studi sanitasi berdasarkan aspek tempat pada depot air
TRANSCRIPT
1
STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT
PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG
DI KOTA PONTIANAK
SKRIPSI
Oleh :
DONI WAHYUDI
NIM : 091510511
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2017
2
STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT
PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG
DI KOTA PONTIANAK
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Menjadi
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M)
Oleh :
DONI WAHYUDI
NIM : 091510511
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2017
3
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:
“STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT
AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA PONTIANAK”.
Yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan program studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Jenjang Pendidikan Strata 1, bukan
merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau
pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak maupun di Perguruan Tinggi
atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan
sebagaimana mestinya.
Pontianak, 27 Februari 2017
DONI WAHYUDI
NIM : 091510511
Materai
6000
4
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak
dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M)
Pada Tanggal 27 Februari 2017
Dewan Penguji :
1. Rochmawati, S.K.M., M. Kes : _______________
2. Tedy Dian Pradana, S.K.M., M. Kes : _______________
3. Selviana, S.K.M., M.P.H : _______________
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
DEKAN
(Dr. Linda Suwarni, S.K.M., M.Kes)
NIDN. 1125058301
5
Pembimbing 1
(Rochmawati, S.K.M., M.Kes)
NIDN. 1112077901
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M)
Peminatan Kesehatan Lingkungan
Oleh :
DONI WAHYUDI
NIM : 091510511
Pontianak, 27 Februari 2017
Mengetahui,
Pembimbing 2
(Tedy Dian Pradana, S.K.M., M.Kes)
NIDN. 1103018601
6
MOTTO dan PERSEMBAHAN
Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha
Penyayang Segala Puji Bagi Allah Tuhan Semesta Alam
Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang
Yang Menguasai Hari Pembalasan
Hanya Kepada Engkau-Lah Kami Menyembah Dan hanya kepada
engkau-lah kami mohon pertolongan
Tunjukilah Kami Jalan Yang Lurus
Yaitu Jalan Orang-Orang Yang Telah Engkau Anugerahkan Nikmat
Kepada Mereka; Bukan Jalan Mereka Yang Dimurkai Dan Bukan Pula
Jalan Mereka Yang Sesat
(Al-Fatihah 1-7)
Ku Mulai Karyaku Yang Jauh Dari Kesempurnaan Ini
Dengan Menulis Terjemahan Tujuh Ayat Pembuka Al-
Quran Yang Ku Kutip Dari Kitab Kumpulan Ayat-Ayat
Indah Penyejuk Hati Karya Rabb-Ku Tujuh Ayat Yang
Selalu Ku Ucapkan Ketika Aku Bermunajat Kepada-Nya
Sungguh Segala Kesempurnaan Hanya Milik
Allah SWT
Kupersembahkan Kepada Orang Tuaku, Sahabat – Sahabat ku serta
Orang – Orang yang Kusayangi yang Selalu Memberikan Motivasi.
7
Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan
Lingkungan Universitas Muhammadiyah Pontianak
(Tahun 2009 – 2016).
BIODATA PENULIS:
Nama : Doni Wahyudi
Tempat, Tanggal Lahir : Tayan, 13 Oktober 1991
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Nama Orang Tua
Ayah : Ishak Yanto
Ibu : Ida Nursanti
Alamat : Jln. Ampera Gang. Putri Bungsu
JENJANG PENDIDIKAN:
1. SD : SDN 3 Tayan Hilir, Tahun 1999 – 2004
2. SMP : SMPN 1 Tayan Hilir, Tahun 2004 – 2006
3. SMU : SMUN 1 Tayan Hilir, Tahun 2007 - 2009
4. Pendidikan S-1 :
8
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji Syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul ”STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK
TEMPAT PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA
PONTIANAK” tepat pada waktunya.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam rangkaian kegiatan
penyusunan skripsi ini, tidak dapat melaksanakan sesuai dengan rencana apabila
tidak didukung oleh berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini tidak lupa
saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Helman Fachri, SE, MM selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Pontianak.
2. Ibu Dr. Linda Suwarni, S.K.M, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pontianak.
3. Ibu Rochmawati, S.K.M, M.Kes selaku pembimbing utama yang penuh
dengan kesabaran bersedia meluangkan waktu dalam bimbingan.
4. Bapak Tedy Dian Pradana, S.K.M., M.Kes selaku pembimbing II yang telah
memberikan saran-saran berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Selviana, S.K.M., M.P.H selaku penguji utama yang telah memberikan
saran-saran berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh staf dan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah membantu
kelancaran penyelesaian pendidikan di Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.
7. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi
ini.
8. Rekan-rekan semua, terima kasih atas bantuan, persahabatan dan dukungannya
selama ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk
persahabatan kita.
9
Pontianak, 27 Februari 2017
Peneliti
Peneliti telah berusaha seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini, namun peneliti menyadari masih terdapat kekurangan baik
dari segi isi maupun penulisan. Untuk itu peneliti mengharapkan saran serta
masukan yang membangun dari berbagai pihak demi perbaikan skripsi ini. Akhir
kata peneliti berharap semoga skripsi ini dapat digunakan sebagaimana mestinya
dan dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya serta pembaca pada umumnya.
10
ABSTRAK FAKULTAS ILMU KESEHATAN
SKRIPSI, 27 FEBRUARI 2017
DONI WAHYUDI
STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR
MINUM ISI ULANG DI KOTA PONTIANAK
xvii + 95 Halaman + 15 Tabel + 6 Gambar + 8 Lampiran
Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) adalah usaha industri yang
melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung
kepada konsumen. Dalam hal ini persyaratan higiene sanitasi dalam pengelolaan
air minum paling sedikit memiliki aspek tempat, peralatan dan penjamah.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pontianak tahun 2016 dari bulan januari
sampai dengan oktober jumlah DAMIU telah mancapai 51 DAMIU yang tersebar
di 6 Kecamatan dan Kota.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui studi sanitasi berdasarkan aspek
tempat pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Pontianak. Desain dalam
penelitian ini adalah observasional. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 46
DAMIU. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi
dan pengukuran. Teknik analisa data dengan analisa univariat.
Berdasarkan hasil penelitian DAMIU dilihat dari aspek tempat sebanyak
52,2% bebas dari pencemaran dan penularan penyakit, sebanyak 65,2%
bangunannya kuat, sebanyak 52,2% lantai tidak kedap air, sebanyak 97,8% lantai
kedap air, sebanyak 58,7% atap dan langit-langit kuat dan anti tikus, sebanyak
56,5% tidak ada ruang proses pengolahan, pencahayaan sebanyak 52,2% memenuhi
syarat, ventilasi sebanyak 54,3% memenuhi syarat, kelembaban sebanyak 60,9%
memenuhi syarat, sebanyak 65,2% tidak memiliki akses kamar mandi dan jamban,
sebanyak 52,2% terdapat saluran pembuangan air limbah yang alirannya lancar
dan tertutup, sebanyak 58,7% terdapat tempat sampah yang tertutup, sebanyak
54,3% terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan sabun,
sebanyak 60,9% bebas dari tikus, lalat dan kecoa.
Bagi pemilik DAMIU disarankan harus menyediakan tempat pembuangan
sampah tertutup, membuat tempat pembuangan air limbah, sirkulasi udara harus
ditata agar ruangan depot tidak panas, pencahayaan harus terang agar tidak
menimbulkan bakteri, dan tempat depot air minum sebaiknya menyediakan
tempat pencucian tangan dan WC/ jamban.
Kata Kunci : Aspek Tempat, Depot Air Minum Isi Ulang
Pustaka : 31 (2010–2016)
11
ABSTRACT
FACULTY OF HEALTH SCIENCE
THESIS, 27 FEBRUARY 2017
DONI WAHYUDI
STUDY ON SANITATION ASPECTS OF THE DEPOT IN DRINKING
WATER CONTENT IN PONTIANAK
xvii + 95 Pages + 15 Tables + 6 Pictures + 8 Appendies
Depot Water Refill (DAMIU) is a industrial enterprises that perform
processing raw water into drinking water and sell directly to consumers. In this
case the requirements of hygiene and sanitation in the management of drinking
water has at least the aspects of premises, equipment and handlers. Based on data
from Pontianak City Health Department from January 2016 until October number
DAMIU have mancapai 51 DAMIU spread over 6 District and the City.
The purpose of this study to determine the sanitation study based on the
aspect of a Drinking Water Depot Refill in Pontianak. Design of this research is
observational. The sample size in this study was 46 DAMIU. Data collection
techniques used were interviews, observation and measurement. Data analysis by
univariate analysis.
Based on the research results DAMIU seen from the aspect of a 52.2% free
of contamination and disease transmission, as many as 65.2% of the building a
strong, 52.2% of the floor was not watertight, as much as 97.8% water-resistant
flooring, as many as 58, 7% of the roof and ceiling stronger anti rats, as much as
56.5% no room processing, lighting as much as 52.2% qualified, ventilation as
much as 54.3% qualified, humidity as much as 60.9% qualified, as much as 65.2%
do not have access to showers and latrines, there are 52.2% of sewerage that flow
is smooth and closed, as many as 58.7% are covered containers, as many as 54.3%
are hand basins that equipped with running water and soap, as much as 60.9% free
of rats, flies and cockroaches.
For owners DAMIU suggested should provide landfills closed, making the
waste water disposal, air circulation must be arranged so that the room depot no
heat, lighting should be bright so as not to cause the bacteria, and the drinking
water depots should provide handwashing and toilet / latrine.
Key Words : Aspects place, Depot Water Refill
Reference : 31 (2010–2016)
12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
BIODATA PENULIS ...................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
I.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
I.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
I.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
I.4 Keaslian Penelitian ..................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi Depot Air Minum .................. 9
II.2 Depot Air Minum........................................................................ 15
II.3 Pengertian Air Minum................................................................ 22
II.4 Kerangka Teori .......................................................................... 26
BAB III KERANGKA KONSEP
III.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 27
III.2 Variabel Penelitian ................................................................... 28
III.3 Definisi Operasional................................................................. 28
Halaman
13
BAB IV METODE PENELITIAN
IV.1 Desain Penelitian ..................................................................... 30
IV.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 30
IV.3 Populasi dan Sampel ................................................................ 31
IV.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ............................... 33
IV.5 Teknik Pengolahan dan Penyajian Data .................................. 34
IV.6 Teknik dan Analisa Data .......................................................... 36
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1 Hasil ........................................................................................... 37
V.2 Pembahasan ................................................................................ 55
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan ............................................................................... 88
VI.2 Saran ......................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93
LAMPIRAN
14
DAFTAR TABEL
Tabel III.1. Definisi Operasional .....................................................................
Tabel V.1. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Sumber
Pencemaran dan penularan penyakit Aspek Tempat Pada Depot Air
Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kota Pontianak..............................
Tabel V.2. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Bangunan
Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak...........................................................................
Tabel V.3. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Lantai Aspek
Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak...........................................................................
Tabel V.4. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Dinding Aspek
Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak..............................................................................
Tabel V.5. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Atap dan
Langit-Langit Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU) di Kota Pontianak...........................................................
Tabel V.6. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Tata Ruang
Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak.............................................................................
Tabel V.7. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Pencahayaan
Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak.............................................................................
Tabel V.8. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Ventilasi
Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak.............................................................................
Tabel V.9. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Kelembaban
Udara Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak..............................................................................
Tabel V.10. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Fasilitas
Sanitasi Dasar Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU) di Kota Pontianak.............................................................
Halaman
28
45
46
47
48
49
50
50
51
52
52
15
Tabel V.11. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Pembuangan
Air Limbah Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU) di Kota Pontianak............................................................
Tabel V.12. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Tempat
Sampah Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak..............................................................................
Tabel V.13. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Tempat Cuci
Tangan Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak...............................................................................
Tabel V.14. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Vektor dan
Binatang Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak................................................................................
53
53
54
54
16
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Kerangka Teori ..........................................................................
Gambar III.1. Kerangka Konsep Penelitian .....................................................
Gambar V.1. Peta wilayah Kota Pontianak .....................................................
Gambar V.2. Proses Pengolahan DAMIU ......................................................
Gambar V.3. Alur Proses Penelitian ...............................................................
Gambar V.4. Planning Of Action ....................................................................
Halaman
26
27
39
41
44
45
17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Kesehatan
Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan
Lampiran 5 : Nama Depot Air Minum di Kota Pontianak
Lampiran 6 : Rekapitulasi Data Kuesioner
Lampiran 7 : Analisa Per Item dari Pertanyaan Kuesioner
Lampiran 8 : Foto-Foto atau Dokumentasi
18
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak
seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa air minum.
(Chandra 2007). Kurang Lebih setengah penduduk dinegara berkembang
menderita satu atau lebih dari enam penyakit utama berkaitan dengan kualitas
air minum dan sanitasi (Notoatmodjo, 2011).
Kebutuhan penduduk terhadap air minum dapat dipenuhi melalui air
yang dilayani oleh sistem perpipaan (PAM), air minum dalam kemasan
(AMDK) maupun Depot air Minum. Kecenderuangan penduduk untuk
mengkonsumsi air minum siap pakai demikian besar, sehingga usaha
pengisian air minum tumbuh subur dimana-mana yang perlu diawasi, dibina,
dan diawasi kualitasnya agar selalu aman dan sehat untuk dikonsumsi
masyarakat (Permenkes RI, 2014).
Beberapa data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa
volume kebutuhan air bersih bagi penduduk rata-rata di dunia berbeda. Di
negara maju, air yang dibutuhkan adalah lebih kurang 500 liter seorang tiap
hari (lt/or/hr), sedangkan di Indonesia (Kota besar) sebanyak 200-400 lt/or/hr
dan di daerah pedesaan hanya 60 lt/or/hr (Sutrisno, 2002).
1
19
Permenkes RI No. 43 Tahun 2014 yang mengatur higiene sanitasi depot
air minum menyebutkan bahwa yang dimaksud air minum adalah air yang
melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum yang aman bagi
kesehatan adalah yang memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi
dan radioaktif.
Berdasarkan Riskesdas 2010 sebanyak 32,5% rumah tangga Indonesia
memiliki air minum yang kualitasnya kurang baik (Santoso, dkk). Oleh
karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk masak) air harus
mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit
bagi manusia
Dalam hal ini persyaratan higiene sanitasi dalam pengelolaan air minum
paling sedikit memiliki aspek tempat, peralatan dan penjamah. Dari segi
aspek tempat yang perlu diperhatikan yaitu lokasi, bangunan, lantai, dinding,
atap dan langit-langit, tata ruang, pencahayaan, ventilasi, kelembaban,
fasilitas sanitasi dasar, pembuangan air limbah, tempat sampah, tempat cuci
tangan, vektor dan binatang (Permenkes RI, 2014).
Pemilik depot air minum harus mengetahui higiene sanitasi depot air
minum, hal ini diperlukan agar pemilik depot air minum dapat lebih
memahami dan menerapkan cara produksi yang baik, sehingga masyarakat
tidak dirugikan oleh beredarnya air minum dari depot air minum yang tidak
memenuhi persyaratan kesehatan. Pemilik juga harus melakukan pengawasan
terhadap higiene sanitasi pada setiap tahap-tahap yang dianggap kritis
20
sehingga dapat terjamin keamanan dan kelayakan air minum untuk
dikonsumsi (Purba, 2011).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pontianak tahun 2015, jumlah
depot air minum isi ulang (DAMIU) telah mencapai 55 DAMIU sedangkan di
tahun 2016 dari bulan januari sampai dengan oktober jumlah DAMIU telah
mancapai 51 DAMIU yang tersebar di 6 Kecamatan dan Kota. Masyarakat
sebagai konsumen berhak mendapatkan jaminan keamanan dan kesehatan
dari segi aspek tempat, aspek peralatan maupun pada aspek penjamah
pengolahan air minum. Sumber air baku yang dipergunakan depot air minum
di Kota Pontianak 100% menggunakan air gunung dengan rincian: dari
Anjungan 77,2%, dari Paniraman 12,3% dan dari Sungai Purun 10,5%.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan jumlah depot air minum isi
ulang di Kecamatan Pontianak Tenggara sebanyak 9 depot dengan jumlah
penjualan setiap harinya rata-rata 20-40 galon pada konsumen dari segi aspek
tempat masih belum memenuhi syarat sesuai dengan standar Permenkes RI
No. 43 Tahun 2014.
Hasil penelitian Natalia (2014), menyatakan kondisi atap dan langit-
langit bangunan DAMIU adalah kuat, menutup sempurna, tidak ada yang
bocor, permukaan rata, berwarna terang dan mudah dibersihkan. Kondisi
pintu bangunan DAMIU 100% memenuhi syarat dengan kondisi pintu yang
terbuat dari kaca, tidak melepaskan zat racun, permukaan halus, rata dan
transparan, mudah dibersihkan dan dalam keadaan bersih. Kondisi sekat
pemisah antara ruang pengisian dan ruang pencucian galon juga semuanya
21
memenuhi syarat, keseluruhannya terbuat dari kaca, kedap air, kuat, tidak
dapat dimasuki serangga dan tikus, permukaan rata, halus, mudah dibersihkan
dan dalam kondisi bersih.
Berdasarkan hasil penelitian Adriyani (2015), menyatakan bahwa
sebanyak 33,3% bangunan DAMIU yang lantainya tidak dalam keadaan
bersih dan berdebu. Begitu pula dengan keadaan dindingnya, semua dinding
terbuat dari bahan kedap air, permukaan rata, mudah dibersihkan dan
berwarna cerah. Namun terdapat 33,3% bangunan DAMIU yang dindingnya
kotor dan berdebu di kecamatan tanjung redep Kabupaten Berau Kalimantan
Timur.
Berdasarkan hasil wawancara awal dengan petugas Dinas Kesehatan
Kota Pontianak masih banyak depot air minum isi ulang di Kota Pontianak
yang tidak melakukan pelaksanaan higiene sanitasi dari segi aspek tempat
seperti pencahayaan yang kurang, ventilasinya kurang baik, kelembaban
udara di dalam ruangan kurang baik, dan masih adanya vektor dan binatang
pembawa penyakit. Kurangnya kesadaran pemilik depot air minum
dikarenakan masih memikirkan keuntungan saja tanpa melihat kebersihan
higiene sanitasinya. Peranan air minum isi ulang semakin besar, hal ini
terlihat dengan semakin bertambahnya jumlah air minum isi ulang dimana-
mana. Maka persaingan sesama perusahaan air minum isi ulang semakin
tajam. Keterkaitan antara jumlah DAMIU di Kota Pontianak yang terus
meningkat, dengan persaingan bisnis antara DAMIU, membuat kecurigaan
22
DAMIU di Kota Pontianak tidak memperdulikan penerapatan Higiene dan
Sanitasi pada aspek tempat.
Oleh karena itu, untuk mengetahui penerapatan Sanitasi air minum isi
ulang, perlu dilakukan kajian Studi Sanitasi berdasarkan Aspek Tempat Pada
Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Pontianak.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimana studi sanitasi berdasarkan aspek tempat pada Depot
Air Minum Isi Ulang di Kota Pontianak ?
I.3 Tujuan Penelitian
I.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui studi sanitasi berdasarkan aspek tempat pada
Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Pontianak.
I.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran lokasi pada Depot Air Minum Isi Ulang di
Kota Pontianak.
2. Mengetahui gambaran bangunan pada Depot Air Minum Isi Ulang
di Kota Pontianak.
3. Mengetahui gambaran lantai pada Depot Air Minum Isi Ulang di
Kota Pontianak.
4. Mengetahui gambaran dinding pada Depot Air Minum Isi Ulang di
Kota Pontianak.
23
5. Mengetahui gambaran atap dan langit-langit pada Depot Air
Minum Isi Ulang di Kota Pontianak.
6. Mengetahui gambaran tata ruang pada Depot Air Minum Isi Ulang
di Kota Pontianak.
7. Mengetahui gambaran pencahayaan pada Depot Air Minum Isi
Ulang di Kota Pontianak.
8. Mengetahui gambaran ventilasi pada Depot Air Minum Isi Ulang
di Kota Pontianak.
9. Mengetahui gambaran kelembaban pada Depot Air Minum Isi
Ulang di Kota Pontianak.
10. Mengetahui gambaran fasilitas sanitasi dasar pada Depot Air
Minum Isi Ulang di Kota Pontianak.
11. Mengetahui gambaran pembuangan air limbah pada Depot Air
Minum Isi Ulang di Kota Pontianak.
12. Mengetahui gambaran tempat sampah pada Depot Air Minum Isi
Ulang di Kota Pontianak.
13. Mengetahui gambaran tempat cuci tangan pada Depot Air Minum
Isi Ulang di Kota Pontianak.
14. Mengetahui gambaran vektor dan binatang pada Depot Air Minum
Isi Ulang di Kota Pontianak.
24
I.4 Manfaat Penelitian
I.4.1 Bagi Dinas Kesehatan
1. Menjadi masukan sebagai bahan evaluasi, perencanaan program,
dan sebagai dasar untuk pengambilan berbagai kebijakan yang
efektif dan efisien untuk memberikan perlindungan terhadap
konsumen air minum isi ulang di wilayah Kota Pontianak.
2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah melalui Dinas
Kesehatan dalam pengawasan kesehatan pada depot air minum Isi
ulang.
I.4.2 Bagi Pengusaha Air Minum
1. Sebagai bahan masukan bagi pengusaha air minum untuk
peningkatan kualitas dan pelayanan produknya agar aman
dikonsumsi oleh masyarakat.
2. Menambah informasi bagi pengelola depot air minum isi ulang
pentingnya menerapkan higiene sanitasi pada depot air minum serta
menjaga kualitas produk air minum yang memenuhi syarat
kesehatan.
I.4.3 Bagi Fakultas
Sebagai dasar untuk memberikan pertimbangan pada pihak yang
berwenang untuk menangani masalah kesehatan yang ditimbulkan
studi sanitasi berdasarkan aspek tempat pada Depot Air Minum Isi
Ulang di Kota Pontianak.
25
I.4.4 Bagi Masyarakat
Sebagai dasar untuk memberikan advokasi tentang sanitasi
berdasarkan aspek tempat pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kota
Pontianak.
I.4.5 Bagi Peneliti
1. Menambah pengetahuan mengenai gambaran kualitas air minum isi
ulang yang telah memenuhi persyaratan di wilayah Kota Pontianak.
2. Sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya.
I.5 Keaslian Penelitian
N
O
Nama Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan
I II III IV V VI 1 Athena
(2004)
Penerapan
Higiene Sanitasi
Depot Air
Minum Isi
Ulang
(DAMIU) di
wilayah kerja
Puskesmas
Kampai Tabu
Karambia Kota
Solok
Survei
analitik
dengan
rancanga
n Cross
Sectinal
Study
Depot air minum isi
ulang di wilayah kerja
Puskesmas Kampai Tabu
Karambia Kota Solok
dari segi aspek peralatan
70% telah memenuhi
syarat namun masih ada
beberapa yang belum
memenuhi syarat seperti
pada aspek tempat 28,9%
belum memenuhi syarat
dan aspek Higiene
Sanitasi 20,7% belum
memenuhi syarat.
Penelitian
ini sama-
sama fokus
terhadap
aspek tempat
DAMIU
yang diteliti.
Penelitian ini lebih
fokus terhadap
Penerapan Higiene
dan Sanitasi
keseluruhan pada
DAMIU sedangkan
penelitian yang saya
lakukan lebih fokus
ke studi sanitasi
berdasarkan aspek
tempat saja pada
DAMIU.
2 Prasoyo
(2004)
Hubungan
Persyaratan
Higiene dan
Sanitasi pada
Depot Air
Minum Se-
Jabotabek
Survei
analitik
dengan
rancanga
n Cross
Sectinal
Study
bahwa dari 20 depot air
minum di Jabotabek
yang menjadi sampel,
sekitar 2% air minum isi
ulang belum memenuhi
syarat dari segi aspek
tempat, 11% air minum
isi ulang belum
memenuhi syarat dari
segi aspek peralatan dan
6% air minum isi ulang
belum memenuhi syarat
dari segi aspek
penjamah.
Penelitian
ini sama-
sama
terfokus
pada Aspek
Tempat
Depot Air
Minum Isi
Ulang
Penelitian ini
cenderung pada
kebersihan Higiene
dan Sanitasi pada
peralatan, penjamah
dan tempat
pengelolaan air
minum isi ulang
sedangkan penelitian
yang saya lakukan
lebih fokus ke studi
sanitasi berdasarkan
aspek tempat saja
pada DAMIU.
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi Depot Air Minum
II.1.1 Higiene dan Sanitasi Depot Air Minum
Higiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang
menitikberatkan pada usaha kesehatan perorangan atau manusia
beserta lingkungan tempat orang tersebut berada (Widyati, 2010).
Menurut Widyati (2010), sanitasi adalah suatu pencegahan penyakit
yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan
hidup manusia.
Higiene sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk
mengendalikan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya
pencemaran air minum, penjamah, tempat dan perlengkapannya yang
dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan
kesehatan lainnya (Indirawati, 2009).
II.1.2 Sanitasi
Sanitasi adalah upaya kesehatan yang mengurangi atau
menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya
pencemaran terhadap air minum dan sarana yang digunakan untuk
proses pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum. Sanitasi
berdasarkan aspek tempat pada depot air minum meliputi (Permnekes
RI, 2014) :
9
27
1. Lokasi
a. Lokasi depot air minum harus berada pada daerah yang bebas
dari pencemaran lingkungan.
b. Tidak pada daerah yang tergenang air dan rawa, tempat
pembuangan kotoran dan sampah, penumpukan barang-barang
bekas atau bahan berbahya dan beracun (B3) dan daerah lain
yang diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap air.
2. Bangunan
a. Bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah
pemeliharaannya.
b. Tata ruang Depot Air Minum paling sedikit terdiri dari :
a) Ruangan proses pengolahan.
b) Ruangan tempat penyimpanan.
c) Ruangan tempat pembagian/penyediaan.
d) Ruang tunggu pengunjung
3. Lantai Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Bahan kedap air.
b. Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu
dan mudah dibersihkan.
c. Kemiringannya cukup untuk memudahkan pembersihan.
d. Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu.
28
4. Dinding Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Bahan kedap air.
b. Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah
dibersihkan.
c. Warna dinding terang dan cerah.
d. Selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari
pakaian tergantung.
5. Atas dan langit-langit
a. Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan
terhadap air dan tidak bocor.
b. Konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof).
c. Bahan langit-langit, mudah dibersihkan dan tidak menyerap
debu.
d. Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang.
e. Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai.
6. Tata ruang
a. Bahan pintu harus kuat, tahan lama.
b. Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
c. Pemasangannya rapi sehingga dapat menutup dengan baik.
7. Pencahayaan
Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran
cahaya dengan minimal 10-20 foot candle atau 100-200 lux.
29
8. Ventilasi
Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur ventilasi
yang dapat menjaga suhu yang nyaman dengan cara :
a. Menjamin terjadi peredaran udara yang baik.
b. Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum.
c. Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan.
9. Kelembaban
Banyaknya konsentrasi uap air yang ada di udara dalam
rumah.
10. Fasilitas Sanitasi Dasar
Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap
fasilitas sanitasi.
11. Pembuangan Air Limbah
Sanitasi yang dilengkapi dengan saluran limbah.
12. Tempat Sampah
Tempat sampah yang memenuhi persyaratan depot air minum.
13. Tempat cuci tangan
Sanitasi yang dilengkapi dengan sabun pembersih.
14. Ventor dan Binatang
Bebas dari tikus, lalat dan kecoa binatang pembawa penyakit
30
II.1.3 Persyaratan Higiene Sanitasi dalam pengelolaan Air Minum paling
sedikit meliputi aspek:
1. Tempat
2. Peralatan, dan
3. Penjamah.
1) Aspek tempat meliputi :
a. lokasi berada di daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan
dan penularan penyakit;
b. bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan, dan mudah
pemeliharaannya;
c. lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak,
tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta kemiringan
cukup landai untuk memudahkan pembersihan dan tidak terjadi
genangan air;
d. dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak,
tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta warna yang
terang dan cerah;
e. atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus, mudah dibersihkan,
tidak menyerap debu, permukaan rata, dan berwarna terang,
serta mempunyai ketinggian yang memungkinkan adanya
pertukaran udara yang cukup atau lebih tinggi dari ukuran
tandon air;
31
f. memiliki pintu dari bahan yang kuat dan tahan lama, berwarna
terang, mudah dibersihkan, dan berfungsi dengan baik;
g. pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan dan
tersebar secara merata;
h. ventilasi harus dapat memberikan ruang pertukaran/peredaran
udara dengan baik;
i. kelembaban udara dapat mendukung kenyamanan dalam
melakukan pekerjaan/aktivitas;
j. memiliki akses fasilitas sanitasi dasar, seperti jamban, saluran
pembuangan air limbah yang alirannya lancar dan tertutup,
tempat sampah yang tertutup serta tempat cuci tangan yang
dilengkapi air mengalir dan sabun; dan
k. bebas dari vektor dan binatang pembawa penyakit seperti lalat,
tikus dan kecoa.
2) Aspek peralatan meliputi:
a. peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain pipa
pengisian air baku, tandon air baku, pompa penghisap dan
penyedot, filter, mikrofilter, wadah/galon air baku atau Air
Minum, kran pengisian Air Minum, kran pencucian/pembilasan
wadah/galon, kran penghubung, dan peralatan desinfeksi harus
terbuat dari bahan tara pangan (food grade) atau tidak
menimbulkan racun, tidak menyerap bau dan rasa, tahan karat,
tahan pencucian dan tahan disinfeksi ulang.
32
b. mikrofilter dan desinfektor tidak kadaluarsa;
c. tandon air baku harus tertutup dan terlindung;
d. wadah/galon untuk air baku atau Air Minum sebelum dilakukan
pengisian harus dibersihkan dengan cara dibilas terlebih dahulu
dengan air produksi paling sedikit selama 10 (sepuluh) detik dan
setelah pengisian diberi tutup yang bersih; dan
e. wadah/galon yang telah diisi Air Minum harus langsung
diberikan kepada konsumen dan tidak boleh disimpan pada
DAM lebih dari 1x24 jam.
3) Aspek Penjamah meliputi:
a. sehat dan bebas dari penyakit menular serta tidak menjadi
pembawa kuman patogen (carrier); dan
b. berperilaku higienis dan saniter setiap melayani konsumen,
antara lain selalu mencuci tangan dengan sabun dan air yang
mengalir setiap melayani konsumen, menggunakan pakaian
kerja yang bersih dan rapi, dan tidak merokok setiap melayani
konsumen.
II.2 Depot Air Minum
II.2.1 Pengertian Depot Air Minum
Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses
pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada
konsumen. Proses pengolahan air pada depot air minum pada
prinsipnya adalah filtrasi (penyaringan) dan desinfeksi. Proses filtrasi
33
dimaksudkan selain untuk memisahkan kontaminan tersuspensi juga
memisahkan campuran yang berbentuk koloid termasuk
mikroorganisme dari dalam air, sedangkan desinfeksi dimaksudkan
untuk membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring pada proses
sebelumnya (Athena, 2004).
II.2.2 Peralatan Depot Air Minum
Alat-alat yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air
minum pada depot air minum isi ulang adalah :
1. Storage
Tank Storage Tank berguna untuk penampungan air baku yang
dapat menampung air sebanyak 3000 liter.
2. Stainless Water Pump
Stainless Water Pump berguna untuk memompa air baku dari
tempat storage tank ke dalam tabung filter.
3. Tabung Filter
Tabung filter mempunyai tiga fungsi, yaitu :
a. Tabung yang pertama adalah active sand media filter untuk
menyaring patikel-partikel yang kasar dengan bahan dari pasir
atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama.
b. Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk
untuk menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal
dan efisien.
34
c. Tabung yang ketiga adalah granular active carbon media filter
merupakan karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu,
rasa, warna sisa khlor dan bahan organik.
4. Micro Filter
Saringan air yang terbuat dari polyprophylene fiber yang
gunanya untuk menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron,
5 mikron, 1 mikron dan 0,4 mikron dengan maksud untuk
memenuhi persyaratan air minum.
5. Flow Meter
Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir ke
dalam galon isi ulang.
6. Lampu ultraviolet dan ozon
Lampu ultraviolet atau ozon digunakan untuk
desinfeksi/sterilisasi pada air yang telah diolah.
7. Galon isi ulang
Galon isi ulang digunakan sebagai tempat atau wadah untuk
menampung atau menyimpan air minum di dalamnya. Pengisian
wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta
dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.
II.2.3 Proses Produksi Depot Air Minum
Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor
651/MPP/Kep/l0/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum
35
dan Perdagangannya, urutan proses produksi air minum di depot air
minum adalah sebagai berikut (Indirawati, 2009) :
1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung
Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan
menggunakan tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau
tangki penampung (reservoir). Bak penampung harus dibuat dari
bahan tara pangan (food grade), harus bebas dari bahan-bahan yang
dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai
persyaratan yang terdiri atas :
a. Khusus digunakan untuk air minum
b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman
c. Harus mempunyai manhole
d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran
e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku
harus diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan
dilindungi dari kemungkinan kontaminasi.
Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari
bahan tara pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang
dapat mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan,
disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga)
bulan sekali (Kemenkes RI, 2014).
36
2. Penyaringan bertahap terdiri dari :
a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif
dengan fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah
menyaring partikel-partikel yang kasar. Bahan yang dipakai
adalah butir-butir silica (SiO2 ) minimal 80%.
b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok
kelapa berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor
dan bahan organik. Daya serap terhadap Iodine minimal 75%.
c. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus
berukuran maksimal 10 (sepuluh) micron.
3. Desinfeksi
Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman patogen. Proses
desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam
tangki atau alat pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon
minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar
antara 0,06 - 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan
ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV)
dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan 25370 A dengan
intensitas minimum 10.000 mw detik per cm2 (Mukono, 2011).
a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah
Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari
bahan tara pang an (food grade) dan bersih. Depot air minum
wajib memeriksa wadah yang dibawa konsumen dan menolak
37
wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai
tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus disanitasi
dengan menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang
mengandung ozon). Bilamana dilakukan pencucian maka harus
dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara
pangan (food grade) dan air bersih dengan suhu berkisar 60-850
C, kemudian dibilas dengan air minum/air produk secukupnya
untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen yang dipergunakan
untuk mencuci (Prasoyo, 2004).
b. Pengisian
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin
serta dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.
II.2.4 Proses Desinfeksi pada Depot Air Minum
Desinfeksi air minum adalah upaya menghilangkan atau
membunuh bakteri di dalam air minum. Di dalam depot air minum
dikenal 2 (dua) cara desinfeksi yaitu (Astri, 2009).
1. Ultraviolet
Radiasi sinar ultra violet adalah radiasi elektromagnetik pada
panjang gelombang lebih pendek dari spektrum antara 100 – 400
nm, dapat membunuh bakteri tanpa meninggalkan sisa radiasi
dalam air. Sinar ultra violet dengan panjang gelombang 254 nm
mampu menembus dinding sel mikroorganisme sehingga dapat
merusak Dcoxyribonuclead Acid (DNA) dan Ribonuclead Acid
38
(RNA) yang bisa menghambat pertumbuhan sel baru dan dapat
menyebabkan kematian bakteri.
Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet
berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar
ultraviolet. Yang harus diperhatikan adalah intensitas lampu
ultraviolet yang dipakai harus cukup. Untuk sanitasi air yang
efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 mw detik per cm2.
Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila
intensitas dan waktunya cukup. Namun, agar efektif lampu UV
harus dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling lama satu
tahun. Air yang akan disinari dengan UV harus telah melalui filter
halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi,
bahan organik, dan Fe atau Mn (jika konsentrasinya cukup tinggi)
(Entjang, 2003).
2. Ozonisasi
Ozon termasuk oksidan kuat yang mampu membunuh kuman
patogen, termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah
pipa, peralatan dan kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk
yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak ada kebocoran di
kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif
disamping sangat aman (Purba, 2011).
Agar pemakaian ozon dapat dihemat, yaitu hanya ditujukan
untuk membunuh bakteri-bakteri saja, maka sebelum dilakukan
39
proses desinfeksi, air tersebut perlu dilakukan penyaringan agar
zat-zat organik, besi dan mangan yang terkandung dalam air dapat
dihilangkan. Kadar ozon pada tangki pencampur ozon minimum
0,6 ppm, sedangkan kadar ozon sesaat setelah pengisian minimum
0,1 ppm. Ozon bersifat bakterisida, virusida, algasida serta
mengubah senyawa organik komplek menjadi senyawa yang
sederhana (Prihartini, 2012).
Penggunaan ozon lebih banyak diterima oleh konsumen karena
tidak meninggalkan bau dan rasa. Desinfeksi dengan sistim
ozonisasi, kualitas air dapat bertahan selama kurang lebih satu
bulan dan masih aman dikonsumsi, sedangkan yang tidak
menggunakan ozonisasi, kualitas air hanya dapat bertahan beberapa
hari saja sehingga air sudah tidak layak dikonsumsi. Karena tanpa
ozonisasi, pertumbuhan bakteri dan jamur berlangsung cepat
(Sembiring, 2008).
II.3 Pengertian Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907 /Menkes/SK/VII/2002,
air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Jenis air minum meliputi :
1. Air yang di distribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga
2. Air yang di distribusikan melalui tangki air
3. Air kemasan
40
4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang
disajikan kepada masyarakat
Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling
penting. Seperti diketahui, kadar air tubuh manusia mencapai 68 persen dan
untuk tetap hidup air dalam tubuh tersebut harus dipertahankan. Kebutuhan
air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari,
tergantung pada berat badan dan aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air
minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, maupun bakteriologis
(Suriawiria, 2011).
Menurut Slamet (2004), syarat-syarat air minum adalah tidak berwarna,
tidak berasa, dan tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung
kuman patogen yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Tidak
mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat
diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Selain itu
kebutuhan kualitas dan kuantitas air masyarakat harus dipenuhi untuk
memenuhi syarat hidup sehat.
II.3.1 Sumber Air Minum
Pada prinsipnya semua air dapat diolah menjadi air minum.
Sumber-sumber air dapat dibagi menjadi (Notoatmodjo, 2011) :
1. Air Hujan
Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air
murni. Walau pada saat prestipasi merupakan air yang paling
bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika
41
berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer
dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas,
misalnya karbon dioksida, nitrogen dan amonia. Maka untuk
menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaklah pada
waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai
turun, karena masih banyak mengandung kotoran.
2. Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam
sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan,
sebagian besar dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air
hujan tersebut kemudian mengalami pencemaran baik oleh tanah,
sampah maupun lainnya. Pada umumnya air permukaan telah
terkontaminasi dengan berbagai zat-zat yang berbahaya bagi
kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu
sebelum dikonsumsi oleh masyarakat.
3. Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi
yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam
tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses
yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke
bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih
murni dibandingkan dengan air permukaan. Secara praktis air tanah
adalah air bebas polutan karena berada di bawah permukaan tanah.
42
Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar
oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan.
4. Mata Air
Dari segi kualitas, mata air sangat baik bila dipakai sebagai air
baku, karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan
tanah akibat tekanan, sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat
pencemar. Biasanya lokasi mata air merupakan daerah terbuka,
sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar.
43
II.4 Kerangka Teori
Berdasarkan berbagai teori yang telah dikemukakan di atas dapat
disusun sebuah kerangka teori sebagai berikut :
Gambar II.1
Sumber: Kerangka Teori
Permenkes RI Nomor 43 tahun 2014
tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum
Depot Air minum
Persyaratan Depot
Sanitasi
Aspek Tempat Aspek Peralatan Aspek Penjamah
1. Lokasi bebas dari pencemaran
2. Bangunan kuat dan aman
3. Lantai kedap air
4. Dinding kedap air
5. Atap dan langit-langit kuat
6. Tata ruang yang baik
7. Pencahayaan yang cukup
8. Ventilasi yang baik
9. Kelembaban udara yang
mendukung
10. Memiliki akses fasilitas sanitasi
dasar
11. Terdapat pembuangan limbah
12. Terdapat tempat sampah
13. Terdapat tempat cuci tangan
14. Bebas dari vektor dan binatang
pembawa penyakit
peralatan dan perlengkapan
mikrofilter dan desinfektor tidak
kadaluarsa
tandon air baku harus tertutup
dan terlindung
wadah/galon untuk air baku atau
Air Minum sebelum dilakukan
pengisian harus dibersihkan
wadah/galon yang telah diisi Air
Minum harus langsung diberikan
kepada konsumen
sehat dan bebas dari penyakit
menular serta tidak menjadi
pembawa kuman patogen
(carrier)
berperilaku higienis dan saniter
setiap melayani konsumen,
antara lain selalu mencuci
tangan dengan sabun dan air
yang mengalir setiap melayani
konsumen, menggunakan
pakaian kerja yang bersih dan
rapi, dan tidak merokok setiap
melayani konsumen.
44
BAB III
KERANGKA KONSEP
III.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar III.1 Kerangka Konsep Penelitian
Persyaratan Sanitasi Pada
Depot Air Minum isi
Ulang berdasarkan Aspek
Tempat
Variabel Tunggal
27
Lokasi
Bangunan
Lantai
Dinding
Atap dan langit-langit
Tata ruang
Pencahayaan
Ventilasi
Kelembaban
fasilitas sanitasi dasar
Bebas dari Vektor dan
binatang
Tempat sampah
Tempat cuci tangan
Pembuangan air limbah
45
III.2 Variabel Penelitian
III.2.1 Variabel Tunggal
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lokasi, bangunan,
lantai, dinding, atap dan langit-langit, tata ruang, pencahayaan,
ventilasi, kelembaban, fasilitas sanitasi dasar, pembuangan air
limbah, tempat sampah, tempat cuci tangan, vektor dan binatang.
III.3 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Skala
Pengukuran
1 lokasi Sesuatu yang
menunjukkan
tempat tidak ada
pencemaran
Wawancara
dan
Observasi
cheklist 1. Ya
2. Tidak
Ordinal
2 bangunan bangunan yang
tidak rapuh dan
tahan lama
Wawancara
dan
Observasi
Cheklist 1. Ya
2. Tidak
Ordinal
3 lantai Lantai tidak mudah
retak serta
mempunyai
kemiringan yang
cukup landai
Wawancara
dan
Observasi
Cheklist 1. Ya
2. Tidak
Ordinal
4 dinding Dinding dengan
permukaan rata,
dan halus
Wawancara
dan
Observasi
Cheklist 1. Ya
2. Tidak
Ordinal
5 atap dan
langit-langit
Atap dan langit-
langit harus kuat,
anti tikus, mudah
dibersihkan, tidak
menyerap debu,
permukaan rata,
dan berwarna
terang, serta
mempunyai
ketinggian cukup
Wawancara
dan
Observasi
Cheklist 1. Ya
2. Tidak
Ordinal
6 tata ruang Tata ruang terdiri
ata ruang proses
pengolahan,
penyimpanan,
pembagian/penyedi
aan, dan ruang
tunggu
pengunjung/konsu
men
Wawancara
dan
Observasi
Cheklist 1. Ya
2. Tidak
Ordinal
46
7 pencahayaan Pencahayaan
alamiah atau
intensifikasi cahaya
sinar matahari yang
dapat menerangi
seluruh bagian
ruangan
Pengukuran Lux Meter 1. Tidak memenuhi
syarat, jika <60 dan
>120 lux
2. Memenuhi syarat,
jika 60-120 lux
Ordinal
8 ventilasi Ukuran panjang
kali lebar lubang
pertukaran udara
baik permanen
maupun insidental
dalam kamar tidur
responden
Pengukuran Meteran 1. Tidak memenuhi
syarat, jika <10%
luas lantai
2. Memenuhi syarat,
jika ≥10% luas lantai
Ordinal
9 kelembaban Banyaknya
konsentrasi uap air
yang ada di udara
dalam rumah
responden
Pengukuran Hygrometer 1. Tidak memenuhi
syarat, jika <40%
dan >60%
2. Memenuhi syarat,
jika 40%-60%
Ordinal
10 fasilitas
sanitasi dasar
Memiliki akses
kamar mandi dan
jamban
Wawancara
dan
Observasi
Cheklist 1. Ya
2. Tidak
Ordinal
11 pembuangan
air limbah
Terdapat saluran
pembuangan air
limbah yang
alirannya lancar
dan tertutup
Wawancara
dan
Observasi
Cheklist 1. Ya
2. Tidak
Ordinal
12 tempat sampah Terdapat tempat
sampah yang
tertutup
Wawancara
dan
Observasi
Cheklist 1. Ya
2. Tidak
Ordinal
13 tempat cuci
tangan
Terdapat tempat
cuci tangan yang
dilengkapi air
mengalir dan sabun
Wawancara
dan
Observasi
Cheklist 1. Ya
2. Tidak
Ordinal
14 Bebas dari
vektor dan
binatang
bebas dari tikus,
lalat dan kecoa
binatang pembawa
penyakit
Wawancara
dan
Observasi
Cheklist 1. Ya
2. Tidak
Ordinal
Sumber : Permenkes RI Nomor 43 tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum
47
BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran/deskripsi tentang
suatu keadaan secara obyektif. Sedangkan rancangan penelitian ini adalah
cross sectional yaitu variabel pada obyek penelitian diukur atau
dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan, pengumpulan data untuk
semua variabel dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus
(Notoatmodjo, 2011).
IV.2 Waktu dan Tempat Penelitian
IV.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Depot Air Minum Isi Ulang yang ada
di Kota Pontianak.
IV.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Desember 2016
hingga bulan Januari 2017.
30
48
IV.3 Populasi dan Sampel
IV.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2011). Jumlah keseluruhan populasi dalam
penelitian ini adalah depot air minum isi ulang (DAMIU) yang
berada di Kota Pontianak dari bulan Januari sampai dengan Oktober
Tahun 2016 sebanyak 51 DAMIU yang tersebar di 6 Kecamatan.
IV.3.2 Sampel
Sugiyono (2003), mengemukakan sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
(Azwar, 2003) dengan rumus:
n = 4. p. q
L²
dan
n 1 = n
1 + n
N
Dimana :
n : jumlah sampel awal
p : Sifat suatu keadaan dalam persen, jika tidak di ketahui dianggap
50%
q : 100%- p
L : Derajat ketepatan yang dipergunakan, lazimnya 5%
n ¹ : Jumlah sampel sebenarnya
49
N : Jumlah Populasi
Dengan hitungan sebagai berikut :
n = 4 x 0,5 x 0,5
0,05 x 0,05
= 400
n 1 = 400
1 + 400
51
= 45,1977
Hasil dibulatkan menjadi = 46 sampel
Dari perhitungan menggunakan rumus tersebut didapat sebesar 46
sampel.
IV.3.3 Tehnik Pengambilan Sampel
Untuk mendapatkan sampel yang dapat mewakili populasi dari
6 Kecamatan/Kota dengan jumlah 51 DAMIU di Wilayah Kota
Pontianak, maka dilakukan dengan metode Proporsional random
sampling dimana setiap depot air minum yang ada mempunyai
kesempatan yang sama terambil sebagai sampel dengan proporsi
sebagai berikut (Sugiyono, 2003) :
n = Jumlah Populasi
Jumlah Populasi Total
50
No. Kecamatan/Kota Rumus Jumlah
1 Kota Pontianak 10x46
51 9
2 Pontianak Barat 9x46
51
8
3 Pontianak Selatan 9x46
51
8
4 Pontianak Timur 8x46
51
7
5 Pontianak Utara 7x46
51
7
6 Pontianak Tenggara 8x46
51
7
Total 46
Berdasarkan sampel yang telah ada, akan diambil sampel pada
masing-masing DAMIU dengan menggunakan tehnik accidental
sampling adalah pengambilan sampel pada saat penelitian tersebut
dilakukan (Sugiyono, 2003).
IV.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
IV.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah melalui
dua sumber data yaitu :
1. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak
tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 yaitu data jumlah depot air
minum isi ulang di Kota Pontianak, Profil Dinas Kesehatan Kota
Pontianak.
51
2. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui lembar
observasi untuk variabel lokasi bebas dari pencemaran, bangunan
kuat dan aman, lantai kedap air, dinding kedap air, atap dan
langit-langit kuat, tata ruang yang baik, pencahayaan yang cukup,
ventilasi yang baik, kelembaban udara yang mendukung,
memiliki akses fasilitas sanitasi dasar, terdapat pembuangan air
limbah, terdapat tempat sampah, terdapat tempat cuci tangan,
bebas dari vektor dan binatang pembawa penyakit.
IV.4.2 Cara Kerja
1. Pemeriksaan sanitasi berdasarkan aspek tempat
Pemeriksaan sanitasi depot air minum isi ulang berpedoman
pada pelaksanaan penyelenggaraan Higiene Sanitasi Depot Air
Minum, Permenkes RI Nomor 43 tahun 2014 dengan mengamati
depot air minum isi ulang (DAMIU) dan memberi nilai pada
lembar cheklist yang telah tersedia.
IV.5. Teknik Pengolahan dan Penyajian data
IV.5.1. Teknik pengolahan Data
Data mentah yang diperoleh dari hasil kuesioner akan diolah
sebagai berikut :
1. Editing (koreksi)
Untuk memeriksa atau mengoreksi kelengkapan pengisian
kuesioner, apabila ada jawaban yang tidak jelas atau belum
52
terisi/kesalahan-kesalahan lain, dapat segera dilakukan
perbaikan.
2. Coding (memberi Kode)
Memberikan kode atau angka tertentu terhadap keterangan
yang ada dalam kuesioner dari masing-masing variabel
penelitian. Berikut adalah pengskoringan dalam penelitian ini:
3. Scoring (memberi nilai atau skor)
Dari setiap jawaban yang diterima selanjutnya dilakukan
penilaian dengan diberikan skor untuk memudahkan
pengelompokan data.
4. Tabulating (menyusun data)
Mengelompokkan data dari masing-masing variabel
penelitian untuk memudahkan analisis.
5. Analiting, yaitu menganalisa data
IV.5.2 Teknik Penyajian Data
Setelah data diolah maka data tersebut akan disajikan dalam
bentuk tabel dan narasi.
1. Bentuk Tabel
Penyajian data dalam bentuk tabel dipilih untuk
memudahkan pembacaan data sesuai dengan maksud dan
tujuan penelitian.
53
2. Bentuk Teks atau Narasi
Penyajian data dalam bentuk teks atau narasi dilakukan
untuk mendeskripsikan atau memberikan penjelasan dari data
yang telah disajikan dalam bentuk tabel.
IV.6. Teknik Analisa Data
Analisis data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, yaitu ingin
mengetahui studi sanitasi berdasarkan aspek tempat pada Depot Air
Minum Isi Ulang di Kota Pontianak dan teknik analisis data yang
digunakan peneliti adalah analisis univariat. Teknik analisis data secara
univariat bertujuan untuk menampilkan gambaran variabel-variabel yang
diteliti dengan manghitung frekuensi masing-masing subjek penelitian
dengan tabel distribusi dan dinarasikan dengan kalimat.
54
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1 Hasil
V.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografi dan Iklim
Kota Pontianak dilintasi garis khatulistiwa yaitu pada 0º 02’
24” lintang utara sampai dengan 0º 01’ 37” lintang selatan dan
109º 16’ 25” bujur timur sampai dengan 109º 23’ 04” bujur timur
dengan ketinggian berkisar antara 0, 10 meter sampai 1, 50 meter
diatas permukaan laut. Kota Pontianak secara keseluruhan
berbatasan dengan wilayah Kabupaten Mempawah dan
Kabupatan Kubu Raya yaitu:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Siantan.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Sui. Raya
dan Kecamatan Sui. Kakap.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Sui.
Kakap.
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Sui. Raya
dan Sui. Ambawang.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak wilayah
terluas berada diwilayah Kec. Pontianak Utara yaitu 37,22 km²
(34,52%), diikuti oleh Kecamatan Pontianak Barat 16,47 km²,
37
55
Kecamatan Pontianak Kota 15,98 km², Kecamatan Pontianak
Selatan 15,14 km², Kecamatan Pontianak Tenggara 14,22 km²,
sedangkan wilayah terkecil adalah Kecamatan Pontianak Timur
yaitu 8,78 km² (8,14%).
Kota Pontianak memiliki 2372 RT (Rukun Tetangga) dan
jumlah RW (Rukun Warga) sebesar 534 RW. Kecamatan
Pontianak Barat yang memiliki jumlah RT terbanyak dengan
jumlah 506 RT dan jumlah RT terkecil adalah kecamatan
Pontianak Tenggara yaitu sebanyak 175 RT.
Berdasarkan hasil pencatatan dari stasiun Meteorologi Maritim
Pontianak menunjukkan bahwa pada tahun 2015 rata-rata
temperatur udara di Kota Pontianak berkisar antara 26,8 derajar
celcius hingga 28,8 derajat celcius, sedangkan rata-rata tekanan
udaranya berkisar antara 1.009,9 milibar hingga 1.011,7 milibar.
Pada tahun 2016 hari hujan terbanyak terjadi pada bulan oktober
yaitu sebanyak 25 hari, dengan curah hujan sebesar 373,1 mm.
sedangkan rata-rata kecepatan angin di Kota Pontianak berkisar
antara 2,6 knot hingga 4,0 knot dengan kecepatan angina terbesar
terjadi pada bulan oktober yaitu sebesar 26 knot (Profil Dinkes
Kota Pontianak, 2015).
2. Kependudukan
Berdasarkan data BPS tahun 2016, penduduk Kota
Pontianak berjumlah 579.600 orang terdiri dari laki-laki 290.385
56
orang dan perempuan berjumlah 289.215 orang. Penduduk
merupakan modal pembangunan tetapi juga beban dalam
pembangunan, karena itu pembangunan sumber daya manusia
dan pengarahan mobilitas penduduk perlu diarahkan agar
mempunyai cirri dan karakteristik yang mendukung
pembangunan.
V.1.2 Gambaran Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) adalah Badan usaha
yang mengelola air minum untuk keperluan/dikonsumsi masyarakat
dalam bentuk curah (diisi ditempat) dan tidak dalam bentuk
kemasan. Artinya depot hanya melakukan pengisian galon yang akan
dikonsumsi hari itu juga, tanpa menyediakan stok yang akan
Gambar V.1 Peta Wilayah Kota Pontianak
57
dikomsumsi besok hari. Perkembangan usaha DAMIU ini di Kota
Pontianak sangat pesat sekali. Berdasarkan data yang diperoleh dari
dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak dari bulan Januari sampai
dengan Desember 2016, jumlah DAMIU yang ada sudah mencapai
51 buah berada di wilayah kerja 6 (enam) Kecamatan rata-rata depot
air minum yang ada di Kota Pontianak menggunakan mata air
pegunungan sebagai sumber air baku dengan jumlah karyawan rata-
rata 3 orang.
Dari jumlah tersebut yang sudah mengurus sertifikat Laik
Higiene Sanitasi Depot Air Minum tetap (berlaku 3 Tahun) sebanyak
51 buah. Merujuk kepada Permenkes No.736/MENKES/PER/VI/
2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum, maka
pengusaha DAMIU wajib melakukan pemeriksaan sampel airnya
(Pemeriksaan Kimia dan Bakteriologis) minimal satu bulan sekali
sebagai usaha pengawasan internal terhadap air baku dan air olahan.
Kemudian Dinas Kesehatan Kota Pontianak wajib melakukan
pemeriksaan sampel air kimia dan bakteriologis minimal 2 kali
setahun sebagai usaha pengawasan eksternal. Alasan utama
membuka DAMIU sebagai pengisi waktu luang serta besarnya
peluang usaha yang dapat dimanfaatkan, mengingat masih minimnya
depot air minum isi ulang didaerah tersebut.
Depot air minum isi ulang merupakan usaha yang bergerak
dalam bidang penjualan air minum kemasan galon. Depot air minum
58
isi ulang pada masing-masing Kecamatan dibuka dari jam 08.00 s/d
19.00 malam. Depot air minum isi ulang memiliki kendaraan
operasional untuk mengangkut DAMIU yaitu 1 unit motor Tossa
untuk mendistribusikan produknya dan 1 unit sepeda motor roda 2
(dua). Depot air minum isi ulang ini mamasarkan hasil produknya di
masing-masing wailayah kerjanya. bagian operasional bertugas
sebagai bagian yang memasarkan produksi air minum isi ulang.
Bagian operasional lah yang setiap hari bertugas mengantar jemput
galon dari rumah kerumah ataupun dari warung ke warung.
1. Alur Proses Pengolahan Air pada Depot Air Minum Isi Ulang
Struktur Organisasi Organisasi usaha Depot Air Minum Isi
Ulang terdiri dari pemilik usaha, bagian keuangan dan bagian
Gambar V.2 Proses Pengolahan DAMIU
59
penjualan. Dalam penyelenggaraan struktur organisasi diperlukan
adanya pemisahan tugas antar bagian. Berikut ini adalah uraian tugas
masing- masing :
1) Pemilik
Memimpin usaha, mengelola, pengambil keputusan, dan
mengkoordinir seluruh kegiatan, tugasnya adalah :
a. Menerima order dari konsumen.
b. Menentukan kebijakan usahanya.
c. Membuat rencana penjualan dan mengadakan pembelian bahan
baku.
d. Pemegang kas masuk dan mengeceknya bersama kasir.
2) Bagian Kasir
a. Menerima hasil penjualan.
b. Mencatat seluruh transaksi yang terjadi.
c. Menerima faktur tagihan supplier dan meminta tanda tangan
pemilik kemudian diserahkan kembali beserta uangnya kepada
supplier.
3) Bagian Penjualan
a. Mengirim barang kepada konsumen.
b. Melakukan kegiatan pemasaran.
c. Mengecek persediaan
60
V.1.3 Gambaran Umum Proses Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 20 hari mulai tanggal 13
januari sampai dengan 31 Januari tahun 2017, berdasarkan surat
persetujuan ijin pengumpulan data untuk skripsi dari Dinas
Kesehatan Kota Pontianak Nomor : 200/919/Dinkes-B tanggal 13
januari 2017.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti dibantu oleh 1 (satu)
orang asisten yang bertugas membantu menyiapkan peralatan yang
akan digunakan dalam penelitian ini seperti pengukuran
pencahayaan, ventilasi dan kelembaban udara.
Proses pengukuran dilaksanakan sebagai berikut, pencahayaan
dilakukan dengan menggunakan lux meter. Pengukuran pencahayaan
dilakukan pada siang hari ditempat DAMIU Kota Pontianak dengan
memperhatikan prosedur pengukuran pencahayaan. Adapun standar
pencahayaan yang memenuhi syarat kesehatan adalah diantara 60-
120 lux.
Pengukuran ventilasi dilakukan dengan menggunakan meteran
diseluruh bangunan depot air minum karena mengingat minim dan
kecilnya luas dan jumlah ventilasi tempat usaha responden. Adapun
prosedur pengukuran ventilasi adalah dengan melakukan pengukuran
luas seluruh ruangan kemudian dilanjutkan dengan pengukuran luas
ventilasi dan luas jendela kemudian dibandingkan dengan luas lantai
apabila ≥10% maka ventilasi tersebut baik.
61
Pengukuran kelembaban dapat dilakukan bersamaan dengan
menggunakan hygrometer yang diletakkan selama 15 menit ditempat
depot air minum isi ulang. Sedangkan untuk pertanyaan lokasi,
bangunan, lantai, dinding, atap dan langit-langit, tata ruang, fasilitas
sanitasi dasar, pembuangan air limbah, tempat sampah, tempat cuci
tangan, vektor dan binatang dilakukan dengan cara wawancara pada
pemilik depot air minum serta observasi ke lapangan. Adapun
gambaran umum proses penelitian pada Depot Air Minum Isi Ulang
di Kota Pontianak adalah sebagai berikut:
1. Proses Penelitian
Pengumpulan Data populasi penelitian
(Januari s/d Desember tahun 2016)
sebanyak 46 DAMIU
Accidental Sampling/ Sampling Kebetulan
Pengumpulan
data peneliti
Editing
Coding
Scoring
Tabulating
Analiting
Analisis Data
Penyusunan Data
Gambar V.3 Alur Proses Penelitian
62
2. Planning Of Action (POA)
V.1.4 Analisa Univariat
1. Sumber Pencemaran dan Penularan Penyakit
Tabel V.1.
Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Sumber
Pencemaran dan Penularan Penyakit Pada Depot Air Minum Isi
Ulang (DAMIU) di Kota Pontianak Tahun 2016
Sumber Ya Tidak
f % f %
1. Sumber Pencemaran dan
Penularan Penyakit 24 52,2 22 47,8
Sumber: Data Primer Tahun 2016
Gambar V.4 Planning Of Action
63
Jika dilihat pada tabel V.1 diketahui dari 46 depot air
minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 52,2% DAMIU
terjadi sumber pencemaran dan penularan penyakit.
2. Bangunan, Kuat, Aman, mudah dibersihkan dan mudah
pemeliharaannya
Tabel V.2.
Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Bangunan
Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak Tahun 2016
Bangunan Ya Tidak
f % f %
Bangunan
1. Kuat
2. Aman
3. mudah dibersihkan dan
4. mudah pemeliharaannya
30
25
35
28
65,2
54,3
76,1
60,9
16
21
11
18
34,8
45,7
23,9
39,1 Sumber: Data Primer Tahun 2016
Jika dilihat pada tabel V.2 diketahui dari 46 depot air
minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 65,2%
bangunannya kuat, 54,3% bangunannya aman, 76,1%
bangunannya mudah dibersihkan, 60,9% bangunannya mudah
pemeliharaannya.
64
3. Lantai, kedap air, permukaan rata, permukaan halus, permukaan
tidak licin, permukaan tidak retak, permukaan tidak menyerap
debu, dan permukaan mudah dibersihkan, kemiringan cukup
landai
Tabel V.3.
Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Lantai
Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak Tahun 2016
Lantai Ya Tidak
f % f %
Lantai
1. kedap air
2. permukaan rata
3. permukaan halus
4. permukaan tidak licin
5. permukaan tidak retak
6. permukaan tidak
menyerap debu, dan
7. permukaan mudah
dibersihkan
8. kemiringan cukup landai
22
40
41
33
38
25
28
24
47,8
87,0
89,1
71,7
82,6
54,3
60,9
52,2
24
6
5
13
8
21
18
22
52,2
13,0
10,9
28,3
17,4
45,7
39,1
47,8 Sumber: Data Primer Tahun 2016
Jika dilihat pada tabel V.3 diketahui dari 46 depot air
minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 52,2% lantai
tidak kedap air, 87,0% permukaan lantai rata, 89,1% permukaan
lantai halus, 71,7% permukaan tidak licin, 82,6% permukaan
tidak retak, 54,3% permukaan tidak menyerap debu, 60,9%
permukaan mudah dibersihkan, dan 52,2% kemiringan cukup
landai.
65
4. Dinding, kedap air, permukaan rata, permukaan halus,
permukaan tidak licin, permukaan tidak retak, permukaan tidak
menyerap debu, dan permukaan mudah dibersihkan, warna yang
terang dan cerah
Tabel V.4.
Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Dinding
Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak Tahun 2016
Dinding Ya Tidak
f % f %
Dinding
1. kedap air
2. permukaan rata
3. permukaan halus
4. permukaan tidak licin
5. permukaan tidak retak
6. permukaan tidak
menyerap debu, dan
7. permukaan mudah
dibersihkan
8. warna yang terang dan
cerah
45
14
13
13
39
37
37
45
97,8
30,4
28,3
28,3
84,8
80,4
80,4
97,8
1
32
33
33
7
9
9
1
2,2
69,6
71,7
71,7
15,2
19,6
19,6
2,2
Sumber: Data Primer Tahun 2016
Jika dilihat pada tabel V.4 diketahui dari 46 depot air
minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 97,8% lantai
kedap air, 69,6% permukaan lantai tidak rata, 71,7% permukaan
lantai tidak halus, 71,7% permukaan licin, 84,8% permukaan
tidak retak, 80,4% permukaan tidak menyerap debu dan
permukaan mudah dibersihkan, dan 97,8% warna dinding terang
dan cerah.
66
5. Atap dan langit-langit, harus kuat, anti tikus, mudah dibersihkan,
tidak menyerap debu, permukaan rata, dan berwarna terang,
mempunyai ketinggian cukup
Tabel V.5.
Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Atap dan
Langit-Langit Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak Tahun 2016
Atap dan Langit-Langit Ya Tidak
f % f %
Atap dan langit-langit
1. harus kuat
2. anti tikus
3. mudah dibersihkan
4. tidak menyerap debu
5. permukaan rata, dan
berwarna terang
6. mempunyai ketinggian
cukup
19
19
29
18
20
36
41,3
41,3
63,0
39,1
43,5
78,3
27
27
17
28
26
10
58,7
58,7
37,0
60,9
56,5
21,7
Sumber: Data Primer Tahun 2016
Jika dilihat pada tabel V.5 diketahui dari 46 depot air
minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 58,7% atap dan
langit-langit kuat dan anti tikus, 63,0% atap dan langit-langit
mudah dibersihkan, 60,9% mudah menyerap debu, 56,5%
permukaan tidak rata dan tidak berwarna terang, 78,3%
mempunyai ketinggian cukup.
67
6. Tata ruang terdiri atas ruang proses pengolahan, penyimpanan,
pembagian/ penyediaan, ruang tunggu pengunjung/ konsumen
Tabel V.6.
Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Tata
Ruang Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak Tahun 2016
Tata Ruang Ya Tidak
f % f %
Tata ruang terdiri atas
1. ruang proses pengolahan
2. penyimpanan
3. pembagian/penyediaan
4. ruang tunggu
pengunjung/konsumen
20
27
41
24
43,5
58,7
89,1
52,2
26
27
41
24
56,5
58,7
89,1
52,2
Sumber: Data Primer Tahun 2016
Jika dilihat pada tabel V.6 diketahui dari 46 depot air
minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 56,5% tidak ada
ruang proses pengolahan, 58,7% memiliki ruang penyimpanan,
89,1% memiliki ruang pembagian/ penyediaan, 52,2% memiliki
ruang tunggu pengunjung/ konsumen.
7. Pencahayaan cukup terang untuk bekerja (intensitas cahaya > 60
lux), tidak menyilaukan (intensitas cahaya > 60 lux), tersebar
secara merata (intensitas cahaya > 60 lux)
Tabel V.7.
Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan
Pencahayaan Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak Tahun 2016
Pencahayaan Ya Tidak
f % f %
Pencahayaan 1. cukup terang untuk bekerja
(intensitas cahaya < 60 lux)
2. tidak menyilaukan (intensitas
cahaya 60-120 lux)
3. tersebar secara merata
(intensitas cahaya > 120 lux)
24
52,2
22
47,8
Sumber: Data Primer Tahun 2016
68
Jika dilihat pada tabel V.7 diketahui dari 46 depot air
minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 52,2%
pencahayaan cukup terang untuk bekerja (intensitas cahaya < 60 lux),
tidak menyilaukan (intensitas cahaya 60-120 lux) dan tersebar secara
merata (intensitas cahaya > 120 lux).
8. Ventilasi menjamin peredaran/pertukaran udara dengan baik
(>10% luas lantai)
Tabel V.8.
Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Ventilasi
Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak Tahun 2016
Ventilasi Ya Tidak
f % f %
Ventilasi 1. menjamin peredaran/
pertukaran udara dengan
baik (>10% luas lantai)
25
54,3
21
45,7
Sumber: Data Primer Tahun 2016
Jika dilihat pada tabel V.8 diketahui dari 46 depot air
minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 54,3% menjamin
peredaran/ pertukaran udara dengan baik (>10% luas lantai).
69
9. Kelembaban udara dapat memberikan mendukung kenyamanan
dalam melakukan pekerjaan/aktivitas (40%-70%)
Tabel V.9.
Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan
Kelembaban Udara Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak Tahun 2016
Kelembaban Ya Tidak
f % f %
Kelembaban udara 1. dapat memberikan
mendukung kenyamanan
dalam melakukan
pekerjaan/aktivitas (<40%,
40%-70%, dan >70%)
28
60,9
18
39,1
Sumber: Data Primer Tahun 2016
Jika dilihat pada tabel V.9 diketahui dari 46 depot air
minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 60,9% dapat
memberikan mendukung kenyamanan dalam melakukan
pekerjaan/aktivitas (40%-70%).
10. Fasilitas sanitasi dasar memiliki akses kamar mandi dan jamban
Tabel V.10.
Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Fasilitas
Sanitasi Dasar Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak Tahun 2016
Fasilitas Sanitasi Dasar Ya Tidak
f % f %
Fasilitas sanitasi dasar
1. memiliki akses kamar
mandi dan jamban
16
34,8
30
65,2
Sumber: Data Primer Tahun 2016
Jika dilihat pada tabel V.10 diketahui dari 46 depot air
minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 65,2% tidak
memiliki akses kamar mandi dan jamban.
70
11. Pembuangan air limbah Terdapat saluran pembuangan air
limbah yang alirannya lancar dan tertutup
Tabel V.11.
Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan
Pembuangan Air Limbah Pada Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU) di Kota Pontianak Tahun 2016
Pembuangan Air Limbah Ya Tidak
f % f %
Pembuangan air limbah
1. Terdapat saluran
pembuangan air limbah
yang alirannya lancar
dan tertutup
24
52,2
22
47,8
Sumber: Data Primer Tahun 2016
Jika dilihat pada tabel V.11 diketahui dari 46 depot air
minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 52,2% terdapat
saluran pembuangan air limbah yang alirannya lancar dan
tertutup.
12. Tempat sampah Terdapat tempat sampah yang tertutup
Tabel V.12.
Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Tempat
Sampah Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak Tahun 2016
Tempat Sampah Ya Tidak
f % f %
Tempat sampah
1. Terdapat tempat sampah
yang tertutup
27
58,7
19
41,3
Sumber: Data Primer Tahun 2016
Jika dilihat pada tabel V.12 diketahui dari 46 depot air
minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 58,7% terdapat
tempat sampah yang tertutup.
71
13. Tempat cuci tangan Terdapat tempat cuci tangan yang
dilengkapi air mengalir dan sabun
Tabel V.13.
Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Tempat
Cuci Tangan Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak Tahun 2016
Tempat Cuci Tangan Ya Tidak
f % f %
Tempat cuci tangan
1. Terdapat tempat cuci
tangan yang dilengkapi
air mengalir dan sabun
25
54,3
21
45,7
Sumber: Data Primer Tahun 2016
Jika dilihat pada tabel V.13 diketahui dari 46 depot air
minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 54,3% terdapat
tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan sabun.
14. Vektor dan binatang Bebas dari tikus, lalat dan kecoa
Tabel V.14.
Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Vektor
dan Binatang Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kota Pontianak Tahun 2016
Bebas dari Vektor
dan Binatang
Ya Tidak
f % f %
Vektor dan binatang
1. Bebas dari tikus, lalat
dan kecoa
28
60,9
18
39,1
Sumber: Data Primer Tahun 2016
Jika dilihat pada tabel V.14 diketahui dari 46 depot air
minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 60,9% bebas
dari tikus, lalat dan kecoa.
72
V.2 Pembahasan
V.2.1 Gambaran Sumber pencemaran dan penularan penyakit
Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.1 diketahui
dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak
52,2% DAMIU terjadi sumber pencemaran dan penularan penyakit
sedangkan lokasi yang bebas dari sumber pencemaran dan penularan
penyakit yaitu sebanyak 47,8%.
Lokasi depot air minum harus berada pada daerah yang bebas
dari pencemaran lingkungan, tidak pada daerah yang tergenang air
dan rawa, tempat pembuangan kotoran dan sampah, penumpukan
barang-barang bekas atau bahan berbahaya dan beracun (B3) dan
daerah lain yang diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap
air (Astri, 2009).
Pada depot yang menggunakan sumber air baku dari air
pegunungan tidak boleh berdekatan dengan sumber pencemaran,
seperti tempat pembuangan feses, kandang ternak dan tempat
pembuangan sampah. Berdasarkan hasil tabel V.1, untuk sumber air
pada depot air minum isi ulang memenuhi syarat sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/Per/IV/2010.5 Di
Sulawesi Selatan lebih khususnya di Kabupaten Mamuju Utara
(2013) pernah melakukan pemeriksaan air minum dari depot air
minum isi ulang yang telah dilakukan dari 5 depot air minum isi
ulang, diperoleh 4 sampel yang memenuhi syarat yaitu dengan nilai
73
total MPN 0 MPN/100 mL sampel dan 1 sampel dengan nilai 21
MPN/100 mL sampel. Hal ini disebabkan karena dari sumber air
baku yang digunakan untuk depot air minum isi ulang berdekatan
dengan sumber pencemaran, seperti tempat pembuangan feses,
kandang ternak, tempat pembuangan sampah dan depot air minum
isi ulang tersebut masing-masing memiliki penampungan air baku.
Penyimpanan air baku terlalu lama yang lebih dari beberapa hari
dapat mempengaruhi kualitas air minum dimana dapat menimbulkan
pertumbuhan mikroorganisme.
Observasi higiene dan sanitasi untuk depot air minum isi ulang
di Kota Pontianak telah dilakukan. Higiene dan sanitasi menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.43 tahun 2014 meliputi lokasi
depot air minum, konstruksi bangunan, dan pelayanan terhadap
konsumen. Lokasi dari bangunan untuk DAMIU harus berada di
lokasi yang bebas dari pencemaran, seperti tempat pembuangan
kotoran dan sampah, penumpukan barang bekas atau bahan
berbahaya yang beracun, dan perusahaan lain yang diduga dapat
menimbulkan pencemaran terhadap air minum. Perusahaan lain yang
menimbulkan pencemaran seperti bengkel, cat, las, kapur dan
sejenisnya. Dari 46 (empat puluh enam) DAMIU di Kota Pontianak,
40 (empat puluh) DAMIU sudah memenuhi syarat lokasi depot air
minum isi ulang dan 6 (enam) depot belum memenuhi syarat lokasi
depot air minum, karena kedua bangunan depot ini berhadapan
74
dengan bengkel mobil dan motor. Konstruksi dari bangunan DAMIU
juga harus memenuhi syarat fisik dan tata ruang.
Syarat fisik meliputi kondisi lantai, kondisi dinding, kondisi atap
dan luas ruangan. Kondisi lantai, dinding dan atap DAMIU harus
berbahan kedap air, permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak
menyerap debu dan mudah dibersihkan, selalu berada dalam keadaan
bersih dan tidak berdebu. Dari 46 (empat puluh enam) DAMIU yang
diteliti, ditemukan 6 (enam) DAMIU tidak memenuhi syarat. Dan
untuk persyaratan tata ruang dari jumlah 46 (empat puluh enam)
DAMIU, hanya 30 (tiga puluh) depot yang memenuhi syarat. Tata
ruang usaha DAMIU minimal terdiri dari ruangan proses
pengolahan, ruang tempat penyimpanan, ruang tempat pembagian
atau tempat penyediaan, ruang tunggu pengunjung (Kemenkes RI,
2014).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.492/ Menkes/
Per/ IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, pengawasan
mutu air pada depot air minum menjadi tugas dan tanggung jawab
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sejalan dengan adanya
peningkatan depot air minum isi ulang maka pelaksanaan tugas
Dinas Kesehatan harus ditingkatkan untuk membina dan mengawasi
depot air minum baik dari segi kualitas air, tempat, peralatan,
maupun penjamah, agar masyarakat terlindung dari potensi pengaruh
buruk akibat konsumsi air minum yang berasal dari depot air minum.
75
Melihat kenyataan mengenai kecenderungan masyarakat untuk
mengkonsumsi air minum isi ulang demikian besar, dan masih
banyaknya depot isi ulang yang belum mempunyai izin resmi dari
Dinas Kesehatan serta syarat higiene sanitasi yang sering diabaikan
oleh pemilik depot air minum isi ulang, sehingga perlu adanya
pembinaan dan pengawasan depot air minum baik dari segi kualitas
air, tempat, peralatan, maupun penjamah, agar masyarakat selalu
aman dan sehat untuk mengkonsumsi air minum isi ulang (Chandra,
2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016),
menyatakan dari hasil observasi terhadap 41 DAM didapatkan
kondisi lokasi 13 DAM (32%) masuk dalam katagori kurang, 0
DAM (0%) dalam katagori cukup dan 28 DAM (68%) masuk dalam
katagori baik pada depot air minum Kabupaten Balangan.
Jadi kesimpulannya faktor lain tercemarnya air minum dari
depot air minum isi ulang, yaitu kurangnya pengetahuan dan
perhatian dari karyawan dan pengelola depot tentang higiene senitasi
dalam usahanya. Kebersihan tangan sangat penting untuk karyawan
depot karena bisa membantu dalam pencegahan penularan bakteri
dari tangan. Manfaat higiene sanitasi depot air minum yaitu untuk
melindungi masyarakat dari potensi pengaruh akibat konsumsi air
minum yang berasal dari depot air minum isi ulang.
76
V.2.2
Gambaran Bangunan, Kuat, Aman, mudah dibersihkan dan
mudah pemeliharaannya
Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.2 diketahui
dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak
65,2% bangunannya kuat, 54,3% bangunannya aman, 76,1%
bangunannya mudah dibersihkan, 60,9% bangunannya mudah
pemeliharaannya.
Pengusaha dan pengelola DAMIU harus melakukan
pemeliharaan sarana produksi dan program sanitasi untuk
menghindari terkontaminasinya air minum oleh bakteri coliform,
yaitu dengan cara bangunan dan bagiannya harus dipelihara,
disanitasi secara berkala (Chandra, 2007).
Luas bangunan rumah harus disesuaikan dengan jumlah
penghuninya tidak terjadi kepadatan penghuni. Jika suatu rumah
terlalu padat, maka akan menyebabkan kurangnya oksigen dan
mudahnya penyebaran penyakit. Permenkes mensyaratkan rumah
sehat memenuhi syarat luas lebih dari 8M2 untuk tiap orang.
Mencegah masuknya binatang pengerat, serangga, binatang
kecil lainnya kedalam bangunan dan tempat pengisian.Mesin
peralatan harus dirawat secara berkala, jika sudah habis umur pakai
harus diganti sesuai dengan ketentuan teknisnya. Permukaan
peralatan yang kontak dengan air minum harus bebas kerak dan
residu lain. Proses pengisian dan penutupan dilakukan diruang yang
higienis (Natalia, 2014).
77
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016),
menyatakan dari kondisi bangunan didapatkan 10 DAM (24%)
masuk dalam katagori kurang, 18 DAM (44%) dalam katagori cukup
dan 13 DAM (32%) masuk dalam katagori baik.
Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang
memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang
sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan huanian
rumah yang seusai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah.
V.2.3
Gambaran Lantai, kedap air, permukaan rata, permukaan
halus, permukaan tidak licin, permukaan tidak retak,
permukaan tidak menyerap debu, dan permukaan mudah
dibersihkan, kemiringan cukup landai
Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.3
diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada
sebanyak 52,2% lantai tidak kedap air, 87,0% permukaan lantai rata,
89,1% permukaan lantai halus, 71,7% permukaan tidak licin, 82,6%
permukaan tidak retak, 54,3% permukaan tidak menyerap debu,
60,9% permukaan mudah dibersihkan, dan 52,2% kemiringan cukup
landai.
Lantai depot air minum harus memenuhi syarat sebagai berikut
bahan kedap air, permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak
menyerap debu dan mudah dibersihkan, kemiringannya cukup untuk
memudahkan membersihkan, selalu dalam keadaan bersih dan tidak
berdebu (Indirawati, 2009).
78
Konstruksi lantai, kedap air, permukaan rata, permukaan halus,
permukaan tidak licin, permukaan tidak retak, permukaan tidak
menyerap debu, dan permukaan mudah dibersihkan, kemiringan
cukup landai sehingga dapat mencegah terjadinya kebocoran atau
pencemaran terhadap air minum isi ulang yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.3, bahwa dapat
dijelaskan bahwa untuk lantai, kedap air, permukaan rata, permukaan
halus, permukaan tidak licin, permukaan tidak retak, permukaan
tidak menyerap debu, dan permukaan mudah dibersihkan,
kemiringan cukup landai pada depot air minum isi ulang tidak
memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.492/MENKES/Per/IV/2010.5 Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Azwar (2014) pada 20 depot air minum isi ulang di
Kecamatan Tuminting Kota Manado didapatkan 1 depot tidak
memenuhi syarat untuk konstruksi lantai, dinding dan langit-langit,
tidak dijelaskan penyebab dari pengawasan tikus, lalat dan kecoa
yang tidak memenuhi syarat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016),
menyatakan dari kondisi lantai didapatkan 9 DAM (22%) masuk
dalam katagori kurang, 0 DAM (0%) dalam katagori cukup dan 32
DAM (78%) masuk dalam katagori baik.
Lantai sebaiknya tidak terbuat oleh tanah karena ketika musim
hujan dapat menjadi lembab dan menimbulkan penyakit bagi
79
penghuninya. Oleh karena itu, lantai sebaiknya dibuat oleh bahan
yang kedap air seperti disemen dan kemudian dilapisi oleh keramik.
V.2.4
Gambaran Dinding, kedap air, permukaan rata, permukaan
halus, permukaan tidak licin, permukaan tidak retak,
permukaan tidak menyerap debu, dan permukaan mudah
dibersihkan, warna yang terang dan cerah
Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.4 diketahui
dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak
97,8% lantai kedap air, 69,6% permukaan lantai tidak rata, 71,7%
permukaan lantai tidak halus, 71,7% permukaan licin, 84,8%
permukaan tidak retak, 80,4% permukaan tidak menyerap debu dan
permukaan mudah dibersihkan, dan 97,8% warna dinding terang dan
cerah.
Dinding depot air minum harus memenuhi syarat sebagai
berikut bahan kedap air, permukaan rata, halus, tidak menyerap debu
dan mudah dibersihkan, warna dinding terang dan cerah, selalu
dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari pakaian
tergantung (Prasoyo, 2004).
Penentuan lokasi depot sebaiknya terhindar dari resiko
pencemar. Lokasi DAM harus terbebas dari pencemaran yang
berasal dari debu disekitar depot, daerah tempat pembuangan
kotoran/sampah, tempat penumpukan barang bekas, tempat
bersembunyi/berkembang biak serangga, binatang kecil, pengerat,
dan lain-lain, tempat yang kurang baik system saluran pembuangan
80
air dan tempat-tempat lain yang diduga dapat mengakibatkan
pencemaran (Santoso, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016),
menyatakan dari kondisi dinding didapatkan 15 DAM (37%) masuk
dalam katagori kurang, 0 DAM (0%) dalam katagori cukup dan 26
DAM (63%) masuk dalam katagori baik.
Dinding harus tegak lurus dari lantai agar dapat menahan beban
dinding sendiri.Selain itu, dinding juga harus menahan beban angin
serta beban diatasnya sepertiatap. Dinding juga harus terpisah dari
pondasi oleh lapisan kedap air agar air tanahtidak dapat meresap.
Dinding tidak boleh basah, lembab dan harus bebas dari lumut.
V.2.5
Gambaran Atap dan langit-langit, harus kuat, anti tikus, mudah
dibersihkan, tidak menyerap debu, permukaan rata, dan
berwarna terang, mempunyai ketinggian cukup
Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.5
diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada
sebanyak 58,7% atap dan langit-langit kuat dan anti tikus, 63,0% atap
dan langit-langit mudah dibersihkan, 60,9% mudah menyerap debu,
56,5% permukaan tidak rata dan tidak berwarna terang, 78,3%
mempunyai ketinggian cukup.
Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan
terhadap air dan tidak bocor, konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent
proof), bahan langit-langit mudah dibersihkan dan tidak menyerap
81
debu, permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang, tinggi
langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai (Suriawiria, 2011).
Kondisi bangunannya baik, semua item observasi mulai dari
lantai, dinding, atap, langit-langit, tata ruang, pencahayaan, ventilasi
dan kelembaban udaranya memenuhi persyaratan tetapi tidak
memiliki fasilitas sanitasi berupa tempat cuci tangan, dan walaupun
ada tapi tidak dilengkapi dengan air mengalir dan sabun, sehingga
potensi kontaminasi oleh bakteriologis dapat melalui operator yang
tidak hygienis dalam bekerja seperti tidak mencuci tangan sebelum
melayani konsumen yang dikarenakan ketidak tersediaan sarana cuci
tangannya (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), dari
18 DAM dengan atap dan langit-langit, terdapat 4 DAM (22%) tidak
memenuhi syarat dan 14 DAM (78%) memenuhi syarat.
Langit-langit berfungsi untuk tutup seluruh konstruksi atap dan
kuda-kuda agar terlihat rapih, menahan debu yang jatuh serta
menahan tetesan air hujan yang menembus celah-celah atap dan
untuk menahan panas agar tidak mudah masuk keruangan yang
dibawahnya. Langit-langit yang memenuhi persyaratan adalah
langit-langit yang dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh
dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta mudah dibersihkan.
Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari permukaan lantai. Atap
konstruksi atap harus didasarkan kepada perhitungan yang teliti
82
sehingga dapat menahan semua beban yang ada seperti beban hujan
dan beban angin. Fungsi dari atap adalah untuk melindungi bagian-
bagian dalam rumah dan semua penghuni dari panas dan hujan.
Syarat atap yang baik antara lain rapat air, padat dan tidak dapat
bergeser, tidak mudah terbakar, ringan dan dapat tahan lama.
V.2.6
Gambaran Tata ruang terdiri atas ruang proses pengolahan,
penyimpanan, pembagian/ penyediaan, ruang tunggu
pengunjung/ konsumen
Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.6 diketahui
dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak
56,5% tidak ada ruang proses pengolahan, 58,7% memiliki ruang
penyimpanan, 89,1% memiliki ruang pembagian/ penyediaan, 52,2%
memiliki ruang tunggu pengunjung/ konsumen.
Untuk persyaratan tata ruang dari jumlah 46 (empat puluh enam)
DAMIU, hanya 30 (tiga puluh) depot yang memenuhi syarat. Tata
ruang usaha DAMIU minimal terdiri dari ruangan proses
pengolahan, ruang tempat penyimpanan, ruang tempat pembagian
atau tempat penyediaan, ruang tunggu pengunjung.
Bahan pintu harus kuat dan tahan lama, permukaan rata, halus,
berwarna terang dan mudah dibersihkan, pemasangannya rapi
sehingga dapat menutup dengan baik. Kondisi bangunannya kurang,
walaupun persyaratan dinding kedap air, permukaan rata, halus,
tidak licin, tidak retak, tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan,
serta warna yang terang dan cerah tidak terpenuhi tetapi
83
pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan dan
tersebar secara merata dan tidak ada tikus, lalat dan atau kecoa
berkeliaran dalam bangunan, sehingga juga tidak menimbulkan
risiko pencemaran bakteriologis melalui tikus, lalat dan atau kecoa
(Mukono HJ, 2011).
Kontruksi bangunan depot AMIU harus memenuhi tata ruang
dan syarat fisik. Syarat fisik kondisi depot meliputi kosdisi lantai,
kondisi dinding, kondisi atap dan luas ruangan. Syarat fisik tersebut
harus memenuhi syarat, harus kuat, aman dan mudah dibersihkan
serta mudah pemeliharaannya. Menurut depkes RI (2006) tata ruang
usaha DAMIU minimal terdiri dari ruangan proses pengolahan,
ruangan tempat penyimpangan, ruangan tempat pembagian/ tempat
penyediaan, ruang tunggu pengunjung.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Margareth (2015),
menyatakan dari 5 (lima) depot yang diteliti 4 (empat) depot tidak
memenuhi syarat fisik dan satu depot memenuhi syarat fisik. Untuk
tata ruang, semua depot (100%) tidak memenuhi syarat tata ruang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), dari
10 DAM dengan kondisi tata ruang, terdapat 2 DAM (20%) tidak
memenuhi syarat dan 8 DAM (80%) memenuhi syarat.
Setiap bagian dalam rumah harus sesuai dengan fungsinya dan
memiliki tata ruang yang baik agar memudahkan komunikasi antara
ruangan di dalam rumah dengan menjamin kerahasiaan pribadi
84
masing-masing penghuni. Untuk ruang tidur, harus ada pemisah
antara ruang kamar tidur orang tua dan kamar tidur anak. Kemudian,
luas ruangan minimal 8 m dengankapasitas orang maksimal 2 orang.
Untuk dapur, ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar air
hasil kegiatan dapat dialirkan keluar. Luas dapur minimal 3 m.
Selain itu, di dapur harus tersedia alat-alat pengolahan, alat-alat
masak tempat cuci peralatan dan air bersih dan tempat penyimpanan
bahan makanan. Untuk kamar mandi harus memiliki minimal 1
lubang ventilasi yang berhubungan dengan udara luar.
V.2.7
Gambaran Pencahayaan cukup terang untuk bekerja (intensitas
cahaya < 60 lux), tidak menyilaukan (intensitas cahaya 60-120
lux), tersebar secara merata (intensitas cahaya > 120 lux)
Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.7
diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada
sebanyak 52,2% pencahayaan cukup terang untuk bekerja (intensitas
cahaya < 60 lux), tidak menyilaukan (intensitas cahaya 60-120 lux) dan
tersebar secara merata (intensitas cahaya > 120 lux).
Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan
tenaga kerja melihat pekerjaannya dengan baik dan tanpa upaya yang
tidak perlu, serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang
nyaman dan menyenangkan. Berdasarkan hasil analisis data per item
pada tabel V.7, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/MENKES/Per/IV/2010.5 Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Mohamad (2014) pada 6 depot air minum isi ulang di
85
Kecamatan Sario Kota Manado didapatkan 2 depot tidak memenuhi
syarat untuk penerangan ruangan, tidak dijelaskan penyebab dari
penerangan ruangan yang tidak memenuhi syarat.
Pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan
dan tersebar secara merata. Ruangan pengolahan dan penyimpanan
mendapat penyinaran cahaya dengan minimal 10 – 20 foot candle
atau 100-200 lux. Pencahayaan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan akan membawa dampak bagi penghuninya, hal ini
dikarenakan rumah yang tidak mendapatkan cahaya matahari yang
cukup akan membuat rumah tersebut menjadi gelap. Cahaya
matahari yang masuk kedalam rumah berguna untuk menerangi
ruangan serta mempunyai daya untuk membunuh bakteri (Kemenkes
RI, 2014).
Melihat masalah yang ada di lapangan, sebaiknya DAMIU dapat
memanfaatkan pencahayaan alamiah yang bersumber dari matahari
dengan baik. DAMIU dapat menggunakan atap seng transparan.
Letak ventilasi juga harus diperhatikan saat membangun DAMIU
sehingga cahaya matahari mudah masuk kedalam rumah, sebaiknya
letak jendela harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari
lama menyinari lantai dengan menggunakan genting kaca atau
genting transparan.
86
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), dari
26 DAM dengan kondisi pencahayaan, terdapat 7 DAM (27%) tidak
memenuhi syarat dan 19 DAM (73%) memenihi syarat.
Penerangan dalam depot air minum isi ulang sebaiknya setiap
titik di dalam ruangan dipasang lampu sebagai penerangan dan
dinyalakan agar dapat memenuhi standar yang telah disesuaikan.
Cahaya yang cukup merupakan suatu kebutuhan manusia agar
terhindar dari penyakit dan kerugian-kerugian lainnya. Terdapat dua
jenis pencahayaan pencahayaan alami diperoleh melalui sinar
matahari yang masuk melalui lubang jendela, celah, maupun bagian
lain dari rumah yang terbuka. Fungsi dari sinar matahari adalah
untuk penerangan dan untuk mengurangi kelembaban ruangan,
mengusir nyamuk dan serangga lainnya serta membunuh kuman-
kuman (Azwar, 1996). pencahayaan buatan merupakan penerangan
dengan menggunakan sumbercahaya buatan seperti lampu.
V.2.8
Gambaran Ventilasi menjamin peredaran/pertukaran udara
dengan baik (>10% luas lantai)
Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.8
diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada
sebanyak 54,3% menjamin peredaran/ pertukaran udara dengan baik
(>10% luas lantai).
Ventilasi menjamin peredaraan/pertukaran udara dengan baik.
Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur ventilasi yang
dapat menjaga suhu yang nyaman dengan cara menjamin terjadi
87
peredaran udara dengan baik, tidak mencemari proses pengolahan
dan atau air minum, menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai
kebutuhan (Prasoyo, 2004).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis, lokasi
penelitian ini sebagian besar rumah tidak memiliki ventilasi yang
cukup untuk melakukan pertukaran udara yang disebabkan rumah
yang saling berhimpitan sehingga mendukung hidupnya bakteri ini
di rumah tersebut.
Ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan
memberikan dampak bagi penghuni didalam rumah. Menurut
Notoatmodjo (2011), salah satu fungsi ventilasi adalah menjaga
aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar, jika keadaan
ventilasi tidak memenuhi syarat kesehatan akan menyebabkan
berkurangnya jumlah konsentrasi oksigen dan bertambahnya
konsentrasi karbondioksida yang bersifat racun bagi pengusaha
DAMIU. Ventilasi yang tidak memenuhi syarat akan mengakibatkan
terhalangnya proses pertukaran udara dan sinar matahari ke dalam
DAMIU. Selain itu ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan
akan memberikan dampak pada proses pergantian udara dalam
DAMIU serta mengurangi kelembaban didalam ruangan.
Pada akhirnya ventilasi juga berkaitan erat dengan pencahayaan
alamiah, karena sebagian besar responden menggunakan jendela
yang terbuat dari kayu sehingga apabila jendela ditutup maka tidak
88
ada sinar matahari yang masuk kedalam rumah (Kemenkes RI,
2011).
Sebaiknya ventilasi yang terbuka tidak ditutup secara permanen
dengan kayu atau kertas, serta terhalang oleh barang-barang besar
misalnya lemari dan ada baiknya jika pemilik DAMIU menanam
pepohonan di sekitar rumah agar udara menjadi sejuk, namun jangan
sampai pepohonan tersebut menutupi ventilasi di rumah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), dari
15 DAM dengan kondisi ventilasi, terdapat 4 DAM (27%) tidak
memenuhi syarat dan 11 DAM (73%) memenuhi syarat.
Ventilasi digunakan untuk menyediakan udara segar dari luar
kepada setiap ruang di dalam kamar dan untuk menyalurkan udara
kotor ke luar. Ventilasi yang baik memiliki syarat-syarat antara lain
luas lubang ventilasi tetap minimal 5% dari luas lantai ruangan.
Udara yang masuk harus udara bersih yang tidak dicemari oleh asap
kendaraan, pabrik, sampah maupun asap lainnya. Aliran udara
diusahakan cross ventilation sehingga proses aliran udara lebih
lancar
V.2.9
Gambaran Kelembaban udara dapat memberikan mendukung
kenyamanan dalam melakukan pekerjaan/aktivitas (<40%,
40%-70%, dan >70%)
Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.9
diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada
89
sebanyak 60,9% dapat memberikan mendukung kenyamanan dalam
melakukan pekerjaan/aktivitas (<40%, 40%-70% dan >70%).
Kelembaban udara dapat memberikan mendukung kenyamanan
dalam melakukan pekerjaan/ aktivitas. Menurut Kemenkes RI,
(2014) DAMIU yang memiliki kelembaban yang tidak memenuhi
syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi pengelolahan air
minum, hal ini dikarenakan DAMIU yang lembab merupakan media
yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme misalnya bakteri dan
virus.
Kelembaban sangat erat kaitannya dengan kondisi ventilasi,
jenis lantai serta pencahayaan. hal ini dapat dilihat dari luas ventilasi
yang tidak sesuai dengan syarat kesehatan selain itu ada pula yang
tidak pernah membuka jendela atau menutup jendelaengan kayu
ataupun kertas, hal ini justru akan membuat tempat pengolahan air
akan menjadi lembab. Selain itu pula pencahayaan didalarn rumah
juga harus diperhatikan karena jika rumah dalam kondisi yang gelap
akan membuat rumah menjadi lembab. Rumah yang memiliki
kelembaban udara tinggi dapat mempertahankan bakteri di udara
lebih lama (Astri, 2009).
Melihat masalah yang ada di lapangan, pemilik rumah
diharapkan dapat menjaga kelembaban didalam rumah dengan selalu
memperhatikan kondisi drainase atau saluran air di sekeliling rumah,
90
lantai harus kedap air, atan tidak bocor serta tersedia ventilasi yang
cukup.
Sebaiknya jika udara didalam rumah sangat panas bisa
menggunakan kipas angin atau pendingin udara serta mengatur
kelembaban udara di dalam rumah dengan membuka ventilasi atau
tempat keluar masuk udara.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), dari
32 DAM dengan kelembaban, terdapat 8 DAM (25%) tidak
memenuhi syarat dan 24 DAM (75%) memenihi syarat.
Depot Air Minum Isi Ulang yang tidak ada ventilasi udara agar
dibuatkan exhaust fan/ tempat keluar masuknya udara, agar tidak
terjadi perkembangbiakan bakteri pada DAMIU.
V.2.10
Gambaran Fasilitas sanitasi dasar memiliki akses kamar mandi
dan jamban
Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.10
diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada
sebanyak 65,2% tidak memiliki akses kamar mandi dan jamban.
Akses terhadap fasilitas sanitasi adalah walaupun depot air
minum tidak memiliki sarana sanitasi seperti kamar mandi dan
jamban, tetapi dilingkungan tersebut ada sarana sanitasi yang dapat
digunakan, baik milik umum ataupun pribadi (Chandra, 2015).
Berdasarkan kondisi data diatas maka dapat disimpulkan bahwa
depot yang sanitasinya tidak bersih dapat menyebabkan kualitas air
yang tidak baik karena kualitas air minum isi ulang cenderung tidak
91
memenuhi syarat secara bakteriologis, hal ini disebabkan karena
aspek-aspek yang berkaitan dengan sanitasi bangunan tidak
seluruhnya memenuhi syarat kesehatan, dimana kebersihan ruang
pengolahan, dinding, dan lantai yang tidak bersih dan air yang telah
diolah yang dimasukkan ke dalam galon diletakkan dilantai yang
kotor dan tidak langsung di tutup.
Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap
fasilitas sanitasi sebagai berikut tempat cuci tangan yang dilengkapi
dengan sabun pembersih dan saluran limbah, fasilitas sanitasi (jaman
dan peturasan), tempat sampah yang memenuhi persyaratan,
menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel setiap
pengisian air (Adriyani, 2015).
Lokasi yang terjamin dan memenuhi syarat sanitasinya akan
menjamin mutu air sehat dan aman (Kemenkes RI, 2014), maka
depot air minum dengan lokasi yang memenuhi syarat secara
otomatis akan mempengaruhi kualitas air minum yang ada pada
depot air minum.
Berdasarkan dari hasil penelitian, masih ditemukannya beberapa
depot air minum yang kondisi sanitasi bangunannya tidak bersih
seperti ruang pengolahan yang berdebu, lantai kotor dan basah,
dinding ruangan yang tidak bersih, hal inilah yang dapat
menyebabkan kualitas air isi ulang tidak memenuhi syarat secara
bakteriologis.
92
Berdasarkan pembahasan diatas dapa peneliti simpulkan bahwa
sanitasi gedung seperti ruangan tempat pengolahan, lantai dan
dinding yang tidak bersih dapat mempengaruhi kualitas air karena
dari penelitian yang dilakukan, depot yang sanitasi bangunannya
yang tidak bersih kualitas air minum isi ulang cenderung tidak
memenuhi syarat secara bakteriologis, oleh karena itu diharapkan
kepada pemilik depot air minum yang ada Kota Pontianak untuk
memperhatikan aspek-aspek sanitasi seperti ruang pengolahan, lantai
dan dinding agar dibersihkan secara rutin.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wahyuningsih (2001), di Kota Kudus terhadap 21 depot air minum
yang menyatakan ada hubungan antara sanitasi bangunan dengan
kualitas air minum isi ulang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016),
menyatakan dari fasilitas sanitasi dasar didapatkan 10 DAM (24%)
masuk dalam katagori kurang, 18 DAM (44%) dalam katagori cukup
dan 13 DAM (32%) masuk dalam katagori baik. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2007), didapatkan variabel
fasilitas sanitasi dalam kategori tidak memenuhi syarat (memenuhi
2,2% persyaratan) di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
Hasil penelitian dilapangan menyatakan bahwa kondisi fasilitas
sanitasinya kurang baik, semuanya memiliki akses kamar mandi dan
jamban walaupun dirumah pemilik/pengelola yang ada sekitar DAM,
93
ada saluran pembuangan air limbah yang alirannya lancar dan
tertutup serta terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air
mengalir tetapi tata ruang tidak terdiri atas ruang proses pengolahan,
penyimpanan, pembagian/penyediaan, dan ruang tunggu
pengunjung/konsumen dan bercampur dengan barang dagangan lain,
ini memungkinkan konsumen masuk kedalam DAM, sehingga air
DAM bisa terkontaminasi melalui konsumen tadi, sedangkan kondisi
fasilitas sanitasinya kurang, walaupun terdapat saluran pembuangan
air limbah yang alirannya tidak lancar dan terbuka serta tidak ada
tempat sampah yang tertutup tetapi tidak ada tikus, lalat dan atau
kecoa keliatan dalam bangunan, sehingga tidak menimbulkan risiko
pencemaran bakteriologis melalui tikus, lalat dan atau kecoa.
Depot air minum harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi
seperti tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir, sabun dan
saluran limbah, tempat sampah yang memadai serta tertutup, saluran
pembuangan limbah (air kotor) dan ada akses toilet (Indirawati,
2009).
V.2.11
Gambaran Pembuangan air limbah Terdapat saluran
pembuangan air limbah yang alirannya lancar dan tertutup
Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.11
diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada
sebanyak 52,2% terdapat saluran pembuangan air limbah yang
alirannya lancar dan tertutup.
94
Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah
tangga, industry dan tempat umum lainnya dan biasanya
mengandung bahan atau zat yang membahayakan kehidupan
manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan (Chandra,
2007). Air limbah dari rumah tangga adalah air yang berasal dari
kamar mandi dan dapur.
Saluran pembuangan air limbah yang alirannya lancar/tidak
tersumbat dan tertutup dengan baik. Proses produksiya baik
semuanya melakukan pengurasan dan pencucian bak/tangki/tendon
air baku secara berkala maksimal 3 bln sekali, melakukan sistem
pencucian terbalik (back washing) secara secara berkala, mikrofilter
dan desinfeksi masih dalam masa pakai/tidak kadaluarsa dan
pengisian botol (galon) dalam ruangan tertutup tetapi tata ruang tidak
terdiri atas ruang proses pengolahan, penyimpanan,
pembagian/penyediaan, dan ruang tunggu pengunjung/konsumen
dan bercampur dengan barang dagangan lain,ini memungkinkan
konsumen masuk kedalam DAM, sehingga air DAM bisa
terkontaminasi melalui konsumen tadi, ditambah lagi tidak memiliki
fasilitas sanitasi berupa tempat sampah yang tertutup dan tempat cuci
tangan yang dilengkapi dengan air mengalir dan sabun (Kemenkes
RI, 2014).
Proses produksinya kurang, walaupun tidak melakukan
pengurasan dan pencucian bak/tangki/tendon air baku secara berkala
95
maksimal 3 bln sekali tetapi bak/tangki/tandon air baku tertutup dan
terlindung, ada tabung filter dan dimungkinkan dilakukan system
back washing, terdapat lebih dari satu mikro filter (μ) dengan ukuran
berjenjang, dan terdapat peralatan sterilisasi, berupa ultra violet dan
atau ozonisasi dan atau peralatan disinfeksi lainnya yang berfungsi
sehingga walaupun ada bakteri yang disebabkan oleh tidak dikuras
atau dicucinya tangki, setelah dari tangki tersebut air masih melalui
beberapa tahapan proses lagi yang fungsinya untuk membunuh
bakteri bila masih ada (Prasoyo, 2004).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), 9
DAM dengan kondisi pembuangan air limbah, terdapat 3 DAM
(33%) tidak memenuhi syarat dan 6 DAM (67%) memenuhi syarat.
Pengolahan air limbah ialah unit instalasi pengolahan Air
limbah (IPAL) yang berfungsi untuk mengurangi BOD, COD,
partikel tercampur, serta membunuh organisme patogen. Selain itu,
diperlukan juga tambahan pengolahan untuk menghilangkan bahan
nutrisi, komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat di
degradasikan agar konsentrasi yang ada menjadi rendah. Untuk itu
maka diperlukan evaluasi kualitas air buangan yang dilakukan
melalui perbandingan karakteristiknya dengan standar kualitas (baku
mutu) yang berlaku. Evaluasi ini perlu dilakukan untuk menentukan
karakteristik air buangan yang memerlukan pengolahan dan besarnya
efisiensi pengolahan yang dibutuhkan untuk karakteristik tersebut.
96
Perlu dilaksanakannya pemeliharaan rutin pada saluran air
limbah baik itu bak pengendapan maupun sumur pengumpul
dan saluran drainase di depot air minum isi ulang. Partisipasi dan
kesadaran pemilik DAMIU diharapkan dapat menjaga saluran yang
telah ada untuk tidak membuang sampah dan merusak saluran
tersebut, baik itu saluran air limbah maupun saluran drainase.
V.2.12
Gambaran Tempat sampah Terdapat tempat sampah yang
tertutup
Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.12
diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada
sebanyak 58,7% terdapat tempat sampah yang tertutup.
Tempat sampah dilengkapi tutup agar tidak menjadi sumber
pencemar. Hasil penelitian di lapangan dari 36 DAM yang kondisi
lokasinya baik, semuanya berada tidak dekat daerah/tempat
pembuangan sampah/kotoran, tidak dekat tempat penumpukan
barang bekas/berbahaya/beracun (B3), tidak ada tempat
bersembunyi/ berkembangbiak serangga, binatang kecil, pengerat
dll. disekitar DAM, tidak dekat system saluran pembuangan air yang
kurang baik (menggenang dan terbuka) dan tidak ada genangan air
dan atau rawa disekitar DAM tetapi tidak memiliki fasilitas sanitasi
berupa tempat sampah yang tertutup, tempat cuci tangan yang
dilengkapi dengan air mengalir dan sabun, sehingga potensi
kontaminasi oleh bakteriologis dapat melalui operator yang tidak
hygienis dalam bekerja seperti tidak mencuci tangan sebelum
97
melayani konsumen yang dikarenakan ketidaktersediaan sarana cuci
tangan. Sedangkan dari 10 DAM yang kondisi lokasinya kurang,
walaupun terdapat tempat persembunyian/berkembang biak
serangga, binatang kecil, pengerat dll disekitar DAM tetapi tidak
ditemukan ada tikus, lalat dan atau kecoa berkeliaran dalam
bangunan, sehingga tidak menimbulkan risiko pencemaran
bakteriologis melalui tikus, lalat dan atau kecoa. Penentuan lokasi
depot sebaiknya terhindar dari resiko pencemar. Lokasi DAM harus
terbebas dari pencemaran yang berasal dari debu disekitardepot,
daerah tempat pembuangan kotoran/sampah, tempat penumpukan
barang bekas, tempat bersembunyi/berkembang biak serangga,
binatang kecil, pengerat, dan lain-lain, tempat yang kurang baik
system saluran pembuangan air dan tempat-tempat lain yang diduga
dapat mengakibatkan pencemaran (Prihartini, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), dari
13 DAM dengan kondisi tempat sampah, terdapat 4 DAM (31%)
tidak memenuhi syarat dan 9 DAM (69%) memenuhi syarat.
Tempat sampah sebaiknya diletakkan di atas pondasi beton atau
semen, rak atau tonggak. Sampah harus selalu diangkut secara rutin
minimal sekali sehari. Meningkatkan sanitasi tempat penyimpanan
barang/alat sehingga tidak dapat dipergunakan tikus untuk
berlindung atau bersarang.
98
Sampah merupakan semua produk sisa dalam bentuk padat
akibat aktifitas manusia dan sudah dianggap tidak bermanfaat. Agar
sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, diperlukan
pengaturan pembuangannya. Syarat tempat sampah yang baik adalah
terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat dan tidak mudah
bocor, harus dituutp rapat sehingga tidak menarik serangga atau
binatang-binatang lainnya serperti tikus, kucing dan sebagainya.
V.2.13
Gambaran Tempat cuci tangan Terdapat tempat cuci tangan
yang dilengkapi air mengalir dan sabun
Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.13
diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada
sebanyak 54,3% terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air
mengalir dan sabun.
Tempat cuci tangan dilengkapi air mengalir dan sabun dengan
jumlah yang mencukupi. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan
kondisi bangunannya baik, semua item observasi mulai dari lantai,
dinding, atap, langit-langit, tata ruang, pencahayaan, ventilasi dan
kelembaban udaranya memenuhi persyaratan tetapi tidak memiliki
fasilitas sanitasi berupa tempat cuci tangan, dan walaupun ada tapi
tidak dilengkapi dengan air mengalir dan sabun, sehingga potensi
kontaminasi oleh bakteriologis dapat melalui operator yang tidak
hygienis dalam bekerja seperti tidak mencuci tangan sebelum
melayani konsumen yang dikarenakan ketidak tersediaan sarana cuci
tangannya, sedangkan yang kondisi bangunannya kurang, walaupun
99
persyaratan dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin,
tidak retak, tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta
warna yang terang dan cerah tidak terpenuhi tetapi pencahayaan
cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan dan tersebar secara
merata dan tidak ada tikus, lalat dan atau kecoa berkeliaran dalam
bangunan, sehingga juga tidak menimbulkan risiko pencemaran
bakteriologis melalui tikus, lalat dan atau kecoa (Purba, 2011).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas air yang
dihasilkan suatu depot air minum adalah bangunan dan bagian-
bagiannya. Hal ini harus dipelihara dan dikenakan tindak sanitasi
secara teratur dan berkala. Sanitasi bangunan meliputi lantai,
dinding, atap, langit-langit, pintu, tata ruang dan lain-lain. Bangunan
DAM yang tidak terjaga kebersihannya dikhawatirkan debu yang
ada di udara dapat langsung mencemari air minum, dan apabila debu
tersebut mengandung kuman maka dapat menyebabkan pencemaran
dan mempengaruhi kualitas bakteriologis air hasil olahan DAM
(Mukono, 2011).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), dari
18 DAM dengan kondisi tempat cuci tangan, terdapat 4 DAM (22%)
tidak memenuhi syarat dan 14 DAM (78%) memenuhi syarat.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adriani
(2015), menunjukkan bahwa 8 depot air minum yang ada di
Kecamatan Tanjung Redep yang memiliki tempat cuci tangan yaitu
100
0, tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun yang
menyediakan juga 0, dan untuk penyediaan kain lap yang bersih
hanya terdapat di 4 depot (50%), tetapi di setiap depot memiliki
saluran limbah sebagai pembuangan air yaitu 8 depot (100%), dan
penyediaan 1 unit dispenser dan air minum sebagai contoh
pengunjung 0.
Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang
maupun cair sangat disarankan untuk kebersihan tangan yang
maksimal. Pentingnya mencuci tangan secara baik dan benar
memakai sabun adalah agar kebersihan terjaga secara keseluruhan
serta mencegah kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke tubuh
dalam ruang lingkup Depot Air Minum Isi Ulang.
V.2.14
Gambaran Vektor dan binatang Bebas dari tikus, lalat dan
kecoa
Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.14
diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada
sebanyak 60,9% bebas dari tikus, lalat dan kecoa.
Depot air minum harus bebas dari tikus, lalat dan kecoa, karena
dapat mengotori dan merusak. Menurut Chandra (2006), ditinjau dari
sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih
harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan air
bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat.
Penyakit – penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi
dalam kelompok – kelompok berdasarkan cara penularannya. Water
101
borne Kuman patogen yang berada dalam air dapat menyebabkan
penyakit pada manusia yang ditularkan melalui mulut atau sistem
pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini
antara lain kolera, tipoid, hepatitis viral, disentri basiller, dan
poliomyelitis (Entjang, 2003).
Bangunan dari bagian-bagiannya harus dipelihara dan
dikenakan tindak sanitasi secara teratur dan berkala. Harus dilakukan
usaha pencegahan masuknya binatang pengerat (tikus), serangga dan
binatang kecil lainnya kedalam bangunan proses produksi maupun
tempat pengisian. Tikus, lalat dan kecoa dapat membawa bibit
penyakit seperti tifus, diare, mual dan sebagainya. Kebanyakan
hewan-hewan tersebut merupakan tempat sementara bagi mikroba
sebelum beralih kemanusia. Berdasarkan hasil analisis data per item
pada tabel V.14 diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota
Pontianak ada sebanyak 60,9% bebas dari tikus, lalat dan kecoa,
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.492/MENKES/Per/IV/2010. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Mohamad (2014) pada 6 depot air minum isi ulang di
Kecamatan Sario Kota Manado didapatkan untuk pengawasan tikus,
lalat dan kecoa 1 depot tidak memenuhi syarat, tidak dijelaskan
penyebab dari pengawasan tikus, lalat dan kecoa yang tidak
memenuhi syarat.
102
Water washed penularan semacam ini berkaitan dengan
kebersihan umum dan perseorangan. Dalam hal ini terjadi 3 (tiga)
cara penularan, yaitu infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare
pada anak-anak, berjangkitnya penyakit ini sangat erat kaitannya
dengan kurangnya ketersediaan air untuk makan, minum, dan
memasak serta kebersihan alat-alat makan. Infeksi melalui kulit dan
mata, seperti scabies dan trachoma, berjangkitnya penyakit ini sangat
erat kaitannya dengan kurangnya ketersediaan air bersih untuk
hygiene perorangan (mandi dan cuci), penularan melalui binatang
pengerat seperti pada penyakit leptospirosis, berjangkitnya penyakit
ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya ketersediaan air untuk
hygiene perorangan yang ditujukan untuk mencegah investasi
insekta parasit pada tubuh dan pakaian (Kemenkes RI, 2011).
Water based penyakit yang ditularkan dengan cara ini memiliki
agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya dalam
tubuh vektor atau sebagai intermediat host yang hidup didalam air,
contohnya Schistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculus
medinensis. Badan air yang potensial terhadap berjangkitnya jenis
penyakit ini adalah badan air yang terdapat di alam, yang
berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari seperti menangkap
ikan, mandi, cuci dan sebagainya.
Water related insect vector agen penyakit ditularkan melalui
gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air. Air yang
103
merupakan salah satu unsur alam yang harus ada dalam lingkungan
manusia akan merupakan media yang baik bagi insekta untuk
berkembang biak. Contoh penyakit melalui cara ini adalah filariasis,
dengue, malaria, dan yellow fever (Prasoyo, 2004).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), dari
10 DAM, terdapat 3 DAM (30%) terdapat vektor dan binatang dan 7
DAM (70%) tidak terdapat vektor dan binatang.
V.2.15 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, penelitian masih menemukan berbagai
keterbatasan. Beberapa keterbatasan penelitian yang ada yaitu:
1. Keterbatasan waktu dan tenaga dari penulis
Masih banyak faktor-faktor lain misalnya jenis sumber air
baku, kualitas air baku (bakteriologi), sanitasi peralatan, higiene
karyawan, kualitas air minum secara bakteriologis (bakteri
coliform), kualitas air minum secara fisik (kekeruhan) yang dapat
disajikan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini. Namun
karena kemampuan penulis masih terbatas dalam hal waktu dan
tempat. Maka variabel bebas yang digunakan juga terbatas.
2. Keterbatasan melakukan pendekatan dengan responden
Peneliti tidak banyak memiliki waktu sehingga kurang
melakukan pendekatan. Penelitian ini merupakan penelitian yang
menggunakan analitik observasional dengan pendekatan cross
sectional, dimana dilakukan secara bersamaan. Desain tersebut
104
memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat menjelaskan hubungan
sebab akibat sehinggan penggalian informasi yang berhubungan
dengan aspek tempat pada depot air minum isi ulang di Kota
Pontianak ini tidak bisa dilakukan secara mendalam. Desain ini
hanya dapat menunjukkan gambaran saja (variabel tunggal)
diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti dengan
melihat hubungan antara dua variabel.
105
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan pada bab V, maka peneliti
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar lokasi depot air minum isi ulang sebanyak 52,2%
DAMIU terjadi sumber pencemaran dan penularan penyakit.
2. Sebagian besar bangunan depot air minum isi ulang sebanyak 65,2%
bangunannya kuat, 54,3% bangunannya aman, 76,1% bangunannya
mudah dibersihkan, 60,9% bangunannya mudah pemeliharaannya.
3. Sebagian besar lantai depot air minum isi ulang sebanyak 52,2% lantai
tidak kedap air, 87,0% permukaan lantai rata, 89,1% permukaan lantai
halus, 71,7% permukaan tidak licin, 82,6% permukaan tidak retak, 54,3%
permukaan tidak menyerap debu, 60,9% permukaan mudah dibersihkan,
dan 52,2% kemiringan cukup landai.
4. Sebagian besar dinding depot air minum isi ulang sebanyak 97,8%
lantai kedap air, 69,6% permukaan lantai tidak rata, 71,7% permukaan
lantai tidak halus, 71,7% permukaan licin, 84,8% permukaan tidak retak,
80,4% permukaan tidak menyerap debu dan permukaan mudah
dibersihkan, dan 97,8% warna dinding terang dan cerah.
5. Sebagian besar atap dan langit-langit depot air minum isi ulang
sebanyak 58,7% atap dan langit-langit kuat dan anti tikus, 63,0% atap
88
106
dan langit-langit mudah dibersihkan, 60,9% mudah menyerap debu,
56,5% permukaan tidak rata dan tidak berwarna terang, 78,3%
mempunyai ketinggian cukup.
6. Sebagian besar tata ruang depot air minum isi ulang sebanyak 56,5%
tidak ada ruang proses pengolahan, 58,7% memiliki ruang penyimpanan,
89,1% memiliki ruang pembagian/ penyediaan, 52,2% memiliki ruang
tunggu pengunjung/ konsumen.
7. Pencahayaan pada depot air minum isi ulang sebanyak 52,2%
pencahayaan cukup terang untuk bekerja (intensitas cahaya > 60 lux), tidak
menyilaukan (intensitas cahaya > 60 lux) dan tersebar secara merata
(intensitas cahaya > 60 lux).
8. Ventilasi pada depot air minum isi ulang sebanyak 54,3% menjamin
peredaran/ pertukaran udara dengan baik (>10% luas lantai).
9. Kelembaban pada depot air minum isi ulang sebanyak 60,9% dapat
memberikan mendukung kenyamanan dalam melakukan pekerjaan/aktivitas
(40%-70%).
10. Sebagian besar fasilitas sanitasi dasar depot air minum isi ulang
sebanyak 65,2% tidak memiliki akses kamar mandi dan jamban.
11. Sebagian besar pembuangan air limbah depot air minum isi ulang
sebanyak 52,2% terdapat saluran pembuangan air limbah yang alirannya
lancar dan tertutup.
12. Sebagian besar tempat sampah depot air minum isi ulang sebanyak
58,7% terdapat tempat sampah yang tertutup.
107
13. Sebagian besar tempat cuci tangan depot air minum isi ulang sebanyak
54,3% terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan
sabun.
14. Sebagian besar vektor dan binatang depot air minum isi ulang sebanyak
60,9% bebas dari tikus, lalat dan kecoa.
VI.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas maka pada akhir penulisan
skripsi ini peneliti akan memberikan beberapa saran yaitu, sebagai berikut:
VI.2.1 Bagi Dinas Kesehatan
1. Dinas Kesehatan Kota Pontianak seksi Kesehatan Lingkungan
dan Promosi Kesehatan diharapkan dapat memberikan pembinaan
atau penyuluhan secara rutin kepada pemilik Depot Air Minum
Isi Ulang mengenai higiene dan sanitasi DAMIU yang memenuhi
standar kesehatan.
2. Dinas Kesehatan agar menerapkan pemberian stiker depot sehat
terhadap seluruh DAMIU yang memenuhi syarat kesehatan
bakteriologis serta memberikan sanksi berupa peringatan secara
lisan dan tulisan terhadap DAMIU terutama DAMIU dengan
kualitas air minum yang tidak memenuhi syarat bakteriologis.
3. Pengadaan laboratorium pemeriksaan kualitas air minum di Kota
Pontianak sehinga pemeriksaan kualitas air DAMIU dapat
dilakukan lebih efektif dan efisien.
108
VI.2.2 Bagi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
1. Diharapkan lebih meningkatkan sosialisasi mengenai perizinan
kepada masyarakat.
2. Melakukan Pencabutan perizinan bagi DAMIU yang tidak
memenuhi syarat kesehatan.
VI.2.3 Bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Desperindag)
1. Melakukan monitoring secara rutin kepada depot air minum isi
ulang untuk melakukan infeksi sanitasi depot air minum 4
(empat) kali dalam 1 (satu) tahun.
2. Tindakan tegas perlu dilakukan bagi pengusaha DAMIU yang
tidak memenuhi syarat kesehatan yang bertujuan untuk
melindungi konsumen.
3. Pemerintah Kota Pontianak harus mempublikasikan hasil
pengawasan kualitas air minum minimal 1 (satu) kali setahun.
VI.2.4 Bagi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
1. Bagi pemilik depot disarankan agar memperhatikan bangunan
yang mulai retak, dan harus ditata sesuai standar.
2. Harus menyediakan tempat pembuangan sampah tertutup.
3. Membuat tempat pembuangan air limbah.
4. Sirkulasi udara harus ditata agar ruangan depot tidak panas.
5. Pencahayaan harus terang agar tidak menimbulkan bakteri.
6. Tempat depot air minum sebaiknya menyediakan tempat
pencucian tangan dan WC/ jamban.
109
VI.2.5 Bagi Masyarakat
1. Masyarakat harus teliti dalam memilih depot air minum isi ulang
untuk memenuhi kebutuhan air minum, sebaiknya masyarakat
memilih depot air minum yang memenuhi syarat kesehatan
dengan cara mencari informasi kepada instansi terkait.
2. Masyarakat diharapkan membeli air minum dari DAMIU yang
memenuhi syarat kesehatan dengan memperhatikan hasil uji
laboratorium atau tanda stiker depot sehat pada DAMIU.
3. Masyarakat diharapkan dapat menyampaikan laporan atau
keluhan atas pelayanan DAMIU dan atau meminta konfirmasi
tentang DAMIU yang laik higiene sanitasi kepada Dinas terkait.
VI.2.6 Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menyempurnakan dan
melanjutkan skripsi ini dengan cara meneliti lebih lanjut tentang
higiene sanitasi dan kualitas mikrobiologis air minum isi ulang atau
meneliti hubungan sanitasi lingkungan, personal higiene dengan
jumlah bakteri Escherichia coli pada depot air minum isi ulang.
110
DAFTAR PUSTAKA
Athena, Sukar, Hendro M., Anwar D. M., Haryono., 2004. Kandungan Bakteri
Total Coli dan Escherechia coli / Fecal coli Air Minum dari Depo Air Minum
Isi Ulang di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Buletin Penelitian Kesehatan.
Volume 32 Nomor 4 tahun 2004. Jakarta.
Astri, Rahmita,Iqbal R. 2009. Kualitas Air dan Kinerja Unit Pengolahan di
Instalasi Pengolahan Air Minum. ITB. Bandung.
Adriyani, 2015. Higiene sanitasi depot air minum isi ulang di kecamatan tanjung
redep kabupaten berau kalimantan timur. Skripsi. (tidak dipublikasikan).
Chandra, 2007. Kualitas Air Tanah Bebas Berdasarkan Satuan Permukiman Di
Kotamadya Surakarta. Surakarta.
Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
No.43 Tahun 2014 Tentang Hygiene Sanitasi Depot Air Minum. Jakarta.
Depkes RI, 2010. Permenkes No. 715/Menkes/SK/IV/2003, tentang higiene
sanitasi jasa boga. Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Pontianak. 2015. Profil Kesehatan Kota tahun 2015.
Pontianak: Dinkes Kota Pontianak.
Dinas Kesehatan Kota Pontianak. 2015. Data DAMIU tahun 2015 dan 2016.
Pontianak: Dinkes Kota Pontianak.
Entjang, 2003. Hygiene Sanitasi Dan Jumlah Coliform Air Minum. Press Pakar
Raya Pustaka. Klaten
Indirawati, 2009. Manajemen Pengawasan dan Kondisi Higiene Sanitasi.
Yogyakarta.
Kemenkes RI, 2011. Panduan Pelaksanaan Kegiatan Surveilans Kualitas Air
Minum dan Sanitasi Dasar, Dirjen P2PL. Jakarta.
Kemenkes RI, 2014. Permenkes RI Nomor 43 tahun 2014 tentang Higiene
Sanitasi Depot Air Minum.
Mukono HJ. 2011. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga
University Press.
Margareth, 2015. Gambaran kualitas air di Depot Air Minum Isi Ulang di
kecamatan Ranoyapo. Skripsi. (tidak dipublikasikan).
93
111
Notoatmodjo, 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rhineka
Cipta. Jakarta.
Natalia LA. 2014. Aspek Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di
Kabupaten Blora Melalui Metode Most Probable Number. (Skripsi).
Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Prasoyo, 2004. Pedoman Persyaratan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot
Air Minum. Jakarta.
Prihartini, 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Trans Info Media,
Jakarta.
Purba, 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum. Gosyen Publishing. Yogyakarta.
Suriadi, 2016. Hubungan Hygiene Sanitasi dengan Kualitas Bakteriologis Depot
Air Minum (DAM) di Kabupaten Balangan. Fakultas Kesehatam Masyarakat.
Unlam. Skripsi. (tidak dipublikasikan).
Setiawan Wahyu Galih, 2007. Gambaran sanitasi depot air minum isi ulang dan
kandungan bakteriologis air minum isi ulang di Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember. Skripsi. (tidak dipublikasikan).
Santoso, dkk, 2012. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: Penerbit UMM press.
Suriawiria, 2011. Kualitas Fisik dan Kimia Air Pam di Jakarta, Bogor,
Tangerang, Bekasi. Media Litbang Kesehatan Volume XIV. Jakarta.
Slamet, 2004. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada. Universitas Press.
Yogyakarta.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D. Alfabeta.
Bandung.
Sutrisno, 2002, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta: Rineka Cipta.
Shyamala R. 2008. Physicochemical Analysis of Borewell Water Samples of
Telungu palayam Area in Coimbatore District, Tamilnadu, India. E-Journal
of Chemistry. (4):942-929.
Tim Penyusun. 2008. Buku Pedoman Tugas Akhir Karya Ilmiah. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammdiyah Pontianak. Pontianak.
Widyati, 2010. Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Pengolahan Buangan Secara
Biologis. Bandung.
112
WHO. 2008. Guidelines for drinking-water quality third edition. Geneva. WHO
Press: