struma

22
STRUMA A. Konsep Medis 1. Pengertian. 1.1. Struma adalah reaksi adaptasi terhadap kekurangan yodium yang ditandai dengan pembesaran kelenjar tyroid. (Djoko Moelianto, Ilmu Penyakit Dalam, 1993). 1.2. Struma Nodosa Non Toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara teknik teraba suatu nodul tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme (Sri Hartini, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, halaman 757 FKUI, 1987) 2. Anatomi Kelenjar Tyroid. Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, terdiri atas 2 lobus yang dihubungkan oleh isthmus dan menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia Pre trakea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar ini ke arah kranial, aliran darah ke kelenjar tyroid berasal dari arteri tiroidea superior dan arteri tiroidea inferior. 3. Etiologi. Penyebab Struma antara lain : 3.1. Defisiensi Yodium. 8

Upload: ivan-choirul-wiza

Post on 01-Dec-2015

46 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pembesaran

TRANSCRIPT

Page 1: STRUMA

STRUMA

A. Konsep Medis

1. Pengertian.

1.1. Struma adalah reaksi adaptasi terhadap kekurangan

yodium yang ditandai dengan pembesaran kelenjar tyroid. (Djoko

Moelianto, Ilmu Penyakit Dalam, 1993).

1.2. Struma Nodosa Non Toksik adalah pembesaran

kelenjar tyroid yang secara teknik teraba suatu nodul tanpa disertai

tanda-tanda hipertiroidisme (Sri Hartini, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1,

halaman 757 FKUI, 1987)

2. Anatomi Kelenjar Tyroid.

Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, terdiri atas 2 lobus yang

dihubungkan oleh isthmus dan menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kapsul fibrosa

menggantungkan kelenjar ini pada fasia Pre trakea sehingga pada setiap

gerakan menelan selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar ini ke

arah kranial, aliran darah ke kelenjar tyroid berasal dari arteri tiroidea

superior dan arteri tiroidea inferior.

3. Etiologi.

Penyebab Struma antara lain :

3.1. Defisiensi Yodium.

8

Page 2: STRUMA

Defisiensi yodium merupakan sebab pokok terjadinya struma. Struma

merupakan cara adaptasi manusia pada keadaan akan kekurangan unsur

yodium dalam makanan dan minuman.

3.2. Faktor Goitrogen.

Goitrogen adalah zat atau bahan yang dapat mengganggu hormogenesis

tiroid sehingga akibatnya dapat membesarkan kelenjar tiroid (gondok)

3.3. Yodium yang berlebihan.

Apabila yodium dikomsumsi dalam jumlah yang berlebihan maka akan

terjadi inhibisi hormonogenesis, akan tetapi bila pemberian ini secara

kronik, maka terjadi escape atau adaptasi terhadap hambatan tersebut.

Bila tidak mampu melaksanakan hambatan tersebut akan mengalami

akibatnya yaitu inhibisi hormogenesis sehingga tarjadi hipotiroidisme

dan selanjutnya TSH meninggi dengan dampak gondok.

4. Patofisiologi.

Struma terjadi karena kegagalan sintesa hormon yang berhubungan

dengan pengurangan hormon T3 dan T4. Pengurangan ini mencegah

inhibisi umpan balik TSH yang normal. Kadar TSH yang meningkat akan

menyebabkan peningkatan massa tyroid. Pembesaran tyroid dapat

menimbulkan hyperplasia tetapi tidak semuanya menunjukan adanya kadar

TSH. Hipotesis lain menyatakan bahwa struma disebabkan karena stimulus

kelenjar tyroid oleh growth imunoglobin, stroma dapat berupa difus atau

noduler dan nodul disebabkan oleh adenoma, karsinoma, atau proses

9

Page 3: STRUMA

inflamasi. Pembesaran tyroid yang tidak berhubungan dengan

hypertiroidisme, malignasi atau inflamasi sering kali terjadi pada wanita

yang timbul pada saat pubertas atau selama kehamilan disebut dengan

simpel goiter. Pada tiap orang dapat dijumpai masa dimana kebutuhan

terhadap tiroxin bertambah terutama masa pertumbuhan, menstruasi

pubertas, kehamilan, laktasi, menopause, infeksi dan stres. Pada masa

tersebut akan menimbulkan modularitas kelenjar tyroid serta kelainan

arsitektur yang dapat berlanjut pada berkurangya aliran darah.

5. Gambaran Klinis.

Gambaran klinis pada penderita struma antara lain :

5.1. Pemebengkakan secara berlebihan pada leher.

5.2. Batuk kaena pipa udara (tractea) terdesak kesisi lain.

5.3. Kesulitan menelan (nyeri saat menelan).

5.4. Kesulitan dalam bernafas dan suara bising pada waktu bernafas.

5.5. Suara parau karena tekanan pada saraf suara (Jhon Of Knight. 1993,

Wanita Ciptaan Ajaib, halaman 360 percetakan Advent Indonesia,

Bandung).

6. Pemeriksaan Diagnostik.

6.1. Pemeriksaan sidik tiroid.

Berfungsi untuk melihat teraan ukuran, bentuk lokal dan yang

bermasalah. Fungsi bagian-bagian tiroid.

6.2. Pemeriksaan Ultrasonografi.

10

Page 4: STRUMA

Berfungsi untuk melihat beberapa bentuk kelainan dan konsistensinya.

6.3. Biopsi Aspirasi Jarum halus.

6.4. Termografi adalah suatu metode

pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempat.

6.5. Penanda tumor berfungsi untuk

mengukur peninggian tiroglobulin kadar tg serum normal antara 1,5-30

nymle.

6.6. X Ray (foto leher).

7. Penatalaksanaan Medik.

3.1. Pencegahan.

Dengan pemberian kapsul minyak beryodium terutama bagi penduduk

didaerah endemik sedang dan berat.

Program ini bertujuan merubah perilaku masyarakat, dalam hal pola

makanan dan memasyarakatkan pemakaian garam beryodium.

3.2. Tindakan Operasi.

Pada struma Nodosa NonToksik yang besar dapat dilakukan tindakan

operasi (strumectomy). Bila pengobatan tidak berhasil terjadi gangguan

misalnya : penekanan pada organ sekitarnya kosmetik, indikasi

keganasan yang pasti akan dicurigai.

11

Page 5: STRUMA

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Suatu bentuk pelayanan keperawatan profesional yang merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiatnya, dimana

pelayanan keperawatan mengacu pada pelayanan bio, psiko, sosial, spiritual yang

komprehensif ditujukan kepada klien, keluarga dan masyarakat baik yang sakit

maupun yang sehat. Langkah proses keperawatan itu sendiri meliputi :

8. Pengkajian.

Pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara sistematis

(Marilynn E Doenges). Pengumpulan data dan sumber data dapat dilakukan

melalui observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi,

palpasi, perkusi dan auskultasi. Pengkajian data klien meliputi :

1.1. Aktifitas \ Istirahat : Insomnia, sensitifitas

meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi kelelahan berat, atrofi otot.

1.2. Eliminasi : Urine dalam jumlah banyak

perubahan dalam faeses diare.

1.3. Integritas ego : Mengalami stres yang berat

baik fisik maupun emosional.

1.4. Makanan \ cairan : Kehilangan berat

badan yang mendadak, nafsu makan yang meningkat, makan banyak,

makannya sering kehausan, mual muntah pembesaran tyroid.

1.5. Rasa nyeri \ Kenyamanan : Nyeri orbital,

fotofobia.

12

Page 6: STRUMA

1.6. Pernafasan : Frekuensi pernafasan

meningkat, takipnea, dispnea.

1.7. Keamanan : Tidak toleransi terhadap panas

keringat yang berlebihan, suhu meningkat diatas 370 C, kulit halus, hangat

dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus.

Eksoftalmus : retraksi, iritasi pada kongjungtiva dan berair.

1.8. Seksualitas : penurunan libido, perdarahan

sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.

13

Page 7: STRUMA

9. Dampak gangguan sistem terhadap KDM pada pre operasi

Defisiensi yodiumKelainan metabolik kongenital yang mengandung hormon tyroid

Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia/obat-obatan↓

Pengurangan tyroditiroksin dan tetratiroksikosisMencegah inhibisi umpan balik TSH yang normal

↓Peningkatan massa thyroid

↓Hyperplasia kelenjar thyroid (Struma)

↓Perubahan status kesehatan klien

↓Klien selalu bertanya tentangpenyakitnya dan perosedur

pembedahan↓

Informasi yang diberikanTidak akurat

↓Kurang pengetahuan

↓Stressor meningkat

↓Anxietas

14

Penekanan pada tyroid pembuluh darah

↓Merangsang hipothalamus

↓Peningkatan kerja saraf

Simpatis↓

Nyeri

Berkurangnya aliran di sekitar leher

↓Suplai O2 ke jaringan berkurang

↓Iskemia

↓Kelemahan fisik

↓Cepat lelah Kurang motivasi

perawatan diriDefisit perawatan

diri

Anxietas

Nyeri

Involusi kelenjar↓

Benjolan pada kelenjar↓

Gangguan body image

Penekanan pada esofagus↓

Intake tidak adekuat↓

Gangguan body image

Pemenuhan nutrisi

Page 8: STRUMA

Dampak gangguan sistem terhadap KDM pada post operasi

Struma↓

Strumectomi(Tindakan pembedahan)

↓Terputusnya kontinuitas

Jaringan↓

Pelepasan neurotransmittermediator kimia (bradikinin,

serotonin, prostaglandin dan histamin)

↓Merangsang ujung-ujung

saraf tepi↓

Dihantarkan ke hipothalamiusdan korteks cerebri

↓Nyeri

Manipulasi pada tindakan strumectomi subtotal↓

Resiko peningkatan pengeluaran hormon tiroid↓

Resiko krisis tiroid↓

Resiko terjadinya mixedema↓

Kemunduran proses metabolik↓

15

Resiko cedera pada trakhea↓

Kemungkinan terjadinya pendarahan

↓Resiko terjadi obstruksi

↓Resiko tinggi terhadap

bersihan jalan nafas tidak efektif

Cedera pita suara↓

Gangguan fungsi suara↓

Gangguan komunikasi verbal

Nyeri

Resiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas tidak

efektif

Resiko terjadinya tetani/cedera

Page 9: STRUMA

10. Diagnosa kepeawatan pada pre operasi

yang lazim terjadi pada struma pre operasi :

3.1. Gangguan rasa nyaman

nyeri berhubungan dengan hyperplasia kelenjar tyroid.

3.2. Gangguan body image

berhubungan dengan involusi kelenjar tyroid.

3.3. Gangguan pemenuhan

nutrisi berhubungan dengan penekanan pada esofagus, kesulitan

menelan.

3.4. Defisit perawatan diri

berhubungan dengan kelemahan fisik.

11. Perencanaan tindakan keperawatan sesuai prioritas masalah

4.1. Gangguan rasa

nyaman nyeri berhubungan dengan hyperplasia kelenjar tyroid.

Tujuan : mengatasi nyeri klien.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat nyeri klien

2. Anjurkan klien untuk

1. Mengetahui tingkat

nyeri klien dan

sebagai dasar

untuk menentu-kan

16

Page 10: STRUMA

makanan lunak.

3. Menganjurkan klien supaya

makan sedikit-sedikit tapi sering.

4. Kolaborasi dengan tim medis

dalam pemberian analgetik.

rencana tindakan

selanjutnya.

2. Mengurangi resiko

nyeri saat

menelan.

3. Dengan makan

sedikit-sedikit

tidak akan

memperberat rasa

sakit saat menelan.

4. Analgetik dapat

menekan pusat

nyeri sehingga

impuls nyeri tidak

diteruskan ke otak

4.2. Gangguan body

image berhubungan dengan involusi kelenjar tyroid.

Tujuan : Klien mengerti tentang adanya perubahan bentuk tubuh dan

mau menerima keadaannya serta mengembangkan

mekanisme pemecahan masalah dan beradaptasi dengan

baik.

17

Page 11: STRUMA

INTERVENSI RASIONAL1. Diskusi dengan klien bagaimana

proses penyakitnya pengaruhnya.

2. Kaji kesulitan yang dialami klien

3. Berikan suport pada klien dalam

melakukan pengobatan dan beri

pengertian.

1. Sebagai informasi

tambahan untuk memulai proses

metode pemecahan masalah.

2. Perasaan klien

terhadap kondisi fisiknya

merupakan hal yang nyata dimana

perawat harus bisa meyakinkan

klien bahwa dengan kemajuan

teknologi masalah klien bisa

diatasi.

3. Klien tidak

menganggap peruba-han yang

dialaminya sebagai suatu masalah

yang cukup berat. 4.3. Gangguan

pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penekanan pada esofagus,

kesulitan menelan.

Tujuan : Pasien mengatakan berat badannya stabil dan bebas dari

tanda-tanda malnutrisi.

INTERVENSI RASIONAL1. Monitor intake tiap hari 1. Nutrisi merupakan

kebutuhan yang harus tetap

18

Page 12: STRUMA

2. Anjuran klien untuk makan

makanan yang tinggi kalori

dan kaya akan gizi.

3. Kontrol faktor lingkungan

seperti bau yang tidak sedap

dan hindari makanan yang

pedas dan berminyak.

terpenuhi setiap hari untuk

mencegah terjadinya

malnut-risi.

2. Suplemen makanan tersebut

akan mempertahankan

jumlah kalori dan protein

dalam tubuh tetap dalam

keadaan stabil.

3. Lingkungan yang buruk

akan memperburuk keadaan

mual dan menyebabkan

muntah, efektifitas diet

merupakan hal yang

individual untuk dapat

mengatasi adanya mual.

4.4. Defisit

perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan : Klien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan

kemampuannya dan dapat mendemonstrasikan teknik

perawatan diri.

19

Page 13: STRUMA

INTERVENSI RASIONAL1. Bantuan klien dalam

melaku-kan perawatan diri.

2. Anjuran keluarga klien

untk berpartisipasi dalam

perawa-tan diri klien.

3. Anjuran klien untuk

melaku-kan perawatan diri

secara bertahap.

4. Bantu klien untuk

melaku-kan perawatan diri

secara bertahap.

5. HE kepada klien dan

keluarganya tentang penting-

nya kebersihan.

1. Membantu dalam

mempertahankan personal

hygiene klien.

2. Klien tidak merasa terbebani

dalam melakukan perawatan

diri.

3. Mempersiapkan diri klien

untuk tidak tergantung pada

orang lain karena adnya

kelemahan fisik.

4. Mempermudah klien dalam

melakukan perawatan diri.

5. Klien dan keluarganya bisa

termotifasi untuk tetap

menjaga personal hygiene

klien.

20

Page 14: STRUMA

4.5. Anxietas

berhubungan dengan interpretasi yang salah dan prosedur pembedahan

Tujuan : Klien dapapt mengungkapkan bahwa kecemasannya sudah

berkurang atau sudah tidak cemas lagi.

INTERVENSI RASIONAL1. Kaji tingkat kecemasan

klien.

2. Berikan dorongan

kepada klien untuk

mengekspresikan

perasaannya.

3. Berikan penjelasan

singkat tentang penyakitnya

dan prosedur

pembedahannya.

4. Beri support positif

kepada klien.

5. Anjurkan kepada klien

untuk selalu melakukan

1. Sebagai dasar dalam melakukan

intervensi selanjutnya.

2. Dukungan perawat akan

membawa klien untuk mengenal

sedini mungkin perasaannya dan

membagi kepada orang lain untuk

mengurangi gangguan perasaannya.

3. Penyelesaian singkat dan benar

akan menghilangkan persepsi yang

salah tentang penyakitnya.

4. Suport positif dapat membantu

klien untuk melakukan koping untuk

mengatasi masalah.

5. Pendekatan spritual membantu

klien untuk tetap tabah dalam

menghadapi penyakitnya.

21

Page 15: STRUMA

pendekatan spritual.

12. Diagnosa keperawatan post operasi (Doenges, Marilyn E,

Rencana Asuhan Keperawatan, 2001).

5.1. Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas

berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan

spasme laringeal.

5.2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita

suara/kerusakan laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.

5.3. Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses

pembedahan, rangsangan pada sistem saraf pusat.

5.4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan

bedah terhadap jaringan/otot dan edema pasca operasi.

13. Perencanaan Keperawatan / Intervensi

6.1. Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas

berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan

spasme laringeal.

Tujuan : Mempertahankan jalan napas paten dengan mencegah

aspirasi.

INTERVENSI RASIONAL1. Pantau frekuensi pernafasan,

kedalaman dan kerja perna-

fasan

1. Pernafasan secara normal ka-

dang-kadang cepat, tetapi ber-

kembangnya distres pada perna-

22

Page 16: STRUMA

2. Auskultasi suara nafas, catat

adanya suara ronchi

3. Kaji adanya dispnea, stridor,

dan sianosis. Perhatikan

kualitas suara

4. Waspadakan pasien untuk

menghindari ikatan pada

leher, menyokog kepala

dengan bantal

5. Bantu dalam perubahan

posisi, latihan nafas dalam

dan atau batuk efektif sesuai

indikasi

6. Lakukan pengisapan lendir

fasan merupakan indikasi kom-

presi trakea karena edema atau

perdarahan

2. Ronchi merupakan indikasi

adanya obstruksi.spasme lari-

ngeal yang membutuhkan

evaluasi dan intervensi yang

cepat

3. Indikator obstruksi trakea/spasme

laring yang membutuhkan

evaluasi dan intervensi segera

4. Menurunkan kemungkinan

tegangan pada daerah luka karena

pembedahan

5. Mempertahankan kebersihan

jalan nafas dan evaluasi. Namun

batuk tidak dianjurkan dan dapat

menimbulkan nyeri yang berat,

tetapi hal itu perlu untuk

membersihkan jalan nafas

6. Edema atau nyeri dapat

23

Page 17: STRUMA

pada mulut dan trakea sesuai

indikasi, catat warna dan

karakteristik sputum

7. Lakukan penilaian ulang

terhadap balutan secara

teratur, terutama pada bagian

posterior

8. Selidiki kesulitan menelan,

penumpukan sekresi oral

9. Pertahankan alat trakeosnomi

di dekat pasien

10. Pembedahan tulang

mengganggu kemampuan pasien

untuk mengeluarkan dan

membersihkan jalan nafas sendiri

7. Jika terjadi perdarahan, balutan

bagian anterior mungkin akan

tampak kering karena darah

tertampung/terkumpul pada

daerah yang tergantung

8. Merupakan indikasi edema/per-

darahan yang membeku pada

jaringan sekitar daerah operasi

9. Terkenanya jalan nafas dapat

menciptakan suasana yang

mengancam kehidupan yang

memerlukan tindakan yang

darurat

10. Mungkin sangat diperlukan untuk

penyambungan/perbaikan pem-

buluh darah yang mengalami

perdarahan yang terus menerus

24

Page 18: STRUMA

6.2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera

pita suara/kerusakan laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.

Tujuan : Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan

dapat dipahami

INTERVENSI RASIONAL1. Kaji fungsi bicara secara periodik

2. Pertahankan komunikasi yang

sederhana, beri pertanyaan yang

hanya memerlukan jawaban ya

atau tidak

3. Memberikan metode komunikasi

alternatif yang sesuai, seperti

papan tulis, kertas tulis/papan

gambar

4. Antisipasi kebutuhan sebaik

1. Suara serak dan sakit tenggorok

akibat edema jaringan atau

kerusakan karena pembedahan

pada saraf laringeal yang berakhir

dalam beberapa hari kerusakan

saraf menetap dapat terjadi

kelumpuhan pita suara atau

penekanan pada trakea

2. Menurunkan kebutuhan beres-

pon, mengurangi bicara

3. Memfasilitasi ekspresi yang

dibutuhkan

4. Menurunnya ansietas dan

25

Page 19: STRUMA

mungkin. Kunjungan pasien

secara teratur

5. Beritahu pasien untuk terus

menerus membatasi bicara dan

jawablah bel panggilan dengan

segera

6. Pertahankan lingkungan yang

tenang

kebutuhan pasien untuk

berkomunikasi.

5. Mencegah pasien bicara yang

dipaksakan untuk menciptakan

kebutuhan yang diketahui/me-

merlukan bantuan

6. Meningkatkan kemampuan men-

dengarkan komunikasi perlahan

dan menurunkan kerasnya suara

yang harus diucapkan pasien

untuk dapat didengarkan

6.3. Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan

proses pembedahan, rangsangan pada sistem saraf pusat.

Tujuan : Menunjukkan tidak ada cedera dengan komplikasi

terpenuhi/terkontrol.

INTERVENSI RASIONAL1. Pantau tanda-tanda vital dan catat

adanya peningkatan suhu tubuh,

takikardi (140 – 200/menit),

disrtrimia, syanosis, sakit waktu

bernafas (pembengkakan paru)

2. Evaluasi refleksi secara periodik.

1. Manipulasi kelenjar selama

pembedahan dapat mengakibat-

kan peningkatan pengeluaran

hormon yang menyebabkan krisis

tyroid

2. Hypolkasemia dengan tetani

26

Page 20: STRUMA

Observasi adanya peka rangsang,

misalnya gerakan tersentak,

adanya kejang, prestesia

3. Pertahankan penghalang tempat

tidur/diberi bantalan, tmpat tidur

pada posisi yang rendah

4. Memantau kadar kalsium dalam

serum

5. (Kolaborasi) Berikan pengobatan

sesuai indikasi (kalsium/glukonat,

laktat)

(biasanya sementara) dapat ter-

jadi 1 – 7 hari pasca operasi dan

merupakan indikasi hypopara-

tiroid yang dapat terjadi sebagai

akibat dari trauma yang tidak

disengaja pada pengangkatan

parsial atau total kelenjar

paratiroid selama pembedahan

3. Menurunkan kemungkinan

adanya trauma jika terjadi kejang

4. Kalsium kurang dari 7,5/100 ml

secara umum membutuhkan

terapi pengganti

5. Memperbaiki kekurangan kal-

sium yang biasanya sementara

tetapi mungkin juga menjadi

permanen

6.4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan

tindakan bedah terhadap jaringan/otot dan edema pasca operasi.

27

Page 21: STRUMA

Tujuan : Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol. Menunjukkan

kemampuan mengadakan relaksasi dan mengalihkan

perhatian dengan aktif sesuai situasi.

INTERVENSI RASIONAL1. Kaji tanda-tanda adanya nyeri

baik verbal maupun non verbal,

catat lokasi, intensitas (skala 0 –

10) dan lamanya

2. Letakkan pasien dalam posisi

semi fowler dan sokong kepala/

leher dengan bantal pasir/bantal

kecil

3. Pertahankan leher/kepala dalam

posisi netral dan sokong selama

perubahan posisi. Instruksikan

pasien menggunakan tangannya

untuk menyokong leher selama

pergerakan dan untuk

menghindari hiperekstensi leher

4. Letakkan bel dan barang yang

sering digunakan dalam

jangkauan yang mudah

1. Bermanfaat dalam mengevaluasi

nyeri, menentukan pilihan in-

tervensi, menentukan efektivitas

terapi

2. Mencegah hiperekstensi leher

dan melindungi integritas garis

jahitan

3. Mencegah stress pada garis

jahitan dan menurunkan tegangan

otot

4. Membatasi ketegangan, nyeri

otot pada daerah operasi

28

Page 22: STRUMA

5. Berikan minuman yang sejuk/

makanan yang lunak ditoleransi

jika pasien mengalami kesulitan

menelan

6. Anjurkan pasien untuk

menggunakan teknik relaksasi,

seperti imajinasi, musik yang

lembut, relaksasi progresif

7. (Kolaborasi) Beri obat analgetik

dan/atau analgetik spres

tenggorok sesuai kebutuhannya

8. Berikan es jika ada indikasi

5. Menurunkan nyeri tenggorok

tetapi makanan lunak ditoleransi

jika pasien mengalami kesulitan

menelan

6. Membantu untuk memfokuskan

kembali perhatian dan membantu

pasien untuk mengatasi nyeri/rasa

tidak nyaman secara lebih efektif

7. Beri obat analgetik dan/atau

analgetik spres tenggorok sesuai

kebutuhannya

8. Menurunnya edema jaringan dan

menurunkan persepsi terhadap

nyeri

29