strukturalisme

19
Membicara bentuk-bentuk tes kebahasaan tidak akan lepas dari tujuan utama tes kebahasaaan. Sebagaimana diketahui tes kebahasaaan bertujuan untuk mengukur ranah keterampilan berbahasa, meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. 1) Tes Menyimak Dalam kegiatan sehari-hari, menyimak adalah salah satu kegiatan yang sangat penting selain keterampilan yang lainnya. Kegiatan menyimak juga dapat menambah ilmu atau wawasan yang belum dimiliki di antaranya melalui radio, tv, atau langsung dari nara sumbernya. Jadi menyimak memegang peranan penting setelah itu barulah keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Dalam proses belajar mengajar, menyimak sering diabaikan karena tanpa diajarkan pun keterampilan ini dilakukan. Sebenarnya apabila kita memahami konsep menyimak, apapun yang dilakukan tampaknya selalu ada proses menyimaknya. Kenyataan ini terjadi di segala sektor kehidupan. Melalui proses menyimaklah seseorang mengenal

Upload: hidasmet

Post on 12-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bahasa

TRANSCRIPT

Page 1: Strukturalisme

Membicara bentuk-bentuk tes kebahasaan tidak akan lepas dari tujuan

utama tes kebahasaaan. Sebagaimana diketahui tes kebahasaaan bertujuan

untuk mengukur ranah keterampilan berbahasa, meliputi keterampilan

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

1) Tes Menyimak

Dalam kegiatan sehari-hari, menyimak adalah salah satu kegiatan yang

sangat penting selain keterampilan yang lainnya. Kegiatan menyimak juga dapat

menambah ilmu atau wawasan yang belum dimiliki di antaranya melalui radio, tv,

atau langsung dari nara sumbernya. Jadi menyimak memegang peranan penting

setelah itu barulah keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Dalam

proses belajar mengajar, menyimak sering diabaikan karena tanpa diajarkan pun

keterampilan ini dilakukan. Sebenarnya apabila kita memahami konsep

menyimak, apapun yang dilakukan tampaknya selalu ada proses menyimaknya.

Kenyataan ini terjadi di segala sektor kehidupan. Melalui proses menyimaklah

seseorang mengenal konsep segala informasi baik berupa ilmu pengetahuan

maupun hal-hal lain yang belum kita kenal.

Dalam kegiatan belajar-mengajar, kita ketahui bahwa kompetensi yang

dimiliki guru Sekolah Menengah Pertama sudah ada karena guru SMP adalah

mata pelajaran, artinya setiap guru hanya bertanggung jawab pada satu mata

pelajaran atau bidang studi saja. Berangkat dari dasar pemikiran ini seharusnya

guru pada jenjang ini dapat menghasilkan anak didik yang lebih baik sesuai

dengan harapan masyarakat. Tetapi apa yang kita lihat di lapangan sekarang?

Page 2: Strukturalisme

Kemampuan anak didik kita jauh dari harapan yang diharapkan, khususnya

dalam kemampuan menyimak. Apakah penyebabnya?

Apakah karena kompetensi guru yang terbatas mengakibatkan pada

proses belajar-mengajar kurang baik sebab guru tidak dapat menentukan mana

yang betul dan yang salah, atau siswa kurang meminati pelajaran Bahasa

Indonesia karena tanpa belajar pun siswa sudah mengetahuinya. Sebaiknya

guru dalam melakukan proses belajar-mengajar harus mempunyai kompetensi

dan menguasai metode, pendekatan, atau teknik sebab apabila guru tidak

memiliki kemampuan tersebut di atas maka proses pembelajaran yang

dilaksanakan akan gagal. Artinya konsep yang akan disampaikan atau yang

harus dikuasai siswa tidak jelas. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis

mencoba memaparkan teori menyimak yang harus dikuasai oleh seorang guru

Bahasa Indonesia agar saat melakukan proses pengajaran dapat berhasil

dengan baik.

Menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai

anak sebelum menguasaai keterampilan berbicara, membaca, dan menulis.

Keterampilan menyimak pada hakikatnya lebih bersifat kognitif dengan aspek

yang lebih tinggi. Kemampuan ini mencakup menerima, menganalisis,

memahami, dan menyimpulkan informasi lisan yang disampaikan dalam bahasa

target.

Teknik evaluasi yang dapat dilakukan dipaparkan berikut.

1)   Menyebutkan/menuliskan   kembali suatu informasi sederhana (fonem, nama

sesuatu, jumlah, keadaan sesuatu, peristiwa, dan lain-lain)

2)   Menyebutkan/menuliskan   kembali  deskripsi  atau  uraian  suatu peristiwa,

benda, keadaan, sebab akibat, dan lain-lain.

3)   Menyebutkan/menuliskan kembali suatu hal (kelahiran, pengalaman kawan-

kawan, dan  lain-lain).

Page 3: Strukturalisme

4)   Menyebutkan/menuliskan kembali suatu cerita.

5)   Menyimpulkan suatu percakapan.

6)   Menjawab suatu pertanyaan dari suatu soal (objektif, esai berstuktural, atau esai

bebas).

7)   Menyimpulkan tema dan unsur-unsur lainnya dari sebuah cerita.

8)   Memperbaiki ucapan-ucapan yang salah yang tidak sesuai dengan bahasa

target.

Tes menyimak adalah tes yang tidak hanya untuk mengetahui apakah

seseorang mendengarkan atau tidak, tetapi juga untuk mengukur kemampuan

seseorang memahami bahasa lisan yang didengarnya. Sampel yang disimakkan

dalam tes ini dapat berupa satu kalimat perintah, pertanyaan, atau pernyataan

tentang fakta; juga berupa simulasi percakapan singkat atau uraian wacana

ekspositori. Namun, apapun hakikat sampel itu, peserta tes (subjek) dituntut

secara serentak (simultan) menanggapi ”sinyal” fonolofis, gramatikal, dan

leksikal; dengan jawaban mereka menunjukkan sejauh mana mereka dapat

menangkap makna dari unsur yang disinyalkan bila digunakan dalam komunikasi

verbal (Harris,1969;35).

Tes menyimak dapat disesuaikan dengan tingkatannya, yaitu tes

menyimak tingkat marjinal atau deskriptif, tes menyimak tingkat apresiatif, tes

menyimak tingkat komprehensif, tes menyimak tingkat kritis, dan tes menyimak

tingkat terapis. Tes menyimak tingkat marjinal bertujuan untuk mengetahui

tingkat kepekaan pebelajar dalam membedakan suara dan untuk

mengembangkan kepekaan pada komunikasi nonverbal. Tes menyimak

apresiatif bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan pebelajar dalam

menangkap dan memehami bahan simakan yang berhubungan dengan

perasaan dan emosi sehingga dalam pelaksanaannya, pebelajar diberi bahan

Page 4: Strukturalisme

simakan yang bersifat menyenangkan,misalnya: drama, puisi, lagu, cerita, dan

sebagainya.

Tes menyimak komprehensif bertujuan untuk mengetahui tingkat

pemahaman pebelajar terhadap pesan yang disimak. Tes menyimak kritis

bertujuan untuk mengetahui pemahaman pebelajar terhadap bahan simakan

yang dilanjutkan dengan memberi evaluasi, sedangkan tes menyimak terapis

bertujuan untuk menyembuhkan seseorang, yang biasa dilakukan oleh seorang

psikolog.

2)  Tes Berbicara

Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa. Aspek-aspek

keterampilan bahasa lainnya adalah menyimak, membaca, dan menulis.

Keempat aspek tersebut berkaitan erat, antara berbicara dengan menyimak,

berbicara dengan menulis, dan berbicara dengan membaca.

Keterampilan berbicara menunjang keterampilan bahasa lainnya.

Pembicara yang baik mampu memberikan contoh agar dapat ditiru oleh

penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan penyimak untuk

menangkap pembicaraan yang disampaikan. Berbicara dan menyimak

merupakan kegiatan berbahasa lisan, dua-duanya berkaitan dengan bunyi

bahasa. Dalam berbicara seseorang menyampaikan informasi melalui suara atau

bunyi bahasa, sedangkan dalam menyimak seseorang mendapat informasi

melalui ucapan atau suara. Berbicara dan menyimak merupakan dua kegiatan

yang tidak dapat dipisahkan, kegiatan berbicara selalu disertai kegiatan

menyimak, demikian pula kegiatan menyimak akan didahului kegiatan berbicara.

Keduanya sama-sama penting dalam komunikasi.

Page 5: Strukturalisme

Manusia adalah mahluk sosial. Manusia baru akan menjadi manusia bila ia

hidup dalam lingkungan manusia. Kesadaran betapa pentingnya berbicara dalam

kehidupan manusia dalam bermasyarakat dapat mewujudkan bermacam aneka

bentuk. Lingkungan terkecil adalah keluarga, dapat pula dalam bentuk lain

seperti perkumpulan sosial, agama, kesenian, olah raga, dan sebagainya.

Setiap manusia dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan

pikiran, gagasan, ide, dan perasaan. Terampil menangkap informasi-informasi

yang didapat, dan terampil pula menyampaikan informasi-informasi yang

diterimanya. Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai

kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Contohnya dalam lingkungan

keluarga, dialog selalu terjadi, antara ayah dan ibu, orang tua dan anak, dan

antara anak-anak itu sendiri. Di luar lingkungan keluarga juga terjadi

pembicaraan antara tetangga dengan tetangga, antar teman sepermainan, rekan

kerja, teman perkuliahan dan sebagainya. Terjadi pula pembicaraan di pasar, di

swalayan, di pertemuan-pertemuan, bahkan terkadang terjadi adu argumentasi

dalam suatu forum. Semua situasi tersebut menuntut agar kita mampu terampil

berbicara.

Berbicara berperan penting dalam pendidikan keluarga. Tata krama dalam

pergaulan diajarkan secara lisan. Adat kebiasaan, norma-norma yang berlaku

juga seringkali diajarkan secara lisan. Hal ini berlaku dalam masyarakat

tradisional maupun masyarakat modern. Berbicara merupakan keterampilan

dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain.

Penggunaan bahasa secara lisan dapat pula dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi berbicara secara langsung adalah sebagai

berikut: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) pilihan kata; (d) struktur kata dan kalimat;

(e) sistematika pembicaraan; (f) isi pembicaraan; (g) cara memulai dan

mengakhiri pembicaraan; dan (h) penampilan.

Page 6: Strukturalisme

Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun

berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan

berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu

menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon,

tanya-jawab, interview, dan sebagainya. Kegiatan berbicara dan menyimak

saling melengkapi, tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang

menyimak. Tidak mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang berbicara.

Melalui kegiatan menyimak siswa mengenal ucapan kata, struktur kata, dan

struktur kalimat.

Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi.

Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi

sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa

tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi. Bahan pembicaraan sebagian

besar didapat melalui kegiatan membaca. Semakin sering orang membaca

semakin banyak informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi

yang bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya

antara lain melalui berbicara.

Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif-ekspresif.

Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi. Penyampaian

informasi melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan

penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.

Informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh melalui

kegiatan menyimak ataupun membaca. Keterampilan menggunakan kaidah

kebahasaan dalam kegiatan berbicara menunjang keterampilan menulis.

Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan menunjang keterampilan

berbicara.

Page 7: Strukturalisme

Tes yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara adalah

sebagai berikut:

a)   Tes kemampuan berbicara berdasarkan gambar

Bentuk tes ini di sajikan dengan memberikan rangsangan berupa perangkat

gambar yang merupakan satu rangakaian cerita, dan testi diminta untuk

menjawab pertanyaan sehubungan dengan rangkaian gambar atau

menceritakan rangakaian gambar.

b)   Wawancara

Dipakai untuk mengukur kemampuan testi menggunakan bahasa dalam

berkomunikasi. tes ini bisa dipakai apabila testi memiliki kemampuan berbahasa

yang cukup mewadahi.

c)   Bercerita

Kemampuan berbicara yang berbentuk berbicara dapat dilakukan dengan cara

meminta testi untuk mengungkapkan sesuatu (pengalamannya atau topik

tertentu).

d)   Diskusi

Tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan testi menyampaikan pendapat,

mempertahankan pendapat, serta menanggapi ide atau pikiran yang

disampaikan oleh peserta diskusi yang lain secara kritis.

e)   Ujian terstruktur

Dapat dilakukan dengan cara membaca kutipan, mengubah kalimat, dan

membuat kalimat. Dengan tujuan untuk menguji kemampuan testi dalam

menggunakan bahasa lisan.

3)  Tes Kompetensi Kebahasaan Membaca

Tes biasanya diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk

mendapatkan data terhadap seseorang yang dinilai. Tes digunakan untuk

memperoleh informasi tentang seseorang yang juga dipergunakan untuk maksud

pendidikan. Kegiatan membaca ada bermacam-macam di antaranya membaca

Page 8: Strukturalisme

cepat, membaca sekilas, membaca keras, dan membaca

pemahaman. Pembedaan jenis membaca itu dapat didasarkan atas tujuannya

atau teknisnya. Dalam tulisan ini, membaca yang dimaksud adalah membaca

pemahaman, atau membaca untuk memahami isi bacaan.

Bentuk tes membaca pemahaman meliputi; (1) tes membaca pemahaman

literal, (2) tes membaca pemahaman interpretatif, dan (3) tes pemahaman

membaca kritis.

Tes kemampuan berbahasa yang bersifat aktif reseptif pada hakikatnya

merupakan kemampuan atau proses decoding, kemampuan untuk memahami

bahasa yang dituturkan oleh pihak lain. Pemahaman terhadap bahasa yang

dituturkan oleh pihak lain tersebut dapat melalui sarana bunyi atau sarana

tulisan. Yang pertama merupakan kegiatan menyimak, sedangkan yang kedua

adalah kegiatan membaca.

Tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur kemampuan

siswa memahami isi atau informasi yang terdapat dalam bacaan. Sebagaimana

tujuan membaca yang telah dikemukakan Anderson dalam Tarigan (2004)

bahwa ada tujuh tujuan membaca yaitu: (1) membaca untuk memperoleh

perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for facts), (2) membaca untuk

memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas), (3) membaca untuk

mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or

organization), (4) membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading

for inference), (5) membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk

mengklasifikasikan (reading for classify), (6) membaca menilai, membaca

mengevaluasi (reading for evaluate), dan (7) membaca untuk membandingkan

atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).

Page 9: Strukturalisme

Dengan demikian, maka bacaan atau wacana yang diujikan hendaklah

yang mengandung informasi yang menuntut untuk dipahami. Oleh karena itu,

seorang guru sebagai evaluator dalam menguji kemampuan membaca harus

benar-benar mampu memilih bacaan yang layak untuk diujikan.

4)  Tes Menulis

Manulis diartikan sebagai aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran

atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan. Kemampuan menulis

yang merupakan keterampilan berbahasa produktif lisan melibatkan kemampuan

penggunaan ejaan, penggunaan kosa kata, penggunaan kalimat, penggunaan

jenis komposisi, penentuan ide, pengolahan ide, pengorganisasian ide. Kesemua

inilah yang diukur dalam kemampuan menulis.

Secara umum, bentuk tes yang digunakan dalam tes menulis dapat

berupa tes objektif dengan berbagai variasinya (untuk tingkat ingatan dan

pemahaman) dan tes sujektif dengan berbagai variasinya (untuk tingkat

penerapan ke atas).

Ragam bentuk tes subjektif yang digunakan dalam tes menulis dapat

dipaparkan sebagai berikut.

a)   Tes menulis berdasarkan rangsangan visual

Bentuk tes menulis berdasarkan rangsangan visual dilakukan dengan cara

disajikan gambar atau film yang membentuk rangkaian cerita, dan testi diminta

untuk membuat karangan berdasarkan gambar atau film yang telah diberikan.

b)   Tes menulis berdasarkan rangsangan suara

Bentuk tes ini dilaksanakan dengan cara disajikan suara yang dapat berbentuk

ceramah, diskusi atau tanya jawab, baik yang berupa rekaman suara maupan

langsung.

Page 10: Strukturalisme

c)   Tes menulis dengan rangsangan buku

Bentuk tes ini dilakukan dengan cara menyajikan teks bacaan, dan testi diminta

untuk membuat karangan berdasarkan teks yang telah dibacanya. Bentuk tugas

yang harus dikerjakan testi dapat berupa membuat ringkasan/rangkuman,

membentuk resensi, atau membuat kritik.

d)   Tes menulis laporan

Bentuk tes ini dilakukan dengan cara meminta testi untuk membuat laporan

kegiatan yang pernah dilakukan (mengikuti khotbah jum’ah, mengikuti

seminar/diskusi, mengikuti Darmawisata, atau kegiatan perkemahan) atau

kegiatan penelitian sederhana yang telah dilakukan.

e)   Tes menulis surat

Bentuk tes ini dilakukan dengan cara : testi diminta untuk menulis sebuah surat.

f)   Tes menulis berdasarkan tema tertentu

Bentuk tes ini dilakukan dengan cara : disajikan sebuah atau beberapa topik dan

testi diminta untuk membuat suatu karangan berdasarkan topik yang telah

ditentukan.

g)   Tes menulis karangan bebas

Tes ini dilaksanakan dengan cara meminta testi untuk membuat karangan

dengan tema dan sifat karangan yang ditentukan sendiri oleh testi (peserta tes).

Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang melibatkan berbagai

kemampuan dan keterampilan secara terpadu. Tujuan pembelajaran menulis

dapat dibedakan menjadi dua, yakni: (1) siswa mampu mengungkapkan unsur-

unsur kebahasaan, seperti ejaan, kosakata, struktur kalimat, dan pemakaian

paragraf, dan (2) siswa mampu mengungkapkan gagasannya dalam bentuk

tulisan yang sesuai dengan konteks (pragmatik).

Tes kemampuan menulis juga ada beberapa macam. Hal ini disamping

disebabkan oleh adanya tahapan dalam pengajaran menulis, juga karena ada

Page 11: Strukturalisme

banyak faktor yang dapat dinilai, seperti mekanis, kosakata, tata bahasa,

ketetapan isi, diksi, retorika, logika, dan gaya (Madsen, 1983:101). Tompkins

(dalam Ramli, 1998) mengatakan bahwa tes menulis dapat disikapi dalam dua

aspek, yakni sebagai tes proses (tes menulis sebagai proses) dan tes produk

(tes menulis sebagai produk). Oleh karena itu disarankan agar tes menggunakan

postofolio, yaitu koleksi segala dokumentasi dan aktivitas siswa yang

menunjukkan usaha, kemajuan, dan pencapaian siswa dalam satu atau

beberapa bidang tertentu yang dapat digunakan sebagai alternatif atau

pelengkap kegiatan tes.

Cara langsung untuk mengukur kemampuan menulis seseorang adalah

dengan menyuruh seseorang itu menulis. Akan tetepi, tes bentuk esai ini banyak

kelemahannya. Di samping itu, kemampuan menulis juga dapat diukur dengan

tes objektif. Baik tes bentuk esai maupun bentuk objektif mempunyai kelebihan

dan kekurangan. Apalagi jumlah peserta tes besar jumlahnya, tes objektif akan

lebih baik. Kemampuan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

melibatkan aspek penggunaan bahasa dan pengolahan isi. Masalah yang

berkembang sehubungan dengan kegiatan menulis adalah pengetahuan dasar

terhadap performansi atau kemampuan menulis.

Keterampilan menulis merupakan kiat menggunakan pola-pola lisan dalam

menyampaikan suatu informasi. Dalam menulis, orang tidak hanya dituntut

menguasai materi yang akan ditulis, tetapi juga mempu menggunakan perangkat

kebahasaan secara tertulis. Penggunaan perangkat kebahasaan secara tertulis

menjadi inti kegiatan menulis sebab penggunaan perangkat bahasa tulis berbeda

dengan penggunaan perangkat kebahasaan secara lisan.

Page 12: Strukturalisme

Evaluasi keterampilan menulis bertujuan mengetahui kemampuan

pebelajar dalam menyampikan ide, perasaan, dan pikirannya, serta

menggunakan perangkat bahasa target secara tulis.

Teknik evaluasi yang dapat digunakan dipaparkan berikut.

1. Menulis huruf,  nama, peristiwa, dan keadaan yang diperdengarkan,

diperlihatkan, dan  bicara.

2. Menyampaikan kembali secara tertulis suatu cerita, dialog, peristiwa yang

didengar atau dibaca.

3. Menuliskan cerita berdasarkan gambar atau rangkaian gambar.

4. Melaporkan pengalaman, peristiwa, pekerjaan, atau perjalanan secara tulis.

5. Menjawab pertanyaan sederhana atau komplek secara tulis.

6. Membuat karangan berdasarkan tema tertentu.

7. Menggunakan ejaan dan tanda baca secara tetap.

Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang melibatkan berbagai

kemampuan dan keterampilan secara terpadu. Tujuan pembelajaran menulis

dapat dibedakan menjadi dua, yakni: (1) siswa mampu mengungkapkan unsur-

unsur kebahasaan, seperti ejaan, kosakata, struktur kalimat, dan pemakaian

paragraph, dan (2) siswa mampu mengungkapkan gagasannya dalam bentuk

tulisan yang sesuai dengan konteks (pragmatik).

Tes kemampuan menulis juga ada beberapa macam. Hal ini di samping

disebabkan oleh adanya tahapan dalam pengajaran menulis, juga karena ada

banyak faktor yang dapat dinilai, seperti mekanis, kosakata, tata bahasa,

ketetapan isi, diksi, retorika, logika, dan gaya (Madsen, 1983:101). Tompkins

(dalam Ramli, 1998) mengatakan bahwa tes menulis dapat disikapi dalam dua

aspek, yakni sebagai tes proses (tes menulis sebagai proses) dan tes produk

(tes menulis sebagai produk). Oleh karena itu disarankan agar tes menggunakan

postofolio, yaitu koleksi segala dokumentasi dan aktivitas siswa yang

Page 13: Strukturalisme

menunjukkan usaha, kemajuan, dan pencapaian siswa dalam satu atau

beberapa bidang tertentu yang dapat digunakan sebagai alternatif atau

pelengkap kegiatan tes.

Cara langsung untuk mengukur kemampuan menulis seseorang adalah

dengan menyuruh seseorang itu menulis. Akan tetepi, tes bentuk esai ini banyak

kelemahannya. Di samping itu, kemampuan menulis juga dapat diukur dengan

tes objektif. Baik tes bentuk esai maupun bentuk objektif mempunyai kelebihan

dan kekurangan. Apalagi jumlah peserta tes besar jumlahnya, tes objektif akan

lebih baik.

5)  Tes Sastra

Walau bermediakan bahasa, teks kesastraan tidak semata-mata

berurusan dengan bahasa, karena ada unsur-unsur lain, misalnya keindahan,

yang mesti juga diapresiasi. Unsur-unsur lain itu hanya dapat diperoleh,

dirasakan, atau dinikmati jika peserta didik membaca secara langsung teks

kesastraan. Maka, tugas dan penilaian yang berkaitan dengan pembacaan

langsung teks-teks itu harus menjadi prioritas utama. Tugas dan tes harus

ditekankan pada hal-hal yang menuntut siswa untuk benar-benar

“memperlakukan” teks-teks kesastraan. Istilah memperlakukan dapat

dioperasionalkan menjadi: membaca, memahami, memparafrase, menganalisis,

menuliskan kembali, membuat, menulis resensi, dll tergantung indikator yang

dibuat. Ada baiknya guru mewajibkan peserta didik membaca dan membuat

laporan beberapa teks kesastraan. Selain itu, penilaian lewat karya nyata

peserta didik, misalnya lewat publikasi di majalah dinding, majalah sekolah, atau

media massa harus sudah diketengahkan.

Page 14: Strukturalisme

Untuk kegiatan pembelajaran & penilaian di kelas, kita dihadapkan pada kenyataan teks-teks kesastraan lazimnya panjang sehingga tidak mudah “memperlakukan”-nya di sekolah, kecuali puisi. Untuk itu, tugas-tugas yang “memperlakukan” novel, cerpen, cerita klasik, drama yang relatif panjang sebaiknya dilakukan di luar jam pelajaran sebagai tugas rumah. Tugas yang diberikan harus jelas, harus mengapakan teks kesastraan itu dan sedapat mungkin melibatkan berbagai genre (fiksi, puisi, cerita lama, teks drama). Misalnya: meringkas cerita/membuat sinopsis, menganalisis unsur karakter/moral, membuat parafrase, menulis dengan sudut pandang lain, menulis resensi, dll termasuk menghadiri pementasan drama atau baca puisi di tempat tertentu. Hasil kerja siswa sebagian harus dibaca dan diberi tanggapan. Tanggapan tidak menyalahkan siswa karena akan mematikan motivasi, tetapi lebih mempertanyakan argumentasi. Penilaian kesastraan haruslah diusahakan yang berkadar apresiatif tinggi atau paling tidak sedang walau dengan bentuk ujian objektif (PG).