tugas swamedikasi flu

60
 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat dikonsumsi tanpa pengawasan dari dokter. Obat-obatan yang digunakan untuk  pengobatan sendir i atau swamedikasi biasa disebut dengan obat tanpa resep atau obat OTC (over the counter ). Adapun definisi swamedikasi menurut WHO adalah  pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal, mau pun obat tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit. Swamedikasi merupakan bagian dari upaya masyarakat menjaga kesehatannya sendiri. Dari data World Health Organization, di banyak negara sampai 80% orang yang sakit mencoba untuk melakukan pengobatan sendiri oleh penderita. Sedangkan data di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 60% masyarakat melakukan swamedikasi dengan obat modern sebagai tindakan pertama bila sakit (Depkes RI, 1995). Dasar hukum swamedikasi di Indonesia bersandar pada permenkes  No.919/MENKES/PER /X/1993. Faktor-faktor seperti sosioekonomi, kemudahan akses pada produk obat, manajemen penyakit dan rehabilitasi, demografi dan epidemiologi, reformasi pada sektor kesehatan dan juga ketersediaan produk-produk baru yang mudah digunakan turut berperan meningkatkan perilaku swamedikasi.  Namun bukan berarti asal mengobati, justru pasien harus mencari informasi obat yang sesuai dengan penyakitnya dan apoteker-lah yang bisa berperan di sini. Apoteker bisa memberikan informasi obat yang objektif dan rasional. Swamedikasi boleh dilakukan untuk kondisi penyakit yang ringan, umum dan tidak akut. Beberapa penyakit yang dapat diobati sendiri (swamedikasi) adalah rinitis alergi, influenza dan selesma. Pada praktek swamedikasi untuk penyakit-penyakit ini tujuannya adalah untuk mengurangi atau meminimalkan gejala yang terjadi.

Upload: hajrahsuhardi

Post on 08-Oct-2015

502 views

Category:

Documents


47 download

DESCRIPTION

Swamedikasi Rinitis, Salesma, dan Influenza

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

I.1.Latar BelakangSwamedikasi atau pengobatan sendiri adalah tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat dikonsumsi tanpa pengawasan dari dokter. Obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan sendiri atau swamedikasi biasa disebut dengan obat tanpa resep atau obat OTC (over the counter). Adapun definisi swamedikasi menurut WHO adalah pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal, mau pun obat tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit. Swamedikasi merupakan bagian dari upaya masyarakat menjaga kesehatannya sendiri. Dari data World Health Organization, di banyak negara sampai 80% orang yang sakit mencoba untuk melakukan pengobatan sendiri oleh penderita. Sedangkan data di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 60% masyarakat melakukan swamedikasi dengan obat modern sebagai tindakan pertama bila sakit (Depkes RI, 1995). Dasar hukum swamedikasi di Indonesia bersandar pada permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993.Faktor-faktor seperti sosioekonomi, kemudahan akses pada produk obat, manajemen penyakit dan rehabilitasi, demografi dan epidemiologi, reformasi pada sektor kesehatan dan juga ketersediaan produk-produk baru yang mudah digunakan turut berperan meningkatkan perilaku swamedikasi.Namun bukan berarti asal mengobati, justru pasien harus mencari informasi obat yang sesuai dengan penyakitnya dan apoteker-lah yang bisa berperan di sini. Apoteker bisa memberikan informasi obat yang objektif dan rasional. Swamedikasi boleh dilakukan untuk kondisi penyakit yang ringan, umum dan tidak akut.Beberapa penyakit yang dapat diobati sendiri (swamedikasi) adalah rinitis alergi, influenza dan selesma. Pada praktek swamedikasi untuk penyakit-penyakit ini tujuannya adalah untuk mengurangi atau meminimalkan gejala yang terjadi. Rinitis alergi adalah inflamasi pada membran mukosa nasal yang disebabkan oleh penghirupan senyawa alergenik yang kemudian memicu respon imunologi spesifik. Penderita rinitis alergi di Indonesia memiliki prevalensi yang relatif rendah jika dibandingkan dengan negara lain (kurang 5%) tetapi insiden terus mengalami peningkatan. Selesma memiliki pengertian yaitu kumpulan gejala saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh berbagai patogen virus. Gejala termasuk hidung tersumbat, rinorrhea, bersin, sakit tenggorokan, batuk, demam ringan, sakit kepala, dan malaise. Selesma mungkin merupakan penyakit infeksi yang paling lazim terjadi pada manusia. Diperkirakan bahwa sekitar lebih dari 1 milyar orang yang mengalami selesma pertahunnya di Amerika. Penyakit ini paling sering menjangkiti anak-anak dan terjadi sekitar 6 hingga 10 kali pertahunnya.Influenza merupakan penyakit karena infeksi virus akut oleh virus dari famili orthomyxoviridae dan dapat menyebar dengan mudah dari satu orang ke orang lainnya. Gejala yang umum terjadi pada infeksi ini berupa demam, pilek, sakit tenggorokan, batuk, sakit kepala, nyeri otot (mialgia), malaise.

I.2.Tujuan1. Mengetahui tentang rinitis alergi, influenza dan selesma beserta terapinya.2. Mampu memahami keluhan pasien, membantu memilihkan obat, memberikan informasi/advice yang di perlukan pasien dalam rinitis alergi, influenza dan selesma.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1. Anatomi dan Fisiologi Sistem PernafasanII.1.1.Pendahuluan Sistem PernafasanPernafasan berarti perpindahan oksigen (O2) dari udara menuju ke sel-sel tubuh dan keluarnya karbondioksida (CO2) dari sel-sel udara bebas. Masuknya O2 dan keluarnya CO2 dibutuhkan untuk menjalankan fungsi normal sel-sel tubuh. Sistem pernafasan terdiri dari organ yang mengatur pertukaran gas, yaitu paru-paru, dan suatu pompa yang akan mengaliri paru-paru dengan gas. Pompa ini terdiri dari dinding rongga dan dan otot-otot pernafasan yang akan membesarkan dan mengecilkan ukuran rongga dada; daerah di otak yang mengatur kerja otot pernafasan, dan saraf yang menghubungkan otak dengan otot (Ikawati, 2011).Sistem pernafasan pada manusia dibagi menjadi 2 macam, terdiri dari sistem pernafasan atas dengan organ-organ yang terlibat yaitu hidung, faring hingga ke laring dan sistem pernafasan bawah yaitu trakea, bronkus, bronkiolus dan paru-paru yang berujung pada alveolus (Ikawati, 2011).

II.1.2.Anatomi Sistem Pernafasan AtasSistem pernafasan pada manusia dibagi menjadi 2 macam, terdiri dari sistem pernafasan atas dengan organ-organ yang terlibat yaitu hidung, faring hingga ke laring seperti yang digambarkan pada gambar 1.

Gambar 1. Anatomi sistem pernafasan atas manusia (A.D.A.M. Health Solutions, 2012)Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Pada sistem pernafasan atas saat udara masuk ronga hidung, udara disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet. Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar mukosa. Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mucus. Gerakan silia mendorong lapisan mucus ke dalam sistem pernafasan bawah menuju faring. Dari sini partikel halus akan tertelan atau dibatukkan keluar. Udara kemudian dilembabkan dan dihangatkan dengan panas yang berasal dari jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah, sehingga udara yang mencapai faring hampir bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh dan kelembabannya mencapai 100% (Ikawati, 2011).

II.1.2.Fisiologi Sistem PernafasanPernafasan spontan dihasilkan oleh picuan secara ritmik pada saraf motor yang menginervasi otot-otot pernafasan. Picuan ini bergantung sepenuhnya pada impuls saraf dari otak, terutama dari medula spinalis. Picuan ritmis ini diatur oleh perubahan PO2, PCO2, dan konsentrasi H+, selain itu juga ada sejumlah pengaruh non-kimiawi (Ikawati, 2011).

1342Gambar 2.mekanisme pengaturan sistem pernafasan (Cummings, 2001)Otot-otot pernafasan pada pola pernafasan regular diatur oleh pusat pernafasan (1) yang terdiri dari neuron dan reseptor pons dan medula oblongata (gambar 2). Pusat pernafasan yang lebih tinggi (2) merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang mengatur semua aspek pernafasan. Unsur utama pada pengaturan pernafasan adalah respon dari kemoreseptor di dekat pusat pernafasan (3) terhadap tekanan parsial CO2 (PaCO2) dan pH darah arteri. Peningkatan PaCO2 atau perununan pH merangsang pernafasan. Penurunan tekanan parsial O2 (PaO2) di arteri juga merangsang ventilasi. Kemoreseptor perifer yang berada di badan karotid (4) pada percabangan arteria karotid komunis dan dalam badan aorta di lengkung aorta peka terhadap penurunan PaO2. PaO2 harus turun dari 90-100 mmHg untuk bisa merangsang ventilasi (Ikawati, 2011).Mekanisme kontrol yang lain adalah jumlah udara yang masuk ke dalam paru-paru. Pada waktu paru-paru mengembang, reseptor peregangan akan mengirim sinyal ke pusat pernafasan untuk menghentikan pengembangan lebih lanjut. Sebaliknya sinyal akan berhenti jika paru-paru dalam keadaan yang mengempis yaitu pada akhir ekspirasi dan pusat pernafasan bebas untuk memulai inspirasi (Ikawati, 2011).

II.2. Rinitis AlergiII.2.1.Pengertian Rinitis AlergiRinitis alergi adalah inflamasi pada membran mukosa nasal yang disebabkan oleh penghirupan senyawa alergenik yang kemudian memicu respon imunologi spesifik (Ikawati, 2011). Adapun menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001, rinitis alergi diartikan sebagai kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.Dahulu rinitis alergi dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan waktu paparan alergen,yaitu :a. Rinitis seasonal (hay fever) terjadi karena menghirup alergen yang terdapat secara musiman seperti serbuk bungab. Rinitis perrenial terjadi tanpa tergantung musim, hampir sepanjang tahun, misalnya alergi debu, jamur, bulu binatang, dan lain-lain. Umumnya menyebabkan gejala kronis yang lebih ringan.c. Rinitis occupational terjadi akibat paparan alergen di tempat kerja, misalnya terpapar agen dengan bobot molekul tinggi di tempat kerja, zat-zat iritan, melalui mekanisme imunologi atau patogenik non-imunologi yang tidak begitu diketahui.(Ikawati, 2011)

Gambar 3. Alergen dan gejala pada rinits alergi (Healthwise Staff, 2013) Saat ini digunakan klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO Iniative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2008, rinitis alergi digolongkan berdasarkan waktu terjadinya gejala serta tingkat keparahannya. Rinitis alergi berdasarkan lamanya terjadi gejala, yaitu :a. Intermiten, gejala dialami selama kurang dari 4 hari seminggu atau kurang dari 4 minggu setiap saat kambuh. b. Persisten, gejala dialami lebih dari 4 hari seminggu atau lebih dari 4 minggu setiap saat kambuh.Rinitis alergi berdasarkan kepala dan kualitas hidup, yaitu :a. Ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu. b. Sedang sampai berat, bila terjadi satu atau lebih gejala tersebut di atas.

Penderita rinitis alergi di Indonesia memiliki prevalensi yang relatif rendah jika dibandingkan dengan negara lain (kurang 5%) tetapi insiden terus mengalami peningkatan. Rinitis alergi melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi genetik dalam perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi (Adams, Boies, Higler, 1997). Penyebab rinitis alergi tersering adalah alergen inhalan pada dewasa dan ingestan pada anak-anak. Rinitis alergi paling sering terjadi kondisi kronis pada anak-anak, walaupun hal tersebut dapat berkembang kapan saja pada usia berapa pun (Ikawati, 2011).

II.2.2Patofisiologi Rinitis AlergiPaparan pertama, alergen dari udara terhirup oleh hidung dan kemudian direspon oleh limfosit T dengan melepaskan sitokinin spesifik, yaitu interleukin-4 yang nantinya akan memicu difrensiasi sel limfosit B menjadi sel plasma, selanjutnya memproduksi imunoglobulin E (IgE) yang spesifik terhadap alergen tertentu, sehingga inang akan tersensitisasi. IgE ini kemudian akan berikatan dengan sel mast pada reseptornya. Pada paparan alergen berikutnya, kompleks IgE-sel mast akan berinteraksi dengan alergen sehingga memicu pelepasan histamin dan mediator inflamasi lain yang berasal metabolisme asam arakidonat, seperti prostaglandin, leukotrien, tromboksan, dan pletelet-activating factor. Mediator-mediator ini menyebabkan berbagai reaksi antara lain vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskuler, dan produksi sekresi nasal. Histamin merupakan mediator terpenting dari reaksi alergi (Ikawati, 2011).Alergi adalah reaksi berlebihan dari sistem imun terhadap substansi-substansi yang tidak berbahaya yang disebut alergen. Alergen yang umum dikenal adalah polen, bulu binatang, dan bahan-bahan kimia. Pada saat paparan yang pertama kali, alergen terhirup lalu masuk ke dalam membran mukosa hidung kemudian akan berikatan dengan APC (antigen presenting cell) yaitu sel T yang kemudian akan mengaktifkan sel B dan melepaskan antibodi IgE (imunoglobulin E) yang berfungsi untuk melawan alergen. IgE tersebut akan berikatan dengan sel mast. Dalam sel mast terdapat granul yang terdiri atas mediator-mediator kimia seperti histamin, prostaglandin, dan lain-lain. Ketika alergen terhirup kembali, alergen akan berikatan dengan kompleks IgE-sel mast yang menyebabkan pelepasan histamin dan mediator-mediator lainnya. Mediator histamin tersebut kemudian berikatan dengan reseptor histamin yang menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas membran, dan produksi sekresi hidung, sehingga terjadi reaksi alergi seperti bersin-bersin dan hidung berair (Wang, CyunGuang, 2001).

Gambar 4. Rangkaian peristiwa yang memicu rinitis alergi (Lewis, 1998)Beberapa jam setelah terjadinya reaksi awal alergi, reaksi fase lambat dapat terjadi. Reaksi fase lambat melibatkan masuknya sel-sel inflamasi (eosinofil, manosit, makrofag, dan basofil) menuju tempat inflamasi dan juga terjadi aktivasi limfost. Gejala fase lambat sumbatan nasal dimulai 3-5 jam setelah paparan antigen dan memuncak pada jam ke 12-24 setelah paparan antigen (Ikawati, 2011).

II.2.3.Gejala Klinis Rinitis AlergiGejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin, disebut juga sebagai bersin patologis (Soepardi, Iskandar, 2004).Gejala rinitis alergi yang lain adalah hidung berair (rhinorrhea), hidung tersumbat, pilek, radang konjungtiva, rasa gatal di mata, hidung atau telinga. Pasien mungkin akan mengeluhkan kehilangan kemampuan mengecap atau membaui, dan pada banyak kasus penyebab pendukungnya adalah sinusitis atau polip. Postnasal drip (akumulasi dahak yang kental pada tenggorokan mudah terinfeksi) dan batuk kadang sangat mengganggu. Gejala rinitis ini ini bisa menyebabkan penderita tidak bisa tidur (insomnia), tidak enak badan, lesu, dan efisiensi kerja berkurang. Rinitis alergi ini merupakan faktor resiko untuk asma. Kurang lebih 90% penderita asma yang berusia kurang dari 16 tahun mengidap alergi (Ikawati, 2011).

Tabel 1. Karakteristik gejala pada rinitis alergi menurut ARIA 2008Karakteristikgejala klinikSifat gejala klinik pada rinitis alergi

IntermitenPersisten

Kongesti hidung Bervariasi Selalu, predominan

Sekresi nasalCair, sering terjadiLebih kental, terjadi post nasal drip, bervariasi

BersinSelalu Bervariasi

Gangguan penciumanBervariasiSering terjadi

Gejala pada mata (gatal, berair)Sering terjadiJarang terjadi

Asma Bervariasi Sering terjadi

Sinusitis kronisKadang-kadangSering terjadi

Tingkat keparahan rinitis alergi dapat diketahui dengan memberikan penilaian secara numerik terhadap gejala-gejala klinik yang ada, seperti gejala pada mata, gangguan penciuman, bersin, rhinorrhea, dan kongesti nasal antara 0-3. Angka 0 menunjukkan tidak adanya gejala tersebut, angka 1 menunjukkan gejala yang ringan, angka 2 menunjukkan gejala sedang dan angka 3 menunjukkan gejala yang parah. Selain itu perlu ditambahkan intensitas subjektif dan gangguan gejala klinik tersebut terhadap tidur, waktu luang dan pekerjaan atau durasi gejala tiap hari (angka 0 menunjukkan tidak mempengaruhi, angka 1 menunjukkan kurang dari 30 menit, angka 2 menunjukkan 30 menit 2 jam dan angka 3 menunjukkan lebih dari 2 jam) (Ikawati, 2011).

II.2.4.Komplikasi Rinitis Alergi Rinitis alergi dapat mengakibatkan komplikasi medis jika tidak terkontrol dengan baik. Penyakit ini dapat berkembang menjadi polip hidung kambuhan atau sinusitis akut dan kronis, otitis media dan gangguan pendengaran. Komplikasi lainnya yaitu pengembangan kraniofasial (tengkorak dan wajah) abnormal pada anak-anak disebabkan oleh pernapasan mulut karena hidung tersumbat kronis, sleep apnea dan meningkatkan resiko terjadinya asma (Ikawati, 2011).

II.2.5.Diagnosis Rinitis AlergiPemeriksaan fisik mungkin akan menemukan lingkaran gelap disekitar mata, pembengkakan selaput mukosa hidung, sekresi hidung yang encer, air mata, dan bengkak pada periorbital (Ikawati, 2011). Pemerikasaan mikroskopis pada apus hidung akan menjumpai banyak eosinofil. Jumlah eosinofil perifer akan meningkat, tetapi hal ini tidak spesifik dan tidak terlalu membantu. Pendukung diagnosis yang lain adalah hasil tes kulit (skin test) yang menunjukkan adanya IgE spesifik atau RAST (Radio allegro sorbent test) yaitu tes alergi yang mengukur kadar IgE dalam darah. Namun RAST ini kurang banyak dipakai karena lebih mahal dan kurang sensitif, sehingga hanya digunakan pada kasus-kasus tertentu saja dimana tes kulit tidak bisa dilakukan. Kadar IgE total meningkat hanya 30-40% saja pada kasus alergi rinitis, yang mana pada penyakit non alergi juga dapat meningkat, sehingga semakin membatasi kegunaannya (Ikawati, 2011).

II.2.6.Terapi Rinitis AlergiTujuan terapi farmakologi untuk rinitis alergi adalah mengurangi atau meminimalkan gejala. Obat-obat yang digunakan antara lain adalah: antihistamin, dekongestan nasal, dan analgetik (uraian obat-obatan lihat bab IV) (Ikawati, 2011).

II.3.SelesmaII.3.1.Pengertian SelesmaIstilah selesma biasa mengacu pada kumpulan gejala saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh berbagai patogen virus. Gejala termasuk hidung tersumbat, rinorrhea, bersin, sakit tenggorokan, batuk, demam ringan, sakit kepala, dan malaise (Thompson, 2013).Selesma mungkin merupakan penyakit infeksi yang paling lazim terjadi pada manusia. Diperkirakan bahwa sekitar lebih dari 1 milyar orang yang mengalami selesma pertahunnya di Amerika. Penyakit ini paling sering menjangkiti anak-anak dan terjadi sekitar 6 hingga 10 kali pertahunnya. Hal ini berkaitan dengan sistem imunitas tubuh mereka yang belum berkembang secara sempurna. Adapun pada orang dewasa, penyakit ini terjadi sekitar 2 hingga 4 kali pertahunnya, walau cakupannya bervariasi secara luas. Sedangkan rata-rata pada orang tua yang berusia 60 tahun ke atas angka kejadiannya hanya 1 kali pertahunnnya (Todar, 2009). Meskipun selesma umumnya dianggap ringan dan terbatas, selesma biasa dikaitkan dengan beban ekonomi yang luar biasa akibat kehilangan produktivitas dan biaya pengobatan (Thompson, 2013).Patogen yang paling sering dikaitkan dengan gejala selesma adalah rhinovirus. Rhinovirus (berasal dari bahasa latin rhin, berarti "hidung") memiliki lebih dari 100 jenis tipe virus yang berbeda dan berkontribusi sebesar 40%- 50%dari kasus di lapangan. Patogen lain yang bertanggung jawab termasuk corona virus dan respiratory syncytial virus (RSV) (Thompson, 2013). Ketiadaan vaksin untuk selesma disebabkan karena beberapa virus penyebab selesma tidak memberikan kekebalan abadi contohnya pada RSVserta corona virus sehingga dapat mengakibatkan infeksi berulang. Alasan lainnya yaitu meskipun virus lain menghasilkan kekebalan abadi, ada begitu banyak serotipe dari virus ini, sehinga pemberian vaksin tidak akan menghasilkan dampak yang nyata dalam mengurangi frekuensi penyakit ini (Thompson, 2013). Selesma dapat menyebar dengan cara menghirup tetesan batuk atau bersin oleh orang yang terinfeksi atau dengan kontak langsung pada sekret hidung orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, kebersihan yang buruk dan rasa ingin tahu mungkin menjadi faktor yang menyebabkan peningkatan kerentanan anak-anak terhadap selesma. Mencuci tangan akan membersihkan virus-virus tersebut dari tangan (Urban, 2009).

II.3.2Patofisiologi SelesmaSelesma diketahui dapat disebabkan oleh beberapa virus, adapun untuk pembahasan patogenesis penyakit ini akan lebih dikhususkan untuk rhinovirus karena kejadiannya lebih besar dibandingkan virus-virus yang lain. Penularanselesmadapat terjadi melalui inhalasi aerosol yang mengandung partikel kecil, deposisi droplet pada mukosa hidung atau konjungtiva, atau melalui kontak tangan dengan sekret yang mengandung virus yang berasal dari penyandang atau dari lingkungan. Cara penularan antara virus yang satu berbeda dengan yang lainnya, rhinovirusditularkan melalui kontak tangan dengan sekret, yang diikuti dengan kontak tangan ke mukosa hidung atau konjungtiva. Patogenesisselesma sama dengan patogenesis infeksi virus pada umumnya, yaitu melibatkan interaksi antara replikasi virus dan respon inflamasi pejamu. Meskipun demikian, patogenesis virus-virus saluran pernafasandapat sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya karena perbedaan lokasi primer tempat replikasi virus. Replikasi rhinovirus terutama diepitel nasofaring. Infeksi dimulai dengan deposit virus di mukosa hidung melaluiduktus lakrimalis, lalu berpindah ke nasofaring posterior akibat gerakanmukosilier. Di daerahadenoid, virus memasuki selepiteldengan cara berkaitan dengan reseptor spesifik diepitel. Setelah berada di dalam selepitel, virus bereplikasi dengan cepat. Hasil replikasi dapat dideteksi 8-10 jam setelah inokulasi virus intranasal. Sel yang terinfeksi akan melepaskan interleukin (IL)-8 yang merupakan chemo attranct bagi polimorfonukleus (PMN). Mediator inflamasi, seperti kini dan prostaglandin menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler, dan sekresi kelenjar eksokrin sehingga timbul gejala klinis hidung tersumbat dan sekret hidung yang merupakan gejala selesma. Stimulasi kolinergik menyebabkan peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan bersin (Emirza, 2013).Terjadi pembekakan pada submukosa hidung yang disertai vasodilatasi pembuluh darah. Terdapat infiltrasi leukosit, mula-mula sel mononukleuskemudian jugapolimorfonukleus. Sel epitel superfisial banyak yang lepas dan regenerasiepitelsel baru terjadi setelah lewat stadium akut (Emirza, 2013).

II.3.3.Gejala Klinis SelesmaGejala selesma mulai timbul dalam waktu 1-3 hari setelah terinfeksi. Biasanya gejala awal yang muncul berupa rasa gatal atau sakit di tenggorokan, atau rasa tidak nyaman di hidung. Penderita mulai bersin-bersin, hidung berair, dan merasa agak tidak enak badan. Biasanya tidak ada demam, tetapi demam ringan dapat timbul di awal terjadinya penyakit. Pada awalnya hidung mengeluarkan sekret yang encer, jernih, dan sangat banyak. Selanjutnya sekret menjadi lebih kental, berwarna kuning-hijau dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Beberapa penderita mengalami batuk ringan. Gejala akan mereda dan hilang dalam jangka waktu 4 sampai 10 hari, meskipun batuk seringkali tetap ada hingga minggu kedua (Urban, 2009).

II.3.4.Komplikasi SelesmaSelesmamerupakan penyakit yang dapat sembuh spontan dengan durasi yang pendek meskipun begitu komplikasi karena infeksi bakteri dapat juga dijumpai dan komplikasi ini dapat memperpanjang durasi penyakit. Infeksi rhinovirus sering memicu serangan asma pada penderita asma. Beberapa orang mengalami infeksi bakteri pada telinga tengah (otitis media) atau sinus. Infeksi ini terjadi akibat adanya sumbatan pada hidung yang menyebabkan bakteri dapat tumbuh pada sekret yang terkumpul. Penderita lain dapat mengalami infeksi bakteri pada sistem pernafasan bawah seperti bronkitis sekunder atau pneumonia (Urban, 2009).

II.3.5.Diagnosis SelesmaDiagnosa selesma biasanya didasarkan pada gejalanya yang khas. Adapun jika terjadi demam tinggi, sakit kepala parah, ruam, kesulitan bernafas, atau nyeri dada menunjukkan bahwa terjadi komplikasi. Pemeriksaan laboratorium biasanya tidak diperlukan untuk penyakit ini. Jika dicurigai terjadi komplikasi maka akan dilakukan tes darah dan rontgen (Urban, 2009).

II.3.6.Terapi SelesmaTujuan terapi farmakologi untuk selesma adalah mengurangi atau meminimalkan gejala. Obat-obat yang digunakan antara lain adalah: antihistamin, dekongestan nasal, dekongestan oral, antitusif/ekspektoran dan analgetik (Urban, 2009).

II.3.InfluenzaII.3.1.Pengertian InfluenzaInfluenza virus infection (flu) adalah penyakit saluran napas yang disebabkan oleh virus dan merupakan salah satu penyakit menular yang paling umum. Penyakit ini menular melalui udara yang terjadi dalam wabah musiman (biasanya terkonsentrasi di bulan kelembaban tinggi) dan bermanifestasi sebagai penyakit demam akut dengan variabel derajat gejala sistemik, mulai dari kelelahan ringan sampai kegagalan pernafasan dan kematian. Influenza menyebabkan kerugian yang signifikan pada aktivitas manusia. Meskipun influenza adalah penyakit ringan pada sebagian besar individu, penyakit ini dapat mengancam jiwa pada manula atau penderita dengan sistem pertahanan tubuh yang lemah (Derlet, 2014).Penyebab penyakit ini adalah virus influenza yang berasal dari famili Orthomyxoviridae, virus RNA yang diselubungi kapsid heliks simetris. Virus ini diklasifikasikan menjadi 3 yaitu virus influenza tipe A, B dan C. Virus tipe A dapat menginfeksi babi, burung dan kuda. Sedangkan virus yang dapat menginfeksi manusia adalah virus tipe B dan C. Virus tipe C biasanya menyebabkan sakit ringan atau bahkan tanpa gejala, sehingga jarang dibahas. Sedang tipe A dan B yang paling sering menimbulkan angka kesakitan. Masing-masing virus ini memiliki banyak subtipe dan strain. Virus ini juga selalu mengalami perubahan, yaitu mutasi, sehingga flu yang disebabkan oleh satu strain tidak memiliki kekebalan yang penuh terhadap strain yang lain (Derlet, 2014).Seseorang yang telah terinfeksi virus ini akan menular ke orang lain sejak 1 hari sebelum timbul gejala sampai 5 hari setelah gejala timbul. Penularan dapat terjadi melalui :a. Kontak dengan droplet kecil yang keluar dari bersin atau batuknya penderita,b. Kontak dengan objek, seperti saputangan yang terkena cairan hidung atau tenggorok penderita, danc. Kontak langsung, seperti berjabat tangan.Influenza juga dapat ditularkan melalui air liur, cairan hidung, kotoran dan darah. Virus flu dapat tetap menular selama sekitar satu minggu pada suhu tubuh manusia, lebih dari 30 hari pada 0C, dan tanpa batas waktu pada suhu yang sangat rendah (seperti danau di timur laut Siberia). Virus ini dengan mudah dilemahkan oleh desinfektan dan deterjen .

II.3.2Patofisiologi InfluenzaInfeksi virus yang menyebar melalui droplet pernapasan. Partikel virus mengikat sel - sel epitel pernapasan yang kaya reseptor virus. Neuraminidase pada virus membantu proses infeksi dengan melepaskan partikel virus yang telah terikat lendir pada permukaan sel epitel.

Gambar 5. Invasi dan repilkasi virus Influenza (Anonim, 2007)Virus mengikat sel melalui interaksi antara glikoprotein hemagglutinin dengan gula-asam sialik pada permukaan sel epitel di paru-paru dan tenggorokan (gambar 5) (1). Virus masuk ke dalam sel dengan cara endositosis. Dalam endosom asam, bagian dari protein hemaglutinin menggabungkan amplop virus dengan membran vakuola, melepaskan molekul RNA viral (vRNA), protein aksesori dan RNA-dependent RNA polymerase ke dalam sitoplasma (2). Protein ini dan vRNA membentuk kompleks yang diangkut ke dalam nukleus, di mana RNA-dependent RNA polymerasememulai transkripsi complementary positive-sense Crna (3a dan b) . Crna akan diekspor ke sitoplasma dan diterjemahkan (langkah 4), atau tetap berada dalam nukleus. Protein virus yang baru disintesisakan disekresikan melalui aparatus Golgi ke permukaan sel (dalam kasus neuraminidase dan hemagglutinin, 5b) atau diangkut kembali ke dalam nukleus untuk mengikat vRNA dan membentuk partikel genom virus baru (langkah 5a). Adapun bagi protein virus lainnya, memiliki kegunaan tersendiri dalam sel inang berupa menurunkan mRNA seluler dan menggunakan nukleotida duntuk sintesis vRNA dan juga menghambat translasi mRNA sel inang.vRNA negative-senseakan membentuk genom virus baru, RNA-dependent RNA transcriptase, dan protein virus lainnya dirakit menjadi virion. Molekul hemagglutinin dan neuraminidase akan berkelompok membentuk suatu tonjolan di membran sel. vRNA dan protein virus akan meninggalkan nukleus dan memasuki tonjolan membran ini (6). Tunas virus dewasa lepas dari sel dalam bola membran fosfolipid inang, memperoleh hemagglutinin dan neuraminidase dengan membran ini mantel (7).Seperti sebelumnya, virus melekat pada sel melalui hemaglutinin. Setelah merilis virus influenza baru, sel inang akan mati (Anonim, 2014) .Ukuran virus sangatlah kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Dalam virus influenza terdapat material-material genetik yang berisi informasi yang kemudian akan diduplikasi utnuk membentuk virus yang sama. Virus memiliki lapisan pelindung protein yang akan melindungi material genetik di dalam virus, saat virus berada dalam tubuh hewan atau manusia. Kemudian pada bagian luar sel terdapat selubung yang membuat sel dapat menginfeksi sel dengan cara berikatan dengan lapisan luar sel. Pada selubung virus terdapat spike-spike yang berfungsi untuk mengikat sel dengan reseptor seperti kunci dan gembok, dan untuk melepaskan ikatan tersebut. Saat seseorang yang bersin, bersin tersebut mengandung droplet yang berisi virus-virus influenza yang kemudian akan terhirup oleh orang lain. Droplet tersebut akan masuk ke saluran pernafasan kemudian akan mengalami kontak dengan reseptor pada membran lalu kemudian berikatan menyebabkan virus masuk ke dalam sel. Virus tersebut kemudian melepaskan material-material genetiknya yang akan masuk ke dalam nukleus untuk membentuk material-material genetik yang baru. Di dalam sel ini, virus akan membentuk komponen-komponen virus yang baru yang kemudian terjadi perakitan virus baru. Virus-virus baru yang terbentuk tersebut akan kembali berikatan dengan reseptor yang selanjutnya akan terlepas dari reseptor, lalu menginfeksi sel-sel lainnya (Nucleus medical media, 2013).

II.3.3.Gejala Klinis InfluenzaGejala dimulai 1-4 hari setelah terinfeksi dan dapat terjadi tiba-tiba. Indikasi awal penyakit ini sering ditandai dengan menggigil atau merasa kedinginan. Demam adalah gejala umum selama beberapa hari pertama, kadang-kadang bisa mencapai 39C. Kebanyakan penderita merasa begitu sakit, lemah, dan lelah sehingga harus terbaring di tempat tidur selama beberapa hari. Sekujur tubuh terasa nyeri, terutama di punggung dan kaki. Sakit kepala sering parah, dengan sakit di sekitar dan di belakang mata (Urban, 2009). Awalnya, gejala pada pernafasan mungkin relatif ringan, seperti gatal atau sakit tenggorokan, sensasi terbakar di dada, batuk kering, dan hidung berair. Kemudian, batuk semakin parah disertai dengan dahak. Kulit menjadi hangat dan memerah, terutama pada wajah disertai dengan mata berair. Beberapa penderita kehilangan kemampuan untuk membaui selama beberapa hari atau minggu. Jarang terjadi kerugian yang permanen. Gejala akan mereda setelah 2 atau 3 hari. Namun, kadang-kadang demam berlangsung sampai 5 hari. Batuk, lemah, berkeringat, dan kelelahan dapat bertahan selama beberapa hari atau kadang-kadang minggu (Urban, 2009).

II.3.4.Komplikasi Influenza Komplikasi paling umum yang terjadi pada penderita influenza adalah pneumonia yang berasal dari virus, bakteri, atau keduanya. Pada pneumonia virus, virus influenza akan menyebar menyebar ke paru-paru. Pada pneumonia bakteri, bakteri yang tidak berhubungan (seperti pneumokokus atau stafilokokus) menyerang orang yang daya tahan tubuhnya menurun. Adapun gejala komplikasi yang diderita yaitu batuk semakin memburuk, kesulitan bernapas, demam yang terus-menerus atau berulang, dan kadang-kadang darah atau nanah di dahak. Pneumonia lebih umum dijumpai pada orang tua dan penderita gangguan jantung atau paru-paru (Urban, 2009).

II.3.5.Diagnosis InfluenzaPengujian pada sampel darah atau sekret pernafasan dapat digunakan untuk mengidentifikasi virus influenza. Tes ini terutama dilakukan jika pasien tampak sangat sakit atau ketika dicuragai terjadinya gejala ini disebabkan oleh sebab yang lain (Urban, 2009).

II.3.6.Terapi InfluenzaTujuan terapi farmakologi untuk rinitis alergi adalah mengurangi atau meminimalkan gejala. Obat-obat yang digunakan antara lain adalah: antihistamin, dekongestan nasal, dekongestan oral, antitusif/ekspektoran, antipiretik dan analgesik (Depkes RI, 2006)

BAB IIIPENGOBATAN NON FARMAKOLOGI

Langkah pencegahan dan terapi non farmakologi untuk pasien yang menderita rinitis alergi adalah dengan memodififikasi gaya hidup. Orang tersebut harus didorong untuk menghindari alergen bila memungkinkan. Hal ini mungkin sulit, terutama untuk pasien yang biasanya terus menerus terpapar dengan alergen. Pada pasien rinitis alergi, beberapa penyesuain lingkungan harus dilakukan. Sebagai contoh, pasien yang sensitif terhadap tungau debu harus menggunakan penutup kedap untuk bantal dan kasur, mencuci seprai di tempat yang panas (lebih tinggi dari 54C) dan meminimalkan penggunaan karpet (gunakan lantai ubin atau kayu). Satu-satunya cara efektif untuk menghilangkan bulu hewan adalah dengan tidak memelihara hewan peliharaan di rumah. Alergen seperti serbuk sari tumbuhan dan jamur tidak dapat dihindari sepenuhnya untuk itu pasien harus menjaga jendela dan pintu tertutup dan menggunakan air conditioner.Selesma dan influenza umumnya dapat sembuh sendiri oleh daya tahan tubuh. Di bawah ini dipaparkan beberapa tindakan yang dianjurkan untuk meringankan gejala influenza antara lain :1. Memperbaiki hygiene, sanitasi dan kondisi tubuh2. Untuk mengencerkan sekret: minum banyak cairan, menghirup uap air panas dan atau dapat ditetesi beberapa tetes minyak atsiri. Minyak atsiri yang ditambahkan bisa berupa minyak mint (berasal dari daun menta piperita), minyak kayu putih, minyak adas, atau tea tree oil (berasal dari penyulingan daun eucalyptus).3. Kompres hangat untuk demam4. Ukur suhu badan tiap 4-6 jam5. Banyak minum air, teh, sari buah akan mengurangi rasa kering ditenggorokan mengencerkan dahak dan membantu menurunkan demam.6. Istirahat yang lebih banyak untuk memulihkan daya tahan tubuh7. Meningkatkan gizi makanan. Makanan dengan kalori dan protein yang tinggi akan menambah daya tahan tubuh. Makan buah-buahan segar yang banyak mengandung vitamin.

Adapun langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya selesma dan influenza, yaitu:1. Melakukan vaksinasi flu secara rutin tiap tahun. 2. Mencuci tangan adalah cara terbaik dalam mencegah infeksi flu biasa. 3. Makan secara benar dan tidur secara teratur. 4. Berolahraga secara teratur.5. Menghindari zat-zat atau benda-benda yang menyebabkan alergi (rinitis alergi).

BAB IVPENGOBATAN FARMAKOLOGI

IV.1.Pengobatan dengan Obat-Obatan TradisionalIV.1.1Bahan Obat Tradisional yang Digunakan MasyarakatIV.1.1.1Bahan Obat Tradisional untuk pengobatan Rinitis Alergi a. Resep 1 Bahan : 15 gram daun sambiloto, 30 gram temulawak (kupas, potong-potong), 30 gram meniran. Cara membuat: Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc, lalu saring. Cara memakai:Diminum 2 kali sehari.(Hembing W, 2008)

b. Resep 2 Bahan :100 cc cuka beras (rice vinegar), 30 gram rimpang jahe, tumbuk. Ditambahkan gula merah secukupnya. Cara memakai: Rebus semua bahan dengan 300 cc air hingga mendidih. Cara membuat: Minum hangat-hangat.(Hembing W, 2008)

c. Resep 3 (pemakaian luar) Bahan:60 gram daun patikan cina dan 10 lembar daun sirih. Cara Membuat:Cuci bersih kedua bahan, lalu rebus dengan 600 cc air hingga mendidih. Cara Memakai:Setelah dingin, gunakan untuk mencuci ruam kulit yang gatal karena alergi.(Hembing W, 2008)

d. Resep 4 (pemakaian luar) Bahan :25 gram rimpang kunyit yang tua (kupas) dan 30 gram sambiloto segar. Cara Membuat:Cuci kunyit dan sambiloto hingga bersih, haluskan. Cara Memakai:Oleskan pada bagian kulit yang gatal karena alergi.(Hembing W, 2008)

e. Resep 5 Bahan:3 batang serai, 2 ruas jahe merah, 7 biji cengkeh, 7 biji kapulaga, 1 batang kayu manis dan 1 sendok teh bubuk kayu secang. Cara membuat:Jahe merah dan serai dicuci hingga benar-benar bersih lalu dimemarkan. Jahe merah dan serai tersebut direbus dalam gelas air. Setelah agak mendidih, biji cengkih, baju kapulaga, kayu manis, dan bubuk kayu secang dimasukkan ke dalam air rebusan, lalu dididihkan terus hingga air rebusan tersisa tiga gelas. Setelah dingin, air rebusan disaring dan dimasukkan ke dalam botol yang bersih. Cara memakai:Ramuan tersebut diminum tiga kali sehari sebanyak setengah gelas. Sebelum diminum bisa ditambahkan satu sendok makan madu murni ke dalamnya.(Redaksi Agromedia, 2008)

f. Resep 6 Bahan:Lima sendok makan air perasan jeruk panas, dua sendok teh minyak kayu putih, dan satu sendok makan air kapur sirih. Cara membuat:Ketiga bahan diatas dicampurkan dan diaduk hingga benar-benar menjadi satu larutan. Cara memakai:Ramuan ini digosokkan di bagian leher, dada, dan punggung. Dipakai dua kali sehari sampai gejala benar-benar mereda.(Redaksi Agromedia, 2008)

g. Resep 7 Bahan:Lima belas gram jahe, lima belas gram tausi, dan tiga batang daun bawang putih. Cara membuat:Semua bahan dicuci bersih lalu direbus dengan 500 ml air hangat hingga tersisa sekitar 250 ml air, langsung disaring. Cara memakai:Airnya diminum selagi hangat. Diminum 2 kali sehari secara teratur.(Redaksi Agromedia, 2008)

IV.1.1.2Bahan Obat Tradisional untuk pengobatan Influenza dan Selesmaa. Resep 1 Bahan:1 bagian bawang putih, 1 bagian bawang merah, 1 bagian jahe. Cara membuat:Kupas, cuci, kemudian seduh bahan-bahan tersebut. Tutup selama 15 menit, sisihkan jahenya, makan bawang merah dan bawang putih, kemudian minum airnya.(Yuliarti, 2008)b. Resep 2 Bahan:Labu air 4 jari, daun bayam 25 gram, air jeruk nipis 1 sendok makan, dan air masak cangkir. Cara membuat:Cuci labu air dan bayam, lalu tumbuk halus dan remas-remas dengan air masak. Tambahkan jeruk nipis, lalu peras dan saring. Aturan pakai:Ramuan ini diminum sekaligus, 2 kali sehari.(Herti dan Lusi, 2004)c. Resep 3 Bahan:Jeruk nipis yang tua 1 buah dan madu murni 3 sendok makan. Cara Membuat:Peras dan ambil air jeruk nipis, lalu tambahkan madu dan aduk rata. Cara Memakai:Ramuan ini diminum 2 kali sehari, masing-masing 2 sendok makan.(Herti dan Lusi, 2004)

d. Resep 4 Bahan:10 lembar daun sirih dan 25 gram kunyit (dipotong-potong). Cara Membuat:Dicuci bersih, lalu direbus bahan-bahan tersebut dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, disaring, ditambahkan madu atau gula batu. Cara Memakai:Airnya diminum 2-3 kali, setiap kali minum 100-150 cc.(Herti dan Lusi, 2004)

e. Resep 5 Bahan:Daun sambiloto kering dijadikan obat batuk, lalu ambil 1-2 gram bubuk tersebut dan diseduh dengan menggunakan air panas, kemudian tambahkan madu, diaduk dan diminum setelah hangat. Lakukan 3 kali sehari.(Herti dan Lusi, 2004)

f. Resep 6 Bahan:Sambung nyawa segar dan 15 gram pegagan segar. Cara Membuat:Cuci bahan tersebut sampai bersih, kemudian diblender dengan 150 cc air matang dan disaring. Cara memakai:Airnya diminum 2 kali sehari.g. Resep 7 Bahan:10 gram jahe segar dan 1 siung bawang putih. Cara membuat:Cuci bersih bahan tersebut, lalu dihaluskan, diseduh dengan menggunakan 200 cc air panas, tambahkan air perasan dari buah jeruk lemon dan madu. Cara Memakai:Diminum selagi hangat. Lakukan 3 kali sehari.(Herti dan Lusi, 2004)

h. Resep 8 Bahan:Lima sendok makan air perasan jeruk nipis, dua sendok teh minyak kayu putih, dan satu sendok makan air kapur sirih. Cara membuat:Ketiga bahan di atas dicampurkan dan diaduk hingga benar-benar menjadi satu larutan. Cara memakai:Ramuan ini digosokkan di bagian leher, dada, dan punggung. dipakai dua kali sehari sampai gejala benar-benar mereda. (Herti dan Lusi, 2004)

i. Resep 9 Bahan:Dua jari kulit kina, satu jari lempuyang wangi, tiga puluh butir biji pepaya, dua sendok makan air jeruk nipis, dan tiga sendok makan madu. Cara membuat:Kulit kina, lempuyang wangi, dan biji papaya dibersihkan lalu ditumbuk hingga halus. Hasil tumbukan tadi dimasukkan ke dalam satu cangkir air hangat serta ditambahkan air jeruk nipis dan madu.larutan bahan-bahan tadi disaring. Cara memakai:Ramuan ini diminum tiga kali sehari dengan dosis setengah gelas untuk sekali minum. (Herti dan Lusi, 2004)j. Resep 10 Bahan:Lima belas gram jahe, lima belas gram tausi, dan tiga batang daun bawang putih. Cara membuat :Semua bahan dicuci bersih lalu direbus dengan 500 ml air hangat hingga tersisa sekitar 250 ml air, langsung disaring. Cara memakai:Airnya diminum selagi hangat, diminum dua kali setiap hari secara teratur.(Herti dan Lusi, 2004)

IV.1.2Tanaman dan Kandungannya Daun Sambiloto

Nama latin:Andrographis paniculata NeesKandungan:Andrographolidamempunyai efek antiinflamasi, analgetik-antipiretik. Komponen aktifnya seperti ncoandrografolid, andrografolid, deoksiandrografolid dan 14-deoksi-11, 12-didehidroandrografolid berkhasiat antiradang dan antipiretik. Rimpang Temulawak

Nama latin:Curcuma xanthorrhiza Roxb.Kandungan : Alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpennoid, glikosida tannin, saponin dan steroid. Minyak atsiri, kamfer, dan kurkumin. Rimpang Jahe

Nama latin:Zingiber officinale Rosc.Kandungan:Gingerol sebagai antiinflamasi, untuk meredakan demam dan batuk. Daun Sirih

Nama latin:Piper betle L.Kandungan : Alkaloid flavonoid, saponin, tanin dan minyak atsiri. Eugenol sebagai analgetik. Rimpang Kunyit

Nama latin : Curcuma longa L.Kandungan : Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, kurkuminoid yang terdiri daribisdesmetoksikurkmin, desmetoksikumin, kurkumin, dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dari keton, sesquiterpen, turmeron, tumeon, borneol, felandren, sabinen, zingiberen,dansineil. Kunyit juga mengandunglemak, karbohidrat,protein,pati,vitamin C, serta garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium. Umbi Bawang Putih

Nama latin : Allium sativumKandungan : Minyak atsiri, saponon, flovonoid, polifenol, kalium, kaltivine, dan diallysulfide.Kandungan sulfur yang terkandung dalam bawang putih dapat meningkatkan dan mempercepat kegiatan membran mukosa di saluran pernafasan, yang mampu melegakan hidung tersumbat dan mengeluarkan lendir. Daun Patikan Cina

Nama latin : Euphorbia thymifolia Linn.Kandungan : Saponin, fasin, euforbin, quersetrin, glukosida apigenin, tarakserol, tirukalol, tanin. Cengkeh

Nama latin : Syzygium aromaticum L.Kandungan : Minyak asiri 16-20%, eugenol 80-82%, asetil eugenol, kariofilen, furfural, metal-amilketon, vanillin, kariofilen, tannin, gom, serat, air, asam galatanat, dan kalsium oksalat. Kulit Batang Kayu Manis

Nama latin : Cinnamomum cassiaPresl.Kandungan :Cinnamic aldehyde, cinnamyl acetate, cinnzeylanol, cinnzeylanine, phenylprophyl acetate, tannin, saffrol. Batang Serai

Nama latin : Cymbopogon citratus DC.Kandungan : Minyak asiri, seperti geraniol, citronnelal, eugenol-metil eter, sitral, dipenten, eugenol, kadinen, kadinol dan lemonen. Kapulaga

Nama latin : Amomum compactumKandungan :Kapulaga mengandung minyak atsiri, sineol, terpineol, borneol, protein, gula, lemak, silikat, betakamfer, sebinena, mirkena, mirtenal, karvona, terpinil asetat, dan kersik. Dari kandungan tersebut kapulaga memiliki khasiat ekspektoran dan antibatuk. Umbi Bawang Merah

Nama latin : Allium cepa L.Kandungan : Flavonglikosida dan sulfur. Minyak esensial pada bawang merah dapat mengobati batuk dan influenza.

Buah Labu Air

Nama latin : Lagenaria sicerariaKandungan : Saponin, polifenol, kalsium, zat besi, dan vitamin C. Buah Jeruk Nipis

Nama latin : Citrus aurantifoliaKandungan :Asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat, aktilaldehid, nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C. Jeruk nipis juga mengandung senyawa saponin dan flavonoid yaitu hesperidin (hesperetin 7-rutinosida), tangeretin, naringin, eriocitrin, eriocitrocide. Hesperidin bermanfaat untuk antiinflamasi, antioksidan, dan menghambat sintesis prostaglandin.

Daun Sambung Nyawa

Nama latin : Gynuraprocumbens(Lour.) Merr.Kandungan : Flavonoid,tanin,saponin, steroid, triterpenoid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam p-hidroksi benzoat, asparaginase, sterol, triterpen, senyawa fenolik, polifenol, dan minyakatsiri.

IV.1.3 Sediaan Obat Tradisional yang Beredar di Pasaran Ace MaxIndikasi : Mengobati rinitis alergiKomposisi :35% Garcinia mangostana (kulit buah manggis), 35% Annona muricata (daun sirsak), 20% Malus domestica (buah apel) dan 10% Mel departum (madu).Aturan pakai : 1-2 kali sehariProdusen :PT. H2O Internasional

Jamu BatukIndikasi:Mengobati penyakit batuk yang disebabkan oleh influenza, pilek, masuk angin dan lainnya.Komposisi:Patikan Kebo 10% (Hirtae Herba), kencur 15% (Kaempferiae Rhizoma), jahe 12% (Zingiberis Rhizoma), kunyit 20% (Curcumae domesticae Rhizoma), buah kapulogo 5% (Amomi Fructus), adas manis 13% (Anisi Fructus), kayu manis 10% (Glycyrrhizae Radix).Aturan pakai:Diminum 2 kali sehari @ 1 bungkus.Produsen :Air Mancur Jamu SelesmaIndikasi:Mengobati demam selesma dengan gejala-gejala seperti badan merasa panas dingin/demam, batuk, pilek, meriang, linu pada persendian, mual, hidung pengar, tenggorokan kering.Komposisi:Daun sembung 10% (Blumeae Folium), pegagan 10% (Centellae Herba), buah mungsi 15% (Coptici Fructus), temulawak 15% (Curcumae Rhizoma), kencur 15% (Kaempferiae Rhizoma), dan jahe 15% (Zingiberis Rhizoma).Aturan pakai:Diminum setiap hari 2 kali @ 1 bungkus.Bila perlu diminum 3 kali sehari @ 1 bungkus.Produsen :Air Mancur Jamu PilekIndikasi:Mengobati pilek dengan gejala-gejala sukar bernafas, hidung tersumbat, keluar ingus disertai bersin/batuk terus menerus dan sakit kepala.Komposisi:Buah kapulogo 15% (Amomi Fructus), buah ketumbar 10% (Coriandri Fructus), lada hitam 10% (Piperis nigri Fructus), cabe jawa 15% (Retrofracti Fructus), lengkuas 15% (Languatis Rhizoma), jahe 15% (Zingiberis Rhizoma).Aturan Pakai:Diminum setiap hari 2 kali @ 1 bungkus.Produsen :Air Mancur Jamu SekalorIndikasi:Mengobati sakit kepala karena flu, kurang tidur, masuk angin, gangguan pada pencernaan, dan ketegangan urat syaraf. Komposisi:Daun sangketan 10% (Achyranthi Folium), temulawak 20% (Curcumae Rhizoma), jahe 15% (Zingiberis Rhizoma), lempuyang Wangi 15% (Zingiberis aromaticae Rhizoma), bengle 10% (Zingiberis purpurei Rhizoma), kulit kina 10% (Cinchonae Cortex).Aturan Pakai:Diminum setiap hari 2 kali @ 1 bungkus.Produsen :Air Mancur Tolak AnginIndikasi:Mengobati masuk angin karena kehujanan, kurang tidur, atau terlalu lelah. Gejala-gejalanya seperti: mual, perut kembung/sakit (mules), pusing, lesu, demam, pilek, badan terasa dingin, mata berair.Komposisi: 30% bahan yang terdiri dari: Amoni Fructus (kapulaga), Foeniculli Fructus (Adas), Isorae Fructus (kayu ules), Myristicae Semen (pala), Burmanni Cortex (kayu manis), Centellae Herba (pegagan), Caryophylli Folium (cengkeh), Parkiae Semen (kedawung), Oryza sativa (beras), Menthae arvensitis Herba (poko), Usneae thallus (kayu angin), Zingiberis Rhizoma (jahe), Panax Radix extract, 70% Mel Depuratum (Madu) serta bahan-bahan lain.Aturan Pakai :2 x sehari 1 bungkusProdusen :PT Sidomuncul Madu BatukIndikasi:Meningkatkan stamina dan meredakan batuk, flu serta melegakan hidung tersumbat.Komposisi:70% Mel Depuratum (madu), 25% Nigella sativa Linn (jintan hitam), 5% Mentha piperita (daun mint).

Aturan Pakai: Diminum 3 x 1 sendok teh sehari dan dianjurkan diminum sebelum makan.Produsen:PT El Iman

Jamu Batuk FluIndikasi: Mengobati batuk dan flu serta membantu meningkatkan kekebalan tubuh.Komposisi:300 mg kencur (Kampheria galanga rhizoma), 200 mg temulawak (Curcuma xanthoriza), 200 mg kapulaga (Ammomuncardamomum), 100 mg jahe merah (Zingiber officinale), dan 100 mg pegagan (Centella asiatica).Aturan pakai : Diminum 3x 2 kapsul perhari.Produsen : UD. Rahmasari

IV.2.Pengobatan dengan Obat-Obatan SintetikTidak ada terapi spesifik untuk selesma, influenza, dan rhinitis alergi. Semua pengobatannya bersifat simptomatis karena pada dasarnya selesma, influenza, dan rhinitis alergi adalah penyakit yang self-limiting (bisa sembuh sendiri). Obat penurun panas, dekongestan dan pengencer dahak, antialergi dapat diberikan bila gejala sangat mengganggu.1. AntihistaminAntihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin. Obat yang tergolong antihistamin antara lain: Klorfeniramin maleat/klorfenon/CTM, Difenhidramin HCl, Promethazin

a. Kegunaan obatAnti alergib. Hal yang harus diperhatikan : Hindari dosis melebihi yang dianjurkan Hindari penggunaan bersama minuman beralkohol atau obat tidur Hati-hati pada penderita glaukoma dan hipertropi prostat atau minta saran dokter.Jangan minum obat ini bila akan mengemudikan kendaraan dan menjalankan mesin.c. Efek samping Mengantuk, pusing, gangguan sekresi saluran napas Mual dan muntah (jarang)d. Aturan pemakaian Klorfeniramin maleat (CTM) Dewasa : 1 tablet (2 mg) setiap 6-8 jam Anak : < 12 tahun tablet (12,5 mg) setiap 6-8 jam Difenhidramin HCl Dewasa : 1-2 kapsul (25-50 mg) setiap 8 jam Anak : tablet (12,5 mg) setiap 6-8 jam Promethazin Dewasa : 50-300 mg sehari, Anak : usia 1-5 tahun 5-15 mg sehariusia 5-10 tahun 10-25 mg setiap hari.2. DekongestanDekongestan mempunyai efek mengurangi hidung tersumbat. Obat dekongestan oral antara lain : Fenilpropanolamin, Fenilefrin, Pseudoefedrin dan Efedrin. a. Kegunaan obatMengurangi hidung tersumbat

b. Hal yang harus diperhatikanHati-hati pada penderita diabet juvenil karena dapat meningkatkan kadar gula darah, penderita tiroid, hipertensi, gangguan jantung dan penderita yang menggunakan antidepresi. Mintalah saran dokter atau Apoteker.c. KontraindikasiObat tidak boleh digunakan pada penderita insomnia (sulit tidur), pusing, tremor, aritmia dan penderita yang menggunakan MAO (mono aminoksidase) inhibitor.d. Efek samping Menaikkan tekanan darah Aritmia terutama pada penderita penyakit jantung dan pembuluh darah.e. Aturan pemakaian Fenilpropanolamina Dewasa : maksimal 15 mg per takaran 3-4 kali sehari Anak : usia 6-12 tahun maksimal 7,5 mg per takaran 3-4 kali sehari Fenilefrin Dewasa : 10 mg, 3 kali sehari Anak : usia 6 12 tahun : 5 mg, 3 kali sehari Pseudoefedrin Dewasa : 60 mg, 3 4 kali sehari Anak : usia 2-5 tahun : 15 mg, 3 - 4 kali sehariusia 6-12 tahun : 30 mg, 3 - 4 kali sehari Efedrin Dewasa : 25 30 mg, setiap 3 4 jam Anak : sehari 3 mg/kg berat badan, dibagi dalam 4 6 dosis yang sama

DekongestanTopikal (oksimetazolin)a. Hal yang harus diperhatikan Hindari dosis melebihi yang dianjurkan Hati-hati sewaktu meneteskan ke hidung Dosis tepat dan masuknya ke lubang hidung harus tepat, Jangan mengalir keluar atau tertahan, Tidak boleh digunakan lebih dari 7-10 hari, Segera minum setelah menggunakan obat, karena air dapat mengencerkan obat yang tertelan, Ujung botol obat dibilas dengan air panas setiap kali dipakai, Penggunaan obat pada pagi dan menjelang tidur malam dan tidak boleh digunakan lebih dari 2 kali dalam 24 jam. Obat tidak boleh digunakan untuk anak berumur dibawah 6 tahun, karena efek samping yang timbul lebih parah, dan juga pada ibu hamil muda.b. Efek sampingMerusak mukosa hidung karena hidung tersumbat makin parah, rasa terbakar, kering, bersin, sakit kepala, sukar tidur, berdebar.c. Aturan pemakaian Dewasa dan Anak > 6 tahun 2-3 tetes/semprot oksimetazolin 0,005% setiap lubang hidung, Anakusia 2-5 tahun 2-3 tetes/semprot oksimetazolin 0,025% setiap lubang hidung

3. Analgesik dan AntipiretikObat yang dapat digunakan untuk mengatasi keluhan demam dan nyeri yaitu: Parasetamol/Asetaminofena. Kegunaan obatMenurunkan demam, mengurangi rasa sakitb. Hal yang harus diperhatikan Dosis harus tepat, tidak berlebihan, bila dosis berlebihan dapat menimbulkan gangguan fungsi hati dan ginjal. Sebaiknya diminum setelah makan. Hindari penggunaan campuran obat demam lain karena dapat menimbulkan overdosis. Hindari penggunaan bersama dengan alkohol karena meningkatkan risiko gangguan fungsi hati. Konsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita gagal ginjal.c. Kontra IndikasiObat demam tidak boleh digunakan pada : Penderita gangguan fungsi hati Penderita yang alergi terhadap obat ini Pecandu alkohold.Efek sampingEfek samping jarang; kecuali ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis akut dilaporkan setelah penggunaan jangka panjang, penting pada kerusakan hati (dan lebih jarang kerusakan ginjal) setelah overdosis.e. Aturan pemakaian Dewasa : 1 tablet (500 mg) 3 4 kali sehari, (setiap 4 6 jam) Anak : 0-1 tahun -1 sendok teh sirup, 3-4 kali sehari (setiap 4 - 6 jam) 1-5 tahun 1-1 sendok teh sirup, 3 - 4 kali sehari (setiap 4 - 6 jam) 6-12 tahun -1 tablet (250-500 mg), 3-4 kali sehari (setiap 4-6 jam)

Asetosal (Aspirin)a. Kegunaan obatMengurangi rasa sakit, menurunkan demam, antiradangb. Hal yang harus diperhatikan Aturan pemakaian harus tepat, diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan perdarahan lambung. Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi penderita gangguan fungsi ginjal atau hati, ibu hamil, ibu menyusui dan dehidrasi. Jangan diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan risiko perdarahan lambung. Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi penderita yang menggunakan obat hipoglikemik, metotreksat, urikosurik, heparin, kumarin, antikoagulan, kortikosteroid, fluprofen, penisilin dan vitamin C.c. Kontra IndikasiTidak boleh digunakan pada: Penderita alergi termasuk asma. Tukak lambung (maag) dan sering perdarahan di bawah kulit. Penderita hemofilia dan trombositopenia.d. Efek samping Nyeri lambung, mual, muntahPemakaian dalam waktu lama dapat menimbulkan tukak dan perdarahan lambung.e. Aturan pemakaian Dewasa : 500 mg setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) Anak : 2 3 tahun : - 1 tablet 100 mg, setiap 4 jam 4 5 tahun : 1 - 2 tablet 100 mg, setiap 4 jam 6 8 tahun : - tablet 500 mg, setiap 4 jam 9 11 tahun : - 1 tablet 500 mg, setiap 4 jam > 11 tahun : 1 tablet 500 mg, setiap 4 jam

Ibuprofena. Kegunaan obatMenekan rasa nyeri dan radang, misalnya dismenorea primer (nyeri haid), sakit gigi, sakit kepala, paska operasi, nyeri tulang, nyeri sendi, pegal linu dan terkilir.b. Hal yang harus diperhatikan Gunakan obat dengan dosis tepat Hati-hati untuk penderita gangguan fungsi hati, ginjal, gagal jantung, asma dan bronkhospasmus atau konsultasikan ke dokter atau Apoteker Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi, metotreksat, urikosurik, kumarin, antikoagulan, kortiko-steroid, penisilin dan vitamin C atau minta petunjuk dokter. Jangan minum obat ini bersama dengan alkohol karena meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna.c. Kontra IndikasiObat tidak boleh digunakan pada: Penderita tukak lambung dan duodenum (ulkus peptikum) aktif Penderita alergi terhadap asetosal dan ibuprofen Penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk tonjolan pada hidung) Kehamilan tiga bulan terakhird. Efek Samping Gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, diare, konstipasi (sembelit/susah buang air besar), nyeri lambung sampai pendarahan. Ruam kulit, bronkhospasmus, trombositopenia Penurunan ketajaman penglihatan dan sembuh bila obat dihentikan Gangguan fungsi hati Reaksi alergi dengan atau tanpa syok anafilaksi Anemia kekurangan zat besie. Aturan pemakaian Dewasa : 1 tablet 200 mg, 2 4 kali sehari,. Diminum setelah makan Anak : 1 2 tahun : tablet 200 mg, 3 4 kali sehari 3 7 tahun : tablet 500 mg, 3 4 kali sehari 8 12 tahun : 1 tablet 500 mg, 3 4 kali sehariTidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya kurang dari 7 kg.

4. Ekspektoran Gliseril Guaiakolata. Kegunaan obatMengencerkan lendir saluran napasb. Hal yang harus diperhatikan :Hati-hati atau minta saran dokter untuk penggunaan bagi anak dibawah 2 tahun dan ibu hamil.c. Aturan pemakaian Dewasa : 1-2 tablet (100 -200 mg), setiap 6 jam atau 8 jam sekali Anak : 2-6 tahun : tablet (50 mg) setiap 8 jam 6-12 tahun : - 1 tablet (50-100 mg) setiap 8 jam

Bromheksina. Kegunaan obatMengencerkan lendir saluran napas.b. Hal yang harus diperhatikanKonsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita tukak lambung dan wanita hamil 3 bulan pertama.c. Efek sampingRasa mual, diare dan perut kembung ringand. Aturan pemakaian Dewasa : 1 tablet (8 mg) diminum 3 x sehari (setiap 8 jam) Anak : > 10 tahun: 1 tablet (8 mg) diminum 3 kali sehari (setiap 8 jam) 5-10 tahun : 1/2 tablet (4 mg) diminum 2 kali sehari (setiap 8 jam)

5. Antitusif Dekstrometorfan HBr (DMP HBr)a. Kegunaan obatPenekan batuk cukup kuat kecuali untuk batuk akut yang beratb. Hal yang harus diperhatikan Hati-hati atau minta saran dokter untuk penderita hepatitis Jangan minum obat ini bersamaan obat penekan susunan syaraf pusat Tidak digunakan untuk menghambat keluarnya dahakc. Efek samping Efek samping jarang terjadi. Efek samping yang dialami ringan seperti mual dan pusing Dosis terlalu besar dapat menimbulkan depresi pernapasand. Aturan pemakaian Dewasa : 10-20 mg setiap 8 jam Anak : 5-10 mg setiap 8 jam Bayi : 2,5-5 mg setiap 8 jam

Difenhidramin HCla. Kegunaan obatPenekan batuk dan mempunyai efek antihistamin (antialergi)b. Hal yang harus diperhatikan Karena menyebabkan kantuk, jangan mengoperasikan mesin selama meminum obat ini Konsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita asma, ibu hamil, ibu menyusui dan bayi atau anak.c.Efek SampingPengaruh pada kardiovaskular dan SSP seperti sedasi, sakit kepala, gangguan psikomotor, gangguan darah, gangguan saluran cerna, reaksi alergi, efek antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering, pandangan kabur dan gangguan saluran cerna, palpitasi dan aritmia, hipotensi, reaksi hipersensitivitas, ruam kulit, reaksi fotosensitivitas, efek ekstrapiramidal, bingung, depresi, gangguan tidur, tremor, konvulsi, berkeringat dingin, mialgia, paraestesia, kelainan darah, disfungsi hepar, dan rambut rontok.d. Aturan Pemakaian Dewasa : 1-2 kapsul (25-50 mg) setiap 8 jam Anak : tablet (12,5 mg) setiap 6-8 jam

Beberapa contoh sediaan obat untuk pengobatan sendiri penyakit Selesama, Influenza, dan rhinitis alergi yang beredar :1. Bodrex Flu & BatukKomposisi : Per kapl Paracetamol 500 mg, Pseudoephedrin HCl 30 mg, Dextrometorphan HBr 12 mg Per 5 ml air Paracetamol 150 mg, Pseudoephedrin HCl 10 mg, Dextrometorphan HBr 4 mg.Indikasi:Meredakan gejala-gejala flu yang disertai batuk keringDosis:Dewasa 1 kapl atau 15 ml 3 kali sehari Anak kapl atau 7,5 ml 3 kali sehariKontraindikasi: Peka terhadap obat simptomimetik lain, hipertensi berat dan gangguan fungsi hati, terapi bersama dengan MAOIEfek samping:Gangguan psikomotorik, takikardia, aritmia, palpitasi, retensi urin, mengantuk, kerusakan hati (karena dosis besar dan penggunaan jangka lama).Interaksi Obat: Dengan MAOI dapat menyebabkan hipertensiGolongan Obat: Obat Bebas TerbatasProdusen: PT Tempo Scan Pacific

2. Bodrexin Pilek AlergiKomposisi :Per 5 ml Pseudoephedrin HCl 7,5 mg, Chlorpheniramin maleate 0,5 mgIndikasi:Meredakan rhinitis alergi, bersin-bersin, dan hidung tersumbatDosis:Anak 6-12 tahun 2 sdt, 2-5 tahun 1 sdt. Diberikan 3 kali sehariKontraindikasi: Peka terhadap obat simptomimetik lain, hipertensi berat, dan terapi bersama dengan MAOI.Efek samping:Gangguan GI, gangguan psikomotorik, takikardia, aritmia, palpitasi, retensi urin, sakit kepala, insomnia, eksitasi, tremor, kesulitan berkemih, mengantuk.Interaksi Obat: MAOIGolongan Obat: Obat Bebas TerbatasProdusen: PT Tempo Scan Pacific

3. Decolgen FXKomposisi :Acetaminophen 650 mg, Pseudoephedrin HCl 30 mg, Chlorpheniramin maleat 2 mgIndikasi:Flu disertai sakit kepala berat dan meringankan gejala flu lainnya seperti demam , hidung tersumbat, serta bersin.Dosis:Dewasa 1 kapl Anak 6-12 tahun kapl. Diberikan 3 kali sehari.Golongan Obat:Obat BebasProdusen: PT Medifarma Lab

4. MixagripKomposisi :Per kapl Paracetamol 500 mg, Chlopheniramin maleat 2 mg, Phenylpropanolamin HCl 25 mgIndikasi:Pilek, flu, batuk, demam, nyeriDosis:Dewasa 1-2 kapl Anak -1 kapl.3-4 kali sehariKontraindikasi: Hipertiroid, hipertensi, peny koroner, nefropati,terapi MAOIEfek samping:Mengantuk, pusing, mulut kering, serang seperti epilepsi (dosis besar), ruam kulit.Interaksi Obat:Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya. Efek diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan Paracetamol jangka panjang dapat berpotensi sebagai antikoagulan oral. Golongan Obat: Obat Bebas TerbatasProdusen: PT Dankos Farma

5. Neozep ForteKomposisi :Phenylpropanolamin HCl 15 mg, Paracetamol 250 mg, Salicylamid 150 mg, Chlorpheniramin maleat 2 mg, Ascorbic acid 25 mgIndikasi:Flu, rhinitis alergiDosis:Dewasa 1 tablet 3-4 kali sehari Anak > 6 tahun dosis dewasaGolongan Obat: Obat Bebas TerbatasProdusen: PT Medifarma Lab

6. Procold TabletKomposisi:Asetaminophen 500 mg, Pseudoephendrin HCl 30 mg, Chlorpheniramin maleat 2 mgIndikasi:Meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersinDosis: Dewasa 1 kapl Anak kapl. Diberikan 3 kali sehariKontraindikasi: Terapi MAOI, usia lanjut Efek Samping:Gangguan GI, gangguan psikomotor, takikardia, kerusakan hati, palpitasi, retensi urin, mulut kering.Interaksi Obat:Penggunaan bersama antidepresan tipe penghambat MAO dapat menyebabkan krisis hipertensiGolongan Obat : Obat Bebas TerbatasProdusen: PT Kalbe Farma7. Bisolvon Flu syrup 60 mlKomposisi :Bromhexin HCl 4 mg, Paracetamol 150 mg, Chlorpheniramin maleat 2 mg, Phenylephrin HCl 5 mgIndikasi:Meredakan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin yang disertai batuk.Dosis:Dewasa dan anak > 12 tahun 10 ml, Anak 6-12 tahun 5 ml. Diberikan 3 kali sehariKontraindikasi: Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi jantung, Diabetes Melitus.Efek samping:Mengantuk, gangguan pencernaan, sakit kepala, insomnia, eksitasi, tremor, takikardia, aritmia, mulut kering, palpitasi, sulit berkemih. Reaksi alergi, termasuk ruam kulit, urtikaria, bronkospasme.Interaksi Obat:MAOI, antibiotik (amoksisilin, sefuroksim, eritromisin, doksisiklin), CaCl2, kanamisin sulfat, noradrenalin, Na pentobarbital,meglumin adipidon, Anastesi lokal butakain Golongan Obat: Obat Bebas Terbatas Produsen: PT Boehringer Ingelheim

8. Panadol Cold & FluKomposisi :Paracetamol 500 mg, Pseudoephedrin HCl 30 mg, Dextrometorphan HBr 15 mg.Indikasi:Meredakan gejala hidung tersumbat, batuk yang tidak berdahak, dan demam menyertai influenzaDosis:Dewasa 1 kapl tiap 4-6 jam. Maks. 8 kapl/25jam. Tidak untuk anak 12 tahun 10 ml 3 kali sehari, Anak 6-12 tahun 5 ml 3 kali sehariKontraindikasi: Hamil, laktasi, glaukoma, asma bronkial, gagal nafas. Jangan digunakan bersama MAOIEfek samping:Muntah, pusing, mengantuk, konstipasiInteraksi Obat:Jangan digunakan bersama MAOIGolongan Obat: Obat Bebas Produsen:PT Inasentra Unisatya

10. Triaminic Expectorant sirup 60 mlKomposisi :Pseudoephedrin HCl 15 mg, Guaifenesin 50 mgIndikasi:Meringankan batuk berdahak dan pilekDosis:Dewasa dan anak >12 tahun 2 sdt, Anak 6-12 tahun 1 sdt, 2-5 tahun sdt. Diberikan 3 kali sehariKontraindikasi: Gangguan jantung, diabetes melitus, digunakan bersama MAOIEfek samping:Mual, muntah, berkeringat, sakit kepala, rasa haus, takikardia, nyeri prekordial, palpitasi, kesulitan miksi, kelemahan otot, tremor, gelisah, insomnia, mulut kering.Interaksi Obat: Efek potensiasi terhadap simpatomimetik dan SSP depresan.Golongan Obat: Obat Bebas TerbatasProdusen:PT Bristol Myers Squibb

11. Ikadryl sirupKomposisi :Dipenhydramin HCl 12,5 mg, Ammon Cl 125 mg, Na citrate 50 mg, Mentol 1 mgIndikasi:Batuk yang berhubungan dengan selesma, flu dan iritasi pernafasan lain, bronkitis alergi.Dosis:Dewasa dan anak 1-2 sdt setiap 4 jam.Kontraindikasi: Neonatus atau bayi prematur, serangan asma akutEfek samping:Gangguan GI, anoreksia atau peningkatan nafsu makan, penglihatan kabur, mulut kering, hipotensi, sakit kepalaInteraksi Obat:Dapat meningkatkan efek sedatif depresan SSP. Efek diperpanjang oleh MAOIGolongan Obat: Obat Bebas TerbatasProdusen:PT Ikapharmindo Putramas

12. OrphenKomposisi :Chlorpheniramin maleatIndikasi:Hay fever, urtikaria, asma bronkial, rhinitis alergi dan reaksi alergi lainDosis:Dewasa 1 kapl 3-4 kali sehari, Anak 6-12 tahun kapl 3-4 kali sehari, 2-6tahun kapl 3-4 kali sehariKontraindikasi: Infeksi saluran nafas bawah, bayi prematur atau baru lahirEfek samping:Sedasi, gangguan GI, antimuskarinik, hipotensi, kelemahan otot, tinitus, euforia, sakit kepala, stimulasi SSP.Interaksi Obat:Alkohol, SSP depresan, antikolinergik, MAOIGolongan Obat: Obat Bebas TerbatasProdusen:Solas

13. AllerinKomposisi :Glyceryl Guaicolat 50 mg, Na sitrat 180 mg, Diphenhydramin HCl 12,5 mg, Phenylprophanolamin HCl 12,5 mg, Alkohol 5%Indikasi:Batuk berdahak karena iritasi, alergi dan batuk spasmodikDosis:Dewasa 1 -2 sdt 3-4 kali sehari, Anak 7-12 tahun 1-1 sdt 3-4 kali sehari, 2-6tahun -1sdt 3-4 kali sehari, bayi - sdt 3-4 kali sehariKontraindikasi: Hipertiroidisme, hipertensi, jangan dipakai bersama MAOI selama 2 mingguEfek samping:Mengantuk, pusing, mulut kering, kejang epileptiform (dosis tinggi)Interaksi Obat:Meningkatkan efek depresan SSP lainnya, Masa kerja diperpanjang dengan MAOI.Golongan Obat: Obat Bebas TerbatasProdusen:PT Medifarma Lab

14. Bidryl syrup 60 mlKomposisi :Diphenhydramin HCl 12,5 mgIndikasi:Hay fever, urtikaria, asma bronkial, rhinitis alergi dan reaksi alergi lainDosis:Dewasa 1 kapl 3-4 kali sehari, Anak 6-12 tahun kapl 3-4 kali sehari, 2-6tahun kapl 3-4 kali sehariKontraindikasi: Infeksi saluran nafas bawah, bayi prematur atau baru lahirEfek samping:Sedasi, gangguan GI, antimuskarinik, hipotensi, kelemahan otot, tinitus, euforia, sakit kepala, stimulasi SSP.Interaksi Obat:Meningkatkan efek sedatif depresan SSP, aksi diperpanjang oleh MAOI Golongan Obat: Obat Bebas TerbatasProdusen: PT Hexpharm

15. AfrinKomposisi :Oxymetazoline HClIndikasi:Pengobatan hidung tersumbat, pengobatan dan pencegahan infeksi telinga tengah.Dosis:Semprot hidung Dewasa dan anak > 6tahun 2-3 semprot 2 kali sehar, Tetes hidung 2-3 tetes 2 kali sehariKontraindikasi: Hipersensitiv, hipertiroidisme, hipertensi, penyakit jantung, anak < 6 tahunEfek samping:Rasa terbakar pada hidung/tenggorokan, iritasi lokal, mual, sakit kepala, mukosa hidung kering. Kongesti nasal (penggunaan jangka lama)Apnu dan kolaps tiba-tiba pada bayiInteraksi Obat: MAOI, antihipertensiGolongan Obat: Obat Bebas TerbatasProdusen: PT Schering-Plough

16. IliadinKomposisi :Oxymetazoline HCl Indikasi:Rhinitis akutDosis:Tetes anak2-6tahun 2-3 tetes 2 kali sehari. Semprot Dewasa dan anak > 6 tahun 2-3 semprot 2 kali sehari ke dalam lubang hidung. Maksimal 3 hari.Kontraindikasi: Inflamasi mukosa dan kulit vestibulum nasal dengan inkrustasi.Efek samping:kadang-kadang: rasa panas terbakar ringan, kekeringan pada mukosa hidung, bersin-bersin. Hidung seperti tersumbat (jarang).Golongan Obat: Obat Bebas TerbatasProdusen: PT. Merck

17. BenacolKomposisi :Diphenhydramin HCl 12,5 mg, Ammon Cl 100 mg, K Guaicolsulfonat 30 mg, Na sitrat 50 mg, menthol 1 mg Indikasi: Flu yang disertai gejala pilek, bersin dan batuk produktifDosis:Dewasa 1-2 sdt tiap 3-4 jam dan 2 sdt pada malam hari. Anak - 1 sdt tiap 4 jam dan 1 sdt pada malam hariKontraindikasi: Bayi prematur atau neonatus, serangan asma akut.Efek samping:Gangguan GI, anoreksia atau nafsu makan meningkat, mengantuk, penglihatan kabur, kesulitan miksi, mulut kering, dada terasa sesak, sakit kepala.Interaksi Obat:Meningkatkan efek sedatif depresan SSP, aksi diperpanjang oleh MAOIGolongan Obat: Obat Bebas TerbatasProdusen: PT Kalbe Farma

18. Contrex TabletKomposisi :Paracetamol 500 mg, Pseudoephedrin HCl 30 mg, chlorpheniramin maleat 2 mgIndikasi:Meredakan gejala flu atau selesma (batuk pilek)Dosis:Dewasa 1 tab Anak 6-12 tahun tablet. Diberikan 3-4 kali sehariKontraindikasi:Hipertensi, hipertiroidisme, penyakit jantung, MAOI, nefropatiEfek samping:mengantuk, mulut kering, pusingInteraksi Obat:Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya. Efek diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan Paracetamol jangka panjang dapat berpotensi sebagai antikoagulan oral. Golongan Obat: Obat Bebas TerbatasProdusen:PT Supra Ferbindo

19. Anadex sirup 60 mlKomposisi :Paracetamol 120 mg, Dextrometorphan HBr 3,5 mg, Chlorpheniramin maleat 0,5 mg, Phenylpropanolamin HCl 3,5 mgIndikasi:Flu, selesma, batuk, demam, dan nyeriDosis:Dewasa & Anak 6-12 tahun 2 sdt 3-4 kali sehariKontraindikasi: Hipertiroid, hipertensi, penyakit jantung koroner, MAOI, nefropati.Efek samping:Mengantuk, pusing, mulut kering, serangan seperti epilepsi (dosis tinggi), ruam kulit.Interaksi Obat:Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya. Efek diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan Paracetamol jangka panjang dapat berpotensi sebagai antikoagulan oral. Golongan Obat: Obat Bebas TerbatasProdusen:PT Interbat

20. FaraponKomposisi :Paracetamol 250 mg, Dextrometorphan HBr 15 mg, Chlorpheniramin maleat 1,5 mg, Phenylpropanolamin 12,5 mg, etanzamid 250 mg.Indikasi:Meringankan gejala sakit kepala, nyeri otot, batuk, hidung tersumbat, alergi yang menyertai flu dan menurunkan demam.Dosis:Dewasa 1 tablet Anak >6 tahun tablet. Diberikan 3-4 kali sehariKontraindikasi: Hipertiroid, hipertensi, kerusakan hatiEfek samping:Mengantuk, hipertensi ringan.Interaksi Obat:Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya. Efek diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan Paracetamol jangka panjang dapat berpotensi sebagai antikoagulan oral. Golongan Obat: Obat Bebas TerbatasProdusen:PT Fahrenheit

21. FebrinexKomposisi :Paracetamol 130 mg, Dextrometorphan HBr 15 mg, Dexchlorpheniramin maleat 1 mg, Thiocol 20 mgIndikasi:Demam dan gejala lain pada flu.Dosis:Anak 12 tahun kaps 3-4 kali sehariKontraindikasi: DM, hipertensi, disfungsi hati berat, sedang mendapat terapi MAOI.Efek samping:Mengantuk, gangguan GI, pusing, takikardia, aritmia, mulut kering, palpitasi, retensi urin, disfungsi hati (dosis besar).Interaksi Obat:Penggunaan bersama dengan MAOI dapat menyebabkan krisis hipertensi.Golongan Obat: Obat Bebas TerbatasProdusen:Global Multi Pharmalab (GMP)23. OskadonKomposisi :Paracetamol 500 mg, Phenylpropanolamin HCl 15 mg, Bromhexin HCl 8 mg, Glyceril guaiacolat 100 mg.Indikasi:Meringankan gejala flu sperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, bersin-bersin yang disertai batuk berdahak.Dosis:Dewasa >12tahun 1 tablet Anak 6-12 tahun tablet. Diberikan 3-4 kali sehariKontraindikasi: Sensitif terhadap simpatomimetik lainnya, hipertensi berat, penyakit jantung, gangguan fungsi hati berat, hipertiroidisme, DMInteraksi Obat: MAOI dapat menyebabkan krisis hipertensiGolongan Obat: Obat Bebas TerbatasProdusen:PT Supra Ferbindo

24. Paratusin sirupKomposisi :Noscapine 10 mg, Chlorpheniramin maleat 2 mg, glyceril guaiacolat 25 mg, Paracetamol 125 mg, succus liquid 125 mg, Pseudoephedrin HCl 7,5 mg..Indikasi:Flu dengan gejala demam, sakit kepala, pilek, bersin, batuk dan pegal linu.Dosis:Anak 6-12 tahun 5-10 ml, 1-6 tahun 2,5-5 ml,