swamedikasi flu selesma

Upload: noero3l

Post on 09-Oct-2015

92 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

swamedikasi flu selesma dan rinitis alergi

TRANSCRIPT

Patofisiologi Selesma Selesma atau common cold, merupakan peradangan hidung, faring, hipofaring, uvula, dan tonsil yang umumnya disebabkan oleh infeksi virus.Penyakit ini menular melalui droplet saat batuk, bersin, dan berbicara. Tempat utama dari inokulasi virus dapat terjadi di selaput konjungtiva, mayoritas berakibat dari inhalasi atau self- inoculation dari virus ke mukosa hidung. Setelah itu, infeksi di epitel respiratorius terjadi, virus menyebar secara lokal menyebabkan peningkatan sekresi nasal.Gejala yang timbul meliputi bersin berulang, hidung tersumbat, ingus encer, demam, nyeri kepala, diikuti oleh gejala faringitis seperti nyeri tenggorok dan sulit menelan. Influenza Influenza (atau flu) disebabkan oleh infeksi virus influenza A, B, dan lebih jarang, C. Penyakit ini terutama berdampak terhadap tenggorok dan paru- paruVirus ini sebagian terutama ditularkan dari orang ke orang melalui tetesan setelah orang yang terinfeksi batuk atau bersin, atau melalui bersentuh (mis. ketika seseorang berjabat tangan dengan orang lain). Lebih mudah untuk terkena influenza di tempat yang tertutup atau sesak Penderita influenza dapat menularkan penyakit dari hari sebelum, sampai beberapa hari setelah gejala mulai timbul.Gejala-gejala biasanya timbul satu sampai tiga hari setelah infeksi, dan mungkin termasuk yang berikut secara mendadak: demam, sakit kepala, sakit otot dan sendi, sakit tenggorok, batuk, hidung beringus atau tersumbat, lelah parah. Rhinitis AlergiRhinitis alergi adalah inflamasi membran mukosa hidung disebabkan oleh paparan terhadap materi alergenik yang terhirup yang mengawali respon imunologik spesifik, diperantarai oleh immunoglobulin E (IgE).Reaksi awal terjadi ketiga allergen di udara memasuki hidung selama inhalasi dan kemudian diproses oleh limfosit, yang menghasilkan antigen spesifik IgE. Hal ini menyebabkan sensitisasi pada orang yang secara genetic rentan terhadap allergen tersebut. Pada saat terjadi paparan ulang melalui hidung, IgE yang berikatan dengan sel mast berinteraksi dengan allergen dari udara, dan memicu mediator inflamasi.Gejala termasuk rinorea, bersin, kongesti hidung, sensasi adanya keluaran ingus (postnasal drip), konjungtivitis alergika, dan ruam mata, telinga atau hidung.

Daftar pustakaHalim, Fitria., Hubungan Faktor Lingkungan Fisik dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Pekerja di Industri Mebel Dukuh Tukrejo, Desa Bondo, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, 2012. Universitas Indonesia: Jakarta.www.health.nsw.gov.auTim Penyusun, ISO Farmakoterapi, 2009. PT.Ikrar Mandiri Pribadi: Jakarta.