studi kohort

17
PENELITIAN KOHORT RESUME Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Epidemiologi Oleh: Iyan Yuniar Hermawati Melissa Kusumanegara Pipit Ratnasari

Upload: pipit-ratnasari

Post on 06-Aug-2015

122 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Kohort

PENELITIAN KOHORT

RESUME

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Epidemiologi

Oleh:

Iyan Yuniar Hermawati

Melissa Kusumanegara

Pipit Ratnasari

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

TAHUN 2012

Page 2: Studi Kohort

PENELITIAN KOHORT

A. Definisi

Kohort sebagai istilah umum mengandung arti suatu kelompok, suatu ikatan,

atau badan seseorang. Dalam konteks epidemiologi, kata ini lebih banyak mengacu

kepada sekelompok orang yang diteliti dan lahir dalam tahun atau periode waktu yang

sama. Seiring perjalanan waktu, kelompok tersebut akan bergerak melalui

serangkaian periode waktu kehidupan yang berbeda; ketika kelompok bertambah

usianya, perubahan dapat terlihat dalam data statistik kesehatan dan data vital

kelompok tersebut.

Studi kohort adalah metode epidemiologi untuk mengidentifikasi suatu

populasi studi menurut usia atau dengan menggunakan cara atau sifat atau

pengelompokan individu lain demi tujuan penelitian. Penelitian prospektif (penelitian

kohort) merupakan salah satu penelitian yang bersifat longitudinal dengan mengikuti

proses perjalanan penyakit ke depan berdasarkan urutan waktu. Subkelompok dari

suatu populasi studi dapat ditetapkan untuk mengkaji apakah setiap kelompok telah

atau akan terpajan suatu penyakit atau kondisi. Mereka yang tidak terpajan juga

dikaji. Singkatnya, sebagian besar studi kohort memakai teknik longitudinal,

memerlukan subjek yang besar, dan berjalan selama beberapa waktu, biasanya selama

bertahun-tahun.

B. Tujuan

Penelitian prospektif (penelitian kohort) ini dimaksudkan untuk menemukan

insidensi penyakit pada kelompok yang terpajan oleh faktor risiko maupun pada

kelompok yang tidak terpajan, kemudian insidensi penyakit pada kedua kelompok

tersebut secara statistik dibandingkan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

Page 3: Studi Kohort

sebab-akibat antara pajanan dan penyakit yang diteliti. Kelompok yang diikuti

tersebut dinamakan kohort.

C. Proses Penelitian

Penelitian kohort ini mengikuti paradigma dari sebab ke akibat. Dari uraian

singkat di atas dapat dijelaskan bahwa secara garis besar proses perjalanan penelitian

prospektif sebagai berikut:

1. Pada awal penelitian, kelompok terpajan maupun kelompok tidak terpajan belum

menampakkan gejala penyakit yang diteliti.

2. Kedua kelompok diikuti ke depan berdasarkan sekuens waktu (prospektif).

3. Dilakukan pengamatan untuk mencari insidensi penyakit (efek) pada kedua

kelompok.

4. Insidensi penyakit pada kedua kelompok dibandingkan dengan menggunakan

perhitungan statistik untuk menguji hipotesis tentang hubungan sebab-akibat

antara pajanan dan insidensi penyakit (efek).

D. Macam Penelitian Kohort

Penelitian yang ditinjau dari proses perjalanan penyakit disebut penelitian

prospektif dan bila ditinjau dari tujuannya disebut penelitian insidensi, sedangkan bila

ditinjau dari kelompok yang diikuti disebut penelitian kohort.

Penelitian prospektif dapat dibagi menjadi penelitian observasional dan

intervensional (eksperimen) berdasarkan keterlibatan peneliti dalam intervensi. Bila

peneliti secara pasif hanya mengamati proses perjalanan penyakit alamiah disebut

penelitian observasional, tetapi apabila peneliti secara aktif dan terencana melakukan

intervensi disebut penelitian intervensional. Penelitian kohort dapat terdiri dari satu

kohort atau dua kohort.

Page 4: Studi Kohort

1. Penelitian Satu Kohort

Penelitian dengan satu kohort pada dasarnya bersifat deskriptif karena pada

awal penelitian tidak terdapat kelompok terpajan dan kelompok tidak terpajan

sebagai kontrol. Setelah dilakukan pengamatan diketahui bahwa dalam kohort

tersebut terdapat kelompok individu yang akan terpajan oleh faktor risiko dan dari

kelompok tersebut sebagian akan menderita penyakit akibat pajanan dan sebagian

tidak. Selain itu, terdapat pula kelompok yang tidak terpajan oleh faktor risiko dan

sebagian menderita penyakit tersebut dan kelompok ini dianggap sebagai kontrol

kemudian dianalisis secara analitis. Kelompok kontrol demikian sering disebut

sebagai kontrol interna.

2. Penelitian Dua Kohort

Pada penelitian prospektif dengan dua kohort, sejak awal penelitiannya telah

dipisahkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok terpajan oleh faktor risiko

timbulnya penyakit tertentu dan kelompok lain yang tidak terpajan oleh faktor

risiko kemudian proses perjalanan alamiah kedua kelompok tersebut diikuti untuk

menemukan insidensi penyakit yang dimaksud kemudian dianalisis dengan

menghitung risiko relatif, risiko atribut, dan perhitungan statistik untuk menguji

hipotesis. Dalam hal ini kelompok pembanding disebut kelompok kontrol

eksterna.

Page 5: Studi Kohort

E. Observasional vs Intervensional

Antara penelitian prospektif yang bersifat observasional dengan intervensional

terdapat beberapa perbedaan sebagai berikut:

1. Pada studi observasional, pemajanan terhadap faktor risiko dilakukan oleh alam

atau yang bersangkutan baik secara sengaja atau tidak sengaja dan peneliti hanya

mengadakan pengamatan secara pasif terhadap proses perjalanan penyakit secara

alamiah. Oleh karena itu, penelitian ini tidak dimasukkan ke dalam eksperimen,

sedangkan pada penelitian intervensional pemajanan atau intervensi dilakukan

oleh peneliti secara aktif dan terencana.

2. Karena pada studi observasional peneliti tidak secara aktif melakukan intervensi

maka tidak terdapat hambatan faktor etis. Sedangkan pada eksperimen, faktor etis

memegang peran penting dalam pelaksanaan suatu penelitian, misalnya

mengetahui efektivitas obat untuk pengobatan suatu penyakit karena pada

kelompok kontrol hanya diberi plasebo atau tanpa pengobatan.

3. Pada studi observasional, keadaan awal sering kali sulit ditentukan secara pasti

terutama bila pemajanan telah berlangsung lama. Oleh karena itu, penelitian ini

berpotensi besar menjadi bias karena harus mengingat masa lampau, misalnya

hubungan antara rokok dengan karsinoma paru-paru untuk mendapatkan informasi

tentang lamanya merokok, jumlah batang rokok yang diisap per hari, dan jenis

rokok. Pada penelitian eksperimental hal seperti itu tidak terjadi.

F. Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan yang diperoleh dengan penelitian prospektif sebagai berikut:

1. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan normal

(ontogenik) yang terjadi dengan berjalannya waktu karena intervensi yang

Page 6: Studi Kohort

dilakukan oleh alam berupa “waktu”. Misalnya, mempelajari pertumbuhan dan

perkembangan anak selama 5 tahun sejak dilahirkan.

2. Penelitian ini dapat pula digunakan untuk mempelajari timbulnya penyakit secara

alamiah akibat pemajanan (patogenik) yang dilakukan oleh orang ynag

bersangkutan secara sengaja, misalnya merokok atau tidak sengaja memakan

makanan atau minuman yang tercemar bakteri patogen. Misalnya, mempelajari

hubungan antara rokok dengan penyakit jantung koroner atau mempelajari

terjadinya kejadian luar biasa pada keracunan makanan.

3. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari perjalanan klinis suatu

penyakit (patogresif), misalnya perkembangan penyakit karsinoma payudara.

4. Rancangan penelitian ini dapat digunakan untuk mempelajari hubungan sebab-

akibat.

5. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari insidensi penyakit yang

diteliti.

6. Besarnya risiko relatif dan risiko atribut dapat dihitung secara langsung.

7. Pada penelitian kohort dapat dilakukan perhitungan statistik untuk menguji

hipotesis.

8. Pada penelitian kohort dapat diketahui lebih dari satu outcome terhadap satu

pemaparan, misalnya penelitian tentang hubungan antara rokok dan karsinoma

paru-paru ternyata mempunyai hubungan juga dengan penyakit jantung, gastritis,

karsinoma kandung kemih, dan lain-lain.

9. Secara skematis beberapa keuntungan yang diperoleh pada penelitian kohort

seperti ontogenik, patogenik dan patogresif dapat digambarkan sebagai berikut:

Keadaan awal Akibat pajanan Kemudian Tipe penelitian

Page 7: Studi Kohort

Sehat Pertumbuhan

normal

Sehat Ontogenik

Sehat Timbul penyakit Sakit Patogenik

Sakit Perjalanan

penyakit

Sehat/sakit/meninggal Patogresif

Kerugian pada penelitian progresif sebagai berikut:

1. Penelitian ini membutuhkan sampel yang besar dan waktu yang lama sehingga

sulit untuk mempertahankan subjek studi agar tetap mengikuti proses

penelitian.

2. Penelitian ini membutuhkan biaya yang besar sebagai akibat besarnya sampel

dan lamanya penelitian. Misalnya, penelitian tentang hubungan alkohol

dengan terjadinya stroke hemoragi membutuhkan waktu 12 tahun.

3. Penelitian ini sulit dilakukan pada penyakit yang jarang terjadi. Hal ini

disebabkan sulitnya memperoleh kelompok yang terpajan. Misalnya, kita

kumpulkan 1000 orang yang berisiko terkena penyakit dan hanya diperoleh 4

kasus; penelitian tentang hubungan kelainan bawaan dengan umur ibu waktu

melahirkan.

4. Terancam drop out mengganggu analisis.

5. Menimbulkan masalah etika.

G. Langkah-langkah

Secara garis besar, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian

prospektif sebagai berikut:

1. Tentukan tujuan penelitian. Tujuan dan hipotesis harus dinyatakan dengan jelas

karena dengan tujuan yang jelas akan memudahkan kegiatan selanjutnya.

Page 8: Studi Kohort

2. Rancangan penelitian. Dalam merancang penelitian harus ditentukan apakah satu

kohort atau dua kohort dan apakah menggunakan historical control?

3. Tentukan kelompok terpajan dan tidak terpajan (inclution dan exclution criteria).

4. Diagnosis insidensi penyakit yang dicari. Dalam hal ini perlu dijelaskan tentang

alat pemeriksaan dan kriteria positif yang digunakan.

5. Tentukan lamanya pengamatan dan frekuensi pengamatan. Penentuan ini sangat

penting karena bila pengamatan dilakukan terlalu dini maka insidensi yang dicari

belum tampak dan sebaliknya bila terlalu lama insidensi yang dicari akan terlewat.

6. Hitung perkiraan besarnya sampel yang dibutuhkan. Untuk menentukan perkiraan

besarnya sampel satu kohort dapat digunakan rumus dari Sndecor and Cochran.

Untuk dua kohort, teritama untuk pengujian hipotesis, harus diperhatikan

kekuatan uji yaitu 1-β.

7. Tentukan rancangan analisis yang akan dilakukan.

H. Rancangan Analisis

Dalam merencanakan penelitian prospektif, harus dibuat rancangan

analisisnya agar orang dapat mengetahui analisis yang akan dilakukan oleh peneliti

sehingga mudah dilakukan evaluasi terhadap hasil penelitian. Secara skematis,

analisis dan perhitungan yang akan dilakukan sebagai berikut:

PemajananInsidensi Penyakit

JumlahSakit Tidak sakit

Positif + (a) - (b) a+b

Negatif + (c) - (d) c+d

Jumlah a+c b+d N

Page 9: Studi Kohort

Risiko kelompok terpajan: a/(a+b) = m

Risiko tidak terpajan: c/(c+d) = n

Perhitungan Risiko Relatif = m/n

Risiko Atribut = m-n

Contoh:

1. Penelitian untuk menentukan adanya hubungan antara peminum alkohol dengan

terjadinya hemoragi stroke.

Dalam penelitian ini dikumpulkan sebanyak 2.916 orang peminum alkohol dan

4.952 orang bukan peminum alkohol. Dilakukan pengamatan pada kedua

kelompok selama 12 tahun diperoleh hasil sebagai berikut.

Dari 2.916 peminum ditemukan 193 orang menderita stroke dan 4.952 bukan

peminum terdapat 93 menderita stroke. Temuan tersebut dapat disajikan dalam

bentuk tabel kontingensi 2x2 sebagai berikut.

PeminumStroke

Jumlah Risiko+ -

+ 193 2.723 2.916 0,066

- 93 4.859 4.952 0,018

Jumlah 286 7.852 7.868

Insiden pada masing-masing kelompok

Pada kelompok terpapar:

Insiden (m) = a

a+b

= 193

2916

= 0,066

Page 10: Studi Kohort

Pada kelompok tidak terpapar:

Insiden (n) = a

a+b

= 93

4952

= 0,018

Risiko Relatif (RR)= insidenkasus kelompok terpapar (m)

insidenkasus kelpompok tidak terpapar (n)

= 0,0660,018

= 3,67

Risiko Atribut (RA) = insiden kasus kelompok terpapar (m) – insiden kasus

kelompok tidak terpapar (n)

= 0,066 – 0,018

= 0,048 atau 4,8%

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa peminum alkohol

mempunyai risiko 3,67 kali lebih besar jika dibandingkan dengan bukan premium.

Dan besarnya risiko yang dapat dihindarkan dengan tidak menjadi peminum adalah

4,8%.

Dalam hal ini hendaknya dijelaskan tentang batasan peminum dan tingkat

stroke yang diderita disamping ciri-ciri demografis kedua kelompok seperti umur

dan jenis kelamin.

Page 11: Studi Kohort

2. Membandingkan kematian karena karsinoma paru-paru dan penyakit jantung

koroner antara perokok berat dan bukan perokok. Angka kematian per tahun

100.000 penduduk.

Ca Paru-paru Penyakit jantung

Perokok berat 166 599

Bukan perokok 7 422

Risiko Relatif (RR)

RR Ca Paru-paru = 166/7 RR Penyakit jantung = 599/422

= 23,7 = 1,4

Risiko Atribut (RA)

RR Ca Paru-paru = 166 - 7 RR Penyakit jantung = 599-422

= 159 = 177

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk Ca Paru-paru pada perokok

berat mempunyai risiko 23,7 kali lebih besar jika dibandingkan dengan bukan

perokok, sedangkan untuk penyakit jantung koroner, perokok berat mempuntai

risiko 1,4 kali lebih besar jika dibandingkan dengan bukan perokok.

Disamping itu dapat diketahui bahwa (166-7) = 159 kematian per tahun per

100.000 penduduk karena Ca paru-paru dapat dihindari bila tidak merokok dan

177 kematian per tahun per 100.000 penduduk karena penyakit jantung koroner

dapat dihindari bila tidak merokok.

Page 12: Studi Kohort

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi. Edisi Kedua.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Ryadi, Slamet dan T.Wijayanti. 2011. Dasar-dasar Epidemiologi. Jakarta: Penerbit

Salemba Medika

Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi: Suatu Pengantar. Edisi Kedua. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran