ta material

Upload: edward-elza

Post on 05-Apr-2018

276 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 TA Material

    1/125

    Bagian A

    TEORI DASAR MATERIAL

    Material adalah segala sesuatu yang memiliki massa dan menempati

    ruang. Material teknik adalah material yang digunakan untuk perekayasaan dan

    perancangan di bidang teknik.

    A.1. Klasifikasi Material

    Berdasarkan sumbernya material dapat dibagi atas dua macam yaitu :

    A.1.1. Material Organik

    Material organik adalah material yang berasal dari makhluk hidup dan

    dapat dimanfaatkan langsung tanpa melalui proses. Contoh kayu, karet, dan lain-

    lain.

    A.1.2. Material Anorganik

    Material anorganik adalah material yang berasal dari selain makhluk hidup

    yang untuk mendapatkannya harus melalui proses terlebih dahulu.

    Material Anorganik dapat dibagi atas logam dan nonlogam.

    a. Logam,

    Adalah material yang mempunyai sifat penghantar panas yang baik,

    konduktor, umumnya tahan temperatur tinggi.

    Logam terbagi 2 yaitu :

    1). Logam Ferro, yaitu logam yang unsur penyusun utamanya adalah besi

    (Fe). Logam Ferro dibagi 2 yaitu :

    a). Baja, yaitu paduan antara besi dan karbon yang mana kandungan

    karbon adalah antara 0,02 % - 2,1 %. Baja terbagi dua yaitu baja

    karbon dan baja paduan.

    Baja Karbon, adalah baja yang diklasifikasikan berdasarkan

    atas kandungan karbon yang dimilikinya. Baja karbon

    dibedakan atas :

    Baja karbon rendah, kadar karbonnya 0,02 % C 0,2

    %. Baja karbon rendah memiliki sifat mampu mesin,

  • 8/2/2019 TA Material

    2/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 2

    mampu las, dan memiliki biaya produksi yang relatif tidak

    mahal. Contoh plat, paku, dll.

    Baja karbon menengah, kadar karbonnya 0,2 % < C 0,5

    %. Dengan perlakuan panas membuat baja ini lebih kuat,

    namun terjadi penurunan keuletan dan ketangguhan dari

    baja tersebut. Contoh roda kereta api, roda gigi, dan

    komponen mesin lainnya.

    Baja karbon tinggi, kadar karbonnya 0,5 % < C 2,1 %.

    Baja ini Memiliki sifat yang keras dan getas, kekuatan yang

    tinggi dibandingkan dengan baja karbon rendah dan

    menengah. Dengan ditambahkan chromium, vanadium,

    tungsten dan molybdenum maka baja karbon tinggi akan

    menjadi sangat keras dan tahan aus yang membentuk

    senyawa karbida (CrC, VC, dan WC). Contoh: baja tahan

    karat

    Baja Paduan, adalah baja yang diklasifikasikan berdasarkan

    konsentrasi paduannya dengan unsur lain. Baja paduan dibagi

    atas :

    1. Berdasarkan paduan

    Baja Paduan Rendah (Low Alloy Steel), kadar

    paduan 8%.

    Baja Paduan Tinggi (High Alloy Steel), kadar

    paduan > 8%.

    Contoh : baja tahan karat (Stain Less Steel), baja perkakas dan

    baja tahan gesek,

    2. Berdasarkan kegunaan :

    Baja tahan karat

    Dengan penambahan Cr

    Contoh : Stainless steel

    Baja tahan aus

    Dengan penambahan Mn

    Contoh : Kuku eskavator

  • 8/2/2019 TA Material

    3/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 3

    Baja tahan temperatur tinggi

    Dengan penambahan Mo dan W

    Contoh : Sudu turbin Tool steel

    Dengan penambahan Mo dan V

    Contoh : Pahat karbida

    b). Besi Cor, yaitu logam ferro yang disusun oleh Fe dan grafit

    (karbon yang tidak berikatan dengan Fe) dengan kandungan C nya

    2,1 % - 6,67 %. Pada umumnya, besi cor bersifat sangat getas

    karena mengandung persen karbon yang tinggi.

    Gambar A.1.1 Pembentukan besi cor

    Keterangan:

    BCP: Besi cor putih

    BCKP: Besi cor kelabupearlitic

    BCKF: Besi cor kelabuferitic

    BCMM: Besi cor melliable martensitik

    BCMP: Besi cor melliable pearlitic

    BCMF: Besi cor melliable feritic

    Berdasarkan bentuk grafitnya, besi cor dapat dibagi atas :

    Besi cor putih, yaitu besi cor yang tidak memiliki grafit.

    Memiliki sifat yang keras dan getas. Karena sifatnya yang getas

    penggunaan besi cor ini terbatas. Contoh roda kereta api,

    pengerol dalam rolling mills, dll.

    Besi cor nodular, yaitu besi cor yang memiliki grafit berbentuk

    bulat. Besi cor ini dibuat dengan memanaskan besi cor

    kemudian ditambah Mg atau Ce sehingga terbentuk gelembung

    gas berisi grafit yang berbentuk bulat. Besi cor nodular

  • 8/2/2019 TA Material

    4/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 4

    digunakan untuk katup, rumah pompa, roda gigi dan

    komponen-komponen otomotif.

    Gambar A.1.2 Pembentukan besi cor nodular

    Keterangan:

    BCNM: Besi cor nodular melliable

    BCNP: Besi cor nodularpearlitic

    BCNF: Besi cor nodularferitic

    Gambar A.1.3 Besi cor nodular

    Besi cor melliable, yaitu besi cor yang memiliki grafit

    berbentuk bongkahan. Besi cor ini bersifat ulet, mempunyai

    sifat mampu cukup baik. Sifat besi cor malleable mirip dengan

    besi cor nodular memiliki sifat ulet dan mampu tempa. Banyak

    digunakan sebagai connecting rods, transmisi roda gigi,

    industri otomotif seperti flens, fitting pipa, katup kereta api dan

    lain sebagainya.

    Gambar A.1.4 Besi cor melliable

    Besi cor kelabu, yaitu besi cor yang memiliki grafit berbentuk

    pipih/serpihan. Besi cor ini memiliki ciri-ciri : memiliki

    kemampuan peredam getaran yang baik dan memiliki kekuatan

    tarik tinggi. Besi cor kelabu sangat baik untuk meredam

  • 8/2/2019 TA Material

    5/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 5

    getaran, struktur dasar mesin-mesin dan peralatan berat yang

    bekerja dengan kondisi yang bergetar. Contoh mesin jahit

    Gambar A.1.5 Besi cor kelabu

    2). Logam non Ferro adalah logam yang unsur penyusun utamanya bukan

    besi (Fe). Contohnya : Aluminium (Al), Tembaga (Cu), Zinc (Zn), dll.

    b. Non Logam adalah material yang bersifat isolator, penghantar panas yang

    buruk, berwarna gelap dan cendrung lunak. Material non logam dapat

    diklasifikasikan sebagai berikut :

    1). Polimer, adalah gabungan dari monomer-monomer membentuk rantai

    hidrokarbon yang panjang yang tersusun berpola dan berulang.

    Polimer terdiri atas :

    a). Termosetting, yaitu polimer yang tahan terhadap temperatur tinggi

    karena memiliki rantai hidrokarbon yang bercabang.

    Contoh : melamin.

    b). Termoplastis, yaitu polimer yang tidak tahan terhadap temperatur

    yang tinggi. Memiliki rantai hidrokarbon yang berbentuk lurus,

    tidak tahan temperatur tinggi dan berkekuatan rendah. Contoh :

    plastik, PVC (Poly Vinil Chloride).

    c). Elastomer, yaitu polimer yang membentuk rantai hidrokarbon

    berbentuk jala dan mempunyai sifat sangat sangat elastis. Contoh :

    karet.

    2). Keramik, yaitu gabungan dari dua unsur atau lebih yang membentuk

    material dan sifat yang baru, dibuat dengan pemanasan pada

    temperatur tinggi. Pada umumnya, keramik bersifat keras dan getas.

    Berdasarkan cara pembuatannya, keramik dapat dibagi atas :

    a). Keramik tradisional, yaitu keramik yang dibuat dengan cara

    manual. Contoh : tembikar.

  • 8/2/2019 TA Material

    6/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 6

    b). Keramik modren, yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan

    teknologi canggih. Contoh : sekring, busi.

    3). Komposit, yaitu gabungan dari dua unsur atu lebih yang masih

    mempertahankan sifat aslinya terdiri darifiber/partikelsebagai penguat

    dan matriks sebagai pengikat.

    Berdasarkan matriksnya, komposit terbagi menjadi :

    1) Metal Matrics Composite (MMC) dengan logam sebagai matriks.

    Contoh :Body pesawat terbang

    2) Ceramic Matrics Composite (CMC) dengan keramik sebagai

    matriks.

    Contoh : Tiang bangunan beton

    3) Polymer Matrics Composite (PMC) dengan polimer sebagai

    matriks.

    Contoh : Ban

    A.2. Struktur Mikro Material

    Struktur mikro material adalah gambaran komposisi dan distribusi dari

    fasa-fasa material yang hanya dapat dilihat dengan metalografi. Struktur mikromaterial dapat dibagi atas :

    1. Atom

    Atom adalah bagian terkecil dari suatu material yang tidak dapat dibagi

    lagi dengan reaksi kimia biasa dan masih mempertahankan sifat aslinya.

    2. Sel Satuan

    Merupakan gabungan atom-atom yang tersusun secara teratur dengan pola

    berulang.

    Macam-macam sel satuan :

    a.Cubic (kubus)

    Sel satuan kubus terdiri atas Body Centered Cubic (BCC) dan Face

    Centered Cubic (FCC).

    1). BCC (Body Centered Cubic)

    Yaitu pemusatan satu buah atom di tengah kubus. Contoh material

    yang memiliki sel satuan BCC adalah baja, kromium, besi.

  • 8/2/2019 TA Material

    7/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 7

    Gambar A.2.1 Sel satuan BCC

    n = 1 + 8 x 1/8 = 2

    4R = a 3

    a =3

    34

    3

    4 RR

    3

    3

    )3/34(

    )3/4(2

    R

    rx

    atuanvolumesels

    latomnxvolumeseAPF

    = 0,68

    2). FCC (Face Centered Cubic)

    Yaitu pemusatan satu atom pada tiap sisi kubus. Contoh material yang

    memiliki sel satuan FCC adalah Aluminium, Emas, Tembaga.

    Gambar A.2.2 Sel satuan FCC

    n = ( x 6) + (1/8 x 8) = 4

    4R = a 2

    a = 222

    24

    2

    4R

    RR

  • 8/2/2019 TA Material

    8/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 8

    3

    3

    )22(

    )3/4(4

    R

    rx

    atuanvolumesels

    latomnxvolumeseAPF

    = 0,74Berdasarkan bidang gesernya, pada struktur Kristal BCC

    jumlah bidang gesernya lebih sedikit sehingga kemampuan atom-atom

    untuk bergeser atau mengalami dislokasi akibat deformasi akan lebih

    terbatas (lebih sulit) sehingga membutuhkan energi yang lebih besar

    untuk menggerakan dislokasi jika dibandingkan dengan struktur

    Kristal FCC. Hal inilah yang menyebabkan logam dengan Kristal BCC

    biasanya lebih kuat (tetapi kurang liat) jika dibandingkan dengan

    logam Kristal FCC yang biasa menunjukan kekuatan yang lebih

    rendah tetapi memiliki keliatan yang tinggi

    b. Hexagonal Close Package (HCP)

    Contoh material yang memiliki sel satuan HCP adalah Kobalt,

    Kadmium, Magnesium, Titanium,Zinc.

    Gambar A.2.3 Sel Satuan HCP

    n atom = (3.1) + (12.1/6) + 2.1/2)= 6 atom

    a = 2R

    Volume sel satuan

    V = Luas alas x tinggi (t = 1,633a)

    = (6 x luas segitiga) x 1,633 a

    = (6 x a. t) x 1,633 a

    = (3 x a x a sin 60) x 1,633a

  • 8/2/2019 TA Material

    9/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 9

    = 3a2

    sin 60 x 1,633 a

    = 4,899 a3

    sin 60

    = 4,24 a3

    = 4,24 (2R)3

    = 33,94 R3

    3

    3

    94,33

    )3/4(6

    R

    rx

    atuanVolumesels

    VolumeatomHCPAPF

    =94,33

    13,25

    = 0,74

    Macam-macam Sel SatuanLainnya

  • 8/2/2019 TA Material

    10/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 10

    3. Butir, yaitu Merupakan kumpulan sel satuan yang memiliki arah dan

    orientasi gerak yang sama dalam 2 dimensi.

    Gambar A.2.5 Butir

    4. Kristal, yaitu Merupakan kumpulan sel satuan yang memiliki arah danorientasi gerak yang sama dalam 3 dimensi.

    Gambar A.2.6 Kristal

    A.3. Sifat-Sifat Material1. Sifat Fisik

    Sifat Fisik merupakan sifat yang telah ada pada material tanpa melakukan

    proses-proses tertentu dan dapat dilihat langsung pada material. Seperti : warna,

    bentuk, dll.

    2. Sifat termal

    Sifat termal yaitu sifat material yang dipengaruhi tenperatur. Contoh: titik

    didih.

    3. Sifat Magnetik

    Sifat magnetik yaitu sifat material untuk merespon medan magnet.

    4. Sifat Akustik

    Sifat akustik yaitu sifat material yang berhubungan dengan bunyi. Contoh:

    fibrasi.

    5. Sifat Kimia

  • 8/2/2019 TA Material

    11/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 11

    Sifat kimiayaitu sifat dari material yang merupakan sifat kimia yang

    mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh: korosi.

    6. Sifat teknologi

    Sifat teknologi yaitu sifat material untuk mampu diproses. Contoh: mampu

    cor

    7. SifatOptik

    Sifat optik yaitu sifat material yang berhubungan dengan pencahayaan.

    Contoh: pembiasan

    8. Sifat Mekanik

    Sifat mekanik merupakan sifat pada mateial yang dipengaruhi oleh

    pembebanan. Sifat mekanik terbagi menjadi 6 bagian. yaitu :

    a. Kekuatan, adalah kemampuan material untuk menahan deformasi total

    pada seluruh permukaan.

    Gambar A.3.1Kurva Tegangan-Regangan Kekuatan

    b. Kekerasan, adalah kemampuan material untuk menahan deformasi plastis

    lokal akibat penetrasi pada permukaan. Grafik kekerasan hanya berbentuk

    titik.

    c. Ketangguhan, adalah kemampuan material untuk menyerap energi

    maksimum terhadap pembebanan yang diberikan sampai material itu

    patah.

  • 8/2/2019 TA Material

    12/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 12

    Gambar A.3.2Kurva Ketangguhan

    d. Kelentingan, adalah kemampuan material untuk menyerap energi selama

    deformasi elastis yang apabila beban tersebut dilepas, maka material akan

    kembali ke bentuk semula.

    Gambar A.3.3Kurva Kelentingan

    e. Keuletan, adalah besarnya regangan maksimum yang mampu ditahan oleh

    material sampai terjadi perpatahan.

    Gambar A.3.4Kurva Keuletan

  • 8/2/2019 TA Material

    13/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 13

    f. Modulus Elastisitas, adalah ukuran kekakuan material dan dapat diperoleh

    dari perbandingan antara tegangan dengan regangan.

    Gambar A.3.5Kurva Modulus Elastisitas

    A.4. Jenis-Jenis Pengujian

    Pengujian dilakukan bertujuan untuk megetahui sifat mekanik yang

    dimiliki oleh suatu material. Pengujian dapat dibedakan atas :

    A.4.1 Berdasarkan Akibat pada Material

    a. Pengujian merusak, yaitu pengujian yang dilakukan menyebabkan

    material menjadi rusak. Contoh : uji tarik, uji impak.

    b. Pengujian tidak merusak, yaitu pengujian yang tidak menyebabkan

    benda uji menjadi rusak. Contoh : addie current test, ultrasonic test,

    radiographic test, magnetic test, visual test dry penetrant.

    A.4.2 Berdasarkan Jenis Pembebanan, terdiri atas :

    a. Pembebanan statis, yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara

    pemberian beban tidak berubah seiring waktu. Contoh : uji tarik.

    b. Pembebanan Dinamis, adalah pengujian yang dilakukan dengan

    cara pemberian beban berubah setiap waktu. Contoh : uji lelah.

    c. Pembebanan Impak, yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara

    pemberian beban secara tiba-tiba. Contoh : uji impak.

  • 8/2/2019 TA Material

    14/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 14

    Gambar A.4.2. Pengujian Berdasarkan Pembebanan

    A.5. Cacat pada Material

    Cacat pada material dapat didefinisikan ketidaksempurnaan pada material.

    Cacat pada material terbagi atas :

    1. Cacat titik

    Cacat titik adalah ketidaksempurnaan material yang terjadi pada satu atom.

    Cacat titik terbagi atas :

    a. Vacancy (kekosongan), yaitu cacat yang terjadi akibat adanya kekosongan

    atom dalam susunan atom.

    Gambar A.5.1 Vacancy (kekosongan)

    b. Subtitusi/pergantian, yaitu cacat yang terjadi akibat adanya pergantian

    atom pada susunan atom.

    Gambar A.5.2 Subtitusi/pergantian

    c. Intertisi adalah cacat yang terjadi akibat adanya atom lain yang menyusup

    dalam susunan atom.

  • 8/2/2019 TA Material

    15/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 15

    Gamabar A.5.3 Intertisi

    d. Self Intertisi, yaitu cacat akibat adanya atom yang menyisip pada susunanatom yang berasal dari atom itu sendiri.

    Gambar A.5.4 Self Intertisi

    2. Cacat Garis/Dislokasi

    Cacat garis adalah ketidaksempurnaan pada material akibat kekosongan

    pada sebaris atom. Dislokasi terbagi atas dislokasi sisi dan dislokasi ulir.

    a. Dislokasi sisi, adalah cacat garis yang arah pergerakan atomnya tegak

    lurus terhadap garis dislokasi. (Dislocation line). Arah dislokasi arah

    pergerakan atom.

    Gambar A.5.5Dislokasi Sisi

    b. Dislokasi Ulir, yaitu cacat gais yang arah pergerakan atomnya sejajar

    terhadap arah garis dislokasi (Dislocation line).Arah dislokasi // dengan

    pergerakan atom.

  • 8/2/2019 TA Material

    16/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 16

    Gambar A.5.6Dislokasi Ulir

    3. Cacat Bidang

    Cacat bidang yaitu ketidak sempurnaan material pada sebidang struktur

    atom. Cacat ini terjadi pada batas butir. Cacat bidang terbagi atas Batas butir dan

    twinning.

    a. Batas butir

    Batas butir merupakan garis batas yang terjadi dari pertemuaan

    orientasi butir yang berbeda.

    Gambar A.5.7 Batas butir

    b. Twinning

    Garis kembar (Twin) adalah dua garis sejajar yang terjadi akibat slip,

    dan ini terjadi pada material yang memiliki banyak bidang slip atau

    bidang geser, yakni material yang memiliki sel satuan FCC.

    Garis kembar terjadi karena butir-butir saling berdesakan

  • 8/2/2019 TA Material

    17/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 17

    Gambar A.5.8 Twinning

    4. Cacat Ruang

    Cacat ruang adalah ketidaksempurnaan kristal pada seruang atom yaitu

    timbulnya rongga antara batas butir karena orientasi butir dan dapat dilihat

    secara langsung. Contoh : retak, porositas.

    Gambar A.5.9 Cacat Ruang

  • 8/2/2019 TA Material

    18/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 18

    Objek : Uji Tarik

    Asisten :Nico Walnedi

  • 8/2/2019 TA Material

    19/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 19

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangMaterial digunakan pada bidang keteknikan untuk membuat beberapa

    produksi. Maka unttuk mengetahui sifat mekanis material tersebut perlu dilakukan

    beberapa pengujian. Dan salah satu pengujian adalah uji tarik. Pengujian tarik

    dilakukan agar kita dapat mengetahui sifat-sifat mekanik spesimen tersebut dan

    dapat digunakan sesuai kebutuhan dalam proses produksi.

    1.2 Tujuan PraktikumAdapun yang menjadi tujuan praktikum ini adalah :

    1. Mendapatkan kurva uji tarik dari spesimen

    2. Menentukan beberapa sifat makanik spesimen dari pengujian tarik

    3. Menentukan interpretasi sifat mekanik hasil uji tarik

    4. Mengamati fenomena-fenomena fisik yang terjadi selama penarikan

    1.3 Manfaat1. Pratikan dapat mengetahui kurva tegangan dan regangan.

    2. Pratikan dapat menyatakan fenomena-fenomena fisik saat

    pengujian tarik.

  • 8/2/2019 TA Material

    20/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 20

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi

    Uji tarik adalah salah satu pengujian material yang bertujuan untuk

    mengukur kekuatan suatu material, dimana uji tarik ini mengetahui seberapa kuat

    material menahan beban tarik sampai material patah. Proses uji tarik dilakukan

    untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai

    data pendukung bagi spesifikasi bahan. Pengujian tarik suatu spesimen akan

    menghasilkan diagram tarik antara pembebanan (P) terhadap perubahan panjang

    (L). Kurva tersebut kemudian diubah menjadi diagram tegangan regangan (e)

    dan diagram tegangan regangan sebenarnya (tr - ). Jika pada suatu material

    diberikan energi, maka akan terjadi tegangan dan regangan material tersebut.

    2.2 Kurva Uji TarikKurva ini didapatkan dari mesin uji tarik. Kurva ini menjelaskan hubungan

    antara beban dan pertambahan panjang dari spesimen akibat pengujian tarik.

    Berikut contoh gambar kurva uji tarik.

    Gambar B. 2.1 Kurva Uji Tarik

    P

    l

  • 8/2/2019 TA Material

    21/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 21

    2.3 Kurva Tegangan dan ReganganTegangan merupakan perbandingan antara beban dengan luas penampang.

    Rumusnya :

    =

    Kurva Tegangan Regangan

    .

    .

    .

    u

    y f

    l

    Gambar B 2.1 Kurva Tegangan Regangan

    Keterangan : u = ultimate

    y =yield

    f =fracture

    Dari pengujian tarik akan diperoleh beberapa sifat mekanik dari material

    tersebut, yaitu :

    1. Kekuatan tarik adalah kekuatan suatu bahan teradap tarikan.

    0

    ntmntm

    2. Kekuatan Luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan

    sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan.

    0

    y

    Su

  • 8/2/2019 TA Material

    22/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 22

    3. Kekuatan Putus adalah tegangan yang dibutuhkan untuk memutuskan

    bahan.

    0

    t

    Sf

    4. Perpanjangan adalah pertamabahan panjang yang terjadi selama ui tarik

    dilakukan.

    L

    -ef

    00

    0t

    ll

    ll

    5. Reduksi peenamapang adalah pengurangan enanmpang ditempat terjadinya

    perpatahan.

    0

    f0

    A

    A-Aa

    2.4 Kurva Tegangan Regangan Teknis dan SebenarnyaPada kurva ini dibagi pula atas dua yakni :

    1. Kurva Tegangan Regangan Teknis

    Gambar B2.5 Kurva Tegangan Regangan Teknis

    a. Tegangan Teknis

    Besarnya pembebanan yang dilakukan terhadap luas penampang awal

    spesimen.

  • 8/2/2019 TA Material

    23/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 23

    b. Regangan Teknis

    Perbandingan antara perubahan panjang setelah pengujian dengan panjang

    awal.

    2. Kurva Tegangan Regangan Sebenarnya

    Gambar B 2.6 Kurva Tegangan Regangan Sebenarnya

    a. Tegangan Sebenarnya

    Perbandingan besarnya pembebanan yang dilakukan terhadap luas

    penampang sesaat.

    true

    = ( 1 + e )

    b. Regangan Sebenarnya

    Perbandingan besarnya perubahan panjang dengan panjang awal sesaat.

    = ln ( 1 + e)

    Perbedaannya antara titik setelah ultimate yang dapat dilihat ada gambar.

    Perbedaan ini karena pada kurva tegangan-regangan teknis luas penampangnya

    adalah luas penampang mula-mula yang nilainya tetap. Sedangkan pada kurva

    tegangan-regangan sebenarnya luas penampangnya pada saat i yang nilainya

    berubah. Nilai luas penampang semakin ditarik maka semakin kecil sehingga nilai

    tegangan semakin besar.

    0A

    P

    0

    0

    l

    ll

    l

    le

    i

  • 8/2/2019 TA Material

    24/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 24

    2.5 Penurunan Rumus Tegangan-Regangan Sebenarnyaa. Tegangan Sebenarnya

    V0 = Vi A0 . l0 = Ai . li

    b. Regangan Sebenarnya

    2.6 Metode OffsetMetode offset merupakan metode pencarian titikyield pada baja karbon

    tinggi. Cara pengambilannya ambil garis 0,002 dari garis regangan lalu tarik garis

    lurus sejajar dengan kurva. Titik perpotongan itulah yang disebut titikyield.

    i

    trueA

    P

    i

    00i

    l

    l.AA

    i

    00true

    l

    l.A

    P

    00

    itrue

    l.A

    l.P

    0

    0

    0 l

    ll

    l

    le

    i

    0

    0

    0 l

    l

    l

    le i 1

    0

    el

    li

    )e(1true

    0

    1

    1l

    ldll

    il

    ll

    0

    ln

    0lnln lli

    0

    lnl

    li

    0

    0

    0 l

    ll

    l

    le

    i

    0

    0

    0 l

    l

    l

    le i 1

    0

    e

    l

    li

    1ln e

  • 8/2/2019 TA Material

    25/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 25

    Gambar B 2.6 GrafikMetode Offset

    2.7 Fenomena Uji Tarik

    Fenomena yang didapat pada pengujian tarik selama deformasi, antara

    lain:

    a. Elastisitas

    Kembalinya material ke bentuk semula apabila pembebanan ditiadakan atau

    dilepaskan .b. Plastisitas

    Ketidak mampuan material menahan regangan sehingga apabila beban

    dihilangkan akan terjadi deformasi plastis. Maka material tidak bisa kembali

    ke bentuk semula bila pembebanan ditiadakan.

    c. Fenomena luluh

    Terjadinya sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan.

    d. Pengecilan penampang setempat (necking)

    Necking adalah pengecilan penampang setempat yang terjadi akibat adanya

    pembebanan yang berlawanan arah sehingga penampang menjadi kecil.

  • 8/2/2019 TA Material

    26/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 26

    Gambar B 2.7Necking

    Keterangan : F = Fracture

    TS = Tensile strength

    M = Ultimatee. Bidang patah

    Adalah patah yang terjadi pada material akibat pembebanan tarik.

    f. Strain HardeningTerjadi karena adanya penumpukan dislokasi pada material.

    Proses :

    Material dideformasi, sehingga terjadi pergerakan dislokasi. Bila deformasi

    diteruskan, maka akan terjadi pertambahan dislokasi. Suatu saat dislokasi

    akan menumpuk, pada saat inilah terjadi Strain Hardening. Bila deformasi

    tetap diteruskan, maka dislokasi yang menumpuk akan muncul ke

    permukaan, lalu menyebabkan terjadinya retak hingga material tersebut

    patah/ gagal.

    Dalam pengujian tarik ini dikenal ada dua jenis mesin uji tarik , yaitu:

  • 8/2/2019 TA Material

    27/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 27

    1. Mesin dengan kendali beban

    Pada mesin ini operator mengatur beban tanpa dapat mengatur

    pergerakannya.

    2. Mesin dengan pengendali penggerak

    Pada mesin ini penggerak terkontrol dan beban akan menyesuaikan

    sendiri.

  • 8/2/2019 TA Material

    28/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 28

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Peralatan Praktikum

    1.Spesimen

    2.Kertas grafik

    3.Beban

    4.Ultimate testing machine

    3.2 Skema Alat

    Gambar B.3.1 Skema Uji Tarik

    3.3 Prosedur Percobaan

    1. Spesimen dibuat menurut standar.

    2. Ukur kekerasan dan spesimen.

    3. Ukur panjang uji dan diameter dari spesimen (tebal dan lebar untuk

    spesimen berbentuk plat.

  • 8/2/2019 TA Material

    29/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 29

    4. Perkirakan beban tertinggi yang dapat diberikan sebagai tahanan atau

    reaksi dari beban terhadap beban luar (berikan faktor keamanan untuk hal

    ini, besarnya ditentukan oleh asisten dan mengacu kepada nilai kekerasan

    bahan)

    5. Siapkan mesin uji tarik yang akan digunakan

    - pastikan beban terpasang dengan baik

    - pastikan kertas grafik terpasang dengan baik

    - pastikan mesin bisa bekerja dengan baik

    6. Hidupkan pompa

    7. Berikan beban awal pada mesin uji tarik.

    8. Pasang spesimen pada lengan pencekam.

    9. Jalankan mesin uji tarik (berikan beban dengan cara membuka katup

    beban).

    10.Amati fenomena fisik yang terjadi selama penarikan.

    11.Catat beban maksimum dan beban waktu spesimen patah.

    12.Setelah percobaan selesai, tutup katub dan matikan pompa. Untuk

    menyetimbangkan mesin buka katub tanpa beban.

    13.Ukur diameter(tebal dan lebar spesimen berbentuk pelat) pada bagian yang

    putus dan ukur panjang uji setelah putus.

  • 8/2/2019 TA Material

    30/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 30

    BAB IV

    DATA DAN PEMBAHASAN

    4.1 Data PercobaanJenis mesin uji tarik : UTM

    Beban pada skala penuh : 15000 Kgf

    Lo : 74,9 mm

    Do : 10,8 mm

    Py : 4825 Kgf

    uP : 7175 Kgf

    fP : 5325 Kgf

    Li : 93,7 mm

    DI : 7,95 mm

    No. spesimen Do

    (mm)

    Lo

    (mm)

    D1

    (mm)

    L1

    (mm)

    P

    (Kgf)

    Pyield Pultimate Pfracture

    ASTM AT 37 10.8 74.9 7.95 93.7 4825 7175 5325

    Tabel. B.4.1 Data Hasil Percobaan

    4.2 PerhitunganJumlah kotak pada sumbu x = 44

    Jumlah kotak pada sumbu y = 45

    2

    0 rA

    2

    0 )5.5(A

    985.940 A mm2

    Skala sumbu x =xsbkotakjumlah

    L-L

    xsbkotakjumlah

    L 01

    = 43,044

    74,9-93,7

    Skala sumbu y =ysbkotakjumlah

    Pu

    = 44,15945

    7175

  • 8/2/2019 TA Material

    31/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 31

    a. Menentukan Nilai PiPi= Jumlah kotak pada sumbu y skala sumbu y

    P1 = 0 x 149,44 = 0 Kgf

    P2 = 1 x 149,44 = 149,44 Kgf

    P3 = 3 x 149,44 = 448,32 Kgf

    P4 = 5 x 149,44 = 747,2 Kgf

    P5 = 7 x 149,44 = 1046,08 Kgf

    P6 = 9 x 149,44 = 1344,96 Kgf

    P7 = 11 x 149,44 = 1643,84 Kgf

    P8 = 13 x 149,44 = 1942,72 Kgf

    P9 = 15 x 149,44 = 2241,6 Kgf

    P10 = 17 x 149,44 = 2540,48 Kgf

    P11 = 18 x 149,44 = 2689,92 Kgf

    P12 = 20 x 149,44 = 2988,8 Kgf

    P13 = 21 x 149,44 = 3138,24 Kgf

    P14 = 22 x 149,44 = 3287,68 Kgf

    P15 = 23 x 149,44 = 3437,12 Kgf

    P16 = 24 x 149,44 = 3586,56 Kgf

    P17 = 26 x 149,44 = 3885,44 Kgf

    P18 = 27 x 149,44 = 4034,88 Kgf

    P19 = 28 x 149,44 = 4184,32 Kgf

    P20 = 29 x 149,44 = 4333,76 Kgf

    P21 = 30 x 149,44 = 4483,2 Kgf

    P22 = 31 x 149,44 = 4632,64 Kgf

    P23 = 30 x 149,44 = 4483,2 Kgf

    P24 = 31 x 149,44 = 4632,64 Kgf

    P25 = 33 x 149,44 = 4931,52 Kgf

    P26 = 36 x 149,44 = 5379,84 Kgf

    P27 = 39 x 149,44 = 5828,16 Kgf

    P28 = 40 x 149,44 = 5977,6 Kgf

    P29 = 41 x 149,44 = 6127,04 Kgf

  • 8/2/2019 TA Material

    32/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 32

    P30 = 42 x 149,44 = 6276,48 Kgf

    P31 = 43 x 149,44 = 4525,92 Kgf

    P32 = 44 x 149,44 = 6575,36 Kgf

    P33 = 45 x 149,44 = 6724,8 Kgf

    P34 = 44 x 149,44 = 6575,36 Kgf

    P35 = 42 x 149,44 = 6276,48 Kgf

    P36 = 41 x 149,44 = 6127,04 Kgf

    P37 = 39 x 149,44 = 5828,16 Kgf

    P38 = 37 x 149,44 = 5529,28 Kgf

    P39 = 35 x 149,44 = 5230,4 Kgf

    P40 = 33 x 149,44 = 4931,52 Kgf

    b. Mencari Nilai Li

    Li = Jumlah kotak pada sumbu xx skala sumbu x

    L1 = 0 x 0,43 = 0 mm

    L2 = 0,1 x 0,43 = 0,043 mm

    L3 = 1 x 0,43 =0,43 mm

    L4 = 1,2 x 0,43 = 0,516 mm

    L5 = 2 x 0,43 = 0,86 mm

    L6 = 2,5 x 0,43 = 1,075 mm

    L7 = 3 x 0,43 = 1,29 mm

    L8 = 3,5 x 0,43 = 1,505 mm

    L9 = 4 x 0,43 = 1,72 mm

    L10 = 4,5 x 0,43 = 1,935 mm

    L11 = 4,75 x 0,43 = 2,043 mm

    L12 = 5,25 x 0,43 = 2,258 mm

    L13 = 5,5 x 0,43 = 2,365 mm

    L14 = 6 x 0,43 = 2,58 mm

    L15 = 6,1 x 0,43 = 2,623 mm

    L16 = 6,25 x 0,43 = 2,688 mm

    L17 = 6,5 x 0,43 = 2,795 mm

    L18 = 7 x 0,43 = 3,01 mm

  • 8/2/2019 TA Material

    33/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 33

    L19 = 7,1 x 0,43 = 3,053 mm

    L20 = 7,25 x 0,43 = 3,118 mm

    L21 = 7,5 x 0,43 = 3,225 mm

    L22 = 8 x 0,43 = 3,44 mm

    L23 = 8,1 x 0,43 = 3,483 mm

    L24 = 9 x 0,43 = 3,87 mm

    L25 = 10 x 0,43 = 4,3 mm

    L26 = 12,5 x 0,43 =5,375 mm

    L27 = 13,5 x 0,43 = 5,805 mm

    L28 = 14,25 x 0,43 = 6,28 mm

    L29 = 15 x 0,43 = 6,45 mm

    L30 = 16 x 0,43 = 6,88 mm

    L31 = 17 x 0,43 = 7,31 mm

    L32 = 19 x 0,43 = 8,17 mm

    L33 = 29 x 0,43 = 12,47 mm

    L34 = 35 x 0,43 = 15,05 mm

    L35 = 38 x 0,43 =16,34 mm

    L36 = 39,5 x 0,43 =16,985 mm

    L37 = 41 x 0,43 =17,63 mm

    L38 = 42 x 0,43 = 18,06 mm

    L39 = 43 x 0,43 = 18,49 mm

    L40 = 44 x 0,43 = 18,92 mm

    c. Menentukan Nilai

    0A

    Pi

    teknis

    56,91

    01 = 0 Kgf/mm

    2

    56,91

    44,1492 = 1,632 Kgf/mm

    2

    56,91

    32,4483 = 4,896 Kgf/mm

    2

    teknis

  • 8/2/2019 TA Material

    34/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 34

    56,91

    2,7474 = 8,161 Kgf/mm

    2

    56,91

    08,10465 = 11,425 Kgf/mm

    2

    56,91

    96,13446 = 14,689 Kgf/mm

    2

    56,91

    84,16437 = 17,954 Kgf/mm

    2

    56,91

    72,19428 = 21,218 Kgf/mm

    2

    56,91

    6,22419 = 24,482 Kgf/mm

    2

    56,91

    48,254010 = 27,747 Kgf/mm

    2

    56,91

    92,268911 = 29,379 Kgf/mm

    2

    56,91

    8,298812 = 32,643 Kgf/mm

    2

    56,91

    24,313813 = 34,275 Kgf/mm

    2

    56,91

    68,328714 = 35,907 Kgf/mm

    2

    56,91

    12,343715 = 37,54 Kgf/mm

    2

    56,91

    56,358616

    = 39,172 Kgf/mm

    2

    56,91

    44,388517 = 42,436 Kgf/mm

    2

    56,91

    88,403418 = 44,068 Kgf/mm

    2

    56,91

    32,418419 = 45,7 Kgf/mm

    2

  • 8/2/2019 TA Material

    35/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 35

    56,91

    76,433320 = 47,332 Kgf/mm

    2

    56,91

    2,448321 = 48,965 Kgf/mm

    2

    56,91

    64,463222 = 50,597 Kgf/mm

    2

    56,91

    2,448323 = 48,965 Kgf/mm

    2

    56,91

    64,463224 = 50.597 Kgf/mm

    2

    56,91

    52,493125 = 53,861 Kgf/mm

    2

    56,91

    84,537926 = 58,758 Kgf/mm

    2

    56,91

    16,582827 = 63,654 Kgf/mm

    2

    56,91

    6,597728 = 65,286 Kgf/mm

    2

    56,91

    04,612729 = 66,918 Kgf/mm

    2

    56,91

    48,627630 = 68,55 Kgf/mm

    2

    56,91

    92,452531 = 70,183 Kgf/mm

    2

    56,91

    36,657532

    = 71,185 Kgf/mm

    2

    56,91

    8,672433 = 73,447 Kgf/mm

    2

    56,91

    36,657534 = 71,815 Kgf/mm

    2

    56,91

    48,627635 = 68,55 Kgf/mm

    2

  • 8/2/2019 TA Material

    36/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 36

    56,91

    04,612736 = 66,918 Kgf/mm

    2

    56,91

    16,582837 = 63,654 Kgf/mm

    2

    56,91

    28,552938 = 60,39 Kgf/mm

    2

    56,91

    4,523039 = 57,125 Kgf/mm

    2

    56,91

    52,493140 = 53,861 Kgf/mm

    2

    d. Mencari Nilai Regangan teknis

    e1 = 0 / 74,9 = 0

    e2 = 0,043 / 74,9 = 0,001

    e3 = 0,43 / 74,9 = 0,006

    e4 = 0,516 / 74,9 = 0,007

    e5 = 0,86 / 74,9 = 0,011

    e6 = 1,075 / 74,9 = 0,014

    e7 = 1,29 / 74,9 = 0,017

    e8 = 1,505 / 74,9 = 0,02

    e9 = 1,72 / 74,9 = 0,023

    e10 = 1,935 / 74,9 = 0,026e11 = 2,043 / 74,9 = 0,027

    e12 = 2,258 / 74,9 = 0,03

    e13 = 2,365 / 74,9 = 0,032

    e14 = 2,58 / 74,9 = 0,034

    e15 = 2,623 / 74,9 = 0,035

    e16 = 2,688 / 74,9 = 0,036

    e17 = 2,795 / 74,9 = 0,037

    0L

    Le iteknis

  • 8/2/2019 TA Material

    37/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 37

    e18 = 3,01 / 74,9 = 0,04

    e19 = 3,053 / 74,9 = 0,041

    e20 = 3,118 / 74,9 = 0,042

    e21 = 3,225 / 74,9 = 0,043

    e22 = 3,44 / 74,9 = 0,046

    e23 = 3,483 / 74,9 = 0,047

    e24 = 3,87 / 74,9 = 0,052

    e25 = 4,3 / 74,9 = 0,057

    e26 = 5,375 / 74,9 = 0,072

    e27 = 5,805 / 74,9 = 0,078

    e28 = 6,128 / 74,9 = 0,082

    e29 = 6,45 / 74,9 = 0,086

    e30 = 6,08 / 74,9 = 0,092

    e31 = 7,31 / 74,9 = 0,098

    e32 = 8,17 / 74,9 = 0,109

    e33 = 12,47 / 74,9 = 0,166

    e34 = 15,05 / 74,9 = 0,201

    e35 = 16,34 / 74,9 = 0,218

    e36 = 16,985 / 74,9 = 0,227

    e37 = 17,63 / 74,9 = 0,235

    e38 = 18,06 / 74,9 = 0,241

    e39 = 18,49 / 74,9 = 0,247

    e40 = 18,92 / 74,9 = 0,253

    e. Menentukan Nilai

    1 = 0 x (0 + 1) = 0 Kgf/mm2

    2 = 1,632 x (0.001 + 1) = 1,633 Kgf/mm2

    3 = 4,896 x (0,06 + 1) = 4,925 Kgf/mm2

    4 = 8,161 x (0,007 + 1) = 8,217Kgf/mm2

    5 = 11,425 x (0,0011 + 1) = 11,556 Kgf/mm2

    true

    )1( exteknistrue

  • 8/2/2019 TA Material

    38/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 38

    6 = 14,689 x (0,014+ 1) = 14,900 Kgf/mm2

    7 = 17,954 x (0,017+ 1) = 18,263 Kgf/mm2

    8 = 21,218 x (0,02 + 1) = 21,644 Kgf/mm2

    9 = 24,482 x (0,023 + 1) = 25,045 Kgf/mm2

    10 = 27,747 x (0,026 + 1) = 28,463 Kgf/mm2

    11 = 29,379 x (0,027 + 1) = 30,180Kgf/mm2

    12 = 32,643 x (0,03 + 1) = 33,627 Kgf/mm2

    13 = 34,275 x (0,032 + 1) = 35,357 Kgf/mm2

    14 = 35,907 x (0,034 + 1) = 37,144 Kgf/mm2

    15 = 37,54 x (0,035 + 1) = 38,854 Kgf/mm2

    16 = 39,172 x (0,036 + 1) = 40,577 Kgf/mm2

    17 = 42,436 x (0,037 + 1) = 44,020 Kgf/mm2

    18 = 44,068 x (0,04 + 1) = 45,839 Kgf/mm2

    19 = 45,7 x (0,041 + 1) = 47,563 Kgf/mm2

    20 = 47,332 x (0,042 + 1) = 49,303 Kgf/mm2

    21 = 48,965 x (0,043 + 1) = 51,073 Kgf/mm2

    22 = 50,597 x (0,046 + 1) = 52,921 Kgf/mm2

    23 = 48,965 x (0,047 + 1) = 51,242 Kgf/mm2

    24 = 50.597 x (0,052 + 1) = 53,211 Kgf/mm2

    25 = 53,861 x (0,057 + 1) = 56,953 Kgf/mm2

    26 = 58,758 x (0,072 + 1) = 62,974 Kgf/mm2

    27 = 63,654 x (0,078 + 1) = 68,587 Kgf/mm2

    28 = 65,286 x (0,082 + 1) = 70,627 Kgf/mm2

    29 = 66,918 x (0,086 + 1) = 72,681 Kgf/mm2

    30 = 68,55 x (0,092 + 1) = 74,847 Kgf/mm2

    31 = 70,183 x (0,098 + 1) = 74,847 Kgf/mm2

    32 = 71,185 x (0,109 + 1) = 79,648Kgf/mm2

    33 = 73,447 x (0,166 + 1) = 85,675 Kgf/mm2

    34 = 71,815 x (0,201 + 1) = 86,245 Kgf/mm2

    35 = 68,55 x (0,218 + 1) = 83,505 Kgf/mm2

    36 = 66,918 x (0,227 + 1) = 82,093 Kgf/mm2

    37 = 63,654 x (0,235 + 1) = 78,637Kgf/mm2

  • 8/2/2019 TA Material

    39/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 39

    38 = 60,39 x (0,241 + 1) = 74,951 Kgf/mm2

    39 = 57,125 x (0,247 + 1) = 71,227 Kgf/mm2

    40 = 53,861 x (0,253 + 1) = 67,467 Kgf/mm2

    f. Menentukan Nilai

    1 = Ln (0 + 1) = 0

    2 = Ln (0,001 + 1) = 0,001

    3 = Ln (0,006 + 1) = 0,006 4 = Ln (0,007 + 1) = 0,007

    5 = Ln (0,011 + 1) = 0,011

    6 = Ln (0,014 + 1) = 0,014

    7 = Ln (0,017 + 1) = 0,017

    8 = Ln (0,02 + 1) = 0,02

    9 = Ln (0,023 + 1) = 0,023

    10 = Ln (0,026 + 1) = 0,026 11 = Ln (0,027 + 1) = 0,027

    12 = Ln (0,03 + 1) = 0,03

    13 = Ln (0,032 + 1) = 0,031

    14 = Ln (0,0,34 + 1) = 0,034

    15 = Ln (0,035 + 1) = 0,034

    16 = Ln (0, 036 + 1) = 0, 035

    17 = Ln (0, 037 + 1) = 0,037

    18 = Ln (0,04 + 1) = 0,039

    19 = Ln (0,041 + 1) = 0,04

    20 = Ln (0,042 + 1) = 0,041

    21 = Ln (0,043 + 1) = 0,042

    22 = Ln (0,046 + 1) = 0,045

    23 = Ln (0,047 + 1) = 0,045

    24 = Ln (0,052 + 1) = 0,05

    25 = Ln (0,057 + 1) = 0,056

    true

    )1( eLntrue

  • 8/2/2019 TA Material

    40/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 40

    26 = Ln (0,072 + 1) = 0,069

    27 = Ln (0,078 + 1) = 0,075

    28 = Ln (0,082 + 1) = 0,079

    29 = Ln (0,086 + 1) = 0,083

    30 = Ln (0,092 + 1) = 0,088

    31 = Ln (0,098 + 1) = 0,093

    32 = Ln (0,109 + 1) = 0104

    33 = Ln (0,166 + 1) = 0,154

    34 = Ln (0,201 + 1) = 0,183

    35 = Ln (0,218 + 1) = 0,197

    36 = Ln (0,227 + 1) = 0,204

    37 = Ln (0,235 + 1) = 0,211

    38 = Ln (0,241 + 1) = 0,216

    39 = Ln (0,247 + 1) = 0,221

    40 = Ln (0,253 + 1) = 0,225

    Skala sb y

    kotak

    yPi

    Skala

    sb xkotak x Li Lo

    Regangan

    teknisAo

    tegangan

    teknis

    Tegangan

    true

    Regangan

    True

    149.440 0 0.000 0.430 0.000 0.000 74.900 0.000 91.560 0.000 0.000 0.000

    149.440 1 149.440 0.430 0.100 0.043 74.900 0.001 91.560 1.632 1.633 0.001

    149.440 3 448.320 0.430 1.000 0.430 74.900 0.006 91.560 4.896 4.925 0.006

    149.440 5 747.200 0.430 1.200 0.516 74.900 0.007 91.560 8.161 8.217 0.007

    149.440 7 1,046.080 0.430 2.000 0.860 74.900 0.011 91.560 11.425 11.556 0.011

    149.440 9 1,344.960 0.430 2.500 1.075 74.900 0.014 91.560 14.689 14.900 0.014

    149.440 11 1,643.840 0.430 3.000 1.290 74.900 0.017 91.560 17.954 18.263 0.017

    149.440 13 1,942.720 0.430 3.500 1.505 74.900 0.020 91.560 21.218 21.644 0.020

    149.440 15 2,241.600 0.430 4.000 1.720 74.900 0.023 91.560 24.482 25.045 0.023

    149.440 17 2,540.480 0.430 4.500 1.935 74.900 0.026 91.560 27.747 28.463 0.026

    149.440 18 2,689.920 0.430 4.750 2.043 74.900 0.027 91.560 29.379 30.180 0.027

    149.440 20 2,988.800 0.430 5.250 2.258 74.900 0.030 91.560 32.643 33.627 0.030

    149.440 21 3,138.240 0.430 5.500 2.365 74.900 0.032 91.560 34.275 35.357 0.031

    149.440 22 3,287.680 0.430 6.000 2.580 74.900 0.034 91.560 35.907 37.144 0.034

    149.440 23 3,437.120 0.430 6.100 2.623 74.900 0.035 91.560 37.540 38.854 0.034

    149.440 24 3,586.560 0.430 6.250 2.688 74.900 0.036 91.560 39.172 40.577 0.035

    149.440 26 3,885.440 0.430 6.500 2.795 74.900 0.037 91.560 42.436 44.020 0.037

    149.440 27 4,034.880 0.430 7.000 3.010 74.900 0.040 91.560 44.068 45.839 0.039

    149.440 28 4,184.320 0.430 7.100 3.053 74.900 0.041 91.560 45.700 47.563 0.040

    149.440 29 4,333.760 0.430 7.250 3.118 74.900 0.042 91.560 47.332 49.303 0.041

  • 8/2/2019 TA Material

    41/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 41

    149.440 30 4,483.200 0.430 7.500 3.225 74.900 0.043 91.560 48.965 51.073 0.042

    149.440 31 4,632.640 0.430 8.000 3.440 74.900 0.046 91.560 50.597 52.921 0.045

    149.440 30 4,483.200 0.430 8.100 3.483 74.900 0.047 91.560 48.965 51.242 0.045

    149.440 31 4,632.640 0.430 9.000 3.870 74.900 0.052 91.560 50.597 53.211 0.050

    149.440 33 4,931.520 0.430 10.000 4.300 74.900 0.057 91.560 53.861 56.953 0.056

    149.440 36 5,379.840 0.430 12.500 5.375 74.900 0.072 91.560 58.758 62.974 0.069

    149.440 39 5,828.160 0.430 13.500 5.805 74.900 0.078 91.560 63.654 68.587 0.075

    149.440 40 5,977.600 0.430 14.250 6.128 74.900 0.082 91.560 65.286 70.627 0.079

    149.440 41 6,127.040 0.430 15.000 6.450 74.900 0.086 91.560 66.918 72.681 0.083

    149.440 42 6,276.480 0.430 16.000 6.880 74.900 0.092 91.560 68.550 74.847 0.088

    149.440 43 6,425.920 0.430 17.000 7.310 74.900 0.098 91.560 70.183 77.032 0.093

    149.440 44 6,575.360 0.430 19.000 8.170 74.900 0.109 91.560 71.815 79.648 0.104

    149.440 45 6,724.800 0.430 29.000 12.470 74.900 0.166 91.560 73.447 85.675 0.154

    149.440 44 6,575.360 0.430 35.000 15.050 74.900 0.201 91.560 71.815 86.245 0.183

    149.440 42 6,276.480 0.430 38.000 16.340 74.900 0.218 91.560 68.550 83.505 0.197

    149.440 41 6,127.040 0.430 39.500 16.985 74.900 0.227 91.560 66.918 82.093 0.204

    149.440 39 5,828.160 0.430 41.000 17.630 74.900 0.235 91.560 63.654 78.637 0.211

    149.440 37 5,529.280 0.430 42.000 18.060 74.900 0.241 91.560 60.390 74.951 0.216

    149.440 35 5,230.400 0.430 43.000 18.490 74.900 0.247 91.560 57.125 71.227 0.221

    149.440 33 4,931.520 0.430 44.000 18.920 74.900 0.253 91.560 53.861 67.467 0.225

    Tabel. B.4.2 Data Hasil Perhitungan

    4.3 Grafik

    1. Kurva Tegangan Regangan Teknis

    0.000

    10.000

    20.000

    30.000

    40.000

    50.000

    60.000

    70.000

    80.000

    0.

    000

    0.

    006

    0.

    011

    0.

    017

    0.

    023

    0.

    027

    0.

    032

    0.

    035

    0.

    037

    0.

    041

    0.

    043

    0.

    047

    0.

    057

    0.

    078

    0.

    086

    0.

    098

    0.

    166

    0.

    218

    0.

    235

    0.

    247

  • 8/2/2019 TA Material

    42/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 42

    2. Kurva Tegangan Regangan Sebenarnya

    4.4 AnalisaPada percobaan uji tarik ini akan terlihat fenomena-fenomena pada

    spesimen, yaitu:

    1. Elastisitas

    Yaitu saat percobaan, pada daerah elastis jarum cepat bergerak, dan jika

    beban dihilangkan maka spesimen kembali kebentuk semula dengan Pyield

    = 4825.

    2. Plastisitas

    Yaitu spesimen tidak mampu menahan pembebanan dan jika beban

    dilepaskan tidak kembali ke bentuk semula. Ini terjadi ketika berada di

    daerah plastis dan telah melewati Py = 4825.

    3. Fenomena Luluh

    Yaitu spesimen mengalami sebagian kecil deformasi plastis. Ini terjadi

    pada beban 4825. Yaitu pada titik yield, karena pada batas itu spesimen

    bisa menahan pembebanan.

    4. Necking

    0.000

    10.000

    20.000

    30.000

    40.000

    50.000

    60.000

    70.000

    80.000

    90.000

    100.000

    0.

    000

    0.

    006

    0.

    011

    0.

    017

    0.

    023

    0.

    027

    0.

    031

    0.

    034

    0.

    037

    0.

    040

    0.

    042

    0.

    045

    0.

    056

    0.

    075

    0.

    083

    0.

    093

    0.

    154

    0.

    197

    0.

    211

    0.

    221

  • 8/2/2019 TA Material

    43/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 43

    Yaitu pengecilan penampang spesimen karena adanya pembebanan. Ini

    terjadi setelah spesimen melewati titik ultimatenya, yaitu 7175.

    5. Bidang Patah

    Yaitu spesimen tidak mampu lagi menahan pembebanan dan

    menyebabkan spesimen putus. Ini terjadi setelah mencapai batas

    maksimal, yaitu titik fracture, Pf = 5325. Peerpatahan terjadi karena

    ikatan-ikatan antar partikel tidak sanggup lagi menahan beban yang

    mengakibatkan spesimen putus.

    Pada pengujian tarik juga terjadi penambahan panjang spesimen ini terjadi

    setelah spesimen melewati daerah elastis dan masuk ke daerah plastis. Yaitu

    setelah Pyield = 4825. Ini dapat dilihat sebelum L0 = 74,9 mm dan setelah diberi

    pembebanan sampai mencapai Pf= 5325 spesimen menjadi 93,7 mm. Jadi dengan

    kata lain spesimen bertambah panjang.

    Dan pada data dapat dilihat juga perbandingan antara D0 dan D1. D0 = 10,8

    dan setelah dilakukan pembebanan ternyata didapatkan D1 = 7,95. Pengecilan

    diameter ini terjadi setelah spesimen melewati titik ultimatenya maka akan terjadi

    pengecilan penampang (necking).

    Apabila terjadi pemanjangan dan necking dalam waktu yang lama, itu

    menandakan suatu material atau spesimen bisa dianggap ulet, namun jika suatu

    spesimen mengalami necking yang sebentar maka dapat dikatakan bahwa material

    ersebut memiliki sifat getas.

    Dari kurva pada mesin dapat ditentukan / didapatkan kurva tegangan

    regangan teknis dan sebenarnya.

  • 8/2/2019 TA Material

    44/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 44

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Pada pengujian tarik, akan didapat kurva yang menunjukkan antara beban

    tarik dengan perubahannya. Dari pengujian ini juga didapatkan sifat mekanik dari

    suatu material, yaitu:

    1. Kekuatan tarik

    2. Keuletan

    3. Tegangan luluh

    4. Tegangan putus

    5. Modulus elastisitas

    Selain itu, juga bisa dilihat fenomena-fenomena yang terjadi pada uji tarik,

    yaitu:

    a. Elastisitas

    b. Plastisitas

    c. Fenomena luluh

    d. Bidang patah

    e. Necking5.2 Saran

    1. Teliti dalam melihat skala pada alt pengujian.

    2. Teliti dalam memeriksa grafik agar mendapatkan hasil yang maksimal.

  • 8/2/2019 TA Material

    45/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 45

    loodcess

    crosshead

    spesimen

    TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM

    1. Bagaimana hubungan antara kekuatan tarik dengan kekerasan. Tuliskan

    rumusnya dan tentukan batasan pemakainya

    Hubungan antara kekuatan tarik dan kekerasan berbanding lurus semakin

    besar kekuatan maka kekerasan semakin besar pula.

    Kekuatan tarik =0A

    F

    Kekerasan =A

    F

    2. Bagaimana cara memprkirakan kekuatan tarik spesimen untuk menentukan

    skala beban pada mesin uji tarik

    Cara menentukan kekuatan tarik pada mesin uji tarik yaitu dengan

    perbandingan :

    Melihat jenis material yang diuji.

    Memperlihatkan bentuk penampang dari specimen dan kekerasan dari

    specimen.

    Besarnya pembebanan diukur dengan dinamometer yang ada

    disamping mesin.

    3. Apakah yang saudara ketahui tentang mesin uji tarik, gambarkan sketsa

    mesin dan jelaskan prinsip kerjanya

    4. Apakah yang saudara ketahui tentang kekuatan tarik, batas luluh,

    perpanjangan dan reduksi penampang?

    Kekuatan Tarik adalah kemampuan material untuk menahan

    deformasi total hingga patah

  • 8/2/2019 TA Material

    46/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 46

    Batas luluh adalah batas dimana terjadi perubahan sifat dari elastis

    menjadi plastis.

    Perpanjangan adalah pertambahan panjang saat dilakukan uji tarik.

    Reduksi penampang adalah pengurangan luas peenampang akibatditambahnya pembebanan pada uji tarik

    5. Gambarkan kurva uji tarik, kurva tegangan-regangan teknis dan kurva

    tegangan-regangan sebenarnya

    a. Kurva e- (Tegangan dan Regangan Teknis)

    b. Kurva -tr (Tegangan dan Regangan Sebenarnya)

  • 8/2/2019 TA Material

    47/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 47

    TUGAS SESUDAH PRAKTIKUM

    1. Jelaskan pengertian-pengertian berikut:a. Tegangan dan regangan teknik

    b. Tegangan dan regangan sebenarnya.

    c. Buatlah diagram tersebut dari pengujian tarik yang dilakukan!

    Jawab :

    a. Tegangan teknik merupakan banyaknya gaya yang diberikan pada luas

    penampang spesimen.

    Regangan teknik merupakan besarnya perubahan panjang material yang

    diberi gaya terhadap panjang awal.

    b. Tegangan sebenarnya merupakan gaya yang diberikan pada luas wilayah

    tertentu sewaktu dilakukan pengujian tarik.

    Regangan sebenarnya merupakan perubahan ukuran material terhadap

    panjang sesaat sewaktu dilakukan pengujian tarik.

    c. Diagram/ Grafik untuk pengujian tarik

    0.000

    10.000

    20.000

    30.000

    40.000

    50.000

    60.000

    70.000

    80.000

    0.

    000

    0.

    006

    0.

    011

    0.

    017

    0.

    023

    0.

    027

    0.

    032

    0.

    035

    0.

    037

    0.

    041

    0.

    043

    0.

    047

    0.

    057

    0.

    078

    0.

    086

    0.

    098

    0.

    166

    0.

    218

    0.

    235

    0.

    247

  • 8/2/2019 TA Material

    48/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 48

    2. Nyatakan dan berikan interprestasi atas hasil pengujian tarik tersebut.

    Jawab:

    Interprestasi atas pengujian tarik adalah uji tarik dilakukan dengan UTM

    yang bertujuan untuk mendapatkan kurva uji tarik kemudian kurva ini akan

    diubah menjadi kurva tegangan-regangan sebenarnya.3. Bila hubungan antara tegangan sebenarnya dan perpanjangan garis sejajar

    dapat dinyatakan dengan persamaan = Kn , tentukan harga K dan n :

    Y = 18.38e8.374x

    Harga k = 18.38

    Harga n = 8.374

    0.000

    10.000

    20.000

    30.000

    40.000

    50.000

    60.000

    70.000

    80.000

    90.000

    100.000

    0.

    000

    0.

    006

    0.

    011

    0.

    017

    0.

    023

    0.

    027

    0.

    031

    0.

    034

    0.

    037

    0.

    040

    0.

    042

    0.

    045

    0.

    056

    0.

    075

    0.

    083

    0.

    093

    0.

    154

    0.

    197

    0.

    211

    0.

    221

    y = 18.383e8.3747x

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

    Series1

    Expon. (Series1)

  • 8/2/2019 TA Material

    49/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 49

    4. Apakah dari pengujian yang dilakukan anda dapat langsung menghitung

    modulus elastisitas dari bahan tersebut?

    Jawab :

    Nilai modulus elastisitas dari bahan dapat ditentukan karena terdapat kurva

    yang langsung diperoleh nilai tegangan dan regangan.

  • 8/2/2019 TA Material

    50/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 50

    Objek : Uji Keras

    Asisten :Andi Nofrianto

  • 8/2/2019 TA Material

    51/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 51

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang.

    Material mempunyai berbagai macam sifat mekanik yaitu

    kekerasan,keuletan,ketangguhan,kelentingan,kekuatan,dll. Pemahaman

    mengenai sifat tersebut harus dikuasai oleh seorang engineer. Dan untuk

    mendapatkan material yang berkualitas diperlukan pengujian terhadap

    material tersebut.

    Pada pratikum kali ini akan dibahas salah satu sifat mekanik,yaitu

    kekerasan. Kekerasan tiap material berbeda-beda untuk dapat menentukan

    nilai kekerasan dari suatu bahan dapat digunakan beberapa metode seperti

    metode rockwell,brineel,vickers,meyers,dan knoop.untuk itu di pelajari cara

    menentukan kekerasan material agar daoat di proses sesuai dengan sifatnya.

    I.2 Tujuan

    1. Mahasiswa mampu membandingkan beberapa metode pengukuran

    kekerasan.2. Mahasiswa mampu menentukan angka kekerasan bahan.

    3. Mahasiswa mampu mengiterpretasikan hasil uji keras.

    I.3 Manfaat

    Dari pengujian keras, praktikan mampu mengetahui sifat mekanik dari

    sebuah material, sehingga dapat menggunakan material yang tepat untuk

    membuat suatu produk.

  • 8/2/2019 TA Material

    52/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 52

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi

    Definisi kekerasan secara umum adalah ketahanan material terhadap

    deformasi plastis lokal akibat penetrasi di permukaan.

    Kekerasan dapat juga didefinisikan melalui beberapa pandangan yaitu :

    1. Ketahanan terhadap goresan

    Dilakukan dengan menggoreskan material yang lebih keras dari

    benda uji.

    2. Ketahanan terhadap deformasi plastis

    Diukur dengan pemberian beben lokal melalui penekanan. Cara

    yang umum dilakukan dengan metode Brinell, Rockwell,

    Vickers, Meyers, Knoop.

    3.besarnya energi yang diserap selama pembebanan dinamik

    2.2 Metode Pengujian Kekerasan

    Beberapa definisi yang dipakai untuk menyatakan kekerasan adalah:

    2.2.1 Metode Goresan

    Ketahanan terhadap goresan dilakukan secara langsung

    menggoreskan material yang lebih keras dari pada spesimen uji.

    Kekerasan diukur dengan skala Mohs, yaitu :

    a. Talk , yaitu batuan yang sangat lunak dengan kekerasan 1 pada

    skala Mohs, mempunyai komposisi kimia(OH)2 Mg3Si4O10,

    pada umumnya berwarna putih. Berikut merupakan gambarnya :

    Gambar1.13 Talk

  • 8/2/2019 TA Material

    53/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 53

    b. Gypsum , yaitu salah satu contoh mineral dengan kadar kalsium

    yang mendominasi pada mineralnya. Yang paling umum

    ditemukan adalah jenis hidrat kalsium sulfat dengan rumus

    kimia CaSO4.2H2O. Sifat lunak dan pejal dengan skala Mohs

    1,5-2 dan umumnya berwarna putih, kelabu, cokelat, kuning dan

    transparan. Berikut merupakan gambarnya :

    Gambar1.14 Gypsum

    c. Kalsit, yaitu merupakan mineral utama pembentuk batu

    gamping, dengan unsur pembentuk kimianya terdiri dari Ca

    dan CO3 . Pada umumnya tidak berwarna atau transparan

    dengan kekerasan 3 skala Mohs. Berikut merupakan gambarnya

    :

    Gambar 1.15 Kalsit

    d. Fluorit, yaitu bersifat transparan dan memiliki variasi warna

    hijau, merah, pink, ungu, orange, biru, dan putih. Kekerasan 4

    skala Mohs dengan unsur kimia CaCO3. Berikut merupakan

    gambarnya :

  • 8/2/2019 TA Material

    54/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 54

    Gambar 1.16 Fluorit

    e. Apatit, yaitu memiliki warna yang bervariasi yang banyak,

    seperti kuning, putih, cokelat, biru, hingga ungu terang. Bersifat

    transparan dan memiliki kekerasan 5 skala Mohs. Berikut

    merupakan gambarnya :

    Gambar 1.17 Apatit

    f. Felspar, yaitu bersifat keras dan memiliki unsur kimia(KAlSi3O8

    - NaAlSi3O8 - CaAl2Si2O8). Umumnya berwarna putih, cokelat

    dan hijau dengan kekerasan 6 skala Mohs. Berikut merupakan

    gambarnya :

    Gambar 1.18 Felspar

    g. Kuarsa, yaitu salah satu mineral yang umum ditemukan di kerak

    kontinen bumi dan memiliki unsur kimia SiO2. Bersifat

    transparan dan tidak memiliki warna dengan kekerasan 7 skala

    Mohs. Berikut merupakan gambarnya :

    http://en.wikipedia.org/wiki/Potassiumhttp://en.wikipedia.org/wiki/Siliconhttp://en.wikipedia.org/wiki/Oxygenhttp://en.wikipedia.org/wiki/Oxygenhttp://en.wikipedia.org/wiki/Oxygenhttp://en.wikipedia.org/wiki/Sodiumhttp://en.wikipedia.org/wiki/Siliconhttp://en.wikipedia.org/wiki/Siliconhttp://en.wikipedia.org/wiki/Oxygenhttp://en.wikipedia.org/wiki/Oxygenhttp://en.wikipedia.org/wiki/Calciumhttp://en.wikipedia.org/wiki/Siliconhttp://en.wikipedia.org/wiki/Siliconhttp://en.wikipedia.org/wiki/Oxygenhttp://en.wikipedia.org/wiki/Oxygenhttp://en.wikipedia.org/wiki/Oxygenhttp://en.wikipedia.org/wiki/Oxygenhttp://en.wikipedia.org/wiki/Siliconhttp://en.wikipedia.org/wiki/Calciumhttp://en.wikipedia.org/wiki/Calciumhttp://en.wikipedia.org/wiki/Oxygenhttp://en.wikipedia.org/wiki/Siliconhttp://en.wikipedia.org/wiki/Sodiumhttp://en.wikipedia.org/wiki/Sodiumhttp://en.wikipedia.org/wiki/Oxygenhttp://en.wikipedia.org/wiki/Siliconhttp://en.wikipedia.org/wiki/Potassiumhttp://en.wikipedia.org/wiki/Potassium
  • 8/2/2019 TA Material

    55/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 55

    Gambar 1.19 Kuarsa

    h. Topas, yaitu memiliki unsur kimia Al2SiO4(F,OH)2 ). Bersifat

    transparan bening, dengan warna biru, cokelat, orange, hijau,

    kuning dan pink. Nilai kekerasan 8 skala Mohs. Berikut

    merupakan gambarnya :

    Gambar 1.20 Topas

    i. Korundium, yaitu memiliki unsur kimia (Al2O3). Bersifat

    transparan dengan warna cokelat, merah hati, biru, ungu dan

    pink. Nilai kekerasan 9 Skala Mohs. Berikut merupakan

    gambarnya :

    Gambar 1.21 Korundium

    j. Intan, yaitu mineral yang secara kimia merupakan bentuk

    kristal, atau alotrop, dari karbon. Intan terkenal karena memiliki

    sifat-sifat fisika yang istimewa, terutama faktor kekerasannya

    dan kemampuannya mendispersikan cahaya. Kekerasan 10 skala

    Mohs. Berikut merupakan gambarnya :

    http://id.wikipedia.org/wiki/Mineralhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kimiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kristalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Alotrophttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Dispersihttp://id.wikipedia.org/wiki/Cahayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Cahayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Dispersihttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Alotrophttp://id.wikipedia.org/wiki/Kristalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kimiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Mineral
  • 8/2/2019 TA Material

    56/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 56

    Gambar 1.22 Intan

    Semakin tinggi indeks Mohs, maka semakin keras material.

    Kekuatan logam terletak pada 4-6 Indeks Mohs dan yang paling

    keras merupakan intan dengan kekerasan 10 skala Mohs.

    2.2.2 Metode Pantulan

    h 1

    h 2

    Gambar 1.23 Metode lantunan bola

    Dilakukan dengan cara Scleroscope (metode lantunan bola).

    Pengujian dilakukan dengan menjatuhkan bola dengan ukuran

    tertentu dan ketinggian lantunan bola. Material lunak dapat

    memberikan pantulan terhadap bola baja lebih rendah dibandingkan

    material keras. Hal ini dikarenakan energi yang diserap olehmaterial yang lebih lunak akan lebih besar dibandingkan dengan

    material yang keras. Sehingga pantulannya akan semakin rendah.

    EP = EP1EP2\

    = mgh1mgh2

    = mg( h1 - h2 )

  • 8/2/2019 TA Material

    57/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 57

    Semakin rendah nilai ketinggian dari pantulan ( h2 ) dari suatu

    benda menyebabkan meningkatnya nilai EP dikarenakan energi

    yang diserap oleh material besar

    Kerugian menggunakan metode ini adalah :

    a. Bila material keras maka kemungkinan bola menjadi patah.

    b. Tidak dapat dihitung kekerasannya

    c. Bila plat tipis, pantulan tidak murni lagi karena sudah ada pengaruh

    landasan.

    2.2.3 Metode Penekanan

    Logam yang diuji ditekan sehingga berbentuk bekas penekanan.

    Prinsip umum pengujian ini adalah menekan spesimen uji dengan

    suatu indentor, lalu dicari nilai kekerasannya. Metode ini terbagi

    menjadi 5 cara, yaitu :

    2.2.3.1 KekerasanBrinell

    Yaitu berupa pembentukan lekukan pada permukaan

    dengan menggunakan bola baja sebagai penetrator. Beban

    diletakkkan selama waktu beberapa saat, lekukan diameter

    diukur dengan mikroskop.

    Setelah beban dihilangkan kemudian dicari rata-rata dari 2

    buah pengukuran diameter pada jejak yang berarah tegak

    lurus.

    x

    D/2 D t t

    d/2

    Gambar 1.24 Pengukuran Diameter Pada Jejak Yang

    Berarah Tegak Lurus.

    t = D/2x

  • 8/2/2019 TA Material

    58/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 58

    22)2/()2/( dDx

    2/Dt 22 )2/()2/( dD

    )(2/1 22 dDD

    BHN = P/A = P/Dt

    ))2/()2/(2/( 22 dDDD

    PBHN

    )(2/22dDDD

    P

    )(2

    22dDDD

    PBHN

    2.2.3.2 KekerasanMeyer

    Meyermengajukan definisi kekerasan yang lebih rasional

    dari pada Brinell yakni berdasarkan luas proyek jejak

    bukan luas permukaannya. Tekanan rata-rata antara

    penumbuk dan lekukan adalah beban dibagi proyeksi

    lekukan.

    r = d

    A = 2r

    = ( d) 2

    = 4/2d

    BHN =22

    4

    4/ d

    P

    d

    P

    A

    P

    Gambar 1.25 Pengukuran Diameter Pada Jejak

    Yang Berarah Tegak Lurus.

  • 8/2/2019 TA Material

    59/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 59

    2.2.3.3 Kekerasan Vickers

    Uji kekerasan Vickers dilakukan dengan menggunakan

    penumbuk piramida intan yang dasarnya berbentuk bujur

    sangkar. Besarnya sudut antara permukaan piramida yang

    saling berhadapan adalah 136 o .

    Gambar 1.26 Penumbuk Piramida Intan

    Gambar dibawah ini adalah penumbuk piramida intan

    tampak depan

    Gambar 1.27 Penumbuk Piramida Intan

    (Tampak Depan)

    X = d/2 sin 45 0

    = d/2 2

    = d/4 2]

    000684

    2

    68

    2d/4

    68

    )(

    Sin

    d

    SinSin

    xFGFo

    Luas = . 2x . fo

    = . 2(d/4 2)0684

    2

    Sin

    d

    =0

    688

    2

    Sin

    d

  • 8/2/2019 TA Material

    60/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 60

    1. A (Luas permukaan lekukan)= 4 x luas A

    = 0

    2

    6884

    Sin

    dx

    = 0

    2

    68Sin

    d

    VHN =2

    0

    0

    2

    68.2

    682

    d

    SinP

    Sin

    d

    P

    A

    P

    VHN =2

    21854,12

    ddd

    d

    P

    2.2.3.4KekerasanKnopDisebut juga dengan kelarasan mikro. Pada dasarnya

    pengujian knop hampir sama dengan Vickers, tetapi

    berbeda pada fungsinya dimana pengujian Knop dilakukan

    untuk menguji material yang kecil.

    Bentuk penekanan

    Gambar 1.28 Bentuk Penekan Kekerasan Knop

    b = l / 7,11 ; b.t = 4 - HKN = P/A = P/(l x b /2)

    l / b = 7,11 = P/ (l x l/7,11)/

    2

    HKN =2

    2,14

    l

    P

    Vb = 7 11

    b/t = 4,00

  • 8/2/2019 TA Material

    61/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 61

    2.2.3.5 KekerasanRockwell

    Uji kekerasan yang paling banyak dipakai adalah uji

    Rockwell, hal ini dikarenakan, Cepat , Bebas dari kesalahan

    manusia dan Mampu membedakan kekerasan yang

    memiliki perbedaan kecil pada baja yang diperkeras,

    sehingga bagian yang mendapat perlakuan panas dapat diuji

    kekerasannya. Uji Rockwell menggunakan kerucut intan

    sebagai penetrasi dan untuk Superficial. Rockwell

    menggunakan bola baja dengan diameter 1/16, 1/8, ,1/2

    (inchi).

    SkalaRockwell :

    Superficial Rockwell :

    A = Beban mayor 60 kg

    B = Beban mayor 100 kg

    C = Beban mayor 150 kg

    Penggunaan skalaRockwell untuk logam :

    Keras = SkalaRockwell A

    Lunak = SkalaRockwell B

    HT = SkalaRockwell C

    Gambar C.2.5 Bentuk PenekananRockwell (Tampak Samping)

  • 8/2/2019 TA Material

    62/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 62

    Skala kekerasan bahan

  • 8/2/2019 TA Material

    63/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 63

    2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KekerasanBeberapa faktorfaktor yang mempengaruhi kekerasan antara lain :

    2. Jenis material

    Dimana material anorganik terbagi atas 2 yaitu logam dan non logam

    dimana pada umumnya logam cenderung memiliki kekerasan yang

    lebih tinggi dibandingkan non logam dikarenakan logam memiliki

    ikatan ion dan kovalen

    3. Komposisi paduan jika unsur paduan yang saling menguatkan maka

    material semakin keras

    4. Berdasarkan kandungan karbon dari material tersebut maka apabila

    %C yang terdapat pada material tinggi maka material tersebut akan

    bersifat keras.

  • 8/2/2019 TA Material

    64/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 64

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Peralatan dan Bahan

    Pada percobaan uji keras, digunakan :

    - Beban

    - Tuas pengendali

    - Spesimen uji

    - Penumpuk

    - Skala

    3.2 Skema Alat

    Gambar C.3.1 Alat Uji KerasRockwell

    3.3 Prosedur Percobaan1. Permukaan benda uji (specimen) dibersihkan hingga permukaan tersebut

    rata dan sejajar terhadap permukaan meja uji.

    2. Pemilihan metode pengujian kekerasan yang dipakai didasarkan atas

    keperluan.

    3. Pengukuran kekerasan dilakukan dibeberapa titik pada permukaan benda

    uji.

  • 8/2/2019 TA Material

    65/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 65

    BAB IV

    DATA DAN PEMBAHASAN

    4.1 Data Hasil Percobaan

    Material No. Beban Identor Warna Skala HRC

    Besi

    1

    2

    3

    45

    60 Kg Diamond Cone Hitam

    48,5

    51,5

    51,5

    5252

    Baja

    1

    2

    3

    4

    5

    60 kg Diamond Cone Hitam

    42,5

    45

    44

    45

    46,5

    Kuningan

    12

    3

    4

    5

    60 Kg Diamond Cone Hitam

    3436

    33,5

    32,5

    33,5

    Tabel C.4.1 Data perhitungan

    4.2 PerhitunganKonversi harga kekerasan dariRockwell keBrinell

    1. Interpelasi data dan tabel konversi harga kekerasan.

    A. Besi

    1. HRA = 48,5 BHN = 144

    2. HRA = 51,5 BHN = 160,5

    52 51,5

    51,5 x

  • 8/2/2019 TA Material

    66/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 66

    51 159

    159161

    159

    5152

    515,51

    x

    159

    3

    5,0

    1

    x

    X = 160,5

    3. HRA = 51,5 BHN = 160,5

    4. HRA = 52 BHN = 162

    5. HRA = 52 BHN = 162

    B. Baja

    1. HRA = 42,5 BHN = 119

    2. HRA = 45 BHN = 130

    3. HRA = 44 BHN = 125

    4. HRA = 45 BHN = 130

    5. HRA = 46,5 BHN = 137

    C. Kuningan

    1. HRA = 34 BHN = 34

    2. HRA = 36 BHN = 36

    3. HRA = 33,5 BHN = 33,5

    4. HRA = 32,5 BHN = 32,5

    5. HRA = 33,5 BHN = 33,5

  • 8/2/2019 TA Material

    67/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 67

    4.3 Tabel PerhitunganBahan No HRA BHN

    Besi

    1 48,5 144

    2 51,5 160,5

    3 51,5 160,5

    4 52 162

    5 52 162

    Baja

    1 42,5 119

    2 45 130

    3 44 125

    4 45 130

    5 46,5 137

    Kuningan

    1 34 34

    2 36 363 33,5 33,5

    4 32,5 32,5

    5 33,5 33,5Tabel C.4.5 Data perhitungan

  • 8/2/2019 TA Material

    68/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 68

    4.4 Grafik1. HRA

    2. BHN

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    1 2 3 4 5

    Besi

    Baja

    Kuningan

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    180

    1 2 3 4 5

    besi

    baja

    kuningan

  • 8/2/2019 TA Material

    69/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 69

    4.5 Analisa

    Pengujian uji keras merupakan jenis pengujian yang bersifat merusak

    spesimen. Alat uji yang dipakai dalam pratikum kali ini adalah Rockwell

    Hardness Tester. Pada saat spesimen diuji dengan mesin Rockwell, material akan

    mendapat tekanan atau penetrasi dari identor intan, sehingga terlihat pada

    spesimen akan ada lekukan atau lubang-lubang pada permungkaan material .

    Pada percobaan yang telah kami lakukan digunakan 3 buah spesimen,

    yaitu tembaga, alumunium, dan kuningan. Pada pratikum diambil lima titik pada

    tiap spesimen . Kelima titik ini diambil untuk mewakili nilai kekerasan material

    tersebut. Pada mesinRockwell Hardness Tester, digunakan skala A dengan beban

    sebesar 60 kg. Nilai kekerasan yang didapat dari mesinRockwell satuannya adalah

    HRC, yang nantinya akan di konversikan ke nilai kekerasan Brinell yang

    satuannya BHN. Konversi nilai kekerasan didapatkan menggunakan tabel

    konversi harga kekerasan.

    Pada pengujian pertama yaitu tembaga, didapatkan nilai kekerasan rata-

    ratanya 2,88 HRC. Namun setelah dikonversikan ke nilai kekerasan Brinell,

    nilainya adalah 0 BHN untuk kelima titik yang di uji. Hal ini disebabkan karena

    nilai yang bisa dikonversikan dalam hargaBrinell adalah nilai yang kekerasannya

    20 kg ke atas dariRockwell skala A.

    Pada pengujian alumunium, dari kelima titik yang diuji nilai kekerasannya

    maka didapat nilai kekerasan rata-ratanya adalah 46,6 HRC. Setelah

    dikonversikan ke harga kekerasan Brinell maka didapatkan nilai kekerasannya

    berkisar 120 BHN sampai 123 BHN.

    Pada pengujian kuningan, dari kelima titik yang diuji nilai kekerasannya,

    maka didapatkan nilai rata-rata nilai kekerasannya adalah 32,44 HRC. Setelah

    dikonversikan ke harga kekerasanBrinell maka didapatkan nilai kekerasanBrinell

    sekitar 77 BHN sampai 79 BHN.

    Pengujian keras pada tiap-tiap spesimen , nilai kekerasan yang didapat dari

    kelima titik yang diuji berbeda-beda. Ini terjadi karena kekersan pada seluruh

    bagian material tidaklah sama. Salah satu penyebabnya adalah karena adanya

    dislokasi pada material tersebut.

  • 8/2/2019 TA Material

    70/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 70

    Selanjutnya dari nilai kekerasan dari masing-masing spesimen yang telah

    diuji didapatkan bahwa nilai kekerasan alumunium lebih keras dibandingkan nilai

    kekerasan dari kuningan dan nilai kekerasan tembaga. Namun menurut literatur

    nilai kekerasan kuningan dalah yang paling tinggi dari spesimen alumunium dan

    tembaga. Pada dasarnya kuningan terdiri dari unsur tembaga dan seng dimana

    unsur tembaga yang terkandung lebih banyak dari kandungan seng.

    Pada grafik juga kelihatan dengan jelas yang mana nilai kekerasan

    alumunium lebih tinggi dari nilai kekerasan kuningan maupun nilai kekerasan

    tembaga. Nilai rata-rata kekerasan untuk spesimen alumunium adalah 46,6 HRC

    dan nilai kekerasan rata-rata untuk kuningan adalah 32,44 HRC. Sedangkan untuk

    tembaga yang mana memiliki nilai rata-rata kekerasannya yang paling kecil

    diantara spesimen yang diuji adalah 2,88 HRC. Dari nilai tersebut jelas

    menunjukan bahwa pada percobaan ini nilai kekerasan yang paling tinggi adalah

    spesimen alumunium dan paling rendah adalah spesimen tembaga.

    Pada pengujian ini terdapat beberapa kesalahan yang terjadi bila dibandingkan

    secara teoristis yaitu :

    1. Nilai kekerasannya tidak sama disemua titik pada spesimen

    2. Nilai kekerasan pada kuningan harusnya lebih tinggi bila dibanding

    nilai kekerasan pada spesimen Aluminium tetapi jika kita ambil nilai

    rata-rata kekerasannya nilai kekerasan alumunium lebih tinggi dari

    nilai kekerasan tembaga.

    Perbedaan nilai kekerasan percobaban dengan literatur bisa disebabkan

    oleh beberapa faktor, antara lain :

    1. Ketidaktelitian dalam membaca skala.

    2. Alat uji yang kurang akurat.

    3. Dislokasi pada daerah tertentu pada material.

    4. Ukuran butir yang tidak sama pada material.

    5. Terjadinya beban yang tidak stabil.

  • 8/2/2019 TA Material

    71/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 71

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan1.Nilai kekerasan dari masing-masing titik yang diuji pada tiap spesimen

    berbeda-beda.

    2.Dari percobaan yang didapatkan, nilai kekerasan yang paling tinggi

    adalah alumunium. Yang kedua adalah kuningan dan yang paling randah

    adalah tembaga. Namun dari literatur nilai kekerasan kuningan lebih

    tinggi daripada nilai kekerasan alumunium.3.Metode pengujian denganRockwell lebih mudah digunakan

    dibandingkan pengujian dengan metode lainnya karena skala pada

    Rockwell dapat langsung dibaca.

    5.2 Saran1.Teliti dalam membaca skala Rockwell agar tidak terjadi kesalahan

    dalam menentukan angka kekerasan spesimen.

    2.Perhatikan cara pengamplasan dengan benar agar permukaan rata.

    3.Hindari gerakan yang berlebihan pada saat menggunakan Rockwell

    Hardness Tester agar terjadi keseimbangan pada saat penunjukan

    skala.

  • 8/2/2019 TA Material

    72/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 72

    TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM

    1) Kekerasan suatu bahan menurun jika bahan tersebut dipanaskan. Hal ini

    dikarenakan fase atau struktur dari bahan tersebut berubah menjadi mendekati ke

    cair yang berkonsekuensi pada perubahan sifat mekanis suatu bahan. Selain itu,

    kemampuan dukung bahan cenderung menurun.

    2) Metode Pengukuran

    a. Brinell

    Identor : Bola baja, d = 10 mm

    Rumus :)(

    2

    22dDDD

    PBHN

    b. Rockwell

    Identor : - Kerucut intan

    - Bola baja, d = , 1/4, 1/8, 1/16 inchi

    Kekerasan dapat dibaca langsung pada skala mesin.

    c. Vickers

    Identor : Piramid intan

    Rumus : VHN =2

    854,1

    d

    P

    d. Meyer

    Identor : Bola baja

    Rumus : MHN =2

    4

    d

    P

    A

    P

    3) Kekerasan suatu bahan berbanding lurus dengan kekuatan tariknya karenapada dasarnya kekerasan merupakan ketahanan suatu bahan terhadap deformasi

    plastis akibat penetrasi pada permukaan, sedangkan kekuatan tarik adalah ukuran

    besar gaya yang diperlukan untuk mematahkan atau merusak suatu bahan.

    Kekerasan dan kekuatan tarik adalah sebanding dengan semakin kerasnya suatu

    bahan maka akan semakin tinggi kekuatan kolerasinya.

  • 8/2/2019 TA Material

    73/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 73

    TUGAS SESUDAH PRAKTIKUM

    1. Kekerasan sebanding dengan kekuatan

    Kekerasan dan kekuatan bahan terhadap deformasi adalah semakin

    tinggi. Semakin luas permukaan benda maka akan semakin besar

    kekuatan yang diperlukan untuk mematahkan benda tersebut.

    Hubungan antara kekerasan dengan kekuatan :

    A

    Pc

    Keterangan :

    c = Kekuatan tarik (kg/mm 2 )

    P = Berat beban (kg)

    A = Luas penampang (mm 2 )

    Kekerasan adalah kemampuan material untuk menahan deformasi

    plastis lokal akibat adanya penetrasi di permukaan.

    Kekuatan adalah kemampuan material untuk menahan deformasi

    plastis secara menyeluruh di permukaan.

    Dengan mengetahui kekerasan kita bisa memperkirakan kekuatan tarik

    material tersebut. TS(Mpa) = 3,45 x BHN .

    2. Mengapa konsep kedataran dan kerataan perlu dalam uji keras?

    Karena tidak rata dan datarnya suatu permukaan specimen akan

    mempengaruhi dalam atau dangkalnya lekukan yang dihasilkan oleh

    pembebanan. Selain itu apabila specimen tidak datar atau rata. Maka

    akan mengakibatkan identor tidak berada dalam posisi tegak pada saat

    pembebanan dilakukan

    3. Tentukan rata-rata standar deviasi dari data yang dilakukan maka akan

    diperoleh :

    Standar Deviasi untuk tembaga = 203,6

    Standar Deviasi untuk kuningan = 69,2

    Standar Deviasi untuk baja = 69,2

  • 8/2/2019 TA Material

    74/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 74

    Objek : Uji Impak

    Asisten :Faisal Rahman

    Asisten: Viktor Martin

  • 8/2/2019 TA Material

    75/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 75

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar BelakangProduk yang beredar pada saat sekarang terbuat dari berbagai macam jenis

    material. Karena itulah produk yang satu jenis bisa memiliki harga yang berbeda-

    beda. Karena material yang digunakan mempengaruhi kualitas produk tersebut.

    Karena sifat-sifat material tersebut berbeda-beda yang mana dapat diketahui

    melalui berbagai pengujian. Salah satunya adalah uji impak, uji ini perlu agar

    perancang mampu mengetahui kemampuan material menahan pembebanan secara

    tiba-tiba.

    1.2TujuanAdapun tujuan dilakukan percobaan mengenai uji impak ini adalah sebagai

    berikut:

    a. Menentukan harga impak berbagai jenis logam

    b. Menentukan pengaruh temperatur terhadap harga impak

    c. Mengamati permukaan patahan benda uji

    d. Mampu material patah ulet dan getas dari hasil uji impak

    1.3ManfaatDengan melakukan percobaan ini, pratikan bisa tahu apa itu uji impak. Dan

    dapat mengetahui sifat-sifat sebuah material setelah dilakukan pengujian. Dan

    pratikan dapat membedakan antara material ulet dan getas, serta faktor-faktor

    yang mempengaruhi harga impak pada suatu material.

  • 8/2/2019 TA Material

    76/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 76

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Defenisi

    Uji impak merupakan merupakan pengujian untuk mengetahui kekuatan

    dan ketangguhan material terhadap pembebanan yang diberikan secara tiba-tiba.

    Spesimen memiliki ukuran dan bentuk standar, yaitu :

    Gambar D.2.1 Spesimen Uji Impak

    Parameter yang diperoleh adalah Energi impak yakni besar energi yang

    diserap untuk mematahkan benda kerja (spesimen). Harga impak adalah energi

    impak tiap satuan luas penampang di daerah takikan.

    h1

    -90

    r

    L

    h2

    y

    x

    Gambar D.2.2 Mekanisme Uji Impak

  • 8/2/2019 TA Material

    77/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 77

    2.2 turunan rumus HI

    Turunan Rumus HI berdasarkan gambar diatas adalah:

    x = r . sin ( 90o)

    = r . sin (-cos )y = r

    h1 = y + x

    = r + r . (-cos )

    = r (1cos )

    cos =

    L = r. cos

    r = L + h2

    h2 = rL

    = rr . cos

    = r (1cos )

    Pada uji impak ini berlaku hukum kekelan energi, sehingga:

    Em1 = Em2

    Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2 + EI

    Mgh1 + mv2 = mgh2 + mv2 + EI

    EI = mgh1mgh2

    = mg (h1h2)

    = mg ( r (1-cos )) (r (1-cos ))

    = mgr (cos - cos )

    Jadi, berdasarkan turunan rumus diatas, didapatkan persamaan berikut:

    Ket: HI = Harga Impak

    EI = Energi Impak

    = Sudut yang dibentuk saatHammerdijatuhkan

    = Sudut yang dibentuk saatHammertelah mematahkan spesimen

    A = Luas penampang spesimen

    Karakteristik HI Material:

    Material Ulet mempunyai HI yang besar

  • 8/2/2019 TA Material

    78/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 78

    Material Getas mempunyai HI yang kecil

    2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi HI

    Adapun yang mempengaruhi Harga Impak suatu material adalah sebagai

    berikut:

    1. Bentuk takikan

    Dalam percobaan uji impak ini, terdapat 4 jenis takikan yang umum

    digunakan, yaitu:

    a.Takikan-V

    Gambar D.2.3 Takikan V

    b.Takikan-U

    Gambar D.2.4 Takikan Uc.Takikan-I

    Gambar D.2.5 Takikan I

    d.Takikan-Keyhole

    Gambar D.2.6 Takikan Keyhole

    Dari keempat jenis takikan diatas, takikan V memiliki HI terkecil, karena

    spesimen mudah dipatahkan dari 3 jenis takikan yang lain.

  • 8/2/2019 TA Material

    79/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 79

    2. Kecepatan pembebanan

    Semakin cepat hammer diayunkan, maka semakin kecil pula energi ynag

    dibutuhkan untuk mematahkan spesimen, sehingga harga impak juga

    semakin kecil.

    3. Temperatur

    Pengaruh Temperatur terhadap harga impak baja dapat dilihat pada

    gambar berikut.

    Gambar D.2.7 Temperatur dependence of the Charpy V-notch impact

    energi (curve A) andpercent shear fracture (curve B) for

    an A283 steel.

    Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa material ulet akan berubah menjadi

    getas pada temeperatur rendah. Namun untuk beberapa jenis material,

    memiliki rentangan temperatur untuk berubah dari ulet menjadi getas.

    Gambar D.2.8 Perbandingan Harga Impak Kelompok Material

  • 8/2/2019 TA Material

    80/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 80

    Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa Harga Impak material FCC dan

    HCP tidak terpengaruh oleh temperatur. Begitu juga dengan material yang

    sangat keras dang getas, tidak terpengaruh oleh temperatur. Material yang

    dapat berubah dari ulet menjadi getas adalah saat terjadi perubahan

    temperatur adalah material BCC.

    4. Kadar Karbon

    Kadar karbon mempengaruhi Harga Impak material karena semakin keras

    material, maka semakin getas pula material tersebut, sehingga Harga

    Impaknya akan semakin kecil. Berikut ini bagan perbandingan Harga

    Impak Material untuk Komposisi karbon yang berbeda pada berbagai

    temperatur.

    Gambar D.2.9 Pengaruh kadar karbon terhadap Energi Impak Material

    Bentuk patahan yang mungkin terjadi ada 2 jenis patahan yaitu patah getas dan

    patah ulet. Adapun ciri-ciri dari masing-masing patahan ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Patah Getas:

    - Energi impak kecil

    - Temperatur rendah

    - Bekas patahan datar dan mengkilap

    - Terjadi pada batas butir

    2. Patah Ulet:

    - Energi impak besar

    - Temperatur Tinggi

  • 8/2/2019 TA Material

    81/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 81

    - Bekas patahan berserabut

    - Terjadi pada butir

    Gambar D.2.10 Bentuk Patahan Baja A36 pada berbagai temperature

    2.4 Metode Pengujian Impak

    Prosedur uji impak dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu:

    1. Metode izoed

    Metode izoed ini dilakukan dengan cara meletakkan spesimen dalam

    posisi vertikal dan pembebanan dilakukan dari arah depan takikan

    seperti yang terlihat pada gambar.

    Gambar D.2.11 Skema Standar Pengujian Metode Izod

    2. Metode Charpy

    Pembebanan yang dilakukan pada metode charpy ini dilakukan dari

    belakang takikan dengan posisi spesimen pada alat uji adalah

    horizontal seperti yang terlihat pada gambar.

    Gambar D.2.12 Skema Standar Pengujian Metode Charpy

  • 8/2/2019 TA Material

    82/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 82

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 PeralatanAdapun peralatan yang digunakan dalam uji impak ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Alat uji impak

    2. Spesimen

    3. Pendulum/ hammer

    4. Thermometer3.2 Skema Alat

    Gambar D.3.1 Skema Alat Uji Impak

  • 8/2/2019 TA Material

    83/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 83

    3.3 Prosedur PengujianProsedur atau tahapan yang dilakukan dalam uji impak ini adalah sebagai

    berikut:

    Pengukuran harga impak dilakukan atas batang uji.

    Spesimen dengan ukuran-ukuran standar yang telah diberi takikan

    (notch).

    Pengujian impak dilakukan menurut metode charpy.

    Lakukan pengujian untuk temperatur spesimen yang berbeda

  • 8/2/2019 TA Material

    84/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 84

    BAB IV

    DATA DAN PEMBAHASAN

    4.1Data Hasil Percobaan

    No Bahan P l t t-h T A W H

    I

    Permu

    kaan

    pataha

    n

    1 Al 6.87 0.6

    6

    0.66 0.04 Kmr 0.411

    2 Baja 7.6 0.7

    9

    0.725 0.07

    5

    Kmr 0.513

    3 Al 7.97 0.66

    0.65 0.12 Freez 0.35

    4 Baja 4.99 0.6

    5

    0.67 0.12 Freez 0.36

    5 Al 6.4 0.6

    5

    0.65 0.5 Nitro 0.39

    6 Baja 6.8 0.7

    3

    0.725 0.12

    5

    Nitro 0.438

    4.2 PerhitunganAlumunium Temperatur Kamar1. Alumunium Temperatur Kamar

    A = L (t-h)

    = 0,66 (0,660,04)= 0,41

    EI = mgr ( cos - cos )= 26.62 x 10 x 0.738 (cos 118cos 141)= 59,63

    = 145,4

    2. Baja Temperatur Kamar

    A = L (t-h)

    = 0,79 (0,7250,075)= 0,513

    EI = mgr ( cos - cos )= 26.62 x 10 x 0.738 (cos 75cos 141)

  • 8/2/2019 TA Material

    85/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 85

    = 200,77

    = 391,36

    3. Alumunium Temperatur Freezer

    A = L (t-h)

    = 0,66 (0,650,12)= 0,35

    EI = mgr ( cos - cos )= 26.62 x 10 x 0.738 (cos 120cos 141)

    = 53,71

    = 153,46

    4. Baja Temperatur Freezer

    A = L (t-h)

    = 0,65 (0,670,12)= 0,36

    EI = mgr ( cos - cos )= 26.62 x 10 x 0.738 (cos 10cos 141)= 341,46

    = 9485

    5. Alumunium Nitrogen

    A = L (t-h)

    = 0,65 (0,650,05)= 0,39

    EI = mgr ( cos - cos )= 26.62 x 10 x 0.738 (cos 122cos 141)= 47,91

    = 122,85

    6. Alumunium Temperatur Kamar

  • 8/2/2019 TA Material

    86/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 86

    A = L (t-h)

    = 0,73 (0,7250,125)= 0,438

    EI = mgr ( cos - cos )= 26.62 x 10 x 0.738 (cos 61cos 141)= 244,57

    = 558,37

    4.3 Grafik1. Grafik EI

    2. Grafik HI

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    3000

    3500

    4000

    Kamar Freezer Nitrogen cair

    Alumunium

    Baja

  • 8/2/2019 TA Material

    87/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 87

    0

    5000

    10000

    15000

    20000

    25000

    30000

    35000

    40000

    45000

    50000

    Kamar Freezer Nitrogen cair

    Alumunium

    Baja

  • 8/2/2019 TA Material

    88/125

    Laporan Akhir Mateerial Teknik

    Kelompok 19 88

    4.4 AnalisaPercobaan uji impak dilakukan untuk mengetahui sifat

    mekanik dari suatu matterial yang mana diberikan pembebanan

    secara tiba-tiba. Pada percobaan uji impak ini menggunakan dua

    macam material yaitu baja dan alumunium, dengan diberi takikan

    V. Pengujian dilakukan dengan metoda charpy.

    Pada pengujian impak kita dimaksudkan untuk bisa

    membandingkan pengaruh temperatur terhadap harga impak dan

    energi impak setiap material. Jadi untuk setiap spesimen kita

    memvariasikan temperaturnya, agar lebih jelas perbedaanna

    masing-masing. Ke tiga variasi tersebut yaitu:

    3. Suhu kamar

    4. Suhu freezer

    5. Nitrogen cair

    Pada teori menyebutkan, untuk material FCC (dalam

    pratikum ini adalah alumunium) perubahan temperatur tidak

    membawa dampak yang signifikan terhadp harga impak dan energiimpak, namun berbeda dengan material BCC (dalam pratikum ini

    adalah baja) perubahan temperatur menimbulkan dampak pada

    harga impak dan energi impak.

    Pada hasil perhitungan, untuk alumunium menunjukkan

    hasil yang sama dengan teori, yaitu energi impaknya menurun

    seiring menurunnya suhu, ini dikarenakan material menjadi getas

    bila suhu rendah. Begitu juga dengan harga impaknya. Namun

    berbeda dengan baja, tidak terjadi kesesuaian data dengan teori.

    Seharusnya semakin rendah temperatur maka suatu material akan

    menjadi lebih getas, namun dari grafik dilihat semakin rendah suhu

    maka material semakin ulet, ini dapat dilihat dari energi impaknya.

    Temperatur kamar memiliki energi impak yang kecil d