strategi pengembangan mutu pesantreneprints.ums.ac.id/18935/8/10-naskah_publikasi.pdf · pesantren...

24
STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTREN (STUDI KASUS DI PESANTREN AL-IRSYAD, TENGARAN KAB. SEMARANG) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Magister Manajemen Pendidikan O l e h : FITYAN AMALI NIM: Q.100.040.032 PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2012

Upload: docong

Post on 03-Aug-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

1

STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTREN

(STUDI KASUS DI PESANTREN AL-IRSYAD, TENGARAN KAB. SEMARANG)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar

Magister Manajemen Pendidikan

O l e h :

FITYAN AMALI

NIM: Q.100.040.032

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TAHUN 2012

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

2

NASKAH PUBLIKASI

STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTREN

(STUDI KASUS DI PESANTREN AL-IRSYAD, TENGARAN KAB. SEMARANG)

Telah Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Bambang Setiaji

Dosen Pembimbing

Dr. Syamsul Hidayat, MA

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TAHUN 2012

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

1

STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTREN

(STUDI KASUS DI PESANTREN AL-IRSYAD, TENGARAN KAB. SEMARANG)

FITYAN AMALI

Abstract

Fityan Amali. Q.100.040.032 Quality Development Strategy Pesantren (Case

Studies in Islamic boarding school al-irsyad, Butuh-Tengaran, district Semarang).

Thesis. Surakarta: Post Graduate Education Management Muhammadiyah

University of Surakarta, 2012

This study aims at describing the strategy of developing Islamic boarding

school quality, in particular the quality of education in Islamic boarding school al-

irsyad, seen from three major perspectives that each perspective consists of

several points. The first perspective, is the implementation of the strategy of

developing quality in Islamic boarding school of Al-Irsyad, which consit of

several subjects, among others: Thuruq Tadris, Tathbiq Tadris, practice of

preaching, apprenticeship in teaching (wiyata bakti), weekly seminar, practicing

Arabic, and additional lesson to face national exam. Second perspective, the

capability of managing Islamic boarding school in planning, coordinating,

applying, controlling, and evaluating the concept of Total Quality Management.

Third perspective is the connection between the process of teaching, learning,

TQM, and the achievement of school academically as well as non academically.

The latter perspective consists of the additional lesson to face national exam,

subject thuruq tadris and tathbiq tadris, practicing preaching, apprenticeship in

teaching, and practicing Arabic. The research conducted in Al-Irsyad Islamic

Boarding School, Butuh-Tengaran, Semarang. The research used qualitative

approach. The object of research was who‟s incharge of teaching, several

supervisors incharge of TQM, several teachers and several students doing

apprentice in to the Islamic Boarding School. Data collection techniques used

were observation, interviews and document analysis. Of the three dimensions

above, have been analyzed it according to the experts in their fieldtheory, and

success it can be felt by learners. This too can be proven and view by the author,

either in terms of academic and non academic.

Keywords: Quality Development Strategy, The Quality of Education, Islamic

Boarding School, Al-Irsyad, Total Quality Management, management.

Pendahuluan

Di era globalisasi ini persaingan bukan hanya hak monopoli bidang

ekonomi saja, di bidang pendidikan pun persaingan tak bisa terelakkan.

Masyarakat atau orang tua siswa, merupakan „pelanggan‟ setia dari „jasa institusi

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

2

pendidikan‟ yang harus diperhatikan karena sebagian besar animo masyarakat,

khususnya yang tinggal di kota dan sekitarnya, sudah bisa berfikir secara rasional

mana yang bagus dan yang tidak. Permasalahan kualitas pendidikan untuk saat

sekarang ini, sudah menjadi pembicaraan dihampir banyak kesempatan, bahkan

sudah banyak dibahas di berbagai pertemuan. Adanya beberapa kali perubahan

sistem pendidikan nasional ke arah yang lebih baik, dari sistem yang satu ke

sistem yang lainnya, menandakan adanya itikad baik pemerintah terhadap mutu

pendidikan. Dengan kata lain untuk meningkatkan mutu sekolah, pemerintah

kembali berusaha mengintervensi manajemen sekolah (lihat Syafaruddin, 2002:

16). Hal ini dilakukan untuk menemukan formulasi pendidikan atau pembelajaran

yang bisa menonjolkan kualitas, yang berujung pada pembentukan sumber daya

manusia berkualitas.

Melihat tujuan pendidikan nasional dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun

2003 yang bunyinya: “….. bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab”, maka pendidikan dengan

sistem pesantren, seharusnya lebih mudah untuk membawa para peserta didik

pada tujuan di atas. Tapi mengapa hingga saat ini, anggapan miring tentang mutu

pesantren masih saja belum turun. Menyadari akan adanya beberapa kelemahan

dalam dunia pesantren khususnya dalam permasalahan mutu pendidikan, penulis

berusaha untuk mengangkat permasalahan ini sehingga bisa ditemukan rumusan

atau strategi jitu dalam pengembangan mutu pendidikan di pesantren.

Ada beberapa faktor, minimalnya tiga faktor, yang bisa mendukung

terjadinya penerapan langkah-langkah pengembangan mutu pendidikan di

Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten Semarang. Pertama,

kesadaran semua komponen Pesantren terhadap pentingnya mutu dengan cara

mendalami konsep manajemen mutu terpadu (Total Quality Management), karena

manajemen ini sangat mendasari bahkan menjadi pondasi bagi perubahan

selanjutnya seperti KBK dan MBS. Kedua, kesadaran pengurus pesantren

terhadap pentingnya manajemen pendidikan yang bisa mewujudkan tujuan

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

3

pendidikan. Ketiga, kesadaran yang tinggi dari kepala sekolah, para guru, dan staf

untuk mempersiapkan peserta didiknya atau outputnya agar bisa memuaskan

pelanggan, unggul, mampu bersaing, dan diterima pangsa pasar dengan tidak

melupakan IQ, EQ, dan SQ.

Momigliano (1967) dalam Salusu (2006: 85), menjelaskan bahwa istilah

strategy berasal dari kata Yunani strategos, atau strategus dengan kata jamak

strategi. Strategos berarti jenderal tetapi dalam Yunani Kuno sering berarti

perwira negara (state officer) dengan fungsi luas.

Disebutkan Barry dalam Tedjo Tripomo (2005: 17), “Strategy is plan of

what an organization intends to be in the future an how it will get there”. Dengan

kata lain bahwa strategi adalah rencana tentang apa yang ingin dicapai atau

hendak -menjadi- apa suatu organisasi di masa depan (arah) dan bagaimana cara

mencapai keadaan yang diinginkan tersebut (rute).

Atau dengan kata lain, strategi adalah sebuah rencana matang yang

komprehensif, yang mengintegrasikan segala resources dan capabilities yang

mempunyai tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi. Jadi strategi

yang sudah dirumuskan bersama melalui pengamatan panjang dengan

memasukkan unsur-unsur penunjang, seperti memahami kekuatan dan kelemahan

internal serta mengetahui kesempatan bagus dan ancaman yang bisa meruntuhkan

harapan, dapat dijadikan pegangan untuk bekerja, berjuang, dan berbuat guna

memenangkan kompetisi.

Namun demikian, menurut Angelica Low (2003: 5), “Tidak ada alat yang

terbaik untuk merumuskan strategi, kecuali bergantung kepada variabel-variabel

situasional”. Itu artinya bahwa strategi pengembangan tidak bersifat saklek dan

baku. Kemungkinan rumusan strategi yang sudah dirembukkan bersama bisa

dijadikan acuan dengan kesepakatan bahwa pelaksanaannya, misalnya, maksimal

sampai 5 tahun atau di bawah itu. Perkataan Low selaras dengan prinsip Sun Tzu

dalam The Art of War Sun Tzu yang dijadikan bahasan utama dalam bukunya.

Sun Tzu menggunakan air sebagai metafor untuk menggambarkan sikap ini:

Seperti air yang mengalir sesuai dengan permukaannya, seorang prajurit

mendapatkan kemenangan karena menyesuaikan dengan musuh yang

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

4

dihadapinya. Seperti air yang bentuknya tidak tetap, begitu juga dalam

perang tidak ada kondisi yang pasti. Sehingga, seseorang yang merubah

taktiknya sesuai situasi musuh akan mendapatkan kemenangan dan bisa

dikenal sebagai komandan sejati.

Melihat beberapa definisi strategi di atas dan konsekuensinya, nampaknya

strategi pengembangan mutu pendidikan di Pesantren Islam Al-Irsyad, Tengaran

(selanjutnya disingkat PIA), akan menggunakan analisis SWOT (Strength,

Weaknesses, Opportunities, dan Treats) sebagai salah satu alat utama dalam

pengukuran pencapaian tujuan. Pengurus PIA akan mampu mencapai tujuan yang

ditetapkan ketika, meminjam istilah Sabar (2004: 12), kekuatan melebihi

kelemahan serta mampu mengeksploitasi peluang dan mengeliminir tantangan.

Sedangkan landasan teori untuk mutu, sebagaimana didefinisikan oleh

Goetsch dan Davis (Tjiptono & Anastasia, 2003: 4) “Kualitas merupakan suatu

kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan

lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”

Joseph C. Field dalam Syafaruddin (2002: 82), menjelaskan, “Mutu

diartikan sebagai ukuran dari produk atau kinerja pelayanan terhadap satu

spesifikasi pada satu titik tertentu”. Dalam kontek ini, mutu pendidikan berarti

seorang siswa yang telah mencapai salah satu tujuan dari kurikulum (objectives of

curriculum).

Kajian penelitian terdahulu yang berbicara sekitar masalah pengembangan

mutu pesantren, menurut hemat penulis masih jarang, terkhusus pembicaraan

yang menekankan pada aspek manajemen yang menonjolkan perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Pembicaraan tentang pengembangan

mutu pesantren, khususnya adalah pendidikan, sudah masuk ke dalam ranah

pesantren modern atau pesantren yang beritikad perubahan.

Penelitian ini difokuskan pada bagaimana pengelola Pesantren Islam Al-

Irsyad, Tengaran Kab. Semarang menerapkan dan mengimplementasikan strategi

pengembangan mutu pendidikan. Dan fokus ini terbagi pada tiga sub penting,

yaitu; (1) Bagaimanakah implementasi Strategi Pengembangan Mutu di Pesantren

Islam Al-Irsyad, Tengaran Kab. Semarang; (2) Bagaimanakah kemampuan

pengelola pesantren dalam menyusun rencana, mengkoordinasikan,

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

5

melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi penyelenggaraan konsep Total

Quality Management (TQM); (3) Bagaimanakah keterkaitan proses pembelajaran

dan konsep TQM sebagai salah satu strategi pengembangan mutu yang dilakukan

pengelola pesantren dengan prestasi sekolah yang unggul dari sisi akademik atau

non akademik.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mendeskripsikan secara

komprehensif tentang implementasi pengurus Pesantren dalam menerapkan

strategi pengembangan mutu pendidikan; (2) Untuk mendeskripsikan kesiapan

pengelola Pesantren dalam menyusun rencana, mengkoordinasikan,

melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi penyelenggaraan konsep Total

Quality Management (TQM); (3) Untuk mendeskripsikan keterkaitan proses

pembelajaran dan konsep TQM sebagai salah satu strategi pengembangan mutu

yang dilakukan pengelola pesantren dengan prestasi sekolah yang unggul dari sisi

akademik atau non akademik.

Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan kajian,

sekaligus memberi sumbangan pada diskursus manajemen pendidikan. Juga

sebagai bahan masukan bagi institusi-institusi sekolah yang menggunakan sistem

pesantren atau boarding school, untuk peneliti lain, dan bagi pengembangan ilmu

pengetahuan, khususnya disiplin ilmu yang memfokuskan pada manajemen

pendidikan, sebagai data dasar yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.

Metode Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di sebuah lembaga pendidikan Islam

bernuansa boarding school yang menerapkan pengawasan terhadap aktifitas

peserta didiknya selama 24 jam, yaitu Pesantren Islam Al-Irsyad yang terletak di

Dusun Gintungan, Desa Butuh, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.

Penelitian ini merupakan studi kualitatif yang akan mencoba melakukan

rekonstruksi sejernih-jernihnya realitas yang penuh makna. Secara deskriptif-

analitis penelitian nanti berusaha menggambarkan perilaku subyek yang diteliti

dengan segenap kekayaaan nuansanya sebagaimana adanya.

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

6

Sumber data dalam penelitian ini adalah para guru, siswa, peristiwa dan

tingkah laku, dokumen dan arsip, serta berbagai benda lain. Sementara Lofland

dan Lofland (dalam Moleong, 2005: 157) menyebut bahwa sumber data utama

adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya merupakan data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain.

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah wawancara, observasi, dan pencatatan isi dokumen. Wawancara dilakukan

secara mendalam (in-depth interviewing), guna memperoleh kedalaman informasi.

Selain itu dilakukan tidak secara informan, agar dalam wawancara ini

memperoleh hasil yang diharapkan, diciptakan hubungan yang baik antara peneliti

dengan informasi.

Observasi dilakukan secara langsung, terfokus, dan selektif. Observasi ini

untuk mengamati peristiwa kegiatan belajar mengajar, lingkungan sekolah

maupun lingkungan kerja.

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara bertahap, seiring dengan

muncul dan berkembangnya masukan informasi dari subyek penelitian, sepanjang

tidak menyimpang dari fokus penelitian. Analisis akan berakhir jika diperoleh

kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan informasi yang

mencukupi untuk menjawab pertanyaan penelitian secara akurat.

Data dan informasi yang diperoleh dari subyek penelitian baik yang dicatat

melalui alat rekam maupun alat tulis, kemudian diklasifikasikan berdasarkan

aspek-aspek pokok yang menjadi fokus penelitian.

Hasil Penelitian

Dalam pembahasan ini disajikan hasil penelitian sebagai jawaban atas

permasalahan yang dikemukakan pada pendahuluan. Hasil temuan tersebut,

adalah sebagai berikut: Pertama adalah implementasi strategi pengembangan

mutu di Pesantren Islam Al-Irsyad. Ada beberapa langkah strategi yang dijalankan

pesantren untuk mengembangkan mutu peserta didiknya sehingga diharapkan visi

misi pesantren dapat tercapai. Langkah-langkah strategi itu adalah sebagai

berikut: (1) Adanya pembelajaran mapel Thuruq Tadris dan mapel Tathbiq

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

7

Tadris. Thuruq Tadris, adalah mapel yang menjelaskan tentang etika dan tata cara

guru mengajar. Mapel ini dipelajari oleh siswa kelas XI yang duduk di jenjang

I‟dad Mu‟allimin. Sedangkan Tathbiq Tadris, adalah praktek mengajar yang

diharuskan bagi siswa kelas XII. (2). Praktek Dakwah. Program praktek dakwah

yang biasa berjalan setiap hari Kamis siang dan Jum‟at ini, ditekankan kepada

siswa kelas XI dan XII. (3). Pengabdian Mengajar (wiyata bakti). Pengabdian

mengajar, atau yang diistilahkan pesantren dengan kata Khidmah, adalah program

terakhir pesantren yang harus dijalankan santrinya. Program pengembangan mutu

ini, mulai dilaksanakan setelah santri lulus dan sebelum dibagikan ijazah. Calon-

calon pengajar ini, ada yang dikirim ke beberapa lembaga pendidikan dan dakwah

yang tersebar di wilayah Indonesia. (4) Muhadharah Usbu'iyyah. Istilah yang

kerap dikenal oleh santri pesantren dengan istilah latihan ceramah mingguan ini,

adalah program unggulan pesantren yang harus diikuti oleh semua jenjang. (5).

Tathbiq 'Arabiyah. Salah satu misi pesantren yang paling dikedepankan, adalah

santri mampu untuk menguasai bahasa Arab secara aktif. Maka tathbiq ‘arabiyah,

atau praktek menggunakan bahasa Arab dalam komunikasi sehari-hari, adalah

merupakan keharusan bagi santri Pesantren Islam Al-Irsyad. (6) Les/Pemantapan

Mapel UAN. Untuk mensiasati keberhasilan siswa dalam menghadapi ujian

nasional, Pesantren Islam Al-Irsyad, begitu juga lembaga pendidikan formal

lainnya, selalu melakukan upaya pendalaman materi-materi yang diujikan

tersebut. Les, atau pemantapan mapel yang di-UAN-kan, yang dilakukan

pesantren, berkisar seputar latihan terhadap soal-soal tahun lalu, mengerjakan

soal-soal yang diprediksi keluar, lalu membahasnya secara bersama-sama.

Kedua adalah kemampuan pengelola pesantren dalam menyusun rencana,

mengkoordinasikan, melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi

penyelenggaraan konsep Total Quality Management. Walaupun pelaksanaan

konsep ini masih sangat sederhana, dengan kata lain masih banyak penyesuaian

dengan dunia pesantren, namun penekanannya harus sering diulang demi

membangkitkan kesadaran semua lini akan pentingnya manajemen mutu secara

terpadu. Lebih jauh pengelolaan pesantren terhadap konsep ini adalah sebagai

berikut: (1) Penyusunan Rencana Konsep TQM. Penyusunan rencana untuk

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

8

pengembangan mutu, selama ini masih menjalankan program-program yang

sudah ada. Terkadang pula, proses penyusunan rencana untuk pengembangan

mutu muncul secara spontan dari beberapa guru ketika berkumpul dalam suasana

yang tidak formal, lalu ditindaklanjuti. Dan terkadang pula, ketika pesantren akan

memasuki tahun pelajaran baru, para kabid pengajaran dengan dibantu kabid

lainnya, berkumpul guna merumuskan strategi tentang program unggulan dan

pelayanan apa saja yang menjadi target utama pada tahun berikutnya. Kemudian

butir-butir kesepakatan tersebut, yang nota bene adalah perencanaan untuk satu

tahun ke depan, dipresentasikan di hadapan rapat pleno pada permulaan tahun

pelajaran baru. (2). Koordinasi Program Pengembangan Mutu. Pada awalnya,

tiap-tiap jenjang pengajaran yang ada di pesantren memiliki satu hari diwaktu

siang yang digunakan untuk rapat rutin membahas seputar program, evaluasi, dan

isu-isu pendidikan, lalu pesantren menentukan satu hari yang menjadi hari

kumpulnya para guru sesuai dengan jenjangnya masing-masing, yaitu hari Selasa

siang. (3). Pelaksanaan Program. Setelah adanya koordinasi yang baik antara

kepala, dalam hal ini kabid pengajaran, dengan guru yang menjadi penanggung

jawab program, maka program harus dijalankan sesuai rencana. Pelaksanaan

program pengembangan mutu, kenyataannya harus melihat juga pada tempat

tinggal sang guru, di dalam komplek pesantren ataukah di luar. Adapun

pelaksanaan program pengembangan mutu yang bersifat memperkuat tercapainya

visi misi pesantren secara khusus, dilaksanakan diluar jam pelajaran aktif seperti

malam hari atau pagi. Pelaksanaan ini harus melibatkan seluruh santri dan tidak

ada pengecualian, dengan penanggung jawab pelaksanaannya dipegang oleh seksi

atau bagian yang terstruktur dengan struktur organisasi pesantren. (4).

Pengawasan. Dijenjang Mutawasithah, juga pada jenjang lainnya, proses

pengawasan dari pelaksanaan sebuah program pengembangan mutu, dipegang

oleh wali kelas, yang nantinya melaporkan perkembangannnya kepada kabid

pengajaran. Terkadang, dan ini tidak rutin, kabidpun ikut mengontrol dan

mengawasi proses pelaksanaan program tersebut. (5). Evaluasi. Salah satu bentuk

evaluasi di lapangan adalah langkah wali kelas yang menanyakan kepada santri-

santrinya tentang keberhasilan program pengembangan mutu yang sudah

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

9

dijalankan dan efek yang bisa dirasakan oleh mereka, apakah ada perubahan

ataukah tidak. Maka hasil dari dialog yang tidak lain adalah evaluasi itu sendiri,

akan dihadapkan kepada kabid pengajaran untuk dievaluasi. Bentuk evaluasi

lainnya untuk setiap kepala bidang, dilakukan pada hari Selasa siang selepas

shalat Zhuhur dengan dihadiri personel dari bidangnya masing-masing. Dan rata-

rata agenda pembahasan yang diangkat oleh bidang pengajaran, entah jenjang SD,

jenjang MTW/IL, dan jenjang IM, adalah sama. Pembicaraan berjalan seputar

masalah program pengembangan, absensi siswa, dan evaluasi apa saja yang terkait

dengan siswa.

Ketiga adalah keterkaitan proses pembelajaran dan konsep Total Quality

Management dengan prestasi sekolah yang unggul dari sisi akademik atau non

akademik. Dari sisi akademik, minimalnya bisa terlihat dari siswa yang lulus tiap

tahunnya. Hal ini banyak dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang guru-

gurunya banyak menerapkan metode pengajaran yang beragam. Selain itu,

Les/Pemantapan Mapel UAN juga banyak mempengaruhi kesiapan peserta didik

dalam menghadapi Ujian Nasional. Adapun dari sisi non akademik, kondisi rilnya

hanya bisa dirasakan oleh santri-santri itu sendiri setelah mengenyam program-

program yang mereka jalani di pesantren. Di antara program dan keterkaitannya

dengan prestasi siswa dari sisi non akademik, adalah sebagai berikut: (1) Adanya

mapel Thuruq Tadris dan Tathbiq Tadris. Mapel Thuruq Tadris dan Tathbiq

Tadris, atau yang biasa dikenal dengan ilmu cara-cara mengajar dan praktek

mengajar, merupakan mata pelajaran yang hanya diajarkan pada jenjang I‟dad

Mu‟allimin saja.

Dari pengamatan, sedikitnya kedua disiplin ilmu di atas sangat membantu

para santri khidmah untuk bisa mengajar tanpa canggung selama berwiyata bakti

di pesantren. Gambaran ini tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan,

misalnya oleh Khairul Anwar, “Kita mengetahui bahwa mengajar mempunyai

cara-cara dan tidak harus satu cara dalam mengajar”. Kenyataan di atas ternyata

diamini juga oleh Sufyan Ba‟asyir. (2) Tathbiq 'Arabiyah, Muhadharah

Usbu'iyyah, Praktek Dakwah Lapangan, dan Pengabdian. Keempat program yang

merupakan strategi pengembangan mutu ini, betul-betul menekankan pada

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

10

pembiasaan. Di antara keterkaitan program-program tersebut dengan prestasi

siswa dari sisi non akademik, adalah sebagaimana dirasakan beberapa santri

berikut. Untuk program Tathbiq „Arabiyah, atau praktek berkomunikasi dengan

bahasa Arab, dirasakan manfaatnya oleh Abdul Sape‟i, “Lidah kita terbiasa

mengucapkan bahasa Arab dan tidak terasa kaku, serta memperkuat daya hafal

kosa kata dan memperkuat pendengaran dan pemahaman dari lawan bicara kita

dengan bahasa Arab”.

Untuk program Muhadharah Usbu‟iyyah, atau biasa disebut dengan

program latihan ceramah mingguan, sebagaimana diungkapkan manfaatnya oleh

oleh Sufyan Ba‟asyir, “Terbiasa dalam penyampaian materi ceramah dan melatih

mental”. Pernyataan ini diperkuat oleh Khairul Anwar, “Muhadharah usbu’iyyah

melatih saya untuk tidak gagap dalam berbicara di depan umum”.

Untuk program Praktek Dakwah, sebagaimana diungkapkan oleh Shidrotul

Muntaha, “Praktek dakwah bisa membuka wawasan umum”. Ditambahkan oleh

Abdullah Mizan, “Membiasakan santri berdakwah di masyarakat, pokoknya

banyak pengalaman”.

Untuk program Pengabdian (khidmah), seperti diungkapkan oleh Dulbasir

yang ketika khidmahnya mengampu mapel Al-Qur`an pada dua jenjang, yaitu

Mutawasithah dan SDITQ, “Dengan adanya khidmah, kita bisa menyalurkan

ilmu”. Ditambahkan oleh Khairul Anwar yang saat khidmah mengajar dijenjang

Mutawasithah, “Kita bisa menerapkan apa yang kita pelajari dari mapel

Thuruqut Tadris sekaligus juga bisa memantapkan ilmu yang kita miliki”.

Pembahasan

Sebagaimana deskripsi pada hasil penelitian, pembahasan atas hasil

penelitian tentang strategi pengembangan mutu di Pesantren Islam Al-Irsyad

meliputi, Pertama, analisa tentang Implementasi Strategi Pengembangan Mutu.

Ada beberapa cakupan dalam implementasi ini, di antaranya adalah: (1) Adanya

pembelajaran mapel Thuruq Tadris dan mapel Tathbiq Tadris. Dalam salah satu

studi, disebutkan, sebagaimana diungkapkan Safar al-Ghamidi dan Abdullah al-

Qa‟id (2006: 2) bahwa ada beberapa unsur yang menjadi komponen keberhasilan

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

11

seorang pengajar atau pendidik, yaitu menguasai pelajaran yang akan diajarkan,

bersikap baik terhadap siswa, mengikutsertakan siswa ketika mengambil beberapa

kebijakan, kreatif dalam menggubah metode pengajaran, dan berkepribadian kuat

serta cerdas.

Sementara Lozanov dalam Bobbi Deporter dkk (2003: 3) menyatakan

bahwa proses belajar-mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala

sesuatunya berarti -setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi- dan sampai sejauh

mana anda menggubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran, sejauh

itu pula proses belajar berlangsung. Dari berbagai rumusan faktor keberhasilan

pengajar di atas, salah satu di antaranya, yaitu metode pengajaran atau yang biasa

dikenal dengan Thuruq Tadris, telah diajarkan kepada peserta didik jenjang I‟dad

Mu‟allimin meskipun dengan porsi yang sederhana. (2) Praktek Dakwah. Tujuan

umum pendidikan Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran, adalah mempersiapkan

para pengajar agama Islam dan bahasa Arab, serta mencetak generasi muslim dan

da‟i yang berkualitas bermanhaj Ahlus Sunnah wal Jama‟ah. Kegiatan yang dapat

dirancang oleh pesantren untuk mencapai tujuan tersebut adalah menciptakan

aktifitas yang memungkinkan santri terbiasa untuk berdakwah sekaligus

mengajar. Hal ini senada dengan yang dinyatakan dalam Al-Qur`an surat Ali

Imran ayat 104. Praktek dakwah santri yang notabene adalah ajang latihan bagi

mereka, merupakan program pesantren yang didesain untuk mendukung kualitas

calon out put nantinya. Hal ini sejalan dengan konsep yang ditekankan oleh

Confusius dalam Roem Topatimasang dkk. (1986: 49) tentang pentingnya arti

belajar dari pengalaman ketika ia menyatakan: “Saya dengar dan saya lupa. Saya

lihat dan saya ingat. Saya lakukan dan saya paham”.

Konsep di atas diperkuat oleh pernyataan Ralp G. Lewis dan Douglas H.

Smith (1996) dalam Syafaruddin (2002: 29). Dijelaskan bahwa mutu terpadu

(total quality) tercakup dalam tiga pengertian, yaitu: mencakup semua proses

(every process), mencakup setiap pekerjaan (every job), dan setiap orang (every

person). (3) Pengabdian Mengajar (Khidmah). Memperhatikan konsep di atas

yang telah diungkapkan oleh Confusius dalam Roem Topatimasang dkk. (1986:

49) tentang pentingnya arti belajar dari pengalaman ketika ia menyatakan: “Saya

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

12

dengar dan saya lupa. Saya lihat dan saya ingat. Saya lakukan dan saya paham”,

maka ini menjadi argumentasi penting bagi pesantren dalam mengarahkan

outputnya sesuai harapan. Salah satu di antara harapan tersebut adalah mencetak

seorang guru dan da‟i, maka cara untuk menuju cita-cita agung itu adalah

dicanangkannya sebuah program yang bisa dilihat oleh santri supaya mudah

diingat dan bisa dilakukan agar mudah dipahami, bahkan bisa dirasakan dan

diukur sejauh mana kemampuannya ketika berinteraksi. Cara tersebut adalah

pengabdian mengajar.

Program khidmah, dalam banyak hal memiliki banyak kemiripan dengan

program KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang ada pada dunia kampus. Dalam banyak

literatur, KKN didefinisikan sebagai suatu bentuk pendidikan yang dapat

memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah-tengah

masyarakat di luar kampus dan secara langsung mengidentifikasi serta menangani

masalah-masalah pembangunan yang dihadapi.

Sejalan dengan definisi di atas, program khidmah yang dijalankan PIA,

memang bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada calon alumninya

bagaimana hidup dan berinteraksi dengan masyarakat di luar pesantren, tanpa

adanya aturan mengikat sebagaimana sebelumnya ketika menjadi santri murni. (4)

Muhadharah Usbu'iyyah. Program Muhadharah Usbu’iyyah adalah satu istilah

yang ada di Pesantren untuk menggambarkan tentang latihan ceramah tiap minggu

yang harus dijalankan oleh semua santri. Latihan secara kontinyu ini diharapkan

bisa menanamkan sikap berani dan percaya diri pada siswa. Meminjam paparan

Rofiq A dkk (2005: 38) yang mengungkapkan bahwa pelatihan ini bermanfaat

dalam pembentukan kepribadian individu, di antaranya membentuk pribadi berani

dan mandiri, yakni pribadi yang senantiasa berani dalam mengambil keputusan

dan mandiri dalam bertindak.

Sementara Ahmad Yani (2005: 15-16) menjelaskan bahwa penyampaian

ajaran Islam secara lisan umumnya dilakukan dengan ceramah, pidato, atau

khotbah, meskipun ada juga dalam bentuk dialog. Untuk bisa berceramah dan

berkhotbah dengan baik, harus ada persiapan. Karena itu diperlukan proses

pembiasaan yang lebih dikenal dengan istilah latihan. (5) Tathbiq 'Arabiyah

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

13

(Praktek komunikasi dengan bahasa Arab). Pentingnya mempelajari bahasa Arab,

khususnya bagi Pesantren Islam Al-Irsyad, adalah suatu hal yang menjadi

perhatian besar bagi pesantren. Ustadz Nafi Zainuddin, Lc, selaku direktur

pesantren dengan tegas menyatakan bahwa harus ada pelatihan khusus tentang

bahasa Arab yang diperuntukkan bagi semua karyawan, khususnya guru-guru

yang belum bisa, karena ketika mereka mampu berbahasa Arab, sedikit banyak

akan membantu kemampuan santri dalam praktek bahasa Arab.

Pendapat Nafi ini sejalan dengan nilai TQM sebagaimana yang

diungkapkan Victoria Konidari and Yvan Abernot, (2006: 10). Menurut keduanya

bahwa “TQM is the fact that we should focus not only on customers (pupils) but

also to employees.”

Kedua, analisa tentang kemampuan pengelola pesantren dalam menyusun

rencana, mengkoordinasikan, melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi

penyelenggaraan konsep Total Quality Management (TQM). Adapun rinciannya,

adalah sebagai berikut: (1) Penyusunan Rencana Konsep TQM. Perencanaan

merupakan salah satu fungsi manajemen. Semakin baik perencanaan disusun,

maka hasilnya bisa diperkirakan akan semakin baik pula. Secara definisi,

pengertian ini banyak diungkapkan oleh para pakar dengan kalimat yang berbeda,

namun substansinya memiliki kemiripan dan saling mengisi. Hal ini sebagaimana

yang diungkapkan Malayu S.P. Hasibuan (2005: 92) ketika mengutip beberapa

pakar, di antaranya Harold Koontz dan Cyril O‟Donnel, yang mengatakan:

“Planning is function of a manager which involves the selection from alternatives

of objectives, policies, procedures, and programs.

Intinya, bahwa perencanaan adalah pekerjaan mental untuk memilih

sasaran, kebijakan, prosedur, dan program yang diperlukan untuk mencapai apa

yang diinginkan pada masa yang akan datang. Dan inilah yang terjadi di Pesantren

Islam Al-Irsyad, yaitu ketika pesantren akan memasuki tahun pelajaran baru, para

kabid pengajaran dengan dibantu kabid lainnya, berkumpul guna merumuskan dan

merencanakan strategi tentang program unggulan dan pelayanan apa saja yang

menjadi target utama pada tahun berikutnya. Kemudian butir-butir kesepakatan

tersebut, dipresentasikan di hadapan rapat pleno pada permulaan tahun pelajaran

baru. (2) Koordinasi Program Pengembangan Mutu. Secara arti, makna koordinasi

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

14

menurut Malayu S.P. Hasibuan (2005: 85), adalah kegiatan mengarahkan,

mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen dan

pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi.

Definisi lain dari kata koordinasi, diungkapkan juga oleh G.R. Terry,

sebagaimana disebutkan oleh Hasibuan (2005: 85) dengan suatu usaha yang

sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan

mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan

harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.

Lebih lanjut diterangkan Hasibuan (2005: 86), sambil mengutip penjelasan

Awaluddin Djamin, bahwa koordinasi adalah suatu usaha kerja sama antara

badan, instansi, atau unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu sedemikian rupa,

sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu, dan saling melengkapi.

Dan inilah yang terjadi di Pesantren Islam Al-Irsyad. Ketika pesantren

menghendaki outputnya mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa

Arab secara aktif, maka jalinan koordinasi lebih banyak bermuara pada bidang

pengajaran dan kesantrian. (3) Pelaksanaan Program. Pelaksanaan dari sebuah

rencana yang telah disusun secara matang merupakan fase yang paling penting

dalam fungsi manajemen. Implementasi, atau pelaksanaan strategi, sebagaimana

yang didefinisikan oleh J. Salusu (2006: 409) adalah seperangkat kegiatan yang

dilakukan menyusul satu keputusan. Suatu keputusan selalu dimaksudkan untuk

mencapai sasaran tertentu. Guna merealisasikan pencapaian sasaran itu,

diperlukan serangkaian aktivitas. Jadi, dapat dikatakan bahwa implementasi

adalah operasionalisasi dari berbagai aktivitas guna mencapai suatu sasaran

tertentu.

Di Pesantren Islam Al-Irsyad, pada banyak program pengembangan mutu,

pelaksanaannya banyak bermuara pada garis bawah. Merekalah yang banyak

memegang peranan penting. Dalam pengembangan mutu bahasa Arab, misalnya,

maka jajaran guru dalam lingkup bidang pengajaranlah yang banyak bersentuhan

dengan siswa. Sedangkan lingkup bidang kesantrian, maka guru yang menjabat

seksi Jam‟iyyah Tholabah (osis) dengan diback-up kuat oleh jajaran osis bagian

bahasa, yang banyak bersinggungan dengan peserta didik.

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

15

Keadaan ini sejalan dengan yang diisyaratkan oleh J. Salusu (2006: 285)

bahwa pada fase pelaksanaan ini, justru eselon bawahlah yang paling banyak

memegang peranan penting. (4) Pengawasan. Sondang P. Siagian (1995: 257)

menjelaskan bahwa untuk menentukan apakah implementasi strategi terlaksana

sebagaimana mestinya atau tidak, manajemen mutlak perlu melakukan tiga jenis

tindakan, yaitu melakukan pengawasan, membuat penilaian, dan menciptakan

suatu sistem umpan balik yang sifatnya stratejik pula.

Secara definisi, pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan

pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa berbagai kegiatan

tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. (Sondang P.

Siagian. 1995: 258).

Sedangkan menurut Yayat M. Herjito (2006: 242), pengawasan

(controlling) sebagai elemen atau fungsi keempat manajemen ialah mengamati

dan mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.

Pakar manajemen lainnya, Hadari Nawawi, (2003: 115) menjelaskan

bahwa kontrol diartikan sebagai proses mengukur (measurement) dan menilai

(evaluation) tingkat efektifitas kerja personil dan tingkat efisiensi penggunaan

sarana kerja dalam memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan organisasi.

Dan ini pulalah yang terjadi di Pesantren Islam Al-Irsyad. Pengawasan

yang dilakukan oleh para kabid, khususnya kabid pengajaran di SD, MTs, dan

MA, hampir setiap hari mereka lakukan dalam aktifitas kesehariannya. Sehingga

tidak jarang tatkala mereka berkumpul dalam forum formal ataupun non formal

yang digelar dengan beberapa kabid lainnya dan dihadiri oleh mudir pesantren,

hasil pengawasan mereka dilontarkan untuk selanjutnya dibahas. Inilah fungsi

pengawasan yang melekat dalam jabatan para pimpinan sebagaimana diterangkan

Nawawi. (5) Evaluasi. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, (2007: 17),

menjelaskan makna evaluasi, bahwa itu berasal dari bahasa Inggris, yaitu

evaluation. Dalam buku Essential of Educational Evaluation karangan Edwin

Wand & Gerald W. Brown, dikatakan bahwa “Evaluation refer to the act or

process to determining the value of action refer to the value of something”.

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

16

Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari suatu

tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.

Dalam prosesnya, evaluasi meliputi beberapa aspek yang harus

diperhatikan. Aspek tersebut adalah sebagaimana diungkapkan Ellyasa, (2004:

60), yaitu aspek substansi, aspek metodologis, dan aspek teknis lainnya. Namun

begitu, yang paling penting dari manfaat evaluasi atau penilaian, adalah

mengetahui sejauh mana hasil yang telah diperoleh dari pelaksanaan program,

khususnya program pengembangan mutu di Pesantren Islam Al-Irsyad. Apakah

sesuai target, ataukah melebihi target yang diharapkan, atau bahkan jauh dari

target alias meleset?. Harapan dari evaluasi ini, diungkapkan juga oleh Sondang P.

Siagian (1995: 262), bahwa dengan penggunaan berbagai instrumen dan teknik

penilaian, para manajer yang melakukan penilaian akan menemukan satu dari tiga

bentuk temuan, yaitu: 1) Hasil yang dicapai melebihi harapan dan target. 2) Hasil

yang dicapai sama dengan harapan dan target. 3) Hasil yang dicapai kurang dari

harapan dan target.

Ketiga, analisa tentang keterkaitan proses pembelajaran dan konsep TQM

dengan prestasi sekolah yang unggul dari sisi akademik atau non akademik.

Prestasi sekolah dari sisi akademik, bisa dilihat dari kelulusan santri tiap tahunnya

yang 100%. Di antara langkah penting yang dijalankan untuk mendongkrak

prestasi dari sisi akademik, adalah adanya Les/Pemantapan Mapel UAN.

Kebanyakan para santri yang diwawancarai mengenai langkah ini,

semuanya menyatakan setuju karena selain untuk menambah pengetahuan, juga

sebagai ajang untuk mengulang kembali pelajaran yang sudah lupa. Demikian

sebagaimana diungkapkan oleh Abdul Sape‟i, “Program pemantapan materi yang

akan di-UAN-kan ini sangat perlu sekali diadakan, karena akan membantu kita”.

Dan tidak kalah pentingnya dari poin-poin strategis di atas, adalah sikap

dan perilaku guru yang berkualitas dalam membimbing dan mengarahkan siswa-

siswanya. Di antara perilaku guru yang berkualitas, adalah sebagaimana ditulis

oleh Mohammad Asrori (2008: 26), menguasai materi pelajaran dengan baik,

mampu mengajar dengan menarik, berperilaku sopan, bertutur kata santun, dan

perilaku lain yang sejenis.

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

17

Yang jelas, bahwa les atau pemantapan mapel yang diujikan secara

nasional, tidak dilaksanakan pada hari-hari menjelang pelaksanaannya namun

harus jauh-jauh hari dan harus dengan memperbanyak latihan dan praktek.

Apalagi kalau latihan dan praktek yang dilakukan secara berulang-ulang, tentu

akan memberikan keuntungan yang signifikan bagi siswa itu sendiri. Dan inilah

yang ditekankan Sumiati dan Asra (2008: 104), bahwa dalam belajar verbal dan

belajar keterampilan, meningkatkan kemampuan hasil belajar dapat dicapai

melalui latihan dan praktek.

Adapun prestasi unggulan dari sisi non akademik, strategi yang

dijalankannya adalah sebagai berikut: (1) Adanya mapel Thuruq Tadris dan

Tathbiq Tadris. Di antara pakar pendidikan yang memiliki statemen bagus, yang

mengarah pada program mapel di atas, adalah Jeanette Vos dalam Gordon Dryden

(2002: 132). Menurutnya bahwa semakin luas anda mengait-ngaitkan (berbagai

hal) semakin banyak anda belajar. Dan ini terbukti dengan ungkapan yang

dilontarkan oleh Khairul Anwar, tatkala merasakan pengalamannya mempelajari

mapel tersebut. “Kita mengetahui bahwa mengajar mempunyai cara-cara dan

tidak harus satu cara”.

Lebih jauh diungkapkan oleh Silberman (2007: 1-2), yang telah

memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius, menjadi apa yang ia sebut

paham Belajar Aktif. Ungkapan yang dia maksud kurang lebih demikian: What I

hear, I forget. What I hear, see, and ask question about or discuss with someone

else, I begin to understand. What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge

and skill. What I teach to another, I master.

Konteks terakhir dari pernyataan Silberman, kalau penulis perhatikan lebih

mendalam, benar-benar akan menjadikan siswa memahami dan bahkan menguasai

materi pelajaran yang dia sampaikan, apalagi kalau itu terjadi berulang-ulang. (2)

Tathbiq 'Arabiyah, Muhadharah Usbu'iyyah, Praktek Dakwah, dan

Pengabdian. Keempat program pesantren di atas, semuanya memiliki kesamaan

tujuan. Kesamaan itu adalah membentuk santri agar terbiasa dalam melakukan

hal-hal yang dijadikan target visi misi Pesantren Islam Al-Irsyad.

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

18

Pembiasaan yang ingin dibentuk pesantren terhadap santrinya, adalah

kebiasaan yang mengandung pengetahuan, keterampilan, dan keinginan,

sebagaimana yang diungkapkan Stephen R. Covey dalam Hernowo (2005: 55).

Dijelaskan Covey bahwa kebiasaan adalah titik pertemuan dari pengetahuan,

keterampilan atau kecakapan, dan keinginan. Lebih lanjut diterangkan bahwa

pengetahuan (knowledge) adalah paradigma teoritis, apa yang harus dilakukan

dan mengapa. Keterampilan (skill) adalah bagaimana melakukannya. Dan

keinginan (desire) adalah motivasi, keinginan untuk melakukannya.

Pengabdian untuk mengajar bermakna memberikan knowledge dan skill,

sebagaimana disimpulkan Smith (1987) yang tertuang dalam Sumiati (2008: 24).

Menurutnya bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan dan keterampilan.

Ungkapan pakar di atas, memang dirasakan oleh beberapa santri alumni

yang terlibat dengan program pengembangan pesantren, seperti diungkapkan oleh

Khairul Anwar yang menceritakan pengalamannya tentang program Muhadharah

Usbu‟iyah, “Melatih saya untuk tidak gagap dalam berbicara di depan umum”.

Pendapat para pakar di atas, jelas sangat terasa sekali oleh beberapa santri

alumni yang mengenyam seperti program Khidmah atau pengabdian. Dulbasir,

“Dengan adanya khidmah, kita bisa menyalurkan ilmu”. Khairul Anwar, “Bisa

menerapkan mapel Thuruqut Tadris dan memantapkan ilmu”. Sufyan Ba‟asyir,

“Aplikasi dari pelajaran thuruq tadris”. Dan ungkapan lainnya.

Kesimpulan Dan Saran

Dari hasil temuan penelitian tentang strategi pengembangan mutu

Pesantren Islam Al-Irsyad, Butuh-Tengaran, Kabupaten Semarang, dapat

dikemukakan kesimpulan tentang sejumlah dimensi sebagai berikut: Pertama

adalah implementasi strategi pengembangan mutu di Pesantren Islam Al-Irsyad.

Ada beberapa langkah strategi yang dijalankan pesantren untuk mengembangkan

mutu peserta didiknya sehingga diharapkan visi misi pesantren dapat tercapai.

Langkah-langkah strategi itu adalah sebagai berikut: (1) Adanya pembelajaran

mapel Thuruq Tadris dan mapel Tathbiq Tadris, (2) Praktek Dakwah, (3)

Pengabdian Mengajar, (4) Muhadharah Usbu'iyyah, (5) Tathbiq 'Arabiyah, dan

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

19

(6) Les/Pemantapan Mapel UAN. Dari keenam strategi yang dijalankan ini,

setelah dilakukan analisa data, ternyata berkesesuaian dengan teori-teori yang

banyak diungkapkan oleh para pakar di bidangnya. Bahkan lebih jauh dari itu,

setelah dilakukan wawancara dan pengamatan mendalam, ternyata strategi yang

selama ini dijalankan telah menghasilkan bukti, yaitu mencetak para keluaran

sesuai dengan visi misi yang diharapkan pesantren.

Kedua adalah kemampuan pengelola pesantren dalam menerapkan konsep

Total Quality Management. Konsep tersebut, diperinci menjadi beberapa langkah

berikut, yaitu (1) Penyusunan Rencana Program Pengembangan Mutu, (2)

Koordinasi Program, (3) Pelaksanaan Program, (4) Pengawasan dari pelaksanaan

program, dan (5) Evaluasi. Setelah dianalisa, kelima langkah manajemen yang

telah dijalankan pengelola pesantren, masih terlihat sangat sederhana dan perlu

penajaman serta pemahaman bersama antar semua lini yang ada mengenai lima

konsep tersebut dan pelaksanaannya. Dengan melakukan pengamatan secara

mendalam, proses evaluasi harus lebih ditekankan lagi.

Ketiga adalah keterkaitan proses pembelajaran dan konsep Total Quality

Management dengan prestasi sekolah yang unggul dari sisi akademik atau non

akademik. Dari sisi akademik, secara garis besarnya, santri-santri Pesantren Islam

Al-Irsyad bisa lulus sesuai kriteria yang ditetapkan pesantren dan pemerintah,

juga mendapatkan nilai yang menggembirakan. Adapun dari sisi non akademik,

kondisi rilnya hanya bisa dirasakan oleh santri-santri itu sendiri setelah

mengenyam program-program yang mereka jalani di pesantren. Di antara

program dan keterkaitannya dengan prestasi siswa dari sisi non akademik, adalah

sebagai berikut: (1). Adanya mapel Thuruq Tadris dan Tathbiq Tadris, (2)

Tathbiq 'Arabiyah, Muhadharah Usbu'iyyah, Praktek Dakwah, dan Pengabdian.

Dimensi ketiga inipun, setelah dianalisa, dilakukan wawancara, juga

diamati secara mendalam, program-program yang telah dilakukan pesantren

berkesesuaian dengan teori-teori yang dipaparkan oleh para pakar. Bahkan

prestasi dari sisi non akademik bisa dirasakan langsung oleh siswa alumni.

Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan kepada pengelola pesantren,

untuk: (1) Menjalankan sistem pengembangan mutu yang kompak sehingga tidak

Page 22: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

20

saling berbenturan antara aktivitas pesantren dan waktu yang digunakan siswa

tatkala menghadapi ujian. (2) Perlunya otonom yang bertanggungjawab terhadap

mutu, yang mengevaluasi langsung tentang sejauh mana mutu yang sudah

dikuasai santri, terutama bagi santri-santri baru dijenjang Mutawasithah dan I'dad

Lughawi, khususnya pada awal-awal pembelajaran dan tidak mendekati ujian

akhir. (3) Kemampuan pesantren dalam melakukan serangkaian langkah-langkah

TQM, perlu digiatkan lebih dalam lagi, seperti dengan mengadakan pelatihan

untuk tim inti atau kabid dalam masalah manajemen mutu terpadu. (4) Perlunya

instrumen yang terencana untuk pengawasan terhadap program kerja yang dilakukan

oleh para pimpinan.

Adapun saran penulis untuk lembaga lain, semisal Depag, karena memang

lembaga inilah yang menaungi pesantren dari sisi hukum, adanya standarisasi

manajemen dalam mengatur roda kehidupan pesantren, terkhusus lagi manajemen

mutu pendidikannya.

Saran penulis untuk peneliti lain, bisa memberikan gambaran dasar tentang

pesantren modern yang menerapkan konsep manajemen, terkhusus penelitian

yang berkaitan dengan Strategi Pengembangan Mutu Pesantren, sehingga dapat

digunakan untuk penelitian lebih lanjut.

Page 23: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

21

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghamidi, Safar dan Al-Qo‟id, Abdullah. 2006. Maharat Al-Mu’allim An-

Najih. Saudi Arabia: Mu`assasah Bina` Al-Mustaqbal.

Anwar, Moch. Idochi. 2004. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Asrori, Mohammad, M.Pd, Prof. Dr. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV

Wacana Prima.

As-Sa‟di, Abdurrahman. 2003. Taisir Al-Karim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-

Mannan. Kuwait: Jam‟iyyatu Ihya At-Turots Al-Islami.

Darwis, Ellyasa. 2004. Pengorganisasian Aksi Komunitas & Kuliah Kerja Nyata.

Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, Ditjen Kelembagaan

Agama Islam, Departemen Agama RI.

Deporter, Bobbi, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. 2003. Quantum

Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas.

Bandung: Kaifa.

Dryden, Gordon & Vos, Jeannette. 2002. The Learning Revolution: To Change

the Way the Learns. Diterjemahkan dengan judul “Revolusi Cara Belajar:

Belajar Akan Efektif Kalau Anda Dalam Keadaan Fun”. Bandung:

Penerbit Kaifa.

Hasibuan, Malayu S.P, Drs. 2005. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hernowo. 2005. Menjadi Guru Yang Mau Dan Mampu Mengajar Dengan

Menggunakan Pendekatan Kontekstual. Bandung: Mizan Learning Center

(MLC)

Konidari, Victoria and Abernot, Yvan. (2006). “From TQM to learning

organization. Another way for quality management in educational

institutions”. International Journal of Quality & Reliability Management.

23, (1), 8-26.

Low, Angelica. 2003. Penerapan The Art of War Sun Tzu dalam Strategi

Manajemen. Jakarta: Inovasi.

Page 24: STRATEGI PENGEMBANGAN MUTU PESANTRENeprints.ums.ac.id/18935/8/10-Naskah_Publikasi.pdf · Pesantren Islam Al-Irsyad yang berlokasi di Kabupaten ... diharuskan bagi siswa kelas XII

22

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Muliawan, Jasa Ungguh. 2005. Pendidikan Islam Integratif: Upaya

Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Narimo, Sabar. 2004. Manajemen Strategi dalam Sistem Pendidikan Nasional-

Strategi Pengembangan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

(UMS).

Salusu, J, M.A. Prof. Dr. 2006. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk

Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit. Jakarta: PT Grasindo

Siagian, Sondang P, MPA. Prof. Dr. 1995. Manajemen Stratejik. Jakarta: Bumi

Aksara

Silberman, Melvin L.. 2007. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif.

Yogyakarta: Pustaka Insan Madani

Sumiati dan Asra, M.Ed. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana

Prima

Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep,

Strategi, dan Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Tjiptono, Fandy & Diana, Anastasia, 2003. Total Quality Management,

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Topatimasang, Roem dkk. 1986. Belajar dari Pengalaman, Panduan Latihan

Pemandu Pendidikan Orang Dewasa untuk Pengembangan Masyarakat.

Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren & Masyarakat (P3M).

Tripomo, Tedjo, S.T., MT dan Udan, S.T., M.T. 2005. Manajemen Strategi.

Bandung: Rekayasa Sains