strategi pengendalian pencemaran air sungaipersonal.its.ac.id/files/pub/5604-razif-its-2008....
TRANSCRIPT
Seminar Pengendalian Pencemaran Air
di Kab. Sidoarjo
Oktober 2008
Strategi Pengendalian
Pencemaran Air Sungai
1. Pengendalian Pencemaran Air Sungai
dengan penerapan Standard Kualitas
Air
• Standard Perairan (Stream Standard)
• Standard Effluen (Effluent Standard)
• Standard Beban Pencemaran Maksimum
• Standard Daya Dukung
2. Pemulihan Kualitas Air Sungai
Langkah Srategis
Langkah Strategis
1. Pengendalian Pencemaran
Air Sungai dengan
penerapan Standard Kualitas
Air Sungai
Standard Perairan (Stream Standard)
Dalam penentuan standard perairan ini umumnya hanya didasari pada besarnya konsentrasi sejumlah parameter yang disyaratkan untuk setiap kelas air
Standard perairan yang pernah berlaku di Indonesia secara umum dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu :
1. Standard perairan yang berlaku secara Nasional
Contoh : - PP No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
- Kep-02/MENKLH/1/1998 tentang Baku Mutu Air Pada Sumber Air
2. Standard perairan yang berlaku di Propinsi
Contoh : SK Gubernur Jawa Timur No 413/1987 tentang Baku Mutu Air
Keuntungan :
1. Sungai akan terjamin kualitas airnya sesuai
dengan standard yang diberlakukan
sehingga dapat digunakan sesuai
peruntukkannya
2. Memberikan perlindungan bagi pemakai
air akan kepastian kualitas air sungai
3. Monitoring kualitas air lebih mudah
dilakukan dengan pengambilan sampel
pada air sungai
4. Jumlah sampel bisa direncanakan sehemat
mungkin, sehingga biaya monitoring lebih
ekonomis
5. Pemanfaatan air sungai dapat disesuaikan
dengan kelas sungai masing-masing (I, II,
III, IV)
6. Sungai dapat dimanfaatkan sebagai reaktor
alam, sehingga mengurangi beban industri
(industri yang letaknya di hulu mungkin
tidak perlu mengolah limbah)
7. Ada upaya untuk mengatur kepadatan
industri yang membuang limbah kesungai
agar kualitas air sungai tetap memenuhi
standard
Kerugiannya :
1. Kualitas air sungai dipengaruhi oleh debit, sehingga pada musim hujan bisa membuang limbah banyak (diencerkan oleh air sungai) sedangkan pada musim kemarau jumlah limbah harus dibatasi
2. Apabila terjadi pencemaran, sulit untuk mencari sumber pencemar
3. Standar seringkali tidak mempertimbangkan perkembangan kondisi yang ada, misalnya meningkatnya jumlah industri disekitar IPAM tidak mampu untuk merubah golongan air kelas B menjadi kelas C atau D
4. Kurang adil, karena pembuang limbah di bagain
hulu bisa tidak mengolah, tetapi pembuang limbah
di bagian hilir harus mengolah limbah terlebih
dahulu sebelum dibuang ke sungai
5. Apabila sungai tercemar, untuk membersihkannya
diperlukan biaya yang cukup besar, karena tidak
ditangani langsung dari sumber pencemar
6. Ada kemungkinan dilakukan pembatasan jumlah
industri yang membuang limbah ke sungai agar
kualitas air sungai dapat tetap dipertahankan
7. Jumlah limbah yang dibuang oleh industri bisa
berbeda antara musim hujan (dimana debit sungai
besar) dan musim kemarau (dimana debut sungai
kecil)
Standard Effluen (Effluent Standard)
Standard effluen adalah baku mutu kualitas limbah cair
yang ditetapkan konsentrasinya sebelum dibuang ke
badan air.
Secara umum baku mutu limbah cair ini dibedakan atas 2 kelompok :
• Standard effluen yang berlaku secara Nasional
Contoh : Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan industri • Standard effluen yang berlaku di Propinsi Contoh : SK Gubernur Jawa Timur No 45/2002 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Industri dan Kegiatan usaha lainnya
Keuntungan :
1. Membatasi kadar limbah yang masuk
kedalam sungai sesuai dengan standard
2. Apabila terjadi pencemaran lebih mudah
mengetahui sumbernya dari data
monitoring limbah industri
3. Adil karena tidak ada perbedaan standard
konsentrasi limbah yang boleh dibuang
baik oleh industri dibagian hulu
maupun dibagian hilir
4. Ada penggolongan konsentrasi limbah yang dibuang
sesuai dengan kelas sungai (golongan I boleh
dibuang ke sungai kelas I, golongan II boleh
dibuang ke sungai kelas II, golongan III boleh
dibuang ke sungai kelas III, golongan IV boleh
dibuang ke sungai kelas IV)
5. Memudahkan pemberian ijin pembuangan limbah
cair untuk yang sudah memenuhi effluen standard
6. Meningkatkan kesadaran pengusaha industri untuk
mengolah limbahnya
7. Ada pemberian insentif atau penghargaan bagi
industri yang memenuhi effluent standard
Kerugian :
1. Sungai tidak terjamin kualitasnya, apabila jumlah
industri yang membuang sangat banyak
2. Tidak memanfaatkan sungai sebagai reaktor alam
untuk melakukan purifikasi secara alamiah
(meskipun kualitas air sungai baik, industri tetap
harus membuang limbah sesuai dengan standar
konsentrasi)
3. Industri memerlukan biaya besar untuk membangun
IPAL
4. Kurangnya kontrol atau monitoring pada kualitas air
sungai
5. Sungai bisa jadi tidak dapat dimanfaatkan sesuai
dengan peruntukannya karena adanya akumulasi
limbah
6. Biaya monitoring lebih besar karena setiap limbah
yang akan masuk ke sungai harus diperiksa
kualitasnya
7. Jarak dan jumlah industri yang membuang limbah ke
sungai tidak lagi diperhatikan karena yangmenjadi
ukuran adalah terpenuhinya standard effluen
Standard Beban Pencemaran Maksimum
Standard beban pencemaran maksimum adalah baku
mutu kualitas limbah cair yang ditetapkan tidak hanya
konsentrasinya saja tetapi juga beban maksimumnya
sebelum dibuang ke badan air.
Secara umum baku mutu beban pencemaran maksimum
untuk limbah cair ini dibedakan atas 2 kelompok :
1 Standard beban pencemaran maksimum yang
berlaku secara Nasional
Contoh : - Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Industri
- Kep-42/MENLH/10/1996 tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Minyak dan Gas serta Panas Bumi
2. Standard beban pencemaran maksimum yang
berlaku secara Daerah (Propinsi)
Contoh : SK Gubernur Jawa Timur No 45/2002
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Industri atau Kegiatan Usaha Lainnya di
Jawa Timur
Untuk menjaga kualitas air sungai agar dapat digunakan
untuk berbagai kepentingan, penerapan standard beban
pencemaran maksimum ini mempunyai beberapa
keuntungan dan kerugian.
Keuntungan :
1. Fleksibel, karena kadar maksimum setiap parameter
dan debit limbah cair maksimum boleh dilampaui
sepanjang beban pencemaran maksium tidak
terlampaui
2. Monitoring limbah industri bisa dilakukan
berdasarkan prioritas pada industri yang diperkirakan
memberikan beban pencemaran maksimum (lebih
hemat)
3. Ada kemungkinan industri dapat membuang
limbahnya secara langsung apabila belum mencapai
beban pencemaran maksimum (memanfaatkan
sungai sebagai reaktor alam)
4. Lebih adil, karena industri sejenis, yang kapasitas
produksinya besar harus mengolah limbah, sedang
yang kapasitas produksinya kecil bisa jadi tidak perlu
mengolah limbah karena belum melampaui beban
pencemaran maksimum
5. Industri tidak memerlukan biaya mahal untuk
membuat IPAL
6. Petugas yang diperlukan untuk monitoring lebih
sedikit jika dibandingkan dengan stream standard
dan effluent standard
Kerugian :
1. Industri yang mempunyai debit limbah dan kadar
limbah yang besar harus mengeluarkan biaya untuk
pengelohan limbah
2. Industri yang beban pencemarannya kecil seringkali
diabaikan dari monitoring, dan apabila cukup banyak
industri kecil ini akumulasinya juga akan besar
3. Kualitas air sungai kurang diperhatikan, karena yang
di monitor hanya beban pencemaran maksimum
4. Penegakan hukum hanya diberlakukan pada industri
yang melebihi beban pencemaran maksimum,
sedangkan yang tidak melebihi beban pencemran
maksimum bebas membuang limbah tanpa mengolah
terlebih dahulu
5. Adanya kemungkinan penurunan kualitas air sungai
pada musim kemarau
Standard Daya Dukung
Pelaksanan stream standard, effluent standard, dan
standard berdasarkan beban pencemaran maksimum
ternyata tidak dapat menyelamatkan sungai-sungai di
Indonesia dari pencemaran air. Oleh sebab itu pada PP
82/2001 diperkenalkan beban pencemaran berdasarkan
daya tampung sungai. Disamping itu pada PP 82/2001
diberikan juga baku mutu kualitas sungai berdasarkan
kelas-kelas peruntukan sungai (I, II, III, IV). Pedoman
penetapan daya tampung beban pencemaran air pada
sumber air telah diatur berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No 110 tahun 2003.
Untuk menjaga kualitas air sungai agar dapat digunakan
untuk berbagai kepentingan, penerapan standard daya
dukung ini mempunyai beberapa keuntungan dan
kerugian.
Keuntungan :
1. Sungai dapat melakukan self-purification karena
beban pencemaran yang diterima tidak melampaui
batas kemampuan sungai
2. Sungai kelihatan jernih, karena organisme yang ada di
air mampu berkembang biak dengan baik, juga karena
tingkat kekotoran dan kekeruhan air tidak ada
3. Sungai bisa dijadikan sebagai tempat rekreasi, sarana
hiburan, dan dari segi estetika enak untuk dipandang
serta dinikmati
4. Sungai yang dijadikan air baku air minum tidak
terlalu sulit dalam pengolahannya dan tidak
membutuhkan pengadaan instalasi yang sangat mahal
5. Industri akan mengolah limbahnya dengan baik
sebelum dibuang ke sungai karena berkaitan dengan
ijin pembuangan limbah cair bisa setiap saat dicabut
apabila dilanggar
6. Industri disepanjang sungai dapat mengambil air
sungai sesuai dengan kebutuhannya
7. Sungai dapat dimanfaatkan sesuai dengan
peruntukannya
Kerugian :
1. Setiap industri harus mengolah limbahnya dan
membuat IPAL
2. Memerlukan biaya dan tenaga yang banyak untuk
pengawasan terhadap industri yang membuang
limbahnya ke tempat lain
3. Adanya pembatasan pemberian ijin lokasi industri di
sepanjang sungai dan kemungkinan penurunan
jumlah investasi
4. Setiap sungai perlu mempunyai database untuk
keperluan perhitungan daya tampung dan daya
dukung untuk setiap segemen sungai
5. Masih diperlukan data monitoring kualitas air sungai
dan limbah industri
Langkah Strategis
2. Pemulihan Kualitas Air Sungai
Dilakukan dengan strategi konservasi sungai yang
disesuaikan dengan kondisi masing-masing sungai :
1. Preservasi
2. Mitigasi
3. Limitasi
4. Restorasi
1. Preservasi
Yaitu melindungi bagian sungai dari perusakan
akibat ulah manusia. Dalam hal ini tindakan yang
dilakukan adalah menjaga kelestarian vegetasi alami di
sekitar daerah observasi. Pertumbuhan pemukiman dan
pertanian diusahakan agar tidak mencapai lahan tersebut
2. Mitigasi
yaitu upaya untuk mempertahankan agar peruntukan
lahan tetap berada di dalam batas-batas daya dukung
lingkungannya
3. Limitasi
Yaitu membatasi dan meniadakan faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya mutu ekologik sungai.
Tindakan ini antara lain dapat berubah membatasi
peruntukan lahan agar tidak mengganggu batas
sempadan sungai, mengurangi atau meniadakan sumber-
sumber pencemaran.
4. Restorasi
Yaitu memperbaiki struktur sungai yang telah
mengalami kerusakan parah agar sedapat mungkin
memperoleh kembali sifat-sifat alamiahnya. Kegiatan
restorasi ini bisa dilakukan dengan membebaskan daerah
tepian sungai dari peruntukan yang tidak sesuai (misal
pemukiman) untuk kegiatan penghijauan dimana daerah
sempadan sungai merupakan zona penyangga sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
3. Limitasi
Yaitu membatasi dan meniadakan faktor-faktor yang menyebabkan
rendahnya mutu ekologik sungai. Tindakan ini antara lain dapat berubah
membatasi peruntukan lahan agar tidak mengganggu batas sempadan
sungai, mengurangi atau meniadakan sumber-sumber pencemaran.
4. Restorasi
Yaitu memperbaiki struktur sungai yang telah mengalami kerusakan
parah agar sedapat mungkin memperoleh kembali sifat-sifat alamiahnya.
Kegiatan restorasi ini bisa dilakukan dengan membebaskan daerah tepian
sungai dari peruntukan yang tidak sesuai (misal pemukiman) untuk
kegiatan penghijauan dimana daerah sempadan sungai merupakan zona
penyangga sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Natural
struktural
features
Riv
er e
ng
ine
erin
g
for h
um
an
fun
ctio
n
Minimal
structure
diversity
BIOLOGICAL
NATURALNESS OFF
WATERCOURSES
Ecological
naturalness
ECOLOGICAL
QUALITY
OBJECTIVES
Ecological
basic quality
MINIMUM
Riv
er R
esto
ratio
n
Dead
watercourse
Minimal water
qualityNatural water
quality
Water purification
Pollution
Keterangan gambar :
● Dead watercouse (sungai mati) yaitu sungai yang
tidak mempunyai daya guna purifikasi alamiah sama
sekali karena kualitas ekologiknya sangat rendah.
● Natural water quality (kualitas air alami) yaitu
kualitas air sungai dalam keadaan sangat alami
sehingga sangat mendukung terjadinya purifikasi
alamiah.
● Minimal water quality (kualitas air minimum) yaitu
kualitas air minimum yang harus dipenuhi oleh suatu
sistem sungai
● Natural structure features (bentuk struktur alami)
yaitu stuktur sungai yang masih alami belum
mendapat gangguan dari manusia
Keterangan gambar :
● Ecological naturalness (kealamiahan ekologik) yaitu
kualitas ekologik yang alamiah dimana proses
biologik alamiah yang sesuai dengan situasi fisik dan
geografis dapat berlangsung secara permanen.
● Ecological basic quality (kebutuhan dasar ekologik)
yaitu kualitas ekologik minimum sungai yang harus
dipenuhi oleh suatu sungai.
● Biological naturalness (kealamiahan biologik) yaitu
kondisi dimana organisme-organisme yang tak saling
bergantung dapat hidup dengan baik secara
permanen.
Pola Umum Konservasi
• Pada kelompok kualitas ekologik baik yang
kondisinya masih alami maka tindakan yang perlu
dilakukan preservasi, yaitu melindungi bagian sungai
dari perusakan akibat aktivitas manusia.
• Dalam hal ini tindakan yang dilakukan adalah
menjaga kelestarian vegetasi alami disekitar daerah
observasi.
• Pertumbuhan pemukiman dan pertanian diusahakan
tidak mencapai lahan tersebut.
• Pada kelompok kualitas ekologik moderat ini yang
kondisinya sebagian sudah tidak alami lagi maka
tindakan yang perlu dilakukan adalah limitasi yaitu
membatasi dan meniadakan faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya mutu ekologik sungai.
• Tindakan limitasi ini antara lain dapat berupa
membatasi peruntukan lahan agar tidak mengganggu
batas sempadan sungai seperti mengosongkan
bantaran sungai dari pemukiman dengan
penghijauan dan mengatur tepian sungai berjarak 10
meter dari sempadan sungai, mengurangi atau
meniadakan pencemar seperti buangan limbah
pabrik yang harus diolah terlebih dahulu sebelum
dibuang ke sungai.