survey hidrologi sipil
DESCRIPTION
teknik sipilTRANSCRIPT
2.12.1 SURVEY HIDROLOGISURVEY HIDROLOGI
Pekerjaan Pengumpulan Data Hidrologi dimaksudkan untuk mengumpulkan
data curah hujan dan iklim dari setasiun hujan dan iklim terdekat guna dianalisa
dan dievaluasi sesuai dengan kebutuhan studi masterplan. Data-data hidrologi
akan diperoleh dari Dinas Sumber Daya Air sepanjang data tersebut tersedia.
Sedangkan data-data yang belum tersedia dapat diperoleh dari instansi terkait
lainnya baik yang ada didaerah maupun yang ada dipusat. Tabel 2.2
menyajikan gambaran luas mengenai perbedaan Tingkat Kedalaman
Tabel 2.1 Tingkat Kedalaman Survey Hidrologi dan Hdrometri
Uraian Studi Kelayakan Disain Rinci
Pengumpulan data iklim, Pengumpulan data curah hujan bulananPengumpulan data harian maximum Pengumpulan data harian jam-jamam
YaYaYa
Tidak
YaYaYa
Ya (jika data tersedia)
N = Areal BaruE = Jaringan yang sudah ada
Data-data hidrologi yang perlu dikumpulkan untuk studi Kelayakan dan untuk
Disain Rinci.serta kegunaannya adalah sbb
1) Pengumpulan data iklim
Pengumpulan data cuaca/iklim yang lain (terbaru) selama minimum 5 tahun
berturut-turut dari stasiun iklim terdekat.
Data cuaca tersebut harus mencakup temperatur rata-rata bulanan,
kelembaban, kecepatan angin, lama hari cerah dan curah hujan, dan
harus meliputi sedikitnya periode 5 tahun, sebaiknya lebih lama.
Evapo-transpirasi referensi tanaman diperhitungkan dari data cuaca
rata-rata untuk setiap bulan dengan mempergunakan metode Penman.
2) Pengumpulan data curah hujan bulanan rata-rata
Data hujan bulanan rata-rata harus dikumpulkan dari semua stasiun curah
hujan terdekat dengan lokasi, yang memiliki catatan curah hujan sepuluh
tahunan atau lebih, berturut-turut.
Untuk stasiun yang memiliki catatan curah hujan sepuluh tahunan atau
lebih, curah hujan rata-rata per bulan harus ditentukan, serta curah
Volume-II : Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa 1
Penyusunan Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa dan Tambak
hujan minimum per bulan dengan keyakinan keberhasilan 80 %, 50 %
dan 20%.
Selanjutnya hujan bulanan rata-rata bersama-sama dengan data
klimatologi akan dipergunakan sebagai dasar dalam perhitungan
kebutuhan dan ketersediaan air (water balance) bagi budidaya tanaman
pangan.
Selanjutnya hujan bulanan rata-rata dapat digunakan untuk menentukan
kapasitas penampungan tangki pengumpul air hujan yang diperlukan
untuk pengadaan air minum, perhitungan keseimbangan air tangkapan
atap dilakukan dengan mempergunakan data bulanan dan
memperkirakan berbagai angka pemakaian bulanan.
3) Data Curah Hujan Harian Maximum
Data curah hujan harian harus dikumpulkan dari semua stasiun curah hujan
terdekat dengan lokasi proyek sekurang-kurangnya 10 tahun yang
berurutan atau lebih.
Mempergunakan data harian yang diperoleh dari stasiun yang mewakili
dan yang paling dapat diandalkan, dilakukan analisa statistik terhadap
curah hujan maksimum selama peroide 1 sampai 6 hari. Hasil analisa
tersebut disajikan dalam kurva yang memperlihatkan masa dan
intensitas curah hujan.
Data curah hujan harian maximum selanjutnya akan dipakai sebagai
dasar dalam penentuan debit banjir sungai untuk daerah yang
bersangkutan serta menentukan modulus drainase lahan rawa yang
direncanakan
Jika data harian maximum tidak tersentuh rumus percobaan yang dapat
diterapkan di indonesia (misalnya. Hasper-Wonosobo), atau rumus dari
negara lain seperti Monoobe dapat dipergunakan untuk menentukan
total curah hujan k-harian.
4) Pengumpulan data informasi banjir
Pengumpulan data informasi banjir (tinggi, lamanya dan luas genangan
serta saat terjadinya) baik dengan pengamatan langsung dengan
memperhatikan bekas-bekas
Volume-II : Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa 2
Penyusunan Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa dan Tambak
2.22.2 SURVEY HIDROMETRISURVEY HIDROMETRI
Untuk kajian daerah rawa, pengolahan data hidrologi setidaknya diarahkan
untuk hitungan ketersediaan air, kebutuhan air, neraca air dan debit limpasan
untuk perancangan saluran. Dengan diketahuinya kondisi neraca air bulanan
maka dapat diketahui pola tanam yang sesuai dengan jenis tanaman yang akan
dibudidayakan (padi dan palawija) atau tanaman keras. Selanjutnya dengan
diketahuinya limpasan yang harus diantisipasi dengan saluran drainasi, dapat
ditetapkan rancangan dimensi saluran yang optimal. Tabel 2.2 menyajikan
gambaran luas mengenai perbedaan Tingkat Kedalaman Survey Hidrologi dan
Hdrometri untuk studi Kelayakan dan untuk Disain Rinci.
Tabel 2.2 Tingkat Kedalaman Survey Hidrologi dan Hdrometri
Uraian Studi Kelayakan Disain Rinci
Tinggi muka air jangka panjang
Tinggi muka air serempak jangka pendekTanda banjir disepanjang sungaiPengukuran pengeluaranPengukuran salinitas, pH
Contoh air
Contoh endapanPenampang melintang sungai
Min pasang tinggi dan rendah atau 15 hari dlm musim hujan dan musim kemarauMin 2 x 25 jam
YaTidak2 Kali saat survei
5 sampel per lokasi
TidakYa
Minimal 15 hari, Sebaiknya lebih dari 1 tahun
Min 2 x 25
YaYa2 Kali pada musim hujan dan 2 Kali kemarau5 sampel per lokasi pada awal dan akhir surveyYaYa
N = Areal BaruE = Jaringan yang sudah ada
1) Pencatatan tinggi muka air jangka panjang
Jika tidak tersedia registrasi jangka panjang dari hasil survei sebelumnya,
yang diikat dengan tinggi referensi proyek, maka registrasi tinggi muka
air harus dimulai sedini mungkin guna memperoleh catatan sebanyak
mungkin pada waktu disain dipersiapkan. Lebih disukai, catatan tinggi
muka air selama satu tahun harus disediakan pada perbatasan proyek
sebelah hulu dan hilir.
2) Pencatatan tinggi muka air jangka pendek
Pada batas sebelah hilir proyek, tinggi muka air harus diamati secara
terus menerus (dengan AWLR) atau dari pembacaan staff gauge dengan
Volume-II : Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa 3
Penyusunan Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa dan Tambak
selang jarak 30 menit untuk masa puncak mak dan min, selama periode
paling tidak 15 hari baik dari musim hujan maupun musim kemarau,
guna menetapkan sifat pasang dan perbedaan tinggi muka air pasang
surut antara pasang rendah dan pasang tinggi.
Pencatatan tinggi muka air selama paling tidak 25 jam harus dilakukan
satu kali selam air pasang tinggi dan satu kali selama air pasang rendah
pada tempat-tempat yang dipilih yang menyebar pada daerah survei
(satu stasiun per 1,000 sampai 2,000 ha), serentak dengan pengamatan
aliran, keasaman, salinitas dan curah hujan. Semua stasiun pencatatan
tinggi muka air harus dihubungkan dengan tinggi referensi survei
topografi melalui benchmark beton yang terdapat dekat masing-masing
stasiun.
Tinggi muka air harus diamati secara serentak dengan selang jarak 30
menit sedikitnya selama satu putaran pasang surut penuh (25 jam) pada
stasiun-stasiun yang berjarak 20 sampai 30 km disepanjang semua
sungai besar yang memotong atau membatasi areal, guna menilai
kelembabn fluktuasi pasang surut. Pengukuran-pengukuran ini harus
dikombinasikan dengan pengamatan arah aliran secara visual, dan
pengukuran pH dan salinitas secara serentak (lihat penjelasan
berikutnya).
Elevasi nol dari semua stasiun tinggi muka air harus dihubungkan pada
garis-garis survei dari survei topografi terdekat.
Sangat dianjurkan agar alat pencatat tinggi muka air otomatis dipasang
pada saat melakukan survei Studi Kelayakan, dengan pencatatan yang
berlanjut setelah kegiatan survei sehingga pada waktu studi-studi rinci,
registrasi tinggi muka air jangka panjang akan tersedia.
3) Pengukuran salinitas
Intruisi salinitas maksimum selama air pasang tinggi harus ditetap
dengan mempergunakan ‘metode speed-boat yang bergerak :
melakukan pengukuran salinitas setiap 2 sampai 5 km disepanjang
sungai pada waktu air tinggi tenang, dimulai dari muara sungai, bergerak
ke hulu dengan kecepatan yang sama seperti kecepatan gelombang
pasang surut.
Volume-II : Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa 4
Penyusunan Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa dan Tambak
Salinitas tersebut ditentukan dengan cara mengukur daya konduksi
listrik (EC) dari air permukaan. Rumus tukar berikut ini dapat
dipergunakan antara daya konduksi listrik dengan salintas :
Salinitas (dalam mg/l) = EC (dalam mS/cm) x 640
Catatan : EC air laut adalah 45 sampai 55 mS/cm, sama dengan
salinitas yang besarnya 30,000 sampai 35,000 mg/l.
Di salah satu stasiun tinggi muka air sebelah hulu muara sungai, salinitas
harus diukurselama putaran pasang surut penuh (25 jam) serentak
dengan pengamatan tinggi muka air.
Informasi mengenai fluktuasi intruisi salinitas musiman harus diperoleh
dari para penduduk yang tinggal diareal tersebut. Tumbuh-tumbuhan
yang terdapat disepanjang tepian sungai (pohon nipah) sering
merupakan petunjuk yang cukup tentang adanya intruisi salinitas rata-
rata selama musim kemarau.
4) Banjir
Tinggi maksimum batas banjir pada berbagai tempat disepanjang sungai,
seperti diberitahukan oleh penduduk setempat atau diaamati dari
perubahan warna tumbuhan, harus ditetapkan berdasarkan tinggi muka
air yang diamati selama survei.
Lamanya tinggi maksimum permukaan air sungai dan perkiraan
jangkauan pasang surut selama permukaan air sungai tinggi dan rendah
harus dinilai dari hasil wawancara dengan penduduk setempat.
Luas banjir harus ditetapkan dari peta-peta, foto udara dan gambar radar
(jika tersedia), pengamatan tanda-tanda banjir, wawancara dengan
penduduk setempat.
5) Kualitas air
Kualitas air yang terdapat diluar zona intrusi salinitas harus ditentukan
dengan analisa contoh air di loboratorium.
Satu contoh air harus diambil pada waktu air tanah rendah di semua
sungai dan anak sungai yang memotong areal. Tanggal, waktu, lokasi,
warna air, pH dan temperatus air pada waktu pengambilan contoh harus
dicatat.
Volume-II : Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa 5
Penyusunan Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa dan Tambak
Pada stasiun tinggi muka air paling hulu pada setiap sungai besar, pH air
sungai harus diukur selam putaran pasang surut penuh (25 jam)
serentak dengan pengamatan tinggi muka air.
6) Penampang melintang sungai
Penampang melintang sungai-sungai besar yang memotong atau
membatasi daerah survei harus diukur pada selang jarak teratur (setiap
2 sampai 5 km) dari muara sungai sampai kebatas daerah survei paling
hulu.
Pada setiap bagian, setidaknya harus diambil sepuluh pengukuran pada
selang jarak yang sama. Jarak horisontal dalam suatu bagian dapat
ditentukan dengan alat pengukur jarak atau tali merentang sungai.
Kedalaman air ditentukan sebaiknya dengan mempergunakan pengukur
gema (echo sounder) baik yang posisinya diukur secara konvensional
maupun echosonder yang terintegrasi dengan GPS
Jika alat pengukur gema (echo sounder) tersebut tidak tersedia, dapat
dipergunakan kabel yang dilengkapi pita ukur dan beban, namun dalam
hal demikian, pengukuran harus dibatasi pada waktu sekitar air tinggi
dan rendah tenang ketika kecepatan aliran sangat rendah.
Untuk setiap penampang melintang, tanggal dan waktu pengukuran
serta perkiraan tinggi air pasang harus ditunjukkan.
Volume-II : Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa 6
Penyusunan Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa dan Tambak
2.32.3 SURVEI TANAH PERTANIANSURVEI TANAH PERTANIAN
Kerapatan pengeboran yang diperlukan tergantung atas ketelitian peta tanah
yang diperlukan. Kerapatan tersebut biasanya bervariasi antara satu
pengeboran per ha untuk setiap survei yang sangat rinci (skala peta 1:10,000)
sampai pada satu pengeboran per 25 ha (skala 1 : 50,000). Tabel 2.2
menyajikan gambaran mengenai Tingkat Kedalaman Survey Tanah Pertanian
untuk studi Kelayakan dan untuk Disain Rinci.
Tabel 2.3 : Tingkat Kedalaman Survey Tanah Pertanian
Uraian Studi Kelayakan Disain Rinci
Pengeboran s/d kedalaman 1,20 m Lubang profil tanahContoh tanah untuk analisa laboratorium
1 pengeboran per 250 ha1 lubang tanah per 2500 ha4 contoh per lubang
1 pengeboran per 125 ha1 lubang per 10 pengeboran4 contoh per lubang
N = Areal BaruE = Jaringan yang sudah ada
Dengan merujuk pada Tabel 2.2 tersebut diatas, maka survey Tanah Pertanian
sedikitnya harus meliputi hal-hal berikut ini
a) Pengeboran
Survey Tanah Pertanian dengan pengeboran sampai kedalaman paling
kecil 1.20 m dilakukan harus mengikuti garis-garis survei yang sama
seperti survei topografi.
Koordinat (x,y) setiap lokasi lubang bor harus dicari dengan
menggunakan bantuan GPS (Hand Held GPS)
Dalam garis survei terebut, tanah harus dibor dengan kerapatan titik bor
antara 1 pengeboran per 250 ha untuk Studi Kedalayakan dan 1
pengeboran per 125 ha untuk Disain Rinci.
Investigasi dalam setiap lubang bor harus meliputi :
- Tekstur tanah, tingkat kematangan
- Tebal lapisan gambut dan tingkat pembususkan (tanah gambut harus
dinilai sampai pada kedalaman 3 m)
- Kedalaman lapisan pirit, dengan mempergunakan metode oksidasi
cepat dengan Hydrogen-peroxide (H2O2) : catat sifat buih dan SO2.
- Kedalaman air tanah dangkal atau banjir
Volume-II : Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa 7
Penyusunan Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa dan Tambak
- Kandungan pH dan Fe2+ pada air tanah dangkal, mempergunakan
lembaran kertas uji.
- Tataguna lahan sekarang/tumbuhan pada daerah pengeboran.
b) Lubang profil tanah
Lubang profil tanah (1 m x 1 m x 1.20 m kedalaman) digali pada
lapangan yang telah dipilih secara hati-hati setelah hasil pengeboran
tersedia. Rata-rata satu lubang tanah per 10 pengeboran.
Penjelasan mengenai profil tanah pada lubang tersebut akan
dipersiapkan dan contoh analisa laboratorium akan diambil dari lapisan-
lapisan tanah yang berbeda (empat contoh per lubang).
Contoh tanah dari empat lapisan tanah per lubang harus diambil untuk
dilakukan analisa laboratorium. Analisa laboratorium untuk mineral akan
meliputi :
- Kandungan air pada kapasitas lapangan
- Standar analisa tanah mineral tersebut
- Pengujian oksidasi lambat untuk menetapkan kedalaman PASS
- Klasifikasi tanah menurut CSAR
- Kepadatan besar dari tanah atas (0-30 cm) dan tanah bawah ( > 30
cm) yang merupakan indikasi kematangan.
Analisa laboratorium untuk tanah gambut akan mencakup total
kandungan abu sehingga kandungan abu mineral termasuk P, K, Ca dan
Mg.
c) Survey tataguna lahan
Untuk memperlihatkan tataguna lahan yang sekarang, dipergunakan
klasifikasi berikut ini :
- Sawah
- Kebun kelapa
- Campuran padi/kelapa
- Tanaman keras lain
- Lahan pekarangan
Volume-II : Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa 8
Penyusunan Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa dan Tambak
- Semak/rumput (tinggi < 2 m)
- Belukar (tinggi > 2 m)
- Lain-lain
Untuk pemetaan data tanah dan tata guna lahan dan interpolasi antara
titik survei, harus dipergunakan foto udara dan gambar satelit.
2.42.4 SURVEI MEKANIKA TANAHSURVEI MEKANIKA TANAH
Untuk pelaksanaan analisa stabilitas dan untuk disain pondasi bangunan, sifat-
sifat mekanika tanah perlu diinvestigasi melalui pengeboran terganggu/tidak
terganggu, pengujian penetrasi kones, pengujian vane shear dan pengujian
laboratorium. Jumlah dan jenis investigasi yang diperlukan tergantung atas jenis
pekerjaan yang akan dibangun serta tergantung atas keadaan setempat dan
harus ditetapkan pada setiap kesempatan. Tabel 2.4 menyajikan gambaran
mengenai Tingkat Kedalaman Survey Mekanika Tanah untuk studi Kelayakan
dan untuk Disain Rinci.
Tabel 2.4 : Tingkat Kedalaman Survey Mekanika Tanah
Uraian Studi Kelayakan Disain Rinci
Pemboran Tangan (Hand Boring)Tes permeabilitas Analisa sample tanah berbagai lokasiPengujian triaksialPengujian oedometerPengujian gesekan tanah (vane shear)Pengujian penetrasi kones
YaYaYaya
TidakYaYa
YaYaYaYaYaYaYa
N = Areal BaruE = Jaringan yang sudah ada
Survei mekanika tanah dapat dilaksanakan hanya setelah lokasi yang tepat
untuk bangunan yan dibangun telah ditetapkan. Kriteria untuk berbagai
pengujian secara singkat diuraikan dibawah ini.
a) Pemboran Tangan (Hand Boring)
Pekerjaan boring dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran tentang
lapisan tanah, berdasarkan jenis dan warna tanah, melalui pengamatan
visual terhadap contoh tanah hasil pemboran. Dari hasil boring ini juga
dapat diperkirakan profil tanah di lokasi pekerjaan. Tanah hasil
Volume-II : Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa 9
Penyusunan Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa dan Tambak
pengambilan dengan bor dideskripsikan mengenai jenis, warna, dan
konsistensi/kepadatannya yang dicatat dalam "Hand Boring Log".
Pada kedalaman tertentu dari lubang pemboran diambil contoh tanah
tidak terganggu (undisturbed sample) dengan menggunakan tabung
baja tipis (thin wall shelby tube) berdiameter 6,8 cm.
Setelah tabung diperkirakan penuh, maka bor kemudian diputar untuk
mematahkan contoh tanah pada bagian dasarnya, lalu tabung diangkat
keluar tabung bor. Kedua ujung tabung ditutup dengan parafin, untuk
melindungi contoh tanah dari penguapan dan perubahan struktur dan
selanjutnya diberi label.
Setelah terambil, kedua ujung tabung yang berisi tanah tersebut ditutup
dengan parafin supaya terjamin keasliannya. Contoh tanah asli
selanjutnya dikirim ke laboratorium mekanika tanah untuk
diperiksa/dianalisa guna memperoleh parameter fisik dan keteknikan.
b) Analisa contoh tanah di laboratorium
Contoh-contoh tanah yang diambil dari lapangan dibawa ke laboratorium
untuk diuji guna mendapatkan besaran-besaran sifat karakteristik fisik dan
mekanika tanah. Pengujian tanah harus dilakukan untuk dua jenis sample
tanah yaitu Contoh Tanah Tidak Terganggu (Undisturbed) dan Contoh Tanah
Terganggu (Disturbed). Pengujian laboratorium harus dilakukan di
laboratorium resmi yang terakreditasi. Daftar Pengujian Contoh Tanah di
laboratorium ditunjukan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 : Pengujian Contoh Tanah di laboratorium
Jenis PercobaanContoh Tanah
Undisturbed Disturbed
Sifat fisik tanah
Berat jenis (ASTM D.3456)
Berat volume (ASTM D. 854)
Ruang pori (ASTM D2216)
Atterberg limit (ASTM D 4318)
Gradasi butiran (ASTM D.42)
Permeabilitas (Contant/Falling)
Sifat Mekanika Tanah
Konsolidasi (ASTM D. 2435)
Triaxial Test ( ASTM D.565)
Pemadatan (Modified ASSHO)
c) Tes Pit
Volume-II : Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa 10
Penyusunan Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa dan Tambak
Ukuran Test Pits adalah 1,25 x 1,25 dengan kedalaman sampai dengan 5
meter, pada muka air tanah dangkal dilakukan dengan pemboran sampai
kedalaman 5 meter pada Test Pits ini diambil contoh tanah terganggu
(disturbed). Hasil penyelidikan adalah deskripsi tanah berupa log test-pit
sebanyak 4 titik serta contoh tanah terganggu (disturbed sample) untuk
pemadatannya di laboratorium.
d) Tes permeabilitas
Tes permeabilitas dilakukan dilakukan sekali per 1,5-3 meter dari
kedalaman test pit. Sebagai prinsip, panjang masing-masing tahap harus
kurang dari 5,0 meter dan tahap-tahap selanjutnya harus dibor setelah tes
sebelumnya selesai.
e) Pengeboran tanah dan pengujian vane shear
Pengeboran dengan mempergunakan alat bor sampai pada kedalaman 7
meter harus dilakukan pada lokasi yang sama seperti pengujian CPT.
Pengeboran harus dilakukan pada zona yang terletak antara tanggul dan
bagian atas talud saluran.
Contoh bahan yang belum diganggu, dengan mempergunakan Tube
Shelby yang berbanding tipis, harus diambil pada selang jarak 1,5 meter
dan pada perubahan lapisan, dimulai dari 1 meter dibawah permukaan.
Contoh bahan tersebut harus ditutup dengan lak secara baik dan
disimpan sebagaimana mestinya sebelum diangkut ke laboratorium;
Sebelum ditutup dengan lak, pembacaan penetrometer jinjing harus
dilakukan di kedua ujung bahan contoh tersebut.
Pada kedalaman 2, 3, 5 dan 5 meter dibawah permukaan harus
dilakukan pengujian Vane.
Catatan mengenai lapangan harus disimpan, yang menguraikan tentang
jenis dan kekentalan tanah, jenis alat pengambilan contoh dan
penemuan.
f) Pengujian penetrasi kones (CPT)
Pengujian penetrasi kones belanda dengan kapasitas 20 kN harus
dilakukan pada lokasi bangunan (jembatan, bangunan pengendali air)
dengan pondasi cerucuk.
Peralatan yang akan dipergunakan harus sesuai dengan kemungkinan
labuh agar mencapai penetrasi maksimum. Pengujian CPT dengan
Volume-II : Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa 11
Penyusunan Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa dan Tambak
penetrasi kurang dari 15 meter akan ditolak. Unsur kones harus dapat
mengukur tahanan kones dan gesekan lokal. Untuk tujuan ketelitian,
manometer harus memiliki range pencatat lebih kecil dapripada 20
MN/m2
Grafik pengujiana CPT harus digambarkan pada skala vertikal 1:100,
dengan kedalaman relatif terhadap MSL. Skala untuk tahanan kones
harus 10 mm per MN/m2 dan untuk gesekan lokal 10 mm per 25 kN/m2.
Grafik tersebut juga harus memperlihatkan nilai perbandingan gesekan
(gesekan lokal sebagai presentase tahanan kones) pada sisi kanan grafik
(10 mm= 2 %).
Elevasi lapangan pada tempat pengujian CPT harus dihubungkan pada
Tinggi Referensi Proyek.
2.52.5 SURVEI HUTAN DAN ALAMSURVEI HUTAN DAN ALAM
Pada areal-areal yang baru akan dikembangkan mungkin diperlukan survei
yang lebih rinci mengenai sumber alam yang ada daripada pengamatan
tataguna lahan yang dilakukan selama survei tanah. Tabel 2.2 menyajikan
gambaran luas mengenai perbedaan Tingkat Kedalaman Survei Hutan dan Alam
untuk studi Kelayakan dan untuk Disain Rinci. Survei-survei tersebut sama
dengan survei-survei pada areal-areal yang tak berawa dan oleh karena tidak
diuraikan secara rinci disini. Informasi yang lebih banyak mengenai persyaratan
survei untuk penilaian Dampak Lingkungan disajikan dalam buku yang terpisah.
Tabel 26 Tingkat Kedalaman Survei Hutan dan Alam
Uraian Studi Kelayakan Disain Rinci
Inventarisasi hutanSurvei flora dan fauna
Ya (N), Tidak (E)Ya (N), Tidak (E)
Ya (N), Tidak (E)Ya (N), Tidak (E)
N = Areal BaruE = Jaringan yang sudah ada
2.62.6 SURVEI KAJIAN SOSIAL-BUDAYA, EKONOMI DAN KELEMBAGAANSURVEI KAJIAN SOSIAL-BUDAYA, EKONOMI DAN KELEMBAGAAN
Penilaian mengenai kondisi sosial-budaya, ekonomi dan kelembagaan yang ada
di daerah studi harus dilakukan dari informasi statistik yang tersedia dan dari
wawancara nara sumber dan dari orang-orang yang dipilih secara acak yang
tinggal di atau dekat daerah studi. Pada areal-areal yang baru akan
Volume-II : Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa 12
Penyusunan Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa dan Tambak
dikembangkan, perhatian ditujukan pada penetapan ketersediaan lahan untuk
pemukiman baru dan pada penilaian nilai dan kegiatan ekonomi yang sekarang
terjadi di daerah studi. Pada jaringan-jaringan yang sudah ada, kegiatan survei
tersebut khususnya harus ditujukan pada praktek-praktek pertanian yang ada
dan anggaran tanaman, serta perubahan-perubahan yang telah terjadi sejak
awal penempatan areal termasuk alasan-alasan perubahan tersebut.
Tabel 2.2 menyajikan gambaran luas mengenai perbedaan Tingkat
Kedalaman Survei kajian sosial-budaya, ekonomi dan kelembagaan untuk studi
Kelayakan dan untuk Disain Rinci daerah rawa. Daftar lengkap komponen yang
diperlukan untuk kajian sosial-budaya, ekonomi dan kelembagaan diperlihatkan
pada lampiran 1
Tabel 2.7 Tingkat Kedalaman Survei Sosial Ekonomi Pertanian
Uraian Studi Kelayakan Disain Rinci
Wawancara rumah tanggaWawancara dengan nara sumberPengumpulan peta Pengumpulan data stasistik yang ada
Tidak (N), Ya (E)YaYaYa
Tidak (N), Ya (E)YaYaYa
N = Areal BaruE = Jaringan yang sudah ada
Variabel-variabel yang penting dalam analisa Survei kajian sosial-budaya,
ekonomi dan kelembagaan sebagai berikut :
Pengumpulan informasi statistik mengenai penduduk, lahan pertanian, dll.
Verifikasi nama, lokasi, batas dan ukuran pemukiman yang ada, baik
penduduk lokal maupun warga transmigrasi, yang seluruh atau sebagian
terletak dalam daerah survei.
Wawancara dengan petugas pemerintah setempat, Kepala Desa, dan nara
sumber lainya. Untuk studi disain, contoh yang diambil secara acak kira-kira
3 % dari jumlah penduduk diareal tersebut harus diwawancarai.
Investigasi kegiatan ekonomi yang sekarang di areal tersebut, lengkap
dengan biaya dan manfaat.
Penilaian ketersediaan buruh, suplai masukan dan fasilitas pemasaran,
jaringan transportasi dan distribusi.
Inventarisasi kepemilikan lahan, konsesi hutan, dan tuntutan hukum dan
biasa atas areal tersebut.
Volume-II : Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa 13
Penyusunan Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa dan Tambak
Pada jaringan-jaringa yang sudah ada :
Inventarisasi organisasi petani dan daerah kerja petugas pemerintah di
lapangan (Pengamat, Juru Pengairan, PPL, dll)
Inventarisasi data agronomi : pola tanam, varitas, penggunaan masukan,
hama dan penyakit, anggaran tanaman.
Uraian dan peta mengenai pengendalian air, lahan rumah dan lahan usaha,
jalan dan jalan setapak, dll.
Mempersiapakan peta yang memperlihatkan tataletak pemikuman, jalan
peghubung, dan areal-arael yang telah diusahakan untuk musim hujan dan
kemarau pada skala 1:20,000.
Contoh daftar pertanyaan yang akan dipergunakan untuk wawancara
diperlihatkan pada lampiran 1.
2.72.7 INVENTARISASI PRASARANAINVENTARISASI PRASARANA
Untuk peningkatan kajian-kajian mengenai jaringan-jarinag yang sudah ada,
baik di tingkat Studi Kelayakan maupun di tingkat disain rinci, diperlukan
inventarisasi mengenai prasarana yang ada dan kondisinya. Titik awal dari
inventarisasi tersebut adalah gambar-gambar terbangun, atau jika gambar
terbangun tersebut tidak tersedia, gambar-gambar disain asli.
Panjang dan penampang melintang aktual dari saluran, tanggul dan jalan, serta
pengukuran situasi bangunan, telah merupakan bagian dari survei topografi.
Kegiatan inventarisasi tersebut khususnya bertujuan untuk mendaftarkan
segala kerusakan dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Tabel 2.2
menyajikan gambaran luas mengenai perbedaan Tingkat Kedalaman Survei
Inventarisasi Prasarana untuk studi Kelayakan dan untuk Disain Rinci daerah
rawa.
Tabel 2.8 Tingkat Kedalaman Survei Inventarisasi Prasarana
Uraian Studi Kelayakan Disain Rinci
Inventarisasi aksesibilitas menuju lokasiInventarisasi saluran dan tanggulInventarisasi bangunan air dan dermagaInventarisasi jalan dan jembatan
Ya (N), Ya (E)Tidak (N), Ya (E)Tidak (N), Ya (E)Tidak (N), Ya (E)
Ya (N), Ya (E)Tidak (N), Ya (E)Tidak (N), Ya (E)Tidak (N), Ya (E)
N = Areal Baru
Volume-II : Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa 14
Penyusunan Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa dan Tambak
E = Jaringan yang sudah ada
Dengan mempergunakan daftar priksa yang telah dipersiapkan seperti
diperlihatkan pada Lampiran 1, kegiatan inventarisasi tersebut akan mencakup
hal-hal sebagi berikut :
a). Uraian mengenai kondisi sekarang, fungsi dan tingkat pemeliharahan dari
semua bangunan pengendalian air, jembatan dan dermaga serta perbaikan-
perbaikan yang diperlukan. Setiap perubahan yang telah dilakukan para
petani terhadap bangunan-bangunan juga harus disebutkan.
b). Uraian mengenai kondisi sekarang dan tingkat pemelihraan saluran, tanggul
dan jalan, dan mendaftarkan tentang kelongsongan tanggul dan kerusakan-
kerusakan lainnya. Perhatian khusus diperlukan untuk mengetahui :
Nilai sidementasi dalam sistem saluran.
Ketidak stabilan talud dan kelongsoran tanggul.
Kestabilan dan ketidak stabilan bangunan hidrolik serta fasilitas proyek
lainnya yang diakibatkan oleh penurunan, rembesan, pekrjaan kontruksi
yang tidak baik, lalulintas, dan kerusakan-kerusakan lainya.
Volume-II : Manual Perencanaan Teknis Jaringan Reklamasi Rawa 15