web viewselain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka...

33
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Berikut ini akan dipaparkan beberapa teori yang relevan untuk memecahkan permasalahan yang sedang diteliti. 1. Teori Konstruktivisme Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran konstruktivisme (constructivist theories of learning), yang menyatakan bahwa siswa harus menemukandan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan tersebut tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya dengan ide-ide yang dimilikinya. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vigotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif

Upload: phamthuan

Post on 30-Jan-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

Berikut ini akan dipaparkan beberapa teori yang relevan untuk

memecahkan permasalahan yang sedang diteliti.

1. Teori Konstruktivisme

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran

konstruktivisme (constructivist theories of learning), yang menyatakan bahwa

siswa harus menemukandan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek

informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan tersebut

tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan

pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala

sesuatu untuk dirinya dengan ide-ide yang dimilikinya. Teori ini berkembang dari

kerja Piaget, Vigotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi

kognitif yang lain, seperti Bruner (Slavin dalam Trianto, 2011:28).

Menurut konsep konstruktivisme, pengetahuan seseorang bersifat

temporer, terus berkembang, terbentuk dengan mediasi masyarakat dan

budaya.Pengetahuan itu tidak pernah berhenti berkembang.Pengetahuan dalam

diri seseorang terbentuk ketika seseorang mengalami tempaan kognitif. Melalui

perspektif ini belajar dapat dipahami sebagai proses terbentuknya konflik kognitif

yang bergulir dengan sendirinya dalam diri seseorang ketika yang bersangkutan

memperoleh pengalaman kongkrit, wacana kolaboratif, dan kegiatan melakukan

Page 2: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

7

refleksi. Para pendidik yang telah mencoba mewujudkan paradigma

konstruktivisme di dalam kelas kemudian mendeskripsikan prinsip-prinsip

pembelajaran berdasarkan paradigma tersebut.

Syukur Gazali (2002:118) mengemukakan bahwa kelas konstruktivistik

mempunyai ciri yang berbeda secara signifikan dengan keadaan kelas yang tidak

berwawasan konstruktivisme.Ciri yang dimaksud adalah seperti berikut ini.

a) Guru akan selalu berusaha menciptakan kelas yang dapat membuat siswa

berani berinteraksi.

b) Kelas selalu didorong untuk bekerja sama antar murid dan munculnya inisiatif

bekerjasama tersebut mendapatkan penghargaan.

c) Untuk memberikan kesadaran kepada siswa bahwa pelajaran yang

dipelajarinya itu bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, guru memberikan

tugas-tugas dan materi yang interdisiplin. Untuk itu, guru lain dari bidang

studi yang berbeda dapat hadir di suatu kelas untuk menyaksikan dan

memberikan penilaian terhadap kemajuan belajar siswa.

d) Memberikan ruang kepada peserta didik yang suka melakukan sesuatu yang

beresiko, misalnya dengan memberikan tugas-tugas yang penuh tantangan.

e) Suasana yang kolaboratif selalu diupayakan diciptakan di dalam kelas. Karena

itu guru perlu menghindari munculnya kebiasaan peserta didik yang acapkali

bertindak mencari “menang sendiri” dan tidak mau menerima dan menghargai

pendapat temannya.

Teori ini selanjutnya akandigunakan sebagai dasar kajian, untuk

mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar Pendidikan Agama Hindu

Page 3: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

8

melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa kelas XII

Bahasa SMA Negeri 1 Kerambitan semester 1 tahun pembelajaran 2011/2012.

2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning).

Killen (1998) pembelajaran kooperatif adalah teknik pembelajaran dan

juga filosofi pembelajaran yang mendorong siswa agar dapat bekerja bersama

untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran dengan teman

sejawat mereka.

Syaiful Sagala (2004:175)juga menyebutkan pembelajaran kooperatif

merupakan suatucara untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan

pembelajaran, dalam hal ini, tentu diperlukan model-model mengajar yang

dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan

juga kesulitan belajar peserta didik. Model dirancang untuk mewakili realitas

yang sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang

sebenarnya.Atas dasar pengertian tersebut, maka model pembelajaran harus

dipahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan

prosedur yang sistematik dalam belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.Pembelajaran

kooperatif merupakan pembelajaran yang dibentuk dalam suatu kelompok kecil

dimana siswa bekerjasama dan mengoptimalkan keterlibatan dirinya dan anggota

kelompoknya dalam belajar.Dalam belajar kooperatif, siswa diberikan dua

macam tanggung jawab yang harus mereka laksanakan.Pertama, semua siswa

terlibat dalam mempelajari dan menyelesaikan materi/tugas yang diberikan oleh

guru.Kedua, meyakinkan bahwa semua anggota dalam kelompok mengerti dan

Page 4: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

9

memahami tentang materi/tugas yang diterimanya.Dengan demikian siswa dapat

menyadari bahwa hasil yang diperoleh mempunyai manfaat bagi diri dan siswa

lainnya dalam kelompok tersebut.

Jonhson &Jonhson, 1994; Padmadewi, 2008 dalam Trianto (2011:23)

menyebutkanbahwa terdapat lima prinsip dalam pembelajaran kerja kelompok

yang dapat dikatagorikan sebagai pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) saling

ketergantungan secara positif, 2) interaksi tatap muka, 3) akuntabilitas individu

sehingga semua siswa dalam kelompok bertanggungjawab di dalam proses

pembelajaran mereka, 4) penggunaan keterampilan interpersonal yang tepat, dan

5) analisis hasil belajar secara berkelompok.

Trianto (2007:42) menyebutkan pembelajaran kooperatif merupakan suatu

model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil,

saling membantu untuk memahami suatu materi pelajaran, memeriksa dan

memperbaiki jawaban temannya yang salah, serta aktivitas lainnya dengan tujuan

untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. Pembelajaran kooperatif disusun

dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa

dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam

kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan

belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya Pembelajaran

kooperatif (Cooperative Learning) sangat bermanfaat bagi siswa dalam

meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan berkolaborasi, melatih

kepekaan diri, memahami perbedaan sikap dan perilaku dalam bekerjasama,

mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan

Page 5: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

10

motivasi belajar, harga diri dan sikap perilaku positif, sehingga siswa akan tahu

kedudukannya dalam belajar.Siswa dapat saling menghargai satu sama lain,

meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas akademik sehingga

dapat memahami konsep-konsep yang sulit.Pembelajaran kooperatif menekankan

pada pembelajaran kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerjasama untuk

mencapai tujuan yang optimal.

Pembelajaran kooperatif dalam prakteknya sangat tergantung pada kondisi

dan pokok permasalahan yang dipecahkan,meletakkan tanggungjawab individu

sekaligus kelompok, sehingga dari siswa tumbuh dan berkembang sikap dan

prilaku saling ketergantungan secara positif.Secara teknis siswa membentuk

kelompoknya sendiri dengan ketentuan jumlah anggota yang telah ditetapkan oleh

guru (antara 4-5 orang). Setiap individu dalam kelompok mendapat peran dan

tugas serta tanggungjawab yang sama. Setiap kelompok diberikan permasalahan

yang telah ditetapkan oleh guru, dan selanjutnya siswa mengorganisasikan sendiri

proses kerja di dalam kelompoknya. Kondisiyangdemikian dapat mendorong

siswa untuk belajar bekerjadan bertanggungjawab untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

Selanjutnya Trianto (2011:67) juga menyebutkan, walaupun prinsip dasar

pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat variasi dari model tersebut.

Setidaknya terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari

kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, yaitu:

(1) Pembelajaran Kooperatif tipe Student Tims Achievement Division (STAD), (2)

Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, (3) Pembelajaran Kooperatif tipe

Page 6: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

11

Investigasi Kelompok(Tims Games Tournaments atau TGT),dan (4) Pendekatan

Struktural yang meliputiThink Pair Share (TPS) dan Numberred Head

Together(NHT).

Perbedaan tipe pembelajaran kooperatif tersebut di atas, antara lain

sebagai berikut.

a. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil

dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.

Kelompok merupakan siswa campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin

dan suku. Diawali dengan penyampaian tujuan,penyampaian materi, kegiatan

kelompok, kuis dan penghargaan kelompok (Trianto, 2011:68).

Slavin dalam Trianto menyatakan bahwa pada STAD siswa

ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan

campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan

pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa

seluruh anggota tim menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa

diberikan tes tentang materi, pada saat tes mereka tidak diperbolehkan saling

membantu (Trianto, 2011:69).

b. Pembelajaran kooperatif tipe Investigasi Kelompok(Group Investigation/GI).

Model ini dikembangkan pertama kali di Thelan. Dalam perkembangannya

model ini diperluas dan dipertajam oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di

Universitas Tel Aviv, Israel. Dalam implementasi tipe ini, guru membagi

Page 7: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

12

kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 4-5 orang siswa yang

heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan

penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih kemudian

dipersiapkandan dipresentasikan kepada seluruh siswa (Trianto, 2011:79).

c. Pembelajaran kooperatif tipe Numberd Heads Together yaitu suatu teknik

belajar bersama dengan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk

saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

Selain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat

kerjasama mereka dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Dalam

pembelajaran ini, siswa dibagi atas beberapa kelompok, setiap siswa dalam

kelompok tersebut diberikan nomor urut sebagai tanda pengenal, masing-

masing kelompok diberikan tugas yang sama untuk dibahas bersama dalam

kelompoknya.Selanjutnya setelah selesai masalah dibahas dalam kelompok

guru memanggil salah satu nomor urut siswa dalam kelompok untuk

menyampaikan hasil diskusinya dan kelompok lain memberikan tanggapan

terhadap kesimpulan yang disampaikan oleh anggota kelompok yang ditunjuk.

Dalam pembelajaran ini siswa dipandang sama kemampuannya dalam

kelompok sehingga guru dapat menunjuk secara acak untuk membawakan

hasil diskusinya dalam kelompok tersebut (Trianto,2011:82).

d. Pembelajaran kooperatif tipe TPS (think-pair-share) dikembangkan oleh

Frang Lyman dan teman-temannya di Universitas Maryland. Model ini

merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa. Dengan asumsi bahawa semua diskusi

Page 8: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

13

membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan,

dengan prosedur yang digunakan memberikan siswa lebih banyak waktu

berpikir, untuk merespon dan saling membantu (Trianto,2011:81).

e. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), atau

Pertandingan Permainan Tim dikembangkan oleh David De Vries dan Keath

Edward (1995:93). Pada model ini siswa memainkan permainan dengan

anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka

(Trianto, 2011:83).

f. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model ini dikembangkan oleh Elliot

Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas. Dan diadopsi oleh slavin

dan teman-temannya di Universitas John Hopkins.Model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw adalah sebuah model pembelajaran yang

menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil.

Hal yang mendasar pada model Jigsaw ini adalah siswa sebagai anggota

kelompok asal pada dasarnya memiliki sebuah pemahaman konsep sedangkan

konsep-konsep lain didapatkan melalui diskusi kelompok dengan anggota

kelompoknya.Guru sebagaimotivator dan mediator pada saat diskusi

kelompok asal maupun kelompok ahli berlangsung.

Dari enam model pembelajaran kooperatif di ataspada penelitian ini akan

diterapkan modelpembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.Hal ini dilakukan karena

modelpembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki sejumlah keunggulan bila

dibandingkan dengan tipe yang lainnya.Kelebihan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsawantara lain sebagai berikut.

Page 9: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

14

1) Siswa secara individu dalam kelompok asal diberikan materi persub bab,

sehingga lebih mudah memahami materi;

2) Melalui diskusi kelompok ahli, pemahaman materi menjadi lebih mendalam

dan spesifik;

3) Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri

dan juga pembelajaran orang lain;

4) Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan pada kelompok asal,

tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut

pada anggota kelompok yang lain, sehingga pengetahuannya jadi bertambah;

5) Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang

ditugaskan.

Walaupun modelpembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki sejumlah

keunggulan sebagaimana diuraikan di atas, modelpembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw juga memiliki beberapa kelemahan,antara lain sebagai berikut.

1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawmemerlukan persiapan

khusus yang menuntut guru bekerja ekstra misalnya dalam mempersiapkan

LKS atau media lainnya, sehingga kurang diminati oleh guru dalam

pembelajaran di kelas.

2) Membutuhkan waktu yang lebih lama, bila penataan ruang belum terkondisi

dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat

menimbulkan kegaduhan.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw:

a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4-5 orang).

Page 10: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

Klp.Asal 1

A1,B1,C1, D1

Klp.Asal 2

A2, B2,C2, D2

Klp.Asal 3

A3,B3,C3,D3

Klp.Ahli A

A1, A2, A3, A4,A5,A6

Klp.Ahli B

B1, B2, B3, B4, B5, B6

Klp.Ahli C

C1, C2, C3, C4, C5, C6

Klp.Ahli D

D1, D2, D3, D4, D5, D6

Klp.Asal 4

A4, B4, C4, D4

Klp.Asal 5

A5, B5, C5, D5

Klp.Asal 6

A6,B6,C6, D6

15

b. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-

bagi menjadi beberapa sub bab.

c. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung

jawab untuk mempelajarinya.

d. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama

bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.

e. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas

mengajar teman-temannya.

f. Setiap anggota kelompok asal diharapkan memahami materi/konsep yang

sama melalui diskusi dalam kelompoknya.

g. Guru memberikan tes tulis pada siswa untuk dikerjakan yang memuat seluruh

konsep yang didiskusikan (Trianto, 2011:73).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdapat digambarkan sebagai berikut.

(Dikutip dari Modifikasi Lea:2007)

Gambar 1.Ilustrasi Kelompok Kooperatif tipe Jigsaw

Page 11: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

16

3. Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan segala kegiatan yang dilakukan baik secara jasmani

maupun rohani. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah

satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Menurut Tim Instruktur

PKG sebagaimana dikutip oleh Pujawan (2004:12), siswa dikatakan memiliki

keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri sebagai berikut.

a) Antusiasme mengikuti pembelajaran ditandai dengan adanya perilaku: a)

memperhatikan penjelasan guru, b) tidak mengerjakan pekerjaan lain saat

mengikuti pembelajaran, c) spontan bekerja apabila diberi tugas, dan d) tidak

terpengaruh situasi di luar kelas.

b) Terjadi interaksi antara siswa dengan guru ditandai dengan adanya peran

siswa dalam: a) bertanya kepada guru, b) menjawab pertanyaan guru, c)

memanfaatkan guru sebagai narasumber, dan d) memanfaatkan guru sebagai

fasilitator.

c) Terjadi interaksi antara siswa dengan siswa ditandai dengan adanya perilaku:

a) bertanya kepada teman dalam satu kelompok, b) menjawab pertanyaan

teman dalam satu kelompok, c) bertanya kepada teman dalam kelompok lain,

dan d) menjawab pertanyaan teman dalam kelompok lain.

d) Adanya kerjasama kelompok ditandai dengan perilaku: a) membantu teman

dalam kelompok yang menjumpai masalah, b) meminta bantuan kepada

teman, jika mengalami masalah, c) mencocokkan jawaban/konsepsinya dalam

satu kelompok, dan d) Adanya pembagian tugas dalam kelompok.

Page 12: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

17

e) Aktivitas siswa dalam kelompok ditandai dengan adanya peran siswa dalam:

a) mengemukakan pendapat, b) menanggapi pertanyaan/pendapat teman

sejawat, c) mengerjakan tugas kelompok, dan d) menjelaskan

pendapat/pekerjaannya.

f) Partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran dapat dilihat dengan

adanya perilaku siswa: a) mengacungkan tangan untuk ikut menyimpulkan, b)

merespon pernyataan/simpulan temannya, c) menyempurnakan simpulan yang

dikemukakan oleh temannya, dan d) menghargai pendapat temannya.

Lebih lanjut Pujawan (2004:13) mengemukakan bahwa aktivitas siswa

memegang peranan yang sangat penting, mengingat bahwa aktivitas siswa secara

integral baik secara fisik maupun non fisik akan membantu siswa dalam

memahami ajaran-ajaran agama Hindu yang umumnya bersifat abstrak. Oleh

karena itu, dalam pemilihan model pembelajaran seorang guru hendaknya

mengusahakan metode yang dapat mengaktifkan siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini aktivitas yang akan

diamati terdiri-dari 6 aspek perilaku siswa yang dimodifikasi dari ciri-ciri

perilaku di atas yaitu:1) antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, 2)

interaksi antara siswa dengan guru, 3) interaksi antara siswa dengan siswa, 4)

kerjasama dalam kelompok, 5) aktivitas siswa dalam diskusi kelompok, dan 6)

partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran.

4. Hasil Belajar Matematika

Dimyati dan Moedjiono (1994:40) menyebutkan hasil belajar merupakan

hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau tindak belajar.Selanjutnya

Page 13: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

18

disebutkan ciri-ciri belajar ada tiga yaitu: 1) hasil belajar memiliki kapasitas

berupa pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, sikap dan cita-cita, 2) adanya

perubahan mental dan jasmani, dan 3) memiliki dampak pengajaran dan dampak

pengiring.

Taksonomi Bloom dalam buku Profesionalisme Guru (Zainal Agip,

2002:18) menyatakan, hasil belajar dapat di bedakan atas tiga ranah yaitu ranah

kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan

perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui dan memecahkan

masalah, yaitu meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis

dan evaluasi. Ranahafektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi,

dan penyesuaian perasaan sosial, yaitu meliputi: kemauan menerima, kemauan

menanggapi, keyakinan, penerapan karya dan ketekunan ketelitian. Ranah

Psikomotor berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual dan

motorik, yang meliputi: persepsi, kesiapan melakukan sesuatu kegiatan,

mekanisme, respon terbimbing, kemahiran, adaptasi dan originasi.

Hasil belajar adalah keseluruhan hasil proses pembelajaran yang

dilakukan dalam kurun waktu tertentu yang ditandai dengan adanya kemampuan

penguasaan konsep, perubahan sikap dan perilaku siswa serta mampu dan

terampil mempraktikkan/menerapkan baik secara individu maupun secara

bersama-sama dalam kehidupan bermasyarakat, dan bernegara.

Hasil belajar matematika merupakan suatu gambaran dari penguasaan

kemampuan serta memiliki sikap yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama

sebagaimana telah ditetapkan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk

Page 14: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

19

menentukan tingkat dan penguasaan hasil belajar dilakukan tindakan penilaian

secara menyeluruh dan berkesinambungan sesuai karakteristik mata pelajaran

Pendidikan Agama Hindu yaituuntuk mengembangkan dan membina peserta didik

agar menjadi manusia dewasa yang memiliki kepribadian mulia dan luhur, serta

mampu bertanggung jawab sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat

yang berakhlak mulia dan memiliki peningkatan potensi spiritual.Akhlak mulia

mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari

PendidikanAgama Hindu.Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan,

pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-

nilaikeagamaan tersebut dalam kehidupan individu ataupun

kolektifkemasyarakatan.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar matematika dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-

faktor tersebut dalam banyak hal saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama

lainnya. Sudjana (2000:16), Suryabrata (1995:65) dan Purwanto (2000:54)

mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah

faktor luar (eksternal) dan faktor dalam (internal). Faktor luar (eksternal) terdiri

dari lingkungan, meliputi: lingkungan alami dan lingkungan sosial. Faktor luar

lainnya adalah instrumental meliputi kurikulum, program, sarana dan tenaga

kependidikan. Faktor lingkungan sekolah sangatlah berpengaruh dalam

pencapaian prestasi belajar matematika, terutama situasi belajar di dalam kelas.

Dalam pembelajaran di kelas peran guru sangat dominan, terutama kemampuan

guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusi fsehingga akan tercipta

Page 15: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

20

kondisi pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup

bagi pengembangan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan psikologis siswa.

Sedangkan faktor dalam (internal) terdiri atas faktor fisiologis meliputi

kondisi fisik secara umum dan kondisi panca indra; dan faktor psikologis meliputi

minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Siswa yang memiliki

minat belajar tinggi diharapkan mencapai hasil belajar yang lebih baik daripada

siswa dengan minat belajar rendah. Demikian pula motivasi sangat berpengaruh

pada hasil belajar siswa.

Dengan demikian, hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh

berbagai faktor dan merupakan interaksi dari faktor-faktor tersebut. Agar dicapai

hasil belajar yang baik maka faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

hendaknya dikelola dengan baik.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Miftachul Jannah (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan

Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam

Pembelajaran Biologi di Kelas XI IPA 2 SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran

2009/2010” menyatakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Biologi di kelas XI IPA 2

SMA Batik 2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Hasil dari observasi

menunjukkan rata-rata indikator motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi

pada siklus I adalah 70,42% dan pada siklus II adalah 82,92% meningkat 12,5%.

Page 16: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

21

Hasil angket motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Biologi menunjukkan rata-

rata indikator dari aspek I yaitu dorongan internal pada siklus I adalah 73,49% dan

pada siklus II 76,51% meningkat 3,02%. Rata-rata dari aspek II yaitu dorongan

eksternal pada siklus I adalah 73,81% dan siklus II 76,13%. meningkat 2,32%.

Selanjutnya Budiasa (2007) dalam penelitiannya yang berjudul ”Penerapan

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsawpada Mata Pelajaran Biologi dalam Upaya

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Kerambitan Tahun

Pelajaran 2007/2008” juga menyatakan bahwa dengan pemanfaatan pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran Biologi hasil belajar siswa kelas X-1

SMA Negeri 1 Kerambitan dapat ditingkatkan. Terlihat dari data penelitian pada

siklus I rata-rata prestasi belajar siswa 58,94 pada siklus II menjadi 71,29;

ketuntasan belajar pada siklus I adalah 64,71% menjadi 85,29% pada siklus II. Ini

menandakan adanya peningkatan prestasi belajar 12,30 dan ketuntasan belajar

20,58 %.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua hasil

penelitian di atas sejalan dengan kajian teori yang telah dipaparkan

sebelumnya.Pada dasarnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.Hasil-hasil penelitian ini

memperkuat kajian teori yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Page 17: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

Model Kooperatif tipe Jigsaw(Konstruktivisme)

Teoretis Empiris

Keunggulan model Kooperatif Jigsaw menumbuhkan minat, bakat, aktivitas, iklim belajarHasil Penelitian Yang Relevan

Aktivitas dan Hasil belajar matematika

22

C. Kerangka Berpikir

Adapun kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut.

Gambar 2. Kerangka Berpikir

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa, menurut konsep

konstruktivisme, pengetahuan seseorang bersifat temporer, terus berkembang,

terbentuk dengan mediasi masyarakat dan budaya. Pengetahuan itu tidak pernah

berhenti berkembang. Pengetahuan dalam diri seseorang terbentuk ketika

seseorang mengalami tempaan kognitif. Melalui perspektif ini belajar dapat

dipahami sebagai proses terbentuknya konflik kognitif yang bergulir dengan

sendirinya dalam diri seseorang ketika yang bersangkutan memperoleh

pengalaman kongkrit, pembelajaran kolaboratif, dan kegiatan melakukan refleksi.

Page 18: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

23

Hal itu berarti bahwa seseorang akan dapat mengkonstruksi pemahamannya

apabila diberikan waktu dan kesempatan untuk melakukan eksplorasi dan

elaborasi secara mandiri dalam pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu model

yang beraliran konstruktivistik dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok

kecil, saling membantu untuk memahami suatu materi pelajaran, memeriksa dan

memperbaiki jawaban temannya yang salah, serta aktivitas lainnya dengan tujuan

untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. Pembelajaran kooperatif disusun

dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa

dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam

kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan

belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat mempengaruhi beberapa

faktor-faktor yang berkaitan dengan hasil belajar, seperti faktor internal dan

ekternal sebagai berikut.

1) Minat, dengan model pembelajaran yang khas model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw akan memberikan warna baru dalam pembelajaran dimana

sebelumnya lebih sering menggunakan metode ceramah. Dengan adanya

variasi dalam penyajian pembelajaran akan lebih menarik sehingga dapat

membangkitkan minat atau kemauan siswa untuk belajar.

2) Motivasi, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membangkitkan

motivasi siswa karena adanya interaksi multi arah yaitu interaksi antara siswa

dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan materi pembelajaran.

Page 19: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

24

Komunikasi yang dibangun melalui pola pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

merupakan cara yang sangat ampuh untuk membangkitkan motivasi siswa.

3) Aktivitas, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan ruang

kepada siswa untuk saling berdiskusi, saling menjelaskan, serta saling

berargumen dalam pembahasan materi pelajaran. Aktivitas akan dibangun

melalui pembiasaan saling mengemukakan pendapat, aktif melakukan

eksplorasi dan elaborasi yang sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran yang sedang dibahas.

4) Rasa percaya diri, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdapat

menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa, karena siswa merasa bahwa

pemahaman terhadap materi pelajaran diperolehnya sendiri atau melalui

diskusi dengan temannya.

5) Suasana Pembelajaran yang kondusif, model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsawmemberikan kenyamanan dalam pembelajaran, dimana siswa tidak

harus hanya menjadi pendengar saja. Suasana pembelajaran terkesan alamiah

dan tidak menegangkan. Kondisi yang kondusif ini juga sangat mempengaruhi

kecepatan siswa menangkap inti pelajaran yang sedang dibahas.

Apabila faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar tersebut di

atas dapat ditingkatkan, maka sangat logis dan beralasan kuat bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar.

Logika ini juga didukung oleh hasil penelitian yang relevan dengan objek

yang diteliti dalam penelitian ini (kajian empirik), menyatakan bahwa model

Page 20: Web viewSelain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memecahkan masalah ... membaca sub bab ... kemahiran

25

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa sebagaimana telah dipaparkan di atas.

Dengan demikian sangat beralasan bahwa secara teori maupun empirik

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar mtematika siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Dompu semester 1 tahun

pelajaran 2012/2013.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut.

“Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar Matematika siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1

Dompu semester 1 tahun pelajaran 2012/2013”.