surat thaha ayat 14

3
Surat thaha ayat 14 : ُ له لا اَ نَ ى اِ نَ نِ ا- اَ نَ اَ لاِ اَ هَ لِ اَ لا- ىِ نْ دُ بْ ع اَ ف ىِ رْ كِ دَ لَ وةَ لَ ص ل اِ مِ قَ اَ وArtinya : “Sesungguhnya Aku inilah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” . (Q.S. 20 Thaha: 14) Firman Allah di atas senada dengan firman Allah pada surat Al-A’la ayat 14 dan 15 yang telah diuraikan sebelumnya. Untuk mengetahui secara jelas persamaan makna yang terdapat pada kedua ayat tersebut penulis akan menguraikan kalimat perkalimat pada surat Thaha ayat 14 serta membandingkannya dengan surat Al-A’la ayat 14. Pertama, pada bagian awal surat Thaha ayat 14 Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku ini Allah”. Bila kita menganalisis firman Allah tersebut maka dapatlah kita ketahui bahwa sesungguhnya Allah itu ingin dikenal. Firman Allah pada surat Thaha tersebut senada dengan firman Allah pada surat Al-A’la ayat 14: “Beruntunglah orang-orang yang mensucikan hatinya”. Makna beruntung pada ayat ini adalah bahwa keuntungan yang diperoleh oleh orang-orang yang mensucikan hatinya adalah dapat mengenal Allah. Bahkan bila kita analisis lebih jauh selain memiliki persamaan makna, kedua ayat tersebut juga memiliki kaitan di mana ayat yang satu berfungsi sebagai penjelas bagi yang lain. Pada surah Thaha Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku ini Allah”. Ayat tersebut mengintruksikan kepada manusia kewajiban untuk mengenal Allah. Pada surah al-A’la ayat 14 Allah berfirman: “Beruntunglah orang-orang yang mensucikan hatinya”. Pada ayat ini Allah memuji orang-orang yang mensucikan hatinya, sebab hanya orang-orang yang mensucikan hatinyalah yang dapat mengenal Allah dan merekalah yang dinyatakan Allah sebagai orang-orang yang beruntung. Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa firman Allah pada surat Thaha ayat 14 keduanya mengindikasikan bahwa kewajiban pertama bagi manusia adalah

Upload: adhi-ozeres

Post on 24-Oct-2015

526 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

substansi, eksistensi, dan esensi.. puyeng. heheh

TRANSCRIPT

Page 1: Surat Thaha Ayat 14

Surat thaha ayat 14 :

�االله� ن� أ �ى ن �ن �ا - ا �ن أ �ال ا �ه� �ل �إ �ى - ال �د�ن �ر�ى ف�اع�ب �ذ�ك ل �وة� الص ل � ق�م

� و�أ

Artinya : “Sesungguhnya Aku inilah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (Q.S. 20 Thaha: 14)

Firman Allah di atas senada dengan firman Allah pada surat Al-A’la ayat 14 dan 15 yang telah diuraikan sebelumnya. Untuk mengetahui secara jelas persamaan makna yang terdapat pada kedua ayat tersebut penulis akan menguraikan kalimat perkalimat pada surat Thaha ayat 14 serta membandingkannya dengan surat Al-A’la ayat 14.

            Pertama, pada bagian awal surat Thaha ayat 14 Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku ini Allah”. Bila kita menganalisis firman Allah tersebut maka dapatlah kita ketahui bahwa sesungguhnya Allah itu ingin dikenal. Firman Allah pada surat Thaha tersebut senada dengan firman Allah pada surat Al-A’la ayat 14: “Beruntunglah orang-orang yang mensucikan hatinya”. Makna beruntung pada ayat ini adalah bahwa keuntungan yang diperoleh oleh orang-orang yang mensucikan hatinya adalah dapat mengenal Allah. Bahkan bila kita analisis lebih jauh selain memiliki persamaan makna, kedua ayat tersebut juga memiliki kaitan di mana ayat yang satu berfungsi sebagai penjelas bagi yang lain. Pada surah Thaha Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku ini Allah”. Ayat tersebut mengintruksikan kepada manusia kewajiban untuk mengenal Allah. Pada surah al-A’la ayat 14 Allah berfirman: “Beruntunglah orang-orang yang mensucikan hatinya”. Pada ayat ini Allah memuji orang-orang yang mensucikan hatinya, sebab hanya orang-orang yang mensucikan hatinyalah yang dapat mengenal Allah dan merekalah yang dinyatakan Allah sebagai orang-orang yang beruntung. Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa firman Allah pada surat Thaha ayat 14 keduanya mengindikasikan bahwa kewajiban pertama bagi manusia adalah terlebih dahulu mensucikan hatinya agar ia dapat mengenal Tuhannya.

            Kedua, pada bagian tengah surat Thaha Allah berfirman: “Tiada Tuhan selain Aku”. Bila kita analisis firman Allah di atas, maka dapat kita ketahui bahwa maksud yang terkandung di dalamnya adalah perintah untuk mengingat-Nya, sebab kalimat  “Tiada Tuhan selain Allah”, bermakna tidak ada yang boleh diingat selain Allah. Firman Allah pada surat al-A’la ayat 15: “Dan mengingat Tuhannya”. Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa kewajiban yang kedua bagi manusia adalah mengingat Tuhannya.

            Ketiga, pada bagian akhir surat Thaha Allah berfirman: “Sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. Bila kita analisis pada ayat di atas bahwa printah sembah datang setelah terlebih dahulu Allah memerintahkan untuk mengenal dan mengingatnya. Perintah sembah tersebut diwujudkan dengan mendirikan shalat yang tujuannya adalah untuk mengingat-Nya. Firman Allah tersebut senada dengan firman Allah pada surat al-A’la ayat 15: “Maka

Page 2: Surat Thaha Ayat 14

dirikanlah shlalat”. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kedua ayat tersebut sama-sama mengindikasikan bahwa shalat merupakan kewajiban ketiga.

Terkait dengan hal ini, nabi Muhammad saw bersabda dalam hadis qudsi bahwa:

و�ف�ى �ا �ب ق�ل الص د�ر� و�ف�ى ص�د�ر� �ق�ص�ر� ال و�ف�ى ا ق�ص�ر� آد�م� �ن� �ب ا ج�و�ف� ف�ى �ت� �ي �ن بر, الس, و�ف�ى ا ر. س� ل�ب, و�ف�ى .ا �ب ل غ�اف� الش و�ف�ى غ�اف�ا ش� �ف�ؤ�اد� ال و�ف�ى ف�ؤ�اد� �ق�ل�ب� ال

( القدسى ( الحديث �ا �ن أ

Artinya: “Aku jadikan dalam rongga anak Adam itu mahligai dan dalam mahligai itu ada dada dan dalam dada itu ada hati (qalbu) namanya dan dalam hati (qalbu) ada mata hati (fuad) dan dalam mata hati (fuad) itu ada penutup mata hati (saghaf) dan dibalik penutup mata hati (saghaf) itu ada nur/cahaya (labban), dan di dalam nur/cahaya (labban) ada rahasia (sirr) dan di dalam rahasia (sirr) itulah Aku kata Allah”. (Hadis Qudsi)

Berbicara masalah eksistensi (keberadaan), substansi (isi), esensi (intinya) tentang Allah yang terdapat pada surat thaha ayat 14 yaitu :

Eksistensi atau keberadaan akan bisa diketahui atau diukur ketika panca indera dapat menerima informasi tentang wujud dari benda tersebut. Eksistensi benda itu ada tergantung bagaimana mata dapat melihat bentuk dari suatu benda tersebut. Akan tetapi eksistensi tidak dibatasi dengan adanya suatu bentuk materi yang bisa ditangkap oleh panca indera, karena eksistensi mencakup sesuatu yang ada, mungkin ada dan tidak ada tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Sesuatu yang tidak bisa ditangkap oleh panca indera belum tentu tidak ada.

Adapun substansi (isi) dan esensi (inti) itu sesuatu yang memliki keterkaitan. Setiap substansi mengandung pengertian esensi, tetapi tidak setiap esensi mengandung pengertian substansi.