studi kasus sakit panti waluyo...

42

Upload: vobao

Post on 14-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. S DENGAN

INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG CEMPAKA RUMAH

SAKIT PANTI WALUYO

SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

NILA WAHYUNINGSIH

NIM. P.09089

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Nila Wahyuningsih

NIM : P.09089

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA

TN. S DENGAN INFARK MIOKARD AKUT DI

RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT PANTI

WALUYO SURAKARTA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 27 April 2012

Yang Membuat Pernyataan

NILA WAHYUNINGSIH

NIM. P. 09089

iii

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. S

DENGAN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG CEMPAKA

RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Nila Wahyuningsih

NIM : P.09089

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul :

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi

DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/ Tanggal : Jumat, 27 April 2012

Pembimbing : Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns ( )

NIK : 201187065

iv

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. S

DENGAN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG CEMPAKA

RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Nila Wahyuningsih

NIM : P.09089

Progran Studi : DIII Keperawatan

Judul :

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Ditetapkan di : ………………….

Hari/ Tanggal : ………………….

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns ( )

NIK : 201187065

Penguji II : Nurul Devi Ardiani, S.Kep.,Ns ( )

NIK : 201186080

Penguji III : Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns ( )

NIK : 201186076

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan

STIKes Kusuma Husada Surakarta

Setiyawan, S.Kep., Ns

NIK. 201084050

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA

TN.S DENGAN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG CEMPAKA

RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang

telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma

Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII

Keperawatan, sekaligus sebagai dosen pembimbing dan penguji I yang telah

membimbing dengan cermat serta memberikan berbagai masukan, inspirasi

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

studi kasus ini.

3. Nurul Devi Ardiani, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji II yang telah

memberikan saran, kritik, serta masukan-masukan yang bermanfaat bagi

penulis dan demi sempurnanya studi kasus ini.

vi

4. Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji III yang telah

memberikan saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis selama ujian

berlangsung dan demi sempurnanya penulisan karya tulis ini.

5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta, yang telah memberikan bimbingan baik berupa materi, wawasan

serta ilmu yang bermanfaat dengan begitu sabar.

6. Pihak Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta beserta staf keperawatan,

khususnya di Ruang Cempaka yang telah memberikan ijin dan kesempatan

bagi penulis untuk pengambilan data guna penyelesaian karya tulis ini.

7. Ayah dan Ibu, yang selalu menjadi sumber inspirasi dan memberikan

dukungan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Saudara serta keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan

semangat dalam setiap proses yang dilalui oleh penulis.

9. Joseph Segun dan Feronika Ayu Triastuti yang telah memberikan informasi

mengenai materi, jurnal serta peminjaman buku-buku yang terkait dengan

materi, serta sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat dan

dukungan dalam berbagai hal.

10. Teman-teman mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta, dan berbagai pihak yang tidak dapat deisebutkan satu-

persatu, yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 27 April 2012

Penulis

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………….......

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ……………………….

LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………

KATA PENGANTAR …………………………………………….

DAFTAR ISI ………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………...

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………...

B. Tujuan Penulisan ……………………………...

C. Manfaat Penulisan …………………………….

BAB II LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien ………………………………...

B. Pengkajian …………………………………….

C. Perumusan Masalah Keperawatan ……………

D. Perencanaan Keperawatan ……………………

E. Implementasi Keperawatan …………………..

F. Evaluasi Keperawatan ………………………..

Halaman

i

ii

iii

iv

v

vii

ix

x

1

3

4

6

6

11

11

12

14

viii

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan …………………………………………..

B. Simpulan dan Saran ...……………………………….

Daftar Pustaka

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

16

29

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Genogram Tn. S ……………… 8

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data

Lampiran 3 Log Book Kegiatan Harian

Lampiran 4 Lembar Pendelegasian Pasien

Lampiran 5 Asuhan Keperawatan

Lampiran 6 Hasil EKG

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut WHO, pada tahun 2004 diperkirakan 17,1 juta orang meninggal

karena penyakit kardiovaskuler dan 7,2 juta diantaranya adalah karena infark

miokard akut (National Registry of Disease Office, 2011). Angka kematian karena

penyakit kardiovaskuler meningkat pada tahun 2008 menjadi lebih dari 17,3 juta

orang, dari angka tersebut, 7,3 juta diantaranya disebabkan oleh serangan jantung

(AMI) dan 6,3 juta karena stroke (Mendis et al, 2011).

Direktorat Jendral Yanmedik Indonesia meneliti pada tahun 2007, jumlah

pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap dan rawat jalan di RS di

Indonesia adalah 239.548 jiwa. Kasus terbanyak adalah penyakit jantung iskemik,

yaitu 110,183 kasus. Care fatelity rate (CFR) tertinggi terjadi pada infark miokard

akut (13,49%) dan kemudian diikuti oleh gagal jantung (13,42%) dan penyakit

jantung lainnya (13,37%) (Depkes, 2009).

Infark Miokard Akut (AMI) atau sering disebut juga dengan serangan

jantung terjadi ketika salah satu atau lebih bagian dari otot jantung mengalami

penurunan suplai oksigen akibat sumbatan aliran darah yang menuju ke jantung.

Hal ini menyebabkan kerusakan atau kematian (nekrosis) otot jantung (New York

Presbyterian, 2008). Berkurangnya suplai oksigen ke jaringan miokardium dalam

beberapa waktu dapat menyebabkan area nekrosis akan berkembang/meluas serta

2

dikelilingi area iskemik dan area injuri. Nyeri dada timbul karena iritasi ujung

saraf di area yang terjadi iskemik dan injuri (Sommers et al, 2007). Karakteristik

nyeri yang ditimbulkan biasanya berupa nyeri akut yang menjalar sampai ke

lengan kiri dan rahang disertai nafas pendek, fatigue, diaforesis, sukar menelan

dan nausea (Schell & Puntillo, 2006). Nyeri pada pasien dengan infark miokard

akut merupakan hal yang penting untuk ditangani, karena dengan mengurangi

nyeri dapat mengurangi stress yang menguras energi sehingga kebutuhan akan

oksigen dapat dikurangi.

Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual maupun

potensial yang dirasakan dalam jangka waktu dimana kerusakan terjadi. Nyeri

selalu subjektif dan dirasakan dalam cara yang berbeda antara satu orang dengan

yang lainnya (Fitzpatrick & Wallace, 2006). Secara umum, bentuk nyeri dibagi

menjadi 2, yaitu nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut dirasakan dalam waktu

singkat, biasanya kurang dari 6 bulan, awitan dan gejalanya mendadak, dan

biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri kronik adalah nyeri

yang berlangsung sudah lebih dari 6 bulan, sumber nyeri bisa diketahui atau tidak

diketahui serta penginderaan terhadap nyeri menjadi lebih dalam sehingga

penderita sukar untuk menunjukkan lokasinya. Dampak dari nyeri ini antara lain

dapat menjadi mudah tersinggung dan sering mengalami insomnia (Mubarak,

2007).

Kontrol nyeri yang buruk dapat menekan sistem saraf simpatik, sehingga

menyebabkan risiko komplikasi pada pasien. Nyeri dapat meningkatkan respon

3

stress metabolik, yang berdampak pada hiperglikemi, lipolisis, kerusakan otot dan

lamanya penyembuhan luka. Nyeri juga dapat menimbulkan ansietas, gangguan

tidur, confusion, delirium dan paranoia (Schell & Puntillo, 2006).

Prevalensi penyakit kardiovaskuler di RS Panti Waluyo sendiri belum

diketahui secara pasti tetapi berdasarkan hasil pengamatan selama periode

pengambilan data di Bangsal Cempaka, ada beberapa kasus pasien dengan

penyakit tersebut dan semua adalah pasien dengan Infark Miokard Akut (AMI)

dengan keluhan yang paling banyak dirasakan adalah nyeri.

Melihat semua latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melaksanakan asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam bentuk Karya

Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Tn. S dengan

Infark Miokard Akut di Bangsal Cempaka Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

million B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus nyeri pada Tn.S dengan Infark Miokad Akut di Ruang

Cempaka Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian dan analisa data pada Tn. S dengan

masalah nyeri akibat Infark Miokard Akut.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan

masalah nyeri akibat Infark Miokard Akut.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn. S dengan

masalah nyeri akibat Infark Miokard Akut.

4

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. S dengan masalah nyeri

akibat Infark Miokard Akut.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. S dengan masalah nyeri

akibat Infark Miokard Akut.

f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri pada Tn. S dengan Infark

Miokard Akut.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit.

Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan

asuhan keperawatan khususnya bagi pasien dengan nyeri pada Infark Miokard

Akut.

2. Bagi Perawat.

a. Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada

klien penderita dengan nyeri akibat Infark Miokard Akut.

b. Melatih berfikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan, khususnya

pada pasien dengan nyeri akibat Infark Miokard Akut.

3. Bagi Instansi Akademik.

Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan

dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.

4. Bagi Pasien dan Keluarga.

Pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang cara

mengontrol nyeri akibat Infark Miokard Akut.

5

5. Bagi Pembaca.

Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang penyakit dan cara perawatan

pasien dengan nyeri akibat Infark Miokard Akut.

6

6

BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien

Klien ialah seorang laki-laki berumur 59 tahun dengan inisial Tn. S yang

bertempat tinggal di daerah Purwosari RT 2 RW 13 Laweyan, Purwosari, Sura-

karta. Klien merupakan seorang pensiunan dengan tingkat pendidikan setara den-

gan Diploma III (IPDN). Selama di rumah sakit, yang bertanggungjawab atas

Tn.S ialah istrinya, Ny. H dengan usia 49 tahun, bekerja sebagai pegawai swasta

dengan tingkat pendidikan Diploma III dan alamat Purwosari RT 2 RW 13 La-

weyan, Purwosari, Surakarta.

B. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 2 April 2012 jam 13.30 WIB dengan

metode allo-anamnesa dan auto-anamnesa. Keluhan utama yang dirasakan Tn. S

adalah nyeri dada dengan riwayat kesehatan sekarang sebagai berikut. Dua jam

sebelum masuk rumah sakit, klien mengeluh nyeri dada sebelah kiri. Nyeri dira-

sakan setelah berkebun. Nyeri yang dirasakan semakin lama semakin berat, ra-

sanya seperti tertekan dari mulai atas diafragma kemudian menjalar sampai ke

bahu kiri, rahang dan leher. Selain itu, dada terasa seseg/ampeg, kepala pusing,

badan lemes, dan keringat dingin. Lalu keluarga membawa ke IGD RS Panti Wa-

luyo. Di IGD mendapat terapi berupa infus D 5% 20 tetes per menit, oksigen 3

liter per menit, obat-obat jantung seperti isosorbidedinitrat (ISDN) dan nitroglise-

7

rin spray. Kemudian dokter menyarankan agar klien dirawat di ICU selama 1

minggu karena didiagnosa menderita Infark Miokard Akut sampai pada tanggal 2

April klien dipindah ke bangsal Cempaka sekitar pukul 11.45 WIB dalam kondisi

kesadaran compos mentis. Saat dikaji, klien terlihat mengelus-elus dada sebelah

kiri, tidak ada keluhan seseg tapi ada nafas pendek. Tekanan darah 140/90 mmHg

; nadi 84 kali per menit; frekuensi pernafasan 28 kali per menit; suhu 36,4º C.

Klien mengatakan bahwa dada sebelah kiri terasa sedikit nyeri, rasanya se-

mengkrang tapi tidak sampai menjalar ke bahu. Nyeri hilang timbul tapi sering,

tiap nyeri lamanya kira-kira 2-3 menit.

Riwayat penyakit dahulu, klien belum pernah dirawat di rumah sakit dan

punya riwayat hipertensi. Nyeri dada sudah sering dirasakan sejak memasuki usia

50-an tapi tidak pernah dihiraukan karena nyerinya tidak seberapa dan dapat ber-

kurang hanya dengan beristirahat. Klien mempunyai kebiasaan merokok sejak

usia 20 tahun dan berhenti sejak masuk rumah sakit. Riwayat alergi tidak ada.

Klien merupakan anak ke-2 dari sepuluh bersaudara dimana hampir semu-

anya punya riwayat hipertensi dan ada satu yang punya penyakit yang sama den-

gan pasien, yaitu adiknya yang ke-5. Ayah klien juga pernah menderita penyakit

yang sama.

8

Tn.S (59 th)

AMI + HT AMI + HT

AMI + HT

Gambar 2.1

Genogram Tn. S

Pola aktivitas dan latihan klien sebelum sakit tidak mengalami masalah.

Klien dapat beraktivitas secara mandiri. Selama sakit, semua aktivitas (makan dan

minum, toileting, berpakaian, mobilisasi di tempat tidur, berpindah, ambulasi)

klien dibantu oleh orang lain, baik oleh keluarga maupun perawat. Klien menga-

takan bahwa badan masih lemas dan belum diperbolehkan turun dari tempat tidur.

Pola kognitif dan perseptual, klien mengatakan sebelumnya sudah pernah

marasakan nyeri dada tapi hanya sedikit sehingga tidak dihiraukan. Klien meng-

gunakan alat bantu penglihatan/kacamata karena mengalami rabun dekat dan tidak

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: meninggal

: pasien

: garis perkawinan

: garis keturunan

: tinggal serumah

9

gangguan dalam hal fungsi pendengaran. Selama sakit, klien masih menggunakan

alat bantu penglihatan untuk membaca dan tidak ada gangguan fungsi pendenga-

ran. Namun, nyeri dada yang dirasakan lebih berat dari yang terdahulu karena ti-

dak berkurang dengan beristirahat. Karakteristik nyeri yang dirasakan adalah se-

bagai berikut, provocate (P)/faktor pencetusnya ialah karena adanya kematian ja-

ringan otot jantung, quality/kualitas nyeri rasanya semengkrang, region/daerah

yang terasa nyeri di dada sebelah kiri, severe/skala nyeri 3, time/waktu hilang

timbul tapi sering, tiap nyeri 2 - 3 menit.

Klien berada dalam keadaan sadar penuh/compos mentis saat dilakukan

pemeriksaan fisik. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital adalah sebagai berikut,

tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 84 kali per menit, frekuensi pernafasan 28 kali

per menit, dan suhu 36,4º C. Ketika pemeriksaan dada dilakukan, dada sebelah

kiri terlihat sedikit membesar, terlihat ada nafas pendek, ekspansi paru kanan sa-

ma dengan kiri, retraksi dada tidak ada. Ketika dipalpasi, vokal fremitus kanan

sama dengan kiri. Bunyi perkusi paru sonor di seluruh lapang paru dan pada saat

diauskultasi tidak terdengar suara nafas tambahan. Hasil pemeriksaan jantung an-

tara lain ictus cordis tidak terlihat, palpasi ictus cordis tidak teraba, hasil perkusi

pekak dan tidak terdapat pelebaran batas jantung, sedangkan pada auskultasi ter-

dengar bunyi jantung normal, hanya terdengar S1 dan S2 (lub-dub-lub-dub).

Pemeriksaan laboratorium dilakukan dua kali, yaitu pada tanggal 27 Maret

2012 dan tanggal 28 Maret 2012. Hasil pemeriksaan pada tanggal 27 Maret 2012

meliputi hemoglobin 14 g/dL (nilai normal 12,1-17,6 g/dL); hematokrit 45 % (ni-

lai normal 35-45 %); eritrosit 4,84 juta/mm³ (nilai normal 4,5-5,9 juta/mm³); leu-

10

kosit 12,3 ribu/mm³ (nilai normal 4,4.-11,3 ribu/mm³); trombosit 24,4 ribu/mm³

(nilai normal 150-450 ribu/mm³), basofil 0,5 % (nilai normal 0-2 %); eosinofil 2

% (nilai normal 0-4 %); neutrofil 69,2% (nilai normal 55-80 %); limfosit 22 %

(nilai normal 22-44 %); monosit 6,3 % (nilai normal 0-7 %), MCV 93 fL (nilai

normal 80-96 fL); MCH 30 pg (nilai normal 28-33 pg); MCHC 32 % (nilai nor-

mal 32-36 %), golongan darah B dengan Rh (+), gula darah sewaktu 150 mg/dL

(nilai normal 60-140 mg/dL). Hasil pemeriksaan tanggal 28 Maret 2012 meliputi

kolesterol total 203 mg/dL (nilai normal 50-200 mg/dL); HDL 55 mg/dL (nilai

normal 30-63 mg/dL); LDL 141,8 mg/dL (nilai normal 66-147 mg/dL); trigliserid

31 mg/dL (nilai normal kurang dari 150 mg/dL), ureum 27,8 mg/dL (nilai normal

10-50 mg/dL); kreatinin 1,12 mg/dL (nilai normal 0,9-1,13 mg/dL), gula darah

puasa 120 mg/dL (nilai normal 70 – 120 mg/dL); gula darah 2 jam PP 127 mg/dL

(nilai normal 80-140 mg/dL), SGOT 101 U/L (nilai normal 0-35 U/L); SGPT 28

U/L (nilai normal 0-45 U/L); CK-MB 170,3 ng/mL (nilai normal kurang dari 5,1

ng/mL); alpha HBHD 262 U/L (nilai normal 72-182 U/L).

Foto toraks dilakukan pada tanggal 27 Maret 2012 dan didapatkan hasil

normal atau tidak ada kelainan, sedangkan pada pemeriksaan EKG diperoleh

gambaran AMI, yaitu adanya ST elevasi dan Q patologis pada lead VI, V2, V3

dan V4.

Terapi yang diperoleh pasien selama di bangsal antara lain oksigen 3 liter

per menit, infus NaCl 20 tetes per menit, Dulcolax 10 mg/12 jam, Zypraz 0,5

mg/24 jam, Sintrom 1 mg/24 jam, Disolf 1 tablet 490 mg/8 jam; Maintate 2,5

mg/24 jam; Captopril 1 tablet 12,5 mg/24 jam; Trombo Aspilet 1 tablet/24 jam.

11

C. Perumusan Masalah Keperawatan

Setelah dilakukan analisa terhadap data hasil pengkajian, diperoleh data

subjektif, antara lain klien mengatakan bahwa dada sebelah kiri terasa sedikit nye-

ri, skala nyeri 3, rasanya semengkrang tapi tidak sampai menjalar ke bahu, nyeri

hilang timbul tapi sering, tiap nyeri lamanya kira-kira 2-3 menit. Data objektif

yang diperoleh, yaitu klien terlihat mengelu-elus dada sebelah kiri, terlihat nafas

pendek, tanda-tanda vital (tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 84 kali per menit;

frekuensi penafasan 28 kali per menit; suhu 36,4º C), adanya ST elevasi dan Q

patologis di lead V1, V2, V3, V4 pada hasil EKG dan hasil pemeriksan laborato-

rium, yaitu CK-MB 170,3 mg/dL; SGOT 101 mg/dL; alpha HBDH 262 mg/dL.

Oleh karena itu, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan nyeri akut berhu-

bungan dengan agen injuri biologis (kematian otot jantung).

D. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus ini didasarkan pada tujuan

intervensi pada masalah keperawatan dengan kasus nyeri, yaitu setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien dapat mengontrol nyeri

yang dirasakan, dengan kriteria hasil klien melaporkan bahwa nyeri berkurang,

skala nyeri 1, ekspresi wajah rileks, klien tidak mengeluh nyeri, dan tanda-tanda

vital dalam batas normal.

Berdasarkan tujuan tersebut, penulis membuat rencana tindakan, yaitu kaji

ulang karakteristik nyeri klien untuk mengetahui respon klien terhadap terapi yang

diberikan. Pantau tanda-tanda vital karena merupakan indikator penting terhadap

adanya peningkatan intensitas nyeri. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman

12

agar klien dapat beristirahat, sehingga beban kerja jantung tidak meningkat seiring

dengan banyaknya aktifitas. Atur posisi klien (head up 30º) untuk membantu

mempertahankan kerja jantung. Pertahankan oksigen aliran rendah 3 liter per me-

nit untuk mempertahankan suplai oksigen dalam darah sehingga kebutuhan oksi-

gen jantung terpenuhi (mencegah perluasan infark). Ajarkan dan bantu klien me-

lakukan teknik relaksasi/distraksi untuk mengurangi nyeri. Laksanakan program

terapi sesuai advis dokter (Disolf 1 tablet 490 mg/8 jam; Maintate 2,5 mg/24 jam;

Captopril 1 tablet 12,5 mg/24 jam; Trombo Aspilet 1 tablet/24 jam).

E. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis pada hari Senin, 2 April

2012 jam 13.30 WIB, yaitu melakukan pengkajian terhadap karakteristik nyeri

klien dan klien merespon dengan mengatakan nyeri di bagian dada sebelah kiri,

rasanya semengkrang, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul tapi sering. Klien terlihat

mengelus-elus dada sebelah kiri dan terdapat nafas pendek. Setelah itu, mengukur

tanda-tanda vital klien dan didapatkan hasil tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 84

kali per menit, frekuensi pernafasan 28 kali per menit, dan suhu 36,4º C. Lalu,

mengatur posisi klien (head up 30º) dan memantau aliran oksigen. Setelah dilaku-

kan tindakan tersebut, klien mengatakan bahwa posisi sudah nyaman dan aliran

oksigen sudah cukup, klien terlihat berbaring dengan posisi head up 30º dan ter-

pasang oksigen aliran rendah 3 liter per menit.

Hari Selasa, 3 April 2012 jam 08.00 WIB, penulis melakukan tindakan

menciptakan lingkungan yang nyaman dengan mematikan AC. Setelah dilakukan

tindakan, klien mengatakan lingkungan sudah nyaman tapi agak dingin. Kemu-

13

dian pada jam 08.30 WIB, mengukur tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi) dan

mengkaji ulang nyeri klien dan didapatkan hasil, suhu 36º C, nadi 60 kali per me-

nit, respirasi 24 kali per menit. Klien mengatakan tadi pagi nyeri memberat karena

udara dingin, sekarang sudah berkurang, rasanya seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri

3 dan dirasakan terus-menerus. Jam 12.00 WIB, tindakan yang dilakukan adalah

memberikan obat oral (Disolf 1 tablet 490 mg) dan mengukur tanda-tanda vital

(tekanan darah, nadi, respirasi). Respon setelah dilakukan tindakan antara lain ob-

at sudah diminum sehabis makan dan dari pengukuran tanda-tanda vital diperoleh

hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 62 kali per menit, respirasi 24 kali per

menit. Jam 13.00 WIB, penulis mengisi air dalam tabung humidifier. Setelah dila-

kukan tindakan, air dalam tabung humidifier

sudah terisi kembali, terpasang oksigen 3 liter per menit dengan kanul nasal dan

klien mengatakan aliran oksigen sudah cukup.

Hari Rabu, 4 April 2012 pukul 08.30 WIB, penulis mengukur suhu dan di-

dapatkan hasil badan klien tidak panas, suhu 36,8º C. Pada jam yang sama, penu-

lis mengkaji ulang nyeri klien dan klien merespon dengan mengatakan dada masih

terasa nyeri, rasanya seperti ditusuk-tusuk tapi lebih ringan dari ynag kemarin.

Ekpresi wajah rileks, nafas pendek tidak terlihat. Kemudian memantau aliran ok-

sigen pada jam 10.00 WIB dan aliran oksigen diturunkan menjadi 2 liter per me-

nit. Setelah itu, memberikan obat oral (disolf 1 tablet 490 mg) pada jam 11.30

WIB. Lalu mengukur tanda-tanda vital dan mengkaji tingkat aktivitas klien dan

diperoleh hasil pengukuran tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali per menit,

respirasi 24 kali per menit. Klien mengatakan kepala pusing jika bangun dan sete-

14

lah berjalan dari kamar mandi, badan gemetar, dada nyeri dan berdebar. Setelah

itu, membantu klien untuk melakukan teknik relaksasi dan menganjurkan klien

untuk beristirahat. Klien mengatakan nyeri berkurang setelah menarik nafas seca-

ra perlahan tapi tidak terlalu dalam serta melakukan sedikit masase pada leher se-

belah kiri.

F. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi hari pertama, tanggal 2 April 2012 dilakukan pada pukul 14.30

WIB. Hasil evaluasi secara subjektif, klien mengatakan dada masih terasa nyeri,

rasanya semengkrang, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul tapi sering. Hasil evaluasi

secara objektif, klien terlihat mengelus-elus dada sebelah kiri, nafas pendek masih

terlihat, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 84 kali per menit, respirasi 28 kali per

menit, dan suhu 36,4º C. Hasil analisa, masalah nyeri akut belum teratasi. Renca-

na selanjutnya, yaitu kaji ulang nyeri klien, pantau tanda-tanda vital, bantu dalam

melakukan teknik relaksasi, pertahankan oksigen aliran rendah 3 liter/menit dan

laksanakan advis dokter.

Evaluasi hari kedua, tanggal 3 April 2012 dilakukan pada pukul 14.00

WIB. Hasil evaluasi secara subjektif, klien mengatakan nyeri sempat memberat

karena udara dingin tapi setelah AC dimatikan nyeri berkurang, rasanya seperti

ditusuk-tusuk, skala nyeri 3, nyeri dirasakan terus-menerus tapi tidak menyebar

sampai ke leher dan bahu, sedangkan secara objektif, klien terlihat menahan nyeri,

nafas pendek masih ada, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 60 kali per menit,

respirasi 24 kali per menit, suhu 36º C. Hasil analisa, masalah nyeri akut belum

teratasi. Rencana selanjutnya adalah kaji ulang nyeri klien, pantau tanda-tanda

15

vital, bantu dalam melakukan teknik relaksasi, pertahankan oksigen aliran rendah

3 liter per menit dan laksanakan advis dokter.

Evaluasi hari ketiga, tanggal 4 April 2012 dilakukan pada pukul 14.00

WIB. Hasil evaluasi subjektif, klien mengatakan dada masih terasa nyeri tapi le-

bih ringan dari yang kemarin, skala nyeri 3, nyeri bertambah saat beraktivitas, mi-

salnya berjalan ke kamar mandi. Hasil evaluasi objektif, ekspresi wajah rileks,

nafas pendek sudah tidak terlihat, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali per

menit, respirasi 24 kali per menit, dan suhu 36,8º C. Hasil analisa, masalah nyeri

akut belum teratasi. Rencana selanjutnya, yaitu kaji ulang nyeri klien, pantau tan-

da-tanda vital, bantu dalam melakukan teknik relaksasi, pantau aliran oksigen 2

liter per menit dan anjurkan klien untuk beraktivitas secara bertahap.

16

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh

manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,

yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehata

(Hidayat, 2006). Menurut Teori Hierarki Maslow yang kemudian dikembangkan

oleh Richard A. Khalish terdapat lima kebutuhan dasar manusia yang harus

terpenuhi, yakni kebutuhan fisiologis; kebutuhan rasa aman dan keselamatan;

kebutuhan mencintai, dicintai dan dimiliki; kebutuhan akan harga diri, serta

kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan yang paling

dasar, salah satu yang termasuk di dalamnya adalah kebutuhan untuk mengindari

dari rasa nyeri (Anonim, 2011). Terkait dengan hal tersebut, dalam bab ini penulis

akan melakukan pembahasan terhadap masalah nyeri yang dialami oleh Tn. S

dengan infark miokard akut yang meliputi pengkajian, perumusan masalah

keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Keluhan utama yang didapatkan saat pengkajian terhadap Tn. S pada

tanggal 2 April 2012 ialah nyeri dada sebelah kiri dengan skala nyeri 3,

rasanya semengkrang, tidak menjalar sampai ke bahu dan leher, nyeri hilang

16

17

timbul tapi sering. Nyeri ini disebabkan oleh adanya kematian pada otot

jantung (infark miokard).

Pengertian dari nyeri sendiri ialah pengalaman sensoris dan emosional

yang tidak menyenangkan yang timbul dari kerusakan jaringan aktual maupun

potensial, yang dirasakan dalam jangka waktu saat kerusakan terjadi (IASP

cit Potter & Perry, 2005). Nyeri yang dialami oleh Tn. S merupakan nyeri akut

yang ringan karena awitan nyeri baru dirasakan selama kurang lebih satu

minggu dan skala nyeri 3. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

nyeri akut ialah nyeri yang timbul secara tiba-tiba atau perlahan dengan

intensitas ringan sampai berat, durasi kurang dari 6 bulan (Newfield et al,

2007), sedangkan penentuan skala nyeri pada Tn. S didasarkan pada skala

nyeri Hayward yang menggunakan skala longitudinal yang terdiri dari angka 0

sampai 10. Angka 0 menggambarkan tidak adanya nyeri, 1-3 menggambarkan

nyeri ringan, 4 - 6 menggambarkan nyeri sedang, 7 - 9 menggambarkan nyeri

berat yang masih bisa terkontrol dan 10 menggambarkan nyeri yang sangat

berat serta tidak bisa dikontrol (Mubarak, 2007).

Karateristik nyeri yang dirasakan oleh Tn. S memiliki ciri khas

tersendiri terkait dengan penyakit yang dialami, yaitu infark miokard akut

(AMI). AMI merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh iskemia yang

berkepanjangan pada otot jantung sehingga menyebabkan nekrosis atau

kematian jaringan otot jantung atau miokard. Berkurangnya suplai oksigen ke

jaringan miokardium dalam beberapa waktu dapat menyebabkan area nekrosis

akan berkembang atau meluas serta dikelilingi area iskemik dan area injuri.

18

Nyeri dada timbul karena iritasi ujung saraf di area yang terjadi iskemik dan

injuri (Sommers et al, 2007). AMI sering dimanifestasikan dengan nyeri dada

yang menjalar sampai ke bahu, lengan, rahang, punggung dan juga leher

disertai dengan nafas pendek, nausea, diaforesis, pusing dan keletihan. Nyeri

biasanya tidak berkurang dengan istirahat, bersifat tajam dan berlangsung

lebih dari 15 – 20 menit (Smeltzer & Bare, 2002). Karakteristik tersebut tidak

semuanya muncul pada Tn. S. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan,

pertama karena masing-masing orang memiliki respon yang berbeda terhadap

nyeri sebab merupakan nyeri suatu hal yang bersifat subjektif (Potter & Perry,

2005). Kedua, karena memang sudah dilakukan perawatan intensif terhadap

Tn. S selama 1 minggu di ICU, sehingga nyeri sudah berkurang seiring

dengan pengobatan yang diterima.

Hasil pengkajian riwayat kesehatan dahulu pada Tn. S ditemukan

adanya kebiasaan merokok sejak umur 20 tahun, terdapat riwayat hipertensi

dan penyakit keturunan dari ayahnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil

penelitian yang menyebutkan beberapa faktor yang turut berperan dalam

serangan AMI, antara lain, usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit keluarga

dengan penyakit jantung koroner yang dikenal dengan non-modificated factors

serta merokok, dibetes melitus, hipertensi, obesitas dan juga stress yang

dikenal dengan modificated factors. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa

rokok merupakan faktor risiko terbesar yang turut berkontribusi terhadap

kejadian AMI (Lanas et al, 2007). Hal ini disebabkan karena di dalam rokok

mengandung zat nikotin yang merupakan vasokonstriktor yang kuat sehingga

19

menyebabkan konstriksi atau penyempitan pembuluh darah yang berdampak

pada peningkatan tahanan vaskuler sehingga darah sulit mengalir dan

terjadilah peningkatan tekanan darah atau hipertensi. Hipertensi yang terjadi

secara terus-menerus akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada

organ-organ vital, misalnya jantung. Hyperplasia medial (penebalan) arteriol-

arteriol akan terjadi akibat pembuluh harus menahan tekanan yang tinggi

secara terus-menerus. Penebalan membuat perfusi jaringan jadi terganggu

sehingga suplai oksigen berkurang, menimbulkan keadaan iskemik dan

merubah metabolisme sel menjadi anaerob. Hal ini menimbulkan penumpukan

asam laktat yang merangsang ujung-ujung saraf pada area iskemik sehingga

timbul nyeri (Udjianti, 2010).

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Tn. S, yaitu tekanan darah 140/90

mmHg; nadi 84 kali per menit; respirasi 28 kali per menit; suhu 36,4º C.

Dalam hal ini, terdapat peningkatan tekanan darah dan respirasi dari rentang

normal yang diharapkan (kurang dari 140/90 mmHg untuk tekanan darah dan

14 – 20 kali per menit untuk respirasi), sedangkan untuk nadi dan suhu sudah

dalam rentang normal, yaitu 60 – 100 kali per menit untuk nadi dan 36 – 37,5

°C untuk suhu dewasa) (Bickley, 2008). Peningkatan tekanan darah dapat

terjadi sebagai respon terhadap nyeri yang dirasakan atau terkait dengan

penyakit klien. Nyeri dapat menjadi suatu stressor bagi pasien (Schell &

Puntillo, 2006). Stres dapat merangsang sistem saraf simpatis (respon

adrenegik) yang berupa peningkatan konstriksi vaskuler sehingga tekanan

darah meningkat, di lain sisi, kondisi infark miokard sendiri dapat

20

menstimulasi pelepasan katekolamin yang dapat merangsang pelepasan

tromboksan A (Udjianti, 2010), yaitu salah satu jenis prostaglandin yang

merangsang respon simpatis berupa vasokonstriksi yang berdampak pada

peningkatan tekanan darah (Wolff, 2005). Peningkatan frekuensi respirasi

dapat terjadi sebagai kompensasi terhadap nyeri dan dalam upaya

meningkatkan suplai oksigen dalam darah. Hal ini dikarenakan nyeri

menimbulkan peningkatan penggunaan oksigen miokard, sehingga tubuh

berkompensasi dengan meningkatkan frekuensi pernafasan untuk memenuhi

kebutuhan tersebut (Smeltzer & Bare, 2002; Schell & Puntillo, 2006).

Hasil inspeksi dada, dada sebelah kiri terlihat sedikit membesar,

terlihat ada nafas pendek, ekspansi paru kanan sama dengan kiri, retraksi dada

tidak ada. Ketika dipalpasi, vokal fremitus kanan sama dengan kiri. Bunyi

perkusi paru sonor di seluruh lapang paru dan pada saat diauskultasi tidak

terdengar suara nafas tambahan. Hasil pemeriksaan jantung antara lain ictus

cordis tidak terlihat, palpasi ictus cordis tidak teraba, hasil perkusi pekak dan

tidak terdapat pelebaran batas jantung, sedangkan pada auskultasi terdengar

bunyi jantung normal, hanya terdengar S1 dan S2 (lub-dub-lub-dub). Dalam

hal ini, terdapat kesenjangan antara temuan pada kasus dengan teori. Menurut

teori, bunyi jantung tiga (S3) akan terjadi setelah infark miokard yang

menandakan adanya gagal jantung kiri, namun pada kasus Tn. S bunyi

tersebut tidak ditemukan, sehingga dapat dikatakan bahwa gagal jantung

belum terjadi (Smeltzer & Bare, 2002). Nafas pendek dapat terjadi seiring

dengan peningkatan frekuensi respirasi sebagai upaya mencukupi suplai

21

oksigen dalam tubuh karena adanya peningkatan penggunaan oksigen miokard

(Schell & Puntillo, 2006; Udjianti, 2010). Masalah pembesaran dada sebelah

kiri pada Tn. S penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti karena penulis

tidak melakukan pengkajian lebih mendalam mengenai hal tersebut, termasuk

sejak kapan dada mulai membesar, disamping itu juga belum ada data

pemeriksaan penunjang lain yang dapat mendukung atau menjelaskan hal

tersebut.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 28 Maret 2012 dan data

penunjang pada tanggal 27 April 2012 mengarah ke gambaran AMI.

Pemeriksaan tersebut antara lain, enzim CK-MB 170,3 mg/mL (batas normal

kurang dari 5,1 mg/mL), pada hasil pemeriksaan EKG ditemukan adanya

elevasi segmen ST dan adanya gelombang Q patologis pada lead V1, V2, V3

dan V4. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada pasien

infark miokard akan terjadi peningkatan enzim CK-MB yang merupakan

indikator utama penegakkan diagnosa AMI. CK-MB adalah enzim yang

khusus dilepaskan oleh miokard ketika mengalami injuri (Udjianti, 2010).

Kadar CK-MB meningkat 2-3 jam pasca-serangan dan mencapai puncak pada

12-20 jam pasca-serangan. ST elevasi terjadi karena adanya area injuri dan

gelombang Q patologis menunjukkan adanya nekrosis (Smeltzer & Bare,

2002). Gelombang Q patologis terbentuk karena arus depolarisasi tidak dapat

dihantarkan oleh jaringan nekrotik (Sommers et al, 2007).

Pemeriksaan lain yang juga turut mendukung diagnosa AMI pada Tn.S

yaitu SGOT 101 mg/dL (nilai normal 0-35 mg/dL) dan alpha HBHD 262 U/L

22

(nilai normal 72-182 U/L). SGOT merupakan enzim yang dijumpai dalam otot

jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot

rangka, ginjal dan pankreas. Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah,

kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan

ke dalam sirkulasi (Sacher & McPherson, 2004). Kadar SGOT pada infark

miokard akan terdeteksi setelah 8 jam serangan, meningkat hingga 24 - 48

jam dan menurun pada hari ke 3 - 4 (Udjianti, 2010). Alpha HBDH merupakan

alternatif pemeriksaan dari fraksi enzim laktat dehidrogenase (LDH), yaitu

LDH1 yang banyak ditemukan di otot jantung. Alpha HBDH digunakan

sebagai alternatif karena sifatnya yang mirip dengan LDH1 dan lebih mudah

dideteksi (Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, 2002). Kadar LDH

meningkat dalam waktu 12-24 jam setelah terjadinya AMI, mencapai

puncaknya dalam 2-5 hari dan tetap tinggi hingga 6-12 hari, lalu akan menjadi

normal kembali dalam waktu 8-14 hari (Sacher & McPherson, 2004).

2. Perumusan diagnosa

Perumusan diagnosa keperawatan dalam kasus ini didasarkan pada

keluhan utama dan beberapa karakteristik yang muncul pada klien, yaitu data

subjektif, antara lain klien mengatakan bahwa dada sebelah kiri terasa sedikit

nyeri, skala nyeri 3, rasanya semengkrang tapi tidak sampai menjalar ke bahu,

nyeri hilang timbul tapi sering, tiap nyeri lamanya kira-kira 2-3 menit. Data

objektif yang diperoleh, yaitu klien terlihat mengelu-elus dada sebelah kiri,

terlihat nafas pendek, tanda-tanda vital (tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 84

kali per menit; frekuensi pernafasan 28 kali per menit; suhu 36,4º C). Dalam

23

hal ini, karakteristik tersebut sesuai dengan batasan karakteristik untuk

masalah nyeri akut, yaitu adanya perilaku ekspresif, perilaku distraksi, respon-

respon autonomik (misalnya, peningkatan tekanan darah, diaforesis,

pernafasan atau perubahan nadi), adanya ungkapan secara verbal atau isyarat,

dan bukti-bukti objektif lainnya (Wilkinson, 2007). Penentuan etiologi

didasarkan pada adanya gambaran AMI pada hasil EKG, yaitu segmen ST

elevasi dan gelombang Q patologis di lead V1, V2, V3, V4 serta hasil

pemeriksaan laboratorium, yaitu CK-MB 170,3 mg/dL, SGOT 101 mg/dL,

alpha HBDH 262 mg/dL. Hal tersebut menunjukkan adanya injuri berupa

kematian dalam otot jantung, sehingga dapat ditegakkan diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen injuri biologis (kematian otot jantung).

3. Rencana Keperawatan

Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus ini didasarkan pada

tujuan intervensi pada masalah keperawatan dengan kasus nyeri, yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien dapat

mengontrol nyeri yang dirasakan, dengan kriteria hasil klien melaporkan

bahwa nyeri berkurang, ekspresi wajah rileks, skala nyeri berkurang menjadi

1, klien tidak mengeluh nyeri, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.

Penentuan tujuan rencana tindakan seharusnya didasarkan pada prinsip

SMART (Specific, Measureable, Achievable atau dapat dicapai, Rational atau

sesuai akal sehat, Time atau ada kriteria waktu pencapaian) tetapi dalam hal

ini, terdapat kesenjangan dengan prinsip tersebut, terutama dalam penentuan

kriteria hasil dan waktu pencapaian. Kriteria hasil tanda-tanda vital belum

24

dapat diukur karena tidak dicantumkan nilai normal yang diharapkan,

sedangkan penentuan waktu pencapaian selama tiga hari mungkin terlalu

singkat sehingga tidak dapat dicapai, mengingat awitan nyeri pada infark

miokard mungkin tidak akan hilang sepenuhnya dalam kurun waktu tersebut.

Intervensi yang seharusnya dilakukan sesuai teori dalam Doengoes

(2000) ialah pantau karakteristik nyeri klien, catat laporan verbal, petunjuk

non-verbal dan respon hemodinamik karena variasi penampilan dan perilaku

pasien karena nyeri dapat terjadi, kebanyakan pasien dengan AMI akan

tampak sakit, distraksi dan berfokus pada nyeri. Ambil gambaran lengkap

terhadap nyeri pasien termasuk lokasi, intensitas, lamanya, kualitas dan

penyebaran karena nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus

digambarkan oleh pasien. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk

menurunkan rangsang eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta

keterbatasan kemampuan koping dan keterbatasan terhadap keputusan saat ini.

Bantu melakukan teknik relaksasi misal nafas dalam secara perlahan , distraksi

untuk membantu menurunkan persepsi terhadap nyeri. Pantau tanda vital

untuk mengetahui respon terhadap terapi obat narkotik. Kolaborasi pemberian

oksigen tambahan untuk memenuhi kebutuhan oksigen miokard dan juga

ketidaknyamanan sehubungan dengan iskemia jaringan. Kolaborasi pemberian

antiangina, penyekat beta blocker dan analgetik untuk mengontrol nyeri.

Penyusunan intervensi dalam kasus ini tidak sepenuhnya sesuai dengan

teori, namun disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan klien. Rencana

tindakan yang disusun antara lain, kaji ulang karakteristik nyeri klien untuk

25

mengetahui respon klien terhadap terapi yang diberikan. Pantau tanda-tanda

vital, terutama tekanan darah, nadi dan respirasi. Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman agar klien dapat beristirahat. Bantu klien melakukan

teknik relaksasi. Atur posisi klien (head up 30º) untuk menjaga stabilitas kerja

jantung. Dalam hal ini kolaborasi tidak dilakukan karena sudah ada advis dari

dokter sehingga perawat hanya perlu melaksanakan program tersebut, yaitu

pertahankan oksigen aliran rendah 3 liter per menit untuk mempertahankan

suplai oksigen dalam darah sehingga kebutuhan oksigen jantung terpenuhi

guna mencegah perluasan infark. Laksanakan program terapi sesuai advis

dokter (Disolf 1 tablet 490 mg/8 jam; Maintate 2,5 mg/24 jam; Captopril 12,5

mg/24 jam; Trombo Aspilet 1 tab/24 jam).

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis secara umum

merupakan implementasi dari rencana keperawatan yang telah disusun, namun

ada beberapa perbedaan tindakan yang dilakukan disetiap harinya, misalnya

tindakan keperawatan pada hari pertama tidak sepenuhnya sesuai dengan

rencana tindakan yang telah ditentukan. Hal ini dikarenakan tindakan

keperawatan dilakukan sebagai tahap awal dalam menangani kasus. Tindakan

yang dilakukan antara lain, melakukan pengkajian terhadap karakteristik nyeri

klien. Data karakteristik nyeri dada pada awal serangan perlu diketahui untuk

menentukan penyebab dan efek dari nyeri dada, serta menjadi dasar

perbandingan dengan tanda dan gejala pasca terapi (Udjianti, 2010). Mengatur

posisi klien (head up 30º). Klien akan merasa lebih nyaman dengan posisi

26

tersebut dibandingkan dengan posisi terlentang, kerena menyesuaikan dengan

prinsip gravitasi, dada akan terasa lebih longgar sebab tidak tertekan oleh isi

rongga perut (James et al, 2008). Memantau aliran oksigen. Pemantauan

terhadap aliran oksigen merupakan hal yang penting mengingat AMI

merupakan penyakit akibat kurangnya suplai oksigen dalam darah, sehingga

pemberian oksigen yang adekuat perlu dipertahankan untuk memenuhi

kebutuhan tersebut.

Tindakan pada hari kedua merupakan implementasi penuh dari

intervensi yang sudah disusun dan merupakan rencana tindak lanjut dari hasil

evaluasi pada hari pertama. Tindakan yang dilakukan antara lain, menciptakan

lingkungan yang nyaman dengan mematikan AC, karena hawa dingin dapat

memperberat nyeri klien. Hal ini dikarenakan ketika tubuh terpapar hawa

dingin maka tubuh akan mengkompensasi dengan membakar lemak untuk

menghasilkan energi untuk memperoleh kalor sehingga tubuh akan terasa

hangat. Pembentukan energi akan meningkatkan penggunaan oksigen jantung

sehingga dapat memperparah kondisi infark (Ratnadita, 2012). Mengkaji

ulang nyeri klien dan mengukur tanda-tanda vital, hal ini diperlukan untuk

mengetahui respon klien terhadap terapi dan intervensi yang diberikan. Tanda-

tanda vital merupakan indikator penting terhadap adanya peningkatan

intensitas nyeri. Mediator nyeri, seperti prostaglandin, dapat memicu rangsang

saraf simpatis yang menimbulkan peningkatan tanda vital tersebut (Wolff,

2005). Memberikan obat oral (Disolf 1 tablet 490 mg/8 jam; Maintate 2,5

mg/24 jam; Captopril 12,5 mg/24 jam; Trombo Aspilet 1 tab/24 jam). Disolf

27

merupakan obat yang terdiri dari bioactive protein fraction yang berguna

untuk memperbaiki sirkulasi darah yang bekerja sebagai antiplatelet,

fibrinogenolisis, fibrinolisis dan clot lysis (DBLS, 2012), sedangkan Trombo

Aspilet merupakan jenis antikoagulan yang terdiri dari asam salisilat yang

berguna untuk mencegah pembekuan darah. Obat-obat tersebut diperlukan

untuk menjaga sirkulasi darah tetap lancar dengan melarutkan bekuan fibrin,

membebaskan oklusi dan menghambat terbentuknya trombus di arteri koroner

sehingga kerusakan otot jantung tidak semakin parah (Udjianti, 2010).

Maintate berisi bisoprolol hemifumarat yang merupakan antihipertensi

golongan �-blocker. Obat ini digunakan untuk terapi pemeliharaan fungsi

jantung dan diberikan bersama ACE inhibitor, misal Captopril untuk terapi

terhadap hipertensi dan nyeri angina (IAI, 2010). Mengisi air dalam tabung

humidifier untuk mempertahankan suplai oksigen.

Tindakan pada hari ketiga merupakan bagian dari rencana tindak lanjut

dari hasil evaluasi pada hari kedua. Tindakan yang dilakukan hampir sama

dengan hari kedua yaitu, mengukur tanda-tanda vital, mengkaji ulang nyeri

klien, memantau aliran oksigen, memberikan obat oral (Disolf 1 tablet 490

mg), membantu klien untuk melakukan teknik relaksasi dan menganjurkan

klien untuk beristirahat. Membantu klien untuk melakukan teknik relaksasi

diperlukan untuk mengurangi nyeri klien. Teknik relaksasi diperlukan untuk

mengurangi nyeri klien, karena dapat membangkitkan inhibitor nyeri alami

dalam tubuh (Schell & Puntillo, 2006), selain itu melakukan teknik relaksasi

dengan menarik nafas panjang secara perlahan dapat membantu pasien

28

mengurangi kerusakan otot jantung. Hal ini sesuai dengan suatu penelitian

yang mengatakan bahwa bagi pasien jantung setiap menarik nafas pendek 12-

14 kali hembusan per menit kandungan oksigen cenderung sedikit sehingga

akan mengganggu fungsi metabolisme yang dapat menyebabkan kerusakan

atau penurunan massa otot (Candra, 2011).

5. Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi secara keseluruhan, yaitu secara subjektif, klien

mengatakan dada masih terasa nyeri tapi lebih ringan dari yang kemarin, skala

nyeri 3, nyeri bertambah saat beraktivitas, misal berjalan ke kamar mandi.

Hasil evaluasi objektif, ekspresi wajah rileks, nafas pendek sudah tidak

terlihat, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali per menit, respirasi 24 kali

per menit, dan suhu 36,8º C. Hasil analisa, masalah nyeri akut belum karena

masih ada kriteria hasil yang belum tercapai, yaitu klien masih mengeluh nyeri

dengan skala 3, sedangkan kriteria yang diharapkan klien tidak mengeluh

nyeri. Rencana selanjutnya, yaitu kaji ulang nyeri klien, pantau tanda-tanda

vital, bantu dalam melakukan teknik relaksasi, serta ada sedikit perubahan

rencana, yaitu pantau aliran oksigen 2 liter per menit dan anjurkan klien untuk

beraktivitas secara bertahap. Hal ini dikarenakan nyeri yang dialami klien

sudah semakin berkurang dan status pernafasan sudah mulai membaik ditandai

dengan hilangnya nafas pendek, sedangkan anjuran untuk melakukan aktivitas

secara bertahap ditujukan agar beban kerja jantung tidak meningkat secara

drastis sehingga berisiko terjadinya gagal jantung (Udjianti, 2010).

29

B. Simpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari studi kasus ini, antara lain :

a. Pengkajian terhadap masalah nyeri akut pada Tn. S telah dilakukan secara

komprehensif dan diperoleh hasil, yaitu terdapat keluhan utama nyeri dada

ringan di sebelah kiri dengan skala 3, rasanya rasanya semengkrang, nyeri

hilang-timbul dengan durasi tiap nyeri 2-3 menit. Tanda-tanda vital, antara

lain tekanan darah 140/90 mmHg; nadi 84 kali per menit; pernafasan 28

kali per menit; suhu 36,4º C. Pengkajian fisik terdapat nafas pendek.

Pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan CK-MB (170,3 mg/dL),

SGOT (101 mg/dL), alpha HBDH (262 mg/dL) dan pemeriksaan EKG

diperoleh gambaran AMI, yaitu segmen ST elevasi dan gelombang Q

patologis di lead V1, V2, V3, V4.

b. Diagnosa yang muncul pada kasus Tn. S adalah nyeri akut berhubungan

dengan agen injuri biologis (kematian otot jantung).

c. Rencana keperawatan yang disusun, yaitu kaji ulang karakteristik nyeri

klien, pantau tanda-tanda vital, berikan lingkungan yang tenang dan

nyaman agar klien dapat beristirahat, atur posisi klien (head up 30º),

pertahankan oksigen aliran rendah 3 liter per menit untuk mempertahankan

suplai oksigen, ajarkan dan bantu klien melakukan teknik

relaksasi/distraksi untuk mengurangi nyeri. Laksanakan program terapi

sesuai advis dokter (Disolf 1 tablet 490 mg/8 jam; Maintate 2,5 mg/24

jam; Captopril 1 tablet 12,5 mg/24 jam; Trombo Aspilet 1 tablet/24 jam).

30

d. Tindakan keperawatan yang dilakukan merupakan implementasi dari

rencana keperawatan yang telah disusun, yaitu mengkaji ulang

karakteristik nyeri klien, memantau tanda-tanda vital, memberikan

lingkungan yang tenang dan nyaman, mengatur posisi klien (head up 30º),

mempertahankan oksigen aliran rendah, mengajarkan dan membantu klien

melakukan teknik relaksasi/distraksi, melaksanakan program terapi sesuai

advis dokter.

e. Evaluasi terhadap keberhasilan tindakan telah dilakukan per hari dengan

hasil evaluasi akhir, yaitu secara subjektif, klien mengatakan dada masih

terasa nyeri tapi lebih ringan dari yang kemarin, skala nyeri 3, nyeri

bertambah saat beraktivitas, misalnya berjalan ke kamar mandi. Hasil

evaluasi objektif, ekspresi wajah rileks, nafas pendek sudah tidak terlihat,

tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali per menit, respirasi 24 kali per

menit, dan suhu 36,8º C. Hasil analisa, masalah nyeri akut belum teratasi.

Rencana selanjutnya, yaitu kaji ulang nyeri klien, pantau tanda-tanda vital,

bantu dalam melakukan teknik relaksasi, pantau aliran oksigen 2 liter per

menit dan anjurkan klien untuk beraktivitas secara bertahap.

f. Analisa terhadap kondisi nyeri Tn. S, yaitu nyeri yang dialami Tn. S

merupakan nyeri dada ringan dengan skala nyeri 3 dan tidak menyebar

sampai ke bahu dan leher dengan terapi yang adekuat selama di rumah

sakit. Nyeri disebabkan karena agen injuri fisik berupa kematian otot

jantung yang dibuktikan dengan adanya segmen ST elevasi dan gelombang

Q patologis pada hasil EKG dan peningkatan kardiak isoenzim, yaitu CK-

31

MB mencapai 170,3 mg/dL, SGOT 101 mg/dL, dan alpha HBDH 262

mg/dL.

2. Saran

a. Bagi instansi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)

Hendaknya rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik

serta mampu menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana yang

memadai yang dapat membantu kesembuhan klien sehingga dapat

meningkatkan mutu pelayanan yang optimal pada umumnya dan pada

pasien dengan infark miokard akut (AMI) khususnya.

b. Bagi profesi perawat

Hendaknya para perawat memiliki tanggung jawab dan keterampilan yang

baik dalam memberikan asuhan keperawatan serta mampu menjalin kerja

sama dengan tim kesehatan lain maupun keluarga klien, sebab peran

perawat, tim kesehatan lain, dan keluarga sangatlah besar dalam

membantu kesembuhan klien serta memenuhi kebutuhan dasarnya.

c. Bagi institusi pendidikan

Hendaknya institusi mampu meningkatkan mutu pelayanan pendidikan

yang lebih berkualitas sehingga dapat menghasilkan perawat yang

profesional, terampil, inovatif dan bermutu dalam memberikan asuhan

keperawatan secara komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik

keperawatan.