stress n coping

12
MODUL X STRESS & COPING Stress Stress adalah bagian kehidupan. Apapun yang terjadi pada fisik maupun di sekeliling yang merupakan gelombang-gelombang kehidupan, menuntut kita untuk menyesuaikan diri. Stress merupakan reaksi awal dari penyesuaian diri tersebut. Definisi Stress Definisi stres dengan hanya melihat dari stimulus yang dialami seseorang, memiliki keterbatasan karena tidak memperhatikan adanya perbedaan individual yang mempengaruhi asumsi mengenai stresor. Sedangkan jika stres didefinisikan dari respon, maka tidak ada cara yang sistematis untuk mengenali mana yang akan jadi stresor dan mana yang tidak. Untuk mengenalinya, perlu dilihat terlebih dahulu reaksi yang terjadi. Selain itu, banyak respon dapat mengindikasikan stres psikologis yang padahal sebenarnya bukan merupakan stres psikologis. Dari penjelasan tersebut, terlihat bahwa respon tidak dapat secara reliabel dinilai sebagai reaksi stres psikologis tanpa adanya referensi dari stimulus (Lazarus & Folkman, 1984). Singkatnya, semua pendekatan stimulus-respon mengacu pada pertanyaan krusial mengenai stimulus yang menghasilkan respon stres tertentu dan respon yang mengindikasikan stresor tertentu. Yang mendefinisikan stres adalah hubungan stimulus- respon yang diobservasi, bukan stimulus atau respon. Stimulus Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II 1

Upload: rymma-alief-arrachmie

Post on 28-Oct-2015

42 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pengertian dari stress dan coping

TRANSCRIPT

Page 1: Stress n Coping

MODUL XSTRESS & COPING

Stress

Stress adalah bagian kehidupan. Apapun yang terjadi pada fisik maupun di sekeliling

yang merupakan gelombang-gelombang kehidupan, menuntut kita untuk

menyesuaikan diri. Stress merupakan reaksi awal dari penyesuaian diri tersebut.

Definisi Stress

Definisi stres dengan hanya melihat dari stimulus yang dialami seseorang, memiliki

keterbatasan karena tidak memperhatikan adanya perbedaan individual yang

mempengaruhi asumsi mengenai stresor. Sedangkan jika stres didefinisikan dari

respon, maka tidak ada cara yang sistematis untuk mengenali mana yang akan jadi

stresor dan mana yang tidak. Untuk mengenalinya, perlu dilihat terlebih dahulu reaksi

yang terjadi. Selain itu, banyak respon dapat mengindikasikan stres psikologis yang

padahal sebenarnya bukan merupakan stres psikologis. Dari penjelasan tersebut,

terlihat bahwa respon tidak dapat secara reliabel dinilai sebagai reaksi stres

psikologis tanpa adanya referensi dari stimulus (Lazarus & Folkman, 1984).

Singkatnya, semua pendekatan stimulus-respon mengacu pada pertanyaan krusial

mengenai stimulus yang menghasilkan respon stres tertentu dan respon yang

mengindikasikan stresor tertentu. Yang mendefinisikan stres adalah hubungan

stimulus-respon yang diobservasi, bukan stimulus atau respon. Stimulus

merupakan suatu stresor bila stimulus tersebut menghasilkan respon yang penuh

tekanan, dan respon dikatakan penuh tekanan bila respon tersebut dihasilkan oleh

tuntutan, deraan, ancaman atau beban. Oleh karena itu, stres merupakan hubungan

antara individu dengan lingkungan yang oleh individu dinilai membebani atau

melebihi kekuatannya dan mengancam kesehatannya (Lazarus & Folkman, 1984)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

1

Page 2: Stress n Coping

Definisi stress menurut beberapa tokoh ;

Morgan & King

“ Stress adalah sutau keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan

oleh tuntutan-tuntutan fisik, atau lingkungan, dan situasi social, yang berpotensi

merusak dan tidak terkontrol.”

Cooper, 1994

“Stress adalah sebagai tanggapan atas proses internal atau eksternal yang

mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi

batas kemempuan subyek.”

Lazarus dalam Safarino, 1998

“ Stress muncul akibat terjadinya kesenjangan antara tuntutan yang

dihasilkan oleh transaksi antara individu dan lingkungan dengan sumberdaya

biologis, psikologis, atau system social yang dimiliki individu tersebut.

Lahey & Ciminero, 1998

“ Stress merupakan penekanan pada peristiwa-peristiwa dan situasi-situasi

negative yang dialami individu yang dapat menimbulkan efek yang tidak teratur pada

perilakunya.”

Dr. Hans Selye

“ Stress adalah respon umum terhadap adanya tuntutan pada tubuh.

Tuntutan tersebut adalah keharusan untuk menyesuaikan diri, dan karenanya

keseimbangan tubuh terganggu.”

Jadi berdasarkan uraian diatas, stress dapat didefinisikan sebagai berikut :

tress adalah respon fisiologis, psikologis, dan perilaku dari seseorang

untuk mencari penyesuaian terhadap tekanan yang sifatnya internal

maupun eksternal.

S

Penyebab atau Stimulus stress

Sumber / penyebab stress mencakup mental ( pikiran ), Sosial ( Lingkungan), Fisik

( Badan )

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

2

Page 3: Stress n Coping

Mental ( pikiran )

Potensi stress utama bisa datang dari pikiran kita yang terus-menerus

menginterpretasikan isyarat-isyarat dari lingkungan. Interpretasi kita terhadap

peristiwa-peristiwa yang terjadi menentukan apakah kita stress atau tidak. Pikiran-

pikiran yang menyebabkan stress sering bersifat negative, hitam putih, terlalu

digeneralisasi, tidak berdasarkan fakta yang cukup, dan terlalu dianggap pribadi.

Sosial ( lingkungan )

Lingkungan selaku harus membuat kita memenuhi tuntutan dan tantangan,

karenanya merupakan sumber stress yang potensial. Bencana alam, cuaca buruk,

kemacetan lalulintas, dikejar deadline, masalah pekerjaan, rumah tangga,

penyesuaian diri terhadap perubahan kondisi keuangan atau kehilangan orang yang

kita cintai.

Fisik ( tubuh )

Sumber stress yang utama juga disebabkan dari tuntutan dari tubuh kita untuk

menyesuaikan diri terhadap perubahan faal yang terjadi. Contohnya; Perubahan

yang terjadi waktu memasuki remaja, perubahan fase kehidupan akibat fluktuasi

hormone dan proses penuaan. Selain itu, datangnya penyakit, makanan yang tidak

sehat, kurang tidur, dan olahraga akan mempengaruhi respons terhadap stress.

Gejala atau Respon Stress

Gejala-gejala stress sering berantai dan berkembang selama waktu tertentu hingga

mencapai tingkatan yang sulit dibedakan dari keadaan ( tingkah laku ) normal.

Taylor (1991) menyatakan, stres dapat menghasilkan berbagai respon. Berbagai

peneliti telah membuktikan bahwa respon-respon tersebut dapat berguna sebagai

indikator terjadinya stres pada individu, dan mengukur tingkat stres yang dialami

individu.

Respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu:  

1. Respon fisiologis; dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah,

detak

jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

3

Page 4: Stress n Coping

2. Respon kognitif; dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif individu,

seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran

berulang, dan pikiran tidak wajar.

3. Respon emosi; dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin

dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.

4. Respon tingkah laku; dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi

yang menekan, dan flight, yaitu menghindari situasi yang menekan.

Jenis – Jenis stress

Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:

Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan

konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan

juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan

adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.

Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan

destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga

organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism)

yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

Tipe Kepribadian yang Rawan Stress

Ada empat tipe kepribadian yang rawan stress.

Pertama, orang yang sangat hati-hati. Orang jenis ini perfeksionis, kaku, dan kurang

memiliki toleransi terhadap perbedaan. Sehingga, sedikit perbedaan atau sedikit

kurang saja dari standarnya bisa menimbulkan kecemasan baginya. Kecermatannya

berlebihan dan bisa berkembang menjadi obsesif kompulsif, yaitu kekakuan dan

keterpakuan pada suatu aktivitas tertentu saja.

Kedua, orang yang pencemas. Orang jenis ini sering merasa tidak aman, cenderung

kurang tenang, dan sering meresahkan segala sesuatu. Inilah yang membuatnya jadi

cepat panik dalam menghadapi suatu masalah.

Ketiga, orang yang kurang percaya diri. Orang jenis ini merasa diri tidak mampu

sehingga kurang usaha untuk mengoptimalkan diri dalam mengatasi masalah-

masalah vang dihadapinya. Ia selalu berusaha lari dari masalah atau berusaha

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

4

Page 5: Stress n Coping

mencari pelarian. Akibatnya, masalah tidak pernah selesai. Selama masalah tidak

selesai, seseorang akan selalu dihinggapi stress.

Keempat, orang yang temperamental. Orang jenis ini emosinva cepat terpancing.

Masalah kecil bisa berakibat besar karena kecenderungannya yang mudah meledak-

ledak. Akibatnya, banyak orang yang tertekan dan akhirnya bereaksi. Kondisi ini

tentu saja membuat emosinya semakin tegang dan meninggi.

Selain itu ada beberapa pola reaksi yang perlu diwaspadai, yang merupakan pintu

masuknya stress yang negatif (distress). Siapapun kita pasti pernah atau akan

bertemu dengan pola-pola reaksi ini: kejengkelan, marah dan agresi, kegelisahan,

depresi, suasana hati yang cepat berubah, dan menarik diri.

Coping

Definisi Coping

Strategi pengatasan masalah atau dikenal dengan istilah koping, berasal dari kata to

cope yang dalam kamus bahasa Inggris–Indonesia (Echols & Shadily, 1990) berarti:

(a) menanggulangi, mengatasi; (b) menguasai. Retnowati (2004) mengartikan koping

sebagai strategi mengatasi masalah.

Miller (dalam Lazarus & Folkman, 1984) menyatakan bahwa strategi pengatasan

masalah adalah sebagian dari perilaku-perilaku yang dipelajari dan yang membantu

kelangsungan hidup dalam menghadapi bahaya yang mengancam individu. Jadi

terbentuknya strategi pengatasan masalah didahului oleh peristiwa-peristiwa

menekan dan tidak mengenakan yang dihadapi individu.

Strategi pengatasan masalah juga digambarkan sebagai cara seseorang mengatasi

tuntutan-tuntutan yang dirasa menekan, sehingga ia harus melakukan

penyeimbangan dalam usaha untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan

(Sarafino 1990). Pendapat ini dikuatkan oleh Pearlin & Schooler dalam Taylor 1995)

yang mengatakan bahwa strategi pengatasan masalah atau koping adalah bentuk

perilaku individu untuk melindungi diri dari tekanan-tekanan psikologis yang

ditimbulkan oleh problematika pengalaman hidup.

Dengan demikian Coping atau Strategi Pengatasan Masalah adalah suatu

usaha yang dilakukan individu untuk mengurangi stres yang berasal dari

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

5

Page 6: Stress n Coping

dalam diri individu maupun lingkungan, melalui usaha kognitif maupun

perilaku langsung yang bersifat dinamis.

Bentuk Strategi Pengatasan Masalah

Strategi pengatasan masalah terdiri dari dua bentuk yaitu strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada masalah dan yang berorientasi pada emosi.

Strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada masalah (Problem-focused coping )

Aldwin & Revenson (1987) mengemukakan bahwa aspek strategi pengatasan

masalah yang berorientasi pada masalah adalah:

1. Kehati-hatian (cautiouness), adalah ketika individu mengalami masalah, individu

memikirkan dan mempertimbangkan secara matang beberapa alternatif

pemecahan masalah yang mungkin dilakukan, meminta pendapat dan

pandangan dari orang lain tentang masalah yang dihadapi, serta bersikap hati-

hati sebelum memutuskan sesuatu dan mengevaluasi strategi yang pernah

dilakukan.

2. Tindakan instrumental (instrumental action), Individu mengambil tindakan yang

ditujukan untuk menyelesaikan masalah secara langsung serta menyusun

rencana serta langkah apapun yang diperlukan.

3. Negosiasi (Negotiation), individu melakukan usaha-usaha yang ditujukan kepada

orang lain yang terlibat untuk ikut serta memikirkan atau menyelesaikan masalah

yang dihadapi.

Pendapat yang lain dikemukakan oleh Carver & Scheier (1989) bahwa aspek-aspek

strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada masalah adalah:

1. Perilaku aktif (active coping), merupakan proses pengambilan langkah-

langkah aktif untuk mencoba memindahkan, menghindari tekanan dan

memperbaiki dampaknya.

2. Perencanaan (planning), adalah memikirkan bagaimana mengatasi tekanan,

memikirkan tindakan yang diambil dan menentukan cara penanganan terbaik

untuk memecahkan masalah.

3. Penyempitan dalam wilayah bidang fenomena individu (Suppresion of

competing). Individu dapat menahan diri untuk menahan alur informasi yang

bersifat kompetetitif agar bisa berkonsentrasi penuh pada masalah yang

dihadapi.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

6

Page 7: Stress n Coping

4. Pengekangan diri (restraint coping), merupakan suatu respon yang bersifat

menahan diri yang bermanfaat dan diperlukan untuk mengatasi tekanan.

5. Mencari dukungan sosial (seeking social support for instrumental reasons),

adalah upaya untuk mencari dukungan sosial, seper ti mencari nasihat,

informasi, dan bimbingan.

6. Mencari dukungan sosial secara emosional (seeking social support for

emotional reasons), merupakan upaya untuk mencari dukungan sosial

seperti, mendapat dukungan moral, simpati atau pengertian.

Strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada emosi (Emotion-focused coping )

Strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada emosi digunakan untuk

mengurangi respon-respon emosional pada stres dengan mengubah pikiran atau

perasaan individu terhadap sumber stres tersebut. Aspek-aspek Strategi pengatasan

masalah yang berorientasi pada emosi menurut Aldwin & Revenson (1987) terdiri

dari:

1. Pelarian diri dari masalah (Escapism). Individu berusaha menghindari masalah

dengan makan, tidur, merokok berlebihan, atau mengandaikan dirinya berada

pada situasi lain yang menyenangkan.

2. Pengurangan beban masalah (Minimization), meliputi usaha SMM yang disadari

untuk tidak memikirkan masalah dan bersikap seolah-olah tidak ada sesuatu

yang terjadi.

3. Menyalahkan diri (self blame ), merupakan bentuk SMM yang lebih diarahkan

kedalam daripada berusaha untuk keluar dari masalah.

4. Pencarian makna (seeking meaning), merupakan usaha pencarian makna

kegagalan yang dialami dan mencoba untuk menemukan jawaban dari masalah

dengan melihat segi-segi penting dalam kehidupan.

Pengkategorian yang lain dikemukakan oleh Carver & Scheier (1989) bahwa aspek

yang termasuk dalam strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada emosi

adalah sebagai berikut:

1. Berpikir positif dan pertumbuhan (positive reinterpretation and growth),

adalah penanggulangan masalah yang ditujukan untuk mengatasi tekanan

emosi daripada dengan tekanan itu sendiri.

2. Penerimaan (acceptance), merupakan sebuah respon SMM secara

fungsional, dengan dugaan bahwa individu yang menerima kenyataan yang

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

7

Page 8: Stress n Coping

penuh tekanan dipandang sebagai individu yang berupaya untuk menghadapi

situasi yang terjadi. Penerimaan menggambarkan sikap menerima suatu

tekanan sebagai suatu kenyataan dan sikap menerima karena belum ada

strategi aktif SMM dapat diterapkan.

3. Kembali pada agama (turning to religion), merupakan upaya yang dilakukan

individu untuk kembali pada agama, ketika berada pada tekanan untuk

berbagai macam alasan: agama dapat berperan sebagai sumber dukungan

moral, sarana untuk memperkuat sikap berpikir yang positif, sebagai SMM

aktif terhadap tekanan.

4. Berfokus pada pengekspresian perasaannya (focus on and venting emotion),

merupakan upaya yang dilakukan individu dengan cara mengekspresikan

perasaannya.

5. Penyangkalan (denial), merupakan respon SMM individu dengan menolak

atau menyangkal suatu realita.

6. Penyimpangan perilaku (behavioral disengagement), adalah kecenderungan

untuk menurunkan upaya dalam mengatasi tekanan, bahkan menyerah atau

menghentikan upaya untuk mencapai tujuan. Penyimpangan perilaku disebut

juga ketidakberdayaan (helplessness). Paling banyak terjadi pada saat

individu tidak mengharapkan hasil yang tidak terlalu baik.

7. Penyimpangan mental (mental disengagement ), yang terjadi melalui suatu

variasi aktivitas yang luas yang memungkinkan terhalangnya individu untuk

berfikir tentang dimensi perilaku dan tujuan. Menggunakan aktivitas alternatif

untuk melupakan permasalahan, seperti melamun, tidur atau

menenggelamkan diri dengan menonton TV.

8. Penyimpangan dalam penggunaan alkohol (alcohol-drug disengagement),

merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menghilangkan tekanan

melalui pemakaian obat-obatan atau minum minuman keras.

Dalam kehidupan dan aktivitas manusia sehari-hari dapat diamati beberapa kejadian

yang menyebabkan timbulnya stress dan coping stress serta siklusnya yang dapat

menimbulkan perilaku sehat pada manusia.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

8

Page 9: Stress n Coping

Daftar Pustaka:

Stress Pada Proses Pelatihan - Duel.melsa.net.idStress pada anak - Kupangbolelebo.blogspot.comCara menghadapi stress - www.studygs.etMengenal Stress - http://beranda.blogsome.comwww.rumahbelajarpsikologi.comwww.creasoft.wordpress.com Understanding Psychology, Seventh Edition – Robert S Feldman, Mc Graw - Hill Kamus bahasa Inggris–Indonesia (Echols & Shadily, 1990)Effectiveness of relaxation as an Active Coping Skill – Goldfried, M.R and Trier, C.S – Journal of abnormal PsychologyManajemen Stress – Prof. Dadang Hawari

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

9