suhu tubuh dan keseimbangan 78
TRANSCRIPT
LAPORAN FISIOLOGI HEWAN
“SUHU TUBUH & KESEIMBANGAN”
KELOMPOK 4
DIANFAIRUS QAMILA
LENNY PRASTIWINURUL SAMSIYAH
PUTRI EMILIA YURIZAYUSRI ANNISA. A
PBR 2011
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA2014
HASIL PENGAMATAN
Regulasi Suhu Tubuh Hewan Poikioterm (Katak)
Suhu tubuh awal katak : 30° C
Suhu air es : 9° C
Suhu air hangat : 40° C
Menit ke- Suhu katak saat direndam dalam air
es (° C)
Suhu katak saat direndam dalam air
hangat (° C)
1 29 27
2 28 28
3 27 31
4 26 33
5 25 33
Subjektivitas Reseptor Suhu
Perlakuan Sensasi
Tangan kanan dimasukkan ke air es (5°C)
kemudian ke air ledeng (34°C)
Awalnya mati rasa, kemudian seperti
kesemutan dan lama-lama menjadi hangat
Tangan kiri dimasukkan ke air panas (45°C)
kemudian ke air ledeng (34°C)
Awalnya mati rasa, kemudian seperti
kesemutan dan menjadi dingin
Keseimbangan pada Manusia
Posisi kepala Arah dan banyak putaran Sensasi saat berhenti
Menunduk Ke kanan 10 kali Pusing, dan berputar ke kanan
Dimiringkan ke kanan Tertarik ke belakang
Dimiringkan ke kiri Terdorong ke depan
Keseimbangan Katak
No. Perlakuan Respon Katak
1. Papan diputar Diam
2. Papan naik turun Diam (pegangan)
3. Diletakkan pada baskom yang
berisi air
Cara berenang masih lurus
(Normal)
4. Otak kiri ditusuk Melompat dengan posisi
miring dan berenang
dengan memutar balikkan
badan ke arah kiri
PEMBAHASAN
Regulasi Suhu Tubuh Hewan Poikioterm (Katak)
Termoregulasi merupakan suatu mekanisme pada makhluk hidup untuk mempertahankan
suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolerir (Campbell, 2004). Dalam
termoregulasi, hewan dibagi menjadi dua golongan, yakni poikioterm dan homoiterm
berdasarkan pengaruh sushu lingkungan. Pada hewan poikioterm suhu tubuhnya dipengaruhi
oleh suhu lingkungan sehingga sering disebut hewan berdarah dingin. Sedangkan hewan
homoiterm disebut sebagai hewan berdarah panas (Duke, 1995). Contoh hewan berdarah panas
adalah kelas aves dan mamalia sedangkan contoh hewan berdarah dingin adalah dari kelas
pisces, amphibia, dan reptil (Guyton, 1993).
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan regulasi suhu tubuh pada katak.
Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa saat katak diletakkan dalam air es (9° C), terjadi
penurunan suhu tubuh katak sebesar 1° C setiap satu menit sehingga setelah lima menit
diletakkan di air es, suhu tubuh katak turun 5° C menjadi 25° C. Saat katak diletakkan di air
hangat, terjadi kenaikan suhu tubuh sebesar 8° C selama lima menit sehingga rata-rata kenaikan
suhu tubuh katak setiap satu menit adalah 1,6° C.
Dari hasil tersebut dapat terlihat bahwa suhu tubuh katak dapat berfluktuasi sesuai
dengan kondisi lingkungannya. Hal ini terjadi karena katak merupakan salah satu hewan
poikioterm yang dapat mengubah suhu tubuhnya menyesuaikan dengan suhu lingkungan.
Pengaturan suhu untuk menyesuaikan terhadap suhu lingkungan yang rendah (ketika berada di
air es) dilakukan dengan cara memanfaatkan input radiasi sumber panas yang ada di sekitarnya
sehingga suhu tubuh di atas suhu lingkungan dan pengaturan untuk menyesuaikan terhadap suhu
lingkungan tinggi (ketika berada di air hangat) dengan penguapan air melalui kulit dan organ-
organ respiratori menekan suhu tubuh beberapa derajat dibawah suhu lingkungan. Oleh karena
itu, ketika suhu lingkungan turun, suhu tubuh katak juga ikut turun menyesuaikan
lingkungannya, demikian halnya pada suhu lingkungan yang tinggi maka suhu tubuh katak juga
akan semakin tinggi.
Pada regulasi tubuh katak, impuls akan dihantarkan sampai tingkat persepsi, lalu setting
point di hipotalamus akan mengubah suhu tubuh (akan beradaptasi dengan lingkungan,
hipotalamus berfungsi sebagai termostat). Pada hewan poikioterm, saraf pengatur suhu tubuh di
hipotalamus belum berkembang. Hal inilah yang membuat katak tak pernah menggigil namun
katak tetap memiliki ambang batas toleransi suhu yang bisa diterima tubuhnya. Adapun batas
toleransi suhu tubuh katak yaitu 10-40° C. Jika suhu melewati ambang toleransi tersebut akan
terjadi kerusakan enzim dan dapat menyebabkan kematian pada katak. Jika suhu melewati
ambang batas suhu tertinggi akan terjadi denaturasi enzim yaitu enzim akan sulit berkaitan
dengan substratnya.
Dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa katak termasuk hewan poikioterm,
dimana suhu tubuhnya ditentukan oleh keseimbangannya dengan kondisi lingkungannya dan
berubah-ubah menyesuaikan dengan lingkungan.
Subjektivitas Reseptor Suhu
Ketika tangan kanan dimasukkan ke dalam air es, terjadi perpindahan panas dari tubuh
ke lingkuanga secara konduksi. Suhu tangan menjadi menurun, peristiwa ini direspon oleh
reseptor dingin atau krause pada kulit yang mulai merespon pada suhu dibawah 20°C. selain itu,
suhu yang terlalu rendah menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan menyebabkan
pembekuan sel-sel darah. Hal ini yang menyebabkan tangan menjadi nyeri pada menit terakhir
perlakuan. Ketika tangan dimasukkan ke dalam air ledeng dengan suhu yang lebih tinggi,
sensasi yang dirasakan mati rasa karena reseptor harus beradapatasi dengan lingkungan baru.
Kemudian terasa seperti kesemutan yang menunjukkan aliran darah yang sempat terhambat
akibat vasokontriksi dan pembekuan sel darah. Setelah itu, praktikan merasakan rasa hangat yang
direspon oleh reseptor panas, yaitu ruffini. Reseptor ini mulai merespon suhu diatas 45°C.
Ketika tangan kiri praktikan dimasukkan kedalam air panas, terjadi perpindahan panas
dari lingkungan ke tangan praktikan, sehingga praktikan merasakan sensasi panas yang berasal
dari respon saraf ruffini. Suhu yang tinggi menyebbakan vasodilatasi pembuluh darah sehingga
yang terlihat warna kulit berubah menjadi kemerahan. Ketika dicelupkan kedalam air ledeng,
tangan menjadi mati rasa akibat adaptasi saraf reseptor pada kulit. Selanjutnya praktikan
merasakan kesemutan, hal ini disebabkan karena aliran darah yang terhambat karena suhu yang
rendah menyebabkan vasokonstriksi . Sensasi dingin di respon oleh saraf Krause akibat
perubahan suhu yang lebih rendah dari semula.
Suhu tubuh diatur oleh pusat pengatur suhu tubuh yang berada di hipotalamus. Reseptor
panas atau dingin yang berada di kulit akan mengirimkan impuls saraf ke medulla spinalis dan
kemudian ke daerah hipotalamus otak untuk membantu mengatur suhu tubuh.
Keseimbangan pada Manusia
Salah satu reseptor pengatur keseimbangan rotasi dan gravitasi tubuh manusia adalah kanalis
semisirkularis yang berupa 3 saluran setengah lingkaran. Kanalis semisirkularis mendeteksi
akselerasi atau deselerasi kepala rotasional atau angular. Masing-masing telinga mengandung
tiga kanalis semisirkularis yaitu anterior, posterior dan lateral. Ketiga kanal ini tersusun dalam
bidang tiga dimensi yang tegak lurus satu sama lain. Pada bagian dasar kanalis semisirkularis ini
juga terdapat struktur yang disebut ampula. Di dalam ampula terdapat reseptor sistem vestibular
yang disebut Krista ampularis. Rambut-rambut sensorik krista atau stereosilia ini tertanam pada
gelatin yang memanjang, disebut kupula. Kupula bergoyang sesuai arah gerakan cairan
endolimfe (Sherwood,2009).
Akselerasi atau deselari sewaktu rotasi kepala dalam arah apapun menyebabkan gerakan
endolimfe paling tidak pada salah satu kanalis semisirkularis. Ketika kepala tegak dan berotasi
kearah kanan dan kiri maka endolimfe pada kanalis semisirkularis laterallah yang bergerak.
Ketika kepala di tengadahkan dan di tundukkan maka endolimfe pada kanalis semisirkularis
anteriorlah yang bergerak. Sedangkan ketika kepala di miringkan ke kanan dan kiri maka
endolimfe pada kanalis semisirkularis posteriorlah yang bergerak.
Keseimbangan Katak
Pada hasil percobaan terlihat ketika papan diputar respon katak hanya diam, ini
dikarenakan ketika papan diputar katak masih berada pada posisi yang seimbang sehingga katak
tidak merespon. Ketika papan digerakkan naik turun, katak tetap diam tetapi katak berpegangan
pada gelas hal ini dikarenakan ketika digerakkan naik turun katak berusaha mencari
keseimbangan tubuhnya dengan respon berupa berpegangan pada gelas. Perlakuan ketiga yaitu
ketika katak diletakkan pada baskom yang berisi air cara berenang katak masih lurus dan normal.
Namun ketika otak katak bagian kiri ditusuk katak melompat dengan posisi miring dan berenang
dengan memutar balikan badan ke arah kiri, hal ini dikarenakan ketika otak kiri ditusuk maka
bagian tubuh sebelah kanan menjadi tidak berfungsi atau kehilangan keseimbangan akibatnya
katak cenderung menggerakkan badannya ke arah kiri ataumemutar balikkan badan ke arah kiri
ketika berenang.
Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik
(vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi,
dan jaringan lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal
ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan
eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti usia, motivasi, kognisi, lingkungan,
kelelahan,pengaruh obat, dan pengalaman terdahulu. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor
lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari
tubuh mempertahankan keseimbangan adalah menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor
eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu,
serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil. A., Jane B Reecee dan laurence. G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima3.
Erlangga : Jakarta
Duke, NH. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Cornstrock Publishing : new York
Ganong, William. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Guyton, DC. 1993. Fisologi Hewan. EGC. : Jakarta
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius
Pinel,J,P. 1993 Biopsycology 2nd ed. Massachusetts : Allyn and Bacon
Puspita. 1999. Psikologi faal. Depok : Universitas Gunadarma
Sherwood Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC