studi perbandingan hasil belajar ekonomi …digilib.unila.ac.id/27170/10/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMIMENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TALKING CHIPS DAN SNOWBALL THROWING DENGANMEMPERHATIKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DAN
KECERDASAN INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS X SMANEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO TAHUN PELAJARAN 2016/2017
(Skripsi)
Oleh
ANGGORO YOGA PRATAMA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING CHIPS DAN
SNOWBALL THROWING DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN
INTRAPERSONAL DAN KECERDASAN INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS
X SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh
Anggoro Yoga Pratama
Tujuan penelitian iniuntuk mengetahui perbedaan hasil belajar, interaksi penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan Talking Chips dengan memperhatikan
kecerdasan siswa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen
semu dengan pendekatan komparatif. Data yang terkumpul melalui tes hasil belajar dan
dianalisis dengan analisis Two Way Anovadan statistik t uji beda rata-rata
(mean).Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa ada perbedaan hasil belajar dan
interaksi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan Talking
Chips dengan memperhatikan kecerdasan siswa.
Kata Kunci : kecerdasan, hasil, tc, snowballthrowing
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMIMENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TALKING CHIPS DAN SNOWBALL THROWING DENGANMEMPERHATIKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DAN
KECERDASAN INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS X SMANEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh
ANGGORO YOGA PRATAMA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan SosialProgram Studi Pendidikan Ekonomi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMIMENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TALKING CHIPS DAN SNOWBALL THROWING DENGANMEMPERHATIKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DAN
KECERDASAN INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS X SMANEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh
ANGGORO YOGA PRATAMA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan SosialProgram Studi Pendidikan Ekonomi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
Judul Skripsi : STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAREKONOMI MENGGUNAKAN MODELPEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETALKING CHIPS DAN SNOWBALLTHROWING DENGAN MEMPERHATIKANKECERDASAN INTRAPERSONAL DANINTERPERSONAL PADA MATA PELAJARANEKONOMI KELAS X SMA NEGERI 1 BANDARSRIBHAWONO MATA PELAJARAN 2016/2017
Nama Mahasiswa : ANGGORO YOGA PRATAMA
No. Pokok Mahasiswa : 1013031003
Jurusan : Pendidikan IPS
Program Studi : Pendidikan Ekonomi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama, Pembimbing Pembantu,
Drs. Nurdin, M.Si. Dr. Erlina Rufaidah, M.Si.NIP 19600817 198603 1 003 NIP 19580828 198601 2 001
2. MengetahuiKetua Jurusan Pendidikan Ketua Program StudiIlmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Ekonomi
Drs. Zulkarnain, M.Si. Drs. Tedi Rusman, M.Si.NIP 19600111 198703 1 001 NIP 19600826 198603 1 001
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Nurdin, M.Si .......................
Sekretaris : Dr. Erlina Rufaidah, M.Si. .......................
PengujiBukan Pembimbing : Drs. Tedi Rusman, M.Si. .......................
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum.NIP 19590722 198603 1 003
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 14 Juni 2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Lampung Tengah pada tanggal 27 Oktober 1992 dengan nama
lengkap Anggoro Yoga Pratama. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara, Putra dari pasangan Bapak Rinto Suwarsono dan Ibu Wismaningsih.
Pendidikan formal yang di selesaikan penulis yaitu :
1. SD Negeri 3 Labuhan Maringgai diselesaikan pada tahun 2003
2. SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono diselesaikan pada tahun 2007
3. SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono diselesaikan pada tahun 2010
Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Lampung.
Pada tanggal 22- 31 Januari 2013, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
di Semarang, Denpasar, Yogyakarta , Bandung, Jakarta. Pada tanggal 1 Juli – 16
September 2013, penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa
Sumber Agung, Kecamatan Ngambur, Kabupaten Pesisir Barat dan Praktek Profesi
Kependidikan (PPK) di SMP Negeri 1 Ngambur.
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan YME atas segalaRahmat dan Hidayah-Nya, dengan rasa bangga ku persembahkan karya kecilku ini
kepada:
Orang tuaku, bapak Rinto Suwarsono yang menginspirasi, ibu Wisaningsih dan selalumemberikan semangat dan motivasi, serta selalu mendoakan yang terbaik untuk
kesuksesan dan keberhasilanku
Kakak dan adikku, terima kasih selalu memberikan dukungan dan semangat baiksecara langsung maupun tidak langsung
Keluarga Besar, terima kasih atas dukungan dan doa yang diberikan
Para pendidikku yang ku hormati, terima kasih atas segala bimbingan danmemberikan ilmu yang bermanfaat kepadaku
Tya, terima kasih atas motivasi dan dukungannya
Sahabat-sahabatku, terima kasih untuk kebersamaan, keisengan, kekonyolan dankeseruannya serta membantu, memberikan semangat, memotivasi dan
mendoakanku
Almamaterku Tercinta, Universitas Lampung
Motto
“Semua Orang Tidak Perlu Malu”
(Kahlil Gibran)
“Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah perbuatan-perbuatan
baiknya dan kasihnya yang tidak diketahui orang lain ”
(Joseph Addison)
“Bekerjalah bagaikan tak butuh uang, Mencintailah bagikan tak pernah
tersakiti, Menarilah bagaikan tak seorang pun sedang menonton”
(Martin Luther King)
“Sarjana dicetak untuk menciptakan pekerjaan bukan untuk mencari
pekerjaan”
(Anggoro Yoga Pratama)
SANWACANA
puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan YME, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang judul
“Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips dan Snowball Throwing dengan
memperhatikan Kecerdasan Interpersonal dan Kecerdasan Intrapersonal pada
Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan, motivasi, saran dan kritik yang telah diberikan oleh semua pihak. Untuk
itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih seluruhnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa;
2. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hm., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
3. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
4. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
5. Bapak Drs. Supriyadi, selaku Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
6. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung;
7. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program studi Pendidikan
Ekonomi yang juga sekaligus sebagai Penguji penulis, terimakasih atas ilmu
yang telah diberikan serta kesediaan meluangkan waktu dalam membimbing,
mengarahkan dan memotivasi penulis untuk penyelesaian skripsi ini;
8. Bapak Drs. H. Nurdin, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing
I penulis yang telah memberikan ilmunya dan kesediaannya meluangkan
waktu dalam membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis untuk
penyelesaian skripsi ini;
9. Ibu Dr. Erlina Rufaidah, M.Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan
motivasi, saran serta masukan bagi penulis demi terselesaikannya skripsi ini;
10. Bapak dan Ibu Dosen FKIP Universitas Lampung khususnya Program Studi
Pendidikan Ekonomi, terima kasih atas ilmu dan didikan yang telah diberikan;
11. Seluruh dewan guru yang telah mendidikku dari ketika aku menempuh
jenjang pendidikan di SD hingga saat ini, terima kasih atas segala ilmu yang
diberikan dan semoga menjadi bekalku kini dan kemudian hari untuk menjadi
sosok yang lebih baik lagi,
12. Kepala Sekolah dan Dewan Guru SMP Negeri 1 Ngambur yang telah
memberikan izin serta membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian;
13. Bapakku Rinto Suwarsono yang selalu menjadi panutan;
14. Ibuku Yusmini yang selalu memberikan semangat, dukungan, motivasi dan
mendoakan yang terbaik untuk kesuksesan dan keberhasilanku agar dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin dan cepat mendapatkan
pekerjaan;
15. Tya yang selalu mendukung,memotivasi dan memberikan semangat serta
menemaniku selama menyelesaikan skripsi.;
16. Sahabat-sahabat ku: Wira, Fitma, Julian, Bahtiar, Sandika, Aulia, Devita,
Intan, Dayu, Hijah yang selalu mendukung ku.
17. Teman- teman KKN dan PPL: Dio, Nila, Tina, Bagus, Melvi, Ebta, Santil,
Winda, Riski, mbk Rida. Terima kasih atas kebersamaannya;
18. Kak Wardani dan om Herdi terima kasih atas bantuan dan motivasinya.
19. Adik tingkat : Julian, Intan Komala Sari, Desi Wulandari, Devita Anggraeni,
dan Siti Nur Fadilah, Dewi Justina, Mindi, Wahyuningrum, Sylvia, Dayu R.
Tantia, Nanik Rustiana,Vera Septiara dan semua yang tidak bisa disebut satu
persatu terima kasih untuk dukungan dan kenangan-kenangan indah yang kita
lakukan bersama.
20. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
dan membantu serta turut terlibat dalam kehidupanku.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan
terbuka. Namun demikian, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Bandar Lampung, Juni 2017Penulis
Anggoro Yoga Pratama
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABTRAK
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
HALAMAN RIWAYAT HIDUP
HALAMAN PERSEMBAHAN
HALAMAN MOTTO
SANWACANA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 8
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian................................................................................ 10
F. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 10
G. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 11
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. TinjauanPustaka ................................................................................. 13
1. Pengertian Belajar ........................................................................ 13
2. Pengertian Hasil Belajar................................................................ 17
3. Model Pembelajaran ..................................................................... 20
4. Model Pembelajaran Kooperatif .................................................. 22
5. Model Pembelajarantipe Talking Chips ....................................... 29
6. Model Pembelajaran Koperatif Tipe Snowball Throwing............ 32
7. Kecerdasan Intrapersonal dan Interpersonal ................................ 34
B. Penelitian Yang Relevan .................................................................... 38
C. Kerangka Pikir.................................................................................... 40
D. Hipotesis ............................................................................................. 49
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian ........................................................................ 50
B. Populasidan Teknik Pengambilan Sampel……………………… ..... 52
1. Populasi ....................................................................................... 52
2. Teknik Pengambilan Sampel....................................................... 52
C. Variabel Penelitian ............................................................................. 54
D. Definisi Konseptua Variabel dan Definisi Operasional Variabel ...... 55
E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………….... 58
F. Kisi- kisi Instrumen ............................................................................ 59
1. Instrumen Hasil Belajar ................................................................ 59
2. Kalibrasi Instrumen ...................................................................... 60
G. Pengujian Instrumen Penelitian .......................................................... 61
1. Uji Validitas ................................................................................ 61
2. Uji Reliabilitas ............................................................................ 62
H. Teknik Analisis Data ……………………………………... .............. 63
1. Uji Normalitas ............................................................................. 64
2. Uji Homogenitas ......................................................................... 65
I. Hipotesis Statistik………………………………………………. ...... 66
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 72
1. Hasil Penelitian ............................................................................. 72
2. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono ............... 72
3. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono ......... 73
4. Data Siswa ..................................................................................... 74
5. Proses Belajar Mengajar ............................................................... 75
6. Sarana dan Prasarana..................................................................... 75
7. Kegiatan Ekstrakurikuler .............................................................. 76
8. Struktur Organisasi ....................................................................... 76
9. Situasi Pengolahan Kelas .............................................................. 77
B. Rencana Strategis SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono ...................... 78
1. Latar Belakang .............................................................................. 78
2. Tujuan Penyusunan Renstra .......................................................... 82
3. Manfaat Penyusunan Renstra ........................................................ 82
C. Analisis Swot SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono ............................ 84
1. Analisis Swot.................................................................................. 84
D. Deskripsi Data Hasil Belajar .............................................................. 91
1. Deskripsi Data Kelas Eksperimen ................................................. 91
2. Deskripsi Data Kelas Kontrol ....................................................... 98
3. Hasil Analisis Statistik .................................................................. 105
E. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 123
V.KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 124
B. Saran .................................................................................................... 125
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Hasil Ulangan Harian 1 Semester Ganjil Ekonomi Kelas X SMANegeri 1 Bandar Sribhawono Tahun Pelajaran 2015/2016......................... 5
2. Definisi Operasional Variabel...................................................................... 543. Kategori Besarnya Reabilitas....................................................................... 584. Kategori Tingkat Kesukaran ........................................................................ 585. Kriteria Tingkat Daya Pembeda................................................................... 606. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan ....................................... 64
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ..........................................................................422. Desain Penelitian Eksperimen ...................................................................45
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1. Nilai Pretest Kelas Eksperimen .................................................... 62
2. Nilai Pretest Kelas Kontrol ........................................................... 64
3. Nilai Postest Kelas Eksperimen .................................................... 66
4. Nilai Postest Kelas Kontrol .......................................................... 68
5. Peningkatan Nilai Ekonomi Kelas Eksperimen ........................... 71
6. Peningkatan Nilai Ekonomi Kelas Kontrol .................................. 72
7. Perbandingan Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
...................................................................................................... 72
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Uji Validitas Instrumen
2. Tingkat Kesukaran Instrumen
3. Daya Beda Instrumen
4. Uji Realibilitas Instrumen
5. Daftar Siswa Kelas Eksperimen
6. Daftar Siswa Kelas Kontrol
7. Daftar Nilai Pretes dan Posttest Kelas Eksperimen
8. Daftar Nilai Pretes dan Posttest Kelas Kontrol
9. Uji Normalitas Data
10. Uji Homogenitas data
11. Uji T-test
12. Uji Efektivitas
13. Table T
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu kunci majunya suatu bangsa. Bangsa
yang maju dan cerdas sangat membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan. Demikian pula untuk menjawab segala tantangan hidup,
perubahan yang cepat, tuntutan di masyarakat, dan kemajuan teknologi
dapat tercapai melalui pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses upaya
yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk membina dan
mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa adanya pendidikan, manusia
tidak memiliki kualitas untuk maju dan berkembang sesuai dengan cita-
cita menuju sejahtera. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dapat dilakukan salah satunya dengan meningkatkan mutu pendidikan.
Melalui pendidikan yang baik dihasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan mampu membangun bangsa ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, dan ahlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan negara. Setiap manusia berhak atas pendidikan
yang diperoleh untuk mengembangkan potensi dan kemampuan serta
2
kecerdasan yang dimilikinya sejak lahir, ketiga hal tersebut apabila telah
dimiliki namun tidak dikembangkan tidak akan berarti dan berguna apa-
apa bagi dirinya dan juga orang lain disekitarnya. Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam mewujudkan tujuan pembelajaran,berkembang dan juga
berhasilnya dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada setiap mata
pelajaran. Beberapa yang dijadikan standar dan tolak ukur keberhasilan
sekolah dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas adalah
tercermin hasil belajar yang diperoleh dan juga nilai yang didapatkan dari
setiap mata pelajaran yang ada pada sekolah mereka, termasuk salah satu
mata pelajaran yaitu mata pelajaran Ekonomi.
Tujuan mata pelajaran ekonomi di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah
sebagai berikut.
1. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi untuk mengetahui dan
mengerti peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari,
terutama yang terjadi di lingkungan setingkat individu/rumah tangga,
masyarakat dan negara;
2. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk
mendalami ilmu ekonomi pada jenjang selanjutnya;
3. Membekali siswa nilai-nilai serta etika ekonomi dan memiliki jiwa
wirausaha; dan
4. Meningkatkan kemampuan berkompetensi dan bekerjasama dalam
masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun skala
internasional.
(Sampurno,2010: 57)
Dalam hal keaktifan kehadiran siswa masih dibawah standar minimum
yang ditetapkan oleh sekolah tersebut masih dibawah standar. Begitu juga
dalam hal kegiatan ekstra kurikuler siswa salah satunya pramuka tingkat
3
partisipasi siswa masih jauh dari harapan persentase siswa yang tidak aktif
sekitar 25% sedangkan siswa yang pasif mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler lainnya seperti rohis, Palang Merah Remaja mencapai
35%.
Beberapa model pembelajaran kreatif dan inovatif yang dewasa ini banyak
sekali berkembang adalah model pembelajaran kooperatif dimana dalam
metode pembelajaran ini menuntut siswa untuk berperan aktif dalam
proses pembelajaran dikelas, sehingga dengan model pembelajaraan
kooperatif ini diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa
akan mudah menerima materi-materi pembelajaran yang disampaikan
sehinggai tujuan pembelajaran akan tercapai. Dalam hal ini diambil dua
model pembelajaran kooperatif diantarannya yaitu tipe talking chips dan
snowball throwing . Talking chips atau kancing gemerincing adalah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang masing-masing anggotanya dalam hal
ini siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk memberikan
kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota
kelompok lain. Begitu juga dengan snowball throwing atau lebih dikenal
dengan melempar bola salju merupakan model pembelajaran dimana
kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian
dilemparkan ke temannya sendiri untuk dijawab. Kedua model
pembelajaran ini sangat diperlukan oleh guru yang ada disekolah karena
bisa memotivasi para siswa untuk meningkatkan semangat mereka belajar.
Dan juga menambah keaktifan siswa dalam proses kegiatan belajar
mengajar seperti diskusi dan betukar pendapat antar siswa. Dalam hal ini
4
guru mengkontrol dan mengkondisikan para siswa dalam kegiatan belajar
dikelas, dan juga menjadi penengah bagi para siswa juga mengarahkan
jalannya diskusi.
Berdasarkan observasi di SMA Negeri I Bandar Sribhawono banyak faktor
yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang kurang optimal salah satu
nya tingkat kehadiran para siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan juga
partisipasi siswa yang masih kurang aktif dalam hal keikutsertaan dalam
proses KBM. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi Ekonomi
Persentase kehadiran siswa dalam proses pembelajaran hanya berkisar
70% yang masih belum memenuhi standar minimum kehadiran siswa
sedangkan standar kehadiran mencapai 90% yang ditetapkan oleh sekolah .
Begitu juga dengan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas dari guru,
persentase keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas hanya mencapai 60%
dari standar yang harus di penuhi yaitu 85% yang ditetapkan oleh sekolah.
Oleh karena itu kedua model pembelajaran ini digunakan itu memberi
solusi berbagai masalah yang menyebabkan siswa menjadi kurang aktif
dalam hal kegiatan belajar ,mengajar. Masih banyak para siswa hanya
pasif dalam hal keikutsertaan nya dan guru yang aktif dalam hal
pembelajaran, ini berpengaruh ke pada kecerdasan intrapersonal dan
interpersonal para siswa, yang meliputi kecerdasan dalam diri siswa
tersebut dan juga keaktifan siswa berinteraksi dengan siswa yang lain.
Sebenarnya kondisi sarana dan prasarana belajar sudah mendukung para
siswa dan guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar didalam
kelas, namun dalam hal hasil belajar dai motivasi belajar siswa masih
5
kurang optimal. Dalam hal ini peneliti memfokuskan dalam metode
pembelajaran yang dilakukan oleh para guru yang melaksanakan kegiatan
belajar mengajar didalam kelas. Disini peneliti mencoba metode-metode
pembelajaran yang kooperatif dan inovatif untuk meningkatkan hasil
belajar siswa khususnya pada mata pelajaran ekonomi. Dalam proses
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan hanyalah berupa ceramah, guru
menerangkan materi yang sudah dibuat pada RPP kemudian jika masih ada
waktu tersisa guru memberikan tugas yang ada di dalam LKS maupun
dalam buku paket. Model pembelajaran yang seperti ini yang cenderung
monoton dan kurang memberikan motivasi belajar kepada siswa
memberikan efek kepada siswa yang menjadi kurang aktif dan juga bosan
dalam proses belajar mengajar. Hal ini mengakibatkan materi yang
diberikan oleh guru tidak dapat diterima oleh baik oleh siswa.
Tabel 1. Hasil Mid Semester Ekonomi Kelas X SMA Negeri 1
Sribhawono Lampung Timur Tahun Pelajaran 2016/2017
Kelas
Nilai Jumlah
Siswa
Keterangan < 75 >75
XA
XB
XC
XD
XE
35
32
28
25
23
4
7
12
14
16
39
39
40
39
39
Kriteria
Ketuntasan
Minimum
yang
ditetapkan
adalah 75 Jumlah 143 53 196
(%) 72,96 27,04 100
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui hasil belajar siswa bervariasi dari nilai
yang tinggi sampai dengan nilai yang rendah. Prestasi belajar yang
diperoleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono Lampung
6
Timur dari 196 siswa yang mendapat nilai kurang dari 75 sebanyak 143
siswa atau sebesar 72,96% , sedangkan siswa yang sudah mencapai nilai
kelulusan berjumlah 53 siswa atau sebesar 7,04%. Hal ini berarti sebagian
besar siswa memiliki hasil belajar yang masih tergolong rendah. SMA
Negeri 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur memiliki Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu tingkat pencapaian kompetensi dasar
yang harus dicapai oleh siswa per-mata pelajaran. Hal ini dilakukan untuk
menentukan tingkat keberhasilan siswa. Dari penelitian pendahuluan yang
dilakukan, diperoleh bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) siswa di
SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur adalah 75. Jika siswa
telah mencapai kriteria tersebut maka siswa tidak perlu mengikuti
pembelajaran remedial, sebaliknya jika siswa belum mencapai kriteria
yang diharapkan maka siswa tersebut harus mengikuti remedial yang
diadakan oleh Guru yang bersangkutan. Standar KKM ditetapkan sebelum
awal tahun ajaran dimulai. Standar KKM ini ditetapkan berdasarkan hasil
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di satuan pendidikan yang
memiliki karakteristik yang hampir sama. KKM ini dijadikan acuan bagi
guru, siswa, dan orang tua siswa dalam menilai ketercapaian mata
pelajaran yang diikuti oleh siswa yang bersangkutan.
Hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM ini dipengaruhi oleh
beberapa hal, seperti halnya minimnya pengetahuan guru akan metode-
metode pembelajaran yang dikuasai, guru hanya menyampaikan materi
7
dengan metode ceramah, dan menyebabkan siswa merasa menjadi bosan
dan jenuh.
Kriteria Ketuntasan Minimal adalah tingkat pencapaian kompetensi dasar
yang harus dicapai oleh siswa per mata pelajaran. Siswa yang belum
mencapai nilai KKM dikatakan belum tuntas. Tujuan KKM yaitu
Menentukan target kompetensi yang harus dicapai siswa dan
Patokan/acuan/dasar menentukan kompeten atau tidak kompetennya siswa.
Menentukan KKM dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-
rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber
daya pendukung meliputi warga sekolah/madrasah, sarana dan prasarana
dalam menyelenggarakan. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan
kriteria Ketuntasan Belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria
ketuntasan ideal. (Abdul Haris 2013: 48)
Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini mengambil judul:
“Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips dan Snowball Throwing
dengan memperhatikan Kecerdasan Interpersonal dan Kecerdasan
Intrapersonal pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono
Tahun Pelajaran 2016/2017”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka diperoleh identifikasi masalah
sebagai berikut.
1. Proses Pembelajaran masih berpusat kepada guru, dalam suatu proses
pembelajaran peran guru sangat dominan.
2. Hasil belajar mata pelajaran Ekonomi masih tergolong rendah, hal ini
8
terlihat dari tidak tercapainya kriteria ketuntasan belajar minimum.
3. Guru hanya menggunakan model pembelajaran ceramah didalam
proses mengajar dikelas.
4. Proses pembelajaran yang monoton sehingga siswa mengalami
kejenuhan belajar dikelas.
5. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat tidak
sesuai dengan kondisi kegiatan belajar mengajar membuat siswa
merasa jenuh dan bosan sehingga hasil yang diperoleh kurang efektif.
6. Siswa pada saat kegiatan belajar dikelas cenderung hanya
mendengarkan saja materi yang disampaikan guru.
7. Hasil belajar siswa yang masih kurang optimal dalam proses belajar
dikelas.
8. Kecerdasan siswa dalam hal berinteraksi antar kelompok-kelompok
belajar siswa masih kurang optimal, siswa masih cenderung kurang
komunikatif dalam proses belajar di kelas.
9. Tingkat emosional kecerdasan dalam diri siswa masih belum bisa
terkendali dengan baik untuk meningkatkan motivasi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka pembatasan
masalah dalam penelitian ini adalah studi perbandingan hasil belajar mata
pelajaran Ekonomi siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
Talking Chips dengan yang diajarkan menggunakan model pembelajaran
Snowball Throwing pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono
9
Tahun Pelajaran 2014/2015. Dengan memperhatikan pengaruh variabel
moderator yaitu kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intapersonal...
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah, maka
permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut .
1. Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar mata pelajaran
Ekonomi pada siswa yang menggunakan model pembelajaran Talking
Chips dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran
Snowball Throwing?
2. Apakah rata-rata hasil belajar Ekonomi siswa pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode pembelajaran
Talking Chips bagi siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal.
3. Apakah rata-rata hasil belajar Ekonomi siswa pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran Talking Chips lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode pembelajaran
Snowball Throwingbagi siswa yang memiliki kecerdasan
interpersonal.
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan
dengan hasil belajar Ekonomi.
10
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1 Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar mata
pelajaran Ekonomi siswa yang menggunakan model pembelajaran
Talking Chips dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran
Snowball Throwing.
2 Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing lebih tinggi
dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran Talking
Chips pada siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal pada mata
pelajaran Ekonomi.
3 Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran Talking Chips lebih tinggi
dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran
Snowball Throwing pada siswa yang memiliki kecerdasan
interpersonal pada mata pelajaran Ekonomi.
4 Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan
kecerdasan siswa dengan hasil belajar ekonomi.
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1 Secara Teoritis
1. Untuk melihat sinergis anatara teori-teori dengan memiliki
hubungan dengan keadaan yang sebenarnya dan memperkaya
khasanah keilmuwan serta teori yang sudah diperoleh sebelumnya.
11
2. Sebagai referensi bagi peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut.
3. Untuk melihat pelioedik dari toeri yang mempunyai hubungan
dengan di lapangan.
2 Secara Praktis
1. Bagi siswa, sebagai tambahan wawasan untuk meningkatkan hasil
belajar melalui model pembelajaran yang melibatkan siswa secara
keseluruhan.
2. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan pertimbangan pemikiran
tentang alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan
yang bermanfaat bagi perbaikan mutu pembelajaran di sekolah.
4. Bagi peneliti sebagai bentuk praktik dan pengabdian terhadap ilmu
yang telah diperoleh serta sebagai syarat menyelesaiakn studi di
Universitas Lampung.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1 Obyek penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah hasil belajar Ekonomi (Y),
dengan menggunakan model pembelajaran Talking Chips (X1) dan
Snowball Throwing (X2) dengan memperhatikan kecerdasan
intpersonal dan intrapersonal (sebagai variabel moderator).
2 Subyek penelitian
Subyek penelitian disini adalah Siswa kelas X.
12
3 Tempat penelitian
Tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono.
4 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2016/2017.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar
Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses
pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan
penting dalam keseluruhan proses pendidikan.
Menurut Slameto (2003: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Slameto (2003: 2) menyatakan bahwa perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu
tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam
arti belajar. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar
adalah: (1) perubahan terjadi secara sadar; (2) perubahan dalam belajar
bersifat kontinu dan fungsional; (3) perubahan dalam belajar bersifat
positif dan aktif; (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara; (5)
perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; dan (6) perubahan
mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 10), belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.
Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan
14
nilai. Sedangkan menurut Hamalik (2001: 28), belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Aspek tingkah laku tersebut adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan,
keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau
budi pekerti dan sikap.
Lebih lanjut menurut Hamalik(2001: 28), berdasarkan pengertian di atas,
maka dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Situasi belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan itu diterima baik oleh
masyarakat. Tujuan merupakan salah satu aspek dari situasi belajar.
b. Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan anak sendiri.
c. Di dalam mencapai tujuan itu, murid senantiasa akan menemui
kesulitan, rintangan, dan situasi-situasi yang tidak menyenangkan.
d. Hasil belajar yang utama ialah pola tingkah laku yang bulat.
e. Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya. Belajar
apa yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.
f. Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil belajar dipersatukan dan
dihubungkan dengan tujuan dalam situasi belajar.
g. Murid memberikan reaksi secara keseluruhan.
h. Murid mereaksi sesuatu aspek dari lingkungan yang bermakna
baginya.
i. Murid diarahkan dan dibantu oleh orang-orang yang berada dalam
lingkungan itu.
j. Murid-murid dibawa/diarahkan ke tujuan-tujuan lain, baik yang
berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan tujuan utama
dalam situasi belajar.
Menurut Sardiman (2005: 20), belajar merupakan perubahan tingkah laku
atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Sependapat dengan Sardiman, menurut Witherington dalam
Sukmadinata(2005: 155), belajar merupakan perubahan dalam
kepribadianseseorang, yang dimanifestasikan dalam bentuk pola-pola
respon baru yang dapat berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan serta kecakapan hidup.
15
Berdasarkan beberapa pendapat diatas tentang pengertian belajar dapat
disimpulkan bahwa proses yang dialami peserta didik dari hal yang tidak
tau menjadi tau, dari hal yang belum bisa menjadi pandai dan proses
tersebut harus didampingi oleh pembimbing untuk mengarahkan proses
belajar tersebut agar diperoleh hasil yang maksimal baik dalam proses
formal seperti disekolah maupun informal di lingkungan luar sekolah
seperti di lingkungan masyarakat..
Menurut Cronbach dalam Sukmadinata(2006: 157) mengemukakan
adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar yang dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Tujuan belajar
Belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan
berarti. Sehingga ketika dalam proses belajar seseorang akan langsung
fokus dan mengarah pada tujuan yang ingin dicapai.
b. Kesiapan belajar
Belajar dapat berjalan apabila memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik
dan psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan
sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan.
c. Situasi belajar
Situasi belajar berupa tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang
dipelajari.
d. Interprestasi belajar
Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interprestasi, yaitu
melihat hubungan di antara komponen-komponen situasi belajar,
melihat makna hubungan tersebut dan menghubungkan dengan
kemungkinan pencapian tujuan.
e. Respon belajar
Respon berupa suatu usaha coba-coba (trial and error)atau usaha yang
penuh perhitungan dan perencanaan atau menghentikan untuk
mencapai tujuan tersebut.
f. Konsekuensi belajar
Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi yang dapat
berupa keberhasilan atau malah kegagalan, demikian juga dengan
respon atau usaha siswa.
g. Reaksi terhadap kegagalan belajar
Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang diperoleh dalam belajar
adalah kegagalan. Kegagalan bisa menurunkan semangat, dan
memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya, tetapi bisa juga
sebaliknya, kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda
untuk menembus dan menutupi kegagalan tersebut.
16
Menurut Sukmadinata(2006: 165), beberapa prinsip umum belajar sebagai
berikut.
a. Belajar merupakan bagian dari perkembangan.
b. Belajar berlangsung seumur hidup.
c. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor
lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri.
d. Belajar mencakup semua aspek kehidupan.
e. Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.
f. Belajarberlangsung dengan guru atautanpa guru.
g. Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.
h. Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai
dengan yang paling kompleks.
i. Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan.
j. Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau
bimbingan orang lain. Tidak semua hal dapat dipelajari sendiri.
Beberapa pendapat yang dikemukakan tersebut jika diperhatikan secara
redaksional tentu saja berbeda satu sama lainnya, namun secara esensial
semua pendapat tersebut mengacu kepada maksud, tujuan, dan konsep
yang sama dan memiliki unsur-unsur yang sama pula yaitu sebagai
berikut.
a. Adanya individu yang belajar.
b. Adanya belajar sebagai suatu proses.
c. Hasil belajar sebagai hasil perubahan tingkah laku.
d. Proses belajar terjadi di dalam interaksi dengan lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut, belajar merupakan suatu proses perubahan
perilaku/pribadi seseorang berdasarkan pengalamannya berinteraksi
dengan lingkungannya yang ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti
perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain
yang ada pada individu yang belajar.
17
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu pencapaian yang dilakukan siswa dalam
aktivitas belajar dalam menentukan tingkat keberhasilan pemahaman
siswa. Suatu proses pembelajaran dilakukan berhasil apabila hasil
pembelajaran yang didapatkan mengalami peningkatan atau perubahan.
Kegiatan belajar mengajar bagaimanapun juga ditentukan dari baik atau
tidaknya program pengajaran yang telah dilakukan, dan akan berpengaruh
terhadap tujuan yang akan dicapai.
Menurut Sukmadinata (2005: 102), hasil belajar merupakan realisasi atau
pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang
dimiliki oleh seseorang. Sedangkan Hamalik (2001: 155) menyatakan
bahwa hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku
pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan sikap dan ketrampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan
yang sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang
sopan menjadi sopan, dan sebagainya.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam Arikunto (2010: 117), hasil
belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain
kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut.
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analitis, sintesis, dan
penilaian.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,
organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c. Ranah Psikomotor
Meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular, (menghubungkan, mengamati).
Menurut Suprijono (2011: 5), hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan,nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
18
ketrampilan. Gagne dalam Suprijono (2011: 5) menyatakan bahwa
hasil belajar berupa (1) informasi verbal, (2) ketrampilan intelektual,
(strategi Kognitif), (4) ketrampilan motorik, dan (5) sikap. Sementara
menurut Lindgren dan Suprijono (2011: 7), hasil pembelajaran
meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.
Berdasarkan uraian di atas maka hasil belajar dapat didefinisikan sebagai
hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai
memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.Hasil belajar yang
baik diindikasikan dengan tingkah laku yang lebih baik daripada tingkah
laku sebelum melakukan kegiatan belajar, bersifat kontinu, dan tidak
hanya bertahan sementara.
3. Mashab Pendidikan
3.1 Pengertian Mazhab Idealisme
Idealisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan itu
tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan
yang diketahui manusia itu terletak di luarnya.
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan
materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera
adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah
tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik,
buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi.
Idealisme berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang
sifatnya rohani atau intelegensi. Termasuk dalam paham idealisme adalah
spiritualisme, rasionalisme, dan supernaturalisme. Tentang teori
pengetahuan, idealisme mengemukakan bahwa pengetahuan yang
diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap karena dunia
hanyalah merupakan tiruan belaka, sifatnya maya yang menyimpang dari
kenyataan sebenarnya. Selain itu, menurut pandangan idealisme, nilai
adalah absolut. Apa yang dikatakan baik, benar, salah, cantik atau jelek
19
secara fundamental tidak berubah, melainkan tetap dan tidak diciptakan
manusia.
Konsep filsafat menurut aliran idealisme adalah:
1. Metafisika-idealisme; Secara absolut kenyataan yang sebenarnya adalah
spiritual dan rohaniah, sedangkan secara kritis yaitu adanya kenyataan
yang bersifat fisik dan rohaniah, tetapi kenyataan rohaniah yang lebih
dapat berperan;
2. Humanologi-idealisme; Jiwa dikarunai kemampuan berpikir yang dapat
menyebabkan adanya kemampuan memilih;
3. Epistemologi-idealisme; Pengetahuan yang benar diperoleh melalui
intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya
mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal
pikiran yang cemerlang; sebagian besar manusia hanya sampai pada
tingkat berpendapat;
4. Aksiologi-idealisme; Kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-
kewajiban moral yang diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau
metafisika
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan
yang besar tehadap perkembangan filsafat pendidikan. Kaum idealis
percaya bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual, yang memiliki
pembawaan spiritual sesuai potensialitasnya. Oleh karena itu, pendidikan
harus mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian alam spiritual.
Pendidikan harus menekankan kesesuian batin antara anak dan alam
semesta. Pendidikan merupakan pertumbuhan ke arah tujuan pribadi
manusia yang ideal. Pendidik yang idealisme mewujudkan sedapat
mungkin watak yang terbaik. Pendidik harus memandang anak sebagai
tujuan, bukan sebagai alat.
20
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan idealisme adalah
sebagai berikut:
(1) Tujuan: untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau
kemampuan dasar, serta kebaikkan sosial;
(2) Kurikulum: pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan
pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan;
(3) Metode: diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif
dapat dimanfaatkan;
(4) Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan
kemampuan dasarnya;
(5) Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan
melalui kerja sama dengan alam.
. Implikasi Mashab Humanologi adalah
(1) kecerdasan dalam diri siswa untuk menentukan proses belajar yang
disukai
(2) peserta didik dibentuk dan didik untuk mengambil alih dalam proses
belajar baik bertanya maupun menanggapi pendapat lain.
(3) Bagaimana peserta didik memotivasi diri sendiri untuk belajar dan
guru berperan membimbing siswa.
4. Model Pembelajaran
Model-model pembelajaran adalah beberapa cara atau teknik yang
digunakan oleh guru kepada siswa dalam menyajikan materi pembelajaran
dalam sebuah proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang sudah
dirancang dapat tercapai. Beberapa model pembelajaran ini diterapkan
guru saat mengajarkan sesuatu kepada muridnya dengan tujuan agar pesan
dari materi pembelajaran itu sendiri tersampaikan dengan mudah. Model
pembelajaran yang sudah ada sejauh ini terbukti bisa sangat membantu
pekerjaan para guru dikarenakan para siswa dapat mengerti, tahu, dan
paham suatu pelajaran dengan lebih mudah.
Menurut Joyce dalam Trianto (2009: 22), model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
21
merencanakan pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
computer, kurikulum dan lainnya. Adapun Eggen dan Kauchak dalam
Trianto (2009:22) juga menyatakan bahwa model pembelajaran
memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Sukmadinata (2005: 209) mengartikan model pembelajaran sebagai suatu
desain yang menggambarkan proses, rincian dan penciptaan lingkungan
belajar yang memungkinkan siswa/mahasiswa berinteraksi sehingga
terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa/mahasiswa.
Menurut Suprijono (2011: 46), model pembelajaran merupakan pola
yangdigunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas maupuntutorial. Model pembelajaran merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dariawal sampai akhir yang disajikan oleh
guru di kelas pada kegiatan pembelajaran.Dalam model pembelajaran
terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa denganpendekatan, metode,
dan teknik pembelajaran.
Setiap model pembelajaran mengarahkan ke dalam mendesain
pembelajaran untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai. Istilah model pembelajaran mempunyai makna
lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur.
Model Pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki
oleh strategi, metode, dan prosedur. Kardi dan Nur dalam Trianto
(2009:23) mengemukakan ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.
a. Rasional, teoritik,dan logis yang disusun oleh pencipta atau
pengembangnya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai.
Menurut Nieveen dalam Trianto (2009: 24-25), suatu model pembelajaran
dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut.
22
a. Sahih (valid)
Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu : (1) apakah model
yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat; dan
(2) apakah terdapat konsistensi internal.
b. Praktis
Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika : (1) para ahli dan
praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan;
dan(2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan dapat
diterapkan.
c. Efektif
Berkaitan dengan aspek efektifitas ini, Nieveen memberikan
parameter sebagai berikut: (1) ahli dan praktisi berdasarkan
pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan (2)
secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan
yang diharapkan.
Seorang guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu
harus memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai sehingga dalam memilih suatu model pembelajaran harus
memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi pelajaran, tingkat
perkembangan kognitif siswa (kemampuan awal), dan sarana atau fasilitas
yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat
tercapai.
5. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompok. Setiap siswa yang ada dalam
kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda. Model
pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
23
berbeda. Setiap siswa anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar
dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran.
Menurut Huda (2011: 32),cooperative learning dapat didefinisikan sebagai
small groups of learners working togetheras a team to solve a problem,
complete a task, or accomplish a common goal (kelompok kecil
pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu
masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan
bersama).Huda (2011: 59) mengatakan pembelajaran kooperatif dapat
menciptakan suasana ruang kelas yang terbuka (inclusive). Hal ini
disebabkan pembelajaran ini mampu membangun keberagaman dan
mendorong koneksi antar siswa. Lebih lanjut Huda (2011: 29) menyatakan
pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang
diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada
perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok
pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas
pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran
anggota-anggota lain.
Sejalan dengan itu, Huda (2011: 32) menyatakan pembelajaran kooperatif
mengacu pada metode pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam
kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar, tetapi Lie (2005: 31-
35) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
cooperative learning.
Model-model dalam pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
peningkatan prestasi tim, pembelajaran permainan tim, dan pembelajaran
keahlian tim (Sukmadinata, 2004: 204). Sedangkan menurut Slavin dalam
Isjoni(2011: 15),In cooperative learning methods, students work together
in four member teams to master material initially presented by the teacher.
Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif
adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja
kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga
dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar.
24
Unsur penting dalam belajar kooperatif menurut Johnson dan Johnson
dalam Trianto(2009: 60) adalah sebagai berikut.
a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa (Positive
interdependence).
b. Adanya interaksi tatap muka langsung (Face to face promotive
interaction).
c. Adanya tanggung jawab individual (Personal responsibility).
d. Adanya keterampilan menjalin hubungan interpersonal (Interpersonal
skill).
e. Proses kelompok (Group processing) terjadi jika anggota kelompok
mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik
dan membuat hubungan kerja yang baik.
Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model peembelajaran
kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang
membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari
belajar kooperatif menurut Slavin dalam Trianto(2009: 63) adalah sebagai
berikut.
a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai
kriteria yang ditentukan.
b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.
Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain
dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi
evaluasi tanpa bantuan yang lain.
c. Kesempatn yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah
membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka
sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi,
sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang
terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat
bernilai.
Apabila diperhatikan secara seksama, maka pembelajaran kooperatif ini
mempunyai ciri-ciri tertentu dibandingkan dengan model lainnya. Arends
dalam Trianto(2009: 65) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
25
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajar.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin yang beragam.
d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
Menurut Rusman (2011: 209), model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran
penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman
dan pengembangan keterampilan sosial.
Huda (2011: 66) menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif.
Menurutnya, selain meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa,
pembelajaran kooperatif juga memberikan manfaat-manfaat besar lain
seperti berikut ini.
a. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan
memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi.
b. Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan
memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih
besar untuk belajar.
c. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli dengan
teman-temannya, dan diantara mereka akan terbangun rasa
ketergantungan yang positif untuk proses belajar mereka nanti.
d. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa
terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan
etnik yang berbeda-beda.
Aspek-aspek pembelajaran kooperatif menurut Huda (2011: 78) adalah
sebagai berikut.
a. Tujuan: semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil
(seringkali beragam/ability grouping/heterogenous group) dan diminta
untuk mempelajari materi tertentu dan saling memastikan semua
anggota kelompok juga mempelajari materi tersebut.
26
b. Level kooperasi: kerja sama dapat diterapkan dalam level kelas
(semua siswa di ruang kelas benar-benar mempelajari materi yang di
tugaskan) dan level sekolah (semua siswa di sekolah benar-benar
mengalami kemajuan secara akademik).
c. Pola interaksi: setiap siswa saling mendorong kesuksesan antar satu
sama lain. Siswa mempelajari materi pembelajaran bersama siswa
lain, saling menjelaskan cara-cara menyelesaikan tugas pembelajaran,
saling menyimak penjelasan masing-masing, saling mendorong untuk
bekerja keras, dan saling memberikan bantuan akademik.
d. Evaluasi: sistem evaluasi berdasarkan pada kriteria tertentu.
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah tersebut
dijelaskan pada Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Tahap Tingkah Laku Guru Action
Tahap-1 Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua
tujuan pelajaran yang ingin
dicapai dan memotivasi siswa
belajar.
-menyiapkan
bahan ajaran
-menyampaikan
sub-sub pokok
ajaran
Tahap-2 Menyajikan
informasi
Guru menyajikan informasi
kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
-Berbicara
didepan kelas
tentang bahan
ajaran
Tahap-3 Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok
kooperatif
Guru menjelaskan kepada
siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap
kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Membentuk
kelompok
belajar siswa
Tahap-4 Membimbing
kelompok belajar
Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas.
Mengarahkan
siswa dalam
proses KBM
Tahap-5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-
masing kelompok
mempresentasikan hasil
kerjanya.
Masukan dan
saran bagi
kelompok
belajar siswa.
Tahap-6 Guru mencari cara-cara untuk Memberikan
27
Tabel 2. Lanjutan
Memberikan
penghargaan
menghargai baik upaya
ataupun hasil belajar individu
dan kelompok.
reward kepada
kelompok
belajar yang
unggul.
Sumber: Rusman (2011:211)
Dalam pelaksanaan langkah langkah pembelajaran yang kooperatif dapat
dijelaskan didalam proses belajar mengajar seorang guru hanya bersifat
mengawasi dalam proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu
siswa dituntut aktif dalam proses belajar. Dan tidak lagi guru
mendominasi kegiatan belajar. Siswa dituntun dan diawasi oleh guru dan
guru memberikan masukan apabila terdapat kesulitan dalam proses
pembelajaran. Disini guru juga berperan mengevaluasi kegiatan proses
belajar mengajar di kelas, dan juga memberikan reward bagi kelompok
belajar yang berperan aktif dan juga berprestasi.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif menurut Agus Suprijono (2015
: 108) adalah sebagai berikut.
a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu tergantung pada
guru, tapi dapat menambah kemampuan berfikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagi sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada
orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima
segala perbedaan.
d. Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap
siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
e. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial,
termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal
yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-
manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
28
f. Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima
umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut
membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung
jawab kelompoknya.
g. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi
nyata (riil).
h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi
dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk
proses pendidikan jangka panjang.
Menurut Agus Suprijono (2015 : 108) kelemahan model pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut.
a. Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif
membutuhkan waktu yang lama. Sebagai contoh siswa yang
mempunyai kelebihan akan merasa terhambat oleh siswa yang
mempunyai kemampuan kurang, akibatnya keadaan seperti ini dapat
mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.
b. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa setiap saling
membelajarkan. Oleh karena itu jika tanpa peer teaching yang efektif,
bila dibandingkan dengan pembelajaran langsung dari guru, bisa
terjadi cara belajar yang demikian apa yang harus dipelajari dan
dipahami tidak dicapai oleh siswa.
c. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif kepada hasil
kelompok, namun guru perlu menyadari bahwa hasil atau presentasi
yang diharapkan sebanarnya adalah hasil atau presentasi setiap
individu siswa.
d. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan
kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup
panjang, dan ini tidak mungkin dicapai hanya dalam waktu satu atau
beberapa kali penerapan strategi.
e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang
sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam
kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara
individu.
Sumber:http://modelmodelpembelajaran.blogspot.com/2013/04/
kelebihan- dan-kelemahan-model.html, diunduh pada tanggal 21 Oktober
2013
Berdasarkan uraian tinjauan tentang model pembelajaran kooperatif ini,
dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif mencerminkan
29
pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan
partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar
keterampilan sosial yang penting, sementara itu secara bersamaan
mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis.
Keberhasilan pembelajaran ini tergantung keberhasilan individu dalam
kelompok, dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai
suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok.
5. Metode PembelajaranTalking Chips (TC)
Salah satu pembelajaran kooperatif adfalah model pembelajaran
kooperatif tipe talking Chips. Model pembelajaran TC pertama kali
dikembangkan oleh spencer kagan.
Menurut spencer kagan (1992) “TC merupakan salah satu dari jenis
metode struktual yang mengembangkan hubungan timbale-balik antara
anggota kelompok dengan didasari adanya kepentingan yang sama dan
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
pola-pola interaksi siswa”. Kagan juga mengemukakan tipe kacing
gemerincing dengan istilah TC.
Chips yang dimaksud kagan dapat berupa benda yang berwarna ukuran
kecil. Istilah talking chips diindonesia kemudia lebih dikenal sebagai
model pembelajaran kooperatif tipe TC,dan dikenalkan oleh Anita Lie.
Menurut Anita Lie (2002: 63),”TC adalah salah satu tipe pembelajaran
koperatif yang masing-masing anggota kelompoknya mendapatkan
30
kesempatan yang sama untuk memberikan kontrubusi mereka dean
mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota kelompok lain. Model
koperatif ini mengembangkan hubungan timbale-balik antara anggota
kelompok dengan didasari adanya kepentingan yang sama. Tiap anggota
mendapatkan chips yang berbeda yang harus digunakan setiap satu kali
mereka ingin berbicara mengenai:menyatakankeraguan,menjawab
pertanyaan,bertatanya,mengungkapkan ide,mengklarifikasikan
pertanyaan,mengklarifikasikan ide,merangkum,menmdorong partisipasi
anggota lain. Model ini bisa juga diterapkan pada peserta didik secara
individu. Tiap peserta didik diberi 2-3 chips yang nantinya dapat
digunakan sampai beberapa kali pertemuan pembelajaran.
Berikut langkah-langkahnya.
a. Pengelompokan peserta didik suatu kelas menjadi kelompok-
kelompok kecil 4-6 orang.
b. Menyiapkan suatu kotak yang berisi benda-benda kecil seperti
potongan sedotan,kelereng kecil,dan sebagainya yang berfungsi
sebagai tanda untuk anggota kelompok yang akan mengemukakan
pendapat.
c. Membagikan benda-benda kecil tersebut dengan dengan jumlah yang
sama pada setiap anggota kelompok. Jumlahnya tergantung pada
setiap tingkat kesulitan tugas yang diberikan.
d. Memulai proses belajar mengajar,pada proses ini setiap kali peserta
didik mengeluarkan pendapat dalam kelompoknya,dia harus
menyerahkan salah satu benda yang dipegangnya dengan diletakkan
ditengah-tengah kelompok. Apabila benda yang dipegang seorang
peserta didik telah abis,maka ia tidak bisa mengemukakan pendapat
lagi sampai semua temannya dalam kelompok tersebut
menghabiskan benda yang dipegang mereka. Jika semua benda yang
dipegang sudah abis sedangkan tugas belum maka kelompok bisa
mengambil kesempatan untuk membvagi kembali benda-benda kecil
tersebut dan mengulang prosedurnya kembali tanpa mengabaikan
waktu pengajaran. Guru pada proses ini berperan sebagai fasilitator
dan motivator.
e. Persentasi hasil diskusi didepan kelas.
31
Menurut kagan (2000: 47) mengemukakan bahwa”dalam pelaksanaan
talking chips setiap anggota kelompok diberi sejumlah kartu/chips
biasannya diberu dua sampai tiga kartu).setiap kali kalah seorang anggota
kelompok menyampaikan pendapat dalam diskusi,ia harus meletakkan
satu kartunya ditengah kelompok. Setiap kelompok diperkenankan
menambah pendfapatnya sampai semua kartu yang dimilikinya habis,ia
tidak boleh berbicara lagi sampai semua anggota kelompoknya juga
menghabioskan kartu mereka. Jika semua kartu telah habis ,sedangkan
tugas belum selesai,kelompok boleh mengambil kesempatan untuk
membagi-bagi kartu lagi dan berdiskusi dapat diteruskan kembali”.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya,siswa dalam hal ini diberikan
kesempatan dua chips. Dalam suatu pertanyaan sistiap kelompok siswa
diwajibkan mengeluarkan dua pendapat sehingga dua chips yang akan
keluar pada setiap kelompok dalam tiap soal. Jika chips yang dimiliki
telah habis,maka ia tidak boleh berbicara lagi sampai semua anggota
kelomponya juga menghabiskan semua kartu mereka. Jika semua kartu
telah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh menmgambil
kesempatan untuk membagi-bagikan kartu lagi. Dengan demikian, semua
siswa mendapat kesempatan yang sama dalam mengungkapkan
pendapatnya.
Kelebihan model pembelajaran kancing gemerincing menurut kagan
(2000: 47) sebagai berikut.
1. Saling ketergantungan yang positif.
2. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.
3. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengolahan kelas.
4. Suasana yang rileks dan menyenangkan.
5. Terjalannya hubungan yang hangat.
32
6. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman
emosi menyenangkan.
Kelemahan model pembelajaran kancing gemerincing Menurut kagan
(2000: 47) sebagai berikut.
1. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan diskusi,
seperti belajar kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai
jalannya diskusi, sehingga siswa yang kurang pandai kurang
kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya, yang tidak terbiasa
dengan belajar.
2. Kelompok merasa asing dan sulit untuk bekerja sama.
6. Metode Pembelajaran Snowball Throwing
Dalam pembelajaran kooperatif efektifitas kelompok-kelompok siswa
sangat berpengaruh.Dalam model pembelajaran ini pendidik diharapkan
mampu membentuk kelompok-kelompok kooperatif untuk
memaksimalkan pembelajaran teman-teman satu kelompok.Metode
kooperatif salah satunya yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran
dikelas adalah metode snowball throwing, model pembelajaran ini adalah
metode yang digunakan untuk memperoleh topik ini.
Suprijono dalam hizbullah, 2011: 8 (from http:// muhammadanshari9.
blogspot.com /2013/10 /model-pembelajara-snowball throwing. Html)
snowball throwing adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana
murid dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen kemudian
masing-masing kelompok dipilih ketua kelompoknya untuk mendapat
tugas dari guru masing-masing murid membuat pernyataan yang dibentuk
seperti bola (kertas pertanyaan) kemudian dilempar ke murid lain yang
masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Langkah-langkah pembelajaran snowball throwing adalah sebagai berikut
menurut Agus Suprijono (2015 :147)
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2. Guru membentuk kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
33
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya dan
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4. Kemuadian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut apasaja materi
yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti
boladan dilemparkan dari satu siswa ke siswa yang lain
6. Siswa yang mendapat lembaran bola diberikan kesempatan untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola
tersebut.
7. Evaluasi
8. Penutup
(Agus Suprijono dalam lancarwati, 2012:18) Penerapan model
pembelajaran kooperatif snowball thorowing memiliki kelebihan dan
kekurangan, adapun kelebihannya yaitu :
1. Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan
bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan
pengetahuan
2. Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi
pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat
penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru
serta mengarahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara
mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok.
3. Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan
pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.
4. Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topic
yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.
5. Dapat mengurangi tasa takut siswa dalam bertanya kepada teman
maupun guru.
6. Siswa akanlebih mengerti makna kerjasama dalam memecahkan
masalah.
7. Siswa akan memahami makna tanggungjawab „
8. Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heteregonitas suku,
sosial, budaya, bakat, dan intelegensi.
9. Siswa akan termotivasi untuk meningkatkan kemampuanya
(Lancarwati, 2012:8)
34
Menurut lancarwati (2012: 18) mengatakan dalam metode pembelajaran
snowball throwing terdapat beberapa kelemahan-kelemahan, yaitu:
1. Ketua kelompok yang tidak dapat menjelaskan dengan baik, akan
menjadi penghambat bagi anggota kelompok yang lain untuk
memahami materi sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk
mendiskusikan materi pelajaran
2. Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga
siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama.
3. Memerlukan waktu yang panjang
4. Murid yang nakal cenderung bebuat onar
5. Kelas sering gaduh
6. Sangat bergantung dari kemampuan siswa dalam memahami materi
sehingga apa yang dikuasi siswa sangat sedikit.
7. Kecerdasan Intrapersonal dan Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan merupakan kapasitas siswa untuk menyelesaikan masalah-
masalah dan membuat caranya dalam konteks yang beragam dan wajar.
Siswa yang cerdas dalam menjalankan aktivitasnya selalu didasari atas
dasar inisiatif sendiri. Selain itu siswa dalam memenuhi tuntutan
intelektualnya senang menyelidiki sesuatu yang aktual dan yang lebih
luas.
Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan sehingga terdapat
perbedaan kecerdasan seseorang dengan yang lain ialah, sebagai berikut:
1. Pembawaan, pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang
dibawa sejak lahir.
2. Kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis)
dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya masing-masing.
3. Pembentukan, pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang
yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. Dibedakan dalam
pembentukan sengaja seperti yang dilakukan di sekolah- sekolah dan
pembentukan tidak sengaja seperti pengaruh alam sekitar.
4. Minat dan pembawaan yang khas, minat mengarahkan perbuatan
kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
35
5. Kebebasan, kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih
metode-metode tertentu dalam memecahkan masalah.
(Ngalim Purwanto, 2006: 55- 56)
Gardner (1993) mengemukakan bahwa kecerdasan seseorang meliputi
unsur-unsur kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa,
kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik,
kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan
naturalis. Pendapat tersebut didukung oleh Handy dalam (Yusuf:2007)
yang menjelaskan sebagai berikut:
kecerdasan manusia memiliki banyak fungsi yaitu: kecerdasan logika
(menalar dan menghitung), kecerdasan praktik (kemampuan
mempraktikan ide), kecerdasan verbal (bahasa dan komunikasi),
kecerdasan musik, kecerdasan intrapersonal (hubungan ke dalam diri),
kecerdasan interpersonal (hubungan ke luar diri), dan kecerdasan spasial
(berpikir dalam citra gambar). Malah, pakar psikologi seperti Howard
Gardner dan assosiasi memiliki daftar 25 nama kecerdasan manusia
termasuk kecerdasan natural (kemampuan untuk menyelaraskan diri
dengan alam), atau kecerdasan linguistik (kemampuan membaca,
menulis, dan berkata-kata), kecerdasan logika (menalar dan menghitung),
kecerdasan kinestik/fisik (kemampuan mengolah fisik seperti penari,
atlet, dll). Sedangkan untuk kecerdasan sosial dibagi menjadi
intrapersonal dan interpersonal.
Menurut kagan (2000: 47) Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan
yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan
untuk bertindak secara adaptif berdasar pengenalan diri itu. Seperti yang
diungkapkan Seseorang dengan kecerdasan intrapersonal tinggi pada
umumnya mandiri..Selain itu, mereka memiliki rasa percaya diri yang
besar serta senang bekerja berdasarkan program sendiri dan hanya
dilakukan sendirian .
36
Ciri-ciri anak yang berpotensi mempunyai Kecerdasan Intrapersonal
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Mengenal dirinya dengan baik termasuk kelebihan dan kekurangnnya.
Mampu introspeksi diri dan memiliki niat besar untuk memperbaiki diri.
2. Mudah menerima input bahkan kritikan terhadap dirinya, misalnya
diberitahu kalau model rambutnya tidak pas.
3. Tahu apa yang dimau dan jelas dengan yang ingin dicapainya sebagai
cita-cita.
4. Beberapa dari mereka ada yang senang akan kesendirian, diantaranya
senang berdialog dengan dirinya sendiri.
(http://ragabligaster01.blogspot.com/2012/03/kecerdasan-
intrapersonal.html.[20 Oktober 2015 , 9.22 PM] )
Menurut Padi (2000:177) kemampuan-kemampuan yang dimiliki anak yang
berkecerdasan intrapersonal adalah mempunyai kemauan yang kuat dan
kepercayaan diri, mempunyai rasa yang realistik tentang kemampuan dan
kelemahannya, selalu mengerjakan pekerjaan dengan baik meskipun
ditinggal, mempunyai kepekaan akan arah dirinya, lebih cenderung bekerja
sendiri daripada dengan yang lain, dapat belajar dari kesuksesan dan
kegagalannya, mempunyai self esteem yang tinggi, dan mempunyai daya
refleksi yang tinggi. Kecerdasan intrapersonal anak dapat mengoptimalkan
kecerdasan lainnya seperti cerdas matematika, cerdas visual spasial, cerdas
musik, dan sebagainya. Setiap anak memiliki porsi berbeda-beda, kendati
tidak memiliki kecerdasan tinggi dalam bermusik atau matematika, namun
anak memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan kemampuannya dengan
cara giat berlatih, intropeksi kesalahan dan memotivasi diri sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas,dapat diketahui bahwa kecerdasan
intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri
dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.
37
Kecerdasan interpersonal menurut Budiningsih (2005:115) berhubungan
dengan kemampuan bekerja sama dan berkomunikasi baik verbal maupun
non verbal dengan orang lain. Mampu mengenali perbedaan perasaan,
temperamen, maupun motivasi orang lain. Pada tingkat yang lebih tinggi,
kecerdasan ini dapat membaca konteks kehidupan orang lain,
kecenderungannya, dan kemungkinan keputusan yang akan diambil.
Kecerdasan ini tampak pada para profesional seperti konselor, guru,
teraphis, politisi, pemuka agama, dan lain-lain.
Sedangkan menurut Elmubarok (2008:117) kecerdasan interpersonal
mencakup berpikir lewat komunikasi dengan orang lain. Ini mengacu
kepada keterampilan manusia, dapat dengan mudah membaca situasi,
berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain.Kecerdasan ini juga
mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain,
mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin
kelompok. Menurut Padi (2000:177) individu yang cerdas secara
interpersonal memiliki kemampuan- kemampuan, yaitu:
a. menyukai sosialisasi dengan teman
b. kelihatan dapat menjadi pemimpin yang natural
c. suka memberikan nasihat pada teman yang dalam kesulitan
d. termasuk dalam kelompok, komite atau organisasi, menyukai
mengajar orang lain secara informal
e. mempunyai dua atau tiga teman dekat
f. mudah empati kepada orang lain
Kecerdasan interpersonal ditampakan pada kesenangan saat berteman dan
kesenangan dalam melakukan berbagai macam aktivitas sosial serta
ketidaknyamanan dalam kesendirian dan menyendiri. Orang yang memiliki
jenis kecerdasan ini menyukai dan menikmati bekerja secara berkelompok,
belajar sambil berinteraksi dan bekerja sama, juga kerap merasa senang
bertindak sebagai penengah atau mediator dalam perselisihan dan pertikaian
baik di sekolah maupun di rumah.Dalam bertingkah laku tentunya harus
diperhatikan mengenai situasi dan etika sosial. Melalui kecerdasan
interpersonal, ia dapat mengaturperilaku mana yang harus dilakukan dan
perilaku mana yangdilarang untuk dilakukan. Aturan-aturan ini mencakup
38
banyak halseperti bagaimana etika dalam bertamu, berteman,
makan,bermain, meminjam, minta tolong dan masih banyak hal lainnya.
Menurut Padi (2000:180 )Ciri-ciri peserta didik dengan kecerdasan
interpersonal di antaranya:
1. biasanya mempunyai kemampuan yang baik dalam mengetahui dan
memahami orang lain/temannya baik dalam minat, keinginan atau
motivasinya.
2. bisa bersifat kharismatik karena dapat meyakinkan orang lain serta
cukup diplomatis.
3. menyukai perdamaian, keharmonisan, kerjasama dan tidak menyukai
konfrontasi.
4.
B. Penelitian Yang Relevan
Tabel 3 Penelitian Yang Relevan
No Nama Judul Hasil Penelitian
1 Ardin
Siallagan
(2010)
Penerapan Model
Pembelajaran Snowball
Throwing Dalam
Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa (Studi
Kasus Di SMA N 1
Bintang Bayu
Kabupaten Serdang
Bedagai)
(Skripsi)
Penelitian PTK ini
dilaksanakan di Bintang
Bayu pada Tahun akademik
2010, objek penelitian 1
kelas yang berjumlah 32
orang. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa
model Snowball
Throwing dapat meningkat-
kan hasil belajar dengan
melihat keaktifan pada
siklus I sebesar 70% dan
keaktifan pada siklus II
sebesar 85% dan Ketuntasan
Klasikal pada siklus I
sebesar 86 % dan ketuntasan
klasikal pada siklus II
sebesar 94%. Penerapan
model pembelaja-
ran Snowball Throwing
merupakan model yang
efektif digunakan karena
antara materi pelajaran dan
model pembelajaran
signifikan untuk digunakan.
39
2
Adik Tri
Wahyuni
ngsih
(2012)
Model Pembelajaran
Snowball Throwing dan
Hasil Belajar Pokok
Bahasan Pedosfer Siswa
Kelas X SMAN 1 Pule
Kabupaten Trenggalek.
(Jurnal Pendidikan)
Berdasarkan hasil
independent sample t-test
diketahui bahwa nilai sig. (2-
tailed) adalah 0,025. Nilai
tersebut ≤ α (0,05),
sehingga H0 ditolak dan H1
diterima. Dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa
kelas X yang mengikuti
pembelajaran dengan model
Tabel 3. (lanjutan)
Snowball Throwing lebih
tinggi daripada hasil belajar
siswa kelas X yang mengikuti
pembelajaran dengan model
ceramah di SMAN 1 Pule.
3 Hasmi
(2012)
Penerapan model
pembelajaran kooperatif
tipe Numbered
TC pada mata pelajaran
IPA untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas
IV SDN Oloboju
kecamatan Sigi Biromaru
(Jurnal Penelitian)
Hasil tes penelitian
tindakan kelas Siklus I
diperoleh ketuntasan
klasikal 55 % dan daya
serap klasikal 66,32 %.
Pada siklus II ketuntasan
klasikal 85 % dan daya
serap klasikal 80,25 %,
maka dapat disimpulkan
bahwa dengan penerapan
model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered
Head Together TC dapat
meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV
SDN Oloboju Kecamatan
Sigi Biromaru.
Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas IV SDN
Oloboju Kecamatan Sigi
Biromaru yang berjumlah
20 siswa, tahun ajaran
2011-2012
40
Dalam kesimpulan penelitian yang relevan ini model pembelajaran yang
kooperatif
C. Kerangka Pikir
Setiap sekolah selalu menginginkan para siswanya untuk mendapatkan nilai
yang baik dan dapat diukur mutu pendidikannya. Mutu pendidikan dapat
dicapai dengan meningkatkan prestasi belajar siswa dan usaha yang maksimal
dari para guru. Hasil belajar siswa merupakan tolak ukur yang
menggambarkan keberhasilan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh
sekolah, guru dan para peserta didik. Tingkat keberhasilan dalam pencapaian
tujuan suatu kegiatan bergantung dengan bagaimana proses pembelajaran
yang telah berlangsung.
Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa
tersebut, yaitu menilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti evaluasi.
Faktor yang menyebabkan hasil yang diperoleh siswa tinggi atau rendah
tersebut dapat berupa faktor dari dalam diri dan dari luar diri siswa.
Faktor yang sangat mempengaruhi adalah kreatifitas guru dalam
penyampaian materi di kelas. Oleh karena itu pemilihan model pembelajaran
yang tepat sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan para siswa. Namun
pada kenyataannya guru masih banyak yang menggunakan model
konvensional dan diskusi tidak berpola.
Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang
digunakan guru untuk menyampaikan materi secara lisan kepada siswa, disini
41
peran guru aktif dibanding dengan siswa, sedangkan diskusi tidak berpola
artinya guru hanya memberikan diskusi kemudian persentasi yang
menekankan pada aspek kognitif. Hal ini menjadikan siswa merasa bosan
terhadap mata pelajaran dan tidak hanya itu suasana yang terjadi akan terasa
monoton dan tidak aktif karena siswa cenderung diam dan mengakibatkan
kurang tercapainya tujuan pembelajaran. Saat ini pada kurikulum baru yaitu
kurikulum 2013 sistem pembelajaran menekankan pada siswa yang aktif
dibandingkan dengan guru, guru hanya menjadi mediator dalam pembelajaran
sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang
mereka pendam.
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu cara untuk membantu siswa
dalam mengalami kesulitan belajar dengan dibantu oleh temah sebaya yang
lebih memahami materi pada pembelajaran tersebut. Model pembelajaran
kooperative atau model pembelajaran berkelompok pada penelitian ini adalah
model pembelajaran tipe Snowball Throwing dan Talking Chips
Variabel independen atau yang mempengaruhi pada penelitian ini adalah
model pembelaran tipe Snowball Throwing dan model pembelajaran tipe
Talking Chips. Variabel Dependen atau yang dipengaruhi pada penelitian ini
adalah hasil belajar melalui model pembelajaran tersebut. Variabel moderator
dalam penelitian ini adalah kecerdasan intrapersonal an interpersonal mata
pelajaran Ekonomi.
1. Perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran Snowball Throwing dan siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran Talking Chips ada mata pelajaran
Ekonomi.
42
Kooperatif mengandung pengertian bekerjasama dalam mencapai tujuan
bersama. Falsafah yang mendasari model pembelajaran kooperatif dalam
pendidikan adalah falsafah homo socius, yang menekankan bahwa
manusia adalah makhluk sosial. Kerjasama merupakan kebutuhan yang
sangat penting bagi kelangsungan hidup. Pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok
kecil, saling membantu dan memahami materi, menyelesaikan tugas atau
kegiatan lain agar semua mencapai hasil belajar yang tinggi. Ada beberapa
tipe pembelajaran kooperatif, diantaranya tipe Snowball Throwing dan
Talking Chips).
Model pembelajaran Snowball Thowing merupakan metode yang dapat
digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit
kepada siswa serta dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa dalam memahami materi tersebut. Pada model
pembelajaran Snowball Throwing siswa dibentuk menjadi beberapa
kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru,
kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk bola
(kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa
menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Snowball secara etimologi
berarti bola salju, sedangkan Throwing artinya melempar. Snowball
Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam
pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi
pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya
43
sendiri untuk dijawab. Snowball Throwing merupakan salah satu model
pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak
melibatkan siswa. Peran guru disini hanya sebagai pemberi arahan awal
mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap
jalannya proses pembelajaran. Snowball Throwing sebagai salah satu dari
model pembelajaran aktif (active learning) pada hakikatnya mengarahkan
atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya.
Sedangkan model pembelajaran kooperatif Talking Chips adalah
merupakan model pembelajaran kooperatif yang lebih mengutamakan
aktivitas siswa dalam mencari, mengolah dan melaporkan informasi
dengan rasa tanggung jawab dari berbagai sumber yang akhirnya
dipresentasikan di depan kelas kepada seluruh siswa.
Berdasarkan teori belajar dan dua kegiatan dalam model pembelajaran
tersebut dapat menimbulkan perilaku yang berbeda, sehingga terdapat
perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model
pembelajara Snowball Throwing dengan siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Talking Chips pada mata pelajaran ekonomi.
2. Perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki kecerdasan
interpersonal dan siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal pada
mata pelajaran Ekonomi.
Siswa memiliki kecerdasan intrapersonal, yang memegang peranan
penting adalah kemampuan dirri dalam siswa, mereka cenderung belajar
44
melalui dorongan dari diri sendiri. Kecerdasan intrapersonal penting bagi
semua orang karena dengan kecerdasan ini seseorang mampu menempuh
keberhasilan dan kesuksesannya sendiri. Cara mengembangkan kecerdasan
intrapersonal, yaitu : memahami keunikan diri sendiri.
Setiap anak pasti memiliki keunikan tersendiri untuk itu perlu adanya
dorongan bagi anak agar anak bangga terhadap keunikan yang ada dalam
diri misalnya panggilah anak dengan namanya sendiri, berilah gelar pada
anak. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk
berhubungan dengan orang lain. Seseorang yang memiliki kecerdasan
interpersonal yang tinggi biasanya mempunyai banyak teman, mudah
bergaul, menghargai orang lain. Inti dari
kecerdasan interpersonal adalah kerjasama. Tiga alasan mendasar
pentingnya memiliki kecerdasan interpersonal, yaitu : Membangun jiwa
sosial, membantu keberhasilan kerja dan mencerdaskan emosi dan fisik.
3. Interaksi antara penggunaaan model pembelajaran dan kecerdasan
interpersonal terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Ekonomi.
Model pembelajaran merupakan proses atau cara untuk menempuh
pembelajaran, dengan model pembelajaran yang kreatif akan menimbulkan
kesan yang menyenangkan bagi para siswa dan akan mempermudah para
siswa untuk mengatasi kesulitan belajar yang ia hadapi. Snowball
Throwing dan Talking Chips merupakan model pembelajaran kooperatif
atau model pembelajaran berkelompok.
45
Hasil belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar
karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan hasil belajar adalah
sebagian hasil yang dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar
dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang
dilakukan. Untuk memahami pengertian hasil belajar maka harus bertitik
tolak dari pengertian belajar itu sendiri.
Kecerdasan dan hasil belajar adalah satu kesatuan yang masing-masing
saling mempengaruhi. Dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif
yang akan membuat siswa aktif belajar maka akan membuat mereka
merasa senang dan tidak merasa bosan belajar di kelas, dengan
penggunaan metode pembelajaran yang semacam ini siswa akan mudah
menerima materi yang diberikan guru, maka akan menngkatkan
keterampilan sosial siswa. Interaksi pada tiga variabel ini tentunya
merupakan tugas guru sebagai fasilitator yang artinya harus mampu untuk
menggabungkan interaksi antar ketiganya agar ilmu pengetahuan yang
didapatkan seimbang.
4. Hasil belajar yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran tipe Snowball Trhowing lebih efektif dibandingkan
dengan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning
tipe Talking Chips bagi siswa yang memiliki kecedasan intrapersonal
pada mata pelajaran Ekonomi.
Model pembelajaran Snowball Thowing merupakan metode yang dapat
digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit
kepada siswa serta dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana
46
kemampuan siswa dalam memahami materi tersebut. Pada model
pembelajaran Snowball Throwing siswa dibentuk menjadi beberapa
kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru,
kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk bola
(kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa
menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Snowball secara etimologi
berarti bola salju, sedangkan Throwing artinya melempar. Snowball
Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju.
Dengan demikian diduga model pembelajaran Snowball Throwing lebih
efektif dibandingkn dengan model pembelajaran Talking Chips bagi siswa
yang memiliki kecerdasan interpersonal pada mata pelajaran ekonomi.
Berdasarkan dari kedua tipe kecerdasan tersebut maka dapat menimbulkan
prilaku yang berbeda, sehingga terdapat perbedaan hasil belajar antara
siswa yang kecerdasan interpersonal lebih baik dibandingkan dengan yang
kecerdasan intrapersonal dengan menggunakan model pembelajaran
Talking Chips terhadap mata pelaaran ekonomi.
47
Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan paradigma penelitian
sebagai berikut:
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Dalam gambar 1 diatas ini paradigma penelitian kegiatan belajar mengajar
yang dahulu menggunakan metode pembelajaran ceramah dan berpusat pada
guru. Kini peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking
chips dan snowball throwing untuk memacu kecerdasan interpersonal dan
intrapersonal siswa SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono. Kecerdasan
interpersonal siswa mencakup kecerdasan emosional diri siswa sendiri
sedangkan kecerdasan interpesonal yaitu bagaimana siswa beriteraksi dan
bertukar fikiran sesama siswa dalam proses pembelajaran. Kedua metode ini
dilakukan dan diterapkan untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Model Pembelajaran
Snowball Throwing
(X1)
Talking Chips
(X2)
Kecerdasan
Interpersonal
l
Kecerdasan
Intrapersonal
Kecerdasan
Interpersonal
Kecerdasan
Intrapersonal
l
Hasil belajar
(Y) Hasil belajar
(Y)
Hasil belajar
(Y)
Hasil belajar
(Y)
48
Gambar 2. Kerangka Pikir
Penjelasan dalam gambar kerangka pikir permasalahan KBM adalah
kompetensi, aktifitas kurang dan juga kecapakan siswa dan juga motivasi
belajar kurang. Olah karena itu kita gunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe Talking Chips dan model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball Throwing. Model pembelajaran ini juga memacu kecerdasan
interpersonal dan kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal
mencakup bagaimana siswa bekomunikasi dengan orang lain disekitarnya,
sedangkan kecerdasan intrapersonal mencakup bagaimana motivasi dari
dalam diri siswa dan bagaimana mindset belajar siswa tersebut. Dua
kecerdasan tersebut untuk memacu motivasi belajar siswa di dalam kelas
maupun di luar kelas seperti mengerjakan tugas sekolah dan kegiatan
siswa dalam ekstrakurikuler. Apabila motivasi belajar siswa sudah
meningkat optomalisasi prestasi bisa didapat oleh siswa dalam proses
belajar mengajar yang optimal.
Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM)
Kecerdasan
Interpersonal
Kecerdasan
Intrapersonal
Snowball
Throwing
Hasil Belajar
Yang optimal
Optimalisasi
Prestasi
Good
Character
KBM
yang efektif
Talking Chips
-keaktifan
siswa
-kecakapan
siswa
Motivasi Belajar
Siswa
49
D. Hipotesis
Berdasarkan beberapa masalah yang akan dibahas, maka dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut.
1. Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing dan siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran Talking Chips pada mata
pelajaran Ekonomi.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa yang
memiliki kecerdasan intrapersonal dan siswa yang memiliki kecerdasan
interpesonal pada mata pelajaran Ekonomi.
3. Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang kecerdasan
Interpersonal lebih rendah dibandingkan dengan yang kecerdasan
intrapersonal dalam penggunaan model pembelajaran cooperative learning
Talking Chips pada mata pelajaran Ekonomi.
4. Hasil belajar yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
cooperative learning tipe Snowball Throwing lebih tinggi dibandingkan
dengan yang menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe
Talking Chips bagi siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal pada
mata pelajaran Ekonomi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai
yaitu mengetahui perbedaan suatu variable, yaitu hasil belajar ekonomi
dengan perlakukan yang berbeda. Pendekatan yang dipakai adalah
pendekatan eksperimen yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari
pengaruh variable tertentu terhadap variable yang lain dalam kondisi
terkontrol secara ketat. Adapun dalam penelitian ini menggunakan desain
eksperimental semu yaitu jenis penelitian yang tidak memungkinkan untuk
mengontrol dan memanipulasi semua variable secara relevan. Variabel
terikat (Y) hasil belajar siswa, variabel bebas perlakuan pembelajaran dan
variabel bebas atribut kemampuan awal.Variabel bebas perlakuan
diklasifikasikan dalam bentuk pembelajaran dengan pembelajaran
Kooperatif tipe Talking Chips (X1) (sebagai kelas kontrol) dan pembelajaran
Snowball Throwing (X2).(sebagai kelas eksperimen) Dalam penelitian ini
responden dikelompokkan menjadi dua kelompok, kelompok pertama
adalah kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan pembelajaran konomi
dengan pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips (kontrol) dan kelompok
kedua adalah kelompok siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran
51
administrasi keuangan dengan pembelajaran Snowball Throwing
(eksperimen).
Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong, penelitian
komparatif dengan pendekatan eksperimen.Penelitian komparatif adalah
suatu penelitian yang bersifat membedakan.Menguji hipotesis komparatif
berarti menguji parameter populasi yang terbentuk perbedaan.
(Sugiyono:2012 57)
1. . Desain Penelitian
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
kelompok control non-ekuivalen, yaitu jenis ekuivalen yang dianggap sudah
baik karena sudah memenuhi persyaratan yaitu kelompok control atau
kelompok pembanding yang perlakuannya tidak sama tetapi tetap
mendapatan pengamatan yang sama. Sehingga desain ini bayak digunakan
oleh para peneliti pendidikan. Dan desain penelitian ini dapat digambarkan
pada gambar di bawah ini:
Tabel 3.1DesainPenelitianEksperimenMenggunakanDesain
Treatment by Level digambarkanSebagaiBerikut:
Model
Pembelajaran
Kecerdasan siswa
Model
Pembelajaran
Snowball Throwing
Model
Pembelajaran
Talking Chips
KecerdasanIntrapersonal Pelajaran ekonomi Pelajaran ekonomi
KecerdasanInterpersonal Pelajaran ekonomi Pelajaran ekonomi
Berdasarkan tabel diatas Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah desain kelompok control non-ekuivalen, yaitu jenis ekuivalen yang
52
dianggap sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan yaitu kelompok
control atau kelompok pembanding yang perlakuannya tidak sama tetapi tetap
mendapatan pengamatan yang sama. Sehingga desain ini bayak digunakan oleh
para peneliti pendidikan
B.Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitain ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandar
Sribhawono yang berjumlah 78 siswa yang terbagi dalam 2 kelas.
Tabel 3.1Jumlah siswa tiap kelas
Kelas Jumlah siswa
X1kontrol 39
X2eksperimen 39
Jumlah 78
Dalam tabel diatas kelas eksperimen terdapat dikelas x1 dan kelas kontrol
di kelas x2.
2.Teknik Pengambilan Sampel
Langkah-langkah penentuan sampel pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Dilakukan dengan purposive sampling yaitu penentuan sampel dari
anggota papulasi dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:124).
Pertimbangan tertentu yang dilakukan dalam memilih dua kelas sebagai
53
sampel dengan melihat hasil belajar ekonomi semester ganjil tahun
pelajaran 2015/2016 yaitu mempunyai kesamaan rata-rata hasil belajar
maka kelas XI Ap1 danXIAp2 sebagai sampel. Dimana rata-rata hasil
belajar ekonomi siswa kelas XI Ap ditunjukkan pada Tabel 3.2 sebagai
berikut:
Tabel 3.2. Rata-rata hasil belajar Ekonomi siswa kelas X
Kelas Rata-rata nilai ekonomi
X1 5,23
X2 5,48
2. Dari kelas XI Ap1 dan XI Ap2 dipilih secara random untuk menentukan
mana kelas yang terdapat perlakuan pembelajaran Koopertif tipe TC
(eksperimen ke 1) dan mana yang mendapat perlakuan pembelajaran ST
(eksperimen ke 2)
3. Masing-masing kelas eksperimen dipilah menjadi dua kelompok yang
kemampuan awal nilai ekonomi tinggi dan kelompok kemampuan awal
nilai ekonomi rendah. Penentuan siswa kelompok kemampuan awal
tinggi dan rendah dilakukan dengan menggunakan tes pengetahuan awal
pelajaran ekonomi, berupa soal prasyarat untuk materi yang akan
dipelajari siswa. Dari langkah-langkah teknik pengambilan sampel di
atas, diperoleh sampel penelitian ini adalah beberapa siswa kelas X1dan
X2 yang berjumlah 78 siswa,
54
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2008: 60).Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu variabel bebas
(independent), variabel terikat (dependent) dan variabel moderator.
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel bebas dilambangkan dengan (X) adalah variabel penelitian yang
mempengaruhi variabel yang lain. Variabel bebas dalam penelitian ini
terdiri dari dua model pembelajaran yaitu model pembelajaranSnowball
Throwing sebagai kelas eksperimen XA dilambangkan (X1), dan model
pembelajaran Numbered Head Together (NHT)sebagai kelas kontrol XC
dilambangkan (X2).
2. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel terikat dengan lambang (Y) adalah variabel yang diakibatkan atau
dipengaruhi oleh variabel bebas, sehingga sifatnya bergantung pada variabel
yang lain. Pada penelitian ini, variabel terikatnya adalah hasil belajar.
3. Variabel Moderator
Variabel moderator adalah variabel yang diperkirakan akan mempengaruhi
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, yang pengaruhnya ini
55
akan nyata dengan angka korelasi apabila variabel moderator
diperhitungkan. Diduga gaya belajar mempengaruhi (memperkuat atau
memperlemah) hubungan antara model pembelajaran kooperatif dengan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi yaitu melalui model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan Numbered Head
Together (NHT).
4. Definisi Konseptual dan OperasionalVariabel
1. Hasil Belajar
Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) menyatakan: “hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar, dari sisi guru,
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses
belajar”.
2. Model pembelajaran tipe Snowball Throwing
Snowball Throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan
pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat
tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang
dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang
masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh
(Arahman, 2010: 3).
56
3. Model Pembelajaran TipeTalking Chips
Pembelajaran kooperatif tipe TC merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen
dalam Ibrahim (2000: 28)
i. Kecerdesan Siswa
Gardner(1993)mengemukakanbahwakecerdasanseseorangmeliputi unsur-
unsurkecerdasanmatematikalogika,kecerdasanbahasa,kecerdasan
musikal,kecerdasanvisual spasial,kecerdasankinestetik,kecerdasan
interpersonal,kecerdasanintrapersonal,dankecerdasannaturalis.
b. Operasional Variabel
Tabel 4. Operasional Variabel
N
o Variabel
Konsep
Operasional
Variabel
Indikator
Penguku
ran
Variabel
Skala
1. Hasil Belajar Hasil yang
diperoleh
seseorang
setelah
menempuh
prosesbelajar
yangdicerminka
n
dalam bentuk
angka atau skor
yang diperoleh
setelah
mengikuti tes.
Hasil tes
formatif mata
pelajaran
ekonomi
Tingkat
besarnya
hasil tes
formatif
mata
pelajaran
Ekonomi
Interval
57
Tabel 4. Lanjutan
2. Model
Pembelajaran
Snowball
Throwing
Model
pembelajaran ini
membagi murid
dalam beberapa
kelompok, yang
nanti nya
masing-masing
anggota
kelompok
mebuat
pertanyaan pada
selembar kertas
dan
membentuknya
seperti bola,
kemudian bola
tersebut
dilempar ke
murid yang lain
selama durasi
waktu yang di
tentukan, yang
selamjutnya
masing-masing
murid menjawab
pertanyaan dari
bola yang
diperolehnya
Hasil diskusi
dengan
menggunakan
model
Snowball
Throwing
Tingkat
besarnya
hasil tes
formatif
mata
pelajaran
Ekonomi
Interval
3, Model
Pembelajaran
Talking
Chips
Model
pembelajaran ini
mengambil pola
pembelajaran
kelompok yaitu
siswa
melakukan
kegiatan dengan
cara bekerja
sama dengan
siswa lain.
Hasil diskusi
dengan
menggunakan
model Talking
Chips
Tingkat
besarnya
hasil tes
formatif
mata
pelajaran
Ekonomi
Interval
58
Tabel 4. Lanjutan
4.
Kecerdasan
interposanal
kecerdasaninterp
ersonal
mencakupberpik
irlewatkomunika
sidenganorangla
in.
Hasil Penilaian
diri dari:
1. Mengenali
diri sendiri
2. Mengetahu
i yang
diinginkan
3. Mengetahui
yang
penting
Tingkat
besarnya
hasil
kuisioner
kecerdas
an
interpers
onal
Interval
dengan
pendekat
an
semantic
differenti
al
5. Kecerdasan
intrapersonal
Kecerdasanintra
personaladalahk
emampuanyang
berkaitandengan
pengetahuanaka
ndirisendiridank
emampuanuntuk
bertindaksecara
adaptifberdasarp
engenalandiri
Hasil Penilaian
diri dari:
1. Kepekaan
sosial
2. Wawasan
sosial
3. Keterampil
an
komunikasi
sosial
Tingkat
besarnya
hasil
kuisioner
kecerdas
an
intrapers
onal
Interval
dengan
pendekat
an
semantic
differenti
al
4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar
ekonomi siswa. Variabel bebas (X) pembelajaran Kooperatif tipe TC (X1) dan
pembelajaran ST (X2).Variabel terikat (Y) kecerdasan intraprasonal dan
interpersonal siswa diukur dengan tes hasil belajar menggunakan soal
berbentuk uraian berupa pretes dan postes.Semua instrument dibuat oleh
peneliti berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya.Tes dilakukan
pada sampel dua kali, yaitu sebelum perlakuan (pre tes) dan sesudah
perlakuan (pos test) dilaksanakan. Data yang digunakan adalah peningkatan
59
hasil belajar gain ternormalisasi dari skor pre test dan post tes (hake, dalam
Ikhsanuddin) Adapaun N-Gain rumusnya adalah :
( ) ( )
( ) ( ) ......................................( 1)
Dengan S post = post tes
S pre = pre tes
S max = skor maksimum pre tes dan post tes .
5. Kisi – Kisi Instrumen
1. Instrumen Hasil Belajar
Penelitian ini membuat insrumen prestasi belajar administrasi keuangan
dengan menggunakan kisi-kisi pada standar kompetensi (SK). Kisi-kisi
instrument prestasi untuk standar kompetensi mengelola kartu persediaan
bahan bakudapat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut:
60
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar.
No Kompetensi
Dasar
Uraian
Materi
Indikator Jenjang Jumlah
Soal
No
Soal
1 Menyiapkan
bahan materi
Bank dan
fungsinya
Prosedu
r materi
Bank
Menyebutkan
fungsi-fungsi
Bank
C1 1 1
2 Mengidentifi
kasi jenis-
jenis Bank
Membu
at
materi
jenis-
jenis
bank
Membuat
ringkasan materi
tentang bank
C3 3 2 –
4
2. Kalibrasi Instrumen
Pada penelitian ini digunakan instrument tes.Tes digunakan untuk mengukur
peningkatan hasilbelajar siswa.Penyususnan instrument mengacu pada
indikator yang terdapat dalam kisi-kisi instrument.Kalibrasi instrument
dilakukan untuk menjamin validitas, reliabilitas.Kalibrasi instrument
dilakukan dengan mengunakan ANATES 4.0.5.Ujicoba instrument
dilakukan sebelum penelitian dilakukan. Validitas bisa dipetroleh dengan
adanya pengisian instrument oleh responden yang bukan responden dalam
penelitian,setelah diisi dan dikumpulkan maka ditentukan validitasnya
dengan rumus korelasi Pearson (Arikunto).
61
G. Pengujian Instrumen Penelitian
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur apabila tes
tersebut memenuhi beberapa persyaratan tes. Adapun dua aspek penting
mencakup dalam syarat tes yang baik adalah validitas dan reliabilitas. Oleh
karena itu, sebelum instrumen digunakan maka harus dilakukan uji coba
terlebih dahulu:
1. Validitas
Validitas adalah alatukur yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahan
suatu instrumen.Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas isi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur
tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
diberikan. Validitas ini dikatakan tes apabila hasilnya sesuai dengan kriterium.
Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran antara hasil tes dengan
kriterium yaitu menggunakan teknik korekasi produck moment dengan angka
kasar. Dengan rumus sebagai berikut :
∑ (∑ )(∑ )
√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +............................................... (2)
Keterangan:
= koefisien korekasi
∑ = jumlah skor item
∑ = jumlah skor total (seluruh item)
N = jumlah sampel
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :
√
√
...............................................................(3)
62
Dimana:
T = nilai
r = koefisien korelasi hasil dari
n = jumlah responden
Distribusi( table t ) untuk = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2)
Kaidah keputusan: jika berarti valid, sebaliknya jika
maka berarti tidak valid (Riduan, 2004: 110)
Hasil perhitungan uji validitas angket kecerdasan interpersonal dan intrapersonal,
menunjukkan bahwa dari 33 item pernyataan interpersonal terdapat 3 item
pernyataan yang tidak valid.Pada item interpersonal yaitu nomor 9,14dan 15.item
intrapersonal yaitu nomor 7,9,24,29. (terlampir). Sehingga peneliti menggunakan
30 item pernyataan interpersonal,30 item pernyataan intrapersonal dengan jumlah
seluruhnya 34 item, karena untuk pernyataan yang tidak valid dihilangkan.
2. Reliabilitas
Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata teliability dalam
bahasa Inggris, berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya
(Arikunto 2003:59). Jenis reliabilitas yang Untuk mengetahui tingkat
reabilitas kuesoner maka digunakan rumus alpha, sebagai berikut:
{
}{
∑ }.....................................(4)
Keterangan:
reabilitas instrument
k = banyak butir soal
∑ = jumlah varian butir pertanyaan
varian total
63
Selanjutnya untuk menginterprestasikan besar nilai kesahihan angket dapat
dilihat pada tabel interprestasi sebagai berikut :
Tabel 3.6. Interprestasi Reliabilitas
Besarnya Nilai Kriteria
0,80 – 1,00
0,60 – 0,79
0,40 – 0,59
0,20 – 0,39
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang/Cukup
Sangat rendah
(Suharsimi Arikunto)
Kriteria uji reabilitas dengan rumus alpha adalah maka alat ukur
tersebut reliable dan sebaliknya, jika maka alat ukur tidak reliabel.
Hasil perhitungan uji realibilitas angket kecerdasan interpersonal adalah 0,978
dan begitu juga untuk realibilitas angket kecerdasan intrapersonal juga memiliki
nilai 0,957 (terlampir). Sehingga sesuai dengan kriteria tingkatan besarnya
realibilitas, kedua angket memiliki realibilitas sangat tinggi.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
diperoleh dari nilai tes hasil belajar pada materi Biaya Bahan Baku setelah
digunakan pembelajaran kooperatif tipe TC dan pembelajaran ST.
1. Tahap Deskripsi Data.
Deskripsi data dimaksudkan untuk memperjelas atau memaparkan
data hasil penelitian dalam ruang lingkup luas yang terbatas, dalam
64
hal ini data hasil penelitian adalah variable terikat yaitu peningkatan
hasil belajar siswa, serbagai akibat perlakuan pembelajaran dengan
menggunakan kooperatif tipe TC dan pembelajaran ST.Data diperoleh
dari siswa kelas XI Ap1 dan XI Ap2 semester ganjil tahun pelajaran
2014/2015 SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono. Data yang
dikumpulkan terdiri dari kemampuan awal, pretes, postes dan gain
(peningkatan hasil belajar).
2. Tahap Uji Persyaratan Analisis
Data yang diperoleh pada penelitian adalaha data interval dan
melakukan menguji parameter populasi maka tergolong statistic
parametrik. Pada penggunanaan statistic parametric mensyaratkan
bahwa data setiap variable yang akan dianalisis harus berdistribusi
normal dan datanya homogeny, sehingga harus dilakukan pengujian
normalitas dan pengujian homogenitas kelompok data maka perlunya
tahap uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
UjiNormalitasmenggunakanujiLiliefors.Berdasarkansampelyangakan
diujihipotesisnya,apakahsampelberdistribusinormalatausebaliknya.
Menggunakanrumus :
Lo = F(Zi)-S(Zi)..................................................... (7)
Keterangan:
65
LO =Hargamutlakterbesar
F(ZI) =Peluangangkabaku
S(ZI) =Proporsi angkabaku
(Sudjana,2005:466)
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas menggunakan rumus uji F.
F =
(8)
(Sugiyono, 2011: 198)
Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila harga Fhitung ≤ Ftabel maka data
sampel akan homogen, dan apabila Fhitung > Ftabel data tidak homogen,
dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk (n1-1 ; n2-1). Untuk mempermudah
peniliti dalam pengujian homogenitas maka peneliti menggunakan bantuan
aplikasi SPSS.
Ujihomogenitas merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk
menentukan keragaman suatu data atau memastikan kelompok data yang
berasal dari populasi yang homogen.Setelah diuji kenormalitasannya di
lanjutkan dengan uji homogenitas. Teknik yang digunakan untuk menguji
homogenitas pada penelitian ini dengan menggunakan perhitungan program
SPSS 216.0 for Windows yaitu menggunakan test of homogeneity for
variances dengan uji levene statistic. Pedoman pengambilan keputusannya
adalah jika nilai signifikansi (sig)< 0,05 maka data tidak homogen dan
sebaliknya jika nilai signifikansi (sig) > 0,05 maka data dikatakan homogen
(Basrowi dan Soenyono) Dengan ketentuan jika taraf signifikan yang
66
didapat lebih besar dari taraf signifikan uji (0,05) maka variansi setiap
sampel sama (homogen), sebaliknya jika taraf signifikan yang didapat lebih
kecil dari taraf signifikan uji (0,05) maka variansi setiap sampel tidak sama
(tidak homogen).
3. Tahap Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dihitung menggunakan program SPSS 17.0 for windows.
Hal ini dilakukan untuk menjamin validitas hasil perhitungan data
perbandingan dengan perhitungan secara manual. Analiis varian (Anova)
umumnya digunakan untuk menguji hipotesis kompratif rata-rata k sampel
bila data berbentuk interval. Dalam program SPSS 17.0 for windows
pengujian Anova dengan satu variabel independen dapat dilakukan dengan
menggunakan metode paired samples test.
I. Hipotesis Statistik
Hipotesis 1
H0 : Tidak ada perbedaan pada pemberian perlakuan pembelajaran Kooperatif
tipe TC dan pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar
Ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono
H1: Ada perbedaan pada pemberian perlakuan pembelajaran Kooperatif tipe
TC dan pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar Ekonomi
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono
Hipotesis Statistik:
67
H0 : µc= µd
H1 : µc≠ µd
µc = Rata-rata peningkatan hasil belajar yang menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe TC
µd = Rata-rata peningkatan hasil belajar yang menggunakan
pembelajaran Snowball Throwing.
Kriteria Uji:
Jika nilai sig pembelajaran < 0,05 maka ada perbedaan rata-rata peningkatan hasil
belajar antara pembelajaran kooperatif tipe TC dengan pembelajaran Snowball
Throwing(Basrowi dan Soenyono). Kemudian jika nilai rata-rata peningkatan
hasil belajar adalah µc <µd maka H0 ditolak
Hipotesis 2
H0: Tidak ada perbedaan pada pemberian perlakuan pembelajaran kooperatif
tipe TC dan pembelajaran Snowball Throwing dengan kecerdesan tinggi
terhadap hasil belajar siswadalam pembelajaran Ekonomi pada siswa kelas
X SMANegeri 1 Bandar Sibhawono
H1: Ada perbedaan pada pemberian perlakuan pembelajaran kooperatif tipe
TC dan pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar
siswadalam pembelajaran konomi pada siswa kelas X SMANegeri 1
Bandar Sribhawono
Hipotesis Statistik:
H0 : µc= µd
H1 : µc≠µd
68
µc = Rata-rata peningkatan hasil belajar yang menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe TC kecerdasan interpersonal.
µd = Rata-rata peningkatan hasil belajar yang menggunakan
pembelajaran Snowball Throwing kecerdasan interpersonal.
Kriteria Uji:
Jika nilai sig pembelajaran < 0,05 maka ada perbedaan rata-rata
peningkatan hasil yang signifikan antara pembelajaran kooperatif tipe
TCdan pembelajaran Snowball Throwing dengan kemampuan awal tinggi
(Basrowi dan Soenyono). Kemudian jika nilairata-rata peningkatan hasil
belajar adalah µc< µdmaka H0 ditolak.
Kriteria Uji:
Jika nilai sig pembelajaran < 0,05 maka ada perbedaan rata-rata
peningkatan hasil yang signifikan antara pembelajaran kooperatif tipe
TC dan pembelajaran Snowball Throwing dengan kemampuan awal
tinggi, sedang dan rendah (Basrowi dan Soenyono). Kemudian jika nilai
rata-rata peningkatan hasil belajar adalah µb < µdmaka H0 ditolak.
Hipotesis 3
H0: Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar Ekonomi siswa
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Talking Chips lebih
tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode
pembelajaran Snowball Throwingbagi siswa yang memiliki kecerdasan
interpersonal.
H1: Ada perbedaan rata-rata hasil belajar Ekonomi siswa pembelajarannya
69
menggunakan model pembelajaran Talking Chips lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode pembelajaran
Snowball Throwingbagi siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal.
Hipotesis Statistik:
H0 : µc= µd
H1 : µc≠µd
µc = Rata-rata peningkatan hasil belajar yang menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe TC kecerdasan interpersonal.
µd = Rata-rata peningkatan hasil belajar yang menggunakan
pembelajaran Snowball Throwing kecerdasan interpersonal.
Kriteria Uji:
Jika nilai sig pembelajaran < 0,05 maka ada perbedaan rata-rata
peningkatan hasil yang signifikan antara pembelajaran kooperatif tipe
TCdan pembelajaran Snowball Throwing dengan kemampuan awal tinggi
(Basrowi dan Soenyono). Kemudian jika nilairata-rata peningkatan hasil
belajar adalah µc< µdmaka H0 ditolak.
Kriteria Uji:
Jika nilai sig pembelajaran < 0,05 maka ada perbedaan rata-rata
peningkatan hasil yang signifikan antara pembelajaran kooperatif tipe
TC dan pembelajaran Snowball Throwing dengan kemampuan awal
tinggi, sedang dan rendah (Basrowi dan Soenyono). Kemudian jika nilai
rata-rata peningkatan hasil belajar adalah µb < µdmaka H0 ditolak.
70
Hipotesis 4
H0: Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan dengan
hasil belajar Ekonomi.
H1: Ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan dengan hasil
belajar Ekonomi.Hipotesis Statistik:
H0 : µc= µd
H1 : µc≠µd
µc = Rata-rata peningkatan hasil belajar yang menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe TC kecerdasan interpersonal.
µd = Rata-rata peningkatan hasil belajar yang menggunakan
pembelajaran Snowball Throwing kecerdasan interpersonal.
Kriteria Uji:
Jika nilai sig pembelajaran < 0,05 maka ada perbedaan rata-rata
peningkatan hasil yang signifikan antara pembelajaran kooperatif tipe
TCdan pembelajaran Snowball Throwing dengan kemampuan awal tinggi
(Basrowi dan Soenyono). Kemudian jika nilairata-rata peningkatan hasil
belajar adalah µc< µdmaka H0 ditolak.
Kriteria Uji:
Jika nilai sig pembelajaran < 0,05 maka ada perbedaan rata-rata
peningkatan hasil yang signifikan antara pembelajaran kooperatif tipe
TC dan pembelajaran Snowball Throwing dengan kemampuan awal
71
tinggi, sedang dan rendah (Basrowi dan Soenyono). Kemudian jika nilai
rata-rata peningkatan hasil belajar adalah µb < µdmaka H0 ditolak.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah
dilakukan. Pembahasan secara rinci disajikan sebagai berikut.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut.
1. Terdapat perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang
pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Snowball Throwing
dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe
Talking Chips”.
2. Hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan model
kooperatif tipe tipe Snowball Throwing lebih tinggi dibandingkan dengan
pembelajaran yang menggunakan Talking Chipspada siswa yang memiliki
kecerdasan Intrapersonal terhadap mata pelajaran ekonomi”
3. Hasilbelajar yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tipe
Talking Chips lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan model
pembelajaran tipe Snowball Throwing bagi siswa yang memiliki kecerdasan
interpersonal pada mata pelajaran Ekonomi.
125
4. Ada interaksi antara model pembelajaran dengan kecerdasan siswa terhadap
mata pelajaran Ekonomi.” Hal ini berarti terdapat pengaruh bersama atau
joint effect antara model pembelajaran dengan kecerdasan terhadap Hasil
Belajar Ekonomi siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, maka penulis dapat menyarankan
sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan hasil belajar sebaiknya guru menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan Talking Chip.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar sebaiknya guru menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dibandingkan model
kooperatif tipe Talking Chip pada siswa yang memiliki kecerdasan
interpersonal pada mata pelajaran ekonomi.
3. Untuk meningkatkan hasil belajar sebaiknya guru menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Talking Chip dibandingkan model kooperatif
tipe Snowball Throwing pada siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal
pada mata pelajaran ekonomi.
4. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa guru sebaiknya menggunakan model
pembelajaran kooperatif dengan memperhatikan kecerdasan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Bumi Aksara.
Jakarta.307 hlmn.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. 412 hlmn.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Praktek (Edisi Revisi). Rineka
Cipta. Jakarta.
Arifin, Z. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian.Rineka Cipta. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara.Jakarta.
Dimyati, dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Rineke Cipta. Jakarta.
Djamarah, Syaiful bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar mengajar. PT.
Rineka Cipta. Jakarta
Huda, Miftahul. 2015. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model
Terapan. Yogyakarta. Pustaka Belajar.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. UNS.Surabaya.
Lie, Anita. 2002. Cooperative learning. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Mankiw, Gregory, N. 1998. Pengantar ekonomi. Erlangga. Jakarta.
Mulyono, A. 2003. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Asdi Majasatya.
Jakarta
Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Sukwiaty, dkk. 2009. Pengertian Ilmu Ekonomi. Jakarta:Rineke Cipta
Suryabrata, sumadi. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Suprijono, Agus. 2015. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Pustaka
Pelajar.Yogyakarta.
Sujdana. 2005. Metoda Statistika.Rineke Cipta. Jakarta.
Solihatin, Etin dan Rahardjo. 2007. Cooperatif learning analisiss model
pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta
Suryobroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineke Cipta. Jakarta
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung. 451 hlmn.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
http://www.kemenkopmk.go.id/artikel/indonesia-peringkat-ke-57-edi-dari-115-
negara-tahun-2014