studi analisis kisah nabi sulaiman as dalam...
TRANSCRIPT
-
STUDI ANALISIS KISAH NABI SULAIMAN AS DALAM BUKU
CERITA ANAK: KOMPARASI ATAS KISAH NABI SULAIMAN
AS DALAM TAFSIR AL-QUR’AN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Siti Nafisah
11150340000189
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
-
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
STUDI ANALISIS KISAH NABI SULAIMAN AS DALAM BUKU
CERITA ANAK: KOMPARASI ATAS KISAH NABI SULAIMAN
AS DALAM TAFSIR AL-QUR’AN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Siti Nafisah
11150340000189
Dosen Pembimbing
Syahrullah, MA.
NIP: 197808182009011016
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
-
dc
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH
Skripsi yang berjudul STUDI ANALISIS KISAH NABI SULAIMAN A.S DALAM BUKU CERITA ANAK: KOMPARASI ATAS KISAH NABI SULAIMAN A.S DALAM TAFSIR AL-QUR'AN telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 1 September 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
Jakarta, 21 Oktober 2020
Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Eva Nugraha, MA.
Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Dr. M. Suryadinata, M.Ag
DR. H. Mafri Amir, M.Ag NIP. 19600908 198903 1 005 NIP. 19580301 1992031 001
Pembimbing,
Syahrullah, MA. NIP. 19780818 200901 1 016
USERTypewritten textiii
-
iv
ABSTRAK
Siti Nafisah
“Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Buku Cerita Anak: Studi Analisis
atas Kisah Nabi dalam Al-Qur’an”
Terdapat banyak kisah-kisah Nabi yang ada di dalam buku cerita
anak yang menggambarkan dan menceritakan sesuatu yang tidak tertulis
sebagaimana yang tertulis di al-Qur‘an. Ada hal yang kurang atau kurang
tepat dalam menyikapi kisah Nabi dalam al-Qur‘an yang banyak
diadaptasi menjadi buku cerita anak.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif analisis dan merupakan penelitian kepustakaan (library
research). Jenis penelitian ini kualitatif sesuai untuk diterapkan pada
penelitian ini, karena penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan
secara komprehensif sumber-sumber kepustakaan, dan digunakan untuk
menjawab pokok permasalahan yang telah dirumuskan.
Penyajian Kisah Nabi Sulaiman a.s oleh Iwok Abqary cukup
sederhana dan dapat dengan mudah dipahami. Meski belum sesederhana
yang diharapkan, tapi bahasa penulisannya cukup bisa dipahami anak-
anak usia dasar dan pra-sekolah. Penggambaran dalam buku cerita karya
Iwok Abqary juga tidak asal, para nabi dan rasul tidak diwujudkan dalam
gambar. Hanya makhluk hidup yang ada di bumi yang digambarkan secara
jenaka. Para pembaca, yang notabene adalah anak-anak, dapat menjadi
lebih tertarik karena dilengkapi gambar yang full colour. Di dalam buku
Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Iwok Abqary belum disajikan poin-poin
penting tentang isi cerita. Jadi, masih butuh peranan orang tua untuk
menjelaskan kepada anak tentang inti cerita sekaligus ibrah apa yang dapat
diambil.
Kata Kunci: Nabi Sulaiman a.s, cerita anak.
-
v
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat
rahmat nikmat serta anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul ―Studi Analisis Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Buku Cerita
Anak: Komparasi atas Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Tafsir Al-Qur‘an‖
Shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad Saw yang selalu memberi syafaat kepada umatnya dari setiap
lafal shalawat yang terucap.
Penulis sadar bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari
dukungan, arahan dan bantuan banyak pihak, dengan segala kerendahan
hati dan rasa syukur penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA., Selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA., Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Eva Nugraha, MA., Selaku Ketua Program Studi Ilmu al-
Qur‘an Dan Tafsir dan Bapak Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH Selaku
Sekertaris Program Studi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Muslih, Lc., M.Ag., Selaku Dosen Pembimbing akademik
yang telah memberikan banyak nasihat dan kemudahan bagi penulis
dalam mengurus administrasi dan penyelesaian skripsi.
5. Bapak Syahrullah, MA., Selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan
serta mengkoreksi dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh guru besar dan dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan
-
vi
serta pengalaman kepada penulis. Serta para staf dan karyawan
Fakultas Ushuluddin yang sudah memberikan kemudahan dalam
mengurus administrasi dan berkaitan dengan skripsi penulis.
7. Untuk kedua orang tua yang penulis cintai Alm. Papa Ahmad
Muhammad Nur, dan Mama Hilda Farida Asma, yang selalu
mendoakan kebaikan dalam segala aktivitas penulis dan selalu
memberikan dukungan, perhatian, kasih sayang dan doa yang tak
pernah putus selama ini. Terima kasih atas segalanya semoga selalu
dapat membahagiakan dan membanggakan sehingga dapat menjadi
anak yang berbakti.
8. Untuk kakak saya Nuraida Maharani Ahmad dan adik saya Nuraini
Salsabillah Ahmad yang selalu memberikan dukungan dan doanya
kepada penulis di saat penulis terbentur pada kesulitan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Sekali lagi terima kasih atas segalanya
semoga kelak kita akan menjadi anak yang membanggakan bagi Papa
dan Mama.
9. Untuk diri saya sendiri, terima kasih banyak telah mau berjuang
hingga titik akhir perkuliahan. Semoga semakin giat belajar kembali
mendalami apa yang sudah dipelajari selama perkuliahan.
10. Untuk sahabat seperjuangan penulis dibangku kuliah Kholishoh
Qothrunnada, Nabila Bulqois, Nada Silvia Ady Sanusi, Ulfa Fauziah,
Fiza Intan Naumi, Winda Ayu Pertiwi, Fitrah Amaliah, Munirah
Humayirah Imran terima kasih telah berbagi canda, tawa, suka
maupun duka kepada penulis selama ini, dan terima kasih juga kepada
Muftie Arief atas segala bantuan dan dukungan serta hiburan dalam
merampungkan penulisan ini.
11. Untuk saudara sekamar selama perkuliahan sampai saat ini Ahdani
Samsul Anwar, Annisa Muvie Sabrina, Fitri Sulastri, Faizah Azizah,
-
vii
Faizah Nurhidayah terima kasih telah menemani penulis dua puluh
empat jam di perantauan selama ini.
12. Untuk teman-teman Tafsir Hadist 2015, terkhusus bagi teman-teman
TH E yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, semoga silaturrahim
kita tetap terjaga dan takkan retak walaupun jarak memisahkan kita.
13. Kepada teman-teman KKN 033 ―Mabar‖ 2018 Mauk Barat
Kabupaten Tangerang, terima kasih atas pelajaran dan pengalaman
berharga yang tidak bisa dilupakan.
14. Kepada saudariku ISYKAMELA 625 Jabodetabek & HIKAM
Jabodetabek yang telah membantu dan memberikan semangat dalam
penulisan karya ini. Semoga ukhuwah kita tetap terjalin.
15. Seluruh rekanita PC IPPNU Tangsel dan PP IPPNU, tidak
mengurangi rasa hormat, terima kasih atas pengalaman, pembelajaran,
dan perjuangan bersama-sama kalian dan menjadi bagian dari
keluarga besar IPPNU.
16. Seluruh keluarga Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa (HIQMA)
UIN Jakarta, dan semuanya yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu namun tidak mengurangi rasa hormat, terima kasih atas ilmu
dan pengetahuan yang telah diberikan, senang bisa berkontribusi
bersama HIQMA UIN Jakarta.
17. Teman-teman UKM (Unit Kuy Mahasiswa) teman berbagi kepenatan
dan ―selalu kuy‖ Adji Vikiantoro, Gusti Fatia Cahyani, Amar Habibi,
Isa, Awaluddin Jauhar, Ahmad Saogi, Fahriza Hafiz, Imaduddin
Zikky, Atika Fitriana, Ulul Albab, Rif‘at Sayuqi, Amirullah, Ahmad
Ridwan, Siti Mudrikah dan Meliana.
18. Kawan-kawan yang telah memberikan cerita dan bersedia
meluangkan waktu berbagi keluh kesah selama penulis mengerjakan
penelitian ini, Gita Safitri Ilusi, Nurfaidah Mahmudah, Nur Afiatul
-
viii
Azizah, Riza Muhammad, Ahmad Dalihan, Bilqis Khoiriyyah, Asep
Muhammad Nasrudin Hasyim, Rinaldi Kusuma, Muhammad Irfan,
Evan Rinaldi Karimullah, Zulfahmi.
19. Terakhir kepada seluruh pihak yang tidak bisa diucapkan satu persatu
yang telah membantu penulisan ini, semoga Allah senantiasa
memberikan rahmat dan pertolongan serta membalas setiap kebaikan
kalian, Jazākumullah Khairan Jazā.
Demikianlah ucapan terimakasih yang penulis haturkan atas semua
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Jakarta, 10 Juni 2020
Penulis,
-
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan
bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543/U/1987
1. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin
dapat dilihat pada tabel berikut:
No Huruf
Arab
Huruf
Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا .1
B Be ب .2
T Te خ .3
Ṡ Es dengan titik atas ث .4
J Je ج .5
Ḥ h dengan titik bawah ح .6
KH ka dan ha ر .7
D De د .8
Ż Z dengan titik atas ذ .9
R Er ر .10
Z Zet ز .11
S Es س .12
Sy es dan ya ش .13
Ṣ es dengan titik di bawah ص .14
Ḍ de dengan titik di bawah ض .15
Ṭ te dengan titik di bawah ط .16
Ż zet dengan titik di bawah ظ .17
-
x
koma terbalik di atas hadap kanan ع .18
G Ge غ .19
F Ef ف .20
Q Ki ق .21
K Ka ك .22
L El ل .23
M Em م .24
N En ى .25
W We و .26
H Ha ه .27
Apostrof ˋ ء .28
Y Ye ي .29
Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa
diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis
dengan tanda (‘).
a. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti dalam vokal bahasa Indonesia,
terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
َ A Fatḥah
َ I Kasrah
َ U Ḍammah
-
xi
Adapun untuk vokal rangkap bahasa Arab, yang lambangnya berupa
gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan
huruf yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai Fatḥah dan ya ا ي
Au Fatḥah dan wau ا و
b. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal Latin Keterangan
Ā a dengan garis di atas تا
Ī i dengan garis di atas ت ي
Ū u dengan garis di atas ت ى
c. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiah
maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl, al-dīwān bukan
ad- dāwān.
d. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydìd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda tasydìd ) َ ) dalam alih aksara ini dilambangkan
dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda
syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima
-
xii
tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-
huruf syamsiyah. Misalnya, kata (الضرورج) tidak ditulis ad-ḍarūrah
melainkan al-ḏarūrah, demikian seterusnya.
e. Ta Marbūṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada
kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut di alih aksarakan menjadi
huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta
marbûah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‟t) (lihat contoh 2). Namun,
jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
Ṭarīqah طريقح 1
al-Jāmi‗ah al-Islāmiyyah الجاهعح اإلسالهيح 2
الىجىد وددج 3 Waḥdat al-wujūd
f. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti
ketentuan yang berlaku dalam Ejan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain
untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama
bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Hāmid al-
Ghazālī bukan Abū Hāmid Al-Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring
(italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis
-
xiii
dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya,
demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan
meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis
Abdussamad al-Palimbani, tidak ‗Abd al-Samad al-Palimbani: Nuruddin
al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī.
g. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi‟l) , kata benda (ism), maupun huruf
(harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara
atas kalimat-kalimat dalam Bahasa Arab, dengan berpedoman pada
ketentuan di atas.
Kata Arab Alih Aksara
dzahaba al-ustādzu األستاذ ذهة
tsabata al-ajru األجر ثثد
al-ḥarakah al-„asriyyah العصري د الذرمد
asyhadu an lā ilāha illā Allāh هللا إال إله ال اى أشهد
maulāna Malik al-sāliẖ الصالخ هلل هىالنا
yu‟atstsirukum Allāh هللا يؤثرمن
Al-maẓāhir al-„aqliyyah العقليد الوظاهر
Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.
Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu di
alih aksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nūr Khālis Majīd;
Mohamad Roem, bukan Muhammad Rūm; Fazlur Rahman, bukan Fadl al-
Rahmān.
-
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................iii
ABSTRAK ................................................................................................iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
PEDOMAN TRANSLITERASI........................................................... ix
DAFTAR ISI ..........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Permasalahan.......................................................................................... 7
1. Identifikasi Masalah................................................................................ 7
2. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................................8
C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian..................................................................................9
E. Kajian Pustaka.........................................................................................9
F. Metodologi Penelitian............................................................................18
1. Jenis Penelitian.......................................................................................18
2. Metode Pengumpulan Data ...................................................................18
3. Metode Pembahasan............................................................................. 19
4. Teknik Penulisan................................................................................... 21
G.Sistematika Penulisan ...........................................................................21
BAB II KISAH-KISAH AL-QUR’AN DALAM ULUM AL-QUR’AN
A. Definisi Kisah.......................................................................................23
B. Cerita Dalam Al-Qur‘an....................................................................... 24
1. Macam-macam Cerita Dalam Al-Qur‘an ..............................................25
C. Pengertian Kisah Dalam Al-Qur‘an..................................................... 27
D. Hikmah Kisah Dalam Al-Qur‘an .........................................................29
-
xv
E. Karakteristik Kisah Dalam Al-Qur‘an.................................................. 32
F. Berulangnya Kisah Dalam Al-Qur‘an ..................................................36
G. Macam-macam Kisah Dalam Al-Qur‘an .............................................37
H. Tujuan Kisah Dalam Al-Qur‘an........................................................... 45
BAB III BIOGRAFI IWOK ABQARY DAN KARYA-KARYANYA
A. Biografi Iwok Abqary...........................................................................47
B. Karya-karya Iwok Abqary.....................................................................49
C. Cerita Singkat Buku Cerita Anak Kisah 25 Nabi & Rasul...................51
BAB IV ANALISIS KISAH NABI SULAIMAN AS DALAM BUKU
CERITA ANAK 25 NABI DAN RASUL KARYA IWOK ABQARY
A. Gaya Penulisan Iwok Abqary ..............................................................53
B. Refrensi Yang Digunakan Iwok Abqary...............................................55
C. Penafsiran Kisah Nabi Sulaiman a.s Dalam Buku Iwok Abqary .........60
D. Pandangan Mufassir Terhadap Kisah Nabi Sulaiman a.s.....................62
1. Penafsiran Tafsir Ibn Katsir Tentang Kisah Nabi Sulaiman a.s............63
2. Penafsiran Tafsir Al-Misbah Tentang Kisah Nabi Sulaiman a.s...........65
3. Penafsiran Tafsir Al-Thabari Tentang Kisah Nabi Sulaiman a.s...........66
E. Kontekstualitas Kisah Nabi Sulaiman: Antara Pesan Moral dan Fakta
Sejarah......................................................................................................10
F. Kritik terhadap Pola Penyajian Kisah Nabi Sulaiman dalam Buku Cerita
Anak Kisah 25 Nabi & Rasul Karya Iwok Abqary................................... 73
G. Pesan Moral dari Kisah Nabi Sulaiman a.s dan Semut ........................75
1. Tolong Menolong Antar Sesama ..........................................................76
2. Menabung Sebagai Amal Kebaikan ......................................................78
3. Sabar .....................................................................................................79
4. Etos Kerja ..............................................................................................82
5. Bersyukur Atas Nikmat .........................................................................83
-
xvi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................87
B. Kritik dan Saran ...................................................................................89
Daftar Pustaka ...........................................................................................91
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‘an al-Karim merupakan suatu mukjizat bagi Islam yang
bersifat kekal, dan bukan rahasia umum lagi jikalau kemajuan ilmu
pengetahuan yang terjadi pada saat ini, bahwasaanya telah dijelaskan
terlebih dahulu di dalam al-Qur‘an. Salah satu mukjizat yang diturunkan
oleh Allah terhadap Nabi Muhammad Saw. ini bertujuan membebaskan
manusia dari segala belenggu ataupun kegelapan menuju jalan yang
terang, karena al-Qur‘an sendiri merupakan suatu petunjuk menuju jalan
yang lurus.1
Sejak Islam lahir, telah memberikan berbagai sumbangsih dalam
kehidupan yang di antaranya yakni dedikasi yang begitu besar terhadap
ilmu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan wahyu yang diturunkan
pertama kali terhadap Nabi Muhammad Saw. sebagaimana bunyinya: نإ َلمإ َعلََّم اْلإِ َرمُ (2) الَِّذي َعلََّم بِالإَقَلمِ (1) َساَن َما َلَإ يَ عإ َكإ رَأإ َوَربَُّك اْلإ نإَساَن ِمنإ (3) اق إ َخَلَق اْلإِ
ِم َربَِّك الَِّذي َخَلقَ (4) َعَلقٍ رَأإ بِاسإ (5) اق إ ―Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, (1) Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. (2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah, (3) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, (4) Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (5)‖ (Q. S. al-‗Alaq [96]:
1-5)
Dari ayat tersebut, diingatkan bahwa sejak awal Islam datang
membawa semangat keilmuan. Sebagaimana ayat di atas yang menyeru
manusia agar gemar membaca, dalam artian sesuatu yang berhubungan
dengan keilmuan, seperti menulis ataupun melakukan suatu penelitian.2
1Mudakir AS, Studi Ilmu-ilmu Qur‟an, (Bogor: Pustaka Litera antar Nusa, cet. 10,
2007), 1. 2Yusuf Qardhawi, Al-Qur‟an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan,
(Jakarta: Gema Insani, 1999), 91.
-
2
Al-Qur‘an suatu kitab pendidikan yang luhur, bukan hanya sekedar
untuk dibaca maupun dihafal, melainkan juga agar dipahami dan
dipelajari. Sebagai halnya kisah-kisah umat terdahulu yang terdapat di
dalam al-Qur‘an, salah satu adanya penyebutan kisah-kisah umat tedahulu
guna memberikan pelajaran bagi umat-umat yang hidup setelahnya. Dari
setiap kisah yang disebutkan di dalam al-Qur‘an, tentunya memiliki pesan
moral sehingga sebagai umat Nabi Muhammad Saw. dapat mengambil sisi
baiknya dan membuang sisi buruknya. Sebagaimana firman-Nya.
َلإَباِب رٌَة ِْلُوِل اْلإ ِديَق الَِّذي َ َلَقدإ َكاَن ِف َقَصِصِهمإ ِعب إ تَ َرٰى َولَِٰكنإ َتصإ َما َكاَن َحِديثًا يُ فإِمُنونَ ٍم يُ ؤإ َة لَِقوإ ٍء َوُىًدى َوَرْحإ ِصيَل ُكلِّ َشيإ َ يََديإِو َوتَ فإ بَ ْيإ
―Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.‖ (Q. S.
Yusuf [12]: 111)
Kisah pada al-Qur‘an tidak hanya mendeskripsikan kejadian lokal
yang terikat pada satu waktu yang eksklusif, dan juga mendeskripsikan
insiden yang terpisah dari satu tanda-tanda kehidupan yang lebih besar.
Selain itu, kisah pula adalah bagian dari gelombang sejarah kehidupan
semua umat manusia. Dalam artian, semua kisah yang disebutkan di dalam
al-Qur‘an merupakan dan ditujukan untuk semua umat manusia tanpa
terkecualipun.
Pada kehidupan sehari-hari, kisah-kisah yang disebutkan di dalam al-
Qur‘an sangatlah menyatu dengan masyarakat. Beraneka macam bentuk
penyampaian telah dilakukan, di antaranya publikasi serta dokumentasi,
seperti buku serta majalah yang spesifik membahas perihal kisah pada al-
Qur‘an yang telah banyak disusun. Banyak penceramah atau para
pendakwah yang tak jarang menorehkan kisah pada setiap isi pidato yang
disampaikan terhadap para pendengarnya atau jamaah.
-
3
Sampai pada fase sekarang ini, seiring kemajuan teknologi yang
semakin pesat, penyampaian kisah telah mengalami banyak sekali
kemajuan. Seperti yang telah diketahui, berbagai penayangan konten
islami dalam stasiun televisi telah dilakukan. Salah satu konten islami
tersebut di antaranya adalah menyajikan kisah yang terdapat di dalam al-
Qur‘an, seperti kisah para nabi serta kisah teladan yang lain. Menariknya,
tayangan ini menjadi salah satu tayangan yang menempati posisi dengan
rating tertinggi, adapun salah satu penyebab hal tersebut adalah adanya
minat penonton yang sangat tinggi.
Selain ditayangkan dalam acara televisi, kisah-kisah dalam al-Qur‘an
terutama yang berkaitan dengan kisah 25 nabi dan rasul ditulis dalam
bentuk buku cerita atau yang biasa dikenal buku cerita anak. Menariknya
di sini adalah jika pada al-Qur‘an tidak dijelaskan secara menditail, seperti
penggambaran dalam cerita Nabi Sulaiman yang memiliki beberapa versi
ketika dipaparkan di dalam buku cerita anak. Misalnya, bagian dalam
istana Nabi Sulaiman yang mana di dalam buku cerita disuguhkan secara
jelas. Lalu bagaimana buku cerita bisa menggambarkan nabi hanya dalam
sekejap mata dapat berbicara dengan hewan ataupun makhluk hidup yang
lain?
Akan hal tersebut, timbullah suatu pertanyaan apakah pembaca telah
mampu atau bisa menyimpulkan pesan yang sejatinya sebagai misi primer
sebuah kisah nabi yang terdapat dalam buku cerita anak? Apakah pembaca
telah mengambil „ibrah atau pembelajaran yang secara eksplisit tertuang
jelas dalam kisah nabi di buku cerita anak? Kenyataannya, apakah telah
berlangsung perubahan pada masyarakat ke arah yang lebih baik seiring
banyaknya penyampaian kisah nabi yang telah disebarluaskan oleh
beraneka macam media di berbagai kalangan?
-
4
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat terjawab menggunakan
penelitian secara langsung dengan melihat kondisi masyarakat pada
sekarang ini. Menurut penulis, terjadi ketidak-sinambungan dalam jati diri
masyarakat antara banyaknya penyampaian kisah menuju perubahan ke
arah yang lebih baik yang justru sebagai pesan atau misi primer sebuah
kisah. Kemudian apa penyebab ketidak-sinambungan tadi dapat terjadi?
Apakah materi kisah tersebut yang harus diulas kembali baik dalam
bentuk pemahamannya sekalipun? Lalu bagaimana sudut pandang
masyarakat terhadap kisah yang wajib diulas kembali?
Sejatinya, kisah merupakan bagian integral dari al-Qur‘an yang
diyakini akan keabsahannya, sebab keaslian sebuah kisah telah
memperoleh jaminan langsung dari Allah Swt. Sebagaimana yang telah
dipaparkan dalam surah Âli ‗Imrân ayat 62 dan Yûsuf ayat 111 yang
menyatakan bahwasanya kebenaran sebuah kisah menjadi petunjuk dan
sekaligus sebagai suatu pembelajaran.
قُّ َذا ََلَُو الإَقَصُص اْلَإ ٍو ِإَّلَّ اللَُّو َ ِإنَّ ىَٰ ِكيمُ َ َوَما ِمنإ إِلَٰ َوِإنَّ اللََّو ََلَُو الإَعزِيُز اْلَإ―Sesunguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.‖ (Q. S. Âli ‗Imrân [3]: 62)
َلإَباِب رٌَة ِْلُوِل اْلإ ِديَق الَِّذي َ َلَقدإ َكاَن ِف َقَصِصِهمإ ِعب إ تَ َرٰى َولَِٰكنإ َتصإ َما َكاَن َحِديثًا يُ فإ َ ِمُنونَ بَ ْيإ ٍم يُ ؤإ َة لَِقوإ ٍء َوُىًدى َوَرْحإ ِصيَل ُكلِّ َشيإ يََديإِو َوتَ فإ
―Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al-Qur‘an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.‖ (Q. S.
Yûsuf [12]: 111)
Berdasarkan dua ayat tersebut, jelaslah akan aktualitas kisah nabi
yang terdapat di dalam al-Qur‘an. Jika terjadi perbedaan atau melahirkan
pengungkapan kisah yang berbeda-beda, maka hal tersebut merupakan
-
5
kesalahan yang lahir dari masyarakat dalam upaya memahami dan
mempelajari kisah nabi dalam al-Qur‘an itu sendiri. Lahirnya berbagai
pemahaman inilah yang mengakibatkan terjadinya kesenjangan antara
banyaknya penyajian kisah dengan hasil yang menjadi tujuan dari kisah itu
sendiri.3
Dari beberapa permasalahan yang telah dipaparkan di atas, menurut
penulis kajian yang fokus membahas tentang kisah nabi dalam buku cerita
anak perlu diterapkan dalam konteks sosial modern. Hal ini bertujuan agar
dapat dipetik hikmah serta pelajaran („ibrah) sehingga perbaikan kondisi
masyarakat Indonesia dapat terlaksana terutama dalam situasi krisis moral
seperti saat ini, misalnya tindakan korupsi, perusakan alam, hingga
menngkatnya kasus kriminalitas (kejahatan). Pemahaman yang baik dan
benar perihal kisah di dalam al-Qur‘an diharapkan dapat mengobati
berbagai penyakit sosial yang berada di tengah-tengah masyarakat.
Dari beberapa yang telah penulis telusuri sebelumnya, telah
ditemukan separo dari buku cerita anak yang tersebar di kalangan
masyarakat tidak sesuai dengan apa yang telah tercantum di dalam al-
Qur‘an. Oleh sebab itu, dibutuhkan pendekatan baru yang lebih baik
tatkala mempelajari kisah nabi dalam buku cerita anak. Akan tetapi,
sebuah pendekatan baru cenderung relatif, karena sejatinya menceritakan
sebuah peristiwa yang terdapat dalam kisah al-Qur‘an tidaklah cukup,
tentunya harus disertai dengan cara-cara baru agar sebuah kisah tidak
hanya dapat dijadikan sebagai pembelajaran melainkan juga untuk
membangun tatanan kehidupan yang selaras menggunakan misi utama
yaitu al-Qur‘an. Dengan melihat kembali tujuan al-Qur‘an itu sendiri,
yakni menjadi pedoman hidup umat manusia yang berisi kebenaran.
3Muhammad Ahmad Khalafullâh, al- Fann al- Qasasî fî al-Qur‟an al-Karîm
(Beirut: Sîna li al-Nasyr, 1999), 6.
-
6
Hal menarik lainnya adalah menceritakan sebuah kisah dipercaya
menjadi cara untuk menarik perhatian beraneka ragam kalangan yang
tidak terbatas, baik dalam usia tua atau masih belia, kaya atau kurang
mampu, baik selaku penguasa ataupun rakyat biasa, dan lain sebagainya.
Hal inilah yang menjadi salah satu alasan lahirnya buku cerita anak yang
di dalamnya mengupas seputar kisah-kisah dalam al-Qur‘an. Yang
menjadi pertanyaan di sini, apakah kisah nabi dalam buku cerita anak
terdapat penambahan atau justru terdapat penghapusan cerita serta dari
mana sumber yang menjadi landasan dalam buku cerita anak. Faktor
tersebut merupakan salah satu yang menjadikan penulis tertarik untuk
menindak lanjuti kisah nabi dalam al-Qur‘an yang diadaptasi dalam buku
cerita anak.
Pada redaksinya, kisah nabi didalam al-Qur‘an tak tersusun sesuai
kronologi insiden yang sebenarnya, tetapi diadaptasi menggunakan tujuan
kisah dan keadaan jiwa Nabi Muhammad Saw. Pada saat turunnya wahyu.
Berkaitan dengan hal ini, Muhammad ‗Abduh beropini bahwa al-Qur‘an
tidak bermaksud menggambarkan materi sejarah atau membahas insiden
secara kronologis dan jelas.4 Selaras dengan adanya ungkapkan tersebut
menunjukkan pentingnya menindaklanjuti, seperti mengharuskan adanya
perbandingan untuk memahami, mengetahui, serta mencocokkan kisah
nabi di dalam al-Qur‘an dengan yang terdapat di dalam buku cerita anak.
Demikian penggambaran ini yang merupakan latar belakang penulis
ingin menelisik salah satu kisah yang terdapat dalam buku cerita anak
yang telah mengadaptasi kisah nabi dari al-Qur‘an. Sementara itu, penulis
menggunakan orientasi (arah) komparatif dengan menggunakan al-Qur‘an
dan pendapat para mufassir lainnya. Penelitian tersebut akan penulis
4Muhammad Rasyîd Rida, Tafsîr al-Manâr (Kairo: Matba‘ah Hijazi, 1959), jilid I,
327.
-
7
sajikan dalam skripsi ini dengan judul Studi Analisis Kisah Nabi
Sulaiman a.s dalam Buku Cerita Anak: Komparasi atas Kisah Nabi
Sulaiman a.s dalam Tafsir Al-Qur’an.
B. Permasalahan
Sebagaimana latar belakang permasalahan di atas, maka untuk
mempermudah dalam penulisan, penulis akan memberi identifikasi,
pembatasan serta perumusan masalah yang akan dibahas.
1. Identifikasi Masalah
Akan pemaparan yang telah dituangkan melalui latar belakang
permasalahan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan
yang timbul kemudian. Adapun permasalahan tersebut antara lain:
a. Dalam buku cerita anak yang menjelaskan kisah para nabi dengan
kisah nabi yang ada di dalam al-Qur‘an tentunya memiliki
maksud atau pesan yang ingin disampaikan terhadap pembaca,
maka pesan apa yang akan ditonjolkan teruntuk penikmat buku
cerita anak?
b. Dari berbagai kisah nabi yang telah diuraikan melalui buku cerita
anak, terjadi pengembangan ketika dalam menjelaskan suatu
kejadian dari yang telah dijelaskan dalam al-Qur‘an. Untuk itu,
bagaimana dengan kesesuain kisah tersebut jikalau terdapat
perbedaan dari kisah aslinya. Maka, apakah penyebab atau yang
menjadikan keduanya nampak berbeda.
c. Terdapat beberapa kisah nabi yang tidak bisa disampaikan dalam
bentuk buku cerita. Sesungguhnya menggambarkan sesuatu yang
tidak tertulis di dalam cerita al-Qur‘an pun sudah menjadi
-
8
masalah. Apa ibrah yang didapat dari kisah nabi dalam buku
cerita anak-anak? Ketika diadaptasi menjadi buku cerita anak,
adakah cerita yang kurang atau sebaliknya? Lantas dari mana
sumber informasi terkait dengan sesuatu yang tidak dijelaskan di
al-Qur‘an? Sudah sesuaikah dengan penafsiran utama? Apakah
kisah yang ada di dalam al-Qur‘an diadaptasi dengan baik oleh
penulis buku cerita?
2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sesudah melakukan proses identifikasi masalah, lalu yang menjadi
penekanan fokus penelitian ini ialah cerita atau kisah Nabi Sulaiman yang
dikemas dalam buku cerita anak kisah 25 Nabi & Rasul. Adapun fokus
cerita tersebut menggunakan karangan Iwok Abqary yaitu ada berapa
kisah yang ditulis Iwok Abqary? Apakah hanya kisah Nabi Sulaiman?
Tidak kisah yang lainnya? Dalam surah dan ayat berapa terdapat kisah
Nabi Sulaiman? Penulis hanya memfokuskan pada kisah Nabi Sulaiman,
karena adapun masalah yang harus dijawab dalam penelitian ini adalah
bagaimana bentuk penggambaran kisah Nabi Sulaiman dalam buku cerita
anak kisah 25 Nabi karya Iwok Abqary?
C. Tujuan Penelitian
Melihat dari permasalahan di atas dapat dijelaskan tujuan penulisan
skripsi ini adalah:
1. Mendeteksi kisah Nabi Sulaiman a.s yang ada di dalam buku cerita
anak.
2. Menganalisis dan mengkritisi penafsiran yang berkaitan tentang kisah
Nabi Sulaiman a.s.
-
9
3. Menjelaskan dan melakukan komparasi pesan yang ingin disampaikan
oleh al-Qur'an dalam kisah Nabi Sulaiman a.s yang diadaptasi
menjadi buku cerita anak.
4. Mengetahui serta menambah wawasan tujuan akademik dan
memenuhi tugas dalam memenuhi Sarjana Strata 1 (S1).
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan teoritis adalah untuk menambah wawasan para pengkaji
tafsir, mengenai kisah Nabi Sulaiman a.s dalam al-Qur'an yang
diadaptasi dalam bentuk bacaan buku cerita anak.
2. Kegunaan praktis adalah sebagai bahan tambahan ajar pada mata
kuliah Tafsir seperti, Pendekatan Modern Kajian al-Qur'an,
Metodologi Penelitian Tafsir dan Hadits, serta Kajian Barat terhadap
al-Qur'an dan Hadits.
3. Menambah literasi dan wawasan untuk masyarakat.
E. Kajian Pustaka
Agar mencapai hasil penelitian yang baik, dibutuhkan data-data valid
agar bisa menjawab secara komprehensif permasalahan yang ada. Hal ini
digunakan untuk menghindari kecenderungan penulisan terhadap
penelitian lain, maka dicarilah penelitian-penelitian sebelumnya baik itu
berupa skripsi, tesis, dan disertasi yang memiliki kemiripan tema serta
judul dengan rencana penelitian penulis.
Pengisahan Nabi Yûsuf Dalam al-Qur‟an dan Injil (Analisis
Perbandingan Tafsir Ibn Kātsīr dan Tjerita-Tjerita Al-Kitab) Skripsi oleh
Umar Ubaidillah.5 Perhatian utama penulis dalam skripsi ini ialah
5Umar Ubaidillah, Pengisahan Nabi Yusuf Dalam Al-Qur‟an dan Injil (Analisis
Perbandingan Tafsir Ibn Katsir dan Tjerita-Tjerita Al-Kitab), (Skripsi Program Studi
Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013)
-
10
mengkaji kisah Nabi Yûsuf dalam kitab Tafsir Ibn Kātsīr karya Abu al-
Fida al-Hafiz Ibn Kātsīr atau yang terkenal dengan sebutan Tafsir al-
Qur‘an al Azim dan buku Tjerita Tjerita Alkitab karya Anne de Vries.
Karena di dalamnya (baik tafsir Ibn Kātsīr dan buku Tjerita Alkitab)
membahas kisah Nabi Yûsuf yang banyak mengandung hikmah. Melalui
dua kitab ini, penulis meneliti persamaan dan perbedaan baik dalam kitab
Tafsir Ibn Kātsīr dan Tjerita Alkitab mengenai kisah Nabi Yûsuf. Hikmah
kisah Nabi Yûsuf dari kedua kitab ini juga tidak luput dari pembahasan
penulis.
Penulis juga memaparkan secara detail apa yang dimaksud dengan
kisah, macam-macam kisah serta tujuannya. Terutama asas al-Qur‘an.
Sehingga term qasas al-Qur‘an ini menjadi pijakan untuk memahami arti
sebuah kisah/cerita dalam kedua kitab tersebut. Melalui pembacaan kedua
kitab tersebut, penulis mengetahui sumber rujukan kisah Nabi Yûsuf yang
terdapat dalam kitab Tafsir Ibn Kātsīr. Ibn Kātsīr banyak mengutip
riwayat atau hadis dan pendapat para mufasir sebelumnya, salah satunya
dari Ibn Jarir al-Thabari dalam menjelaskan kisah Nabi Yûsuf. Dalam ilmu
tafsir, metode ini merupakan bagian dari tafsir bi ma‘tsur. Sedangkan
Anne de Vries hanya memaparkan kisah secara panjang lebar yang
bersumber dari Injil berdasarkan pemahamannya.
Interpretasi Jannah Dalam Kisah Nabi Adam Perspektif Muhammad
Abduh, Skripsi oleh Ahmad Nur Ahsan.6 Keberagaman penafsiran pada
dasarnya menambah kekayaan khazanah keilmuan. Beberapa penafsiran
bisa berjalan beriringan namun terkadang bisa saling berlawanan.
Penafsiran yang paling baik adalah menafsirkan ayat dengan ayat yang
lain atau dengan hadis shahih. Sebuah perbedaan yang menarik untuk
6Ahmad Nur Ahsan, Penafsiran Jannah Dalam Kisah Nabi Adam Prespektif
Muhammad Abduh, (Skripsi Program Studi Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2015)
-
11
dikaji adalah perbedaan penafsiran antara Muhammad Abduh dengan
Muhammad Quraish Shihab dalam menafsirkan Jannah yang disebutkan
pada kisah Nabi Adam a.s. Kedua mufassir ini sama-sama mufassir
kontemporer dan sama-sama lulusan al-Azhar Kairo.
Keberagaman itu muncul karena perbedaan latar belakang kehidupan
mufassir yang berbeda dan latar belakang pemikiran yang berbeda pula.
Sejarah Muhammad Abduh lebih menghadapi dunia perkembangan eropa
yang sedang maju, ditambah menghadapi masyarakat yang sangat
mengagungkan taqlid tanpa mengkaji asal muasal hukumnya. Latar
belakang seperti ini tidak sama dengan yang dialami oleh Quraish Shihab.
Hakikatnya makna tersirat kisah di dalam al-Qur‘an bukanlah untuk
diperdebatkan detail kisahnya, namun untuk diambil hikmah dan pelajaran
yang terkandung di dalamnya.
Penafsiran Kisah-kisah al-Qur‟an; Telaah terhadap Pemikiran
Muhammad Ahmad Khalafullah Dalam al Fann al Qasasiy fi al-Qur‟an
al-Karîm, skripsi oleh Muhammad Khotib.7 Skripsi ini berusaha
memecahkan konflik mengenai pandangan Khalafullâh perihal kisah di
dalam al-Qur‘an yang ada pada buku al Fann al-Qasasiy fi al-Qur‘an al-
Karîm. Khalafullâh memaparkan qasas al Qur‘an bukan cerita biasa, sebab
terkadang tidak mempedulikan unsur sejarah. Qasas al-Qur‘an
dipergunakan al-Qur‘an agar memberikan hudan/petunjuk untuk seluruh
manusia.
Lebih dalam lagi Khalafullâh mengkomparasikan antara materi kisah
serta tujuan atau pesan yang ada di dalam al-Qur‘an. Lebih lanjut perihal
bagaimana Khalafullah mempelajari kisah-kisah di dalam al-Qur‘an?
7Muhammad Khotib, Penafsiran Kisah-kisah Al-Qur‟an; Telaah terhadap
Pemikiran Muhammad Ahmad Khalafullah Dalam al Fann al Qasasiy fi al-Qur‟an al-
Karim, (Skripsi Program Studi Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2009)
-
12
Itulah yang akan diungkap dalam skripsi ini. Sebagai kitab petunjuk, al-
Qur‘an memakai beraneka ragam bentuk atau redaksi ayat yang majemuk
dalam hal menyapa umat. Hal ini menjadi bukti nyata kemukjizatan al-
Qur‘an yang dapat diadaptasi menggunakan kemampuan logika
masyarakat yang sebagai objeknya. Hal ini juga bertujuan supaya mudah
dipahami dan dapat diambil manfaatnya sebagai kitab petunjuk. Salah satu
bentuk redaksi ayat al-Qur‘an adalah berupa ayat-ayat tentang kisah.
Selanjutnya, sebagai sebuah karya ilmiah penulis menggunakan metode
pengumpulan data serta analaisis isi melalui penelitian kepustakaan.
Skripsi oleh Sovie Safitri S,8 yang berjudul Analisis Isi Pesan Akhlak
Dalam Komik Pengen Jadi Baik 1 Karya Squ. Analisis Isi Pesan Akhlak
pada Komik Pengen Jadi Baik 1 Karya Squ, aktivitas dakwah adalah salah
satu metode komunikasi, pada kegiatan dakwah ada pesan dakwah yang
diberikan, ialah pesan aqidah, akhlak, serta syariah. Akhlak sendiri
menelaah perihal sikap atau amal manusia yang baik mapun buruk.
Mulanya pesan akhlak hanya disampaikan melalui bentuk verbal, tetapi
sekarang dapat melewati media massa, seperti halnya ialah komik. Komik
merupakan bentuk seni yang memakai gambar yang tidak bergerak yang
dirancang supaya membentuk jalan cerita yang menyesuaikan teks dengan
gambar. Komik diklaim menarik sebab kontennya tidak membosankan
secara terus menerus, oleh karena itu penerapan pesan akhlak bisa
dilakukan dengan cara efektif melalui media komik.
Skripsi oleh Tengku Abubakar,9 yang berjudul Analisis Semiotika
Nilai-nilai Kepemimpinan Dalam Komik 99 Pesan Nabi Karya VBI
8 Sovie Safitri S, Analisis Isi Pesan Akhlak Dalam Komik Pengen Jadi Baik 1 Karya
Squ, (Skripsi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018) 9Tengku Abubakar, Analisis Semiotika Nilai-nilai Kepemimpinan Dalam Komik 99
Pesan Nabi Karya VBI Djenggotten. (Skripsi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016)
-
13
Djenggotten. Analisis Semiotika Nilai-nilai Kepemimpinan pada Komik
99 Pesan Nabi Dewasa ini, banyak masyarakat saat ini sadar bahwa komik
tidak hanya sebatas sarana hiburan. Komik acap kali dipergunakan sebagai
misi-misi eksklusif, misalnya media dakwah atau layaknya komik politik
ataupun komik propaganda.
Komik ini menyampaikan ilustrasi yang berasal dari hadits-hadits
Bukhari dan Muslim yang terkenal. Komik ini menyampaikan arti dan
maksud dari perilaku kehidupan sehari-hari, ada pula yang menyalurkan
ari dan maksud mengenai nilai-nilai kepemimpinan khususnya pemimpin
yang ada di Indonesia. Setelah itu timbullah pertanyaan, apa maksud
denotatif, maksud konotatif, dan juga mitos yang terangkum di dalam
komik 99 Pesan Nabi? Melihat konteks yang dirancang oleh pertanyaan
penelitian tadi, artinya tinjauan teoritis yang dipergunakan ialah teori
semiotika dari Rolland Barthes yaitu melihat maksud tanda yang da di
denotasi dan konotasi, serta yang biasa dinamakan two order of
signification (signifikasi dua term atau dua tatanan pertanda). Signifikasi
term pertama adalah korelasi antara signifier (aktualisasi diri) serta
signified (isi) pada sebuah tanda terhadap empiris yang eksternal.
Skripsi oleh Muhammad Idham Kholid,10
yang berjudul Karakteristik
Metode Pembelajaran Cerita dalam al-Qur'an Surat al-Qashash Ayat 76-
81. Tujuan penelitian tersebut ialah guna mempelajari bagaimana ciri-ciri
langkah pemahaman qasas al-Qur‘an, khususnya surah al-Qashash ayat
76-81. Berangkat dari kekhawatiran penulis semakin berkurangnya anak-
anak di sekolah yang tahu dan menerima cerita-cerita yang baik dari guru-
guru di sekolah mereka. Arti kisah yang baik adalah kisah yang berasal
dari al-Qur‘an. al-Qur‘an telah memberi gambaran dan contoh bagaimana
10
Muhammad Idham Kholid, Karakteristik Metode Pembelajaran Cerita dalam Al-
Qur'an Surat Al-Qashash Ayat 76-81. (Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah & Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014)
-
14
cara bercerita dengan baik dan benar, yang bisa menarik pesan dan
pembelajaran pada setiap cerita, tak hanya menjadi hiburan semata.
Hasil penelitian yang dilaksanakan penulis dapat diambil kesimpulan
bahwasanya karakteristik al-Qur‘an dalam mengungkap cerita khususnya
surah al-Qashash ayat 76-81 adalah singkat, tepat sasaran, dan jelas serta
tak bertele-tele. Selalu terdapat pesan yang tersirat dan kebijaksanaan dari
semua cerita yang diceritakan serta menekankan pada kebenaran dan juga
terdapat pesan yang disampaikan pada tengah dan akhir cerita,
sebagaimana cerita ini bukan hanya seperti media massa hiburan layaknya
kisah sastra lainnya, akan tetapi menjadi langkah pembelajaran yang
efektif dan efisien untuk menyampaikan pesan-pesan religius.
Skripsi oleh Nuraini Mardhiyah,11
yang berjudul Analisis
Representasi Hadis Bukhari-Muslim Pada Komik 33 Pesan Nabi (Jaga
mata, jaga telinga, jaga mulut) Sebagai Kritik Perilaku Masyarakat.
Permasalahannya adalah ―bagaimana Komik 33 Pesan Nabi (Jaga Mata,
Jaga Telinga, Jaga Mulut) mengkritik perilaku masyarakat melalui hadis
Bukhari-Muslim‖ dengan tujuan penelitian mendapatkan bentuk penanda
dan petanda denotatif (zahir) dan konotatif (batin), tanda denotatif dan
konotatif serta makna mitos hadis Bukhari-Muslim dari komik tersebut.
Skripsi oleh M. Maulana Mahmudah,12
yang berjudul Berdakwah
Melalui Komik: Analisis Pesan Dakwah Dalam Komik Pengen Jadi Baik
2. Di era Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ditandai dengan
maraknya media massa sebagai sarana komunikasi massa dan alat
pembentuk opini publik, para mubalig dan aktivis dakwah telah
11
Nuraini Mardhiyah, Analisis Representasi Hadis Bukhari-Muslim Pada Komik 33
Pesan Nabi (Jaga mata, jaga telinga, jaga mulut) Sebagai Kritik Perilaku Masyarakat.
(Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa Serang 2015) 12
M. Maulana Mahmudah, Berdakwah Melalui Komik: Analisis Pesan Dakwah
Dalam Komik Pengen Jadi Baik 2. (Skripsi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi UIN Banjarmasin 2019)
-
15
memanfaatkan media massa sebagai sarana untuk berdakwah. Dakwah
dilakukan secara Darling dan Luring, namun dapat dilakukan dengan
media tulisan seperti buku, novel, cerpen, dan komik.
Kisah dikemas dengan model lucu, menarik, dan ringan membuat
komik amat disukai. Oleh sebab itu banyak yang menggunakan komik
sebagai media dakwah seperti halnya SQU yang bernama asli Ardian
Candra Susila penulis komik Islami berjudul pengen jadi baik 2. Komik
pengen jadi baik 2 merupakan komik Islami yang mengisahkan
pengalaman-pengalaman kecil di kehidupan sehari-hari penulis dan
keluarganya yang ditokohkan dalam Abah, Kevin, dan Mama K. Komik
ini ditulis dengan bahasa yang ringan, lucu dan syarat akan nilai-nilai
dakwah.
Skripsi oleh Muhammad Nasrullah,13
yang berjudul Konsepsi seni
rupa dalam al-Qur‟an: studi analisis surat Saba‟ ayat 13 dalam perspektif
para mufassir. Seni rupa di zaman sekarang ini banyak timbul alasan yang
menuai pro dan kontra apalagi tentang patung dan gambar. Hal ini
dikarenakan seni rupa pekerjaan yang dosa atau kegiatan yang muncul
akan dosa. Munculnya penelitian ini di latar belakangi dengan adanya
pembuktian para mufassir dari zaman klasik hingga modern yang
membolehkan kegiatan tersebut atau menjadi suatu pekerjaan yang
sebagaimana telah disebutkan di dalam al-Qur‘an surat Saba‘ ayat 13.
Penelitian ini mencoba menganalisis antara penafsiran at-Thabari, al-
Qurtubi, dan Quraish Shihab yang masyhur dengan corak fikih atau
hukum dan adab ijtimai‘ serta relevansinya terhadap pakar seni rupa
modern.
13
Muhammad Nasrullah, Konsepsi seni rupa dalam al-Qur‟an: studi analisis surah
saba‟ ayat 13 dalam perspektif para mufassir. (Skripsi Jurusan Ilmu Al-Qur‘an & Tafsir
Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel Surabaya 2019)
-
16
Karenanya, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan mengenai
surah Saba‘ ayat 13 atas dasar pemahaman dari tiga mufassir dan
menganalisis metode dan pendekatan para mufassir terhadap surah Saba‘
ayat 13. Model penelitian yang saat ini digunakan adalah kualitatif, dalam
segi penyajiannya menggunakan tehnik deskriptif analisis. Penelitian ini
berobjek pada penafsiran al-Tabari, al-Qurthubi, dan Quraish Shihab
terhadap surat Saba‘ ayat 13 dan relevansinya dengan pakar seni rupa
modern. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu library research, yaitu mengkhususkan terhadap literatur-literatur
baik primer maupun sekunder.
Pada akhirnya, penelitian ini memberikan jawaban bahwa, ada
kenyataanya, menurut ketiga mufassir tersebut yaitu al-Tabari, al-
Qurthubi, dan Quraish Shihab adalah apabila seni rupa membawa manfaat
bagi manusia, memperindah hidup dan hiasannya yang dibenarkan agama,
mengabdikan nilai-nilai luhur dan menyucikannya, serta mengembangkan
serta memperhalus rasa keindahan dalam jiwa manusia, maka sunnah Nabi
mendukung, tidak menentangnya. Kemudian ketiga-tiganya para mufassir
tersebut menggunakan metode tahlili, bercorak fikih atau hukum dan adab
ijtimai‘, dan menggunakan pendekatan bil-matsur.
Tesis Diploma oleh Firdayanti Nopiana,14
yang berjudul Analisis
Pesan Dakwah dalam Komik 90++ Nasihat Nabi untuk Perempuan Karya
Angga Priatna. Aktivitas dakwah tidak hanya dilakukan di atas mimbar
tetapi kegiatan dakwah bisa dilakukan dengan bermacam media. Kegiatan
dakwah tidak hanya dilakukan dengan cara trasidional seperti ceramah dan
pengajian yang masih menggunakan media komunikasi tutur. Dengan
perkembangan zaman kegiatan dakwah dapat disampaikan melalui media
14
Firdayanti Nopiana, Analisis Pesan Dakwah dalam Komik 90++ Nasihat Nabi
untuk Perempuan Karya Angga Priatna. (Tesis Diploma Jurusan Komunikasi &
Penyiaran Islam Fakultas Dakwah & Komunikasi 2018)
-
17
cetak, salah satunya adalah komik. Keberadaan komik religi tidak hanya
untuk menyampaikan informasi tetapi untuk hiburan yang mendidik, pada
saat ini komik religi mudah ditemukan dan didapatkan salah satu komik
yang bernuansa religi dan memiliki pesan-pesan kebaikan seperti komik
90++ Nasihat Nabi Untuk Perempuan karya Angga Priatna.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pesan dakwah
dari Samsul Munir Amin berpendapat bahwa klasifikasi pesan dakwah
dibagi menjadi tiga yaitu akhlak, syariah dan aqidah. Tujuan Penelitian ini
yaitu untuk mengetahui pesan akhlak yang terkandung dalam komik 90++
Nasihat Nabi Untuk Perempuan, untuk mengetahui pesan syariah dalam
komik 90++ Nasihat Nabi Untuk Perempuan, dan untuk mengetahui pesan
aqidah dalam komik 90++ Nasihat Nabi Untuk Perempuan. Metode
penelitian yang digunakan adalah analisis isi kualitatif dengan jenis
pendekatan deskriptif, penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan
tentang pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam komik 90++ Nasihat
Nabi untuk Perempuan.
Setelah menganalisis penelitian, dapat diketahui bahwa pesan-pesan
dakwah pada komik 90++ Nasihat Nabi Untuk Perempuan sebanyak 93
tema pesan dakwah, yang diklasifikasikan menjadi tiga pesan dakwah
yaitu kategori pesan akhlak, kategori pesan syariah dan kategori pesan
aqidah, pada pesan akhlak terdapat beberapa bagian kategori seperti
akhlak terpuji, akhlak tercela, akhlak kepada keluarga, akhlak kepada
tetangga dan akhlak suami istri, setelah itu kategori pesan syariah pun di
bagi beberapa kategori yaitu tentang anjuran ibadah, anjuran
menggunakan perhiasan bagi wanita, kewajiban menutup aurat dan
tentang pernikahan, pada kategori pesan aqidah dibagi beberapa kategori
yaitu kategori Iman Kepada Allah dan Iman Kepada hari Akhir.
-
18
Dari literatur kajian pustaka yang ada di atas, dan dari sejumlah
penelitian yang ada sebelumnya, belum pernah ada yang meneliti tentang
Studi Analisis Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Buku Cerita Anak:
Komparasi atas Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Tafsir Al-Qur‟an, mereka
hanya fokus dalam persoalan yang lain. Oleh karena itu dari beberapa
kajian pustaka tersebut, penulis hanya memfokuskan posisi penelitian ini
pada analisis penyajian kisah Nabi Sulaiman a.s dalam buku cerita anak.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pembahasan pada penelitian ini menerapkan metode penelitian
kualitatif yang mana penelitian ini menggunakan teknik pencarian makna,
pemahaman, pengertian tentang suatu fenomena, kejadian maupun
kehidupan manusia dengan terlibat langsung dan/atau tidak langsung
dalam setting yang diteliti, kontekstual, dan menyeluruh.15
Penelitian
kualitatif lebih menelisik terhadap data yang sebenarnya serta yang
absolut, yang artinya suatu nilai di balik data yang nyata.16
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan menggunakan
metode analisis dan kepustakaan. Ada juga sumber data yang digunakan
pada penelitian ini yaitu al-Qur'an, buku cerita kisah nabi anak, kamus
klasik bahasa Arab, beraneka macam kitab tafsir dan buku-buku yang
membicarakan perihal kisah dan cerita di dalam al-Qur'an. Adapun untuk
merealisasikan teknik tersebut penulis menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
15
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan, Edisi 1, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 328 16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 9.
-
19
Pada penelitian ini penulis memakai al-Qur'an dan
terjemahannya, banyak kitab tafsir, beraneka macam buku yang
membicarakan perihal kisah dan cerita di dalam al-Qur'an, dimana
dalam hal ini khusus penulis menggunakan buku cerita anak kisah-
kisah nabi karya Iwok Abqary.
b. Sumber Data Sekunder
Dalam hal ini penulis menggunakan Kitab tafsir, buku-buku,
jurnal, skripsi, artikel, internet dan alat informasi lainnya yang
berkaitan dengan informasi atau pembahasan ini guna dijadikan
informasi tambahan, serta dapat dipertanggungkan kebenaran datanya.
3. Metode Pembahasan
Data yang sudah ada akan penulis analisa dengan menggunakan
metode deskriptif analisis17
yang bersifat kualitatif. Penggunaan metode
deskriptif analisis ini diharapkan mampu untuk mendeskripsikan
permasalahan dan data yang berkaitan dengan tema penelitian menurut
kategori yang telah disusun guna memperoleh kesimpulan tentang pesan
yang ingin disampaikan dari Al-Qur‘an kisah Nabi Sulaiman As. yang
diadaptasi menjadi buku cerita anak.
a. Deskripsi
Yaitu menggambarkan keadaan atau status fenomena.
Maksudnya adalah menggambarkan bagaimana kedua sumber yaitu
al-Qur‘an dan buku cerita anak dalam mengkisahkan Cerita kisah
Nabi Sulaiman As. dengan kesesuaian tafsir utama.
17
Deskriptif analisis adalah sebagai upaya mengkaji kemudian memaparkan
keadaan objek yang akan diteliti dengan merujuk pada data-data yang sudah ada (primer
maupun sekunder) kemudian menganalisanya secara komprehensif melalui pendekatan
komparatif, sehingga akan tampak jelas perbedaan yang ada dan jawaban atas persoalan
yang berhubungan dengan pokok permasalahan kemudia menghasilakan pengetahuan
yang valid. Lihat: John W. Creswell, Research Design, Qualitative, Quantitative, anfd
Mixed Methods Apporoach, Penerjemah: Achmad Fawaid dan Rianayati Pancasari
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h. 262.
-
20
b. Analisis
Pada penyusunan penelitian skripsi ini, penulis memakai langkah
pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan (library research).
Penulis juga mencari, mengumpulkan serta mengkaji beberapa buku,
jurnal, dan sumber bacaan yang terdapat beberapa kaitannya pada
pembahasan skripsi ini. Dengan karya Iwok Abqary buku cerita kisah
25 nabi & rasul yang sebagai sumber primer penulisan penelitian
skripsi. Hal ini sangat krusial dilaksanakan agar memperoleh data,
kerangka teori, serta pemikiran dari para ahli yang berkompeten
sesuai bidangnya perihal masalah yang penulis bahas. Dalam hal
menganalisis data-data, penulis memakai metode deskriptif analitis.
Secara deskriptif artinya menjelaskan dan menafsirkan data yang
berkaitan dengan fakta keadaan saat ini, variabel serta fenomena dan
kenyataan yang terjadi ketika penelitian sedang terjadi dan juga
menyajikan secara sederhana.18
Pada saat ini, penulis akan
mendeskripsikan dan menerangkan pemahaman Iwok Abqary yang
tertulis dalam buku karangannya pada ayat-ayat kisah Nabi Sulaiman
as seperti di dalam al-Qur‘an.
Analitis menjadi upaya eksplorasi dan juga penjelasan terkait
fenomena pemahaman, pemaknaan, interpretasi al-Qur‘an, dan
menguatkan pengetahuan terkait banyak sekali macam eksperimen
tadi. Analisis isi (content analysis) dilakukan guna menganalisis
pemahaman Iwok Abqary terkait ayat-ayat kisah di dalam al-Qur‘an.
4. Teknik Penulisan
18
M. Subana, dan Sudarajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka
Setia, 2001), h. 89.
-
21
Penulisan skripsi ini mengacu kepada Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2017.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, penulis membagi
pembahasannya menjadi beberapa subbab dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab pertama, ialah pendahuluan yang mengungkapkan latar belakang
persoalan yang timbul dalam penelitian ini, sesudahnya permasalahan
tersebut diteliti serta dipecahkan, dibatasi dalam perumusan masalahnya,
lalu disebutkan juga tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Adapun
tinjauan pustaka dilaksanakan yang memiliki tujuan untuk mengetahui
letak penelitian ini diantara studi kasus yang lain, begitu pula pada
penerangan tentang metode penelitian yang digunakan guna menuntaskan
penelitian skripsi ini. Serta pembahasan terakhir adalah penjelasan
mengenai sistematika pembahasan yang dibahas dalam penelitian ini.
Bab kedua, menjelaskan ilustrasi secara umum perihal kisah Nabi di
dalam al-Qur‘an pada kajian ‗Ulum al-Qur‘an. Bab ini mencakup definisi
kisah, pesan yang tersirat serta hikmah dan tujuan kisah, karakteristik dan
berbagai macam kisah Nabi di dalam al-Qur‘an.
Bab ketiga, menguraikan seputar biografi Iwok Abqary, karya-karya
dari Iwok Abqary, serta tentang penerbit buku.
Bab keempat, berisi perihal kisah Nabi Sulaiman As. pada buku cerita
anak karya Iwok Abqary. Bab ini mencakup penafsiran kisah-kisah pada
al-Qur‘an karya Iwok Abqary serta kontekstualitas kisah Nabi Sulaiman di
dalam al-Qur‘an: antara ibrah dan kenyataan liputan sejarah selanjutnya
Bab ini diakhiri dengan analisis pada pemahaman kisah menurut Iwok
Abqary.
-
22
Bab kelima penutup, pada epilog bagian ini menjawab seluruh
masalah yang diangkat dan memberikan rekomendasi atau saran yang
berguna dilakukan praktis serta untuk penelitian selanjutnya.
-
23
BAB II
PENAFSIRAN KISAH AL-QUR’AN
A. Definisi Kisah
Arti kata kisah menurut KBBI adalah suatu riwayat atau biasa disebut
sebagai cerita maupun peristiwa yang telah terjadi pada kehidupan setiap
individu.1 Kata-kata dari kata dasar kisah yaitu berkisah, kisahan,
mengisahkan, pengisahan, terkisah.
Kisah merupakan rentetan suatu peristiwa atau kejadian di dalam
lingkup kehidupan setiap insan. Sedangkan maksud dari kata berkisah
adalah bercerita tentang, mengisahkan atau menceritakan suatu kejadian
yang telah terjadi. Lain halnya dengan terkisah, diceritakan; dikisahkan;
kisahan yang menjelaskan tentang wacana yang bersifat cerita, baik
berdasarkan pengamatan maupun berdasarkan rekaman. Sama halnya
dengan narasi yakni pengisahan atau proses, cara, dalam menguraikan
maupun perbuatan mengisahkan.
Secara definisi bahasa, yang terdapat pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), kisah merupakan suatu penuturan yang
mendeskripsikan atau menjelaskan bagaimana suatu hal dapat terjadi.2
Cerita mempunyai makna yang hampir sama dengan kisah, yang mana
kisah sendiri merupakan istilah serapan yang berasal dari kata qishshah di
dalam bahasa Arab, yang berasal dari kata dasar qaf ṣad ha‟ yang
memiliki arti kisah, cerita, berita atau keadaan. Menurut Abdul Aziz
Abdul Majid, kisah merupakan suatu macam sastra yang mempunyai
estetika keindahan serta kenyamanan tersendiri serta merupakan salah satu
bentuk sastra yang mampu dibaca atau walau hanya didengar oleh orang
1Database utama KBBI merupakan Hak Cipta Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kemdikbud (Pusat Bahasa) 2Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 283.
https://jagokata.com/arti-kata/berkisah.htmlhttps://jagokata.com/arti-kata/kisahan.htmlhttps://jagokata.com/arti-kata/mengisahkan.htmlhttps://jagokata.com/arti-kata/pengisahan.htmlhttps://jagokata.com/arti-kata/terkisah.html
-
24
yang tak mampu membaca.3 Lain halnya dengan Sa‘id Mursy yang
mengungkapkan bahwasanya kisah merupakan penjelasan ilmu
pengetahuan pada anak-anak menggunakan bahasa yang sederhana serta
mudah untuk dipahami.4
A. Hanafi mengutip pendapat Dr. Muhammad Khalafullah pada
bukunya al-Fannu al-Qaṣaṣī fī al-Qur‘ān al-Karīm yang memiliki definisi
bahwasanya kisah artinya sebuah karya kesusasteraan yang artinya suatu
hasil khayalan pengarang kisah kepada kejadian-kejadian yang
berlangsung atas satu orang pelaku yang kenyataaannya tidak nyata.
Ataupun, berasal dari satu orang pelaku yang benar-benar ada dan nyata.
Akan tetapi suatu perkara kejadian yang berkisar dalam dirinya pada kisah
tersebut mustahil untuk terjadi. Atau mungkin, kejadian tersebut
berlangsung pada diri pelaku, namun pada kisah tersebut ditumpuk atas
dasar seni yang memiliki estetika lebih, yang separuh dari insiden tersebut
didahulukan serta sebagiannya lagi dikemudiankan, sebagiannya yang lain
disebutkan lalu sebagiannya lagi dihilangkan. Adapun, perihal peristiwa
yang faktanya benar terjadi tersebut dibubuhi kejadian baru yang tak
terjadi atau dilebih-lebihkan dalam pengilustrasikannya, sebagai akibatnya
para pelaku sejarah keluar dari kebenaran dan kenyataan yang biasa dan
telah menjadi sebagai para pelaku khayali.5
B. Cerita dalam al-Qur’an
Telah dijelaskan sebelumnya dalam buku ―Metode Dakwah‖ yang
diterbitkan oleh Departemen Agama RI bahwa di dalam dalam al-Qur‘an
telah banyak teks-teks atau ayat yang menjelaskan akan kisah umat
3Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita, Terjemah Neneng Yanti dan Iip
Dzulkifli Yahya, (Bandung: PT Remaja Rosda Kalya, 2001), 8. 4Muhammad Sa‘id Mursy, Seni Mendidik Anak, (Jakarta: Arroyan, 2001), 117.
5A. Hanafi, Segi-Segi Kesusastraan Pada Kisah-Kisah Al-Qur‘an, (Jakarta: Pustaka
Alhusna, 1984), Cet.1, 15.
-
25
terdahulu bisa dijadikan sebagai materi sekaligus menjadi alat yang
komparatif guna melakukan kegiatan dalam berdakwah serta untuk
mendidik.
1. Macam-Macam Cerita dalam al-Qur’an
Cerita-cerita yang telah dipaparkan secara jelas dalam al-Qur‘an
memiliki kesinambungan dalam kehidupan setiap para utusan Allah.
Begitu halnya yang berkaitannya dengan segala sesuatu sesuatu yang
berhubungan dengan para Nabi, seperti Iblis, Qabil-Habil, Khidir, Qarun,
Firaun, dan lain sebagainya. Segala kisah yang dijelaskan di dalam al-
Qur‘an, tidak hanya menerangkan kisah para Nabi saja, melainkan juga
menceritakan kejadian yang dialami oleh seseorang yang hidup bukan
pada zaman nabi, seperti kisah Aṣḥab al-Kahfi, Żulqarnain, Aṣḥab al-
Ukhdud, dan lain seagainya.
Dari sekian banyak kisah yang dituangkan di dalam al-Qur‘an,
terdapat kisah yang diceritakan kembali guna menjawab pertanyaan para
sahabat kala itu, seperti kisah Aṣḥab al-Kahfi, dan Żulqarnain (Qs. al-
Kahfi ayat 9-20 dan 83). Adapun sebagian besar kisah lainnya
difirmankan tanpa ada penyebab atau sebuah permintaan.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwasannya cerita atau
kisah di dalam al-Qur‘an mencakup banyak hal, seperti sebuah peringatan,
ibarat, pertanda, dan tentunya pesan untuk seluruh umat manusia. Berikut
pembagian cerita yang ada di dalam al-Qur‘an.
a. Dilihat dari segi waktu kejadian sebuah peristiwa atau insiden
yang disebutkan di dalam al- Qur‘an, ada tiga jenis yakni:
Cerita yang mengandung hal gaib dan terjadi pada masa lalu,
maksudnya suatu peristiwa atau kejadian gaib dalam artian
tidak bisa ditangkap oleh panca indra, seperti cerita-cerita
Nabi, dan lain sebaginya.
-
26
Cerita hal-hal gaib pada masa kini, yaitu menjelaskan
kejadian-kejadian gaib pada masa sekarang (meski sudah ada
sejak dahulu dan akan tetap ada sampai pada masa yang akan
datang), dan yang menyingkap rahasia orang-orang munafik.
Menceritakan perihal gaib pada masa yang akan datang yang
belum pernah terjadi pada saat turunnya al-Qur‘an, lalu
insiden itu benar-benar terjadi begitu saja.
b. Selanjutnya, kisah yang dicermati dari tahap materi, terdapat tiga
macam di antaranya:
Kisah atau cerita para utusan Allah yang berkaitan dengan
dakwah mereka dari segala arah dan perkembangannya,
mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada nabi terpilih,
kemudian kedudukan yang didapatkan oleh para
pembangkang, dan yang terakhir kisah yang menjelaskan
akan dampak dari orang-orang yang telah yakin dan yang
membohongi mereka dan masih banyak lagi. Contohnya
seperti dalam cerita Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa,
Muhammad, dan nabi serta rasul yang lainnya.
Kisah atau cerita yang datang dari tokoh ataupun sekelompok
manusia pilihan Allah, seperti kisah Lukman al-Ḥakim,
Aṣḥab al-Kahfi dan lain-lain. Selanjutnya kisah masa lampau
yang mana keberadaannya tidak bisa dipastikan secara
langsung apakah mereka benar-benar nabi atau bukan,
contohnya cerita Thalut dan Jalut, dua putra Adam,
Żulqarnain, Qarun, Maryam, serta Aṣḥab al-Ukhdud, dan
lain-lain.
Kisah atau suatu peristiwa besar yang berlangsung pada masa
Rasulullah Saw serta melibatkan Rasulullah saw. di
-
27
dalamnya. Di antaranya seperti cerita perang badar serta
perang uhud dalam surah Ali Imran, perang hunain dan
perang tabuk dalam surah at-Taubah, perang Ahzab dalam
surah al-Ahzab, kejadian tentang hijrah, Isra‘ Mi‘raj dan lain
sebagainya.6
C. Pengertian Kisah dalam al-Qur’an
Menurut bahasa, kata qaṣṣaṣ merupakan bentuk jamak dari kata
qiṣah, yang memiliki arti mengikuti jejak7 atau menelusuri bekas dari
suatu peristiwa.8 Kata al-qaṣaṣ adalah bentuk Masdar dari kata qaṣṣa-
yaquṣṣu-qaṣaṣan,9. Qaṣaṣ berarti berita yang berurutan. Sedang al-qiṣṣah
berarti urusan, berita, perkara, dan keadaan. al-Qur‘an selalu
menggunakan terminologi qaṣaṣ untuk menunjukan bahwa kisah yang
disampaikannya itu benar dan tidak mengandung kemungkinan salah atau
dusta. Sementara cerita-cerita lain yang mengandung kemungkinan salah
dan benar biasanya bentuk jamaknya diungkapkan dengan istilah qiṣaṣ.
Di dalam al-Qur‘an sendiri, telah dijelaskan mengenai pengertian
qaṣṣaṣ, seperti terlihat dalam ayat-ayat berikut ini.
ِلَك َما ُكنَّا نَ بإِغ ا عَ َ قَاَل ذَٰ َلٰى آثَارِِِهَا َقَصًصافَارإَتدَّ―Musa berkata: ‗Itulah (tempat) yang kita cari‘. Lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula‖. (Qs. al-Kahfi[18]: 64)
6 FKMT Penamas Departemen Agama Dki Jakarta dan Direktorat Pendidikan
Agama Islam Pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid Direktur Jenderal
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, Metode Dakwah, (Jakarta:
Departemen Agama RI, 2004), 128. 7 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur‟an, (Cet. 18, Bogor: Pustaka
LiteraAntarNusa, 2015), 435. 8Muhammad Warson, Kamus Al Munawwir, (Yogyakarta: UPBIK Pondok
Pesantren Krapyak, 1984), 348. 9 Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (Cet. 1,
Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 345.
-
28
Dalam ayat ini lafaẓ qaṣaṣ menunjukkan arti mengikuti jejak yang
sama dengan menelusuri bekas. Selanjutnya dijelaskan pula pengertian
lain, sebagaimana dalam firman-Nya:
يِو ِتِو ُقصِّ ُعُرونَ َ َوقَاَلتإ ِْلُخإ فَ َبُصَرتإ بِِو َعنإ ُجُنٍب َوُىمإ ََّل َيشإ―Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: ‗Ikutilah dia‘
Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak
mengetahuinya‖. (Qs. al-Qaṣaṣ[28]: 11)
Dari ayat tersebut, jelaslah bahwa lafaẓ quṣi/qaṣṣaṣ memiliki
pengertian mengikuti.
قُّ َذا ََلَُو الإَقَصُص اْلَإ ٍو ِإَّلَّ َ ِإنَّ ىَٰ ِكيمُ َ اللَُّو َوَما ِمنإ إِلَٰ َوِإنَّ اللََّو ََلَُو الإَعزِيُز اْلَإ―Sesunguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana. (Qs. Āli ‗Imrān[3]: 62)
َلإَباِب َلَقدإ كَ رٌَة ِْلُوِل اْلإ ِديَق الَِّذي َ اَن ِف َقَصِصِهمإ ِعب إ تَ َرٰى َولَِٰكنإ َتصإ َما َكاَن َحِديثًا يُ فإِمُنونَ ٍم يُ ؤإ ًَة لَِقوإ ٍء َوُىًدى َوَرْحإ ِصيَل ُكلِّ َشيإ َ يََديإِو َوتَ فإ بَ ْيإ
―Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman‖. (Qs.
Yusūf[12]: 111)
Dari ayat-ayat di atas menjelaskan pengertian kisah secara bahasa dari
sudut pandang al-Qur‘an. Sedangkan menurut istilah, qaṣṣaṣ al-Qur‟an
berarti suatu kisah yang telah tertera di dalam al-Qur‘an yang di dalamnya
menceritakan para utusan-Nya, ikhwal umat terdahulu serta peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini maupun masa yang
akan datang. Di dalam al-Qur‘an sendiri, telah banyak menggambarkan
kejadian yang dialami oleh Nabi/Rasul dan para pengikutnya.10
10
Abdul Djalal, Ulumul Qur‟an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 294.
-
29
Qaṣaṣ al-Qur‟an dengan kata lain merupakan suatu pemberitaan yang
datang dari al-Qur‘an perihal ihwal umat terdahulu, nubuwat (kenabian)
serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Di dalam al-Qur‘an banyak
ditemukan pembahasan mengenai kejadian pada masa lalu, sejarah
bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap
umat yang tentunya penyampainnya pun sangatlah menarik dan
mempesona.
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kisah merupakan suatu berita atau peristiwa mengenai
suatu permasalahan dalam masa-masa yang saling berurutan. Baik berupa
pemberitaan mengenai ihwal umat yang telah lalu, nubuwwat (kenabian)
yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah, maupun yang sedang
terjadi.
D. Hikmah Kisah dalam Al-Qur’an
Segala sesuatu yang terjadi pasti memiliki hikmah atau pelajaran di
baliknya. Adapun Hikmah yang dapat dipetik akan kisah yang Allah
sebutkan dalam al-Qur‘an tampak dari beragam sisi, penulis sebutkan
sebagai mana berikut;
1) Hendaknya mampu memahami apa yang ada pada kisah-kisah
tersebut berupa kabar, fakta, makna, dan metode dalam pertarungan
antara yang hak dengan yang bathil agar kita dapat mengambil ibrāh
(pelajaran) darinya. Sebagaimana kisah yang telah Allah sampaikan
mengenai kisah para nabi dan apa yang menimpa mereka beserta para
pengikutnya, seperti yang menimpa para pengikut nabi dan Allah
menolong mereka dan menjadikan akhir yang baik bagi mereka. Di
sinilah nampak jelas tauladan bagi kaum mukminin. Allah SWT
berfirman,
-
30
َلإَباِب َلَقدإ َكاَن ِف َقَصصِ رٌَة ِْلُوِل اْلإ ِديَق َ ِهمإ ِعب إ تَ َرٰى َولَِٰكنإ َتصإ َما َكاَن َحِديثًا يُ فإِمُنونَ ٍم يُ ؤإ ًَة ِلَقوإ ٍء َوُىًدى َوَرْحإ ِصيَل ُكلِّ َشيإ َ يََديإِو َوتَ فإ الَِّذي بَ ْيإ
―Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al-Qurān itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan
segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.‖
(QS. Yusūf [12]: 111)
2) Dalam kisah al-Qur‘an terdapat keterangan tentang Sunnah Allah
pada makhluk-Nya, baik berkaitan tentang umat, kelompok, maupun
individu. Dan Sunnah itu berlaku bagi kaum terdahulu dan bergulir
terus menuju generasi yang datang berikutnya agar kaum mukmin
dapat mengambil ibrāh (pelajaran). Oleh karena itu, kisah-kisah al-
Qur‘an bukan hanya sekedar menjelaskan ataupun mengisahkan
sejarah umat atau tokoh saja, terdapat pula penyebutan suatu bencana
yang dialami oleh suatu umat pada kala itu, namun ketika dalam
penyebutannya tidak disebutkan secara menyeluruh (mendetail) dan
tidak pula secara berurutan. Akan tetapi, inti pokok dari kesemuanya
adalah ibrāh, ungkapan (nasihat), dan peringatan, sebagaimana
firman-Nya,
ِعظٌَة َ بِِو فُ َؤاَدَك وَُكًّلِّ نَ ُقصُّ َعَليإَك ِمنإ أَن إَباِء الرُُّسِل َما نُ ثَبُِّت قُّ َوَموإ ِذِه اْلَإ َوَجاَءَك ِف ىَِٰمِنْي َرٰى لِلإُمؤإ َوذِكإ
―Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-
kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah
datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-
orang yang beriman.‖ (QS. Hūd [11]: 120)
3) Dalam kisah al-Qur‘an terdapat keterangan tentang manhāj (metode)
para nabi dalam berdakwah kepada Allah, bagaimana iltizām
(ketegaran) dan kesabaran mereka dalam memegang manhāj tersebut
dan menjadikan para Nabi tauladan bagi setiap manusia dalam artian
menjadikan mereka sebagai panutaan dan tauladan dalam hal uslūb
-
31
(cara) dan metode dakwahnya. Berikut ayat al-Qur‘an yang
menjelaskan akan hal tersebut.
َتِدهإ َ َدى اللَُّو أُولَِٰئَك الَِّذيَن ىَ رًا َ فَِبُهَداُىُم اق إ أَُلُكمإ َعَليإِو َأجإ ِإنإ ُىَو ِإَّلَّ َ ُقلإ ََّل َأسإَرٰى لِلإَعاَلِمْيَ ذِكإ
―Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka
ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu
dalam menyampaikan (Al-Qur‘an)". Al-Qur‘an itu tidak lain hanyalah
peringatan untuk seluruh ummat.‖ (QS. al-An‘ām [6]: 90)
4) Dalam al-Qur‘an dijelaskan pula perihal kisah suatu kaum yang
memiliki sikap sabar dan tegar di atas jalan yang hak, juga disebutkan
pula keterangan interaksi mereka terhadap orang-orang kafir mujrimīn
(jahat) yang mengambil sikap permusuhan terhadap orang-orang yang
beriman kepada Allah dan kufur terhadap ṭaguṭ. Allah Swt berfirman,
ِميدِ َوَما ِمُنوا بِاللَِّو الإَعزِيِز اْلَإ ُهمإ ِإَّلَّ َأنإ يُ ؤإ نَ َقُموا ِمن إ―Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena
orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Terpuji,‖ (QS. al-Burūj [85]: 8)
5) Penyebutan kisah dalam al-Qur‘an meiliki penjelasan akan tabiat
manusia dan apa yang Allah gariskan padanya berupa sifat-sifat dan
beragam watak. Kemudian dijelaskan pula dampak ataupun akibat
atas segala perilaku maupun sikap manusia pada saat berinteraksi
dengan manusia lainnya.
6) Dalam kisah-kisah yang disebutkan di al-Qur‘an terdapat keterangan
mengenai keadaan manusia dengan sifat kecongkakannya terhadap
harta dan kedudukan. Selanjutnya dijelaskan pula kandungan lain dari
kisah lainnya yang ada di dalam al-Qur‘an tentang seseorang yang
mendapat porsi besar dalam kitab Allah yang mulia.
-
32
7) Segala bentuk kisah yang tertera di dalam al-Qur‘an mengandung hakikat
ilmiah yang berhubungan dengan alam semesta baik itu manusia, flora dan
fauna, bumi, bintang, langit. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan-
penemuan yang telah tersingkap pada masa modern sekarang ini yang
sejatinya telah disebutkan terlebih dahulu dalam al-Qur‘an. Dengan
mengetahui hal tersebut, bertambahlah ilmu dan memperkuat keimanan
atas kebenaran ajaran agama Islam.
E. Karakteristik Kisah dalam Al-Qur’an
Secara umum, al-Qur‘an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa
secara berurutan (kronologis) dan memaparkan kisah-kisah itu secara
panjang lebar, namun ditemukan beberapa kisah dalam penyebutannya
disebutkan secara berulang dibeberapa tempat. Terdapat pula kisah yang
tertera di dalam al-Qur‘an disebutkan dalam bentuk yang berbeda dalam
artian memiliki penggambaran yang berbeda. Misalnya, pada suatu surah
atau ayat ada beberapa konteks yang didahulukan atau disebutkan terlebih
dahulu sebelum membahas perihal lainnya, kemudian disurah lain atau di
tempat lain disebutkan di akhir. Terkadang suatu kisah di dalam al-Qur‘an
digambarkan secara ringkas dan tak jarang pula melalui penggambaran
yang lebih rinci atau Panjang lebar.
Mengenai permasalahan tersebut, melahirkan dua kelompok yang
saling berlawanan yakni kalangan orang yang meyakini dan orang-orang
yang meragukan al-Qur‘an. Bagi sekelompok orang yang meragukan al-
Qur‘an mempertanyakan perihal tersebut. Menurutnya kisah yang tertera
dalam al-Qur‘an tidak disusun secara kronologis dan sistematis yang
seharusnya menjadikannya lebih mudah dipahami, membuatnya seolah-
olah tidak efektif dan efisien.11
11
Muhammad Chirjin, al-Qur‟an dan Ulumul Qur‟an (Yogyakarta: Dana Bakti
Prima Yasa, 1989), 11.
-
33
Menurut Manna Khalil al-Qaṭṭān12
, kisah yang tertera jelas di dalam
al-Qur‘an tentunya memiliki beragam hikmah yang dapat dipetik, adapun
di antaranya:
1. Dengan adanya penggambaran mengenai suatu peritiwa dalam al-
Qur‘an semakin membuktikan akan kehebatan mukjizat al-Qur'an itu
sendiri.
2. Suatu peristiwa yang telah dijelaskan secara gamblang di dalam al-
Qur‘an, baik mengenai perihal baik ataupun buruk mampu
membentuk serta menguatkan kesan yang mantap dan melekat dalam
jiwa.
3. Memperlihatkan terhadap umat manusia pada umumnya dan umat
muslim pada khususnya bahwa terdapat perbedaan tujuan
diungkapkannya kisah tersebut.
Berbagai kisah yang dijelaskan di dalam al-Qur‘an memberikan
faedah yang sangat tinggi dan tentunya memberikan karakter tersendiri di
setiap penggambarannya.13
1. Menuturkan syariat yang telah dibawa oleh setiap utusan Allah serta
menunjukkan prinsip-prinsip dakwah yang mereka ajarkan. (Qs. al-
Anbiyā‘ [21]: 25)
2. Meneguhkan hati Rasulullah dan para pengikutnya perihal membela
dan menegakkan agama Allah Swt, serta menegakkan kepercayaan
orang-orang yang beriman dengan didatangkannnya pertolongan
Allah Swt dan dibuktikan dengan dilihatkannya kehancuran mereka
yang mendukung suatu kebatilan. (Qs. Hūd [11]: 120)
12Manna‘ al-Qattahan, Mabahits fi Ulum al-Qur‟an, (Riyadh: Muassasah al-Risalah,
1976), 41. 13
Muhammad Chirjin, al Qur‟an dan Ulumul Qur‟an (Yogyakarta: Dana Bakti
Prima Yasa, 1989), 30.
-
34
3. Mengisahkan rekaman-rekaman atau jejak nabi terdahulu dan
mengingatkan kembali melalui kisahnya.
4. Menunjukkan kebenaran Nabi Muhammad Saw dalam penuturannya
mengenai orang-orang terdahulu
5. Membuktikan kekeliruan terhadap mereka (ahl al-kitāb) yang telah
menyembunyikan keterangan dan petunjuk. (QS. Āli ‗Imrān [3]: 93)
6. Kisah yang diyakini sebagai salah satu cabang sastra yang menarik
bagi setiap pendengarnya dan di dalamnya berisikan pengajaran yang
tertanam dalam jiwa, (QS. Yusūf [12]: 111)
Selanjutnya penulis akan menguraikan karakteristik atau bentuk
pelafalan kisah yang terdapat dalam al-Qur‘an antara lain:
1. Penggambaran kisah da