struma 2
TRANSCRIPT
STRUMASTRUMABy
Sri Endah A (Eteh)Dadang AN(Aom) Yoyoh R (yoyoh)Nurhayati (uni)Tatuh H (ema)
DEFINISI
S
truma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar
gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan
seperti berdebar - debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun,
mata membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’ disease).
S
truma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu
atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.
S
truma Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan oleh sekresi hormon-
hormon thyroid yang terlalu banyak. Histologik keadaan ini adalah sebagai suatu hipertrofi dan
hyperplasi dari parenkhym kelenjar.
S
truma endemik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan oleh asupan mineral yodium
yang kurang dalam waktu yang lama12/15/12
ANATOMI TIROID
Kelenjar tiroid terletak di leher, regio koli anterior antara fasia colli media dan fasia prevertebralis.
Berat kelenjar tiroid normal adalah 10-20 gram.
Terdiri dari 2 lobus yaitu kanan dan kiri.
Kelenjar tiroid melekat pada trakea, melingkarinya 2/3 – ¾ lingkaran.
Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid (lokasi dan jumlahnya
bervariasi).
Kelenjar tiroid terdiri dari nodul-nodul yang
tersusun dari folikel-folikel.
Epitel folikel merupakan tempat sintesis
hormon dan mengaktifkan pelepasannya ke sirkulasi.
Hormon utamanya adalahT4 (Tiroksin) yang
banyak memproduksi, T3 (Tiriyodotirotin) yang lebih
aktif.
BATAS KELENJAR TIROID :
bagian kranial tepi rahang bawah, bagian kaudal
kedua tulang selangka dan tepi kranial sternum,
bagian lateral pinggir depan m.trapezius kiri dan kanan,
m.sternocleidomastoid.
garis tengah dari kranial ke kaudal tulang hioid, kartilago
tiroid, kartilago krikoid, dan trakea.
Fisiologi Hormon Tyroid
K
elenjar tyroid menghasilkan hormon tyroid utama yaitu Tiroksin (T4).
Bentuk aktif hormon ini adalah Triodotironin (T3), yang sebagian
besar berasal dari konversi hormon T4 di perifer, dan sebagian kecil
langsung dibentuk oleh kelenjar tyroid. Iodida inorganik yang diserap
dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tyroid
12/15/12
ETIOLOGI
• Defisiensi iodium.
Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
P
enghambatan sintesa hormon oleh zat kimia Phenolic dan phthalate ester derivative
dan resorcinol berasal dari tambang batu dan batu bara.
P
enghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium).
R
iwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa kanak-kanak
mengakibatkan nodul benigna dan maligna (Lee, 2004)
12/15/12
KLASIFIKASI
Menurut American society for Study of Goiter membagi :
S
truma Non Toxic Diffusa
S
truma Non Toxic Nodusa
S
tuma Toxic Diffusa
S
truma Toxic Nodusa
I
stilah Toksik dan Non Toksik dipakai karena adanya perubahan dari segi fungsi
fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid dan hipotyroid, sedangkan istilah nodusa
dan diffusa lebih kepada perubahan bentuk anatomi12/15/12
PATOFISIOLOGI
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon
tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan
ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk
yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul
tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin
membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan
umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada
tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa
obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus
menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan
pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.
12/15/12
MANIFESTASI KLINIS
P
ada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan
kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Jika struma cukup besar,
akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada
respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan
menelan. Peningkatan simaptis seperti ; jantung menjadi berdebar-
debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar,
dan kelelahan
12/15/12
PENATALAKSANAAN
primer
Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam yodium
Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut
Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah dimasak, tidak
dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari
makanan
Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi..
Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah endemik berat dan
endemik sedang.
Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%).
12/15/12
PEMERIKSAANi
nspeksi warna kulit dan gerakan menelan,
p
alpasi saat duduk atau berbaring meliputi ukuran, konsistensi
dan nyeri tekan. Prinsipnya, kepala fleksi ringan supaya
regangan otot pita leher tidak mengganggu palpasi. Saat
menelan, trakea bergerak turun naik dan kelenjar tiroid
mengikuti gerakan menelan karena menempel dengan trakea.
a
uskultasi, terdengarnya bising tiroid menunjukkan keadaan
hipertiroid.
USULAN PEMERIKSAAN
F
ine Needle Aspiration Biopsy (dapat diulang maksimal 4 kali):
kirim ke sitologi untuk mencari sel atipik yang menunjukkan
keganasan.
Gambaran aspirat merah coklat kista yang dapat berulang
kembali.
Aspirat berwarna hitam terapi aspirasi tidak berhasil.
P
emeriksaan sidik tiroid : bila nodul menangkap yodium lebih
sedikit dari jaringan tiroid yang normal disebut nodul dingin
(cold nodule), bila sama afinitasnya maka disebut nodul
hangat (warm nodule) dan bila afinitasnya lebih maka disebut
nodul panas (hot nodule).
B
iopsi jaringan tumor : dianggap sebagai Gold Standar untuk
diagnosis secara histopatologis, sehingga dapat diketahui
secara pasti apakah tumor tersebut termasuk jinak atau
ganas.
DASAR PENGOBATAN
P
engobatan konservatif
M
ekanisme kerja obat antitiroid prevensi pada sintesis
dan akhir dari thyroxid golongan thiouracil
(propilthiouracyl) 100 mg 3x/hari. Jika menjadi euthiroid
maka lanjutkan obat maintainance 5mg 2x/hari selama 12-
18 bulan.
P
enggunaan Thiroxine 0,2 mg/hari untuk mencegah
defisiensi thyroid atau bertambah besar struma.
I
ndikasi konservatif:• Toleransi operasi tidak baik• Struma yang residif• Pasien lanjut usia
I
ndikasi Pembedahan
S
uspek keganasan
M
ultinodular berat
R
iwayat radiasi pada kepala & leher
G
ejala-gejala penekanan pada laring leher dan struktur
lain
P
erluasan ke daerah substernal
P
embesaran yang progresif
G
angguan kosmetik
Jenis Pembedahan Contoh indikasi
Biopsi insisi Ismolobektomi
Struma difusa pradiagnosis
Biopsi eksisiIsmolobektomi
Tumor (nodul) terbatas pradiagnosis
Tiroidektomi subtotal Hipertiroid (graves) Struma nodusa benigna
Hemitiroidektomi (Ismolobektomi)
Kelainan unilateral (adenoma)
Tiroidektomi total Keganasan terbatas tanpa kelainan kelenjar limfe
Tiroidektomi radikal Keganasan tiroid dengan kemungkinan metastase ke kelenjar limfe regional
F
ollow Up
P
ost operasi:
L
uka Operasi
H
ematuria
S
esak nafas
S
uara berubah
K
ejang
K
elenjar teraba lagi
ASUAHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STRUMA
P
ENGKAJIAN
P
engumpulan data
I
dentifikasi klien.
K
eluhan utama klien.Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah
nyeri akibat luka operasi.
R
iwayat penyakit sekarangBiasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin
membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus
sehingga perlu dilakukan operasi.
R
iwayat penyakit dahulu Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit
gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali, tetangga atau penduduk sekitar
berpenyakit gondok.
R
iwayat kesehatan keluarga Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita sama dengan
klien saat ini.
R
iwayat psikososialAkibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada
kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.
12/15/12
PEMERIKSAAN FISIKK
eadaan umum
P
ada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi
tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
K
epala dan leher: Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi yang
sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi
dalam dua sampai tiga hari.
S
istem pernafasan: Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau karena
adanya darah dalam jalan nafas.
S
istim Neurologi: Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi wajah yang
tegang dan gelisah karena menahan sakit.
S
istim gastrointestinal:Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat anestesi
umum, dan pada akhirnya akan:hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.
A
ktivitas/istirahat :Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
E
liminasi :Urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
I
ntegritas ego >Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
a
tau tidak sama sekali, impotensi.
12/15/12
M
akanan/cairan
K
ehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,
makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.
R
asa nyeri/kenyamanan Nyeri orbital, fotofobia.
K
eamanan
T
idak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium
(mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit
halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi,
iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial)
yang menjadi sangat parah.
S
eksualitas Libido menurun, perdarahan sedikit
12/15/12
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid)
Kadar T3, T4
Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11
Darah rutin
Endo Crinologiie minimal tiga hari berturut turut (BMR) nilai normal antara –
10s/d +15
Kadar calsitoxin (hanya pada pebnderita tg dicurigai carsinoma meduler).
12/15/12
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
D
ilakukan foto thorak posterior anterior
F
oto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft tissu
technig .
E
sofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.
12/15/12
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A
dapun diagnosa yang sering timbul pada penderita post operasi theroidectomy adalah :
G
angguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea secunder terhadap
perdarahan, spasme laring yang ditandai dengan sesak nafas, pernafasan cuping hidung
sampai dengan sianosis.
G
angguan komunikasi verbal sehubungan dengan nyeri, kerusakan nervus laringeal yang
ditandai dengan klien sulit berbicara dan hilang suara.
G
angguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan dampak pembedahan, odema otot,
terputusnya jaringan syaraf, yang ditandai ekspresi wajah tampak tegang.
K
urangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi yang ditandai
dengan sering bertanya tentang penyakitnya.
P
otensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembuluh darah
sekunder terhadap pembedahan.
12/15/12
EVIDANCE BASE
S
truma berulang adalah pertumbuhan kembali jaringan tiroid setelah
tiroidektomi. Sebuah operasi pengangkatan tidak memadai
k
elenjar tiroid, kurangnya terapi substitusi dan stimulasi patologis dari
pertumbuhan tiroid semua dapat mempromosikan kambuh.
T
ujuan dari evidance base ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara temuan histopatologi selama pertama dan kedua operasi dan
terulangnya struma. Kelompok studi terdiri dari 29 wanita dan 1 laki-
laki12/15/12
.
Sementara itu untuk kekambuhan adalah 15 tahun. Temuan
histopatologi yang paling sering selama operasi pertama dan kedua
adalah struma nodosa.
Menurut Beberapa penyelidikan genetik menunjukkan bahwa nodul
struma berulang tidak berasal dari nodul kiri selama pertama operasi
tetapi dari sekelompok sel yang memiliki potensi pertumbuhan yang
tinggi. Dengan demikian, tidak hanya teknik operasi dan Substitution
setelah operasi merupakan faktor kunci keberhasilan terapi gondok,
tetapi juga faktor-faktor lain yang merangsang pertumbuhan kembali
jaringan tiroid. 12/15/12
12/15/12
1. PENGKAJIAN 1. Pengumpulan Data
a. Data Biografi 1) Identitas klien
Nama : Ny. D Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : RT Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Status marital : Nikah Tanggal Masuk RS :12 Oktober 2012 Tanggal pengkajian : 12 Oktober 2012 Tanggal Operasi : 12 Oktober 2012 No.Medrek : 34.48.74 Diagnosa Medik : Post op Ishmus Lubectomy e.c SNNT Alamat : Kampung Cilopang RT 07 RW 07 Loa
12/15/12
a. Riwayat Kesehatan a) Riwayat kesehatan sekarang
(1) Keluhan Utama saat masuk RS Pada tanggal 3 oktober 2012 klien kepoli bedah untuk
memeriksakan ada benjolan dileher kanan sejak satu tahun yang lalu. klien merasakan benjolan semakin membesar. Tanggal 12 oktober klien ke poli bedah dan diputuskan untuk dilakukan tindakan operasi.
(2) Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Pada saat dikaji tanggal 12 oktober 2012 6 jam post op
ishmus lubectomy klien mengeluh nyeri pada luka operasi di leher, nyeri bertambah jika menggerakan leher atau menelan makanan atau minuman, nyeri berkurang jika diberi obat nyeri lewat infuse, skala nyeri klien 4 ( 0 – 5 ) nyeri dirasakan sepanjang waktu .
12/15/12
a. Data Penunjang a) Hasil laboratorium
Tgl 12/10/2012 - Hemoglobin : 13,1g/dl - Lekosit : 6700sel/ul - Hematokrit : 38.2% - Trobosit : 196000sel/ul - BT :1`-50” - CT : 7`-45` - Golongan darah : B - TsHs : 0,924 - T3 : 1,14
T4 : 7,75
Diagnosa Keperawatan berdasarkan proritas
1. Tidak efektif jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret.
2. Nyeri berhubungan dengan inkontinuitas jaringan.
3. Intake nutrisi tidak adekuat b.d. nyeri menelan
4. Resiko infeksi berhubungan luka operasi yang basa
12/15/12
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
M
anajement nyeri
A
irway manajemen
P
erawatan luka
E
dukasi perawatan luka dan penyakit
12/15/12
TERIMA KASIH