strategi peningkatan casa untuk meningkatkan tabungan kantor...

7
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perbankan merupakan industri yang sangat kompetitif dan menjadi indikator pertumbuhan perekonomian suatu negara. Fungsi utama lembaga perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada kegiatan ekonomi produktif dan kepada masyarakat dalam bentuk kredit, pembiayaan dan bentuk jasa lainnya (Rohaenidan Ermawan 2010). Aktivitas perekonomian yang merupakan kegiatan ekonomi produktif baik di sektor barang dan jasa merupakan kegiatan yang banyak tergantung pada sektor perbankan. Perjalanan bisnis perbankan juga berpijak dari fungsi utama tersebut berupa strategi bersaing dalam penghimpunan dana pihak ketiga dan pengucuran kredit. Tingkat persaingan dalam industri perbankan semakin meningkat terutama sejak Bank Indonesia menetapkan Arsitektur Perbankan Indonesia (API), sehingga dituntut kreatifitas dan inovasi dari manajemen perbankan untuk dapat memenangkan persaingan (Widyastuti dan Armanto 2013). Dunia perbankan di Indonesia dewasa ini mengalami persaingan antar bank yang semakin tajam. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang dihadapi oleh industri perbankan di Indonesia. Tantangan dalam persaingan dunia perbankan ini bukan hanya berasal dari nasional tetapi juga berasal dari regional bahkan global. Agar industri perbankan dapat bersaing diperlukan peningkatan efisiensi dan profesionalisme secara lebih konsepsional dan mendasar. Selain itu, dengan perkembangan teknologi yang telah menciptakan tantangan baru bagi industri perbankan maka bank dituntut untuk dapat menciptakan peluang pertumbuhan yang inovatif (Perry 1992). Suatu bank yang ingin berkembang atau paling tidak tetap bertahan dalam industri perbankan harus dapat memberikan kepuasan layanan kepada nasabahnya, produk jasa yang diberikan juga harus dapat melayani seluruh nasabahnya serta memiliki nilai mutu yang lebih baik dari pesaingnya (Prihatiningtyas 2013). Memperoleh laba merupakan tujuan utama dari suatu lembaga keuangan, karena laba yang diperoleh digunkan untuk membiayai operasionalnya (Hidayat dan Fadillah 2011). Sebagai bank terbesar dan terkemuka di Indonesia, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dituntut untuk memenangkan persaingan dalam industri perbankan yang sangat ketat saat ini. Salah satu hal yang menjadi tolak ukur dalam persaingan ini adalah jumlah laba yang dapat diperoleh oleh masing- masing bank tersebut. Saat ini banyak industri perbankan yang berupaya memenangkan persaingan dengan meningkatkan pendapatan yang berasal dari bunga, non bunga (Fee Base Income) ataupun dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang semakin ketat. Bank BRI dalam menghimpun DPK berupaya menjaga agar dana murah (giro dan tabungan) lebih dominan dibandingkan dana mahal (deposito). Diversifikasi sumber dana juga dilakukan dengan menjajaki alternatif sumber pendanaan melalui penerbitan Negotiable Certificate of Deposit (NCD), penerbitan surat berharga dan hutang luar negeri. Sumber-sumber pendanaan ini akan digunakan untuk menjalankan fungsi intermediasi dalam penyediaan kredit

Upload: nguyenkien

Post on 18-Jul-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi peningkatan casa untuk meningkatkan tabungan kantor …repository.sb.ipb.ac.id/3078/6/E56-05-Utari-Pendahuluan.pdf · 2018-04-11 · Jika dibandingkan komposisi DPK BRI dan

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perbankan merupakan industri yang sangat kompetitif dan menjadi

indikator pertumbuhan perekonomian suatu negara. Fungsi utama lembaga

perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kembali kepada kegiatan ekonomi produktif dan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit, pembiayaan dan bentuk jasa lainnya

(Rohaenidan Ermawan 2010). Aktivitas perekonomian yang merupakan kegiatan

ekonomi produktif baik di sektor barang dan jasa merupakan kegiatan yang

banyak tergantung pada sektor perbankan.

Perjalanan bisnis perbankan juga berpijak dari fungsi utama tersebut

berupa strategi bersaing dalam penghimpunan dana pihak ketiga dan pengucuran

kredit. Tingkat persaingan dalam industri perbankan semakin meningkat terutama

sejak Bank Indonesia menetapkan Arsitektur Perbankan Indonesia (API),

sehingga dituntut kreatifitas dan inovasi dari manajemen perbankan untuk dapat

memenangkan persaingan (Widyastuti dan Armanto 2013).

Dunia perbankan di Indonesia dewasa ini mengalami persaingan antar

bank yang semakin tajam. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang dihadapi

oleh industri perbankan di Indonesia. Tantangan dalam persaingan dunia

perbankan ini bukan hanya berasal dari nasional tetapi juga berasal dari regional

bahkan global. Agar industri perbankan dapat bersaing diperlukan peningkatan

efisiensi dan profesionalisme secara lebih konsepsional dan mendasar. Selain itu,

dengan perkembangan teknologi yang telah menciptakan tantangan baru bagi

industri perbankan maka bank dituntut untuk dapat menciptakan peluang

pertumbuhan yang inovatif (Perry 1992). Suatu bank yang ingin berkembang atau

paling tidak tetap bertahan dalam industri perbankan harus dapat memberikan

kepuasan layanan kepada nasabahnya, produk jasa yang diberikan juga harus

dapat melayani seluruh nasabahnya serta memiliki nilai mutu yang lebih baik dari

pesaingnya (Prihatiningtyas 2013).

Memperoleh laba merupakan tujuan utama dari suatu lembaga keuangan,

karena laba yang diperoleh digunkan untuk membiayai operasionalnya (Hidayat

dan Fadillah 2011). Sebagai bank terbesar dan terkemuka di Indonesia, PT Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dituntut untuk memenangkan persaingan dalam

industri perbankan yang sangat ketat saat ini. Salah satu hal yang menjadi tolak

ukur dalam persaingan ini adalah jumlah laba yang dapat diperoleh oleh masing-

masing bank tersebut. Saat ini banyak industri perbankan yang berupaya

memenangkan persaingan dengan meningkatkan pendapatan yang berasal dari

bunga, non bunga (Fee Base Income) ataupun dari Dana Pihak Ketiga (DPK)

yang semakin ketat.

Bank BRI dalam menghimpun DPK berupaya menjaga agar dana murah

(giro dan tabungan) lebih dominan dibandingkan dana mahal (deposito).

Diversifikasi sumber dana juga dilakukan dengan menjajaki alternatif sumber

pendanaan melalui penerbitan Negotiable Certificate of Deposit (NCD),

penerbitan surat berharga dan hutang luar negeri. Sumber-sumber pendanaan ini

akan digunakan untuk menjalankan fungsi intermediasi dalam penyediaan kredit

Page 2: Strategi peningkatan casa untuk meningkatkan tabungan kantor …repository.sb.ipb.ac.id/3078/6/E56-05-Utari-Pendahuluan.pdf · 2018-04-11 · Jika dibandingkan komposisi DPK BRI dan

2

secara selektif dan berkesinambungan sehingga Bank BRI dapat mengelola

likuiditas, maturity profile, risiko suku bunga dan mengurangi beban dengan baik.

Upaya untuk meningkatkan CASA pada level yang lebih dominan

terhadap total dana DPK, diharapkan dapat memberikan peningkatan pada nilai

Net Interest Margin (NIM) ditengah ketatnya likuiditas perbakan saat ini. Selain

itu, industri perbankan juga dituntut untuk dapat melakukan efisiensi dan

kemampuan perbankan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sehingga

diharapkan dapat menjaga rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO) dibawah 70%. Salah satu upaya menjaga rasio BOPO

dibawah 70% adalah dengan meningkatkan CASA.

Bank BRI pada tahun 2014 menempati posisi kedua dalam perolehan DPK

di bawah Bank Mandiri, namun Bank BRI mampu menempati posisi pertama

dalam perolehan DPK di tahun 2015 dan 2016. Hal ini menunjukan bahwa

perolehan DPK Bank BRI terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya

mengungguli bank besar lainnya, seperti Bank Mandiri, Bank BCA dan Bank

BNI. Pesaing terdekat Bank BRI adalah Bank Mandiri dan Bank BCA dalam

penghimpunan DPK, khususnya mengenai jaringan melalui kantor cabang dan

ATM, jumlah dana dan rekening tabungan. Mempertahankan posisi pertama

sebagai pemimpin pasar perbankan nasional dalam perolehan total DPK, tentunya

Bank BRI perlu merumusakan strategi bersaing yang tepat dan disesuaikan

dengan kapabilitas, serta target pasar yang dituju. Lebih jelasnya perolehan total

DPK empat bank terbesar di Indonesia Periode tahun 2014 – 2016, dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1 Perolehan total Dana Pihak Ketiga periode 2014-2016

Uraian DPK (Miliar Rupiah)

2014 2015 2016

Bank Rakyat Indonesia (BRI) 622.322 668.995 723.800

Bank Mandiri 636.382 654.900 691.400

Bank Central Asia (BCA) 447.906 473.666 527.843

Bank Negara Indonesia (BNI) 313.893 370.420 433.550

Jumlah DPK 2.020.503 2.167.981 2.376.593 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Tahun (2016), diolah

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia Tahun 2016 terlihat bahwa

market share DPK terbesar didominasi oleh Bank BRI sebesar 30,46%. Market

share DPK Bank Mandiri yang berada pada posisi kedua hanya sebesar 29,09%.

Bank BCA yang berada pada posisi ketiga memiliki market share DPK sebesar

22,21%. Market share Bank BNI lebih kecil dibandingkan dengan tiga bank besar

lainnya, yaitu sebesar 18,24%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 3: Strategi peningkatan casa untuk meningkatkan tabungan kantor …repository.sb.ipb.ac.id/3078/6/E56-05-Utari-Pendahuluan.pdf · 2018-04-11 · Jika dibandingkan komposisi DPK BRI dan

3

TABUNGAN41%

GIRO18%

DEPOSITO41%

DPK BRI

TABUNGAN GIRO DEPOSITO

TABUNGAN9%

GIRO35%DEPOSITO

57%

DPK KANWIL 1

TABUNGAN GIRO DEPOSITO

Gambar 1Market share DPK tahun 2016

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia tahun 2016, Bank BRI

berhasil meningkatkan DPK sebesar 7,6% dari Rp 688.995 triliun di Tahun 2015

menjadi sebesar Rp 723,8 triliun di Tahun 2016. Upaya peningkatan dana murah

berupa tabungan BritAma dan Simpedes berpengaruh pada komposisi DPK Bank

BRI pada akhir Tahun 2016.

Kondisi yang sama terjadi pada Kantor Wilayah Jakarta 1 yang

berdasarkan demografi wilayah, seharusnya menunjukkan kinerja DPK yang lebih

baik dari Kantor Wilayah lain. Hal ini dikarenakan pangsa pasar Kantor Wilayah

Jakarta 1 merupakan kawasan ekonomi yang mayoritas berkembang di dunia

bisnis. Contohnya seperti wilayah Sudirman, Thamrin, Kelapa Gading, Jatinegara,

Tanjung Priok, Cut Mutia dan Veteran. Berikut adalah komposisi DPK Bank BRI

dan DPK di Kantor Wilayah Jakarta 1 sebagai berikut:

Sumber : Annual Report (2016), hal 22

Gambar 2 Komposisi DPK BRI dan Kantor Wilayah Jakarta 1 periode 2014-2016

Jika dibandingkan komposisi DPK BRI dan Kantor Wilayah Jakarta 1

sebagai berikut: Giro Rp 113,0 triliun (17,6%), Tabungan Rp 267,6 triliun (41,6%)

dan Deposito Berjangka Rp 262,2 triliun (40,8%). Berdasarkan komposisi DPK

yang seperti itu, Bank BRI berhasil menurunkan Cost of Fund (COF)-nya dari

yang sebelumnya 4,20% di tahun 2015 menjadi 3,98% di tahun 2016. Penurunan

COF ini diikuti dengan meningkatnya CASA Bank BRI yaitu 59,2% di tahun

2015 menjadi 61,6% di tahun 2016. Jika melihat komposisi DPK Bank BRI

tersebut berbanding terbalik dengan komposisi DPK di Kantor Wilayah Jakarta 1,

dimana DPK masih di dominasi oleh jenis simpanan deposito (56,54%) dan giro

(34,52%) dan untuk produk simpanan tabungan masih sangat kecil yaitu 8,95%.

Bank Rakyat

Indonesia (BRI)

30.46%

Bank Mandiri

29.09%

Bank Central

Asia (BCA)

22.21%

Bank Negara

Indonesia (BNI)

18.24%

Market Share DPK

Page 4: Strategi peningkatan casa untuk meningkatkan tabungan kantor …repository.sb.ipb.ac.id/3078/6/E56-05-Utari-Pendahuluan.pdf · 2018-04-11 · Jika dibandingkan komposisi DPK BRI dan

4

Hal ini berpengaruh terhadap kinerja Bank BRI karena semakin besar

komposisi dana murah (CASA) dalam perbankan maka semakin besar pula

potensial laba yang dapat diperoleh dari penyaluran kredit. Kenaikan CASA

berpotensi menurunkan biaya dana (Cost of Fund) sehingga dapat menjaga

stabilitas Net Interest Margin (NIM). Porsi CASA yang tinggi akan mengurangi

biaya yang harus dikeluarkan bank untuk membayar bunga simpanan sehingga

bank dapat memberikan bunga kredit rendah kepada nasabah. Oleh karena itu BRI

berupaya meminimalisir dampaknya salah satunya dengan mempertahankan

komposisi DPK dengan komposisi CASA dijaga pada level yang lebih dominan

dari total dana DPK yang dihimpun. Kondisi perbankan saat ini adalah sulitnya

meningkatkan CASA karena belum semua masyarakat Indonesia memanfaatkan

produk tabungan. Masyarakat yang memiliki dana besar tentu saja tidak

menginginkan produk tabungan atau giro, praktis mereka lebih memilih deposito

untuk mendapatkan bunga simpanan yang jauh lebih baik. Sedangkan

penyumbang CASA bank utama adalah masyarakat yang memanfaatkan bank

sebagai sarana penunjang kegiatan sehari-hari.

Hal diatas merupakan alasan kenapa penelitian ini dilakukan adalah untuk

mencari strategi pengembangan produk tabungan khususnya untuk meningkatkan

dana tabungan di Kantor Wilayah Jakarta 1. Berikut adalah overview kinerja dana

Kantor Wilayah Jakarta 1 dan total DPK periode 2014-2016 yang disajikan dalam

Tabel 2.

Tabel 2 Kinerja dana Kantor Wilayah Jakarta 1 periode 2014-2016 (Rp Juta)

Keterangan Des’2014 Des’2015 Des’2016

Total Giro 32.379.122 30.346.276 46.046.919

Total Tabungan 8.762.441 10.686.668 11.932.627

Total Deposito 98.814.691 87.059.492 75.419.061

Total DPK 139.956.254 128.092.437 133.398.607

Komposisi CASA 29,40% 32,03% 43,46%

Komposisi Non-CASA 70,60% 67,97% 56,54% Sumber : Internal BRI

Pada Tabel 2 dapat terlihat bahwa perkembangan tabungan lebih konstan

dalam mengalami peningkatan dibandingkan dengan giro. Karena giro memiliki

pertumbuhan yang cenderung berfluktuatif. Hal ini dikarenakan tujuan dari giro

tersendiri adalah untuk perusahaan, jadi beberapa komponen di dalam giro

tersebut dapat berupa perjanjian dengan bank. Hal yang berbeda dengan produk

deposito yang mengalami penurunan dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016,

yang disebabkan penurunan suku bunga dana simpanan berjangka dan membuat

nasabah yang sensitif terhadap perubahan suku bunga dana simpanan berjangka

mencari alternatif lain yang lebih kompetitif. Giro dan tabungan merupakan

CASA yang mempunyai nilai Cost of Fund yang lebih murah dibandingkan

dengan deposito atau simpanan dana berjangka, sehingga peningkatan tabungan

akan meningkatkan pertumbuhan penyaluran kredit kepada masyarakat (Mukhlis

2011).

Penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank juga memiliki risiko yaitu

risiko kredit (Novitayanti dan Baskara 2012). Semakin besarnya jumlah kredit

yang diberikan maka akan membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang

Page 5: Strategi peningkatan casa untuk meningkatkan tabungan kantor …repository.sb.ipb.ac.id/3078/6/E56-05-Utari-Pendahuluan.pdf · 2018-04-11 · Jika dibandingkan komposisi DPK BRI dan

5

harus ditanggung oleh bank tersebut. Pertumbuhan kredit juga akan memberikan

dampak, salah satunya yaitu peningkatan aset dan penurunan terhadap nilai NPL

(Non Performing Loans). Rasio NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi

tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang di tanggung oleh pihak

bank (Setiyaningsihet al. 2015). Berdasarkan Rencana Kerja Anggaran (RKA)

Kantor Wilayah Jakarta 1, nilai NPL Kantor Wilayah Jakarta 1 mengalami

penurunan dari 1,33% di tahun 2014 menjadi 0,91% di tahun 2015, dan sedikit

meningkat sebesar 1,02% di tahun 2016. Namun nilai tersebut masih berada di

bawah ketentuan yang disyaratkan oleh Otoritas Jasa Keuangan, yaitu maksimal

5%.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah komposisi ideal CASA dan Non-

CASA yaitu sebesar 60% : 40% untuk industri perbankan, Kantor Wilayah Jakarta

1 perlu meningkatkan komposisi CASA yang saat ini 43,46% menjadi kurang

lebih 60%. Upaya meningkatkan porsi dana murah di Kantor Wilayah Jakarta 1

memang harus dilakukan dan mencermati perkembangan tiga tahun terakhir

bahwa para pesaing BRI mulai agresif untuk memasuki pangsa pasar yang sama,

bila tidak diantisipasi dengan baik maka cepat atau lambat pangsa pasar BRI

khususnya Kantor Wilayah Jakarta 1 dapat terus diambil alih oleh pesaing. Di

dalam kondisi lingkungan persaingan yang semakin ketat dan tingginya pesaing

maka Kantor Wilayah Jakarta 1 perlu melakukan evaluasi terhadap strategi yang

dilakukan sebelumnya serta membuat strategi baru yang sesuai dengan kebutuhan

nasabah. Pada masa kini kebutuhan nasabah bukan lagi pada pendekatan produk

(product centric) tetapi telah berubah paradigma menjadi pendekatan nasabah

(customer centric). Hal tersebut yang mendasari agar Kantor Wilayah Jakarta 1

harus membangun strategi tepat sehingga menjadi strategi terbaik yang dapat

meningkatkan CASA khususnya tabungan.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi pengembangan tabungan yang telah dilakukan oleh Kantor

Wilayah Jakarta 1 untuk menjaga agar komposisi CASA Ratio tetap ideal yaitu

60% : 40%?

2. Faktor-faktor apa saja yang berperan dalam penyusunan strategi

pengembangan tabungan dengan melakukan analisis faktor-faktor internal dan

eksternal?

3. Bagaimana strategi alternatif pengembangan produk tabungan yang tepat untuk

meningkatkan tabungan Kantor Wilayah Jakarta 1?

Tujuan Penelitian

1. Mengkaji strategi pengembangan produk Tabungan yang telah dilakukan oleh

Bank BRI Kantor Wilayah Jakarta 1.

2. Menganalisis faktor internal dan eksternal pengembangan produk Tabungan

Bank BRI Kantor Wilayah Jakarta 1.

3. Memberikan strategi alternatif pengembangan produk Tabungan yang dapat

diterapkan dalam rangka meningkatkan tabungan Kantor Wilayah Jakarta 1.

Page 6: Strategi peningkatan casa untuk meningkatkan tabungan kantor …repository.sb.ipb.ac.id/3078/6/E56-05-Utari-Pendahuluan.pdf · 2018-04-11 · Jika dibandingkan komposisi DPK BRI dan

6

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat diambil manfaatnya sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan, diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan kepada

pihak manajemen Bank BRI khususnya Kantor Wilayah Jakarta 1 dalam

rangka melaksanakan strategi pengembangan produk tabungan Bank BRI.

2. Bagi Penulis, sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori yang didapat selama

perkuliahan dan menambah wawasan mengenai manajemen strategi perbankan.

3. Sebagai data dasar (benchmark data) bagi penelitian selanjutnya yang terkait

dan secara umum untuk pengembangan IPTEK dan secara khusus di bidang

perbankan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada strategi peningkatan CASA dalam rangka

meningkatkan tabungan di Kantor Wilayah Jakarta 1 yang akan dilakukan di

divisi yang membidangi yaitu Divisi Dana dan Jasa. Perumusan strategi ini

mengambil sampel responden pakar/ahli dibidangnya yang berasal dari divisi

tersebut. Analisis yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah dengan

melakukan analisis deskriptif bersumber dari data primer yang langsung diambil

dari responden melalui kuisioner, yang bertujuan untuk mengetahui apa yang

sebenarnya diharapkan oleh nasabah terhadap produk tabungan BRI dan pada

penelitian ini hanya pada tahap memberikan rekomendasi strategi, sedangkan

untuk implementasinya diserahkan sepenuhmya kepada manajemen Bank BRI.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Strategi dan Manajemen Strategi

Menurut Supriyono (1998) strategi adalah satu kesatuan rencana

perusahaan yang komperhensif dan terpadu yang digunakan untuk mencapai

tujuan perusahaan. Strategi mengantisipasi tantangan-tantangan dan kesempatan-

kesempatan masa depan pada kondisi lingkungan perusahaan yang berubah

dengan cepat. James dan Wankel (1986) mempertegas bahwa strategi dapat

disoroti sekurang-kurangnya dari dua perspektif yang berbeda, yaitu pertama dari

perspektif mengenai apa yang hendak dilakukan oleh sebuah perusahaan dan

kedua, dari apa yang sesungguhnya dilakukan oleh sebuah organisasi. Strategi

menurut Rangkuti (2001) merupakan alat untuk mencapai tujuan. Strategi itu

sendiri diberi batasan sebagai program yang luas untuk menentukan dan mencapai

tujuan perusahaan dalam melaksanakan misinya. Strategi juga tercermin dari pola

tanggapan organisasi terhadap lingkungannya. Strategi perusahaan membentuk

suatu kombinasi pergerakan kompetitif untuk dapat memuaskan konsumen,

bersaing dengan sukses dan mencapai tujuan perusahaan (James1988).

Manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial

untuk menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang (Hunger dan

Wheelen 2004). Menurut David (2004) manajemen strategi adalah seni dan

Page 7: Strategi peningkatan casa untuk meningkatkan tabungan kantor …repository.sb.ipb.ac.id/3078/6/E56-05-Utari-Pendahuluan.pdf · 2018-04-11 · Jika dibandingkan komposisi DPK BRI dan

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB