tafsir kel. 4(2)

84
MAKALAH TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG RISALAH Diajukan sebagai salah satu tugas Kelompok Mata Kuliah Tafsir Dosen : Drs.H.Ahmad Syamsir,M.Si Disusun oleh : Acep Bagja A.N.K Yuda Atma Nugraha Jurusan : Manajemen Dakwah FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2010 Tafsir

Upload: sidik-duk

Post on 30-Jun-2015

805 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tafsir kel. 4(2)

MAKALAH

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG RISALAH

Diajukan sebagai salah satu tugas Kelompok

Mata Kuliah Tafsir

Dosen :

Drs.H.Ahmad Syamsir,M.Si

Disusun oleh :

Acep Bagja A.N.K

Yuda Atma Nugraha

Jurusan :

Manajemen Dakwah

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2010

Tafsir

Page 2: Tafsir kel. 4(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allh SWT. Kesejahteraan dan keselamatan semoga

senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan semua

pengikutnya.

Makalah ini penyusun buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

TAFSIR. Ucapan terima kasih kami, kepada dosen-dosen kami yang senantiasa

memberikan semangat dan dorongan untuk berkarya selama penelusuran bahan-bahan

di segala media, dalam pribahasa dikatakan bahwa”tak ada gading yang tak retak”dan

“bukanlah gading bila tak retak”.

Dalam penulisan makalah ini, penyusun perlu menyadari sepenuhnya sebagai

insan yang dianugerahi kelebihan disamping keterbatasan diri. Oleh karena itu,

makalah ini tidak akan selesai tanpa pengarahan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Tak lupa pula penyusun meminta saran dan kritiknya kepada pembaca makalah ini

apabila dalam penyusunannya jauh dari kesempurnaan.

Penyusun berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat,

khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi kita semua. Akhir kata penulis berharap

semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun pribadi, umumnya

bagi pembaca sekalian.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat

diharapkan demi peningkatan karya ini, semoga bermanfaat.

Bandung, 3 Maret 2010

Penyusun,

Tafsir

Page 3: Tafsir kel. 4(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : PEMBAHASAN TENTANG AYAT-AYAT RISALAH

A. QS. An-Nahl Ayat 36

B. QS. Al-Baqarah Ayat 121

C. QS. Al-Baqarah Ayat 136

D. QS. Al-Baqarah Ayat 213

E. QS. Al-Baqarah Ayat 214

F. QS. Al-Maidah Ayat 48

G. QS. Asy-Syaba’ Ayat 28

H. QS. Asy-Syu’ara Ayat 51

I. QS. Asy-Syu’ara Ayat 52

J. QS. Yunus Ayat 47

BAB III : ANALISIS

DAFTAR PUSTAKA

Tafsir

Page 4: Tafsir kel. 4(2)

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.Latar Belakang Masalah

Adanya Ilmu tafsir yaitu untuk penjelasan dan pemahaman, dengan adanya Ilmu

tafsir kita bisa mengetahui lebih rinci tentang penafsiran AL-Quran. Karena tafsir menurut

terminologi yaitu Ilmu mengenai cara pengucapan lafadz-lafadz AL-Quran serta petunjuk

kandungan-kandungan hukum dan makna-makna yang terkandung didalamnya.

Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi cara penafsiran.Dengan adanya

penafsiran ayat-ayat AL-Quran atau kaidah-kaidah penafsiran AL-Quran yaitu supaya jelas

dan metodenya yaitu melepaskan kepentingan-kepentingan mazdhabnya dan menafsirkan

AL-Quran sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh AL-Quran.Dan membuat sendiri kaidah-

kaidah penafsiran agar hasil penafsiran sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penafsirnya.

Adanya tafsir atau penjelasan kita bisa lebih jelas mengetahui ayat-ayat penciptaan,peristiwa

langit dan bumi dan ayat-ayat lainnya.

Tafsir

Page 5: Tafsir kel. 4(2)

BAB II

PEMBAHASAN

TENTANG AYAT-AYAT RISALAH

A. QS. An-Nahl Ayat 36

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat.

“Sembahlah Allah dan jauhilah thagut itu.” Maka diantara umat itu ada orang-orang

yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah

pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah

bagaimana kesuadahan orang-orang yang mendustakan.(QS. An-Nahl:36)

a. Penafsiran ayat menurut Ibnu Katsir

Allah ta’ala memberitahukan ketertipuan orang-orang yang musyrik, dalih dan

hujah mereka melalui takdir. Mereka berkata, “Jika Allah menghendaki niscaya kami

tidak akan menyembah sesuatu apapun selain Dia baik kami maupun bapak-bapak

kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatu pun tanpa izin-Nya,” yaitu

mengharamkan unta bahirah, sa’ibah, dan washilah serat hal-hal lain yang mereka

haramkan berdasarkan seleranya sendiri.

Maksud ucapan mereka ialah apabila Allah ta’ala tidak menyukai perbuatan

kami, niscaya Dia akan mengingkarinya melalui siksa dan niscaya Allah Ta’ala tidak

akan memberikan kemungkinan kepada kami untuk melakukan hal seperti itu.

Tafsir

Page 6: Tafsir kel. 4(2)

Maka Allah membantah kekeliruan mereka, “Maka tidak ada kewajiban atas

para rasul selain penyampai yang terang.” Yakni, tidaklah seperti yang kami duga.

Yang sebenarnya ialah perbuatanmu itu benar-benar diingkari, dilarang dengan keras,

dan diutus pula rasul-rasul kepada setiap umat.

Semua rasul itu mengajak untuk menyembah Allah Yang Esa. “Sembahlah

Allah dan jauhilah thagut itu.” Seruan ini diberlakukan semenjak ada syirik ditengah-

tengah manusia yaitu pada kaum Nuh a.s.. Nuh merupakan rasul yang pertama kali

diutus oleh Allah kepada penduduk bumi hingga Dia mengakhiri dengan Muhammad

SAW. yang seruannya meliputi golongan jin dan manusia, mulai dari bumi belahan

timur hingga barat

Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan tidaklah Kami mengutus seorang

rasul sebelum kamu melainkan Kami mewahyukan kepada-Nya bahwa sesungguhnya

tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku.” Sedangkan didalam surat ini

Allah nerfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada setiap umat seorang

rosul. ‘Hendaklah mereka menyembah Allah dan menjauhi thagut.’”Bagaimana

mungkin seorang musyrik dapat mengatakan, setelah pengutusan para rasul, bahwa,

“Jika Allah berkehendak niscaya kami tidak akan menyembah perkara selain Dia.”

Kehendaknya yang bersifat hokum dinegasikan dari mereka, karena Dia telah

melarang kaum musyrikin berbuat demikian melalui lisan para rosul.

Adapun kehendak-Nya yang bersifat kauniyah, kehendak ini memungkinkan

mereka melakukan hal itu sebagai takdir, sehingga tiada hujah bagi mereka dalam

kehendak kauniyah itu, Kemudian setelah Allah menciptakan si mukalaf itu dan dia

telah mencapai usia taklif serta ditawarkan kepadanya kekafiran dan keimanan, maka

sesungguhnya dia akan memilih kekafiran. Hal ini sejalan dengan pengetahuan Allah

bahwa dia akan memiliki kekafiran. Jika persoalannya demikian, pada celah manakah

kehendak kauniyah inidapat dijadikan hujah oleh orang kafir?.

Adapun menyangkut hal-hal yang nontaklifi, maka kehendak kauniyah ini

bersifat memaksa si mukalaf, misalnya Allah menciptakannya berkulit hitam atau buta

atau sifat yang lainnya yang tidak dapat dimasuki unsur ikhtiar (pemilihan) dan tidak

memberi celah untuk dipertanyakan dengan cara apa pun.

Tafsir

Page 7: Tafsir kel. 4(2)

Kehendak kauniyah ini dapat dijadikan hujah oleh si mukalaf. Berdasarkan hal

ini, maka setiap kehendak kauniyah itu berkaitan dengan kehendak syar’iyah. Maka

pemilik kehendak syar’iyah sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk

menggunaka hujjah kauniyah. Wallahu a’lam. Dan Dialah yang memberi taufik

kepada kebenaran.

Kemudian Allah mengingkari bahwa Dia telah menyiksa mereka didunia

setelah diperingatkan oleh para rasul. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Maka

diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula

diantaranya orang-orang yang pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di

muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan.”

Yakni, tanyakanlah persoalan orang yang menyalahi para rasul dan mendustakan

kebenaran, mengapa “Allah menghancurkan mereka dan menghancurkan orang-orang

kafir yang serupa denganny.”

Kemudian Allah Ta’ala memberitahukan kepada Rasulullah SAW. bahwa

ambisinya untuk menunjukan meraka tidaklah berguna bagi mereka jika Allah telah

berkehendak untuk menyesatkan mereka. Hal ini seperti firman Allah Ta’ala yang

memberitahukan Nuh tatkala dia berkata kepada kaumnya, “Dan tidaklah bermanfaat

bagimu nasihatku, tatkala aku bermaksud menasihatimu, jika Allah telah berkehendak

untuk menyesatkan kamu.

” Dalam surat ini berfirman, “Jika kamu sangat menginginkan agar mereka

mendapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang

yang disesatka-Nya.” Barangsiapa telah disesatkan oleh Allah, maka tidak adaseorang

makhluk pun yang dapat menunjukannya selain Allah. “Dan sekali-kali mereka tidak

mempunyai penolong” yang menyelamatkan mereka dari azab dan siksa-Nya.

“Ketahuilah, kepunyaan Allahlah penciptaan dan segala urusan. Mahasuci Allah

Tuhan semesta alam.”

b. Penafsiran ayat menurut Al-Maraghi

Tafsir

Page 8: Tafsir kel. 4(2)

Sungguh Kami telah mengutus seorang rasul kepada setiap umat sebelum

kalian, sebagaimana Kami telah mengutus seorang rasul kepada kalian, kemudian

rasul itu berkata kepada mereka, “Sembahlah Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Dan jagalah diri kalian dari disesatkan oleh setan dan dihalang-halangi dari jalan

Allah sehingga kalian tersesat.”

Senada dengan ayat ini ialah firman Allah:

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami

wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka

sembahlah Aku oleh kalian.” (Al-Anbiya’,21:25)

Dan firman-Nya:

“Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum

kamu, adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah

Ynag Maha Pemurah?” (Az-Zukhruf,43:45)

Ringkasan, kehendak syar’i untuk kufur itu tidak ada, karena Allah Ta’ala

telah melarang hal itu melalui lisan para rasul-Nya. Sedang kehendak kauniyah, yaitu

menetapkan dan mentakdirkan hamba-hamba-Nya untuk kufur, sesuai dengan ikhtiar

mereka sendiri dan karena mereka menunjukan keinginannya kepada pencapaian

sebab-sebab kekufuran tersebut.

Tafsir

Page 9: Tafsir kel. 4(2)

Dalam hal ini, mereka tidak mempunyai hujjah, karena Allah Ta’ala telah

menciptakan neraka dan menjadikan penghuninya dari setan-setan dan orang-orang

kafir. Dia tidak meridhai kekufuran bagi hamba-hamba-Nya. Dalam hal ini Dia

mempunyai hujjah yang kuat dan hikmah yang sempurna.

Kemudian Allah menjelaskan, bahwa Dia mengingkari kekufuran hamba-

hamba-Nya yang berdusta, dengan menurunkan siksaan kepada mereka di dunia,

setelah para rasul memberi peringatan kepada mereka.

Diantara orang-orang yang Kami telah mengutus para rasul Kami kepada

mereka, ada orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan diberkati untuk membenarkan

mereka, menerima petunjuk, dan mengerjakan apa yang mereka bawa, sehingga

mereka beruntung, berbahagia dan selamat dari azab-Nya. Ada pula yang

menyimpang dari jalan lurus, lalu kufur kepada Allah, mendustakan para rasul-Nya

dan mengikuti thagut, sehingga Allah membinasakan mereka dengan siksa-Nya, dan

menurunkan azab-Nya yang sangat keras, yang tidak bisa ditolak dari kaum yang

durhaka.

Dari firman Allah ini kita mengetahui, bahwasannya Allah mengutus rasul-

rasulnya untuk menyeru hamba-hambanya kepada kebajikan, mengikuti perintah,

meninggalkan sembahan berhala, menjauhkan diri dari perbuatan haram. Inilah makna

Hidayah dan makna Daialah yang dilaksanakan oleh rasul.

Kemudian setelah itu terserah Umat itu sendiri untuk menerima atau menolah

seruan rasul. Maka diantara mereka yang beriman dan ada pula diantara mereka yang

tetap dalam kekafiran. Oleh karena itu Allah menyiksa orang –orang yang

mengingkari laranganya dan memberi pahala terhadap orang yang mentaati-Nya.

Berjalanlah dimuka bumi yang dihuni oleh kaum yang dzalim, dan dinegeri-

negeri yang mereka makmurkan, seperti perkampungan Ad, Samud, dan orang-orang

yang mengkuti jejak mereka, yang telah dipastikan kesesatannyam kemudian

perhatikanlah bekas-bekas kemurkaan Kami kepada mereka, mudah-mudahan kalian

dapat mengambil pelajaran dari apa yang telah menimpa mereka.

Selanjutnya Allah berbicara kepada rasul-Nya saw., guna menghibur beliau

dari apa yang beliau lihat, seperti pengingkaran, berpaling, dan penetapan kaumnya

Tafsir

Page 10: Tafsir kel. 4(2)

yang berlebihan, sedang beliau sangat menginginkan agar mereka beriman, dan guna

menjelaskan, bahwa seluruh persoalannya ada dalam kekuasaan Allah, sedang beliau

tidak mempunyai urusan dalam hal itu, walau sedikit pun.

c. Penafsiran Ayat Menurut Al-Misbah

Selanjutnya ayat ini menghibur Nabi Muhammad saw.dalam

menghadapi para pembangkang dari kaum beliau. Seakan-akan

ayat ini menyatakan:Allah pun telah mengutusmu,maka ada di

antara umatmu yang menerima baik ajakanmu dan ada juga yang

membangkang. dan keadaan yang engkau alami itu sama juga

dengan yang dialami oleh para Rosul sebelummu,

karena sesungguhnya kami telah mengutus rosul pada setiap

umat sebelum kami mengutusmu,lalu mereka menyampaikan

kepada kaum mereka masing-masing bahwa:”sembahlah Allah

yakni tunduk dan patuhlah dengan penuh pengagungan kepada

tuhan Yang Maha Esa saja, jangan menyembah selain-Nya,apa dan

siapapun,dan jauhilah Thaghut yakni segala macam yang

melampaui batas, seperti penyembahan berhala dan kepatuhan

kepada Tirani Ajaklah para rosul itu telah diketahuioleh umat-umat

masing-masing rosul maka di antara mereka yakni umat para rosul

itu ada orang yang hatinya terbuka dan pikirannya jernih sehingga

Allah menyambutnya dan dia diberi petunjuk oleh Allah,dan ada

pula diantara mereka yang keras kepala, lagi bejat hatinya sehingga

mereka menolak ajakan rosul mereka dan dengan demikian telah

menjadi pasti atasnya sanksi kesesatan yang mereka pilih sendiri

itu.

Wahai umat Muhammad,jika kamuragu menyangkut apa yang di

sampaikan Rosul,termasuk kebinasaan para pembangkang maka

Tafsir

Page 11: Tafsir kel. 4(2)

berjalanlah kamu semua di muka bumi dan perhatikanlah

bagaimana kesudahan para pendusta rosul-rosul.

Kata Thaghut di ambil dari kata Thagha yang pada kulanya

berarti melampaui batas. Ia bisa di pahami juga dalam arti berhala,

karena penyembahan berhala adalah sesuatu yang sangat buruk

dan melampaui batas, seperti kekufuran kepada Tuhan,

pelanggaran, dan kesewenang-wenangan terhadap manusia.

Hidayah(petunjuk) yang di maksud ayat diatas adalah Hidayah

khususdalam bidang agama yang di anugrahkan oleh Allah kepada

mereka yang hatinya cenderung untuk beriman dan berupaya untuk

mendekatkan diri kepada-Nya.secara panjang lebar macam-macam

Hidayah Allah telah menuliskan bahwa ketika mentafsirjan Q.S Al-

Fatihah.di sana antara lain penulis kemukakan bahwa dalam dalam

bidang petunjuk keagamaan,Allah menganugrahkan dua macam

hidayah.pertama hidayah menuju kebahaigian duniawi dan

ukhrawi,cukup banyak ayat-ayat yan menggunakan akar

hidayah,yang mengandung kata makna ini misalnya.

52. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk

kepada jalan yang lurus.(QS,Asy-Syura42:52)

17 .dan Adapun kaum Tsamud, Maka mereka telah Kami beri

petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada

Tafsir

Page 12: Tafsir kel. 4(2)

petunjuk (QS.Al-Fusilat 41:17) kedu Hidayah ini serta kemampuan

melaksanakan isi hidayah itu sendiri ini tidak di lakukan kecuali

oleh Allah swt,karena itu ditegaskannya bahwa:

“ Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada

orang yang kamu

kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang

dikehendaki-Nya,(QS,Al-Qhasas 28:56)

Allah menganugrahkan kedua hidayah ini kepada mereka yang

benar-behar ingin memprolehnya dan melangkahkan kaki guna

mendapatkannya.

Ketika berbicara tentang hidayah,secara tegas ayat diatas

menyatakan bahwa allah telahmenganugrahkannya, berbeda ketika

menguraikan tentang kesesatanhal ini menyatakan bahwa

kesesatan tersebut pada dasarnya bukan bersumber pertama kali

dari Allah tetapi dari mereka sendiri memeng ada ayat-ayat yang

menyatakan bahwa ‘Allah menyesatkan siapa yang dia kehendaki’

tetapi kehendak-Nya itu terlaksana setelah yang bersangkutan

sendiri sesat..

Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah

memalingkan hati mereka[1473]; dan Allah tidak memberi petunjuk

kepada kaum yang fasik.[1473] Maksudnya karena mereka

berpaling dari kebenaran, Maka Allah membiarkan mereka sesat

dan bertambah jauh dari kebenaran(QS.As-shaf 61:5)

Tafsir

Page 13: Tafsir kel. 4(2)

Selain dalam surat An-Nahl tafsiran ayat tentang risalah dapat dijelaskan juga dalam

surat Al-baqarah :Ayat 121

B. QS.Al-Baqarah Ayat 121

“Orang-orang yang telah Kami berikan kepadanya Al-Kitab dan mereka

membacanya dengan benar adalah mereka yang beriman kepadanya. Dan

barangsiapa yang kafir terhadapnya, maka mereka itulah orang-orang yang

merugi.”(121

a. Penafsiran Ayat menurut Ibnu Katsir

Ibnu Jarir berkata, “Yang dimaksud oleh firman Allah ‘Orang-orang Yahudi

dan Nasrani tidak akan rela kepadamu sebelum kamu mengikuti agama mereka’ ialah,

‘Hai Muhammad, kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu selamanya

sebelum kamu mengikuti apa yang mereka sukai dan setujui. Maka carilah keridhaan

Allah dimana kamu diutus dengan hak dalam keridhaan itu.”

Firman Allah, “Orang-orang yang telah Kami berikan kepadanya Al-Kitab dan

mereka membacanya dengan benar serta mereka itu neriman kepadanya.” Said dan

Qatadah berkata, “Mereka adalah para sahabat Nabi saw..” Ibnu Mas’ud berkata,

“Demi Zat yang diriku ada dalam kekuasaan-Nya sesungguhnya yang dimaksud

dengan membaca secara benar ialah menghalakan apa yang dihalalkannya,

mengharamkan apa yang diharamkannya, dan membacanya sebagaimana ia

diturunkan Allah, tidak mengubah satu kalimat pun dari tempatnya, dan jangan

menakwilkan sesuatu kepada maksud yang tidak seharusnya.(114), yang artinya :

Tafsir

Page 14: Tafsir kel. 4(2)

“Sesungguhnya apabila beliau sedang membaca Al-Qur’an dan melewati ayat

rahmat, maka beliau memohon. Dan apabila melewati ayat azab, maka beliau

berlindung (ta’awudz)

Firaman Allah, “Adalah mereka yang beriman kepadanya” merupakan khabar

dari penggalan “Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab dan mereka

membacanya dengan benar.” Yakni, barangsiapa diantara Ahli Kitab yang

menegakkan Kitab Allah yang diturunkan kepada para nabi terdahulu dengan sebenar-

benarnya, maka dia akan beriman kepada kitab yang dibawa olehmu, Muhammad,

sebagai utusan. Hal ini sebagaimana firman Allah, “Katakanlah, ‘Hai Ahli Kitab,

kamu tidak memiliki pegangan apa pun sebelum kamu menegakkan Taurat dan Injil

serta kitab yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.’” Yakni, jika kamu

menegakkannya dengan benar, mengimaninya dengan sungguh-sungguh,

membenarkan berita-berita yang terdapat didalamnya, diantaranya tentang diutusnya

Muhammad, sifat dan gambaranya, serta perintah untuk mengikuti, menolong, dan

membantunya, maka hal itu membimbingmu kepada kebenaran dan mengikutinya

didunia dan akhirat.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Yaitu orang-orang yang mengikuti

Rasul, Nabi yang umum, yang mereka menjumpai namanya tertulis dalam kitab

mereka, yaitu Taurat dan Injil.” Dan Allah Ta’ala berfirman, “Maka apabila mereka

berserah diri, berarti mereka mendapat petunjuk. Dan apabila mereka berpaling, maka

sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan, dan Allah Maha Melihat terhadap

hamba-hamba-Nya.”

Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Dan barangsiapa yang kafir

terhadapnya, maka mereka itulah orang-orang yang merugi” sebagaimana Allah

berfirman, “Barang siapa diantara golongan-golongan itu yang kafir terhadapnya,

maka neraka merupakan tempatnya. “Dlama kitab sahih dikatakan (115),

Demi Zat yang jiwaku ada dalam Kekuasaan-Nya, tidaklah seseorang dari

umat ini, yahudi dan Nasrani yang mendengar tentang aku kemudian dia tidak

beriman kepadaku melainkan ia akan masuk neraka.”

Tafsir

Page 15: Tafsir kel. 4(2)

b. Penafsiran menurut Al-Maraghi

Diantara ahli kitab ada yang mempelajari Kitab Taurat dengan penuh

pengertian, hingga mampu memahami secara detail. Mereka juga menjaga kefasihan

kata-katanya dan memikirkan makna yang dikandung, disamping memahami hukum

dan rahasia-rahasianya. Mereka adalah orang-orang yang mengetahui bahwa yang

dibawa Muhammad adalah kebenaran. Karenanya, golongan ini msu berimsn kepada

Rasulullah saw. dan memakai petunjuk yang lurus ini. Diantara mereka, Abdullah

ibnu Salam dan kaum Yahudi lain yang mengikuti jejaknya.

Artinya, “siapa pun yang kufur kepada apa yang diturunkan kepada

Muhammad setelah masalah tersebut jelas sebagai kebenaran, mereka adalah para

pemimpin yang keras kepala dan orang-orang bodoh terhadap perkataan orang-

orang kelompok pertama. Mereka adalah orang-orang yang rugi karena kehilangan

kebahagiaan di dunia, kemuliaan, kejayaan yang Allah anugerahkan kepada siapa

saja yang membela agama-Nya.

Sebagaimana Allah berfirman :

“. . . Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya . . .”

(Al-Haj,22:40)

Tafsir

Page 16: Tafsir kel. 4(2)

Mereka juga rugi diakhirat dan tidak menikmati surga,tapi mereka itu adalah

berhak mendapat siksa yang Allah sediakan untuk mereka.

Perbuatan yang menyebabkan mereka kufur, terkadang merubah isi kitab –

yang membawa berita gembira kedatangan Nabi, sehingga kitab mereka tidak sesuai

dengan kenyataan. Semua itu karena mereka hanya bermaksud memuaskan hawa

nafsu belaka. Terkadang mereka mengesampingkan kitab yang mereka pegang.

Mereka pun menganggap cukup berpegangan pada ulama’-ulama yang telah

melakukan penambahan didalam kitab Taurat itu sendiri Prinsip yang mereka pegang

telah dijual dengan harga murah untuk mengejar kenikmata dunia yang fana ini.

Berpaling Dari Al-Qur’an berarti Menghina Allah.

Ayat diatas mengandung pula isyarat yang menunjukan bahwa orang yang

membawa Al-Qur’an tanpa berpikir makna yang dikandung, sama dengan tidak

beriman. Sebenarnya, meerka pun mengetahui bahwa didalam itu terkandung hidayah

Allah. Dan sudah barang tentu pengertian tersebut tidak bisa meresap didalam hati

tanpa merenungkan kandungan maknanya.

Masalah ini merupakan pelajaran bagi kita, sebagaimana difirmankan Allah :

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-

orang yang mempunyai akal. . . . (Yusuf, 12 :111)

Sepantasnya, hal tersebut menjadi pendorong bagi kita untuk lebih mendalami

Al-Qur’an ketika kita membaca. Dengan demikian, bacaan itu tidak berhenti dari

mulut,seperti perintah al-Qur’an

Tafsir

Page 17: Tafsir kel. 4(2)

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an,ataukah ahti mereka

terkunci?”(Muhammad, 47:24)

Dan Allah berfirman dalam ayat lainnya :

“. . . supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran

orang-orang yang mempunyai pikiran.”(Shad,38: 29)

Tetapi sangat disanyangkan juga semua ayan dan pelajaran tentang masalah

ini, sedikit pun tidak melekat didalam hati. Mereka hanya taqlid kepada orang-orang

yang dikecam Al-Qur’an. Sehingga hujjah Al-Qur’an memukul sikap mereka.

Ada sebuah hadits yang mengatakan :

“Barang siapa yang membaca kemudian berpaling dari kandungan Al-

Qur’an, berarti menghina Tuhan. Perumpamaanya sama dengan orang yang

mengirim surat dengan kepada seorang teman untuk tujuan tertentu. Kemudian surat

tersebut dibaca oelh teman tersebut berkali-kali dan melagukan isinya yang ditulis

dengan gaya bahasa indah dan merayu. Tetapi sedikit pun ia tidak memperhatikan isi

surat yang dikirimkan itu. Kemudian, apakah sipengrim tidak merasa dihina?”

Karenanya, wajib bagi setiap Mu’min di setiap masa dan mana mereka berada

hendaknya memperhatikan kandungan Al-Qur’an, memahami kemudian

mengamalkan seluruh isinya.

Jika ternyata ada seorang yang buta huruf, hendaknya ia minta tolong kepada

orang lain untuk membacanya dan memberi pengertian kepadanya tentang makna

yang dikandung.

b. Penafsiran menurut al-Misbah

Tafsir

Page 18: Tafsir kel. 4(2)

Setelah mengancam siapa diantara ahli kitab yang wajar diperingati dan

diancam karena mengubah kandungan Al-Kitab, dijelaskan disini kelompok yang

wajar mendapat berita gembira. Mereka adalah orang-orang yang telah kami berikan

Al-Kitab yakni Taurat atau injil, mereka membacanya dengan bacaan yang

sebenarnya.

Yakni mengikuti tuntunannya secara baik dan sempurna serta sesuai dengan

apa yang diturunkan Allah atnpa melakukan atau mempercayai perubahan yang ada,

mereka itu yakni yang sungguh tinggi kedudukanya disisi Allah beriman kepadanya,

yakni kepada kitab suci itu atau kepada petunjuk Allah yang sempurna itu. Dan

barang siapa yang ingkar kepadanya yakni kepda kitab suci atau petunjuk Allah maka

mereka itulah bukan selain mereka orang-orang yang benar-benar rugi, celaka dan

binasa.

Dan bacaan diatas, al-Qur’an tidak menggenelarisir. Ada kelompok diantara

Ahli kitab yang sikapnya tidak seperti yang digambarkan oelh ayat sebelum ini.

Memang kelpmpok ini tidak terlalu banyak sebagaimana di isyaratkan pada yat-ayat

yang lalu, misalnya ayat 100. tetapi, betapa pun kecilnya, mereka ada. Dan agar tidak

menimbulkan kesalahan penilaian, surah al-baqarah menggaris bawahi keberadaan

mereka.

Kalimat ( ) mereka membacanya dengan bacaan yang

sebenarnya, yakni membaca Al-Kitab, taurat ataui ijnil redaksi yang mereka baca

adalah redaksi asli kitab suci itu. Mereka juga membaca dengan tekun sambil

memepelajari ssungguh-sungguh dengan kandungannya, lalu mengikuti bacaan itu

dengan pengamalan yang benar. Ini dipahami demikian karena kata kerja ( )

pada mulanya berarti mengikuti.

Yang membaca mengikuti apa yang dibacanya huruf demi huruf dan

membunyikan huruf-huruf itu dengan lidah atau hatinya. Dari sini ia bisa diartikan

membaca. Tetapi dia dapat juga mengikuti tuntunanya dengan pengamalan.

Penafsiran penggabung kedua makna tersebut dan hal ini tidak bertentangan karena

itu. Dalam pandangan ulama tidak salahnya menggabung sekian makna yang berbeda

selama makna-makna itu tidak bertentangan.

Tafsir

Page 19: Tafsir kel. 4(2)

Akhirnya, walau telah berulang kedurhakaan dan pelanggaran janji-janji oelh

mereka, Allah masih mengajak mereka pada akhir ayat dalam kelompok ini dengan

ajakan yang dikemikan awal ayat kelompok ini.

Betapapun bermacam-macam makna yang dapat dikandungannya yang pasti

bahwa ayat ini ingin menjelaskan bahwa rejeki yang di raih seseorang adalah

bersumber dari Allah dan bahwa rejeki itu tidak dapat dijadikan ukuran cinta dan

kedudukan seseorang disisnya.

C. QS. Al-Baqarah Ayat 136

Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan

kepada kami, kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan

anak cucunya, kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, dan kepada yang

diberikan kepada para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan

seorang rasul pun diantara mereka, dan kami hanya berserah diri kepada-Nya.”(136)

a. Penafsiran menurut Ibnu Katsir

Allah SWT membimbing hamba-hamba-Nya yang beriman supaya

mempercayai secara rinci apa yang diturunkan kepada mereka melalui Rasulullah

Muhammad SAW. dan mempercayai secara global apa yang diturunkan kepada para

Nabi terdahulu. Allah mengeksplisitkan individu-individu rasul tertentu dan

mengglobalkan cerita para nabi lainnya.

Mereka diperintahkan supaya tidak membeda-bedakan seorang rasul pun

diantara mereka, namun harus iman kepada seluruhnya dan tidak menjadi seperti

orang yang diterangakan Allah dengan “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada

Tafsir

Page 20: Tafsir kel. 4(2)

Allah dan Rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara Allah dan rasul-

rasul-Nya, dengan mengatakan, ‘Kami beriman kepada sebagian (dari rasul-rasul itu),

dan kami kafir terhadap sebagian yang lain,’ serta bermaksud (dengan perkataan itu)

mengambil jalan (lain) diantara yang demikian (iman atau kafir). Merekalah orang-

orang yang kafir sebenar-benarnya.” (an-Nisa’: 150-151) ,”Abul Aliyah, Rabi’, dan

Qatadah mengatakan bahwa yang dimaksud al-asbath ialah anak Yakub yang

berjumlah 12 orang anak laki-laki yang masing-masing melahirkan umat manusia.

Oleh karena itu, mereka disebut asbath. Yang dimaksud asbath dalam ayat ini adalah

Keturunan Bani Israel.

Firman Allah “Kepada apa yang diturunkan,” maksudnya wahyu yang

dturunkan kepada para nabi dari kalangan Bani Israel, sebagaimana Musa berkata

kepda mereka,”Ingatlah akan nikmat Allah yang diberikan kepadamu tatkala Dia

menjadikan para nabi dari kalanganmu dan menjadikan sebagaimana penguasa.” Ibnu

Abi hatim meriwayatkan dengan sanad yang sampai kepada Mu’qil bin Yasir, dia

berkata bahwa RAsulullah saw. bersabda(136)

“ Berimanlah kamu kepada Taurat, Zabur, dan Injil serta Al-Qur’an akan

meluaskanmu.”

Tafsir

Page 21: Tafsir kel. 4(2)

c. Penafiran menurut Al-Maraghi

Artinya, katakanlah oleh kalian bahwa kami beriman kepada semua Nabi dan

Rasul. Kami pun taat dan tunduk kepada Tuhan semesta alam. Kami sekali-kali tidak

akan mengingkari salah satu diantara ajaran yang mereka anjurkan dimasanya.

Bahkan kami yakin secara ijmal, dan kami tidak menghiraukan apa yang terjadi pada

ajaran-ajaran mereka, baik itu perubahan ataupun penyelewengan. Itu bukanlah

urusan kami.

Kan halnya iman secara terperinci hanya kepada apa yang diuturunkan kepada

kami saja.

Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurarah bahwa ahli

kitab jika membaca kitab Taurat menggunakan bahasa Ibrani, kemudian

menafsirkannya dengan bahasa Arab agar dapat didengar oleh umat islam. Kemudian

rasul bersabda kepada uamt Islam.

“Janganlah kalian memepercayai ahli kitab dan jangan mengingkari mereka.

Tetapi katakanlah kami beriman kepada Allah.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan sebuah hadits dari Mi’qal.

“Berimanlah kepada kitab Taurat dan injil, serta kuasailah Al-Qur’an”

Artinya, kami bukanlah orang-orang yang beriman kepada sebagian Nabi, lalu

mengingkari sebagian lainnya, seperti yang dilakukan kaum Yahudi. Mereka menolak

Nabi Isa dan Muhammad, tetapi mengakui Nabi-nabi lainnya. Kami hanya beriman

dan menyaksikan bahwa semuanya adalah Rasul Allah yang diutus membawa

kebenaran dan hidayah.

Tafsir

Page 22: Tafsir kel. 4(2)

Artinya, kami tunduk kepada Allah dan menyembah-Nya yang demikian

adalah iman secara benar. Sedangkan kalian tidak, bahkan kalian adalah para

pengabdi nafsu.

D. QS. Al-Baqarah ayat 213:

213. Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul

perselisihan), Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi

peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang

benar, untuk memberi Keputusan di antara manusia tentang

perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang Kitab

itu melainkan orang yang Telah didatangkan kepada mereka kitab,

yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang

nyata, Karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi

petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal

yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah

selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan

yang lurus.

a. Penafsiran Ayat menurut Ibnu Katsir

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata,”Manusia antara Adam

hingga Nuh hidup selama sepuluh abad dan semuanya memegang syari’at Al-Haq.

Tafsir

Page 23: Tafsir kel. 4(2)

Kemudian, mereka berselisih. Maka Allah mengutus para nabi yang menyampaikan

kabar gembira dan memberi peringatan.

Ada pula sejumlah pendapat lain, namun yang sahih adalah pendapat Ibnu

abbas karena pendapat itulah yang paling sahih sanad dan maknanya. Sesungguhnya

mereka itu memeluk agama Adam sebelum mereka menyembah berhala. Kemudian,

Allah mengutus kepada mereka Nuh as. , maka dia merupakan rasul pertama yang

diutus Allah ke muka bumi.

Oaleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman” Dia menurun kan bersama mereka

Al-Kitab denaga hak untuk memutuskan ihwal perkara yang mereka perselisihkan.

Dan, tidaklah menyalahi kitab itu melainkan orang-orang yang telah diberi kitab, yaitu

setelah dattang kepada mereka penjelasan-penjelasan karena kedengkian mereka

diantara mereka.” Maksudnya setelah ditegakan terhadap mereka hujjah-hujja.

Yang mendorong mereka berselisih ialah kedengkian di antara mereka. “Lalu

Allah menunjukan orang-orang yang beriman kepada kebenaran yang mereka

perselisihan itu dengan kehendak-Nya dan Allah menunjukan orang yang

dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” Berkaitan dengan firman Allah, “Lalu

Allah menunjukan orang yang beriman kepada kebenaran yang mereka perselsihkan

itu dengan izin-Nya”, Abdur Razak meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata

bahwa Nabisaw., bersabda(295), yang artinya :

“Kita adalah umat terakhir namun awal pada hari kiamat kita adalah

manusia yang pertama-tama masuk surga, sementara mereka telah diberi kitab

setelah mereka. Lalu Allah menunjukan kita dengan izin-Nya kepada kebenaran yang

mereka perselisihkan. Hari inilah yang dahulu mereka perselisihkan kemudian Alah

menunjukan kita. Manusia lain mengikuti kita, besok untuk orang-orang Yahudi, dan

lusa untuk orang-orang Nasrani.”

Firman Allah, “dengan izin-Nya,” maksudnya berdasarkan pengetahuan-Nya

tentang mereka dan berdasarkan apa yang telah Allah tunjukan kepada mereka.

Demikian menurut pendapat Ibnu Jarir. “dan Allah menunjukan orang yang

dikehendaki-Nya” diantara makhluk-Nya “kepada jalan yang lurus”, yakni kepunyaan

Tafsir

Page 24: Tafsir kel. 4(2)

Allahlah hujah yang baik dan membungkam. Dan shahihain dikatakan dari Aisyah

bahwa apabila Rasulullah saw., mendirikan shalat malam maka beliau bersabda(296),

yang artinya :

“Ya Allah, Tuhan malaikat jibril, Mikail dan Israfi;. Tuhan pencipta langit

dan bumi, yang mengetahui perkara gaib dan tampa. Engkaulah yang memutuskan

diantara mereka tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tunjukanlah aku

kepada kebenaran yang diperselisihkan itu dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau

menunjukan orang yangEngkau kehendaki kepada jalan yang lurus.” (HR.Bukhari

dan Muslim)

b. Penafsiran ayat menurut Al-Maraghi

Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman melalui nabi-Nya, agar

memasuki agama Islam secara menyeluruh, bersatu dan tidak bersengketa satu sama

lainnya. Sebab, melakukan tindakan yang bisa menimbulkan persengketaan dan

perpecahan, sungguh tidak pantas bagi orang yang telah didatangkan kepadanya

hidayah dari Tuhannya.

Sebenarnya mereka meninggalkan perbuatan perbuatan yang dilarang oleh Al-

Kitab setelah adanya penegasan dari hidayah Ilahiah. Selanjutmya, Allah menuturkan

bahwa orang yang mengingkari perkara yang hak, slalu menitikberatkan tindakannya

kepada hal-hal yang bisa memenuhi kesenangannya berupa kenikmatan duniawi yang

pada hakikatnya hanyalah bersifat sementara dan sebentar. Barang sapa berprilaku

seperti mereka, maka ia akan selalu berada dalam perselisihan dan perpecahan dengan

teman sendiri.

Dalam ayat ini, Allah menuturkan selanjutnya bahwa memakai petunjuk para

nabi merupakan keharusan dan kebutuhan manusia. Allah telah memastikan umat

manusia bagaikan umat yang sati, di mana antara satu dengan yang lainnya saling

berhubungan. Setelah itu, akal mereka tidak mampu lagi memenuhi apa yang menjadi

Tafsir

Page 25: Tafsir kel. 4(2)

kebutuhan dan kemaslahatan mereka serta menolak bahaya dari diri mereka masing-

masing.

Kemudian, Allah mengutus para nabi sebagai pemberi peringatan dan pemberi

kabar gembira kepada mereka disertai bukti-bukti kongkrit yang memperkuat

kebenaran kenabian mereka.

Dan apa yang mereka dapat dari kebenaran ini adalah datang dari sisi Alah

Yang Maha Kuasa dan Yang Memberi pahala atau siksaan kepada mereka. Ia Maha

Mengetahui apa yang ada dalam batin mereka, sebab tidak ada sesuatu pun yang luput

dari pengetahuan-Nya.

c.Penafsiran ayat menurut Al-Misbah

Mari kita kembali pada rujukan awal, diatas ada kata; manusia sejak dahulu

adalaha umat yang satu, ada ulama yang mengaitkan penggalan ayat ini dengan ayat

Al-Qur’an surat Yunus:[10];9

9. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan

amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka Karena

keimanannya[670], di bawah mereka mengalir sungai- sungai di

dalam syurga yang penuh kenikmatan.

[670] Maksudnya: diberi petunjuk oleh Allah untuk mengerjakan

amal-amal yang menyampaikan surga.

Dan yang menyatakan, manusia hanyalah satu umat kemudian mereka

berselisih, ayat yang diata dibahas ini kata mereka, perlu disisipi kata “mereka

berselisih” dan yang ada pada surat Yunus itu, sehingga dipahami bahwa tadinya,

yakni dahulu, manusia hanyalah satu umat dalam kepercayaan tauhid, tetapi setelah

Tafsir

Page 26: Tafsir kel. 4(2)

itu tidaklah demikian, karena mereka adlah satu umat, dan Allah menciptakan mereka

sebagai makhluk sosial yang saling berkaitan dan saling membutuhkan.

Mereka sejak dahulu hingga kini dapat hidup jika saling membantu sebagai

satu umat, yaitu kelompok yang memiliki sebuah persamaan dan sebuah keterkaitan

kodrat mereka demikian, tentu saja mereka harus berbeda-bead dalam propesi dan

kecenderungan yang ini dapat menyiapkan satu jenis kebutuhan yang lain pula untuk

dirinya dan orang lain.

Tetapi manusia tidak mengetahui sepanuhnya, bagaimana cara memperoleh

kemaslahatan mereka, tidak juga bagaimana mengatur hubungan antar mereka, atau

bagaimana menyelesaikan perselisihan mereka, disisi lain manusia memiliki sifat

egoisme yang dapat muncul sewaktu-waktu sehingga dapat menimbulkan

perselisihan.

Karena itu maka Allah mengutus para Nabi untuk menjelaskan ketentuan-

ketentuan Allah dan menyampaikan petunjuknya sambil menugaskan para nabi itu

sebagai pemberi kabar gembira bagi yang mengikuti petunjuk itu dan pemberi

peringatan bagi yang enggan mengikuti_Nya

Allah menurunkan kepada mereka kitab yang benar. Perhatikanlah redaksi ini

walaupun penggalan ayat yang sebelumnya menunjuk di utusnya banyak nabi,namun

kaya kitab dikemukakan dalam bentuk tunggal bukan jamak Ini karena prinsip ajaran

ilahi yang dibawa oleh nabi-nabi itu, serta yang tercantum dalam kitab-kitab yang

diturunkan.

pada hakekatnya sama, sehingga ia seakan-akan hanya satu kitab, semua nabi

membawa ajaran tauhid, kepercayaan akan adanaya hari kaimat, malaikat, diutusnya

para Rasul yang mengajarkan shalat, puasa, haji, zaikat, dan menganjurkan kebaikan

serta mencegah kemungkaran. Kitab tersebut diturunklan bersama mereka Allah

kemudian para Nabi melalui kitab itu memberi keputusan diantara manusia tentang

perkara yang mereka perselisihkan.

Tetapi pada kenyataanya tidak demikian, kitab tersebut setelah berada

ditengah-tengah umat tidak mereka jadikan rujukan dalam menyelesaikan

perselisihan, bahkan mereka berselisih dan sungguh aneh, yang berselisih adalah

Tafsir

Page 27: Tafsir kel. 4(2)

mereka yang menerimanya. Dan itulah yang dimaksud dengan tidak berselsih tentang

kitab itu melainkan orang yang telah didatangkang kepada mereka kitab itu.

Mengenai penolakan dan perselisihan bukan karena kitab yang diturunkan

tidak jelas, tetapi mereka berselisih setelah dating kepada keterangan-keterangan yang

nyata. Penolakan dan perselisihan itu disebabkan oleh dengki antara mereka sendii,

dan kedengkian lahir dari keinginan untuk mengambil sesuatu selain yang diambil,

mengambila sesuatu yang tidak berhak dimiliki.

jika itu terjadi pasti perselisihan muncul, apalagi jika yang diperebutkan itu

sesuatu yang terbatas, seperti gemerlap dunia. Bila ini terjadi , persaingan tidak sehat

pasti muncul pada gilirannya menghasilkan kedengkian antara mereka sendiri.

Jika demikian keadaan mereka yang merendahkan orang-orang yang beriman

serta mengejar gemerlap duniawi dengan melupakan tuntunan kitab suci, maka tidak

demikian keadaan mereka yang mengindahkan tuntunan kitabnya.

“Allah memberi petunjuk orang-orang yang nberiman kepada kebenaran

tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendaknya”.

Dengan demikian, mereka tidak bingung, tidak juga terperdaya oleh gemerlap

duniawi yang dinikmati oleh orang-orang kafir. Allah selalu memberi petunjuk,

melebihi petunjuk yang sebelumnya telah dianugrahikan-Nya kepada orang-orang

yang dia kehendaki menuju jalan yang lebar dan lurus, tanpa hambatan.

E.

Tafsir

Page 28: Tafsir kel. 4(2)

Al-Baqarah ayat 214

214. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga,

padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya

orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh

malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan

bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-

orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan

Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.

a. Penafsiran ayat menurut Ibnu Katsir

Allah Ta’ala berfirman, “Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga?”

sebelum kamu dicoba dan diuji sebagaimana yang telah diberikan kepada orang-orang

sebelum kamu. Oleh karena itu, Allah berfirman, “padahal belum dengan kepadamu

(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sbelum kamu.

Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan,”berupa penyakit dan

kematian. Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, dan sejumlah tabi’in mengatakan, “Yang

dimaksud dengan al-ba’sa ialah kemiskinan, sedangkan adh-hdara’ artinya rasa sakit.

“Serta diguncangkan,” yakni digentarkan oleh musuh-musuh dan diuji dengan ujian

yang sangat berat. Sebagaimana hal itu dekemukakan dalam hadits sahih dari Khabab

bin al-Aruit, dia berkata(297), “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memintakan

tolong untuk kami, mengapa engkau tidak berdoa untuk kami?” Beliau bersabda,

Tafsir

Page 29: Tafsir kel. 4(2)

“Sesunggihnya orang-orang yang sebelum kamu ada yang digergaji dan terbelah

kepalanya hingga diantara kedua kakinay, tapi itu tidak memalingka dari agamanya.

Ada pula orang yang tubuhnya disisr besi hingga dagingnya terkelupas dari

tulangnya, namun hal itu tidak memalingkan dari agamanya.” Beliau kemudian

melanjutkan, “Demi Allah, sesungguhnya Allah benar-benar akan menuntaskan

perkara ini sehingga seorang senunggang yang berjalan dari Shan’a ke Hadramaut

tidak merasa takut kecuali kepada Allah, dan serigala hanya mengkhawatirkan domba

mangsanya. Namun kalian adalah yang grasa grusu.

Firman ini seperti firman lainya, “sesungguhnya bersama kesulitan itu ada

kemudahan dan sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,” demikian pula

itu turun bersama pertolongan. Dalam sebuah hadits dikatakan(298), yang artinya :

“Tuhanmu kagum atas keputusan hamba-hamba-Nya dan kecepatan

datingnya peryolongan-Nya Allah melihat mereka yang berputus asa. Kemudian Dia

tertawa karena Dia mengetahui bahwa hilangnya kesusahan mereka sudah

dekat.”(Al-Hadits)

d. Penafsiran menurut Al-Maraghi

Pada ayat yang telah lalu, Allah memerintahkan mereka agar sepakat dan

damai. Kemudian, Allah menjelaskan bahwa mani\usia itu satu sama lainnya saling

ada ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka membutuhkan

bantuan dan pertolongan sesamanya, oleh karena itu banyaknya kebutuhan dan

beraneka ragamnya tuntunan hidup. Kondisi semacam ini jelas mengundang

timbulnya persengketaan ataupun permusuhandiantara mereka. Dengan demikian,

munculah kebutuhan akan undang-undang yang bersifat menyeluruh dan syari’at yang

membatasi hak masing-masing.

Akhirnya sampailah akal mereka pada suatu kesimpulan dalam upaya mereka

mencariu hukum yang tidak dipersengketakan kebenarannya dan tidak mengundang

Tafsir

Page 30: Tafsir kel. 4(2)

perselisihan diantara mereka, yaitu hukum yang datang dari Allah. Kemudian, Allah

menuturkan kemurahan dan kebaikan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya, yaitu dengan

mengutus para nabi untuk mereka yang dibekali dengan kitab dari sisi-Nya, guna

memutuskan hal-hal yang dipersengketakan oleh mereka. Selanjutnya Allah

menuturkan dalam Kitab-Nya perselisihan orang-orang yang telah diberikan Kitab,

dimana mereka telah menyalahgunakan isi kitabullah dengan tidak menjadikannya

sebagai alat menuju kesatuan dan kesepakatan, tetapi bahkan menjadikannya sebagai

alat perpecahan dan perselisihan.

Setelah menuturkan hal tersebut, kembali Allah memberi petunjuk kepada

orang-orang yang benar-benar beriman, agar dalam menyelesaikan semua perselisihan

diantara mereka selalu kembali dan berpegangan kepada Kitabullah. Disamping itu, Ia

menjelaskan pula bahwa orang-orang yang berupaya mencari jalan keluar dari

kemelut perselisihan dan persengketaan ini, akan menjadi sasaran lemparan orang-

orang yang sedang bersengeketa, meskipun niat mereka baik.

Pada ayat ini Allah berpesan kepada kaum mukminin agar mereka berlaku

sabar dan teguh dalam menhadapi segala kesulitan yang menimpa mereka akibat ulah

kaum kuffar, sebagaimana para nabi dan pengikutnya pun sabar dan teguh dalam

menghadapi semua rintangan dan kesusahan, sehimgga akhirnya mereka berhasil

mendapatkan kemenangan dan tercapailah cita-cita mereka.

Diriwayatkan, bahwa ayat ini diturunkan ketika terjadi perang UHUD, dimana

saat kaum muslimin mengalami kekalahan dari orang-orang kafir. Ditimpa

malapetaka dan kesengsaraan,”berupa penyakit dan kematian. Ibnu ma’su, Ibnu

Abbas, dan sejumlah tabiin mengataka,”yang dimaksud dengan al-ba’sa ialah

kemiskinan, sedangkan adh- hdara artinya rasa sakit. “serta diguncangkan.”yakni

digentarkan oleh musuh-musuh dan diuji dengan ujian yangsangat berat. Sebagaimana

hal itu dikemukaikan dalam hadist dari Khatab bi Al-Aruit, dia berkata,” wahai

rasulullah, mengapa kau tidak memintakan tolong untuk kami, mengapa engkau tidak

berdoa untuk kami?” Beliau besabda.” Sesungguhnya oaring-orang yang sebelum

kamu ada yang di gergaji dan terbelah kepalanya hingga diantara kedua kakainya, tapi

itu tidak memalingkan dari agamanya.

Tafsir

Page 31: Tafsir kel. 4(2)

Ada pula orang yang tumbuh disisr oleh besi sehinggga dagingnya terkelupas

dari tulangnya, namun hal itu tidak memalingkan dari agamanya.’ Beliau kemudian

melanjutkan,” Demi Allah, sesungguhnya Allah akan menuntaskan perkara ini

sehingga seorang senunggang yang berjalan dari shan’a ke hadramaut tidak merasa

takut kecuali kepada Allah, dan serigala mengkhawatirkan domba mangsanya. Namun

kalilan adalah yang grasa grusu.

Firman ini seperti firman lainya, “ sesungguhnya bersama kesulitan iu ada

kemudahan dan sesungguhnya bersama kemudahan itu ada kesulitan’. Demikian

turrun bersama pertolongan. Dalam sebuah hadist dikatakan:

“Tuhanmu kagum atas keputusan hamba-hamba-Nya dan kecepatan datngnya

pertolongan-Nya Allah melihat mereka yang berputus asa. Kemudian dia tertawa

karena Dia mengetahui bahwa hiangnya kesusahan mereka sudah dekat.”(Al- hadist)

e. penafsiran menurut Al-Maraghi

pada ayat yang telah lalau, Allah memerintahkan mereka agar sepakat dan

damai, kemudian, Allah menjelaskan bahwa manusia itu satu sama lainnya saling ada

ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. mereka membutuhkan bantuan

dan pertolongan sesamanya, oleh kareana itu banyaknya kebutuhan dan

beranekaragamnya tuntunana hidup. kondisi semacam ini jelas mengundang

timbulnya persengketaan ataupun permusushan diantara mereka.

Dengan demikian, muncullah kebutuhan akan undang-undang yang bersifat

menyeluruh dan syari'at yang membatasi hak masing-masing. akhirnya sampailah akal

mereka pada suatu kesimpulan dalam upaya mereka mencari hukum yang tidak di

persengketakan kebenarannya dan tidak mengundang perselisihan diantara mereka,

yaitu hukum yang datang dari Allah.

Kemudian, Allah menuturkan kemurahan dan kebaikan-Nya terhadap hamba-

hamba-Nya, yaitu dengan mengutus para Nabi untuk mereka yang di bekali dengan

kitab dari sisi-Nya, guna memutuskan hal-hal yang dipersengketakan oleh mereka.

selanjutnya Allah menuturkann dalam kitab-Nya perselisihan orang-orang yang telah

Tafsir

Page 32: Tafsir kel. 4(2)

diberi kitab, diaman mereka telah menyalah gunakan isi kittabullah dengan tidak

menjadikannya sebagai alat manuju kesatuan dan kesepakatan, tetapi bahkan

menjadinya sebagai alata perpecahan dan perselisihan. setelah menuturkan hal

tersebut, kembali Allah mamberi petunjuk kepada orang-orang yang benar benar

beriman, agar dalam menyelesaikan semua perselisihan diantara mereka selalu

kembali dan berpegangan kepada kitabullah diasamping itu, ia menjelaskan pula

bahwa orang-orang berupaya mancari jalan keluar dari kemelut perselisihan dan

persengketaan ini, akan menjadi sasaran lemparan orang-orang yang sedang

bersengketa, meskipun niat mereka baik.

F. Al-Maidah ayat 48

48. “dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan

membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu

Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421]

terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara

mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu

mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran

yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara

kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya

Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja),

tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya

kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya

Tafsir

Page 33: Tafsir kel. 4(2)

kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya

kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,”

[421] Maksudnya: Al Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya

ayat-ayat yang diturunkan dalam Kitab-Kitab sebelumnya.

[422] Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang

sebelumnya.

a. Penfsiran ayat menurut Ibnu Katsir

Setelah Allah SWT menuturkan kitab taurat ,memujinya dan menyuruh supaya

mengikutinya menceritakan injil,memujinya menyuruh pemeluknya supaya

mengamalkan isinya Allah swt berfirman ‘Dan kami telah menurunkan kepadamu

Al-Qur`an dengan membawa kebenaran yakni dengan membawa kebenaran tidak di

ragukan lagi bahwa datangnya dari Allah swtyang membenarkan kitab-kitab

sebelumnya,maka turunya al-qur`an sebagai mana diinformasikan oleh kitab—kitab

terdahulu merupakan perkara yang merupakan perkara yang menambah kebenaran

para pembawanya yaitu kaum yang berpandangan mata dan hati yang menurut kepada

berbagai perintah Allah swt,mengikuti syariat –Nya membenarkan ucapan para rosul

–Nya yang menjanjikan akan datangnya Muhammad saw secara pastidan dia benar-

benar datang.

Firman Allah SWT’dan memeliharanya ‘ibnu abbas berkata yakni

menjaminnya”Ibnu Abbas juga menafsirkanya bahwa Al-Qur`anmenggunakan kitab-

kitabyang mendahuluinya ,perkara yang sesuai dengan Al-Qur`an maka ia merupakan

kebenaran dan perkara yang tidak sesuai dengannya adalah batil dari Ibnu Abbas juga

di riwayatkanbahwa muhaiminan berarti menghakimi kitab sebelumnya makna

penafsiran ini saling mendekati, Allah swt menjadikan kitab yang mulia ini sebagai

kitab yang terakhir di turunkan ,penutup kitab lainnya Allah swt mengintegrasikan

didalamnya kebaikan kitab terdahulu dan menambahkan dengan dengan aneka

kesempurnaan yanhtidak di jumapi oleh kitab-kitab sebelumnya, oleh karena itu Allah

swt menjadikan Al-Qur`an sebagai bukti pemelihara dan yang menghakimi seluruh

kitab yang lain dan Allah Ta`ala sendiri yang akan menjaga keterpeliharaannya Dia

Tafsir

Page 34: Tafsir kel. 4(2)

berfirman “sesengguhnya yang menurunkan Ad-Dzikr dan sesungguhnya kamilah

yang memeliharanya.”

b. Penafsiran ayat menurut Al-Maraghi

Setelah Allah menurunkan Taurat, lalu Injil kepada Bani Israil, dan Dia

terangkan petunjuk maupun cahaya yang Dia pesankan dalam kedua kitab itu, serta

Dia jelaskan pula kewajiban yang harus mereka tunaikan untuk menegakkan

keduanya, serta ancaman-Nya terhadap mereka berupa hukuman apabila tidak

menggunakan kedua kitab tersebut dalam memutuskan perkara, maka sesudah itu,

Allah terngkan disini bahwa telah menurunkan Al-Qur’an atas Nabi-Nya yang

terakhir, Muhammad saw., dan betapa besar dan tinggi kedudukan Kitab Al-Qur’an

ini diantara kitab-kitab lain sebelumnya. Bahwa hikmahnya adalah memerlukan

adanya berbagai macam syari’at dan jalan untuk petunjuk kepada umat manusia.

G. QS. Asy-Syaba’ 28

28. dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya

sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan

manusia tiada mengetahui.(QSAsyaba [34]:28)

a. Penafsiran ayat menuurut Ibnu Katsir

Tafsir

Page 35: Tafsir kel. 4(2)

Allah SWT berfirman keda hamba danrasul-Nya “dan kami

tidak mengutus kepada umat manusia seluruhnya sebagai

pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan “ yakni di

utus kepada semua hamba yang mukallaf halini sebagaimana

firman Allah swt ‘ katakana lah hei umat manusia sesungguhnya

aku adalah utusan Allah swt bagi kamu semua (QS.Al-

A`rraf:158)yakni memberitakan surga bagi orang yang menaati

Myadan memperingatkan neraka bagi yang melanggarnya “namun

kebanyakan manusia tidak mengetahui penggalan ini seperti firman

Allah swt “dan kebanyakan manusia tidak beriman walaupun kamu

sangat menginginkanya kemudian Allah swt memberitahukan

tentang hukum kafir yang mustahilkan ytentang kiamat “dan

mereka berkata,kapankah janji ini ,jika kamu merupakan orang-

orang yang benar,kemudian Allah swt berfirman “katakana lah

bagimu ada hari yang telah di janjikan yang tidak dapat kamu

mamintadarinya barang sesaat pun kamu tidak bisa meminta untuk

memelukannya “ yakni kamu memiliki hari yang di janjikan

ditangguhkan lagidi tentukan waktunya ,hari yang di janjikan itu

tidak dapat diakhirkan dan tidak dapat pula di

pajukan”sesungguhnya apa bila ketetapan allah telah dating,maka

tidak bisa di tangguhkan”

b. Penafsiran Ayat Menurut Al-Maraghi

Dalam kalimat “wama arsalnaka illa kaafhatal linnasi bashirau wanadiraa”

Dan kami tidaklah mengutus kamu kepada kaummu saja,akan tetapikami

mengutusmu kepadaseluruh makhluk bansa arab maupun bukan bangsa arab.sebagai

pembawa kabar gembira bagi orang-orang yang taat kepada-Ku dengan adanya pahala

besar dan sebagai pemberi peringatan kepada orang-orang yang bermaksiat kepada-

Kudengan adanya adzab yang pedih.

Penjelasan di atas semakna dengan kallamullah yang berbunyi

Tafsir

Page 36: Tafsir kel. 4(2)

“kul yaa ayyuhan naasu inni rasulullahi ilaikum jamiia`a”

“yang bermakna katakanalah hei manusia,sesungguhnya aku adalah utusan Alla

kepada kamu semua(QS,Al-A`raf:158)

Akan tetapi kebanyakan manusia tidakmengetahui hal itu, sehingga karena

kebodohan mereka, maka tetap meneruskan penyesatan dan penyelewengan semakna

dengan ayat di bawah ini :

103. dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman - walaupun kamu sangat

menginginkannya-.(YYusuf :103)

c. Penafsiran ayat menurut Al-Misbah

Ayat di atas guna membicarakan kenabian Nabi Muhammad dengan

menyatakan bahwa Allah swt yang Maha Kuasa tlah mengutus Rasul-Nya,

Ayat di atas tidak lagi menggunakan untuk menyampaikan fungsi Nabi

sebagai mana bentuk perintah ayat-ayat yang lain ini untuk mengingatkan Beliau

betapa besar anugrah-Nya itu sekaligus mengingatkan seluruh manusia betapa tinggi

kedudukan Rasul disisi Allah SWT

Kata kaffah menurut Thabathaba`I dan beberapa ulama lain terambil dari kata

kafa yang berarti menghalangi,atas dasar itu mereka memahami penggalan ayat di

atas din atas kami tidak mengutusmu kecuali sebagai penghalang yang sangat unggul

terhadap manusia agar mereka tidakmelakukan kedurhakaan ini di kuatkan dengan

kal;imat selanjutnya yaitu bhashiran wa nadziran banyakl ulma yang memahami arti

kafa daln arti semua dan ia pada ayat ini berfungsi menjelaskan keadaan manusia

dengan demikian ayat ini menguraikan risalah Nabi Muhammad saw yang mencakup

semua manusia .ayat ini menurut mereka berarti kami dak mengutusmu kecuali

pengutusan buat umat manusia.pendapat ini sejalan dengan fungsi Nabi Muhammad

saw,yang di utus dengan membawa rahmat-Nya

Tafsir

Page 37: Tafsir kel. 4(2)

Ayat ini pun di fahami oleh Thabathaba`I sebagai argumentasi keesaan Allah

swt,ulam ini menulis risalah bahwa “risalah atau pengutusan para nabi merupakan

salah satu keniscayaan keesaan Allah swt , karena Tuhan selalu memperhatikan dan

mengurus hamba-hamba-Nya serta mengantar mereka menuju kebahaigiaan tetapiu

tidak ada yang mengakui utusan tuhan “yang lain” idan koneksi ini Sayidina Ali ra

berkata ‘seandainya tuhan memiliki sekutu,pastilah Rasul sekutunya “ selanjutnya

Thabathaba`I memahami firman-Nya “ tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”

dalam artikebanyakan manusia tidak mengetahui keterbatasan sumber pengutusan

rasul-rasul hanya dari Allah swt yang Maha Esa merupakan bukkti keterbatasan

ketuhanan hanya pada-Nya .

H. QS-Asyu`ara ayat 51

51. dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata

dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir[1347] atau

dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan

seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha

Bijaksana.

[1347] Di belakang tabir artinya ialah seorang dapat mendengar kalam Ilahi

akan tetapi Dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang terjadi kepada Nabi Musa a.s.

a. Penafsiran Ayat Menurut Ibnu Katsir

Tafsir

Page 38: Tafsir kel. 4(2)

Fir`aun mengancam dan mengintimidasi para tukang sihir namun hal itu

semakin menambah keimanan dan kepasrahan mereka bagaimana tidak demikian

padahal Allah swt menunjukan kebeharan kepada mereka apa yang dilihat oleh Nabi

Musa itu hanya terjadi pada manusia yang di tolong oleh Allah swt, karena itu mereka

menyadari apa yang selam ini tidak mereka ketahui sehingga mermemsaplah

keimanan mereka,mereka tidak peduli terhadap janji dan ancaman fira`aun yang

mengatakan “apakah kalian beriman kepada musa sebelum aku memberi ijin

kepadamu’yakni sepatutnya kamu meminta ijin kepadaku atas apa yang kamu lakukan

itu?”sesungguhnya dia pemimpin yang mengajakan sihir kepadamu.inilah sebuah

kesombongan dan kebohongan yang di ketahui oleh fira`un sendiri,bagai mana pula

Musa mengajari mereka sihir padahal dia belum pernah berkumpul dengan mereka

Kemudian fira`un mengancam akan memotong tangan kaki mereka serta

menyalibnya,mereka berkata” tidak ada kemadaratan (bagi kami) sesunguhnya kami

akan kembali kepada Tuhan kami” sesungguhnya kami menginginkan Tuhan kami

yang mengampuni kesalahan kami,lantaran kami adalah sihir yang kamu paksakan

kepada kamu ‘karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman dari

kalangan bangsa Qitbhi,maka fira`un membunuh mereka semuanya

b. Penafsiran Ayat Menurut Al-Maraghi

sesungguhnya, dia adalah pemimpin kalian yang telah mengajarkan sihir

kepada kalian. Jadi, kalian berbuat demikian itu atas dasar kesepakatan antara kalian

tidak diragukan lagi, ini adalah penyesatan terhadap kaumnya dan

kesombongan yang sangat nyata kebathilan nya. Sebab, mereka tidak pernah bertemu

dengan Musa sebelum hari itu; lantas bagaimana mungkin dia akan menjadi

pemimpin mereka yang mengajarkan perbuatan sihir kepada mereka.

Karena kami berharap bahwa Tuhan akan mengampuni kami karena sihir yang

kami lakukan, yakni sebagai kekufuran. Kami yakin Dia akan menganpuni kami

karena kami termasuk orang-orang pertama diantara golongan yang menyaksikan

peristiwa itu, yang beriman lantaran tunduk kepada kebenaran dan berpaling dari

kesenangan serta kemewahan dunia.

Tafsir

Page 39: Tafsir kel. 4(2)

c.

Tafsir

Page 40: Tafsir kel. 4(2)

Penafsiran Ayat Menurut Al-Misbah

51. dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata

dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir[1347] atau

dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan

seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha

Bijaksana.

[1347] Di belakang tabir artinya ialah seorang dapat mendengar kalam Ilahi

akan tetapi Dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang terjadi kepada Nabi Musa a.s.

Ayat-ayat kelompok ini kembali menguraikan tentang wahyu dari segi cara

Allah menyampaikan kepada para nabi”dan tidak kemuingkinan terjadi kepada

manusia bahwa ia di ajak berbicara oleh Allah yakni di beri impormasi oleh-Nya

kecuali dengan wahyu yakni “pecampakan”informasi secara cepat kedalam

Qalbunnya tanpa perantara siapapun atau di belakang tabir yakni dengan

memperdengarkan suara tampa si pendengar dapat melihat pembicaranya atau dengan

mengutus seorang utusan yakni malaikat yang dapat di lihat atau di rasakan

kehadirannya serta di dengar suaranya lalu sang malaikat itu mewahyukan dari saat

kesaat kepadanya yakni menyampaikan informasi Allah itu secara cepat

penyampaian yang di lakukan dengan seizin-Nya tentang apa yang dia,yakni

Allah.kehendaki sesungguhnya Dia Maha Tnggi lagi Maha Bijaksana

Kalimat “Yukalimahullah” di ajak berbicara oleh Allah tentu saja tidak boleh

di fahami dalam arti percakapan seperti halnya makhluk banyak di uraikan ulama

yang berbeda-beda tentang apa yang dimaksud dengan kallamullah yang pasti

kalalmullah atau apa saja redaksi mengesankan adanya persamaan antara Allah dan

manusia bahkan makhluk, harus segara difahami bahwa hakikat keduanya tidaklah

sama karena “Tidak ada yang serupa dengan-Nya”kita dapat menyimpulkan bahwa

percakapan ini bermakna, dipahaminya apa yang hendak disampaikan Allah oleh

objek yang dipilihnya.

Tafsir

Page 41: Tafsir kel. 4(2)

Ayat di atas mengemukakan tiga cara,yang pertama langsung,tanpa menyebut

satu kondisi atau syarat sedang kedua disertai dengan satu kondisi ataau syarat yaitu

“di belakang hijab” dan yang ketiga berupa kehadiran keutusan untuk menyampaikan

wahyu itu.

Cara pertama dapat bermacam-macam menurut al-biqa`I kata wahyan disini

mencakup pemberian informasi tanpa perantara dan dengan cara yang tersembunyi,ia

dapat berbentuk juga ilham atau mimpi atau dengan cara yang lain baik allah

menganugrahkan kepada yang menerima wahyu itu kemampuan mendengaran ini

adalah peningkat-tertinggi-atau juga berbentuk ilham atau juga disertai dengan

pandangan maupun tidak termasuk bagian ini “wahyu-Nya” kepada ibu nabi Musa as.

(QS.Al-Qhasas[28]:7) atau kepada lebah (QS.AnNahl[16];68) atau kepada langit

(QS.Al-Fushilat[14];12) menganugrahkan kepada hal-hal tersebut potensi yang

dengan yang di proleh manfaat serupa dengan menganugrahkan kepada nmanusia

potensi berbicara lalu kemampuan mengekspresikannya,demikian al-biqa`I yang

kemudian mengutip pendapat sufi besar Syihabuddin as-suhrawardi yang menyatakan

bahwa pengethuan yang bersifat ladun yang terdapat dalam qalbu orang-orang yang

mengonsentrasikan dirinya kepada Allah adalah bagian dari mukalamah /pembicaraan

itu

Kata war`a bukan berarti di belakang yakni antonim depan tetapi dalam artu di

luar sesuatu,ini serupa dengan kalimat “wallahi min waraihim muhit”yang secara

harfiah bisa di terjemahkan allah di belakang mereka maha mengetahui,ini karena

allah tidak membutuhkan tempat sehingga tiodak ada bagi-Nya dan bagi sifst-Nya

ruang atas,bawah,belakang depan

Firman-Nya “innahu a`liyun hakim” seseungguh-Nya Dia Maha Tinggi lagii

Maha Bijaksana,merupakan penjelasan kandungan tentang wahyu yang di utarakan

ayat diatas karena Allah Maha tinggi maka percakapan-Nya tidak lah sama dengan

percakaoan makhluk,tidak juga sama dengan percakapan seseorang dengan yang lain

Dia juga Maha bijaksana,sehingga Dia memilih yang terbaik untuk diajak berbicara

serta informasi dan tuntunan yang di sampaikan-Nya adalah yang sangat sesuai

dengan kemaslahatan

Tafsir

Page 42: Tafsir kel. 4(2)

Pengutusan rasul ytang dimaksud dapat juga mencakup banyak rosul.jika kita

memehami kata rasul dalam arti malaikat maut dan lain-lain namun demikian yang

ditugaskan menyampaikan wahyu Al-Qur`an hanyalah malaikat jibriil berdasarkan

firman-Nya:

192. dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta

alam,

193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),

194. ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara

orang-orang yang memberi peringatan,

Cara yang ketiga adalah cara yang paling sering diterima oleh para Nabi

Muhammad saw, menggambarkan pengalaman beliau bahwa wahyu yamg

disampaikan malaikat terkadang datang disertai dengan suara bagaikan suara lonceng,

dan ini adalah terberat.terkadang wahyu itu juga beliau terima dengan disertai suara

lebah dan tidak

jarang juga malaikat menampakan sebagai manusi baik dikenal ataupun tidak.

I. QS. Asy-Syu’ara Ayat 52

52 .dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan

perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran)

dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu

cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-

hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan

yang lurus.(QS,Asyu`ara[42]:52)

a. Penafsiran Ayat Menurut Ibnu Katsir

Tafsir

Page 43: Tafsir kel. 4(2)

Kemudian Allah memerintahkan Musa as untuk membawa bani Israel pada

malam hari ke mesir serta membawa apa yang diperintahkan oleh Allah swt

Musa a.s menanyakan kuburan Yusuf a.s kemudian nenek-nenek itu memberi

tahunya dan Musa a.s pun mmembawa peti Nasbi Yusuf a.s berdasarkan pesan yang

diterima Nabi Musa a.s dari Yusuf a.s yaitu Musa harus membawanya ketika hendak

meninggalkan mesir.

Ketika tiba fira`un marah besar atas kepergian bani Israel kemudian

mengumpulkan tentara dengan cepat dia berkata “sesungguhnya mereka golongan

kecil

Allah Ta`ala berfirman Kami keluarkan fira`un dari taman—taman dan dan

mata air dan dari pembendaharaan serta kedudukan yang mulia”yakni mereka

meninggalkan kenikmatan untuk neraka jahim mereka meninggalkan tempat tinggi

yang menjulang, kebun-kebun, sungai, harta kekayaan, rezeki, kerajaan, dan

kemagahan duniawi yang meliputi ruh ‘demikianlah kami anugrahkan kepada Bani

Israel “ hal ini sewbagai firman Allah swt dan kami waruskan kepada kaum yang

telah di tindas itu negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya” dan kami

hendak memberikan anugrah bagi orang-orang yang di tindas di bumi dan kami

gendak menjadikan mereka pemimpin sertya menjadi pewaris.

b. Penafsiran Ayat Menurut Al-Maraghi

Allah memerintahkan kepada Musa dan Kaumnya untuk berhijrah dari Mesir.

Kami wahyukan kepada Musa: Berjalanlah pada waktu malam bersama

hamba-hamba-Ku. Hingga jika bangsa Mesir Menyusul kalian pada waktu pagi, maka

mereka tidak akan dapat menyusul kalian sebelum kalian sampai kelaut, tetapi mereka

akan tetap berada dibelakang kalian ketika kalian melewatinya. Ketika itu, mereka

akan masuk lewat tempat masuk kalian, lau merka ditutup laut dan tenggelam.

Tafsir

Page 44: Tafsir kel. 4(2)

Diceritakan dalan Kitab keluaran dari Taurat, isahah ke 11 : Tuhan menyuruh

setiap laki-laki untuk meminta barang-barang emas dan perek kepada tetangganya,

dan setiap perempuan kepada tetangganya pula. Tuhan akan mematikan setiap anak

sulung manusia dan hewan di negeri Mesit.

Tuhan menyuruh setiap rumah tangga untuk menyembelih seekor anak domba

pada kedua hari keempat belas dari bulan keluaran, membubuhkan darahnya pada

kedua tiang pintu dan ambang atas rumah dan memakan dagingnya yang telah

dipanggang pada malam itu juga dengan roti yang tidak beragi.

Kemudian, menyuruh mereka memakanya dengan cepat, memakanya lengkap

dengan kepala, betis dan isi perutnya. Inilah Paskah bagi Tuhan. Darah ini menjadi

tanda pada rumah-rumah Bani Isaril, sehingga setiap anak sulung dari mereka

terhindar dari kematian, dan kematian itu hanya merenggut anak-anak sulung bangsa

Mesir saja. Makan roti yang tidak beragi itu dilakukan selama tujuh hari. Ini menjadi

ketetaan abadi untuk memperingati keluaran dari Mesir sejak hari ke-14 bulan Abid

hingga hari ke-21 bulan itu setiap tahun. Demikian pula menyuruh kaumnya, Mereka

mengerjakan semua itu, dan anak-anak mereka selamat. Kemudian hal itu menjadi

tradisi yang abadi. Bani Israil menetap di Mesir selama 430 tahun. Dan malam itu

menjaid hari raya Paskah bagi mereka untuk selama-lamnya.

b. Penafsiran Ayat Menurut Al-Misbah

Ayat yamg lalu menguraikan cara-cara Allah menyampaikan wahyu kepada

manusia.adalah seorang.Nabi Muhammad adalah seorang yang mengalami

pewahyuan ayat tersebut ditegaskan Disini menyatakan-Nya bahwa;dan demikianlah

kami melalui malaikat jibril as,yang telah mewahyukan kepadamu ruh yakni al-

qur`an,yang merupakan salah satu dari urusan dan wewenang khusus kami.

Siapa yang mengindahkannya akan hidup ruhaninya dan memperoleh hidup

yang abadi.sebelumnya yakni sebelum di wahyukan kepadamu dan sebelum engkau

mencapai usia empat puluh tahun,engkau tidak mengetahui apa lagi menjelaskan

apakah al-kitab itu dan tidak pula engkau mengetahui secara rinci apa itu iman yakni

aqidah dan islamiyah-wahyu sebelum itu engkau telah mengakui ke Esaan Allah dan

menganut ajaran nabi Ibrahim a.s,

Tafsir

Page 45: Tafsir kel. 4(2)

demikianlah keadaanmu sebelum kami mewahyukan kepadamu, tetapi kami

menyampaikan semua itu kepadamu dan memberimu hidayah melalui waahyu al-

qur`an ,saat manusia seluruhnya dalam keadaan gelap gulita dan kami menjadikannya

yakni al-qur`an itu cahaya benderang, yang kami senantiasa menunjuki dengannya

yakni kami anugartahi taufik sehingga dapat melaksanakan secara baik runtunan-

runtunan kami, siapa yang kami diantara hamba-hamba kami untuk kami

anugrahitaufik itu,sedang kehendak kami itu berkaitan erat dengan kecendrungan hati

hamba-hamba tersebut,engkau wahai Nabi Muhammad adalah seoarang yang kami

anugrahi taufik dan hidayah .dan sesungguhnya engkau bener-benar nenberi petunjuk

yakni mampu menjelaskan dengan sangat baik cara-cara menuju ke jalan yang lebar

yang lurus,yaitu jalan Allah yang lebar yang milik-Nya segala apa yang ada di langit

dan apa yang ada di bumi,ingatlah hanya hanya kepada Allah-tidak kepada selainya

senantiasa kembali semua urusan atau akan kembali dengan amat jelas semua urusan

di kemudian nanti

Kata kadza lika oleh Thabathaba`I difahami sebagai menunjuk ketiga macam

cara taklim /pembicaraan Allah yang disebut ayat yang lalu,ini menurut Thabathaba`i

dikuatkan dengan riwayat-riwayat yang demikian bamyak yang menginformasikan

bahwa Rasul SAW sebagai man memproleh wahyu dengan perantaraan malaikat

jibril,juga memproleh dalam keadaan tidur (mimpi,dan ini menurut ulama tersebut

yang merupakan bagian keduya-juga beliau memproleh wahyu tanpa perantara

sebagaimana disebut oleh cara pertama, Thabathaba`I juga menyebut pendapat yang

menyatakan bahwa kata kadzalika menunjuk kepada wahyu-wahyu yang diterima

oleh paraa nabi yang dulu, hanya saja menurutnyajika difahami demikiam, maka yang

disebut ruh adalah malaikat Jibril a.s atau apa uang di istilahkandengan Artruh al-

amin.

Banyak ulama yang berpendapat bahwa mewahyukan ruh adalah, wahyukan

al-qur`an penganut pendapat ini menguatkannya dengan Firman-Nya “WALAKIN

JA`ALNAHU NUURAN” sedangkan ditempat lain Allah menggambarkan al-qur`an

sebagai cahaya, Tetapi tulis Thabthaba`I ada dua catatan menyangkut pendapat

ini,pertama tidak dapat di sangkal bahwa ayat di atas bermaksud menjelaskan bahwa

apa yang ada pada Nsabi Muhammad saw menyangkut pengetahuan dan syariat yang

beliau sampaikan kepada masyarakat dan mengajaknya untuk

Tafsir

Page 46: Tafsir kel. 4(2)

melakaksanakannya,bukanlah termasuk hal-hal yang beliau dapatkan dengan upaya

beliau, lalu beliau sampaikan atas dasar pengetahuan yang beliau usahakan itu, semua

nitu adalah adalah wahyu yang disampaikan Allah jika demikian maksud ayat ini, lalu

dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan ruh yang diwahyukan itu adalah al-qur`an

maka semesatinya ayat di atas cukup menyebut dan tidak perlu menyebut wal iman

dan tidak (pula) mengetehui apakah al iman.

yang kedua walaupun al-qur`an dinamai ruhdari sisi bahwa Dia menghidupkan

jiwa manusia dengan petunjuk-petunjuknya sebagai mana dijelaskan dalam QS.Al –

Anfal ayat 24 dan QS.Al-An`amayat 122 tetapi yang dimaksud adalah al-qur`an tapi

mengapa ada kalimat min amrina sedang yang terlintas dalam benak tentang firamn-

firman Allah adalah bahwa ruh merupakan amrihi adalah makhluk dari alam tertinggi

yang menyertai malaikat ketika mereka turun Allah berfirman :

" pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin

Tuhannya untuk mengatur segala urusan".(QS,Al-Qadr[97]4)

Dan Dia juga berfirman:

102. Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran

itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-

orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar

gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Kendati adanya catatan di atas namun Thabathaba`I berusaha menyelesaikan

kemusyrikan itu dengan menyatakan bahwa,penyebutan kata al-iman di samping al-

kitab di sebabkan karena keimanan Nabi sawengan perincian kandungan al-kitab baik

pengetahuan maupun syari`atnya merupakan salah satu yang berkaitan eratdengan

turunya kitabseakan-akan ayat di atas menyatakan “Dan demuikian lah kami

Tafsir

Page 47: Tafsir kel. 4(2)

wahyukan kepadamu satu kitab.sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah al-

kitab dan tidak juga merasakan dalam dirimudampaknya dengan demikian indah

yakni keimananmu kepadanya ”Demikian antara lain Thabthaba`i

Pernyataan bahwa nabi saw,sebelum ini tidak mengetatahui tentang al-iman

bukan berarti Beliau tidak beriman klepada Allah tetapi yang dinafikan ayat di atas

adalah tentang iman dan perinciannya.itu sebabnya ayat di atas tidak menyatakan

sebelumnya engkau bukanlah seorang mukmin

Penyebutan kalimat alladziahu ma fiissamaawaati wana filardi /yang milik-

Nya segala apa yang aa dilangit dan di bumi setelah menyebut shirathaallah

berfungsi sebagai bukti atas ketetapan dan kesesuaian jalan lebar itu dengan para

mukallafin ini karena siapa yang menguasai segala sesuatu,tentulah dia mengetehui

sifat dan ciri serta apa yang terbaik dan mengantar kepada kebahagiaan, iniserupa

dengan pencipta suatu alat.

Surah ini ditutup setelah menjelaskan tantang wahyu Allah kepada Nabi

Muhammad saw dengan menegaskan bahwa segala persoalan terus menerus kembali

dan akan kembali kepada Allah swt Dia adalah Pencipta Dia juga Pengatur dan

Pengendali Dunia dan Akhirat dengan demikian Dialah pasti setidaknya Dia maha

benar, Tinggi, serta Maha Agung, sehingga tidak terjangkau Hakikat-Nya.

J. QS. Yunus ayat 47

Tafsir

Page 48: Tafsir kel. 4(2)

47. tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila telah datang Rasul mereka,

diberikanlah keputusan antara mereka[695] dengan adil dan mereka (sedikitpun)

tidak dianiaya.(QS,Yunnus;47)

a. Penafsiran Ayat Menurut Ibnu Katsir

QS,YUNNUS ayat 47

47. tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila telah datang Rasul mereka,

diberikanlah keputusan antara mereka[695] dengan adil dan mereka (sedikitpun)

tidak dianiaya.(QS,Yunnus;47)

[695] Maksudnya: antara Rasul dan kaumnya yang mendustakannya.

Allah Ta`ala memberitahukan bahwa Dia merupakan pemilik langit dan bumi

bahwa sesungguhnya janiji Allah swt itu benar bahwa Dia yang menghidupkan dan

mematikan , dan hanya kepada-Nyalah kamu di kembalikan, bahwa Dia Maha Kuasa,

atas yang demikian itu, Maha Mengetahui terhadap pemvarasian tubuh manusia dan

pendistruibusian di berbagai wilayah, baik di lautmaupun di darat, kemudian Dia

menyempurnakan penciptaan-Nya sejalan dengan apa yang di jalankannya sesuai Al-

Quir`an yang di turunkan kepada Rasul-Nya yang mulia “hai manusia sesungguhnya

telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu “yakni larangan perbuatan fasyiah

“penawar bagi apa yang terdapat dalam dada’seperti kesamaran dan keraguan yangAl-

Qur`an yang menghilangkan najis syirik dan kotoran kekupuran dari qalbu” petujuk

rahmat”yakni dengan al-qur`an akan diproleh hidayah dan rahmat dari Allah swt hal

itu hanya berlaku untukl mukminin yang menyakini kandungan al-qur`an penggalan

di atas seperti firman Allah swt ‘Dan kami menurunkan Al-Qur`an yang merupakan

Tafsir

Page 49: Tafsir kel. 4(2)

penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman .dan orang-orang yang

dzalimtidak bertambah melainkan kerugian,”

Firman Allah Swt ‘katanlah dengan karunia Allah swy dan rahmat-Nya

hendkalh mereka bergembira dengan yanbg demikian itu”karena Al-Qur`anlah yang

pantas menjadi kegembiraan mereka ‘ia lebih baik dari pada apa yang kamu

himpunkan”berupa serpihan-serpihan dunia yang fana dan cepat sirna.

b. Penafsiran Ayat Menurut Al-Maraghi

Penafsiran kata sulit “al-idzah”nasihat dengan kebaikan,kebenaran dan

menghindari kebatilan serta keburukan dengan cara memberikan pengembiraan atau

pertakut yang dapat melunakan hati,sehingga terbitlah kemauan keras/tekad,untuk

melakukan atau meninggalkan sesuatu.

‘Asy-syifa`u”: Obat

“Al-Huda : keterangan tentang kebenaran yang dapat menyelamatkan seseorang

dari kesesatan dalam soal kepercayaan keterangan ini disampaikan dengan

memberikan hujjah dan bukti-bukti,sedang dalam alamiyah dengan memberikan

keterangan tentang maslahat dan hikmat.

“Ar-Rahmah :Berbuat baik.

“Fadlullah : bimbingann Allah kepada orang-orang mukmin agar mereka

menyucikan diri dengan nasihat petunjuk.

“Rahmatullah “:buah yang di hasilan daru bimbingan Allah tersebut,dengan

buah itu orang-orang mukmin mempunyai kelebiha atas orang lain.

c.

Tafsir

Page 50: Tafsir kel. 4(2)

Penafsiran Ayat Menurut Al-Misbah

Kelompok ayat ini kembali kepada persoalan pertama yang di singgung oleh

surah ini yang sekaligus menjadi faktor utamanya.yaitu keheranan mereka atas

turunya wahyu kepada Nabi Muhammad saw terhadap mereka, setelah bukti Al-

Qur`an di paparkan bahkan di tantangkan, kini-kepada semua manusia-ayat ini

menyampaikan fungsi wahyu yang mereka ingkari dan lecehkan itu.hai seluruh

manusia, dimana dan kapan pun sepanjang masa, sadarilah bahwa sesungguhnya telah

datang kepada kamu semua pengajaran yang sangat agung dan nbermamfaat dari

Tuhan pemelihara dan pembimbing kamu yaitu Al-Qur`an kayrim dan obat yang

sangat ampuh bagi apa yakni penyakit-prnyakit kejiwaan yang terdapat dalam dada

yakni hati manusia dan petunjuk yng sangat jelas menuju kebenaran dan kebajikan

serta rahmat yang amat besar lagi melimpah bagi orang-orang mu`min

Kata mauidzah terambil dari kata wa`zh yaiti “peringatan menyangkut

kebaikan yang menggugah hati serta menimbulkan rasa takut” peringatan itu oleh

ayat ini di tegaskan berdasarkan sumber dari Allah swt, yang merupakan rabbikum

yakni Tuhan pemelihara kamu.dengan demikian, pastilah tuntunan-Nya sempurna,

tidak mengandung kekeliruan lagi sesuai dengan sasaran yang dituju.

Ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur`an adalah obat bagi apa yang terdapat

dalam dada,penyebutan kata dada yang di artikan dengan hati,menunjukan bahwa

wahyu-wahyu ilahi berfungsi menyembuhkan penyakit-penyakit rohani seperti ragu,

dengki, takkabur, dan semacamnya, memang dalam Al-Qur`an hati di tunjukan

sebagai wadah yang menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak

bahkan hati di nilai sebagai alat untuk mengetahui.hati yang mampu melahirkan

ketenangan dan kegelisahan serta menampung sifat-sifat baik dan terpuji.

Sementara para ulama memehami bahwa ayat-ayat Al-Qur1an juga dapat

menyembuhkan penyakit-penyakit jasmani.mereka menuju kepada sekian riwayat yng

di perselisihkan nilai dan maknanya, antara lain yuang diriwayatkan oleh ibnu

Mardawaih melalui sahabat nabi,ibnu Mas`ud ra yang memberitakan bahwa ada

seorang yang dating kepada Nabi Muhammad saw.yang mengeluhkan dadanya Rosul

Tafsir

Page 51: Tafsir kel. 4(2)

SAW kemudian bersabda “Hendaklah engkaumembaca Al-Qur`an”makna serupa di

kemukakan oleh Al-Baihaqi melalui wailah bin Al-Asqo.

Tampa mengurangi penghormatan terhadap Al-Qur`an dan hadits-hadits nabi

saw adanya riwayat ini,bila benar adanya,maka yang di maksud bukanlah penyakit

jasmani,tetapi penyalit rohani yang di akibatkan oleh jiwa.iia adalah Psikosomatif.

Memang tidak jarang seseorang sesak nafas atau dada bagaikan tertekan karena

adanya ketidak seimbangan rohani Supi besaar, Al-Hasan Al-Basri, sebagai mana di

kutip oleh Muhammad syaid tantowi, dan berdasar riwayat Asy-syeh siyaikh-berkata,

”Allah menjadikan al-qur`an obat terhadap penyakit-penyakit hati, dan tidak

menjadikannya obat untuk penyakit jasmani”

Rahmat adalah kepedihan di dalam hati karena melihat ketidak berdayaan

pihak laion sehingga mendorong yang pedih hatinya itu untuk membantu

menghilangkan atau mengurangi ketidak berdayaan tersebut.ini adalah rahmat

manusia.rahmat Allah yang di fahami dalam arti bantuan-Nya sehingga ketidak

berdayaan itu tertanggulangi bahkan seperti tulis Thabathaba`I, rahnat-Nya adalah

limpahan karunia-Nya terhadap wujud dan sarana kesinambungan wujud serta aneka

nikmat orang mukmin dalam kebahaigiaan hidupdalam berbagai aspeknya, seperti

pengetahuan ketuhanan yang benar, ahlak yang luhur,amal-amal kebajikan, kehidupan

yang berkualitas di dunia dan akhirat, termasuk prolehan surga dan ridha-Nyyam

Karena itu, jika al-qur`an di sifati sebagai rahmat untuk orang-orang

mukmin,maka maknanya adalah limpahan karunia kebajikan dan keberkatan yang di

sediakan oleh Allah swt.bagi mereka yang menghayati dan mengamalkan nilai-nilai

yang di amanatkan oleh al-qur`an.

Ayat ini membatasi al-qur`an untuk orang-oyrang mukmin karena merekalah

yang paling berhak menerimanya sekaligus paling banyak memprolehnya tetapi ini

bukan berarti selain mereka tidak memperoleh, walau secercah dari rahmat akibat

kehadiran al-qur`an prolehan yang sekedar beriman tampa pemmantapan jelas lebih

sedikit dari prolehan orang mukmin dan perolehan orang kafir atas kehadiranya lebih

sedikit lagi disbanding orang-orang yang sekedar beriman.

Ayat di atas menegaskan adanya empat fungsi al-qur`an pengajaran, debat,

petunjuk serta rahmat Thahir ibnu Ashur mengemukakan bahwa ayat ini memberi

perumpamaan tentang jiwa maanusia dalam kaitannya dengan kehaadiran al-qur`an

Tafsir

Page 52: Tafsir kel. 4(2)

ulama itu memberi ilustrasi lebih kurang sebagai berikut seseorang yang sakit adalah

yang tidak stabil kondisinya pimpang keadaanya lagi lemah tubuhnya ia menanti

kedatangan dokter yang dapat memberinya obat guna kesembuhannya sang dokter

tentu saja memberi peringatan kepada pasien ini menyangkut sebab-sebabnya

penyakitnya dan dampak-dampak kelanjutan penyakit itu, lalu memberinya obat guna

kesembuhannya, kemudian memberinya petunjuk saran tentang cara hidup sehat agar

kesehatannya dapat terpelihara sehingga penyakit yang dideritanya tidak kambuh lagi

nah, jika yanga bersangkutan memenuhi tuntunan sang dokter, niscaya ia akan sehat

sejahtera dan hidup bahagia serta terhindar dari segala penyaklit dan itulah rahmat

yang sungguh besar.

Kalau kita menerapkan secara berurutan ke empat fungsi di atas,maka dapat

diokatakan pengajaran al-qur`ab pertama kali menyentuh hati yang masuh di

selubungi oleh kabut keraguan kelemahan serta aneka sifat kekurangan.dengan

sentuhan pengajaran itu,keraguan beranasur sirna dan berubah menjadi ke imanan

kelengahan beralih sedit demi sedikit menjadi kewaspadaan.demikian dari ke

saat,sehingga ayat-ayat al-qur`an menjadi obat bagi aneka penyakit-penyakit

rohani.dari sini,jiwa seseorang akan lebih siap meningkaat dan meraih petunjuk

tentang pengetahuan yang benar dan marifat tentang tuhan.ini membawa kepada

akhlak luhur,amal-amal kebajikan yang mengantar seseorang meraaih kedekatan

kepada Allah swt.dan ini pada gilirannya nanti,mengundang aneka rahmat yang

puncaknya adalah surga dan rahmat serta ridho Allah swt.

Tafsir

Page 53: Tafsir kel. 4(2)

BAB III

ANALISIS

QS. An-Nahl ayat 36

Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang kafir itu tidak akan

surut dari perbuatan batil mereka terkecuali apabila telah dating malaikat

pencabut nyawa mereka atau datang kepada siksa yang memusnahkan.

Dan Allah menerangkan pula bahwa sikap dan prilaku mereka bukanlah suatu

hal yang baru, karena ulah tingkah laku itu telah dilakukan oleh umat-umat

sebelum mereka.

Dan Allah SWT telah memberi petunjuk kepada mereka yaitu dengan

menurunkan rasul-rasul-Nya kepada setiap umat agar mereka beribadah dan

menjauhi apa yang telah dilarang oleh Allah SWT.

Dan apabila orang-orang mendustakan rasul-rasul-Nya maka mereka berada

didalam kesesatan yang nyata.

QS Al-baqoroh ayat 121

Betapapun bermacam\-macam makna yang dapat dikandungnya yang pasti

bahwa ayat ini ingin menjelaskan bahwa rejeki yang diraih seseorang adalah

bersumber dari Allah, dan bahwa rejeki itu tidak dapat dijadikan ukuran cinta

dan kedudukan seseorang disisinya.

Kitab yang telah di turunkan oleh Allah SWT, ini harus di baca sebagaimana

mestinya karena jika mereka mengingkari, maka mereka adalah termasuk

orang-orang yang rugi.

Tafsir

Page 54: Tafsir kel. 4(2)

QS.Al-baqaroh ayat 136

Dalam ayat ini Allah telah menerangkan kepada mereka bahwa, orang-orang

harus beriman kepada Allah SWT, rasul-rasul, dan kitab-Nya.

Allah juga menjelaskan dalam surat ini, bahwa Allah tidak membeda-bedakan

seseorang diantara mereka.

QS.Al-Baqoroh ayat 213

Dalam surat ini Allah menjelaskan bahwa kitab yang diturunkan oleh Allah

mengandung kebenaran yang hakiki, untuk memberi keputusan diantara

mereka yang berselisih.

Dan mereka yang berselisih adalah orang-orang yang di beri (kitab) karena

bukti nyata yang sampai kepada mereka, dan kedengkian diantara mereka

sendiri.

Sehingga Allah memberikan petunjuk kepada mereka yang beriman tentang

kebenaran yang mereka perselisihkan.

QS.Al-Baqaroh ayat 214

Ayat ini menjelaskan bahwa mereka termasuk orang-orang yang mengira

bahwa mereka akan masuk surga Dan sekiranya mereka harus mendapatkan

cobaan yang di berikan oleh AllahSWT.

QS.Asy-Syu’ara ayat 52

Ayat ini menerangkan tentang Nabi Musa dan seluruh Kaumnya di

Perintahkan oleh Allah SWT untuk berhijrah dari Mesir.

Dan karena hal itu Allah memberi peringatan kepada nabi Musa dan hamba-

hamba-Ku untuk pergi.sebab merela akan dikejar (kaum Fir’aun).

QS. Al-Maidah

Tafsir

Page 55: Tafsir kel. 4(2)

Ayat ini menerangkan tentang Kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah SWT

kepada Bani Israil yaitu Taurat dan injil dan menerangkan petunjuk cahaya

dan pesan dalam kedua kitab itu serta menjelaskan kewajiban dan ancaman

berupa hukuman-hukuman apabila tidak mengunakan kedua kitab tersebut

dalam memutuskan perkara.

Kemudian Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi terakhir yaitu Nabi

Muhammad saw., dan Al-Qur’an merupakan Kitab yang paling di Agungkan

oleh Umat Islam diantara kitab –kitab lain sebelumnya.

QS. Yunus Ayat 57

Didalam Ayat ini disebutkan pedoman-pedoman hidup itu sebagai jawaban

atas keingkaran mereka terhadap ayat-ayat Allah dan ancaman-ancaman-Nya.

Ayat ini menyimpulkan tujuan al-Qur’anul Karim dalam memperbaiki jiwa

manusia pada 4 perkara:

• .Mau’izah, yaitu pelajaran dari Allah kepada seluruh manusi

agar mereka terbimbing mencintai yang hak dan yang benar ,

serta menjauhi yang bathil dan jahat.

• Syifa, yaitu penyembuh bagi penyakit yang bersarang kedalam

dada manusia seperti penyakit syirik, kufur, dan munafik

• Hudan, yaitu petunjuk kepada jalan yang lurus

• Rahmah, yaitu karunia Allah yang diberikan kepada orang-

orang mukmin yang dapat mereka peti dari petunjuk yang

terdapat dalam al-Qur’an.

QS. As- Saba’ Ayat 28

Allah memerintahkan orang-orang yang beriman melalui nabi Muhammad

SAW, agar memasuki agama islam secara menyeluruh, bersatu dan tidak

bersengketa satu sama lain dan mengharapkan iman kepada kitab-kitab-Nya.

Tafsir

Page 56: Tafsir kel. 4(2)

Karena itu Allah mengutus sekelompok Ahli Kitab yang bertugaskan

menegakan kebenaran dan meberi kabar gembira kepada Umatnya, Yang

mendapat kabar gembira adalah orang-orang yang telah kami berikan Al-kitab

yakni Taurat, dan mereka senantiasa mengikuti tuntunan secara baik. Dan juga

sebagai umat Muhammad SAW senantiasa harus menjaga kitab Allah yaitu Al-

Qur’an.

Tafsir

Page 57: Tafsir kel. 4(2)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjamahnya

Al-Maraghi.Ahmad Mustafa.1992.Terjemah Tafsir Al-Maraghi.Semarang:PT. Karya

Toha Putra

Tafsir Ibnu Katsir. Muahammad Dahlan.1989.Ringkasan Ibnu Katsir II.Surabaya:

CP.Tah Putra

Shiab,M. Quraisy.2002.Tafsir Al-Misbah.

Tafsir