stroke pada dm tipe 2
TRANSCRIPT
![Page 1: Stroke Pada Dm Tipe 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081122/55721446497959fc0b942a36/html5/thumbnails/1.jpg)
STROK PADA DM TIPE 2
abstrak
Strok merupakan penyebab kematian terbanyak no 2 dan penyebab utama
kecacatan permanen di seluruh dunia. Secara umum pasien dengan diabetes
mempunyai resiko besar 1,5-3 kali lebih banyak untuk mendapatkan stroke.
Penyakit cerebrovaskuler menyebabkan 20% kematian pada pasien diabetes.
Menarik lagi, ada perbedaan yang mencolok antara stroke dengan dengan diebetes
dan stroke non diabetes.
Lebih penting lagi fakta bahwa diabetes meningkatkan resiko stroke pada usia
muda dan pada wanita . Data ini menampilkan pentingnya deteksi dan pengobatan
diabetes pada kelompok tersebut. Jurnal ini menyimpulkan berbagai aspek pada
stroke dengan DM tipe 2, difokuskan kepada perbedaannya dengan stroke non
diabetes.
Pendahuluan
Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak no 2 dan penyebab utama
kecacatan permanen diseluruh dunia. Kejadian stroke di Amerika mencapai
700.000 dengan 150.000 kejadian fatal. Prevalensi sebanyak 2,6% (5,5 jt)
menyebabkan pengeluaran sekitar 58 milyar dolar.
Pasien dengan stroke atau dengan diagnosa tambahan DM (16-24%). Pasien
dengan diabetes punya resiko 1,5-3 kali lebih banyak untuk mendapat stroke
dibandingkan dengan yang tidak dan memiliki kecacatan dan kematian yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa ikutan diabetes.
Pasien dengan sindrom metabolik memiliki 1,5 kali beresiko terjadi stroke. Ini
secara langsung meningkatkan resiko faktor aterogenik pada ekstrakranial dan
intrakranial arteri dan sebagai tambahannya, profil lipid plasma yang abnormal,
hipertensi dan hiperglikemi. Proses patologi yang berhubungan dengan diabetes
seperti resistensi insulin dan hiperinsulinemia, juga berpengaruh terhadap
perubahan arterosklerotik pada pembuluh darah. Tergantung dari gula darah atau
faktor-faktor pada kardiovaskular. Semua ini secara nyata terbukti berpengaruh
pada peningkatan insiden dari infark lakunar tipe silent atau tipe nyata pada
pembuluh-pembuluh kecil serebral.
![Page 2: Stroke Pada Dm Tipe 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081122/55721446497959fc0b942a36/html5/thumbnails/2.jpg)
Stroke berbeda pada DM tipe 2
Penyakit serebrovaskular merupakan penyebab kematian 20% pada pasien DM.
Menariknya, ada perbedaan antara pasien stroke diabetik dan non-diabetik. Pasien
DM lebih sering berkembang menjadi stroke iskemik dan stroke lakunar tipe
silent. Sebagai tambahan infark infratentorial juga lebih banyak terjadi pada
pasien DM. Pasien DM juga memiliki prognostik yang buruk dengan 2 kali lebih
beresiko kemungkinan terjadi stroke kemudian. Diabetes berhubungan secara
signifikan pasca disabilitas fungsi neurologi dan lamanya rawatan di Rumah
Sakit. Angka kematian meningkat pada kasus ini dan angka harapan hidup 5 tahun
hanya 20%. Diabetes juga memperburuk resiko demensia pada stroke.
Perbedaan berdasarkan jenis kelamin
Diabetes meningkatkan resiko stroke pada usia lebih muda juga pada wanita.
Penelitian secara kohort di UK yang melibatkan 41.799 penderita DM dan
202.733 orang sebagai grup kontrol diobservasi mana yang paling beresiko stroke
yang disebabkan oleh diabetes pada usia muda dan pada wanita. Angka kejadian
dari stroke 11,91 per 1000 orang pertahun pada penderita DM dan 5,55 per 1000
orang pertahun pada grup kontrol. Kejadian stroke pada umur 35-54 tahun
memiliki rasio 4,66 laki-laki dan 8,18 wanita. Didapatkan juga faktor resiko
menurun berdasarkan usia. Faktor resiko tambahan stroke dengan DM tipe 2 telah
diobservasi pada penelitian ini termasuk lamanya menderita DM, merokok,
obesitas, atrial fibrilasi, dan hipertensi. Pada temuan ini dibutuhkan pendeteksian
dan terapi pada DM usia muda dan pada wanita karena juga menggarisbawahi
beban komorbid pada DM secara keseluruhan. Ini bertujuan bagi wanita, bahwa
penderita diabetes mempertimbangkan resiko penyakit kardiovaskular yaitu stroke
yang fatal. Insiden terjadinya stroke hampir sama dengan insiden relaps pada
wanita non-diabetik.
Studi DAI mengamati kesamaan resiko untuk terjadinya stroke yang
diikuti selama periode 4 tahun pada wanita dan laki-laki diabetes dengan
prevalensi penyakit kardiovaskuler (5,5 – 63 kasus stroke per 1000 orang
pertahun) dan secara signifikan peningkatan resiko stroke pada laki-laki dan
![Page 3: Stroke Pada Dm Tipe 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081122/55721446497959fc0b942a36/html5/thumbnails/3.jpg)
wanita dengan prevalensi penyakit kardiovaskuler (13,7 – 10,8 kasus stroke per
1000 orang per tahun). Pada kedua umur merupakan faktor resiko yang tinggi
untuk terjadinya stroke. Pada laki-laki tanpa prevalensi penyakit kardiovaskuler,
HbA1c, dan merokok adalah factor resiko untuk terjadinya stroke. Pada wanita
hanya merupakan komplikasi mikrovaskuler yang berhubungan dengan resiko
terjadinya stroke. Pada laki-laki dengan penyakit kardiovaskuler, riwayat penyakit
stroke, menggunakan insulin dan menggunakan golongan obat antidiabetik oral
yang dihubungkan dengan resiko stroke. Pada wanita dengan riwayat stroke, HDL
dan komplikasi mikrovaskuler dihubungkan dengan stroke.
Singkatan dan Akronim
AF Atrium Fibrilasi
ARB Angiotensin Reseptor Bloker
CARDS Collaborative Atorvastatin Diabetes Study
CIMT Carotid Intima Media wall Thickness
DAI Diabetes And Informatic study group. Assosiasi
diabetologist Italia, dan institut kesehatan nasional Italia.
HbA1c Haemoglobin A1c
HDL Hight Density Lipoprotein
IRIS Insulin Resistance Intervention after Stroke
LDL Low Density Lipoprotein
LIFE Losartan Intervention or Endpoint Reduction In
Hipertension Study
LIPID Long term Intervention With Pravastatin in Ischaemic
Disease
MI Myocard Infark
MOSES Morbidity and mortality after stroke Eprosartan vs
nivedipine for secondary prevention
MRI Magnetic Resonance Imaging
ONTARGET Ongoing Telmisartan Alone and in combination with
ramipril global endpoint trial
PPAR Peroxisome proliferator Activated receptor
![Page 4: Stroke Pada Dm Tipe 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081122/55721446497959fc0b942a36/html5/thumbnails/4.jpg)
PROACTIVE PROspective pioglitazone Clinical trial in macrovascular
event
SPARCL Stroke prevention by aggressive Reduction in cholesterol
level
TIA Transient Ischaemic Attack
TZD thiazolidineones
UKPDS UK prospective diabetes study
VALUE Valsartan Antihypertensive long term use elevation
WARIS II Warfarin Aspirin Reinfarction Study II
Tabel 1. Gambaran klinis stroke pada pasien dengan dan tanpa diabetes
Klinis
Iskemik : hemoragik
Resiko stroke < 55 tahun
Frekuensi nafas laki-
laki/wanita
Infark infratentorial
Infark lakunar
Volume infark
Diabetes
Kira-kira 10:1
Lebih tinggi
Wanita > laki-laki
Biasanya lebih banyak
Biasanya lebih banyak
Tidak ada perbedaan
Bukan diabetes
Kira-kira 5:1
Lebih rendah
Wanita > laki-laki
Biasanya lebih sedikit
Biasanya lebih sedikit
Perbedaan dengan Aterosklerosis Diabetikum
Data sebelumnya menyarankan aterosklerosis diabetikum untuk
menampilkan bentuk-bentuk unik penyebab penyakit aterosklerosis. Kang dkk
mengobservasi prevalensi yang tinggi dari aneurisma aorta abdominal pada pasien
dengan stenosis carotis tapi tidak pada subgrup pasien diabetes. Kumpulan dari
plak diabetes sebahagian cenderung untuk ruptur dan menyebar selama intervensi
rekanalisasi untuk pasien; pada pasien diabetes dengan resiko stroke yang tinggi
dan kematian selama tindakan endarterektomi dan angioplasty telah beberapa kali
dilakukan. Data dari The European Carotid Surgery Trial dan The North
American Symptomatic Endarterectomy Trial menunjukkan bahwa diabetes bisa
menjadi resiko tinggi iskemik serebral perioperative bahkan kematian. Itu
![Page 5: Stroke Pada Dm Tipe 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081122/55721446497959fc0b942a36/html5/thumbnails/5.jpg)
mungkin berarti bahwa perbedaan komposisi plak dan gambaran permukaan bisa
mempertinggi resiko kerusakan oleh plak dan stroke emboli selama terapi invasif
pada pasien diabetes. Fakta bahwa infiltrat makrofag dan susunan trombus sebagai
marker untuk ketidakstabilan plak adalah berupa peningkatan plak aterosklerosis
dari pasien diabetes. Struktur tambahan yang spesifik bisa dari aterosklerosis
diabetikum yang sudah teridentifikasi termasuk inflamasi dan neovaskularisasi
vena menimbulkan intraplak hemoragik. Dari patofisiologi yang ada lapisan
intima dan medial dinding vena pada Diabetes Tipe II berubah dan proses
kompleks seperti pada glikosilasi matriks ekstravaskuler dan kalsifikasi media.
Selanjutnya, efek detrimental tambahan dari otak dengan atrofi otak dan infark
ditunjukkan pada pasien Diabetes Tipe II dengan penyakit gangguan arteri.
MRI multikontras resolusi tinggi saat ini mampu menampilkan metode
untuk kateterisasi non invasive secara invivo. Penilaian prospektif dari MRI
dalam menilai plak untuk kemungkinan resiko kejadian atau berulangnya stroke
telah diperlihatkan pada dua penelitian terbaru. Pasien diabetes terlihat sangat
berisiko tinggi dalam perkembangan plak pada deteksi MRI. Pada 107 pasien
memperlihatkan dengan stenosis karotis diabetikum tingkat tinggi
memperlihatkan awal yang jelas dalam perkembangan plak karotis terlepas dari
derajat stenosis.
Faktor Resiko
Hipertensi
Hipertensi telah dikenal sebagai faktor resiko yang dapat dimodifikasi
untuk stroke. Kemungkinan paling sering yang mengindikasikan resiko relative
stroke sekitar 4, yaitu saat tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih tinggi,
atau tekanan darah diastolic 99 mmHg atau lebih tinggi. Resiko stroke 2 kali
untuk tiap peningkatan 7,5 mmHg tekanan darah diastolic dan agen anti hipertensi
telah diperlihatkan mengurangi resikostroke sekitar 38%. Hipertensi 2 kali
prevalensinya pada pasien Diabetes Melitus dibanding non diabetic individu dan
pada pasien dengan Diabetes Melitus diasosiasikan dengan progresi cepat
komplikasi mikrovaskular (retinopati dan nefropati) dan makrovaskular
(aterosklerotik). Di dalam UKPDS pengurangan 10 mmHg rata-rata tekanan
![Page 6: Stroke Pada Dm Tipe 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081122/55721446497959fc0b942a36/html5/thumbnails/6.jpg)
diastolic menunjukkan pengurangan insiden stroke sebesar 44%. Agen anti
hipertensi terbaru, paling sering ARBs, pada kebanyakan penelitian terbaru,
termasuk LIFE, MOSES, dan VALUE, sudah didemonstrasikan sebuah
pengurangan yang nyata resiko stroke dan insiden rendah diabetes onset baru.
Pengobatan denagn rimipril sebagai tambahan terapailain mengurangi resiko
stroke sekitar 33% pada diabetes. Yang baru-baru ini dipublikasikan ONTARGET
dibandingkan dengan ramipril, ARB telmisatran, dan kombinasi 2 jenis obat pada
25.620 pasien dengan penyakit vascular atau resiko tinggi diabetes. Setelah follow
up selama 56 bulan, telmisartan sebanding dengan ramipril yang berfokus pada
titik akhir utama (kematian kardiovaskular, MI, stroke, atau hospitalisasi karena
gagal jantung) seperti halnya stroke pada semua pasien dan pada sub grup
diabetes. Kombinasi kedua obat diasosiasikan dengan lebih banyaknya efek
samping tanpa peningkatan keuntungan. Temuan ini dibandingkan dengan efikasi
dari angiotensin converting enzyme inhibitor dan ARBs untuk pencegahan sroke.
Fibrilasi atrium
AF adalah penyebab paling sering dari stroke kardioemboli denga resiko
relatif stroke sekitar 5 dan 17. Insiden dan prevalensi AF meningkat sesuai umur.
Resiko stroke pada pasien AF juga diasosiasikan berdiri sendiri dengan banyak
faktor resiko lain pada diabetes. Ini merupakan bukti yang kuat untuk mendukung
penggunaan terapiantikoagulasi oral (seperti warfarin) pada pasien dengan atrial
fibrilasi dan untuk resiko tingginya untuk stroke, direkomendasikan pada semua
pasien dengan fibrilasi atrial dan diabetes mellitus tipe 2. Namun demikian,
beberapa bukti terbaru dari penelitian WARIS II pada pasien dengan MI
menyarankan bahwa warfarin mungkin kurang efektif (dan aspirin lebih efektif)
dalam mengurangi resiko titik primer kematian, rekuren MI dan stroke iskemik
pada pasien dengan diabetes dari pada tanpa diabetes.
Gaya hidup
Faktor gaya hidup yang bervariasi berhubungan dengan peningkatan risiko
stroke. Faktor-faktor yang dapat dimodifikasi berkisar dari merokok sampai 2 kali
dan dari alkohol sampai empat kali lebih besar dibandingkan dengan orang-orang
![Page 7: Stroke Pada Dm Tipe 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081122/55721446497959fc0b942a36/html5/thumbnails/7.jpg)
yang tidak memiliki kebiasaan seperti ini. Kriteria lain yang masuk diantaranya
obesitas, aktifitas fisik yang kurang, stress dan konsumsi makanna yang jelek.
Obesitas sentral atau viseral berhubungan dengan atrial fibrilasi, hipertensi,
peningkatatan gula darah, dan profil lipid darah, yang kesemuanya merupakan
faktor risiko bebas untuk stroke sebagaimana munculnya diabetes tipe 2.
kemungkina risiko lebih besar pada penderita diabetes dibandingkan dengan yang
tidak diabetes. Penelitian lebih lanjut dari Finish Diabetes Preventation Study
menunjukkan terjadinya penuruna kejadian diabetes tipe 2 melalui intervensi gaya
hidup selama 8 tahun penelitian.
Hiperglikemia
Kadar gula darah puasa diatas 5.5 mmol/L sangat berhubungan dengan
kejadian iskemik serebrovaskular pada pasien dengan penyakit dasar
aterotrombotik dan stress hiperglikemia yang menyertai stroke primer akan
memperburuk prognosis. Hiperglikemia kronik yang ditandai dengan peningkatan
HbA, dimana penigkatan 1,7% risiko stroke dengan peningkatan 1% HbA. Lebih
lanjut lagi kadar gula darah post prandial pada penderita non diabetes
menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian stroke berdasarkan penelitian
selama 38 tahun. Penelitian mengenai penurunan kadar gula darah dengan obat
antidiabetik oral sering dikaburkan dengan faktor lain seperti lama menderita
diabetes, usia pasien dan dan beratnya gejala diabetes. Di UKPDS, bagaimanapun
juga penggunaan metformin sebagai pilihan utma untuk pasien diabetes tipe 2
telah menurunkan risiko stroke sebanyak 42% dibandingkan dengan cara yang
lama. Pemakaian sulfonil urea selama 10 tahun menunjukkan penurunan risiko
kompliksai mikrovaskular pada penderita diabetes tetapi risiko stroke meningkat.
Kadar lipid
Kadar HDL yang rendah (<0.9 mmol/L) dan kadar trigliserida yang tinggi
(>2.3 mmol/L) berhubungan dengan peningkatan kejadian dan kematian akibat
stroke. Kadar LDL yang tinggi merupakan penanda stroke pada sebagian besar
orang. Ada bebrapa bukti yang menunjukkan bahwa kadar HDL yang rendah yang
merupakan kunci dari dislipidemia, secara tipikal terlihat pada pasien diabetes tipe
![Page 8: Stroke Pada Dm Tipe 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081122/55721446497959fc0b942a36/html5/thumbnails/8.jpg)
2, juga berhubungan dengan peningkatan risiko stroke iskemik. Penelitian meta
analisis selanjutnya menunjukkan bahwa keuntungan terapi statin untuk
pencegahan stroke tidak tergantung pada kadar lipid dasar. Gambaran
dislipidemia ini adalah sebuah abnormalitas metabolik pada diabetes dan menetap
dengan OVERRAl peningkatan risiko stroke.
Menurut CARDS, Pasien DM tipe II dan mempunyai peningkatan risiko
kardiovaskuler, tetapi tanpa LDL yang tinggi, dapat dilakukan secara random
dengan menggunakan atorvastatin 10 mg atau placebo. Terdapat penurunan risiko
48% pada kejadian stroke pertama dengan agen yang aktif dibandingkan
menggunakan placebo. Hal ini diperkuat dengan percobaan LIPID menggunakan
pravastatin, yang menunjukkan pengurangan risiko stroke antara 39% - 42% pada
pasien dengan diabetes dan peningkatan toleransi glukosa dibandingkan dengan
plasebo. Hal yang sama, data dari Heart Protection Study menyatakan penurunan
24% dari insiden stroke dengan penggunaan simvastatin dibandingkan plasebo
pada pasien dengan DM. Bagaimanapun haruslah dicatat bahwa tidak terdapat
penurunan risiko yang signifikan untuk terjadinya stroke berulang dengan
simvastatin. SPARCL menunjukkan dosis yang lebih tinggi dari atorvastatin 80
mg mengurangi risiko stroke berulang sekitar 16% terhadap plasebo, bahkan pada
pasien dengan stroke atau TIA tanpa didahului dengan penyakit jantung koroner.
Sebuah meta-analisis yang baru ini dipublikasikan dari 14 percobaan statin yang
dirandom pada 18.686 pasien DM, menunjukkan penurunan risiko stroke yang
cukup signifikan pada pasien DM (21% ; 95% CI 7-33 % ) hal ini lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok yang tidak DM ( 16%; 95% CI 7-24% ).
Sindrom Metabolik
Sindrom metabolik dan derajat resisten insulin adalah faktor risiko yang bebas
untuk terjadinya stroke. Dan terdapat tiga kali lipat peningkatan risiko stroke pada
orang-orang dengan diabetes dan sindrom metabolik. Sindrom metabolik ditandai
dengan beberapa metabolisme yang tidak normal, yang menandakan resisten
insulin. CIMT merupakan ukuran baku dari aterosklerosis yang dihubungkan
dengan kejadian stroke. Sindrom metabolik yang langsung dihubungkan dengan
![Page 9: Stroke Pada Dm Tipe 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081122/55721446497959fc0b942a36/html5/thumbnails/9.jpg)
remodeling arteri karotis, dengan peningkatan CIMT. Diantara pasien DM pada
studi IRAS bahwa diabetes dan kadar glukosa darah puasa masing-masing
dihubungkan dengan kenaikan CIMT, menandakan bahwa hiperglikemia kronik,
atau metabolisme abnormal, menyebabkan aterosklerosis. Penelitian ”The Stop
Aterosclerosis in Native Diabetics” menunjukkan penurunan cepat yang
signifikan dari CIMT pada pasien yang diobati untuk mencapai target LDL-
Kolesterol ( 1,8 mmol/L) dan tekanan darah sistolik ( 115 mmHg)
dibandingkan dengan pasien dengan target standar (LDL-kolesterol 2,5 mmol
dan tekanan darah sistolik 130 mmol). Pasien dengan DM tipe 2 dengan
ditemukannya bising karotis, mempunyai risiko stroke pertama sebesar 6 kali
lebih besar dibanding pasien tanpa bising. Retinopati diabetik merupakan
manifestasi mikrovaskuler paling banyak pada pasien DM, juga sebagai tanda
untuk risiko terjadinya penyakit mikrovaskuler otak.
Hiperurisemia
Hiperurisemia adalah faktor risiko yang kuat kejadian stroke pada pasien
umur pertengahan dengan DM, dan merupakan faktor risiko kardiovaskular bebas
lainnya.
Proteinuria
Faktor risiko yang dapat dikenali dari proteinuria jika ditemukan lebih dari
300mg/hari, hal ini merupakan faktor risiko bebas dan kuat terjadinya stroke pada
pasien dengan DM tipe 2. Bagaimanapun, tidak ada hal yang langsung
menunjukkan bahwa proteinuria menyebabkan komplikasi makrovaskular
maupun penurunan ekresi protein urin dapat menunda atau mencegah terjadinya
stroke. Kadar kreatinin sebesar 130 μmol/L atau lebih juga telah dilaporkan
menjadi faktor predisposisi yang kuat terjadinya serangan stroke yang pertama.
Faktor risiko yang tidak dapat diperbaharui
Diantaranya yaitu umur. Umur merupakan faktor risiko yang penting
dalam suatu populasi. Bagaimanapun, DM merupakan faktor risiko relatif yang
lebih besar terjadinya stroke pada pasien muda. DM meningkatkan risiko
![Page 10: Stroke Pada Dm Tipe 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081122/55721446497959fc0b942a36/html5/thumbnails/10.jpg)
terjadinya stroke lebih dari 10 kali lipat pada pasien dengan umur dibawah 55
tahun.
Indikator dari prognosis yang tidak baik setelah stroke
Percobaan dari UKPDS, hiperglisemia kronik yang dimonitor
menggunakan HbA merupakan faktor risiko terjadinya stroke. Rasio pada kasus
stroke yang mematikan 1,37 per 1% meningkat pada HbA16 . Jenis kelamin,
tekanan darah sistolik, stroke berulang dan jumlah sel darah putih merupakan
faktor predisposisi untuk kasus stroke yang mematikan dengan analisis
multivariat. Penelitian Copenhagen stroke menyatakan AF dan hipertensi sebagai
faktor predisposisi yang mengakibatkan prognosis yang jelek, yang terjadi pada
wanita dan riwayat TIAs. Pasien DM bahkan lebih rentan dimana mereka telah
mengalami stroke pertama. Pasien dengan risiko stroke berulang ditingkatkan 12
kali lipat dan bahkan dua kali lipat lagi dibandingkan pada pasien pasien non DM
dengan riwayat stroke. Pasien DM yang mengalami TIAmeningkatkan risiko
stroke selama minggu pertama setelah terjadinya TIA. Kematian setelah stroke
berulang pada pasien DM meningkat, hal ini disebabkan pilihan terpai selama ase
akut terbatas seperti :
- Trombolisis sistemik dihubungksn dengan peningkatan risiko perdarahan.
- Resisten aspirin merupakan hal yang umum terjadi, lebih dari
![Page 11: Stroke Pada Dm Tipe 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081122/55721446497959fc0b942a36/html5/thumbnails/11.jpg)
Gambar 2. pertahanan insulin dan perkembangan stroke
Penderita diabetes hanya menunjukkan efek sedikit dengan terapi aspirin.
Peran pertahanan insulin
Meskipun strategi terapi menyebutkan demikian jauh, risiko untuk kejadian
makrovaskular menyisakan peningkatan dan disana menyisakan beban penyakit sisa
yang luas. Sebuah perbandingan dari ini yang diakibatkan oleh efek pertahanan
insulin, yang ditunjukkan menjadi factor risiko stroke bahkan tanpa diabetes.
TZDs ( glitazones ) berperan sebagai PPAR∂ agonis dan menyebabkan
pendekatan baru untuk penatalaksanaan bagian ganda diabetes tipe 2. TZDs
mengurangi tahanan insulin pada pasien diabetes dan telah menunjukan keefektifan
Gangguan Metabolik Primer
Akibat factor resiko vaskuler
patologi Manifestasi klinis
Factor resiko yang tidak dapat diubah : Genumur
Factor resiko yang t dapat diubah : NutrisiKelebihan berat badanAktifitas kurangObat - obatan
Tahanan insulin
Hipertensi
Dislipidemia
Hiperglikemi
Hiperinsulinemia
Inflamasi
Trombosis
Fibrinolisis
Disfungsi endotel
Arterosklerosis
Otak
arteri besar
arteri kecil
Aorta
Pembuluh darah
koroner
hiperkoagulasi
STROKE
![Page 12: Stroke Pada Dm Tipe 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081122/55721446497959fc0b942a36/html5/thumbnails/12.jpg)
pada non diabetes dengan riwayat penyakit sekarang TIA atau stroke iskemik. Aksi
pleiotropik TZDs dengan sel – sel serebrovaskuler, memuncak pada perlambatan
perubahan arterosklerosis. Sebagai tambahan dari efek penurunana glukosa, TZDs
meningkatkan hemodinamik otak, mengurangi stress oksidasi dengan mengatur
ekspresi gen pro aterosklerosis dan mengurangi tahanan insulin. Aktivasi PPAR∂
terjadi tidak hanya di perifer tetapi juga di sentral system saraf dan sel – sel mikroglia,
yang dengan segera mengikuti iskemia otak akut, mempengaruhi prognosis
poststroke. Di sekitar lokus infark PPAR∂ menghambat aktivasi makrofag dan
mikroglia dan ekspresi sitokin proinflamasi dan perlekatan molekul dengan apoptosis
yang menyertai. Efek perlindungan syaraf ini menunjukkan kegunaan TZDs untuk
stroke.
Tabel 3 Rekomendasi untuk manajemen factor resiko
Gejala / Faktor Resiko Tatalaksana
Hiperkoagulasi / Atrial Fibrilasi Warvarin,aspirin, clodidogrel aspirin dan dipyridamole
Berhenti merokok Terapi tingkah laku, pengganti nikotin, bupropion
Hiperglikemi Metformin, sulphonylurea, IZD, meglitinide, GLP-1agonist,
DPP-4 inhibitor, insulin
Resisten insulin Penurunan berat badan, metformin, IZD
Dislipidemia Statin, fibrate, asam nikotinat, ezetimibe, colestyramine
Hipertensi ACE inhibitor, ARB, CCB, thiazide diuretic, beta-blocker,
direct rennin inhitor, dan anti hipertensi lainnya.
Microalbuminuria / proteinuria penurunan tekanan darah agresif : ACE inhibitor, ARB
Skrining untuk vaskulopati terkait diabetes skrining mata, pemeriksaan pada kaki, penilaian penyakit arteri
koronaria, pengukuran ketebalan media intima karotis
(aterosklerosis karotis subklinik) dan indeks pergelangan
tangan –kaki.(penyakit arteri perifer asimptomatis )
ACE : Angiotensin-Converting Enzyme ; ARB : Angiotensin Receptor Blocker, CCB : Calcium channel blocker; DPP-4:
dipeptidylpeptidase-4. GLP-1 : glucagon-like peptide – 1; thiazolidinedione.
![Page 13: Stroke Pada Dm Tipe 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081122/55721446497959fc0b942a36/html5/thumbnails/13.jpg)