studi kasus justice

9
STUDI KASUS JUSTICE Contoh Kasus : Bidan Rika telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota. Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas pembantu yang hanya ditemani oleh seorang perawat, hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak warga desa yang datang berobat karena puskesmas pembantu tersebut merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada. Bidan Rika bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang membutuhkan pertolongannya. Pada suatu pagi hari, ketika Bidan Rika datang ke puskesmas sudah ada 4 orang pasien yang sedang mengantri. Bidan Rika memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini dilakukannya agar pemeriksaan pasien berjalan tertib teratur. Pembahasan Kasus : Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang bidan wajib memberikan perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial,

Upload: risa-ariani

Post on 27-Sep-2015

4 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

f

TRANSCRIPT

STUDI KASUS JUSTICE

Contoh Kasus :

Bidan Rika telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota. Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas pembantu yang hanya ditemani oleh seorang perawat, hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak warga desa yang datang berobat karena puskesmas pembantu tersebut merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada. Bidan Rika bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang membutuhkan pertolongannya.

Pada suatu pagi hari, ketika Bidan Rika datang ke puskesmas sudah ada 4 orang pasien yang sedang mengantri. Bidan Rika memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini dilakukannya agar pemeriksaan pasien berjalan tertib teratur.

Pembahasan Kasus :

Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang bidan wajib memberikan perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan bidan terhadap pasiennya.

Justice mempunyai ciri-ciri :

1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal

2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan

3. Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama

4. Menghargai hak sehat pasien

5. Menghargai hak hukum pasien

6. Menghargai hak orang lain

7. Menjaga kelompok rentan

8. Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status social, dan sebagainya

9. Tidak melakukan penyalahgunaan

10. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien

11. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya

12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian secara adil

13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten

14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah atau tepat

15. Menghormati hak populasi yang sama sama rentan penyakit atau gangguan kesehatan

16. Bijak dalam makroalokasi

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

Justice atau keadilan merupakan prinsip yang sangat penting. Penting bagi bidan untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia. Bidan memberikan pelayanan dengan kulalitas yang baik pada semua klien tanpa membedakannya.

Disini bidan menunjukkan keadilannya dalam menangani pasien, ia memeriksa pasiennya secara teratur menurut nomor urut agar pemeriksaan berjalan dengan tertib, lancar dan tidak membeda-bedakan pasien. Bidan menjalankan prinsip Justice yang ke sepuluh, yaitu memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien. Di sini bidan bagus menjalankan prinsip Justice yang ketiga, yaitu memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama.

Perawat atau bidan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat atau bidan, dan berlanjut pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman. Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila perawat atau bidan mencoba dan mencontoh perilaku pengambilan keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Dalam hal ini, perawat atau bidan seringkali menggunakan dua pendekatan: yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan /kebidanan.

Dalam upaya mendorong profesi keperawatan dan kebidanan agar dapat diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka mereka harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan / kebidanan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat atau bidan yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan atau kebidanan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasen, penghormatan terhadap hak-hak pasen, akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan atau kebidanan.

A. CONTOH STUDI KASUS MENGENAI ISSU ETIK MORAL : Pada tanggal 13 november 2010 jam 07.00 WIB, NyX datang ke BPS Bidan S dengan keluhan perut kenceng-kenceng, mules-mules, serta mengeluarkan darah segar pada jalan lahir. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata NyX sudah mengalami pembukaan 7 dan bagian terendah janin adalah letak kepala. Bidan mendiagnosa bahwa NyX mengalami plasenta previa. Segera bidan melakukan pertolongan pertama pada NyX dan bayinya. Lalu Bidan memberi saran pada keluarga NyX untuk merujuk NyX. karena kondisi bahaya NYX. Kelurga menyetujui, dan akhirnya segera Bidan merujuk Nyx dengan menggunakan mobil Bidan. Diperjalanan NyX mengalami pembukaan lengkap. sehingga mau tidak mau bidan harus melakukan pertolongan persalinan untuk NyX dalam mobil. beberapa saat kemudian bayi NyX dapat lahir tetapi NyX mengalami HPP. Bidan sudah melakukan pertolongan pada NyX tapi NyX tidak dapat diselamatkan. Keluarga Nyx meminta pertanggung jawaban Bidan karena nyawa NyX tidak bisa diselamatkan. Keluarga Ny X menganggap Bidan tidak mempunyai keahlian di dalam bidang kebidanan. Mendengar hal ini, warga disekitar BPS Bidan S menuntut agar bidan Sdi pindahkan dari lingkungan mereka supaya tidak terjadi hal yang sama untuk ke dua kalinya. para warga tersebut sudah tidak mempunyai kepercayaan lagi pada bidan S untuk menolong persalinan. Dan pada akhirnya kasus ini di bawa ke meja hijau oleh keluarga Ny X. Pada kasus ini, kesalahan tidak sepenuhnya terletak pada Bidan S karena Bidan telah memberikan pertolongan semaksimal mungkin pada NyX dan bayinya. Keluarga Nyx pun tidak terlalu tanggap dengan keadaan Nyx. Mereka telat membawa Nyx untuk ke BPS.

B. CONTOH STUDI KASUS MENGENAI DILEMA MORAL: Seorang ibu primipara masuk kamar bersalin dalam keadaan inpartu. Sewaktu dilakukan anamnese dia menyatakan tidak mau di episiotomi. Ternyata selama kala II kemajuan kala II berlangsung lambat, perineum masih tebal dan kaku. Keadaan ini di jelaskan kepada ibu oleh bidan, tetapi ibu tetap pada pendiriannya menolak di episiotomi. Sementara waktu berjalan terus dan denyut jatung janin menunjukan keadaan fetal distres dan hal ini mengharuskan bidan untuk melakukan tindakan episiotomi, tetapi ibu tetap tidak menyetujuinya. Bidan berharap bayinya selamat, sementara itu ada bidan yang memberitahukan bahwa dia pernah melakukan hal ini tanpa persetujuan pasien, maka bidan akan di hadapkan pada suatu tuntutan dari pasien. Sehingga ini merupakan gambaran dari dilema moral. Bila bidan melakukan tindakan tanpa persetujuan pasien, bagaimana ditinjau dari segi etik dan moral. Bila tidak dilakukan tindakan, apa yang akan terjadi pada bayinya?

C. CONTOH STUDI KASUS MENGENAI KONFLIK MORAL : Kasus 1 Ada seorang bidan yang berpraktik mandiri di rumah. Ada seorang pasien inpartu datang ke tempat praktiknya. Status obstetrik pasien adalah G1P0A0. Hasil pemeriksaan penapisan awal menunjukan persentasi bokong dengan tafsiran berat janin 3900 gram, dengan kesejahteraan janin dan ibu baik. Maka bidan tersebut menganjurkan dan memberi konseling pada pasien mengenai kasusnya dan untuk dilakukan tindakan rujukan. Namun pasien dan keluarganya bersikukuh untuk tetap melahirkan di bidan tersebut, karena pertimbangan biaya dan kesulitan lainnya. Melihat kasus ini maka bidan dihadapkan pada konflik moral yang bertentangan dengan prinsip moral dan otonomi maupun kewenangan pada kebidanan. Bahwa sesuai Kepmenkes Republik Indonesia 900/menkes/sk/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan. Bidan tidak berwenang memberikan pertolongan persalinan pada primigravida dengan persentasi bokong di sisi lain ada prinsip nilai moral dan kemanusiaan yang dihadapi pasien. Yaitu ketidakmampuan secara sosial ekonomi dan kesulitan yang lain, maka bagaimana seorang bidan mengambil keputusan yang terbaik terhadap konflik moral yang dihadapi dalam pelayanan kebidanan. Kasus 2 Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami pendarahan postpartum setelah melahirkan bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk diberikan suntikkan uterotonika. Bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut dirinya maka bidan bisa saja tidak memberikan suntikkan karena kemauan pasien. Tetapi bidan akan berhadapan dengan masalah yang lebih rumit bila terjadi pendarahan hebat dan harus diupayakan pertolongan untuk merujuk pasien, dan yang lebih patal lagi bila pasien akhirnya meninggal karena pendarahan. Dalam hal ini bisa dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Walapun bidan harus memaksa pasiennya untuk disuntik Mungkin itulah keputusan yang terbaik yang harus ia lakukan (dentology).