ta calvin pembri gultom

104
LAPORAN PROYEK AKHIR PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI BEI 2009-2011) Disusun Oleh: Calvin Pembri Gultom NIM. 1010117510032

Upload: guslia-lia

Post on 30-Nov-2015

48 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: TA Calvin Pembri Gultom

LAPORAN PROYEK AKHIR

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA BANK UMUM YANG TERDAFTAR

DI BEI 2009-2011)

Disusun Oleh:

Calvin Pembri GultomNIM. 1010117510032

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

POLITEKNIK CALTEX RIAU

PEKANBARU

2013

Page 2: TA Calvin Pembri Gultom

Jl. Umbansari 1 Rumbai, Pekanbaru 28265 – Riau. Telp: 0761-53939, Fax: 0761-554224

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA BANK UMUM YANG

TERDAFTAR DI BEI 2009-2011)

Calvin Pembri Gultom1010117510032

Proyek Akhir ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat UntukMemperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.)

Di Politeknik Caltex Riau

Disetujui Oleh

Pembimbing Penguji

1. Hamdani Arifulsyah, SE 1. Taufan Adi K. SE.,M.Acc.,Ak.,CA NIP. 088302 NIP. 118205

2. Vidiyanna Rizal Putri, SE., M.Si 2. Yefni, SE NIP. 128102 NIP. 098604

3. Heri R.Yuliantoro,SE.,M.Ak.,Akt.,CA NIP. 048114

Mengetahui,Kepala Program Studi Akuntansi

Politeknik Caltex Riau

Heri Ribut Yuliantoro, SE.,M.Ak.,Akt.,CANIP. 04811

Page 3: TA Calvin Pembri Gultom

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh good corporate governance (GCG) terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan perbankan. Variabel dalam penelitian ini yaitu GCG dengan menggunakan indikator yang terdiri dari proporsi dewan direksi, dewan komisari, dan komite audit. Untuk kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda, karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sampel yang digunakan dalam penelitian Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2011. Untuk menentukan sampel pilihan digunakan metode purposive sampling. Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan 21 perusahaan perbankan yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Dari hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini, menujukan bahwa proporsi dewan direksi dan proporsi dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROA) perbankan. Sedangkan proporsi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan.

Kata Kunci : Good Corparate Governance (GCG), Return On Asset (ROA), Bank Umum, purposive sampling, proporsi dewan direksi, proporsi komisaris, proporsi komite audit

i

Page 4: TA Calvin Pembri Gultom

ABSTRACT

This study aimed to clarify the effect of good corporate governance (GCG) on firm performance in corporate banking. Variables in this study, namely GCG using the indicator of the proportion of the board composed of directors, council commissioner, and the audit committee. For the company's performance is measured by using the Return on Assets (ROA). The analytical method used was multiple linear regression, because in accordance with the purpose of research is to analyze the influence of the independent variables and the dependent variable. The sample that is used in the study is listed commercial banks in Indonesia Stock Exchange (IDX) 2009-2011. To determine the choice of samples used purposive sampling method. By using this method the company acquired 21 banks that will be used as a sample in this study. From the results of this hypothesis is that the proportion of the board of directors and board of commissioners have significant proportion of the company's financial performance (ROA) of banks. The results also showed no significant effect on the proportion of the financial performance of banking firms.

Keywords: Corparate Good Governance (GCG), Return on Assets (ROA), Commercial Bank, purposive sampling, proportion of the board of directors, the proportion of commissioners, the proportion of audit committee

Page 5: TA Calvin Pembri Gultom

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Proyek Akhir

yang berjudul “PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA BANK

UMUM YANG TERDAFTAR DI BEI 2009-2011)”.

Proyek Akhir ini merupakan salah satu syarat akademik yang harus

diselesaikan oleh mahasiswa Politeknik Caltex Riau dalam menyelesaikan

program studi di Politeknik Caltex Riau. Rangkaian Proyek Akhir ini dimulai dari

pengajuan judul, pembuatan Proposal, seminar Proposal Proyek Akhir hingga

Naskah Proyek Akhir. Melalui Proyek Akhir ini, penulis telah mendapatkan

tambahan wawasan baru yang sebelumnya belum dimiliki oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Proyek Akhir ini masih

belum sempurna, baik dalam hal materi maupun hal teknik. Maka dari itu, kritik

dan saran yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan Laporan

Proyek Akhir ini, sehingga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

membutuhkannya.

Pekanbaru, September 2013

Penulis,

Calvin Pembri Gultom

Page 6: TA Calvin Pembri Gultom

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyelesaikan Proyek Akhir ini, penulis banyak menerima

bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

dan penghargaan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberika berkat-Nya kepada penulis

sehingga bisa menyelesaikan Laporan Proyek Akhir ini.

2. Kedua Orang Tuaku yang telah memberikan semangat dan penghiburan

selama menghadapi pengerjaan Laporan Proyek Akhir.

3. Bapak Dadang Syarif Sihabudin Sahid S.Si., M.Sc selaku Direktur Politeknik

Caltex Riau.

4. Bapak Heri Ribut Yuliantoro, SE.,M.Ak.,Akt.,CA selaku Kepala Program

Studi Akuntansi Politeknik Caltex Riau.

5. Ibu Yefni, S.E selaku koordinator PA yang telah meluangkan banyak

waktunya untuk menentukan jadwal seminar proposal serta sidang akhir dan

memberikan informasi – informasi mengenai Tugas Akhir serta memberikan

arahan selama pengerjaan Laporan PA.

6. Bapak Hamdani Arifulsyah, S.E sebagai Pembimbing I yang telah

meluangkan banyak waktunya untuk memberikan motivasi, pengarahan serta

masukan selama pengerjaan Laporan Proyek Akhir ini.

7. Ibu Vidiyanna Rizal Putri, SE.,M.Si sebagai pembimbing II yang selalu sabar

mengingatkan saya untuk selalu bimbingan dan pengarahan serta motivasi

hingga saya dapat menyelesaikan Laporan Proyek Akhir saya.

8. Bapak Taufan, Bapak Tobi, dan Ibu Yefni selaku penguji.

9. Kepada Ibu Zusanti Syahrial S.pd selaku dosen wali Akuntansi B G10 yang

telah memberikan dukungan serta semangat selama proses perkuliahan di

Politeknik Caltex Riau.

10. Kepada seluruh dosen akuntansi serta seluruh karyawan maupun staff

Politeknik Caltex Riau yang baik secara langsung maupun tidak langsung

telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis.

Page 7: TA Calvin Pembri Gultom

11. Kepada teman-teman seperjuangan, Agnes Tiani, Muhammad Arief, Vadhlil

Dzil Ikram Amaya serta keluarga besar MAPALA GAHARU dan

kepengurusan BEM (2012-2013) yang telah memberikan semangat dan

bantuan kepada penulis selama mengerjakan Laporan Proyek Akhir.

12. Kepada semua pihak Akuntansi dan Mekatronika G10 yang juga telah banyak

membantu yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

Page 8: TA Calvin Pembri Gultom

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK .......................................................................................................................i

ABSTRACT ...................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................................ iv

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... ix

I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 5

1.3 Batasan Masalah .......................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6

1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................. 6

II LANDASAN TEORI & PENELITIAN TERDAHULU ....................................... 8

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu .................................................................. 8

2.2 Landasan Teori .......................................................................................... 11

2.2.1 Good Corporate Governance .................................................................................11

2.2.2 Teori Keagenan.................................................................................15

2.2.3 Penerapan GCG.................................Error! Bookmark not defined.

2.2.4 Peraturan tentang GCG ....................................................................16

2.2.5 Kinerja Keuangan Perusahaan .........................................................17

2.3 Hubungan Variabel Independent dan Variabel Dependent........................21

2.3.1 Hubungan Antara Dewan Direksi dan Kinerja Perusahaan..............21

2.3.2 Hubungan Antara Dewan Komisaris dan Kinerja Perusahaan.........22

vi

Page 9: TA Calvin Pembri Gultom

2.3.3 Hubungan Antara Komite Audit dan Kinerja Perusahaan...............23

2.4 Kerangka Pemikiran ..................................................................................24

2.5 Hipotesis Penelitian ..............Error! Bookmark not defined.

III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN & METODOLOGI PENELITIANError! Bookmark not defined.

3.1 Populasi dan Sampel .................................Error! Bookmark not defined.

3.2 Jenis dan Sumber Data...............................Error! Bookmark not defined.

3.3 Definisi Variabel dan Pengukuran Operasional.......Error! Bookmark not defined.

3.3.1 Variabel Dependen..........................................................................28

3.3.2 Variabel Indenpen ..........................................................................28

3.4 Metode Analisis Data.................................................................................29

3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif............................................................29

3.4.2 Uji Normalitas.................................................................................29

3.4.3 Uji Asumsi Klasik...........................................................................30

3.5 Analisis Regresi..........................................Error! Bookmark not defined.

3.6 Pengujian Hipotesis....................................Error! Bookmark not defined.

3.7 Koefisien Determinasi................................Error! Bookmark not defined.

IV PEMBAHASAN.................................................................................................34

4.1 Gambaran Umum dan Sampel Penelitian..................................................35

4.2 Analisis Data..............................................................................................35

4.2.1 Deskriptif Variabel Penelitian.........Error! Bookmark not defined.

4.3 Pengujian Normalitas.................................................................................38

4.4 Uji Asumsi Klasik......................................................................................39

4.4.1 Uji Autokorelasi...............................................................................39

4.4.2 Uji Heteroskedastisitas.....................................................................40

4.4.3 Uji Multikolonearitas.......................Error! Bookmark not defined.

4.5 Pengujian Hipotesis....................................................................................42

4.5.1 Uji t..................................................................................................42

4.5.2 Uji F.................................................................................................43

4.6 Analisis Regresi.........................................................................................44

4.7 Koefisien Determinasi................................................................................45

4.8 Analisis Pengaruh GCG terhadap Kinerja Perusahaan..............................46

vii

Page 10: TA Calvin Pembri Gultom

4.8.1 Pengaruh Proporsi Dewan Direksi Thd Kinerja Perusahaan...........46

4.8.2 Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Thd Kinerja Perusahaan.......47

4.8.3 Pengaruh Proporsi Komite AuditThd Kinerja Perusahaan...........49

V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................. Error: Reference source not found

5.2 Saran ...................................................... Error: Reference source not found

DAFTAR PUSTAKA

viii

Page 11: TA Calvin Pembri Gultom

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Normalitas (Histogram) .................................................. 37

Gambar 4.2 Hasil Pengujian Normalitas (Probability Plot) ......................................... 38

Gambar 4.3 Hasil Pengujian Heterokedastisitas .......................................................... 41

ix

Page 12: TA Calvin Pembri Gultom

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sampel Penelitian ................................................................................. 27

Tabel 4.1 Deskriptif Variabel Penelitian .................................................................. 35

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Normalitas (Kolmogorov Plot) ..................................... 39

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Autokorelasi .................................................................. 39

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Multikolinearitas ........................................................... 41

Tabel 4.5 Hasil Uji T ............................................................................................... 42

Tabel 4.6 Hasil Uji F ............................................................................................... 43

Tabel 4.7 Pengujian Koefisien Determinasi ............................................................ 45

x

Page 13: TA Calvin Pembri Gultom

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nama Bank Umum yang Terdaftar di BEI

Lampiran 2. Tabel Total Asset dan Total Laba Bersih Bank Umum yang

Listed di BEI Tahun 2009 - 2011 (dalam jutaan)

xi

Page 14: TA Calvin Pembri Gultom

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan sangatlah

penting bagi perusahaan go public. Hal ini dilakukan sebagai wujud

transparansi manajemen terhadap stakeholders. Stakeholders adalah seluruh

pihak yang memiliki kepentingan secara langsung atau tidak langsung

terhadap kegiatan usaha suatu perusahaan. Keterbukaan informasi mengenai

kinerja perusahaan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

stakeholders dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi

(Retrinasari, dalam Pranata 2007).

Kinerja perusahaan merupakan ukuran keberhasilan atas pelaksanaan

fungsi-fungsi keuangan. Untuk menilai kinerja perusahaan, maka dilakukan

analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan terbagi atas

5 yaitu, arus kas, laba rugi, perubahan modal, neraca dan catatan atas laporan

keuangan. Pentingnya penilaian kinerja perusahaan dengan melakukan analisis

terhadap laporan keuangan menunjukkan bahwa mengelola suatu perusahaan

dalam abad informasi dengan sistem ekonomi yang bebas dan terbuka menjadi

lebih kompleks. Semakin kompleks aktivitas pengelolaan perusahaan maka

akan meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola perusahaan (corporate

governance) untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik.

Penerapan good corporate governance merupakan sebuah konsep yang

menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi

dengan benar, akurat, dan tepat waktu. Selain itu juga menunjukkan kewajiban

perusahaan untuk mengungkapkan (disclosure) semua informasi kinerja

keuangan perusahaan secara akurat, tepat waktu dan transparan (Tjager,

2003).

Monks dan Minow (2003), dalam Sam’ani (2008) mendefinisikan

corporate governance sebagai tata kelola perusahaan yang di dalamnya

menjelaskan hubungan antara berbagai pihak yang ada di dalam perusahaan

yang menentukan arah dan kinerja perusahaan. Good Corporate governance

1

Page 15: TA Calvin Pembri Gultom

merupakan salah satu elemen kunci dalam upaya untuk meningkatkan

efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen

perusahaan, dewan komisaris, dewan direksi, para pemegang saham, kreditor,

pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain yang

sesuai dengan tanggung jawabnya.

Good Corporate governance mulai menjadi pembahasan yang penting di

Indonesia, yaitu setelah Indonesia mengalami krisis ekonomi yang

berkepanjangan sejak tahun 1998. Baik pemerintah maupun para investor

berpendapat, bahwa lemahnya penerapan corporate governance di dalam

perusahaan akan menyebabkan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia. Oleh

karena itu, perlu diberikan perhatian yang lebih terhadap penerapan corporate

governance di dalam perusahaan-perusahaan di Indonesia (Kusumawati dan

Riyanto, 2005).

Melihat kondisi tersebut, pemerintah melakukan kebijakan reformasi

perbankan pada maret 1999 guna untuk mengurangi krisis keuangan yang

terjadi pada tahun 1998, seperti dengan penutupan bank, pengambilalihan 7

bank, rekapitulasi 9 bank, dan menginstruksikan 73 bank untuk

mempertahankan operasinya tanpa melakukan rekapitulasi sehingga pada

tahun 2001 jumlah bank yang tersisa sebanyak 151 bank. Selain melaksanakan

kebijakan reformasi perbankan, pada tahun 2004 pemerintah melalui Bank

Indonesia (BI) melakukan pembenahan fundamental terhadap perbankan

nasional yaitu dengan dikeluarkannya API (Arsitektur Perbankan Indonesia).

Dalam perusahaan perbankan, Good Corporate Governance adalah

faktor penting dalam memelihara kepercayaan dan keyakinan pemegang

saham dan nasabah. Good corporate governance dirasakan semakin penting

seiring dengan meningkatnya risiko bisnis dan tantangan yang dihadapi oleh

industri perbankan. Dengan mengedepankan tata kelola perusahaan yang baik

(Good Corporate Governance) dan pengelolaan risiko yang baik, bank

diharapkan dapat terhindar dari dampak buruk krisis perekonomian global.

Dalam setiap pengambilan keputusan bisnis memiliki unsur ketidakpastian

dan juga menimbulkan risiko. Untuk menyikapi hal tersebut industri

perbankan senantiasa mengelola risiko melalui pengawasan yang efektif dan

2

Page 16: TA Calvin Pembri Gultom

pengendalian internal sebagai bagian dari prinsip – prinsip Good Corporate

Governance.

Kemudian Bank Indonesia mengeluarkan peraturan Bank Indonesia No.

8/4/PBI/2006 yang disempurnakan dengan peraturan Bank Indonesia No.

8/14/PBI/2006 tentang “Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank

Umum”, yang menunjukkan keseriusan Bank Indonesia dalam meminta

pengurus perbankan agar taat untuk menerapkan manajemen risiko guna

melindungi kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholder).

Banyaknya ketentuan yang mengatur sektor perbankan dalam rangka

melindungi kepentingan masyarakat menjadikan sektor perbankan sebagai

sektor yang highly regulated (sangat diatur).

Good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik

membantu terciptanya hubungan yang kondusif dan dapat dipertanggung

jawabkan diantara elemen dalam perusahaan (Dewan komisaris, Dewan

direksi, dan para pemegang saham) dalam rangka meningkatkan kinerja

perusahaan. Dalam paradigma ini dewan komisaris berada pada posisi untuk

memastikan bahwa manajemen telah benar – benar demi kepentingan

perusahaan sesuai strategi yang telah ditetapkan serta menjaga kepentingan

para pemegang saham, yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomis perusahaan.

Demikian juga komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan

strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan

keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan

yang memadai serta dilaksanakannya Good Corporete Goveranance. Apabila

penerapan GCG pada perusahaan telah diterapkan dengan baik, maka laba

perusahaan akan ikut meningkat, yang akan mengakibatkan ROA perusahaan

pun ikut meningkat.

Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan

dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan

yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu

adalah laporan laba rugi karena, berdasarkan laporan itu, dapat dihitung

sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat

kesehatan bank.

3

Page 17: TA Calvin Pembri Gultom

Keuntungan menggunakan ROA merupakan pengukuran yang

komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang

tercermin dalam laporan ini. Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk

mendapatkan laba (profit) sehingga semakin baik dan konsisten perusahaan

menerapkan GCG maka akan semakin mudah perusahaan dalam mencapai

tujuannya yaitu laba.

Beberapa penelitian empiris sebelumnya mengenai faktor-faktor yang

menunjukkan bahwa pelaksanaan Good Corporate governance mempengaruhi

kinerja perusahaan.Dalam penelitian Diandono (2012) dengan judul

“Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja

Keuangan Perusahaan Yang Termasuk Dalam Kelompok Jakarta Islamic

Index Periode 2006 – 20011 terdapat pengaruh yang positif antara Good

Corporate Governance (Kepemilikan Institusional) terhadap ROA dan tidak

adanya penngaruh antara Good Corporate Governance (Proporsi dewan

Komisaris dan Komite Audit ) terhadap ROA. Kemudian analisis penelitian

Framudyo (2009) dengan judul “Pengaruh Struktur Corporate Governance

Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2006 - 2008.” Membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel corporate governance (ukuran dewan direksi dan

keberadaan komite audit) terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan

ROA.

Mengacu pada hasil-hasil penelitian empiris yang telah dilakukan,

bahwa betapa pentingnya penerapan GCG dalam mendukung pencapaian

tujuan perusahaan. Dan berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini akan

mengambil sampel dari populasi pada laporan keuangan Bank Umum yang

telah go public pada tahun 2009 – 2011. Pemilihan data tahun 2009 – 2011

bertujuan untuk mendapatkan data terbaru yang didasarkan pada peraturan

yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia yaitu Ketentuan Peraturan Bank

Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang penerapan Good Corporate

Governance bagi Bank Umum. Salah satu alat yang akan digunakan dalam

pengukuran kinerja keuangan perusahaan perbankan tersebut adalah ROA.

Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur

4

Page 18: TA Calvin Pembri Gultom

kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara

keseluruhan. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja

Perusahaan (Studi Empiris pada Bank Umum yang Terdaftar di BEI

2009-2011)”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka perumusan masalah dalam penelitian adalah :

1. Bagaimana pengaruh proporsi dewan direksi terhadap kinerja

keuangan perusahaan yang dilihat dari aspek Return On Assets

(ROA)?

2. Bagamana pengaruh proprosi dewan komisaris terhadap kinerja

keuangan perusahaan yang dilihat dari aspek Return On Assets

(ROA)?

3. Bagaimana pengaruh proporsi komite audit terhadap kinerja keuangan

perusahaan yang dilihat dari aspek Return On Assets (ROA)?

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah yaitu pengaruh

Good Corporate Governance (GCG) yang mencakup proporsi dewan direksi,

proporsi dewan komisaris, dan komite audit terhadap rasio keuangan bank yaitu

ROA pada Bank Umum yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji

secara empiris pengaruh prinsip-prinsip Good Corporate Governance terhadap

kinerja keuangan perusahaan.

1. Untuk mengetahui pengaruh proporsi dewan direksi terhadap kinerja

keuangan perusahaan yang dilihat dari aspek Return On Assets

(ROA).

5

Page 19: TA Calvin Pembri Gultom

2. Untuk mengetahui pengaruh proporsi dewan komisaris terhadap

kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari aspek Return On

Asset(ROA).

3. Untuk mengetahui pengaruh proporsi komite audit terhadap kinerja

keuangan perusahaan yang dilihat dari aspek Return On Asset(ROA).

1.5 Manfaat Penelitian

Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Manfaat Bagi Investor

Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi pada suatu

perusahaan.

2. Manfaat bagi penulis

Menambah wawasan serta pengetahuan peneliti mengenai pengaruh

penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance terhadap kinerja

keuangan perusahaan.

3. Manfaat bagi pihak lain

Sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya

yang sejenis.

1.6 Sistematika Penulisan

Secara garis besar, pembahasan dalam proposal proyek akhir ini dibagi

dalam lima bab dan dirinci kedalam beberapa sub bab dengan urutan sebagai

berikut :

Bab I : Bab ini merupakan bab pendahuluan. Dalam bab

pendahuluan terdiri dari beberapa sub bab yaitu latar

belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan

Bab II : Bab ini merupakan landasan teoritis yang memperkuat

penelitian yang akan dilakukan, penelitian terdahulu,

kerangka pemikiran dan hipotesis.

6

Page 20: TA Calvin Pembri Gultom

Bab III : Bab ini merupakan gambaran umum perusahaan dan

metodologi penelitian. Bab ini menjelaskan variabel

penelitian dan definisi operasional, populasi dan sampel,

jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan

metode analisis data.

Bab IV : Bab ini berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang

membahas mengenai deskripsi objek penelitian, analisis

data serta pembahasan hasil penelitian.

Bab V : Bab ini berisi kesimpulan dan saran terkait dengan hasil

pembahasan mengenai hasil penilitian yang dilakukan

dalam penelitian.

7

Page 21: TA Calvin Pembri Gultom

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti terdahulu yang pernah melakukan penelitian tentang

penerapan Good Corporate Governance, khususnya yang berkaitan dengan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Nama Peneliti dan

penelitian

Hasil Penilitian

Hudan Diandono

(2012)

Penagruh

mekanisme Good

Corporate

Governance terhadap

Kinerja keuangan

pada perusahaan

yang masuk

kelompok Jakarta

Islamic Index

Periode 2006 –

2011.

Variabel

Independen :

Kepemilikan Saham

Institusional,

Proporsi Dewan

Komisaris, Komite

1) Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap ROA.

Semkin besarnya jumlah kepemilikan saham oleh pihak institusi

akan mampu meminimalisir masalah agency theory sehingga

mendorong mengoptimalkan nilai perusahaan dan kinerja

perusahaan akan meningkat.

2) Proporsi dewan komisaris dan komite Audit tidak berpengaruh

terhadap ROA. Hal tersebut karena dewan komisaris tidak bisa

melakukan koordinasi, komunikasi dan penambilan keputusan

dalam menjalankan fungsi kontrol yang lebih baik. Begitu juga

dengan keberadaan komite audit dalam memelihara kredibilitas

laporan keuangan tidak diukur berdasarkan banyak atau sedikitnya

jumlah komite audit namun berdasarkan cara dan kemampuan dari

komite audit untuk memelihara kredibilitas laporan keuangan

perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan.

8

Page 22: TA Calvin Pembri Gultom

Audit.

Variabel

Dependent :

ROA

Framudyo Jati

(2009)

Pengaruh struktur

Corporate

Governance terhadap

kinerja perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI

tahun 2006 – 2008.

Variabel

Independen :

Kepemilikan

institusional,

manajerial, ukuran

perusahaan,

pertumbuhan

penjualan, dewan

direksi, dan

keberadaan komite

audit.

Variabel dependen:

ROA dan ROE

1) Berpengaruh signifikan antara struktur GCG terhadap ROA.

Kepemilikan institusional (Ho1) tidak signifikan karena tidak

terdapat hubungan antara kepemilikan institusional dengan kinerja

perusahaan maka penelitian ini sejalan dengan Ujiyantho(2007)

karena kepemilikan institusional akan membuat kinerja

perusahaan terikat untuk memenuhi target laba investor, sehingga

cenderung terjadi manipulasi laba. Pertumbuhan penjualan(Ho4)

tidak signifikan penelitian ini sejalan dengan damawati (2004)

karena perusahaan yang ingin tumbuh membutuhkan dana

eksternal untuk melakukan ekspansi, sehingga sulit perusahaan

tersebut sulit menerapkan corporate governance. Ukuran Dewan

Direksi(Ho5) tidak signifikan sejalan dengan Ujiyantho(2007)

karena ukuran dewan direksi tidak dilihat dari besar kecilnya

dewan direksi akan tetapi tergantung dari norma dan kepercayaan

yang diterima dalam organisasi. Komite audit tidak signifikan

karena tidak terdapat hubungan antara komite audit dengan kinerja

perusahaan, penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Klein

(2002), menyatakan bahwa perusahaan yang membentuk komite

audit mempunyai hubungan yang positif dengan kualitas kinerja

terhadap laba perusahaan sehingga dapat mempengaruhi kualitas

pelaporan keuangan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi nilai

dari perusahaan.

2) Tidak berpengaruh antara struktur GCG terhadap ROE.

Kepemilikan institusional(Ho7) tidak signifikan karena karena

tidak terdapat hubungan antara kepemilikan institusional dengan

9

Page 23: TA Calvin Pembri Gultom

kinerja perusahaan maka penelitian ini sejalan dengan

Ujiyantho(2007) karena kepemilikan institusional akan membuat

kinerja perusahaan terikat untuk memenuhi target laba investor,

sehingga cenderung terjadi manipulasi laba. Kepemilikan

manajerial (Ho8) tidak signifikan karena adanya sifat insentif yang

dimiliki manajemen dan mereka cenderung berusaha melakukan

persejajaran kepentingan. Ukuran perusahaan (Ho9) tidak

signifikan sejalan dengan teori dasar karena ukuran perusahaan

terhadap corporate governance masih belum jelas arahnya,karena

perusahaan besar lebih sulit dimonitor. Pertumbuhan

penjualan(Ho10) tidak signifikan penelitian ini sejalan dengan

damawati (2004) karena perusahaan yang ingin tumbuh

membutuhkan dana eksternal untuk melakukan ekspansi, sehingga

sulit perusahaan tersebut sulit menerapkan corporate governance.

Ukuran dewan direksi (Ho11) tidak signifikan sejalan dengan

Ujiyantho(2007) karena ukuran dewan direksi tidak dilihat dari

besar kecilnya dewan direksi akan tetapi tergantung dari norma

dan kepercayaan yang diterima dalam organisasi. Komite audit

(Ho12) tidak signifikan karena tidak terdapat hubungan antara

komite audit dengan kinerja perusahaan Penelitian ini tidak sesuai

dengan penelitian Klein (2002), menyatakan bahwa perusahaan

yang membentuk komite audit mempunyai hubungan yang positif

dengan kualitas kinerja terhadap laba perusahaan sehingga dapat

mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan yang pada akhirnya

dapat mempengaruhi nilai dari perusahaan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Good Corporate Governance (GCG)

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) 2006 mendefinisikan

corporate governance sebagai berikut :

“Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan

10

Page 24: TA Calvin Pembri Gultom

dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.”

Sedangkan menurut Forum Corporate Governance In Indonesia

(FCGI), corporate governance adalah

“Sebagai perangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.”

Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan kepemilikan

antara principal (pemilik) dengan pengendalian perusahaan oleh agent

(manajer), atau seringkali dikenal dengan istilah masalah keagenan. Adanya

pemisahan kepemilikan oleh principal (pemilik) dengan pengendalian

perusahaan oleh agent (manajer) dalam sebuah perusahaan, cenderung

menimbulkan konflik keagenan diantara principal (pemilik) dengan agent

(manajer). Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal

dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa

dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang

tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return.

Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan

keagenan antara pemilik dan manajer. Monks (dalam Sam’ani 2008)

menyatakan bahwa good corporate governance dapat diartikan pula sebagai

suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang dapat

menciptakan suatu nilai tambah untuk semua stakeholder.

Konsep corporate governance bertujuan untuk meningkatkan kinerja

perusahaan melalui supervisi dan monitoring kinerja manajemen perusahaan

dan untuk menjamin akuntabilitas perusahaan terhadap stakeholder dengan

mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate governance

diajukan demi tercapainya pengelolaan laporan keuangan perusahaan yang

lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Corporate

governance juga membantu menciptakan lingkungan kondusif demi

terciptanya pertumbuhan yang efisien dan sustainable di sektor korporat

(dalam Sam’ani, 2008).

11

Page 25: TA Calvin Pembri Gultom

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) 2006, terdapat

lima prinsip dalam good corporate governance. Kelima prinsip tersebut

dikembangkan secara universal dengan alasan karena dapat digunakan sebagai

referensi di berbagai negara yang mempunyai karakteristik sistem meliputi

hukum, budaya, dan lingkungan yang berbeda-beda. Dengan demikian, kelima

prinsip tersebut dapat menjadi pedoman untuk perusahaan di semua Negara

namun, diselaraskan dengan sistem hukum, aturan, atau nilai yang berlaku di

negara masing-masing. Adapun kelima prinsip tersebut adalah sebagai berikut

1. Transparency (Keterbukaan)

Transparency adalah prinsip dimana perusahaan harus menyediakan

informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan

dipahami oleh pemangku kepentingan, hal ini untuk menjaga obyektivitas

dalam menjalankan bisnis. Selanjutnya, perusahaan harus mengambil

inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh

peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk

pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku

kepentingan lainnya.

2. Accountability (Akuntabilitas)

Accountability adalah prinsip dimana perusahaan harus dapat

mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk

itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan

kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan

pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas

merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang

berkesinambungan.

3. Responsibility (Responsibilitas)

Responsibility adalah prinsip dimana perusahaan harus mematuhi

peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab

terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara

kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan

sebagai good corporate citizen.

12

Page 26: TA Calvin Pembri Gultom

4. Independency (Independensi)

Independency adalah prinsip dimana untuk melancarkan pelaksanaan

asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-

masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat

diintervensi oleh pihak lain.

5. Fairness (Kewajaran dan Kesetaraan)

Fairness adalah prinsip dimana dalam melaksanakan kegiatannya,

perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham

dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan

kesetaraan.

Good Corporate governance memiliki tujuan utama yaitu

meningkatkan kinerja perusahaan melalui pemantauan kinerja manajemen

dalam suatu perusahaan, selain itu juga melalui kemampuan akuntabilitas

manajemen terhadap stakeholder dan pemakai kepentingan lainnya

berdasarkan aturan-aturan yang telah berlaku. Menurut Forum Corporate

Governance in Indonesia (FCGI), manfaat dari pelaksanaan corporate

governance antara lain :

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses

pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi

operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada

stakeholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah

sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di

Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena

sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.

Sedangkan menurut Indonesian Institute of Corporate Governace

(IICG) (2001), keuntungan yang bisa diambil oleh perusahaan apabila

menerapkan konsep good corporate governance adalah :

1. Meminimalkan agency cost.

13

Page 27: TA Calvin Pembri Gultom

Selama ini para pemegang saham harus menanggung biaya yang

timbul akibat dari pendelegasian wewenang kepada manajemen. Biaya-

biaya ini bisa berupa kerugian karena manajemen menggunakan sumber

daya perusahaan untuk kepentingan pribadi maupun berupa biaya

pengawasan yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mencegah

terjadinya hal tersebut.

2. Meminimalkan cost of capital

Perusahaan yang baik dan sehat akan menciptakan suatu referensi

positif bagi para kreditur. Kondisi ini sangat berperan dalam

meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung bila perusahaan akan

mengajukan pinjaman, selain itu dapat memperkuat kinerja keuangan juga

akan membuat produk perusahaan akan menjadi lebih kompetitif.

3. Meningkatkan nilai saham perusahaan

Suatu perusahaan yang dikelola secara baik dan dalam kondisi sehat

akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Sebuah survey

yang dilakukan oleh Russel Reynolds Associates (1977) mengungkapkan

bahwa kualitas dewan komisaris adalah salah satu faktor utama yang

dinilai oleh investor institusional sebelum mereka memutuskan untuk

membeli saham perusahaan tersebut.

4. Mengangkat citra perusahaan

Citra perusahaan merupakan faktor penting yang sangat erat kaitannya

dengan kinerja dan keberadaan perusahaan tersebut dimata masyarakat dan

khususnya para investor. Citra (image) suatu perusahaan kadangkala akan

menelan biaya yang sangat besar dibandingkan dengan keuntungan

perusahaan itu sendiri, guna memperbaiki citra tersebut.

2.2.2 Teori Keagenan

Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori

keagenan (agency theory), yang diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk

memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima

return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance

berkaitan dengan keyakinan para investor bahwa agent (manajer) akan

14

Page 28: TA Calvin Pembri Gultom

memberikan keuntungan bagi mereka, keyakinan bahwa agent (manajer) tidak

akan mencuri, menggelapkan bahkan menginvestasikan ke dalam proyek-

proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah

ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor

mengontrol para agent (manajer). Dengan kata lain corporate governance

diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan

(agency cost).

Industri perbankan adalah suatu industri yang sifat-sifatnya berbeda

dengan industri lain seperti industri manufaktur, industri perdagangan, dan

sebagainya. Perbedaan sifat-sifat yang terdapat dalam industri perbankan

tersebut menyebabkan teori keagenan pada perusahaan perbankan mempunyai

karakteristik sendiri. Perbankan adalah suatu lembaga perantara keuangan

yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang

memerlukan dana, oleh sebab itu maka perbankan adalah industri yang sarat

dengan berbagai regulasi. Risiko yang harus dihadapi oleh industri perbankan

sangat besar. Industri perbankan diharuskan untuk selalu menjaga kualitas

pelayanannya kepada seluruh masyarakat agar likuiditas bank tetap terjaga.

2.2.3 Penerapan Good Corporate Governance

1. Dewan Direksi

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) 2006 Direksi adalah

organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial.

Masing‐masing anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil

keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya, tetapi

pelaksanaan tugas dari masing‐masing anggota Direksi akhirnya tetap

merupakan tanggung jawab bersama.

2. Dewan Komisaris

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) 2006 mendefinisikan

Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab

secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada

Direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Namun

demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil

15

Page 29: TA Calvin Pembri Gultom

keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris

termasuk Komisaris Utama adalah setara. Jumlah anggota Dewan Komisaris

harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap

memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan.

3. Komite Audit

Komite audit merupakan sebuah komite yang ditunjuk oleh perusahaan

sebagai penghubung antara dewan direksi dan audit eksternal, internal auditor

serta anggota independen. Komite audit ditugaskan untuk memberikan

pengawasan pada auditor perusahaan internal dan eksternal, serta memastikan

manajemen tersebut melakukan tindakan korektif yang tepat secara berkala

dan dapat mengontrol kelemahan, ketidak sesuaian dengan kebijakan, hukum

dan regulasi.

2.2.4 Peraturan tentang Good Corporate Governance

Di dalam pelaksanaan Good Corporate Governance terdapat peraturan

Bank Indonesia yang mengatur tentang pelaksanaan Good Corporate

Governance di perusahaan yaitu, Peraturan Bank Indonesia No.

8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank

umum.

1. Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan

Good Corporate Governance bagi bank umum pasal 4 ayat 1 “Jumlah

angoota dewan komisaris paling kurang 3 orang dan paling banyak

sama dengan jumlah anggota direksi.”

2. Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan

Good Corporate Governance bagi bank umum pasal 19 “Jumlah

anggota direksi paling kurang 3 orang.”

3. Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan

Good Corporate Governance bagi bank umum pasal 38 ayat 1 “

anggota komite audit paling kurang terdiri dari seorang dewan

komisaris independen, dan 2 orang dari pihak independen.”

16

Page 30: TA Calvin Pembri Gultom

2.2.5 Kinerja Keuangan Perusahaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja dapat diartikan

sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang di perlihatkan dan kemampuan

kerja. Istilah kinerja atau performance seringkali dikaitkan dengan kondisi

keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh

setiap perusahaan dimanapun, Karena kinerja merupakan cerminan dan

kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber

dayanya. Kinerja keuangan merupakan suatu alat ukur yang digunakan para

pemakai laporan keuangan untuk mengatur dan menetukan sejauh mana

kualitas perusahaan. Menurut Hastuti (2005) Pranata (2007), kinerja

perusahaan adalah hasil banyak keputusan individual yang dibuat secara terus

menerus oleh manajemen. Oleh karena itu, untuk menilai kinerja perusahaan

perlu melibatkan analisis dampak keuangan kuantitatif dan ekonomi dari

keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran

komparatif.

Rasio-rasio finansial yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja

keuangan perbankan sangat banyak dan bervariasi. Menurut Djarwanto

(2004:143), yang dimaksud dengan ‘rasio’ dalam analisis laporan keuangan

adalah “suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan

unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan

keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis sederhana.”.

Umumnya berbagai rasio yang dihitung untuk menilai kinerja suatu bank

dikelompokkan ke dalam tiga (3) tipe dasar :

1. Rasio Likuiditas

Merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi

kewajiban finansial jangka pendeknya atau kewajiban yang telah jatuh tempo.

Beberapa rasio likuiditas yang sering digunakan dalam menilai kinerja suatu

bank antara lain sebagai berikut :

a. Cash Asset Ratio, yaitu likuiditas minimum yang harus dipelihara oleh

bank dalam membayar kembali pinjaman jangka pendek bank.

17

Page 31: TA Calvin Pembri Gultom

Semakin tinggi tingkat rasio ini, maka semakin tinggi juga kemampuan

likuiditas bank yang bersangkutan, namun dalam prakteknya akan

dapat mempengaruhi profitabilitas. Rasio ini merupakan perbandingan

antara jumlah alat liquid yang dimiliki bank dengan pinjaman yang

harus segera dibayar.

b. Reserve Requirement (RR),yaitu likuditas wajib minimum yang wajib

dipelihara dalam bentuk giro pada Bankm Indonesia. Reserve

requirement merupakan ketentuan bagi masing-masing bank untuk

menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil

dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum yang berupa rekening

bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia.

c. Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu rasio antara jumlah seluruh kredit

yang diberikan Bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR

menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar kembali

penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit

yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio

tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan

likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah

dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar.

d. Loan to Asset Ratio (LAR) yaitu rasio yang digunakan untuk

mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank

untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset

yang dimiliki bank. Semakin tinggi tingkat rasio ini, tingkat

likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk

membiayai kreditnya menjadi semakin besar.

2. Rasio profitabilitas

Merupakan alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat efisiensi

usahadan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rasio-rasio

dalam kategori ini dapat pula dipakai untuk mengukur tingkat kesehatan bank.

Beberapa risiko rentabilitas antara lain :

18

Page 32: TA Calvin Pembri Gultom

a. Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara

keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar

juga tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik

pula posisi bank tersebut dalam penggunaan asset.

b. Return On Equity (ROE), yaitu perbandingan antara laba bersih bank

dengan modal sendiri. Kenaikan dalam rasio ini, berarti terjadi

kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan.

c. Rasio Beban Operasional (BOPO), yaitu perbandingan antara beban

operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk

mengukur tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan

operasinya.

d. Net Profit Margin (NPM), adalah rasio yang menggambarkan tingkat

keuntungan bank, dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari

kegiatan operasionalnya.

3. Rasio Solvabilitas

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi

kewajiban jangka panjangnya, atau kemampuan bank untuk memenuhi

kewajiban jangka panjangnya, atau kemampuan bank untuk memenuhi

kewajiban-kewajibannya jika terjadi likuiditasi bank. Rasio ini digunakan

untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana yang diperoleh

dari berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber-

sumber lain diluar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana

tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Rasio solvabilitas itu

terdiri atas :

a. Capital adequacy ratio (CAR), adalah rasio yang memperlihatkan

sejumlah jauh aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari

dana modal bank sendiri disamping memperoleh dana-dana dari

sumbersumber di luar bank, seperti dana masyarakat dan pinjaman

(hutang). Dengan kata lain, CAR adalah rasio untuk mengukur

kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang

19

Page 33: TA Calvin Pembri Gultom

mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang

diberikan. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk

menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian

bank yang disebabkanoleh aktiva berisiko.

b. Debt to Equity Ratio (DER), yaitu rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh

hutanghutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan

dana yang berasal dari dana bank sendiri. Dengan kata lain, rasio ini

mengukur seberapa besar total pasiva yang terdiri atas persentase

modal bank sendiri dibandingkan dengan besarnya hutang.

Penggunaan analisis rasio bertujuan untuk menentukan tingkat kinerja

suatu bank. Perhitungan rasio di atas, digunakan untuk menilai posisi

kinerja suatu bank, memberikan gambaran yang jelas tentang baik atau

tidaknya kegiatan operasional suatu bank, yang dapat dilihat dari posisi

keuangannya dalam neraca dan laba rugi yang terdapat dalam laporan

keuangan bank tersebut.

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan ROA (Return On Asset)

sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan, melihat bahwa ROA juga

merupakan alat ukur kinerja rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba dari sejumlah aktiva yang digunakan. Aktiva

tersebut adalah asset yang telah di investasikan oleh pemegang saham baik

pemegang saham mayoritas maupun minoritas yang telah dipercayakan

pengelolaannya kepada pengelola perusahaan dengan sebaik-baiknya yang

kembali sangat berhubungan dengan tata kelola perusahaan yang baik (GCG).

Return On Asset merupakan ukuran kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih berdasrakan tingkat aktiva tertentu. Return On Asset

merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas

sumber daya keuangan yang ditanamkan pada perusahaan. Return On Asset

dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

20

Page 34: TA Calvin Pembri Gultom

2.3 Hubungan antara Variable Independent dengan Variable Dependent

2.3.1 Hubungan antara Dewan Direksi denagn Kinerja Perusahaan

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) 2006 menyatakan

bahwa Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab

dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat

melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian

tugas dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing

anggota Direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan

masing-masing anggota Direksi termasuk Direktur Utama adalah setara.

Board size atau ukuran dewan direksi adalah jumlah dewan direksi dalam

perusahaan, semakin banyak dewan dalam perusahaan akan memberikan suatu

bentuk pengawasan terhadap kinerja perusahaan yang semakin lebih baik,

dengan kinerja perusahaan yang baik dan terkontrol, maka akan menghasilkan

profitabilitas yang baik dan nantinya akan dapat meningkatkan harga saham

perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan pun juga akan ikut meningkat.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isshaq, et al (2005)

dalam Sam’ani (2009), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan

yang signifikan positif antara board size dengan kinerja perusahaan.

Berdasarkan BEI, rata – rata jumlah dewan direksi pada bank umum yang

listed di BEI adalah 7 orang.

S. Beiner, et al dalam Fradmuyo (2009) menegaskan bahwa dewan

direksi merupakan institusi ekonomi yang membantu memecahkan

permasalahan agensi yang melekat dalam perusahaan publik. Menurut Adrian

Cadbury, dewan direksi bertanggung jawab pada komisaris perusahaan

mereka.

Ukuran dan komposisi dewan direksi dapat mempengaruhi efektif

tidaknya aktivitas monitoring. Menurut Pfefer (1973) dan Pearce dan Zahra

(1992) dalam Faisal (2005) bahwa peningkatan ukuran dan diversitas dari

dewan direksi akan memberikan manfaat bagi perusahaan karena terciptanya

network dengan pihak luar perusahaan dan menjamin ketersediaan

21

Page 35: TA Calvin Pembri Gultom

sumberdaya. Hal ini didukung oleh pendapat Alexander, Fernell, Halporn

(1993) dan Goodstein, Gautarn, Boeker (1994) dalam Wardhani (2006) yang

menyatakan jumlah dewan yang besar menguntungkan perusahaan dari sudut

pandang resource dependence yaitu bahwa perusahaan tergantung dengan

dewannya untuk dapat mengelola sumber dayanya secara lebih baik.

H1 = Proporsi dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

2.3.2 Hubungan antara Dewan Komisaris dengan Kinerja Perusahaan

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) 2006 mendefinisikan

Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab

secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada

Direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Namun

demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil

keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris

termasuk Komisaris Utama adalah setara. Jumlah anggota Dewan Komisaris

harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap

memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan.

Dewan Komisaris dapat terdiri dari Komisaris yang tidak berasal dari

pihak terafiliasi yang dikenal sebagai Komisaris Independen dan Komisaris

yang terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang

mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham

pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan

perusahaan itu sendiri. Mantan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang

terafiliasi serta karyawan perusahaan, untuk jangka waktu tertentu termasuk

dalam kategori terafiliasi.

Penelitian Midiastuty dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa ukuran

dewan komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap indikasi manajemen laba

yang dilakukan oleh pihak manajemen. Pengaruh tersebut ditunjukkan dengan

tanda positif. Hal tersebut berarti makin besar ukuran dewan komisaris maka

makin banyak kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan, dan pada akhirnya

akan menurunkan kinerja manajemen. Dari sini dapat disimpulkan bahwa jumlah

komisaris yang lebih banyak lebih mampu mengurangi indikasi kinerja

manajemen daripada jumlah komisaris yang sedikit.

22

Page 36: TA Calvin Pembri Gultom

Yu (2006) menemukan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif

secara signifikan terhadap manajemen laba yang diukur dengan menggunakan

model Modified Jones untuk memperoleh nilai akrual kelolaannya. Hal ini

menandakan bahwa makin sedikit dewan komisaris maka tindak kecurangan

makin banyak karena sedikitnya dewan komisaris memungkinkan bagi organisasi

tersebut untuk didominasi oleh pihak manajemen dalam menjalankan perannya.

Chtourou, Bedard, dan Courteau (2001) juga menyatakan hal yang sama dengan

Yu (2006).

Dewan Komisaris memegang peranan penting dalam implementasi

corporate governance, karena Dewan Komisaris merupakan inti dari

corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi

perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta

mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dewan komisaris dalam suatu

perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi

kebijakan Dewan Direksi. Peran Dewan Komisaris ini diharapkan akan

meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara Dewan Direksi dengan

pemegang saham. Oleh karena itu Dewan Komisaris seharusnya dapat

mengawasi kinerja Dewan Direksi sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai

dengan kepentingan pemegang saham.

H2 = Proporsi dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

2.3.3 Hubungan antara Komite Audit dengan Kinerja Perusahaan

Komite audit adalah sekumpulan orang yang dipilih dari anggota dewan

komisaris yang bertanggung jawab untuk mengawasi proses pelaporan

keuangan dan pengungkapan (disclosure). Keberadaannya diharapkan dapat

menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Dalam kerangka dasar corporate

governance, implementasi prinsip-prinsip corporate governance tergantung

atas tiga pilar penting, yaitu internal control yang kuat, audit internal yang

independen dan audit eksternal yang memberikan feedback atau timbal balik

terhadap efektifitas dari proses internal control yang ada di dalam perusahaan.

Untuk menunjang keefektifan ketiga pilar tersebut, peran Komite Audit

sebagai perpanjangan tangan Dewan Komisaris juga harus efektif dan

dioptimalkan.

23

Page 37: TA Calvin Pembri Gultom

Menurut Bradbury, et al (2004) dalam Fradmuyo (2009), komite audit

bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memonitor proses pelaporan

keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan.

Tugas komite audit meliputi menelaah kebijakan akuntansi yang diterapkan

oleh perusahaan, menilai pengendalian internal, menelaah sistem pelaporan

eksternal dan kepatuhan terhadap peraturan. Menurut Bradbury, et al (2004) di

dalam pelaksanaan tugasnya komite menyediakan komunikasi formal antara

dewan, manajemen, auditor eksternal, dan auditor internal. Berdasarkan dalam

BEI, rata-rata jumlah komite audit di bank umum yang listed di BEI adalah 4

orang.

Komite audit ini merupakan usaha perbaikan terhadap cara pengelolaan

perusahaan terutama cara pengawasan terhadap manajemen perusahaan,

karena akan menjadi penghubung antara manajemen perusahaan dengan

dewan komisaris maupun pihak ekstern lainnya, sehingga akan mengurangi

terjadinya masalah keagenan di dalam perusahaan.

H3 = Proporsi komite audit berpengaruh terhadap kinerja perusahaan

2.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan hipotesis diatas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian

ini adalah adanya indikator good corporate governance dalam suatu bank

umum yang terdaftar di BEI tahun 2009 - 2011, yaitu : proporsi Dewan

Direksi, proporsi Dewan Komisaris, dan komite audit yang berpengaruh

terhadap baik buruknya kinerja keuangan yang ada di dalam suatu perusahaan

perbankan. Alat yang akan digunakan dalam pengukuran kinerja keuangan

perusahaan perbankan tersebut adalah ROA. ROA dalam penelitian ini

digunakan untuk menunjukkan kemampuan aktiva di dalam perusahaan

perbankan tersebut untuk menghasilkan laba operasi. Kerangka pemikiran dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

24

Page 38: TA Calvin Pembri Gultom

Variabel Independent

H1

H2 Variabel Dependent

H3

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pemikiran di atas, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

H01 = Proporsi dewan direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

H1 = Proporsi dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

H02 = Proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

H2 = Proporsi dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

H03 = Proporsi komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja peruahaan.

H3 = Proporsi komite audit berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

25

Proporsi Dewan Direksi

Komite Audit

Proporsi Dewan Komisaris

ROA

Page 39: TA Calvin Pembri Gultom

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah seluruh Bank

Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tiga tahun, yaitu mulai

dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Sedangkan teknik pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

purposive sampling methode. Adapun purposive sampling methode adalah

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu ( Rahmawati, 2010).

Adapun kriteria yang ditentukan sebagai sampel yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara

berturut-turut selama tahun penelitian.

2. Bank Umum yang telah mempublikasikan laporan keuangan

(annual report) untuk periode Desember 2009 - 2011 di website

Bursa Efek Indonesia.

3. Bank Umum yang memperoleh ROA positif selama tahun

penelitian.

4. Perusahaan dibatasi pada perusahaan yang memiliki penjelasan

mengenai proporsi dewan direksi, dewan komisaris, dan komite

audit.

Tabel 3.1

Sampel Penelitian

1 AGRO Bank Agroniaga Tbk

2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk

3 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk

4 BBCA Bank Central Asia Tbk

5 BBKP Bank Bukopin Tbk

6 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk

26

Page 40: TA Calvin Pembri Gultom

7 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk

8 BKSW Bank QNB Kesawan Tbk

9 BMRI Bank Mandiri (persero) Tbk

10 BNLI Bank Permata Tbk

11 BSIM Bank Sinarmas Tbk

12 BSWD Bank of India Indonesia Tbk

13 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk

14 BVIC Bank Victoria International Tbk

15 INPC Bank Arthagraha International Tbk

16 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk

17 MCOR Bank Windu Kentjana International Tbk

18 MEGA Bank Mega Tbk

19 NISP Bank OCBC NISP Tbk

20 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk

21 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk

Sumber : www.idx.co.id dan market info

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan

sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui

melalui media perantara. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

adalah berupa annual report dan profil perusahaan yang berisikan penjelasan

mengenai proporsi dewan direksi, komisaris, dan komite audit masing-masing

perusahaan yang terpilih sebagai sampel. Sedangkan sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

www.idx.co.id serta Market Info.

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua variabel, yaitu variabel

dependen dan variabel independen. Berikut akan dijelaskan hal-hal yang

berhubungan dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

27

Page 41: TA Calvin Pembri Gultom

3.3.1 Variabel Dependen

1. Kinerja Keuangan Perusahaan

Variabel dependen adalah variabel utama yang dipengaruhi oleh variabel

lain yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri. Dalam penelitian ini, variabel

dependen yang digunakan adalah kinerja keuangan perusahaan yang dihitung

dengan menggunakan Return On Asset (ROA). ROA dapat diperoleh dari

perbandingan antara laba bersih dengan total asset yang dimiliki perusahaan.

Semakin besar ROA suatu bank, maka makin besar tingkat keuntungan bank

dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan assets.

3.3.2 Variabel independen

Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain

(variabel dependen) yang sifatnya berdiri sendiri.

1. Proporsi Dewan Direksi

Proporsi Dewan Direksi diukur dengan menggunakan jumlah

anggota direksi dalam suatu perusahaan. Menurut Peraturan Bank

Indonesia nomor 8/14/PBI/2006 jumlah anggota Dewan Direksi dalam

suatu perusahaan paling sedikit 3 orang.

2. Proporsi Dewan Komisaris

Proporsi dewan komisaris diukur dengan menggunakan jumlah

dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Menurut Peraturan Bank

Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate

Governance bagi bank umum pasal 4 ayat 1 “Jumlah angoota dewan

komisaris paling kurang 3 orang dan paling banyak sama dengan jumlah

anggota direksi dan Paling kurang 50% (lima puluh perseratus) dari

jumlah anggota dewan Komisaris adalah Komisaris Independen.”

3. Proporsi Komite Audit

Proporsi komite audit diukur dengan menggunakan jumlah komite

audit dalam suatu perusahaan. Menurut Peraturan Bank Indonesia No.

8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi

28

Page 42: TA Calvin Pembri Gultom

bank umum pasal 38 ayat 1 “ anggota komite audit paling kurang terdiri

dari seorang dewan komisaris independen, dan 2 orang dari pihak

independen.”

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik yang

dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS. Uji statistik

digunakan untuk menentukan keputusan menerima atau menolak hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini. Uji statistik yang dilakukan adalah

dengan menggunakan uji regresi berganda, yang akan menguji apakah

variabel dependen (Kinerja Keuangan) akan dipengaruhi variabel

independennya (proposi dewan direksi, komisaris dan komite audit).

3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan variabel-

variabel dalam penelitian. Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian

ini adalah proporsi dewan direksi,dewan komisaris dan komite audit.

Deskripsi variabel tersebut disajikan untuk mengetahui nilai-nilai (mean)

minimum, maksimum dan standar deviasi dari variabel-variabel yang

diteliti.

3.4.2 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi dan

variabel pengganggu memiliki distribusi normal. Jika data tidak

berdistribusi normal, maka uji statistik menjadi tidak valid. Uji asumsi ini

akan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada

persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau

berdistribusi tidak normal. Normalitas dapat dilihat dari grafik linear. Jika

data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh

dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

29

Page 43: TA Calvin Pembri Gultom

3.4.3 Uji Asumsi Klasik

Sebelum menentukan model regresi dalam penelitian ini, terlebih

dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik digunakan untuk

mengetahui apakah regresi yang dilakukan terbebas dari bias, sehingga

hasil regresi yang diperoleh tidak benar dan akhirnya tidak dapat

digunakan sebagai dasar untuk menguji hipotesis dan penarikan

kesimpulan. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi (Danang, 2009).

Uji asumsi klasik yang dilakukan yaitu:

1. Autokorelasi.

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah

autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi

tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru

timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode

t (berada) dan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Masalah

autokorelasi diuji dengan menggunakan metode Durbin-Watson di mana

batas nilai Durbin-Watson yang bebas korelasi adalah antara -2 sampai +2.

2. Heteroskedastisitas.

Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama

atau tidak varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi

yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama maka disebut

homoskedastisitas, dan jika variansnya tidak sama disebut terjadi

heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik adalah jika tidak terjadi

heteroskedastisitas. Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-

titik hasil pengolahan data antara Z prediction dan nilai residualnya

menyebar di bawah ataupun di atas titik origin (angka 0) pada sumbu Y

dan tidak mempunyai pola yang teratur. Heteroskedastisitas terjadi jika

pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur, baik

menyempit, melebar maupun bergelombang-gelombang.

3. Multikolinieritas.

Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi

berganda yang terdiri atas dual atau lebih variabel bebas atau independent

30

Page 44: TA Calvin Pembri Gultom

variable (x1, x2, x3, x4,x5…, xn), dimana akan diukur tingkat asosiasi

(keeratan) hubungan atau pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui

besaran koefisien korelasi (r). Dikatakan terjadi multikolinieritas jika

koefisiensi korelasi antar variabel bebas (x1 dan x2, x2 dan x3, x3 dan x4,

x4 dan x5 dan seterusnya) lebih besar dari 0,5. Dikatakan tidak terjadi

multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil

atau sama dengan 0,5.

3.5 Analisi Regresi

Menurut Gujarati (2003:60) analisis regresi pada dasarnya adalah

studimengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu

atau lebih variabel independen (bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi

dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel

dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui.

Setelah melakukan uji asumsi klasik regresi, maka akan ditentukan

model regresi yang akan digunakan. Untuk melihat pengaruh dari proporsi

dewan direksi, dewan komisaris dan komite audit terhadap kinerja

keuangan Bank Umum yang terdaftar di BEI pada tahun 2009 -2011 akan

digunakan regresi berganda sebagai berikut:

Y = β +β1 x1 + β2 x2 + β3 x3 + ε

β = Kostanta

β1 = Koefisien regresi variabel independen-1

x1 = Proporsi dewan direksi

β2 = Koefisien regresi variabel independen-2

x2 = Proporsi dewan komisaris

β3 = Koefisien regresi variable independen-3

x3 = Proporsi komite audit

ε = Error

3.6 Pengujian Hipotesis

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai satu

atau beberapa populasi. Secara umum dapat dibedakan hipotesis atas

31

Page 45: TA Calvin Pembri Gultom

hipotesis riset dan hipotesis statistik. Hipotesis riset adalah hipotesis yang

dirumuskan oleh seorang peneliti ahli (sample surveyor atau experimenter)

yang biasanya bukan seorang ahli statistika. Sedangkan hipotesis statistik

adalah hipotesis yang dirumuskan dengan statistika. Ada dua macam

hipotesis statistik , yakni hipotesis nol yang dinotasikan dengan Ho dan

hipotesis tandingan atau hipotesis alternatif yang dinotasikan dengan Ha

atau H1 .

Untuk melakukan pengujian hipotesis dilakukan dengan uji

ketepatan perkiraan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Secara statistik, setidaknya

ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai

statistik t. Menurut Ghozali (2009) perhitungan statistik disebut signifikan

secara statistik apabila nilai uji statistiknya barada dalam daerah kritis

(daerah dimana Ho ditolak. Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai

uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima.

1. Uji statistik t

Untuk mengambil kesimpulan dari hipotesis, maka akan dilakukan

uji-t dengan melihat signifikansinya. Uji-t dilakukan untuk melihat

pengaruh dari setiap variabel independen dengan variabel dependen. Jika

nilai signifikansi pada uji-t lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha

ditolak sehingga setiap variabel ( proposi dewan direksi, komisaris dan

komite audit) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

independen (kinerja Keuangan Perusahaan) dan jika nilai signifikansi pada

uji-t lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga setiap

variabel (proposi dewan direksi, komisaris dan komite audit) memiliki

pengaruh yang terhadap variabel independen (kinerja Keuangan

Perusahaan).

2. Uji statistik F

Uji-F digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh secara

bersama-sama antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika

nilai signifikansi pada uji-F lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha

32

Page 46: TA Calvin Pembri Gultom

ditolak sehingga setiap variabel (proporsi dewan direksi, komisaris dan

komite audit) tidak memiliki pengaruh signifikan secara bersama-sama

terhadap variabel independen (Kinerja Keuangan Perusahaan) dan jika

nilai signifikansi pada uji-F lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha

diterima sehingga setiap variabel (proporsi dewan direksi, komisaris dan

komite audit) memiliki pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap

variabel independen (Kinerja Keuangan Perusahaan).

3.7 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur proporsi

variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Definisi

khusus ini memiliki penafsiran yang valid apabila model regresi

mengandung konstanta. Nilai koefiensi determinan antara nol dan satu.

Nilai R2 yang paling kecil berarti kemampuan variabel-variabel dalam

menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang

mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hamper

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.

Menurut Ghozali (2009) secara umum koefisien determinasi untuk data

silang (cross section) relatif rendah karena adanya variasi yang besar

antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtut waktu

(time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.

Penggunaan koefisien determinasi juga mempunyai kelemahan.

Kelemahan dari penggunaan koefisiensi determinan ini adalah bias

terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model

regresi. Setiap tambahan satu variabel dependen, maka R2 pasti meningkat

tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan

untuk menggunakan nilai adjusted R2 (koefisien determinasi disesuaikan)

pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik.

Menurut Ghozali (2009) nilai adjusted R2 dapat naik turun apabila

satu variabel independen ditambah ke dalam model regresi. Nilai adjusted

R2 adalah koefisien determinasi yang mempertimbangkan derajat bebas.

33

Page 47: TA Calvin Pembri Gultom

Derajat bebas besarnya tergantung dengan banyaknya variabel

independen. Koefisien determinasi yang disesuaikan (adjusted R2)

digunakan untuk membandingkan 2 model regresi apabila banyaknya

variabel independen tidak sama. Misal model regresi 1 memiliki variabel

independen sebanyak 4 buah dan model regresi 2 memiliki variabel

independen sebanyak 5 buah. Apabila kita membandingkan 2 model

regresi berdasarkan koefisien determinasi (R2) maupun koefisien

determinasi disesuaikan (adjusted R2) harus hati-hati. Hal ini karena tujuan

menaksir model regresi bukan semata-mata mencari besarnya nilai

koefisien determinasi maupun nilai koefisien determinasi disesuaikan

namun yang lebih penting adalah mendapatkan taksiran yang

menyakinkan mengenai koefisien-koefisien regresi yang mencerminkan

populasi yang sebenarnya dan menarik inferensi.

34

Page 48: TA Calvin Pembri Gultom

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas mengenai hasil perolehan data yang dilakukan

termasuk pembahasan dan pengolahan data tersebut. Secara sistematis, bab ini

akan membahas mengenai gambaran umum populasi dan sampel penelitian,

penerapan Good Corporate Governance, perhitungan nilai analisis data, dan

menguji hipotesis yang telah diajukan. Pembahasan ini diharapkan dapat

menjawab perumusan masalah yang telah dirumuskan pada Bab I yang

merupakan tujuan dari penelitian ini.

4.1 Gambaran Umum dan Sampel Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah bank umum yang terdaftar di

BEI pada tahun 2009 – 2011 terdapat 33 bank umum. Namun, setelah dilakukan

metode purposive sampling, maka sampel yang layak digunakan (memenuhi

kriteria) dalam penelitian ini adalah 21 bank umum yang tercatat di BEI. Data

diambil dari annual report dari masing-masing perusahaan tersebut.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Deskriptif Variabel Penelitian

Berdasarkan hasil analisis deskripsi statistik, maka berikut didalam Tabel

4.1 akan ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan didalam penelitian ini

meliputi: jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai

minimum serta standar deviasi (σ) untuk masing-masing variabel.

Tabel 4.1 Deskriptif Variabel Penelitian

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROA 63 .27 3.40 1.6514 .77108

Dewan Direksi 63 5 12 8.33 2.416

Dewan Komisaris 63 4 10 6.62 1.979

Komite Audit 63 3 6 3.86 .948

Valid N (listwise) 63

Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2013

35

Page 49: TA Calvin Pembri Gultom

Pada table 4.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah data (N) yang digunakan

dalam penelitian sebanyak 63 sampel data yang diperolah dari laporan tahunan

perusahaan perbankan yang terdafatar di BEI pada tahun 2009 – 2011.

Data rasio ROA terendah (minimum) adalah 0,27 persen yaitu Bank

Argoniaga pada tahun 2009, dan yang tertinggi (maximum) 3,40 persen yaitu

Bank Tabungan Pensiunan Nasional pada periode 2011, kemudian rata-rata ROA

sebesar 1.6514 persen. Sementara standar deviasi sebesar 0,77108 hal ini

menunjukkan dikarenakan standar deviasi yang diperoleh > 0 maka menandakan

bahwa semakin menyebar data pengamatan, dan memiliki kecenderungan setiap

data berbeda satu sama lain. Dan dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah normal.

Data proporsi dewan direksi terendah adalah 5 orang yaitu Bank Capital

Indonesia dan Bank Himpunan Saudara 1906, dan data yang tertinggi 12 orang

yaitu Bank Mandiri dan Bank Permata, kemudian rata – rata proporsi dewan

direksi sebesar 8 orang. Sementara standar deviasi sebesar 2,416 hal ini berarti

semakin menyebar data pengamatan, dan memiliki kecenderungan setiap data

berbeda satu sama lain. Dan dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah normal. Dikarenakan standar deviasi > 0 .

Data proporsi dewan komisaris terendah adalah 4 orang yaitu Bank Capital

Indonesia, Bank Victoria Internasional, Bank Mega dan Bank HimpunanSaudara

1906, dan yang tertinggi 10 orang yaitu Bank Mandiri. Kemudian rata – rata

proporsi dewan komisaris sebanyak 7 orang. Sementara standar deviasi sebesar

1,976 hal ini menunjukkan dikarenakan standar deviasi yang diperoleh > 0 maka

menandakan bahwa semakin menyebar data pengamatan, dan memiliki

kecenderungan setiap data berbeda satu sama lain. Dan dapat disimpulkan bahwa

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah normal.

Data proporsi komite audit terendah adalah 3 orang yaitu Bank Argoniaga,

Bank Capital Indonesia, Bank Central Asia, Bank QNB Kesawan, Bank of India

Indonesia, Bank Mayapada, Bank Windu, Bank Mega, Bank PANIN, dan Bank

Himpunan Saudara 1906, dan data tertinggi sebanyak 6 orang yaitu Bank

Danamon Indonesia. Kemudian rata – rata proporsi komite audit sebanyak 4

orang. Sementara standar deviasi sebesar 0,948 hal ini menunjukkan dikarenakan

36

Page 50: TA Calvin Pembri Gultom

standar deviasi yang diperoleh > 0 maka menandakan bahwa semakin menyebar

data pengamatan, dan memiliki kecenderungan setiap data berbeda satu sama lain.

Dan dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

normal.

4.3 Pengujian Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel residual memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah distribusi data

normal atau tidak, ada dua cara untuk mendeteksinya, yaitu dengan analisis grafik

dan uji statistik. Analisis grafik merupakan cara yang termudah untuk melihat

normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan

antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.

Dari gambar 4.1. terlihat bahwa pola distribusi mendekati normal, akan

tetapi jika kesimpulan normal tidaknya data hanya dilihat dari grafik histogram,

maka hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.

Metode lain yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat normal

probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Jika distribusi data residual normal, maka garis yang akan menggambarkan data

sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Gambar 4.1 : Hasil Pengujian Normalitas (Histogram)

37

Page 51: TA Calvin Pembri Gultom

Sumber : Olahan data sekunder

Gambar 4.2 Hasil Pengujian Normalitas (Probability Plot)

Grafik probabilitas pada gambar 4.2. diatas sekilas memang terlihat

normal karena distribusi data residualnya terlihat mendekati garis normalnya.

Namun untuk meyakinkan kita dalam memastikan apakah data yang kita gunakan

berdistribusi normal atau tidak, dapat kita melakukan pengujian normalitas data

secara analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov.

Secara multivariat pengujian normalitas data dilakukan terhadap nilai residualnya.

Data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai asymptotic significance

diatas 0,05 (Ghozali, 2007).

38

Page 52: TA Calvin Pembri Gultom

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Normalitas ( Kolmogorov Smirnov)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 63

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .65735406

Most Extreme Differences Absolute .112

Positive .112

Negative -.095

Kolmogorov-Smirnov Z .892

Asymp. Sig. (2-tailed) .403

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Berdasarkan Tabel pengujian normalitas, tampak bahwa variabel

penelitian mengikuti distribusi normal dengan nilai asymptonic significance yang

lebih dari 5 karena dalam penelitian ini tingkat significance yang digunakan

adalah 5 persen.

4.4 Uji Asumsi Klasik

4.4.1 Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi terdapat korelasi antara kesalahan yang mengganggu pada periode t

dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi diuji dengan

menggunakan metode Durbin Watson (DW).

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Autokorelasi

Model Summaryb

Model R

R

Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .523a .273 .236 .67386 1.872

a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Dewan Direksi, Dewan Komisaris

b. Dependent Variable: ROA

Pada table 4.2 diatas menunjukkan nilai DW sebesar 1,872. Hal ini berarti

Dari hasil pengujian autokorelasi dapat diketahui nilai Durbin-Watson (DW)

39

Page 53: TA Calvin Pembri Gultom

bahwa nilai DW berada pada kisaran antara -2 sampai +2. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa model penelitian ini terbebas dari kemungkinan adanya

autokorelasi. Yang artinya bahwa tidak adanya korelasi antara kesalahan yang

mengganggu pada periode t dengan periode t-1 (sebelumnya).

4.4.2 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan pada model yang telah terbebas

dari asumsi autokorelasi yang bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan

variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain

atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentized delete

residual nilai tersebut. Cara memprediksi ada tidaknya hetererokedastisitas pada

suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot. Nugroho (2005) dalam

Rahmawati (2006) menyatakan bahwa model regresi terbebas dari

heteroskedastisitas jika:

1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka nol.

2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar

kemudian menyempit dan melebar kembali.

4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

40

Page 54: TA Calvin Pembri Gultom

Hasil dari pengujian Heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :

Gambar 4.3 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

Berdasarkan gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar di

bawah dan di atas angka 0 dan tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat persoalan heterokedastisitas

dalam model regresi dan model regresi layak digunakan dalam penelitian.

4.4.3 Uji Multikolonearitas

Pengujian multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat

nilai collinearity statistics dan nilai koefisien korelasi diantara variabel bebas.

Hasil pengujian terlihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Multikolinearitas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .466 .392

Dewan Direksi .257 .071 .806 .249 4.021

Dewan Komisaris -.181 .089 -.463 .238 4.206

Komite Audit .128 .099 .157 .833 1.201

a. Dependent Variable: ROA

41

Page 55: TA Calvin Pembri Gultom

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Dari

Output Coeficients di atas, pada kolom VIF, dapat diketahui bahwa nilai VIF

untuk Dewan Direksi Sebesar 4,021, Dewan Komisaris sebesar 4,206 dan Komite

Audit sebesar 1,021. Karena nilai VIF kurang dari 5, maka dapat di simpulkan

bahwa model regresi tidak adanya masalah mulitikolinearitas.

4.5 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah untuk mengetahui pengaruh dari variabel

independen (proporsi dewan direksi, dewan komisaris, dan komite audit) terhadap

variabel independen (Return On Asset). Dan untuk menentukan apakah usulan

hipotesis diterima atau tidak. Pengujian hipotesis dapat ditentukan dengan 2 cara

yaitu uji signifikansi t untuk mengetahui pengaruh secara parsial dan uji

signifikansi F untuk mengetahui pengaruh secara simultan.

4.5.1 Uji t

Uji t bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing

variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dengan level of

significant 5% (α = 0,05).

Tabel 4.5 Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B

Std.

Error Beta

1 (Constant) .466 .392 1.189 .239

Dewan Direksi .257 .071 .806 3.622 .001

Dewan Komisaris -.181 .089 -.463 -2.036 .046

Komite Audit .128 .099 .157 1.294 .201

a. Dependent Variable: ROA

42

Page 56: TA Calvin Pembri Gultom

Dari table diatas dapat diketahui bahwa nilai konstanta adalah sebesar

0,466. Berarti tanpa pengaruh variabel independen, besarnya Return On Asset

adalah sebesar 0,466.

Untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen terhadap variabel

dependen dapat juga dilakukan dengan menggunkan t tabel dimana. T table dapat

dilihat pada tabel statistik pada signifikan 0,05 dengan df 62 maka t tabel sebesar

1,998971. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran. Pada dewan direksi t

hitung > t tabel (3,622 > 1,998971) berdasarkan perhitungan tersebut dapat

disimpulkan dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap ROA. Pada dewan

komisaris t hitung > t tabel (2,036 > 1,998971) berdasarkan perhitungan tersebut

dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Kemudian pada komite audit t hitung < t tabel (1,294 < 1,998971) berdasarkan

perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa komite audit tidak berpengaruh

signifikan terhadap ROA.

4.5.2 Uji F

Uji statistik F pada dasarnya bertujan untuk menguji apakah model regresi

yang kita buat signifikan atau tidak signifikan. Hasil pengujian uji F dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 4.6 Hasil Uji F (Simultan)ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 10.072 3 3.357 7.394 .000a

Residual 26.791 59 .454

Total 36.863 62

a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Dewan Direksi, Dewan Komisaris

b. Dependent Variable: ROA

Dari hasil analisis regresi dapat diketahui pula bahwa secara bersama-sama

atau simultan variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai signifikansi sebesar 0,000.

Karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 atau 5%, maka model regresi dapat

dikatakan bahwa penerapan Good Corporate Governance (Proporsi dewan

43

Page 57: TA Calvin Pembri Gultom

direksi, dewan komisaris, dan komite audit) secara bersama-sama berpengaruh

terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROA).

Untuk mengetahui pengaruh variable dapat mempengaruhi variable

depanden secara simultan maka dapat dilakukan pula dengan melakukan

perhitungan F tabel. F tabel dapat dilihat pada tabel statistik (terlampir) dengan

siginifikaansi 0,05 dengan df1 sebesar 3 dan dengan df2 sebesar 59 Pada

penelitian ini diperoleh F hitung > F tabel (7,394 > 2,761) maka dapat

disimpulakan bahwa Good Corporate Governance (Proporsi dewan direksi,

dewan komisaris, dan komite audit) secara bersama-sama berpengaruh terhadap

kinerja keuangan perusahaan (ROA).

4.6 Analisis Regresi

Berdasarkan tabel 4.5 (Hasil Uji t) diatas pada kolom B, dapat disusun

persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y = 0,466 + 0,257 X1 – 0,181 X2 + 0,128 X3 + εKeterangan : Y = ROA

X1 = Proporsi Dewan DireksiX2 = Proporsi Dewan KomisarisX3 = Proporsi Komite Audit

Berdasarkan persamaan regresi linier berganda tersebut dapat diketahui bahwa:

a. Nilai konstanta dari ROA (Y) adalah 0,446 dengan asumsi nilai dari masing-

masing variabel independen (X1, X2, X3) adalah konstan.

b. Koefisien regresi Dewan Direksi (X1) sebesar 0,257 mempengaruhi ROA

sebesar 0,257 dengan anggapan bahwa dewan direksi konstan. Adanya

hubungan yang positif ini, berarti bahwa antara dewan direksi dengan

ROA menunjukkan hubungan yang searah, artinya setiap kenaikan dewan

direksi sebesar 1 orang, maka akan mengakibatkan kenaikan ROA sebesar

0,257 dan sebaliknya penurunan dewan direksi akan mengakibatkan

penurunan ROA.

c. Koefisien regresi Dewan Komisaris (X2) sebesar – 0,181 mempengaruhi

ROA sebesar 0,181 dengan anggapan bahwa dewan komisaris konstan.

Adanya hubungan yang negatif ini, berarti bahwa antara dewan komisaris

dengan ROA menunjukkan hubungan yang berlawanan arah, artinya setiap

kenaikan dewan komisaris sebanyak 1 orang, maka akan mengakibatkan

44

Page 58: TA Calvin Pembri Gultom

penurunan ROA sebesar 0,181 dan sebaliknya penurunan dewan komisaris

akan mengakibatkan kenaikan ROA.

d. Koefisien regresi Komite Audit (X3) sebesar 0,128 mempengaruhi ROA

sebesar 0,128 dengan anggapan bahwa komite audit konstan. Adanya

hubungan yang positif ini, berarti bahwa antara komite audit dengan ROA

menunjukkan hubungan yang searah, artinya setiap kenaikan komite audit

akan mengakibatkan kenaikan ROA dan sebaliknya penurunan komite

audit akan mengakibatkan penurunan ROA.

Hasil uji t pada variabel dewan direksi memiliki nilai t sebesar 3,622

dengan tingkat probabilitas sebesar 0,001, nilai t untuk dewan komisaris sebesar -

2,036 dengan tingkat probabilitas sebesar 0,046, dan nilai t untuk komite audit

sebesar 1,294 dengan tingkat probabilitas sebesar 0,201, jadi dari ketiga variable

penelitian yang digunakan, maka variable dewan direksi dan dewan komisaris

berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset . Sedangkan, komite audit tidak

berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset .

4.7 Koefisien Determinasi

Seperti yang kita ketahui koefisien determinasi digunakan untuk mengukur

proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Proporsi

tersebut dapat dilihat pada Adjusted R square.

Tabel 4.7 Pengujian Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R

R

Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .523a .273 .236 .67386 1.872

a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Dewan Direksi, Dewan Komisaris

b. Dependent Variable: ROA

45

Page 59: TA Calvin Pembri Gultom

Pada tabel 4.6 diatas dihasilkan adjusted R square sebesar 0,236, hal ini

berarti variabel dependen (ROA) dijelaskan oleh variabel independen (proporsi

dewan direksi, komisaris dan komite audit) sebesar 23,6 persen. Sementara

sisanya sebesar 76,4 persen dijelaskan oleh faktor lain diluar dari model

persamaan regresi.

4.8 Analisis Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja

Perusahaan.

Berdasarkan analisis dan pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian

ini yaitu pengaruh penerapan GCG (proporsi dewan direksi, proporsi dewan

komisaris, dan proporsi komite audit) terhadap kinerja perusahaan (ROA) pada

bank umum yang menjadi sampel dalam penelitian ini, maka diperoleh hasil

variabel Proporsi dewan direksi dan dewan komisaris berpengaruh secara

signifikan terhadap Return On Asset (ROA) . Hal ini dilihat berdasarkan hasil uji t

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001 dan 0,046. Bukti empiris penelitian ini

mendukung hipotesa yang menyatakan bahwa pemenuhan proporsi dewan direksi

dan dewan komisaris yang dilihat dari Annual Report berpengaruh terhadap

Return On Asset (ROA). Namun proporsi komite audit tidak berpengaruh

terhadap ROA. Hal ini dilihat berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai signifikansi

sebesar 1,294.

4.8.1 Pengaruh Proporsi dewan direksi terhadap kinerja perusahaan

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terhadap variabel dewan

direksi sebagai proxy penerapan Good Corporate Governance, didapatkan hasil

bahwa proporsi dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan

yaitu ROA pada bank umum yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isshaq, et al (2005) dalam Sam’ani

(2009), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

positif antara board size dengan kinerja keuangan perusahaan. Hal ini

menunjukkan semakin banyak dewan dalam perusahaan akan memberikan suatu

bentuk pengawasan terhadap kinerja perusahaan yang semakin lebih baik, dengan

kinerja perusahaan yang baik dan terkontrol, maka akan menghasilkan

46

Page 60: TA Calvin Pembri Gultom

profitabilitas yang baik dan nantinya akan dapat meningkatkan harga saham

perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan pun juga akan ikut meningkat.

Panelitian ini sejalan dengan Pranata (2007) bahwa dewan direksi berpengaruh

positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini menunjukkan semakin

banyak dewan direksi maka akan memberikan tingkat pengawasan terhadap

operasional perusahaan. Maka akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan

yang lebih baik. Menurut peraturan Bank Indonesia mengenai GCG ditetapkan

bahwa untuk proporsi dewan direksi minimal 3 orang. Namun jumlah dewan

direksi harus disesuaikan dengan kompleksitas bank dengan tetap memperhatikan

ketentuan perundang - undangan yang berlaku dan efektifitas dalam pengambilan

keputusan (KNKG, 2006)

4.8.2 Pengaruh Proporsi dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan.

Bardasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap variable dewan

komisaris, menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan (ROA) pada bank umum yang menjadi sampel dalam

penelitian ini. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Klein

(2002) dalam Sam’ani yaitu dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap

kinerja keuangan perusahaan. Sesuai dengan fungsinya, peran dewan komisaris

dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari

implementasi kebijakan direksi. Peran komisaris ini diharapkan dapat

meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan

pemegang saham, yaitu dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi

tindakan kecurangan dalam bentuk tingkat manajemen laba melalui fungsi

monitoring atas pelaporan keuangan tersebut. Fungsi monitoring yang dilakukan

oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh aktivitas dewan komisaris. Secara umum

dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas

informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Pada penelitian ini proporsi

dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Seperti yang

telah disebutkan, fungsi dari dewan komisaris adalah memonitoring semua

aktifitas yang dilakukan oleh komite audit dan dewan direksi. Dimana proporsi

dari dewan komisaris akan mempengaruhi tingkat pengawasan dalam

47

Page 61: TA Calvin Pembri Gultom

memonitoring kinerja dari dewan direksi dan komite audit sehingga akan

mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan (Qomariyah, 2008).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Pranata (2007) bahwa proporsi dewan

komisaris berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan. semakin

banyak dewan komisaris dalam perusahaan maka akan menyebabkan penurunan

kinerja keuangan perusahaan. Hal ini menunjukkan proporsi dewan komisaris

yang meningkat akan menyebabkan terjadi permasalahan keagenan anara dewan

komisaris dan pemegang saham, dimana semakin banyakya dewan komisaris akan

mengakibatkan dewan komisaris lebih mementingkan kepentingan pribadi

dibandingkan kepentingan perusahaan. Seperti penggunaan asset perusahaan

untuk kepentingan pribadi dan merekayasa informasi kinerja perusahaan.

Sehingga akan menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan investor untuk

menanamkan modalnya diperusahaan tersebut. Dan hal ini akan berdampak pada

menurunnya kinerja keuangan perusahaan.

Yang et al. (2006) meneliti pengaruh jumlah dewan komisaris terhadap

kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian tersebut adalah ukuran dewan

komisaris berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini mendukung

hasil penelitian Sanda et al. (2005). Jumlah dewan komisaris yang terlalu besar

menyebabkan lambatnya proses pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan

keputusan yang diambil harus didiskusikan terlebih dahulu dan diambil

kesepakatan dari semua dewan komisaris. Selain itu, keputusan tidak bersifat

dinamis, karena untuk mengubah suatu keputusan yang telah diambil,

membutuhkan waktu lebih lama untuk berunding dan memperoleh kesepakatan

bersama. Dengan demikian, efektivitas pengambilan keputusan menjadi berkurang

dan mengakibatkan penurunan kinerja perusahaan. Keputusan yang dimaksud

adalah keputusan non-managerial. Keputusan yang menjadi wewenang dewan

komisaris adalah keputusan mengenai hal-hal yang ditetapkan dalam anggaran

dasar atau peraturan perundangan. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan

dalam fungsi dewan komisaris sebagai pengawas, sehingga keputusan yang

menyangkut kegiatan operasional tetap menjadi tanggung jawab pihak manajer.

Kewenangan yang ada pada dewan komisaris tetap dilakukan dalam fungsinya

sebagai pengawas dan penasehat. Contoh keputusan yang diambil oleh dewan

48

Page 62: TA Calvin Pembri Gultom

komisaris adalah mengenakan sanksi kepada anggota manajemen, membentuk

komite guna kelancaran kinerja perusahaan.

Namun berdasarkan peraturan Bank Indonesia tentang penerapan GCG

pada bank umum jumlah dewan komisaris ditetapkan minimal 3 orang dan harus

disesuaikan dengan kompleksitas bank dengan tetap memperhatikan efektifitas

dalam pengambilan keputusan (KNKG, 2006).

4.8.3 Pengaruh proporsi komite audit terhadap kinerja perusahaan.

Bardasarkan hasil pegujian yang telah dilakukan, menyatakan bahwa

proposi komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (ROA) pada

bank umum yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Framudyo (2009) yang menyatakan

bahwa komite audit tidak mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Hal ini

dikarenakan keberadaan komite audit belum bekerja secara efektif sebagai

penerapan prinsip GCG secara keseluruhan disuatu perusahaan dimana

independensi, transparansi, disklosur dan akuntabilitas menjadi prinsip dan

landasan organisasi yang menyebabkan proporsi komite audit belum bisa

mempengaruhi kualitas dari pelaporan untuk meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan.

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Klein (2002), menyatakan

bahwa perusahaan yang membentuk komite audit mempunyai hubungan yang

positif dengan kualitas kinerja terhadap laba perusahaan sehingga dapat

mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan yang pada akhirnya dapat

mempengaruhi nilai dari perusahaan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Diandono (2012) yang menyatakan

bahwa proporsi komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan perusahaan yang diukur dengan ROA karena, keberadaan komite audit

dalam memelihara kredibilitas laporan keuangan tidak diukur berdasarkan banyak

atau sedikitnya jumlah komite audit namun berdasarkan cara dan kemampuan dari

komite audit untuk memelihara kredibilitas laporan keuangan perusahaan yang

diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Namun dalam

49

Page 63: TA Calvin Pembri Gultom

peraturan Bank Indonesia mengenai penerapan GCG proporsi komite audit

minimal 3 orang.

50

Page 64: TA Calvin Pembri Gultom

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini betujuan untuk menguji pengaruh Good Corporate

Governance yang terdiri dari proporsi dewan direksi, dewan komisaris dan komite

audit terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan menggunakan

Return On Asset (ROA). Berdasrkan hasil pengujian bahwa variabel proporsi

dewan direksi dan proporsi dewan komisaris berpengaruh terhadap ROA. Namun

proporsi komite audit tidak berpengaruh terhadap ROA. Adapun hasil penelitian

akan dijabarkan sebagai berikut :

1. Proporsi dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

perusahaan (ROA) pada bank umum yang menjadi sampel dalam

penelitian ini. Hal ini menunjukkan hipotesis pertama yaitu proporsi

dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan dapat

diterima.

2. Proporsi dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan (ROA) pada bank umum yang menjadi sampel

dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan hipotesis kedua yaitu proporsi

dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan

dapat diterima.

3. Proporsi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan (ROA) pada bank umum yang menjadi sampel

dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan hipotesis ketiga yaitu proporsi

komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan ditolak.

5.2 Saran

1. Dalam penelitian ini dengan keterbatasan waktu yang dimiliki, peneliti

hanya menggunkana 3 indikator dari berbagai macam penerapan prinsip

Good Corporate Governance, yaitu proporsi dewan direksi, dewan

komisaris dan komite audit. Oleh karena itu, untuk peneliti selanjutnya

diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menambahkan jumlah

indikator penerapan prinsip Good Corporate Governance seperti,

51

Page 65: TA Calvin Pembri Gultom

kepemilikan konstitusional, aktifitas dewan komisaris, hak pemegang

saham dan lain sebagainya. Sehingga dapat mempresentasikan seluruh

prinsip Good Corporate Governance yang ada dan dapat memberikan

penilaian penerapan Good Corporate Governance yang lebih baik dan

lebih lengkap, sehingga diharapkan dapat memberikan hasil penelitian

yang lebih baik.

2. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas, yaitu

sebanyak 21 dari 33 bank umum yang listed di BEI pada tahun 2009 -

2011. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk memperbanyak

jumlah sampel seperti LQ – 45, Jakarta Islamic Index, Index 30, dan lain

sebagainya. serta memperpanjang periode penelitian, sehingga dapat

memberikan hasil penelitian yang lebih terbaru dan dapat

merepresentasikan semua perusahaan yang ada.

52

Page 66: TA Calvin Pembri Gultom

DAFTAR PUSTAKA

Bursa Efek Indonesia. Sumber Sampel Penelitian. www.idx.co.id. Diunduh 15 Maret 2013

Diandono, Hudan. 2012. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan yang Masuk Kelompok Jakarta Islamic Index (JII) periode 2006-2011.” Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta

Djarwanto. 2004. Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta

Faisal, 2005, Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance, Simposium Nasional VII, Ikatan Akuntansi Indonesia

Forum Corporate Governance In Indonesia. Definisi Corporate Governace. www.fcgi.org.id. Diunduh 12 Maret 2013

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition. New York: MC. Graw-Hill Inc. Jakarta: Erlangga

Hastuti, T, 2005. Hubungan Antara GCG dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VII.

IICG, 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga, Jakarta

Jati, Framudyo. 2009. “Pengaruh Struktur Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” Skripsi Universitas Gunadarma. Depok.

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta.

Klein, A., 2002, Audit Commite, Board of Director, Characteristics Economics (33), pp. 375-400

Kusumawati, Dwi Novi dan Bambang Riyanto LS. 2005. Corporate Governance dan Kinerja: Analisis Compliance Reporting dan Struktur Dewan Terhadap Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII. Solo.

53

Page 67: TA Calvin Pembri Gultom

Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance bagi Bank Umum.

Pranata, Y, 2007. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan.” Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Qomariyah, Tri Listiani. 2008. “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management) Pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta

Rahmawati. 2006. “Model Penelitian Manajemen Laba pada Industri Perbankan Publik di Indonesia dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perbankan.”

Sanda, Ahmadu, Aminu S. Mikaliu, dan Tukur Garba, 2005, “Corporate Governance Mechanism and Firm Financial Performance in Nigeria”, African Economic Research Consortium, Nairobi, Maret 2005, Department of Economics, Usmanu Danfodiyo University, Sokoto, Nigeria.

Sam’ani. 2008. “Pengaruh Good Corporate Governance Dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2004-2007”. Tesis Tidak Dipublikasikan. Magister Manjemen. Universitas Diponegoro. Semarang

Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta:Media Pressindo.

Tjager, I.N., A. Alijoyo H.R. Djemat, dan B. Sembodo. (2003). Corporate governance: Tantangan dan kesempatan bagi komunitas bisnis Indonesia. Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI). Jakarta

Warsono,Sony, Amalia,Fitri, Rahajeng, Dian Kartika, 2009. ”Corporate Governance Concept and Model: Preserving True Organisation Welfare”. Center for Good Corporate Governance. Yogyakarta.

Wardhani, Ratna. 2006. Mekanisme GCG dalam perusahaan yang mengalami Permasalahan Keuangan (Financially Distressed Firms). Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang

Yang, Ya-Wan, DeWayne L. Searcy, dan Kay W. Tatum, 2006, “The Role of Corporate Governance on Long Term Financial Performance and Market Valuation of R&D Invesment in the Biotechnology Industry”.

54

Page 68: TA Calvin Pembri Gultom

55

Page 69: TA Calvin Pembri Gultom

56