suku tenggarong kutai bermukim di tenggarong

2
Suku Tenggarong Kutai bermukim di Tenggarong, ibu kota kabupaten Kutai, Propinsi Kalimatan Timur. Kota ini terletak di tepi sungai Mahakam, sekitar 45 km sebelah barat laut Samarinda. Tenggarong merupakan sebuah kota yang cukup tua dengan sejarah yang cukup panjang, karena mempunyai kaitan erat dengan kerajaan Hindu tertua di Indonesia, yakni kerajaan Kutai, dengan rajanya yang terkenal, Mulawarman. SOSIAL BUDAYA Mata pencaharian suku Kutai ini adalah bercocok tanam, menangkap ikan, dan berburu. Masyarakat di sini masih suka hidup berpindah-pindah (nomanden). Bahasa yang mereka pakai kebanyakan bahasa Melayu. Masyarakat pedalaman suku ini, masih hidup dalam suatu persekutuan hukum adat, dan mempunyai kepala adat yang mengatur segala tata cara adat istiadat dan berfungsi sebagai kepala keamanan, pemelihara harta benda dan kepercayaan kepada nenek moyang. Kepala adat yang berhubungan dengan pemerintahan disebut petinggi. Kota Tenggarong sendiri, sebagai bekas pusat pemerintahan Kerajaan Kutai Kertanegara, memiliki beraneka warisan sejarah dan budaya, antara lain berupa istana Tenggarong yang kini telah berubah fungsi menjadi museum Mulawarman dan menyimpan benda-benda bekas peninggalan Kerajaan Kutai Martadipura dan Kutai Kertanegara. Masyarakat Tenggarong kaya akan berbagai upacara adat. Salah satu upacara adat yang besar dari suku ini adalah pesta Erau, yang diselenggarakan bertepatan dengan hari jadi kota Tenggarong. Acara ini berlangsung selama lima hari lima malam. Untuk memeriahkan upacara ini, suku-suku bangsa Dayak yang berdatangan dari pedalaman mengetengahkan berbagai jenis tarian dan atraksi menarik seperti tari perang (kancet pepati), tari gong (kancet ledo), tari datun, tari leleng, tari pilin tali dan tari gantar. Dan sebagai puncak acara adalah pembuangan atau penceburan naga-nagaan ke Sungai Mahakam yang bermakna mohon berkah kepada leluhur agar dilimpahi kemakmuran dan kesejahteraan. AGAMA/KEPERCAYAAN Suku Tenggarong Kutai pada umumnya beragama Islam. Tetapi mereka masih menyembah roh-roh yang mereka sebut Sanghyang. KEBUTUHAN Saat ini, kebutuhan suku Tenggarong yang cukup mendesak adalah dalam bidang pendidikan, karena masih sangat sedikit lulusan SLTA di antara suku ini. Mereka juga memerlukan perbaikan sarana transportasi guna memperlancar pemungutan dan pemasaran hasil-hasil bumi dari desa-desa di pedalaman. Suku ini memiliki sumber alam yang menjadi primadona bagi negara kita. Yang menjadi permasalahan suku ini adalah masih lemahnya sumber daya manusia yang belum siap menghadapi kemajuan teknologi. Karena itu perlu ada peningkatan dan

Upload: aldy-didisak

Post on 03-Jan-2016

47 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Suku Tenggarong Kutai Bermukim Di Tenggarong

TRANSCRIPT

Page 1: Suku Tenggarong Kutai Bermukim Di Tenggarong

Suku Tenggarong Kutai bermukim di Tenggarong, ibu kota kabupaten Kutai, Propinsi Kalimatan Timur. Kota ini terletak di tepi sungai Mahakam, sekitar 45 km sebelah barat laut Samarinda. Tenggarong merupakan sebuah kota yang cukup tua dengan sejarah yang cukup panjang, karena mempunyai kaitan erat dengan kerajaan Hindu tertua di Indonesia, yakni kerajaan Kutai, dengan rajanya yang terkenal, Mulawarman.

SOSIAL BUDAYA

Mata pencaharian suku Kutai ini adalah bercocok tanam, menangkap ikan, dan berburu. Masyarakat di sini masih suka hidup berpindah-pindah (nomanden). Bahasa yang mereka pakai kebanyakan bahasa Melayu.

Masyarakat pedalaman suku ini, masih hidup dalam suatu persekutuan hukum adat, dan mempunyai kepala adat yang mengatur segala tata cara adat istiadat dan berfungsi sebagai kepala keamanan, pemelihara harta benda dan kepercayaan kepada nenek moyang. Kepala adat yang berhubungan dengan pemerintahan disebut petinggi. Kota Tenggarong sendiri, sebagai bekas pusat pemerintahan Kerajaan Kutai Kertanegara, memiliki beraneka warisan sejarah dan budaya, antara lain berupa istana Tenggarong yang kini telah berubah fungsi menjadi museum Mulawarman dan menyimpan benda-benda bekas peninggalan Kerajaan Kutai Martadipura dan Kutai Kertanegara.

Masyarakat Tenggarong kaya akan berbagai upacara adat. Salah satu upacara adat yang besar dari suku ini adalah pesta Erau, yang diselenggarakan bertepatan dengan hari jadi kota Tenggarong. Acara ini berlangsung selama lima hari lima malam. Untuk memeriahkan upacara ini, suku-suku bangsa Dayak yang berdatangan dari pedalaman mengetengahkan berbagai jenis tarian dan atraksi menarik seperti tari perang (kancet pepati), tari gong (kancet ledo), tari datun, tari leleng, tari pilin tali dan tari gantar. Dan sebagai puncak acara adalah pembuangan atau penceburan naga-nagaan ke Sungai Mahakam yang bermakna mohon berkah kepada leluhur agar dilimpahi kemakmuran dan kesejahteraan.

AGAMA/KEPERCAYAAN

Suku Tenggarong Kutai pada umumnya beragama Islam. Tetapi mereka masih menyembah roh-roh yang mereka sebut Sanghyang.

KEBUTUHAN

Saat ini, kebutuhan suku Tenggarong yang cukup mendesak adalah dalam bidang pendidikan, karena masih sangat sedikit lulusan SLTA di antara suku ini. Mereka juga memerlukan perbaikan sarana transportasi guna memperlancar pemungutan dan pemasaran hasil-hasil bumi dari desa-desa di pedalaman. Suku ini memiliki sumber alam yang menjadi primadona bagi negara kita. Yang menjadi permasalahan suku ini adalah masih lemahnya sumber daya manusia yang belum siap menghadapi kemajuan teknologi. Karena itu perlu ada peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu mengelola sumber alam yang ada.

Suku Kutai atau Urang Kutai atau Suku Dayak Kutai adalah suku asli yang mendiami

wilayah Kalimantan Timur yang mayoritas saat ini beragama Islam dan hidup di tepi sungai. Suku

Kutai merupakan bagian dari rumpun Suku Dayak, khususnya dayak rumpun ot danum ( tradisi lisan

orangtua beberapa Suku Kutai yang mengatakan Suku Dayak Lawangan yang kemudian berdiam di

Kalimantan Timur melahirkan Suku Dayak Tunjung danSuku Dayak Benuaq, kemudian dengan

masuknya budaya melayu dan muslim melahirkan terbentuknya masyarakat Suku Kutai yang berbeda

budaya dengan Suku Dayak). Pada awalnya Kutai merupakan nama suatu teritori tempat bermukimnya

masyarakat asli Kalimantan atau Dayak. Suku Kutai berdasarkan jenisnya adalah termasuk suku melayu

tua sebagaimana Suku Dayak di Kalimantan Timur. Oleh karena itu secara fisik Suku Kutai mirip dengan

Suku Dayak rumpun Ot Danum. Hubungan Kekerabatan Suku Kutai dengan Suku Dayak diceritakan juga

Page 2: Suku Tenggarong Kutai Bermukim Di Tenggarong

dalam tradisi lisan Suku Dayak dengan berbagai versi di beberapa subsuku rumpun Ot Danum (karena

masing - masing subsuku memiliki sejarah tersendiri). Adat-istiadat lama Suku Kutai banyak kesamaan

dengan adat-istiadat Suku Dayak rumpun ot danum (khususnya Tunjung-Benuaq) misalnya; Erau

(upacara adat yang paling meriah), belian (upacara tarian penyembuhan penyakit), memang, dan mantra-

mantra serta ilmu gaib seperti; parang maya, panah terong, polong, racun gangsa, perakut, peloros, dan

lain-lain. Dimana adat-adat tersebut dimiliki oleh Suku Kutai dan Suku Dayak. Bahkan hingga saat ini

masih ada Suku Kutai di Desa Kedang Ipil, Kutai Kartanegara yang menganut kepercayaan kaharingan

sama halnya denganSuku Dayak.