studi kasus asuhan keperawatan pemenuhan … · endothelial atau endokardial dan invasi bakteri...
TRANSCRIPT
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
KEAMANAN ATAU PERLINDUNGAN : HIPERTERMI
PADA An. R DENGAN THYPOID DI RUANG
FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO
DI SUSUN OLEH:
INTIYAS DIAN KARYAWATI
NIM. P.09027
PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
KEAMANAN ATAU PERLINDUNGAN : HIPERTERMI
PADA An. R DENGAN THYPOID DI RUANG
FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO
Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH:
INTIYAS DIAN KARYAWATI
NIM. P.09027
PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : INTIYAS DIAN KARYAWATI
Nim : P. 09027
Program studi : D III KEPERAWATAN
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN KEAMANAN ATAU
PERLINDUNGAN : HIPERTERMI PADA An. R
DENGAN THYPOID DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD SUKOHARJO
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari dapat di buktikan bahwa tugas akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, April 2012
Yang membuat pernyataan
INTIYAS DIAN KARYAWATI P.09027
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya tulis ilmiah ini di ajukan oleh :
Nama : INTIYAS DIAN KARYAWATI
Nim : P. 09027
Program studi : D III KEPERAWATAN
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
KEAMANAN ATAU PERLINDUNGAN : HIPERTERMI
PADA AN. R DENGAN THYPOID DI RUANG
FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/ Tanggal : Sabtu / 28 April 2012
Pembimbing : Siti Mardiyah, S. Kep., Ns (.....................................) NIK. 201183063
iv
LEMBAR PENGESAHAN Karya tulis ilmiah ini di ajukan oleh :
Nama : Intiyas Dian Karyawati
Nim : P. 09027
Program studi : D III KEPERAWATAN
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
KEAMANAN ATAU PERLINDUNGAN : HIPERTERMI
PADA An. R DENGAN THYPOID DI RUANG
FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Senin / 30 April 2012
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Siti Mardiyah, S.Kep., Ns. (.....................................) NIK. 201183063
Penguji II : Erlina Windyastuti, S.Kep,. Ns (.....................................) NIK. 201187065
Penguji III : Mushlihah Muliana Utami, S.Kep., Ns (.....................................) NIK. 201187086
Mengetahui
Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep., Ns.
NIK. 201084050
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaiakan karya tulis ilmiah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Keamanan Atau
Perlindungan : Pada An. R Dengan Thyoid Di Ruang Flamboyan RSUD
Sukoharjo.”
Dalam penyussunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukunga dari berbagai pihak. Oleh karena iti pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Bapak Setiyawan, S.Kep.,Ns selaku ketua Program Studi DIII Keperawatan
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns selaku sekretaris ketua Program Studi DIII
Keperawatan sekaligus sebagai penguji II yang telah membimbing dengan
cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
3. Ibu Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan,
inspirasi kepada penulis.
vi
4. Muslihah Muliana Utami, S.Kep., Ns, selaku penguji III yang telah membing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat, perhatian, kasih sayang,
dukungan pada penulis serta bantuan baik secara moril, materi maupun
spiritual sehingga laporan karya tulis ilmiah dapat terselesaikan.
6. Seseorang yang telah memberikan semangat, perhatian, dukungan, kasih
sayang, serta senantiasa setia menemani dan membantu dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
7. Kepada kakak-kakak tercinta, kedua adik tercinta dan saudara terdekat yang
senantiasa selalu memeberikan dukungan, perhatian pada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
8. Kepada teman-teman mahasiswa STIKes Kusuma Husada Surakarta yang
saya sayangi, yang telah memberikan dukungan, semangat dan membantu
dalam penyusunan karya tulis ilmiah guna memenuhi tugas akhir.
Pada penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis,
maka dari itu penulis mohon saran dan kritik yang bersifat membangun penulis
harapkan guna kebaikan dalam penulisan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca khususnya mahasiswa STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Surakarta, April 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................. 3
C. Manfaat Penulisan ............................................................... 4
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien .................................................................... 6
B. Pengkajian ........................................................................... 6
C. Perumusan Masalah Keperwatan ......................................... 11
D. Tujuan dan Kriteria Hasil ..................................................... 12
E. Perencanaan Keperawatan ................................................... 13
F. Implementasi Keperawatan .................................................. 13
G. Evaluasi Keperawatan .......................................................... 15
viii
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan ......................................................................... 17
B. Simpulan dan Saran ............................................................. 22
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1 Log Book
Lampiran 2 Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 4 Asuhan Keperawatan
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh salmonella thypi. Demam thypoid dijumpai secara luas di
berbagai Negara berkembang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis.
Data world health organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat
sekitar 17 juta kasus demam thypoid di seluruh dunia dengan insidensi
600.000 kasus kematian tiap tahun (Riyatno, Sutrisna, 2011).
Kasus demam thypoid dilaporkan sebagai penyakit endemis di Negara
berkembang, yaitu 95% merupakan kasus rawat jalan sehingga insidensi yang
sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap dirumah
sakit. Kasus ini tersebar secara merata di seluruh propinsi di Indonesia dengan
insidensi di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk per tahun dan di daerah
perkotaan 760/100.000 penduduk per tahun atau sekitar 600.000 dan 1,5 juta
kasus per tahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara
3-19 pada 91% kasus. Insidensi tertinggi demam tifoid terdapat pada anak-
anak. Demam tifoid pada anak terbanyak terjadi pada kelompok umur 5 tahun
(Riyatno, Sutrisna, 2011).
Demam thypoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut
yang disebabkan oleh salmonella thypi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan sruktur
2
endothelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke
dalam sel fagosit mononuclear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus, dan
payer’s patch (Soedarmo, Garna, Hadinegoro, 2002: 367).
Demam merupakan salah satu keluhan utama tersering yang
disampaikan orangtua pada waktu membawa anaknya ke dokter atau ketempat
pelayanan kesehatan. Berbagai penyakit memang dimulai dengan manifestasi
demam, terutama penyakit infeksi pada umumnya, juga dehidrasi, gangguan
pusat pengatur panas, keracunan termasuk oleh obat, proses imun dan
sebagainya. Sebanyak 10-15 % anak yang dibawa kedokter adalah karena
demam. Demam pada umumnya tidak berbahaya tetapi demam tinggi dapat
membahayakan anak. Penelitian diluar negeri menunjukkan bahwa 95% ibu
merasa khawatir bila anaknya demam.
Pemenuhan kebutuhan dasar manusia ada beberapa macam,
diantaranya yaitu kebutuhan kemanan atau perlindungan salah satunya yaitu
hipertermi atau demam. Hipertermi dalah peningkatan suhu tubuh diatas
kisaran normal (NANDA International, 2009-2011:400).
Salah satu tanda dan gejala dari thypoid pada anak adalah demam,
periode inkubasi demam tifoid antara 5-40 hari dengan rata-rata antara 10-14
hari. Biasanya demam bersifat febris remiten dan suhu tidak terlalu tinggi.
Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari,
biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam
hari. Dalam minggu kedua, penderita terus dalam keadaan demam. Dalam
minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun dan kembali normal pada
3
akhir minggu ketiga (Soedarmo, Garna, Hadinegoro Dan Staf Pengajar
FKUI,2002,2005:370-371, 594).
Berdasarkan masalah di atas hipertermi adalah suatu masalah yang
harus dipenuhi, maka apabila terjadi demam harus segera di atasi. Demam
yang tidak segera di atasi atau berkepanjangan akan berakibat fatal, seperti hal
nya bisa menyebabkan kejang demam pada anak, dehidrasi bahkan terjadi
syok, dan gangguan tumbuh kembang pada anak.
Berdasarkan studi kasus diatas penulis tertarik menyusun suatu karya
tulis ilmiah tentang hipertermi atau demam pada anak dengan thypoid di
Ruang Flamboyan RSUD Sukoharjo.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan keamanan atau
perlindungan : hipertermi pada An. R dengan thypoid di RSUD Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis dapat melakukan pengkajian pada pasien anak dengan
pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan : hipertermi di
Ruang Flamboyan RSUD Sukoharjo.
b. Penulis dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan : hipertermi di
Ruang Flamboyan RSUD Sukoharjo.
4
c. Penulis dapat menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan :
hipertermi di Ruang Flamboyan RSUD Sukoharjo.
d. Penulis dapat melakukan tindakan keperawatan pada anak dengan
pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan : hipertermi di
Ruang Flamboyan RSUD Sukoharjo.
e. Penulis dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada anak
dengan pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan :
hipertermi di Ruang Flamboyan RSUD Sukoharjo.
f. Penulis mampu menggambarkan rasa aman yang terjadi pada pasien
dengan pemenuhan kebutuhan keamanan dan perlindungan :
hipertermi di Ruang Flamboyan RSUD Suukoharjo.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi institusi pendidikan.
Menjadi wacana dan bahan masukan dalam proses belajar
mengajar terhadap pemberian asuhan keperawatan pada pasien suhu tubuh
meningkat pada thypoid.
2. Bagi instansi Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.
Sebagai bahan masukan dan menambah referensi untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan pada pasien dengan
pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan : hipertermi di RSUD
Sukoharjo.
5
3. Bagi pembaca dan perawat
Meningkatkan pengetahuan kepada pembaca tentang gangguan
kebutuhan keamanan atau perlindungan : hipertermi dengan thypoid dan
perawatan pada pasien serta dapat digunakan sebagai alat bantu bagi
perawat untuk mengevaluasi dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
bagi pasien dengan pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan :
hipertermi dengan thypoid.
4. Bagi penulis
Diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
yang lebih mendalam dan upaya dalam memberikan asuhan keperawatan
khususnya pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan keamanan atau
perlindungan : hipertermi dengan thypoid.
6
BAB II
LAPORAN KASUS
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang studi kasus yang dilakukan pada
An. R dengan thypoid, pada pengkajian yang dilakukan tanggal 3 April 2012 di
Ruang Flamboyan RSUD Sukoharjo. Studi kasus ini dimulai dari tahap
pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi.
A. Identitas Pasien
Nama pasien An. R berumur 4 tahun , pasien berjenis kelamin
perempuan, An. R adalah seorang pelajar TK, beragama islam, tempat tinggal
sekarang di Sukoharjo. Diagnosa medis Thypoid. Yang bertanggung jawab
adalah Tn. MS bertempat tinggal di Sukoharjo, Tn. MS adalah ayah pasien,
beragama islam. Penulis mendapatkan informasi dari Ny. A yaitu ibu pasien.
B. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan pasien
Dari pengkajian An. R ditemukan hasil riwayat kesehatan yaitu
Keluhan utama pasien adalah, ibu pasien mengatakan An. R panas kurang
lebih 5 hari yang lalu, muntah dan nyeri perut. Riwayat kesehatan
sekarang ibu pasien mengatakan sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit
An. R mengalami badannya panas, disertai muntah dan nyeri perut. Oleh
keluarga pasien dibawa ke dokter terdekat, dari dokter pasien diberi obat
dan di anjurkan untuk istirahat di rumah. Selang beberapa hari kemudian
7
panas tidak turun, oleh keluarga An. R dibawa ke IGD RSUD Sukoharjo,
di IGD An. R di cek darah, dan dokter mendiagnosa bahwa An. R
menderita gejala thypoid. Setalah itu An. R dibawa pulang untuk istirahat
di rumah, tetapi saat malam hari panasnya juga tidak turun dan muntah-
muntah, lalu An. R dibawa ke IGD RSUD Sukoharjo untuk untuk di rawat
inap.
Selama dirawat di rumah sakit An. R masih mengalami panas,
tetapi panasnya naik turun, dengan suhu 38,5˚C, saat siang hari turun
menjadi 36,7˚C, saat malam naik lagi. Demam yang dialami An. R terjadi
saat malam dan pagi hari. Riwayat kesehatan masa lalu: ibu An. R
mengatakan dulu ketika masih berumur kurang lebih 1 tahun An. R pernah
dirawat di RS. Dr. Oen karena mengalami panas.
An. R merupakan anak pertama dari dua bersaudara. An. R lahir
pada tanggal 20 Maret 2009, lahir belum cukup umur, yaitu umur
kehamilan 33 minggu. Ibu An. R mengatakan An. R lahir dalam persalinan
normal di bidan terdekat. An. R lahir dengan berat 2300 gram.
Ibu pasien mengatakan, pasien belum pernah di operasi atau cedera
apapun. Dan tidak mempunyai penyakit keturunan dan penyakit menular.
Pasien juga tidak alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan.
Ibu An. R mengatakan An. R sudah mendapatkan imunisasi dasar
lengkap, yaitu BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis sesuai dengan
umur dan jadwal imunisasi. Pertumbuhan dan perkembangan An. R: berat
badan waktu lahir yaitu 2300 gram, ketika uumur 6 bulan kurang lebih
8
5000 gram, ketika umur 1 tahun kurang lebih 7500 gram dan berat badan
saat ini adalah 11000 gram. Usia tumbuh gigi An. R ketika umur kurang
lebih 10 bulan, tidak mengalami masalah pada gigi. Ibu pasien
mengatakan An. R bisa berjalan ketika umur 14 bulan. Saat ini An. R
sudah bersekolah TK Kecil. Interaksi dengan orang lain dan teman sebaya
cukup baik, cepat mengenal, mudah bergaul dengan siapapun. An. R tidak
mempunyai kebiasaan seperti menghisap jari, latah dan lain-lain. Aktivitas
sehari-hari An. R tidur sehabis pulang sekolah kurang lebih 1-2 jam, tidur
malam kurang lebih 10 jam. An. R sudah tidak ngompol lagi.
Pemeriksan fisik yang dilakukan penulis pada An. R adalah, Pada
pemeriksaan fisik yang dilakukan penulis pada tanggal 3 April 2012
penulis mendapatkan data yaitu; keadaan umum pasien lemah. Pengukuran
pertumbuhan : berat badan : 11 kg, lingkar kepala : 46 cm, lingkar dada :
57 cm, lingkar lengan : 15 cm. Pengukuran tanda vital : suhu tubuh :
38,5oC, pernafasan : 20 kali permenit, nadi : 80 kali permenit. Pada
penampilan umum pasien : Keadaan umum pasien lemah, Tingkah laku:
An. R tidak rewel, Keadaan nutrisi : sejak kecil An. R susah makan, Z
score = = -2,9 (dikategorikan dalam berat badan rendah atau gizi
kurang).
Perkembangan : tidak terdapat keterlambatan mental. Ditandai
dengan pada pemeriksaan personal sosial, seperti mengambil makanan,
menggosok gigi tanpa bantuan, bermain ular tangga, berpakaian tanpa
bantuan pasien sudah mampu melakukannya secara mandiri. Pada
9
pemeriksaan adaptif-motorik halus, seperti memilih garis lebih panjang,
mencontoh, menggambar orang tiga bagian, pasien sudah mampu
melakukannya dengan mandiri. Pada perkembangan bahasa, seperti
mengetahui tiga kata sifat, mengartikan lima kata, menyebut empat kata
depan, bicara semua dimengerti, mengetahui empat kegiatan, kegunaan
tujuh benda, pasien sudah bisa melakukannya. Pada motorik kasar, seperti
berjalan tumit ke jari kaki, berdiri satu kaki lima detik, berdiri satu kaki
tiga detik, melompat dengan satu kaki, pasien bisa melakukannya.
Kulit : Warna : Coklat sawo matang, Rambut : warna : hitam,
bersih, sedikit lembab, Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran, Kepala :
simetris, mesochepal, Mata : simetris kanan-kiri, sklera tidak ikterik,
konjungtiva anemis, tidak ada oedema palpebra, isokor, Telinga : bersih,
tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik, simetris, Hidung : simetris,
tidak ada secret, Mulut : warna bibir : cokelat kemerahan, Tekstur : cukup,
membran mukosa : kering, Warna gusi : kemerahan, warna gigi : putih,
Tekstur lidah : terlihat putih kotor, Leher : simetris, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid, teraba arteri carotis, tidak terdapat distensi
vena leher, Dada : tampak terdapat retraksi dada, simetris, Paru-Paru :
Inspeksi : ekspansi dada simetris kanan-kiri, Palpasi : vocal fremitus
kanan-kiri, Perkusi: sonor, Auskultasi : bunyi nafas vesikuler tidak ada
suara tambahan, Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak, Palpasi :
Ictus cordis teraba kuat di SIC V, Perkusi : Suara pekak, Auskultasi : tidak
terdapat bunyi atau suara tambahan, Abdomen : Inspeksi : perut datar,
10
umbilicus tidak menonjol, Auskultasi : bising usus 30 kali per menit,
Palpasi : nyeri tekan pada perut kuadran kiri bagian bawah, Perkusi :
tympani, Genetalia : An. R berjenis kelamin perempuan, tidak terdapat
gangguan pada genetalia.
2. Pengkajian Nutrisi
Riwayat nutrisi: ibu An. R mengatakan An. R diberikan susu
formula untuk pendamping ASI, karena ibu An. R bekerja. Sejak bayi
sampai sekarang susu yang diberikan nutrilon. Pasien juga diberi makanan
sereal, instan dan buatan sendiri sejak umur kurang lebih 6 bulan. Pasien
jarang sarapan pagi, makan hanya 2 kali sehari, 3 kali sehari sangat jarang
sekali. Pasien makan dengan porsi sedikit. Ibu An. R memberikan vitamin
rutin, pasien suka makan chiki atau makanan ringan. Saat sakit, pasien
tidak mau makan, makan hanya 1 buah biskuit dan sedikit pisang, itupun
harus dipaksa.
Pola eliminasi An. R ibu pasien mengatakan An. R buang air besar
sehari satu kali, pada pagi hari jumlah kurang lebih 100 cc. Dengan
konsistensi lembek, warna kuning, bau khas feses. Buang air kecil kurang
lebih 5 kali dalam sehari dengan jumlah kurang lebih 500 cc, warna
kuning jernih, bau amoniak. Saat sakit An. R buang air besar sehari kurang
lebih 2 kali sehari, dengan konsistensi cair, warna kuning, bau khas feses.
Buang air kecil kurang lebih 5 sampai 6 kali sehari dengan jumlah kurang
lebih 500 cc, warna kuning jernih, bau amoniak.
11
Terapi yang didapatkan oleh An. R pada tanggal 3 April 2012
yaitu, infuse Ringer Laktat 12 tetes per menit makro, Visebads 1X1 tablet,
Cefotaxim 3x250 mg, Ranitidine 3x25 mg, Paracetamol syirup 1 sendok
teh 3 kali per hari. Tanggal 4 April, infus Ringer Laktat 12 tetes per menit
makro, Cefotaxim 3x250 mg, Ranitidine 3x25 mg, Visebads 1X1 tablet,
Paracetamol syirup 1 sendok teh 3 kali per hari.
Pemeriksaan penunjang tanggal 1 April 2012 yaitu: WBC 10,5
103/UL nilai normal (4,5 - 11,0), RBC 4,54juta/mm3 nilai normal (3,9 -
5,9), HGB 11,2 gram/dl nilai normal (11,5 - 13,5), HCT 32,1% nilai
normal (37,0 - 50,0), MCV 70,7 fl nilai normal (80 – 96), MCH 24,7 pg
nilai normal (28 – 33), MCHC 34,9 % nilai normal (32 – 36), PLT 179
103/ul nilai normal (150 – 450), lymfosit 39,2 % nilai normal (22 – 40),
monosit 3,0 % nilai normal (4 – 8).
Dari hasil uji widal pada tanggal 1 april 2012 yaitu: Salmonella
thypi O didapatkan hasil 1/80 dengan nilai normal (negatif), S. Parathypi
AO 1/160 nilai normal (negatif), S. Parathypi BO 1/160 nilai normal
(negatif), S. Parathypi CO dengan hasil negatif dan nilai normal (negatif),
S. Thypi H 1/80 nilai normal (negatif), S. Parathypi AH 1/80 nilai normal
(negatif), S. Parathypi BH 1/320 nilai normal (negatif), S. Parathypi CH
negatif dengan nilai normal negatif.
C. Perumusan Masalah
Dari data yang sudah penulis dapatkan dari hasil pengkajian maka
penulis dapat menegakkan diagnosa keperawatan hipertermi berhubungan
12
dengan proses perjalanan penyakit. Diagnosa tersebut ditunjang oleh data
subyektif ibu pasien mengatakan anaknya panas. Data yang dilihat atau
diobservasi oleh penulis yaitu kulit teraba hangat, kulit tampak kemerahan,
suhu 38,5˚C, mukosa bibir kering, turgor kulit cukup, pasien tampak lemah.
Disini penulis hanya mencantumkan diagnosa keperawatan utama,
karena pada dasarnya hipertermi merupakan masalah yang harus segera
diatasi. Jika hipertermi tidak segera diatasi maka akan berakibat fatal, seperti
halnya bisa menyebabkan kejang pada anak, dehidrasi, syok, dan gangguan
tumbuh kembang pada anak.
D. Tujuan Dan Kriteria Hasil
Dalam penyusunan kriteria hasil, penulis berpedoman pada
SMART yaitu S (specific) dimana tujuan harus spesifik dan tidak
menimbulkan arti ganda, M (measurable) dimana tujuan keperawatan harus
dapat diukur, khususnya tentang perilaku pasien : dapat dilihat, didengar,
diraba, dirasakan, dan dibau. A (achievable) dimana harus dapat dicapai, R
(reasonable) dimana tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,
T (time) dimana harus mempunyai batasan waktu yang jelas (Nursalam,
2008:81).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
suhu tubuh dalam rentang normal dan stabil, dengan suhu tubuh rentang
normal 37˚C, nadi dalam rentang normal 80 sampai 100 kali per menit,
respirasi dalam rentang normal 20 kali per menit, temperatur kulit sesuai
dengan rentang yang diharapkan : kulit tidak teraba hangat, tidak ada sakit
13
kepala, tidak ada nyeri otot, tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada tremor,
berkeringat saat kepanasan dan melaporkan kenyamanan suhu tubuh
(NANDA NIC NOC PSIK FIKES, 2011).
E. Perencanaan
Setelah dilakukan penegakan diagnosa keperawatan maka rencana
keperawatan yang dilakukan penulis yaitu observasi Tanda-tanda vital tiap 4
jam sekali dengan rasional tanda-tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien ; berikan penjelasan kepada pasien dan
keluarga tentang peningkatan suhu tubuh dengan rasional agar pasien dan
keluarga mengetahui suhu dan membantu mengurangi kecemasan yang
timbul; anjurkan pasien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat
dengan rasional untuk menjaga agar pasien merasa nyaman pakaian tipis akan
membantu mengurangi penguapan tubuh ; anjurkkan pasien minum banyak
kurang lebih 1,5 liter per hari dengan rasional peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan
asupan cairan banyak ; berikan kompres hangat dengan rasional untuk
membantu menurunkan suhu tubuh ; kolaborasi dengan dokter pemberian
terapi antibiotik dan antipiretik dengan rasional antibiotik untuk mengurangi
atau mencegah terjadinya infeksi dan anpiretik untuk menurunkan panas.
F. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis pada hari selasa, 3 April
2012 jam 09.00 WIB: memonitor suhu tubuh, respon subyektif pasien yaitu
14
keluarga pasien mengatakan suhu tubuh masih panas, obyektifnya yaitu badan
teraba panas dengan suhu 38˚C; memberikan kompres hangat, respon
subyektif dari pasien yaitu pasien bersedia, respon obyektifnya suhu 38,5˚C,
teraba hangat; menganjurkan keluarga untuk anaknya memakai pakaian tipis
menyerap keringat respon subyektif ibu pasien mengerti dan pasien bersedia,
respon obyektifnya pasien bersedia memakainya; memberikan penjelasan
kepada pasien dan keluarga tentang peningkatan suhu respon subyektifnya ibu
pasien mau mendengarkan, respon obyektifnya peningkatan suhu dari 37,5˚C
sampai 38,5˚C; berkolaborasi dengan dokter pemberian antipiretik
(paracetamol syr, 1 sendok teh) respon subyektifnya pasien bersedia minum
obat, respon obyektifnya paracetamol masuk satu sendok makan melalui oral;
Hari rabu, 4 April 2012 jam 15.30 WIB tindakan keperawatan yang
dilakukan: memonitor suhu sesering mungkin respon subyektif pasien yaitu
keluarga pasien mengatakan suhu tubuh masih panas, obyektifnya yaitu badan
teraba panas dengan suhu 37˚C, menganjurkan ibu pasien memberi pasien
minum banyak respon subyektif pasien bersedia, respon obyektifnya pasien
tampak minum kurang lebih 2 gelas belimbing ; menganjurkan ibu pasien
untuk memberikan kompres hangat pada An. R respon subyektifnya ibu
pasien bersedia, dan respon obyektifnya pasien tampak di kompres hangat
pada dahi ; berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi antipiretik, respon
subyektifnya pasien bersedia minum obat, respon obyektifnya paracetamol
masuk satu sendok teh melalui oral.
15
Pada hari kamis, 5 April 2012 tidak dilakukan tindakan keperawatan
karena pasien sudah diperbolehkan pulang, tetapi keadaan masih belum
sembuh total.
G. Evaluasi
Setelah dilakukan rencana keperawatan dan tindakan keperawatan,
evaluasi hasil pada hari selasa, 3 April 2012 adalah : subyektif : keluarga
pasien mengatakan, suhu tubuh pasien masih panas ; obyektif : tanda-tanda
vital : suhu : 38˚C ; nadi : 84 kali per menit ; pernafasan : 20 kali per menit ;
Analisis : masalah belum teratasi ; perencanaan : intervensi dilanjutkan :
monitor tanda-tanda vital, anjurkan pasien banyak minum, berikan kompres
hangat, anjurkan memakai pakaian tipis dan menyerap keringat, kolaborasi
dengan dokter pemberian terapi.
Evaluasi hari kedua, rabu, 4 April 2012 : subyektif : keluarga pasien
mengatakan, suhu tubuh pasien sudah mulai turun ; obyektif : tanda-tanda
vital : suhu 37˚C ; nadi : 84 kali per menit ; pernafasan : 20 kali per menit ;
analisis : masalah teratasi ; perencanaan : intervensi dilanjutkan.
Pada hari ketiga evaluasi tidak dilakukan karena pasien sudah pulang
tetapi keadaan masih belum sembuh total. Penulis menganjurkan untuk
perawatan dirumah dengan cara pasien harus istirahat total dirumah agar tidak
terjadi relaps atau kambuh.
16
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Bab ini penulis akan membahas tentang studi kasus asuhan
keperawatan anak dengan pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan
: hipertermi pada An. R dengan Thypoid di ruang Flamboyan RSUD
Sukoharjo. Di sini penulis hanya akan membahas diagnosa prioritas utama
yaitu hipertermi berhubungan dengan proses terjadinya penyakit dengan
alasan, bahwa hipertermi merupakan masalah utama yang harus segera diatasi.
Ruang lingkup pembahasan ini meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi.
Hipertermi merupakan peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
(NANDA, 2009-2011). Demam merupakan kenaikan suhu tubuh diatas
normal, meskipun tak semua kenaikan suhu disebut sebagai demam, kanaikan
suhu tubuh merupakan bagian dari biologis kompleks, yang diatur dan
dikontrol oleh susunan saraf pusat. (Sarasvati, 2010)
An. R kurang lebih 5 hari sebelum masuk rumah sakit mengeluh
badannya panas. Oleh keluarga An. R diperikasakan ke dokter terdekat.
Setelah minum obat, An. R tidak mengalami penurunan suhu. Kemudian pada
tanggal 1 april 2012 orangtua An. R membawa An. R ke IGD RSUD
Sukoharjo. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata An. R menderita gejala
thypoid. Oleh orangtua, An. R dibawa pulang untuk istirahat dirumah. Setelah
17
minum obat dari Rumah Sakit tidak ada penurunan suhu tubuh pada An. R,
tetapi suhu pada An. R semakin meningkat. Peningkatan suhu mencapai 39˚C.
Oleh orangtua An. R kemudian membawanya kembali ke RSUD
Sukoharjo untuk di rawat inap. Di IGD An. R mendapatkan terapi Infuse
Ringer Laktat 12 tetes per menit makro, Cefotaxim 200 mg, Ranitidine 1/3
ampul. Kemudian An. R dipindahkan ke ruang flamboyan untuk dilakukan
perawatan lebih lanjut.
Dari hasil pengkajian yang didapatkan penulis pada An. R, saat
dilakukan pemeriksaan fisik keadaan umum An. R lemah, pada pemeriksaan
kulit, kulit An. R teraba hangat, membran mukosa kering, tekstur lidah tampak
putih kotor (coated tongue). Pada pengukuran tanda-tanda vital didapatkan
suhu 38,5˚C, respirasi 20 kali per menit, nadi 84 kali per menit.
Penulis juga mendapatkan uji widal dari An. R yang dilakukan pada
tanggal 1 april 2012 dengan hasil, S. Thypi O 1/80, S. Parathypi AO 1/160, S.
Parathypi BO 1/160, S. Parathypi CO negatif, S. Thypi H 1/80, S. Parathypi
AH 1/80, S. Parathypi BH 1/320, S. Parathypi CH negatif.
Hal ini sesuai dengan Ngastiyah (2005:236) bahwa Thypoid adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan
gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan
gangguan kesadaran.
Hipertermi pada anak khususnya, merupakan kebutuhan yang harus
segera dipenuhi. Jika tidak segera diatasi, maka hipertermi akan menyebabkan
18
kejang demam pada anak, dehidrasi, syok, gangguan tumbuh kembang pada
anak.
Berdasarkan dengan data tersebut dapat ditegakkan prioritas diagnosa
keperawatan hipertermi berhubungan proses terjadinya penyakit : Thypoid.
Penulis mengangkat diagnosa hipertermi berhubungan dengan proses
terjadinya penyakit dengan alasan karena pada saat dilakukan pengkajian
didapatkan data subyektif ibu pasien mengatakan anaknya panas. Dan data
yang dapat diobservasi atau data obyektifnya yaitu kulit teraba hangat, kulit
tampak kemerahan, suhu 38,5˚C, turgor kulit cukup, mukosa bibir kering,
pasien tampak lemah.
Data pengkajian dan pemeriksaan fisik diatas sesuai dengan referensi
yang menyatakan bahwa hipertermi adalah keadaan dimana suhu tubuh
melebhi titik set yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau eksternal
yang menciptakan lebih banyak panas yang dikeluarkan oleh tubuh seperti
sengatan panas, kejang atau hipertiroidisme (Brunner & Suddart, 2002).
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang sudah dirumuskan, penulis
menyusun kriteria hasil yang berpedoman pada SMART yaitu S (specific)
dimana tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, M
(measurable) dimana tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya
tentang perilaku pasien : dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan, dan dibau.
A (achievable) dimana harus dapat dicapai, R (reasonable) dimana tujuan
harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, T (time) mempunyai
batasan waktu yang jelas (Nursalam, 2008:81).
19
Tujuan dan kriteria hasil adalah setelah dilakukan tindakan selama
2x24 jam diharapkan suhu tubuh dalam rentang normal dan stabil, dengan
suhu tubuh rentang normal, nadi dan respirasi dalam rentang normal,
temperatur kulit sesuai dengan rentang yang diharapkan, tidak ada sakit
kepala, tidak ada nyeri otot, tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada tremor,
berkeringat saat kepanasan dan melaporkan kenyamanan suhu tubuh.
Rencana keperawatan yang dilakukan oleh penulis berdasarkan NIC
(Nursing Intervension Clasification) dan NOC (Nursing Outcome
Clasification) antara lain yaitu, observasi tanda-tanda vital setiap jam sekali
dengan rasional tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan
umum pasien ; berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang
peningkatan suhu dengan rasional agar pasien dan keluarga mengetahui suhu
dan mengurangi kecemasan yang timbul ; anjurkan pasien menggunakan
pakaian tipis dan menyerap keringat dengan rasional untuk menjaga agar
pasien merasa nyaman dan pakaian tipis akan membantu mengurangi
penguapan tubuh; anjurkan pasien minum banyak kurang lebih 1,5 liter
dengan rasional peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan banyak ; berikan
kompres hangat dengan rasional membantu menurunkan suhu tubuh ;
kolaborasi dengan dokter pemberian terapi antibiotik dan antipiretik dengan
rasional antibiotik untuk mengurangi atau mencegah terjadinya infeksi dan
antipiretik untuk menurunkan panas.
20
Implementasi yang dilakukan berdasarkan intervensi keperawatan
yang sudah tetapkan selama dua hari adalah, memonitor suhu tubuh pasien.
Memonitor suhu tubuh pasien yang dilakukan penulis bertujuan untuk
mengetahui tanda-tanda vital dan keadaan pasien.
Memberikan kompres hangat pada pasien. Bertujuan untuk membantu
menurunkan panas. Menurut penelitian (Purwanti, Ambarwati, 2005) bahwa
kompres hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi.
Evaporasi itu sendiri merupakan hilangnya panas dengan proses keluarnya
keringat terjadi karena keringat di bagian kulit tersebut menguap. Kompres
hangat bisa dilakukan di dahi, lipatan paha, axilla, bahkan di usapkan di
seluruh tubuh dengan menggunakan handuk. Ini bertujuan agar mempecepat
penguapan, karena terdapat pembuluh darah besar.
Menganjurkan memakai pakaian tipis dan menyerap keringat. Hal ini
didukung oleh jurnal penelitian Purwanti, Ambarwati (2005) yang menyatakan
bahwa tindakan yang penulis lakukan menganjurkan pasien memakai pakaian
tipis menyerap keringat, karena dengan memakai pakaian tipis bisa
mengurangi penguapan dan melindungi permukaan tubuh terhadap lingkungan
panas.
Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang peningkatan
suhu. Memberikan penjelasan merupakan satu cara untuk meningkatkan
pengetahuan pada pasien maupun keluarga. Menurut Notoatmodjo (2003)
faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah memberikan informasi.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
21
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Dengan ini orang
yang mempunyai pengetahuan baik akan mampu bersikap lebih baik terhadap
penyakitnya.
Menganjurkan ibu pasien memberi minum banyak pada An. R. Pada
tindakan keperawatan menganjurkan ibu pasien memberikan minum banyak
pada An. R bertujuan untuk membantu menurunkan panas dengan alasan
karena air minum merupakan unsur pendingin tubuh yang penting dalam
lingkungan panas dan air sendiri diperlukan untuk mencegah terjadinya
dehidrasi akibat berkeringat (Purwanti, Ambarwati, 2005).
Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi antipiretik (Paracetamol
syirup 1 sendok teh). Menurut (ISO, 2012) bahwa Antipiretik merupakan obat
penurun panas. Indikasi Paracetamol yaitu sebagai penghilang rasa sakit dan
penurun panas.
Dalam penatalaksanaan keperawatan berdasarkan intervensi yang
sudah ditetapkan, intervensi semua dapat di implementasikan.
Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan selama dua hari,
maka penulis melakukan evaluasi. Evaluasi ini penulis menggunakan metode
sesuai teori yaitu SOAP (Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning)
Pada tanggal 3 april 2012 keluarga mengatakan suhu tubuh An. R
masih panas yaitu suhunya 38˚C. Masalah belum teratasi dan intervensi
dilanjutkan dengan memonitor tana-tanda vital, anjurkan pasien minum
22
banyak, berikan kompres hangat, anjurkan memakai pakaian tipis menyerap
keringat, kolaborasi dengan dokter.
Pada hari kedua tanggal 4 april 2012, keluarga pasien mengatakan
suhu An. R sudah mulai menurun dengan ditunjukkan oleh suhu 37˚C, dan
masalah teratasi. Intervensi dihentikan karena pasien sudah diperbolehkan
pulang oleh dokter.
B. Simpulan dan saran
1. Simpulan
a. Hasil pengkajian yang didapatkan antara lain data subyektif ibu pasien
mengatakan anaknya panas. Data yang dilihat atau diobservasi oleh
penulis yaitu kulit teraba hangat, kulit tampak kemerahan, suhu
38,5˚C, mukosa bibir kering, turgor kulit cukup, pasien tampak lemah.
b. Diagnosa keperawatan yang muncul saat dilakukan pengkajian pada
An. R adalah hipertermi berhubungan dengan proses terjadinya
penyakit.
c. Rencana keperawatan yang dilakukan penulis yaitu observasi tanda-
tanda vital tiap 4 jam sekali ; berikan penjelasan kepada pasien dan
keluarga tentang peningkatan suhu tubuh ; anjurkan pasien
menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat ; anjurkkan pasien
minum banyak kurang lebih 1,5 liter per hari ; berikan kompres hangat
dengan rasional untuk membantu menurunkan suhu tubuh ; kolaborasi
dengan dokter pemberian terapi antibiotik dan antipiretik.
23
d. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis selama dua hari yaitu :
memonitor suhu tubuh ; memberikan kompres hangat ; menganjurkan
keluarga untuk anaknya memakai pakaian tipis menyerap keringat ;
memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang
peningkatan suhu ; berkolaborasi dengan dokter pemberian Antipiretik
(paracetamol syirup, 1 sendok teh). Pada hari kamis, 5 April 2012
tidak dilakukan tindakan keperawatan karena pasien sudah
diperbolehkan pulang, tetapi keadaan masih belum sembuh total.
e. Evaluasi tindakan yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode
SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning). Evaluasi dilakukan
selama dua hari yaitu masalah teratasi, intervensi dihentikan karena
pasien sudah diperbolehkan pulang tetapi kondisi belum sembuh total.
2. Saran
a. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan memberikan pelayanan kepada pasien seoptimal mungkin
dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana prasarana yang
merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan ketrampilannya dalam melalui praktek klinik dan
pembuatan laporan.
24
c. Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu
seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
pada pasien secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa: Waluyo Agung, Yasmin Asih, Juli, Kuncoro, I Made Karyasa. Jakarta: EGC.
Doenges, ME., Moorhouse dan M.F., Geisster A. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hermalinda. (2010). Pemanfaatan Teknologi dalam Pengukuran Suhu. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Jakarta. http://edprint. FKUI.ac.id_pdf.
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. (2009). Informasi Spesialite Obat (ISO)
Indonesia. Jakarta: PT. ISFI.
Iqbal Wahid Mubarak. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Herdman, Heather. (2009). Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi. Alih Bahasa: Sumarwati Made, Widiarti Dwi, Tiar Estu, Translate: Ester Monica. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2003). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi II. Jakarta: Salemba Medika
Poerwo Soedarmo, dkk. (2002). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi dan
Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta: IDAI.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC.
Purwanti, Sri, Ambarwati Nur W. (2008). Pengaruh Kompres Hangat terhadap
Perubahan Suhu Tubuh pada Pasien Anak Hipertermi di Ruang Rawat
Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta. UMS Surakarta. http://journalanak.org/pdf. Di akses pada tanggal 10 April 2012.
Purwoko, Jauhari Ismail, Soetaryo. (2003). Demam pada Anak: Perabaan Kulit,
Pemahaman dan Tindakan Ibu. Volume 35 No. 2. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RS Dr. Sardjito. Yogyakarta. Diakses pada tanggl 16 April 2012. http://www.pediatric.com/pkb/061022023336 .xvm.7143
Riyatno, Puspitasari Ine, Sutrisna Eman. (2011). Cost Effectiveness Analysis
Pengobatan
Demam Thypoid Anak Menggunakan Sefotaksim dan Kloramfenikol. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal soedirman: RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Diakses pada tanggal 13 April 2012. http://www.pediatric.com/pkb/06102202336.xvm.7143
Saleh, Julianto. (2003). Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham
Maslow: Aplikasi Terhadap Klasifikasi Mad’u dalam Proses Dakwah.
Diakses pada tanggal 16 April 2012. http://garuda.dikti.go.id/jurnal/ detil/id/24:112598/q/pengarang:%20julianto%20/offset/0/limit
Sarasvati, Yuliani. (2010). Menjadi Dokter bagi Anak Anda. Kalibayem. Yogyakarta. Bahtera Buku.
Suriadi, Yuliani. (2010). Buku Pegangan Praktis Klinik Asuhan Keperawatan
pada Anak. Edisi 2. Jakarta. Sagung Seto.
Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN �
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Intiyas Dian Karyawati
Tempat, tanggal lahir : Sukoharjo, 19 Juli 1990
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Dawung Rt. 02/I Godog, Polokarto, Sukoharjo
Riwayat Pendidikan : TK Godog I
SD Negeri Godog I
SMP Negeri I Polokarto
SMA Negeri I Polokarto
Riwayat Organisasi : OSIS
�
�