studi komparasi strategi perempuan buruh pabrik rokok

15
1 IJWS - Vol. 3, No. 1 (2015) E-ISSN : 2338-1779 http://ijws.ub.ac.id Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri Formal dan Informal dalam Memenuhi Kebutuhan Ekonomi Rumah Tangga (Kasus Pada Perempuan Buruh PT. HM. Sampoerna, Tbk. dan Pabrik Rokok Industri Rumah Tangga di Desa Suwayuwo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan). Comparative Study Strategy of Women Cigarette Factory Workers in Formal and Informal Industry Meets the Needs of Household Economics (Case In Women Workers of PT. HM. Sampoerna Tbk. And Cigarette Manufacturing Industry Household Suwayuwo Village, Sukorejo District, Pasuruan) Tyas Wening Puji Lestari 1-1 , Yayuk Yuliati 2-1 ,Umu Hilmy 3-1 1 Program Magister Kajian Wanita, Universitas Brawijaya Abstrak Perekonomian keluarga yang rendah memaksa perempuan untuk melaksanakan kegiatan produktif di luar rumah baik sektor pertanian maupun non-pertanian, yaitu di pabrik rokok. Bekerjanya perempuan sebagai buruh di pabrik rokok merupakan bagian dari peran produktif yang harus dijalankan selain peran reproduktif dan sosial kemasyarakatan. Penelitian ini dilakukan dengan mengangkat tema Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri Formal dan Informal dalam Memenuhi Kebutuhan Ekonomi Rumah Tangga. Peneliti berniat menggali alasan-alasan yang menyebabkan perempuan memutuskan bekerja di pabrik rokok, peran apa saja yang dilakukan perempuan bekerja, serta komparasi strategi perempuan buruh pabrik rokok industri formal dan informal dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Penelitian ini merupakan penelitian berwawasan gender dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, wawancara mendalam, dan Group Interview (GI). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan analisis gender dengan menggunakan Model Analisis Harvard. Hasil penelitian ini mengidentifikasi bahwa dorongan kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi, meningkatkan status sosial dalam masyarakat, dan mengisi waktu luang merupakan beberapa alasan- alasan yang menyebabkan perempuan memutuskan bekerja di pabrik rokok. Analisa komparasi terhadap strategi perempuan buruh pabrik rokok industri formal dan informal terlihat pada waktu kerja, upah, jaminan kesehatan, status sosial dalam masyarakat, dan peraturan kerja. Kata Kunci: Studi Komparasi, Perempuan Buruh di Pabrik Rokok, Ekonomi Rumah Tangga, Perempuan dan Industri, Perempuan dan Ekonomi Abstract Low family economy forcing women to carry out productive activities outside the home both agriculture and non- agriculture, which is in a cigarette factory. The women working as workers in the cigarette factory is part of the productive role that should be run in addition to reproductive and social role. This research was conducted with the theme Comparative Study Strategy of Women Cigarette Factory Workers in Formal and Informal Industry Meets Needs Household Economics. Researchers intend to explore deeper behind the reasons that cause women decide to work in a cigarette factory, what role do women worker, as well as the comparison of strategy women cigarette factory workers formal and informal industry in meeting the needs of the household economy. This study is denote insight of gender by using a qualitative approach with the method of collecting data through observation, documentation, in-depth interviews, and Group Interview (GI). Data were analyzed using descriptive analysis method qualitative and gender analysis using the Harvard Model Analysis. The results of this study identified that the boost increasing economic need, to improve the social status in the community, and spend leisure time are some of the reasons that cause women decide to work in a cigarette factory. Comparative analysis towards strategy of women cigarette factory workers formal and informal industry can be seen at working time, wages, health insurance, social status in the community, and work rules. Keywords: Comparative Study, Women Workers in the Cigarette Factory, Household Economy, Women and Industry, Women and Economy Alamat korespondensi: Tyas Wening Puji Lestari Email : [email protected] Alamat : Universitas Brawijaya, Jl. Mayjen Haryono 169, Malang, 65145, Indonesia

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok

1

IJWS - Vol. 3, No. 1 (2015) E-ISSN : 2338-1779

http://ijws.ub.ac.id

Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri Formal dan Informal dalam Memenuhi Kebutuhan Ekonomi Rumah Tangga (Kasus Pada

Perempuan Buruh PT. HM. Sampoerna, Tbk. dan Pabrik Rokok Industri Rumah Tangga di Desa Suwayuwo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten

Pasuruan). Comparative Study Strategy of Women Cigarette Factory Workers in Formal

and Informal Industry Meets the Needs of Household Economics (Case In Women Workers of PT. HM. Sampoerna Tbk. And Cigarette Manufacturing

Industry Household Suwayuwo Village, Sukorejo District, Pasuruan)

Tyas Wening Puji Lestari1-1, Yayuk Yuliati2-1,Umu Hilmy3-1

1Program Magister Kajian Wanita, Universitas Brawijaya

Abstrak Perekonomian keluarga yang rendah memaksa perempuan untuk melaksanakan kegiatan produktif di luar rumah baik sektor pertanian maupun non-pertanian, yaitu di pabrik rokok. Bekerjanya perempuan sebagai buruh di pabrik rokok merupakan bagian dari peran produktif yang harus dijalankan selain peran reproduktif dan sosial kemasyarakatan. Penelitian ini dilakukan dengan mengangkat tema Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri Formal dan Informal dalam Memenuhi Kebutuhan Ekonomi Rumah Tangga. Peneliti berniat menggali alasan-alasan yang menyebabkan perempuan memutuskan bekerja di pabrik rokok, peran apa saja yang dilakukan perempuan bekerja, serta komparasi strategi perempuan buruh pabrik rokok industri formal dan informal dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Penelitian ini merupakan penelitian berwawasan gender dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, wawancara mendalam, dan Group Interview (GI). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan analisis gender dengan menggunakan Model Analisis Harvard. Hasil penelitian ini mengidentifikasi bahwa dorongan kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi, meningkatkan status sosial dalam masyarakat, dan mengisi waktu luang merupakan beberapa alasan-alasan yang menyebabkan perempuan memutuskan bekerja di pabrik rokok. Analisa komparasi terhadap strategi perempuan buruh pabrik rokok industri formal dan informal terlihat pada waktu kerja, upah, jaminan kesehatan, status sosial dalam masyarakat, dan peraturan kerja.

Kata Kunci: Studi Komparasi, Perempuan Buruh di Pabrik Rokok, Ekonomi Rumah Tangga, Perempuan dan Industri,

Perempuan dan Ekonomi

Abstract

Low family economy forcing women to carry out productive activities outside the home both agriculture and non-agriculture, which is in a cigarette factory. The women working as workers in the cigarette factory is part of the productive role that should be run in addition to reproductive and social role. This research was conducted with the theme Comparative Study Strategy of Women Cigarette Factory Workers in Formal and Informal Industry Meets Needs Household Economics. Researchers intend to explore deeper behind the reasons that cause women decide to work in a cigarette factory, what role do women worker, as well as the comparison of strategy women cigarette factory workers formal and informal industry in meeting the needs of the household economy. This study is denote insight of gender by using a qualitative approach with the method of collecting data through observation, documentation, in-depth interviews, and Group Interview (GI). Data were analyzed using descriptive analysis method qualitative and gender analysis using the Harvard Model Analysis. The results of this study identified that the boost increasing economic need, to improve the social status in the community, and spend leisure time are some of the reasons that cause women decide to work in a cigarette factory. Comparative analysis towards strategy of women cigarette factory workers formal and informal industry can be seen at working time, wages, health insurance, social status in the community, and work rules. Keywords: Comparative Study, Women Workers in the Cigarette Factory, Household Economy, Women and Industry,

Women and Economy Alamat korespondensi: Tyas Wening Puji Lestari Email : [email protected] Alamat : Universitas Brawijaya, Jl. Mayjen Haryono 169,

Malang, 65145, Indonesia

Page 2: Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok

2

Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri (Lestari, et al.)

PENDAHULUAN Kemiskinan adalah permasalahan yang

kompleks bagi setiap negara, terutama negara besar seperti Indonesia. Kebijakan dan penanganannya harus merata dan menyeluruh agar tidak menimbulkan kebingungan dan kekisruhan sebagai dampak negatif penanggulangannya. Zulminarni [1] mengatakan bahwa sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah perempuan, dan tidak kurang dari 6 juta mereka adalah kepala rumah tangga miskin dengan pendapatan rata-rata dibawah 10.000 per hari. Untuk menjaga kelangsungan hidup diri dan keluarga, umumnya mereka bekerja pada sektor informal—perdagangan dan jasa, sektor pertanian—buruh tani, dan buruh pabrik. Mereka sulit mendapatkan akses sumberdaya termasuk sumberdaya keuangan seperti kredit dari lembaga keuangan yang ada karena dianggap tidak layak, lokasi terpencil, tidak ada penjamin, yang sebagian persoalan ini juga terkait dengan isu gender. Persoalan kemiskinan perempuan bukan hanya sekedar persoalan akses terhadap sumberdaya keuangan semata. Persoalan perempuan miskin adalah masalah struktural dengan faktor penyebab dan kendala yang tidak tunggal. Ketimpangan gender dalam seluruh aspek kehidupan merupakan kondisi utama yang mengantarkan perempuan pada kemiskinan yang berkepanjangan

Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh keluarga miskin adalah mengenai kecukupan pangan. Salah satu strategi penyediaan pangan dalam rumahtangga adalah memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki, khususnya rumahtangga miskin adalah pemanfaatan waktu dari masing-masing anggota keluarga pada kegiatan publik dan domestik yang dapat menghasilkan pendapatan. Sagir [2] mengemukakan bahwa tingkat partisipasi kerja istri untuk kegiatan publik cukup besar, dapat mencapai hampir setengah dari tingkat partisipasi suami. Partisipasi istri ini mencerminkan bahwa istri merupakan pencari nafkah tambahan untuk rumah tangga sangat menentukan dalam memenuhi kebutuhan kecukupan pangan rumah tangga. Selain istri ikut berpartisipasi dalam kegiatan publik, anak laki-laki dan anak perempuan kadangkala juga ikut berpartisipasi dengan tingkat partisipasi yang sangat beragam. Partisipasi dalam pembangungan dapat pula dilihat dari segi kesempatan kerja yang ada kaitan erat sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan pokok, sebab tanpa kesempatan kerja yang cukup, maka tidak mungkin diperoleh sumber penghasilan yang memadai untuk memenuhi kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Di daerah penelitian yaitu di desa Suwayuwo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan, perempuan bekerja di sektor pertanian dan non-pertanian. Perekonomian keluarga yang rendah atau kekurangan memaksa perempuan untuk melaksanakan kegiatan produktif di luar rumah baik pertanian maupun non-pertanian guna menambah pendapatan keluarga yang diharapkan mampu untuk menutupi kekurangan yang ada.Dengan bekerja di luar rumah, perempuan berharap bahwa kebutuhan ekonomi rumah tangga dapat terpenuhi dengan baik. Bekerja di sektor pertanian menempatkan posisi perempuan sebagai buruh tani, yang dalam hal ini hanya sebatas pada buruh tanam. Kegiatan produktif perempuan di luar rumah tangga selain sebagai buruh tani adalah sebagai buruh di pabrik rokok. Perempuan yang memutuskan bekerja di pabrik rokok terbagi menjadi dua area kerja, yaitu di PT. HM. Sampoerna, Tbk, dan pabrik rokok skala rumah tangga milik perseorangan. Keberadaan pabrik rokok dalam perekonomian sangat penting. Salah-satu peran nyata yang dapat terlihat yaitu bisa mengembangkan industri padat karya yang dapat menampung tenaga kerja perempuan yang membantu upaya pemerintah dalam pengentasan kemiskinan. Perempuan lebih memilih sektor industri seperti di parbrik rokok adalah karena adanya anggapan di masyarakat bahwa orang yang bekerja di sektor industri memiliki status sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang bekerja di sektor pertanian. Masyarakat berpendapat bahwa orang yang bekerja di pabrik rokok lebih terkesan modern dari pada bekerja di pertanian yang terlihat tradisional. Selain itu sektor industri dinilai lebih memberikan kepastian upah yang akan diterima, dibanding dengan sektor pertanian mengingat keadaan cuaca yang tidak menentu sehingga menyebabkan kegiatan pertanian menjadi terganggu atau bahkan mengalami kegagalan panen. Harga produk pertanian yang menurun ketika terjadi panen rasa juga merupakan pertimbangan mengapa perempuan lebih memilih bekerja di pabrik rokok. Mereka tidak ingin menanggung resiko kerugian atas penurunan harga produk pertanian, sehingga lebih memilih bekerja di pabrik rokok. Pemahaman yang seperti itulah yang menjadikan masyarakat di desa Suwayuwo banyak yang lebih memilih untuk bekerja di sektor industri. Masyarakat di desa Suwayuwo juga mengijinkan perempuan untuk bekerja. Ini terlihat dari banyaknya perempuan yang bekerja. Mereka beranggapan bahwa semua pekerjaan boleh dipekerjakan oleh laki-laki maupun perempuan asalkan pekerjaan tersebut halal. Dan apabila pekerjaan tersebut ternyata harus dikerjakan oleh perempuan, maka boleh saja

Page 3: Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok

3

Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri (Lestari, et al.)

asalkan pekerjaan tersebut tidak mengganggu urusan rumah tangga dan perempuan tersebut dapat membagi waktu dengan baik antara untuk bekerja dan untuk keluarga.

Ratna Saptari [3] mengemukakan bahwa munculnya industri rokok di pedesaan menyebabkan penduduk di desa banyak yang beralih kepekerjaan industri setelah awalnya berada pada sektor pertanian. Mayoritas pekerja pada industri rokok ini adalah perempuan. Bekerjanya perempuan di sektor industri ini menjadikan perempuan harus menjalankan perannya di sektor domestik dan publik. Berkaitan dengan peran perempuan, Sasongko dan Sri Sundari [4] mengatakan bahwa ada dua teori yang membahas mengenai hal tersebut, yaitu teori peran laki-laki dan perempuan, yang dikenal dengan teori Nature dan Nurture. Teori nature menjelaskan bahwa perbedaan antara perempuan dan laki-laki dilihat dari keadaan biologis pada laki-laki dan perempuan. Perbedaan biologis tersebut adalah berasal dari Tuhan dan merupakan kodrat yang tidak dapat di ganggu gugat. Perbedaan ini juga berimplikasi pada perbedaan peran antara perempuan dan laki-laki. Sedangkan teori nurture menjelaskan bahwa perbedaan perempuan dan laki-laki terjadi karena adanya konstruksi sosial yang diciptakan dalam suatu masyarakat, mengkonstruksi manusia pada ranah publik dan domestik, dimana perempuan yang dimasukkan pada sisi feminin dan ranah domestik yang terkait dengan rumah tangga dan laki-laki yang dimasukkan pada sisi maskulin dan ranah publik yang terkait dengan dunia luar dan pengetahuan. Dikatakan oleh Budiman [5], perdebatan tentang perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan pada dasarnya berputar di sekitar dua dua teori besar: teori nature dan teori nurture. Pengikut teori nature yang ekstrem beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan disebabkan oleh faktor-faktor biologis keduanya. Pengikut teori nurture beranggapan bahwa perbedaan ini tercipta melalui proses belajar dari lingkungan. Dalam kaitannya dengan soal jenis, Murniati [6] berpendapat bahwa masih terjadi perdebatan pula tentang perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan. Kenyataannya, biologis dan psikologis saling mempengaruhi dalam membentuk manusia sebagai pribadi dan dalam relasinya dengan pribadi lain (hubungan antar manusia). Pada awalnya terjadi alamiah, nature, fitrah, tidak dapat diberontaki. Namun kemudian melalui kebudayaan (nurture), manusia dapat dikembangkan, dididik, dicegah, atau bahkan diperlakukan kontradiksi dengan dasar alamiahnya. Selain teori nature dan nurture, teori lain yang juga mengkaji perbedaan

peran antara laki-laki dan perempuan adalah teori gender Harvard. Trisakti Handayani dan Sugiyarti [7] mengatakan bahwa analisis ini digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan, yang mengutarakan perlunya tiga komponen dan interelasi satu sama lain, yaitu profil aktivitas, profil akses dan profil kontrol.

Dikatakan oleh Hidayat [8], bekerjanya perempuan di luar sektor domestik didasarkan pada beberapa motivasi, baik ekonomis-materiil, mental-spiritual, maupun keisengan saja atau sebagai salah satu pelarian dari persoalan rumah tangga. Motivasi ekonomis-materiil, misalnya adalah untuk menambah penghasilan bagi keluarga. Motivasi mental-spiritual diantaranya adalah: mempraktekkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh; meningkatkan karier; mencari kepuasan mental. Motivasi keisengan adalah: sekedar sebagai hobi tanpa tujuan tertentu; sekedar menghabiskan waktu senggang.

Beberapa penelitian menemukan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu rumah tangga, semakin berkurang waktu kerja di pasar kerja tetapi tidak berpengaruh terhadap waktu kerja ibu rumah tangga di rumah dan Leisure. Emy Kernalis [9] berpendapat bahwa semakin bertambah umur ibu rumah tangga, semakin berkurang waktu kerja ibu rumah tangga di pasar kerja, namun tidak memberikan pengaruh terhadap waktu kerja ibu rumah tangga di rumah dan Leisure. Semakin bertambah imbalan kerja ibu rumah tangga, semakin banyak waktu kerja ibu rumah tangga di pasar kerja, tetapi tidak berpengaruh terhadap waktu kerja di rumah dan Leisure. Penelitian yang dilakukan oleh Hugeng [10] di daerah Kimitrans SEI Rambutan SP 2 menyatakan bahwa perempuan (isteri transmigran) mempunyai peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan bekerja membantu suami di lahan atau sebagai buruh upahan di perkebunan di sekitar Kimtrans. Kaum perempuan di Kimtrans selain mengurus kebutuhan keluarga, seperti pekerjaan di dapur dan mengurus anak-anak, juga membantu bekerja di lahan pekarangan dan lahan usaha. Sisanya digunakan untuk kegiatan reproduktif dan sosial. Penelitian yang senada juga dilakukan oleh Puspitawati [11] pada penelitian yang membahas mengenai kontribusi ekonomi dan peran ganda perempuan. Pendapatan ekonomi keluarga di peroleh dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang bekerja, akan tetapi rata-rata kontribusi istri dalam pendapatan keluarga lebih tinggi dibandingkan suami. Selain itu, istri yang bekerja juga menjalankan peran ganda. Sebagian dari mereka mengaku bahwa alasan ekonomi menjadi alasan utama mengapa

Page 4: Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok

4

Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri (Lestari, et al.)

mereka memutuskan untuk bekerja. Semakin tinggi peran ganda berarti semakin banyak jumlah peran yang sedang dijalani istri dan semakin sering istri berinteraksi menjalani peran-peran tersebut.

Terdapat tiga peran yang dijalankan oleh perempuan, yaitu: Selain motivasi bekerja, keberadaan perempuan bekerja tak luput dari peran yang dijalankan oleh perempuan itu sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, perempuan menjalankan tiga peran, yaitu peran produksi, reproduksi dan sosial kemasyarakatan. Bekerjanya perempuan desa ini tidak serta merta dapat dilakukan tanpa adanya kendala. Waktu yang dimiliki dirasa kurang cukup untuk bekerja, mengurus kebutuhan rumah tangga, dan kegiatan sosial kemasyarakatan. Terkadang bekerjanya perempuan di luar sektor domestik menyebabkan terbengkalainya pekerjaan rumah tangga dan kegiatan sosialnya. Terkait dengan hal tersebut, maka perempuan bekerja perlu mengatur strategi. Liliweri [12] mendefinisikan strategi sebagai perspektif, posisi, rencana, dan pola, yaitu merupakan konsep yang mengacu pada suatu jaringan yang kompleks dari pemikiran, ide-ide, pengertian, yang mendalam, pengalaman, sasaran, keahlian, memori, persepsi, dan harapan yang membimbing untuk menyusun suatu kerangka pemikiran umum agar kita dapat memutuskan tindakan-tindakan yang spesifik bagi tercapainya tujuan. Strategi dirancang sedemikian rupa agar apa yang diinginkan tercapai dengan hasil yang baik. Keberadaan strategi tidak lepas dari tujuan yang ingin dicapai, yaitu tidak ada tumpang tindihnya pekerjaan baik di sektor publik maupun sektor domestik. Selain tujuan tersebut, yang menjadi tujuan lain adalah dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan kerja agar perempuan dapat bekerja dengan nyaman. Terkait dengan kebutuhan rumah tangga, perempuan harus mengatur strategi yang berkaitan dengan keuangan keluarga. Dikatakan oleh Grant [13] bahwa strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan dan merupakan suatu bentuk atau tema yang memberikan kesatuan hubungan antara keputusan-keputusan yang diambil oleh individu atau organisasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mendeskripsikan dan menganalisis alasan-alasan yang menyebabkan perempuan memutuskan untuk bekerja di pabrik rokok; 2) mendeskripsikan dan menganalisis peran yang dijalankan oleh perempuan buruh pabrik rokok formal dan informal; dan 3) membandingkan dan menganalisis strategi yang dilakukan oleh perempuan buruh pabrik rokok industri formal dan informal dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga.

METODE PENELITIAN Secara sistematis metodologi penelitian ini

diawali dengan studi dasar (Baseline Study), dilanjutkan dengan pengumpulan data dan diakhiri dengan analisis data, pembahasan serta kesimpulan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Adapun masalah dan sejumlah variabel yang diteliti ini berkaitan dengan buruh perempuan yang bekerja di pabrik rokok industri formal dan informal di Desa Suwayuwo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan. Daerah yang diteliti adalah wilayah sekitar pabrik rokok PT. HM Sampoerna, Tbk. dan Pabrik Rokok industri Rumah Tangga di mana para perempuan di wilayah tersebut banyak yang bekerja di sektor publik sebagai buruh rokok, yaitu yaitu Desa Suwayuwo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi, observasi partisipatif, wawancara mendalam dan wawancara kelompok Group Interview (GI). Observasi partisipatif dilakukan dengan cara peneliti ikut berpartisipasi pada saat perempuan buruh melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan di lingkungan tempat tinggalnya. Wawancara mendalam dilakukan pada informan utama yaitu pada perempuan buruh pabrik rokok industri formal dan informal yang dinilai dapat memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Sedangkan dan wawancara kelompok (Group Interview) dilakukan pada tokoh masyarakat, pemuka adat, dan pengurus desa yang ditujukan sebagai penunjang untuk menguatkan informasi yang diperoleh peneliti dari informan utama.

Metode Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, teknik analisis gender Harvard, dan analisis perbandingan kebutuhan rumah tangga dan strategi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil studi dokumentasi dan observasi di lapang dapat diketahui karakteristik informan yang diwawancarai, yaitu Usia informan yang terdapat di daerah penelitian termasuk dalam usia produktif (16 - 58) tahun, yaitu perempuan buruh pabrik industri formal: umur 20-30 tahun sebanyak 2 orang, umur 30-40 tahun sebanyak 2 orang, umur 40-50 tahun sebanyak 1 orang, dan umur diatas 50 tahun sebanyak 1 orang. Sedangkan untuk buruh pabrik rokok industri informal: umur 30-40 tahun sebanyak 3 orang, dan umur di atas 50 tahun sebanyak 1 orang.

Informan yang diwawancarai memiliki tingkat pendidikan yang beragam. tingkat pendidikan informan di daerah penelitian tergolong rendah,

Page 5: Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok

5

Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri (Lestari, et al.)

yaitu untuk buruh pabrik formal: SLTA sebanyak 2 orang, SLTP sebanyak 1 orang, dan SD sebanyak 2 orang. Sedangkan untuk buruh pabrik informal: SLTA sebanyak 1 orang dan SD sebanyak 3 orang.

Lama bekerja masing-masing informan beraneka ragam, yaitu mulai dari informan yang baru bekerja sebagai buruh pabrik rokok maupun yang sudah bertahun-tahun mengabdikan diri di pabrik rokok sebagai buruh. Untuk buruh pabrik rokok formal: lama bekerja kurang dari 1 tahun sebanyak 1 orang, 1-2 tahun sebanyak 1 orang, 2-5 tahun sebanyak 1 orang, dan lebih dari 5 tahun sebanyak 3 orang. Sedangkan untuk buruh pabrik informal: lama bekerja kurang dari 1 tahun sebanyak 1 orang, 2-5 tahun sebanyak 1 orang, dan lebih dari 5 tahun sebanyak 2 orang. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perempuan Memutuskan untuk Bekerja di Pabrik Rokok Dorongan Kebutuhan Ekonomi yang Semakin Tinggi

Alasan yang paling mendasari mengapa informan memutuskan untuk bekerja di pabrik rokok, baik di pabrik rokok industri formal dan informal adalah alasan ekonomi. Dorongan kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi membuat para perempuan ini memutuskan untuk bekerja di luar lingkungan domestik, yaitu di sektor industri, tepatnya di pabrik rokok. Pendapatan yang tidak pasti dari suami membuat perempuan berpikir keras bagaimana caranya mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Cara yang ditempuh adalah dengan bekerja di pabrik rokok sebagai buruh. Berikut penuturan FA:

“Kebutuhan yang makin tinggi membuat saya terpaksa bekerja. Mau tidak mau, siap tidak siap... Kalau tidak bekerja, anak-anak saya mau makan apa? Ya mau gimana lagi? suami saya bekerja di Jakarta. Kiriman dari suami saya tidak menentu tiap bulannya. Kadang kalau lagi lancar kerjaannya, keluarga di rumah dikirimin uang, tapi kalau lagi ‘seret’ ya mau ngirim apa? Kalau udah ndak dikirim kayak gitu, anak-anak mau makan apa? Satu-satunya jalan ya dengan saya bekerja. Lumayan buat nambah-nambah beli sayuran sehari-hari. Kalau Cuma mengandalkan kiriman dari suami yang perbulannya ndak pasti, mana bisa?”

Meningkatan Status Sosial (Prestise) dalam Masyarakat

Mayoritas informan yang diwawancarai merasa setuju dengan peningkatan status sosialnya terelah mereka bekerja di pabrik rokok. Namun sebagian lagi merasa bahwa mereka bekerja bukan karena untuk meningkatkan status sosialnya,

melainkan untuk mencari uang demi terpenuhinya kebutuhan ekonomi rumah tangga.

Mereka yang setuju beranggapan bahwa seseorang yang bekerja di pabrik rokok lebih terlihat modern, rapih, keren dan terlihan pintar di kalangan masyarakat desa. Selain itu, mereka berpendapat bahwa buruh rokok lebih dipandang berstatus sosial lebih tinggi di masyarakat. Mereka dianggap memiliki skill yang lebih tinggi dibanding dengan masyarakat tani yang kesehariannya bekerja di sawah dengan alat-alat pertaniannya yang terkesan tradisional dan jauh dari sentuhan modernitas. Berikut pernyataan TK:

“Sebenarnya bukan karena pandangan masyarakat sih. Saya hanya butuh bagaimana caranya saya bisa bekerja untuk mendapatkan uang. Akan tetapi kalau dipikir-pikir memang iya, walaupun saya hanya bekerja di pabrik rokok rumahan, tapi penampilan masih tetap terjaga, jika dibandingkan dengan buruh tani. Orang-orang yang bekerja sebagai petani pastinya tidak pernah memperhatikan penampilan. Memang terlihat bedanya dengan buruh pabrik rokok”

Pendapat ini berbeda dengan informan yang tidak setuju dengan peningkatan status sosial dengan bekerja di pabrik rokok. Beberapa informan mengatakan bahwa mereka tidak pernah berharap status sosialnya menjadi lebih tinggi setelah ia menjadi buruh rokok, yang diinginkannya hanyalah uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, seperti penuturan WT berikut ini:

“Saya kerja bukan karena hal-hal seperti itu (status sosial, red). Yang saya pikirkan hanya mencari uang. Bagaimana mencari uang agar kebutuhan keluarga terpenuhi.”

Dari hasil Group Interview (GI) yang dilakukan dengan perangkat desa, tokoh agama kelompok pengajian perempuan, pengurus inti PKK, dan pengurus inti koperasi wanita. Para peserta GI ada yang menyatakan setuju dan ada pula yang tidak sependapat bahwa bekerja di pabrik rokok dapat meningkatkan status sosial buruh perempuan di masyarakat. Hasil dari diskusi kelompok adalah seluruh perangkat desa menyatakan setuju bahwa perempuan yang bekerja di pabrik rokok memiliki status sosial yang lebih tinggi di masyarakat. Meningkatnya status sosial perempuan tersebut dapat dilihat dari tingkat keterampilan dan pengetahuan perempuan yang bekerja di pabrik yang lebih tinggi dibanding dengan perempuan yang kesehariannya di sawah, terlebih hanya di rumah saja. Selain itu, pergaulan dinilai lebih luas. Sesama buruh akan saling berbagi berbagai hal, dari pengalaman kerja, pengalaman

Page 6: Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok

6

Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri (Lestari, et al.)

pribadi, hingga berbagai tips maupun hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan rumah tangga. Adanya jenjang karir yang pasti di pabrik menyebabkan status sosial buruh rokok dianggap lebih tinggi di masyarakat dibanding dengan pekerjaan di sektor pertanian. Diskusi kelompok juga dilakukan pada kelompok pengajian perempuan desa. Hasilnya adalah mereka memiliki pendapat yang berbeda. Ada yang menyetujui mengenai peningkatan status sosial, ada juga yang tidak setuju. peserta yang setuju berpendapat bahwa status sosial akan meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan seseorang berkomunikasi di tempat kerjanya. Jika komunikasi dengan tetangga semakin baik, maka ini akan membangun pemikiran masyarakat bahwa bekerja di pabrik dapat membuat seseorang memiliki pengetahuan yang luas dibanding hanya berdiam diri di rumah. Peserta diskusi yang tidak setuju mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan peningkatan status sosial dengan jenis pekerjaan yang ditekuni oleh seorang perempuan. Adapun hasil dari diskusi kelompok yang dilakukan pada Kelompok pengurus inti PKK mengatakan bahwa bekerja di pabrik dapat meningkatkan status sosial seseorang. Alasannya adalah perempuan yang bekerja di sektor industri (dalam hal ini adalah pabrik rokok), akan mempunyai pengetahuan, pergaulan, dan pengalaman yang luas. Pergaulan yang luas ini membuat perempuan buruh merasa bahwa secara strata sosial memiliki nilai yang tinggi di masyarakat. Selain itu bekerja pabrik juga dituntut berpenampilan rapi. Ini yang membuat perempuan buruh lebih tinggi status sosialnya dibanding dengan orang yang kesehariannya di sawah atau di rumah saja. Mengisi Waktu Luang

Ada beberapa perempuan yang beralasan bahwa bekerjanya mereka di pabrik rokok merupakan salah satu cara untuk mengisi waktu mereka yang luang. Mereka merasa bahwa waktu yang mereka miliki akan lebih bermanfaat jika digunakan untuk bekerja. Bekerjanya mereka juga ditujukan untuk menambah pemasukan keluarga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga keluarganya. Kendati demikian, ada juga informan yang mengaku bahwa bekerjanya mereka bukan karena mengisi waktu luang yang mereka miliki, melainkan karena tuntutan kebutuhan hidup yang semakin tinggi sehingga mengharuskan mereka mencari nafkah tambahan untuk membantu suami sebagai pencari nafkah utama dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Salah satu informan yang bernama TK mengatakan bahwa bekerja merupakan cara ia mengisi waktu luang yang dimilikinya. Berikut penuturannya:

“Sebenarnya saya bekerja itu atas keinginan sendiri. Bukan karena paksaan dari suami atau siapapun. Soalnya kalau suami sudah berangkat kerja, anak sudah berangkat sekolah, rumah sepi dan saya kesepian. Dengan bekerja kan saya menjadi mempunyai teman ngobrol di tempat kerja. Selain dapat teman dan bisa berbagi pengalaman, saya juga dapat tambahan buat mencukupi kebutuhan dapur. Lumayan, mbak... Buat bantu-bantu suami, dari pada saya nganggur”

Peran Perempuan Buruh Pabrik Rokok di Masyarakat Aktivitas Gender dalam Kegiatan Produktif Tabel 1. Aktivitas Gender dalam Kegiatan Reproduktif

No Jenis Kegiatan Buruh Pabrik Rokok industri formal

L P L & P

1. 2. 3. 4. 5.

6. 7. 8.

Mengangkut bahan baku Memilah bahan baku dari kotoran Meracik bumbu rokok Melinting rokok secara manual Melinting rokok dengan menggunakan mesin Mengemas rokok dalam pack kecil Mengemas rokok dalam pack besar Mengangkut rokok ke kontainer menuju proses pemasaran

√ - √ - - - - √

- √ - √ -

√ √ -

No Jenis Kegiatan Buruh Pabrik Rokok industri informal

L P L & P

1. 2. 3. 4. 5.

6. 7. 8.

Mengangkut bahan baku Memilah bahan baku dari kotoran Meracik bumbu rokok Melinting rokok secara manual Melinting rokok dengan menggunakan mesin Mengemas rokok dalam pack kecil Mengemas rokok dalam pack besar Mengangkut rokok ke kontainer menuju proses pemasaran

√ - √ - - - - √

- √ - √ √

√ √ -

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa semua aktivitas di lingkungan pabrik rokok industri formal dan industri rumah tangga tidak dikerjakan oleh laki-laki saja, melainkan juga dikerjakan oleh perempuan. Akan tetapi, dalam mengerjakan masing-masing tugasnya, terdapat sekat-sekat pemisahan kerja antara laki-laki dan perempuan yang bekerja sebagai buruh di pabrik rokok tersebut. Mayoritas laki-laki berperan dalam aktivitas yang memerlukan tenaga besar, sedangkan perempuan ditempatkan pada posisi pekerjaan yang memerlukan ketelitian yang tinggi.

Page 7: Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok

7

Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri (Lestari, et al.)

Selain berada di posisi yang memerlukan tenaga besar, laki-laki juga diletakkan pada posisi peracikan bahan baku. Penempatan laki-laki pada posisi ini dikarenakan laki-lakilah yang dinilai sudah biasa merokok dibanding perempuan, sehingga dengan racikan yang dilakukan laki-laki, maka akan tercipta citarasa yang pas dan sesuai dengan selera perokok.

Pada tabel di atas terdapat perbedaan aktivitas gender buruh pabrik rokok industri formal dan industri informal dalam hal penggunaan mesin pelinting rokok. Pabrik rokok industri formal melibatkan perempuan dalam aktivitas ini, sedangkan pabrik rokok industri informal tidak. Karena mesin yang ada di pabrik rokok industri formal tersedia dalam jumlah yang banyak, maka ini memungkinkan siapa saja (baik laki-laki maupun perempuan) dapat menggunakannya asalkan buruh tersebut dinilai oleh perusahaan telah mampu mengoperasikannya. Akan tetapi, kendati perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam mengoperasikan mesin pelinting rokok, keberadaan perempuan yang bekerja pada jenis pekerjaan ini sangatlah sedikit kuantitasnya. Ini berarti dalam ranah kerja pelintingan rokok dengan menggunakan mesin, masih terdapat dominasi laki-laki. Alasan mengapa laki-laki lebih banyak dimasukkan dalam posisi ini adalah karena segala pekerjaan yang mengoperasikan mesin lebih cocok dilakukan oleh laki-laki karena laki-laki dinilai memiliki kemampuan dalam menjalankan dan mengoperasikan mesin tersebut, walaupun dalam hal ini ada juga buruh perempuan yang masuk dalam posisi pengoperasian mesin.

Berbeda dengan aktivitas gender pada buruh pabrik rokok industri informal yang aktivitas pelintingan rokok dengan menggunakan mesin sepenuhnya dikerjakan oleh laki-laki saja. Selain adanya pandangan bahwa laki-laki lebih pantas mengoperasikan mesin dibanding dengan perempuan, alasan lain yang mendasarinya adalah kuantitas mesin pelinting sendiri yang keberadaan jumlahnya yang terbatas sehingga tidak bisa dioperasikan oleh sembarang orang. Alasan lain yang menyebabkan perempuan tidak ditempatkan pada pelintingan rokok dengan menggunakan mesin adalah karena perempuan dinilai tabu dalam mengoperasikan teknologi berupa mesin-mesin yang ada pada pabrik rokok. Menurut pandangan pemilik pabrik rokok industri informal, perempuan dinilai kurang pantas mengoperasikan mesin dan hanya laki-lakilah yang paling cocok untuk mengoperasikannya. Perempuan dinilai memiliki ketelitian yang tinggi sehingga pabrik rokok menempatkan perempuan pada bagian pelintingan secara manual, pengemasan, dan pemilihan bahan

baku untuk diseleksi mana yang layak dan tidak layak untuk digunakan. Selain itu, perempuan yang ditempatkan pada bagian pengemasan, akan melakukan pekerjaannya dengan rapi, inilah yang membuat perempuan lebih diutamakan dalam pekerjaan pelintingan manual dan pengemasan dibanding mempekerjakan laki-laki. Aktivitas Gender dalam Kegiatan Reproduktif Tabel 2. Aktivitas Gender dalam Kegiatan Reproduktif

No. Kegiatan Reproduksi Buruh Pabrk Rokok Industri Besar

Yang Melakukan

L P L & P

1.

Terkait dengan air - Mengambil/mengangkut

air bersih - Memasak air

- -

- √

√ -

2. Mengangkut gas LPG - - √ 3. Menyiapkan makanan - √ - 4. Mencuci piring - √ - 5. Mencuci baju - √ - 6. Menyetrika baju - √ - 7. Mengasuh anak - - √ 8. Pemeliharaan kesehatan - √ - 9. Menyapu rumah - - √ 10. Mengepel lantai - √ - 11. Mengecat rumah - - √ 12. Belanja, antar/jemput ke

pasar - - √

No. Kegiatan Reproduksi Buruh Pabrik rokok industri

informal

Yang Melakukan

L

P

L & P

1.

Terkait dengan air - Mengambil/mengangkut

air bersih - Memasak air

- -

- √

√ -

2. Mengangkut gas LPG - - √ 3. Menyiapkan makanan - √ - 4. Mencuci piring - √ - 5. Mencuci baju - √ - 6. Menyetrika baju - √ - 7.

Mengasuh anak - - √

8.

Pemeliharaan kesehatan

-

-

9. Menyapu rumah - - √ 10. Mengepel lantai - √ - 11. Mengecat rumah - - √ 12. Belanja, antar/jemput ke

pasar - - √

Dari tabel di atas, baik pada buruh pabrik rokok industri formal maupun industri rumah tangga, tidak terdapat perbedaan mengenai pembagian jenis pekerjaan pada aktivitas reproduksi. Untuk aktivitas reproduksi, ada beberapa pekerjaan dilakukan oleh perempuan itu sendiri, seperti memasak air, menyiapkan makanan, mencuci piring, mencuci baju, menyetrika baju, mengepel lantai. Ada beberapa pekerjaan yang berkaitan dengan rumah tangga yang dilakukan oleh laki-laki, yaitu mengangkut air, mengecat rumah, mengangkut gas LPG (sebagai bahan bakar memasak), dan terkait dengan pasar

Lanjutan Tabel 2. Aktivitas Gender dalam Kegiatan Reproduktif

Page 8: Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok

8

Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri (Lestari, et al.)

yaitu mengantarkan istri ke pasar untuk belanja kebutuhan dapur. Para istri mengaku bahwa sebaiknya laki-laki tidak memasak di dapur, karena memasak merupakan kewajiban istri. Ini yang menjadi penyebab mengapa kegiatan reproduksi yang berkaitan dengan dapur dilakukan oleh perempuan. Aktivitas reproduksi yang dilakukan oleh perempuan ini juga ada beberapa yang dibantu oleh anak laki-laki dan anak perempuan atau dengan kata lain dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu laki-laki dan perempuan.

Dalam menjalankan peran reproduksinya, mayoritas informan yang diwawancarai mengaku bahwa mereka diharuskan bangun pagi, bahkan ada juga yang sebelum adzan subuh berkumadang mereka harus sudah bangun. Ini disebabkan oleh pekerjaan ganda yang harus di lakukannya yaitu sebagai perempuan yang mengurus kebutuhan rumah tangga seperti memasak dan mengurus rumah, dan sebagai perempuan bekerja yaitu buruh rokok.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan, baik itu informan dari buruh rokok pabrik rokok industri formal maupun pabrik rokok industri kecil, diketahui bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh perempuan untuk mempersiapkan kebutuhan rumah tangga adalah sebanyak 4 jam dengan rincian 2 jam mengerjakan pekerjaan rumah tangga di pagi hari, dan 2 jam mengerjakan pekerjaan rumah tangga di sore/malam hari. Di bawah ini merupakan tabel pola kerja harian perempuan buruh di desa Suwayuwo: Tabel 3. Pola Kerja Harian Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri Formal dan Informal Desa Suwayuwo

Waktu Kegiatan

Laki-laki Perempuan Buruh Pabrik rokok industri

formal

04.00 – 05.00 - Bangun tidur - Mandi, sikat gigi - Sholat Subuh - Menyapu rumah - Mengangkut air

- Bangun tidur - Cuci muka - Sholat subuh - memasak nasi,

lauk, sayur - Memasak air - Mencuci piring

- Mandi

- Menyapu rumah - Mandi, sikat gigi

05.00 – 06.00 - Makan pagi

- Menyiapkan makanan

- Makan pagi 06.00 – 15.00 - Bekerja - Bekerja di pabrik

rokok 15.00 – 15.30 - Pulang ke rumah - Pulang ke rumah 16.30 – 19.00 - Mandi

- Istirahat (menonton TV, berbincang dengan tetangga)

- Mandi - Menyapu rumah - Mencuci pakaian - Menyetrika

pakaian

19.00 – 21.00 - Makan malam - Istirahat

(menonton TV, berbincang dengan keluarga)

- Makan malam - Istirahat

(menonton TV, berbincang dengan keluarga)

21.00 – 04.00 - Tidur - Tidur

Waktu Kegiatan

Laki-laki Perempuan Buruh Pabrik rokok industri informal

04.00 – 05.00 - Bangun tidur - Mandi, sikat

gigi - Sholat Subuh - Menyapu

rumah - Mengangkut

air

- Bangun tidur - Cuci muka - Sholat subuh - memasak nasi, lauk,

sayur - Memasak air - Mencuci piring - Menyapu rumah - Mandi, sikat gigi

05.00 – 06.00 - Makan pagi

- Menyiapkan makanan - Makan pagi

06.00 – 16.00 - Bekerja - Bekerja di pabrik rokok

16.00 – 16.30 - Pulang ke rumah

- Pulang ke rumah

16.30 – 19.00 - Mandi - Istirahat

(menonton TV, berbincang dengan tetangga)

- Mandi - Menyapu rumah - Mencuci pakaian - Menyetrika pakaian

19.00 – 21.00 - Makan malam

- Istirahat (menonton TV, berbincang dengan keluarga.

- Makan malam - Istirahat (menonton

TV, berbincang dengan keluarga)

21.00 – 04.00 - Tidur - Tidur

Dalam menjalankan peran reproduktif, informan yang diwawancari tidak merasa kewalahan. Kegiatan yang berkaitan dengan perannya di lingkungan domestik dapat dijalankan dengan baik. Jika suatu hari ia membutuhkan waktu yang lebih untuk menyelesaikan pekerjaannya, beberapa informan ini meminta ijin di tempat kerjanya beberapa hari. Ini biasanya terjadi pada buruh pabrik rokok industri informal. Berikut penuturan TK:

“Kalau misalnya saya ada kerjaan rumah yang memakan banyak waktu, saya biasanya ijin ke ‘juragan’nya (pemilik pabrik)... Jadi buruh pabrik rokok rumahan seperti saya ini biasanya tidak terlalu terikat peraturannya. Tapi kalau kerjanya di pabrik besar ya gak bisa minta ijin seenaknya, apalagi cuma ijin buat menyelesaikan pekerjaan rumah”

Berbeda dengan TK, SW yang bekerja di pabrik rokok industri formal mengaku bahwa jika terdapat pekerjaan rumah yang membutuhkan

Page 9: Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok

9

Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri (Lestari, et al.)

waktu lebih banyak, maka ia akan meminta anggota keluarga yang lain untuk membantunya. Ini disebabkan karena ketatnya peraturan yang diberlakukan di pabrik rokok tempat ia bekerja. Sulitnya meminta ijin menyebabkan ia harus pandai-pandai mengatur siasat agar jika ada pekerjaan yang memerlukan waktu lebih, maka masih tetap ia kerjakan tanpa harus meminta ijin untuk tidak bekerja berikut penuturan SW:

“Misalnya saya sedang ada urusan rumah atau pekerjaan rumah yang harus dikerjakan beberapa hari, maka saya minta saudara untuk membantu. Soalnya kalau gak gitu saya ‘keteteran’. Minta ijin aja susahnya minta ampun. Jadi ya harus pintar-pintar nyari siasat. Kalau dibantu saudara kan enak, misalnya kegiatannya selesai 2 hari, dengan bantuan beberapa orang kan bisa jadi 1 hari saja. Dan saya ndak perlu ijin kerja”

Aktivitas Gender dalam Kegiatan Sosial Kemasyarakatan

Aktivitas gender dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Aktivitas Gender Buruh Pabrik Rokok Industri Formal dan Informal dalam Kegiatan Sosial Masyarakat

No.

Kegiatan Buruh Pabrik rokok

industri formal

Laki-laki

Perempuan Laki-laki & Perempuan

1. PKK - √ - 2. Koperasi - - √ 3. Rapat Desa √ - - 4. Kelompok Tani - - √ 5. Kelompok

Pengajian - - √

6. Posyandu/Polindes

- √ -

7. Gotong royong perbaikan rumah

√ - -

8. Gotong royong perbaikan jalan

√ - -

9.

Gotong royong perbaikan jembatan

-

-

10. Gotong royong tempat ibadah

√ - -

11. Hajatan - - √ 12. Kematian - - √

No.

Kegiatan Buruh Pabrik rokok

industri informal

Laki-laki

Perempuan Laki-laki & Perempuan

1. PKK - √ - 2. Koperasi - - √ 3. Rapat Desa √ - - 4. Kelompok Tani - - √ 5. Kelompok

Pengajian - - √

6. Posyandu/Polindes

- √ -

7. Gotong royong perbaikan rumah

√ - -

8. Gotong royong perbaikan jalan

√ - -

9. Gotong royong perbaikan jembatan

√ - -

10. Gotong royong tempat ibadah

√ - -

11. Hajatan - - √ 12. Kematian - - √

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan antara aktibitas gender pada buruh pabrik rokok industri formal maupun industri informal dalam kegiatan sosial masyarakat. pada tabel di atas diketahui bahwa perempuan juga memiliki peran dalam kegiatan masyarakt. Hal ini dilihat pada aktivitas pada tabel di atas, yaitu kegiatan PKK dan posyandu.

Selain kegiatan yang dilakukan oleh perempuan saja, ada beberapa kegiatan di desa Suwayuwo yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Kegiatan tersebut adalah koperasi, kelompok, kelompok tani, kelompok pengajian, hajatan, dan kematian. Koperasi merupakan salah satu lembaga desa yang memberikan kontribusi besar bagi kemajuan perekonomian penduduk di desa Suwayuwo. Koperasi di desa Suwayuwo di bagi menjadi 2, yaitu Koperasi Unit Desa, dan koperasi wanita. Kegiatan lain yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki adalah kelompok tani, pengajian, hajatan dan kematian. Kegiatan yang ada di kelompok tani adalah simpan pinjam pupuk, pestisida, herbisida, benih, bibit, yang merupakan saprodi pertanian. Dalam kegiatan ini, perempuan dan laki-laki diperbolehkan menjadi anggota. Tidak ada diskriminasi terhadap keanggotaan kelompok tani baik laki-laki maupun perempuan. Senada dengan koperasi, kegiatan pengajian juga diikuti oleh laki-laki dan perempuan. Aktivitas religi dinilai penting bagi semua kalangan, baik laki-laki maupun perempuan, tidak ada diskriminasi sehingga laki-laki dan perempuan boleh ikut. Ketika ada tetangga yang melakukan hajatan, maka tetangga lain baik laki-laki dan perempuan dengan suka rela saling membantu dalam pelaksanaan hajatan tersebut. Begitu pula jika ada kematian, baik laki-laki maupun perempuan bersama-sama membantu keluarga yang berduka. Mereka beranggapan bahwa kematian merupakan hal yang memberikan dampak berupa kesedihan, sehingga baik laki-laki maupun perempuan tidak dilarang untuk datang bertakziyah dan menghibur keluarga yang ditinggalkan.

Terlepas dari kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, ada juga kegiatan sosial kemasyarakatan yang hanya diikuti oleh kaum laki-

Lanjutan Tabel 4. Aktivitas Gender Buruh Pabrik Rokok Industri Formal dan Informal dalam Kegiatan Sosial Masyarakat

Page 10: Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok

10

Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri (Lestari, et al.)

laki saja. kegiatan tersebut adalah rapat desa, gotong royong perbaikan rumah, jalan, jembatan dan tempat ibadah. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh laki-laki saja. alasan yang mendasarinya adalah karena laki-laki memiliki tenaga yang cukup kuat dibandingkan dengan perempuan. Kegiatan gotong royong membutuhkan tenaga yang besar, sehingga diputuskan laki-laki yang ikut serta, sedangkan perempuan tidak diikutsertakan. Akses dan Kontrol Sumberdaya Alam Tabel 5. Akses dan Kontrol Buruh Pabrik Rokok Industri Formal dan Informal terhadap Sumberdaya Alam

No Akses Terhadap

Lali-laki

Perempuan Buruh Pabrik rokok industri

formal

L & P

1. 2.

Tanah Air

√ -

- -

- √

3. 4. 5.

Simpan pinjam koperasi Pekerjaan Teknologi baru

- - -

- - -

√ √ √

No Akses Terhadap

Laki-laki

Perempuan Buruh Rokok

Industri Informal

L & P

1. 2.

Tanah Air

√ -

- -

- √

3. 4. 5.

Simpan pinjam koperasi Pekerjaan Teknologi baru

- - -

- - -

√ √ √

Buruh yang bekerja di pabrik rokok industri formal maupun industri rumah tangga memiliki kesamaan dalam menentukan akses. Terlihat bahwa akses sumberdaya yang hanya diakses oleh laki-laki adalah akses tanah. Para informan sepakat bahwa kepemilikan tanah lebih baik di atas namakan kepada suami, karena sudah menjadi kebiasaan turun temurun dan menjadi kurang enak dilihat jika perempuan yang menjadi atas nama kepemilikan tanah. Sedangkan akses terhadap air, tidak ada diskriminasi gender dalam mengakses sumberdaya air. Ini berarti bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki akses yang sama dalam memperoleh air. Untuk akses terhadap sumber daya pengetahuan dan finansial, diketahui bahwa garis besar terhadap akses tersebut didominasi oleh laki-laki dan perempuan. Simpan pinjam di koperasi bisa diakses oleh laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan oleh adanya lembaga koperasi yang menaungi baik untuk laki-laki maupun perempuan, yaitu Koperasi Unit Desa dan koperasi wanita. Selain sumber daya finansial, sumberdaya lain yang dapat diakses oleh laki-laki dan perempuan adalah sumberdaya pekerjaan dan teknologi baru. Dalam hal pekerjaan, baik laki-laki maupun perempuan sama-

sama memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pekerjaan. Begitu pula terhadap adanya teknologi baru. Sumberdaya Pengetahuan dan Finansial

Berikut ini merupakan tabel akses terhadap sumberdaya lain yang mendukung kegiatan perempuan desa dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya: Tabel 6. Akses dan Kontrol Buruh Pabrik Rokok Industri Formal dan Informal terhadap Sumber daya Pengetahuan dan Finansial

No Akses Terhadap L P L & P

1.

2. 3.

Simpan pinjam koperasi Pekerjaan Teknologi baru

- - -

- - -

√ √

Garis besar akses terhadap sumberdaya pengetahuan dan finansial didominasi oleh laki-laki dan perempuan. Simpan pinjam di koperasi bisa diakses oleh laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan oleh adanya lembaga koperasi yang menaungi baik untuk laki-laki maupun perempuan, yaitu Koperasi Unit Desa dan koperasi wanita. Dengan adanya kedua koperasi tersebut maka akses bagi laki-laki maupun perempuan terhadap sumberdaya finansial sama-sama terbuka lebar dan tidak ada diskriminasi bagi salah satunya.

Selain sumberdaya finansial, sumberdaya lain yang dapat diakses oleh laki-laki dan perempuan adalah sumberdaya pekerjaan dan teknologi baru. Dalam hal pekerjaan, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pekerjaan. Ada sedikit perbedaan dalam bidang pekerjaan, yaitu perempuan biasanya ditempatkan di posisi yang memerlukan ketelitian dan kesabaran tinggi, sedangkan laki-laki ditempatkan pada posisi yang memerlukan tenaga yang besar, seperti angkut-angkut. Penyebabnya adalah perempuan dipandang berpembawaan halus, sabar, dan teliti sehingga cocok diletakkan pada posisi yang memerlukan ketelitian dan kesabaran yang tinggi, sedangkan laki-laki memiliki pembawaan kebalikan dari perempuan, yaitu kasar, kuat dan tidak sabaran, sehingga lebih cocok ditempatkan pada posisi yang memerlukan tenaga besar. Selanjutnya adalah mengenai akses terhadap teknologi baru. Baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki akses terhadap adanya teknologi baru. Akan tetapi, teknologi yang menggunakan mesin dalam pengoperasiannya biasanya lebih cenderung dianjurkan kepada laki-laki sebagai pemakainya, walaupun ada juga beberapa perempuan yang menggunakan mesin sebagai salah satu teknologi baru. Pengambilan Keputusan

Berkaitan dengan kontrol atau pengambilan keputusan dalam ekonomi rumah tangga, sudah

Page 11: Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok

11

Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri (Lestari, et al.)

seimbang antara laki-laki dan perempuan, walaupun masih lebih didominasi oleh keputusan dari laki-laki. Akan tetapi untuk sektor domestik, dalam hal pengadaan makanan dan distribusinya mayoritas masih didominasi oleh perempuan. Tabel berikut merupakan pola pengambilan keputusan pada ranah produktif: Tabel 7. Jenis Pengambilan Keputusan Produktif Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri Formal dan Informal

No Pengambilan Keputusan dalam

Hal

L

P L & P

1.

2.

Simpan pinjam koperasi Tenaga Kerja

- -

- -

Mayoritas jenis keputusan yang berkaitan dengan aspek produktif diputuskan secara bersama-sama antara laki-laki dan perempuan, meskipun dalam pengambilan keputusan ini masih ada dominasi dari laki-laki.

Dalam melakukan simpan pinjam uang di koperasi, laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama dalam memutuskan apakah pihak laki-laki atau perempuan yang melakukan simpan pinjam di koperasi tersebut. Hal ini karena baik laki-laki maupun perempuan sudah memiliki wadah sendiri-sendiri di Koperasi Unit Desa Suwayuwo, yaitu Koperasi Unit Desa biasanya diikuti oleh laki-laki dan Koperasi Wanita (KOPWAN) yang diikuti oleh perempuan. Biasanya, dalam memutuskan siapa yang akan meminjam uang, laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga melakukan rembug atau dikenal dengan istilah musyawarah. Setelah bermusyawarah, maka akan didapatkan hasil yang disepakati oleh kedua belah pihak mengenai siapa yang melakukan peminjaman uang dikoperasi.

Dalam hal memutuskan penggunaan tenaga kerja, baik di dalam maupun di luar lingkungan keluarga masih terdapat perbedaan. Dari segi pembagian tugas, laki-laki cenderung ditempatkan pada posisi yang memerlukan tenaga yang besar, sedangkan perempuan lebih diutamakan ditempatkan pada posisi yang memerlukan kesabaran dan ketelitian yang tinggi. Strategi yang dilakukan Perempuan Bekerja dalam Memenuhi Kebutuhan Ekonomi Rumah Tangga Kebutuhan Ekonomi Rumah Tangga

para informan baik dari pabrik rokok industri formal maupun informal mayoritas mengatakan bahwa mereka hanya memenuhi kebutuhan primer dan sekunder saja. Menurut mereka, pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder saja sudah sangat berat, apalagi untuk kebutuhan tersier. Mereka mengaku tidak terlalu mementingkan memiliki barang-barang mewah

seperti mobil dan perhiasan. Berikut penuturan WT:

“Sementara ini saya baru mencukupi kebutuhan makan, pakaian dan tempat tinggal saja. Untuk membeli barang-barang mewah, rasanya masih belum kuat beli. Uangnya masih kepake untuk keperluan lain. Untuk keperluan mendadak saja saya kadang masih pinjam ke tetangga kok, mana bisa saya beli mobil”

Kontribusi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri Formal

Berdasarkan hasil wawancara mendalam di lapang, mayoritas informan mengaku bahwa pendapatan keluarganya diperoleh dari suami dan istri yang bekerja. Sedangkan sisanya mengatakan bahwa pendapatannya berasal dari dirinya sendiri. Pendapatan yang diperoleh hanya seorang diri ini dikarenakan 2 alasan, yaitu informan belum menikah dan informan adalah seorang janda yang anaknya sudah berkeluarga, sehingga tidak ada pemasukan tambahan dari suami atau keluarga yang lain. Kontribusi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri Informal

Secara keseluruhan, perempuan yang bekerja memberikan kontribusi hampir separuh dari pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Sisanya dipenuhi oleh ayah dan sebagian kecil ada yang dari anak mereka yang sudah bekerja. Keberadaan anak yang bekerja tidak terlalu memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga dalam keluarga. Biasanya orang tua tidak terlalu mematok anaknya untuk membantu kebutuhan rumah tangga. Yang diharapkan orang tua hanyalah anak sudah memiliki pendapatan sendiri yang akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa harus meminta lagi kepada orang tua. Untuk perempuan yang belum menikah dan yang menjadi janda, seluruh kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh mereka sendiri. Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri Formal Strategi Waktu

Informan yang diwawancarai mengatakan bahwa mereka harus sebisa mungkin membagi waktu yang mereka miliki dengan baik. Ini dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan, baik itu di ranah domestik maupun pekerjaannya di ranah publik. Semua pekerjaan domestik dikerjakan dan disesuaikan dengan jam kerja publik yang menganut sistem shift. Adanya kesempatan yang diberikan keluarga kepada mereka untuk bekerja di luar sektor domestik mengharuskan mereka sebisa mungkin membagi

Page 12: Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok

12

Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri (Lestari, et al.)

waktu dengan baik untuk mengurus kebutuhan keluarga (melayani suami, mengurus anak dan mengurus rumah tangga) dan bekerja di pabrik rokok. Ini terkait dengan perjanjian mereka ketika pertama kali mereka memutuskan untuk bekerja. hal ini sesuai dengan pernyataan ZY sebagai berikut:

“keputusan saya untuk bekerja mengharuskan saya mampu mengatur waktu dengan baik antara untuk bekerja dan untuk mengurus keluarga. Karena memang sudah perjanjian di awal dengan suami, saya diijinkan bekerja asalkan pekerjaan yang berkaitan dengan urusan rumah tangga tetap bisa dijalankan dengan baik”.

Strategi Bekerja Kemampuan yang baik dalam melakukan

tugasnya membuat perempuan yang bekerja mampu bertahan di lingkungan kerjanya. Ada beberapa diantara buruh yang melakukan ‘copying strategy’ dalam hal bekerja di pabrik rokok. Mereka meniru rekan kerjanya agar pekerjaan yang dilakukan dapat dengan dikerjakan dalam waktu yang singkat dan menghasilkan produk yang banyak, seperti yang disampaikan US berikut:

“Awal bekerja di pabrik rokok, saya merasa kesulitan. Karena biasa kerja di sawah, tiba-tiba harus megang lintingan rokok. Tidak ada hal yang saya lakukan kecuali melihat teman-teman saya bagaimana ia bekerja. Saya lihat bagaimana ia membuat lintingan-lintingan rokok yang mampu mereka hasilkan dalam jumlah banyak untuk waktu yang singkat. Kemudian diam-diam saya mulai meniru. Kalau ndak gitu ya ndak bisa-bisa. Siapa yang mau ngajari saya, wong mereka juga mau kerja...”

Strategi Keuangan Strategi terkait dengan keuangan adalah

dengan mengikuti berbagai kegiatan yang ada di lembaga perekonomian desa, seperti kegiatan simpan pinjam di koperasi desa, baik pada koperasi wanita maupun pada koperasi unit desa. Strategi lain yang dilakukan oleh perempuan buruh, yaitu dengan mengikuti kegiatan arisan. Jika dalam keadaan sangat terdesak dan kemungkinan sudah tidak ada lagi lembaga keuangan yang mau meminjamkannya uang, maka ia akan meminjam uang kepada tetangga di sekitar rumahnya. ZY mengatakan:

“Beberapa buruh yang minjam uang ke tetangganya kalau lagi butuh uang mendadak. Soalnya kalau minjam ke koperasi biasanya kurang luwes cara peminjamannya, makanya lebih cepat minjam ke tetangga saja. lagi pula ndak ada

dendanya kalo telat mengembalikan. Selain itu juga kalau pas arisan, biasanya minta namanya diperbanyak ke ketua arisan, biar keluar pas di ‘kopyok’.

Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri Informal Strategi Waktu

Informan yang diwawancarai mengatakan bahwa mereka sebisa mungkin harus bisa membuat strategi mengenai waktu yang dimilikinya untuk berbagai keperluan, baik keperluan pekerjaan, rumah tangga, maupun keperluan sosial kemasyarakatan. Para buruh ini mengaku bahwa mereka harus bangun pagi-pagi sekali agar semua pekerjaan rumah tangga harus selesai dikerjakan sebelum berangkat ke tempat kerja. Akan tetapi, ketika ada keperluan mendadak, biasanya perempuan buruh ini meminta tolong kepada rekan kerjanya untuk menyapaikan ijin secara lisan kepada juragan (pemilik pabrik) bahwa pada hari itu ia tidak masuk kerja. Seperti penuturan TK berikut:

“Kalau lagi ada keperluan mendadak biasanya saya nitip ijin ke teman kerja. Titip omongan saja, ndak perlu surat ijin resmi. Juragannya sudah mengijinkan kok. Ndak seperti di pabrik besar yang harus ganti kerja di lain hari, kerja di pabrik rumahan seperti saya ini enak. Tapi ya itu, upahnya disesuaikan dengan berapa hari kita masuk kerja perminggunya dan berapa besar rokok yang kita hasilkan. Kalo hasilnya dikit ya gajinya juga dikit.”

Strategi Bekerja Strategi bekerja yang dilakukan oleh perempuan buruh pabrik rokok informal adalah strategi meniru (copying strategy). Mayoritas perempuan buruh yang di wawancarai mengaku bahwa bekerjanya dalam kurun waktu bertahun-tahun merupakan hasil dari meniru rekan kerjanya di awal ia masuk untuk bekerja di pabrik rokok tersebut. Mereka mengatakan bahwa segala kecakapan yang mereka miliki diperolehnya dari hasil meniru rekan kerja sesama buruh. Seperti yang dikatakan TK berikut ini:

“Awal bekerja saya meniru dari apa yang dilakukan oleh teman kerja di sebelah saya. Soalnya kan dari awal saya belum pernah dikenalkan dengan pekerjaan yang berhubungan dengan rokok. Trus juragannya juga hanya mengajari sedikit-sedikit, jadi satu-satunya cara biar saya cepat bisa ya meniru teman sebelah. Kadang saya sengaja mengikuti cara teman saya itu, agar apa yang saya kerjakan minimal mirip dengan dia. Yang saya tiru biasanya bagaimana caranya melinting

Page 13: Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok

13

Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri (Lestari, et al.)

rokok dengan cepat dan hasilnya bagus. Berkat belajar dan meniru dari teman saya, alhamdulillah saya bekerja di pabrik rokok bisa bertahan lebih dari 5 tahun sampai sekarang.”

Strategi Keuangan Strategi keuangan yang dilakukan oleh

perempuan buruh rokok pabrik informal adalah melakukan peminjaman uang baik ke tetangga maupun ke lembaga keuangan desa, seperti koperasi, PKK, KUD, Koperasi Wanita, ataupun kelompok tani. Selain peminjaman pada lembaga keuangan, buruh pabrik informal biasanya melakukan peminjaman uang kepada pemilik pabrik tempat ia bekerja. Strategi lain terkait dengan keuangan adalah arisan. Perempuan buruh rokok informal juga mengikuti arisan sebagai strategi keuangan mereka. Analisa Perbandingan Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri Formal dan Informal Analisa komparasi strategi perempuan buruh pabrik rokok formal dan informal dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8. Komparasi Komponen Penentu Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri Formal dan Informal

Item/ Komparasi

Pabrik Rokok Industri Formal

Pabrik Rokok Industri Informal

Waktu kerja

Menggunakan sistem shift: - Pagi: 07.00 - 15.00 - Siang: 15.00 - 23.00 - Malam: 23.00 - 07.00

Pagi hingga sore hari (06.00 – 16.00)

Upah kerja Tinggi Rendah

Asuransi kesehatan dan kecelakaan kerja

Ada Tidak ada

Peraturan kerja

Ada dan terikat Ada dan Fleksibel

Status sosial

Tinggi Rendah

Strategi: - Strategi

waktu

- Strategi

bekerja

a. Mengalokasikan

waktu sesuai dengan jam kerja pabrik.

b. Jika ada kegiatan sosial masyarakat pada saat kerja, maka kegiatan tersebut diwakilkan pada anggota keluarga yang tidak sedang bekerja.

Meniru (copying strategy) cara bekerja rekannya sehingga bisa

a. Mengalokasikan

waktu sesuai dengan jam kerja pabrik.

b. Jika ada kegiatan sosial masyarakat pada saat jam kerja, maka ia akan meminta ijin kepada pemilik pabrik

c. untuk menghadiri

kegiatan tersebut.

Meniru (copying strategy)

- Strategi

keuangan

menghasilkan banyak produk.

a. Arisan b. Simpan pinjam

Koperasi Unit Desa (KUD)

c. Simpan pinjam Koperasi Wanita (KOPWAN)

d. Meminjam uang ke koperasi pabrik

e. Meminjam uang ke tetangga.

cara bekerja rekannya sehingga bisa menghasilkan banyak produk.

a. Arisan b. Simpan pinjam Koperasi

Unita Desa (KUD) c. Simpan pinjam Koperasi

Wanita (KOPWAN) d. Meminjam uang ke

pemilik pabrik e. Meminjam uang ke

tetangga.

Keberadaan sistem kerja shift di pabrik formal menjadikan waktu kerja menjadi efektif untuk produksi di pabrik. Selain itu, selama bekerja, perempuan buruh dikenakan peraturan yang ketat. Buruh tidak diijinkan keluar masuk lingkungan kerja. Oleh karenanya bekerja di pabrik formal dihargai upah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bekerja di pabrik informal. Adanya asuransi kesehatan dan kecelakaan kerja merupakan wujud apresiasi pabrik terhadap buruh yang bekerja tanpa mengenal waktu. Jika ada buruh yang sakit atau mengalami kecelakaan di lingkungan kerja, maka perusahaan akan memberikan asuransi kesehatan berupa pengobatan gratis untuk mereka. Sangat berbeda dengan buruh pabrik informal yang bekerja tanpa adanya asuransi kesehatan dan kecelakaan kerja.

Keberadaan pabrik formal ini menumbuhkan anggapan di masyarakat bahwa mereka yang bekerja di pabrik formal memiliki status sosial yang lebih tinggi dibanding mereka yang bekerja di sektor pertanian ataupun pabrik informal. Mereka yang bekerja di pabrik formal merasa bangga dan merasa lebih di hargai dibanding bekerja di pabrik informal. Alasannya adalah di dalam pabrik formal tersebut terdapat beribu-ribu buruh sehingga relasi mereka dalam membangun hubungan baik itu hubungan pertemanan ataupun hubungan kerja menjadi lebih besar dan luas. Berbeda dengan pabrik informal dimana buruh yang dipekerjakan hanya beberapa orang saja. Peraturan yang mengharuskan mereka menggunakan seragam dan atribut lainnya juga membuat mereka lebih percaya diri dan terkesan prestisius dibanding mereka yang bekerja di pabrik informal dan tidak mengenakan atribut apapun. Popularitas pabrik tempat mereka bekerja juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka yang bekerja di sana.

Strategi waktu yang dijalankan oleh perempuan buruh yang bekerja di pabrik formal adalah mengalokasikan waktu yang ada sesuai dengan kebutuhan kerja. Sedangkan buruh pabrik informal, dapat meminta ijin kepada pemilik pabrik ketika ada urusan pada saat jam kerja. Ini karena

Lanjutan Tabel 8. Komparasi Komponen Penentu Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri Formal dan Informal

Page 14: Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok

14

Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri (Lestari, et al.)

aturan pabrik informal yang fleksibel sehingga memudahkan buruhnya untuk ijin tidak bekerja.

Untuk strategi bekerja, perempuan buruh yang bekerja di pabrik formal dan informal memiliki strategi yang sama, yaitu melakukan peniruan dari rekan kerjanya yang sudah berpengalaman. Strategi meniru (copying strategy) ini dilakukan agar ia dapat melakukan penyesuaian dan tidak tertinggal dengan rekan kerjanya yang lain. Strategi terakhir adalah strategi keuangan. Perempuan yang bekerja di pabrik formal melakukan berbagai strategi terkait dengan keuangan dengan mengikuti kegiatan arisan, simpan pinjam Koperasi Unit Desa (KUD) dan Koperasi Wanita (KOPWAN). Ada hal yang membedakan strategi buruh pabrik formal dan informal, yaitu buruh pabrik formal dapat melakukan kegiatan simpan pinjam di koperasi pabrik tempat mereka bekerja. Hal ini sangat berbeda dengan buruh pabrik informal, karena pabrik informal tidak memiliki sistem perkoperasian sehingga buruhnya tidak bisa melakukan kegiatan simpan pinjam. Akan tetapi buruh pabrik informal dapat melakukan pinjaman langsung ke pemilik pabrik. Jika ada keperluan mendadak yang membutuhkan uang cepat, baik buruh pabrik formal maupun informal melakukan pinjaman ke tetangga mereka. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa peminjaman sejumlah uang ke tetangga jauh lebih cepat dan praktis dibanding ke lembaga keuangan lain. Ini dikarenakan peminjaman uang ke tetangga tidak memerlukan berkas-berkas yang harus dipenuhi sebagai syarat peminjaman uang. KESIMPULAN

Alasan informan memutuskan untuk bekerja adalah: dorongan kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi, Ingin meningkatkan status sosial dalam masyarakat, dan ,engisi waktu luang.

Ada tiga peran yang dijalankan oleh perempuan bekerja, yaitu: Peran produktif, buruh pabrik informal menjalankan peran produktifnya dimulai dari pukul 6 pagi hingga pukul 4 sore. Jika terdapat permintaan konsumen yang besar, maka para perempuan ini melembur kerjaannya dan pulang hingga pukul 6 malam. Sehingga rata-rata lama bekerja perempuan ini adalah 10-14 jam per hari. Sedangkan buruh pabrik rokok industri formal menjalankan peran produktifnya dengan menganut sistem shift, yaitu: shift (pukul 07.00-15.00), shift siang (pukul 15.00-23.00), dan shift malam (pukul 23.00-07.00). Dalam menjalankan tugasnya, baik buruh formal maupun informal terdapat sekat-sekat pemisahan kerja antara laki-laki dan perempuan. Mayoritas laki-laki berperan

dalam aktivitas yang memerlukan tenaga besar, sedangkan perempuan ditempatkan pada posisi pekerjaan yang memerlukan ketelitian yang tinggi. Peran reproduktif, yaitu pada aktivitas reproduksi, pekerjaan rumah dilakukan secara bersama-sama antara laki-laki dan perempuan. Namun ada beberapa pekerjaan yang hanya dilakukan oleh perempuan itu sendiri, seperti memasak air, menyiapkan makanan, mencuci piring, mencuci baju, menyetrika baju, mengepel lantai. Sementara laki-laki mengangkut air, mengecat rumah, mengangkut gas LPG, dan mengantarkan istri ke pasar untuk belanja kebutuhan dapur. Pada profil akses, laki-laki dewasa lebih banyak memiliki akses terhadap sumberdaya dan manfaat dibanding perempuan dewasa. Peran sosial kemasyarakatan, dimana Laki-laki dan perempuan memiliki peran yang seimbang. Tidak ada diskriminasi mengenai siapa yang mengerjakan peran sosial kemasyarakatan, walaupun masih ada sedikit dominasi laki-laki dalam setiap kegiatan.

Strategi yang dilakukan oleh perempuan buruh pabrik rokok industri formal dan informal adalah: Strategi waktu, yaitu mengatur waktu sedemikian rupa agar pekerjaan domestik dan publik dapat dikerjakan baik dan tidak timpang tindih satu sama lain. Strategi bekerja, yaitu dilakukan dengan meniru, yang dilakukan dengan cara perempuan buruh melihat apa saja yang dilakukan oleh rekannya ketika bekerja, kemudian perempuan ini meniru dan mempraktekkan apa yang menurutnya perlu ditiru untuk kelangsungan ia bekerja. Strategi keuangan, yaitu dengan mengikuti berbagai kegiatan di lembaga keuangan desa, arisan, meminjam pada, tetangga, koperasi pabrik, dan meminjam pada juragan (pemilik pabrik).

Analisa komparasi pada strategi buruh pabrik rokok industri formal dan informal adalah: Buruh pabrik rokok industri formal menganut sistem kerja shift, sedangkan buruh pabrik industri informal bekerja hanya dari pagi hingga sore hari. Upah kerja di pabrik rokok industri formal lebih tinggi dibanding dengan pabrik informal. Pabrik rokok industri formal memiliki asuransi kesehatan dan kecelakaan kerja, sedangkan pabrik rokok industri informal tidak memiliki asuransi tersebut. Peraturan kerja yang diberlakukan di pabrik rokok industri formal sangat terikat, sedangkan di pabrik informal sangat fleksibel. Buruh yang bekerja di pabrik rokok industri formal merasa bahwa status sosialnya di masyarakat lebih tinggi dibanding dengan buruh yang bekerja di pabrik informal. Untuk strategi waktu, buruh pabrik rokok industri formal mengatur waktu sedemikian rupa karena mereka menganut sistem kerja shift. Sedangkan buruh pabrik rokok informal lebih fleksibel karena

Page 15: Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok

15

Studi Komparasi Strategi Perempuan Buruh Pabrik Rokok Industri (Lestari, et al.)

waktu kerja mereka hanya dari pagi hingga sore hari. Untuk strategi bekerja, baik buruh formal maupun informal sama-sama melakukan copying strategy, yaitu strategi meniru cara bekerja rekannya yang sudah berpengalaman. Untuk strategi keuangan, buruh pabrik rokok formal dan informal mengikuti arisan, dan peminjaman uang ke lembaga keuangan desa. Yang membedakan adalah buruh pabrik formal bisa melakukan peminjaman uang di koperasi pabrik, sedangkan buruh pabrik informal melakukan peminjaman ke pemilik pabrik. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih penulis sampaikan pada seluruh informan perempuan buruh pabrik rokok industri formal dan informal, informan kunci, Kepala Desa Suwayuwo beserta perangkatnya, para tokoh masyarakat Desa Suwayuwo, ibu-ibu pengajian serta ibu-ibu PKK Desa Suwayuwo, dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA [1]. Zulminarni. 2007. Lembaga Keuangan Mikro

Dalam Kerangka Pemberdayaan Perempuan Miskin. http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126536-PK%20IV%202194.8431-Pembinaan%20koperasi-Bibliografi.pdf. Diakses tanggal 20 Desember 2011.

[2]. Sagir, Soeharsono. 1982. Masalah Ekonomi Indonesia. Bandung: Angkasa.

[3]. Saptari, Ratna. 1996. Rural Women To The Factories. Washington D.C.: Universiteit van Amsterdam.

[4]. Sasongko, Sri Sundari. 2009. Konsep dan Teori Gender. Jakarta: Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan, BKKBN.

[5]. Budiman, Arif. 1981. Pembagian Kerja secara Seksual Sebuah Pembahasan Sosiologis tetang Peran Wanita dalam Masyarakat. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.

[6]. Murniati, ANP. 2004. Perempuan Indonesia dalam Perspektif Sosial, Politik, Ekonomi, Hukum, dan HAM. Magelang: IndonesiaTera.

[7]. Handayani, Trisakti dan Sugiyarti. 2006. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang: UMM Press.

[8]. Hidayat, Mukmin. 1980. Beberapa aspek perjuangan wanita di Indonesia. Bandung: percetakan offset “angkasa”.

[9]. Kernalis, Emy. 1997. Alokasi Waktu Kerja Ibu Rumah Tanggan di Pedesaan dalam Hubungan dengan Sumberdaya Dan

Kemandirian (Studi Kasus di Desa Miskin Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi). Tesis tidak diterbitkan. Malang : Program Pascasarjana UB.

[10]. Hugeng, Suparyo. 2011. Alokasi Waktu Kerja dan Kontribusi Perempuan Terhadap Pendapatan Keluarga Di Permukiman Transmigrasi Sei Rambutan SP 2. Volume 28, Nomor 2. http://puslitbangtrans.depnakertrans.go.id/pdf/ALOKASI_WAKTU_KERJA_DAN_KONTRIBUSI_PEREMPUAN_TERHADAP_PENDAPATAN_KELUARGA_DIPERMUKIMAN_TRANSMIGRASI_SEI_RAMBUTAN_SP2.pdf.

[11]. Puspitawati, H, dkk. 2012. Kontribusi Ekonomi dan Peran Ganda Perempuan Serta Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan Subjektif. Volume 5, Nomor 1. www.ikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/jikk/v5n1_2.pdf.

[12]. Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

[13]. Grant, Robert M. 1999. Analisis Strategi Kontemporer. Jakarta: Penerbit Erlangga.