sumber: yusuf wibisono, 2020 - ibec feb ui · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus...

37

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial
Page 2: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 – PEBS FE UI

Kuliah 8 – Sistem Perbankan Berbasis Bunga

Intermediasi dan Sistem Keuangan

• Peran utama sistem keuangan adalah menciptakan insentif untuk alokasi sumber daya

keuangan dan riil yang efisien ke seluruh sektor perekonomian lintas waktu dan lokasi.

• Sistem finansial yang berfungsi baik akan mempromosikan investasi dengan

mengidentifikasi dan membiayai proyek dengan rates of return tertinggi, memobilisasi

tabungan, mengizinkan diversifikasi dan mitigasi resiko, dan memfasilitasi pertukaran

barang dan jasa.

• Fungsi yang dijalankan sistem finansial ini akan membawa pada alokasi sumber daya yang

efisien, akumulasi modal fisik dan kualitas manusia yang cepat, technological progress

yang lebih cepat, yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan dan pembangunan

ekonomi.

Sistem Keuangan Konvensional: Bunga

• Productivity theory : adalah adil jika pemilik uang yang memberi pinjaman barang

produktif (uang) menerima bagian dari tambahan kekayaan yang dihasilkan dari uang

pinjaman tersebut.

• Use theory : bunga adalah harga yang dikenakan atas penggunaan uang yang dipinjam.

• Abstinence theory : dengan menyediakan uang untuk dipinjamkan maka pemilik modal

tertahan untuk terlibat dalam aktivitas investasi atau konsumsi, sehingga ia berhak

mendapat bunga atas pengorbanannya tersebut.

• Agio theory : kita menghargai barang hari ini lebih tinggi dari barang di masa depan,

sehingga uang yang dipinjam dan dikembalikan di masa depan harus ditambah dengan

bunga.

• Return for risk theory : bunga adalah pungutan yang dibenarkan atas peminjam karena

resiko yang ditanggung pemilik uang dengan memberi pinjaman.

Sistem Perbankan Konvensional: Fractional Reserve Banking

• Ketika bank menahan semua deposito sebagai cadangan (reserve), dan tidak melakukan

aktivitas kredit, maka bank tidak memberi pengaruh pada jumlah uang beredar (100-

percent-reserve banking).

• Namun jika bank menahan hanya sebagian dari deposito dalam cadangan, tidak sejumlah

100%, maka bank menciptakan uang beredar melalui kredit yang diciptakannya

(fractional-reserve banking).

• Sisi kewajiban neraca bank hanya dapat berkembang jika sisi aset juga berkembang. Bank

meningkatkan aset mereka dengan membuat kredit. Ekspansi kredit adalah masif karena

hanya sekedar membutuhkan pencatatan simultan di sisi kewajiban (utang deposit) dan

aset (kredit bank). Uang tercipta sebagai hasil dari perluasan kredit ini.

Bunga dan Industri Perbankan

Page 3: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

• Sistem fractional-reserve banking sangat menguntungkan bank. Dalam sistem ini, bank

dapat menciptakan uang (kredit) nyaris tanpa biaya apapun: hanya dengan memindah-

bukukan dana simpanan milik nasabah penabung yang dititipkan ke mereka ke nasabah

penerima kredit, dengan nasabah penabung tetap merasa uang mereka aman di bank, dan

bank mendapat keuntungan dengan mengenakan bunga atas setiap kredit yang mereka

ciptakan.

• Bank muncul sebagai industri dimana produk-nya adalah uang (tabungan dan kredit)

dengan harganya adalah tingkat suku bunga. Keuntungan bank adalah selisih antara harga

pembelian uang (tingkat suku bunga simpanan) dan harga penjualan uang (tingkat suku

bunga kredit).

Model Bisnis Perbankan Berbasis Bunga

Perbankan Berbasis Bunga

• Dengan instrumen bunga, perbankan dengan fractional

• reserve melakukan beberapa fungsi keuangan, yaitu:

– (i) size transformation: transformasi besaran kapasitas pemilik modal, yang umumnya

kecil, dengan kebutuhan peminjam, yang umumnya besar;

– (ii) maturity transformation: transformasi preferensi jatuh tempo pemilik modal, yang

umumnya jangka pendek, dengan preferensi jatuh tempo peminjam, yang umumnya

jangka panjang; dan

– (iii) risk transformation: transformasi dana pihak ketiga yang bebas resiko menjadi

pinjaman ke kreditor yang memiliki resiko.

• Dalam pembiayaan berbasis utang, tingkat yang dikenakan adalah independen terhadap

kinerja riil si peminjam.

– Dalam sistem ini, bunga dipandang sebagai instrument risksharing yang efisien dalam

menghadapi informasi yang asimetris dan ketika biaya verifikasi rate of return

dariproyek riil adalah besar dibandingkan hasil potensial proyek.

– Dengan pengenaan bunga terhadap utang, biaya pengawasan (monitoring cost) juga

menjadi minimal karena bank tidak memiliki kepentingan terhadap tingkat

keberhasilan proyek si peminjam sepanjang ia tidak memiliki potensi default.

• Secara keseluruhan, dengan kontrak utang berbasis bunga, biaya transaksi (transaction

cost) menjadi lebih murah.

Dampak Bunga

• Penerimaan bunga secara luas, telah memberi legitimasi bagi pemilik modal finansial,

untuk menarik surplus ekonomi yang dihasilkan oleh penerima pinjaman, tanpa ikut

menanggung resiko sama sekali.

Page 4: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

• Dengan produksi barang dan jasa di sektor riil yang dihadapkan pada berbagai resiko serta

keterbatasan teknologi, fisik lingkungan dan kapasitas sumber daya manusia, tekanan

utang telah mendorong penerapan pajak tinggi serta eksploitasi sumber daya alam dan

buruh untuk membayar cicilan pokok dan bunga utang.

Bunga dan Uang Fiat

• Ketiadaan disiplin yang inheren dalam pembiayaan berbasis bunga, membuat birokrasi

pemerintah yang inefisien dan korup mampu terus menjalankan defisit anggaran dengan

mengandalkan utang.

• Dan ketika beban utang tak lagi tertanggungkan dan kreditor tidak lagi bersedia memberi

pinjaman, pemerintah yang terdesak akan menggunakan pilihan terakhir yang dimilikinya:

mencetak uang kertas.

Perbankan Berbasis Bunga

• Kebijakan moneter berbasis bunga tidak efektif mengendalikan jumlah uang beredar dan

inflasi, dan justru berimplikasi ekspansi jumlah uang beredar.

• Tingkat suku bunga tidak mempengaruhi kemampuan sistem perbankan untuk

menciptakan uang.

• Perbankan konvensional hidup dari interest spread, mendapatkan pendapatan bunga yang

lebih tinggi dari kewajiban bunga dana pihak ketiga yang mereka himpun.

• Maka, di tingkat suku bunga berapapun, perbankan akan berusaha meningkatkan laba

dengan cara meminjamkan uang lebih banyak baik ke sektor riil maupun sektor finansial,

atau meningkatkan size of the spread.

• Maka, ekspansi uang beredar dari sektor perbankan bisa terus berlanjut meskipun ketika

suku bunga tinggi.

• Mengendalikan inflasi dengan suku bunga tinggi tidak menyelesaikan akar masalah.

– Ketika bank sentral melakukan operasi pasar terbuka untuk menurunkan uang beredar,

bank sentral menjual surat berharga ke publik tanpa membelanjakan kembali dana

yang ditarik tersebut.

– Hal ini membuat uang beredar mengalami kontraksi. Namun hal ini hanya terjadi

dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya

ditambah bunga saat jatuh tempo.

– Kebijakan suku bunga tinggi by default akan selalu berakhir dengan jumlah uang

beredar yang lebih banyak. Jika pada saat yang sama tidak ada penambahan dalam

kapasitas produksi perekonomian, dipastikan masalah inflasi akan berulang dalam

derajat yang semakin parah.

Pencapaian Tujuan Normatif Perekonomian

• Sistem perbankan berbasis bunga membawa dampak buruk pada pencapaian tujuan

normatif perekonomian.

– Kriteria utama penyaluran kredit perbankan bunga adalah kemampuan peminjam

untuk menjamin pengembalian pokok dan bunga pinjaman. Penggunaan akhir dari

kredit tidak terlalu mendapat perhatian.

Page 5: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

– Dalam sistem seperti ini, kredit akan mengalir ke orang kaya dan sektor pemerintah,

dua kelompok yang dipastikan mampu menjamin pinjaman.

– Pengeluaran kelompok ini tidak selalu efisien dan produktif, dan seringkali sesuai

dengan kepentingan masyarakat dan peradaban.

– Hal ini mendorong inefisiensi modal finansial dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar

sebagian besar masyarakat terlepas dari berlimpahnya sumber daya finansial dalam

perekonomian.

Kesenjangan Pendapatan

• Sistem bunga juga membuat kesenjangan pendapatan semakin memburuk akibat distribusi

modal finansial yang sangat tidak merata.

– Perbankan konvensional sangat bergantung pada jaminan aset dalam penyaluran

kredit.

– Sehingga, meskipun dana yang dihimpun perbankan berasal dari seluruh kelompok

masyarakat, namun manfaat dana hanya mengalir ke kelompok kaya yang mampu

menjamin kredit.

Kredit dan Konsumerisme

• Sistem keuangan berbasis bunga secara agresif juga mendorong masyarakat dan bahkan

pemerintah untuk menjadi konsumtif.

– Dengan ketiadaan sistem nilai yang tersosialisasi secara baik, keberadaan kredit secara

mudah oleh perbankan telah mendorong kenaikan konsumsi secara berlebihan, dan

mendorong turunnya tingkat tabungan.

Kuliah 9 – Sistem Perbankan Islam

Sistem Keuangan Islam

• Karakter utama sistem keuangan Islam adalah pelarangan riba, yang secara esensial

bermakna pelarangan “trading in credit”.

• Trading in credit bermakna pemutusan waktu dari transaksi riil.

– Ketika waktu dipisahkan dari transaksi riil melalui pinjaman berbasis bunga, hal ini

membuat tingkat utang meningkat sehingga cost of financing lebih besar melalui cost

of debt services yang lebih tinggi.

– Bunga yang terakumulasi membuat utang terus tumbuh dan menjauhkan sektor

keuangan dari sektor riil. Biaya bunga yang berlipat ganda telah membebani

perekonomian jauh lebih besar dari biaya pembiayaan riil sebenarnya.

Pelarangan Ribâ al-Nasî’ah

• Ribâ al-nasî’ah terjadi ketika pemberi pinjaman mempersyaratkan pengembalian pinjaman

disertai tambahan hanya karena berjalannya waktu, tanpa ada imbalan yang setara (’iwad).

• Dalam Islam, keuntungan (profit) hanya dapat dibenarkan ketika faktor produksi bersedia

menanggung resiko kerugian (alghunm bi al-ghurm) dan hasil usaha (return) dibenarkan

ketika faktor produksi menanggung beban atau biaya (al-kharâj bi aldhamân).

Page 6: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

• Dengan demikian, tidak ada bagi hasil (profit-sharing) tanpa pembagian resiko (risk-

sharing). Keuntungan dilegitimasi dengan keterlibatan dalam aktivitas ekonomi riil.

Return atas suatu aset hanya untuk pihak yang mengelola dan bertanggung jawab atas aset

tersebut, dan pihak lain yang tidak menanggung kewajiban tersebut tidak berhak atas

return tersebut.

• Uang sebagai modal finansial karenanya tidak dibenarkan mengklaim fixed pre-

determined return. Untuk mendapatkan profit atau return, seseorang dapat

menginvestasikan uang-nya pada perusahaan pribadi, mendirikan kemitraan (al-syirkah)

bersama mitra usaha, atau menyerahkan pengelolaan uang sepenuhnya pada mitra

pengusaha dalam al-mudhârabah.

Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil

• Islam menawarkan sistem pembiayaan berbasis bagi hasil sebagai bentuk risk-sharing

yang berkeadilan sekaligus memberikan stabilitas bagi perekonomian.

• Dalam Islam, modal finansial dilarang menerima fixed pre- determined return. Karena itu

skema pembiayaan berbasis bagi hasil (profit and loss sharing) dimana modal finansial

terlibat langsung dalam usaha produktif di sektor riil, dan karenanya menghadapi resiko

kegagalan usaha, dipandang sebagai bentuk pembiayaan yang paling sesuai dengan

semangat syarî’ah Islam.

Pembiayaan Bagi Hasil Klasik

• Di masa sebelum dan awal Islam, mudhârabah adalah kontrak finansial antara dua pihak

secara langsung (peer to peer financing), yaitu pengusaha (mudhârib) dan pemilik modal

(rabb al-mâl).

• Mudhârabah telah dipraktekkan di sepanjang masa dan terbukti mampu menggerakkan

bisnis secara mengesankan.

• Kemitraan bisnis yang mirip telah ada jauh sebelum Islam, ‘isqa dalam tradisi Yahudi dan

chreokoinonia dalam hukum Romawi.

• Kemitraan yang sangat mirip adalah commenda di Eropa, muncul pertama kali pada abad

ke-10 atau ke-11 di Italia. Unilateral commenda, yaitu investor mempercayakan modal-

nya ke pengusaha, yang kemudian mengembalikan pokok modal ke investor ditambah bagi

hasil keuntungan yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian dari bisnis akan ditanggung

sepenuhnya oleh investor, sedangkan pengusaha menanggung kerugian dari usaha dan

waktunya yang hilang tanpa mendapat imbalan.

Model Perbankan Islam Kontemporer

• Sejak pertengahan 1950-an, mudhârabah dibangun menjadi teknik pembiayaan baru,

sebagai alternatif terhadap ribâ, dalam perbankan modern.

• Model dasar perbankan Islam kontemporer adalah twotier mudhârabah model.

• Dalam model ini, hubungan antara rabb al-mâl dan mudhârib tercipta melalui kontrak

tripartit dimana nasabah penyimpan dana memberikan otoritas kepada bank untuk

menggunakan dana-nya dengan basis bagi hasil (first-tier mudhârabah) dan bank

kemudian bertindak sebagai agen nasabah penyimpan dana untuk masuk ke

Page 7: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

• kontrak dengan pihak lain untuk menjalankan mudhârabah aktual dimana bank bertindak

sebagai investor dan pihak lain sebagai pengusaha (second-tier mudhârabah).

Two-Tier Mudharabah Model

• Dengan mudhârabah dua tingkat, bank menjalankan fungsi intermediasi keuangan tanpa

instrument bunga sama sekali.

• Pendapatan kotor berasal dari bagian bank dalam keuntungan pengusaha berdasarkan rasio

bagi hasil yang disepakati diawal.

• Setelah dikurangi biaya operasional bank, pendapatan ini dibagi antara bank dan penabung

berdasarkan rasio bagi hasil yang disepakati diawal.

• Dalam model ini, deposito penabung bukanlah kewajiban bank, yaitu dana pihak ketiga

tidak dijamin dan dapat hilang jika kredit bank mengalami kegagalan, melainkan bentuk

penyertaan modal secara terbatas di bank, tanpa hak suara.

• Dalam model ini, bank Islam tetap menerima giro dan tabungan yang setiap saat dapat

diambil, tidak memberikan return, dikenakan biaya dan diperlakukan sebagai kewajiban.

• Keunggulan utama model ini adalah bunga sepenuhnya digantikan oleh bagi hasil baik di

sisi kewajiban maupun di sisi aset, sehingga meminimalkan kebutuhan untuk manajemen

aset-kewajiban secara aktif, dan karenanya memberikan stabilitas terhadap guncangan

ekonomi, serta tidak membutuhkan reserve requirement.

• Secara makro, model ini menghasilkan berbagai dampak positif terhadap efisiensi,

pemerataan dan stabilitas sistem perbankan.

Model “Two Windows”

• Dalam model two-tier mudharabah ini maka neraca bank akan terbagi ke dalam “two

windows”, yaitu:

– [i] neraca giro dan tabungan (demand deposit) yang diperlakukan sebagai titipan dan

didukung cadangan 100%; dan,

– [ii] neraca investasi (investment account) dimana pokok dana tidak dijamin dan

karenanya tidak membutuhkan cadangan.

Implikasi Perbankan Islam

• Sistem Perbankan Islam mendorong intermediasi keuangan bebas bunga yang secara

langsung menghubungkan return sumber daya finansial dengan hasil dari proyek di sektor

riil.

Page 8: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

– Selain meminimalkan potensi decoupling, mengkaitkan sektor moneter dan sektor riil

secara langsung juga akan meminimalkan potensi permintaan uang untuk kegiatan

yang mubazir, tidak produktif dan sia-sia, baik di sektor publik maupun sektor privat.

– Dalam jangka panjang, hal ini secara substansial akan meningkatkan tingkat tabungan

dan investasi, menurunkan defisit anggaran dan ketidakseimbangan makroekonomi

serta mendorong pemerataan pendapatan.

• Alokasi kredit dalam Islam harus berorientasi pada pencapaian maqashid. Alokasi kredit

yang tidak sejalan dengan maqashid harus dipandang sebagai inefisiensi dan kesia-siaan.

• Penggunaan akhir dari kredit adalah penting. Kredit harus mengalir ke pihak yang paling

produktif dan sekaligus sesuai dengan kepentingan masyarakat dan peradaban.

• Hal ini mendorong efisiensi modal finansial dan terpenuhinya tujuan normatif

perekonomian.

Produksi: what, how and for whom?

Struktur Perekonomian Islam

• Pada saat yang sama, pengenaan zakat terhadap sumber daya finansial yang menganggur,

secara efektif akan memaksa pemilik sumber daya finansial untuk mencari peluang-

peluang investasi yang prospektif di sektor riil agar terhindar dari penurunan tingkat

kesejahteraan.

• Dalam sistem dimana bunga dilarang dan zakat diterapkan, ide-ide bisnis segar akan

berkembang dan menjadi gelombang inovasi (creative destruction) yang mendorong

Page 9: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

dinamika perekonomian riil. Hal yang mirip dengan apa yang kini dilakukan oleh venture

capital.

• Lebih jauh lagi, equity-based financial intermediation juga lebih stabil karena permintaan

uang untuk kegiatan produktif dan tingkat return sektor riil adalah relatif stabil.

One-Tier Mudhârabah Model

• Dalam model ini kontrak mudhârabah diterapkan antara nasabah penabung dan bank

namun penyaluran dana oleh bank ke nasabah peminjam dilakukan melalui berbagai

kontrak investasi, yaitu tidak terbatas pada kontrak mudhârabah saja namun juga

menggunakan kontrak musyârakah, diminishing musyârakah, murâbahah, istishnâ, salam

dan ijârah.

• Model ini muncul sebagai akibat kesulitan yang dihadapi perbankan syariah dalam

menyalurkan dana melalui kontrak mudhârabah saja.

Jual Beli Tidak Sama Dengan Ribâ

• Al-Qur’ân 2: 275 menegaskan bahwa jual beli adalah halâl sedangkan ribâ adalah harâm.

• Ketika al-Qur’ân melarang ribâ, para pelaku ribâ awalnya menolak ketentuan ini.

• Mereka menganggap bahwa jual beli dan ribâ adalah sama, dengan alasan bahwa tambahan

dari harga tunai dalam jual beli secara tangguh adalah serupa dengan tambahan dari pokok

pinjaman, yaitu adanya tambahan keuntungan dari harga awal karena adanya penangguhan

waktu.

Perbedaan Jual Beli dan Ribâ

• Transaksi jual-beli tidak mengandung pembiayaan langsung dan pinjaman, yaitu transaksi

pembelian, penjualan atau sewa yang mengandung barang dan jasa riil. Syarî’ah

menerapkan sejumlah kondisi untuk validitas transaksi-transaksi ini untuk menjamin

bahwa penjual (financier) juga berbagi resiko dan untuk menjamin bahwa transaksi ini

tidak berubah menjadi transaksi pembiayaan dan pinjaman berbasis bunga, seperti adanya

ketentuan bahwa penjual harus memiliki dan menguasai barang yang dijual. Dengan

demikian pembiayaan melalui akad jual beli hanya bisa mengalami ekspansi seiring

dengan kenaikan kapasitas perekonomian riil.

• Yang ditetapkan diawal adalah harga dari barang dan jasa yang dijual, bukan tingkat

bunga. Sekali harga telah ditetapkan, maka hal tersebut tidak bisa dirubah meskipun

terdapat keterlambatan pembayaran terkait hal-hal yang tidak diperkirakan.

Model Wakâlah

• Dalam kontrak wakâlah (perwakilan), principal menyewa seseorang untuk bertindak atas

nama dirinya (sebagai wakîl) untuk melakukan tugas tertentu.

• Wakîl berhak menerima fixedpredetermined fee terlepas dari keberhasilan tugas dan

kepuasan principal sepanjang wakîl telah bertindak secara jujur.

• Wakîl dapat dikenakan penalti hanya jika ia terbukti melanggar ketentuan kontrak atau

bertindak tidak jujur.

• Berdasarkan prinsip wakâlah ini, bank Islam bertindak sebagai manajer investasi dari

pemilik dana.

Page 10: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

• Bank kemudian menetapkan fixed-predetermined fee atas jasa manajerial-nya tersebut.

• Keseluruhan keuntungan atau kerugian sepenuhnya menjadi hak pemilik dana.

• Kontrak ini digunakan sebagian bank Islam untuk mengelola dana off-balance sheet.

Kuliah 10 – Stabilitas Sistem Perbankan Islam

Sistem Perbankan Konvensional: Fractional Reserve Banking

• Sisi kewajiban neraca bank hanya dapat berkembang jika sisi aset juga berkembang. Bank

meningkatkan aset mereka dengan membuat kredit.

• Ekspansi kredit adalah masif karena hanya sekedar membutuhkan pencatatan simultan di

sisi kewajiban (utang deposit) dan aset (kredit bank). Uang tercipta sebagai hasil dari

perluasan kredit ini.

Fractional Reserve Banking

Kredit dalam Fractional- Reserve Banking

• Dalam sistem fractional-reserve banking, bank memiliki kemampuan menciptakan uang

melalui aktivitas kredit. Dalam dunia modern, hampir seluruh uang beredar mengambil

bentuk uang bank yang diciptakan oleh aktivitas penciptaan kredit ini, bukan oleh

pemerintah.

• Namun kemampuan bank menciptakan uang beredar ini hampir seluruhnya didapat dari

pinjaman nasabah penabung. Semakin besar kredit yang diciptakan dari sejumlah

tabungan tertentu, semakin besar keuntungan, namun semakin besar pula ”leverage” dan

resiko yang dihadapi bank.

Leverage dan Resiko Perbankan

Page 11: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

• Leverage mencerminkan upaya melipatgandakan keuntungan, dan sekaligus resiko,

dengan menggunakan sumber daya milik pihak lain, yaitu melalui cara berhutang atau

menggunakan derivatif.

• Fractional-reserve banking mengizinkan leverage, semakin besar (kecil) reserve

requirement semakin kecil (besar) leverage. Semakin besar leverage, semakin besar return

on equity, sekaligus semakin besar derajat resiko.

Leverage dan Resiko Perbankan

• Ketentuan capital adequacy ratio (CAR) mencerminkan upaya membatasi leverage bank.

– CAR 8%, yang ditetapkan Basel I pada 1988, bermakna bahwa leverage bank dibatasi

pada tingkat 1: 0,08 atau 12,5: 1. Pada tingkat leverage ini, setiap 1% return on asset

merupakan 12,5% return on equity, sekaligus pada saat yang sama bermakna bahwa

modal bank akanhabis tergerus ketika nilai aset menurun hingga 8%. Tingkat ini

dianggap tingkat leverage maksimum yang aman bagi bank.

Kerawanan Perbankan Berbasis Bunga

• Fractional-reserve banking mengizinkan bank meminjam dana penabung untuk meraih

keuntungan dengan cara menciptakan kredit. Perusahaan atau individu yang mendapat

kredit dari bank seringkali juga melakukan leverage. Kegagalan nasabah peminjam (kredit

macet) yang signifikan akan memicu bank mengalami gagal bayar ke penabung.

• Dengan transaksi keuangan yang saling terkoneksi, kegagalan satu bank akan membawa

dampak ikutan ke bank lain. Dalam situasi krisis, hal ini akan memicu penarikan dana

besar-besaran oleh penabung (bank run), sehingga sektor perbankan akan runtuh dalam

sekejap, sekaligus menghancurkan kredit yang mereka ciptakan.

Kredit, Uang dan Perekonomian

• Karena kredit merupakan bagian dari uang beredar, maka kredit macet yang diikuti

kebangkrutan bank akan menimbulkan kontraksi moneter. Jumlah uang beredar akan

terkontraksi secara signifikan, dan segera menurunkan ekspektasi dan aktivitas ekonomi

dengan segala dampak ikutannya di sektor riil.

• Instabilitas sektor perbankan, dari aktivitas menciptakan kredit yang terlalu banyak dan

kemudian hancur secara cepat karena kredit macet, karenanya berpengaruh besar pada

jumlah uang beredar dan stabilitas moneter.

Bank, Bank Run dan Bailout

• Untuk mencegah bank run, pemerintah umumnya memberi jaminan kepada publik atas

dana yang disimpan di bank. Keberadaan lembaga penjamin simpanan kini telah menjadi

bagian tidak terpisahkan dari sistem fractional-reserve banking.

• Sedangkan untuk mencegah kehancuran sistem perbankan akibat kegagalan sebuah bank,

pemerintah umumnya melakukan bailout dengan mengambilalih bank gagal.

Bank, Boom and Bust

Page 12: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

• Kemampuan perbankan untuk melipatgandakan uang beredar melalui penciptaan kredit

dan mengkontraksi uang beredar melalui kredit macet dan bank run, merupakan sumber

dari siklus bisnis yang tajam.

– Penciptaan kredit yang masif, karena bank adalah pelaku ekonomi yang mengejar

keuntungan, menciptakan leverage dan booms, dan kehancuran kredit menciptakan

deleverage dan depressions.

– Fluktuasi pada produksi, perdagangan, investasi dan kesempatan kerja, menjadi

fenomena yang lazim ditemui dalam sistem fractional-reserve banking.

Bunga dan Bubbles

• Bunga, leverage dan spekulasi bertanggungjawab atas gelembung perekonomian.

– Pinjaman yang didapat berdasarkan agunan seringkali digunakan untuk membeli aset,

yang kemudian, aset tersebut dapat digunakan lagi untuk proses peminjaman

berikutnya.

– Ketika suatu jenis aset menjadi fokus dari piramida proses penjaminan dan

peminjaman dana, harga aset tersebut cenderung meningkat sehingga membuat nilai

jaminan meningkat dan karenanya menimbulkan kepercayaan peminjam untuk

meminjamkan dana lebih besar lagi.

– Dalam skala yang luas, praktek ini dengan sangat cepat akan berkembang menjadi

sebuah “gelembung ekonomi spekulatif”.

• Kegiatan ekonomi berbasis efek leverage yang spekulatif ini sering berakhir dengan

kerugian.

– Kenaikan harga aset akan mendorong otoritas moneter menaikkan suku bunga,

sehingga sebagian peminjam akan gagal bayar, kredit ke kegiatan spekulatif ini

dihentikan, pembeli baru menurun dan kenaikan harga aset berakhir.

Full-Reserve Banking

• Solusi non-mainstream terpopuler yang ditawarkan untuk menghapus keburukan sistem

fractional-reserve banking adalah sistem 100 percent-reserve banking.

• Dampak esensial dari penerapan 100 percent-reserve banking adalah untuk memisahkan

fungsi peminjaman (lending) perbankan dari penciptaan uang (money creation), sehingga

akan secara efektif mengkontrol jumlah uang beredar dan membuatnya menjadi fungsi

pemerintah semata-mata. Dengan kata lain, hak perbankan swasta untuk menciptakan uang

dihilangkan, dan negara mengambil alih fungsi ini secara penuh.

• Merubah fractional-reserve banking dengan cadangan yang setara kewajiban bank, akan

menghapus kemampuan bank untuk menciptakan uang. Demand deposit akan sepenuhnya

konvertibel menjadi mata uang dengan keseluruhan jumlah uang beredar sepenuhnya

dibawah kontrol pemerintah.

100 Percent-Reserve Banking

• Dalam proposal 100 percent-reserve banking ini struktur perbankan akan terdiri dari:

– rekening koran yang tidak berbunga dengan cadangan 100%; dan

– rekening investasi dengan bank berhak mengambil fee atas jasa intermediasi.

Page 13: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

• Karena cadangan 100% disimpan di rekening koran bank sentral, maka tidak

dimungkinkan bagi bank untuk menciptakan uang giral.

• Sedangkan kredit akan meningkat seiring peningkatan tabungan di rekening investasi.

Stabilitas Perbankan Islam

• Berbagai solusi sistemik terhadap krisis perbankan dan finansial, membawa kita pada

pentingnya peran equity financing, bukan debt financing.

– Dalam dunia yang ideal, pembiayaan ekuitas dan investasi langsung seharusnya

memainkan peranan yang lebih besar. Dengan keseimbangan yang lebih baik antara

utang dan ekuitas, risk-sharing akan meningkat secara luar biasa dan krisis finansial

akan reda seketika.

• Fitur utama sistem perbankan Islam adalah equitybased banking system.

– Intermediasi keuangan berbasis profit-and-loss sharing akan membuat pemilik modal

berbagi resiko dan juga keuntungan dari bisnis, sehingga mendorong disiplin finansial

yang lebih tinggi.

• Return kepada nasabah didasarkan pada laba/rugi bank dan nilai nominal dana nasabah

tidak dijamin.

• Hal ini akan menghapus kemungkinan mismatch antara aset dan kewajiban karena return

dari kewajiban terkait secara langsung dengan return aset yang berbasis pada aktivitas

investasi di sektor riil.

• Konsekuensinya, sistem perbankan Islam akan lebih kondusif bagi stabilitas finansial

karena dana nasabah dapat menyerap kerugian yang ditimbulkan oleh guncangan riil.

• Hal ini sekaligus meniadakan kebutuhan jaminan simpanan dan lender of last resort, dan

lebih berkeadilan karena menurunkan probabilitas pembayar pajak menanggung beban

biaya rekapitalisasi bank.

• Semakin banyak penggunaan ekuitas dalam bank Islam, maka semakin sedikit kebutuhan

cadangan. Hal ini menjelaskan fakta bahwa rekening investasi di bank Islam menarik

cadangan menuju zero reserve requirement.

Kuliah 11 –Model Pembiayaan Bagi Hasil

Karakteristik Pembiayaan Bagi Hasil: Risk - Return

• Skema bunga dicirikan dengan kepastian besaran return bagi pemilik dana. Resiko yang

dihadapi terbatas pada default risk.

• Skema bagi hasil dicirikan dengan ketidakpastian return bagi pemilik dana, karena biaya

kredit yang ditanggung pengusaha bersifat tidak tetap. Resiko yang dihadapi berdimensi

lebih luas, tidak hanya default risk, namun juga resiko rendahnya return yang diterima

karena masalah moral hazard.

Karakteristik Pembiayaan Bagi Hasil: Uncertainty

• Pada skema bunga, ketidakpastian dihadapi pengusaha terkait besaran return dari kredit

yang diperolehnya.

Page 14: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

– Selisih tingkat return usaha yang fluktuatif dan beban bunga yang tetap, menjadi hak

bagi pengusaha. Selisih positif akan meningkatkan utilitas pengusaha, dan selisih

negatif akan menurunkannya.

– Dengan ketidakpastian tingkat utilitas, skema bunga akan dipilih pengusaha jika

memiliki prospek usaha yang baik.

• Pada skema bagi hasil, ketidakpastian dihadapi pemilik modal dan pengusaha.

– Tingkat utilitas pengusaha dan pemilik dana akan meningkat seiring kenaikan tingkat

laba, dan akan menurun seiring penurunan tingkat laba.

– Dengan ketidakpastian tingkat utilitas, skema bagi hasil akan dipilih pengusaha jika

memiliki prospek usaha yang kurang baik.

Pembiayaan dengan Skema Bunga

Pembiayaan dengan Skema Bagi Hasil

Risk-Sharing dalam Pembiayaan Bagi Hasil

• Dalam pembiayaan bagi hasil, tingkat utilitas pemilik dana dan pengusaha bergerak

searah: meningkat ketika return naik dan menurun ketika return jatuh.

• Dengan skema bagi hasil, pemilik modal menanggung sebagian resiko dari usaha, yang

tercermin dari pendapatan bagi hasil yang diterimanya yang bersifat tidak tetap, termasuk

bernilai positif atau negatif.

• Pada skema bunga, resiko dari usaha sepenuhnya ditanggung pengusaha.

• Namun demikian, skema bagi hasil akan memberikan hasil lebih baik pada saat kondisi

usaha sedang bagus atau pada kasus pengusaha yang berkinerja tinggi.

Page 15: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

Karakteristik Pembiayaan Bagi Hasil: Willingness to Pay

Permasalahan Skema Bagi Hasil

• Skema bagi hasil menghadapi masalah asymmetric information yang intensif: pemilik

modal tidak memiliki cukup informasi tentang karakteristik pengusaha serta karakteristik

dan prospek usaha-nya, karena sifat informasi yang privat, maupun karena diperlukan

biaya besar untuk mendapatkan informasi tersebut sehingga menjadi tidak efisien bagi

pemilik dana untuk berusaha mendapatkannya.

• Pengusaha memiliki motif dan insentif untuk mengeksploitasi keunggulan informasi privat

yang dimilikinya.

• Masalah adverse selection muncul ex-ante saat pemilik dana mengidentifikasi dan memilih

pengusaha yang akan diberikan kredit tanpa mengetahui secara pasti karakteristik

pengusaha.

• Kontrak bagi hasil rentan juga terhadap permasalahan principal-agent: pengusaha

memiliki disinsentif dalam melakukan upaya terbaiknya dan memiliki insentif untuk

melaporkan laba lebih rendah, dibandingkan jika membiayai sendiri usahanya (moral

hazard).

• Pengusaha yang terlibat dalam usaha, akan terdisinsentif jika di-kompensasi lebih rendah

dari kontribusi marjinal-nya.

• Implikasi dari asymmetric information adalah upaya monitoring dan verifikasi atas return

dari usaha, yang akan menentukan pendapatan bagi hasil, harus dilakukan secara intensif.

Biaya monitoring dan verifikasi atas laba usaha menjadi mahal.

Asymmetric Information dan Kontrak yang Optimal

• Dengan tingginya permasalahan moral hazard dalam equity financing, debt financing

dipandang lebih optimal dimana pihak-pihak yang berkontrak akan memperoleh utilitas

yang lebih tinggi.

• Kontrak dengan biaya tetap (fixed return scheme), seperti debt financing, akan

berimplikasi pada rendahnya moral hazard serta rendahnya biaya monitoring dan

verifikasi.

• Pengusaha berusaha melakukan upaya terbaik dalam mencapai laba tertinggi karena selisih

laba diatas beban bunga akan menjadi hak-nya. Dan pemilik modal akan menawarkan

dana-nya atas dasar opportunity cost.

Page 16: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

• Dalam perekonomian yang dicirikan dengan intens-nya permasalahan agency, para pelaku

usaha akan cenderung menggunakan debt financing.

Informasi Privat

• Pengusaha memiliki informasi privat tentang dirinya dan usahanya, seperti karakteristik

dirinya, bisnisnya dan tingkat utilitas yang diinginkannya, yang membedakan dirinya

dengan pengusaha lainnya.

• Informasi privat pengusaha yang penting antara lain produktivitasnya dalam menghasilkan

laba, preferensinya terhadap tingkat upayanya (cenderung berusaha keras atau tidak), dan

besarnya disutilitas atas upayanya (sebagai implikasi dari besarnya tingkat pengorbanan

dalam upaya meraih laba).

• Informasi privat ini sangat dibutuhkan dalam identifikasi penerima kredit dan dalam

mendesain skema bagi hasil yang optimal.

Adverse Selection

• Pada umumnya, hanya pengusaha dengan expected return yang relatif rendah yang

menjual usaha atau proyeknya (meminta kredit/pembiayaan).

• Dalam hal pengusaha memiliki distribusi laba ex-post yang lebih baik, kontrak ekuilibrium

adalah debt financing.

• Permasalahan adverse selection akan lebih besar pada skema bagi hasil dibandingkan pada

skema bunga.

• Pada skema bunga, kesalahan pemilihan pengusaha tidak akan berdampak besar sepanjang

tidak terjadi default.

• Pada skema bagi hasil, terdapat kecenderungan membesar-besarkan karakteristik

pengusaha karena pengusaha tidak sekedar ingin mendapatkan kredit namun juga agar

rasio bagi hasil untuk dirinya lebih tinggi.

• Pada kontrak bagi hasil, yang ditetapkan dimuka hanya rasio bagi hasil, namun tidak ada

kewajiban bagi pengusaha untuk mencapai suatu jumlah laba tertentu.

• Pemilik modal akan memilih dan menawarkan rasio bagi hasil yang lebih tinggi kepada

pengusaha dengan karakteristik yang baik.

– Dengan rasio bagi hasil yang tinggi, diharapkan pengusaha akan tertarik untuk

mengambil pembiayaan dari pemilik modal.

– Meski rasio bagi hasil untuk pengusaha tinggi, namun dengan besarnya expected

profit pengusaha, pemilik modal tetap akan memperoleh pendapatan bagi hasil yang

besar.

• Kepada pengusaha dengan karakteristik yang tidak baik, pemilik modal akan menawarkan

rasio bagi hasil yang lebih rendah, sehingga pengusaha tidak tertarik.

• Rasio bagi hasil yang ditawarkan merupakan alat seleksi.

• Pengusaha akan berusaha meyakinkan pemilik modal bahwa dirinya merupakan

pengusaha dengan karakteristik yang baik.

• Dengan ketiadaan informasi yang valid, terdapat peluang besar pemilik modal melakukan

kesalahan dalam memilih pengusaha yang tepat untuk menerima kredit.

• Dalam lingkungan dimana equity financing dan debt financing berkompetisi secara

langsung, permasalahan adverse selection lebih kuat.

Page 17: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

• Pengusaha dengan expected return tinggi akan cenderung memilih fixed return scheme,

sedangkan pengusaha dengan expected return rendah akan cenderung memilih variable

return scheme.

Moral Hazard

• Moral hazard, yaitu pengusaha menggunakan kredit yang diterimanya tidak sesuai dengan

yang diperjanjikan, bersumber dari fakta bahwa tindakan agent tidak dapat diobservasi.

Observasi secara penuh atas tindakan agent membutuhkan biaya besar.

• Pada skema bagi hasil, moral hazard signifikan dan berdampak langsung pada besaran bagi

hasil. Pada skema bunga, moral hazard ditoleransi sepanjang tidak berimplikasi pada

default.

• Moral hazard pada skema bagi hasil berimplikasi dibutuhkannya monitoring dan verifikasi

atas upaya pengusaha, yang karena sifatnya yang intensif maka membutuhkan biaya yang

besar.

• Moral hazard muncul karena principal tidak dapat mengobservasi upaya agent. Di sisi lain,

selain ditentukan oleh level upaya pengusaha, terdapat pula faktor stokastik atas laba yang

diperoleh agent, seperti kondisi persaingan usaha dan kondisi makro perekonomian.

• Faktor stokastik menambah dalam permasalahan moral hazard dimana pemilik dana tidak

dapat menyimpulkan berapa tinggi level upaya pengusaha hanya berdasarkan besaran

return yang dilaporkan.

• Tingkat laba yang tinggi tidak selalu berkorelasi dengan level upaya yang tinggi, dan

sebaliknya.

• Informasi tentang level upaya pengusaha hanya diketahui oleh pengusaha yang

bersangkutan.

• Bagi hasil didasarkan pada realisasi laba, bukan pada level upaya pengusaha karena ia

memang sulit diobservasi.

• Di sisi lain, faktor stokastik dapat membuat laba rendah meski level upaya pengusaha

sangat tinggi.

• Maka dapat terjadi disinsentif pada pengusaha, level upaya pengusaha cenderung rendah

(moral hazard tipe 1).

– Pengusaha yang bersifat risk-averse akan cenderung menghindari resiko dan memilih

level upaya yang sekedar memenuhi reservation utility-nya saja. Karena level upaya

tidak dapat diobservasi, terbuka besar peluang pengusaha tidak mengerahkan upaya

terbaiknya.

• Permasalahan disinsentif ini juga dapat terjadi karena kurangnya insentif, bukan karena

tidak dapat diobervasinya upaya pengusaha, yaitu jika rasio bagi hasil yang ditetapkan

terlalu rendah.

• Pengusaha juga dapat melakukan tindakan falsifikasi (moral hazard tipe 2), yaitu dengan

melaporkan besaran laba yang tidak benar, yaitu lebih rendah dari seharusnya.

• Masalah falsifikasi ini dapat terjadi baik pada fungsi laba yang bersifat deterministik

maupun stokastik.

• Pada moral hazard tipe 2 ini, yang disembunyikan dari pemilik modal bukanlah level

upaya pengusaha, melainkan besaran laba yang dihasilkan, dengan tujuan agar biaya bagi

hasil lebih rendah.

Page 18: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

Kuliah 12 – Incentive-Compatible Constraints dan Skema Bagi Hasil yang Optimal

Efisiensi Skema Bagi Hasil

• Dibawah skema bagi hasil, terdapat premium untuk menjadi inefisien karena agent dapat

membebankan inefisiensi ke principal (bank). Tidak terdapat tekanan yang memadai bagi

agent untuk beroperasi se-efisien mungkin sebagaimana di pembiayaan utang dimana

agent diharuskan mengembalikan pokok dengan bunga utang.

• Pada gilirannya, bank Islam akan meneruskan kerugian pada deposan, sehingga alih-alih

menerima expected profit, deposan justru mendapatkan pokok dana-nya tergerus.

• Untuk mengetahui sumber inefisiensi, dibutuhkan biaya verifikasi yang mahal dan rawan

memunculkan dispute, yang akan membebani bisnis dan perekonomian dengan biaya yang

tidak penting.

Asymmetric Information pada Skema Bagi Hasil

Adverse Selection dan Pengusaha Pilihan

• Pemilik dana (bank) dapat memperkecil kesenjangan Bank informasi dengan

mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan, seperti umur dan ukuran

perusahaan (track record) dan panjangnya pengalaman pengusaha dengan Bank (dengan

akad murabahah).

• Meski dengan proposal bisnis yang baik (expected profit tinggi dan kebutuhan

investasi/pembiayaan yang rendah), perusahaan baru yang tidak memiliki informasi masa

lalu akan sulit mendapat pembiayaan.

• Pemerintah dapat berperan disini dengan mendirikan institusi yang membedakan

perusahaan berdasarkan kriteria resiko pembiayaan (credit-rating).

– Credit scoring untuk subprime mortgage, FICO system = 300 s.d. 850, treshold 620

Information Revelation dan Information Rent

• Informasi sesungguhnya tentang pengusaha dapat diperoleh dengan mendorong

information revelation dari pengusaha melalui pemberian information rent dalam skema

bagi hasil jika pengusaha menyatakan dengan benar karakteristik dirinya.

Page 19: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

• Pengungkapan informasi privat dari pengusaha ke pemilik dana (information revelation)

hanya terjadi jika information rent mampu membuat utilitas pengusaha lebih tinggi

dibandingkan jika keeping information and leaving it in the dark, dengan peluang

mendapat pembiayaan dan rasio bagi hasil yang lebih baik.

– Jika informasi benar, maka pengusaha akan mendapatrasio bagi hasil (yang benar)

plus information rent.

– Jika informasi tidak benar, maka pengusaha akan mendapat rasio bagi hasil (yang

salah) minus information rent.

Kontrak Bagi Hasil yang Optimal

• Pemilik dana dan pengusaha berusaha memaksimalkan expected utility masing-masing,

yang ditentukan oleh harga (rasio bagi hasil) dan kuantitas (profit yang dihasilkan).

Semakin besar porsi bagi hasil untuk satu pihak, semakin rendah expected utility pihak

lain.

• Namun ke-2 pihak memiliki kepentingan yang sama, agar laba yang dihasilkan dari bisnis

yang dijalankan adalah sebesar mungkin sehingga ke-2 pihak memperoleh pendapatan

bagi hasil yang lebih besar.

• Maksimisasi profit oleh pengusaha akan mengoptimalkan utilitas pihak-pihak yang

berkontrak. Agar profit maksimum, maka pengusaha harus mendapat insentif yang

memadai dalam kontrak bagi hasil.

• Pada umumnya pengusaha mengharapkan harga pembiayaan yang rendah, dan pemilik

modal sebaliknya mengharapkan harga yang tinggi.

• Namun tingginya harga pembiayaan akan berimplikasi pada rendahnya insentif bagi

pengusaha dalam menghasilkan profit. Menjadi krusial untuk menentukan rasio bagi hasil

yang optimal sesuai WTP pengusaha dan sekaligus memenuhi reservation utility pemilik

dana.

• Pengusaha memiliki kontrol atas rasio bagi hasil karena pengusaha yang membuat

pembukuan dan pelaporan, karenanya tingkat profit aktual, sehingga dapat menentukan

berapa rasio bagi hasil implisit yang ingin diterimanya.

Desain Kontrak Bagi Hasil

Page 20: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

Incentive-Compatible Constraints

• Untuk menekan resiko yang bersumber dari asymmetric information, Bank Islam sebagai

pemilik modal (rabb almâl) dapat menerapkan batasan-batasan yang secara sistematis akan

“memaksa” pengusaha (mudhârib) untuk berperilaku memaksimalkan keuntungan bagi

kedua belah pihak (incentive-compatible constraints).

Higher Stake in Net Worth

• Ketika pengusaha mempertaruhkan lebih besar kekayaannya, insentif tidak jujur akan

berkurang signifikan karena berpotensi besar merugikan dirinya.

– Bank dapat menetapkan syarat agar porsi modal dari pihak mudhârib lebih besar;

– Bank dapat mengenakan jaminan seperti penetapan nilai maksimal rasio utang

terhadap modal, penetapan agunan berupa fixed asset, penggunaan pihak penjamin

(kafâlah), dan penggunaan pihak pengambil alih utang (hawâlah)

Low Operating Risk

• Perusahaan dengan resiko operasional yang tinggi, menggunakan utang lebih banyak,

memiliki leverage yang lebih tinggi. Utang yang lebih tinggi berasosiasi dengan tingkat

profit yang lebih rendah.

• Agency-cost akan ditanggung oleh pemilik saham, sehingga perusahaan yang dikelola

oleh direksi yang bukan pemilik, akan menghadapi agency-cost lebih tinggi.

• Bank dapat menetapkan syarat agar mudhârib melakukan bisnis yang resiko operasinya

lebih rendah, seperti:

– penetapan rasio maksimal fixed asset terhadap total asset, dan

– penetapan rasio maksimal biaya operasional terhadap pendapatan operasional;

Lower Fraction of Unobservable Cash Flow

• Bisnis dengan arus kas yang lebih tinggi, memberikan ruang yang lebih luas bagi

pengusaha untuk mengecilkan nilai profit yang sesungguhnya. Jika arus kas sebagian besar

tidak dapat di-observasi, maka menjadi sulit bagi bank untuk memverifikasi tingkat profit

yang sesungguhnya.

• Bank dapat menetapkan syarat agar mudhârib melakukan bisnis dengan arus kas yang

transparan, seperti:

– Monitoring secara acak untuk bisnis skala kecil danbisnis musiman atau jangka pendek,

– Monitoring secara periodik untuk bisnis skala besardan bisnis jangka panjang,

– Laporan keuangan yang diaudit,

– Biaya monitoring dan verifikasi menjadi faktor pengurang pendapatan usaha sebelum

dibagihasilkan atau pendapatan bagi hasil yang diterimapengusaha.

Lower Fraction of Non-Controllable Cost

• Setiap bisnis memiliki biaya tidak terduga. Non-controllable cost akan menurunkan

keuntungan pengusaha dan bagian bagi hasil untuk bank.

• Bank dapat menetapkan syarat agar mudhârib melakukan bisnis yang biaya tidak

terkontrol-nya rendah,seperti:

Page 21: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

– Seluruh biaya ditanggung oleh mudhârib atau yang dibagi hasilkan adalah pendapatan

(revenue sharing),

– Penetapan minimum profit margin dari setiap barang dan jasa yang dijual oleh

mudhârib yang dibiayai dari modal rabb al-mâl

Fiqh Mudharabah dan Incentive-Compatible Constraints

• Secara umum kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudhârib, tanpa campur tangan

penyedia dana. Rabb al-mâl tidak boleh mempersempit tindakan mudhârib yang dapat

menghalangi tercapainya tujuan mudhârabah yaitu keuntungan. Penyedia dana hanya

mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

• Namun demikian, diperbolehkan adanya jaminan dalam pembiayaan mudhârabah dimana

jaminan hanya dapat dieksekusi bila mudhârib terbukti melakukan pelanggaran terhadap

hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

– Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000tentang Pembiayaan Mudhârabah

(Qirâdh).

Incentive-Compatible Constraints dan Praktek Mudharabah

• Profit Sharing

– Dasar perhitungan bagi hasil adalah profit yang diperoleh.

– Ketidakpastian berasal dari pendapatan usaha, biaya produksi dan biaya lain (biaya

penjualan, biaya umum, biaya administrasi)

• Gross Profit Sharing

– Dasar perhitungan bagi hasil adalah gross profit yang diperoleh.

– Ketidakpastian berasal dari pendapatan usaha dan biaya produksi

• Revenue Sharing

– Dasar perhitungan bagi hasil adalah revenue(pendapatan usaha).

– Ketidakpastian hanya berasal dari pendapatan usaha

Kuliah 13 – Praktek Perbankan Islam Kontemporer: Antara Idealitas dan Realitas

Pola Pengembangan

• Pengembangan perbankan Islam kontemporer sejak 1970-an, mengambil 2 pola:

– Merestrukturisasi sistem perbankan secara keseluruhan sesuai dengan syariat Islam

(full fledged Islamic financial system) seperti Sudan dan Pakistan, namun mengalami

kegagalan.

– Mendirikan bank Islam berdampingan dengan bank konvensional (dual banking

system) seperti Malaysia, Turki, Bahrain, Bangladesh, Indonesia dan kini Pakistan

dan Sudan.

Kegagalan Full Fledged Islamic Financial System

• Kegagalan lebih dari 25 tahun upaya Islamisasi sistem keuangan di Pakistan, sejak awal

1980-an, disebabkan beberapa faktor:

Page 22: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

– (i) politisi dan birokrasi menunggangi gerakan Islamisasi untuk mencapai tujuannya

sendiri;

– (ii) bank sentral lamban mengimplementasikan kerangka konseptual Islamisasi;

– (iii) lemahnya dukungan institusi keuangan dan perbankan karena moral hazard,

masalah akuntansi, dan kelemahan sistem hukum;

– (iv) masyarakat resisten terhadap Islamisasi sistem keuangan karena perilaku risk-

averse yang sangat tinggi dan lemahnya kepercayaan terhadap lembaga keuangan; dan

– (v) instabilitas makroekonomi dan krisis pemerintahan yang sering melanda.

Kompetisi Bank Islam dan Bank Konvensional

• Baik pada full-fledged Islamic financial system dan terlebih dual banking system,

eksperimen perbankan Islam secara umum langsung dihadapkan pada persaingan dengan

perbankan konvensional yang telah lama mapan.

• Hal ini menimbulkan implikasi dan tantangan yang serius bagi perkembangan perbankan

Islam. Pengalaman terkini di berbagai negara menunjukkan adanya kesenjangan yang

lebar antara idealitas dengan realitas perbankan Islam.

Sisi Pembiayaan

• Pembiayaan bagi hasil, dengan eksistensi informasi asimetris dan masalah agency yang

marak, adalah sulit dan terbatas.

• Diskresi yang luas dalam ketentuan jaminan, termasuk dalam pembiayaan bagi hasil.

• Pembiayaan non bagi hasil, yaitu pembiayaan murabahah dengan fixed pre-determined

return, adalah dominan.

• Penggunaan suku bunga secara luas sebagai benchmarking dalam penentuan return

pembiayaan bank Islam, termasuk pembiayaan bagi hasil.

• Pengembangan produk dengan pendekatan mirroring terhadap produk konvensional,

penggunaan hiyal secara ekstensif, dan pricing produk yang lebih mahal.

Terbatasnya Pembiayaan Bagi Hasil

• Masalah Adverse Selection

– Pengusaha dengan expected profit yang tinggi, akan memilih pembiayaan utang

karena biaya tetap berupa bunga lebih murah dibandingkan expected return.

– Pengusaha yang risk-averse dan atau dengan expected return yang rendah, akan

memilih pembiayaan bagi hasil.

• Masalah Moral Hazard

– Pembiayaan utang lebih mudah dikelola, resiko minimal dan efisien, minim biaya

monitoring dan verifikasi

– Pembiayaan bagi-hasil lebih sulit dikelola, resiko jauh lebih tinggi dan mahal biaya

monitoring dan verifikasi

Diskresi yang Luas dalam Ketentuan Agunan

• Pembiayaan utang dengan bunga sangat bergantung pada ketersediaan agunan oleh

nasabah, meski bank konvensional telah menerapkan project appraisal, risk assesment dan

keputusan pemberian kredit yang ketat.

Page 23: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

• Pembiayaan bagi hasil berfokus pada proyek yang menguntungkan, tanpa meminta

agunan. Namun, pembiayaan bagi hasil menghadapi masalah moral hazard yang intensif,

karena itu membutuhkan incentive-compatible constraints antara lain pengenaan agunan.

Dengan meminta agunan, bank Islam telah bertindak sebagai lenders, bukan partners.

• Pembiayaan non bagi hasil lebih intensif dalam ketentuan agunan, seperti pembiayaan

murabahah yang umum menjadikan underlying assets sebagai agunan pembiayaan.

Penentuan Tingkat Bagi Hasil

• Tingkat bagi hasil secara ideal ditentukan oleh expected profit bisnis di sektor riil. Hingga

kini, tidak ada tingkat bagi hasil pasar yang dapat dijadikan referensi.

• Terdapat peluang bank mengeksploitasi nasabah dengan menerapkan tingkat bagi hasil

yang terlalu tinggi bagi dirinya, tanpa ada pihak yang dapat meregulasi aktivitasnya

tersebut.

• Tanpa regulasi, bank Islam dapat mengambil “excessive profit” yang tidak dapat

dibenarkan. Menjadi penting bagi bank Islam untuk menerapkan “marking to market”.

• Tingkat return pembiayaan non bagi hasil, yang banyak mengacu pada tingkat bunga bank

konvensional, umum digunakan sebagai benchmark untuk tingkat bagi hasil.

Prasyarat Pendorong Pembiayaan Bagi Hasil

• [i] kemampuan memahami bisnis mudharib dan cara mengawasinya, yang membuat bank

dapat terlibat dalam keputusan bisnis mudharib;

• [ii] transparansi usaha mudharib, yang membuat bank mendapat akses yang memadai

tentang semua informasi terkait tingkat keuntungan mudharib;

• [iii] perlindungan hukum yang cepat dan kuat ketika terjadi dispute;

• [iv] ketersediaan data rate of return dari setiap sektor usaha untuk penetapan rasio bagi

hasil yang fair;

• [v] keuntungan usaha tidak dikenakan pajak pendapatan;

• [vi] ketersediaan dana jangka panjang yang siap untuk berbagi resiko dalam investasi di

sektor riil.

Dominasi Pembiayaan Non Bagi Hasil

• Dengan kesulitan pembiayaan bagi hasil, bank Islam berpaling ke pembiayaan non bagi

hasil yang mirip utang, yaitu murabahah dengan fixed and predermined return, yang

resikonya rendah dan jauh lebih mudah dikelola.

• Aslinya, murabahah adalah transaksi jual beli yang secara umum tunai, bukan kontrak

pembiayaan sama sekali.

• Murabahah yang dipraktekkan bank Islam adalah kombinasi murabahah dan bay’ mu’ajjal,

dan hanya paper transaction: nasabah membeli barang atas nama dan dengan uang bank,

dan bank segera menjual kembali ke nasabah secara tangguh dengan menambahkan marjin

keuntungan pada harga barang.

• Hasil akhirnya, nasabah mendapat dana tunai dan setuju mengembalikan dana dengan

mark-up di masa depan.

• Selain itu, bank melakukan penilaian creditworthiness nasabah, menjadikan underlying

asset sebagai agunan dan hubungan yang terbentuk adalah debitur-kreditur.

Page 24: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

• Bank juga melakukan berbagai cara untuk menjamin bahwa semua resiko jual beli di

transfer ke nasabah, seperti perpindahan kepemilikan barang yang sangat cepat, biaya

asuransi barang dibebankan ke nasabah, barang cacat dikembalikan ke supplier, bank

hanya menanggung resiko kredit, sama seperti bank konvensional.

• Bank memindahkan seluruh resiko komersial ke nasabah namun mengambil keuntungan

yang pasti. Murabahah pada prakteknya telah menjadi tidak berbeda dengan meminjamkan

uang berbasis bunga.

Benchmarking yang Luas ke Tingkat Bunga

• Rate of return pembiayaan bank Islam harusnya mengacu pada expected return di sektor

riil.

• Namun hingga kini, industri keuangan Islam belum memiliki mekanisme untuk

menentukan rate of return yang memuaskan investor, relatif risk-free dan sesuai syari’ah.

• Telah menjadi pengetahuan umum bahwa bank dan lembaga keuangan Islam selalu

menggunakan tingkat bunga pasar, seperti London interbank offered rate (LIBOR),

sebagai benchmark untuk menetapkan rasio pembiayaan bagi hasil, marjin keuntungan

murabahah, termasuk dalam penerbitan sukuk.

Three-Tier Mudharabah Model

• Secara konseptual, bank Islam tidak menyediakan uang namun menyediakan barang dan

jasa. Namun, menyediakan barang dan jasa, dengan basis apapun, akan mendorong bank

Islam masuk ke sektor riil dimana mereka tidak memiliki kapasitas dan keahlian.

• Three-tier mudharabah model membentuk hubungan 3 tingkat, yaitu: (i) kontrak

mudharabah deposan dan bank, (ii) kontrak mudharabah bank dan specialized companies,

dan (iii) kontrak mudharabah, murabahah, salam, istishna dan ijarah antara specialized

companies dan pengusaha.

• Dalam model ini, bank Islam murni menjadi intermediasi keuangan dan tugas

menyediakan barang dan jasa dilakukan specialized companies. Namun model ini akan

berakhir dengan harga yang lebih tinggi.

Pengembangan Produk dan Hiyal

• Produk adalah cara untuk memuaskan konsumen, realitas menentukan cara.

• Strategi yang umum dilakukan Bank Islam adalah imitasi produk-produk konvensional

(reverse engineering), misal replikasi pinjaman berbunga dengan tawarruq dan time

deposits dengan reverse tawarruq.

• Pada dasarnya semua transaksi diperboleh-kan, kecuali yang dilarang oleh syariah.

• Namun strategi mirroring atau imitasi ini, selain membawa bank Islam menjadi follower

industry, juga umumnya lebih mengedepankan formalitas bentuk diatas substansi (hiyal).

– Hal ini banyak didorong oleh kebutuhan konsumen, seperti pembiayaan jangka

pendek, yang tidak mampu dipenuhi kontrak pembiayaan Islam.

Penggunaan Hiyal: Bay al-’Inah dan Tawarruq

• Bay’ al-’inah

Page 25: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

– Seseorang membeli barang secara tidak tunai, dengan kesepakatan akan menjual

kembali (tawathu’) barang tersebut kepada penjual dengan harga lebih rendah secara

tunai

– Kebutuhan si pembeli bukan barang, namun uang, kepentingan si penjual bukan

marjin keuntungan (penjualan barang), namun tambahan /bunga (uang)

• Tawarruq

– Seseorang membeli barang secara tidak tunai, kemudian menjualnya kembali secara

tunai kepada pihak lain (selain penjual), tanpa diperjanjikan dan tanpa disyaratkan.

– Dalam praktek kontemporer, tawarruq didesain menjadi serupa dengan bay al-’inah

dengan tawathu’ namun dengan 3 pihak (tawarruq munadzam)

Pricing Produk yang Lebih Mahal

• Bank Islam harus menanggung tambahan biaya bila dibandingkan dengan bank

konvensional, yaitu:

– Biaya kepatuhan syariah, yang umumnya dilakukan dengan merekrut Dewan

Pengawas Syariah, yang cukup signifikan karena ketidakseimbangan demand-supply.

– Di hampir semua jenis pembiayaan, bank Islam harus menyiapkan lebih dari satu

kontrak untuk mendapatkan justifikasi dari sisi syariah Islam, terlebih kasus hiyal.

Kontrak yang kompleks telah meningkatkan legal cost dan documentation cost.

– Pembiayaan bagi hasil memiliki biaya monitoring dan verifikasi yang lebih mahal.

Pembiayaan murabahah terkena pajak ganda.

• Bank Islam dan nasabahnya harus membayar lebih mahal untuk kepatuhan mereka

terhadap syariah.

– Dilihat dari sudut pandang eksploitasi terhadap konsumen, pricing bank Islam ini

lebih buruk dari bank konvensional.

Sisi Pendanaan

• Seluruh dana nasabah di bank Islam secara implisit dan eksplisit dijamin tidak akan hilang

atau berkurang, termasuk dana di rekening investasi.

• Nasabah deposan tidak diperlakukan sebagai shareholders bank Islam.

• Dana nasabah di bank Islam seluruhnya dihimpun ke dalam satu pool of fund.

• Dana nasabah mendapatkan arus pendapatan tetap yang ditetapkan di awal.

• Tingkat return yang diterima nasabah mengacu pada tingkat bunga bank konvensional.

• Penggunaan hiyal untuk menarik dana deposan dan manajemen likuiditas.

Penjaminan Dana

• Dalam persaingan head to head dengan bank konvensional, nasabah penyimpan dana telah

lama terbiasa dengan pola risk-free deposits dari perbankan konvensional berbasis bunga,

dimana seluruh dana di perbankan dijamin.

• Penjaminan dana nasabah akan membuat bank Islam kompetitif dengan bank

konvensional. Namun penjaminan ini secara jelas bertentangan dengan prinsip risk-

sharing dalam pembiayaan bagi hasil.

Page 26: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

• Dalam dual banking system, bank Islam juga diwajibkan pemerintah mengikuti program

penjaminan simpanan dengan membayar premi yang dikaitkan dengan jumlah dana

simpanan yang mereka himpun.

Deposan Sebagai Temporary Shareholders

• Deposan bank Islam dengan kontrak bagi hasil, seharusnya diperlakukan sebagai

temporary shareholders yang terlibat dalam keputusan bank. Hal ini karena deposan

berbagi resiko dengan bank.

• Dalam prakteknya, nasabah tidak memiliki kesempatan untuk memonitor keputusan bank.

• Nasabah deposan bahkan tidak berminat untuk mengetahui keputusan bank, concern

mereka hanya dana mereka aman dan produktif.

• Deposan pada umumnya tidak memiliki waktu dan kapasitas untuk terlibat dalam

keputusan bank, dan bank sendiri juga tidak mengizinkan hal ini.

Pengelompokkan Deposito Mudharabah

• Secara konseptual, deposan berbagi resiko keuntungan dan kerugian dari dana milik

mereka sendiri.

• Dengan demikian, dana mudharabah yang diterima bank Islam seharusnya tidak dihimpun

dalam satu pool of funds, namun dapat dikelompokkan untuk investasi di berbagai jenis

bisnis.

• Bank Islam seharusnya dapat menjalankan berbagai pool of investment funds yang

berbedabeda, seperti pool of funds untuk investasi real estate, pool of funds untuk investasi

pertanian dan lain-lain.

• Bank Islam harus mempertahankan rekening yang berbeda untuk setiap pool of funds.

Deposito dengan Arus Pendapatan yang Stabil

• Dana di rekening investasi dengan kontrak bagi hasil seharusnya mendapatkan return

sesuai dengan return usaha di sektor riil, yang secara natural tidak pasti dan berfluktuasi.

• Namun dengan sebagian besar pembiayaan bank Islam di pembiayaan yang memberikan

pendapatan tetap, seperti murabahah dan ijarah, bank dapat menjanjikan pendapatan yang

stabil dan reguler ke deposan.

• Lebih jauh lagi, bank Islam juga menciptakan profit equalization reserve untuk

menstabilkan pendapatan di periode baik dan di periode buruk sehingga mampu

memberikan pendapatan sesuai kontrak.

• Hasil akhirnya, deposan bank Islam mendapat pendapatan reguler yang tetap, serupa

dengan deposan bank konvensional.

Benchmarking Tingkat Bunga dan Migrasi Dana

• Bank Islam seharusnya menetapkan tingkat bagi hasil ke pemilik dana sesuai dengan

kinerja pembiayaan usaha di sektor riil.

• Pada kenyataannya, penentuan nisbah bagi hasil umumnya ditentukan oleh tingkat suku

bunga pasar dari bank konvensional, dan juga target perolehan dana nasabah dan referensi

tingkat keuntungan yang diinginkan bank.

Page 27: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

• Return yang diterima deposan menjadi faktor signifikan bagi penghimpunan dana oleh

bank Islam, sehingga bank Islam selalu berupaya menjaga tingkat bagi hasil setara dengan

tingkat bunga pasar.

• Ketika tingkat bagi hasil bank Islam lebih tinggi dari tingkat bunga, terjadi arus masuk

dana. Dan sebaliknya, jika tingkat bagi hasil lebih rendah dari tingkat bunga, terjadi arus

keluar dana dari bank Islam.

Evaluasi Tujuan Bank Islam

• Bank Islam secara ideal dicita-citakan untuk mewujudkan tujuan sosial-ekonomi Islam,

yaitu maqashid.

• Pada prakteknya, bank Islam lebih banyak dimotivasi oleh profit maximization dengan

peran mewujudkan maqashid yang sangat minim, seperti berfokus pada nasabah kaya,

pembiayaan yang minim ke kelompok miskin, dan ketiadaan upaya menyediakan qardh

alhasan.

• Bank Islam terkonsentrasi di negara muslim kaya, berfokus di seputar teknis-prosedural

fiqh dengan abai pada isu-isu pembangunan masyarakat muslim, terlebih pemenuhan

kebutuhan masyarakat di negara miskin.

• Bank Islam telah menjadi alat baru pengumpul kekayaan untuk kelompok kaya dan tidak

menawarkan harapan apapun ke kelompok miskin.

Evaluasi Praktek Bank Islam

• Evolusi bank Islam menunjukkan bahwa bank Islam bergerak ke arah konvergensi dengan

bank konvensional.

• Bank Islam mengambil jalan mudah untuk bertahan dengan melakukan imitasi ke bank

konvensional, baik di sisi pendanaan maupun pembiayaan. Bank Islam berevolusi menjadi

subset dari bank konvensional. Bank Islam lebih menjadi pelengkap dibandingkan pesaing

bank konvensional.

• Bank Islam pada substansi-nya telah menjadi sangat serupa dengan bank konvensional,

menawarkan produk dan jasa yang serupa, dan mengejar tujuan yang sama.

• Tanpa pemikiran ulang dan restrukturisasi yang signifikan, bank Islam akan kehilangan

tujuan awalnya dilahirkan.

Page 28: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

Kuliah 14 – Perbankan Indonesia: Antara Perbankan Konvensional dan Perbankan

Syariah

Indonesia kontemporer masih terus menghadapi masalah kesenjangan dan kemiskinan

yang persisten dan masif

Kemiskinan dan kesenjangan yang masif dan persisten berakar dari permasalahan

struktural: ketiadaan aset produktif

Page 29: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

Sumber daya kapital dikuasai segelintir elit secara sangat tidak proporsional: Missing

the Middle

Akses pada sumber daya kapital produktif semakin tidak merata: kegagalan inklusi

keuangan

Page 30: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

Kesenjangan kepemilikan sumber daya kapital dilestarikan oleh sistem

Akses rakyat pada sumber daya kapital dihambat secara struktural oleh sistem

keuangan

Page 31: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

Ekonomi rakyat produktif di sektor riil, tercekik beban tinggi sektor keuangan

Ditengah belitan biaya tinggi utang, daya tahan usaha dan kepatuhan mengembalikan

utang dari ekonomi rakyat sangat tinggi

Page 32: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

Perbankan Syariah: One-Stop Services untuk menumbuhkan wirausahawan dan kelas

menengah Muslim dengan Stages Financing

Setelah 25 tahun sejak kelahirannya, pangsa perbankan syariah baru 6,16% dari

perbankan konvensional

Page 33: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

Kinerja Rendah Perbankan Syariah? Melemahnya fungsi intermediasi

Kinerja Rendah Perbankan Syariah? Melemahnya kinerja keuangan

Page 34: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

Fungsi intermediasi bank syariah semakin melemah, namun kinerja pembiayaan

membaik secara signifikan

Page 35: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

Kinerja keuangan bank syariah meningkat seiring perbaikan efisiensi operasional

Page 36: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

Menjadi mainstream, bukan lagi alternatif: Membesarkan size perbankan syariah

untuk mencapai critical mass

Meningkatkan daya saing perbankan syariah: Tembok tebal cost of fund dan efisiensi

operasional

Page 37: Sumber: Yusuf Wibisono, 2020 - IBEC FEB UI · dalam jangka pendek, karena bank sentral harus membayar dana yang dihimpunnya ... langsung menghubungkan return sumber daya finansial

Mirroring ke perbankan konvensional: Hilangnya diferensiasi dan orisinalitas

perbankan syariah

Menari diatas kendang orang lain: Membangun daya saing sosial perbankan syariah