studi tentang manajemen kurikulum terpadu mata...
TRANSCRIPT
STUDI TENTANG MANAJEMEN KURIKULUM TERPADU MATA PELAJARAN KEPANDUAN DI
SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) AL-ISLAM KUDUS
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1)
Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam
Disusun Oleh:
ASRI ADRIYATI
NIM : 3103187
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2008
ب
Drs. Abdul Kholiq, M.Ag
Jl. Jatisari Baru 1 RT.03/I
Mijen Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 4 (empat) eks.
Hal : Naskah Skripsi
a.n Sdri. Nur Farida
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini
saya kirim naskah Skripsi saudari:
Nama : Asri Adriyati
NIM : 3103187
Judul : STUDI TENTANG MANAJEMEN KURIKULUM
TERPADU MATA PELAJARAN KEPANDUAN
SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) AL-
ISLAM KUDUS
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadi maklum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, Juli 2007
Pembimbing,
Drs. Abdul Kholiq, M.Ag NIP : 150 279 726
ج
PENGESAHAN PENGUJI
Tanggal Tanda Tangan
Drs. Saefudin Zuhri, M.Ag. _______________ ________________ Ketua Syamsul Ma’arif, M.Ag _______________ ________________ Sekretaris Drs. Fatah Syukur, M.Ag. _______________ ________________ Anggota I Drs. Wahyudi, M.Pd. _______________ ________________ Anggota II
ii
د
ABSTRAK
Asri Adriyati (NIM: 3103187). Studi tentang Manajemen Kurikulum Terpadu Mata Pelajaran Kepanduan Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al-Islam Kudus. Semarang: Program Strata S1 Jurusan Kependidikan Islam IAIN Walisongo 2008.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) konsep dasar mengenai manajemen kurikulum terpadu kepanduan; 2) sejauh mana implementasi manajemen kurikulum terpadu mata pelajaran kepanduan yang ada di SDIT Al-Islam Kudus.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan analisa data secara induktif. Data-data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, interview dan dokumentasi yang kemudian dianalisis dengan menggunakan tehnik analisa induktif. Dari implementasi manajemen kurikulum terpadu mata pelajaran kepanduan itu dapat diketahui : 1) pengertian dan pola pengembangan manajemen kurikulum terpadu mata pelajaran kepanduan; 2) implementasi manajemen kurikulum terpadu mata pelajaran kepanduan dengan menggunakan fungsi-fungsinya.
Kemudian dari kajian dan temuan diatas, kiranya dapat dijadikan sebagai acuan untuk menyusun dan merumuskan suatu kurikulum kepanduan dengan keterpaduannya terhadap kurikulum sekolah tanpa meninggalkan dasar-dasar pendidikan Islam.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan pemikiran, informasi, pengetahuan serta sumbangsih masukan bagi para praktisi pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan, para pemikir pendidikan, mahasiswa dan seluruh pihak yang membutuhkannya di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
ه
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak
berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga
skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat
dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 17 Januari 2008
Deklarator
Asri Adriyati NIM : 3103187
و
MOTTO
الد من كصيبن سنال تة واآلخر ارالد الله اكا آتغ فيمتاباوين…
“Dan cari lah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan)
duniawi...” (QS. Al-Qashas: 77)1
1 Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Jumanatul ‘Ali-ART, 2004), hlm. 395.
ز
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
• Ibunda Siti Fatimah tercinta yang dengan penuh kasih sayang dan tetesan
air mata serta doa yang tulus nan suci ananda harapkan dapat terus
menyongsong masa depan dalam menghadapi tantangan hidup, rasa terima
kasih tidak dapat ananda ucapkan walaupun dengan kata-kata yang paling
manis sekalipun dan juga ayahanda Sadeli yang dengan iringan doa selalu
menyertai langkah ananda dalam menghadapi kehidupan, semoga Allah
selalu memberikan kasih sayang dan ridloNya.
• Kakak- kakakku & keponakan kecilku tersayang, terima kasih atas motivasi,
perhatian dan dukungannya serta menghibur penulis dalam suka maupun
duka selama ini.
• Semua sahabatku terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya.
• Segenap para pembaca yang budiman.
ح
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW yang selalu penulis harapkan syafaahnya.
Berkat rahmat, nikmat serta kasih sayang Allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan dan menyajikan skripsi ini guna memenuhi syarat untuk
memperoleh gelar sarjana dalam ilmu pendidikan Islam (Tarbiyah).
Penulis sadar sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan jika tanpa
uluran tangan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak baik bersifat materiil
maupun spirituil. Dengan teriring rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih
kepada mereka yang berjasa, khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M.Ed., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang
2. Ibu Dra. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd. dan Bapak Ismail SM, M.Ag., selaku dosen
dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan
fikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan
skripsi ini.
3. Para dosen pengajar sekaligus sebagai penguji dan staf karyawan di lingkungan
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
4. Ibu Istifaizah, S.Ag., selaku Kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Islam
Kudus beserta segenap guru khususnya pengajar kepanduan dan seluruh
karyawan yang telah memberikan ijin dan membantu dalam penelitian skripsi
ini.
5. Ibunda tercinta Siti Fatimah yang tak pernah lelah memberikan motivasi dan
doa yang tulus bagi penulis selama menyelesaikan studi serta penyusunan
skripsi dan juga ayahanda Sadeli yang turut serta mendampingi dengan doanya
kepada penulis.
6. Kepada kakak-kakakku tercinta mbak Zaenab dan suaminya, mas Wan, mas
Dullah dan istrinya, mas Fauzi, mas Wahib yang telah memberikan dukungan
ط
serta semangat juga keponakan kecilku tersayang Fia dan Ardi yang selalu
menghibur penulis saat suka maupun duka selama penyusunan skripsi.
7. Kepada kakak seperjuanganku (mbak Fadhil dan mbak Nur) yang juga telah
memberikan support dan bantuannya.
8. Teman-teman seperjuanganku (Isun, Ipeh, Lulu’ & Anita) terima kasih atas
kebersamaan suka dan duka juga semangat yang kalian berikan. Serta teman-
teman di Metamorfosa House (mpok atie, suidhoh dan Icoh) yang telah
memberikan perhatian, kebersamaan serta motivasinya.
9. Teman-teman seperjuanganku di HMI MPO Fakultas Tarbiyah, sekaligus
seluruh warga Assalam (mbak naning, mbak Um, ninok, iik, devi, cuplis,
cimus dan umpling) yang telah memberi tempat, motivasi, bantuan serta
menghibur penulis dengan canda, kebersamaan, tangis dan tawa kalian disaat
suka maupun duka selama menyelesaikan skripsi. Dan juga tak lupa seluruh
warga waalaikum yang turut membantu.
10. Mas Ipung yang telah menyediakan tempat, tenaga dan waktunya dalam proses
pengetikan skripsi.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Atas jasa-jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal
mereka diterima disisi Allah SWT. dan mendapat balasan pahala yang lebih serta
mendapatkan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Kemudian penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan
dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang konstruktif
dari para pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
bagi para pembaca pada umumnya. Amin.
Semarang, 17 Januari 2008
Penulis
ي
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
NOTA PEMBIMBING .............................................................................. ii
PENGESAHAN ......................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
DEKLARASI ............................................................................................. v
MOTTO ..................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar belakang masalah .................................................................. 1
B. Penegasan istilah ........................................................................... 6
C. Rumusan masalah .......................................................................... 8
D. Tujuan penelitian............................................................................. 8
E. Telaah pustaka ................................................................................ 8
F. Metode penelitian ........................................................................... 10
BAB II MANAJEMEN KURIKULUM TERPADU KEPANDUAN ...... 14
A. Konsep dasar manajemen................................................................ 14
1. Pengertian manajemen ............................................................. 14
2. Tujuan manajemen .................................................................. 15
3. Fungsi manajemen .................................................................... 17
B. Kurikulum terpadu ........................................................................ 19
1. Pengertian kurikulum terpadu ................................................. 19
2. Karakteristik kurikulum terpadu ............................................. 22
3. Komponen-komponen kurikulum terpadu ............................... 24
ك
C. Kepanduan ...................................................................................... 28
1. Pengertian dan sejarah perkembangan kepanduan .................. 28
2. Eksistensi kepanduan dalam pendidikan................................... 30
D. Manajemen kurikulum terpadu kepanduan..................................... 32
1. Perencanaan kurikulum terpadu kepanduan ............................ 32
2. Pengorganisasian kurikulum terpadu kepanduan...................... 34
3. Pengarahan kurikulum terpadu kepanduan ............................... 35
4. Evaluasi kurikulum terpadu kepanduan .................................... 35
BAB III MANAJEMEN KURIKULUM TERPADU MATA
PELAJARAN KEPANDUAN DAN PELAKSANAANNYA DI
SDIT AL-ISLAM KUDUS ................................................................. 37
A. Kondisi umum SDIT Al-Islam Kudus ........................................... 37
B. Implementasi manajemen kurikulum terpadu mata pelajaran
kepanduan ...................................................................................... 44
BAB IV ANALISIS TENTANG MANAJEMEN KURIKULUM
TERPADU MATA PELAJARAN KEPANDUAN.............................. 53
A. Analisis terhadap perencanaan kurikulum terpadu mata
pelajaran kepanduan ....................................................................... 53
B. Analisis terhadap pengorganisasian kurikulum terpadu mata
pelajaran kepanduan........................................................................ 55
C. Analisis terhadap pengarahan kurikulum terpadu mata pelajaran
kepanduan ....................................................................................... 57
D. Analisis terhadap evaluasi kurikulum terpadu mata pelajaran
kepanduan ....................................................................................... 58
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 60
A. Kesimpulan .................................................................................... 60
B. Saran - saran ................................................................................... 60
C. Kata penutup .................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ل
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar Keadaan Siswa SDIT Al-Islam Kudus .............................. 42
Tabel 2 Daftar Guru dan Karyawan SDIT Al-Islam Kudus ...................... 43
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Format pendidikan nasional yang sudah bergulir puluhan tahun,
ternyata belum juga mampu melahirkan manusia-manusia Indonesia yang
bertanggung jawab, jujur dan memiliki integritas yang tinggi. Yang terjadi
justru sebaliknya, moral bangsa semakin terperosok kedalam kubangan
lumpur yang menjijikkan. Indonesia kini telah menjadi bangsa yang dikenal
sebagai negara dengan tingkat korupsi, tingkat kerusakan lingkungan, tingkat
kriminalitas, penggunaan narkoba dan penghutang tinggi di dunia. Semua itu
terjadi karena format pendidikan yang diterapkan mengalami ketimpangan
kurikulum. Pada sektor pendidikan umum terjadi “sekularisasi pendidikan”,
yang memisahkan pendidikan umum dari pendidikan agama yang
sesungguhnya sarat dengan pesan-pesan moral, sementara di sektor
pendidikan agama yang banyak diselenggarakan dalam institusi madrasah atau
pesantren terjadi “sakralisasi” yakni, muatan-muatan agama yang seolah
“tidak peduli” dengan apa yang terjadi dan berkembang di dunia.
Oleh karena itu, terlebih dahulu perlu untuk mengetahui lebih lanjut
tentang hakikat tujuan pendidikan islam yang sebenarnya. Pada dasarnya
islam merupakan agama yang sempurna, memberikan pijakan yang jelas
tentang tujuan dan hakikat pendidikan yakni memberdayakan potensi fitrah
manusia yang condong kepada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan, sehingga
manusia dapat memfungsikan dirinya sebagai hamba. Dalam firman Allah QS.
Adz Dzariyat : 56
)56: الذريات . (وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”1 (QS. Adz-Dzariyat; 56)
1 Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Al Jumanatul Ali,
2004), hlm. 524.
2
Disamping itu manusia juga mempunyai peran menjalankan risalah
yang dibebankan kepadanya sebagai khalifah dimuka bumi. Hal ini
sebagaimana dalam firman Allah QS. Al Baqarah : 30
)30: البقرة (...وإذ قال ربك للملائكة إني جاعل في الأرض خليفة
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.”2 (QS. Al-Baqarah : 30)
Dengan demikian pendidikan berarti merupakan suatu proses membina
seluruh potensi manusia sebagai makhluk yang beriman dan bertaqwa, berfikir
dan berkarya untuk kemaslahatan diri dan lingkungannya.
Tujuan pendidikan seharusnya mengajarkan, mengasuh, melatih,
mengarahkan, membina dan mengembangkan seluruh potensi peserta didik
dalam rangka menyiapkan untuk merealisasikan fungsi dan risalah
kemanusiaannya dihadapan Allah SWT : yaitu mengabdi sepenuhnya kepada
Allah SWT dan menjalankan misi kekhilafahannya dimuka bumi sebagai
makhluk yang berupaya memakmurkan kehidupan dalam tatanan hidup
bersama dengan aman, damai dan sejahtera.3
Dengan landasan filosofis seperti itulah, sepanjang sejarah pendidikan
Islam sejak awal abad 7-11 M telah membuktikan diri sebagai umat yang
memiliki peradaban gemilang dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yakni tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
kebudayaan Islam merupakan akibat dari berpadunya unsur-unsur pembawaan
ajaran Islam dengan unsur-unsur yang berasal dari luar.4
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam sejarah pendidikan
Islam tidak dikenal istilah pendikotomian ilmu yaitu dikotomi antara ilmu-
ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Secara teoritis, ajaran dasar Islam
2 Ibid., hlm. 7. 3 Abdur Rahman Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan menurut Al Quran
dan Implementasinya, (Bandung: CV. Diponegoro), hlm. 151. 4 Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2004), cet.7, hlm.106.
3
tidak memberikan tempat pada pola pikir dikotomis dalam pendidikan dan
keilmuan Islam.5
Sedangkan menurut Abdurrahman Saleh Abdullah menyatakan bahwa
didalam pendidikan Islam memiliki tiga tujuan pokok yakni tujuan jasmaniah
(ahdaf al-jismiyyah), tujuan ruhani (ahdaf al-ruhiyyah) dan tujuan mental
(ahdaf al-aqliyyah). Ketiga tujuan tersebut merupakan keterpaduan utuh dari
tubuh, ruh dan akal yang masing-masing tidak terpisah.6
Sehingga membangun suatu sistem pendidikan yang baik berarti
menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang mampu membentuk kepribadian
peserta didik, sebagaimana ungkapan Ahmad D. Marimba, yang dikutip oleh
Abudin Nata bahwa pendidikan itu sendiri diartikan sebagai bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan-perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.7
Tentu saja dalam prosesnya tidak menyimpang pada pedoman umat Islam
yakni al Qur’an dan al Hadits.
Dalam kepribadian seseorang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas
pengalaman belajarnya. Sehingga kegiatan pendidikan yang baik menuntut
konsekwensi dengan menciptakan lingkungan belajar dalam suatu arena (area)
belajar yang secara sengaja direkayasa sedemikian rupa. Dengan demikian
kegiatan pramuka merupakan salah satu alternatif jalan keluar agar dapat
mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, hal ini sebagaimana sejarah
munculnya kegiatan pramuka yang diselenggarakan oleh Lord Robert Boden
Powell of Giwell8 dengan bermula dari pengalaman hidup beliau yang
kemudian tergugah untuk mengeluarkan gagasan mengenai pembinaan remaja
di negeri Inggris. Pembinaan remaja inilah yang terus tumbuh berkembang
sehingga menjadi gerakan pendidikan kepramukaan sekarang.
5 Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik; Humanisme
Religius sebagai Paradigma Pendidikan Islam,(Yogyakarta: Gama Media, 2002), hlm.7. 6 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al Quran,(Jakarta :
PT.Rineka Cipta,2005), hlm. 137. 7 Abudin Nata, Filsafat pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm.
49. 8 M. Amin Abbas, dkk., Pedoman Lengkap Gerakan Pramuka, (Semarang: Beringin Jaya,
1994), hlm. 19.
4
Dalam konteks itulah sekolah Islam terpadu mencoba meretas jalan
membangun pendidikan berkualitas dengan berupaya menciptakan pendidikan
kepanduan yang mengintegrasikan berbagai komponen dan kekuatan yang
diharapkan mampu membentuk pendidikan yang kokoh dan efektif.
Sehingga pandu sekolah Islam terpadu merupakan bagian dari sistem
pendidikan Islam yang melengkapi kekurangan pada proses KBM formal dan
bagian-bagian lain, dengan demikian penyelenggaraan pendidikan bear-benar
utuh dan menyeluruh mengarah kepada tercapainya tujuan pendidikan Islam.
Dalam pendidikan umum (baca: sekolah) ataupun madrasah biasa menyebut
pandu dengan istilah pramuka, namun sekolah Islam terpadu
menyelenggarakan kepanduan dengan memiliki format yang lebih jelas,
terarah serta terkoordinasi yang sudah pasti berbeda dengan format kegiatan
pramuka pada umumnya yaitu penyelenggaraan kegiatan dilaksanakan diluar
KBM formal atau ekstrakurikuler.
Oleh karena itu kurikulum menjadi salah satu aspek penting dari
sistem dan penyelenggaraan pandu sekolah Islam terpadu. Hal ini
sebagaimana ungkapan Zamroni bahwa kurikulum diibaratkan dengan tubuh,
kurikulum merupakan jantungnya pendidikan 9 kurikulum adalah seperangkat
rancangan nilai, pengetahuan dan ketrampilan yang harus ditransfer kepada
peserta didik dan bagaimana proses transfer tersebut harus dilaksanakan.
Jadi, pandu sekolah Islam terpadu muncul dengan kurikulum yang
tentunya akan berbeda bahkan tidak ada pada kegiatan pramuka. Di sekolah
ini kurikulum kepanduan menjadi bagian bentuk ciri khusus dalam kegiatan
pramuka yakni dengan membentuk kurikulum yang integrated, hal ini
sebagaimana dijelaskan oleh Nasution10 dengan membagi jenis-jenis
kurikulum menjadi 3 bentuk; yang salah satunya adalah Integrated
Curriculum. Integral berasal dari kata “Integer” yang berarti unit. Dengan
integrasi dimaksud perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan keseluruhan.
Jadi, yang dimaksud bukan hanya segi penyajian bahan pelajaran dalam
9 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf, 2000), hlm. 128. 10 S. Nasution, M.A., Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Ed. 2, Cet. 4,
hlm.195-196.
5
bentuk kurikulum, akan tetapi juga berorientasi pada tujuannya. Dengan
kebulatan bahan pelajaran diharapkan membentuk anak-anak menjadi pribadi
yang “integrated” yakni manusia yang sesuai atau selaras hidupnya dengan
sekitarnya.
Disamping itu, lembaga pendidikan merupakan suatu organisasi yang
berupaya mencapai tujuan pendidikan yang dicanangkan. Menurut Tilaar yang
dikutip oleh Jasa Ungguh Muliawan11 memaparkan bahwa; efektivitas dan
efisiensi mekanisme kerja operasional lembaga pendidikan dalam membantu
keterselenggaraan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor
kualitas manajemen pendidikan, sehingga kurikulum sendiri tentunya
memerlukan manajemen yang baik. Manajemen pada hakikatnya berkenaan
dengan cara-cara pengelolaan suatu lembaga agar supaya tujuan lembaga
tersebut tercapai secara efisien dan efektif.12 Sedangkan
pengelolaan/manajemen pendidikan fokus dari segala usahanya adalah terletak
pada PBM yang di dalamnya tak terlepas dengan kurikulum. Jadi, manajemen
kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan
diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara
kontinyu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi
membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.13
Sesuai dengan penjabaran diatas bahwa pandu sekolah Islam terpadu
merupakan wujud bentuk kegiatan pendidikan dengan orientasi yang berbeda
dengan kegiatan pramuka pada sekolah umum, maka tentunya manajemen
kurikulum kepanduan yang telah mengintegral atau menjadi bagian dari
kurikulum sekolah tersebut akan sangat berpengaruh terhadap proses serta
prospek kegiatan pendidikan tersebut. Sehingga bagaimana manajemen
kurikulum terpadu mata pelajaran kepanduan yang diterapkan perlu diteliti
sebagai salah satu model dalam mengembangkan kualitas kegiatan
11 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif; Upaya Mengintegrasikan
Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 190. 12 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), Cet. 3, hlm. 1. 13 Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), (Jakarta:
Rineka Cipta, 1996), hlm.80.
6
kepanduan/pramuka pada sekolah-sekolah di Indonesia. Sehubungan dengan
hal tersebut penulis memberanikan diri untuk menulis skripsi yang berkaitan
dengan manajemen kurikulum terpadu mata pelajaran kepanduan. Sedangkan
judul yang dapat penulis ajukan untuk permasalahan diatas adalah “STUDI
TENTANG MANAJEMEN KURIKULUM TERPADU MATA
PELAJARAN KEPANDUAN DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU
(SDIT) AL ISLAM KUDUS”.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah pemahaman dalam judul penelitian ini, maka
penulis perlu memberi pengertian dan batasan dari istilah-istilah yang
digunakan dalam judul penelitian ini.
1. Studi
Kata “studi” berasal dari bahasa inggris “study” yang berarti
penelitian ilmiah; kajian, telaahan.14
2. Manajemen
Manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi,
memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspek nya
agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.15
Manajemen yang dimaksud disini adalah manajemen yang
terorganisasi dalam suatu lembaga pendidikan.
3. Kurikulum Terpadu
Kurikulum terpadu terdiri dari 2 kata yaitu kurikulum dan terpadu.
Dalam kamus besar bahasa indonesia, kurikulum berarti perangkat mata
pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan.16
Kurikulum disini tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi
meliputi seluruh kehidupan dalam kelas. Sebagaimana definisi William B
Ragan yang dikutip oleh Nasution yang menjelaskan arti kurikulum
14 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Edisi ketiga, hlm. 1093. 15 Nanang Fattah, Op. Cit., hlm. 1. 16 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., hlm. 617.
7
sebagai berikut : “ The tendency Indonesia recent decades has been to use
the term Indonesia a broader sense to refer to the whole life and program
of the school. The term Islam used….to include all the experiences of
children for which the school accepts responsibility.”
Bahwa Ragan menggunakan kurikulum dalam arti yang luas, yang
meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala
pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah.
Terpadu 17 berarti: sudah dipadu (disatukan, dilebur menjadi satu).
Yang dimaksud terpadu dalam penulisan ini adalah perpaduan dalam ilmu
pengetahuan antara ilmu agama dan ilmu umum, perpaduan kurikulum
kepanduan dan sekolah juga perpaduan skill dan tujuan pendidikan..
4. Mata Pelajaran
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pelajaran diartikan yang
dipelajari atau diajarkan.18 Sedangkan mata pelajaran berarti pelajaran
yang harus diajarkan (dipelajari) untuk sekolah dasar atau sekolah
lanjutan.19 Adapun maksud mata pelajaran dalam penulisan ini adalah
materi/ pelajaran yang diajarkan untuk sekolah dasar.
5. Kepanduan
Kepanduan berasal dari kata dasar pandu yang berarti anggota
perkumpulan pemuda yang berpakaian seragam khusus, bertujuan
mendidik anggotanya supaya menjadi orang yang berjiwa ksatria, gagah
berani dan suka menolong sesama makhluk;20 sedangkan kata kepanduan
diartikan perihal pandu, urusan (gerakan dsb) pandu.21 Jadi kata
kepanduan erat sekali hubungannya dengan pramuka, yang dimaksud
kepanduan dalam penulisan ini adalah suatu pendidikan kepramukaan
dengan bentuk atau format yang lebih berbeda dengan pramuka pada
umumnya.
17 Ibid., hlm. 810. 18 Ibid., hlm.17. 19 Ibid., hlm.722. 20 Ibid., hlm.821. 21 Ibid., hlm. 822.
8
C. Rumusan Masalah
Berawal dari alasan pemilihan judul diatas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana manajemen kurikulum terpadu mata pelajaran kepanduan di
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Islam Kudus?
2. Bagaimana implementasi manajemen kurikulum terpadu mata pelajaran
kepanduan di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Islam Kudus?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan dan menganalisa manajemen kurikulum terpadu mata
pelajaran kepanduan di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Islam
Kudus.
2. Menganalisa implementasi manajemen kurikulum terpadu mata pelajaran
kepanduan di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Islam Kudus.
E. Telaah Pustaka
Manajemen dalam lingkup pendidikan menjadi suatu hal yang penting.
Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan suatu organisasi yang
didalamnya terdapat beberapa komponen yang perlu diatur dan ditata.
Diantara komponen tersebut adalah kurikulum yang merupakan sentral dalam
seluruh proses pendidikan. Dalam pendidikan Islam pada dasarnya harus
mengacu pada ajaran Islam yang tidak memilah - milah antara ilmu agama dan
ilmu umum.
Adapun sejauh pengetahuan peneliti dari beberapa literature yang
sudah dibaca, terdapat beberapa skripsi yang telah membahas secara sistematis
tema seputar manajemen, kurikulum, dan pendidikan Islam, diantaranya
adalah karya dari Marfu’ah (3102077)22 dengan judul skripsi “Kurikulum
22 Marfu’ah , “ Kurikulum Pendidikan Pra Sekolah (Studi tentang Manajemen Kurikulum
di TK Islam Terpadu “Harapan Bunda” Pedurungan kota Semarang”, Skripsi Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam IAIN Walisongo Semarang, (Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007).
9
Pendidikan Pra Sekolah (Studi tentang Manajemen Kurikulum di TK Islam
Terpadu Harapan Bunda Pedurungan kota Semarang)”. Didalamnya
dikemukakan bagaimana manajemen kurikulum dengan planning, organizing,
actuating dan controlling.
Karyanya Ahmad Musthofa (3603002)23 dengan judul skripsi
“Kurikulum Pendidikan Agama Islam (kajian Al Quran surat Al ‘Asr)” yang
didalamnya membahas mengenai ruang lingkup kurikulum Pendidikan Agama
Islam dari sudut pandang Al Quran dalam surat Al ‘Asr.
Kajian lainnya dilakukan oleh Dakhori (3100082)24 dengan judul
skripsi “Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SD Islam
Terpadu Permata Bunda Fullday School Bawen kab. Semarang dan
Implikasinya terhadap Kebiasaan Belajar Siswa”, didalamnya
mendeskripsikan pelaksanaan kurikulum Pendidikan Agama Islam dan tingkat
kebiasaan belajar siswa berkaitan dengan program fullday school.
Selanjutnya berkaitan dengan pembahasan pendidikan Islam
nondikotomik penulis mengacu dari salah satu skripsi dalam karyanya Misiam
Siti Nurkhasanah (3100072)25 dengan judul “Ide-ide Pendidikan
Nondikotomik (Telaah Sosio Historis atas Pemikiran Prof. K. H. Saifuddin
Zuhri tahun 1919-1985)” memaparkan tentang bagaimana pemikiran
Saifuddin Zuhri mengenai pendidikan nondikotomik.
Diantara beberapa penelitian diatas, Marfu’ah mengemukakan
bagaimana manajemen kurikulum di TKIT Harapan Bunda, sementara itu
Ahmad Musthofa membahas mengenai ruang lingkup kurikulum Pendidikan
Agama Islam dari sudut pandang Al Quran dalam surat Al ‘Asr, sedangkan
23Ahmad Musthofa, “Kurikulum Pendidikan Agama Islam (kajian Al Quran surat Al
‘Asr)”, Skripsi Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2006).
24Dakhori, “Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SD Islam Terpadu Permata Bunda Fullday School Bawen kab. Semarang dan Implikasinya terhadap Kebiasaan Belajar Siswa” Skripsi Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005).
25 Misiam Siti Nurkhasanah , “ Ide-ide Pendidikan Nondikotomik (Telaah Sosio historis atas Pemikiran Prof. K.H. Saifuddin Zuhri tahun 1919-1985)”, Skripsi Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2004).
10
Dakhori meneliti tentang pelaksanaan kurikulum PAI di SDIT Permata Bunda
Bawen, lain halnya Siti Nurkhasanah meneliti tentang bagaimana pemikiran
Saifuddin Zuhri mengenai pendidikan nondikotomik. Namun dalam penelitian
ini, dititiktekankan pada bagaimana manajemen kurikulum terpadu mata
pelajaran kepanduan dan implementasinya di SDIT Al-Islam Kudus.
F. Metode Penelitian
Pada dasarnya penelitian adalah kegiatan untuk menemukan,
mengembangkan, atau mengkaji suatu pengetahuan, oleh karena itu penelitian
harus didasarkan pada penyelidikan dan pengumpulan data dengan analisa
yang logis untuk tujuan tertentu.
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
dengan rancangan fenomenologis.26 Penelitian ini memiliki karakteristik
natural dan merupakan kerja lapangan yang bersifat deskriptif.27
Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui bagaimana manajemen
kurikulum terpadu mata pelajaran kepanduan di SDIT Al Islam Kudus
dengan pelaksanaannya yang kemudian digambarkan secara rinci
berdasarkan data-data yang ada berlandaskan teori-teori.
2. Data dan Sumber Data
Pada penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan umumnya
berbentuk kata-kata, gambar-gambar, dan kebanyakan bukan angka-angka,
kalaupun ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang, data
dimaksud meliputi transkip wawancara, catatan data lapangan, foto-foto,
dokumen pribadi, nota dan catatan lainnya.28
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berusaha mengumpulkan data-
data yang diperlukan melalui sumber data. Sumber data ini dibagi menjadi
2 macam, yaitu :
26 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 9.
27 Julia Brannen, Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cet. IV, hlm. 69.
28 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 61.
11
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-
sumber primer, yakni sumber asli yang memuat informasi (khususnya
perihal kepanduan) atau data tersebut.29 Dalam penelitian ini, sumber
primernya adalah wakil kepala sekolah bagian kurikulum, dan guru
kepanduan SDIT Al Islam Kudus.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
yang bukan asli memuat informasi atau data tersebut.30 Dalam
penelitian ini diperoleh melalui kepala sekolah dan guru mentoring
SDIT Al-Islam Kudus beserta arsip-arsipnya.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Adapun tehnik pengumpulan datanya 31 adalah sebagai berikut:
a. Interview (wawancara)
Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau
kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara. Metode ini digunakan untuk mengadakan wawancara
kepada Waka kurikulum, guru kepanduan, guru kelas dan orang tua
peserta didik yang dapat dijadikan sebagai sumber data
b. Observasi atau pengamatan
Observasi diartikan sebagai suatu aktiva yang sempit, yakni
memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Metode ini
digunakan secara langsung untuk mengamati keadaan pembelajaran
pandu di SDIT Al- Islam Kudus.
29 Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: CV. Rajawali, 1990), Ed.
1, cet. 2, hlm. 132. 30 Tatang A. Amirin, Op. Cit., hlm. 132. 31 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1998), cet. 11, hlm.145-149.
12
c. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-
barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis yakni buku pedoman kepanduan
SDIT, arsip-arsip dan buku sejarah tentang Al-Islam.
4. Analisis Data
Metode analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.32
Dalam menganalisa data penulis menggunakan tehnik analisis
kualitatif dengan menggunakan pola berfikir induktif yakni berangkat dari
fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang bersifat empiris kemudian
temuan tersebut dipelajari dan dianalisis sehingga bisa dibuat suatu
kesimpulan dan generalisasi yang bersifat umum.33 Disamping itu juga
digunakan tehnik Triangulasi34 yang berguna untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data-data yang ada.
Analisis data dalam penelitian ini tidak diwujudkan dalam bentuk
angka melainkan berupa laporan dan uraian deskriptif mengenai
manajemen kurikulum terpadu mata pelajaran kepanduan yang diterapkan
di SDIT Al-Islam Kudus, kemudian dianalisis melalui tehnik triangulasi
dengan data yang ada. Selanjutnya dengan analisis seperti ini akan
diketahui apakah manajemen kurikulum terpadu mata pelajaran kepanduan
yang diterapkan di lembaga tersebut sesuai dengan konsepnya ataukah
belum. Kemudian strategi apa yang ditempuh sekolah dalam menghadapi
kendala-kendala berkaitan dengan implementasi kurikulum terpadu mata
pelajaran kepanduan.
32 Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, Ed. III, (Yogyakarta: Rake Saras, 1996),
hlm. 104. 33 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), hlm. 42. 34 Lexy J. Moleong, Op. Cit., hlm. 330.
13
BAB II
MANAJEMEN KURIKULUM TERPADU KEPANDUAN
A. Konsep Dasar Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Istilah pengelolaan atau manajemen berdasarkan tujuan untuk pertama
kali digunakan Peter Ducker pada tahun 1954 dan sejak itu prinsip ini
terkenal luas dan digunakan sebagai suatu sistem manajemen dalam
industri dan perdagangan. Menurut Ducker, manajemen merupakan suatu
ramalan bahwa dengan menggunakannya seseorang manajer pada waktu
yang akan datang akan dapat mempertanggungjawabkan baik hasil
maupun kualitas hubungan kemanusiaan yang berlaku di dalam
organisasinya.1
Dalam kamus besar bahasa Indonesia manajemen diartikan
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran, pimpinan
yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi.2
Sedangkan menurut James A. F. Stonner; manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha
para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya lain yang ada dalam
organisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan3
Di dalam bukunya Henry L. Sisk mengatakan bahwa management is
the coordination off all resources through the processes of planning,
organizing, directing and controlling in order to attain stated objectives4
(Managemen adalah proses Pengkoordinasian seluruh sumber daya
melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan)
1 Ivor, K. Devies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Gramedia Widia Sarana, 1996),
hlm.328. 2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. 3,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm.708. 3 Heidjrachman Ranu Pandojo, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta: UPP YKPN,
1996), hlm. 3. 4 Henry L. Sisk, Principles of Management, (ohro : south western publishing company,
1969), hlm.10.
14
Menurut Mahmud Sayyid Sulton mengemukakan: 5
إن اإلدارة يف أوسع معانيها هي اجتاه خمطط إىل حل مجيع أنواع املشكالت . نشاط فردي أو مجاعي تقريبايف كل
“Manajemen merupakan proses pengarahan dalam menyelesaikan beberapa permasalahan yang ada dalam kegiatan setiap individu ataupun masyarakat”.
Dengan demikian, dari beberapa pengertian manajemen di atas dapat
diambil suatu pengertian bahwa pada dasarnya dari pengertian-pengertian
tersebut memberikan arti yang sama dimana dalam pengertiannya
manajemen merupakan sebuah proses, aktivitas, pemanfaatan dari semua
faktor serta sumberdaya dengan menggunakan fungsi-fungsinya yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan juga pengendalian untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Tujuan Manajemen
Manajemen yang baik ialah manajemen yang tidak jauh menyimpang
dari konsep, dan yang sesuai dengan obyek yang ditanganinya serta
tempat organisasi itu berada, yang dalam hal ini tidak lain adalah tujuan
manajemen. Yang dimaksud tujuannya di sini tidak lain adalah agar
semua kegiatan mendukung tercapainya tujuan pendidikan atau dengan
kata lain manajemen digunakan di dalam dunia pendidikan adalah agar
tujuan pendidikan tercapai.
Menurut Shrode dan Voich,6 tujuan utama manajemen adalah
produktivitas dan kepuasan. Sedangkan menurut Sergio Vanni dan
Carver7 ada empat tujuan manajemen, yaitu efektifitas produksi, efisiensi,
kemampuan menyesuaikan diri (adaptiveness), dan kepuasan kerja.
5 Mahmud Sayyid Sulton, Dirasat fi at-Tarbiyah wa Mujtama’, (t.tm.: Daarul Ma’arif,
1979), hlm. 175. 6 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), hlm. 15. 7 Tim Pengembangan MKDK IKIP, Administrasi Pendidikan, (Semarang: IKIP Semarang
Press, 1991), hlm. 11.
15
Adapun manajemen yang efisien dapat diperoleh dengan beberapa
cara, diantaranya:
a. mengerjakan segala sesuatu dengan benar; artinya prosedur yang
ditempuh, sarana, media, material yang dipakai, dan metode yang
diterapkan harus sesuai atau cocok dengan apa yang dikerjakan.
b. Dalam menyelesaikan permasalahan hendaklah secara ilmiah, yaitu
berdasarkan data yang dikumpulkan dan melalui alternatif-alternatif.
c. Mengamankan sumber-sumber pendidikan8 dengan cara
mengkoordinasi sumber-sumber itu dengan sebaik-baiknya.
d. Setiap petugas baik pegawai maupun guru diharuskan mengikuti
tugas-tugas pekerjaan.
e. Setiap manajer diharapkan dapat menekan biaya pendidikan dengan
tidak mengorbankan produksi.
Dari tujuan-tujuan manajemen tersebut di atas, pada hakikatnya
memiliki orientasi yang sama yakni apabila manajemen semakin baik,
maka semakin yakin pula tujuan yang diinginkan akan tercapai dengan
baik. Dengan demikian, tujuan-tujuan tersebut digunakan sebagai kriteria
untuk menentukan keberhasilan suatu penyelenggaraan instansi atau
lembaga yang dalam dunia pendidikan adalah sekolah.
3. Fungsi-fungsi Manajemen
Dalam manajemen, yang dimaksud dengan fungsi adalah tugas-tugas
tertentu yang harus dilaksanakan sendiri. Manajemen berlangsung dalam
suatu proses berkesinambungan secara sistemik. Beberapa kepustakaan
terdapat sejumlah pendapat dari para ahli mengenai langkah-langkah
dalam proses manajemen. Adapun pada suatu konsensus sejumlah ahli
yang paling banyak diterima menyebutkan 4 unsur/langkah pokok dalam
proses manajemen, yang akan diuraikan sebagai berikut.
8 Yang dimaksud dengan sumber-sumber pendidikan ialah orang, uang, materi, media,
dan sarana.
16
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap
kegiatan manajemen. Tanpa perencanaan atau planning, pelaksanaan
suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam
mencapai tujuan yang diinginkan.
Untuk mengembangkan suatu rencana, seseorang harus mengacu
ke masa depan (forecast) atau menentukan pengaruh pengeluaran
biaya atau keuntungan, menetapkan perangkat tujuan atau hasil akhir,
mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan akhir; menyusun
program yakni menetapkan prioritas atau urutan strategi; anggaran
biaya atau alokasi sumber-sumber; menetapkan prosedur kerja dengan
metode yang baru dan mengembangkan kebijakan-kebijakan berupa
aturan dan ketentuan.9
Adapun tahap pertama yang harus dilakukan dalam perencanaan
adalah menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi. Di antara fungsi perencanaan yang dimaksud meliputi:
penetapan tujuan dan standar, penentuan aturan dan prosedur,
pembuatan rencana, dan peramalan apa yang akan terjadi dimasa
datang.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk
hubungan-hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu
kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Gibson,10 pengorganisasian meliputi semua kegiatan
manajerial yang dilakukan untuk mewujudkan kegiatan yang
merencanakan menjadi suatu struktur tugas, wewenang, dan
menentukan siapa yang akan melaksanakan tugas tertentu untuk
9 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 33. 10 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, t. th.), hlm.
49-50.
17
mencapai tugas yang diinginkan organisasi. Sebagaimana sabda Nabi
SAW:
اذا : هللا عليه وسلمقال رسول اهللا صلى ا: عن اىب هريرة رضى اهللا عنه قال )رواه البحارى. (وسد األمر اىل غري اهله فانتظر الساعة
“Dari Abi Hurairah ra. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: apabila suatu urusan diserahkan pada seseorang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran”. (HR.Bukhori Muslim).11
c. Pengarahan (Directing)
Pengarahan dilakukan agar kegiatan yang dilakukan bersama tetap
melalui jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang
dapat menimbulkan terjadinya pemborosan. Nawawi yang dikutip oleh
Syaiful12 mengemukakan bahwa pengarahan adalah memelihara,
menjaga, dan memajukan organisasi melalui setiap personal, baik
secara struktural maupun fungsional, agar setiap kegiatannya tidak
terlepas dari usaha mencapai tujuan.
Di dalam pengarahan, pelaksanaan kegiatan merupakan langkah-
langkah pendelegasian atau pelimpahan tanggung jawab dan
akuntabilitas, memotivasi, dan mengkoordinasikan agar usaha-usaha
kelompok serasi dengan usaha-usaha lainnya, merangsang perubahan
bila terjadi perbedaan/pertentangan untuk mencari pemecahan/
penyelesaian sebelum mengerjakan tugas-tugas berikutnya.13
d. Evaluasi (Control)
Evaluasi atau disebut juga pengendalian merupakan kegiatan
pengadaan sistem pelaporan yang serasi dengan struktur pelaporan
keseluruhan, mengembangkan standar perilaku, mengukur hasil
berdasarkan kualitas yang diinginkan dalam kaitannya dengan tujuan,
melakukan tindakan koreksi, dan memberikan ganjaran.14
11 Imam Bukhori, Sokhih Bukhori, Juz I, (Beirut: Daar al Kutub, 1992), hlm. 26. 12 Syaiful Sagala, Op. cit., hlm. 58. 13 Oemar Hamalik, Loc. cit. 14 Ibid., hlm. 34.
18
B. Kurikulum Terpadu
1. Pengertian Kurikulum Terpadu
Secara etimologi, kurikulum terpadu terdiri dari 2 kata, yaitu
kurikulum dan terpadu. Kurikulum diartikan rencana pendidikan yang
memberi pedoman tentang jenis, lingkup dan urutan isi, serta proses
pendidikan.15 Dalam pengertian lama, istilah curriculum berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari kata “curir” yang berarti “ pelari” dan
“curere” yang berarti “ tempat berpacu”, sehingga kurikulum berarti jarak
yang harus ditempuh oleh pelari. Kemudian dalam dunia pendidikan,
menurut David Pratt : “a curriculum Islam an organized set of formal
educational and/ or training intention” 16 (bahwa kurikulum diartikan
sebagai kumpulan mata pelajaran yang harus ditempuh anak atau peserta
didik guna memperoleh ijazah atau menyelesaikan pendidikan).
Menurut M. Arifin, kurikulum adalah segala mata pelajaran yang
dipelajari dan juga semua pengalaman yang harus diperoleh serta semua
kegiatan yang dilakukan oleh anak didik. Dengan demikian, kurikulum
harus didesain berdasarkan pada pemenuhan kebutuhan manusia didik dan
isinya terdiri dari pengalaman yang sudah teruji kebenaran, pengalaman
yang edukatif, eksperimental, dan adanya rencana dan susunan yang
teratur.17
Sedangkan Lewis and Miel mendefinisikan kurikulum :
A set of intentions about opportunities for engagement of persons and with things (all bearers of information, processes, techniques, and values) in certain arrangements of time and space.18(sekumpulan tujuan mengenai kesempatan untuk menjalin perjanjian pada seorang berpendidikan dengan seseorang yang lain dan dengan sesuatu (pengetahuan, proses, metode dan nilai) dalam rencana-rencana pada waktu dan tempat tertentu.
15 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), Cet. II, hlm. 161. 16 David Pratt, Curriculum Design and Development, (New York: Harcourt Grace
Javanovich Publisher, 1980), hlm. 4. 17 Depag RI, Kendali Mutu PAI, (Jakarta: Direktoral Jendral Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam, 2001), hlm. 15. 18 John Galen Saylor, Curriculum Planning for Better Teaching and Learning, (Canada:
the United States of America, 1981), hlm. 3.
19
Yang kemudian dalam dunia pendidikan Islam kurikulum
mengandung makna sebagai suatu rangkaian program yang mengarahkan
kegiatan belajar mengajar yang terencana secara sistematis dan berarah
tujuan yang mencerminkan cita-cita dari para pendidik sebagai norma
droger (pembawa norma) Islami.
Adapun maksud norma droger disini, menurut pandangan Prof. Dr.
Mohammad Fadhil al-Djamaly, semua jenis ilmu yang terkandung di
dalam al-Qur’an harus diajarkan kepada manusia didik. Oleh karena itu
kurikulum pendidikan Islam, harus tercermin idealitas Qur’an, yang tidak
memilih-milih jenis-jenis disiplin ilmu secara taksonomis, dichotomik,
menjadi ilmu-ilmu agama terpisah dari ilmu-ilmu duniawi yang lazim di
kalangan umat Islam Indonesia disebut ilmu-ilmu pengetahuan umum.19
Sedangkan Hasan Langgulung mengemukakan bahwa kurikulum
pendidikan Islam bersifat fungsional, tujuannya mengeluarkan dan
membentuk manusia muslim, kenal agama dan Tuhannya, berakhlak Al-
Qur’an, tetapi juga mengeluarkan manusia yang mengenal kehidupan,
sanggup menikmati kehidupan yang mulia, dalam masyarakat yang bebas
dan mulia, sanggup memberi dan membina masyarakat dan mendorong
serta mengembangkan kehidupan dalam masyarakat tersebut, melalui
pekerjaan tertentu yang dikuasainya.20 Hal ini sebagaimana difirmankan
Allah SWT:
…وابتغ فيما آتاك الله الدار اآلخرة وال تنس نصيبك من الدنيا
“Dan cari lah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi...”(QS. Al-Qashas: 77)21
19 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 186. 20 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka al Husna, 1992),
hlm. 118. 21 Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Jumanatul ‘Ali-ART,
2004), hlm. 395.
20
Untuk istilah terpadu atau dengan kata lain integrasi memiliki sinonim
dengan perpaduan, penyatuan, atau penggabungan dari dua obyek atau
lebih. Hal ini sejalan dengan pengertian Poerwadarminta yang dikutip oleh
Trianto,22 yakni integrasi adalah penyatuan supaya menjadi suatu
kebulatan atau menjadi utuh.
Sehingga dengan demikian, kurikulum terpadu dalam pengertian
umum merupakan usaha mengintegrasikan bahan pelajaran dari berbagai
mata pelajaran yang menghasilkan kurikulum integrated atau terpadu.
Integrasi ini tercapai dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu
yang memerlukan pemecahannya dengan bahan dari segala macam
disiplin atau mata pelajaran yang diperlukan. Bahan mata pelajaran
menjadi instrumental dan fungsional untuk memecahkan masalah itu.
Batas-batas antara mata pelajaran ditiadakan.23
Menurut Nasution, dalam bukunya Asas-Asas Kurikulum
mengemukakan bahwa dalam kurikulum terpadu; meniadakan batas-batas
antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam
bentuk unit atau keseluruhan. Yang dalam hal ini kebulatan bahan
pelajaran dimaksudkan agar membentuk anak-anak menjadi pribadi yang
integrated, yakni manusia yang sesuai atau selaras hidupnya dengan
sekitarnya.
Dengan demikian, dalam pendidikan Islam, kurikulum terpadu
menjadi salah satu alat yang sesuai untuk mewujudkan tujuan pendidikan
Islam. Sebagaimana dikemukakan an-Nahlawy24 bahwa kurikulum
terpusat dan terikat memiliki makna yang sama dengan kurikulum terpadu
yakni keterikatan, variasi, dan materi kurikulum harus sesuai dengan
syarat-syarat kurikulum pendidikan Islam dengan pengertian lain bahwa
materi pelajaran sangat berhubungan dan menyatu. Seluruh materi dan
22 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), hlm. 38. 23 S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), hlm.
111. 24 Abdurrahman an-Nahlawy, Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalibiha fil Baiti wal
Madrasati wal Mujtama’, (Beirut – Libanon: Dar al Fikr al Mu’asyir, 1983), hlm.195-203.
21
pengetahuan yang hendak diberikan kepada siswa harus saling terkait dan
menyatu pada pusat atau topik bahasan yang diminati oleh para siswa.
2. Karakteristik Kurikulum Terpadu
Untuk memahami lebih jelas, bahwa pada dasarnya pendidikan Islam
menuntut hadirnya kurikulum yang dibangun di atas landasan konsep
Islam tentang alam semesta, kehidupan, dan manusia. Sehingga kurikulum
terpadu sebagai salah satu bentuk yang menjadi alternatif dalam
pendidikan Islam, harus memenuhi beberapa ketentuan/karakteristik yang
akan dikemukakan sebagai berikut.25
a. Kurikulum ini harus memiliki sistem pengajaran dan materi yang
selaras dengan fitrah manusia serta bertujuan untuk menyucikan
manusia, memeliharanya dari penyimpangan, dan menjaga
keselamatan fitrah manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
حدثنا حاجب بن الواليد حدثنا حممد بن حرب عن الزبيدى عن الزهرى اخربىن سعيدبن املسيب عن اىب هريرة انه كان يقول قال رسول اهللا صلى
مامن مولود اال يولد على الفطرة فابواه يهو دانه : اهللا عليه وسلم 26 )رواه مسلم(.اوينصرانه اوميجسانه
“Hajib bin Walid bercerita kepadaku bahwa Muhammad bin Harib bercerita dari Zuhri memberiku kabar Said bin Musaib dari Abi Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:Tidak setiap anak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani dan Majusi”. (HR. Muslim)
b. Kurikulum ini harus dapat mewujudkan tujuan pendidikan Islam yang
fundamental: memurnikan ketaatan dan peribadatan hanya kepada
Allah, artinya kurikulum yang diarahkan untuk meluruskan dan
mengarahkan kehidupan sehingga tujuan fundamental pendidikan
Islam terwujud.
25 Ibid. 26 Sahih Muslim, Juz III, (Beirut : Daarul Kutub Ilmiyyah, t.th), hlm.458.
22
c. Tingkatan setiap kurikulum ini harus sesuai dengan tingkatan
pendidikan baik dalam hal karakteristik, usia, tingkat pemahaman,
jenis kelamin, serta tugas-tugas kemasyarakatan yang telah
dicanangkan dalam kurikulum.
d. Aplikasi, kegiatan, contoh, atau teks kurikulum harus memperhatikan
tujuan-tujuan masyarakat yang realistis. Sebagaimana dalam salah satu
prinsip kurikulum pendidikan Islam, yaitu kurikulum pendidikan Islam
haruslah sejalan dengan idealitas Islam, artinya bahwa kurikulum
mengandung materi (bahan) ilmu pengetahuan yang mampu berfungsi
sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup Islami.27
e. Sistem kurikulum ini harus terbebas dari kontradiksi, mengacu pada
kesatuan Islam dan selaras dengan integritas psikologis, serta selaras
dengan kesatuan pengalaman yang hendak diberikan kepada anak
didik, baik yang berhubungan dengan sunnah, kaidah, system, maupun
realitas alam semesta.
f. Kurikulum ini harus realistis sehingga dapat diterapkan selaras dengan
kesanggupan negara yang hendak menerapkannya serta sesuai dengan
kondisi dan tuntutan negara itu sendiri.
g. Kurikulum ini harus memilih metode yang elastis sehingga dapat
diadaptasikan kedalam berbagai kondisi, lingkungan, dan keadaan
tempat ketika kurikulum itu diterapkan.
h. Kurikulum ini harus efektif, dapat memberikan hasil pendidikan yang
bersifat behavioristik, dan tidak meninggalkan dampak emosional yang
meledak-ledak dalam diri generasi muda.
i. Setiap unsur kurikulum ini harus sesuai dengan berbagai tingkatan usia
anak didik.
j. Kurikulum ini harus memperhatikan pendidikan tentang segi-segi
perilaku Islami yang bersifat aktivitas langsung.
27 M. Arifin, Op. cit., hlm. 141.
23
3. Komponen-komponen Kurikulum Terpadu
Kurikulum adalah sebagai suatu sistem, dimana antara komponen
yang satu dengan yang lainnya adalah saling mengisi, mempengaruhi, dan
berkaitan. Menurut Hilda Taba28 yang dikutip oleh Rosyadi, membagi isi
kurikulum menjadi 4 komponen, yaitu tujuan, isi (materi), pola belajar
mengajar, dan evaluasi. Komponen-komponen tersebut, baik secara
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama menjadi dasar utama dalam
upaya mengembangkan sistem pembelajaran. Adapun kesalingterkaitan di
antara komponen dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut.
Tujuan
Evaluasi Materi (isi)
Proses
Belajar mengajar
a. Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu ke arah
pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapkan
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yakni:”…bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.29
Menurut David Pratt30 mengemukakan, “Six main criterias may be
applied to curriculum aim. Aim should : 1) Specify an intention; 2)
Identify a significant intended charge in the learner; 3) be concise; 4)
28 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 271. 29 Undang-undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm. 7. 30 David Pratt, Op. cit., hlm. 147.
24
be exact; 5) be complete; 6) be acceptable. Menurut David Pratt
bahwa ada 6 kriteria yang harus dipenuhi dalam menetapkan tujuan
kurikulum, antara lain:
1) Mempunyai tujuan yang jelas.
2) Mengidentifikasi terhadap perubahan-perubahan yang dibutuhkan
oleh pengajar.
3) Ringkas dan jelas.
4) Tepat sasaran.
5) Menyeluruh.
6) Dapat diterima.
Komponen tujuan menunjukkan sesuatu yang hendak dituju dalam
proses belajar mengajar. Ada dua jenis tujuan yang terkandung di
dalam kurikulum suatu sekolah31, yaitu:
1) Tujuan yang ingin dicapai secara keseluruhan oleh suatu lembaga
pendidikan, yang harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
yang oleh Nasution disebut tujuan Institusional32 atau disebut juga
tujuan kurikuler dalam keseluruhannya.
2) Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi. Tujuan-
tujuan setiap bidang studi dalam kurikulum suatu sekolah tertentu
ada yang disebut tujuan kurikuler dan instruksional, dimana tujuan
instruksional merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan
kurikuler. Atas dasar tujuan kurikuler dan instruksional itulah
kemudian ditetapkan bahan pengajaran yang diajarkan dalam
setiap bidang studi pada suatu sekolah tertentu.
b. Materi
Memilih materi yang sebaiknya diajarkan senantiasa merupakan
masalah yang berat. Kesulitannya ialah menentukan kriteria yang
dapat disetujui bersama. Untuk menentukan materi pada hakikatnya
31 Khoiron Rosyadi, Op. cit., hlm. 276. 32 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), Cet. 3, hlm.
60.
25
ada 3 sumber33 yang perlu dipertimbangkan, yakni (1) masyarakat dan
kebudayaanya, (2) anak dengan minat serta kebutuhannya, dan (3)
pengetahuan yang telah dikumpulkan oleh umat manusia. Ketiga
sumber itu harus digunakan dalam proporsi yang seimbang. Namun
selalu ada kemungkinan bahwa salah satu sumber lebih diutamakan,
bergantung pada tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Selain itu, untuk menentukan materi dalam kurikulum pendidikan
Islam ada tiga desain yang harus dikembangkan, yaitu:34
1) Correlated curriculum
Kurikulum ini berikhtiar untuk memberikan kepada siswa
pengalaman-pengalaman yang ada hubungannya antara pelajaran
satu dengan yang lainnya.
2) Integrated curriculum
Kurikulum ini meniadakan batas-batas antara berbagai mata
pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau
keseluruhan.
3) Core curriculum
Kurikulum ini menyeleksi disiplin ilmu yang semakin luas,
mana ilmu-ilmu pokok yang sangat dibutuhkan untuk
memperbaiki umat dan manusia secara keseluruhan dan mana pula
ilmu penunjang.
Jadi, komponen materi memiliki hal-hal yang bersifat penting
yang harus diperhatikan secara keseluruhan, baik sumber maupun pola
pengembangan kurikulumnya. Salah satu terlupakan maka terjadi
ketimpangan dalam komponen-komponen kurikulum khususnya pada
komponen materi.
33 S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, Op. cit., hlm 54. 34 Khoiron Rosyadi, Op. cit., hlm. 277-280.
26
c. Pola Belajar-Mengajar
Komponen pola belajar mengajar mempertimbangkan kegiatan
anak didik dan pendidikan dalam proses belajar mengajar. Proses
belajar mengajar merupakan gabungan kegiatan anak belajar dan guru
mengajar yang tidak terpisah. Mutu proses itu banyak bergantung pada
kemampuan pendidik dalam menguasai dan mengaplikasikan teori-
teori keilmuan, yaitu teori psikologis, khususnya psikologi pendidikan,
metode belajar, penggunaan alat mengajar, dan lain sebagainya.35
1) Dalam proses belajar mengajar, diperlukan adanya strategi
mengajar,36 yakni pendekatan umum dalam mengajar dan tak
begitu terinci dan bervariasi dibanding dengan kegiatan belajar
siswa. Jumlah strategi mengajar terbatas, akan tetapi dalam satu
pelajaran dapat digunakan bermacam-macam.
Dengan demikian, agar dapat memilih strategi mengajar yang
serasi, harus diperhatikan tujuan yang ingin dicapai, karena sering
terjadi bahwa pengajar telah merumuskan tujuan yang baik, akan
tetapi menggunakan strategi mengajar yang tidak serasi dengan hasil
belajar yang diharapkan.
d. Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan sebagai penentu akhir dalam
mengembangkan kurikulum. Meskipun demikian, penilaian (evaluasi)
hasil-hasil pendidikan (baca: kurikulum) tidak dapat dipisah-pisahkan
dari usaha atau proses pendidikan itu sendiri. Evaluasi merupakan
salah satu aspek yang hakiki dari usaha itu sendiri.
Menurut Rosyadi,37 ada beberapa pengertian yang dapat
dikemukakan, bahwa evaluasi adalah: (1) sebagai suatu tindakan atau
proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan
atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan;
35 Ibid., hlm.283. 36 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, Op. cit., hlm. 79-83. 37 Khoiron Rosyadi, Loc. cit.
27
(2) sebagai kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan;
dan (3) sebagai alat untuk mengukur sampai dimana penguasaan anak
didik terhadap bahan pendidikan yang telah diberikan.
Sedangkan Scriven memberikan sumbangan besar kepada evaluasi
kurikulum dengan mengemukakan betapa pentingnya saat evaluasi itu
diadakan, apakah sepanjang program itu berjalan (yaitu evaluasi
formatif) ataukah pada akhirnya (yaitu evaluasi sumatif). Evaluasi
formatif yaitu evaluasi yang dilakukan sepanjang pelaksanaan
kurikulum. Data dikumpulkan dan dianalisis untuk menemukan
masalah serta mengadakan perbaikan sedini mungkin. Evaluasi
sumatif yaitu proses evaluasi yang dilakukan pada akhir jangka waktu
tertentu untuk mengetahui efektifitas kurikulum dengan menggunakan
semua data yang dikumpulkan selama pelaksanaan dan akhir proses
implementasi kurikulum.38
C. Kepanduan
1. Pengertian dan Sejarah Perkembangannya
Istilah kepanduan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal
dari kata dasar pandu39 yang berarti anggota perkumpulan pemuda yang
berpakaian seragam khusus, bertujuan mendidik anggotanya supaya
menjadi orang berjiwa ksatria, gagah berani, dan suka menolong sesama
makhluk.
Dalam pengertian lain, pandu juga bisa berarti sebagai wadah
pembinaan aktivitas peserta didik dalam mengembangkan kepribadian dan
ketrampilan hidup. Akan tetapi menurut sejarah perkembangannya
kepanduan merupakan awal munculnya pendidikan kepramukaan di
Indonesia. Hal ini sebagaimana terlihat dalam sejarah perkembangan
38 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, Op. cit., hlm.91. 39 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), edisi ketiga, hlm. 821.
28
pramuka; bahwa asal mula berdirinya gerakan pendidikan kepramukaan40
adalah ide gagasan pembinaan para remaja di negeri Inggris dengan
dimulai dari pengalaman hidup seorang pendirinya, yakni Lord Robert
Baden Powell of Gilwell,41 yang lahir tanggal 22 Pebruari 1857, dimana
beliau bukanlah seorang ningrat. Namun dengan semangat perjuangannya
untuk mendidik anak dan remaja inilah yang kemudian beliau diakui
sebagai Bapak Pandu Sedunia.
Sedangkan pendidikan kepramukaan di Indonesia merupakan salah
satu segi pendidikan nasional yang penting. Yang merupakan bagian dari
sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pada tahun 1916 berdiri JPO
(perkumpulan kepanduan orang Jawa) sebagai organisasi kepanduan
nasional yang pertama di Indonesia.42 Kemudian lahirlah Sumpah Pemuda
pada tanggal 28 Oktober 1928 yang pada saat ini kepanduan bergerak
lebih maju. Namun setelah itu, tepatnya pada tanggal 16 September 1951
didirikan Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) yang mendapat pengakuan
pemerintah sebagai satu-satunya organisasi yang diserahi penyelenggaraan
kepanduan bahagian putera Indonesia oleh kementrian pengajaran,
pendidikan, dan kebudayaan.43
Namun pada masa selanjutnya, yakni dengan dikeluarkannya
Keputusan Presiden No. 238 tahun 1961 yang menyatakan bahwa gerakan
pramuka oleh pemerintah ditetapkan sebagai satu-satunya badan di
wilayah RI yang diperbolehkan menyelenggarakan pendidikan
kepramukaan bagi anak-anak dan pemuda-pemuda di Indonesia,
organisasi lain yang menyerupai, yang sama, dan yang sama sifatnya
dengan gerakan pramuka dilarang adanya.44 Hal ini berlanjut sampai
dengan masa orde lama dan orde baru, maka pada masa reformasi sampai
40 M. Amin Abbas, d.k.k., Pedoman Lengkap Gerakan Pramuka, (Semarang: Beringin
Jaya, 1994), hlm. 19. 41 Wakhudin, Mengenal Sejarah Berdirinya Gerakan Pramuka, www.pikiran-rakyat.com,
tanggal 31 Desember 2007. 42 Ibid. 43 Soemardjo, d.k.k., Petunjuk Permainan untuk Pandu Putera, (Jakarta: YPM, 1952),
hlm. 14. 44 M. Amin Abbas, d.k.k., Op. cit., hlm. 30.
29
sekarang keputusan presiden di atas mengalami perubahan dengan
diperbolehkannya pendirian kepanduan selain pramuka.
2. Eksistensi Kepanduan dalam Pendidikan
a). Sistem Pendidikan Nasional
Dalam Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan kepanduan masuk
dalam isi kurikulum KTSP; yakni pada kegiatan pengembangan diri.
Kegiatan pengembangan diri45 diartikan kegiatan yang bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
dan mengekspresikan diri sesuai kebutuhan, bakat, minat setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Pengembangan diri
merupakan kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran sebagai bagian
integral dari kurikulum sekolah/ madrasah. Untuk satuan pendidikan
pengembangan diri menekankan pada peningkatan kecakapan hidup
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Yang dimaksud dengan
pendidikan kecakapan hidup disini bagian integral dari pendidikan
semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul yang direncanakan
secara khusus. Dari beberapa uraian tersebut sebagaimana dapat
dilihat pada :46
1. Undang - undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, pasal 12 ayat (1b) yang menyatakan bahwa setiap peserta
didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya.
2. Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tantang standar
nasional pendidikan, pasal 6 ayat 3 dan pasal 13 yang menyatakan
mengenai pendidikan kecakapan hidup.
3. Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006
tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah,
45 Tim Pustaka Yustisia, Panduan Lengkap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP); SD/MI,SMP dan SMA/SMK, (Yogayakarta : Pustaka Yustisia, 2007), hlm. 149.
46 Ibid., hlm. 207.
30
yang memuat pengembangan diri peserta didik dalam struktur
kurikulum setiap satuan pendidikan difasilitasi dan/ atau
dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan.
Selain itu pendidikan kepanduan juga merupakan jalur pendidikan
non formal, yang dalam pengertiannya pendidikan yang
diselenggarakan untuk mempersiapkan kader pemimpin bangsa. Hal
ini sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 26 Ayat 3, yakni47
“Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan lain yang ditunjuk untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik.
Dengan demikian, pendidikan kepanduan dalam Sistem
Pendidikan Nasional diakui keberadaannya, namun banyak dijumpai
di sekolah, bahwa pendidikan kepanduan masuk dalam mata pelajaran,
baik dari segi intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
b). Program Sekolah
Pada pendidikan formal (baca: sekolah), pada umumnya
kepanduan atau dengan kata lain pramuka dalam program sekolah
dimasukkan pada kegiatan ekstrakurikuler yang dalam pengertiannya
bahwa pendidikan kepanduan/pramuka merupakan kegiatan yang
bernilai tambah yang diberikan sebagai pendamping pelajaran yang
diberikan secara intrakurikuler.48 Akan tetapi, berbeda pada
pendidikan kepanduan di sekolah-sekolah dasar Islam Terpadu (SDIT)
yang telah diintegrasikan pada kurikulum dan menjadi mata pelajaran
intrakurikuler.
47 Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, (Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm. 17.
48 Copyright@sriwijaya post 2002, pada tanggal 31 Desember 2003.
31
D. Manajemen Kurikulum Terpadu Kepanduan
1. Perencanaan Kurikulum Terpadu Kepanduan
Di dalam perencanaan kurikulum secara umum yang dilakukan
melalui tahapan pengkajian kurikulum secara menyeluruh adalah
penyusunan program kurikulum selama satu tahun pelajaran, penyusunan
analisis materi pelajaran yang dilakukan oleh para guru, pembuatan satuan
pelajaran, dan perencanaan pengajaran. Hal ini sebagaimana terlihat pada
peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005, pasal 6 ayat 3; yakni :49
satuan pendidikan nonformal dalam bentuk kursus dan lembaga pelatihan
menggunakan kurikulum berbasis kompetensi yang memuat pendidikan
kecakapan hidup dan ketrampilan.
Program Kurikulum Kepanduan
Secara umum, kepanduan dalam sekolah umum dapat diartikan juga
dengan pramuka, sehingga dapat dikatakan dalam program kurikulum
kepanduan sama dengan program kurikulum pada pramuka. Akan tetapi,
pada umumnya kegiatan pramuka merupakan kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah. Meskipun demikian, di dalam pramuka tersebut tak lepas dengan
istilah kepanduan yang memiliki makna sebagai suatu metode
pendidikan.50 Dengan demikian, untuk merealisasikan penyusunan
kurikulum dalam kepanduan maka ada beberapa langkah yang harus
dilakukan, yaitu:
a). Penelaahan Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan diterbitkan oleh Depdiknas, kalender
pendidikan tersebut dibahas oleh kepala sekolah dan para guru dimana
pembahasan tersebut meliputi:
- jumlah hari dalam setia semester.
- Perhitungan jumlah hari belajar efektif.
- Penetapan hari-hari untuk evaluasi.
49 Tim Pustaka Yustisia, Op. Cit., hlm. 5. 50 Dadi Pakar, Kepanduan sebagai Metode Pendidikan, Pikiran Rakyat Cyber Media,
tanggal 31 Desember 2007.
32
- Perencanaan hari-hari ekstra kurikuler di luar jam pelajaran tatap
muka selama hari libur.
b). Penelaahan Realitas Kepanduan
Penelaahan realitas kepanduan dilakukan secara bersama oleh
pihak yayasan/organisasi, kepala sekolah, dan guru-guru. Realitas
yang ditelaah adalah hasil dari pemberian materi kepanduan, dalam
hal ini pramuka pada setiap sekolah.
c). Analisis Materi Kepanduan
Analisis materi pelajaran (baca: kepanduan) identik dengan
kegiatan penjabaran dan penyusunan bahan pelajaran yang dapat
dikembangkan menjadi lebih rinci, antara lain mencakup metode/
pendekatan/strategi, alat, sumber, dan alokasi waktu, serta cara
penilaian.51
d). Program Tahunan
Program tahunan merupakan acuan bagi guru untuk merumuskan
waktu pada setiap konsep/topik/pokok bahasan/nilai/sub konsep/sub
topik/sub pokok bahasan yang disesuaikan dengan materi esensial.
e). Program Semesteran
Program semesteran adalah acuan untuk diikuti selama semesteran
dengan sedikit lebih rinci dan digunakan untuk menyusun program
satuan pelajaran (PSP) dan rencana pelajaran (RP). Program tahunan
memuat alokasi waktu untuk setiap satuan pembahasan setiap
semester.52
f). Program Satuan Pelajaran
Program satuan pelajaran merupakan salah satu dari rencana
KBM, khususnya berhubungan dengan penyajian bahan dalam satu
pokok bahasan/konsep/topik/nilai/norma.
51 B. Suryosubroto, Proses Belajar-Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rinneka Cipta, 2002), Cet. I, hlm. 29.
52 Ibid., hlm. 29-30.
33
g). Perencanaan Pengajaran
Perencanaan pengajaran adalah salah satu bagian dari rencana
KBM untuk setiap tatap muka/pertemuan. Dala menyusun kurikulum
RP perlu diperhatikan prinsip keterlaksanaan, keterbacaan, dan
ringkas, dimana dalam pelaksanaannya RP ini sangat penting bagi
guru untuk meningkatkan mutu KBM.
2. Pengorganisasian Kurikulum Terpadu Kepanduan
Di dalam fungsi ini manajemen dititikberatkan pada usaha-usaha
pembinaan situasi belajar-mengajar kepanduan agar selalu terjamin
kelancarannya. Ada dua hal terpenting dalam pengorganisasian
kurikulum53, yakni:
a). Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru yaitu pembagian tugas
mengajar.
Pembagian tugas mengajar biasanya dibicarakan dalam rapat guru
menjelang permulaan pelaksanaan program baru. Pembagian tugas
tersebut disesuaikan dengan penempatan guru sehubungan dengan
pembagian tugas mengajar sesuai dengan kurikulum kepanduan yang
berlaku.
b). Kegiatan yang berhubungan dengan proses pelaksanaan belajar-
mengajar yaitu penyusunan jadwal pelajaran kepanduan.
Jadwal pelajaran kepanduan berguna untuk mengetahui apa yang
akan diajarkan dalam suatu waktu.
3. Pengarahan Kurikulum Terpadu Kepanduan
Fungsi manajemen ini merupakan pemantauan dan pemberian
motivasi pada kurikulum kepanduan yang dilakukan oleh pihak
berwenang yang dalam lingkungan sekolah adalah kepala sekolah.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengarahan diantaranya adalah
53 Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: PT Rinneka Cipta, 2004),
Cet. I, hlm. 42.
34
dengan supervisi. Menurut Likert dalam studinya tentang kebijaksanaan
mengidentifikasi adanya empat supervisi yang mempunyai produktivitas
yang tinggi.54
a). Berorientasi kepada bawahan, yang dalam lingkungan sekolah kepala
sekolah terhadap guru kepanduan khususnya.
b). Menyediakan waktu yang lebih lama untuk tugasnya, yang sebagian
besar waktunya untuk mensupervisi bawahan.
c). Menerima supervisi umum dari atasan, dalam hal ini pihak yayasan/
organisasi.
d). Menyukai kewenangan dan tanggung jawab atas tugasnya.
Untuk kegiatan yang dapat menunjang kegiatan pengarahan adalah
pengisian daftar kemajuan peserta didik. Dengan kegiatan tersebut akan
memudahkan supervisi bagi kepala sekolah dalam tugasnya mengontrol
perkembangan/kemajuan peserta didik dilihat dari kesesuaiannya dengan
ketentuan kurikulum (khususnya kepanduan). Disamping itu, apabila
terjadi mutasi guru daftar kemajuan pendidik dapat membantu
memperjelas bagi guru pengganti agar pelajaran (baca: kepanduan) dapat
berjalan terus dengan lancar.55
4. Evaluasi Kurikulum Terpadu Kepanduan
Evaluasi kurikulum ini merupakan proses akhir dalam fungsi
manajemen dengan adanya sistem pantauan atau pelaporan/penilaian
mengenai hasil pelaksanaan kurikulum tersebut. Pengawasan yang
dilakukan melalui 2 cara:
a. Intern, oleh kepala sekolah/madrasah.
b. Ekstern, oleh pihak yang secara struktural/fungsional memiliki
kewenangan membina kegiatan tersebut.
Sedangkan dalam pelaporan/penilaian kurikulum adalah sebagai
pengumpulan bukti atau data yang dilakukan secara sistematis untuk
54 Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Arda Dizya Jaya, 2000), hlm. 154.
55 Suryo Subroto, Op. cit., hlm. 47.
35
menentukan tingkat pencapaian kurikulum. Penilaian kurikulum
difokuskan bukan hanya pada hasil kegiatan peserta didik saja, tetapi juga
pada proses belajar siswa. Adapun kegiatan yang perlu dilakukan yakni:56
a). Penyelenggaraan Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi (penilaian) hasil belajar peserta didik berguna dan
bertujuan untuk mendapatkan umpan balik (feed back) bagi guru
tentang sejauh mana tujuan instruksional (pengajaran) telah tercapai,
sehingga dapat diketahui apakah guru masih harus memperbaiki
langkah-langkah yang telah ditempuh dalam KBM.
b). Laporan Hasil Evaluasi
Dalam pelaporan ini diberikan kepada pihak yang membutuhkan
diantaranya ialah kepala sekolah yang kemudian laporan ini
dilaporkan kembali kepada pihak atasan (yayasan/organisasi yang
menangani kepanduan), sehingga dengan demikian akan bermanfaat
untuk kepentingan pendidikan serta tugas supervisi dalam
pembenahan kurikulum tersebut menuju kepada peningkatan efisiensi
dan mutu pendidikan khususnya kepanduan.
c). Kegiatan Pencatatan yang Berhubungan dengan Masalah Perbaikan
Proses Belajar-Mengajar dan Kurikulum yang Ada.
56 Ibid., hlm. 48-52.
36
BAB III
MANAJEMEN KURIKULUM TERPADU MATA PELAJARAN
KEPANDUAN DAN PELAKSANAANNYA DI SDIT AL-ISLAM KUDUS
A. Gambaran Umum SDIT Al-Islam Dema’an Kudus
1. Sejarah Berdirinya
Asal mulanya pada sekitar tahun 1930-an di Kabupaten Kudus sudah
berdiri madrasah Al-Arabiyyah Assalafiyah yang terletak di Dukuh
Kauman wetan Desa Dema’an Kecamatan Kota Kudus atau tepatnya di
belakang Masjid Agung Alun-alun Simpang Tujuh. Madrasah ini dipimpin
oleh Sayyid Zain bin Abdullah Alkaf, kelahiran Saudi Arabia. Sementara
itu dikampung Tepasan Desa Demangan Kecamatan Kota Kudus juga
berdiri Al-Madrasah Sa’adah yang dipimpin oleh KH. Sofwan Durri.1
Oleh karena tujuan dan sistem pendidikannya sama demi menempuh
kemajuan di masa depan yang lebih baik, maka tepat pada tanggal 6 juni
1938 bergabunglah kedua madrasah tersebut menjadi Al-Madrasah Darul
Islam ditulis dengan bahasa Belanda tulisan latin). Madrasah inilah yang
berkembang hingga sekarang dengan nama Yayasan Perguruan Al-Islam.2
Proses belajar mengajar bagi siswa putra dilakukan di sebuah gedung
milik “raja kretek” M Niti Semito yang terletak di sebelah barat Kaligelis
berdekatan dengan rumah tempat tinggal M Niti Semito sendiri. Sedangkan
proses belajar mengajar bagi siswa putrid dilakukan di gedung yang lain,
yang disewa atas tanggungan seorang donator H Ali Asikin, Direktor Pabrik
Rokok cap ”Djangkar”.3
Susunan pengurus dan Majelis guru saat itu yaitu Ketua dan Kepala
Majelis Sayyid Zaid bin Abdullah Alkaf, sekretaris Abdullah Sa’id dan
Muhammad Marwi. Bendahara KH. Sofwan Durri, H Nasucha dan R Resi
Hidayat. Anggota pengurus lainnya adalah para guru dari Madrasah Al-
Arabiyyah Salafiyah dan Madrasatus Sa’adah antara lain: Abdurrahman
1 Alex Achlish, Al-Islam Dalam Lintasan Pendidikan, Panitia Peringatan 62 Tahun Al-Islam Kudus, 2000, hlm. 50.
2 Ibid 3 Ibid, hlm. 51.
37
Sa’id, Muhammad Marwi, Jufri Edris, Juminah, Alawiyah, Margono, KH.
Sofwan Durri, Anifah.
Tekad para pengurus pada waktu itu yang ingin segera meraih
kemajuan, terkadang belum bisa diterima alam pikiran masyarakat Kudus
pada waktu itu. Terhadap segala kegiatan yang oleh banyak pihak dirasakan
sebagai sangat “radikal” seperti para pemuda memakai celana, giat dalam
kepanduan, laki-laki dan perempuan belajar dalam satu ruangan kelas dan
lain-lain. Menyebabkan munculnya berbagai pihak khususnya dari orang-
orang tua. Makin lama tekanan itu semakin kuat sehingga pada tahun 1940
dua tokoh pendiri Al-Islam masing-masing KH. Sofwan Durri dan Zaid bin
Abdullah Alkaf menyatakan keluar dari Al-Islam School. Mereka ini
merasa tidak tahan mendengar “serangan” yang semakin gencar itu
terhadap berbagai kegiatannya.4
Payahnya para donatur Al-Islam juga ikut mengundurkan diri, gedung
yang dipakai belajar diminta kembali oleh M Niti Semito, guna melanjutkan
proses belajar mengajar, terpaksa Al-Islam menyewa sendiri gedung yang
lebih kecil dan selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang
lain. Pada tahun 1940 itu pula pimpinan diambil alih oleh Abdurrahman
Sa’id dibantu oleh guru-guru. Pada saat itu nama Darul Islam atau Al-Islam
School dirubah menjadi Perguruan Al-Islam.5
Ternyata makin lama tekanan semakin keras. Mula-mula jumlah murid
dan gurunya menyusut drastis sehingga tinggal beberapa orang saja. Para
penyandang dana atau donatur juga menyusut karena takut mendapat
tantangan dari sebagian masyarakat. Pada tanggal 8 Desember 1940 pecah
perang Asia Timur Raya dimana jepang memaklumkan perang melawan
Negara ABCD yaitu Amerika, British, Cina dan Dutch (Belanda). Bulan
Maret 1942 Jepang mendadak mendarat di Indonesia dan Belanda
menyerah kalah tidak bersyarat kepada jepang.6
4 Ibid 5 Ibid, hlm. 52. 6 Ibid
38
Sejak itu pula semua partai dan kepanduan dibubarkan oleh Jepang.
Organisasi Islam terbesar MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) diganti
dengan MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia). Sekolah
Madrasah yang mengajarkan huruf dan bahasa Indonesia dengan huruf latin
diwajibkan mengajarkan huruf dan bahasa Jepang dan diwajibkan pula
melakukan taisho serta menghormati dengan membungkuk ke arah Istana
Tenno Haika. Adanya berbagai kewajiban itu kemudian menyebabkan Al-
Islam mengubah semua pelajaran agama dan umum dengan bahasa Arab
sehingga menjadi semacam pesantren dengan demikian terbatas dari segala
kewajiban yang diperintahkan Jepang tersebut.7
Pada awal tahun 1944 perlawanan para pemuda kita terdapat penjajah
kolonialis semakin tajam dan gerilya dilakukan setiap memasuki bulan
Ramadhan ketika Al-Islam masih menempati gedung Jl. Masjid No. 35
tepat di samping kanan Kabupaten Kudus. Malam hari digunakan kegiatan
pengajian dan salat tarawih. Namun di ruang belakang sejumlah pemuda
berkumpul mengadakan rapat untuk mengatur siasat melawan penjajah.
Para pemuda itu pula yang pada tanggal 18 Agustus 1945 mempelopori dan
menggerakkan pemuda-pemuda lain di Kabupaten Kudus untuk merebut
kekuasaan pemerintah Jepang pada Sabtu siang dan hari Minggu dengan
pusat markasnya untuk sementara di gedung Al-Islam. Setelah kekuasaan
Jepang berhasil direbut, kemudian markas Jepang yang terletak di Jl.
Pungkuran 181, dipakai sebagai gedung Al-Islam sampai sekarang.8
Setelah Indonesia merdeka, maka Al-Islam mengubah seluruh sistem
pendidikannya dengan mengikuti aturan yang dikeluarkan oleh
pemerintahan yaitu Kementerian Pendidikan dan Pengajaran RI. Dua tahun
kemudian yaitu pada tahun 1947 Al-Islam membuka sekolah kejuruan
berupa sekolah guru Al-Islam (SGAI).
Selanjutnya berdasarkan keputusan rapat pengurus pada tanggal 2
februari 1958 Al-Islam dijadikan Yayasan Perguruan Al-Islam dengan Akte
7 Ibid 8 Ibid
39
Notaries K. Gondodiwirjo Nomor 1/1-2 1958. SD Al-Islam kini berstatus
“swasta berbantuan” adapun kepala sekolahnya yaitu Dra. Sri Sudarwati.9
Berkat dorongan masyarakat, orang tua murid serta mengingat tuntutan
zaman, maka pada tanggal 1 Agustus 1986 didirikanlah SMP (SLTP) Al-
Islam. Setelah tahun 2000 murid SD Al-Islam semakin surut tinggal kelas
enam saja, sehingga pada tahun 2001/2002 berdirilah SDIT Al-Islam yang
dikepalai oleh Istifaizah S.Ag. perkembangannya semakin pesat.10
2. Visi Dan Misi SDIT Al-Islam
Visi SDIT Al-Islam adalah menyiapkan generasi masa depan menuju
kejayaan ummat.
Sedangkan Misi SDIT Al-Islam adalah:
a. Membekali siswa menuju terwujudnya insane yang lurus aqidahnya,
berakhlak mulia, cerdas dan sehat serta siap melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
b. Mewujudkan sekolah sebagai komunitas belajar yang efektif dengan
memberdayakan seluruh komponen sekolah.11
3. Keadaan Geografis
SDIT Al-Islam merupakan lembaga pendidikan Islam tingkat dasar
yang terletak di Jl. Veteran No 8 Kudus. Lokasi gedung merupakan gedung
lama dari SDIT Al-Islam yang menempati tanah seluas ± 2550 M.
Mengenai letak geografis SDIT Al-Islam dapat dijelaskan batas-
batasnya yaitu:
a. Sebelah Utara : Desa Glantengan.
b. Sebelah Timur : PPRK.
c. Sebelah Selatan : Desa Demaan.
d. Sebelah Barat : Yayasan Taman Siswa.12
4. Struktur Organisasi
Untuk memudahkan kerja dan memperlancar administrasi sekolah
dibuat struktur organisasi SDIT Al-Islam sebagai berikut:
9 Ibid, hlm. 51. 10 Ibid 11 Dokumentasi SDIT Al-Islam Kudus, dikutip tanggal 17-11-07 12 Ibid
40
41
5. Keadaan Siswa, Guru Dan Karyawan
a. Data Siswa SDIT Al-Islam Kudus
Siswa atau anak didik adalah setiap orang yang menerima
pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan
kegiatan pendidikan. Sebagai pokok persoalan anak didik memiliki
kedudukan yang menempati posisi menentukan dalam sebuah
interaksi.
Sedangkan SDIT Al-Islam Kudus pada tahun 2007/2008
mempunyai siswa sebanyak 296 siswa dengan perincian sebagai
berikut:
TABEL 1
DAFTAR KEADAN SISWA SDITAL-ISLAM KUDUS13
No Kelas L P Jumlah
1 IA 17 17 34
2 IB 12 22 34
3 IC 13 20 33
4 IIA 11 24 35
5 IIB 18 16 34
6 IIC 16 15 31
7 IIIA 15 23 38
8 IIIB 17 16 33
9 IVA 18 14 32
10 IVB 16 19 35
11 VA 17 13 30
12 VB 18 13 31
13 VIA 14 12 26
14 VIB 14 14 28
Jumlah 216 238 454
13 Ibid
42
b. Data Guru Dan Karyawan SDIT Al-Islam Kudus
Guru dan karyawan yang dimiliki oleh SDIT Al-Islam Kudus
ada 38 orang. Gurunya 32 orang dan karyawan 6 orang. Berikut table
guru dan karyawan SDIT Al-Islam Kudus.
TABEL 2
DAFTAR GURU DAN KARYAWAN SDIT AL-ISLAM KUDUS
No Nama Pendidikan Tugas/Jabatan
1 Istifaizah, S.Ag Sarjana ‘97 Kep. Sek
2 Drs. Sri Sudarwati Sarjana ‘88 Guru
3 Dra. Noor Malikhah Sarjana ‘88 Guru
4 Susi Utami, S.Ag. Sarjana ‘98 Guru
5 Muhdi Nurfita PGSLP ‘87 Guru
6 Novita Kristiyanti, A.Md. D3 ‘01 Guru
7 Anik Suprobowati, S.Ag. Sarjana ‘01 Guru
8 Zulfa Mualifah, S.Ag. Sarjana ‘01 Guru
9 Imama Syaidha F.H.,SS. Sarjana ‘02 Guru
10 Farida Nur H., SE Sarjana ‘99 Bendahara
11 Heni Kristiana, S.S Sarjana ‘02 Guru
12 Noor Fahrida D2 ‘03 Guru
13 Musmiroh SLTA ‘96 Bendahara
14 Agustina Lilik R., S.Sos Sarjana ‘02 Guru
15 Dra. Al-Munafaroh Sarjana ‘93 Guru
16 Agus Zainuddin, S.HI Sarjana ‘04 Guru
17 Amin Ispriyo D1 ‘98 Guru
18 Budi Harnoto, S.Pd.I. Sarjana ‘04 Guru
19 Feni Faristin, S.Pd. Sarjana ‘94 Guru
20 Narto STM ‘90 TU
21 Neti Farida, S. Pd.I. Sarjana ‘04 Guru
22 Noor Afifah R, S. Pd. Sarjana ‘03 Guru
23 Nurmah Zakiyah, S.SI. Sarjana ‘98 Guru
24 Nor Ristiyanti, S.P Sarjana ‘03 Guru
25 Sumarsih, S.Pada.I Sarjana ‘04 Guru
26 Intan Setyaningrum, S.Pt Sarjana ‘00 Guru
43
27 Ulit Damayanti, S. Pd Sarjana ‘04 Guru
28 Innatul Khoiriyah, S. S. Sarjana ‘05 Guru
29 Puji Akhiriani, S. Si. Sarjana ‘05 Guru
30 R. M. Nurul Jihan, S.Pd.I Sarjana ‘06 Guru
31 Faiz Burhanuddin, S.Pd.I Sarjana ‘06 Guru
32 Dyah Nur Aini, S.Pd. Sarjana ‘06 Guru
33 Zuliana, S.Pd.I Sarjana ‘05 Guru
34 Novi Teja Sagitarini, S.Psi. Sarjana ‘05 Guru BK
35 Hilda Dwi Handayani, S.Tp. Sarjana ‘07 Guru
36 Bahar Widyatmoko D1 ‘07 Staf TU
37 Rin Sutrisno - Penjaga
38 Supriyanto SMK ‘97 Satpam
6. Sarana dan Prasarana
Sebuah lembaga pendidikan formal barang tentu memerlukan fasilitas-
fasilitas yang memadahi demi pendidikan dan pengajaran dapat berjalan
dengan baik.
Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki adalah sebagai berikut:
a. Gedung SD 1 buah
b. Rumah Dinas Penjaga Sek 1 buah
c. Ruangan Kasda 1 buah
d. Kantor SD 1 buah
e. Ruang UKS 1 buah
f. Ruang Perpustakaan 1 buah
g. Sumur Biasa / pompa 1 buah
h. Kamar Mandi 5 buah
i. WC 6 buah
j. Meja Guru 35 buah
k. Kursi Guru 35 buah
l. Meja Murid 230 buah
m. Tempat Duduk 402 buah
n. Papan Tulis 14 buah
44
o. Almari 14 buah
p. Almari Perpustakaan 2 buah
q. Rak Buku 1 buah
r. Timbangan Badan 1 buah
s. Mesin Tulis 1 buah
t. Komputer 20 buah
u. Pesawat Telephone 1 buah
v. Tape Recorder 1 buah
w. Kalkulator 3 buah
x. Jam 18 buah
y. Meja Kursi Tamu 1 set
z. Pengeras Suara 1 buah
aa. OHP 1 buah
bb. Digital Projector 1 buah
B. Implementasi Manajemen Kurikulum Terpadu Mata Pelajaran
Kepanduan
SDIT Al-Islam adalah sebuah lembaga yang diselenggarakan oleh
yayasan perguruan Al-Islam Kudus yang dirancang sebagai sekolah dasar
unggulan yang memelopori penerapan pendidikan dasar terpadu yang bertekad
untuk membina peserta didik menjadi generasi masa depan dengan bekal
IPTEK dan IMTAQ menuju kejayaan ummat dan berusaha tidak hanya
mengedepankan kecerdasan otak tetapi juga kecerdasan ruhiyah, sehat dan kuat
badannya, luas wawasannya serta berakhlakul karimah.14
Kepanduan sebagai salah satu mata pelajaran yang ada dalam
pendidikannya dengan tujuannya yakni pembentukan karakter peserta didik
yang berkepribadian. Sehingga dalam hal ini, pengajarannya harus memiliki
kompetensi standar oleh karena itu maka disusunlah kurikulum kepanduan. Di
dalam kurikulum kepanduan mendidik, melatih dan mengarahkan siswa agar
memiliki jiwa dan kemampuan memimpin yang tinggi, disiplin, keberanian,
14 Dikutip dari profil SDIT Al-Islam Kudus, pada tanggal 19 Nopember 2007.
45
tanggung jawab serta mengajarkan ketrampilan yang diperlukan sepanjang
hayat, membentuk kepribadian yang islami dan membekali ketrampilan hidup,
membangun sifat peduli peserta didik terhadap lingkungan.
Berkaitan dengan penyelenggaraan kurikulum kepanduan tersebut,
kurikulum kepanduan yang digunakan di SDIT Al-Islam kudus adalah
kurikulum integrative yaitu bahan pengajaran yang diberikan merupakan suatu
kesatuan yang bulat, dengan maksud bahwa pandu sekolah Islam Terpadu
merupakan bagian dari sistem pendidikan Islam yang melengkapi proses
kegiatan belajar mengajar formal dan bagian-bagian lain, sehingga
penyelenggaraan pendidikan benar-benar utuh dan menyeluruh mengarah
kepada tercapainya pendidikan Islam.15
1. Perencanaan Kurikulum Terpadu Mata Pelajaran Kepanduan
a. Program kurikulum mata pelajaran kepanduan
Secara umum program kurikulum mata pelajaran kepanduan di
SDIT Al- Islam Kudus hampir sama dengan program kurikulum standar
nasional pada umumnya. Namun kurikulum kepanduan ini dalam
pelaksanaannya merupakan pengintegrasian pada kurikulum sekolah
dalam mata pelajaran intrakurikulernya yang dalam penyusunannya
bertujuan memberikan pijakan penyelenggaraan kegiatan kepanduan di
sekolah Islam terpadu, dengan demikian maka dalam perencanaan
kurikulum perlu untuk mengkaji lebih jelas mengenai beberapa langkah
yang perlu dilakukan dalam perealisasian program kurikulum, yakni
sebagai berikut :
1) Penelaahan kalender pendidikan
Kalender pendidikan yang digunakan dalam mata pelajaran
kepanduan di SDIT Al-Islam Kudus pada dasarnya disesuaikan
dengan kalender pendidikan yang diterbitkan oleh departemen
pendidikan nasional, namun setelah dimusyawarahkan dalam forum
pengambilan kebijakan oleh semua elemen struktural pandu SIT
15 Dikutip dari anggaran dasar pandu SIT
46
diadakan minimal 10 x pertemuan setiap semester dengan masing-
masing 2 jam (120 menit).
2) Penelaahan realitas mata pelajaran kepanduan
Penelaahan realitas dilakukan secara bersama oleh majelis
pembimbing, kepala sekolah, dan guru pengampu kepanduan di
dalam musyawarah. Hal ini dilaksanakan karena pada realitas
disetiap sekolah berbeda dalam pemberian materi tentang
kepanduan, maka perlu adanya standarisasi disamping itu juga
diperlukannya pedoman aktivitas kepanduan dalam
mengembangkan potensi diri dalam hal kekuatan fisik, kecerdasan
dan ketrampilan hidup, oleh karena itu dalam telaahan ini yang
menjadi sasaran adalah ruang lingkup dan muatan materi pokok
yang disesuaikan dengan jenis perjenjangannya. Mengenai ruang
lingkup kurikulum terpadu mata pelajaran kepanduan di SDIT Al-
Islam; meliputi : ruhiyah (kerohanian), jasadiyah (fisik), fanniyah
(skill), tsaqafiyah (wawasan), qiyadah wa jundiyah
(kepemimpinan), dan ukhuwah (persaudaraan)
Dari beberapa ruang lingkup tersebut kemudian diturunkan
kedalam beberapa materi pokok pada jenjang yang sesuai dengan
tahap perkembangan peserta didik. Materi pokok yang ada dalam
muatan kurikulum mata pelajaran kepanduan dapat dijabarkan
sebagai berikut :
(a) Ruhiyah memuat materi pokok, yakni:
• Kalimat thoyyibah
• Tafakur alam
• Do’a
• Ibadah
• Rukun iman
(b) Jasadiyah memuat materi pokok, yakni:
• Lari
• Memanjat
47
• Melompat
• Senam
• Meloncat
• Renang
• Keseimbangan
• Merayap
(c) Fanniyah memuat materi pokok, yakni:
• PBB
• Tali temali
• P3M
• Pengenalan arah mata angina
• Panca indra
• Pengenalan dan peduli lingkungan
• Life skill
(d) Tsaqafah memuat materi pokok, yakni:
• Sirah nabi
• Akidah
• Fenomena alam
• Toga
• Sandi dasar
(e) Qiyadah wa jundiyah memuat materi pokok, yakni:
• Konsep diri
• Komunikasi, adab mendengar
• Mengikuti aba-aba
• Kejujuran
• Belajar
• Musyawarah
• Kerja kelompok
• Pohon harapan
• Wawancara
48
(f) Ukhuwah memuat materi pokok, yakni:
• Perkenalan
• Praktek tolong menolong
Dari penjabaran diatas masing-masing muatan materi
pokok memiliki kesamaan dalam setiap jenjangnya, akan tetapi
berbeda dalam kompetensi dasar yang diberikan untuk pelaksanaan
pembelajaran di SDIT Al-Islam dimulai pada peserta didik yang
duduk dibangku kelas 3, sehingga kompetensi dasar yang
seharusnya diberikan untuk peserta didik dibangku kelas 1 dan 2
dipadatkan ke jenjang berikutnya. Dengan demikian guru pengampu
harus lebih terkoordinasi terutama dalam melaksanakan
pembelajaran dengan guru lainnya antar perjenjangan.16
2. Pengorganisasian Kurikulum Terpadu Mata Pelajaran Kepanduan
Pada fungsi manajemen ini ada 2 hal kegiatan yang dapat
dilaksanakan; yaitu :
a. Kegiatan yang berkaitan dengan pembagian tugas guru
Dalam pembagian tugas guru ini lebih bersifat umum dan sama
yang dilaksanakan sebelum tahun ajaran baru melalui musyawarah guru
pendidikan kepanduan di SDIT Al-Islam Kudus dilaksanakan dengan
sistem satuan terpisah, yakni :17
- Peserta didik dibagi dalam regu ikhwan dan regu akhwat
Dalam pembagian ini SDIT Al-Islam membagi peserta
didik dalam setiap regu terdapat 10 anak.
- Masing-masing regu dibina oleh pembina ikhwan untuk regu
ikhwan dan pembina akhwat untuk regu akhwat
Adapun guru pembina kepanduan di SDIT Al-Islam ini
terdapat enam guru, yang masing-masing pembina memegang 3
regu. Adapun 6 guru tersebut dapat disebutkan sebagai berikut :
16 Hasil wawancara dengan Bp. Muhdi Nurfinta, pada tanggal 2 Januari 2008. 17 Dikutip dari buku pedoman pandu SIT, hlm. 57.
49
1) Muhdi Nurfinta membina peserta didik putra kelas 5 dan 6
2) Agus Zainuddin, S.HI membina peserta didik putra kelas 4
3) Budi Harnoto, S.Pd.I membina peserta didik putra kelas 3
4) Noor Afifah R.,S.Pd. membina peserta didik putri kelas 5 dan 6
5) Inayatul Khoiriyyah, S.S membina peserta didik putri kelas 4
6) Noor Fahrida membina peserta didik putri kelas 3
- jika pembagian tersebut belum memungkinkan, dipersilahkan diatur
sesuai dengan situasi dan kondisi, yang dimaksud disini adalah jika
berada dalam kondisi darurat dapat diadakan kegiatan bersama putra
putri dengan pembina putra dan atau putri dengan jaminan tetap
terjaga akhlak pergaulan putra putri.
Akan tetapi dalam pembagian tugas guru kepanduan di
SDIT Al-Islam ini juga mengalami kendala diantaranya adalah
pengampu mata pelajaran kepanduan yang belum belum begitu
kompeten. Sehingga hal ini perlu diadakan pembinaan tersendiri
bagi guru-guru tersebut.
b. Kegiatan yang berhubungan dengan pengaturan jadwal pelajaran
Pengaturan jadwal pelajaran kepanduan di SDIT Al-Islam
dilaksanakan pada hari sabtu untuk semua jenjang, hal ini disesuaikan
dengan seragam yang dipakai oleh peserta didik. Waktu pelaksanaan
dimulai pada pukul 12.15 sampai dengan 13.30, akan tetapi dalam
pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan sehingga bisa terjadi
penambahan jam. Pada kondisi tersebut merupakan akibat dari salah
satu kendala di SDIT Al-Islam yaitu kurangnya tempat yang memadai
untuk melaksanakan kegiatan kepanduan tersebut. Dengan demikian
guru pembina dituntut untuk dapat berkreasi dalam proses pembelajaran
yang dapat menarik peserta didik untuk belajar. Adapun kegiatan-
kegiatan tersebut diantaranya bisa berupa permainan-permainan dan
juga quis sebagai penyemangat bagi peserta didik.
50
3. Pengarahan Kurikulum Terpadu Mata Pelajaran Kepanduan
Pada fungsi manajemen ini SDIT Al-Islam menggunakan sistem
organisasi, yang dalam langkah ini dilaksanakan oleh majelis pembimbing
yakni lembaga tertinggi pandu SIT yang berfungsi membimbing, membina
dan mengarahkan pengurus dan anggota pandu SIT dalam pelaksanaan
kurikulumnya.
Disamping itu dalam lingkup sekolah sendiri pengarahan ditangani
secara langsung oleh kepala sekolah dengan supervisi terhadap guru
pengampu kepanduan maupun dengan memantau pelaksanaan
kurikulumnya yakni dengan melihat tingkat penguasaan kemampuan dan
kecakapan peserta didik dalam kegiatan pandu SIT dengan ditunjukkannya
tanda kecakapan diantaranya atau bisa juga dengan daftar hadir serta daftar
kemajuan peserta didik, sehingga dengan demikian dapat menjadi lebih
mudah untuk melihat seberapa jauh pelaksanaan tersebut dapat berjalan
dengan baik dan lancar.
Selain itu juga di SDIT Al-Islam diadakan kegiatan yang bersifat
menunjang kegiatan kepanduan yakni mentoring.18 Yang dimaksud dengan
kegiatan mentoring adalah program pembinaan berkelompok (3-12 peserta
didik/kelompok), didampingi mentor yang berasal dari guru kelas masing-
masing.
Jadi, dengan demikian dapat terlihat bahwa kegiatan kepanduan
tidak hanya berjalan sendiri akan tetapi juga berdampingan dengan mata
pelajaran yang lain, sehingga inilah salah satu bidikan letak keterpaduan
kurikulumnya Selanjutnya kembali dalam perihal pengarahan mengenai
keterkaitan antara kegiatan mentoring dengan pendidikan kepanduan adalah
dengan adanya pantauan dari banyak guru tentang mata pelajaran
kepanduan dengan melalui pendidikan pada kegiatan mentoring. Sehingga
kepala sekolah bersama dengan guru mentoring dapat berkoordinasi untuk
pembinaan dan memberikan motivasi mengenai hal tersebut terutama dalam
kesulitan-kesulitan yang dialami.
18 Hasil wawancara dengan ibu Susi Utami, pada tanggal 3 Desember 2007.
51
4. Evaluasi Kurikulum Terpadu Mata Pelajaran Kepanduan
Dalam tahap manajemen ini merupakan proses akhir dalam fungsi
manajemen dengan melaksanakan pengawasan dan juga adanya sistem
pelaporan atau penilaian mengenai hasil pelaksanaan kurikulum tersebut.
Adapun kegiatan evaluasi yang dilaksanakan oleh SDIT Al-Islam, meliputi:
a. Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar
Pengadaan evaluasi hasil belajar mata pelajaran kepanduan
di SDIT Al-Islam dilakukan dengan penilaian kelas. Dalam penilaian
kelas ini meliputi ulangan harian, ulangan umum serta ujian akhir.
Ulangan harian dilaksanakan pada setiap selesai proses pembelajaran
ataupun dalam proses pembelajarannya. Sedangkan untuk ulangan
umum dilaksanakan setiap akhir semester secara bersama-sama dari
semua kelas. Untuk ujian akhir dilakukan pada akhir program
pendidikan, pada evaluasi ujian akhir ini digunakan untuk menentukan
kelulusan bagi peserta didik dan layak tidaknya untuk melanjutkan
pendidikan pada tingkat diatasnya. Pada pendidikan kepanduan
khususnya evaluasi juga dapat dilakukan dalam kegiatan perkemahan
minimal 1 x tiap jenjang kelas, sekaligus mengadakan pelantikan untuk
kenaikan jenjang atau yang lainnya.
Sedangkan dalam penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk
mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa
kesulitan belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan proses
pembelajaran dan penentuan kenaikan kelas.
b. Laporan hasil evaluasi
Dalam pelaporan hasil evaluasi kurikulum di SDIT Al-Islam
dilaksanakan oleh masing-masing guru pengampu dengan diketahui
oleh kepala sekolah dan orang tua murid, yang selanjutnya dibahas
kembali pada forum pengambilan kebijakan yang dihadiri oleh semua
elemen struktural pandu SIT. Adapun waktu pelaksanaan forum
pengambilan kebijakan disesuaikan dengan jenis dan jenjangnya, untuk
musyawarah pada jenjang satuan sekolah diadakan satu tahun sekali,
52
dimana dalam hal ini dilaksanakan oleh unit (satuan pandu SIT di
tingkat sekolah). Pada jenjang berikutnya yakni tingkat daerah dengan
pelaksanaannya setiap 2 tahun sekali begitu juga untuk tingkatan
berikutnya memiliki selisih satu tahun. Jadi, pengawasan serta penilaian
pada kegiatan kepanduan di SDIT Al-Islam dilaksanakan sebagaimana
dalam pengambilan kebijakan pada organisasi
Demikian implementasi manajemen kurikulum terpadu mata
pelajaran kepanduan yang telah dilaksanakan di SDIT Al-Islam Kudus.
Namun hal ini juga perlu dikonfirmasi kembali terhadap orang tua
murid agar mengetahui kesesuaian hasil dengan implementasi
kurikulum yang dilaksanakan. Menurut salah satu dari beberapa orang
tua murid19 mengatakan bahwa kurikulum kepanduan telah memberikan
pengaruh positif yang sangat besar terhadap perkembangan putra putri
mereka, diantaranya yakni mengenai kemandirian peserta didik dengan
perubahan yang dialaminya setelah berpendidikan kepanduan misalkan
peserta didik dapat menyelesaikan masalahnya, meskipun hal ini orang
tua tidak harus lepas tangan saja tapi perlu pemberian masukan terhadap
masalah yang sedang dihadapinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan kurikulum kepanduan cukup
baik dengan adanya pengaruh tersebut.
19 Hasil wawancara dengan ibu Sri Sudarwati sebagai orang tua murid dari ananda Zulfikar
Nur Fauzi kelas IV, pada tanggal 12 Januari 2008.
53
BAB IV
ANALISIS TENTANG IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM
TERPADU MATA PELAJARAN KEPANDUAN
A. Analisis terhadap Perencanaan Kurikulum Terpadu Mata Pelajaran
Kepanduan
Dalam kerangka mengembangkan suatu pengelolaan di dalam
pendidikan pada dasarnya harus mampu menganalisa setiap aspek yang terkait
dengan lembaga pendidikannya, dalam hal ini perencanaan merupakan
kegiatan permulaan dalam pengelolaan tersebut.1
Perencanaan ini juga akan sangat berkaitan dengan tujuan yang
ingin dicapainya sehingga dalam berbagai perencanaan yang telah dipaparkan
sebelumnya perlu menjadi sorotan agar dalam perencanaan berikutnya dapat
dilaksanakan dengan lebih baik dan memiliki acuan dalam memprediksi
sesuatu di masa yang akan datang.
1. Realitas kepanduan dalam pendidikan
Sedangkan pada pendidikan kepanduan dalam melaksanakan
perencanaannya dibutuhkan analisa yang tajam terhadap realitas yang ada
karena pada umumnya pendidikan kepanduan di tiap-tiap sekolah berbeda
dalam pemberian materi, sehingga diperlukan adanya standardisasi yang
matang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, dengan disusunnya
kurikulum pandu SIT di SDIT Al-Islam telah dapat memberikan pedoman
bagi pelaksanaan pendidikannya. Meskipun demikian antara tujuan
kurikulum kepanduan dengan tujuan institusional perlu adanya persepsi
yang sama, sehingga kurikulum kepanduan ini dalam pelaksanaannya
dapat diintegrasikan pada kurikulum sekolah.
Selain itu untuk menunjang program kurikulum sekolah, pada
pendidikan kepanduan diterapkan sistem terpadu dengan maksud bahwa
dalam materi-materi yang ada tidak terlepas dengan materi kurikulum
1 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 33.
54
sekolah. Disisi lain kegiatan belajar mengajar juga dibingkai dengan
nuansa islami, maka dengan suasana pendidikan seperti itulah SDIT Al-
Islam dapat berkembang menjadi pendidikan yang banyak dibutuhkan
masyarakat umum, karena pada hakikat pendidikannya tidak terlepas
dengan tujuan pendidikan Islam.
2. Pendidikan kepanduan dalam masyarakat
Mengingat bahwa pendidikan kepanduan merupakan bagian dari
pendidikan masyarakat maka dalam merencanakan kurikulumnya juga
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Karena pada hakikatnya
dimasa yang akan datang peserta didik akan dihadapkan pada kondisi
masyarakat yang berbeda. Sehingga dalam perencanaan kurikulum perlu
untuk memprediksi bagaimana kurikulum kepanduan dapat berguna serta
bermanfaat bagi masyarakat.
Sebagai sekolah yang bertujuan membina peserta didik untuk
menjadi insan muttaqin yang cerdas, berakhlak mulia dan memiliki
ketrampilan yang memberi manfaat dan maslahat bagi umat manusia,
SDIT Al-Islam telah memiliki pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Hal ini dapat terlihat diantaranya yaitu melalui pendidikan
kepanduan tersebut, yang dalam ruang lingkup kegiatan belajar
mengajarnya meliputi :
a. Ruhiyah
Mampu memahami dan menerapkan nilai-nilai ruhiyah dalam setiap
aktivitasnya
b. Jasadiyah
Mampu meningkatkan kekuatan, daya tahan dan keseimbangan yang
baik dan memiliki pengetahuan serta nilai-nilai yang terkandung
didalamnya
c. Fanniyah
Menguasai berbagai bentuk ketrampilan disertai dengan pengetahuan
tentang nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
55
d. Tsaqafiyah
Mampu memahami pengetahuan umum dan wawasan keislaman
e. Qiyadah wa jundiyah
Mampu menerapkan kedisiplinan, ketaatan, kesiap siagaan, kerja sama
dan kepemimpinan dalam segala kondisi dan memiliki pengetahuan
serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya
f. Ukhuwah
Mampu memahami dan menerapkan nilai-nilai persaudaraan dan kerja
sama dalam hal kebaikan
demikian perencanaan dalam penyusunan kurikulum terpadu mata
pelajaran kepanduan dapat penulis analisis bahwa dalam perencanaan
kurikulum tersebut harus melalui dengan melihat prediksi yang akan datang,
serta realitas yang dibutuhkan oleh masyarakat
B. Analisis terhadap Pengorganisasian Kurikulum Terpadu Mata Pelajaran
Kepanduan
Tahap selanjutnya setelah perencanaan adalah pengorganisasian,
dimana pada fungsi ini semua yang menjadi perencanaan dibagikan kepada
penanggung jawab masing-masing yang berkompeten ataupun pada
pembagian aktivitas pelaksanaan kurikulum tersebut. Adapun
pengorganisasian yang ada di SDIT Al-Islam yang telah melalui prosedur
dalam manajemen yakni seperti pembagian tugas yang berkaitan dengan
tanggung jawab guru dan pembagian yang berhubungan dengan proses
kegiatan belajar mengajar.
1. Pembagian tugas berkaitan dengan tanggung jawab guru
Hal ini sebagaimana terlihat pada hakikat esensi dari
pengorganisasian yakni terletak pada pengelompokan semua tugas,
tanggung jawab, wewenang dan komponen dalam proses kerja sama
56
sehingga tercipta suatu sistem kerja yang baik dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.2
Maka dalam pengorganisasian kurikulum kepanduan ini dapat
dilaksanakan sesuai dengan pengorganisasian pada kurikulum sekolah
yaitu dengan pembagian tugas guru kepada pengampu yang kompeten
serta pengelompokan mengenai aktivitas yang berkaitan dengan proses
belajar mengajar. Pada pembagian tugas guru di SDIT Al-Islam telah
berjalan dengan baik melalui musyawarah bersama, akan tetapi dalam
pembagian tugas guru ini mengalami kendala yakni kurangnya guru yang
berkompeten mengenai kepanduan. Maka dalam pembagian tugas tetap
diberikan kepada guru dengan tambahan pembinaan mengenai kepanduan.
Meskipun demikian di dalam pelaksanaan kurikulum ini kurang dapat
berjalan dengan maksimal.
2. Pembagian tugas berhubungan dengan proses KBM
Implementasi pengorganisasian yang berkaitan dengan aktivitas
belajar mengajar diantaranya adalah dengan adanya pengaturan jadwal
pelajaran. Adapun pelaksanaannya di SDIT Al-Islam tidak semulus yang
diperkirakan, hal ini dikarenakan dalam pengaturan jadwal dari semua
kelas kepanduan dilaksanakan pada waktu yang bersamaan, sehingga hal
ini berpengaruh pada kurangnya tempat yang memadai untuk
melaksanakan proses pembelajaran.
Dengan demikian dalam pengorganisasian yang dilaksanakan
oleh SDIT Al-Islam belumlah dapat berjalan dengan mulus yang sesuai
dengan konsep pengorganisasian. Untuk itu maka dalam pelaksanaan
pengorganisasian ini harus dilengkapi dengan fungsi selanjutnya yakni
fungsi pengarahan.
2 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, t. th.), hlm.
49-50.
57
C. Analisis terhadap Pengarahan Kurikulum Terpadu Mata Pelajaran
Kepanduan
Pada fungsi pengarahan ini merupakan tindak lanjut dari fungsi
manajemen sebelumnya, yakni dengan melaksanakan pemantauan dan
pemberian motivasi terhadap jalannya kurikulum terpadu mata pelajaran
kepanduan. Dalam pelaksanaan pengarahan ini dilaksanakan oleh kepala
sekolah bersama dengan pihak berwenang lainnya.3
Terkait dengan pengarahan, hendaknya para penanggung jawab
mampu memberikan pembinaan serta motivasi terhadap pelaksanaan
kurikulum kepanduan dengan baik, agar para pelaksana kurikulum dapat
menjalankan tugasnya dengan terarah sampai dengan akhir pelaksanaan.
Dengan demikian maka dalam pengarahan hendaklah dilakukan tidak hanya
satu atau dua kali , akan tetapi pengarahan hendaklah dilakukan secara terus
menerus (intens) selama proses pelaksanaannya.
Pemantauan Melalui Kegiatan Mentoring
Adapun pengarahan yang dilakukan di SDIT Al-Islam yakni dengan
melalui pemantauan pada kegiatan mentoring oleh masing-masing guru kelas.
Sedangkan kepala sekolah dalam pengarahannya terhadap kurikulum
kepanduan dilakukan dengan cara bekerja sama dengan guru-guru mentoring
yang ikut serta dalam memantau proses jalannya kurikulum kepanduan. Hal
ini dilakukan agar kepala sekolah lebih mudah memperoleh informasi
mengenai kondisi pelaksanaan kurikulum kepanduan, karena sesuai dengan
posisinya sebagai kepala sekolah maka kegiatan pengarahan dilaksanakan
lebih bersifat menyeluruh. Jadi, kedekatan dalam kegiatan pemantauan
dengan proses pelaksanaan tidak dirasakan secara langsung. Meskipun
demikian, dengan adanya pengorganisasian atau pembagian tugas itulah maka
proses pengarahan oleh kepala sekolah dapat terus berjalan dengan baik tanpa
harus meninggalkan proses pengarahan pada kegiatan lainnya.
3 Soebagio Atmo Diwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Arda Dizya Jaya,
2000), hlm. 154.
58
D. Analisis terhadap Evaluasi Kurikulum Terpadu Mata Pelajaran
Kepanduan
Pada fungsi evaluasi ada dua hal yang hendak dilakukan yakni
proses pengawasan dan evaluasi sendiri.
1. Proses pengawasan
Pengawasan terhadap kurikulum sekolah dilaksanakan oleh
DEPDIKNAS, sedangkan untuk pengawasan pada kurikulum terpadu
mata pelajaran kepanduan dilaksanakan seperti pada pendidikan
kepramukaan yaitu bersifat organisasi, maka dalam pengawasanya
dilaksanakan oleh pihak pengawas pada struktur organisasi diatas
tingkatan sekolah, maka pada pendidikan kepanduan SIT pengawasan
dilaksanakan oleh majelis pembimbing.
2. Proses evaluasi
Sedangkan untuk proses evaluasi4 secara garis besar ada dua
pembagian dalam pelaksanaannya yakni : evaluasi terhadap hasil belajar
dan laporan hasil evaluasi. Dalam evaluasi terhadap hasil belajar
dilaksanakan berkaitan dengan hasil belajar peserta didik atau dengan kata
lain hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dari adanya kegiatan
belajar mengajar. Sedangkan untuk laporan hasil evaluasi dilakukan
sebagai acuan dalam melihat kelebihan serta kekurangan kurikulum yang
telah dilaksanakan agar bisa diperbaiki untuk pelaksanaan kurikulum pada
tahun berikutnya.
Di SDIT Al-Islam evaluasi yang dilakukan juga demikian yakni
adanya evaluasi untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang
kemudian dengan hasil tersebut dibuat laporan untuk pembenahan
kurikulum tahun ajaran baru khususnya pada kurikulum pandu SIT, akan
tetapi dari hasil laporan evaluasi ini tidak hanya diserahkan pada
koordinator daerah diatas tingkatan sekolah tetapi juga dimusyawarahkan
bersama dengan pihak sekolah, sehingga dalam pengevaluasian ini benar-
4 Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: PT Rinneka Cipta, 2004),
Cet. I, hlm. 48.
59
benar mengerti kondisi dalam pelaksanaan kurikulum tersebut pada saat
sebelumnya. Jadi kurikulum kepanduan yang dihasilkan akan lebih sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.
Dengan demikian, maka dalam evaluasi kurikulum terpadu mata
pelajaran kepanduan ada dua garis besar yakni pengawasan dan evaluasi,
dimana antara keduanya memiliki keterkaitan erat yaitu di dalam sebuah
evaluasi harus ada pengawasan, sehingga dalam pengevaluasian tidak
dilaksanakan secara acak-acakan dan tak beraturan. Dengan adanya
pengawasan dan evaluasi yang berjalan secara berdampingan dapat
menghasilkan suatu kurikulum kepanduan yang lebih baik.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah memperhatikan deskripsi yang telah diuraikan pada bab I
sampai dengan bab IV, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Manajemen kurikulum terpadu merupakan suatu pengelolaan terhadap
usaha mengintegrasikan bahan pelajaran dari berbagai mata pelajaran yang
menghasilkan kurikulum integrated dengan menggunakan fungsi-fungsinya
yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan juga pengendalian
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Adapun Mengenai manajemen
kurikulum terpadu mata pelajaran kepanduan di SDIT Al- Islam Kudus
dalam pelaksanaannya berbeda dengan manajemen kurikulum sekolah, hal
ini dikarenakan dalam struktur manajemen kepanduan bersifat organisasi,
sehingga dalam pengambilan segala keputusan khususnya pada penyusunan
kurikulum pandu SIT dilaksanakan melalui forum pengambilan kebijakan.
2. Implementasi manajemen kurikulum terpadu mata pelajaran kepanduan
yang berlangsung di SDIT Al-Islam Kudus tergolong cukup baik, dimana
dalam pelaksanaan manajemen kurikulumnya sudah dapat diterapkan sesuai
dengan fungsi-fungsi manajemen. Namun dalam implementasinya sudah
tentu tidak semulus dengan yang diperkirakan karena adanya kendala-
kendala yang harus dialami pada sekolah ini. Selain itu perihal keterpaduan
dalam kurikulum kepanduan ini adalah terletak pada tujuan yang ingin
dicapai dengan beberapa skill yang kemudian dituangkan dalam materi-
materi yang ada, dimana dalam materi ini merupakan keterpaduan dengan
materi pada kurikulum sekolah, selain itu juga dalam pelaksanaan proses
pembelajarannya.
B. Saran-saran
Saran ini merupakan bahan masukan dan pertimbangan yang ditujukan
kepada semua pihak yang turut bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
pendidikan, pengelola, dan para konsumen (pengguna) pendidikan
61
1. Pengurus pandu SDIT Al-Islam Kudus serta para pengelola sekolah
khususnya dalam bidang kepanduan hendaknya mengatur dan mengelola
pendidikan ( baca: kepanduan) serta secara profesional dengan mengacu
pada sistem manajemen dengan melaksanakan fungsi manajemen secara
utuh, serta mencarikan guru yang benar-benar kompeten di dalam
kepanduan meskipun sudah ada pembinaan bagi guru-guru yang kurang
kompeten akan tetapi lebih baik jika pengampu sudah benar-benar memiliki
kompeten di bidangnya apalagi jika ditambah dengan adanya pembinaan
selain itu untuk proses pembelajaran dengan adanya tempat yang kurang
memadai hendaklah bisa menggunakan sistem bergantian, jadi proses
pembelajaran dilaksanakan tidak secara bersama dari semua kelas.
2. Pengelola pendidikan pada sekolah-sekolah hendaknya bisa menyusun
kurikulum pramuka sebagai pedoman dan standardisasi materi dalam
pelaksanaan pembelajaran
3. Para pengguna jasa pendidikan (orang tua, peserta didik dan masyarakat)
agar ikut memperhatikan dan mensukseskan jalannya program pendidikan
khususnya pada pendidikan kepanduan serta berpartisipasi dalam
mengembangkan pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan
C. Kata Penutup
Demikianlah akhir dari penulisan ini dan dengan mengucap syukur
alhamdulillah penulis memohon kepada Allah SWT. Mudah-mudahan tulisan
ini memberikan manfaat dan kontribusi positif penulis maupun siapa saja yang
mau memetik ilmu, hikmah dan pengalaman dari tulisan ini.
“Tiada gading yang tak retak” oleh karena itu kritik dan saran serta
masukan para pembaca tetap kami harapkan demi kelengkapan dan
kesempurnaan skripsi ini. Teriring do’a semoga amal perbuatan kita selalu
mendapatkan ridho dari-Nya Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M. Amin, dkk., Pedoman Lengkap Gerakan Pramuka, Semarang : Beringin Jaya, 1994.
Abdullah, Abdur Rahman Shahih, Landasan dan Tujuan Pendidikan menurut Al Quran dan Implementasinya, Bandung : CV. Diponegoro.
Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al Quran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.
Achlish, Alex, Al-Islam Dalam Lintasan Pendidikan, Panitia Peringatan 62 Tahun Al-Islam Kudus, 2000.
Al Bukhori, Abi Abdillah Muhammad bin Ismail, Matan al Bukhori, Juz IV, Singapura: Maktabah wa Matba’ah, t.th.
Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999, Cet. II.
Amirin, Tatang M., Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta : CV. Rajawali, 1990, Ed. 1, cet. 2.
Anggaran dasar pandu SIT
An-Nahlawy, Abdurrahman, Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalibiha fil Baiti wal Madrasati wal Mujtama’, Beirut – Libanon: Dar al Fikr al Mu’asyir, 1983.
Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998, cet. 11.
Atmodiwirio, Soebagio, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Arda Dizya Jaya, 2000.
Bukhori, Sokhih Bukhori, Juz I, Beirut: Daar al Kutub, 1992.
Buku pedoman pandu SIT
Copyright@sriwijaya post 2002, pada tanggal 31 Desember 2003.
Dakhori, “Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SD Islam Terpadu Permata Bunda Fullday School Bawen kab. Semarang dan Implikasinya terhadap Kebiasaan Belajar Siswa” Skripsi Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam IAIN Walisongo Semarang, Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005.
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : Pustaka Setia, 2002.
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, Bandung: Al Jumanatul Ali, 2004.
__________, Kendali Mutu PAI, Jakarta: Direktoral Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001.
Devies, Ivor K., Pengelolaan Belajar, Jakarta: Gramedia Widia Sarana, 1996.
Fatah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
Gunawan, Ary H., Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan Mikro, Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
Hamalik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka al Husna, 1992.
Marfu’ah, “Kurikulum Pendidikan Pra Sekolah Studi tentang Manajemen Kurikulum di TK Islam Terpadu “Harapan Bunda” Pedurungan kota Semarang”, Skripsi Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam IAIN Walisongo Semarang, Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007.
Mas’ud, Abdurrahman, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik; Humanisme Religius sebagai Paradigma Pendidikan Islam,Yogyakarta: Gama Media, 2002.
Muhajir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif, Ed. III, Yogyakarta : Rake Saras, 1996.
Muliawan, Jasa Ungguh, Pendidikan Islam Integratif; Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005.
Musthofa, Ahmad, “Kurikulum Pendidikan Agama Islam kajian Al Quran surat Al ‘Asr”, Skripsi Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam IAIN Walisongo Semarang, Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2006.
Nasution, S., Asas-asas Kurikulum, Jakarta : Bumi Aksara, 2001, Ed. 2, Cet. 4.
__________, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1999, Cet. 3.
__________, Pengembangan Kurikulum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993.
Nata, Abudin, Filsafat pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1997.
Nurkhasanah, Misiam Siti, “Ide-ide Pendidikan Nondikotomik Telaah Sosio historis atas Pemikiran Prof. K.H. Saifuddin Zuhri tahun 1919-1985”, Skripsi Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo Semarang, Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2004.
Pakar, Dadi, Kepanduan sebagai Metode Pendidikan, Pikiran Rakyat Cyber Media, tanggal 31 Desember 2007.
Pandojo, Heidjrachman Ranu, Dasar-dasar Manajemen, Yogyakarta: UPP YKPN, 1996.
Pratt, David, Curriculum Design and Development, New York: Harcourt Grace Javanovich Publisher, 1980.
Profil SDIT Al-Islam Kudus, pada tanggal 19 Nopember 2007.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003, Edisi ketiga.
Rosyadi, Khoiron, Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Sagala, Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta, t.th..
Saylor, John Galen, Curriculum Planning for Better Teaching and Learning, Canada: the United States of America, 1981.
Sisk, Henry L., Principles of Management, Ohro : south western publishing company, 1969.
Soemardjo, d.k.k., Petunjuk Permainan untuk Pandu Putera, Jakarta: YPM, 1952.
Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1989.
Sulton, Mahmud Sayyid, Dirasat fi at-Tarbiyah wa Mujtama’, t.tm.: Daarul Ma’arif, 1979.
Suryosubroto, B., Proses Belajar-Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT. Rinneka Cipta, 2002, Cet. I, 29.
__________, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: PT Rinneka Cipta, 2004, Cet. I.
Tim Pengembangan MKDK IKIP, Administrasi Pendidikan, Semarang: IKIP Semarang Press, 1991.
Tim Pustaka Yustisia, Panduan Lengkap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP; SD/MI,SMP dan SMA/SMK, Yogayakarta : Pustaka Yustisia, 2007, 149.
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.
Undang-undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara, 2003.
Wakhudin, Mengenal Sejarah Berdirinya Gerakan Pramuka, www.pikiran-rakyat.com, tanggal 31 Desember 2007.
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta : Bigraf, 2000.
Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,2004, cet.7.
Peserta didik SDIT Al-Islam sedang melakukan kegiatan pembelajaran PBB
Peserta didik SDIT Al-Islam sedang mendengarkan ceramah pada saat kemah
Peserta didik SDIT Al-Islam mendapatkan pembelajaran tentang wawasan keagamaan
Peserta didik SDIT Al-Islam melaksanakan shalat dhuhur berjamaah pada saat
perkemahan
Peserta didik SDIT Al-Islam sedang makan bersama untuk mempererat ukhuwah
Peserta didik SDIT Al-Islam sedang bersantai bersama guru sambil
mendengarkan cerita
FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEL KEPANDUAN