strategi perencanaan pemerintah daerah ...repository.ub.ac.id/8673/1/exclesia clara claudia...
TRANSCRIPT
STRATEGI PERENCANAAN PEMERINTAH
DAERAH DALAM PENGEMBANGAN USAHA
MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
BATIK LOROK PACITAN
(Studi pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan)
SKRIPSI
Diajukan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana
pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
EXCLESIA CLARA CLAUDIA WINNARD
NIM. 135030601111011
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
MINAT PERENCANAAN PEMBANGUNAN
MALANG
2017
ii
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka
apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan). Tetaplah bekerja
keras (untuk urusan yang lain)”
(QS. Al-Insyirah 5-8)
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu amat baik bagimu
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal itu amat buruk
bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”
(Surat Al-Baqoroh: 216)
iv
v
vi
vii
RINGKASAN
Exclesia Clara Claudia Winnard, 2017. Strategi Perencanaan Pemerintah
Daerah dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Batik Lorok Pacitan (Studi pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten
Pacitan). Dosen pembimbing: Drs. Abdul Wachid, M.AP dan Andhyka Muttaqin
S.AP, M.PA. hal.154+ xviii
Keberadaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menjadi salah satu
cara yang dikembangkan oleh pemerintah dalam mewujudkan pemerataan
ekonomi di Indonesia. Usaha mikro dalam perekonomian Indonesia memiliki
peran yang penting dan strategis karena mampu bertahan dalam krisis ekonomi
dan mampu menyerap tenaga kerja. Pengembangan UMKM dilaksanakan oleh
pemerintah daerah dalam mencapai Perencanaan Pembangunan Nasional. Daerah
berkembang di Jawa Timur salah satunya adalah Kabupaten Pacitan memiliki
usaha mikro unggulan yaitu batik lorok. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan strategi perencanaan pemerintah dalam pengembangan UMKM batik
lorok Pacitan serta faktor pendukung dan penghambatnya.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian ini
adalah di Kabupaten Pacitan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode
dokumentasi, wawancara dan observasi. Instrument yang digunakan adalah
peneliti sendiri, pedoman wawancara, buku cacatan, alat perekam dan kamera.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model interaktif Miles,
Hubermen dan Saldana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi perencanaan pemerintah dalam
pengembangan UMKM batik lorok Pacitan berdasarkan lima proses perencanaan
strategis yang disesuaikan dengan Rencana strategis Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro yaitu 1) memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis
meliputi pengembangan kemampuan, peningkatan SDM, teknologi pengetahuan,
akses permodalan, pemasaran dan promosi serta pengembangan sarana usulan; 2)
memperjelas mandat organisasi meliputi perlindungan konsumen dan peningkatan
penggunaan dalam negeri; 3) memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi; 4)
menilai lingkungan eksternal meliputi ancaman berupa harga jual batik yang
tinggi, kemudian peluang berupa penggunaan bahan alami dalam pembuatan batik
lorok dengan motif dari hewan dan tumbuhan sekitar; 5) menilai lingkungan
internal meliputi kekuatan yaitu adanya kerjasama dengan berbagai pihak swasta,
kemudian kelemahannya adalah pemisahan instansi yang berdampak pada
melemahnya kinerja organisasi.
Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan faktor penghambat yaitu:
pelatihan pada manajemen produksi, manajemen pemasaran, dan kerjasama
dengan organisasi pemuda dalam memasarkan produk. Adanya perbaikan fasilitas
berupa akses jalan menuju tempat produksi dan penambahan papan petunjuk
lokasi produksi serta perlunya paguyuban pengrajin batik lorok.
Kata Kunci : Strategi perencanaan, Pemerintah Daerah, Pengembangan
UMKM Batik Lorok Pacitan.
viii
SUMMARY
Exclesia Clara Claudia Winnard, 2017. Exclesia Clara Claudia Winnard,
2017. Local Government Planning Strategy of Micro Development in Small
and Medium Enterprises (UMKM) Batik Lorok Pacitan (Studies at the Office
of Cooperatives and Micro Enterprises Pacitan District). Supervisor: Drs. Abdul
Wachid, M.AP and Andhyka Muttaqin S.AP, M.PA. p.154+ xviii
The existence of micro, small and medium enterprises (UMKM) became
one of the ways developed by the government in realizing the economic equality
in Indonesia. Micro enterprises in Indonesia economy have an important and
strategic role because they can survive in an economic crisis and are able to
absorb labor. The development of UMKM is implemented by the local
government in achieving the National Development Planning. One of developed
areas in East Java is Pacitan Regency which has a leading micro business namely
batik lorok. This study aims to explain the government's planning strategy in the
development of UMKM batik lorok Pacitan and its supporting and inhibiting
factors.
This study is done in a qualitative descriptive manner. This research is done
in Bandung city, Indonesia. Datas used in this study are collected by
documentation, interviews and observation method. The instrument used is the
researchers themselves, interview guides, notebooks, tape recorders and cameras.
The data in this study is analyzed using interactive models of Miles, Huberman,
and Saldana.
The result of the research shows that government planning strategy in
developing UMKM batik lorok Pacitan are based on five strategic planning
process which is adjusted with strategic plan such as 1) initiating and agreeing a
strategic planning process including capacity development, human resource
development, knowledge technology, access to capital, marketing and promotion
and development proposal; 2) clarify the organizational mandate covering
consumer protection and increases domestic use; 3) clarify the organization'; 4)
assessing the external environment including the threat of high batik prices, then
the opportunity of using natural materials in the manufacture of batik lorok with
animals and plants motif; 5) assessing the internal environment includes the
strength that is the cooperation with various private parties, then the weakness is
the separation of agencies that impact on weakening the performance of the
organization.
Suggestions that can be given by researchers based on inhibiting factors
are: training on production management, marketing management, and cooperation
with youth organizations in marketing the product. There are improvements to the
facilities in the form of road access to the production site and the addition of a
production location board. It needs a community of batik craftsmen Lorok.
Keywords: Strategy planning, Local Government, Development of UMKM
Batik Lorok Pacitan
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk Ayah Sunardi , Ibu Eko Winarni
dan adikku tercinta Akbar Dwiki Rakasiwi serta Almamater Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
masa belajarnya di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya dan berhasil
menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Perencanaan Pemerintah Daerah
dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Batik Lorok
Pacitan (Studi pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan).
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari beberapa pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
2. Bapak Andy Fefta Wijaya, Drs., M.AP.,Ph.D selaku Ketua Jurusan
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Malang.
3. Bapak Dr. Hermawan, S.IP,M.Si selaku Ketua Minat Perencanaan
Pembangunan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
4. Bapak Drs. Abdul Wachid M.AP selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak
Andhyka Muttaqin, S.AP.,M.PA selaku pembimbing 2 yang telah
x
melungkan waktu dan memberikan masukan serta arahannya untuk skripki
penulis dengan sabar disaat membimbing.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Administrasi Publik yang telah memberi
bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Staff dan Karyawan Fakultas Ilmu Administrasi Jurusan
Administrasi Publik Universitas Brawijaya atas bantuan dan kerjasama
yang telah diberikan.
7. Seluruh pegawai Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan atas
bantuan dan kerjasamanya dalam memberikan informasi dan data-data
yang dibutuhkan terkait dengan tema skripsi yang penulis ambil.
8. Seluruh narasumber yang telah membantu memberikan informasi yang
terkait dengan tema skripsi yang penulis ambil.
9. Kepada saudara sepupuku Ajeng, Rima, Dek Puput dan Mas Deky yang
selalu mendoakan.
10. Sahabatku Naimah, Ririn, Titis, Manda, Ilmi, Kak Linda, Nisa yang selalu
membantu, mendoakan dan memberikan semangat. Sahabatku SMA Rista,
Weny, Diana dan Surya yang selalu memberikan semangat dan doa.
Mentor yang selalu membantu dan memberikan saran Ulya, Riri, Puput
dan teman penyemangatku Dino, Bayu dan Anang yang selalu
memberikan masukan dan semangat.
xi
11. Teman-teman Kos JYS 47 Mbak Tita, Mbak Indri, Mbak Kiki, Silvy,
Septin, Titis, Sofi, Mega dan Riska yang memberikan semangat dan
perhatian.
12. Seluruh teman-teman FIA angkatan 2013, teman-teman Jurusan
Administrasi Publik angkatan 2013, dan teman-teman seperjuangan
Development Planning angkatan 2013 atas kerjasamanya selama ini dan
bantuan yang berarti.
13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini,
yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan
banyak terima kasih.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Malang, 30 Agustus 2017
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
MOTTO ................................................................................................................. ii
LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................. iii
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................. iv
TANDA PENGESAHAN ....................................................................................... v
PERNYATAAN ORISINAL SKRIPSI .............................................................. vi
RINGKASAN ...................................................................................................... vii
SUMMARY ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 11
D. Kontribusi Penelitian .................................................................................. 11
E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Administrasi Pembangunan ....................................................................... 15
1. Definisi Pembangunan .......................................................................... 15
2. Konsep Administrasi Pembangunan ..................................................... 16
3. Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan ........................................ 19
B. Strategi ....................................................................................................... 20
1. Definisi Strategi .................................................................................... 20
2. Manfaat Strategi ................................................................................... 24
C. Perencanaan Strategis................................................................................. 25
1. Definisi Perencanaan ............................................................................ 25
2. Pendekatan Perencanaan....................................................................... 27
xiii
3. Tahapan Perencanaan ........................................................................... 30
4. Perencanaan Strategis ........................................................................... 33
D. Pemerintah Daerah ..................................................................................... 38
1. Pengertian Pemerintah Daerah ............................................................. 38
2. Urusan Pemerintah Daerah ................................................................... 39
3. Peran Pemerintah Daerah ..................................................................... 41
E. Manajemen Strategi ................................................................................... 44
1. Definisi Manajemen Strategi ................................................................ 44
2. Manfaat Manajemen Strategi................................................................ 49
F. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ............................................ 50
1. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ........................ 50
2. Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ............. 53
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 56
B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 57
C. Lokasi dan Situs Penelitian ........................................................................ 58
D. Sumber Data ............................................................................................... 59
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 61
F. Instrumen Penelitian................................................................................... 64
G. Analisis Data .............................................................................................. 65
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Pacitan ........................................................ 68
1. Letak dan Kondisi Geografis ................................................................ 68
2. Penduduk .............................................................................................. 69
3. Potensi Pengembangan Wilayah .......................................................... 70
4. Visi dan Misi Kabupaten Pacitan ......................................................... 72
B. Gambaran Umum Dinas Koperasi dan Usaha Mikro ................................ 73
1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro .................................................................................................... 73
2. Sumber Daya Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan ... 76
3. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran ............................................................. 77
C. Gambaran Umum Kecamatan Ngadirojo ................................................... 80
D. Penyajian Data ........................................................................................... 82
xiv
1. Strategi Perencanaan Pemerintah Daerah dalam Pengembangan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Batik Lorok Pacitan ............... 82
a. Memrakarsai dan Menyepakati Suatu Proses Perencanaan
Strategi ........................................................................................... 82
1. Pengembangan Kemampuan UMKM ............................................ 83
2. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) .................................. 87
3. Peningkatan Teknologi Pengetahuan ............................................. 90
4. Akses Permodalan. ......................................................................... 95
5. Pemasaran/Promosi. ....................................................................... 98
6. Pengembangan Sarana Usulan dan Pemasaran ............................ 101
b. Memperjelas Mandat Organisasi ...................................................... 106
1. Meningkatkan Perlindungan Konsumen ..................................... 106
2. Meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri ..................... 108
c. Memperjelas Misi dan Nilai-Nilai Organisasi................................. 110
d. Menilai Lingkungan Eksternal ........................................................ 112
e. Menilai Lingkungan Internal ........................................................... 114
2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat Strategi Perencanaan
Pemerintah Daerah dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Batik Lorok Pacitan ......................................... 116
a. Faktor Pendukung .......................................................................... 116
1. Internal: Koordinasi Antara Pemerintah dan Pelaku Usaha
Batik Lorok ................................................................................. 117
2. Eksternal: Ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) ............... 117
b. Faktor Penghambat......................................................................... 119
1. Internal: Kurangnya Promosi dan Pemasaran .............................. 119
2. Eksternal:Tidak Adanya Kelompok Paguyuban Batik Lorok
Pacitan ......................................................................................... 120
E. Pembahasan ............................................................................................. 122
1. Strategi Perencanaan Pemerintah Daerah dalam Pengembangan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Batik Lorok Pacitan . 122
a. Memrakarsai dan Menyepakati Suatu Proses Perencanaan
Strategi ........................................................................................... 122
1. Pengembangan Kemampuan UMKM .......................................... 124
2. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) ................................ 125
3. Peningkatan Teknologi Pengetahuan ........................................... 126
4. Akses Permodalan. ....................................................................... 126
5. Pemasaran/Promosi. ..................................................................... 127
xv
6. Pengembangan Sarana Usulan dan Pemasaran ............................ 127
b. Memperjelas Mandat Organisasi .................................................... 129
1. Meningkatkan Perlindungan Konsumen ..................................... 129
2. Meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri ..................... 130
c. Memperjelas Misi dan Nilai-Nilai Organisasi................................. 131
d. Menilai Lingkungan Eksternal ........................................................ 132
e. Menilai Lingkungan Internal ........................................................... 133
2. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Strategi Perencanaan
Pemerintah Daerah dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Batik Lorok Pacitan ......................................... 134
a. Faktor Pendukung ............................................................................ 135
1. Internal: Koordinasi Antara Pemerintah dan Pelaku Usaha
Batik Lorok .................................................................................. 135
2. Eksternal: Ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) ............... 136
b. Faktor Penghambat........................................................................... 137
1. Internal: Kurangnya Promosi dan Pemasaran ............................. 137
2. Eksternal: Tidak Adanya Kelompok Paguyuban Batik Lorok
Pacitan ......................................................................................... 138
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 140
B. Saran ......................................................................................................... 142
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 144
LAMPIRAN ........................................................................................................ 147
xvi
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel 1 Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM) ................... 3
Tabel 2 Data Perkembangan Jumlah UMKM di Indonesia
Tahun 2010-2013 .......................................................................... 4
Tabel 3 UMKM Jawa Timur Menurut Sektor/Lapangan Usaha
Tahun 2016 ................................................................................... 6
Tabel 4 Produksi Batik Lorok, Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi
Tahun 2016 ................................................................................... 8
Tabel 5 Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) .................. 52
Tabel 6 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Pacitan ..................................................................... 70
Tabel 7 Daftar Mitra Binaan PT INKA (Persero) Kabupaten Pacitan
Tahun 2016 ................................................................................... 97
Tabel 8 Jumlah Tenaga Kerja UMKM Batik Lorok Tahun 2014-2016 ..... 119
xvii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 1 Strategi sebagai Upaya Pencapaian Tujuan Organisasi .......... 22
Gambar 2 Model Tahapan Perencanaan Strategis ................................... 37
Gambar 3 Segitiga Elemen Manajemen Strategi ..................................... 48
Gambar 4 Analisis Data Model Interaktif ................................................ 66
Gambar 5 Peta Administrasi Kabupaten Pacitan ..................................... 68
Gambar 6 Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kabupaten Pacitan ................................................................... 75
Gambar 7 Struktur Organisasi Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Pacitan ................................................................... 82
Gambar 8 Inovasi Pembuatan Tas Motif Batik Lorok ............................. 86
Gambar 9 Pelatihan Proses Pembatikan ................................................... 90
Gambar 10 Rencana Sosialisasi Kampung UKM Goes Digital ................ 92
Gambar 11 Tampilan Blog Batik Tulis Tengah Sawah ............................ 94
Gambar 12 Tahapan Pinjaman dari PT INKA ........................................... 97
Gambar 13 Pameran UMKM dan Peragaan Busana SMKN Pacitan ........ 102
Gambar 14 Tempat Produksi Batik Tulis Puri Putri .................................. 101
Gambar 15 Gedung Pusat Pelayanan Usaha Terpadu (PLUT) .................. 102
Gambar 16 Fasilitas di Pusat Pelayanan Usaha Terpadu (PLUT) ............. 104
Gambar 17 Gedung Pemasaran Produk UMKM ....................................... 105
Gambar 18 Batik Lorok Tengah Sawah Bahan Alami dan Sintetis ........... 110
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Data Primer Berupa Foto ..................................................................... 147
2. Surat Riset Fakultas Ilmu Administrasi .............................................. 149
3. Surat Riset Bakesbangpol Kabupaten Pacitan .................................... 150
4. Interview Guide .................................................................................... 152
5. Curiculum Vitae .................................................................................. 154
147
Lampiran 5.
CURICULUM VITAE
Nama Lengkap : Exclesia Clara Claudia Winnard
Tempat, Tanggal Lahir : Pacitan, 19 Mei 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Pierre Tendean, Gang Arjuna No.8, Kelurahan
Pucang sewu, Kecamatan Pacitan, Kab. Pacitan.
No. Hp : 087701602323
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. TK Pertiwi Pacitan, Tahun 2000-2001
2. Sekolah Dasar Negeri Pacitan I, 2001-2007
3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Pacitan, 2007-2010
4. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pacitan, 2010-2013
5. Perencanaan Pembangunan, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang, 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah merupakan aktor penting dalam pelaksanaan seluruh kegiatan
administrasi publik. Setiap kebijakan yang dibuat akan dilaksanakan oleh seluruh
elemen pemerintahan dengan pembagian tugas secara terus menerus dan
dilakukan secara kerjasama. Salah satu tugas penting pemerintah adalah
mewujudkan masyarakat makmur, sejahtera secara adil dan merata. Kesejahteraan
suatu Negara dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang
terus meningkat akan berpengaruh terhadap meningkatnya pembangunan.
Dimensi pembangunan memiliki cakupan yang luas yakni meliputi bidang
wilayah, sumberdaya alam, kependudukan, ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan (Suryono, 2010:4). Negara berkembang seperti
Indonesia, pembangunan biasanya difokuskan pada bidang ekonomi dan sosial.
Namun, terjadinya perubahan sosial tidak akan mempunya arti apabila tidak
memiliki nilai tambah secara ekonomi (Suryono, 2010: 2).
Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas jaringan kerja
dan mengupayakan distribusi pendapatan secara adil. Salah satu indikator
pembangunan ekonomi Indonesia diukur dari pertumbuhan ekonomi berdasarkan
PDB (Produk Domestik Bruto). Tujuan utama dari pembangunan ekonomi tidak
hanya dilihat dari penambahan PDB, namun lebih kepada pemerataan ekonomi
2
untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Salah satu cara yang
dikembangkan pemerintah dalam mewujudkan pemerataan ekonomi di Indonesia
adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Keberadaan usaha kecil dan menengah menjadi wujud nyata dari
pelaksanaan ekonomi kerakyatan di Indonesia. Tugas dan wewenang dari
pemerintah dalam pengembangannya terdapat dalam Pasal 7 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, yang
menyatakan bahwa terdapat dua pendekatan utama dalam pengembangan UMKM.
Pertama, penciptaan iklim usaha, serta pembinaan dan yang kedua adalah
pengembangan. Iklim usaha adalah kondisi dimana pemerintah mengusahakan
dengan mengeluarkan berbagai peraturan dan kebijakan di berbagai aspek
kehidupan ekonomi agar usaha kecil dan menengah memperoleh kepastian,
kesempatan, dan dukungan berwirausaha yang seluas-luasnya. Sementara
pembinaan dan pengembangan adalah upaya perkuatan unit usaha untuk
menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan pelaku usaha agar menjadi unit
usaha yang tangguh dan mandiri. Kriteria dan klasifikasi usaha kecil dan
menengah terdapat pada Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang dapat dilihat pada tabel berikut:
3
Tabel 1. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
No Usaha
Kriteria
Aset Omset
1. Usaha Mikro Maks. 50 juta Maks. 300 Juta
2. Usaha Kecil >50 Juta-500Juta >300Juta-2,5 Milyar
3. Usaha Menengah >500 Juta-10 Milyar >2,5 Milyar-50 Milyar
Sumber: Dokumen Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2008
Usaha kecil dan menengah dalam perekonomian Indonesia memiliki peran
yang penting dan strategis. Pertama, karena mampu menjadi usaha yang dapat
bertahan dalam krisis ekonomi. Kedua, jumlah industrinya yang besar dan
terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Ketiga, potensi yang besar dalam
penyerapan tenaga kerja yang berpengaruh terhadap pengurangan jumlah
pengangguran. Keempat, kontribusi dalam pembentukan PDB yang baik
(Paramasari, 2009:3). Berikut adalah data perkembangan jumlah UMKM di
Indonesia Tahun 2010-2013:
4
Tabel 2. Data Perkembangan Jumlah UMKM di Indonesia Tahun 2010-2013
No. Indikator Satuan 2010 2011 2012 2013
1. Jumlah UMKM Unit 54.114.821 55. 206. 444 56.534.592 57.895.721
2. Pertumbuhan
jumlah UMKM Persen 2,56 2,02 2,41 2,41
3. Jumlah tenaga
kerja UMKM Orang 98.238.913 101.722.458 107.657.509 114.114.082
4.
Pertumbuhan
jumlah tenaga
kerja
Persen 2,13 3,55 5,83 6,03
5. Sumbangan PDB
(harga berlaku) Rp. Miliar 3.411.574.7 4.321.830 4.869.568.1 5.440.007.9
6.
Pertumbuhan
sumbangan PDB
UMKM
Persen 14,89 26,68 12,67 11,71
Sumber: Dokumen Kementerian Koperasi dan UMKM RI, 2014
Berdasarkan pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perkembangan usaha kecil
dan menengah dari tahun 2010-2013 terus meningkat. Jumlah UMKM di tahun
2013 mencapai 57.895.721 unit dengan pertumbuhannya mencapai 2,41 persen
dibandingkan di tahun 2010 yang jumlahnya 54.114.821 unit dengan
pertumbuhannya sebesar 2,56 persen. Hal ini berdampak pada pertumbuhan
jumlah penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan sumbangan Produk Domestik
Bruto (PDB).
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan representasi
rakyat Indonesia dalam kehidupan ekonomi nasional, sehingga perlu diberikan
prioritas yang tinggi dalam pembangunan nasional. Hal ini sebaiknya dilakukan
pada daerah dengan tingkat perekonomian menengah ke bawah. Oleh karena itu,
perlu disusun strategi pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang
terintegrasi, sistematis dan berkelanjutan.
5
Pengembangan usaha kecil dan menengah bukan hanya tugas pemerintah
pusat namun juga tanggung jawab pemerintah daerah sebagai stakeholder dalam
pencapaian Perencanaan Pembangunan Nasional. Penyelenggaraan pemerintahan
daerah menuntut pemerintah daerah untuk dapat mengatur serta mengurus sendiri
urusan pemerintahan masing-masing menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
yang telah dimuat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah. Pembagian urusan pemerintahan daerah di bidang UMKM
pada tingkat Kabupaten/Kota hanya pada tingkat usaha mikro dan pada tingkat
kecil, menengah merupakan tanggung jawab pemerintah provinsi dan pusat.
Tugas dan wewenang dari pemerintah daerah meliputi pemberdayaan yang
dilakukan melalui pendataan, kemitraan, perizinan, penguatan kelembagaan dan
koordinasi dengan para pemangku kepentingan. Sedangkan pengembangan
meliputi pengembangan usaha menurut kriteria dan menjadikan skala usaha yang
lebih tinggi.
Provinsi Jawa Timur merupakan daerah dengan pertumbuhan penduduk
yang tinggi. Laju pertumbuhan penduduk tersebut berpengaruh terhadap tingginya
sektor industri dan UMKM. Berikut adalah jumlah UMKM di Provinsi Jawa
Timur menurut sektor/lapangan usaha tahun 2016:
6
Tabel 3. UMKM Jawa Timur Menurut Sektor/Lapangan Usaha Tahun 2016
No. Sektor/Lapangan Usaha Jumlah (Satuan)
1. Pertanian 4.112.443
2. Pertambangan dan penggalian 26.680
3. Industri pengolahan 356.047
4. Listrik, gas dan air 12
5. Konstruksi 16.789
6. Perdagangan, hotel dan restoran 1.720.042
7. Transportasi 174.541
8. Keuangan 8.035
9. Jasa-jasa 411.342
Jumlah 6.825.931
Sumber: Data Sekunder diskopumkm2016 (Diakses dari jatimprov.go.id), 2016
Berdasarkan pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah UMKM di
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016 mencapai 6.825.931 lapangan usaha. Dapat
dilihat bahwa di Jawa Timur masih didominasi oleh sektor pertanian dengan
jumlah 4.112.443 lapangan usaha. Namun dalam perkembangannya, sektor
perdagangan mengalami pertumbuhan dengan jumlah 1.720.042 dibanding
dengan tahun 2015 sebesar 1.340.101. Hal ini dikarenakan laju pertumbuhan di
Provinsi Jawa Timur yang tinggi. Salah satu daerah yang mendukung
perkembangan bidang usaha kecil dan menengah adalah Kabupaten Pacitan.
Kabupaten Pacitan sebagai daerah berkembang di Jawa Timur memiliki
jenis UMKM yang cukup beragam. Tercatat pada tahun 2016, jumlah UMKM
Kabupaten Pacitan mencapai 181.115 unit dan menyerap tenaga sebanyak
221.784 pekerja (diskopumkm.jatimprov.go.id, 2016). Jenis usaha kecil dan
7
menengah di Kabupaten Pacitan bermacam-macam diantaranya adalah kerajinan
batik, kerajinan batu akik, batu mulia, produksi gula merah, gerabah, olahan ikan,
olahan kayu, olahan ketela dan anyaman bambu. Beberapa produk menjadi
unggulan UMKM Kabupaten Pacitan diantaranya adalah kerajinan batik dan
olahan ikan laut (Pacitanku.com, 2015).
Salah satu produk unggulan usaha mikro di Pacitan adalah kerajinan batik.
Salah satu daerah produksi batik terbesar berada di Lorok Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Pacitan. Batik Lorok diproduksi di beberapa desa di Kecamatan
Ngadirojo diantaranya adalah Desa Bogoharjo, Desa Cokrokembang dan Desa
Wiyoro. Letaknya berada di 40 Km sisi timur dari pusat kota Kabupaten Pacitan.
Batik ini memiliki keunikan dan berbeda dari batik lainnya. Batik Lorok
menggunakan bahan pewarna alami dengan memanfaatkan bahan lokal seperti
akar dan kulit kayu mahoni. Corak dari batik lorok juga menggunakan corak dari
tanaman dan dedaunan di lingkungan sekitar. Saat ini terdapat sepuluh produksi
dan telah menyerap sebanyak 424 tenaga kerja. Berikut merupakan tabel sepuluh
produksi UMKM batik lorok, tenaga kerja serta jumlah produksi Tahun 2016:
8
Tabel 4. Produksi Batik Lorok, Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi Tahun
2016
No Nama Produksi
Tenaga
Kerja
(Orang)
Jumlah
Produksi
(Potong)
1. Canting Jaya II 87 5.850
2. Puspita 42 980
3. Canting Jaya I 20 1.200
4. Canting Mas 15 670
5. Anthera 30 860
6. Puri 104 6.630
7. Tengah Sawah 37 990
8. Mantrean 14 430
9. Puri Putri 65 4.560
10. Mira 10 450
Jumlah 424 22.620
Sumber: Dokumen Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab.Pacitan, 2016
Pengembangan batik Lorok sebagai salah satu usaha mikro terdapat dalam
Rencana strategis (RENSTRA) Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Pacitan tahun 2011-2016 yang sekarang adalah Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro yang dimuat pada pengembangan UMKM. Rencana strategis dibuat
bertujuan menjadi pedoman dalam pelaksanaan kinerja pemerintahan. Sejalan
dengan prinsip otonomi daerah, serta mengimplementasikan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, maka
Pemerintah Kabupaten Pacitan menyusun program dan kegiatan yang berkaitan
dengan proses pengembangan usaha kecil dan menengah. Program dan kegiatan
tersebut meliputi penciptaan iklim usaha yang kondusif, pengembangan
9
kewirausahaan dan keunggulan kompetitif bagi usaha kecil dan menengah serta
pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM.
Pemerintah melalui Dinas Koperasi dan Usaha Mikro merumuskan
kebijakan dan program sesuai dengan kewenangan, tugas pokok dan fungsinya.
Namun, dalam pelaksanaan pengembangan UMKM di Kabupaten Pacitan masih
terdapat beberapa permasalahan dalam bidang pemasaran dan produksi antara lain
minimnya inovasi dan pengembangan produk, hasil dari produksi masih sulit
tembus pasar luar daerah. Hal ini dikarenakan masih minimnya program
pendampingan usaha atau capacity building oleh pemerintah yang mengakibatkan
produksi sulit mendapatkan jaringan pemasaran. Selain itu juga masih minimnya
bantuan dari pemerintah dan jumlahnya juga terbatas (Budi, 2016: 38).
Pengembangan batik Lorok masih memiliki beberapa kendala terkait
harga, dimana harga jual batik lorok lebih mahal dibandingkan dengan batik
Pacitan lainnya. Kemudian, jarak produksi batik dengan pusat kota yang terlalu
jauh dan beberapa produksi batik Lorok yang masih memiliki akses jalan kurang
baik. Hal ini menyebabkan kurangnya minat pembeli untuk datang langsung ke
tempat produksi. Kemudian bantuan yang diberikan pemerintah kepada pengusaha
batik Lorok dan pelaku usaha lainnya yang terus menerus menyebabkan
ketergantungan bantuan pemerintah. Minimnya pemasaran secara online dan
kurangnya akses informasi yang lengkap. Hal ini disebabkan belum adanya
paguyuban pengrajin batik lorok Pacitan sehingga belum terciptanya struktur
pemasaran yang baik minimnya program pendampingan usaha, harga jual yang
lebih mahal dari batik Pacitan lainnya serta akses jalan menuju tempat produksi
10
batik lorok yang rusak. Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian dan evaluasi
kembali dengan memfokuskan pada identifikasi masalah serta isu-isu strategis
yang berkembang. Sehingga akan diketahui dengan jelas mengenai faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi pengembangan usaha kecil dan menengah batik
Lorok. Berdasarkan gambaran yang diperoleh, diharapkan mampu mengarahkan
pengelolaan dan pengoptimalan perencanaan sehingga penanganan dapat tepat
sasaran dan sesuai dengan Visi, Misi yang ada pada Rencana strategis
(RENSTRA) Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan. Berdasarkan
hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil judul “Strategi Perencanaan
Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan
Menengah (UMKM) Batik Lorok Pacitan (Studi Pada Dinas Koperasi,
Perindustian Dan Perdagangan Kabupaten Pacitan)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi perencanaan pemerintah daerah dalam pengembangan
UMKM Batik Lorok Pacitan ?
2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam strategi
perencanaan pemerintah daerah dalam pengembangan UMKM Batik
Lorok Pacitan ?
11
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis strategi perencanaan
pemerintah daerah dalam pengembangan UMKM Batik Lorok Pacitan.
2. Mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis faktor pendukung dan
faktor penghambat strategi perencanaaan pemerintah daerah dalam
pengembangan UMKM Batik Lorok Pacitan.
D. Kontribusi Penelitian
Kontribusi yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kontribusi Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa
perkembangan dan kemajuan untuk Fakultas Administrasi khususnya Minat
Perencanaan Pembangunan.
2. Kontribusi Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan,
pemikiran ilmu pengetahuan dalam perencanaan strategis pemerintah
daerah dalam pengembangan UMKM
b. Bagi instansi yang terkait
Sebagai bahan kajian dan sumbangsih pemikiran bagi pemerintah
Kabupaten Pacitan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan
12
dengan pengembangan UMKM di Kabupaten Pacitan khususnya pada
sektor batik.
c. Bagi masyarakat umum
Sebagai sarana sosialisasi mengenai pengembangan UMKM dan bahan
kajian informasi sebagai media promosi sektor batik Pacitan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini disusun dengan antar bab saling
berkaitan. Sistematika penulisan tersebut antara lain sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Memuat latar belakang, yang berisi mengenai belum
berkembangnya UMKM yang ada di Kabupaten Pacitan khususnya
sektor Batik Lorok . Rumusan masalah berisi tentang strategi
pemerintah daerah yang digunakan untuk mengembangkan produk
UMKM Batik Lorok serta faktor pendorong dan penghambat
dalam pengembangan produk UMKM Batik Lorok. Tujuan
penelitian untuk menjawab masalah yang dirumuskan agar dapat
mengetahui masalah yang terjadi dan apa saja strategi yang
digunakan pemerintah dalam pengembangan produk UMKM batik
lorok. Kontribusi penelitian, berisi tentang kontribusi bagi
Universitas Brawijaya khususnya Fakultas Ilmu Administrasi,
peneliti, instansi yang terkait dan masyarakat umum.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Memuat teori-teori yang mendukung yaitu teori tentang
administasi publik, administrasi pembagunan, strategi, perencanaan
strategi, pemerintah daerah, manajemen strategi, dan
pengembangan UMKM.
BAB III METODE PENELITIAN
Memuat metode penelitian terkait dari awal pengerjaan skripsi
hingga akhir yang berisi jenis penelitian, fokus penelitian, lokasi
dan situs, sumber data, teknik pengumpulan data, instrument
penelitian dan analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara garis besar, isi dari bab ini adalah strategi perencanaan
pemerintah dalam pengembangan UMKM batik lorok Pacitan
berdasarkan lima proses perencanaan strategis yang disesuaikan
dengan Rencana strategis Dinas Koperasi dan Usaha Mikro yaitu
1) memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan
strategis meliputi pengembangan kemampuan, peningkatan SDM,
teknologi pengetahuan, akses permodalan, pemasaran dan promosi
serta pengembangan sarana usulan; 2) memperjelas mandat
organisasi meliputi perlindungan konsumen dan peningkatan
penggunaan dalam negeri; 3) memperjelas misi dan nilai-nilai
organisasi yang berfokus pada terciptanya usaha mikro yang
mandiri dan berdaya saing; 4) menilai lingkungan eksternal
14
meliputi ancaman berupa harga jual batik yang tinggi dan akses
jalan menuju tempat produksi yang rusak, kemudian peluang
berupa penggunaan bahan alami dalam pembuatan batik lorok
dengan motif dari hewan dan tumbuhan sekitar; 5) menilai
lingkungan internal meliputi kekuatan yaitu adanya kerjasama
dengan berbagai pihak swasta, kemudian kelemahannya adalah
pemisahan instansi yang berdampak pada melemahnya kinerja
organisasi. Terdapat dua faktor yaitu faktor pendukung terdiri dari
internal dan eksternel serta faktor penghmbat yang terdiri dari
internal dan eksternal
BAB V PENUTUP
Berisikan tentang beberapa kesimpulan dan saran-saran yang
diberikan oleh peneliti terhadap studi lanjutan berdasarkan hasil
dari temuan peneliti.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Administrasi Pembangunan
1. Definisi Pembangunan
Pembangunan merupakan salah satu kata yang tidak bisa dipisahkan dari
suatu Negara, khususnya bagi Negara berkembang. Kata pembangunan selalu
dihubungkan dengan membangun dan perbaikan ke arah yang lebih baik.
Lembaga Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Suryono
(2010:2) merumuskan pembangunan sebagai economic grow plus social change
(pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial). Definisi tersebut dapat diartikan
bahwa, yang menjadi faktor utama dalam pembangunan adalah adanya
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan sosial. Pertumbuhan ekonomi
diwujudkan dengan adanya kenaikan pendapatan nasional. Sementara perubahan
sosial diwujudkan dengan perubahan pada nilai, sikap dan perilaku dalam
lembaga yang ada di masyarakat. Pengertian pembangunan dewasa ini lebih
mengarah kepada perubahan kepribadian dan identitas bangsa. Hal ini
dikarenakan fokus dalam suatu pembangunan Negara tidak hanya oleh pemerintah
saja namun juga masyarakat.
Masyarakat menjadi pondasi utama dalam pembangunan suatu bangsa,
dimana sebagai warga Negara harus tetap menjaga kepribadian dan indentitas
bangsa. Hal ini sesuai dengan pengertian yang dikemukakan oleh Siagian dalam
16
Suryono (2010:2) bahwa, pembangunan sebagai suatu arah atau rangkaian usaha
pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan suatu bangsa,
bernegara dan pemerintah secara sadar menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa (nation building). Definisi tersebut dapat diartikan bahwa
tujuan utama dari pembangunan adalah nation bulding. Pembinaan bangsa (nation
building), bukan hanya menyangkut aspek ekonomi, politik, sosial dan budaya,
melainkan juga kepribadian bangsa untuk menghadapi setiap tantangan yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembangunan
merupakan rangkaian usaha yang dilakukan suatu Negara menuju perubahan
kearah yang lebih baik, dengan menyangkut berbagai aspek. Pembangunan
dilakukan dengan terus-menerus, melibatkan pemerintah dan juga masyarakat.
Hal ini dilakukan agar terciptanya sinergitas antara pemerintah dan masyarakat
untuk bersama-sama menghadapi tantangan di masa depan.
2. Konsep Administrasi Pembangunan
Administrasi pembangunan berkembang dari ilmu Administrasi Negara.
Melalui pendekatan Administrasi Negara atau yang sekarang disebut Administrasi
publik pendekatan ini dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan di Negara
berkembang yang mana telah diterapkan di Negara-negara maju. Hal inilah yang
membuat munculnya berbagai kelompok ilmuan yang mengembangkan
administrasi pembangunan sebagai suatu ilmu. Pendekatan ini bermula ketika para
ahli membentuk sebuah kelompok yang bernama Comparative Administration
17
Group (Kelompok Studi Komparatif). Kelompok tersebut mengemukakan
pendapatnya, sebagai berikut: “Ini merupakan ketertarikan spesial dalam masalah
administratif dari Negara-negara berkembang terlihat dalam konteks keseluruhan
pengaturan dari sosial, kebudayaan, politik, dan ekonomi mereka”
(Tjokroamidjojo, 1986:5). Selanjutnya, Tjokroamidjojo mengemukakan bahwa
perkembangan administrasi Negara ke arah administrasi pembangunan dapat
dilihat dari dua segi alasan yang mendasarinya, yaitu: Pertama, kebutuhan akan
pengembangan model dan konsep atau teori administrasi. Kedua, adalah
keperluan pengembangan administrasi bagi pembangunan (Tjokroamidjojo,
1986:6).
Administrasi pembangunan bersifat dinamis dan inovatif, karena
menyangkut upaya mengadakan perubahan-perubahan sosial. Di dalam upaya itu
administrasi pembangunan sangat berkepentingan dan terlihat dalam pengarahan
sumber daya dan pengalokasiannya untuk kegiatan pembangunan. Menurut
Siagian (2008: 5) definisi administrasi pembangunan adalah sebagai berikut:
“Administrasi pembangunan mencakup dua pengertian, yaitu administrasi
dan pembangunan. Secara umum yang dimaksud dengan administrasi
adalah keseluruhan proses pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah
diambil dan diselenggarakan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan pembangunan adalah
rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara
terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu Negara menuju modernisasi
dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Jadi definisi dari
administrasi pembangunan adalah seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu
Negara untuk bertumbuh, berkembang dan berubah secara sadar dan
terencana dalam semua segi kehidupan dan penghidupan Negara bangsa
yang bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan akhir”.
Bagi Negara-negara berkembang, penyempurnaan administrasi Negara
dilakukan dengan menggunakan pendekatan administrasi pembangunan.
18
Pendekatan tersebut dilakukan di seluruh aspek administrasi Negara, yaitu aspek
kelembagaan, ketatalaksanaan atau manajemen dan sumberdaya manusianya.
Oleh karena itu, administrasi Negara harus diikutsertakan secara aktif dan
kontributif. Semakin berkembangnya pendekatan administrasi pembangunan,
maka semakin banyak pula para ahli yang mempelajarinya. Beberapa ahli
mengemukakan pendapat mengenai administrasi pembangunan diantaranya
adalah Hiram S. Philips (dalam Tjokroamidjojo, 1986: 12) yang menyatakan
bahwa tujuan administrasi pembangunan bukan seperti administrasi publik dalam
mengindikasi kebutuhan dari perubahan sosial dan ekonomi. Sedangkan, Siagian
(dalam Tjokroamidjojo, 1986:13) mengemukakan bahwa administrasi
pembangunan adalah keseluruhan proses pelaksanaan dari rangkaian kegiatan
yang bersifat pertumbuhan dan berubahan yang terencana menuju modernitas
dalam berbagai aspek kehidupan bangsa. Tjokroamidjojo (1986:10)
menyimpulkan ciri-ciri dari administrasi pembangunan sebagai berikut:
1) Lebih memberikan perhatian terhadap lingkungan masyarakat yang berbeda-
beda terutama bagi lingkungan masyarakat Negara-negara berkembang.
2) Administrasi pembangunan mempunyai peran aktif dan berkepentingan
(commited) terhadap tujuan-tujuan pembangunan baik dalam perumusan
kebijakan maupun pelaksanaannya yang efektif.
3) Berorientasi kepada usaha-usaha yang mendorong perubahan-perubahan
(inovasi) ke arah keadaan yang dianggap lebih baik untuk suatu masyarakat di
masa akan datang.
4) Lebih berorientasi kepada pelaksanaan tugas-tugas pembangunan
(development function) dari pemerintah.
5) Administrasi pembangunan harus mengaitkan diri dengan subtansi perumusan
kebijakan dan pelaksanaan tujuan-tujuan pembangunan di berbagai bidang.
6) Dalam administrasi pembangunan, administrator dalam aparatur pemerintah
juga bisa merupakan penggerak perubahan (agent of change)
7) Lebih berpendekatan lingkungan (ecological approach), berorientasi pada
kegiatan (action approach) dan bersifat pemecahan massalah (problem
solving)
19
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
definisi administrasi pembangunan adalah seluruh usaha yang dilakukan suatu
Negara berupa kebijakan dan aturan pemerintah untuk tumbuh dan berkembang
secara terencana dan sadar menuju modernitas. Administrasi pembangunan
menjadi suatu ilmu yang berkembang saat ini karena kebutuhan di Negara
berkembang seperti Indonesia untuk mengembangkan bidang-bidang
pemerintahan. Administrasi pembangunan bersifat dinamis dan inovatif, karena
berupaya mengadakan perubahan-perubahan sosial dan pengarahan sumber daya
serta pengalokasiannya untuk kegiatan pembangunan.
3. Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan
Administasi pembangunan dinilai sesuai untuk diterapkan pada Negara
yang sedang berkembang, dengan masyarakat yang juga sedang berkembang. Di
dalam pendekatannya, bidang studi ini pada hakikatnya menjadi dasar
pembangunan suatu Negara. Sementara itu, administrasi pembangunan memiliki
ruang lingkup atau batasan. Tjokroamidjojo (1986: 15) menyebutkan terdapat dua
ruang lingkup dalam administrasi pembangunan, yaitu:
“Pertama, penyempurnaan atas administrasi Negara yang terdiri dari:
kepemimpinan, koordinasi dan pegawasan; administrasi fungsional
kepegawaian, keuangan, sarana-sarana lain dan perlembagaan dalam arti
yang sempit. Kedua, penyempurnaan atas administrasi perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan yang terdiri dari: proses perumusan
kebijaksnaan-kebijaksanaan dan program-program pembangunan; tata
pelaksanaannya secara efektif”.
Berdasarkan ruang lingkup administrasi pembangunan yang telah
dijelaskan oleh Tjokroamidjojo, dapat disimpulkan bahwa administrasi
20
pembangunan mengandung dua fungsi. Pertama, sebagai pembangunan
administrasi (The Development Of Administration) yang berkaitan dengan
organisasi dan lembaga yang terkait. Kedua, sebagai administrasi pembangunan
(The Administration Of Development) yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan
serta program-program pembangunan. Kedua ruang lingkup tersebut, pada
dasarnya berkaitan antara satu sama lain dan juga saling melengkapi untuk
mencapai suatu perubahan-perubahan (change) ke arah yang lebih baik.
B. Strategi
1. Definisi Strategi
Strategi yang dapat diartikan sebagai cara ataupun akal menurut Webster’s
New World Dictionary (1991) adalah (1) ilmu merencanakan serta mengarahkan
kegiatan-kegiatan militer sebelum bertempur dengan musuhnya; (2) sebuah
ketrampilan dalam mengelola atau merencanakan untuk mencapai suatu tujuan.
Strategi disini diartikan sebagai trik atau skema untuk mencapai suatu maksud
(Udaya dkk, 2013:6). Menurut David (2012:18) pengertian strategi adalah sebagai
suatu sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Strategi
merupakan aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan
sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar yang digunakan untuk lima
tahun kedepan. Strategi juga memiliki konsekuensi multifungsional atau
multidivisional serta perlunya mempertimbangkan faktor eksternal dan internal
suatu perusahaan ataupun organisasi.
21
Definisi strategi yang diungkapkan oleh Bob de Wit dan Ron Mayer dalam
Strategy, Process, Content and Context yang dikutip dalam Udaya dkk (2013: 6),
mengatakan bahwa definisi strategi dapat dilihat dan dipahami berdasarkan tiga
dimensi, yaitu :
1. Strategy process: cara bagaimana strategi-strategi timbul, dimana letak
strategy process (proses strategi)
2. Strategy content: hasil/produk proses strategi
3. Strategy context: sekumpulan keadaan berbagai proses strategi dan hasil
strategi ditentukan
Ketiga dimensi tersebut merupakan dimensi yang nyata dan bukan bagian
terpisah dari sebuah strategi. Setiap situasi masalah strategi pada dasarnya
mempunyai sifat tiga dimensional dengan karateristik proses, konten dan konteks.
Sedangkan menurut Stoner, Freeman dan Gibert Jr dalam Tjiptono (2000: 3)
strategi dapat didefinisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu:
a. Dari perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan (intend to do)
b. Dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does)
Pengertian strategi berdasarkan prespektif yang pertama adalah sebuah
program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi serta
mengimplementasikan misinya. Sedangkan berdasarkan prespektif kedua,
pengertian strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi
terhadap lingkungan sepanjang waktu. Definisi lain strategi menurut Kusdi
(2009:87) adalah penetapan berbagai tujuan dan sasaran jangka panjang yang
bersifat mendasar bagi sebuah organisasi yang dilanjutkan dengan penetapan
22
rencana aktivitas dan pengalokasian sumber daya yang diperlukan guna mencapai
berbagai sasaran yang ingin dicapai. Amirullah (2003: 4) juga menyatakan bahwa
strategi sebagai suatu tujuan, dimana rencana dalam mencapai tujuan tersebut
sesuai dengan lingkungan eksternal dan internalnya. Gambaran tentang
bagaimana konsep strategi digunakan oleh perusahaan atau organisasi dapat
dilihat pada Gambar 1,berikut:
Gambar 1. Strategi Sebagai Upaya Pencapaian Tujuan Organisasi
Sumber: Amirullah (2015: 5)
Berdasarkan Gambar 1 strategi adalah cara yang digunakan oleh
organisasi publik maupun swasta untuk mencapai tujuan di masa depan. Suatu
strategi diharuskan berinteraksi dengan lingkungan yang kompetitif untuk
mencapai tujuan suatu organisasi yang memperjelas kesadaran suatu organisasi
mengenai bagaimana, kapan dan dimana organisasi akan bersaing; terhadap siapa
organisasi organisasi harus bersaing; dan apa maksud organisasi bersaing.
Misalnya adalah koperasi, mungkin beberapa koperasi mempunyai tujuan yang
sama, akan tetapi strategi yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut dapat
berbeda. Jadi, suatu strategi dibuat berdasarkan tujuan yang ingin dicapai suatu
Kondisi
perusahaan
saat ini STRATEGI
Kondisi
perusahaan di
masa depan
23
organisasi. Glueeck dan Jauch (2000: 20) menjelaskan bahwa strategi memiliki
beberapa sifat, diantaranya:
1) Unfield. Menyatukan seluruh bagian-bagian dalam organisasi atau perusahaan.
2) Complex. Bersifat menyeluruh mencakup seluruh aspek dalam organisasi atau
perusahaan.
3) Integral. Dimana seluruh strategi akan sesuai dari seluruh tingkat.
Lingkup dari strategi bertumpu pada implikasinya dalam kehidupan
sehari-hari agar penyusunan strategi dapat berjalan secara efektif dan tepat
sasaran. Menurut Siagian (2002: 102) dalam merumuskan strategi ada tiga hal
penting yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Strategi yang dirumuskan harus konsisten dengan situasi yang dihadapi suatu
organisasi/perusahaan.
b. Strategi harus mampu memperhitungkan secara realistis kemampuan suatu
organisasi dalam menyediakan berbagai daya, sarana, prasarana dan dana
yang diperlukan untuk menjalankan strategi tersebut.
c. Strategi yang telah ditentukan dilaksanakan secara teliti yang mana efektivitas
suatu strategi dilihat bukan hanya dari proses perumusannya namun juga pada
pelaksanaannya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
bagi sebagian organisasi merupakan cara untuk mengatasi dan mengantisipasi
setiap masalah yang timbul serta kesempatan untuk masa yang akan datang
melalui langkah-langkah yang sistematis dengan menganalisa faktor internal dan
eksternal dari apa yang akan dikembangan. Strategi menjadi suatu penghubung
24
bagi keadaan saat ini dengan keadaan yang akan datang melalui susunan strategi
yang baik. Dengan demikian strategi harus dapat memberikan gambaran yang
jelas dan terarah dengan apa yang perlu dan yang akan dilaksanakan oleh suatu
organisasi.
2. Manfaat Strategi
Strategi pada umumnya merupakan perhitungan dan susunan mengenai
rangkaian kebijaksanaan secara ilmiah. Strategi ditetapkan oleh suatu organisasi
sebagai keberlanjutan dari kegiatan yang dilakukan. Penentuan strategi ini
tentunya tidak terlepas dari rangkaian kegiatan yang akan dicapai pada masa yang
akan datang. Perumusannya juga dibutuhkan penilaian lingkungan sehingga
strategi dapat tepat guna. Siagian (2002: 206) secara implisit mengungkapkan
manfaat dari penetapan strategi pada organisasi antara lain:
1) Memperjelas makna dan hakikat suatu perencanaan melalui identifikasi
rincian yang lebih spesifik tentang bagaimana organisasi harus mengelola
bidang-bidang yang ada di masa mendatang.
2) Merupakan langkah-langkah atau cara efektif untuk implementasi kegiatan
dalam rangka penetapan sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.
3) Sebagai penuntun atau rambu-rabu atau juga arahan pelaksanaan kegiatan di
berbagai bidang.
4) Dapat mengetahui secara kongkret dan jelas tentang berbagai cara untuk
mencapai sasaran atau tujuan secara prioritas pembangunan pada bidang
tertentu berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
5) Sebagai rangkaian dari proses pengambilan keputusan dalam menyelesaikan
berbagai macam permasalahan.
6) Mempermudah koordinasi pada semua pihak agar mempunyai partisipasi yang
sama tentang bentuk serta sifat interaksi, interpendensi, dan interelasi yang
harus tetap tumbuh dan terpelihara dalam mengelola jalannya roda organisasi,
sehingga akan mengurangi atau bahkan menghilangkan memungkinkan
timbulnya konflik antara berbagai pihak terkait. Dengan demikian strategi
dapat berjalan sesuai dengan hal yang ditetapkan.
25
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penyusunan suatu
strategi pasti memiliki manfaat bagi organisasi ataupun perusahaannya. Strategi
disusun berdasarkan visi dan misi yang akan dicapai. Beberapa manfaat dari
strategi adalah mendefinisikan perancaan dan menjelaskan tahapan-tahapan dalam
pelaksanaannya. Kemudian strategi sebagai panutan dan petunjuk arah dalam
pelaksanaan kegiatan di berbagai bidang. Selain itu strategi sebagai rangkaian
pengambilan keputusan serta mempermudah dalam koordinasi berbagai bidang.
C. Perencanaan Strategis
1. Definisi Perencanaan
Perencanaan dapat diartikan sebagai sebuah proses dalam pengambilan
keputusan. Hal ini diperkuat oleh pendapat yang dikemukakan oleh Moekijat
dalam Tarigan (2012:4) sebagai berikut:
1. Perencanaan adalah hal memilih dan menghubungkan fakta-fakta serta hal
membuat dan menggunakan dugaan-dugaan mengenai masa yang akan datang
dalam hal menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang akan
diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan.
2. Perencanaan adalah suatu usaha untuk membuat suatu rencana tindakan,
artinya menentukan apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, dan dimana
hal itu akan dilakukan
3. Perencanaan adalah penentuan suatu arah tindakan untuk mencapai suatu hasil
yang diinginkan.
4. Perencanaan adalah suatu penentuan sebelumnya dari tujuan-tujuan yang
diinginkan dan bagaimana tujuan tersebut harus dicapai.
Perencanaan dalam pembangunan Indonesia telah dimuat dalam Undang-
Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
pasal 1 ayat 1. Di dalam Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa
perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang
26
tepat, berdasarkan urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang
tersedia. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan yang dimaksud memiliki kaitan
dengan optimalisasi komponen yang tersedia. Komponen yang dimaksud terdiri
dari tindakan, urutan pilihan dan sumberdaya. Melalui suatu pemanfaatan yang
optimal sekiranya komponen tersebut dapat saling melengkapi satu sama lain.
Berbeda dengan definisi perencanaan yang dikemukakan oleh Tjokroamidjojo
(1985:12) bahwa perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau
yang dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa. Dijelaskan bahwa
perencanaan merupakan suatu cara yang digunakan dalam memenuhi suatu
tujuan, sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Pada hakikatnya perencanaan yang baik adalah perencanaan yang dibuat
berdasarkan strategi terdahulu. Sesuai dengan Arsyad dalam Tarigan (2012:5)
bahwa perencanaan adalah suatu proses berkesinambungan yang mencakup
keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan
sumberdaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang.
Berdasarkan definisi tersebut, ada empat elemen dasar perencanaan, yaitu:
a. Merencanakan berarti memilih
Melalui perencanaan dapat dipilih berbagai macam strategi/cara yang akan
digunakan untuk membuat suatu rencana.
b. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumberdaya;
Sumberdaya merupakan aktor yang sangat berperan dalam pembuatan
perencanaan. Dengan memilih sumberdaya yang tepat maka dapat menjadi
sarana perantara dalam membuat perencanaan.
c. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan;
Suatu kegiatan apabila diawali dengan suatu perencanaan maka akan
membuka jalan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
d. Perencanaan berorientasi ke masa depan;
27
Perencanaan memiliki kaitan dengan tujuan yang akan dicapai. Tujuan
tersebut tidak hanya sebatas untuk tujuan sesaat. Melalui suatu perencanaan
yang baik maka akan diperoleh capaian masa depan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa inti dari
perencanaan adalah suatu cara menetapkan tujuan dan merumuskan langkah-
langkah untuk mencapai tujuan. Proses perencanan dibuat dengan berpedoman
pada perencanaan yang dibuat sebelumnya, kemudian dapat memberikan arah dan
gambaran untuk menentukan suatu tindakan yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang akan datang. Berbagai dugaan yang disimpulkan dari perencanaan
yang telah dilakukan sebelumnya, dapat merekomendasikan suatu tindakan atau
usaha menuju kearah yang lebih baik. Suatu perencanaan bukan hanya dilakukan
dengan hanya memilih namun perlu suatu pemikiran yang berdasarkan faktor-
faktor yang mempengaruhinya.
2. Pendekatan Perencanaan
Pendekatan Perencanaan Pembangunan Daerah yang dijelaskan dalam
PERMENDAGRI No.54 Tahun 2010 (pasal 6) Tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian
dan Evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah adalah teknokratis,
partisipatif, politis, top-down dan bottom-up:
a. Teknokratis, adalah pendekatan yang menggunakan metode dan kerangka
berfikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah.
Metode dan kerangka berfikir ilmiah merupakan proses keilmuan untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematis terkait perencanaan pembangunan
28
berdasarkan bukti fisik, data dan informasi yang akurat serta dapat
dipertanggung jawabkan;
b. Partisipatif, pendekatan ini dilandaskan dengan melibatkan semua pemangku
kepentingan (stakeholder) dengan mempertimbangkan:
1. Relevan pemangku kepentingan yang dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan, disetiap tahapan penyusunan dokumen
perencanaan pembangunan daerah;
2. Kesetaraan antara pemangku kepentingan dari unsur pemerintahan dan
non pemerintahan dalam pengambilan keputusan;
3. Adanya transparansi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan serta
melibatkan media massa;
4. Keterwakilan seluruh segmen masyarakat, termasuk kelompok masyarakat
rentan termarjinalkan dan pengarus utamaan gender;
5. Terciptanya rasa memiliki terhadap dokumen perencanaan pembangunan
daerah, dan
6. Terciptanya konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan penting
pengambilan keputusan, seperti perumusan prioritas isu dan permasalahan,
perumusan tujuan strategi, kebijakan dan program prioritas.
c. Politis, merupakan pendekatan melalui program-program pembangunan yang
ditawarkan masing-masing calon kepala daerah dan wakil kepala daerah
terpilih pada saat kampanye, yang disusun ke dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) melalui:
29
a) Penerjemahan yang tepat dan sistematis atas visi, misi dan program kepala
daerah dan wakil kepala daerah ke dalam tujuan, strategis, kebijakan, dan
program pembangunan daerah selama masa jabatan;
b) Konsultasi pertimbangan dari landasan hukum, teknis penyusunan,
sinkronisasi dan sinergi pencapaian sasaran pembangunan nasional dan
pembangunan daerah; dan
c) Pembahasan dengan DPRD dan konsultasi dengan pemerintah untuk
penetapan produk hukum yang mengikat semua pemangku kepentingan.
d. Top-down dan bottom-up, hasilnya diselaraskan melalui musyawarah yang
dilaksanakan mulai dari desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan
nasional, sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi pencapaian sasaran
rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.
Berdasarkan pengertian di atas bahwa dalam pendekatan perencanaan
yang terdapat dalam PERMENDAGRI dijelaskan terdapat beberapa pendekatan
diantaranya teknokratis, partisipatif, politis, top-down dan bottom-up. Pendekatan
teknokratis adalah pendekatan yang menggunakan metode dan kerangka berfikir
ilmiah. Kemudian partisipatif adalah pendekatan dengan melibatkan semua
pemangku kepentingan (stakeholder), pendekatan politis yaitu metode
pembangunan yang ditawarkan oleh calon wakil pemerintahan. Terakhir adalah
pendekatan top-down dan buttom-up yaitu pendekatan melalui musyawarah dari
pemerintahan desa sampai pemerintahan pusat.
30
3. Tahapan Perencanaan
Perencanaan sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan pembangunan.
Diperlukan tahap-tahap khusus untuk memulainya dalam proses pembuatan suatu
perencanaan. Tahapan tersebut terdiri dari tahapan penyusunan rencana,
penyusunan program rencana, pelaksanaan rencana, pengawasan atas
pelaksanaan, sampai pada tahapan terakhir yaitu evaluasi perencanaan. Setelah
melewati tahapan perencanaan, maka dapat memberikan gambaran baru yang
lebih efektif untuk pembuatan perencanaan selanjutnya. Adapun tahapan-tahapan
perencanaan seperti yang dikemukakan oleh Tjokroamidjojo (1985:57) antara lain
sebagai berikut:
a. Penyusunan rencana
Penyusunan rencana terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
1. Tinjauan keadaan. Tinjauan keadaan atau review ini dapat berupakan
tinjauan sebelum memulai suatu rencana (review before take off) atau
suatu tinjauan tentang pelaksanaan rencana sebelumnya (review of
performance). Melalui review yang dilakukan, maka dapat mengetahui
msalah-masalah maupun hambatan-hambatan yang masih dihadapi
serta potensi yang masih bisa untuk dikembangkan;
2. Perkiraan masa yang akan dilalui rencana. Dalam hal ini membutuhkan
data-data statistik, berbagai hasil penelitian dan teknik-teknik proyeksi.
Mekanisme informasi untuk mengetahui kecenderungan-
kecenderungan perspektif masa depan;
31
3. Penetapan tujuan rencana (plan object) dan pemilihan cara-cara
pencapaian tujuan rencana tersebut. Dalam hal ini seringkali nilai-nilai
politik, sosial masyarakat, memainkan peran yang cukup penting.
Secara, teknis ini didasarkan pada tinjauan keadaan dan perkiraan
tentang masa yang akan dilalui rencana. Dilihat dari suatu kerangka
yang lebih luas berdasarkan asas konsistensi dan prioritas;
4. Identifikasi kebijakan dan/atau kegiatan usaha yang perlu dilakukan
dalam rencana. Suatu kebijakan atau policy mungkin perlu didukung
oleh program-program pembangunan sehingga melalui program
pembangunan tersebut, sasaran yang kana dicapai terlihat jelas;
5. Tahap terakhir adalah tahapan persetujuan rencana. Pada tahap ini
diusahakan penyerasian dengan perencanaan pembiayaan secara umum
dari program-program perencanaan yang akan dilakukan.
b. Penyusunan program rencana
Dalam tahap ini, dilakukan perumusan yang lebih terperinci mengenai tujuan
atau sasaran dalam jangka waktu tertentu, suatu perincian jadwal kegiatan,
jumlah dan jadwal pembiayaan serta penentuan lembaga atau kerjasama antar
lembaga mana saja yang akan melakukan program-program pembangunan.
c. Pelaksanaan rencana
Dalam hal ini perlu dibedakan antara tahap eksplorasi, tahap konstruksi dan
tahap operasi. Tahap pelaksanaan operasi perlu dipertimbangkan kegiatan-
kegiatan pemeliharaan. Kebijaksanaan-kebijaksanaan juga perlu diikuti
32
implikasi pelaksanaannya, bahkan secara terus menerus memerlukan
penyesuaian;
d. Pengawasan atas pelaksanaan
Pada tahap ini tujuan dari pengawasan adalah:
1. Mengusahakan supaya pelaksanaan rencana berjalan sesuai dengan
rencananya;
2. Apabila terdapat penyimpangan maka perlu diketahui seberapa jauh
penyimpangan tersbut dan apa penyebabnya;
3. Dilakukan tindakan korektif terhadap adanya penyimpangan-
penyimpangan.
e. Dalam proses perencanaan perlu juga dilakukan evaluasi
Evaluasi dapat membantu kegiatan pengawasan. Evaluasi juga dilakukan
sebagai pendukung tahap penyusunan rencana yaitu evaluasi tentang situasi
sebelum rencana dimulai dan evaluasi tentang pelaksanaan rencana
sebelumnya. Dari hasil-hasil evaluasi dapat dilakukan perbaikan terhadap
perencanaan selanjutnya atau penyesuaian yang perlu dilakukan dalam
pelaksanaan (perencanaan) itu sendiri.
Berdasarkan pendapat di atas bahwa terdapat lima tahapan dalam
perencanaan. Tahap pertama adalah penyusunan rencana yang terdiri dari unsur-
unsur, yaitu: tinjauan keadaan, perkiraan masa depan, penetapan tujuan rencana,
identifikasi kebijakan dan persetujuan rencana. Tahap kedua adalah penyusunan
program rencana, dimana di dalamnya dijelaskan tujuan atau sasaran yang lebih
terperinci. Tahap ketiga, pelaksanaan rencana yang terdiri dari tahap eksplorasi,
33
konstruksi dan operasi. Tahap keempat, pengawasan dan yang kelima adalah
evaluasi pelaksanaan.
4. Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis merupakan bagian dari proses perencanaan. Oleh
karena itu, perencanaan strategis lebih menekankan kepada pemilihan strategi
yang akan digunakan dalam suatu organisasi baik organisasi publik maupun
organisasi bisnis. Ketepatan dalam pemilihan strategi turut menentukan
keberhasilan dari organisasi dan tujuan yang akan dicapai. Sebagian besar
pekerjaan dalam perencanaan strategis memfokuskan kepada organisasi yang
bertujuan meraih laba seperti organisasi bisnis. Namun seiring dengan
perkembangan jaman, perencanaan strategis juga dapat digunakan pada organisasi
publik. Perencanaan strategis dalam sektor publik diterapkan utamanya digunakan
untuk tujuan militer dan praktek penyelenggaraan Negara (statecraft) dalam skala
yang besar. Bryson (dalam Fakih Mansour 2007: 5), menjelaskan bahwa secara
khusus perencanaan strategis dapat diterapkan kepada:
1. Lembaga Publik, Departemen atau Divisi Penting dalam organisasi;
2. Pemerintahan Umum, seperti Pemerintaha city, country atau Negara bagian;
3. Organisasi nirlaba yang pada dasarnya memberikan pelayanan;
4. Fungsi khusus yang menjembatani batasan-batasan organisasi dan
Pemerintaha, seperti organisasi, kesehatan, atau pendidikan;
5. Seluruh komunitas, kawasan Perkotaan atau Metropolitan, Daerah, Negara
Bagian.
a. Manfaat Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis pada perencanaan memiliki manfaat yang cukup
besar bagi organsiasi publik. Melalui perencanaan strategis dapat membuat
34
organisasi publik lebih efektif dalam melakukan suatu tindakan. Seperti,
dijelaskan oleh Bryson (dalam Fakih Mansour 2007:12), berkeyakinan bahwa
perencanaan strategis dapat membantu suatu organisasi yakni sebagai:
1. Berpikir secara strategis dan mengembangkan strategi-strategi yang efektif;
2. Memperjelas arah masa depan;
3. Menciptakan prioritas;
4. Membuat keputusan sekarang dan mengingat konsekuensi masa depan;
5. Mengembangkan landasan yang koheren dan kokoh bagi pembuatan
keputusan;
6. Menggunakan keleluasaan yang maksimum dalam bidang-bidang yang berada
di bawah kontrol organisasi;
7. Membuat keputusan yang melintasi tingkat dan fungsi;
kebutuhan organisasi dalam menjalankan arah maupun kebijakan yang telah
ditentukan.
8. Memecahkan masalah utama organisasi;
9. Memperbaiki kinerja organisasi;
10. Menangani keadaan yang berubah dengan cepat secara efektif;
11. Membangun kerja kelopok dan keahlian;
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan
strategis sangat penting dilakukan oleh organisasi publik. Hal ini dikarenakan
perencanaan strategis dapat membantu suatu organisasi publik diantaranya adalah
untuk mengembangkan strategis secara efektif, memperjelas arah masa depan,
menciptakan prioritas, bertanggung jawab dengan keputusan yang diambil,
35
mengembangkan landasan yang kuat, kebijakan sebagai ruang dalam pengawasan.
Fungsi dari perencanaan diatas menjelaskan bahwa perencanaan strategis
memberikan kemudahan bagi organisasi dalam mengambil langkah dan keputusan
yang tepat.
b. Tahapan Perencanaan Strategis
Pembuatan perencanaan strategis harus melewati beberapa tahapan.
Tujuannya adalah agar perencanaan strategis yang dibuat lebih bermanfaat dalam
memaksimalkan suatu perencanaan. Adapun tahapan perencanaan strategis yang
harus diperhatikan seperti yang dikemukakan oleh Bryson (dalam Fakih Mansour
2007:55) adalah sebagai berikut:
1. Memprakarsai dan meyepakati proses perencanaan strategis;
Tujuan langkah pertama adalah menegosiasikan kesepakatan dengan orang-
orang penting (decision makers) atau pembentuk opini (opinion leaders)
internal (dan mungkin eksternal) tentang seluruh upaya perencanaan yang
terpenting.
Salah satu tugas pemrakarsa adalah menentapkan secara tepat siapa saja yang
tergolong orang-orang penting pembuatan keputusan.
Tugas berikutnya adalah menetapkan orang, kelompok, unit, atau organisasi
manakah yang harus dilibatkan dalam perencanaan.
2. Memperjelaskan mandat organisasi;
Mandat formal dan informal yang ditempatkan pada organisasi adalah
“keharusan” yang dihadapi organisasi.
3. Memperjelas Misi dan nilai-nilai organisasi;
36
Bagi perusahaan atau lembaga pemerintah, atau bagi organisasi nirlaba, hal ini
berarti organisasi harus berusaha memenuhi kebutuhan sosial dan politik yang
dapat diidentifikasi. Namun menetapkan misi lebih dari sekedar mempertegas
keberadaan organisasi. Memperjelas maksud dapat mengurangi banyak sekali
konflik yang tidak perlu dalam suatu organisasi dan dapat membantu
menyalurkan diskusi dan aktivitas secara produktif.
4. Menilai lingkungan Eksternal;
Tim perencanaan harus mengeksplorasi lingkungan di luar organisasi untuk
mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi. Sebenarnya,
faktor “di dalam” merupakan faktor yang dikontrol oleh organisasi dan faktor
“di luar” adalah faktor yang tidak terkontrol oleh organisasi (Preffer dan
Salancik,1978.
5. Menilai lingkungan internal;
Untuk mengenali kekuatan dan kelemahan internal, organisasi dapat
memantau sumberdaya (inputs), strategi sekarang (process) dan kinerja
(outputs).
6. Mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi;
Secara khas, peencanaan itu merupakan masalah yang sangat penting bahwa
isu-isu strategis dihadapi dengan cara terbaik dan efektif jika organisasi ingin
mempertahankan kelangsungan hidup dan berhasil baik. Organisasi yang tidak
menanggapi isu strategis dapat menghadapi akibat yang tidak diinginkan dari
ancaman, peluang yang lenyap, atau keduanya.
37
7. Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu;
Strategi didefinisikan sebagai pola tujuan, kebijakan, program, bagaimana
organisasi, apa yang dikerjakan organisasi, mengapa organisasi harus
mengerjakan hal itu. Strategi dapat berbeda-beda karena tingkat, fungsi dan
kerangka waktu;
8. Menciptakan visi organisasi yang efektif untuk masa depan;
Langkah terakhir dalam proses perencanaan, organisasi mengembangkan
deskripsi mengenai bagaimana seharusnya orgaisasi itu sehingga berhasil
mengimplementasikan strateginya dan mencapai seluruh potensinya.
Adapun proses perencanaan strategis yang dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2. Model Tahapan Perencanaan Strategis
Sumber: Bryson dalam Fakih Mansour (2007:56)
38
D. Pemerintah Daerah
1. Pengertian Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah berwenang melaksanakan segala urusan dalam cakupan
daerah provinsi dan/atau Daerah Kabupaten/Kota. Pasal 1 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan
bahwa pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi
dan tugas pembantu dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Haris (dalam Nurcholis
2007: 100) menjelaskan bahwa pemerintah daerah (local self goverment) adalah
pemerintahan yang diselenggarakan oleh badan-badan daerah yang dipilih secara
bebas dengan tetap mengakui supremasi pemerintahan Nasional. Pemerintahan ini
diberi kekuasaan, diskresi (kebebasan mengambil kebijakan) dan tanggung jawab
tanpa dikontrol oleh kekuasaan yang lebih tinggi.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan
penyelenggaraan pemerintahan yang terjadi di era reformasi merubah model
penyelenggaraan pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi. Hal ini dapat
diketahui melalui mekanisme pembagian urusan pemerintahan atau pemberian
kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dalam menangani
urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban
sesuai dengan peraturan daerah masing-masing namun tetap saling berhubungan
dan saling mendukung sebagai suatu kesatuan. Sehingga akan tercipta masyarakat
39
yang sejahtera dan tumbuh serta berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan
daerah masing-masing.
2. Urusan Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah dalam urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang menjadi
prioritas daerah. Pasal 11 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa urusan pemerintahan yang bersifat
wajib terdiri atas urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar
urusan pemerintahan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan wajib
yang berkaitan dengan pelayanan dasar dalam pasal 12 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah meliputi:
a. Pendidikan
b. Kesehatan
c. Pekerjaan umum dan penataan ruang
d. Perumahan rakyat dan kawasan pemukiman
e. Ketentuan, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat
f. sosial
Urusan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar yang diatur
dalam pasal 12 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, meliputi:
a. Tenaga kerja
b. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
c. Pangan
d. Pertahanan
e. Lingkungan hidup
f. Administrasi kependudukan dan catatan sipil
g. Pemberdayaan masyarakat dan Desa
h. Pengendalian penduduk dan keluarga berencana
i. Perhubungan
40
j. Komunikasi dan informatika
k. Koperasi, usaha kecil dan menengah
l. Penanaman modal
m. Kepemudaan dan olahraga
n. Statistik
o. Persandian
p. Kebudayaan
q. Perpustakaan
r. Kearsipan
Urusan pemerintahan daerah yang bersifat pilihan meliputi urusan
pemerintah yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan
daerah yang bersangkutan. Dalam pasal 12 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan meliputi:
a. Kelautan dan perikanan
b. Pariwisata
c. Pertanian
d. Kehutanan
e. Energi dan sumber daya mineral
f. Perdagangan
g. Perindustrian; dan
h. Transmigrasi
Sesuai dengan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan
urusan pemerintahan daerah yang berhubungan dengan pemberdayaan usaha kecil
dan menengah juga merupakan prioritas dalam urusan pemerintah daerah.
Pemerintah sebagai penggerak dan sebagai fasilitator dalam membantu
pengembangan produk-produk usaha. Sehingga dalam implementasinya,
pemerintah daerah diharapkan mampu mengembangkan potensi dari usaha kecil
dan menengah sebagai pilar perekonomian daerah.
41
3. Peran Pemerintah Daerah
Penyelenggaraan pemerintah daerah secara desentralisasi, menjadikan
pemerintahan yang wewenangnya mencakup daerah saja semakin penting dalam
pembangunan. Secara umum, peran pemerintah memiliki cakupan yang luas,
namun Smith dalam Muluk (2009: 11) menjelaskan bahwa pemerintah memiliki
tugas melindungi masyarakat dari pelanggaran dan invasi masyarakat dari
ketidakadilan atau tekanan dari anggota masyarakat lainnya, serta bertugas
menegakkan administrasi keadilan secara pasti. Peran pemerintah yang begitu
kompleks menjadikan sebuah dasar bagi pembentukan sebuah pemerintahan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan peran tersebut. Jika
ditinjau dari konteks Indonesia, peran pemerintah setidaknya mencakup peran
minimal yang meliputi penyediaan barang-barang publik dan perlindungan
terhadap masyarakat miskin, namun pemerintah juga bisa saja mengambil peran
aktif, seperti mendorong kegiatan swasta dan retribusi aset (Kuncoro, 2004: 110).
Howlett & Ramesh dalam Muluk (2009: 114) dibedakannya dalam tiga kategori,
yakni instrument wajib (compulsory instruments), instrument campuran (mixe
instrument) dan instrument sukarela (voluntary instrument).
Peran pemerintah daerah dijelaskan oleh Howleet dan Ramesh dalam
Muluk (2009: 114) bahwa instrumen wajib atau sering disebut sebagai instrument
yang bersifat mengarahkan tindakan warga dan lembaga swasta. Pemerintah
dalam hal ini, lebih mempergunakan otoritasnya untuk mengatur atau
memerintahkan warga untuk melakukan tindakan tertentu (regulations), atau
mendirikan perusahaan yang dikontrol oleh pemerintah untuk menjalankan fungsi
42
tertentu yang dipilih (public-owned enterprise) atau secara langsung melakukan
penyediaan layanan publik melalui jalur birokrasi (direct public goods division).
Instrumen wajib ini merupakan instrumen yang bersifat memaksa karena
memberikan peluang kepada pemerintah untuk menjalankan apapun yang
dikehendakinya dalam koridor konstitusi yang ruang lingkupnya luas. Oleh karena
itu, peran pemerintah daerah sangat penting dalam pembangunan.
Tugas pembangunan merupakan tanggung jawab seluruh komponen
masyarakat dan bukan hanya tugas pemerintah semata. Namun harus diakui
pemerintah daerah memainkan peranan yang dominan dalam proses
pembangunan. Blakely (dalam Kuncoro, 2004: 113) menjelaskan bahwa dalam
pembangunan ekonomi di daerah peran pemerintah mencakup beberapa hal
seperti:
a. Peran sebagai wirausaha (enterpreneur)
Sebagai wirausaha, pemerintah bertanggung jawab untuk menjalankan suatu
usaha. Peran sebagai wirausaha, pemerintah daerah dituntut untuk jeli dan pro-
aktif dalam pengembangan bisnis daerah termasuk memanfaatkan asset
pemerintah daerah, mendorong pertumbuhan bisnis daerah dan pemberdayaan
masyarakat marginal.
b. Peran sebagai koordinator
Pemerintah daerah dapat bertindak sebagai coordinator untuk menetapkan
kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan di daerahnya.
43
c. Peran sebagai fasilitator
Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan
lingkungan perilaku di daerahnya. Peran ini dapat meliputi pengefisiensikan
proses pembangunan, perbaikan prosedur perencanaan dan penetapan
peraturan. Dalam proses pembangunan diperlukan tersedianya suatu tujuan
yang jelas agar pemerintah daerah dapat berfokus dalam memanfaatkan
sumberdaya dan tenaga yang dimilikinya. Tujuan yang jelas juga memberikan
dasar berpijak untuk menentukan program-program tambahan lainnya.
d. Peran sebagai simulator.
Pemerintah daerah dapat melakukan tindakan-tindakan khusus yang akan
mempengaruhi perusahaan-perusahaa untuk masuk ke daerah tersebut dan
menjaga agar perusahaan-perusahaan yang ada tetap berada di daerah tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembangunan
nasional maupun pembangunan daerah harus diwujudkan melalui pelaksanaan
peran seluruh komponen pemerintah dengan atau sesuai aturan yang berlaku.
Peran pemerintah harus terjalin secara berkesinambungan dan bergerak secara
dinamis dalam roda pemerintahan yang baik. Dengan adanya kesinambungan ,
maka pemerintah akan mengetahui dengan jelas tugas pokok dan fungsi masing-
masing dalam mencapai tujuan Negara. Salah satu peran pemerintah di atas
memperjelas bahwa perekonomian daerah yang mencakup usaha kecil dan
menengah merupakan tanggung jawab dari pemerintah daerah.
44
E. Manajemen Strategi
1. Definisi Manajemen Strategi
Manajemen strategi diperlukan dalam pengembangan sebuah organisasi
maupun perusahaan. Dimensi dari pengertian manajemen strategi adalah
mencapai dan mempertahankan keunggulan. Menurut David (2012: 5) manajemen
strategi didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan,
mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas-fungsional
yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Kunci dari
keberhasilan suatu manajemen strategi yaitu komunikasi yang baik antara
atasan/manajer dan bawahan/karyawan. David (2012: 6) merumuskan tahapan-
tahapan manajemen strategi yang terdiri dari tiga tahap, diantaranya :
1. Perumusan strategi
Perumusan strategi yang dikemukakan oleh David menjelaskan bahwa
perencanaan strategi mencakup:
a) Pengembangan visi dan misi
b) Identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi
c) Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal
d) Penetapan tujuan jangka panjang
e) Pencarian strategi-strategi alternatif
f) Pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan
2. Penerapan strategi
Di dalam tahap kedua yaitu penerapan strategi dijelaskan bahwa pada tahap
ini diharuskan sebuah perusahaan ataupun organisasi menetapkan tujuan
45
tahunan, membuat kebijakan, adanya motivasi kepada karyawan dan
mengalokasikan sumberdaya. Dengan demikian strategi yang telah
dirumuskan dapat dilaksanakan.
3. Penilaian strategi
Penilaian strategi merupakan tahap akhir dalam manajemen strategis. Dimana
strategi yang telah dilaksanakan akan dinilai dan dievakuasi untuk
mendapatkan gambaran strategi mana sajakah yang tetap digunakan dan
strategi mana juga yang harus disempurnakan ataupun dihilangkan. Perbaikan
strategi perlu dilakukan karena faktor internal maupum faktor eksternal yang
terus berubah-ubah setiap waktu. Sehingga strategi yang dihasilkan akan
sesuai dan tepat sasaran.
Manajemen strategi juga diartikan suatu proses pengambilan keputusan
untuk memanfaatkan sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien dalam
kondisi lingkungan perusaan yang selalu berubah-ubah (Sofyan, 2015: 4).
Menurut Prawirosentono dan Primasari (2014: 6) manajemen strategi merupakan
ilmu dan seni untuk mensinergikan berbagai sumber daya yang dimiliki organisasi
secara proporsional sehingga dapat diambil rangkaian keputusan strategi untuk
mencapai tujuan organisasi secara optimum dengan memperhatikan lingkungan
hidup. Ada beberapa alasan yang menyebabkan manajemen strategi memiliki
peran yang penting (Susanto, 2014: 2):
a. Manajemen strategi membantu menangani ketidakpastian melalui suatu
pendekatan yang sistematis.
b. Manajemen strategi menyelaraskan tujuan antar unit dalam organisasi.
46
c. Manajemen strategi membenahi peran setiap anggota organisasi.
d. Manajemen strategi menjadi sarana komunikasi jangka panjang dan acuan
bagi dewan direksi
Pada pelaksanaanya manajemen strategi memiliki tugas penting yang akan
diterapkan pada organisasi ataupun perusahaan. Menurut Pearce II dan Robinson
yang dikutip oleh Susanto (2014:4) mengemukakan tugas penting dari manajemen
strategis, yaitu:
1. Merumuskan misi perusahaan, termasuk pernyataan umum tentang tujuan,
filosofi dan sasaran.
2. Melakukan analisis yang yang mencerminkan kondisi dan kapabilitas internal
perusahaan.
3. Menilai lingkungan eksternal perusahaan, baik kompetisi dan faktor-faktor
kontekstual umumnya.
4. Menganalisis opsi-opsi perusahaan dengan menyesuaikan sumberdaya yang
dimiliki dengan lingkungan eksternalnya.
5. Mengenali opsi-opsi yang paling diinginkan dengan mengevaluasi setiap opsi
berdasarkan misi perusahaan.
6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi besar yang mampu
mencapai hasil yang paling diinginkan.
7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai
dengan pilihan seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi besar.
47
8. Menerapkan pilihan-pilihan strategis melalui pengelokasian sumber daya yang
dianggarkan, dimana kesesuaian tugas-tugas, karyawan, struktur, teknologi
dan system imbalan ditekankan.
9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategis sebagai masukan bagi
pengambilan keputusan di masa depan.
Peran dan tugas penting dari manajemen strategi yang dijelaskan oleh
Susanto dan Pearce II dan Robinson sebenarnya memiliki inti yang hampir sama
yaitu menjelaskan bahwa manajemen strategi memiliki peran sebagai suatu cara
yang digunakan oleh perusahaan maupun organisasi dalam perencanaan jangka
panjang. Manajemen strategi menjadi suatu arahan perusahaan dalam menentukan
tujuan serta menjadi pengendali perusahaan terkait dengan keputusan yang
mempertimbangkan faktor internal dan faktor eksternalnya. Hal ini agar rencana
maupun keputusan yang diambil dapat sesuai dengan keadaan dari perusahaan
maupun organisasi tersebut. Menurut Susanto (2014: 2) juga mengemukakan
bahwa manajemen strategi terdiri dari dua elemen, yaitu pertama, formulasi
strategi dimana organisasi menentukan visi, misi, arah strategi, strategi, dan
sasaran. Kedua adalah implementasi strategi yang di dalamnya ditetapkan
struktur, SDM, dan system organisasi. Kesemuanya harus ditopang oleh
kepemimpinan dan budaya yang sesuai (Susanto, 2014: 2). Berikut adalah
gambaran dari kedua elemen yang dikemukakan oleh Susanto yang digambarkan
dengan segitiga berikut:
48
Gambar 3. Segitiga Elemen Manajemen Strategi
Sumber: Susanto (2014:2)
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen
strategi merupakan suatu proses pengambilan keputusan melalui tahap
merumuskan, pelaksanaan dan evaluasi dengan memanfaatkan sumberdaya
organisasi secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dengan tetap
memperhatikan lingkungan sekitar. Manajemen strategi juga menjadi suatu arahan
perusahaan atau organisasi dalam menentukan tujuan serta menjadi pengendali
perusahaan terkait dengan keputusan yang mempertimbangkan faktor internal dan
faktor eksternalnya. Manajemen strategi terdiri dari dua elemen, yaitu pertama,
formulasi strategi dimana organisasi menentukan visi, misi, arah strategi, strategi,
dan sasaran. Kedua adalah implementasi strategi yang di dalamnya ditetapkan
struktur, SDM, dan system organisasi. Kesemuanya harus ditopang oleh
Vision/
mission
Strategic
direction
OBJECTIVE
STRATEGY
structure Human
capital system
culture
leadership
STRATEGY
FORMULATION
STRATEGY
IMPLEMENTATION
49
kepemimpinan dan budaya yang sesuai sehingga akan menghasilkan suatu
manajemen yang baik.
2. Manfaat Manajamen Strategi
Manajemen strategi merupakan bagian dari semua aktivitas organisasi
dalam menentukan tujuan dan sasaran yang akan dituju. Secara historis manfaat
utama dari manajemen strategis yaitu untuk membantu organisasi merumuskan
strategi-strategi yang lebih baik melalui penggunaan pendekatan terhadap pilihan
strategi yang lebih sistematis, logis dan rasional (David, 2012: 23). David di
dalam bukunya Strategic Manajement, menyatakan bahwa manajemen strategis
adalah suatu proses yang mana melibatkan kerjasama antara atasan dan bawahan.
Pemberian ruang kepada anggota maupun karyawan untuk lebih terlibat dalam
pembuatan keputusan organisasi maupun perusahaan. Greenley (dalam David,
2012:26) menyatakan bahwa manajemen strategis menawarkan keuntungan-
keutungan berikut:
1. Memungkinkan identifikasi, memprioritaskan dan pemanfaatan peluang yang
muncul.
2. Menyediakan padangan yang objektif tentang persoalan-persoalan manajemen
3. Merepresentasikan sebuah kerangka kerja untuk aktivitas koordinasi dan
kontrol yang lebih baik.
4. Meminimalkan efek-efek dari kondisi dan perubahan yang tidak
menguntungkan.
5. Memungkinkan keputusan besar yang mampu mendukung tujuan yang telah
ditetapkan secara lebih baik.
6. Memungkinkan alokasi yang lebih efektif dari waktu dan sumber daya untuk
mengejar peluang yang telah diidentifikasi.
7. Memungkinkan pengalokasian sumberdaya yang lebih sedikit untuk
memperbaiki kesalahan atau membuat berbagai keputusan.
8. Menciptakan kerangka kerja bagi komunikasi internal antar personal.
9. Membantu mengintegrasikan perilaku individual menjadi upaya bersama.
10. Menyediakan landasan untuk mengklarifikasi tanggung jawab individual
11. Mendorong hadirnya pemikiran ke depan
50
12. Menyediakan pendekatan yang kooperatif, terintegrasi dan antusias untuk
menangani persoalan dan peluang.
13. Mendorong perilaku yang positif terhadap perubahan.
14. Menciptakan kedisiplinan dan formalitas pada manajemen bisnis.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen
strategi dapat bermanfaat bagi suatu organisasi publik maupun organisasi swasta.
Hal ini dapat dilihat terdapat empat belas manfaat dari manajemen strategi. Semua
manfaat dapat dijelaskan secara singkat bahwa manajemen bermanfaat sebagai
identifikasi, dapat memanfaatkan peluang, memiliki pandangan objektif,
mengurangu efek perubahan, menghasilkan keputusan besar serta dapat
menciptakan pemikiran ke depan.
F. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
1. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah memiliki landasan hukum
berupa Undang-Undang, yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan berdasarkan dari TUPOKSI
masing-masing dan PP RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun tentang Usaha, Kecil dan Menengah. Koperasi diatur
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dengan
dasar hukum pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah terdapat pada pasal 1
51
Undang-Undang No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
adalah:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan yang memenuhi
kriteria Usaha Mikro.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan yang dimiliki, dikuasi, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang, perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha
Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) menjelaskan bahwa UMKM memiliki kriteria
yang digolongkan berdasarkan jumlah aset dan omset yang dimiliki oleh sebuah
usaha, yaitu sebagai berikut:
52
Tabel 5. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
No Usaha
Kriteria
Aset Omset
1. Usaha Mikro Maks. 50 juta Maks. 300 Juta
2. Usaha Kecil >50 Juta-500Juta >300Juta-2,5 Milyar
3. Usaha Menengah >500 Juta-10 Milyar >2,5 Milyar-50 Milyar
Sumber: Dokumen Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah,
2008
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) juga dijelaskan oleh
Rahmana (2008: 5) dan dikelompokkan menjadi beberapa kriteria, yaitu:
1) Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan
sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah yang lebih umum dikenal
sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.
2) Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat
pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
3) Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah
memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan tranformasi menjadi Usaha
Besar (UB).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM terdapat pengertian dan
kriterianya yang digolongkon menurut aset dan omset suatu usaha. Selain itu
kriteria dapat dikelompokkan menjadi tiga kriteria, diantaranya adalah Livelihood
Activities, Micro Enterprise, Small Dynamic Enterprise. Ketiga kriteria
dimaksudkan kepada sifat pelaku usaha itu sendiri.
53
2. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Pengembangan merupakan bagian dari pembangunan. Pengembangan dan
pembangunan selalu mengandung makna perbaikan, pembaharuan untuk menjadi
lebih baik dari sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Pamudji (1985:7)
yaitu:
“Pengembangan adalah suatu pembangunan yaitu untuk merubah sesuatu
sehingga menjadi baru dan memiliki nilai yang lebih tinggi. Demikian
juga mengandung makna sebagai pembaharuan yaitu melakukan usaha-
usaha untuk membuat sesuatu untuk menjadi lebih sesuai dan cocok
dengan kebutuhan, menjadi lebih baik dan bermanfaat”.
Pengembangan menurut Mockijat (dalam Wijayanti, 2002: 32) merupakan
suatu usaha yang dilakukan untuk memperbaiki pekerjaan sekarang maupun
waktu yang akan datang dengan mempengaruhi sebuah sikap atau menambah
kecakapan. Adapun pengembangan UMKM menurut Kartasasmita (1996: 5)
meliputi beberapa aspek, antara lain:
1. Peningkatan akses kepada aset produktif, terutama modal, disamping
teknologi, manajemen, dan segi lainnya.
2. Peningkatan akses pasar, yaitu meliputi suatu spectrum kegiatan yang luas,
mulai dari pecadangan usaha hingga informasi pasar, bantuan produksi serta
sarana dan prasarana pemasaran. Khususnya bagi usaha kecil di pedesaan,
serta sarana dan prasarana mendasar akan sangat membantu yaitu sarana
perhubungan.
3. Pelatihan-pelatihan mengenai penguatan dan ketrampilan yang diperlukan
untuk berusaha teramat penting. Namun, persamaan juga perlu ditanamkan
semangat jiwa wirausaha.
4. Kelembagaan ekonomi dalam arti luas adalah pasar. Maka memperkuat pasar
adalah hal yang sangat penting. Hal tersebut harus disertai dengan
pengendalian agar proses berjalannya pasar tidak keluar dari apa yang
diinginkan yang nantinya justru mengakibatkan kesenjangan. Untuk kaidah-
kaidah yang mendasar dalam suatu ekonomi bebas, tetap menjamin terjadinya
pemerataan sosial (social equity).
5. Kemitraan usaha merupakan jalur yang penting dan strategis dan telah terbukti
berhasil bagi pembangunan usaha ekonomi rakyat.
54
Perhatian dalam mengembangkan UMKM dilandasi oleh tiga hal, yaitu (1)
UMKM intensif dalam menggunakan sumberdaya alam lokal, menyerap banyak
tenaga kerja, penggunakan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi
pendapatan, dan pengembangan ekonomi di pedesaan; (2) merupakan
penyumbang terbesar dalam sektor non migas terutama sektor industri
pengolahan, garmen, tekstil, kerajinan lainnya; (3) adanya urgensi untuk sruktur
ekonomi yang berbentuk piramida yang menunjukkan adanya ketimpangan yang
lebar antara pelaku usaha kecil dan besar dalam ekonomika Indonesia (Kuncoro,
2009: 326).
Berdasarkan pada pasal 7 Undang-Undang No.20 Tahun 2008 Tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah disimpulkan bahwa terdapat dua pendekatan
utama dalam pengembangan UMKM, yaitu penciptaan iklim usaha, dan
pembinaan dan pengembangan. Iklim usaha adalah kondisi yang diupayakan
pemerintah melalui berbagai peraturan dan kebijakan meliputi aspek:
a. Pendanaan;
b. Sarana dan prasarana;
c. Informasi usaha;
d. Kemitraan;
e. Perizinan usaha;
f. Kesempatan berusaha;
g. Promosi dagang; dan;
h. Dukungan kelembagaan.
55
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan
adalah suatu bentuk upaya dalam memperbaiki, memperbaharui dan menjadikan
sesuatu cocok dan bernilai dengan kebutuhan. Berbagai aspek di atas dilakukan
agar UMKM memperoleh kepastian, kesempatan, dan dukungan berwirausaha
yang seluas-luasnya. Sementara pembinaan dan pengembangan adalah upaya
perkuatan unit usaha untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan
UMKM agar menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
56
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sebuah penelitian yang melibatkan masyarakat, sebagai peneliti bisa
memilih satu alternatif dari berbagai macam metode penelitian yang ada. Metode
penelitian memegang peranan penting dalam menentukan arah kegiatan penelitian
yang dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam mencapai tujuan. Metode
penelitian merupakan salah satu unsur vital yang menunjang tercapainya hasil
suatu penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui strategi perencanaan Pemerintah Kabupaten Pacitan dalam
pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) batik Lorok Pacitan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pemilihan metode ini dianggap
mampu menjangkau, menjelaskan dan menggambarkan segala permasalahan dan
data yang ada dengan lebih mendalam sesuai dengan masalah dan tujuan peneliti.
Menurut Moleong (2014: 9) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya pelaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain,
secara holistik dan dengan cara deskripsi dengan kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai konteks.
Berdasarkan pendapat tersebut peneliti kualitatif mencoba memahami strategi
57
perencanaan pemerintah daerah dalam pengembangan UMKM batik Lorok
Pacitan, kemudian mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari semua aktivitas,
objek, proses dan manusia sebagai gambaran secara apa adanya
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian sebagai suatu pembatas dalam suatu penelitian. Moleong
(2014: 4) menjelaskan bahwa fokus penelitian adalah pembatasan penelitian guna
memilih data yang relevan dan data yang tidak relevan, agar tidak dimasukkan
kedalam sejumlah data yang sedang dikumpulkan, walaupun data itu menarik.
Fokus dalam penelitian tentang strategi perencanaan pemerintah daerah dalam
pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) batik Lorok Pacitan
digunakan untuk membatasi pokok permasalahan. Fokus dalam penelitian ini
menggunakan lima proses perencanaan strategis menurut Bryson (dalam Fakih
Mansour, 2007: 55) yang disesuaikan dengan Rencana strategis Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro antara lain sebagai berikut :
1. Strategi perencanaan pemerintah daerah dalam pengembangan Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) batik lorok Pacitan, meliputi:
a. Memrakarsai dan Menyepakati Proses Perencanaan Strategis
1. Pengembangan Kemampuan UMKM
2. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
3. Peningkatan Teknologi Pengetahuan
4. Akses Permodalan
5. Pemasaran/Promosi
58
6. Pengembangan Sarana Usulan dan Pemasaran
b. Memperjelas Mandat Organisasi
1. Meningkatkan Perlindungan Konsumen
2. Meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri
c. Memperjelas Misi dan Nilai-Nilai Organisasi
d. Menilai Lingkungan Eksternal
e. Menilai Lingkungan Internal
2. Faktor pendukung dan penghambat strategi perencanaan pemerintah daerah
dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) batik
Lorok Pacitan
Faktor pendukung
a. Internal
b. Eksternal
Faktor penghambat
a. Internal
b. Eksternal
C. Lokasi dan Situs Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana seorang peneliti melakukan
pengumpulan data yang kemudian akan dianalisis. Penelitian ini, peneliti
mengambil lokasi di Kabupaten Pacitan. Adapun alasan lokasi di Kabupaten
Pacitan dikarenakan beragamnya usaha kecil dan menengah di Kabupaten Pacitan
yang berpotensi dan menjadi salah satu cara untuk meningkatkan perekonomian
59
masyarakat sekitar, sehingga dibutuhkan strategi pemerintah daerah dalam
pengembangan dan pemberdayaan produk UMKM.
Situs penelitian adalah sebagai tempat peneliti dalam mengungkap
keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti. Oleh karena itu, yang menjadi
situs dalam penelitian ini agar dapat memperoleh gambaran deskripsi tentang
kondisi UMKM Batik Lorok antara lain:
1. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan
2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pacitan
3. Sentra UMKM Batik Lorok Tengah Sawah Desa Wiyoro Kecamatan
Ngadirojo Kabupaten Pacitan
4. Sentra UMKM Batik Lorok Puri Putri Desa Cokrokembang Kecamatan
Ngadirojo Kabupaten Pacitan
D. Sumber Data
Sumber data merupakan sumber informasi bagi peneliti berupa informasi
langsung maupun berbentuk dokumen ataupun informasi lainnya. Menurut
Nasution (2003: 5) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata
dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Sumber subjek dari tempat dimana data bisa didapatkan. Peneliti memakai
kuisoner atau wawncara di dalam pengumpulan data, maka sumber data itu dari
responden, yakni orang yang menjawab pertanyaan peneliti, yaitu tertulis ataupun
lisan. Sumber data berbentuk responden ini digunakan di dalam penelitian. Data-
data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis:
60
1. Data Primer
Data primer yaitu sumber data yang dikumpulkan peneliti secara langsung
dari sumbernya. Sumber tersebut diperoleh melalui informan yang berhubungan
dengan fokus penelitian Strategi Perencanaan Pemerintah Daerah dalam
Pengembangan UMKM Batik Lorok Pacitan. Adapun subyek sebagai data primer
adalah:
a. Kepala Bidang Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten
Pacitan
b. Seksi Pemberdayaan Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kabupaten Pacitan
c. Staff Bidang Pembiayaan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten
Pacitan
d. Seksi Fasilitasi dan Pengembangan Wirausaha Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kabupaten Pacitan
e. Seksi Promosi dan Pemasaran Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kabupaten Pacitan
f. Staff Pendamping Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Kabupaten
Pacitan
g. Pemilik tempat produksi batik lorok Tengah Sawah Ngadirojo Pacitan
h. Pemilik tempat produksi batik lorok Puri Putri Ngadirojo Pacitan
2. Data Sekunder
Pelengkap atau penunjang data primer dikumpulkan dari data yang sesuai.
Data ini dapat berupa dokumen, arsip serta majalah yang berhubungan dengan
61
keperluan peneliti. Data ini digunakan untuk mendukung informasi dari data
primer yang diperoleh baik dari wawancara maupun observasi langsung ke
lapangan, diantaranya sebagai berikut:
1) Dokumen Renstra Diskoperindag Tahun 2011-2016
2) Dokumen Lakip Diskoperindag Tahun 2016
3) Dokumen Renstra Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Tahun 2017-2021
4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM
5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
6) Inpres Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Penggunaan Produk Dalam
Negeri
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama dalam suatu
penelitian untuk mendapatkan data yang akan mempermudah peneliti untuk
meneliti dan menyelesaikan masalah. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian kualitatif adalah teknik yang memungkinkan diperoleh data
detail dengan waktu yang relatif lama. Menurut Sugiyono (2005: 62), teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengumpulan
data merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data
yang diperlukan dari narasumber dengan menggunakan banyak waktu.
Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti sangat diperlukan dalam suatu
62
penelitian ilmiah. Adapun penelitian data yang diperlukan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Observasi
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan
langsung di lapangan. Peneliti terjun langsung ke lapangan melakukan
pengamatan guna memperoleh data mengenai Strategi Perencanaan Pemerintah
Daerah dalam Penembangan UMKM Batik Lorok Pacitan. Adapun peneliti
melakukan observasi di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan,
Pusat Layanan Unit Usaha (PLUT) yang berada di Jalan Ronggowarsito,
Baleharjo Pacitan. Tempat produksi batik lorok Tengah Sawah yang berada di
Desa Wiyoro Kecamatan Ngadirojo dan tempat produksi Puri Putri yang berada di
Desa Cokrokembang Kecamatan Ngadirojo Pacitan. Bukti bahwa peneliti telah
melakukan observasi dapat dilihat pada Lampiran 3.
2. Wawancara
Pengertian sederhana dari wawancara yaitu aktivitas tanya jawab. Hal ini
sesuai dengan pendapat dari Moh. Nazir yang dikutip Burhan Bungin (2001: 133)
bahwa wawancara atau yang biasa disebut interview adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan
tanpa menggunakan pedoman wawancara. Teknik pengumpulan data dengan
wawancara ini digunakan untuk dapat memperoleh data primer tentang Strategi
Perencanaan Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan UMKM Batik Lorok
Kabupaten Pacitan. Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan dengan:
63
a. Bapak Sutrisno
b. Bapak Susanto
c. Bapak Fadjar
d. Bapak Susilo
e. Bapak Sunaryo
f. Bapak Smito
g. Ibu Toni Retno
h. Ibu Sumiatin
3. Dokumentasi
Dokumentasi biasanya berupa data, laporan maupun arsip. Menurut
Sugiyono (2013: 82) dokumentasi merupakan catatan dalam peristiwa yang telah
berlalu dan bisa berbentuk suatu tulisan, sebuah gambaran, atau karya-karya
monumentasi dari seseorang. Keberadaan dokumen disini merupakan pelengkap
dari pengguna teknik dalam observasi dan wawancara. Dokumen dapat berupa
data-data yang tertulis, dokumen-dokumen, atau laporan-laporan resmi, peraturan
perundang-undangan, tulisan ilmiah atau arsip-arsip untuk pendukung lainnya
yang mempunyai hubungan dengan tema penelitian. Dokumen yang peneliti ambil
adalah sebagai berikut:
a. Peta Administrasi Kabupaten Pacitan 2014. Pada halaman 69
b. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2013.
Pada halaman 71
c. Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan.
Pada halaman 76
64
d. Struktur Organisasi Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan. Pada
halaman 82
e. Capaian Kinerja Pemerintah dalam Peningkatan Jumlah UMKM dan
Wirausaha Baru Tahun 2015-2016. Pada halaman 86
f. Pelatihan Proses Pembatikan pada Tanggal 22 Maret 2017 Di Desa
Sirnoboyo. Pada halaman 90
g. Tampilan Blok Batik Tulis Tengah Sawah. Pada halaman 94
h. Daftar Mitra Binaan PT INKA (Persero) Kabupaten Pacitan Tahun 2016.
Pada halaman 97
i. Pameran UMKM dan Peragaan Busana SMKN 1 Pacitan Tahun 2016.
Pada halaman 100
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini sebagai instrumen utama adalah peneliti sendiri yang
melakukan pengamatan ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi,
wawancara dan studi dokumentasi. Pemikiran ini yang dikemukakan oleh
Nasution (2003: 9) bahwa:
Peneliti adalah “key instrument” atau alat penelitian utama. Peneliti
melakukan pengamatan atau wawancara, hanya menggunakan buku
catatan, peneliti menggunakan alat-alat seperti yang tidak lazim digunakan
dalam penelitian kualitatif. Manusia sebagai instrument dapat memahami
makna interaksi antar manusia. Alat perekam atau kamera tetap memegang
peran utama sebagai alat penelitian”.
65
Instrumen dalam penelitian ini meliputi:
1. Peneliti, peneliti merupakan instrument utama dalam penelitian kualitatif. Hal
tersebut disebabkan karena dalam penelitian kualitatif melaksanakan
pengamatan, wawancara dan analisis data secara mandiri.
2. Pedoman wawancara, pedoman wawancara merupakan serangkaian daftar
pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari informan.
3. Perangkat penunjang yang meliputi, buku catatan, alat prekam dan kamera
untuk mendokumentasikan setiap fenomena yang terjadi di lapangan.
G. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan berdasarkan model interaktif.
Penjelasan model interaktif tersebut menurut Miles, Huberman dan Saldana
(2014: 14) mendefinisikan analisis data merupakan serangkaian proses untuk
mencari, mendapatkan hingga menyusun data secara sistematis atas data yang
diperoleh dari hasil kegiatan observasi, wawancara, catatan lapangan serta
dokumentasi. Analisis data pada penelitian ke dalam kategori, menjabaran data ke
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kesimpulan, sehingga nantinya akan
menghasilkan analisis yang mudah dipahami oleh pembaca maupun peneliti
sendiri. Gambar model interaktif yang dimaksud pada penjelasan di atas sebagai
berikut:
66
Gambar 4. Analisis Data Model Interaktif
Sumber : Miles, Huberman, dan Saldana (2014: 10)
1. Data Collection (Pengumpulan Data)
Peneliti menggunakan tiga teknik dalam analisis data dalam penelitin ini
anatara lain melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. peneliti merangkum
kembali catatan-catatan lapangan dengan memilih pokok bahasan yang diperlukan
dalam penelitian ini, kemudian dihubungkan dengan fokus penelitian tersebut.
Catatan lapangan tersebut dirangkum secra sistematis untuk memberikan
gambaran yang lebih mendalam tentang hasil yang diperoleh ketika penelitian
serta untuk mempermudah proses pelacakan kembali terhadap data yang
diperoleh, apabila hal tersebut diperlukan.
2. Data Condensations (Kondensasi Data)
Ketika kegiatan dalam pengumpulan data telah dilakukan, data-data tersebut
kemudian ditelaah. data dan informasi yang didapatkan dalam kegiatan observasi
Pengumpulan
data
Penyajian data
Kondensasi
data
Penarikan
kesimpulan
dan verifikasi
67
dilakukan proses pemilihan, keutusan, penyederhanaan dan ditransformasi yang
disajiakn dalam rangkuman, tabel maupun gambar. data yang telah
ditransformasikan tersebut, selanjutnya disesuaikan dengan fokus penelitian.
3. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Hal ini sesuai dengan
pendekatan kualitatif. Langkah untuk mempermudah dalam melihat hasil
rangkuman, maka disusun uraian singkat yang mampu untuk menyesuaikan dasar
pola yang nampak pada penyajian data. Hal tersebut juga akan memudahkan
peneliti untuk menemukan gambaran keseluruhan sehingga dari hal tersebut dapat
ditarik kesimpulan serta data yang disajiakan mempunyai makna.
4. Conclusions (Penarikan Kesimpulan)
Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan, atas data-data yang telah disajikan. Kesimpualan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan bisa berubah apabila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat untuk mendukung tahap-tahap pengumpulan data
berikutnya. Perlu adanya verifikasi yang dilakukan secara terus menerus dalam
proses penelitian, mulai awal melakukan penelitian hingga proses pengumpulan
data.
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Pacitan
1. Letak dan Kondisi Geografis
Gambar 5. Peta Administrasi Kabupaten Pacitan
Sumber : Dokumen Bappeda diakses melalui (Bappeda.go.id), 2014
Secara geografis, Pemerintah Kabupaten Pacitan merupakan salah satu
dari 38 Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang terletak di bagian selatan barat
daya. Kabupaten Pacitan terletak di antara 110° 55’-111° 25’ Bujur Timur dan 7°
55’-8° 17’ Lintang Selatan, dengan luas wilayah 1.389,8716 Km² atau 138.987,16
Ha. Luas tersebut sebagian besar berupa perbukitan yaitu kurang lebih 85%,
gunung-gunung kecil lebih kurang 300 buah menyebar diseluruh wilayah
Kabupaten Pacitan dan jurang terjal yang termasuk dalam deretan Pegunungan
69
Seribu yang membujur sepanjang selatan Pulau Jawa, sedang selebihnya
merupakan dataran rendah.
Kabupaten Pacitan terletak di Pantai Selatan Pulau Jawa dan berbatasan
dengan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan pintu
gerbang bagian barat dari Jawa Timur dengan kondisi fisik pegunungan kapur
selatan yang membujur dari Gunung Kidul ke KabupatenTrenggalek menghadap
ke Samudra Indonesia. Adapun wilayah administrasi terdiri dari 12 Kecamatan, 5
Kelurahan dan 166 Desa. Batas-batas administrasi dapat dilihat sebagai berikut:
1. Sebelah Timur : Kabupaten Trenggalek
2. Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
3. Sebelah Barat : Kabupaten Wonogiri
4. Sebelah Utara : Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Wonogiri
Kabupaten Pacitan merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur yang
memiliki sumber daya alam dan sumberdaya manusia yang potensial.
Keberagaman sumberdaya yang ada dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Oleh karena itu, perlu adanya inovasi dan
kreativitas dari masyarakat Kabupaten Pacitan dalam pemanfaatan lingkungan
agar dapat tercapainya kesejahhteraan bagi masyarakat (Pacitankab.go.id, 2017)
2. Penduduk
Berikut ini adalah data berdasarkan jumlah keseluruhan Kecamatan di
Kabupaten Pacitan:
70
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Pacitan Tahun 2013
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
1. Donorojo 16,562 18,337 34,899 90,32
2. Punung 16,107 17,706 33,813 90,97
3. Pringkuku 14,234 15,681 29,915 90,77
4. Pacitan 37,250 39,259 76,509 94,88
5. Kebonagung 20,622 21,888 42,510 94,22
6. Arjosari 19,006 20,050 39,056 94,79
7. Nawangan 22,491 23,486 45,977 95,76
8. Bandar 21,088 21,391 77,807 98,58
9. Tegalombo 24,031 24,840 45,598 96,74
10. Tulakan 38,495 39,312 77,807 97,92
11. Ngadirojo 22,362 23,236 45,598 96,24
12 Sudimoro 15,164 15,319 30,483 98,99
Jumlah 267,412 280,505 547,917 98,99
Sumber: Dokumen BPS Kabupaten Pacitan Dalam Angka, 2013
3. Potensi Pengembangan Wilayah
Kabupaten Pacitan merupakan wilayah yang memiliki potensi pada
sumberdaya alamnya. Kondisi fisik serta topografi Kabupaten Pacitan yang terdiri
dari daerah pegunungan dan perbukitan, serta wilayah pantai atau laut,
menyimpan banyak potensi di beberapa sektor diantaranya adalah pada sektor
pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan, perdagangan serta jasa. Jika
dilihat dari luas wilayahnya, sektor pertanian masih berpotensi menjadi
keunggulan Kabupaten Pacitan. Namun, sebagian besar petaninya masih bersifat
informal atau belum tercatat. Padahal jika dilihat, luas lahannya mencapai 120.000
Ha, 90% adalah lahan pertanian.
Kabupaten Pacitan juga mempunyai banyak potensi di sektor kelautan dan
perikanan, pertambangan, kehutanan dan juga sektor pariwisata. Pada sektor
71
kelautan dan perikanan juga mengalami kenaikan dalam pengembangan maupun
pemanfaatannya. Sektor ini juga akan menjadi potensi bagi pengembangan
wilayah khususnya pada wilayah pesisir. Berikut adalah potensi pengembangan
dari setiap sektor, diantaranya adalah:
1. Kawasan Pertanian
Kabupaten Pacitan merupakan Kabupaten yang kaya akan sumber daya
alam. Sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Banyak wilayah
di sekitar pusat kota maupun daerah di luar yang masih menjadi lahan pertanian.
Pada tahun 2014, sebanyak 48,89% produksi tanaman pertanian mengalami
kenaikan dibanding pada tahun sebelumnya. Selain pertanian juga terdapat
tanaman perkebunan. Pada tahun 2014 jumlah produksi tanaman perkebunan
fluktuaktif. Sebanyak 20 jenis tanaman, sekitar 70% mengalami kenaikan jumlah
produksi dibandingkan pada tahun sebelumnya.
2. Kawasan Kelautan dan Perikanan
Pengembangan kawasan kelautan dan perikanan pada beberapa tahun
terakhir mengalami kenaikan produksi. Produksi dibedakan atas perikanan darat
dan perikanan laut.
3. Kawasan Industri
Jumlah Industri yang ada di Kabupaten Pacitan tahun 2014 baik Industri
besar. Industri sedang dan Industri kecil adalah 10.917 unit Industri di Kabupaten
Pacitan sudah mulai mengalami perkembangan dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Jenis industri kecil yang paling banyak adalah industri kecil yaitu
sebesar 99,84%, industri besar sebesar 00,04% sedangkan sisanya adalah industri
72
sedang yang hanya 0,12%. Bila dilihat menurut status dari industri kecil dan
Kerajinan, sebesar 97,14% adalah Industri kecil dan non formal, sedangkan
sisanya 2,86% yang mampu menyerap tenaga kerja sebesar 22.832 orang yang
mampu menyerap tenaga kerja 1.616 orang dengan 667 tenaga kerja
(Pacitankab.go.id)
4. Visi dan Misi Kabupaten Pacitan
Visi Kabupaten Pacitan:
“MAJU DAN SEJAHTERA BERSAMA RAKYAT”
Misi Kabupaten Pacitan:
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi. Misi dapat dirumuskan menajdi alasan mengapa organisasi ada.
Suatu alasan menjelaskna jati diri yang sesungguhnya dari Pemerintah Daerah.
Berdasarkan pengertian di atas, maka misi Kabupaten Pacitan 2016-2021
(Pacitankab.go.id), sebagai berikut:
Misi Pertama : Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif dan
Akuntabel
Misi Kedua : Meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan sosial masyarakat
Misi Ketiga : Membangun perekonomian masyarakat dengan menggerakkan
potensi daerah didukung ketersediaan infrastruktur yang
memadai
Misi Keempat : Meningkatkan kesalehan sosial dan harmonisasi antar seluruh
lapisan masyarakat
73
B. Gambaran Umum Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro merupakan unsur pelaksana bidang
Koperasi, Usaha Mikro, Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang dipimpin oleh
Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro mempunyai tugas
membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan di bidang koperasi, usaha
kecil dan menengah, tenaga kerja dan transmigrasi meliputi koperasi, usaha
mikro, pembiayaan, tenaga kerja dan trnsmigrasi, serta tugas pembantu yang
diberikan kepada Kabupaten (Renstra Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Tahun
2016-2021).
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro di dalam melaksanakan tugas
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan evaluasi daan
pelaporan, serta pelaksanaan administrasi koperasi;
b. Perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan evaluasi daan
pelaporan, serta pelaksanaan administrasi usaha mikro;
c. Perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan evaluasi daan
pelaporan, serta pelaksanaan administrasi pembiayaan;
d. Perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan evaluasi daan
pelaporan, serta pelaksanaan administrasi tenaga kerja dan transmigrasi;
74
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan
terdiri atas:
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
b. Sub Bagian keuangan
c. Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan
3. Bidang Koperasi
a. Seksi Kelembagaan Koperasi
b. Seksi Pembinaan Koperasi
c. Seksi Pengawasan Koperasi
4. Bidang Usaha Mikro
a. Seksi Pemberdayaan Usaha Mikro
b. Seksi Promosi dan Pemasaran
c. Seksi Fasilitasi dan Pengembangan Usaha
5. Bidang Pembiayaan
a. Seksi Permodalan dan Kemitraan
b. Seksi Pembiayaan Jasa Keuangan
6. Bidang Tenaga Kerja dan Transmigrasi
a. Seksi Penempatan, Perluasan, Kerja dan Transmigrasi
b. Seksi Pelatian dan Produktivitas Tenaga Kerja
75
c. Seksi Pembinaan Hubungan Industri dan Syarat Kerja
7. Kelompok Jabatan Fungsional
8. UPT Dinas
Secara lengkap bagan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan dalam Gambar 5. sebagai berikut
Gambar 6. Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kabupaten Pacitan
Sumber: Dokumen Renstra 2016-2021 Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kepala Dinas
Sekretariat
Subbagian Umum
dan Kepegawaian Subbagian
Keuangan
Subbagian
Program,
Evaluasi dan
Pelaporan
Kelompok Jabatan
Fungsional
Bidang Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi
Bidang
Pembiayaan
Seksi Pembiayaan
dan Keuangan
Seksi Permodalan
dan Kemitraan
Seksi Pelatihan
dan Produktivitas
Tenaga Kerja
Seksi Fasilitasi
dan
Pengembangan
Seksi Penempatan,
Perluasan Kerja
dan Transmigrasi
Seksi Upaya
Simpan Pinjam
Seksi Promosi
dan Pemasaran
Seksi
Kelembagaan
Koperasi
Bidang Usaha
Mikro
Bidang
Koperasi
Seksi Pembinaan
Hubungan
Industrial dan
Syarat Kerja
Seksi
Pemberdayaan
Usaha Mikro
Seksi
Pengawasan
Koperasi
Seksi
Pembinaan
Koperasi
UPT
76
2. Sumber Daya Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan
Kepegawaian
Pada pelaksanaan tugas dan kewajiban, Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kabupate Pacitan didukung oleh 55 orang terdiri dari:
1. Berdasarkan Status Pegawai
No. Pegawai Jumlah %
1. PNS 42 76.37
2. Non PNS 13 23.63
3. Total 55 100
Sumber: Dokumen Renstra Dinas Koperasi dan Usaha Mikro,2016
2. Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Pegawai Jumlah %
1. Laki-Laki 28 50.90
2. NON PNS 27 49.10
3. TOTAL 55 100
Sumber: Dokumen Renstra Dinas Koperasi dan Usaha Mikro,2016
3. Berdasarkan Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah %
1. Pasca Sarjana 3 10.44
2. Sarjana 31 49.25
3. Diploma 4 5.98
4. SLTA 22 32.83
5. SLTP - -
6. SD 1 1.50
Jumlah 55 100
Sumber: Dokumen Renstra Dinas Koperasi dan Usaha Mikro,2016
77
4. Berdasarkan Golongan Kepangkatan
No. Golongan Kepangkatan Jumlah %
1. Golongan IV 4 8.70
2. Golongan III 38 82.60
3. Golongan II 4 8.70
4. Golongan I - -
Total 46 100
Sumber: Dokumen Renstra Dinas Koperasi dan Usaha Mikro,2016
3. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
a. Visi
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan yang mencerminkan harapan yang dicapai, dilandasi oleh
kondisi dan potensi serta prediksi tantangan dan peluang pada masa yang akan
datang. Berdasarkan makna tersebut dan sesuai dengan Visi Pemerintah
Kabupaten Pacitan 2016-2021, maka Visi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kabupaten Pacitan 2016-2021 adalah
“Terwujudnya Koperasi dan Usaha Mikro yang Mandiri dan Berdaya
Saing”
Secara filosofi visi tersebut dapat dijelaskan melalui makna yang
terkandung di dalamnya, yaitu:
1. Terwujudnya terkandung upaya dan peran Dinas Koperasi dan usaha Mikro
Kabupaten Pacitan dalam mewujudkan Koperasi dan UMKM yang Mandiri
dan berdaya saing;
78
2. Mandiri adalah kondisi yang dapat tumbuh dan berkembang tanpa banyak
menggantungkan kepada pihak lain;
3. Berdaya saing artinya kondisi Koperasi dan UMKM yang mampu
berkompetensi dengan pelaku Koperasi dan UMKM yang lain secara sehat,
Diharapkan dengan terumusnya Visi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kabupaten Pacitan tersebut, maka dapat menjadi motivasi seluruh elemen dinas
untuk mewujudkannya, melalui peningkatan kinerja sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing (Renstra Dinas Koperasi dan Usaha Mikro 2016-2021)
b. Misi
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan dan diwujudkan agar tujuan dapat terlaksana dan berhasil dengan
baik sesuai denga Visi yang telah ditetapkan. Berdasarkan Tugas Pokok dan
Fungsi serta dilandasi oleh Visi, maka Misi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kabupaten Pacitan 2016-2021 (Renstra Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Tahun
2016-2021) adalah sebagai berikut;
1. Memberdayakan Koperasi dan UMKM menjadi pelaku ekonomi yang Mandiri
dan Berdaya Saing;
2. Mengembangkan pola kemitraan, jaringan usaha dan informasi dalam rangka
peningkatan daya saing;
3. Mewujudkan Iklim Ketenagakerjaan yang kondusif, Pengembangan Perluasan
Lapangan Kerja dan Kesempatan Berusaha;
4. Mewujudkan kesejahteraan Pekerja/Buruh dan Transmigrasi
79
c. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran jangka menengah menunjukkan tujuan dan sasaran
yang ditetapkan untuk mencapai visi dan misi yang telah ditentukan untuk dicapai
Tahun 2016-2021 (Renstra Dinas Koperasi dan Usaha Mikro 2016-2021) sebagai
berikut:
1. Tujuan
a. Terciptanya perluasan lapangan kerja berbasis pada produk unggulan
b. Terciptanya jaringan kerja UMKM
c. Terwujudnya Koperasi yang berkualitas
d. Meningkatkan Kesejahteraan Pekerja/Buruh dan Transmigran
e. Meningkatkan Kualitas Tenaga Kerja dan berkembangnya peluang
lapangan kerja dan kesempatan Ketenagakerjaan.
2. Sasaran
a. Tumbuhnya wirausaha
b. Terjalinnya kemitraan dengan pihak ketiga
c. Terciptanya kelembagaan Koperasi yang berkualitas dan terciptanya
usaha koperasi yang sehat
d. Meningkatkan penanganan dan pelayanan Kesejahteraan Pekerja/Buruh
e. Meningkatnya penempatan tenaga kerja melalui mekanisme AKAN,
AKAD dan AKI
f. Meningkatkan perlindungan hukum bagi tenaga kerja utamanya;
penerapan norma K3 di perusahaan agar tercapai zero accident (angka
kecelakaan nihil)
80
C. Gambaran Umum Kecamatan Ngadirojo
Kecamatan Ngadirojo dulu terkenal dengan sebutan Lorok. Kecamatan
Ngadirojo merupakan salah satu dari 12 Kecamatan yang berada di Kabupaten
Pacitan, memiliki luas wilayah sebesar 95,91 Km² dengan jumlah penduduk
49.490 jiwa yang terdiri dari 24.300 penduduk laki-laki dan 25.102 penduduk
wanita. Wilayah Kecamatan Ngadirojo terdiri dari 33% dataran rendah, 9%
landau, 38% dering dan 20% terjal yang berupa gunung dan perbukitan khas
pegunungan kapur.
Wilayah Kecamatan Ngadirojo terdiri dari 18 Desa, 95 Dusun, 148 Rukun
Warga (RW) dan 435 Rukun Tetangga (RT), dengan kepadatan penduduk 516,4
jiwa/Km². Berikut adalah 18 Desa yang berada Kecamatan Ngadirojo:
1. Desa Sidomulyo
2. Desa Hadiwarno
3. Desa Hadiluwih
4. Desa Tanjungpuro
5. Desa Pagerejo
6. Desa Wiyoro
7. Desa Ngadirojo
8. Desa Bogoharjo
9. Desa Cokrokembang
10. Desa Bodag
11. Desa Tanjung Lor
12. Desa Nogosari
81
13. Desa Cangkring
14. Desa Wonodadikulon
15. Desa Wonodadiwetan
16. Desa Wonokarto
17. Desa Wonosobo
18. Desa Wonosari
Batas-batas dari Kecamatan Ngadirojo:
a. Sebelah timur: Kecamatan Sudimoro
b. Sebelah utara: Kecamatan Slahung, Kab. Ponorogo
c. Sebelah Barat: Kecamatan Tulakan
d. Sebelah Selatan: Samudra Indonesia (Pacitankab.go.id)
Pembentukan Organisasi Kecamatan ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Pacitan Tahun 2007.
82
Gambar 7. Struktur Organisasi Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Sumber: Dokumen Profil Kecamatan Ngadirojo diakses melalui
(pacitankab.go.id), 2007
D. Penyajian Data
1. Strategi Perencanaan Pemerintah Daerah dalam Pengembangan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Batik Lorok Pacitan
a. Memrakarsai dan Menyepakati Suatu Proses Perencanaan Strategis
Tahap pertama dalam proses perencanaan strategis bertujuan untuk
menegosiasikan kesepakatan dengan orang-orang pembuat keputusan. Pada
pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) batik Lorok terdapat
beberapa aktor yang terlibat diantaranya adalah Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebagai lembaga pembina dan
pelaksana, Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) sebagai pendamping, swasta
Sub Bagian
Program
Evaluasi dan
Pelaporan
Sub Bagian
Tata Usaha
Sekretariat
Camat
Seksi
Pemberdayaan
Masyarakat
Seksi
Kesejahteraan
Sosial
Seksi Ekonomi
dan
Pembangunan
Seksi
Ketentraman
dan Ketertiban
Seksi
Pemerintahan
Jabatan
Fungsional
83
dan pelaku usaha. Batik Lorok sebagai salah satu produk unggulan UMKM di
Pacitan harus terus bisa meningkatkan kualitas produk yang inovatif, memiliki
akses pemasaran yang luas dan menciptakan usaha yang bersifat mandiri. Sebagai
upaya mewujudkannya maka Dinas Koperasi dan Usaha Mikro memiliki strategi
dalam mengembangkan usaha mikro batik Lorok Pacitan dalam hal:
1. Pengembangan Kemampuan UMKM
Tingkat kemampuan di dalam pengembangan setiap usaha mikro pada
berbagai bidang di Kabupaten Pacitan tentunya berbeda-beda. Hal ini dapat dinilai
pada tingkat pendapatan, tingkat produksi dan cara pemasaran. Batik Lorok
sebagai salah satu UMKM unggulan di Kabupaten Pacitan diharapkan memiliki
kemampuan berkembang yang inovatif dan berdaya saing tinggi. Pengembangan
kemampuan UMKM terdapat dalam Rencana strategis Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro tahun 2011-2016, dengan mewujudkan usaha mikro yang mandiri dan
tangguh. Pemerintah daerah melalui Dinas Koperasi dan Usaha Mikro dalam
pengembangan kemampuan UMKM berperan sebagai pelayan publik dan
pendamping usaha. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Susanto selaku Seksi
Pemberdayaan Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan,
sebagai berikut:
“Ya begini, pemerintah di dalam meningkatkan pengembangan
kemampuan dari UMKM yang dibina itu meliputi dua aspek mbak, yaitu
pelayanan dan pendampingan usaha. Pada aspek pelayanan dimulai dari
perijinan yang meliputi ijin usaha, legalitas usaha dan hak paten produk.
Kita sebagai pemerintah yang menaungi usaha-usaha kecil ini memberikan
kemudahan, kita bantu dari mulai proses pendaftaran usaha, legalitas serta
hak paten yang kemudian dikirimkan ke Provinsi. Selain itu kita juga
memberikan sosialisasi terkait pentingnya legalitas, hak paten dan segala
hak intelektualnya karena kalau kita lihat usaha-usaha kecil ini ya bikin
usaha langsung saja dan langsung dipasarkan secara luas tanpa
84
memperhatikan proses pembuatan usaha yang baik mbak. Oleh karena itu
kita masih terus mengupayakan dan mensosialisasikan hal tersebut
terutama pada usaha yang baru berdiri. Kemudian untuk pendampingan
usaha meliputi pelatihan, pemasaran dan permodalan. Kita mendampingi
mereka, ya apa yang menjadi kemampuan mereka kita tingkatkan jika
diibaratkan yang awalnya nilainya 50 persen kita tingkatkan menjadi 70
persen sampai nanti ke 100 persen gitu mbak.” (Hasil wawancara peneliti
pada tanggal 3 Mei 2017 pukul 09.27 WIB di Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kabupaten Pacitan)
Berdasarkan wawancara di atas bahwa di dalam pengembangan
kemampuan UMKM, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro berperan sebagai pelayan
publik dan pendamping usaha. Pelayanan publik dilakukan dari mulai sosialisasi
mengenai perijinan dan hak paten serta membantu usaha-usaha baru untuk
pengurusan administrasi pendaftaran usaha, legalitas serta hak paten yang
kemudian akan dikirimkan ke Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi. Sosialisasi
difokuskan pada usaha-usaha baru karena untuk mencegah adanya usaha yang
tidak terdaftar secara resmi atau usaha ilegal. Kemudian pada pendampingan
usaha, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan berperan dalam
mendampingi usaha-usaha mikro kecil yang terdiri dari pelatihan, pemasaran dan
permodalan. Sebagai organisasi publik, pemerintah membantu usaha-usaha kecil
ini dapat mengoptimalkan kemampuan secara terus meningkat sehingga dapat
berkembang secara maksimal. Pelayanan publik dapat dikatakan baik jika mampu
dirasakan oleh yang dilayani, yaitu para pengusaha kecil salah satunya adalah
pengusaha batik Lorok. Hal ini disampaikan oleh Ibu Sumiatin selaku pemilik
tempat produksi Batik Lorok Puri Putri, sebagai berikut:
“Saya sangat bersyukur mbak, Puri Putri ini sangat dibantu oleh
pemerintah. Di awal usaha saya, saya hanya ikut ibu saya yang punya
produksi Puri kemudian saya disaranin oleh Diskoperindag waktu itu
85
untuk memproduksi batik sendiri. Di awal produksi yang hanya beberapa
potong, saya diajak pameran dan semua laku mbak. Mulai dari situ saya
mendirikan bendera sendiri mbak. Untuk proses pembutan izin usaha dan
semua proses administrasi saya sangat dibantu oleh Dinas dan tidak ada
biaya apapun, dan sampai saat ini saya masih diajak pameran di berbagai
darah dan banyak diberi bantuan berupa modal dan alat produksi mbak.
Saat ini omset saya mencapai 89 juta dan pegawai saya ada 55 orang”
(Wawancara 4 Mei 2017 pukul 11.30 WIB di Tempat Produksi Batik
Lorok Puri Putri)
Berdasarkan wawancara di atas bahwa para pelaku usaha batik Lorok
merasa sangat dibantu dan diperhatikan oleh pemerintah. Mulai pembuatan izin
usaha dimana segala proses administrasi diurus oleh pemerintah, bantuan modal
dan pemberian informasi terkait pinjaman, bantuan alat produksi dan bantuan
promosi ke berbagai daerah. Segala kemudahan dalam kepengurusan perizinan
memberikan dampak pada peningkatan jumlah UMKM dan wirausaha baru. Hal
ini terbukti pada capaian kinerja akhir tahun 2016 pada evaluasi Laporan
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) untuk jumlah UMKM (unit) pada
tahun 2016 mencapai 104,37 % atau 23.170 unit dan mengalami peningkatan
sebesar 972 unit dibandingkan dengan capaian kinerja tahun sebelumnya yaitu
22.013 unit. Kemudian untuk peningkatan wirausaha baru indikator kinerja
peningkatan jumlah wirausaha baru (%) pada tahun 2016 sebesar 5,25 % atau
mencapai 328,12% dari target RPJMD tahun 2016.
Pada pendampingan usaha yang dilakukan pemerintah dapat dikatakan
berhasil jika usaha-usaha tersebut mampu menginovasikan produknya sebagai
bentuk tingkat kemampuan yang tinggi. Salah satu usaha yang mampu
menginovasikan produk adalah batik Lorok produksi Tengah Sawah. Berikut hasil
86
wawancara dengan Ibu Toni Retno selaku pemilik tempat produksi batik Lorok
Tengah Sawah, sebagai berikut:
“Saya dengan teman-teman pengrajin batik di Lorok ini ingin berinovasi
mbak, tidak hanya kain saja namun ingin merambah ke produk lainnya
yaitu pembuatan tas. Pembuatan tas dari kain batik ini diharapkan mampu
menarik konsumen dan memberikan pilihan lain ketika membeli disini.
Sementara pemasarannya disini mbak, soalnya batik Tengah Sawah kan
ada bloknya ya untuk memudahkan saja kita kasih disini. Harga yang kita
tawarkan itu 700.000 mbak. Ya cukup mahal soalnya kainnya saja juga
sudah mahal mbak. Tapi responnya sejauh ini bagus kok mbak,
pembelinya kebanyakan orang luar daerah yang sudah tahu kualitas batik
kita juga.” (Hasil wawancara peneliti pada tanggal 3 Juli 2017 pukul
14.40 WIB di Tempat Produksi Batik Lorok Tengah Sawah)
Gambar 8. Inovasi Pembuatan Tas Motif Batik Lorok
Sumber: Data Primer Hasil Observasi Peneliti, 2017
Berdasarkan wawancara dengan pemilik salah satu tempat produksi batik
Lorok Tengah Sawah bahwa bentuk pengembangan kemampuan dari pengrajin
batik Lorok adalah inovasi terhadap produk. Beberapa pemiliki produksi batik
Lorok bekerjasama dalam pengembangan kain batik untuk dijadikan produk
lainnya seperti tas. Inovasi tersebut dilakukan untuk memberikan pilihan bagi
konsumen agar tidak hanya kain saja yang dipasarkan. Harga yang ditawarkan
pun mulai dari Rp 700.000,00, meskipun mahal namun peminatnya sudah cukup
87
banyak dari kalangan konsumen luar daerah yang sudah mengenal kualitas dari
batik Lorok itu sendiri. Selain untuk memberikan pilihan kepada konsumen,
pembuatan tas dari kain batik Lorok ini juga dapat mempererat kerjasama di
antara semua pengrajin batik Lorok dalam peningkatan produksi dan mutu produk
batik tersebut.
2. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumberdaya manusia merupakan aspek penting dalam pengembangan
suatu UMKM. Pada era globalisasi seperti ini, sumberdaya manusia dituntut untuk
mampu menjadi makhluk sosial yang adaptif dan transformatif. Sumberdaya
manusia diperlukan dalam mendukung terciptanya UMKM dengan daya saing dan
kualitas tinggi, baik pada aspek manusianya maupun produksinya. Peningkatan
sumberdaya manusia diwujudkan dengan pelatihan, pengembangan dan motivasi.
Oleh karena itu, diharapkan SDM dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan
dalam perkembangan usaha mikro. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten
Pacitan sebagai pelaksana dari strategi peningkatan SDM memiliki beberapa
program kegiatan salah satunya adalah perluasan lapangan kerja berbasis pada
produk unggulan. Produk unggulan UMKM Kabupaten Pacitan adalah batik, oleh
karena itu pemerintah berupaya untuk memperluas industri batik melalui pelatihan
ke desa-desa yang berminat dengan adanya batik. Seperti yang dijelaskan oleh
Bapak Susanto selaku Seksi Pemberdayaan Usaha Mikro sebagai berikut:
“Peningkatan SDM untuk usaha mikro batik khususnya batik Lorok
dilakukan oleh masing-masing tempat produksi dan dibina langsung oleh
pemilik produksi. Hal ini dikarenakan para pengusaha batik Lorok dinilai
sudah mampu dan menguasai pada proses pembatikan.Untuk tahun ini
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan berfokus pada
pemerataan lapangan usaha dengan produk unggulannya adalah batik. Ya
88
seperti yang kita tahu kalau produksi batik ini masih sangat sedikit dan itu
berada jauh dari pusat kota. Untuk itu pemerintah berupaya untuk
mewujudkannya dengan program dan kegiatannya adalah menciptakan
usahawan baru di bidang batik. Program ini memiliki semboyan yaitu
“Tidak Ada Menjadi Ada”. Hal ini diharapkan dapat memunculkan
industri-industri baru dimana fokus utamanya adalah pada desa yang
berminat dan dinilai mampu menggerakkan warganya untuk ikut dalam
pelatihan. Jadi dari desa yang tidak ada produksi batik, kita latih untuk
bisa dan dapat memproduksi batik khas Pacitan sendiri dan sejauh ini
sudah berjalan dengan baik” (Hasil wawancara peneliti pada tanggal 4
Mei 2017 pukul 10.45 WIB di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kabupaten Pacitan)
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam peningkatan
SDM untuk usaha mikro batik khususnya batik Lorok dilakukan oleh masing-
masing tempat produksi dan dibina langsung oleh pemilik produksi. Hal ini
dikarenakan para pengusaha batik Lorok dinilai sudah mampu dan menguasai
pada proses pembatikan. Oleh karena itu, pengusaha batik Lorok seringkali
berkontribusi dalam program yang dilakukan pemerintah khususnya pada
pelatihan dasar pembatikan. Di tahun ini, berdasarkan tujuan dari Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro yang dimuat pada Rencana strategis 2011-2016 dan dilanjutkan
pada Renstra tahun 2016-2021 yaitu terciptanya perluasan lapangan kerja berbasis
pada produk unggulan, pemerintah memiliki program dan kegiatan yaitu
memperluas pembinaan pada produk unggulan yaitu batik. Program ini akan
berfokus pada menciptakan usahawan baru di bidang batik dengan target
utamanya adalah pada tingkat desa. Sesuai dengan semboyannya yaitu “Tidak ada
menjadi ada”, pemerintah berupaya memberikan sosialisasi dan pelatihan pada
desa-desa yang tidak memiliki pengetahuan tentang dasar pembatikan yang
diharapkan desa yang dilatih akan memunculkan usahawan baru di bidang batik.
89
Kontribusi yang dilakukan oleh pengusaha batik Lorok adalah membantu
program dari pemerintah dalam memberikan pelatihan pada desa-desa yang
menjadi sasaran dari pemerintah. Pengusaha batik Lorok dianggap telah mampu
dalam melatih proses pembatikan. Hal ini dapat dilihat bahwa di dalam melatih
para pegawainya sudah dilakukan secara mandiri oleh masing-masing pemilik
produksi batik Lorok. Berikut hasil wawancara dari Ibu Sumiatin selaku pemilik
batik Lorok Puri Putri sebagai berikut:
“Soal pelatihan pembatikan itu dilatih oleh masing-masing pemilik
produksi batik Lorok sendiri mbak. Karena kita sudah menekuni
pembatikan ini kan sudah lama sekali mbak, sebelum saya memiliki
tempat usaha sendiri saya kan sudah ikut ibu saya jadi sudah
pengalamanlah kan ya asal batik Lorok kan ya dari sini mbak. Ya karena
itu saya dan teman-teman ikut dalam membantu pemerintah untuk melatih
ke desa-desa yang memiliki minat tinggi dalam ikut pelatihan batik ini.
Saya juga berharap mbak, produksi batik bisa terus bertambah dan kita
bisa menjalin kerjasama dalam meningkatkan perkembangan batik, ya
intinya kita bersama-sama lah untuk terus memasarkan batik khas Pacitan
ini” (Hasil wawancara peneliti pada tanggal 4 Mei 2017 pukul 11.42 WIB
di Tempat Produksi Batik Lorok Puri Putri)
Berdasarkan wawancara di atas bahwa sebagian besar tempat produksi
batik Lorok di dalam memberikan pelatihan untuk para pegawainya dilakukan
secara mandiri oleh masing-masing pemilik produksi. Hal ini dikarenakan
masing-masing pemilik produksi telah dianggap mampu dan menguasi proses
pembatikan. Walaupun proses dari pembatikan selalu sama namun pada pola
masing-masing tempat produksi pasti memiliki ciri khas dan keunikan yang
berbeda-beda. Kemampuan inilah yang dinilai mampu membantu pemerintah
dalam pemberikan pelatihan pada masyarakat desa yang menjadi tujuan program
pelatihan. Pelatihan ini dilakukan oleh para pemilik batik Lorok dengan sukarela
dan berharap pelatihan yang dilakukan akan memberikan dampak yang baik dan
90
dapat memunculkan usahawan baru dibidang batik Pacitan. Adapun bukti
dokumentasi saat pelatihan pembatikan pada kegiatan pelatihan desa pada tanggal
22 Maret 2017 bertempat di Desa Sirnoboyo Kabupaten Pacitan.
Gambar 9. Pelatihan Proses Pembatikan
Sumber: Dokumentasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pacitan,
2017
3. Peningkatan Teknologi Pengetahuan
Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) saat ini harus
diimbangi dengan pengetahuan teknologi. Hal ini dikarenakan para pelaku usaha
tidak bisa lagi hanya mengandalkan bakat alam atau talenta untuk memajukan
usahanya. Para pelaku usaha dituntut untuk dapat memanfaatkan teknologi dan
ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dengan pelaku usaha lainnya. Teknologi
pengetahuan sangat dibutuhkan, salah satunya adalah dalam pemasaran produk.
Oleh karena itu, sesuai dengan Rencana strategi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
91
berupaya memberikan sosialisasi dan pelatihan terkait penggunaan teknologi.
Seperti yang disampaikan oleh Bapak Susanto selaku Seksi Pemberdayaan Usaha
Mikro Kabupaten Pacitan, sebagai berikut:
“Teknologi pengetahuan yang kita lakukan sejauh ini lebih ke pemasaran
mbak. Sekarang ini kita fokus untuk memberikan edukasi tentang
penggunaan internet, Jadi mereka bisa memasarkannya produknya lebih
luas. Para pelaku usaha saat ini kan kebanyakan masih menggunakan
pemasaran secara manual, yaitu pemasarannya mengandalkan pameran
dan dari mulut ke mulut. Oleh sebab itu, kita dari pemerintah
mengupayakan sosialisasi dan pemberian materi terkait penggunaan
internet untuk pemasaran produk. Untuk prakteknya sendiri, kita akan
bekerja sama dengan PT Telkomsel sebagai wujud dukungan untuk
UMKM Indonesia yang diberi nama Kampung UKM Goes Digital.
Fasilitas yang diberikan adalah penyediaan jaringan internet secara gratis
dan pemberian sebuah komputer sebagai simbol kerja sama dengan
pemerintah. Namun untuk pelaksanaannya masih terbatas pada dana dalam
pembelian komputer dan tidak adanya ruang pelaksanaan mbak.”(Hasil
wawancara peneliti pada tanggal 3 Juli 2017 pukul 11.00 WIB di Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan)
Menurut hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pemerintah saat
ini fokus dalam pemberian edukasi tentang penggunaan internet yang
dimanfaatkan untuk pemasaran. Penggunaan internet bagi pelaku usaha UMKM
masih sangat sedikit termasuk pada pengusaha batik Lorok. Hal ini disebabkan
karena para pelaku usaha masih mengandalkan pemasaran secara manual, yaitu
hanya promosi melalui pameran dan dari mulut ke mulut. Pemerintah
mengupayakan sosialisasi dan pemberian materi terkait penggunaan internet untuk
pemasaran produk. Selain pemberian materi, adanya praktek penggunaan
komputer dan internet secara langsung juga sangat penting agar para pelaku usaha
dapat lebih memahami dengan baik. Di dalam penerapannya, pemerintah bekerja
sama dengan PT Telkomsel sebagai wujud dukungan untuk UMKM Indonesia
yang diberi nama Kampung UKM Goes Digital. Fasilitas yang diberikan adalah
92
penyediaan jaringan internet secara gratis dan pemberian sebuah komputer
sebagai simbol kerja sama dengan pemerintah. Namun untuk pelaksanaannya
masih terbatas pada dana dalam pembelian komputer dan tidak adanya ruang
pelaksanaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Susilo selaku Seksi
Fasilitasi dan Pengembangan Wirausaha Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kabupaten Pacitan, sebagai berikut:
“Pemberian edukasi terkait tentang penggunaan teknologi yaitu internet,
saat ini memang berencana untuk melakukannya bekerjasama dengan
Telkomsel Indonesia. Ya tapi pelaksanaannya masih belum bisa karena
terkendala dengan sarana dan prasaranannya. Rencana ini sebetulnya
sudah akan dilakukan di tahun ini, tapi ya gimana mbak kan sekarang
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro belum ada gedung jadi masih ikut di
gedung PLUT . Kemudian untuk komputernya sendiri masih ada satu saja.
Jadi ya masih belum bisa dilaksanakan. (Hasil wawancara peneliti pada
tanggal 22 Juni 2017 pukul 11.50 WIB di Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kabupaten Pacitan)
Gambar 10. Rencana Sosialisasi Kampung UKM Goes Digital
Sumber: Data Primer Hasil Observasi Peneliti, 2017
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di atas dapat diketahui
bahwa pelaksanaan pelatihan dan pemberian edukasi terkait penggunaan internet
masih belum bisa dilaksanakan. Perencanaan mengenai pelatihan ini dalam
93
mewujudkan peningkatan teknologi pengetahuan yang bekerja sama dengan
Telkomsel Indonesia sudah direncana sejak tahun 2016, namun belum bisa
dilaksanakan karena keterbatasan dana, gedung dan alat pelatihan yaitu komputer.
Penyediaan komputer hanya terdapat satu perangkat yang diberikan oleh PT
Telkomsel Indonesia. Oleh sebab itu, perlu adanya diskusi kembali tentang
pelaksanaan dari Kampung UKM Goes Digital agar dapat segera dilaksanakan.
Penundaan pelaksanaan pelatihan bagi pelaku usaha mikro saat ini
berdampak pada keterbatasan pengetahuan dalam penggunaan teknologi
pegetahuan pada bidang pemasaran. Hal ini terbukti bahwa sebagian besar
UMKM Kabupaten Pacitan dalam pemasarannya masih bergantung pada
pameran, memasarkan dari mulut ke mulut dan penjualannya dilakukan dirumah
produksi masing-masing. Industri batik Lorok yang merupakan produk UMKM
unggulan Kabupaten Pacitan dalam memasarkan produknya juga masih
mengandalkan pameran, terbukti dari sepuluh tempat produksi batik di Lorok
hanya terdapat satu tempat yang memiliki akses pemasaran menggunakan internet
berupa blog pribadi yaitu produksi batik Lorok Tengah Sawah. Blog tersebut
berisi tentang jenis kain dan motif yang diproduksi serta sejarah dari setiap motif
yang diciptakan. Berikut tampilan blog dari Batik Tulis Tengah Sawah:
94
Gambar 11. Tampilan Blog Batik Tulis Tengah Sawah
Sumber: retnotoni.blogspot.co.id, 2017
Gambar di atas merupakan salah satu cara pemasaran melalui internet
yaitu dengan adanya blog pribadi dari batik tulis Tengah Sawah. Blog tersebut
berisikan jenis dan motif batik, kemudian terdapat info penjualan dan cara
pemesanannya. Blog milik Tengah Sawah ini terus diperbaharui setiap tahunnya.
Hal ini terbukti dari arsip yang berisikan tentang berbagai jenis motif batik yang
diproduksi setiap bulannya sampai dengan tahun 2017. Berikut hasil wawancara
dengan Ibu Toni Retno selaku pemilik tempat produksi Batik Tulis Tengah Sawah
sebagai berikut:
“Untuk pemasaran secara individu ya utamanya masih ikut-ikut pameran
diluar kota mbak. Kalau untuk melalui internet, saya memiliki blog pribadi
yang saya gunakan untuk membagikan informasi terkait batik yang saya
jual. Diantaranya adalah informasi terkait motif, makna dari setiap motif
pembuatan dan informasi terkait cara pemesanan. Blog ini saya buat dari
tahun lalu mbak, yang ngajarin anak saya. Pemerintah dan Dinas sendiri
sering memberikan sosialisasi terkait penggunaan internet untuk
pemasaran produk kami, tapi ya gitu mbak saya dan teman-teman yang
lain itu kalau cuma dikasih penjelasan gitu aja seringnya lupa ya makhlum
mbak yang punya ini rata-rata sudah ibu-ibu.” (Hasil wawancara peneliti
pada tanggal 3 Juli 2017 pukul 14.38 WIB di Tempat Produksi Batik
Lorok Tengah Sawah)
95
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa batik tulis tengah sawah
dalam memasarkan produknya yaitu dengan cara manual yaitu pameran dan
secara online yaitu menggunakan blog pribadi. Hal ini dilakukan sebagai upaya
dalam memasarkan hasil produksinya agar dikenal masyarakat luas. Blog Batik
Lorok Tengah Sawah memuat segala informasi terkait jenis, motif, makna dan arti
setiap motif batik yang diproduksi oleh batik Tengah Sawah serta informasi
terkait pemasaran. Pembuatan dari Blog Tengah Sawah dilakukan secara mandiri
dan telah berjalan selama dua tahun. Para pemilik batik di Lorok telah mendapat
pelatihan dan sosialisasi tentang penggunaan internet, namun belum efektif karena
sebagian besar pemilik produksi sudah lanjut usia.
4. Akses Permodalan
Permodalan merupakan faktor utama yang dibutuhkan dalam
pengembangan suatu unit usaha. Maka dari itu dibutuhkan suatu akses yang
mudah bagi para pelaku usaha. Akses permodalan untuk usaha mikro berupa
pinjaman. Pinjaman yang dapat diakses yaitu pinjaman dari pemerintah yaitu dari
dana bergulir, kemudian dari BUMN yaitu dari PT. INKA dan juga pinjaman dari
beberapa perbankan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Fadjar
selaku staf Seksi Permodalan dan Kemitraan sebagai berikut:
“Dari segi permodalan ya, dari pemerintah daerah pelaksanaannya kan di
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, untuk masalah permodalan dari Pemda
memberika fasilitas pinjaman dana bergulir dari APBD Kabupaten
Pacitan. Pinjaman ini diperuntukkan bagi UKM, LKM dan Koperasi.
Kemudian dari permodalan yang lain yaitu kemitraan dengan INKA
(Indonesia Nasional Kereta Api), nah kita juga memfasilitasi itu. Syarat
pinjaman untuk dana bergulir dari pemerintah penurut PerGub adalah yang
pertama mereka punya usaha, kemudian yang kedua usahanya sudah
berjalan satu tahun dan yang ketiga adalah mereka secara continue
melaksanakan usahanya baik itu perdagangan maupun industri. Kalau
96
untuk syarat minimal pendapatan berapa itu tidak ada ya mbak, yang
penting usahanya bersifat terus-menerus dan berkesinambungan. Untuk
batik Lorok sendiri awalnya kita tawarkan untuk pinjaman dana bergulir
dimana tidak ada bunga pinjamannya ya mbak, tapi sekarang sudah lunas.
Kemudian sekarang kita tawarkan bermitra dengan INKA untuk lebih
berkembang lagi,” (Hasil wawancara peneliti pada tanggal 22 Juni 2017
pukul 11.00 WIB di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan)
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa permodalan untuk pinjaman
usaha dapat melalui dana bergulir daerah dari APBD Kabupaten Pacitan yang
diperuntukkan bagi UKM, LKM (Lembaga Keuangan Mikro) dan bisa bermitra
dengan BUMN yaitu PT INKA. Berikut merupakan syarat pinjaman untuk dana
bergulir dari pemerintah menurut Peraturan Gubernur sebagai berikut:
1. Mereka punya usaha
2. Usahanya sudah berjalan satu tahun
3. Secara continue melaksanakan usahanya baik itu perdagangan maupun industri.
Pinjaman kedua yang ditawarkan oleh pemerintah daerah adalah pinjaman
dari BUMN yaitu dari PT INKA (Indonesia Nasional Kereta Api). Pinjaman
permodalan dari PT INKA memiliki sasaran yaitu usaha kecil maupun usaha
pemula. Bunga pinjaman yang diberikan adalah dibawah 6 persen per tahun,
sehingga jarang terjadi kasus penunggakan pembayaran angsuran. Hal ini
diharapkan seluruh mitra binaan dapat memanfaatkan dana tersebut secara tepat
guna. Adapun daftar UMKM batik Lorok yang bermitra dengan PT INKA sebagai
berikut:
97
Tabel 7. Daftar Mitra Binaan PT INKA (Persero) Kabupaten Pacitan Tahun
2016
No. Nama Produksi Tahun Pinjaman
1. Batik Tulis Puri 2013, 2016
2. Batik Tulis Tengah Sawah 2013
3. Batik Tulis Puri Putri 2013, 2016
4. Batik Puspita 2013, 2016
Sumber: Dokumen Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan, 2016
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat empat usaha
binaan dari bidang batik Lorok yang dibina oleh PT INKA. Keempat produksi
diantaranya adalah Batik Tulis Puri, Batik Tulis Puri Putri, Batik Tulis Tengah
Sawah Dan Batik Tulis Puspita. Tiga diantaranya masih menjadi usaha binaan di
tahun 2016. Adapun proses pinjaman dari PT INKA sebagai berikut:
Gambar 12. Tahapan Pinjaman dari PT INKA
Sumber: Data Primer yang Diolah Peneliti, 2017
Berdasarkan gambar 12, terdapat lima tahapan pinjaman dari PT INKA
yang harus dilalui. Pertama, survey lapangan yang dilakukan oleh Tim Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT INKA bekerjasama dengan Dinas
Koperasi dan UKM masing-masing pemerintahan daerah. Kedua, pendataan dan
Survey Pendataan dan
penilaian
Penentuan
hasil
Pencairan
dana
Pembinaan
dan pelatihan
98
penilaian sesuai dengan syarat dan ketentuan dari PT INKA. Ketiga, penentuan
hasil dari survey, pendataan dan penilaian yang telah dilakukan. Keempat,
beberapa badan usaha yang dinilai sesuai, dana akan disalurkan secara bertahap.
Kelima, usaha binaan selain pemberian dana pinjaman akan dilatih dan diberi
bimbingan tentang pengelolaan manajemen usaha keuangan dan marketing.
5. Pemasaran/ Promosi
Pemasaran suatu produk pada usaha mikro sangat penting dilakukan
mengingat adanya pasar bebas dimana usaha mikro dan kecil dituntut mampu
memasarkan produknya secara luas. Namun di dalam UMKM, proses pemasaran
suatu produk masih menjadi masalah yang terus ada. Hal ini sulit dihilangkan
karena selalu berhubungan dengan mindset atau cara berfikir para pelaku usaha.
Para pengusaha yang khusunya adalah usaha mikro, enggan untuk mau
memasarkan produknya secara global. Para pelaku usaha masih cenderung
memasarkan produknya secara manual dari mulut ke mulut dan mengandalkan
beberapa pameran dimana target pasarannya hanya kelompok tertentu. Oleh sebab
itu, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro yang didukung oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan membuat program dan kegiatan sesuai dengan Rencana strategis
tahun 2011-2016. Seperti yang disampikan oleh Bapak Sunaryo selaku Seksi
Promosi dan Pemasaan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan,
sebagai berikut:
“Untuk pemasaran dan promosi, kita memiliki tujuan bahwa usaha mikro
semuanya menjadi usaha mikro yang berdaya saing, mampu memasarkan
produk mereka di daerah maupun diluar daerah. Oleh sebab itu, kita
sebagai pemerintah memberikan program yaitu pemasaran secara global.
Untuk mencapai program tersebut kita memiliki beberapa kegiatan yaitu
pameran produk yang diadakan setiap tahunnya kemudian untuk
99
pemasaran batik Pacitan diadakannya peragaan busana, dimana kita
bekerja sama dengan SMK Pacitan dalam kegiatan fashion show tersebut.
Kalau promosi yang dilakukan masing-masing pemilik usaha termasuk
batik Lorok masih sama sih mbak, masih mengikuti pameran yang
diadakan di Pacitan maupun di luar daerah dan pemasarannya masih
secara manual. Karena pengusaha ini cenderung susah untuk diajak maju
mbak, mereka rata-rata hanya puas dengan beberapa pelanggan mereka
sendiri. Nah itu yang masih kita usahakan untuk mengajak aktif dalam
pemasaran namun bukan hanya para pengusaha saja tetapi adanya ikut
serta dari pemuda kita untuk mau ikut memasarkan produk usaha mikro
kita dengan cara yang mudah diterima oleh semua kalangan.” (Hasil
wawancara peneliti pada tanggal 3 Mei 2017 pukul 08.52 WIB di Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan)
Berdasarkan Rencana strategi dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro tahun
2011-2016 pada pemasaran dan promosi adalah adanya kegiatan pameran produk
UMKM dan kegiatan peragaan busana. Pameran produk usaha mikro dilakukan
setiap tahun dan didukung oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Pameran
tersebut berisikan produk-produk asli Pacitan berupa hasil kerajinan, hasil olahan
dan makanan khas. Selain itu, adanya kegiatan peragaan busana dimana
pemerintah bekerja sama dengan SMKN Pacitan yang memiliki jurusan tata
busana. Pada peragaan busana yang diadakan setiap acara hari jadi Kabupaten
Pacitan, jurusan tata busana SMKN Pacitan diharuskan mengkreasikan kain batik
Pacitan menjadi berbagai model busana yang unik dan menarik. Kegiatan
peragaan busana tersebut diharapkan mampu menjadi daya tarik masyarakat
Pacitan dan masyarakat luas lainnya untuk lebih mengenal dan mau menggunakan
batik-batik dari Pacitan. Berikut dokumentasi pada acara pameran UMKM dan
peragaan busana pada tahun 2017 yang berlokasi di Alun-Alun Pacitan:
100
Gambar 13. Pameran UMKM dan Peragaan Busana SMKN Pacitan
Sumber: Dokumentasi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kab. Pacitan, 2017
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di atas dapat diketahui
bahwa mengacu pada Rencana strategis Dinas Koperasi dan Usaha Mikro di
dalam promosi dan pemasaran adalah adanya kegiatan pameran dan peragaan
busana. Namun pada pelaksanaannya, kedua kegiatan tersebut belum sesuai
dengan tujuan yang ada yaitu meningkatkan penjualan produk-produk Pacitan
yang salah satunya adalah batik Lorok. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan
dari Ibu Sumiatin selaku pemiliki produksi Puri Putri sebagai berikut:
“Kalo Puri Putri ini kan berdirinya juga masih beberapa tahun mbak, jadi
masih suka ikut pameran dan undangan dari Dinas. Dari situ saya
mendapatkan konsumen lumayan banyak. Untuk produksi sendiri ya
dirumah ini mbak, pemasarannya juga dirumah saja. Kalau untuk
pemasaran secara online ya dibantu Dinas mbak, belum punya sendiri. Ya
dari Dinas kemudian dikasi nomor WA saya gitu aja. (Hasil wawancara
peneliti pada tanggal 4 Mei 2017 pukul 11.42 WIB di Tempat Produksi
Batik Lorok Puri Putri, Ngadirojo Pacitan)”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
produksi batik Lorok belum menggunakan media online sebagai metode
pemasaran. Hal ini disebabkan para pelaku masih mengandalkan bantuan dari
pemerintah sebagai penghubung dalam memasarkan produknya. Tempat
pemasarannya pun masih terbatas di rumah sendiri dengan memanfaatkan ruang
101
kosong. Jika dilihat semua tempat produksi batik Lorok berada diberbagai Desa
yang jaraknya jauh dari produksi satu ke produksi lainnya dan ada beberapa
tempat yang sulit untuk dijangkau. Kemudian letak Kecamatan Ngadirojo sendiri
sebagai setra produksi batik Lorok berjarak 40 km dari pusat kota Pacitan. Hal ini
menunjukkan bahwa media promosi secara online seharusnya dapat menjadi salah
satu metode yang menguntungkan untuk pemasaran produk. Berikut merupakan
salah satu tempat produksi batik tulis yaitu Puri Putri yang berada di Desa
Cokrokembang Kecamatan Ngadirojo:
Gambar 14. Tempat Produksi Batik Tulis Puri Putri
Sumber: Data Primer Hasil Observasi Peneliti, 2017
6. Pengembangan Sarana Usulan dan Pemasaran
Pengadaan suatu sarana usulan bagi pelaku usaha bertujuan agar para
pelaku usaha kecil dan mikro memiliki suatu tempat pelayanan yang bisa
membantu dalam pengembangan maupun mengatasi suatu masalah atau kendala.
Sarana usulan dan pemasaran disediakan dari pemerintah sebagai upaya mengatasi
dan meminimalisasi permasalahan yang timbul pada suatu badan usaha. Seperti
102
yang disampaikan oleh Bapak Susanto selaku Seksi Pemberdayaan Usaha Mikro
sebagai berikut:
“Sarana usulan dan pemasara yang saat ini sudah berjalan adalah adanya
Pusat Layanan Usaha Terpadu atau PLUT. PLUT sendiri itu adalah
lembaga yang menyediakan jasa non-finansial untuk membantu
permasalahan yang dihadapi koperasi maupun usaha mikro kita mbak.
Pengadaan sarana ini memang ditujukan bagi para usaha-usaha yang ada
di Kabupaten Pacitan untuk datang dan menyampaikan apa yang menjadi
kendala dalam pengembangan ataupun dalam pemasaran. Jika ada
kelompok suatu usaha ingin memanfaatkan gedung tersebut kita juga
sudah menyediakan, nanti teman-teman dari pendamping akan ikut
membantu dan mendukung acara. Kemudian untuk sarana pemasaran, kita
ada tempat yang juga telah berjalan mbak yakni sarana Pasar Sawo. Pasar
Sawo ini digunakan sebagai wadah dalam memasarkan seluruh produk
UKM Pacitan, tempat ini sudah berjalan mau 3 bulan, dan hasilnya masih
belum maksimal sih mbak, karena ya mungkin minat mereka yang
kurang.” (Hasil wawancara peneliti pada 3 Juli 2017 pukul 11.00 WIB di
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan)
Gambar 15. Gedung Pusat Pelayanan Usaha Terpadu (PLUT)
Sumber: Data Primer Hasil Observasi Peneliti, 2017
Berdasarka dari hasil wawancara di atas bahwa sarana usulan dan
pemasaran yang telah berjalan adalah adanya Pusat Layanan Usaha Terpadu
(PLUT). PLUT ini merupakan suatu lembaga yang menyediakan jasa non-
finansial untuk membantu permasalahan yang dihadapi koperasi maupun usaha
mikro. Pengadaan sarana ini memang ditujukan bagi para usaha-usaha yang ada di
103
Kabupaten Pacitan untuk datang dan menyampaikan apa yang menjadi kendala
dalam pengembangan ataupun dalam pemasaran. Selain itu, gedung PLUT juga
dapat dimanfaatkan oleh para kelompok usaha untuk keperluan pengembangan
usaha dimana akan dibantu oleh para pendamping usaha. Kemudian adanya
tempat pemasaran yang ditujukan untuk produk-produk UKM Pacitan termasuk
kerajinan batik tulis Lorok. Namun dalam pelaksanaannya, kedua sarana untuk
usulan dan pemasaran masih terkendala beberapa permasalahan. Hal ini diperkuat
dengan pernyataan dari Bapak Smito selaku staff pendamping PLUT sebagai
berikut:
” Kalo untuk penggunaan dari PLUT ini ya mbak tingkat keberhasilannya
masih kecil karena terkendala banyak aspek, salah satunya adalah biaya
pengelolaan. Kita terbatas pada aspek itu mbak, kalo mau kita buat jadi
galeri ya tidak ada nilai ekonomisnya. Kalo kita buat untuk pelatihan juga
terbatas tempatnya, karena sekarang dibagi dengan kantor Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro. Ya kan Dinas belum ada gedung baru setelah pemisahan
dengan Industri dan perdagangan. Memang benar fasilitas sudah siap
seperti meja, kursi dan lemari pameran sudah memadahi tapi ya itu mbak
untuk pengelolaanya yang masih terbatas.” (Hasil wawancara peneliti
pada tanggal 8 Mei 2017 pukul 10.00 WIB Gedung Pusat Layanan Usaha
Terpadu (PLUT))
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa di dalam
pelaksanaan dari adanya pusat layanan untuk usaha mikro masih belum berjalan
dengan maksimal. Hal ini disebabkan karena keterbatasan biaya pelaksanaan,
kemudian adanya pemindahan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro ke gedung PLUT
karena belum adanya gedung baru. Tersedianya tempat layanan usulan bagi
pelaku usaha seharusnya dapat memberikan kemudahan bagi pemilik usaha
karena disediakannya fasilitas yang baik. Namun untuk mewujudkannya perlu
adanya kerjasama pemerintah dengan para pelaku usaha Kabupaten Pacitan agar
104
pusat layanan yang disediakan pun dapat dimanfaatkan dengan baik. Adapun hasil
dokumentasi terkait fasilitas yang ada di dalam gedung PLUT sebagai berikut:
Gambar 16. Fasilitas di Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT)
Sumber: Data Primer Hasil Observasi Peneliti, 2017
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa di dalam gedung telah
tersedia berbagai fasilitas penunjang seperti meja, kursi, lemari pameran. Selain
itu, ada staff pendamping yang siap untuk membantu para pelaku usaha yang
membutuhkan informasi ataupun saran pengembangan serta mendampingi dalam
sosialisasi dan pelatihan. Pemerintah daerah sangat berupaya dalam
pengembangan dari usaha-usaha mikro yang ada di Kabupaten Pacitan. Hal ini
dibuktikan dengan pembangunan fasilitas sarana promosi, berupa gedung pusat
kerajinan dari seluruh pengusaha UMKM yang ada di Kabupaten Pacitan.
Gedung yang bernama “Pasar Sawo” digunakan oleh para pelaku usaha untuk
memasarkan hasil kerajinan diantaranya adalah kerajinan gerabah, olahan kayu,
batik Pacitan, akik dan batu mulia dan olahan ikanan laut. Berikut adalah gedung
Pasar Sawo Kabupaten Pacitan:
105
Gambar 17. Gedung Pemasaran UMKM
Sumber: Data Primer Hasil Observasi Peneliti, 2017
Pengadaan sarana usulan dan pemasaran yaitu PLUT dan Gedung Pasar
Sawo belum dirasakan manfaatnya oleh semua pemilik usaha mikro terutama
usaha mikro batik Lorok. Hal ini disebabkan karena masih minimnya minat
masyarakat untuk memanfaatkan sarana dari pemerintah tersebut. Oleh karena itu
para pemilik usaha juga enggan menaruh produknya. Seperti yang disampaikan
oleh Ibu Toni selaku pemilik tempat produksi Batik Lorok Pacitan sebagai
berikut:
“Pemerintah telah menyediakan sarana bagi kita dalam memasarkan
produk. Akan tetapi saya sendiri merasa bahwa minat masyarakat dalam
penggunaan batik Pacitan masih sangat rendah mbak. Pada awal
peresmian gedung itu masih sangat antusias mbak namun lama kelamaan
makin sepi. Akhirnya saya balik lagi dirumah saja jualnya ya karena hasil
yang saya dapat tidak sesuai dengan transportnya .” (Hasil wawancara
peneliti pada tanggal 3 Juli 2017 pukul 15.00 di Tempat Produksi Batik
Lorok Tengah Sawah, Ngadirojo Pacitan)
Berdasarkan hasil wawancara di atas gedung Pasar Sawo adalah tempat
dikumpulkannya semua hasil kerajinan yang ada di Kabupaten Pacitan. gedung ini
dianggap sangat menguntungkan dan bermanfaat bagi pengusaha karena adanya
fasilitas untuk memasarkan produknya. Namun antusias dari para pengrajin tidak
dibarengi dengan antusias masyarakat Pacitan padahal jika dilihat letak gedung
106
Pasar Sawo berada di sebelah alun-alun Kabupaten Pacitan. Hal ini disebabkan
harga yang lebih mahal dan jenis produk yang lebih sedikit dibandingkan
membeli di tempat produksi langsung. Oleh karena itu, masyarakat lebih memilih
membeli di tempat produksi yang lebih terjangkau dan memiliki produk pilihan
yang lebih beragam.
b. Memperjelas Mandat Organisasi
Mandat organisasi dapat dijabarkan sebagai suatu tugas atau kewajiban
yang dimiliki organisasi. Suatu mandat menjadi pembatas atas apa yang harus
dilakukan maupun yang tidak boleh dilakukan suatu organasi. Sesuai dengan
penjelasan di atas maka terdapat dua mandat organisasi yang ada pada Rencana
strategis (Renstra) Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan yaitu
rencana meningkatkan perlindungan konsumen dan rencana peningkatan
penggunaan produk dalam negeri.
1. Meningkatkan Perlindungan Konsumen
Salah satu rencana dalam dokumen Rencana strategis (Renstra) Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro yang masuk dalam tahapan memperjelas mandat
organisasi dari teori Bryson yang pertama adalah rencana meningkatkan
perlindungan konsumen. Perlindungan konsumen merupakan tugas penting dari
pemerintah sebagai wujud melindungi konsumen dari hal-hal yang nantinya
dianggap merugikan. Dinas Koperai dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan sebagai
pelaksana, wajib untuk memberikan rasa aman bagi konsumen dan masyarakat.
Hal yang perlu dijaga dan dilindungi meliputi keseimbangan harga, produk yang
107
aman dan tidak menggunakan bahan berbahaya. Seperti yang disampaikan oleh
Bapak Smito selaku Staff Pendamping Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT)
sebagai berikut:
“Perlindungan konsumen untuk produk batik berupa pemilihan bahan yang
aman untuk dipakai dan tidak berbahaya. Jadi ya gitu mbak, kita sebagai
pengawas hanya mengawasi berbagai produk UMKM yang beredar di
masyarakat, baik tidak aman atau tidak. Kan dulu ada penelitian mbak ya
tentang memakai baju dengan bahan berbahaya akan memicu kelumpuhan.
Makanya bentuk perlindungannya ya itu lebih kepada pemakaian bahan
produksi yang tidak berbahaya. Kalau untuk kestabilan harga ya kita tidak
bisa soalnya tergantung dengan kualitas bahan dan biaya produksi dari
masing-masing. Kita tidak bisa menyuruh suatu produk dijual dengan
harga yang terjangkau tetapi pada pembiayaan produksi yang tinggi. Kan
jadinya nanti rugi mbak ya” (Hasil wawancara peneliti pada tanggal 22
Juni 2017 pukul 10.10 WIB di Pusat Layanan Unit Terpadu (PLUT))
Berdasarkan wawancara di atas bahwa di dalam perlindungan konsumen
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro yang didampingi oleh Bagian Pendamping
PLUT sebagai pelaksana strategi tersebut menjelaskan bahwa perlindungan yang
dilakukan berupa pengecekan bahan baku pembuatan batik. Mulai dari kain,
pewarna alami maupun pewarna sintetis dan pengecekan alat produksi. Hal ini
dilakukan sebagai bentuk perlindungan dan memberikan rasa aman bagi
konsumen dalam membeli produk UMKM batik Lorok Pacitan. Kemudian untuk
perlindungan konsumen pada aspek kestabilan harga tidak dilakukan karena hal
tersebut sudah diatur oleh masing-masing pemilik produksi batik. Pemerintah
dalam hal ini adalah Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, tidak berkewajiban
mengontrol harga dari semua produk UMKM mengingat biaya produksi yang
berbeda juga. Perlindungan konsumen berupa pengecekan bahan dan alat produksi
juga disampaikan oleh Ibu Sumiatin selaku pemilik Batik Lorok Puri Putri sebagai
berikut:
108
“Jadi pada awal berdirinya Puri Putri ini, dari Dinas melakukan
pengecekan mbak, mereka datang langsung kesini. Pengecekannya
dilakukan bertahap, datang pertama itu pengecekan bahan-bahan
pembuatan batik lalu dilakukan uji lab. Kemudian pengecekan tempat
pengolahan limbah sudah sesuai atau belum. Dan pada bulan-bulan
selanjutnya masih dikontrol ya mbak waktu itu. Setelah tiga bulan, mereka
kesininya 3 bulan sekali saja.” (Hasil wawancara peneliti pada tanggal 4
Mei 2017 pukul 13.00 WIB di Tempat Produksi Batik Lorok Puri Putri
Ngadirojo Pacitan)
Berdasarkan wawancara di atas bahwa untuk pengecekan bahan pada
tempat usaha batik di awal berdirinya dilakukan secara bertahap dan dilakukan
pengontrolan setiap bulanya. Pengecekan yang dilakukan adalah pengecekan
bahan pembuatan batik. Kemudian pengecekan yang kedua adalah pengecekan
tempat pengolahan limbah dimana harus sesuai dan berada di wilayah produksi
karena bahan yang digunakan tidak berbahaya maka limbah yang dihasilkan
berupa inpal sejauh ini tidak mencemari lingkungan produksi. Setelah dikontrol
selama tiga bulan, maka untuk pengecekan selanjutnya dilakukan setiap tiga bulan
sekali saja.
2. Meningkatan Penggunaan Produk dalam Negeri
Memperjelas mandat organisasi yang kedua dari Rencana strategis Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro adalah rencana peningkatan produk dalam negeri.
Sistem perdagangan yang semakin terbuka dengan masuknya produk-produk Cina
dan Asean lainnya secara bebas (ACFTA) yang membuat masing-masing negara
dituntut untuk mengoptimalkan sumber dayanya dalam menghasilkan produk-
produk inovatif dan dapat bersaing di pasar lokal maupun global. Adanya otonomi
daerah, daya saing Negara bertumpu pada daya saing daerah sehingga perlu
dikembangkan kompetensi inti daerah, dimana dapat membantu pembangunan
109
daerah berbasis sumberdaya unggulan. Berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah
melalui Dinas Koperasi dan Usaha Mikro bersama Dinas Perindustrian dan
Perdagangan membuat strategi yaitu peningkatan penggunaan produk dalam
negeri dimana ditujukan oleh pegawai pemerintah dan lembaga pemerintah
maupun swasta. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Susanto selaku Seksi
Pemberdayaan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan sebagai berikut:
“Penggunaan produk-produk asli daerah atau yang dikenal dengan
penggunaan produk dalam negeri sudah merupakan peraturan dari pusat.
Peraturan ini diteruskan oleh pemerintah daerah yang dicantumkan dalam
Renstra mbak. menurut peraturan pemerintah pusat dalam peningkatan
pengunaan produk dalam negeri yaitu ditujukan kepeda lingkungan
instransi pemerintah pusat/daerah, BUMN dan BUMD serta lembaga
pendidikan. Namun untuk lembaga pendidikan yaitu lingkungan sekolah
masih belum diterapkan mbak. Ya karena batik yang ada di Pacitan ini
tergolong mahal mbak soalnya kan pengusaha batik ini produksinya
kebanyakan adalah batik tulis. Oleh sebab itu kita masih mendiskusikan
yang nantinya kita rencanakan untuk imbauan kepada para pengusaha
batik untuk memproduksi batik cap dan printing sehingga harganya akan
murah dan dapat dijangkau oleh sekolah.” (Hasil wawancara peneliti pada
tanggal 3 Mei 2017 pukul 09.00 WIB di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kabupaten Pacitan)
Berdasarkan wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa menurut peraturan
pemerintah pusat yang yang dituangkan pada Inpres No.2 Tahun 2009 tentang
penggunaan produk dalam negeri, dimana peraturan ini mengacu pada Kepres
No.8 Tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pada
lingkungan instansi pemerintah. Salah satu potensi dalam peningkatan
penggunaan produk dalam negeri adalah pada sektor pakaian dan kelengkapan
kerja. Pakaian dan kelengkapan kerja meliputi pakaian kerja, sepatu dan aksesoris
kerja lainnya harus menggunakan produk berasal dari daerah sendiri diataranya
adalah batik Pacitan. Namun penggunaan kain batik masih digunakan pada
110
seragam kerja pemerintah saja karena harga kain yang masih terlalu tinggi jika
digunakan untuk seragam sekolah. Hal ini disebabkan oleh bahan produksi yang
masih didatangkan dari luar daerah dan biaya produksinya yang masih tinggi.
Oleh karena itu, pemerintah daerah bersama para produksi batik berencana
memproduksi batik dengan cap dan printing. Upaya ini diharapkan dapat menekan
harga yang dirasa sangat mahal sehingga masyarakat menengah ke bawah dapat
menjangkaunya. Berikut merupakan kain batik tulis menggunakan bahan alami
dan sintetis oleh salah satu produksi batik Lorok yaitu batik Tengah Sawah:
Gambar 18. Batik Lorok Tengah Sawah Bahan Alami dan Sintetis
Sumber: Data Primer Hasil Observasi Peneliti, 2017
c. Memperjelas Misi dan Nilai-Nilai Organisasi
Misi merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan dan diwujudkan agar tujuan dapat terlaksana dan berhasil dengan
baik sesuai dengan Visi yang telah ditetapkan. Penetapan misi bagi organisasi
lebih dari sekedar mempertegas keberadaan organisasi. Penetapan ini bertujuan
untuk meminimalisir adanya perbedaan pendapat yang berakibat pada konflik
dalam organisasi. Oleh sebab itu, misi harus dapat mewakili tujuan melalui
111
program dan kegiatan yang selaras dengan Visi yang telah ditetapkan. Misi Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan Tahun 2011-2016, yaitu:
1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Aparatur (SDM) Aparatur
2. Meningkatkan Koperasi yang berkualitas
3. Meningkatkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang mandiri
4. Meningkatkan usaha perdagangan yang berdaya saing
5. Mewujudkan Industri Kecil Menengah yang tangguh
Penetapan visi dan misi merupakan pedoman dalam pelaksanaan program
kerja instansi dan diharapkan dapat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
semua usaha mikro di Kabupaten Pacitan termasuk dapat mengembangankan
produk unggulannya yaitu batik Lorok Pacitan. Sesuai dengan yang disampaikan
oleh Bapak Sutrisno selaku Kepala Bidang Usaha Mikro Kabupaten Pacitan
sebagai berikut:
“Misi yang terdapat pada Renstra 2011-2016 memuat misi-misi saat Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro masih digabung dengan Disperindag ya mbak.
Kita masih memakai itu dulu karena dokumen yang baru masih dalam
tahap revisi belum bisa kita share dulu. Jadi ya kelima Visi tersebut
mewakili setiap bidang, ya dari koperasi, UMKM, industri dan juga
perdagangan. Namun terdapat satu misi yang menjadi fokus dari Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro yang akan kita teruskan di kinerja kita
selanjutnya yaitu menciptakan usaha mikro yang mandiri dan berdaya
saing. Kita akan mewujudkan usaha mikro yang mandiri dari berdaya
saing dalam meningkatkan kemampuan setiap UMKM, menguasai
teknologi, meningkatkan SDM, mempermudah akses permodalan,
pemasaran dan mampu memanfaatkan sarana usulan dan pemasaran secara
baik.” (Hasil wawancara peneliti pada tanggal 3 Mei 2017 pukul 11.00
WIB di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan)
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa Misi yang tertera
pada dokumen Rencana strategis Tahun 2011-2016 merupakan Misi saat masih
menjadi Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan. Sekarang keduanya
112
dipisah menjadi dua instansi yang berbeda. Pemisahan instansi dilakukan pada
bulan Februari dimana pembentukan Rencana strategis yang baru belum selesai
dilakukan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan program dan kegiatan masih
menggunakan Renstra lama. Namun terdapat satu misi yang akan terus
dilanjutkan pada kinerja Dinas Koperasi dan Usaha Mikro selanjutnya yaitu
mewujudkan usaha mikro yang mandiri dan berdaya saing yang meliputi
meningkatkan kemampuan UMKM, meningkatkan SDM, teknologi pengetahuan,
akses permodalan, pemasaran/promosi dan dapat memanfaatkan sarana usulan dan
pemasaran yang disediakan dari pemerintah.
d. Menilai Lingkungan Eksternal
Menilai lingkungan eksternal merupakan penilaian pada lingkungan di luar
organisasi, dimana penilaian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi peluang dan
ancaman yang dihadapi organisasi. Faktor-faktor yang menjadi penilaian
lingkungan internal merupakan faktor yang dikontrol oleh organisasi, sedangkan
faktor pada penilaian lingkungan eksternal tidak dapat dinilai atau tidak dapat
dikontrol oleh organisasi. Oleh karena itu, penilaian diluar organisasi atau
penilaian lingkungan eksternal akan menghasilkan berbagai peluang dan ancaman.
Peluang dan ancaman dapat diketahui dengan memantau berbagai kekuatan dan
kecenderungan politik, ekonomi, sosial dan teknologi. Sebagai organisasi yang
tidak dapat memantau dan mengkontrol lingkungan eksternal, harus dapat
menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Berikut hasil wawancara dengan
113
Bapak Sutrisno selaku Kepala Bagian Usaha Mikro Kabupaten Pacitan sebagai
berikut:
“Untuk pengembangan UMKM batik Lorok yang menjadi penghambat
adalah harga kain batik Lorok yang masih sangat tinggi dan akses jalan ke
tempat produksi yang rusak. Hal ini menyebabkan rendahnya minat
pembeli terutama pada masyarakat menengah ke bawah mbak. Hal inilah
yang masih terus kita kaji lagi untuk bagaimana batik yang ada di Pacitan
ini peminatnya menyeluruh gitu.” (Hasil wawancara peneliti pada tanggal
3 Mei 2017 pukul 10.00 WIB di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kabupaten Pacitan)
Berdasarkan wawancara di atas dapat kita ketahui bahwa yang menjadi
hambatan berupa ancaman yang berasal dari luar organisasi adalah harga jual kain
batik yang masih sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena kain dan bahan-bahan
pelengkap pembuatan batik yang masih dikirim dari luar daerah. Oleh sebeb itu,
pemerintah masih mendalami tentang hambatan dalam pengembangan batik
Lorok Pacitan. Selain itu masih banyaknya akses jalan menuju tempat produksi
rusak. Adapun beberapa peluang yang dapat dijadikan nilai tambah dalam
pengembangan batik Lorok Pacitan diantaranya adalah penggunaan bahan
pewarna alami, proses pembuatan yang masih tradisional, setiap motif dan corak
memiliki arti dan sejarah yang menarik serta motif dan corak terinspirasi dari
hewan dan tumbuh-tumbuhan sekitar. Hal ini didukung dengan peryataan dari
Bapak Susanto selaku Seksi Pemberdayaan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan
sebagai berikut:
“Batik Pacitan yang diataranya adalah batik Lorok merupakan batik yang
memiliki kekhasan sendiri. Motif dan coraknya menggambarkan
kekasahan dari daerah asalnya yaitu Ngadirojo. Oleh karena itu, kita
sebagai pemerintah akan terus berupaya mbak di dalam meningkatkan
pengembangannya” (Hasil wawancara peneliti pada tanggal 3 Mei 2017
pukul 10.00 WIB di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan)
114
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa batik Pacitan yang salah
satunya adalah batik Lorok merupakan kain khas Pacitan yang menggambarkan
kekayaan sumber daya alam yang masih sangat dijaga oleh leluhur. Hal ini
terbukti dari motif batik yang terinspirasi dari hewan dan tumbuhan sekitar. Salah
satu motif yang telah dikenal masyarakat luas dan sudah ditetapkan menjadi motif
asli Pacitan yaitu motif buah pace yang merupakan buah yang melambangkan asal
usul Kabupaten Pacitan. Oleh karena itu, diharapkan Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kabupaten Pacitan sebagai organisasi publik harus dapat memanfaatkan
peluang yang ada dan menghadapi ancaman yang terjadi sebagai sebuah peluang
baru.
e. Menilai Lingkungan Internal
Penilaian lingkungan internal atau lingkungan di dalam suatu organisasi
merupakan penilaian yang digunakan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan
internal organisasi yaitu pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten
Pacitan. Organisasi dapat memantau sumberdaya (inputs), strategi sekarang
(process) dan kinerja (outputs). Pada penilaian internal terdapat masalah yang
sering terjadi disebuah organisasi yaitu mengenai ketidak relatifan mengenai
informasi kinerja yang sering menimbulkan masalah baik kepada organisasi
maupun kepada stakeholder nya. Oleh karena itu, suatu organisasi harus dapat
menunjukkan kinerja yang baik. Kekuatan yang dimiliki pertama, kerjasama
dengan berbagai instansi dan lembaga swasta lainnya yaitu dengan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, BUMN PT INKA, PT Telkomsel, lembaga
pendidikan yaitu SMKN Pacitan dan PLUT. Kedua, adanya sarana penunjang
115
pemasaran dan layanan publik adalah adanya Pusat Layanan Usaha Terpadu
(PLUT) dan Gedung Pasar Sawo.
Kelemahan yang berasal dari dalam organisasi yaitu Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Kabupaten Pacitan adalah dampak dari pemisahan instansi yang
berakibat pada kinerja organisasi yang menurun. Berikut wawancara dengan
Bapak Sutrino selaku Kepala Bidang Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kabupaten Pacitan sebagai berikut:
“Dinas ini kan masih baru mbak baru beberapa bulan masihan, kita juga
masih penyesuaian dengan lingkungan yang baru. Gedung kita juga masih
nunut dengan gedung PLUT karena belum tersedianya lahan.
Hambatannya ya ini mbak, pemisahan ini berdampak sekali untuk kinerja
kita karena konsentrasinya kan juga terpecah dengan pelayanan yang harus
jalan dan pembuatan struktur organisasi yang baru” (Hasil wawancara
peneliti pada tanggal 3 Mei 2017 pukul 09.00 WIB di Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Kabupaten Pacitan)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa hambatan
yang terjadi di organisasi yaitu adanya pemisahan instansi antara Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Pemisahan ini
berdampak pada kinerja yang harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang
ada, penempatan instansi sementara bersama pendamping PLUT. Hal ini
disebabkan karena instansi belum memiliki lahan untuk pembangunan gedung
yang baru.
116
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Perencanaan Pemerintah
Daerah Dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Batik Lorok Pacitan
Pelaksanaan strategi perencanaan pemerintah dalam pengembangan suatu
usaha mikro tentu ada faktor pendukung dan penghambat. Di dalam menjalankan
setiap perannya, pemerintah selalu memiliki faktor pendukung untuk menunjang
keberhasilan programnya. Sedangkan dalam pelaksanaannya pasti terdapat faktor-
faktor penghambat yang dapat menjadi kendala dalam berjalannya program kerja
pemerintah. Proses identifikasi faktor pendukung dan penghambat menjadi faktor
penting di dalam pengembangan usaha mikro batik Lorok Pacitan. Faktor yang
menjadi pendukung dalam pengembangan UMKM salah satunya adalah
ketersediaan SDM sebagai pendukung produksi. Sedangkan, faktor penghambat
dalam suatu pengembangan UMKM adalah kurangnya promosi dan pemasaran
pada semua produk-produk usaha mikro termasuk pada batik lorok Pacitan.
a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung merupakan faktor yang dapat memudahkan dalam
pengembangan UMKM batik Lorok Pacitan. Faktor pendukung dapat berasal dari
dukungan pemerintah kepada suatu badan usaha maupun berasal dari badan usaha
sendiri. Faktor pendukung dalam pelaksanaan strategi perencanaan pemerintah
dalam pengembangan UMKM batik Lorok Pacitan adalah adanya koordinasi
antara pemerintah dan pelaku usaha mikro batik Lorok, ketersediaan sumberdaya
manusia yang tinggi dan pengolahan limbah yang baik.
117
1. Internal: Koordinasi Antara Pemerintah dan Pelaku Usaha Batik
Lorok
Pusat layanan yang diberikan oleh pemerintah melalui Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro serta pendampingan usaha dari PLUT merupakan koordinasi yang
baik yang dilakukan pemerintah kepada badan usaha yang ada di Kabupaten
Pacitan, termasuk juga usaha mikro batik Lorok Pacitan. Seperti yang
disampaikan oleh Bapak Smito selaku staff Pendamping Pusat Layanan Usaha
Terpadu (PLUT) Kabupaten Pacitan sebagai berikut:
“Bentuk koordinasi kita dengan para pengusaha mikro ya dalam bantuan
dan pendampingan. Kita membantu mereka jika ada masalah yang perlu
diselesaikan, memberikan saran dan solusi agar pengembangan dapat
berjalan dengan baik. Ya mulai dari kepengurusan pembuatan usaha
sampai nanti pengembangannya. Mereka datang langsung kesini ya
memberi tahu ingin membutuhkan apa, masalahnya apa gitu aja mbak.
Kita juga membantu Dinas jika ada pelatihan dan sosialisasi untuk para
pengusaha. Seharusnya bisa terbantu dengan adanya layanan ini mbak.”
(Hasil wawancara pada tanggal 3 Juli 2017 pukul 10.00 WIB di Pusat
Layanan Usaha Terpadu (PLUT))
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa bentuk koordinasi antara
pemerintah dengan pelaku usaha adalah adanya layanan dari PLUT. Layanan yang
diberikan adalah berupa bantuan dan pendampingan. Selain itu, pusat layanan ini
menampung permasalahan yang terjadi pada para pelaku usaha untuk diberikan
solusi dan jalan keluar atas masalah yang terjadi.
2. Eksternal: Ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM)
Ketersediaan sumberdaya manusia merupakan salah satu aspek penting
dalam mendukung pengembangan suatu usaha mikro. Bentuk dukungan dari
tingginya SDM yang ada di batik Lorok adalah dalam jumlah pegawai. Hal ini
118
sesuai dengan pernyataan dari Bapak Susanto selaku Seksi Pemberdayaan Usaha
Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan sebagai berikut:
“Faktor pendukung untuk pengembangan batik Lorok ya banyaknya
jumlah SDM. Hampir semua ibu-ibu disana kerja sampingannya adalah
membatik mbak. Soalnya rata-rata kan adalah ibu rumah tangga, jadi ya
untuk sampingan mereka dan bisa menambah penghasilan juga. Kalo
untuk menambah pegawai itu disana mudah sekali. Disana itu banyak
yang jago bikin pola-pola yang bagus padahal pendidikannya juga tidak
tinggi. Tapi kemampuannya terus diasah dan dilatih terus-menerus.”
(Hasil wawancara pada tanggal 7 Mei 2017 pukul 11.00 WIB di Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan )
Pernyataan di atas sesuai dengan pernyataan dari Ibu Sumiatin selaku
pemilik batik Puri Putri sebagai berikut:
”Pegawai disini adalah masyarakat sekitar sini saja mbak, yang
kebanyakan adalah ibu rumah tangga. Kita juga mengajari anak-anak SD
untuk menggambar pola. Ya daripada mereka melakukan kegiatan yang
tidak bermanfaat mending kita latih lumayan mbak bisa buat tambah
membeli keperluan sekolah. Upah yang diberikan untuk karyawan yang
ibu-ibu kalau gambarnya rumit ya satu lembar kain Rp 75.000,- sampai
Rp 90.000,- tapi kalau polanya biasa ya Rp 30.000,-. Untuk upah anak-
anak SD kita kasih Rp 5.000,- per lembar. Banyak ibu-ibu yang menjadi
karyawan karena sebagian besar kan ibu rumah tangga mbak, ya untuk
tambah-tambah kebutuhan dan proses mempola dan mencantingnya itu di
rumah mbak jadi bisa disambil juga.” (Hasil wawancara peneliti pada
tanggal 8 Mei 2017 pukul 14.00 WIB di Tempat Produksi Batik Lorok Puri
Putri Ngadirojo Pacitan)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa faktor
pendukung dalam pengembangan usaha mikro batik Lorok adalah ketersediaan
sumberdaya manusia yang melimpah. Kebanyakan yang menjadi karyawan adalah
para ibu rumah tangga. Para pemilik juga melatih murid SD untuk menggambar
pola karena akan menambah kegiatan yang positif. Ketersediaan sumberdaya
manusia yang tinggi dibuktikan dengan jumlah pegawai di semua tempat produksi
yang mengalami kenaikan dan sebagian besar pegawai adalah masyarakat sekitar
119
tempat produksi batik Lorok. Adapun tabel jumlah pegawai yang mengalami
peningkatan sebagai berikut:
Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja UMKM Batik Lorok Tahun 2014-2016
No Nama Produksi Tenaga Kerja
2014 2015 2016
1. Canting Jaya II 59 87 87
2. Puspita 37 42 42
3. Puri 130 104 104
4. Puri Putri 57 55 65
5. Mira 10 10 10
Sumber: Dokumen Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pacitan,
2016
Berdasarkan tabel di atas bahwa kelima tempat produksi yaitu Canting
Jaya II, Puspita, Puri, Puri Putri dan Mira mengalami kenaikan tenaga kerja di
tahun 2015. Kenaikan jumlah tenaga kerja dapat menaikkan jumlah produksi dan
juga dapat memberdayakan masyarakat setempat. Sebagian dari tenaga kerja di
tempat produksi adalah para ibu rumah tangga, dimana para pegawai tidak diikat
kontrak maupun perjanjian kerja. Hal ini lebih memudahkan dan meringanka para
pegawai untuk bekerja dengan leluasa dan tidak terikat waktu.
b. Faktor Penghambat
1. Internal: Kurangnya Promosi dan Pemasaran
Promosi sangat penting bagi suatu usaha agar dikenal oleh masyarakat
luas. Kegiatan promosi merupakan bagian dari strategi pemasaran yang sangat
dibutuhkan khususnya oleh usaha mikro. Strategi promosi yang dilakukan oleh
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan masih dirasa kurang karena
120
hanya terdapat dua kegiatan promosi yaitu pameran dan peragaan busana. Hal ini
sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Sutrisno selaku Kepala Bidang
Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan, sebagai
berikut:
“Sebenarnya kalau untuk promosi sendiri pemerintah sudah berupaya
setiap tahunnya untuk mengadakan event tersebut. Tetapi kita juga
menyadari ya mbak pameran dan peragaan busana yang diselenggarakan
masih belum banyak menarik perhatian masyarakat. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh kurangnya dukungan dari lembaga pemerintah mapun
masyarakat.” (Hasil wawacara peneliti pada tanggal 3 Mei 2017 pukul
10.00 WIB di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa kegiatan
promosi yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro untuk batik
lorok Pacitan hanya terbatas dua kegiatan saja. Hal ini dirasa masih belum sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu mengenalkan produk batik sebagai salah
satu produk unggulan UMKM Kabupaten Pacitan. Oleh karena itu, dibutuhkan
lembaga pemerintah lain dan lembaga masyarakat untuk ikut bekerja sama dalam
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan dari pemerintah.
2. Eksternal: Tidak Adanya Kelompok Paguyuban Batik Lorok Pacitan
Produksi batik Lorok Pacitan telah berdiri dari puluhan tahun yang lalu.
Beberapa pemilik produksi merupakan regenerasi dari pemilik produksi besar di
Kecamatan Ngadirojo Pacitan. Saat ini jumlah tempat produksi batik Lorok telah
mencapai sepuluh tempat dan tersebar di berbagai desa. Namun dalam
pengembangan dan pemasaran masih dilakukan secara individual. Hal ini
menyebabkan minimnya akses informasi terkait batik Lorok, pemasaran yang
hanya lingkup tertentu dan tingkat kemampuan pengembangan setiap produksi
121
tidak sama. Permasalahan yang timbul disebabkan karena tidak adanya kelompok
atau paguyuban batik Lorok Ngadirojo sebagai wadah aspirasi para pengusaha
untuk dapat bertukar informasi terkait pemasaran kemudian menjalin kerjasama
antar pengusaha batik sehingga para pengusaha batik ini di dalam penjualan
produk bisa lebih luas lagi . Seperti yang disampaikan oleh Bapak Susanto selaku
Seksi Pemberdayaan Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten
Pacitan sebagai berikut:
“Kalau kelompok untuk para pemilik batik Lorok belum ada yang
berbentuk paguyuban atau wadah yang tersetruktur secara manajemen. Hal
ini dikarenakan dari awal pembatik di Lorok ini menjualnya secara
individu. Kami sebagai fasilitator dapat mendukung untuk perizinan dan
sebagainya sebagai bentuk upaya peningkatan produksi atau kualitas kain
batik Lorok. Namun sekarang ini yang baru berjalan adalah koperasi
simpan pinjam yang didirikan oleh beberapa pengusaha saja.” (Hasil
wawancara peneliti pada tanggal 3 Juli 2017 pukul 10.00)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa para pengrajin
batik yang berada di Kecamatan Ngadirojo Pacitan belum memiliki suatu wadah
maupun paguyuban pengusaha batik Lorok. Hal ini dikarenakan dari awal berdiri
sudah berproduksi secara individu. Selain itu pemilik beberapa produksi sudah
lanjut usia oleh sebab itu belum terciptanya kelompok tersebut. Hal ini dijelaskan
kembali oleh Ibu Sumiatin selaku pemilik produksi Puri Putri sebagai berikut:
“Belum ada kok mbak, dulu sih uda ada rencana gitu awalnya masih arisan
antar pemilik tapi sekarang tidak berjalan lagi. Kita sih kemaren sudah
merencanakan dan kita mau minta tolong ke Dinas spaya bisa disetujui
nantinya. Kalau untuk koperasi simpan pinjam itu yang punya Canting
Jaya mbak, tapi bukan untuk pengrajin batik tapi untuk umum sih setau
saya” (Hasil wawancara pada tanggal 8 Mei 2017 pukul 14.00 WIB di
Tempat Produksi Batik Lorok Puri Putri Ngadirojo Pacitan )
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pendirian
kelompok atau paguyuban masih dalam tahap rencana yang nantinya akan
122
dibicarakan untuk dapat disetujui oleh pemerintah daerah melalui Dinas terkait
yaitu Dinas Koperasi dan Usaha Mikro dan juga Dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan. Pembentukan suatu kelompok atau paguyuban dari batik Lorok ini
penting dilakukan karena tidak adanya akses informasi yang memadahi untuk para
konsumen. Informasi tersebut dapat berupa cara pemesanan, tempat produksi,
tempat pemasaran dan juga dapat digunakan dalam bertukar informasi antar
pengusaha dan konsumen. Selain itu, dengan adanya suatu wadah perkumpulan
atau paguyuban dapat tersusun struktur manajemen yang jelas dimana akan
membantu para pengusaha dalam pengajuan modal, pemasaran ke berbagai
tempat dan acara serta dapat membantu para produksi yang masih kecil.
E. Pembahasan
1. Strategi Perencanaan Pemerintah Daerah dalam Pengembangan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Batik Lorok Pacitan
Perencanaan dalam pembangunan Indonesia telah dimuat dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional pasal 1 ayat 1. Di dalamnya menjelaskan bahwa perencanaan adalah
suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, berdasarkan
urutan pilihan dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia. Pada
hakikatnya suatu perencanaan yang baik adalah perencanaan yang berdasarkan
pada strategi terdahulu. Sesuai dengan pendapat Kusdi (2099: 87) bahwa suatu
strategi merupakan penetapan berbagai tujuan dan sasaran jangka panjang yang
bersifat mendasar bagi sebuah organisasi yang dilanjutkan dengan penetapan
123
rencana aktivitas dan pengalokasian sumber daya yang diperlukan guna mencapai
berbagai sasaran yang ingin dicapai.
Perencanaan strategi di dalam suatu organisasi publik atau suatu SKPD
mengacu pada dokumen Rencana strategi (Renstra). Pada Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Kabupaten Pacitan yang pada tahun lalu masih sebagai Dinas
Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pacitan merumuskan enam
strategi sebagai acuan dalam pembentukan kebijakan, sasaran dan program kerja.
Keenam strategi tersebut diantaranya adalah rencana peningkatan perlindungan
konsumen, rencana penggunaan produk dalam negeri, rencana peningkatan SDM,
teknologi pengetahuan, akses permodalan dan pemasaran, rencana pengembangan
SDM Aparatur dan rencana pengembangan sarana usulan dan pemasaran. Keenam
point Rencana strategis tersebut dikomparasikan dengan teori proses perencanaan
strategi menurut Bryson dalam Fakih Mansour (2007: 56).
Penilaian tersebut didasarkan pada pengertian dari setiap proses
perencanaan strategi kemudian dianalisis strategi mana yang termasuk ke dalam
proses perencanaan strategi. Setelah dilakukan analisis dapat diketahui bahwa
terdapat lima proses perencanaan strategi yang dapat disesuikan dengan Rencana
strategis Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan Tahun 2011-2016,
yaitu memrakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis yang
terdiri dari rencana pengembangan kemampuan koperasi dan UMKM dan rencana
peningkatan SDM, teknologi pengetahuan, akses permodalan dan pemasaran serta
rencana pengembangan sarana usulan dan pemasaran. Memperjelas mandat
organisasi terdiri dari rencana meningkatkan perlindungan konsumen dan rencana
124
peningkatan produk dalam negeri. Kemudian selanjutnya adalah memperjelas
Misi dan nilai-nilai organisasi, menilai lingkungan eksternal dan menilai
lingkungan internal.
a. Memrakarsai dan Menyepakati Proses Perencanaan Strategis
Memprakarsai dan menyepakati proses perencanaan strategis merupakan
proses pertama dalam delapan langkah perencanaan strategis menurut Bryson
dalam Fakih Mansour (2007: 56). Tujuannya adalah dapat menyepakati kebijakan
maupun arah pembangunan khususnya pada pengembangan UMKM batik Lorok
dengan pihak-pihak penting dalam pembuatan keputusan. Proses pengembangan
dalam meningkatkan kualitas UMKM adalah adanya kerjasama dengan instansi
lain yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pacitan, PT INKA
Indonesia, PT Telkomsel dan lembaga pendidikan yaitu SMKN 1 Pacitan.
1. Pengembangan Kemampuan UMKM
Pengembangan kemampuan UMKM pada setiap produk dilakukan oleh
pemerintah sebagai suatu strategi untuk mencapai tujuan pemerintah daerah yaitu
meningkatkan kemampuan bagi masing-masing usaha mikro. Peningkatan
kemampuan pada usaha mikro dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kabupaten Pacitan sebagai lingkungan internal dan masing-masing badan usaha
sebagai lingkungan eksternal. Hal ini harus dilakukan agar tercipta sinergitas
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seperti yang diungkapkan oleh
Amirullah (2003: 4) strategi sebagai suatu tujuan, dimana rencana dalam
mencapai tujuan tersebut sesuai dengan lingkungan internal dan eksternal.
125
Peningkatan dalam pengembangan kemampuan produk dilakukan mulai
dari kemudahan administrasi berupa legalitas dan izin usaha sampai pada
pengembangan inovasi. Hal ini berdasarkan pada pasal 7 Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah melalui berbagai
peraturan dan kebijakan, salah satunya pada aspek perizinan usaha. Pencapaian
pada pengembangan dari UMKM batik Lorok telah mencapai pada tahap inovasi
produk. Beberapa pengusaha bekerjasama membuat inovasi tas dari bahan batik
Lorok. Inovasi ini dilakukan agar dapat memberikan pilihan pada konsumen
sehingga tercapainya pembaharuan produk dan memiliki nilai lebih bagi
konsumen. Seperti yang di ungkapkan oleh Pamudji (1985: 7) pengembangan
adalah suatu pembangunan yaitu untuk merubah sesuatu sehingga menjadi baru
dan memiliki nilai yang lebih tinggi. Makna dari pembaharuan adalah melakukan
usaha-usaha untuk membuat sesuatu untuk menjadi lebih sesuai dan cocok dengan
kebutuhan, menjadi lebih baik dan bermanfaat.
2. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
Suatu peningkatan kemampuan UMKM dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah peningkatan sumber daya manusia (SDM). Sesuai dengan
pendapat Kartasasmita (1996:5) bahwa pengembangan UMKM meliputi beberapa
aspek salah satunya adalah pelatihan tentang penguatan dan ketrampilan. Program
yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro dalam meningkatkan
pelatihan dan ketrampilan adalah dengan meningkatkan lapangan kerja melalui
produk unggulan yaitu batik Lorok. Semboyan program kerja dalam peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah “Tidak Ada Menjadi Ada”.
126
Program ini ditujukan kepada desa-desa yang menjadi sasaran pemerintah untuk
diberi pelatihan agar nantinya tercipta pengusaha-pengusaha batik yang baru.
3. Peningkatan Teknologi Pengetahuan
Perkembangan teknologi yang semakin canggih berpengaruh terhadap
kecakapan pelaku usaha dalam penggunaan teknologi pengetahuan. Sesuai dengan
pendapat Kartasasmita (1996: 5) bahwa salah satu pengembangan UMKM adalah
meningkatkan aspek teknologi. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro memberikan
sosialisasi dan pelatihan. Penyelenggaraan masih terbatas meskipun pemerintah
telah bekerja sama dengan PT Telkomsel namun belum bisa dilakukan karena
terbatasnya sarana dan prasara.
4. Akses Permodalan
Akses permodalan merupakan salah satu aspek mendasar untuk memulai
suatu usaha kecil dan mikro. Oleh sebab itu, pemerintah membuka lebar bantuan
bagi usaha yang akan mengakses bantuan permodalan. Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang pasal 7 Nomor 20 Tahun 2008 dimana dalam mewujudkan iklim
usaha yang baik pemerintah harus mengupayakan melalui berbagai peraturan dan
kebijakan yang meliputi aspek pendanaan dan kemitraan. Bantuan permodalan
yang disediakan oleh pemerintah adalah bantuan pemerintah daerah melalui
APBD. Kemudian pemerintah juga bermitra dengan PT INKA yang dapat
memberikan bantuan modal dengan syarat yang mudah dan adanya pinjaman dari
bank-bank negeri maupun swasta.
127
5. Pemasaran/Promosi
Pada pemasaran dan promosi merupakan tujuan akhir dari suatu proses
usaha. Pemasaran merupakan penentu suatu produk dapat diterima atau tidak oleh
konsumen. Berdasarkan Undang-Undang pasal 7 Nomor 20 Tahun 2008 bahwa
promosi dan pemasaran terdapat pada point tujuh sebagai aspek yang harus
diupayakan peningkatannya oleh pemerintah. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
bekerjasama dengan lembaga pendidikan yaitu SMKN Pacitan dalam melakukan
kegiatan peragaan busana dengan tema Melestarikan Batik Pacitan. Promosi yang
dilakukan melalui kegiatan peragaan busana bertujuan untuk lebih menarik
masyarakat agar lebih mengenal batik-batik yang ada di Pacitan salah satunya
adalah batik Lorok.
6. Pengembangan Sarana Usulan dan Pemasaran
Pengadaan suatu sarana usulan bagi pelaku usaha bertujuan agar para
pelaku usaha kecil dan mikro memiliki suatu tempat pelayanan yang bisa
membantu dalam pengembangan maupun mengatasi suatu masalah atau kendala.
Sarana usulan dan pemasaran disediakan dari pemerintah sebagai upaya mengatasi
dan meminimalisasi permasalahan yang timbul pada suatu badan usaha. Upaya
yang dilakukan pemerintah daerah dalam aspek pengembangan sarana dan
pemasaran menunjukkan adanya perubahan kearah yang lebih baik dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat khususnya para pelaku usaha. Hal ini sesuai dengan
Siagian dalam Tjokroamidjojo (1986: 13) bahwa administrasi pembangunan
merupakan keseluruhan proses pelaksanaan dari rangkaian kegiatan yang bersifat
128
pertumbuhan dan perubahan yang terencana menuju modernitas dalam berbagai
aspek kehidupan bangsa.
Kegiatan yang menunjukkan suatu pertumbuhan dan perubahan dalam
pengembangan sarana usulan adalah adanya pembangunan Pusat Layanan Usaha
Terpadu (PLUT) oleh pemerintah daerah guna memberikan akses yang mudah
bagi para pelaku usaha untuk meningkatkan pengembangan usahanya. Sedangkan
pada sarana pemasaran pemerintah juga telah membangun pasar yang digunakan
untuk memberikan sarana bagi usaha-usaha mikro dapat memasarkan usahanya.
Namun pada pelaksanaannya kedua sarana usulan dan pemasaran tersebut
terkendala oleh konsistensi dari pengurusnya. Hal ini disebabkan karena
kurangnya koordinasi dari pengurus dan penanggung jawab. Permasalahan
tersebut timbul dikarenakan kurangnya peran dari suatu manajemen strategi.
Seperti yang dijelaskan oleh Susanto (2014: 2) bahwa manajemen strategi
memiliki peran yang penting diantaranya adalah membantu menangani
ketidakpastian melalui suatu pendekatan yang sistematis, menjadi sarana
komunikasi jangka panjang dan acuan bagi dewan direksi
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam
pelaksanaan peningkatan sarana usulan dan sarana pemasaran sebaiknya
melakukan pendekatan secara manajemen strategi seperti penentuan tujuan,
pembenahan peran setiap anggota organisasi agar pembangunan fasilitas dari
pemerintah dapat terus dilakukan dan dirasakan dampaknya bagi para pelaku
usaha dan masyarakat pada umumnya. Selain itu, adanya manajemen strategi yang
baik dapat menjadikan acuan bagi pembentukan rencana jangka pendek maupun
129
rencana jangka panjang. Hal ini sebaiknya dilakukan pada setiap organisasi dan
adanya peran aktif dari para pengusaha mikro. Batik Lorok sebagai produk
unggulan UMKM Kabupaten Pacitan dinilai masih belum terlibat banyak dalam
pelaksanaan pasar produk UKM.
b. Memperjelas Mandat Organisasi
Pembentukan rencana strategi suatu SKPD selain digunakan dalam
merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran juga digunakan dalam memperjelas
kewajiban dan batasan dalam pembagian kinerja. Kewajiban dalam suatu
pemerintahan dapat diartikan sebagai suatu mandat atau tanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya. Sesuai dengan proses perencanaan strategis menurut
Bryson dalam Fakih Mansour (2007: 55) yang kedua bahwa suatu mandat
menjadi pembatas atas apa yang harus dilakukan maupun yang tidak boleh
dilakukan suatu organasi, sehingga tidak akan terjadi pembagian tugas yang sama.
1. Meningkatkan Perlindungan Konsumen
Pemerintah memiliki tugas penting dalam melindungi masyarakatnya.
Menurut Smith dalam Muluk (2009: 11) menjelaskan bahwa pemerintah memiliki
tugas melindungi masyarakat dari pelanggaran invasi masyarakat dari
ketidakadilan atau tekanan dari anggota masyarakat lainnya, serta bertugas
menegakkan administrasi keadilan secara pasti. Artinya bahwa peningkatan
perlindungan konsumen menjadi tugas dari pemerintah dalam melindungi
masyarakat dari produk-produk UMKM yang berbahaya dan tidak layak
konsumsi. Jika terjadi adanya pelanggaran maka pemerintah daerah berhak
memberikan hukuman sesuai dengan peraturan yang ada.
130
Pemerintah daerah melalui Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten
Pacitan di dalam melaksanakan perlindungan konsumen yaitu dengan pengawasan
dan pengecekan kualitas bahan pada produk UMKM salah satunya adalah batik
Lorok. Perlindungan yang dilakukan pada batik Lorok berupa pemilihan bahan
yang aman untuk dipakai dan tidak berbahaya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk
perlindungan dan memberikan rasa aman bagi konsumen dalam membeli produk
UMKM batik Lorok Pacitan.
2. Meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri
Peningkatan penggunaan produk dalam negeri dapat dilakukan dengan
adanya suatu aturan yang dibuat oleh pemerintah daerah sebagai bentuk dukungan
dalam pelaksanaan peningkatan penggunaan produk-produk asli daerah. Aturan
yang dibuat oleh pemerintah dapat memberikan dampak bagi masyarakat agar
semua lapisan masyarakat ikut melestarikan produk-produk dalam negeri salah
satunya adalah ikut membeli produk-produk asli daerah. Menurut Howleet dan
Ramesh dalam Muluk (2009: 114) peran pemerintah dibedakan menjadi tiga
kategori, salah satunya adalah instrumen wajib (compulsory instrument). Pada
instrumen wajib, pemerintah daerah bertugas mengarahkan tindakan warga dan
lembaga swasta untuk lebih mempergunakan otoritasnya dalam mengatur atau
memerintahkan warga untuk melakukan tindakan tertentu. Oleh karena itu,
penting bagi pemerintah mengeluarkan peraturan penggunaan produk asli daerah
untuk menjadikan produk daerah unggulan di daerah sendiri.
Salah satu produk Kabupaten Pacitan yang harus didukung oleh
pemerintah maupun masyarakat adalah dengan penggunaan batik Lorok dan batik
131
Pacitan lainnya. Tindakan yang digunakan pemerintah dalam hal peningkatan
penggunaan produk dalam negeri adalah dengan peraturan penggunaan batik
Pacitan termasuk adalah batik Lorok untuk digunakan pada pegawai pemerintahan
pada dua hari dalam satu minggu, pada pekan Swadesi dan pada saat acara-acara
penting lainnya. Pemberlakuan peraturan tersebut mengacu pada Inpres Nomor 2
Tahun 2009 Tentang penggunaan produk dalam negeri, dimana Inpres tersebut
mengacu pada Keppres Nomor 8 Tahun 2003 Tentang pedoman pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa yang belum dilakukan secara maksimal.
c. Memperjelas Misi dan Nilai-Nilai Organisasi
Misi merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan dan diwujudkan agar tujuan dapat terlaksana dan berhasil dengan
baik sesuai dengan Visi organisasi. Penentuan suatu misi organisasi merupakan
proses dari manajemen strategi. Menurut Pearce II dan Robinson yang dikutip
oleh Susanto (2014: 4) mengemukakan tujuan penting dari manajemen startegis,
salah satunya yaitu merumuskan misi perusahaan atau organisasi, termasuk
pernyataan umum tentang tujuan , filosofi dan sasaran. Oleh sebab itu, suatu misi
menjadi proses utama dalam menentukan tujuan organisasi pemerintahan.
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro memiliki lima misi untuk kinerja tahun
2011-2016, yaitu: 1) Meningkatkan kualitas Sumber Daya (SDM) Aparatu, 2)
Meningkatkan Koperasi yang berkualitas, 3) Meningkatkan usaha mikro dan
menengah yang mandiri, 4) meningkatkan usaha perdagangan yang berdaya saing,
5) Mewujudkan industri kecil dan menengah yang tangguh. Salah satu yang
menjadi fokus utama dalam pengembangan usaha mikro batik lorok adalah
132
meningkatkan usaha mikro yang mandiri dan berdaya saing. Hal ini diwujudkan
dengan penguatan permodalan, pelatihan, promosi dan pemasaran.
d. Menilai Lingkungan Eksternal
Menilai lingkungan eksternal merupakan penilaian pada lingkungan di luar
organisasi, dimana penilaian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi peluang dan
ancaman yang dihadapi organisasi. Faktor-faktor yang menjadi penilaian
lingkungan internal merupakan faktor yang dikontrol oleh organisasi, sedangkan
faktor pada penilaian lingkungan eksternal tidak dapat dinilai atau tidak dapat
dikontrol oleh organisasi Bryson (dalam Fakih Mansour, 2007: 62). Oleh karena
itu, penilaian diluar organisasi atau penilaian lingkungan eksternal akan
menghasilkan berbagai peluang dan ancaman. Peluang dan ancaman dapat
diketahui dengan memantau berbagai kekuatan dan kecenderungan politik,
ekonomi, sosial dan teknologi. Beberapa peluang dalam pengembangan batik
lorok Pacitan adalah penggunaan bahan pewarna alami, proses pembuatan yang
masih tradisional, motif dan corak yang memiliki arti dan sejarah yang menarik
serta motif dan corak yang terinspirasi dari hewan, tumbuh-tumbuhan serta
terinspirasi dari berbagai kearifan lokal. Kemudian untuk ancaman yang berasal
dari luar organisasi adalah tingginya harga jual batik lorok dibanding dengan batik
Pacitan lainnya seperti batik saji maupun batik Pacitan. Sebagai organisasi yang
tidak dapat memantau dan mengkontrol lingkungan eksternal, organisasi harus
dapat menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Penilaian lingkungan
eksternal pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan yang meliputi
133
kekuatan adalah adanya kerjasama dengan instansi lain, BUMN dan swasta.
Kemudian ancaman yang menghambat pengembangan UMKM batik Lorok
adalah harga jual kain yang masih tinggi.
e. Menilai Lingkungan Internal
Penilaian pada lingkungan internal menurut Bryson dalam Fakih Mansour
(2007:63) dalam proses perencanaan strategis langkah kelima, dapat
mengidentifikasi adanya kekuasaan dan kelemahan suatu organisasi, pemantauan
sumberdaya (inputs), strategi sekarang (process), dan kinerja (outputs). Pada
penilaian internal terdapat masalah yang sering terjadi disebuah organisasi yaitu
mengenai ketidak relatifan mengenai informasi kinerja yang sering menimbulkan
masalah baik kepada organisasi maupun kepada stakeholder nya. Oleh karena itu,
suatu organisasi harus dapat menunjukkan kinerja yang baik. Terdapat beberapa
kekuatan yang dimiliki pertama, adanya kerjamasama dengan berbagai lembaga
pemerintahan, swasta dan lembaga pendidikan. Pada pengembangan usaha mikro
batik lorok, pemerintah daerah bekerja sama dengan BUMN PT. INKA Indonesia
dalam bidang permodalan, kemudian adanya penyelenggaraan kegiatan peragaan
busana yang bekerja sama dengan sekolah kejuruhan SMKN Pacitan dalam
bidang promosi dan pemasaran serta kerjasama dengan Telkomsel dalam
pelatihan penggunaan komputer dan internet sebagai media promosi dan
pemasaran.
Penilaian internal yang berupa kelemahan terjadi dalam Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro adalah diberlakukannya pemisahan instansi yang berakibat pada
134
kinerja yang kurang maksimal. Hal ini berdampak pada pelayanan dan belum
berjalannya program-program kerja dalam pengembangan usaha mikro batik
lorok. Oleh sebab itu, di dalam pelaksanaan tujuan dan sasaran harus tercipta
adanya kerja sama yang baik mulai dari staff sampai kepala atau kedudukan
paling tinggi. Berdasarkan hal tersebut, sumberdaya aparatur seharusnya dapat
melaksanakan tugasnya masing-masing agar kerjasama bawahan dan atasan dapat
terlaksana dengan baik. Sesuai dengan pendapat Susanto (2014: 4) bahwa salah
satu tugas penting dari manajemen strategis adalah menerapkan pilihan-pilihan
strategis melalui pengalokasian sumberdaya yang dianggarkan, dimana kesesuaian
tugas-tugas, karyawan, struktur, teknologi dan sistem imbalan ditekankan.
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Strategi Perencanaan
Pemerintah Daerah dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) Batik Lorok Pacitan
Pengembangan dari suatu UMKM tentu terdapat adanya faktor pendukung
dan faktor penghambat. Pengidentifikasian pada faktor-faktor tersebut digunakan
sebagai acuan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan dalam
mengembangkan usaha-usaha mikro yang ada khususnya adalah pengembangan
pada batik Lorok Pacitan. Faktor pendukung dari pengembangan UMKM batik
Lorok adalah koordinasi antara pemerintah dan pelaku usaha dan juga adanya
ketersediaan SDM. Sedangkan faktor penghambat dalam pengembangan UMKM
batik Lorok adalah terbatasnya bantuan pemerintah dan tidak adanya kelompok
paguyupan batik Lorok Pacitan.
135
a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung merupakan salah satu pendukung dalam pelaksanaan
pengembangan batik Lorok dimana pada pengembangannya harus dapat didukung
oleh pemerintah dan para pelaku usaha batik. Faktor pendukung pada lingkungan
internal adalah koordinasi antara pemerintah dan pelaku usaha batik Lorok serta
ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM).
1. Internal: Koordinasi Antara Pemerintah dan Pelaku Usaha Batik
Lorok
Pengembangan dari suatu UMKM harus didukung oleh adanya koordinasi
antara pemerintah daerah dan para pelaku usaha. Pemerintah daerah berperan
sebagai pembuat kebijakan, fasilitator dan penyedia pelayanan sedangkan para
pelaku usaha sebagai pelaksana dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
daerah. Hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dalam Kuncoro (2004: 113)
bahwa dalam pembangunan ekonomi di daerah peran pemerintah mencakup
beberapa hal seperti wirausaha, koordinasi, fasilitator dan simulator. Hal tersebut
memperjelas bahwa perekonomian daerah yang mencakup usaha kecil dan
menengah merupakan tanggung jawab dari pemerintah daerah. Oleh karena itu,
perlu adanya koordinasi yang baik antara pemerintah daerah dan para pelaku
usaha dalam pengembangan suatu UMKM. Sesuai dengan Pasal 6 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM yang menjelaskan tentang
kriteria dan klasifikasi UMKM, batik Lorok masuk pada wilayah usaha mikro.
Hal ini karena tempat-tempat produksi batik lorok memiliki omset rata-rata Rp
80.000.000- Rp 100.000.000 dengan tenaga kerja antara 30-60 orang.
136
Bentuk koordinasi yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah melalui
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan dengan para pelaku usaha
batik Lorok yaitu dengan adanya pusat layanan yang telah disediakan pemerintah.
Pusat pelayanan tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh para
pelaku usaha yang digunakan untuk pusat pengaduan atau permohonan bantuan.
Hal ini menjadi bukti nyata bahwa koordinasi antara kedua aktor dapat berjalan
dengan baik.
2. Eksternal: Ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM)
Ketersediaan suatu sumberdaya manusia yang melimpah merupakan salah
satu faktor yang mendukung pengembangan usaha mikro batik Lorok. Tempat
produksi dari batik Lorok berlokasi di beberapa desa yang jauh dari pusat kota
Kabupaten Pacitan. Hal ini menyebabkan banyaknya sumberdaya manusia sebagai
pekerja di masing-masing tempat produksi karena tidak banyak masyarakat desa
sekitar yang memiliki pekerjaan yan tetap. Hampir seluruh pegawai tetap maupun
pegawai lepas merupakan ibu rumah tangga dan anak-anak kecil. Secara tidak
langsung keberadaan dari UMKM batik Lorok menjadi peluang kerja bagi ibu-ibu
rumah tangga untuk menambah penghasilannya. Sejalan dengan hal tersebut yang
sesuai dengan pendapat Kuncoro (2009: 326) bahwa pengembangan suatu
UMKM dilandasi oleh tiga hal salah satunya adalah UMKM intensif dalam
menggunakan sumberdaya alam lokal, menyerap tenaga kerja, penggunaan jumlah
kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pengembangan
ekonomi di pedesaan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengembangan usaha mikro batik Lorok dapat membantu dalam penyerapan
137
tenaga kerja dimana di desa sumberdaya manusianya yang melimpah sehingga
membantu meningkatkan perekonomian di pedesaan.
b. Faktor Penghambat
1. Internal: Kurangnya Promosi dan Pemasaran
Salah satu bentuk dukungan dari pemerintah dalam pengembangan usaha
mikro adalah promosi dan pemasaran. Namun pada pelaksanaannya, pemerintah
masih kurang dalam mempromosikan produk-produk usaha mikro. Oleh karena
itu, batik lorok sebagai salah satu produk unggulan belum bisa menjadi produk
yang digemari oleh masyarakat. Hal tersebut bertentangan dengan isi pada pasal 7
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah bahwa salah satu pendekatan utama dalam pengembangan UMKM
adalah adanya penciptaan iklim usaha. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam
penciptaan iklim usaha adalah pendanaan, kemitraan dan dukungan kelembagaan.
Hal ini juga disampaikan oleh Kartasasmita (1996: 5) bahwa pengembangan suatu
UMKM meliputi beberapa aspek salah satunya adalah peningkatan akses pasar.
Peningkatan akses pasar, yaitu meliputi suatu spectru kegiatan yang luas, mulai
dari pecadangan usaha hingga informasi pasar, bantuan produksi serta sarana dan
prasarana pemasaran. Khususnya bagi usaha kecil di pedesaan, serta sarana dan
prasarana mendasar akan sangat membantu yaitu sarana perhubungan.
Berdasarkan teori tersebut dapat dijelaskan bahwa promosi dan pemasaran
merupakan sarana dalam mengenalkan suatu produk kepada masyarakat luas dan
membantu para pengusaha mendapatkan jaringan pemasaran yang lebih luas. Hal
138
inilah yang masih menjadi faktor penghambat bagi usaha-usaha mikro yang ada di
Kabupaten Pacitan termasuk usaha mikro batik lorok, dimana pemerintah hanya
menyediakan pemasaran berupa pameran sekali dalam satu tahun yang
menyebabkan pengusaha kurang mendapatkan jaringan untuk mengembangkan
usahanya. Oleh sebab itu, perlu ditambah kembali acara-acara yang berhubungan
dengan usaha-usaha mikro sebagai sarana pemasaran, pengenalan produk dan
penghubung antara pengusaha dengan jaringan pemasar lainnya atau investor
sehingga usaha mikro yang ada di Kabupaten Pacitan mendapatkan kesempatan
memasarkan usahanya lebih luas lagi.
2. Eksternal: Tidak Adanya Kelompok Paguyuban Batik Lorok Pacitan
Produksi batik Lorok yang tersebar di beberapa desa mengakibatkan
kurangnya akses informasi terkait pemasaran dan lokasi produksi. Para pelaku
usaha hanya mengandalkan pemasaran secara individual mengakibatkan tingkat
pemasaran dan promosi yang tidak bisa berjalan dengan baik. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu kelompok atau paguyuban yang dibina langsung oleh
pemerintah sehingga menjadi kelompok yang terorganisir dan terstruktural.
Pembentukan suatu kelompok pengrajin diharapkan dapat membantu pelaku
usaha yang masih baru dan belum berjalan dengan baik untuk bisa memaskan
usahanya bersama. Selain itu, para pengrajin dapat bertukar informasi dan dapat
bekerja sama dalam pemasaran di berbagai acara. Pembentukan paguyuban selain
berfungsi sebagai wadah informasi juga dapat digunakan sebagai suatu organisasi
yang terstruktur dan memiliki strategi untuk kedepannya. Paguyuban ini dapat
dikategorikan dalam tipe strategi menurut Kooten dalam Salusu (2004: 104) yaitu
139
Resource support strategy (strategi pendukung sumber daya). Dalam hal ini,
strategi sumber daya lebih memfokuskan perhatian untuk memaksimalkan
pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan
kualitas kerja, kinerja organisasi. Sumber daya tersebut dapat berupa tenaga,
keunganan dan sebagainya.
140
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang strategi perencanaan pemerintah
daerah dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) batik
Lorok dengan menerapkan Rencana strategis Dinas Koperasi Perindustrian dan
Perdagangan Tahun 2011-2016 yang dikomperasikan dengan lima proses
perencanaan strategis menurut Bryson dalam Fakih Mansour (2007: 55) dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan Rencana strategis Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan
Tahun 2011-2016 yang dikomperasasikan dengan lima tahapan perencanaan
strategis menurut Bryson dalam pengembangan UMKM batik Lorok:
a. Memprakarsai dan Menyepakati Suatu Proses Perencanaan Strategis
1) pengembangan kemampuan, 2) peningkatan SDM 3) teknologi
pengetahuan, 4) akses permodalan, 5) pemasaran dan promosi, 6)
pengembangan sarana usulan dan pemasaran. Pada keenam strategi yang
perlu ditingkatkan adalah pada peningkatan SDM, teknologi pemasaran
yang berpengaruh pada promosi dan pemasaran.
b. Memperjelas Mandat Organisasi
Mandat dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro adalah terdiri dari
meningkatkan perlindungan konsumen yaitu dengan pengecekan bahan
pewarnaan dan pengawasan dalam pengolahan limbah. Kemudian
141
meningkatkan penggunaan dalam negeri yaitu dengan kebijakan
penggunaan batik dan barang-barang hasil usahawan Pacitan untuk
digunakan untuk pegawai pemerintah.
c. Memperjelas Misi dan Nilai-Nilai Organisasi
Terdapat lima misi dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro bersama Dinas
Perindustrian dan Perdagangan. Terdapat satu fokus utama dari misi
tersebut yaitu terciptanya usaha mikro yang mandiri dan berdaya saing.
d. Menilai Lingkungan Eksternal
Penilaian lingkungan eksternal meliputi ancaman yaitu harga jual batik
lorok yang sangat tinggi dan akses jalan yang rusak. Kemudian untuk
peluangnya adalah batik lorok merupakan batik yang menggunakan bahan
alami dengan motif dari hewan dan tumbuhan sekitar serta memiliki arti
disetiap motif dan coraknya.
e. Menilai Lingkungan Internal
Penilaian pada lingkungan internal organisasi adalah berupa kekuatan yaitu
adanya kerjasama dengan berbagai pihak sebagai upaya mendukung
peningkatan UMKM sedangkan kelemahan berupa pemisahan instansi yang
berdampak pada melemahnya kinerja organisasi.
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Strategi Perencanaan Pemerintah
Daerah dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Batik Lorok Pacitan
142
a. Faktor Pendukung
Pada faktor pendukung terdapat faktor pendukung internal yaitu koordinasi
antara pemerintah dan pelaku usaha. Sedangkan faktor pendukung eksernal
adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM)
b. Faktor Penghambat
Pada faktor penghambat terbagi atas faktor penghambat internal yaitu
kurang adanya promosi dan pemasaran. Kemudian pada faktor penghambat
eksternal adalah tidak adanya paguyuban batik lorok Pacitan.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai strategi pemerintah daerah dalam
pengembangan UMKM batik Lorok terdapat beberapa saran yang diharapkan
mampu menjadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah, para pelaku
usaha batik Lorok dan stakeholder yang terlibat sebagai berikut:
1. Perlunya Dinas Koperasi dan Usaha Mikro dalam peningkatan kualitas
UMKM Batik Lorok dari segi manajemen produksi dan manajemen
pemasaran, yaitu:
a. Pada manajemen produksi, pemerintah perlu memberikan pelatihan dan
edukasi mengenai cara produksi yang baik dari bahan mentah sampai
dengan proses packing. Serta bagaimana produk batik tersebut dapat
diproduksi secara efisien (yaitu efisien waktu dan efisien pekerja) namun
tetap menghasilkan produk yang berkualitas.
143
b. Pada manajemen pemasaran, pelatihan yang harus diberikan meliputi
bagaimana para pelaku usaha dapat memanfaatkan teknologi dan
informasi untuk mempromosikan dan memasarkan batik melalui internet.
Seperti, media sosial, pembuatan dan penggunaan website sederhana, SEO
(Search Engine Optimization) dan lainnya. Serta pelatihan untuk
bagaimana membuat produk batik lorok menarik dari segi logo, kemasan
dan pengiklanan.
3. Perlu adanya kerjasama dengan masyarakat khususnya adalah para pemuda
untuk membantu dalam promosi batik, seperti pembuatan event, dan pameran
yang melibatkan pemuda.
4. Perlu adanya perbaikan fasilitas berupa akses jalan menuju tempat-tempat
produksi, kemudian penambahan papan petunjuk lokasi menuju tempat-tempat
produksi agar konsumen lebih mudah menjangkaunya.
5. Perlu adanya paguyuban pengrajin batik lorok sebagai bentuk kerjasama antar
pengrajin dan pemerintah daerah khususnya Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kabupaten Pacitan serta menjadi akses informasi yang mudah bagi konsumen.
144
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah. 2015. Manajemen Strategi Teori-Konsep Kerja. Malang: Mitra
Wicana Media.
Amirullah. 2003. Manajemen Strategik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Budi. 2016. Radar Madiun “UMKM Pacitan Sulit Tembus Pasar Luar Daerah”.
Pacitan: Jawa Pos.
David, R.Fred. 2012. Manajemen Strategis. Jakarta: Salemba Empat.
Diskoperindag.Kab. Pacitan. 2016. Data Produksi Batik Lorok, Tenaga Kerja dan
Jumlah Produksi. Pacitan.
Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur. Jumlah UMKM di Jawa Timur.
http://diskopumkm.jatimprov.go.id/. Diakses pada 17 Februari 2017
Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kab.Pacitan. Penjualan Produk
UMKM Sektor Industri Kerajinan. http://diskoperindag.go.id/ .
Diakses pada 25 Desember 2016
Fakih Mansour. 2007. Perencanaan Strategis bagi organisasi sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Glueeck dan Jauch. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid.1. Jakarta: Erlangga.
Inpres Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri.
Kartasasmita. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pembangunan
Dan Pemerataan. Jakarta: Cides.
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi,
Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta: Elangga.
Kusdi. 2009. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Lakip (Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah) Dinas Koperasi Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Pacitan.
Miles, Huberman, dkk. 2014. Metode Penelitian. Jakarta.
Muluk. 2009. Peta Konsep Desentralisasi Dan Pemerintahan Daerah. Surabaya:
ITS Press.
145
Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Darah.
Jakarta: Grasindo.
Pacitanku,com. 14 Februari 2015. Produk Unggulan di Kabupaten Pacitan.
Diakses melalui http://Pacitanku.com pada tanggal 20 Januari 2017
Paramasari, Dian Andhiny. 2009. Strategi Dinas Koperasi dan UKM Kota
Surakarta dalam Pengembangan Sektor Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM). Surakarta: UNS (Skripsi).
PERMENDAGRI No.54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2010.
Prawirosentono, Suyadi dan Dewi, Primasari. 2014. Manajemen Stratejik dan
Pengambilan Keputusan Korporasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahmana, Arif. 2009. Peranan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Daya
Saing Usaha Kecil Menengah. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi
Informasi 2009 (SNATI 2009). Yogyakarta 20 Juni 2009, ISSN: 1907-
552-B-11-B15
Renstra Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pacitan Tahun
2011-2016
Retno Toni. 2017. Blog Batik Tulis Tengah Sawah. Diakses melalui
retnotoni.blogspot.co.id pada tanggal 10 Mei 2017
Siagian, Sondang. 2008. Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi dan
Strateginya. Jakarta: Bumi Aksara
.
Siagian, Sondang. 2002. Manajemen Strategik. Jakarta: Bumi Aksara.
Sofyan. 2015. Teknik Penyusunan Manajemen Strategi Pemerintah dan Usaha.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D.
Yogyakarta: Gava Media
Suryono. 2010. Dimensi-Dimensi Prima Teori Pembangunan. Malang: UB-Press
Susanto. 2014. Manajemen Stratejik Komprehensif. Jakarta: Penertbit Erlangga.
Tarigan,R. 2012. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Tjiptono, Fandy. 2000. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Penerbit Andi.
146
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1986. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta:
LP3ES.
Udaya dkk. 2013. Manajemen Stratejik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Micro Kecil dan
Menengah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.