tafsir al-qur'an al-'adzimeprints.stainkudus.ac.id/663/2/2. abstrak.pdf · 2017-02-18 ·...

1
ix ABSTRAKSI Penelitian mempunyai beberapa masalah tentang karakteristik An-Nafs Al- Mutmainnah menurut Al-Mahalli dan Imam Al-Suyuti. Serta Konsep An-Nafs Mutmainnah bagi managemen Qolbu. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif mengenai masalah di atas penulis mengunakan jenis penelitian kepustakaan, yang bersifat diskriptif, dengan pedekatan kualitatif. Sumber data yang penulis ambil dari Tafsir al-Qur'an al-'Adzim. Pengumpulan data penulis mengunakan metode dokumentasi. Permasalahan tersebut akan diselesaikan dengan menggunakan alur berfikir deduktif. Penelitian ini berkesimpulan bahwa Al-Mahalli dan Al-Suyuti ketika menafsirkan Surat Al-Fajr Ayat : 27-30, ia mengartikan jiwa yang tenang di sini dengan jiwa yang beriman, jiwa yang beriman itu akan merasa puas jika melakukan segala tindakan yang di perintah Allah serta menjahui larangan-Nya, kedudukan lafal ini menjadi kata keterangan keadaan kemudian dikatakan kepadanya pada hari kiamat nanti. Fadhuli ibadih diartikan dengan hamba-hamba yang saleh. penyesalan manusia, pada hari itu mereka yang celaka berhayal sekiranya mereka telah berbuat amal saleh yang bermanfaat bagi kehidupan akhiratnya yang merupakan kehidupan hakiki dan abadi. Kemudian Allah menjelaskan akibat kesudahan yang mereka terima, yaitu pada hari itu tidak seorangpun yang tertimpa penderitaan siksaan sebagaimana yang tertimpa mereka yang lupa diri karena kekayaannya dan mengingkari nikmat Tuhan yang dilimpahkan kepadanya. Atau sebagaimana mereka yang tertimpa kekafiran, kemudian dengan sekehendak hati menimbulkan kerusakan di muka bumi. Pada hari itu tidak seorang pun di antara makhluk Allah dibelenggu seperti dibelenggunya manusia pada saat itu. Mutmainah merupakan daya gerak positif yang membentuk kepribadian seseorang dengan keseimbangan yang sempurna antara nilai-nilai duniawi dan ukhrawi. Artinya, transformasi dan aktualisasi nilai-nilai dalam beribadah menuntut kesalahan ritual dan mengamalkannya dalam bentuk kesalehan yang aktual, yaitu bentuk kesalehan yang menumbuhkan iman dan takwa, juga sebagai penyemai benih-benih tenggang rasa yang akan melahirkan kesetiakawanan dengan misi utama tegaknya wahdah al-aqidah dengan pedekatan sistem kemasyarakatan pada wahdah al-syu’ur (persamaan rasa). Realitas yang terjadi dalam kehidupan kita banyak kaum muslim yang terjebak dengan ibadah fisik vertikal yang tanpa makna. Mereka beranggapan bahwa kesalehan itu hanya didapat dengan mengabdi kepada Allah SWT. Dengan kepribadian mutmainah kaum muslim dituntut menjadi manusia yang bersifat ilahiyyah tanpa mengabaikan kesalehan duniawi. Keunikan konsep kepribadian Islam terletak pada kepribadian mutmainah kepribadian ini bersifat teosentris yang dikendalikan oleh stuktur Qolbu. Berdasarkan kriteria kepribadian manusia adalah Qolbu, sebab Qolbu merupakan stuktur tertinggi dalam kepribadian Islam. Al-Ghazali menyatakan Qolbu merupakan stuktur yang saleh untuk mengetahui segala yang esensi (hakikat)”. Kata-Kata Kunci : An -Nafs Al-Mutmainnah, Al-Qur’an, Tafsir Jalalain ix

Upload: duongthu

Post on 27-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ix

ABSTRAKSI

Penelitian mempunyai beberapa masalah tentang karakteristik An-Nafs Al-Mutmainnah menurut Al-Mahalli dan Imam Al-Suyuti. Serta Konsep An-NafsMutmainnah bagi managemen Qolbu. Untuk mendapatkan gambaran yang lebihkomprehensif mengenai masalah di atas penulis mengunakan jenis penelitiankepustakaan, yang bersifat diskriptif, dengan pedekatan kualitatif. Sumber datayang penulis ambil dari Tafsir al-Qur'an al-'Adzim. Pengumpulan data penulismengunakan metode dokumentasi. Permasalahan tersebut akan diselesaikandengan menggunakan alur berfikir deduktif. Penelitian ini berkesimpulan bahwaAl-Mahalli dan Al-Suyuti ketika menafsirkan Surat Al-Fajr Ayat : 27-30, iamengartikan jiwa yang tenang di sini dengan jiwa yang beriman, jiwa yangberiman itu akan merasa puas jika melakukan segala tindakan yang di perintahAllah serta menjahui larangan-Nya, kedudukan lafal ini menjadi kata keterangankeadaan kemudian dikatakan kepadanya pada hari kiamat nanti. Fadhuli ibadihdiartikan dengan hamba-hamba yang saleh. penyesalan manusia, pada hari itumereka yang celaka berhayal sekiranya mereka telah berbuat amal salehyang bermanfaat bagi kehidupan akhiratnya yang merupakan kehidupan hakikidan abadi. Kemudian Allah menjelaskan akibat kesudahan yang merekaterima, yaitu pada hari itu tidak seorangpun yang tertimpa penderitaansiksaan sebagaimana yang tertimpa mereka yang lupa diri karena kekayaannyadan mengingkari nikmat Tuhan yang dilimpahkan kepadanya. Atausebagaimana mereka yang tertimpa kekafiran, kemudian dengan sekehendakhati menimbulkan kerusakan di muka bumi. Pada hari itu tidak seorang pun diantara makhluk Allah dibelenggu seperti dibelenggunya manusia pada saat itu.Mutmainah merupakan daya gerak positif yang membentuk kepribadian seseorangdengan keseimbangan yang sempurna antara nilai-nilai duniawi dan ukhrawi.Artinya, transformasi dan aktualisasi nilai-nilai dalam beribadah menuntutkesalahan ritual dan mengamalkannya dalam bentuk kesalehan yang aktual, yaitubentuk kesalehan yang menumbuhkan iman dan takwa, juga sebagai penyemaibenih-benih tenggang rasa yang akan melahirkan kesetiakawanan dengan misiutama tegaknya wahdah al-aqidah dengan pedekatan sistem kemasyarakatan padawahdah al-syu’ur (persamaan rasa). Realitas yang terjadi dalam kehidupan kitabanyak kaum muslim yang terjebak dengan ibadah fisik vertikal yang tanpamakna. Mereka beranggapan bahwa kesalehan itu hanya didapat denganmengabdi kepada Allah SWT. Dengan kepribadian mutmainah kaum muslimdituntut menjadi manusia yang bersifat ilahiyyah tanpa mengabaikan kesalehanduniawi. Keunikan konsep kepribadian Islam terletak pada kepribadianmutmainah kepribadian ini bersifat teosentris yang dikendalikan oleh stukturQolbu. Berdasarkan kriteria kepribadian manusia adalah Qolbu, sebab Qolbumerupakan stuktur tertinggi dalam kepribadian Islam. Al-Ghazali menyatakan“Qolbu merupakan stuktur yang saleh untuk mengetahui segala yang esensi(hakikat)”.

Kata-Kata Kunci : An -Nafs Al-Mutmainnah, Al-Qur’an, Tafsir Jalalain

ix