stress n coping
DESCRIPTION
pengertian dari stress dan copingTRANSCRIPT
MODUL XSTRESS & COPING
Stress
Stress adalah bagian kehidupan. Apapun yang terjadi pada fisik maupun di sekeliling
yang merupakan gelombang-gelombang kehidupan, menuntut kita untuk
menyesuaikan diri. Stress merupakan reaksi awal dari penyesuaian diri tersebut.
Definisi Stress
Definisi stres dengan hanya melihat dari stimulus yang dialami seseorang, memiliki
keterbatasan karena tidak memperhatikan adanya perbedaan individual yang
mempengaruhi asumsi mengenai stresor. Sedangkan jika stres didefinisikan dari
respon, maka tidak ada cara yang sistematis untuk mengenali mana yang akan jadi
stresor dan mana yang tidak. Untuk mengenalinya, perlu dilihat terlebih dahulu reaksi
yang terjadi. Selain itu, banyak respon dapat mengindikasikan stres psikologis yang
padahal sebenarnya bukan merupakan stres psikologis. Dari penjelasan tersebut,
terlihat bahwa respon tidak dapat secara reliabel dinilai sebagai reaksi stres
psikologis tanpa adanya referensi dari stimulus (Lazarus & Folkman, 1984).
Singkatnya, semua pendekatan stimulus-respon mengacu pada pertanyaan krusial
mengenai stimulus yang menghasilkan respon stres tertentu dan respon yang
mengindikasikan stresor tertentu. Yang mendefinisikan stres adalah hubungan
stimulus-respon yang diobservasi, bukan stimulus atau respon. Stimulus
merupakan suatu stresor bila stimulus tersebut menghasilkan respon yang penuh
tekanan, dan respon dikatakan penuh tekanan bila respon tersebut dihasilkan oleh
tuntutan, deraan, ancaman atau beban. Oleh karena itu, stres merupakan hubungan
antara individu dengan lingkungan yang oleh individu dinilai membebani atau
melebihi kekuatannya dan mengancam kesehatannya (Lazarus & Folkman, 1984)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II
1
Definisi stress menurut beberapa tokoh ;
Morgan & King
“ Stress adalah sutau keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan
oleh tuntutan-tuntutan fisik, atau lingkungan, dan situasi social, yang berpotensi
merusak dan tidak terkontrol.”
Cooper, 1994
“Stress adalah sebagai tanggapan atas proses internal atau eksternal yang
mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi
batas kemempuan subyek.”
Lazarus dalam Safarino, 1998
“ Stress muncul akibat terjadinya kesenjangan antara tuntutan yang
dihasilkan oleh transaksi antara individu dan lingkungan dengan sumberdaya
biologis, psikologis, atau system social yang dimiliki individu tersebut.
Lahey & Ciminero, 1998
“ Stress merupakan penekanan pada peristiwa-peristiwa dan situasi-situasi
negative yang dialami individu yang dapat menimbulkan efek yang tidak teratur pada
perilakunya.”
Dr. Hans Selye
“ Stress adalah respon umum terhadap adanya tuntutan pada tubuh.
Tuntutan tersebut adalah keharusan untuk menyesuaikan diri, dan karenanya
keseimbangan tubuh terganggu.”
Jadi berdasarkan uraian diatas, stress dapat didefinisikan sebagai berikut :
tress adalah respon fisiologis, psikologis, dan perilaku dari seseorang
untuk mencari penyesuaian terhadap tekanan yang sifatnya internal
maupun eksternal.
S
Penyebab atau Stimulus stress
Sumber / penyebab stress mencakup mental ( pikiran ), Sosial ( Lingkungan), Fisik
( Badan )
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II
2
Mental ( pikiran )
Potensi stress utama bisa datang dari pikiran kita yang terus-menerus
menginterpretasikan isyarat-isyarat dari lingkungan. Interpretasi kita terhadap
peristiwa-peristiwa yang terjadi menentukan apakah kita stress atau tidak. Pikiran-
pikiran yang menyebabkan stress sering bersifat negative, hitam putih, terlalu
digeneralisasi, tidak berdasarkan fakta yang cukup, dan terlalu dianggap pribadi.
Sosial ( lingkungan )
Lingkungan selaku harus membuat kita memenuhi tuntutan dan tantangan,
karenanya merupakan sumber stress yang potensial. Bencana alam, cuaca buruk,
kemacetan lalulintas, dikejar deadline, masalah pekerjaan, rumah tangga,
penyesuaian diri terhadap perubahan kondisi keuangan atau kehilangan orang yang
kita cintai.
Fisik ( tubuh )
Sumber stress yang utama juga disebabkan dari tuntutan dari tubuh kita untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan faal yang terjadi. Contohnya; Perubahan
yang terjadi waktu memasuki remaja, perubahan fase kehidupan akibat fluktuasi
hormone dan proses penuaan. Selain itu, datangnya penyakit, makanan yang tidak
sehat, kurang tidur, dan olahraga akan mempengaruhi respons terhadap stress.
Gejala atau Respon Stress
Gejala-gejala stress sering berantai dan berkembang selama waktu tertentu hingga
mencapai tingkatan yang sulit dibedakan dari keadaan ( tingkah laku ) normal.
Taylor (1991) menyatakan, stres dapat menghasilkan berbagai respon. Berbagai
peneliti telah membuktikan bahwa respon-respon tersebut dapat berguna sebagai
indikator terjadinya stres pada individu, dan mengukur tingkat stres yang dialami
individu.
Respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu:
1. Respon fisiologis; dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah,
detak
jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II
3
2. Respon kognitif; dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif individu,
seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran
berulang, dan pikiran tidak wajar.
3. Respon emosi; dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin
dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.
4. Respon tingkah laku; dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi
yang menekan, dan flight, yaitu menghindari situasi yang menekan.
Jenis – Jenis stress
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan
konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan
juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan
adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan
destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga
organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism)
yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
Tipe Kepribadian yang Rawan Stress
Ada empat tipe kepribadian yang rawan stress.
Pertama, orang yang sangat hati-hati. Orang jenis ini perfeksionis, kaku, dan kurang
memiliki toleransi terhadap perbedaan. Sehingga, sedikit perbedaan atau sedikit
kurang saja dari standarnya bisa menimbulkan kecemasan baginya. Kecermatannya
berlebihan dan bisa berkembang menjadi obsesif kompulsif, yaitu kekakuan dan
keterpakuan pada suatu aktivitas tertentu saja.
Kedua, orang yang pencemas. Orang jenis ini sering merasa tidak aman, cenderung
kurang tenang, dan sering meresahkan segala sesuatu. Inilah yang membuatnya jadi
cepat panik dalam menghadapi suatu masalah.
Ketiga, orang yang kurang percaya diri. Orang jenis ini merasa diri tidak mampu
sehingga kurang usaha untuk mengoptimalkan diri dalam mengatasi masalah-
masalah vang dihadapinya. Ia selalu berusaha lari dari masalah atau berusaha
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II
4
mencari pelarian. Akibatnya, masalah tidak pernah selesai. Selama masalah tidak
selesai, seseorang akan selalu dihinggapi stress.
Keempat, orang yang temperamental. Orang jenis ini emosinva cepat terpancing.
Masalah kecil bisa berakibat besar karena kecenderungannya yang mudah meledak-
ledak. Akibatnya, banyak orang yang tertekan dan akhirnya bereaksi. Kondisi ini
tentu saja membuat emosinya semakin tegang dan meninggi.
Selain itu ada beberapa pola reaksi yang perlu diwaspadai, yang merupakan pintu
masuknya stress yang negatif (distress). Siapapun kita pasti pernah atau akan
bertemu dengan pola-pola reaksi ini: kejengkelan, marah dan agresi, kegelisahan,
depresi, suasana hati yang cepat berubah, dan menarik diri.
Coping
Definisi Coping
Strategi pengatasan masalah atau dikenal dengan istilah koping, berasal dari kata to
cope yang dalam kamus bahasa Inggris–Indonesia (Echols & Shadily, 1990) berarti:
(a) menanggulangi, mengatasi; (b) menguasai. Retnowati (2004) mengartikan koping
sebagai strategi mengatasi masalah.
Miller (dalam Lazarus & Folkman, 1984) menyatakan bahwa strategi pengatasan
masalah adalah sebagian dari perilaku-perilaku yang dipelajari dan yang membantu
kelangsungan hidup dalam menghadapi bahaya yang mengancam individu. Jadi
terbentuknya strategi pengatasan masalah didahului oleh peristiwa-peristiwa
menekan dan tidak mengenakan yang dihadapi individu.
Strategi pengatasan masalah juga digambarkan sebagai cara seseorang mengatasi
tuntutan-tuntutan yang dirasa menekan, sehingga ia harus melakukan
penyeimbangan dalam usaha untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
(Sarafino 1990). Pendapat ini dikuatkan oleh Pearlin & Schooler dalam Taylor 1995)
yang mengatakan bahwa strategi pengatasan masalah atau koping adalah bentuk
perilaku individu untuk melindungi diri dari tekanan-tekanan psikologis yang
ditimbulkan oleh problematika pengalaman hidup.
Dengan demikian Coping atau Strategi Pengatasan Masalah adalah suatu
usaha yang dilakukan individu untuk mengurangi stres yang berasal dari
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II
5
dalam diri individu maupun lingkungan, melalui usaha kognitif maupun
perilaku langsung yang bersifat dinamis.
Bentuk Strategi Pengatasan Masalah
Strategi pengatasan masalah terdiri dari dua bentuk yaitu strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada masalah dan yang berorientasi pada emosi.
Strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada masalah (Problem-focused coping )
Aldwin & Revenson (1987) mengemukakan bahwa aspek strategi pengatasan
masalah yang berorientasi pada masalah adalah:
1. Kehati-hatian (cautiouness), adalah ketika individu mengalami masalah, individu
memikirkan dan mempertimbangkan secara matang beberapa alternatif
pemecahan masalah yang mungkin dilakukan, meminta pendapat dan
pandangan dari orang lain tentang masalah yang dihadapi, serta bersikap hati-
hati sebelum memutuskan sesuatu dan mengevaluasi strategi yang pernah
dilakukan.
2. Tindakan instrumental (instrumental action), Individu mengambil tindakan yang
ditujukan untuk menyelesaikan masalah secara langsung serta menyusun
rencana serta langkah apapun yang diperlukan.
3. Negosiasi (Negotiation), individu melakukan usaha-usaha yang ditujukan kepada
orang lain yang terlibat untuk ikut serta memikirkan atau menyelesaikan masalah
yang dihadapi.
Pendapat yang lain dikemukakan oleh Carver & Scheier (1989) bahwa aspek-aspek
strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada masalah adalah:
1. Perilaku aktif (active coping), merupakan proses pengambilan langkah-
langkah aktif untuk mencoba memindahkan, menghindari tekanan dan
memperbaiki dampaknya.
2. Perencanaan (planning), adalah memikirkan bagaimana mengatasi tekanan,
memikirkan tindakan yang diambil dan menentukan cara penanganan terbaik
untuk memecahkan masalah.
3. Penyempitan dalam wilayah bidang fenomena individu (Suppresion of
competing). Individu dapat menahan diri untuk menahan alur informasi yang
bersifat kompetetitif agar bisa berkonsentrasi penuh pada masalah yang
dihadapi.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II
6
4. Pengekangan diri (restraint coping), merupakan suatu respon yang bersifat
menahan diri yang bermanfaat dan diperlukan untuk mengatasi tekanan.
5. Mencari dukungan sosial (seeking social support for instrumental reasons),
adalah upaya untuk mencari dukungan sosial, seper ti mencari nasihat,
informasi, dan bimbingan.
6. Mencari dukungan sosial secara emosional (seeking social support for
emotional reasons), merupakan upaya untuk mencari dukungan sosial
seperti, mendapat dukungan moral, simpati atau pengertian.
Strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada emosi (Emotion-focused coping )
Strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada emosi digunakan untuk
mengurangi respon-respon emosional pada stres dengan mengubah pikiran atau
perasaan individu terhadap sumber stres tersebut. Aspek-aspek Strategi pengatasan
masalah yang berorientasi pada emosi menurut Aldwin & Revenson (1987) terdiri
dari:
1. Pelarian diri dari masalah (Escapism). Individu berusaha menghindari masalah
dengan makan, tidur, merokok berlebihan, atau mengandaikan dirinya berada
pada situasi lain yang menyenangkan.
2. Pengurangan beban masalah (Minimization), meliputi usaha SMM yang disadari
untuk tidak memikirkan masalah dan bersikap seolah-olah tidak ada sesuatu
yang terjadi.
3. Menyalahkan diri (self blame ), merupakan bentuk SMM yang lebih diarahkan
kedalam daripada berusaha untuk keluar dari masalah.
4. Pencarian makna (seeking meaning), merupakan usaha pencarian makna
kegagalan yang dialami dan mencoba untuk menemukan jawaban dari masalah
dengan melihat segi-segi penting dalam kehidupan.
Pengkategorian yang lain dikemukakan oleh Carver & Scheier (1989) bahwa aspek
yang termasuk dalam strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada emosi
adalah sebagai berikut:
1. Berpikir positif dan pertumbuhan (positive reinterpretation and growth),
adalah penanggulangan masalah yang ditujukan untuk mengatasi tekanan
emosi daripada dengan tekanan itu sendiri.
2. Penerimaan (acceptance), merupakan sebuah respon SMM secara
fungsional, dengan dugaan bahwa individu yang menerima kenyataan yang
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II
7
penuh tekanan dipandang sebagai individu yang berupaya untuk menghadapi
situasi yang terjadi. Penerimaan menggambarkan sikap menerima suatu
tekanan sebagai suatu kenyataan dan sikap menerima karena belum ada
strategi aktif SMM dapat diterapkan.
3. Kembali pada agama (turning to religion), merupakan upaya yang dilakukan
individu untuk kembali pada agama, ketika berada pada tekanan untuk
berbagai macam alasan: agama dapat berperan sebagai sumber dukungan
moral, sarana untuk memperkuat sikap berpikir yang positif, sebagai SMM
aktif terhadap tekanan.
4. Berfokus pada pengekspresian perasaannya (focus on and venting emotion),
merupakan upaya yang dilakukan individu dengan cara mengekspresikan
perasaannya.
5. Penyangkalan (denial), merupakan respon SMM individu dengan menolak
atau menyangkal suatu realita.
6. Penyimpangan perilaku (behavioral disengagement), adalah kecenderungan
untuk menurunkan upaya dalam mengatasi tekanan, bahkan menyerah atau
menghentikan upaya untuk mencapai tujuan. Penyimpangan perilaku disebut
juga ketidakberdayaan (helplessness). Paling banyak terjadi pada saat
individu tidak mengharapkan hasil yang tidak terlalu baik.
7. Penyimpangan mental (mental disengagement ), yang terjadi melalui suatu
variasi aktivitas yang luas yang memungkinkan terhalangnya individu untuk
berfikir tentang dimensi perilaku dan tujuan. Menggunakan aktivitas alternatif
untuk melupakan permasalahan, seperti melamun, tidur atau
menenggelamkan diri dengan menonton TV.
8. Penyimpangan dalam penggunaan alkohol (alcohol-drug disengagement),
merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menghilangkan tekanan
melalui pemakaian obat-obatan atau minum minuman keras.
Dalam kehidupan dan aktivitas manusia sehari-hari dapat diamati beberapa kejadian
yang menyebabkan timbulnya stress dan coping stress serta siklusnya yang dapat
menimbulkan perilaku sehat pada manusia.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II
8
Daftar Pustaka:
Stress Pada Proses Pelatihan - Duel.melsa.net.idStress pada anak - Kupangbolelebo.blogspot.comCara menghadapi stress - www.studygs.etMengenal Stress - http://beranda.blogsome.comwww.rumahbelajarpsikologi.comwww.creasoft.wordpress.com Understanding Psychology, Seventh Edition – Robert S Feldman, Mc Graw - Hill Kamus bahasa Inggris–Indonesia (Echols & Shadily, 1990)Effectiveness of relaxation as an Active Coping Skill – Goldfried, M.R and Trier, C.S – Journal of abnormal PsychologyManajemen Stress – Prof. Dadang Hawari
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II
9