studi kebutuhan tebal perkerasan jalan ditinjau dari ...digilib.unila.ac.id/55006/3/skripsi tanpa...

75
STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI POTENSI PENGEMBANGAN TANAH (SWELLING) PADA TANAH DASAR (SUBGRADE) YANG DIPERKUAT DENGAN BAHAN ADDTIVE KAPUR (Skripsi) Oleh RESTON RAH TIMUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 30-Aug-2019

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI

POTENSI PENGEMBANGAN TANAH (SWELLING) PADA TANAH

DASAR (SUBGRADE) YANG DIPERKUAT DENGAN BAHAN ADDTIVE

KAPUR

(Skripsi)

Oleh

RESTON RAH TIMUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

ABSTRAK

STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI

POTENSI PENGEMBANGAN TANAH (SWELLING) PADA TANAH

DASAR (SUBGRADE) YANG DIPERKUAT DENGAN BAHAN ADDTIVE

KAPUR

Oleh

RESTON RAH TIMUR

Umumnya kerusakan pada perkerasan jalan disebabkan tanah dasar pada

perkerasan jalan memiliki daya dukung tanah yang buruk, hal ini dikarenakan sifat

tanah yang berpotensi mengalami pengembangan tanah akibat dari faktor cuaca dan

lingkungan. Oleh sebab itu, perlu dilakukannya perkuatan pada tanah tersebut, salah

satunya menggunakan bahan aditif kapur.

Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan berasal dari Ruas Jalan

R.A.Basyid, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan pada STA 3+100 dan

variasi kapur yang digunakan yaitu 0, 4, 8, 12 dan 16 % dari berat tanah. Pengujian

yang dilakukan adalah pengujian CBR dari efek pegembangan tanah, lalu

berdasarkan hasil pengujian tersebut, dilakukan perhitungan tebal perkerasan

dengan metode analisa komponen SKBI 2.3.26.1987.

Tanah pada penelitian ini termasuk kelompok A-7 atau jenis tanah yang buruk. Namun setelah penambahan variasi kapur, batas plastis meningkat sedangkan batas

cair dan indeks plastisitas menurun, hal ini mengakibatkan pengembangan tanah

terjadi penurunan pada 16% kapur yaitu dari 0,64% menjadi 0,05%, sedangkan nilai

CBR mengalami peningkatan yang signifikan pada kapur 16% yaitu dari 1,8%

menjadi 27,3%. Dengan hal ini tebal lapis menjadi lebih tipis, pada 0% kapur yaitu

tebal D1=7,5 cm, D2=25 cm dan D3=46 cm, sedangkan pada 16% kapur tebal D1=5

cm, D2=17 cm dan D3 tidak digunakan.

Kata kunci : CBR, Pengembangan Tanah, Tebal Perkerasan, Stabilisasi, Kapur

Page 3: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

ABSTRACT

STUDY OF PAVEMENT THICKNESS NEEDS REVIEWED FROM SOIL

SWELLING POTENTIAL (SUB-GRADE) STRENGTHENED BY LIME

MATERIAL

BY

RESTON RAH TIMUR

In general, the breakage of the road pavement is in consequence of the subgrade on

the pavement have unsavory soil bearing capacity, due to the soil properties that

has the potential to experience soil swelling by dint of weather and environmental

factors. Therefore, it is necessary to strengthen the soil, one of which uses lime

additives.

In this study the soil samples used came from the R.A.Basyid Section, Jati Agung

Subdistrict, South Lampung at STA 3 + 100 and the variation of lime used was 0,

4, 8, 12 and 16% of the weight of the soil. The test which is conducted was CBR

testing of the effects of soil swelling, based on the results of the test, the calculation

of pavement thickness was carried out by the method of analysis of components of

SKBI 2.3.26.1987.

The soil in this study included in the A-7 group or poor soil type. However, after

the addition of lime variation, the plastic limit increased while the liquid limit and

the plasticity index decreased, this resulted in the swelling of the soil decreasing

16% lime, from 0.64% to 0.05%, while the CBR value experienced a significant

increase in lime 16 % which is from 1.8% to 27.3%. From these result, the thickness

of the layers becomes thinner, at 0% lime, D1 = 7.5 cm thick, D2 = 25 cm and D3

= 46 cm, while in 16% thick limestone D1 = 5 cm, D2 = 17 cm and D3 is not used.

Keywords: CBR, Soil Swelling, Pavement Thickness, Stabilization, Lime

Page 4: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI

POTENSI PENGEMBANGAN TANAH (SWELLING) PADA TANAH

DASAR (SUBGRADE) YANG DIPERKUAT DENGAN BAHAN ADDTIVE

KAPUR

Oleh

RESTON RAH TIMUR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi
Page 6: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi
Page 7: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi
Page 8: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, 08 Mei 1995,

sebagai anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan

Bapak Jakunanto dan Ibu Meliyana. Pendidikan Taman

Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Bustanul Athfal, Patoman,

Kec. Pagelaran diselesaikan tahun 2001, Sekolah Dasar

diselesaikan di SD Negeri 2, Perumnas Way Halim,

Bandar Lampung, tahun 2007, Sekolah Menengah

Pertama di SMP Negeri 19 Bandar Lampung pada tahun 2010, dan Sekolah

Menengah Atas di SMA Negeri 15 Bandar Lampung pada tahun 2013.

Tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Teknik Sipil,

Fakultas Teknik, Universitas Lampung melalui jalur Penerimaan Mahasiswa

Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP). Selama menjadi mahasiswa Program Studi

Teknik Sipil penulis aktif pada organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan

menjabat sebagai Anggota Departemen Hubungan Luar (HUBLU) periode

2015/2016. Penulis juga aktif pada organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa

Universitas (UKMU) di bidang olahraga, yaitu Futsal Universitas Lampung pada

tahun 2013-2015.

Page 9: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

Selama masa perkuliahan, Penulis pernah menjadi anggota asisten dosen

Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi koordinator

asisten dosen Praktikum Mekanika Tanah 1 pada tahun 2018/2019.

Pada bulan November sampai Januari tahun 2016/2017, penulis melaksanakan

Kerja Praktik (KP) di Proyek Pembangunan Gedung Rusunawa ITERA (Institut

Teknologi Sumatera). Pada bulan Januari sampai Maret 2017 penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Ngesti Rahayu , Kecamatan

Punggur, Lampung Tengah. Penulis mengambil tugas akhir dengan judul Studi

Kebutuhan Tebal Perkerasan Jalan Ditinjau Dari Potensi Pengembangan Tanah

(Swelling) Pada Tanah Dasar (Subgrade) Yang Diperkuat Dengan Bahan Additive

Kapur

Page 10: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

PERSEMBAHAN

Puji syukur hamba panjatkan kepada ALLAH swt yang telah memberikan

kelancaran dan kemudahan kepada hamba dalam menyelsaikan tugas akhir.

Untuk kedua orang tua ku, Papa dan Mama tercinta yang selalu memberikan kasih

sayang, dan cinta kasih tanpa mengharapkan balas budi dariku, yang selalu

menyertakan namaku dalam setiap doa dalam sujud nya dan mendukungku dalam

segala hal serta mendidik ku untuk menjadi pribadi yang baik yaitu bertanggung

jawab dan disiplin

Untuk Adikku tersayang Fiagi dan Juan yang selalu membuat kesal dan

marah, tetapi hal itu menjadi proses diriku untuk menjadi lebih dewasa dan

bertanggung jawab sebagai anak pertama agar menjadi contoh yang baik bagi

kalian.

Untuk teman seperjuangan penelitian ku, Medi Gak Guna dan Tamel Gendut,

yang telah membantu ku dalam menyelesaikan tugas akhir.

Untuk rekan seperjuanganku, Teknik Sipil Universitas Lampung Angkatan 2013.

Terima kasih untuk semua yang telah kalian berikan..

Untuk semua guru-guru dan dosen-dosen yang dengan tulus mengajarkan

banyak hal kepadaku. Terima kasih untuk ilmu, pengetahuan, dan pelajaran

hidup tak ternilai yang telah diberikan.

Untuk sahabat baikku, Romi, Septian, Gelek, Andre, Dirta, Ihsan dan Predi

terima kasih sudah menjadi bagian berharga dalam hidupku yang selalu

mendukung apapun yang kulakukan. Semoga kita bisa sama-sama menjadi

orang sukses.

Page 11: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

MOTTO

“Hargai kedua orang tuamu, mereka berhasil lulus dari sekolah tanpa bantuan

Google”

(Anonim)

“Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanylah kesenangan yang menipu”

QS; Al-Hadid :20)

“Perbedaan orang bodoh dan jenius adalah orang jenius punya batasnya”

(Albert Einstein)

“Bhinneka Tunggal Ika”

Page 12: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-

Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas

Lampung.

2. Bapak Dr. Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., selaku Ketua Bidang Jurusan Teknik

Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

3. Bapak Iswan, S.T., M.T., selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, saran, kritik, semangat dan bimbingan dalam penelitian.

4. Bapak Ir. Yohanes Martono Hadi, M.T., selaku Pembimbing Kedua yang telah

memberikan ilmu pengetahuan, saran, kritik, semangat dan bimbingan dalam

penelitian ini.

5. Bapak Ir. Setyanto,M.T., selaku Penguji sekaligus Pembimbing Akademik (PA)

terimakasih atas saran, kritik, dan bimbingan dalam penelitian ini maupun dalam

akamedik saya..

.

Page 13: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lampung atas ilmu bidang sipil yang telah diberikan selama perkuliahan.

7. Keluarga tercinta terutama orang tuaku , Mamah Meli, Papah Jack, dan Adik-

adikku Fiagi Pagel Rambon dan Juan Hero Lezino yang telah memberikan

semangat untuk menyelesaikan Sarjana Teknik ini..

8. Terimakasih juga kepada sahabatku, keluarga baruku, rekan seperjuanganku,

Teknik Sipil Universitas Lampung Angkatan 2013, abang-abang, mbak-mbak,

kakak-kakak, adek-adek Teknik Sipil Universitas Lampung yang telah

memberikan masukan, kritikan, saran, do’a nya kepada saya selama pengerjaan

tugas akhir.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan

keterbatasan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga Tuhan selalu

melindungi kita semua

Bandar Lampung, 2018

Penulis,

Reston Rah Timur

Page 14: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... v

DAFTAR NOTASI ............................................................................................. vii

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

D. Batasan Masalah ....................................................................................... 3

E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6

A. Tanah ........................................................................................................ 6

1. Pengertian Tanah .................................................................................. 6

2. Sistem Klasifikasi Tanah ...................................................................... 7

B. Swelling (Pengembangan Tanah) ............................................................. 10

C. California Bearing Ratio (Uji CBR) ........................................................ 12

1. Pengujian Kekuatan dengan CBR ....................................................... 12

2. Jenis-jenis Pengujian CBR .................................................................. 14

D. DCP (Dynamic Cone Penetrometer) ........................................................ 15

E. Pemadatan ................................................................................................ 15

F. Kapur ........................................................................................................ 17

1. Menurut SNI 03-2097-1991 Jenis-jenis Kapur ................................... 17

2. Menurut SNI 03-4147-1996 Jenis-jenis Kapur ................................... 18

3. Sifat-sifat Batu Kapur ........................................................................... 19

4. Pemanfaatan dari Kapur ...................................................................... 19

G. Perkerasan Jalan ....................................................................................... 20

1. Lapis Permukaan (Surface Course) ..................................................... 20

2. Lapis Pondasi Atas (Base Course) ...................................................... 21

3. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course) ............................................. 21

4. Lapis Tanah Dasar (Subgrade) ............................................................ 22

Page 15: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

ii

H. Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987 ........................................ 23

1. Lalu Lintas Rencana ............................................................................ 23

2. Daya Dukung Tanah Dasar .................................................................. 27

3. Faktor Regional ................................................................................... 27

4. Indeks Permukaan ................................................................................ 28

5. Indeks Tebal Perkerasan ...................................................................... 30

6. Batas-batas Minimum Tebal Lapisan Perkerasan ............................... 31

III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 33

A. Tinjauan Umum ........................................................................................ 33

1. Persiapan (Pengumpulan Referensi dan Identifikasi Masalah) ........... 33

2. Lokasi .................................................................................................. 34

3. Pengumpulan Data Lapangan .............................................................. 35

B. Pelaksanaan Pengujian Sampel Tanah ...................................................... 37

1. Pengujian Sifat Fisik Tanah ................................................................. 37

2. Pengujian Mekanika Tanah ................................................................. 39

3. Analisis Data ........................................................................................ 43

C. Perhitungan dan Perencanaan Tebal Perkerasan ...................................... 44

1. Lalu Lintas Rencana ............................................................................ 44

2. Mendapatkan nilai Daya Dukung Tanah ............................................. 44

3. Menentukan Tebal Perkerasan ............................................................. 44

D. Diagram Alir Penelitian ........................................................................... 45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 47

A. Hasil Pengujian dan Perhitungan di Laboratorium dan Lapangan ............ 47

1. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah Tak Terganggu (Undisturbed) ...... 47

2. Hasil Pengujian Pemadatan Tanah Terganggu (Disturbed) dengan

Vaariasi Penambahan Addtive Kapur ................................................... 52

3. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah dengan Variasi Penambahan Kapur

.............................................................................................................. 58

4. Hasil Klasifikasi Tanah Asli dan Terganggu dengan Variasi

Penambahan Additive Kapur ................................................................ 62

5. Hasil Pengujian Pengembangan Tanah (Swelling) .............................. 64

6. Hasil Pengujian CBR Tanpa Rendaman dan Rendaman (Swelling) .... 65

7. Hasil Pengujian DCP Lapangan ........................................................... 71

8. Perbandingan Hasil CBR Lapangan dan CBR laboratorium Tanah

Asli........................................................................................................ 73

B. Hasil Perhitungan Tebal Perkerasan Lentur dengan Metode Analisa

Komponen SKBI 2.3.26.1987 ................................................................... 73

1. Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas ......................................................... 74

2. Perhitungan Lalu Lintas Harian Rata-Rata .......................................... 75

3. Daya Dukung tanah Dasar (DDT) ....................................................... 79

4. Menentukan Faktor Regional (FR) ...................................................... 80

5. Menentukan Indeks Permukaan (IP) ................................................... 80

6. Analisa Indeks Tebal Perkerasan (ITP) ............................................... 80

7. Menghitung Tebal Perkerasan Jalan ..................................................... 82

Page 16: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

iii

V. PENUTUP ..................................................................................................... 91

A. Kesimpulan ................................................................................................ 91

B. Saran .......................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 93

LAMPIRAN A (HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM)

LAMPIRAN B (DATA LHR DAN CURAH HUJAN)

LAMPIRAN C (DOKUMENTASI)

LAMPIRAN D (ADMINISTRASI)

Page 17: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Lapisan Perkerasan Jalan ............................................................................ 23

2. Grafik Korelasi DDT Dan CBR .................................................................. 27

3. Lokasi Pengambilan Sampel Tanah ............................................................ 34

4. Form Perhitungan Lalu Lintas .................................................................... 36

5. Bagan Alir ................................................................................................... 46

6. Mencari ITP dengan Nomogram 5............................................................... 81

7. Hasil Perhitungan Tebal Perkerasan pada Tanah Lapangan ........................ 83

8. Perbandingan Tebal Perkerasan pada Tanah Lapangan, Tanah Asli Tanpa

Rendaman dan Rendaman ............................................................................ 85

9. Perbandingan Tebal Perkerasan pada Tanah Asli Rendaman dengan

Campuran 0%, 4%, 8%, 12% dan 16% Kapur............................................. 89

Page 18: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sistem Klasifikasi Unified Soil Classification System ................................ 8

2. Sistem Klasifikasi American Association Of State Highway And Of State

Highway and Tranporting Official (AASHTO)........................................... 10

3. Potensi Pengembangan Menurut Chen (1988) dalam Hardiyatmo (2002) .. 11

4. Potensi Pengembangan (Holtz, 1969; Gibs, 1969; USBR, 1974) dalam

(Hardiyatmo, 2002)) ................................................................................... 11

5. Deskripsi Nilai CBR (California Bearing Ratio) ........................................ 13

6. Ukuran Pemdatan Modified Proctor (ASTM D1557) ................................ 16

7. Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan .............................................. 24

8. Koefisien Distribusi Kendaraan (C) ............................................................. 24

9. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan ........................................... 25

10. Faktor Regoinal ........................................................................................... 28

11. Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo) ................................... 29

12. Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana (IP)..................................... 29

13. Koefisien Kekuatan Relatif (a) ................................................................... 30

14. Lapis Permukaan (Surface Course) ............................................................ 31

15. Lapis Pondasi Atas (Base Course) .............................................................. 31

16. Hasil Pengujian Kadar Air Tanah Tak Terganggu (Unddisturbed) ............ 48

17. Hasil Pengujian Berat Jenis Tanah Tak Terganggu (Unddisturbed) .......... 48

18. Hasil Pengujian Berat Volume Tanah Tak Terganggu (Unddisturbed) ..... 49

Page 19: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

vi

19. Hasil Pengujian Batas Atterberg Tanah Tak Terganggu (Unddisturbed) ... 49

20. Hasil Pengujian Analisa Saringan Tanah Tak Terganggu (Unddisturbed) . 50

21. Hasil Pengujian Hidrometer Tanah Tak Terganggu (Unddisturbed) .......... 51

22. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah Asli (Unddisturbed) ............................. 52

23. Hasil Pengujian Berat Volume Kering (γdmax) .......................................... 56

24. Hasil Pengujian Kadar Air Optimum (wopt) ............................................... 57

25. Hasil Pengujian Kadar Air Tanah Terganggu (Disturbed) dengan Variasi

Penambahan Kapur ...................................................................................... 59

26. Hasil Pengujian Berat Jenis Tanah Terganggu (Disturbed) dengan

Variasi Penambahan Kapur .......................................................................... 60

27. Hasil Pengujian Batas Atterberg Tanah Terganggu (Disturbed) dengan

Variasi Penambahan Kapur .......................................................................... 61

28. Data Pengujian Klasifikasi Sifat Fisik Tanah Campuran ............................ 63

29. Hasil Pengujian Swelling di Alat Oedometer ............................................... 64

30. Hasil Pemeriksaan Nilai CBR Tanpa Rendaman ......................................... 65

31. Hasil Pemeriksaan Nilai Swelling ................................................................ 66

32. Hasil Swelling dengan Batas Cair dan Indeks Plastisitas Tanah Campuran

Kapur ............................................................................................................ 67

33. Hasil Pemeriksaan Nilai CBR setelah Pengujian Swelling .......................... 68

34. Hasil Nilai CBR Tanah Asli Rendaman dan Tanpa Rendaman................... 70

35. Data Hasil Pengujian DCP Lapangan .......................................................... 71

36. Data Hasil Nilai CBR (California Bearing Ratio) ....................................... 74

37. Faktor Laju Pertumbuhan Lalu Lintas (i) .................................................... 75

38. Data Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) .................................................. 75

39. Pertumbuhan LHR Awal dan Akhir Umur Rencana ................................... 76

40. Angka Koefisien (C) dan Angka Ekuivalen (E) .......................................... 77

Page 20: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

vii

41. Hasil Perhitungan Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) .................................. 77

42. Hasil Perhitungan Lintas Ekivalen Akhir (LEA) ......................................... 78

43. Nilai Daya Dukung Tanah (DDT) untuk Perhitungan Tebal Perkerasan .... 79

44. Hasil Perhitungan Tebal Perkerasan dari masing-masing Sampel .............. 83

45. Perbandingan Tebal Perkerasan Tanah Exisisting, Tanah Asli Tanpa

Rendaman dan Rendaman ............................................................................ 84

46. Hasil Penambahan Kapur terhadap Nilai CBR dan Tebal Lapis

Perkerasan .................................................................................................... 86

Page 21: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Hasil Uji Analisis Saringan Tanah Tak Terganggu (Undisturbed) ............ 51

2. Kadar Air Optimum Pada Tanah Terganggu Tanpa Penambahan Kapur .... 53

3. Kadar Air Optimum Pada Tanah Terganggu + Penambahan 4% Kapur ..... 54

4. Kadar Air Optimum Pada Tanah Terganggu + Penambahan 8% Kapur ..... 54

5. Kadar Air Optimum Pada Tanah Terganggu + Penambahan 12% Kapur ... 55

6. Kadar Air Optimum Pada Tanah Terganggu + Penambahan 16% Kapur ... 56

7. Hubungan Variasi Penambahan Kapur dengan Berat Volume Kering ........ 57

8. Hubungan Variasi Penambahan Kapur dengan Kadar Air Optimum .......... 58

9. Hubungan Variasi Penambahan Kapur dengan Kadar Air pada Tanah

Terganggu .................................................................................................... 59

10. Hubungan Penambahan Kapur dengan Berat Jenis ..................................... 60

11. Hubungan Penambahan Kapur dengan Batas Cair, Batas Plastis dan Indeks

Plastisitas ...................................................................................................... 61

12. Hubungan Variasi Penambahan Kapur dengan Swelling ............................. 64

13. Hubungan Nilai Swelling Terhadap Penambahan Kapur ............................ 66

14. Hubungan Nilai Swelling dengan Batas Cair dan Indeks Plastisitas Terhadap

Penambahan Kapur ..................................................................................... 67

15. Hubungan Nilai CBR Penetrasi 0,1”dan 0,2” dengan Penambahan Kapur 69

16. Hubungan Nilai Swelling dengan Nilai CBR dengan Penambahan Kapur .. 69

Page 22: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

vi

17. Hubungan Nilai CBR Tanah Asli Rendaman dan Tanpa Rendaman ......... 70

18. Uji Skala Penetrasi di Titik 1 dan Titik 2 .................................................... 72

19. Perbandingan Nilai DCP dengan CBR Laboratorium Tanah Asli ............... 73

20. Hubungan Persentase Kapur Terhadap Nilai Swelling ............................... 87

21. Hubungan Persentase Kapur dengan Nilai CBR.......................................... 87

22. Hubungan Persentase Kapur dengan Tebal Lapis Perkerasan .................... 87

Page 23: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

DAFTAR NOTASI

γ = Berat Volume

γd = Berat Volume Maksimum

ω = Kadar Air

ASTM = American Standart For Testing and Official

AASHTO = American Association As State and Transportation Official

Gs = Berat Jenis

LL = Batas Cair

PI = Indeks Plastisitas

PL = Batas Plastis

KAO = Kadar air optimum

q = Persentase Berat Tanah yang Lolos Saringan

Ww = Berat Air

Wc = Berat Container

Wcs = Berat Container + Sampel Tanah Sebelum dioven

Wds = Berat Container + Sampel Tanah Setelah dioven

Wn = Kadar Air Pada Ketukan ke-n

W1 = Berat Picnometer

W2 = Berat Picnometer + Tanah Kering

W3 = Berat Picnometer + Tanah Kering + Air

W4 = Berat Picnometer + Air

Wci = Berat Saringan

Wbi = Berat Saringan + Tanah Tertahan

Wai = Berat Tanah Tertahan

0,1” = Pembacaan dial pada saat penetrasi 0,1”

0,2” = Pembacaan dial pada saat penetrasi 0,2”

S = Potensi pengembangan (%),

Page 24: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

v

ΔH = Perubahan tinggi sampel (cm).

H = Tinggi awal sampel (cm).

n = Jumlah tumbukan pada pengujian DCP

D = Kedalaman (cm)

ΔD = Selisih Kedalaman (cm)

UR = Umur Rencana .

j = Jenis kendaraan

n = Tahun pengamatan

LHR = Lalu lintas harian rata – rata

i = Perkembangan lalu lintas

UR = Umur rencana

Cj = Koefisien distribusi kendaraan,dan

Ej = Angka ekivalen ( E ) beban sumbu kendaraan

LET = Lintas Ekivalen Tengah

LEP = Lintas Ekivalen Permulaan

LEA = Lintas Ekivalen Akhir

FP = Faktor Penyesuaian

UR = Umur Rencana (Tahun)

ITP = Indeks Tebal Perkerasan

a1,a2,a3 = Koefisien kekuatan relative bahan lapis keras

D1,D2,D3 = Tebal masing-masing lapisan lapis keras

Page 25: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia konstruksi khususnya pada bidang sipil mempelajari tentang

bagaimana cara merancang, membangun dan merenovasi, seperti

pembangungan infrastruktur gedung, bendungan, jalan, dan jembatan. Di

Indonesia, dalam pembangunan infrastruktur menjadi program utama

dengan alasan untuk meningkatkan daya saing dengan negara-negara lain.

Pembangunan infrastruktur contohnya, jalan mempunyai peranan sangat

penting untuk memperlancar arus barang, jasa dan mempercepat komunikasi

dan perekonomian suatu wilayah. Dengan peranan tersebut jalan-jalan di

Propinsi Lampung tepatnya pada ruas jalan R.A. Basyid Kecematan Jati

Agung, Lampung Selatan adalah salah satu jalan alternatif yang berfungsi

sebagai penghubung wilayah Bandar Lampung dengan Lampung Selatan,

umumnya jalan-jalan tersebut sudah direncanakan sesuai dengan standar

rencana Bina Marga, tetapi masih terjadi kerusakan mengingat umur

rencana belum terlampaui

Beberapa penyebab kerusakan dini antara lain, kualitas bahan yang tidak

memenuhi syarat, daya dukung pada tanah dasar (subgrade) yang tidak

baik, beban lalu-lintas yang melebihi kemampuan jalan (overloading),

Page 26: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

2

faktor lingkungan, prediksi pertumbuhan LHR yang tidak sesuai kenyataan,

dan anggapan terhadap tebal perkerasan yang direncanakan tidak sesuai dari

kebutuhan tanah dasar (subgrade) yang berada di lapangan.

Yang dimaksud tidak sesuai dari kebutuhan tanah dasar (subgrade) yang

berada di lapangan dengan yang direncanakan adalah rata-rata perencanaan

tidak melihat dari perilaku tanah dasar yang berpotensi mengalami

pengembangan (swelling) dari tanah dasar akibat dari cuaca dan faktor

lingkungan, hal seperti ini sangat perlu diperhatikan sebagai perencana.

Oleh karena itu, untuk penanganan tanah dasar (subgrade) pada jalan yang

berpotensi mengalami pengembangan (swelling) dilakukan dengan cara

perkuatan pada tanah dasar (subgrade) tersebut, yang menggunakan bahan

additive kapur

Penggunaan bahan additive kapur sebagai bahan perkuatan pada tanah dasar

agar dapat mengurangi penurunan indeks plastisitas pada tanah yang

berpotensi mengalami pengembangan.tanah akan menjadi lebih rendah,

maka akan didapatkan nilai CBR yang tinggi. Dalam perencanaan jalan

raya, subgrade dengan syarat minimal CBR 6% tidak cukup menjadi

indikator untuk konstruksi jalan terutama pada tanah dasar (subgrade).

Dengan demikian tanah dasar (subgrade) yang berpotensi mengalami

pengembangan (swelling) tanah yang sesudah dicampurkan bahan additive

kapur yang nantinya akan mempengaruhi dari tebal perkerasan jalan

tersebut.

Page 27: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

3

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh penambahan kapur pada tanah dasar (subgrade)

terhadap tebal lapis perkerasan jalan ditinjau terhadap nilai CBR dan efek

swelling pada sampel tanah tersebut.

C. Tujuan Penelitian

Maka tujuan dari penelitian yaitu adalah :

1. Menganalisa nilai CBR terhadap efek swelling sebelum dan sesudah

penambahan kapur pada sampel tanah.

2. Menganalisa tebal lapis perkerasan jalan menggunakan Metode Analisa

Komponen SKBI 2.3.26.1987

3. Membandingkan tebal perkerasan jalan dari hasil pengujian DCP dengan

pengujian CBR di laboratorium

D. Batasan Masalah

Pembahasan penilitian yang akan dibatasi sebagai berikut:

1. Sampel tanah yang diuji menggunakan tanah dasar (subgrade) pada

perkerasan jalan di Ruas Jalan R.A.Basyid, Kecamatan Jati Agung,

Lampung Selatan pada STA 3+100

2. Mendapatkan data lapangan berupa:

a. Melakukan survey Lalu Harian Rata-rata (LHR)

b. Pengujian CBR tanah dasar lapangan dengan melakukan uji DCP

(Dynamic Cone Penetrometer).

Page 28: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

4

3. Pengujian sifat fisik tanah yang dilakukan adalah:

a. Kadar Air

b. Berat Jenis

c. Atterbergh

1. Batas Cair (Liquid Limit)

2. Batas Plastis (Plastic Limit)

d. Analisa Saringan

e. Analisa Hidrometer

f. Berat Volume

4. Pengujian sifat mekanika tanah yang dilakukan adalah:

a. Pemadatan Tanah (Modified Proctor)

b. Pengembangan Tanah (Swelling)

c. Pengembangan Tanah (Swelling) Terhadap CBR (California Bearing

Ratio)

5. Pengujian material tanah dasar hanya sebatas dampak pengembangan

tanah (swelling) terhadap CBR yang diperkuat bahan additive kapur

dengan variasi 0%, 4%, 8%, 12% dan 16%.

6. Perhitungan Tebal Perkerasan dengan Metode Analisa Komponen SKBI

2.3.26.1987 dengan umur rencana 20 tahun sesuai dengan nilai CBR

tanah yang sudah diperkuat bahan additive kapur dan hasil dari

pengujian DCP lapangan.

Page 29: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

5

E. Lokasi

Pengujian sifat-sifat fisik tanah dan mekanika tanah pada penelitian ini

dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas

Lampung.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai manfaat antara lain :

1. Dapat memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan tentang sifat fisik dan

mekanik tanah dengan penambahan additive kapur pada tanah dasar.

2. Kepada pihak-pihak terkait atau pihak perencana dan pelakana agar

hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

perencanaan dan pembangunan konstruksi jalan.

s

Page 30: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah

1. Pengertian Tanah

Tanah, pada kondisi alam, terdiri dari campuran butiran-butiran mineral

dengan atau tanpa kandungan bahan organik. Mineral ini berasal dari hasil

pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimia. Sifat-sifat teknis tanah,

kecuali dipengaruhi oleh sifat batuan induk yang merupakan material

asalnya, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur luar yang menjadi penyebab

terjadinya pelapukan batuan tersebut (Hardiyatmo,1996)

Sedangkan pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah adalah

campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis:

a. Berangkal (boulders) adalah potongan batuan yang besar, biasanya

lebih besar dari 250 sampai 300 mm dan untuk ukuran 150 mm

sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).

b. Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai

150 mm.

c. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai

5 mm, yang berkisar dari kasar dengan ukuran 3 mm sampai 5 mm

sampai bahan halus yang berukuran < 1 mm.

Page 31: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

7

d. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm

sampai 0,0074 mm.

e. Lempung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran lebih kecil

dari 0,002 mm yang merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah

yang kohesif.

f. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan berukuran

lebih kecil dari 0,001 mm.

2. Sistem Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah

yang berbeda- beda tetapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam

kelompok- kelompok dan subkelompok- subkelompok berdasarkan

pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu bahasa yang mudah

untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat

bervariasi tanpa penjelasan yang terinci (Das, 1995).

Terdapat dua sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan untuk

mengelompokkan tanah. Kedua sistem tersebut memperhitungkan distribusi

ukuran butiran dan batas-batas Atterberg, sistem-sistem tersebut adalah

Sistem Unified Soil Clasification System (USCS) dan Sistem AASHTO

(American Association Of State Highway and Transporting Official).

Page 32: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

8

a. Sistem Klasifikasi Unifed Soil Classification System (USCS)

1) Tanah berbutir halus (fire-grained-soil), lebih dari 50 % lolos saringan

No. 200, yaitu tanah berlanau dan berlempung. Simbol dari kelompok

ini dimulai dengan huruf awal M untuk lanau anorganik, C untuk

lempung anorganik, dan O untuk lanau organik dan lempung organik.

2) Tanah berbutir kasar (coarse-grained-soil), kurang dari 50 % lolos

saringan No. 200, yaitu tanah berkerikil dan berpasir. Simbol

kelompok ini dimulai dari huruf awal G untuk kerikil (gravel) atau

tanah berkerikil dan S untuk Pasir (Sand) atau tanah berpasir.

Tabel 1. Sistem Klasifikasi Unified Soil Classification System

Sumber : Das (1995)

Page 33: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

9

b. Sistem Klasifikasi American Association Of State Highway and

Transporting Official (AASHTO)

Sistem klasifikasi AASHTO dibuat dengan mempertimbangkan kriteria

sebagai berikut :

1) Ukuran butir tanah:

a) Kerikil : fraksi melewati saringan 75-mm (3-inch ) dan tertahan

pada saringan no 10 (2-mm)

b) Pasir : fraksi melewati saringan no 10 (2 mm) dan tertahan pada

saringan no 200 (0,075 mm)

c) Lumpur dan lanau : fraksi melewati saringan no. 200

2) Plastisitas

Tanah disebut tanah berlumpur (silty) ketika fraksi halus tanah

memiliki indeks plastisitas 10 atau kurang, sedangkan tanah liat

(clay) adalah ketika fraksi halus tanah memiliki indeks plastisitas 11

atau lebih.

3) Jika berbatu dan bongkah (ukuran lebih besar dari 75 mm) yang diuji,

mereka dipisahkan dari bagian dari sampel tanah dari mana

klasifikasi tersebut dibuat. Namun, persentase material tersebut

dicatat.

Page 34: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

10

Tabel 2. Sistem Klasifikasi American Association Of State Highway and

Transporting Official (AASHTO)

B. Swelling (Pengembangan Tanah)

Suatu struktur tanah pada tingkat kepadatan yang sama, karena pengaruh

penambahan kadar air, volume tanah akan mengalami peningkatan dan berlaku

sebaliknya apabila kadar airnya berkurang. Perilaku yang demikian dikenal

dengan istilah tanah mengalami kembang-susut.

Snethen (1984) dalam Hardiyatmo (2002) menyatakan potensi pengembangan

adalah keseimbangan perubahan volume vertikal dinyatakan dalam persen dari

tinggi awal.

Seed dkk. (1962) dalam Hardiyatmo (2002) memberikan definisi potensi

pengembangan adalah persentase pengembangan di bawah tekanan 6,9 kPa

Page 35: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

11

pada contoh tanah yang dibebani secara terkekang pada arah lateral, dengan

contoh tanah yang dipadatkan pada kadar air optimum, sehingga mencapai

berat volume kering maksimumnya, menurut standar AASTHO.

a. Potensi tanah lempung ekspansif berdasarkan % lewat saringan no. 200

dan batas cair menurut Chen (1988) dalam Hardiyatmo (2002) dalam

Tabel berikut:

Tabel 3. Potensi Pengembangan Menurut Chen (1988) dalam Hardiyatmo (2002)

Potensi

Mengembang

Persen lolos

saringan No 200

(%)

Batas cair

(LL)

(%)

Kemungkinan

ekspansif

(%)

Tekanan

pengembangan

(kPa)

Sangat tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

>95

60-95

30-60

<30

>60

40-60

30-40

<30

>10

3-10

1-5

<1

>1000

250-1000

150-250

50

Sumber : Hardiyatmo (2002)

b. Holtz (1969) , Gibs (1969) dan USBR (1974) dalam Hardiyatmo (2002)

membuat suatu kriteria identifikasi tanah lempung ekspansif, seperti pada

Tabel berikut:

Tabel 4. Potensi Pengembangan (Holtz, 1969; Gibs, 1969; USBR, 1974) dalam

(Hardiyatmo, 2002)

Potensi

Pengembangan

Pengembangan

(%)

akibat tekanan

6,9 kPa

Persen

koloid

(<0,001 mm)

(%)

Indeks

plastisitas

PI (%)

Batas

susut

SL

(%)

Batas

cair

LL

(%)

Sangat tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

>30

20-30

10-20

<10

>28

20-31

13-23

<15

>35

25-41

15-28

<18

<11

7-12

10-16

>15

>63

50-63

39-50

<39

Sumber : Hardiyatmo (2002)

Page 36: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

12

Potensi pengembangan yang terjadi dapat dianalisa dengan persamaan

sebagai berikut:

....................................................................................(1)

Dengan :

S : potensi pengembangan (%),

ΔH : perubahan tinggi sampel (cm).

H : tinggi awal sampel (cm).

C. California Bearing Ratio (Uji CBR)

Metode perencanaan perkerasan jalan yang umum dipakai adalah cara-cara

empiris dan yang biasa dikenal adalah cara CBR (California Bearing Ratio).

Metode ini dikembangkan oleh California State Highway Departement

sebagai cara untuk menilai kekuatan tanah dasar jalan (subgrade).

Harga CBR adalah nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan

dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR

sebesar 100 % dalam memikul beban. Sedangkan, nilai CBR yang didapat

akan digunakan untuk menentukan tebal lapisan perkerasan yang diperlukan

di atas lapisan yang mempunyai nilai CBR tertentu. Untuk menentukan tebal

lapis perkerasan dari nilai CBR digunakan grafik-grafik yang dikembangkan

untuk berbagai muatan roda kendaraan dengan intensitas lalu lintas.

1. Pengujian Kekuatan dengan CBR

Alat yang digunakan untuk menentukan besarnya CBR berupa alat yang

mempunyai piston dengan luas 3 inch dengan kecepatan gerak vertikal ke

%100xH

HS

Page 37: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

13

bawah 0,05 inch/menit, Proving Ring digunakan untuk mengukur beban

yang dibutuhkan pada penetrasi tertentu yang diukur dengan arloji pengukur

(dial). Penentuan nilai CBR yang biasa digunakan untuk menghitung

kekuatan pondasi jalan adalah pada penetrasi 0,1” dan penetrasi 0,2” untuk

pengujian laboratorium

Rumus perhitungan dalam penentuan nilai CBR adalah sebagai berikut:

Nilai CBR pada penetrasi 0,1” = A

3000 x 100 % ..........................(2)

Nilai CBR pada penetrasi 0,2” = B

4500 x 100 % ..........................(3)

Dimana:

A = Pembacaan dial pada saat penetrasi 0,1”

B = Pembacaan dial pada saat penetrasi 0,2”

Nilai CBR yang didapat adalah nilai yang terkecil diantara hasil

perhitungan kedua nilai CBR.

Berikut ini adalah tabel nilai CBR yang menjadi acuan dalam pengujian

CBR.

Tabel 5. Deskripsi Nilai CBR (California Bearing Ratio)

Deskripsi Nilai CBR

Jelek Sekali 0,00 – 3,00

Jelek 3,00 – 7,00

Sedang 7,00 – 20,0

Baik 20,0 – 50,0

Baik Sekali >50,0

Sumber : Braja M.Das, Mekanika Tanah Jilid 1, 1995

Page 38: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

14

2. Jenis-Jenis Pengujian CBR

Berdasarkan cara mendapatkan contoh tanahnya, CBR dapat dibagi atas:

a. CBR Laboratorium

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan CBR (California

Bearing Ratio) tanah dan campuran tanah agregat yang dipadatkan

di laboratorium pada kadar air tertentu. CBR laboratorium ialah

perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan

standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. CBR

Laboratorium dibedakan atas 2 macam, yaitu CBR Laboratorium

rendaman dan CBR Laboratorium tanpa rendaman.

b. CBR Lapangan

CBR lapangan disebut juga CBR inplace atau field inplace dengan

kegunaan sebagai berikut:

1) Mendapatkan nilai CBR asli di lapangan sesuai dengan kondisi

tanah pada saat itu. Umumnya digunakan untuk perencanaan tebal

lapis perkerasan yang lapisan tanah dasarnya sudah tidak akan

dipadatkan lagi.

2) Untuk mengontrol apakah kepadatan yang diperoleh sudah sesuai

dengan yang diinginkan. Pemeriksaan ini tidak umum digunakan.

Metode pemeriksaannya dengan meletakkan piston pada kedalaman

dimana nilai CBR akan ditentukan lalu dipenetrasi dengan

menggunakan beban yang dilimpahkan melalui gardan truk.

Page 39: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

15

D. DCP (Dynamic Cone Penetrometer)

Pengujian cara dinamis ini dikembangkan oleh TRL (Transport and Road

Research Laboratory), Crowthorne, Inggris dan mulai diperkenalkan di

Indonesia sejak tahun 1985/1986. Pengujian ini dimaksudkan untuk

menentukan nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah dasar, timbunan, dan

atau suatu sistem perkerasan. Pengujian ini dilakukan dengan mencatat data

masuknya konus yang tertentu dimensi dan sudutnya, ke dalam tanah untuk

setiap pukulan dari palu/hammer yang berat dan tinggi jatuh tertentu pula.

Pengujian alat ini dipakai pada pekerjaan tanah karena mudah dipindahkan ke

semua titik yang diperlukan tetapi letak lapisan yang diperiksa tidak sedalam

pemeriksaan tanah dengan alat sondir. Pengujian dilaksanakan dengan

mencatat jumlah pukulan (blow) dan penetrasi dari konus (kerucut

logam) yang tertanam pada tanah/lapisan pondasi karena pengaruh

penumbuk kemudian dengan menggunakan grafik dan rumus, pembacaan

penetrometer diubah menjadi pembacaan yang setara dengan nilai CBR.

E. Pemadatan

Tujuan dari pemadatan adalah untuk mempertinggi kuat geser tanah,

mengurangi sifat mudah mampat (kompresibilitas), mengurangi permeabilitas

dan mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air dan

lain-lain. Maksud tersebut dapat tercapai dengan pemilihan tanah bahan

timbunan, cara pemadatan, pemilihan mesin pemadat dan jumlah lintasan yang

sesuai.

Page 40: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

16

Tingkat pemadatan tanah diukur dari berat volume kering tanah yang

dipadatkan. Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang dipadatkan, air

tersebut akan berfungsi sebagai pembasah/pelumas pada partikel-partikel

tanah, karena adanya air partikel-partikel tanah tersebut akan lebih mudah

bergerak dan adanya air, partikel-partikel tanah bergeseran satu sama lain dan

membentuk kedudukan yang lebih rapat/padat, untuk usaha yang sama, berat

volume kering tanah meningkat bila kadar air meningkat juga, bila kadar air

ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha pemadatan yang sama, maka

berat dari jumlah bahan padat dalam tanah per satuan volume juga meningkat

secara bertahap pula, setelah mencapai kadar air tertentu, berat volume kering

tanah cenderung menurun. Hal ini disebabkan karena air tersebut mulai

menempati ruang-ruang pori tanah yang sebetulnya dapat ditempati oleh

partikel tanah. Kadar air dengan berat volume kering maksimum disebut kadar

air optimum.

Metode pemadatan yang digunakan adalah pemadatan Modified Proctor

dengan acuan ASTM D1557. Ukuran dan bentuk palu, jumlah pukulan, jumlah

lapisan, dan volume cetakan dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 6. Ukuran Pemadatan Modified Proctor (ASTM D1557)

Standar ASTM D1557

Berat palu 4,5 kg ( 10 lb )

Tinggi jatuh palu 45,8 cm (18 in)

Jumlah lapisan 5 lapis

Jumlah tumbukan per lapisan 25 kali

Tanah saringan lolos No. 4 (4,75 mm)

Sumber : ASTM D1557

Page 41: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

17

Dari pemadatan Modified Proctor akan didapatkan kadar air (w) dan berat isi

kering (γ) dengan rumus sebagai berikut ini.

Kadar air (w) = Berat air

Berat tanah kering oven x 100 % ...........(4)

Berat volume kering (γd) = Berat volume basah (γb)

Kadar air (w) + 100 x 100 % ............(5)

F. Kapur

Kapur telah dikenal sebagai salah satu bahan stabilisasi tanah yang baik,

terutama bagi stabilisasi tanah lempung yang memiliki sifat kembang-susut

yang besar. Bahan Kapur adalah sebuah benda putih dan halus terbuat dari batu

sedimen, membentuk bebatuan yang terdiri dari mineral kalsium. Adanya

unsur cation Ca+ pada kapur dapat memberikan ikatan antar partikel yang lebih

besar yang melawan sifat mengembang dari tanah.

Stabilisasi tanah dengan kapur adalah mencampur tanah dengan kapur dan air

pada lokasi pekerjaan di lapangan untuk merubah sifat-sifat tanah tersebut

menjadi material yang lebih baik yang memenuhi ketentuan sebagai bahan

konstruksi (SNI 03-3439-1994 ”PELAKSANAAN STABILISASI TANAH

DENGAN KAPUR UNTUK JALAN RAYA”)

1. Menurut SNI 03-2097-1991, Jenis-jenis Kapur

a) Kapur Tohor

Hasil pembakaran batu kapur (dengan komposisi yang sebagian besar

merupakan kalsium karbonat) pada suhu tertentu apabila diberi air

secukupnya dapat dipadamkan (dapat ber senyawa membentuk hidrat).

Page 42: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

18

b) Kapur Padam

Hasil pemadaman kapur tohor dengan air sehingga terbentuk hidrat.

c) Kapur Udara

Kapur udara yang apabila diaduk dengan air, setelah beberapa waktu

tertentu hanya dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon

dioksida (CO2 ).

d) Kapur hidrolis

Kapur hidrolis yang apabila diaduk dengan air setelah beberapa waktu

tertentu dapat mengeras baik di dalam air maupun di udara.

e) Kapur magnesia

Kapur yang mengandung lebih dari 5% magnesiumoksida (MgO )

dihitung dari contoh kapur yang dipijarkan.

2. Menurut SNI 03-4147-1996 terdapat 3 jenis kapur, yaitu:

a) Kapur tohor/ quick lime (CaO) adalah hasil dari pemanasan batuan kapur,

yang dalam perdagangan dapat dijumpai bermacam-macam hasil

pembakaran kapur ini.

b) Kapur padat / hydrated lime adalah bentuk hidroksida dari kalsium atau

magnesiumyang dibuat dari kapur keras yang diberi air sehingga bereaksi

dan mengeluarkan panas. Digunakan terutama untuk bahan pengikat

dalam adukan bangunan.

c) Kapur hydraulik disini CaO dan MgO tergabung secara kimia dengan

pengotor- pengotor. Oksida kapur ini terhidrasi secara mudah dengan

menambahkan air ataupun membiarkannya du udara terbuka, pada reaksi

ini timbul panas.

Page 43: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

19

3. Sifat-sifat batu kapur :

Batu kapur mempunyai sifat yang istimewa, bila dipanasi akan berubah

menjadi kapur yaitu kalsium oksida (CaO) dengan menjadi proses

dekarbonasi (pengusiran CO2) : hasilnya disebut kampur atau quick lime

yang dapat dihidrasi secara mudah menjadi kapur hydrant atau kalsium

hidroksida (Ca(OH)2). Pada proses ini air secara kimiawi bereaksi dan

diikat oleh CaO menjadi Ca(OH)2 dengan perbandingan jumlah molekul

sama.

4. Pemanfaatan dari kapur diantaranya adalah :

a) Bahan bangunan.

Bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur yang dipergunakan untuk

plester, adukan pasangan bata, pembuatan semen tras ataupun semen

merah.

b) Bahan penstabilan jalan raya.

Pemakaian kapur dalam bidang pemantapan pondasi jalan raya termasuk

rawa yang dilaluinya. Kapur ini berfungsi untuk mengurangi plastisitas,

mengurangi penyusutan dan pemuaian pondasi jalan raya

c) Sebagai bahan ikat pada beton.

Bila dipakai bersama-sama Semen Portland, sifatnya menjadi lebih baik

dan dapat mengurangi kebutuhan semen Portland.

d) Sebagai batuan jika berbentuk batu kapur.

e) Sebagai bahan pemutih.

Page 44: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

20

G. Perkerasan Jalan

Lapisan perkerasan adalah kontruksi diatas tanah dasar yang berfungsi

memikul beban lalu lintas dengan meberikan rasa aman dan nyaman.

Pemberian kontruksi lapisan perkerasan dimaksudkan agar tegangan yang

terjadi sebagai akibar pembebanan pada perkerasan ketanah dasar (subgrade)

tidak melampaui kapasitas dukung tanah dasar.

Kontruksi perkerasan jalan dibedakan menjadi dua kelompok menurut bahan

pengikat yang digunakan, yaitu perkerasan lentur (fleksible pavement) dan

perkerasan kaku (rigid pavement). Perkerasan lentur (fleksible pavement)

dibuat dari agregat dan bahan ikat aspal. Lapis perkerasan kaku (rigit

pavement) terbuat dari agregat dan bahan ikat semen, terdiri dari satu lapisan

pelat beton atau tanpa pondasi bawah (subbase) antara perkerasan dan tanah

dasar (subgrade).

Menurut AASHTO dan Bina Marga kontruksi jalan terdiri dari:

1. Lapis permukaan (Surface Course).

Lapisan permukaan (Surface Course) adalah lapisan yang terletak paling

atas (Sukirman Silvia, 1999), dan berfungsi sebagai :

a. Struktural, yaitu berperan mendukung dan menyebarkan beban

kendaraan yang diterima oleh lapis keras.

b. Non struktural, yaitu berupa lapisan kedap air untuk mencegah

masuknya air kedalam lapis perkerasan yang ada dibawahnya dan

menyediakan permukaan yang tetap rata agar kendaraan berjalan

dengan lancar

Page 45: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

21

2. Lapis Pondasi Atas (Base Course)

Lapisan pondasi atas (base course) adalah lapisan perkerasan yang terletak

diantara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan (Sukirman Silvia,

1999), dan berfungsi sebagai:

a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan

menyebarkan beban kelapisan di bawahnya,

b. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah,

c. Bantalan terhadap lapisan permukaan.

3. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course)

Lapis pondasi bawah (subbase course) adalah lapis perkerasan yang

terletak antara lapisan pondasi atas dan tanah dasar (Sukirman Silvia,

1999), dan berfungsi sebagai :

a. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk meyebarkan beban roda pada

tanah dasar

b. Efesiensi penggunaan material

c. Mengurangi ketebalan lapis keras yang ada diatasnya

d. Sebagai lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul pada pondasi

e. Sebagai lapisan pertama agar memudahkan pekerjaan selanjutnya

f. Sebagai pemecah partikel halus dari tanak dasar naik ke lapis pondasi

atas

Page 46: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

22

4. Lapis Tanah Dasar (Subgrade)

Tanah dasar (Subgrade) adalah permukaan tanah semula, permukaan tanah

galian atau timbunan yang dipadatkan dan merupakan dasar untuk

perletakan bagian lapis keras lainnya.

Jenis-jenis bahan lapis perkerasan (Sukirman Silvia, 1999) dan kriteria aggregat

berdasarkan (PUBI 1987):

1. Lapis permukaan (D1)

a. Burtu (Laburan aspal satu lapis) dengan tebal maksimum 20 mm

b. Burda (Laburan aslpal dua lapis) dengan tebal padat maksimum 35 mm

c. Latasir (Lapis tipis aspal pasir) dengan tebal padat maksimum 10 - 20 mm

d. Buras (Laburan aspal) ukuran butir maksimum 3/8 inch

e. Lataston (Lapis tipis aspal beton) dengan tebal padat maksimum 25 – 30 mm

f. Laston (Lapis aspal beton) dengan tebal padat maksimum 10 – 15 cm

2. Lapis pondasi atas (D2) yang umum digunakan di Indonesia adalah:

a. Batu pecah Kelas A, ukuran aggregat maksimum 25 mm

b. Batu pecah Kelas B, ukuran aggregat maksimum 37,5 mm

c. Batu pecah Kelas C, ukuran aggregat maksimum 25 mm

3. Lapis pondasi bawah (D3) yang umum digunakan di Indonesia adalah

a. Sirtu Kelas A, ukuran aggregat maksimum 37,5 mm

b. Sirtu Kelas B, ukuran aggregat maksimum 25 mm

Page 47: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

23

1

2

3

D 1 Lapis Permukaan D 2 Lapis Pondasi D 3 Lapis Pondasi Bawah

1)

Gambar 1. Lapisan Perkerasan Jalan

H. Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987

Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987 adalah salah satu acuan untuk

merencanakan tebal perkerasan jalan raya. Metode ini merupakan metode dari

Bina Marga yang merupakan dasar dalam menentukan tebal perkerasan lentur

yang dibutuhkan untuk suatu jalan raya. Yang di maksud perkerasan lentur

(flexible pavement) dalam perencanaan ini adalah perkerasan yang umumnya

menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan

berbutir sebagai lapisan di bawahnya.

Metode ini dapat digunakan untuk Perencanaan perkerasan jalan baru (New

Construction/Full Depth Pavement), Perkuatan perkerasan jalan lama

(Overlay) dan Konstruksi bertahap (Stage Construction)

Ada beberapa acuan dari Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987 yaitu:

1. Lalu Lintas Rencana

a. Persentase Kendaraan pada Lajur Rencana

Jalur Rencana (JR) merupakan jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya

yang terdiri daris satu lajur atau lebih, jumlah lajur berdasarkan lebar

jalan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 48: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

24

Tabel 7. Jumlah lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan.

Lebar Perkerasan ( L ) Jumlah Lajur ( n )

L < 5,5 m 1 Lajur 5,5 m ≤ L < 8,25 m 2 Lajur

8,25 m ≤ L < 11,25 m 3 Lajur 11,25 m ≤ L < 15,00 m 4 Lajur 15,00 m ≤ L < 18,75 m 5 Lajur 18,75 m ≤ L < 22,00 m 6 Lajur

Sumber : SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

Sedangkan koefisien distribusi kendaraan pada lajur jalan dengan tipe

kendaraan berdasarkan beratnya dapat di lihat Tabel berikut ini :

Tabel 8. Koefisien Distribusi Kendaraan ( C )

Jum

lah

L

aj

u

r

Kendaraan ringan *) Kendaraan berat **)

1 arah 2 arah 1 arah 2 arah

(1) (2) (3) (4) (5)

1 1,00 1,00 1,00 1,00

2 0,60 0,50 0,70 0,50

3 0,40 0,40 0,50 0,475

4 - 0,30 - 0,45

5 - 0,25 - 0,425

6 - 0,20 - 0,4

Sumber : SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

* ) Berat total < 5 ton , misalnya: mobil penumpang , pick up, mobil hantaran

** ) Berat total ≥ 5 ton , misalnya : bus , truk, traktor, semi trailer, trailer

b. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan

Penentuan angka ekivalen dapat ditentukan melalui tabel yang telah

dikeluarkan oleh Bina Marga seperti yang terlihat pada tabel.

Page 49: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

25

UR

Tabel 9. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan.

c. Perhitungan Lalu Lintas

1) Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)

n

LEP = ∑ LHR j xC j xE j ............................................................... (6) j =1

dengan :

j = Jenis kendaraan

n = Tahun pengamatan

LHR = Lalu lintas harian rata – rata

Cj = Koefisien distribusi kendaraan,dan

Ej = Angka ekivalen (E) beban sumbu kendaraan.

2) Lintas Ekivalen Akhir (LEA)

n

LEA = ∑ LHR j (1 + i) xC j xE j ...................................................... (7) j =1

dengan:

Page 50: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

26

j = Jenis kendaraan

n = Tahun pengamatan

LHR = Lalu lintas harian rata – rata

i = Perkembangan lalu lintas

UR = Umur rencana

Cj = Koefisien distribusi kendaraan,dan

Ej = Angka ekivalen ( E ) beban sumbu kendaraan.

3) Lintas Ekivalen Tengah (LET)

LET = (𝐿𝐸𝑃 +𝐿𝐸𝐴)

2 ......................................................................... (8)

dengan :

LET = Lintas Ekivalen Tengah

LEP = Lintas Ekivalen Permulaan

LEA = Lintas Ekivalen Akhir

4) Lintas Ekivalen Rencana (LER)

LER = LET x FP .................................................................... (9)

FP =𝑈𝑅

20 ................................................................................ (10)

dengan:

FP = Faktor Penyesuaian

UR = Umur Rencana (Tahun)

Page 51: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

27

2. Daya Dukung Tanah Dasar

Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi

seperti pada Gambar 2. Daya dukung tanah dasar diperoleh dari nilai

CBR atau Plate Bearing Test DCP dll.

DDT = (4,3 log CBR + 1,7) .......................................................................

(11)

Dengan :

CBR = Hasil dari pengujian CBR (California Bearing Ratio)

Gambar 2. Grafik korelasi DDT dan CBR

3. Faktor Regional

Peraturan Pelaksanaan Pembangunan Jalan Raya" edisi terakhir, maka

pengaruh keadaan lapangan yang menyangkut permeabilitas tanah dan

perlengkapan drainase dapat dianggap sama. Dengan demikian dalam

penentuan tebal perkerasan ini, Faktor Regional hanya dipengaruhi

Page 52: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

28

Kelandaian I ( < 6 %)

Kelandaian II (6 – 10 %)

Kelandaian III ( > 10%)

% kendaraan berat % kendaraan berat % kendaraan berat ≤ 30 % > 30 % ≤ 30 % > 30 % ≤ 30 % > 30 %

Iklim I < 900 mm/th 0,5 1,0 – 1,5 1,0 1,5 – 2,0 1,5 2,0 – 2,5 Iklim II > 900 mm/th 1,5 2,0 – 2,5 2,0 2,5 – 3,0 2,5 3,0 – 3,5

oleh bentuk alinyemen (kelandaian dan tikungan), persentase kendaraan

berat dan yang berhenti serta iklim (curah hujan) sebagai berikut:

Tabel 10. Faktor Regional

Catatan: Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, pemberhentian

atau tikungan tajam (jari-jari 30 m) FR ditambah dengan 0,5.Pada

daerah rawa- rawa FR ditambah dengan 1,0.

% Kendaraan Berat = Jumlah Kendaraan Berat

Jumlah Semua Kendaraan 𝑥 100% ......................... (12)

4. Indeks Permukaan

Indeks permukaan adalah nilai kerataan/kehalusan serta kekokohan

permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalulintas yang

lewat.

Nilai Indeks permukaan beserta artinya adalah sebagai berikut :

a. IP = 1,0 menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat

sehingga menganggu lalu lintas kendaraan.

b. IP = 1,5 menyatakan tingkat pelayanan rendah yang masih mungkin

(jalan tidak terputus)

c. IP = 2 menyatakan tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih

cukup.

d. IP = 2,5 menyatakan permukaan jalan masih cukup stabil dan baik.

Page 53: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

29

Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) perlu

diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan / kehalusan serta

kekokohan) pada awal umur rencana, menurut Tabel 14 di bawah ini:

Tabel 11. Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana ( IPo )

Dalam menentukan IP pada akhir umur rencana, perlu dipertimbangkan

faktor–faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen

rencana (LER) seperti ditunjukkan pada tabel

Tabel 12. Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana (IP)

LER = Lintas

Ekivalen Rencana *)

Klasifikasi Jalan lokal kolektor arteri tol

< 10 10 – 100

100 – 1000

> 1000

1,0 – 1,5 1,5

1,5 – 2,0

-

1,5 1,5 – 2,0

2,0

2,0 – 2,5

1,5 – 2,0 2,0

2,0 – 2,5

2,5

- -

-

2,5

Sumber : SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

*) LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton beban sumbu tunggal.

Catatan: Pada proyek-proyek penunjang jalan, JAPAT / jalan murah atau jalan

darurat maka IP dapat diambil 1,0.

Page 54: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

30

5. Indeks Tebal Perkerasan

ITP= a1D1 + a2D2 + a3D3 ................................................................... (13)

dengan:

ITP = indeks tebal perkerasan

a1,a2,a3 = Koefisien kekuatan relative bahan lapis keras

D1,D2,D3 = Tebal masing-masing lapisan lapis keras

Untuk koefisien relatif bahan (a) yang akan digunakan pada persamaan

dapat dilihat pada tabel di bawah ini berdasarkan jenis bahan yang

digunakan

Tabel 13. Koefisien Kekuatan Relatif (a)

Page 55: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

31

6. Batas-batas Minimum Tebal Lapisan Perkerasan

a. Lapis Permukaan (Surface Course)

Tabel 14. Lapis Permukaan (Surface Course)

ITP Tebal Minimum (cm) Bahan < 3,00

3,00 – 6,70

6,71 – 7,49

7,50 – 9,99

≥ 10,00

5 5

7,5

7,5

10

Lapis pelindung: (Buras/Burtu/Burda) Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston

Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston

Lasbutag, Laston

Laston

Sumber : SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

b. Lapis Pondasi Atas (Base Course)

Tabel 15. Lapis Pondasi Atas (Base Course)

ITP Tebal Minimum (cm) Bahan

< 3,00

3,00 – 7,49

7,50 – 9,99

10 – 12,14

≥ 12,25

15

20*)

10

20

15

20

25

Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas tanah dengan kapur

Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,

stabilitas tanah dengan kapur

Laston Atas

Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,

stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam

Laston Atas Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam,

Lapen, Laston Atas

Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,

stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam,

Lapen, Laston Atas

Sumber : SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

c. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course)

Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum

adalah 10 cm

Page 56: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

32

I. Refrensi dari Penenilitian Sebelumnya

Dari pengujian (Warsiti, 2009) Meningkatkan CBR dan Memperkecil Swelling

Tanah Sub Grade dengan Metode Stabilisasi Tanah dan Kapur. Dengan

penambahan persentase kapur 0%, 5%. 8%. 10% dan 12%, didapatkan nilai

CBR unsoacked yang meningkat yaitu dari 1,49% menjadi 1,64% dan CBR

soacked juga mengalami peningkatan yaitu dari 11,8% menjadi 22%, sedangkan

nilai swelling mengalami penurunan yaitu dari 5,13% menjadi 1,025%.

Menurut (Fahrurrozi 2008) Pengaruh Nilai CBR Tanah Dasar Terhadap Tebal

Perkerasan Lentur Jalan Kaliurang Dengan Metode Bina Marga 1987 dan

AASHTO 1986 didapatkan hasil nilai CBR maksimum sebesar 38% dan dalam

perhitungan tebal perkerasan jalan dengan perhitungan metode Bina Marga lebih

besar dari pada menggunakan metode AASHTO. Hasil tebal perkerasan

dilapangan lebih besar dibandingkan dengan hasil perhitungan sehingga struktur

yang ada sekarang akan mampu mendukung beban lalulintas hingga tahun 2018.

Page 57: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

III. METODE PENELITIAN

A. Tinjauan Umum

Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui perbandingan tebal

perkerasan jalan dengan menggunakan metode Analisa Komponen SKBI

2.3.26.1987 yang ditinjau dari potensi pengembangan (swelling) pada tanah

dasar dengan di perkuat dengan additive kapur.

Kapur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis kapur padam

yang memiliki unsur kimia yaitu kalsium hidroksida Ca(OH)2 yang diperoleh

dari toko bangunan .

Didalam penelitian ini dilakukan analisa secara bertahap, yaitu terdiri dari :

1. Persiapan (Pengumpulan Referensi dan Identifikasi Masalah)

Tahap persiapan adalah kegiatan pada saat sebelum mengumpulkan dan

mengolah data akan dimulai. Dalam tahap ini dilakukan hal hal penting

dengan tujuan untuk mengefektifkan pengerjaan tugas akhir.

Tahap persiapan sebagai berikut :

a. Studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan literatur dan

prosedur penelitian yang akan dilakukan.

b. Survei lokasi untuk mendapatkan bahan dan data lapangan..

c. Mengumpulkan data sekunder

Page 58: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

34

2. Lokasi

Pengambilan sampel tanah yang berada di lokasi Desa Fajar Baru di ruas

jalan R.A.Basyid, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan pada STA

3+100 .

Gambar 3. Lokasi Pengambilan Sampel Tanah

Page 59: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

35

3. Pengumpulan Data Lapangan

Data yang dibutuhkan berupa data data pendukung di lapangan, untuk

selanjutnya di hitung dengan menggunakan metode Analisa Komponen

SKBI 2.3.26.1987.

Pengumpulan data pada penelitian ini antara lain:

a. Data LHR (Lalu Lintas Harian Rata-rata)

Survei LHR dilakukan di Desa Fajar Baru, ruas jalan R.A.Basyid,

Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan. LHR yang dihitung yaitu

gerak kendaraan sepanjang satu ruas jalan di titik yang sudah ditentukan

dengan bantuan alat stopwatch dan formulir yang sebelumnya sudah

dipersiapkan sesuai dengan jenis kendaraannya. Waktu survey dilakukan

pada saat jam sibuk dipagi hari (06.00 – 08.00 WIB) dan sore hari (16.00

– 18.00 WIB) selama 7 hari berturut turut.

Prosedur Pelaksanaan di Lapangan :

1) Menentukan lokasi titik untuk melakukan pengambilan Data Lalu

Lintas.

2) Menghitung kendaraan yang lewat sesuai waktu yang ditentukan

dengan bantuan alat stopwatch.

3) Mencatat pada lembar form survei setiap jenis kendaraan yang

lewat dengan interval waktu 15 menit.

Page 60: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

36

Gambar 4. Contoh Format Perhitungan Lalu Lintas

b. Data CBR dari uji DCP lapangan

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai CBR dari lapisan tanah.

Pengujian berdasarkan ASTM D 6951-09.

Peralatan yang digunakan:

1) Satu set alat DCP

2) Kantong Alat

3) Konus

4) Alat Tulis

Perhitungan:

Penetrabilitas Skala Penetrometer (SPP) = 𝐷

𝑅 ……….…..(14)

Dimana:

D = Kedalaman (cm)

R = Tumbukan

Page 61: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

37

4. Data Sekunder

Data sekunder ini diperoleh dari Balai Besar Way Sekampung Provinsi

Lampung, data ini berupa data curah hujan daerah Way Kandis – Karang

Anyar tahun 1988-2015

B. Pelaksanaan Pengujian Sampel Tanah

Adapun pengujian yang dilakukan adalah Pengujian fisik tanah dan Pengujian

mekanika tanah.

1. Pengujian Sifat Fisik Tanah

a. Kadar air (Moisture Content)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air sampel tanah asli

dan tanah dengan penambahan kapur, Pengujian berdasarkan ASTM D

2216-98.

b. Berat Volume (Unit Weight)

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat volume tanah basah

dalam keadaan asli (undisturbed sample), yaitu perbadingan antara berat

tanah dengan volume tanah. Pengujian berdasarkan ASTM D 2937-00.

c. Berat Jenis (Specific Gravity)

Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kepadatan massa butiran

atau partikel tanah asli dan tanah dengan. Pengujian berdasarkan ASTM

D 854-02.

Page 62: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

38

d. Batas Cair (Liquid Limit)

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis

tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Sampel tanah

yang digunakan adalah sampel tanah asli dan tanah bervariasi

penambahan kapur. Pengujian berdasarkan ASTM D 4318-00.

e. Batas Plastis (Plastic Limit)

Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada

keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Sampel

yang digunakan sama dengan sampel pengujian batas cair. Pengujian

berdasarkan ASTM D 4318-00.

f. Analisis Saringan (Sieve Analysis)

Tujuan pengujian analisis saringan adalah untuk mengetahui persentasi

butiran tanah dan susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu jenis tanah

yang tertahan di atas saringan No. 200 (Ø 0,075 mm). Pengujian

berdasarkan ASTM D 421-85.

g. Uji Hidrometer

Tujuan pengujian analisis hidrometer adalah untuk mengetahui

persentasi butiran tanah dan susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu

jenis tanah yang lolos saringan No. 200 (Ø 0,075 mm). Pengujian

berdasarkan ASTM D 422-63

Page 63: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

39

2. Pengujian Mekanika Tanah

a. Pengujian Pemadatan Tanah (Proctor Modified)

Melakukan uji pemadatan proctor modified berdasarkan pencampuran

sampel tanah asli dengan derajat kejenuhan yang berbeda dengan

pembagian sampel yaitu Sampel Tanah Asli, Sampel A, Sampel B,

Sampel C dan Sampel D masing-masing terdiri dari 2 sampel.

1) Sampel Tanah Asli

Benda uji tanpa campuran yang terdiri dari tanah 100 %.

2) Sampel A

Benda uji yang ditambah kapur 4 %

3) Sampel B

Benda uji yang ditambah kapur 8 %

4) Sampel C

Benda uji yang ditambah kapur 12 %

5) Sampel D

Benda uji yang ditambah kapur 16 %

Metode pemadatan yang digunakan adalah cara pengujian pemadatan

Modified Proctor dengan acuan ASTM D1557.

a. Menyiapkan sampel tanah asli seberat 2500 gr

b. Menyiapkan gelas ukur 1000 ml

c. Mencampur tanah berdasarkan KAO yang direncanakan

d. Setelah dicampurkan masukkan sampel tanah ke dalam mol untuk

dilakukannya pemadatan modifikasi.

Page 64: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

40

e. Pemadatan dilakukan dengan 5 lapisan dimana pada setiap masing-

masing lapisan ditumbuk atau dipadatkan sebanyak 25 kali

tumbukan setiap lapisan.

f. Setelah ditumbuk dan dipadatkan, menimbang berat mol + tanah lalu

ambil beberapa untuk melihat kadar air sampel tersebut.

Kadar air optimum yang didapat pada uji pemadatan digunakan sebagai

acuan untuk pengujian pengembangan tanah dan uji pengembangan

tanah terhadap CBR.

b. Pengujian Pengembangan Tanah (Swelling)

Pengujian pengembangan tanah (swelling) adalah pengujian bertujuan

untuk mengetahui besar prosentase mengembang pada sampel tanah,

untuk pengujian ini pengamatan dilakukan pada sampel tanah tanpa

penambahan additive kapur dan sampel tanah dengan variasi

penambahan persentase additive kapur yang berbeda. Kemudian

sampel tersebut dimasukkan ke dalam cetakan ring oedometer dan

selanjutnya pengujian dilakukan dialat konsolidasi dengan beban

sebesar 6,9 kPa. Sebelumnya 6,9 kPa ini di konversikan terlebih dahulu,

berikut ini cara mengkonversikan beban tersebut,

Rumus = 6,9 kPa x A

Panjang Lengan Beban ………………………....(16)

Dimana:

1 kPa = 10,197 gram/cm2

6,9 kPa = 10,197 x 6,9 = 70,36 gram/cm2

A (Luas Penampang Ring) = ¼ x π x D2

= ¼ x 3,14 x (5)2

Page 65: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

41

= 19,625 cm2

Panjang Lengan Beban = 45 cm

=6,9 kPa x A

Panjang Lengan Beban=

70,36 𝑥 19,625

45

= 30,68 gram

Prosedur pengujian sebagai berikut:

1) Melakukan pengujian pemadatan tanah dengan KAO yang didapat

dari masing-masing sampel tanah, Kemudian sampel tersebut

dimasukkan ke dalam cetakan ring oedometer

2) Letakkan sampel tanah ke dalam alat konsolidometer kemudian atur

kesetimbangan alat konsolidasi tersebut. Lalu atur dial menunjuk ke

angka 0 dengan ketelitian 0,01 mm

3) Kemudian, genangi contoh tanah dengan air dan biarkan

mengembang dibawah tekanan 6,9 kPa atau 30,68 gram selama

sampel tanah tersebut berhenti mengalami pengembangan tanah.

4) Terakhir catat perubahan jarum dial, kemudian lakukan perhitungan

swelling dengan rumus ,persamaan (1)

5) Lakukan prosedur 1 – 4 dengan sampel tanah penambahan kapur

4%, 8%, 12% dan 16%

c. Pengujian Swelling terhadap CBR Laboratorium

Tujuannya adalah untuk menentukan nilai CBR dengan mengetahui

kuat hambatan campuran tanah dengan kapur terhadap pengembangan

tanah lebih dahulu.

Page 66: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

42

Pengembangan tanah pada CBR ini menggunakan beban 6,9 kPa atau

sama dengan sebagai berikut:

Rumus = 6,9 𝑘𝑃𝑎 𝑥 𝐴 …………………………...………(17)

Dimana:

1 kPa = 10,197 gram/cm2

6,9 kPa = 10,197 x 6,9 = 70,36 gram/cm2

A (Luas Penampang Ring) = ¼ x π x D2

= ¼ x 3,14 x (15)2

= 176,625 cm2

= 6,9 kPa x A = 70,36 x 176,625

= 12427 gram = 12.427 Kg

Adapun langkah kerja pengujian CBR ini, antara lain :

1) Menyiapkan benda uji berdasarkan pencampuran sampel tanah

dengan kapur 0%, 4%, 8%, 12% dan 16%.

2) Lakukan pemadatan tanah dengan kadar air optimum yang sudah

didapatkan sebelumnya, untuk berat masing-masing sebanyak 5 kg

3) Mengambil sebagian sampel yang tidak terpakai untuk memeriksa

kadar air.

4) Merendam sampel beserta beban (6,9 Kpa atau 12,427 Kg) di dalam

air dan dipasangkan arloji pengukur pengembangan, catat

pembacaan pertama dan biarkan benda uji selama masih mengalami

pengembangan.

Page 67: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

43

5) Setelah proses perendaman pada swelling dilakukan pengujian CBR.

Perhitungan :

a) Berat mold = Wm (gram)

b) Berat mold + sampel = Wms (gram)

c) Berat sampel (Ws) = Wms – Wm (gram)

d) Volume mold = V

e) Berat Volume = Ws / V (gr/cm3)

f) Kadar air = ω

g) Berat volume kering (γd) =

1 x 100% (gr/cm3)

h) Harga CBR : - Untuk 0,1″ menggunkan persamaan (2)

- Untuk 0,2″ menggunkan persamaan (3)

i) Dari sampel tanah yang telah di lakukan uji didapat nilai CBR

yaitu untuk jumlah penumbukan sebanyak 25 kali dari masing-

masing lapisan.

3. Analisis Data

Hasil data yang diperoleh dan didapatkan dari percobaan yang telah

dilakukan dan diolah kemudian hasil dari pembacaan pengembangan tanah

tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel dan dibuat grafik.

Dari rangkaian pengujian-pengujian yang dilaksanakan di laboratorium,

diperoleh nilai parameter sifat-sifat fisik tanah baik yang asli maupun yang

sudah dicampur kapur, diperoleh juga nilai potensi pengembangan dan nilai

pengembangan tanah terhadap CBR baik yang tidak di campur kapur/tanah

Page 68: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

44

asli maupun yang dicampur kapur sehingga dapat dilakukan analisis data

dalam bentuk tabel dan grafik.

C. Perhitungan dan Perencanaan Tebal Perkerasan

Setelah dilakukan pengujian pada tanah dan di dapat data yang ada, selanjutnya

di lakukan perhitungan tebal perkerasan jalan dengan menggunakan metode

Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987. Tebal perkerasan yang di rencanakan

dalam tugas akhir ini adalah perkerasan lentur (flexible pavement).

Adapun acuan dari Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987 yaitu:

1. Lalu Lintas Rencana

a. Menentukan Nilai Koefisien Distribusi Kendaraan (C) berdasarkan

pada (Tabel 8)

b. Menentukan Angka Ekivalen (E) masing-masing kendaraan

berdasarkan pada (Tabel 9)

c. Menghitung Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dengan persamaan (6)

d. Menghitung Lintas Ekivalen Akhir (LEA) dengan persamaan (7)

e. Menghitung Lintas Ekivalen Tengah (LET) dengan persamaan (8)

f. Menghitung Lintas Ekivalen Rencana (LER) dengan persamaan (9)

2. Mendapatkan nilai Daya Dukung Tanah (DDT)

a. Nilai CBR dari pengujian Laboratorium

b. Nilai CBR dari pengujian DCP lapangan

c. Menghitung nilai DDT dengan persamaan (11)

3. Menentukan Tebal Perkerasan

a. Faktor Regional dengan persamaan (12)

Page 69: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

45

b. Indeks Permukaan Awal Umur Rencana (IPo) sesuai (Tabel 11)

c. Indeks Permukaan Akhir Umur Rencana (IP) sesuai (Tabel 12)

d. Indeks Tebal Perkerasan (ITP) dengan Koefisien Kekuatan Relative

(a) sesuai (Tabel 13) sedangkan Nilai Batas-batas Minimum Tebal

Lapisan Perkerasan sesuai (Tabel 14 dan 15) dengan persamaan (13)

Data hasil perhitungan perkerasan dengan metode Analisa Komponen SKBI

2.3.26.1987 yang diperoleh kemudian dimodelkan dalam bentuk gambar lapis

perkerasan. hasil perhitungan dan desain ini menjadi bahan evaluasi yang

akan di bandingkan dengan kondisi lapis perkerasan di lokasi penelitian

berdasarkan dari nilai CBR dari pengujian DCP lapangan.

D. Diagram Alir Penelitian

Dalam penelitian dan penulisan Tugas Akhir ini perlu direncanakan diagram alir

untuk memudahkan pelaksanaannya. Berdasarkan uraian kegiatan yang telah

disajikan di atas, maka dapat diagram alir penelitian seperti pada gambar

dibawah ini sebagai berikut :

Page 70: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

46

Gambar 5. Bagan Alir

Mulai

Pengujian Sifat Fisik Tanah

a. Kadar Air e. Batas Cair

b. Berat Jenis f. Analisa Saringan

c. Berat Volume g. Uji Hidrometer

d. Batas Plastis

Uji Pemadatan Tanah

(Modified Proctor)

Uji Pengembangan Tanah

(Swelling)

Uji CBR

(California Bearing Ratio)

Perhitungan

Tebal Perkerasan Jalan

Analisa Hasil

Perhitungan

Perbandingan

Selesai

Pengumpulan Data Lapangan

- LHR

- DCP Lapangan

Kesimpulan

Pengambilan Sampel Tanah

+ Kapur 8% + Kapur 4% + Kapur 0% + Kapur 16% + Kapur 12%

Data Primer

Data Sekunder

Curah Hujan

Page 71: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap

sampel tanah yang dicampurkan menggunakan variasi kapur maka diperoleh

beberapa kesimpulan yaitu:

1. Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan hasil

pengujian material tanah, maka klasifikasi AASHTO, termasuk tanah dalam

klasifikasi A-7 (tanah berlempung) jenis tanah yang buruk. Sedangkan pada

tanah dengan variasi campuran kapur, maka klasifikasi AASHTO. Pada

campuran 0%, dan 4% kapur, termasuk dalam klasifikasi A-2-6 dan

campuran 8%, 12% dan 16% kapur termasuk klasifikasi A-2-4, maka tanah

tersebut menjadi lebih baik

2. Pada pengujian swelling di alat oedometer maupun di mold CBR dengan

beban 6,9 kPa, hasil pengujian swelling mengalami penurunan pada setiap

penambahan persentase kapur. Penurunan yang signifikan terjadi pada

campuran 16% kapur.

Page 72: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

92

3. Pengujian CBR dengan kadar air optimum, pada sampel tanah tanpa

campuran kapur dengan kondisi terendam memiliki nilai CBR 1,8%,

sedangkan sampel tanah campuran kapur 16% didapatkan nilai CBR

27,3%, hal ini nilai CBR mengalami peningkatan yang sangat signifikan.

4. Perhitungan tebal perkerasan dengan metode analisa komponen SKBI

2.3.26.1987, Seiring meningkatnya nilai CBR karena penambahan

persentase kapur, maka hasil perhitungan tebal lapis perkerasan D1 dan D2

menjadi lebih tipis, sedangkan hasil perhitungan tebal D3 menjadi negatif

atau dibawah dari tebal minimum.

5. Dari gambar perbandingan tebal lapis perkerasan, didapatkan tebal pada

lapis D1, D2 dan D3 menjadi lebih tipis, terutama pada tebal lapis D3 mulai

pada campuran 4% sampai 16% kapur, tebal lapis D3 tidak digunakan.

B. Saran

Dari hasil pemabahasan dan kesimpulan, disarankan beberapa hal dibawah ini

untuk dipertimbangkan :

1. Untuk mengetahui efektif atau tidaknya campuran kapur, perlu diteliti lebih

lanjut untuk jenis tanah yang berbeda dari daerah yang lain.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan kadar air pada sisi

basah dan sisi kering dengan campuran kapur terhadap pengembangan

tanah/swelling, nilai CBR tanah dan tebal lapis perkerasan jalan.

Page 73: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

93

3. Untuk mengetahui seberapa maksimum penggunaan kapur terhadap tebal

lapis perkerasan, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan

penambahan persentase kapur lebih dari 16%.

Page 74: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

DAFTAR PUSTAKA

Bowles, E. J. Johan K. Helnim. 1991. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah

(Mekanika Tanah). PT. Glora Aksara Pratama. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 1994. Pelaksanaan Stabilisasi Tanah Dengan Kapur

Untuk Jalan Raya (SNI 03-3439-1994). Jakarta

Badan Standarisasi Nasional. 1991. Syarat Mutu dan cara Uji Kapur Bangunan

(SNI 03-2097-1991). Jakarta

Badan Standarisasi Nasional. 1996. Spesifikasi Kapur Untuk Stabilisasi Tanah (SNI

03-4741-1996). Jakarta

Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Peraturan Umum untuk Bahan Bangunan di

Indonesia (PUBI 1987). Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan,

Bandung.

Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan

Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen,

SKBI.2.3.26.1987,UDC.625.73 (02),SNI 1732-1989-F. Yayasan Badan

Penerbitan P.U, Jakarta.

Fahrurrozi, 2008. Pengaruh Nilai CBR Tanah Dasar Terhadap Tebal Perkerasan

Lentur Jalan Kaliurang Dengan Metode Bina Marga 1987 dan AASHTO

1986. Fakultas Teknik Unversitas Islam Indonesia

Hardiyatmo, Hary Christady. 1992. Mekanika Tanah 1. PT. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Hardiyatmo, Hary Christady. 2002. Mekanika Tanah 2. PT. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

LLD, Wesley. Z. 1997. Mekanika Tanah. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta

M. Das, Braja. 1995. Mekanika Tanah Jilid I (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis).

PT. Erlangga. Jakarta.

M. Das, Braja. 1995. Mekanika Tanah Jilid II (Prinsip-prinsip Rekayasa

Geoteknis). PT. Erlangga. Jakarta.

Sukirman, Silvia, 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung.

Page 75: STUDI KEBUTUHAN TEBAL PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI ...digilib.unila.ac.id/55006/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2016/2017 dan menjadi

Universitas Lampung. 2018. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas

Lampung. UPT Percetakan Universitas Lampung. Bandar Lampung

Warsiti, 2009. Meningkatkan CBR dan Memperkecil Swelling Tanah Sub Grade

dengan Metode Stabilisasi Tanah dan Kapur. Fakultas teknik Sipil Politeknik

Negeri Semarang.