studi analisis terhadap putusan pengadilan...

91
STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO. 03/Pid/B/2004/PN.Smg TENTANG TINDAK PIDANA TERORISME SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Oleh : MUHAMMAD MUZAKI NIM. 2103193 JURUSAN JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Upload: phungphuc

Post on 04-Mar-2018

219 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN

NEGERI SEMARANG NO. 03/Pid/B/2004/PN.Smg

TENTANG TINDAK PIDANA TERORISME

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Oleh :

MUHAMMAD MUZAKINIM. 2103193

JURUSAN JINAYAH SIYASAHFAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGOSEMARANG

2010

Page 2: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

PENGESAHAN

Skripsi Saudara:

Nama : Muhammad Muzaki

Nim : 2103193

Jurusan : Jinayah Siyasah

Judul skripsi : STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN

NEGERI SEMARANG NO. 03/Pid/B/2004/PN. Smg

TENTANG TINDAK PIDANA TERORISME

Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus pada tanggal:

28 Juni 2010

Dan dapat diterima sebagai pelengkap ujian akhir program sarjana (S.I)

tahun akademik 2009 / 2010 memperoleh gelar Sarjana Strata I dalam Ilmu

Syari’ah

Semarang, 28 Juni 2010Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Drs. H. Muhyiddin, M.Ag Brilliyan Ernawati, SH., M.HumNIP. 19550228 198303 1 003 NIP. 19631219 199903 2 001

Penguji I, Penguji II,

Hj. Rr. Sugiarti, S.H., M.H Rupi’i, M.AgNIP. 19450621 197203 2 001 NIP. 19730702 199803 1 002

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Musahadi, M.Ag Brilliyan Ernawati, SH., M.HumNIP. 19690709 199403 1 003 NIP. 19631219 199903 2 001

KEMENTRIAN AGAMA RIINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS SYARI’AHJl. Prof. Dr. Hamka Kampus III Telp. / Fax. (024) 7601291 Semarang 50185

Page 3: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Drs. Musahadi, M.AgJl. Permata Ngaliyan II / 62Semarang

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eks.

Hal : Naskah Skripsi

An. Sdr. Muhammad Muzaki

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini

saya kirim naskah skripsi Saudara:

Nama : Muhammad Muzaki

NIM : 2103193

Judul : Studi Analisis Terhadap Putusan Pengadilan

Negeri Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg

Tentang Tindak Pidana Terorisme

Dengan ini saya mohon kiranya naskah skripsi tersebut dapat segera

diujikan.

Demikian harap menjadikan maklum.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Semarang, 31 Mei 2010

Page 4: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Brilliyan Ernawati, SH., M.HumJl. Bukit Agung E. 41Semarang

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eks.

Hal : Naskah Skripsi

An. Sdr. Muhammad Muzaki

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini

saya kirim naskah skripsi Saudara:

Nama : Muhammad Muzaki

NIM : 2103193

Judul : Studi Analisis Terhadap Putusan Pengadilan

Negeri Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg

Tentang Tindak Pidana Terorisme

Dengan ini saya mohon kiranya naskah skripsi tersebut dapat segera

diujikan.

Demikian harap menjadikan maklum.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Semarang, 31 Mei 2010

Page 5: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

MOTTO

$yJ Î6 sù7p yJ ômu‘z ÏiB«!$#|MZÏ9öN ßgs9(öq s9ur|MY ä.$à sùxá‹ Î=xîÉ=ù=s)ø9$#(#q ‘Ò xÿR]wô ÏBy7Ï9öq ym(

ß# ôã $$sùöN åk÷]tãö• ÏÿøótG ó™$#uröN çlm;öN èd ö‘Ír$x© ur’ÎûÍ•öDF{ $#(#sŒÎ*sù|MøBz• tãö@©. uq tG sù’n? tã«!$#4¨b Î)©!$#

•=Ïtä†tû,Î#Ïj. uq tG ßJ ø9$#ÇÊÎÒÈ

Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemahlembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhatikasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena ituma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, danbermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudianapabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallahkepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yangbertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imron [3] : 159)

Page 6: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

ABSTRAK

Terorisme merupakan tindakan kekerasan yang melanggarhukum dilakukan sekelompok orang sebagai jalan terakhir gunamewujudkan keinginannya yang tidak dapat dicapai melalui jalanresmi. Pemicu tindakan teror antara lain karena adanya pertentanganagama, ideologi dan etnis serta kesenjangan ekonomi, sertatersumbatnya komunikasi rakyat dengan pemerintah, atau karenaadanya paham separatisme dan ideologi fanatisme .

Pada beban pembuktian biasa, berlaku prinsip siapa yangmendalilkan maka ia harus membuktikan, di mana penuntut umum lahyang dibebani kewajiban untuk membuktikan. Sedangkan bagiterdakwa ia tidak dibebani dengan beban pembuktian, sebagaimanayang disebutkan dalam pasal 66 KUHAP “tersangka atau terdakwatidak dibebani kewajiban pembuktian”.

Dalam putusan No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg perbuatan terdakwaS dijerat dengan Pasal 9 Perpu No. 1 tahun 2002 Jo. Pasal 1 Undang-undang No. 15 tahun 2003 Jo. Pasal 55 (1) KUHP dan majelis hakimtelah menjatuhkan pidana selama 10 tahun dan denda sebesar Rp.10.000 (sepuluh ribu rupiah). Permasalahannya adalah bagaimanadasar pertimbangan hukum putusan Pengadilan Negeri Semarang No.03/Pid/B/2004/PN.Smg tentang tindak pidana terorisme danbagaimana tinjauan hukum Islam mengenai putusan PengadilanNegeri Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg tentang tindak pidanaterorisme?

Dengan metode Deskriptif Analitis maka dapat diketahuipenjelasan suatu fakta dalam peraturan perundang-undangan untukdapat mempertegas hipotesa-hipotesa. Dan dengan metodeInterpretasi maka dapat mengadakan penelusuran terhadap azas-azashukum untuk dapat mengetahui taraf sinkronisasi hukum sertaperbandingan hukum.

Page 7: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

v Bapak dan ibu tercinta, yang telah mengasuh, membimbing, dan sekaligus

menjadi maha guru ananda. Salam sayang sebagai wujud kasih dan

pengabdianku. Terimakasih yang tak terhingga atas segala do’a dan kasih

sayangnya.

v Mbah Munajat, Mbah Ahmad Yanis dan seluruh keluarga, kan ku kenang

sepanjang masa do’a dan kasih sayang mereka.

v Keluarga besar Romo KH. Makhdum Zen, terimakasih teruntuk beliau atas

curahan ilmunya.

v Adekku Naili & Rochis, kakak berpesan, gapailah cita-citamu.

v Pak Zen, Mas Huda, Rois Kyai, Mas Toni, Susi, Fahmi, terima kasih atas

segala bantuannya.

v Temen-temen seperjuangan Zahrul, Mbah Soegeng, Munir Kebo, Munir

Singo, Zaenal Domba, Ajib, Ulil, Kajine Bambang, Ibad, teruskan

perjuanganmu kawan...!!!

Page 8: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT, atas rahmat

dan hidayah-Nya lah penulis telah dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tetap tercurahkan dan terlimpahkan

kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia ke jalan

yang benar dalam rangka mencapai kebahagiaan kehidupan dunia akhirat nanti.

Amin.

Skripsi yang berjudul “STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN

PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO. 03/ PID/ B/ 2004/ PN SMG

TENTANG TINDAK PIDANA TERORISME" disusun untuk memenuhi

persyaratan menyelesaikan studi tingkat Strata Satu (S1) bidang jurusan Siyasah

Jinayah Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

Penulis berharap, semoga penyusunan skripsi yang sederhana ini dapat

bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca pada

umumnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha dengan segala daya

dan upaya guna menyelesaikannya, namun tanpa bantuan dari berbagai pihak

penyusunan ini tidak mungkin dapat terwujud. Untuk itu penulis menyampaikan

banyak terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. DR. Abdul Jamil, MA, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang, yang

telah memimpin lembaga tersebut dengan baik.

2. Drs. H. Muhyiddin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang.

3. Drs. Arif Junaedi, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Siyasah Jinayah dan Rupi’i,

M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Siyasah Jinayah Fakultas Syari’ah

4. Drs. Musahadi, M.Ag dan Brilliyan Ernawati, SH., M.Hum selaku

pembimbing skripsi.

5. Soimah, S.Ag selaku Kasubag Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas

Syari’ah serta segenap pegawai dan para dosen IAIN Walisongo Semarang.

Page 9: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

6. Agus Subroto, SH., M.Hum., selaku Ketua Pengadilan Negeri Semarang dan

Sri Sunarti, SH., selaku Panitera Muda Hukum Pengadilan Negeri Semarang.

7. Pimpinan Perpustakaan fakultas Syari’ah dan Institut IAIN Walisongo

Semarang.

8. Bapak, Ibu, Adik, dan segenap keluarga terkasih and tersayang.

9. Teman-temanku semuanya I Love U For all.

Akhirnya penulis hanya dapat berdo’a kehadirat Allah SWT, semoga

semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini mendapatkan ridho

dan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Tegur sapa serta kritik dan saran

yang konstruktif dari semua pihak terhadap skripsi ini sangat penulis harapkan.

Dan hanya kepada Allah lah segala persoalan dikembalikan.

Wassalamu alaikum Wr. Wb

Semarang, 11 Juni 2010

Penulis

Muhammad Muzaki

Page 10: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi

ini tidak berisi materi yang telah atau pernah ditulis orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pemikiran-pemikiran orang lain,

kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 11 Juni 2010Deklarator

Muhammad MuzakiNIM: 2103193

Page 11: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv

HALAMAN ABSTRAKSI .......................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................. vii

HALAMAN DEKLARASI ............................................................................ ix

HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................. 9

C. Tujuan Penulisan Skripsi ...................................................... 9

D. Telaah Pustaka ..................................................................... 10

E. Metode Penulisan Skripsi ..................................................... 13

F. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................... 16

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA

TERORISME

A. Tindak Pidana Terorisme menurut Hukum Positif ................ 18

1. Terorisme : Pengertian dan Ciri-ciri Terorisme .............. 18

2. Unsur-unsur Tindak Pidana Terorisme .......................... 22

3. Beban Pembuktian, Alat Bukti dan Teori Pemidanaan .... 27

4. Sanksi Hukum Tindak Pidana Terorisme dalam Undang-

undang No. 15 Tahun 2003 ............................................ 33

B. Tindak Pidana Terorisme menurut Hukum Islam .................. 35

1. Prinsip Keamanan Umum ............................................. 35

2. Unsur-unsur Tindak Pidana Terorisme menurut Hukum

Islam .............................................................................. 38

3. Sanksi Tindak Pidana Terorisme menurut Hukum Islam . 49

Page 12: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO.

03/Pid/B/2004/PN.Smg TENTANG TINDAK PIDANA

TERORISME

A. Profil Pengadilan Negeri Semarang ...................................... 43

1. Sejarah Berdirinya Pengadilan Negeri Semarang ............ 43

2. Tugas dan Wewenang Pengadilan Negeri Kota Semarang. 47

B. Dasar Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri

Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg tentang Tindak Pidana

Terorisme ............................................................................. 50

C. Putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 03/Pid/B/

2004/PN.Smg tentang Tindak Pidana Terorisme ................... 58

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI

SEMARANG NO. 03/Pid/B/2004/PN.Smg TENTANG TINDAK

PIDANA TERORISME

A. Analisis terhadap Dasar Pertimbangan Hukum dalam Putusan

Pengadilan Negeri Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg

tentang Tindak Pidana Terorisme ......................................... 62

B. Analisis Hukum Islam terhadap Putusan Pengadilan Negeri

Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg tentang Tindak Pidana

Terorisme ............................................................................. 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 73

B. Saran .................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari

segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD 1945.

Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta

perubahannya.

Pasal 28 G ayat (1) UUD 1945 menentukan bahwa “ Setiap orangberhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhakatas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untukberbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi ”.

Pasal 28 H ayat (2) UUD 1945 menentukan bahwa “Setiap orangberhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untukmemperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapaipersamaan dan keadilan”.1

Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang berhak mendapatkan

rasa aman dan nyaman tanpa adanya gangguan teror. Dengan demikian

seseorang akan dapat merasakan ketenteraman, bebas dari segala bentuk

ancaman serta ketakutan yang selalu menghantui. Hal ini sejalan dengan

Pasal 4 Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak-hak Asasi Manusia

yang menyatakan bahwa :

“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi,pikiran dan hati nurani, hak, beragama, hak untuk tidak diperbudak,hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum,dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut

1 Tim Redaksi Fokusmedia, UUD 45 Dan Amandemennya, Bandung: Fokusmedia, 2007,hlm. 20.

Page 14: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaanapa pun dan oleh siapa pun.”2

Secara empiris teror itu sendiri sudah lama ada, hampir seiring

dengan sejarah peradaban manusia, tetapi mulai efektif digemakan pada abad

pertengahan ketika negara-negara / kerajaan-kerajaan yang berperang dan

teror digunakan sebagai salah satu cara untuk memenangkan peperangan.

Tetapi waktu itu hampir terlalu mudah untuk diketahui siapa yang melakukan

teror. Namun sekarang, kejadian teror hampir sangat sulit ditebak siapa

pelakunya, organisasi / negara mana yang mengaturnya. Semua berjalan

undercover / underground dan tidak diketahui.3

Di dalam negeri, beberapa aksi teror bisa disebutkan diantaranya;

peledakan bom yang terjadi sejak 1998 antara lain : peledakan di gedung

Atrium Senen (1-12-1998), peledakan di Plaza Hayam Wuruk (15-4-1999),

peledakan di masjid Istiqlal (1999), peledakan di gereja (GKPI) Medan (28-

5-2000), peledakan di Gereja Katolik Medan (29-5-2000), peledakan di

rumah Dubes Filipina (1-8-2000), peledakan di gedung Atrium Senen (1-8-

2001, 23-4-2001), peledakan di beberapa Gereja di malam Natal (2000 dan

2001), peledakan di Kuta Bali (12-10-2002), peledakan di Manado

(November 2002), peledakan di McDonald Makassar (5-12-2002), peledakan

di Hotel JW. Marriot Jl. Mega Kuningan, Jakarta (5-8-2003), peledakan di

2 Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak-hak Asasi Manusia3 Bambang Abimanyu, Teror Bom di Indonesia, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005,

hlm. 20

Page 15: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Kedubes Australia l. Rasuna Said Kuningan, Jakarta, Peledakan Bali II (1-10-

2005).4

Pada Jum’at pagi tanggal 17 Juli 2009, lagi-lagi kita dikejutkan oleh

serangan teror. Kali ini serangan ditujukan untuk hotel JW. Marriot dan hotel

Ritz Cartlon.5 Pengeboman ini sungguh mengejutkan, mengingat selama

beberapa tahun ini Indonesia sudah dianggap aman. Walaupun Polisi berhasil

mengungkap beberapa kasus terorisme di beberapa tempat, akan tetapi hal ini

tidak dianggap signifikan.

Penulis melihat, aksi kali ini pun sangat rapi. Ini terlihat dari hotel

yang menjadi sasaran peledakan yakni JW. Marriot. Dengan sasaran yang

sama, pelaku jelas memiliki nyali yang luar biasa, apalagi jika tempat

peledakan ada dalam ruang. Yang lebih mengejutkan lagi, pelaku bom

sempat menginap dua hari sebelum peledakan.

Sejalan dengan kian meningkatnya modus, senjata teroris dan target

yang dituju, pada tataran internasional telah lahir satu komitmen internasional

untuk melakukan perang global melawan terorisme. Komitmen yang

kemudian tertuang dalam resolusi PBB itu, merupakan bukti bahwa

masyarakat internasional tidak mentolelir dan melawan segala bentuk

terorisme. Masalah ini sudah lama menjadi perhatian masyarakat

internasional sebagaimana tampak dengan lahirnya beberapa konvensi dan

resolusi PBB.6

4Muhyiddin Aburusman, Editor Syahdatul Kahfi, Terorisme di Tengah Arus GlobalDemokrasi, Jakarta: Specturm, 2006, hlm. 20

5 Suara Merdeka, Edisi 154 tahun 2009, hlm. 66 Bambang Abimanyu, op.cit., hlm. 119-120

Page 16: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Serangan teroris di Bali misalnya, sudah merupakan aksi nyata yang

mengharuskan pemerintah Indonesia mengambil langkah-langkah kongkret

untuk memerangi terorisme secara konseptual, terpadu, sistematis dan

menggunakan pendekatan yang komprehensif.

Perang melawan terorisme mutlak memerlukan kerjasama terpadu

secara lintas instansi bahkan lintas negara. Oleh karena itu, diperlukan suatu

konsep operasi yang memadukan peran dan fungsi dari instansi-instansi

pemerintah di berbagai tingkatan, serta kemampuan kerjasama internasional

di berbagai bidang seperti intelejen, kepolisian, diplomatik, keimigrasian dan

lain sebagainya.7

F. Budi Hardiman menyatakan bahwa teror adalah fenomena yang

cukup tua dalam sejarah, yang berusaha menakut-nakuti, mengancam,

memberi kejutan kekerasan atau membunuh dengan maksud menyebarkan

rasa takut, dan hal ini digunakan sebagai taktik dalam perjuangan kekuasaan.8

Dalam hukum Islam, pada dasarnya membunuh hukumnya adalah

haram. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 151 :

Ÿwur(#qè=çG ø)s?š[ øÿZ9 $#ÓÉL ©9 $#tP§• ymª! $#žwÎ)Èd,ysø9 $$ Î/) ...:(

Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah(membunuhnya melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar…”(QS. Al-An’am : 151)9

7 Muhyiddin Aburusman, op. cit., hlm. 218 F. Budi Hardiman., Terorisme : Paradigma dan Definisi, Jakarta: Imparsial, 2003, hlm. 29 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Madinah: Mujamma’ Khadim Al-

Haramain Asy-Syarifah, 1971, hlm. 163

Page 17: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Dalam kasus teror yang selama ini terjadi khususnya di Indonesia,

para pelaku teror seringkali berargumen, bahwa apa yang mereka lakukan

adalah merupakan aktualisasi dari jihad yang bertujuan untuk meraih ridho

Allah SWT. Serangan yang selama ini terus menerus dilakukan dari Amerika

Serikat dan sekutu-sekutunya atas penduduk sipil Muslim, membuat mereka

berkesimpulan bahwa, mereka telah melampaui batas. Adalah adil bila

dibalas dengan serangan yang setimpal. Bagi mereka, menjadikan warga sipil

sebagai target adalah tentang permasalahan menyamakan kedudukan darah

dengan darah, nyawa dengan nyawa dan penduduk sipil dengan penduduk

sipil.10

Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Australia, Singapura,

Thailand memberlakukan wajib militer untuk penduduk sipil. Dalam

memandang hal ini, para pelaku teror berpendapat bahwa, turis dari warga

negara tersebut yang mengunjungi Indonesia tidak bisa digolongkan sebagai

penduduk sipil.11

Dalam putusan Pengadilan Negeri Semarang No.

03/Pid/B/2004/PN.Smg tentang tindak pidana terorisme, bahwa S telah

terbukti melakukan tindak pidana terorisme. Sekitar bulan Februari 2003,

rekan-rekan terdakwa mengambil titipan barang di Jl. Arteri, kemudian

dengan menggunakan mobil Suzuki Carry, barang tersebut diangkut ke

tempat kos terdakwa di Jl. Taman Sri Rejeki dan diketahui ternyata barang

tersebut berupa senjata api, amunisi, bahan peledak beserta komponennya.

10Muhammad Hanif Hassan, Teroris Membajak Islam; Meluruskan Jihad Sesat ImamSamudra dan Kelompok Islam Radikal, Jakarta: Grafindo Khasanah Ilmu, 2007. hlm. 13

11 Ibid, hlm. 16

Page 18: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Berdasarkan barang bukti yang telah ditemukan, S berencana menjadikan

barang-barang tersebut sebagai bom dan bermaksud melakukan tindak pidana

terorisme.12

Oleh karena perbuatannya tersebut, S dijerat dengan Pasal 9 Perpu

No. 1 tahun 2002 Jo. Pasal 1 Undang-undang No. 15 tahun 2003 Jo. Pasal 55

(1) ke-1 KUHP dan dihukum 10 tahun penjara. Dalam pasal 9 Perpu No. 1

tahun 2002 menyebutkan bahwa :

“Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan ke Indonesia,membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan ataumencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaanpadanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut,menyembunyikan, mempergunakan, atau mengeluarkan ke dan/ataudari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi, atau sesuatu bahan peledakdan bahan-bahan lainnya yang berbahaya dengan maksud untukmelakukan tindak pidana terorisme, di pidana dengan pidana mati ataupenjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahundan paling lama 20 (dua puluh) tahun.”13

Perbuatan S juga dijerat dengan pasal 55 ke-1 (1) Kitab Undang-

undang Hukum Pidana (KUHP) tentang Penyertaan dalam melakukan

perbuatan pidana, yaitu :

“Dipidana sebagai pembuat (dader) sesuatu perbuatan pidana:1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh lakukan dan yang turut

serta melakukan perbuatan.”14

Dalam hal penjatuhan pidana, hakim harus mempertimbangkan dan

memperhatikan fakta-fakta yang terungkap selama proses persidangan.

Apakah perbuatan terdakwa tersebut sudah memenuhi unsur-unsur tindak

12Putusan Pengadilan Negeri Semarang, 28 April 2004 No. 03/Pid/B/2004/PN. Smg tentangTindak Pidana Terorisme, hlm. 65

13Tim Redaksi Fokusmedia, Perpu No. 1 tahun 2002 tentang Pemberantasan TindakPidana Terorisme, Bandung: Fokusmedia, 2003, hlm. 17

14 Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm. 69

Page 19: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

pidana. Dalam hal ini, apakah perbuatan terdakwa sudah memenuhi unsur

yang disyaratkan Pasal 9 Perpu No. 1 tahun 2002 Jo. Pasal 1 Undang-undang

No. 15 tahun 2003 Jo. Pasal 55 (1) ke-1 KUHP.

Kaitannya dengan sanksi pidana yang diberikan terhadap terdakwa S

dalam putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN. Smg

tersebut di atas, negara berhak menjatuhkan pidana kepada terdakwa karena

telah melakukan penyerangan terhadap hak dan kepentingan hukum (pribadi,

masyarakat atau negara) yang telah dilindungi. Maka oleh karenanya

terdakwa harus dijatuhi pidana yang setimpal dengan perbuatan yang telah

dilakukan.

Penjatuhan pidana pada dasarnya penderitaan pada penjahat

dibenarkan karena penjahat telah membuat penderitaan bagi orang lain.

Setiap kejahatan tidak boleh tidak harus diikuti oleh pidana bagi pembuatnya.

Pidana ialah alat untuk mencegah timbulnya suatu kejahatan dengan tujuan

agar tata tertib masyarakat tetap terpelihara.15

Dalam arti luas, hukum pidana Islam juga memiliki tujuan melindungi

kebutuhan hidup utama manusia yang dikenal sebagai maqashidusy syari ah

al-khamsah, yaitu din (agama), jiwa, akal pikiran, harta, dan keturunan. Di

samping itu ada juga perlindungan atas kebutuhan yang subsider, atau

dikenal sebagai hajiyat serta tahsinat. Dengan menetapkan tujuan yang jelas

15 Adami Chazami, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002,hlm. 158

Page 20: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

itu, semua ketentuan hukum pidana Islam selalu memiliki tujuan yang jelas

dan tidak semata-mata untuk merespon perkembangan manusia saja.16

Dalam pelaksanaan Syariat Islam selalu menyamaratakan manusia,

tidak membedakan antara satu bangsa dengan bangsa lainnya, antara individu

dengan individu lainnya untuk kemaslahatan bersama. Kemaslahatan yang

dimaksud dalam Syariat Islam adalah kemaslahatan yang memperhatikan

keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat luas,

memperhatikan kepentingan kelompok tertentu dan bangsa secara luas,

memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan generasi yang akan

datang dan kemaslahatan yang berupa persamaan dan keadilan.17 Dalam hal

ini Imam Jalaluddin As Suyuti mengemukakan bahwa:

18

Artinya : Semua produk fiqh / hukum (dikembalikan) kepada ketentuanmaslahat dan menghindari mafsadat .

Setelah penulis menguraikan latar belakang tersebut di atas, dapatlah

ditarik objek pembahasan dalam skripsi ini, yaitu apakah putusan yang

diambil Majelis Hakim Pengadilan Negeri Semarang dalam perkara tindak

pidana terorisme sudah didasarkan dengan fakta-fakta hukum yang

terungkap dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut tentang putusan Pengadilan Negeri

16 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: SinarGrafika, 2004, hlm. 31-32

17 Yusuf Al Qordlawi, Al Madkhal, Dirasat Asy Syari’at Al Islamiyah, di alih bahasakanoleh : Muhammad Zaki, Membumikan Syari at Islam, Surabaya: Dunia Ilmu, 1417 H, hlm. 60-61.

18 Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar As Suyuthi, Al Asybah wa al Nadhair, Semarang:Dar al Ihya al Kitab al ‘Arabiyah, tt, hlm. 6

Page 21: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg tentang tindak pidana terorisme,

penulis tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul "Studi Analisis Terhadap

Putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg Tentang

Tindak Pidana Terorisme ".

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan pokok

dalam skripsi ini sebagai berikut :

1. Bagaimana dasar pertimbangan hukum putusan Pengadilan Negeri

Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg tentang tindak pidana terorisme?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam mengenai putusan Pengadilan Negeri

Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg tentang tindak pidana terorisme?

C. Tujuan Penulisan Skripsi

Mengacu pada pokok persoalan tersebut diatas tujuan penulisan

Skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hukum putusan Pengadilan

Negeri Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg tentang tindak pidana

terorisme.

2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap putusan Pengadilan

Negeri Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg tentang tindak pidana

terorisme.

Page 22: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

D. Telaah Pustaka

Dalam menulis skripsi ini penulis telah melakukan telaah pustaka

dengan membaca buku-buku atau karya tulis yang membahas tentang tindak

pidana terorisme, diantaranya;

Teror Bom di Indonesia karangan Bambang Abimanyu, di mana buku

ini menguraikan tentang berbagai macam teror yang terjadi di Indonesia,

sikap dunia internasional terhadap terorisme, serta langkah-langkah yang

telah dilakukan dunia internasional untuk menanggulangi terorisme, yang

menyebutkan bahwa terorisme adalah kekerasan terorganisir, menempatkan

kekerasan sebagai kesadaran, metode berfikir sekaligus alat pencapaian

tujuan. Di antara tindak pidana terorisme yang paling populer belakangan ini

adalah pengeboman. Namun, kaum teroris juga masih sering menggunakan

tindakan teror seperti pembunuhan, penculikan, serangan bersenjata,

pembajakan dan penyanderaan.. Dalam membentuk kebijakan anti-teror,

harus memperhatikan peraturan yang diperlukan untuk mempersempit

terjadinya aksi-aksi teror. Sebagai upaya yang berkelanjutan, kebijakan anti-

terorisme difokuskan pada membangun sistem dan mekanisme peringatan

dini (early warning system). Terorisme hanya bisa dicegah, ditanggulangi

dan dipersempit ruang geraknya oleh kebijakan negara yang komprehensif

bagi tata kehidupan demokratik, kesejahteraan sosial dan tegaknya keadilan.

Undang-undang tindak pidana terorisme hanya merupakan salah satu

instrumen dalam kebijakan anti-terorisne, karena undang-undang tidak

selamanya diperlukan.

Page 23: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, majelis hakim

telah menjatuhkan vonis terhadap terdakwa teroris Sugiarto alias Sugicheng.

Dalam putusannya, majelis hakim menilai terdakwa telah terbukti terlibat

dalam pembunuhan terhadap Dago Simamora yang merupakan guru SMP di

Palembang yang dibunuh dengan cara ditembak karena telah mempersoalkan

jilbab yang dikenakan siswa didiknya. Selain itu, terdakwa juga terlibat

dalam rencana peledakan Cafe Bedudel di Bukittinggi, Sumatera Barat.

Karena tindakannya tersebut terdakwa dijerat dengan pasal 15 jo 7 UU No.

15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

Dalam skripsi Moch. Kusnadi (04370007) UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta yang berjudul Kejahatan Terorisme Perspektif Hukum Pidana

Islam Kontemporer, membahas tentang tindak pidana terorisme dari sudut

pandang hukum pidana Islam kontemporer serta pengkategoriannya dalam

hukum pidana Islam. Di mana dinyatakan bahwa terorisme adalah kejahatan

terhadap peradaban dan salah satu ancaman serius terhadap kedaulatan tiap

negara. Kejahatan terorisme dilakukan dengan cara-cara anarkis yang banyak

mengorbankan orang-orang yang tidak berdosa. Kejahatan ini dilakukan

secara terorganisir dan sistematis dengan melibatkan antar negara. Dari

unsur-unsur yang ada, tindak pidana terorisme termasuk dalam kategori

hirabah.

Dalam skripsi Rico Setyo Nugroho (1100047) Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo Jihad Fi Sabilillah dalam Pemikiran Imam Samudra dalam Buku

Aku Melawan Teroris; Ditinjau dari Perspektif Dakwah, menyebutkan

Page 24: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

bahwa pemahaman jihad Imam Samudra dapat diartikan dari tiga sudut

pandang, bahasa, istilah dan syari’ah. Menurut bahasa jihad berarti

bersungguh-sungguh mencurahkan tenaga untuk mencapai suatu tujuan.

Secara istilah jihad berarti bersungguh-sungguh memperjuangkan hukum

Allah, mendakwahkannya serta menegakkannya di muka bumi. Secara

syari’ah, jihad berarti berperang melawan kaum kafir yang memerangi kaum

muslimin. Dari ketiganya, jihad dalam pengertian syari’ah-lah yang

digolongkan sebagai jihad fi sabilillah. Jadi, yang dimaksud jihad fi sabilillah

oleh Imam Samudra adalah angkat senjata untuk berperang di jalan Allah

melawan musuh guna membela dan mempertahankan Islam. Karenanya,

Imam Samudra memandang bahwa perlawanan terhadap dominasi AS dan

sekutunya yang melakukan pembantaian terhadap umat Islam di Afganistan,

Palestina dan Irak merupakan bentuk jihad yang harus dilakukan yang salah

satunya dengan melakukan pengeboman di Bali dengan sasaran AS dan

sekutunya. Pengertian jihad yang mengedepankan peperangan sebagaimana

yang dilakukan Imam Samudra dapat melahirkan image bahwa Islam

merupakan agama yang disebarkan melalui kekerasan. Akan tetapi dalam

skripsi ini hanya membahas tentang pemahaman Imam Samudra tentang

Jihad dan tidak membahas lebih jauh tentang tindak pidana terorisme

menurut hukum Islam dan hukum positif.

Dalam skripsi Noor Ma’ruf (2102235) jurusan Jinayah Siyasah

fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Studi Analisis terhadap Pemikiran Ibnu

Taimiyyah tentang Jihad, menyebutkan bahwa Ibnu Taimiyyah memandang

Page 25: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

jihad dapat diaplikasikan melalui tenaga, hati, dakwah, hujjah, lisan, ide dan

aturan serta aktifitas positif yang mencakup segala bentuk usaha lahir dan

batin yang bisa dikategorikan sebagai ibadah. Bahwasannya jihad pada

hakikatnya adalah mencapai apa yang dicintai oleh Allah berupa iman dan

amal shalih, dan menolak apa yang dibenci oleh Allah berupa kekufuran,

kefasikan dan maksiyat.

Dalam skripsi ini secara garis besar akan memfokuskan pada Putusan

Pengadilan Negeri Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg tentang Tindak

Pidana Terorisme ditinjau dari dua hal. Pertama, mencoba mengetahui dasar

pertimbangan hukum tindak pidana terorisme beserta sanksi hukumnya.

Kedua, mengkaji dengan pandangan hukum Islam tentang tindak pidana

terorisme.

E. Metode Penelitian Skripsi

1. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini, metode pendekatan yang dilakukan adalah

Yuridis Normatif / Doktrinal. Artinya penelitian hanya dilakukan dengan

cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang bersifat hukum.19

Ditinjau dari sudut tujuan penelitian, metode yuridis normatif / doktrinal

mencakup terhadap penelitian atas azas hukum, sistematika hukum, taraf

sinkronisasi hukum, serta perbandingan hukum.20

19 Sri Mamudji, Metode Penelitian dan penelitian Hukum, Jakarta: Badan Penerbit FakultasHukum Universitas Indonesia, 2005, hlm. 4-5

20 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia press,1986, hlm. 51

Page 26: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

2. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran, atau alat

pengambilan langsung pada subyek sebagai sumber alat pengambilan

data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari.21

Sumber data ini diperoleh dari putusan Pengadilan Negeri Semarang

No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg tentang tindak pidana terorisme.

b. Jenis Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,

tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.22

Data ini dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan hukum

yang relevan dengan pokok masalah yang akan diteliti. Bahan-bahan

tersebut terdiri atas peraturan perundang-undangan yakni KUHP dan

Perpu No. 1 tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Terorisme, serta bahan kepustakaan berupa Buku-buku, kitab-kitab

fiqh dan kitab-kitab lainnya yang di dalamnya berkaitan dengan

masalah tersebut diatas.

3. Metode Analisis Data

Adapun untuk menganalisis keseluruhan data yang terkumpul,

penulis menggunakan metode analisis Deskriptif dan Interpretatif

21 Saifuddin Azhar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, hlm. 91.22 Ibid, hlm. 91.

Page 27: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

a. Metode deskriptif analitis, dimaksudkan untuk memberikan data

yang seteliti mungkin tentang keadaan atau gejala-gejala lainnya.

Maksudnya adalah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar

dapat membantu teori-teori lama, atau di dalam kerangka menyusun

teori-teori baru.23 Berkaitan dengan hal ini data tentang Putusan

Pengadilan Negeri Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg tentang

tindak pidana terorisme. Analisis deskriptif ini dilakukan untuk

menggambarkan konsep dan praktik dalam pelaksanaan Putusan

Pengadilan Negeri Semarang tentang tindak pidana terorisme.

b. Metode analisis interpretasi, digunakan untuk mengadakan

penelusuran terhadap azas-azas yang terdapat di dalam hukum

positif dan menghubungkannya dengan fungsi hakim dalam

menerapkan hukum, khususnya di dalam melakukan penafsiran

terhadap peraturan perundang-undangan.24 Metode ini akan penulis

gunakan untuk mendalami Putusan Pengadilan Negeri Semarang

No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg tentang tindak pidana terorisme baik

secara eksplisit maupun implisit untuk menafsiri, memposisikan dan

membandingkan agar dapat mengungkap dasar pertimbangan

hukum yang terkandung di dalamnya.

23 Soerjono Soekanto, op.cit., hlm. 1024 Ibid, hlm. 252

Page 28: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memudahkan skripsi ini, dan dapat memberikan gambaran

yang jelas mengenai apa yang hendak penulis sampaikan, maka perlu kiranya

penulis memaparkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Merupakan bab Pendahuluan skripsi ini, yang terdiri dari ; latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan skripsi,

telaah pustaka, metode penelitian skripsi dan sistematika

penulisan skripsi.

BAB II : Menjelaskan tinjauan umum tentang tindak terorisme, yang

terdiri dari; tindak pidana terorisme menurut hukum positif

yang meliputi pengertian dan ciri-ciri terorisme, unsur-unsur

tindak pidana terorisme dalam UU No. 15 tahun 2003, beban

pembuktian, alat bukti dan teori pemidanaan, sanksi hukum

pidana tindak pidana dalam UU No. 15 tahun 2003, serta

tindak pidana terorisme menurut hukum Islam yang meliputi

prinsip keamanan umum menurut Islam, unsur-unsur tindak

pidana terorisme menurut hukum Islam dan sanksi tindak

pidana terorisme menurut hukum Islam.

Bab III : Membahas Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.

03/Pid/B/2004 PN.Smg tentang Tindak Pidana Terorisme,

dalam bab ini penulis akan paparkan tentang sekilas Pengadilan

Negeri Semarang, meliputi sejarah berdirinya Pengadilan

Negeri Semarang, tugas dan wewenang Pengadilan Negeri

Page 29: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Semarang, putusan Pengadilan Negeri Semarang No.

03/Pid/B/2004 PN.Smg tentang tindak pidana terorisme, dan

dasar pertimbangan hukum Pengadilan Negeri Semarang.

Bab IV : Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.

03/Pid/B/2004 PN.Smg tentang Tindak Pidana Terorisme, yang

terdiri dari; Analisis terhadap Putusan Pengadilan Negeri

Semarang No. 03/Pid/B/2004 PN.Smg tentang tindak pidana

terorisme. Analisis terhadap dasar pertimbangan hukum dalam

putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 03/Pid/B/2004

PN.Smg tentang tindak pidana terorisme serta analisis hukum

Islam terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.

03/Pid/B/2004 PN.Smg tentang tindak pidana terorisme.

Bab V : Penutup, yang terdiri dari ; Kesimpulan dan Saran-saran

Page 30: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

BAB II

TINJAUAN UMUM

TENTANG TINDAK PIDANA TERORISME

A. Tindak Pidana Terorisme menurut Hukum Positif

1. Terorisme : Pengertian dan Ciri-ciri Terorisme

a. Pengertian Terorisme

Secara etimologi terorisme berarti menakut-nakuti (to terrify).

Kata ini berasal dari bahasa latin terrere, menimbulkan rasa gemetar

dan cemas . Kata ini secara umum digunakan dalam pengertian

politik, sebagai suatu serangan terhadap tatanan sipil, semasa

pemerintahan teror revolusi Perancis akhir abad ke-18.25

Mengenai pengertian yang baku dan definitif dari apa yang

disebut dengan terorisme, sampai saat ini belum ada keseragaman.

Tidak mudah untuk mengadakan suatu pengertian yang identik yang

dapat diterima secara universal sehingga sulit mengadakan

pengawasan atas makna terorisme tersebut. Perbedaan dalam

memberikan definisi terhadap terorisme disebabkan masing-masing

pihak berkepentingan dalam menerjemahkan penggunaan istilah

terorisme dalam sudut pandangnya. Di samping juga karena

banyaknya elemen terkait. Tidak mudahnya merumuskan definisi

terorisme, tampak dari usaha Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

25 Mark Juergensmeyer, Terorisme Para Pembela Agama, (diterjemahkan oleh AmienRozany Pane), Yogyakarta: Tarawang Press, 2003, hlm. 6

Page 31: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

dengan membentuk Ad Hoc Committe on Terrorism tahun 1972 yang

bersidang selama tujuh tahun tanpa menghasilkan rumusan definisi.26

Banyaknya pihak yang berkepentingan dalam isu terorisme terutama

terkait politik, telah melahirkan berbagai opini yang berpengaruh

terhadap definisi terorisme, salah satunya opini Peter Rosler Garcia,

seorang ahli politik dan ekonomi luar negeri dari Hamburg, Jerman

yang menyatakan tidak ada suatu negara di dunia ini yang secara

konsekuen melawan terorisme.27 Meski demikian, berdasarkan

sejumlah sumber, setidaknya dapat dipahami pengertian terorisme,

antara lain:

Menurut US Federal Bureau of Investigation (FBI) terorisme

adalah pemakaian kekuatan atau kekerasan tidak sah melawan orang

atau properti untuk mengintimidasi atau menekan suatu pemerintahan,

masyarakat sipil atau bagian-bagiannya, untuk memaksakan tujuan

sosial politik.28

Sementara US Central Intelligence Agency (CIA) memberikan

definisi bahwa terorisme internasional adalah terorisme yang

dilakukan dengan dukungan pemerintah atau organisasi asing atau

diarahkan untuk melawan negara, lembaga atau pemerintah asing.29

26Indriyanto Seno Adji, Terorisme, Perpu No. 1 Tahun 2002 dalam Perpektif HukumPidana, Jakarta: O.C. Kaligis & Associates, 2001, hlm. 35

27Peter Rosler Garcia, Terorisme, Anak Kandung Ekstrimisme, <http:/www.kompas.com/kompas-cetak/0210/15/tero30.htm>, (diakses pada 27 Desember 2009)

28Hermawan Sulistyo, dkk (Editor), Beyond Terrorism; Dampak dan Strategi pada MasaDepan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002, hlm. 3

29 http://id.wikipedia.org/wiki/Definisi_terorisme (diakses pada 27 Desember 2009)

Page 32: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Menurut TNI-AD berdasarkan Bujuknik tentang Anti Teror

tahun 2000, terorisme adalah cara berfikir dan bertindak yang

menggunakan teror sebagai tehnik untuk mencapai tujuan.30

A.C Manullang mendefinisikan bahwa terorisme adalah suatu

cara untuk merebut kekuasaan dari kelompok lain, dipicu antara lain

karena adanya pertentangan agama, ideologi dan etnis serta

kesenjangan ekonomi, serta tersumbatnya komunikasi rakyat dengan

pemerintah, atau karena adanya paham separatisme dan ideologi

fanatisme .31

Dalam hukum pidana Islam, tidak ada definisi yang spesifik

tentang terorisme. Akan tetapi, dalam hal ini penulis mengacu pada

definisi terorisme oleh MUI, yang menyatakan bahwa:

“Terorisme adalah tindakan kejahatan terhadap kemanusiaandan peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadapkedaulatan negara, bahaya terhadap keamanan, perdamaiandunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat. Terorismeadalah salah satu bentuk kejahatan yang diorganisasi denganbaik (well organized), bersifat transnasional dan digolongkansebagai kejahatan luar biasa (extra-ordinary crime) yang tidakmembeda-bedakan sasaran (indiskrimatif) .32

Dengan kata lain, terorisme dapat diartikan sebagai tindakan

kekerasan yang melanggar hukum dilakukan sekelompok orang

sebagai jalan terakhir guna mewujudkan keinginannya yang tidak

dapat dicapai melalui jalan resmi.

30 Loudewijk F. Paulus, Terorisme, http://buletinlitbang.dephan.go.id (diakses pada 2Januari 2010)

31 A.C. Manullang, Menguak Tabu Intelijen Teror, Motif dan Rezim, Jakarta: Panta Rhei,2001, hlm. 151

32 Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, No. 3 Tahun 2004 tentang Terorisme

Page 33: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Dalam Perpu Nomor 1 tahun 2002 yang telah diubah menjadi

Undang-Undang Nomor 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Terorisme, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 1, Tindak

Pidana Terorisme adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-

unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang

ini. Mengenai perbuatan apa saja yang dikategorikan ke dalam Tindak

Pidana Terorisme, diatur dalam ketentuan pada Bab III (Tindak Pidana

Terorisme), Pasal 6, 7, bahwa setiap orang dipidana karena melakukan

tindak pidana terorisme, jika:

1) Dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasanmenimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secarameluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengancara merampas kemerdekaan atau menghilangkan nyawa dan hartabenda orang lain atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuranterhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidupatau fasilitas publik atau fasilitas internasional (Pasal 6)

2) Dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasanbermaksud untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takutterhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yangbersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan ataumenghilangkan nyawa dan harta benda orang lain ataumengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyekvital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik ataufasilitas internasional (Pasal 7)33

b. Ciri-ciri Terorisme

Untuk mempermudah terhadap terorisme serta klasifikasinya,

Gibbs menambahkan beberapa ciri perbuatan yang merupakan

terorisme dengan merujuk pada:

33 Tim Redaksi Fokusmedia, Undang-undang No. 15 tahun 2003 tentang PemberantasanTindak Pidana Terorisme, Bandung: Fokusmedia, 2003, hlm. 14

Page 34: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

1) Perbuatan yang dilaksanakan atau ditujukan dengan maksud untuk

mengubah atau mempertahankan suatu norma dalam bentuk

wilayah atau suatu populasi;

2) Memiliki kerahasiaan, tersembunyi tentang keberadaan para

partisipan, identitas anggota, dan tempat persembunyian;

3) Tidak bersifat menetap pada suatu area tertentu;

4) Bukan merupakan tindakan peperangan biasa karena mereka

menyembunyikan identitas mereka, lokasi penyerangan, berikut

ancaman dan pergerakan mereka; serta

5) Adanya partisipan yang memiliki pemikiran atau ideologi yang

sejalan dengan konseptor, dan pemberian kontribusi untuk

memperjuangkan norma yang dianggap benar oleh kelompok

tersebut tanpa memperhitungkan kerusakan atau akibat yang

ditimbulkan.34

2. Unsur-unsur Tindak Pidana Terorisme

Perumusan tindak pidana terorisme dalam undang-undang nomor

15 tahun 2003 menggunakan cara perumusan baik itu perumusan dengan

cara merumuskan unsur-unsurnya saja maupun mengunakan cara

perumusan dengan menguraikan unsur-unsur dan memberikan klasifikasi

terhadap tindak pidana tersebut. Contoh dari pasal yang menggunakan

cara perumusan tindak pidana dengan menguraikan unsur-unsurnya saja

34 Jack Gibbs, Definisi Terorisme, <http:/en.wikipedia.org/wiki/Definition_of_terrorism>,(diakses pada 27 Desember 2009)

Page 35: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

tanpa memberikan kualifikasi tindak pidananya adalah pasal 6 Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2003, yang isinya sebagai berikut:

“Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atauancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takutterhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yangbersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atauhilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkankerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yangstrategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitasinternasional, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumurhidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun danpaling lama 20 (dua puluh) tahun”.35

Secara rinci pasal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut

berdasarkan unsur subjektif dan unsur objektifnya.36

a. Unsur subjektif

1) Setiap orang;

2) Dengan sengaja;

3) Menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, menimbulkan

suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau

menimbulkan korban yang bersifat massal.

b. Unsur objektif

1) Merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda

orang lain;

2) Mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek

vital yang strategis;

35 Tim Redaksi Fokusmedia, op.cit., hlm. 1336 Unsur subjektif adalah unsur yang berkaitan dengan si pelaku itu sendiri, sedangkan

unsur objektif adalah unsur yang berkaitan dengan tingkah laku dan dengan keadaan di dunia luarpada waktu perbuatan itu dilakukan. Lebih lanjut lihat J. M. Van Bemmelen, Hukum Pidana I:Pidana Material Bagian Umum, diterjemahkan oleh Hasan, tt: Bina Cipta, 1984, hlm. 102-103

Page 36: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

3) Atau lingkungan hidup atau fasilitas umum;

4) Atau fasilitas internasional.

Pasal 6 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tersebut hanya

menguraikan unsur-unsur dari tindak pidana terorisme, tetapi tidak

memberikan klasifikasi tindakan tersebut sebagai tindakan terorisme. Hal

yang sama juga terdapat dalam 7 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003,

yaitu:

“Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atauancaman kekerasan bermaksud untuk menimbulkan suasana teroratau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkankorban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaanatau menghilangkan nyawa dan harta benda orang lain ataumengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyekvital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik ataufasilitas internasional, dipidana dengan pidana penjara paling lamaseumur hidup”.37

Sekilas pengaturan dalam pasal 7 Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2003 tersebut menyerupai ketentuan dalam pasal 6 Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2003, akan tetapi terdapat perbedaan, yaitu

adanya unsur “bermaksud...”. Unsur ini menandakan pasal 7 Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2003 merupakan pasal tindak pidana tidak

selesai atau percobaan tindak pidana.38 Sehingga yang harus dibuktikan

dalam pasal 7 undang-undang nomor 15 tahun 2003 adalah berupa adanya

maksud untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut yang meluas

atau menimbulkan korban yang bersifat massal, walaupun ancaman

37 Tim Redaksi Fokusmedia, op.cit., hlm. 1438 F. Budi Hardiman, dkk. Terorisme, Definsi, Aksi dan Regulasi, Jakarta: Imparsial, 2005,

hlm. 68

Page 37: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

kekerasan atau kekerasannya belum dilakukan. Syarat suatu percobaan

tindak pidana adalah:

a. Sudah ada niat. Menurut J. M. Van Bemmelen, dikatakan “Niat

melakukan kejahatan dalam percobaan mengambil tempat yang di

duduki kesengajaan dalam delik dengan sengaja yang diselesaikan”.39

b. Permulaan pelaksanaan. Ada dua teori utama dalam hal ini yang

menjelaskan mengenai permulaan pelaksanaan. Teori tersebut timbul

akibat adanya permasalahan mengenai permulaan pelaksanaan itu

sendiri, yaitu apakah permulaan pelaksanaan tersebut harus diartikan

sebagai “permulaan pelaksanaan dari niat / maksud si pelaku” ataukah

sebagai “permulaan pelaksanaan dari kejahatan yang telah dimaksud

oleh si pelaku untuk ia lakukan”.

Teori subjektif. Dalam hal ini, permulaan pelaksanaan dihubungkan

dengan niat yang mendahuluinya (permulaan pelaksanaan tindakan

dari niat). Kesimpulan dari teori ini adalah, seseorang dikatakan

melakukan percobaan oleh karena orang tersebut telah menunjukkan

perilaku yang tidak bermoral, yang bersifat jahat ataupun yang bersifat

berbahaya.

Teori objektif. Permulaan pelaksanaan dalam teori ini dihubungkan

dengan pelaksanaan tindakan dari kejahatan. secara nyata. Yaitu

apabila dalam delik formil: jika tindakan itu merupakan sebagian dari

perbuatan yang dilarang oleh undang-undang. Sedangkan dalam delik

39 J. M. Van Bemmelen, op.cit , hlm. 246

Page 38: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

materiil: tindakan tersebut langsung menimbulkan akibat yang

dilarang oleh undang-undang. Van Bemmelen memberi pendapat

mengenai permulaan pelaksanaan yaitu “...permulaan pelaksanaan

harus merupakan permulaan pelaksanaan dari kejahatan itu sendiri dan

bukan hanya permulaan pelaksanaan dari niat”.40 Dengan demikian

dapat kita simpulkan, yang menjadi titik ukur teori ini mengenai

permulaan pelaksanaan adalah kapan peristiwa kejahatan itu nyata

terjadi, bukan pada kapan niat itu dilakukan.

c. Gagalnya atau tidak selesainya tindakan pelaku tindak pidana adalah

di luar kehendak pelaku tindak pidana. Yang tidak selesai itu

kejahatan, atau kejahatan dalam undang-undang, atau tidak sempurna

memenuhi unsur-unsur dari kejahatan menurut rumusannya.

Dalam pasal 6 dan pasal 7 Undang–undang nomor 15 tahun 2003

adalah contoh pasal dalam undang-undang tersebut yang cara

perumusannya hanya menguraikan unsur tindak pidananya tanpa

memberikan klasifikasi nama. Kedua pasal tersebut juga menggunakan

pendekatan secara umum, yaitu menjadikan serangkaian tindak pidana

menjadi tindak pidana terorisme.

Pasal yang menggunakan cara perumusan dengan menguraikan

unsur dan memberikan klasifikasi tindak pidana, terdapat dalam pasal 8

sampai dengan 16 Undang–undang No. 15 Tahun 2003 yang

40 Ibid, hlm. 248

Page 39: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

dikategorikan tindak pidana terorisme. Sebagai contoh, berikut dikutip

pasal 9 Undang–undang nomor 15 tahun 2003.

“Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan keIndonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahatau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyaipersediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan,mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan ataumengeluarkan ke dan/atau dari Indonesia sesuatu senjata api,amnunisi, atau sesuatu bahan peleda dan bahan-bahan lainnyayang berbahaya dengan maksud untuk melakukan tindak pidanaterorisme, dipidana dengan pidana mai atau penjara seumur hidupatau pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama20 (dua puluh) tahun”. 41

Dalam pasal tersebut, terdapat uraian unsur-unsur yang secara jelas

diklasifikasikan sebagai tindak pidana terorisme.. Pasal ini menggunakan

pendekatan spesifik, yaitu menjadikan tindak pidana biasa sebagai atau

disamakan dengan tindak pidana terorisme.

3. Beban Pembuktian, Alat Bukti dan Teori Pemidanaan

Pembuktian merupakan proses acara pidana yang memegang

peranan penting dalam pemeriksaan sidang di pengadilan. Melalui

pembuktian inilah ditentukan nasib terdakwa, apakah ia bersalah atau

tidak. Darwan Prints mendefinisikan pembuktian sebagai “pembuktian

suatu peristiwa pidana telah terjadi dan terdakwalah yang bersalah

melakukannya, sehingga harus mempertanggungjawabkannya”.42

Sesungguhnya tujuan dari pembuktian adalah berusaha untuk melindungi

orang yang tidak bersalah.

41 Tim Redaksi Fokusmedia, op.cit., hlm. 1742 Darwan Prints, Hukum Acara Pidana dalam Praktik, Jakarta: Djambatan, 1998, hlm. 106

Page 40: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Walaupun secara konteks yuridis, proses pembuktian dilakukan di

pengadilan, sesungguhnya proses pembuktian sendiri telah dimulai pada

tahap penyidikan. Pada tahap ini penyidik mengolah data apakah peristiwa

yang terjadi merupakan peristiwa pidana atau hanya merupakan peristiwa

biasa. Penyidik juga mencari dan mengumpulkan bukti serta menganalisis

bukti yang ditemukan.

a. Beban Pembuktian

Beban pembuktian adalah kewajiban yang dibebankan kepada

suatu pihak untuk memberikan suatu fakta di depan umum demi

membuktikan fakta tersebut di depan hakim yang sedang memeriksa

kasus tersebut di persidangan. Dalam hukum acara pidana dikenal tiga

macam beban pembuktian, yaitu sebagai berikut:

1) Beban pembuktian biasa. Pada beban pembuktian ini, berlaku

prinsip siapa yang mendalilkan maka ia harus membuktikan.

Beban pembuktian ini biasa digunakan pada tindak pidana umum,

di mana penuntut umum lah yang dibebani kewajiban untuk

membuktikan. Sedangkan bagi terdakwa ia tidak dibebani dengan

beban pembuktian, sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 66

KUHAP “tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban

pembuktian”.43

2) Beban pembuktian terbalik terbatas atau berimbang. Pada beban

pembuktian seperti ini, kewajiban pembuktian terletak pada dua

43 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2001, hlm. 33

Page 41: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

pihak, yaitu pada penuntut umum dan terdakwa sendiri. Pada

dasarnya penuntut umum membuktikan telah terjadi suatu

peristiwa pidana yang dilakukan oleh terdakwa dan terdakwa

harus mempertanggungjawabkannya. Sementara itu, terdakwa

berupaya membuktikan perbuatannya bukan merupakan tindak

pidana serta membuktikan dakwaan penuntut umum dalam surat

dakwaan tidak benar. Dalam beban pembuktian terbalik

berimbang, apabila terdakwa terdakwa memiliki alibi yang kuat ia

mampu membuktikan kebenarannya, maka beban pembuktian

secara otomatis berpindah ke tangan penuntut umum.44

3) Beban pembuktian terbalik atau pembalikan beban pembuktian.

Dalam beban pembuktian ini, hanya terdakwalah yang dibebani

kewajiban untuk membuktikan dakwaan penuntut umum tidak

benar dan dirinya tidak bersalah.45

b. Alat Bukti dalam Tindak Pidana Terorisme

Tidak ditemukan suatu definisi khusus mengenai apa itu alat

bukti, namun secara umum yang dimaksud alat bukti adalah alat bukti

yang tercantum dalam pasal 184 ayat (1) KUHAP. Fungsi dari alat

bukti itu sendiri adalah untuk membuktikan adalah benar terdakwa

yang melakukan tindak pidana dan untuk itu terdakwa harus

44Angga Bastian dkk., Makalah Sistem Pembuktian dan Beban Pembuktian padaMatakuliah Hukum Pembuktian, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006, hal. 8

45 Ibid., hlm. 10

Page 42: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

mempertanggungjawabkan perbuatannya.46 Pengaturan alat bukti

secara umum diatur dalam pasal 184 ayat (1) KUHAP yaitu:

1) Keterangan saksi;

2) Keterangan ahli;

3) Surat;

4) Petunjuk;

5) Keterangan terdakwa.

Beberapa undang-undang pidana yang memiliki aspek formil

juga mengatur mengenai alat bukti tersendiri. Meskipun demikian,

secara umum alat bukti yang diatur dalam undang-undang pidana

formil tersebut tetap merujuk pada alat bukti yang diatur dalam

KUHAP.

Pengaturan mengenai alat bukti tindak pidana terorisme diatur

dalam Undang-undang No. 15 Tahun 2003 pasal 27, sebagaimana

berikut:

Alat bukti pemeriksaan tindak pidana terorisme meliputi:a. Alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Hukum Acara

Pidana;b. Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan,

dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronikdengan alat optik atau yang serupa dengan itu; dan

c. Data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca,dan/atau didengar, yang dapat dikeluarkan dengan atautanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di ataskertas, benda fisik apapun selain kertas, atau yang terekamsecara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada:1) Tulisan, suara atau gambar;2) Peta, rancangan, foto atau sejenisnya;

46 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan Kitab Undang-undangHukum Acara Pidana (KUHAP) Jilid II, Jakarta: Pustaka Kartini, 1988, hlm. 285

Page 43: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

3) Huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi yangmemiliki makna atau dapat dipahami oleh orang yangmampu membaca atau memahaminya. 47

c. Teori Pemidanaan

Teori-teori pemidanaan mempunyai hubungan langsung

dengan pengertian hukum pidana. Teori-teori ini adalah menjatuhkan

dan menerangkan tentang dasar dan hak negara dalam menjatuhkan

dan menjalankan pidana tersebut. Pertanyaan seperti apa, apa dasarnya

dan untuk apa pidana yang telah diancamkan itu dijatuhkan, atau

apakah alasannya bahwa negara dalam menjalankan fungsi menjaga

dan melindungi kepentingan hukum dengan cara melanggar

kepentingan hukum dan pribadi orang. Pidana yang diancamkan itu

apabila diterapkan, justru menyerang hukum dan hak pribadi manusia

yang sebenarnya dilindungi oleh hukum.48

Bagi hakim yang bijak, ketika ia akan menarik dan

menetapkan amar putusan, ia terlebih dahulu akan merenungkan dan

mempertimbangkan manfaat apa yang akan dicapai dari penjatuhan

pidana. Dalam keadaan yang demikian teori hukum pidana dapat

membantunya.

Dari berbagai macam teori pemidanaan, dapat dikelompokkan

menjadi 3 golongan, ialah:

47 Tim Redaksi Fokusmedia, op.cit., hlm. 2448 http: //fatahilla.blogspot.com/2009/06/ pemidanaan – sebagai –sarana - menciptakan.html

(diakses pada 14 Maret 2010)

Page 44: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

1) Teori Absolut

Dasar pijakan dari teori ini ialah pembalasan. Penjatuhan

pidana yang pada dasarnya penderitaan, pada penjahat dibenarkan

karena penjahat telah membuat penderitaan bagi orang lain. Setiap

kejahatan tidak boleh tidak harus diikuti oleh pidana bagi

pembuatnya. Tidak dilihat akibat apa yang dapat timbul dari

penjatuhan pidana itu, tidak memperhatikan masa depan, baik

terhadap diri penjahat maupun masyarakat. Menjatuhkan pidana

tidak dimaksudkan untuk mencapai sesuatu yang praktis, tetapi

bermaksud satu-satunya penderitaan bagi penjahat.49

2) Teori Relatif

Teori relatif berpokok pangkal pada dasar bahwa pidana

adalah alat untuk menegakkan tata tertib hukum dalam

masyarakat. Untuk mencapai ketertiban masyarakat, maka pidana

mempunyai sifat sebagai pencegahan umum. Mengenai

pencegahan ini dapat diklasifikasikan menjadi dua. Pertama,

pencegahan umum yaitu pidana yang dijatuhkan pada penjahat

yang mempunyai tujuan agar orang-orang (umum) menjadi takut

untuk berbuat kejahatan. Pidana yang dijatuhkan pidana itu

dijadikan contoh oleh masyarakat, agar tidak meniru dan

melakukan perbuatan yang serupa dengan penjahat itu. Kedua,

pencegahan khusus yaitu teori yang mempunyai tujuan untuk

49 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002,hlm. 153-154

Page 45: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

mencegah pelaku kejahatan yang telah dipidana agar ia tidak

mengulang melakukan kejahatan.50

3) Teori Gabungan

Teori gabungan ini mendasarkan pidana pada asas

pembalasan dan asas pertahanan tata tertib masyarakat. Dengan

kata lain dua alasan itu adalah menjadi alasan dasar dari

penjatuhan pidana. Teori gabungan ini dapat dibedakan menjadi

dua golongan, yaitu:

a. Teori gabungan yang mengutamakan pembalasan, tetapi

pembalasan itu tidak boleh melampaui batas dari apa yang

perlu dan cukup untuk dapat dipertahankannya tata tertib

masyarakat.

b. Teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata tertib

masyarakat. Tetapi penderitaan atas dijatuhinya pidana tidak

boleh lebih berat dari perbuatan yang dilakukan terpidana.

Karena dasar primer pidana adalah pencegahan umum dasar

sekundernya adalah pencegahan khusus.51

4. Sanksi Hukum Tindak Pidana Terorisme dalam Undang-undang No. 15

Tahun 2003

Sanksi hukum mengandung inti berupa suatu ancaman pidana

(strafbedreiging) kepada mereka yang melakukan pelanggaran peraturan/

norma. Sanksi mempunyai tugas agar peraturan yang sudah ditetapkan itu

50 Ibid, hlm. 157-16151 Ibid, hlm. 162-163

Page 46: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

ditaati dan dilaksanakan. Dan sanksi merupakan alat pemaksa agar

seseorang menaati peraturan-peraturan yang berlaku.52 Adapun sanksi

terhadap pelanggar aturan hukum pidana ialah pelanggar akan

mendapatkan hukuman pidana sesuai dengan yang tercantum dalam pasal

10 KUHP, yaitu pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, pidana

denda, dan pidana tambahan.53

Dalam hal ini, sanksi hukum tindak pidana terorisme disebutkan

dalam pasal 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 dan 16 Undang-undang

Nomor 15 tahun 2003 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme.

Kaitannya dengan putusan pengadilan negeri No. 03/Pid/B/PN.Smg/2004

bahwa terdakwa dijerat dengan pasal 9 adalah sebagaimana berikut:

“Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan keIndonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahatau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyaipersediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan,mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan ataumengeluarkan ke dan/atau dari Indonesia sesuatu senjata api,amunisi, atau sesuatu bahan peledak dan bahan-bahan lainnyayang berbahaya dengan maksud untuk melakukan tindak pidanaterorisme, di pidana dengan pidana mati atau penjara seumurhidup atau pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan palinglama 20 (dua puluh) tahun”.54

Dalam pasal tersebut secara rinci menjelaskan tentang berbagai

macam perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana

terorisme. Adapun yang dimaksud dengan “bahan yang berbahaya

52 Pipin Syarifin, Hukum Pidana Di Indonesia, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000, hlm. 48.53 Sugandhi, KUHP Dengan Penjelasannya, Surabaya: Usaha Nasional, 1981, hlm. 12.54 Tim Redaksi Fokusmedia, op.cit., hlm. 17

Page 47: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

lainnya” menurut penjelasan pasal 9 UU No. 15 tahun 2003 termasuk di

dalamnya adalah gas beracun dan bahan kimia yang berbahaya.

B. Tindak Pidana Terorisme menurut Hukum Islam

1. Prinsip Keamanan Umum

Untuk mengetahui secara mendalam makna terorisme berdasarkan

sudut pandang hukum Islam, perlu merujuk pada beberapa elemen paling

penting atau prinsip keamanan umum berkenaan dengan terorisme Islam.

Dalam Islam terdapat hukum yang menjamin keselamatan dan

perlindungan warga sipil. Hal ini berdasarkan ajaran Islam yang

memandang kehidupan sebagai suatu yang suci dan tanda komitmen yang

teguh untuk menjamin hak asasi manusia. Islam juga melarang dan

mengecam segala bentuk aksi kekerasan dan membunuh non-muslim

kecuali terhadap pejuang musuh saat perang. Allah berfirman dalam surat

At-Taubah ayat 6:

÷b Î) urÓ‰tnr&z ÏiBšúü Ï. ÎŽô³ ßJ ø9$#x8 u‘$yftFó™$#çn ö•Å_r' sù4Ó®LymyìyJ ó¡ o„zN» n=x.«!$#¢O èO

çm øóÎ=ö/ r&¼ çm uZtBù' tB4y7Ï9ºsŒöN åkX r' Î/×Pöq s%žwšcq ßJ n=ôètƒÇÏÈ

Artinya : “Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itumeminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supayaia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah iake tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkanmereka kaum yang tidak mengetahui” (QS. Al-Taubah: 6)55

55 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Madinah: Mujamma’ Khadim Al-Haramain Asy-Syarifah, 1971, hlm. 278

Page 48: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Hubungan antara Muslim dan non-Muslim adalah hidup

berdampingan dengan damai. Hal ini utamanya karena Islam tidak

memerintahkan untuk mempunyai prasangka, rasa benci, dan rasa

permusuhan terhadap non-Muslim hanya karena mereka tidak mempunyai

akidah yang sama. Islam mengakui dan memperbolehkan adanya berbagai

hubungan dan ikatan di antara manusia di samping ikatan agama.

Islam sebagai agama rahmat bagi semesta alam tidak mendasarkan

diri pada pemaksaan apalagi kekerasan. Islam sebagai agama damai

menganjurkan pemeluknya untuk berdakwah dengan penuh hikmah dan

argumentasi yang logis, sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya:

Iwon#t• ø. Î)’ÎûÈûï Ïe$!$#(‰s%tûü t6 ¨?߉ô©”•9$#z ÏBÄcÓxöø9$#4yJ sùö• àÿõ3 tƒÏNq äó» ©Ü9$$Î/

-ÆÏB÷s ムur«!$$Î/ωs)sùy7|¡ ôJ tG ó™$#Ío uró• ãèø9$$Î/4’s+ øO âq ø9$#ŸwtP$|Á ÏÿR$#$olm;3ª!$#urìì‹ Ïÿxœ

îLìÎ=tæÇËÎÏÈ

Artinya : “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam),sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yangsesat. Karena itu, barang siapa ingkar kepada thaghut (setan)dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telahberpegang kepada buhul tali amat kuat yang tidak akan putus.Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 256)56

Secara logika, jika orang dipaksa atau diancam agar masuk Islam,

maka orang itu tidak bisa dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan

yang dilakukannya, karena ia melakukannya lantaran terpaksa. Justru

kebebasan yang diberikan oleh Allah kepada umat manusia adalah untuk

56 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 63

Page 49: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

memilih Islam atau tidak.57 Di waktu yang sama, dia juga memberikan

bekal cukup berupa akal, hati, dan tanda-tanda kebesaran-Nya di setiap

ufuk alam ini, yang akan melahirkan responsibility (tanggung jawab) yang

akan dimintakan kepada setiap manusia berakal di alam akhirat nanti.

Namun, kerahmatan Islam sebagai agama tidak berarti

membiarkan dirinya ditempeleng pipi kiri lalu diberikan pipi kanan.

Semua orang boleh mencela pribadi muslim dan yang bersangkutan

kemudian memaafkan orang itu. Akan tetapi, jika mereka telah

memerangi dakwah Islam yang dilakukan secara damai tersebut, maka

berlakulah hukum jihad.58 Sebagaimana ditetapkan dalam surat Al-

Baqarah ayat 190:

(#q è=ÏG» s% ur’ÎûÈ@‹ Î6 y™«!$#tûï Ï% ©!$#óO ä3 tRq è=ÏG» s)ミwur(#ÿr߉tG ÷ès?4žcÎ)©!$#Ÿw•=Åsãƒ

šúï ωtG ÷èßJ ø9$#ÇÊÒÉÈ

Artinya : Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangikamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karenasesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yangmelampaui batas”. (QS. Al-Baqarah: 190)59

Hal demikian telah dibuktikan dalam perjalanan sejarah dakwah

Rasul, sejak di Mekkah hingga Madinah. Bagaimana kafir Quraisy terus

melakukan berbagai tekanan fisik dan mental kepada pengikut Nabi yang

setia, hingga pada akhirnya Allah memberi izin untuk melawan kafir

Quraisy. Jadi, antara dakwah dan jihad masing-masing memiliki konteks

57 H. Abduh Zulfikar Akaha (Editor), Terorisme dan Konspirasi Anti-Islam, Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2002, hlm. 160-161

58 Ibid., hlm. 16259 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 46

Page 50: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

yang relevan dan aktual sepanjang zaman. Prinsipnya, umat Islam tidak

pernah mendahului orang kafir, serta tidak menjadikan warga sipil sebagai

sasaran.

2. Unsur-unsur Tindak Pidana Terorisme menurut Hukum Islam

Dalam pandangan Islam, terorisme hukumnya adalah haram.

Terorisme sifatnya merusak dan anarkis, tujuannya untuk menciptakan

rasa takut dan / atau menghancurkan pihak lain, dan dilakukan tanpa

aturan dan sasaran tanpa batas. Dalam khazanah fikih Islam, terorisme

memenuhi unsur tindak pidana (jarimah) hirabah. Para ulama

mendefinisikan al-muharib (pelaku hirabah) dengan: Orang yang

mengangkat senjata melawan orang banyak dan menakut-nakuti mereka

(menimbulkan rasa takut di kalangan masyarakat). 60 Hal ini didasarkan

kepada firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 33:

$yJ ¯RÎ)(#ät t“ y_tûï Ï% ©!$#tbq ç/ Í‘$pt䆩!$#¼ã& s!q ß™u‘urtb öqyèó¡ tƒ ur’ÎûÇÚö‘F{ $##·Š$|¡ sùb r&

(#þq è=­G s)ãƒ÷rr&(#þq ç6 ¯=|Á ãƒ÷rr&yì©Üs)è?óOÎgƒ ω÷ƒ r&N ßgè=ã_ö‘r&urô ÏiBA#» n=Åz÷rr&(#öq xÿY ペÆÏB

ÇÚö‘F{ $#4š• Ï9ºsŒóOßgs9Ó“÷“ Åz’Îû$u‹ ÷R‘‰9$#(óO ßgs9ur’ÎûÍo t• Åz Fy$#ë>#x‹tãíOŠÏà tã

ÇÌÌÈ

Artinya : “Sesungguhnya balasan bagi orang-orang yang memerangiAllah dan Rasul-Nya dan berusaha melakukan kerusakan dimuka bumi, yaitu mereka dibunuh atau disalib atau dipotongtangan dan kaki mereka secara bersilang. Yang demikian itusuatu kehinaan bagi mereka di dunia sedangkan di akhiratmereka mendapat siksa yang pedih.” (QS Al-Maidah [5] :33).61

60 Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, op.cit61 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 164

Page 51: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Hirabah juga dapat diartikan sebagai gerombolan kelompok

bersenjata yang mempunyai maksud untuk mengadakan kekacauan,

penumpahan darah, mengoyak kehormatan, merusak tanaman, peternakan,

citra agama, akhlak, ketertiban dan undang-undang.62

Sebagaimana hirabah dilakukan oleh gerombolan, hirabah juga

kadang-kadang dilakukan oleh individu. Contohnya seperti seseorang

yang punya kekuatan luar biasa sehingga dapat mengalahkan satu

gerombolan untuk mengadakan penumpahan darah, perampasan harta dan

kehormatan.63

Dari sini dengan jelas dapat diketahui bahwa unsur dari jarimah

hirabah adalah tindakan keluar dengan maksud melakukan intimidasi,

menakut-nakuti atau membunuh orang.

3. Sanksi Pidana Terorisme menurut Hukum Islam

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, bahwa menurut pandangan

Islam tindak pidana terorisme telah memenuhi unsur jarimah hirabah.

Hukuman untuk jarimah hirabah berdasarkan firman Allah :

$yJ ¯RÎ)(#ät t“ y_tûï Ï% ©!$#tbq ç/ Í‘$pt䆩!$#¼ã& s!q ß™u‘urtb öqyèó¡ tƒ ur’ÎûÇÚö‘F{ $##·Š$|¡ sùb r&

(#þq è=­G s)ãƒ÷rr&(#þq ç6 ¯=|Á ãƒ÷rr&yì©Üs)è?óOÎgƒ ω÷ƒ r&N ßgè=ã_ö‘r&urô ÏiBA#» n=Åz÷rr&(#öq xÿY ペÆÏB

ÇÚö‘F{ $#4š• Ï9ºsŒóOßgs9Ó“÷“ Åz’Îû$u‹ ÷R‘‰9$#(óO ßgs9ur’ÎûÍo t• Åz Fy$#ë>#x‹tãíOŠÏà tã

ÇÌÌÈ

62 Sayyid Sabiq, Fiqh al Sunnah Juz 9, Kuwait: Dar al Bayan, tt, hlm. 19963 Ibid, hlm. 199

Page 52: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Artinya : “Sesungguhnya balasan bagi orang-orang yang memerangiAllah dan Rasul-Nya dan berusaha melakukan kerusakan dimuka bumi, yaitu mereka dibunuh atau disalib atau dipotongtangan dan kaki mereka secara bersilang. Yang demikian itusuatu kehinaan bagi mereka di dunia sedangkan di akhiratmereka mendapat siksa yang pedih.” (QS Al-Maidah [5] :33).64

Hukuman hirabah yang ditentukan oleh ayat di atas adalah salah

satu dari empat macam hukuman, yaitu:

a. Dibunuh

b. Disalib

c. Dipotong tangan dan kakinya secara silang

d. Pengasingan

Keempat hukuman itu dijelaskan dalam ayat dengan memakai

huruf ataf “au”. Sebagian ulama mengatakan bahwa huruf ataf “au”

mempunyai faedah takhyir (pilihan). Jadi, hakim boleh memilih untuk

menjatuhkan hukuman yang sesuai kepentingan.

Mayoritas ulama mengatakan bahwa huruf ataf “au” bukan untuk

takhyir, tetapi untuk tanwi atau perincian terhadap hukuman yang relevan

dengan tindak kejahatan yang dilakukan.65

a. Disalib

Hukuman salib dilaksanakan terhadap pelaku hirabah apabila

melakukan intimidasi, membunuh korbannya serta mengambil

64 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 16465 Sayyid Sabiq, Fiqh al Sunnah Juz 3, (diterjemahkan oleh Nor Hasan Hasanuddin),

Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006, hlm. 369-370

Page 53: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

hartanya secara bersamaan. Hukuman ini tidak dapat digugurkan

walaupun ada pengampunan dari korban hirabah.66

Teknik dan cara pelaksanaan hukuman salib masih

diperselisihkan oleh para ulama. Menurut Imam Maliki dan Imam Abu

Hanifah hukuman salib didahulukan sebelum akhirnya dibunuh. Jadi,

hukuman salib dilaksanakan ketika pelaku hirabah masih dalam

keadaan hidup. Alasannya adalah karena salib merupakan bentuk

hukuman, jadi seharusnya hukuman tersebut dilaksanakan ketika

pelaku hirabah maih dalam keadaan hidup bukan dalam keadaan

mati. Sedangkan menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, hukuman

tersebut dilaksanakan setelah orang yang terhukum dikenakan

hukuman mati. Dengan demikian, orang yang terhukum disalib

dengan keadaan sudah mati. Alasan mereka adalah menurut redaksi

surat Al-Maidah ayat 33, hukuman mati disebutkan terlebih dahulu

dari hukuman salib.67

b. Pengasingan (an nafyu)

Jika hirabah dilakukan dengan maksud untuk mengintimidasi

dan tidak disertai dengan tindakan lain (membunuh dan mengambil

harta), maka hukumannya adalah diasingkan.68

Pengertian pengasingan (an-nafyu) tidak ada kesepakatan di

kalangan ulama. Menurut Malikiyah, pengertian pengasingan (an-

66 Abdul Qadir Audah, At-Tasyri al-Jina iy al-Islamy, Beirut: Dar al-Kitab al-‘Araby, tt,hlm. 657

67 Ibid, hlm. 65768 Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 218

Page 54: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

nafyu) adalah dipenjarakan di tempat lain, bukan di tempat terjadinya

jarimah hirabah. Pendapat yang rajih dalam madzhab Syafi’i

mengartikan pengasingan (an-nafyu) dengan penahanan (al-habs),

baik di daerahnya sendiri, tetapi lebih utama di daerah lain. Imam

Ahmad berpendapat bahwa pengertian pengasingan (an-nafyu) adalah

pengusiran pelaku dari daerahnya, dan ia tidak diperbolehkan untuk

kembali, sampai ia jelas telah bertaubat.69

Apabila pelaku hirabah hanya membunuh korban tanpa

melakukan intimidasi maka hukumannya adalah dibunuh. Sementara

penerapan hukuman potong tangan dan kaki yang terdapat dalam ayat

tersebut di atas berkaitan dengan pengambilan harta korban. Hal ini

berkaitan dengan persyaratan nishab serta syarat-syarat jarimah

hirabah.70 Terlepas dari terpenuhi atau tidaknya persyaratan nishab,

dilihat dari teori penyerapan, sebenarnya hukuman mati menyerap

hukuman-hukuman lain yang lebih ringan, termasuk hukuman potong

tangan dan kaki.

69 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar GrafikaOfset, 2004, hlm.101

70 Ibid, 103

Page 55: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

BAB III

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG

NO. 03/Pid/B/2004/PN. Smg TENTANG

TINDAK PIDANA TERORISME

A. Profil Pengadilan Negeri Semarang

1. Sejarah Berdirinya Pengadilan Negeri Semarang

Sebelum perang dunia II, di Semarang terdapat Raad va justitie

yang artinya sama dengan Pengadilan Tinggi sekarang, di mana

gedungnya pada saat itu ada di Tugu Muda sekarang, yang ditempati

oleh kodam, disamping itu terdapat pula Langerecht dan Landgeraad.71

Landgerecht mengadili perkara-perkara novies, yaitu pelanggaran

lalu lintas, pelanggaran Peraturan Daerah (Perda). Sedangkan landgeraad

mengadili perkara-perkara berat, setelah perang selesai Landgerecht dan

Landgeraad kemudian menjadi menjadi Pengadilan Negeri yang

berkedudukan di jalan Raden Patah Semarang.

Sebagai pimpinan Pengadilan Negeri Semarang adalah ketua,

dimana pimpinan tersebut dapat diketahui setelah tahun 1950 adalah

sebagai berikut:

a. Soerjadi, SH.

b. Soebiono Tjitrowinoto, SH.

71 Dokumentasi Situasi Daerah Hukum Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri JawaTengah (Situasi Daerah Hukum Pengadilan Negeri Semarang), Jakarta: Departemen Kehakimandan Hak Asasi Manusia R.I Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum dan Peradilan Tata UsahaNegara, 2001, hlm. 48-49.

Page 56: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

c. Worjanto, SH.

d. Poewoto Gandaesoebrata, SH.

e. Soekanto Poerwasaputro, SH.

f. Soekotjo, SH.

g. Soemadi Aloei, SH.

h. Hasan Ghasim Shahab, SH.

i. R. Padmo Soerasmo, SH.

j. Soegijo Soemarjo, SH.

k. Ohim Padmadisastra, SH.

l. R. Saragih, SH.

m. S.M. Binti, SH.

n. Monang Siringo Ringo, SH.

o. Soeharso, SH.

p. R. Soenarto, SH.

q. Suparno, SH.

r. Subardi, SH.

s. Mohamad saleh, SH.

t. HR. Soekandar, SH.

u. Abid Saleh Mendrofo, SH.

Untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pencari

keadilan, dirasakan bahwa gedung Pengadilan Negeri Semarang yang

terletak di Jalan Raden Patah Semarang sudah tidak memenuhi syarat

lagi, maka sejak bulan Desember 1977 Pengadilan Negeri Semarang

Page 57: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

telah menempati gedung yang baru yang terletak di jalan Siliwangi No.

512 (Krapyak) Semarang yang berdiri diatas tanah seluas 4.000 m2, dan

dengan luas wilayah Hukum kurang lebih 371,52 km2 yang terdiri dari

16 (enam belas) kecamatan, yaitu kecamatan : Gajah Mungkur, Mijen,

Candisari, Tugu, Gunungpati, Ngalian, Banyumanik, Tembalang,

Gayamsari, Semarang Utara, Semarang Barat, Pedurungan, Genuk,

Semarang Selatan, Semarang Tengah, dan Kecamatan Semarang Timur.

Sedangkan gedung yang lama untuk sementara dipergunakan untuk

menyimpan arsip, sambil menunggu selesainya ruang arsip di gedung

yang baru. Dan pada tahun 1992 ruang arsip di gedung baru telah selesai

kemudian secara bertahap berkas perkara yang sudah arsip dipindahkan

ke ruang arsip yang baru dan telah diadakan pembenahan dan penataan

agar arsip lebih rapi dan tertib sesuai dengan pedoman yang telah

ditentukan oleh Mahkamah Agung RI, sehingga akan memudahkan

pencariannya mengingat arsip adalah dokumen Negara yang sangat

penting.

Adapun perangkat organisasi di Pengadilan Negeri/Niaga

Semarang kelas 1.A. adalah sebagai berikut:

Page 58: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Hakim :

1) TH. Tampubolon, SH., MH.

2) Tigor Manullang, SH., MH.

3) Ronius, SH.

4) Sugeng Hiyanto, SH., MH.

5) Tulus Basuki, SH.

6) Drs. Amin Sembiring, SH., MH.

7) Sarwedi, SH., MH.

Panitera Muda Hukum

Sri Sunarti, SH

Panitera Muda Perdata

Ali Nur Yahya, SH

Panitera Muda Pidana

Muhiyar, SH

Wakil Sekretaris

Maksudi, SH

Wakil Panitera

Mulyono, SH.

Panitera/Sekretaris

Agus Rumekso,SH.,M.Hum

Wakil Ketua

Sutjahjo Padmo Masano

Ketua

Agus Subroto,SH.,M.Hum

Kabah Umum

Sutedjo, SH.,MK

Kabag Kepegawaian

Rudi Suprapto, SH

Kabag Keuangan

Santoso, SH

Page 59: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

8) Sujatmiko, SH.

9) Lidy Sasando Parapat, SH., MH.

10) Ahmad Rosidin, SH., MH.

11) Yunianto, SH.

12) Sucipto, SH., MH.

13) Bernadus William Charles, SH., MH.

14) Sindhu Sutrisno, SH., M.Hum.

15) Fathurrochman, SH.

16) Kurnia Yani Darmono, SH., M.Hum.

Juru Sita :

1) Hidayat, SH.

2) Oktofa Eko Utomo

3) Ahmad Wahyudi

4) Muhammad Ahmad Supradja

5) Sudarno

Sumber: Struktur Organisasi Pengadilan Negeri/ Niaga Semarang kelas 1.A Tahun2009

2. Tugas dan Wewenang Pengadilan Negeri Kota Semarang

Pada prinsipnya Pengadilan Negeri adalah pengadilan yang

menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara perdata

dan perkara pidana bagi warga negara yang mencari keadilan dan

haknya dirampas kecuali undang-undang menentukan lain (UU No. 4

tahun 2004), kemudian wewenang dari pengadilan Negeri sendiri adalah

Page 60: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

meliputi perkara pidana maupun perdata. Hal ini menambah tugas yang

baru diemban oleh pengadilan Negeri sebagai institusi pemerintahan.

Pengadilan Negeri diperuntukan bagi semua pemeluk agama

yang ada di Indonesia. Karena masalahnya begitu kompleks, maka

dalam peraturannya terdapat bermacam-macam kitab undang-undang

seperti kitab undang-undang hukum acara pidana dan kitab undang-

undang hukum acara perdata, dan lain-lain.

Yang menjadi landasan hukum keberadaan pengadilan Negeri ini

tercantum dalam Undang–Undang No. 8 tahun 2004, yaitu:

a. Pasal 2 Undang-Undang No. 8 tahun 2004, “Pengadilan umum

adalah dalam data pelaksanaan kekuasaan kehakiman bagi rakyat

pencari keadilan pada umumnya”.

b. Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang No. 8 tahun 2004, “Kekuasaan di

lingkungan atau pelaksanaan kekuasaan kehakiman bagi rakyat

pencari keadilan dengan pengadilan tinggi”.

c. Kekuasaan kehakiman di lingkungan pengadilan umum berpuncak

pada Mahkamah Agung sebagai pengadilan Negara tertinggi.

Kaitannya dengan tugas dan wewenang pengadilan negeri maka

tidak terlepas dari proses beracara dalam suatu persidangan, dimana

dalam hukum acara pidana dijelaskan mengenai aturan-aturan yang

memberikan petunjuk apa yang harus dilakukan oleh penegak hukum

dan orang-orang yang terlibat di dalamnya (tersangka, terdakwa,

penasehat hukum, dan saksi).

Page 61: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Adapun asas-asas dalam penyelenggaraan peradilan adalah:

a. Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum dengan

tidak mengadakan perbedaan perlakuan. Asas ini sering disebut

dengan asas isonomia atau Equality before the law.

b. Asas praduga tak bersalah dimana setiap orang yang disangka,

ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang

pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan

pengadilan yang menyatakan kesalahannya (presumption of

innocence).

c. Penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan hanya

dilakukan berdasarkan perintah tertulis oleh pejabat yang berwenang

yang telah diatur caranya dalam undang-undang (principle of

legality).

d. Seseorang yang ditangkap, ditahan, dituntut, ataupun diadili tanpa

alasan berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai

orangnya atau hukum yang diterapkan maka wajib diberi ganti rugi

dan rehabilitasi.

e. Pengadilan harus dilaksanakan dengan cepat, sederhana, dan biaya

ringan, serta bebas, jujur, dan tidak memihak, asas ini dikenal

sebagai contante justitie atau speedy trial serta fair trial.

f. Setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberi kesempatan

memperoleh bantuan hukum yang semata-mata diberikan untuk

melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya.

Page 62: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

g. Kepada seorang tersangka, sejak saat dilakukan penangkapan atau

penahanan selain wajib diberi dakwaan dan dasar hukumnya juga

wajib diberi tahu haknya untuk menghubunginya dan minta

penasehat hukum.

h. Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan hadirnya terdakwa,

asas ini lazim disebut asas kelangsungan pemeriksaan pengadilan

(onmidelijkheid van het onderzoek).

i. Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali

dalam hal yang diatur dalam undang-undang, asas ini lazim disebut

asas keterbukaan (openbaarheid van het proces).

j. Pengawasan pelaksanaan pengadilan dalam perkara pidana dilakukan

oleh ketua pengadilan Negeri yang bersangkutan.72

B. Dasar Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.

03/Pid/B/2004/PN. Smg tentang Tindak Pidana Terorisme

Dalam hal memberikan keputusan Pengadilan Negeri menggunakan

beberapa dasar hukum sebagai bahan pertimbangan bagi perkara-perkara

yang telah diajukan, baik yang berupa ketentuan-ketentuan tertulis yaitu

Undang-Undang maupun dasar hukum lain yang dapat menjadi pertimbangan

bagi terdakwa.

Adapun yang menjadi dasar dan pertimbangan hukum Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Semarang yang telah memutuskan dan menetapkan

72 Suryono Sutarto, Hukum Acara Pidana, Semarang: Badan Penerbit UNDIP Semarang,2003, hlm.19-20.

Page 63: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

perkara No. 03/Pid/B/2004/PN. Smg tentang Tindak Pidana Terorisme,

diantaranya:

Bahwasannya terdakwa dalam hal ini saudara Suyatno alias Heru

Setiawan bin Iman Bakin, pada waktu antara bulan Januari 2003 s/d tanggal

09 Juli 2004, di rumah Jl. Taman Sri Rejeki Selatan gang VII Nomor 2 Kec.

Kalibanteng Semarang Barat yang masih termasuk wilayah Pengadilan

Negeri Semarang, secara melawan hukum telah menyembunyikan senjata

api, amunisi, bahan peledak atau bahan-bahan lainnya yang berbahaya serta

dokumen dan peta dengan maksud melakukan tindak pidana terorisme.

Berdasarkan pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik Bareskrim

Polri Cabang Semarang terhadap barang bukti peledak, senjata api dan peluru

(amunisi) yang ditemukan di di rumah Jl. Taman Sri Rejeki Selatan gang VII

Nomor 2 Kec. Kalibanteng Semarang Barat sebagai berikut:

1. Barang bukti berupa padatan coklat, positif TNT (Tri Nitro Tolena)

merupakan bahan peledak berkekuatan tinggi atau high explosive;

2. Barang bukti berupa detonator yang belum terpasang kabel, merupakan

detonator keluaran pabrik, dimana terdapat isian detonator positif

mengandung samtex, merupakan bahan peledak berkekuatan tinggi atau

high explosive;

3. Senjata api laras panjang tanpa magazin berlabel dan berlak segel adalah

senjata api laras panjang kaliber 9 mm, senjata api buatan pabrik

bertuliskan US Carabine Cal. 30 MI Inland DN dengan nomor seri 76000,

Page 64: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

dilengkapi dengan teleskop yang langsung dapat diisi dengan peluru

kaliber 30.

Dengan ditemukannya berbagai barang bukti tersebut di atas,

perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana dalam pasal 9 Perpu Nomor 1

Tahun 2002 Jo. Pasal 1 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 Jo. Pasal 55

(1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Selain keterangan tersebut diatas, telah didengar pula keterangan yang

menjadi bukti dari saksi-saksi yang telah disumpah menurut agamanya,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. KUKUH SANTOSO, SH

Saksi bersama tim gabungan dari Polda Metro Jaya dan Polda

Jawa Tengah telah melakukan penangkapan terhadap terdakwa di Jl.

Taman Sri Rejeki Selatan gang VII Nomor 2 Kec. Kalibanteng

Semarang Barat. Penangkapan terdakwa atas pengembangan dari

pengakuan Mustofa yang tertangkap di Jakarta dan keterangan dari tim

Mabes Polri bahwa terdakwa ada hubungan dengan Mustofa.

Menurut keterangan saksi, bahwa di tempat terdakwa telah

diketemukan barang bukti detonator, amunisi, barang-barang

elektronik, senjata api laras panjang dan senjata api. Kemudian

terdakwa diinterogasi di sebuah hotel dan pada hari Jum’at dibawa ke

Polda Jawa Tengah.

Terdakwa mengaku ia mendapat perintah dari Mustofa

mengawasi barang bukti dan terdakwa tidak bertanggung jawab dengan

Page 65: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

barang bukti itu. Terdakwa mengaku membawa barang bukti ke lantai 2

(dua) dan tahu barang bukti itu adalah bahan peledak.

Menurut keterangan yang didapat dari hasil interogasi, bahwa

motivasi terdakwa adalah akan memerangi sesuatu yang berjalan tidak

lurus dengan ajaran Tuhan.

2. SUDADI bin MANTO PAWIRO

Saksi adalah tetangga terdakwa yang tinggal di Jl. Taman Sri

Rejeki Selatan gang VII Nomor 2 Kec. Kalibanteng Semarang Barat.

Bahwa pada hari Jum’at tanggal 11 Juli 2003, setelah sholat Jum’at

saksi mendengar dari masyarakat ada penggerebekan di rumah yang

dikontrak terdakwa karena ada bom. Kemudian saksi melihat dari jarak

5 meter.

Pemilik rumah yang dikontrak terdakwa adalah Pak

Sarwindratna. Di depan rumah yang dikontrak terdakwa ada spanduk

yang bertuliskan berjualan sandal. Setelah tahu di rumah tersebut ada

bom, saksi merasa terkejut dan takut.

3. KISAN bin KIRAN

Saksi adalah merupakan ketua RT setempat. Menurut

keterangan saksi, terdakwa pernah melapor pada saksi bahwa ia

mengkontrak rumah Pak Sarwindratna dan mengaku akan berjualan

sandal dan service elektronik.

Terdakwa juga membuat pernyataan siapa-siapa yang akan

tingal di rumah kontrakan tersebut serta apa usaha mereka. Terdakwa

Page 66: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

mengaku berasal dari Jepara. Terdakwa mengaku yang akan tinggal di

rumah tersebut hanya dua orang yaitu terdakwa dan Luluk;

Saksi mengaku tidak pernah melihat ada mobil membawa

barang-barang ke rumah tersebut.

4. PUJI SUMARSONO

Bahwa pada hari Rabu tanggal 9 Juli 2003 jam 22.00 WIB saksi

bersama tim dari Polda Metro Jaya telah melakukan penangkapan

terhadap terdakwa di Jl. Taman Sri Rejeki Selatan gang VII Nomor 2

Kec. Kalibanteng Semarang Barat.

Pada tanggal 10 Juli 2003 di TKP saksi melihat senjata api,

amunisi, penutup wajah dan dokumen. Menurut saksi, bahwa

penyimpanan dan kepemilikan senjata api serta amunisi tersebut tanpa

ijin.

5. SARWINDRATNA bin SUDIRO ADI PRANATA

Saksi adalah pemilik rumah yang dikontrak oleh terdakwa.

Berdasarkan surat perjanjian sewa rumah bermaterai, rumah tersebut

dikontrak selama 2 (dua) tahun sejak Januari 2003 s/d 31 Desember

2004. Pembayaran sewa rumah dilakukan 2 (dua) kali, yaitu

pembayaran pertama oleh Luluk Rp. 10.000.000,- dan pembayaran

kedua oleh terdakwa Rp. 6.000.000.

Dalam surat perjanjian sewa rumah tersebut juga dicantumkan.

bahwa salah satu isi perjanjian kontrak adalah rumah tidak boleh

dipinjamkan untuk perbuatan melawan hukum. Alasan yang

Page 67: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

diungkapkan terdakwa dalam menyewa adalah untuk usaha service

elektronik. Akan tetapi, kemudian terdakwa memasang spanduk jualan

sandal.

Pada tanggal 9 Juli 2003 saksi didatangi polisi untuk ikut

menyaksikan pemeriksaan barang bukti yang terdiri dari peluru,

dokumen, komputer dan senjata api, bahan peledak yang ditempatkan di

lantai 2 (dua).

6. IMRON alias MUSTOFA alias PRANOTO YUDHA

Menurut keterangan, saksi mengenal terdakwa tahun 2002 di

Semarang. Saksi menelpon terdakwa minta agar terdakwa datang ke

Semarang untuk ditawari berjualan sandal. Terdakwa setuju dengan

saksi, kemudian terdakwa datang ke Jl. Taman Sri Rejeki Selatan gang

VII Nomor 2 Kec. Kalibanteng Semarang Barat;

Menurut saksi, terdakwa menitipkan barang kepada saksi yang

dibungkus kardus yang ternyata berisi bahan peledak, amunisi, dll.

Semula saksi tidak tahu barang-barang apa yang dititipkan. Kemudian

setelah barang-barang tersebut disita polisi, saksi melihat barang-barang

tersebut di gudang Srondol dan ternyata isinya bahan peledak, amunisi,

dll.

Pada waktu barang dititipkan pada bulan Februari 2003, saksi

mengambil bersama Luluk di Jl. Arteri dengan menggunakan mobil

Suzuki Carry sewaan dan kemudian barang tersebut dibawa ke Jl.

Page 68: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Taman Sri Rejeki Selatan gang VII Nomor 2 Kec. Kalibanteng

Semarang Barat.

Saksi juga pernah mendengar dari Khoiruddin, bila terdakwa

pernah ke Moro, Philipina. Selama di Moro, biasanya yang diajarkan

dalam pendidikan jihad adalah tentang agama dan aksara (seperti

tentang taktik dasar kemiliteran). Selama di Moro, Philipina saksi tidak

pernah bertemu dengan terdakwa.

Dari keseluruhan pemeriksaan yang terjadi dalam persidangan

dijelaskan antara barang bukti, keterangan saksi serta pengakuan terdakwa

sendiri satu sama lain saling berkaitan dan berhubungan. Berdasarkan barang

bukti bahan peledak yang diketemukan di rumah kos terdakwa ada petunjuk

bahwa bahan peledak tersebut akan dijadikan bom. Dari adanya rencana

perbuatan bom tersebut, terbukti kelompok terdakwa ada maksud melakukan

tindak pidana terorisme.

Berdasarkan pertimbangan tersebut telah terbukti bahwa terdakwa

sebagai orang yang turut melakukan tindak pidana, maka semua unsur yang

disyaratkan dalam pasal 9 Perpu nomor 1 tahun 2002 Jo. Pasal 1 Undang-

undang nomor 15 tahun 2003 telah terpenuhi. Majelis hakim berkeyakinan

untuk menjatuhi hukuman terhadap terdakwa. Oleh karena itu terdakwa

dihukum, maka kepadanya harus pula dibebani dengan biaya perkara.

Sebelum pengadilan menjatuhkan putusan yang setimpal dengan

perbuatan terdakwa tersebut, maka perlu pula terlebih dahulu

Page 69: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

dipertimbangkan hal-hal yang meringankan maupun yang memberatkan

terdakwa. Hal-hal yang meringankan terdakwa diantaranya, terdakwa sopan

selama di persidangan, terdakwa belum pernah dihukum, terdakwa masih

muda dan masih ada kesempatan memberbaiki diri. Sedangkan hal-hal yang

memberatkan adalah terdakwa berbelit-belit dan tidak mengakui

perbuatannya, kejahatan terorisme harus dibrantas karena telah

menghilangkan nyawa tanpa memandang korban dan menimbulkan

ketakutan secara luas atau hilangnya kemerdekaan serta kerugian harta

benda.

Dalam hal ini majelis hakim mendengar pula tuntutan jaksa penuntut

umum, yang pada pokoknya menuntut agar pengadilan negeri semarang

memutuskan perkara terhadap terdakwa sebagai berikut:

1. Menyatakan terdakwa Suyatno alias Heru Setiawan bin Imam Bakin

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana terorisme

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 9 Perpu Nomor 1

tahun 2002 Jo. Pasal 1 Undang-undang Nomor 15 tahun 2003 Jo. Pasal 55

(1) ke-1 KUHP sesuai dengan surat dakwaan kesatu.

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Suyatno alias Heru Setiawan bin

Imam Bakin dengan pidana penjara selama 20 (dua puluh) tahun penjara

dikurangi terdakwa berada dalam tahanan, dengan perintah tetap ditahan.

3. Menghukum terdakwa untuk biaya perkara Rp. 10.000,- (sepuluh ribu

rupiah).

Page 70: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

C. Putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN. Smg

tentang Tindak Pidana Terorisme

Mengingat segala ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan

yang berkaitan dalam perkara ini yaitu pasal 9 Perpu Nomor 1 Tahun 2002

Jo. Pasal 1 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 Jo. Pasal 55 ayat (1)

Kitab Undang-undang Hukum Pidana, juga telah membaca berita acara

pemeriksaan yang bersangkutan, telah mendengar keterangan dari saksi-saksi

dan juga keterangan dari terdakwa, maka dengan ini Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Semarang yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara

pidana pada peradilan tingkat pertama yang terdiri dari Sudaryati, SH sebagai

Hakim Ketua Majelis, W. Surya Sukanta, SH dan Moeryono, SH masing-

masing sebagai Hakim Anggota dalam persidangan yang dinyatakan terbuka

untuk umum dan dihadiri oleh Toni Buha Partimbunan, SH dan Agus

Suryanto, SH sebagai panitera pengganti serta dihadiri oleh Jaksa Penuntut

Umum dan Terdakwa, pada hari Selasa tanggal 28 April 2004, telah

menjatuhkan putusan yang berkekuatan hukum tetap terhadap terdakwa:

Suyatno alias Heru Setiawan bin Iman Bakin, tempat lahir Magelang,

umur 28 tahun, yang beralamat di Ds. Baleasari 04/04 Kec. Ngariboyo Kab.

Magetan dan Jl. Taman Sri Rejeki Selatan Gang VII Nomor 2 Semarang,

Jenis Kelamin laki-laki Kebangsaan Indonesia, Agama Islam, Pekerjaan

Swasta, dan Pendidikan akhir STM, adalah sebagai berikut:

Page 71: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

1. Menyatakan bahwa terdakwa Suyatno alias Heru Setiawan bin Iman

Bakin terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana terorisme;

2. Menghukum terdakwa Suyatno alias Heru Setiawan bin Iman Bakin, oleh

karena itu dengan pidana penjara 10 tahun;

3. Menetapkan terdakwa tetap dalam tahanan;

4. Menetapkan lamanya terdakwa berada dalam tahanan harus dikurangkan

dari pidana yang dijatuhkan;

5. Menghukum terdakwa untuk biaya perkara Rp. 10.000,- (sepuluh ribu

rupiah).73

73 Putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg Tentang TindakPidana Terorisme tanggal 28 April 2004

Page 72: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG

NO. 3/ PID. B/ 2004/ PN SMG TENTANG TINDAK PIDANA TERORISME

Setiap putusan Pengadilan mulai dari Pengadilan Negeri, Pengadilan

Tinggi sampai pada Mahkamah Agung tidak luput dengan pertimbangan-

pertimbangan hukum, tidak saja karena menjadi syarat suatu putusan sebagaimana

ketentuan undang-undang tetapi juga untuk memberikan dasar kemantapan di

dalam menjatuhkan putusan.

Bahwa setelah melihat putusan tersebut diatas, terlihat bahwa Pengadilan

Negeri Semarang telah memilih salah satu dari tiga jenis putusan yang dikenal di

dalam hukum acara pidana yakni :

1. Putusan Pemidanaan

2. Putusan Pembebasan dan

3. Putusan Pelepasan 74

Putusan yang diambil tersebut merupakan putusan pemidanaan. Putusan

pemidanaan adalah putusan Pengadilan yang dijatuhkan kepada terdakwa karena

dari hasil pemeriksaan sidang kesalahan terdakwa atas perbuatan yang

didakwakan kepadanya.75

Pengadilan Negeri Semarang telah menjatuhkan putusan pemidanaan

kepada terdakwa. Hal ini berarti Pengadilan Negeri Semarang menilai bahwa

terdakwa terbukti bersalah atas perbuatan yang didakwakan kepadanya. Terdakwa

74 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 28575 Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2004, hlm. 86

Page 73: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Suyatno alias Heru Setiawan bin Iman Bakin berdasarkan barang bukti serta

keterangan dari saksi-saksi, bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana

terorisme.

Dalam hal penjatuhan pemidanaan terhadap terdakwa, putusan Pengadilan

Negeri Semarang tersebut di atas menggunakan alat bukti yaitu berupa keterangan

saksi, keterangan ahli, petunjuk serta beberapa data atau informasi yang berupa

gambar, peta atau sejenisnya. Hal ini sesuai dengan Pasal 184 KUHAP yang

menyebutkan keyakinan Hakim tentang kesalahan terdakwa harus berdasarkan

minimal dua alat bukti yang sah.

Dalam Pasal 183 KUHAP dinyatakan:

"Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabiladengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperolehkeyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwaterdakwalah yang bersalah melakukannya".

Dengan demikian untuk membuktikan kesalahan terdakwa cukup dari dua

alat bukti yang sah.

Para Hakim yang menyidangkan kasus tersebut hendakmya

memperhatikan beberapa syarat, bahwa untuk adanya suatu pertanggungjawaban

pidana harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

a. Harus ada tingkah laku yang dapat dipidana.

b. Perbuatan yang dapat dipidana itu harus bertentangan dengan hukum.

c. Harus ada kesalahan dari pelaku.

d. Akibat konstitutif.

e. Keadaan yang menyertai.

f. Syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana.

Page 74: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

g. Syarat tambahan untuk memperberat pidana.

h. Unsur syarat tambahan untuk dipidana.76

Dalam putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 3/ Pid. B/ 2004/ PN

Smg, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Semarang yang terdiri dari satu Hakim

sebagai Hakim ketua majelis dan dua Hakim lainnya sebagai Hakim anggota,

menyatakan bahwa terdakwa Suyatno alias Heru Setiawan bin Iman Bakin telah

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana terorisme,

oleh karena itu Majelis Hakim Pengadilan Negeri Semarang menjatuhkan pidana

terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun dengan

membebankan biaya perkara terhadap terdakwa sebesar Rp 10.000 (sepuluh ribu

rupiah) dengan dasar hukum sanksi pidana yang dipakai yaitu pasal 9 Perpu

Nomor 1 tahun 2002 Jo. Pasal 1 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 Jo. Pasal

55 (1) ke-1 KUHP.

A. Analisis terhadap Dasar Pertimbangan Hukum Dalam Putusan

Pengadilan Negeri Semarang No. 3/ Pid. B/ 2004/ PN Smg tentang Tindak

Pidana Terorisme

Sebelum Majelis Hakim Pengadilan Negeri Semarang menjatuhkan

putusan terhadap terdakwa Suyatno alias Heru Setiawan bin Iman Bakin yang

telah melakukan tindak pidana terorisme, Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Semarang terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal yang dapat

meringankan dan memperberat terdakwa.

76 Dari delapan unsur tersebut, unsur kesalahan dan melawan hukum adalah termasuk unsursubyektif, sedangkan selebihnya adalah unsur obyektif. Lihat Adami Chazawi, Pelajaran Hukumpidana I, Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 81-82

Page 75: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2004

tentang Kekuasaan Kehakiman Bab. IV Hakim dan kewajibannya dalam Pasal

28 ayat (2) juga menyebutkan "dalam mempertimbangakan berat ringannya

pidana, Hakim wajib mempertimbangkan pula sifat yang baik dan jahat dari

terdakwa".

Sifat-sifat yang baik maupun yang jahat dari terdakwa wajib

diperhatikan hakim dalam mempertimbangkan sanksi pidana yang akan

dijatuhkan. Keadaan-keadaan pribadi seseorang perlu diperhatikan untuk

memberikan pidana yang sesuai dengan keadaan masing-masing pihak.

Keadaan pribadi tersebut dapat diperoleh dari keterangan orang-orang dari

lingkungannya, rukun tetangga, dokter ahli jiwa dan sebagainya.

Adapun pertimbangan-pertimbangan yang dipakai hakim dalam

memutuskan perkara pidana No. 3/ Pid. B/ 2004/ PN Smg terhadap terdakwa

Suyatno alias Heru Setiawan bin Iman Bakin adalah sebagai berikut :

1. Pertimbangan hukum yang memberatkan terdakwa:

a. Terdakwa berbelit-belit dan tidak mengakui perbuatannya;

b. Bahwa kejahatan terorisme harus diberantas karena telah

menghilangkan nyawa tanpa memandang korban dan menimbulkan

ketakutan secara luas atau hilangnya kemerdekaan serta kerugian harta

benda.

2. Pertimbangan hukum yang meringankan terdakwa:

a. Terdakwa sopan dalam persidangan;

b. Terdakwa belum pernah dihukum;

Page 76: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

c. Terdakwa masih muda dan masih ada kesempatan memperbaiki diri.

3. Pertimbangan hukum terdakwa sebagai dader:

a. Terdakwa pernah pergi ke Moro Philipina berjihad membantu orang-

orang muslim yang tertindas pada tahun 2001;

b. Timbulnya niat terdakwa untuk berjihad ke Moro karena terdakwa

mendengar berita tentang adanya penindasan kaum muslim di sana;

c. Di Moro terdakwa mendapat pengetahuan tentang senjata api;

d. Di tempat kosnya, terdakwa menyimpan bahan peledak dan senjata api

beserta amunisi tanpa ijin yang berwajib.

4. Pertimbangan-pertimbangan hukum yang lain:

a. Bahwa berdasarkan barang bukti bahan peledak yang diketemukan di

rumah kos terdakwa ada pertunjuk bahwa bahan peledak tersebut akan

dijadikan bom karena ada sumbu dan ada timer yang sudah di rakit

terbalik serta relay;

b. Bahwa dari adanya rencana pembuatan bom tersebut terbukti terdakwa

ada maksud melakukan tindak pidana terorisme;

c. Perbuatan terdakwa dengan melakukan tindak pidana terorisme

diancam dengan Pasal 9 Perpu No. 1 Tahun 2002 Jo. UU No. 15

Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Jo. Pasal

55 (1) ke-1 KUHP.77

Hakim di dalam memberikan hukuman kepada terdakwa tindak pidana

terorisme harus mempertimbangkan berbagai hal secara matang. Hakim perlu

77Putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 03/Pid/B/2004/PN.Smg Tentang Tindak PidanaTerorisme tanggal 28 April 2004

Page 77: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

memperhatikan kepentingan masyarakat dan kepentingan terdakwa.

Kepentingan masyarakat berarti, apabila seseorang telah melanggar ketentuan

perundang-undangan, ia harus mendapat hukuman yang setimpal dengan

kesalahannya. Sementara yang dimaksud dengan kepentingan terdakwa

adalah, terdakwa harus tetap diperlakukan adil sehingga tidak ada seorang pun

yang tidak bersalah akan mendapat hukuman (persumtion of innocent) atau

sekalipun ia bersalah ia tidak mendapat hukuman yang terlalu berat (dalam hal

ini terkandung asas equality before the law).78 Penjatuhan pidana yang

diberikan hakim semaksimal mungkin mencapai nilai-nilai keadilan baik

untuk korban maupun untuk terdakwa, karena jika prinsip keadilan (justice

princip) itu diterapkan seluruh masyarakat maka akan terwujud ketenteraman

dan kedamaian.

Tujuan pemidanaan adalah untuk memperbaiki kerusakan individual

dan sosial yang diakibatkan oleh tindak pidana. Hal ini terdiri atas seperangkat

tujuan pemidanaan yang harus dipenuhi. Perangkat tujuan pemidanaan yang

dimaksud terdiri atas: pencegahan (umum dan khusus), perlindungan

masyarakat, memelihara solidaritas masyarakat, dan perimbangan/

pengimbalan.79

Tindak pidana yang dilakukan terdakwa termasuk dalam penyertaan, di

mana menurut KUHP penyertaan dibagi menjadi pembuat / dader dan

pembantu. Pembuat / dader terdiri dari: 1) pelaku (pleger); 2) yang menyuruh

78 Luhut MP Pangaribuan, Hukum Acara Pidana: Surat-surat Resmi di Pengadilan olehAdvocat, Jakarta: Djambatan, 2005, hlm. 3-4

79 Petrus Irawan Panjaitan, dan Pandapotan Simorangkir, Lembaga Pemasyarakatan dalamPerspektif Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Pustaka Sinar harapan, 1995, hlm. 12

Page 78: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

lakukan (doenpleger); 3) yang turut serta (medepleger); dan 4) penganjur

(uitloker).80

Medepleger adalah orang yang dengan sengaja turut berbuat atau turut

mengerjakan terjadinya sesuatu. Oleh karena itu, kualitas masing-masing

peserta tindak pidana adalah sama. Syarat adanya medepleger adalah adanya

kerjasama secara sadar dan pelaksanaan bersama secara fisik. Adanya

kesadaran ini tidak berarti ada permufakatan lebih dulu, yang penting ialah

harus ada kesengajaan. Sementara perbuatan pelaksanaan berarti perbuatan

yang langsung menimbulkan selesainya delik dan harus ada kerjasama yang

erat dan langsung.

Sedangkan pembantu (medeplichtige) terdiri dari: 1) pembantu pada

saat kejahatan dilakukan; dan 2) pembantu sebelum kejahatan dilakukan.

Dilihat dari perbuatannya, pembantuan bersifat accesoir artinya untuk adanya

pembantuan harus ada orang yang melakukan kejahatan (harus ada orang yang

dibantu). Dalam hal pemidanaan, pembantu dipidana lebih ringan dari

pembuatnya yaitu dikurangi sepertiga dari ancaman maksimal pidana yang

dilakukan.

Pembantuan jenis pertama mirip dengan turut serta, perbedaannya

adalah perbuatan pembantu merupakan perbuatan menunjang serta tidak

mempunyai kepentingan / tujuan sendiri. Sedangkan perbuatan turut serta

merupakan perbuatan pelaksanaan serta mempunyai tujuan / kepentingan

80 Barda Nawawi Arief, Hukum Pidana II, Semarang: Badan Penyediaan Bahan KuliahFakultas Hukum Universitas Diponegoro, 1999, hlm. 28

Page 79: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

sendiri. Pembantuan sebelum kejahatan dilakukan dengan cara memberi

kesempatan, sarana atau keterangan.81

Adapun dasar pertimbangan hukum yang dipakai Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Semarang dalam putusan perkara No. 3/ Pid. B/ 2004/ PN

Smg terhadap terdakwa Suyatno alias Heru Setiawan bin Iman Bakin, apabila

dilihat lebih lanjut maka semua unsur yang disyaratkan dalam Pasal 9 Perpu

nomor 1 tahun 2002 Jo. Pasal 1 Undang-undang Nomor 15 tahun 2003 telah

terpenuhi. Dari fakta-fakta persidangan berhasil diungkap bahwa terdakwa

menyimpan bahan peledak dan senjata api beserta amunisi tanpa ijin yang

berwajib dan ada petunjuk bahwa bahan peledak tersebut akan dibuat atau

dijadikan bom.

Akan tetapi penulis melihat dalam hal pertimbangan yang

mengindikasikan bahwa terdakwa adalah sebagai dader belum cukup kuat.

Dalam putusan tersebut hanya diungkapkan bahwa terdakwa pernah pergi ke

Moro dan berjihad membantu orang-orang muslim serta mendapatkan

pengetahuan tentang senjata api.

Menurut penulis, hal ini belum cukup membuktikan bahwa terdakwa

bertindak sebagai dader. Dari segi kontek yuridis unsur-unsur sebagaimana

disyaratkan pasal 55 (1) ke-1 KUHP belum sepenuhnya terbukti. Putusan

tersebut belum mengungkapkan apakah terdakwa sengaja bekerja sama yang

ditujukan kepada hal yang dilarang undang-undang atau tidak dan juga tidak

disebutkan secara rinci apakah terdakwa mempunyai kepentingan serta

81 Ibid, hlm. 29-42

Page 80: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

menginginkan atas aksi tersebut atau tidak. Ini merupakan syarat dari pada

dader, dalam hal ini adalah orang yang turut serta (medepleger).

Satu hal lagi yang menjadi titik lemah putusan ini adalah, bahwa

tindak pidana dilakukan bersama-sama dengan rekan terdakwa yaitu Luluk,

Yusuf, Antok dan Mustofa, di mana Mustofa bertindak sebagai pemimpin.

Dalam putusan justru tidak dijelaskan apa peran terdakwa dalam kelompok

tersebut dan tidak dijelaskan pula apakah terdakwa melaksanakan aksi tersebut

atas perintah Mustofa yang merupakan pemimpinnya atau tidak.

Apalagi selama di persidangan terungkap bahwa semula terdakwa

ditawari tinggal di Jl. Taman Sri Rejeki Selatan gang VII Nomor 2 Kec.

Kalibanteng Semarang tujuannya adalah untuk berjualan sandal, bukan dengan

maksud sebagai tempat untuk menyembunyikan bahan peledak.

Dari apa yang terungkap justru lebih mengindikasikan bahwa terdakwa

bertindak sebagai pembantu, di mana jelas-jelas terbukti bahwa terdakwa

memberikan kesempatan atau sarana berupa tempat untuk menyembunyikan

bahan peledak.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, majelis hakim seharusnya

memberikan hukuman sedikit lebih ringan dari yang telah dijatuhkan di mana

pembantu dipidana lebih ringan dari pembuatnya, yaitu dikurangi sepertiga

dari ancaman maksimal pidana yang dilakukan. Sebagaimana disebutkan

dalam pasal 57 ayat (1) KUHP bahwa:

“Dalam hal pembantuan, maksimum pidana pokok terhadap kejahatan,dikurangi sepertiga”.

Page 81: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang

Nomor No. 3/ Pid. B/ 2004/ PN Smg Tentang Tindak Pidana Terorisme

Dalam syariat Islam, Hakim atau Majelis hakim yang akan

memutuskan suatu perkara harus mempertimbangkan dengan akal sehat dan

keyakinan serta perlu adanya musyawarah untuk mencapai nilai-nilai keadilan

semaksimal mungkin baik bagi korban maupun untuk terdakwa. Sebagaimana

firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 58:

…#sŒÎ) urOçFôJ s3 ymtû÷ü t/Ĩ$Z9$#b r&(#q ßJ ä3 øtrBÉAô‰yèø9$$Î/4

Artinya : " ... dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusiahendaknya kamu menetapkannya dengan adil.82

Berdasarkan ayat di atas, bahwa Hakim di dalam memberikan putusan

yang berupa hukuman kepada terdakwa harus memperhatikan pertimbangan-

pertimbangan yang terdapat pada diri terdakwa terlebih dahulu dengan jalan

permusyawarahan, agar penjatuhan pidana yang diberikan hakim mencapai

nilai keadilan

Tujuan penjatuhan hukuman yaitu pencegahan, pengajaran dan

pendidikan, bahkan pula halnya sama dalam syari’at Islam adalah pencegahan,

pengajaran dan pendidikan. Dengan cara pencegahan seseorang pembuat

untuk tidak mengikuti perbuatannya, di samping itu pencegahan ini adalah

untuk mentaubatkan si pembuat dan dasar penjatuhan hukuman pada masa

sekarang ini rasa keadilan dan melindungi masyarakat. Rasa keadilan

menghendaki agar besarnya hukuman menyesuaikan dengan pembuat

82 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahan Juz 30, Surabaya:Mahkota, 1989, hlm. 88

Page 82: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

kecenderungan jarimah, tanpa besarnya jarimah ini adalah tindakan

pemeliharaan dan pengamanan kepada masyarakat yang tertib dalam suasana

kehidupan yang harmonis dan sejahtera. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh

M. Hasbi Ash-Shidieqy dalam bukunya Filsafat Hukum Islam, menyatakan

sesungguhnya syari’at itu pondasi dan asasnya adalah kemaslahatan hamba,

baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.83

Perlu diketahui sebelumnya dalam suatu konsep hukum Islam,

seseorang yang melakukan tindak pidana atau jarimah dianggap tidak bersalah

di mata hukum sebelum adanya bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan untuk

suatu perbuatan jahat, kecuali dibuktikan kesalahannya tanpa adanya

keraguan, sebab keraguan (doubt) bisa menyebabkan tidak sahnya atau

membatalkan putusan hukum. Dalam hukum positif hal ini sering disebut

dengan asas praduga tak bersalah (principle of lawfulness). Sebagaimana

sabda Nabi Muhammad SAW:

)(

Artinya : ”Hindarkan hudud dalam keadaan ragu”. (HR. Al Baihaqy)

Dalam hal perbuatan terdakwa diatas termasuk sebuah tindak pidana,

maka dalam Islam dikenal dengan istilah perbuatan jahat, dimana kejahatan

(jarimah/jinayat) didefinisikan sebagai larangan-larangan hukum yang

diberikan Allah, yang pelanggarannya membawa hukuman yang

ditentukannya. Larangan hukum berarti melakukan perbuatan yang dilarang

83 M. Hasby ash-Shidieqy, Filsafat Hukum Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1975, hlm. 20.84 Al Hafidz ibn Hajar Al ‘Asqalany, Bulugh al Maram, Semarang: Al ‘Alawiyyah, tt, hlm.

260

Page 83: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

atau tidak melakukan suatu perbuatan yang tidak diperintahkan. Dengan

demikian, suatu kejahatan adalah perbuatan yang hanya dilarang oleh

syariat.85

Terdakwa telah terbukti menyembunyikan senjata api, amunisi bahan

peledak serta berbagai dokumen dan peta, di mana perbuatan terdakwa telah

memenuhi unsur-unsur jarimah hirabah. Sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya bahwa hukuman an-nafyu dijatuhkan kepada al-muharib yang

melakukan intimidasi/menakut-nakuti akan tetapi tidak melakukan

pembunuhan.

Sanksi pidana dalam putusan Pengadilan Negeri Semarang No.3/ Pid.

B/ 2004/ PN Smg tentang tindak pidana terorisme adalah dengan pidana

penjara atau dengan kata lain pidana tersebut diberikan oleh Majelis hakim,

maka dalam hukum Islam hukuman tersebut termasuk ke dalam jarimah ta zir.

Yang meliputi jarimah ta zir termasuk di dalamnya adalah pidana pasungan,

pengasingan, pengisoliran, skors, dan pidana kurungan/penjara.86

Adapun hukuman yang diberikan kepada terdakwa dengan

membebankan biaya perkara terhadap terdakwa sebesar Rp. 10.000 (sepuluh

ribu rupiah), dalam hukum pidana Islam juga merupakan ta zir kerena ta zir

tidak ditentukan banyaknya dan tidak mungkin ditentukan jumlahnya dan

hukuman ta’zir tidak mempunyai batasan tertentu, dari hukuman yang

seringan-ringannya sampai yang seberat-beratnya. Sedangkan ancaman pidana

85 Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2003,hlm.20.

86 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, diterjemahkan oleh Nor Hasanuddin Jilid 3, Jakarta: PenaPundi Aksara, 2006, hlm 493.

Page 84: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

yang terdapat dalam pasal 9 Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 tentang

terorisme adalah paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)

tahun pidana penjara.

Berdasarkan uraian di atas, menurut penulis putusan pengadilan Negeri

Semarang dalam menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa Suyatno alias Heru

Setiawan bin Iman Bakin sudah dipertimbangkan hal-hal yang terdapat pada

diri terdakwa. Hal ini sesuai dengan syari’at hukum pidana Islam. Sebelum

Hakim menjatuhkan hukuman harus mempertimbangkan hal-hal yang baik

ataupun yang buruk yang terdapat pada diri terdakwa, agar dapat mencapai

kemaslahatan dan keadilan juga tidak merugikan masyarakat.

Page 85: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menyelesaikan penulisan dalam bentuk skripsi yang

berjudul Studi Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 3/

Pid/ B/ 2004/PN.Smg Tentang Tindak Pidana Terorisme, maka penulis

menyimpulkan sebagai berikut:

1. Bahwa putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 3/ Pid/ B/ 2004/PN.Smg

tentang tindak pidana terorisme unsur sebagaimana disyaratkan dalam

Pasal 9 Perpu nomor 1 tahun 2002 Jo. Pasal 1 Undang-undang Nomor 15

tahun 2003 telah terpenuhi. Dari fakta-fakta persidangan berhasil diungkap

bahwa terdakwa menyimpan bahan peledak dan senjata api beserta

amunisi tanpa ijin yang berwajib dan ada petunjuk bahwa bahan peledak

tersebut akan dibuat atau dijadikan bom. Tetapi dalam mengungkap bahwa

terdakwa adalah sebagai pembuat (dader) masih kurang kuat. Di mana

dalam putusan tersebut belum diungkapkan apakah terdakwa sengaja

bekerja sama yang ditujukan kepada hal yang dilarang undang-undang

atau tidak dan juga tidak disebutkan secara rinci apakah terdakwa

mempunyai kepentingan serta menginginkan atas aksi tersebut atau hanya

sekedar memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan. Ini merupakan

syarat dari pada dader, dalam hal ini adalah orang yang turut serta

(medepleger).

Page 86: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

2. Bahwa dalam khazanah fikih Islam, terorisme memenuhi unsur jarimah

hirabah. Adapun hukuman yang diberikan kepada terdakwa berupa pidana

penjara selama 10 (sepuluh) tahun dan membebankan biaya perkara

terhadap terdakwa sebesar Rp. 10.000 (sepuluh ribu rupiah), dalam hukum

pidana Islam merupakan ta zir kerena jarimah ta zir tidak ditentukan

banyaknya dan tidak mungkin ditentukan jumlahnya dan hukuman ta zir

tidak mempunyai batasan tertentu, dari hukuman yang seringan-ringannya

sampai yang seberat-beratnya.

B. Saran-Saran

1. Diperlukan langkah-langkah kongkret untuk memerangi terorisme secara

konseptual, terpadu, sistematis dan menggunakan pendekatan yang

komprehensif. Oleh karenanya, semua pihak baik pemerintah, ulama,

masyarakat maupun dunia internasional hendaknya berpartisipasi aktif

dalam mencegah segala tindak kejahatan, khususnya tindak pidana

terorisme. Karena terorisme bukanlah tindak pidana biasa, di mana

jaringannya tidak hanya sebatas regional akan tetapi sudah mencakup

lintas negara.

2. Terhadap pelaku terorisme, dalam hal ini saudara Suyatno alias Heru

Setiawan hendaknya mendapatkan jaminan perlindungan hak-hak yang

semestinya sebagaimana diatur dalam undang-undang. Baik selama proses

penyidikan, persidangan maupun ketika menjalankan hukuman yang telah

dijatuhkan.

Page 87: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

3. Hendaknya dalam menangani ataupun memutuskan perkara kasus

terorisme bagi pihak-pihak yang berwenang menjalankan tugas

persidangan memahami dan menguasai materi dan permasalannya

sehingga dapat menerapkan kaedah dasar hukum yang tepat serta dapat

mengungkap hal-hal yang sifatnya krusial.

4. Perlunya setiap orang memahami dan melaksanakan dalil dalam Al-Qur'an

surat Al-Fushshilat ayat 34 yang artinya:

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu)dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu danantara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangatsetia”.

Dengan arti lain, bahwa Allah dengan sengaja menciptakan manusia

berbeda-beda, termasuk juga keragaman akidah dan agama. Maka dari itu,

hal ini seharusnya tidak menjadi sumber konflik, tetapi seharusnya

menjadi kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain.

Page 88: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Bambang, Teror Bom di Indonesia, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu,2005

Aburusman, Muhyiddin, Editor Syahdatul Kahfi, Terorisme di Tengah ArusGlobal Demokrasi, Jakarta: Specturm, 2006

Adji, Indriyanto Seno, Terorisme, Perpu No. 1 Tahun 2002 dalam PerpektifHukum Pidana, Jakarta: O.C. Kaligis & Associates, 2001

Akaha, H. Abduh Zulfikar (Editor), Terorisme dan Konspirasi Anti-Islam,Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002

Arief, Barda Nawawi, Hukum Pidana II, Semarang: Badan Penyediaan BahanKuliah Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 1999

‘Asqalany, Al Hafidz ibn Hajar, Bulugh al Maram, Semarang: Al ‘Alawiyyah, tt

Audah, Abdul Qadir, At-Tasyri al-Jina iy al-Islamy, Beirut: Dar al-Kitab al-‘Araby, tt

Azhar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998

Bastian, Angga, dkk., Makalah Sistem Pembuktian dan Beban Pembuktian padaMatakuliah Hukum Pembuktian, Fakultas Hukum Universitas Indonesia,2006

Bemmelen, J. M. Van, Hukum Pidana I: Pidana Material Bagian Umum,diterjemahkan oleh Hasan, tt: Bina Cipta, 1984

Chazami, Adami, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2002

Dokumentasi Situasi Daerah Hukum Pengadilan Tinggi dan Pengadilan NegeriJawa Tengah (Situasi Daerah Hukum Pengadilan Negeri Semarang),Jakarta: Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia R.I DirektoratJenderal Badan Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara, 2001

.Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Madinah: Mujamma’

Khadim Al-Haramain Asy-Syarifah, tt

Page 89: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Garcia, Peter Rosler, Terorisme, Anak Kandung Ekstrimisme,<http:/www.kompas.com/ kompas-cetak/0210/15/tero30.htm>, (diaksespada 27 Desember 2009)

Gibbs, Jack, Definisi Terorisme, <http:/en.wikipedia.org/wiki/ Definition _of_terrorism>, (diakses pada 27 Desember 2009)

Hamzah, Andi, Hukum Acara Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2001

____________, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008

Hanafi, Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1967.Harahap, M. Yahya, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan Kitab Undang-

undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Jilid II, Jakarta: Pustaka Kartini,1988

Hardiman, F. Budi, Terorisme : Paradigma dan Definisi, Jakarta: Imparsial, 2003

____________, dkk. Terorisme, Definsi, Aksi dan Regulasi, Jakarta: Imparsial,2005

Hassan, Muhammad Hanif, Teroris Membajak Islam; Meluruskan Jihad SesatImam Samudra dan Kelompok Islam Radikal, Jakarta: Grafindo KhasanahIlmu, 2007

http://id.wikipedia.org/wiki/Definisi_terorisme (diakses pada 27 Desember 2009)

http://id.wikipedia.org/wiki/Definisi_terorisme (diakses pada 27 Desember 2009)

http: //fatahilla. blogspot.com /2009 / 06 / pemidanaan–sebagai–sarana-menciptakan. html (diakses pada 14 Maret 2010)

Juergensmeyer, Mark, Terror in Mind of God; the Global rise of ReligiousViolence (diterjemahkan oleh Amien Rozany Pane), Yogyakarta:Tarawang Press, 2003

Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, No. 3 Tahun 2004 tentang Terorisme

Mamudji, Sri, Metode Penelitian dan penelitian Hukum, Jakarta: Badan PenerbitFakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005

Manullang, A.C., Menguak Tabu Intelijen Teror, Motif dan Rezim, Jakarta: PantaRhei, 2001

Page 90: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Jakarta: Bumi Aksara, 2003

Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: SinarGrafika Ofset, 2004

Pangaribuan, Luhut MP., Hukum Acara Pidana: Surat-surat Resmi di Pengadilanoleh Advocat, Jakarta: Djambatan, 2005

Panjaitan, Petrus Irwan dan Simorangkir, Pandapotan, Lembaga Pemasyarakatandalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Pustaka SinarHarapan, 1995

Paulus, Loudewijk F., Terorisme, http://buletinlitbang.dephan.go.id (diakses pada2 Januari 2010)

Prints, Darwan, Hukum Acara Pidana dalam Praktik, Jakarta: Djambatan, 1998

Putusan Pengadilan Negeri Semarang, 28 April 2004 No. 03/Pid/B/2004/PN. Smgtentang Tindak Pidana Terorisme

Qordlawi, Yusuf, Dirasat Asy Syari’at Al Islamiyah, di alih bahasakan oleh :Muhammad Zaki, Membumikan Syari at Islam, Surabaya: Dunia Ilmu,1417 H

.Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah Juz 3, (diterjemahkan oleh Nor Hasan Hasanuddin),

Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006

Santoso, Topo, Membumikan Hukum Pidana Islam, Jakarta: Gema Insani Press,2003

Shidieqy, M. Hasby, Filsafat Hukum Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1975

Shulthoni, Mawardi Lobay , Tegakan Keadilan, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesiapress, 1986

Suara Merdeka, Edisi 154 tahun 2009

Sugandhi, KUHP Dengan Penjelasannya, Surabaya: Usaha Nasional, 1981.

Sulistyo, Hermawan, dkk (Editor), Beyond Terrorism; Dampak dan Strategi padaMasa Depan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002

Page 91: STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · MOTTO ( y7 Ï9öqym ô`ÏB(#q‘Òxÿ R] ... Ajib, Ulil, Kajine Bambang,

Sutarto, Suryono, Hukum Acara Pidana, Semarang: Badan Penerbit UNDIPSemarang, 2003

Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar, Al Asybah wa al Nadhair,Mesir: Musthafa Al Babi Al Halabi, 1988

Syarifin, Pipin, Hukum Pidana Di Indonesia, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000

Wahid, Abdul, Kejahatan Terorisme, Bandung: PT. Refika Aditama, 2005

Waluyo, Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2004

Tim Redaksi Fokusmedia, UUD 45 Dan Amandemennya, Bandung: Fokusmedia,2007

____________, Perpu No. 1 tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak PidanaTerorisme, Bandung: Fokusmedia, 2003

____________, Undang-undang No. 15 tahun 2003 tentang PemberantasanTindak Pidana Terorisme, Bandung: Fokusmedia, 2003

Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak-hak Asasi Manusia