studi penyusunan panduan penyiapan unit pengelolaan … · karena itu, panduan praktek pengelolaan...

67
Climate Change STUDI PENYUSUNAN PANDUAN PENYIAPAN UNIT PENGELOLAAN HUTAN ALAM UNTUK PEMBANGUNAN PROGRAM REDD+

Upload: buiminh

Post on 16-May-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Climate Change

STUDI PENYUSUNAN PANDUAN PENYIAPAN UNIT PENGELOLAAN HUTAN ALAM UNTUK PEMBANGUNAN PROGRAM REDD+

Dipublikasikan oleh:

Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbHForests and Climate Change Programme (FORCLIME)Manggala Wanabakti Building, Block VII, 6th FloorJln. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta 10270, IndonesiaTel : +62 (0)21 572 0212, +62 (0)21 572 0214Fax : +62 (0)21 572 0193

Situs:www.forclime.org

Bekerja sama dengan:

Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI)JL. Taman Bogor Baru BIV/12 Bogor- Indonesia 16152Telp :+62 (0)251 8340 744Email: [email protected]://www.lei.or.id

Design, Layout and Printing:SunsetMedia|Creative Studio

Jakarta, Mei 2012

STUDI PENYUSUNAN PANDUAN PENYIAPAN UNIT PENGELOLAAN HUTAN ALAM UNTUK PEMBANGUNAN PROGRAM REDD+

Tim Penulis:

Alan Purbawiyatna(LEI); F. AgungPrasetyo (LEI); Herry Purnomo (IPB)

dengan kontribusi dari:

Joko P, Tunggul Butar Butar, Bambang Mardi Priyono, Gusti Hardiyansyah, Teddy Rusolono, Desi A Suyamto

2012

iiiStudi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Para pemegang ijin pemanfaatan hasil hutan memegang peran yang cukup signifikan dalam upaya mitigasi perubahan iklim melalui pencegahan degradasi hutan di Indonesia. Data Rencana Kehutanan Tingkat Nasional Tahun 2011-2030 menunjukkan bahwa kurang lebih 34 juta hektar hutan Indonesia berada dibawah pengelolaan pemegang ijin IUPHHK Hutan Alam dan Hutan Tanaman. Pengurangan emisi dari deforestasi baik melalui Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL)/Sustainable Forest Management atau Improved Forest Management (IFM), rehabilitasi, peningkatan serapan carbon dan upaya-upaya lain dalam pengelolan hutan menjadi sangat penting.

Pengelolan hutan produksi lestari sendiri sudah berjalan cukup lama di Indonesia. Namun demikian, upaya untuk terus mendorong pengelolaan lestari tetap diperlukan baik pada tingkat lapangan maupun melalui kebijakan-kebijakan pemerintah.

Untuk memperkuat dan mendorong peran pemegang ijin pemanfaatan hutan dalam mitigasi perubahan iklim, dipandang sangat perlu untuk mensinerjikan inisiatif-inisiatif pengelolaan lestari dengan REDD+. Dalam kerangka pikir inilah, GIZ bersama dengan Lembaga Ecolabel Indonesia (LEI) melakukan satu studi awal kesesuaian antara kriteria dan indicator pengelolaan hutan lestari dan kriteria dan indikator untuk implementasi REDD. Studi ini diharapkan membuka diskusi awal tentang kemungkinan-kemungkinan para pemegang ijin yang sudah melaksanakan prinsip PHPL dalam kegiatan REDD+. Pada saat yang sama, dokumen ini diharapkan dapat digunakan untuk menilai kesiapan pemegang ijin IUUPHK HA untuk terlibat dalam kegiatan REDD+.

Walaupun hanya menyentuh satu sudut saja dalam diskusi peran swasta dalam mitigasi perubahan iklim, studi ini diharapkan bisa berkontribusi terhadap diskusi yang sedang berkembang. Sebagai sebuah inisiatif awal, dokumen ini masih perlu diperluas, didiskusikan dan diujikan hingga pada akhirnya bisa dipergunakan untuk mendorong peran pihak swasta dalam miitigasi perubahan iklim di Indonesia.

Jakarta,

Rolf Krezdorn

Kata pengantar

vStudi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Studi mengenai panduan penyiapan unit pengelolaan hutan alam untuk pembangunan program REDD+ merupakan sintesa antara Standard Pengelolaan Hutan Lestari Lembaga (LEI-5000) dengan standar REDD+ Social & Environmental Standards, Version 1 June 2010, yang dikembangkan oleh CCBA (Climate, Community and Biodiversity Alliance) dan CARE International. Selanjutnya dalam dokumen ini standar tersebut diterjemahkan sebagai Standard Sosial dan Lingkungan REDD+ dan disingkat menjadi SSL REDD+. Studi ini bertujuan untuk merumuskan panduan penyiapan pembangunan program REDD+ pada tingkat unit pengelolaan hutan alam produksi di Indonesia.

Studi ini terdiri dari 5 (lima) bagian penting meliputi:Bagian pertama, merupakan penjelasan umum mengenai perubahan iklim dan REDD serta latar belakang kesejarahan terbentuknya inisiatif REDD+. Disamping itu juga dijelaskan proses-proses terselenggaranya penyusunan standar sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) di Indonesia oleh Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI). Pada bagian ini juga dijelaskan pendekatan metodologi dalam menyusun studi ini meliputi konsep PHL dan REDD, analisis instrumen yang digunakan dan proses sintesis kedua standar tersebut.

Bagian Kedua, menjelaskan secara rinci konsep PHL dan REDD+ dan implikasinya. Pada sub-bab di dalam bagian kedua tersebut juga dijelaskan implementasi PHL dan REDD+ dalam ruang lingkup yang lebih fokus pada Unit Pengelolaan Hutan (UPH). Beberapa rasional mengenai peran hutan produksi dalam menyimpan karbon juga disampaikan secara rinci dalam bentuk siklus karbon di hutan produksi. Lebih lanjut dijelaskan mengenai terminologi yang terkait dengan REDD+, antara lain Reference Level (RL), Business as Usual (BAU), Crediting Baseline, Reference Emission Level (REL). Pada sub bab terakhir dari bagian ini dijelaskan mengenai manfaat dari implementasi program bersama antara sertifikasi hutan dan REDD+.

Bagian Ketiga, merupakan penjelasan teknis instrumen penilaian PHL dan REDD+. Instrumen teknis PHL adalah LEI Standar 5000-1 terdiri dari 3 prinsip, 10 kriteria dan 57 indikator. Sedangkan instrumen teknis untuk penilaian REDD+ menggunakan REDD+ Social & Environmental Standards, Version 1 June 2010, yang dikembangkan oleh CCBA (Climate, Community and Biodiversity Alliance) dan CARE International. Dalam bagian ini juga dijelaskan rasional pemilihan SSL REDD+ sebagai acuan dalam studi ini, karena disamping standar ini juga terdapat standar VCS yang berlaku dalam mekanisme perdagangan karbon dimana standar VCS lebih mengedepankan aspek carbon accounting dalam proses penilaiannya.

Bagian Keempat, membahas kompatibilitas standar penilaian PHL dan REDD. Dengan menggunakan metode content analysis, kedua standar tersebut diperbandingkan dalam bentuk comparison matrix. Hasil dari pembandingan tersebut, menghasilkan informasi mengenai interseksi dan kelengkapan dari masing-masing standar dalam memotret permasalahan yang ada. Hal ini akan menjadi informasi penting bagi para pemegang IUPHHK yang sudah mengimplementasikan sertifikasi PHL di Unit Pengelolaan Hutannya maupun dalam persiapannya dan juga yang akan mempertimbangkan masuk dalam skenario perdagangan karbon melalui REDD+.

Bagian kelima, menjelaskan secara rinci proses penyiapan (readiness) unit pengelolaan hutan untuk implementasi PHL dan REDD+. Hasil content analysis pada bagian terdahulu menjadi dasar dalam rencana tindaknya. Proses penyiapan tersebut dikelompokan kedalam: Penataan Institusi (Institutional Arrangement); Perencanaan; Pelaksanaan program di aspek sosial, lingkungan, produksi; dan proses pemantauannya. Pada masing-masing tindakan tersebut dijelaskan rujukan indikator yang terkait dengan PHL (LEI 5000-1)

Ringkasan

viiStudi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

SINGKATAN

AFOLU : Agricultural, Forestry and Other Land Use

BAU : Business as Usual

CIFOR : Center for International Forestry Research

COP : Conference of Parties

CCBA : Climate, Community and Biodiversity Alliance

FSC : Forest Stewardship Council

GIZ : Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit

GRK : Gas Rumah Kaca

IUPHHK : Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

IFM : Improved Forest Management

LEI : Lembaga Ekolabel Indonesia,

IPCC : Intergovernmental Panel on Climate Change

ITTO : International Tropical Timber Organization

MRV :Monitoring,ReportingandVerification

PEFC :Pan-EuropeanForestCertification

REDD : Reducing Emission from Deforestation and Degradation

RL : Reference Level

REL : Reference Emission Level

RIL : Reduced Impact Logging

PHL : Pengelolaan Hutan Lestari

UPH : Unit Pengelolaan Hutan

UNFCCC : United Nation Framework Convenction on Climate Change.

UNEP : United Nation Environment Program

TPTI : Tebang Pilih Tanam Indonesia

TNC : The Nature Conservancy

VCS : Voluntary Carbon Standard

ixStudi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Daftar isi

Kata Pengantar .................................................................................................................................................................... iii

Ringkasan ............................................................................................................................................................................... v

Singkatan ............................................................................................................................................................................... vii

1. Pendahuluan ................................................................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................................................................... 1

1.2. Tujuan ......................................................................................................................................................................... 2

1.3. Metode ........................................................................................................................................................................ 2

2. Pengelolaan hutan lestari (PHL) dan REDD+: konsep dan implikasinya ................................... 2

2.1. Konsep REDD+ dan PHL di tingkat Unit Pengelolaan Hutan (UPH) ..................................... 3

2.1.a. Konsep REDD+ di UPH .................................................................................................................................. 4

2.1.b. Konsep PHL di Tingkat UPH ..................................................................................................................... 6

2.2. Siklus karbon di hutan produksi dan produk kayu ........................................................................ 8

2.3. Peran PHL dalam menurunkan emisi karbon ..................................................................................... 9

2.4. Posisi BAU dan Reference Level dalam pengelolaan hutan alam di Indonesia ........ 11

2.5. Manfaat bersama (co-benefits) dari REDD+ ..................................................................................... 13

3. Instrumen penilaian PHL dan REDD+ ............................................................................................................. 14

3.1 Standar sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari ............................................................. 14

3.2. Standar REDD+ ................................................................................................................................................... 16

3.2.a. Voluntary Carbon Standard – Guidance for Agriculture, Forestry and

Other Land Use Projects (VCS 2007.1, 2008). VCS Association ......................................... 16

3.2.b. REDD+ Social & Environmental Standards, Version 1 June 2010 ..................................... 19

4. Kompatibilitas standar penilaian PHL dan REDD .................................................................................. 19

5. Panduan penyiapan unit pengeloaan hutan untuk implementasi PHL dan REDD+ ....................... 23

6. Glossary .............................................................................................................................................................................. 24

Daftar Pustaka ..................................................................................................................................................................... 27

x Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Tabel 1. Pemetaan lingkup K&I terhadap konsep kelestarian ............................................................... 7

Tabel 2. Tujuan, output, outcome dan indikator REDD+ di UPH (Modifikasi dari UNEP, 2009) ......... 10

Tabel 3. Stok karbon di hutan alam dari berbagai sumber (Lasco dkk., 2006) .......................... 11

Tabel 4. Kesetaraan prinsip-prinsip yang tertera dalam CCBA dan LEI ....................................... 20

Tabel 5. Resume hasil analisis kompatibilitas standar PHPL LEI dengan standar sosial dan lingkungan REDD+ CCBA ................................................................................. 21

TABEL

LAMPIRAN

GAMBAR

Gambar 1. PHL dan perubahan iklim (modifikasi dari CPF, 2009) ....................................................... 3

Gambar 2. Isu dalam REDD+ ....................................................................................................................................... 4

Gambar 3. Pendekatan perbedaan stok (IPCC, 2006; Angelsen dkk., 2008) .................................... 5

Gambar 4. Pendekatan tambah-hilang (IPCC, 2006; Angelsen dkk., 2008) .................................... 5

Gambar 5. Siklus karbon hutan ................................................................................................................................. 8

Gambar 6. Siklus karbon hutan (modifikasi dari Winjum dkk., 1998) ............................................. 9

Gambar 7. Stok karbon (sumbu ‘x’ dalam ton/ha) setelah pembalakan (sumbu ‘y’ dalam tahun) (Lasco dkk., 2006) ........................................................................... 12

Gambar 8. BAU, RL dan penurunan emisi dengan REDD+ ........................................................................ 13

Gambar 9. Kompatibilitas indikator-indikator PHPL dan REDD+ ........................................................ 21

Lampiran 1 Identifikasi kriteria dan indicator yang memiliki pengertian identik/sama

(complementary) pada standard sosial dan lingkungan REDD+ ........................ 31

Lampiran 2 Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Untuk Pembangunan REDD+ ......... 43

1Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

1. Pendahuluan

1. 1. Latar Belakang

Inisiatif program pengurangan emisi karbon yang bersumber dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD), serta kontribusi kegiatan-kegiatan konservasi, pengelolaan hutan lestari dan peningkatan stok karbon (REDD+) mempunyai potensi manfaat yang besar bagi lingkungan maupun sosial. Untuk mendorong percepatan implementasi program ini, berbagai pihak baik pada tingkat global maupun nasional, telah mengembangkan berbagai skema pengelolaan, monitoring-verifikasi dan pelaporan maupun skema insentifnya. Pemerintah Indonesia telah menyiapkan peta jalan (road map) implementasinya secara bertahap, terdiri dari: (1) tahap persiapan melalui kegiatan-kegiatan identifikasi status IPTEK dan kebijakan terkait selama periode 2007-2008, (2) tahap Readiness Phase melalui kegiatan-kegiatan penyiapan perangkat metodologi dan kebijakan REDDI pada periode 2009-2012, dan (3) tahap full implementation yaitu implementasi penuh sesuai aturan COP pada saat REDD menjadi bagian dari skema UNFCCC pasca 2012 (mulai tahun 2013). Pendekatannya dilakukan secara tersarang (nested approach) yaitu tingkat tapak (site), bentang alam dan tingkat nasional dilakukan secara serentak dan saling memperkuat.

Namun demikian, pemahaman masyarakat pada umumnya atas hal ini masih rendah. Para pelaku usaha pemanfaatan hutan maupun masyarakat di sekitar hutan yang akan bersentuhan langsung dengan implementasi REDD+ banyak yang masih belum mengetahui secara jelas apa tujuannya, apa yang harus dilakukan, apa implikasinya dan apa manfaatnya maupun hal-hal detail lainnya. Pada tataran praktis, dimana dalam dua dekade terakhir para pengelola hutan didorong untuk melakukan praktek pengelolaan hutan lestari (PHL) melalui berbagai instrumen kebijakan maupun mekanisme sertifikasi hutan sukarela (voluntary), timbul pertanyaan: (a) Bagaimana hubungan REDD+ ini dengan praktek pengelolaan hutan lestari yang sedang dijalankan? (b) Apa saja hal-hal saling melengkapi (complementary) pada dua skema tersebut? (c) Bagaimanakah memenuhi hal-hal yang kurang dalam PHL agar sekaligus dapat memenuhi persyaratan REDD+?

Dalam rangka menjembatani pemahaman keterkaitan PHL dengan REDD+ tersebut pada pengelolaan hutan alam produksi, diperlukan suatu studi yang mengupas masalah PHL dan REDD+ agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Hasil studi diharapkan dapat menjadi panduan bagi para pelaku usaha kehutanan untuk dapat menyesuaikan aktifitas pengelolaannya dengan persyaratan maupun kinerja yang diperlukan untuk skema REDD+ agar bisa memperoleh manfaat dari skema insentif REDD+. Oleh karena itu, panduan praktek pengelolaan terbaik (best practice management) bagi penyiapan program REDD+ pada tingkat unit pengelolaan hutan alam produksi disusun melalui proses sintesis standar pengelolaan hutan produksi lestari (PHL) dan standar-standar REDD+ yang dianggap relevan. Sintesis dari kedua standar tersebut sangat mungkin dilakukan dan dapat diujicobakan implementasinya karena beberapa alasan, paling tidak: (a) PHL mensyaratkan praktek pengelolaan hutan yang menjamin tidak terjadinya deforestasi dan degradasi hutan sebagai penyebab emisi, (b) standar sosial dan lingkungan REDD+ maupun standar PHL memiliki elemen-elemen yang saling melengkapi (complementary), (c) para pelaku usaha hutan alam produksi telah mengenal standar PHL dan sebagian besar sedang dalam proses memenuhinya baik karena alasan pasar maupun dorongan kebijakan pemerintah.

Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) sebuah organisasi berbasis konstituen, didirikan sejak Februari 1998, merupakan lembaga pengembang sistem sertifikasi pengelolaan sumberdaya alam lestari, termasuk pengelolaan sumberdaya hutan baik pada produk kayu maupun non kayu dan sistem penelusuran hasil hutan (chain of custody). Sesuai dengan misi organisasinya LEI bekerjasama dengan GIZ di Indonesia untuk melakukan studi penyusunan panduan penyiapan unit pengelolaan hutan alam untuk pembangunan program REDD+.

2 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

1.2. Tujuan

Studi ini bertujuan untuk merumuskan panduan penyiapan pembangunan program REDD+ pada tingkat unit pengelolaan hutan alam produksi di Indonesia.

1.3. Metode Studi ini merupakan desk study yang menganalisis dokumen-dokumen yang berkaitan dengan standar PHL dan standar-standar REDD+ maupun dokumen-dokumen lain yang relevan dalam tahapan sebagai berikut:a) Analisis konsep PHL dan REDD: menjelaskan konteks REDD+ dan PHL pada tingkat unit pengelolaan

hutan, siklus karbon di hutan produksi dan produk kayu, peran PHL dalam menurunkan emisi karbon, posisi BAU dan REL dalam pengelolaan hutan alam di Indonesia serta co-benefit dari PHL.

b) Analisis assessment tools program PHL dan REDD+: menjelaskan instrument-instrumen yang digunakan untuk assessment unit pengelolaan hutan dalam menjalankan program PHL maupun REDD+.

c) Sintesis standar PHL dan REDD+: menjelaskan complementary antara standar PHL dan REDD+. Standar yang digunakan sebagai acuan adalah standar pengelolaan hutan produksi lestari di Indonesia untuk sertifikasi hutan yang dikembangkan oleh Lembaga Ekolabel Indonesia (Standar LEI 5000-1) dan standar-standar yang berkaitan dengan REDD+ yaitu: (i) REDD+ Social & Environmental Standards, Version 1 June 2010, yang dikembangkan oleh CCBA (Climate, Community and Biodiversity Alliance) dan CARE International, (ii) “Voluntary Carbon Standard – Guidance for Agriculture, Forestry and Other Land Use Projects (VCS 2007.1, 2008).” VCS Association.

d) Formulasi panduan penyiapan unit pengelolaan hutan untuk implementasi PHL dan REDD+: merumuskan kerangka acuan tindakan bagi unit pengelolaan hutan dalam implementasi PHL dan REDD berdasarkan hasil sintesis standar PHL dan REDD+ sebelumnya.

2. Pengelolaan hutan lestari (PHL) dan REDD+: konsep dan implikasinyaSecara global deforestasi dan degradasi hutan berkontribusi 17.4% terhadap emisi GRK. Opsi mitigasi perubahan iklim bagi sektor kehutanan adalah (a) menurunkan deforestasi; (b) pengelolaan hutan produksi yang lebih baik; dan (c) aforestasi dan reforestasi untuk meningkatkan tutupan hutan. Sekitar 50% dari opsi mitigasi sektor kehutanan global dapat dilakukan dengan biaya kurang dari 20 dolar AS per ton (UNFCCC, 2007). Stern (2007) dan Chomitz (2007) menyatakan bahwa penurunan emisi dari deforestasi jauh lebih ekonomis daripada membangun hutan baru untuk menyerap CO2. Stern (2007) juga menyatakan bahwa usaha-usaha penurunan emisi di sektor kehutanan lebih ekonomis daripada sektor-sektor lainnya. Ini kemudian menjadi cikal bakal lahirnya konsep yang kemudian dikenal sebagai REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation plus). Jadi sudut pandang perubahan iklim telah menempatkan hutan menjadi obyek utama dalam mitigasi perubahan iklim global. Hal ini meletakkan kembali kehutanan dalam agenda politik dunia.

Pada saat yang sama dunia internal di kehutanan telah banyak terilhami oleh perspektif pembangunan berkelanjutan (sustainable development) pada tahun 1990-an dalam pembangunan kehutanan. Ideologi pembangunan berkelanjutan mendunia setelah Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio pada tahun 1992. Perspektif pembangunan berkelanjutan ini melahirkan konsep dan inisiatif Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) atau sustainable forest management (SFM). Dunia kehutanan sendiri telah menyadari bahwa pengelolaan hutan yang dilakukan selama ini masih tidak sejalan dengan PHL. Kelestarian produksi, ekologi dan sosial masih belum dapat tercapai. Di Indonesia ketidaklestarian ini ditandai dengan banyaknya Unit Pengelolaan Hutan (UPH) yang bubar, deforestasi dan degradasi hutan yang tinggi. Beragam usaha telah dan sedang dilakukan untuk membawa UPH mencapai tingkat kelestarian yang memadai.

3Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Perspektif perubahan iklim yang terkulminasi dengan REDD+ dan perspektif pembangunan berkelanjutan yang terkulminasi dengan PHL harusnya bisa saling memperkuat dan bersinergi. Namun kenyataannya REDD+ telah menjadi arus utama pembangunan kehutanan sekarang dan menjadi agenda yang seakan-akan terpisah dari usaha-usaha PHL. Bab ini akan membahas secara rinci konsep PHL dan REDD+, menemukan titik temu dan perbedaan diantara keduanya serta implikasi pelaksanaan kedua konsep tersebut. Baik PHL maupun REDD+ dilaksanakan di tingkat global, nasional dan lokal.

2.1. Konsep REDD+ dan PHL di tingkat Unit Pengelolaan Hutan (UPH)

Kehutanan telah kembali menjadi agenda politik dunia dalam konteks perubahan iklim. Hutan berperan sangat penting dalam mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Fokus diskursus mitigasi berpusat pada REDD+ di negara berkembang. Adanya konsep PHL yang telah berkembang pada tahun 1990-an harusnya mempermudah konsep dan pelaksanaan REDD+. Gambar 1 menunjukkan bagaimana kehutanan bisa merespon perubahan iklim. PHL dalam arti luas berperan dalam mitigasi perubahan iklim dan meningkatkan adaptasi terhadap perubahan iklim. Pada bagian mitigasi, PHL berfungsi untuk konservasi, sequestrasi dan substitusi karbon. Pada bagian konservasi karbon inilah REDD terletak, sedangkan Plus-nya ada pada sequestrasi karbon. PHL juga dimaksudkan untuk peningkatan produk-produk kayu seperti mebel dan kayu konstruksi atau pertukangan untuk penyimpanan karbon di luar hutan. Pada bagian adaptasi, PHL dapat dipakai untuk mengurangi exposure atau keterbukaan masyarakat sekitar hutan terhadap pengaruh perubahan iklim, serta mengurangi sensitivitas dan meningkatkan kapasitas adaptif masyarakat.

Gambar 1. PHL dan perubahan iklim (modifikasi dari CPF, 2009)

Aforestasi dan

reforestasi

Penanaman pohon

di lahan pertanian

Subtitusi karbon

Mengurangi kepekaan terhadapa perubahan iklim

Peningkatan kapasitas adaptif masyarakat

terhadap perubahan iklim

Produk kayu sebagai

pengganti baja,

plastik dan aluminium

Bio-energi berbasis

kayu

Restorasi hutan

Sequestrasi karbon

Produk-produk

kayu yang dipanen

REDD

Konservasi karbon

Perubahan Iklim

PHL PHLMigitasi Adaptasi

Mengurangi terhadapa perubahan iklim

exposure

4 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

2.1.a. Konsep REDD+ di UPH

REDD+ adalah sebuah mekanisme dalam negosiasi di United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang memberikan insentif untuk mendukung peran hutan dalam strategi mengurangi perubahan iklim. Lawas atau scope REDD+ sesuai dengan paragraf 1 (b) iii dari Bali Action Plan, yaitu mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, serta mengakui peran konservasi, PHL dan peningkatan stok karbon di negara berkembang. Jadi RED saja berarti mengurangi emisi dari deforestasi. REDD berarti mengurangi emisi seperti dalam lawas RED dan degradasi hutan. Sedangkan REDD+, disamping mengurangi emisi seperti dalam lawas REDD, mengakui peran konservasi hutan, PHL dan peningkatan stok karbon. Sehingga sudah sangat jelas bahwa REDD+ sebagai sebuah proses negosiasi dalam UNFCCC yang nantinya bertujuan untuk memberikan insentif antara lain untuk pelaksanaan PHL.

Sebagai sebuah bahan negosiasi, REDD+ mempunyai banyak isu, meliputi masalah lawas, skala spasial, pendekatan dan metode penghitungan pengurangan emisi karbon, hasil yang tidak diinginkan, tingkat rujukan, MRV (monitoring, reporting and verification) dan mekanisme pembayaran. Gambar 2 menyajikan peta mental (mental map) dari isu-isu dalam REDD+. Dalam tingkat UPH, maka lawas REDD+ mencakup deforestasi, degradasi hutan, konservasi dan lahan gambut, sedangkan skala spasialnya adalah lokal atau UPH. Pendekatan penghitungan karbon REDD+ berbasis pada kinerja (performance). Kebocoran atau leakage bukanlah isu pada tingkat UPH, sedangkan permanence merupakan isu dalam PHL. Tingkat rujukan (reference level) akan memakai prediktif atau model berbasis inventarisasi. Sedangkan isu MRV, pada tingkat UPH lebih banyak mengarah pada bagaimana pemantauan stok karbon dilakukan, bagaimana melaporkan dan siapa yang akan memverifikasi dan berapa biayanya. Sedangkan kompensasinya harusnya terdiri dari dua tipe, pertama dana insentif untuk inisiasi REDD+ kemudian dilanjutkan dengan pembayaran berbasis kinerja penurunan emisi karbon.

Gambar 2. Isu dalam REDD+

MRV

Berbasis kinerja

Pembayaran

Lawas

Skala spasial

Pendekatan

Tingkat rujukan

Basis dasar sejarah

Skenario prediktif (model)

Berbasis danaDeforestasi

Konservasi

Lahan gambut

Tingkatnasional

Tingkat lokal atau unit pengelolaan

hutan Hasil

yang tidak diinginkan

Degradasi hutan

Tenurial lahan

Penegakan hukum

Isu tata kelola

Tersarang ( )NestedBerbasis (kebijakan dan

tindakan)

input

Monitoring

Reporting

Verification

Kebocoran/

(isu spasial)Leakage

(isu waktu)

Permanence/liability Berbasis

outputMetode

Gain and loss

MetodeCarbon stockdifference

Isu REDD+

5Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Untuk MRV dan penghitungan karbon (carbon accounting) dikenal ada tiga tingkat (tier): tier 1, 2 dan 3. Makin tinggi tier makin rinci. Tier 1 menggunakan parameter dan formula default global, Tier 2 menggunakan parameter spesifik nasional, sedangkan Tier 3 menggunakan metode, model dan inventarisasi yang dilakukan secara berulang pada skala lokal. Penghitungan emisi karbon pada tingkat UPH ada dalam MRV Tier 3. Metode perhitungan karbonnya dapat dilakukan dengan dua pendekatan (IPCC, 2006) yaitu “perbedaan stok” (stock-difference approach) dan “tambah-hilang” (gain-loss approach).

Pendekatan perbedaan stok menghitung beda stok karbon pada dua waktu yang berbeda. Ini bisa dipakai kalau kedua stok karbon telah diukur, misalnya lewat inventarisasi hutan. Pendekatan ini bisa dipakai untuk memperkirakan emisi karbon baik untuk deforestasi maupun degradasi hutan. Untuk selective logging seperti Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), data hutan perawan bisa dipakai sebagai pendekatan untuk hutan yang belum ditebang. Deforestasi umumnya disebabkan oleh konversi lahan baik secara terencana maupun tidak direncanakan. Sedangkan degradasi hutan disebabkan oleh selective logging, kebakaran hutan skala luas dan penggunaan hutan untuk pertanian.

Pendekatan “tambah-hilang” merupakan pendekatan ekologi hutan, yaitu bagaimana hutan tumbuh dan bagaimana hutan terganggu atau ditebang. Pendekatan ini memperkirakan neraca bersih dari penambahan dan penghilangan karbon. Penambahan karbon didapat dari pertumbuhan dan transfer antara pool karbon, misalnya dari biomassa ke karbon tanah. Kehilangan karbon bisa disebabkan oleh pemanenan kayu, kebakaran dan lain-lain. Petak ukur permanen (PUP; permanent sample plot) diperlukan untuk memperkirakan pertumbuhan karbon tiap tahun.

Gambar 3. Pendekatan perbedaan stok (IPCC, 2006; Angelsen dkk., 2008)

Gambar 4. Pendekatan tambah-hilang (IPCC, 2006; Angelsen dkk., 2008)

Stok karbon tahun ke-1

Stok karbon tahun ke-2

∆C = (Ct2 - C

t1)/(t

2-t

1)

dimana,∆C = Perubahan stok karbon tahunan (tC/tahun)

Ct1 = Karbon stok pada t

1 (tC)

Ct2 = Karbon stok pada t

2 (tC)

∆C = ∆Cgain

- ∆Closs

dimana,∆C = Perubahan stok karbon tahunan (tC/tahun)

∆Cgain

= Penambahan karbon tiap tahun (tC/tahun)

∆Closs

= Kehilangan karbon tiap tahun (tC/tahun)

Tipe penggunaan lahan

Peng

ambi

lan

karb

on lew

at

pertum

buha

n

Gangguan Pemanenan

6 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Secara holistik keberhasilan REDD+ diukur dengan menggunakan tiga kriteria yang disebut 3E+ (Stern, 2007; Angelsen dkk., 2008) yaitu effectiveness (berapa besar emisi GRK yang diturunkan), efficiency (pada tingkat biaya minimum), equity (sebaran manfaat bagi banyak pihak) dan co-benefits (manfaat lain yang didapat). Kriteria 3E+ mengukur apakah sebuah UPH dapat menjalankan REDD+ dengan baik.

2.1.b. Konsep PHL di Tingkat UPH

Kelestarian atau keberlanjutan (sustainability) adalah konsep yang dominan dalam pengelolaan sumberdaya alam. Konsep kelestarian dibutuhkan karena pengelolaan hutan bertujuan untuk menyediakan generasi sekarang dan masa mendatang barang dan jasa hutan yang mereka perlukan. Konsep kelestarian hutan berevolusi tiga tahap yaitu kelestarian produksi kayu, kelestarian multi-manfaat hutan dan kelestarian ekosistem (Bettinger, 2009).

Pada awalnya konsep kelestarian merujuk pada kelestarian hasil dari produksi kayu atau sustained yield principle, yang didefinisikan sebagai “pada tingkat intensitas pengelolaan hutan tertentu, hasil yang diproduksi oleh hutan berlangsung secara terus menerus”. Ini berimplikasi bahwa perencanaan hutan harus memperhatikan keseimbangan antara pertumbuhan (growth) pohon dan pemanenan (harvesting), dan merupakan konsep tradisional dalam pengelolaan hutan. Pertumbuhan pohon sendiri bukanlah sesuatu yang dapat diketahui dengan mudah. Perlu ketelitian dan jangka waktu yang cukup lama untuk mengetahuinya. Konsep kelestarian kemudian dikaitkan dengan pengaturan hasil hutan (forest yield regulation). Konsep kelestarian produksi ini di Indonesia mendominasi kehutanan sebelum tahun 1990-an. Beberapa isu yang terkait dengan konsep ini adalah skala implementasi, intensitas pengelolaan hutan, fluktuasi pasar dan aplikasi untuk hutan yang tidak tertata dalam petak-petak tebang.

Konsep kelestarian kedua adalah kelestarian multi-manfaat hutan (sustainability of multiple uses), yang berasal dari pemahaman bahwa kayu bukanlah satu-satunya hasil hutan. Para pemangku kepentingan (stakeholders) punya beragam kebutuhan terhadap sumberdaya hutan. Hassan dkk (2005) dalam Millennium Ecosystem Assessment menjelaskan ada empat kategori manfaat hutan yang diperoleh manusia dari ekosistem, yaitu manfaat pengaturan (regulating services) seperti iklim dan penyakit, penyangga (supporting) seperti formasi tanah dan fotosintesis, manfaat penyediaan barang termasuk kayu dan jasa (provisioning), manfaat budaya (cultural) seperti inspirasi dan hubungan sosial. Manfaat-manfaat ini harus dilestarikan. Sebagian pemangku kepentingan lebih terkait dengan manfaat tertentu dari hutan, sedangkan sebagian yang lain terkait dengan manfaat yang lain. Konsep kelestarian ini sejalan dengan maraknya diskusi PHL setelah tahun 1990-an yang menekankan aspek produksi, ekologi dan sosial dalam pengelolaan hutan.

Konsep kelestarian terakhir adalah kelestarian ekosistem dan nilai-nilai sosial (sustainability of ecosystems and social values). Perspektif ini lahir dari konsep pengelolaan yang berbasis ekosistem (ecosystem management), yang meyakini bahwa aliran barang dan jasa dari hutan tergantung pada proses-proses yang melestarikan ekosistem. Kelestarian ekosistem sering dikaitkan dengan anggapan bahwa jika hutan itu sudah baik maka intervensi manusia yang diperlukan minimum. Ketika hutan rusak maka diperlukan intervensi yang lebih tinggi (Bettinger, 2009). Kelestarian ekosistem juga tidak mensyaratkan kelestarian multi-manfaat yang selalu konstan tiap satuan waktu. Misalkan produksi kayu bisa menurun ketika fungsi rekreasi meningkat. Ekosistem hutan juga bisa memproduksi hal-hal yang belum diketahui manfaatnya sekarang. Nilai-nilai sosial masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang kompleks dan adaptif yang berinteraksi dengan hutan itu sendiri. Jadi ketika dua konsep terdahulu menekankan pentingnya hasil atau manfaat dari hutan sebagai sebuah pabrik barang dan jasa, maka kelestarian ketiga ini mementingkan pabriknya itu sendiri. Konsep kelestarian ini membutuhkan adanya (a) Kolaborasi dengan pemangku kepentingan; (b) Analisis beragam alternatif pengelolaan; (c) Pengambilan keputusan; (d) Dokumentasi proses; (e) Penilaian kelestarian; dan (f) Pemantauan.

7Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Konsep kelestarian mana yang akan diterapkan sangat tergantung pada tujuan pengelolaan dari UPH itu sendiri, apakah untuk kayu, wisata, gabungan dari beberapa manfaat atau yang lain. Tujuan pengelolaan ini seharusnya ditetapkan melalui proses-proses multi-pihak yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan termasuk generasi yang akan datang. Ketika UPH mampu melestarikan ekosistem dan manfaat yang ada maka deforestasi yang tidak terencana (unplanned deforestation) harusnya tidak terjadi dan degradasi hutan (penurunan stok karbon) harusnya tidak terjadi atau terjadi dalam skala yang disepakati bersama. Sedangkan deforestasi yang direncanakan (planned deforestation) merupakan pilihan sosial, politik dan ekonomi dari pemangku kepentingan.

Tingkat kelestarian UPH diukur dengan perangkat yang dinamakan kriteria dan indikator (K&I) PHL. K&I juga dipakai untuk mengkonsepkan, menilai dan mengimplementasikan PHL. Ada beragam K&I yang dibuat antara lain dari FSC (Forest Stewardship Council), ITTO (International Tropical Timber Organization), LEI (Lembaga Ekolabel Indonesia), CIFOR (Center for International Forestry Research), PEFC (Pan-European Forest Certification). Tujuh lingkup yang menjadi obyek K&I adalah (1) Luasan kawasan hutan; (2) Keanekaragaman hayati; (3) Kesehatan hutan; (4) Fungsi produksi dari sumberdaya hutan; (5) Fungsi ekologi dari sumberdaya hutan; (6) Fungsi sosial-ekonomi; dan (7) Kerangka hukum, kebijakan dan kelembagaan (Wikipedia, 2011). Lingkup 1 dari K&I ini terkait langsung dengan ‘D’ pertama dari REDD+. Lingkup 2-5 terkait langsung dengan ‘D’ kedua dari REDD+. Sedangkan aspek ‘+’ dari REDD+ terkait dengan langsung dengan lingkup ‘2’ dari K&I.Lingkup ‘6’ terkait dengan keseluruhan REDD+ itu sendiri yang memberi insentif pada penurunan emisi karbon, memperhatikan aspek keadilan dari distribusi nilai tambah penurunan emisi. Sedangkan Lingkup ‘7’ adalah syarat keharusan yang dibutuhkan baik oleh PHL maupun REDD+ supaya bisa berjalan dengan baik. Tabel 1 memetakan linkup K&I ini terhadap konsep ketiga konsep kelestarian yang dibahas sebelumnya.

Konsep kelestarian Lingkup K&I

Konsep kelestarian awal: sustained yield principle 1. Luasan kawasan hutan2. Fungsi produksi dari sumberdaya hutan3. Kesehatan hutan

Konsep kelestarian II: kelestarian multi-manfaat hutan (sustainability of multiple uses)

1. Luasan kawasan hutan2. Fungsi produksi dari sumberdaya hutan3. Kesehatan hutan4. Keanekaragaman hayati5. Fungsi ekologi dari sumberdaya hutan6. Fungsi sosial-ekonomi

Konsep kelestarian III: kelestarian ekosistem dan nilai-nilai sosial (sustainability of ecosystems and social values)

1. Luasan kawasan hutan2. Fungsi produksi dari sumberdaya hutan3. Kesehatan hutan4. Keanekaragaman hayati5. Fungsi ekologi dari sumberdaya hutan6. Fungsi sosial-ekonomi7. Kerangka hukum, kebijakan dan kelembagaan

Tabel 1. Pemetaan lingkup K&I terhadap konsep kelestarian

8 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

2.2. Siklus karbon di hutan produksi dan produk kayu

Karbon hutan ada pada biomassa hidup (living biomass) seperti batang kayu, daun-daunan, tunggul, cabang, kulit kayu dan akar), bahan organik mati (dead organic matters atau DOM) seperti limbah hutan, lantai hutan, potongan batang dan cabang dan bahan organik tanah. Karbon dari hutan ditransfer ke beragam pabrikan untuk dibuat beragam produk konstruksi bangunan, kertas, mebel dll. Produk tersebut setelah dipakai untuk beberapa waktu akan diemisikan ke udara (Hennigar dkk., 2008). Gambar 5 menunjukkan secara sederhana siklus karbon di hutan produksi. Hutan produksi ditebang menjadi log yang kemudian di proses menjadi kayu pertukangan, mebel, bubur kertas dan kertas. Produk ini untuk jangka waktu tertentu akan menyimpan karbon. Ketika produk tersebut terbakar, dibakar atau melapuk, maka kandungan karbonnya diemisikan ke atmosfer. Ketika produk tersebut awet sebagai simpanan karbon, maka emisi karbon bisa dihindari.

Gambar 6 secara lebih rinci menyajikan siklus karbon, dengan memperhatikan ekspor dan impor kayu dan limbah. Impor kayu meningkatkan carbon footprint dan berpotensi meningkatkan emisi karbon sedangkan ekspor sebaliknya. Aliran bersih karbon ke atmosfer (net C flux) sama dengan aliran karbon ke atmosfer dari pemanenan dan pemakaian kayu (carbon release) dikurangi dengan pengambilan karbon (carbon uptake) selama proses pertumbuhan hutan (Winjum dkk., 1998).

Dari persamaan tersebut terlihat bahwa makin tinggi pertumbuhan hutan maka emisi bersihnya bisa makin kecil atau bahkan negatif, dengan arti lain penyerapan karbon besar. Juga penting diperhatikan laju flux karbon per satuan waktu. Jika komoditas kayu lebih awet maka flux karbon ke atmosfer makin kecil. Sebaliknya jika makin tidak awet flux ke atmofer makin besar. Liu dan Hana (2009) berdasarkan penelitiannya di Kanada, menyatakan bahwa pada jangka pendek skenario tidak ada pemanenan (no-harvest skenario) akan lebih banyak

Gambar 5. Siklus karbon hutan

Hutan produksi ditebang dan karbon di simpan

pada log

Akumulasi gas emisi karbon di atmosfer

menyebabkan pemanasan global

Hutan menyerap CO2 dari atmosfer lewat fotosintesis

dan menyimpan sebagai karbon.

Log diproses menjadi kayu kontruksi, mebel, dan paper dan yang akan bertahan sampai waktu tertentu dan

lalu melapuk dan kandungan karbonnya diemisikan

pulp

9Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

menyimpan karbon daripada pemanenan dengan intensitas tinggi (high-harvest skenario). Tetapi dalam jangka panjang (setelah 30 tahun), pemanenan intensitas tinggi menyimpan karbon lebih banyak karena akumulasi karbon di hutan dan di produk-produk kayu. Untuk meningkatkan kapasitas simpanan karbon di hutan dan menurunkan CO2 di atmosfer diperlukan pengelolaan hutan yang baik untuk meningkatkan stok karbon di hutan dan produk-produk kayu.

2.3. Peran PHL dalam menurunkan emisi karbon

Konsep pengelolaan hutan lestari pertama yaitu kelestarian hasil di hutan produksi memastikan bahwa pertumbuhan dan pemanenan dilakukan dengan seimbang sehingga emisi bersihnya mendekati nol. Pemanenan memastikan tegakan dalam hutan produksi tidak menjadi tua semua yang berakibat pada penurunan kapasitas penyerapan karbon melalui proses fotosintesis. Pemanenan intensitas tinggi sendiri akan menurunkan karbon di hutan, tetapi dalam jangka panjang jika produk-produk kayu turunannya dapat terawetkan selama 100 tahun, akan meningkatkan konservasi karbon sebanyak 27% dibandingkan dengan hutan yang tidak dipanen. Bahkan ketika produk turunan tersebut terkonservasi hanya selama 50 tahun setelah pemanenan, masih meningkatkan konservasi karbon sebesar 15% (Liu dan Hana, 2009).

Pengelolaan hutan lestari juga memastikan bahwa kawasan UPH tidak berkurang. Jadi hutan produksi betul-betul menjadi hutan permanen. Hutan produksi yang rusak yang kemudian dikonversi menjadi peruntukan lain adalah indikator bagi kegagalan pengelolaan hutan yang lestari. PHL juga memastikan bahwa hutan berproduksi dengan kapasitas maksimum (normal forest). UPH membentuk struktur umur tegakan setelah penebangan yang memungkinkan pemanenan berjalan secara efisien.

Gambar 6. Siklus karbon hutan (modifikasi dari Winjum dkk., 1998)

Kayu bulat hasil panen

Emisi karbon ke atmosfer

Limbah kayu hutan

HUTAN

Limbah industri

Net C= Produksi + Import - Eksport

Industri kayu bulat

Net C= Produksi + Import - Eksport

Kayu bakar dan arang

Komoditas kayu

Net C= Produksi + Import - Eksport

10 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Usaha-usaha dalam PHL dapat mengurangi resiko terhadap kebakaran hutan dengan implementasi silvikultur yang sesuai, pencegahan secara dini kebakaran dan melibatkan secara aktif masyarakat dalam pengelolaan hutan. Jika masyarakat sekitar hutan mendapatkan manfaat dari UPH, maka mereka akan turut membantu usaha melestarikan hutan dengan ikut menjaga hutan, memberi peringatan dini terhadap kebakaran hutan dan tidak melakukan kegiatan yang dapat memicu kebakaran hutan.

PHL juga memastikan bahwa kondisi hutan baik dan sehat yang antara lain ditandai dengan kemampuan regenerasi (recruitment) dan pertumbuhan (growth) yang baik. Regenerasi dan pertumbuhan yang baik memastikan bahwa sequestrasi karbon berjalan dengan baik.

Tabel 2 menunjukkan bagaimana PHL berperan dalam kegiatan REDD+ pada tingkat UPH. REDD+ meliputi penurunan emisi dari deforestasi, degradasi hutan dan peningkatan stok karbon. Keluaran informasi dari kegiatan penurunan deforestasi adalah pendekatan dan metode untuk PHL yang meliputi konservasi karbon dan keanekaragaman hayati serta kebijakan dan insentif untuk menurunkan konversi hutan. Sedangkan hasil nyata dari kegiatan ini berupa pelaksanaan hutan sebagai rosot (sink) karbon serta sinergi dengan kegiatan adaptasinya. Indikator dari penurunan deforestasi adalah kawasan hutan yang tetap sebagai hutan (Ha) dan penurunan emisi karbon (ton).

Tabel 2. Tujuan, output, outcome dan indikator REDD+ di UPH (Modifikasi dari UNEP, 2009)

Kegiatan Output Outcome Indikator

Penurunan deforestasi (‘D’ pertama dari REDD+)

Pendekatan dan metoda untuk

• PHL

• Konservasi keanekaragaman hayati

• Konservasi stok karbon• Kebijakan dan insentif untuk menurunkan

konversi hutan

1. Pelaksanaan ( ) hutan sebagai rosot karbon dan stabilisasi kawasan hutan dengan tutupan pohon.

2. Sinergi mitigasi dan adaptasi untuk mengurangi kerentanan terhadap perubahan iklim.

• Kawasan hutan yang dikonservasi (Ha)

• Reduksi emisi CO2

(ton)

Penurunan degradasi hutan (‘D’ kedua dari REDD+)

• Pendekatan dan metode untuk PHL

• Kebijakan dan insentif untuk adopsi PHL sebagai praktek untuk penurunan GRK

1. Pengembalian hutan sebagai rosot karbon

2. Sistem PHL dilaksanakan.

3. Sinergi mitigasi dan adaptasi untuk mengurangi kerentanan terhadap perubahan iklim.

• Reduksi emisi CO2

(ton)

• % tutupan tajuk pohon

• Peningkatan % dalam karbon tanah.

Peningkatan stok karbon di hutan dan bukan hutan (‘+’ dari REDD+)

Pendekatan dan metode untuk

• Pengelolaan lanskap• Aforestasi, reforestasi, ,

pengayaan karbon tanah

• Peningkatan stok karbon dan pengurangan emisi CO

2 di lahan

pertanian

• Konservasi keanekaragaman hayati

• Peningkatan produktivitas dan penghidupan masyarakat.

1. Pengembalian rosot karbon yang hilang dalam lanskap

2. Pembuatan karbon yang baru dalam lanskap.

3. Pengelolaan lahan untuk beragam jasa lingkungan

4. Pengembangan kebijakan untuk pengelolaan lahan terpadu melalui pendekatan ekosistem

• Lahan yang teraforestasi dan ter-reforestasi (Ha)

• Lahan yang kembali di-restorasi (Ha)

• Peningkatan karbon stok (ton) di lahan hutan dan bukan hutan

• Peningkatan karbon tanah (%)

• Lapangan kerjaan yang tersedia

agroforestry

committing

pool

11Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Sedangkan untuk penurunan degradasi hutan, keluarannya adalah pendekatan dan metoda PHL serta kebijakan dan insentif untuk adopsi PHL sebagai praktek untuk menurunkan GRK. Hasil dari kegiatan ini adalah pengembalian hutan sebagai rosot karbon, berjalannya sistem PHL dan sinergi antara mitigasi dan adaptasi. Indikator keberhasilannya adalah penurunan emisi karbon (ton), peningkatan tutupan tajuk (%) dan peningkatan karbon tanah (%).

Sedangkan untuk penurunan degradasi hutan, keluarannya adalah pendekatan dan metoda PHL serta kebijakan dan insentif untuk adopsi PHL sebagai praktek untuk menurunkan GRK. Hasil dari kegiatan ini adalah pengembalian hutan sebagai rosot karbon, berjalannya sistem PHL dan sinergi antara mitigasi dan adaptasi. Indikator keberhasilannya adalah penurunan emisi karbon (ton), peningkatan tutupan tajuk (%) dan peningkatan karbon tanah (%).

Sedangkan kegiatan peningkatan stok karbon menghasilkan pendekatan dan metode pengelolaan lanskap, aforestasi, reforestasi, agroforestry, pengayaan karbon tanah, peningkatan stok karbon di lahan pertanian, konservasi keanekaragaman hayati dan peningkatan kehidupan masyarakat. Kegiatan ini diantaranya akan mengembalikan rosot karbon yang hilang dan membuat yang baru. Indikator keberhasilannya adalah lahan hutan yang baru atau hasil reforestasi, peningkatan karbon stok dan lapangan kerja yang tersedia.

2.4. Posisi BAU dan Reference Level dalam pengelolaan hutan alam di Indonesia

Business As Usual (BAU) adalah sebuah referensi emisi masa depan sebagai hasil proyeksi ketika tidak ada aktivitas REDD+. Sedangkan Reference Level (RL) adalah sebutan untuk menyatakan crediting baseline atau garis dasar rujukan untuk dapat pengkreditan karbon. BAU tidak selamanya menjadi RL. RL bisa lebih tinggi dari BAU ketika BAU tidak mencerminkan tingkat emisi yang seharusnya dimiliki oleh sebuah UPH. Sebuah UPH tidak bisa mengajukan BAU yang terlalu tinggi emisinya misalkan dengan pembiaran pembalakan liar sebagai RL. RL berbeda dengan REL (Reference Emission Level) dalam konteks emisi bersih dan cakupan ‘+’ dalam REDD+. REL adalah konsep emisi rujukan dalam REDD.

Lasco dkk (2006) merangkum penelitian tentang kandungan stok karbon dalam hutan alam di Asia Tenggara seperti tersaji dalam Tabel 3. Besarnya kandungan karbon di hutan alam berkisar antara 185-350 ton/ha atau rata-rata 268 ton/ha. Ketika hutan ini ditebang secara konvensional maka kandungan karbon hutan tersisa sekitar 48%, yang lain dikonversi menjadi produk kayu dan limbah tertinggal di hutan. Di Indonesia ditemukan bahwa stok karbon setelah pembalakan 38–75% dari hutan alam. Pembalakan sendiri tidak 100% mengkonversi stok tegakan menjadi kayu bulat. Secara konvensional faktor pembalakan (logging factor) sekitar 0.7, yang berarti bahwa kayu yang diambil dari hutan hanya sekitar 70% dari stok tegakan yang ada.

Tabel 3. Stok karbon di hutan alam dari berbagai sumber (Lasco dkk., 2006)

Lokasi Kondisi hutan Stok biomas (ton/ha) Stok karbon (ton/ha)

Filipina Hutan primer 370–520 185-260

Hutan sekunder 300–370 150-185

Indonesia Hutan tua 500–700 250-350

Malaysia, Serawak Hutan belum ditebang 400-579(dengan asumsi 70% biomas di atas tanah)

200-290

Malaysia Hutan pra- penebangan 416-571(dengan asumsi 70% biomas di atas tanah)

208-286

12 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Setelah penebangan stok karbon akan bertambah sejalan dengan proses sequstrasi karbon oleh tegakan hutan. Lasco dkk.(2006) menyajikan pertumbuhan stok karbon per hektar setelah pembalakan seperti pada Gambar 7. Dari gambar tersebut diketahui bahwa setelah 20 tahun stok karbon akan kembali menjadi 70-80% dari stok tegakan sebelum pembalakan.

Pemanenan berdampak rendah (Reduced impact logging atau RIL) bisa meningkatkan stok karbon di hutan. Dari beberapa penelitian RIL hanya mengambil 30% dari biomassa (Bertault and Sist, 1997) , atau dengan kata lain sisa biomassa di hutan sekitar 70%. Bandingkan dengan sisa 50% di hutan akibat pembalakan konvensional. Peningkatan manajemen hutan diperkirakan akan meningkatkan karbon stok 30 ton/ha. dihutan setelah 30 tahun pembalakan (Putz dkk., 2008). TNC (2009) mengemukakan ada lima cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi degradasi hutan yaitu: RIL, sertifikasi (sustained yield principle, perlindungan kawasan konservasi, manajemen konflik sosial, pemberantasan pembalakan liar), pengendalian kebakaran, peningkatan tata kelola dan pengelolaan pengambilan kayu bakar.

Dari informasi diatas dapat disimpulkan bahwa PHL akan berperan dalam menyisakan stok karbon di hutan setelah penebangan (just after harvesting), dan meningkatkan karbon stok di hutan setelah penebangan dengan pertumbuhan yang lebih baik. Kalau kita melihat perbandingan antara RIL (menyisakan 70% stok karbon di hutan) dan pembalakan konvensional (menyisakan 50% stok karbon di hutan) maka RIL telah mengkonservasi karbon sebesar 20% dari stok karbon hutan alam. Jadi kalau stok karbon di hutan alam rata-rata adalah 268 ton/ha, maka RIL telah mengkonservasi karbon sebesar 54 ton/ha. Pembalakan konvensional bisa dianggap sebagai RL (reference level) sedangkan RIL dianggap sebagai aktivitas baik sebagai PHL dan REDD+. Kita barangkali bisa beranggapan bahwa pengendalian kebakaran, peningkatan tata kelola dan pengelolaan pengambilan kayu bakar sebagai bagian upaya yang harus dilakukan dalam BAU yang tidak perlu menjadi RL. Penurunan emisi di bawah RL akan mendapatkan kompensasi dalam skema REDD+. Sedangkan penurunan emisi dari BAU menuju RL tidak akan mendapatkan kompensasi karena dianggap penurunan itu sudah seharusnya dilakukan. Gambar 8 memberikan ilustrasi BAU, RL dan REDD+.

Gambar 7. Stok karbon (sumbu ‘x’ dalam ton/ha) setelah pembalakan (sumbu ‘y’ dalam tahun) (Lasco dkk., 2006)

Stok karbon

hutan alam

1-5

300

250

200

150

100

50

0

6-10 11-15 16-20 >20

13Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

2.5.Manfaatbersama(co-benefits)dariREDD+

REDD+ disamping menurunkan emisi juga mempunyai manfaat lain yang terjadi bersama-sama dengan pelaksanaan REDD+. Desain REDD+ di tingkat global, nasional dan UPH diarahkan untuk memberikan manfaat bersama tersebut. Manfaat bersama tersebut adalah (a) manfaat sosial yang terkait dengan pembangunan untuk mengentaskan kemiskinan; (b) peningkatan tata kelola hutan dan perbaikan hak akses terhadap hutan; dan (c) manfaat lingkungan yaitu peningkatan keanekaragaman hayati, kualitas lahan dan air (Angelsen dkk., 2008).

REDD+ diarahkan untuk memberikan manfaat pada mereka yang miskin yang hidup di sekitar hutan. Dengan REDD+ diharapkan mereka mendapatkan penghidupan alternatif (livelihood options) yang baik dan bahkan mendapatkan kompensasi yang jelas dari pelaksanaan REDD+. Ini menjadikan isu distribusi nilai tambah dari kredit karbon (carbon credit value chains) menjadi penting dan harus diarahkan untuk peningkatan kualitas mereka yang ada dibawah garis kemiskinan.

Pelaksanaan REDD+ mensyaratkan perbaikan dari tata kelola hutan dan hak akses masyarakat terhadap hutan. Jika REDD+ terlaksana maka kepastian hukum bisa meningkat, akses terhadap hutan jelas, batas-batas hutan jelas, keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tinggi dan tingkat korupsi rendah. Dengan kata lain pelaksanaan REDD+ meningkatkan upaya-upaya perbaikan tata kelola hutan (forest governance).

Terdapat hubungan positif antara stok karbon dan keanekaragaman hayati. Sehingga ketika karbon bisa dikonservasi maka keanekaragaman hayati punya peluang besar untuk juga bisa dikonservasi. Tutupan hutan yang tinggi punya hubungan positif dengan kualitas lahan dan pengaturan air paling tidak dalam skala lokal.

Gambar 8. BAU, RL dan penurunan emisi dengan REDD+

EmisiKarbon

Masa Lalu Masa Depan

penurunan emisi dgn kompensasi

BAU

REDD+

Reference Level

14 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

3. Instrumen penilaian PHL dan REDD+

Instrumen penilaian kinerja pengelolaan hutan disusun untuk panduan metode penilaian yang baku agar terdapat jaminan kredibilitas hasil dari suatu proses penilaian. Untuk itu instrumen penilaian kinerja biasanya berisi: (a) standar yang terdiri dari satu set prinsip, kriteria, indikator/ tolok ukur serta metode pengukuran/pengamatan dan acuan norma pengambilan keputusannya, (b) prosedur yang menjelaskan tatalaksana hubungan dan peran para pihak yang terlibat dalam penilaian, dan (c) persyaratan kompetensi para pihak yang terlibat dalam penilaian. Disamping itu, dalam membandingkan instrumen penilaian, aspek bagaimana instrumen tersebut dibangun merupakan hal yang penting.

Standar penilaian selain berfungsi sebagai acuan pelaksanaan pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan bagi para penilai, juga berfungsi sebagai rujukan bagi pihak yang dinilai untuk melakukan tindakan-tindakan pengelolaan dalam memenuhi persyaratan kinerja tertentu. Hanya unit pengelolaan hutan yang dapat memenuhi standar yang akan mendapatkan insentif dari skema penilaian yang dilakukan. Dengan demikian standar penilaian sering pula menjadi standar pengelolaan dalam perspektif pihak pengelola hutan. Mengingat kepentingannya untuk memberikan panduan bagi pihak pengelola hutan dalam implementasi PHL dan REDD+ maka bahasan instrumen penilaian yang dimaksud dalam bagian ini difokuskan hanya pada komponen standarnya.

Standar pengelolaan hutan lestari yang dijadikan acuan adalah yang penerapannya dilakukan untuk sertifikasi pengelolaan hutan skema sukarela (voluntary). Selain standar PHL untuk sertifikasi sukarela terdapat juga standar PHL yang penerapannya diharuskan oleh pemerintah (mandatory). Demikian pula Standar REDD+ mengacu pada standar sukarela lembaga-lembaga internasional independen yang dipublikasikan.

3.1StandarsertifikasiPengelolaanHutanProduksiLestari

Inisiatif sertifikasi pengelolaan hutan lestari seperti disampaikan sebelumnya muncul pada awal tahun 90-an dan menguat setelah UN Conference on Environmental and Development (UNCED) atau yang dikenal dengan The Earth Summit di Rio de Jeneiro (1992) yang menghasilkan prinsip-prinsip dan program pembangunan berkelanjutan. Sertifikasi pengelolaan hutan lestari dimaksudkan untuk mendorong penerapan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari dengan mengaitkannya terhadap mekanisme perdagangan hasil-hasil hutan. Sertifikasi dilakukan secara sukarela menggunakan standar pengelolaan hutan lestari yang dikembangkan oleh organisasi-organisasi non pemerintah pada tingkat global, regional maupun nasional. Pada dasarnya standar-standar tersebut disusun dalam struktur prinsip, kriteria dan indikator pengelolaan hutan lestari yang ditujukan untuk menjamin keberlanjutan fungsi-fungsi produksi, ekologis maupun sosial hutan. Pengertian pengelolaan hutan lestari sendiri banyak diformulasikan berbagai pihak, diantaranya oleh ITTO (1992): “adalah proses pengelolaan lahan hutan tetap (permanent forest land) untuk mencapai satu atau lebih tujuan yang ditetapkan oleh pengelola mengenai produksi hasil dan jasa hutan secara terus menerus tanpa mengurangi nilai-nilai inheren dan produktivitas masa depannya dan tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan terhadap lingkungan fisik dan sosial”.

Di Indonesia standar pengelolaan hutan produksi lestari yang digunakan untuk sertifikasi voluntary tersebut dikembangkan oleh Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) pada tahun 1993-1998. Standar pengelolaan hutan produksi pada tipe pengelolaan hutan alam menggunakan Standar LEI 5000-1, yang terdiri dari 3 prinsip, 10 kriteria dan 57 indikator. Prinsip dan kriteria tersebut adalah:

15Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

a. Terjaminnya kelestarian fungsi produksi: adalah terjaminnya keberlanjutan pemanfaatan hasil hutan dan usahanya, yang dicirikan oleh tercapainya kriteria-kriteria:

a.1. Kelestarian sumberdaya hutan: terjaminnya kemantapan dan keamanan kawasan hutan alam produksi, sehingga memberikan kepastian usaha jangka panjang,

a.2. Kelestarian hasil hutan: keberlanjutan dan/atau peningkatan produksi hasil hutan dari waktu ke waktu akibat peningkatan upaya pengelolaan hutan,

a.3. Kelestarian usaha: kemampuan unit pengelolaan dalam mengelola hutan alam produksi untuk memberikan keuntungan (profit) dalam batas-batas kemampuan daya dukung hutan.

b. Terjaminnya fungsi ekologis hutan: adalah terjaminnya fungsi hutan sebagai sistem penyangga kehidupan berbagai spesies asli beserta ekosistemnya, yang dicirikan oleh tercapainya kriteria-kriteria:

b.1. Kestabilan ekosistem: adalah ukuran keseimbangan dinamis dari struktur dan fungsi ekosistem hutan berikut komponen-komponennya sehingga menjamin kapasitas produksi optimum sesuai dengan batas-batas daya lenting ekologisnya,

b.2. Sintasan (survival) spesies endemik/ langka/ dilindungi: adalah kemampuan spesies flora-fauna endemik/ langka/ dilindungi untuk beradaptasi dengan habitat hutan alam produksi.

c. Terjaminnya fungsi sosial hutan: terjaminnya keberlanjutan fungsi pengusahaan hutan bagi kehidupan masyarakat setempat yang tergantung kepada hutan, baik langsung maupun tidak langsung, secara lintas generasi, yang dicirikan oleh tercapainya kriteria-kriteria:

c.1. Terjaminnya sistem tenurial hutan komunitas: adalah keberadaan serangkaian hak dan kewajiban yang mengatur hubungan penguasaan dan pemanfaatan hutan yang bersumber dari hukum adat dan yang menjamin kehidupan komunitas secara lintas generasi tidak diabaikan akibat keberadaan unit pengelolaan, sebagaimana yang tergambarkan dalam tata batas yang terdefinisikan secara jelas dan telah pula disepakati oleh pihak yang terkait di dalamnya.

c.2. Terjaminnya ketahanan dan pengembangan ekonomi komunitas dan karyawan: kegiatan ekonomi dan manfaatnya bagi kesejahteraan komunitas tetap dapat berlangsung, termasuk termanfaatkannya kesempatan kerja dan peluang berusaha yang terbuka, bagi berlangsungnya kehidupan komunitas secara lintas generasi,

c.3. Terjaminnya keberlangsungan integrasi sosial dan kultural komunitas dan karyawan: hubungan-hubungan sosial tetap dapat berfungsi sebagaimana mestinya,

c.4. Realisasi tanggung jawab status gizi dan penanggulangan dampak kesehatan masyarakat: adalah upaya-upaya untuk menjaga dan meningkatkan status gizi dan penanggulangan dampak kesehatan dilaksanakan, dan

c.5. Jaminan atas hak-hak tenaga kerja: hak-hak tenaga kerja sebagaimana yang diatur dalam kebijakan-kebijakan yang mengatur hak-hak normatif tenaga kerja dilaksanakan.

Indikator-indikator penilaian dari masing-masing kriteria di atas tidak ditampilkan di sini, namun dapat diakses di website : http://www.lei.or.id.

16 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

3.2. Standar REDD+

Skema REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) seperti diterangkan sebelumnya adalah sebuah mekanisme yang ditujukan untuk memperlambat perubahan iklim melalui pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan di negara-negara berkembang. Tanda “+” pada REDD+ dicantumkan untuk menunjukkan perluasan ruang lingkup mekanisme REDD dari skema sebelumnya dengan memasukkan aspek konservasi dan pengelolaan hutan secara lestari, pemulihan dan penghutanan kembali serta peningkatan cadangan karbon hutan.

Meskipun hingga saat ini kontroversi mekanisme REDD masih terus berlangsung untuk memperjelas detail implementasinya, namun pada dasarnya ide REDD dilakukan melalui pemberian insentif finansial bagi kegiatan-kegiatan mengurangi deforestasi dan degradasi hutan yang dapat mengurangi emisi karbon dan meningkatkan karbon tersimpan dalam hutan.

Dalam menghadapi skema REDD ini pemerintah Indonesia telah menetapkan strategi bertahap untuk implementasi REDD ini melalui pentahapan: (a) tahap persiapan pada periode 2007-2008, (b) tahap penyiapan perangkat metodologi dan kebijakan pada periode 2009-2012, dan (c) tahap implementasi penuh mulai 2013. Strategi ini dilaksanakan pada tingkat sub-nasional yaitu tingkat propinsi, kabupaten/kota dan unit pengelolaan, yang diintegrasikan dengan tingkat nasional (national accounting with sub-national implementation).

Dalam upaya merinci skema implementasi REDD berbagai pihak mengembangkan berbagai metode yang berkaitan dengan REDD pada aspek penghitungan karbon untuk monitoring, pelaporan dan verifikasi, desain kelembagaan untuk implementasi maupun skema pembiayaan dan distribusi manfaat bagi para pihak yang terlibat dalam program karbon. Panduan bagi pihak-pihak yang akan membangun program karbon masih bersifat umum dan belum ada yang spesifik bagi jenis aktifitas tertentu seperti misalnya bagi pengelolaan hutan produksi alam pada tingkat tapak yang dilakukan oleh sebuah unit pengelolaan hutan. Namun demikian beberapa panduan umum dapat dijadikan rujukan untuk mendesain panduan spesifik tersebut diantaranya adalah Voluntary Carbon Standard – Guidance for Agriculture, Forestry and Other Land Use Projects (VCS 2007.1, 2008), dan REDD+ Social & Environmental Standards, Version 1 June 2010, yang dikembangkan oleh CCBA (Climate, Community and Biodiversity Alliance) dan CARE International.

3.2.a. Voluntary Carbon Standard – Guidance for Agriculture, Forestry and Other Land Use Projects (VCS 2007.1, 2008). VCS Association.

Pengembangan standar karbon sukarela (voluntary carbon standard/VCS) diinisiasi oleh The Climate Group, the International Emissions Trading Association dan the World Economic Forum pada akhir 2005, dan pada tahun 2007 bergabung The World Business Council for Sustainable Development sebagai jajaran pendiri. Pada November 2007 dirilis VCS 2007.

Program standar karbon VCS menyediakan panduan untuk menghitung dan memberi kredit pada proyek-proyek offset karbon sukarela pada sektor-sektor kunci: pertanian, kehutanan dan pemanfaatan lahan lainnya (agriculture, forestry and other land use/AFOLU). Jenis-jenis proyek AFOLU meliputi: (i) aforestasi, reforestasi dan revegetasi, (ii) pengelolaan lahan pertanian, (iii) pengelolaan hutan yang lebih baik, dan (iv) pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Pada dasarnya VCS mensyaratkan proyek-proyek karbon harus mampu menunjukkan pemenuhan syarat-syarat penting agar layak masuk dalam skema VCS yaitu:

17Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

• Manfaat lebih (additionality): adalah bahwa proyek harus memiliki manfaat lebih yaitu melampaui penurunan emisi “biasa” yang nyata dibandingkan dengan penurunan emisi yang dihasilkan tanpa proyek tersebut. Proyek harus menunjukkan bahwa mereka tidak dimandatkan oleh kerangka kerja perundang-undangan, statuta atau regulasi lain mana pun yang berlaku (yaitu regulatory surplus) dan kemudian menunjukkan bahwa mereka bukanlah praktek biasa/sehari-hari (business as usual) lewat salah satu dari tiga tes berikut: uji proyek (menunjukkan hambatan yang dihadapi jika tidak didukung pendanaan karbon, uji kinerja (menunjukkan hasil sebagaimana rujukan yang disepakati) dan uji teknologi (menggunakan teknologi rendah emisi).

• Kepermanenan (permanence): mekanisme untuk menjamin karbon yang disimpan lewat proyek-proyek berbasis lahan hilang seiring dengan waktu, entah secara sengaja (misalnya pembalakan atau ekspansi pertanian) atau secara tidak sengaja (misalnya kebakaran alami atau hama). Untuk mengatasi risiko-risiko terjadinya hal yang tidak diinginkan ini, perlu dibangun sebuah cadangan penyangga (buffer reserve), yang menjamin bahwa seluruh kredit GRK yang dikeluarkan didukung oleh sebuah simpanan kredit penyangga yang tidak dapat diperdagangkan (non-tradable buffer credits).

• Kebocoran (leakage): pelaksanaan proyek di lokasi dapat menghasilkan peningkatan emisi di tempat lain, misalnya saat melindungi suatu wilayah hutan tertentu maka penyebab deforestasi (pelaku peladangan berpindah atau penebang pohon) dapat pindah ke tempat lain dan terus melakukan deforestasi. Dampak di tempat lain ini disebut “kebocoran” dan dapat mengurangi secara drastis manfaat iklim netto yang dihasilkan oleh proyek karbon. Oleh karena itu proyek disyaratkan mendefinisikan, mengurangi, memonitor dan menghitung kebocoran yang mungkin terjadi karena akan diperhitungkan dalam kalkulasi keberhasilan proyek.

Dari keempat jenis-jenis proyek AFOLU di atas, yang relevan dalam studi ini adalah proyek pengelolaan hutan yang lebih baik (improved forest management/IFM). Sedangkan proyek REDD kurang relevan karena masih menggunakan REDD ‘versi lama’ yang belum memasukkan aspek konservasi dan pengelolaan hutan secara lestari, pemulihan dan penghutanan kembali serta peningkatan cadangan karbon hutan. Kegiatan-kegiatan dalam konteks IFM yang layak (eligible) dalam skema VCS adalah:

1) Pelaksanaan Reduced Impact Logging (RIL). Perubahan praktek logging konvensional ke RIL pada umumnya akan mengurangi emisi karbon melalui: pengurangan kerusakan tegakan sisa melalui penentuan lokasi arah rebah yang tepat, perbaikan seleksi pohon yang akan ditebang berdasarkan inventarisasi dengan mempertimbangkan ukuran dan lokasi pohon, perbaikan teknik penyaradan (skidding) maupun penataan jalan angkutan kayu.

2) Konversi dari hutan yang ditebang menjadi hutan yang dilindungi meliputi: (i)melindungi hutan yang diusahakan saat ini atau hutan dan hutan tanaman yang terdegradasi dari penebangan dan degradasi di kemudian hari, (ii) melindungi hutan yang belum ditebang yang direncanakan untuk ditebang jika tidak ada skema pembiayaan karbon. Pada umumnya, mengubah hutan yang diproduksi kayunya menjadi hutan lindung akan mengurangi emisi yang disebabkan penebangan (i.e melindungi stok karbon) dan meningkatkan stok karbon dari pertumbuhan hutan.

3) Memperpanjang daur pada pengelolaan hutan seumur (extension rotation age/ERA). Pada dasarnya pohon dipanen pada kondisi nilai ekonomis atau rotasi optimal; memperpanjang rotasi berarti meningkatkan stok karbon pada tanah. Meskipun tidak ada nilai pasti berapa tahun perpanjangan rotasi tersebut namun secara umum semakin panjang rotasi semakin banyak stok karbon yang dipertahankan.

18 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

4) Konversi hutan produktifitas rendah menjadi hutan produktifitas tinggi. Hutan berproduktifitas rendah biasanya kualifikasi atau statusnya sebagai hutan namun tidak banyak jenis-jenis komersial, telah atau sedang terdegradasi akibat dari tingginya tingkat gangguan (kebakaran, penggembalaan, pengambilan kayu bakar dsb.) maupun hutan yang memiliki tingkat pertumbuhan rendah. Kegiatan-kegiatan proyek pada tipe IFM ini dapat meliputi introduksi jenis-jenis pohon bernilai komersial tinggi maupun cepat tumbuh, mitigasi gangguan, pengayaan tanaman untuk meningkatkan kerapatan dan/atau teknik-teknik pengelolaan hutan lainnya (pemupukan, pengapuran) untuk meningkatkan stok karbon.

Dalam konteks pengelolaan hutan produksi di Indonesia keempat aktifitas di atas dapat terjadi pada suatu areal konsesi pengusahaan hutan secara bersama-sama. Konteks pengusahaan hutan produksi lestari (PHPL) meliputi aktifitas-aktifitas IFM yang layak dalam VCS tersebut di atas. Selain persyaratan metodologi perhitungan karbon, beberapa syarat yang berkaitan dengan praktek pengelolaan hutan yang harus diperhatikan untuk membangun program karbon yang layak untuk skema VCS secara garis besar adalah:

1) Status lahan dan batas-batas lokasi proyek:» Lahan berstatus hutan» Batas-batas lokasi proyek dideliniasi secara jelas dan dipetakan» Deskripsi legalitas hak atas hutan, hak akses atas karbon, dan sistem kepemilikan dan penggunaan tanah

(land tenure)

2) Perencanaan proyek» Tujuan proyek didefinisikan secara jelas» Jangka waktu minimum pengelolaan proyek ditetapkan» Memiliki proyeksi aktifitas pengelolaan dengan skenario adanya proyek maupun tidak adanya proyek» Identifikasi skenario pengelolaan hutan rujukan (baseline) yang memungkinkan dengan memperhatikan:

(i) sejarah pengelolaan (minimum 20 tahun untuk menunjukkan praktek pengelolaan normal) yang didalamnya meliputi hasil inventarisasi hutan, tingkat inventarisasi, tingkat pemanenan dan sebagainya, (ii) persyaratan legalitas pengelolaan hutan dan tata guna lahan, (iii) standar minimum pengelolaan lingkungan yang berlaku.

» Dalam menetapkan skenario pengelolaan hutan rujukan (baseline) dapat digunakan dua model pendekatan: (i) historical baseline, jika terdapat dokumen-dokumen yang mendukung yaitu; sejarah pengelolaan hutan selama 20 tahun sebelum proyek, catatan sejarah yang mengindikasikan pengelola dapat memenuhi semua persyaratan legalitas, catatan sejarah finansial yang mengindikasikan pengelola mampu memperoleh nilai di atas harga rata-rata perolehan yang berlaku di pasar, (ii) common practice baseline, jika tidak didukung dokumen-dokumen di atas, pendekatan ini harus dilakukan oleh konsultan terakreditasi dengan memperhatikan; rotasi pemanenan, metode pemanenanan, jenis-jenis yang dipanen maupun ditanam, zona yang tidak dipanen, zona pengelolaan sempadan sungai, zona kelerengan tinggi dan tanah yang tidak stabil serta luas maksimum bagian areal yang ditebang habis.

3) Praktek pengelolaan hutan. » Skema VCS untuk IFM dengan aktifitas memperpanjang periode rotasi (ERA) mensyaratkan unit

pengelolaan hutan telah lulus sertifikasi hutan skema FSC atau dapat lulus sertifikasi dalam satu tahun pertama sejak dimulainya proyek.

» Pengelola proyek harus dapat menunjukkan tidak terjadi kebocoran (leakage) di luar lokasi proyek.

19Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

3.2.b. REDD+ Social & Environmental Standards, Version 1 June 2010

Pengembangan Standar sosial dan lingkungan REDD+ (SSL REDD+) difasilitasi oleh Aliansi Iklim, Masyarakat dan Keanekaragaman Hayati (Climate, Community and Biodiversity Alliance/CCBA) dan CARE International. Panitia pengembangan standar merupakan perwakilan kelompok-kelompok kepentingan yang berimbang yang berfungsi mengawasi pengembangan standar serta menyetujui setiap proses perkembangan penyusunannya. Proses pengembangan standar dilakukan secara inklusif yang melibatkan pemerintah, organisasi-organisasi nonpemerintah dan organisasi masyarakat sipil lainnya, organisasi masyarakat adat, lembaga-lembaga internasional dibidang kebijakan dan riset, serta sektor swasta.

Standar sosial dan lingkungan REDD+ dikembangkan dalam rangka menyikapi meningkatnya kesadaran pada tingkat internasional maupun nasional atas kebutuhan akan suatu mekanisme pengamanan sosial dan lingkungan dengan mendefinisikan dan membangun dukungan bagi suatu kinerja sosial dan lingkungan yang lebih tinggi dari REDD dan program-program pengurangan emisi dari sektor kehutanan lainnya. Standar ini dirancang agar dapat diterapkan pada kerangka global REDD+ yang baru yang berguna bagi program-program yang dipimpin pemerintah di lingkup nasional maupun regional/negara bagian/propinsi dengan pilihan pembiayaan berbasis dana publik maupun mekanisme pasar.

Standar terdiri dari satu set prinsip, kriteria dan tolok ukur yang menjelaskan pentingnya perhatian atas hal tersebut dan kinerja sosial dan lingkungan yang diperlukan. Pengertian komponen-komponen standar tersebut adalah:

• Prinsip: adalah tingkat standar yang diniatkan (intended) yang menjelaskan tujuan dan lingkup penerapannya. Prinsip merupakan pernyataan-pernyataan yang mendasari hasil yang diharapkan.

• Kriteria: adalah kandungan (content) standar yang menjelaskan syarat-syarat pemenuhan sebagai upaya menegakkan prinsip. Kriteria bisa diverifikasi secara langsung namun biasanya diwakili oleh seperangkat tolok ukur.

• Tolok ukur: adalah parameter kuantitatif maupun kualitatif yang dapat dicapai dan diverifikasi terkait dengan pemenuhan kriteria.

Keseluruhan standar sosial dan lingkungan REDD+ terdiri dari 8 prinsip, 34 kriteria dan 98 tolok ukur. Keseluruhan standar disajikan pada Lampiran 1.

4. Kompatibilitas standar penilaian PHL dan REDD

Analisis kompatibilitas standar PHPL dengan standar karbon dilakukan melalui analisis isi (content analysis) yang direpresentasikan dalam pernyataan pada tingkat prinsip, kriteria dan tolok ukur atau indikator. Setiap pernyataan mewakili ide atau esensi yang secara hirarkis menjelaskan tujuan (prinsip), syarat-syarat pemenuhan (kriteria) dan parameter-parameter yang dapat diverifikasi dalam rangka mencapai tujuan (indicator).

Standar yang diperbandingkan adalah standar PHPL LEI dengan standar sosial dan lingkungan REDD+ versi Juni 2010. Adapun standar VCS (Voluntary Carbon Standard) 2008 tidak dapat diperbandingkan karena standar tersebut lebih ditujukan bagi teknik penghitungan karbon pada masing-masing landuse dan tidak cukup memberikan panduan bagi pihak pengelola program karbon tentang bagaimana mengelola program tersebut.

20 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Prinsip

CCBA LEI

Prinsip 1 :Hak atas tanah, wilayah dan sumberdaya diakui dan dihormati

Kelestarian Fungsi Sosial

Prinsip 2 :Manfaat dari program REDD+ didistribusikan secara berkeadilan diantara para pemangku-kepentingan dan pemangku-hak

Kelestarian Fungsi Sosial

Prinsip 3 :Program REDD+ memberikan sumbangan bagi upaya mendorong penghidupan berkelanjutan dan pengha-pusan kemiskinan bagi masyarakat yang hidupnya bergantung kepada hutan

Kelestarian Fungsi Sosial

Prinsip 4 :Program REDD+ harus memberikan sumbangan dan terintegrasi secara luas ke dalam tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan dan tata kelola yang baik

Kelestarian Fungsi Produksi, Sosial dan Ekologi

Prinsip 5 :Terpeliharanya dan diperbaikinya keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan

Kelestarian Fungsi Ekologi

Prinsip 6 :Semua pemangku-kepentingan dan pemangku-hak terkait dapat berpartisipasi secara purna (penuh) dan efektif pada program REDD+

Kelestarian Fungsi Sosial

Prinsip 7 :Setiap saat semua pemangku-kepentingan dan pemangku–hak memiliki hak untuk mengakses dan mem-peroleh informasi yang sesuai dan akurat guna menegakkan tata-kelola yang baik dari program REDD+

Kelestarian Fungsi Sosial

Prinsip 8 :Program REDD+ sejalan dan mematuhi kerangka hukum dan perundangan setempat dan nasional serta perjanjian-perjanjian internasional yang berlaku

Kelestarian Fungsi Sosial

Tabel 4. Kesetaraan prinsip-prinsip yang tertera dalam CCBA dan LEI

Lingkup aplikasi Standar PHPL secara tegas ditujukan untuk tingkat tapak yaitu unit pengelola hutan produksi, sedangkan standar sosial dan lingkungan REDD+ tidak secara tegas mendefinisikan lingkup aplikasinya. Kondisi tersebut menyebabkan beberapa indikator dalam standar sosial dan lingkungan REDD+ yang membahas isu-isu di luar kewenangan pihak pengelola karbon pada tingkat tapak tidak dapat diperbandingkan. Dengan kata lain content analysis untuk mengidentifikasi kompatibilitas standar dilakukan hanya pada isu-isu yang berada dalam kewenangan pengelola program karbon pada tingkat tapak atau unit pengelolaan hutan. Hasil identifikasi disajikan pada Lampiran 2.

Resume dari Lampiran 2 yang menggambarkan interseksi standar PHPL dengan standard sosial dan lingkungan REDD+, serta kekurangan isu-isu yang dicakup kedua standard disajikan pada Tabel 5.

Kesetaraan Prinsip-Prinsip dalam CCBA dan LEI

CCBA dan LEI mendefinisikan prinsip sebagai landasan kebenaran. Namun prinsip-prinsip SSL REDD+ dan LEI punya tingkat kerincian yang berbeda seperti tertera dalam Tabel. SSL REDD+ lebih rinci mendefinisikan prinsipnya dari pada LEI. Delapan prinsip yang ada dalam SSL REDD+ dapat dinaungi oleh tiga prinsip dalam LEI untuk PHL. Walaupun demikian karena prinsip-prinsip SSL REDD+ dibuat khusus untuk REDD+ dan prinsip-prinsip LEI untuk PHL maka penjabaran dari prinsip-prinsip tersebut bisa berbeda. Perbedaan rincian ini akan ditemui dalam perumusan kriteria dan indikatornya. Tabel 4 memberi penjelasan mengenai kesetaraan prinsip-prinsip yang tertera dalam SSL REDD+ maupun LEI. Sedangkan pada Gambar 9, merupakan ilustrasi sederhana mengenai kompatibilitas dari kedua standar tersebut.

21Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Gambar 9. Kompatibilitas indikator-indikator PHPL dan REDD+

REDD+ (kekurangan PHPL)

InterseksiPHPL (kekurangan REDD+)

Tabel 5. Resume hasil analisis kompatibilitas standar PHPL LEI dengan standar sosial dan lingkungan REDD+ CCBA

Aspek Interseksi/irisan (indikator-indikator PHPL yang

sepadan dengan indikator-indikator SSL REDD+)

Kekurangan dalam standar PHPL

Kekurangan dalam standard sosial dan lingkungan REDD+

Keterangan

Produksi 1) P.2.1. Pengorganisasian kawasan yang menjamin kegiatan produksi yang berkelanjutan yang dituangkan dalam berbagai tingkat rencana dan diimplementasikan

2) Indikator P 3.5 tentang investasi dan reinvestasi

Isu-isu aspek produksi pada tingkat unit pengelolaan hutan tidak terdapat dalam SSL REDD+

Restrukturisasi isu-isu aspek produksi perlu dilakukan dalam kerangka tahapan proses pengelolaan hutan (perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan).

Ekologis/ Lingkungan

1) Indikator-indikator PHPL E.1.1, E.1.2, E.2.1, E.2.2, (berkaitan dengan isu pemeliharaan keanekaragaman hayati)

2) Indikator-indikator E.1.3, E.1.4, E.1.5, E.2.3, E.2.4, E.2.5, E.2.6 (berkaitan dengan isu penilaian dampak lingkungan kegiatan pemanfaatan hutan atas kom-ponen lingkungan satwaliar dan tumbuhan)

3) Indikator-indikator E.2.7, E.2.8 E.1.8, E.1.11 (berkaitan dengan pengelolaan dampak lingkung-an)

1) Analisis dampak program REDD+ terhadap keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan (Indikator SSL REDD+: 5.2.1, 5.2.2,)

2) Umpan balik hasil pemantauan untuk melakukan tindakan-tindakan meningkatkan dampak positif terhadap lingkungan. (IndikatorSSL REDD+: 5.3.3)

Dampak kegiatan produksi terhadap kualitas tanah dan air serta efektifitas pengelolaan dampak terhadap tanah dan air (indicator PHPL E.1.6, E.1.7, E.1.9, E.1.10,)

1) Analisis dampak lingkungan yang dilakukan pada unit pengelolaan hutan adalah untuk kegiatan pemanfaatan hutan produksi yang fokus kegiatannya adalah produksi kayu.

2) Analisis dampak lingkungan untuk program REDD+ belum dilakukan dan belum ada kerangka hukum yang mengaturnya.

22 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Aspek Interseksi/irisan (indikator-indikator PHPL yang

sepadan dengan indikator-indikator SSL REDD+)

Kekurangan dalam standar PHPL

Kekurangan dalam standard sosial dan lingkungan REDD+

Keterangan

Sosial 1) Indikator PHPL S.1.1. Batas antara kawasan konsesi dengan kawasan komunitas setempat terdelineasi secara jelas, dan diperoleh melalui persetujuan antarpihak yang terkait di dalamnya.

2) Indikator PHPL S.1.2. Terjaminnya akses dan kontrol penuh masyarakat secara lintas generasi terhadap kawasan hutan adat.

3) Indikator PHPL S 1.3 Terjaminnya akses pemanfaatan hasil hutan oleh komunitas secara lintas generasi di dalam kawasan konsesi

4) Indikator PHPL S.1.4 Digunakannya tata cara atau mekanis-me penyelesaian sengketa yang tepat pada pertentangan klaim atas hutan yang sama

5) Indikator S.2.1: Sumber-sumber ekonomi komunitas minimal tetap mampu mendukung kelangsungan hidup komunitas secara lintas generasi) dan indikator S 2.4: modal domestik berkembang

6) Indikator PHPL S.3.1: terjaminnya hak asasi manusia

7) indikatorPHPLS.2.2 :Adanya pengakuan dan kompensasi formal (legal) terhadap penggunaan pengetahuan tradisional masyarakat adat di dalam sistem pengelolaan yang diterapkan oleh unit pengelolaan.

1) Kewajiban program REDD+ menyebarluaskan persyaratan FPIC (Indikator SSL REDD+ 1.3.2)

2) Perjanjian kompensasi jika terjadi pemindahan berdasarkan persetujuan tanpa paksaan. (Indikator SSL REDD+: 1.3.6)

3) Perumusan hak-hak karbon bagi para pihak (Indikator 1.5.1

4) Analisis biaya-manfaat serta resiko program REDD+ bagi setiap kelompok pemangku kepen-tingan ( Indikator SSL REDD+ 2.1.1)

5) Kriteria 2.2 (6 indikator), 2.3 (2 indikator) belum terdapat pada standar PHPL.

6) Kriteria 3.2 (2 indikator) dan kriteria 3.3 (3 indikator) tentang analisis dampak program REDD+ terhadap komponen sosial-budaya belum ada dalam standar PHPL

7) Indikator 6.1.3 prosedur mengajukan diri sebagai stakeholder program REDD+

8) Kriteria 6.2 (6 indikator) ten-tang pelibatan para pihak dalam perancangan, pelak-sanaan dan evaluasi program melalui proses konsultasi yang efektif atau bentuk partisipasi yang lebih aktif.

9) Kriteria 7.1, 7.2, 7.4 dan 7.5 tentang informasi dan akses para pihak terhadap informasi program REDD+ belum ada dalam standar PHPL

1) Komunitas mampu mengakses kesempat-an kerja dan peluang berusaha yang terbuka (Indikator PHPL S2.3)

2) Peninjauan berkala terhadap kesejahteraan karyawan dan jaminan atas fa-silitas akomodasi yang memadai (Indikator S2.5)

3) Minimasi dampak unit pengelolaan pada integrasi sosial dan cultural (Indikator PHPL S.3.1)

4) Promosi pemberdayaan komunitas dan karyawan (Indikator PHPL S.3.2)

5) Minimasi dampak kegiatan unit pengelolaan pada kesehatan masyarakat (Indikator PHPL S.4.1)

6) Kerja sama dengan otoritas kesehatan (Indikator PHPL S.4.2)

7) Keberadaan dan Pelaksanaan Kesepakatan Kerja Bersama (Indikator PHPL S.5.1)

8) Pelaksanaan Upah Minimum Regional (UMR) dan struktur gaji yang adil (Indikator PHPL S.5.2)

9) Pelaksanaan ke-tentuan Kesehatan dan Kese-lamatan Kerja (K3) (Indikator PHPL S.5.3)

1) Indikator SSL REDD+ 1.2.1, 1.3.1, 1.3.3 tidak applicable pada tingkat unit pengelolaan, applicable pada tingkat kebijakan nasional

2) Kriteria 4.1 SSL REDD+ (3 indikator), 4.2 (3 indikator), 4.4 (2 indikator) dan 4.5 (6 indikator) tidak relevan untuk tingkat unit pengelolaan, melainkan pada tingkat nasional dan berada dalam kewenangan pemerintah.

3) SSL REDD+ Kriteria 6.3 (4 indikator) tentang pengaturan sistem perwakilan dalam masing-masing kelompok stakeholders tidak relevan untuk unit pengelolaan karena bukan kewenangannya.

4) SSL REDD+ Kriteria 8.2 kontradiktif dengan statement prinsipnya. Dalam statement prinsip dinyatakan bahwa harus tunduk pada kerangka hukum dan perundang-undangan setempat. Sedangkan kriteria 8.2 menyatakan jika hukum setempat atau hukum nasional tidak konsisten dengan standar, suatu proses kajian ulang harus dilakukan untuk memecahkan inkonsistensi tersebut.

23Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

5. Panduan penyiapan unit pengeloaan hutan untuk implementasi PHL dan REDD+

Untuk kepentingan penyusunan panduan, maka hasil analisis kompatibilitas standar pada butir 4 di atas harus distrukturkan dalam format yang familiar bagi pengguna yaitu pihak unit pengelolaan. Format tersebut adalah yang mengikuti kerangka tindakan-tindakan manajemen dalam urutan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan kelembagaan pengelolaannya. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi pengulangan-pengulangan isu (redundancy) pada masing-masing standar agar panduan yang dihasilkan cukup sederhana namun satu isu atau aktifitas yang dilakukan dapat mencakup beberapa isu dalam standar penilaian PHPL maupun SSL REDD+. Analisis redundancy dilakukan terhadap standar sosial dan lingkungan REDD+ yang applicable untuk lingkup tapak atau unit pengelolaan hutan. Hasil analisis redundancy terhadap standar sosial dan lingkungan REDD+ disajikan pada lampiran 1.

Perumusan panduan dalam format baru pada dasarnya adalah mengelompokkan indikator-indikator dari kedua standar yang identik ke dalam bagian-bagian (section) yang sesuai, yaitu: penataan kelembagaan, perencanaan, pelaksanaan program dan pemantauan pelaksanaan program. Masing masing bagian memiliki indikator dan setiap indikator memiliki means of verification dan rujukan indikator induknya yang terdapat di kedua standar. Tabel panduan yang merupakan hasil rekonstruksi ulang indikator-indikator tersebut disajikan pada Lampiran 2.

Dijelaskan lebih lanjut, dalam tabel 5.2, terdapat beberapa kolom Bagian/tindakan yang berisi serangkaian tindakan mulai dari bagian/tindakan pertama (1) penataan organisasi (institutional arrangement) dimana bagian ini menjadi prasarat penting agar program REDD diimplentasikan dalam entitas/pemangku yang jelas. Dengan demikian proses tanggung jawab serta tanggung gugat program dapat diselenggarakan dengan konstruksi yang terukur.

Pada bagian/tindakan kedua (2) Tindakan Perencanaan, dimana setelah ada kejelasan entitas pengelolanya, perlu adanya konsep perencanaan yang matang dan terintegrasi antara implementasi SFM dengan tujuan REDD+, misalnya konsep-konsep perhitungan karbon (carbon accounting) sudah menjadi bagian dari proses inventarisasi tegakan sebelum penebangan, serta penguatan dalam informasi spasial di areal unit pengelolaan. Selanjutnya dalam aspek perencanaan, didalamnya juga termasuk rencana kelola dan pemantuan lapangan aspek lingkungan dan sosialnya.

Pada kolom bagian/tindakan poin ke (3) yaitu Pelaksanaan program dibagi menjadi aspek produksi, ekologi/lingkungan, dan sosial. Poin ke tiga ini merupakan kegiatan inti yang perlu dilaksanakan oleh pemegang konsesi. Hal terpenting pada aspek produksi adalah aspek kepastian kawasan dimana terkait dengan mekanisme transaksi perdagangan karbon yang umumnya bersifat jangka panjang.

Dalam tindakan Pelaksanaan Program termasuk juga kegiatan pengelolaan lingkungan ekologi dan sosial, dimana secara garis besar kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menjamin bahwa program perdagangan karbon melalui REDD+ dapat terselenggara dengan baik dengan meminimalkan ancaman (threath) terhadap areal serta tegakan hutan sebagai penyimpan karbon (carbon stock) dan sekaligus menjamin keberadaan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan untuk berpartisipasi aktif dalam program tersebut dengan mengakomodasi hak dan kewajiban mereka.

24 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

6. Glossary

3E Criteria

Effectiveness, Efficiency and Equity, pertama kali digunakan dalam Laporan Stern, untuk mengevaluasi skema pengurangan emisi rumah kaca (greenhouse gas). Kriteria- kriterai tersebut digunakan untuk mengevaluasi beberapa pilihan- pilihan untuk arsitektur REDD secara global.

Additionality

Dalam sistem karbon kredit berarti pembayaran untuk pengurangan emisi sampai pada tingkat dibawah Bussines as Usual (BAU)

Business as Usual (BAU)

Sebuah Kebijakan referensi netral untuk emisi masa depan, atau proyeksi dari tingkat emisi mendatang tanpa kegiatan REDD.

Baseline

Disebut juga reference line, terdapat tiga konsep baseline (1) baseline berdasarkan kesejarahan (historical baseline), yaitu laju deforestasi dan degradasi (DD), yang menghasilkan emisi CO2 masa lalu dikalikan jumlah dengan tahunnya. (2) Proyeksi DD, dimana BAU sebagai acuan untuk menentukan pengaruh dari kegiatan REDD dan menjamin adanya additionality.(3) Crediting baseline, atau garis referensi sebagai acuan untuk pemberian karbon kredit jika tingkat emisi dibawah garis referensi tersebut.

Carbon Market

Badan dan mekanisme pendanaan yang dapat menukar kredit karbon yang dihasilkan dari aktivitas REDD yang telah diverifikasi. Bentuknya bisa berupa ‘pasar sukarela’ (voluntary markets, yang terbentuk dalam mekanisme kesepakatan bilateral antara pihak-pihak yang melakukan jual-beli) atau ‘pasar wajib’ (compliance markets, yang secara sah diatur untuk mencapai target penurunan emisidalam kesepakatan multilateral).

Carbon Trading

Transaksi kredit karbon yang telah diverifikasi dalam bentuk sertifikat yang dihasilkan dari kegiatan REDD.

Carbon Pool

Suatu sistem yang mempunyai mekanisme untuk mengakumulasi atau melepas karbon. Contoh pool carbon adalah biomasa di berbagai bagian tanaman.

Carbon sink (rosot karbon)

Media atau tempat penyerapan dan penyimpanan karbon dalam bentuk bahan organik, vegetasi hutan, laut dan tanah.

Cap and Trade

Sistem regulasi ganda dimana cap adalah batas emisi yang ditentukan oleh pemerintah dan trade adalah pasar yang diciptakan oleh pemerintah untuk melakukan jual-beli kredit GRK. Perusahaan yang mengemisikan GRK kurang dari yang ditentukan dapat menjual kreditnya kepada perusahaan lain yang mengemisikan lebih besar daripada ketentuan.

25Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Leakage (Kebocoran):

Fenomena yang terjadi ketika pengurangan emisi di satu kawasan justru menyebabkan meningkatnya emisi di kawasan yang lainnya. Contoh: sebuah proyek REDD yang melindungi hutan di suatu kawasan namun menyebabkan peningkatan kegiatan deforestasi di tempat lainnya. Kebocoran ini juga dikenal sebagai pemindahan emisi.

Liability (Jaminan):

Kewajiban proyek atau negara yang menerapkan REDD untuk memberikan jaminan bahwa pengurangan emisi yang akan memperoleh kredit dapat menjadi permanen.

Permanence (Permanen): Jangka waktu pengembalian emisi GRK yang telah direduksi.

Planted forest (Hutan tanaman): Lahan yang ditumbuhi tegakan pohon yang dibentuk melalui penyemaian benih dan penanaman anakan pohon.

Primary forest (Hutan primer): Lahan yang ditumbuhi oleh jenis-jenis pohon dan tanaman berkayu yang tumbuh secara alami dan sebagian besar belum terjamah oleh aktivitas manusia sehingga proses ekologisnya tidak terganggu.

Stern Review (Kajian Stern): Laporan yang disusun oleh Sir Nicholas Stern’s pada tahun 2006 untuk pemerintah Inggris yang mengkaji perspektif ekonomi perubahan iklim. Kajian Stern bukanlah yang pertama kali dilaporkan namun demikian laporan ini dianggap yang paling banyak memberikan pengaruh.

UN Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) (Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim): Perjanjian atau kesepakatan yang dibuat pada tahun 1992 yang mendesak semua negara yang berkepentingan untuk menstabilkan konsentrasi GRK di atmosfer pada tingkat yang dianggap tidak membahayakan iklim bumi.

26 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

27Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Angelsen A (ed.). 2008. Moving ahead with REDD: Issues, options and implications. Bogor: CIFOR.

Bertault JG, Sist P. 1997. An experimental comparison of different harvesting intensities with reduced-impact and conventional logging in East Kalimantan, Indonesia. Forest Ecology and Management 94: 209-218.

Bettinger P, Boston K, Siry JP, Grebner DL. 2009. Forest Mangement and Planning. Amsterdam: Elsevier.

Chomitz KM. 2007. At loggerheads? Agricultural expansion, poverty reduction and environment in the tropical forests. Washington (DC): World Bank Policy Research Report, the Worldbank.

CPF (Collaborative Partnership on Forests). 2008. Strategic framework for forests and climate change. Bogor: CIFOR.

Hassan R, Scholes R, Ash N (2005 ) Ecosystems and human well-being: Current state and trends, Volume 1. Island Press, Washington, Covelo, London.

Hennigar CR, MacLean DA, Amos-Binks LJ. 2008. A novel approach to optimize management strategies for carbon stored in both forests and wood products. Forest Ecology and Management 256: 786–797

IPCC 2006. Guidelines for national greenhouse gas inventories – volume 4: Agriculture, land use and forestry (GL-AFOLU). http://www.ipcc-nggip.iges.or.jp/public/2006gl/vol4.html (10 Januari 2011)

Lasco RD, MacDicken KG, Pulhin FB, Guillermo IQ,Sales RF, Cruz RVO. 2006. Carbon stocks assessment of a selectively logged dipterocarp forest and wood processing mill in the Philippines. Journal of Tropical Forest Science 18(4): 166–172

Liu G, Hana S.2009.Long-term forest management and timely transfer of carbon into wood products help reduce atmospheric carbon. Ecological Modelling 220: 1719–1723

Putz FE, Zuidema PA, Pinard MA, Boot RGA, Sayer JA,Sheil D, Sist P, Elias, Vanclay JK. Improved Tropical Forest Management for Carbon Retention. Perspective, PLoS Biology, preprint, doi:10.1371/journal.pbio.0060166

Stern N. 2007. The Economics of Climate Change: The Stern Review. Cambridge, UK: Cambridge University Press.

TNC (The Nature Conservancy). 2009. Don’t Forget the Second “D”: The Importance of Including Degradation in a REDD Mechanism. Policy Brief. TNC.

Daftar Pustaka

28 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

UNFCCC. 2007. Investment and Financial Flows to Address Climate Change. United Nations Framework Convention on Climate Change.

UNEP. 2009. First Scientific and Technical Advisory Panel Submission on LULUCF to GEF Technical Advisory Groups on Climate Change, Sustainable Forest Management, Land Degradation and Biodiversity – 9 April 2009

Wikipedia. 2011. Sustainable forest management. http://en.wikipedia.org/wiki/Sustainable_forest_management#cite_note-4 (18 Januari 2011)

Winjum JK, Brown S, Schlamadinger B. 1998. Forest harvest and wood products: Sources and sinks of atmospheric carbon dioxide. Forest Science 44:2. 272-284

29Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Lampiran

30 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

31Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Lampiran1.Identifikasikriteriada

nindicatoryangm

emilikipengertianidentik

/sam

a(com

plem

entary)pa

dastandardsosialdan

lingk

unga

n RE

DD+

Prin

sip

1 : H

ak a

tas

tana

h, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a di

akui

dan

dih

orm

ati

Kriter

ia d

an ind

ikat

or y

ang

iden

tik

No.

Kriter

iaNo

Indi

kato

r No.

Kriter

iaNo

Indi

kato

r

1.1

Prog

ram

RED

D+ s

ecar

a ef

ektif

men

gide

ntifi

kasi

pem

angk

u-pe

man

gku

hak

yang

ber

beda

(hu

kum

pos

itif

dan

adat

) se

rta

hak-

hak

mer

eka

atas

tan

ah, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a al

am ter

kait d

enga

n pr

ogra

m.

1.1.1

Suat

u pr

oses

dila

ksan

akan

unt

uk

men

ginv

enta

risa

si d

an m

emet

akan

ha

k-ha

k hu

kum

pos

itif

dan

adat

ata

s ta

nah, w

ilaya

h da

n pe

ngua

saan

/ ak

ses/

peng

elol

aan

atas

sum

berd

aya

alam

(ter

mas

uk y

ang

men

yang

kut pe

rem

puan

da

n ke

lom

pok

yang

ber

pote

nsi

terp

ingg

irka

n) ter

kait d

enga

n pr

ogra

m

serta

tum

buka

n at

au tum

pang

tin

dih

hak.

6.1

Prog

ram

RED

D+

men

gide

ntifi

kasi

dan

men

elaa

h ke

khas

an k

elom

pok-

kelo

mpo

k pe

man

gku

kepe

ntin

gan

6.1.1

Kelo

mpo

k-ke

lom

pok

pem

angk

u ke

pent

inga

n te

ride

ntifi

kasi

, ter

mas

uk

mas

yara

kat ad

at, m

asya

raka

t se

tem

pat,

kelo

mpo

k pe

rem

puan

da

n ke

lom

pok

yang

ber

pote

nsi

terp

ingg

irka

n.

6.1.2

Hak

dan

kep

enting

an d

ari se

tiap

ke

lom

pok

piha

k te

rkai

t de

ngan

pr

ogra

m R

EDD+

ditel

aah

term

asuk

m

asal

ah p

oten

si h

amba

tan

mer

eka

untu

k be

rpar

tisi

pasi

1.1.2

Renc

ana-

renc

ana

tata

gun

a la

han

term

asuk

ren

cana

pen

gelo

laan

hut

an d

i da

lam

kaw

asan

yan

g di

teta

pkan

seb

agai

lo

kasi

pro

gram

RED

D+ m

engi

dent

ifika

si

hak-

hak

dari s

emua

pem

angk

u-ha

k da

n ba

tas-

bata

s ru

ang

fisik

wila

yah

mer

eka.

1.2

Prog

ram

RED

D+ m

engh

orm

ati da

n m

enga

kui ba

ik h

ak-h

ak h

ukum

pos

itif

mau

pun

adat

ata

s ta

nah, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a al

am y

ang

tela

h di

kuas

ai, d

ihun

i da

n/at

au p

alin

g se

diki

t di

man

faat

kan

atau

dip

erol

eh m

asya

raka

t ad

at a

tau

mas

yara

kat se

tem

pat.

1.2.2

Renc

ana-

renc

ana

tata

gun

a la

han

term

asuk

ren

cana

pen

gelo

laan

hut

an d

i da

lam

kaw

asan

hut

an y

ang

dite

tapk

an

seba

gai lo

kasi

pro

gram

RED

D+

men

gaku

i ha

k-ha

k hu

kum

pos

itif

dan

adat

mas

yara

kat ad

at d

an m

asya

raka

t se

tem

pat.

1.2.3

Prog

ram

RED

D+ m

engu

tam

akan

te

rjam

inny

a ke

sela

mat

an h

ak-h

ak

huku

m p

ositif

atas

tan

ah, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a al

am y

ang

seca

ra tur

un

tem

urun

tel

ah d

imili

ki, d

ihun

i da

n/at

au

palin

g se

diki

t di

kelo

la, d

iman

faat

kan

atau

dip

erol

eh m

asya

raka

t ad

at a

tau

mas

yara

kat se

tem

pat.

32 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Prin

sip

1 : H

ak a

tas

tana

h, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a di

akui

dan

dih

orm

ati

Krite

ria

dan

indi

kato

r ya

ng id

entik

No.

Kriter

iaNo

Indi

kato

r No.

Kriter

iaNo

Indi

kato

r

1.3

Prog

ram

RED

D+ m

ensy

arat

kan

para

pe

man

gku

hak

yang

tel

ah ter

info

rmas

ikan

m

embe

rika

n pe

rset

ujua

n aw

al tan

pa

paks

aan

()

terh

adap

sem

ua b

entu

k ke

giat

an y

ang

berd

ampa

k te

rhad

ap h

ak-h

ak m

erek

a at

as

tana

h, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a al

am y

ang

diku

asai

dan

dim

iliki

.

1.3.1

1.3.2

Prog

ram

RED

D+ s

ecar

a ef

ektif

m

enye

barlua

skan

inf

orm

asi te

ntan

g pe

rsya

rata

n pe

ngin

form

asia

n un

tuk

pers

etuj

uan

awal

tan

pa p

aksa

an b

agi

para

pem

angk

u ha

k te

rhad

ap s

emua

be

ntuk

keg

iata

n ya

ng b

erda

mpa

k te

rhad

ap h

ak-h

ak m

erek

a at

as tan

ah,

wila

yah

dan

sum

berd

aya

alam

.

1.3.3

1.3.4

Pers

etuj

uan

awal

tan

pa p

aksa

an d

ari

mas

yara

kat se

tem

pat ya

ng tel

ah

terinf

orm

asik

an b

erke

naan

den

gan

adat

, nor

ma

dan

trad

isi m

erek

a un

tuk

kegi

atan

yan

g be

rdam

pak

pada

hak

-hak

m

erek

a, ter

utam

a ha

k un

tuk

mem

iliki

da

n m

enga

was

i la

han, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a al

am m

ilik

mer

eka.

1.3.5

Pers

etuj

uan

awal

tan

pa p

aksa

an

dari p

ara

pem

angk

u-ha

k ya

ng tel

ah

terinf

orm

asik

an b

agi se

mua

ben

tuk

kegi

atan

yan

g be

rdam

pak

terh

adap

ha

k-ha

k m

erek

a at

as tan

ah, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a al

am d

ilaks

anak

an m

elal

ui

kera

ngka

pro

ses

yang

tel

ah d

isep

akat

i se

mua

pih

ak.

1.3.6

Apab

ila ter

jadi

pen

ampu

ngan

ata

u pe

min

daha

n se

cara

fisik

atau

pun

ekon

omi pa

da s

aat pe

rset

ujua

n aw

al tan

pa p

aksa

an y

ang

tela

h te

rinf

orm

asik

an, s

ebel

umny

a di

buat

pe

rjan

jian

pers

yara

tan

alte

rnat

ive

laha

n pe

ngga

nti da

n/at

au k

ompe

nsas

i ya

ng s

esua

i, da

n ha

k un

tuk

kem

bali

deng

an s

uatu

ala

san

terten

tu a

pabi

la

pem

inda

han

tela

h se

lesa

i

free

, prior

and

inf

orm

ed c

onse

nt

33Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Prin

sip

1 : H

ak a

tas

tana

h, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a di

akui

dan

dih

orm

ati

Krite

ria

dan

indi

kato

r ya

ng id

entik

No.

Kriter

iaNo

Indi

kato

r No.

Kriter

iaNo

Indi

kato

r

1.4

Prog

ram

RED

D+ m

enca

kup

suat

u pr

oses

pe

nyel

esai

an s

egal

a be

ntuk

sen

gket

a te

ntan

g ha

k at

as tan

ah, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a al

am ter

kait d

enga

n pr

ogra

m

yang

mun

cul da

ri p

erse

tuju

an a

wal

tan

pa

paks

aan

dari p

ihak

-pih

ak y

ang

terlib

at.

1.4.1

Mek

anis

me

med

iasi

yan

g be

rlak

u ba

ik

di tin

gkat

mas

yara

kat,

loka

l m

aupu

n na

sion

al y

ang

bers

ifat tran

spar

an

dan

mud

ah d

isel

engg

arak

an g

una

men

yele

saik

an s

egal

a be

ntuk

sen

gket

a te

ntan

g kl

aim

hak

ata

s ta

nah, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a al

am ter

kait d

enga

n pr

ogra

m R

EDD+

tel

ah d

ikem

bang

kan

dan

berjal

an.

6.6

Mek

anis

me

untu

k m

ener

ima

lapo

ran

dan

men

yele

saik

an

kelu

han

dan

seng

keta

ter

kait

deng

an p

eren

cana

an d

an

pela

ksan

aan

prog

ram

RED

D+.

6.6.1

Sebu

ah p

rose

s ya

ng tra

nspa

ran

dan

dapa

t di

akse

s se

mua

pih

ak

dibu

at u

ntuk

men

anga

ni k

eluh

an

dan

seng

keta

yan

g tim

bul se

lam

a pe

renc

anaa

n da

n pe

laks

anaa

n pr

oyek

, te

rmas

uk p

rose

s un

tuk

deng

ar-

pend

apat

, pem

berian

tan

ggap

an d

an

peny

eles

aian

kel

uhan

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

kur

un w

aktu

yan

g waj

ar.

1.4.2

Peny

eles

aian

sen

gket

a di

sele

ngga

raka

n pa

da w

aktu

nya

sesu

ai k

eran

gka

wak

tu

yang

dis

epak

ati se

mua

pih

ak.

6.6.2

Pros

es p

enan

gana

n ke

luha

n di

info

rmas

ikan

kep

ada

sem

ua

pem

angk

u ke

pent

inga

n.

1.4.3

Tida

k ad

a ke

giat

an y

ang

dila

kuka

n da

lam

pro

gram

RED

D+ y

ang

dapa

t m

erug

ikan

aki

bat da

ri h

asil

pers

elis

ihan

yan

g tida

k te

rsel

esai

kan

dala

m h

al h

ak a

tas

tana

h, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a al

am y

ang

berh

ubun

gan

deng

an p

rogr

am ini

.

6.6.3

Pros

es p

enan

gana

n ke

luha

n di

kelo

la

oleh

pih

ak k

etig

a at

au p

enen

gah

untu

k m

ence

gah

tim

buln

ya k

onfli

k ke

pent

inga

n.

6.7

Para

pem

angk

u ha

k da

n pe

man

gku

kepe

ntin

gan

mem

iliki

kem

udah

an

bant

uan

huku

m d

an m

enge

tahu

i pr

oses

huk

um d

an h

ukum

yan

g te

rkai

t se

rta

impl

ikas

i ke

uang

an

dari p

rogr

am R

EDD+

.

6.7.1

Ters

edia

dan

ter

dapa

t ja

sa b

antu

an

huku

m b

agi pa

ra p

eman

gku

hak

dan

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

mel

ayan

i m

erek

a da

lam

hal

pro

ses

huku

m d

an

huku

m s

erta

im

plik

asi ke

uang

an d

ari

prog

ram

RED

D+.

1.5

Pada

pro

gram

RED

D+ y

ang

mem

ungk

inka

n ad

anya

pen

guas

aan

dan

kepe

mili

kan

privat

dar

i ha

k at

as k

arbo

n, h

ak-h

ak

ters

ebut

did

asar

kan

pada

hak

-hak

huk

um

posi

tif da

n ad

at a

tas

tana

h, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a al

am (se

perti te

lah

teride

ntifi

kasi

pad

a Pr

insi

p 1.1)

yan

g te

lah

men

ghas

ilkan

pem

angk

asan

dan

pe

nyer

apan

em

isi ga

s-ga

s ru

mah

kac

a.

1.5.1

Suat

u pr

oses

unt

uk m

enje

lask

an

dan

mer

umus

kan

hak-

hak

atas

ka

rbon

dik

emba

ngka

n da

n di

tera

pkan

be

rdas

arka

n ha

k-ha

k hu

kum

pos

itif

dan

adat

ata

s ta

nah, w

ilaya

h, d

an

sum

berd

aya

alam

(se

perti te

lah

teride

ntifi

kasi

pad

a Pr

insi

p 1.1)

yan

g te

lah

men

ghas

ilkan

pem

angk

asan

dan

pe

nyer

apan

em

isi ga

s-ga

s ru

mah

kac

a.

34 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Prin

sip

2 : M

anfa

at d

ari p

rogr

am R

EDD+

did

istr

ibus

ikan

sec

ara

berk

eadi

lan

dian

tara

par

a pe

man

gku-

kepe

ntin

gan

dan

pem

angk

u-ha

kKr

iteri

a da

n in

dika

tor

yang

iden

tik

No.

Kriter

iaNo.

Indi

kato

rNo.

Kriter

iaNo.

Indi

kato

r

2.1

Proy

eksi

bia

ya d

ari po

tens

i m

anfa

at

dan

resi

ko d

ari pr

ogra

m R

EDD+

te

ride

ntifi

kasi

bag

i se

tiap

kel

ompo

k pe

man

gku

kepe

ntin

gan.

2.1.1

Proy

eksi

bia

ya, p

enda

pata

n da

n m

anfa

at

lain

ser

ta r

esik

o-re

siko

yan

g tida

k te

rhin

dark

an d

ikaj

i da

n di

tela

ah ter

hada

p se

tiap

kel

ompo

k pe

man

gku

kepe

ntin

gan

yang

ter

iden

tifik

asi pa

da P

rins

ip 6

.1.

6.2

Sem

ua k

elom

pok

pem

angk

u ke

pent

inga

n di

libat

kan

dala

m p

eran

cang

an,

pela

ksan

aan

dan

eval

uasi

pr

ogra

m m

elal

ui p

rose

s ko

nsul

tasi

yan

g ef

ektif at

au

bent

uk p

artisi

pasi

yan

g le

bih

aktif.

6.2.1

Sebu

ah p

rose

s da

n st

rukt

ur k

elem

baga

an

diba

ngun

dan

ber

fung

si g

una

mem

ungk

inka

n se

mua

pem

angk

u ke

pent

inga

n te

rkai

t be

rpar

tisi

pasi

dal

am p

rose

s pe

ranc

anga

n,

pela

ksan

aan

dan

eval

uasi

pro

gram

. (id

entik

deng

an 6

.1.3 d

i ba

wah

)

6.1.3

Ters

edia

seb

uah

pros

edur

yan

g m

emun

gkin

kan

setiap

pih

ak y

ang

berk

epen

ting

an u

ntuk

m

enga

juka

n di

ri u

ntuk

dip

ertim

bang

kan

seba

gai pe

man

gku

hak

yang

rel

evan

ata

u st

akeh

olde

r pr

ogra

m R

EDD+

ber

dasa

rkan

hak

da

nkep

enting

an m

erek

a

6.2.2

Terd

apat

kep

erwak

ilan

yang

efe

ktif

dari

pere

mpu

an, k

aum

mud

a da

n ke

lom

pok

yang

be

rpot

ensi

ter

ping

girk

an, s

eper

ti y

ang

tela

h te

ride

ntifi

kasi

pad

a Pr

insi

p 6.1, p

ada

pros

es

kons

ulta

si d

an p

artisi

pasi

2.2

Suat

u pr

oses

yan

g tran

spar

an,

partis

ipat

if da

n efi

sien

ditet

apka

n gu

na m

enja

min

dis

trib

usi m

anfa

at

prog

ram

RED

D+ y

ang

berk

eadi

lan

tela

h m

empe

rhitun

gkan

bia

ya,

man

faat

dan

res

iko-

resi

ko y

ang

tida

k te

rhin

dark

an.

2.2.1

Terd

apat

par

tisi

pasi

yan

g ef

ektif ba

gi p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

n pe

man

gku

hak

dala

m m

erum

uska

n pr

oses

pen

gam

bila

n ke

putu

san

dan

mek

anis

me

dist

ribu

si b

agi

pem

bagi

an m

anfa

at y

ang

berk

eadi

lan, y

ang

men

giku

tser

taka

n ke

lom

pok-

kelo

mpo

k m

iski

n da

n te

rpin

ggirka

n

6.2.3

Kons

ulta

si d

ises

uaik

an d

enga

n ko

ntek

s se

tem

pat m

engg

unak

an p

ende

kata

n ya

ng

dini

lai pa

ntas

sec

ara

sosi

al d

an b

uday

a,

yang

dis

elen

ggar

akan

di te

mpa

t ya

ng tel

ah

dise

paka

ti b

ersa

ma.

6.2.4

Pem

erin

tah

sete

mpa

t di

libat

kan

pada

pr

ogra

m R

EDD+

dem

ikia

n ha

lnya

den

gan

pem

erin

tah

pusa

t de

ngan

per

an y

ang

diru

mus

kan

seca

ra jel

as.

2.2.2

Prog

ram

RED

D+ m

engg

unak

an p

rose

s ya

ng tra

nspa

ran

deng

an m

engi

kuts

erta

kan

mas

yara

kat se

tem

pat te

rmas

uk k

elom

pok-

kelo

mpo

k m

iski

n da

n te

rpin

ggirka

n da

lam

m

enet

apka

n be

ntuk

man

faat

tam

baha

n,

baga

iman

a m

enya

mpa

ikan

nya

dan

baga

iman

a m

empe

rbai

ki p

engh

idup

an

berk

elan

juta

n da

n pe

ngha

pusa

n ke

mis

kina

n.

6.2.5

Pere

ncan

aan

dan

pela

ksan

aan

prog

ram

RE

DD+d

iada

ptas

i be

rdas

arka

n p

artisi

pasi

pe

man

gku

hak

danp

eman

gku

kepe

ntin

gan

yang

ada

saa

t in

i da

lam

hal

mer

enca

naka

n,

mel

aksa

naka

n da

n m

enila

i pr

ogra

m.

35Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Prin

sip

2 : M

anfa

at d

ari p

rogr

am R

EDD+

did

istr

ibus

ikan

sec

ara

berk

eadi

lan

dian

tara

par

a pe

man

gku-

kepe

ntin

gan

dan

pem

angk

u-ha

kKr

iteri

a da

n in

dika

tor

yang

iden

tik

No.

Kriter

iaNo.

Indi

kato

rNo.

Kriter

iaNo.

Indi

kato

r

2.2.3

Pedo

man

yan

g je

las

tent

ang

pem

bagi

an m

anfa

at

dite

tapk

an, d

iseb

arlu

aska

n da

n di

taat

i ol

eh p

ara

piha

k ya

ng ter

libat

.

6.2.6

Pem

angk

u ha

k da

n ke

lom

pok

pem

angk

u ke

pent

inga

n ya

ng ter

kait m

emili

ki a

kses

ya

ng c

ukup

pad

a su

mbe

rday

a al

am s

erta

da

pat be

rpar

tisi

pasi

sec

ara

penu

h da

n ef

ektif da

lam

mer

enca

naka

n, m

elak

sana

kan

dan

men

ilai pr

ogra

m R

EDD+

2.2.4

Pros

edur

adm

inis

trat

if da

ri p

enge

lola

an

pem

biay

aan

dan

dist

ribu

si m

anfa

at d

ilaks

anak

an

tepa

t wak

tu d

an e

fekt

if da

ri s

egi bi

aya.

6.3.1

Pros

es-p

rose

s pa

rtis

ipas

i ya

ng d

igun

akan

ol

eh p

rogr

am R

EDD+

dib

uat da

n di

setu

jui

oleh

pem

angk

u ha

k da

n ke

lom

pok

pem

angk

u-ke

pent

inga

n ya

ng ter

kait,

bertan

ggun

gjaw

ab a

tas

prak

tek-

prak

tek

kele

mba

gaan

for

mal

dan

inf

orm

al

2.2.5

Ranc

anga

n m

ekan

ism

e pe

mba

gian

man

faat

di

dasa

rkan

pad

a ka

jian

dan

tela

ah ten

tang

pi

lihan

-pili

han

yang

men

ghor

mat

i ke

adila

n,

efek

tifit

as d

an e

fisie

nsi da

ri p

rogr

am R

EDD+

.

6.3.2

Prog

ram

RED

D+ m

engh

orm

ati da

n tida

k m

enga

baik

an s

truk

tur

dan

pros

es

peng

ambi

lan

kepu

tusa

n ya

ng d

imili

ki

kelo

mpo

k-ke

lom

pok

pem

angk

u ke

pent

inga

n te

ruta

ma

mas

yara

kat ad

at d

an m

asya

raka

t se

tem

pat.

2.2.6

Pros

es p

emba

gian

man

faat

men

caku

p su

atu

pros

edur

yan

g tran

spar

an d

an d

apat

dia

kses

si

apa

pun

untu

k pe

lapo

ran

dan

peny

eles

aian

ke

luha

n da

n m

asal

ah.

2.3

Terd

apat

pem

anta

uan

yang

tran

spar

an d

an p

artisi

patif

terh

adap

bia

ya d

an m

anfa

at

prog

ram

RED

D+, t

erm

asuk

se

mua

ben

tuk

pend

apat

an s

erta

pe

ndis

trib

usia

nnya

dia

ntar

a pa

ra

pem

angk

u ke

pent

inga

n.

2.3.1

Para

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

n pe

man

gku

hak

berp

artisi

pasi

sec

ara

efek

tif da

lam

pem

anta

uan

peny

elen

ggar

aan

pem

bagi

an m

anfa

at m

elal

ui

pros

es y

ang

tela

h di

sepa

kati d

i ting

kat na

sion

al

dan

loka

l

2.3.2

Para

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

n pe

man

gku

hak

berp

artisi

pasi

sec

ara

efek

tif da

lam

pel

apor

an

dan

kajia

n bi

aya, p

enda

pata

n da

n m

anfa

at lai

n se

rta

baga

iman

a pe

ndis

trib

usia

nnya

den

gan

mem

pertim

bang

kan

hasi

l ka

jian

awal

ten

tang

pr

oyek

si b

iaya

, pen

dapa

tan

dan

man

faat

lai

n se

rta

resi

ko-r

esik

o ya

ng tid

ak ter

hind

arka

n te

rhad

ap s

etia

p ke

lom

pok

pem

angk

u-ke

pent

inga

n.

36 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Prin

sip

3 : P

rogr

am R

EDD+

mem

beri

kan

sum

bang

an b

agi u

paya

men

doro

ng

peng

hidu

pan

berk

elan

juta

n da

n pe

ngha

pusa

n ke

mis

kina

n ba

gi m

asya

raka

t ya

ng

hidu

pnya

ber

gant

ung

kepa

da h

utan

Krite

ria

dan

indi

kato

r ya

ng id

entik

No.

Kriter

iaNo.

Indi

kato

rNo.

Kriter

iaNo.

Indi

kato

r

3.1

Prog

ram

RED

D+ m

endo

rong

man

faat

ta

mba

han

dan

bers

ifat ja

ngka

pa

njan

g te

rhad

ap p

engh

idup

an

berk

elan

juta

n da

n pe

ngha

pusa

n ke

mis

kina

n de

ngan

men

guta

mak

an

kelo

mpo

k m

iski

n da

n te

rpin

ggirka

n.

3.1.1

Tuju

an p

rogr

am R

EDD+

men

caku

p ko

ntribu

si y

ang

bera

rti te

rhad

ap p

engh

idup

an b

erke

lanj

utan

dan

pe

ngha

pusa

n ke

mis

kina

n ba

gi m

asya

raka

t ya

ng

hidu

pnya

ber

gant

ung

kepa

da h

utan

.

3.1.2

Kelo

mpo

k-ke

lom

pok

mis

kin

dan

terp

ingg

irka

n te

ride

ntifi

kasi

dar

i m

asya

raka

t ya

ng h

idup

nya

berg

antu

ng k

epad

a hu

tan

yang

ber

partis

ipas

i da

lam

pr

ogra

m R

EDD+

.

3.1.3

Kelo

mpo

k m

asya

raka

t ya

ng h

idup

nya

berg

antu

ng

kepa

da h

utan

, ter

mas

uk k

elom

pok

mis

kin

dan

terp

ingg

irka

n, m

enya

taka

n ba

hwa

mer

eka

tela

h m

ener

ima

man

faat

den

gan

berp

artisi

pasi

dal

am

prog

ram

RED

D+.

3.1.4

Prog

ram

RED

D+ m

engh

asilk

an p

enin

gkat

an p

enda

pata

n ke

uang

an y

ang

berk

ontrib

usi ke

pada

pen

ghid

upan

be

rkel

anju

tan

dan

peng

hapu

san

kem

iski

nan.

3.1.6

Tind

akan

-tin

daka

n di

ambi

l gu

na m

emas

tika

n ba

hwa

man

faat

bag

i pe

nghi

dupa

n da

n pe

ngha

pusa

n ke

mis

kina

n be

rsifa

t be

rkel

anju

tan.

3.2

Terd

apat

pro

ses

tela

ah p

artisi

patif

terh

adap

dam

pak

posi

tif da

n ne

gatif

dari p

rogr

am R

EDD+

ter

hada

p pe

nghi

dupa

n da

n ke

mis

kina

n,

term

asuk

dam

pak-

dam

pak

yang

te

ram

alka

n (m

isal

, ana

lisis

dam

pak

sosi

al) da

n da

mpa

k ny

ata.

3.2.1

Suat

u pr

oses

yan

g pa

rtis

ipat

if di

buat

dan

diter

apka

n un

tuk

men

elaa

h da

mpa

k-da

mpa

k po

sitif da

n ne

gatif

(sos

ial,

buda

ya, h

ak a

zasi

, lin

gkun

gan

dan

ekon

omi),

baik

yan

g di

ram

alka

n m

aupu

n ya

ng n

yata

, dar

i pr

ogra

m R

EDD+

ter

hada

p m

asya

raka

t ya

ng h

idup

nya

berg

antu

ng k

epad

a hu

tan, ter

utam

a ke

lom

pok

mis

kin

dan

terp

ingg

irka

n.

3.2.2

Pem

anta

uan

dam

pak

sosi

al, b

uday

a, h

ak a

zasi

, lin

gkun

gan

dan

ekon

omi di

sele

ngga

raka

n m

engg

unak

an p

ende

kata

n kh

usus

yan

g m

emun

gkin

kan

teride

ntifi

kasi

nya

dam

pak

posi

tif da

n ne

gatif te

rhad

ap

kelo

mpo

k m

iski

n da

n ke

lom

pok

terp

ingg

irka

n.

37Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Prin

sip

3 : P

rogr

am R

EDD+

mem

beri

kan

sum

bang

an b

agi u

paya

men

doro

ng

peng

hidu

pan

berk

elan

juta

n da

n pe

ngha

pusa

n ke

mis

kina

n ba

gi m

asya

raka

t ya

ng h

idup

nya

berg

antu

ng k

epad

a hu

tan

Krite

ria

dan

indi

kato

r ya

ng id

entik

No.

Kriter

iaNo.

Indi

kato

rNo.

Kriter

iaNo.

Indi

kato

r

3.3

Pro

gra

m R

ED

D+

dis

esua

ikan

ber

das

arka

n ke

gia

tan

tela

ah d

amp

ak g

una

men

gur

ang

i seb

esar

mun

gki

n d

amp

ak

neg

atif

dan

men

ing

katk

an d

amp

ak p

osi

tif

terh

adap

pen

ghi

dup

an d

an k

emis

kina

n.

3.3.

1Ti

ndak

an-t

ind

akan

dik

emb

ang

kan

dan

d

iter

apka

n un

tuk

men

gur

ang

i seb

esar

m

ung

kin

dam

pak

po

tens

ial d

an a

ktua

l ya

ng n

egat

if te

rhad

ap m

asya

raka

t ya

ng

hid

upny

a b

erg

antu

ng k

epad

a hu

tan

seca

ra u

mum

, ter

utam

a ke

lom

po

k m

iski

n d

an t

erp

ing

gir

kan,

bai

k se

pan

jang

mas

a p

eran

cang

an m

aup

un p

elak

sana

an

pro

gra

m R

ED

D+

.

3.3.

2U

mp

an b

alik

pem

anta

uan

dig

unak

an u

ntuk

m

enyu

sun

dan

mel

aksa

naka

n ti

ndak

an-

tind

akan

unt

uk m

eng

uran

gi d

amp

ak

po

tens

ial d

an a

ktua

l neg

atif

teru

tam

a ke

lom

po

k m

iski

n d

an t

erp

ing

gir

kan

sela

ma

taha

p p

rlak

sana

an p

rog

ram

RE

DD

+.

3.3.

3U

mp

an b

alik

has

il p

eman

taua

n d

igun

akan

un

tuk

men

amb

ah d

amp

ak p

osi

tif

teru

tam

a ke

lom

po

k m

iski

n d

an t

erp

ing

gir

kan.

Prin

sip

4 : P

rogr

am R

EDD+

har

us m

embe

rika

n su

mba

ngan

dan

ter

inte

gras

i se

cara

lua

s ke

dal

am t

ujua

n-tu

juan

pem

bang

unan

ber

kela

njut

an d

an t

ata

kelo

la y

ang

baik

4.3

Pro

gra

m R

ED

D+

mem

iliki

ko

ntri

bus

i d

alam

mel

ind

ung

i dan

men

gho

rmat

i hak

az

asi m

anus

ia.

4.3.

1P

rog

ram

RE

DD

+ m

erin

ci k

ebija

kan-

keb

ijaka

n d

an t

ind

akan

-tin

dak

an y

ang

m

emili

ki k

ont

rib

usi s

erta

mem

per

bai

ki h

al-

hal y

ang

ber

hub

ung

an d

eng

an h

ak a

zasi

m

anus

ia (m

eng

horm

ati d

an m

elin

dun

gi).

4.3.

2R

enca

na p

eman

taua

n d

an e

valu

asi

pro

gra

m R

ED

D+

dia

ntar

anya

men

caku

p

ind

ikat

or-

ind

ikat

or

kunc

i hak

aza

si

man

usia

.

38 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Prin

sip

5 : T

erpe

lihar

anya

dan

dip

erba

ikin

ya k

eane

kara

gam

an h

ayat

i dan

jasa

lin

gkun

gan

Krite

ria

dan

indi

kato

r ya

ng id

entik

No.

Kriter

iaNo.

Indi

kato

rNo.

Kriter

iaNo.

Indi

kato

r

5.1

Nila

i ke

anek

arag

aman

hay

ati da

n ja

sa lin

gkun

gan

terp

elih

ara

dan

diting

katk

an.

5.1.1

Tuju

an p

rogr

am R

EDD+

men

caku

p ko

ntribu

si n

yata

ter

hada

p up

aya

pem

elih

araa

n da

n pe

ning

kata

n ke

anek

arag

aman

ha

yati d

an jas

a lin

gkun

gan.

5.1.2

Nila

i ke

anek

arag

aman

hay

ati da

n ja

sa lin

gkun

gan

yang

be

rpot

ensi

dip

enga

ruhi

ole

h pr

ogra

m R

EDD+

ter

iden

tifik

asi

dan

terp

etak

an p

ada

skal

a da

n ting

kat ya

ng c

ukup

rin

ci

bagi

set

iap

unsu

r/ k

egia

tan

prog

ram

ter

mas

uk, t

etap

i tida

k te

rbat

as p

ada, k

awas

an y

ang

pent

ing

bag

i sp

esie

s te

ranc

am p

unah

ata

u sp

esie

s en

dem

ik, b

agi ko

nsen

tras

i at

au s

umbe

r po

pula

si s

pesi

es lai

n, b

agi ek

osis

tem

dan

jas

a lin

gkun

gan

yang

din

ilai pe

ntin

g se

cara

bud

aya, e

kono

mik

at

au k

eaga

maa

n ol

eh p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n, ter

utam

a m

asya

raka

t ya

ng h

idup

nya

berg

antu

ng k

epad

a hu

tan.

5.1.3

Prog

ram

RED

D+ m

enca

kup

tind

akan

-tin

daka

n ya

ng b

ertu

juan

mem

elih

ara

dan

mem

perb

aiki

nila

i ke

anek

arag

aman

hay

ati da

n ja

sa lin

gkun

gan.

5.1.4

Prog

ram

RED

D+ tid

ak m

elak

ukan

kon

vers

i te

rhad

ap

huta

n al

am a

tau

area

l la

inny

a ya

ng m

empu

nyai

pr

iorita

s pe

ntin

gdal

am m

emel

ihar

a da

n m

enin

gkat

kan

kean

ekar

agam

an h

ayat

i ya

ng tel

ah ter

iden

tfika

si.

5.1.5

Peni

ngka

tan

pend

apat

an k

euan

gan

dari p

rogr

am R

EDD+

m

embe

rika

n su

mba

ngan

ter

hada

p pe

mel

ihar

aan

dan

perb

aika

n ni

lai ke

anek

arag

aman

hay

ati da

n ja

sa lin

gkun

gan.

5.2

Dam

pak

posi

tif da

n ne

gatif

prog

ram

RED

D+ ter

hada

p ni

lai

kean

ekar

agam

an h

ayat

i da

n ja

sa

lingk

unga

n di

kaji

dan

dite

laah

.

5.2.1

Sebu

ah r

enca

na p

eman

taua

n da

n to

lok-

ukur

nya

diru

mus

kan

bagi

pen

guku

ran

nila

i ke

anek

arag

aman

hay

ati da

n ja

sa

lingk

unga

n ya

ng s

udah

ter

iden

tifik

asi be

rdas

arka

n pe

nget

ahua

n da

n ke

arifa

n trad

isio

nal se

rta

serta

pene

litia

n ilm

iah

yang

ses

uai.

5.2.2

Terd

apat

keg

iata

n ka

jian

dan

tela

ah ter

hada

p da

mpa

k-da

mpa

k te

ram

alka

n da

n ak

tual

(ka

jian

lingk

unga

n hi

dup

stra

tegi

s at

au K

LHS,

ata

u an

alis

is m

enge

nai da

mpa

k lin

gkun

gan

atau

AMDA

L) d

enga

n m

elib

atka

n m

asya

raka

t ya

ng h

idup

nya

berg

antu

ng k

epad

a hu

tan

serta

pem

angk

u-ke

pent

inga

n ya

ng ter

kait.

39Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Prin

sip

5 : T

erpe

lihar

anya

dan

dip

erba

ikin

ya k

eane

kara

gam

an h

ayat

i dan

jasa

lin

gkun

gan

Krite

ria

dan

indi

kato

r ya

ng id

entik

No.

Kriter

iaNo.

Indi

kato

rNo.

Kriter

iaNo.

Indi

kato

r

5.3

Ranc

anga

n pr

ogra

m R

EDD+

men

anga

ni p

emel

ihar

aan

dan

perb

aika

n ni

lai ke

anek

aram

an

haya

ti d

an jas

a lin

gkun

gan.

5.3.1

Prog

ram

RED

D+

dira

ncan

g un

tuk

mem

elih

ara

dan

mem

perb

aiki

nila

i ke

anek

arag

aman

hay

ati da

n ja

sa

lingk

unga

n ya

ng s

udah

ter

iden

tifik

asi

berd

asar

kan

peng

etah

uan

trad

isio

nal

dan

prak

tik

peng

elol

aan

mas

yara

kat

yang

hid

upny

a be

rgan

tung

kep

ada

huta

n se

rta

pem

angk

u-ke

pent

inga

n la

inny

a.

5.3.2

Tind

akan

-tin

daka

n di

ranc

ang

dan

dite

rapk

an u

ntuk

mem

inim

alka

n po

tens

i da

mpa

k da

n da

mpa

k ak

tual

ter

hada

p ka

was

an b

erni

lai ko

nser

vasi

tin

ggi ba

ik

sela

ma

mas

a pe

ranc

anga

n m

aupu

n pe

laks

anaa

n pr

ogra

m R

EDD+.

5.3.3

Um

pan

balik

dar

i ha

sil pe

man

taua

n di

guna

kan

untu

k m

elak

ukan

tin

daka

n-tind

akan

dal

am m

enin

gkat

kan

dam

pak

posi

tif te

rhad

ap lin

gkun

gan.

40 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Prin

sip

6 : S

emua

pem

angk

u-ke

pent

inga

n da

n pe

man

gku-

hak

terk

ait

dapa

t be

rpar

tisip

asi s

ecar

a pu

rna

(pen

uh)

dan

efek

tif p

ada

prog

ram

RE

DD+

Krite

ria

dan

indi

kato

r ya

ng id

entik

No.

Kriter

iaNo.

Indi

kato

rNo.

Kriter

iaNo.

Indi

kato

r

6.4

Para

pem

angk

u ke

pent

inga

n m

emili

ki

pem

aham

an y

ang

baik

ten

tang

isu

-isu

ku

nci te

rkai

t de

ngan

pro

gram

RED

D+.

6.4.1

Terlak

sana

nya

peny

ebar

luas

an

info

rmas

i da

n ke

giat

an lai

n ya

ng

bertuj

uan

men

umbu

hkan

kes

adar

an

guna

mem

astika

n pe

man

gku

kepe

ntin

gan

dan

pem

angk

u ha

k m

emili

ki p

emah

aman

yan

g ba

ik

tent

ang

prog

ram

RED

D+, t

erut

ama

mas

yara

kat ya

ng h

idup

nya

berg

antu

ng

kepa

da h

utan

ser

ta k

elom

pok

mis

kin

dan

yang

ter

ping

girk

an.

7.1

Info

rmas

i ya

ng c

ukup

ten

tang

pr

ogra

m R

EDD+

dip

ublik

asik

an

untu

k m

enin

gkat

kan

kepe

dulia

n da

n ta

ta k

elol

a ya

ng b

aik.

7.1.1

Info

rmas

i ya

ng c

ukup

ten

tang

pro

gram

RED

D+

dibu

at u

ntuk

pub

lik d

an d

apat

dia

kses

ole

h an

ggot

a m

asya

raka

t ya

ng b

erke

pent

inga

n da

n m

enca

kup

info

rmas

i te

ntan

g pe

renc

anaa

n,

pela

ksan

aan

dan

peni

laia

n pr

ogra

m, t

erm

asuk

pe

nila

ian

dam

pak

lingk

unga

n da

n so

sial

, ba

gi h

asil,

kea

neka

raga

man

hay

ati da

n ja

sa

ekos

iste

m, d

an h

ak a

tas

tana

h, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a al

am.

7.1.2

Kebi

jaka

n pe

mer

inta

h m

endu

kung

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

men

gaks

es inf

orm

asi

prog

ram

RED

D+ tan

pa b

iaya

dan

set

iap

saat

ya

ng m

enca

kup

info

rmas

i te

ntan

g ha

k at

as

tana

h, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a al

am. (

tida

k re

leva

n un

tuk

ting

kat un

it p

enge

lola

an)

7.2

Para

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

n pe

man

gku

hak

mem

pero

leh

info

rmas

i ya

ng d

ibut

uhka

n se

belu

m ter

libat

dal

am

peng

ambi

lan

kepu

tusa

n,

term

asuk

inf

orm

asi te

ntan

g re

siko

dan

pel

uang

sos

ial,

buda

ya, e

kono

mis

dan

eko

logi

s,

impl

ikas

i hu

kum

, ser

ta k

onte

ks

nasi

onal

dan

glo

bal.

7.2.1

Para

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

n pe

man

gku

hak

men

geta

hui in

form

asi ap

a sa

ja y

ang

ters

edia

da

n ba

gaim

ana

men

dapa

tkan

nya;

7.2.2

Teride

ntifi

kasi

nya

cara

pen

yeba

rlua

san

info

rmas

i ya

ng p

alin

g ef

ektif da

n di

guna

kan

oleh

set

iap

kelo

mpo

k pe

man

gku

kepe

ntin

gan.

6.4.2

Ham

bata

n te

rhad

ap p

artisi

pasi

se

cara

efe

ktif

dari p

eman

gku-

hak

dan

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

m

eran

cang

, mel

aksa

naka

n da

n ev

alua

si h

arus

diid

entifik

asi da

n di

peca

hkan

mel

alui

pen

inga

kata

n

7.2.3

Para

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

n pe

man

gku

hak

mem

iliki

aks

es ter

hada

p in

form

asi te

rkai

t de

ngan

pro

gram

RED

D+ ter

mas

uk h

asil

dari

pem

anta

uan

dan

eval

uasi

ser

ta inf

orm

asi

men

gena

i re

siko

dan

pel

uang

sos

ial,

buda

ya,

ekon

omik

dan

eko

logi

k, im

plik

asi hu

kum

, ser

ta

kont

eks

nasi

onal

dan

glo

bal.

7.2.4

Mas

yara

kat ad

at d

an m

asya

raka

t se

tem

pat

mem

iliki

inf

orm

asi ya

ng d

ibut

uhka

n de

ngan

be

ntuk

pen

yam

paia

n ya

ng m

udah

dip

aham

i.

41Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Prin

sip

6 : S

emua

pem

angk

u-ke

pent

inga

n da

n pe

man

gku-

hak

terk

ait

dapa

t be

rpar

tisi

pasi

sec

ara

purn

a (p

enuh

) da

n ef

ektif

pad

a pr

ogra

m R

EDD+

Krite

ria

dan

indi

kato

r ya

ng id

entik

No.

Kriter

iaNo.

Indi

kato

rNo.

Kriter

iaNo.

Indi

kato

r

7.4

Info

rmas

i te

rsed

ia d

an ter

seba

r lu

as s

ecar

a te

pat wak

tu g

una

mem

ungk

inka

n pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

mem

berika

n um

pan

balik

kep

ada

wak

il-wak

il m

erek

a, s

erta

men

ghor

mat

i wak

tu y

ang

dibu

tuhk

an b

agi

suat

u pr

oses

pen

gam

bila

n ke

putu

san

yang

ink

lusi

f.

7.4.1

Ters

edia

wak

tu y

ang

cuku

p an

tara

pem

berian

inf

orm

asi

deng

an p

rose

s pe

ngam

bila

n ke

putu

san

guna

mem

ungk

inka

n pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

men

gkoo

rdin

asik

an tan

ggap

an

mer

eka.

7.5

Prog

ram

RED

D+ m

emba

ngun

/ m

enci

ptak

an s

umbe

rday

a in

form

asi ya

ng c

ukup

unt

uk

dapa

t m

embe

rika

n da

n m

engu

mpu

lkan

inf

orm

asi ya

ng

sesu

ai d

an tep

at w

aktu

7.5.1

Terd

apat

sum

ber

daya

inf

orm

asi

yang

cuk

up u

ntuk

mem

astika

n ba

hwa

info

rmas

i ya

ng ter

kait

deng

an p

rogr

am R

EDD+

di

kum

pulk

an d

an d

iseb

arlu

aska

n ke

pada

pem

angk

u ha

k da

n pe

man

ku k

epen

ting

an s

esua

i da

n te

pat wak

tu

6.5

Ranc

anga

n, p

elak

sana

-an

dan

eval

uasi

pr

ogra

m R

EDD+

dis

usun

men

ghor

mat

i se

rta

men

duku

ng k

earifa

n trad

isio

nal

dan

peng

etah

uan

dan

kem

ampu

an

loka

l, da

n si

stem

pen

gelo

laan

pa

ra p

eman

gku

hak

dan

pem

angk

u ke

pent

ing-

an ter

mas

uk m

asya

raka

t ad

at d

an m

asya

raka

t se

tem

pat.

6.5.1

Sebu

ah p

rose

s di

bang

un u

ntuk

men

gide

ntifi

kasi

ke

arifa

n trad

isio

nal,

peng

etah

uan

dan

kem

ampu

an

loka

l, se

rta

sist

em p

enge

lola

an y

ang

terk

ait

deng

an p

rogr

am R

EDD+

.

6.5.2

Prog

ram

RED

D+ d

isus

un d

an m

engh

orm

ati

teride

ntifi

kasi

nya

kear

ifan

trad

isio

nal,

peng

etah

uan

dan

kem

ampu

an lok

al, d

an

sist

em p

enge

lola

an p

ara

pem

angk

u ha

k da

n pe

man

gku

kepe

ntin

gan

serta

dim

asuk

kan

dala

m

pere

ncan

aan, p

elak

sana

an d

an e

valu

asi pr

ogra

m.

6.5.3

Bila

pen

geta

huan

tra

disi

onal

, ino

vasi

dan

pra

ktek

-pr

akte

k da

ri m

asya

raka

t ad

at d

an m

asya

raka

t se

tem

pat di

guna

kan, d

icat

at/d

ieks

ploi

tasi

har

us

mel

alui

per

setu

juan

awal

tan

pa p

aksa

an d

ari

piha

k-pi

hak

yang

ter

libat

ser

ta s

esua

i de

ngan

st

anda

r in

tern

asio

nal ya

ng ter

kait.

42 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

43Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

Lam

pira

n 2.

Pan

duan

Pen

yiap

an U

nit

Peng

elol

aan

Huta

n Un

tuk

Pem

bang

unan

RED

D+.

No.

Bagi

an/T

inda

kan

Indi

kato

r

Acua

n pa

da s

tand

ar P

HPL

dan

CCBA

1In

stitut

iona

l ar

rang

emen

t

1.1

Peng

emba

ngan

struk

tur

kele

mba

gaan

pen

gelo

laan

pr

ogra

m R

EDD+

yan

g pa

rtis

ipat

if.

Peng

ertia

n: P

enge

lola

an p

rogr

am R

EDD+

yan

g te

rint

egra

si d

alam

keg

iata

n pe

ngel

olaa

n hu

tan

(uni

t m

anaj

emen

) pe

rlu

men

gem

bang

kan

stru

ktur

ke

lem

baga

an d

an p

rose

s ya

ng m

emun

gkin

kan

sem

ua p

eman

gku

kepe

ntin

gan

berp

artisi

pasi

akt

if da

lam

pro

ses

pera

ncan

gan, p

elak

sana

an s

erta

pe

man

taua

n da

n ev

alua

si p

rogr

am R

EDD+

1.1.1.

Terd

apat

inf

orm

asi be

rbag

ai k

elom

pok

kepe

ntin

gan

terk

ait

prog

ram

RED

D+.

Peng

ertian

: inf

orm

asi pa

ra p

ihak

ber

kepe

ntin

g-an

ad

alah

dat

a da

sar

pent

ing

untu

k m

erum

uska

n st

rukt

ur

kele

mba

gaan

pen

gelo

laan

yan

g pa

rtis

ipat

if. U

ntuk

itu

perlu

dila

kuka

n in

vent

aris

asi ke

lom

pok-

kelo

mpo

k pe

man

gku

kepe

ntin

gan

dan

hak-

hakn

ya b

aik

berd

asar

kan

huku

m p

ositif

mau

pun

adat

ata

s ta

nah, w

ilaya

h da

n pe

ngua

saan

/aks

es/

peng

elol

aan

sum

berd

aya

alam

yan

g be

rada

dal

am a

real

uni

t pe

ngel

olaa

n, s

erta

inf

orm

asi

keka

yaan

int

elek

tual

/kea

rifa

n trad

isio

nal ke

lom

pok

yang

di

adop

si o

leh

piha

k un

it p

enge

lola

an h

utan

.

• CC

BA: (

1.1.1)

, (3.1.2)

, (6.1.1)

, (6.1.2)

, (6.5.1)

• PH

PL: p

ada

ting

kat ve

rifie

r S.1.1

dan

S.1.2

Verifie

r:1. La

pora

n/Ca

tata

n pr

oses

dan

has

il in

vent

aris

asi

kelo

mpo

k-ke

lom

pok

pem

angk

u ke

pent

inga

n.

2. Do

kum

en/b

ukti-b

ukti k

eber

adaa

n ke

lom

pok

stak

elho

lder

s da

n ha

k-ha

knya

.3. Ke

kaya

an int

elek

tual

/kea

rifa

n trad

isio

nal ya

ng d

iado

psi

oleh

UM h

utan

.

1.1.2.

Terd

apat

pro

sedu

r at

au p

andu

an p

artisi

pasi

par

a pi

hak

yang

tra

nspa

ran.

Peng

ertian

: unt

uk m

ewuj

udka

n pa

rtis

ipas

i ak

tif pa

ra

piha

k da

lam

pen

gelo

laan

pro

gram

RED

D+ m

aka

perlu

diba

ngun

sua

tu p

rose

dur

atau

pan

duan

par

tisi

pasi

yan

g tran

spar

an y

ang

mem

ungk

inka

n pi

hak

yang

ber

kepe

ntin

gan

men

gaju

kan

diri d

an b

erpa

rtis

ipas

i ak

tif da

lam

set

iap

taha

pan

prog

ram

RED

D+. P

rose

dur

atau

pan

duan

pal

ing

tida

k, n

amun

tid

ak ter

bata

s, m

elip

uti pe

ngaj

uan

men

jadi

pi

hak

yang

ber

partis

ipas

i, lin

gkup

ata

u bi

dang

par

tisi

pasi

,

CCBA

: (2.2.2)

, (2.2.6)

, (6.1.3)

, (6.2.1)

, (6.2.6)

, (6.3.1)

PHPL

:

Verifie

r:1. SO

P ya

ng m

emun

gkin

kan

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n be

rpar

tisi

pasi

akt

if da

lam

pro

gram

REE

D+.

1.1.3.

T erd

apat

st

rukt

ur o

rgan

isas

i pe

ngel

ola

prog

ram

RED

D+.

Peng

ertian

: st

rukt

ur o

rgan

isas

i pe

ngel

ola

prog

ram

RE

DD+

dapa

t m

enga

kom

odas

i ke

pent

inga

n pa

ra p

ihak

m

elal

ui s

iste

m p

erwak

ilan

yang

efe

ktif.

Pa

ra p

ihak

m

enge

mba

ngka

n sy

stem

kep

erwak

ilann

ya s

endi

ri u

ntuk

te

rlib

at d

alam

struk

tur

peng

elol

aan

prog

ram

RED

D+.

CCBA

(6.2.1)

, (6.2.2)

PHPL

:

Verifie

r:1. St

rukt

ur o

rgan

isas

i pe

ngel

olaa

n ya

ng m

elib

atka

n pa

ra

piha

k ya

ng b

erke

pent

inga

n.2. De

skrips

i pe

ran, h

ak, d

an k

ewaj

iban

set

iap

piha

k da

lam

st

rukt

ur o

rgan

isas

i pe

ngel

olaa

n pr

ogra

m R

EDD+

.

44 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

No.

Bagi

an/T

inda

kan

Indi

kato

r

Acua

n pa

da s

tand

ar P

HPL

dan

CCBA

1In

stitut

iona

l ar

rang

emen

t

1.2

Mem

iliki

dan

mel

aksa

naka

n ke

bija

kan

peng

info

rmas

ian

sebe

lum

nya

untu

k m

empe

role

h pe

rset

ujua

n ta

npa

paks

aan.

Peng

ertian

: Uni

t pe

ngel

olaa

n m

elak

sana

kan

kebi

jaka

n pe

ngin

form

asia

n se

belu

mny

a un

tuk

mem

pero

leh

pers

etuj

uan

tanp

a pa

ksaa

n at

as

kegi

atan

yan

g be

rdam

pak

pada

hak

-hak

m

asya

raka

t se

tem

pat,

teru

tam

a ha

k un

tuk

mem

iliki

da

n m

enga

was

i la

han, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a al

am m

ilik

mer

eka.

1.1.1.

Adan

ya p

rose

dur

peng

info

rmas

ian

sebe

lum

nya

untu

k m

empe

role

h pe

rset

ujua

n ta

npa

paks

aan.

Peng

ertian

: Pro

sedu

r pe

ngin

form

asia

n se

belu

mny

a un

tuk

mem

pero

leh

pers

etuj

uan

tanp

a pa

ksaa

n at

as k

egia

tan

yang

be

rdam

pak

pada

hak

-hak

mas

yara

kat se

tem

pat,

teru

tam

a ha

k un

tuk

mem

iliki

dan

men

gawas

i la

han, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a al

am m

ilik

mer

eka.

CCBA

: (1.3.2)

,PH

PL: S

1.2

Verifie

r:

1. SO

P te

ntan

g pe

ngin

form

asia

n se

belu

mny

a un

tuk

mem

pero

leh

pers

etuj

uan

tanp

a pa

ksaa

n.2. Bu

kti so

sial

isas

i SO

P ke

pada

sem

ua s

taf UM d

an p

ara

piha

k ya

ng b

erke

pent

inga

n.

1.1.2.

Adan

ya b

ukti-b

ukti p

erse

tuju

an tan

pa p

aksa

an.

Peng

ertian

: Buk

ti p

erse

tuju

an tan

pa p

aksa

an b

erda

sark

an

peng

info

rmas

ian

sebe

lum

nya

atas

pro

ses-

pros

es

partis

ipas

i m

aupu

n ke

giat

an y

ang

berd

ampa

k pa

da h

ak-

hak

mas

yara

kat se

tem

pat,

mel

iput

i na

mun

tid

ak ter

bata

s pa

da h

ak a

tas

tana

h, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a al

am y

ang

seca

ra tur

un tem

urun

tel

ah d

imili

ki, d

ihun

i da

n/at

au p

alin

g se

diki

t di

kelo

la, d

iman

faat

kan, a

tau

dipe

role

h m

asya

raka

t, ha

k-ha

k in

tele

ktua

l da

n ke

arifa

n lo

kal m

asya

raka

t se

tem

pat.

CCBA

: (1.3.4)

, (1.3.5)

, (1.3.6)

, (6.5.3)

PHPL

: ver

ifier

S.1.1.2

Verifie

r:

1. La

pora

n at

au c

atat

an p

rose

s ke

giat

an y

ang

dila

kuka

n un

tuk

men

dapa

tkan

per

setu

juan

tan

pa p

aksa

an

berd

asar

kan

peng

info

rmas

ian

sebe

lum

nya.

2. Do

kum

en b

ukti p

erse

tuju

an tan

pa p

aksa

an y

ang

dipe

role

h.

1.3

Men

erap

kan

kebi

jaka

n te

ntan

g ke

terb

ukaa

n in

form

asi.

Peng

ertia

n: U

nit pe

ngel

olaa

n m

ener

apka

n ke

bija

kan

kete

rbuk

aan

info

rmas

i be

rken

aan

prog

ram

RED

D+

bagi

sem

ua p

ihak

ber

kepe

ntin

gan

guna

mem

astika

n ba

hwa

para

pih

ak m

emah

ami m

anfa

at, k

erug

ian,

pelu

ang

mau

pun

resi

ko p

rogr

am R

EDD+

.

1.1.1.

Adan

ya p

rose

dur

peny

ebar

luas

an inf

orm

asi.

Peng

ertian

: Pro

sedu

r pe

nyeb

arlu

asan

inf

orm

asi ya

ng

men

gatu

r ta

taca

ra p

enye

barlua

san

info

rmas

i ya

ng d

apat

di

akse

s se

cara

mud

ah, m

urah

dan

cep

at un

tuk

setiap

ke

lom

pok

pem

angk

u ke

pent

inga

n. D

alam

hal

inf

orm

asi

dibu

tuhk

an o

leh

para

pih

ak u

ntuk

pen

gam

bila

n ke

putu

san

mak

a ha

rus

ada

pros

edur

pen

yam

paia

n in

form

asi ya

ng

mem

ungk

inka

n pa

ra p

ihak

mem

iliki

wak

tu y

ang

cuku

p un

tuk

peng

ambi

lan

kepu

tusa

n.

CCBA

: (6.4.1)

,(7.1.1),(

7.2.2)

, (7.2.4)

, (7.4.1)

PHPL

:

Verifie

r:

1. SO

P da

n m

edia

pen

yeba

rlua

san

info

rmas

i.2. SO

P te

ntan

g al

okas

i wak

tu y

ang

cuku

p an

tara

pe

nyam

paia

n in

form

asi da

n pe

ngam

bila

n ke

putu

san

oleh

pa

ra p

ihak

yan

g be

rkep

enting

an.

3. Ca

tata

n so

sial

isas

i SO

P da

n m

edia

pen

yeba

rlua

san

info

rmas

i

1.1.2.

Kand

unga

n in

form

asi ya

ng s

esua

i.

Peng

ertian

: Kan

dung

an inf

orm

asi ya

ng d

ised

iaka

n te

rdiri

dari h

al-h

al y

ang

dapa

t m

enum

buhk

an p

emah

aman

dan

ke

sada

ran

para

pih

ak b

erke

pent

inga

n te

ntan

g pr

ogra

m

REDD

+ se

perti,

nam

un tid

ak ter

bata

s pa

da, i

nfor

mas

i te

ntan

g pe

rsya

rata

n pe

ngin

form

asia

n un

tuk

pers

etuj

uan

awal

tan

pa p

aksa

an, p

eren

cana

an, p

elak

sana

an,

pem

anta

uan

mau

pun

man

faat

dan

res

ikon

ya.

CCBA

: (1.3.2)

, (2.2.3)

, (7.1.1)

, (7.2.1)

, (7.2.3)

, (7.5.1)

, PH

PL :

Verifie

r:

1. Do

kum

en m

edia

inf

orm

asi ya

ng d

igun

akan

dan

ka

ndun

gan

isi in

form

asi ya

ng d

imua

t2. Ca

kupa

n je

nis

info

rmas

i ya

ng d

isam

paik

an s

esua

i de

ngan

yan

g di

hara

pkan

.

45Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

No.

Bagi

an/T

inda

kan

Indi

kato

r

Acua

n pa

da s

tand

ar P

HPL

dan

CCBA

1In

stitut

iona

l ar

rang

emen

t

1.4

Men

gem

bang

kan

atur

an p

eran

dan

pem

bagi

an

man

faat

bag

i pa

ra p

ihak

.

Peng

ertia

n: U

nit pe

ngel

olaa

n m

enge

mba

ngka

n at

uran

pem

bagi

an p

eran

dan

dis

trib

usi

man

faat

pro

gram

RED

D+ y

ang

diru

mus

kan

mel

alui

pro

ses

yang

tra

snpa

ran

dan

partis

ipat

aif gu

na m

enja

min

dis

trib

usi m

anfa

at

yang

ber

kead

aila

n de

ngan

mem

perh

atik

an

hak-

hak

mas

yara

kat be

rdas

arka

n hu

kum

po

sitif m

aupu

n ad

at.

1.4.1.

Adan

ya c

atat

an p

rose

s pe

rum

usan

per

an d

an d

istrib

usi

man

faat

bag

i pa

ra p

ihak

.

Peng

ertia

n: C

atat

an p

rose

s pe

rum

usan

per

an d

an d

istrib

usi

man

faat

yan

g m

elib

atka

n pa

ra p

ihak

ber

kepe

ntin

gan

mel

alui

car

a-ca

ra y

ang

tras

npar

an, d

iman

a pi

hak

peng

elol

a pr

ogra

m m

engh

orm

ati st

rukt

ur lem

baga

dan

pro

ses

peng

ambi

lan

kepu

tusa

n pa

da m

asin

g-m

asin

g ke

lom

pok

kepe

ntin

gan.

CCBA

: (2.2.1)

, (2.2.2)

, (2.2.6)

(6.3.2)

PHPL

: (P

2.9)

Verifie

r:1. Te

rdap

at p

artisi

pasi

akt

if da

ri p

ara

piha

k ya

ng b

erke

pent

inga

n da

lam

pro

ses

peru

mus

an2. Pr

oses

per

umus

an d

ilaku

kan

seca

ra tra

nspa

ran

1.4.2.

Adan

ya r

umus

an p

eran

par

a pi

hak, d

istrib

usi m

anfa

at d

an

mek

anis

men

ya y

ang

dise

paka

ti o

leh

para

pih

ak.

Peng

ertia

n: r

umus

an p

eran

par

a pi

hak, d

istrub

usi m

anfa

at

dan

mek

anis

me

pela

ksan

aan

pera

n pa

ra p

ihak

ser

ta

dist

ribu

si m

anfa

at y

ang

dise

paka

ti d

idok

umen

tasi

kan

dan

dise

barlua

skan

kep

ada

para

pih

ak.

CCBA

: (2.2.4)

, (2.2.5)

PHPL

: (P

2.9)

Verifie

r: 1. Ru

mus

atu

ran

pem

bagi

an p

eran

dan

dis

trib

usi m

anfa

at y

ang

dise

paka

ti p

ara

piha

k ya

ng b

erke

pent

inga

n te

rsed

ia.

2. SO

P te

rsed

ia.

1.4.3.

Adan

ya r

umus

an h

ak-h

ak m

asya

raka

t at

as k

arbo

n.

Peng

ertia

n: a

dany

a ru

mus

an h

ak-h

ak m

asya

raka

t ad

at a

tau

mas

yara

kat se

tem

pat at

as k

arbo

n da

lam

pro

gram

RED

D+

dike

mba

ngka

n da

n di

tera

pkan

ber

dasa

rkan

hak

-hak

huk

um

posi

tif da

n ad

at a

tas

tana

h, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a al

am

yang

sec

ara

turu

n te

mur

un tel

ah d

imili

ki, d

ihun

i da

n/at

au p

alin

g se

diki

t di

kelo

la, d

iman

faat

kan

atau

dip

erol

eh

mas

yara

kat ad

at a

tau

mas

yara

kat se

tem

pat.

CCB

A: (1.2.3)

, (1.5.1)

PHPL

:

Verifie

r:1. Ru

mus

an h

ak-h

ak m

asya

raka

t ad

at a

tau

mas

yara

kat se

tem

pat

atas

kar

bon

dal

am p

rogr

am R

EDD+

ter

sedi

a.2. SO

P te

rsed

ia

1.5

Men

gem

bang

kan

atur

an p

enye

lesa

ian

seng

keta

ya

ng a

dil da

n di

sepa

kati p

ara

piha

k ya

ng

berk

epen

ting

an.

P eng

ertia

n: u

nit pe

ngel

olaa

n m

enge

mba

ngka

n at

uran

pen

yele

saia

n se

ngke

ta a

ntar

par

apih

ak

dala

m p

elak

sana

an p

rogr

am R

EDD+

yan

g be

rsifa

t ad

il da

n di

sepa

kati p

ara

piha

k da

lam

su

atu

pros

es p

enys

unan

yan

g tran

spar

an

1.5.1.

Adan

ya p

rose

dur

untu

k pe

nyam

paia

n da

n pe

nyel

esai

an

kelu

han

dan

seng

keta

yan

g tim

bul se

lam

a pe

renc

anaa

n,

pela

ksan

aan, p

eman

taua

n te

rmas

uk p

rose

s un

tuk

deng

ar

pend

apat

dan

pem

berian

tan

ggap

an s

take

hold

er d

alam

ku

run

wak

tu y

ang

waj

ar.

• CC

BA: (

1.4.2)

, (6.6.1)

• PH

PL:

S.1.4, V

erifi

er S

3.3.6

Verifie

r:1. SO

P pe

nyam

paia

n da

n pe

nyel

esai

an k

eluh

an d

an s

engk

eta

ters

edia

.2. Tida

k ad

a pe

nggu

naan

pak

saan

dan

man

ipul

asi da

lam

pe

nyel

esai

an s

engk

eta

1.5.2.

Adan

ya lem

baga

pen

yele

saia

n ke

luha

n da

n se

ngke

ta

yang

ber

sifa

t ad

il, tra

nspa

ran

dan

dise

paka

ti p

ara

piha

k be

rkep

enting

an.

CCBA

: (1.4.1)

, (6.6.3)

, (6.7.1)

PHPL

: V e

rifie

r S3

.3.5

Verifie

r: 1. St

rukt

ur o

rgan

isas

i le

mba

ga p

enye

lesa

ian

kelu

han

dan

seng

keta

te

rsed

ia.

2. Ting

kat ko

mpe

tens

i pe

tuga

s pe

nyel

esai

an k

eluh

an d

an s

engk

eta.

46 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

No.

Bagi

an/T

inda

kan

Indi

kato

r

Acua

n pa

da s

tand

ar P

HPL

dan

CCBA

1In

stitut

iona

l ar

rang

emen

t

1.5.3.

Cata

tan

pros

es p

enye

lesa

ian

kelu

han

mau

pun

seng

keta

ya

ng m

enun

jukk

an tid

ak a

da p

erse

lisih

an y

ang

tida

k te

rsel

esai

kan

dala

m h

al h

ak a

tas

tana

h, w

ilaya

h da

n su

mbe

rday

a al

am y

ang

berh

ubun

gan

deng

an p

rogr

am ini

.

• CC

BA: (

1.4.3)

• PH

PL :

verifie

r S.3.3.4

V erifie

r:

1. La

pora

n/ca

tata

n je

nis, fre

kuen

si, k

ualit

as s

engk

eta, d

an

iden

tifik

asi pi

hak

yang

ter

libat

sen

gket

a.2. La

pora

n/ca

tata

n pr

oses

pen

yele

saia

n ke

luha

n da

n se

ngke

ta ter

sedi

a.3. Se

mua

kel

uhan

dan

sen

gket

a da

pat te

rsel

esai

kan.

2Pe

renc

anaa

n

2.1

Uni

t pe

ngel

olaa

n m

elak

ukan

ana

lisis

bia

ya-m

anfa

at

dan

dam

pak

lingk

unga

n pr

ogra

m R

EDD+

sec

ara

partis

ipat

if da

lam

pro

ses

pere

ncan

aan

prog

ram

.

1.1.1.

Cata

tan

pros

es d

an h

asil

anal

isis

bia

ya-m

anfa

at d

an r

esik

o pr

ogra

m R

EDD+

ya

ng d

ilaku

kan

seca

ra p

artisi

patif.

CCBA

: (2.1.1)

, (2.3.2)

, PH

PL :

P3.1, P

3.2, P

3.5, P

3.6,

Verifie

r:

1. Ca

tata

n pr

oses

pen

yusu

nan

anal

isis

bia

ya-m

anfa

at d

an

resi

ko p

rogr

am R

EDD+

sec

ara

partis

ipat

if de

ngan

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan.

2. La

pora

n Has

il an

alis

is b

iaya

-man

faat

dan

res

iko

prog

ram

RE

DD+

(Stu

di K

elay

akan

ata

u An

alis

is F

inan

sial

, Eko

nom

i da

n So

sial

)

1.1.2.

Cata

tan

pros

es d

an h

asil

anal

isis

dam

pak

lingk

unga

n pr

ogra

m R

EDD+

(d

ampa

k-da

mpa

k so

sial

, bud

aya, h

ak a

zasi

, lin

gkun

gan

dan

ekon

omi), y

ang

dila

kuka

n se

cara

par

tisi

patif.

CCBA

: (3.2.1)

, (5

.2.2)

PHPL

/SFM

: ana

lisis

men

gena

i da

mpa

k lin

gkun

gan

(AMDA

L)

peng

elol

aan

huta

n te

rmas

uk k

e da

lam

ver

ifier

ind

ikat

or-

indi

kato

r: (E

.1.4-E

.1.11)

, (E.2.3-

E.2.6)

, P2.3, P

.2.5, P

.2.8, P

2.9.

S2.1, S

2.2, S

2.3-

S2.5, S

3.1-

S3.3, S

4.1-

S4.2, S

5.1-

S5.3.

Verifie

r:

1. Ca

tata

n pr

oses

pen

yusu

nan

AMDA

L-RE

DD+

2. Do

kum

en A

MDA

L (A

NDA

L, R

KP, R

PL)

2.2

Uni

t pe

ngel

olaa

n m

elak

ukan

pro

ses

pere

ncan

aan

peng

elol

aan

seca

ra pa

rtis

ipat

if da

n m

engh

orm

ati

hak-

hak

mas

yara

kat,

dida

sark

an a

tas

data

yan

g be

nar

dan

mel

iput

i se

luru

h as

pek

peng

elol

aan

huta

n se

rta

mem

iliki

tuj

uan

yang

din

yata

kan

seca

ra jel

as

untu

k m

enca

pai ke

lest

aria

n fu

ngsi

-fun

gsi ek

onom

i, lin

gkun

gan

dan

sosi

al h

utan

.

1.1.1.

Cata

tan

pros

es p

eren

cana

an p

enge

lola

an h

utan

yan

g di

laku

kan

seca

ra p

artisi

patif da

n m

engh

orm

ati ha

k-ha

k m

asya

raka

t be

rdas

arka

n hu

kum

pos

itif

mau

pun

adat

.

CCBA

: 1.1.2, 6

.2.5, 6

.2.6, 6

.5.2

PHPL

: P1

.2, P

2.1

Verifie

r:

1. Ca

tata

n pr

oses

pen

yusu

nan

RKUPH

HK

2. Pr

oses

pen

yusu

nan

RKUPH

HK

dila

kuka

n se

cara

pa

rtis

ipat

if da

n m

engh

orm

ati ha

k-ha

k m

asya

raka

t be

rdas

arka

n ho

kum

pos

itif

mau

pun

adat

.

47Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

No.

Bagi

an/T

inda

kan

Indi

kato

r

Acua

n pa

da s

tand

ar P

HPL

dan

CCBA

2Pe

renc

anaa

n

1.1.2.

Doku

men

ren

cana

pen

gelo

laan

hut

an jan

gka

panj

ang

seca

ra jel

as m

enya

taka

n tu

juan

pen

gelo

laan

sec

ara

lest

ari,

peni

ngka

tan

kean

ekar

agam

an h

ayat

i da

n ja

sa lin

gkun

gan

serta

peng

hapu

san

kem

iski

nan

bagi

mas

yara

kat ya

ng

hidu

pnya

ber

gant

ung

kepa

da h

utan

CCBA

: 3.1.1, 5

.1.1

PHPL

: P1

.1, P

1.2, P

2.1, E

1.1, E

1.2, E

2.1, E

2.2, S

1.1-

S1.4

PHPL

: T u

juan

ren

cana

pen

gelo

laan

hut

an d

inya

taka

n da

lam

do

kum

en R

KPH d

an c

orpo

rate

sta

tem

ent ya

ng h

arus

dis

ampa

ikan

ke

pada

Lem

baga

ser

tifik

asi (L

S) p

ada

pros

es p

enga

juan

ser

tifik

asi.

Verifie

r:

1. Do

kum

en p

erny

ataa

n pe

rusa

haan

ten

tang

vis

i, m

isi,

dan

tuju

an

peng

elol

aan

huta

n, ter

mas

uk d

i da

lam

nya

tent

ang

prog

ram

RE

DD+

2. La

pora

n/ca

tata

n pr

oses

sos

ialis

asi p

erny

ataa

n pe

rusa

haan

te

ntan

g visi

, mis

i, da

n tu

juan

pen

gelo

laan

hut

an3. Vi

si, m

isi,

dan

tuju

an p

enge

lola

an h

utan

ser

ta p

rogr

am R

EDD+

di

tuan

gkan

dal

am R

KUPH

HK

1.1.3.

Renc

ana

alok

asi ka

was

an h

utan

unt

uk k

epen

ting

an

prod

uksi

kay

u, p

erlin

dung

an k

eane

kara

gam

ann

haya

ti, d

an

kepe

ntin

gan

sosi

al d

irum

uska

n se

cara

par

tisi

patif de

ngan

pa

ra p

ihak

dan

mem

perh

atik

an k

eses

uaia

n tipe

dan

kel

as

huta

n se

rta

hak-

hak

mas

yara

kat at

as tan

ah, w

ilaya

h, d

an

sum

berd

aya

alam

yan

g se

cara

tur

un tem

urun

tel

ah d

imili

ki,

dihu

ni, d

an/a

tau

palin

g se

diki

t di

kelo

la, d

iman

faat

kan

atau

di

pero

leh

berd

asar

kan

huku

m p

ositif

mau

pun

adat

.

CC

BA :

(1.2.2),

(5.3.1)

PH

PL :

(P 1

.2),

(P 2

.1),

(S1.2)

, (E1

.1),

(E1.2)

, (E2

.1),

(E2.2)

.

Verifie

r:

1. La

pora

n/ca

tata

n pr

oses

pen

yusu

nan

RKUPH

HK

dan

RKT

2. Pe

ta R

enca

na P

enat

aan

Area

l Ke

rja

UM/T

ata

Ruan

g 3. Ke

sesu

aian

pen

ataa

n ar

eal ke

rja

deng

an tip

e da

n ke

las

huta

n se

rta

hak-

hak

mas

yara

kat se

suai

huk

um p

ositif

mau

pun

adat

.

1.1.4.

Renc

ana

peng

elol

aan

huta

n m

elip

uti se

luru

h as

pek

peng

elol

aan

huta

n di

susu

n be

rdas

arka

n da

ta y

ang

bena

r, m

elip

uti se

luru

h ja

ngka

wak

tu p

engu

saha

an h

utan

dan

ta

hapa

n-ta

hapa

n wak

tu im

plem

enta

siny

a.

PHPL

: (P.1.2)

, (P.1.5)

, (P.2.1)

, , (P.3.5)

, (P.3.6)

,(E.1.1),

(E.1.2),

(E.2.1),

(E.2.2),

(S.23)

, (S.2.5)

Verifie

r:

1. Do

kum

en r

enca

na p

enge

lola

an h

utan

yan

g m

elip

uti se

luru

h ja

ngka

wak

tu p

engu

saha

an h

utan

(RK

UPH

HK)

dan

dok

umen

ta

hapa

n-ta

hapa

n wak

tu im

plem

enta

siny

a2. Pe

ta r

anca

ng b

angu

n pe

nata

an a

real

yan

g te

lah

dise

tuju

i/di

sahk

an b

eser

ta p

eta-

peta

ata

u da

ta s

umbe

rnya

3. Do

kum

en p

eren

cana

an s

ylvicu

ltur

e ya

ng d

iter

apka

n be

rser

ta

data

/inf

orm

asi su

mbe

rnya

4. Re

ncan

a Ke

giat

an d

an A

ngga

ran

Peru

saha

an5. Re

ncan

a pe

mbi

naan

dan

pen

gem

bang

an S

DM k

arya

wan

mau

pun

mas

yara

kat se

tem

pat

48 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

No.

Bagi

an/T

inda

kan

Indi

kato

r

Acua

n pa

da s

tand

ar P

HPL

dan

CCBA

2Pe

renc

anaa

n

2.3

Uni

t pe

ngel

olaa

n m

enyu

sun

ranc

anga

n pe

ngel

olaa

n da

mpa

k lin

gkun

gan

fisik

m

aupu

n so

sial

-eko

nom

i da

n bu

daya

2.3.1.

Ranc

anga

n tind

akan

-tin

daka

n u

ntuk

m

emin

imal

kan

dam

pak

nega

tif da

n m

emak

sim

alka

n da

mpa

k po

sist

if te

rhad

ap

kom

pone

n lin

gkun

gan

fisik

mau

pun

mau

pun

sosi

al-e

kono

mi-bu

daya

ber

dasa

rkan

has

il an

alis

is

dam

pak

lingk

unga

n ya

ng d

ilaku

kan.

• CC

BA :

(3.3.1),(

5.3.2)

• PH

PL: (

P.2.8)

, (E.2.1)

, (E.2.2)

, (S

2.1)

, (S.2.5)

, (S.3.2)

, (S.3.3)

, (S.4.1)

, (S.4.2)

Verifie

r:1. Do

kum

en R

enca

na P

enge

lola

an D

ampa

k Li

ngku

ngan

(RK

L) ter

sedi

a.2. Ku

alitas

RKL

bai

k da

n se

suai

den

gan

hasi

l an

alis

is d

ampa

k lin

gkun

gan

2.4

Uni

t pe

ngel

olaa

n m

enyu

sun

ranc

anga

n pe

man

taua

n da

mpa

k lin

gkun

gan

fisik

m

aupu

n so

cial

-eko

nom

i da

n bu

daya

1.4.1.

Ranc

anga

n pe

man

taua

n da

n to

lok-

ukur

nya

diru

mus

kan

bagi

pen

ilaia

n ef

ektifit

as p

enge

lola

an

dam

pak

lingk

unga

n te

rhad

ap k

ompo

nen

lingk

unga

n fis

ik m

aupu

n so

sial

-eko

nom

i-bu

daya

.

• CC

BA :

(3.3.2),

(4.3.2),(

5.2.1)

• PH

PL: P

HPL

: (P.2.8)

, (E.2.1)

, (E.2.2)

, (S

2.1)

, (S.2.5)

, (S.3.2)

, (S.3.3)

, (S.4.1)

, (S

.4.2)

Verifie

r:

1. Do

kum

en R

enca

na P

eman

taua

n Da

mpa

k Li

ngku

ngan

(RP

L) ter

sedi

a.2. Ku

alitas

RPL

bai

k da

n se

suai

den

gan

hasi

l an

alis

is d

ampa

k lin

gkun

gan

3Pe

laks

anaa

n pr

ogra

m

3.1

3.1.1

Uni

t pe

ngel

olaa

n m

elak

ukan

pen

gelo

laan

ka

was

an d

an s

umbe

rday

a hu

tan

di

dala

mny

a un

tuk

men

ja-m

in k

epas

tian

us

aha

jang

ka p

anja

ng

3.1.1.1.

Kepa

stia

n pe

nggu

naan

lah

an s

ebag

ai k

awas

an

huta

n ya

ng d

ikel

ola

UM, s

erta

pe

nata

an

kawas

an u

ntuk

kep

enting

an fun

gsi pr

oduk

si,

perlin

dung

an k

eane

ka-r

agam

an h

ayat

i da

n fu

ngsi

sos

ial hu

tan

dila

kuka

n de

ngan

m

empe

rhat

ikan

fun

gsi,

tipe

dan

kar

akte

rist

ik

huta

n se

rta

men

ghor

mat

i ha

k-ha

k m

asya

raka

t se

tem

pat be

rdas

arka

n hu

kum

pos

itif

mau

pun

adat

CCBA

: (1

.2.3),

(5.1.3)

PHPL

: (P

.1.1),

(P.1.2),

(P.2.1) E1

.1, E

1.2, E

2.1, E

2.2, S

1.1-

S1.4

V erifie

r:

1. Su

mbe

r-su

mbe

r ru

juka

n (d

okum

en/p

eta)

yan

g di

guna

kan

dala

m k

epas

tian

pe

nggu

naan

lah

an s

ebag

ai k

awas

an h

utan

UM d

an p

enat

aan

kawas

an.

2. Pe

ta r

ealis

asi pe

nata

an b

atas

dan

pen

ataa

n hu

tan

yang

mem

perh

atik

an

tata

rua

ng d

an w

ilaya

h-wila

yah

pem

ilika

n se

rta

peng

elol

aan

mas

yara

kat

berd

asar

kan

huku

m p

ositif

mau

pun

adat

,3. La

pora

n pe

nata

an b

atas

par

tisi

patif ka

was

an k

onse

si d

an fun

gsi-fu

ngsi

pr

oduk

si, k

eane

kara

gam

-an

haya

ti d

an s

osia

l ya

ng b

erba

tasa

n de

ngan

la

han

mas

yara

kat

4. La

pora

n pe

mer

iksa

an a

tau

perb

aika

n ba

tas-

bata

s ya

ng tel

ah d

isep

akat

i pa

ra p

ihak

3.1.1.2.

Tind

akan

-tin

daka

n pe

ngam

anan

kaw

asan

di

laku

kan

untu

k m

empe

rtah

anka

n su

mbe

rday

a hu

tan

di d

alam

nya

dari g

angg

uan

pera

mba

han,

alih

fun

gsi ka

was

an h

utan

, keb

akar

an h

utan

m

aupu

n ga

nggu

an lai

nnya

.

CCBA

: (5.1.4)

PHPL

: (P.1.3)

, (P.1.4)

, E1.3, E

1.4, E

2.3, E

2.4.

Verifie

r:

1. Te

rsed

iany

a SO

P, p

eral

atan

dan

SDM

yan

g m

emad

ai u

ntuk

pen

gam

anan

ka

was

an d

an s

umbe

rday

a hu

tan,

2. Da

ta jen

is-jen

is, f

reku

ensi

dan

bes

aran

gan

ggua

n hu

tan

3. La

pora

n/ca

tata

n tind

akan

-tin

daka

n ya

ng d

ilaku

kan

untu

k m

enga

tasi

ga

nggu

an h

utan

dan

tin

gkat

efe

ktifi

tasn

ya

Peng

elol

aan

aspe

k pr

oduk

si

49Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

No.

Bagi

an/T

inda

kan

Indi

kato

r

Acua

n pa

da s

tand

ar P

HPL

dan

CCBA

3Pe

laks

anaa

n pr

ogra

m

3.1.2

Uni

t pe

ngel

olaa

n m

elak

ukan

tin

daka

n-tind

akan

pen

gelo

laan

sum

berd

aya

huta

n un

tuk

men

jam

in d

an m

enin

gkat

kan

prod

uksi

has

il hu

tan

dala

m jan

gka

panj

ang

dan

kele

star

ian

usah

a.

3.1.2.1.

Pem

iliha

n da

n pe

nera

pan

syst

em s

ilvi-

kultur

(mul

ai d

ari pe

mbi

bita

n s/

d pe

man

enan

) ya

ng s

esua

i de

ngan

eko

sist

em h

utan

se

tem

pat da

n m

enja

min

keb

erad

aan

dan

peni

ngka

tan

prod

uksi

ha

sil hu

tan, ter

mas

uk

hasi

l hu

tan

non

kayu

ser

ta p

enye

rapa

n da

n pe

nyim

pana

n st

ock

karb

on.

CCBA

: -PH

PL: (

P.1.5)

, (P.1.6)

, P2.4, P

2.7, P

2.8

Verifie

r:1. Do

kum

en ruj

ukan

pem

iliha

n sy

stem

silv

ikul

tur (d

ata

ekos

iste

m h

utan

, dat

a st

rukt

ur teg

akan

dan

kom

posi

si jen

is, d

ata

rege

nera

si jen

is-jen

is p

ohon

),2. Pe

nyed

iaan

sar

ana

pras

aran

a pe

man

enan

yan

g m

enja

min

kel

esta

rian

pr

oduk

si h

asil

huta

n da

n pe

ngur

anga

n da

mpa

k ke

rusa

kan

lingk

unga

n.3. SO

P se

tiap

tah

apan

keg

iata

n sy

stem

silv

ikul

tur.

4. La

pora

n pe

laks

anaa

n se

tiap

tah

apan

keg

iata

n da

ri s

yste

m s

ilvik

ultu

r ya

ng

dite

rapk

an,

5. Da

ta k

eane

kara

gam

an d

an p

oten

si jen

is-jen

is h

asil

huta

n (k

ayu

dan

non

kayu

) se

rta

data

pen

guku

ran

peny

erap

an d

an p

enyim

pana

n st

ock

karb

on.

3.1.2.2.

Peng

ukur

an p

ertu

mbu

han

tega

kan

dan

prod

uktivita

s hu

tan, ter

mas

uk p

engu

kura

n/pe

man

taua

n pe

nyer

apan

dan

pen

yim

pana

n st

ock

karb

on, s

erta

pen

gatu

ran

ting

kat

prod

uksi

tah

unan

dan

efis

iens

i pe

man

enan

CCBA

: PH

PL: (

P2.2),

(P2.3)

, (P.2.4)

, (2.5)

Verifie

r :

1. Pe

nguk

uran

per

tum

buha

n te

gaka

n da

n pr

oduk

tivita

s hu

tan

serta

hasi

lnya

.2. Pe

nguk

uran

tin

gkat

pen

yera

pan

dan

peny

impa

nan

stoc

k ka

rbon

.3. Pe

ngat

uran

has

il hu

tan

sesu

ai d

enga

n pr

oduk

tivita

s hu

tan, (do

kum

en

RKUPH

HK

dan

RKT)

3.1.2.3.

Pene

rapa

n sy

stem

pen

atau

saha

an h

asil

huta

n ya

ng m

enja

min

kea

bsah

an d

an s

yste

m

kete

rlac

akan

has

il hu

tan

CCBA

: -PH

PL: (

P2.6)

Verifie

r :

1. SO

P pe

nata

usah

aan

hasi

l hu

tan

kayu

yan

g m

enja

min

sys

tem

ket

erla

caka

n te

rsed

ia.

2. Se

mua

dok

umen

tat

a us

aha

hasi

l hu

tan

kayu

ter

sedi

a de

ngan

sys

tem

pe

ngar

sipa

n ya

ng b

aik.

3.1.2.4.

Kese

hata

n P e

rusa

haan

, Inv

esta

si d

an

rein

vest

asi un

tuk

peng

elol

aan

huta

n, s

erta

pe

ning

kata

n m

odal

hut

an

CCBA

: (3

.1.6)

PHPL

: P3

.1, (

P2.3),

(P2.4)

Verifie

r :

1. Re

ntab

ilita

s, L

ikui

dita

s, d

an s

olva

bilit

as U

M2. Re

ncan

a da

n Re

alis

asi da

na u

ntuk

per

enca

naan

, pen

ataa

n, p

eman

enan

, pe

mbi

naan

, eko

logi

/lin

gkun

gan, s

aran

a pr

asar

ana, p

elay

anan

pas

ar, d

an

peng

emba

ngan

sum

berd

aya

man

usia

.3. Pe

ndug

aan

nila

i hu

tan

dari w

aktu

ke

wak

tu, t

erm

asuk

nila

i pe

nyer

apan

da

n st

ock

karb

on y

ang

berp

oten

si d

iper

daga

ngka

n da

lam

pas

ar k

arbo

n.

50 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

No.

Bagi

an/T

inda

kan

Indi

kato

r

Acua

n pa

da s

tand

ar P

HPL

dan

CCBA

3Pe

laks

anaa

n pr

ogra

m

3.2

3.2.1

Peng

elol

aan

kest

abila

n ek

osis

tem

, dal

am

fung

siny

a un

tuk

mem

elih

ara

kean

ekar

agam

an

haya

ti (ba

ik fl

ora

mau

pun

faun

a), t

ata

air

dan

kesu

bura

n ta

nah, d

iser

tai tind

akan

nya

ta y

ang

efek

tif da

lam

mem

elih

ara, m

engu

rang

i da

mpa

k da

n m

ereh

abili

tasi

deg

rada

si y

ang

terjad

i.

3.2.1.1.

Peng

aman

an k

awas

an d

ilind

ungi

ter

hada

p ga

nggu

an, t

erm

asuk

dar

i ba

haya

keb

akar

an,

ditu

njuk

kan

oleh

pro

pors

i lu

as k

awas

an

dilin

dung

i, ya

ng ter

tata

bai

k da

n be

rfun

gsi ba

ik,

terh

adap

kes

elur

uhan

kaw

asan

yan

g se

haru

snya

di

lindu

ngi.

CCBA

: (5.1.3)

, (5.1.4)

PH

PL: (

E1.1),

(E1.2)

, (E1

.3),

(E1.4)

,

Verifie

r:1. Te

rsed

iany

a da

ta d

an inf

orm

asi te

ntan

g pr

opor

si lua

s ka

was

an

dilin

dung

i, ya

ng ter

tata

bai

k da

n be

rfun

gsi ba

ik, t

erha

dap

kese

luru

han

kawas

an y

ang

seha

rusn

ya d

ilind

ungi

. 2. SO

P, p

eral

atan

dan

SDM

yan

g m

emad

ai u

ntuk

pen

gam

anan

ka

was

an d

ilind

ungi

, ser

ta lap

oran

/cat

atan

pen

erap

an k

egia

tan

peng

aman

an k

awas

an d

ilind

ungi

. 3. Ca

tata

n ko

ndis

i ka

was

an d

ilind

ungi

yan

g te

rgan

ggu

palin

g tida

k m

enge

nai ju

mla

h da

n frek

uens

i ga

nggu

an,lu

as, j

enis

, in

tens

itas

gan

ggua

n te

rhad

ap k

awas

an d

ilind

ungi

(te

rmas

uk

dari b

ahay

a ke

baka

ran)

, ser

ta k

ondi

si k

eane

kara

gam

an s

pesi

es

flora

dan

/ata

u fa

una

di d

alam

dan

di lu

ar k

awas

an d

ilind

ungi

pa

da b

erba

gai fo

rmas

i/tipe

hut

an y

ang

dite

muk

an d

i da

lam

un

it p

enge

lola

an

4. Ko

ndis

i ke

anek

arag

aman

flor

a da

n fa

una

di k

awas

an d

ilind

ungi

, te

rmas

uk d

i hu

tan

prim

er d

an b

ekas

teb

anga

n se

baga

i pe

mba

ndin

g.(L

ihat

Lap

oran

Has

il Pe

laks

anaa

n Pe

ngel

olaa

n da

n Pe

man

taua

n Li

ngku

ngan

)

3.2.1.2.

Peng

elol

aan

dan

pem

anta

uan

kean

ekar

agam

an

spes

ies

flora

dan

/ata

u fa

una

di d

alam

dan

dil

luar

kaw

asan

dili

ndun

gi p

ada

berb

agai

for

mas

i/tipe

hut

an y

ang

dite

muk

an d

i da

lam

uni

t pe

ngel

olaa

n

CCBA

: 5.1.2

PHPL

: (E

1.4)

, (E1

.8)

Verifie

r :

1. SO

P, p

eral

atan

dan

SDM

unt

uk p

enge

lola

an d

an p

eman

taua

n da

mpa

k ke

giat

an ter

hada

p ke

anek

arag

aman

hay

ati.

2. Nila

i ke

anek

arag

aman

hay

ati da

n ja

sa lin

gkun

gan

yang

be

rpot

ensi

dip

enga

ruhi

ole

h pr

ogra

m R

EDD+

ter

iden

tifik

asi da

n te

rpet

akan

pad

a sk

ala

dan

ting

kat ya

ng c

ukup

rin

ci.

3. Ko

ndis

i ke

anek

arag

aman

flor

a da

n fa

una

di k

awas

an d

ilind

ungi

.4. Ko

ndis

i ke

anek

arag

aman

flor

a da

n fa

una

di h

utan

prim

er d

an

beka

s te

ngan

seb

agai

pem

band

ing.

(Lih

at L

apor

an H

asil

Pela

ksan

aan

Peng

elol

aan

dan

Pem

anta

uan

Ling

kung

an)

Peng

elol

aan

aspe

k ek

olog

is

51Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

No.

Bagi

an/T

inda

kan

Indi

kato

r

Acua

n pa

da s

tand

ar P

HPL

dan

CCBA

3Pe

laks

anaa

n pr

ogra

m

3.2

3.2.1.3.

Peng

elol

aan

dan

pem

anta

uan

dam

pak

kegi

atan

kel

ola

prod

uksi

ter

hada

p ta

nah

dan

air.

CCBA

:PH

PL :

(E1.6)

, (E1

.7),

(E1.9)

, (E1

.10)

Verifie

r :

1. SO

P, p

eral

atan

dan

sdm

ten

tang

pen

gelo

laan

dan

pe

man

taua

n da

mpa

k ke

giat

an ter

hada

p ta

nah

dan

air,

term

asuk

ten

tang

pen

anga

nan

limba

h pa

dat da

n ca

ir.

2. La

pora

n/ca

tata

n in

tens

itas

dam

pak

kegi

atan

kel

ola

prod

uksi

ter

hada

p ta

nah

(tin

gkat

ero

si p

ada

area

l be

kas

teba

ngan

, pem

adat

an, p

enur

unan

muk

a ta

nah

(unt

uk

ekos

iste

m h

utan

raw

a), d

l l),

serta

efek

tifit

as p

enge

lola

an

dan

pem

anta

uan

yang

dila

kuka

n.3. La

pora

n/ca

tata

n in

tens

itas

dam

pak

kegi

atan

kel

ola

prod

uksi

ter

hada

p ai

r (tin

gkat

fluk

tuas

i de

bit da

n ku

alitas

air s

unga

i da

n ba

dan-

bada

n ai

r, dl

l), s

erta

ef

ektifit

as p

enge

lola

an d

an p

eman

taua

n ya

ng d

ilaku

kan

(Lih

at L

apor

an H

asil

Pela

ksan

aan

Peng

elol

aan

dan

Pem

anta

uan

Ling

kung

an)

3.2.2

Peng

elol

aan

sint

asan

spe

sies

, ter

mas

uk s

pesi

es

ende

mic

/lan

gka/

dilin

dung

i (b

aik

flora

mau

pun

faun

a) ,

dise

rtai

tin

daka

n ny

ata

yang

efe

ktif

dala

m m

emel

ihar

a, m

engu

rang

i da

mpa

k da

n m

ereh

abili

tasi

pen

urun

an y

ang

terjad

i.

1.1.1.1.

Peng

elol

aan

dan

pem

anta

uan

dam

pak

kegi

atan

kel

ola

prod

uksi

ter

hada

p flo

ra d

an fau

na e

ndem

ic/lan

gka/

dilin

dung

i da

n ha

bita

tnya

.

CCBA

: (5

.1.3) (5

.1.4)

PHPL

: (E

1.4)

, (E1

.5),

(E1.6)

, (E1

.7),

E2.3, E

2.4, E

2.5, (E2

.6),

(E2.7)

, (E2

.8)

Verifie

r:1. SO

P, p

eral

atan

dan

SDM

unt

uk p

enge

lola

an d

an

pem

anta

uan

dam

pak

kegi

atan

kel

ola

prod

uksi

ter

hada

p sp

ecie

s flo

ra d

an fau

na e

ndem

ik/lan

gka/

dilin

dung

i da

n ha

bita

tnya

.2. Ju

mla

h sp

esie

s flo

ra d

an fau

na e

ndem

ic/lan

gka/

dilin

dung

i, ba

ik di

kaw

asan

dili

ndun

gi, h

utan

prim

er,

dan

huta

n be

kas

teba

ngan

.3. La

pora

n/ca

tata

n be

rkai

tan

inte

nsitas

dam

pak, fre

kuen

si

dan

jeni

s ga

nggu

an ter

hada

p sp

esie

s flo

ra d

an fau

na

ende

mik

/lan

gka/

dilin

dung

i.4. Ting

kat ke

sam

aan

kom

unitas

ant

ara

area

l hu

tan

beka

s te

bang

an d

enga

n hu

tan

prim

er(L

ihat

Lap

oran

Has

il Pe

laks

anaa

n Pe

ngel

olaa

n da

n Pe

man

taua

n Li

ngku

ngan

)

Peng

elol

aan

aspe

k ek

olog

is

52 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

No.

Bagi

an/T

inda

kan

Indi

kato

r

Acua

n pa

da s

tand

ar P

HPL

dan

CCBA

3Pe

laks

anaa

n pr

ogra

m

3.3

3.3.1

Uni

t pe

ngel

olaa

n m

engh

orm

ati ha

k-ha

k pe

ngel

olaa

n hu

tan

mas

yara

kat da

lam

ben

tuk

tind

akan

-tin

daka

n ya

ng n

yata

, ter

mas

uk d

i da

lam

nya

apre

sias

i at

as h

ak p

eman

faat

an h

asil

huta

n bu

kan

kayu

dan

hak

ata

s ka

rbon

ole

h m

asya

raka

t, da

lam

bat

as-b

atas

, mek

anis

me

dan

atur

an-a

tura

n ya

ng jel

as d

an ter

ukur

ser

ta

tela

h di

sepa

kati b

ersa

ma

seca

ra b

erke

adila

n da

n tran

spar

an.

1.1.1.1.

Bata

s an

tara

kaw

asan

kon

sesi

den

gan

kawas

an

kom

unitas

set

empa

t te

rdel

inia

si s

ecar

a je

las, d

an

dipe

role

h m

elal

ui p

erse

tuju

an a

ntar

pih

ak y

ang

terk

ait di

dal

amya

, ser

ta ter

jam

inny

a ak

ses

dan

cont

rol m

asya

raka

t se

cara

lin

tas

gene

rasi

ter

hada

p ka

was

an h

utan

ada

t da

n pe

man

faat

an h

asil

huta

n ol

eh k

omun

itas

.

CCBA

: (1

.2.3),

(1.4.1),

(1.4.2),

(1.4.3),

(1.5.1)

PHPL

: (S

1.1)

, (S1

.2),

(S1.3)

V erifie

r :

1. Pr

oses

pen

etap

an b

atas

yan

g di

laku

kan

seca

ra b

ersa

ma

deng

an p

ihak

yan

g te

rkai

t di

dal

amny

a.2. Pe

rset

ujua

n ko

mun

itas

(in

form

ed c

onse

nt) at

as

kebe

rada

an u

nit pe

ngel

olaa

n.3. Ka

was

an w

ilaya

h m

asya

raka

t ad

at b

ebas

kla

im

terr

itor

ial da

ri u

nit pe

ngel

olaa

n, d

an ter

jam

inny

a ak

ses

dan

cont

rol te

rhad

ap k

awas

an h

utan

ada

t da

n pe

man

faat

an h

asil

huta

n.

1.1.1.2.

Digu

naka

nnya

tat

a ca

ra a

tau

mek

anis

me

peny

eles

aian

sen

gket

a ya

ng tep

at ter

hada

p pe

rten

tang

an k

laim

ata

s hu

tan

yang

sam

a.

CCBA

:PH

PL :

(S1.4)

Verifie

r :

1. Ra

gam

pili

han

peny

eles

aian

sen

gket

a te

nurial

2. Tida

k ad

a pe

nggu

naan

pak

saan

dan

man

ipul

asi da

lam

pe

nyel

esai

an s

engk

eta.

3.3.2

Upa

ya-u

paya

men

jam

in k

etah

anan

dan

pe

ngem

bang

an e

kono

mi ko

mun

itas

dan

kar

yawan

m

elal

ui tin

daka

n-tind

akan

nya

ta d

alam

m

enin

gkat

kan

kese

jaht

eraa

n m

asya

raka

t da

n ka

ryaw

an d

alam

mek

anis

me

dan

atur

an-a

tura

n ya

ng jel

as d

an ter

ukur

ser

ta tel

ah d

isep

akat

i be

rsam

a se

cara

ber

kead

ilan.

3.3.2.1.

Sum

ber-

sum

ber

ekon

omi ko

mun

itas

mam

pu

men

duku

ng k

elan

gsun

gan

hidu

p ko

mun

itas

sec

ara

linta

s ge

nera

si d

an k

omun

itas

mam

pu m

enga

kses

ke

sem

pata

n ke

rja

dan

pelu

ang

beru

saha

yan

g te

rbuk

a se

hing

ga m

odal

dom

estik

dapa

t be

rkem

bang

CCBA

: (3

.1.1),

(3.1.4)

PHPL

: (S

2.1)

, (S2

.2),

(S2.3)

, (S2

.4),

(S2.5)

V erifie

r :

1. Ko

mpe

nsas

i ya

ng a

dil da

n waj

ar ter

hada

p ni

lai

keru

saka

n su

mbe

r–su

mbe

r ek

onom

i, se

rta

peng

guna

an

peng

etah

uan

trad

isio

nal m

asya

raka

t ad

at d

i da

lam

si

stim

pen

gelo

laan

yan

g di

tera

pkan

UM.

2. Has

il hu

tan

kayu

unt

uk k

ebut

uhan

hid

up r

umah

tan

gga

dan

kom

unitas

seh

ari-ha

ri s

erta

nila

i ha

sil hu

tan

non

kayu

min

imum

tet

ap.

3. Ko

mun

itas

mam

pu m

enga

kses

kes

empa

tan

kerja

dan

pelu

ang

beru

saha

yan

g te

rbuk

a.4. Mod

al d

omes

tik

berk

emba

ng.

5. Pe

ninj

auan

ber

kala

ter

hada

p ke

seja

hter

aan

kary

awan

da

n ja

min

an a

tas

fasi

litas

ako

mod

asi ya

ng m

emad

ai.

6. Ke

sem

pata

n pe

latiha

n pe

ngem

bang

an k

apas

itas

, pe

ning

kata

n je

njan

g ka

rir

dan

pend

apat

an

7. P e

ngad

aan

fasi

litas

bag

i ke

seja

hter

aan

kary

awan

Peng

elol

aan

aspe

k so

sial

53Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

No.

Bagi

an/T

inda

kan

Indi

kato

r

Acua

n pa

da s

tand

ar P

HPL

dan

CCBA

3Pe

laks

anaa

n pr

ogra

m

3.3.3

Upa

ya-u

paya

men

jam

in h

ak-h

ak

asas

i m

anus

ia d

an int

egra

si s

osia

l da

n ku

ltur

al b

agi m

asya

raka

t da

n ka

ryaw

anm

elal

uike

bija

kan

dan

atur

an-

atur

an y

ang

jela

s, s

erta

dila

ksan

akan

da

lam

tin

daka

n ya

ng n

yata

.

3.3.3.1.

Terjam

inny

a ha

k-ha

k as

asi m

anus

ia d

an m

inim

asi

dam

pak

kegi

atan

UM p

ada

inte

gras

i so

cial

dan

ku

ltur

al.

CCBA

: 4.3.1, 4

.3.2

PHPL

: (S

3.1)

, (S3

.2),

(S3.3)

Verifie

r :

1. Ke

beba

san

bers

erik

at b

agi bu

ruh

2. Re

ndah

nya

kasu

s tind

ak k

eker

asan

ter

hada

p war

ga s

erta

ole

h un

it p

enge

lola

an.

3. Tida

k te

rjad

i pe

mis

ahan

fisi

k da

lam

dan

ant

ar k

omun

itas

, ting

kat kr

imin

alitas

, kon

flik

SARA

, dis

krim

inas

i da

n pe

lang

gara

n ad

at r

enda

h.4. Ad

anya

akt

ivitas

pen

gorg

anis

asia

n so

sial

unt

uk p

enya

lura

n ke

pent

inga

n/as

pira

si, p

enge

mba

ngan

kap

asitas

dan

pe

mbe

rday

aan, p

embi

naan

kes

adar

an a

tas

hak

dan

kewaj

iban

, pe

mbi

naan

kea

gam

aan

kom

unitas

dan

kar

yawan

. 5. Te

rjam

inny

a ke

bera

daan

situs

-situs

bud

aya.

3.3.3.2.

Kebe

rada

an p

elak

sana

an K

esep

akat

an K

erja

Be

rsam

a (K

KB),

pela

ksan

aan

Upa

h Min

imum

Re

gion

al (UMR)

dan

struk

tur

gaji

yang

adi

l, se

rta

terjam

inny

a Ke

seha

tan

dan

Kese

lam

atan

Ker

ja (K3

) ba

gi k

arya

wan

.

CCBA

:PH

PL :

(S5.1)

, (S5

.2),

(S5.3)

V erifie

r :

1. Te

naga

ker

ja ter

libat

dal

am p

embu

atan

per

janj

ian

kerja

bers

ama, p

emah

aman

ten

aga

kerja

terh

adap

struk

tur

orga

nisa

si

dan

urai

an k

erja

, Pel

aksa

naan

per

janj

ian

kerja

bers

ama,

berk

uran

gnya

kon

flik

perb

uruh

an d

an p

erse

lisih

an a

ntar

ka

ryaw

an.

2. Ga

ji/up

ah ten

aga

kerja

sesu

ai s

tand

ar lok

al d

an s

tukt

ur g

aji/

upah

yan

g ad

il.T e

rjam

inny

a pe

rala

tan

kerja

dan

alat

per

lindu

ngan

diri,

peny

edia

an

P3K

dan

petu

gas

terlat

ih u

ntuk

men

gata

si k

ecel

akaa

n ke

rja,

terd

apat

uni

t pe

laya

nan

kese

hata

n in

tern

al.

3.3.4

Pena

nggu

lang

an d

ampa

k te

rhad

ap

kese

hata

n m

asya

raka

t 3.3.4.1.

Min

imas

i da

mpa

k ke

giat

an u

nit pe

ngel

olaa

n pa

da

kese

hata

n m

asya

raka

t, da

n pe

nyed

iaan

fas

ilita

s ke

seha

tan

dan

atau

ker

jasa

ma

deng

an o

torita

s ke

seha

tan

CCBA

: 3.3.1

PHPL

: S4

.1, S

4.2

V erifie

r :

1. Be

kerjan

ya s

iste

m p

enge

lola

an lim

bah

dan

pera

lata

nnya

yan

g di

mili

ki U

M, t

erda

pat pe

ngen

dalia

n pe

nggu

naan

pro

duk

kim

ia

dan

penj

agaa

n ku

alitas

air s

unga

i da

n su

mbe

r ai

r be

rsih

lai

nnya

da

ri p

ence

mar

an.

2. T e

rdap

at p

elay

anan

kes

ehat

an p

ada

kom

unitas

.3. Ad

anya

upa

ya m

enin

gkat

kan

kesa

dara

n ko

mun

itas

dan

kar

yawan

ba

gi p

ence

gaha

n pe

nyak

it, k

ecel

akaa

n da

n pe

nang

gula

ngan

nya.

54 Studi Penyusunan Panduan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+

No.

Bagi

an/T

inda

kan

Indi

kato

r

Acua

n pa

da s

tand

ar P

HPL

dan

CCBA

4.Pe

man

taua

n pe

laks

anaa

n pr

ogra

m

4.1

Peru

mus

an e

lem

en d

an tek

nis

pem

anta

uan

dan

eval

uasi

4.1.1.

Peru

mus

an a

spek

-asp

ek y

ang

dipa

ntau

, pro

sedu

r pe

man

taua

n da

n or

gani

sasi

pem

anta

u di

laku

kan

mel

alui

pro

ses

yang

mel

ibat

kan

para

pih

ak

CCBA

: (2

.3.1),

(6.2.1),

(6.2.2),

(6.2.6)

PHPL

: P3

.3

Verifie

r :

1. Te

rdap

at c

atat

an p

rose

s pe

rum

usan

asp

ek-a

spek

yan

g di

pant

au, p

rose

dur

pem

anta

uan

dan

orga

nisa

si p

eman

tau.

2. Ru

mus

an a

spek

-asp

ek y

ang

dipa

ntau

dan

pro

sedu

r pe

man

taua

n di

doku

men

tasi

kan,

3. Te

rdap

at e

lem

en/o

rgan

isas

i/pe

rson

al p

elak

sana

pem

anta

uan

dan

eval

uasi

(SP

I=Sa

tuan

Pen

gawas

Int

erna

l)

4.2

Pela

ksan

aan

Pem

anta

uan

4.2.1.

Pela

ksan

aan

pem

anta

uan

dan

peni

laia

n ol

eh S

PI

terh

adap

sel

uruh

fun

gsi pe

ngel

olaa

n di

dal

am U

M

berjal

an d

enga

n ba

ik s

esua

i SO

P

CCBA

: 3.2.2

PHPL

: P3

.3

Verifie

r :

1. La

pora

n/ca

tata

n pe

laks

anaa

n pe

man

taua

n da

n ev

alua

si o

leh

SPI

2. Te

mua

n da

n re

kom

enda

si p

erba

ikan

did

okum

en-t

asik

an d

an

disa

mpa

ikan

kep

ada

piha

k pe

ngel

olaa

n ya

ng b

erwen

ang

4.3

Pem

anfa

atan

has

il-ha

sil pe

man

taua

n4.3.1.

Has

il pe

man

taua

n da

n pe

nila

ian

beru

pa

reko

men

dasi

, obs

erva

si, d

an a

tau

tind

akan

per

baik

an

dido

kum

enta

sika

n.

CCBA

: 3.2.2

PHPL

:

Verifie

r :

1. La

pora

n ha

sil pe

man

taua

n da

n ev

alua

si b

erup

a re

kom

enda

si,

obse

rvas

i, at

au tin

daka

n pe

rbai

kan

di s

etia

p ba

gian

mau

pun

dari S

PI ter

sedi

a

4.3.2.

Has

il-ha

sil pe

man

taua

n da

n pe

nila

ian

dila

ksan

akan

da

n di

penu

hi d

enga

n ba

ik s

esua

i de

ngan

tin

gkat

pr

iorita

snya

.

CCBA

: 2.3.1, (3.3.2)

, (3

.3.3, (

5.3.3)

PHPL

: P3

.3

V erifie

r :

1. La

pora

n/ca

tata

n pe

laks

anaa

n tind

ak lan

jut re

kom

enda

si,

obse

rvas

i, tind

akan

per

baik

an d

ari ha

sil pe

man

taua

n da

n ev

alua

si ter

sedi

a.2. Pe

ning

kata

n ki

nerja

dari h

asil

pem

anta

uan

dan

eval

uasi

, te

rmas

uk p

engu

rang

an d

ampa

k ne

gative

dan

pen

ingk

atan

da

mpa

k po

sitif da

pat di

lihat

di la

pang

an.

Deutsche Gesellschaft fürInternationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH

Forests and Climate Change Programme (FORCLIME)

Manggala Wanabakti, Bl. VII, Fl. 6Jl. Jend. Gatot SubrotoJakarta 10270 IndonesiaTel: +62 (0)21 5720214www.forclime.org