studi sanitasi berdasarkan aspek tempat pada depot air

112
1 STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA PONTIANAK SKRIPSI Oleh : DONI WAHYUDI NIM : 091510511 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK TAHUN 2017

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

1

STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT

PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG

DI KOTA PONTIANAK

SKRIPSI

Oleh :

DONI WAHYUDI

NIM : 091510511

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

TAHUN 2017

Page 2: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

2

STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT

PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG

DI KOTA PONTIANAK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Menjadi

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M)

Oleh :

DONI WAHYUDI

NIM : 091510511

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

TAHUN 2017

Page 3: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

3

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:

“STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT

AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA PONTIANAK”.

Yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan program studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Jenjang Pendidikan Strata 1, bukan

merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau

pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak maupun di Perguruan Tinggi

atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan

sebagaimana mestinya.

Pontianak, 27 Februari 2017

DONI WAHYUDI

NIM : 091510511

Materai

6000

Page 4: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

4

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M)

Pada Tanggal 27 Februari 2017

Dewan Penguji :

1. Rochmawati, S.K.M., M. Kes : _______________

2. Tedy Dian Pradana, S.K.M., M. Kes : _______________

3. Selviana, S.K.M., M.P.H : _______________

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

DEKAN

(Dr. Linda Suwarni, S.K.M., M.Kes)

NIDN. 1125058301

Page 5: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

5

Pembimbing 1

(Rochmawati, S.K.M., M.Kes)

NIDN. 1112077901

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M)

Peminatan Kesehatan Lingkungan

Oleh :

DONI WAHYUDI

NIM : 091510511

Pontianak, 27 Februari 2017

Mengetahui,

Pembimbing 2

(Tedy Dian Pradana, S.K.M., M.Kes)

NIDN. 1103018601

Page 6: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

6

MOTTO dan PERSEMBAHAN

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha

Penyayang Segala Puji Bagi Allah Tuhan Semesta Alam

Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang

Yang Menguasai Hari Pembalasan

Hanya Kepada Engkau-Lah Kami Menyembah Dan hanya kepada

engkau-lah kami mohon pertolongan

Tunjukilah Kami Jalan Yang Lurus

Yaitu Jalan Orang-Orang Yang Telah Engkau Anugerahkan Nikmat

Kepada Mereka; Bukan Jalan Mereka Yang Dimurkai Dan Bukan Pula

Jalan Mereka Yang Sesat

(Al-Fatihah 1-7)

Ku Mulai Karyaku Yang Jauh Dari Kesempurnaan Ini

Dengan Menulis Terjemahan Tujuh Ayat Pembuka Al-

Quran Yang Ku Kutip Dari Kitab Kumpulan Ayat-Ayat

Indah Penyejuk Hati Karya Rabb-Ku Tujuh Ayat Yang

Selalu Ku Ucapkan Ketika Aku Bermunajat Kepada-Nya

Sungguh Segala Kesempurnaan Hanya Milik

Allah SWT

Kupersembahkan Kepada Orang Tuaku, Sahabat – Sahabat ku serta

Orang – Orang yang Kusayangi yang Selalu Memberikan Motivasi.

Page 7: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

7

Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan

Lingkungan Universitas Muhammadiyah Pontianak

(Tahun 2009 – 2016).

BIODATA PENULIS:

Nama : Doni Wahyudi

Tempat, Tanggal Lahir : Tayan, 13 Oktober 1991

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Ayah : Ishak Yanto

Ibu : Ida Nursanti

Alamat : Jln. Ampera Gang. Putri Bungsu

JENJANG PENDIDIKAN:

1. SD : SDN 3 Tayan Hilir, Tahun 1999 – 2004

2. SMP : SMPN 1 Tayan Hilir, Tahun 2004 – 2006

3. SMU : SMUN 1 Tayan Hilir, Tahun 2007 - 2009

4. Pendidikan S-1 :

Page 8: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

8

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji Syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul ”STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK

TEMPAT PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA

PONTIANAK” tepat pada waktunya.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam rangkaian kegiatan

penyusunan skripsi ini, tidak dapat melaksanakan sesuai dengan rencana apabila

tidak didukung oleh berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini tidak lupa

saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Helman Fachri, SE, MM selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Pontianak.

2. Ibu Dr. Linda Suwarni, S.K.M, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Pontianak.

3. Ibu Rochmawati, S.K.M, M.Kes selaku pembimbing utama yang penuh

dengan kesabaran bersedia meluangkan waktu dalam bimbingan.

4. Bapak Tedy Dian Pradana, S.K.M., M.Kes selaku pembimbing II yang telah

memberikan saran-saran berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Selviana, S.K.M., M.P.H selaku penguji utama yang telah memberikan

saran-saran berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh staf dan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah membantu

kelancaran penyelesaian pendidikan di Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.

7. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi

ini.

8. Rekan-rekan semua, terima kasih atas bantuan, persahabatan dan dukungannya

selama ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk

persahabatan kita.

Page 9: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

9

Pontianak, 27 Februari 2017

Peneliti

Peneliti telah berusaha seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini, namun peneliti menyadari masih terdapat kekurangan baik

dari segi isi maupun penulisan. Untuk itu peneliti mengharapkan saran serta

masukan yang membangun dari berbagai pihak demi perbaikan skripsi ini. Akhir

kata peneliti berharap semoga skripsi ini dapat digunakan sebagaimana mestinya

dan dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya serta pembaca pada umumnya.

Page 10: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

10

ABSTRAK FAKULTAS ILMU KESEHATAN

SKRIPSI, 27 FEBRUARI 2017

DONI WAHYUDI

STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

MINUM ISI ULANG DI KOTA PONTIANAK

xvii + 95 Halaman + 15 Tabel + 6 Gambar + 8 Lampiran

Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) adalah usaha industri yang

melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung

kepada konsumen. Dalam hal ini persyaratan higiene sanitasi dalam pengelolaan

air minum paling sedikit memiliki aspek tempat, peralatan dan penjamah.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pontianak tahun 2016 dari bulan januari

sampai dengan oktober jumlah DAMIU telah mancapai 51 DAMIU yang tersebar

di 6 Kecamatan dan Kota.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui studi sanitasi berdasarkan aspek

tempat pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Pontianak. Desain dalam

penelitian ini adalah observasional. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 46

DAMIU. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi

dan pengukuran. Teknik analisa data dengan analisa univariat.

Berdasarkan hasil penelitian DAMIU dilihat dari aspek tempat sebanyak

52,2% bebas dari pencemaran dan penularan penyakit, sebanyak 65,2%

bangunannya kuat, sebanyak 52,2% lantai tidak kedap air, sebanyak 97,8% lantai

kedap air, sebanyak 58,7% atap dan langit-langit kuat dan anti tikus, sebanyak

56,5% tidak ada ruang proses pengolahan, pencahayaan sebanyak 52,2% memenuhi

syarat, ventilasi sebanyak 54,3% memenuhi syarat, kelembaban sebanyak 60,9%

memenuhi syarat, sebanyak 65,2% tidak memiliki akses kamar mandi dan jamban,

sebanyak 52,2% terdapat saluran pembuangan air limbah yang alirannya lancar

dan tertutup, sebanyak 58,7% terdapat tempat sampah yang tertutup, sebanyak

54,3% terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan sabun,

sebanyak 60,9% bebas dari tikus, lalat dan kecoa.

Bagi pemilik DAMIU disarankan harus menyediakan tempat pembuangan

sampah tertutup, membuat tempat pembuangan air limbah, sirkulasi udara harus

ditata agar ruangan depot tidak panas, pencahayaan harus terang agar tidak

menimbulkan bakteri, dan tempat depot air minum sebaiknya menyediakan

tempat pencucian tangan dan WC/ jamban.

Kata Kunci : Aspek Tempat, Depot Air Minum Isi Ulang

Pustaka : 31 (2010–2016)

Page 11: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

11

ABSTRACT

FACULTY OF HEALTH SCIENCE

THESIS, 27 FEBRUARY 2017

DONI WAHYUDI

STUDY ON SANITATION ASPECTS OF THE DEPOT IN DRINKING

WATER CONTENT IN PONTIANAK

xvii + 95 Pages + 15 Tables + 6 Pictures + 8 Appendies

Depot Water Refill (DAMIU) is a industrial enterprises that perform

processing raw water into drinking water and sell directly to consumers. In this

case the requirements of hygiene and sanitation in the management of drinking

water has at least the aspects of premises, equipment and handlers. Based on data

from Pontianak City Health Department from January 2016 until October number

DAMIU have mancapai 51 DAMIU spread over 6 District and the City.

The purpose of this study to determine the sanitation study based on the

aspect of a Drinking Water Depot Refill in Pontianak. Design of this research is

observational. The sample size in this study was 46 DAMIU. Data collection

techniques used were interviews, observation and measurement. Data analysis by

univariate analysis.

Based on the research results DAMIU seen from the aspect of a 52.2% free

of contamination and disease transmission, as many as 65.2% of the building a

strong, 52.2% of the floor was not watertight, as much as 97.8% water-resistant

flooring, as many as 58, 7% of the roof and ceiling stronger anti rats, as much as

56.5% no room processing, lighting as much as 52.2% qualified, ventilation as

much as 54.3% qualified, humidity as much as 60.9% qualified, as much as 65.2%

do not have access to showers and latrines, there are 52.2% of sewerage that flow

is smooth and closed, as many as 58.7% are covered containers, as many as 54.3%

are hand basins that equipped with running water and soap, as much as 60.9% free

of rats, flies and cockroaches.

For owners DAMIU suggested should provide landfills closed, making the

waste water disposal, air circulation must be arranged so that the room depot no

heat, lighting should be bright so as not to cause the bacteria, and the drinking

water depots should provide handwashing and toilet / latrine.

Key Words : Aspects place, Depot Water Refill

Reference : 31 (2010–2016)

Page 12: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

12

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv

BIODATA PENULIS ...................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

ABSTRAK ....................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

I.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5

I.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

I.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

I.4 Keaslian Penelitian ..................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi Depot Air Minum .................. 9

II.2 Depot Air Minum........................................................................ 15

II.3 Pengertian Air Minum................................................................ 22

II.4 Kerangka Teori .......................................................................... 26

BAB III KERANGKA KONSEP

III.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 27

III.2 Variabel Penelitian ................................................................... 28

III.3 Definisi Operasional................................................................. 28

Halaman

Page 13: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

13

BAB IV METODE PENELITIAN

IV.1 Desain Penelitian ..................................................................... 30

IV.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 30

IV.3 Populasi dan Sampel ................................................................ 31

IV.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ............................... 33

IV.5 Teknik Pengolahan dan Penyajian Data .................................. 34

IV.6 Teknik dan Analisa Data .......................................................... 36

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Hasil ........................................................................................... 37

V.2 Pembahasan ................................................................................ 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan ............................................................................... 88

VI.2 Saran ......................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93

LAMPIRAN

Page 14: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

14

DAFTAR TABEL

Tabel III.1. Definisi Operasional .....................................................................

Tabel V.1. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Sumber

Pencemaran dan penularan penyakit Aspek Tempat Pada Depot Air

Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kota Pontianak..............................

Tabel V.2. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Bangunan

Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak...........................................................................

Tabel V.3. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Lantai Aspek

Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak...........................................................................

Tabel V.4. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Dinding Aspek

Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak..............................................................................

Tabel V.5. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Atap dan

Langit-Langit Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang

(DAMIU) di Kota Pontianak...........................................................

Tabel V.6. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Tata Ruang

Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak.............................................................................

Tabel V.7. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Pencahayaan

Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak.............................................................................

Tabel V.8. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Ventilasi

Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak.............................................................................

Tabel V.9. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Kelembaban

Udara Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak..............................................................................

Tabel V.10. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Fasilitas

Sanitasi Dasar Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang

(DAMIU) di Kota Pontianak.............................................................

Halaman

28

45

46

47

48

49

50

50

51

52

52

Page 15: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

15

Tabel V.11. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Pembuangan

Air Limbah Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang

(DAMIU) di Kota Pontianak............................................................

Tabel V.12. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Tempat

Sampah Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak..............................................................................

Tabel V.13. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Tempat Cuci

Tangan Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak...............................................................................

Tabel V.14. Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Vektor dan

Binatang Aspek Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak................................................................................

53

53

54

54

Page 16: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

16

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Kerangka Teori ..........................................................................

Gambar III.1. Kerangka Konsep Penelitian .....................................................

Gambar V.1. Peta wilayah Kota Pontianak .....................................................

Gambar V.2. Proses Pengolahan DAMIU ......................................................

Gambar V.3. Alur Proses Penelitian ...............................................................

Gambar V.4. Planning Of Action ....................................................................

Halaman

26

27

39

41

44

45

Page 17: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Kesehatan

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan

Lampiran 5 : Nama Depot Air Minum di Kota Pontianak

Lampiran 6 : Rekapitulasi Data Kuesioner

Lampiran 7 : Analisa Per Item dari Pertanyaan Kuesioner

Lampiran 8 : Foto-Foto atau Dokumentasi

Page 18: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

18

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.

Sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak

seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa air minum.

(Chandra 2007). Kurang Lebih setengah penduduk dinegara berkembang

menderita satu atau lebih dari enam penyakit utama berkaitan dengan kualitas

air minum dan sanitasi (Notoatmodjo, 2011).

Kebutuhan penduduk terhadap air minum dapat dipenuhi melalui air

yang dilayani oleh sistem perpipaan (PAM), air minum dalam kemasan

(AMDK) maupun Depot air Minum. Kecenderuangan penduduk untuk

mengkonsumsi air minum siap pakai demikian besar, sehingga usaha

pengisian air minum tumbuh subur dimana-mana yang perlu diawasi, dibina,

dan diawasi kualitasnya agar selalu aman dan sehat untuk dikonsumsi

masyarakat (Permenkes RI, 2014).

Beberapa data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa

volume kebutuhan air bersih bagi penduduk rata-rata di dunia berbeda. Di

negara maju, air yang dibutuhkan adalah lebih kurang 500 liter seorang tiap

hari (lt/or/hr), sedangkan di Indonesia (Kota besar) sebanyak 200-400 lt/or/hr

dan di daerah pedesaan hanya 60 lt/or/hr (Sutrisno, 2002).

1

Page 19: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

19

Permenkes RI No. 43 Tahun 2014 yang mengatur higiene sanitasi depot

air minum menyebutkan bahwa yang dimaksud air minum adalah air yang

melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi

syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum yang aman bagi

kesehatan adalah yang memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi

dan radioaktif.

Berdasarkan Riskesdas 2010 sebanyak 32,5% rumah tangga Indonesia

memiliki air minum yang kualitasnya kurang baik (Santoso, dkk). Oleh

karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk masak) air harus

mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit

bagi manusia

Dalam hal ini persyaratan higiene sanitasi dalam pengelolaan air minum

paling sedikit memiliki aspek tempat, peralatan dan penjamah. Dari segi

aspek tempat yang perlu diperhatikan yaitu lokasi, bangunan, lantai, dinding,

atap dan langit-langit, tata ruang, pencahayaan, ventilasi, kelembaban,

fasilitas sanitasi dasar, pembuangan air limbah, tempat sampah, tempat cuci

tangan, vektor dan binatang (Permenkes RI, 2014).

Pemilik depot air minum harus mengetahui higiene sanitasi depot air

minum, hal ini diperlukan agar pemilik depot air minum dapat lebih

memahami dan menerapkan cara produksi yang baik, sehingga masyarakat

tidak dirugikan oleh beredarnya air minum dari depot air minum yang tidak

memenuhi persyaratan kesehatan. Pemilik juga harus melakukan pengawasan

terhadap higiene sanitasi pada setiap tahap-tahap yang dianggap kritis

Page 20: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

20

sehingga dapat terjamin keamanan dan kelayakan air minum untuk

dikonsumsi (Purba, 2011).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pontianak tahun 2015, jumlah

depot air minum isi ulang (DAMIU) telah mencapai 55 DAMIU sedangkan di

tahun 2016 dari bulan januari sampai dengan oktober jumlah DAMIU telah

mancapai 51 DAMIU yang tersebar di 6 Kecamatan dan Kota. Masyarakat

sebagai konsumen berhak mendapatkan jaminan keamanan dan kesehatan

dari segi aspek tempat, aspek peralatan maupun pada aspek penjamah

pengolahan air minum. Sumber air baku yang dipergunakan depot air minum

di Kota Pontianak 100% menggunakan air gunung dengan rincian: dari

Anjungan 77,2%, dari Paniraman 12,3% dan dari Sungai Purun 10,5%.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan jumlah depot air minum isi

ulang di Kecamatan Pontianak Tenggara sebanyak 9 depot dengan jumlah

penjualan setiap harinya rata-rata 20-40 galon pada konsumen dari segi aspek

tempat masih belum memenuhi syarat sesuai dengan standar Permenkes RI

No. 43 Tahun 2014.

Hasil penelitian Natalia (2014), menyatakan kondisi atap dan langit-

langit bangunan DAMIU adalah kuat, menutup sempurna, tidak ada yang

bocor, permukaan rata, berwarna terang dan mudah dibersihkan. Kondisi

pintu bangunan DAMIU 100% memenuhi syarat dengan kondisi pintu yang

terbuat dari kaca, tidak melepaskan zat racun, permukaan halus, rata dan

transparan, mudah dibersihkan dan dalam keadaan bersih. Kondisi sekat

pemisah antara ruang pengisian dan ruang pencucian galon juga semuanya

Page 21: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

21

memenuhi syarat, keseluruhannya terbuat dari kaca, kedap air, kuat, tidak

dapat dimasuki serangga dan tikus, permukaan rata, halus, mudah dibersihkan

dan dalam kondisi bersih.

Berdasarkan hasil penelitian Adriyani (2015), menyatakan bahwa

sebanyak 33,3% bangunan DAMIU yang lantainya tidak dalam keadaan

bersih dan berdebu. Begitu pula dengan keadaan dindingnya, semua dinding

terbuat dari bahan kedap air, permukaan rata, mudah dibersihkan dan

berwarna cerah. Namun terdapat 33,3% bangunan DAMIU yang dindingnya

kotor dan berdebu di kecamatan tanjung redep Kabupaten Berau Kalimantan

Timur.

Berdasarkan hasil wawancara awal dengan petugas Dinas Kesehatan

Kota Pontianak masih banyak depot air minum isi ulang di Kota Pontianak

yang tidak melakukan pelaksanaan higiene sanitasi dari segi aspek tempat

seperti pencahayaan yang kurang, ventilasinya kurang baik, kelembaban

udara di dalam ruangan kurang baik, dan masih adanya vektor dan binatang

pembawa penyakit. Kurangnya kesadaran pemilik depot air minum

dikarenakan masih memikirkan keuntungan saja tanpa melihat kebersihan

higiene sanitasinya. Peranan air minum isi ulang semakin besar, hal ini

terlihat dengan semakin bertambahnya jumlah air minum isi ulang dimana-

mana. Maka persaingan sesama perusahaan air minum isi ulang semakin

tajam. Keterkaitan antara jumlah DAMIU di Kota Pontianak yang terus

meningkat, dengan persaingan bisnis antara DAMIU, membuat kecurigaan

Page 22: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

22

DAMIU di Kota Pontianak tidak memperdulikan penerapatan Higiene dan

Sanitasi pada aspek tempat.

Oleh karena itu, untuk mengetahui penerapatan Sanitasi air minum isi

ulang, perlu dilakukan kajian Studi Sanitasi berdasarkan Aspek Tempat Pada

Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Pontianak.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

mengetahui bagaimana studi sanitasi berdasarkan aspek tempat pada Depot

Air Minum Isi Ulang di Kota Pontianak ?

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui studi sanitasi berdasarkan aspek tempat pada

Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Pontianak.

I.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran lokasi pada Depot Air Minum Isi Ulang di

Kota Pontianak.

2. Mengetahui gambaran bangunan pada Depot Air Minum Isi Ulang

di Kota Pontianak.

3. Mengetahui gambaran lantai pada Depot Air Minum Isi Ulang di

Kota Pontianak.

4. Mengetahui gambaran dinding pada Depot Air Minum Isi Ulang di

Kota Pontianak.

Page 23: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

23

5. Mengetahui gambaran atap dan langit-langit pada Depot Air

Minum Isi Ulang di Kota Pontianak.

6. Mengetahui gambaran tata ruang pada Depot Air Minum Isi Ulang

di Kota Pontianak.

7. Mengetahui gambaran pencahayaan pada Depot Air Minum Isi

Ulang di Kota Pontianak.

8. Mengetahui gambaran ventilasi pada Depot Air Minum Isi Ulang

di Kota Pontianak.

9. Mengetahui gambaran kelembaban pada Depot Air Minum Isi

Ulang di Kota Pontianak.

10. Mengetahui gambaran fasilitas sanitasi dasar pada Depot Air

Minum Isi Ulang di Kota Pontianak.

11. Mengetahui gambaran pembuangan air limbah pada Depot Air

Minum Isi Ulang di Kota Pontianak.

12. Mengetahui gambaran tempat sampah pada Depot Air Minum Isi

Ulang di Kota Pontianak.

13. Mengetahui gambaran tempat cuci tangan pada Depot Air Minum

Isi Ulang di Kota Pontianak.

14. Mengetahui gambaran vektor dan binatang pada Depot Air Minum

Isi Ulang di Kota Pontianak.

Page 24: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

24

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Bagi Dinas Kesehatan

1. Menjadi masukan sebagai bahan evaluasi, perencanaan program,

dan sebagai dasar untuk pengambilan berbagai kebijakan yang

efektif dan efisien untuk memberikan perlindungan terhadap

konsumen air minum isi ulang di wilayah Kota Pontianak.

2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah melalui Dinas

Kesehatan dalam pengawasan kesehatan pada depot air minum Isi

ulang.

I.4.2 Bagi Pengusaha Air Minum

1. Sebagai bahan masukan bagi pengusaha air minum untuk

peningkatan kualitas dan pelayanan produknya agar aman

dikonsumsi oleh masyarakat.

2. Menambah informasi bagi pengelola depot air minum isi ulang

pentingnya menerapkan higiene sanitasi pada depot air minum serta

menjaga kualitas produk air minum yang memenuhi syarat

kesehatan.

I.4.3 Bagi Fakultas

Sebagai dasar untuk memberikan pertimbangan pada pihak yang

berwenang untuk menangani masalah kesehatan yang ditimbulkan

studi sanitasi berdasarkan aspek tempat pada Depot Air Minum Isi

Ulang di Kota Pontianak.

Page 25: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

25

I.4.4 Bagi Masyarakat

Sebagai dasar untuk memberikan advokasi tentang sanitasi

berdasarkan aspek tempat pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kota

Pontianak.

I.4.5 Bagi Peneliti

1. Menambah pengetahuan mengenai gambaran kualitas air minum isi

ulang yang telah memenuhi persyaratan di wilayah Kota Pontianak.

2. Sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya.

I.5 Keaslian Penelitian

N

O

Nama Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan

I II III IV V VI 1 Athena

(2004)

Penerapan

Higiene Sanitasi

Depot Air

Minum Isi

Ulang

(DAMIU) di

wilayah kerja

Puskesmas

Kampai Tabu

Karambia Kota

Solok

Survei

analitik

dengan

rancanga

n Cross

Sectinal

Study

Depot air minum isi

ulang di wilayah kerja

Puskesmas Kampai Tabu

Karambia Kota Solok

dari segi aspek peralatan

70% telah memenuhi

syarat namun masih ada

beberapa yang belum

memenuhi syarat seperti

pada aspek tempat 28,9%

belum memenuhi syarat

dan aspek Higiene

Sanitasi 20,7% belum

memenuhi syarat.

Penelitian

ini sama-

sama fokus

terhadap

aspek tempat

DAMIU

yang diteliti.

Penelitian ini lebih

fokus terhadap

Penerapan Higiene

dan Sanitasi

keseluruhan pada

DAMIU sedangkan

penelitian yang saya

lakukan lebih fokus

ke studi sanitasi

berdasarkan aspek

tempat saja pada

DAMIU.

2 Prasoyo

(2004)

Hubungan

Persyaratan

Higiene dan

Sanitasi pada

Depot Air

Minum Se-

Jabotabek

Survei

analitik

dengan

rancanga

n Cross

Sectinal

Study

bahwa dari 20 depot air

minum di Jabotabek

yang menjadi sampel,

sekitar 2% air minum isi

ulang belum memenuhi

syarat dari segi aspek

tempat, 11% air minum

isi ulang belum

memenuhi syarat dari

segi aspek peralatan dan

6% air minum isi ulang

belum memenuhi syarat

dari segi aspek

penjamah.

Penelitian

ini sama-

sama

terfokus

pada Aspek

Tempat

Depot Air

Minum Isi

Ulang

Penelitian ini

cenderung pada

kebersihan Higiene

dan Sanitasi pada

peralatan, penjamah

dan tempat

pengelolaan air

minum isi ulang

sedangkan penelitian

yang saya lakukan

lebih fokus ke studi

sanitasi berdasarkan

aspek tempat saja

pada DAMIU.

Page 26: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi Depot Air Minum

II.1.1 Higiene dan Sanitasi Depot Air Minum

Higiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang

menitikberatkan pada usaha kesehatan perorangan atau manusia

beserta lingkungan tempat orang tersebut berada (Widyati, 2010).

Menurut Widyati (2010), sanitasi adalah suatu pencegahan penyakit

yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan

hidup manusia.

Higiene sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk

mengendalikan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya

pencemaran air minum, penjamah, tempat dan perlengkapannya yang

dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan

kesehatan lainnya (Indirawati, 2009).

II.1.2 Sanitasi

Sanitasi adalah upaya kesehatan yang mengurangi atau

menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya

pencemaran terhadap air minum dan sarana yang digunakan untuk

proses pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum. Sanitasi

berdasarkan aspek tempat pada depot air minum meliputi (Permnekes

RI, 2014) :

9

Page 27: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

27

1. Lokasi

a. Lokasi depot air minum harus berada pada daerah yang bebas

dari pencemaran lingkungan.

b. Tidak pada daerah yang tergenang air dan rawa, tempat

pembuangan kotoran dan sampah, penumpukan barang-barang

bekas atau bahan berbahya dan beracun (B3) dan daerah lain

yang diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap air.

2. Bangunan

a. Bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah

pemeliharaannya.

b. Tata ruang Depot Air Minum paling sedikit terdiri dari :

a) Ruangan proses pengolahan.

b) Ruangan tempat penyimpanan.

c) Ruangan tempat pembagian/penyediaan.

d) Ruang tunggu pengunjung

3. Lantai Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Bahan kedap air.

b. Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu

dan mudah dibersihkan.

c. Kemiringannya cukup untuk memudahkan pembersihan.

d. Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu.

Page 28: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

28

4. Dinding Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Bahan kedap air.

b. Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah

dibersihkan.

c. Warna dinding terang dan cerah.

d. Selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari

pakaian tergantung.

5. Atas dan langit-langit

a. Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan

terhadap air dan tidak bocor.

b. Konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof).

c. Bahan langit-langit, mudah dibersihkan dan tidak menyerap

debu.

d. Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang.

e. Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai.

6. Tata ruang

a. Bahan pintu harus kuat, tahan lama.

b. Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan.

c. Pemasangannya rapi sehingga dapat menutup dengan baik.

7. Pencahayaan

Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran

cahaya dengan minimal 10-20 foot candle atau 100-200 lux.

Page 29: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

29

8. Ventilasi

Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur ventilasi

yang dapat menjaga suhu yang nyaman dengan cara :

a. Menjamin terjadi peredaran udara yang baik.

b. Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum.

c. Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan.

9. Kelembaban

Banyaknya konsentrasi uap air yang ada di udara dalam

rumah.

10. Fasilitas Sanitasi Dasar

Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap

fasilitas sanitasi.

11. Pembuangan Air Limbah

Sanitasi yang dilengkapi dengan saluran limbah.

12. Tempat Sampah

Tempat sampah yang memenuhi persyaratan depot air minum.

13. Tempat cuci tangan

Sanitasi yang dilengkapi dengan sabun pembersih.

14. Ventor dan Binatang

Bebas dari tikus, lalat dan kecoa binatang pembawa penyakit

Page 30: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

30

II.1.3 Persyaratan Higiene Sanitasi dalam pengelolaan Air Minum paling

sedikit meliputi aspek:

1. Tempat

2. Peralatan, dan

3. Penjamah.

1) Aspek tempat meliputi :

a. lokasi berada di daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan

dan penularan penyakit;

b. bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan, dan mudah

pemeliharaannya;

c. lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak,

tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta kemiringan

cukup landai untuk memudahkan pembersihan dan tidak terjadi

genangan air;

d. dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak,

tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta warna yang

terang dan cerah;

e. atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus, mudah dibersihkan,

tidak menyerap debu, permukaan rata, dan berwarna terang,

serta mempunyai ketinggian yang memungkinkan adanya

pertukaran udara yang cukup atau lebih tinggi dari ukuran

tandon air;

Page 31: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

31

f. memiliki pintu dari bahan yang kuat dan tahan lama, berwarna

terang, mudah dibersihkan, dan berfungsi dengan baik;

g. pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan dan

tersebar secara merata;

h. ventilasi harus dapat memberikan ruang pertukaran/peredaran

udara dengan baik;

i. kelembaban udara dapat mendukung kenyamanan dalam

melakukan pekerjaan/aktivitas;

j. memiliki akses fasilitas sanitasi dasar, seperti jamban, saluran

pembuangan air limbah yang alirannya lancar dan tertutup,

tempat sampah yang tertutup serta tempat cuci tangan yang

dilengkapi air mengalir dan sabun; dan

k. bebas dari vektor dan binatang pembawa penyakit seperti lalat,

tikus dan kecoa.

2) Aspek peralatan meliputi:

a. peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain pipa

pengisian air baku, tandon air baku, pompa penghisap dan

penyedot, filter, mikrofilter, wadah/galon air baku atau Air

Minum, kran pengisian Air Minum, kran pencucian/pembilasan

wadah/galon, kran penghubung, dan peralatan desinfeksi harus

terbuat dari bahan tara pangan (food grade) atau tidak

menimbulkan racun, tidak menyerap bau dan rasa, tahan karat,

tahan pencucian dan tahan disinfeksi ulang.

Page 32: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

32

b. mikrofilter dan desinfektor tidak kadaluarsa;

c. tandon air baku harus tertutup dan terlindung;

d. wadah/galon untuk air baku atau Air Minum sebelum dilakukan

pengisian harus dibersihkan dengan cara dibilas terlebih dahulu

dengan air produksi paling sedikit selama 10 (sepuluh) detik dan

setelah pengisian diberi tutup yang bersih; dan

e. wadah/galon yang telah diisi Air Minum harus langsung

diberikan kepada konsumen dan tidak boleh disimpan pada

DAM lebih dari 1x24 jam.

3) Aspek Penjamah meliputi:

a. sehat dan bebas dari penyakit menular serta tidak menjadi

pembawa kuman patogen (carrier); dan

b. berperilaku higienis dan saniter setiap melayani konsumen,

antara lain selalu mencuci tangan dengan sabun dan air yang

mengalir setiap melayani konsumen, menggunakan pakaian

kerja yang bersih dan rapi, dan tidak merokok setiap melayani

konsumen.

II.2 Depot Air Minum

II.2.1 Pengertian Depot Air Minum

Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses

pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada

konsumen. Proses pengolahan air pada depot air minum pada

prinsipnya adalah filtrasi (penyaringan) dan desinfeksi. Proses filtrasi

Page 33: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

33

dimaksudkan selain untuk memisahkan kontaminan tersuspensi juga

memisahkan campuran yang berbentuk koloid termasuk

mikroorganisme dari dalam air, sedangkan desinfeksi dimaksudkan

untuk membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring pada proses

sebelumnya (Athena, 2004).

II.2.2 Peralatan Depot Air Minum

Alat-alat yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air

minum pada depot air minum isi ulang adalah :

1. Storage

Tank Storage Tank berguna untuk penampungan air baku yang

dapat menampung air sebanyak 3000 liter.

2. Stainless Water Pump

Stainless Water Pump berguna untuk memompa air baku dari

tempat storage tank ke dalam tabung filter.

3. Tabung Filter

Tabung filter mempunyai tiga fungsi, yaitu :

a. Tabung yang pertama adalah active sand media filter untuk

menyaring patikel-partikel yang kasar dengan bahan dari pasir

atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama.

b. Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk

untuk menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal

dan efisien.

Page 34: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

34

c. Tabung yang ketiga adalah granular active carbon media filter

merupakan karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu,

rasa, warna sisa khlor dan bahan organik.

4. Micro Filter

Saringan air yang terbuat dari polyprophylene fiber yang

gunanya untuk menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron,

5 mikron, 1 mikron dan 0,4 mikron dengan maksud untuk

memenuhi persyaratan air minum.

5. Flow Meter

Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir ke

dalam galon isi ulang.

6. Lampu ultraviolet dan ozon

Lampu ultraviolet atau ozon digunakan untuk

desinfeksi/sterilisasi pada air yang telah diolah.

7. Galon isi ulang

Galon isi ulang digunakan sebagai tempat atau wadah untuk

menampung atau menyimpan air minum di dalamnya. Pengisian

wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta

dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.

II.2.3 Proses Produksi Depot Air Minum

Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor

651/MPP/Kep/l0/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum

Page 35: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

35

dan Perdagangannya, urutan proses produksi air minum di depot air

minum adalah sebagai berikut (Indirawati, 2009) :

1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung

Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan

menggunakan tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau

tangki penampung (reservoir). Bak penampung harus dibuat dari

bahan tara pangan (food grade), harus bebas dari bahan-bahan yang

dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai

persyaratan yang terdiri atas :

a. Khusus digunakan untuk air minum

b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman

c. Harus mempunyai manhole

d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran

e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku

harus diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan

dilindungi dari kemungkinan kontaminasi.

Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari

bahan tara pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang

dapat mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan,

disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga)

bulan sekali (Kemenkes RI, 2014).

Page 36: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

36

2. Penyaringan bertahap terdiri dari :

a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif

dengan fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah

menyaring partikel-partikel yang kasar. Bahan yang dipakai

adalah butir-butir silica (SiO2 ) minimal 80%.

b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok

kelapa berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor

dan bahan organik. Daya serap terhadap Iodine minimal 75%.

c. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus

berukuran maksimal 10 (sepuluh) micron.

3. Desinfeksi

Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman patogen. Proses

desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam

tangki atau alat pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon

minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar

antara 0,06 - 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan

ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV)

dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan 25370 A dengan

intensitas minimum 10.000 mw detik per cm2 (Mukono, 2011).

a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah

Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari

bahan tara pang an (food grade) dan bersih. Depot air minum

wajib memeriksa wadah yang dibawa konsumen dan menolak

Page 37: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

37

wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai

tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus disanitasi

dengan menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang

mengandung ozon). Bilamana dilakukan pencucian maka harus

dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara

pangan (food grade) dan air bersih dengan suhu berkisar 60-850

C, kemudian dibilas dengan air minum/air produk secukupnya

untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen yang dipergunakan

untuk mencuci (Prasoyo, 2004).

b. Pengisian

Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin

serta dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.

II.2.4 Proses Desinfeksi pada Depot Air Minum

Desinfeksi air minum adalah upaya menghilangkan atau

membunuh bakteri di dalam air minum. Di dalam depot air minum

dikenal 2 (dua) cara desinfeksi yaitu (Astri, 2009).

1. Ultraviolet

Radiasi sinar ultra violet adalah radiasi elektromagnetik pada

panjang gelombang lebih pendek dari spektrum antara 100 – 400

nm, dapat membunuh bakteri tanpa meninggalkan sisa radiasi

dalam air. Sinar ultra violet dengan panjang gelombang 254 nm

mampu menembus dinding sel mikroorganisme sehingga dapat

merusak Dcoxyribonuclead Acid (DNA) dan Ribonuclead Acid

Page 38: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

38

(RNA) yang bisa menghambat pertumbuhan sel baru dan dapat

menyebabkan kematian bakteri.

Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet

berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar

ultraviolet. Yang harus diperhatikan adalah intensitas lampu

ultraviolet yang dipakai harus cukup. Untuk sanitasi air yang

efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 mw detik per cm2.

Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila

intensitas dan waktunya cukup. Namun, agar efektif lampu UV

harus dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling lama satu

tahun. Air yang akan disinari dengan UV harus telah melalui filter

halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi,

bahan organik, dan Fe atau Mn (jika konsentrasinya cukup tinggi)

(Entjang, 2003).

2. Ozonisasi

Ozon termasuk oksidan kuat yang mampu membunuh kuman

patogen, termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah

pipa, peralatan dan kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk

yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak ada kebocoran di

kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif

disamping sangat aman (Purba, 2011).

Agar pemakaian ozon dapat dihemat, yaitu hanya ditujukan

untuk membunuh bakteri-bakteri saja, maka sebelum dilakukan

Page 39: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

39

proses desinfeksi, air tersebut perlu dilakukan penyaringan agar

zat-zat organik, besi dan mangan yang terkandung dalam air dapat

dihilangkan. Kadar ozon pada tangki pencampur ozon minimum

0,6 ppm, sedangkan kadar ozon sesaat setelah pengisian minimum

0,1 ppm. Ozon bersifat bakterisida, virusida, algasida serta

mengubah senyawa organik komplek menjadi senyawa yang

sederhana (Prihartini, 2012).

Penggunaan ozon lebih banyak diterima oleh konsumen karena

tidak meninggalkan bau dan rasa. Desinfeksi dengan sistim

ozonisasi, kualitas air dapat bertahan selama kurang lebih satu

bulan dan masih aman dikonsumsi, sedangkan yang tidak

menggunakan ozonisasi, kualitas air hanya dapat bertahan beberapa

hari saja sehingga air sudah tidak layak dikonsumsi. Karena tanpa

ozonisasi, pertumbuhan bakteri dan jamur berlangsung cepat

(Sembiring, 2008).

II.3 Pengertian Air Minum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907 /Menkes/SK/VII/2002,

air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses

pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Jenis air minum meliputi :

1. Air yang di distribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga

2. Air yang di distribusikan melalui tangki air

3. Air kemasan

Page 40: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

40

4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang

disajikan kepada masyarakat

Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling

penting. Seperti diketahui, kadar air tubuh manusia mencapai 68 persen dan

untuk tetap hidup air dalam tubuh tersebut harus dipertahankan. Kebutuhan

air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari,

tergantung pada berat badan dan aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air

minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, maupun bakteriologis

(Suriawiria, 2011).

Menurut Slamet (2004), syarat-syarat air minum adalah tidak berwarna,

tidak berasa, dan tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung

kuman patogen yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Tidak

mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat

diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Selain itu

kebutuhan kualitas dan kuantitas air masyarakat harus dipenuhi untuk

memenuhi syarat hidup sehat.

II.3.1 Sumber Air Minum

Pada prinsipnya semua air dapat diolah menjadi air minum.

Sumber-sumber air dapat dibagi menjadi (Notoatmodjo, 2011) :

1. Air Hujan

Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air

murni. Walau pada saat prestipasi merupakan air yang paling

bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika

Page 41: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

41

berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer

dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas,

misalnya karbon dioksida, nitrogen dan amonia. Maka untuk

menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaklah pada

waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai

turun, karena masih banyak mengandung kotoran.

2. Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam

sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan,

sebagian besar dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air

hujan tersebut kemudian mengalami pencemaran baik oleh tanah,

sampah maupun lainnya. Pada umumnya air permukaan telah

terkontaminasi dengan berbagai zat-zat yang berbahaya bagi

kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu

sebelum dikonsumsi oleh masyarakat.

3. Air Tanah

Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi

yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam

tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses

yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke

bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih

murni dibandingkan dengan air permukaan. Secara praktis air tanah

adalah air bebas polutan karena berada di bawah permukaan tanah.

Page 42: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

42

Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar

oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan.

4. Mata Air

Dari segi kualitas, mata air sangat baik bila dipakai sebagai air

baku, karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan

tanah akibat tekanan, sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat

pencemar. Biasanya lokasi mata air merupakan daerah terbuka,

sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar.

Page 43: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

43

II.4 Kerangka Teori

Berdasarkan berbagai teori yang telah dikemukakan di atas dapat

disusun sebuah kerangka teori sebagai berikut :

Gambar II.1

Sumber: Kerangka Teori

Permenkes RI Nomor 43 tahun 2014

tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum

Depot Air minum

Persyaratan Depot

Sanitasi

Aspek Tempat Aspek Peralatan Aspek Penjamah

1. Lokasi bebas dari pencemaran

2. Bangunan kuat dan aman

3. Lantai kedap air

4. Dinding kedap air

5. Atap dan langit-langit kuat

6. Tata ruang yang baik

7. Pencahayaan yang cukup

8. Ventilasi yang baik

9. Kelembaban udara yang

mendukung

10. Memiliki akses fasilitas sanitasi

dasar

11. Terdapat pembuangan limbah

12. Terdapat tempat sampah

13. Terdapat tempat cuci tangan

14. Bebas dari vektor dan binatang

pembawa penyakit

peralatan dan perlengkapan

mikrofilter dan desinfektor tidak

kadaluarsa

tandon air baku harus tertutup

dan terlindung

wadah/galon untuk air baku atau

Air Minum sebelum dilakukan

pengisian harus dibersihkan

wadah/galon yang telah diisi Air

Minum harus langsung diberikan

kepada konsumen

sehat dan bebas dari penyakit

menular serta tidak menjadi

pembawa kuman patogen

(carrier)

berperilaku higienis dan saniter

setiap melayani konsumen,

antara lain selalu mencuci

tangan dengan sabun dan air

yang mengalir setiap melayani

konsumen, menggunakan

pakaian kerja yang bersih dan

rapi, dan tidak merokok setiap

melayani konsumen.

Page 44: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

44

BAB III

KERANGKA KONSEP

III.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar III.1 Kerangka Konsep Penelitian

Persyaratan Sanitasi Pada

Depot Air Minum isi

Ulang berdasarkan Aspek

Tempat

Variabel Tunggal

27

Lokasi

Bangunan

Lantai

Dinding

Atap dan langit-langit

Tata ruang

Pencahayaan

Ventilasi

Kelembaban

fasilitas sanitasi dasar

Bebas dari Vektor dan

binatang

Tempat sampah

Tempat cuci tangan

Pembuangan air limbah

Page 45: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

45

III.2 Variabel Penelitian

III.2.1 Variabel Tunggal

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lokasi, bangunan,

lantai, dinding, atap dan langit-langit, tata ruang, pencahayaan,

ventilasi, kelembaban, fasilitas sanitasi dasar, pembuangan air

limbah, tempat sampah, tempat cuci tangan, vektor dan binatang.

III.3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

Pengukuran

1 lokasi Sesuatu yang

menunjukkan

tempat tidak ada

pencemaran

Wawancara

dan

Observasi

cheklist 1. Ya

2. Tidak

Ordinal

2 bangunan bangunan yang

tidak rapuh dan

tahan lama

Wawancara

dan

Observasi

Cheklist 1. Ya

2. Tidak

Ordinal

3 lantai Lantai tidak mudah

retak serta

mempunyai

kemiringan yang

cukup landai

Wawancara

dan

Observasi

Cheklist 1. Ya

2. Tidak

Ordinal

4 dinding Dinding dengan

permukaan rata,

dan halus

Wawancara

dan

Observasi

Cheklist 1. Ya

2. Tidak

Ordinal

5 atap dan

langit-langit

Atap dan langit-

langit harus kuat,

anti tikus, mudah

dibersihkan, tidak

menyerap debu,

permukaan rata,

dan berwarna

terang, serta

mempunyai

ketinggian cukup

Wawancara

dan

Observasi

Cheklist 1. Ya

2. Tidak

Ordinal

6 tata ruang Tata ruang terdiri

ata ruang proses

pengolahan,

penyimpanan,

pembagian/penyedi

aan, dan ruang

tunggu

pengunjung/konsu

men

Wawancara

dan

Observasi

Cheklist 1. Ya

2. Tidak

Ordinal

Page 46: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

46

7 pencahayaan Pencahayaan

alamiah atau

intensifikasi cahaya

sinar matahari yang

dapat menerangi

seluruh bagian

ruangan

Pengukuran Lux Meter 1. Tidak memenuhi

syarat, jika <60 dan

>120 lux

2. Memenuhi syarat,

jika 60-120 lux

Ordinal

8 ventilasi Ukuran panjang

kali lebar lubang

pertukaran udara

baik permanen

maupun insidental

dalam kamar tidur

responden

Pengukuran Meteran 1. Tidak memenuhi

syarat, jika <10%

luas lantai

2. Memenuhi syarat,

jika ≥10% luas lantai

Ordinal

9 kelembaban Banyaknya

konsentrasi uap air

yang ada di udara

dalam rumah

responden

Pengukuran Hygrometer 1. Tidak memenuhi

syarat, jika <40%

dan >60%

2. Memenuhi syarat,

jika 40%-60%

Ordinal

10 fasilitas

sanitasi dasar

Memiliki akses

kamar mandi dan

jamban

Wawancara

dan

Observasi

Cheklist 1. Ya

2. Tidak

Ordinal

11 pembuangan

air limbah

Terdapat saluran

pembuangan air

limbah yang

alirannya lancar

dan tertutup

Wawancara

dan

Observasi

Cheklist 1. Ya

2. Tidak

Ordinal

12 tempat sampah Terdapat tempat

sampah yang

tertutup

Wawancara

dan

Observasi

Cheklist 1. Ya

2. Tidak

Ordinal

13 tempat cuci

tangan

Terdapat tempat

cuci tangan yang

dilengkapi air

mengalir dan sabun

Wawancara

dan

Observasi

Cheklist 1. Ya

2. Tidak

Ordinal

14 Bebas dari

vektor dan

binatang

bebas dari tikus,

lalat dan kecoa

binatang pembawa

penyakit

Wawancara

dan

Observasi

Cheklist 1. Ya

2. Tidak

Ordinal

Sumber : Permenkes RI Nomor 43 tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum

Page 47: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

47

BAB IV

METODE PENELITIAN

IV.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross

sectional. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang

dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran/deskripsi tentang

suatu keadaan secara obyektif. Sedangkan rancangan penelitian ini adalah

cross sectional yaitu variabel pada obyek penelitian diukur atau

dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan, pengumpulan data untuk

semua variabel dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus

(Notoatmodjo, 2011).

IV.2 Waktu dan Tempat Penelitian

IV.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Depot Air Minum Isi Ulang yang ada

di Kota Pontianak.

IV.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Desember 2016

hingga bulan Januari 2017.

30

Page 48: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

48

IV.3 Populasi dan Sampel

IV.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2011). Jumlah keseluruhan populasi dalam

penelitian ini adalah depot air minum isi ulang (DAMIU) yang

berada di Kota Pontianak dari bulan Januari sampai dengan Oktober

Tahun 2016 sebanyak 51 DAMIU yang tersebar di 6 Kecamatan.

IV.3.2 Sampel

Sugiyono (2003), mengemukakan sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

(Azwar, 2003) dengan rumus:

n = 4. p. q

dan

n 1 = n

1 + n

N

Dimana :

n : jumlah sampel awal

p : Sifat suatu keadaan dalam persen, jika tidak di ketahui dianggap

50%

q : 100%- p

L : Derajat ketepatan yang dipergunakan, lazimnya 5%

n ¹ : Jumlah sampel sebenarnya

Page 49: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

49

N : Jumlah Populasi

Dengan hitungan sebagai berikut :

n = 4 x 0,5 x 0,5

0,05 x 0,05

= 400

n 1 = 400

1 + 400

51

= 45,1977

Hasil dibulatkan menjadi = 46 sampel

Dari perhitungan menggunakan rumus tersebut didapat sebesar 46

sampel.

IV.3.3 Tehnik Pengambilan Sampel

Untuk mendapatkan sampel yang dapat mewakili populasi dari

6 Kecamatan/Kota dengan jumlah 51 DAMIU di Wilayah Kota

Pontianak, maka dilakukan dengan metode Proporsional random

sampling dimana setiap depot air minum yang ada mempunyai

kesempatan yang sama terambil sebagai sampel dengan proporsi

sebagai berikut (Sugiyono, 2003) :

n = Jumlah Populasi

Jumlah Populasi Total

Page 50: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

50

No. Kecamatan/Kota Rumus Jumlah

1 Kota Pontianak 10x46

51 9

2 Pontianak Barat 9x46

51

8

3 Pontianak Selatan 9x46

51

8

4 Pontianak Timur 8x46

51

7

5 Pontianak Utara 7x46

51

7

6 Pontianak Tenggara 8x46

51

7

Total 46

Berdasarkan sampel yang telah ada, akan diambil sampel pada

masing-masing DAMIU dengan menggunakan tehnik accidental

sampling adalah pengambilan sampel pada saat penelitian tersebut

dilakukan (Sugiyono, 2003).

IV.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

IV.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah melalui

dua sumber data yaitu :

1. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak

tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 yaitu data jumlah depot air

minum isi ulang di Kota Pontianak, Profil Dinas Kesehatan Kota

Pontianak.

Page 51: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

51

2. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui lembar

observasi untuk variabel lokasi bebas dari pencemaran, bangunan

kuat dan aman, lantai kedap air, dinding kedap air, atap dan

langit-langit kuat, tata ruang yang baik, pencahayaan yang cukup,

ventilasi yang baik, kelembaban udara yang mendukung,

memiliki akses fasilitas sanitasi dasar, terdapat pembuangan air

limbah, terdapat tempat sampah, terdapat tempat cuci tangan,

bebas dari vektor dan binatang pembawa penyakit.

IV.4.2 Cara Kerja

1. Pemeriksaan sanitasi berdasarkan aspek tempat

Pemeriksaan sanitasi depot air minum isi ulang berpedoman

pada pelaksanaan penyelenggaraan Higiene Sanitasi Depot Air

Minum, Permenkes RI Nomor 43 tahun 2014 dengan mengamati

depot air minum isi ulang (DAMIU) dan memberi nilai pada

lembar cheklist yang telah tersedia.

IV.5. Teknik Pengolahan dan Penyajian data

IV.5.1. Teknik pengolahan Data

Data mentah yang diperoleh dari hasil kuesioner akan diolah

sebagai berikut :

1. Editing (koreksi)

Untuk memeriksa atau mengoreksi kelengkapan pengisian

kuesioner, apabila ada jawaban yang tidak jelas atau belum

Page 52: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

52

terisi/kesalahan-kesalahan lain, dapat segera dilakukan

perbaikan.

2. Coding (memberi Kode)

Memberikan kode atau angka tertentu terhadap keterangan

yang ada dalam kuesioner dari masing-masing variabel

penelitian. Berikut adalah pengskoringan dalam penelitian ini:

3. Scoring (memberi nilai atau skor)

Dari setiap jawaban yang diterima selanjutnya dilakukan

penilaian dengan diberikan skor untuk memudahkan

pengelompokan data.

4. Tabulating (menyusun data)

Mengelompokkan data dari masing-masing variabel

penelitian untuk memudahkan analisis.

5. Analiting, yaitu menganalisa data

IV.5.2 Teknik Penyajian Data

Setelah data diolah maka data tersebut akan disajikan dalam

bentuk tabel dan narasi.

1. Bentuk Tabel

Penyajian data dalam bentuk tabel dipilih untuk

memudahkan pembacaan data sesuai dengan maksud dan

tujuan penelitian.

Page 53: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

53

2. Bentuk Teks atau Narasi

Penyajian data dalam bentuk teks atau narasi dilakukan

untuk mendeskripsikan atau memberikan penjelasan dari data

yang telah disajikan dalam bentuk tabel.

IV.6. Teknik Analisa Data

Analisis data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, yaitu ingin

mengetahui studi sanitasi berdasarkan aspek tempat pada Depot Air

Minum Isi Ulang di Kota Pontianak dan teknik analisis data yang

digunakan peneliti adalah analisis univariat. Teknik analisis data secara

univariat bertujuan untuk menampilkan gambaran variabel-variabel yang

diteliti dengan manghitung frekuensi masing-masing subjek penelitian

dengan tabel distribusi dan dinarasikan dengan kalimat.

Page 54: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

54

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Hasil

V.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografi dan Iklim

Kota Pontianak dilintasi garis khatulistiwa yaitu pada 0º 02’

24” lintang utara sampai dengan 0º 01’ 37” lintang selatan dan

109º 16’ 25” bujur timur sampai dengan 109º 23’ 04” bujur timur

dengan ketinggian berkisar antara 0, 10 meter sampai 1, 50 meter

diatas permukaan laut. Kota Pontianak secara keseluruhan

berbatasan dengan wilayah Kabupaten Mempawah dan

Kabupatan Kubu Raya yaitu:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Siantan.

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Sui. Raya

dan Kecamatan Sui. Kakap.

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Sui.

Kakap.

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Sui. Raya

dan Sui. Ambawang.

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak wilayah

terluas berada diwilayah Kec. Pontianak Utara yaitu 37,22 km²

(34,52%), diikuti oleh Kecamatan Pontianak Barat 16,47 km²,

37

Page 55: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

55

Kecamatan Pontianak Kota 15,98 km², Kecamatan Pontianak

Selatan 15,14 km², Kecamatan Pontianak Tenggara 14,22 km²,

sedangkan wilayah terkecil adalah Kecamatan Pontianak Timur

yaitu 8,78 km² (8,14%).

Kota Pontianak memiliki 2372 RT (Rukun Tetangga) dan

jumlah RW (Rukun Warga) sebesar 534 RW. Kecamatan

Pontianak Barat yang memiliki jumlah RT terbanyak dengan

jumlah 506 RT dan jumlah RT terkecil adalah kecamatan

Pontianak Tenggara yaitu sebanyak 175 RT.

Berdasarkan hasil pencatatan dari stasiun Meteorologi Maritim

Pontianak menunjukkan bahwa pada tahun 2015 rata-rata

temperatur udara di Kota Pontianak berkisar antara 26,8 derajar

celcius hingga 28,8 derajat celcius, sedangkan rata-rata tekanan

udaranya berkisar antara 1.009,9 milibar hingga 1.011,7 milibar.

Pada tahun 2016 hari hujan terbanyak terjadi pada bulan oktober

yaitu sebanyak 25 hari, dengan curah hujan sebesar 373,1 mm.

sedangkan rata-rata kecepatan angin di Kota Pontianak berkisar

antara 2,6 knot hingga 4,0 knot dengan kecepatan angina terbesar

terjadi pada bulan oktober yaitu sebesar 26 knot (Profil Dinkes

Kota Pontianak, 2015).

2. Kependudukan

Berdasarkan data BPS tahun 2016, penduduk Kota

Pontianak berjumlah 579.600 orang terdiri dari laki-laki 290.385

Page 56: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

56

orang dan perempuan berjumlah 289.215 orang. Penduduk

merupakan modal pembangunan tetapi juga beban dalam

pembangunan, karena itu pembangunan sumber daya manusia

dan pengarahan mobilitas penduduk perlu diarahkan agar

mempunyai cirri dan karakteristik yang mendukung

pembangunan.

V.1.2 Gambaran Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) adalah Badan usaha

yang mengelola air minum untuk keperluan/dikonsumsi masyarakat

dalam bentuk curah (diisi ditempat) dan tidak dalam bentuk

kemasan. Artinya depot hanya melakukan pengisian galon yang akan

dikonsumsi hari itu juga, tanpa menyediakan stok yang akan

Gambar V.1 Peta Wilayah Kota Pontianak

Page 57: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

57

dikomsumsi besok hari. Perkembangan usaha DAMIU ini di Kota

Pontianak sangat pesat sekali. Berdasarkan data yang diperoleh dari

dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak dari bulan Januari sampai

dengan Desember 2016, jumlah DAMIU yang ada sudah mencapai

51 buah berada di wilayah kerja 6 (enam) Kecamatan rata-rata depot

air minum yang ada di Kota Pontianak menggunakan mata air

pegunungan sebagai sumber air baku dengan jumlah karyawan rata-

rata 3 orang.

Dari jumlah tersebut yang sudah mengurus sertifikat Laik

Higiene Sanitasi Depot Air Minum tetap (berlaku 3 Tahun) sebanyak

51 buah. Merujuk kepada Permenkes No.736/MENKES/PER/VI/

2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum, maka

pengusaha DAMIU wajib melakukan pemeriksaan sampel airnya

(Pemeriksaan Kimia dan Bakteriologis) minimal satu bulan sekali

sebagai usaha pengawasan internal terhadap air baku dan air olahan.

Kemudian Dinas Kesehatan Kota Pontianak wajib melakukan

pemeriksaan sampel air kimia dan bakteriologis minimal 2 kali

setahun sebagai usaha pengawasan eksternal. Alasan utama

membuka DAMIU sebagai pengisi waktu luang serta besarnya

peluang usaha yang dapat dimanfaatkan, mengingat masih minimnya

depot air minum isi ulang didaerah tersebut.

Depot air minum isi ulang merupakan usaha yang bergerak

dalam bidang penjualan air minum kemasan galon. Depot air minum

Page 58: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

58

isi ulang pada masing-masing Kecamatan dibuka dari jam 08.00 s/d

19.00 malam. Depot air minum isi ulang memiliki kendaraan

operasional untuk mengangkut DAMIU yaitu 1 unit motor Tossa

untuk mendistribusikan produknya dan 1 unit sepeda motor roda 2

(dua). Depot air minum isi ulang ini mamasarkan hasil produknya di

masing-masing wailayah kerjanya. bagian operasional bertugas

sebagai bagian yang memasarkan produksi air minum isi ulang.

Bagian operasional lah yang setiap hari bertugas mengantar jemput

galon dari rumah kerumah ataupun dari warung ke warung.

1. Alur Proses Pengolahan Air pada Depot Air Minum Isi Ulang

Struktur Organisasi Organisasi usaha Depot Air Minum Isi

Ulang terdiri dari pemilik usaha, bagian keuangan dan bagian

Gambar V.2 Proses Pengolahan DAMIU

Page 59: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

59

penjualan. Dalam penyelenggaraan struktur organisasi diperlukan

adanya pemisahan tugas antar bagian. Berikut ini adalah uraian tugas

masing- masing :

1) Pemilik

Memimpin usaha, mengelola, pengambil keputusan, dan

mengkoordinir seluruh kegiatan, tugasnya adalah :

a. Menerima order dari konsumen.

b. Menentukan kebijakan usahanya.

c. Membuat rencana penjualan dan mengadakan pembelian bahan

baku.

d. Pemegang kas masuk dan mengeceknya bersama kasir.

2) Bagian Kasir

a. Menerima hasil penjualan.

b. Mencatat seluruh transaksi yang terjadi.

c. Menerima faktur tagihan supplier dan meminta tanda tangan

pemilik kemudian diserahkan kembali beserta uangnya kepada

supplier.

3) Bagian Penjualan

a. Mengirim barang kepada konsumen.

b. Melakukan kegiatan pemasaran.

c. Mengecek persediaan

Page 60: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

60

V.1.3 Gambaran Umum Proses Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 20 hari mulai tanggal 13

januari sampai dengan 31 Januari tahun 2017, berdasarkan surat

persetujuan ijin pengumpulan data untuk skripsi dari Dinas

Kesehatan Kota Pontianak Nomor : 200/919/Dinkes-B tanggal 13

januari 2017.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti dibantu oleh 1 (satu)

orang asisten yang bertugas membantu menyiapkan peralatan yang

akan digunakan dalam penelitian ini seperti pengukuran

pencahayaan, ventilasi dan kelembaban udara.

Proses pengukuran dilaksanakan sebagai berikut, pencahayaan

dilakukan dengan menggunakan lux meter. Pengukuran pencahayaan

dilakukan pada siang hari ditempat DAMIU Kota Pontianak dengan

memperhatikan prosedur pengukuran pencahayaan. Adapun standar

pencahayaan yang memenuhi syarat kesehatan adalah diantara 60-

120 lux.

Pengukuran ventilasi dilakukan dengan menggunakan meteran

diseluruh bangunan depot air minum karena mengingat minim dan

kecilnya luas dan jumlah ventilasi tempat usaha responden. Adapun

prosedur pengukuran ventilasi adalah dengan melakukan pengukuran

luas seluruh ruangan kemudian dilanjutkan dengan pengukuran luas

ventilasi dan luas jendela kemudian dibandingkan dengan luas lantai

apabila ≥10% maka ventilasi tersebut baik.

Page 61: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

61

Pengukuran kelembaban dapat dilakukan bersamaan dengan

menggunakan hygrometer yang diletakkan selama 15 menit ditempat

depot air minum isi ulang. Sedangkan untuk pertanyaan lokasi,

bangunan, lantai, dinding, atap dan langit-langit, tata ruang, fasilitas

sanitasi dasar, pembuangan air limbah, tempat sampah, tempat cuci

tangan, vektor dan binatang dilakukan dengan cara wawancara pada

pemilik depot air minum serta observasi ke lapangan. Adapun

gambaran umum proses penelitian pada Depot Air Minum Isi Ulang

di Kota Pontianak adalah sebagai berikut:

1. Proses Penelitian

Pengumpulan Data populasi penelitian

(Januari s/d Desember tahun 2016)

sebanyak 46 DAMIU

Accidental Sampling/ Sampling Kebetulan

Pengumpulan

data peneliti

Editing

Coding

Scoring

Tabulating

Analiting

Analisis Data

Penyusunan Data

Gambar V.3 Alur Proses Penelitian

Page 62: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

62

2. Planning Of Action (POA)

V.1.4 Analisa Univariat

1. Sumber Pencemaran dan Penularan Penyakit

Tabel V.1.

Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Sumber

Pencemaran dan Penularan Penyakit Pada Depot Air Minum Isi

Ulang (DAMIU) di Kota Pontianak Tahun 2016

Sumber Ya Tidak

f % f %

1. Sumber Pencemaran dan

Penularan Penyakit 24 52,2 22 47,8

Sumber: Data Primer Tahun 2016

Gambar V.4 Planning Of Action

Page 63: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

63

Jika dilihat pada tabel V.1 diketahui dari 46 depot air

minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 52,2% DAMIU

terjadi sumber pencemaran dan penularan penyakit.

2. Bangunan, Kuat, Aman, mudah dibersihkan dan mudah

pemeliharaannya

Tabel V.2.

Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Bangunan

Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak Tahun 2016

Bangunan Ya Tidak

f % f %

Bangunan

1. Kuat

2. Aman

3. mudah dibersihkan dan

4. mudah pemeliharaannya

30

25

35

28

65,2

54,3

76,1

60,9

16

21

11

18

34,8

45,7

23,9

39,1 Sumber: Data Primer Tahun 2016

Jika dilihat pada tabel V.2 diketahui dari 46 depot air

minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 65,2%

bangunannya kuat, 54,3% bangunannya aman, 76,1%

bangunannya mudah dibersihkan, 60,9% bangunannya mudah

pemeliharaannya.

Page 64: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

64

3. Lantai, kedap air, permukaan rata, permukaan halus, permukaan

tidak licin, permukaan tidak retak, permukaan tidak menyerap

debu, dan permukaan mudah dibersihkan, kemiringan cukup

landai

Tabel V.3.

Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Lantai

Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak Tahun 2016

Lantai Ya Tidak

f % f %

Lantai

1. kedap air

2. permukaan rata

3. permukaan halus

4. permukaan tidak licin

5. permukaan tidak retak

6. permukaan tidak

menyerap debu, dan

7. permukaan mudah

dibersihkan

8. kemiringan cukup landai

22

40

41

33

38

25

28

24

47,8

87,0

89,1

71,7

82,6

54,3

60,9

52,2

24

6

5

13

8

21

18

22

52,2

13,0

10,9

28,3

17,4

45,7

39,1

47,8 Sumber: Data Primer Tahun 2016

Jika dilihat pada tabel V.3 diketahui dari 46 depot air

minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 52,2% lantai

tidak kedap air, 87,0% permukaan lantai rata, 89,1% permukaan

lantai halus, 71,7% permukaan tidak licin, 82,6% permukaan

tidak retak, 54,3% permukaan tidak menyerap debu, 60,9%

permukaan mudah dibersihkan, dan 52,2% kemiringan cukup

landai.

Page 65: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

65

4. Dinding, kedap air, permukaan rata, permukaan halus,

permukaan tidak licin, permukaan tidak retak, permukaan tidak

menyerap debu, dan permukaan mudah dibersihkan, warna yang

terang dan cerah

Tabel V.4.

Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Dinding

Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak Tahun 2016

Dinding Ya Tidak

f % f %

Dinding

1. kedap air

2. permukaan rata

3. permukaan halus

4. permukaan tidak licin

5. permukaan tidak retak

6. permukaan tidak

menyerap debu, dan

7. permukaan mudah

dibersihkan

8. warna yang terang dan

cerah

45

14

13

13

39

37

37

45

97,8

30,4

28,3

28,3

84,8

80,4

80,4

97,8

1

32

33

33

7

9

9

1

2,2

69,6

71,7

71,7

15,2

19,6

19,6

2,2

Sumber: Data Primer Tahun 2016

Jika dilihat pada tabel V.4 diketahui dari 46 depot air

minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 97,8% lantai

kedap air, 69,6% permukaan lantai tidak rata, 71,7% permukaan

lantai tidak halus, 71,7% permukaan licin, 84,8% permukaan

tidak retak, 80,4% permukaan tidak menyerap debu dan

permukaan mudah dibersihkan, dan 97,8% warna dinding terang

dan cerah.

Page 66: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

66

5. Atap dan langit-langit, harus kuat, anti tikus, mudah dibersihkan,

tidak menyerap debu, permukaan rata, dan berwarna terang,

mempunyai ketinggian cukup

Tabel V.5.

Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Atap dan

Langit-Langit Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak Tahun 2016

Atap dan Langit-Langit Ya Tidak

f % f %

Atap dan langit-langit

1. harus kuat

2. anti tikus

3. mudah dibersihkan

4. tidak menyerap debu

5. permukaan rata, dan

berwarna terang

6. mempunyai ketinggian

cukup

19

19

29

18

20

36

41,3

41,3

63,0

39,1

43,5

78,3

27

27

17

28

26

10

58,7

58,7

37,0

60,9

56,5

21,7

Sumber: Data Primer Tahun 2016

Jika dilihat pada tabel V.5 diketahui dari 46 depot air

minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 58,7% atap dan

langit-langit kuat dan anti tikus, 63,0% atap dan langit-langit

mudah dibersihkan, 60,9% mudah menyerap debu, 56,5%

permukaan tidak rata dan tidak berwarna terang, 78,3%

mempunyai ketinggian cukup.

Page 67: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

67

6. Tata ruang terdiri atas ruang proses pengolahan, penyimpanan,

pembagian/ penyediaan, ruang tunggu pengunjung/ konsumen

Tabel V.6.

Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Tata

Ruang Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak Tahun 2016

Tata Ruang Ya Tidak

f % f %

Tata ruang terdiri atas

1. ruang proses pengolahan

2. penyimpanan

3. pembagian/penyediaan

4. ruang tunggu

pengunjung/konsumen

20

27

41

24

43,5

58,7

89,1

52,2

26

27

41

24

56,5

58,7

89,1

52,2

Sumber: Data Primer Tahun 2016

Jika dilihat pada tabel V.6 diketahui dari 46 depot air

minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 56,5% tidak ada

ruang proses pengolahan, 58,7% memiliki ruang penyimpanan,

89,1% memiliki ruang pembagian/ penyediaan, 52,2% memiliki

ruang tunggu pengunjung/ konsumen.

7. Pencahayaan cukup terang untuk bekerja (intensitas cahaya > 60

lux), tidak menyilaukan (intensitas cahaya > 60 lux), tersebar

secara merata (intensitas cahaya > 60 lux)

Tabel V.7.

Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan

Pencahayaan Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak Tahun 2016

Pencahayaan Ya Tidak

f % f %

Pencahayaan 1. cukup terang untuk bekerja

(intensitas cahaya < 60 lux)

2. tidak menyilaukan (intensitas

cahaya 60-120 lux)

3. tersebar secara merata

(intensitas cahaya > 120 lux)

24

52,2

22

47,8

Sumber: Data Primer Tahun 2016

Page 68: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

68

Jika dilihat pada tabel V.7 diketahui dari 46 depot air

minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 52,2%

pencahayaan cukup terang untuk bekerja (intensitas cahaya < 60 lux),

tidak menyilaukan (intensitas cahaya 60-120 lux) dan tersebar secara

merata (intensitas cahaya > 120 lux).

8. Ventilasi menjamin peredaran/pertukaran udara dengan baik

(>10% luas lantai)

Tabel V.8.

Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Ventilasi

Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak Tahun 2016

Ventilasi Ya Tidak

f % f %

Ventilasi 1. menjamin peredaran/

pertukaran udara dengan

baik (>10% luas lantai)

25

54,3

21

45,7

Sumber: Data Primer Tahun 2016

Jika dilihat pada tabel V.8 diketahui dari 46 depot air

minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 54,3% menjamin

peredaran/ pertukaran udara dengan baik (>10% luas lantai).

Page 69: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

69

9. Kelembaban udara dapat memberikan mendukung kenyamanan

dalam melakukan pekerjaan/aktivitas (40%-70%)

Tabel V.9.

Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan

Kelembaban Udara Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak Tahun 2016

Kelembaban Ya Tidak

f % f %

Kelembaban udara 1. dapat memberikan

mendukung kenyamanan

dalam melakukan

pekerjaan/aktivitas (<40%,

40%-70%, dan >70%)

28

60,9

18

39,1

Sumber: Data Primer Tahun 2016

Jika dilihat pada tabel V.9 diketahui dari 46 depot air

minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 60,9% dapat

memberikan mendukung kenyamanan dalam melakukan

pekerjaan/aktivitas (40%-70%).

10. Fasilitas sanitasi dasar memiliki akses kamar mandi dan jamban

Tabel V.10.

Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Fasilitas

Sanitasi Dasar Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak Tahun 2016

Fasilitas Sanitasi Dasar Ya Tidak

f % f %

Fasilitas sanitasi dasar

1. memiliki akses kamar

mandi dan jamban

16

34,8

30

65,2

Sumber: Data Primer Tahun 2016

Jika dilihat pada tabel V.10 diketahui dari 46 depot air

minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 65,2% tidak

memiliki akses kamar mandi dan jamban.

Page 70: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

70

11. Pembuangan air limbah Terdapat saluran pembuangan air

limbah yang alirannya lancar dan tertutup

Tabel V.11.

Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan

Pembuangan Air Limbah Pada Depot Air Minum Isi Ulang

(DAMIU) di Kota Pontianak Tahun 2016

Pembuangan Air Limbah Ya Tidak

f % f %

Pembuangan air limbah

1. Terdapat saluran

pembuangan air limbah

yang alirannya lancar

dan tertutup

24

52,2

22

47,8

Sumber: Data Primer Tahun 2016

Jika dilihat pada tabel V.11 diketahui dari 46 depot air

minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 52,2% terdapat

saluran pembuangan air limbah yang alirannya lancar dan

tertutup.

12. Tempat sampah Terdapat tempat sampah yang tertutup

Tabel V.12.

Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Tempat

Sampah Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak Tahun 2016

Tempat Sampah Ya Tidak

f % f %

Tempat sampah

1. Terdapat tempat sampah

yang tertutup

27

58,7

19

41,3

Sumber: Data Primer Tahun 2016

Jika dilihat pada tabel V.12 diketahui dari 46 depot air

minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 58,7% terdapat

tempat sampah yang tertutup.

Page 71: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

71

13. Tempat cuci tangan Terdapat tempat cuci tangan yang

dilengkapi air mengalir dan sabun

Tabel V.13.

Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Tempat

Cuci Tangan Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak Tahun 2016

Tempat Cuci Tangan Ya Tidak

f % f %

Tempat cuci tangan

1. Terdapat tempat cuci

tangan yang dilengkapi

air mengalir dan sabun

25

54,3

21

45,7

Sumber: Data Primer Tahun 2016

Jika dilihat pada tabel V.13 diketahui dari 46 depot air

minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 54,3% terdapat

tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan sabun.

14. Vektor dan binatang Bebas dari tikus, lalat dan kecoa

Tabel V.14.

Distribusi Item Pertanyaan Studi Sanitasi berdasarkan Vektor

dan Binatang Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

di Kota Pontianak Tahun 2016

Bebas dari Vektor

dan Binatang

Ya Tidak

f % f %

Vektor dan binatang

1. Bebas dari tikus, lalat

dan kecoa

28

60,9

18

39,1

Sumber: Data Primer Tahun 2016

Jika dilihat pada tabel V.14 diketahui dari 46 depot air

minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak 60,9% bebas

dari tikus, lalat dan kecoa.

Page 72: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

72

V.2 Pembahasan

V.2.1 Gambaran Sumber pencemaran dan penularan penyakit

Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.1 diketahui

dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak

52,2% DAMIU terjadi sumber pencemaran dan penularan penyakit

sedangkan lokasi yang bebas dari sumber pencemaran dan penularan

penyakit yaitu sebanyak 47,8%.

Lokasi depot air minum harus berada pada daerah yang bebas

dari pencemaran lingkungan, tidak pada daerah yang tergenang air

dan rawa, tempat pembuangan kotoran dan sampah, penumpukan

barang-barang bekas atau bahan berbahaya dan beracun (B3) dan

daerah lain yang diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap

air (Astri, 2009).

Pada depot yang menggunakan sumber air baku dari air

pegunungan tidak boleh berdekatan dengan sumber pencemaran,

seperti tempat pembuangan feses, kandang ternak dan tempat

pembuangan sampah. Berdasarkan hasil tabel V.1, untuk sumber air

pada depot air minum isi ulang memenuhi syarat sesuai dengan

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/Per/IV/2010.5 Di

Sulawesi Selatan lebih khususnya di Kabupaten Mamuju Utara

(2013) pernah melakukan pemeriksaan air minum dari depot air

minum isi ulang yang telah dilakukan dari 5 depot air minum isi

ulang, diperoleh 4 sampel yang memenuhi syarat yaitu dengan nilai

Page 73: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

73

total MPN 0 MPN/100 mL sampel dan 1 sampel dengan nilai 21

MPN/100 mL sampel. Hal ini disebabkan karena dari sumber air

baku yang digunakan untuk depot air minum isi ulang berdekatan

dengan sumber pencemaran, seperti tempat pembuangan feses,

kandang ternak, tempat pembuangan sampah dan depot air minum

isi ulang tersebut masing-masing memiliki penampungan air baku.

Penyimpanan air baku terlalu lama yang lebih dari beberapa hari

dapat mempengaruhi kualitas air minum dimana dapat menimbulkan

pertumbuhan mikroorganisme.

Observasi higiene dan sanitasi untuk depot air minum isi ulang

di Kota Pontianak telah dilakukan. Higiene dan sanitasi menurut

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.43 tahun 2014 meliputi lokasi

depot air minum, konstruksi bangunan, dan pelayanan terhadap

konsumen. Lokasi dari bangunan untuk DAMIU harus berada di

lokasi yang bebas dari pencemaran, seperti tempat pembuangan

kotoran dan sampah, penumpukan barang bekas atau bahan

berbahaya yang beracun, dan perusahaan lain yang diduga dapat

menimbulkan pencemaran terhadap air minum. Perusahaan lain yang

menimbulkan pencemaran seperti bengkel, cat, las, kapur dan

sejenisnya. Dari 46 (empat puluh enam) DAMIU di Kota Pontianak,

40 (empat puluh) DAMIU sudah memenuhi syarat lokasi depot air

minum isi ulang dan 6 (enam) depot belum memenuhi syarat lokasi

depot air minum, karena kedua bangunan depot ini berhadapan

Page 74: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

74

dengan bengkel mobil dan motor. Konstruksi dari bangunan DAMIU

juga harus memenuhi syarat fisik dan tata ruang.

Syarat fisik meliputi kondisi lantai, kondisi dinding, kondisi atap

dan luas ruangan. Kondisi lantai, dinding dan atap DAMIU harus

berbahan kedap air, permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak

menyerap debu dan mudah dibersihkan, selalu berada dalam keadaan

bersih dan tidak berdebu. Dari 46 (empat puluh enam) DAMIU yang

diteliti, ditemukan 6 (enam) DAMIU tidak memenuhi syarat. Dan

untuk persyaratan tata ruang dari jumlah 46 (empat puluh enam)

DAMIU, hanya 30 (tiga puluh) depot yang memenuhi syarat. Tata

ruang usaha DAMIU minimal terdiri dari ruangan proses

pengolahan, ruang tempat penyimpanan, ruang tempat pembagian

atau tempat penyediaan, ruang tunggu pengunjung (Kemenkes RI,

2014).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.492/ Menkes/

Per/ IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, pengawasan

mutu air pada depot air minum menjadi tugas dan tanggung jawab

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sejalan dengan adanya

peningkatan depot air minum isi ulang maka pelaksanaan tugas

Dinas Kesehatan harus ditingkatkan untuk membina dan mengawasi

depot air minum baik dari segi kualitas air, tempat, peralatan,

maupun penjamah, agar masyarakat terlindung dari potensi pengaruh

buruk akibat konsumsi air minum yang berasal dari depot air minum.

Page 75: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

75

Melihat kenyataan mengenai kecenderungan masyarakat untuk

mengkonsumsi air minum isi ulang demikian besar, dan masih

banyaknya depot isi ulang yang belum mempunyai izin resmi dari

Dinas Kesehatan serta syarat higiene sanitasi yang sering diabaikan

oleh pemilik depot air minum isi ulang, sehingga perlu adanya

pembinaan dan pengawasan depot air minum baik dari segi kualitas

air, tempat, peralatan, maupun penjamah, agar masyarakat selalu

aman dan sehat untuk mengkonsumsi air minum isi ulang (Chandra,

2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016),

menyatakan dari hasil observasi terhadap 41 DAM didapatkan

kondisi lokasi 13 DAM (32%) masuk dalam katagori kurang, 0

DAM (0%) dalam katagori cukup dan 28 DAM (68%) masuk dalam

katagori baik pada depot air minum Kabupaten Balangan.

Jadi kesimpulannya faktor lain tercemarnya air minum dari

depot air minum isi ulang, yaitu kurangnya pengetahuan dan

perhatian dari karyawan dan pengelola depot tentang higiene senitasi

dalam usahanya. Kebersihan tangan sangat penting untuk karyawan

depot karena bisa membantu dalam pencegahan penularan bakteri

dari tangan. Manfaat higiene sanitasi depot air minum yaitu untuk

melindungi masyarakat dari potensi pengaruh akibat konsumsi air

minum yang berasal dari depot air minum isi ulang.

Page 76: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

76

V.2.2

Gambaran Bangunan, Kuat, Aman, mudah dibersihkan dan

mudah pemeliharaannya

Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.2 diketahui

dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak

65,2% bangunannya kuat, 54,3% bangunannya aman, 76,1%

bangunannya mudah dibersihkan, 60,9% bangunannya mudah

pemeliharaannya.

Pengusaha dan pengelola DAMIU harus melakukan

pemeliharaan sarana produksi dan program sanitasi untuk

menghindari terkontaminasinya air minum oleh bakteri coliform,

yaitu dengan cara bangunan dan bagiannya harus dipelihara,

disanitasi secara berkala (Chandra, 2007).

Luas bangunan rumah harus disesuaikan dengan jumlah

penghuninya tidak terjadi kepadatan penghuni. Jika suatu rumah

terlalu padat, maka akan menyebabkan kurangnya oksigen dan

mudahnya penyebaran penyakit. Permenkes mensyaratkan rumah

sehat memenuhi syarat luas lebih dari 8M2 untuk tiap orang.

Mencegah masuknya binatang pengerat, serangga, binatang

kecil lainnya kedalam bangunan dan tempat pengisian.Mesin

peralatan harus dirawat secara berkala, jika sudah habis umur pakai

harus diganti sesuai dengan ketentuan teknisnya. Permukaan

peralatan yang kontak dengan air minum harus bebas kerak dan

residu lain. Proses pengisian dan penutupan dilakukan diruang yang

higienis (Natalia, 2014).

Page 77: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

77

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016),

menyatakan dari kondisi bangunan didapatkan 10 DAM (24%)

masuk dalam katagori kurang, 18 DAM (44%) dalam katagori cukup

dan 13 DAM (32%) masuk dalam katagori baik.

Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang

memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang

sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana

pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan huanian

rumah yang seusai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah.

V.2.3

Gambaran Lantai, kedap air, permukaan rata, permukaan

halus, permukaan tidak licin, permukaan tidak retak,

permukaan tidak menyerap debu, dan permukaan mudah

dibersihkan, kemiringan cukup landai

Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.3

diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada

sebanyak 52,2% lantai tidak kedap air, 87,0% permukaan lantai rata,

89,1% permukaan lantai halus, 71,7% permukaan tidak licin, 82,6%

permukaan tidak retak, 54,3% permukaan tidak menyerap debu,

60,9% permukaan mudah dibersihkan, dan 52,2% kemiringan cukup

landai.

Lantai depot air minum harus memenuhi syarat sebagai berikut

bahan kedap air, permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak

menyerap debu dan mudah dibersihkan, kemiringannya cukup untuk

memudahkan membersihkan, selalu dalam keadaan bersih dan tidak

berdebu (Indirawati, 2009).

Page 78: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

78

Konstruksi lantai, kedap air, permukaan rata, permukaan halus,

permukaan tidak licin, permukaan tidak retak, permukaan tidak

menyerap debu, dan permukaan mudah dibersihkan, kemiringan

cukup landai sehingga dapat mencegah terjadinya kebocoran atau

pencemaran terhadap air minum isi ulang yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.3, bahwa dapat

dijelaskan bahwa untuk lantai, kedap air, permukaan rata, permukaan

halus, permukaan tidak licin, permukaan tidak retak, permukaan

tidak menyerap debu, dan permukaan mudah dibersihkan,

kemiringan cukup landai pada depot air minum isi ulang tidak

memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.492/MENKES/Per/IV/2010.5 Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Azwar (2014) pada 20 depot air minum isi ulang di

Kecamatan Tuminting Kota Manado didapatkan 1 depot tidak

memenuhi syarat untuk konstruksi lantai, dinding dan langit-langit,

tidak dijelaskan penyebab dari pengawasan tikus, lalat dan kecoa

yang tidak memenuhi syarat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016),

menyatakan dari kondisi lantai didapatkan 9 DAM (22%) masuk

dalam katagori kurang, 0 DAM (0%) dalam katagori cukup dan 32

DAM (78%) masuk dalam katagori baik.

Lantai sebaiknya tidak terbuat oleh tanah karena ketika musim

hujan dapat menjadi lembab dan menimbulkan penyakit bagi

Page 79: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

79

penghuninya. Oleh karena itu, lantai sebaiknya dibuat oleh bahan

yang kedap air seperti disemen dan kemudian dilapisi oleh keramik.

V.2.4

Gambaran Dinding, kedap air, permukaan rata, permukaan

halus, permukaan tidak licin, permukaan tidak retak,

permukaan tidak menyerap debu, dan permukaan mudah

dibersihkan, warna yang terang dan cerah

Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.4 diketahui

dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak

97,8% lantai kedap air, 69,6% permukaan lantai tidak rata, 71,7%

permukaan lantai tidak halus, 71,7% permukaan licin, 84,8%

permukaan tidak retak, 80,4% permukaan tidak menyerap debu dan

permukaan mudah dibersihkan, dan 97,8% warna dinding terang dan

cerah.

Dinding depot air minum harus memenuhi syarat sebagai

berikut bahan kedap air, permukaan rata, halus, tidak menyerap debu

dan mudah dibersihkan, warna dinding terang dan cerah, selalu

dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari pakaian

tergantung (Prasoyo, 2004).

Penentuan lokasi depot sebaiknya terhindar dari resiko

pencemar. Lokasi DAM harus terbebas dari pencemaran yang

berasal dari debu disekitar depot, daerah tempat pembuangan

kotoran/sampah, tempat penumpukan barang bekas, tempat

bersembunyi/berkembang biak serangga, binatang kecil, pengerat,

dan lain-lain, tempat yang kurang baik system saluran pembuangan

Page 80: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

80

air dan tempat-tempat lain yang diduga dapat mengakibatkan

pencemaran (Santoso, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016),

menyatakan dari kondisi dinding didapatkan 15 DAM (37%) masuk

dalam katagori kurang, 0 DAM (0%) dalam katagori cukup dan 26

DAM (63%) masuk dalam katagori baik.

Dinding harus tegak lurus dari lantai agar dapat menahan beban

dinding sendiri.Selain itu, dinding juga harus menahan beban angin

serta beban diatasnya sepertiatap. Dinding juga harus terpisah dari

pondasi oleh lapisan kedap air agar air tanahtidak dapat meresap.

Dinding tidak boleh basah, lembab dan harus bebas dari lumut.

V.2.5

Gambaran Atap dan langit-langit, harus kuat, anti tikus, mudah

dibersihkan, tidak menyerap debu, permukaan rata, dan

berwarna terang, mempunyai ketinggian cukup

Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.5

diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada

sebanyak 58,7% atap dan langit-langit kuat dan anti tikus, 63,0% atap

dan langit-langit mudah dibersihkan, 60,9% mudah menyerap debu,

56,5% permukaan tidak rata dan tidak berwarna terang, 78,3%

mempunyai ketinggian cukup.

Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan

terhadap air dan tidak bocor, konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent

proof), bahan langit-langit mudah dibersihkan dan tidak menyerap

Page 81: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

81

debu, permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang, tinggi

langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai (Suriawiria, 2011).

Kondisi bangunannya baik, semua item observasi mulai dari

lantai, dinding, atap, langit-langit, tata ruang, pencahayaan, ventilasi

dan kelembaban udaranya memenuhi persyaratan tetapi tidak

memiliki fasilitas sanitasi berupa tempat cuci tangan, dan walaupun

ada tapi tidak dilengkapi dengan air mengalir dan sabun, sehingga

potensi kontaminasi oleh bakteriologis dapat melalui operator yang

tidak hygienis dalam bekerja seperti tidak mencuci tangan sebelum

melayani konsumen yang dikarenakan ketidak tersediaan sarana cuci

tangannya (Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), dari

18 DAM dengan atap dan langit-langit, terdapat 4 DAM (22%) tidak

memenuhi syarat dan 14 DAM (78%) memenuhi syarat.

Langit-langit berfungsi untuk tutup seluruh konstruksi atap dan

kuda-kuda agar terlihat rapih, menahan debu yang jatuh serta

menahan tetesan air hujan yang menembus celah-celah atap dan

untuk menahan panas agar tidak mudah masuk keruangan yang

dibawahnya. Langit-langit yang memenuhi persyaratan adalah

langit-langit yang dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh

dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta mudah dibersihkan.

Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari permukaan lantai. Atap

konstruksi atap harus didasarkan kepada perhitungan yang teliti

Page 82: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

82

sehingga dapat menahan semua beban yang ada seperti beban hujan

dan beban angin. Fungsi dari atap adalah untuk melindungi bagian-

bagian dalam rumah dan semua penghuni dari panas dan hujan.

Syarat atap yang baik antara lain rapat air, padat dan tidak dapat

bergeser, tidak mudah terbakar, ringan dan dapat tahan lama.

V.2.6

Gambaran Tata ruang terdiri atas ruang proses pengolahan,

penyimpanan, pembagian/ penyediaan, ruang tunggu

pengunjung/ konsumen

Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.6 diketahui

dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada sebanyak

56,5% tidak ada ruang proses pengolahan, 58,7% memiliki ruang

penyimpanan, 89,1% memiliki ruang pembagian/ penyediaan, 52,2%

memiliki ruang tunggu pengunjung/ konsumen.

Untuk persyaratan tata ruang dari jumlah 46 (empat puluh enam)

DAMIU, hanya 30 (tiga puluh) depot yang memenuhi syarat. Tata

ruang usaha DAMIU minimal terdiri dari ruangan proses

pengolahan, ruang tempat penyimpanan, ruang tempat pembagian

atau tempat penyediaan, ruang tunggu pengunjung.

Bahan pintu harus kuat dan tahan lama, permukaan rata, halus,

berwarna terang dan mudah dibersihkan, pemasangannya rapi

sehingga dapat menutup dengan baik. Kondisi bangunannya kurang,

walaupun persyaratan dinding kedap air, permukaan rata, halus,

tidak licin, tidak retak, tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan,

serta warna yang terang dan cerah tidak terpenuhi tetapi

Page 83: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

83

pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan dan

tersebar secara merata dan tidak ada tikus, lalat dan atau kecoa

berkeliaran dalam bangunan, sehingga juga tidak menimbulkan

risiko pencemaran bakteriologis melalui tikus, lalat dan atau kecoa

(Mukono HJ, 2011).

Kontruksi bangunan depot AMIU harus memenuhi tata ruang

dan syarat fisik. Syarat fisik kondisi depot meliputi kosdisi lantai,

kondisi dinding, kondisi atap dan luas ruangan. Syarat fisik tersebut

harus memenuhi syarat, harus kuat, aman dan mudah dibersihkan

serta mudah pemeliharaannya. Menurut depkes RI (2006) tata ruang

usaha DAMIU minimal terdiri dari ruangan proses pengolahan,

ruangan tempat penyimpangan, ruangan tempat pembagian/ tempat

penyediaan, ruang tunggu pengunjung.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Margareth (2015),

menyatakan dari 5 (lima) depot yang diteliti 4 (empat) depot tidak

memenuhi syarat fisik dan satu depot memenuhi syarat fisik. Untuk

tata ruang, semua depot (100%) tidak memenuhi syarat tata ruang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), dari

10 DAM dengan kondisi tata ruang, terdapat 2 DAM (20%) tidak

memenuhi syarat dan 8 DAM (80%) memenuhi syarat.

Setiap bagian dalam rumah harus sesuai dengan fungsinya dan

memiliki tata ruang yang baik agar memudahkan komunikasi antara

ruangan di dalam rumah dengan menjamin kerahasiaan pribadi

Page 84: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

84

masing-masing penghuni. Untuk ruang tidur, harus ada pemisah

antara ruang kamar tidur orang tua dan kamar tidur anak. Kemudian,

luas ruangan minimal 8 m dengankapasitas orang maksimal 2 orang.

Untuk dapur, ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar air

hasil kegiatan dapat dialirkan keluar. Luas dapur minimal 3 m.

Selain itu, di dapur harus tersedia alat-alat pengolahan, alat-alat

masak tempat cuci peralatan dan air bersih dan tempat penyimpanan

bahan makanan. Untuk kamar mandi harus memiliki minimal 1

lubang ventilasi yang berhubungan dengan udara luar.

V.2.7

Gambaran Pencahayaan cukup terang untuk bekerja (intensitas

cahaya < 60 lux), tidak menyilaukan (intensitas cahaya 60-120

lux), tersebar secara merata (intensitas cahaya > 120 lux)

Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.7

diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada

sebanyak 52,2% pencahayaan cukup terang untuk bekerja (intensitas

cahaya < 60 lux), tidak menyilaukan (intensitas cahaya 60-120 lux) dan

tersebar secara merata (intensitas cahaya > 120 lux).

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan

tenaga kerja melihat pekerjaannya dengan baik dan tanpa upaya yang

tidak perlu, serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang

nyaman dan menyenangkan. Berdasarkan hasil analisis data per item

pada tabel V.7, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

492/MENKES/Per/IV/2010.5 Sedangkan penelitian yang dilakukan

oleh Mohamad (2014) pada 6 depot air minum isi ulang di

Page 85: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

85

Kecamatan Sario Kota Manado didapatkan 2 depot tidak memenuhi

syarat untuk penerangan ruangan, tidak dijelaskan penyebab dari

penerangan ruangan yang tidak memenuhi syarat.

Pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan

dan tersebar secara merata. Ruangan pengolahan dan penyimpanan

mendapat penyinaran cahaya dengan minimal 10 – 20 foot candle

atau 100-200 lux. Pencahayaan yang tidak memenuhi syarat

kesehatan akan membawa dampak bagi penghuninya, hal ini

dikarenakan rumah yang tidak mendapatkan cahaya matahari yang

cukup akan membuat rumah tersebut menjadi gelap. Cahaya

matahari yang masuk kedalam rumah berguna untuk menerangi

ruangan serta mempunyai daya untuk membunuh bakteri (Kemenkes

RI, 2014).

Melihat masalah yang ada di lapangan, sebaiknya DAMIU dapat

memanfaatkan pencahayaan alamiah yang bersumber dari matahari

dengan baik. DAMIU dapat menggunakan atap seng transparan.

Letak ventilasi juga harus diperhatikan saat membangun DAMIU

sehingga cahaya matahari mudah masuk kedalam rumah, sebaiknya

letak jendela harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari

lama menyinari lantai dengan menggunakan genting kaca atau

genting transparan.

Page 86: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

86

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), dari

26 DAM dengan kondisi pencahayaan, terdapat 7 DAM (27%) tidak

memenuhi syarat dan 19 DAM (73%) memenihi syarat.

Penerangan dalam depot air minum isi ulang sebaiknya setiap

titik di dalam ruangan dipasang lampu sebagai penerangan dan

dinyalakan agar dapat memenuhi standar yang telah disesuaikan.

Cahaya yang cukup merupakan suatu kebutuhan manusia agar

terhindar dari penyakit dan kerugian-kerugian lainnya. Terdapat dua

jenis pencahayaan pencahayaan alami diperoleh melalui sinar

matahari yang masuk melalui lubang jendela, celah, maupun bagian

lain dari rumah yang terbuka. Fungsi dari sinar matahari adalah

untuk penerangan dan untuk mengurangi kelembaban ruangan,

mengusir nyamuk dan serangga lainnya serta membunuh kuman-

kuman (Azwar, 1996). pencahayaan buatan merupakan penerangan

dengan menggunakan sumbercahaya buatan seperti lampu.

V.2.8

Gambaran Ventilasi menjamin peredaran/pertukaran udara

dengan baik (>10% luas lantai)

Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.8

diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada

sebanyak 54,3% menjamin peredaran/ pertukaran udara dengan baik

(>10% luas lantai).

Ventilasi menjamin peredaraan/pertukaran udara dengan baik.

Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur ventilasi yang

dapat menjaga suhu yang nyaman dengan cara menjamin terjadi

Page 87: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

87

peredaran udara dengan baik, tidak mencemari proses pengolahan

dan atau air minum, menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai

kebutuhan (Prasoyo, 2004).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis, lokasi

penelitian ini sebagian besar rumah tidak memiliki ventilasi yang

cukup untuk melakukan pertukaran udara yang disebabkan rumah

yang saling berhimpitan sehingga mendukung hidupnya bakteri ini

di rumah tersebut.

Ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan

memberikan dampak bagi penghuni didalam rumah. Menurut

Notoatmodjo (2011), salah satu fungsi ventilasi adalah menjaga

aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar, jika keadaan

ventilasi tidak memenuhi syarat kesehatan akan menyebabkan

berkurangnya jumlah konsentrasi oksigen dan bertambahnya

konsentrasi karbondioksida yang bersifat racun bagi pengusaha

DAMIU. Ventilasi yang tidak memenuhi syarat akan mengakibatkan

terhalangnya proses pertukaran udara dan sinar matahari ke dalam

DAMIU. Selain itu ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan

akan memberikan dampak pada proses pergantian udara dalam

DAMIU serta mengurangi kelembaban didalam ruangan.

Pada akhirnya ventilasi juga berkaitan erat dengan pencahayaan

alamiah, karena sebagian besar responden menggunakan jendela

yang terbuat dari kayu sehingga apabila jendela ditutup maka tidak

Page 88: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

88

ada sinar matahari yang masuk kedalam rumah (Kemenkes RI,

2011).

Sebaiknya ventilasi yang terbuka tidak ditutup secara permanen

dengan kayu atau kertas, serta terhalang oleh barang-barang besar

misalnya lemari dan ada baiknya jika pemilik DAMIU menanam

pepohonan di sekitar rumah agar udara menjadi sejuk, namun jangan

sampai pepohonan tersebut menutupi ventilasi di rumah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), dari

15 DAM dengan kondisi ventilasi, terdapat 4 DAM (27%) tidak

memenuhi syarat dan 11 DAM (73%) memenuhi syarat.

Ventilasi digunakan untuk menyediakan udara segar dari luar

kepada setiap ruang di dalam kamar dan untuk menyalurkan udara

kotor ke luar. Ventilasi yang baik memiliki syarat-syarat antara lain

luas lubang ventilasi tetap minimal 5% dari luas lantai ruangan.

Udara yang masuk harus udara bersih yang tidak dicemari oleh asap

kendaraan, pabrik, sampah maupun asap lainnya. Aliran udara

diusahakan cross ventilation sehingga proses aliran udara lebih

lancar

V.2.9

Gambaran Kelembaban udara dapat memberikan mendukung

kenyamanan dalam melakukan pekerjaan/aktivitas (<40%,

40%-70%, dan >70%)

Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.9

diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada

Page 89: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

89

sebanyak 60,9% dapat memberikan mendukung kenyamanan dalam

melakukan pekerjaan/aktivitas (<40%, 40%-70% dan >70%).

Kelembaban udara dapat memberikan mendukung kenyamanan

dalam melakukan pekerjaan/ aktivitas. Menurut Kemenkes RI,

(2014) DAMIU yang memiliki kelembaban yang tidak memenuhi

syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi pengelolahan air

minum, hal ini dikarenakan DAMIU yang lembab merupakan media

yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme misalnya bakteri dan

virus.

Kelembaban sangat erat kaitannya dengan kondisi ventilasi,

jenis lantai serta pencahayaan. hal ini dapat dilihat dari luas ventilasi

yang tidak sesuai dengan syarat kesehatan selain itu ada pula yang

tidak pernah membuka jendela atau menutup jendelaengan kayu

ataupun kertas, hal ini justru akan membuat tempat pengolahan air

akan menjadi lembab. Selain itu pula pencahayaan didalarn rumah

juga harus diperhatikan karena jika rumah dalam kondisi yang gelap

akan membuat rumah menjadi lembab. Rumah yang memiliki

kelembaban udara tinggi dapat mempertahankan bakteri di udara

lebih lama (Astri, 2009).

Melihat masalah yang ada di lapangan, pemilik rumah

diharapkan dapat menjaga kelembaban didalam rumah dengan selalu

memperhatikan kondisi drainase atau saluran air di sekeliling rumah,

Page 90: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

90

lantai harus kedap air, atan tidak bocor serta tersedia ventilasi yang

cukup.

Sebaiknya jika udara didalam rumah sangat panas bisa

menggunakan kipas angin atau pendingin udara serta mengatur

kelembaban udara di dalam rumah dengan membuka ventilasi atau

tempat keluar masuk udara.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), dari

32 DAM dengan kelembaban, terdapat 8 DAM (25%) tidak

memenuhi syarat dan 24 DAM (75%) memenihi syarat.

Depot Air Minum Isi Ulang yang tidak ada ventilasi udara agar

dibuatkan exhaust fan/ tempat keluar masuknya udara, agar tidak

terjadi perkembangbiakan bakteri pada DAMIU.

V.2.10

Gambaran Fasilitas sanitasi dasar memiliki akses kamar mandi

dan jamban

Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.10

diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada

sebanyak 65,2% tidak memiliki akses kamar mandi dan jamban.

Akses terhadap fasilitas sanitasi adalah walaupun depot air

minum tidak memiliki sarana sanitasi seperti kamar mandi dan

jamban, tetapi dilingkungan tersebut ada sarana sanitasi yang dapat

digunakan, baik milik umum ataupun pribadi (Chandra, 2015).

Berdasarkan kondisi data diatas maka dapat disimpulkan bahwa

depot yang sanitasinya tidak bersih dapat menyebabkan kualitas air

yang tidak baik karena kualitas air minum isi ulang cenderung tidak

Page 91: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

91

memenuhi syarat secara bakteriologis, hal ini disebabkan karena

aspek-aspek yang berkaitan dengan sanitasi bangunan tidak

seluruhnya memenuhi syarat kesehatan, dimana kebersihan ruang

pengolahan, dinding, dan lantai yang tidak bersih dan air yang telah

diolah yang dimasukkan ke dalam galon diletakkan dilantai yang

kotor dan tidak langsung di tutup.

Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap

fasilitas sanitasi sebagai berikut tempat cuci tangan yang dilengkapi

dengan sabun pembersih dan saluran limbah, fasilitas sanitasi (jaman

dan peturasan), tempat sampah yang memenuhi persyaratan,

menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel setiap

pengisian air (Adriyani, 2015).

Lokasi yang terjamin dan memenuhi syarat sanitasinya akan

menjamin mutu air sehat dan aman (Kemenkes RI, 2014), maka

depot air minum dengan lokasi yang memenuhi syarat secara

otomatis akan mempengaruhi kualitas air minum yang ada pada

depot air minum.

Berdasarkan dari hasil penelitian, masih ditemukannya beberapa

depot air minum yang kondisi sanitasi bangunannya tidak bersih

seperti ruang pengolahan yang berdebu, lantai kotor dan basah,

dinding ruangan yang tidak bersih, hal inilah yang dapat

menyebabkan kualitas air isi ulang tidak memenuhi syarat secara

bakteriologis.

Page 92: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

92

Berdasarkan pembahasan diatas dapa peneliti simpulkan bahwa

sanitasi gedung seperti ruangan tempat pengolahan, lantai dan

dinding yang tidak bersih dapat mempengaruhi kualitas air karena

dari penelitian yang dilakukan, depot yang sanitasi bangunannya

yang tidak bersih kualitas air minum isi ulang cenderung tidak

memenuhi syarat secara bakteriologis, oleh karena itu diharapkan

kepada pemilik depot air minum yang ada Kota Pontianak untuk

memperhatikan aspek-aspek sanitasi seperti ruang pengolahan, lantai

dan dinding agar dibersihkan secara rutin.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wahyuningsih (2001), di Kota Kudus terhadap 21 depot air minum

yang menyatakan ada hubungan antara sanitasi bangunan dengan

kualitas air minum isi ulang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016),

menyatakan dari fasilitas sanitasi dasar didapatkan 10 DAM (24%)

masuk dalam katagori kurang, 18 DAM (44%) dalam katagori cukup

dan 13 DAM (32%) masuk dalam katagori baik. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2007), didapatkan variabel

fasilitas sanitasi dalam kategori tidak memenuhi syarat (memenuhi

2,2% persyaratan) di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.

Hasil penelitian dilapangan menyatakan bahwa kondisi fasilitas

sanitasinya kurang baik, semuanya memiliki akses kamar mandi dan

jamban walaupun dirumah pemilik/pengelola yang ada sekitar DAM,

Page 93: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

93

ada saluran pembuangan air limbah yang alirannya lancar dan

tertutup serta terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air

mengalir tetapi tata ruang tidak terdiri atas ruang proses pengolahan,

penyimpanan, pembagian/penyediaan, dan ruang tunggu

pengunjung/konsumen dan bercampur dengan barang dagangan lain,

ini memungkinkan konsumen masuk kedalam DAM, sehingga air

DAM bisa terkontaminasi melalui konsumen tadi, sedangkan kondisi

fasilitas sanitasinya kurang, walaupun terdapat saluran pembuangan

air limbah yang alirannya tidak lancar dan terbuka serta tidak ada

tempat sampah yang tertutup tetapi tidak ada tikus, lalat dan atau

kecoa keliatan dalam bangunan, sehingga tidak menimbulkan risiko

pencemaran bakteriologis melalui tikus, lalat dan atau kecoa.

Depot air minum harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi

seperti tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir, sabun dan

saluran limbah, tempat sampah yang memadai serta tertutup, saluran

pembuangan limbah (air kotor) dan ada akses toilet (Indirawati,

2009).

V.2.11

Gambaran Pembuangan air limbah Terdapat saluran

pembuangan air limbah yang alirannya lancar dan tertutup

Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.11

diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada

sebanyak 52,2% terdapat saluran pembuangan air limbah yang

alirannya lancar dan tertutup.

Page 94: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

94

Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah

tangga, industry dan tempat umum lainnya dan biasanya

mengandung bahan atau zat yang membahayakan kehidupan

manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan (Chandra,

2007). Air limbah dari rumah tangga adalah air yang berasal dari

kamar mandi dan dapur.

Saluran pembuangan air limbah yang alirannya lancar/tidak

tersumbat dan tertutup dengan baik. Proses produksiya baik

semuanya melakukan pengurasan dan pencucian bak/tangki/tendon

air baku secara berkala maksimal 3 bln sekali, melakukan sistem

pencucian terbalik (back washing) secara secara berkala, mikrofilter

dan desinfeksi masih dalam masa pakai/tidak kadaluarsa dan

pengisian botol (galon) dalam ruangan tertutup tetapi tata ruang tidak

terdiri atas ruang proses pengolahan, penyimpanan,

pembagian/penyediaan, dan ruang tunggu pengunjung/konsumen

dan bercampur dengan barang dagangan lain,ini memungkinkan

konsumen masuk kedalam DAM, sehingga air DAM bisa

terkontaminasi melalui konsumen tadi, ditambah lagi tidak memiliki

fasilitas sanitasi berupa tempat sampah yang tertutup dan tempat cuci

tangan yang dilengkapi dengan air mengalir dan sabun (Kemenkes

RI, 2014).

Proses produksinya kurang, walaupun tidak melakukan

pengurasan dan pencucian bak/tangki/tendon air baku secara berkala

Page 95: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

95

maksimal 3 bln sekali tetapi bak/tangki/tandon air baku tertutup dan

terlindung, ada tabung filter dan dimungkinkan dilakukan system

back washing, terdapat lebih dari satu mikro filter (μ) dengan ukuran

berjenjang, dan terdapat peralatan sterilisasi, berupa ultra violet dan

atau ozonisasi dan atau peralatan disinfeksi lainnya yang berfungsi

sehingga walaupun ada bakteri yang disebabkan oleh tidak dikuras

atau dicucinya tangki, setelah dari tangki tersebut air masih melalui

beberapa tahapan proses lagi yang fungsinya untuk membunuh

bakteri bila masih ada (Prasoyo, 2004).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), 9

DAM dengan kondisi pembuangan air limbah, terdapat 3 DAM

(33%) tidak memenuhi syarat dan 6 DAM (67%) memenuhi syarat.

Pengolahan air limbah ialah unit instalasi pengolahan Air

limbah (IPAL) yang berfungsi untuk mengurangi BOD, COD,

partikel tercampur, serta membunuh organisme patogen. Selain itu,

diperlukan juga tambahan pengolahan untuk menghilangkan bahan

nutrisi, komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat di

degradasikan agar konsentrasi yang ada menjadi rendah. Untuk itu

maka diperlukan evaluasi kualitas air buangan yang dilakukan

melalui perbandingan karakteristiknya dengan standar kualitas (baku

mutu) yang berlaku. Evaluasi ini perlu dilakukan untuk menentukan

karakteristik air buangan yang memerlukan pengolahan dan besarnya

efisiensi pengolahan yang dibutuhkan untuk karakteristik tersebut.

Page 96: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

96

Perlu dilaksanakannya pemeliharaan rutin pada saluran air

limbah baik itu bak pengendapan maupun sumur pengumpul

dan saluran drainase di depot air minum isi ulang. Partisipasi dan

kesadaran pemilik DAMIU diharapkan dapat menjaga saluran yang

telah ada untuk tidak membuang sampah dan merusak saluran

tersebut, baik itu saluran air limbah maupun saluran drainase.

V.2.12

Gambaran Tempat sampah Terdapat tempat sampah yang

tertutup

Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.12

diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada

sebanyak 58,7% terdapat tempat sampah yang tertutup.

Tempat sampah dilengkapi tutup agar tidak menjadi sumber

pencemar. Hasil penelitian di lapangan dari 36 DAM yang kondisi

lokasinya baik, semuanya berada tidak dekat daerah/tempat

pembuangan sampah/kotoran, tidak dekat tempat penumpukan

barang bekas/berbahaya/beracun (B3), tidak ada tempat

bersembunyi/ berkembangbiak serangga, binatang kecil, pengerat

dll. disekitar DAM, tidak dekat system saluran pembuangan air yang

kurang baik (menggenang dan terbuka) dan tidak ada genangan air

dan atau rawa disekitar DAM tetapi tidak memiliki fasilitas sanitasi

berupa tempat sampah yang tertutup, tempat cuci tangan yang

dilengkapi dengan air mengalir dan sabun, sehingga potensi

kontaminasi oleh bakteriologis dapat melalui operator yang tidak

hygienis dalam bekerja seperti tidak mencuci tangan sebelum

Page 97: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

97

melayani konsumen yang dikarenakan ketidaktersediaan sarana cuci

tangan. Sedangkan dari 10 DAM yang kondisi lokasinya kurang,

walaupun terdapat tempat persembunyian/berkembang biak

serangga, binatang kecil, pengerat dll disekitar DAM tetapi tidak

ditemukan ada tikus, lalat dan atau kecoa berkeliaran dalam

bangunan, sehingga tidak menimbulkan risiko pencemaran

bakteriologis melalui tikus, lalat dan atau kecoa. Penentuan lokasi

depot sebaiknya terhindar dari resiko pencemar. Lokasi DAM harus

terbebas dari pencemaran yang berasal dari debu disekitardepot,

daerah tempat pembuangan kotoran/sampah, tempat penumpukan

barang bekas, tempat bersembunyi/berkembang biak serangga,

binatang kecil, pengerat, dan lain-lain, tempat yang kurang baik

system saluran pembuangan air dan tempat-tempat lain yang diduga

dapat mengakibatkan pencemaran (Prihartini, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), dari

13 DAM dengan kondisi tempat sampah, terdapat 4 DAM (31%)

tidak memenuhi syarat dan 9 DAM (69%) memenuhi syarat.

Tempat sampah sebaiknya diletakkan di atas pondasi beton atau

semen, rak atau tonggak. Sampah harus selalu diangkut secara rutin

minimal sekali sehari. Meningkatkan sanitasi tempat penyimpanan

barang/alat sehingga tidak dapat dipergunakan tikus untuk

berlindung atau bersarang.

Page 98: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

98

Sampah merupakan semua produk sisa dalam bentuk padat

akibat aktifitas manusia dan sudah dianggap tidak bermanfaat. Agar

sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, diperlukan

pengaturan pembuangannya. Syarat tempat sampah yang baik adalah

terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat dan tidak mudah

bocor, harus dituutp rapat sehingga tidak menarik serangga atau

binatang-binatang lainnya serperti tikus, kucing dan sebagainya.

V.2.13

Gambaran Tempat cuci tangan Terdapat tempat cuci tangan

yang dilengkapi air mengalir dan sabun

Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.13

diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada

sebanyak 54,3% terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air

mengalir dan sabun.

Tempat cuci tangan dilengkapi air mengalir dan sabun dengan

jumlah yang mencukupi. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan

kondisi bangunannya baik, semua item observasi mulai dari lantai,

dinding, atap, langit-langit, tata ruang, pencahayaan, ventilasi dan

kelembaban udaranya memenuhi persyaratan tetapi tidak memiliki

fasilitas sanitasi berupa tempat cuci tangan, dan walaupun ada tapi

tidak dilengkapi dengan air mengalir dan sabun, sehingga potensi

kontaminasi oleh bakteriologis dapat melalui operator yang tidak

hygienis dalam bekerja seperti tidak mencuci tangan sebelum

melayani konsumen yang dikarenakan ketidak tersediaan sarana cuci

tangannya, sedangkan yang kondisi bangunannya kurang, walaupun

Page 99: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

99

persyaratan dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin,

tidak retak, tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta

warna yang terang dan cerah tidak terpenuhi tetapi pencahayaan

cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan dan tersebar secara

merata dan tidak ada tikus, lalat dan atau kecoa berkeliaran dalam

bangunan, sehingga juga tidak menimbulkan risiko pencemaran

bakteriologis melalui tikus, lalat dan atau kecoa (Purba, 2011).

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas air yang

dihasilkan suatu depot air minum adalah bangunan dan bagian-

bagiannya. Hal ini harus dipelihara dan dikenakan tindak sanitasi

secara teratur dan berkala. Sanitasi bangunan meliputi lantai,

dinding, atap, langit-langit, pintu, tata ruang dan lain-lain. Bangunan

DAM yang tidak terjaga kebersihannya dikhawatirkan debu yang

ada di udara dapat langsung mencemari air minum, dan apabila debu

tersebut mengandung kuman maka dapat menyebabkan pencemaran

dan mempengaruhi kualitas bakteriologis air hasil olahan DAM

(Mukono, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), dari

18 DAM dengan kondisi tempat cuci tangan, terdapat 4 DAM (22%)

tidak memenuhi syarat dan 14 DAM (78%) memenuhi syarat.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adriani

(2015), menunjukkan bahwa 8 depot air minum yang ada di

Kecamatan Tanjung Redep yang memiliki tempat cuci tangan yaitu

Page 100: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

100

0, tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun yang

menyediakan juga 0, dan untuk penyediaan kain lap yang bersih

hanya terdapat di 4 depot (50%), tetapi di setiap depot memiliki

saluran limbah sebagai pembuangan air yaitu 8 depot (100%), dan

penyediaan 1 unit dispenser dan air minum sebagai contoh

pengunjung 0.

Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang

maupun cair sangat disarankan untuk kebersihan tangan yang

maksimal. Pentingnya mencuci tangan secara baik dan benar

memakai sabun adalah agar kebersihan terjaga secara keseluruhan

serta mencegah kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke tubuh

dalam ruang lingkup Depot Air Minum Isi Ulang.

V.2.14

Gambaran Vektor dan binatang Bebas dari tikus, lalat dan

kecoa

Berdasarkan hasil analisis data per item pada tabel V.14

diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota Pontianak ada

sebanyak 60,9% bebas dari tikus, lalat dan kecoa.

Depot air minum harus bebas dari tikus, lalat dan kecoa, karena

dapat mengotori dan merusak. Menurut Chandra (2006), ditinjau dari

sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih

harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan air

bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat.

Penyakit – penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi

dalam kelompok – kelompok berdasarkan cara penularannya. Water

Page 101: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

101

borne Kuman patogen yang berada dalam air dapat menyebabkan

penyakit pada manusia yang ditularkan melalui mulut atau sistem

pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini

antara lain kolera, tipoid, hepatitis viral, disentri basiller, dan

poliomyelitis (Entjang, 2003).

Bangunan dari bagian-bagiannya harus dipelihara dan

dikenakan tindak sanitasi secara teratur dan berkala. Harus dilakukan

usaha pencegahan masuknya binatang pengerat (tikus), serangga dan

binatang kecil lainnya kedalam bangunan proses produksi maupun

tempat pengisian. Tikus, lalat dan kecoa dapat membawa bibit

penyakit seperti tifus, diare, mual dan sebagainya. Kebanyakan

hewan-hewan tersebut merupakan tempat sementara bagi mikroba

sebelum beralih kemanusia. Berdasarkan hasil analisis data per item

pada tabel V.14 diketahui dari 46 depot air minum isi ulang di Kota

Pontianak ada sebanyak 60,9% bebas dari tikus, lalat dan kecoa,

sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.492/MENKES/Per/IV/2010. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Mohamad (2014) pada 6 depot air minum isi ulang di

Kecamatan Sario Kota Manado didapatkan untuk pengawasan tikus,

lalat dan kecoa 1 depot tidak memenuhi syarat, tidak dijelaskan

penyebab dari pengawasan tikus, lalat dan kecoa yang tidak

memenuhi syarat.

Page 102: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

102

Water washed penularan semacam ini berkaitan dengan

kebersihan umum dan perseorangan. Dalam hal ini terjadi 3 (tiga)

cara penularan, yaitu infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare

pada anak-anak, berjangkitnya penyakit ini sangat erat kaitannya

dengan kurangnya ketersediaan air untuk makan, minum, dan

memasak serta kebersihan alat-alat makan. Infeksi melalui kulit dan

mata, seperti scabies dan trachoma, berjangkitnya penyakit ini sangat

erat kaitannya dengan kurangnya ketersediaan air bersih untuk

hygiene perorangan (mandi dan cuci), penularan melalui binatang

pengerat seperti pada penyakit leptospirosis, berjangkitnya penyakit

ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya ketersediaan air untuk

hygiene perorangan yang ditujukan untuk mencegah investasi

insekta parasit pada tubuh dan pakaian (Kemenkes RI, 2011).

Water based penyakit yang ditularkan dengan cara ini memiliki

agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya dalam

tubuh vektor atau sebagai intermediat host yang hidup didalam air,

contohnya Schistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculus

medinensis. Badan air yang potensial terhadap berjangkitnya jenis

penyakit ini adalah badan air yang terdapat di alam, yang

berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari seperti menangkap

ikan, mandi, cuci dan sebagainya.

Water related insect vector agen penyakit ditularkan melalui

gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air. Air yang

Page 103: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

103

merupakan salah satu unsur alam yang harus ada dalam lingkungan

manusia akan merupakan media yang baik bagi insekta untuk

berkembang biak. Contoh penyakit melalui cara ini adalah filariasis,

dengue, malaria, dan yellow fever (Prasoyo, 2004).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2016), dari

10 DAM, terdapat 3 DAM (30%) terdapat vektor dan binatang dan 7

DAM (70%) tidak terdapat vektor dan binatang.

V.2.15 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, penelitian masih menemukan berbagai

keterbatasan. Beberapa keterbatasan penelitian yang ada yaitu:

1. Keterbatasan waktu dan tenaga dari penulis

Masih banyak faktor-faktor lain misalnya jenis sumber air

baku, kualitas air baku (bakteriologi), sanitasi peralatan, higiene

karyawan, kualitas air minum secara bakteriologis (bakteri

coliform), kualitas air minum secara fisik (kekeruhan) yang dapat

disajikan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini. Namun

karena kemampuan penulis masih terbatas dalam hal waktu dan

tempat. Maka variabel bebas yang digunakan juga terbatas.

2. Keterbatasan melakukan pendekatan dengan responden

Peneliti tidak banyak memiliki waktu sehingga kurang

melakukan pendekatan. Penelitian ini merupakan penelitian yang

menggunakan analitik observasional dengan pendekatan cross

sectional, dimana dilakukan secara bersamaan. Desain tersebut

Page 104: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

104

memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat menjelaskan hubungan

sebab akibat sehinggan penggalian informasi yang berhubungan

dengan aspek tempat pada depot air minum isi ulang di Kota

Pontianak ini tidak bisa dilakukan secara mendalam. Desain ini

hanya dapat menunjukkan gambaran saja (variabel tunggal)

diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti dengan

melihat hubungan antara dua variabel.

Page 105: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

105

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil dan pembahasan pada bab V, maka peneliti

dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar lokasi depot air minum isi ulang sebanyak 52,2%

DAMIU terjadi sumber pencemaran dan penularan penyakit.

2. Sebagian besar bangunan depot air minum isi ulang sebanyak 65,2%

bangunannya kuat, 54,3% bangunannya aman, 76,1% bangunannya

mudah dibersihkan, 60,9% bangunannya mudah pemeliharaannya.

3. Sebagian besar lantai depot air minum isi ulang sebanyak 52,2% lantai

tidak kedap air, 87,0% permukaan lantai rata, 89,1% permukaan lantai

halus, 71,7% permukaan tidak licin, 82,6% permukaan tidak retak, 54,3%

permukaan tidak menyerap debu, 60,9% permukaan mudah dibersihkan,

dan 52,2% kemiringan cukup landai.

4. Sebagian besar dinding depot air minum isi ulang sebanyak 97,8%

lantai kedap air, 69,6% permukaan lantai tidak rata, 71,7% permukaan

lantai tidak halus, 71,7% permukaan licin, 84,8% permukaan tidak retak,

80,4% permukaan tidak menyerap debu dan permukaan mudah

dibersihkan, dan 97,8% warna dinding terang dan cerah.

5. Sebagian besar atap dan langit-langit depot air minum isi ulang

sebanyak 58,7% atap dan langit-langit kuat dan anti tikus, 63,0% atap

88

Page 106: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

106

dan langit-langit mudah dibersihkan, 60,9% mudah menyerap debu,

56,5% permukaan tidak rata dan tidak berwarna terang, 78,3%

mempunyai ketinggian cukup.

6. Sebagian besar tata ruang depot air minum isi ulang sebanyak 56,5%

tidak ada ruang proses pengolahan, 58,7% memiliki ruang penyimpanan,

89,1% memiliki ruang pembagian/ penyediaan, 52,2% memiliki ruang

tunggu pengunjung/ konsumen.

7. Pencahayaan pada depot air minum isi ulang sebanyak 52,2%

pencahayaan cukup terang untuk bekerja (intensitas cahaya > 60 lux), tidak

menyilaukan (intensitas cahaya > 60 lux) dan tersebar secara merata

(intensitas cahaya > 60 lux).

8. Ventilasi pada depot air minum isi ulang sebanyak 54,3% menjamin

peredaran/ pertukaran udara dengan baik (>10% luas lantai).

9. Kelembaban pada depot air minum isi ulang sebanyak 60,9% dapat

memberikan mendukung kenyamanan dalam melakukan pekerjaan/aktivitas

(40%-70%).

10. Sebagian besar fasilitas sanitasi dasar depot air minum isi ulang

sebanyak 65,2% tidak memiliki akses kamar mandi dan jamban.

11. Sebagian besar pembuangan air limbah depot air minum isi ulang

sebanyak 52,2% terdapat saluran pembuangan air limbah yang alirannya

lancar dan tertutup.

12. Sebagian besar tempat sampah depot air minum isi ulang sebanyak

58,7% terdapat tempat sampah yang tertutup.

Page 107: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

107

13. Sebagian besar tempat cuci tangan depot air minum isi ulang sebanyak

54,3% terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan

sabun.

14. Sebagian besar vektor dan binatang depot air minum isi ulang sebanyak

60,9% bebas dari tikus, lalat dan kecoa.

VI.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas maka pada akhir penulisan

skripsi ini peneliti akan memberikan beberapa saran yaitu, sebagai berikut:

VI.2.1 Bagi Dinas Kesehatan

1. Dinas Kesehatan Kota Pontianak seksi Kesehatan Lingkungan

dan Promosi Kesehatan diharapkan dapat memberikan pembinaan

atau penyuluhan secara rutin kepada pemilik Depot Air Minum

Isi Ulang mengenai higiene dan sanitasi DAMIU yang memenuhi

standar kesehatan.

2. Dinas Kesehatan agar menerapkan pemberian stiker depot sehat

terhadap seluruh DAMIU yang memenuhi syarat kesehatan

bakteriologis serta memberikan sanksi berupa peringatan secara

lisan dan tulisan terhadap DAMIU terutama DAMIU dengan

kualitas air minum yang tidak memenuhi syarat bakteriologis.

3. Pengadaan laboratorium pemeriksaan kualitas air minum di Kota

Pontianak sehinga pemeriksaan kualitas air DAMIU dapat

dilakukan lebih efektif dan efisien.

Page 108: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

108

VI.2.2 Bagi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

1. Diharapkan lebih meningkatkan sosialisasi mengenai perizinan

kepada masyarakat.

2. Melakukan Pencabutan perizinan bagi DAMIU yang tidak

memenuhi syarat kesehatan.

VI.2.3 Bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Desperindag)

1. Melakukan monitoring secara rutin kepada depot air minum isi

ulang untuk melakukan infeksi sanitasi depot air minum 4

(empat) kali dalam 1 (satu) tahun.

2. Tindakan tegas perlu dilakukan bagi pengusaha DAMIU yang

tidak memenuhi syarat kesehatan yang bertujuan untuk

melindungi konsumen.

3. Pemerintah Kota Pontianak harus mempublikasikan hasil

pengawasan kualitas air minum minimal 1 (satu) kali setahun.

VI.2.4 Bagi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

1. Bagi pemilik depot disarankan agar memperhatikan bangunan

yang mulai retak, dan harus ditata sesuai standar.

2. Harus menyediakan tempat pembuangan sampah tertutup.

3. Membuat tempat pembuangan air limbah.

4. Sirkulasi udara harus ditata agar ruangan depot tidak panas.

5. Pencahayaan harus terang agar tidak menimbulkan bakteri.

6. Tempat depot air minum sebaiknya menyediakan tempat

pencucian tangan dan WC/ jamban.

Page 109: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

109

VI.2.5 Bagi Masyarakat

1. Masyarakat harus teliti dalam memilih depot air minum isi ulang

untuk memenuhi kebutuhan air minum, sebaiknya masyarakat

memilih depot air minum yang memenuhi syarat kesehatan

dengan cara mencari informasi kepada instansi terkait.

2. Masyarakat diharapkan membeli air minum dari DAMIU yang

memenuhi syarat kesehatan dengan memperhatikan hasil uji

laboratorium atau tanda stiker depot sehat pada DAMIU.

3. Masyarakat diharapkan dapat menyampaikan laporan atau

keluhan atas pelayanan DAMIU dan atau meminta konfirmasi

tentang DAMIU yang laik higiene sanitasi kepada Dinas terkait.

VI.2.6 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menyempurnakan dan

melanjutkan skripsi ini dengan cara meneliti lebih lanjut tentang

higiene sanitasi dan kualitas mikrobiologis air minum isi ulang atau

meneliti hubungan sanitasi lingkungan, personal higiene dengan

jumlah bakteri Escherichia coli pada depot air minum isi ulang.

Page 110: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

110

DAFTAR PUSTAKA

Athena, Sukar, Hendro M., Anwar D. M., Haryono., 2004. Kandungan Bakteri

Total Coli dan Escherechia coli / Fecal coli Air Minum dari Depo Air Minum

Isi Ulang di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Buletin Penelitian Kesehatan.

Volume 32 Nomor 4 tahun 2004. Jakarta.

Astri, Rahmita,Iqbal R. 2009. Kualitas Air dan Kinerja Unit Pengolahan di

Instalasi Pengolahan Air Minum. ITB. Bandung.

Adriyani, 2015. Higiene sanitasi depot air minum isi ulang di kecamatan tanjung

redep kabupaten berau kalimantan timur. Skripsi. (tidak dipublikasikan).

Chandra, 2007. Kualitas Air Tanah Bebas Berdasarkan Satuan Permukiman Di

Kotamadya Surakarta. Surakarta.

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan

No.43 Tahun 2014 Tentang Hygiene Sanitasi Depot Air Minum. Jakarta.

Depkes RI, 2010. Permenkes No. 715/Menkes/SK/IV/2003, tentang higiene

sanitasi jasa boga. Jakarta.

Dinas Kesehatan Kota Pontianak. 2015. Profil Kesehatan Kota tahun 2015.

Pontianak: Dinkes Kota Pontianak.

Dinas Kesehatan Kota Pontianak. 2015. Data DAMIU tahun 2015 dan 2016.

Pontianak: Dinkes Kota Pontianak.

Entjang, 2003. Hygiene Sanitasi Dan Jumlah Coliform Air Minum. Press Pakar

Raya Pustaka. Klaten

Indirawati, 2009. Manajemen Pengawasan dan Kondisi Higiene Sanitasi.

Yogyakarta.

Kemenkes RI, 2011. Panduan Pelaksanaan Kegiatan Surveilans Kualitas Air

Minum dan Sanitasi Dasar, Dirjen P2PL. Jakarta.

Kemenkes RI, 2014. Permenkes RI Nomor 43 tahun 2014 tentang Higiene

Sanitasi Depot Air Minum.

Mukono HJ. 2011. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga

University Press.

Margareth, 2015. Gambaran kualitas air di Depot Air Minum Isi Ulang di

kecamatan Ranoyapo. Skripsi. (tidak dipublikasikan).

93

Page 111: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

111

Notoatmodjo, 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rhineka

Cipta. Jakarta.

Natalia LA. 2014. Aspek Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di

Kabupaten Blora Melalui Metode Most Probable Number. (Skripsi).

Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Prasoyo, 2004. Pedoman Persyaratan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot

Air Minum. Jakarta.

Prihartini, 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Trans Info Media,

Jakarta.

Purba, 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum. Gosyen Publishing. Yogyakarta.

Suriadi, 2016. Hubungan Hygiene Sanitasi dengan Kualitas Bakteriologis Depot

Air Minum (DAM) di Kabupaten Balangan. Fakultas Kesehatam Masyarakat.

Unlam. Skripsi. (tidak dipublikasikan).

Setiawan Wahyu Galih, 2007. Gambaran sanitasi depot air minum isi ulang dan

kandungan bakteriologis air minum isi ulang di Kecamatan Sumbersari

Kabupaten Jember. Skripsi. (tidak dipublikasikan).

Santoso, dkk, 2012. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: Penerbit UMM press.

Suriawiria, 2011. Kualitas Fisik dan Kimia Air Pam di Jakarta, Bogor,

Tangerang, Bekasi. Media Litbang Kesehatan Volume XIV. Jakarta.

Slamet, 2004. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada. Universitas Press.

Yogyakarta.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D. Alfabeta.

Bandung.

Sutrisno, 2002, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta: Rineka Cipta.

Shyamala R. 2008. Physicochemical Analysis of Borewell Water Samples of

Telungu palayam Area in Coimbatore District, Tamilnadu, India. E-Journal

of Chemistry. (4):942-929.

Tim Penyusun. 2008. Buku Pedoman Tugas Akhir Karya Ilmiah. Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammdiyah Pontianak. Pontianak.

Widyati, 2010. Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Pengolahan Buangan Secara

Biologis. Bandung.

Page 112: STUDI SANITASI BERDASARKAN ASPEK TEMPAT PADA DEPOT AIR

112

WHO. 2008. Guidelines for drinking-water quality third edition. Geneva. WHO

Press: