summary kinerja dprd

Upload: madekhanali8382

Post on 08-Apr-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/7/2019 SUMMARY KINERJA DPRD

    1/13

    KINERJA DPRD LAMONGAN

    DALAM PANDANGAN WARGA DESA

    DPRD DALAM FORMAT DESENTRALISASI

    Pasca kejatuhan rezim Orde Baru, muncul ekspektasi rakyat yang begitu

    besar terhadap peran ideal Dewan Perwakilan Rakyat di tingkat pusat maupun

    daerah sebagai lokomotif utama penarik gerbong demokratisasi di Indonesia.

    Apalagi disusul dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

    tentang Pemerintahan Daerah dimana berimplikasi politis terhadap semakin

    besarnya kemandirian dan wewenang lembaga legislatif daerah. UU No. 22 Tahun

    1999 yang menggantikan UU No. 5 Tahun 1974 (Pokok-pokok Pemerintahan di

    Daerah) mengubah kalimat "otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab"

    menjadi "otonomi yang seluas-luasnya".

    Di dalam dasar pertimbangannya, Undang-undang No. 22 Tahun 1999 ini

    menyebutkan bahwa penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan antara lain untuklebih menekankan prinsip demokrasi dan meningkatkan partisipasi masyarakat.

    Begitu pun dalam pasal 1 butir h dijelaskan bahwa otonomi daerah merupakan

    kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan

    masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat

    sesuai dengan perundangan-undangan. Jika dalam UU No. 5 Tahun 1974 yang

    diatur dalam otonomi daerah adalah rumah tangganya, dalam UU No. 22 Tahun

    1999 yang diatur dan diurus adalah kepentingan masyarakat. Hal ini sesuai dengan

    maksud penyelenggaraan otonomi daerah itu sendiri, yang harus dilaksanakan

    dengan prinsip-prinsip demokrasi (TAP MPR No. XV/MPR/1998). Berlandaskan

    regulasi dalam UU No. 22 tahun 1999 demikian, DPRD kemudian menjelma menjadi

    ORANG DESA, SI ANAK TIRI PERUBAHAN 107

  • 8/7/2019 SUMMARY KINERJA DPRD

    2/13

    sebuah lembaga pemerintahan daerah yang memiliki peran dan fungsi yang cukup

    dominan dalam konteks politik lokal1.

    Di lain pihak, realitas situasi politik daerah membuktikan bahwa meski DPRD

    berkedudukan strategis dalam penguatan demokratisasi daerah, tetapi otoritas ini

    sekedar dipakai sebagai ajang tawar menawar yang saling menguntungkan antara

    eksekutif dan legislatif daerah2. Kuatnya posisi tawar-menawar DPRD terhadap

    kepala daerah ini umumnya mengarah pada distorsi implementasi hak dan

    kewenangan DPRD. Ritual pembacaan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepala

    daerah, misalnya, seringkali hanya menjadi ajang untuk mempertontonkan kekuatan

    DPRD, tanpa menyisakan barang sedikit kehirauan atas substansi masalah yang

    terkandung dalam LPJ tersebut.

    Akibatnya, terjadi penurunan kualitas pelayanan publik karena kepala daerah

    maupun DPRD terlalu disibukkan oleh urusan-urusan terkait ketegangan politik di

    antara keduanya, sehingga sinergitas kerja mutualisme antara Pemerintah Daerah

    dan DPRD juga belum sepenuhnya terwujud. Keluhan masyarakat terhadap wakil-

    wakilnya di lembaga DPRD, baik menyangkut perilaku, statemen yang dilontarkan,

    sampai tuntutan berbagai fasilitas bagi anggota Dewan. Anggota DPRD masih

    banyak terjebak pada pemenuhan kebutuhan pribadi dan kelompoknya, sementara

    kepentingan masyarakat belum teraktualisasi secara optimal. Otonomi yangdiharapkan memberikan berkah bagi masyarakat ternyata baru dinikmati oleh elite

    politik lokal saja3.

    Distorsi implementatif kedudukan, fungsi dan hak serta kewajiban DPRD ini

    yang kemudian menjadi salah satu dalih bagi pemberlakuan Undang-Undang No. 32

    tahun 2004. Banyak kalangan yang menilai bahwa implementasi UU No. 32 tahun

    2004 tentang pemerintahan daerah cenderung melemahkan peran legislatif di satu

    sisi dan menguatkan peran eksekutif di sisi lain. Kekuasaan DPRD periode 1999-

    2004 yang begitu besar tidak ditemui lagi sejak akhir periode 2004. Kekuasaan lama

    1 Zaini Ahmad, Peran anggota DPRD dalam Demokratisasi Lokal, Tesis Universitas Merdeka Malang,2005; dominannya peran DPRD juga bisa ditemukan dalam paparan Aribowo, dalam Materi PelatihanOtonomi Daerah, CPPS, 2001, hal 109.2 Kacung Marijan Evaluasi dan Formulasi Penyelenggaraan Otonomi Daerah, makalah ExpertMeeting, The YHB Center, 2005.3 Nimatul Huda Otonomi Daerah: Filosofi, Sejarah Perkembangan dan Problematika, PustakaPelajar, Mei 2005

    ORANG DESA, SI ANAK TIRI PERUBAHAN 108

  • 8/7/2019 SUMMARY KINERJA DPRD

    3/13

    untuk meminta pertanggungjawaban dan memberhentikan Kepala Daerah/wakilnya;

    kekuasaan untuk memilih Kepala Daerah dan wakilnya; serta hak menyusun

    anggaran sendiri telah dicabut oleh UU No. 32 tahun 2004.

    Namun terlepas dari persoalan perundang-undangan, DPRD sesungguhnya

    bisa menjadi tumpuan masyarakat agar segenap aspirasinya dapat diakomodasikan

    secara lebih baik. Di dalam UU NO. 32 Tahun 2004 itu pula dengan tegas

    dinyatakan bahwa DPRD memiliki tugas dan wewenang, hak dan kewajiban yang

    kesemuanya berujung pada pembinaan demokrasi dalam penyelenggaraan

    pemerintahan daerah, meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah berdasarkan

    demokrasi ekonomi, serta memfasilitasi tindak lanjut penyelesaiannya. Dengan hak

    dan kewenangan yang dimilikinya, DPRD sebenarnya dapat mengontrol eksekutif

    agar terwujud good governance seperti yang diharapkan rakyat. Karena akar dari

    hak dan kewenangan anggota DPRD itu, tidak bisa tidak, adalah kedaulatan rakyat.

    PERAN LEMBAGA PERWAKILAN

    Sebagai negara yang menganut sistem Pemerintahan Demokrasi,

    kelembagaan perwakilan rakyat merupakan unsur yang paling penting di samping

    unsur-unsur lainnya seperti sistem pemilihan, persamaan hukum, kebebasan

    berserikat dan berpendapat. Setiap sistem demokrasi terkandung ide bahwa warganegara seharusnya terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan, implementasi

    sampai tahap evaluasi baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya. Para

    pakar ilmu politik yakin bahwa sistem perwakilan merupakan cara terbaik untuk

    membentuk Representative Government. Cara ini menjamin rakyat tetap ikut serta

    dalam proses politik tanpa harus terlibat sepenuhnya dalam proses itu. Duduknya

    seorang di lembaga perwakilan rakyat, baik itu karena pengangkatan maupun

    melalui pemilihan umum mengakibatkan timbulnya hubungan wakil dengan yang

    diwakilinya.

    Ada dua teori klasik tentang hakekat hubungan wakil dengan terwakili yang

    terkenal, yaitu Teori Mandat dan Teori Kebebasan. Teori mandat, wakil dilihat

    sebagai penerima mandat untuk merealisasikan kekuasaan terwakili dalam proses

    kehidupan politik. Bagi terwakili teori ini lebih menguntungkan karena wakil dapat

    ORANG DESA, SI ANAK TIRI PERUBAHAN 109

  • 8/7/2019 SUMMARY KINERJA DPRD

    4/13

    dikontrol terus menerus. Apabila terjadi perbedaan kepentingan atau pandangan

    antara wakil dengan terwakili, maka dapat menurunkan reputasi wakil. Dalam Teori

    Kebebasan, wakil dapat bertindak tanpa tergantung atau terikat secara ketat dari

    yang terwakili. Menurut teori ini si wakil adalah orang-orang terpercaya dan terpilih

    serta memiliki kesadaran hukum masyarakat yang diwakilinya, sehingga wakil dapat

    bertindak atas nama mereka yang diwakilinya atau atas nama rakyat. Berlawanan

    dengan Teori Mandat, maka teori kebebasan wakil lebih berfokus pada

    operasionalisasi tugas wakil itu sendiri. Adanya kemungkinan bahwa terwakili

    merasa tidak terwakili beberapa atau sejumlah masalah. Akan tetapi tidaklah berarti

    bahwa tidak ada hak terwakili untuk mengontrol tindakan wakilnya yang tidak

    berfungsi. Hanya saja kontrol itu tidak berlangsung secara terus menerus, dalam hal

    ini terwakili dapat menghukum wakilnya dalam Pemilu berikutnya dengan tidak

    memilihnya lagi.

    Sebagai Dewan Perwakilan Rakyat di daerah, DPRD mempunyai peranan

    besar dalam mewarnai jalannya Pemerintahan Daerah Otonom. Dengan peranan

    yang demikian itu, aspek responsivitas dalam pelaksanaan tugas-tugas legislatif

    menjadi salah satu faktot penentu terhadap makna dan kemanfaatan pemrintahan

    daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat daerah. Pemahaman

    demikian sekaligus menyajikan pandangan bahwa anggota lembaga legislatif perluterus mengembangkan dirinya, mengembangkan kualitas infrastruktur politik, pola

    hubungan dengan eksekutif daerah dalam bingkai nilai-nilai pemerintahan nasional.

    Melalui rangkaian pengembangan demikian, diharapkan peranan dan kemampuan

    anggota DPRD menjadi dinamisator pemerintahan daerah sebagaimana visi dan

    arah kebijakan daerah.

    Berdasarkan Undang-undang 32 tahun 2004, sebagai pengganti Undang-

    undang 22 Tahun 1999, tentang pemerintahan daerah telah dijabarkan bahwa

    DPRD merupakan salah satu unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

    Berdasarkan Pasal 41 Undang-Undang 32 tahun 2004, DPRD memiliki fungsi

    legislasi, anggaran dan pengawasan. Tugas dan wewenang DPRD juga telah diatur

    dalam Pasal 42 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, sebagai berikut:

    ORANG DESA, SI ANAK TIRI PERUBAHAN 110

  • 8/7/2019 SUMMARY KINERJA DPRD

    5/13

    1. Membentuk Peraturan Daerah yang dibahas dengan Kepala Daerah

    untuk mendapatkan persetujuan bersama.

    2. Membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD

    bersama dengan Kepala Daerah.

    3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan

    peraturan perundang-undangan lainnya, Peraturan Kepala Daerah,

    Kebijakan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan Program

    Pembangunan daerah dan kerjasama internasional daerah.

    4. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah dan

    wakil Kepala daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri

    bagi DPRD Propinsi dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui

    Gubernur bagi DPRD Kabupaten.

    MENGUKUR KINERJA DPRD LAMONGAN

    Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lamongan

    hasil Pemilu Legislatif 2004 telah menjalankan tugas dan wewenangnya selama

    hampir dua tahun masa jabatan. Selama itu, 45 anggota DPRD Lamongan ini

    menjalankan aktifitasnya di bawah payung UU No. 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah. Maka kajian ini memusatkan pada telaah atas kinerja DPRDLamongan yang akan bersumber dari pendapat masyarakat ( public opinion)

    Lamongan. Tentunya rumusan dasar permasalahan, yakni bagaimana pendapat

    masyarakat Lamongan terhadap kinerja anggota DPRD Lamongan periode 2004-

    2009 terkait tugas dan wewenang DPRD.

    Arthur Komhauser dalam Sumarno (1990) menyatakan bahwa pendapat

    masyarakat dapat didefinisikan sebagai pendapat-pendapat atau perasaan-

    perasaan yang timbul atau terjadi pada kelompok tertentu pada waktu tertentu

    berkenaan dengan hal-hal yang menyangkut kelompok tersebut. Di dalam penelitian

    ini pendapat masyarakat kemudian diartikan sebagai pendapat atau perasaan

    masyarakat Lamongan dalam menanggapi keberadaan kinerja anggota DPRD

    Lamongan dalam kurun waktu tahun 2004 sampai 2006.

    ORANG DESA, SI ANAK TIRI PERUBAHAN 111

  • 8/7/2019 SUMMARY KINERJA DPRD

    6/13

    Pelaksanaan penelitian ini terutama diharapkan mampu menjadi salah satu

    referensi berbagai pihak di dalam upaya mewujudkan good governance melalui

    peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan lokal. Secara lebih spesifik,

    manfaat penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi anggota DPRD

    Lamongan 2004-2009 di dalam upaya meningkatkan pencapaian keberhasilan tugas

    dan wewenangnya. Karena secara tidak langsung penelitian ini juga menjadi sarana

    evaluasi kinerja anggota DPRD Lamongan 2004-2009.

    Pengertian kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

    oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

    jawab yang diberikan kepadanya (Siagian, 1995). Oleh karena itu, maksud dari kata

    kinerja Anggota DPRD Lamongan 2004-2009 dalam penelitian ini adalah hasil kerja

    anggota DPRD Lamongan 2004-2009 sesuai tugas dan wewenangnya

    sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 pasal 40.

    Untuk mengkaji kinerja DPRD Lamongan, maka jenis penelitian yang

    digunakan adalah deskriptif dengan jenis metode survei. Menurut Nazir (1988)

    dalam Nugroho (2003), yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah metode

    yang digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set

    kondisi, suatu sistem pemikiran dan atau suatu kelas peristiwa. Tujuan penelitian

    deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis, faktual dan akuratmengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

    Salah satu jenis metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    metode survei. Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk

    memperoleh fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan

    secara faktual, baik tentang institusi sosial maupun ekonomi dari suatu kelompok

    atau suatu daerah. Metode survei dapat memecahkan masalah serta mendapatkan

    pembenaran terhadap keadaan dan praktek yang sedang berlangsung.

    Karena sedemikian luasnya Kabupaten Lamongan, maka pelaksanaan

    penelitian ini membatasi diri pada samplingwarga desa di 20 Desa yang tersebar di

    16 Kecamatan. Metode penentuan sampling sumber data penelitian dilakukan

    secara purposive dimana terkait erat dengan pelaksanaan program pendampingan

    oleh LSM PRAKARSA pada Forum Warga di 20 desa sampling. Dalam penelitian ini

    ORANG DESA, SI ANAK TIRI PERUBAHAN 112

  • 8/7/2019 SUMMARY KINERJA DPRD

    7/13

    karena data yang dikumpulkan jumlahnya banyak dan mudah diklasifikasikan dalam

    kategori-kategori atau diubah dalam bentuk angka-angka, maka yang cocok

    digunakan adalah analisis kuantitatif. Namun untuk memperkaya data dan lebih

    memahami fenomena yang diteliti, analisis kuantitatif juga bisa menambahkan

    informasi yang bersifat kualitatif pada data kuantitatif (Singarimbun, 1995).

    Instrumen pengukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

    serangkaian pertanyaan dalam kerangka ukuran gabungan yang dipandang lebih

    dapat mengukur variabel penelitian. Rangkaian pertanyaan ini diharapkan bisa

    memunculkan indeks variabel penelitian dengan melengkapi daftar pertanyaan

    dalam kuisioner dengan skor. Untuk mendapatkan skor setiap pertanyaan kuisioner,

    penelitian ini menggunakan Skala Perbedaan Semantik. Setelah responden

    mengisi semua pertanyaan kuisioner, data yang ada kemudian ditabulasi dan

    diidentifikasi untuk masing-masing sub variabel. Jawaban responden ini mempunyai

    gradasi/kategori dari sangat tinggi dengan notasi/skor 5, tinggi dengan notasi/skor 4,

    sedang dengan notasi/skor 3, rendah dengan notasi/skor 2, sampai sangat rendah

    dengan notasi/skor 1.

    ORANG DESA, SI ANAK TIRI PERUBAHAN 113

  • 8/7/2019 SUMMARY KINERJA DPRD

    8/13

    DATA SEBARAN RESPONDEN

    NO DESA KECAMATANJUMLAH

    REPONDEN

    1 Bangle Sukorame 152 Mragel Sukorame 23

    3 Tambakrigadung Tikung 10

    4 Purwokerto Ngimbang 19

    5 Moropelang Babat 10

    6 Sumurgenuk Babat 10

    7 Daliwangun Sugio 12

    8 Demangan Lamongan 11

    9 Ngayung Maduran 11

    10 Bambang Turi 10

    11 Mluwur Glagah 10

    12 Jatirenggo Glagah 713 Gempol Tukmloko Sarirejo 21

    14 Drajad Paciran 10

    15 Kaliwates Kembangbahu 20

    16 Sukobendu (1&2) Mantup 18

    17 Manyar Sekaran 11

    18 Kandangan Kedungpring 10

    19 Dinoyo Deket 25

    19 Desa 16 Kecamatan 263 orang

    ORANG DESA, SI ANAK TIRI PERUBAHAN 114

  • 8/7/2019 SUMMARY KINERJA DPRD

    9/13

    WILAYAH SEBAR RESPONDEN

    ORANG DESA, SI ANAK TIRI PERUBAHAN 115

    K. T u n g g a l K . S u w u k

    K. M al a ng

    K . G e s ing

    K. J e r o

    K . A s e m c ino

    K. B l a w i

    W . G O N D A N G

    W . P R I J E T A N

    W . B O W O

    W . C A L I N G

    W . S E N T I R

    W . T A K E R A N

    K a l i L a m o n g

    S u n g a iB e n g a w a n S o l o

    W . T U K M L O K O

  • 8/7/2019 SUMMARY KINERJA DPRD

    10/13

    TEMUAN LAPANGAN

    REKAPITULASI PERHITUNGAN KINERJA DPRD LAMONGAN

    TABULASI JAWABAN RESPONDEN

    DESARESPONDEN

    NOMOR PERTANYAANTOTA

    L SKOR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    MLUWUR2.90

    2.60

    2.90

    3.00

    2.70

    4.00

    3.40

    3.00

    2.30

    3.20 30.0 3.00

    DALIWANGUN2.67

    2.25

    1.92

    2.58

    3.33

    3.83

    3.33

    2.42

    2.25

    3.58 28.2 2.82

    SUKOBENDU-12.25

    2.75

    3.38

    2.38

    2.63

    2.63

    2.50

    2.63

    2.25

    3.50 26.9 2.69

    KALIWATES2.45

    2.10

    2.90

    2.75

    3.00

    2.80

    2.65

    2.45

    1.55

    3.55 26.2 2.62

    DRAJAD

    2.5

    0

    2.4

    0

    2.8

    0

    2.9

    0

    3.0

    0

    3.4

    0

    2.7

    0

    2.7

    0

    2.4

    0

    2.9

    0 27.7 2.77

    GEMPOLTMLOKO2.95

    2.81

    2.38

    2.57

    3.05

    2.76

    2.62

    2.95

    2.81

    3.00 27.9 2.79

    JATIRENGGO1.30

    1.90

    1.70

    1.90

    1.70

    2.00

    1.90

    1.50

    1.40

    2.40 17.7 1.77

    BAMBANG1.70

    2.50

    1.50

    3.20

    3.10

    4.00

    2.80

    2.60

    2.20

    4.30 27.9 2.79

    NGAYUNG2.55

    3.18

    2.36

    2.73

    3.00

    2.91

    2.45

    2.55

    2.36

    3.82 27.9 2.79

    DEMANGAN2.82

    2.91

    2.55

    2.82

    2.82

    2.82

    2.73

    3.18

    2.73

    2.73 28.1 2.81

    SUMURGENUK2.10

    2.00

    2.80

    2.20

    2.50

    2.40

    2.40

    2.40

    2.40

    3.70 24.9 2.49

    MOROPELANG3.00

    3.60

    2.90

    2.90

    3.30

    3.30

    2.60

    2.80

    2.80

    3.30 30.5 3.05

    PURWOKERTO1.42

    1.53

    1.26

    2.74

    2.32

    2.16

    1.89

    1.79

    2.05

    3.47 20.6 2.06

    PILANGGADUNG2.60

    2.50

    1.80

    1.50

    2.50

    1.40

    1.30

    1.50

    1.30

    1.80 18.2 1.82

    MRAGEL2.83

    3.22

    3.43

    2.87

    2.96

    3.57

    2.43

    2.52

    2.91

    3.26 30.0 3.00

    BANGGLE3.00

    3.20

    3.53

    2.93

    2.67

    3.13

    3.07

    2.80

    3.00

    3.60 30.9 3.09

    MANYAR1.55

    2.64

    2.27

    2.45

    2.00

    2.82

    2.36

    2.45

    2.45

    3.09 24.1 2.41

    KANDANGAN2.60

    2.30

    2.60

    2.90

    3.00

    3.30

    3.00

    3.10

    2.60

    3.80 29.2 2.92

    SUKOBENDU-22.50

    2.60

    2.70

    2.70

    2.80

    2.80

    2.90

    2.90

    2.80

    4.30 29.0 2.90

    DINOYO2.32

    2.44

    2.44

    2.64

    2.76

    2.92

    2.32

    2.36

    2.32

    3.28 25.8 2.58

    48.0

    51.4

    50.1

    52.7

    55.1

    58.9

    51.4

    50.6

    46.9

    66.6 531.7 53.2

    2.40

    2.57

    2.51

    2.63

    2.76

    2.95

    2.57

    2.53

    2.34

    3.33 26.6 2.66

    ORANG DESA, SI ANAK TIRI PERUBAHAN 116

  • 8/7/2019 SUMMARY KINERJA DPRD

    11/13

    ORANG DESA, SI ANAK TIRI PERUBAHAN 117

  • 8/7/2019 SUMMARY KINERJA DPRD

    12/13

    PANDANGAN WARGA ATAS KEPEDULIAN DPRD

    PADA MASALAH RAKYAT

    12%

    44%

    12%

    32%

    SANGAT TIDAK PEDULI

    TIDAK PEDULI

    PEDULI

    SEDANG SAJA

    EKUIVALEN PENILAIAN KINERJA DPRD

    SKORING ANGKA SKORING INDEKS HURUF PREDIKAT

    81 - 100 4,00 - 5,00 A SANGAT BAIK

    66 - 80 3,00 - 3,99 B BAIK

    56 - 65 2,00 - 2,99 C CUKUP40 - 55 1,00 - 1,99 D KURANG

    0 - 39 0,00 - 0,99 E GAGAL

    ORANG DESA, SI ANAK TIRI PERUBAHAN 118

  • 8/7/2019 SUMMARY KINERJA DPRD

    13/13

    ORANG DESA, SI ANAK TIRI PERUBAHAN 119