syiar kemuhammadiyahan dalam mediarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... ·...
TRANSCRIPT
Syiar Kemuhammadiyahan dalam Media
(Studi Deskriptif tentang Praktik Dakwah Kelompok melalui Media)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Hilma Nur Alifah
NIM: 11150510000040
JURUSAN JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M/1441 H
i
ABSTRAK
Hilma Nur Alifah (11150510000040)
Syiar Kemuhammadiyahan dalam Media (Studi Deskriptif
tentang Praktik Dakwah Kelompok melalui Media)
Dulu, Nabi Muhammad berdakwah mulai dari yang
sembunyi-sembunyi hingga terang-terangan, mulai dari lisan
hingga ke perbuatan. Akan tetapi pada saat ini, dakwah dapat
dilakukan dengan berbagai cara tanpa ada larangan dari siapa pun
dan salah satunya adalah berdakwah melalui media. Syiar dakwah
adalah salah satu cara dalam mengajak masyarakat ber-amar
ma’ruf nahi munkar. Hal ini pula yang diusung oleh
Muhammadiyah yang sejak kelahirannya menekankan bahwa
organisasi Islam ini adalah gerakan dakwah amar ma’ruf nahi
munkar. Namun syiar dakwah sendiri memiliki makna yang luas
sehingga tidak pada konteks hubungan antara manusia dengan
pencipta saja. Akan tetapi, juga pada hubungan antara manusia
dengan manusia itu sendiri.
Maarif Institute adalah lembaga swadaya masyarakat yang
hadir untuk turut mensyiarkan kemuhammadiyahan melalui media
yang diproduksinya dan juga melalui kegiatan amal perbuatannya
atau dapat dikatakan pula sebagai bentuk dakwah bil-hal. Meski
secara struktural Maarif Institute tidak memiliki hubungan dengan
Muhammadiyah, tapi secara emosional dan historis,
Muhammadiyah tetap memiliki peran besar di dalamnya. Inilah
yang membuat Maarif Institute tetap perlu menjaga
kemuhammadiyahannya.
Riset ini menggunakan pendekatan historis dan metode
penelitian deskriptif kualitatif yang berfungsi sebagai pemaparan
penerapan syiar kemuhammadiyahan di Maarif Institute.
Sementara data riset peneliti merupakan transkrip wawancara dan
dokumen kelembagaan.
Kata kunci: Maarif Institute, Syiar Kemuhammadiyahan,
Praktik Dakwah Kelompok
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan irodah dan hidayah-Nya, serta
menganugerahkan nikmat sehat kepada peneliti, sehingga
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya
dan semoga memberi manfaat bagi pembaca serta khalayak ramai.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad sebagai teladan terbaik yang telah membawa kita
keluar dari zaman jahiliyah.
Skripsi ini merupakan karya tulis ilmiah yang disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari meski tidak tepat waktu, setelah melewati suka duka
dengan waktu yang cukup lama akhirnya penulis mampu
menyelesaikan penelitian.
Dalam penelitian ini pun penulis menyadari telah mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc,
MA.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Suparto, M.Ed, Ph.D., Wakil
Dekan Bidang Akademik, Dr. Siti Napsiyah, MSW., Wakil
iii
Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. Sihabudin Noor,
M.Ag., Wakil Dekan Kemahasiswaan, Drs. Cecep
Castrawijaya, MA
3. Ketua Jurusan Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan Sekretaris
Jurusan Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaili, M.A.
5. Kholis Ridho, M.Si sebagai Dosen Pembimbing sekaligus
Dosen Penasehat Akademik yang dengan penuh perhatian
atas segala ruang dan waktunya telah memberikan motivasi,
arahan, bimbingan, tenaga serta ilmu pengetahuan kepada
peneliti sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.
Kebaikan bapak dalam segala hal akan selalu terkenang.
Semoga keberkahan hidup senantiasa mengiringi dan
senantiasa berada dalam lindungan-Nya.
6. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi atas ilmu yang diberikan kepada peneliti.
7. Deni Murdiani dan Moh.Shofan yang telah bersedia menjadi
narasumber penulis di tengah kesibukan pekerjaannya,
sungguh penulis berterima kasih banyak atas bantuannya.
8. Kedua orangtua penulis yang hebat, Abi Suwita dan Umi
Sunenti yang telah berjuang memberikan pendidikan yang
tinggi kepada putrinya, mendidik dengan sabar, tulus dan
ikhlas, serta saudara-saudara penulis, Mbak Widad,
Ka’ban, Diena dan Shera yang selalu menjadi penyemangat
untuk penulis menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman jurnalistik 2015 khususnya, Umi, Nanda,
Chani, Salsa, Citra, Rissa dan Fari yang selalu menjadi
iv
teman baik selama kuliah. Semoga yang masih dalam
proses menyelesaikan skripsi, Allah SWT permudah.
15. Sahabat MA hingga saat ini Siti Nurkhalizah, Fahmi,
Ilham, Noe yang telah menjadi sahabat sekaligus keluarga
selama 4 tahun belakang. Terima kasih telah menjadi teman
terbaik kapan pun dan di mana pun.
16. Teman-teman di FLP dan teman KKN yang selalu
membawa cerita baru, semoga yang masih dalam proses
menyelesaikan skripsi, Allah SWT permudah.
17.Tak lupa segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, namun turut membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
Demikianlah skripsi ini dibuat. Dengan segala keterbatasan
yang dimiliki, akhirnya peneliti mengucapkan semoga seluruh
bentuk bantuan dibalas oleh Allah SWT. Semoga karya sederhana
ini bermanfaat bagi nusa, bangsa dan agama, khusunya bagi penulis
sendiri dan semoga karya ini menjadi sedikit sumbangsih bagi
pengembangan dunia pendidikan dan Allah mencatat karya ini
sebagai salah satu pengabdian penulis untuk dijadikan ibadah
kepada-Nya. Aamiin.
Jakarta, 10 Oktober 2019
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
LEMBAR SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK.................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................ 7
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ..................................... 8
F. Metodologi Penelitian ............................................ 10
G. Sistematika Penulisan .............................................. 18
BAB II TEORI DAN KONSEP
A. Medium is the message............................................ 21
B. Media dan Dakwah................................................. 23
C. Praktik Dakwah Berbasis
Kelompok/Komunitas............................................. 26
D. Kemuhammadiyahan ............................................. 28
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Struktur Organisasi Lembaga Maarif Institute ...... 39
B. Sejarah Maarif Institute ......................................... 43
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Strategi Pengembangan.......................................... 53
vi
B. Media milik Maarif Institute ................................. 58
C. Aktifitas Sosial Maarif Institute............................. 66
BAB V PEMBAHASAN
A. Interpretasi Penelitian.............................................. 75
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................ 83
B. Saran ..................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA.......................................................... 85
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1: Foto Tokoh Lembaga Maarif Institute Beserta
Para Pendirinya.
Gambar 3.2:Sejak Awal Berdiri, Maarif Institute Merupakan
Wadah Untuk Diskusi Dan Berkumpulnya Para
Intelektual Muda.
Gambar 3.3: Film-Film Yang Maarif Institute Produksi
Gambar 4.1:Suasana Para Karyawan Ketika Rapat Atau
Diskusi Dengan Jajaran Atas (Direksi)
Gambar 4.2: Program Penguatan Kapasitas Pengawas Sekolah
Gambar 4.3: Piala Dan Buku Maarif Award
Gambar 4.4: Tampilan Website Maarif Muda
Gambar 4.5:Tampilan Website Creator Muda Dan Program
Creator Muda X Maddingsekolah.Id
Gambar 5.1 Tim Redaksi Jurnal Maarif
Gambar 5.2 Alamat Redaksi
Gambar 5.3 Jurnal Maarif Bulan Juni
Gambar 5.4 Jurnal Maarif Edisi Lama
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak dulu, komunikasi merupakan bagian yang paling
penting dalam aspek kehidupan manusia. Kepentingan ini
dikarekanakan komunikasi manusia yang satu dengan manusia
yang lainnya. Komunikasi telah diteliti secara sistematis sejak
zaman dahulu tetapi hal ini menjadi sebuah topik yang sangat
penting pada abad ke-20. W. Barnett Pearce menggambarkan
perkembangan komunikasi ini sebagai “penemuan-revolusioner”
yang disebabkan oleh meningkatnya penggunaan teknologi-
teknologi komunikasi yang juga memiliki alur yang sama pada
meningkatnya industrialisasi, bisnis besar dan politik global. Ini
sangat jelas bahwa komunikasi telah mengambil posisi penting
dalam kehidupan manusia.1
Meski begitu, teknologi komunikasi ini sendiri justru
semakin mempermudah aktivitas berkomunikasi sehari-hari. Baik
cara mengirim ataupun menerima pesan saat ini dapat dilakukan
dengan berbagai macam media. Hal ini memberikan kesempatan
sekaligus memberikan kemudahan untuk yang berniat
menyampaikan pesan, salah satunya pesan yang memiliki unsur
kebaikan. Salah satunya dakwah menggunakan media. Bagi
seorang muslim, dakwah merupakan kewajiban yang tidak dapat
1 Littlejohn, Stephen W & Karen A. Foss.2009. Teori Komunikasi, edisi
9. Jakarta: Salemba Humanika.
2
ditawar-tawar lagi. Ini kewajiban yang tidak mungkin
dihindarkan dalam kehidupan karena itu melekat dengan
pengakuan diri sebagai umat manusia khususnya agama Islam.
Dakwah erat kaitannya dengan amar ma’ruf nahi munkar artinya
menyeru kebaikan dan menjauhi keburukan atau kemungkaran.
Setiap umat muslim di dunia ini mengemban misi dakwah yang
sejatinya disampaikan dalam setiap kesempatan berupaya
diwujudkan seperti Hadist Rasululla SAW sebagai berikut:
Artinya: Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat
(H.R Bukhari)
Nabi SAW memerintahkan untuk menyampaikan perkara
agama dari beliau, karena Allah SWT telah menjadikan agama ini
sebagai satu-satunya agama seluruh makhluk ciptaannya. Dengan
ketentuan seperti hal tersebut maka seluruh umat muslim
terutama generasi penerus umat manusia di dunia ini khususnya
para remaja dianjurkan untuk lebih giat melakukan dakwah
kepada sesama umat. Akan tetapi, ilmu dakwah dalam bahasan
ini bukan seperti ilmu yang pada umumnya dipahami atau
dimiliki seorang dai, ustadz-ustadzah, muballigh-muballighat,
dengan keahlian berceramah yang diartikan sebagai keahlian “the
art of speaking” di mimbar masjid, ataupun di atas podium suatu
pengajian.
Nurhidayat M. Said mengatakan bahwa “Tuntutan
dakwah lisan tidak relevan lagi di zaman sekarang (era
3
informasi). The art of speaking (retorika) telah bergeser
maknanya”.2 Maka dari itu, era globalisasi informasi
menciptakan tuntutan bagi manusia terhadap agama itu sendiri.
Zaman semakin menuntut agama untuk melakukan adaptasi, yang
berarti parapun harus memiliki cara lain dalam menyebaarkan
ajaran agama Islam ke dalam berbagai dimensi kehidupan
masyarakat.
Dewasa ini dakwah telah dipraktekkan dalam berbagai
aktifitas manusia misalnya di bidang sosial, ekonomi, politik
bahkan teknologi. Ini berarti manajemen strategi dalam
menyiarkan dakwah menjadi semakin berkembang dan sudah
sewajarnya sebagai agama seluruh makhluk hidup, haruslah
diterapkan demi tercapainya cita-cita dakwah umat Islam yang
dulu pertama kali disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dengan berhasilnya dakwah menyentuh semua bidang itu
menandakan bahwa dakwah bukanlah hanya dari mimbar ke
mimbar saja. Dengan semakin luasnya medan itu berarti semakin
membutuhkan banyak sosok dai yang nantinya akan berperan di
dalamnya.
Dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar dengan metode yang
tepat akan menghantarkan dan menyajikan ajaran Islam dengan
sempurna.3 Oleh karena itu dalam menyiarkan dakwah haruslah
menggunakan strategi yang baik dan sesuai dengan zamannya
2 Muhammad Firdaus, Jurnalistik Profetik Kontekstualisasi Dakwah
Nabi di Era Multimedia (Samata : Alauddin Press, 2013), h. 122. 3 Tata Sukayat, Quantum Dakwah (Cet I; Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
h. 4.
4
agar dapat menghasilkan konsep yang menarik sehingga dapat
meningkatkan mutu materi dakwahnya dan mampu menarik
minat banyak orang. Jelas pula ditegaskan bahwa prinsip-prinsip
berdakwah tidaklah berfokus pada satu atau dua metode saja,
akan tetapi justru sangat fleksibel. Perlu juga dicatat bahwa
perintah berdakwah tidak hanya melihat keberhasilan dari segi
kuantitas dan kualitas target tetapi juga melihat keuletan dalam
berjuang menyebarkan syiar dakwah.4
Hal inilah yang Muhammadiyah lakukan sejak dahulu.
Muhammadiyah menjadikan para kader-kadernya mampu
melakukan dakwah khasnya yaitu amar ma’ruf nahi munkar
hingga akhirnya melahirkan orang-orang hebat seperti salah
satunya Buya Syafi’i Maarif. Buya Syafii merupakan tokoh dari
Muhammadiyah yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum
Pimpinan Pusat Muhammadiyah selama dua periode masa
jabatan tahun 1988-20055 dan beliau juga pernah menjabat
sebagai Presiden World Conference on Religion for Peace
(WCRP).
Meski Buya Syafi’I tidak lagi menjabat menjadi ketua PP
Muhammadiyah, beliau tetap melakukan syiar
kemuhammadiyahannya melalui Maarif Institute. Maarif Institute
ini merupakan rintisan para pemuda Muhammadiyah di mana
4 ” (QS. An-Nahl/16: 125) Departemen Agama RI, Al-Qur’an
Terjemahan, (Bandung: PT Syamil Cipta Media 1987), h. 281. 5 Pada era Syafii Maarif, Muhammadiyah lebih mewarnai percaturan
bangsa dan menjawab tantangan perkembangan dunia. Lihat: Muhammad
Aulia Rachman, skripsi berjudul “Pemikiran Ahmad Syafii Maarif Tentang
Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan Dan Kemanusiaan Dalam Perspektif
Fiqh Siyasah” hlm: 59
5
Buya Syafi’I sendiri yang namanya digunakan sebagai nama
lembaga ini sama sekali tidak terlibat dalam pendiriannya.
Menurut Rizal Sukma tujuan pendirian lembaga ini agar Islam
dan umat Islam tidak terus menerus berada dalam posisi
pinggiran dan mengalami krisis kontribusi dalam peran-peran
kebangsaan sehingga dibutuhkan langkah solutif.6 Selain itu
disadari pula bahwa segala aktivitas Maarif Institute tidak dapat
dipisahkan dari persyarikatan Muhammadiyah, karena meskipun
tidak ada hubungan struktural dengan organisasi. Akan tetapi
secara emosional dan historis, Maarif Institute tetap memiliki
hubungan dengan Muhammadiyah.
Oleh karena itu, memperjuangkan arus pembaruan pemikiran
Islam dalam konteks gerakan Muhammadiyah merupakan salah
satu perhatian utama Maarif Institute sebagai bagian dari upaya
pencerahan sekaligus memperkuat elemen moderat (empowering
moderates) di Indonesia.7 Namun perlu diketahui perjuangan para
pemuda Muhammadiyah dalam membentuk Maarif Institute ini
pun tidak mudah. Sama seperti halnya membangun sesuatu dari
awal, pasang-surut dalam membangun Maarif Institute pun
melalui proses yang panjang. Bukan hanya memikirkan dana
operasional untuk mengeluarkan media massa sebagai alat
menyebarluaskan lembaga Maarif.
6 Ahmad Syafi’I Maarif dkk, Catatan 1 Dekade, (Jakarta: MAARIF
Institute for Culture and Humanity, 2013) hlm: 12 7 Profil website Maarifinstitute.org
6
Namun juga perlu mencari kerjasama demi memperkuat
lembaga ini untuk terus berkembang hingga di umurnya yang ke-
16 saat ini. Uniknya, lembaga swadaya masyarakat ber non profit
ini telah mengeluarkan tiga film yang tayang di layar lebar,
puluhan program yang fokusnya pada pendidikan pun telah
digarap sejak 2003 hingga 2019 ini. Maarif Institute juga mampu
menerbitkan Jurnal dengan pemikiran Islam dan sosial sejak
pendiriannya. Sehingga menurut penulis, ini sangat menarik
untuk diteliti tentang bagaimana Maarif Institute yang
menjalankan syiar kemuhammadiyahannya melalui media.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah
bagaimana praktik dakwah kelompok Muhammadiyah melalui
media organisasi terkait dengan Syiar Kemuhammadiyahan?
C. Tujuan Penelitian
Saat ini Maarif Institute telah berumur 16 tahun. Sebagai
sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat tentu tidak mudah
menjaga keseimbangan segala faktor yang ada, baik internal
maupun eksternal. Di mana pertama kali semua dana operasional
yang dibutuhkan haruslah milik sendiri dan jika ingin terus
bertahan, Maarif Institute diperlukan memperluas jaringan supaya
mendapatkan dana tambahan. Tak hanya itu, mereka pun perlu
7
memperkenalkan pada masyarakat luas dan setidaknya melalui
media adalah yang paling mudah dilakukan.
Terlepas kehadirannya yang sangat bermanfaat untuk
masyarakat luas, tantangan membangun lembaga pastinya tidak
mudah. Terutama karyawan Maarif terhitung tidak sampai 20
orang dan itu yang membuat penulis semakin tertarik untuk
meneliti Maarif Institute. Dengan kerja kerasnya, jerih payahnya
dan tak peduli keterbatasan anggotanya yang membuat Maarif
bertahan 16 tahun pastinya penuh lika-liku perjuangan yang tidak
biasa. Maka tujuan penulis meneliti lebih lanjut adalah untuk
menjelaskan bagaimana syiar kemuhammadiyahan dalam media
Maarif Institute. Hal ini dikarenakan syiar dakwah pada saat ini
menyesuaikan perkembangan zaman yang telah membawa media
menjadi lebih canggih dan Maarif Institute melakukan itu sesuai
dengan fokus utamanya ketika membangun lembaga yang salah
satunya adalah keislaman.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini secara akademis dapat memberikan
kontribusi yang positif karena media sangatlah dibutuhkan,
bukan hanya untuk mengirim sebuah interaksi biasa. Akan
tetapi juga membawa penyebaran kebaikan keagamaan.
Tidak hanya memuat informasi bagi masyarakat terhadap
kehidupan pokok, tapi juga sudah menyentuh seluruh
organisasi/ organisasi kecil maupun besar.
8
2. Manfaat praktis
Penelitian ini dilakukan selain untuk mengetahui sejarah
Maarif Institute juga dapat mengetahui bagaimana syiar
dakwah kemuhammadiyahan melalui media sehingga
masyarakat luas pun dapat mencontoh cara dakwah Marif
Institute dengan mengikuti zaman modern saat ini.
E. Tinjaun Kajian Terdahulu
Dalam menentukan judul penelitian ini, peneliti sudah
mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan utama yang
terdapat di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta dan pencarian di internet. Selain dari buku-
buku yang dijadikan rujukan utama, data-data yang diperoleh
pada penelitian ini berfokus pada sejarah, syiar
kemuhammadiyahan dan fungsi managemen redaksi. Namun,
ada beberapa skripsi yang hampir serupa dengan milik penulis
diantaranya:
1. Aktifitas Dakwah Yayasan Khadijah Terhadap
Pengamalan Ibadah Salat Tunanetra di Kisaran
Timur, karya: Resmy Wulan Octa. Mahasiswa
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam/ 2017. Skripsi ini sama-
sama membahas dakwah yang dilakukan kelompok.
Akakn tetapi dakwah yang ditujukan pada skripsi ini
difokuskan pada praktik ibadah salat kelompok tunanetra.
Berbeda dengan penulis yang menjadikan semua
9
masyarakat tanpa ada batasan kelompok seperti apa dan
ibadah seperti apa yang perlu disyiarkan.
2. Akselerasi Dakwah Melalui Pengorganisasian
Komunitas Plural (Studi Kasus Komunitas Mocopat
Syafaat Di Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta),
Karya: Ahmad Faiz Salim. Mahasiswa Universitas Islam
Negeri Purwokerto, Jurusan Bimbingan Dan Konseling
Islam/2016. Kami sama-sama membahas dakwah
komunitas tapi pada skripsi ini lebih kepada
pengorganisasian komunitas itu sendiri dalam
menyampaikan syiar dakwah. Sementara penulis lebih
kepada alat apa yang komunitas gunakan untuk
menyampaikan syiarnya.
3. Dakwah Di Media Sosial (Etnografi Virtual Pada
Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar), karya:
Rizki Hakiki. Mahasiswa Universitas Islam Negeri
Jakarta, Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam/2016.
Pada pembahasan skripsi ini, peneliti menggunakan teori
yang berbeda dengan penulis dan dakwah pada penelitian
ini pun bukan berbasis kelompok melainkan individu.
Namun kami sama-sama mengambil media sebagai salah
satu cara untuk berdakwah meski pada penelitian ini
difokuskan pada facebook saja.
4. Stragtegi Dakwah Komunitas Sahabat Muda
Surabaya Dalam membentuk Pemuda Sosial
Entrepreneur Yang Islami Berdasarkan Teori Sayyid
Muhammad Nuh, karya: Nursaid Rahmatullah.
10
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta, Jurusan
Komunikasi Dan Penyiaran Islam/2017. Penelitian ini
sama-sama mengambil aktifitas dakwah berbasis
komunitas. Akan tetapi teori yang kami gunakan berbeda
dan dakwah ini ditujukan untuk melihat bagaimana
komunitas yang peneliti teliti membentuk Pemuda Sosial
Entrepreneur zaman ini agar tidak keluar dari syariat
Islam.
F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan asumsi atau cara pandang di mana
konsep itu membawa kita kepada cara berpikir untuk
memahami atau melihat sebuah penelitian secara fakta.
Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting dan
juga masuk akal. Sifatnya normatif menunjukkan pada
mereka mengenai apapun yang selalu manusia resahkan
ataupun pertimbangan-pertimbangan pertanyaan manusia
yang mengarah pada sebuah penentuan ilmu pengetahuan
sehingga memiliki sebuah makna yang asli. Paradigma ini
memandang ilmu sosial sebagai socially meaningful action,
yang berarti menafsirkan bagaimana para pelaku sosial yang
bersangkutan menciptakan dan memelihara mengelola dunia
11
sosial mereka.8 Maka di sini penulis menggunakan
paradigma kontruktivis untuk memahami bagaimana Maarif
Institute menggunakan media saat ini sebagai bentuk syiar
kemuhammadiyahannya pada masyarakat luas.
2. Pendekatan Penelitian
Penulis menggunakan pendekatan historis dengan tujuan
untuk merekontruksi kembali secara sistematis, akurat dan
obyektif kejadian atau peristiwa yang pernah terjadi di masa
lampau.9 Dengan pendekatan historis ini peneliti membangun
ulang masa lalu melalui pengumpulan data, verifikasi serta
menganalisis bukti atau fakta yang ada baik dokumen
ataupun hasil wawancara. Setelah kemudian semua
terkumpul, penulis pun mendeskripsikan kembali sesuatu
yang telah terjadi di masa lalu dan memberikan penjelasan
masa kini serta pandangan ke masa yang akan datang.10
Di sini penulis membangun ulang sejarah Maarif
Institute yang sejak awal lahirnya merupakan Lembaga
Swadaya Masyarakat yang mampu mewadahi para
intelektual muda di Muhammadiyah untuk terus
berkembang. Kemudian memberikan pandangan ke masa
8 Deddy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial
Empirik Klasik, (Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Indonesia, 2003) hlm: 3 9 Proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan
peninggalan masa lalu bersadarkan data yang diperoleh. Lihat: Louis
Gottschalk, Mengerti Sejarah, (terjemahan. Nugroho Notosusanto, Jakarta:
Universitas Indonesia, 2008) hlm:39. 10
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan, (Jakarta: Prena Media Group,2016) hlm: 346
12
kini di mana Maarif Institute tetap berjalan setelah 16 tahun
terlewati dan fokus Maarif Institute untuk mewadahi
intelektual muda tidak hanya pada kalangan anak muda
Muhammadiyah saja, tapi sudah menyebar di 10 kota di
Indonesia. Begitu juga cara Maarif Institute menggunakan
media dalam mensyiarkan kemuhammadiyahannya.
Ini membuat penulis perlu melihat sejarah Maarif sejak
pertama menggunakan media sebagai alat untuk berdakwah.
Terakhir, pandangan untuk masa mendatang yang
harapannya Maarif Institute akan terus berkembang dalam
mensyiarkan kemuhammadiyahannya atau bahkan dalam
kegiatan lainnya yang Maarif selenggarakan di lembaga
swadaya masyarakat sebagai bentuk kegiatan amal saleh
(dakwah bil-hal)
3. Metode Penelitian
Penulis menggunakam metode penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan menjelaskan
masalah penelitian, peristiwa, sesuai dengan kenyataan yang
ada.11
Dengan metode ini, penulis tidak melakukan
pembuktian hipotesis yang sejak awal dibuat, penulis justru
berusaha mengutarakan dengan jelas apapun yang penulis
temukan dalam penelitian ini yang terkadang tak terduga
seperti apa yang dibayangkan sebelum penelitian.
11
Hasil rekaman, interview, foto, dokumen pribadi tentang suatu objek
penelitian dilaporkan sesuai dengan makna yang sebenarnya dan dalam
konteks yang benar. Lihat: Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan Penelitian Gabungan.., hlm. 333
13
Semisalnya, peneliti ingin mendeskripsikan makna cantik, di
sini penulis memiliki hak berdialog bebas untuk memberikan
makna apa itu cantik bersama narasumber tanpa ada sebuah
hipotesis sejak awal.12
Kemudian penulis menafsirkan makna itu secara
deskriptif sesuai data nyata yang penulis dapatkan usai
penelitian. Karena itu, dengan metode kualitatif ini penulis
akan melalui proses kegiatan di mana hasil data-data akan
berupa wawancara, foto ataupun dokumen yang mempunyai
keterkaitan dengan penelitian. Dalam metode ini, penulis
berusaha mendeskripsikan secara objektif apapun realitas
yang penulis dapatkan di lapangan mengenai syiar
kemuhammadiyahan di Maarif Institute melalui wawancara
ataupun dokumen kelembagaan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan dua teknik pegumpulan data untuk
meneliti. Pertama, penulis menggunakan wawancara di mana
teknik ini adalah mengumpulkan data melalui komunikasi
dengan narasumber dalam jangka waktu yang tidak lama.
Dapat dikatakan pula wawancara ini merupakan proses di
mana peneliti bertanya langsung pada narasumber secara
12
Rachmat Kriyanto, Teknik Praktik Riset Komunikasi, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2016) hlm: 58
14
mendalam terkait suatu objek yang sedang diteliti dengan
perancanaan sebelumnya.13
Kedua, studi dokumentasi, di mana teknik pengumpulan
data ini tak hanya mengumpulkan saja, tapi juga perlu
melihat lebih teliti supaya penulis dapat menganalisis
dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek tertentu atau
mungkin oleh orang lain tentang sesuatu yang penulis teliti.14
Maka di sini penulis sebutkan dokumen apa saja yang
penulis gunakan sebagai sumber data diantaranya: Buku
yang ditulis oleh Ahmad Syafi’I Maarif dkk dalam buku
catatan 1 dekade, beberapa jurnal Maarif yang secara
random penulis dapatkan dari perpustakaan Maarif Institute,
buku laporan tahunan Maarif Institute for Culture and
Humanity pada tahun 2007 dan 2010, bulletin komunitas
Maarif pada tahun 2015 dan foto dokumentasi milik Maarif
Institute baik dari buku ataupun website.
5. Teknik Analisis Data
Agar dapat mendapatkan data yang diharapkan, maka
penulis menggunakan teknik analisis data yang biasa
digunakan untuk penelitian historis. Kelebihan teknik analis
data ini adalah validnya data yang penulis miliki dapat diuji
dengan berbagai sumber khususnya pada lisan maupun
13
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan..., hlm: 372 14
Metode dokumentasi yang diamati peneliti adalah benda mati
bukanlah beda hidup. Lihat: Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, 2006, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik... hlm: 231
15
tulisan, baik lewat wawancara ataupun dokumen
kelembagaan. Kemudiaan fokus penelitiaan lebih terjaga dan
dapat digunakan dalam waktu terbatas serta lebih sistematis.
Ismaun mengungkapkan beberapa langkah yang harus
dilakukan dalam melakukan penelitian historis yaitu:
heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi.15
Langkah pertama adalah heuristik, pengumpulan
sumber-sumber yang relevan sesuai yang dapat digunakan
untuk menjawab rumusan masalah.16
Apabila sumber itu
tulisan, penulis mengambil dari berbagai literatur, baik
berupa buku, jurnal ataupun internet. Untuk melengkapi data
yang tidak di dapat dari sumber pustaka penulis
menggunakan sumber lisan di mana data ini didapatkan
melalui wawancara pada narasumber yang memiliki kaitan
pada subjek penelitian. Maka dari itu, selain penulis
menggunakan literatur yang berkaitan dengan Maarif
Institute, penulis juga melakukan wawancara terhadap Mas
Deni selaku divisi islam dan media serta dengan Pak Shofan
sebagai divisi riset.
Langkah kedua adalah verifikasi (kritik sumber). Metode
ini adalah melakukan proses penyelidikan terhadap data dan
fakta yang telah diperoleh. Dalam tahap ini ada dua macam
15
Ismaun, Pengantar Ilmu Sejarah, (Bandung: FPIPS ISIP Bandung:
1990), hlm: 136 16
Sumber-sumber ini dapat berbentuk tulisan maupun lisan sebagai
pendukung data penelitian ini. Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi
Sejarah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) hlm: 15.
16
kritik yang harus penulis tempuh, yaitu kritik ekstrernal dan
internal.17
a. Kritik Eksternal
Kritik ini menguji tingkat keaslian sumber,
khususnya keakuratan atau ke-ontetikan dokumen
sejarah tersebut seperti waktu pembuatan, materi
dokumen serta meneliti utuh apakah dokumen itu
asli.18
Dalam kritik eksternal, penulis sudah
memastikan bahwa penelitian ini merujuk pada
keseluruhan literatur yang berkaitan dengan Maarif
Institute. Peneliti juga memastikan keakuratan
literatur yang peneliti gunakan sebagai rujukan karena
semuanya merupakan terbitan langsung penerbit
Maarif Institute. Dalam arti lain, semua literatur ini
bukan dari penerbit lain sehingga proses
pembuatannya jelas asli dari orang yang
bersangkutan.
b. Kritik Internal
Menguji tingkat kesahihan sumber (credibility
of source atau kredibilitas sumber) yaitu memeriksa
tingkat kepercayaan terhadap sumber kesaksian yang
17
Aminudin Kasdi, Pengantar Ilmu Sejarah (Surabaya: IKIP, 1995)
hlm: 30 18
I Gede Widja, Sejarah Lokal: Suatu Perspektif dalam Pengajaran
Sejarah, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan, 1989) hlm: 24.
17
merupakan faktor paling menentukan benar tidaknya.
Di sini penulis telah membandingkan data dari
berbagai sumber sehingga dapat menemukan hasil
yang kredibel. Maka dari itu dalam kritik ini penulis
mewawancarai langsung salah satu karyawan Maarif
Institute yaitu Pak Deni untuk mendapatkan informasi
sejarah serta media apa saja yang ada pada Maarif
Institute, baik yang masih digunakan ataupun sudah
tidak lagi digunakan. Penulis juga mewawancarai Pak
Sofan untuk mengetahui bagaimana jurnal Maarif
dijadikan salah satu media Islam yang
pembahasannya tidak monoton. Setelah itu, supaya
data ini kredibel, penulis pun mencocokkannya
dengan berbagai dokumen milik Maarif diantaranya
melalui buku, jurnal Maarif dan website-website yang
dikelola Maarif Institute.
Langkah ketiga adalah penafsiran atau interpretasi.
Setelah melewati tahapan di atas, peneliti melakukan proses
penafsiran, menetapkan makna dari pengumpulan seluruh
data yang akan disusun dalam penelitian ini.19
Interpretasi ini
dilakukan supaya mendapatkan gambaran secara jelas dan
mendalam tentang apa yang penulis sedang teliti. Maka di
sini penulis menafsirkan bagaimana sejarah dan media apa
saja yang Maarif gunakan dalam mensyiarkan
19
Nugroho Notosusanto, Norma-norma Dasar Penelitian dan
Penulisan Sejarah, (Jakarta: Pusat Sejarah ABRI DEPHANKAM, 1971)
hlm:17.
18
kemuhammadiyahannya. Media ini pun penulis tafsirkan
sebagai alat yang lebih umum lagi dengan kata lain bukan
hanya fokus pada media sosial atau media massa saja, tapi
melihat pada media sebagai alat untuk menyampaikan
komunikasi.
Langkah keempat, ini merupakan tahap terakhir yang
disebut historiografi, pada tahap ini penulis memproses
segala informasi yang sudah di dapat menjadi tulisan.20
Penulis menyusun semua data yang sudah didapatkan baik
tulisan maupun lisan kedalam skripsi ini. Melewati tahap
terakhir ini, penulis telah menuliskan hasil keseluruhannya
pada bab 3 dan bab 4.
G. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Penulis akan membahas Latar belakang masalah,
Batasan dan Rumusan masalah, Tujuan dan
Manfaat Penulisan, Tinjauan Kajian Terdahulu,
Metodelogi penulisan dan Sistematika penulisan.
BAB II Teori dan Konsep
Bab ini berisi teori serta konsep penulis
diantaranya medium is the message, Media dan
20
Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah..., hlm: 43
19
Dakwah, Praktik Dakwah Berbasis
Kelompok/Komunitas dan Kemuhammadiyahan.
BAB III Gambaran Umum
Bagian ini berisi Struktur Organisasi dan sejarah
Lembaga Maarif Institute
BAB IV Data dan Temuan Penelitian
Berisi data dan temuan peneliti di antaranya
adalah strategi pengembangan, media milik Maarif
Institute dan Aktifitas Sosial Maarif Institute.
BAB V Pembahasan
Berisi interpretasi dari penulis mengenai syiar
kemuhammadiyahan yang dilakukan oleh Maarif
Institute melalui media.
BAB VI Penutup
Penulis mengakhiri skripsi ini dengan kesimpulan
dan saran dari penulisan ini.
20
21
BAB II
TEORI DAN KONSEP
A. Medium is The Message
Medium adalah Pesan (Medium Is The Message)”,
merupakan konsep dasar dari teori ekologi media yang
dikemukakan oleh McLuhan. Hal itu dikarenakan masyarakat
lebih besar dipengaruhi oleh medium itu sendiri, dalam arti lain
media telah mengubah masyarakat secara radikal, contohnya
media mampu membentuk manusia dalam memberi penilaian,
merasa dan bereaksi terhadap sesuatu yang cenderung
dipengaruhi oleh media. Selain itu, hubungan antara manusia dan
media teknologi pun bersifat simbiosis. Manusia menciptakan
teknologi dan sebaliknya teknologi membentuk manusia. Inilah
mengapa teori ini disebut ekologi media.
McLuhan sebagaimana dikutip oleh Richard West dan
Lyn Turner menganggap media secara umum, bertindak secara
langsung untuk membentuk dan mengorganisasikan sebuah
budaya.1 Dalam teori ekologi media ini, McLuhan memandang
media dengan konsep yang luas. Medium yang dimaksud
McLuhan tidak terbatas pada media massa saja, akan tetapi
apapun yang manusia gunakan dalam berkomunikasi dianggap
sebagai sebuah media.
1 Richard West, dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi
Analisis dan Aplikasi Edisi 3, diterjemahkan oleh Maria Natalia dkk, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2010), hlm. 139
22
Menurut Ricard West dan Lynn H. Turner, teori ekologi
media memiliki asumsi sebagai berikut: 2
a. Media melingkupi setiap tindakan di dalam masyarakat,
b.Media memperbaiki persepsi masyarakat dan
mengorganisasikan pengalaman mereka,
c. Media menyatukan seluruh dunia,
Pada poin pertama dalam asumsi ini menekankan bahwa
masyarakat tidak bisa lepas dari media. Ini karena, dalam
kesehariannya media telah mengelilingi ruang lingkup kehidupan
masyarakat sehingga siapa pun tidak bisa menghindarinya.
Bahkan meskipun manusia itu sendiri tidak menggunakan media
massa, tetap saja media lainnya seperti isyarat, uang, jam dinding
atau apapun yang bersifat menyampaikan sebuah pesan dapat
dikategorikan medium.3
Dalam asumsi yang kedua, teori ini menilai media
sebagai sesuatu yang cukup kuat dan mampu memengaruhi cara
pandang manusia atas dunia. Salah satunya, bagaimana manusia
itu memberikan penilaian terhadap sesuatu cenderung
dipengaruhi oleh media dan tanpa disadari pula masyarakat
sangat mudah termanipulasi oleh televisi atau media. Contoh
nyatanya, peranan penting poin nilai-nilai keluarga saat ini
dimiliki oleh media. Anak lebih cenderung terpengaruh oleh
media dibanding orangtuanya sendiri, sehingga sikap dan
2 Richard West, dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi
Analisis dan Aplikasi Edisi 3, diterjemahkan oleh Maria Natalia dkk, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2010), hlm. 140- 141 3 Vita Kent, “Teori Ekologi Media”, dalam
http:/vitakent'smemoriesTeoriEkologiMedia.htm.2012.
23
tindakan anak lebih mudah dipengaruhi oleh media yang mereka
konsumsi baik televisi maupun media online.
Asumsi ketiga dari teori ekologi media telah
memunculkan sebuah percakapan internasional dalam rangka
media menghubungkan antar negara. McLuhan menggunakan
istilah Desa Global (Global Village) dalam menjelaskan
bagaimana media mengikat dunia menjadi sebuah sistem politik,
ekonomi, sosial, dan budaya yang besar. Dampak besar dari desa
global ini adalah kemampuan menerima informasi di berbagai
belahan dunia secara langsung.
Teori ekologi media ini digunakan untuk menganalisis
bagaimana fenomena sosial media saat ini sebagai new media
yang dimanfaatkan oleh komunitas/kelompok tertentu sebagai
media publishing. Hal itu terkait dengan asumsi teori ekologi
media yang pertama, media melingkupi kehidupan dalam
masyarakat yang artinya masyarakat tidak bisa melarikan diri dari
media. Karena pengguna sosial media saat ini sangat banyak dan
jangkauannya semua kalangan, para komunitas pun
menggunakan media tersebut untuk menunjukkan karya-karyanya
pada khalayak.
B. Media dan Dakwah
Masalah media merupakan permasalahan peradaban
manusia dan peradaban erat kaitannya dengan waktu, tempat,
budaya yang beredar serta peningkatan kemampuan manusia.
Maka seperti yang diketahui bahwa dakwah yang disampaikan di
setiap masa selalu ada pengunaan media mulai dari yang paling
24
sederhana seperti bahasa dan isyarat sampai pada penggunaan
media yang berbentuk material seperti buku, surat, dan gambar,
sesuai pencapaian teknologi pada masa itu.4
Seperti halnya komunikasi, aktifitas dakwah Islam mutlak
membutuhkan media dakwah. Penyampaian pesan dakwah Islam
dewasa ini idealnya memanfaatkan media yang dapat menyentuh
masyarakat secara tepat dan menyeluruh. Sejalan dengan
perkembangan teknologi, metode dakwah pun mengalami
perubahan yang semakin maju, tanpa menghilangkan esensi
dakwah itu sendiri. Dakwah tidak hanya dilakukan secara manual
dalam arti melalui pengajian-pengajian dan ceramah-ceramah,
kegiatan dakwah di era sekarang ini sudah mulai memanfaatkan
perkembangan teknologi.
Media berasal dari bahasa latin yaitu bentuk jamak dari
kata medium yang berarti alat, perantara, penyambung atau
penghubung antara dua aspek. Dalam arti luas berarti sesuatu
yang dapat menjadi alat atau perantara untuk mencapai suatu
tujuan.5 Semantara secara lebih spesifik, yang dimaksud dengan
media adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau
pengajaran, seperti buku, film, video, kaset, slide, dan
sebagainya. Sedangkan dakwah secara etimologi berasal dari
bahasa Arab yang berarti panggilan, ajakan atau seruan, secara
terminologi dakwah adalah mengajak manusia dengan hikmah
4 M. Tata Taufik, Dakwah di Era Digital: Seri Komunikasi Islam,
(Pustaka Al-Ikhlas, 2013) h. 163. 5 Asmuni Syukur, Dasar-dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas,
1983), h. 163.
25
kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.6
Maka yang dimaksud media dakwah adalah alat yang digunakan
untuk mengemas pesan dan menyampaikan dakwah kepada
sasaran dakwah.
Menurut Hamzah Ya’qub, media dakwah dapat
diklasfikasikan menjadi lima golongan, yaitu:
1. Lisan : Golongan yang termasuk di dalamnya adalah
khotbah, ceramah, kuliah, diskusi, seminar,
musyawarah, nasehat.
2. Lukisan : Gambar-gambar hasil seni lukis, foto, film
cerita, kaligrafi, dan lainlain.
3. Tulisan : Buku-buku, majalah-majalah, surat kabar,
bulletin, risalah, pamflet, spanduk, dan lain-lain. 4.
Audio visual : Yaitu suatu cara penyampaian yang
merangsang penglihatan dan pendengaran. Seperti
televisi.
5. Akhlaq : Suatu cara penyampaian yang langsung
ditujukan dengan perbuatan nyata
Sementara pada tataran praktik dakwah harus
mengandung dan melibatkan tiga unsur, yang menyampaikan,
informasi yang disampaikan dan penerima pesan. Namun
dakwah, mengandung pengertian yang lebih luas dari istilah-
istilah tersebut, karena istilah dakwah mengandung makna
sebagai aktivitas menyampaikan ajaran Islam meliputi berbuat
6 Asmuni Syukur, Dasar-dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas,
1983 h. 164
26
kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar, serta memberi kabar
gembira dan peringatan bagi manusia.7
C. Praktik Dakwah Berbasis Kelompok/Komunitas
Berbagai komunitas hadir seiring perkembangan zaman,
seperti komunitas mobil, komunitas motor, komunitas sepeda,
komunitas traveling dan berbagai komunitas lainnya. Begitu pun,
saat ini komunitas menjadi salah satu media dan wadah untuk
memberikan solusi dibidang keagamaan. Namun, perlu
digarisbawahi bahwa pada praktiknya untuk melaksanakan
perjuangan besar dalam rangka membangun dan mewujudkan
satu bentuk syiar agama yang sebenar-benarnya, tidak dapat
dilakukan secara sendiri-sendiri. Akan tetapi menuntut satu
kekuatan besar yang kompak dan sistem perjuangan yang baik
dan teratur.
Kekuatan besar inilah yang tadi telah disebutkan diawal
sebagai sebuah komunitas. Komunitas merupakan interaksi yang
dilakukan secara sadar berisikan beberapa anggota dan dilakukan
berdasarkan keadaan sosial yang memiliki satu tujuan yang sama
dengan saling menolong, saling bekerja sama dan saling
menanggung resiko antar anggotanya.8
Sementara komunitas dakwah dapat didefinisikan sebagai
sebuah kelompok sosial berisikan beberapa individu Muslim dari
berbagai latar belakang yang berbeda, umumnya memiliki
7 M. Munir, Manajemen Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2009), hal. 17
8 Bagja Waluya, Sosiologi : Menyelami fenomena sosial di masyarakat,
(Bandung : PT Setia Purna Inves, 2007) hal 52.
27
ketertarikan dan tujuan yang sama untuk mensyiarkan ajaran
Islam. Individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud,
kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, resiko, dan
sejumlah kondisi lain yang serupa.
Menurut Farid Ma’ruf peran dakwah yang dilakukan oleh
kelompok merupakan sebuah pelaksanaan dakwah islam, amar
ma’ruf nahi munkar ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
Peran dakwah ini merupakan suatu proyek besar sebagai tugas
kemanusiaan serta kemasyarakatan yang menuntut kerjasama
diantara sesama muslim untuk saling bahu dan saling bantu
berdasarkan kesatuan akidah dan kesatuan sikap juga langkah.
Mengikuti perkembangan zaman saat ini, dakwah dapat
dilakukan melalui berbagai media. Meski begitu, hingga saat ini
masih sering ditemukan praktik dakwah dengan model tabligh di
mana penyampaian dakwah ini termasuk pada kategori dakwah
bil-lisan dan mudah sekali dilakukan oleh individu maupun ber-
kelompok. Padahal apabila praktik dakwah berbasis kelompok
atau komunitas ingin berjalan dengan sangat efektif. Maka
dakwah yang tepat untuk dilakukan adalah dakwah bil-hal,
berikut di antaranya:
1. Tadbir Islam menurut bahasa berarti pengurusan,
pengelolaan (manajemen). Menurut istilah adalah
kegiatan dakwah dengan mentransformasikan ajaran
Islam memulai kegiatan aksi amal shaleh berupa
penataan lembaga-lembaga dakwah dan kelembagaan
28
Islam. Fungsi-fungsi manajemen merupakan karakteristik
yang menonjol dalam dakwah tadbir.
2. Tathwir Islam menurut bahasa berarti pengembangan
sementara menurut istilah berarti kegiatan dakwah
dengan mentransformasikan ajaran Islam melalui aksi
amal sholeh berupa pemberdayaan sumber daya
lingkungan, dan ekonomi umat dengan
mengempelabangkan pranata-pranata sosial, ekonomi,
dan lingkungan atau pengembangan kehidupan muslim
dalam aspek-aspek kultur universal.
Ke dua ini termasuk pada dakwah bil-hal di mana apabila
dibandingkan bil-lisan, bil-hal sangatlah efektif untuk hasil yang
lebih baik dalam mensyiarkan Islam. Akan tetapi, dapat diakui
pula bahwa dakwah bil-hal pun tidak mudah dilakukan apabila
hanya individu. Karena itu, dakwah bil-hal lebih
direkomendasikan pada praktik dakwah yang dilakukan
berkelompok.
D. Kemuhammadiyahan
1. Muhammadiyah dan Sejarah
Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau
November (18 November 1912 M) merupakan
momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Gerakan ini
didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas dan berjiwa
pembaru yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau
Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta.
29
Kata ”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut
Nabi Muhammad”. Penggunaan kata ”Muhammadiyah”
dimaksudkan untuk menghubungkan dengan ajaran dan
jejak perjuangan Nabi Muhammad.9 Dengan demikian
ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas
bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada
umumnya.
Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, maksud
geraknya adalah dakwah amar ma’ruf nahi munkar.10
Kelahiran Muhammadiyah sendiri digambarkan melekat
dengan sikap, pemikiran dan langkah Kyai Ahmad Dahlan
sang pendiri Muhammadiyah. Semua hasil pemikirannya
mampu memadukan paham Islam yang ingin kembali
pada Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid
yang membuka pintu ijtihad untuk kemajuan, sehingga
memberi karakter yang khas dari kelahiran dan
perkembangan Muhammadiyah di kemudian hari.
Muhammadiyah memiliki pijakan utama dalam
menjalankan dakwahnya, yaitu akidah yang dibawa oleh
9Tim Penulis Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian Dan Pengembangan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Al Islam Dan Kemuhammadiyahan,
(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2016) hlm: 2 10
Sebuah gerakan yang menjalankan tugas Amar Ma’ruf Nahi Munkar,
organisasi massa dan kemasyarakatan, bukan organisasi politik. Lihat: Tim
Penulis Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian Dan Pengembangan Pimpinan
Pusat Muhammadiyah, Al Islam Dan Kemuhammadiyahan..., hlm: 108-109
30
Muhammadiyah adalah akidah yang murni bebas dari
bid’ah, kemusyrikan dan khufarat.11
Muhammadiyah juga menghadirkan Islam bukan
sekedar sebagai ajaran yang mengajak pada kesadaran
iman dalam bingkai tauhid semata. Namun, lebih jauh lagi
Islam ditampilkan sebagai kekuatan dinamis untuk saling
menyebarkan kebaikan pada sesamanya dalam dunia
nyata kemanusiaan. Kyai Dahlan telah memaknai bukan
agama yang beku, jumud, membelenggu kebebasan
berpikir. Justru Islam memberikan kebebasan manusia
untuk berfikir dengan akal jernihnya supaya dapat
menggali hukum-hukum Allah dari Al-Qur’an dan
petunjuk Rasulullah dalam Sunnahnya.12
Muhammadiyah memiliki identitas diri sebagai
Gerakan Islam Dakwah dan tajdid, maksud serta
tujuannya ini adalah untuk menegakkan, menjunjung
tinggi Agama islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenarnya-sebenarnya. Selain itu Muhammadiyah
memiliki paham Agama yang bersumber pada Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi yang shahih serta menembangkan
11
Yon Machmudi, 2013, Sejarah Dan Profil Ormas-Ormas Islam Di
Indonesia, (Depok: Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas
Indonesia) hlm: 47 12
Islam membimbing umat manusia untuk melakukan sewajarnya dan
menempatkan sesuatu pada tempatnya. Pemahaman ini juga disesuaikan
dengan zaman tanpa merubah tujuan pokoknya guna kemanfaatan yang
masyarakat yang ilmu dan kebudayaannya senantiasa berkembang. Akan tetapi
tetap sambil menjaga batas-batas yang telah ditentukan oleh hukum-hukum
Allah yang menjamin akan keberuntungan serta kebahagiaan manusia dan
masyarakat. Lihat: Darwis Abdullah, Apa Dan Siapa Muhammadiyah (Dulu,
Sekarang Dan Masa Depan), (Jakarta: Midada Rahma Press, 2008), hlm: 23
31
ijtihad sebagaimana terkandung dalam keputusan-
keputusan Tarjih. Muhammadiyah itu memiliki prinsip-
prinsip ideologi gerakan sebagaimana termaktub dalam
Muqaddimah Anggaran Dasar, Matan Keyakinan dan
Cita-cita Hidup, Kepribadian, Khittah, Pedoman hidup
Islami, Pernyataan Pikiran, Manhaj Tarjih dan berbagai
pemikiran resmi lainnya yang melandasi dan membingkai
gerakannya.13
Bahwa Muhammadiyah itu bahkan
memiliki budaya tertentu yang melekat dengan tradisi
amal shaleh, pengabdian, keikhlasan, kesahajaan dan
menjunjung tinggi nilai-nilai gerakan Islam.
2. Matan Keyakinan dan Cita-Cita Muhammadiyah14
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar
Ma'ruf Nahi Munkar, Beraqidah Islam dan bersumber pada Al-
Qur'an dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya
masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT, untuk
melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan
khalifah Allah di muka bumi. Pada poin ini Dakwah Amar
Ma’ruf Nahi munkar merujuk pada surat Al-Imran ayat 104:
13
Website Muhammadiyah.or.id dalam Rubrik Organisasi 14
Syiar Muhammadiyah berdasarkan prinsip-prinsip dalam beragama
yang diyakini Muhammadiyah. Lihat: Tim Penulis Majelis Pendidikan Tinggi
Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Al Islam dan
Kemuhammadiyahan...,hlm: 82-87. Dapat dilihat juga dalam:
https://suryagemilangnews.com/Prinsip-Prinsip-Dasar-Di-Muhammadiyah/
32
ت يذعىن الى الخير ويأمرون ببلمعروف و ىكم ام يىهىن والتكه م
ئك هم المفلحىن 401عه المىكر واول
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung (Q.S Al-Imran: 104)
a. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah
Agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya,
sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan
seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad
SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat
manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan
hidup materil dan spritual, duniawi dan ukhrawi. Poin
ini merujuk pada surat Al-Anbiya ayat 107.15
لميه ك ال رحمت للع 401ومآ ارسلى
Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam
(Q.S. Al Anbiya: 107)
b. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam
berdasarkan:
1) Al-Qur'an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad SAW;
15
Haedar Nashir, Dinamisasi Gerakan Muhammadiyah..., hlm: 26
33
2) Sunnah Rasul: Penjelasan dan pelaksanaan ajaran-
ajaran Al-Qur'an yang diberikan oleh Nabi
Muhammad SAW dengan menggunakan akal
fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
3) Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya
ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang:
a) 'Aqidah Muhammadiyah bekerja untuk
tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih
dari gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah dan
khufarat, tanpa mengabaikan prinsip
toleransi menurut ajaran Islam. Bid’ah di
poin ini Muhammadiyah merujuk pada surat
Al Hadid ayat 27.16
ينا عل ف
م ق
ث
ارهم بزس ى ا ث
ى ابن مزيم وا ينا بعيس ف
ين لنا وق
جيل ت
ه لاه
رحمة و
ة
ف
بعىه رأ ذين ات
ىب ال
لنا في ق
ابتدعىها ما وجعل
ة ورهباهي
تبن ما رعىها حق رعايتها ك
آء رضىان هللا ف
ابتغ
يهم لا
ها عل
اذين ف
ينا ال
ت
جزهم ا
منىا منهم ا
نهم ف ثير م
72سقىن وك
16
Bid’ah salah satu bentuk berlebihan, yang bertentangan dengan
prisnip Islam. Bahkan oleh Ibnu Mas’ud ra dikategorikan pemaksaan. Untuk
itu maka dibawakannya oleh beliau sebuah riwayat dari Nabi
SAW: Artinya: Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan dari Nabi SAW, beliau
bersabda: Ingatlah, pasti hancur orang-orang yang berlebih-lebihan. 3 x (HR
Ahmad dan Abu Daud) Lihat: Mu’ammmal Hamidy “Ihyaussunnah Demi
Eksistensi Islam (2)” dalam website Muhammadiyah.or.id dipublish pada
tanggal 20 September 2019.
34
Artinya: Kemudian Kami iringi di
belakang mereka dengan rasul-rasul Kami
dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra
Maryam; dan Kami berikan kepadanya
Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-
orang yang mengikutinya rasa santun dan
kasih sayang. Dan mereka mengada-
adakan rahbaniyyah padahal kami tidak
mewajibkannya kepada mereka tetapi
(mereka sendirilah yang mengada-
adakannya) untuk mencari keridhaan
Allah, lalu mereka tidak memeliharanya
dengan pemeliharaan yang semestinya.
Maka Kami berikan kepada orang-orang
yang beriman di antara mereka pahalanya
dan banyak di antara mereka orang-orang
fasik (Q.S. Al-Hadid: 27)
b) Akhlak Muhammadiyah bekerja untuk
tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan
berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur'an
dan Sunnah rasul, tidak bersendi kepada
nilai-nilai ciptaan manusia.
c) Ibadah Muhammadiyah bekerja untuk
tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh
Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan
perubahan dari manusia.
d) Muamalah Duniawiyah Muhammadiyah
bekerja untuk terlaksananya mu'amalat
duniawiyah (pengolahan dunia dan
pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan
35
ajaran Agama serta menjadi semua kegiatan
dalam bidang ini sebagai ibadah kepada
Allah SWT. Ini merujuk pada surat Al-
Qasas ayat 77.17
ويب خرة ول تىس وصيبك مه الذ ار ال ك هللا الذ ت وابتغ فيمآ ا
اليك ول تبغ الفسبد في الرض ان هللا ل واحسه كمآ احسه هللا
4يحب المفسذيه
Artinya: Dan carilah pada apa yang
telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan (Q.S Al-Qasas: 77).
d. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa
Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa
tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan,
kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia
yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan
17
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah 3, (Yogyakarta: Penerbit Suara
Muhammadiyah, 2018) hlm:145
36
suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah
SWT: "Baldatun Thayyibatun Wa Robbun Ghofur”
sebagaimana dalam surat As Saba ayat 15:
نهم ا
ان لسبا في مسك
د ك
ق
ل
ية
ت شمال جن مين و سق ن عن ي ىا من ر
لك
ه زوا ل
ك
م واش
ك رب
فىر
رب غ و
بة ي
ط
دة
71بل
Artinya: Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada
tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka
yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah
kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu
dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah
negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang
Maha Pengampun (Q.S Saba: 15)18
Matan keyakinan dan cita-cita Muhammadiyah ini
merupakan prinsip-prinsip paham Islam milik Muhammadiyah
dengan bersumberkan ajaran Islam yang murni. Prinsip ini yang
penulis jadikan acuan sebagai bentuk syiar kemuhammadiyahan
karena salah satu pola perjuangan Muhammadiyah yang sangat
terkenal adalah menggunakan da’wah Amar Ma’ruf Nahi
Munkar.19
Hal itu tertulis pada matan keyakinan dan cita-cita
Muhammadiyah pada poin pertama sehingga sangat
18
Haedar Nashir, Dinamisasi Gerakan Muhammadiyah..., hlm: 26 19
https://www.academia.edu/29998093/7_Pokok_Pikiran_Yang_Terkan
dung_Dalam_Mukadimah_Anggaran_Dasar_Muhammadiyah
37
menunjukkan bahwa Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan ciri
khas dakwah Muhammadiyah.
38
39
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Struktur Organisasi Lembaga Maarif Institute
Ketua
Jeffrie Geovanie
Wakil Ketua
Benjamin Jiaravanon
Sekretaris
Rizal Sukma
Bendahara
Suyoto
Dewan Pembina
Abdul Munir Luthfi Assyaukanie
Clara Juwono M.Amin Abdullah
Garin Nugroho Muhadjir Effendy
Haedar Nashir Raja Juli Antoni
Fajar Riza Ul-haq
Direktur Program
Khelmy K. Pribadi
Direktur Riset
Moh. Shofan
Direktur Eksekutif
Abdul Rohim Ghazali
Asisten Program
Deni Murdiani
Fithro Dzakiyah
Pipit Aidul Fitriyan
Sekretaris Eksekutif
M. Supriadi
Bagian Umum
Manager Keuangan
Henny Ridhowati
Asisten Keuangan
Titi Lestari
Administrasi
Pripih Utomo
40
Dapat dilihat dari struktur organisasi ini mulai dari ketua
hingga dewan pembina memiliki latar belakang pengusaha serta
politikus Indonesia. Beberapa pula berprofesi sebagai PNS, ketua
organisasi masyarakat, dosen, bahkan sutradara film Indonesia.
Begitu pula karyawan Maarif Institute yang semuanya rata-rata
berumur di bawah 38 tahun dan sebagian besar menyelesaikan
pendidikan S1. Beberapa orang lulusan S2 dengan latar belakang
pendidikan disiplin sosial, didominasi studi agama.
Ibarat pepatah Minang, “layar terkembang jadi guru”, bekerja
di Maarif Institute ibarat sekolah kehidupan, semua orang
dituntut untuk belajar dan memiliki kecakapan sosial yang tidak
didapatkan di bangku kuliah.1 Semua karyawan di Maarif
Institute merupakan karyawan full time yang mencurahkan semua
tenaga kerjanya hanya pada LSM ini karena lembaga yang masih
dalam sebuah perkembangan ini tidak mungkin bisa berjalan
cepat tanpa ada konsentrasi yang penuh dan kerja yang fokus.
Kemudian hampir 80% yang terjun di Maarif ini merupakan
kader-kader dari Muhammadiyah yanng telah menyelesaikan
periodesasinya baik di IMM, IPM atau organisasi lainnya di
Muhammadiyah.2
1 Ahmad Syafi’I Maarif dkk, Catatan 1 Dekade, (Jakarta: MAARIF
Institute for Culture and Humanity, 2013) hlm: 141 2 Wawancara Pribadi Mas Deni selaku Divisi Islam dan Media di
Maarif Institute
41
Gambar 3.1: Foto tokoh lembaga Maarif Institute beserta para
pendirinya.
B. Sejarah Maarif Institute
1. Awal Pendirian Maarif Institute
Maarif Institute saat ini telah berusia 16 tahun. Lembaga
ini lahir tercatat di bawah payung hukum pada tanggal 28
Februari 2003 atas sebuah prakarsa dari Jeffrie Geovanie, Suyoto
dan Rizal Sukma yang disampaikan kepada Buya Sayfi’i Maarif
di saat masih menjabat sebagai Ketua PP Muhammadiyah (2000-
2005).3 Nama depan lembaga ini mengambil nama akhir dari
Buya Syafi’I Maarif karena memang beliaulah yang menjadi
tokoh utama bagi ide-ide sosial-keislaman-kebangsaan di
3 Selain mereka bertiga, Haedar Nashir dan Moeslim Abdurrahman
adalah dua tokoh intelektual Muslim yang juga terlibat dalam pendirian
lembaga ini. Lihat: Tim Penulis Maarif, Maarif Institute for Culture and
Humanity, (Jakarta: MI Production, 2010) hlm: 9
42
lembaga ini.4 Ahmad Syafii Maarif ini merupakan satu dari
sedikit cendekiawan Muslim Indonesia yang secara serius
memikirkan nasib bangsanya karena Syafi’i Maarif sering sekali
menyampaikan betapa perlunya pembaharuan Islam dan
konstekstualisasi Islam dalam bingkai keindonesiaan dan
kemanusiaan.
Karena itulah yang menginspirasi para pendiri Maarif
untuk membentuk institut kultural yang concern-nya pada
persoalan-persoalan Islam tak hanya di kalangan Islam sendiri
tetapi lebih menjangkau pada ruang publik. Begitu juga menurut
Rizal Sukma tujuan pendirian lembaga ini agar Islam dan umat
Islam tidak terus menerus berada dalam posisi pinggiran dan
mengalami krisis kontribusi dalam peran-peran kebangsaan
sehingga dibutuhkan langkah solutif.5 Mottonya for culture and
humanity yang dijadikan sebagai pencantuman anak kalimat
dalam Maarif Institute jelas menunjukkan bidang yang menjadi
concern lembaga ini terhadap sebuah aktivitas nilai-nilai praksis
islam dalam kerangka keindonesiaan dan kemanusiaan dengan
4 Sejak awal sebenarnya saya merasa kurang sreg dengan nama
lembaga yang didirikan dan dinaunginya karena membawa nama saya. Apalah
arti seorang anak manusia seperti saya yang tak punya jasa apa-apa terhadap
bangsa dan negara ini, kok namanya dipakai untuk sebuah yayasan dan
lembaga. Di ibu kota lagi yang bukan domisili saya.” Ucap Buya Syafi’I
Maarif.(Wawancara Pribadi bersama Mas Deni selaku Divisi Islam dan Media) 5 Ahmad Syafi’I Maarif dkk, Catatan 1 Dekade..., hlm: 12.
43
penghormatan terhadap prinsip-prinsip demokrasi, pluralisme
serta HAM.6
Selain pendirian Maarif Institute ini konsen terhadap
kemanusiaan dan kebudayaan, tentu saja konteks keagamaan pun
tidak terlupakan. Di mana konteks keagamaan ini memiliki garis
lurus terhadap pemikiran-pemikiran dari Muhammadiyah.
Meskipun sejak awal lahirnya Maarif Institute tidak memiliki
hubungan struktural dengan Muhammadiyah, akan tetapi secara
historis dan emosional, Muhammadiyah mempunyai tempat
khusus yang tak bisa dipisahkan karena bentuk dukungan apapun
saat pendirian awal Maarif, semuanya berasal dari organisasi
yang telah melahirkan Buya Syafi’i. Maka pendirian Maarif
Institute didirikan juga sebagai bentuk respon terhadap
pentingnya gerakan kultural di Muhammadiyah dan umat Islam
Indonesia.
Berikut Visi-Misi Maarif Institute:7
a. Visi Maarif Institute
Visi Menjadi lembaga pembaruan pemikiran dan
advokasi untuk mewujudkan praksis Islam sehingga
keadilan sosial dan kemanusiaan menjadi fondasi
keindonesiaan sesuai cita-cita sosial dan intelektualisme
Ahmad Syafii Maarif.
6 Ini merupakan visi besar Buya Syafi’i sebagai gagasan lembaga yang
terus menerus diterjemahkan ke dalam ranah-ranah aksi. Lihat: Tim Penulis
Maarif Institute, Maarif Institute for Culture and Humanity..., hlm: 9 7 http://maarifinstitute.org/profil/
44
b. Misi Maarif Institute
1) Mendorong aktualisasi nilai-nilai demokrasi,
HAM, dan kebinekaan untuk memulihkan
keadaban publik, saling menghargai, dan
kerjasama yang konstruktif bagi keindonesiaan
dan kemanusiaan.
2) Memperkuat dan memperluas partisipasi
masyarakat sipil dan generasi muda untuk
mewujudkan tatanan kehidupan yang berkeadilan
atas dasar kebinekaan.
2. Gagasan dan Cita-cita Maarif Institute
Sebenarnya, kelahiran Maarif Institute ini merupakan
salah satu bentuk dari kebangkitan gerakan Muhammadiyah
kultural di era kepemimpinan Buya Syafi’I Maarif. Sebelumnya
ada beberapa daerah yang juga memiliki gerakan kultural seperti
di antaranya ada di Jakarta Pusat Studi Agama dan Peradaban
(PSAP)8 lalu di Solo terdapat geliat yang sangat dinamis dari
Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas
Muhammadiyah Surakarta9 dan akhirnya Maarif Institute lahir
didukung oleh para tokoh-tokoh Muhammadiyah di Jakarta dan
8 Pusat Studi Agama dan Peradaban dimotori oleh beberapa Angkatan
Muda Muhammadiyah (AMM) dan didorong oleh M. Din Syamsuddin,
Hajriyanto Y Thohari, Moeslim Abdurrahman, Rizal Sukma dan sebagainya.
Lihat: Ahmad Syafi’I Maarif dkk, Catatan 1 Dekade..., hlm: 19. 9 Sementara Pusat Studi Budaya dan Perubahan sosial digawangi oleh
Yayah Khisbiyah, Zakiyuddin Baidhawy dan segenap krunya.
45
Yogyakarta sehingga semakin menambah semarak gerakan
kultural itu.
Pada awal-awal berdirinya, lembaga-lembaga ini juga
memiliki visi menjadi simpul Islam yang inklusif dan toleran;
simpul tenda bangsa; dan wadah komunitas anak-anak muda yang
berpikiran maju dan progresif. Ketiga visi ini merupakan turunan
dari tiga area yang menjadi titik tekan Buya Syafii Maarif dan
diterjemahkan menjadi inisiatif dan aktivitas-aktivitas Maarif
Insitute dalam mengembangkan sebuah visi Islam yang
mencerahkan, mencerdaskan, merangkul dan mendamaikan.
Inilah visi Islam yang bisa menjadi “tenda bangsa” atau Islam
yang memberi kebaikan pada semua.
Gagasan awal pendirian lembaga ini juga dimaksudkan
sebagai salah satu bentuk cita-cita intelektual dan sosial Ahmad
Syafi’I Maarif untuk umat dan bangsa. Maka dari itu Maarif
Institute dapat dikatakan pula sebagai kaki-kaki yang diharapkan
bisa menerjemahkan, membumikan dan mengaplikasikan cita-cita
Ahmad Syafi’I Maarif. Di mana cita-cita intelektual ini mampu
membawa harapan sebagai peradaban dan membangunkan umat
Islam dari tidur panjangnya.
3. Maarif Institute Sebagai Tempat Bertemunya Intelektual Muda
atau Wadah Komunitas Anak-Anak Muda Muhammadiyah
Sejak awal Maarif Institute ini dibentuk, salah satu
kegiatan yang sangat menonjol adalah sebuah wadah komunitas
untuk anak muda yang berpikiran terbuka, toleran dan progresif.
46
Kegiatan ini dilakukan atas usaha almarhum Moeslim
Abdurrahman selaku Direktur Eksekutif Maarif Institute saat itu
yang mengumpulkan anak-anak muda Muhammadiyah di sekitar
Jakarta untuk aktif beraktivitas dan berdiskusi di kantor lembaga
ini. Ini merupakan salah satu visi Maarif yang dianggap perlu
karena selama ini, terutama di Jakarta para pemuda
Muhammadiyah kurang mendapatkan wadah untuk
mengembangkan diri, memenuhi rasa keingintahuannya atau
menuangkan gagasan-gagasannya lebih luas lagi. Karena itu,
semakin banyak wadah untuk pengembangan diri pemuda, maka
akan semakin baik lagi dan semakin dinamis.
Upaya mewadahi anak-anak muda ini awalnya dilakukan
dengan cara mengumpulkan tulisan-tulisan serius kader muda
Muhammadiyah dalam sebuah buku antologi. Hanya selang
setahun aktifitas ini dilakukan dan terlihat perkembangannya
cukup positif dari anak-anak Muhammadiyah di berbagai bidang
pemikiran dan gerakan intelektual. Akhirnya Kang Moeslim
mengirimkan surat kepada para kader muda Muhammadiyah
yang berisikan sebuah permintaan untuk kembali mengirimkan
tulisan terbaiknya dengan tema, “Tafsir Menafsir Islam”.10
Rancangan naskah buku “Tafisir Menafsir Islam” itu akhirnya
terbit dengan judul Muhammadiyah Progresif: Manifesto
Pemikiran Kaum Muda. Dalam buku yang berjumlah 675
10
Jumlah ini tidak merepresentasikan keseluruhan para pemuda
Muhammadiyah yang bergabung dalam komunitas ini. Bisa jadi masih banyak
pemuda yang ingin berpatisipasi, tapi karena keterbatasan waktu akhirnya
hanya 39 tulisan yang terpublikasikan. Lihat: Ahmad Syafi’I Maarif dkk,
Catatan 1 Dekade..., hlm: 33
47
halaman ini, diawali dengan pengantar dari para editor (Abd
Rohim Ghazali, Zuly Qodir, Ahmad Fuad Fanani dan Pradana
Boy dan kata pengantar dari Moeslim Abdurrahman.
Setelah merasa berhasil dengan strategi awal. Akhirnya
Maarif pun mencoba membuat workshop bersama untuk
mengumpulkan potensi-potensi intelektual dan aktivis muda
Muhammadiyah di berbagai daerah selain Jakarta. Tujuan
pengumpulan para kader muda Muhammadiyah di berbagai
daerah adalah agar Maarif Institute ini menjadi lembaga yang
tidak stagnan dan lamban dalam merespon perkembangan zaman
serta segala perubahan ilmu pengetahuan.11
Workshop ini pun
melahirkan JIMM (Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah)
untuk menampung potensi-potensi kader Muda Muhammadiyah
supaya menjadi sebuah gerakan, progresif dalam pemikiran
keagamaan dan sosial, serta kritis dan berpihak pada perjuangan
kemanusiaan juga kebhinekaan.
11
Hal ini mengacu pada wawancara yang penulis lakukan bahwa saat
ini pun akhirnya Maarif tidak stagnan pada Muhammadiyah. Maarif Institute
telah berhasil membangun kerja sama dengan lembaga lainnya yang memiliki
satu misi dalam aktifitasnya, baik dalam ilmu pengetahuan atau keindonesiaan.
(Hasil wawancara pribadi dengan Mas Deni selaku divisi Islam dan Media
Maarif Institute.)
48
Gambar 3.2: Sejak awal berdiri, Maarif Institute merupakan
wadah untuk diskusi dan berkumpulnya para intelektual muda.
Namun dalam acara workshop ini, Maarif Institute tidak
dengan mudahnya merekrut para peserta. Melalui sebuah
pemberitaan di Harian Republika yang difasilitasi oleh Hery
Sucipto dan Nasihin Masha (red-waktu itu Redaktur Pelaksana
Harian Republika) para peserta yang berminat untuk mengikuti
workshop diseleksi dari daftar riwayat hidup mereka, contoh
tulisan yang sudah pernah dibuat atau dipublikasikan dan
pengalaman organisasinya. Setelah itu mereka diinterview oleh
tim seleksi yang dibentuk oleh Maarif Institute. Sampai pada
akhirnya terkumpul kurang lebih 60 anak-anak muda
Muhammadiyah di berbagai daerah yang mengikuti workshop
pertama di Bogor pada 9-12 Oktober 2003.12
Kemudian
dilanjutkan dengan workshop kedua di Kaliurang Yogyakarta
pada 13-16 November 2003. Pada workshop kali ini, sebanyak 50
kader muda Muhammadiyah berpartisipassi aktif. Selanjutnya,
diselenggarakan juga workshop ketiga dengan mengangkat tema:
“Tadarus Pemikiran Islam: Kembali ke al-Qur’an, Menafsir
Makna Zaman.” Workshop inilah yang paling besar dan paling
meriah karena selain diikuti oleh 120 anak muda Muhammadiyah
dari berbagai daerah di tanah air, juga dibuka langsung oleh
Ahmad Syafi’I Maarif selaku Ketua Umum PP Muhammadiyah
12
Workshop ini mengangkat tema “Membangun Tradisi Intelektual
Baru yang Visioner, Terbuka dan Kritis” itu juga dihadiri oleh Ahmad Syafi’I
Maarif, Moeslim Abdurrahman, Haedar Nashir, para redaktur opini Kompas
dan Republika serta para fasilitator dari dalam dan luar Muhammadiyah. Lihat:
Ahmad Syafi’I Maarif dkk, Catatan 1 Dekade..., hlm: 37
49
lainnya. Acara di Malang ini juga diberitakan di berbagai media
massa seperti Republika, Kompas, Suara Pembaruan, Jawa Pos,
Surya, Malang Pos dan sebagainya.
Peran Maarif Institute sebagai wadah komunitas kaum
muda Muhammadiyah itu memberikan dampak berarti pada diri
kader Muhammadiyah. Mereka merasa bahwa ternyata ada
wadah kultural yang bisa menampung keinginan mereka untuk
bergerak di jalur kultural dan Intelektual. 13
Pada paruh kedua
tahun 2003, para pegiat Maarif Institute dan aktivis banyak
meramaikan berita-berita dan kolom opinion di berbagai media
massa nasional. Untuk meneruskan wadah menulis serta
pemikiran intelektual pemuda ini. Pada 2018 program ini
dinamakan SKK ASM, (Sekolah Kebudayan dan Kemanusiaan
Ahmad Syafi’I Maarif). Acara ini pun sama seperti pada
workshop, memiliki seleksi peserta dari hasil tulisan yang
ditentukan oleh pelaksana, sasarannya pun khusus untuk
mahasiswa yang sudah memiliki basic intelektual sehingga di
kegiatan ini para peserta hanya perlu mengasah ilmunya lagi.14
13
Sejak ada workshop dari Maarif Institute ini para pemuda banyak
terinspirasi dari Buya Syafi’I Maarif dan di bawah bimbingan almarhum Kang
Moeslim Abdurrahman, pada tahun 2003 itu banyak kaum muda
Muhammadiyah yang mengisi lembar-lembar opini media massa. Meskipun
sebelumnya beberapa anak muda Muhammadiyah juga rajin menulis kolom
atau menghasilkan karya tulis lainnya, namun menjadi lebih marak dan massif
lagi setelah MI mengadakan workshop. Lihat: Ahmad Syafi’I Maarif dkk,
2013, Catatan 1 Dekade…… hlm. 37-38 14
Pada tahun 2018, acara ini sudah dilakukan dua kali, sementara di
2019 baru akan dilaksanakan sekitar akhir tahun ini. (Wawancara khusus
bersama Pak Shofan selaku divisi Riset sekaligus pemimpin redaksi Majalah
Maarif Institute.)
50
4. Pemikiran yang Para Intelektual Kembangkan di Maarif
Institute
Dalam konteks internasional, sebagaimana sudah banyak
diketahui, tragedi 11 September 2001 yang menghancurkan WTC
dan Pentagon membuat peta politik internasional berubah. Osama
bin Laden dan al-Qaeda yang menyatakan bertanggungjawab
terhadap tragedi itu, menjadi musuh nomor satu Amerika Serikat
dan sekutunya.15
Dalam hal ini, citra Islam di dunia internastional
banyak diasosiakan dengan kekerasan, tidak ramah dan
mendukung terror. Di kalangan Barat banyak yang berkembang
Islamophobia. Sebagai sebuah negara yang memiliki penduduk
mayoritas beragama Islam, Indonesia mempunyai tanggung
jawab moral untuk memperbaiki Islam di dunia dengan
mengkampanyekan Islam moderat. Muhammadiyah dan NU yang
selama ini dikenal sebagai Islam arus utama di Indonesia dan
bersifat moderat, merasa perlu lebih aktif bergerak dan
menampilkan citra positif Islam.
Pemikiran seperti inilah yang dikembangkan oleh Maarif
Institute sehingga perlunya moderasi keagamaan yang harus
ditampilkan Islam di tengah memburuknya citra Islam di dunia.
Terlebih lagi melalui ceramah-ceramahnya, kuliah-kuliahnya dan
tulisan-tulisannya, Buya Syafi’I Maarif juga banyak mengkritik
15
Setelah itu Amerika meluncurkan secara massif the Global War on
Terror yang banyak menyudutkan umat Islam sebagai tertuduh dan
melancarkan peperangan pada Afghanistan meski mereka mengaku tetap
mengirimkan makanan dan obat pada orang Afghanistan yang membutuhkan
.Lihat: L. Adhi Bhaskara, Awal dari 'War on Terror': Serangan AS ke
Afganistan pada website Tirto.id dipublish pada tanggal 7 Oktober 2018.
51
Barat dan Amerika Serikat yang kerap bersikap standard ganda
terhadap Islam dan menganggap Islam itu monolitik.16
Berkaitan
dengan itu, maka Maarif Institute bermaksud membangun jalan
tengah di tengah konstalasi yang kadang-kadang tidak sehat
dalam perkembangan pemikiran Islam di Indonesia. Lembaga ini
bermaksud mengembangkan sebuah alternatif model pemahaman
dan kontekstualisasi Islam yang diharapkan mampu menjadi
rujukan dan mengayomi semua kalangan. Model keislaman yang
berusaha diusung dan diperjuangkan lembaga ini adalah model
islam ala Buya Syafi’I Maarif. Karenanya pendirian Maarif
Institute ini tentu saja sangat terkait dengan konteks keagamaan,
politik dan sosiologis Muhammadiyah.
16
Oleh karenanya, Islam yang secara tegas mengutuk terror, kekerasan
dan membela keadilan dan kemanusiaan haruslah ditampilkan. Maarif Intitute
berusaha menampilkan citra Islam yang positif seperti itu. Lihat: Ahmad
Syafi’I Maarif dkk, 2013, Catatan 1 Dekade..., 14
52
53
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Strategi Pengembangan
Sebelum masuk pada hasil data penelitian. Penulis merasa
perlu membahas strategi pengembangan lembaga ini. Karena
dalam semangat itu juga Maarif Institute merintis serta
meletakkan pondasi kelembagaannya. Menurut Rizal Sukma,
meski Maarif Institute memiliki SDM yang sangat minim mereka
tetap memiliki 4 kunci dalam membuat strategi pengembangan
untuk lembaga non profit ini,1 di antaranya:
a. Dukungan Keuangan
Dukungan ini merupakan fase terpenting dalam merintis
dan membangun komunikasi dengan pelbagai pihak guna
memuluskan penggalangan dukungan keuangan. Dukungan
ini diperlukan khususnya guna menutupi biaya operasional
dan program-program internal, non kerjasama kelembagaaan
seperti misalnya Maaarif Award, Maarif Fellowship ataupun
memproduksi Jurnal.2
Tercatat beberapa nama dan lembaga yang pernah
berpatisipasi membantu seperti Taufik Kiemas, Sofjan
Wanandi, G. Sulistiyanto, Teddy P. Rachmat, Kaoru Hirota,
1 Ahmad Syafi‟I Maarif dkk, Catatan 1 Dekade..., hlm: 137
2 Jurnal ini merupakan program rugi di Maarif Institute. Akan tetapi
terus diproduksi karena sudah menjadi salah satu program yang tak bisa
dihilangkan. (Wawancara Pribadi Mas Deni selaku divisi Islam dan Media)
54
Benny Subianto, William Soeryajaya, Yendra Fahmi,
Universitas Muhammadiyah Malang, M.Jusuf Kalla, Jakob
Oetama, Sudhamek AWS, Soetrisno Bachir, Agung Prasetyo,
Fasli Jalal, Suyanto, Rereie Moerdijat, Firman Noor,
Bilitania, Fazwar Bujang dan Nasrullah.3 Lembaga yang
memberikan dukungan/sponsor diantaranya Bank Syariah
Mandiri, Metro TV, Djarum Foundation, PT. Garuda Food,
PT. SicoMuncul. MNC Media, Tb.Gramedia, LazisMu dan
Kementerian Agama RI. Dari semua bantuan ini masih ada
yang terus melakukan dukungan keuangan terhadap Maarif
Institute hingga saat ini dan ada pula yang sudah berhenti.
b. Sumber Daya Manusia
Seperti yang telah penulis paparkan sebelumnya di bab
3.4 Bahwa Semua karyawan di Maarif Institute merupakan
karyawan full time. Di sini salah satu kunci lembaga
berkembang adalah totalitas dalam bekerja. Forum rapat
mingguan merupakan momen memompa semangat,
memperkuat motivasi dan menebalkan kepercayaan diri.
Tidak adanya nama besar di dalam jajaran eksekutif menjadi
kekuatan dan menciptakan good team work dan kolektivitas.
Selain itu upaya meningkatkan kapasitas sumber daya, sejak
2010 mulai dirintis tradisi mengundang narasumber dalam
forum, “we share and we care”. Forum ini memberikan ilmu
3 Ahmad Syafi‟I Maarif dkk, Catatan 1 Dekade..., hlm: 138
4 SDM Maarif Institute semuanya rata-rata berumur di bawah 38 tahun
dan sebagian besar menyelesaikan pendidikan S1 juga S2 dengan latar
belakang pendidikan disiplin sosial, didominasi studi agama. Lihat: Bab 3
Gambaran Umum
55
pada tenaga program dan administrasi untuk pelbagai hal
yang mampu mendongkrak pengetahuan dan kecakapan
individu.5 Beberapa nama yang pernah diundang adalah Putut
Widjanarko (Mizan Production), Farhan (DeltaFM) dan
Ahmad Mukhlis Yusuf (Dirut Perum LKBN Antara (2007-
2012))
c. Dukungan Jaringan
Intensitas program kerjasama yang terjadi merupakan
kinerja dari menguatnya kepercayaan dan membesarnya
dukungan jaringan kerja terhadap Maarif Institute. Beberapa
nama yang penting pernah memberikan dukungan
diantaranya adalah A.Yahya Muhaimin, Husni Thoyyar dan
Masykuri, Fasli Jalal, Musliar Kasim, Hamid Muhammad,
Diah Herianti, Amin Haedari, Ahmad Najib Burhani, Ahmad
Norma Permata, Alpha Amirrachman.6Kepala dinas
pendidikan; Kedutaan Amerika, Kedutaan Australia dan
Kedutaan New Zealand (pemerintah asing) the Ford
Foundation, TIFA Foundation dan the Asia Foundation
(lembaga donor); Kompas-Gramedia, Mizan (Penerbitan)
Begitu juga di ruang publik berkat sokongan jaringan
media yang memiliki komitmen yang sama. Diantara nama
dan lembaga tersebut adalah Google.org, Cameo Project,
5 Seperti apa yang Buya Syafi‟i selalu pesankan pada semua karyawan
bahwa tugas terbesar mereka di Maarif Institute adalah belajar. Apabila
mereka sudah merasa cukup dengan apa yang mereka dapat di Maarif Institute.
Maka diperbolehkan untuk belajar di tempat lain (Wawancara pribadi Mas
Deni selaku divisi Islam dan Media) 6 Tim Penulis Maarif Institute, Maarif Institute for Culture and
Humanity, (Jakarta: MI Production, 2010) hlm: 50
56
Ruang Guru, Piece Generation dan Love Frankie,7 Rikard
Bagun, St.Sularto dan Maria Hartiningsih (KOMPAS); Lisa
Lowhur Schad, Andy F. Noya dan Elman Saragih (Media
Group/Metro TV); Hendry Suparman dan Sururi Alfaruq
(Sindo); Endy Bayuni dan Meidyatama S (the Jakarta Post),
Saiful Hadi dan Primayanti (LKBN Antara); Ria Susanti
(Sinar Harapan); Romo Greg Soetomo (Majalah HIDUP);
Hartono (Suara Merdeka); www.detik.com,
www.vivanews.co.id; Syifaul Arifin (Solopos).
d. Produktivitas Kegiatan
Sejak lahirnya Maarif Institute, semua program kegiatan
yang telah dilakukan selalu fokus pada pendidikan baik
pendidikan karakter ataupun pendidikan untuk para
intelektual. Pendidikan ini pun tidak hanya diperuntukan
pada siswa atau mahasiswa saja, akan tetapi juga meliputi
pengawas sekolah serta guru. Dengan produktivitasnya
seluruh kegiatan ini, menjadikan Maarif Institute terus
berkembang. Pengalaman mereka di dalam kiprah
pendidikan ini pun pastinya akan membuat lembaga lain atau
bahkan program-program dari pemerintah tertarik untuk
memiliki kerja sama. Salah satu contohnya kemendikbud
yang memiliki kerja sama dengan Maarif Institute dalam
program penguatan kapasitas sekolah.8 Ini membuktikan
7 Wawancara pribadi Mas Deni selaku divisi Islam dan Media
8 Dapat dilihat pada pembahasan bab 4 poin Syiar
Kemuhammadiyahan, hlm: 54
57
bahwa lembaga seperti Maarif Institute sangat diperlukan
untuk masyarakat.
Menurut penulis dengan produktivitas kegiatan di Maarif
Institute memberikan ciri khas untuk lembaga ini di antaranya:
1. Maarif Institute merupakan lembaga non profit yang
memiliki SDM sangat minim tetapi mempunyai
dukungan jaringan yang sangat luas.
2. Maarif Institute merupakan lembaga yang fokusnya pada
pendidikan yang tak lepas dari keislaman, kemanusiaan
dan kebudayaan.
3. Maarif Institute memiliki sifat advokasi di dalam
pendidikannya, advokasi ini tidak hanya berupa
penyadaran. Akan tetapi juga memberikan sokongan dan
solusi bahwa dewasa ini pendidikan sangatlah penting.
4. Maarif Institute merupakan lembaga sosial yang memiliki
kemajuan dalam mempelajari agama dalam diskursus
umum.
Penulis menyimpulkan bahwa setiap lembaga pastinya
memiliki strategi masing-masing sebagai kunci pengembangan
dan ciri khas kelembagaan yang berbeda. Namun dengan ciri
khas, sebuah lembaga akan memberikan titik fokus yang jelas
terhadap syiarnya.
58
B. Media Milik Maarif Institute
Sejak dulu, media merupakan alat yang sangat penting
dalam menyampaikan pesan di kalangan masyarakat. Hanya saja
zaman mengubah media yang tadinya hanya berupa kata dan
isyarat, kini berevolusi menjadi sebuah teknologi yang canggih
hingga dapat menyentuh semua masyarakat di setiap lapisan
muka bumi ini.
Menurut pandangan McLuhan, media dapat diartikan
secara luas karena alat apapun yang memiliki fungsi
menyampaikan pesan tetap dikategorikan sebagai media. Oleh
karena itu, apabila dilihat dari fungsinya, Maarif Institute
memiliki beberapa media yang dijadikan sebagai alat
mensyiarkan kemuhammadiyahan sejak awal kelahirannya,
berikut di antaranya:
a. Jurnal Sebagai Media Massa Pertama Maarif Institute
Jurnal Vol.1, No.1 dengan mengangkat tema:
„Muhammadiyah dan kebangsaan‟. Pada edisi ini,
jurnal Maarif: Arus Pemikiran Islam dan Sosial ini
memuat wawancara Dr. Roeslan Abdulgani dan
resensi buku Ir. Djuanda yang keduanya merupakan
tokoh Muhammadiyah yang banyak berkiprah dalam
wilayah kebangsaa. Jurnal ini juga berisi sorotan,
apakah Muhammadiyah masih memiliki relevansi
menjawab tantangan masa kini. Pada edisi perdana ini,
jurnal Maarif juga memuat tulisan „Muhammadiyah
59
dan Modernitas Kolonial: Resistensi dan Siasat Politik
Kebudayaan‟ dari Fajar Riza Ul Haq; resensi buku
Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde
Baru karya Dr. Daniel Dhakidae oleh Pramono U
Tanthowi; dan artikel „Djuanda‟, Tokoh
Muhammadiyah yang Nyaris Terlupakan‟ oleh Abd.
Rohim Ghazali. Pada Rubrik Praksis‟ jurnal ini juga
mengangkat feature tentang „Pengalaman Bisnis
Mantan Aktivis”.
Jurnal Maarif ini terus terbit hingga sekarang
tahun 2019 dalam bentuk ikhtiar penyebarluasan
Maarif Institute bukan dalam bentuk diperjualbelikan.
Awal lahirnya jurnal Maarif ini rutin dikeluarkan
sebulan sekali kemudian mulai menjadi setahun tiga
kali dan pada tahun 2013 mulai konsisten setahun dua
kali di bulan Juni dan Desember.9 Sementara untuk isu
yang selalu ditampilkan dalam jurnal, Maarif Institute
merespon isu-isu yang bersifat kontekstual contohnya
pada jurnal terakhir ini yang dikeluarkan bulan Juni
2019 berjudul “Populisme Islam dan Tantangan
Demokrasi di Indonesia Pasca-Pilpres”. Jadi setiap
tema yang diangkat untuk Jurnal pasti hal-hal yang
aktual dan Maarif sendiri mengundang para penulis
yang memang konsennya sesuai dengan tema yang
diambil pada edisi itu.
9 Wawancara pribadi dengan Mas Deni Maarif Institute selaku divisi
Media dan Islam
60
b. Website Online
Berbarengan dengan lahirnya Jurnal. Pada awal
perintisannya website online Maarif Institute ini
dibuat dengan bentuk company profile10
hanya syarat
sebagai tanda bahwa lembaga Maarif Institute ada dan
di website ini berisikan visi, misi serta latar berlakang
Maarif Institute saja. Berbeda dengan saat ini yang
tampilannya lebih dinamis, segala bentuk informasi
kegiatan Maarif, opini dari Maarif Institute’s Asociate
atau tulisan milik Buya Syafi‟I Maarif ditampilkan
dalam website Maarif. Tak hanya itu, website Maarif
Institute ini pun saat ini telah berhasil melakukan
kerjasama dengan Google.org, Cameo Project, Ruang
Guru, Piece Generation dan Love Frankie.11
10
Terdapat tampilan website www.maarifinstitute.org pada tahun 2010
dengan gambar profil Buya Syaafi‟I dan plakat Maarif Award. Lihat: Tim
Penulis Maarif Institute, Maarif Institute for Culture and Humanity, (Jakarta:
MI Production, 2010) hlm: 40 11
Dalam kerja sama ini, 5 lembaga mengajukan proposal bersama ke
google.org karena selain di sektor bisnis, google juga mensupport untuk sektor
sosial. Setelah proposal mereka diterima terlahirlah program creator muda.
(Wawancara khusus dengan Mas Deni Maarif Institute selaku divisi Media dan
Islam)
61
Gambar 3.2: Tampilan website Maarif 2010 dan 2019
c. Penerbitan Buku
Selain menerbitkan jurnal, sebagai dukungan
terhadap gerakan kultural Muhammadiyah, lembaga
ini juga menerbitkan buku yang mendukung tentang
pentingnya gagasan Dakwah Kultural
Muhammadiyah. Penerbitan ini bermula sejak tahun
2003 di mana buku Muhammadiyah sebagai Tenda
Kultural yang dieditori oleh Moeslim Abdurrahman
terbit.12
Lalu disusul buku kedua, David Krisna Alka
berupa sajak yang bertajuk “Elegi Anak
Muhammadiyah” dan kembali pada tahun 2005
12
Para penulis yang berkontribusi dalam buku ini adalah: Moeslim
Abdurrahman, Abd Rohim Ghazali, Ahmad Fuad Fanani, Said Ramadhan,
Kokabudin Uheb, Zaenal Muttaqin, Rifma Ghulam Dzaljad, Zakiyuddin
Baidhawi, Tuti Alawiyah Surandi, Abdul Mu‟ti, Pramono U Tanthowi, Hery
Sucipto, Piet H Khaidir dan Asep Purnama Bahtiar. Lihat: Ahmad Syafi‟I
Maarif dkk, 2013, Catatan 1 Dekade..., hlm: 28
62
Maarif Institute menerbitkan buku sebagaimana
umumnya tokoh berulang tahun.
Setidaknya ada empat buku yang semuanya
diterbitkan dan diluncurkan dalam waktu yang
bersamaan. Buku pertama “Cermin untuk semua:
Refleksi 70 tahun Ahmad Syafi‟I Maarif” Buku
kedua, merupakan tambahan dari buku pertama, berisi
kesan pesan terhadap Ahmad Syafi‟I Maarif yang
diberi judul “Muhammadiyah dan Politik Islam
Inklusif”. Buku ketiga, berisi kumpulan makalah dan
tulisan-tulisan Syafi‟I Maarif yang diberi judul
“Menggugah Nurani Bangsa”13
Kemudian yang
terakhir merupakan kumpulan kolom-kolom Syafi‟I
Maarif dalam rubrik “Resonansi” yang dimuat setiap
minggu di harian umum Republika berjudul
“Menerobos Kemelut: Refleksi Cendekiawan
Muslim”.
Selain buku-buku di atas, saat ini Maarif
Institute juga mengumpulkan hasil tulisan workshop
anak-anak muda atau contohnya dalam program
Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan Ahmad
13
Buku ini diterbitkan bersamaan 3 buku di atas, tapi diterbitkan oleh
Grafindo. Isinya dibagi dalam tiga bagian: (1) Menggugah nurani politisi; (2)
Menggugah nurani cendekiawan; dan (3) Menggugah nurani aktivis
Muhammadiyah. Secara umum, buku ini pun berisikan kegelisahan Syafi‟I
Maarif, baik sebagai seorang cendekiawan maupun sebagai aktivis yang sudah
kaya pengalaman hidup. Lihat: Ahmad Syafi‟I Maarif dkk, 2013, Catatan 1
Dekade..., hlm: 57
63
Syafi‟I Maarif di mana di akhir kegiatan kursus ini
semua peserta diminta untuk menulis apapun yang
berkaitan dengan tema program. Setelah dikumpulkan
menjadi satu, semua tulisan ini pun dijadikan buku
yang diterbikan atas nama penerbit Maarif Institute.
Begitu juga pada program Maarif Fellowship,
program ini memberikan tanggung jawab untuk
menerbitkan buku hasil penelitian dan hingga saat ini
penerbitan Maarif Institute masih berjalan. 14
d. Produksi Film
Maarif Institute menyadari bahwa keberhasilan
kampanye toleransi akan sangat tergantung pada
kemampuan lembaga mengemas dan menemukan
medium yang tepat dengan konteks dan minat sasaran
program. Sehingga mereka pun mengeluarkan film
dokumenter dalam bentuk mengikuti perubahan
penyampaian informasi di era digital sekarang ini.
Film ini berjudul “Sekolah Semua Anak Bangsa”
(2008). merekam interaksi para siswa SMA
Muhammadiyah di Ende, Flores, yang 2/3 siswanya
beragama Katholik. Kemudian tahun berikutnya pun
mulai mencoba merambah ke dunia layar lebar.
Beberapa film di antaranya:
1) Si Anak Kampoeng
14
Wawancara pribadi dengan Mas Deni Maarif Institute selaku divisi
Media dan Islam
64
Film ini dilatarbelakangi pemikiran
bahwa gagasan-gagasan keislaman yang
bersenyawa dengan pluralisme dan
kemanusiaan yang diperjuangkan tokoh-tokoh
bangsa harus diperkenalkan dan dipromosikan
ke berbagai lapisan masyarakat, khususnya
“generasi muda pop”. Sosok Ahmad Syafi‟I
Maarif dipilih dan diangkat sebagai tokoh
sentral karena didorong oleh inisiatif novelis
dan sutradara Damien Dematra yang sangat
terkesan dengan kepribadian dan pandangan-
pandangan Syafi‟I Maarif.15
Damien juga
menerbitkan novel Si Anak Kampoeng
berdasarkan naskah skenario filmnya yang
dikeluarkan lebih dahulu (2010). Trailer film
ini pertama kali diputar di arena Muktamar 1
Abad Muhammadiyah, 4 Juli 2010, di
Yogyakarta. “Si Anak Kampoeng” dirilis di
bioskop pada 21 April 2011.
2) Mata Tertutup
Pada akhir Oktober tahun 2011. Maarif
Institute melakukan premier film Mata
Tertutup karya sutradara kenamaan Garin
15
Dalam pemutaran film ini para tokoh agama hadir untuk memberikan
testimoni dan dukungan terhadap pembuatan film ini. Lihat: Tim Penulis
Maarif, Maarif Institute for Culture and Humanity..., hlm: 34
65
Nugroho. Secara resmi film ini beredar di
bioskop pada 15 Maret 2012. Film ini
bersadasarkan kisah nyata beberapa orang
yang menjadi korban rekrutmen gerakan
radikal serta tambahan hasil riset.16
Pesan
moral yang ingin disampaikan film ini adalah
bahwa akar masalah radikalisme dan terorisme
bersifat struktural diprovokasi oleh
ketidakadilan ekonomi-politik, yang
berkolerasi dengan kerapuhan keluarga dan
lemahnya kontrol lembaga pendidikan.17
Karena itu, sasaran utama penonton film
ini adalah pelajar sekolah tingkat SMA dan
mahasiswa tahun pertama yang selama ini
menjadi target rekrutmen gerakan-gerakan
keagamaan garis keras. Ribuan orang sudah
menonton film ini sejak diluncurkan.
Pengalaman meredam kekerasan dan
ekstremisme di kalangan remaja melalui
produksi dan road show Mata Tertutup telah
dipresentasikan di dalam Global Counter
Terrorism Forum Working Group, akhir
November 2012, di Manila, atas undangan
16
Media Kliping Maarif Institute diambil dari filmindonesia.or.id
dengan judul Mata tertutup: Agama di Antara Negara dan Keluarga. 17
Mata tertutup merupakan bentuk audio-visualisasi data-data
penelitian mengenai radikalisme bahkan terorisme di kalangan generasi muda
yang kian mencemaskan perkembangannya. Lihat: Ahmad Syafi‟I Maarif dkk,
Catatan 1 Dekade..., hlm: 127
66
Pemerintah Australia dan Indonesia yang
menjadi co-chair GCTF untuk kawasan Asia
Tenggara.18
Untuk respon di dalam negeri, bisa
dilihat melalui capaian penghargaan yang
didapatnya pada ajang Apresiasi Film
Indonesia (AFI) 2013.
Gambar 3.3: Film-film yang Maarif Institute produksi
Apabila melihat jumlah media Maarif Institute di atas,
kini beberapa di antaranya sudah tidak berjalan lagi disebabkan
budget produksi dan pengelolaannya. Namun tetap saja, media
tersebut telah menyampaikan pesan sesuai dengan fungsinya.
B. Aktifitas Sosial Maarif Institute
Sejak awal pendiriannya Maarif telah memfokuskan dirinya
untuk menjadi lembaga sosial dan membantu masyarakat.
Apapun yang lembaga ini lakukan, maka tidak bergantung pada
keuntungan materi semata. Karena itu, dalam aksi sosial ini
18
Tak hanya sebagai media kampanye, Mata Tertutup sebagai karya
sinema telah mendapatkan respon yang signifikan bagi sinema publik, baik di
Indonesia maupun di luar negeri. Lihat: Ahmad Syafi‟I Maarif dkk, 2013,
Catatan 1 Dekade..., hlm: 131-133
67
Maarif Institute menekankan pada tiga unsur utama yaitu
keislaman, kemanusiaan dan kebangsaan, berikut di antaranya:
1. Penguatan Kapasitas Pengawas Sekolah
Acara ini bekerjasama dengan Dinas
Kemendikbud. Karena Maarif ini fokusnya pada
pendidikan. Maka di sini, Maarif Institute juga
mengadakan program pelatihan untuk pengawas sekolah
di mana sebelumnya sudah dilakukan riset di daerah
Banten tentang paham-paham radikalisme yang masuk
ke sekolah. Dalam hasil penelitian Maarif, radikalisme
yang masuk sekolah itu ada tiga yaitu dari
ekstrakulikuler, guru dan kebijakan sekolah.
Dikarenakan guru-guru itu berada di bawah naungan
pengawas sekolah, maka Maarif pun mengadakan
pelatihan kepada mereka mengenai wawasan seperti
toleransi, radikalisme sehingga para pengawas sekolah
ini tidak hanya mengawasi managerial dan keuangan
saja, tapi juga mempunyai perangkat paham-paham
kekerasan yang masuk ke sekolah.19
Setelah para
pengawas sekolah mempunyai pemahaman itu, maka
mereka pun bisa memberikan pelatihan pula pada guru-
guru.
19
Wawancara pribadi Mas Deni selaku Divisi Islam dan Media Maarif
Institute
68
Gambar 4.2: Program Penguatan kapasitas pengawas sekolah
2. Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan Ahmad Syafi‟I
Maarif.
Program ini berada dibawah kendali divisi riset.
Jadi acara ini salah satu tujuannya adalah
mensosialisasikan pemikiran Buya Syafi‟i terkait isu-isu
keislaman, kemanusiaan, keindonesiaan itu payung
besarnya. Detail isinya, SKK ini adalah tentang
keberagaman agama, toleransi, kebhinekaan, ujaran
kebenciaan, islam dalam konteks diskursus secara umum
seperti islam dan gender, islam dan terorisme dan lain-
lainnya.20
Target acara ini adalah mahasiswa yang memang
sudah memiliki basic intelektual karena acara ini
meskipun dibuka secara umum, tapi tetap melalui proses
seleksi melalui syarat-syarat yang Maarif Institute buat.
Diantaranya mereka harus membuat dua makalah wajib
terkait isu-isu yang menjadi konsen Buya dan juga isu-
20
Wawancara pribadi bersama Pak Shofan selaku divisi Riset dan
Pemimpin Redaksi Jurnal Maarif Institute
69
isu umum sesuai materi yang ada di kegiatan itu.
Sistematika penulisannya pun seperti menulis Jurnal atau
skripsi. Bagi yang terpilih maka boleh mengikuti SKK
ini. Lalu sepanjang acara nanti tulisan mereka yang
sudah dikumpulkan di awal tadi, diperiksa secara
bertahap sampai benar. Apabila salah, akan terus
dikembalikan hingga benar dan tulisan ini disatukan
untuk dijadikan buku antologi.
3. Maarif Fellowship.
Program ini sangat membantu masyarakat yang
ingin melakukan penelitian. Siapapun dapat mengajukan
proposal dan 5 terbaik terpilih akan mendapatkan dana
sekitar 10-15 juta guna mendukung riset mereka. Dalam
waktu 3 bulan, mereka diminta harus menyelesaikannya
dan kemudian dipresentasikan serta dibukukan. Kegiatan
ini dilakukan dua tahun sekali bergantian dengan acara
Maarif Award.21
4. Maarif Award.
Program ini diberikan kepada aktivis, pekerja
sosial ataupun pemimpin lokal yang komitmen dan
ketulusan imannya dilembagakan ke dalam pelbagai
karya sosial-kemanusiaan berbasis komunitas. Tujuan
kegiatan ini adalah bentuk apresiasi serta untuk
mendorong munculnya figur-figur untuk anak bangsa
yang memang orang ini masih sangat original belum
21
Wawancara pribadi Mas Deni selaku Divisi Islam dan Media Maarif
Institute
70
sama sekali mendapatkan penghargaan.22
Sejak 2009
Maarif Award dilaksanakan dua tahun sekali karena juri
yang menentukan Maarif Award ini membutuhkan
waktu lebih lama untuk menentukan siapa yang cocok
mendapatkan award.23
Tagline Maarif Award berbunyi
“Orang biasa dengan karya kemanusiaan yang luar
biasa.”
Gambar 4.3: Piala dan buku Maarif Award
5. Jurnalisme Kebhinekaan
Program jurnalisme kebhinekaan ini terlaksana
pada tahun 2017. Awalnya, anggota ini terbatas karena
Maarif Institute hanya merekrut para alumni jambore
pelajar untuk wadah mereka terus berkarya, juga siasat
agar mereka tidak bubar setelah acara jambore usai.
Maarif sengaja mengangkat tema jurnalisme
kebhinekaan karena pada tahun 2017 sedang maraknya
22
Laporan tahunan Maarif Institute Periode Program Maret 2006-
Februari 2007 23
Ahmad Syafi‟I Maarif dkk, Catatan 1 Dekade, (Jakarta: MAARIF
Institute for Culture and Humanity, 2013) hlm: 103
71
literasi digital dan banyak sekali berita-berita hoax dari
berbagai media online. Dalam Jurnalisme kebhinekaan
ini pelajar diarahkan untuk membuat konten yang baik
dan dalam program ini Maarif memberikan wawasan
pada pelajar mengenai materi menangkal isu radikalisme
serta isu hoaks. Goal-nya mereka menghasilkan video,
foto, puisi dan mempunyai website khusus untuk para
alumni jurnalisme kebhinekaan. Para pelajar yang masuk
pada program Jurnalisme Kebhinekaan ini disebut
Maarif Muda.24
Gambar 4.4: Tampilan website Maarif Muda
6. Madingsekolah.id
24
Wawancara pribadi Mas Deni selaku Divisi Islam dan Media Maarif
Institute
72
Madingsekolah.id ini adalah program lanjutan dari
Jurnalisme Kebhinekaan. Akan tetapi, pada 2018 Maarif
mencoba menggandeng cameo project dan bekerjasama
dengan google.org untuk memperluas kuota para pelajar
di 10 kota di Indonesia. Kemudian di tahun 2019 pun
mereka memperbesar SDM yaitu bertambah ruang guru,
Piece Generation dan Love Frankie masih dengan fokus
mereka di 10 kota. Jika para pelajar yang masuk
program jurnalisme kebhinekaan disebut Maarif Muda,
maka di madingsekolah.id ini para pelajar disebut
creator muda. Program ini jelas membantu sekali anak-
anak sekolah lebih kreatif dan lebih mencintai Negara
sendiri. Jadi, sebenarnya madingsekolah.id ini masih
bertemakan kebhinekaan. Hanya namanya saja berbeda
karena Maarif mencoba menggandeng lembaga lain
untuk memperbesar kuota para pelajar di 10 kota di
Indonesia yang dari awalnya hanya jambore pelajar. Kini
madingsekolah.id yang bertemakan jurnalisme
kebhinekaan telah tersebar di 10 kota.25
25
Dalam website madingsekolah.id ini bisa dilihat bahwa setiap
sekolah memiliki nama mading masing-masing. Mereka dapat mengganti
apapun isi mading mereka dengan tema kebhinekaan. Lihat:
https://madingsekolah.id/
73
Gambar 4.5: Tampilan website creator muda dan program creator
muda x maddingsekolah.id
Setelah apa yang penulis paparkan di atas mengenai aktifitas
sosial Maarif. Jelas sekali beberapa di antaranya dilakukan
dengan kerja sama antara lembaga sosial lainnya. Ini
membuktikan bahwa dalam melakukan kebaikan sosial atau
kegiatan amal kebaikan sangat dibutuhkan kerja sama yang
memiliki satu tujuan.
74
75
BAB V
PEMBAHASAN
A. Interpretasi Penelitian
McLuhan mengatakan bahwa media dapat didefinisikan
sebagai “any extension of ourselves” segala
bentuk “perpanjangan tangan” manusia sehingga media tidak
hanya terbatas pada media massa, tetapi juga alat-alat teknologi
yang kini sudah hadir di kalangan masyarakat. Hal ini melahirkan
kata kunci dari teori ekologi media di mana “medium is the
message” is transformation. Pesannya adalah ketika suatu media
berubah maka kondisi masyarakat pun akan berubah. Salah
satunya pada kondisi cara bagaimana masyarakat dalam
menerima pesan. Pada penelitian penulis, kondisi ini jelas
menggambarkan terjadinya perubahan penggunaan media
sehingga menimbulkan cara bagaimana dalam memperoleh
pesan-pesan yang Maarif sampaikan.
Contohnya, sebelumnya masyarakat terbiasa mendapatkan
pesan-pesan dari jurnal yang Maarif terbitkan, kemudian
perlahan-lahan berevolusi pada website, buku penerbitan bahkan
hingga ke film. Ini pun sesuai dengan pemikiran McLuhan yang
sudah beberapa kali penulis singgung bahwasannya manusia
tidak bisa menghindari media. Terlebih setiap zamannya media
terus berevolusi mulai dari isyarat saja hingga saat ini manusia
mampu mengakses seluruh informasi berkat lahirnya teknologi.
Akan tetapi sejauh ini menurut penulis efek dari media yang
Maarif gunakan untuk penyampaian pesan tergolong pada
76
kategori yang positif. Itu dikarenakan Maarif menggunakan
media semaksimal mungkin dalam penyapampaian pesan syiar
Islam/ syiar kemuhammadiyahan dan perlu penulis tekankan
bahwa syiar ini memiliki makna yang luas. Menurut Drs.
Hasanuddin Yusuf Adan, Lc, syi’ar berasal dari kata syu’ur
yang maknanya “rasa”. Makna ini masuk ke dalam beberapa
banyak jenis ibadah dalam Islam, contohnya syi’ar ibadah salat
dapat dirasakan sejak adzan dikumandangkan, orang-orang
menuju masjid, berwudhu dan sebagainya. Kemudian syi’ar
ibadah puasa ramadhan dirasakan sejak orang berkeliling
membangunkan sahur, berjualan takjil dan nikmatnya berbuka
bersama. Apapun pelaksanaan ibadah yang diwajibkan Allah,
pasti memiliki nilai syi’ar tersendiri. Jadi syi’ar yang bermakna
“rasa” tersebut bukan hanya umat Islam yang merasakannya.
Namun non-muslim pun dapat merasakan syi’ar tersebut. 1
Syi’ar ini dapat lewat sebuah tauladan, tauziah, dakwah,
kesenian dan sebagainya yang memiliki tindakan atau upaya
untuk memperkenalkan berbagai hal dalam Islam. Dengan syi’ar
ini Muhammadiyah merujuk pada dakwah amar ma’ruf nahi
munkarnya yang tercantum dalam matan dan keyakinan cita-cita
muhammadiyah. Begitu juga yang ditulis dalam surat Al-Imran
ayat 104:
ن يني ف ن ببلمعر يأمر ن الى الخير ة يدع نكم ام التكه م ئك ىم
ال ن عه المنكر 401المفلح
1 Ramadan Mubarak, Syiar Dan Dakwah, dalam website
Aceh.tribunnews.com, publish 19 Juli 2013
77
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung (Q.S Al-Imran: 104)
Akan tetapi perlu diketahui bahwa dakwah Muhammadiyah
adalah dakwah yang mendahulukan amar ma’ruf daripada nahi
munkar.2 Dengan budaya dakwah ini, Muhammadiyah telah
membangun dan memberikan contoh nyata dalam
mengaplikasikan amar ma’ruf nahi munkar secara konsisten.
Sejauh ini wujud nyata amar ma’ruf Muhammadiyah antara lain
dilakukan dengan kebaikan sosial yang lebih bermanfaat kepada
manusia seperti lembaga pendidikan, balai-balai kesehatan yang
disebut pending kesengsaraan umum (PKU) dan panti-panti
asuhan.
Sementara dalam menganalisis hasil penelitian ini, dapat
dilihat di bab 4 pada hasil keseluruhan data penelitian bahwa
lembaga Maarif Institute menjadikan beberapa media sebagai alat
penyampaian pesan. Medium yang Maarif gunakan di antaranya
adalah jurnal, website, penerbitan buku dan film. Pada jurnal ini
Maarif menjadikan arus pemikiran islam dan sosial sebagai brand
utamanya sejak awal. Ini dikarenakan isu dalam jurnal ini
membahas mengenai Islam dengan kacamata secara umum
seperti contohnya pada jurnal bulan Juni 2019, Maarif
mengeluarkan judul Populisme Islam dan Tantangan Demokrasi
2 Tim penulis Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan
Pengembangan, 2016, Buku Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Yogyakarta:
Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembanga. hlm:11
78
di Indonesia Pasca-Pilpres. Dalam syiarnya, Maarif ingin
menunjukkan bahwa Islam tidaklah kaku, Islam tidak hanya
meliputi ibadah kepada Tuhan saja. Dakwah Islam saat ini pun
tidak lagi zamannya hanya dari mimbar ke mimbar. Tetapi
dakwah saat ini sudah mampu mengikuti perkembangan
zamannya dan memiliki ranah pembahasan yang luas meliputi
seluruh sel-sel kehidupan manusia termasuk politik, ekonomi dan
lain-lain yang tentunya tidak lepas dengan konsep Islam itu
sendiri.
Begitu juga ketika melalui website Maarif Institute yang
memperkenalkan kegiatan sosial dalam LSM Maarif. Dalam
kegiatan sosial ini, setidaknya ada 6 program kebaikan sosial atau
kegiatan amal saleh yang dapat dikatakan pula sebagai bentuk
dakwah bil-hal yang Maarif Institute lakukan. Enam program
tersebut yaitu penguatan kapasitas pengawas sekolah, sekolah
kebudayaan dan kemanusiaan Ahmad Syafi’I Maarif, maarif
fellowship, maarif award, jurnalisme kebhinekaan dan
madingsekolah.id, yang mencemirkan amar ma’ruf
(memerintahkan kebaikan) di dalam lembaga Maarif Institute.
Selain menerbitkan jurnal, website dan juga melakukan
kegiatan sosial sebagai dukungan terhadap gerakan kultural
Muhammadiyah, lembaga ini juga menerbitkan buku yang
mendukung tentang pentingnya gagasan Dakwah Kultural
Muhammadiyah. Beberapa buku tidak lepas pada pembahasan
Islam dan Muhammadiyah. Beberapa juga hasil mengumpulkan
tulisan workshop anak-anak muda atau contohnya dalam program
Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan Ahmad Syafi’I maupun
79
buku-buku hasil Maarif. Begitu juga pada film yang Maarif
produksi, film-film ini dilatarbelakangi pemikiran gagasan-
gagasan keislaman yang bersenyawa dengan pluralisme dan
pokok lainnya di dalam kehidupan.
Apabila melihat hasil keseluruhan mengenai syiar
kemuhammadiyahan yang lembaga Maarif Institute lakukan, ini
sangat menekankan betapa pentingnya pendidikan. Menunjukkan
bahwa LSM Maarif Institute memerintahkan kepada kebaikan.
Bahkan bukan hanya manusia biasa yang menekankan betapa
pentingnya pendidikan. Manusia mulia yakni Nabi Muhammad
SAW pun bersabda di dalam haditsnya:
مستمعب ا متعلمب ا سلم:كه عبلمب ا قبل النبي صلى هللا عليو
اه ال ل تكه خبمسب فتيلك )ر ( بييق محبب
Telah bersabda Rasulullah SAW :”Jadilah engkau orang yang
berilmu (pandai) atau orang yang belajar, atau orang yang
mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan janganlah
engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka (H.R
Baihaqi)
Selain itu semua kegiatan atau program yang Maarif lakukan
ini memiliki peran besar untuk bangsa Indonesia terutama bagi
kalangan remaja yang masih menjadi harapan bangsa untuk ke
depannya. Maarif Institute juga berusaha menjaga Indonesia
untuk terus aman dan damai dengan memberikan pendidikan
kepada pengawas sekolah, guru bahkan pelajar tentang
menangkal radikalisme. Bahkan Maarif memberikan ilmu
80
kejurnalistikan dalam program maddingsekolah.id dengan
mengangkat tema jurnalisme kebhinekaan dan menciptakan
sekolah kebudayaan untuk pelajar sehingga menurut penulis,
Maarif Institute cukup memiliki partisipasi yang besar dalam
pendidikan di Indonesia. Hal ini merujuk pula pada prinsip-
prinsip Muhammadiyah di poin terakhir yaitu:
Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia
yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang
mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan
Negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama
menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi
Allah SWT: "Baldatun Thayyibatun Wa Robbun Ghofur”3
dikuatkan pula sebagaimana dalam surat As Saba ayat 15:
شمال مين و ن عن يت جن
ية
نهم ا
ان لسبا في مسك
د ك
ق
زق ل ىا من ر
لك
فىر رب غ و
بة ي
ط
دة
ه بل
روا ل
ك
م واش
ك 51رب
Artinya: Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda
(kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah
kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka
dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan)
Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu)
adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang
Maha Pengampun (Q.S Saba: 15)4
3 Tim Penulis Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Al Islam Dan Kemuhammadiyahan,
(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah,2016) hlm: 82-87 4 Haedar Nashir, Dinamisasi Gerakan Muhammadiyah..., hlm: 26
81
Dengan hasil penelitian ini penulis menafsirkan bahwa dalam
syiar kemuhammadiyahannya, Muhammadiyah lebih
menekankan pada dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Bentuk
konsisten yang sejak dahulu Muhammadiyah lakukan adalah
membuat lembaga-lembaga sosial yang dapat membantu
masyarakat. Hal ini juga penulis kuatkan bahwa salah satu bentuk
dakwah yang paling efektif dilakukan adalah dakwah bil-hal
(dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata).5 Bentuk dakwah
bil-hal dapat juga disebut sebagai amal saleh dan menurut
pandangan penulis bentuk amal saleh pun memiliki arti yang
sangat luas. Seperti contohnya pada Maarif Institute ini, mereka
cukup banyak melakukan aksi sosial yang konteksnya tetap pada
membantu masyarakat, karena melakukan kebaikan apapun,
apabila itu dilakukan dengan ikhlas maka tetap dapat dikatakan
sebagai bentuk amal soleh. Ini juga menggambarkan bahwa Islam
ini dinamis. Islam tidak beku dan Islam mampu bergerak
mengikuti zaman tanpa keluar dari ketetapan yang Allah buat.
5 Ada pada bab dua dalam konsep dakwah berbasis
kelompok/komunitas
82
83
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhirnya penulis mendapatkan kesimpulan bahwa
Maarif Institute ini menjadikan Buya Syafi’i sebagai
kiblat gagasan dan juga konsen utama mereka dalam
menjalankan lembaga ini. Kemudian syiar
kemuhammadiyahan yang dijalankan Maarif Institute.
Setidaknya ada 6 program yaitu Penguatan kapasitas
pengawas sekolah, Sekolah kebudayaan dan kemanusiaan
Ahmad Syafi’I Maarif, Maarif Fellowship, Maarif Award,
Jurnalisme Kebhinekaan dan madingsekolah.id
mencerminkan dua poin prinsip-prinsip syiar
kemuhammadiyahan melalui media, yaitu melakukan
Amar Ma’ruf Nahi Munkar melalui amal usahanya untuk
masyarakat (Q.S. Al-Imran:104) dan juga bentuk
kecintaannya terhadap tanah air Indonesia yang telah
Allah berikan untuk dijaga bersama-sama (Q.S. Al Hadid:
72).
B. Saran
Dengan usainya penelitian ini, ada beberapa saran
yang perlu penulis sampaikan untuk Lembaga Maarif
Institute dan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif
84
Hidayatullah Jakarta khususnya mahasiswa Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi sebagai berikut:
1. Penulis menyarankan agar SDM (karyawan)
Maarif Institute ini segera ditambahkan karena
pengembangan program sosial yang lebih luas
membutuhkan SDM yang lebih banyak.
2. Penting dikembangkan jurnalisme
kebhinekaan, khususnya bagi mahasiswa
jurnalistik atau mereka yang konsen dengan
pengembangan kajian jurnalisme.
3. Syiar keagamaan perlu lebih luas cakupan dan
jangkauannya agar memberikan kemanfaatan
bagi Dakwah Islam secara lebih global.
85
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Darwis. Apa Dan Siapa Muhammadiyah (Dulu,
Sekarang Dan Masa Depan), Jakarta: Midada Rahma
Press
Abidin, Yusuf Zainal. 2016. Manajemen
Komunikasi, Filosofi, Konsep dan Aplikasi., Bandung
: Cv. Pustaka Setia
Amsyah, Zulkifly. 2005. Manajemen Sistem Informasi, Jakarta:
Gramedia
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta
Djuroto, Totok. 2000. Manajemen Penerbitan Pers, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Effendi, Usman. 2014. Asas Manajemen, Jakarta: Rajawali Pers.
Fahmi, Irham. 2012. Manajemen, Teori, Kasus, Dan Solusi,
Bandung, Alfabeta.
Farihen. 2013. Akar Pembaharuan Dalam Islam Dan Studi
Kemuhammadiyahan, Tangerang: Ceria Ilmu
Publishing.
Febriansyah, M Raihan dkk. 2013. Muhammadiyah 100 Tahun
Menyinari Negeri Yogyakarta: Majelis Pustaka dan
Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Gottschalk, Louis. 2008 Mengerti Sejarah, (terjemahan. Nugroho
Notosusanto, Jakarta: Universitas Indonesia.
86
Hidayat, Deddy N. 2003. Paradigma dan Metodologi Penelitian
Sosial Empirik Klasik, Jakarta: Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas Indonesia.
Hidayatullah, Arief. 2016. Jurnalisme Cetak Teori dan
Praktik,(Yogyakarta: Buku Literasi.
Hikam, Muhammad AS. 1999. Demokrasi Dan Civil Society,
Jakarta: Pustaka Lp3es:Jakarta.
Iriantara, Yosal. 2014. Modul Manajemen Media Massa Dalam
Bab Konsep Dasar Manajemen, Edisi Kedua,
Jakarta: Universitas Terbuka.
Ismaun.1990. Pengantar Ilmu Sejarah, Bandung: FPIPS ISIP
Bandung
Juditha, Christiany. “Jurnalisme Damai Dalam Berita Konflik
Agama Tolikara Di Tempo.Co” Jurnal Penelitian
Komunikasi dan Opini Publik Vol. 20 No. 2.
Kartodirdjo, Sartono. 1990. Pergerakan Sejarah Indonesia Baru:
Sejarah Pergerakan Dari Kolonial Samapi Nasional
Jilid 2, Jakarta: Gramedia.
Kasdi, Aminudin. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah Surabaya: IKIP
Kincaid, D. Lawrence. dan Wilbur Schranim, Azas-Azas
Komunikasi Antar Manusia, Lp3es Dengan East West
Communication Institute.
Kriyanto, Rachmat. 2016. Teknik Praktik Riset Komunikasi,
Jakarta: Prenada Media Group
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2006.
Jurnalistik: Teori Dan Praktik, 2nd
Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
87
Loisa, Riris. dkk, 2012. Komunikasi dan Konflik di Indonesia
edisi pertama, Jakarta: PT Showcase Indonesia
dotcom.
Lynch, Jake and Annabel McGoldrick, 2001, Peace Journalism
Stroud: Hawthorn Press.
Maarif, Ahmad Syafi’I dkk. 2013. Catatan 1 Dekade, Jakarta:
MAARIF Institute for Culture and Humanity.
Machmudi, Yon. 2013. Sejarah Dan Profil Ormas-Ormas Islam
Di Indonesia, Depok: Pusat Kajian Timur Tengah
Dan Islam Universitas Indonesia
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2018,
Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah 3,
Yogyakarta: Penerbit Suara Muhammadiyah
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Muhtadi, Asep Saepul. 1999. Jurnalistik Pendekatan Teori Dan
Praktik, Tangerang: PT. Logos Wacana Ilmu
Mulyana, Deddy. 2003 Metodologi Penelitian Kualitatif
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mustika, Rieka. 2012. Masyarakat Telematika Dan Informasi
Volume: 3/ No: 1/ 2012.
Mustika, Rieka. 2012. Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan
Komunikasi, Volume III.
Nashir, Haedar. 2010. Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan,
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah
Nazir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia
Indonesia
88
Notosusanto, Nugroho. 1971. Norma-norma Dasar Penelitian
dan Penulisan Sejarah, Jakarta: Pusat Sejarah ABRI
DEPHANKAM.
Pasha, Musthafa Kamal dan Ahmad Adaby Darban. 2000.
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, LPPI
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Patton, Michael Quin. 2002 Qualitative Research and Evaluation
Methods, 3rdEdition (Thousand Oaks, California:
Sage Publication, Inc.
Pranoto, Suhartono W. 2010. Teori dan Metodologi Sejarah,
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rachman, Muhammad Aulia. 2017. Skripsi Pemikiran Ahmad
Syafii Maarif Tentang Islam Dalam Bingkai
Keindonesiaan Dan Kemanusiaan Dalam Perspektif
Fiqh Siyasah” (Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung)
Septanto, Henri. Skripsi Pengaruh HOAX dan Ujaran Kebencian
Sebuah Cyber Crime Dengan Teknologi Sederhana di
Kehidupan Sosial Masyarakat, Jurnal Sains dan
Teknologi.
Sucahya, Media. Skripsi Teknologi Komunikasi Dan Media”,
Hlm: 8
Sucipto, Hery dan Nadjamuddin Ramly. 2005. Tajdid
Muhammadiyah, Jakarta: Penerbit Grafindo
Khazanah Ilmu.
Sukarna. 2011. Dasar-Dasar Manajemen.Bandung: Cv. Mandar
Maju.
89
Sunarti, Sastri. “Skripsi Suara-Suara Islam dalam Surat Kabar
dan Majalah Terbitan Awal Abad 20 di
Minangkabau.”
Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori & Manajemen
Komunikasi, Yogyakarta, Medpres
Terry, George R. 2012. Prinsip-Prinsip Manajemen, Terj, J.
Smith D.F.M, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Terry, George R. dan Leslie W. Rue. 2000. Dasar-Dasar
Manajemen, Terj. G.A Ticoalu, Jakarta: Bumi
Aksara.
Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat
Madani Indonesia, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
dengan Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford
Foundation
Tim Penulis Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian Dan
Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
2016. Al Islam Dan Kemuhammadiyahan,
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah
Tim Penyusun dan Penerbitan Profil Muhammadiyah, 2010,
Profil 1 Abad Muhammadiyah, Yogyakarta: Pimpinan
Pusat Muhammadiyah.
Tim Penulis Maarif. 2010. Maarif Institute for Culture and
Humanity, Jakarta: MI Production.
Tripathi P.C. Dan P.N Reddy, Principles Of Management, New
Delhi, Tata Mc-Graw Hill
90
Usman, Fakih. 1962. ”Kepribadian Muhammadiyah Atau Apa
Muhammadiyah Itu?” Makalah Pada Kursus
Pimpinan Muhammadiyah Yogyakarta: Sidang
Tanwir 1962
Widja, Gede. 1989. Sejarah Lokal: Suatu Perspektif dalam
Pengajaran Sejarah, Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan.
Winardi. 2010. Asas-Asas Manajemen, Jakarta: Mandar Maju
Yusuf, Muri. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Penelitian Gabungan, Jakarta: Prena Media Group
Yusuf, M Yunan. 2005. Ensiklopedi Muhammadiyah Jakarta:PT.
Raja Grafindo Persada Kerjasama Dengan Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah.
WEBSITE
Anas, Dadan Wildan. 2019. “Majalah Iber, Warisan Terakhir
Ustad Emon” https://www.persis.or.id/majalah-iber-
warisan-terakhir-ustad-emon
http://ensiklopedia.kemendikbud.go.id/sastra/
Bhaskara, L. Adhi. 2018. “Awal dari 'War on Terror': Serangan
AS ke Afganistan.” https://tirto.id/awal-dari-war-on-
terror-serangan-as-ke-afganistan-c3Q6
Damhuri, Elba. 2018. “Suara Muhammadiyah dan Hari Pers
Nasional”
https://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/18/02/
91
06/p3pead440-suara-muhammadiyah-dan-hari-pers-
nasional
Gunawan, Anggun. 2019. “Muhammadiyah di tangan Haedar
Nashir”
https://www.kompasiana.com/grejogja/563bdfddb793
739108f90a7b/muhammadiyah-di-tangan-haedar-
nashir.
Haryanto, Alex. 2018. “Berjudul Hari Pers Nasional: Indonesia
Punya Media Massa Terbanyak Di Dunia”
https://tirto.id/hari-pers-nasional-indonesia-punya-
media-massa-terbanyak-di-dunia-cEx2
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2016. “Warisan Din
Syamsuddin Untuk
Muhammadiyah.http://lipi.go.id/publikasi/warisan-
din-syamsuddin-untuk-muhammadiyah/12852
Ocktaviany, Tuty. 2017. “Manfaatkan Media Massa Cerdiknya
HOS Tjokroaminoto Melawan Kolonial Belanda”
https://nasional.okezone.com/read/2017/02/09/337/16
13869/manfaatkan-media-massa-cerdiknya-hos-
tjokroaminoto-melawan-kolonial-belanda
Safitri, Dewi. 2019. “Para Pemimpin Muhammadiyah”
https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2010
/07/100705_muhammadiyahleader
Sahal, Hamzah. 2012. “Swara Nahdlatul Ulama”
https://banyuwangi.nu.or.id/page/22/?cat=-1
92
Sahal, Hamzah. 2012. ”Majalah, Pendamping Setia NU”
https://www.nu.or.id/post/read/40667/majalah-
pendamping-setia-nu
Teguh, Irfan. “Kartosoewirjo dan Pandangan Politiknya di Surat
Kabar Fadjar Asia” https://tirto.id/kartosoewirjo-dan-
pandangan-politiknya-di-surat-kabar-fadjar-asia-
dlC7
Utomo, Wisnu Prasetya. 2015. “Membaca Media
Muhammadiyah dan Nahdlatul
Ulama”https://www.google.com/search?safe=strict&s
xsrf=ACYBGNStHgt6hoYHwTq7xQRYhT_fJtko1A:
1569565309376&q=Wisnu+Prasetya+Utomo,+Memb
aca+Media+Muhammadiyah+dan+Nahdlatul+Ulama
+website+Remotivi.or.id+dipublish+pada+3+Agustus
+2015)&sa=X&ved=0ahUKEwj0gN61rvDkAhVKW
isKHaLbA9AQgwMIKg
https://madingsekolah.id/
http://maarifinstitute.org/profil/
https://nu.or.id
https://tvmu.tv/
Http://Www.Muhammadiyah.Or.Id/Id/Content-162-Det-H-M-
Yunus-Anis.Html
http://www.muhammadiyah.or.id/2-content-191-det-kajian-
hadits.html
http://www.suaramuhammadiyah.id
93
https://Suryagemilangnews.Com/Prinsip-Prinsip-Dasar-Di-
Muhammadiyah/
https://www.youtube.com/channel/UCg1PjFz0AsjUacJTB4gI2q
A
LAIN-LAIN
Buletin Sohib, volume 1, No 1 terbit Mei 2015
Laporan tahunan Maarif Institute Periode Program Maret 2006-
Februari 200
Media Kliping Maarif Institute diambil dari filmindonesia.or.id
dengan judul Mata tertutup: Agama di Antara Negara
dan Keluarga.
UU No.40 Tahun 1999 Tentang Pokok Pers.
Wawancara pribadi bersama Pak Shofan sebagai Divisi Riset dan
Pemimpin Redaksi Jurnal Maarif Institute serta
dengan Mas Deni sebagai Divisi Islam dan Media
94
95
LAMPIRAN
Tranksip Wawancara
Narasumber: Deni Murdiani
Waktu: 10 Juli 2019
Tempat: Jl. Tebet Barat Dalam II No.6, RT.14/RW.3, Tebet
Bar., Kec. Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 12810
1. Assalamu ‘alaikum Mas. Ini Mas Deni ya?
Waalaikumussalam. Bener Mbak. Mbak Hilma kan ya
yang chat saya. Jadi ngambil Maarif Mbak?
2. Heheh iya Mas. Oh iya, Mas Deni selaku apa nih di Maarif
Institute?
Saya sebagai ketua Divisi Islam dan Media. Jadi yang
mengurus media social seperti facebook, twitter, instagram
dan website.
3. Oke Mas Deni, langsung ke pertanyaan ya. Maarif
Institute sendiri itu apa sih Mas?
Oke Mbak. Jadi Maarif ini seperti LSM (lembaga
swadaya masyarakat). Secara legal/formal Maarif ini yayasan
bukan ormas yang punya anggota. Nah Maarif Institute ini
dibawah yayasan Ahmad Syafi’I Maarif dan secara structural
tidak ada sama sekali kaitannya dengan Ormas
Muhammadiyah, tapi secara emosional dan history tidak bisa
dipungkiri kalau MI ini memang punya kaitannya karena yang
96
kita ketahui semua bahwa Buya Syafi’I ini kan mantan PP
Muhammadiyah. Begitu juga dalam history perjalanan
terbentuknya Maarif ini, pemuda dari Muhammadiyah cukup
berperan sehingga beberapa karyawan di MI ini hampir 80%
dari aktivis Muhammadiyah seperti dari IMM, IPM dan
Pemuda Muhammadiyah.
4. Lalu dibentuknya Maarif itu awalnya bagaimana sih Mas?
Wah kalau history mau lebih jelasnya nanti saya kasih
buku khususnya biar nanti Mbak juga bisa cek ulang. Ini saya
ceritakan singkatnya saja ya. Jadi, Maarif awal dibentuk itu
untuk mewadahi teman-teman pemuda Muhammadiyah dalam
beraktualisasi. Jadi teman-teman yang udah selesai
periodesasinya di IMM, IPM, itu kan salurannya gak tau
kemana, kalau ga ke politik ya balik lagi ke daerah masing-
masing. Maka tahun 2003 teman-teman merintis Maarif
Institute.
5. Loh jadi pemuda yang merintis ya Mas. Bukan Buya
Syafi’I sendiri yang bentuk?
Iyah, jadi pendiri Maarif ini bukan Buya. Dari awal
terbntuknya Maarif ini justru Buya tidak mau namanya
dijadikan nama sebuah lembaga karena beliau merasa kan
hanya manusia biasa kok bisa namanya dijadikan inspirasi
nama lembaga, tapi akhirnya pada usia ke 10 tahunnya
Maarif, Buya mulai mau menerima dirinya sebagai bagian
inspirasi Maarif Institute. Apalagi Buya memperhatikan
kegigihan para pemuda untuk terus menjalankan lembaga ini,
sampai sudah membuat film, buku, penerbitan dan sekarang
udah punya program yang berjalan pada setiap divisi.
97
6. Oh gitu ya Mas. Saya baru tahu tentang ini loh! Saya kira
karena namanya Maarif Institute. Ya yang memembuatnya
pun Buya Syafi’I Maarif.
Hahaha iya Mbak, bukan. Buya ini hanya inspirasi Maarif
Institute, tapi yang membuatnya mah para pemuda. Nanti bisa
dibaca di buku siapa saja perintisnya.
7. Oke, Mas lanjut ke media. Media apa saja sih yang Maarif
Institute jadikan alat untuk publikasi?
Awal Maarif terbentuk itu mengeluarkan Jurnal. Jurnal
ini salah satu program yang rugi karena tidak pernah
menguntungkan sama sekali ketika disebarkan. Dalam arti
lain, Jurnal ini memang pure dibagikan untuk
menyabarkluaskan nama Maarif. Jadi, sama sekali tidak
mengejar pemasukan. Pokoknya walaupun rugi, kita tetap
kelurkan hingga 2019 ini karena ini juga memang sudah
program dari awal berdiri.
8. Nah itu dibagikan ke siapa aja ya Mas?
Saat itu Jurnal itu dibagikan ke para pemuda
Muhammadiyah. Kemudian dibagikan pula pada donatur
sehingga mengundang beberapa penyumbang dengan ikhlas,
tapi juga tak jarang pula yang hanya memmberikan
simpatisan. Tapi dari situ, mulai tahun ke tahun Maarif mulai
sadar betapa pentingnya dana operasional untuk membuat
Jurnal dan segala macam lainnya. Akhirnya Maarif pun mulai
terbuka untuk para sponsor untuk mendanai terbitnya Jurnal
dan terbitlah beberapa Jurnal yang apabila dilihat
belakangnya ada logo sponsor.
Nah, awalnya kan gak tahu kalau penerbitan jurnal tidak
boleh ada embel-embel logo sponsor karena itu berkaitan
98
dengan akreditasi dan akhirnya tahun 2010 sampai saat ini
jurnal didanai sendiri.
9. Untuk jadwal penerbitannya berapa bulan atau berapa
tahun sekali?
Jurnal ini awalnya terbit sebulan sekali kemudian setahun
tiga kali dan mulai dari tahun 2012 atau 2013 itu mulai
konsisten setahun dua kali di bulan juni dan desember.
10. Tema-tema atau isu apa sajakah yang diangkat?
Kalau untuk isu, jurnal Maarif merespon isu-isu yang
bersifat kontekstual misalnya tahun ini ada Pilpres, maka
diangkatlah isu itu karena nasional. Kemudian di tahun depan
misalnya ada isu muktamar Muhammadiyah, nah tidak
menutup kemungkinan Jurnal Maarif akan mengangkat isu itu.
Pokoknya merespon isu konstektual banget.
11. Dengar-dengar Maarif juga pernah punya bulletin ya?
Untuk bulletin itu sendiri bagaimana?
Iya Mbak, itu sekitar dibawah tahun 2011. Jadi Bulletin
itu berkaitan dengan beberapa program yang berjalan di
daerah. Misalkan nih di Lampung sedang mengadakan acara,
nah acara itu semuanya dirangkum di dalam bulletin.
12. Apa pengelolaannya juga dengan divisi riset? Terus saat
ini masih ada atau tidak ada?
Untuk pengelolanya di luar dari divisi Maarif secara
struktural. Nah karena kurangnya pendanaan dan
bergesernya media baca maka bulletin sendiri hanya bertahan
sekitar tiga tahun saja. Pernah juga sih dibuat bulletin
99
elektroniknya tapi karena tidak ada yang menggawangi,
yasudahlah mati suri hahaha.
13. Lalu bagaimana dengan website? Apakah
kemunculannya setelah Jurnal dan Bulletin terbentuk?
Wah kalau website sih berbarengan dengan Jurnal.
Mungkin sekitar 2003/2004 itu ya sudah ada. Website ini
justru lebih dulu dari bulletin tapi waktu itu bentuknya hanya
company profile. Jadi sama sekali gak ada informasi apapun.
Pokoknya ya hanya profil Maarif Institute aja gitu isinya visi,
misi kaya gitu. Baru setelah saya diminta untuk mengurus
website, saya mencoba untuk merubahnya lebih dinamis lagi.
14. Nah sekarang, untuk management di website sendiri
bagaimana?
Kalau managementnya sendiri. Jadi informasi Maarif
Institute itu ada dari beberapa sumber.
Pertama, dibuat sendiri oleh staf yang melewati editing
dari para petinggi-petinggi di struktural. Biasanya kan di
share dulu di grup Maarif terus apa saja yang perlu
diubah, ya diubah dulu sebelum dinaikkan.
Ke dua, kita copas dari media lain seperti republika,
kompas dan lain-lain yang memang khusus memberitakan
tentang Maarif Institute.
Ke tiga, Opini Publik tentang Maarif Institute.
Ke empat, serambi buya. Ini tulisan Buya yang di upload di
Republika juga dinaikkan di website Maarif Institute.
Ke lima, tulisan opini staf Maarif Institute yang terbit di
kompas atau media lainnya. Setelah naik di media itu, baru
kita copas.
15. Website Maarif ini mulai keliatan Progresif pada tahun
berapa nih Mas?
100
Dari mulai tahun 2010 ke atas karena yang tadi itu, dari
company profile biasa, jadi mulai berubah lebih dinamis.
16. Untuk di website sendiri ada gak sih kolom khusus
strategi dakwah/syiar kemuhammadiyahan untuk
generasi millennial?
Nah itu tidak ada karena seperti yang dijelaskan awal
tadi. Secara struktural, kita tidak ada sangkutpautnya dengan
Muhammadiyah, tapi secara emosional dan history ada
karena waktu 2010 ke bawah Maarif Institute ini kan masa
perintisannya masih sangat nempel dengan Muhammadiyah.
Dalam arti lain, kalau ada kegiatan apapun atau
membutuhkan massa untuk menghadiri acara. Pasti yang kita
ajak duluan kan para pemuda Muhammadiyah. Ya, itu kan
karena memang kalangan Muhammadiyah saja yang kita
kenal, tapi setelah 2010 ke atas Maarif Institute mencoba
untuk membuka jaringan yang lebih luas lagi.
17. Sejauh ini sudah kerjasama dengan siapa saja dan
mendapatkan output apa?
Kalau untuk website sendiri sih kita kerjasama dengan
google.org sejak 2017. Jadi waktu 2017 itu kita mengajukan
proposal untuk membuat jurnalisme kebhinekaan dan mereka
tertarik terus support program kita. Kaitannya dengan
website, jadi website Maarif Institute itu udah support sama
google kan dan karena google punya program non profit, kita
setiap bulannya dapat 10.000 US Dolar tapi bukan dalam
bentuk uang. Melainkan dalam bentuk iklan supaya apapun
informasi dari website kita bisa up terus ketika orang
searching dengan key word tertentu.
101
18. Kalau dengan cameo project itu kerja sama baru juga
ya Mas?
Cameo Project itu juga termasuk ke dalam program
google. Jadi kita ngajuan proposal bersama dengan 5
lembaga lainnya. Salah satunya ada cameo project itu, terus
ada ruang guru, Piece Generation, Love Frankie, sama
Maarif Institute ini. Nah google itu selain di sektor bisnis tadi,
dia juga mensupport untuk sektor sosial.
19. Oke Sejauh ini kekurangan apa saja yang Mas Deni
rasakan untuk website karena kan Mas Deni ketua Divisi
pengelola Website Maarifinstitute.org.
Kekurangan untuk website sendiri sih belum bisa
menghasilkan berita atau informasi lebih mendalam lagi
tentang apa itu keislaman, kebudayaan dan kemanusiaan
karena kan sesuai dengan slogan Maarif Institute sendiri.
Belum bisa mengeluarkan berita harian juga seperti website-
website lainnya. Website ini masih hanya sebatas me-repost
atau me-copas dari kanal lainnya. Jadi itu kekurangannya.
20. Untuk tinjauan ke depan. Apa saja yang ingin
dikembangkan lagi untuk Website ini?
Lumayan banyak sih, tapi salah satunya. Tinjauan dari
website ini ingin lebih mandiri bisa mengeluarkan atau
memproduksi berita hasil sendiri. Kemudian ingin
memanfaatkan alumni yang selalu ikut acara Maarif untuk
jadi content creator mengisi konten website. Seperti di tahun
2017 -2018 sudah mencoba alumni jurnalisme kebhinekaan
dan alumni jamboree pelajar untuk dituntut buat konten dan
mereka kita sudah menyediakan kanalnya yang namanya
komunitas Maarif muda, Nah di sana udah diisi bentuknya
ada yang berupa foto, video dan puisi.
102
103
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber: Deni Murdiani
Waktu: 9 September 2019
Tempat: Jl. Tebet Barat Dalam II No.6, RT.14/RW.3, Tebet
Bar., Kec. Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 12810
1. Lanjut pada wawancara pertama kemarin karena
kemarin hanya tahu sekilas kalau di Maarif ini ada
Jurnalisme Kebhinekaan. Sekarang saya ingin tahu
Jurnalisme Kebhinekaan itu program seperti apa sih ?
Jadi jurnalisme kebhinekaan ini berjalan pada tahun
2017. Dulu namanya Maarif Muda, Anggotanya terbatas
karena kami hanya merekrut orang-orang yang dulunya ikut
dalam acara jambore pelajar. Lalu dalam menindaklanjuti
acara jambore ini supaya para pelajar setelah acara tidak
kemana-mana gitu ya bahasanya atau tidak bubar gitu. Maka
kami membuat tema jurnalisme kebhinekaan sesuai dengan
pada 2017 itu kan marak sekali literasi digital dan banyak
sekali berita-berita hoax dari berbagai media digital, maka
kami membuat jurnalisme kebhinekaan. Dalam Jurnalisme
kebhinekaan ini pelajar diarahkan untuk membuat konten
yang baik dan kami juga memberikan pelajar materi
menangkal radikalisme serta isu hoax.
2. Oh oke, untuk arti jurnalisme kebhinekaan itu sendiri apa
sih mas? Nama jurnalisme kebhinekaan itu hasil cetusan
siapa?
104
Untuk cetusan itu memang hasil rapat kami (orang-orang
Maarif). Kebhinekaan ini kan khas Indonesia ya berbeda-beda
tapi tetap satu kemudian juga kebetulan tokoh kami yaitu Buya
sendiri fokusnya pada Indonesia dan juga perdamaian.
Jadilah nama program ini Jurnalisme Kebhinekaan.
3. Nah, untuk madding.id dan maddingsekolah.id itu apa?
Ini lanjutan dari program kami yang jurnalisme
kebhinekaan itu. Jadi pada tahun 2018 akhirnya kami
berusaha untuk memperbesar kuota para pelajar yang ikut
jurnalisme kebhinekaan. Nah di sini kami bertemu dengan
cameo project yang memang bidangnya pun expert dalam
dunia digital dan juga followersnya mayoritas anak muda.
Kami juga akhirnya bekerja sama dengan google.org dan
dapat menyebarluaskan program ini ke 10 kota di Indonesia.
Program ini juga kebetulan namanya madding.id, tapi secara
teknis waktu kita mau beli domain ternyata nama itu udah
terpakai jadi kami tambahkan jadi maddingsekolah.id
4. Kenapa namanya madding sekolah tuh Mas?
Iyah biasanya kan kita kalau nemuin karya para pelajar
itu pasti ada di madding konvensional ya. Makanya di sini
kami namain madding supaya pelajar tuh bisa berkarya lebih
kreatif lagi sesuai dengan kehalian serta minatnya. Misalkan
kalau di mading konvensional kita hanya bisa nulis dan
menggambar. Nah, di sini kita memberikan wadah yaitu
platfrom digital untuk pelajar supaya bisa merambah ke dunia
fotografi juga, video, desain dan lainnya. Lalu setelah itu, di
tahun 2019 ini pun kami memperluas SDM, di mana kami juga
bekerja sama dengan ruang guru, lep pranky dan piece
generation kemudian mengajukan proposal bersama ke
google.org untuk 10 kota. Jadi di tahun ini, kami masih 10
kota hanya SDM aja yang bertambah karena jika memang
105
ingin lebih besar lagi. Kami juga perlu menggandeng kerja
sama dengan lembaga lain yang memang expert di bidang ini
supaya bisa membantu kami pula dalam mentoring ke para
creator muda.
5. Nah itu cara mereka menaikkan video atau karya-karya
lainnya gimana ya Mas. Apa diberi akses ke
maddingsekolah.id atau emang Mas yang mengatur
keluar masuknya?
Itu mereka bisa masukkan sendiri karena sudah kita beri
akses. Jadi nanti di dalamnya ada nama-nama sekolah mereka
dan mereka bisa masukkan apa saja di sana, boleh video,
fotografi dan lain-lain.
6. Tapi maddingsekolah.id ini dibatasin gak sih mas.
Kontennya harus bagaimana gitu?
Oh ya tentu. Temanya tetap dibingkai tentang
keindonesiaan yang seperti sebelumnya kami sebut jurnalisme
kebhinekaan. Supaya pelajar juga semakin mencintai
Indonesia. Semakin mencintai keberagaman milik Indonesia.
Mencintai kedamaian yang meski berbeda, tapi Indonesia
tetap satu. Yah pokoknya masih tentang keindonesiaan gitu
Mbak.
7. Lanjut ke program lain ya Mas, untuk penguatan
kapasitas pengawas sekolah. Itu program seperti apa bisa
dijelaskan?
Karena Maarif ini fokusnya pada pendidikan. Program
untuk pelajar kan sudah ada. Maka di sini, kami juga
mengadakan program pelatihan untuk pengawas sekolah di
mana kami sebelumnya sudah melakukan riset tentang paham-
paham radikalisme yang masuk ke sekolah. Dalam hasil
106
penelitian Maarif waktu itu kami menelitinya di Banten. Jadi
radikalisme yang masuk sekolah itu ada tiga yaitu dari
ekstrakulikuler, guru dan kebijakan sekolah. Nah guru itu kan
di bawah pengawas sekolah. Makanya di sini kami
memberikan pelatihan kepada pengawas sekolah mengenai
wawasan seperti toleransi, radikalisme sehingga para
pengawas sekolah ini tidak hanya mengawasi managerial dan
keuangan saja, tapi juga mempunyai perangkat paham-paham
kekerasan yang masuk ke sekolah. Setelah para pengawas
sekolah mempunyai pemahaman itu, maka mereka pun bisa
memberikan pelatihan pula pada guru-guru.
8. Ini acaranya masih terus berjalan Mas?
Terakhir sih bulan oktober nanti Mbak. Jadi di akhir
acara kami nanti final-nya launching buku sebagai acuan
untuk para pengawas sekolah dan guru bisa baca. Makanya,
kami berharap sekali kemendikbud bisa memperbanyak
bukunya supaya bisa semakin luas, semakin bisa dibaca dan
berguna untuk mereka yang belum paham mengenai paham-
paham radikal yang masuk ke dalam sekolah. Nah untuk tahun
depan, kemendikbud juga sebenarnya udah mengajak kerja
sama kami lagi untuk memperluas pelatihan ini. Jadi bukan
untuk ke pengawas sekolah lagi, tapi ke sekolah-sekolah terjun
langsung ke gurunya langsung, tapi anggaran untuk ini masih
mereka diskusikan juga untuk tahun depan.
9. Baik, Mas . Nah sekarang untuk acara Maarif Fellowship
dan Maarif Award itu hingga kini masih ada atau tidak?
Sejak 2009 kalau Maarif Award itu sudah berhenti
diadakan setahun sekali. Jadi, diganti dua tahun sekali karena
bagi juri yang menentukan Maarif Award ini pantas untuk
siapa memang sesulit itu menemukannya. Kami memilih yang
original, yang belum sama sekali mendapatkan penghargaan
107
dari siapa pun tapi mereka bekerja luar biasa. Di sini memang
niat kami memperkenalkan kepada masyarakat bahwa ada loh
“Orang biasa dengan karya kemanusiaan yang luar biasa”
begitulah tagline Maarif Award ini. Kemudian untuk Maatif
Fellowship ini pun diadakan dua tahun sekali. Jadi acaranya
selang-seling dengan Maarif Award.
10. Lanjut pada managemen redaksi online. Pertama untuk
planning bisa dijelaskan mas? Biasanya apa saja yang
dibahas dalam rapat?
Jujur aja, kalau kita sejauh ini belum ada SOP-nya.
Makanya di sini untuk rapat sendiri kami tidak tentu. Kami
rapatnya jika ada yang perlu dibahas aja dan mungkin kalau
rapat besarnya pasti yang dibahas garis besarnya seperti
misalnya planning yang menaikkan berita dari media lain,
opini Buya Syafi’i satu minggu sekali, opini dari
internal(jajaran atas Maarif seperti direksi) atau ada juga
jaringan-jaringan Maarif yang berkompeten di bidangnya
(Asosiate Maarif). Nah rapat itu dibahas bersama yang lain,
kemudian diturunkan oleh divisi Media dan islam
11. Kemudian dalam pembagian tugasnya bagaimana?
Di sini-lah divisi islam dan media yang menghubungi
orang-orang untuk menulis seperti opini tadi. Mungkin yang
istiqamah selalu diposting setiap minggu itu opini punya Buya
Syafi’i. Nah itu ada di website kami namanya serambi Buya.
12. Setelah dibagi tugasnya masing-masing. Biasanya apa
yang perlu diarahkan kembali supaya tetap sesuai dengan
planning?
Lalu jika sudah menghubungi narasumber alurnya sih
hampir sama dengan jurnal. Kami mengarahkan mereka
108
dalam tema apa yang perlu mereka respon dan perlu para
narasumber tuliskan. Kalau untuk penulisan, jelas lebih ke
artikel, bukan seperti jurnal yang membutuhkan abstrak. Ini
pure, opini para narasumber. Kalau sudah selesai, mereka
kirim lewat email, saya pun periksa lagi apakah tulisannya
sudah sesuai dengan tema dan kalau semuanya sudah benar,
baru saya naikkan.
109
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber: Moh. Shofan
Waktu: 9 September 2019
Tempat: Jl. Tebet Barat Dalam II No.6, RT.14/RW.3, Tebet
Bar., Kec. Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 12810
1. Pak bisa jelaskan untuk perencanaan Jurnal. Biasanya
apa saja yang dibahas dalam rapat?
Jurnal Maarif ini fokus pada isu-isu sosial kebhinekaan,
keummatan, tentang penguatan civil society, demokrasi,
wacana-wacana tentang pemikiran keagamaan. Sehingga
brand jurnal kami adalah “Arus Pemikiran Islam dan
Sosial” ini sesuai dengan tema yang kami angkat secara
aktual dan narasumber kami (para penulis) yang kami
undang ini sangat komperten di bidangnya.
Nah, dalam rapat ini biasanya kami berkumpul semua
untuk menentukan tema. Biasnaya pemimpin redaksi sudah
menyiapkan susunan tema yang ingin dibicarakan dalam
rapat. Temanya harus aktual seperti contihnya yang terakhir
ini judulnya Populisme Islam dan tantangan Demokrasi di
Indonesia pasca-pilpres. Judul ini sudah menjadi acuan para
penulis agar pembahasannya tidak keluar dari tema
populisme dan mereka harus merespon tema ini dalam bentu
tulisan.
Setelah itu pemimpin redaksi juga menentukan TOR,
kemudian kisi-kisinya dan juga sistematika penulisan yang
akan dijadikan acuan menulis.
110
Terakhir, dalam rapat ini menentukan narasumber yang
akan kami undang untuk menulis di jurnal edisi ini.
2. Kemudian dalam pembagian tugasnya bagaimana?
Untuk pembagian tugas sih sebenarnya kalau udah masuk
ke menulis tidak perlu banyak orang. Dua orang pun sudah
cukup sebagai lay-out dan orang yang hubungi narasumber.
Nah biasanya di sini tugas saya sudah menjadi serba double.
Saya yang menghubungi narasumber, saya yang
mengingatkan narsum, saya juga yang mengedit serta
memeriksa kembali tulisan narsum. Sementara lay-out sudah
ada bagiannya.
3. Setelah itu biasanya apa yang perlu diarahkan kembali
supaya tetap sesuai dengan planning?
Nah kalau pengarahan, ini sudah di dalam TOR
semuanya ya. Dalam TOR ini dikirim via email untuk penulis.
Biasanya berisikan tema tadi supaya narasumber menulisnya
tidak keluar dari tema. Kemudian penulisan abstrak, footnote
juga termasuk referensi yang diperbolehkan jadi rujukan itu
minimal masih banyak digunakan dalam 5 tahun terakhir.
4. Setelah semuanya selesai dan tulisan pun terkumpul.
Biasanya apa yang sangat krusial untuk diperiksa
kembali?
Untuk controlling Yang wajib diperiksa pastinya terkait
redaksi bahasa. Jika itu perlu diganti, maka saya ganti sendiri
tanpa mengurangi atau bahkan mengubah esensi dari makna
yang penulis maksud, tapi jika memang bahasanya krusial
sekali hingga perlu cross-check, maka di sini tugas saya untuk
menghubungi penulis kembali untuk bertanya apa yang
dimaksud lalu izin untuk merevisinya. Lalu jika sudah
111
dicontrol semuanya, maka dimasukkan dalam layout dan di
print. Setelah di print, saya cek ulang karena biasanya ada
yang berubah tuh. Nah kalau udah bener semua, barulah
masuk dalam percetakan.
5. Kalau menurut Pak Sofan sendiri, kelebihan dan
kekurangan dari Jurnal Maarif ini apa?
Kalau untuk kelebihan sih, kami harus akui kalau tulisan
ini sangat bagus karena kami mengundang orang-orang
profesional atau dapat dikatakan juga orang yang
berkompeten dalam bidangnya untuk mengisi setiap edisi
jurnal yang kami terbitkan. Kalau untuk kekurangan, kami
jujur saja untuk penerbitan sebenarnya selalu terbit dari
tanggal yang ditentukan. Jadwalnya selalu saja molor.
Misalkan yang terakhir ini saja seharusnya bulan juni keluar,
tapi malah agustus baru keluar. Tapi jurnal tetap ditulis Juni,
padahal sebenarnya keluarnya mah Agustus Mbak.
6. Kemudian harapan ke depannya apa?
Harapan ke depannya sih kami ingin sekali dapat
akreditasi. Kalau kami ter-akreditasi kan lebih banyak yang
memburu dan lebih banyak yang menjadikan jurnal kami
sebagai referensi. Alhamdulillah Mbak, keinginan ini sih
dekat-dekat ini akan segera dilakukan.
7. Oh gitu Pak, selamat ya. Nah sekarang saya mau masuk
pada program Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan
Ahmad Syafi’i Maarif, tolong dijelaskan ini acaranya
seperti apa?
Oh SKK ASM yahh. Jadi acara ini salah satu tujuannya
adalah mensosialisasikan pemikiran Buya Syafi’i tyerkait isu-
isu keislaman, kemanusiaan, keindonesiaan itu payung
112
besarnya. Detail isinya, SKK ini adalah tentang keberagaman
agama, toleransi, kebhinekaan, ujaran kebenciaan, islam
dalam konteks diskursus secara umum seperti islam dan
gender, islam dan terorisme dan lain-lain.
8. Target yang mengikuti acara ini siapa dan narasumbernya
siapa?
Ini targetnya mahasiswa yang memang sudah memiliki
basic intelektual karena kami memberikan syarat untuk
mereka yang mengikuti sekolah ini harus membuat dua
makalah wajib terkait isu-isu yang menjadi konsen Buya dan
juga isu-isu umum sesuai materi yang ada di kegiatan itu. Nah
ini pun sistematika penulisannya harus sesuai jurnal sehingga
mereka ketika mengikuti sekolah ini memang sudah memiliki
basic intelektual. Kami hanya perlu mengasah lagi dan
memberikan materi lebih mendalam.
9. Kemudian goalnya apa?
Goalnya tulisan mereka yang awal tadi, diperiksa secara
bertahap sampai benar. Jadi kalau salah dikembalikan lagi
sampai benar. Lalu jika sudah benar semua, kami jadikanlah
satu buku itu. Kami bukukan lewat penerbit Maarif dan semua
buku yang Maarif terbitkan diusahakan pasti mendapatkan
ISBN.
113
Wawancara pertama bersama Mas Deni selaku divisi Islam dan
Media Maarif Institute
114
Wawancara ke dua bersama Mas Deni selaku divisi Islam dan
Media Maarif Institute
115