaten Probolinggo dan dibawah
pengelolaan Pemerintah Daerah.
Halaman 51
yang ada saat itu digunakan untuk pembelian belanja modal mesin pengeringan gabah
dan operasional pemeliharaan gabah.
Hal lainnya adalah masalah tata kelola yang perlu ditingkatkan lagi sehingga
pemeliharaan gabah dapat berkesinambungan dengan standar tinggi, diharapkan
mekanisme pengeluaran dan pemasukan gabah di gudang dapat diatur sebagai
persediaan barang yang lebih fleksibel, hal ini mengingat bahwa gabah adalah barang
pertanian yang bisa cepat rusak (oleh kapang, dll) dalam waktu beberapa bulan saja
sehingga kurang memenuhi kelayakan untuk konsumsi.
Kegunaan utama Lumbung Pangan Pemerintah antara lain adalah
Penanganan Kerawanan Pangan (bencana alam) namun hal tersebut tidak sering
terjadi sehingga gabah bisa tertumpuk dalam waktu cukup lama dengan resiko
kerusakan dengan akibat kerugian bagi negara. Karena itulah Lumbung Pangan perlu
difungsikan lebih jauh sebagai penyedia pangan (beras) bagi masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari ataupun sebagai instrumen stabilisasi harga komoditi pangan
pada hari-hari tertentu.
Lumbung Pangan Masyarakat
Sedangkan cadangan pangan masyarakat dapat dilihat pada pengembangan
lumbung pangan masyarakat. Lumbung pangan masyarakat dimaksudkan untuk
mendekatkan akses pangan anggotanya. Lumbung dipandang sebagai model
perangkat ketahanan pangan masyarakat desa yang cukup efektif sebagai tempat
penyimpanan, untuk menjaga stabitas pasokan dimana pasokan yang berlebihan dapat
menurunkan harga gabah, dengan penyimpanan maka dapat dilakukan penundaan
penjualan, sampai harga yang lebih baik diterima petani. Pemerintah pusat maupun
daerah melaksanakan pengembangan lumbung pangan masyarakat melalui upaya
pemberdayaan masyarakat dengan peningkatan kemampuan sumberdaya manusia
dalam pengelolaan lumbung pangan, optimalisasi sumberdaya yang tersedia dan
penguatan kapasitas kelembagaannya. Dengan pemberdayaan tersebut diharapkan
dapat dikembangkan lumbung pangan masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan
serta dapat berperan secara optimal dalam penyediaan pangan.
Untuk saat ini pemanfaatan Lumbung Pangan masyarakat tersebut masih
belum optimal dan tidak berkembang, karena tata kelola dari Lumbung Pangan
tersebut masih belum baik.
Halaman 52
Para petani sering menjual hasil panen dengan sistem tebas, hal ini
menandakan bahwa nilai tambah bagi hasil pertanian tidak bisa ditingkatkan lagi pada
petani yang langsung penjualan sistem tebas.
Dengan sistem tebas ini maka petani padi diartikan tidak menyimpan hasil
panennya sebagai cadangan pangan masyarakat. Dalam masyarakat sendiri
penyimpanan hasil panen sendiri baik gabah, jagung, ubi kayu sebagai persediaan
masih terjadi, pada saat ini masih ada RMU Gandrong/ keliling yang melayani
penggilingan padi dari para petani. Karena petani bisa menggilingkan gabah sesuai
kebutuhan sambil masih menyimpan persediaan gabah sebagai cadangan pangan. Hal
inilah yang bisa meningkatkan ketahanan pangan di Kabupaten Probolinggo.
Secara sosial budaya masyarakat petani di Kabupaten Probolinggo dalam
memenuhi kebutuhan pangan pokoknya (beras dan jagung) adalah dengan cara
menyimpan hasil panennya untuk konsumsi keluarganya secara berbulan-bulan, hal ini
dapat dikategorikan sebagai cadangan pangan masyarakat. Simpanan pangan ini
digunakan untuk disamping sebagai cadangan pangan keluarga juga sebagai tabungan,
dimana jika terdapat kelebihan hasil panen maka pada saat dibutuhkan dapat dijual
untuk kebutuhan hidup lainnya (lauk pauk, sandang, pendidikan, dan lain-lainnya),
karena itulah di Kabupaten Probolinggo banyak mesin penggilingan kecil yang
berkeliling untuk melayani pada petani. Sehingga kebutuhan konsumsi beras keluarga
petani dapat terpenuhi.
Namun seiring dengan perkembangan waktu terjadi banyak perubahan yang
mengarah kepada kondisi cadangan pangan masyarakat semakin berkurang, dalam
kehidupan sehari-hari semakin banyak petani yang dalam penjualan hasil panennya
melakukan dengan sistem tebas, hal ini menandakan bahwa semakin sedikit
masyarakat lokal menyimpan hasil panennya dan berarti cadangan pangan masyarakat
lokal semakin kecil keberadaan.
Pemilihan keputusan sistem tebas atau tidak, juga tergantung kepada
kemungkinan kualitas hasil panen yang akan didapat dan kemungkinan harga yang
akan didapatkan oleh petani. Jika kualitas bagus maka kemungkinan para petani juga
akan menyimpan hasil panennya tersebut dan akan menyimpannya.
Karena itulah maka dalam membangun kelembagaan cadangan pangan ini
tidaklah mudah jika pengadaan pangan isian lumbung pangan berbasis kepada produksi
pangan setempat. Secara umum pengelolaan lumbung pangan yang pernah dibina
Halaman 53
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian belum optimal, permasalahannya terletak
ketidakberhasilan dalam pengelolaan secara berkelanjutan. Dalam sejarah
pembinaan oleh DKPP, para penerima manfaat mendapatkan hibah berupa bangunan
lumbung dan dana untuk pembelian isi gudang (beras). Untuk kedepannya perlu
dilakukan pembinaan managemen tata kelola pengaturan stok barang/ persediaan
barang , sehingga lumbung pangan ini bisa berjalan dan memberikan keuntungan
bagi kelompok lumbung masyarakat.
Tabel 3.3. Kelompok Masyarakat yang pernah mendapatkan bantuan sarana Lumbung pangan
No Uraian Keterangan
A Lumbung Pangan Tahun 2014
1. Kelompok Lumbung Pangan Rukun
Makmur Desa Pajarakan Kulon Pajarakan
Mendapat bantuan isi
BKP Prop. Jatim
2. Kelompok Lumbung Pangan Wirajaya Desa
Warujinggo Leces
Mendapat bantuan isi
BKP Prop. Jatim
3. Kelompok Lumbung Pangan Kertojoyo Desa
Kertonegoro Pakuniran
Mendapat bantuan isi
BKP Prop. Jatim
4. Kelompok Lumbung Pangan Tani Makmur
Desa Wangkal Gading
Mendapat bantuan isi
BKP Prop. Jatim
5. Kelompok Lumbung Pangan Suka Tani Desa
Liprak Kulon Banyuanyar
Mendapat bantuan isi
BKP Prop. Jatim
B. Lumbung Pangan Tahun 2015
1. Kelompok Lumbung Pangan Sumber Tani
Desa Jrebeng Wonomerto
Mendapat bantuan isi
BKP Prop. Jatim
2. Kelompok Lumbung Pangan AER Desa
Tegal Rejo Dringu
Mendapat bantuan isi
BKP Prop. Jatim
3. Kelompok Tani Makmur I Desa Besuk
Bantaran
Belum terisi
4. Kelompok Tani Sumber Maju Desa Sumber
Kare Wonomerto
Belum terisi
Halaman 54
5. Kelompok Tani Sumber Makmur III Desa
Sumber Poh Maron
Belum terisi
Sumber : Bidang Ketahanan Pangan DKPP (2018)
Hal ini terkait ketersediaan pangan di Masyarakat adalah perlunya identifikasi
yang lebih detail, yaitu ketersediaan pangan yang ada di rumah tangga, toko,
penggilingan, gudang-gudang penyimpanan, rumah makan, dan lain-lainya. Selama ini
tidak gejolak terkait ketersediaan pangan walaupun terdapat tanda-tanda terkait
dengan kenaikan penurunan harga pangan yang cukup tajam.
i. Kerawanan Pangan
Kerawanan Pangan terdapat di Kabupaten Probolinggo, dimana Kerawanan
Pangan bisa diidentifikasi melalui metode Food Security and vulnerability Atlas (FSVA).
Terdapat Indikator yang digunakan untuk penentuan wilayah tahan dan rentan
terhadap kerentanan pangan antara lain :
1. Ketersediaan pangan
a. Rasio warung terhadap rumah tangga
b. Rasio toko terhadap rumah tangga
2. Keterjangkauan pangan
a. Rasio penduduk dengan tingkat kesejahteraan terendah
b. Rasio rumah tangga tanpa akses listrik
c. Desa tanpa akses penghubung yang memadai
3. Pemanfaatan pangan
a. Rasio anak tidak sekolah terhadap semua anah umur 7-15 tahun
b. Rasio rumah tangga tanpa akses ke air bersih
c. Rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk
d. Rasio rumah tangga tanpa fasilitas buang air besar.
Dengan menggunakan data dari Potensi Desa (Podes) yang dimiliki oleh BPS
Kabupaten Probolinggo maka dapat disusun Peta ketahanan dan Kerentanan Pangan
di Kabupaten Probolinggo. Dengan data tersebut bisa diperoleh indeks ketahanan
pangan tiap-tiap desa sehingga dapat disusun peringkat desa di Kabupaten
Halaman 55
Probolinggo. dari Peta dan Data berikut ini dapat disimpulkan bahwa desa Kalianan
Krucil, desa Renteng Gading, desa Plaosan Krucil, dan desa Bulupandak Gading
merupakan daerah dengan kerawanan pangan tertinggi.
Halaman 56
Tabel 3.4. Peringkat3 Desa berdasarkan Indeks Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
3 Semakin tinggi peringkatnya maka ketahanan dan kerentananan maka semakin Jelek
kondisinya dan harus mendapat prioritas utama
KEC DESA
IND
EKS
PERI
NG
KAT
PRIO
RITA
S
KEC DESA
IND
EKS
PERI
NG
KAT
PRIO
RITA
S
KEC DESA
IND
EKS
PERI
NG
KAT
PRIO
RITA
S
KRUCIL KALIANAN 22,60 330 MARON BRABE 56,60 275 PAKUNIRAN PATEMON KULON 62,79 220
GADING RENTENG 23,29 329 TIRIS TULUPARI 56,61 274 PAKUNIRAN RANON 63,07 219
KRUCIL PLAOSAN 28,95 328 TIRIS RANUGEDANG 56,77 273 TONGAS PAMATAN 63,16 218
GADING BULUPANDAK 33,97 327 BANTARAN TEMPURAN 56,78 272 BESUK SINDET ANYAR 63,19 217
SUMBER TUKUL 39,52 326 TIRIS REJING 56,93 271 LUMBANG TANDONSENTUL 63,62 216
KRUCIL WATUPANJANG 43,42 325 SUKAPURA NGEPUNG 57,00 270 SUMBERASIH GILI KETAPANG 63,62 215
TIRIS TLOGOSARI 43,89 324 SUMBER SUMBERANOM 57,02 269 WONOMERTO POHSANGIT NGISOR 63,66 214
KRUCIL SENENG 43,93 323 KURIPAN KARANGREJO 57,03 268 GADING SENTUL 63,70 213
GADING JURANGJERO 43,93 322 KURIPAN WRINGINANOM 57,09 267 PAJARAKAN PENAMBANGAN 63,78 212
PAKUNIRAN GUNGGUNGAN KIDUL 44,02 321 TEGALSIWALAN TEGALSONO 57,19 266 WONOMERTO PATALAN 63,91 211
KRUCIL KERTOSUKO 44,36 320 KURIPAN JATISARI 57,58 265 BANTARAN LEGUNDI 63,99 210
KRUCIL BETEK 44,52 319 BANYUANYAR GUNUNGGENI 57,71 264 TEGALSIWALAN MALASANWETAN 64,16 209
LUMBANG PALANGBESI 45,07 318 TIRIS SEGARAN 57,94 263 SUMBERASIH SUMBERBENDO 64,71 208
PAKUNIRAN KEDUNGSUMUR 45,57 317 TIRIS RANUAGUNG 58,00 262 LUMBANG NEGOROREJO 65,06 207
SUKAPURA NGADIREJO 47,60 316 SUMBER SUMBER 58,08 261 MARON SATREYAN 65,15 206
TIRIS WEDUSAN 47,82 315 TIRIS RACEK 58,13 260 PAITON BHINAR 65,45 205
SUMBER RAMBAAN 48,67 314 WONOMERTO POHSANGIT TENGAH 58,21 259 SUKAPURA WONOTORO 65,47 204
GADING BATUR 49,09 313 LECES MALASAN KULON 58,30 258 TEGALSIWALAN PARAS 65,75 203
GADING RANUWURUNG 49,39 312 GADING CONDONG 58,45 257 KREJENGAN SOKAAN 65,76 202
KRUCIL PANDANLARAS 49,87 311 TIRIS TEGALWATU 58,50 256 BESUK BESUK KIDUL 65,82 201
LUMBANG SAPIH 50,38 310 LECES TIGASAN WETAN 58,66 255 WONOMERTO KEDUNGSUPIT 65,98 200
GADING BETEKTAMAN 50,81 309 KURIPAN RESONGO 58,80 254 GADING WANGKAL 66,14 199
TIRIS TIRIS 51,11 308 PAKUNIRAN BIMO 59,17 253 LECES KERPANGAN 66,21 198
PAKUNIRAN KERTONEGORO 51,18 307 KURIPAN KEDAWUNG 59,17 252 GENDING CURAHSAWO 66,63 197
SUMBER PANDANSARI 51,28 306 LECES TIGASAN KULON 59,33 251 SUKAPURA SUKAPURA 66,74 196
TIRIS ANDUNGBIRU 51,29 305 BANTARAN BANTARAN 59,43 250 MARON BRANI KULON 66,96 195
PAKUNIRAN KALIDANDAN 51,39 304 MARON BRANI WETAN 59,45 249 SUKAPURA WONOKERTO 67,00 194
TIRIS JANGKANG 51,51 303 LUMBANG BOTO 59,60 248 LUMBANG LUMBANG 67,26 193
BANYUANYARGADING KULON 52,04 302 KURIPAN MENYONO 59,70 247 PAITON KALIKAJAR WETAN 67,44 192
DRINGU SEKARKARE 52,14 301 GADING KEBEN 59,77 246 GADING GADINGWETAN 67,60 191
BANTARAN KEDUNGREJO 52,23 300 WONOMERTO WONOREJO 59,79 245 KREJENGAN GEBANGAN 67,80 190
SUMBER CEPOKO 52,43 299 KRAKSAAN KALIBUNTU 59,97 244 KOTAANYAR PASEMBON 68,11 189
BANTARAN GUNUNGTUGEL 52,58 298 TEGALSIWALAN GUNUNGBEKEL 60,01 243 PAITON KALIKAJAR KULON 68,26 188
TONGAS SUMBEREJO 52,79 297 BANYUANYAR SENTULAN 60,10 242 TEGALSIWALAN BANJARSAWAH 68,36 187
PAKUNIRAN BLIMBING 52,86 296 PAKUNIRAN PAKUNIRAN 60,69 241 WONOMERTO SEPUHGEMPOL 68,72 186
KRUCIL SUMBERDUREN 52,90 295 TIRIS PESAWAHAN 60,70 240 WONOMERTO TUNGGAKCERME 68,92 185
MARON GERONGAN 53,57 294 TIRIS TLOGOARGO 60,76 239 TONGAS WRINGINANOM 68,97 184
SUKAPURA KEDASIH 53,78 293 PAKUNIRAN GONDOSULI 60,82 238 MARON MARON KULON 69,00 183
KRUCIL GUYANGAN 53,81 292 SUKAPURA SAPIKEREP 60,90 237 BESUK ALAS TENGAH 69,11 182
KRUCIL KROBUNGAN 54,21 291 WONOMERTO JREBENG 60,99 236 BESUK SINDET LAMI 69,16 181
GADING KALIACAR 54,27 290 LUMBANG LAMBANGKUNING 61,16 235 BESUK JAMBANGAN 69,30 180
KRUCIL TAMBELANG 54,34 289 GADING DANDANG 61,22 234 DRINGU TAMANSARI 69,38 179
KRUCIL KRUCIL 54,40 288 KOTAANYAR SIDOMULYO 61,32 233 KRAKSAAN ALASSUMUR KULON 69,40 178
MARON SUMBERDAWE 54,48 287 TIRIS ANDUNGSARI 61,34 232 TEGALSIWALAN TEGALSIWALAN 69,52 177
TIRIS PEDAGANGAN 54,62 286 MARON MARON KIDUL 61,35 231 GADING KERTOSONO 69,56 176
GADING DUREN 54,83 285 GADING SUMBERSECANG 61,48 230 KOTAANYAR SIDOREJO 69,57 175
SUMBER WONOKERSO 54,83 284 WONOMERTO SUMBERKARE 61,62 229 MARON GANTING KULON 69,58 174
SUMBER GEMITO 55,11 283 BANYUANYAR LIPRAK KIDUL 61,72 228 GADING MOJOLEGI 69,61 173
KRUCIL BERMI 55,63 282 SUKAPURA NGADAS 61,74 227 TONGAS TONGASKULON 69,67 172
SUKAPURA PAKEL 55,75 281 LUMBANG BRANGGAH 61,79 226 PAITON RANDUTATAH 69,69 171
SUMBER LEDOKOMBO 55,87 280 LUMBANG WONOGORO 61,88 225 SUKAPURA JETAK 69,69 170
KURIPAN WONOASRI 56,09 279 SUKAPURA SARIWANI 62,12 224 KREJENGAN KAMALKUNING 69,71 169
KOTAANYAR TAMBAKUKIR 56,24 278 LECES PONDOKWULUH 62,16 223 MARON MARON WETAN 69,82 168
KRUCIL ROTO 56,25 277 TEGALSIWALAN BULUJARANKIDUL 62,23 222 BANYUANYAR KLENANG KIDUL 69,86 167
KOTAANYAR CURAH TEMU 56,46 276 KREJENGAN KEDUNGCALUK 62,41 221 BESUK ALASSUMUR LOR 69,91 166
PRIO
RITA
S 2
PR
IOR
ITA
S 3
PR
IOR
ITA
S 4
PR
IOR
ITA
S 1
Halaman 57
Sumber : Bidang Ketahanan Pangan DKPP (2018)
KEC DESA
IND
EKS
PERI
NG
KAT
PRIO
RITA
S
KEC DESA
IND
EKS
PERI
NG
KAT
PRIO
RITA
S
KEC DESA
IND
EKS
PERI
NG
KAT
PRIO
RITA
S
BANTARAN BESUK 69,97 165 BESUK ALAS KANDANG 73,33 110 PAKUNIRAN BUCOR WETAN 76,34 55
KRAKSAAN ASEMBAGUS 70,00 164 KREJENGAN SEBORO 73,41 109 BANYUANYAR BLADO WETAN 76,34 54
GENDING PESISIR 70,05 163 MARON KEDUNGSARI 73,51 108 GENDING BANYUANYAR LOR 76,43 53
BESUK BAGO 70,09 162 BESUK KRAMPILAN 73,54 107 BANYUANYAR BANYUANYAR TENGAH 76,56 52
GADING PRASI 70,16 161 GENDING GENDING 73,69 106 PAITON SUKODADI 76,65 51
KOTAANYAR KOTAANYAR 70,17 160 TONGAS TANJUNGREJO 73,72 105 PAJARAKAN TANJUNG 76,66 50
LECES LECES 70,22 159 SUMBERASIH PESISIR 73,92 104 KRAKSAAN KANDANGJATI KULON 76,73 49
PAKUNIRAN ALASPANDAN 70,28 158 MARON GANTING WETAN 73,97 103 KRAKSAAN BULU 76,77 48
KREJENGAN OPO - OPO 70,31 157 GENDING JATIADI 74,01 102 LECES SUMBERKEDAWUNG 76,81 47
PAKUNIRAN SUMBERKEMBAR 70,38 156 KRAKSAAN KEBONAGUNG 74,05 101 GENDING BULANG 76,83 46
MARON WONOREJO 70,39 155 TONGAS CURAHTULIS 74,09 100 PAITON RANDUMERAK 76,95 45
KREJENGAN WIDORO 70,51 154 KREJENGAN KREJENGAN 74,14 99 GENDING PIKATAN 76,99 44
BESUK SUMUR DALAM 70,54 153 BESUK SUMBERAN 74,15 98 KOTAANYAR SAMBIRAMPAK KIDUL 76,99 43
TONGAS BAYEMAN 70,80 152 BANYUANYAR BANYUANYAR KIDUL 74,22 97 PAJARAKAN PAJARAKAN KULON 77,05 42
PAKUNIRAN SOGAAN 70,89 151 KRAKSAAN TAMANSARI 74,27 96 GENDING SEBAUNG 77,07 41
PAITON ALASTENGAH 70,89 150 DRINGU SUMBERSUKO 74,35 95 SUMBERASIH MUNENG KIDUL 77,18 40
KREJENGAN DAWUHAN 71,03 149 BESUK RANDUJALAK 74,51 94 PAITON PETUNJUNGAN 77,34 39
GADING NOGOSAREN 71,09 148 KREJENGAN SUMBERKATIMOHO 74,51 93 DRINGU TEGALREJO 77,39 38
LUMBANG PURUT 71,20 147 DRINGU KALIREJO 74,51 92 DRINGU KALISALAM 77,39 37
GENDING SUMBERKERANG 71,24 146 KREJENGAN TEMENGGUNGAN 74,64 91 PAJARAKAN KETOMPEN 77,51 36
PAITON JABUNGSISIR 71,30 145 KRAKSAAN RANGKANG 74,75 90 SUMBERASIH LAWEYAN 77,55 35
TONGAS SUMBERKRAMAT 71,54 144 BANTARAN KRAMATAGUNG 74,76 89 TONGAS DUNGUN 77,59 34
PAITON JABUNG CANDI 71,59 143 DRINGU WATUWUNGKUK 74,77 88 PAITON PONDOK KELOR 77,65 33
MARON BRUMBUNGAN KIDUL 71,68 142 KOTAANYAR TRIWUNGAN 74,81 87 TONGAS KLAMPOK 77,66 32
BANTARAN KARANGANYAR 71,73 141 TONGAS TONGASWETAN 74,89 86 KREJENGAN SENTONG 77,66 31
PAKUNIRAN GUNGGUNGAN LOR 71,79 140 BANYUANYAR LIPRAK WETAN 74,98 85 PAJARAKAN KARANGBONG 77,82 30
BESUK MATEKAN 71,86 139 LECES JORONGAN 75,07 84 SUMBERASIH POHSANGIT LERES 77,88 29
DRINGU RANDUPUTIH 71,91 138 PAKUNIRAN GLAGAH 75,09 83 KRAKSAAN RONDOKUNING 77,88 28
BANYUANYARLIPRAK KULON 72,02 137 PAITON PLAMPANG 75,13 82 PAITON TAMAN 78,07 27
SUMBERASIHLEMAHKEMBAR 72,14 136 WONOMERTO POHSANGIT LOR 75,19 81 KRAKSAAN ASEMBAKOR 78,36 26
MARON SUMBERPOH 72,22 135 SUMBERASIH AMBULU 75,21 80 PAITON SUMBERANYAR 78,37 25
MARON PUSPAN 72,27 134 BANYUANYAR ALASSAPI 75,31 79 PAKUNIRAN BUCOR KULON 78,53 24
TONGAS SUMENDI 72,34 133 SUMBERASIH MENTOR 75,31 78 PAJARAKAN SELOGUDIG KULON 78,65 23
TEGALSIWALANBLADUKULON 72,36 132 BANYUANYAR KLENANG LOR 75,36 77 LECES WARUJINGGO 78,71 22
TEGALSIWALANBULUJARANLOR 72,36 131 GENDING RANDUPITU 75,39 76 TEGALSIWALAN SUMBERKLEDUNG 78,80 21
PAITON JABUNG WETAN 72,42 130 KOTAANYAR TALKANDANG 75,43 75 KREJENGAN JATIURIP 78,87 20
KRAKSAAN KANDANGJATI WETAN 72,44 129 TONGAS CURAHDRINGU 75,49 74 SUMBERASIH JANGUR 78,98 19
PAITON SUMBEREJO 72,53 128 PAJARAKAN KARANGPRANTI 75,50 73 KOTAANYAR SUMBER CENTENG 79,06 18
BANYUANYARTAROKAN 72,54 127 BESUK BESUK AGUNG 75,50 72 DRINGU NGEPOH 79,07 17
BESUK KECIK 72,57 126 TONGAS TAMBAKREJO 75,53 71 DRINGU PABEAN 79,37 16
SUMBERASIHMUNENG 72,58 125 DRINGU DRINGU 75,54 70 PAITON PAITON 79,45 15
KOTAANYAR SUKOREJO 72,68 124 WONOMERTO KARENG KIDUL 75,64 69 LECES CLARAK 79,66 14
PAJARAKAN GEJUGAN 72,74 123 KOTAANYAR SAMBIRAMPAK LOR 75,68 68 SUMBERASIH SUMURMATI 79,81 13
BANTARAN PATOKAN 72,77 122 PAITON PANDEAN 75,70 67 TEGALSIWALAN SUMBERBULU 79,83 12
SUMBERASIHBANJARSARI 72,80 121 BESUK ALAS NYIUR 75,75 66 PAJARAKAN SUKOMULYO 79,97 11
GENDING KLASEMAN 72,87 120 KRAKSAAN KREGENAN 75,76 65 TEGALSIWALAN TEGALMOJO 79,99 10
BANTARAN KROPAK 72,94 119 GENDING BRUMBUNGAN LOR 75,78 64 KRAKSAAN PATOKAN 80,18 9
KREJENGAN KARANGREN 72,98 118 KREJENGAN PATEMON 75,84 63 SUKAPURA NGADISARI 80,28 8
MARON SUKO 73,00 117 DRINGU KEDUNGDALEM 75,90 62 PAITON KARANGANYAR 80,38 7
GENDING PAJURANGAN 73,00 116 MARON PEGALANGAN KIDUL 76,07 61 DRINGU MRANGGON LAWANG 80,53 6
PAJARAKAN SELOGUDIG WETAN 73,08 115 KRAKSAAN SIDOPEKSO 76,13 60 DRINGU SUMBERAGUNG 80,81 5
KREJENGAN RAWAN 73,13 114 KRAKSAAN KRAKSAAN WETAN 76,20 59 KREJENGAN TANJUNGSARI 80,88 4
BESUK KLAMPOKAN 73,13 113 BANYUANYAR PENDIL 76,26 58 KRAKSAAN SIDOMUKTI 80,94 3
PAJARAKAN KARANGGEGER 73,18 112 PAJARAKAN SUKOKERTO 76,28 57 KRAKSAAN SUMBERLELE 81,83 2
KOTAANYAR KEDUNG REJOSO 73,27 111 PAITON SIDODADI 76,32 56 KRAKSAAN SEMAMPIR 82,83 1
PR
IOR
ITA
S 5
Halaman 58
Berdasarkan data tingkat ketahanan dan kerentanan pangan di Kabupaten
Probolinggo, masih terdapat wilayah yang sangat rawan sebagaimana data
berikut ini.
Tabel 3.5. Data Tingkat ketahanan dan kerentanan pangan di Kabupaten Probolinggo
No Tingkat Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Jumlah desa
1 Sangat rawan 12 desa
2 Rawan 103 desa
3 Tahan pangan 168 desa
4 Sangat tahan pangan 47 desa
Sumber : Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Tingkat Desa Prov. Jawa Timur (2016)
Tabel 3.6. Data desa yang sangat rawan Kabupaten Probolinggo
No Nama Desa No Nama Desa
1 Dandang – Gading 7 Sumbersecang-Gading
2 Duren – Gading 8 Kedungcaluk-Krejengan
3 Jurangjero – Gading 9 Kalianan-Krucil
4 Kaliacar- Gading 10 Pandanlaras-Krucil
5 Ranuwurung-Gading 11 Plaosan-Krucil
6 Renteng - Gading 12 Gerongan-Maron
Sumber : Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Tingkat Desa Prov. Jatim (2016)
ii. Akses Pangan
Distribusi pangan secara real time, belum menggambarkan distribusi
ketersediaan dan konsumsi pangan nabati, pangan hewani di seluruh wilayah
Kabupaten Probolinggo hingga tingkat desa;
Halaman 59
Tabel 3.7. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Beras (ton) per per bulan
No Kecamatan Surplus dan Difisit antara Produksi dan Konsumsi Beras (Ton) per per Bulan Tahun 2017
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okto Nop Des
1. Sukapura -107,5 -141,8 -141,5 -114,1 -105,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -142,0
2. Sumber -184,1 -130,1 -164,2 -111,9 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,7 -183,6
3. Kuripan -173,0 587,9 789,1 335,8 -79,7 67,1 -117,6 -212,4 -212,4 -212,5 -216,6 -224,0
4. Bantaran -309,6 29,6 983,5 212,0 -201,6 -290,7 -274,7 -303,4 -303,4 -303,4 -306,3 -309,7
5. Leces -399,4 -293,5 295,8 435,6 -256,5 -406,6 -332,0 -407,0 -406,6 -400,1 -357,2 -411,8
6. Tegalsiwalan -232,4 -125,7 926,4 1.124,7 -53,4 -235,9 -258,0 -258,0 -257,0 -256,9 -254,9 -246,6
7. Banyuanyar -381,4 609,2 2.864,1 979,5 -21,0 -358,3 -286,3 -388,6 -370,6 -394,3 -404,4 -421,5
8. Tiris 865,2 3.486,3 -111,0 54,5 25,9 -353,4 -223,0 -260,9 -167,8 -278,5 -204,4 363,3
9. Krucil -397,5 -387,4 1.047,4 711,4 295,4 7,6 -251,1 -382,7 -337,5 -311,1 -373,3 -362,9
10. Gading 1.411,1 1.748,3 1.662,7 1.335,5 1.450,6 1.502,2 1.644,1 1.527,1 1.527,4 1.495,2 1.720,2 1.313,9
11. Pakuniran -144,1 212,7 1.254,7 1.312,8 413,9 1.096,3 714,8 -298,9 -275,7 -92,6 -216,0 -240,0
12. Kotaanyar -287,1 -180,1 1.678,8 1.912,3 -164,6 -132,3 44,6 -248,1 -96,3 -264,2 -264,4 -271,0
13. Paiton -423,3 -436,2 935,4 3.677,6 387,6 -251,8 232,4 63,0 -466,4 -476,5 -476,5 -483,2
14. Besuk 522,6 2.324,4 3.136,8 2.190,2 2.673,4 2.349,0 1.886,8 691,7 40,4 -136,7 -160,5 -296,9
15. Kraksaan -288,4 -247,4 -205,7 3.443,6 891,5 86,2 1.216,4 867,7 -121,9 -40,8 638,9 774,2
16. Krejengan -165,3 481,3 3.496,3 2.428,1 2.783,2 2.401,9 885,3 211,1 -45,6 -49,4 -20,8 -34,3
17. Pajarakan -23,5 -17,7 317,0 1.149,2 1.293,1 509,0 408,8 744,4 424,1 397,1 671,4 168,0
18. Maron -326,2 1.007,3 3.503,4 1.468,3 -344,6 464,1 1.084,7 567,6 100,0 -313,7 11,3 130,6
19. Gending 96,0 294,8 415,6 990,7 414,2 670,1 854,7 546,3 394,7 101,8 74,9 78,4
20. Dringu -305,0 367,4 881,1 985,5 141,4 -322,2 -366,6 -264,3 -242,2 -355,3 -346,6 -365,9
21. Wonomerto -295,2 115,7 287,5 1.347,7 1.047,1 243,0 -216,3 -264,8 -282,2 -282,2 -283,6 -303,5
22. Lumbang -235,8 -164,1 484,2 707,0 67,4 366,3 70,7 -229,5 -228,3 -170,4 -77,0 -241,8
23. Tongas -150,8 -274,7 1.655,7 4.488,3 219,1 -429,5 -389,8 510,9 -267,2 -424,0 -407,0 149,5
24. Sumberasih -455,7 -360,5 1.100,0 3.484,0 -278,2 -263,2 -373,0 -115,4 -392,9 -392,4 -376,0 -378,2
Jumlah -2.390,0 8.505,7 27.093,2 34.548,3 10.415,2 6.394,2 5.630,3 1.771,1 -2.312,0 -3.485,6 -1.954,1 -1.939,0
Sumber : Bidang Ketahanan Pangan DKPP di olah (2017)
Halaman 60
Dari tabel di atas secara keseluruhan Kabupaten Probolinggo mengalami
surplus beras sebesar 82.277 ton beras, namun terdapat beberapa mengalami defisit
seperti Sukapura, Sumber, Bantaran, Leces, Tegalsiwalan, Krucil, dan Dringu.
Dilihat dari persebaran persediaan setiap bulan maka dapat diketahui bahwa
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan beras (pangan) harus mengambil beras dari
daerah lain (sekitar/ lain), disini peran distribusi pangan dan cadangan pangan menjadi
sangat penting. Contohnya adalah daerah seperti Sukapura menggantungkan pasokan
beras dari luar , Peran penyimpanan beras oleh masyarakat sendiri sangat penting.
Berdasarkan perkembangan terakhir untuk di desa sudah terdapat upaya-
upaya dari desa sendiri, dimana dengan adanya DANA DESA maka pemerintah desa
melakukan pengadaan sembako melakukan BUMDESnya, BUMDES melakukan unit
usaha jual beli sembako. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan aksesibilitas pangan
warga desa setempat. Hal yang diperlukan adalah perbaikan management
pengelolaan cadangan pangan di desa, distribusi pangan, dan peningkatan pola pangan
harapan berbasis B2SA.
iii. Pemanfaatan Pangan
Pola komsumsi pangan akan mempengaruhi status gizi individu.
Permasalahan gizi di Kabupaten Probolinggo cenderung pada gizi kurang, Hal ini ini
terlihat dengan banyaknya jumlah balita kurus, pendek dan wanita (ibu/calon ibu) yang
beresiko kurang energi kronis. Hasil Pemantauan status gizi (PSG) 2017, terdapat balita
dengan gizi kurang dan buruk (underweight) sebesar 16%, balita pendek dan sangat
pendek (stunting) sebesar 32 %, balita kurus dan sangat kurus (wasting) 6.1% dan balita
gemuk 4%. Balita yang mendapat ASI eksklusif hanya sebesar 33,6%, ibu hamil beresiko
KEK (Kurang Energi Kronis) sebesar 25,1% dan wanita usia subur beresiko KEK sebesar
14,9%.4
4 Laporan akhir analisis pola konsumsi dan suplai
pangan Kabupaten Probolinggo tahun 2018 DKPP & MWA
Halaman 61
Tabel 3.8. Desa yang diprioritaskan dalam penanganan balita stunting
No Kecamatan Desa No Kecamatan Desa
1 Krejengan Widoro 10 Gading Batur
2 Pakuniran Alaspandan 11 Banyuanyar Banyuanyar Tengah
3 Dringu Mranggon Lawang
12 Paiton Kalikajar Kulon
4 Paiton Petunjungan 13 Krejengan Kedung Caluk
5 Gending Klaseman 14 Dringu Randuputih
6 Krejengan Opo-opo 15 Paiton Sukodadi
7 Gending Bulang 16 Gading Nogosaren
8 Pakuniran Betektaman 17 Sumber Pandansari
9 Gading Bucor wetan 18 Sumber Cepoko
Sumber : Bappeda Kabupaten Probolinggo
Konsumsi pangan penduduk Kabupaten Probolinggo sudah mencukupi secara
kuantitas namun belum berkualitas. Konsumsi energi dan protein di Kabupaten
Probolinggo tahun 2016 sebesar 2.078 kkal/kap/hari (96,6% AKE) dan 55,9 g/kap/hari
(98% AKP). Adapun konsumsi energi dan protein tahun 2017 sebesar 2.055
kkal/kap/hari (95,5% AKE) dan 55,5 gr/kap/hari (97,3 AKP). Konsumsi energi menurun
sebesar 1.1% konsumsi protein menurun sebesar 0,72% dari tahun 2017 terhadap
tahun 2016. Skor PPH Kabupaten Probolinggo tahun 2016 adalah 69, meningkat
sebesar 4,3% menjadi 72 pada tahun 2017. Konsumsi padi-padian dan gula sudah
mencukupi standar ideal. Kelompok pangan lainnya yaitu umbi-umbian, pangan
hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, serta sayur dan
buah masih belum memenuhi standar ideal.
Pada tahun 2016, pola konsumsi pangan sumber karbohidrat penduduk
adalah beras (71%), terigu (16%), dan jagung (10%). Pada tahun 2017, pola konsumsi
pangan sumber karbohidrat adalah beras (70%) dan terrigu (21%). Jagung tidak lagi
menjadi konsumsi pangan sumber karbohidrat. Selain ikan dan kacang kedelai, pola
konsumsi pangan sumber protein pada tahun 2016 adalah kacang kedelai (45%), ikan
(19%), daging unggas (10%), telur (10%), dan susu (9%). Adapun pola konsumsi pangan
sumber protein pada tahun 2017 memiliki pola yang sama dengan tahun sebelumnya
yaitu kacang kedelai (40%), ikan (22%), daging unggas (13%) , telur (11%), susu (6%)
Halaman 62
dan daging ruminansia (5%). Pola konsumsi vitamin dan mineral pada tahun 2016-2017
adalah sayuran dan buah-buahan. Minyak sawit adalah sumber kelompok minyak dan
lemak yang paling banyak dikonsumsi. Hal ini terlihat dari kontribusi konsumsi energi
minyak sawit tahun 2016 dan 2017 sebesar 90% dan 93% berturut-turut. Gula pasir
menjadi pola konsumsi pangan sumber gula dengan kontribusi energi sebesar 98%.
Tabel 3.9. Konsumsi Pangan Penduduk Kabupaten Probolinggo Tahun 2017
No Kelompok Pangan Gram/ kapita/
hari
Kkal/ Kapita/ hari
% AKE 5
g/kapita/ hari
% AKP 6
1 Padi-padian 326,5 1.329 61,8 29,5 51,6
2 Umbi-umbian 48,5 54 2,5 0,5 0,9
3 Pangan hewani 71,3 111 5,2 11,5 20,2
4 Minyak dan Lemak 23,6 213 9,9 0,0 0,0
5 Buah/ Biji berminyak
2,1 12 0,6 0,2 0,4
6 Kacang-kacangan 34,0 86 4,0 8,7 15,3
7 Gula 33,1 121 5,6 0,0 0,0
8 Sayur dan buah 152,9 85 3,9 2,8 4,9
9 Lain-lain 70,8 45 2,1 2,3 4,0
Total 2.055 95,6 55,5 97,3
Sumber : Laporan Akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
Kemandirian pangan di suatu wilayah dianalisis berdasarkan perspektif
swasembada pangan dimana pemenuhan kebutuhan (konsumsi) pangan diutamakan
berasal dari kemampuan produksi pangan wilayah. Kemandirian energi di Kabupaten
Probolinggo adalah 3.527 kkal/kapita/hari (147% AKE), protein sebesar 94,3
g/kapita/hari (94,3 %AKE) dan skor PPH 55,8. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara
umum Kabupaten Probolinggo tergolong surplus pangan (>110% AKE) 57 gram namun
pangan yang diproduksi keragamannya masih rendah. Produksi pangan padi-padian
(beras, jagung), umbi-umbian dan sayuran sudah mampu memenuhi kebutuhan
penduduknya dan berpotensi ekspor. Namun produksi kelompok pangan lainnya masih
belum mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk secara ideal dan harus
dipenuhi dari pasokan (impor) pangan.
5 Angka Kecukupan Energi : 2.150 kkal/ kapita/ hari 6 Angka Kecukupan Protein : 57 g /kapita /hari
Halaman 63
Tabel 3.10. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Pangan di Kabupaten Probolinggo berdasarkan komoditi pertanian Tahun 2017
No Komoditi Produksi
(ton) Konsumsi
(ton)
Surplus/ Defisit (ton)
1 Beras 179.832 97.549,75 82.282
2 Jagung 229.366 4.082,74 184.115
3 Ubi kayu 44.795 16.110,25 28.685,35
4 Kedelai 126 13.682,68 -13.556
5 Daging sapi 3.913 2.202,03 1.711,53
6 Daging ayam Tidak ada
data 2.202,03
Tidak ada data
7 Daging Kambing 121 2.202,03 (2.080,72)
8 Daging Kambing Domba 259 2.202,03 (1.942,04)
9 Daging ayam ras 1.558 2.202,03 (643,96)
10 Daging ayam buras 15 2.202,03 (2.186,54)
11 Telur ayam buras 797 2.202,03 (1.404,26)
12 Telur itik 2.454 2.202,03 252,07
13 Telur ayam ras 1.801 2.202,03 (400,09)
14 Daging sapi 24.096 2.202,03 21.893,97
15 Daging ayam 3.913 2.202,03 1.711,53
16 Daging Kambing Domba 121 2.202,03 (2.080,72)
Sumber : Bidang Ketahanan Pangan DKPP (2018)
Halaman 64
3.3.2. Permasalahan Urusan Pertanian (Pilihan)
Secara umum masalah Urusan pertanian berkaitan dengan bagaimana
mendapatkan nilai tambah pada subsektor bahan pangan, hortikultikultura, dan
perkebunan. Nilai tambah dapat diketahui dengan menggunakan indikator Produksi
sektor Tanaman Pertanian. Sebagaimana kecenderungan pada tahun-tahun terakhir
sektor Pertanian semakin sulit untuk meningkatkan laju pertumbuhannya. Indikator
Produksi tanaman pertanian ini juga terkait secara langsung pendapatan para petani.
Baik produksi tanaman pertanian maupun pendapatan petani saling mempengaruhi
secara langsung. Namun peningkatan produksi tidak selalu meningkatkan pendapatan
petani, selama beberapa tahun terakhir ini semakin banyak faktor yang berpengaruh
seperti kebijakan impor komoditi pertanian, persaingan komoditi yang sama antar
daerah, kelembagaan petani yang belum menunjang, tata niaga lokal komoditi
pertanian yang kurang menguntungkan, dan kapasitas pasca panen yang masih
rendah.
Sedangkan untuk produksi pertanian mengalami kesulitan yang sangat besar
di 2 (dua) tahun terakhir (tahun 2017-2018), dimana produksi pertanian mengalami
penurunan yang sangat
drastis akibat serangan
hama penyakit dan
kurangnya air untuk
pertanian.
Sebagaimana terlihat
pada tabel 3.2. dimana
tanaman padi
mengalami penurunan
yang signifikan. Untuk
tanaman lainnya dari
tahun ke tahun secara
perlahan mengalami
penurunan produksi (tanaman ubi kayu, tembakau, mangga, tebu, kedelai, kelapa, dan
lainnya). Berdasarkan data yang ada penurunan ini terjadi karena alih komoditi (ke padi
atau ke jagung atau ke sengon) atau terjadi alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian
(pemukiman, jalan, dan lainnya).
Gambar 3.2. Produksi Pertanian Tahun 2003
Halaman 65
Selain itu terdapat bencana alam yang sering terjadi di Kabupaten Probolinggo.
Bencana yang ada adalah Bencana Banjir, Longsor, Kekeringan, hujan tidak pada
musimnya, dan erupsi gunung Bromo. Kerugian terjadi karena kerusakan tanaman
atau musnahnya tanaman. Bencana alam hampir terjadi setiap tahunnya.
Tabel 3.11. Jenis bencana alam, Kerugian, Mitigasi dan Adaptasi bencana Sektor Pertanian di Kabupaten Probolinggo
Jenis
Bencana alam
Bentuk kerugian Lokasi Mitigasi dan
adaptasi
Banjir Hancurnya sawah
dan tanaman
Tiris, Krucil,
Pakuniran
Bantuan saprodi
Longsor Kerusakan tanaman
Tiris, Krucil, Bantuan saprodi
Kekeringan Penurunan
produktivitas dan
berkurangnya luas
tanam
Hampir seluruh
wilayah Kabupaten
Probolinggo
Alih tanaman ke
tanaman yang
tahan kekeringan
Erupsi
gunung
Kerusakan tanaman
dan lahan.
Penurunan
produktivitas karena
daun tertutup debu
Lahan tertutup pasir
Kawasan gunung
Bromo ( Sukapura,
Bromo, dan
Lumbang,
Sumberasih,
Kuripan,
Wonomerto)
Perbaikan lahan,
bantuan saprodi,
alih komoditi,
pembersihan
tanaman dari debu
vulkanik
Sumber : LAKIP DKPP Kabupaten Probolinggo tahun 2010-2018
Halaman 66
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten
Probolinggo tahun 2016 bersama dengan Universitas Airlangga menunjukkan bahwa
bahwa permasalahan
terbesar yang dirasakan
petani di Kabupaten
Probolinggo adalah
masalah Stabilitas Harga.
Hingga sekarang harga
komoditi pertanian
belum memuaskan dan
belum dapat
memberikan
kesejahteraan kepada
petani secara layak.
Secara umum
ketidakseimbangan
antara permintaan dan
penawaran masih
menjadi permasalahan.
Ketidakseimbangan ini merugikan produsen (petani) dan konsumen (masyarakat)
karena ketidakpastian yang tinggi menyebabkan barang / komoditi pertanian tidak
tepat waktu panen dan konsumsi, dan menimbulkan kerugian akibat kerusakan-
kerusakan yang dialaminya selama masa tunggu antara panen dengan masa konsumsi.
Masalah harga ini juga disebabkan oleh petani tidak bisa mengelola hasil
produksinya, dimana petani secara umum tidak mempunyai kemampuan untuk
menyimpan hasil panennya secara maksimal beberapa sebab antara lain :
o Petani terikat untuk segera menjual dengan para pemodal yang memberikan
sarana produksi saat budidaya
o Petani membutuhkan dana untuk kehidupan sehari-hari;
o Hasil panen tidak maksimal (rusak akibat serangan OPT), sehingga dijual dengan
dengan umur tanaman tidak maksimal
o Biaya panen semakin mahal, misalnya ketiadaan prasarana (jalan usaha tani)
Sumber: Evaluasi Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Dinas Pertanian Unair (2016)
Gambar 3.3. Tingkat permasalahan dirasakan petani
Halaman 67
o Petani tidak memanen hasil panennya sendiri, petani tidak mau mengalami
keruwetan dalam masalah panen dan pemasaran.
Stabilitas harga komoditi pertanian, Harga komoditi pertanian setiap tahun
selalu mengalami fluktuasi, dimana hal tersebut telah menyulitkan bagi produsen dan
konsumen. Tingkat harga komoditi pertanian terkait dengan tingkat produksi yang
selalu berubah setiap waktu dan keadaan. Selama lima tahun terakhir (2014-2018)
terjadi lonjakan inflasi beberapa kali akibat tingkat harga komoditi pertanian, utamanya
tanaman pangan (padi) dan tanaman hortikultura (bawang merah dan cabe). Beberapa
sebab utama fluktuasi harga komoditi pertanian yang tinggi antara lain :
o Produksi komoditi yang sama di daerah lain, dengan sering terjadinya bencana
alam yang mengakibatkan puso menyebabkan lonjakan harga komoditi;
o Petani kebanyakan sangat tergantung kepada pola pemasaran tradisional.
Sebagaimana contohnya terjadi pola kemitraan tradisional pemasaran
bawang merah yang melibatkan petani, kios pertanian, pedagang lokal,
pengepul, pedagang besar dimana proses pembiayaan yang didapatkan oleh
petani pada awal budidaya membawa konsekuensi pada penjualan hasil
panen yang tidak menguntungkan para petani dibandingkan potensi
keuntungan yang seharusnya didapatkan.
o Kualitas yang menurun akibat perubahan cuaca dan serangan hama penyakit;
o Semakin mudahnya akses teknologi informasi mempengaruhi perubahan
harga komoditi secara cepat;
o Kebijakan impor komoditi pertanian, isue impor bagi petani sering dianggap
tidak berpihak kepada para petani, pada beberapa kasus petani tebu sering
melakukan proses terhadap kebijakan impor gula oleh pemerintah. Sistem
pasar bebas menyebabkan hasil lelang gula harus berhadapan dengan gula
impor, sehingga menyulitkan peningkatan harga gula lokal;
o Tidak tersedianya sarana pasca panen dan pengolahan komoditi pertanian
yang memadai dalam mendongkrak daya saing komoditi pertanian. Hal ini
terjadi pada komoditi tebu, dimana animo petani tebu dalam budidaya sering
terkendala dengan proses penggilingan tebu di pabrik gula. Harapan yang
tinggi sering tidak tercapai karena hasil proses penghitungan rendemen
dianggap rendah, dengan beberapa sebab seperti antrian penggilingan yang
panjang.
Halaman 68
o Kurang sesuainya mutu komoditi dengan permintaan pasar, Hal ini terjadi
pada tanaman jagung, Dimana hasil panen jagung Kabupaten Probolinggo
kurang memenuhi mutu produk yang diharapkan beberapa perusahaan
pembeli karena dianggap masih kotor, tingkat kerusakan yang besar. Disini
pengaruh varietas benih jagung dengan produktivitas yang tinggi kadang tidak
bagus jika diolah dengan teknologi pasca panen yang dimiliki perusahaan
tersebut, akibatnya jagung Probolinggo dibeli dengan harga yang lebih rendah
dari jagung wilayah lain (Banyuwangi atau Situbondo)
Disamping permasalahan yang dirasakan oleh petani sebagaimana hasil survei
diatas maka terdapat persoalan besar yaitu masalah perubahan iklim, kerusakan
lingkungan, dan bencana alam yang membawa konsekuensi kinerja bidang pertanian.
Sedangkan untuk menjaga tingkat kestabilan harga komoditi (terutama komoditi
hortikultura) diperlukan kemitraan, namun hal tersebut tidak mudah. Selama ini para
petani kesulitan mencari pihak yang dapat diajak bermitra secara langsung dalam
menampung hasil panen mereka.
Banyak tanaman buah dan tanaman perkebunan tahunan (misalnya mangga,
alpokat, kelapa, dan kopi) yang mengalami penurunan produktivitas-beberapa
penyebabnya antara lain tanaman tua atau rusak akibat diserang penyakit sehingga
perlu dilakukan eradikasi.
Gambar 3.4. Grafik Produktivitas tanaman buah di Kabupaten Probolinggo tahun 2002-2017
Sumber : Statistik Pertanian DKPP (2002-2017)
Halaman 69
Serangan hama penyakit, Sejak beberapa tahun terakhir sering terjadi serangan
organisme pengganggu tanaman secara masif sehingga menimbulkan kerugian yang
sangat besar. Terjadinya serangan OPT yang masif ini bersamaan dengan perubahan
iklim yang tidak pasti (hujan sepanjang tahun ataupun cuaca yang sangat panas)
sehingga mendorong perkembangbiakan OPT yang ekstrim. Penyebab lain adalah pola
budidaya tanaman pertanian yang masif sehingga mengganggu ekosistem, seperti
misalnya tahun 2017 terjadi ledakan (outbreak) serangan hama wereng coklat pada
tanaman padi sehingga menyebabkan ratusan hektar mengalami penurunan
produktivitas dan puso. Pada kasus ini terjadi resurjensi karena hama tidak mempan
dikendalikan secara kimia, proses terjadi karena sejak tahun 2015 dilakukan
penamaman padi secara masif. Kejadian pada tanaman padi juga terjadi pada tanaman
bawang merah, dimana petani harus mengeluarkan biaya ektra untuk pengendalian
hama ulat bawang (spodoptera exiqua).
Tabel 3.12. Luas (Ha) serangan OPT tahun 2016-2018
Padi Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
1 Penggerek Batang 265,8 338,2 427,6
2 Tungro 52,5 131,5 9,1
3 Xanthomonas sp 296,3 675,85 407,71
4 Burung 15,3 208,6 264,8
5 Keong Mas 1 18 4,6
6 Pyricularia sp 144,5 30,1 136,85
7 Ulat Grayak 29,1 - 38,8
8 Walang Sangit 162,8 49,3 98,45
9 Blast Daun 10,8 29,95 1,7
10 Kahat Hara / Keasaman Tanah 26,3 29,65 10,4
11 Tikus 134,7 85,75 71,4
12 Hama Putih 52,5 9,7 -
13 WBC 111,1 665,74 17,2
14 Hama P. Palsu 127,6 - 0,35
Jagung Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
15 Karat Daun 65 26,25 14,65
Halaman 70
16 Ulat grayak 27 30,4 43,25
17 hawar daun 9 23,75 37
18 bulai 170 121,6 110,05
19 peng tongkol 31 27,6 74,85
20 Lalat bibit 80 73,35 22,15
21 Tikus 275 - -
Bawang Merah Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
22 Spodoptera exiqua 964,75 665,55 557,1
23 coletroticum 1,05 3,9 -
24 layu fusarium 162,95 36,2 120,4
25 liriomyza sp 19,75 3,5 -
26 mati pucuk 284,55 151,6 36,35
Kentang Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
27 Layu Fusarium 7 63 43,75
28 liriomyza sp 69,22 106,25 39,45
29 phytoptora 101,95 205,86 84,95
Kubis Tahun
2016
Tahun
2017
Tahun
2018
30 crosidolonia 24,62 - -
31 plutella sp 44,26 18,37 6,9
Cabe Besar Tahun
2016 Tahun
2017 Tahun
2018
32 Virus Kuning 77,45 40,15 21,55
33 thrip 2,5 8,5 -
34 lalat buah 41,6 28,5 45,45
35 layu bakteri 26 3,1 9,4
36 antraknose 37,5 19,6 10,3
Cabe Kecil Tahun
2016 Tahun
2017 Tahun
2018
37 Antraknose 3,65 - -
38 virus kuning 102,45 63,5 62,14
39 thrips 218,2 17,85 27,45
Sumber : Seksi Perlindungan Tanaman TPH DKPP (2016-2018)
Halaman 71
Serangan hama penyakit pada tanaman padi – berdasarkan kawasan padi
terdapat perbedaan karakter seranngan OPT seperti misalnya Kecamatan Gading yang
lebih banyak mengalami serangan hama tikus dibandingkan jenis OPT lain.
Pada tanaman kelapa banyak terjadi serangan hama kwangwung, pada daerah
sepanjang pantai utara, sehingga sepanjang pantai utama tidak layak untuk
pengembangan tanaman kelapa.
Ketersediaan air semakin terbatas, Para petani dalam melakukan budidayanya
tergantung kepada ketersediaan air, Selama kurun waktu 2010-2017 budidaya
pertanian cenderung mengalami penurunan. Salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi adalah ketersediaan air, sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini
yang menunjukkan adanya kecenderungan penurunan indeks penanaman padi selama
4 tahun terakhir. Penanaman padi 3 kali menurun menjadi 2 atau 1 kali tanam.
Penurunan luas tanam padi ini disebabkan oleh peralihan ke komoditi non padi yang
lebih sedikit memerlukan air, seperti tanaman jagung, tembakau, ataupun tanaman
hortikultura (cabe dan bawang merah).
Tabel 3.13. Perbandingan Penggunaan Lahan Sawah untuk Padi Tahun 2010-2018 di Kabupaten Probolinggo (dalam Ha)
Periode Tanam Padi
Realisasi Dalam Satu Tahun
Jumlah Tanaman Padi Tidak Ditanami
Padi
Sementara Tidak
diusahakan 1 X 2 X > 3X
Tahun 2010 18.156 13.973 3.982 1.067 - 37.178
Tahun 2011 18.930 11.283 5.910 1.028 - 37.152
Tahun 2012 19.145 11.064 6.195 926 - 37.331
Tahun 2013 16.698 10.318 9.395 928 - 37.339
Tahun 2014 18.070 8.859 9.264 1.055 15 37.263
Tahun 2015 18.970 8.294 8.874 1.111 15 37.264
Tahun 2016 19.666 8.349 8.186 1.055 - 37.256
Tahun 2017 20.131 8.966 6.832 1.197 - 37.125
Tahun 2018 20.516 8.421 6.902 1.217 - 37.055
Sumber : Statistik Pertanian tahun 2010-2018 DKPP.
Halaman 72
Subsidi pupuk, Para petani sering mengalami permasalahan dengan
ketersediaan pupuk, dimana waktu tanam dan ketesediaan pupuk tidak selalu sinkron.
Di wilayah yang agak jauh dari pusat perkotaan, petani sering tidak mendapatkan
pupuk yang berimbang atau hanya menggunakan pupuk urea saja akibatnya
produktivitasnya sangat rendah (hal ini dibuktikan dengan data ubinan yang ada).
Penyebabnya adalah petani belum memiliki pengetahuan dan kemampuan / akses
dalam mengaplikasikan teknologi pemupukan.
Upaya pemerintah dalam memperbaiki distribusi pupuk bersubsidi melalui
kartu tani masih belum optimal akibat belum selesainya pendataan para petani secara
akurat sehingga bisa diaplikasikan oleh pihak bank sebagai penyalur dana.
Penggunaan alsintan, masih belum optimal, selama 5 (lima) tahun terakhir ini
bantuan alsintan sangat banyak dan telah dibentuk kelompok-kelompok tanam panen
(brigade alsintan). Namun seringkali alat mesin pertanian yang dibantukan tidak dapat
diaplikasi secara optimal, penyebabnya adalah ketidaksesuaian alsintan mesin dengan
kondisi lahan, suku cadang yang rusak. Bantuan alsintan yang terdahulu belum
didukung kesiapan yang memadai tentang kelembagaan, ketrampilan kelompok,
kesiapan prasarana utamanya jalan usaha tani.
Tabel 3.14. Kondisi alat mesin pertanian tahun 2017
Jenis Alat/Mesin Kondisi
Baik/Rusak Ringan
Rusak Berat
Jumlah
Traktor Roda Dua 1.085 53 1.138
Traktor Roda Empat 15 - 15
Tanam padi (Transplanter) 44 - 44
Tanam biji-bijian (Seeder) 5 - 5
Hand Sprayer dan Power Sprayer 14.528 555 15.083
Pengabut pestisida (Swing - Fog) 4 7 11
Emposan Tikus 50 6 56
Pembersih Gulma 59 - 59
Pompa air 1.861 53 1.914
Sabit Bergerigi 1 - 1
Pemotong padi tipe gunting (Reaper) - 1 1
Pemotong padi tipe gendong (Paddy Mower) 3 - 3
Combine Harvester 36 - 36
Perontok Padi /Thresher 1.677 26 1.703
Pemipil Jagung /Cornsheller 75 3 78
Halaman 73
Perontok Kedelai /Thresher 6 - 6
Perontok Multiguna (Padi, Jagung, Kedelai) 6 - 6
Pembersih Gabah /Winower 15 - 15
Pengering tipe datar /Flat Bed Dryer 10 - 10
Pengering tipe vertikal /Continuous Dryer 1 - 1
Penggilingan Padi Kecil /Small Rice Mill 268 3 271
Penggilingan Padi Menengah / Medium Rice Mill
26 - 26
Penggilingan Padi Besar / Large Rice Mill 23 - 23
Penyimpan hasil tanaman pangan (Silo) 1 - 1
Alat Pembuat Pupuk Organik (APPO)/Kompos 70 4 74
Sumber : Statistik Pertanian DKPP (2017)
Berkurangnya lahan pertanian baik lahan sawah maupun non sawah,
permasalahan alih fungsi lahan pertanian merupakan permasalahan yang terjadi di
mana-mana, dan mengancam tingkat produksi hasil pertanian. Dari data penggunaan
lahan terlihat bahwa terdapat penurunan penggunaan lahan untuk budidaya
pertanian. Perubahan ini tidak bisa dihindari, namun yang perlu dilakukan adalah
penataan alih fungsi lahan melalui penetapan RTRW dan RDTR, sehingga perubahan
alih fungsi tidak liar dan merusak lahan pertanian yang masih berpotensi. Untuk saat
ini telah ditetapkan LP2B yang berfungsi sebagai kendali perubahan lahan pertanian.
Tabel 3.15 Perbandingan luas penggunaan lahan Tahun 2010-2017
Sumber : Data Statistik Pertanian tahun 2010-2017 DKPP.
Penggunaan Lahan Tahun
2010
Tahun
2011
Tahun
2012
Tahun
2013
Tahun
2014
Tahun
2015
Tahun
2016
Tahun
2017
Lahan Pertanian Sawah
a. Irigasi 35.276 35.251 35.408 35.331 34.727 34.719 34.711 34.252
b. Tadah hujan 1.903 1.901 1.919 1.947 2.503 2.503 2.503 2.830
c. Rawa pasang surut 60 33 38 38 43
d. Rawa lebak - - 4 - - 4 4 -
Lahan Pertanian Bukan Sawah
a. Tegal/kebun 52.062 51.610 51.120 50.742 50.496 49.707 52.554 51.741
b. Perkebunan 830 830 837 814 837 789 1.131 1.138
c. Ditanami hutan rakyat 2.164 2.623 1.731 1.799 2.033 2.806 3.018 3.731
d. Sementara tidak diusahakan 30 30 12 4 4
e. Lainnya (Hutan negara,
tambak, kolam, empang dll) 48.048 47.534 48.593 48.398 45.884 45.876 47.317 47.316
Halaman 74
Namun pengendalian lahan ini masih banyak kendala diantaranya adalah belum
adanya data kepemilikan LP2B by name by adress. Berdasarkan Perda nomor 10 tahun
2015 tentang PLP2B, dalam pelaksanaan harus mempunyai data kepemilikan lahan
pertanian di kawasan PLP2B dalam bentuk by name by adress.
Berkembangnya secara pesat pohon sengon di wilayah Kabupaten Probolinggo
telah mengikis produksi tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman perkebunan.
Perkembangan lima tahun terakhir ini telah terjadi alih fungsi tananam jagung,
tanaman mangga, tanaman ubi kayu ke tanam sengon. Selain itu tanaman sengon di
sinyalir sebagai penyebab penurunan kualitas tanaman pertanian lainnya, karena
tanaman sengon dianggap mendominasi penyerapan unsur lain tanaman lainnya
disekitarnya dan tingginya pohon sengon yang menutupi tanaman lainnya.
Kelembagaan petani yang masih lemah, Jika dibandingkan dengan kelompok
tani di Jawa Timur maka Kelompok tani di Kabupaten Probolinggo masih bisa
dianggap tertinggal. Persoalan ini kelembagaan ini tentu saja sangat menentukan
kinerja bidang pertanian di Kabupaten Probolinggo terutama bagaimana petani
secara umum menerapkan teknologi pertanian yang ada.
Tabel .3.16. Rekap kelompok tani berdasarkan kelas kelompok Provinsi Jawa Timur
No Kabupaten/
Kota
Jumlah Poktan - Kelas
Total Pemula Lanjut Madya Utama Belum
Diketahui
1 Pacitan 1454 55 592 620 44 143
2 Ponorogo 2017 320 884 325 10 478
3 Trenggalek 972 122 136 699 2 13
4 Tulungagung 1170 293 716 104 3 54
5 Blitar 1916 741 854 57 5 259
6 Kediri 1941 525 956 214 4 242
7 Malang 1700 679 712 79 0 227
8 Lumajang 1145 224 447 133 13 328
9 Jember 1767 323 576 73 5 790
10 Banyuwangi 1471 617 490 60 2 302
11 Bondowoso 2734 1121 431 34 2 1146
Halaman 75
12 Situbondo 954 663 123 7 0 161
13 Probolinggo 1579 1167 331 5 0 76
14 Pasuruan 1873 982 766 117 4 4
15 Sidoarjo 693 63 412 183 6 29
16 Mojokerto 1093 212 587 221 39 33
17 Jombang 1292 185 716 107 6 278
18 Nganjuk 1428 192 806 172 9 249
19 Madiun 1169 328 398 85 10 347
20 Magetan 1245 377 555 228 39 46
21 Ngawi 1421 42 435 200 4 740
22 Bojonegoro 1623 243 1034 212 7 127
23 Tuban 1862 599 542 197 49 475
24 Lamongan 2311 867 1069 101 4 270
25 Gresik 1091 134 267 87 0 603
26 Bangkalan 1241 952 216 45 1 27
27 Sampang 1315 470 355 402 82 6
28 Pamekasan 1034 360 155 18 0 501
29 Sumenep 3804 1015 536 8 0 2245
30 Kota Kediri 71 35 31 3 2 0
31 Kota Blitar 177 44 21 0 0 112
32 Kota Malang 167 97 58 10 0 1
33 Kota Probolinggo
122 54 20 2 0 46
34 Kota Pasuruan 47 41 5 0 0 1
35 Kota Mojokerto
65 51 11 0 0 3
36 Kota Madiun 50 37 0 0 0 13
37 Kota Surabaya 166 132 14 2 0 18
38 Kota Batu 230 168 39 11 0 12
J u m l a h 46.410 14.530 16.296 4.821 352 10.405
Sumber : Sistem Informasi Managemen Penyuluhan Pertanian (2018)
Halaman 76
Sebaran kelas kelompok tani ini yang perlu diperhatikan adalah kelompok tani
Pemula yang masih banyak di Kabupaten Probolinggo, jika dilihat korelasi antara
kelompok pemula dengan kinerja maka terlihat bahwa daerah dengan kelompok
pemula yang dominan juga mengalami kinerja yang tidak bagus.
Tabel 3.17. Data Kelas 1506 Kelompok Tani di Kabupaten Probolinggo7
NO KECAMATAN KELAS KELOMPOK TANI
NO KECAMATAN KELAS KELOMPOK TANI
LANJUT PEMULA MADYA LANJUT PEMULA MADYA
1 Sukapura 8 15 13 Paiton 39 48 4
2 Sumber 7 46 14 Besuk 33 22 2
3 Kuripan 8 27 15 Kraksaan 46 1 1
4 Bantaran 6 40 16 Krejengan 26 24 1
5 Leces 6 17 17 Pajarakan 7 28
6 Tegalsiwalan 16 23 18 Maron 29 33
7 Banyuanyar 14 41 19 Gending 29 12
8 Tiris 11 62 20 Dringu 7 40
9 Krucil 7 288 21 Wonomerto 27 22
10 Gading 21 42 22 Lumbang 9 40
11 Pakuniran 27 45 23 Tongas 28 27 1
12 Kotaanyar 14 65 24 Sumberasih 28 32
Sumber :Sistem Evaluasi Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian DKPP (2018)
Jika dilihat grafik disamping terlihat kelompok tani pemula mempunyai
komposisi mencapai 69 % hal ini
saja menjadi perhatian bagaimana
mengangkat kelompok tani pemula
menjadi kelompok tani lanjutan.
Tentu saja ini berkorelasi dengan
hasil survey yang telah dilakukan
perlu meningkatkan kunjungan para
petugas lapangan kepada para
petani. Selain itu terdapat
7 Belum ada kelompok tani kelas utama
Gambar 3 5. Perbandingan % kelas kelompok tani
Halaman 77
kelompok petani yang berpotensi sehingga diharapkan dapat mengembangkan
agribisnis lebih lanjut di masa akan datang.
Tabel 3.18. Jumlah Gapoktan dan Poktan berbadan hukum
No. Kecamatan Jumlah Desa
Jumlah Gapoktan Jumlah Poktan
Total Berbadan
Hukum Total
Berbadan Hukum
1 Sukapura 12 12 3 27 9
2 Sumber 9 9 0 53 8
3 Kuripan 7 7 2 35 9
4 Bantaran 10 10 5 46 17
5 Leces 10 10 0 24 5
6 Tegalsiwalan 12 12 1 39 3
7 Banyuanyar 14 14 3 56 4
8 Tiris 16 16 3 80 15
9 Krucil 14 14 3 295 27
10 Gading 19 19 0 62 13
11 Pakuniran 17 17 2 65 12
12 Kotaanyar 13 13 2 81 13
13 Paiton 20 20 3 90 15
14 Besuk 17 17 5 57 16
15 Kraksaan 18 18 5 47 8
16 Krejengan 17 17 1 50 16
17 Pajarakan 12 12 11 37 1
18 Maron 18 18 3 62 19
19 Gending 13 13 1 41 12
20 Dringu 14 14 7 47 5
21 Wonomerto 11 11 1 51 19
22 Lumbang 10 10 0 46 0
23 Tongas 14 14 3 55 10
24 Sumberasih 13 13 4 60 20
Jumlah 330 330 68 1506 279
Sumber : Bidang PP dan Bina Usaha Tani (2018)
Berikut ini disampaikan permasalahan di sektor pertanian berdasarkan pada
komoditi pertanian yang menjadi fokus dari Kementerian Pertanian RI, Pemerintah
Provinsi Jawa Timur, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian kabupaten Probolinggo.
a. Tanaman Padi, Tanaman padi sebagai komoditi strategis nasional membuatnya
menjadi komoditi yang sifatnya inelastisitas, dimana mulai proses budidaya
hingga perdagangan gabah/beras terdapat campur tangan pemerintah. Karena
Halaman 78
sifatnya yang inelastisitas maka harga komoditi padi tidak bisa terlalu tinggi
maupun terlalu rendah. Upaya pemerintah tesebut antara lain tanaman padi
mendapatkan subsidi pupuk, bantuan benih, proteksi harga beras (HPP) dan
penetapan kouta impor besar. Karena itulah keberadaan tanaman padi
cenderung stabil setiap tahunan.
Perubahan kenaikan ataupun penurunan luas tanaman padi tergantung
kepada kondisi yang terjadi, selama beberapa tahun terakhir kejadian yang
mempengaruhi kenaikan luas tanam adalah adanya program dari pemerintah
dan iklim yang cenderung basah. Sedangkan kejadian yang menurunkan luas
tanaman padi adalah iklim yang kering, adanya serangan OPT yang masif pada
tanaman padi, dan penurunan luas lahan pertanian.
Secara umum di Kabupaten Probolinggo Prasarana, sarana, dan sumber
daya manusia yang mendukung pengembangan tanaman padi telah tersedia
mulai dari sumber air irigasi, saluran irigasi, pupuk, pestisida, alat mesin
pertanian, benih, penangkar benih, penggilingan padi, kelompok tanam,
kelompok panen. Namun target meningkatkan produksi padi yang semakin
tinggi sedangkan ketersediaan prasarana semakin berkurang maka dibutuhkan
ketersediaan air irigasi yang lebih besar melalui penyediaan prasarana (waduk
atau embung besar) maupun pengelolaan air irigasi yang efisien.
Varietas yang banyak dikembangkan di Kabupaten Probolinggo antara
lain IR64, Inpari, Mambaramo, Simbada, Situbagedit, Ciherang, dan beberapa
varietas lainnya. Penggunaan benih di Probolinggo dataran tinggi sering tidak
efisiensi (melebihi anjuran), sedang untuk di Probolinggo dataran rendah cukup
maju dalam pemanfaatan benih. Hampir semua benih padi yang digunakan
oleh petani di Kabupaten Probolinggo adalah benih berlabel dan unggul ini
menunjukkan bahwa kesadaran penggunaan benih berlabel sudah tinggi,
secara umum benih dari Banyuwangi cukup populer digunakan para petani di
Kabupaten Probolinggo.
Permasalahan hama penyakit tanaman padi cukup banyak dimana hal
ini dipengaruhi oleh perubahan iklim dan perubahan lingkungan. Perubahan-
perubahan ini menyebabkan hama penyakit berkembangan dengan cepat dan
timbul menimbulkan outbreak yang kadang lambat untuk ditangani. Pada
tahun 2017 terjadi serangan hama wereng coklat yang masif yang
Halaman 79
menyebabkan ratusan hektar tanaman padi mengalami puso, dimana
penanaman padi yang ekspansif dari tahun 2014 hingga tahun 2016 ternyata
menyebabkan perubahan pola tanam yang signifikan dan menyebabkan
perubanan lingkungan di areal pertanian sehingga hama berkembang dengan
cepat. Apa yang terjadi kemudian adalah resurjensi pada tanaman padi
sehingga pada para petani mengalami kesulitan dalam mengendalikan hama
penyakit karena hama penyakit tidak mempan terhadap pestisida yang
digunakan.
Produktivitas Tanaman Padi di Kabupaten Probolinggo termasuk
dibawah rata-rata Provinsi Jawa Timur, persoalannya adalah banyak teknologi
pertanian yang tidak diterapkan di Kabupaten Probolinggo. Sedangkan kendala
penerapan teknologi pertanian antara lain : keterbatasan akses sarana produksi
pertanian dan kemampuan petani yang masih rendah.
Range rata-rata produktivitas tanaman padi di kabupaten Probolinggo
antara 3,05-7,58 ton/ha dengan rata-rata keseluruhan sebesar 54,55 ton/ha.
Tentu saja hal ini menjadi suatu permasalahan.
b. Tanaman Jagung,
Tanaman jagung di Kabupaten Probolinggo cukup signifikan jumlahnya,
fungsi utama komoditi jagung di Kabupaten Probolinggo adalah sebagai
makanan sehari-hari dan sebagai pakan ternak. Untuk jagung lokal banyak
ditemukan di daerah yang
kering atau dataran tinggi
serta dimanfaatkan sebagai
konsumsi manusia. Jagung
lokal banyak dimanfaatkan
sebagai cadangan pangan para
petani. Sedangkan untuk
tanaman jagung komposit dan
jagung hibrida lebih banyak
digunakan sebagai pakan
ternak. Di beberapa tempat di
Kabupaten Probolinggo Tiris, Maron, Sumberasih, Paiton, dan lain-lain
tanaman jagung memang dari awal dimaksudkan sebagai pakan cadangan
Gambar 3.6. Komposisi Tanaman Jagung tahun 2018
Halaman 80
ternak sapi jika pakan sapi dari bahan lain mengalami kesulitan untuk
didapatkan. Dibeberapa tempat didapatkan penjualan secara khusus hijauan
tanaman jagung (tebon) untuk pakan sapi.
Komoditi jagung di Kabupaten Probolinggo cukup berkembang luas
budidayanya dan intensitasnya, namun masih terdapat permasalahan yang
mengganggu peningkatan kualitasnya, terutama pada proses pasca panen yang
kurang baik. Dimana titik kritisnya adalah pada saat penyimpanan komoditi
jagung yang kurang bersih dan lembab bisa menyebabkan aflatoxin. Penurunan
kualitas menyebabkan harga komiditi jagung tidak maksimal.
Di Kabupaten Probolinggo terdapat gudang swasta yang digunakan
untuk menampung hasil panen jagung dari beberapa daerah sekitar
Probolinggo (Banyuwangi, Situbondo).
c. Tanaman Kedelai
Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan yang dianggap strategis oleh
pemerintah namun dalam pengembangannya mengalami banyak kendala. Luas
tanam kedelai di Kabupaten
Probolinggo pernah melebihi 4000
ha (tahun 2007) namun
keberadaan tanaman tersebut
semakin lama semakin berkurang.
Sebagaimana terlihat dalam
gambar 3.7. yang menunjukkan
bahwa tanaman kedelai semakin
menurun luas budidayanya, dan
beralih ke komoditi lainnya.
Tanaman kedelai banyak beralih ke
komoditi padi, jagung, dan sengon.
Daerah tanaman kedelai saat ini
antara lain Kuripan, Bantaran, Tegalsiwalan, Paiton, Maron, Wonomerto, dan
Tongas.
Beberapa hal yang mempengaruhi pengembangan tanaman kedelai
diantaranya adalah
Gambar 3.7. Perkembangan Luas Panen Kedelai tahun 2002- 2018 di Kabupaten
Probolinggo
Halaman 81
i. harga jual kedelai, benih kedelai tidak mudah didapat, dan produktivitas
tanaman kedelai cenderung stagnan (rendah) sehingga tidak
memberikan keuntungan bagi para petani dan cenderung merugikan.
ii. Pada saat ini budidaya tanaman kedelai dilakukan di lahan-lahan yang
marginal dan juga dilakukan budidaya pada masa peralihan dari
tanaman padi yang berlahan basah ke tanaman tembakau yang
memerlukan lahan yang kering.
iii. Terdapatnya bantuan sarana produksi bagi petani tanaman kedelai, hal
inilah sempat menaikkan luas tanaman kedelai. Namun hal ini tidak
mudah karena masa dormasi benih kedelai yang pendek, pemilihan
waktu realisasi bantuan benih dan waktu yang tanam kadang menjadi
kendala dalam pengembangan karena tidak sinkronnya watku.
d. Tanaman Ubi kayu ,
Budidaya tanaman ubi kayu semuanya dilakukan di lahan non sawah , dan
waktu penanaman dilakukan pada musim hujan, dengan umur panen kurang lebih
selama 8 bulan. Ubi kayu disamping komoditi dapat digunakan sebagai persediaan
pangan bagi masyarakat di daerah yang tadah hujan. Dengan begitu ubi kayu
merupakan upaya masyarakat dalam mengatasi terbatas pangan bagi mereka
karena tidak banyak pilihan tanaman pertanian yang dapat digunakan untuk
persediaan pangan mereka.
Persebaran ubi kayu Di Kabupaten Probolinggo cukup merata, namun Tiris
merupakan dengan jumlah penaman yang terbanyak. Lahan kering yang menjadi
sebab mengapa ubi kayu cukup banyak di Tiris. Namun saat ini ubi kayu di Tiris
terdesak oleh berkembanganya pohon sengon.
Halaman 82
Pada saat ini,
kelebihan produk ubi
kayu dapat diolah
menjadi bentuk lain
sebagai pengembangan
usaha, seperti
pembuatan tape atau
dijual ke pasaran.
Untuk beberapa
tahun terakhir ini terjadi
pengurangan jumlah
tanaman ubi kayu yang
sangat signifikan karena
terjadi alih komoditi ubi
kayu ke komoditi
lainnya, misalnya
beralih ke tanaman jagung ataupun ke pohon sengon yang mudah untuk hidup di
ladang. Petani telah mengurangi sebagian lahannya untuk tanaman ubi kayu
menjadi tanaman lainnya, sebagai upaya untuk memperbanyak pilihan penopang
hidupnya.
e. Tanaman Mangga,
Terdapat kurang lebih 1 juta pohon mangga di Kabupaten Probolinggo,
dimana sebagian besar populasi pohon mangga tersebut terdapat di halaman dan
pekarangan rumah warga. Namun kondisi ini jika digunakan skala usaha yang besar
maka akan sangat menyulitkan. Karena itulah maka selama ini belum terdapat skala
usaha komoditi mangga di Kabupaten Probolinggo yang menguntungkan secara
berkelanjutan.
Gambar 3.8. Sebaran Ubi kayu kabupaten Probolinggo
-
50
100
150
200
250
300
Su
kap
ura
Su
mb
er
Ku
rip
an
Lec
es
Teg
als
iwa
lan
Tir
is
Kru
cil
Ko
taa
nya
r
Pait
on
Wo
no
mert
o
Lu
mb
an
g
To
ng
as
Su
mb
era
sih
Halaman 83
Usaha ekonomi dari pengusahaan komiditi mangga dalam masih
menggunakan cara-cara yang
tradisional, yang mana
sifatnya adalah skala kecil,
menyebar ke pelosok-
pelosok daerah, keragaman
yang besar dan sering
melibatkan para pedagang
kecil. Dari gambar di samping
terlihat bagaimana
keragaman varietas di
Kabupaten Probolinggo
cukup tinggi. Walaupun
Kabupaten Probolinggo
terkenal sebagaimana
sebagai destinasi kawasan
mangga, namun hal tersebut
belum menjadi daya saing yang berpengaruh secara nyata bagi masyarakat,
walaupun Kabupaten Probolinggo sebagai penyedia mangga yang berkualitas akan
terancam jika brand image tidak ada perbaikan yang cukup signifikan.
Dari data Sensus Pertanian 2013 terdapat 248.194 buah pohon mangga yang
digunakan untuk usaha (dijual) Selebihnya digunakan untuk konsumsi sendiri oleh
masyarakat biasa. Upaya-upaya untuk meningkatkan ke skala usaha telah dilakukan
pada beberapa tahun terakhir ini, beberapa penerapan teknologi pertanian telah
dilakukan dan difasilitasi, dan telah timbul beberapa usaha baru yang bisa
meningkatkan nilai tambah dari komoditi mangga. Dengan penggunaan SOP dan
GAP komoditi mangga, terdapat peningkatan kualitas komoditi mangga mulai dari
budidaya, pasca panen, hingga pemasaran komoditi.
Produktivitas tanaman mangga mengalami penurunan rata-rata dari tahun-
ke tahun hal ini terjadi karena banyak tanaman mangga yang semakin tua. Hal ini
tercermin dari semakin banyaknya tanaman mangga yang dibongkar akibat tidak
produktif lagi.
Cengkir Indramayu;
0,01%
Arumanis; 59,26%
Gedong Gincu; 0,08%
Mangga Lainnya; 11,67%
Gedong; 0,96%
Manalagi; 27,86%
Kweni/Kebembem; 0,16%
Gambar 3.9. Komposisi varietas mangga diusahakan di Kab Probolinggo (Sensus BPS 2013)
Halaman 84
Tabel 3.18. Jumlah Tanaman Mangga yang dibongkar di Kabupaten Probolinggo selama 5 tahun terakhir
Kecamatan Jumlah Tanaman Mangga yang dibongkar (Pohon)
2014 2015 2016 2017 2018 Total
Sukapura 0 44 0 15 123 182
Sumber 115 260 150 0 0 410
Kuripan 1.150 850 1.192 500 0 2.542
Bantaran 355 590 137 3.066 37 3.830
Leces 22 16 56 47 132 251
Tegalsiwalan 91 0 43 2.000 0 2.043
Banyuanyar 1.742 123 961 0 0 1.084
Tiris 352 833 630 5.329 1.237 8.029
Krucil 251 412 91 197 320 1.020
Gading 0 435 0 7.700 7.700 15.835
Pakuniran 0 6.230 0 1.467 0 7.697
Kotaanyar 38 26 29 36 45 136
Paiton 242 201 147 186 0 534
Maron 0 28 1.855 27 27 1.937
Gending 291 1.511 78 0 0 1.589
Dringu 0 65 110 624 100 899
Wonomerto 207 253 248 207 40 748
Lumbang 2.203 2.474 216 36 62 2.788
Tongas 0 0 380 2.102 0 2.482
Jumlah 7.059 14.351 6.323 23.539 9.823 54.036
f. Tamanan Pisang,
Di Kabupaten Probolinggo tanaman pisang terdapat di semua wilayah
dengan populasi jumlah pisang + 1 juta pohon per tahun, sedang wilayah yang
jumlah pisangnya terbanyak adalah Tiris, Krucil, dan Krejengan. Tanaman
pisang hingga saat cenderung stabil setiap tahunnya baik jumlah maupun
harganya. Dimana pemasaran cukup stabil dengan dengan segmen pasar lokal
maupun ke luar Kabupaten Probolinggo. Dalam budidaya pisang kebanyakan
dilakukan dengan tanaman lainnya, malahan tanaman pisang banyak dijadikan
sebagai tanaman penaung bagi tanaman kopi.
Halaman 85
g. Tanaman Alpokat,
Di Kabupaten Probolinggo tanaman alpokat cenderung mengalami kenaikan
jumlah dan produksinya. Walaupun selama beberapa tahun terakhir serangan
penyakit layu fusarium yang menyebabkan kematian ribuan pohon apokat,
dimana terdapat penanganan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
bersama dengan masyarakat di kawaasan alpokat, salah satu penanganan
penyakitnya adalah dengan pemberian agensia hayati / pupuk organik yang
mengandung mycoriza.
Untuk populasi tanaman alpokat mengalami peningkatan karena para petani
telah melakukan penanaman sendiri tanaman alpokat untuk menganti
tanaman alpokat yang telah mati dan dibongkar.
Tabel 3.18 Jumlah tanaman Alpokat dibongkar di Kabupaten
Probolinggo selama 5 tahun terakhir
Kecamatan Jumlah Tanaman yang dibongkar (Pohon)
2014 2015 2016 2017 2018 Total
Sukapura - 64 - 20 154 238
Sumber 895 1.150 1.347 - - 2.497
Kuripan 1.025 850 404 400 - 1.654
Leces 77 - - - - -
Banyuanyar - 54 - 968 - 1.022
Tiris 310 1.042 1.197 300 26 2.565
Krucil 161 645 476 150 150 1.421
Kotaanyar 25 4 34 35 15 88
Paiton 11 26 4 21 5 56
Besuk - - - 25 - 25
Kraksaan - - - 50 - 50
Maron - - - 14 - 14
Gending 28 9 - - - 9
Wonomerto - 7 18 16 - 41
Lumbang 212 252 124 - - 376
Jumlah 2.744 4.103 3.604 1.999 350 10.056
Sumber : Statistik Pertanian DKPP Kab. Probolinggo (2024-2018)
Halaman 86
Untuk saat ini pengembangan alpokat masih terfokus pada alpokat varietas
rengganis dan alpokat varietas mentera, salah satunya adalah di kebun benih
hortikultura di desa Lumbankuning Lumbang. Dimana di kebun benih telah
memiliki Pohon Induk yang akan digunakan untuk pengembangan varietas
alpokat unggul.
h. Tanaman cabe rawit dan cabe merah
Tanaman cabe rawit untuk ini disamping cenderung berkembang cepat
namun juga mengalami fluktuasi naik-turun, dalam prakteknya penjualan cabe
kebanyakan dengan harga satuan dan bukan sistem tebas. Hal ini dikarenakan tanaman
cabe rawit yang bisa dilakukan beberapa kali panen (+ 11 kali bahkan hingga satu
tahun) sehingga tingkat harga cabe tergantung kepada permintaan pasar. Pemintaan
cabe banyak ke daerah Surabaya
Pola tanam cabe rawit di Kabupaten Probolinggo dari tahun ke tahun berikut
terakhir mengalami perubahan cepat, dimana pengaruh iklim dan harga dari luar
daerah sangat berpengaruh.
Dengan ketersediaan jaringan
komunikasi membuat tingkat harga
cabe rawit menjadi volatil karena
tingkat harga dari daerah lain
dengan cepat dapat diketahui.
Kebutuhan cabe rawit sangat tinggi
karena itulah maka petani sangat
menyenangi budidaya cabe rawit namun resiko penurunan harga ini telah membuat
budidaya cabe rawit terkendali. Sifat komoditi cabe yang tidak bisa disimpan lama
(Perishable) setelah dipanen bisa menjadi kerugian yang cukup besar.
i. Tanaman Kentang,
Budidaya kentang yang terbanyak berada di Sumber dan Sukapura
tergantung kepada ketersediaan air, pada musim kemarau kebanyakan petani
sudah tidak lagi melakukan budidaya kentang. Sehingga banyak dari mereka yang
tidak melakukan aktivitas lagi di sektor pertanian pada bulan-bulan itu.
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Produksi (Kui) Tanam (Ha) Harga (Rp)
Gambar 3.10. Pola Tanam, Produksi, dan harga cabe rawit per bulan tahun 2016 di Kabupaten Probolinggo
Halaman 87
Peningkatan produksi kentang dengan menyediakan prasarana air akan menjadi
salah satu solusi yang berdampak luas bagi kesejahteraan masyarakat.
Selama ini produktivitas tanaman kentang di Kabupaten Probolinggo masih
belum optimal, dimana range produktivitas antara 8 hingga 13 ton/ha. Padahal
kapasitas produktivitas tanaman kentang bisa mencapai 40 ton/ha.
Sementara itu harga benih kentang bersertifikat sendiri masih dianggap
mahal oleh petani. Produksi benih yang dihasilkan oleh kebun benih kentang Dinas
Pertanian di desa Cepoko Sumber masih terbatas sekali. Pada kenyataan masih
banyak petani kentang yang menggunakan benih kentang tanpa sertifikat / Benih
Jabal (Benih Antar Lapang). Untuk itulah maka diperlukan pembinaan penangkar-
penangkar benih tanaman kentang untuk menunjang peningkatan produktivitas
tanaman kentang di Kabupaten Probolinggo, dengan biaya yang lebih efisien.
Pengusahaan budidaya kentang di Sumber dan Sukapura mempunyai
komposisi yang lebih luas daripada luas pengusahaan di wilayah Probolinggo
lainnya, sehingga hal ini bisa membantu peningkatan kesejahteraan para petani
kentang di Sumber dan Sukapura, sedangkan fluktuasi harga kentang tidak setajam
yang terjadi pada tanaman bawang merah.
Terdapatnya kebijakan tentang benih kentang yang mengharuskan benih
kentang hanya sampai G2 saja, ternyata telah membawa dampak yang sangat
signifikan selama kurun waktu 4 tahun terakhir. Dampak yang dimaksud antara lain
penurunan luas tanaman dan produksi kentang pada tahun 2014 (LAKIP Diperta
2014) dimana dampak kebijakan ini bisa dirasakan hingga saat ini. Kebijakan dari
Kementerian RI yang bertujuan baik bagi pengembangan sistem pembenihan
ternyata dalam implementasi ternyata memberikan dampak kurang mengurangi,
sehingga harga benih kentang menjadi mahal dan benih menjadi berkurang banyak.
Pada kenyataannya petani kentang sendiri lebih menyukai benih G4 yang bisa
memberikan produktivitas yang lebih menguntungkan.
Halaman 88
j. Tanaman Kubis
Kebanyakan panen dengan sistem tebas sehingga sulit untuk
pengembangan pasca panen Budidaya tanaman kubis dilakukan seperti halnya
tanaman kentang. Disparitas harga tanaman kubis antar waktu adalah tinggi,
pengaruh jumlah panen dan umur kubis yang tidak bisa lama menjadikan harga
kubis bisa turun ke harga yang terendah. Keterbatasan sarana prasarana, teknologi
pasca panen, dan ketersediaan air menjadikan keterbatasan kemampuan petani
untuk mengatur budidaya hortikultura di kawasan gunung Bromo.
Dibanding 7 tahun lampau tanaman kubis mengalami penurunan luas
tanaman + 2000 Ha, hal ini terjadi karena adanya kebijakan dari pihak Perhutani yang
tidak memberikan ijin budidaya tanaman semusim di lahan milik perhutani. Sehingga
banyak tanaman kubis diganti tanaman tahunan (kebanyakan tanaman kopi) yang
dianggap bisa sebagai tanaman konservasi sehingga melindungi hutan milik
perhutani.
k. Tanaman Bawang merah
Pengembangan tanaman bawang merah mengacu kepada masterplan dan
action plan yang dimiliki Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Namun persoalan
bawang merah saat ini adalah harga bawang merah yang cenderung stabil rendah,
hal ini terjadi karena Kementeriaan Pertanian RI melakukan pengembangan bawang
merah di daerah-daerah di luar sentral produksi bawang merah sehingga saat ini
sudah banyak daerah yang mengembangkan bawang merah karena itulah tidak
heran jika tidak ada lonjakan harga bawang merah.
Berdasarkan pemetaan yang telah dimiliki oleh Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo maka per desa di wilayah Kabupaten
Probolinggo dapat dibagi menjadi 3 tipe kawasan (Pertumbuhan ~ 57 desa,
Pengembangan~24 desa, dan Pemantapan~31 desa). Desa-desa pada daerah
Pemantapan dan Pengembangan sebagian besar di Dringu, Tegalsiwalan, Leces,
Gending, dan Banyuanyar. Sedang kawasan pertumbuhan dan pengembangan
bawang merah ada di 10 lainnya. Pembagian kawasan tersebut berdasarkan
kepada besaran luas penanaman bawang merah dan kapasitas produksi. Dari
Halaman 89
pembagian kawasan tersebut dapat dilihat ketersediaan sarana prasarana
penunjang produksi tanaman bawang merah. Mulai dari irigasi, alsintan, pupuk
pestisida, gudang penyimpan, dan sentra pasar bawang merah.
Terdapat permasalahan yang terus menerus terjadi selama bertahun-tahun
yaitu over produksi yang mengakibatkan harga jatuh. Kejadian tahun sebelum 2016
yang harga bawang merah mencapai lebih Rp 50.000,-/kg untuk saat sudah terjadi
lagi, malahan harga bawang merah dapat mencapai kisaran Rp 6000,-/kg.
Tingkat kesulitan dalam berbudidaya bawang merah cukup tinggi. Bawang
merah sangat tergantung kepada cuaca dan adanya organisme pengganggu
tanaman. Serangan ini setidaknya telah menurunkan produktivitas tanaman
bawang merah dan menaikkan biaya pemeliharaan terutaman obat-obatan
pestisida.
Tabel 3.19. Serangan Hama penyakit utama pada bawang merah
Nama OPT
Luas serangan OPT Bawang merah Kabupaten Probolinggo (Ha)
Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
Spodoptera Exiqua 902,5 964,75 665,55 557,1
Mati pucuk 266,2 284,55 151,6 36,35
Layu fusarium 11,25 162,95 36,2 120,4
Sumber : Seksi Perlindungan Tan Pangan dan Hortikultura DKPP (2018)
Varietas bawang merah Biru Lancor yang dimiliki Kabupaten Probolinggo
menuntut budidaya bawang merah dilakukan pada musim kemarau. Jika dilakukan
pada musim hujan maka akan timbul kerusakan atau terjadi puso. Kejadian seperti
tahun 2013 terjadi kekurangan benih bawang merah tidak terjadi lagi, karena itulah
harga benih bawang saat ini cukup stabil.
Kelembagaan semacam Asosiasi Bawang Merah yang ada sekarang sedikit
telah berperan dalam menyalurkan kepentingan semua pihak yang terkait dengan
komoditi bawang merah, antara lain para petani bawang merah, pedagang bawang,
penangkar bawang merah, pengolah hasil bawang merah, dan lain-lain sebagainya.
Halaman 90
Kasus plasi selama beberapa tahun terakhir telah mendapatkan perhatian dari para
pemangku kepentingan.
l. Tanaman bawang putih
Di Kabupaten Probolinggo bawang putih pernah dibudidaya dalam jumlah
sedikit (8 ha) hingga tidak ada budidayanya tahun 2011-2013, setelah itu hanya
terdapat 2 ha tanaman putih hingga tahun 2017. Pada tahun 2017 terdapat
kebijakan pemerintah pusat (Kementan RI) yang mengharuskan para importir untuk
melakukan budidaya bawang putih sebagai persyaratan bagi mereka jika akan
melakukan impor bawang merah. Karena itulah mulai tahun 2017 akhir para
importir melakukan kemitraan dengan para petani untuk menanam bawang putih.
Sebagai hasilnya pada tahun 2018 tanaman bawang putih mencapai 210 Ha.
pengembangan importir, selama 2 tahun terakhir terjadi puso pada tanaman
bawang putih yang cukup besar.
Untuk saat ini bawang putih telah menjadi komoditi yang diprioritaskan oleh
pemerintah pusat. Pada tahun awal kerjasama dengan para importir, para petani
banyak yang mengalami kegagalan panen / puso. Dimana penyebabnya adalah
kecocokan dengan varietasnya dengan kondisi yang ada di Kabupaten Probolinggo.
Untuk kedepannya budidaya bawang putih akan mengalami perkembangan
karena para petani mulai menemukan pola tanam bawang putih yang sesuai dan
mulai mudah mendapatkan benih yang cocok dengan budidaya di Kabupaten
Probolinggo.
m. Tanaman Tembakau
Secara umum tanaman tembakau di Kabupaten Probolinggo terdiri dari jenis
yaitu tembakau Paiton VO, tembakau Jawa, dan tembakau Kesturi. Segala
perputaran ekonomi yang terkait tembakau terdapat di Kabupaten Probolinggo
mulai dari budidaya tembakau, perdagangan tembakau, gudang tembakau, dan
pabrik rokok. Untuk tembakau Paiton VO berada di kawasan timur (Paiton,
Pakuniran, Kotaanyar, Gading, Besok, Krejengan, Pajarakan, dan Kraksaan) dimana
dalam pemasarannya mayoritas sudah melalui gudang-gudang tembakau yang
berafilitasi dengan PT Gudang Garam, Philip Morris, PT Djarum.
Halaman 91
Setiap tahun sudah terdapat komunikasi antara pemerintah Kabupaten
Probolinggo, pihak gudang tembakau, dan petani tembakau tentang jumlah
kebutuhan tembakau gudang sehingga diharapkan bisa meminimalisir terjadinya
kerugian para petani akibat over produksi.
Untuk tembakau jawa dan tembakau kesturi kebanyakan berada di wilayah
barat, yaitu tembakau kesturi di Tongas, tembakau Jawa di Wonomerto dan
Tongas. Pola pemasaran kedua tembakau adalah cara-cara tradisional yang sudah
cukup lama, dengan segmen pasar yang tradisional pula.
Dalam pengembangan tanaman tembakau terkendala dengan adanya
serangan penyakit keker, dimana serangan terjadi pada spot-spot di areal budidaya
tembakau, diperkirakan terjadinya serangan ini karena adanya penyakit dengan
inang tanaman pertanian yang ada di kawasan tersebut, untuk itulah perlu
dibuatkan pemetaan budidaya tanaman pertanian, sehingga pengendalian hama
penyakit dapat lebih lagi. Selain itu perubahan pola tanam di kawasan tanaman
tembakau, dimana penyebab perubahan itu adalah alih komoditi tembakau ke
tanaman pertanian lainnya, mengingat salah satu fungsi budidaya tanaman
tembakau adalah tata hubungan sosial maka hal ini menandakan perubahan sosial,
utamanya hubungan antara pemilik lahan dengan penggarap yang terjadi berubah
FCTC (Framework Convention on Tobacco Control), FCTC merupakan
perjanjian internasional tentang kesehatan masyarakat yang disepakati anggota
WHO. FCTC mengatur tentang pengendalian permintaan konsumsi dan
pengendalian pasokan rokok. Didalamnya mengatur paparan asap rokok orang lain,
iklim promosi dan sponsor rokok, harga dan cukai rokok, kemasan dan pelabelan,
kandungan produk tembakau, edukasi dan kesadaran publik, berhenti merokok
hingga penjualan rokok pada anak dibawah umur. Diseluruh dunia terdapat 187
negara yang melakukan penandatangan FCTC dan 9 negera yang belum
menandatanganinya. Indonesia termasuk negara yang tidak melakukan
penandatangan FCTC. Persoalan FCTC inilah membuat pemerintah tidak
melakukan kebijakan meningkatkan produksi tanaman tembakau, melainkan ke arah
peningkatan kualitas tembakau. Karena itulah maka hal positif yang perlu
dikemukakan terhadap masalah termbakau adalah peningkatan pendapatan petani
tembakau. Peningkatan pendapatan bagi petani juga bagi masyarakat terkait
tembakau bisa mengurangi isue negatif tentang pemanfaatan tembakau. Secara
Halaman 92
nyata memang di Kabupaten Probolinggo di beberapa tanaman tembakau begitu
diminati untuk dibudidayakan, bahkan menjadi jalan hidup bagi masyarakat bukan
saja petani tembakau tetapi juga masyarakat disekitar juga menjadi lapangan kerja
tersendiri seperti adanya industri rokok.
n. Tanaman Tebu, Perkembangan tanaman tebu semakin tahun semakin menurun, terdapat
permasalahan dalam pengembangannya walaupun tebu merupakan tanaman
strategis nasional. Saat ini tanaman tebu mayoritas dibudidayakan di daerah lahan
kering, sedang petani tebu semakin terbatas jumlahnya, tanaman tebu yang umur
panennya lebih 1 tahun membuat para petani dengan lahan kecil tidak akan
melakukan penanaman karena uang hasil panen yang seharusnya diterima terlalu
lama untuk ditunggu, hal ini tentu berbeda dengan era Koperasi Unit Desa (KUD)
ketika masih ada COL (cost of living) yang menanggung biaya hidup para petani. Di
Indonesia sendiri sudah berdiri pabrik-pabrik gula swasta, namun persoalannya
adalah semakin sedikit lahan yang bisa digunakan untuk budidaya tebu. Berkaca
dari itu maka pabrik-pabrik gula tersebut mengalami kekurangan bahan baku.
Alasan dari dari lahan sedikit inilah maka impor raw sugar menjadi alternatif yang
mudah dalam memenuhi kebutuhan konsumsi seluruh Indonesia.
Tahun 2017 harga tebu jatuh akibat hasil lelang tidak mencai harga yang
bagus. Tentu saja hal ini menyebabkan keuntungan para petani menipis, sehingga
di tahun-tahun berikut banyak petani tidak mau lagi menanam tebu. Sehingga
produksi tebu (batangan) di Kabupaten Probolinggo tahun 2018 mengalami
penurunan. Persoalan lainnya adalah para petani mayoritas menanam di lahan non
pertanian yang airnya sangat kurang, pada tahun 2018 curah hujan minim, sehingga
tanaman tebu mengalami penurunan produktivitas, tentu saja hal ini menimbulkan
kerugian bagi para petani.
o. Tanaman kelapa,
Di seluruh Kabupaten Probolinggo terdapat kurang lebih 660 Ha Tanaman
kelapa (data statistik Pertanian 2018). Berdasarkan data sensus BPS (2013) terdapat
41,01 Ha Tanaman Kelapa yang diusahakan secara intensif dan menjadi tanaman
Halaman 93
industri (khusus dipasarkan). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil tanaman
kelapa di kabupaten Probolinggo digunakan untuk konsumsi sendiri.
Potensi
pengembangan
tanaman kelapa di
Kabupaten
Probolinggo seluas
1000 ha atau
143.000 pohon.
Namun terdapat
permasalahan yang
menonjol pada
tanaman kelapa yaitu
serangan hama
penyakit yang cukup
besar sehingga
serangan hama
penyakit ini telah
menghancurkan produktivitas tanaman kelapa. Terdapat daerah yang mengalami
endemis OPT tanaman kelapa yaitu di daerah pesisir laut mulai Tongas,
Sumberasih, Dringu, Gending, Pajarakan, Kraksaan, dan Paiton sehingga dapat
dikatakan sia-sia untuk dilakukan pengembangan. Sedangkan untuk 17 lainnya
masih bisa dilakukan pengembangan tanaman kelapa. Sedangkan diantara ke 17
ini terdapat 11 yang perlu diwaspadai terhadap serangan OPT pada tanaman kelapa
yaitu Kuripan, Bantaran, Leces, Pakuniran, Kotaanyar, Besuk, Krejengan, Maron,
Gending, Wonomerto, dan Tegalsiwalan sehingga harus dilakukan pengendalian
OPT secara intensif.
p. Tanaman Kopi,
Tanaman kopi di Kabupaten Probolinggo saat ini perkembangan terbanyak
adalah di hutan milik perhutani. Sedang di lahan milik petani sendiri banyak yang
sudah tua sehingga tentu saja produktivitas rendah. Di daerah Probolinggo barat
lahan milik pertanian kurang perawatan, beberapa tanaman sudah berumur tua dan
tanamannya tinggi sehingga menyulitkan dalam pemeliharaan tanaman kopi.
Sumber : UPPT Kabupaten Probolinggo 2018
Gambar 3.10. Peta serangan Kwangwung pada Kelapa
Sumber : UPPT Kabupaten Probolinggo 2018
Gambar 3.11. Peta serangan Kwangwung pada Kelapa
Halaman 94
Kendala pengembangan lainnya adalah kurangnya tanaman naungan bagi benih
kopi yang masih berumur muda sehingga benih tanaman kopi sering mati setelah
ditanam.
Permasalahan lainnya dalam pengembangan kopi adalah masih adanya
petani kopi yang memanennya dalam keadaan kopi belum waktu (petik merah)
sehingga mutu dan harga kopi tidak tinggi. Penyebabnya adalah ketakutan kopi
yang dibudidaya dicuri hasil panennya sedangkan kopi belum waktunya dipanen.
Untuk saat ini kopi yang dihasilkan di Kabupaten Probolinggo telah
dikembangkan pemasaran dengan beberapa cara, diantaranya adalah kopi organik,
kopi dalam kemasan yang modren, kopi racik. Kopi di Kabupaten Probolinggo
walaupun sangat luas budidaya namun brand image kurang kuat sehingga sering
kopi Probolinggo dipasarkan dengan brand image daerah lain.
3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Kabupaten Probolinggo
Tabel 3.20. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN KABUPATEN PROBOLINGGO
TAHUN 2018-2023
Visi : TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN PROBOLINGGO BERAKHLAK MULIA
YANG SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN BERDAYA SAING
Misi Tujuan Sasaran
1 Mewujudkan
masyarakat yang
berkhlak mulia
melalui tatanan
kehidupan yang
tentram dan
toleran;
1 Mewujudkan
Masyarakat yang
tentram melalui
kerukunan umat
beragama, keamanan
dan ketertiban sosial
1 Meningkatnya toleransi antar umat beragama
2 Meningkatnya keamanan dan ketertiban sosial
2 Meningkatkan
kesejahteraan
yang berkeadilan
melalui
peningkatan
kualitas
sumberdaya
2 Meningkatkan
Kualitas Sumberdaya
Manusia
3 Meningkatnya kualitas pendidikan
4 Meningkatnya kualitas kesehatan.
3 Meningkatnya
Keadilan dan
Kesetaraan Gender,
5 Tertanganinya permasalahan Kesejahteraan Sosial
6 Meningkatnya kemandirian desa
Halaman 95
Terdapat 2 sasaran RPJMD Kabupaten Probolinggo yang berkenaan dengan
tugas pokok dan fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian yaitu meningkatkan
ketahanan pangan dan meningkatkan produk domestik regional Bruto, dan dapat
dijabarkan sebagaimana dalam tabel 3.22.
kondisi yang diharapkan pada tahun 2023 dari kedua kondisi tersebut
adalah tingkat kemiskinan dapat diturunkan menjadi 15,22% dan pertumbuhan
ekonomi rata –rata selama 5 tahun menjadi 4,9%. Kedua kondisi tersebut dapat
dicapai jika beberapa metode digunakan dengan beberapa tahapan.
manusia dan
penurunan angka
kemiskinan;
serta pengentasan
kemiskinan
7 Menurunnya angka pengangguran
8 Meningkatnya Kesetaraan gender
9 Terkendalinya jumlah penduduk
10 Meningkatnya ketahanan pangan
3 Mewujudkan
Keadilan melalui
Tata Kelola
Pemerintahan
yang Baik dan
Bersih
4 Meningkatkan
Kualitas
Penyelenggaraan
Pemerintahan dan
Pelayanan Publik
11 Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pemerintah
Meningkatnya kualitas
pelayanan publik
4 Mewujudkan daya
saing daerah
melalui
peningkatan
pertumbuhan
ekonom dan
pembangunan
berkelanjutan.
5 Meningkatkan
Pertumbuhan
Ekonomi
12 Meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor strategis
13 Meningkatnya iklim investasi
6 Meningkatkan
pembangunan
infrastruktur daerah
yang berkelanjutan
14 Meningkatnya infrastruktur jalan dan irigasi
15 Meningkatnya kualitas permukiman masyarakat
16 Meningkatnya Kualitas Lingkungan Hidup, Tata Ruang dan daya tanggap bencana
Sumber : RPJMD Kabupaten Probolinggo Tahun 2018-2023
Halaman 96
Tabel 3.21. Tujuan dan Indikator Tujuan Kabupaten Probolinggo Tahun 2019-2023 terkait DKPP
Tujuan Indikator Tujuan Kondisi
Awal 2018 Kondisi
Akhir 2023
3. Meningkatnya Keadilan dan Kesetaraan Gender, serta pengentasan kemiskinan. Tingkat Kemiskinan 18,87 % 15,22 %
5. Meningkatkan Pertumbuhan ekonomi yang inklusif Pertumbuhan ekonomi 4,79% 4,9%
Sumber : RPJMD Kabupaten Probolinggo Tahun 2018-2023
Tabel 3.22. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kabupaten Probolinggo Tahun 2019-2023 terkait DKPP
Misi Tujuan Sasaran Indikator
sasaran
Kondisi
Awal Target Capaian
Kondisi
Akhir
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2023
Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat yang Berkeadilan
melalui peningkatan kualitas
sumberdaya manusia dan
menurunkan angka kemiskinan
Meningkatnya
Keadilan dan
Kesetaraan Gender,
serta pengentasan
kemiskinan.
Meningkatnya
ketahanan
pangan
Indeks
Ketahanan
Pangan
NA 69,25 69,5 69,75 71 71,25 71,25
Mewujudkan daya saing
daerah melalui peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan berkelanjutan
Meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi yang
inklusif
Meningkatnya
PDRB sektor
strategis
% laju PDRB
sektor
strategis
29,93 29,98 30,11 30,71 31,22 31,84 31,84
Sumber : RPJMD Kabupaten Probolinggo Tahun 2018-2023
Halaman 97
Sasaran meningkatnya ketahanan pangan. semuanya bertujuan meningkatkan
keadilan, kesetaraan gender, dan pengentasan kemiskinan. Dimana terdapat
beberapa kondisi di kabupaten Probolinggo yang perlu diperhatikan seperti indeks gini,
angka kemiskinan, dan indeks ketahanan pangan itu sendiri.
Indeks Gini, Perkembangan capaian indikator indeks gini di Kabupaten
Probolinggo pada tahun 2014-2017 menunjukkan kondisi yang fluktuatif. Semakin kecil
capaian indeks gini suatu daerah maka ketimpangan yang terjadi kecil. Indeks gini di
Kabupaten Probolinggo pada tahun 2014 sebesar 0,32, nilai tersebut dibawah Indeks
Gini nasional yang nilainya 0,41 serta Indeks Gini Provinsi Jawa Timur yang nilainya
0,37. Pada tahun 2015 capain indeks gini di Kabupaten Probolinggo sebesar 0,3 nilai
tersebut dibawah Indeks Gini nasional yang nilainya serta Indeks Gini Provinsi Jawa
Timur yang nilainya 0,40. Pada tahun 2016 capaian indeks gini kabupaten probolinggo
sebesar 0,31, nilai tersebut dibawah Indeks Gini nasional yang nilainya 0,39 serta
Indeks Gini Provinsi Jawa Timur yang nilainya 0,40. Pada tahun 2017 capaian ideks gini
Kabupaten Probolinggo sebesar 0,36, nilai tersebut dibawah Indeks Gini nasional yang
nilainya 0,39 serta Indeks Gini Provinsi Jawa Timur yang nilainya 0,41.
Selama tahun 2014 s/d tahun 2017 indeks gini Kabupaten Probolinggo
berkategori ketimpangan sedang, sebab berada diantara 0,3 ≤ G ≤ 0,5. Ini artinya
selama kurun tiga tahun terakhir tingkat ketimpangan pendapatan masayarakat
Kabupaten Probolinggo tidak banyak mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena
berbagai kemungkinan, salah satunya adalah peningkatan pendapatan di masyarakat
bawah masih lebih rendah dari peningkatan pendapatan di masyarakat menengah
atas. Masyarakat bawah yang sebagian besar bekerja di lapangan usaha pertanian,
buruh/pekerja non formal peningkatan pendapatannya lebih rendah dibanding dengan
masyarakat menengah ke atas yang bekerja di lapangan usaha jasa maupun sebagai
pekerja formal.
Halaman 98
Gambar Indeks Gini Kabupaten Probolinggo Tahun 2014-2017
Sumber: BPS Kabupaten Probolinggo, 2017
Kemiskinan, Salah satu variabel untuk melihat tingkat kesejahteraan
masyarakat suatu daerah dapat diketahui dari jumlah dan persentase penduduk miskin
serta berada penduduk pada garis kemiskinan. Kemiskinan merupakan suatu keadaan
dimana seseorang tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Pada dasarnya
kemiskinan berhubungan dengan kurangnya akses seseorang terhadap fasilitas
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Kemiskinan telah menjadi masalah klasik
yang dialami oleh setiap negara. Permasalahan ini harus dilihat dari berbagai aspek
karena kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang tidak hanya berhubungan
dengan kondisi ekonomi, tetapi juga sosial dan budaya.
Penanggulangan kemiskinan menjadi salah satu agenda penting di setiap
wilayah. Di era tahun 1992 pernah digalakkan program Inpres Desa Tertinggal (IDT)
yang bertujuan menanggulangi permasalahan ketersediaan infrastruktur di desa-desa
yang relatif belum maju. Pada masa berikutnya sampai dengan saat ini,
penanggulangan kemiskinan dilakukan oleh Tim Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K). TNP2K merupakan tim lintas sektor dan lintas pemangku
kepentingan dari tingkat pusat sampai daerah untuk menyelaraskan berbagai kegiatan
percepatan penanggulangan kemiskinan.
Berbagai program diluncurkan untuk mengurangi beban hidup penduduk
miskin dan dalam rangka mengurangi jumlah penduduk miskin yang merupakan target
utama pemerintah, selain mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Program-program pengentasan kemiskinan antara lain
program beras bersubsidi untuk rumah tangga miskin, Bantuan Langsung
0,27
0,28
0,29
0,3
0,31
0,32
0,33
0,34
0,35
0,36
2014 2015 2016 2017
0,32
0,3
0,31
0,36
Halaman 99
Tunai,Program Keluarga Harapan, jaminan kesehatan, batuan pendidikan, bantuan
modal usaha dan sebagainya.
Dalam menentukan penduduk miskin, metodologi kemiskinan BPS
menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs
approach). Metode ini digunakan oleh sebagian besar negara berkembang sesuai
dengan rekomendasi FAO dan WHO, Roma 2001. Kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan
bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran). Penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan (GK). GK adalah
jumlah rupiah yang dibutuhkan untuk membayar kehidupan layak minimal pendekatan
kebutuhan pokok, makanan (setara 2.100 kkal per hari) dan non-makanan esensial
(perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain).
Pada tahun 2014 s/d tahun 2016 jumlah penduduk miskin di Kabupaten
Probolinggo mengalami kenaikan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2014 jumlah
penduduk miskin di di Kabupaten Probolinggo sebanyak 231,92 ribu atau 20,44%. Pada
tahun 2015 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Probolinggo mengalami kenaikan
menjadi 236,96 ribu atau 20,82%. Kemudian pada tahun 2016 jumlah penduduk miskin
di Kabupaten Probolinggo kembali mengalami kenaikan menjadi 240.470 ribu atau
20,98%. Kondisi dan capain tersebut selaras dengan kondisi garis kemiskinan di
Kabupaten Probolinggo yang mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Garis
Kemiskinan Kabupaten Probolinggo pada tahun 2014 sebanyak 340.539. Pada tahun
2015 garis kemiskinan Kabupaten Probolinggo mengalami peningkatan menjadi
355.656. Kemudian pada tahun 2016 garis kemiskinan Kabupaten Probolinggo kembali
mengalami peningkatan menjadi 373.569. Berikut data terkait angka kemiskinan di
Kabupaten Probolinggo yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.23. Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 – 2018
No Uraian 2014 2015 2016 2017 2018
1. Jumlah Penduduk Miskin (000 orang )
231,92 236,96 240.470 N/A N/A
2. Prosentase Penduduk Miskin (%)
20,44 20,82 20,98 N/A N/A
3. Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bln)
340.539 355.656 373.569 N/A N/A
Sumber : BPS Kabupaten Probolinggo, 2017
Halaman 100
Kemiskinan harus dipandang secara luas agar dalam implementasi
kebijakannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Kemiskinan bukan hanya
persoalan banyaknya penduduk miskin, tetapi juga seberapa besar jarak rata-rata
pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (tingkat kedalaman) yang
disebut sebagai P1, dan keragaman pengeluaran antar penduduk miskin (P2).
Indeks Kedalaman Kemiskinan/Poverty Gap Index merupakan ukuran rata-rata
kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.
Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis
kemiskinan. Nilai P1 pada tahun 2014 sebesar 3,09 kemudian mengalami peningkatan
menjadi 3,58 pada tahun 2015 dan pada tahun 2016 mengalami penurunan P1 menjadi
3,24.
Indeks Keparahan Kemiskinan/Poverty Severity Index merupakan tingkat
ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks,
semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin di suatu wilayah.
Nilai P2 pada tahun 2014 sebesar 0,74 kemudian mengalami peningkatan menjadi 0,97
pada tahun 2015 dan pada tahun 2016 mengalami penurunan P2 menjadi 0,8.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (basis needs approach). Dengan pendekatan ini,
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis kemiskinan yang terdiri dari Garis
Kemiskinan Makanan dan non makanan. Dengan kemiskinan, penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis
Kemiskinan.
Kemampuan mengakses pangan secara ekonomi digambarkan melalui
pengeluaran pangan rumah tangga per kapita per bulan di tahun 2017,
Halaman 101
Tabel 3.24. Perbandingan jumlah pengeluaran pangan
Jenis Pengeluaran Jumlah
pengeluaran Komposisi
pengeluaran
Bukan Makanan Rp 289.319,- 45,6%
Makanan minuman jadi Rp 100.039,- 15,8%
Padi-padian Rp 58.745,- 9,2%
Sayuran Rp 22.904,- 3,6%
Makanan lainnya Rp164.129,- 28,8
Sumber Bidang Ketahanan Pangan –DKPP (2018)
Pengeluaran untuk makanan tersebut setara dengan 54% dari total
pengeluaran. Akses pangan tergolong baik jika pengeluaran untuk makanan lebih kecil
dari 60%, dengan demikian akses pangan secara ekonomi di Kabupaten Probolinggo
masih tergolong baik8.
Indeks Ketahanan Pangan, Pada tahun 2045, angkatan kerja Indonesia
diprediksi akan mencapai 172,1 juta jiwa. Dalam hal ini, penyediaan pangan yang cukup
baik secara kuantitas maupun kualitas sangat dibutuhkan untuk menopang kebutuhan
gizi generasi mendatang (Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan, 2018), tantangan
penyediaan pangan ini tentu saja menjadi kewajiban bagi Kabupaten Probolinggo
sebagai daerah pertanian. Namun penyediaan pangan tidak mudah jika dihadapkan
dengan realitas di lapangan, bisa dilihat bagaimana alih fungsi lahan pertanian ke non
pertanian masih terjadi, bagaimana jumlah petani yang semakin turun, daya dukung
dan daya tampung lingkungan terhadap sektor pertanian semakin terbatas, bagaimana
kualitas lahan yang semakin menurun. Jika melihat kurva berikut ini terlihat bahwa
hampir semua tanaman selain tanaman padi (kecuali tahun 2016 dan tahun 2017
karena perubahan iklim) mengalami kecenderungan penurunan produksi. Persoalan ini
akan memberikan kesulitan penguatan sistem pangan utamanya pada dalam
pemanfaatan pangan.
Sebagai gambar berikut terlihat bagaimana tanaman selain padi (palawija,
sayuran buah-buahan) mengalami kecenderungan penurunan produksi. Tanaman
selain padi ini antara lain jagung, ubi kayu, kedelai, kacang tanah, bawang merah,
8 Laporan akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018 (DKPP)
Halaman 102
mangga, tebu, dan lain-lainnya. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan beras sebagai
sumber pangan utama semakin besar sehingga mengurangi jumlah budidaya tanaman
lainnya.
Padahal tanaman lain-lainnya tersebut juga dibutuhkan dalam penguatan
sistem pangan (pola konsumsi pangan /B2SA). Tanaman-tanaman lain juga berfungsi
sebagai penyedia protein, lemak, dan vitamin bagi masyarakat, sebagai rangkaian
penyedia pakan ternak yang efektif dan efisien bagi para peternak.
Indek Ketahanan Pangan Kabupaten Probolinggo tahun 2018 adalah 69,75
(BKP Kementan RI, 2018) yang masih masuk kelompok IKP 5 (TAHAN PANGAN SEDANG
- yang tertinggi adalah IKP ,6), sedang yang menjadi target adalah > 75,68. Ini
menjelaskan bahwa Indeks Ketahanan pangan di Kabupaten Probolinggo belum ideal
dan masih banyak yang harus diperbaiki.
Gambar 3.12. Kerangka Konsep Ketahanan Pangan
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kementan RI (2018)
Halaman 103
Tabel 3.25. Bobot indikator Kabupaten Probolinggo Berdasarkan Expert Judgement
No Indikator Bobot Kabupaten
Probolinggo
ASPEK KETERSEDIAAN PANGAN 1 Rasio konsumsi normatif terhadap ketersediaan
bersih per kapita per hari 0,3 0,69
Sub total 0,3
ASPEK KETERJANGKAUAN PANGAN
2 Persentase penduduk dibawah Garis Kemiskinan 0,15 20,52
3 Persentase rumah tangga dengan proporsi pengeluaran untuk pangan lebih dari 65% terhadap total pengeluaran
0,075 42,89
4 Persentase rumah tangga tanpa akses listrik 0,075 0,18
Sub total 0,30
ASPEK PEMANFAATAN PANGAN
5 Rata-rata lama sekolah perempuan di atas 15 tahun
0,05 5,83
6 Persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih
0,15 45,49
7 Rasio jumlah penduduk per tenaga kesehatan terhadap tingkat kepadatan penduduk
0,05 1,29
8 Prevalence balita stunting 0,05 32,00
9 Angka harapan hidup pada saat lahir 0,10 66,47
Sub Total 0,4
Sumber : Food Security dan vulnerabity Atlas diolah (BKP Kementan RI, 2018)
Secara umum tingkat ketahanan pangan di kabupaten Probolinggo perlu
ditingkatkan sehingga indikasi skor paling tidak 75,68 bisa tercapai.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo maka dari tabel di atas yang bisa intervensi indikator nomor 1,
nomor 2, dan nomor 3. Sedangkan untuk aspek lainnya kewenangan berada di instansi
lain. Namun Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian akan melakukan komunikasi
dengan semua pihak terkait dengan pencapaiannya.
Halaman 104
Sasaran meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto Sektor Strategis.
Upaya meningkatkan PDRB sekt. or strategis, salah satunya adalah sektor pertanian ,
merupakan salah satu yang cukup berat. Sebagaimana diketahui bahwa semakin
banyak kendala dalam meningkatkan produksi pertanian. PDRB lapangan usaha
pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami pertumbuhan, namun pertumbuhan
tersebut cenderung mengalami perlambatan. Perlambatan terjadi karena jumlah
produksi pertanian mengalami penurunan. Penyebab utama penurunan produksi
selama tahun 2017-2018 adalah anomali iklim dan penurunan kualitas lingkungan.
Anomali iklim dan penurunan kualitas lingkungan menyebabkan perubahan pola tanam,
ledakan hama penyakit (outbreak) sehingga mengalami penurunan produktivitas, puso
pada tanaman pertanian, luas tanam tanaman pertanian berkurang akibat dari para
petani menunda budidaya tanaman. Penyumbang terbesar penurunan PDRB adalah
penurunan produksi komoditi padi, Jagung, tanaman kentang, dan tanaman tebu. Dan
terdapat beberapa tanaman lain yang mengalami penurunan juga.
Tabel 3.26. Data PDRB ADHK Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Kabupaten Probolinggo, tahun 2014-2017
Lapangan Usaha Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 (%)
3,16 3,23 2,99 -0,11
PDRB ADHK 2010 (miliar rupiah)
6.921,34 7.145,07 7.358,51 7.350,29
Sumber : Kabupaten Probolinggo dalam Angka 2018 diolah
Target pertumbuhan ekonomi yang ekslusif yang setiap tahun lebih dari 4 %
maka tentu saja hal tersebut sulit dicapai dari sektor pertanian saja. Walaupun saat ini
sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih sebagai penyumbang PDRB terbesar
(35,92%) di Kabupaten Probolinggo.
Halaman 105
PDRB Per Kapita. PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah bruto
yang dihasilkan oleh masing-masing penduduk akibat dari adanya aktivitas ekonomi.
Nilainya diperoleh dari PDRB
dibagi dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun. Indikator ini
digunakan untuk mengukur
tingkat kemakmuran penduduk
suatu daerah dalam periode
tahun tertentu. Walaupun nilai
PDRB per kapita dapat dijadikan
salah satu ukuran kemakmuran
suatu daerah, akan tetapi data
tersebut tidak dapat digunakan
untuk mengukur tingkat
pemerataan pendapatan karena
pada dasarnya pemilik
pendapatan tersebut adalah
mereka yang memiliki faktor produksi. Terlebih lagi apabila faktor produksi seperti
pekerja atau pemilik modal bukan merupakan penduduk setempat, maka nilai tambah
yang dihasilkan belum tentu mencerminkan tingkat kesejahteraan rakyat di daerah
tersebut.
Dengan angka dari BPS Kabupaten Probolinggo, PDRB perkapita Kabupaten
Probolinggo mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2017 PDRB
perkapita Kabupaten Probolinggo dengan Tahun Dasar 2010 mencapai 24,43 juta
rupiah dibanding Tahun 2016 sebesar 23,542 juta rupiah, tahun 2015 sebesar 22,515
juta rupiah dan tahun 2014 sebesar 20.443 juta rupiah. Dari perspektif kesejahteraan
masyarakat, kenaikan pendapatan regional perkapita tersebut memiliki makna sebagai
kenaikan status ekonomi masyarakat pula. Dengan lain kata, kondisi empiris tersebut
mengindikasikan bahwa perekonomian daerah Kabupaten Probolinggo memang
mengalami pergerakan positif hingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan
penduduknya.
Gambar 3.13. Laju Perkembangan PDRB per Kapita Kabupaten ProbolinggoTh 2013-2017 (dalam Rp)
Sumber : BPS Kabupaten Probolinggo (2017)
2013 2014 2015 2016 2017
18.454.944…
20.442.534,…
22.515.291,24
24.406.716,71
24.430.000…
Halaman 106
Dalam bidang pertanian meskipun semakin berkurang perannya dalam
kontribusi PDRB namun bidang pertanian juga mengalami perkembangan dalam
usahanya, dimana terdapat diversifikasi
usaha pertanian yang telah mendukung
upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas
dalam berusaha tani. Terdapat
spesialisasi usaha tani bagi tiap-tiap
anggota masyarakat, seperti misalnya
penyewaan peralatan pertanian
(handtraktor, combine harvester, Rice
transplanter, jaringan pengendali hama
penyakit, pembuatan pupuk organik,
pembuatan agensia hayati, kelompok
tanam/ panen, dan lainnnya).kedua
sasaran tersebut menjadi acuan kinerja
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian.
Dimana dalam mencapai indikator
keberhasilan kinerja adalah PDRB per
Kapita. Sedangkan Sebagaimana
diketahui bahwa PDRB perkapita adalah
total PDRB dibagi jumlah populasi
penduduk, sehingga dalam hal ini untuk
bidang tanaman pangan, hortikultura,
dan perkebunan akan digunakan angka
pembagi jumlah petani berupa jumlah
petani tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, dan jasa pertanian (jenis
usaha diutamakan). Jika melihat data
berikut ini maka terdapat jumlah petani
yang dijadikan kelompok sasaran adalah 141.035 rumah tangga usaha pertanian
(sensus BPS 2013).
Tabel 3.27. Jumlah Rumah Tangga Usaha
Pertanian
Petani dengan jenis usaha
Rumah Tangga Usaha Pertanian berdasarkan
Jenis usaha diutamakan
Jenis usahanya
Padi 59.842 100.941
Palawija 35.243 94.199
Hortikultura 20.581 83.610
Perkebunan 25.215 66.980
Peternakan 42.173 136.286
Budidaya Ikan 438 798
Penangkapan ikan 2.288 2.751
Budidaya tan hutan
3.861 55.671
Menangkap satwa tumbuhan liar
5 25
Memungut hasil hutan
28
479 Menangkap satwa liar
6
Jasa Pertanian 154 7.774
Jumlah 189.834 549.514
Sumber : Sensus Pertanian – BPS diolah (2013)
Gambar 3.14. Kontribusi ekonomi per Komoditi Pertanian Tahun 2018
Halaman 107
Sedang Misi 4 pemerintah Kabupaten Probolinggo periode 2019-2023
tentang daya saing daerah maka terhadap 2 hal yang perlu diperhatikan yaitu daya
saing kompetitif dan daya saing komparatif komoditi pertanian.
Peningkatan daya saing dilakukan dengan menetapkan kebijakan pemerintah
pusat dan daerah, memperkuat kelembagaan dan tata kelola, dan pembangunan
infrastruktur9. Upaya meningkatkan daya saing suatu perekonomian yaitu
meningkatkan kesejahteraan dari masyarakatnya. Ukuran kesejahteraan memiliki
dapat mempunyai indikator sepertai misalnya produktivitas tenaga kerja, PDRB per
kapita atau tingkat kesempatan kerja. Sehingga jika ditinjau dari indikator
kesejahteraan, maka bidang pertanian harus memperhatikan 3 indikator tersebut
dengan sasaran para petani sebanyak 141.035 rumah tangga tani. Dimana untuk PDRB
perkapita harus ada peningkatan pendapatan ataupun produksi komoditi pertanian.
Sedangkan untuk tingkat kesempatan kerja perlu diperbanyak inovasi teknologi dengan
mengacu kepada upaya pemecahan permasalahan pemenuhan pangan B2SA dan
proses budidaya pertanian hingga pengolahan hasil pertanian, disini perlu
dikembangkan spesialisasi pekerjaan usaha tani yang membuat pekerjaan bidang
pangan dan pertanian lebih efektif dan effisien dalam menghasilkan pangan dan
produksi petani yang lebih bermutu dan dapat terjamin.
Beberapa kesempatan kerja bagi masyarakat yang berpotensi untuk
dikembangkan :
Memproduksi hasil pertanian dan olahan yang bermutu dan bersertifikat;
Penyediaan jasa penyewaan sarana (alsintan) dan prasarana pangan dan
pertanian baik untuk budidaya, panen, pasca panen, dan pengolahan;
Jasa Penyediaan tenaga penamanan, pemanen, dan pengolahan;
Memproduksi sarana pengendalian OPT, seperti agensia hayati, pupuk organik,
penyediaan musuh alami;
Memproduksi sarana perbenihan, dan lain sebagainya.
9 Kajian atas kebijakan penguatan daya saing daerah dalam rangka
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat- Kementerian Keuangan RI Ditjen Perimbangan Keuangan
Halaman 108
NOMENKLATUR PROGRAM
UNGGULAN BUPATI
KETERANGAN PROGRAM UNGGULAN
1 Hati Sejahtera
(Penguatan Ekonomi)
Mewujudkan desa yang mandiri dalam pengelolaan sumber daya alam, sosial, dan lingkungan hidup. Target 5 tahun : 10 desa mandiri pangan, 75 desa mandiri ekonomi, dan 100 desa mandiri ekonomi.
2 Hati Sehat
(Program Kesehatan)
Peningkatan kesehatan masyarakat melalui layanan paripurna, target 5 tahun : pelayanan kesehatan gratis untuk 15.000 penduduk miskin, 1000 bayi, dan 1500 balita
3 Hati Cerdas
(Program Pendidikan)
Peningkatan pendidikan masyarakat melalui perluasan akses pendidikan. Target 5 tahun : 1000 anak rawan putus sekolah tetap, 1500 anak putus sekolah kembali sekolah, 500 anak kebutuhan khusus mendapatkan pendidikan inklusif, 500 anak ramah anak.
4 Hati Mantap
(Program Insfrastruktur)
Peningkatan infrastruktur daerah melalui peningkatan dan pemeliharaan jalan, irigasi, drainase. Target lima tahun : 500 km jalan, SC jembatan, 100 saluran irigasi, 50 titik drainase.
Gambar 3.15 Kecenderungan Produksi Pangan Tahun 2002-2018 (Ton)
Halaman 109
5 Hati Melayani (Pelayanan
Pemerintahan)
Peningkatan pelayanan publik berbasis TIK melalui pengembangan Smart City. Target 5 tahun : Pengembangan 10.000 smart citizen, a smart government, smart environment.
6 Hati Peduli
(Pro Rakyat)
Pemenuhan kebutuhan dasar perumahan, sanitasi dan air bersih bagi penduduk miskin. Target 5 tahun : 500.000 rumah layak huni, 50.000 sanitasi, 10.000 sambungan rumah.
7 Hati Makmur
(Program Petani & Nelayan)
Peningkatan pendapatan masyarakat melalui peningkatan NTP, nilai tukar peternak, nilai tukar nelayan, dan penciptaan wira usaha baru. Target 5 tahun : rata-rata peningkatan nilai tukar petani mencapai 80 % dan 1000 wira usaha baru.
8 Hati Tentram
(Penguatan Solidaritas Sosial)
Mendukung tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman, tentram, produktif dan kondusif. Target 5 tahun : 100 kegiatan kerukunan antar umat beragama, 50 kegiatan pembauran kebangsaan, 1000 kegiatan keagamaan, 1000 kegiatan sosial kemasyarakatan.
9 Hati Sejuk
(Pemberdayaan Desa)
Mewujudkan daya saing melalui pengembangan pariwisata berkelanjutan. Target 5 tahun : 2 destinasi wisata baru, OVOP, 250 Bumdes.
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (2018)
Dengan memperhatikan program koordinatif Bupati Terpilih maka terlihat
bahwa terdapat beberapa harus dicapai antara lain 10 desa mandiri pangan dan
peningkatan nilai tukar petani mencapai 80 %. Karena itulah tahapan-tahapan perlu
dilakukan sesuai dengan kondisi yang ada. Pelaksanaan Kegiatan Kawasan Mandiri
Pangan dilakukan dalam 5 (lima) tahap selama 5 (lima) tahun:
(1) Tahap Persiapan (tahun I) berfokus pada kapasitas individu dan
kelembagaan ekonomi,
(2) Tahap Penumbuhan (tahun II) berfokus pada penumbuhan usaha-usaha
kelompok,
(3) Tahap Pengembangan (tahun III) berfokus pada Pengembangan sarana
dan prasarana,
(4) Tahap Kemandirian (tahun IV) berfokus pada peningkatan status gizi dan
kesehatan, dan
(5) Strategi Keberlanjutan Kegiatan (tahun V) berfokus pada pemantapan
kelembagaan dan ekonomi kawasan
Halaman 110
3.3. Telaahan Renstra Kementerian Pertanian dan Renstra Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Renstra Kementerian Pertanian RI, kebijakan kementerian Pertanian lebih
banyak kepada peningkatan
komoditi pertanian yang strategis.
Seperti padi, jagung, kedelai, sapi,
bawang merah, cabe, tebu, jeruk,
bawang putih dan lainnya yang
cukup besar. Dalam penerapannya
di Kabupaten Probolinggo melalui
Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo
dilakukan dengan pemberian
bantuan alat mesin pertanian,
pembangunan infrastruktur,
pemberian bantuan benih,
pelatihan bagi para Petugas
Penyuluh Pertanian dan para petani.
Selama kurun waktu 2014-2018, Intervensi Kementerian Pertanian RI
kepada Kabupaten Probolinggo cukup besar, melalui Ditjen-ditjennya cukup besar
sekurang-kurangnya terdapat Rp 140.196.557.500,- yang disalurkan ke Kabupaten
Probolinggo dalam urusan
pangan dan urusan
pertanian.
Untuk saat ini
Kementerian pertanian
memberikan prioritas
kepada komoditi padi,
bawang merah, cabe,
mangga, tebu kepada
Kabupaten Probolinggo.
dengan memberikan alokasi
anggaran setiap tahun.
Kebijakan Kementerian Pertanian
1. Kebijakan peningkatan swasembada
beras dan peningkatan produksi jagung,
kedelai, gula, daging, cabai dan bawang
merah;
2. Kebijakan pengembangan produk berdaya
saing, ekspor, substitusi impor serta
bahan baku bioindustri;
3. Kebijakan penguatan sistem dan
kelembagaan perbenihan/pembibitan,
petani, teknologi, penyuluhan,
perkarantinaan dan ketahanan pangan;
4. Pengembangan Kawasan Pertanian;
5. Kebijakan fokus Komoditas Strategis;
6. Kebijakan pengembangan sarana,
infrastruktur dan agroindustri di
perdesaan sebagai landasan
pengembangan bioindustri berkelanjutan;
7. Kebijakan tatakelola Kepemerintahan
yang baik dan reformasi birokrasi.
Sumber : Renstra Kementan RI 2015-2019
Tabel 3.28. Jumlah anggaran dari Kementerian Pertanian melalui Tugas Pembantuan dan DAK kepada Kabupaten Probolinggo.
Tahun Jumlah Anggaran
Kementan
Jumlah Anggaran
DAK
2014 13.202.718.000 1.595.000.000
2015 28.191.461.000 23.096.955.000
2016 27.538.490.000 4.426.268.500
2017 28.078.015.000 3.988.000.000
2018 8.801.650.000 1.278.000.000
Total 105.812.334.000 34.384.223.500
Sumber : LKJiP DKPP (2014-2018)
Halaman 111
Untuk komoditi padi dan komoditi bawang merah Kementerian Pertanian RI telah
menetapkan peta kawasan komoditi strategi dimana sebaran dari komoditi ini telah
ditentukan.
Sebaran potensi pengembangan kawasan padi di Provinsi Jawa Timur terdapat
di 13 wilayah, yaitu (1) Kabupaten Bojonegoro, Gresik, Lamongan, Mojokerto, Tuban,
dan Kota Surabaya seluas
233.402 Ha; (2) Kota Kediri,
Kabupaten Kediri, Jombang,
dan Nganjuk seluas 183.568
Ha; (3) Kota Mojokerto, Kota
Pasuruan, Kabupaten
Mojokerjo, Pasuruan, dan
Sidoarjo, seluas 111.746 Ha;
(5) Kabupaten Probolinggo
dan Kota Probolinggo seluas
53.746 Ha; (6) Kabupaten Jember, seluas 49.570 Ha; (7) Kabupaten Bondowoso,
Jember, dan Situbondo seluas 45.016 Ha; (8) Kota Malang dan Kabupaten Malang
seluas 38.613 Ha, (9) Kabupaten Banyuwangi, seluas 36.865 Ha; (10) Kabupaten
Situbondo seluas 29.606 Ha, (11) Kabupaten Jember dan Lumajang seluas 22.732 Ha,
(12) Kabupaten Lumajang seluas 10.899 Ha dan (13) Kabupaten Bangkalan seluas
10.328 Ha.
Tabel 3.29. Luas (Ha) Potensi Pengembangan Kawasan Padi di
Probolinggo10
Wilayah Padi
Irigasi Padi Tadah
hujan Non Pengembangan
padi Total
Kabupaten Probolinggo
35.909 --- 14.369 53.746
Kota Probolinggo 2.163 --- 1.295
10 Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian Padi, Jagung, Kedelai dan Ubi Kayu Provinsi Jawa
Timur – Kementan RI 2015
Gambar 3.16. Produksi Padi tahun 2002-2018
Halaman 112
Sedangkan untuk komoditi bawang merah, juga telah ditetapkan melalui
penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional11 . dimana dengan
penetapan ini maka Kabupaten Probolinggo mendapatkan anggaran Tugas
Pembantuan untuk bawang merah. Dari penetapan inilah maka Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo membuat Rencana Aksi
Pengembangan Komoditi Bawang Merah. Terdapat sekitar 112 desa yang menjadi
sasaran pengembangan bawang di Kabupaten Probolinggo.
11 Kementan RI nomor 830/Kpts/RC.040/12/2016
Gambar 3.17. Rencana Aksi Pengembangan Bawang Merah Probolinggo
2016-2020
Halaman 113
Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, secara
keseluruhan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur selalu
mengikutsertakan
Kabupaten Probolinggo
dalam program kegiatan.
Dimana anggaran dari
Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan
kebanyakan digunakan
untuk demplot tanaman
pertanian, bantuan alat
mesin pertanian, bantuan
benih tanaman pangan,
bantuan pestisida
penyangga, dan koordinasi
program kegiatan yang
berasal dari Kementerian
Pertanian RI. Hal-hal yang
menjadi fokus dari Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan dimasa akan datang adalah Kawasan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (KLP2B). Dimana terdapat penekanan bahwa semua insentif/
bantuan sarana produksi termasuk (pupuk bersubsidi) akan diprioritas ke LP2B, selain
LP2B kawasan agropolitan juga masih mendapatkan perhatian.
Kebijakan pembangunan tanaman pangan
dan hortikultura Provinsi Jawa Timur diarahkan
untuk :
1. Pemanfaatan spesifikasi teknologi yang
tepat guna;
2. Penyediaan sarana produksi (benih/ bibit
dan pupuk) memenuhi syarat 6 tepat dan
pengembangan pupuk organik;
3. Pengembangan infrastruktur, sarana dan
prasarana pertanian
4. Perlindungan tanaman dari serangan OPT
dan fenomena iklim;
5. Peningkatan efisiensi usaha pengolahan
hasil pertanian;
6. Pengembangan agroindustri pedesaan
berbasis tanaman pangan dan
hortikultura;
7. Pengembangan kawasan komoditas
tanaman pangan dan hortikultura
unggulan dan kawasan agropolitan;
8. Pengembangan SDM petugas melalui
pembinaan teknis PPHP dan penerapan
sistem jaminan mutu;
Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Halaman 114
Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur (2014-2019), renstra Dinas
Perkebunan Provinsi Jawa Timur berisi tentang strategi peningkatan produksi tanaman
perkebunan, strategi peningkatan nilai tambah hasil produksi tanaman perkebunan,
dan pemberdayaan petani
perkebunan. Selama ini
dalam prakteknya komiditi
yang banyak mendapatkan
perhatian dari provinsi
adalah tanaman kopi dan
tanaman tembakau.
Beberapa tahun
terakhir Dinas Perkebunan
Provinsi telah memberikan
bantuan sarana produksi
tanaman perkebunan
berupa benih, pupuk, dan peralatan alat mesin pertanian.
Untuk program kedepan masih mengacu kepada perluasan areal lahan
perkebunan atau setidaknya mempertahankan luasan lahan perkebunan yang ada.
3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
a. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah
Dalam kajian-kajian yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kabupaten Probolinggo, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian selalu
diikutsertakan dalam penyusunan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang), dimana dalam
RDTR tersebut luasan LP2B selalu diperhitungkan, sehingga dengan adanya kepastian
hukum penataan ruang maka diharapkan dalam implementasi dikemudian hari
nantinya tidak menimbulkan konflik horisontal dan vertikal dalam urusan penataan
lahan pertanian dan non pertanian.
Strategi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur 1. Meningkatkan intensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi
tanaman perkebunan 2. Mengoptimalkan pengembangan perkebunan di lahan marginal 3. Mempertahankan existing lahan historis perkebunan 4. Meningkatkan sarana dan prasarana budidaya 5. Mengoptimalkan pengendalian hama penyakit dan gangguan
usaha perkebunan 6. Meningkatkan pengawasan pemakaian dan peredaran benih
perkebunan 7. Meningkatkan ketersediaan benih perkebunan unggul dan
bermutu 8. Meningkatkan sarana dan prasarana pasca panen dan
pengolahan hasil perkebunan 9. Meningkatkan kapasitas SDM dalam proses pasca panen
perkebunan 10. Meningkatkan pemberdayaan kelembagaan petani perkebunan
secara berkelanjutan. 11. Meningkatkan sekolah lapang perkebunan 12. Meningkatkan fasilitas kelembagaan petani perkebunan
Halaman 115
Tabel 3.30. Rencana Pentahapan Pemanfaatan STRUKTUR RUANG sesuai RTRW Kabupaten Probolinggo
No Rencana
Struktur dan ruang
Rencana pentahapan Pemanfaatan Struktur Ruang sesuai RTRW
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Waktu Pelaksanaan
Lima tahun
ke I
Lima tahun ke II
Lima tahun ke III
Lima tahun ke IV
1 Rencana Pusat Permukiman
Pusat-pusat permukiman perdesaan dipilih dari wilayah desa yang mempunyai potensi cepat berkembang dan dapat meningkatkan perkembangan desa sekitarnya. Dalam upaya meningkatkan daya guna penyediaan prasarana, pusat-pusat permukiman perdesaan perlu disusun secara berjenjang menurut fungsi dan besarannya. Pusat-pusat permukiman perdesaan disusun terkait dengan pusat permukiman perkotaan yang melayaninya sehingga secara keseluruhan pusat-pusat permukiman saling terkait, berjenjang dan dapat menguatkan perkembangan kota dan desa yang serasi dan saling memperkuat.
Desa : Kalisalam, Krucil, Tiris,
Sumber, Banyuanyar, Brabe,
Wangkal, Lumbang, Curah Dringu,
Pakuniran, Kotaanyar, Paiton,
Alaskandang, Sentong,
Karanggeger, Brumbungan Kidul,
Klaseman, Poh Sangit Lor, Purut,
Tambakrejo, Pesisir
2 Rencana jaringan transportasi
Arahan kebijakan sistem jaringan jalan Kabupaten Probolinggo mengikuti sistem transportasi di Propinsi Jawa Timur meliputi: jalan, kereta api, penyeberangan, laut, udara dan angkutan massal cepat perkotaan. Arahan pengembangan sistem prasarana transportasi jalan sebagaimana dimaksud di atas, terdiri dari prasarana jalan umum yang dinyatakan dalam status dan fungsi jalan, serta prasarana terminal penumpang.
Halaman 116
3 Rencana Jaringan energi
Pengembangan jaringan transmisi tersebut antara lain:
1) Pengembangan pembangkit, PLTU Jawa Timur Selatan,
PLTU Grati, PLTU Paiton III – IV, PLTU Madura, PLTU
Pasuruan, akan memberikan peningkatan supply
energi listrik ke sistem Jawa Bali (termasuk Wilayah
Madura) dengan pengendali sistem operasi di Jawa
Timur di Waru Kabupaten Sidoarjo.
2) Pengembangan jaringan Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi 500 KV dan Saluran Udara dan atau Kabel
Tegangan Tinggi 150 KV diperlukan untuk menyalurkan
energi listrik yang dibangkitkan oleh pembangkit baru,
yaitu SUTET 500 KV Paiton – Banyuwangi, serta
transmisi 150 KV, Kediri, Gresik, Sidoarjo, Nganjuk,
Tulungagung, Madiun, Mojokerto, Kota Surabaya dan
Kabupaten Bangkalan
3) Pengembangan sistem distribusi 20 KV diperlukan
untuk menyalurkan energi ke kawasan yang
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
serta daerah yang belum berlistrik dan bergantung
pada dana yang ada.
Desa : Bhinor, KaliKajar Wetan, Kota Anyar, Talkandang, Kedung Rejoso, Sumber Centeng, Bucor Kulon, Glagah, Sindet Lami, Sumur Dalam, Besuk Kidul, Besuk Agung, Krampilan, Matekan, Sokaan, Dawuhan, Kedung Caluk, Karangren, Seboroh, Rawan, Opo-opo, Petemon, Selogudig Wetan, Puspan, Brani Lor, Wonorejo, Maron Wetan, Maron Kulon, Kedung Sari, Klenang Lor, Tarokan, Liprak Wetan, Liprak Kulon,Banyu Anyar Kidul, Blado Wetan, Blado Kulon, Sumber Kledung, Sumber Kedaung, Clarak, Leces, Kerpangan, Kramat Agung, Tempuran, Tunggal Crème, Sumber Kare, Jrebeng, Sepohgembol, Sumberrejo, Purut, Sumber Kramat, Tongas Wetan, Klampok Wetan, Curah Tulis, Sumuran, Tanjung Rejo, Wates Tani, Sedarung, Wot Galih, Dandang Genis, Sumber Anyar, Sumber Dawe, Grati, Sumber Agung, Gejug Jadi, Branang,
Halaman 117
BalungAnyar, Tampung, Jatirejo, Wates
4 Rencana jaringan telekomunikasi
Pengembangan jaringan telepon mengikuti pola jaringan yang telah ada saat ini. Pengembangan yang akan dilakukan mempertimbangkan jumlah calon pelanggan, rencana jaringan yang akan dikembangkan oleh Telkom, tingkat perkembangan kawasan yang akan terjadi, dan efisiensi serta efektifitas pemasangan sambungan
Seluruh di Kabupten Probolinggo
5 Rencana sistem jaringan sumber daya air
Pengaturan tata cara dan prosedur pengelolaan sumber-sumber air berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang sumberdaya air, Pola Pengelolaan sumberdaya air disusun untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat berdasarkan wilayah sungai dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah. Dalam penyusunan pola tersebut, harus melibatkan masyarakat dan dunia usaha. Pemanfaatan sumberdaya air untuk pertanian diarahkan pada sistem jaringan irigasi yang harus di perhatikan oleh Dinas PU Daerah, terutama untuk pertanian lahan basah melalui pembangunan dan pengembangan saluran. Pemanfaatan sumberdaya air untuk keperluan irigasi diarahkan pada pemanfaatan air permukaan yaitu air sungai, mata air dan air tanah. Peningkatan fungsi jaringan irigasi secara maksimal berhubungan lansung dengan perbaikan pada kerusakan jaringan irigasi kondisi eksisting dan faktor penunjang lainnya. Karena dengan jaringan irigasi yang baik maka air
luasan keseluruhan daerah irigasi di Kabupaten Probolinggo sesuai dengan Kepmen PU No. 390 Tahun 2007 seluas 37.125 Ha.
Halaman 118
dapat mengalir tanpa terhambat sesuai keinginan dengan maksimal
Rencana pengembangan prasarana irigasi antara lain dengan :
Peningkatan jaringan irigasi sederhana dan irigasi setengah teknis
Peningkatan sarana dan prasarana pendukung Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan
daerah resapan air Pengembangan embung/waduk baru, bendungan dan
cek dam pada kawasan potensial Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran
irigasi; Rehabilitasi dan pemeliharaan kerusakan jaringan
irigasi Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air
Pengembangan Agropolitan di Lumbang, Sukapura, dan Sumber sebagai Agropolitan dengan kegiatan utama sebagai pusat pengembangan
perkebunan dan hortikultura.
Halaman 119
Tabel 3.31. Rencana Pentahapan PEMANFAATAN POLA RUANG sesuai RTRW Kabupaten Probolinggo periode 2010-2029
No Rencana
Pola Ruang
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Waktu Pelaksanaan Lima
tahun ke I
Lima tahun ke II
Lima tahun ke III
Lima tahun ke IV
1 Rencana
Kawasan
Lindung
I. Hutan lindung
Pengembalian ke fungsi semula, konservasi, pengelolaan dan pengendalian
erosi;
Pengembalian fungsi hutan, konservasi dan pengelolaan dengan prinsip
hutan kemitraan;
Pengendalian fungsi hutan, pengelolaan kawasan penyangga dan
mempertahankan keberadaan kebun campur;
Pengendalian top soil dengan metoda rorak;
Gerakan Penghutanan Kembali Kawasan Hutan lindung;
Perlindungan dan pemantapan Kawasan Hutan Lindung
Lumbang, Sukapura,
Sumber Kuripan, Tiris,
Krucil dan Gading
II. Kawasan Resapan Air
Pengendalian hutan dan tegakan tinggi pada wilayah-wilayah hulu;
Pengolahan sistem terasering dan vegetasi yang mampu menahan dan
meresapkan air;
Pembuatan sumur-sumur resapan.
III. Kawasan Perlindungan Setempat
a) Sempadan Pantai
Tongas, Sumberasih, Dringu, Gending,
Halaman 120
No Rencana
Pola Ruang
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Waktu Pelaksanaan Lima
tahun ke I
Lima tahun ke II
Lima tahun ke III
Lima tahun ke IV
Pengendalian kegiatan di sekitar sempadan pantai, pengembalian fungsi
lindung pantai yang mengalami kerusakan dan pengembangan pariwisata
pantai
b) Sempadan Sungai
Pencegahan dan pengendalian kegiatan budidaya, pengamanan aliran
sungai, penanganan limbah industri, pengembangan sistem sanitasi dan
pengelolaan air buangan
Penataan sempadan sungai Pekalen
Penataan sempadan anak sungai
Pembangunan waduk
Penataan saluran gendongan sungai
c) Sekitar waduk
Penataan dan perlindungan kawasan sekitar ranu/waduk
Pengembangan waduk sebagai lokasi pariwisata
d) Sempadan Mata air
Penataan dan perlindungan kawasan sekitar mata air
Pajarakan, Kraksaan, dan Paiton
IV. Kawasan Suaka Alam, pelestarian alam dan cagar budaya
a) Cagar Alam
Perlindungan cagar alam di pulau Gili Ketapang
Sukapura kawasan Tengger – Bromo
Halaman 121
No Rencana
Pola Ruang
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Waktu Pelaksanaan Lima
tahun ke I
Lima tahun ke II
Lima tahun ke III
Lima tahun ke IV
Perlindungan Cagar alam di Goa Lawe
Perlindungan Cagar alam di sungai Kolbu seluas 18,8 ha
Perlindungan dan konservasi lingkungan dataran tinggi Hyang
b) Kawasan pantai berhutan bakau
Pelestarian, perlindungan, perbaikan/rehabilitasi dan peningkatan
kondisi/ kualitasekosistem terumbu karang
Reboisasi hutan mangrove
c) Taman Nasional
Pelestarian dan perlindungan terhadap kawasan Taman Nasional
d) Taman Wisata Alam
Pengembangan pariwisata di Kawasan Taman Nasional
Pengembangan obyek wisata alam pantai Bentar Indah
Pengembangan obyek wisata alam Pulau Gili Ketapang
Pengembangan obyek wisata alam air terjun Kalipedati
Pengembangan obyek wisata alam air terjun Madakaripura
Pengembangan obyek wisata alam Danau Taman Hidup
Pengembangan obyek wisata alam Danau Ronggojalu
Pengembangan obyek wisata alam Padang Rumput Sikasur
Pengembangan obyek wisata alam Ranu agung Ranu jeram
sepanjang pantai di Tongas, Sumberasih, Dringu, Gending, Pajarakan, Kraksaan dan Paiton
Halaman 122
No Rencana
Pola Ruang
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Waktu Pelaksanaan Lima
tahun ke I
Lima tahun ke II
Lima tahun ke III
Lima tahun ke IV
Pengembangan obyek wisata alam perkebunan teh Adung Biru
e) Kawasan Cagar Budaya
kawasan sekitar candi harus dikonservasi untuk kelestarian dan
keserasian benda cagar budaya, berupa pembatasan pembangunan,
pembatasan ketinggian, dan menjadikan candi tetap terlihat dari
berbagai sudut pandang;
Pengembangan jalur wisata yang menjadikan candi sebagai salah satu
obyek wisata;
Rehabilitasi bagi benda cagar budaya berupa bangunan yang
fungsional yang sudah mulai rusak
V. Kawasan Rawan Bencana Alam
a) Kawasan Rawan Longsor
Penanganan daerah-daerah rawan longsor dengan cara reboisasi
b) Kawasan Rawan Banjir/ genangan
Pengaturan debit banjir
Wilayah rawan bencana adalah daerah-daerah yang memiliki tingkat erosi tinggi, kawasan pantai, tanah-tanah gundul di kawasan hutan
Halaman 123
No Rencana
Pola Ruang
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Waktu Pelaksanaan Lima
tahun ke I
Lima tahun ke II
Lima tahun ke III
Lima tahun ke IV
Penataan daerah lingkungan sungai
Menyusun dan mensosialisasikan program pengendalian banjir
Pengelolaan daerah tangkapan air dengan rehabilitasi hutan dan lahan
yang rusak serta konservasi lahan dan air
c) Kawasan Rawan Longsor
Penanganan daerah-daerah rawan longsor dengan cara reboisasi
d) Kawasan Rawan Banjir/ genangan
Pengaturan debit banjir
Penataan daerah lingkungan sungai
Menyusun dan mensosialisasikan program pengendalian banjir
Pengelolaan daerah tangkapan air dengan rehabilitasi hutan dan lahan
yang rusak serta konservasi lahan dan air
lindung, serta kawasan bersudut lereng lebih dari 45%. Terdapat di Sukapura, Lumbang, Tongas, Kucil, Tiris, Kuripan, Gading, Bantaran, Sumber, Pakuniran, Kotaanyar, Wonomerto, Paiton, Dringu dan Tegalsiwalan. Selain kawasan rawan bencana yang disebabkan oleh hal-hal di atas, terdapat juga kawasan rawan longsor di Krejengan, Gading, Kraksaan, Besuk, Pakuniran, Paiton dan Kotaanyar.
VI. Kawasan Kawasan Lindung Geologi
a) Kawasan rawan gempa
Penanganan daerah-daerah rawan gempa
Halaman 124
No Rencana
Pola Ruang
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Waktu Pelaksanaan Lima
tahun ke I
Lima tahun ke II
Lima tahun ke III
Lima tahun ke IV
b) Kawasan rawan letusan gunung berapi
Penanganan daerah-daerah rawan letusan gunung berapi
Pembangunan saluran lahar dan posko siaga
VII. Kawasan Kawasan Lindung Lainnya (perlindungan plasma nutfah)
Pengembangan perlindungan plasma nutfah di wilayah pantai
kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan kawasan perairan tepian pantai utara Kabupaten Probolinggo
2 Rencana
Kawasan
Budidaya
yang
memiliki
nilai
strategis
I. Peruntukan Hutan Produksi
Pengembangan hutan produksi
Upaya pengolahan hasil hutan secara terbatas melalui hak penguasaan hutan kemasyarakatan (HPHKM)
Peningkatan pembinaan masyarakat desa hutan oleh HPH dan HPHTI
Usaha peningkatan kualitas hutan dan lingkungan dengan
pengembangan obyek wisata alam yang berbasis pada pemanfaatan
hutan
kawasan barat (Kecamatan Sukapura) dan kawasan timur (Kecamatan Krucil).
Halaman 125
No Rencana
Pola Ruang
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Waktu Pelaksanaan Lima
tahun ke I
Lima tahun ke II
Lima tahun ke III
Lima tahun ke IV
II. Peruntukan Pertanian
Intensifikasi dan diversifikasi tanaman hortikultura
Pengembangan strategi pemasaran produk unggulan
Penyuluhan dan pendampingan petani
Peningkatan peran/revitalisasi KUD dan KOPTAN
Pembentukan kelompok UPJA dan peningkatan peranannya
Mengoptimalkan konsep agrowisata
Pengembangan agropolitan
Pengembangan komoditas unggulan
Pengembangan komoditas pertanian lahan basah
Peningkatan kapasitas produktifitas pertanian suistanable
Perningkatan dan peluang ekstensifikasi
Mempertahankan irigasi teknis dan peningkatan irigasi sederhana
Pengembangan kawasan pertanian lahan kering III. Peruntukan perkebunan
Intensifikasi dan pengembangan tanaman perkebunan/keras
Penyediaan bibit unggul tanaman perkebunan
Intensifikasi tebu rakyat
Pengembangan perkebunan kopi, kelapa dan cengkeh
Pengembangan perkebunan kelapa, tembakau, tebu, jambu mete dan kapas
Kecamatan Gading, Kecamatan Krucil, Kecamatan Pakuniran, Kecamatan Pajarakan, Kecamatan Krejengan, Kecamatan Besuk, Kecamatan Paiton, Kecamatan Maron, kawasan agropolitan, kawasan minapolitan
Halaman 126
No Rencana
Pola Ruang
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Waktu Pelaksanaan Lima
tahun ke I
Lima tahun ke II
Lima tahun ke III
Lima tahun ke IV
Pengembangan strategi pemasaran produk unggulan
Mengoptimalkan konsep agrowisata
Pengembangan agropolitan perkebunan
IV. Peruntukan perikanan
Pengembangan budidaya ikan air tawar
Pengembangan budidaya tambak
Pengembangan industri pengolahan
Pengembangan perikanan tangkap
V. Peruntukan Pertambangan
Penanganan kawasan penambangan bahan batuan (darat dan sungai)
Lokasi galian daratan berada di Kecamatan Tongas, Kecamatan Lumbang, Kecamatan Sumberasih, Kecamatan Wonomerto, Kecamatan Bantaran dan Kecamatan
Halaman 127
No Rencana
Pola Ruang
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Waktu Pelaksanaan Lima
tahun ke I
Lima tahun ke II
Lima tahun ke III
Lima tahun ke IV
VI. Peruntukan industri
Pembangunan kawasan industrial estate
Pembangunan sarana dan prasarana agroindustri
Pengembangan industri kecil dan kerajinan
Maron. Sedangkan galian sungai berada di Kecamatan Kraksaan, Kecamatan Paiton, Kecamatan Kotaanyar, Kecamatan Pakuniran dan Kecamatan Gading Kecamatan Sumberasih, Kecamatan Leces, Kecamatan Gending, Kecamatan Pajarakan, dan Kecamatan Dringu Pariwisata Budaya yang ada di Kabupaten Probolinggo antara lain: Desa Wisata Segaran, Desa Wisata Dusun Seruni, Kampung Nelayan Gili Ketapang, Candi Jabung, Candi Kedaton, Pondok Pesantren
Halaman 128
No Rencana
Pola Ruang
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Waktu Pelaksanaan Lima
tahun ke I
Lima tahun ke II
Lima tahun ke III
Lima tahun ke IV
Pengembangan industri pengolahan ikan tangkap
Pengembangan industri pengolahan perikanan budidaya
Pengembangan industri kapal rakyat
Pengembangan dan peningkatan kawasan estate Paiton dikelola PMA
Pengembangan kawasan industri Paiton dan Leces. VII. Peruntukan Pariwisata
Rencana pengembangan jalur/koridor pariwisata
Rencana prioritas pengembangan pariwisata
Penataan ruang kawasan yang berpotensi wisata
Pembangunan sarana dan prasarana wisata
Pembangunan pasar wisata, pusat kawasan peristirahatan, dll
Pengembangan fasilitas jalan menuju obyek wisata
Pemeliharaan dan perbaikan berkala Candi Jabung
Pengembangan agrowisata Kokap
Pengembangan Danau Ronggojalu
Pariwisata alam yang ada di Kabupaten Probolinggo antara lain:daya tarik Wisata Alam Gunung Bromo, Air Terjun Madakaripura, Gua Lawa, Danau Ronggojalu, Pantai Bentar Indah, Pulau Gili Ketapang, Perkebunan Teh Andung Biru, Ranu Agung, Ranu Segaran, Arung Jeram Sungai Pekalen, Air Terjun Kali Pedati, Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang (Danau Taman Hidup, Puncak Gunung Argopuro, Reruntuhan Makam Dewi Rengganis, dan Padang Rumput Sikasur)
Halaman 129
No Rencana
Pola Ruang
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Waktu Pelaksanaan Lima
tahun ke I
Lima tahun ke II
Lima tahun ke III
Lima tahun ke IV
VIII. Peruntukan Permukiman
Rencana pengembangan kawasan permukiman baru
Rencana peningkatan dan pengembangan jaringan sarana dan prasarana dasar
Rencana peningkatan kualitas permukiman
Perbaikan permukiman melalui Program Peremajaan Kampung
Pengembangan Permukiman melalui Program Desa Unggulan
IX. Peruntukan Peternakan
Persiapan infrastruktur pendukung industri
Pengembangan komoditi potensial ternak
Pengembangan outlet pemasaran komoditi unggulan di Gunung Bromo dan Argopura
kawasan pendidikan yang direncanakan di sekitar PLTU Paiton Ternak besar dominan terdapat di Kecamatan Bantaran, Kecamatan Tiris, Kecamatan Kucil. Ternak kecil dominan terdapat di Kecamatan Leces dan Kecamatan Tongas. Jenis unggas dominan terdapat di Kecamatan Wono-merto, Kecamatan Tongas dan Kecama-tan Sumberasih
Sumber : RTRW Kabupaten Probolinggo 2010-2029.
Halaman 140
Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian / perkebunan diarahkan
untuk meningkatkan produktifitas tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan
cooperative farming dan hortikultura dengan mengembangkan kawasan good
agriculture practices. Dalam perkembangan kawasan pertanian/ perkebunan yang
ditetapkan dalam Pola Ruang telah dilakukan dengan lebih rinci dalam Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B), namun cakupan dari PLP2B lebih kecil
dari kawasan pertanian yang ada dalam RTRW Kabupaten Probolinggo. Dalam LP2B
lebih banyak memasukkan lahan-lahan basah dan sebagaian lahan kering.
b. Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Sebagaimana kajian dalam Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
(D3TL) diperoleh informasi bahwa Potensi utama sektor Pertanian tanaman pangan di
Kabupaten Probolinggo adalah padi. Jika peningkatan dan pengembangan tanaman
pangan terus dilakukan oleh masyarakat dan melalui kebijakan pembangunan
pertanian oleh pemerintah maka meningkatkan jasa ekosistem berupa jasa penyediaan
pangan. Kecenderungan
yang sama juga ditunjukkan
oleh komoditi pangan
lainnya. Dengan melihat
keterangan seperti itu
maka budidaya pertanian
khususnya tanaman
pangan akan bisa terus
berkembang jika segenap
prasarana dan sarana
tercukupi.
Lingkungan Keberlangsungan budidaya pertanian sangat tergantung kepada
kebaikan lingkungan hidup, selama ini belum terdapat persoalan yang mencolok dari
kegiatan di bidang pertanian terhadap kualitas lingkungan hidup. Walaupun persoalan
daya dukung lingkungan di Kabupaten Probolinggo terhadap budidaya pertanian
semakin berat, ketersediaan air yang semakin menurun dan kesuburan lahan yang
menurun (BO kurang dari 2%) selama ini telah ikut “mengganggu dan menaikkan
Beberapa hal yang diperlukan dalam KLHS
Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;
Perkiraan mengenai dampak dan resiko lingkungan hidup;
Kinerja layanan/jasa ekosistem;
Effisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
Tingkat kerentanan dan kapasitas; adaptasi terhadap perubahan iklim;
Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati
Halaman 141
resiko” para petani dalam budidaya pertanian. Para petani harus menyediakan biaya
yang lebih banyak dalam budidaya pertanian, sehingga harga komoditi pertanian
menjadi lebih mahal padahal keuntungan petani menjadi terbatas. Kenaikan angka
penggunaan pompa air dan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan menunjukkan
hal tersebut di atas.
Pembangunan pertanian yang dipromosikan oleh Dinas Ketahanan Pangan
dan Pertanian dimasa akan datang perlu lebih mengedepankan pembangunan yang
ramah lingkungan, upaya yang telah dilakukan seperti penggunaan/ pembuatan pupuk
organik, Pengendalian Hama Terpadu, pemupukan yang spesifik lokasi, dan
penggunaan agent hayati harus diperluas ke seluruh wilayah Kabupaten Probolinggo.
Dalam kajian D3TL disebutkan bahwa di seluruh wilayah kecamatan
keberadaan tanaman pada lahan pertanian, perkebunan dan hutan yang ada pada
setiap wilayah mampu berfungsi sebagai pengendali hama penyakit secara alami yaitu
secara biologi dengan organisme hidup, baik berupa binatang ternak, ikan maupun
tumbuh-tumbuhan. Sedangkan fungsi pencegahan penyakit merupakan penyakit yang
dapat diserap oleh faktor abiotik merupakan faktor yang disebabkan oleh lingkungan
dan sifatnya tidak menular.
Selama beberapa tahun terakhir terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim,
beberapa kejadian antara lain : outbreak ulat bulu pada tanaman mangga pada tahun
2011, serangan hama wereng coklat yang masif tahun 2017, dan kekeringan di tahun
2018 menjadi penanda perubahan ekosistem yang cukup serius. Kemudian selama 5
tahun terakhir selalu terjadi puso akibat banjir terdapat kecenderungan peningkatan
peristiwa bencana alam pada beberapa tahun terakhir ini. Peningkatan ini sudah
mencakup area yang semakin luas. Kerusakan lingkungan di daerah hulu telah
membawa kerusakan di daerah dibawahnya
Upaya untuk mengatasi perubahan lingkungan menggunakan teknologi yang
direkomendasi oleh pihak pemerintah pusat dan provinsi. Dengan banyak para ahli /
peneliti maka diperhatikan bagaimana rekomendasi mereka dalam budidaya
pertanian. Selain itu juga adanya tuntutan terhadap kebijakan-kebijakan dari
pemerintah yang perlu untuk dilaksanakan.
Halaman 142
Penyusunan mitigasi terhadap bencana, hal ini sebagai upaya untuk
melindungi masyarakat dalam melalukan aktivitas pertanian. Beberapa bencana di
tahun-tahun terakhir ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang
terkena langsung dari bencana ini dengan kerugian yang sangat besar. Salah satu
langkap mitigasi dan adaptasi adalah dengan penyusunan SOP mitigasi pada terhadap
bencana, antara lain pengendalian hama penyakit dan bencana alam banjir, longsor.
Tabel 3.32. Selama kurun waktu 2014-2018, terjadi perubahan iklim setiap tahunnya
Periode waktu
Kondisi Iklim / kejadian alam Dampak pada bidang pertanian
2014 Curah hujan pada tahun 2014 banyak Akhir tahun 2014 terjadi penundaan musim hujan, curah hujan dengan insentif normal tidak terjadi pada triwulan IV 2014
Petani mengalihkan tanaman jagung ke tanaman padi, sehingga luas tanaman padi meningkat cukup signifikan sedang tanaman jagung mengalami penurunan luas tanaman.
Curah hujan yang tinggi menyebabkan kerusakan pada pembungaan sehingga menyebabkan penurunan produktivitas tanaman
Triwulan IV petani banyak menunda tanaman padi hingga awal tahun 2015
2015 Awal musim hujan tahun 2015
(bulan oktober hingga Nopember 2015) mengalami penundaan (intensitas kecil). Terjadi fenomena el nino. Akhir 2015 terjadi erupsi Gunung Bromo
Hingga bulan Nopember 2015 masih banyak lahan belum diolah. Dengan cakupan yang lebih luas daripada tahun 2014.
Terjadi kerusakan pada tanaman hortikultura di kawasan Sumber, Sukapura dan Lumbang.
2016 Terjadi musim hujan/ bulan basah yang lebih banyak daripada tahun 2015, dimana hampir semua bulan terjadi hujan
Terjadi kenaikan produksi tanaman pangan dan hortikultura.
Terjadi penurunan produksi tanaman tembakau (sejak tahun 2015)
2017 Iklim cenderung normal, dengan curah hujan
Serangan hama wereng coklat sangat tinggi akibat penanaman padi terus menerus periode sebelumnya
2018 Musim kemarau lebih awal datangnya
Sumber : LAKIP DKPP Kabupaten Probolinggo TA 2010-2018
Halaman 143
Tahun 2014 Perhutani melakukan pelarangan penanaman tanaman semusim
(sayur-sayuran) di lahan hutan tapi memperbolehkan menaman tanaman kopi
(tanaman keras). Dimana yang menjadi pertimbangan adalah tanaman keras lebih bisa
menjaga konservasi lahan, sedang tanaman semusim dapat mengakibatkan kerusakan
lahan (Longsor dan lain sebagainya). Akibat kebijakan tersebut tanaman kubis
berkurang hingga separuhnya dari kisaran 4000 Ha menjadi 2000 ha, tentu saja ini
sangat menurunkan produksi tanaman kubis atau tanaman hortikultura lainnya.
Masalah lingkungan yang perlu diperhatikan lebih serius adalah , yaitu pada
saat upaya peningkatan produksi pertanian secara masif dalam jangka waktu yang
cukup lama maka terdapat serangan hama penyakit yang masif pula sehingga
menyebabkan puso / penurunan produktivitas yang signifikan. Hal ini menandakan
terjadi perubahan lingkungan, dimana pola ekosistem yang menunjang kehidupan
sebelumnya telah berubah dengan cepat sehingga banyak organisme yang yang hidup
di kawasan tersebut tercerabut. Akibatnya terdapat keseimbangan telah berubah dan
terdapat organisme-organisme yang dominan dan menjadi hama penyakit bagi
tanaman pertanian. Sebenarnya secara Kabupaten Probolinggo mampu menyediakan
jasa ekosistem berupa jasa penyediaan Jasa Penyediaan Sumber Daya Genetik, hal ini
ditunjukkan dengan wilayah tersebut didominasi kategori sedang 36%. Tinggi 25%,
sangat tinggi 17%, rendah 13%, dan sangat rendah 9%. Dengan demikian pemerintah
memiliki kewajiban untuk mempertahankan kemampuan dalam mengelola sumber
kekayaan alam sekaligus perlindungan dan pemakaaian alam berkelanjutan.12
Sedangkan kecamatan yang memberikan jasa pengaturan pengendalian hama
dan penyakit sangat rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi secara berturut-turut
adalah kecamatan Sukapura sebesar 12,59%, Kraksaan 41,70, Sukapura 26,56%,
Sumber 74,47, dan Gading 73,44%13. Seluruh wilayah kecamatan dominasi oleh
kategori tinggi dan sangat tinggi menunjukkan bahwa keberadaan tanaman pada lahan
pertanian, perkebunan, dan hutan yang ada pada setiap wilayah mampu berfungsi
sebagai pengendali hama dan penyakit yang dilakukan secara alami, yaitu secara
biologis dngan organisme hidup, baik berupa binatang ternak, ikan maupun tumbuh-
tumbuhan. Sedangkan fungsi pencegahan penyakit merupakan penyakit yang dapat
12 Laporan Akhir Penyusunan Daya Tampung Daya Dukung Lingkungan
Hidup Kabupaten Proboliggo tahun 2018 13 Kecamatan Gading tanam padi bisa dilakukan 3 kali ~ bisa dilakukan pengendalian hama terpadu (PHT) dan lokasi di dekat hutan.
Halaman 144
diserap oleh faktor abiotik (faktor yang disebabkan oleh lingkungan dan sifatnya tidak
menular).
3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis
a. SDGs (Sustainable Development Goals) dan angka Kemiskinan
Dalam SDG’s Terdapat 3 tujuan yang terkait dengan Tupoksi DKPP yaitu Tujuan
2, Tujuan 6, dan Tujuan 12. Dalam tujuan tersebut masalah kerawanan pangan, PPH,
dan PLP2B dapat digunakan sebagai pendekatan dalam mencapai Tujuan
Pembangunan Berlanjutan tersebut pada tahun 2045. Sebagaimana matrik di bawah
ini terlihat bagaimana target dan indikator yang harus dicapai bidang ketahanan
pangan dan bidang pertanian.
Tabel 3.33. Target dan Indikator SDG’s terkait dengan Urusan Pangan dan Urusan Pertanian
Tujuan 2: Menghilangkan Kelaparan, Mencapai Ketahanan Pangan dan Gizi yang
Baik, serta Meningkatkan Pertanian Berkelanjutan
TARGET INDIKATOR SDG's
Pada tahun 2030, menghilangkan kelaparan
dan menjamin akses bagi semua orang,
khususnya orang miskin dan mereka yang
berada dalam kondisi rentan, termasuk bayi,
terhadap makanan yang aman, bergizi, dan
cukup sepanjang tahun.
Prevalensi penduduk dengan
kerawanan pangan sedang atau
berat, berdasarkan pada Skala
Pengalaman Kerawanan Pangan.
Kualitas konsumsi pangan yang
diindikasikan oleh skor Pola
Pangan Harapan (PPH) mencapai;
dan tingkat konsumsi ikan.
Pada tahun 2030, menggandakan produktivitas
pertanian dan pendapatan produsen makanan
skala kecil, khususnya perempuan, masyarakat
penduduk asli, keluarga petani, penggembala
dan nelayan, termasuk melalui akses yang
aman dan sama terhadap lahan, sumber daya
Nilai Tambah Pertanian dibagi
jumlah tenaga kerja di sektor
pertanian (rupiah per tenaga
kerja).
Halaman 145
produktif, dan input lainnya, pengetahuan, jasa
keuangan, pasar, dan peluang nilai tambah, dan
pekerjaan non-pertanian.
Pada tahun 2030, menjamin sistem produksi
pangan yang berkelanjutan dan menerapkan
praktekpertanian tangguh yang meningkatkan
produksi dan produktivitas, membantu
menjaga ekosistem, memperkuat kapasitas
adaptasi terhadap perubahan iklim, cuaca
ekstrim, kekeringan, banjir, dan bencana
lainnya, serta secara progresif memperbaiki
kualitas tanah dan lahan.
Penetapan kawasan Pertanian
Pangan Berkelanjutan
Pada tahun 2020, mengelola keragaman
genetik benih, tanaman budidaya dan hewan
ternak dan peliharaan dan spesies liar terkait,
termasuk melalui bank benih dan tanaman
yang dikelola dan dianekaragamkan dengan
baik di tingkat nasional, regional dan
internasional, serta meningkatkan akses
terhadap pembagian keuntungan yang adil dan
merata, hasil dari pemanfaatan sumber daya
genetik dan pengetahuan tradisional terkait,
sebagaimana yang disepakati secara
internasional.
Jumlah varietas unggul tanaman
dan hewan untuk pangan yang
dilepas.
Tujuan 6 : Menjamin Ketersediaan serta Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi
yang Berkelanjutan untuk Semua
Pada tahun 2030, secara signifikan
meningkatkan efisiensi penggunaan air di
semua sektor, dan menjamin penggunaan dan
pasokan air tawar yang berkelanjutan untuk
mengatasi kelangkaan air, dan secara signifikan
Insentif penghematan air
pertanian /perkebunan dan
industri.
Halaman 146
mengurangi jumlah orang yang menderita
akibat kelangkaan air.
Tujuan 12 : Menjamin Pola Produksi dan Konsumsi yang Berkelanjutan
Melaksanakan the 10-Year Framework of
Programmes on Sustainable Consumption and
Production Patterns, dengan semua negara
mengambil tindakan, dipimpin negara maju,
dengan mempertimbangkan pembangunan dan
kapasitas negara berkembang.
Jumlah kolaborasi tematik
quickwins program.
Pada tahun 2030, mengurangi hingga
setengahnya limbah pangan per kapita global di
tingkat ritel dan konsumen dan mengurangi
kehilangan makanan sepanjang rantai produksi
dan pasokan termasuk kehilangan saat pasca
panen.14
Indeks Kehilangan Makanan global
Angka kemiskinan di Kawasan Pertanian yang masih tinggi Di Kabupaten
Probolinggo di wilayah-wilayah pertanian terdapat 2 macam yaitu petani dan buruh
tani. Petani cenderung memiliki permodalan untuk proses produksi sedang buruh tani
tergantung kepada ketersediaan lapangan kerja yang ada di wilayah tersebut.
Kemiskinan sendiri terkait dengan akses yang bermasalahan yang tidak dijangkau oleh
sebagaian penduduknya dengan berbagai sebab. Dalam kesehariannya buruh tani
sendiri tidak berada kelompok-kelompok, sehingga Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian sulit untuk menyentuh secara langsung dan berkelanjutan. Di bidang
pertanian sudah banyak menyediakan akses bagi pekerjaan, namun nilai tambah dari
14 Rata-rata proporsi food loss dan food waste untuk di Asia Tenggara lebih banyak terjadi di hulu, yaitu 8,7% untuk proses panen dan 9,6% untuk pasca panen. Disisi hilir, food loss dan food waste relatif lebih kecil, antara lain 2,7% untuk proses pengolahan dan pengemasan , 4,6% untuk proses tranportasi dan 2,6% untuk proses konsumsi.
Halaman 147
produk pertanian tidaklah banyak untuk dibagi kepada banyak orang, sehingga daya
ungkit dalam pengentasan kemiskinan tidak efektif.
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B). Dengan
ditetapkannya Perda no 10 tahun 2015 tentang PLP2B, maka terdapat acuan yang harus
dilaksanakan dan diperkiraan akan banyak kesulitan karena masalah lahan dan biaya
masa akan datang akan melibatkan banyak stakeholder. Untuk luasan LP2B di
Kabupaten Probolinggo mencapai 38.692,51 Ha yang tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten Probolinggo kecuali Kraksaan.
Tabel 3.34. Luas Indikasi LP2B di Kabupaten Probolinggo
NO. Kecamatan SAWAH
IRIGASI (Ha) SAWAH TADAH
HUJAN (Ha)
INDIKASI PENETAPAN LP2B
(Ha)
1 Sukapura 0,34 402,17 402,51
2 Sumber - 63,33 63,33
3 Kuripan 340,40 1.152,89 1.493,29
4 Bantaran 1.308,35 1.089,25 2.397,60
5 Leces 997,18 209,37 1.206,55
6 Tegalsiwalan 1.319,59 391,20 1.710,79
7 Banyuanyar 1.594,98 115,18 1.710,16
8 Tiris 182,42 786,93 969,35
9 Krucil 87,53 - 87,53
10 Gading 2.589,44 12,51 2.601,95
11 Pakuniran 1.546,30 386,06 1.932,36
12 Kotaanyar 1.547,34 - 1.547,34
13 Paiton 2.474,91 - 2.474,91
14 Besuk 2.649,04 - 2.649,04
15 Kraksaan - - -
16 Krejengan 2.462,09 - 2.462,09
17 Pajarakan 1.050,24 - 1.050,24
18 Maron 3.227,99 104,32 3.332,31
Halaman 148
19 Gending 1.886,39 - 1.886,39
20 Dringu 1.995,40 - 1.995,40
21 Wonomerto 1.439,58 - 1.439,58
22 Lumbang 185,77 2.242,83 2.428,60
23 Tongas 1.372,99 - 1.372,99
24 Sumberasih 1.478,20 - 1.478,20
Total 31.736,47 6.956,04 38.692,51
Sumber : Kajian PLP2B Bappeda (2013)
Untuk saat pelaksanaan PLP2B masih terkendala dengan:
i. Belum ada data numerik dan koordinat LP2B berdasarkan kepemilikan lahan
by name by addres;
ii. Belum ada kejelasan insentif yang bisa diberikan oleh pemerintah kepada
petani, malah di beberapa daerah tuntutan petani tentang insentif PLP2B
lebih dari yang disebutkan di Perundangan PLP2B. Misalnya jaminan
kesehatan dan jaminan pendidikan bagi keluarga petani.
iii. Kebutuhan akan lahan bagi pengembangan daerah non pertanian menjadi
hal yang sangat penting bagi para pengambil keputusan
Dengan PLP2B ini alih fungsi lahan bisa terkendali dan terarah, dalam
beberapa kasus terdapat perubahan alih lahan pertanian ke bangunan jalan tol,
bangunan perusahaan, atau pemukiman. Pada pembebasan lahan untuk tol juga
sudah memperhatikan eksistensi LP2B, ketika harga-harga tanah yang digunakan oleh
pembangunan jalan tol sangat tinggi sehingga dianggap sebagai ganti untung. Bagi
sebagian orang hal tersebut sangat menguntungkan, sebagai catatan terjadi di Tongas-
Leces karena pemilik lahan mendapatkan milyaran rupiah. Sedangkan di sisi lain
terdapat para petani pajarakan yang kepemilikan lahannya kecil tapi sangat subur
sebagai gantungan hidup dan harga diri terancam hilang. Dengan lahan yang kecil
tentunya ganti untung tersebut akan sangat mengelisahkan masa depan para petani
ini. Terdapat pemikiran mendapatkan ratusan juta tapi kehilangan pekerjaan dan
status mereka sebagai petani adalah tidak mudah.
Halaman 149
Persoalan PLP2B sampai saat ini masih mengambang, hal ini terkait dengan
kesiapan insetif yang harus diberikan kepada para petani jika LP2B. Beberapa insetif
yang diinginkan oleh para petani ternyata tidak terdapat di perundangan yang berlaku,
seperti insentif Jaminan kesehatan dan pendidikan bagi keluarga petani.
Selain itu pembangunan Insfrastruktur skala nasional tersebut adalah
pembangunan jalan tol. Dengan dibangunnya jalan tol tersebut diperkirakan
membawa dampak yang besar terhadap yang diperkirakan akan semakin cepat seperti
misalnya
i. Tumbuhnya bangunan permukiman, gudang logistik, dan pabrik
menyebabkan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian
ii. Hama penyakit akan semakin cepat persebarannya
b) Daya dukung prasarana dan sarana yang semakin sulit
Diperkirakan harga saprodi akan semakin tinggi (barangkali subsidi pupuk akan
dikurangi pemerintah; air akan semakin menjadi perebutan bagi bermacam pengguna)
. Untuk itulah perlu ada antisipasi dengan memanfaatkan teknologi pertanian ada
(misalnya penggunaan pupuk organik, teknologi SRI, dll). Saprodi yang perlu
mendapatkan perhatian adalah pupuk dan pestisida. (air, drainase, jalan usaha tani).
Ketersediaan Prasarana dan sarana pertanian yang baik akan meningkatkan daya saing
komoditi pertanian dan meringankan beban para petani dalam proses produksi.
c) Pengembangan Kawasan Agropolitan
Pengembangan komoditi unggulan kawasan agropolitan meliputi : kopi, durian,
alpokat, manggis, mangga, pisang, kentang, kubis, bawang daun, wortel, cabe merah,
jagung, susu sapi, sapi potong, kapuk randu, dan madu.
Prioritas pembangunan dengan berbasis kawasan agropolitan difokuskan di
14 desa antara lain :
1. Desa Krucil dan Bremi kecamatan Krucil
2. Desa Andungbiru dan Ranuagung kecamatan Tiris
3. Desa Condong dan Mojolegi Kecamatan Gading
4. Desa Ngadisari dan Sukapura Kecamatan Sukapura
5. Desa Ledokombo dan Pandansari Kecamatan Sumber
Halaman 150
6. Desa Lumbang dan Negororejo Kecamatan Lumbang
7. Desa Pamatan dan Klampok Kecamatan Tongas.
Halaman 151
IV. TUJUAN DAN SASARAN
DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN KABUPATEN PROBOLINGGO
Dalam melaksanakan Visi, Misi, Misi 2 - Tujuan 3 - Sasaran 10 dan Misi 4 -Tujuan
5 - Sasaran 13 Bupati Probolinggo dalam RPMD tahun 2018-2023, maka Dinas
ketahanan Pangan dan Pertanian meyusun dan menetapkan Tujuan untuk tahun 2023
dan Sasaran yang harus dicapai setiap tahunnya. Terdapat 2 TUJUAN yang ditetapkan
oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo, yaitu :
1. Meningkatkan Ketahanan Pangan
2. Meningkatkan PDRB Subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura, dan
Perkebunan
Tujuan Dinas
Ketahanan Pangan dan
Pertanian pertama yang
perlu dicapai tahun
2023 adalah Ketersediaan
dan cadangan pangan,
Distribusi dan akses pangan,
Penganekara-gaman dan
keamanan pangan, dan
Penanganan kerawanan
pangan. Dimana target
pencapaian mengacu
kepada kepada perundangan yang ada, dari UU, peraturan pemerintah, peraturan
menteri pertanian, dan hasil kajian Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten
Probolinggo. Mengacu kepada indeks ketahanan pangan dalam RPJMD.
Mengingat cakupan Tujuan Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten
Probolinggo yang sangat luas dan kompleks maka perlu dilakukan pengtahapan untuk
mencapai Tujuan tersebut dengan cara menetapkan sasaran untuk setiap tahunnya.
Indikator sasaran dibuat sama dengan indikator tujuan, dengan harapan setiap tahun
RPJMD 2018-2023 Kabupaten Probolinggo
Misi 4 RPJMD Mewujudkan daya saing daerah melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan berkelanjutan
Tujuan 5 RPJMD Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang inklusif
Sasaran 13 RPJMD
Meningkatnya Produk Domestik Regional Broto (PDRB) sektor Strategis
Tujuan 2 RENSTRA Meningkatkan PDRB subSektor tanaman pangan, hortikultura, dan Pertkebunan
Misi 2 RPMD Mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan melalui peningkatan
kualitas sumberdaya manusia dan menurunkan angka kemiskinan
Tujuan 3 RPJMD
Meningkatkan keadilan dan kesetaraan gender, serta pengentasan kemiskinan
Sasaran 10 RPJMD
Meningkatnya Ketahanan Pangan
Tujuan 1 RENSTRA Meningkatkan Ketahanan Pangan
RENSTRA DKPP 2019-2023
Gambar 4.1. Keselarasan RPJMD Kab. Probolinggo-Renstra DKPP
Halaman 152
diperoleh kondisi yang menjadi tambahan perbaikan kondisi tahun sebelumnya
sehingga pada tahun 2023 memperoleh kondisi ideal ketahanan pangan (tabel 4.1).
Tujuan kedua Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo
yang akan dicapai lima tahun kedepan (tahun 2023) adalah
Pertumbuhan ekonomi (Peningkatan Produk Domestik
Regional Bruto) Bidang Pertanian subsektor Tanaman bahan
pangan, hortikultura, dan perkebunan. Dimana target pertumbuhan
selama 5 tahun yang dicapai adalah 15%. PDRB bidang
pertanian merupakan nilai tambah bruto
seluruh barang dan jasa bidang
pertanian yang tercipta di wilayah
tertentu akibat berbagai aktivitas
ekonomi dalam periode tertentu. Angka 15% diambil karena berdasarkan PDRB tahun-
tahun sebelum berada pada kisaran angka tersebut, sedangkan kondisi dan lingkungan
saat ini dan dimasa akan datang semakin sulit dalam mendukung sektor pertanian
(misalnya alih fungsi lahan, keterbatasan air, dll). Diharapkan program dan kegiatan
yang ada di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian dapat mempertahankan PDRB atau
bahkan meningkatkan PDRB sektor pertanian.
PDRB Atas Harga Konstan (riil) digunakan untuk menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun ke tahun
(BPS). Dengan mencantumkan PDRD Atas Harga Konstan (riil) sebagai tujuan dalam
waktu 5 (lima) tahun ke depan, setidaknya dapat diukur seberapa jauh kinerja Dinas
ketahanan Pangan dan Pertanian dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pada
kenyataannya Pertumbuhan ekonomi di bidang pertanian cenderung mengalami
perlambatan ataupun stagnan.
Dengan ditargetkan pertumbuhan 15 % dalam kurun waktu 5 tahun
mendatangkan maka diharapkan dapat mencerminkan peningkatan kondisi bidang
pertanian dalam segi taraf hidup masyarakat, peningkatan produksi barang jasa
bidang pertanian, ketersediaan lapangan kerja, dan distribusi pendapatan masyarakat
bidang pertanian. Untuk mencapai TUJUAN PENINGKATAN PDRB BIDANG PERTANIAN
maka hal yang dilakukan adalah meningkatkan nilai tambah bidang pertanian melalui
15%
Gambar 4.2. Ilustrasi Target PDRB ADHK Tujuan DKPP
Halaman 153
peningkatan jumlah dan harga jual produk dan jasa setiap usaha pertanian ditingkat
para petani.
PDRB(tahun 2023) = PDRB(tahun 2019) (1+r)2
PDRB(tahun 2023) = PDRB akhir periode (tahun 2023) PDRB(tahun 2019) = PDRB awal periode (tahun 2019) r = Tingkat pertumbuhan
Dengan rumusan seperti di atas maka r yang diharapkan
pencapaiannya adalah 15% selama 5 tahun kedepan.
Berdasarkan angka 15% tersebut dapat ditargetkan laju pertumbuhan
setiap tahunnya dalam kurun waktu tahun 2019 hingga tahun 2023. Sehingga
diperlukan perkiraan tingkat pertumbuhan ekonomi pertanian rata-rata (PDRB
konstan). Sebagaimana contoh rumusan dibawah ini :
PDRB(tahun 2020) - PDRB(tahun 2019) x 100%
PDRB(tahun 2019)
Sasaran adalah rumusan kondisi yang menggambarkan tercapainya tujuan,
berupa hasil pembangunan Daerah/ Perangkat daerah yang diperoleh dari pencapaian
hasil (outcome) program Perangkat Daerah.
PDRB sendiri terkait dengan jumlah produksi barang/ jasa dan tingkat harga
komoditi, semakin besar peningkatan produksi maka semakin besar angka PDRB
tersebut demikian juga sebaliknya. Karena itulah maka Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian menggunakan pendekatan peningkatan produksi dalam upaya meningkatkan
PDRB sektor pertanian. Sedangkan untuk tingkat harga Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian tidak bisa berbuat banyak karena mekanisme pasar yang ada sekarang ini
sudah diluar jangkauan, walaupun begitu Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian akan
berupaya meningkatkan daya saing melalui perbaikan mutu komoditi sehingga dapat
meningkatkan harga komoditi pertanian.
Untuk mengetahui pencapaian tujuan tahun 2023 tentang meningkatkan PDRB
maka digunakan indikator peningkatan produksi komoditi pertanian setiap tahun yang
Halaman 154
mana indikator peningkatan produksi pertanian ditetapkan sebagai Sasaran untuk
setiap tahunnya. Sebagaimana tugas pokok dan fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian yang mengampu pada subsektor tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan maka peningkatan produksi difokuskan kepada ketiga subsektor tersebut.
Menjaga tingkat PDRB melalui peningkatan produksi dan harga, dimana untuk harga
didapat dari kualitas komoditi dan sebaran persediaan komoditi sepanjang tahun agar
harga tetap stabil dalam kualitas yang tinggi.
Perilaku petani dalam pemilihan komoditi yang akan dibudidayakan, telah
mendorong pertumbuhan PDRB (terutama PDRB Atas Dasar Harga Berlaku), Jika
komoditi pertanian mempunyai harga yang tinggi atau cenderung meningkat maka
petani akan melakukan budidaya terhadap komoditi yang bernilai tinggi, demikian juga
sebaliknya. Karena itulah maka Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian tidak
melakukan pengarahan terhadap komiditi tertentu, kecuali jika komoditi tersebut
merupakan komoditi yang dianggap strategis nasional oleh pemerintah pusat (cq.
Kementerian Pertanian) seperti misalnya tanaman padi, jagung, aneka cabai, dan
aneka bawang.
Pada tabel berikut ini ditampilkan hubungan antara tujuan dan sasaran Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian antara tahun 2019-2023 yang mencakup 2 tujuan
yaitu Meningkatkan Ketahanan Pangan dan meningkatkan PDRB subsektor Tanaman
Bahan Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan.
Halaman 155
Tabel 4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo
NO TUJUAN INDIKATOR TUJUAN TAHUN 2023 SASARAN TARGET KINERJA SASARAN TAHUN
2019 2020 2021 2022 2023 1 Meningkatkan
Ketahanan Pangan Ketersediaan dan Cadangan Pangan
Peningkatan Ketersediaan Pangan dan
Cadangan Pangan
Ketersediaan energi dan energi per
Kapita = 90%
Ketersediaan energi dan energi per
Kapita per tahun 80% 82% 86% 88% 90%
Penguatan cadangan pangan = 391 ton Penguatan cadangan pangan per
tahun 12 ton 100 ton 200 ton 250 Ton 391 ton
Distribusi & akses pangan Distribusi & akses pangan per tahun
Ketersediaan informasi pasokan, harga,
dan akses pangan per desa=100%
Ketersediaan informasi pasokan,
harga, dan akses pangan per desa
per tahun
20% 40% 60% 80% 100%
Stabilitas harga dan pasokan pangan =
100%
Stabilitas harga dan pasokan
pangan per tahun 20% 40% 60% 80% 100%
Penganekaragaman dan keamanan pangan Penganekaragaman dan keamanan
pangan per tahun
Pencapaian skor PPH= 90% Pencapaian skor PPH per tahun 60% 70% 80% 80% 90%
Pengawasan dan pembinaan keamanan
pangan = 80%
Pengawasan dan pembinaan
keamanan pangan per tahun 30% 40% 60% 70% 80%
Penangan kerawanan pangan=100% Penangan kerawanan pangan per
tahun 20% 40% 60% 80% 100%
2 Meningkatkan PDRB Subsektor Tanaman Bahan Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan
Peningkatan PDRB Sub sektor Peningkatan Produksi Sub sektor
Bahan pangan = 15% Tanaman Pangan 3 % 3 % 3 % 3 % 3 %
Tanaman Hortikultura = 15 % Tananaman Hortikultura 3 % 3 % 3 % 3 % 3 % Tanaman Perkebunan = 15% Tanaman Perkebunan 3 % 3 % 3 % 3 % 3 %
Halaman 145
V. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Strategi dan arah kebijakan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Tahun
2019-2023 mengacu kepada RPJMD Kabupaten Probolinggo tahun 2018-2023, maka
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian, maka terdapat 2 strategi yang diacu dalam RPJMD yaitu : (1) Meningkatkan
indeks ketahanan pangan melalui optimalisasi program koordinatif Nawa Hati dan
peningkatan produksi, aksesbilitas serta diversifikasi pangan. (2) Peningkatan PDRD Sektor
Strategis melalui optimalisasi program koordinatif Nawa Hati dan peningkatan nilai tambah
sektor pertanian, pariwisata, jasa serta perdagangan.
Sebagaimana uraian Strategi Umum RPJMD Kabupaten Probolinggo Tahun
2018-2023 yaitu :
1. Percepatan Peningkatan Kualitas SDM dan Penanggulangan Kemiskinan melalui
Program Koordinatif Lintas Urusan. Strategi ini merupakan implementasi dari Misi
Kedua, yaitu “Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan melalui
peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan menurunkan angka kemiskinan”.
Percepatan sector strategis sangat penting mengingat persentase penduduk
miskin Kabupaten Probolinggo masih relative tinggi, yaitu 20,52% dan menempati
peringkat 36 dari 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur, serta masih berada di
bawah rata-rata kemiskinan Jawa Timur sebesar 11,77%. Terkait dengan hal
tersebut, maka implementasi dari Misi ini merupakan ujung tombak
pembangunan, untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan
keterbelakangan. Melalui Program Pesona Hati diharapkan dapat dilakukan
percepatan pengentasan kemiskinan melalui program ekonomi yang tepat
sasaran.
Dengan melihat strategi umum dalam RPJMD diatas yang berfokus kepada
pengentasan kemiskinan maka upaya yang diperlukan adalah meningkatkan Pola
Pangan Harapan masyarakat miskin. Untuk meningkatkan PPH ini meningkatkan
aksesbilitas pangan masyarakat, Diversifikasi pangan melalui peningkatan PPH
melalui B2SA (Beragam, bergizi, Seimbang, dan Aman), dan antisipasi terjadinya
rawan pangan.
Halaman 146
2. Pemenuhan Infrastruktur Dasar Berkualitas yang difokuskan pada Pengembangan
Ekonomi Strategis Berkelanjutan. Strategi Umum ini merupakan operasionalisasi
dari Misi ketiga, yaitu “Mewujudkan daya saing daerah melalui peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan”. Penguatan daya
saing merupakan kata kunci untuk melakukan percepatan pembangunan. Struktur
Ekonomi yang didominasi oleh sector Pertanian sebesar 35,92% mencirikan derah
yang bertumpu pada sektor primer. Dengan demikian, percepatan penguatan daya
saing dapat dilakukan dengan peningkatan infrastruktur pendukung ekonomi yang
berkualitas dan merata. Pemenuhan infrastruktur akan mendorong investasi
daerah, yang lambat laun mendukung sector industry dan perdagangan sebagai
pengungkit perekonomian masyarakat.
Jika melihat uraian di atas maka perlu difokuskan kepada peningkatan daya saing
bidang pertanian. Bagaimana daya saing ini bisa dicapai adalah dengan bagaimana
kegiatan-kegiatan bidang pertanian diorientasikan kepada pasar (market oriented)
dilihat kepada Sedangkan Daya saing bidang pertanian sendiri bisa terwujud
melalui peningkatan produktivitas dan nilai tambah. Dimana daya saing ini bisa
didapatkan melalui 3 komponen yaitu: permodalan, SDM yang unggul, dan
teknologi yang unggul. Padahal mayoritas petani Kabupaten Probolinggo masih
banyak yang menggunakan teknologi tradisional hingga teknologi menengah.
Sedangkan nilai tambah pertanian dicapai bisa dilihat dari besaran angka PDRB
bidang pertanian artinya bahwa perlu ada peningkatan nilai tambah melalui
peningkatan produksi dan maupun tingkat harga ataupun mutu produksi.
Dengan melihat Acuan dari RPJMD di atas maka berikut ini disusun tabel yang
berisi penjelasan yang lebih rinci tahapan-tahapan untuk mencapainya.
Halaman 147
Tabel 5. 1. .Tujuan, Sasaran, Strategi, dan kebijakan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo
VISI RPJMD : Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Probolinggo Berakhlak Mulia yang Sejahtera, Berkeadilan, dan Berdaya Saing
MISI RPJMD : Mewujudkan Daya Saing Daerah melalui Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan
RENCANA STRATEGIS DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN KABUPATEN PROBOLINGGO
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Pen
ingk
atan
Ket
ahan
an P
anga
n
Sasa
ran
1 ~
P
enin
gkat
an K
etah
anan
Pan
gan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Ketahanan pangan
Untuk mewujudkan kualitas sumber daya manusia (Misi 2) maka salah satu hal yang diperlukan adalah
tentang pangan, dimana konsumsi pangan masyarakat yang ideal adalah yang sesuai dengan konsep
B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman). Strategi yang digunakan adalah menggunakan SPM
(Standar Pelayanan Minimal) yang sesuai arahan dari Permentan no 65 tahun 2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan pangan Provinsi dan Kabupaten /Kota, dengan penyesuaian target
yang sesuai SGD’s, sekalipun masa berlaku SPM tersebut berakhir pada tahun 2015 namun metodologi
yang ada dalam SPM tersebut masih dapat digunakan sebagai pendekatan yang baik untuk mengetahui
tahapan dalam pencapaian ketahanan pangan di Kabupaten Probolinggo.
A. Indikator Ketersediaan dan Cadangan Pangan
Strategi yang diperlukan dalam meningkatkan ketersediaan pangan dan cadangan pangan
adalah
Mengurangi jumlah desa
rawan pangan
Penanganan stunting
melalui pemberdayaan
KRPL
Meningkatan Pengelolaan
Cadangan Pangan secara
agribisnis
Pengawasan dan sertifikasi
hasil pertanian
Menyediakan informasi
ketahanan pangan
1. Memetakan distribusi
pangan
2. Memberdayakan
kelompok usaha di
desa rawan pangan
Halaman 148
(1) Menyusun Peta Ketersediaan Pangan daerah sentra produksi (nabati dan hewani)
(2) Menyusun peta sentra Pengembangan Produksi Pangan lokal (nabati dan hewani)
(3) Menyusun dan Menganalisa Neraca Bahan Pangan (NBM) setiap tahun
(4) Menyusun SOP pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat.
Strategi ini mengadopsi gagasan bahwa cadangan pangan milik pemerintah maupun
masyarakat harus berkelanjutan dan dapat lebih mandiri dalam pengelolaan. Kejadian dimasa
lalu dimana cadangan pangan/beras yang dimiliki oleh pemerintah maupun masyarakat habis
begitu saja tidak bisa dibiarkan, dimana faktor biaya operasional tidak dihitung secara baik
sehingga gudang pangan mengalami kerugian. Diharapkan dapat disusun SOP yang bisa
menjadi fungsi cadangan pangan sebagai jaminan pangan masyarakat dan fungsi cadangan
pangan sebagai ajang agribisnis bagi masyarakat.
(5) Menyusun Peta pengembangan kelembagaan cadangan pangan pemerintah dan dan
masyarakat.
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Menyusun peta ketersediaan pangan
Menyusun peta ketersediaan pangan
Menyusun peta ketersediaan pangan
Menyusun peta ketersediaan pangan
Menyusun peta ketersediaan pangan
3. Bantuan Pangan
berbasis B2SA
4. Neraca Bahan Pangan
Pembangunan Gudang Cadangan Pangan
Halaman 149
Pengadaan gabah untuk gudang pangan
Pengadaan gabah untuk gudang pangan
Pengadaan gabah untuk gudang pangan
Pengadaan gabah untuk gudang pangan
Pengadaan gabah untuk gudang pangan
Menyusun NBM Menyusun NBM Menyusun NBM Menyusun NBM Menyusun NBM
Menyusun SOP pengelolaan cadangan pangan
--- --- --- ---
Pemberian bantuan pangan kepada masyarakat
Pemberian bantuan pangan kepada masyarakat
Pemberian bantuan pangan kepada masyarakat
Pemberian bantuan pangan kepada masyarakat
Pemberian bantuan pangan kepada masyarakat
Pembangunan gudang pangan masyarakat
--- --- --- ---
B. Indikator Distribusi dan Akses Pangan
(1) Mengumpulkan data dan pemantauan pasokan, harga dan akses pangan, kendala distribusi,
kondisi sarana dan prasarana transportasi
Halaman 150
(2) Menyediakan kondisi harga di tingkat produsen dan konsumen untuk komoditas pangan :
kondisi kelangkaan pasokan bahan pangan : kondisi masyarakat yang terbatas akses pangan
(rawan pangan) :
(3) Melakukan koordinasi melalui Satgas Pangan atau forum Dewan Ketahanan Pangan untuk
stabilisasi harga dan pasokan pangan.
(4) Melakukan pemantauan ketersediaan, harga, dan pasokan pangan dipasar besar -
menengah, dan di distributor daerah.
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Penyusunan SOP distribusi pangan dan akses pangan
---- ---- ---- ----
Penyusunan Informasi Distribusi dan akses pangan
Penyusunan Informasi Distribusi dan akses pangan
Penyusunan Informasi Distribusi dan akses pangan
Penyusunan Informasi Distribusi dan akses pangan
Penyusunan Informasi Distribusi dan akses pangan
Penjualan beras murah
Penjualan beras murah
Penjualan beras murah
Penjualan beras murah
Penjualan beras murah
Penyusunan infomasi harga pasar komoditi pertanian
Penyusunan infomasi harga pasar komoditi pertanian
Penyusunan infomasi harga pasar komoditi pertanian
Penyusunan infomasi harga pasar komoditi pertanian
Penyusunan infomasi harga pasar komoditi pertanian
Halaman 151
C. Indikator Penganekaragaman dan Keamanan Pangan
Terkait dengan Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi terdapat beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan yaitu : Perbaikan Konsumsi pangan di Kabupaten Probolinggo harus disesuaikan
dengan target pencapaian skor PPH tahun 2019-2023 yaitu melalui (1) Peningkatan konsumsi umbi
sebesar 50%, protein hewani sebesar 60%, serta sayur dan buah sebesar 30% ; (2) mempertahankan
konsumsi kacang-kacangan, minyak dan lemak serta gula; dan (3) penurunan konsumsi beras dan
terigu sebesar 10%.
(1) Penganekaragaman pangan dengan cara pengembangan pekarangan, pengembangan
olahan pangan lokal, lomba cipta menu bekerjasama dengan tim penggerak PKK
(2) Menyusun SOP tentang pembinaan, penanganan, dan pengawasan Keamanan Pangan segar
(3) Melakukan pembinaan sistem manajemen laboratorium uji mutu dan keamanan pangan
(4) Melakukan sertifikasi dan pelabelan prima di wilayah Kabupaten Probolinggo.
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Survey keamanan pangan
Survey keamanan pangan
Survey keamanan pangan
Survey keamanan pangan
Survey keamanan pangan
Halaman 152
Sosialisasi B2SA Sosialisasi B2SA Sosialisasi B2SA Sosialisasi B2SA Sosialisasi B2SA
Pengawasan dan sertifikasi hasil-hasil pertanian
Pengawasan dan sertifikasi hasil-hasil pertanian
Pengawasan dan sertifikasi hasil-hasil pertanian
Pengawasan dan sertifikasi hasil-hasil pertanian
Pengawasan dan sertifikasi hasil-hasil pertanian
Penguatan KRPL untuk stunting
Penguatan KRPL untuk stunting
Penguatan KRPL untuk stunting
Penguatan KRPL untuk stunting
Penguatan KRPL untuk stunting
Penyusunan analisis Pola Pangan Harapan
Penyusunan analisis Pola Pangan Harapan
Penyusunan analisis Pola Pangan Harapan
Penyusunan analisis Pola Pangan Harapan
Penyusunan analisis Pola Pangan Harapan
D. Indikator Kerawanan Pangan
(1) Membuat PETA KETAHANAN PANGAN DAN KERENTANAN PANGAN, PETA RASIO LUAS LAHAN,
PETA RASIO SARANA, PETA KETERSEDIAAN AIR BERSIH, PETA RASIO AKSES JALAN, PETA RASIO
TIDAK SEJAHTERA, PETA RASIO TENAGA KESEHATAN Kabupaten Probolinggo. Dalam
penyusunan Peta-peta tersebut menggunakan dari BPS Kabupaten Probolinggo terutama
terkait dengan data Potensi Desa (Podes) setiap tahunnya.
(2) Menganalisis dan mengantisipasi terjadinya kerawanan pangan dengan memberikan
rekomendasi teknis kepada para pemangku kepentingan (Bappeda, BPPD, PUPR, Dinkes,
Diperindag)
Halaman 153
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Membuat peta ketahanan pangan dan kerentanan pangan sebanyak 5 jenis
Membuat peta ketahanan pangan dan kerentanan pangan sebanyak 5 jenis
Membuat peta ketahanan pangan dan kerentanan pangan sebanyak 5 jenis
Membuat peta ketahanan pangan dan kerentanan pangan sebanyak 5 jenis
Membuat peta ketahanan pangan dan kerentanan pangan sebanyak 5 jenis
Memberikan bantuan pangan kepada masyarakat yang terkena resiko kerentanan pangan
Memberikan bantuan pangan kepada masyarakat yang terkena resiko kerentanan pangan
Memberikan bantuan pangan kepada masyarakat yang terkena resiko kerentanan pangan
Memberikan bantuan pangan kepada masyarakat yang terkena resiko kerentanan pangan
Memberikan bantuan pangan kepada masyarakat yang terkena resiko kerentanan pangan
Indikator keberhasilan Desa Mandiri Pangan (Permentan no 25/Permentan/OT.140/2/2010) :
1) Berkembangnya usaha produktif berbasis sumber daya lokal
2) Berkembangnya lembaga layanan permodalan
3) Meningkatnya ketersediaan pangan;
4) Meningkatnya daya beli dan akses pangan rumah tangga;
5) Meningkatnya pola komsumsi pangan, beragam, bergizi, berimbang dan aman.
Halaman 154
Pen
ingk
atan
PD
RB
su
b s
ekto
r ta
nam
an p
anga
n, t
anam
an h
ort
iku
ltu
ra,
dan
tan
aman
per
keb
un
an
Sasa
ran
2 ~
Pen
ingk
atan
Pro
du
ksi t
anam
an p
anga
n, t
anam
an
ho
rtik
ult
ura
, dan
tan
aman
per
keb
un
an
Revitalisasi Pertanian
Peningkatan produksi harus disertai efisiensi dalam proses agar menghasilkan produk yang
berkualitas tinggi sehingga memiliki daya saing di pasar global. Kualitas produk pangan tidak hanya
berorientasi pada keinginan konsumen, namun juga memperhatikan pemenuhan kecukupan pangan
dan gizi seluruh masyarakat. Orientasi dalam penerapan GAP (good agricultural practice) , GHP (Good
handling pratice), dan GMP (Good Manufacturing practice) oleh petani secara konsisten akan
memberikan jaminan kualitas produk yang dihasilkan terstandar internasional dan berkelanjutan
produksi pangan dalam negeri.
i. STRATEGI Revitalisasi Pertanian pada dengan berfokus kepada peningkatan daya saing produk
pertanian. Dimana daya saing produks pertanian terkait dengan meningkatkan keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif adalah bagaimana untuk mencapai
tujuan bersama dengan segala keunggulan yang dimiliki, sedangkan keunggulan kompetitif adalah
bagaimana memanfaatkan keunggulan yang dimiliki untuk bisa memndapatkan tujuan organisasi
dengan cara berkompetisi dengan organisasi lainnya.
Sebagaimana Visi-Misi RPJMD 2018-2023 yang menyebutkan bahwa daya saing adalah Keadaan
dimana masyarakat Kabupaten Probolinggo memiliki tingkat produktivitas sehingga berkesanggupan
Peningkatan Kelas
Kelompok
1. Pemula → Lanjutan ~
400 kelompok
2. Lanjutan → Madya ~
100 kelompok 3. Madya → Utama ~
2 kelompok
Penyusunan SOP
1. Budidaya pertanian ~ 150
SOP
2. Pasca panen komoditi~ 40
SOP
3. Pengolahan hasil
pertanian~ 30 SOP
4. Pemasaran hasil pertanian
~ 50 SOP
Halaman 155
atau berkemampuan untuk bersaing dalam menghasilkan output tertentu. Hal ini tersebut diatas ini
secara langsung menyebutkan dengan masyarakat yang harus segera disentuh untuk meningkatkan
produktivitas, Sehingga terkait sektor pangan dan pertanian maka peran para petani dan masyarakat
yang harus disentuh.
terfokus dimaksud merupakan wilayah dimana terdapat komoditi-komoditi yang secara nyata
dibudidaya secara massal di Kabupaten Probolinggo. Pada kawasan-kawasan ini komoditi
pertaniannya sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat pertanian di kawasan tersebut.
Pendekatan meningkatkan produksi tanaman pertanian dengan menggunakan Revitalisasi Pertanian.
Revitalisasi Pertanian sendiri terdiri dari 7 (tujuh) aspek, yaitu : [1] lahan, [2] perbenihan, [3]
infrastruktur dan sarana, [4]sumber daya manusia, [5] pembiayaan petani, [6] kelembagaan, [7]
teknologi dan industri hilir. Dalam pelaksanaannya, akan mensinergikan kemampuan yang ada di
pemerintah pusat dan daerah dengan kemampuan yang ada di masyarakat.
Ciri-ciri Revitalisasi Pertanian di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo
antara lain :
1. Revitalisasi pertanian ini pada pokoknya meningkatkan upaya bidang pertanian sehingga upaya
produksi pertanian bisa lebih efektif dan effisien dari onfarm hingga offarm.
Penerapan GAP
1. Budidaya pertanian ~ 150
GAP
2. Pasca panen komoditi ~
40 GAP
3. Pengolahan hasil
pertanian ~ 30 GAP
4. Pemasaran hasil pertanian
~ 50 GAP
Penyediaan Teknologi,
Sarana, dan Prasarana
Pertanian melalui
pengadaan barang jasa,
pembuatan kebijakan/
regulasi, dan peran serta
masyarakat.
Halaman 156
2. Mengingat cakupan area revitalisasi pertanian yang sangat luas dan kompleks maka peran para
Penyuluh Pertanian Lapangan sangat dominan karena mengharuskan melibatkan kelompok-
kelompok pertanian yang sudah ada dari perencanaan hingga evaluasi, peran para PPL adalah
sebagai Pendamping dan Pembina akan lebih efektif.
3. Dalam perencanaan menggunakan pendekatan perencanaan teknokratik, partisipasi, top down,
dan bottom up. Untuk perencanaan bottom up menggunakan menggunakan arahan Permentan
no 47/Permentan/SM.010/9/2016 tentang Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan
Pertanian.
Halaman 157
ni
Sebagaimana Visi-Misi RPJMD 2018-2023 yang menyebutkan bahwa daya saing adalah
Keadaan dimana masyarakat Kabupaten Probolinggo memiliki tingkat produktivitas sehingga
berkesanggupan atau berkemampuan untuk bersaing dalam menghasilkan output tertentu. Hal ini
tersebut diatas ini secara langsung menyebutkan dengan masyarakat yang harus segera disentuh
untuk meningkatkan produktivitas, Sehingga terkait sektor pangan dan pertanian maka peran para
petani dan masyarakat yang harus disentuh.
Pendekatan yang akan dicapai untuk meningkatkan produksi tanaman pertanian adalah
Revitalisasi Pertanian, pendekatan ini dengan cara merevitalisasi 7 (tujuh) aspek, yaitu : [1] lahan,
[2] perbenihan, [3] infrastruktur dan sarana, [4]sumber daya manusia, [5] pembiayaan petani, [6]
kelembagaan, [7] teknologi dan industri hilir. Dimana dalam pelaksanaannya, akan mensinergikan
kemampuan yang ada di pemerintah pusat dan daerah dengan kemampuan yang ada di masyarakat.
Ciri-ciri Revitalisasi Pertanian di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo
antara lain :
a) Revitalisasi pertanian ini pada pokoknya meningkatkan upaya bidang pertanian sehingga upaya
produksi pertanian bisa lebih efektif dan effisien dari onfarm hingga offarm.
Halaman 158
b) Mengingat cakupan area revitalisasi pertanian yang sangat luas dan kompleks maka peran para
Penyuluh Pertanian Lapangan harus dominan melibatkan kelompok-kelompok pertanian yang
sudah ada dari perencanaan hingga evaluasi, peran para PPL adalah sebagai Pendamping.
c) Dalam perencanaan menggunakan pendekatan perencanaan teknokratik, partisipasi, top down,
dan bottom up. Untuk perencanaan bottom up menggunakan menggunakan arahan
Permentan no 47/Permentan/SM.010/9/2016 tentang Pedoman Penyusunan Programa
Penyuluhan Pertanian.
Ketujuh item revitalisasi pertanian tersebut dapat dijabarkan sebagaimana berikut ini :
1) Revitalisasi Lahan. Selama beberapa tahun terakhir peningkatan produktivitas terkendala
dengan masalah lahan. Revitalisasi lahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
lahan pertanian dengan maksud untuk meningkatkan produksi pertanian. Banyak lahan yang
kehilangan unsur makro dan mikro tanah sehingga tanaman tidak produktif. Berapa tahun ini
terdapat permasalahan dengan penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Probolinggo yang
mengancam upaya peningkatan produksi pertanian tanaman pangan dan hortikultura, antara
lain : unsur BO yang kurang 2%, debit air irigasi semakin berkurang, alih fungsi lahan pertanian
ke non pertanian semakin tinggi.
Halaman 159
Sejak tahun 2018 terjadi perubahan definisi luas lahan pertanian sebagaimana pengukuran
yang terbaru oleh Badan Pertanahan Negara (BPN) yang mana terjadi perubahan luasan dari
37.055 Ha menjadi 39.222 Ha.
Tabel 5.2. Perbandingan luas (Hektar) lahan pertanian sebelum dan sesudah verifikasi BPN
Jenis Lahan Sebelum verifikasi
setelah verifikasi
Sawah Irigasi 34.534 26.112
Sawah non Irigasi 2.521 13.110
Tegalan 45.849 21.628
Jumlah 89.704 60.850
Upaya merevitalisasi lahan antara lain adalah :
i. Perbaikan kualitas lahan pertanian melalui pemberian pupuk organik, 5% lahan adalah bahan
organik; Secara teknis kekurangan pupuk organik rata-rata adalah 20 ton pupuk organik per
hektar. Untuk lahan sawah pertanian seluas 37.331 Ha, maka diperlukan sekitar 373.310 ton
bahan/pupuk organik.
Halaman 160
ii. Peningkatan penggunaan lahan sektor non pertanian telah mengikis kemampuan peningkatan
produktivitas tanaman pertanian, dimana aliran air untuk pertanian telah berkurang akibat
terhalang oleh insfrastrukur yang semakin bertambah baik infrastruktur publik maupun privat.
Untuk itulah maka yang diperlukan adalah memberikan perhatian lebih terhadap penyusunan
Tata Ruang, misalnya dalam penyusunan detail RDTR. Sehingga legalitas lahan pertanian lebih
kuat.
iii. Perlu pembenahan / revitalisasi lahan terutama di LP2B, karena beberapa lahan di bidang LP2B
kondisinya tidak layak untuk budidaya intensif yang layak, seperti halnya sawah tadah hujan/
lahan kering, lahan di kawasan pantai sehingga kondisi airnya payau, lahan di kawasan yang
telah ditambang, di kawasan lahan kritis.
iv. Melakukan pendataan para petani dan lahannya yang terletak di Kawasan LP2B, sebagaimana
amanah Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo no 10 tahun 2015 tentang PLP2B pasal 5,
yang dalam pelaksanaan bekerjasama dengan BPN, Bappeda, dan Dinas yang mengurusi
Penataan Tata Ruang.
Halaman 161
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Pemberian pupuk organik kepada lahan-lahan pertanian
Pemberian pupuk organik kepada lahan-lahan pertanian
Pemberian pupuk organik kepada lahan-lahan pertanian
Pemberian pupuk organik kepada lahan-lahan pertanian
Pemberian pupuk organik kepada lahan-lahan pertanian
Mengawal pengendalian LP2B
Mengawal pengendalian LP2B
Mengawal pengendalian LP2B
Mengawal pengendalian LP2B
Mengawal pengendalian LP2B
‘----
Menyusun data sebaran LP2B by name by adress berdasarkan numerik dan ordinat
Menyusun data sebaran LP2B by name by adress berdasarkan numerik dan ordinat
Menyusun data sebaran LP2B by name by adress berdasarkan numerik dan ordinat
Menyusun data sebaran LP2B by name by adress berdasarkan numerik dan ordinat
Mengurangi penggunaan bahan kimia untuk budidaya pertanian
Mengurangi penggunaan bahan kimia untuk budidaya pertanian
Mengurangi penggunaan bahan kimia untuk budidaya pertanian
Mengurangi penggunaan bahan kimia untuk budidaya pertanian
Mengurangi penggunaan bahan kimia untuk budidaya pertanian
Halaman 162
2) Revitalisasi Perbenihan. Sebagaimana UU no 23 tahun 2014 bahwa urusan perbenihan adalah
merupakan wewenang Pemerintah Provinisi. Sehingga dalam pelaksanaan revitalisasi
Perbenihan maka pemerintah Kabupaten Probolinggo akan mengambil peran sebagai
penggunaan benih-benih unggul. Karena itulah maka beberapa hal yang dilaksanakan, antara
lain :
i. Memperkuatan UPT Produksi Benih tanaman pangan dan UPT Produksi Benih
hortikultura. Untuk memperkuat kedua UPT tersebut beberapa hal yang menjadi
perhatian adalah kemitraan UPT dengan para penangkar benih utamanya dalam bentuk
kerjasama, pembangunan infrastruktur (gudang, irigasi) dan sarana penunjang lainnya.
ii. Memperbanyak jumlah penangkar padi, jagung, bawang merah, tembakau, bawang putih,
kentang, mangga, alpokat, dan lainnya;
iii. Memperbanyak pemanfaatan benih berlabel di Kabupaten Probolinggo;
iv. Menyusun SOP tata cara pemuliaan benih tanaman unggulan lokal;
v. Mengembangkan varietas unggul lokal probolinggo yang telah diakui untuk menjadi
komoditi unggulan di kawasan (Alpokat Rengganis/Mentera dan Manggis Cemani di
kawasan Tiris dan Krucil; bawang merah Biru Lancor di kawasan Dringu, Tegalsiwalan,
Leces, Banyuanyar, Gending. Pengujian perlakuan tembakau Paiton VO spesifik lokal.
Halaman 163
vi. Melakukan identifikasi plasma nutfah baru lokal yang unggul dan melakukan upaya
pelepasan varietas Kementerian Pertanian. Varietas kopi ‘Kobra’ di kecamatan Tiris-Krucil.
vii. Menfasilitasi para penangkar benih padi, jagung, bawang merah, bawang putih, kentang,
tanaman buah unggul, tembakau, dan kopi.
viii. Melakukan eradikasi terhadap tanaman tahunan hortikultura dan tanaman perkebunan
yang sudah tidak produktif lagi (rusak/tua), dan diberikan bantuan sarana benih unggul
yang berjenis sama dan baru.
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Memperbanyak benih unggul lokal Probolinggo
Memperbanyak benih unggul lokal Probolinggo
Memperbanyak benih unggul lokal Probolinggo
Memperbanyak benih unggul lokal Probolinggo
Memperbanyak benih unggul lokal Probolinggo
Membina para penangkar tanaman pertanian
Membina para penangkar tanaman pertanian
Membina para penangkar tanaman pertanian
Membina para penangkar tanaman pertanian
Membina para penangkar tanaman pertanian
Mendukung penangkar Kabupaten Probolinggo agar terlibat dalam pengadaan benih di pemerintahan
Mendukung penangkar Kabupaten Probolinggo agar terlibat dalam pengadaan benih di pemerintahan
Mendukung penangkar Kabupaten Probolinggo agar terlibat dalam pengadaan benih di pemerintahan
Mendukung penangkar Kabupaten Probolinggo agar terlibat dalam pengadaan benih di pemerintahan
Mendukung penangkar Kabupaten Probolinggo agar terlibat dalam pengadaan benih di pemerintahan
Halaman 164
Memperbanyak penggunaan benih unggulan dalam budidaya pertanian
Memperbanyak penggunaan benih unggulan dalam budidaya pertanian
Memperbanyak penggunaan benih unggulan dalam budidaya pertanian
Memperbanyak penggunaan benih unggulan dalam budidaya pertanian
Memperbanyak penggunaan benih unggulan dalam budidaya pertanian
Menganti tanaman yang rusak/ tua dengan tanaman baru unggul (eradikasi)
Menganti tanaman yang rusak/ tua dengan tanaman baru unggul (eradikasi)
Menganti tanaman yang rusak/ tua dengan tanaman baru unggul (eradikasi)
Menganti tanaman yang rusak/ tua dengan tanaman baru unggul (eradikasi)
Menganti tanaman yang rusak/ tua dengan tanaman baru unggul (eradikasi)
3) Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana (mendukung upaya peningkatan proses produksi,
ketersediaan saprodi, penyimpanan, pengolahan, dan pemasaran).
i. Memperbanyak jalan usaha tani / jalan produksi, dengan maksud untuk mempermudah
para petani/ pelaku usaha, hal ini untuk menekan biaya yang tidak perlu, meningkatkan
efektivitas, dan efisiensi usaha petani. Jalan usaha tani ini penting karena pada
pemberian bantuan alsintan seperti rice transplanter atau combine harvester tidak bisa
masuk ke sawah yang berada di dalam karena harus melewati sawah yang belum panen
tanaman padinya.
ii. Membangunan dan rehabilitasi prasarana penyedia air irigasi (Embung, Sumur Air
Tanah, dan lain-lain)
Halaman 165
iii. Melakukan identifikasi, pengasaran, perbaikan, pemeliharaan, dan meningkatkan
kualitas pemanfaatan alat mesin pertanian, antara lain : Handtraktor, combine
harvester, rice milling unit, hand sprayer, power sprayer, Pompa air, Pemipil jagung,
dryer, dan lainnya. Untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut maka DKPP perlu
mengikutsertakan UPJA atau bridgade alsintan yang ada. sebagai acuan adalah
Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2001 tentang Alat dan Mesin Budidaya Tanaman
serta Peraturan Menteri Pertanian No. 65/Permentan/OT.140/12/2006 Tentang
Pedoman Pengawasan Pengadaan, Peredaran dan Penggunaan Alat dan Mesin
Pertanian
iv. Menyusun Standar kesesuaian dan rekomendasi kebutuhan alat mesin pertanian dengan
daerah dan jenis tanaman tanaman yang dibudidayakan
v. Mengubah keberadaan lahan persawahan tadah hujan menjadi lahan sawah beririgasi
dengan mengutamakan lahan-lahan di Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
vi. Menfasilitasi pembangunan gudang-gudang penyimpanan hasil panen dan gudang
benih penangkaran
Halaman 166
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Melakukan identifikasi ulang tentang alat mesin pertanian di Kabupaten Probolinggo
------ ------ ------ ------
Pembinaan & pelatihan perbengkelan alsintan bagi UPJA
Pembinaan & pelatihan perbengkelan alsintan bagi UPJA
Pembinaan & pelatihan perbengkelan alsintan bagi UPJA
Pembinaan & pelatihan perbengkelan alsintan bagi UPJA
Pembinaan & pelatihan perbengkelan alsintan bagi UPJA
Penyedian alsintan melalui penyewaan, hibah, pembuatan regulasi / kebijakan, pengadaan barang/jasa
Penyedian alsintan melalui penyewaan, hibah, pembuatan regulasi / kebijakan, pengadaan barang/jasa
Penyedian alsintan melalui penyewaan, hibah, pembuatan regulasi / kebijakan, pengadaan barang/jasa
Penyedian alsintan melalui penyewaan, hibah, pembuatan regulasi / kebijakan, pengadaan barang/jasa
Penyedian alsintan melalui penyewaan, hibah, pembuatan regulasi / kebijakan, pengadaan barang/jasa
Menyediakan sumber-sumber air dan jaringan irigasi melalui hibah, belanja modal, pemeliharaan, pembinaan
Menyediakan sumber-sumber air irigasi melalui hibah, belanja modal, pemeliharaan, pembinaan
Menyediakan sumber-sumber air irigasi melalui hibah, belanja modal, pemeliharaan, pembinaan
Menyediakan sumber-sumber air irigasi melalui hibah, belanja modal, pemeliharaan, pembinaan
Menyediakan sumber-sumber air irigasi melalui
hibah, belanja modal,
pemeliharaan, pembinaan
Halaman 167
Pembangunan jalan usaha tani dan jalan produksi
Pembangunan jalan usaha tani dan jalan produksi
Pembangunan jalan usaha tani dan jalan produksi
Pembangunan jalan usaha tani dan jalan produksi
Pembangunan jalan usaha tani dan jalan produksi
Pemeliharaan dan pembangunan gedung negara (kantor dan BPP)
Pemeliharaan dan pembangunan gedung negara (kantor dan BPP)
Pemeliharaan dan pembangunan gedung negara (kantor dan BPP)
Pemeliharaan dan pembangunan gedung negara (kantor dan BPP)
Pemeliharaan dan pembangunan gedung negara (kantor dan BPP)
Mengawal penyediaan pupuk bersubsidi dan pestisida yang berkualitas dan sesuai perundangan yang ada
Mengawal penyediaan pupuk bersubsidi dan pestisida yang berkualitas dan sesuai perundangan yang ada
Mengawal penyediaan pupuk bersubsidi dan pestisida yang berkualitas dan sesuai perundangan yang ada
Mengawal penyediaan pupuk bersubsidi dan pestisida yang berkualitas dan sesuai perundangan yang ada
Mengawal penyediaan pupuk bersubsidi dan pestisida yang berkualitas dan sesuai perundangan yang ada
4) Revitalisasi Sumberdaya manusia
a. Peningkatan kemampuan Penyuluh Pertanian Swadaya.
b. Meningkatkan kompetensi Pejabat Pelaksana dan Pejabat Fungsional Tertentu dengan
mengirimkan ke institusi yang berkompeten untuk kursus, pelatihan, dll.
c. Menyusun proses bisnis yang mengatur tata hubungan kerja masing-masing personel
dan kewajiban masing-masing personel jelas dalam pencapaian kinerja jelas.
Halaman 168
d. Dinas Pertanian menyediakan informasi dan teknologi pertanian, yang akan
disampaikan kepada kelompok tani melalui Petugas Penyuluh Lapangan (PPL);
e. Menyusun SOP bagi kerja kelompok-kelompok masyarakat pertanian dalam
melaksanakan program-program pemerintah, Jenis dokumen SOP (dari budidaya-pasca
panen) yang perlu disediakan diantaranya adalah :
i. SOP Peningkatan Produktivitas atau mutu tanaman padi dan sejenisnya
ii. SOP Peningkatan Produktivitas atau mutu tanaman hortikultura dan sejenisnya
iii. SOP Peningkatan Produktivitas atau mutu tanaman perkebunan semusim dan
sejenisnya
iv. SOP Peningkatan Produktivitas atau mutu tanaman perkebunan tahunan dan
sejenisnya
v. SOP pengendalian OPT per jenis tanaman tertentu atau per OPT, RPH, dll.
vi. SOP pemeliharaan alsintan atau SOP pengelolaan alsintan
vii. SOP pemeliharaan prasarana pengairan
viii. SOP pembenahan / perbaikan lahan pertanian
ix. SOP tatalaksana administrasi kelompok tani
x. SOP Pengelolaan cadangan pangan masyarakat dan pemerintah, dan lain
sebagainya.
Halaman 169
SOP yang telah disusun oleh bidang-bidang yang ada di Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian kemudian diterapkan oleh kelompok tani sebagai GAP (Good Agricultura
Practices). Dalam Pelaksanaan pelaksanaan GAP ini didampingi oleh para Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL). Jika pelaksanaan GAP ini difasilitasi oleh Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian maka dapat dianggap sebagai demplot usaha tani. Dalam
penyusunan SOP untuk komoditi pangan/hortikultura diarahkan kepada budidaya yang
aman untuk dikonsumsi (layak untuk primatani 1, 2, dan 3)
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
-------
Penyusunan SOP budidaya- pasca panen komoditi pertanian
Penyusunan SOP budidaya- pasca panen komoditi pertanian
Penyusunan SOP budidaya- pasca panen komoditi pertanian
Penyusunan SOP budidaya- pasca panen komoditi pertanian
------ Penerapan GAP komoditi pertanian
Penerapan GAP komoditi pertanian
Penerapan GAP komoditi pertanian
Penerapan GAP komoditi pertanian
Mengirim ASN dalam peningkatan kompetensinya ke diklat yang ada
Mengirim ASN dalam peningkatan kompetensinya ke diklat yang ada
Mengirim ASN dalam peningkatan kompetensinya ke diklat yang ada
Mengirim ASN dalam peningkatan kompetensinya ke diklat yang ada
Mengirim ASN dalam peningkatan kompetensinya ke diklat yang ada
Halaman 170
Mengirim para petani ke diklat-diklat yang ada
Mengirim para petani ke diklat-diklat yang ada
Mengirim para petani ke diklat-diklat yang ada
Mengirim para petani ke diklat-diklat yang ada
Mengirim para petani ke diklat-diklat yang ada
5) Revitalisasi Pembiayaan Petani
a. Menindaklanjuti program kartu tani dari pemerintah pusat
b. Mengembangkan pola kerjasama kelompok tani dengan lembaga-lembaga yang
memanfaatkan hasil pertanian, misalkan DOLOG dengan kelompok tani padi,
Puspaagro dengan kelompok tani hortikultura;
c. Meningkatkan intensitas komunikasi antara kelompok tani dengan pihak penyandang
dana, diharapkan terdapat sinkronisasi pola kerja antara kedua belah pihak menuju
kerjasama yang permanen;
d. Memberikan hibah bagi organisasi yang dapat menfasilitasi kerjasama antara kelompok-
kelompok bidang pertanian.
e. Mendorong kemitraan kelompok kelompok tani Lanjutan, Madya agar bermitra dengan
para pengusaha. Kelompok tani bisa berperan sebagai penyuplai hasil pertanian yang
berkualitas sebagai bahan baku industri atau perdagangan.
Halaman 171
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Memberikan pelatihan agribisnis bagi kelompok tani
Memberikan pelatihan agribisnis bagi kelompok tani
Memberikan pelatihan agribisnis bagi kelompok tani
Memberikan pelatihan agribisnis bagi kelompok tani
Memberikan pelatihan agribisnis bagi kelompok tani
Pemberian kartu tani bagi kelompok tani
Pemberian kartu tani bagi kelompok tani
Pemberian kartu tani bagi kelompok tani
Pemberian kartu tani bagi kelompok tani
Pemberian kartu tani bagi kelompok tani
6) Revitalisasi kelembagaan Petani
Secara umum revitalisasi kelembagaan petani adalah upaya meningkatkan kemampuan
kelompok tani sehingga Dengan Klasifikasi ini kelompok ini maka dapat dirumuskan, penyusunan
dan dialokasikan program dan kegiatan pembangunan pertanian.
Meningkatkan kelas kelompok tani. Terdapat 1040 kelompok tani dengan kelas Pemula yang
harus dinaikkan menjadi kelompok tani kelas Lanjutan
a. Melakukan penilaian, pelaporan dan evaluasi secara periodik tentang kegiatan
peningkatan kemampuan kelompok tani. Dimana hal tersebut digunakan untuk
pemberdayaan kelompok tani secara berjenjang dari kelompok tani pemula menjadi
kelompok tani lanjutan, kelompok tani lanjutan menjadi kelompok tani madya dan
kelompok tani madya menjadi kelompok tani utama.
Halaman 172
b. Melakukan perbaikan administrasi kelembagaan dan pembukuan kepada kelompok tani
kelas pemula dan mendorong kelompok- kelompok tani untuk melakukan pertemuan
secara rutin, setidaknya setiap desa terdapat 1 kelompok tani melakukannya pertemuan
rutin setiap bulan.
c. Memperkuat permodalan usaha kelompok-kelompok dengan hibah/ penyediaan
prasarana dan sarana produksi melalui kerjasama ketersediaannya untuk pemanfaatan
secara effisien dan efektif;
d. Memberikan bantuan penataan management, kegiatan yang diperlukan adalah
pelatihan management, monitoring dan evaluasi management kelembagaan, bantuan
legalitas (badan hukum) kelembagaan, struktur organisasi Kelembagaan petani;
e. Memperkuat jaringan kelembagaan petani melalui peningkatan aksesbilitas informasi
dan teknologi.
f. Mendorong kelompok tani agar lebih berperan dalam musrenbangdes.
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Mendorong semua kelompok tani untuk melakukan pertemuan rutin
Mendorong semua kelompok tani untuk melakukan pertemuan rutin
Mendorong semua kelompok tani untuk melakukan pertemuan rutin
Mendorong semua kelompok tani untuk melakukan pertemuan rutin
Mendorong semua kelompok tani untuk melakukan pertemuan rutin
Halaman 173
Melakukan penilaian kelas kelompok petani
Melakukan penilaian kelas kelompok petani
Melakukan penilaian kelas kelompok petani
Melakukan penilaian kelas kelompok petani
Melakukan penilaian kelas kelompok petani
Melakukan pembinaan administrasi dan management kepada kelompok tani
Melakukan pembinaan administrasi dan management kepada kelompok tani
Melakukan pembinaan administrasi dan management kepada kelompok tani
Melakukan pembinaan administrasi dan management kepada kelompok tani
Melakukan pembinaan administrasi dan management kepada kelompok tani
7) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir.
a. Mengembangkan teknologi informasi yang menunjang kebutuhan informasi dan
teknologi pertanian bagi petani dan stakeholder pertanian.
b. Meremajakan dan meningkatkan alat mesin Unit Pelaksana Teknis Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian.
c. Bekerjasama dengan Perguruan Tinggi / balai penelitian/ NGO untuk melakukan riset
pengembangan teknologi urusan pertanian lokal Kabupaten Probolinggo;
d. Mendorong inovasi di bidang pertanian baik oleh masyarakat maupun oleh ASN di
Lingkungan Kabupaten Probolinggo.
Halaman 174
e. Meningkatkan penggunaan teknologi pasca panen, terutama penyimpanan komoditi
hortikultura, sehingga komoditi hortikultura yang sifatnya perrissible dapat lebih
bertahan lama. Diharapkan hal ini bisa menaikkan nilai tawar petani hortikultura.
f. Memperbanyak penggunaan teknologi offsession dalam budidaya tanaman buah
mangga dan alpokat.
g. Meningkatkan promosi komoditi Kabupaten Probolinggo unggul.
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Bekerja sama dengan Balai Penelitian di kementerian Pertanian atau dengan Perguruan Tinggi
Bekerja sama dengan Balai Penelitian di kementerian Pertanian atau dengan Perguruan Tinggi
Bekerja sama dengan Balai Penelitian di kementerian Pertanian atau dengan Perguruan Tinggi
Bekerja sama dengan Balai Penelitian di kementerian Pertanian atau dengan Perguruan Tinggi
Bekerja sama dengan Balai Penelitian di kementerian Pertanian atau dengan Perguruan Tinggi
Penyusunan SOP pasca panen dan pengolahan alat mesin pertanian
Penyusunan SOP pasca panen dan pengolahan alat mesin pertanian
Penyusunan SOP pasca panen dan pengolahan alat mesin pertanian
Penyusunan SOP pasca panen dan pengolahan alat mesin pertanian
Penyusunan SOP pasca panen dan pengolahan alat mesin pertanian
Pengadaan Prasarana bagi UPT DKPP
Pengadaan Prasarana bagi UPT DKPP
Pengadaan Prasarana bagi UPT DKPP
Pengadaan Prasarana bagi UPT DKPP
Pengadaan Prasarana bagi UPT DKPP
Halaman 175
VI. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN
Program kegiatan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo Tahun 2019-2023 mengacu kepada RPJMD Kabupaten
Probolinggo tahun 2019-2023 , dimana terdapat beberapa program yang harus diemban oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian. Berikut ini
merupakan disampaikan tentang program-program utama.
Peningkatan Ketahanan Pangan, program ini digunakan meningkatkan ketersediaan pangan, meningkatkan cadangan pangan, menyediakan
informasi distribusi pangan, pemasyarakatan konsumsi yang aman, bergizi, beragam, dan seimbang, penanganan kerawanan pangan.
Program Peningkatan Produktivitas dan mutu Tanaman Pangan dan Hortikultura
Program ini digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman pangan dan hortikultura dengan cara membenahi permasalahan pra
budidaya, budidaya, pasca panen, dan pemasaran hasil komoditi pertanian,
Program Peningkatan Produksi Tanaman Perkebunan, program ini digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman perkebunan,
Program ini digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman pangan dan hortikultura dengan cara membenahi permasalahan pra
budidaya, budidaya, pasca panen, dan pemasaran hasil komoditi pertanian,
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, program digunakan untuk meningkatan kualitas sumber daya manusia dan kelembagaan petani yang
ada. Dengan peningkatan kualitas SDM dan kelembagaan dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat petani. Dimana representasi dari indikator
peningkatan pendapatan dalam bidang pertanian adalah R/C Ratio (ukuran efisiensi suatu usaha yang dapat dilihat dari rasio perbandingan antara
penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi pada usaha tani).
Halaman 176
Program Penyediaan Sarana dan Prasarana Pertanian, Program ini digunakan untuk menyediakan segala yang berhubungan dengan kebutuhan
para petani seperti pupuk pestisida, kebutuhan air, dan alat mesin pertanian.
Program Pelayanan Administrasi Umum Perkantoran, Program ini digunakan untuk mendukung kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan pertanian
melalui SDM yang berkualitas, Penyediaan dana, dan penyediaan perencanaan bagi operasional seluruh karyawan yang dimiliki oleh Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian.
Berikut ini disampaikan tabel yang menyebutkan program kegiatan beserta indikator-indikator yang harus dicapai :
Halaman 177
Tabel 6.1. Rencana Program, Kegiatan, dan Pendanaan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo TA 2019-2023
Tu
jua
n
Ind
ikato
r T
uju
an
Ta
hu
n 2
023
Sasara
n
Ind
ikato
r S
asara
n Target indikator
Sasaran
Program dan Kegiatan
Indikator Kinerja
Program (Outcome)
dan Kegiatan (output)
Target Tahun 2019
Target Tahun 2020
Target Tahun 2021
Target Tahun 2022
Target Tahun 2023
Tahun Akhir
Ta
hu
n 2
019
Ta
hu
n 2
020
Ta
hu
n 2
021
Ta
hu
n 2
022
Ta
hu
n 2
023
Target Pagu
Indikatif (Rpjuta)
Target Pagu
Indikatif (Rpjuta)
Target Pagu
Indikatif (Rpjuta)
Target Pagu
Indikatif (Rpjuta)
Target Pagu
Indikatif (Rpjuta)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pen
ing
kata
n K
eta
ha
nan
Pan
ga
n
Ketersediaan Pangan dan Cadangan Pangan
Pen
ing
kata
n K
eta
ha
nan
Pan
ga
n
Ketersediaan Pangan dan Cadangan Panga
Peningkatan Ketahanan Pangan
1.094
2.300
2.300
2.300
2.300
Indikator Kinerja Program
Ketersediaan bahan
pangan pokok
110.836 ton
110.668 ton
110.487 ton 110.303
ton 110.112
ton 110.112
ton
Kete
rsedia
an e
nerg
i dan p
rote
in p
er
kapita 9
0%
th 2
023
90%
Kete
rsedia
an e
nerg
i dan p
rote
in p
er
kapita 9
0%
per
tahun
80%
82%
86%
88%
90%
Jumlah cadangan
pangan 12 ton 100 ton 200 ton 250 ton 391 ton
jumlah desa rawan
pangan 16 desa 16 desa 16 desa 16 desa 16 desa 16 desa
Informasi distribusi
pangan 20% 40% 60% 80% 100% 100%
Skor PPH 85 % 85 % 85 % 85 % 85 % 85 %
Halaman 178
Penguata
n cadangan p
angan 1
00 %
tahun 2
023
391 T
on
Penguata
n cadangan p
angan 1
00 %
per
tahun
12 t
on
100 t
on
200 t
on
250 t
on
391 t
on
Peningkatan Ketersediaan
dan Cadangan
pangan
Penguatan cadangan pangan (pembangunan gudang pangan)
20 desa
1.200
20 desa
1.200
20 desa
1.200
20 desa
1.200
90 desa
Fasilitasi ketesediaan pangan
100% 100% 100% 100% 100%
Pemanfaatan Pekarangan untuk pangan
10 desa 10 desa 10 desa 10 desa 50 desa
Penanganan kerawanan pangan
12 kali 12 kali 12 kali 12 kali 60 kali
Menyusun dan menganalisis Neraca Bahan Pangan (NBM)
2 kali 2 kali 2 kali 2 kali 10 kali
Peningkatan Konsumsi
dan Keamanan
Pangan
Survei Keamanan Pangan segar
100 sample
100 sample
100 sample
100 sample
100 sample
Penganekaragaman pangan / Pemasyarakatan B2SA
Distribusi Pangan dan Akses Pangan
Distribusi Pangan dan Akses Pangan
Peningkatan Distribusi
Pangan dan Stabilisasi
Harga Pangan
Ketersediaan informasi pasokan, harga, dan akses pangan per desa
120 desa/ semester
400
180 desa/
semester
400
240 desa/
semester
400
330 desa/
semester
400
330 desa/
semester
Kete
rsedia
a
n in
form
asi
pasokan,
harg
a,
dan
akses
pangan p
er
desa t
ahun
2023
Kete
rsedia
a
n in
form
asi
pasokan,
harg
a,
dan
akses
pangan p
er
desa p
er
tahun
100%
20%
40%
60%
80%
100%
Stabilitas harga dan pasokan pangan
120 desa/ semester
180 desa/
semester
240 desa/
semester
330 desa/
semester
330 desa/ semester
Halaman 179
Penyusunan Rencana Aksi peningkatan akses pangan masyarakat
1
dokumen
Peningkatan Pelayanan
Unit Pelaksanan
Teknis Pangan
Melaksanakan uji sertifikat pangan
0 uji
20 uji
200
50 uji
200
50 uji
200
50 uji
200
170 uji
Melakukan Transaksi keuangan pelayanan pangan dengan masyarakat
0 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan 5 tahun
Melakukan pemeliharaan aset UPTD
0 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan 5 tahun
Sta
bili
tas h
arg
a p
angan
dan p
asokan
pangan 1
00 %
tahun 2
023
100%
Sta
bili
tas h
arg
a p
angan d
an p
asokan
pangan
per
tahun
20%
40%
60%
80%
100%
Pengem-bangan
Cadangan Pangan Daerah
Pembinaan lembaga cadangan pangan
16 lembaga
998
16 lembag
a
Penyediaan cadangan pangan pemerintah
12 ton 12 ton
Penyediaan data ketersediaan pangan
12 bulan 12
bulan
Halaman 180
Pembangunan lumbung, lantai jemur dan rumah RMU
1 paket 1 paket
Penyediaan bantuan RMU bagi masyarakat
1 unit 1 unit
Pemasyara-katan Pola
Pangan Berbasis
B2SA
48
Sosialisasi penerapan pola pangan berbasis B2SA
9 pertemu
an
9 pertemu
an
Penganekara
gam
an
dan K
eam
anan P
angan
Peningkatan Pengolahan
dan Penganekaragaman Pangan
48
Penganekara
gam
an
dan K
eam
anan
Pangan
Fasilitasi operasional sistem pengolahan bahan pangan
100 orang
100
orang
Program Pembinaan Lingkungan Sosial di Bidang Ketahanan Pangan
Indikator Kinerja Program
350
600
600
600
600
Pencapaia
n s
kor
PP
H
90%
tahun 2
023
Pencapaia
n s
kor
PP
H
per
tahun
Jumlah desa yang turun status rawan pangan
12 desa 8 desa 5 desa 2 desa 0 desa 0 desa
90%
72%
75%
80%
80%
90%
Peningkatan pendapatan rumah tangga miskin
200 KK 200 KK 200 KK 200 KK 200 KK 1000
KK
Halaman 181
Pengaw
asan d
an P
em
bin
aan K
eam
anan
Pangan 8
0%
pada t
ahun 2
023
80%
P
engaw
asan d
an P
em
bin
aan K
eam
anan
Pangan p
er
tahun
30%
40%
60%
70%
80%
Pembinaan dan
Ketrampilan Kerja bagi
Masyarakat melalui Usaha
Pengolahan Bahan
Pangan Potensi Lokal
Bidang Ketahanan
Pangan
Sosialisasi dan pembinaan benih tanaman sayuran dan buah-buahan
340 0rang
100
200
200
200
200
Bantuan Sarana
Produksi, Bibit/benih
Perkebunan, Ternak bagi Masyarakat/
Kelompok Masyarakat
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Bantuan benih tanaman sayuran dan buah-buahan dan sarana produksi pertanian
10 paket
154
Penanganan K
era
wanan P
angan 100 %
tahun 2
023
Penanganan K
era
wanan P
angan 1
00 %
per
tahun
20
%
40
%
60
%
80
%
10
0%
Pembinaan dan Pelatihan
Kerja Bagi Tenaga Kerja
dan Masyarakat
melalui Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Sosialisasi dan pembinaan budidaya tanaman sayuran dan buah-buahan
10 desa
96
400
400
400
400
Halaman 182
Pen
ing
kata
n P
DR
B l
ap
an
ga
n U
sah
a P
ert
an
ian
Persentase peningkatan PDRB
Penin
gkatn
ya p
roduksi ta
nam
an P
ert
ania
n
Persentase peningkatan Produksi
Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan mutu Komoditi Pertanian
Indikator Kinerja Program
6.400
4.700
5.200
5.300
5.500
Produktivitas Tanaman Pangan dan Hortikultura
Padi (ton/ha)
5,40 5,43 5,46 5,50 5,60 5,60
- T
an.
pangan
Ø T
an.
pangan
2%
2%
2%
2%
2%
Jagung (ton/ha)
4,40 4,44 4,46 4,50 4,60 4,60
10%
Bawang
merah (ton/ha) 7,80 8,00 8,50 9,00 9,50 9,50
- T
an.
hort
ikultura
Ø T
an.
hort
ikultura
2%
2%
2%
2%
2%
Kentang (ton /
ha) 12,00 12,40 12,80 13,00 13,50 13,50
10%
Mangga (kg / pohon)
43,00 44,00 45,00 46,00 47,00 47,00
- T
an p
erk
ebunan
10%
Ø T
an. P
erk
ebunan
2%
2%
2%
2%
2%
Alpokat (kg /
pohon 45,00 46,00 47,00 48,00 49,00 50,00
SOP dan GAP Tanaman Pangan dan Hortikultura
Halaman 183
- Jasa P
ert
ania
n
10%
Ø J
asa P
ert
ania
n
2%
2%
2%
2%
2%
Peningkatan Pengendalian
Organisme Pengganggu
Tanaman Pangan dan Hortikultura
Pemetaan dan rekomendasi pengendalian serangan hama penyakit tanaman pangan dan hortikultura
100%
500
100%
700
100%
700
100%
900
100%
900
100%
Penyediaan teknologi pengendalian serangan hama penyakit tanaman pangan dan hortikultura
5 SOP 5 SOP 5 SOP 10 SOP 10 SOP 35 SOP
Fasilitasi Pengendalian PHT 420 Ha
1.000 Ha
1.500 Ha 2.000 Ha 2.000 Ha 2.000
Ha
Fasilitasi RPH, PPAH 48 unit 48 unit 64 unit 64 unit 64 unit 64 unit
Pengembangan Unit
Pengolahan Benih Padi
Fasilitasi operasional proses produksi benih padi bersertifikat
20 ton
20 ton
Pembangunan Prasarana pendukung proses pembenihan
1 paket
Halaman 184
Pengemba-ngan Unit
Perbenihan Kentang
Fasilitasi operasional proses produksi benih kentang bersertifikat
24 ton
24 ton
Pembangunan Prasarana pendukung proses pembenihan tanaman kentang
Pengem-bangan
Tanaman Hortikultura
Unggulan
Bantuan benih alpokat
1400 benih
1400 benih
Bantuan benih klengkeng
500 benih
500
benih
Pengembang-an Unit
Pembenihan Hortikultura
Proses produksi benih klengkeng
350 benih
Proses produksi benih alpokat
500 benih
Pembangunan bak penampung dan perpipaan
1 unit 0 0 0 0 1 unit
Peningkatan Pelayanan
Unit Produksi Benih
Tanaman Pangan
Proses pembenihan tanaman pertanian Pangan
1.900
700
900
900
900
Halaman 185
Melaksanakan pelayanan Jasa Pertanian kepada masyarakat tanaman pertanian
Melakukan Transaksi keuangan pelayanan pertanian dengan masyarakat
Melakukan pemeliharaan aset UPTD
1
Peningkatan
Pelayanan Unit Produksi
Benih Tanaman
Hortikultura
Proses pembenihan tanaman Hortikultura
1.700
1.000
1.000
1.000
1.000
Melaksanakan pelayanan Jasa Pertanian kepada masyarakat tanaman pertanian
Melakukan Transaksi keuangan pelayanan pertanian dengan masyarakat
Halaman 186
Melakukan pemeliharaan aset UPTD
Peningkatan Produktivitas
dan Mutu Tanaman
Pangan
Penyediaan benih unggul tanaman pangan
90.000 Ha
800
90.000 Ha
800
120.000 Ha
900
120.000 Ha
800
120.000 Ha
800
120.000 Ha
Penyediaan teknologi produksi budidaya dan pasca panen tanaman pangan
8 SOP 8 SOP 8 SOP 8 SOP 8 SOP 8 SOP
Peningkatan
Produktivitas dan Mutu Tanaman
Hortikultura
Penyediaan benih unggul tanaman hortikultura
26.265 Ha
1.500
27.400 Ha
1.500
28.228 Ha
1.700
28.830 Ha
1.700
29.328 Ha
1.900
30.500 Ha
Eradikasi Tanaman buah tahunan yang tidak produktif
0
Penyediaan teknologi produksi budidaya dan pasca panen tanaman hortikultura
15 SOP 15 SOP 20 SOP 20 SOP 30 SOP 30 SOP
Program Peningkatan Produksi
Indikator Kinerja Program
1.600
1.800
1.800
1.800
1.900
Halaman 187
Tanaman Perkebunan
Produktivitas Tanaman Perkebunan
Kopi (ton/ha kopi berasan) 1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,4
Tebu (ton/ha tebu batangan)
80 81 82 83 84 84
Tembakau (ton/ha) 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3
Penerapan SOP dan GAP Tanaman Perkebunan
Pengendalian Organisme
Pengganggu Tanaman
Perkebunan
Penurunan serangan OPT tanaman perkebunan
2%/ tahun
300
2% /tahun
400
2%/ tahun
300
2%/ tahun
300
2%/ tahun
300
2% / tahun
Pemetaan dan rekomendasi pengendalian serangan hama penyakit tanaman perkebunan
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Penyediaan teknologi pengendalian serangan hama penyakit tanaman perkebunan
4 SOP 4 SOP 4 SOP 4 SOP 4 SOP 4 SOP
Halaman 188
Peningkatan Produktivitas
dan Mutu Tanaman
Perkebunan Semusim
Penyediaan teknologi produksi budidaya dan pasca panen tanaman perkebunan semusim
3 SOP dan 3
GAP
500
3 SOP dan 3 GAP
600
3 SOP dan 3 GAP
600
3 SOP dan 3 GAP
600
3 SOP dan 3 GAP
700
12 SOP dan 12 GAP
Peningkatan Produktivitas
dan Mutu Perkebunan
Tahunan
Penyediaan teknologi produksi budidaya dan pasca panen tanaman perkebunan tahunan
3 SOP dan 3 GAP
800
3 SOP dan 3 GAP
800
3 SOP dan 3 GAP
900
3 SOP dan 3 GAP
900
3 SOP dan 3 GAP
900
12 SOP dan 12 GAP
Eradikasi Tanaman Perkebunan tahunan yang tidak produktif
100 batang
100 batang
100 batang
100 batang
100 batang
400 batang
Program Penyediaan Sarana dan Prasarana Pertanian
Indikator Kinerja
Program
13.000
13.000
13.000
13.000
13.000
Ketersediaan Sarana Produksi
Air irigasi (Ha)
54.803
54.803
54.803
54.803
54.803
54.803
Pupuk (persentase)
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Alat mesin pertanian (Ha)
21.600
21.600
21.600
21.600
21.600
21.600
Pestisida (bulan)
12
12
12
12
12
12
Halaman 189
Keterse-diaan PraSarana Produksi
Lahan sawah irigasi (Ha)
34.252
34.252
34.252
34.252
34.252
34.252
Jalan Produksi dan usaha tani (unit)
12
12
12
12
12
12
Lahan non sawah
45.397
45.397
45.397
45.397
45.397
45.397
Peningkatan Pengelolaan
Lahan dan Air
Pengawasan dan fasilitasi penerapan LP2B
200 persil
10.000
300 persil
10.000
400 persil
10.000
500 persil
10.000
600 persil
10.000
2000 persil
Perbaikan fasilitas dan kualitas lahan pertanian 50 desa 50 desa 50 desa 50 desa 100 desa
300 desa
Penyediaan teknologi air irigasi pertanian di lahan kering dan lahan sawah
800 Ha 800 Ha 800 Ha 800 Ha 800 Ha 4000 Ha
Penyediaan Pupuk dan
Pestisida Pertanian
Pengawasan dan penyediaan pupuk dan pestisida pertanian sesuai perundangan
180.000 Ha
1.000
180.000 Ha
1.000
180.000 Ha
1.000
180.000 Ha
1.000
180.000 Ha
1.000
180.000 Ha
Halaman 190
Peningkatan jumlah produsen dan kualitas bahan pupuk organik aktif
- 5
produsen
5 produsen
5 produsen
5 produsen
20 produse
n
Peningkatan Penyediaan
Alat dan Mesin
Pertanian
Pengawasan dan penoptimalan alat mesin pertanian di kabupaten Probolinggo
24 kecamat
an
2.000
24 kecamat
an
2000
24 kecamat
an
2000
24 kecamat
an
2.000
24 kecamata
n
2.000
24 kecamat
an
Pengembangan alat dan mesin pertanian di kabupaten Probolinggo
200 unit
200 unit
200 unit 200 unit 200 unit 1000 unit
Program Pembinaan Lingkungan Sosial di Bidang Pertanian
Indikator Kinerja Program
250
250
250
250
250
Peningkatan pendapatan petani miskin
(%)
20% 20% 20% 20% 20% 100%
Bantuan Sarana
Produksi, Bibit/ Benih
Perkebunan, Ternak Bagi Masyarakat/
Kelompok Masyarakat
150
150
150
150
150
Bantuan benih lada dan saprodi budidaya lada bagi petani miskin
50 KK 50 KK 50 KK 50 KK 50 KK 250 KK
Halaman 191
Pembinaan dan Pelatihan
Ketrampilan Kerja bagi
Tenaga Kerja dan
Masyarakat melalui
Pengembang-an Budidaya
Tanaman Perkebunan
Pembinaan dan pelatihan
50 KK
100 50 KK
100
50 KK
100 50 KK
100
50 KK
100 250 KK
Program Peningkatan Kualitas Bahan baku
Peningkatqn harga komoditi tembakau
Rp 40 rb/kg
2.300
Rp 40 rb/kg
2.300
Rp 40 rb/kg
2.300
Rp 40 rb/kg
2.300
Rp 40 rb/kg
2.300
Rp 40 rb/kg
Penerapan Pembudidaya
an sesuai dengan Good
Agricultural Practices
Tembakau
Penyusunan SOP tembakau
2 SOP
600
2 SOP
600
2 SOP
600
2 SOP
600
2 SOP
600
10 SOP
Pembinaan budidaya tembakau
2 GAP 2 GAP 2 GAP 2 GAP 2 GAP 10 GAP
Penerapan SOP tembakau
Penanganan Panen dan
Pasca Panen
Pembinaan panen dan pasca panen 20
poktan 300
20 poktan
300 20
poktan 300
20 poktan
300 20
poktan 300
100 poktan
Dukungan Sarana dan Prasarana
Usaha Tani Tembakau
Bantuan sarana budidaya tembakau
20 poktan
400 20
poktan 400
20 poktan
400 20
poktan 400
20 poktan
400 100
poktan
Halaman 192
Bantuan pasca panen tembakau
20 poktan
20
poktan
20 poktan
20
poktan
20 poktan
100
Poktan
Penumbuhan dan
Penguatan Kelembagaan
Peningkatan klas kelompok petani tembakau
30 poktan
800 30
poktan 800
30 poktan
800 30
poktan 800
30 poktan
800 30
poktan
Penerapan Inovasi Teknis
Kajian dan rekomendasi budidaya tembakau 1 kajian 200 1 kajian 200 1 kajian 200 1 kajian 200 1 kajian 200 1 kajian
Program Peningkatan Kesejahteraan petani
Indikator Kinerja Program
2.200
2.200
2.200
2.200
2.200
Peningkatan Akses informasi dan teknologi pertanian ke petani
Reneww Cost Rasio(R/C Ratio)
Padi 1,70 1,70 1,70 1,70 1,70 1,70
Jagung 1,60 1,62 1,64 1,66 1,68 1,68
Bawang merah
1,41 1,41 1,46 1,48 1,55 1,60
Kentang 1,44 1,44 1,50 1,55 1,60 1,60
Kopi 1,50 1,52 1,56 1,65 1,70 1,70
Tembakau 1,40 1,40 1,50 1,55 1,60 1,60
Halaman 193
Peningkatan kelas
kelompok (kelompok)
10 100 100 100 100 410
Peningkatan Kapasitas
Kelembagaan Pertanian
Peningkatan kapasitas kelembagaan petani
10 poktan
1.000
10 poktan
1.000
20 poktan
1.000
20 poktan
1.000
20 poktan
1.000
80 poktan
5 poktan lanjutan
5 poktan lanjutan
5 poktan lanjutan
5 poktan lanjutan
5 poktan lanjutan
25 poktan
lanjutan
Peningkatan Program dan
Informasi Penyuluhan
Penyediaan teknologi informasi bagi petani dan masyarakat pertanian secara online dan offline
1 sistem
500
1 sistem
500
1 sistem
500
1 sistem
500
1 sistem
500
1 sistem
Penyusunan programa, monitoring dan evaluasi proses penyuluhan pertanian dan pangan
24 kec 24 kec 24 kec 24 kec 24 kec 120 kec
Pengembangan metode penyuluhan pertanian 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali 10 kali
Halaman 194
Pengembang-an Agribisnis
Peningkatan kapasitas ekonomi (nilai omzet, kemitraan, analisa usaha tani, dan pembiayaan) kelompok tani Lanjutan, Madya, dan Utama.
24 poktan
700
30 Poktan
700
40 Poktan
700
50 Poktan
700
60 Poktan
700
60 Poktan
NIL
AI S
AK
IP
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Nilai Sakip A
2.610
A
2.620 A
2.820
A
2.820 A
2.820
A
Pelayanan
Managemen Kepegawaian
Fasilitasi PNS dan Non PNS
900
900
900
900
900
Pelayanan Administrasi
Umum
Penyediaan Listrik, Air, Internet
12 kali
1.500
12 kali
1.500
12 kali
1.700
12 kali
1.700
12 kali
1.700
60 kali
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
12 kali 12 kali 12 kali 12 kali 12 kali 60 kali
Operasional umum 12 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan
60 bulan
Perjalanan Dinas 12 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan
60 bulan
Penatausaha-an dan
Pelaporan Keuangan
Pembayaran honorarium Penataan keuangan
12 kali
60 12 kali
70
12 kali
70 12 kali
70
12 kali
70 60 kali
Halaman 195
Penyusunan Perencanaan
dan Pelaporan
Program
RKA / DPA 2
dokumen
150
2 dokumen
150
2 dokumen
150
2 dokumen
150
2 dokumen
150
10 dokumen
Rentra 1 dokume
n
1 dokume
n
1 dokumen
1 dokumen
1 dokumen
1 dokumen
Renja 2 dokume
n
2 dokume
n
2 dokumen
2 dokumen
2 dokumen
10 dokumen
Statistik Produksi Tan Pertanian
141 komoditi
141 komoditi
141 komoditi
141 komoditi
141 komoditi
141 komoditi
Monitoring program kegiatan
4 kali 4 kali 4 kali 4 kali 4 kali 20 kali
LKjIP 1 dokumen
1 dokumen
1 dokumen
1 dokumen
1 dokumen
5 dokumen
Laporan Keuangan
1 dokumen
1 dokumen
1 dokumen
1 dokumen
1 dokumen
5 dokumen
Publikasi dan pelaporan 24 kali 24 kali 24 kali 24 kali 24 kali 120 kali
29.804 29.770 30.470 30.570 30.870
Halaman 198
VII. KINERJA PENYELENGGARAAN
URUSAN PANGAN DAN URUSAN PERTANIAN
Kinerja penyelenggaraan urusan pangan dan urusan pertanian mempunyai
Tujuan dan sasaran yang harus dicapai. Secara umum urusan pangan berkaitan
dengan Ketahanan Pangan yang ada di Kabupaten Probolinggo sedang untuk urusan
pertanian berkaitan dengan peningkatan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
Kabupaten Probolinggo Bidang Pertanian. Dimana Pencapaian kinerja urusan
ketahanan pangan dan Urusan pertanian akan dilakukan secara bertahap dalam waktu
lima tahun. Secara teknis data pencapaian ini harus tersedia selama lima tahun
Secara umum target kinerja yang harus dicapai selama 5 tahun ke depan
tercantum dalam tabel 7.1. dari tabel ini maka bisa dirinci lagi dari segi teknis yang
bisa diperoleh dengan lebih sederhana dan lebih operasional . Di sini kemampuan
teknis dari personel di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian diperlukan sesuai
kompetensi dalam pengelolaan data dan analisisnya.
Berikut ini disampaikan beberapa target yang harus dicapai selama 5 tahun ke
depan. Dalam bentuk tabel Perencanaan konsumsi, kebutuhan pangan, dan
Penyediaan pangan penduduk Kabupaten Probolinggo tahun 2019-2023, dan produksi
per komoditi per kecamatan.
Halaman 199
Tabel 7.1. Indikator Kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
No Indikator Sasaran Kondisi Kinerja awal periode
RPJMD
Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja Akhir Periode
RPJMD Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
A Peningkatan Ketahanan Pangan
Ketersediaan dan Cadangan Pangan
1 Ketersediaan pangan (beras) 124.688 ton 110.836 ton
110.668 ton
110.487 ton
110.303 ton
110.112ton 110.112 ton
2 Penguatan cadangan pangan 0 ton 12 ton 100 ton 200 ton 250 ton 391 ton 391 ton
Distribusi dan Akses Pangan
3 Ketersediaan informasi pasokan, harga, dan akses pangan per desa
0 % 20% 40% 60% 80% 100% 100%
4 Stabilitas harga dan pasokan pangan 0 % 20% 40% 60% 80% 100% 100%
Penganekaragaman dan Keamanan Pangan
5 Pencapaian skor PPH 72% 74,5% 75,7% 76,9% 78,1% 79,3% 79,3%
6 Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan
0 % 30% 40% 60% 70% 80% 80%
7 Penanganan Kerawanan Pangan 0 % 20% 40% 60% 80% 100% 100%
B Peningkatan Produksi
1 Tanaman Pangan 2% 2% 2% 2% 2% 10%
2 Tanaman Hortikultura 2% 2% 2% 2% 2% 10%
3 Tanaman Perkebunan 2% 2% 2% 2% 2% 10%
Halaman 200
Tabel 7.2. Target skor PPH Konsumsi pangan Penduduk Tahun 2019-2023
No Kelompok Pangan Tahun Dasar 2017
Target
2019 2020 2021 2022 2023
1 Padi-padian 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0
2 Umbi-umbian 1.2 1.4 1.4 1.5 1.5 1.6
3 Pangan Hewani 10,4 11,5 12,1 12,7 13,3 13,9
4 Minyak dan Lemak 4,9 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
5 Buah/ biji berminyak 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 0,5
6 Kacang-kacangan 8,0 8,2 8,3 8,3 8,4 8,5
7 Gula 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
8 Sayur dan buah 19,7 20,6 21,1 21,5 22,0 22,4
9 Lain-lain -- -- -- -- -- --
Skor PPH 72,0 74,5 75,7 76,9 78,1 79,3
Sumber : Laporan akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
Kelompok pangan padi-padian dan gula merupakan kelompok pangan dengan
target skor PPH tetap pada tahun 2019-2023. Sementara kelompok lain perlu
ditingkatkan.
Pencapaian skor PPH menjadi target konsumsi pangan yang beragam, bergizi,
seimbang untuk seluruh penduduk Kabupaten Probolinggo tahun 2019-2023.
Kelompok padi-padian kecuali terigu masih mendominasi kontribusi energi, dan hal ini
kurang baik bagi kualitas konsumsi pangan penduduk yang dapat dilihat berdasarkan
nilai skor PPH. Berikut ini disajikan target konsumsi pangan penduduk tahun 2019-2023
Tabel 7.3. Target konsumsi pangan penduduk tahun 2019-2023
Kelompok Pangan Tahun Dasar 2017
Target Konsumsi Pangan (kg/kapita/tahun)
2019 2020 2021 2022 2023
Padi-padian
Beras 97,8 85,9 85,3 84,6 84 83,3
Jagung 7,3 5,4 5,4 5,3 5,3 5,2
Terigu 14,0 14,0 14,0 14,0 14,0 14,0
Halaman 201
Umbi-umbian
Singkong 13,6 17,1 18,1 19,1 20,1 21,1
Ubi Jalar 0,8 1,0 1,1 1,1, 1,2 1,2
Sagu 2,8 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9
Pangan Hewani
Daging ruminansia 1,3 2,7 2,8 3,0 3,2 3,4
Daging unggas 3,0 6,7 7,2 7,6 8,0 8,5
Telur 5,5 5,6 5,9 6,3 6,6 7,0
Susu 0,8 3,0 3,2 3,4 3,6 3,8
Ikan 15,4 11,8 12,6 13,3 14,1 14,8
Minyak dan Lemak
Minyak kelapa 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Minyak sawit 8,5 8,6 8,7 8,7 8,8 8,8
Buah/ biji berminyak
Kelapa 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
Kemiri 0,4 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
Kacang-kacangan
Kacang kedelai 11,8 11,6 11,7 11,8 11,9 12,1
Kacang tanah 0,6 1,0 1,0 1,2 1,1 1,1
Gula
Gula pasir 11,9 11,8 11,8 11,7 11,7 11,7
Gula merah 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Sayur dan buah
Sayur 38,8 31,0 32,1 33,2 34,3 35,5
Buah 17,0 29,2 30,2 31,3 32,3 33,4
Sumber : Laporan akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
Sedang target penyediaan pangan diperhitungkan untuk mengetahui
seberapa banyak pangan yang harus disediakan oleh Kabupaten Probolinggo untuk
Halaman 202
memenuhi konsumsi penduduknya. Target penyediaan pangan dihitung mengacu
kepada kebutuhan manusia untuk hidup sehat dengan kata lain menuju skor PPH 100.
Tabel 7.4. Target penyediaan pangan penduduk Tahun 2019-2023
Kelompok Pangan Tahun Dasar 2017
Target Penyediaan Pangan (ton)
2019 2020 2021 2022 2023
Padi-padian
Beras 124.688,1
110.836,4
110.668,0 110.486,9 110.302,7 110.112,2
Jagung 9.335,8 6.958,6 6.947,8 6.936,7 6.925,1 6.913,2
Terigu 17.848,3 17.848,3 17.848,3 17.848,3 17.848,3 17.848,3
Umbi-umbian
Singkong 17.387,2 20.003,8 23.457,6 24.928,2 26.415,9 27.920,9
Ubi Jalar 996 1.296,6 1.382,3 1.469 1.556,6 1.645,3
Sagu 3.605,8 1.952,7 2.081,7 2.212,2 2.344,2 2.477,8
Pangan Hewani
Daging ruminansia 1.648,7 3.452,1 3.695,5 3.941,8 4.190,9 4.442,9
Daging unggas 3.847,9 8,694,1 9.307,1 9.927,3 10.554,7 11.189,4
Telur 7.031,1 7.183,7 7,690.2 8.202,7 8.721,1 9.245,5
Susu 1.051,8 3.933,4 4.210,8 4.491,3 4.775,2 5.062,3
Ikan 19.569 15.218,2 16.291,3 17.376,9` 18.475,1 19.586,1
Minyak dan Lemak
Minyak kelapa 174,8 173,2 175,5 177,9 180,2 182,6
Minyak sawit 10.803,5 11.100,1 11.247,3 11.396 11.546 11.697,5
Buah/ biji berminyak
Kelapa 489,4 699,4 827,1 957,1 1.088,3 1.221,0
Kemiri 465 791,2 1.082,7 1.082,7 1.231,1 1.381,3
Kacang-kacangan
Kacang kedelai 15.070,2 14.967,9 15.205,9 15.446,2 15.688,9 15.934,0
Kacang tanah 727,2 1.340,5 1.361,8 1.383,3 1.405,0 1.427,0
Gula
Gula pasir 15.111,9 15.207,9 15.261,0 15.314,2 15.367,4 15.420,8
Gula merah 283,3 295,3 296,3 297,4 298,4 299,4
Sayur dan buah
Sayur 49.458,5 39.980,1 41.676,3 43.391,8 45.126,6 46.880,9
Buah 21.678,0 37.631,5 39.228 40.842,7 42.475,6 44.126,9
Sumber : Laporan akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018.
Halaman 203
Perencanaan Produksi Tanaman Pangan, Tanaman Hortikultura, dan Tanaman
Perkebunan
Tabel 7.5. Target produksi di Kawasan Tanaman Pertanian tahun 2019-2023
Nama Komoditi dan kawasan
Tahun Dasar 2018
Target Produksi (ton)
2019 2020 2021 2022 2023
Padi (GKG)
Sukapura 84 86 88 89 91 93
Sumber 166 169 172 176 179 183
Kuripan 4.644 4.737 4.832 4.929 5.027 5.128
Bantaran 3.592 3.664 3.737 3.812 3.888 3.966
Leces 2.205 2.249 2.294 2.340 2.387 2.435
Tegalsiwalan 3.815 3.892 3.969 4.049 4.130 4.212
Banyuanyar 10.622 10.835 11.051 11.273 11.498 11.728
Tiris 7.417 7.565 7.717 7.871 8.029 8.189
Krucil 7.387 7.535 7.686 7.840 7.996 8.156
Gading 40.494 41.304 42.130 42.973 43.832 44.709
Pakuniran 19.379 19.766 20.162 20.565 20.976 21.396
Kotaanyar 8.895 9.073 9.254 9.439 9.628 9.821
Paiton 14.043 14.324 14.610 14.902 15.200 15.504
Besuk 20.281 20.687 21.100 21.522 21.953 22.392
Kraksaan 23.380 23.847 24.324 24.811 25.307 25.813
Krejengan 27.537 28.088 28.649 29.222 29.807 30.403
Pajarakan 12.319 12.566 12.817 13.073 13.335 13.602
Maron 29.702 30.296 30.902 31.520 32.150 32.793
Gending 8.782 8.957 9.136 9.319 9.506 9.696
Dringu 4.789 4.885 4.983 5.082 5.184 5.288
Wonomerto 7.439 7.588 7.740 7.895 8.053 8.214
Lumbang 6.579 6.711 6.845 6.982 7.122 7.264
Tongas 15.977 16.296 16.622 16.955 17.294 17.640
Sumberasih 9.810 10.007 10.207 10.411 10.619 10.831
Jagung
Sukapura 1.896 1.933 1.972 2.012 2.052 2.093
Sumber 2.155 2.198 2.242 2.286 2.332 2.379
Halaman 204
Kuripan 7.810 7.966 8.125 8.288 8.454 8.623
Bantaran 2.692 2.746 2.801 2.857 2.914 2.973
Leces 7.477 7.627 7.779 7.935 8.094 8.256
Tegalsiwalan 9.340 9.526 9.717 9.911 10.109 10.312
Banyuanyar 22.074 22.515 22.966 23.425 23.894 24.371
Tiris 6.870 7.007 7.148 7.291 7.436 7.585
Krucil 32.706 33.360 34.027 34.708 35.402 36.110
Gading 382 390 398 406 414 422
Pakuniran 3.422 3.490 3.560 3.631 3.704 3.778
Kotaanyar 3.909 3.987 4.067 4.149 4.232 4.316
Paiton 7.942 8.101 8.263 8.428 8.597 8.769
Besuk 369 376 384 392 399 407
Kraksaan 159 162 165 168 172 175
Krejengan - - - - - -
Pajarakan 187 191 194 198 202 206
Maron 11.391 11.619 11.851 12.088 12.330 12.576
Gending 5.377 5.484 5.594 5.706 5.820 5.937
Dringu 8.742 8.917 9.095 9.277 9.463 9.652
Wonomerto 13.547 13.818 14.094 14.376 14.663 14.957
Lumbang 2.462 2.512 2.562 2.613 2.665 2.719
Tongas 26.893 27.431 27.979 28.539 29.110 29.692
Sumberasih 17.817 18.173 18.537 18.908 19.286 19.671
Ubi Kayu
Sukapura 799 815 831 848 865 882
Sumber 11.093 11.315 11.542 11.772 12.008 12.248
Kuripan 11.217 11.441 11.670 11.903 12.141 12.384
Bantaran 464 473 483 492 502 512
Leces 2.344 2.390 2.438 2.487 2.537 2.587
Tegalsiwalan 1.893 1.931 1.969 2.008 2.049 2.090
Banyuanyar - - - - - -
Tiris 3.576 3.648 3.721 3.795 3.871 3.948
Krucil 6.580 6.712 6.846 6.983 7.123 7.265
Gading - - - - - -
Pakuniran 213 217 221 226 230 235
Kotaanyar 892 909 928 946 965 984
Paiton 439 448 457 466 475 485
Besuk - - - - - -
Kraksaan - - - - - -
Krejengan - - - - - -
Pajarakan - - - - - -
Maron - - - - - -
Gending - - - - - -
Halaman 205
Dringu - - - - - -
Wonomerto 8.183 8.346 8.513 8.683 8.857 9.034
Lumbang 1.940 1.979 2.018 2.058 2.100 2.142
Tongas 2.763 2.818 2.875 2.932 2.991 3.051
Sumberasih 319 325 332 338 345 352
Bawang Merah
Bantaran 45 46 47 48 49 50
Leces 4.520 4.611 4.703 4.797 4.893 4.991
Tegalsiwalan 11.775 12.010 12.250 12.495 12.745 13.000
Banyuanyar 4.004 4.084 4.165 4.249 4.334 4.420
Krucil 4 4 4 4 4 4
Kotaanyar 131 134 136 139 142 145
Paiton 118 120 123 125 128 130
Besuk 506 516 526 537 548 559
Kraksaan 117 119 121 124 126 129
Krejengan 1.272 1.298 1.324 1.350 1.377 1.405
Pajarakan 198 202 206 210 215 219
Maron 978 997 1.017 1.037 1.058 1.079
Gending 11.067 11.289 11.515 11.745 11.980 12.219
Dringu 20.644 21.057 21.478 21.907 22.345 22.792
Tongas 86 87 89 91 93 95
Sumberasih 596 607 620 632 645 657
Kentang
Sukapura 6.616 6.748 6.883 7.021 7.161 7.305
Sumber 17.725 18.080 18.441 18.810 19.186 19.570
Krucil 108 110 112 115 117 119
Lumbang 817 834 850 867 885 902
Cabe Besar
Sukapura 253 258 263 268 274 279
Bantaran 25 26 26 27 27 28
Banyuanyar 50 51 52 53 55 56
Tiris 57 58 59 61 62 63
Krucil 368 375 382 390 398 406
Pakuniran 104 106 108 110 113 115
Paiton 356 363 370 377 385 393
Kraksaan 1 1 1 1 2 2
Pajarakan 1 1 1 1 1 1
Maron 59 61 62 63 64 66
Wonomerto 7 7 7 7 7 7
Lumbang 3 3 3 3 3 3
Tongas 4 4 4 4 4 4
Sumberasih 3 3 3 3 3 3
Halaman 206
Cabe Rawit
Sukapura 27 28 28 29 29 30
Kuripan 2.000 2.040 2.081 2.122 2.165 2.208
Bantaran 187 190 194 198 202 206
Leces 686 700 714 728 743 758
Tegalsiwalan 1.314 1.341 1.367 1.395 1.423 1.451
Banyuanyar 2.180 2.224 2.268 2.313 2.360 2.407
Tiris 39 39 40 41 42 43
Krucil 106 108 110 112 115 117
Gading 12 12 12 13 13 13
Pakuniran 1.679 1.713 1.747 1.782 1.818 1.854
Kotaanyar 660 674 687 701 715 729
Paiton 133 136 139 141 144 147
Besuk 66 67 69 70 71 73
Kraksaan 6 6 6 6 6 6
Pajarakan 17 17 17 18 18 18
Maron 538 548 559 570 582 593
Gending 274 279 285 290 296 302
Dringu 327 333 340 347 354 361
Wonomerto 299 305 311 317 324 330
Lumbang 32 33 33 34 35 35
Tongas 8 8 9 9 9 9
Sumberasih 31 32 32 33 34 34
Alpukat
Sukapura 151 154 157 161 164 167
Sumber 47 48 49 50 51 52
Kuripan 139 142 145 148 150 153
Leces 4 4 5 5 5 5
Tegalsiwalan 44 45 46 47 48 48
Banyuanyar 105 107 109 111 113 116
Tiris 20.302 20.708 21.122 21.545 21.975 22.415
Krucil 203 207 211 215 219 224
Pakuniran 26 26 27 27 28 28
Kotaanyar 10 10 10 10 11 11
Paiton 8 8 8 8 9 9
Besuk 5 5 5 5 5 5
Kraksaan 1 1 1 1 2 2
Krejengan 3 3 3 3 3 3
Gending 2 2 2 2 2 2
Dringu 1 1 1 1 1 1
Wonomerto 1 1 1 1 1 1
Lumbang 65 66 67 69 70 71
Halaman 207
Tongas 5 5 5 5 5 6
Durian
Sukapura 78 79 81 82 84 86
Kuripan 6 6 6 6 6 6
Tiris 11.853 12.090 12.332 12.578 12.830 13.087
Krucil 333 339 346 353 360 367
Gading 69 70 71 73 74 76
Pakuniran 4 4 4 4 4 4
Besuk 1 1 1 1 1 1
Mangga
Sukapura 175 179 182 186 190 193
Sumber 18 18 19 19 19 20
Kuripan 700 714 728 743 758 773
Bantaran 1.589 1.621 1.653 1.686 1.720 1.755
Leces 238 243 248 253 258 263
Tegalsiwalan 171 174 177 181 185 188
Tiris 653 666 679 692 706 720
Krucil 62 64 65 66 67 69
Gading 3.012 3.072 3.133 3.196 3.260 3.325
Pakuniran 7.819 7.975 8.134 8.297 8.463 8.632
Kotaanyar 200 204 208 212 216 221
Paiton 150 153 156 159 162 166
Besuk 4.108 4.190 4.274 4.359 4.446 4.535
Kraksaan 581 593 604 616 629 641
Krejengan 271 276 282 287 293 299
Pajarakan 96 97 99 101 103 105
Maron 94 96 98 100 102 104
Gending 547 558 569 580 592 604
Dringu 1.349 1.375 1.403 1.431 1.460 1.489
Wonomerto 559 570 582 593 605 617
Lumbang 2.002 2.042 2.083 2.124 2.167 2.210
Tongas 2.380 2.427 2.476 2.525 2.576 2.627
Sumberasih 580 592 603 616 628 640
Manggis
Sukapura 3 3 3 3 3 3
Sumber 0 0 0 0 0 0
Tiris 477 487 497 506 517 527
Krucil 40 40 41 42 43 44
Tongas 2.380 2.427 2.476 2.525 2.576 2.627
Tebu
Sukapura 70 71 73 74 76 77
Leces 16.790 17.125 17.468 17.817 18.173 18.537
Halaman 208
Kotaanyar 1.050 1.071 1.092 1.114 1.137 1.159
Paiton 805 821 838 854 871 889
Pajarakan 5.425 5.534 5.644 5.757 5.872 5.990
Maron 26.300 26.826 27.363 27.910 28.468 29.038
Gending 5.901 6.019 6.140 6.263 6.388 6.516
Dringu 700 714 728 743 758 773
Tembakau Paiton Vo
Pakuniran 578 589 601 613 625 638
Kotaanyar 2.214 2.258 2.303 2.350 2.397 2.444
Paiton 1.300 1.326 1.353 1.380 1.407 1.435
Kraksaan 1.994 2.034 2.075 2.116 2.159 2.202
Krejengan 2.714 2.768 2.823 2.880 2.937 2.996
Pajarakan 101 103 105 107 110 112
Maron 886 903 921 940 959 978
Gending 14 14 14 14 15 15
Tembakau Kasturi
Sukapura 11 11 11 11 12 12
Tembakau Jawa
Wonomerto 574 585 597 609 621 633
Lada
Krucil 23 23 23 24 24 25
Cengkeh
Sukapura 43 44 45 46 46 47
Sumber 41 42 43 44 45 46
Tiris 46 47 48 49 50 51
Krucil 303 309 316 322 328 335
Lumbang 5 5 5 5 5 5
Kelapa
Sukapura 11 11 11 11 12 12
Sumber 13 13 13 14 14 14
Kuripan 59 61 62 63 64 66
Leces 23 23 24 24 25 25
Banyuanyar 181 185 188 192 196 200
Tiris 213 217 222 226 231 235
Krucil 128 130 133 135 138 141
Gading 429 438 446 455 464 474
Halaman 209
Pakuniran 22 22 23 23 24 24
Kotaanyar 22 23 23 23 24 24
Paiton 26 26 27 28 28 29
Kraksaan 11 11 11 11 11 12
Pajarakan 2 2 2 2 2 2
Maron 285 291 297 303 309 315
Gending 8 8 8 9 9 9
Dringu 2 2 2 2 2 2
Wonomerto 14 14 14 14 15 15
Lumbang 13 14 14 14 14 15
Kopi Arabika
Sukapura 123 125 128 131 133 136
Sumber 439 448 457 466 475 485
Tiris 9 9 9 10 10 10
Krucil 543 554 565 576 588 600
Lumbang 32 32 33 33 34 35
Kopi Robusta
Sukapura 87 89 90 92 94 96
Sumber 759 774 789 805 821 838
Tiris 4.095 4.177 4.260 4.346 4.433 4.521
Krucil 2.211 2.256 2.301 2.347 2.394 2.441
Gading 238 243 248 252 258 263
Pakuniran 450 459 468 477 487 496
Lumbang 46 47 48 49 50 51
Beberapa tanaman lainnya bisa bekembang tanpa intervensi yang minimal
dari pemerintah misalnya : kacang tanah, kacang hijau, pepaya, pisang, jambu, bawang
daun, wortel, tomat, jarak pagar, aren,asam jawa, dll.
Tata Kerja organisasi dalam pencapaian indikator kinerja
Dalam pencapaian kinerja melibatkan semua personel yang ada di Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian, setiap target yang menjadi tanggung jawab kepala
dinas akan didukung oleh setiap Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ada di Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian.
Halaman 210
Setiap Kepala Bidang yang ada di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian wajib
menyusun dan menyediakan bahan bagi peningkatan kinerja kepala dinas sesuai
tupoksi yang diberikan. Dimana bahan ini akan dilaksanakan oleh kelompok sasarana
yang dalam hal ini adalah Kelompok tani, Gabungan kelompok Tani, HIPPA/GHIPPA,
Asosiasi komoditi pertanian.
Para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam pencapaian kinerja Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian sebagai penghubung antara dinas dengan kelompok
sasaran. PPL bertindak sebagai pendamping dan pembina. Dalam pelaksanaannya para
PPL menangani 2 atau 3 desa sesuai dengan kondisi dan kemampuan. PPL akan
melakukan pencatatan kinerja disetiap wilayah secara periodik. Setelah pencatatan
ini akan dilakukan analisis oleh Bidang-bidang yang Di Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian.
Dalam pelaksanaannya unit organisasi yang ada di Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian menyusun Proses Bisnis, SOP (Standar Operasional Prosedur) dan SPIP
(Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan) yang didalamnya tercantum yang harus
menjadi perhatian yaitu output dan unit organisasi yang menjadi unit organisasi
mitranya.
Metodologi yang perlu dilaksanakan antara lain
a) Melakukan kerjasama (MOU) dan Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan lembaga
yang mempunyai kompeten dalam peningkatan SDM dan Mutu produksi,
antara lain :
i. Kementerian Pertanian dengan jajaran dibawahnya :
BPTP
Balitkabi
Balitsa
Balittas
Puslitkoka
BBPP
Balai Besar Pengembangan Benih dan Proteksi Perkebunan
ii. Pemerintah Provinsi Jawa Timur cq. Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan serta Dinas Perkebunan
Halaman 211
UPT Pendidikan dan Pelatihan Pertanian
UPTPSBTPH
UPT Pengawasan dan Sertifikasi Hasil Pertanian (UPT PSHP)
UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
Halaman 212
VIII. PENUTUP
8.1. Pedoman Transisi
Kesinambungan proses perencanaan di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo terkait dengan RPJMD Kabupaten Probolinggo dimana
penetapan dilakukan pada tahun 2019. Program dan Kegiatan di tahun 2019
direncanakan pada tahun 2018 dan mengacu pada RKPD 2018 dimana RPMJD
baru belum ditetapkan.
8.2. Kaidah Pelaksana
a) Renstra Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Probolinggo ini diharapkan
dapat dikoordinasikan dan disosialisasi kepada instansi lain yang terkait
sehingga dapat terjalin sinergi.
b) Renstra SKPD Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian ini diharapkan dapat
disosialisasikan kepada semua kecamatan sehingga dapat menjadi bahan
acuan dalam pelaksanaan Musrenbang, diharapkan akan terjadi
sinkronisasi yang tepat dalam pengusulan kegiatan yang mulai dilakukan
dari tingkat desa.
c) Penjabaran Lebih lanjut Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
disusun melalui Renja Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian. Dalam hal
pelaksanaan Renstra ini mengalami perubahan sasaran tahunan, yang
disebabkan perkembangan keadaan dalam tahun berjalan, diupayakan
tidak mengubah target tujuan pada akhir periode pada tahun 2023.
d) Perkembangan keadaan dalam tahun berjalan dimaksud, seperti
perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah
dan kerangka pendanaan, prioritas, dan sasaran pembangunan, rencana
program dan kegiatan prioritas daerah.
e) Berkaitan dengan Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja,
maka perlu disusun Rencana Kerja (Renja) Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo mengacu kepada Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Probolinggo.
Halaman 213
f) Perubahan Renstra akibat atas penyesuaian terhadap penyelenggaraan
urusan pemerintahan daerah beserta indikator kinerjanya, dan penataan
kelembagaan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang 23 tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah, dilaksanakan melalui Peraturan Bupati.
g) Indikator Kinerja Utama akan menjadi acuan bagi Dinas Ketahanan Pangan
dan Pertanian dalam menjabarkan indikator kinerja individu masing-
masing eselon dan jabatan fungsional umum secara berjenjang.
Bupati Probolinggo
Hj. P. Tantriana Sari, SE.